BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
|
|
- Ade Hermanto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidrogel adalah jaringan polimer tiga dimensi dengan ikatan silang (crosslinked) pada polimer hidrofilik, yang mampu swelling atau menyimpan air dan larutan fisiologis sampai dengan ribuan kali dari berat keringnya, serta tidak mudah larut. Hidrogel banyak diaplikasikan di bidang pangan maupun nonpangan, seperti sebagai disposable diapers, hygienic napkins, membran pervaporasi, dan media tanaman pengganti tanah. Di dunia kedokteran, hidrogel dimanfaatkan sebagai matrik media penyimpan-pengontrol pelepasan bahan aktif seperti obat dan sel, serta di bidang tissue engineering hidrogel digunakan sebagai matrik untuk memperbaiki dan meregenerasi berbagai macam jaringan dan organ tubuh manusia (Hoffman, 2002). Kemampuan menyimpan biomakromolekul termasuk protein dan DNA merupakan sifat unik hidrogel yang banyak dimanfaatkan di bidang biomedis (Buhus et al., 2009; Samchenko et al., 2011). Hidrogel dapat disintesis dari polimer sintetik atau polimer alam. Polimer sintetik, seperti poly (hydroxyethyl methacrylate) (phema), polyacrylamide, dan polivinil alkohol, merupakan turunan minyak bumi yang jumlahnya semakin terbatas dan hidrogel yang dihasilkannya cenderung sulit terurai di alam. Saat ini, konsumsi dunia akan hidrogel dari polimer sintetik lebih dari satu juta ton per tahun (Abd El-Mohdy et al., 2009). Tentu saja hal ini akan menyebabkan masalah kerusakan lingkungan yang serius. Selain itu, cadangan minyak bumi yang semakin menipis menyebabkan harga minyak bumi dan polimer turunannya akan semakin melambung tinggi. Diprediksi bahwa harga hidrogel yang banyak dimanfaatkan di bidang kesehatan dan obat-obatan akan semakin tidak terjangkau, dan tentu saja hal ini dapat menimbulkan dampak negatif di sektor kesehatan masyarakat. Melihat fakta-fakta itu, maka upaya pengurangan penggunaan hidrogel berbasis polimer sintetik harus segera dilakukan. Hidrogel berbahan dasar polimer alam, seperti karbohidrat, menjanjikan sifat yang lebih unggul seperti lebih ramah lingkungan (biodegradable), non-toxic, bio-compatible dan bahan bakunya dapat diperbarui (renewable biosource) serta harganya lebih murah karena bahan bakunya tersedia secara lokal dalam jumlah 1
2 2 yang cukup melimpah dibandingkan polimer sintetis. Polimer karbohidrat yang memiliki potensi sebagai bahan baku hidrogel antara lain selulosa, pati, pektin, kitosan, serta ekstrak rumput laut seperti agar-agar, karagenan dan alginat. Dewasa ini, penelitian pencarian sumber bahan baku hidrogel cenderung meningkat, khususnya yang bersumber pada polimer alam karbohidrat non konvensional, seperti karbohidrat yang dihasilkan dari organisme laut, yang memiliki nilai ekonomis tetapi belum dimanfaatkan. Jika dibandingkan polimer sintetik, polimer alam cenderung memiliki sifat mekanis seperti stabilitas daya serap yang lebih lemah dan mudah rusak pada suhu tinggi. Tampak bahwa, tantangan yang menarik dalam sintesis hidrogel berbahan baku polimer alam adalah bagaimana rekayasa proses yang menghasilkan hidrogel dengan karakter yang dapat mensubstitusi sifat fungsional unggul yang dimiliki polimer sintetik. Untuk itu, polimer alam perlu dimodifikasi secara kimia untuk meningkatkan kestabilan mekanisnya. Polimer karagenan yang berasal dari rumput laut telah digunakan secara luas di bidang pangan dan industri farmasi (Campo et al., 2009; Nussinovitch, 2003). Indonesia memiliki sumber bahan baku lokal hidrogel berbasis polimer alam, yaitu rumput laut yang jumlah dan jenisnya sangat melimpah. Saat ini, jenis rumput laut yang banyak diminati pasar adalah jenis Eucheuma cottonii dan Glacillaria sp. Meskipun Indonesia telah menjadi negara eksportir rumput laut Eucheuma cottonii penghasil karagenan nomor empat di dunia, tetapi belum dapat memenuhi permintaan dunia terhadap rumput laut kering yang diprediksi semakin meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan dunia terhadap karagenan semakin meningkat pula. Industri pengolahan rumput laut, khususnya karagenan, masih sulit dikembangkan di Indonesia (Kompas, 2011), sehingga menyebabkan impor karagenan masih tinggi dan cenderung semakin meningkat. Kenyataan ini menunjukkan bahwa Indonesia kehilangan banyak devisa, mengingat harga karagenan adalah kali harga rumput laut. Masalah ini dapat dipecahkan jika ilmu pengetahuan dan teknologi pengolahan rumput laut dikuasai, yang produknya mampu bersaing dengan produk impor sehingga dapat meningkatkan nilai tambah rumput laut. Untuk itu, penelitian pemanfaatan sumber hayati rumput laut lokal menjadi hal yang sangat penting dan urgen untuk dilakukan. Hal ini juga mendukung rencana strategi dan agenda riset pemerintah Indonesia tentang pemanfaatan hayati, serta rencana pembatasan
3 3 ekspor rumput laut mentah mulai tahun 2012 dalam rangka mendorong pengembangan industri pengolahan rumput laut domestik. Rumput laut jenis Eucheuma cottonii menghasilkan karagenan jenis kappa. Karagenan kappa adalah polimer alam bersifat hidrofilik dan mampu membentuk gel. Sifat ini menunjukkan karagenan berpotensi sebagai bahan baku hidrogel yang bio-compatible dan dapat diaplikasikan di bidang biomedis. Hidrogel sebagai media penyimpan dan pengontrol pelepasan obat (controlled release drug) harus memenuhi persyaratan agar obat mencapai target yang diinginkan. Jika target pelepasan obat berada di usus, maka hidrogel harus menyerap air sesedikit mungkin dan tidak mudah larut di dalam lambung (ph asam), sedangkan di bagian usus (ph sedikit basa) hidrogel harus menyerap air lebih banyak sehingga obat dapat dilepas pada bagian usus. Dengan demikian, sifat hidrogel yang sensitif terhadap ph merupakan sifat penting yang diinginkan dalam sintesis hidrogel agar dapat diaplikasikan di bidang biomedis (Samchenko et al., 2011). Sifat karagenan sangat dipengaruhi oleh jenis dan sumber geografis rumput laut dan kondisi proses pemungutannya. Proses desulfasi karagenan dengan penambahan alkali pada pemungutan karagenan dari rumput laut merupakan upaya modifikasi kimiawi untuk menghasilkan struktur pembentuk gel, sehingga kekuatan gel meningkat (Campo et al., 2009). Kekuatan gel yang tinggi menunjukkan jumlah karagenan untuk membentuk gel adalah sedikit. Dengan demikian, pembentukan struktur pembentuk gel merupakan upaya modifikasi kimiawi untuk menghasilkan struktur hidrogel. Jika gel karagenan dikontakkan dengan larutan yang berisi air, maka jaringan karagenan akan menyerap air (swelling) dan kemudian secara pelan-pelan akan terlarut dalam air. Jaringan polimer seperti ini belum dapat menyimpan cairan di dalamnya, karena kecepatan hidrasinya tidak terkontrol. Desulfasi menghasilkan jaringan gel yang masih menunjukkan kecepatan hidrasi yang tidak terkontrol. Agar karagenan dapat digunakan sebagai hidrogel yang stabil, mampu menahan air (swelling) tetapi tidak mudah larut, serta memiliki sifat swelling yang dapat dirancang untuk diaplikasikan pada ph tertentu, maka struktur karagenan perlu dimodifikasi. Gugus sulfat dalam suatu polimer merupakan gugus hidrofilik dan mampu terionisasi pada ph lingkungan tertentu. Kemampuan ini mendorong polimer
4 4 diprediksi bersifat responsif terhadap ph. Proses desulfasi pada tahap pemungutan karagenan dari rumput laut, melibatkan pelepasan sulfat pada saat terjadi pembentukan struktur pembentuk gel. Upaya penambahan sulfat atau oversulfasi ke dalam karagenan yang telah mengalami desulfasi dapat meningkatkan jumlah sulfat yang merupakan gugus hidrofilik dan dapat terionisasi pada ph tertentu. Upaya oversulfasi pada karagenan ini dilakukan agar hidrogel yang dihasilkan dapat memiliki sifat swelling yang responsif terhadap perubahan ph. Upaya modifikasi karagenan dalam rangka sintesis struktur hidrogel dengan metode grafting karagenan menggunakan radiasi (Abd El-Mohdy et al., 2009) membutuhkan energi yang sangat tinggi dan penanganan lingkungan radiasi yang sangat komplek. Untuk itu perlu dikembangkan teknologi modifikasi yang lebih mudah dan murah, yaitu pembentukan ikatan silang polimer melalui ikatan kovalen atau metode crosslinking. Struktur karagenan yang berisi grup hidroksil sangat berpotensi untuk dimodifikasi dengan metode crosslinking. Metode crosslinking telah banyak diterapkan untuk meningkatkan sifat polimer alam yang berpotensi sebagai matrik pengontrol pelepasan obat. Glutaraldehid sebagai crosslinking agent telah banyak dimanfaatkan dalam sintesis hidrogel di bidang farmasi dan mudah diperoleh di Indonesia. Meskipun sudah banyak publikasi tentang upaya crosslinking menggunakan glutaraldehid pada karbohidrat seperti kitosan, alginat, dan selulosa, tetapi belum ada artikel yang mempelajari sintesis hidrogel berbasis karagenan menggunakan glutaraldehid sebagai crosslinking agent. Karagenan merupakan polimer alam yang memiliki gugus sulfat. Gugus sulfat inilah yang tidak dimiliki oleh karbohidrat lainnya. Dengan demikian, maka hidrogel berbasis karagenanglutaraldehid dapat menunjukkan sifat swelling yang berbeda dengan karbohidrat lainnya. B. Rumusan dan Batasan Masalah Rumput laut merupakan bahan baku alternatif yang menarik dalam sintesis hidrogel. Salah satu jenis rumput laut yang dibudidaya di Indonesia dan telah diekspor dalam bentuk rumput laut kering adalah Eucheuma cottonii (atau Kappaphycus alvarezii), yang menghasilkan ekstrak karagenan kappa.
5 5 Meskipun Indonesia memiliki sumber hayati rumput laut yang bernilai ekonomi tinggi, tetapi data studi pemungutan dan pemanfaatannya masih sangat terbatas. Pada penelitian ini, hidrogel disintesis dari karagenan kappa yang dipungut dari rumput laut Eucheuma cottonii. Struktur karagenan perlu dimodifikasi secara kimiawi untuk menghasilkan ikatan silang hidrogel yang memiliki sifat swelling yang dapat dirancang untuk aplikasi pada ph tertentu. Metode penambahan alkali dan jenis alkali pada proses desulfasi mempengaruhi sifat karagenan yang dihasilkan (Tuvikene et al., 2006). Pada proses desulfasi, pembentukan struktur pembentuk gel ini diiringi pelepasan sulfat dari rantai karagenan prekursor (Campo et al., 2009). Gugus sulfat dalam suatu polimer merupakan gugus hidrofilik dan mampu terionisasi pada ph lingkungan tertentu. Kemampuan ini mendorong polimer diprediksi bersifat responsif terhadap ph. Penambahan gugus sulfat pada rantai polimer dalam sintesis hidrogel dapat meningkatkan kemampuan swelling (Lee et al., 2005; Rhim et al., 2004). Penambahan sulfat atau oversulfasi pada rantai karagenan yang telah mengalami desulfasi diperkirakan dapat meningkatkan sifat sensitivas swelling degree hidrogel terhadap perubahan ph. Pada tahap crosslinking, karagenan direaksikan dengan glutaraldehid (GA) yang digunakan sebagai crosslinking agent untuk membentuk struktur ikatan silang atau hidrogel. Kondisi reaksi dan metode pencampuran polimer dan crosslinking agent sangat menentukan keberhasilan pembentukan ikatan silang (Kim et al., 1994; Rojas and Azevedo; 2011). Proses desulfasi, oversulfasi dan crosslinking diprediksi dapat digunakan untuk memodifikasi sifat swelling hidrogel. Perubahan kimiawi setiap proses mempengaruhi sifat swelling hidrogel yang dihasilkan. Oleh karena itu, peran setiap proses itu terhadap sifat swelling perlu dipelajari. Selain itu, karakterisasi produk juga dilakukan agar dapat memberikan pengetahuan tentang pengaturan struktur produk, yang dapat diaplikasikan untuk pembuatan produk baru dan pengontrolan kualitas selama proses. Sifat swelling yang mampu merespon perubahan ph, larutan fisiologis, serta larutan garam menunjukkan hidrogel berpotensi dapat diaplikasikan sebagai matrik pelepasan obat dan tissue engineering. Berdasarkan uraian sebelumnya, beberapa hal yang menjadi rumusan masalah penelitian ini antara lain:
6 6 1. Apakah desulfasi mempengaruhi sifat swelling hidrogel? 2. Apakah oversulfasi karagenan mempengaruhi sifat swelling? 3. Apakah konsentrasi glutaraldehid mempengaruhi karakter swelling hidrogel yang dihasilkan? 4. Apakah hidrogel berbasis karagenan-glutaraldehid memiliki sifat swelling yang responsif terhadap perubahan ph dan garam? C. Keaslian Penelitian Karagenan merupakan polimer alam yang memiliki gugus sulfat. Gugus sulfat inilah yang tidak banyak dimiliki oleh polimer alam lainnya. Hal inilah yang menyebabkan struktur karagenan banyak dimodifikasi untuk mendapatkan produk baru yang berpotensi diaplikasikan di bidang biomedis (Campo et al., 2009). Sintesis hidrogel berbasis karagenan yang dipungut dari rumput laut lokal Indonesia, yaitu Eucheuma cottonii belum dipublikasikan. Beberapa peneliti telah melakukan analisis peran alkali pada peristiwa pembentukan gel karagenan (Janaswami and Chandrasekaran, 2001; Kara et al., 2003; Yuguchi et al., 2003) serta desulfasi dalam pemungutan karagenan menggunakan alkali untuk meningkatkan kekuatan gel, seperti pemungutan karagenan dari rumput laut Mastocarpus stellatus (Hilliou et al., 2006), Cocotylus truncates (Tuvikene et al., 2006) dan Eucheuma Isiforme (Pelegrin et al., 2006). Namun, studi sintesis hidrogel dari rumput laut tersebut dan pengaruh desulfasi terhadap kemampuan swelling belum dilakukan. Montolalu et al. (2007) mempelajari pengaruh suhu ekstraksi Eucheuma cottonii menggunakan pelarut air terhadap karakter gel, tetapi penambahan alkali pada pemungutan karagenan dari rumput laut tidak dilakukan. Tampak bahwa studi perubahan kimiawi desulfasi pada pemungutan karagenan dari rumput laut lokal Indonesia, yaitu Eucheuma cottonii menggunakan pelarut alkali menjadi penting untuk dilakukan. Oversulfasi pada karagenan telah dipelajari oleh beberapa peneliti terdahulu (Araujo et al., 2013; Opoku et al., 2006), namun studi peran sulfasi pada kemampuan swelling hidrogel karagenan belum dilakukan. Selain itu, penggunaan K 2 SO 4 sebagai sumber sulfat belum pernah dipublikasikan. Sintesis hidrogel berbasis polimer alam dengan metode crosslinking menggunakan glutaraldehid telah banyak dipublikasikan (Jameela and
7 7 Jayakrishnan, 1995; Shang et al., 2008; Verissimo et al., 2010), namun studi sintesis hidrogel berbasis polimer tersulfasi, yaitu karagenan, belum pernah dipublikasikan. Tampak bahwa, studi pengaruh desulfasi karagenan dari Eucheuma cottonii menggunakan alkali NaOH dan KOH, oversulfasi karagenan dengan K 2 SO 4, dan crosslinking karagenan dengan glutaraldehid terhadap sifat swelling hidrogel belum pernah dipublikasikan. D. Tujuan Penelitian ini bertujuan mengembangkan pemanfaatan karagenan dari rumput laut Eucheuma cottoni, menjadi hidrogel, yaitu dengan memodifikasi sifat swelling menggunakan proses desulfasi, oversulfasi, dan crosslinking. Untuk itu, perlu dilakukan langkah-langkah optimasi proses desulfasi karagenan dari rumput laut, proses oversulfasi karagenan, kemudian dilanjutkan optimasi crosslinking karagenan yang dihasilkan proses sebelumnya. Optimasi di setiap proses itu dilakukan dengan cara mempelajari pengaruh kondisi proses terhadap karakter produk yang dihasilkan, sehingga tujuan khusus penelitian ini adalah: 1. menentukan pengaruh proses desulfasi terhadap sifat swelling hidrogel, 2. mempelajari proses oversulfasi karagenan dan pengaruhnya terhadap sifat swelling hidrogel, 3. menentukan pengaruh jumlah glutaraldehid dalam proses crosslinking terhadap sifat swelling hidrogel, dan 4. menentukan sifat sensitivitas swelling hidrogel terhadap perubahan ph dan garam. E. Manfaat Keberhasilan penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat antara lain: a. mendapatkan data yang dapat digunakan untuk merancang sifat swelling hidrogel sehingga potensi aplikasinya dapat diprediksi, b. dapat memberikan teori yang berguna untuk sintesis hidrogel dari karagenan atau polimer tersulfasi sejenis lainnya, c. menumbuhkembangkan studi peningkatan nilai ekonomi rumput laut melalui inovasi produk baru berbahan baku rumput laut, seperti biodegradable plastic, encapsulation, kosmetika, dan biomedis.
BAB 1 PENDAHULUAN. ditambahkan ke dalam tanah (Akelah,1996). Kehilangan sejumlah nutrisi dan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di bidang pertanian pupuk merupakan salah satu hal yang penting, pupuk dapat meningkatkan kinerja atau proses pertumbuhan tanaman. Pada proses pertumbuhan tanaman
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selulosa merupakan bahan atau materi yang sangat berlimpah di bumi ini. Selulosa yang dihasilkan digunakan untuk membuat perabot kayu, tekstil, kertas, kapas serap,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penggunaan pupuk sintetik dan pestisida yang tidak merata dan tidak menggunakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam bidang pertanian, penggunaan pupuk sintetik dan pestisida merupakan salah satu faktor pendukung dalam peningkatan hasil produksi pertanian. Namun, penggunaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seperti asam karboksilat, karbokamida, hidroksil, amina, imida, dan gugus lainnya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Superabsorbent polymer (SAP) merupakan jaringan rantai polimer tiga dimensi dengan ikatan silang ringan yang membawa disosiasi gugus fungsi ionik seperti asam karboksilat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hasil produksi jeruk sebanyak 2 juta ton per tahun (Anonim 1, 2013).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jeruk merupakan buah yang sering dijumpai dan banyak dibudidayakan di Indonesia. Tanaman ini bisa tumbuh di daerah dataran rendah sampai dengan daerah berketinggian
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang sangat kaya hasil alam terlebih hasil perairan. Salah satunya rumput laut yang merupakan komoditas potensial dengan nilai ekonomis tinggi
Lebih terperinci2016 SINTESIS DAN KARAKTERISASI HIDROGEL SUPERABSORBEN (SAP) BERBASIS POLI (VINIL ALKOHOL-KO-ETILEN GLIKOL)
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hidrogel polimer adalah suatu material yang tersusun dari kisi-kisi polimer padat dan sebuah fasa larutan. Secara khusus, hidrogel memiliki kemampuan untuk menyerap
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.
1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,
Lebih terperinciLAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN HIDROGEL DARI RUMPUT LAUT (Eucheuma cottonii) DENGAN METODE KARBOKSIMETILASI DAN METODE CROSSLINKING
LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN HIDROGEL DARI RUMPUT LAUT (Eucheuma cottonii) DENGAN METODE KARBOKSIMETILASI DAN METODE CROSSLINKING Disusun Oleh: ATIKA SARI ASTUTI S I 8313007 FARADILA ARDHINING TYAS I
Lebih terperinciPEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Kombinasi Protein Koro Benguk dan Karagenan Terhadap Karakteristik Mekanik (Kuat Tarik dan Pemanjangan)
4. PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Kombinasi Protein Koro Benguk dan Karagenan Terhadap Karakteristik Mekanik (Kuat Tarik dan Pemanjangan) Karakteristik mekanik yang dimaksud adalah kuat tarik dan pemanjangan
Lebih terperinciBAB Ι PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB Ι PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai macam obat dikonsumsi manusia untuk menjaga tubuhnya tetap sehat. Tetapi ada beberapa jenis obat yang bila dikonsumsi memiliki rasa atau aroma tidak enak sehingga
Lebih terperinciPrarencana Pabrik Karagenan dari Rumput Laut Eucheuma cottonii I-1
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan, termasuk salah satu negara dengan garis pantai terpanjang di dunia yaitu 95.181 km dan memiliki keanekaragaman hayati laut berupa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pupuk yang ditambahkan pada tanah akan melepaskan nutrient yang dibutuhkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pupuk merupakan salah satu dari berbagai faktor penting dalam pertanian. Pupuk yang ditambahkan pada tanah akan melepaskan nutrient yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan pangan yang semakin meningkat memicu peningkatan penggunaan pupuk untuk pertanian setiap tahunnya. Menurut perkiraan Departemen Pertanian, kebutuhan pupuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satunya adalah rumput laut. Menurut Istini (1985) dan Anggraini (2004),
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia adalah negara kepulauan dengan kawasan pesisir dan lautan yang memiliki berbagai sumber daya hayati sangat besar dan beragam, salah satunya adalah rumput
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan dengan panjang garis pantai 81.000 km merupakan kawasan pesisir dan lautan yang memiliki berbagai sumberdaya hayati yang sangat besar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kolagen alami hewan yang terdapat pada kulit, tulang, tulang rawan, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gelatin merupakan salah satu jenis protein yang diekstraksi dari jaringan kolagen alami hewan yang terdapat pada kulit, tulang, tulang rawan, dan jaringan ikat. Sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. luas dan kaya akan sumber daya alam salah satunya adalah rumput laut. Rumput
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki wilayah laut yang luas dan kaya akan sumber daya alam salah satunya adalah rumput laut. Rumput laut merupakan komoditas
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kitosan adalah polimer glukosamin yang merupakan selulosa beramin, nomer dua terbanyak di alam setelah selulosa. Kitosan ditemukan pada cangkang invetebrata hewan perairan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada beberapa tahun belakangan ini penelitian mengenai polimer
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada beberapa tahun belakangan ini penelitian mengenai polimer penyimpan air yang biasa disebut superabsorbent polymer (SAP) banyak dilakukan dan dikembangkan oleh
Lebih terperinciKecepatan Release Asam Salisilat dari Crosslinked Carrageenan Film : Pengaruh Konsentrasi Glutaraldehid sebagai Crosslinker
Kecepatan Release Asam Salisilat dari Crosslinked Carrageenan Film : Pengaruh Konsentrasi Glutaraldehid sebagai Crosslinker Steffy Devi Intan Permatasari Putri, Christine Melani, dan Sperisa Distantina
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hidrogel yang terbuat dari polisakarida alami sudah secara luas di teliti dalam bidang farmasi dan kesehatan, seperti rekayasa jaringan, penghantaran obat, imobilisasi
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Studi terhadap kitosan telah banyak dilakukan baik dalam bentuk serpih, butiran, membran, maupun gel. Kemampuan kitosan yang diterapkan dalam berbagai bidang industri modern,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Proyeksi tahunan konsumsi bahan bakar fosil di Indonesia
Prarancangan Pabrik Etil Alkohol dari Molase BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Harga minyak dunia yang melambung, sudah lama diprediksi. Logikanya, minyak bumi (fossil fuel) adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang terjadi di dunia khususnya dari bahan bakar fosil yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis energi yang terjadi di dunia khususnya dari bahan bakar fosil yang bersifat non renewable disebabkan dari semakin menipisnya cadangan minyak bumi. Saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang kebutuhan bahan bakarnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kebutuhan bahan bakarnya semakin meningkat. Hal ini disebabkan kerena pertambahan jumlah penduduk serta meningkatnya penggunaan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. konsumsi masyarakat, khususnya untuk plastik kemasan. Berdasarkan data
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Produksi plastik di Indonesia mengalami peningkatan seiring dengan kenaikan konsumsi masyarakat, khususnya untuk plastik kemasan. Berdasarkan data INAPLAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tumbuhan. Secara alami pati ditemukan dalam bentuk butiran-butiran yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pati merupakan polimer glukosa yang banyak ditemukan dalam jaringan tumbuhan. Secara alami pati ditemukan dalam bentuk butiran-butiran yang disebut granula. Granula
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tepung Jagung Swasembada jagung memerlukan teknologi pemanfaatan jagung sehingga dapat meningkatkan nilai tambahnya secara optimal. Salah satu cara meningkatkan nilai tambah
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.
I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 67
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xi DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH... xii ABSTRAK...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perkembangan yang cukup pesat dibidang riset dan teknologi menghasilkan penemuan penemuan bermanfaat, salah satunya adalah nanofiber. Nanofiber disintesis menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pengemasan merupakan proses perlindungan suatu produk pangan yang bertujuan menjaga keawetan dan konsistensi mutu. Produk yang dikemas akan memiliki masa simpan relatif
Lebih terperincienzim dan ph rendah dalam lambung), mengontrol pelepasan obat dengan mengubah struktur gel dalam respon terhadap lingkungan, seperti ph, suhu,
BAB 1 PENDAHULUAN Dalam sistem penghantaran suatu obat di dalam tubuh, salah satu faktor yang penting adalah bentuk sediaan. Penggunaan suatu bentuk sediaan bertujuan untuk mengoptimalkan penyampaian obat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Plastik adalah bahan yang banyak sekali di gunakan dalam kehidupan manusia, plastik dapat di gunakan sebagai alat bantu yang relative kuat, ringan, dan mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang terjadi di berbagai negara di belahan dunia saat ini
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis energi yang terjadi di berbagai negara di belahan dunia saat ini sudah memasuki tahapan yang sangat serius dan memprihatinkan sehingga harus segera dicari
Lebih terperinciSTUDI KINETIKA PEMBENTUKAN KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT
Laboratoium Teknik Reaksi Kimia Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember STUDI KINETIKA PEMBENTUKAN KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT Dini Fathmawati 2311105001 M. Renardo Prathama A 2311105013
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kitosan dihasilkan dari kitin dan mempunyai struktur kimia yang sama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kitosan dihasilkan dari kitin dan mempunyai struktur kimia yang sama dengan kitin, terdiri dari rantai molekul yang panjang dan berat molekul yang tinggi. Adapun perbedaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu dampak negatif perkembangan zaman yang begitu pesat saat ini adalah adanya pergeseran pola makan, dari pola makan yang seimbang dan alami menjadi pola makan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan plastik semakin populer di kalangan masyarakat Indonesia, karena memiliki banyak kegunaan dan praktis. Plastik merupakan produk polimer sintetis yang terbuat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini penggunaan plastik di Indonesia sebagai bahan kemasan pangan untuk memenuhi kebutuhan sehari hari sangat besar (mencapai 1,9 juta ton di tahun 2013) (www.kemenperin.go.id),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Industri dunia menganalisa peningkatan pasar emulsifier. Penggunaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri dunia menganalisa peningkatan pasar emulsifier. Penggunaan emulsifier dalam makanan dan minuman serta produk perawatan tubuh akan meningkatkan penggunaan emulsifier
Lebih terperinci1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat
1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Peneltian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. teknologi sekarang ini. Menurut catatan World Economic Review (2007), sektor
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan akan energi tidak pernah habis bahkan terus meningkat dari waktu ke waktu seiring dengan berkembangnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini.
Lebih terperinci4.1. Penentuan Konsentrasi Gel Pektin dalam Cookies
4. PEMBAHASAN Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini adalah buah jeruk keprok Malang yang masih mentah. Hal ini disebabkan karena pada buah yang belum matang lamella belum mengalami perubahan struktur
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.
I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Lateks karet alam didapat dari pohon Hevea Brasiliensis yang berasal dari famili Euphorbia ceae ditemukan dikawasan tropikal Amazon, Amerika Selatan. Lateks karet
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan energi untuk beberapa abad ke depan, semakin meningkat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan energi untuk beberapa abad ke depan, semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk dunia dan berkembangnya negaranegara maju menuju negara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pati adalah bahan baku yang sangat penting untuk industri makanan. Sebagai pengembangan produk makanan yang baru, pati memiliki sifat khusus yang fungsional. Fungsi
Lebih terperinciTEKNOLOGI PRODUKSI ENZIM MIKROBIAL
TEKNOLOGI PRODUKSI ENZIM MIKROBIAL Ani Suryani FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR PENDAHULUAN Sumber Enzim Tanaman dan Hewan Mikroba Enzim dari Tanaman Enzim dari Hewan Enzim dari Mikroba
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kitosan merupakan kitin yang dihilangkan gugus asetilnya dan termasuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kitosan merupakan kitin yang dihilangkan gugus asetilnya dan termasuk kelompok senyawa polisakarida, dimana gugus asetilnya telah hilang sehingga menyisakan gugus amina
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Prarancangangan Pabrik HPAM dari Monomer Acrylamide Kapasitas ton/tahun
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Untuk mencapai suatu struktur ekonomi yang kuat diperlukan pembangunan industri untuk menunjang kebutuhan masyarakat akan berbagai jenis produk. Selain berperan dalam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Kenaikannya diperkirakan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kertas merupakan salah satu kebutuhan yang penting di dunia. Kebutuhan kertas terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Kenaikannya diperkirakan mencapai
Lebih terperinciEffervescent system digunakan pada penelitian ini. Pada sistem ini formula tablet mengandung komponen polimer dengan kemampuan mengembang seperti
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang farmasi semakin pesat, khususnya dalam pengembangan berbagai macam rancangan sediaan obat. Rancangan sediaan obat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Salah satu permasalahan ketahanan pangan di Indonesia adalah masalah produktivitas tanaman pangan yang masih cukup rendah (DRN, 2006). Produktivitas lahan umumnya relatif
Lebih terperinciKementerian Perindustrian BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN IKLIM DAN MUTU INDUSTRI
Kode Judul : V.16 "PEMBUATAN BENANG GELATIN SEBAGAI PRODUK TEKSTIL BIOMATERIAL MELALUI PROSES WET SPINNING" Rifaida Eriningsih Kementerian Perindustrian BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN IKLIM DAN MUTU INDUSTRI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Limbah plastik sintetik menjadi salah satu permasalahan yang paling memprihatinkan di Indonesia. Jenis plastik yang beredar di masyarakat merupakan plastik sintetik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ester gula asam lemak merupakan non-ionik emulsifier yang bersifat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ester gula asam lemak merupakan non-ionik emulsifier yang bersifat biodegradable dan tidak beracun yang telah banyak digunakan dalam berbagai bidang seperti bidang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Lingkungan Jurusan
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Lingkungan Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI. Untuk keperluan Analisis digunakan Laboratorium
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Krisis energi saat ini menjadi bahan yang tak akan pernah habisnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis energi saat ini menjadi bahan yang tak akan pernah habisnya dibahas, pasalnya ilmu pengetahuan dan teknologi pada zaman ini terus berkembang. Bahan bakar
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar atau Riskesdas (2014), sebanyak 40,6%
BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kekurangan gizi merupakan salah satu masalah yang serius di Indonesia. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar atau Riskesdas (2014), sebanyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini penggunaan magnetic nanoparticles (MNPs) sebagai perangkat elektronik semakin banyak diminati. Hal ini didasarkan pada keunikan sifat kemagnetan yang dimilikinya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kiswari Diah Puspita D
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak dulu manusia di seluruh dunia tidak pernah lepas dari penggunaan sesuatu yang berbahan kimia dalam kehidupan sehari-hari Hal ini harus diperhatikan dan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium
26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium Kimia Lingkungan Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kitin dan kitosan merupakan biopolimer yang secara komersial potensial
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kitin dan kitosan merupakan biopolimer yang secara komersial potensial dalam berbagai bidang dan industri. Kitin dan kitosan merupakan bahan dasar dalam bidang biokimia,
Lebih terperinciUCAPAN TERIMA KASIH...
DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ketersediaan sumber bahan bakar fosil yang terus menipis mendorong para
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketersediaan sumber bahan bakar fosil yang terus menipis mendorong para peneliti untuk mengembangkan usaha dalam menanggulangi masalah ini diantaranya menggunakan
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi mempunyai peranan penting dalam pencapaian kehidupan manusia di bumi. Berdasarkan data Departemen ESDM (2008), kondisi umum penggunaan energi di Indonesia masih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Amar Ma ruf D
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu bidang yang dapat menunjang perkembangan negara Indonesia adalah bidang industri, terutama industri kimia. Namun industri kimia dalam negeri masih
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap tahun permintaan untuk Drug Delivery System atau sistem
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap tahun permintaan untuk Drug Delivery System atau sistem penghantaran obat semakin meningkat. Sistem penghantaran obat tersebut dapat diklasifikasikan berdasarkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Popularitas salak sebagai buah meja semakin meningkat sejak petani di
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Popularitas salak sebagai buah meja semakin meningkat sejak petani di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta banyak mengembangkan varietas salak yang memiliki rasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri yang menghasilkan limbah logam berat banyak dijumpai saat ini.
Industri yang menghasilkan limbah logam berat banyak dijumpai saat ini. Berbagai macam industri yang dimaksud seperti pelapisan logam, peralatan listrik, cat, pestisida dan lainnya. Kegiatan tersebut dapat
Lebih terperinciProtein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat.
PROTEIN Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. Sebagai zat pembangun, protein merupakan bahan pembentuk jaringanjaringan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia kebutuhan gula masyarakat dipenuhi oleh produsen lokal dan produsen
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gula merupakan salah satu kebutuhan penting bagi masyarakat. Di Indonesia kebutuhan gula masyarakat dipenuhi oleh produsen lokal dan produsen luar negeri. Data produksi
Lebih terperinciKementerian Perindustrian BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN IKLIM DAN MUTU INDUSTRI
Kode Judul : V.16 "PEMBUATAN BENANG GELATIN SEBAGAI PRODUK TEKSTIL BIOMATERIAL MELALUI PROSES WET SPINNING" Rifaida Eriningsih Kementerian Perindustrian BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN IKLIM DAN MUTU INDUSTRI
Lebih terperinci2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Polimer. 2.2 Membran
2 Tinjauan Pustaka 2.1 Polimer Polimer (poly = banyak, meros = bagian) merupakan molekul besar yang terbentuk dari susunan unit ulang kimia yang terikat melalui ikatan kovalen. Unit ulang pada polimer,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ethanol banyak dipergunakan dalam berbagai aspek kehidupan, baik industri
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ethanol banyak dipergunakan dalam berbagai aspek kehidupan, baik industri maupun untuk keperluan sehari-hari. Ethanol merupakan salah satu produk industri yang penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan memiliki fungsi utama sebagai penyedia nutrien untuk kebutuhan metabolisme tubuh. Seiring dengan perkembangan ilmu, diketahui bahwa makanan juga dapat membantu
Lebih terperinciDAFTAR ISI. PERNYATAAN... i. ABSTRAK... ii. KATA PENGANTAR... iv. UCAPAN TERIMA KASIH... v. DAFTAR ISI... vii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR GAMBAR...
DAFTAR ISI PERNYATAAN... i ABSTRAK... ii KATA PENGANTAR... iv UCAPAN TERIMA KASIH... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang...
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sampai ke pengemasan (Syafii, 2000). Seiring dengan meningkatnya jumlah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kertas merupakan salah satu kebutuhan penting, mulai dari dunia pendidikan, sampai ke pengemasan (Syafii, 2000). Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. beberapa asupan kedalam tubuh. Beberapa asupan yang dibutuhkan oleh tubuh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya dalam melakukan aktivitas sehari-hari manusia memerlukan beberapa asupan kedalam tubuh. Beberapa asupan yang dibutuhkan oleh tubuh manusia antara lain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan energi dunia saat ini telah bergeser dari sisi penawaran ke sisi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengelolaan energi dunia saat ini telah bergeser dari sisi penawaran ke sisi permintaan. Artinya, kebijakan energi tidak lagi mengandalkan pada ketersediaan pasokan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada lima puluh tahun terakhir, produk-produk yang dibuat dari bahan plastik telah menjadi kebutuhan sehari-hari. Bahan plastik ini mempunyai keunggulan
Lebih terperinci4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Faktor Lingkungan Faktor lingkungan yang dimaksud adalah kondisi oseanografi dan meteorologi perairan. Faktor oseanografi adalah kondisi perairan yang berpengaruh langsung terhadap
Lebih terperincimembantu pemerintah dalam menanggulangi masalah pengangguran dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis gula yang terjadi belakangan ini mengakibatkan konsumsi pemanis selalu melampaui produksi dalam negeri, sehingga Indonesia terpaksa mengimpor pemanis dari luar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikembangkan, mulai dari teh, kopi, karet, kakao, kelapa, rempah-rempah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai sumber daya perkebunan yang berpotensi untuk dikembangkan, mulai dari teh, kopi, karet, kakao, kelapa, rempah-rempah sampai dengan produk pertanian
Lebih terperinciUntuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam
Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam klorida 0,1 N. Prosedur uji disolusi dalam asam dilakukan dengan cara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Plastik sebagai kemasan produk menjadi suatu kebutuhan bagi masyarakat
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Plastik sebagai kemasan produk menjadi suatu kebutuhan bagi masyarakat Indonesia, baik digunakan untuk produk pangan maupun non pangan. Berdasarkan data INAPLAS
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau, dengan garis pantai sekitar 81.000 km. Wilayah lautannya meliputi 5,8 juta km2 atau
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. buah-buahan. Berbagai macam jenis buah tumbuh di Indonesia dan ada beberapa
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keanekaragaman buah-buahan. Berbagai macam jenis buah tumbuh di Indonesia dan ada beberapa yang masih belum dikenal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang penting dalam perawatan luka. Prinsip dasar dalam memilih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Dressing (balutan) luka merupakan suatu material yang digunakan untuk menutupi luka. Tujuan dari penutupan luka ini adalah untuk melindungi luka dari infeksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Riset bidang material skala nanometer sangat pesat dilakukan di seluruh dunia saat ini. Jika diamati, hasil akhir dari riset tersebut adalah mengubah teknologi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memproduksi sel darah. Karena peranannya ini, kerusakan tulang dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tulang memiliki peranan yang penting dalam tubuh manusia. Fungsi tulang antara lain sebagai pembentuk kerangka tubuh, tempat menempelnya otot dan jaringan, penyimpan
Lebih terperinciManfaat Penelitian 2 TINJAUAN PUSTAKA Pati Onggok Tapioka
3 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini merupakan terobosan untuk mengurangi kelemahan dari sifat fungsional onggok tapioka, sehingga meningkatkan potensinya sebagai bahan hidrogel yang diharapkan mampu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu bentuk sediaan yang sudah banyak dikenal masyarakat untuk pengobatan adalah
Lebih terperinci2014 WAKTU OPTIMUM ISOLASI NANOKRISTALIN SELULOSA BAKTERIAL DARI LIMBAH KULIT NANAS
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Polimer bahan baku berbasis petroleum semakin hari semakin dibatasi penggunaannya disebabkan polimer berbahan baku petroleum bersifat tidak terbarukan, tidak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tidak rata karena mata tunas dan warna daging dari putih hingga kuning
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan salah satu jenis tanaman hortikultura yang dikonsumsi pada bagian umbi di kalangan masyarakat dikenal sebagai sayuran umbi. Kentang
Lebih terperinciResin sebagai media penukar ion mempunyai beberapa sifat dan keunggulan tertentu. Sifat-sifat resin yang baik adalah sebagai berikut:
DASAR TEORI Resin penukar ion ( ion exchange) yang merupakan media penukar ion sintetis pertama kali dikembangkan oleh Adam dan Holmes. Penemuan ini membuka jalan pembuatan resin hasil polimerisasi styrene
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidak dapat dipungkiri bahwa cadangan sumber energi fosil dunia sudah semakin menipis. Hal ini dapat berakibat pada krisis energi yang akan menyebabkan terganggunya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Total produksi penangkapan dan perikanan udang dunia menurut Food and Agriculture Organization pada tahun 2009 berkisar 6 juta ton pada tahun 2006 [1] dan mempunyai
Lebih terperinci