BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian Teknologi membran telah tumbuh dan berkembang secara dinamis sejak pertama kali dikomersialkan oleh Sartorius-Werke di Jerman pada tahun Pengembangan dan aplikasi teknologi ini semakin beragam dan penemuan baru pun semakin banyak dipublikasikan. Teknologi membran pada akhirnya menjadi salah satu teknologi yang dapat memberikan solusi bagi umat manusia dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari, terutama untuk proses pemisahan (Mulder, 1996). Pada permulaan abad 20, telah banyak dikembangkan penggunaan membran yang memiliki kestabilan termal dan mekanik tinggi untuk pemisahan ion logam. Beberapa bahan polimer telah dikembangkan untuk membuat membran tersebut, seperti turunan selulosa, polisulfon, polipropilen dan polivinildifluorida. Kitosan telah digunakan dalam penelitian biomedis dan bioteknologi sebagai material pembuat membran karena memiliki beberapa sifat yaitu hidrofilik, non toksik, kompatibel secara biologi, dan biodegradabel. Proses swelling serbuk kitosan menjadi larutan, beads, gel, serta membran, telah dilakukan oleh beberapa peneliti dalam rangka mengoptimasi kemampuan adsorpsi kitosan terhadap ion logam berat maupun dalam aplikasi yang lebih luas. Melalui proses pelarutan, kitosan dapat dibuat menjadi membran kitosan yang berguna untuk pengikatan urea, pemisahan campuran alkohol dengan air, dan sensor gas CO 2 terlarut dalam air (Liu et al., 2003; Musa dan Shahidan, 2003; Liu et al., 2005). Kitosan [poli(2-amino-2-deoksi-d-glukosa)] merupakan polimer alami yang melimpah kedua setelah selulosa. Kitosan merupakan turunan utama kitin yang dihasilkan dari deasetilasi kitin menggunakan NaOH. Kitin merupakan polimer linier dari unit monomer N-asetil-2-amino-2-deoksi-D-glukopiranosa 1

2 2 (N-asetil-D-glukosamin). Kitosan menarik untuk dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuat membran karena memiliki gugus fungsi NH 2 dan OH yang mudah untuk dimodifikasi. Membran kitosan memiliki kelemahan yaitu sifat mekanik rendah yang ditunjukkan dengan harga tensile strength (kekuatan tarik), percent elongation (persentase perpanjangan) yang rendah dan harga modulus Young yang tinggi (Liu et al., 2004; Yeh et al., 2007). Membran polimer organik memiliki beberapa kelemahan seperti sifat mekanik rendah, tidak stabil pada suhu tinggi dan ph ekstrim, serta mudah terdekomposisi dalam pelarut organik. Untuk mengatasi kelemahan tersebut bahan-bahan anorganik digunakan sebagai alternatif. Bahan-bahan anorganik lebih stabil pada suhu tinggi dan ph ekstrim serta dapat bertahan dalam pelarut organik. Senyawa anorganik yaitu silika ditambahkan pada pembuatan membran kitosan bertujuan untuk meningkatkan kestabilan membran kitosan dengan pembentukan tautan silang dengan silika melalui terbentuknya ikatan hidrogen antara struktur kitosan dengan silika (Yeh et al., 2007; Al-Sagheer dan Muslim, 2010). Sumber silika yang digunakan para Peneliti terdahulu dalam pembuatan membran kitosan-silika adalah γ-glisidoksipropiltrimetoksi ortosilan (GPTMS) (Liu et al., 2004), campuran tetrametil ortosilan (TMOS) dan viniltrietoksi ortosilan (VTES) (Yeh et al., 2007), 3-aminopropiltrietil ortosilan (APTEOS) (Chen et al., 2007), polidimetil siloksan (PDMS) (Enescu et al., 2009), tetraetil ortosilan (TEOS) (Al-Sagheer dan Muslim, 2010), dan natrium silikat yang diisolasi dari abu sekam padi (Zulti et al., 2012). Peneliti terdahulu (Yeh et al., 2007; Chen et al., 2007; Enescu et al., 2009) melaporkan bahwa pembuatan membran kitosan-silika dengan menggunakan proses sol-gel diperoleh hasil bahwa semakin banyak silika yang ditambahkan, membran yang dihasilkan belum memenuhi kualitas yang diharapkan. Kondisi ini ditunjukkan dengan membran kitosan-silika yang dihasilkan memiliki nilai kekuatan tarik, persentase perpanjangan yang belum meningkat secara signifikan.

3 3 Dalam pembuatan membran, pemlastis digunakan untuk memperbaiki sifat mekanik, menjaga keutuhan dan menghindari lubang serta keretakan. Dalam matrik membran, penambahan pemlastis diharapkan mengurangi ikatan hidrogen intermolekul pada kitosan sehingga memperlemah gaya intermolekul. Menurut Zhang et al. (2002); He et al. (2009) dan Rodriguez-Nunez et al. (2009), pemlastis seca(ii)ra umum merupakan molekul-molekul poliol termasuk sorbitol, gliserol dan polietilen glikol (PEG). Kestabilan mekanik, fisik dan kimia membran akan berpengaruh pada saat membran tersebut diaplikasikan untuk proses pemisahan. Penambahan pemlastis PEG diharapkan meningkatkan sifat fisik dan mekanik, serta sifat hidrofil pada permukaan membran secara signifikan sehingga larutan ion logam mudah berdifusi melalui membran kitosan-silika-peg. Gugus-gugus fungsional utama pada kitosan yaitu NH 2 dan OH merupakan gugus aktif yang memiliki kemampuan mengadakan interaksi dengan ion logam. Gugus NH 2 merupakan ligan yang lebih kuat dibandingkan dengan ligan OH. Dalam deret spektrokimia untuk kekuatan ligan, gugus OH terletak di sebelah kiri gugus NH 2. Asumsi ini telah dilaporkan oleh Muzarelli (1977); Tsezoz dan Volesky (1982) yang dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa pengikatan ion logam pada kitin dan kitosan didominasi oleh gugus NHCO dan NH 2. Menurut Li et al. (2005) adanya tautan silang menjadikan jarak antar rantai kitosan meningkat yang membuat ion logam lebih mudah terikat dengan gugus NH 2 atau NHCO. Tautan silang juga menurunkan kristalinitas kitosan, kristalinitas memainkan peranan yang penting dalam proses adsorpsi ion logam. Menurunnya kristalinitas kitosan menaikkan kemampuan adsorpsi terhadap ion logam. Tautan silang melalui gugus NH 2 menyebabkan penurunan kemampuan adsorspsi yang lebih besar daripada tautan silang melalui gugus OH, karena gugus NH 2 lebih kuat mengikat ion logam daripada gugus OH. Miao et al. (2008) melakukan sintesis membran nanofiltrasi N,O-karboksimetil kitosan, epiklorhidrin (ECH) digunakan sebagai pentaut silang.

4 4 Kenaikan konsentrasi pentaut silang menyebabkan pengurangan ukuran pori dan daya adsorpsi terhadap air. Kenaikan konsentrasi pentaut silang juga mengurangi fluks dan meningkatkan koefesien rejeksi pada elektrolit anorganik. Baroni et al. (2008) melakukan sintesis membran kitosan, membran kitosan yang ditaut silang dengan glutaraldehid (GLA), dan membran kitosan yang ditaut silang dengan ECH digunakan untuk mengadsorpsi ion logam Cr(VI) dengan metode batch. Model adsorpsi Langmuir merupakan model adsorpsi yang lebih cocok digunakan pada adsorpsi ion Cr(VI) pada membran kitosan yang diikat silang dengan ECH dengan kondisi ph = 6. Pada kondisi ph = 6, membran kitosan yang ditaut silang dengan ECH memiliki harga kapasitas adsorpsi lebih tinggi daripada ph = 2. Demikian sebaliknya, membran kitosan yang ditaut silang dengan GLA memiliki harga kapasitas adsorpsi lebih tinggi daripada ph = 2. Cheng et al. (2010) melakukan sintesis modifikasi membran tipis kitosan dari kitosan beads. Membran digunakan untuk mengadsorpsi ion Cu(II), hasil penelitian menunjukkan bahwa proses adsorpsi merupakan adsorpsi kimia, eksternal transfer massa dan difusi partikel internal pori merupakan faktor mengontrol jalannya adsorpsi. Atom N pada gugus NH 2 menyediakan pasangan elektron bebas untuk membentuk ikatan kovalen koordinasi dengan ion logam. Viera et al. (2011) menggunakan membran kitosan yang ditaut silang dengan GLA dan ECH untuk mengadsorpsi ion Cu(II), Hg(II), dan Cr(VI). Hasil XPS menunjukkan bahwa membran kitosan yang ditaut silang ECH lebih stabil untuk mengadsorpsi ion Cu(II) dibandingkan membran kitosan yang ditaut silang GLA. Hal sebaliknya untuk kromium yang sukar terikat pada membran kitosan yang ditaut silang dengan GLA maupun dengan ECH karena ion Cr(VI) akan mengalami reaksi reduksi. Ion Hg(II) dengan mudah diadsorpsi oleh membran kitosan maupun membran kitosan yang ditaut silang dengan GLA dan ECH meskipun melalui mekanisme yang berbeda. Sintesis higrogel kitosan yang ditaut silang dengan piromelitik dianhirida (PMDA), benzopenon-3, ',4,4'-tetrakarboksil dianhidrida (BTDA), 4,4'-oksidiptalik

5 5 dianhidrid (ODPA) dan 4,4'-(heksafluoroisopropilidin) diptalik dianhidrid (FDA) dilakukan oleh Kavininia et al. (2012). Hasil yang diperoleh adalah kitosan yang ditaut silang mengalami penurunan kadar N karena pentaut silang mengalami reaksi dengan gugus NH 2 pada kitosan. Kesimpulan dari beberapa penelitian tersebut adalah adanya gugus pentaut silang pada membran kitosan menyebabkan berkurangnya gugus NH 2 pada kitosan. Berkurangnya gugus NH 2 mengakibatkan berkurangnya situs aktif kitosan untuk berikatan dengan ion logam melalui pembentukan ikatan kovalen koordinasi. Adsorpsi dapat terjadi selain dengan menggunakan gugus aktif, porositas maupun tingginya luas permukaan membran akan meningkatkan jumlah ion logam teradsorpsi. Dalam rangka meningkatkan kinerja membran terutama dalam aplikasinya sebagai membran pemisah maupun membran adsorpsi maka diperlukan membran yang kuat dan lentur maupun membran yang memiliki kapasitas adsorpsi dan selektivitas tinggi. Penambahan silika dan PEG diharapkan meningkatkan kualitas dan kinerja membran berbahan dasar kitosan. Berdasarkan teori HSAB, gugus NH 2 pada membran kitosan-silika-peg merupakan basa keras. Ion Mg(II) dan Ca(II) merupakan asam keras, Cu(II) dan Zn(II) asam madya dan ion Cd(II) merupakan asam lunak. Gugus NH 2 pada membran kitosan-silika-peg yang merupakan basa keras yang dapat mengikat ion Mg(II) dan Ca(II) lebih efektif daripada ion logam Cu(II), Zn(II), dan Cd(II). Dengan demikian permasalahan yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut: 1) mempelajari pengaruh komposisi kitosan/silika/peg terhadap sifat mekanik, fisik dan kimia membran, 2) mempelajari pengaruh ph larutan, waktu kontak dan konsentrasi awal ion logam pada adsorpsi antara membran kitosan-silika-peg terhadap ion Mg(II), Ca(II), Cu(II), Zn(II), dan Cd(II) menggunakan sistem batch dan transpor ion. 1.2 Keaslian Penelitian Penelitian tentang pembuatan membran kitosan-silika sudah banyak dilakukan. Sumber silika yang digunakan adalah TMOS, TEOS, VTES, GPTMS,

6 6 PDMS, APTEOS. Menurut penelusuran literatur, natium silikat komersial dan natrium silikat yang diisolasi dari abu sekam padi belum pernah digunakan sebagai sumber silika pada pembuatan membran kitosan-silika. Copello et al. (2008) menggunakan membran kitosan yang dilapisi silikat pada berbagai lapisan sebagai adsorben untuk ion Cd(II), Cr(III), dan Cr(VI) dari larutan. Membran kitosan lapisan silikat disintesis dengan cara melapisi membran kitosan dengan larutan natrium silikat komersial secara berulang. Tingkat keasaman medium mempengaruhi hasil adsorpsi, pada ph 4 didapatkan bahwa hasil adsorpsi ion Cd(II) dan Cr(III) lebih rendah dibandingkan pada ph 7. Hal ini karena pada ph rendah terjadi protonasi gugus NH 2 menjadi NH + 3 yang menyebabkan tolakan antara ion logam dengan gugus NH + 3. Demikian sebaliknya untuk ion logam Cr(VI) yang memiliki spesies anion, akan terjadi reaksi elektrostatik ion logam Cr(VI) dengan gugus NH + 3. Natrium silikat komersial yang dilapiskan pada membran kitosan terbukti meningkatkan kapasitas adsorpsi ion Cr(VI) dan Cd(II). Membran makropori kitosan disintesis Ghaee et al. (2010) dengan mencampurkan larutan kitosan dan silika gel perdagangan dengan perbandingan 1/1 dan 1/3. Membran digunakan untuk mengadsorpsi ion Cu(II), hasil penelitian menunjukkan bahwa membran dengan perbandingan kitosan-silika (1/3) memiliki kapasitas adsorpsi lebih tinggi dibandingkan dengan kitosan-silika (1/1). Zulti et al. (2012) menggunakan natrium silikat yang diisolasi dari abu sekam padi sebagai sumber silika pada pembuatan membran kitosan-silika. Natrium silikat yang diisolasi dari abu sekam padi kemudian dibuat menjadi silika bentuk partikel. Pada pembuatan membran kitosan-silika, silika bentuk partikel dicampurkan pada larutan kitosan kemudian diuapkan pelarutnya sampai terbentuk membran yang kering. Pada pembuatan membran dengan bahan 3 gram kitosan dan 2 gram silika bentuk partikel menunjukkan membran hasil sintesis memiliki ukuran pori paling besar. Membran dengan rasio massa 2:1

7 7 memiliki ukuran pori paling kecil dan merupakan membran yang paling efektif untuk mengeliminasi ion Cr(VI) dibandingkan membran yang lain. Metode preparasi membran yang dikerjakan Peneliti berbeda dengan metode yang dilakukan Coppelo et al. (2008); Ghaee et al. (2010) dan Zufti et al. (2012). Peneliti menggunakan metode pencampuran langsung, sol silika dicampur langsung pada larutan kitosan kemudian gel yang dihasilkan dikeringkan dengan cara menguapkan pelarut pada suhu kamar. Proses sol-gel menggunakan teknik pencampuran langsung semua larutan diharapkan menghasilkan membran yang memiliki kualitas lebih baik yang ditunjukkan pada hasil karakterisasi membran. Menurut penelusuran literatur, penelitian untuk mempelajari pengaruh penambahan pemlastis PEG untuk meningkatkan kompatibilitas interaksi antara kitosan dengan silika belum pernah diteliti. Para peneliti sebelumnya menggunakan PEG pada pembuatan membran kitosan. Zeng dan Fang (2004) melakukan sintesis membran kitosan dengan glutaraldehid digunakan sebagai pengikat silang dan PEG sebagai polimer penyeimbang. Keberadaan PEG dan derajat pengikat silang memiliki efek yang besar terhadap pori membran, hidrofilisitas dan sifat mekanik. Membran kitosan yang ditambahkan PEG dengan berat molekul yang berbeda disintesis oleh Zhang et al. (2002). Berat molekul PEG yang berbeda tidak mempengaruhi karakteristik membran kitosan yang dihasilkan. Menurut He et al. (2009), penambahan PEG pada membran kitosan mengakibatkan perubahan kelenturan pada membran, yaitu membran lebih mudah dibentuk dan tidak mudah sobek. Keberadaan PEG dalam matriks membran kitosan dapat meningkatkan waktu pakai membran sebagai membran degradasi enzimatik dari 24 hari menjadi 32 hari (Tanuma et al., 2010). Pada penelitian ini dilakukan pembuatan membran kitosan-silika-peg kemudian dikaji sifat adsorpsinya untuk ion Mg(II), Ca(II), Cu(II), Zn(II), dan Cd(II). Kondisi yang berpengaruh pada saat adsorpsi juga dipelajari untuk menyimpulkan mekanisme reaksi yang terjadi pada saat membran kitosan-silika-

8 8 PEG digunakan sebagai adsorben ion logam dalam medium air. Dengan demikian keaslian dalam penelitian ini adalah penggunaan natrium silikat perdagangan dan natrium silikat yang diisolasi dari abu sekam padi sebagai sumber silika, terutama pada metode preparasi membran serta penggunaan PEG sebagai pemlastis pada pembuatan membran kitosan-silika-peg. Perbedaan metode yang digunakan adalah teknik sol-gel pada preparasi membran kitosan-silika maupun kitosansilika-peg. Sol silika dengan berbagai sumber silika yang berbeda dicampurkan pada larutan kitosan. Campuran sol silika dan larutan kitosan kemudian diuapkan pelarutnya sampai menjadi gel dan dikeringkan sehingga menjadi membran. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan pembuatan membran kitosan-silika-peg yang memiliki stabilitas mekanik, fisik dan kimia yang tinggi melalui penambahan silika dan PEG, dan mengkaji sifat adsorpsinya terhadap ion Mg(II), Ca(II), Cu(II), Zn(II), dan Cd(II). Prinsip dasar strategi yang digunakan dalam kajian ini adalah pengikatan silika pada kitosan maupun silika dan PEG pada kitosan dengan memanfaatkan sifat kelarutan yang berbeda antara kitosan, silika dan PEG, banyaknya gugus OH dan NH 2 pada kitosan, banyaknya gugus OH pada silika dan PEG Tujuan khususnya adalah sebagai berikut: 1. Mengkaji pembuatan membran kitosan-silika-peg melalui proses sol-gel, dengan tahapan berikut: a. Optimasi perbandingan komposisi kitosan/silika b. Optimasi perbandingan komposisi kitosan/silika/peg c. Menentukan karakter membran kitosan-silika-peg yaitu sifat mekanik yang meliputi kekuatan tarik, persentase perpanjangan, dan modulus Young membran, sifat fisika yang meliputi morfologi membran, uji kristalinitas membran, dan sifat kestabilan membran terhadap suhu, serta sifat kimia yang meliputi perubahan gugus fungsi dan ketahanan membran terhadap media asam maupun basa.

9 9 2. Mengkaji karakteristik adsorpsi ion Mg(II), Ca(II), Cu(II), Zn(II), dan Cd(II) pada membran kitosan-silika-peg melalui penentuan nilai tetapan termodinamika dan kinetika adsorpsi. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Memberikan informasi ilmiah tentang salah satu cara memanfaatkan limbah abu sekam padi sebagai sumber silika dalam sintesis material berbasis silika terutama membran kitosan-silika-peg 2. Memberikan informasi ilmiah mengenai metode preparasi membran kitosan-silika-peg dalam upaya peningkatan kualitas membran 3. Membran kitosan-silika-peg yang dihasilkan dapat digunakan untuk mengurangi kesadahan air dan pencemaran ion logam lain dalam perairan secara adsorpsi 4. Manfaat lebih lanjut dari membran kitosan-silika-peg adalah sebagai adsorben spesifik untuk suatu ion logam, sehingga kedepan dapat menjadi membran pemisah beberapa campuran ion logam dengan cara adsorpsi. Dengan menggunakan cara ini membran kitosan-silika-peg akan mempermudah proses recovery ion logam. Mengingat luasnya lingkup penelitian yang dilakukan maka disertasi ini disusun dengan sistematika sebagai berikut. Bab I berisi pembahasan tentang masalah yang melatarbelakangi penelitian, meliputi beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dalam upaya untuk menghasilkan membran berbahan dasar kitosan, rasionalisasi pemilihan penambahan silika dan PEG yang digunakan dalam penelitian ini, keaslian, tujuan dan manfaat penelitian. Bab II berisi tentang membran, interaksi antara ion logam dengan membran. Bab III berisi tentang landasan teori disusun berdasarkan studi pustaka untuk merumuskan beberapa hipotesis penelitian yang diharapkan menjadi arah dalam mencapai tujuan, rancangan penelitian untuk mencari jawaban atas hipotesis

10 10 yang diajukan. Pekerjaan utama dalam disertasi ini dibagi menjadi tiga bagian: metode penelitian serta hasil penelitian dan pembahasan preparasi membran kitosan-silika-peg dan karakterisasinya (Bab IV), metode penelitian serta hasil penelitian dan pembahasan sifat adsorpsi ion Mg(II), Ca(II), Cu(II), Zn(II), dan Cd(II) pada membran kitosan-silika-peg (Bab V), Bab VI metode penelitian serta hasil penelitian dan pembahasan sifat transpor ion Mg(II), Ca(II), Cu(II), Zn(II), dan Cd(II) pada membran kitosan-silika-peg dan Bab VII berisi kesimpulan dan saran.

11 11

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar belakang I.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN Limbah cair yang mengandung zat warna telah banyak dihasilkan oleh beberapa industri domestik seperti industri tekstil dan laboratorium kimia. Industri-industri tekstil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ion-ion logam, khususnya logam berat yang terlepas ke lingkungan sangat berbahaya bagi kesehatan. Ion-ion logam berat pada konsentrasi rendah dapat terakumulasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kitosan merupakan kitin yang dihilangkan gugus asetilnya dan termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Kitosan merupakan kitin yang dihilangkan gugus asetilnya dan termasuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kitosan merupakan kitin yang dihilangkan gugus asetilnya dan termasuk kelompok senyawa polisakarida, dimana gugus asetilnya telah hilang sehingga menyisakan gugus amina

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Industri mempunyai pengaruh besar terhadap lingkungan, karena dalam prosesnya akan dihasilkan produk utama dan juga produk samping berupa limbah produksi, baik limbah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Emas merupakan logam mulia yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan memiliki berbagai keistimewaan dibandingkan golongan logam lainnya dan sejak dulu emas telah digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah pencemaran belakangan ini sangat menarik perhatian masyarakat banyak.perkembangan industri yang demikian cepat merupakan salah satu penyebab turunnya kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kitosan dihasilkan dari kitin dan mempunyai struktur kimia yang sama

BAB I PENDAHULUAN. Kitosan dihasilkan dari kitin dan mempunyai struktur kimia yang sama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kitosan dihasilkan dari kitin dan mempunyai struktur kimia yang sama dengan kitin, terdiri dari rantai molekul yang panjang dan berat molekul yang tinggi. Adapun perbedaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan logam berat sebagai polutan bagi lingkungan hidup diawali dengan meningkatnya populasi dan industrialisasi dari proses modernisasi manusia dan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian Kualitas air semakin hari semakin menurun akibat aktivitas manusia yang banyak menimbulkan polusi di perairan. Penurunan kualitas air

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beras yang berasal dari tanaman padi merupakan bahan makanan pokok bagi setengah penduduk dunia termasuk Indonesia. Oleh karena itu, tanaman padi banyak dibudidayakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. 1.1 Latar Belakang Masalah Mineral besi oksida merupakan komponen utama dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. serius, ini karena penggunaan logam berat yang semakin meningkat seiring

I. PENDAHULUAN. serius, ini karena penggunaan logam berat yang semakin meningkat seiring I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencemaran lingkungan karena logam berat merupakan masalah yang sangat serius, ini karena penggunaan logam berat yang semakin meningkat seiring dengan perkembangan di bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Logam berat merupakan jenis pencemar yang sangat berbahaya dalam sistem lingkungan hidup karena bersifat tak bio-urai, toksik, serta mampu mengalami bioakumulasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara penghasil tebu yang cukup besar di dunia. Menurut data FAO tahun 2013, Indonesia menduduki peringkat ke-9 dengan produksi tebu per

Lebih terperinci

et al., 2005). Menurut Wan Ngah et al (2005), sambung silang menggunakan glutaraldehida, epiklorohidrin, etilen glikol diglisidil eter, atau agen

et al., 2005). Menurut Wan Ngah et al (2005), sambung silang menggunakan glutaraldehida, epiklorohidrin, etilen glikol diglisidil eter, atau agen PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kitosan merupakan senyawa dengan rumus kimia poli(2-amino-2-dioksi-β-d-glukosa) yang dapat diperoleh dari deasetilasi kitin. Kitosan serta turunannya sangat bermanfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. I.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. I. BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. I.1 Latar Belakang Pasir besi merupakan salah satu sumber besi yang dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong pesatnya perkembangan di berbagai sektor kehidupan manusia terutama sektor industri. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sintesis dan Karakterisasi Karboksimetil Kitosan Spektrum FT-IR kitosan yang digunakan untuk mensintesis karboksimetil kitosan (KMK) dapat dilihat pada Gambar 8 dan terlihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Emas memiliki berbagai kelebihan jika dibandingkan dengan logam lain, seperti keindahan, ketahanan terhadap korosi dan lebih mudah dibentuk ke berbagai bentuk dan

Lebih terperinci

Penulis sangat menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan tesis ini, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran

Penulis sangat menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan tesis ini, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran Penulis sangat menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan tesis ini, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kebaikan. Akhir kata, penulis berharap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak 4000 SM, manusia telah mengenal dan mengolah emas, berdasarkan penemuan arkeolog di Bulgaria. Pengolahan emas berlanjut hingga sekarang. Emas menjadi salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fuel cell merupakan sistem elektrokimia yang mengkonversi energi dari pengubahan energi kimia secara langsung menjadi energi listrik. Fuel cell mengembangkan mekanisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang 1 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN Pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh limbah beracun dapat memutuskan mata rantai lingkungan hidup dan menghancurkan tatanan ekosistem. Limbah beracun umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pada beberapa dekade terakhir, terjadi peningkatan jumlah cemaran logam berat yang masuk ke lingkungan dan ekosistem akibat aktivitas manusia, terutama di bidang industri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia seperti industri kertas, tekstil, penyamakan kulit dan industri lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. manusia seperti industri kertas, tekstil, penyamakan kulit dan industri lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dalam bidang industri saat ini cukup pesat. Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya industri yang memproduksi berbagai jenis kebutuhan manusia seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Emas merupakan logam mulia yang berharga karena keindahan warna yang dimilikinya.penggunaan emas oleh manusia sendiri sudah berlangsung sangat lamakurang lebih 3400

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Polusi air oleh bahan kimia merupakan problem seluruh dunia. Ion logam berat adalah salah satu yang sangat berbahaya karena sangat toksik walaupun dalam jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kitin dan kitosan merupakan biopolimer yang secara komersial potensial

BAB I PENDAHULUAN. Kitin dan kitosan merupakan biopolimer yang secara komersial potensial 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kitin dan kitosan merupakan biopolimer yang secara komersial potensial dalam berbagai bidang dan industri. Kitin dan kitosan merupakan bahan dasar dalam bidang biokimia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perkembangan yang cukup pesat dibidang riset dan teknologi menghasilkan penemuan penemuan bermanfaat, salah satunya adalah nanofiber. Nanofiber disintesis menggunakan

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Isolasi Kitin dan Kitosan Isolasi kitin dan kitosan yang dilakukan pada penelitian ini mengikuti metode isolasi kitin dan kitosan dari kulit udang yaitu meliputi tahap deproteinasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dijelaskan beberapa hal yang menjadi latar belakang dilakukannya penelitian, disertai dengan tujuan dan manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini. Latar belakang menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini menunjukkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini menunjukkan kecenderungan yang mengarah pada green science, yaitu penguasaan ilmu pengetahuan yang membantu pelestarian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Teknologi membran telah banyak digunakan dalam berbagai proses pemisahan dan pemekatan karena berbagai keunggulan yang dimilikinya, antara lain pemisahannya

Lebih terperinci

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam klorida 0,1 N. Prosedur uji disolusi dalam asam dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistiren Polistiren disintesis dari monomer stiren melalui reaksi polimerisasi adisi dengan inisiator benzoil peroksida. Pada sintesis polistiren ini, terjadi tahap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ginjal merupakan organ utama yang berfungsi menyaring zat sisa metabolisme tubuh yang harus dikeluarkan melalui ekskresi (Vanholder, 1992). Senyawa sisa metabolit tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hidrogel yang terbuat dari polisakarida alami sudah secara luas di teliti dalam bidang farmasi dan kesehatan, seperti rekayasa jaringan, penghantaran obat, imobilisasi

Lebih terperinci

Hasil dan Pembahasan

Hasil dan Pembahasan Bab 4 asil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan dan Kitosan Kulit udang yang digunakan sebagai bahan baku kitosan terdiri atas kepala, badan, dan ekor. Tahapan-tahapan dalam pengolahan kulit udang menjadi kitosan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Singkong (Manihot esculenta) merupakan salah satu komoditas yang penting di Indonesia. Produksi singkong di Indonesia cukup besar yaitu mencapai 21.801.415 ton pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karbon mesopori merupakan material berpori yang menarik perhatian peneliti karena keteraturan geometrinya dan memiliki potensi yang besar untuk berbagai aplikasi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Etanol merupakan salah satu bahan kimia penting karena memiliki manfaat sangat luas antara lain sebagai pelarut, bahan bakar cair, bahan desinfektan, bahan baku industri,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberadaan logam berat di sistem perairan dan distribusinya, diatur oleh

I. PENDAHULUAN. Keberadaan logam berat di sistem perairan dan distribusinya, diatur oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan logam berat di sistem perairan dan distribusinya, diatur oleh kesetimbangan dinamik dan interaksi fisika-kimia. Logam berat dalam perairan antara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri yang menghasilkan limbah logam berat banyak dijumpai saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri yang menghasilkan limbah logam berat banyak dijumpai saat ini. Industri yang menghasilkan limbah logam berat banyak dijumpai saat ini. Berbagai macam industri yang dimaksud seperti pelapisan logam, peralatan listrik, cat, pestisida dan lainnya. Kegiatan tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Membran adalah sebuah penghalang selektif antara dua fase. Membran memiliki ketebalan yang berbeda- beda, ada yang tebal dan ada juga yang tipis. Ditinjau dari bahannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Telah banyak dibangun industri untuk memenuhi kebutuhan manusia. Berkembangnya industri tentu dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat, tetapi juga menimbulkan

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang pesat dalam dua dekade terakhir ini telah

I.PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang pesat dalam dua dekade terakhir ini telah I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi yang pesat dalam dua dekade terakhir ini telah membawa pengaruh yang sangat luas dalam berbagai kehidupan manusia terutama dalam bidang ilmu sains

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pembuatan Kitosan 4.1.1 Penyiapan Perlakuan Sampel Langkah awal yang dilakukan dalam proses isolasi kitin adalah dengan membersikan cangkang kepiting yang masih mentah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI digilib.uns.ac.id Pembuatan Kitosan dari Cangkang Keong Mas untuk Adsorben Fe pada Air BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka A.1. Keong mas Keong mas adalah siput sawah yang merupakan salah satu hama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi membran telah banyak digunakan pada berbagai proses pemisahan dan sangat spesifik terhadap molekul-molekul dengan ukuran tertentu. Selektifitas membran ini

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV asil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Isolasi Kitin dari Limbah Udang Sampel limbah udang kering diproses dalam beberapa tahap yaitu penghilangan protein, penghilangan mineral, dan deasetilasi untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KITSAN Kitosan adalah polimer alami yang diperoleh dari deasetilasi kitin. Kitin adalah polisakarida terbanyak kedua setelah selulosa. Kitosan merupakan polimer yang aman, tidak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam kelompok senyawa polisakarida. Kitosan adalah kitin yang terdeasetilasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam kelompok senyawa polisakarida. Kitosan adalah kitin yang terdeasetilasi 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kitosan Kitosan merupakan kitin yang dihilangkan gugus asetilnya dan termasuk ke dalam kelompok senyawa polisakarida. Kitosan adalah kitin yang terdeasetilasi sebanyak mungkin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini penggunaan pestisida dari tahun ke tahun semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini penggunaan pestisida dari tahun ke tahun semakin meningkat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini penggunaan pestisida dari tahun ke tahun semakin meningkat. Hal ini dikarenakan adanya perkembangan hama dan penyakit pada tanaman baik dari jenis maupun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap diazinon, terlebih dahulu disintesis adsorben kitosan-bentonit mengikuti prosedur yang telah teruji (Dimas,

Lebih terperinci

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Polimer. 2.2 Membran

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Polimer. 2.2 Membran 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Polimer Polimer (poly = banyak, meros = bagian) merupakan molekul besar yang terbentuk dari susunan unit ulang kimia yang terikat melalui ikatan kovalen. Unit ulang pada polimer,

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan I.1 Deskripsi Penelitian dan Latar Belakang

BAB I Pendahuluan I.1 Deskripsi Penelitian dan Latar Belakang BAB I Pendahuluan I.1 Deskripsi Penelitian dan Latar Belakang Material tekstil dari serat selulosa merupakan material tekstil yang banyak diminati dibanding material tekstil lainnya. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran logam berat sangat berbahaya bagi lingkungan. Banyak laporan yang memberikan fakta betapa berbahayanya pencemaran lingkungan terutama oleh logam berat pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seiring meningkatnya kebutuhan dunia akan energi dan munculnya kesadaran mengenai dampak lingkungan dari penggunaan sumber energi yang berasal dari bahan bakar fosil,

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren Sintesis polistiren yang diinginkan pada penelitian ini adalah polistiren yang memiliki derajat polimerisasi (DPn) sebesar 500. Derajat polimerisasi ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang dan Permasalahan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang dan Permasalahan Terdapat banyak unsur di alam yang berperan dalam pertumbuhan tanaman, contohnya karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), fosfor (P), nitrogen (N), kalium

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 53 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Mutu Kitosan Hasil analisis proksimat kitosan yang dihasilkan dari limbah kulit udang tercantum pada Tabel 2 yang merupakan rata-rata dari dua kali ulangan.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya.

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya. 5 E. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (25 : 75), F. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (50 : 50), G. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (75 :

Lebih terperinci

ADSORPSI Pb(II) OLEH ASAM HUMAT TERIMOBILISASI PADA HIBRIDA MERKAPTO SILIKA DARI ABU SEKAM PADI

ADSORPSI Pb(II) OLEH ASAM HUMAT TERIMOBILISASI PADA HIBRIDA MERKAPTO SILIKA DARI ABU SEKAM PADI 20 ADSORPSI Pb(II) OLEH ASAM HUMAT TERIMOBILISASI PADA HIBRIDA MERKAPTO SILIKA DARI ABU SEKAM PADI Adsorption of Pb (II) by Humic Acid (HA) Immobilized on Hybrid Mercapto Silica (HMS) from Rice Husk Ash

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang perindustrian. Penggunaan logam krombiasanya terdapat pada industri

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang perindustrian. Penggunaan logam krombiasanya terdapat pada industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Logam krom (Cr) merupakan salah satu logam berat yang sering digunakan dalam bidang perindustrian. Penggunaan logam krombiasanya terdapat pada industri pelapisan logam,

Lebih terperinci

2016 SINTESIS DAN KARAKTERISASI HIDROGEL SUPERABSORBEN (SAP) BERBASIS POLI (VINIL ALKOHOL-KO-ETILEN GLIKOL)

2016 SINTESIS DAN KARAKTERISASI HIDROGEL SUPERABSORBEN (SAP) BERBASIS POLI (VINIL ALKOHOL-KO-ETILEN GLIKOL) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hidrogel polimer adalah suatu material yang tersusun dari kisi-kisi polimer padat dan sebuah fasa larutan. Secara khusus, hidrogel memiliki kemampuan untuk menyerap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman dapat memenuhi siklus hidupnya dengan menggunakan unsur hara. Fungsi hara tanaman tidak dapat digantikan oleh unsur lain dan apabila tidak terdapat suatu hara

Lebih terperinci

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MEMBRAN HIBRIDA KITOSAN-SILIKA- PEG

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MEMBRAN HIBRIDA KITOSAN-SILIKA- PEG PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MEMBRAN HIBRIDA KITOSAN-SILIKA- PEG Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang Email: widhimahatmanti@rocketmail.com Abstrak.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang dapat diperoleh dari berbagai sumber, tergantung pada kondisi daerah setempat. Kondisi sumber air

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri tapioka, yaitu : BOD : 150 mg/l; COD : 300 mg/l; TSS : 100 mg/l; CN - :

BAB I PENDAHULUAN. industri tapioka, yaitu : BOD : 150 mg/l; COD : 300 mg/l; TSS : 100 mg/l; CN - : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri tapioka merupakan industri rumah tangga yang memiliki dampak positif bila dilihat dari segi ekonomis. Namun dampak pencemaran industri tapioka sangat dirasakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yulieyas Wulandari, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yulieyas Wulandari, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Melamin merupakan senyawa kimia bersifat basa yang digunakan terutama sebagai bahan polimer. Tidak ada peraturan yang mengijinkan penambahan langsung melamin ke dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya inhibitor korosi berasal dari senyawa-senyawa organik dan

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya inhibitor korosi berasal dari senyawa-senyawa organik dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Umumnya inhibitor korosi berasal dari senyawa-senyawa organik dan anorganik seperti nitrit, kromat, fospat, urea, fenilalanin, imidazolin, dan senyawa-senyawa amina.

Lebih terperinci

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 19 IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Waktu Optimal yang Diperlukan untuk Adsorpsi Ion Cr 3+ Oleh Serbuk Gergaji Kayu Albizia Data konsentrasi Cr 3+ yang teradsorpsi oleh serbuk gergaji kayu albizia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. adalah tanah-tanah bereaksi masam (ph rendah) dan miskin unsur hara, seperti

TINJAUAN PUSTAKA. adalah tanah-tanah bereaksi masam (ph rendah) dan miskin unsur hara, seperti TINJAUAN PUSTAKA Tanah Ultisol Tanah-tanah yang tersedia untuk pertanian sekarang dan akan datang adalah tanah-tanah bereaksi masam (ph rendah) dan miskin unsur hara, seperti ordo Ultisol. Ditinjau dari

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren (PS) Pada proses sintesis ini, benzoil peroksida berperan sebagai suatu inisiator pada proses polimerisasi, sedangkan stiren berperan sebagai monomer yang

Lebih terperinci

BATERAI BATERAI ION LITHIUM

BATERAI BATERAI ION LITHIUM BATERAI BATERAI ION LITHIUM SEPARATOR Membran polimer Lapisan mikropori PVDF/poli(dimetilsiloksan) (PDMS) KARAKTERISASI SIFAT SEPARATOR KOMPOSIT PVDF/POLI(DIMETILSILOKSAN) DENGAN METODE BLENDING DEVI EKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Emas merupakan salah satu jenis logam yang bernilai ekonomi tinggi karena memiliki bebagai keistimewaan dibandingkan logam lainnya. Emas memiliki fungsi luas sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian Peningkatan laju pertumbuhan industri seperti industri farmasi, pupuk fosfat dan superfosfat, semen, kertas dan lain-lain dapat membawa

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 asil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistiren Sintesis polistiren dilakukan dalam reaktor polimerisasi dengan suasana vakum. al ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kontak dengan udara karena stiren

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia, termasuk di Yogyakarta, selain membawa dampak positif juga menimbulkan dampak negatif, seperti terjadinya peningkatan jumlah limbah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk merubah karakter permukaan bentonit dari hidrofilik menjadi hidrofobik, sehingga dapat meningkatkan kinerja kitosan-bentonit

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kitosan adalah polimer glukosamin yang merupakan selulosa beramin, nomer dua terbanyak di alam setelah selulosa. Kitosan ditemukan pada cangkang invetebrata hewan perairan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ditambahkan ke dalam tanah (Akelah,1996). Kehilangan sejumlah nutrisi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. ditambahkan ke dalam tanah (Akelah,1996). Kehilangan sejumlah nutrisi dan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di bidang pertanian pupuk merupakan salah satu hal yang penting, pupuk dapat meningkatkan kinerja atau proses pertumbuhan tanaman. Pada proses pertumbuhan tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Material yang diubah ke dalam skala nanometer tidak hanya meningkatkan sifat alaminya, tetapi juga memunculkan sifat baru (Wang et al., 2009). Nanofiber yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lingkungan hidup dikatakan tercemar apabila telah terjadi perubahanperubahan dalam tatanan lingkungan itu sehingga tidak sama lagi dengan bentuk asalnya, sebagai akibat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan pada senyawa berukuran atau berstruktur nano khususnya dalam

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan pada senyawa berukuran atau berstruktur nano khususnya dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan pada senyawa berukuran atau berstruktur nano khususnya dalam bidang sintesis material, memacu para peneliti untuk mengembangkan atau memodifikasi metode preparasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum tentang pemanfaatan daun matoa sebagai adsorben untuk menyerap logam Pb dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1. Preparasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium 23 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik FMIPA Universitas Lampung. Penyiapan alga Tetraselmis sp

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Fisher Indicator Universal Hotplate Stirrer Thermilyte Difraktometer Sinar-X Rigaku 600 Miniflex Peralatan Gelas Pyrex

Lebih terperinci

2.6.4 Analisis Uji Morfologi Menggunakan SEM BAB III METODOLOGI PENELITIAN Alat dan Bahan Penelitian Alat

2.6.4 Analisis Uji Morfologi Menggunakan SEM BAB III METODOLOGI PENELITIAN Alat dan Bahan Penelitian Alat DAFTAR ISI ABSTRAK... i ABSTRACK... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR LAMPIRAN... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR ISTILAH... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri di Indonesia saat ini berlangsung sangat pesat seiring

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri di Indonesia saat ini berlangsung sangat pesat seiring BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Perkembangan industri di Indonesia saat ini berlangsung sangat pesat seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, hal ini ditandai dengan semakin banyaknya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 6 HASIL DAN PEMBAHASAN Karboksimetil selulosa (CMC) merupakan salah satu turunan selulosa yang disebut eter selulosa (Nevell dan Zeronian 1985). CMC dapat larut di dalam air dingin dan air panas dan menghasilkan

Lebih terperinci

Pemisahan dengan Pengendapan

Pemisahan dengan Pengendapan Pemisahan dengan Pengendapan Reaksi Pengendapan Pemisahan dengan teknik pengendapan membutuhkan perbedaan kelarutan yang besar antara analit dan material pengganggunya. Pemisahan dengan pengendapan bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini telah banyak industri kimia yang berkembang, baik di dalam maupun di luar negeri, untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat. Kebanyakan industriindustri

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPOSISI BERAT KITOSAN-ZEOLIT TERHADAP STABILITAS FISIKO-KIMIA KOMPOSIT YANG DIHASILKAN

PENGARUH KOMPOSISI BERAT KITOSAN-ZEOLIT TERHADAP STABILITAS FISIKO-KIMIA KOMPOSIT YANG DIHASILKAN PENGARUH KOMPOSISI BERAT KITOSAN-ZEOLIT TERHADAP STABILITAS FISIKO-KIMIA KOMPOSIT YANG DIHASILKAN Muhardi 1*, Nurlina 1, Anis Shofiyani 1 1 Progam Studi Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, Jln.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin meningkat seiring dengan perkembangan kehidupan manusia. Perkembangan tersebut diikuti dengan meningkatnya aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian film antibakteri menarik dilakukan berkaitan dengan semakin banyaknya kebutuhan bagi industri makanan sebagai pengemas makanan ataupun dunia medis sebagai

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI S3 KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA

PROGRAM STUDI S3 KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA RINGKASAN DISERTASI IMOBILISASI ASAM HUMAT PADA KITOSAN DENGAN METODE PENGIKATAN-SILANG TERPROTEKSI UNTUK ADSORPSI Pb(II), Cd(II), DAN Cr(III) IMMOBILIZATION OF HUMIC ACID ON CHITOSAN BY PROTECTED-CROSSLINKING

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap tahun permintaan untuk Drug Delivery System atau sistem

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap tahun permintaan untuk Drug Delivery System atau sistem 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap tahun permintaan untuk Drug Delivery System atau sistem penghantaran obat semakin meningkat. Sistem penghantaran obat tersebut dapat diklasifikasikan berdasarkan

Lebih terperinci

contoh-contoh sifat Pengertian sifat kimia perubahan fisika perubahan kimia ciri-ciri reaksi kimia percobaan materi

contoh-contoh sifat Pengertian sifat kimia perubahan fisika perubahan kimia ciri-ciri reaksi kimia percobaan materi MATA DIKLAT : KIMIA TUJUAN : 1. Mengembangkan pengetahuan, pemahaman dan kemampuan analisis peserta didik terhadap lingkungan, alam dan sekitarnya. 2. Siswa memiliki pemahaman dan kemampuan untuk menunjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa sekarang kecenderungan pemakaian bahan bakar sangat tinggi sedangkan sumber bahan bakar minyak bumi yang di pakai saat ini semakin menipis. Oleh karena itu,

Lebih terperinci