Indonesia. Lalat buah yang termasuk OPTK kategori A1 tersebut antara lain pada buah ape1 (Pyrus malus) adalah Anastrepha fraterculus, A. ludens, A.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Indonesia. Lalat buah yang termasuk OPTK kategori A1 tersebut antara lain pada buah ape1 (Pyrus malus) adalah Anastrepha fraterculus, A. ludens, A."

Transkripsi

1 TINJAUAN PUSTAKA Lalat Buah Lalat buah (ordo Diptera, farnili Tephritidae), terdiri dari 4000 spesies yang terbagi dalarn 500 genus. Tephritidae rnerupakan farnili terbesar dari ordo Diptera dan rnerupakan salah satu farnili yang penting karena secara ekonorni sangat rnerugikan. Farnili Tephritidae rnerniliki beberapa subfamili. Dacinae merupakan subfarnili yang terkenal sebagai harna lalat buah. Dacinae dibagi rnenjadi dua genus yaitu Dacus (Fabricus) dan Bactrocera (Macquart) (Siwi et a1 2006). Sekitar 35% lalat buah menyerang buah yang berkulit lunak dan tipis. Disarnping rnenyerang buah yang berkulit lunak sekitar 40% larva lalat buah berkembang pada bunga Asteraceae. Dan sebagian yang lain hidup pada tanarnan farnili lainnya sebagai pengorok daun, batang dan akar. Kebanyakan lalat buah ini bersifat fitofag (Ortiz et a1 1986). Kebanyakan larva dari lalat buah yang rnernpunyai nilai ekonorni penting berada pada daging buah yang rnasak atau setengah rnasak. Larva berwarna putih kekuningan, berbentuk bulat panjang dan salah satu ujungnya runcing (White & Harris 1992). Larva yang kecil rnerupakan tipe belatung Diptera dengan panjang tidak lebih dari 1 crn, dan lebih terkenal karena kernarnpuannya rnelornpat. Lalat buah ini sering diternukan berada pada daun atau bunga pada siang hari. Penarnpilan dari lalat buah ini sering beraneka ragarn narnun perbedaan khususnya seringkali sangat kecil dan sulit untuk diklasifikasikan. Akhir-akhir ini berbagai jenis lalat buah ini dapat diidentifikasi dengan kunci identifikasi. Telur lalat buah umurnnya berwarna putih kekuningan berbentuk bulat panjang (CAB1 2007). Telur seringkali diletakkan secara rnengelornpok di bawah kulit atau didalarn kulit yang luka pada perrnukaan buah. Bekas luka yang hitam secara urnurn dapat terlihat pada ternpat peletakan telur. Setelah larva rnenggigit daging buah rnaka biasanya buah akan segera membus~k dan selanjutnya akan rnenyebabkan buah jatuh sebelurn rnatang. Seluruh perkembangan larva berada didalarn buah dan hanya pada fase pupa yang berada pada perrnukaan tanah. Secara urnurn jenis lalat buah ini berkernbang selarna 18 hari (Kalshoven 1981). Beberapa jenis lalat buah terrnasuk dalarn daftar OPTK kategori Al, yaitu organisme pengganggu tumbuhan yang belurn ada didalarn wilayah negara Indonesia dan dicegah pernasukannya ke dalam wilayah negara Republik

2 Indonesia. Lalat buah yang termasuk OPTK kategori A1 tersebut antara lain pada buah ape1 (Pyrus malus) adalah Anastrepha fraterculus, A. ludens, A. serpentina, A. suspensa, Bactrocera jarvisi, B tryonii, Ceratitis capitata, C. rosa, Rhagolestis cerasi, R. cingulata, R. fausta, R. pomonella, dan Rioxa pornia. OPTK yang terdapat pada buah jeruk (Citrus sp.) adalah: Anastrepha fraterculus, A. ludens, A. serpentina, A. suspensa, Bactrocera jarvisi, B. caryeae, B. passiflorae, 5. kandiensis, B. curvipennis, 5. philipinensis, B. psidii, B tryonii, 5. tsuneonis, Ceratitis capitata, C. cosyra, C. quinaria, C rosa, dan Rioxa pornia. Sedangkan pada buah pir (Pyrus communis) adalah Anastrepha fraterculus, A. ludens, A. suspensa, A. obligua, A. suspensa Bactrocera jarvisi, B. tryonii, Ceratitis capitata, C. rosa, Rhagoletis cerasi, R. cingulata, R. fausta, R. pomonella dan Rioxa pornia (Deptan 2006). Farnili Tephritidae hampir ada di seluruh daerah di dunia kecuali Antartica. Genus utarna dari lalat buah yang harus dibatasi penyebarannya diantaranya (White & Harris 1992): a. Anastrepha spp. menyerang berbagai buah di wilayah Amerika selatan, Tengah dan lndia Barat, spesies ini rnampu bertahan dan berkembang di daerah diluar wilayah tersebut; b. Bactrocera spp. (sebelurnnya terdiri dari Dacus), rnerupakan lalat buah asli Asia Tropik, Australia, dan daerah Pasifik Selatan. Salah satu dari genus ini berasosiasi dengan bunga dan buah dalarn famili Cucurbitaceae, dan genus yang lainnya berasosiasi dengan inang yang luas terutarna pada hutan tropik yang lembab. c. Ceratitis spp. rnenyerang inang yang luas pada buah dan merupakan lalat buah asli Afrika tropik. Ceratitis capitata telah berkembang di seluruh penjuru dunia, kecuali Asia, dan pada saat meledak di Amerika Utara lalat buah ini telah dieradikasi. d. Harnpir seluruh spesies Dacus spp. berasosiasi dengan bunga dan buah pada famili Cucurbitaceae. spesies ini banyak di ternukan di Afrika. D. ciliatus rnenjadi berkembang di Subkontinen lndia dan Pulau India. e. Rhagoletis spp. diternukan di Arnerika Selatan, Amerika Tengah, Eropa dan Arnerika Utara. Kebanyakan dari spesies ini terdapat pada Solanaceae, dimana kebanyakan spesies ini berasosiasi dengan buah yang masih satu farnili dan jarang sekali satu genus. Yang paling penting dari spesies ini

3 adalah berasosiasi dengan Rosaceae dan mempunyai potensi untuk berkembang di daerah baru. Pemasukan jenis lalat buah baru sangat berbahaya bagi kelestarian buah lokal di Indonesia. Salah satu jenis tersebut misalnya Mediterranean fruit fly Ceratitis capitata. Mediterranean fruit fly (Medfly), Ceratitis capitata (Diptera:Tephritidae) merupakan salah satu hama yang paling serius menyerang buah di dunia. Lalat buah ini menyerang lebih dari 300 jenis tanaman. Banyaknya populasi hama ini ditentukan oleh jumlah dan ketersediaan inang serta ditentukan oleh kondisi lingkungan terutama suhu dan kelembaban (Ortiz et a1 1986). Metode Pengambilan Contoh Teknik pengambilan contoh Sampling (pengambilan contoh) adalah mengumpulkan informasi dari sebagian unsur-unsur suatu populasi. Secara umum, ada dua jenis teknik pengambilan contoh yaitu, contoh acak (random sampling atau probability sampling) dan contoh tidak acak (nonrandom sampling atau nonprobability sampling) (Cochran 1977). Beberapa teknik yang termasuk dalam contoh acak (random sampling) adalah contoh acak sederhana, contoh acak berlapis, contoh gerombol, contoh sistematik, dan contoh wilayah. Sedangkan teknik pengambilan contoh yang termasuk dalam contoh tidak acak antara lain adalah contoh yang dipilih dengan pertimbangan kemudahan (convenience sampling), contoh yang dipilih dengan maksud atau tujuan tertentu (purposive sampling), bentuk dari contoh berlapis secara proporsional, namun tidak dipilih secara acak melainkan secara kebetulan (quota sampling) dan snowball sampling (Usman 2006). Diantara kelima teknik pengambilan contoh acak diatas, umumnya hanya dua teknik yang paling banyak dipakai, yaitu contoh acak sederhana dan contoh sistematis. Contoh acak sederhana adalah suatu teknik pemilihan contoh yang sedemikian rupa sehingga setiap unsur dalam populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih, dan setiap ukuran contoh n mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih (Mulyono 2006). Sedangkan contoh sistematis adalah metode pemilihan contoh yang mengambil setiap unsur ke-k dalam populasi dengan titik awal ditentukan secara acak diantara k unsur yang pertama (Walpole 1997).

4 Menurut Supranto (2001) terdapat dua kriteria untuk menentukan contoh yang baik. Kriteria pertama adalah akurasi atau ketepatan, yaitu tingkat ketidakadaan bias (kekeliruan) dalam contoh. Kriteria yang kedua adalah presisi. Dalam setiap pengambilan contoh senantiasa melekat kesalahan-kesalahan, yang dikenal dengan nama sampling error Presisi diukur oleh simpangan baku (standard error). Makin kecil perbedaan di antara simpangan baku yang diperoleh dari contoh (S) dengan simpangan baku dari populasi makin tinggi pula tingkat presisinya. Menurut Cochran (1991) dalam survei contoh terdapat beberapa tahapan penting adalah: tujuan survei yaitu dalam survei harus mengandung sebuah pernyataan yang jelas sehingga dapat memudahkan pengambilan contoh, populasi yang disampelkan yaitu kumpulan dari obyek yang akan diambil contohnya, data yang dikumpulkan yaitu data yang sssuai dengan tujuan dan tidak ada data pokok yang dihilangkan, tingkat ketelitian yang diinginkan, metode pengukuran, kerangka (frame) yaitu sebelum dilakukan pengambilan contoh, populasi harus dibagi dalam bagian-bagian yang disebut unit pengambilan contoh, pemilihan contoh, uji pendahuluan, organisasi lapangan, ringkasan serta analisis data, dan keterangan yang bermanfaat untuk survei mendatang. Menurut Walpole (1997) dalam berbagai ilmu pengetahuan telah dikembangkan berbagai cara untuk mensimulasi nilai-nilai suatu peubah acak yang berkaitan dengan suatu percobaan statistik. Pensimulasian nilai-nilai suatu peubah acak dapat dicapai dengan memberikan bilangan-bilangan pada nilai peubah acak sehingga tidak mengubah peluang setiap kemungkinan hasil percobaan. Sebaran pengambilan contoh adalah sebaran peluang suatu statistik. Sebaran pengambilan contoh bergantung pada ukuran populasi, ukuran contoh, dan teknik pengambilan contohnya. Ukuran contoh Untuk dapat memperoleh ukuran contoh yang tepat dalam pengambilan ukuran contoh diperlukan pertimbangan antara lain (1) praktis, artinya bahwa pertimbangan tersebut menyangkut unsur-unsur biaya, waktu, tenaga, dan kemampuan. (2) ketepatan, yaitu semakin kecil kita memilih taraf signifikansi atau a maka semakin banyak anggota contoh yang diperlukan (Usman 2006). Selain itu terkait dengan besarnya sampel, selain tingkat kesalahan, ada beberapa faktor lain yang perlu memperoleh pertimbangan juga yaitu, (1) derajat

5 keseragaman, (2) rencana analisis, (3) biaya, waktu, dan tenaga yang tersedia. Makin tidak seragam sifat atau karakter setiap elemen populasi, makin banyak contoh yang harus diambil. Jika rencana analisisnya mendetail atau rinci maka jumlah contoh harus banyak juga (walpole 1977). Metodologi Pengambilan Contoh di Karantina Metodologi sampling digunakan oleh NPPO (National plant Protection convention) dalam ha1 ini Badan Karantina Pertanian dalam memilih contohuntuk pemeriksaan kiriman suatu komoditas yang dilalulintaskan. Metodologi sampling ini mengandung beberapa parameter diantaranya: acceptance level (tingkat penerimaan), level of detection (tingkat deteksi), confidence level (tingkat kepercayaan), efikasi dari deteksi dan ukuran contoh. Aplikasi dari teknik pengambilan contohberdasarkan statistik diantaranya adalah simple random sampling (contohacak sederhana), systematic sampling (contohsisematik), stratified sampling (contohstratifikasi), clustered sampling (contohkluster), akan rnenghasilkan tingkat kepercayaan statistik. Metode sampling lain yang tidak berdasarkan statistik diantaranya adalah convenience sampling, haphazard sampling atau selective sampling, dapat menghasilkan data yang valid dalam menentukan keberadaan atau ketiadaan OPTK (IPPC 2008). Metode Pengambilan Contoh di USA dan Taiwan Pengambilan contoh terhadap buah segar impor di USA biasanya dilakukan dengan teknik contohacak. Untuk menentukan ukuran contoh biasanya menggunakan tabel hipergeometri. Apabila jumlah karton yang dikirim 3,940 maka ukuran contoh yang diarnbil adalah sebanyak 29 karton. Contoh tersebut diambil dari arah depan, tengah dan bagian belakang dari tumpukan. Di Taiwan persyaratan pengambilan contoh buah segar yang diimpor dari Australia harus diperiksa secara acak dari sernua buah segar yang dikirim dengan ukuran contoh minimal 2% dari seluruh buah segar yang dikirim (Crowther 2006). lmpor Buah segar Buah segar merupakan salah satu produk tumbuhan yang menjadi media pembawa OPTK. Oleh karena itu, importasi buah segar harus memenuhi beberapa persyaratan. Berdasarkan UU No. 16 Tahun 2002 tentang Karantina Tumbuhan, tiga persyaratan umum yang harus dipenuhi oleh,pihak pengimpor

6 adalah bahwa buah segar yang dikirim harus (a) dilengkapi Sertifikat Kesehatan Tumbuhan dari negara asal dan negara transit, (b) melalui tempat-tempat pemasukan yang telah ditetapkan,(c) dilaporkan dan diserahkan kepada Petugas Karantina Tumbuhan di tempat-tempat pemasukan untuk keperluan tindakan karantina tumbuhan (Deptan 2006). Selain persyaratan umum, buah segar yang diimpor harus memenuhi beberapa persyaratan khusus atau persyaratan teknis seperti yang tercantum dalam Permentan No. 37 Tahun 2006 tentang Persyaratan Teknis dan Tindakan Karantina Tumbuhan untuk Pemasukan Buah-buahan dan atau Sayuran Buah Segar ke dalam Wilayah Negara Republik Indonesia. Persyaratan teknis tersebut adalah bahwa: (1) buah-buahan berasal dari area produksi yang bebas dari infestasi OPT, (2) buah-buahan yang berasal dari area produksi yang tidak bebas dari infestasi OPT harus diberi perlakuan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, (3) buah-buahan dikemas menggunakan karton dan atau plastik, dan diangkut dengan peti kemas yang diberi pendingin, dilakukan pemeriksaan kesehatan di tempat pemasukan untuk memastikan buah-buahan tersebut bebas OPTK dan (5) harus melalui salah satu dari ketujuh pintu masuk berikut: Pelabuhan Laut (PL) Tanjung Priok, Jakarta, (PL) Tanjung Perak, Surabaya, (PL)Belawan Medan, (PL) Batu Ampar, Batam, Bandar udara (BU) Soekarno- Hatta, Jakarta, (BU) Ngurah Rai, Denpasar, dan (PL) Makassar. Perlakuan karantina terhadap buah-buahan dan atau sayuran buah segar impor terdiri dari tiga jenis, yaitu pendinginan (cold treatment), vapour heat treatment, dan fumigasi dengan Metil Bromide (CH3Br). Perlakuan pendinginan digunakan untuk membunuh lalat buah sasaran: Mediterranean fruitfly (Ceratitis capitata wied), Anastrepha spp., dan Rhagoletis spp., Queensland fruiffly (Bactrocera tryoni Frogg), Bactrocera spp., dan Rioxa spp. Perlakuan vapour heat treatment digunakan untuk membunuh lalat buah sasaran Mediterranean fruiffly (Ceratitis capitata) dan Bactrocera spp. poda suhu 44,4' C dan Anastrepha spp. dengan suhu 44,3 O C. Perlakuan fumigasi digunakan untuk membunuh semua species lalat buah (Deptan 2006).

KAJIAN TEKNIK PENGAMBILAN CONTOH DALAM PEMERIKSAAN KESEHATAN BUAH SEGAR IMPOR. FERl ASTUTI

KAJIAN TEKNIK PENGAMBILAN CONTOH DALAM PEMERIKSAAN KESEHATAN BUAH SEGAR IMPOR. FERl ASTUTI KAJIAN TEKNIK PENGAMBILAN CONTOH DALAM PEMERIKSAAN KESEHATAN BUAH SEGAR IMPOR FERl ASTUTI SEKOLAHPASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAANMENGENAITESISDAN SUMBER INFORMASI Dengan ini

Lebih terperinci

HASlL DAN PEMBAHASAN

HASlL DAN PEMBAHASAN HASlL DAN PEMBAHASAN Situasi Buah Segar lrnpor di Indonesia. Berdasarkan data impor buah segar dari tujuh pintu pemasukan yang ditunjuk diperoleh bahwa jenis buah segar yang diimpor pada tahun 2006 dan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 358/Kpts/OT.140/9/2005 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 358/Kpts/OT.140/9/2005 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 358/Kpts/OT.140/9/2005 TENTANG PERSYARATAN TEKNIS DAN TINDAKAN KARANTINA TUMBUHAN UNTUK PEMASUKAN BUAH-BUAHAN DAN SAYURAN BUAH SEGAR KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah mengakibatkan kerugian secara ekonomi pada budidaya pertanian (Li et al.,

BAB I PENDAHULUAN. telah mengakibatkan kerugian secara ekonomi pada budidaya pertanian (Li et al., 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ancaman serangan organisme penganggu tumbuhan semakin bertambah terhadap pertumbuhan ekonomi dan kesehatan manusia serta keamanan lingkungan. Famili Tephritidae

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 18/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 18/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 18/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG PERSYARATAN DAN TINDAKAN KARANTINA TUMBUHAN UNTUK PEMASUKAN HASIL TUMBUHAN HIDUP BERUPA SAYURAN UMBI LAPIS SEGAR KE DALAM WILAYAH

Lebih terperinci

TEKNIK PENGENDALIAN HAMA MELALUI PERATURAN KARANTINA KARANTINA?

TEKNIK PENGENDALIAN HAMA MELALUI PERATURAN KARANTINA KARANTINA? TEKNIK PENGENDALIAN HAMA MELALUI PERATURAN KARANTINA KARANTINA? SEJARAH KARANTINA INDONESIA (http://karantina.deptan.go.id/main.php?link=or1) Karantina Pertanian tempat pengasingan dan/atau tindakan sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nangka, semangka, melon, cabai dan sebagainya. Akibat serangan hama ini

I. PENDAHULUAN. nangka, semangka, melon, cabai dan sebagainya. Akibat serangan hama ini I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lalat buah (Diptera: Tephritidae) merupakan hama yang banyak menimbulkan kerugian pada tanaman hortikultura, baik yang dibudidayakan secara luas maupun tanaman pekarangan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 42/Permentan/OT.140/6/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 42/Permentan/OT.140/6/2012 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 42/Permentan/OT.140/6/2012 TENTANG TINDAKAN KARANTINA TUMBUHAN UNTUK PEMASUKAN BUAH SEGAR DAN SAYURAN BUAH SEGAR KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

fruiffly Dominica, Guyana, rance, Haiti, Jamaica, Puerto rico, USA 5. Bactrocera jarvisi Fiji fruitfly Oceania: Australia

fruiffly Dominica, Guyana, rance, Haiti, Jamaica, Puerto rico, USA 5. Bactrocera jarvisi Fiji fruitfly Oceania: Australia Lampiran 1 Lalat buah yang masuk daiam daftar OPTK beserta daerah sebar pada buah ape1 (Pyrus malus)'. No. Nama llmiah Nama Umum Daerah Sebar 1. Anastrepha fraterculus South American America: Argentina,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lalat buah merupakan hama penting yang menyerang buah-buahan. Lalat

BAB I PENDAHULUAN. Lalat buah merupakan hama penting yang menyerang buah-buahan. Lalat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lalat buah merupakan hama penting yang menyerang buah-buahan. Lalat buah yang termasuk dalam Familia Tephritidae telah banyak diketahui sebagai organisme pengganggu

Lebih terperinci

Teknik Sampling. Materi ke 4 Statistika I. Kelas 2 EB, EA dan DD Semester PTA 2007/2008

Teknik Sampling. Materi ke 4 Statistika I. Kelas 2 EB, EA dan DD Semester PTA 2007/2008 Teknik Sampling Materi ke 4 Statistika I Kelas 2 EB, EA dan DD Semester PTA 2007/2008 Alasan menggunakan sampel : (a) (b) (c) (d) populasi demikian banyaknya sehingga dalam prakteknya tidak mungkin seluruh

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan 3 TINJAUAN PUSTAKA Lalat Buah (Bactrocera spp.) Biologi Menurut Departemen Pertanian (2012), lalat buah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Phylum Klass Ordo Sub-ordo Family Genus Spesies : Arthropoda

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 43/Permentan/OT.140/6/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 43/Permentan/OT.140/6/2012 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 43/Permentan/OT.140/6/2012 TENTANG TINDAKAN KARANTINA TUMBUHAN UNTUK PEMASUKAN SAYURAN UMBI LAPIS SEGAR KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

2017, No Pemerintah Nomor 14 Tahun 2002 tentang Karantina Tumbuhan, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pertanian tentang Perubahan atas Peratur

2017, No Pemerintah Nomor 14 Tahun 2002 tentang Karantina Tumbuhan, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pertanian tentang Perubahan atas Peratur No.788, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMTAN. Sayuran Umbi Lapis Segar. Pemasukan. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20/PERMENTAN/KR.040/6/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas buah-buahan Indonesia harus diperhatikan seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas buah-buahan Indonesia harus diperhatikan seiring dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas buah-buahan Indonesia harus diperhatikan seiring dengan globalisasi perdagangan buah dan sayur segar. Salah satu kendala yang dihadapi petani buah dan sayur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil tanaman hortikultura

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil tanaman hortikultura I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara penghasil tanaman hortikultura seperti buah-buahan. Komoditi hortikultura diharapkan dapat menjadi komoditas unggulan untuk mendukung

Lebih terperinci

-veg.pdf [20 September

-veg.pdf [20 September DAFTAR PUSTAKA [Barantan] Badan Karantina Pertanian. 2006. Surat Keputusan No. 53IKptslHK. 060/U3/06 tentang Perlakuan terhadap Buah-buahan dan atau Sayuran Buah segar. Jakarta: Barantan. [BBKT] Balai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aturan karantina di negara-negara tujuan ekspor komoditi buah-buahan

BAB I PENDAHULUAN. Aturan karantina di negara-negara tujuan ekspor komoditi buah-buahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aturan karantina di negara-negara tujuan ekspor komoditi buah-buahan Indonesia telah disusun sedemikian ketat. Ketatnya aturan karantina tersebut melarang buah-buahan

Lebih terperinci

mengsumsikan tidak ada kesalahan pengukuran, validitas dapat dievaluasi dengan mengamati nilai bias dari penduganya. Bias, B ( ) dari populasi

mengsumsikan tidak ada kesalahan pengukuran, validitas dapat dievaluasi dengan mengamati nilai bias dari penduganya. Bias, B ( ) dari populasi TINJAUAN PUSTAKA Teori penarikan contoh mempunyai tujuan untuk membuat penarikan contoh menjadi lebih efisien. Teori penarikan contoh mencoba untuk mengembangkan metode pemilihan contoh dengan biaya yang

Lebih terperinci

POPULASI DAN SAMPEL. Metodologi Penelitian Pendidikan

POPULASI DAN SAMPEL. Metodologi Penelitian Pendidikan POPULASI DAN SAMPEL Metodologi Penelitian Pendidikan Alasan menggunakan sampel: Populasi demikian banyaknya sehingga dalamprakteknya tidak mungkin seluruh elemen diteliti; keterbatasan waktu penelitian,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. family : Tephritidae, genus : Bactrocera, spesies : Bactrocera sp.

TINJAUAN PUSTAKA. family : Tephritidae, genus : Bactrocera, spesies : Bactrocera sp. 4 TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Lalat Buah (Bactrocera sp.) Menurut Deptan (2007), lalat buah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: kingdom: Animalia, filum : Arthropoda, kelas : Insect, ordo : Diptera,

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 09/Permentan/OT.140/2/2009

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 09/Permentan/OT.140/2/2009 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 09/Permentan/OT.140/2/2009 TENTANG PERSYARATAN DAN TATACARA TINDAKAN KARANTINA TUMBUHAN TERHADAP PEMASUKAN MEDIA PEMBAWA ORGANISME

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI... ii. ABSTRAK... iii. ABSTRACT... iv. RINGKASAN... v. HALAMAN PERSETUJUAN...

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI... ii. ABSTRAK... iii. ABSTRACT... iv. RINGKASAN... v. HALAMAN PERSETUJUAN... DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i PERNYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI... ii ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv RINGKASAN... v HALAMAN PERSETUJUAN... vii TIM PENGUJI... viii RIWAYAT HIDUP... ix KATA PENGANTAR...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kekayaan alam Indonesia sangat melimpah, tak heran jika banyak aneka jenis

BAB I PENDAHULUAN. Kekayaan alam Indonesia sangat melimpah, tak heran jika banyak aneka jenis BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kekayaan alam Indonesia sangat melimpah, tak heran jika banyak aneka jenis buah-buahan yang diproduksi oleh negeri agraris ini. Melihat jumlah produksi yang cukup

Lebih terperinci

6.5 Pertimbangan penentuan ukuran sampel

6.5 Pertimbangan penentuan ukuran sampel 6.5 Pertimbangan penentuan ukuran sampel 1. Pertimbangan Ukuran Sampel Pertimbangan Penentuan Ukuran Sampel 4 hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan besarnya sampel dalam suatu penelitian : 1)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Lalat buah dengan nama ilmiah Bractrocera spp. tergolong dalam ordo

TINJAUAN PUSTAKA. Lalat buah dengan nama ilmiah Bractrocera spp. tergolong dalam ordo TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama (Bractrocera dorsalis) Menurut Deptan (2007), Lalat buah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Class Ordo Family Genus Spesies : Animalia : Arthropoda : insecta

Lebih terperinci

RISET AKUNTANSI. Materi RISET AKUNTANSI

RISET AKUNTANSI. Materi RISET AKUNTANSI RISET AKUNTANSI Materi RISET AKUNTANSI Dr. Kartika Sari U niversitas G unadarma Materi 5-1 Satuan Acara Perkuliahan 1. Riset Ilmiah 2. Metode dan Desain Riset 3. Topologi Data 4. Teknik Sampling 5. Metode

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37/PERMENTAN/OT.140/7/2009 TAHUN 2009 TENTANG PENGGUNAAN PESTISIDA BERBAHAN AKTIF METIL BROMIDA UNTUK TINDAKAN PERLAKUAN KARANTINA TUMBUHAN DAN PERLAKUAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Pestisida. Metil. Bromida. Karantina. Tumbuhan. Penggunaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Pestisida. Metil. Bromida. Karantina. Tumbuhan. Penggunaan. No.226, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Pestisida. Metil. Bromida. Karantina. Tumbuhan. Penggunaan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 37/Permentan/OT.140/7/2009 TENTANG PENGGUNAAN

Lebih terperinci

Waspadai Kemunculan Pengorok Daun (Liriomyza sp) pada Tanaman Kopi

Waspadai Kemunculan Pengorok Daun (Liriomyza sp) pada Tanaman Kopi PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO Jalan Raya Dringu Nomor 81 Telp. (0335) 420517 PROBOLINGGO 67271 Pendahuluan Waspadai Kemunculan Pengorok Daun (Liriomyza sp) pada Tanaman Kopi Oleh : Ika Ratmawati, SP,

Lebih terperinci

CARA IRADIASI YANG BAIK UNTUK MEMBASMI SERANGGA PADA BUAH SEGAR

CARA IRADIASI YANG BAIK UNTUK MEMBASMI SERANGGA PADA BUAH SEGAR CARA IRADIASI YANG BAIK UNTUK MEMBASMI SERANGGA PADA BUAH SEGAR DIREKTORAT STANDARDISASI PRODUK PANGAN DEPUTI BIDANG PENGAWASAN KEAMANAN PANGAN DAN BAHAN BERBAHAYA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl.,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl., II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Mahkota Dewa 1. Klasifikasi dan Ciri Morfologi Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl., dengan nama sinonim Phaleria papuana. Nama umum dalam

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 12/Permentan/OT.140/2/2009 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 12/Permentan/OT.140/2/2009 TENTANG MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 12/Permentan/OT.140/2/2009 TENTANG PERSYARATAN DAN TATACARA TINDAKAN KARANTINA TUMBUHAN TERHADAP PEMASUKAN KEMASAN KAYU KE DALAM

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Spodoptera litura F. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Filum Kelas Ordo Famili Subfamili Genus : Arthropoda : Insecta

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus hidup lalat buah mengalami 4 stadia yaitu telur, larva, pupa dan

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus hidup lalat buah mengalami 4 stadia yaitu telur, larva, pupa dan 15 TINJAUAN PUSTAKA Biologi Bactrocera sp. (Diptera : Tephtritidae) Siklus hidup lalat buah mengalami 4 stadia yaitu telur, larva, pupa dan dewasa. Lalat buah betina memasukkan telur ke dalam kulit buah

Lebih terperinci

BAB 5 PENENTUAN POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau

BAB 5 PENENTUAN POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau BAB 5 PENENTUAN POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN 5.1. Populasi dan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang memiliki kuantitas atau kualitas tertentu yang ditentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hama yang sangat merugikan pada tanaman hortikultura diantaranya mangga,

BAB I PENDAHULUAN. hama yang sangat merugikan pada tanaman hortikultura diantaranya mangga, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lalat buah Bactrocera spp. (Diptera : Tephritidae) merupakan salah satu hama yang sangat merugikan pada tanaman hortikultura diantaranya mangga, belimbing, jambu, nangka,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.275,2012 KEMENTERIAN PERTANIAN. Persyaratan Teknis. Karantina. Tumbuhan. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/Permentan/OT.140/3/2012 TENTANG

Lebih terperinci

PUSAT KARANTINA TUMBUHAN DAN KEAMANAN HAYATI NABATI BADAN KARANTINA PERTANIAN 2011

PUSAT KARANTINA TUMBUHAN DAN KEAMANAN HAYATI NABATI BADAN KARANTINA PERTANIAN 2011 s PUSAT KARANTINA TUMBUHAN DAN KEAMANAN HAYATI NABATI BADAN KARANTINA PERTANIAN 2011 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tindakan karantina tumbuhan yang dilakukan oleh Petugas Karantina Tumbuhan sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tradisional hingga pasar modern. Selain itu, jambu biji juga penting sebagai

BAB I PENDAHULUAN. tradisional hingga pasar modern. Selain itu, jambu biji juga penting sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jambu biji (Psidium guajava) merupakan buah yang mempunyai nilai ekonomi di Indonesia dan memiliki pangsa pasar yang luas mulai dari pasar tradisional hingga pasar modern.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 52/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PERSYARATAN TAMBAHAN KARANTINA TUMBUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 52/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PERSYARATAN TAMBAHAN KARANTINA TUMBUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 52/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PERSYARATAN TAMBAHAN KARANTINA TUMBUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

cm atau lebih dari pusat batang tanaman (Suprapti, 2005).

cm atau lebih dari pusat batang tanaman (Suprapti, 2005). 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Daun Pepaya (Carica papaya) Pepaya merupakan salah satu sumber nabati protein nabati. Pepaya berasal dari wilayah tropis Amerika yang merupakan buah yang popular dan digemari

Lebih terperinci

METODE UBINAN PADI JAJAR LEGOWO

METODE UBINAN PADI JAJAR LEGOWO ISBN 978-979-3595-15-3 PANDUAN METODE UBINAN PADI JAJAR LEGOWO Penanggung Jawab Dr. Ir. Nandang Sunandar, MP Kepala BPTP Jawa Barat Penyusun: Nana Sutrisna Nadimin Iskandar Ishaq Sunjaya Putra Design/Layout:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Buah salak merupakan buah yang memiliki peluang pasar yang sangat tinggi.selain mangga, rambutan dan manggis, buah salak adalah salah satu komoditas buah-buahan asli Indonesia

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN BISNIS

METODOLOGI PENELITIAN BISNIS METODOLOGI PENELITIAN BISNIS 1 POPULASI DAN TEKNIK PENARIKAN SAMPEL POPULASI: Objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karekteristik tertentu yang dipelajari oleh peneliti, dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Lebih terperinci

Muhammad Arif Rahman https://arifelzainblog.lecture.ub.ac.id/

Muhammad Arif Rahman https://arifelzainblog.lecture.ub.ac.id/ Muhammad Arif Rahman arifelzain@ub.ac.id Populasi Keseluruhan objek penelitian atau keseluruhan elemen yang akan diteliti. Sampel Sebagian dari populasi Representatif dapat memberi gambaran yang tepat

Lebih terperinci

Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati

Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati Teknik sampling adalah suatu cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan memperhatikan

Lebih terperinci

POPULASI DAN SAMPEL Apakah populasi? Populasi diartikan sebagai sekumpulan unsur atau elemen yang menjadi obyek penelitian. Elemen populasi ini biasan

POPULASI DAN SAMPEL Apakah populasi? Populasi diartikan sebagai sekumpulan unsur atau elemen yang menjadi obyek penelitian. Elemen populasi ini biasan POPULASI DAN SAMPEL POPULASI DAN SAMPEL Apakah populasi? Populasi diartikan sebagai sekumpulan unsur atau elemen yang menjadi obyek penelitian. Elemen populasi ini biasanya merupakan satuan analisis. Populasi:

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.12/MEN/2011 TENTANG HASIL PERIKANAN DAN SARANA PRODUKSI BUDIDAYA IKAN DARI NEGARA JEPANG YANG MASUK KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK

Lebih terperinci

STK 511 Analisis statistika. Materi 4 Sebaran Penarikan Contoh

STK 511 Analisis statistika. Materi 4 Sebaran Penarikan Contoh STK 511 Analisis statistika Materi 4 Sebaran Penarikan Contoh 1 Pengantar Pada dasarnya data contoh diperoleh dengan dua cara: Data telah ada Teknik Penarikan Contoh Data belum tersedia Perancangan Percobaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam kondisi pertanian Indonesia saat ini dengan harga pestisida tinggi, menyebabkan bahwa usaha tani menjadi tidak menguntungkan sehingga pendapatan tidak layak. Kondisi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kebijakan penyimpanan suatu komoditas tertentu di gudang mempunyai beberapa tujuan diantaranya untuk cadangan/stok nasional jika terjadi musibah/bencana seperti gempa bumi dan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.276, 2012 KEMENTERIAN PERTANIAN. Persyaratan. Karantina. Tumbuhan. Perubahan PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/Permentan/OT.140/3/2012 TENTANG

Lebih terperinci

POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN. MYRNA SUKMARATRI

POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN. MYRNA SUKMARATRI POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN PENGERTIAN ALASAN MELAKUKAN SAMPLING PENENTUAN JUMLAH SAMPEL PENGAMBILAN DATA SAMPEL POPULASI Suatu wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai karakteristik

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Lepidoptera : Noctuidae :

Lebih terperinci

Metoda Penelitian TEKNIK SAMPLING

Metoda Penelitian TEKNIK SAMPLING Metoda Penelitian TEKNIK SAMPLING Jika Cukup Sesendok Tak Perlu Semangkok Dasar pemikiran Data yang dipergunakan dalam suatu penelitian belum tentu merupakan keseluruhan dari suatu populasi karena beberapa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA Lalat penggorok daun, Liriomyza sp, termasuk serangga polifag yang dikenal sebagai hama utama pada tanaman sayuran dan hias di berbagai negara. Serangga tersebut menjadi hama baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an adalah kitab suci umat Islam yang membahas segala macam

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an adalah kitab suci umat Islam yang membahas segala macam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Al-Qur an adalah kitab suci umat Islam yang membahas segala macam masalah yang ada di dunia dan isinya, serta terdapat berbagai petunjuk ilmu pengetahuan modern di

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. dengan burung layang-layang. Selain itu, ciri yang paling khas dari jenis burung

I PENDAHULUAN. dengan burung layang-layang. Selain itu, ciri yang paling khas dari jenis burung 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Burung Walet memiliki beberapa ciri khas yang tidak dimiliki oleh burung lain. Ciri khas tersebut diantaranya melakukan hampir segala aktivitasnya di udara seperti makan

Lebih terperinci

Dilihat dan asal-usulnya, kelapa sawit bukanlah tanarnan asli lndonesia,

Dilihat dan asal-usulnya, kelapa sawit bukanlah tanarnan asli lndonesia, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dilihat dan asal-usulnya, kelapa sawit bukanlah tanarnan asli lndonesia, tetapi seiring dsngan perkembangannya tanaman kelapa sawit ini rnarnpu tumbuh dan berkernbang dengan

Lebih terperinci

Selamat membaca, mempelajari dan memahami

Selamat membaca, mempelajari dan memahami Selamat membaca, mempelajari dan memahami Materi kuliah elearning Metode Penelitian Kuantitatif POPULASI DAN SAMPEL Oleh Dr. Triana Noor Edwina D.S Fakultas Psikologi UMBY Populasi Adalah wilayah generalisasi

Lebih terperinci

Mengapa Kita Perlu Melakukan Sampling?

Mengapa Kita Perlu Melakukan Sampling? Pengertian Dasar yang Terkait Populasi: sekelompok orang, kejadian, atau segala sesuatu yang ingin diteliti oleh peneliti. Elemen: anggota dari populasi Rerangka populasi: daftar yang memuat semua elemen

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA DAN

PERATURAN BERSAMA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA DAN PERATURAN BERSAMA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA DAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 54/M-DAG/PER/12/2008 NOMOR: PB.02/MEN/2008 TENTANG LARANGAN SEMENTARA IMPOR UDANG SPESIES

Lebih terperinci

HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA

HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA Jambu mete merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari Brasil Tenggara. Tanaman ini dibawa oleh pelaut portugal ke India

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Gunung Kidul, adalah sebuah kabupaten di Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Gunung Kidul, adalah sebuah kabupaten di Provinsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Gunung Kidul, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Ibukotanya adalah Wonosari. Kabupaten ini berbatasan dengan Provinsi

Lebih terperinci

Di dalam pelaksanaannya, petugas karantina ikan hams mengetahui jenisjenis

Di dalam pelaksanaannya, petugas karantina ikan hams mengetahui jenisjenis PENDAHULUAN Latar Belakang Kegiatan perikanan di Indonesia terus mengalami kemajuan dengan semakin meningkatnya lalu lintas komoditas perikanan antar pulau maupun antar negara. Kegiatan ekspor perikanan

Lebih terperinci

MENGENAL LEBIH DEKAT PENYAKIT LAYU BEKTERI Ralstonia solanacearum PADA TEMBAKAU

MENGENAL LEBIH DEKAT PENYAKIT LAYU BEKTERI Ralstonia solanacearum PADA TEMBAKAU PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO DINAS PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN JL. RAYA DRINGU 81 TELPON 0335-420517 PROBOLINGGO 67271 MENGENAL LEBIH DEKAT PENYAKIT LAYU BEKTERI Ralstonia solanacearum PADA TEMBAKAU Oleh

Lebih terperinci

PERSYARATAN KARANTINA TUMBUHAN

PERSYARATAN KARANTINA TUMBUHAN PERSYARATAN KARANTINA TUMBUHAN 1. IMPOR SetiapMedia Pembawa yang dimasukkan ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia harus memenuhi Persyaratan Wajib dan : Persyaratan Wajib : Dilengkapi Sertifikat Karantina

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kecamatan Berbah berada di dataran

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kecamatan Berbah berada di dataran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbah adalah Kecamatan di bawah naungan Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kecamatan Berbah berada di dataran rendah. Ibukota kecamatannya berada

Lebih terperinci

i -w SKRIPSI DESAIN DAN UJI TEMPAT TANAM ELASTIS UNTUK TANAMAN ZUCCHINI (Cucurbifa maxima) Oleh ESTHER MAYLIANA F

i -w SKRIPSI DESAIN DAN UJI TEMPAT TANAM ELASTIS UNTUK TANAMAN ZUCCHINI (Cucurbifa maxima) Oleh ESTHER MAYLIANA F i -w SKRIPSI DESAIN DAN UJI TEMPAT TANAM ELASTIS UNTUK TANAMAN ZUCCHINI (Cucurbifa maxima) Oleh ESTHER MAYLIANA F 29.0625 1997 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANlAN INSTITUT PERTANlAN BOGOR BOGOR Esther: Mayliana.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa dekade belakangan ini dilaporkan bahwa telah terjadi penipisan lapisan ozon di Antartika dan fenomena penipisan lapisan ozon ini tampaknya semakin meluas akibat

Lebih terperinci

TEKNIK SAMPLING. By: ULFA LU LUILMAKNUN ( ) FATYA AZIZAH ( ) KHOMARUDIN FAHUZAN ( )

TEKNIK SAMPLING. By: ULFA LU LUILMAKNUN ( ) FATYA AZIZAH ( ) KHOMARUDIN FAHUZAN ( ) TEKNIK SAMPLING By: ULFA LU LUILMAKNUN (16709251022) FATYA AZIZAH (16709251039) KHOMARUDIN FAHUZAN (16709251041) Pengertian Populasi dan Sampel POPULASI Sugiyono (2014) Erwan dan Diah (2011) wilayah generalisasi

Lebih terperinci

5/2/2017. Pertemuan 7 POPULASI DAN SAMPEL ALUR PEMIKIRAN POPULASI DAN SAMPEL SUBJEK, OBJEK DAN RESPONDEN PENELITIAN POPULASI SAMPEL

5/2/2017. Pertemuan 7 POPULASI DAN SAMPEL ALUR PEMIKIRAN POPULASI DAN SAMPEL SUBJEK, OBJEK DAN RESPONDEN PENELITIAN POPULASI SAMPEL POPULASI Pertemuan 7 POPULASI DAN SAMPEL wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya keseluruhan unsur yang akan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BERSAMA. Impor. Udang Spesies Tertentu. Larangan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BERSAMA. Impor. Udang Spesies Tertentu. Larangan. No.232, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BERSAMA. Impor. Udang Spesies Tertentu. Larangan. PERATURAN BERSAMA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA DAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA DAN

PERATURAN BERSAMA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA DAN PERATURAN BERSAMA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA DAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 64/M-DAG/PER/12/2009 NOMOR: PB.03/MEN/2009 TENTANG LARANGAN SEMENTARA IMPOR UDANG SPESIES

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantiatif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian

Lebih terperinci

Tipe Contoh/Sample yang Digunakan

Tipe Contoh/Sample yang Digunakan Tipe Contoh/Sample yang Digunakan Contoh Contoh Nonpeluang Contoh Berpeluang Pertimbangan Kemudahan Acak Sederhana Stratifikasi Sistematik Gerombol Penarikan Contoh NON-PELUANG (Nonprobability Sampling)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Jambu Biji Botani Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Jambu Biji Botani Syarat Tumbuh 4 TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Jambu Biji Botani Jambu biji berasal dari daerah tropik Amerika. Menurut pendapat De Candolle, jambu biji berasal dari daerah antara Meksiko dan Peru (Soetopo 1997). Nama botani

Lebih terperinci

Tahap Pemilihan Sampel

Tahap Pemilihan Sampel SAMPLING Tahap Pemilihan Sampel 1. Penentuan Populasi : menentukan apa yang menjadi elemen populasi (individu, organisasi, produk) 2. Penentuan Unit Pemilihan Sampel : menentukan kelompok-kelompok elemen

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Inisiasi L. invasa merupakan suatu genus dan spesies baru dari Ordo Hymenoptera, Famili Eulophidae dan Subfamili Tetastichinae (Mendel et al. 2004) dan masih sedikit informasi yang

Lebih terperinci

KEPADATAN POPULASI LALAT BUAH Bactrocera cucurbitae PADA BUAH PARE (Momordica charantia L.)

KEPADATAN POPULASI LALAT BUAH Bactrocera cucurbitae PADA BUAH PARE (Momordica charantia L.) KEPADATAN POPULASI LALAT BUAH Bactrocera cucurbitae PADA BUAH PARE (Momordica charantia L.) ARTIKEL ILMIAH FIRDA SEPTRIA DENI NIM. 12010121 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

? PERIKSA BERSIHKAN KIRIM Kontainer Laut yang Bersih dan Bebas Kontaminasi Petunjuk untuk pengepak dan eksportir ke Selandia Baru Selandia Baru adalah

? PERIKSA BERSIHKAN KIRIM Kontainer Laut yang Bersih dan Bebas Kontaminasi Petunjuk untuk pengepak dan eksportir ke Selandia Baru Selandia Baru adalah ? PERIKSA BERSIHKAN KIRIM Pedoman untuk Mengekspor Kontainer Laut ke Selandia Baru ? PERIKSA BERSIHKAN KIRIM Kontainer Laut yang Bersih dan Bebas Kontaminasi Petunjuk untuk pengepak dan eksportir ke Selandia

Lebih terperinci

PERAN KARANTINA PERTANIAN DI KANTOR POS

PERAN KARANTINA PERTANIAN DI KANTOR POS tangguhterpercaya Balai Besar Karantina Pertanian Tanjung Priok PERAN KARANTINA PERTANIAN DI KANTOR POS BALAI BESAR KARANTINA PERTANIAN TANJUNG PRIOK Disampaikan dalam acara Sosialisasi di wilker Kantor

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA APRIL 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA APRIL 2015 No. 02/06/Th. VI, 1 Juni 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA APRIL 2015 Nilai ekspor Sulawesi Tenggara pada bulan April 2015 tercatat US$ 13,91 juta atau mengalami penurunan sebesar 12,84

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Budidaya Cabai Keriting Hibrida TM 999 secara Konvensional dan PHT

HASIL DAN PEMBAHASAN Budidaya Cabai Keriting Hibrida TM 999 secara Konvensional dan PHT HASIL DAN PEMBAHASAN Budidaya Cabai Keriting Hibrida TM 999 secara Konvensional dan PHT Budidaya konvensional merupakan budidaya cabai yang menggunakan pestisida kimia secara intensif dalam mengendalikan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN AGUSTUS 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN AGUSTUS 2015 No. 54/09/34/Th.XVII, 16 September 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN AGUSTUS 2015 Nilai ekspor barang asal D.I. Yogyakarta yang dikirim melalui beberapa pelabuhan di Indonesia pada bulan

Lebih terperinci

METODE SAMPLING. Met. Sampling-T.Parulian

METODE SAMPLING. Met. Sampling-T.Parulian METODE SAMPLING Dari populasi hingga sampel Proses pengambilan sampel (sampling) dari populasi merupakan proses utama dalam statistika induktif. Sampling dilakukan karena seorang peneliti tidak mungkin

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA DAN

PERATURAN BERSAMA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA DAN PERATURAN BERSAMA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA DAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 27/M-DAG/PER/6/2009 NOMOR: PB.02/MEN/2009 TENTANG LARANGAN SEMENTARA IMPOR UDANG SPESIES

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGAKUAN AREA BEBAS OPTK TERTENTU DI NEGARA ASAL BADAN KARANTINA PERTANIAN, 2012 BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PENGAKUAN AREA BEBAS OPTK TERTENTU DI NEGARA ASAL BADAN KARANTINA PERTANIAN, 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Era perdagangan bebas, terutama perdagangan komoditas pertanian yang merupakan media pembawa Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK), akan meningkatkan risiko

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Cabai ditemukan pertama kali oleh Columbus pada saat menjelajahi Dunia Baru. Tanaman cabai hidup pada daerah tropis dan wilayah yang bersuhu hangat. Selang beberapa

Lebih terperinci

Teknik Pengambilan Sampel. Dewi Gayatri

Teknik Pengambilan Sampel. Dewi Gayatri Teknik Pengambilan Sampel Dewi Gayatri 1. Pengambilan secara acak Acak sederhana Acak sistematik Stratifikasi Klaster Bertahap (multistage) SAMPLING 2. Pengambilan sampel tanpa acak Pengambilan sampel

Lebih terperinci

ALUR KERJA DENGAN SAMPLE SAMPEL POPULASI TEMUAN

ALUR KERJA DENGAN SAMPLE SAMPEL POPULASI TEMUAN POPULASI DAN SAMPEL PENGERTIAN Populasi merupakan sekumpulan orang atau objek yang memiliki kesamaan dalam satu atau beberapa hal dan yang membentuk masalah pokok dalam suatu riset khusus. Populasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kebijakan baru yang di tetapkan oleh negara-negara tujuan. perdagangan internasional pada era saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kebijakan baru yang di tetapkan oleh negara-negara tujuan. perdagangan internasional pada era saat ini. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini transaksi perdagangan menjadi suatu yang global dimana lalu lintas barang atau komoditas barang secara luas tanpa batasan wilayah. Semua negara harus

Lebih terperinci

DINAMIKA POPULASI LALAT BUAH (Diptera: Tephritidae) PADA TANAMAN BUAH-BUAHAN DI KABUPATEN DHARMASRAYA

DINAMIKA POPULASI LALAT BUAH (Diptera: Tephritidae) PADA TANAMAN BUAH-BUAHAN DI KABUPATEN DHARMASRAYA DINAMIKA POPULASI LALAT BUAH (Diptera: Tephritidae) PADA TANAMAN BUAH-BUAHAN DI KABUPATEN DHARMASRAYA Population Dinamics of Fruit Fly (Diptera: Tephritidae) at Dharmasraya District Sri Heriza* Program

Lebih terperinci

Teknik Pengambilan Sampel

Teknik Pengambilan Sampel Teknik Pengambilan Sampel Amiyella Endista Email : amiyella.endista@yahoo.com Website : www.berandakami.wordpress.com Pengambilan Sampel Pengambilan sampel dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Secara acak (probability

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Perkembangan Ekspor dan Impor Sulawesi Tenggara Agustus No. 54/10/74/Th. VIII, 2 Oktober BERITA RESMI STATISTIK Provinsi Sulawesi Tenggara Perkembangan Ekspor dan Impor Sulawesi Tenggara Agustus Nilai

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA DAN

PERATURAN BERSAMA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA DAN PERATURAN BERSAMA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA DAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 26/M-DAG/PER/6/2010 NOMOR : PB.01/MEN/2010 TENTANG LARANGAN SEMENTARA IMPOR UDANG

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA MARET 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA MARET 2015 No. 02/05/Th. VI, 4 Mei 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA MARET 2015 Nilai ekspor Sulawesi Tenggara pada bulan Maret 2015 tercatat US$ 15,96 juta atau mengalami penurunan sebesar 67,60

Lebih terperinci

2015, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perdag

2015, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perdag No.1526, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Impor Barang. Sistem Pendingin. Ketentuan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84/M-DAG/PER/10/2015 TENTANG KETENTUAN IMPOR BARANG

Lebih terperinci