BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
|
|
- Suryadi Lesmana
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ginjal merupakan organ utama yang berfungsi menyaring zat sisa metabolisme tubuh yang harus dikeluarkan melalui ekskresi (Vanholder, 1992). Senyawa sisa metabolit tersebut berpotensi menumpuk dalam darah disebabkan ketidakmampuan ginjal menyaring dan mengeluarkan senyawa toksin uremat seperti kreatinin dan urea dari dalam tubuh yang akan menyebabkan penyakit gagal ginjal. Normalnya kadar urea dalam darah berkisar antara mg/dl (Kumar et al., 2000) dan kadar kreatinin berkisar antara 0,7-1,2 mg/dl (Mei-Hwa et al., 2008). Kadar urea di atas 40 mg/dl dan kreatinin di atas 2,5 mg/dl menandakan ginjal gagal bekerja. Kondisi itu berbahaya karena bisa meracuni organ tubuh. Untuk mengatasinya, para penderita gagal ginjal harus menjalani proses cuci darah (hemodialisis) (Morti et al., 2003). Hemodialisis merupakan suatu metode biomedis untuk menggantikan fungsi ginjal dalam proses pembuangan senyawa-senyawa sisa metabolisme keluar dari dalam tubuh. Prinsip dari hemodialisis adalah difusi senyawa toksin uremat dari tubuh ke larutan dialisat melewati suatu membran semi permeabel sebagai respon terhadap perbedaan konsentrasi atau tekanan (Vanholder, 1992). Unsur utama dalam proses hemodialisis adalah penggunaan membran semi permeabel dengan kompatibilitas, pori kecil, yang secara efisien mampu mentranspor metabolit toksik berberat molekul rendah dari darah dan menahan plasma protein serta sel-sel dengan berat molekul yang besar (Amiji, 1995). Waktu yang diperlukan untuk sekali proses hemodialisis umumnya berkisar antara 3-5 jam. Kecepatan transfer masa yang tinggi melalui membran sangat diperlukan untuk memperpendek waktu yang dibutuhkan dalam setiap kali proses penanganan. Oleh karena itu, membran harus kompatibel terhadap darah dengan tidak membentuk adsorpsi protein pada permukaannya (Sun et al., 2003). Pada awal perkembangannya, digunakan selulosa sebagai membran hemodialisis (Chandy dan Sharma, 1992). Membran selulosa berperan seperti saringan dengan selektivitas yang rendah terhadap molekul-molekul yang 1
2 2 melewatinya karena ukuran porinya cukup besar, yaitu 9,5-20,5 Ǻ. Akibatnya, senyawa berberat molekul besar dapat juga dilewatkan (Zaborska et al., 1991). Struktur molekul selulosa yang hidrofil (hanya mempunyai gugus hidroksil) juga mengakibatkan kurangnya gugus fungsi yang berperan aktif dalam pengikatan secara spesifik dengan molekul target. Masalah serius yang timbul dalam proses hemodialisis menggunakan membran selulosa adalah adanya adsorpsi protein pada permukaan membran yang menyebabkan terjadinya penggumpalan darah. Untuk mengatasi hal ini, secara kontinyu selama proses dialisis dimasukkan heparin untuk meminimalkan induksi trombosis pada permukaan membran. Penggunaan heparin dalam jangka waktu yang lama dan terus menerus ternyata dapat meningkatkan kerusakan sel darah (Amiji, 1995). Untuk meningkatkan biokompatibilitas membran selulosa para ahli mulai melakukan penelitian dengan cara memodifikasi permukaan membran. Lucchi et al. (1998) melakukan penggantian permukaan gugus hidroksil membran selulosa dengan gugus asetat dan gugus amina. Dengan subsitusi tersebut didapatkan bahwa aktivasi komplemen menurun secara signifikan. Mathew et al. (1992) mensubstitusi gugus hidrofil selulosa dengan gugus hidrofob dari akrilamida. Substitusi gugus tersebut dilaporkan mampu menurunkan koagulasi darah. Perimbangan yang tepat dari gugus hidrofil dan hidrofob pada blok kopolimer diyakini dapat berfungsi sebagai antikoagulan secara alami. Untuk meningkatkan sifat transpor terhadap urea, Idris et al. (2009) melakukan proses taut silang MSG (mono sodium glutamat) pada membran selulosa asetat. Proses taut silang tersebut dilaporkan dapat meningkatkan transpor urea dan tolakan terhadap protein (albumin). Kebutuhan yang semakin meningkat akan ketersediaan membran hemodialisis, memaksa ilmuwan mencari biomaterial pengganti untuk mengatasi kekurangan sifat dari selulosa. Salah satu strategi yang dilakukan adalah dengan mensintesis membran berbahan dasar biopolimer yang mempunyai stabilitas kimia lebih baik, mengandung carrier spesies yang secara aktif mampu mentranspor senyawa toksin, berkekuatan mekanik tinggi, serta lebih biokompatibel. Sistem membran yang dibuat juga harus mempunyai permukaan
3 3 yang tidak berorientasi untuk mengadsorpsi protein (Sun et al., 2003). Adsorpsi protein tidak hanya menurunkan permeabilitas membran tetapi juga menginduksi terjadinya koagulasi sehingga diperlukan penambahan antikoagulan selama proses hemodialisis berlangsung. Biopolimer yang potensial untuk dikembangkan sebagai bahan dasar membran hemodialisis adalah kitosan. Material ini mempunyai struktur serupa dengan selulosa, dimana sebagian gugus hidroksilnya teraminasi. Kitosan mempunyai sifat biodegradabel, inert, nontoksik dan biokampatibel, mudah dimodifikasi secara kimiawi karena memiliki dua gugus aktif, yaitu gugus amina dan hidroksil (Dutta et al., 2004, Hoven et al., 2007). Kitosan bersifat hidrofob, namun kandungan gugus amina berulang pada rantai backbone (rangka utama penyusun rantai glikosida) menyebabkan polimer ini mudah larut dalam asamasam encer dan membentuk film tipis. Kemampuan kitosan untuk mengembang menjadi suatu film tipis yang kuat secara mekanik menyebabkan banyak peneliti menggunakannya sebagai salah satu bahan dasar dalam pembuatan teknologi membran untuk hemodialisis. Akan tetapi, Nasir et al. (2005) melaporkan bahwa membran kitosan tanpa modifikasi dapat memicu koagulasi bila kontak dengan darah. Ini terutama disebabkan terprotonasinya gugus amina primer pada permukaan membran menjadi bermuatan positif pada ph asam. Muatan positif pada permukaan membran akan memicu terjadinya adsorpsi protein, karena adanya gaya tarik menarik dengan protein yang bermuatan negatif. Untuk mengatasi kelemahan sifat dari kitosan, modifikasi permukaan membran secara kimiawi merupakan teknik yang cukup efektif (Sun et al., 2003, He et al., 2005). Beberapa strategi modifikasi yang biasa dilakukan diantaranya adalah perubahan situs muatan pada permukaan membran, menambah gugus aktif penangkap senyawa target dan meningkatkan hidrofilisitas membran (Hoven, 2007). Ketiga modifikasi tersebut dapat ditempuh melalui reaksi pencangkokan, taut silang dan paduan dengan polimer lain (Don et al., 2005). Menurut Amiji (1995) serta Ming-Chien dan Ting-Yu (2003) permeabilitas membran terhadap kreatinin dan urea meningkat sebanding dengan meningkatnya gugus hidrofilik yang terdapat di dalam membran.
4 4 Reaksi pencangkokan merupakan strategi pertama untuk mendapatkan material turunan kitosan dengan selektivitas tinggi terhadap senyawa target. Pada reaksi pencangkokan, molekul rangka kitosan dicangkok dengan senyawa lain yang memiliki kekuatan sebagai senyawa pembawa yang akan meningkatkan kecepatan dan kemampuan transpor terhadap molekul toksin uremat (Don et al., 2006). Reaksi cangkok yang dilakukan pada gugus amina primer kitosan akan mengubah amina primer menjadi amina sekunder atau tersier. Pencangkokan ini tidak serta merta akan mengubah situs muatan positif dari kitosan namun akan membantu menurunkan muatan positif membran dengan menetralisasi muatan positif amina. Untuk mengubah situs muatan dibutuhkan gugus cangkok yang bersifat elektronegatif, dengan begitu akan mengubah situs muatan positif menjadi muatan negatif dan selanjutnya akan berimplikasi pada penurunan adsorpsi protein pada permukaan membran (Wang et al., 2004). Penelitian tentang pencangkokan beberapa gugus fungsi berlainan muatan pada rantai dasar kitosan telah menghasilkan data bahwa gugus cangkok yang bermuatan negatif (-SO - 3 ) mampu mengubah situs muatan positif permukaan membran menjadi negatif sehingga dapat menurunkan adsorpsi protein (Sagnella and Mai-Ngam, 2005). Hoven et al., 2007 melaporkan bahwa pencangkokan metil iodida mengubah muatan positif kitosan menjadi negatif dan perubahan ini berimplikasi pada turunnya adsorpsi protein dibandingkan dengan senyawa kitosan murni. Strategi kedua adalah reaksi taut silang. Reaksi taut silang merupakan reaksi yang digunakan untuk menghubungkan rantai polimer satu dengan yang lain agar membentuk ikatan permanen melalui ikatan kovalen/ionik. Taut silang diyakini mampu meningkatkan stabilitas polimer, memecah ikatan intramolekular polimer digantikan dengan ikatan yang lebih fleksibel melalui reagen taut silang (Uragami, 2010). Nakatsuka (1992) meneliti pengaruh taut silang (glutaraldehida, glioksal) terhadap membran paduan PVA/kitosan untuk mempelajari proses permeasi vitamin B 12 (BM 1325). Modifikasi taut silang tersebut dilaporkan mampu menurunkan permeasi vitamin B 12 pada membran. Bahrami et al. (2003) melakukan proses taut silang glutaraldehida terhadap kitosan dan campuran kitosan/pva, dengan hasil bahwa proses taut silang mampu meningkatkan sifat
5 5 biokompatibel kedua membran, namun meningkatnya kadar glutaraldehida yang digunakan menyebabkan membran menjadi rapuh dan tidak fleksibel. Tahun 2006, Gohil dan Ray meneliti mekanisme taut silang asam maleat pada PVA. Reaksi tersebut bertujuan mendapatkan perimbangan sifat hidrofil dan hidrofob membran. Dalam penelitian tersebut didapatkan bahwa reaksi taut silang mampu menurunkan hidrofilisitas PVA dengan menurunnya serapan PVA terhadap air. Strategi ketiga adalah pemaduan kitosan dengan polimer lain yang bersifat lebih hidrofilik. Paduan ini dapat menghasilkan perimbangan yang tepat antara gugus hidrofil dengan hidrofob yang merupakan sifat dasar suatu membran. Dengan demikian akan dihasilkan membran yang kuat dan lentur. PVA (polivinil alkohol) merupakan polimer sintetik yang hidrofil, nontoksik, biokampatibel dan kuat secara mekanik. Don et al. (2005) meneliti mekanisme pencangkokan PVA terhadap kitosan yang menghasilkan kesimpulan bahwa pencangkokan PVA pada kitosan meningkatkan kekuatan mekanik membran. Transpor selektif terhadap molekul urea serta kreatinin merupakan isu penting dalam bidang medis, namun sampai saat ini hal tersebut belum banyak dilakukan karena selektivitas membran terutama ditentukan oleh berat molekul senyawa target dan bukan interaksi spesifik antara senyawa target dengan gugus fungsi yang ada pada membran. Crego et al. (1991) mengemukakan teori bahwa yang berperan penting pada membran hemodialisis adalah timbulnya ikatan hidrogen yang kuat antara senyawa pembawa dengan urea yang berakibat meningkatkan transpor urea melewati membran. Dengan demikian ketersediaan gugus yang mampu berfungsi sebagai senyawa pembawa penyedia ikatan hidrogen pada permukaan membran adalah penting agar proses transpor dapat berjalan secara optimal. Teori tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wilma et al.(1993) yang mempelajari pengaruh beberapa senyawa pembawa dengan variasi kandungan gugus N pada membran untuk transpor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa transpor urea terjadi karena adanya ikatan hidrogen yang kuat antara urea dan senyawa pembawa. Selain ditentukan oleh sifat kimiawi material, proses hemodialisis juga ditentukan oleh sifat fisika membran, yaitu ukuran pori tertentu (mikropori),
6 6 kelenturan, kemampuan serapan terhadap air, koefisien difusi tinggi dan ketipisan membran (Deppisch et al., 1998, Ulbricht, 2006). Dengan mempertimbangkan uraian akan hasil-hasil penelitian di atas, maka pada penelitian ini akan dilakukan sintesis beberapa senyawa turunan kitosan dengan reaksi cangkok dan taut silang untuk menghasilkan senyawa yang mampu berfungsi sebagai membran hemodialisis. Prinsip dasar strategi dalam kajian ini adalah substitusi terhadap gugus amina dan hidroksil kitosan menggunakan gugus karboksilat dan epoksida yang dapat berfungsi sebagai gugus aktif senyawa pembawa yang dapat mengikat senyawa target melalui terbentuknya ikatan hidrogen. Selanjutnya senyawa yang dihasilkan akan dibuat menjadi membran dan dilakukan uji transpor terhadap senyawa urea, kreatinin, vitamin B 12 serta albumin. Untuk meningkatkan sifat fisika membran, akan dilakukan pemaduan antara turunan kitosan dengan PVA. Pemaduan dilakukan untuk mendapatkan perimbangan yang tepat antara gugus hidrofob dengan gugus hidrofil agar membran yang dihasilkan mempunyai kekuatan mekanik dan kelenturan. Kekuatan mekanik dan kelenturan optimal berarti membran tidak bocor ketika digunakan dalam proses transpor karena kapasitas penyerapan air yang optimal yang mempunyai rentang nilai tertentu. Sifat tersebut akan berkorelasi dengan meningkatnya permeasi terhadap permeat. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah senyawa yang dihasilkan dari reaksi cangkok terhadap kitosan menggunakan asam kloarasetat pada kondisi basa untuk menghasilkan senyawa N-KMK dan N,O-KMK dapat dimanfaatkan sebagai bahan membran hemodialisis yang memiliki kemampuan permeasi terhadap urea dan kreatinin? 2. Apakah senyawa yang dihasilkan dari reaksi taut silang terhadap kitosan menggunakan p(egde) pada kondisi basa lemah untuk menghasilkan
7 7 senyawa kitosan tertaut silang p(egde) dapat dimanfaatkan sebagai bahan membran hemodialisis yang memiliki kemampuan permeasi terhadap urea dan kreatinin? 3. Apakah senyawa yang dihasilkan dari reaksi taut silang terhadap kitosan menggunakan asam sitrat pada kondisi asam untuk menghasilkan senyawa kitosan tertaut silang asam sitrat dapat dimanfaatkan sebagai bahan membran hemodialisis yang memiliki kemampuan permeasi terhadap urea dan kreatinin? 1.3 Keaslian dan Kedalaman Penelitian 1. Sintesis turunan kitosan melalui reaksi cangkok menggunakan asam sitrat dan taut silang menggunakan p(egde) untuk menghasilkan material berpori aktif sebagai bahan membran hemodialisis belum pernah dilakukan. 2. Penggunaan gugus COOH dan epoksida sebagai substituen yang bermuatan negatif untuk menurunkan adsorpsi protein pada permukaan membran belum pernah dilakukan. 3. Sepanjang pengetahuan penulis, penelitian mengenai reaksi cangkok kitosan menggunakan asam kloroasetat untuk menghasilkan senyawa KMK yang diaplikasikan sebagai membran hemodialisis belum pernah dilakukan. 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada, maka penelitian ini secara umum bertujuan untuk menghasilkan senyawa turunan kitosan dengan reaksi cangkok dan taut silang yang mempunyai kemampuan sebagai membran hemodialisis. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1. Membuat turunan kitosan dengan reaksi cangkok menggunakan asam kloarasetat pada kondisi basa untuk menghasilkan senyawa N-KMK dan
8 8 N,O-KMK sebagai bahan membran hemodialisis yang memiliki kemampuan permeasi terhadap urea dan kreatinin. 2. Membuat turunan kitosan dengan reaksi taut silang menggunakan p(egde) pada kondisi basa untuk menghasilkan senyawa kitosan tertaut silang p(egde) (CS.cl.p(EGDE)) sebagai bahan membran hemodialisis yang memiliki kemampuan permeasi terhadap urea dan kreatinin. 3. Membuat turunan kitosan dengan reaksi taut silang menggunakan asam sitrat pada kondisi asam untuk menghasilkan senyawa kitosan tertaut silang asam sitrat sebagai bahan membran hemodialisis yang memiliki kemampuan permeasi terhadap urea dan kreatinin. 1.5 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menyumbang informasi tentang : 1. Struktur senyawa dan prinsip dasar karakteristik membran yang dapat digunakan sebagai membran hemodialisis yang kompatibel. Dengan dihasilkannya material dan informasi dasar pemanfaatan membran, maka akan dapat membantu meningkatkan permeasi urea dan kreatinin dan memperpendek waktu yang dibutuhkan dalam proses hemodialisis. 2. Perkembangan ilmu di bidang kesehatan dengan adanya senyawa baru yang kemungkinan dapat digunakan sebagai material membran untuk proses hemodialisis.
BAB I PENDAHULUAN. Kitosan merupakan kitin yang dihilangkan gugus asetilnya dan termasuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kitosan merupakan kitin yang dihilangkan gugus asetilnya dan termasuk kelompok senyawa polisakarida, dimana gugus asetilnya telah hilang sehingga menyisakan gugus amina
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar belakang
I.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN Limbah cair yang mengandung zat warna telah banyak dihasilkan oleh beberapa industri domestik seperti industri tekstil dan laboratorium kimia. Industri-industri tekstil
Lebih terperinciet al., 2005). Menurut Wan Ngah et al (2005), sambung silang menggunakan glutaraldehida, epiklorohidrin, etilen glikol diglisidil eter, atau agen
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kitosan merupakan senyawa dengan rumus kimia poli(2-amino-2-dioksi-β-d-glukosa) yang dapat diperoleh dari deasetilasi kitin. Kitosan serta turunannya sangat bermanfaat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hidrogel yang terbuat dari polisakarida alami sudah secara luas di teliti dalam bidang farmasi dan kesehatan, seperti rekayasa jaringan, penghantaran obat, imobilisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perkembangan yang cukup pesat dibidang riset dan teknologi menghasilkan penemuan penemuan bermanfaat, salah satunya adalah nanofiber. Nanofiber disintesis menggunakan
Lebih terperinci4. Hasil dan Pembahasan
4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Metoda Sintesis Membran Kitosan Sulfat Secara Konvensional dan dengan Gelombang Mikro (Microwave) Penelitian sebelumnya mengenai sintesis organik [13] menunjukkan bahwa jalur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kitosan dihasilkan dari kitin dan mempunyai struktur kimia yang sama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kitosan dihasilkan dari kitin dan mempunyai struktur kimia yang sama dengan kitin, terdiri dari rantai molekul yang panjang dan berat molekul yang tinggi. Adapun perbedaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Membran adalah sebuah penghalang selektif antara dua fase. Membran memiliki ketebalan yang berbeda- beda, ada yang tebal dan ada juga yang tipis. Ditinjau dari bahannya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ion-ion logam, khususnya logam berat yang terlepas ke lingkungan sangat berbahaya bagi kesehatan. Ion-ion logam berat pada konsentrasi rendah dapat terakumulasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Material yang diubah ke dalam skala nanometer tidak hanya meningkatkan sifat alaminya, tetapi juga memunculkan sifat baru (Wang et al., 2009). Nanofiber yang memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Limbah dari berbagai industri mengandung zat pewarna berbahaya, yang harus dihilangkan untuk menjaga kualitas lingkungan. Limbah zat warna, timbul sebagai akibat langsung
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Fabrikasi Membran PES Fabrikasi membran menggunakan bahan baku polimer PES dengan berat molekul 5200. Membran PES dibuat dengan metode inversi fasa basah yaitu
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Studi terhadap kitosan telah banyak dilakukan baik dalam bentuk serpih, butiran, membran, maupun gel. Kemampuan kitosan yang diterapkan dalam berbagai bidang industri modern,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Etanol merupakan salah satu bahan kimia penting karena memiliki manfaat sangat luas antara lain sebagai pelarut, bahan bakar cair, bahan desinfektan, bahan baku industri,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini digunakan sampel 52 orang yang terbagi menjadi 2
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pada penelitian ini digunakan sampel 52 orang yang terbagi menjadi 2 kelompok. Pada kelompok pertama adalah kelompok pasien yang melakukan Hemodialisa 2 kali/minggu,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Membran adalah sebuah penghalang selektif antara dua fasa. Membran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Membran adalah sebuah penghalang selektif antara dua fasa. Membran memiliki ketebalan yang berbeda-beda, ada yang tebal dan ada juga yang tipis. Ditinjau dari bahannya
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bertingkat dengan empat dosis tidak didapatkan kematian pada
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PERCOBAAN 1. Pengujian nilai LD 50 Dari pengujian yang dilakukan menggunakan dosis yang bertingkat dengan empat dosis tidak didapatkan kematian pada hewan coba dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Teknologi membran telah banyak digunakan dalam berbagai proses pemisahan dan pemekatan karena berbagai keunggulan yang dimilikinya, antara lain pemisahannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan logam berat sebagai polutan bagi lingkungan hidup diawali dengan meningkatnya populasi dan industrialisasi dari proses modernisasi manusia dan lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pupuk yang ditambahkan pada tanah akan melepaskan nutrient yang dibutuhkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pupuk merupakan salah satu dari berbagai faktor penting dalam pertanian. Pupuk yang ditambahkan pada tanah akan melepaskan nutrient yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
Lebih terperinciHasil dan Pembahasan
Bab 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polimer Benzilkitosan Somorin (1978), pernah melakukan sintesis polimer benzilkitin tanpa pemanasan. Agen pembenzilasi yang digunakan adalah benzilklorida. Adapun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kitin dan kitosan merupakan biopolimer yang secara komersial potensial
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kitin dan kitosan merupakan biopolimer yang secara komersial potensial dalam berbagai bidang dan industri. Kitin dan kitosan merupakan bahan dasar dalam bidang biokimia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Urea merupakan molekul dari amonia yang dibentuk pada proses deaminasi asam amino dalam hati (Khairi, 2005). Urea juga dikenal dalam istilah carbamide. Pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan yang ekstensif pada bahan bakar fosil menyebabkan terjadinya emisi polutan-polutan berbahaya seperti SOx, NOx, CO, dan beberapa partikulat yang bisa mengancam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kejadian penyakit gagal ginjal di Indonesia semakin meningkat. Menurut data statistik yang dihimpun oleh PERNEFRI (Perhimpunan Nefrologi Indonesia), jumlah
Lebih terperinciADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. lembab karena sejatinya kulit normal manusia adalah dalam suasana moist atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit mempunyai beberapa fungsi utama yang penting untuk tubuh, yaitu sebagai termoregulasi, sintesis metabolik, dan pelindung. Adanya suatu trauma baik itu secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Polusi air oleh bahan kimia merupakan problem seluruh dunia. Ion logam berat adalah salah satu yang sangat berbahaya karena sangat toksik walaupun dalam jumlah
Lebih terperinciPEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Kombinasi Protein Koro Benguk dan Karagenan Terhadap Karakteristik Mekanik (Kuat Tarik dan Pemanjangan)
4. PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Kombinasi Protein Koro Benguk dan Karagenan Terhadap Karakteristik Mekanik (Kuat Tarik dan Pemanjangan) Karakteristik mekanik yang dimaksud adalah kuat tarik dan pemanjangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perbandingan nilai ekonomi kandungan logam pada PCB (Yu dkk., 2009)
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Emas telah muncul sebagai salah satu logam yang paling mahal dengan mencapai harga tinggi di pasar internasional. Kenaikan harga emas sebanding dengan peningkatan permintaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. persyaratan kualitas obat yang ditentukan oleh keamanan, keefektifan dan kestabilan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suatu sediaan obat yang layak untuk diproduksi harus memenuhi beberapa persyaratan kualitas obat yang ditentukan oleh keamanan, keefektifan dan kestabilan obat untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kandungan isoprene yang berikatan dengan konfigurasi cis 1,4. Isoprene tersusun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karet alam Hevea brasiliensis merupakan suatu polimer alam yang memiliki kandungan isoprene yang berikatan dengan konfigurasi cis 1,4. Isoprene tersusun oleh banyak
Lebih terperinciHUBUNGAN STRUKTUR, SIFAT KIMIA FISIKA DENGAN PROSES ABSORPSI, DISTRIBUSI DAN EKSKRESI OBAT
HUBUNGAN STRUKTUR, SIFAT KIMIA FISIKA DENGAN PROSES ABSORPSI, DISTRIBUSI DAN EKSKRESI OBAT Oleh: Siswandono Laboratorium Kimia Medisinal Proses absorpsi dan distribusi obat Absorpsi Distribusi m.b. m.b.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Logam berat merupakan jenis pencemar yang sangat berbahaya dalam sistem lingkungan hidup karena bersifat tak bio-urai, toksik, serta mampu mengalami bioakumulasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi membran telah banyak digunakan pada berbagai proses pemisahan dan sangat spesifik terhadap molekul-molekul dengan ukuran tertentu. Selektifitas membran ini
Lebih terperinci2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Polimer. 2.2 Membran
2 Tinjauan Pustaka 2.1 Polimer Polimer (poly = banyak, meros = bagian) merupakan molekul besar yang terbentuk dari susunan unit ulang kimia yang terikat melalui ikatan kovalen. Unit ulang pada polimer,
Lebih terperinciHasil dan Pembahasan
Bab 4 asil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan dan Kitosan Kulit udang yang digunakan sebagai bahan baku kitosan terdiri atas kepala, badan, dan ekor. Tahapan-tahapan dalam pengolahan kulit udang menjadi kitosan
Lebih terperinci),parakor (P), tetapan sterik Es Taft, tetapan sterik U Charton dan tetapan sterimol Verloop (Siswandono & Susilowati, 2000). Dalam proses perubahan
BAB 1 PENDAHULUAN Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya dalam bidang farmasi dan obat-obatan, menyebabkan perlunya pengembangan obat baru untuk memenuhi kebutuhan pasar. Salah satu upaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seperti asam karboksilat, karbokamida, hidroksil, amina, imida, dan gugus lainnya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Superabsorbent polymer (SAP) merupakan jaringan rantai polimer tiga dimensi dengan ikatan silang ringan yang membawa disosiasi gugus fungsi ionik seperti asam karboksilat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Urea adalah senyawa kimia yang dapat terbentuk secara biologis dalam tubuh makhluk hidup, baik manusia, hewan maupun tumbuhan (Khairi, 2003). Dalam tubuh manusia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Dewasa ini modifikasi sifat polimer telah banyak dikembangkan dalam
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini modifikasi sifat polimer telah banyak dikembangkan dalam berbagai industri maupun lembaga penelitian. Hal ini merupakan salah satu upaya untuk mencari alternatif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong pesatnya perkembangan di berbagai sektor kehidupan manusia terutama sektor industri. Perkembangan
Lebih terperinciparakor (P), tetapan sterik Es Taft, tetapan sterik U Charton dan tetapan sterimol Verloop (Siswandono & Susilowati, 2000). Dalam proses perubahan
BAB 1 PENDAHULUAN Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya dalam bidang farmasi dan obat-obatan, menyebabkan perlunya pengembangan obat baru untuk memenuhi kebutuhan pasar. Salah satu upaya
Lebih terperinciC w : konsentrasi uap air dalam kesetimbangan, v f dan f w menyatakan laju penguapan dengan dan tanpa film di permukaan
Adanya film monomolekuler menyebabkan laju penguapan substrat berkurang, sedangkan kesetimbangan tekanan uap tidak dipengaruhi Laju penguapan dinyatakan sebagai v = m/t A (g.det -1.cm -2 ) Tahanan jenis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian Teknologi membran telah tumbuh dan berkembang secara dinamis sejak pertama kali dikomersialkan oleh Sartorius-Werke di Jerman pada tahun
Lebih terperinciHUBUNGAN STRUKTUR, SIFAT KIMIA FISIKA DENGAN PROSES ABSORPSI, DISTRIBUSI DAN EKSKRESI OBAT
UBUNGAN STRUKTUR, SIFAT KIMIA FISIKA DENGAN PROSES ABSORPSI, DISTRIBUSI DAN EKSKRESI OBAT UBUNGAN STRUKTUR, SIFAT KIMIA FISIKA DENGAN PROSES ABSORPSI, DISTRIBUSI DAN EKSKRESI OBAT Oleh: Siswandono Laboratorium
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Unjuk Kerja Pervaporasi Unjuk kerja pemisahan dengan pervaporasi dapat dilihat dari nilai fluks dan selektivitas pemisahan. Membran yang digunakan adalah membran selulosa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perindustrian di Indonesia semakin berkembang. Seiring dengan perkembangan industri yang telah memberikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perindustrian di Indonesia semakin berkembang. Seiring dengan perkembangan industri yang telah memberikan kontribusi dalam peningkatan kualitas hidup manusia,
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan Dalam penelitian tugas akhir ini dibuat membran bioreaktor ekstrak kasar enzim α-amilase untuk penguraian pati menjadi oligosakarida sekaligus sebagai media pemisahan hasil penguraian
Lebih terperinciManfaat Penelitian 2 TINJAUAN PUSTAKA Pati Onggok Tapioka
3 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini merupakan terobosan untuk mengurangi kelemahan dari sifat fungsional onggok tapioka, sehingga meningkatkan potensinya sebagai bahan hidrogel yang diharapkan mampu
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan I.1 Deskripsi Penelitian dan Latar Belakang
BAB I Pendahuluan I.1 Deskripsi Penelitian dan Latar Belakang Material tekstil dari serat selulosa merupakan material tekstil yang banyak diminati dibanding material tekstil lainnya. Hal ini disebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gugus hidrofilik pada salah satu sisinya dan gugus hidrofobik pada sisi yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mono- dan diasilgliserol merupakan molekul amfifilik, yaitu memiliki gugus hidrofilik pada salah satu sisinya dan gugus hidrofobik pada sisi yang lainnya. Mono- dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan jumlah. penderita gagal ginjal pada tahun 2013 telah meningkat 50% dari tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan jumlah penderita gagal ginjal pada tahun 2013 telah meningkat 50% dari tahun sebelumnya. Di Amerika Serikat, kejadian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penggunaan pupuk sintetik dan pestisida yang tidak merata dan tidak menggunakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam bidang pertanian, penggunaan pupuk sintetik dan pestisida merupakan salah satu faktor pendukung dalam peningkatan hasil produksi pertanian. Namun, penggunaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Ginjal Kronis (PGK) merupakan penyakit yang menyebabkan kerusakan ginjal secara struktural atau fungsional yang masih menjadi masalah kesehatan global dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan perairan yang disebabkan oleh logam-logam berat seperti kadmium, timbal dan tembaga yang berasal dari limbah industri sudah lama diketahui. Untuk
Lebih terperinci2016 SINTESIS DAN KARAKTERISASI HIDROGEL SUPERABSORBEN (SAP) BERBASIS POLI (VINIL ALKOHOL-KO-ETILEN GLIKOL)
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hidrogel polimer adalah suatu material yang tersusun dari kisi-kisi polimer padat dan sebuah fasa larutan. Secara khusus, hidrogel memiliki kemampuan untuk menyerap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berasal dari emisi pembakaran bahan bakar bertimbal. Pelepasan timbal oksida ke
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran atau polusi merupakan perubahan yang tidak dikehendaki yang meliputi perubahan fisik, kimia, dan biologi. Pencemaran banyak mengarah kepada pembuangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Keampuhan kurkumin untuk berbagai penyakit seperti penyakit pernapasan, gangguan hati, dan luka diabetes telah didokumentasikan dalam literatur India kuno (Goel dkk.,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. evaluasi laka lantas MABES Polri tercatat ada 61,616 kasus kecelakaan lalu lintas di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kecelakaan dan penyakit merupakan permasalahan serius yang dihadapi oleh manusia didalam menjalani aktivitas kesehariannya. Tercatat kecelakaan lalu lintas di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Otot merupakan bagian utama sebagai pembangkit gaya dan gerak pada
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Balakang Otot merupakan bagian utama sebagai pembangkit gaya dan gerak pada semua aktivitas manusia. Filamen kontraktil dari otot skeletal yang disebut dengan benang otot
Lebih terperinciProtein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan
A. Protein Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji pendahuluan Mikrokapsul memberikan hasil yang optimum pada kondisi percobaan dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pengaruh variasi..., Agung Prasetyo, FT UI, 2010.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan beberapa tahun terakhir dalam hal material bioaktif, polimer, material komposit dan keramik, serta kecenderungan masa depan kearah sistem
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap tahun permintaan untuk Drug Delivery System atau sistem
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap tahun permintaan untuk Drug Delivery System atau sistem penghantaran obat semakin meningkat. Sistem penghantaran obat tersebut dapat diklasifikasikan berdasarkan
Lebih terperinci2.6.4 Analisis Uji Morfologi Menggunakan SEM BAB III METODOLOGI PENELITIAN Alat dan Bahan Penelitian Alat
DAFTAR ISI ABSTRAK... i ABSTRACK... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR LAMPIRAN... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR ISTILAH... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang dan Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang dan Permasalahan Terdapat banyak unsur di alam yang berperan dalam pertumbuhan tanaman, contohnya karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), fosfor (P), nitrogen (N), kalium
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam bidang perindustrian. Penggunaan logam krombiasanya terdapat pada industri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Logam krom (Cr) merupakan salah satu logam berat yang sering digunakan dalam bidang perindustrian. Penggunaan logam krombiasanya terdapat pada industri pelapisan logam,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu yang mempelajari fenomena dan manipulasi material pada skala atomik, molekular, dan makromolekular disebut sebagai nanosains. Hal ini diklasifikasikan sendiri
Lebih terperinciOBAT DAN NASIB OBAT DALAM TUBUH
OBAT DAN NASIB OBAT DALAM TUBUH OBAT : setiap molekul yang bisa merubah fungsi tubuh secara molekuler. NASIB OBAT DALAM TUBUH Obat Absorbsi (1) Distribusi (2) Respon farmakologis Interaksi dg reseptor
Lebih terperinciPENDAHULUAN BAB I. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanofiber merupakan fiber (serat) berukuran submikron hingga skala nanometer. Sebagai bidang riset yang baru, teknologi nanofiber memiliki potensi aplikasi sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karies gigi (Wahyukundari, et al., 2009). Berdasarkan hasil riset dasar yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit periodontal adalah penyakit yang mengenai jaringan periodontal, yaitu jaringan yang menghubungkan antara gigi dan tulang alveolar. Di Indonesia, penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada beberapa tahun belakangan ini penelitian mengenai polimer
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada beberapa tahun belakangan ini penelitian mengenai polimer penyimpan air yang biasa disebut superabsorbent polymer (SAP) banyak dilakukan dan dikembangkan oleh
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II KLINIK
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II KLINIK NAMA NIM KEL.PRAKTIKUM/KELAS JUDUL ASISTEN DOSEN PEMBIMBING : : : : : : HASTI RIZKY WAHYUNI 08121006019 VII / A (GANJIL) UJI PROTEIN DINDA FARRAH DIBA 1. Dr. rer.nat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beras yang berasal dari tanaman padi merupakan bahan makanan pokok bagi setengah penduduk dunia termasuk Indonesia. Oleh karena itu, tanaman padi banyak dibudidayakan
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN KE 2 PEMISAHAN PROTEIN PUTIH TELUR DENGAN FRAKSINASI (NH 4 ) 2 SO 4
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN KE 2 PEMISAHAN PROTEIN PUTIH TELUR DENGAN FRAKSINASI (NH 4 ) 2 SO 4 Disusun oleh : Ulan Darulan - 10511046 Kelompok 1 Asisten Praktikum : R. Roro Rika Damayanti (10510065)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pada beberapa dekade terakhir, terjadi peningkatan jumlah cemaran logam berat yang masuk ke lingkungan dan ekosistem akibat aktivitas manusia, terutama di bidang industri.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, perkembangan teknologi dan industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat serta situasi lingkungan. Bentuk perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pencemaran udara merupakan suatu kondisi dengan kualitas udara yang terkontaminasi oleh zat-zat tertentu, baik yang tidak berbahaya maupun yang membahayakan
Lebih terperinciADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. bagi mikroorganisme dan menghilangkan kelebihan eksudat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit adalah salah satu organ terbesar dalam tubuh. Kulit menutupi tubuh 2 m 2, berat sekitar 3 kg atau 15% dari berat badan dan menerima 1/3 suplai sirkulasi darah
Lebih terperinciBAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus )
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dibahas pada bab ini meliputi sintesis kolagen dari tendon sapi (Bos sondaicus), pembuatan larutan kolagen, rendemen kolagen, karakterisasi sampel kontrol,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidrogel adalah jaringan polimer tiga dimensi dengan ikatan silang (crosslinked) pada polimer hidrofilik, yang mampu swelling atau menyimpan air dan larutan fisiologis
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik-observasional dengan desain
49 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analitik-observasional dengan desain penelitian cross sectional yang bertujuan untuk menggali apakah terdapat perbedaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pada abad sekarang perkembangan teknologi semakin cepat berkembang. Kebutuhan manusia yang semakin meningkat dan beragam memacu para peneliti dari bidang akademik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tinggi. Tingginya kadar air dan parenkim pada KKS, berakibat sifat fisik dan mekanik
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seperti diketahui kayu kelapa sawit atau KKS memiliki sifat hidrofil yang tinggi. Tingginya kadar air dan parenkim pada KKS, berakibat sifat fisik dan mekanik dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. aplikasi implan tulang merupakan pendekatan yang baik (Yildirim, 2004).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia menghadapi permasalahan serius dalam aktivitasnya yang disebabkan oleh kecelakaan dan penyakit. Kasus kecelakaan kerap mengakibatkan korbannya menderita
Lebih terperinci2. Tinjauan Pustaka Sel Bahan Bakar (Fuel Cell)
2. Tinjauan Pustaka 2.1 2.1 Sel Bahan Bakar (Fuel Cell) Sel bahan bakar merupakan salah satu solusi untuk masalah krisis energi. Sampai saat ini, pemakaian sel bahan bakar dalam aktivitas sehari-hari masih
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0
37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini sampel komposit hidroksiapatit-gelatin dibuat menggunakan metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 hari, 1 hari, 7 hari
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. s n. Pengujian Fitokimia Biji Kelor dan Biji. Kelor Berkulit
8 s n i1 n 1 x x i 2 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Fitokimia Kelor dan Kelor Berkulit s RSD (%) 100% x Pengujian Fitokimia Kelor dan Kelor Berkulit Pengujian Alkaloid Satu gram contoh dimasukkan ke dalam
Lebih terperinciLARUTAN PENYANGGA (BUFFER) Disusun Oleh: Diah Tria Agustina ( ) JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
HANDOUT klik di sini LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) Disusun Oleh: Diah Tria Agustina (4301414032) JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016 PENGERTIAN LARUTAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini penggunaan pestisida dari tahun ke tahun semakin meningkat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini penggunaan pestisida dari tahun ke tahun semakin meningkat. Hal ini dikarenakan adanya perkembangan hama dan penyakit pada tanaman baik dari jenis maupun
Lebih terperinciII. KERJA BAHAN TOKSIK DALAM TUBUH ORGANISMS
II. KERJA BAHAN TOKSIK DALAM TUBUH ORGANISMS A. Interaksi Senyawa Kimia dengan Organisme Ilmu yang mempelajari tentang interaksi senyawa kimia dengan organisme hidup disebut farmakologi, dengan demikian
Lebih terperinciRUMAH BIRU (BIOETANOL URIN MANUSIA) Dari Masyarakat Untuk Masyarakat Oleh : Benny Chandra Monacho
RUMAH BIRU (BIOETANOL URIN MANUSIA) Dari Masyarakat Untuk Masyarakat Oleh : Benny Chandra Monacho Latar Belakang Keberadaan minyak sebagai sumber bahan bakar utama memang masih dominan di dunia, namun
Lebih terperinciPEMISAHAN DENGAN MEMBRAN
PEMISAHAN DENGAN MEMBRAN Oleh: Susila K Kompetensi Dasar: Mahasiswa dapat memahami proses pemisahan dengan membran dan dapat mengaplikasikan metode pemisahan ini pada pemisahan analit suatu sampel Proses
Lebih terperinciSMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1
1. Perhatikan gambar nefron di bawah ini! SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1 Urin sesungguhnya dihasilkan di bagian nomor... A. B. C. D. 1 2 3 4 E. Kunci Jawaban : D
Lebih terperinciMETODA AKTIVASI ZEOLIT ALAM DAN APLIKASINYA SEBAGAI MEDIA AMOBILISASI ENZIM α-amilase. Skripsi Sarjana Kimia. Oleh WENI ASTUTI
METODA AKTIVASI ZEOLIT ALAM DAN APLIKASINYA SEBAGAI MEDIA AMOBILISASI ENZIM α-amilase Skripsi Sarjana Kimia Oleh WENI ASTUTI 07132011 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS
Lebih terperinciMEKANISME TRANSPOR PADA MEMBRAN SEL
MEKANISME TRANSPOR PADA MEMBRAN SEL Berbagai organel yang terdapat di dalam sitoplasma memiliki membran yang strukturnya sama dengan membran plasma. Walaupun tebal membran plasma hanya ± 0,1 μm, membran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini telah banyak industri kimia yang berkembang, baik di dalam maupun di luar negeri, untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat. Kebanyakan industriindustri
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Aplikasi Hidroksiapatit Berpori
TINJAUAN PUSTAKA Aplikasi Hidroksiapatit Berpori Hidroksiapatit berpori digunakan untuk loading sel (Javier et al. 2010), pelepas obat (drug releasing agents) (Ruixue et al. 2008), analisis kromatografi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selulosa merupakan polisakarida yang berbentuk padatan, tidak berasa, tidak berbau dan terdiri dari 2000-4000 unit glukosa yang dihubungkan oleh ikatan β-1,4 glikosidik
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kitosan adalah polimer glukosamin yang merupakan selulosa beramin, nomer dua terbanyak di alam setelah selulosa. Kitosan ditemukan pada cangkang invetebrata hewan perairan.
Lebih terperinci