PERHITUNGAN DAN ADMINISTRASI PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 25 PADA PT NIAGA LESTARI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERHITUNGAN DAN ADMINISTRASI PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 25 PADA PT NIAGA LESTARI"

Transkripsi

1 PERHITUNGAN DAN ADMINISTRASI PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 25 PADA PT NIAGA LESTARI TUGAS AKHIR Disusun untuk memenuhi syarat kelulusan Program Diploma III Oleh: FAZDARIA EKA PUSPITA SARI PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN MANAJEMEN BISNIS POLITEKNIK NEGERI BATAM 2013

2

3

4 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas segala rahmat, hidayah, dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir ini setelah melaksanakan praktek kerja lapangan selama 3 bulan di CV Agustri Sukses Konsultindo. Penulisan tugas akhir ini dalam rangka untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Ahli Madya pada program studi Akuntansi di Politeknik Negeri Batam. Penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir ini tentunya mendapat bimbingan serta bantuan dari dosen pembimbing dan pembimbing praktek kerja lapangan yang telah bersedia memberikan ilmunya dan waktunya kepada penulis, penulis menyadari tanpa adanya bantuan, bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak tidak akan mampu menyelesaikan penulisan tugas akhir ini, maka dari itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Kedua orang tua yang penulis sayangi dan cintai, terima kasih untuk dukungan dan do a yang tiada henti kepada penulis. 2. Bapak Priyono Eko Sanyoto selaku Direktur Politeknik Negeri Batam 3. Ibu Arniati selaku dosen pembimbing tugas akhir penulis. Terima kasih ibu atas bimbingan serta arahan yang telah diberikan dalam penyelesaian tugas akhir ini. 4. Ibu Sinarti selaku dosen wali yang selalu memberikan penulis arahan dari sejak awal memasuki perkuliahan sampai penyelesaian tugas akhir ini. iv

5

6

7 ABSTRAK Nama Program Studi Judul : Fazdaria Eka Puspita Sari : Akuntansi : Perhitungan dan Administrasi Pajak PPh Pasal 25 pada PT Niaga Lestari Penelitian ini dilakukan di CV Agustri Sukses Konsultindo dengan metode penelitian yaitu dengan metode deskriptif dengan menggunakan teknik pengumpulan data melalui observasi atau pengamatan. Perhitungan PPh pasal 25 ini dapat memberikan informasi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perhitungan, pembayaran, dan pencatatan PPh pasal 25 pada PT Niaga Lestari penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Kesimpulan yang diperoleh adalah perhitungan angsuran PPh pasal 25 PT Niaga Lestari tahun 2012 berdasarkan PPh pasal 25 terutang tahun 2011 yang dihitung dari laporan keuangan setelah koreksi fiskal dilakukan. Dalam penggunaan tarif PPh pasal 25 perusahaan menggunakan tarif 28% seharusnya 25%. PT Niaga Lestari belum pernah melakukan pembayaran PPh pasal 25 sama sekali sehingga tidak ada pencatatan. Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat menjadi acuan untuk perusahaan agar dapat berkembang dengan lebih baik lagi dan seharusnya melakukan pembayaran pajak secara teratur apabila ada kesalahan sebaiknya melakukan pembetulan. Kata kunci: Laporan laba/rugi, rekonsiliasi fiskal, PPh pasal 25 vii

8 DAFTAR ISI Halaman Judul... i Lembar Pernyataan Orisinalitas... ii Lembar Pengesahaan... iii Kata Pengantar... iv Lembar Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah... vi Abstrak... vii Daftar Isi... viii Daftar Gambar... ixi Daftar Grafik... xi BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat dan Kegunaan Penelitian Sistematika Penulisan... 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Pajak Fungsi Pajak Pajak Penghasilan Koreksi Fiskal Pajak Penghasilan Pasal Perhitungan PPh Badan Perhitungan PPh Pasal 25 Secara Umum Hal-hal tertentu untuk perhitungan besarnya angsuran PPh Pasal Pembayaran dan Pencatatan Akuntansi PPh Pasal BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Metodologi Penelitian Objek Penelitian Teknik Pengumpulan Data Metode Analisis Data Gambaran Umum Perusahaan Sejarah Umum Perusahaan viii

9 3.2.2 Visi dan Misi Volume Penjualan Perusahaan Dua Tahun Terakhir Struktur Organisasi Job Deskripsi BAB IV PEMBAHASAN Laporan Laba Rugi PT Niaga Lestari Rekonsiliasi Fiskal Perhitungan pajak penghasilan PPh pasal Pembayaran Pajak Penghasilan PPh Pasal Pencatatan Pajak Penghasilan PPh Pasal BAB V PENUTUP Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN viiii

10 DAFTAR GAMBAR Gambar 4.1 Laporan laba rugi Gambar 4.2 Laporan laba rugi fiskal Gambar 4.3 Laporan biaya operasional Gambar 4.4 Laporan biaya operasional setelah di analisis Gambar 4.5 Laba rugi fiskal setelah dilakukan koreksi Gambar 4.6 Perhitungan angsuran PPh pasal 25 badan Gambar 4.7 Perhitungan PPh badan yang seharusnya Gambar 4.8 Perhitungan angsuran PPh pasal Gambar 4.9 SSP PT Niaga Lestari Gambar 4.10 Kolom NPWP, Nama WP, dan Alamat WP Gambar 4.11 Kode akun pajak dan kode jenis setoran Gambar 4.12 Uraian pembayaran untuk SSP Gambar 4.13 Masa pajak Gambar 4.14 Tahun pajak Gambar 4.15 Nomor ketetapan Gambar 4.16 Jumlah pembayaran Gambar 4.17 Diterima oleh kantor penerima pembayaran Gambar 4.18 Wajib pajak/penyetor Gambar 4.19 Ruang validasi kantor penerima pembayaran ixi

11 DAFTAR GRAFIK Gambar 3.1 Grafik Penjualan dua tahun terakhir PT Niaga Lestari xi

12 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Bisnis dengan melibatkan valuta asing sudah semakin marak di dalam negeri, seperti salah satunya yaitu money changer. Money changer adalah perdagangan mata uang tradisional dengan membeli sejumlah mata uang asing di bank devisa lalu membuka toko di wilayah strategis seperti daerah wisata, daerah perbelanjaan yang banyak dikunjungi orang asing, atau bandar udara. Pedagang mata uang asing ini mengambil keuntungan dari kegiatan jual beli valuta asingnya dengan menyesuaikan nilai tukar. Seperti yang kita ketahui, nilai tukar atau kurs ada dua jenis yakni kurs jual dan kurs beli. Pada kedua jenis ini selalu terdapat perbedaan tipis. Perbedaan inilah yang dimanfaatkan oleh para pedagang mata uang asing. PT Niaga Lestari adalah perusahaan yang bertempat di Batam pada bulan Februari tahun 2009, dan bergerak di bidang perdagangan valuta asing bukan Bank atau yang kita kenal selama ini dengan perusahaan money changer. Perusahaan ini melaksanakan jual beli mata uang kertas asing (bank notes), pembelian traveller s cheques (TC), dan penyampaian tentang informasi mata uang. Dalam kegiatannya PT Niaga Lestari juga memiliki kewajiban membayar pajak penghasilan sebagaimana mestinya yaitu pemotongan, pembayaran dan pelaporan dalam satu periode tertentu biasanya setelah satu tahun takwim, yang dikenal dengan SPT Tahunan. Penghitungan PPh tahunan badan ini dilakukan setahun sekali, maka penghitungan baru dapat dilakukan setelah satu tahun 1

13 2 tersebut berakhir, hal ini agar semua data penghasilan perusahaan dalam satu tahun tersebut dapat diketahui. PT Niaga Lestari tentu saja harus menunggu laporan keuangan selesai dibuat untuk data penghasilan ini. Setelah itu barulah PPh terutang yang wajib dibayar baru dapat diketahui ketika suatu tahun pajak telah berakhir. Apabila pembayaran pajak dilakukan secara sekaligus tentunya akan memberatkan, maka dari itu sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku, PT Niaga Lestari melakukan pembayaran pajak secara dicicil setiap bulannya. Pembayaran angsuran pajak atau cicilan ini dinamakan dengan PPh Pasal 25. Berdasarkan latar belakang yang dijelaskan, maka Penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Perhitungan dan Administrasi Pajak PPh Pasal 25 pada PT Niaga Lestari. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan tersebut, masalah dari penelitian ini adalah: a. Bagaimana perhitungan PPh Pasal 25 PT Niaga Lestari tahun 2012 b. Bagaimana pembayaran PPh Pasal 25 PT Niaga Lestari tahun 2012 c. Bagaimana pencatatan Akuntansi PPh Pasal 25 PT Niaga Lestari tahun 2012

14 3 3. Batasan Masalah Penulis membatasi laporan tugas akhir ini dengan tiga batasan masalah, yaitu: a. Batasan Data Data yang digunakan oleh penulis adalah laporan laba/rugi komersil dan fiskal PT Niaga Lestari tahun 2011, pelaporan PPh Pasal 25 (SSP) tahun b. Batasan Lapangan Penelitian ini dilakukan di CV Agustri Sukses Konsultindo dengan menggunakan data aktifitas keuangan PT Niaga Lestari yang merupakan salah satu klien dari CV Agustri Sukses Konsultindo. c. Batasan Aspek Batasan aspek yang akan digunakan oleh penulis adalah PPh Pasal 25 pada PT Niaga Lestari. 4. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: a. Mengetahui perhitungan PPh Pasal 25 pada PT Niaga Lestari pada tahun 2012 b. Mengetahui pembayaran PPh Pasal 25 pada PT Niaga Lestari tahun 2012 c. Mengetahui pencatatan Akuntansi PPh Pasal 25 pada PT Niaga Lestari tahun Manfaat penelitian Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk semua pihak yang berkepentingan. Manfaat dari penelitian ini adalah:

15 4 a. Manfaat bagi penulis Untuk mengetahui bagaimana cara perhitungan dan administrasi PPh Pasal 25 pada PT Niaga Lestari yang bergerak di bidang perdagangan valuta asing bukan Bank. b. Manfaat bagi masyarakat Agar penelitian yang dilakukan oleh penulis dapat dijadikan referensi untuk penelitian di masa yang akan datang. 6. Sistematika Penulisan Rencana sistematika penulisan laporan akhir per bab. Setiap Bab dituliskan judul dan diuraikan sub-sub judul yang ada pada setiap bab, yaitu: BAB I : PENDAHULUAN Memuat uraian tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Sesuai dengan judul penelitian yang akan dibahas maka landasan penelitian berisi tentang pengertian pajak, fungsi pajak, pajak penghasilan, koreksi fiskal, dan perhitungan pajak penghasilan 25. BAB III : METODE PENELITIAN Berisi tentang objek penelitian, teknik pengumpulan data, metode yang digunakan, gambaran umum perusahaan, dan stuktur organisasi perusahaan.

16 5 BAB IV : PEMBAHASAN Berisi tentang hasil analisis data atau uraian hasil penelitian yang dilakukan penulis tentang perhitungan, pembayaran, dan pencatatan PPh Pasal 25 tahun BAB V : PENUTUP Berisi tentang hasil kesimpulan yang didasarkan pada analisis penelitian mengenai laporan penelitian yang penulis lakukan serta berisi saran untuk pihak yang terkait dengan penelitian ini.

17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pajak Berdasarkan Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan No. 28 Tahun 2007 Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa. Dalam hal ini pajak yang dibayarkan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Menurut Djajadiningrat dalam buku Resmi (2011) pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian daripada kekayaan kepada Negara disebabkan suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan-peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa balik dari Negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan umum. Negara satu-satunya yang berhak memungut atas iuran pajak. Iuran tersebut tentunya berupa uang dan bukan barang, dan pajak dipungut harus berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaannya. Pajak digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yang bermanfaat bagi masyarakat luas di negara itu sendiri. 2.2 Fungsi Pajak Menurut Resmi (2011) sebagaimana telah diketahui dari ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak dari berbagai definisi, terlihat adanya dua fungsi pajak yaitu sebagai berikut: 6

18 7 a. Fungsi Penerimaan (Budgeter) Disini dijelaskan bahwasannya pajak itu berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan pemerintah. Sebagai contoh: dimasukkannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri. b. Fungsi Mengatur (Reguler) menurut fungsi ini pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan sosial dan ekonomi. Sebagai contoh: untuk minuman keras pajaknya dikenakan lebih tinggi, dan dapat ditekan. Demikian pula terhadap barang-barang yang mewah. 2.3 Pajak Penghasilan Undang-Undang No. 7 Tahun 1984 tentang pajak penghasilan (PPh) berlaku sejak 1 Januari Undang-Undang ini telah beberapa kali mengalami perubahan dan terakhir kali diubah dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun Undang- Undang Pajak Penghasilan (PPh) mengatur pengenaan pajak penghasilan terhadap subjek pajak yang berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Subjek pajak tersebut akan dikenai pajak apabila menerima atau memperoleh penghasilannya, dalam Undang-Undang PPh hal ini disebut dengan wajib pajak. Wajib pajak akan dikenai pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya selama satu tahun pajak atau dapat pula dikenai pajak untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak apabila kewajiban pajak subjektifnya dimulai atau berakhir dalam tahun pajak.

19 8 Undang-Undang PPh menganut asas materiil, artinya penentuan mengenai pajak yang terutang tidak tergantung kepada surat ketetapan pajak. 2.4 Koreksi Fiskal Koreksi fiskal dilakukan oleh wajib pajak karena adanya perbedaan penghitungan laba menurut akuntansi komersial (Berdasarkan SAK) dengan akuntansi fiskal (Menurut UU PPh). Maka dari itu sebelum melakukan penghitungan pajak penghasilan yang terutang kita harus terlebih dahulu melakukan koreksi-koreksi fiskal sesuai dengan UU PPh. Dengan demikian wajib pajak tidak perlu lagi membuat pembukuan ganda, cukup dengan membuat satu saja pembukuan berdasarkan Standard Akuntansi Keuangan (SAK), dan pada waktu mengisi SPT Tahunan PPh terlebih dahulu harus dilakukan koreksi-koreksi fiskal. Jenis koreksi fiskal menurut Gunadi (2010) disini merupakan jenis-jenis perbedaan antara akuntansi komersial dengan ketentuan fiskal (UU PPh), yaitu terdiri atas: a. Beda Tetap 1. Menurut akuntansi komersial merupakan penghasilan sedangkan menurut ketentuan PPh bukan penghasilan. 2. Menurut akuntansi komersial merupakan penghasilan, sedangkan menurut ketentuan PPh telah dikenakan PPh telah dikenakan PPh bersifat final. 3. Menurut akuntansi komersial merupakan beban (biaya) sedangkan menurut ketentuan PPh tidak dapat dibebankan Pasal 9 ayat (1) UU PPh. b. Beda Waktu Beda waktu merupakan perbedaan metode yang digunakan antara akuntansi komersial dengan ketentuan fiskal, misalnya: Metode penyusutan, metode

20 9 penilaian persediaan, penyisihan piutang tak tertagih, rugi-laba selisih kurs, dan sebagainya. Kertas kerja koreksi fiskal dapat dibuat sesuai format pada gambar.2.1 Gambar 2.1 Rekonsiliasi fiskal Sumber: Resmi (2011) Koreksi positif dilakukan apabila pendapatannya menurut fiskal itu lebih besar dari pada menurut akuntansi dan biaya/pengeluarannya menurut fiskal lebih kecil daripada menurut akuntansi. Koreksi negatif apabila pendapatan menurut fiskal lebih kecil dari pada menurut akuntansi dan biaya/pengeluarannya menurut fiskal lebih besar daripada menurut akuntansi. Serta suatu pendapatan telah dikenakan pajak penghasilan bersifat final. Kertas kerja koreksi fiskal dapat dibuat sesuai format pada gambar 2.2

21 10 Gambar 2.2 Rekonsiliasi Fiskal Sumber: Resmi (2011) 2.5 Pajak Penghasilan Pasal 25 Menurut Resmi (2011) Pajak penghasilan yang kita ketahui dikenakan kepada wajib pajak dalam satu periode tertentu yang dinamakan dengan tahun pajak, dari hal ini maka perhitungan PPh dilakukan setahun sekali yang dituangkan dalam SPT tahunan. Untuk melakukan perhitungan ini harus dilakukan setelah tahun tersebut berakhir, agar semua data penghasilan dalam satu tahun dapat diketahui. Bagi suatu perusahaan dalam memperoleh data penghasilan tentunya harus menunggu laporan keuangan selesai dibuat, dengan cara seperti itu jumlah PPh terutangnya baru dapat dketahui ketika suatu tahun pajak berakhir, agar pembayaran pajak tidak dilakukan sekaligus yang tentunya akan memberatkan, maka dibuatlah tata cara pembayaran pajak dimuka atau pembayaran cicilan pajak setiap bulan. Pembayaran angsuran atau cicilan pajak ini dinamakan dengan pajak penghasilan Pasal 25 (PPh Pasal 25).

22 Perhitungan PPh Badan Sesuai Undang-Undang No.36 Tahun 2008 Pasal 1 ayat (1) huruf (b) disini dijelaskan bahwa Badan adalah sekumpulan orang atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak. Selanjutnya berdasarkan Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 Pasal 17 ayat (1) huruf (b) dijelaskan bahwa wajib pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar 28%, lalu ada tarif tertinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf (b) menjadi 25% yang mulai berlaku sejak tahun pajak Berdasarkan Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 Pasal 31E ayat (1) bahwa wajib pajak badan dalam negeri dengan peredaran bruto sampai dengan Rp ,- mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar 50% dari tarif sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 ayat (1) huruf b dan ayat (2a) yang dikenakan atas penghasilan kena pajak dari bagian peredaran bruto sampai dengan Rp , Perhitungan PPh Pasal 25 Secara Umum Menurut Gunadi (2010) besarnya angsuran pajak dalam tahun berjalan yang harus dibayarkan sendiri oleh wajib pajak seperti dimaksud dalam Pasal 25 UU PPh. Besarnya angsuran PPh Pasal 25 dalam tahun berjalan sama dengan PPh yang terutang menurut SPT tahunan PPh tahub pajak lalu dikurangi dengan PPh yang telah dipotong/dipungut pihak lain (PPh Pasal 21, PPh Pasal 22, dan PPh Pasal 23) dan PPh terutang atau dibayar di Luar Negeri yang boleh dikreditkan (PPh Pasal 24) dibagi 12 atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak, contoh:

23 12 Pajak Penghasilan terutang berdasarkan berdasarkan SPT Tahunan PPh tahun 2009 Rp ,00 Dikurangi dengan: PPh yang dipotong pemberi kerja (PPh Pasal 21) Rp ,00 PPh Pasal 22 Rp ,00 PPh Pasal 23 Rp ,00 Kredit pajak Luar Negeri (PPh Pasal 24) Rp ,00 Jumlah Rp ,00 Dasar perhitungan PPh pasal 25 Rp ,00 besarnya angsuran PPh yang harus dibayar sendiri setiap bulan dalam tahun 2010 adalah: Rp ,00 : 12 = Rp , Hal-hal Tertentu Untuk Penghitungan Besarnya Angsuran PPh Pasal 25 Direktur Jenderal Pajak (Waluyo, 2011) diberi wewenang untuk menyesuaikan besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri oleh wajib pajak dalam tahun berjalan apabila: a. Wajib pajak berhak atas kompensasi kerugian. b. Wajib pajak memperoleh penghasilan tidak teratur. c. SPT Tahunan PPh tahun yang lalu disampaikan setelah lewat batas waktu yang ditentukan. d. Wajib Pajak diberikan perpanjangan waktu penyampaian SPT Tahunan PPh. e. Wajib Pajak membetulkan sendiri SPT Tahunan PPh yang mengakibatkan angsuran bulanan lebih besar dari angsuran bulanan sebelum pembetulan.

24 Pembayaran dan Pencatatan Akuntansi PPh Pasal 25 PPh Pasal 25 harus dibayarkan dan disetorkan selambat-lambatnya pada tanggal 15 bulan takwim berikutnya setelah masa pajak berakhir. Selanjutnya wajib pajak diwajibkan untuk menyampaikan SPT Masa selambat-lambatnya 20 hari setelah masa pajak tersebut berakhir. Bagi wajib pajak pengusaha tertentu, berlaku juga ketentuan sebagai berikut: a. Jika wajib pajak memiliki beberapa tempat usaha dalam satu wilayah kerja kantor pelayanan pajak, mereka harus mendaftarkan masing-masing tempat usahanya di kantor pelayanan pajak yang bersangkutan. b. Jika wajib pajak memiliki tempat usaha lebih dari satu tempat kantor pelayanan pajak, mereka harus mendaftarkan setiap tempat usahanya di kantor pelayanan pajak masing-masing tempat usaha wajib pajak berkedudukan. c. SPT tahunan PPh harus disampaikan di kantor pelayanan pajak tempat domisili wajib pajak terdaftar dengan batas waktu seperti yang ada pada ketentuan butir 2. Berikut contoh pencatatan jurnal pembayaran PPh 25 adalah sebagai berikut: Piutang PPh Pasal 25 Rp ,00 Kas Rp ,00

25 BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Metode Penelitian Objek Penelitian Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pajak penghasilan (PPh) pasal 25 di PT Niaga Lestari pada tahun Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi berupa bukti pembelian dan penjualan uang kertas asing (UKA), rekening koran tahun 2011, laporan Laba/rugi PT Niaga Lestari tahun Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan penulis adalah metode deskriptif dengan cara menggambarkan kegiatan yang dilakukan peneliti sehubungan dalam memecahkan masalah yang diteliti. 3.2 Gambaran Umum Perusahaan Sejarah Umum Perusahaan Seiring dengan perkembangan pariwisata dan perdagangan di kota batam dengan ditandai semakin banyaknya wisatawan asing serta semakin tumbuh kembang perusahaan eksport komoditi lokal batam, saat itulah PT Niaga Lestari lahir 14

26 15 sebagai badan usaha di bidang perdagangan valuta asing untuk menangkap peluang dalam perkembangannya dunia wisata dan perdagangan di batam. PT Niaga Lestari didirikan dengan Akta tertanggal 19 Mei 2007 Nomor: 42 (empat puluh dua), kemudian dirubah lagi dengan Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseroan Terbatas tertanggal 6 Desember 2007 Nomor: 9 (sembilan) Dan terakhir pada rapat umum pemegang saham luar biasa perseroan terbatas PT Niaga Lestari yaitu tanggal 16 Februari 2009 dengan Nomor.34 (tiga puluh empat). Anggaran dasar dan perubahan telah mendapat pengesahan dari menteri hukum dan hak asasi manusia Republik Indonesia dengan surat keputusan tertanggal 3 Januari 2008 Nomor: AHU AH Tahun 2008, yang dibuat oleh Notaris Anly Cenggana. SH. PT Niaga Lestari beralamat di Gedung Harbour Bay Mall Lower Ground No. Unit 14 kel. sungai jodoh, Batam Visi dan Misi a. Visi Menjadi Money Changer pilihan terbaik yang unggul dalam layanan menawarkan layanan terbaik dengan harga kompetitif kepada segmen pasar korporasi, komersial, dan konsumen. b. Misi Memberikan pelayanan terbaik dalam bertransaksi valuta asing dengan harga yang kompetitif dan menarik.

27 Volume Penjualan Perusahaan Dua Tahun Terakhir Dapat dilihat dua tahun terakhir PT Niaga Lestari yang bergerak di bidang usaha money changer untuk penjualan UKA (uang kertas asing) pada tahun 2010 senilai Rp ,00 dan di tahun 2011 mengalami peningkatan penjualan UKA menjadi Rp Grafik penjualan perusahaan untuk dua tahun terakhir dapat dilihat pada gambar 3.1. Rp50,000,000,000 Volume penjualan Rp45,000,000,000 Rp40,000,000,000 Rp35,000,000,000 Rp30,000,000,000 Rp25,000,000,000 Rp20,000,000,000 Rp15,000,000,000 Rp10,000,000,000 Rp5,000,000,000 Rp Volume penjualan Rp2,987,158,820 Rp46,875,382,377 Gambar 3.1 Grafik Penjualan dua tahun terakhir PT Niaga Lestari Sumber: PT Niaga Lestari

28 Struktur Organisasi Struktur organisasi PT Niaga Lestari dapat dilihat pada gambar 3.2. KOMISARIS DIREKTUR KEUANGAN KASIR Gambar 3.2 Struktur Organisasi PT Niaga Lestari Sumber: PT Niaga Lestari Deskripsi Tugas Deskripsi tugas menggambarkan tugas dan tanggung jawab dari masing-masing bagian. Berikut penulis jelaskan: a. Komisaris - komisaris setiap waktu dalam jam kerja kantor berhak memasuki bangunan dan halaman atau tempat lain yang dipergunakan atau yang dikuasai oleh Perseroan. - Berhak memeriksa semua pembukuan, surat dan alat bukti lainnya. - Memeriksa dan mencocokkan keadaan uang kas dan lain-lain.

29 18 b. Direktur - Memimpin rapat umum, dalam hal: untuk memastikan pelaksanaan tata tertib, menjelaskan dan menyimpulkan tindakan dan kebijakan. - Mengendalikan uang pendapatan. - Mengkoordinasi dan mengendalikan kegiatan-kegiatan di perusahaan. c. Keuangan - Meminta bukti penjualan dan pembelian UKA per hari pada kasir. - Merekap dan menyimpan bukti-bukti dari hasil penjualan dan pembelian. - Membuat laporan atau jurnal keuangan (neraca dan laporan rugi laba) setiap bulan. d. Kasir Adapun tugas dan wewenang dari Kasir pada PT.Niaga Lestari adalah melayani konsumen yang akan melakukan transaksi jual beli valuta asing serta mencatat penjualan dan pembelian UKA per hari dalam bentuk bukti pembelian dan penjualan, kemudian menyerahkan bukti tersebut kepada divisi keuangan.

30 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Laporan Laba Rugi PT Niaga Lestari Tahun 2011 Setiap perusahaan tentunya memiliki laporan laba rugi karena dari laporan laba rugi kita dapat melihat perkembangan perusahaan dari tahun ke tahun. Berikut penulis paparkan bagaimana kondisi laporan laba rugi PT Niaga Lestari untuk periode tahun 2011 dapat dilihat pada gambar 4.1. LAPORAN LABA/RUGI PT NIAGA LESTARI PERIODE DESEMBER 2011 Komersial Pendapatan Penjualan UKA & TC 46,875,382,377 Pendapatan Bersih 46,875,382,377 Harga Pokok Produksi Saldo Awal UKA & TC 294,316,519 Pembelian UKA & TC 47,877,573,124 Saldo Akhir UKA & TC 1,515,106,870 Jumlah Harga Pokok Produksi 46,656,782,773 Laba Kotor 218,599,604 Beban Operasional Laba Operasional Pendapatan (Beban) lain-lain Pendapatan lain-lain - Laba Selisih Kurs 21,218,865 Jumlah Pendapatan (Beban) Lain-lain 21,218,865 Laba Bersih Sebelum Pajak Gambar 4.1 Laporan Laba Rugi Sumber: PT Niaga Lestari 19

31 20 Dari hasil laporan laba/rugi PT Niaga Lestari Tahun 2011 dapat diketahui bahwa pendapatan PT Niaga Lestari tahun 2011 adalah sebesar Rp dan berdasarkan laporan laba/rugi telah diketahui laba bersih sebelum pajak penghasilan adalah sebesar Rp Rekonsiliasi Fiskal Pada akhir tahun 2011 PT Niaga Lestari dilakukan koreksi fiskal sesuai ketentuan perundang-undangan yang ada dan penulis juga menguraikan beberapa penjelasan mengenai pos yang membedakan laba usaha kena pajak menurut konsep akuntansi dan fiskal. Rekonsiliasi dilakukan dengan cara koreksi positif dan negatif. Laporan laba rugi beserta koreksi fiskal pendapatan dan biaya pada PT Niaga Lestari dapat dilihat pada gambar 4.2.

32 21 Pendapatan PT NIAGA LESTARI LAPORAN KOREKSI FISKAL PER 31 DESEMBER 2011 Komersial Koreksi Fiskal Penjualan UKA & TC 46,875,382,377-46,875,382,377 Pendapatan Bersih 46,875,382,377-46,875,382,377 Harga Pokok Produksi Saldo Awal UKA & TC 294,316, ,316,519 Pembelian UKA & TC 47,877,573,124-47,877,573,124 Saldo Akhir UKA & TC 1,515,106,870-1,515,106,870 Jumlah Harga Pokok Produksi 46,656,782,773-46,656,782,773 Laba Kotor 218,599, ,599,604 Beban Operasional ,730,562 Laba Operasional ,869,042 Pendapatan (Beban) lain-lain Laba Selisih Kurs 21,218,865-21,218,865 Jumlah Pendapatan (Beban) Lain-lain 21,218,865-21,218,865 Laba Bersih Sebelum Pajak ,087,907 Gambar 4.1 Laporan Laba Rugi Sumber: PT Niaga Lestari Dari tabel 4.2 laporan laba rugi fiskal, penulis akan menguraikan beberapa penjelasan tentang akun-akun koreksi fiskal: a. Pendapatan Penjualan UKA & TC Penjualan UKA & TC tidak dikenakan koreksi fiskal karena merupakan hasil kegiatan usaha PT Niaga Lestari yang merupakan penghasilan dan bukan merupakan objek PPh final sehingga secara fiskal tidak dilakukan koreksi sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang No.36 tahun 2008 pasal 4 ayat (1) huruf (d) poin 5 bahwa keuntungan karena penjualan merupakan objek pajak sehingga tidak dikenakan koreksi.

33 22 b. Harga Pokok Penjualan Pada harga pokok penjualan pada PT Niaga Lestari terdiri dari saldo awal, pembelian, serta saldo akhir UKA & TC telah sesuai dengan laporan BI sehingga tidak dikoreksi. Selanjutnya penulis akan menjelaskan mengenai pos beban operasional, berikut laporan biaya operasional dapat dilihat pada gambar 4.3. PT NIAGA LESTARI LAPORA BIAYA OPERASIONAL PERIODE 31 DESEMBER 2011 Dalam Rupiah Komersil Koreksi Fiskal Gaji, Upah, dan Tunjangan 82,700,000-82,700,000 Sewa Gedung 32,166,933-32,166,933 Iklan dan Promosi 5,131,496-5,131,496 Air, Listrik, dan Telephone 42,072,000-42,072,000 Penyusutan Aktiva Tetap 11,245,000-11,245,000 Keamanan 6,136,667-6,136,667 TV Kabel 5,785,000-5,785,000 Kebersihan 5,866,666-5,866,666 Koran 5,106,667-5,106,667 ATK & Percetakan 7,343,467-7,343,467 TOTAL 208,730, ,730,562 Gambar 4.3 Laporan Biaya Operasional Sumber: PT Niaga Lestari Beban Operasional a. Gaji, Upah dan Tunjangan Sesuai dengan Undang-Undang PPh No. 36 Tahun 2008 pasal 6 ayat (1) huruf (a) poin 2 menjelaskan bahwa gaji diakui sebagai biaya yang diakui menurut fiskal sehingga dapat dikurangkan dari penghasilan bruto karena berhubungan langsung dengan kegiatan usaha untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara.

34 23 b. Sewa Gedung Dijelaskan dalam Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 pasal 6 ayat (1) huruf (a) poin 3 bahwa sewa merupakan biaya yang secara langsung berkaitan dengan kegiatan usaha dan dapat menjadi pengurang penghasilan bruto. Biaya sewa ini tidak dikurangi karena pembayarannya tidak ada unsur biaya dibayar dimuka. c. Iklan dan promosi Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 pasal 6 ayat (1) huruf (a) poin 7 iklan dan promosi merupakan biaya yang berhubungan dengan kegiatan usaha, sehingga biaya tersebut diakui secara fiskal dan tidak dikoreksi serta terdapat bukti-bukti pendukung yang valid. d. Air, listrik, dan telepon Biaya air, listrik, dan telepon merupakan biaya yang dapat menjadi pengurang dari penghasilan bruto, artinya biaya tersebut diakui menurut fiskal. Sebagaimana dijelaskan didalam Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 pasal 6 ayat (1) huruf (a) poin (2) bahwa biaya yang berkenaan dengan pekerjaan dapat dikurangkan dari penghasilan bruto, dan biayabiaya ini murni biaya usaha atau tidak digabung dengan tempat tinggal direktur. e. Penyusutan aktiva tetap Penyusutan aktiva tetap tidak dilakukan koreksi karena metode penyusutan aktiva menurut kebijakan perusahaan sama dengan metode penyusutan menurut fiskal yaitu menggunakan metode garis lurus dan tergolong

35 24 kedalam kelompok I dengan tarif sesuai dengan Undang-Undang No. 36 pasal 11 ayat (6) yaitu 25%. f. Keamanan Keamanan tidak dikoreksi karena keamanan termasuk biaya yang merupakan iuran yang dikenakan demi menjaga asset perusahaan serta terdapat bukti yang valid, dan dijelaskan dalam Undang-Undang PPh No. 36 Pasal 6 untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan sehingga tidak dikoreksi. g. TV Kabel TV Kabel tidak dikoreksi karena termasuk pada biaya yang berkenaan dengan kegiatan usaha karena di PT Niaga Lestari membutuhkan info untuk mengakses informasi mata uang dan tidak termasuk fasilitas sehingga tidak dikoreksi hal ini merupakan kebijakan dari perusahaan, sedangkan setelah diteliti sesuai peraturan perpajakan seharusnya ini dikoreksi. h. kebersihan Kebersihan tidak dikoreksi karena kebersihan termasuk biaya yang berkenaan dengan pekerjaan dan dijelaskan dalam Undang-Undang PPh No. 36 Pasal 6 untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan. i. Koran Koran menurut kebijakan perusahaan adalah biaya yang berhubungan dengan kegiatan usaha sehingga biaya tersebut dianggap diakui menurut

36 25 fiskal sehingga tidak dikoreksi, sementara setelah di teliti sesuai peraturan perpajakan seharusnya ini merupakan fasilitas dan semestinya dikoreksi. j. ATK & Percetakan ATK dan percetakan merupakan biaya yang berhubungan dengan kegiatan usaha sehingga biaya tersebut diakui menurut fiskal dan tidak dikoreksi, karena biaya tersebut berhubungan dengan kegiatan usaha, sesuai dalam Undang-Undang No.36 Tahun 2008 pasal 6 ayat (1) huruf (a) poin 1. Setelah dianalisis maka seharusnya koreksi fiskal menjadi seperti pada gambar 4.4. PT NIAGA LESTARI LAPORA BIAYA OPERASIONAL PERIODE 31 DESEMBER 2011 Dalam Rupiah Komersil Koreksi Fiskal Gaji, Upah, dan Tunjangan 82,700,000-82,700,000 Sewa Gedung 32,166,933-32,166,933 Iklan dan Promosi 5,131,496-5,131,496 Air, Listrik, dan Telephone 42,072,000-42,072,000 Penyusutan Aktiva Tetap 11,245,000-11,245,000 Keamanan 6,136,667-6,136,667 TV Kabel 5,785,000 5,785,000 - Kebersihan 5,866,666-5,866,666 Koran 5,106,667 5,106,667 - ATK & Percetakan 7,343,467-7,343,467 TOTAL 208,730,562 10,891, ,838,895 Gambar 4.4 Laporan Biaya Operasional setelah dianalisis Sumber: Data diolah sendiri Setelah dilakukan koreksi dan ada biaya yang seharusnya dilakukan koreksi seperti biaya koran dan biaya TV kabel sehingga total laba bersih sebelum pajak berubah dari Rp menjadi Rp , dan dapat dilihat pada gambar 4.5.

37 26 Pendapatan PT NIAGA LESTARI LAPORAN KOREKSI FISKAL PER 31 DESEMBER 2011 Komersial Koreksi Fiskal Penjualan UKA & TC 46,875,382,377-46,875,382,377 Pendapatan Bersih 46,875,382,377-46,875,382,377 Harga Pokok Produksi Saldo Awal UKA & TC 294,316, ,316,519 Pembelian UKA & TC 47,877,573,124-47,877,573,124 Saldo Akhir UKA & TC 1,515,106,870-1,515,106,870 Jumlah Harga Pokok Produksi 46,656,782,773-46,656,782,773 Laba Kotor 218,599, ,599,604 Beban Operasional ,891, ,838,895 Laba Operasional ,869,042 Pendapatan (Beban) lain-lain Laba Selisih Kurs 21,218,865-21,218,865 Jumlah Pendapatan (Beban) Lain-lain 21,218,865-21,218,865 Laba Bersih Sebelum Pajak ,891,667 41,979,574 Gambar 4.5 laba rugi fiskal setelah dilakukan koreksi Sumber: data diolah sendiri 4.3 Perhitungan Pajak Penghasilan PPh Pasal 25 Dalam perhitungan perpajakan PPh Pasal 25 PT Niaga Lestari dituntut mengikuti peraturan Undang-Undang yang berlaku, dan data yang digunakan oleh PT Niaga Lestari yaitu laporan laba/rugi tahun 2011, sedangkan untuk tarif yang digunakan dalam perhitungan PPh pasal 25 adalah tarif 28% dengan mendapat fasilitas pemotongan tarif 50% dikarenakan peredaran brutonya lebih dari sebelum melakukan penghitungan PPh pasal 25 terlebih dahulu perusahaan

38 27 melakukan perhitungan angsuran PPh 25 badan, untuk perhitungan angsuran PPh pasal 25 badan dapat dilihat pada gambar 4.6. perhitungan angsuran PPh Pasal 25 Badan terutang Peredaran Bruto Penghasilan neto fiskal Kompensasi rugi tahun sebelumnya Penghasilan Kena Pajak (PKP) Penghasilan Kena Pajak dari bagian yang mempunyai fasilitas X = Jumlah penghasilan kena pajak dari bagian peredaran bruto yang tidak mempunyai fasilitas = Tarif PPh pasal 17 (Fasilitas menurut pasal 31 E UU PPh No.36 Th % X 28% = X 28% = PPh Terutang Gambar 4.6 Perhitungan angsuran PPh pasal 25 badan Sumber: PT Niaga Lestari Perhitungan di atas merupakan perhitungan yang dilakukan oleh perusahaan dan tarif yang digunakan ternyata tidak sesuai dengan yang seharusnya, sedangkan sesuai UU No. 36 Tahun 2008 Pasal 17 ayat (1) huruf b tarif pajak yang diterapkan atas penghasilan kena pajak bagi wajib pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar 28% (dua puluh delapan persen). Pada ayat (1) huruf b menjadi 25% (dua puluh lima persen) yang mulai berlaku sejak tahun pajak Perhitungan dengan tarif 25% dan untuk penghasilan neto fiskal mengalami perubahan karena adanya koreksi menjadi dan dapat dilihat pada gambar 4.7.

39 28 perhitungan angsuran PPh Pasal 25 Badan Peredaran Bruto Penghasilan neto fiskal Kompensasi rugi tahun sebelumnya Penghasilan Kena Pajak (PKP) Penghasilan Kena Pajak dari bagian yang mempunyai fasilitas X = Jumlah penghasilan kena pajak dari bagian peredaran bruto yang tidak mempunyai fasilitas = Tarif PPh pasal 17 (Fasilitas menurut pasal 31 E UU PPh No.36 Th % X 25% = X 25% = PPh Gambar 4.7 perhitungan PPh badan yang seharusnya Sumber: data diolah sendiri Perhitungan pajak penghasilan adalah peredaran bruto PT Niaga Lestari tahun pajak 2011 sebesar Rp dengan penghasilan kena pajak sebesar Rp : a. Jumlah penghasilan kena pajak dari bagian peredaran bruto yang memperoleh fasilitas: (Rp : Rp ) x Rp = Rp b. Jumlah penghasilan kena pajak dari bagian peredaran bruto yang tidak memperoleh fasilitas: Rp Rp = Rp Pajak penghasilan: (50% x 25%) x Rp = Rp % x Rp = Rp Rp

40 29 Jadi total PPh Pasal 25 dalam tahun berjalan dengan tarif 25% untuk tahun 2012 adalah Rp Sehingga terdapat selisih untuk besar PPh 25 dalam tahun berjalan oleh perusahaan dan perhitungan yang seharusnya Rp Rp = Rp merupakan kurang bayar dengan kondisi ini sehingga perusahaan melakukan pembetulan ke kantor pajak. Setelah mengetahui jumlah PPh Pasal 25 dalam tahun berjalan maka penulis akan melanjutkan untuk menghitung angsuran pajak penghasilan PPh pasal 25 dalam hal ini penulis menghitung PPh pasal 25 menurut PT Niaga Lestari dengan ketentuan perpajakan dengan tarif yang berlaku dapat dilihat pada gambar 4.8. PPh Terutang Rp Kredit Pajak PPh Pasal 22 Rp - PPh Pasal 23 Rp - Jumlah Kredit Pajak - PPh Pasal 25 Dibayar Sendiri Rp Uang Muka PPh Pasal 25 Rp 7,172,943 PPh Pasal 29 Kurang Bayar Angsuran PPh Pasal 25 Badan Tahun 2012 Rp Rp Gambar 4.8 Perhitungan angsuran PPh Pasal 25 Sumber: PT Niaga Lestari Dari keterangan gambar di atas maka penulis akan menjelaskan bagaimana perincian perhitungan angsuran PPh pasal 25 tersebut tentang penjelasan perhitungan pajak penghasilan PPh 25 badan telah diketahui berapa jumlah PPh pasal 25 dalam tahun berjalan yaitu sebesar Rp , hasil tersebut dikurangkan dengan besar total kredit pajak yaitu Rp0, kredit pajak PT Niaga Lestari Rp0 dikarenakan perusahaan ini memang tidak memiliki kredit pajak,

41 30 sehingga dapat diketahui bahwa besarnya angsuran pajak PPh pasal 25 yang harus dibayar sendiri oleh PT Niaga Lestari perbulan dalam setahun Rp : 12 bulan = Rp Pembayaran Pajak Penghasilan PPh Pasal 25 PT Niaga Lestari untuk tahun 2012 belum melakukan pembayaran pajak penghasilan PPh pasal 25, seharusnya PT Niaga Lestari melakukan pembayaran PPh pasal 25 ke kantor pajak dapat melalui kantor pos, dengan mengisi SSP dan PT Niaga Lestari tidak wajib melaporkan pasal 25 setelah melakukan pembayaran tersebut, karena sesuai peraturan dirjen pajak nomor PER-22/PJ/2008 yang menegaskan bahwa wajib pajak yang telah melakukan pembayaran PPh pasal 25 melalui bank persepsi atau bank devisa persepsi atau kantor pos persepsi dengan sistem pembayaran secara online dengan menggunakan surat setoran pajak (SSP) dan secara otomatis telah terlapor. Pembayaran PPh pasal 25 penulis membuatkan SSP untuk tahun 2012 dan ini merupakan contoh pengisian SSP apabila perusahaan secara rutin membayar angsuran PPh pasal 25 dapat dilihat pada gambar 4.9.

42 31 DEPARTEMEN KEUANGAN R.I DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT SETORAN PAJAK (SSP) LEMBAR 5 Untuk Arsip Wajib Pungut atau pihak lain NPWP : Diisi sesuai dengan Nomor Pokok Wajib Pajak yang dimiliki NAMA WP : PT NIAGA LESTARI ALAMAT : KOMP. LUCKY PLAZA BLOK D BATAM 0 0 NOP : Diisi sesuai dengan Nomor Objek Pajak Alamat OP : Kode Akun Pajak Kode Jenis Setoran Uraian Pembayaran : Masa PPh pasal 25 badan Masa Pajak Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des X Beri tanda silang ( X ) pada kolom bulan, sesuai dengan pembayaran untuk masa yang berkenaan Tahun Pajak Diisi Tahun terutangnya Pajak Nomor Ketetapan : Diisi sesuai Nomor Ketetapan : STP, SKPKB atau SKPKBT Jumlah Pembayaran : Rp Diisi dengan rupiah penuh Terbilang : # delapan ratus dua puluh sembilan ribu tujuh ratus sembilan puluh enam rupiah # Diterima oleh Kantor Penerima Pembayaran Wajib Pajak / Penyetor Tanggal Batam, Tanggal 02 mei 2012 Cap dan tanda tangan Cap dan tanda tangan Nama Jelas : Nama Jelas : Joko Muliyoto "Terima Kasih Telah Membayar Pajak - Pajak Untuk Pembangunan Bangsa" Ruang Validasi Kantor Penerima Pembayaran F Gambar 4.9 SSP PT Niaga Lestari Sumber : diolah sendiri

43 32 Berikut penulis berikan penjelasan cara pengisian SSP dari masing-masing gambar di bawah ini: Untuk kolom NPWP, Nama dan Alamat diisi dengan NPWP, nama, dan alamat PT Niaga Lestari, dapat dilihat pada gambar Gambar 4.10 Kolom NPWP, Nama WP, dan Alamat WP Sumber: data diolah sendiri Kode akun pajak dan kode jenis setoran diisi dengan yaitu untuk jenis pajak PPh pasal 25/29 badan sesuai dengan peraturan direktur jenderal pajak nomor per- 38/PJ/2009, tentang bentuk formulir surat setoran pajak. 100 yaitu jenis setoran masa PPh pasal 25 badan untuk pembayaran masa PPh pasal 25 badan yang terutang sesuai dengan peraturan direktur jenderal pajak nomor per- 38/PJ/2009, tentang bentuk formulir surat setoran pajak, dapat dilihat pada gambar Gambar 4.11 Kode Akun Pajak dan Kode Jenis Setoran Sumber: data diolah sendiri

44 33 Kolom uraian pembayaran diisi sesuai dengan uraian dalam kolom Jenis Setoran yang berkenaan dengan Kode MAP dan Kode Jenis Setoran. Pada PT Niaga Lestari diisi dengan uraian pembayaran Masa PPh Pasal 25 badan untuk setoran bulan April, dapat dilihat pada gambar Gambar 4.12 Uraian Pembayaran untuk SSP Standard Sumber: data diolah sendiri Pada kolom masa pajak diisi dengan memberi tanda silang pada salah satu kolom bulan untuk masa pajak yang dibayar atau disetor. Pembayaran atau setoran untuk lebih dari satu masa pajak dilakukan dengan menggunakan satu SSP untuk setiap masa pajak, dapat dilihat pada gambar Masa Pajak Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des x Beri tanda silang ( X ) pada kolom bulan, sesuai dengan pembayaran untuk masa yang berkenaan Gambar 4.13 Masa Pajak Sumber: data diolah sendiri Pada kolom tahun pajak diisi dengan tahun terutangnya pajak PT Niaga Lestari pada saat itu, dapat dilihat pada gambar Gambar 4.14 Tahun Pajak Sumber: data diolah sendiri

45 34 Pada kolom ketetapan diisi nomor ketetapan yang tercantum pada surat ketetapan pajak (SKPKB, SKPKBT) atau Surat Tagihan Pajak (STP) hanya apabila SSP digunakan untuk membayar atau menyetor pajak yang kurang dibayar/disetor berdasarkan surat ketetapan pajak atau STP, dapat dilihat pada gambar Gambar 4.15 Nomor Ketetapan Sumber: data diolah sendiri Pada kolom jumlah pembayaran diisi dengan angka jumlah pajak yang dibayar atau disetor PT NIaga Lestari dalam rupiah penuh, dapat dilihat pada gambar Gambar 4.16 Jumlah pembayaran Sumber: data diolah sendiri Kolom paling bawah pada SSP yaitu penerimaan pembayaran diisi dengan tanggal penerimaan pembayaran atau setoran oleh Kantor Penerima Pembayaran (Bank Persepsi/Devisa Persepsi atau PT. Pos Indonesia), tanda tangan, dan nama jelas petugas penerima pembayaran atau setoran, serta cap/stempel Kantor Penerima Pembayaran, dapat dilihat pada gambar 4.17.

46 35 Gambar 4.17 Diterima oleh kantor penerima pembayaran Sumber: data diolah sendiri Pada kolom cap dan tanda tangan berikut diisi tempat dan tanggal pembayaran atau penyetoran, tanda tangan, dan nama jelas direktur serta stempel perusahaan yaitu PT Niaga Lestari, dapat dilihat pada gambar Gambar 4.18 Wajib pajak/penyetor Sumber: data diolah sendiri Pada kolom ruang validasi diisi Nomor Transaksi Pembayaran Pajak (NTPP) dan atau Nomor Transaksi Bank (NTB) atau Nomor Transaksi Pos (NTP) hanya oleh Kantor Penerima Pembayaran yang telah mengadakan kerja sama Modul Penerimaan Negara (MPN) dengan Direktorat Jenderal Pajak, dapat dilhat pada gambar 4.19.

47 36 Gambar 4.19 Ruang Validasi kantor Penerima pembayaran Sumber: data diolah sendiri 4.5 Pencatatan Pajak Penghasilan PPh Pasal 25 PPh Pasal 25 merupakan uang muka PPh yang akan diperhitungkan atas PPh 25 dalam tahun berjalan di akhir tahun. Besarnya PPh pasal 25 yang akan dibayar oleh PT Niaga Lestari setiap bulannya akan diketahui sebagai piutang PPh pasal 25 karena perusahaan tidak melakukan pembayaran PPh pasal 25 untuk tahun 2012 sehingga tidak ada pencatatan seharusnya jika perusahaan membayar PPh pasal 25 maka jurnalnya adalah: Piutang PPh Pasal 25 Kas/Bank Rp ,00 Rp ,00 PPh pasal 25 diakui sebagai uang muka/piutang PPh karena akan diperhitungkan sebagai kredit pajak pada saat SPT tahunan badan.

48 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dikemukakan dalam bab IV serta dikaitkan dengan tujuan penelitian ini, maka dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut: a. Perhitungan PPh pasal 25 pada PT Niaga Lestari menggunakan tarif lama yaitu 28%, seharusnya menggunakan tarif 25% dan terdapat biaya yang seharusnya dikoreksi tapi tidak dikoreksi yaitu biaya koran dan TV kabel. b. Untuk pembayaran PPh Pasal 25 PT Niaga Lestari belum melakukan pembayaran sama sekali. c. Pencatatan PPh Pasal 25 pada PT Niaga Lestari tidak pernah dilakukan karena PPh pasal 25 tahun 2012 belum pernah dibayar, seharusnya jika perusahaan membayar PPh pasal 25 maka jurnalnya adalah piutang PPh pasal 25 pada debit dan Kas/Bank pada kredit. 5.2 Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis memberikan beberapa saran terkait dengan perhitungan, pembayaran dan pencatatan Pajak Penghasilan Pasal 25 pada PT Niaga Lestari yaitu sebagai berikut: a. Seharusnya perusahaan melakukan pembayaran PPh pasal 25 secara teratur. b. Untuk tarif pajak seharusnya sesuai dengan peraturan terbaru dan jika terdapat kesalahan sebaiknya dilakukan pembetulan. 37

49 DAFTAR PUSTAKA BPUSKP Rangkuman Undang-Undang Perpajakan. Jakarta: IKPI. Gunadi Panduan Komprehensif Pajak Penghasilan. Jakarta: Multi Utama Consultindo. Muljono, Djoko. dan Wicaksono, Baruni Akuntansi Pajak Lanjutan. Yogyakarta: Andi Offset. Prasetyono, Dwi Sunar Panduan Lengkap Tata Cara & Perhitungan Pajak Penghasilan + Petunjuk Pengisian SPT. Yogyakarta: Laksana. Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan (PPh) , Undang-Undang Nomor 7 tentang Pajak Penghasilan. Resmi, Siti Perpajakan Teori dan Kasus. Edisi Keenam. Jakarta: Salemba Empat. Suprianto, Edy Perpajakan di Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu. Waluyo Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat. 38

50 LAMPIRAN

51 NAMA WAJIB PAJAK : PT. NIAGA LESTARI NPWP : ALAMAT : LUBUK BAJA BATAM Perhitungan Angsuran PPh Pasal 25 Badan Tahun 2011 ( PB < 4,8 M,PB<50 M ) Peredaran Bruto 46,875,382,377 Penghasilan Kena Pajak (PKP) Tahun ,979,574 1 Penghasilan Kena Pajak dari bagian yang mempunyai fasilitas 4,800,000,000 46,875,382,377 X 41,979,574 = 4,298, Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian Peredaran Bruto yg tidak mempunyai Fasilitas Rp 41,979,574 - Rp 4,298,673 37,680,901 Tarif PPh Pasal 17 (Fasilitas Menurut Pasal 31 E UU PPh No.36 Th 2008) Rp 4,298,673 50% x 25% = Rp 537,334 Rp 37,680,901 x 25% = Rp 9,420,225 PPh Terutang 9,957,559 Kredit Pajak PPh Pasal 21 Rp - PPh Pasal 22 Rp - PPh Pasal 23 Rp - Jumlah Kredit Pajak - PPh Pasal 25 Dibayar Sendiri Rp 9,957,559 Uang Muka PPh Pasal 25 Rp 7,172,943 PPh Pasal 29 Kurang Bayar 2,784,616 Angsuran PPH Pasal 25 Badan Tahun 2012 Rp 9,957,559 = Rp 829,797 12

52 IDENTITAS FORMULIR 1771 KEMENTERIAN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERHATIAN h SEBELUM MENGISI BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN h ISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK DENGAN TINTA HITAM h BERI TANDA "X" PADA (KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI SPT PEMBETULAN KE- N P W P : NAMA WAJIB PAJAK : P T. N I A G A L E S T A R I JENIS USAHA : J A S A P E N U K A R A N U A N G KLU : NO. TELEPON : NO. FAKS : PERIODE PEMBUKUAN : s.d NEGARA DOMISILI KANTOR PUSAT (khusus BUT) : SPT TAHUNAN TAHUN PAJAK PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN PEMBUKUAN / LAPORAN KEUANGAN : DIAUDIT OPINI AKUNTAN X TIDAK DIAUDIT NAMA KANTOR AKUNTAN PUBLIK : N P W P KANTOR AKUNTAN PUBLIK : NAMA AKUNTAN PUBLIK : N P W P AKUNTAN PUBLIK : NAMA KANTOR KONSULTAN PAJAK : N P W P KANTOR KONSULTAN PAJAK : NAMA KONSULTAN PAJAK : N P W P KONSULTAN PAJAK : RUPIAH *) (1) (2) (3) *) Pengisian kolom-kolom yang berisi nilai rupiah harus tanpa nilai desimal (contoh penulisan lihat buku petunjuk hal. 4) A. PENGHASILAN KENA PAJAK 1. PENGHASILAN NETO FISKAL (Diisi dari Formulir 1771-I Nomor 8 Kolom 3) 2. KOMPENSASI KERUGIAN FISKAL (Diisi dari Lampiran Khusus 2A Jumlah Kolom 8) 3. PENGHASILAN KENA PAJAK (1-2) ,087, ,087, PPh TERUTANG (Pilih salah satu sesuai dengan kriteria Wajib Pajak. Untuk lebih jelasnya, lihat Buku Petunjuk Pengisian SPT) B. PPh TERUTANG a. Tarif PPh Ps 17 ayat (1) Huruf b X Angka 3 b. Tarif PPh Ps 17 ayat (2b) X Angka 3 c. x Tarif PPh Ps 31E ayat (1) 5. PENGEMBALIAN / PENGURANGAN KREDIT PAJAK LUAR NEBERI 5 (PPh Ps. 24) YANG TELAH DIPERHITUNGKAN TAHUN LALU 6. JUMLAH PPh TERUTANG (4 + 5) 4 9,957, ,957, PPh DITANGGUNG PEMERINTAH (Proyek Bantuan Luar Negeri) 7-8. a. KREDIT PAJAK DALAM NEGERI (Diisi dari Formulir 1771-III Jumlah Kolom 6).. 8a - C. KREDIT PAJAK b. KREDIT PAJAK LUAR NEGERI (Diisi dari Lampiran Khusus 7A Jumlah Kolom 8) c. JUMLAH (8a + 8b) 8c - 9. a. X PPh YANG HARUS DIBAYAR SENDIRI b. PPh YANG LEBIH DIPOTONG / DIPUNGUT 10. PPh YANG DIBAYAR SENDIRI a. PPh Ps. 25 BULANAN 8b ( c) 9 9,957,559 10a 7,172,943 b. STP PPh Ps. 25 (Hanya Pokok Pajak) 10b - c. JUMLAH (10a + 10b).. 10c 7,172,943 D. PPh KURANG/LEBIH BAYAR F a. X PPh YANG KURANG DIBAYAR (PPh Ps. 29) b. PPh YANG LEBIH DIBAYAR (PPh Ps. 28A) (9-10c) 11 2,784, PPh YANG KURANG DIBAYAR PADA ANGKA 11.a DISETOR TANGGAL TGL BLN THN 13. PPh YANG LEBIH DIBAYAR PADA ANGKA 11.b MOHON : a. DIRESTITUSIKAN b. DIPERHITUNGKAN DENGAN UTANG PAJAK Khusus Restitusi untuk Wajib Pajak dengan Kriteria Tertentu : Pengembalian Pendahuluan (Pasal 17C atau Pasal 17D UU KUP)

53 FORMULIR 1771 Halaman 2 RUPIAH (1) (2) (3) E. ANGSURAN PPh PASAL 25 TAHUN BERJALAN 14. a. PENGHASILAN YANG MENJADI DASAR PENGHITUNGAN ANGSURAN b. KOMPENSASI KERUGIAN FISKAL 14b (Diisi dari Lampiran Khusus 2A Jumlah Kolom 9) c. PENGHASILAN KENA PAJAK (14a - 14b) d. PPh YANG TERUTANG (Tarif PPh dari Bagian B Nomor 4 X 14c) e. KREDIT PAJAK TAHUN PAJAK YANG LALU ATAS PENGHASILAN YANG TERMASUK DALAM ANGKA 14a 14e - YANG DIPOTONG / DIPUNGUT OLEH PIHAK LAIN f. PPh YANG HARUS DIBAYAR SENDIRI (14d - 14e) g. PPh PASAL 25 : (1/12 x 14f) 14a 31,087,718 14c 31,087,718 14d 9,957,559 14f 9,957,559 14g 829,797 F. PPh FINAL DAN PENGHASILAN BUKAN OBJEK PAJAK 15. a. PPh FINAL : 15a - (Diisi dari Formulir 1771-IV Jumlah Bagian A Kolom 5) b. PENGHASILAN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK : PENGHASILAN BRUTO 15b - (Diisi dari Formulir 1771-IV Jumlah Bagian B Kolom 3) G. PERNYATAAN TRANSAKSI DALAM HUBUNGAN ISTIMEWA 16. a. Ada Transaksi Dalam Hubungan Istimewa dan/atau Transaksi dengan Pihak yang Merupakan Penduduk Negara Tax Haven Country (Wajib melampirkan Lampiran Khusus 3A, 3A-1, dan 3A-2 Buku Petunjuk Pengisian SPT)* b. x TidakAda Transaksi Dalam Hubungan Istimewa dan/atau Transaksi dengan Pihak yang Merupakan Penduduk Negara Tax Haven Country 17. SELAIN LAMPIRAN-LAMPIRAN 1771-I, 1771-II, 1771-III, 1771-IV, 1771-V, DAN 1771-VI BERSAMA INI DILAMPIRKAN PULA : a. X SURAT SETORAN PAJAK LEMBAR KE-3 PPh PASAL 29 b. X LAPORAN KEUANGAN c. X TRANSKRIP KUTIPAN ELEMEN-ELEMEN DARI LAPORAN KEUANGAN (Lampiran Khusus 8A-1 / 8A-2 / 8A-3 / 8A-4 / 8A-5 / 8A-6 / 8A-7 / 8A-8) d. x DAFTAR PENYUSUTAN DAN AMORTISASI FISKAL (Lampiran Khusus 1A pada Buku Petunjuk Pengisian SPT)* H. LAMPIRAN e. PERHITUNGAN KOMPENSASI KERUGIAN FISKAL (Lampiran Khusus 2A Buku Petunjuk Pengisian SPT)* f. DAFTAR FASILITAS PENANAMAN MODAL (Lampiran Khusus 4A Buku Petunjuk Pengisian SPT)* g. DAFTAR CABANG UTAMA PERUSAHAAN (Lampiran Khusus 5A Buku Petunjuk Pengisian SPT)* h. SURAT SETORAN PAJAK LEMBAR KE-3 PPh PASAL 26 AYAT (4) (Khusus bagi BUT) i. PERHITUNGAN PPh PASAL 26 AYAT (4) (Khusus BUT) (Lampiran Khusus 6A Buku Petunjuk Pengisian SPT)* j. KREDIT PAJAK LUAR NEGERI (Lampiran Khusus 7A Buku Petunjuk Pengisian SPT)* k. SURAT KUASA KHUSUS (Bila dikuasakan) l... m. n. PERNYATAAN Dengan menyadari sepenuhnya akan segala akibatnya termasuk sanksi-sanksi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, saya menyatakan bahwa apa yang telah saya beritahukan di atas beserta lampiran-lampirannya adalah benar, lengkap dan jelas. a. x WAJIB PAJAK b. KUASA c. BATAM d (tempat) tgl bln thn TANDA TANGAN DAN CAP PERUSAHAAN : F NAMA LENGKAP PENGURUS / KUASA : e. J O K O M U L I Y O T O N P W P : f

BAB IV PEMBAHASAN. Pengenaan Pajak atas Penghasilan PT PIBS. PT PIBS adalah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi.

BAB IV PEMBAHASAN. Pengenaan Pajak atas Penghasilan PT PIBS. PT PIBS adalah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi. BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Pengenaan Pajak atas Penghasilan PT PIBS PT PIBS adalah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi. Selain mendapat imbalan atas jasa pelaksanaan konstruksi yang diberikan, PT

Lebih terperinci

4. PPh TERUTANG (Pilih salah satu sesuai dengan kriteria Wajib Pajak. Untuk lebih jelasnya, lihat Buku Petunjuk Pengisian SPT) 10a. 10b.

4. PPh TERUTANG (Pilih salah satu sesuai dengan kriteria Wajib Pajak. Untuk lebih jelasnya, lihat Buku Petunjuk Pengisian SPT) 10a. 10b. 77 DEPARTEMEN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERHATIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN h SEBELUM MENGISI BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN h ISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK DENGAN

Lebih terperinci

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN FORMULIR 1771 KEMENTERIAN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN PERHATIAN : SEBELUM MENGISI, BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN ISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK

Lebih terperinci

NOMOR :. TANGGAL : MULAI TAHUN PAJAK :

NOMOR :. TANGGAL : MULAI TAHUN PAJAK : D. PPh KURANG/LEBIH BAYAR C. KREDIT PAJAK B. PPh TERUTANG A. PENGHASILAN KENA PAJAK IDENTITAS 1771/$ SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WP BADAN PERHATIAN : SEBELUM MENGISI, BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN

Lebih terperinci

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN D. PPh KURANG/ LEBIH BAYAR C. KREDIT PAJAK B. PPh TERUTANG A. PENGHASILAN KENA PAJAK IDENTITAS 1771 SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN PERHATIAN : SEBELUM MENGISI, BACA DAHULU BUKU PETUNJUK

Lebih terperinci

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak PJ.091/PL/S/006/

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak PJ.091/PL/S/006/ Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak PJ.091/PL/S/006/2014-00 Apa yang dimaksud Emas Perhiasan? Emas perhiasan adalah perhiasan dalam bentuk apapun yang bahannya sebagian atau seluruhnya dari

Lebih terperinci

III/$ 2 0 A A KREDIT PAJAK DALAM NEGERI N P W P : NAMA WAJIB PAJAK : PERIODE PEMBUKUAN : s.d.

III/$ 2 0 A A KREDIT PAJAK DALAM NEGERI N P W P : NAMA WAJIB PAJAK : PERIODE PEMBUKUAN : s.d. 1771 - III/$ LAMPIRAN - III KREDIT PAJAK DALAM NEGERI NO. NAMA DAN NPWP OBJEK PEMOTONGAN / PEMUNGUTAN PEMOTONG / PEMUNGUT PAJAK JENIS PENGHASILAN / TRANSAKSI PAJAK PENGHASILAN BUKTI PEMOTONGAN / PEMUNGUTAN

Lebih terperinci

SPT TAHUNAN SEBELUM MENGISI BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN ISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK DENGAN TINTA HITAM BERI TANDA "X" PADA

SPT TAHUNAN SEBELUM MENGISI BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN ISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK DENGAN TINTA HITAM BERI TANDA X PADA 1771/$ PERHATIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WP BADAN SEBELUM MENGISI BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN ISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK DENGAN TINTA HITAM BERI TANDA "X" PADA (KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI

Lebih terperinci

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN 1771 PERHATIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN SEBELUM MENGISI BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN ISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK DENGAN TINTA HITAM BERI TANDA "X" PADA (KOTAK PILIHAN)

Lebih terperinci

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak 7 JULI 2015

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak 7 JULI 2015 Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak 7 JULI 2015 SURAT KETERANGAN FISKAL surat yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak yang berisi keterangan mengenai pemenuhan kewajiban perpajakan

Lebih terperinci

FAKTUR PAJAK. Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak : 10

FAKTUR PAJAK. Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak : 10 Lembar ke-2 : Untuk Penjual BKP/Pemberi JKP sebagai bukti Pajak Keluaran FAKTUR PAJAK Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak : 10 Pengusaha Kena Pajak Nama : PT. Jive Entertainment Alamat : Jl. Patra Kuningan

Lebih terperinci

SURAT SETORAN PAJAK (SSP) Beri tanda silang (x) pada kolom bulan, sesuai dengan pembayaran untuk masa yang berkenaan. Nama Jelas :. Nama Jelas :..

SURAT SETORAN PAJAK (SSP) Beri tanda silang (x) pada kolom bulan, sesuai dengan pembayaran untuk masa yang berkenaan. Nama Jelas :. Nama Jelas :.. 1 Untuk Arsip Wajib Pajak NAMA WP Uraian Pembayaran... Diisi sesuai STP, SKPKB, SKPKBT Jumlah Pembayaran Terbilang. Diisi dengan rupiah penuh....... Wajib PajakPenyetor Nama Jelas. Nama Jelas.. Untuk KPPN

Lebih terperinci

SURAT SETORAN PAJAK (SSP) Uraian Pembayaran : , Tanggal 9 Februari 2015 Cap dan tanda tangan

SURAT SETORAN PAJAK (SSP) Uraian Pembayaran : , Tanggal 9 Februari 2015 Cap dan tanda tangan DEPARTEMEN KEUANGAN R.I. DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT SETORAN PAJAK (SSP) LEMBAR 1 Untuk Arsip Wajib Pajak NPWP : 0 1 5 1 Diisi sesuai dengan Nomor Pokok Wajib Pajak yang dimiliki 2 0 0 2 2 5 0 4 0

Lebih terperinci

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WP BADAN 1771

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WP BADAN 1771 SPT TAHUNAN 1771 DEPARTEMEN KEUANGAN RI ISI DENGAN HURUF CETAK / DIKETIK BERI TANDA "X" DALAM (KOTAK) YANG SESUAI ISI DENGAN BENAR, LENGKAP DAN JELAS 2 0 0 6 SESUAI DENGAN PETUNJUK PENGISIAN BL TH BL TH

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani II.1. Dasar-dasar Perpajakan Indonesia BAB II LANDASAN TEORI II.1.1. Definisi Pajak Apabila membahas pengertian pajak, banyak para ahli memberikan batasan tentang pajak, diantaranya pengertian pajak yang

Lebih terperinci

SPT TAHUNAN PPH WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

SPT TAHUNAN PPH WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI SPT TAHUNAN PPH WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI BAGI WAJIB PAJAK YANG MEMPUNYAI PENGHASILAN KEMENTERIAN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK IDENTITAS PERHATIAN TAHUN PAJAK FORMULIR SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK

Lebih terperinci

SURAT SETORAN PAJAK PETUNJUK PENGISIAN SSP. 25 April STIE Widya Praja Tanah Grogot

SURAT SETORAN PAJAK PETUNJUK PENGISIAN SSP. 25 April STIE Widya Praja Tanah Grogot STIE Widya Praja Tanah Grogot Tanggal Penerbitan 25 April 2016 Pertemuan SURAT SETORAN PAJAK Wajib Pajak dapat membayar pajak yang terutang dengan 2 (dua) cara, yaitu: 1. Dengan menggunakan Surat Setoran

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 76 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Pajak Penghasilan Pasal 21 Sesuai dengan Undang-undang Perpajakan yang berlaku, PT APP sebagai pemberi kerja wajib melakukan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan

Lebih terperinci

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI G. LAMPIRAN F. ANGSURAN PPh PASAL TAHUN PAJAK BERIKUTNYA E. PPh KURANG/ LEBIH BAYAR D. KREDIT PAJAK C. PPh TERUTANG B. PENGHASILAN KENA PAJAK A. PENGHASILAN NETO IDENTITAS FORMULIR TAHUN PAJAK KEMENTERIAN

Lebih terperinci

Y. PEMBERITAHUAN PERPANJANGAN JANGKA WAKTU PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN PPh WP ORANG PRIBADI FORMULIR TAHUN PAJAK

Y. PEMBERITAHUAN PERPANJANGAN JANGKA WAKTU PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN PPh WP ORANG PRIBADI FORMULIR TAHUN PAJAK DEPARTEMEN KEUANGAN R I PEMBERITAHUAN PERPANJANGAN JANGKA WAKTU PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN PPh WP ORANG PRIBADI ISI DENGAN HURUF CETAK / DIKETIK BERI TANDA X DALAM (KOTAK) YANG SESUAI ISI DENGAN BENAR, LENGKAP,

Lebih terperinci

No Nama PNS Golongan. Tarif PPh Ps 21

No Nama PNS Golongan. Tarif PPh Ps 21 PPh Pasal 2 A. Data Bendahara Nama Satker : Bendahara Pengeluaran Biro Umum Setjen Kemenkes NPWP : 00.44.97.2-063.000 Alamat : Jalan HR Rasuna Said Blok X5 Kav 4-9, Kuningan Timur, Jakarta Nama Bendahara

Lebih terperinci

LAMPIRAN I-A SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

LAMPIRAN I-A SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 DEPARTEMEN KEUANGAN RI LAMPIRAN I-A SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PENGHASILAN DAN PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 PEGAWAI TETAP ATAU PENERIMA PENSIUN ATAU TUNJANGAN HARI TUA / TABUNGAN HARI TUA (THT)

Lebih terperinci

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PERHATIAN 770 BAGI WAJIB PAJAK YANG MEMPUNYAI PENGHASILAN DARI SATU ATAU LEBIH PEMBERI KERJA; YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL; DAN/ATAU PEMBUKUAN PENCATATAN DALAM NEGERI LAINNYA/LUAR NEGERI.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Objek Penelitian 1. Struktur Organisasi dan Pembagian Tugas Struktur organisasi Firma RR adalah bentuk garis dan staff yang berhasil penulis susun dan berdasarkan

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 /PMK.03/2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 243/PMK.03/2014 TENTANG SURAT PEMBERITAHUAN

Lebih terperinci

PELATIHAN PENGISIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA USAHA KECIL

PELATIHAN PENGISIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA USAHA KECIL PELATIHAN PENGISIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA USAHA KECIL Oleh: Amanita Novi Yushita, SE amanitanovi@uny.ac.id *Makalah ini disampaikan pada Program Pengabdian pada Masyarakat

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN HASIL KERJA PRAKTEK

BAB III PEMBAHASAN HASIL KERJA PRAKTEK BAB III PEMBAHASAN HASIL KERJA PRAKTEK 3.1. Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Penulis melaksanakan kuliah kerja praktek di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees. Penulis ditempatkan pada Seksi Pengolahan

Lebih terperinci

Self assessment : WP membayar pajak sesuai UU tidak tergantung SKP

Self assessment : WP membayar pajak sesuai UU tidak tergantung SKP Self assessment : WP membayar pajak sesuai UU tidak tergantung SKP Pajak pada prinsipnya terutang pada saat timbulnya objek pajak yang dapat dikenai pajak, tetapi untuk kepentingan administrasi perpajakan

Lebih terperinci

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI 770 PERHATIAN MEMPUNYAI PENGHASILAN DARI USAHA/PEKERJAAN BEBAS YANG MENYELENGGARAKAN PEMBUKUAN NORMA PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO DARI SATU ATAU LEBIH PEMBERI KERJA YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN TENTANG PENERAPAN PENGHITUNGAN, PEYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 ATAS WAJIB PAJAK BADAN.

BAB III PEMBAHASAN TENTANG PENERAPAN PENGHITUNGAN, PEYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 ATAS WAJIB PAJAK BADAN. BAB III PEMBAHASAN TENTANG PENERAPAN PENGHITUNGAN, PEYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 ATAS WAJIB PAJAK BADAN. 3.1 Teori Tentang Pajak 3.1.1 Definisi Pajak Secara umum pajak dapat diartikan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94 TAHUN 2010 TENTANG PENGHITUNGAN PENGHASILAN KENA PAJAK DAN PELUNASAN PAJAK PENGHASILAN DALAM TAHUN BERJALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. dan dry clean. CV. Xpress Clean Bersaudara berdiri pada tahun 1995 dengan akta

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. dan dry clean. CV. Xpress Clean Bersaudara berdiri pada tahun 1995 dengan akta BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Penyajian Data 4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan CV. Xpress Clean Bersaudara adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa pada umumnya. Jasa yang diberikan

Lebih terperinci

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI G. LAMPIRAN F. ANGSURAN PPh PASAL 25 BERIKUTNYA E. PPh KURANG/ LEBIH BAYAR D. KREDIT PAJAK C. PPh TERUTANG B. PENGHASILAN KENA PAJAK A. PENGHASILAN NETO IDENTITAS FORMULIR 1770 MEMPUNYAI PENGHASILAN DARI

Lebih terperinci

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 42/PJ/2013 TENTANG

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 42/PJ/2013 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK 2 September 2013 A. Umum SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 42/PJ/2013 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menurut Rochmat Soemitro, seperti yang dikutip Waluyo (2008:3)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menurut Rochmat Soemitro, seperti yang dikutip Waluyo (2008:3) BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pengertian pajak memiliki dimensi atau pengertian yang berbeda-beda menurut Rochmat Soemitro, seperti yang dikutip Waluyo (2008:3) menyatakan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1973, 2014 KEMENKEU. Pajak. Penyetoran. Pembayaran. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242 /PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN. Nomor : SE-42/PJ/2013 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN. Nomor : SE-42/PJ/2013 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK Yth. 1. Para Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak; 2. Para Kepala Kantor Pelayanan Pajak; 3. Para Kepala Kantor Pelayanan, Penyuluhan

Lebih terperinci

Analisis Perbandingan Penerapan PP no 46 tahun 2013 dengan UU no 36 tahun 2008 pada PT Trio Infotek Batam

Analisis Perbandingan Penerapan PP no 46 tahun 2013 dengan UU no 36 tahun 2008 pada PT Trio Infotek Batam Analisis Perbandingan Penerapan PP no 46 tahun dengan UU no 36 tahun 2008 pada PT Trio Infotek Batam Sindari, Dianaswara & Arniati Politeknik Negeri Batam Program Studi Akuntansi Jl Parkway Batam Centre,

Lebih terperinci

Pelaporan SPT Tahunan Wajib Pajak Badan dan Orang Pribadi

Pelaporan SPT Tahunan Wajib Pajak Badan dan Orang Pribadi Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak Pelaporan SPT Tahunan Wajib Pajak Badan dan Orang Pribadi Kategori Wajib Pajak PP Nomor 46 Tahun 2013 PJ.091/KUP/S/005/201401 Agenda Studi

Lebih terperinci

EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT SNI. Dalam rangka pemanfaatan Undang undang Perpajakan secara optimal untuk

EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT SNI. Dalam rangka pemanfaatan Undang undang Perpajakan secara optimal untuk BAB IV EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT SNI Dalam rangka pemanfaatan Undang undang Perpajakan secara optimal untuk meningkatkan efisiensi perusahaan pada PT SNI, penulis akan menguraikan

Lebih terperinci

DAFTAR PENYUSUTAN DAN AMORTISASI FISKAL TAHUN PAJAK 2 0 NPWP : NAMA WAJIB PAJAK : BULAN / TAHUN PEROLEHAN HARGA PEROLEHAN (US$)

DAFTAR PENYUSUTAN DAN AMORTISASI FISKAL TAHUN PAJAK 2 0 NPWP : NAMA WAJIB PAJAK : BULAN / TAHUN PEROLEHAN HARGA PEROLEHAN (US$) 2 0 DAFTAR PENYUSUTAN DAN AMORTISASI FISKAL 1B KELOMPOK / JENIS HARTA BULAN / TAHUN PEROLEHAN HARGA PEROLEHAN (US$) NILAI SISA BUKU FISKAL AWAL TAHUN PENYUSUTAN / AMORTISASI KOMERSIAL METODE HARTA BERWUJUD

Lebih terperinci

BADAN KANTOR PELAYANAN PAJAK ORANG PRIBADI. Syarat Objektif Syarat Subjektif. Wilayah tempat kedudukan. Wilayah tempat tinggal

BADAN KANTOR PELAYANAN PAJAK ORANG PRIBADI. Syarat Objektif Syarat Subjektif. Wilayah tempat kedudukan. Wilayah tempat tinggal BADAN ORANG PRIBADI Syarat Objektif Syarat Subjektif Wilayah tempat kedudukan KANTOR PELAYANAN PAJAK Wilayah tempat tinggal Fungsi NPWP - Sebagai sarana dalam administrasi perpajakan - Sebagai identitas

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. bergerak di bidang teknologi Access Management yang dapat memudahkan konsumen

BAB IV PEMBAHASAN. bergerak di bidang teknologi Access Management yang dapat memudahkan konsumen BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai merupakan salah satu perusahaan di Jakarta yang bergerak di bidang teknologi Access Management yang dapat memudahkan konsumen dalam melakukan

Lebih terperinci

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI G. LAMPIRAN F. ANGSURAN PPh PASAL 25 TAHUN PAJAK BERIKUTNYA E. PPh KURANG/LEBIH BAYAR D. KREDIT PAJAK C. PPh TERUTANG B.PENGHASILAN KENA PAJAK A. PENGHASILAN NETO IDENTITAS FORMULIR TAHUN PAJAK KEMENTERIAN

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Tjahjono, Ahmad dan Huesein, M. Fakhri. 2000, Perpajakan, Yogyakarta, UPP AMP YUPN

DAFTAR PUSTAKA. Tjahjono, Ahmad dan Huesein, M. Fakhri. 2000, Perpajakan, Yogyakarta, UPP AMP YUPN DAFTAR PUSTAKA Tjahjono, Ahmad dan Huesein, M. Fakhri. 2000, Perpajakan, Yogyakarta, UPP AMP YUPN Waluyo. 2003, Perubahan Perundang-undangan Perpajakan Era Reformasi, Jakarta, Salemba Empat Situs Pajak

Lebih terperinci

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PERHATIAN 0 MEMPUNYAI PENGHASILAN DARI USAHA/PEKERJAAN BEBAS YANG MENYELENGGARAKAN PEMBUKUAN NORMA PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO DARI SATU ATAU LEBIH PEMBERI KERJA DARI PENGHASILAN LAIN SPT YANG DIKENAKAN

Lebih terperinci

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI 2 0

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI 2 0 0 MEMPUNYAI PENGHASILAN DARI USAHA/PEKERJAAN BEBAS YANG MENYELENGGARAKAN PEMBUKUAN ATAU NORMA PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO DARI SATU ATAU LEBIH PEMBERI KERJA YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT

Lebih terperinci

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI 2

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI 2 0 MEMPUNYAI PENGHASILAN DARI USAHA/PEKERJAAN BEBAS YANG MENYELENGGARAKAN PEMBUKUAN ATAU NORMA PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO DARI SATU ATAU LEBIH PEMBERI KERJA DARI PENGHASILAN LAIN SEBELUM MENGISI BACALAH

Lebih terperinci

ANGSURAN PAJAK PENGHASILAN (PPh Pasal 25)

ANGSURAN PAJAK PENGHASILAN (PPh Pasal 25) ANGSURAN PAJAK PENGHASILAN (PPh Pasal 25) Penghitungan PPh Menggunakan Riel Stelsel & Fictieve Stelsel (anggapan) PPh 25 adalah Anggapan atau berupa angsuran pajak penghasilan yang dibayar sendiri sebelum

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

DAFTAR FORMULIR SPT MASA PPh PASAL 23 DAN/ATAU PASAL 26 DAN BUKTI PEMOTONGAN PPh PASAL 23 DAN/ATAU PASAL 26

DAFTAR FORMULIR SPT MASA PPh PASAL 23 DAN/ATAU PASAL 26 DAN BUKTI PEMOTONGAN PPh PASAL 23 DAN/ATAU PASAL 26 LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-04/PJ/2017 TENTANG : BENTUK, ISI, TATA CARA PENGISIAN DAN PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN/ATAU PASAL 26 SERTA

Lebih terperinci

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI 2 0 6

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI 2 0 6 BAGI WAJIB PAJAK YANG MEMPUNYAI PENGHASILAN DARI USAHA/PEKERJAAN BEBAS; DARI SATU ATAU LEBIH PEMBERI KERJA; YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL; DAN/ATAU X PEMBUKUAN PENCATATAN DALAM NEGERI

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.131, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA EKONOMI. Pajak. Pengampunan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5899) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016

Lebih terperinci

-1- RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

-1- RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA -1- DRAFT RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa pembangunan nasional Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pajak Apabila membahas pengertian pajak banyak para ahli dalam bidang perpajakan yang memberikan pengertian mengenai pajak, diantaranya : Menurut Djajadiningrat dalam

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS

BAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS BAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS Pada laporan rugi laba yang telah dibuat oleh PT TGS yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2003 menunjukkan adanya unsur penjualan yang telah berhasil

Lebih terperinci

PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN PAJAK OLEH BENDAHARA PEMERINTAH

PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN PAJAK OLEH BENDAHARA PEMERINTAH PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN PAJAK OLEH BENDAHARA PEMERINTAH DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA SETIABUDI TIGA KEWAJIBAN WAJIB PAJAK BENDAHARA DAFTAR (NPWP) POTONG/ PUNGUT

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94 TAHUN 2010 TENTANG PENGHITUNGAN PENGHASILAN KENA PAJAK DAN PELUNASAN PAJAK PENGHASILAN DALAM TAHUN BERJALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

Soal Kasus Pembukuan atau Pencatatan( contoh ini menggunakan aturan lama untuk ptkpnya lebih baik lihat aturan terbaru)

Soal Kasus Pembukuan atau Pencatatan( contoh ini menggunakan aturan lama untuk ptkpnya lebih baik lihat aturan terbaru) Soal Kasus Pembukuan atau Pencatatan( contoh ini menggunakan aturan lama untuk ptkpnya lebih baik lihat aturan terbaru) Tuan Wahyudi (PKP) seorang pengusaha garmen yang memiliki 5 kios di Jakarta, Bandung,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. tanpa balas jasa yang dapat ditunjuk secara langsung.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. tanpa balas jasa yang dapat ditunjuk secara langsung. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah Iuran wajib yang dipungut oleh pemerintah dari masyarakat (Wajib Pajak) untuk menutupi pengeluaran rutin

Lebih terperinci

LAMPIRAN KHUSUS SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN

LAMPIRAN KHUSUS SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN A DAFTAR PENYUSUTAN DAN AMORTISASI FISKAL NPWP : NAMA WAJIB PAJAK : BULAN / HARGA NILAI SISA BUKU FISKAL METODE PENYUSUTAN / AMORTISASI KELOMPOK / JENIS HARTA TAHUN PEROLEHAN AWAL TAHUN PENYUSUTAN / AMORTISASI

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-02/PJ/2015 TENTANG PENEGASAN ATAS PELAKSANAAN PASAL 31E AYAT (1) UNDANG- UNDANG NOMOR

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

PERTEMUAN 13: PPh Pasal 25 (Umum /Perhitungan)

PERTEMUAN 13: PPh Pasal 25 (Umum /Perhitungan) PERTEMUAN 13: PPh Pasal 25 (Umum /Perhitungan) A. TUJUAN PEMBELAJARAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai PPh Pasal 25 (Umum /Perhitungan), Anda harus mampu: 1.1 Memahami Definisi PPh Pasal 25, Subjek

Lebih terperinci

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI 6

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI 6 G. LAMPIRAN F. ANGSURAN PPh PASAL TAHUN PAJAK BERIKUTNYA E. PPh KURANG/ LEBIH BAYAR D. KREDIT PAJAK C. PPh TERUTANG B. PENGHASILAN KENA PAJAK A. PENGHASILAN NETO IDENTITAS FORMULIR BAGI WAJIB PAJAK YANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TANGGAL 1 JULI 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TANGGAL 1 JULI 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TANGGAL 1 JULI 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional Negara Kesatuan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Beban dan Pendapatan Perusahaan Langkah pertama yang dilakukan penulis adalah dengan melakukan koreksi fiskal atas laporan laba rugi perusahaan sesuai dengan undang-undang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang, yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat jasa timbal balik atau

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) BADAN PADA PKP RI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2012

PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) BADAN PADA PKP RI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2012 PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) BADAN PADA PKP RI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2012 Febriyanti Dewi Nugraheni, dan Adilistiono Jurusan Akuntansi, Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof.H.Sudarto, SH, Tembalang,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.161, 2010 KEUANGAN NEGARA. Pajak Penghasilan. Penghitungan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5183) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. telah di tunjuk oleh mentri keuangan. (pasal 1 angka 14 UU, KUP) SSP

BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. telah di tunjuk oleh mentri keuangan. (pasal 1 angka 14 UU, KUP) SSP digilib.uns.ac.id BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan Pustaka 1. Surat Setoran Pajak (SSP) Surat Setoran Pajak (SSP) adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil 1. Penerapan Pajak Pertambahan Nilai pada PT. Perkebunan Nusantara III Medan dengan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (SPPKP) No: PEM- 00025/WPJ.19/KP.0303/2013

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 118/PMK.03/2016 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 118/PMK.03/2016 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 118/PMK.03/2016 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS BAB IV PEMBAHASAN IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS Semua badan merupakan Wajib Pajak tanpa terkecuali, mulai saat didirikan atau saat melakukan kegiatan usaha atau memperoleh

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi pada PT QN

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi pada PT QN BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi pada PT QN Pada prinsipnya terdapat perbedaan perhitungan penghasilan dan beban menurut Standar Akuntansi Keuangan dengan ketentuan peraturan

Lebih terperinci

DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

DIREKTUR JENDERAL PAJAK, KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-30/PJ/2015 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-38/PJ/2009

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Republik

Lebih terperinci

DATA IDENTITAS WAJIB PAJAK DATA IDENTITAS WAJIB PAJAK

DATA IDENTITAS WAJIB PAJAK DATA IDENTITAS WAJIB PAJAK DATA IDENTITAS WAJIB PAJAK A. NPWP : 0 7 4 5 6 1 2 3 0 0 1 3 0 0 0 B. C. JENIS USAHA : SPESIFIKASI USAHA : D. ALAMAT : Pegawai Swasta JL. BATU TULIS NO. 33 E. KELURAHAN / : KECAMATAN F. KOTA / KODE POS

Lebih terperinci

LEMBAR ISIAN HASIL PEMERIKSAAN PROGRAM PENGKAJIAN PENGISIAN SPT WAJIB PAJAK BADAN. 6. Status Badan : (a) Pusat (b) Pusat (c) BUT

LEMBAR ISIAN HASIL PEMERIKSAAN PROGRAM PENGKAJIAN PENGISIAN SPT WAJIB PAJAK BADAN. 6. Status Badan : (a) Pusat (b) Pusat (c) BUT DEPARTEMEN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK Lampiran 1 SE Direktur Jenderal Pajak Nomor : SE-12/PJ.7/1995 Tanggal : 26 Juni 1995 LEMBAR ISIAN HASIL PEMERIKSAAN PROGRAM PENGKAJIAN PENGISIAN SPT WAJIB

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1.Landasan Teori 2.1.1. Definisi Pajak Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang

Lebih terperinci

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN D. PPh KURANG/ LEBIH BAYAR C. KREDIT PAJAK B. PPh TERUTANG A. PENGHASILAN KENA PAJAK IDENTITAS FORMULIR 1771 SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN 2 0 PERHATIAN : SEBELUM MENGISI, BACA DAHULU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. volume dan dinamika pembangunan itu sendiri. Berdasarkan Undang-Undang No.

BAB I PENDAHULUAN. volume dan dinamika pembangunan itu sendiri. Berdasarkan Undang-Undang No. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Peranan pajak sebagai penerimaan dalam suatu negara sangat besar manfaatnya dalam meningkatkan rencana penerimaan negara yang berasal dari pajak sebagai sumber utama

Lebih terperinci

Pelaporan SPT Tahunan Wajib Pajak Badan dan Orang Pribadi

Pelaporan SPT Tahunan Wajib Pajak Badan dan Orang Pribadi Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak Pelaporan SPT Tahunan Wajib Pajak Badan dan Orang Pribadi Kategori Wajib Pajak PP Nomor 46 Tahun 2013 PJ.091/KUP/S/005/201401 Agenda Sekilas

Lebih terperinci

Evaluasi Pelaksanaan Pajak Pertambahan Nilai di PT IO

Evaluasi Pelaksanaan Pajak Pertambahan Nilai di PT IO Evaluasi Pelaksanaan Pajak Pertambahan Nilai di PT IO ABSTRAK Dari segi ekonomi, pajak merupakan pemindahan sumber daya dari sektor perusahaan ke sektor publik. Salah satu pajak yang sangat mempengaruhi

Lebih terperinci

Analisis Perbandingan Penerapan PP no 46 tahun 2013 dengan UU no 36 tahun 2008 pada PT Trio Infotek Batam

Analisis Perbandingan Penerapan PP no 46 tahun 2013 dengan UU no 36 tahun 2008 pada PT Trio Infotek Batam Analisis Perbandingan Penerapan PP no 46 tahun dengan UU no 36 tahun 2008 pada PT Trio Infotek Batam Sindari, Dianaswara, Arniati Politeknik Negeri Batam Program Studi Akuntansi Jl Parkway Batam Centre,

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN III.1 Sejarah Singkat dan Perkembangan Perusahaan PT TGS didirikan di Jakarta berdasarkan Akta Notaris dengan No Akte 145 tanggal 23 April 1996. Akta pendirian tersebut

Lebih terperinci

AKUNTANSI KAS DAN BANK

AKUNTANSI KAS DAN BANK AKUNTANSI KAS DAN BANK PENDAHULUAN Kas adalah aset keuangan (paling likuid) yang digunakan untuk kegitan operasional perusahaan. Kas merupakan aset yang paling likuid karena dapat digunakan untuk membiayai

Lebih terperinci

NPWP (NOMOR POKOK WAJIB PAJAK), WAJIB PAJAK NON EFEKTIF, KODE AKUN PAJAK, SSP, JATUH TEMPO PEMBAYARAN

NPWP (NOMOR POKOK WAJIB PAJAK), WAJIB PAJAK NON EFEKTIF, KODE AKUN PAJAK, SSP, JATUH TEMPO PEMBAYARAN Modul ke: NPWP (NOMOR POKOK WAJIB PAJAK), WAJIB PAJAK NON EFEKTIF, KODE AKUN PAJAK, SSP, JATUH TEMPO PEMBAYARAN Fakultas Ekonomi & Bisnis Disusun Oleh : Yenny Dwi Handayani Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Pada Laporan Laba Rugi PT Anugrah Setia Lestari

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Pada Laporan Laba Rugi PT Anugrah Setia Lestari BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Pada Laporan Laba Rugi PT Anugrah Setia Lestari Pengetahuan atas ketentuan perpajakan yang benar, sangat mutlak diperlukan oleh Wajib Pajak karena dengan pengetahuan itu

Lebih terperinci

MINGGU PERTAMA KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

MINGGU PERTAMA KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN MINGGU PERTAMA KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan diatur dalam Undang - Undang No.28 tahun 2007 yaitu perubahan ketiga atas Undang-Undang No.16 tahun 2000 A.

Lebih terperinci

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI IDENTITAS FORMULIR PERHATIAN MEMPUNYAI PENGHASILAN DARI USAHA/PEKERJAAN BEBAS YANG MENYELENGGARAKAN PEMBUKUAN NORMA PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO DARI SATU ATAU LEBIH PEMBERI KERJA DARI PENGHASILAN LAIN

Lebih terperinci

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BAB I KETENTUAN UMUM.

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BAB I KETENTUAN UMUM. SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BAB I KETENTUAN UMUM Dalam Undang-undang ini, yang dimaksud dengan : Pasal 1 1. Wajib Pajak adalah

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai. IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan)

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai. IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan) BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan) Pajak Masukan adalah pajak yang harus dibayarkan oleh Pengusaha Kena Pajak

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT. DS. Pada prinsipnya terdapat perbedaan pengakuan penghasilan dan beban antara

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT. DS. Pada prinsipnya terdapat perbedaan pengakuan penghasilan dan beban antara BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT. DS Pada prinsipnya terdapat perbedaan pengakuan penghasilan dan beban antara laporan keuangan komersial dengan peraturan perpajakan. Hal

Lebih terperinci

OLEH: Yulazri SE. M.Ak. Akt. CPA

OLEH: Yulazri SE. M.Ak. Akt. CPA OLEH: Yulazri SE. M.Ak. Akt. CPA Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan (KUP) Dasar Hukum : No. Tahun Undang2 6 1983 Perubahan 9 1994 16 2000 28 2007 16 2009 SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) SPT Surat yg oleh

Lebih terperinci

(FORMULIR 1771 DAN FORMULIR 1771/$) PETUNJUK UMUM

(FORMULIR 1771 DAN FORMULIR 1771/$) PETUNJUK UMUM LAMPIRAN VIII PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 19 /PJ/2014 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 34/PJ/2010 TENTANG BENTUK FORMULIR SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. mempunyai pendapat yang berbeda, antara lain:

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. mempunyai pendapat yang berbeda, antara lain: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Pajak Secara umum pajak dapat diartikan sebagai pungutan yang dilakukan oleh pemerintah. Beradasarkan peraturan perundang-undangan yang hasilnya

Lebih terperinci