HASlL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASlL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 HASlL DAN PEMBAHASAN Situasi Buah Segar lrnpor di Indonesia. Berdasarkan data impor buah segar dari tujuh pintu pemasukan yang ditunjuk diperoleh bahwa jenis buah segar yang diimpor pada tahun 2006 dan 2007 adalah apel, jeruk, pir, anggur, durian, kelengkeng, buah naga, longan, leci, mangga, kiwi, almond, stroberi, nanas, melon, tamarind, lawang, arbei, aprikot, jambu air, ceri, dan mentimun. Dari ke-22 jenis buah impor diatas, terdapat 3 jenis buah mempunyai frekuensi impor tertinggi yaitu apel, jeruk dan pir masingmasing dengan persentase frekuensi impor sebesar 29%, 19%, dan 18% dari sebanyak kali impor pada tahun 2006 (Gambar 2A) dan sebesar 32%, 20%, dan 20% dari sebanyak kali impor pada tahun 2007 (Gambar 28). Buah segar lain 7% Lonsan Durian 6% Anggur 9% - Buah segar lain Loman 4% 20% (B) Gambar 2 Distribusi persentase frekuensi impor buah segar tahun 2006 (A, N= ) dan tahun 2007 (B, N= )

2 Serupa dengan frekuensi impor, jenis buah dengan volume impor tertinggi juga adalah apel, jeruk dan pir baik pada tahun 2006 (Gambar 3A) maupun tahun 2007 (Gambar 3B). Volume impor ape1 mencapai 34%, jeruk 26%, dan pir 21% dari total volume impor buah segar sebesar ,2 ton pada tahun 2006, sedangkan pada tahun 2007, volume impor ape1 mencapai 37%, jeruk 22%, dan pir 20% dari total volume sebesar ,7 ton. Dunan Buah rqar lain Buah segar lain Longan Durian -". 3% Gambar 3 Distribusi persentase volume impor buah segar pada tahun 2006 (A, N= ,2 ton) dan 2007 (B, N= ,7 ton) Buah ape1 yang masuk ke wilayah Indonesia kebanyakan berasal dari negara: Cina, Amerika Serikat, Cili, Selandia Baru, Perancis, Afrika Selatan, Malaysia, Australia, Jepang, Brazil, Singapura, Kolombia, Korea Selatan dan Togo. Negara utama pengekspor ape1 ke wilayah Indonesia adalah Cina yaitu frekuensi tertinggi mencapai 52% dan posisi kedua terbesar ditempati Amerika Serikat dengan persentase frekuensi impor sebesar 34% (Gambar 4A). Berdasarkan SK Mentan No. 38 Tahun 2006, USA merupakan negara yang tidak bebas dari beberapa jenis OPTK lalat buah khususnya buah apel. Oleh karena itu pemeriksaan kesehatan maupun persyaratan teknis bagi buah ape1 yang diimpor dari USA sebaiknya lebih ketat. Pada buah jeruk, impor berasal dari negara: Cina, Pakistan, Australia, Tailand, Amerika Serikat, Argentina, Afrika

3 Selatan, Mesir, Brazil, Malaysia, Uruguay, Korea selatan, Afrika, Yunani, Turki dan Singapura. Sama dengan buah ape1 Cina juga merupakan negara pengekspor buah jeruk tertinggi dengan persentase frekuensi sebesar 51%. Untuk impor buah pir, negara pengekspornya adalah Cina, Afrika Selatan, Korea Selatan, Australia, Amerika Serikat, Cili, Argentina, Malaysia, Tailand, Singapura dan Hongkong. Persentase frekuensi pemasukan buah pir paling tinggi berasal dari negara Cina yaitu mencapai 92% Gambar 4 (C) Persentase Frekuensi pemasukan buah ape1 (A), jeruk (B), dan Pir (C) berdasarkan negara pengekspor

4 Buah segar impor masuk ke wilayah Indonesia melalui 5 pelabuhan iaut (PL) yaitu Tanjung Priok, Tanjung Perak, Belawan, Batu Ampar, dan Makassar dan 2 bandar udara (BU) yaitu Soekarno-Hatta dan Ngurah Rai. Diantara ketujuh pintu pemasukan tersebut, pintu pemasukan yang sering dilalui impor buah segar adalah Pelabuhan Tanjung Priok. Persentase frekuensi impor buah yang masuk melalui pelabuhan ini pada tahun 2006 adalah berkisar 82%-90% untuk ketiga jenis buah impor utama (Gambar 5A) dan pada tahun 2007 mencapai 66% - 80% (Gambar 5B) dari total frekuensi buah yang masuk di tujuh pintu pemasukan buah. Pada Gambar 5 juga dapat dilihat bahwa impor ketiga buah utama tersebut tidak pernah masuk melalui pelabuhan Makassar pintu pemasukan buah U m Apel e Jeruk o Pir Pintu pemasukan buah (B) Gambar5 Distribusi frekuensi impor buah segar berdasarkan pintu pemasukan tahun 2006 (A) dan 2007 (B)

5 Prosedur Pemeriksaan Kesehatan Buah Segar lmpor Buah segar yang diimpor ke Indonesia sebagian besar melalui pelabuhan laut. Kiriman buah segar yang masuk melalui pelabuhan laut tersebut biasanya dimasukkan ke dalam kontainer berukuran 40 feet (Gambar 6), yang dapat menampung buah maksimal sebanyak kg. Jenis buah dalam satu kontainer biasanya seragarn. Kontainer yang digunakan untuk impor buah segar dilengkapi dengan alat pendingin (refrigerator) untuk memberi perlakuan pendinginan pada buah selama dalam perjalanan dengan suhu bewariasi tergantung dari OPTK sasaran khususnya lalat buah. Gambar 6 (A) (B) Kontainer 40 feet yang digunakan untuk impor buah segar (A) dan kontainer 20 feet Buah segar yang diimpor biasanya menggunakan kemasan kotak karton, namun beberapa jenis buah lain tidak menggunakan kotak karton. Buah yang tidak rnenggunakan kemasan kotak karton tersebut adalah buah anggur dikemas menggunakan stereoform dan buah kelengkeng dikemas menggunakan keranjang plastik. Kotak buah disusun secara berurutan didalam kontainer. Susunan kotak buah dalam kontainer bewariasi tergantung dari jenis buah yang dikirim serta ukuran kotak karton yang digunakan. Berdasarkan suwei di pelabuhan Tanjung Priok diketahui bahwa dalam satu kontainer dapat menampung buah ape1 sebanyak 1127 kotak (Gambar 7A), untuk buah jeruk berkisar 1300 sampai 2160, dan untuk buah pir dapat menampung kotak buah sebanyak 1260 kotak (Gambar 7B). Namun jumlah kotak dalam tiap kiriman buah tidak selalu sama tetapi tergantung dari ukuran kotak yang digunakan.

6 (A) (B) Gambar 7 Susunan kotak buah ape1 (A) dan buah pir (B) di dalam Kontainer Berdasarkan survei diperoleh bahwa prosedur pemeriksaan buah segar di Pelabuhan Tanjung Priok telah sesuai dengan Undang-undang yang berlaku. Undang-undang tersebut adalah UU No. 16 tahun 1992 dan PP No. 14 tahun Persyaratan umum untuk pemasukan buah segar sesuai dengan UU No. 16 tahun 1992 (pasal 5) dan PP No. 14 tahun 2002 (pasal 2) adalah (1) dilengkapi Sertifikat Kesehatan (Phytosanifary Certificate) dari negara asal dan negara transit, (2) melalui tempat-tempat pemasukan yang telah ditetapkan, dan (3) dilaporkan dan diserahkan kepada petugas karantina turnbuhan di tempattempat pemasukan. Persyaratan khusus buah segar juga telah diterapkan untuk impor buah segar sesuai dengan Permentan No. 37/KptslHK.060/1/2006 tentang persyaratan teknis dan tindakan karantina tumbuhan untuk pemasukan buah segar ke dalam wilayah negara Republik Indonesia. Buah segar yang masuk di pelabuhan akan dikenakan beberapa tindakan pemeriksaan, diantaranya adalah pemeriksaan dokumen untuk melihat kesesuaian dokumen dengan persyaratan yang telah ditentukan. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan fisik oleh petugas karantina bersama-sama dengan petugas bea cukai dan pemilik barang. Pengambilan sampel buah segar dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan kesehatan selanjutnya dilakukan di laboratorium UPT setempat. Hasil pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan tindakan karantina selanjutnya. Tindakan tersebut dapat berupa pembebasan apabila hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa pada buah segar yang dikirim bebas dari

7 OPTK. Tindakan perlakuan dilakukan apabila hasil pemeriksaan kesehatan menunjukkan bahwa buah segar yang dikirim ditemukan OPT atau OPTK golongan II yaitu OPT yang dapat dibebaskan dari media pembawanya dengan cara perlakuan. Tindakan penolakan atau pemusnahan dilakukan apabila hasil pemeriksaan kesehatan menemukan OPTK golongan I yaitu OPT yang tidak dapat dibebaskan dari media pembawanya dengan cara perlakuan. Pengambilan contoh yang dilakukan terhadap buah segar dipilih secara acak. Ukuran sampel yang digunakan adalah 1 hingga 2 kotak setiap kontainer. Berdasarkan hasil laporan intersepsi OPTK dari tujuh pintu pemasukan buah pada tahun 2006 dan 2007 menunjukkan bahwa OPTK sasaran pada buah impor, yaitu lalat buah tidak pernah ditemukan terbawa dalam buah yang dikirim. Kajian Teknik Pengambilan Contoh dalam Pemeriksaan Kesehatan Buah Segar lmpor Simulasi pengambilan contoh untuk setiap ukuran contoh (n= 1,3,5,... 39), dilakukan pada 3 macam populasi buah impor utama, yaitu buah apel, jeruk dan pir. Asumsi ukuran populasi dari ketiga jenis buah tersebut adalah 1127 kotak buah pada apel, 2160 kotak buah pada jeruk dan 1260 kotak pada pir. Secara umum hasil simulasi pada asumsi populasi kotak berlalat buah 0,25% pada ketiga jenis buah tersebut menunjukkan bahwa rata-rata kotak berlalat buah yang terdeteksi semakin meningkat dengan semakin besarnya ukuran contoh (Gambar 8A-C). Akan tetapi sampai dengan ukuran sampel 39, rata-rata kotak berlalat buah tertinggi yang ditemukan ini masih jauh dari jumlah kotak berlalat buah yang sesungguhnya. Hasil tersebut terlihat pada rata-rata kotak berlalat buah tertinggi pada ape1 yaitu adalah 0,11 kotak dibandingkan jumlah kotak sesungguhnya adalah 3 kotak (Gambar 8A), pada jeruk rata-rata kotak berlalat b~lah yang ditemukan tertinggi adalah 0,l kotak dibandingkan jumlah kotak berlalat buah sesungguhnya adalah 5 kotak (Gambar 8B), dan pada pir rata-rata kotak berlalat buah tertinggi adalah 0,l kotak dibandingkan jumlah kotak berlalat buah sesungguhnya adalah 3 kotak (Gambar 8C). Hal ini mengindikasikan bahwa untuk dapat menduga kepadatan OPTK yang lebih akurat diperlukan ukuran contoh yang besar (lebih besar dari 39 kotak). Berdasarkan analisis uji Z terhadap hasil dugaan kepadatan kotak berlalat buah dari ke-20 ukuran contoh diperoleh angka signifikansi (P-Value)

8 sebesar Angka ini menunjukkan bahwa pada taraf kepercayaan 99% hasil dugaan kepadatan kotak berlalat buah dari pengambilan contoh dengan n= 1 sampai 39 kotak berbeda nyata dengan jumlah kotak berlalat buah sesungguhnya. Hal ini berarti bahwa pengambilan contoh dengan n<39 memberikan hasil yang berbias. Grafik selang kepercayaan pada Gambar 8 A-C menunjukkan perbedaan rata-rata kotak berlalat buah antar ukuran contoh. Garis selang yang berpotongan berarti tidak terdapat beda nyata antar ukuran contoh, sedangkan garis selang yang tidak berpotongan menunjukkan beda nyata antar ukuran contoh. Selang kepercayaan hasil simulasi pada buah ape1 dengan populasi kotak berlalat buah 0,25% menunjukkan bahwa ukuran contoh 1 sampai 21 tidak berbeda nyata namun pada ukuran contoh yang lebih tinggi ukuran contoh tersebut berbeda nyata. Pada jeruk diperoleh hasil yang sama bahwa perbedaan rata-rata yang ditemukan antar ukuran contoh tidak berbeda nyata. Beda nyata ditemukan setelah ukuran sampel tersebut mencapai 23. Sedangkan pada pir juga diperoleh hasil yang sama yaitu ukuran sampel 1 sampai 25 tidak berbeda nyata, namun setelah ukuran sampel tersebut yaitu mulai 27 keatas rata-rata kotak berlalat buah yang terdeteksi berbeda nyata dengan ukuran contoh 1 sampai 23. Berdasarkan hasil diatas dapat disimpulkan bahwa pengambilan contoh dengan maksimum ukuran contoh sebanyak 39 kotak pada populasi kotak berlalat buah 0,25% pada buah apel, jeruk dan pir memberikan hasil pendugaan kepadatan OPTK yang bias. Hal ini mengindikasikan diperlukan ukuran contoh yang lebih besar dari 39 kotak untuk dapat mendeteksi dengan akurat apabila dalam kontainer buah impor tersebut terdapat lalat buah.

9 I I I Wran mntoh I wan mntoh Gambar 8 Selang kepercayaan 95% bagi rata-rata ditemukan kotak berlalat buah pada populasi kotak berlalat buah 0,25% pada ape1 (A), jeruk (B) dan pir (C)

10 Pada populasi kotak berlalat buah 0,5% pada buah apel, jeruk dan pir rnenunjukkan bahwa berdasarkan hasil simulasi rata-rata kotak berlalat buah yang ditemukan rneningkat dengan semakin besarnya ukuran contoh (Gambar 9 A-C). Narnun rata-rata kotak berlalat buah yang diternukan sarnpai dengan ukuran contoh 39 rnasih berbeda jauh dengan jurnlah kotak berlalat buah yang sesungguhnya baik pada buah apel, jeruk dan pir. Hasil tersebut adalah pada buah ape1 rata-rata tertinggi 0,26 dibandingkan jumlah kotak berlalat buah sesungguhnya 6 kotak (Garnbar 9A), pada jeruk rata-rata tertingginya adalah 0,26 dibandingkan kotak berlalat buah sesungguhnya 11 kotak (Garnbar 9B), dan pada pir rata-rata tertingginya adalah 0,21 dibandingkan jumlah kotak berlalat buah sesungguhnya adalah 6 kotak (Garnbar 9C). Pengambilan contoh dengan teknik sarnpel acak sederhana dengan ukuran contoh 1 sarnpai 39 rnasih rnernperoleh hasil yang bias, artinya tidak dapat rnenemukan kotak berlalat buah sesuai dengan jurnlah kotak berlalat buah sesungguhnya didalam kontainer. Berdasarkan analisis uji Z diperoleh angka signifikansi (P-Value) sebesar 0.000, pada ukuran sarnpel 1 sampai 39. Angka tersebut menunjukkan bahwa pada taraf kepercayaan 99% berbeda secara nyata. Grafik selang kepercayaan pada Gambar 9 A pada apel menunjukkan bahwa rata-rata kotak berlalat buah yang ditemukan berbeda nyata pada pada ukuran sarnpel 1, 7, dan 35. Sedangkan ukuran contoh antara 1 sarnpai 5, 7 sampai 33, dan antara 35 sarnpai 39 tidak berbeda nyata. Pada jeruk ukuran sarnpel yang berbeda nyata terdapat pada ukuran contoh 1,5 dan 31, sedangkan ukuran contoh yang tidak berbeda nyata terdapat pada ukuran contoh 1 sarnpai 3, 5 sampai 29, dan 31 sampai 39. Pada pir ukuran contoh I 1 sampai 9, 11 sampai 21, 23 sampai 39 tidak berbeda nyata, sedangkan ukuran contoh yang berbeda nyata terdapat pada ukuran sarnpel9 sampai 21.

11 Gambar 9 Selang kepercayaan 95% bagi rata-rata ditemukan kotak berlalat buah pada populasi kotak berlalat buah 0,5% pada ape1 (A), jeruk (B) dan pir (C)

12 Hasil yang sama juga ditunjukkan pada populasi kotak berlalat buah yang lebih tinggi yaitu 1%. Kecenderungan rata-rata kotak berlalat buah yang ditemukan meningkat dengan adanya peningkatan ukuran contoh yang digunakan (Gambar 10 A-C). Nilai rata-rata tersebut meningkat secara teratur terutama pada buah apel. Hasil simulasi pada ketiga jenis buah yaitu apel, jeruk dan pir, semuanya menunjukkan hasil yang bias yaitu bahwa rata-rata kotak berlalat buah yang ditemukan tidak sesuai dengan jumlah kotak berlalat buah yang sesungguhnya. Perbedaan tersebut cukup jauh dimana rata-rata yang ditemukan paling tinggi hanya dapat menemukan sebanyak 4% dari populasi kotak berlalat buah yang sesungguhnya. Hasil tersebut terlihat pada buah ape1 dimana rata-rata kotak berlalat buah tertinggi yang ditemukan adalah 0,44 kotak dan jumlah kotak berlalat buah sesungguhnya 11 kotak, sedangkan pada buah lain yaitu jeruk dan pir hanya mampu mendeteksi paling banyak sebesar 2% dari populasi kotak berlalat buah sesungguhnya. Pada jeruk 0,47 kotak dibandingkan dengan 22 kotak dan pada pir 0,45 kotak dibandingkan jumlah kotak 12. Berdasarkan analisis uji Z juga diperoleh hasil yang bias pada ketiga jenis buah. Grafik selang kepercayaan diperoleh bahwa beda nyata antar ukuran sampel lebih jelas. Pada ape1 ukuran contoh yang berbeda nyata terdapat pada ukuran contoh antara 1,3,7,13, 27 dan 35, sedangkan ukuran contoh yang tidak menunjukkan beda nyata terdapat pada ukuran contoh antara 3 sampai 5, 7 sampai 15, 17 sampai 27, dan 29 sampai 39. Pada jeruk ukuran contohl yang berbeda nyata terdapat pada 1,5, dan 17. Sedangkan ukuran contoh yang tidak berbeda nyata terdapat pada 1 sampai 3, 5 sampai 13, 15 sampai 17, dan 19 sarnpai 39. sedangkan pada pir ukuran contoh yang tidak berbeda nyata adalah 1 sampai 3, 5 sampai 11, 13 sampai 15, 17 sampai 19, 21 sampai 31, dan 35 sampai 79. Sedangkan ukuran contoh yang menunjukkan beda nyata adalah pada ukuran contoh 1, 5, 13, 15,21, dan 33.

13 Gambar 10 Selang kepercayaan 95% bagi rata-rata ditemukan kotak berlalat buah pada populasi kotak berlalat buah 1% pada ape1 (A), jeruk (B) dan pir (C)

14 Hasil simulasi buah apel, jeruk, dan pir pada populasi kotak berlalat buah yang lebih tinggi yaitu 2,5% hasilnya tetap sama dengan rata-rata kotak berlalat buah pada populasi < 2,5%. Rata-rata ditemukan kotak berlalat buah meningkat dengan adanya peningkatan ukuran contoh yang digunakan. Peningkatan rata- rata tersebut terlihat lebih teratur daripada pada populasi < 2,5%. Hasil rata-rata ditemukan kotak berlalat buah pada ketiga jenis buah juga bias. Masing-masing hanya mampu rnendeteksi kotak berlalat buah ~ 5 % populasi yang sesungguhnya. Yaitu pada buah apel rata-rata ditemukan kotak berlalat buah tertinggi 1,21 kotak dibandingkan dengan jumlah kotak sesungguhnya 28 kotak (Garnbar IIA), jeruk 0,93 kotak dibandingkan 54 kotak (Gambar llb) dan pir 0,89 kotak dibandingkan jumlah kotak sesungguhnya 31 (Gambar 1 IC). Analisis uji Z juga menunjukkan hasil yang bias. Selang kepercayaan pada populasi kotak berlalat buah 2,5% pada buah ape1 menunjukkan bahwa ukuran contoh yang menunjukkan tidak berbeda nyata adalah pada 3 sampai I I, 13 sampai 21, 23 sampai 25, 25 sampai 35 dan 37 sampai 39. Sedangkan ukuran contoh berbeda nyata terdapat pada ukuran sampel 1, 3,13,23, 27 dan 39. Pada jeruk ukuran contoh yang tidak berbeda nyata terdapat pada ukuran contoh 3 sampai 5, 7 sampai 11, 13 sampai 21, 23 sampai 33, dan 35 sampai 39. sedangkan ukuran contoh yang berbeda nyata adalah 1,3,7,13, 23 dan 35. Pada pir ukuran contoh antara 5 sampai 9, 13 sampai 17, 23 sarnpai 31, dan 33 sampai 39 tidak berbeda nyata, sedangkan ukuran contoh 1,3,5, 11, 19 dan 33 berbeda nyata. Pada populasi kotak berlalat buah 2,5% diperoleh bahwa perbedaan masing-masing ukuran sampel hampir nyata. Hal ini berarti semakin tinggi populasi kotak berlalat buah dalam kontainer maka perbedaan rata-rata kotak berlalat buah yang ditemukan semakin nyata.

15 Gambar 11 Selang kepercayaan 95% bagi rata-rata ditemukan kotak berlalat buah pada populasi kotak berlalat buah 2,5% pada buah ape1 (A), jeruk (B) dan pir (C)

16 Hasil simulasi pada populasi yang tertinggi yaitu 5% menunjukkan ratarata kotak berlalat buah yang ditemukan sama dengan pada populasi <5%. Rata-rata kotak berlalat buah yang ditemukan atau terdeteksi meningkat dengan adanya peningkatan ukuran contoh yang digunakan. Pada ketiga jenis buah diperoleh hasil yang bias. Dengan ukuran contoh 1 sampai 39 maksimal hanya mampu mendeteksi kotak berlalat buah sebanyak 36% dari populasi kotak berlalat buah sesungguhnya ha1 ini terlihat pada Gambar IN. Pada buah ape1 rata-rata kotak berlalat buah yang ditemukan paling tinggi adalah 2,05 dibandingkan kotak berlalat buah sesungguhnya adalah 56 kotak (Gambar IN), pada jeruk rata-rata ditemukan kotak berlalat buah tertinggi 2, 28 kotak dengan jumlah kotak berlalat buah sesungguhnya 108 kotak (Gambar 12B), dan pada pir rata-rata ditemukan kotak berlalat buah tertinggi 2,14 kotak dengan jumlah kotak berlalat buah sesungguhnya adalah 60 kotak (Gambar 12C). Pada populasi ini peningkatan rata-ratanya lebih teratur. Analisis uji Z juga menunjukkan hasil yang bias. Selang kepercayaan pada populasi kotak berlalat buah 5% menunjukkan bahwa hampir semua ukuran contoh menunjukkan beda nyata. Pada ape1 ukuran sampel yang tidak berbeda nyata adalah 17 sampai 27, dan 33 sampai 37 sedangkan ukuran contoh yang berbeda nyata adalah 1,3, 5, 7, 9, 11, 13, 29, dan 39. Selang kepercayaan pada jeruk juga menunjukkan hasil yang sama. Hasil tersebut adalah bahwa setiap peningkatan ukuran contoh maka rata-rata yang diperoleh berbeda nyata. Ukuran sampel yang tidak berbeda nyata hanya terdapat pada ukuran contoh 23 sampai 31. Demikian pula pada buah pir setiap peningkatan ukuran contoh menunjukkan beda nyata namun pada beberapa ukuran sampel rata-rata yang diperoleh tidak berbeda nyata. Hal ini dapat dilihat pada ukuran sampel 11 sampai 21, dan 35 sampai 37. Grafik selang kepercayaan menunjukkan bahwa semakin tinggi populasi kotak beralat buah dalam kontainer maka rata-rata kotak belalat buah yang ditemukan setiap ukuran sampel menunjukkan hasil yang berbeda. Pengambilan contoh pada populasi kotak berlalat buah yang semakin rendah maka perbedaan ukuran yang digunakan tidak akan berpengaruh terhadap rata-rata ditemukan kotak berlalat buah.

17 Gambar 12 Selang kepercayaan 95% bagi rata-rata diternukan kotak berlalat buah pada populasi kotak berlalat buah 5% pada buah ape1 (A), jeruk (B) dan pir (C)

18 Peluang ditemukan kotak berlalat buah pada Gambar 13A terlihat bahwa pada populasi kotak berlalat buah paling rendah yaitu 0,25% pada buah apel, jeruk, dan pir terlihat bahwa pengambilan contoh sebanyak 1 kotak diperoleh peluang kotak berlalat buah terdeteksi adalah I%, sedangkan pada pengambilan contoh dengan ukuran contoh 39 hanya mampu mendeteksi lalat buah dalam kontainer dengan peluang tertinggi sekitar 11% (Gambar 10A). Hal ini berarti peluang untuk menemukan kotak berlalat buah lebih kecil dari pada peluang kotak berlalat buah tersebut 1010s. Peluang kotak berlalat buah tersebut 1010s dari pemeriksaan hampir 8 kali lebih tinggi daripada peluang kotak berlalat buah terdeteksi, bila ukuran contoh maksimumnya sebesar 39 kotak. Pada populasi kotak berlalat buah yang lebih tinggi yaitu jumlah kotak berlalat buah 0,5%, masih diperoleh bahwa peluang kotak berlalat buah 1010s lebih tinggi daripada peluang ditemukan kotak berlalat buah. Pada pengambilan contoh 1 kotak buah peluang kotak berlalat buah 1010s hampir empat kali lebih tinggi daripada peluang kotak berlalat buah terdeteksi pada ukuran contoh 39 kotak. Peluang kotak berlalat buah ditemukan tersebut adalah 20% sedangkan peluang lolosnya adalah 80% (Gambar 138). Populasi kotak berlalat buah yang lebih tinggi yaitu 1% masih diperoleh bahwa peluang kotak berlalat buah terdeteksi lebih kecil daripada peluang kotak berlalat buah lolos. Peluang ditemukan kotak berlalat buah tertinggi tersebut adalah 36% sedangkan peluang kotak berlalat buah tersebut 1010s adalah 64%. Peluang ditemukan kotak berlalat buah pada populasi yang lebih tinggi yaitu 2,5% baru diperoleh hasil bahwa peluang kotak berlalat buah terdeteksi lebih tinggi daripada peluang kotak berlalat buah tersebut 1010s dari pemeriksaan. Peluang kotak berlalat buah terdeteksi mencapai 68% sedangkan peluang kotak berlalat buah tersebut 1010s hanya 32% (Gambar 13D). Hasil yang sama juga diperoleh pada populasi kotak berlalat buah 5%. Peluang kotak berlalat buah terdeteksi adalah 89% sedangkan peluang kotak berlalat buah 1010s adalah 11% (Gambar 13E). Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi populasi kotak berlalat buah dalam kontainer maka peluang kotak berlalat buah terdeteksi pada pengambilan contoh sebanyak 39 semakin tinggi.

19 - o.,.e. Eo.. ap4 om ~ , 0.x I7 I a 3, U I O<313'5?1IPNzIJZ831Bs11s "Lu." rmh Ulun*- ~ D I Gambar 13 (E) Peluang ditemukan kotak berlalat buah pada apel, jeruk dan pir pada populasi kotak berlalat buah 0,25% (A), 0,5% (B), 1% (C), 2,5% (D) dan 5% (E) Penghitungan ukuran contoh optimum yang dapat mendeteksi keberadaan OPTK lebih tepat pada tingkat kepercayaan 95% dan tingkat kesalahan maksimum sebesar 10% dapat dilihat pada Tabel 1. Pada proporsi populasi kotak berlalat buah paling rendah yaitu diperoleh bahwa dengan tingkat kesalahan paling kecil yaitu 1% atau sangat teliti ukuran contoh yang diperlukan adalah 96. Akan tetapi apabila tingkat kesalahan yang diinginkan semakin tinggi maka ukuran contoh yang diperlukan akan semakin kecil. Ukuran contoh optimum dengan tingkat kesalahan 10% hanya diperlukan 1 kotak. Hal ini berarti bahwa pengambilan contoh sebanyak 1 kotak dapat dilakukan namun hasil yang diperoleh akan mempunyai tingkat kesalahan 10%. Semakin tinggi populasi kotak berlalat buah didalam kontainer maka semakin tinggi pula ukuran contoh yang diperlukan agar diperoleh hasil yang

20 akurat. Semakin kecil tingkat kesalahan yang diinginkan maka ukuran sampel yang diperlukan semakin tinggi Tabel I Ukuran contoh optimum berdasarkan pendugaan proporsi atau persentase p pada tingkat kepercayaan 95% Proporsi (persentase) kotak berlalat buah Ukuran contoh yang diperlukan Tingkat kesalahan 10% 5% 3% 1% Pembahasan Buah segar yang diimpor ke dalam wilayah negara lndonesia kebanyakan mempunyai jenis yang sama dengan jenis buah segar lokal yang telah ada di Indonesia. Buah tersebut mempunyai jenis yang sama namun varietasnya berbeda. Kesamaan jenis tersebut terdapat pada buah yang mempunyai volume dan frekuensi impor tertinggi yaitu ape1 dan jeruk. Buah ape1 dan jeruk lokal dapat ditemukan di berbagai wiiayah di Indonesia, sehingga untuk meminimalkan risiko masuknya OPTK sebaiknya dilakukan pengurangan frekuensi maupun volume impor buah ape1 dan jeruk. Pengurangan impor sebaiknya juga diikuti dengan peningkatan produksi dan kualitas buah ape1 serta jeruk lokal sehingga buah tersebut tidak kalah bersaing dengan jenis buah impor. Buah segar yang diimpor kebanyakan berasal dari negara Cina. Berdasarkan SK Mentan NO. 38 tahun 2006 tentang jenis-jenis OPTK Kategori A1 Golongan I dan II, dan Kategori A2 Golongan I dan II, buah apel, jeruk dan pir dari Cina bebas dari OPTK laiat buah. Buah segar yang dimpor dari negara Cina mempunyai risiko kecil sebagai media pembawa OPTK khususnya lalat buah. Untuk mencegah masuknya OPT asing yang berpotensi menjadi OPTK maka untuk buah segar yang berasal dari Cina sebaiknya tetap diiakukan pengambilan contoh unt~~k pemeriksaan kesehatan.

21 Selain Cina beberapa jenis buah berasal dari negara Brazil. Buah tersebut adalah ape1 dan jeruk. Negara Brazil merupakan salah satu negara endemi penyakit SALB (South American Leaf Blight) atau penyakit hawar daun karet Amerika Selatan. Selain lalat buah OPTK lain yang kemungkinan dapat terbawa pada buah segar yang dikirim dari negara Brazil adalah cendawan Microcyclus ulei penyebab penyakit SALB. Untuk meminimalkan risiko masuknya penyakit SALB buah segar yang berasal dari Brazil harus diberi perlakuan khusus. Perlakuan tersebut dilakukan terhadap alat angkut dan buah segar yang diimpor. Perlakuan terhadap alat angkut dapat dilakukan dengan desinfestasi, sedangkan perlakuan terhadap buah segarnya dapat dilakukan dengan perlakuan sinar UV. Pengambilan sampel juga dilakukan setelah buah segar tersebut diberi perlakuan. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa buah segar yang diimpor bebas dari OPTK khususnya lalat buah. Frekuensi buah segar yang masuk ke Indonesia melalui pelabuhan Tanjung Priok. Tingginya frekuensi pemasukan buah di PL. Tanjung Priok tersebut juga meningkatkan risiko masuk OPTK lalat buah melalui pintu pemasukan tersebut. Untuk meminimalkan risiko tersebut maka tindakan pemeriksaan di pintu pemasukan tersebut harus dilaksanakan secara efektif. Tindakan karantina untuk buah segar tersebut meiiputi pemeriksaan dokumen, fisik, maupun pemeriksaan kesehatan. Pengambilan sampel untuk pemeriksaan kesehatan sebaiknya dilakukan sesuai dengan syarat pengambilan sampel yang tepat. Seperti yang dikemukakan oleh Usman (2006) syarat sampel yang baik adalah akurasi atau ketepatan yaitu tingkat ketidakadaan bias (kekeliruan) dalam sampel dan presisi yaitu semakin kecil perbedaan simpangan baku maka semakin tinggi presisinya. Data intersepsi tahun 2006 dan 2007 menunjukkan bahwa dari hasil pemeriksaan kesehatan terhadap buah segar impor selama tahun tersebut tidak pernah ditemukan OPTK khususnya lalat buah dalam buah segar yang dikirim. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa ha1 diantaranya (1) buah yang diimpor berasal dari negara Cina, dimana buah apel, jeruk dan pir dari negara Cina bebas dari OPTK lalat buah (2) Sebelum atau selama pengiriman buah telah diberi perlakuan sesuai persyaratan yang berlaku sehingga kemungkinan buah, tersebut telah bebas dari lalat buah, (3) teknik pengambilan contoh terhadap buah segar dengan ukuran contoh 1 sampai 2 kotak tiap kontainer mungkin

22 belum dapat mendeteksi keberadaan lalat buah dalam kiriman, apabila populasi lalat buah dalam kiriman rendah. Teknik pengambilan contoh buah segar di PL. Tanjung Priok dilakukan secara acak, namun prosedur teknik pengambilan secara acak belum diterapkan sepenuhnya. Seperti yang dikemukakan oleh Supranto (2001) Pengambilan sampel acak pada populasi terbatas dapat dilakukan dengan undian atau lotere, namun pengambilan sampel acak pada populasi yang tidak terbatas tidak dapat dilakukan mengunakan undian atau lotere melainkan dengan menggunakan tabel bilangan acak atau dapat juga menggunakan blind step mefhod artinya pemilihan sampel dengan mata tertutup, atau menggunakan kalkulator dan komputer. Pengambilan contoh dengan teknik acak sederhana dalam pemeriksaan kesehatan buah segar impor sebaiknya dilakukan sesuai dengan prosedur di atas. Hal ini agar dalam pengambilan contoh dapat diperoleh hasil yang akurat. Pengambilan sampel yang dilakukan sebaiknya tidak berdasarkan atas kepentingan tertentu misalnya alasan kemudahan dalam pengambilan sampel, tetapi sebaiknya didasarkan pada pemilihan sampel yang sesuai. Hasil simulasi pengambilan sampel acak sederhana pada buah apel, jeruk dan pir menunjukkan bahwa ukuran sampel 1 sampai 39 belum dapat mendeteksi kotak berlalat buah dalam kontainer secara akurat. Hasil tersebut diperoleh pada kelima populasi kotak berlalat buah dalam kontainer yaitu dari 0,25%, 0,5%, I%, 2,5% dan 5%. Ukuran sampel optimum yang dapat digunakan untuk mendeteksi kotak berlalat buah secara akurat adalah ukuran contoh seperti tercantum dalam Tabel 1. Ukuran contoh tersebut adalah dengan tingkat kesalahan paling kecil 1% pada populasi kotak berlalat 0,25% diperlukan sebanyak 96, namun apabila tingkat kesalahan yang diinginkan lebih tinggi maka ukuran sampel yang diperlukan juga lebih kecil dari 96. Ukuran contoh optimum dengan tingkat kesalahan 5% hanya diperlukan 4 kotak. Besarnya ukuran contoh yang kita gunakan akan sangat tergantung dari tingkat kesalahan yang kita inginkan. Semakin tinggi tingkat kesalahan yang diinginkan maka ukuran contohnya semakin rendah dan ketepatannya akan semakin kecil. Semakin kecil tingkat kesalahannya atau semakin teliti hasil yang diinginkan maka ukuran sampel yang diperlukan semakin banyak. Ukuran contoh 1 sampai 2 kotak seperti yang telah diterapkan di PLTanjung Priok dapat digunakan dalam pengambilan sampel buah segar, namun hasil yang diperoleh akan mempunyai tingkat kesalahan 10% apabila

23 populasi sesungguhnya kotak berlalat buah dalam kontainer adalah 0,25%. Peluang kotak berlalat buah terdeteksi pada pengambilan contoh dengan ukuran contoh 1 sampai 2 kotak adalah 1% sedangkan peluang kotak berlalat buah 1010s dari pemeriksaan adalah 99%. Usman (2006) menyatakan bahwa teknik pengambilan contoh dengan teknik sampel acak sederhana mempunyai kebaikan yaitu prosedurnya mudah dilaksanakan dan tidak memerlukan proses pengolahan data yang rumit. Namun kelemahan teknik ini adalah kemungkinan muncul sampel error tinggi. Ukuran contoh yang digunakan tergantung dari tingkat kesalahan yang kita inginkan. Semakin teliti hasil pengambilan contoh tersebut maka semakin besar ukuran contoh yang diperlukan. Teknik sampel acak sederhana merupakan teknik pengambilan contoh yang telah digunakan oleh beberapa negara untuk pengambilan sampel terhadap buah segar impor. Salah satu negara tersebut adalah Amerika. Ukuran sampel yang digunakan dalam pengambilan sampel untuk buah segar yang populasinya lebih dari 886 kotak adalah 29 kotak. Pengambilan contoh di Australia untuk produk tumbuhan yang mempunyai risiko rendah seperti bunga potong, dan buah kering teknik yang digunakan adalah teknik sampel acak sederhana dan ukuran sampel maksimal yang digunakan adalah 13 kotak. Pengambilan contoh dengan ukuran contoh yang tepat dapat digunakan sebagai salah satu strategi untuk meminimalkan risiko masuknya OPTK pada buah segar yang dikirim. Tetapi strategi lain juga dapat diterapkan untuk meminimalkan risiko masuknya OPTK tersebut. Strategi tersebut salah satunya adalah dengan aplikasi perlakuan sesuai dengan Keputusan Kepala Badan karantina Pertanian No. 53 tahun 2006 tentang perlakuan terhadap buah-buahan dan atau sayuran buah segar. Perlakuan tersebut adalah pendinginan, vapour heat treatment dan fumigasi. Saat ini perlakuan vapour heat treatment masih terbatas di negara Jepang. Hal ini dikarenakan ketersediaan alat tersetut masih langka. Sedangkan perlakuan fumigasi menggunakan bahan aktif Metil Bromide juga mulai dihilangkan karena efek yang ditimbulkannya dapat merusak lapisan ozon. Oleh karena itu perlakuan yang sangat efektif dapat mencegah masuknya OPTK pada lalat buah adalah dengan pendinginan. Selain itu strategi lain yang dapat digunakan untuk meminimalkan risiko masuknya OPTK dapat dilakukan dengan pemeriksaan kesehatan di negara asal. Pemeriksaan ini lebih dikenal dengan sebutan Pre Shipment Inspection (PSI) dimana pemeriksaan dilakukan

24 oleh petugas karantina, namun pelaksanaannya dilakukan di negara asal sebelum buah segar dikirim ke Indonesia. Rekomendasi yang dapat disampaikan adalah bahwa pengambilan sampel dengan teknik sampel acak sederhana harus sesuai dengan persyaratan. Ukuran contoh yang digunakan agar dapat diperoleh hasil yang akurat sebaiknya lebih dari 1 sampai 2 kotak tiap kontainer. Dengan besaran ukuran contoh tergantung dari tingkat kesalahan yang diinginkan.

KAJIAN TEKNIK PENGAMBILAN CONTOH DALAM PEMERIKSAAN KESEHATAN BUAH SEGAR IMPOR. FERl ASTUTI

KAJIAN TEKNIK PENGAMBILAN CONTOH DALAM PEMERIKSAAN KESEHATAN BUAH SEGAR IMPOR. FERl ASTUTI KAJIAN TEKNIK PENGAMBILAN CONTOH DALAM PEMERIKSAAN KESEHATAN BUAH SEGAR IMPOR FERl ASTUTI SEKOLAHPASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAANMENGENAITESISDAN SUMBER INFORMASI Dengan ini

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 358/Kpts/OT.140/9/2005 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 358/Kpts/OT.140/9/2005 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 358/Kpts/OT.140/9/2005 TENTANG PERSYARATAN TEKNIS DAN TINDAKAN KARANTINA TUMBUHAN UNTUK PEMASUKAN BUAH-BUAHAN DAN SAYURAN BUAH SEGAR KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 18/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 18/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 18/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG PERSYARATAN DAN TINDAKAN KARANTINA TUMBUHAN UNTUK PEMASUKAN HASIL TUMBUHAN HIDUP BERUPA SAYURAN UMBI LAPIS SEGAR KE DALAM WILAYAH

Lebih terperinci

2017, No Pemerintah Nomor 14 Tahun 2002 tentang Karantina Tumbuhan, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pertanian tentang Perubahan atas Peratur

2017, No Pemerintah Nomor 14 Tahun 2002 tentang Karantina Tumbuhan, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pertanian tentang Perubahan atas Peratur No.788, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMTAN. Sayuran Umbi Lapis Segar. Pemasukan. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20/PERMENTAN/KR.040/6/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Geografis Kota Yogyakarta memiliki luas sekitar 32,5 km 2 atau 1,02 % dari luas

IV. GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Geografis Kota Yogyakarta memiliki luas sekitar 32,5 km 2 atau 1,02 % dari luas IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis Kota Yogyakarta memiliki luas sekitar 32,5 km 2 atau 1,02 % dari luas wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.Jarak terjauh dari Utara ke Selatan kurang lebih

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN AGUSTUS 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN AGUSTUS 2015 No. 54/09/34/Th.XVII, 16 September 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN AGUSTUS 2015 Nilai ekspor barang asal D.I. Yogyakarta yang dikirim melalui beberapa pelabuhan di Indonesia pada bulan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH No. 56/11/72/Th. XV, 01 November PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH SEPTEMBER EKSPOR SENILAI US$ 32,12 JUTA Nilai ekspor Sulawesi Tengah pada bulan ember (angka sementara) dibanding bulan us

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 43/Permentan/OT.140/6/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 43/Permentan/OT.140/6/2012 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 43/Permentan/OT.140/6/2012 TENTANG TINDAKAN KARANTINA TUMBUHAN UNTUK PEMASUKAN SAYURAN UMBI LAPIS SEGAR KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN MEI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN MEI 2016 No. 33/07/34/Th.XVIII, 1 Juli 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN MEI 2016 Nilai ekspor barang asal D.I. Yogyakarta yang dikirim melalui beberapa pelabuhan di Indonesia pada bulan Mei

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kekayaan alam Indonesia sangat melimpah, tak heran jika banyak aneka jenis

BAB I PENDAHULUAN. Kekayaan alam Indonesia sangat melimpah, tak heran jika banyak aneka jenis BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kekayaan alam Indonesia sangat melimpah, tak heran jika banyak aneka jenis buah-buahan yang diproduksi oleh negeri agraris ini. Melihat jumlah produksi yang cukup

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 42/Permentan/OT.140/6/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 42/Permentan/OT.140/6/2012 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 42/Permentan/OT.140/6/2012 TENTANG TINDAKAN KARANTINA TUMBUHAN UNTUK PEMASUKAN BUAH SEGAR DAN SAYURAN BUAH SEGAR KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN DESEMBER 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN DESEMBER 2015 No. 05/02/34/Th.XVIII, 1 Februari 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN DESEMBER 2015 Nilai ekspor barang asal D.I. Yogyakarta yang dikirim melalui beberapa pelabuhan di Indonesia pada bulan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA APRIL 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA APRIL 2015 No. 02/06/Th. VI, 1 Juni 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA APRIL 2015 Nilai ekspor Sulawesi Tenggara pada bulan April 2015 tercatat US$ 13,91 juta atau mengalami penurunan sebesar 12,84

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Perkembangan Ekspor dan Impor Sulawesi Tenggara Agustus No. 54/10/74/Th. VIII, 2 Oktober BERITA RESMI STATISTIK Provinsi Sulawesi Tenggara Perkembangan Ekspor dan Impor Sulawesi Tenggara Agustus Nilai

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH No. 05/01/72/Th.XX, 16 Januari 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH Selama Desember 2016, Nilai Ekspor US$ 200,01 Juta dan Impor US$ 190,26 Juta Selama Desember 2016, total ekspor senilai

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN JULI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN JULI 2016 No. 47/09/34/Th.XVIII, 1 September 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN JULI 2016 Nilai ekspor barang asal D.I. Yogyakarta yang dikirim melalui beberapa pelabuhan di Indonesia pada bulan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN MARET 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN MARET 2016 No. 21/05/34/Th.XVIII, 2 Mei 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN MARET 2016 Nilai ekspor barang asal D.I. Yogyakarta yang dikirim melalui beberapa pelabuhan di Indonesia pada bulan Maret

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN DESEMBER 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN DESEMBER 2016 . 09/02/34/Th.XIX, 1 Februari 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN DESEMBER 2016 Nilai ekspor barang asal D.I. Yogyakarta yang dikirim melalui beberapa pelabuhan di Indonesia pada bulan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH No. 58/11/72/Th. XVII, 03 November 2014 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH Selama September 2014, Nilai Ekspor US$ 21,58 Juta dan Impor US$ 61,34 Juta Selama September 2014, nilai ekspor Sulawesi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA JUNI 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA JUNI 2017 No. 42/08/Th. VIII, 1 Agustus PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA JUNI Nilai ekspor Sulawesi Tenggara pada bulan Juni tercatat US$19,83 juta atau mengalami penurunan sebesar 17,03 persen dibanding

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN JANUARI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN JANUARI 2016 No. 12/03/34/Th.XVIII, 1 Maret 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN JANUARI 2016 Nilai ekspor barang asal D.I. Yogyakarta yang dikirim melalui beberapa pelabuhan di Indonesia pada bulan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH No. 51/09/72/Th.XVIII, 01 September 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH Selama Juli 2015, Nilai Ekspor US$ 21,82 Juta dan Impor US$ 82,70 Juta Selama Juli 2015, total ekspor senilai US$

Lebih terperinci

senilai US$ juta atau 38,95 persen Pada bulan Nilai impor Perdagangan luar negeri Bea dan

senilai US$ juta atau 38,95 persen Pada bulan Nilai impor Perdagangan luar negeri Bea dan No. 31/06/72/Th. XVII, 02 Juni 2014 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH Selamaa April 2014, Nilai Ekspor US$ 0,95 Juta dan Impor US$ 20,95Juta Selama April 2014, nilai ekspor Sulawesi Tengah

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH No. 37/07/72/Th.XVIII, 01 Juli 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH Selama Mei 2015, Nilai Ekspor US$ 24,44 Juta dan Impor US$ 17,34 Juta Selama Mei 2015, total ekspor senilai US$ 24,44 juta,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA APRIL 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA APRIL 2016 No. 02/06/Th. VII, 1 Juni 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA APRIL 2016 Nilai ekspor Sulawesi Tenggara pada bulan April 2016 tercatat US$ 23,52 juta atau mengalami peningkatan sebesar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2015 No. 02/11/Th. VI, 2 November 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2015 Nilai ekspor Sulawesi Tenggara pada bulan 2015 tercatat US$ 0,84 juta atau mengalami penurunan sebesar 92,68

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN APRIL 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN APRIL 2016 No. 29/06/34/Th.XVIII, 1 Juni 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN APRIL 2016 Nilai ekspor barang asal D.I. Yogyakarta yang dikirim melalui beberapa pelabuhan di Indonesia pada bulan April

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH No. 69/12/72/Th.XVIII, 01 Desember 2015 Selama Oktober 2015, Nilai Ekspor US$ 85,21 Juta dan Impor US$ 71,73 Juta Selama Oktober 2015, total ekspor senilai

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA FEBRUARI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA FEBRUARI 2016 No. 02/04/Th. VII, 1 April 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA FEBRUARI 2016 Nilai ekspor Sulawesi Tenggara pada bulan Februari 2016 tercatat US$ 11,66 juta atau mengalami kenaikan sebesar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH No. 17/03/72/Th.XX, 15 Maret 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH Selama Februari 2017, Nilai Ekspor US$ 130,31 Juta dan Impor US$ 12,13 Juta Selama Februari 2017, total ekspor senilai US$

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA AGUSTUS 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA AGUSTUS 2015 No. 02/10/Th. VI, 1 Oktober 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA AGUSTUS 2015 Nilai ekspor Sulawesi Tenggara pada bulan Agustus 2015 tercatat US$ 11,48 juta atau mengalami penurunan sebesar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH Selama November 2015, Nilai Ekspor US$ 106,27 Juta dan Impor US$ 87,33 Juta Selama November 2015, total ekspor senilai US$ 106,27 juta, naik US$ 21,06 juta

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI 2016 No. 17/04/34/Th.XVIII, 1 April 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI 2016 Nilai ekspor barang asal D.I. Yogyakarta yang dikirim melalui beberapa pelabuhan di Indonesia pada bulan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA MEI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA MEI 2016 No. 02/07/Th. VII, 1 Juli 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA MEI 2016 Nilai ekspor Sulawesi Tenggara pada bulan Mei 2016 tercatat US$ 12,86 juta atau mengalami penurunan sebesar 45,32

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 31/06/73/Th. X, 1 Juni PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN PERKEMBANGAN PARIWISATA Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang melalui pintu

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN APRIL 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN APRIL 2017 . 34/06/34/Th.XIX, 2 Juni 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN APRIL 2017 Nilai ekspor barang asal D.I. Yogyakarta yang dikirim melalui beberapa pelabuhan di Indonesia pada bulan April

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH No. 33/06/72/Th.XVIII, 01 Juni 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH Selama April 2015, Nilai Ekspor US$ 42,75 Juta dan Impor US$ 9,21 Juta Selama April 2015, total ekspor senilai US$ 42,75

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN MARET 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN MARET 2017 No. 2/05//Th.XIX, 2 Mei 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN MARET 2017 Nilai ekspor barang asal D.I. Yogyakarta yang dikirim melalui beberapa pelabuhan di Indonesia pada bulan Maret 2017

Lebih terperinci

Tabel 1. Perkembangan Jumlah Wisatawan Mancanegara (Wisman) melalui Pintu Masuk Makassar menurut Kebangsaan

Tabel 1. Perkembangan Jumlah Wisatawan Mancanegara (Wisman) melalui Pintu Masuk Makassar menurut Kebangsaan BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 23/05/73/Th. X, 2 Mei PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN PERKEMBANGAN PARIWISATA Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang melalui pintu

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 19/04/73/Th. X, 1 April PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN PERKEMBANGAN PARIWISATA Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang melalui pintu

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 18/03/73/Th. IX, 2 Maret PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN PERKEMBANGAN PARIWISATA Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang melalui pintu

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA MEI 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA MEI 2015 No. 02/07/Th. VI, 1 Juli 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA MEI 2015 Nilai ekspor Sulawesi Tenggara pada bulan Mei 2015 tercatat US$ 27,19 juta atau mengalami peningkatan sebesar 94,63

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA DESEMBER 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA DESEMBER 2015 No. 02/02/Th. VII, 1 Februari 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA DESEMBER 2015 Nilai ekspor Sulawesi Tenggara pada bulan 2015 tercatat US$ 30,04 juta atau mengalami peningkatan sebesar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA JULI 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA JULI 2017 No. 49/09/Th. VIII, 4 September PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA JULI Nilai ekspor Sulawesi Tenggara pada bulan Juli tercatat US$43,04 juta atau mengalami kenaikan sebesar 117,04 persen

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA MARET 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA MARET 2015 No. 02/05/Th. VI, 4 Mei 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA MARET 2015 Nilai ekspor Sulawesi Tenggara pada bulan Maret 2015 tercatat US$ 15,96 juta atau mengalami penurunan sebesar 67,60

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH No. 56/10/72/Th.XVIII, 01 Oktober 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH Selama Agustus 2015, Nilai Ekspor US$ 42,49 Juta dan Impor US$ 53,06 Juta Selama Agustus 2015, total ekspor senilai

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 42/08/73/Th. X, 1 Agustus PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN PERKEMBANGAN PARIWISATA Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang melalui pintu

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN JUNI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN JUNI 2016 No. 39/08/34/Th.XVIII, 1 Agustus 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN JUNI 2016 Nilai ekspor barang asal D.I. Yogyakarta yang dikirim melalui beberapa pelabuhan di Indonesia pada bulan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2016 No. 69/12/34/Th.XVIII, 1 Desember 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2016 Nilai ekspor barang asal D.I. Yogyakarta yang dikirim melalui beberapa pelabuhan di Indonesia pada bulan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN DESEMBER 2013

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN DESEMBER 2013 7 No. 09/02/34/Th.XVI, 3 Februari 2014 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN DESEMBER 2013 Nilai Ekspor barang asal D.I. Yogyakarta yang dikirim melalui beberapa pelabuhan di Indonesia pada bulan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 54/10/73/Th. X, 3 Oktober PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN PERKEMBANGAN PARIWISATA Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang melalui pintu

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH No. 16/03/72/Th. XVIII, 2 Maret 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH Selama Januari 2015, Nilai Ekspor US$ 1,27 Juta dan Impor US$ 1,86 Juta Selama Januari 2015, total ekspor senilai US$

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN NOVEMBER 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN NOVEMBER 2015 No. 72/12/34/Th.XVII, 16 Desember 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN NOVEMBER 2015 Nilai ekspor barang asal D.I. Yogyakarta yang dikirim melalui beberapa pelabuhan di Indonesia pada bulan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH No. 42/08/72/Th.XVIII, 03 Agustus 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH Selama Juni 2015, Nilai Ekspor US$ 28,73 Juta dan Impor US$ 23,94 Juta Selama Juni 2015, total ekspor senilai US$ 28,73

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH No. 41/07/72/Th.XIX, 15 Juli 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH Selama Juni 2016, Nilai Ekspor US$ 145,17 Juta dan Impor US$ 124,22 Juta Selama Juni 2016, total ekspor senilai US$ 145,17

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH No. 49/08/72/Th.XIX, 15 Agustus 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH Selama Juli 2016, Nilai Ekspor US$ 94,59 Juta dan Impor US$ 33,35 Juta Selama Juli 2016, total ekspor senilai US$ 94,59

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH No. 21/04/72/Th. XVIII, 01 April 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH Selama Februari 2015, Nilai Ekspor US$ 6,18 Juta dan Impor US$ 21,25 Juta Selama Februari 2015, total ekspor senilai

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH No. 13/02/72/Th.XX, 16 Februari 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH Selama Januari 2017, Nilai Ekspor US$ 145,95 Juta dan Impor US$ 20,21 Juta Selama Januari 2017, total ekspor senilai US$

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH No. 02/07/72/Th. XIV, 01 Juli PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH MEI EKSPOR SENILAI US$ 36,46 JUTA Nilai ekspor Sulawesi Tengah pada bulan (angka sementara) dibanding bulan il (angka tetap)

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI 2017 . 20/04/34/Th.XIX, 3 April 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI 2017 Nilai ekspor barang asal D.I. Yogyakarta yang dikirim melalui beberapa pelabuhan di Indonesia pada bulan Februari

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA MEI 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA MEI 2017 No. 36/07/Th. VIII, 3 Juli PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA MEI Nilai ekspor Sulawesi Tenggara pada bulan tercatat US$23,90 juta atau mengalami kenaikan sebesar 30,25 persen dibanding ekspor

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH No. 23/05/72/Th.XIX, 02 Mei 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH Selama Maret 2016, Nilai Ekspor US$ 118,87 Juta dan Impor US$ 38,41 Juta Selama Maret 2016, total ekspor senilai US$ 118,87

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 40/07/73/Th. IX, 1 Juli PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN PERKEMBANGAN PARIWISATA Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang melalui pintu

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 35/06/73/Th. VIII, 1 Juli PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN PERKEMBANGAN PARIWISATA Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang melalui pintu

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 31/06/73/Th. VIII, 2 Juni PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN PERKEMBANGAN PARIWISATA Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang melalui pintu

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN JULI 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN JULI 2017 . 51/09/34/Th.XIX, 4 September 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN JULI 2017 Ekspor D.I. Yogyakarta selama bulan Juli 2017 menunjukkan kenaikan sebesar 14,00 persen dibanding bulan sebelumnya

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN JUNI 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN JUNI 2017 . 44/08/34/Th.XIX, 1 Agustus 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN JUNI 2017 Nilai ekspor barang asal D.I. Yogyakarta yang dikirim melalui beberapa pelabuhan di Indonesia pada bulan Juni

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH No. 02/06/72/Th. XIV, 01 Juni PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH APRIL EKSPOR SENILAI US$ 17,22 JUTA Nilai ekspor Sulawesi Tengah pada bulan il (angka sementara) dibanding bulan et (angka tetap)

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN MEI 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN MEI 2017 . 38/07/34/Th.XIX, 3 Juli 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN MEI 2017 Nilai ekspor barang asal D.I. Yogyakarta yang dikirim melalui beberapa pelabuhan di Indonesia pada bulan Mei 2017

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.275,2012 KEMENTERIAN PERTANIAN. Persyaratan Teknis. Karantina. Tumbuhan. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/Permentan/OT.140/3/2012 TENTANG

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA JUNI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA JUNI 2016 No. 41/08/Th. VII, 1 Agustus 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA JUNI 2016 Nilai ekspor Sulawesi Tenggara pada bulan Juni 2016 tercatat US$ 11,11 juta atau mengalami penurunan sebesar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN JANUARI 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN JANUARI 2017 . 16/03/34/Th.XIX, 1 Maret 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN JANUARI 2017 Nilai ekspor barang asal D.I. Yogyakarta yang dikirim melalui beberapa pelabuhan di Indonesia pada bulan Januari

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH No. 02/05/72/Th. XIV, 02 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH MARET EKSPOR SENILAI US$ 17,22 JUTA Nilai ekspor Sulawesi Tengah pada bulan et (angka sementara) dibanding bulan ruari (angka

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Perkembangan Ekspor dan Impor Sulawesi Tenggara No. 58/11/74/Th. VIII, 1 November BERITA RESMI STATISTIK Provinsi Sulawesi Tenggara Perkembangan Ekspor dan Impor Sulawesi Tenggara Nilai ekspor Sulawesi

Lebih terperinci

JUL LI ,43. senilai US$ juta. 327,07 ribu. senilai. ton atau. Ekspor. negeri yang. perdagangan luar 16,63

JUL LI ,43. senilai US$ juta. 327,07 ribu. senilai. ton atau. Ekspor. negeri yang. perdagangan luar 16,63 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA JUL LI 2015 No. 02/09/Th. VI, 1 September 2015 Nilai ekspor Sulawesi Tenggara pada bulan Juli 2015 tercatat US$ 37,48 juta atau mengalami peningkatan sebesar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI UDARA DAN LAUT PROVINSI BALI FEBRUARI 2014

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI UDARA DAN LAUT PROVINSI BALI FEBRUARI 2014 No. 22/04/51/Th. I, 1 April PERKEMBANGAN TRANSPORTASI UDARA DAN LAUT PROVINSI BALI FEBRUARI Jumlah pesawat angkutan udara internasional yang berangkat dari bandara Ngurah Rai pada bulan Februari sebanyak

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 36/07/73/Th. XI, 3 Juli 2017 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN PERKEMBANGAN PARIWISATA Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang melalui

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA DESEMBER 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA DESEMBER 2016 No. 08/02/Th. VIII, 1 Februari 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA DESEMBER 2016 Nilai ekspor Sulawesi Tenggara pada bulan Desember 2016 tercatat US$ 45,36 juta atau mengalami peningkatan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA JUNI 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA JUNI 2015 No. 02/08/Th. VI, 3 Agustus 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA JUNI 2015 Nilai ekspor Sulawesi Tenggara pada bulan Juni 2015 tercatat US$ 29,64 juta atau mengalami peningkatan sebesar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH No. 49/08/72/Th.XX, 15 Juli 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH Selama Juni 2017, Nilai Ekspor US$ 225,91 Juta dan Impor US$ 60,15 Juta Selama Juni 2017, total ekspor senilai US$ 225,91

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA MARET 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA MARET 2017 No. 23/05/Th. VIII, 2 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA MARET Nilai ekspor Sulawesi Tenggara pada bulan Maret tercatat US$12,96 juta atau mengalami kenaikan sebesar 4,52 persen dibanding

Lebih terperinci

PERSYARATAN DAN PROSEDUR IMPOR

PERSYARATAN DAN PROSEDUR IMPOR PERSYARATAN DAN PROSEDUR IMPOR Nama MP : Yellow Maize Bentuk/Gol. : Biji/B Negara Asal : Brazil Tujuan Pem : Bahan Baku HS Code : 1005.90.90.00 a. PersyaratanKarantinaTumbuhan BerdasarkanPeraturanPemerintahRepublik

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 32/06/73/Th. XI, 2 Juni 2017 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN PERKEMBANGAN PARIWISATA Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang melalui

Lebih terperinci

Perkembangan Ekspor dan Impor Sulawesi Tengah, Oktober 2017

Perkembangan Ekspor dan Impor Sulawesi Tengah, Oktober 2017 No. 70/12/72/Th.XX, 15 Desember 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI TENGAH Perkembangan Ekspor dan Impor Sulawesi Tengah, Oktober 2017 Selama Oktober 2017, Nilai Ekspor US$ 285,57 Juta dan Impor

Lebih terperinci

Indonesia. Lalat buah yang termasuk OPTK kategori A1 tersebut antara lain pada buah ape1 (Pyrus malus) adalah Anastrepha fraterculus, A. ludens, A.

Indonesia. Lalat buah yang termasuk OPTK kategori A1 tersebut antara lain pada buah ape1 (Pyrus malus) adalah Anastrepha fraterculus, A. ludens, A. TINJAUAN PUSTAKA Lalat Buah Lalat buah (ordo Diptera, farnili Tephritidae), terdiri dari 4000 spesies yang terbagi dalarn 500 genus. Tephritidae rnerupakan farnili terbesar dari ordo Diptera dan rnerupakan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH No. 02/03/72/Th. XV, 1 Maret 2012 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH JANUARI 2012 EKSPOR SENILAI US$ 25,64 JUTA Nilai ekspor Sulawesi Tengah pada bulan uari 2012 (angka sementara) dibanding

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH No. 21/04/72/Th.XX, 17 April 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH Selama Maret 2017, Nilai Ekspor US$ 208,38 Juta dan Impor US$ 200,92 Juta Selama Maret 2017, total ekspor senilai US$ 208,38

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH No. 35/06/72/Th.XX, 15 Juni 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH Selama Mei 2017, Nilai Ekspor US$ 311,29 Juta dan Impor US$ 95,63 Juta Selama Mei 2017, total ekspor senilai US$ 311,29 juta,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA JULI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA JULI 2016 No. 48/09/Th. VII, 1 September 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA JULI 2016 Nilai ekspor Sulawesi Tenggara pada bulan Juli 2016 tercatat US$ 11,47 juta atau mengalami peningkatan sebesar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2015 No. 02/01/Th. VII, 4 Januari 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2015 Nilai ekspor Sulawesi Tenggara pada bulan 2015 tercatat US$ 9,52 juta atau mengalami penurunan sebesar 10,19

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2016 No. 58/11/Th. VII, 1 November 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2016 Nilai ekspor Sulawesi Tenggara pada bulan September 2016 tercatat US$ 22,05 juta atau mengalami peningkatan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI 2015 No. 20/03/34/Th.XVII, 16 Maret 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI 2015 Nilai Ekspor barang asal D.I. Yogyakarta yang dikirim melalui beberapa pelabuhan di Indonesia pada bulan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH No. 14/03/72/Th.XIX, 01 Maret 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH Selama Januari 2016, Nilai Ekspor US$ 78,90 Juta dan Impor US$ 3,51 Juta Selama Januari 2016, total ekspor senilai US$ 78,90

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI UTARA BULAN JUNI 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI UTARA BULAN JUNI 2015 No. 52/08/71/Th. IX, 3 Agustus PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI UTARA BULAN JUNI EKSPOR JUNI MENCAPAI US$ 105,27 JUTA Nilai ekspor produk (nonmigas) Sulawesi Utara pada mencapai US$ 105,27 juta (angka

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH No. 31/05/72/Th.XX, 15 Mei 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH Selama April 2017, Nilai Ekspor US$ 161,64 Juta dan Impor US$ 90,89 Juta Selama April 2017, total ekspor senilai US$ 161,64

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN SEPTEMBER 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN SEPTEMBER 2016 No. 61/11/34/Th.XVIII, 1 November 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN SEPTEMBER 2016 Nilai ekspor barang asal D.I. Yogyakarta yang dikirim melalui beberapa pelabuhan di Indonesia pada

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR No. 02/02/62/Th. XI, 1 Februari 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR Selama ember, Nilai Ekspor US$ 133,03 Juta dan Impor US$ 1,07 Juta Selama ember, total ekspor senilai US$ 133,03 juta, naik US$ 4,90 juta

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA OKTOBER 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA OKTOBER 2016 No. 66/12/Th. VII, 1 Desember 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA OKTOBER 2016 Nilai ekspor Sulawesi Tenggara pada bulan Oktober 2016 tercatat US$ 32,92 juta atau mengalami peningkatan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA FEBRUARI 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA FEBRUARI 2015 No. 02/04/Th. VI, 1 April 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA FEBRUARI 2015 Nilai ekspor Sulawesi Tenggara pada bulan Februari 2015 tercatat US$ 49,26 juta atau mengalami peningkatan sebesar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI NASIONAL OKTOBER 2013

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI NASIONAL OKTOBER 2013 BADAN PUSAT STATISTIK No. 87/12/Th. XVI, 2 Desember PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI NASIONAL OKTOBER A. PERKEMBANGAN PARIWISATA JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA OKTOBER MENCAPAI 719,9 RIBU

Lebih terperinci