EFEKTIVITAS IKLAN LAYANAN MASYARAKAT KELUARGA BERENCANA VERSI SHIREEN SUNGKAR DAN TEUKU WISNU PADA REMAJA DI DESA CIOMAS, BOGOR TIARA PRIDATIKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EFEKTIVITAS IKLAN LAYANAN MASYARAKAT KELUARGA BERENCANA VERSI SHIREEN SUNGKAR DAN TEUKU WISNU PADA REMAJA DI DESA CIOMAS, BOGOR TIARA PRIDATIKA"

Transkripsi

1 EFEKTIVITAS IKLAN LAYANAN MASYARAKAT KELUARGA BERENCANA VERSI SHIREEN SUNGKAR DAN TEUKU WISNU PADA REMAJA DI DESA CIOMAS, BOGOR TIARA PRIDATIKA DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efektivitas Iklan Layanan Masyarakat Keluarga Berencana Versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu pada Remaja di Desa Ciomas, Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Januari 2013 Tiara Pridatika NIM I *Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.

3 ABSTRAK TIARA PRIDATIKA. Efektivitas Iklan Layanan Masyarakat Keluarga Berencana Versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu pada Remaja di Desa Ciomas., Bogor Dibimbing oleh SUTISNA RIYANTO. Penelitian ini bertujuan mengkaji efektivitas iklan layanan masyarakat, menganalisis tingkat keterdedahan dan faktor-faktor yang mendorongnya, hubungan keterdedahan dengan efektivitas iklan layanan masyarakat, serta tingkat gangguan dan rintangan komunikasi dan hubungannya dengan efektivitas iklan layanan masyarakat. Sampel penelitian adalah remaja RW 06 dan 07 Desa Ciomas yang pernah menonton iklan tersebut dan bersedia menjadi responden penelitian. Tingkat keterdedahan khalayak tergolong rendah. Karakteristik individu berhubungan dengan keterdedahan pada variabel jenis kelamin sedangkan karakteristik sosiologis tidak terbukti berhubungan. Efektivitas iklan tergolong tinggi pada aspek efek kognitif, afektif, dan konatif. Keterdedahan berhubungan dengan efektivitas iklan pada aspek efek afektif, konatif, dan efektivitas total. Gangguan dan rintangan komunikasi khalayak tergolong rendah pada aspek gangguan semantik dan rintangan budaya, serta berhubungan dengan efektivitas iklan. Gangguan semantik berhubungan dengan efek kognitif, afektif, konatif, dan efektivitas total sedangkan rintangan budaya berhubungan dengan efek afektif. Kata kunci: efektivitas, iklan layanan masyarakat, remaja ABSTRACT TIARA PRIDATIKA. Effectiveness of Public Service Ads about Family Planning Shireen Sungkar and Teuku Wisnu Version to The Teenager in Ciomas Village, Bogor. Supervised by SUTISNA RIYANTO. This study aimed to assess the effectiveness of public service ads, analyzed the exposure and the factors that drive it, correlation between exposure and the effectiveness of public service ads, as well as the level of disruption and communication barrier and its relation with the effectiveness of public service ads. The research sample was adolescents in RW 06 and 07 Ciomas village who had seen the ads and be willing to be the respondents. The results showed that the audience had low level of exposure. Individual characteristics correlates with the exposure at the gender variable whereas sociological characteristics are not correlates. The effectiveness of public service ads are high on cognitive, affective, and conative aspects. Audiences exposure correlates with the effectiveness of public service ads at affective, conative, and total effectivity aspects. The disruption and communication barriers are both low at semantic interference and cultural barriers aspects, and correlates with the effectiveness of public service ads. Semantic interference correlates with cognitive, affective, conatif, and total effectivity aspects whereas the cultural barrier correlates with the affective aspects. Keywords: effectiveness, public service ads, family planning, teenager

4 EFEKTIVITAS IKLAN LAYANAN MASYARAKAT KELUARGA BERENCANA VERSI SHIREEN SUNGKAR DAN TEUKU WISNU PADA REMAJA DI DESA CIOMAS, BOGOR TIARA PRIDATIKA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

5 Judul Skripsi : Efektivitas Iklan Layanan Masyarakat Keluarga Berencana Versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu pada Remaja di Desa Ciomas, Bogor Nama : Tiara Pridatika NIM : I Disetujui oleh Ir Sutisna Riyanto, MS Pembimbing Diketahui oleh Dr Ir Soeryo Adiwibowo, MS Ketua Departemen Tanggal Lulus:

6 PRAKATA Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul Efektivitas Iklan Layanan Masyarakat Keluarga Berencana Versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu pada Remaja di Desa Ciomas, Bogor. Skripsi ini ditujukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji efektivitas iklan layanan masyarakat. Tujuan spesifiknya ialah: (1) menganalisis tingkat keterdedahan khalayak remaja terhadap tayangan iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu, (2) mengidentifikasi faktor-faktor yang mendorong keterdedahan khalayak remaja terhadap tayangan iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu, (3) menganalisis tingkat efektivitas iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu, (4) menganalisis hubungan keterdedahan terhadap iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu dengan efektivitasnya di kalangan khalayak remaja, (5) mengkaji gangguan dan rintangan komunikasi yang dialami khalayak remaja dalam menerima iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu, dan (6) menganalisis hubungan gangguan dan rintangan komunikasi dengan efektivitas iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu di kalangan khalayak remaja Penulis menyadari banyak pihak yang telah membantu penulis dalam proses pembuatan skripsi ini baik secara moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir Sutisna Riyanto, MS selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan pikiran dalam memberikan masukan hingga skripsi ini dapat terselesaikan, serta kepada Ir Yatri Indah Kusumastuti, SP, MS dan Heru Purwandari, SP, MSi atas kesediaannya menjadi dosen penguji pada sidang skripsi. Penulis juga berterima kasih kepada seluruh warga Desa Ciomas, khususnya warga RW 06 dan 07. Tidak lupa penulis menyampaikan hormat dan rasa terima kasih kepada (alm) ayahanda Usman Eka Tunggal, Ibunda Lita Purwati, Aldila Andarilika, M. Rizki Nandika, dan M. Anza Nufandia, kakak dan adik tersayang, yang selalu memberi motivasi, doa, dan dukungan kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada sahabat-sahabat terbaik di KPM 46, Tami, Agustin, Denissa, M. Septiadi, Lidya, Adis, Ratu, Gilang, Elbie, Bunga, Annisa, teman-teman seperjuangan akselerasi, serta keluarga besar KPM 46 atas kebersamaannya selama di KPM. Tidak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Fardhian Zaenal, yang selalu dengan sabar memberi motivasi, doa, dan dukungan dalam penulisan skripsi ini. Akhir kata semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak. Bogor, Januari 2013 Tiara Pridatika

7 DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISI PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 3 Tujuan Penelitian 4 Manfaat Penelitian 5 TINJAUAN PUSTAKA 7 Komunikasi Massa 7 Televisi sebagai Media Massa 8 Pemanfaatan Televisi sebagai Media Kampanye Melalui Tayangan Iklan Layanan Masyarakat 11 Keterdedahan Khalayak terhadap Iklan Layanan Masyarakat pada Siaran Televisi dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya 13 Batasan Usia Remaja 14 Efektivitas Iklan Layanan Masyarakat 15 Gangguan dan Rintangan Komunikasi 18 Kerangka Pemikiran 20 Hipotesis 22 Definisi Operasional 22 METODE 25 Metode Penelitian 25 Lokasi dan Waktu Penelitian 25 Pengumpulan Data 26 Data 26 Teknik Pengambilan Sampel 26 Instrumen 27 Teknik Pengolahan dan Analisis Data 27 GAMBARAN UMUM 31 viii viii ix

8 Gambaran Umum BKKBN 31 Sejarah BKKBN 31 Visi dan Misi BKKBN 32 Moto dan Logo BKKBN 32 Program Kerja BKKBN 33 Deskripsi Singkat Iklan Layanan Masyarakat Keluarga Berencana Versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu 34 Latar Belakang 34 Tujuan 35 Segmentasi Khalayak 35 Isi Tayangan 35 Gambaran Umum Desa Ciomas, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor 36 Wilayah dan Penduduk 36 Gambaran Umum RW 38 Gambaran Umum Responden 38 Karakteristik Individu 39 Karakteristik Sosiologis 41 KETERDEDAHAN IKLAN LAYANAN MASYARAKAT KELUARGA BERENCANA VERSI SHIREEN SUNGKAR DAN TEUKU WISNU 43 Tingkat Keterdedahan 43 Hubungan Karakteristik Individu dengan Frekuensi Menonton Iklan Layanan Masyarakat Keluarga Berencana Versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu 44 Hubungan Karakteristik Sosiologis dengan Frekuensi Menonton Iklan Layanan Masyarakat Keluarga Berencana Versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu 46 EFEKTIVITAS IKLAN LAYANAN MASYARAKAT KELUARGA BERENCANA VERSI SHIREEN SUNGKAR DAN TEUKU WISNU 49 Tingkat Efektivitas 49 Efek Kognitif 50 Efek Afektif 52 Efek Konatif 53 Hubungan Keterdedahan dengan Efektivitas Iklan Layanan Masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu 54 GANGGUAN DAN RINTANGAN KOMUNIKASI 57

9 Tingkat Gangguan dan Rintangan Komunikasi 57 Gangguan Semantik 57 Rintangan Budaya 59 Hubungan Gangguan dan Rintangan Komunikasi dengan Efektivitas Iklan Layanan Masyarakat Keluarga Berencana Versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu 61 SIMPULAN DAN SARAN 65 Simpulan 65 Saran 65 DAFTAR PUSTAKA 67 LAMPIRAN 69

10 DAFTAR TABEL 1. Karakteristik saluran komunikasi interpersonal dan media massa 7 2. Indikator sosial budaya tahun 2003, 2006, dan Jumlah sarana pendidikan di Desa Ciomas tahun Sebaran penduduk Desa Ciomas berdasarkan usia tahun Sebaran penduduk Desa Ciomas berdasarkan agama tahun Jumlah dan persentase responden berdasarkan karakteristik individu Jumlah dan persentase responden berdasarkan karakteristik sosiologis Korelasi antara karakteristik individu dengan frekuensi Jumlah responden berdasarkan jenis kelamin dan frekuensi menonton Korelasi antara karakteristik sosiologis dengan frekuensi menonton Nilai rataan skor efektivitas iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu menurut aspek materi Korelasi antara keterdedahan (frekuensi menonton) dengan efektivitas Nilai rataan gangguan dan rintangan komunikasi terhadap iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu Nilai rataan gangguan semantik terhadap iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu Nilai rataan rintangan budaya terhadap iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu Korelasi antara gangguan dan rintangan komunikasi dengan efektivitas iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu 61 DAFTAR GAMBAR 1. Model Shannon dan Weaver Kerangka analisis Logo Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Persentase responden berdasarkan tingkat frekuensi menonton iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu Persentase responden berdasarkan tingkat efek kognitif iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu Persentase responden berdasarkan tingkat efek afektif iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu Persentase responden berdasarkan tingkat efek konatif iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu 53

11 8. Persentase responden berdasarkan tingkat gangguan semantik terhadap iklan layanan masyarakat Keluarga Persentase responden berdasarkan tingkat rintangan budaya terhadap iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu 59 DAFTAR LAMPIRAN 1. Peta Desa Ciomas, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor Foto Tayangan Iklan Layanan Masyarakat Keluarga Berencana Versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu Kerangka Sampling Dokumentasi Pengumpulan Data di Desa Ciomas Bogor Contoh Hasil Pengolahan Data 76

12 PENDAHULUAN Latar Belakang Di era teknologi informasi saat ini, media massa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Lee dan Johnson (2007) menyatakan bahwa media massa banyak berperan dalam kehidupan manusia sehari-hari, antara lain: (1) sebagai institusi pencerahan masyarakat atau media edukasi, yang mendidik masyarakat agar menjadi cerdas, terbuka pikirannya, dan menjadi masyarakat maju, (2) sebagai media informasi, yang menjadikan masyarakat kaya dan terbuka akan segala bentuk informasi, dan (3) sebagai media hiburan. Berbagai peran tersebut menjadikan media massa sebagai bagian penting dalam kehidupan manusia yang mampu mempengaruhi pola-pola kehidupan dan rutinitas manusia. Media massa terus mengalami perkembangan yang pesat dari waktu ke waktu, dimulai dari kemunculan surat kabar, majalah, radio, televisi, hingga film dan internet. Bila dibandingkan dengan media massa lainnya, televisi adalah media massa yang paling menarik dan paling memiliki pengaruh dalam kehidupan manusia. Televisi banyak dimanfaatkan oleh khalayak dalam mengakses informasi dan hiburan karena memiliki keunggulan bila dibandingkan dengan media elektronik lainnya. Televisi mampu menyampaikan pesan dalam bentuk suara dan gambar (audio visual) sehingga pesannya lebih mudah diterima, ditambah kemampuannya dalam menampilkan warna dan gerak yang meningkatkan daya tariknya bagi khalayak. Kemampuan televisi dalam mengatasi jarak dan waktu menyebabkan masyarakat di seluruh pelosok, termasuk di daerah terpencil juga dapat mengaksesnya dengan mudah dan cepat. Seiring dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi, televisi terus mengalami perkembangan yang pesat. Siaran televisi Indonesia semakin semarak sejak bergulirnya era kebebasan pers dan penyiaran informasi. Menjelang tahun 2000 muncul hampir secara serentak lima televisi swasta baru, yaitu Metro, Trans, TV-7, Lativi dan Global. Berbagai keunggulan yang dimiliki televisi serta perkembangannya yang pesat dan semakin memasyarakat menjadikan televisi sebagai media massa yang paling potensial untuk melakukan kampanye dalam bentuk iklan produk bagi perusahaan dan lembaga non profit. Kampanye sebagai salah satu bentuk promosi merupakan kegiatan komunikasi yang terencana untuk mencapai tujuan tertentu dan berupaya mengajak dan mempengaruhi khalayak sebagai target sasarannya. Kampanye bertitik tolak dari kegiatan komunikasi persuasif yang bertujuan megubah pandangan khalayak agar mau mengadopsi pandangan komunikator tentang suatu hal atau melakukan tindakan tertentu. Kampanye berbeda dengan propaganda karena menggunakan teknik yang lebih moderat, terbuka, toleran, dengan waktu terbatas dan jangka pendek, program yang jelas, persuasif, serta dapat diidentifikasikan secara jelas narasumbernya dan selalu berkonotasi positif (Ruslan 2005). Salah satu bentuk kampanye adalah melalui iklan. Iklan merupakan bentuk pesan mengenai produk dan jasa yang disampaikan melalui suatu media dan ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat (Widyatama 2005). Iklan di televisi merupakan salah satu pilihan utama dalam kegiatan promosi dan

13 2 kampanye karena keunggulan-keunggulannya dan daya jangkaunya yang luas. Iklan berfungsi untuk menjalankan fungsi informasi, persuasi, dan pengingat. Secara umum iklan terbagi menjadi dua, yaitu iklan standar dan iklan layanan masyarakat. Menurut Widyatama (2005), iklan standar ditata untuk memperkenalkan barang, jasa, dan pelayanan untuk konsumen. Iklan ini bertujuan untuk merangsang minat pembeli dan pemakai. Oleh karenanya, iklan standar berorientasi terhadap keuntungan ekonomi atau komersial. Sementara itu, iklan layanan masyarakat merupakan jenis iklan non profit. Iklan layanan masyarakat dirancang bebas biaya dengan ruang dan waktu iklan yang merupakahan hibah dari media dan biasanya digunakan untuk kampanye-kampanye besar pemerintah atau lembaga swadaya. Keuntungan yang dicapai bukan dalam bentuk komersil melainkan dalam bentuk keuntungan sosial, yang dirancang untuk kepentingan masyarakat dan mempromosikan kesejahteraan masyarakat. Kehadiran iklan layanan masyarakat diharapkan dapat menghasilkan perubahan pada khalayak berupa tercapainya kesejahteraan masyarakat. Walaupun begitu, dari sekian banyak iklan layanan masyarakat, masih banyak yang mendapat respon kurang baik dari khalayak. Penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa beberapa tayangan iklan layanan masyarakat tersebut masih belum efektif. Hal ini disebabkan oleh adanya gangguan dan rintangan komunikasi dalam menunjang efektivitas iklan layanan masyarakat. Hasil penelitian Juwita (2009) pun membuktikan bahwa penggunaan bahasa yang terlalu rumit dan sulit dimengerti oleh khalayak menyebabkan iklan layanan masyarakat tidak memberikan efek sesuai dengan yang diharapkan. Saat ini, iklan layanan masyarakat telah sangat berkembang pemanfaatannya, terutama dalam mendukung program-program pemerintah. Salah satu lembaga yang gencar melakukan kampanye melalui iklan layanan masyarakat adalah Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), contohnya adalah iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana (KB) versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu mengenai perencanaan keluarga. Iklan ini mengusung pentingnya Generasi Berencana (GenRe), yaitu perencanaan pernikahan dan keluarga yang matang bagi remaja, salah satunya dengan cara mencegah pernikahan dini dan merencanakan jarak kelahiran anak. Iklan ini memiliki sasaran utama remaja. Jumlah remaja yang kini mencapai sekitar 63.4 juta jiwa atau 26.7 persen dari penduduk Indonesia (Sensus Penduduk 2010) harus menjadi perhatian semua pihak 1. Potensi remaja yang cukup besar ini bila tidak diarahkan ke hal-hal yang positif justru dapat memberikan dampak yang negatif bagi kehidupannya mendatang. Reaksi-reaksi dan ekspresi emosional yang masih belum terkendali pada masa remaja dapat berdampak pada kehidupan pribadi maupun sosialnya. Oleh karena itu, remaja perlu mengenal program GenRe sebagai upaya penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja. Penayangan iklan ini diharapkan dapat menimbulkan kesadaran masyarakat akan pentingnya melakukan perencanaan dalam keluarga dan membatasi jumlah kelahiran anak yang semakin meningkat sehingga akan tercapai kesejahteraan yang dapat mendukung pemberdayaan masyarakat. Apalagi hasil Sensus Penduduk 2010 menunjukkan bahwa penduduk Indonesia terus mengalami pertambahan jumlah yang besar setiap tahunnya, yaitu dengan jumlah penduduk 1 diakses pada tanggal 4 September 2012 pukul 1400 WIB

14 3 sebanyak juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1.49 persen/tahun. Sumbangan jumlah penduduk yang lebih besar diberikan oleh masyarakat desa, yaitu sebesar persen meskipun dengan persentase yang tidak jauh berbeda dengan jumlah penduduk kota. Salah satu desa yang memiliki tingkat kepadatan penduduk yang tinggi adalah Desa Ciomas, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, yaitu sebesar jiwa/ha. Hal ini karena sebagian besar masyarakat desa masih memiliki tingkat pendidikan yang rendah sehingga kurang memiliki kesadaran terhadap program-program pemerintah seperti pembatasan jumlah penduduk dan perencanaan keluarga. Uraian tersebut menandakan bahwa saat ini merupakan tantangan tersendiri bagi iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu untuk menjaga eksistensinya, tidak hanya pada masyarakat perkotaan, tapi juga pedesaan, terutama mengingat peran positif yang diberikannya dalam memberdayakan masyarakat. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengkaji efektivitas iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu pada remaja di Desa Ciomas ditinjau dari gangguan dan rintangan komunikasi yang menyertainya. Perumusan Masalah Televisi merupakan salah satu media massa yang paling menarik dan paling memiliki pengaruh dalam kehidupan manusia. Televisi banyak dimanfaatkan oleh khalayak dalam mengakses informasi dan hiburan karena memiliki keunggulan bila dibandingkan dengan media elektronik lainnya, yaitu sebagai media audio visual yang dapat menampilkan gambar dan suara secara bersamaan. Berbagai keunggulan yang dimiliki televisi menyebabkannya menjadi media massa yang paling potensial untuk melakukan kampanye dalam bentuk iklan bagi perusahaan dan lembaga non profit. Salah satu pemanfaatan siaran televisi adalah sebagai media kampanye melalui tayangan iklan. Kehadiran iklan layanan masyarakat sebagai salah satu bentuk kampanye diharapkan dapat menghasilkan perubahan positif pada khalayak. Saat ini, pemanfaatan iklan layanan masyarakat telah mengalami perkembangan yang semakin pesat, terutama dalam mendukung program-program pemerintah. Meskipun begitu, dari sekian banyak tayangan iklan tersebut, masih banyak yang mendapat respon kurang baik dari khalayak. Penelitian-penelitian sebelumnya tentang iklan layanan masyarakat pada siaran televisi menunjukkan bahwa beberapa tayangan iklan layanan masyarakat tersebut masih belum efektif. Hal ini disebabkan oleh adanya gangguan dan rintangan komunikasi dalam menunjang efektivitas iklan layanan masyarakat. Iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu yang dikeluarkan oleh BKKBN adalah salah satu iklan kampanye yang memanfaatkan media televisi. Iklan tersebut dikemas secara menarik dengan menggunakan ilustrasi, jingle, visual, dan jargon yang unik untuk menarik perhatian khalayak sasaran, yaitu remaja. Tayangan iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu pada siaran televisi diharapkan dapat menghasilkan perubahan pada khalayak yang menonton iklan tersebut agar mampu menyerap dan mengaplikasikan isi pesan dalam membentuk

15 4 keluarga yang berkualitas. Oleh karena itu, sampai sejauh mana efektivitas tayangan iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu akan dikaji dalam penelitian ini. Berdasarkan uraian di atas, masalah yang dikaji dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Sejauh mana tayangan iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu mampu mendedah khalayak remaja? 2. Apa saja faktor yang mendorong keterdedahan khalayak remaja terhadap tayangan iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu? 3. Sejauh mana efektivitas iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu? 4. Sejauh mana keterdedahan terhadap tayangan iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu berhubungan dengan efektivitasnya di kalangan khalayak remaja? 5. Gangguan dan rintangan komunikasi apa saja yang dialami khalayak remaja dalam menerima iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu? 6. Sejauh mana gangguan dan rintangan komunikasi berhubungan dengan efektivitas iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu di kalangan khalayak remaja? Tujuan Penelitian Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengkaji efektivitas tayangan iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana pada siaran televisi pada remaja di RW 06 dan 07 Desa Ciomas, Bogor. Secara spesifik, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menganalisis tingkat keterdedahan khalayak remaja terhadap tayangan iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu. 2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mendorong keterdedahan khalayak remaja terhadap tayangan iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu. 3. Menganalisis tingkat efektivitas iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu 4. Menganalisis hubungan keterdedahan terhadap iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu dengan efektivitasnya di kalangan khalayak remaja. 5. Mengkaji gangguan dan rintangan komunikasi yang dialami khalayak remaja dalam menerima iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu. 6. Menganalisis hubungan gangguan dan rintangan komunikasi dengan efektivitas iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu di kalangan khalayak remaja.

16 5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi seluruh kalangan yang terkait dengan topik penelitian ini, baik bagi sivitas akademika, masyarakat, maupun BKKBN selaku penyelenggara iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu. Secara spesifik, manfaat yang diharapkan diperoleh masing masing pihak adalah sebagai berikut: 1. Bagi sivitas akademika, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih berupa referensi dan khasanah pengetahuan tentang efektivitas tayangan iklan layanan masyarakat pada siaran televisi ditinjau dari gangguan dan rintangan komunikasi yang menyertainya. 2. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap tayangan iklan layanan masyarakat. 3. Bagi BKKBN, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan dan motivasi untuk semakin mengembangkan promosi Keluarga Berencana (KB) melalui tayangan iklan layanan masyarakat secara lebih efektif.

17 TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi Massa Definsi yang paling sederhana mengenai komunikasi massa dirumuskan oleh Bittner dalam Mugniesyah (2010), yaitu merupakan bentuk pesan yang dikomunikasikan melalui media massa kepada sejumlah besar orang. Rakhmat (2003) merangkum pendapat berbagai ahli komunikasi dengan mendefinisikan komunikasi massa sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronis sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. Komunikasi massa terdiri atas unsur-unsur berupa komunikator, media massa, informasi (pesan) massa, gatekeeper, khalayak (publik), dan umpan balik. Komunikasi massa berbeda dengan jenis komunikasi lainnya. Cangara (2006) menyatakan bahwa komunikator dalam komunikasi massa adalah lembaga atau organisasi atau orang yang bekerja dengan fasilitas lembaga atau organisasi. Komunikator bersifat melembaga, dimana pihak yang mengelola media terdiri dari banyak orang, mulai dari pengumpulan, pengelolaan, hingga penyajian informasi. Sementara itu, menurut Bungin (2008b), komunikator dalam komunikasi massa ialah: (1) Pihak yang mengandalkan media massa dengan teknologi telematika modern sehingga dalam menyebarkan suatu informasi dapat ditangkap dengan cepat oleh publik. (2) Komunikator dalam penyebaran informasi mencoba berbagi informasi, pemahaman, wawasan, dan solusi-solusi dengan jutaan massa yang tersebar dimanapun tanpa diketahui dengan jelas keberadaan mereka. (3) Komunikator berperan sebagai sumber pemberitaan yang mewakili institusi formal yang sifatnya mencari keuntungan dari penyebaran informasi tersebut. Perbedaan antara komunikasi massa dengan komunikasi interpersonal secara lebih rinci dijelaskan dalam Tabel 1. Tabel 1 Karakteristik saluran komunikasi interpersonal dan media massa Karakteristik Saluran Interpersonal Saluran Media Massa Arus pesan Cenderung dua arah Cenderung searah Konteks komunikasi Tatap muka Melalui media Tingkat umpan balik Tinggi Rendah Kemampuan mengatasi Tinggi Rendah selektivitas Kecepatan jangkauan terhadap khalayak banyak Relatif lambat Relatif cepat Efek yang mungkin terjadi Perubahan dan pembentukan sikap Sumber: Rogers and Shoemaker dalam Mugniesyah (2010) Perubahan pengetahuan Sasaran komunikasi massa adalah tersampaikannya pesan komunikasi kepada khalayaknya. Bungin (2008b) menyatakan bahwa khalayak dalam

18 8 komunikasi massa adalah massa yang menerima informasi massa yang disebarkan oleh media massa, terdiri dari publik pendengar atau pemirsa sebuah media massa. Beberapa sifat dari audiensi massa menurut Bungin (2008b) dan Wright dalam Wiryanto (2005), yaitu: (1) Terdiri dari jumlah yang besar, menyebar dimana-mana sehingga menyebabkannya tidak bisa dibedakan satu dengan yang lainnya dan sukar diorganisir. (2) Anonim, yang menandakan bahwa anggota dari audiensi massa umumnya tidak tahu menahu, tidak pernah bertemu, dan tidak saling mengenal. Anggota-anggota dari suatu mass audience dapat mengelompok berdasarkan kepentingan, minat, dan pendapat yang sama serta kesamaan lain yang berhubungan dengan jenis-jenis pesan media yang diterima. (3) Pemberitaan media massa dapat ditangkap oleh masyarakat dari berbagai tempat, sehingga sifat audiensi massa juga tersebar dimana-mana, terpencar, dan tidak mengelompok pada wilayah tertentu. (4) Pada mulanya audiensi massa tidak interaktif, artinya antara media massa dan pendengar tidak saling berhubungan, namun saat ini audiensi massa memiliki pilihan berinteraksi atau tidak dengan media massa melalui komunikasi telepon. (5) Terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang heterogen, tidak dapat dikategorikan terdiri dari segmentasi tertentu. Komunikasi massa tidak ditujukan kepada audiensi tertentu yang eksklusif melainkan untuk orang dengan berbagai latar belakang. Televisi sebagai Media Massa Media massa kini menjadi bagian penting dalam kehidupan manusia yang mampu mempengaruhi pola-pola kehidupan dan rutinitas manusia. Menurut Bungin (2008b), media massa adalah institusi yang berperan sebagai agent of change, yaitu sebagai institusi pelopor perubahan. Berikut dijelaskan beberapa peran media massa, yaitu: (1) Sebagai institusi pecerahan masyarakat, yaitu peranannya sebagai media edukasi. Media massa mendidik masyarakat supaya cerdas, terbuka pikirannya, dan menjadi masyarakat yang maju. (2) Sebagai media informasi, yang setiap saat menyampaikan informasi kepada masyarakat. Dengan begitu, masyarakat akan menjadi masyarakat yang informatif, kaya, dan terbuka akan informasi. (3) Sebagai media hiburan, juga menjadi institusi budaya yang setiap saat menjadi corong kebudayaan dan katalisator perkembangan budaya. Media massa terus mengalami perkembangan yang pesat dari waktu ke waktu, dimulai dari kemunculan surat kabar, majalah, radio, televisi, hingga film dan internet. Bila dibandingkan dengan media massa lainnya, televisi merupakan salah satu media massa yang paling menarik dan paling memiliki pengaruh dalam kehidupan manusia. Liliweri (1991) menjelaskan bahwa perkembangan televisi sebagai media massa elektronik dimulai dengan hadirnya kamera televisi yang ditemukan oleh Vladimir Zworykin pada tahun Pada tahun 1948 televisi mulai menyiarkan berita dan hiburan secara teratur dan mulai memasuki tahap

19 9 popular sampai dengan tahun Cangara (2006) menjelaskan bahwa televisi pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1962, ketika pesta olahraga Asian Games di Jakarta. Pada awalnya siarannya terbatas hanya 3 jam dalam sehari dengan wilayah liputan Jakarta dan Bogor. Perkembangannya pun sangat lambat karena setelah 14 tahun kemunculannya, jumlah pesawat televisi baru mencapai buah dengan target penonton sebanyak 36.5 juta jiwa. Hal ini kemudian berubah setelah digunakannya satelit komunikasi Palapa sejak tahun Pemilikan televisi menanjak tajam menjadi 26 juta pesawat televisi dan target penonton meningkat menjadi juta pada tahun Saat ini, selain dapat digunakan di rumah-rumah, televisi juga dapat digunakan di mobil dan dibawa kemana-mana dengan memanfaatkan teknologi satelit. Perkembangan teknologi televisi tersebut memungkinkan khalayak untuk dapat menyaksikan siaran televisi dimanapun dia berada. Contoh produksi televisi jenis ini adalah televisi genggam, televisi mobil, maupun televisi seluler (Bungin 2008b). Televisi banyak dimanfaatkan oleh khalayak dalam mengakses informasi dan hiburan karena memiliki keunggulan bila dibandingkan dengan media elektronik lainnya. Televisi mampu menyampaikan pesan dalam bentuk suara dan gambar (audio visual) sehingga pesannya lebih mudah diterima, ditambah lagi kemampuannya memainkan warna yang meningkatkan daya tariknya bagi khalayak. Kemampuannya dalam mengatasi jarak dan waktu menyebabkan masyarakat di seluruh pelosok, termasuk di daerah terpencil juga dapat mengaksesnya dengan mudah dan cepat. Berbagai keunggulan yang dimilikinya tersebut menjadikan televisi sebagai media massa yang paling populer dan paling banyak digunakan dibanding media massa lainnya. Hal tersebut dijelaskan dalam Tabel 2. Tabel 2 Indikator sosial budaya tahun 2003, 2006, dan 2009 No. Indikator Persentase Penduduk Berumur 10 tahun ke Atas yang Mendengar Radio Persentase Penduduk Berumur 10 tahun ke Atas yang Menonton Televisi Persentase Penduduk Berumur 10 tahun ke Atas yang Membaca Surat Kabar/Majalah Persentase Penduduk Berumur 10 tahun ke Atas yang Melakukan Olahraga Sumber: diakses pada tanggal 4 September 2012 pada pukul WIB Hasil penelitian Ardianto (2001) menunjukkan bahwa mayoritas khalayak desa menonton televisi selama 5-6 jam setiap harinya. Khalayak yang bekerja dari pagi sampai sore umumnya menonton televisi pada menjelang malam hingga malam hari, kecuali pada hari libur. Persentase terbesar waktu menonton televisi adalah pukul yang merupakan kategori prime time. Kehadiran televisi yang terus-menerus bertambah dipengaruhi oleh berbagai keunggulan yang dimilikinya. Berbagai keunggulan yang dimiliki televisi sebagai media audio visual membuatnya menjadi media yang memiliki nilai lebih dibanding media massa lainya seperti surat kabar, majalah, dan radio. Hal serupa

20 10 juga diungkapkan oleh Effendi (2001) mengenai beberapa keunggulan televisi, di antaranya: (1) Keunggulan Karakteristik Televisi mampu menyampaikan pesan audio dan visual, berupa suara dan gambar dalam waktu yang bersamaan. Penggunaan televisi melibatkan dua indera secara bersamaan, sehingga komunikan dapat mengolah pesan yang diterima dengan lebih cepat. (2) Menjangkau Khalayak Luas Televisi merupakan media yang hampir dimiliki oleh semua orang. Pesan yang disampaikan melalui televisi dapat diterima oleh khalayak karena kemampuan televisi dalam menjangkau khalayak, mulai dari wilayah perkotaan hingga ke wilayah pedesaan. Kemampuan dan kelebihan ini menjadikan televisi sebagai salah satu media yang digunakan untuk menyebarluaskan informasi. Proses penyebaran informasi dengan menggunakan media televisi ini menjadi lebih efektif karena kemampuan televisi dalam menyampaikan informasi dalam bentuk audio dan visual kepada khalayak luas sehingga dapat menjangkau khalayak yang heterogen dalam jumlah yang besar dan jangkauan yang luas. Kelebihan tersebut menjadikan televisi sebagai salah satu media yang cukup diminati oleh khalayak. Seiring dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi, televisi terus mengalami perkembangan yang pesat. Siaran televisi Indonesia semakin semarak sejak bergulirnya era kebebasan pers dan penyiaran informasi. Sejak tahun 1998, semakin banyak stasiun televisi swasta baru bermunculan, baik lokal maupun nasional. Hal ini dipengaruhi oleh kebutuhan masyarakat terhadap informasi yang semakin bertambah. Menjelang tahun 2000 muncul hampir secara serentak lima televisi swasta baru, yaitu Metro, Trans, TV-7, Lativi dan Global. Jumlah televisi baru di Indonesia terus bertambah, yang terbagi dalam empat kategori yaitu televisi publik, swasta, berlangganan, dan komunitas (lokal). Peningkatan jumlah televisi baru tersebut pada umumnya terjadi di daerah. Hingga Juli 2002, jumlah orang yang memiliki pesawat televisi di Indonesia mencapai 25 juta. Kini penonton televisi Indonesia benar-benar memiliki banyak pilihan untuk menikmati berbagai program televisi (Morissan 2005). Sebagai sebuah media massa yang memiliki pengaruh besar terhadap khalayaknya, televisi juga mempunyai beberapa fungsi, yang dinyatakan oleh Hoffmann (1999) mengenai teori lima fungsi dari televisi, yaitu: (1) Pengawasan situasi masyarakat dan dunia. Fungsi ini sering disebut informasi. Fungsi televisi yang sebenarnya adalah mengamati kejadian di dalam masyarakat dan kemudian melaporkannya sesuai dengan kenyataan yang ditemukan. (2) Menghubungkan satu dengan yang lain. Menurut Neil Postman dalam Hoffmann (1999) televisi tidak berkesinambungan. Akan tetapi televisi yang menyerupai mosaik dapat saja menghubungkan hasil pengawasan lain secara jauh lebih gampang daripada sebuah dokumen tertulis. Apabila televisi berfungsi sesuai dengan kepentingan masyarakat yang ditangkap oleh pembuat program, televisi sangat ampuh untuk membuka mata pemirsa. (3) Menyalurkan kebudayaan. Fungsi ini dilihat sebagai fungsi pendidikan namun istilah pendidikan sengaja dihindari karena di dalam kebudayaan

21 11 audio-visual tidak ada yang namanya kurikulum atau target tertentu yang dirancang oleh seorang pendidik. Kebudayaan yang diperkembangkan oleh televisi merupakan tujuan tanpa pesan khusus di dalamnya. (4) Hiburan. Kebudayaan audio-visual paling sedikit memiliki unsur hiburan. Kalau tidak menghibur umumnya sebuah tayangan tidak akan ditonton. Sekarang ini hiburan semakin diakui sebagai kebutuhan manusia karena tanpa hiburan manusia tidak dapat hidup wajar. Hiburan ini merupakan rekreasi, artinya berkat hiburan manusia menjadi segar untuk kegiatan-kegiatan yang lain. (5) Pengerahan masyarakat untuk bertindak dalam keadaan darurat. Fungsi ini mudah disalahgunakan oleh seorang penguasa akan tetapi dalam situasi tertentu ini cukup masuk akal. Misalnya kalau terjadi wabah penyakit di suatu daerah, televisi bisa saja memberitakan berdasarkan fungsinya sebagai pengawas. Berita ini kemudian dapat dihubungkan dengan keterangan tentang vaksinasi. Televisi harus proaktif memberi motivasi dan menganjurkan supaya orang mau dibantu secara preventif. Pemanfaatan Televisi sebagai Media Kampanye Melalui Tayangan Iklan Layanan Masyarakat Perkembangan televisi semakin pesat seiring dengan berkembangnya teknologi. Tayangan televisi kini tidak hanya dapat disaksikan di rumah melainkan juga dapat disaksikan di berbagai tempat, baik melalui televisi seluler maupun televisi mobil sambil berkendara. Bungin (2008a) menyatakan bahwa saat televisi mengangkat realitas sosial dalam berbagai film dan telenovela, maka kekuatan televisi dan kekuatan budaya masyarakat terakumulasi ke dalam pengaruh yang luar biasa terhadap media televisi itu sendiri. Hal ini terlihat dengan begitu besarnya kegemaran masyarakat terhadap televisi serta secara fungsional televisi telah terstruktur dalam masyarakat. Hal serupa juga terjadi ketika iklan ditayangkan melalui televisi dengan menggunakan metode pengungkapan realitas sosial. Iklan menjadi sebuah realitas yang juga digemari dan mengkonstruksi masyarakat sebagai bagian yang telah terstruktur, paling tidak dalam kognisi masyarakat. Berbagai keunggulan yang dimiliki televisi menyebabkannya menjadi media massa yang paling potensial untuk melakukan kampanye pesan-pesan pemerintah dan lembaga-lembaga tertentu. Bahkan setelah muncul media-media komunikasi lainnya, televisi tetap menjadi media massa yang sangat diminati khalayak. Rogers dan Storey dalam Ruslan (2005) menyatakan bahwa kampanye merupakan serangkaian kegiatan komunikasi yang terorganisasi dengan tujuan menciptakan dampak tertentu terhadap sebagian besar khalayak sasaran secara berkelanjutan dalam periode waktu tertentu. Sementara itu, Ruslan (2005) menyimpulkan beberapa karakteristik kampanye dari pendapat berbagai ahli, yaitu: (1) adanya aktivitas proses komunikasi kampanye untuk mempengaruhi khalayak tertentu, (2) untuk membujuk dan memotivasi khalayak untuk berpartisipatif, (3) ingin menciptakan efek atau dampak tertentu seperti yang direncanakan, (4) dilaksanakan dengan tema spesifik dan narasumber yang jelas, dan (5) dalam

22 12 waktu tertentu atau telah ditetapkan, dilaksanakan secara terorganisasi dan terencana baik untuk kepentingan kedua belah pihak atau sepihak. Kampanye merupakan bentuk komunikasi persuasif yang bertujuan untuk menciptakan khalayak agar mau mengadopsi pandangan komunikator tentang sesuatu hal atau melakukan tindakan tertentu. Kampanye berupaya untuk mengubah perilaku, sikap bertindak, tanggapan, persepsi, hingga membentuk opini publik yang positif dan mendukung atau yang menguntungkan segi citra. Aktivitas komunikasi dalam berkampanye biasanya berkaitan dengan suatu kepentingan dan tujuan tertentu sesuai dengan jenisnya, yang terbagi menjadi tiga (Ruslan 2005) : (1) Product - Oriented Campaigns Jenis kampanye ini berorientasi pada produk, dan biasanya dilakukan dalam kegiatan komersial maupun promosi pemasaran peluncuran produk baru, seperti perubahan logo baru. (2) Candidate Oriented Campaigns Jenis kampanye ini berorientasi bagi calon (kandidat) untuk kepentingan kampanye politik, misalnya kampanye pemilu dalam era reformasi tahun 2004, kampanye dalam Pilkada, dan lain sebagainya. (3) Ideological or Cause Oriented Campaigns Jenis kampanye ini bersifat khusus dan berdimensi perubahan sosial, misalnya kampanye sosial Anti HIV/AIDS, anti narkoba, dan Program Keluarga Berencana (KB). Kampanye melalui iklan siaran televisi banyak dipilih oleh pemerintah dan lembaga-lembaga tertentu karena berbagai keunggulan yang dimiliki oleh televisi. Hal ini berarti melalui kekuatan televisi, iklan televisi dapat meningkatkan kemampuannya dalam menanamkan image produk atau pesan tertentu kepada pemirsa. Begitu pesatnya dunia periklanan di masyarakat memunculkan berbagai institusi yang secara spesifik menangani periklanan, seperti lahirnya perusahaan advertising sebagai institusi yang secara profesional menangani periklanan. Salah satu bentuk kampanye adalah melalui iklan. Iklan merupakan bentuk pesan mengenai produk dan jasa yang disampaikan melalui suatu media dan ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat (Widyatama 2005). Saat ini iklan menjadi salah satu bentuk promosi yang paling banyak dilakukan karena daya jangkaunya yang luas. Iklan berfungsi untuk menjalankan fungsi informasi, persuasi, dan pengingat. Secara umum iklan terbagi menjadi dua, yaitu iklan standar dan iklan layanan masyarakat. Menurut Widyatama (2005), iklan standar ditata untuk memperkenalkan barang, jasa, dan pelayanan untuk konsumen. Iklan ini bertujuan untuk merangsang minat pembeli dan pemakai. Oleh karenanya, iklan standar berorientasi terhadap keuntungan ekonomi atau komersial. Sementara itu, iklan layanan masyarakat merupakan jenis iklan non profit. Iklan layanan masyarakat dirancang bebas biaya dengan ruang dan waktu iklan yang merupakan hibah dari media dan biasanya digunakan untuk kampanye-kampanye besar pemerintah atau lembaga swadaya. Keuntungan yang dicapai bukan dalam bentuk komersil melainkan dalam bentuk keuntungan sosial, yang dirancang untuk kepentingan masyarakat dan mempromosikan kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan penjelasan tersebut, iklan layanan masyarakat bersifat menyejahterakan dan memberdayakan masyarakat melalui pesan-pesan yang disampaikannya.

23 13 Keterdedahan Khalayak terhadap Iklan Layanan Masyarakat pada Siaran Televisi dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya Keterdedahan adalah terkenanya khalayak terhadap satu atau beberapa pesan dari media televisi. Berdasarkan hasil penelitian Rahayu (2004), Gultom (2009), dan Nursyarifah (2012), dapat dirumuskan aspek yang dapat dijadikan indikator keterdedahan terhadap tayangan iklan layanan masyarakat pada siaran televisi, yaitu dapat dilihat dari frekuensi menonton iklan tersebut. Hasil penelitian Ardianto (2001) menyatakan bahwa frekuensi menonton pada mayoritas masyarakat desa adalah hampir setiap hari dalam seminggu yang menandakan bahwa televisi telah menjadi budaya pada masyarakat pedesaan. Semakin sering frekuensi menonton televisi, semakin besar kemungkinan khalayak untuk melihat iklan layanan masyarakat pada siaran televisi. Semakin sering frekuensi menonton iklan layanan masyarakat maka tayangan iklan tersebut akan semakin jelas untuk dilihat dan dipahami. Frekuensi menonton dapat berbeda-beda pada tiap golongan masyarakat. Khalayak yang memiliki frekuensi menonton yang rendah disebabkan oleh kesibukan pekerjaan dan aktivitas mereka sehingga kurang memiliki waktu luang untuk menyaksikan tayangan iklan televisi. Berdasarkan hasil penelitian Rahayu (2004), Perdana (2008), Asmira (2006), Sutisna (2000), Gultom (2009), dan Ardianto (2001), terdapat faktorfaktor khalayak yang berhubungan dengan keterdedahan seseorang terhadap tayangan iklan pada siaran televisi, yang terbagi menjadi karakteristik individu dan karakteristik sosiologis. Karakteristik individu di antaranya mencakup jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan. Menurut DeFleur dalam Rakhmat (2003), individu memiliki kecenderungan perilaku tertentu yang berbeda dalam menggunakan media massa. Setiap individu menanggapi isi media massa berdasarkan perhatian dan kepentingannya masing-masing, disesuaikan dengan kepercayaan dan nilai-nilai yang dianut, sehingga menyebabkan perbedaan selektivitas mereka terhadap media massa. Lee dan Johnson (2007) menyatakan bahwa berdasarkan perbedaan-perbedaan tersebut, orang cenderung membuat pilihan berbeda menyangkut, misalnya, kendaraan, media, dan pola pengeluaran. Hal ini menandakan bahwa perilaku khalayak dalam mengakses iklan pada siaran televisi pun akan berbeda-beda. Khalayak merupakan salah satu aktor dari proses komunikasi. Oleh karenanya unsur khalayak tidak boleh diabaikan sebab berhasil tidaknya suatu proses komunikasi sangat ditentukan oleh khalayak sebagai penerima efek komunikasi tersebut. Perilaku khalayak dalam mengakses siaran televisi dipengaruhi oleh faktor-faktor pribadi, yaitu hal-hal unik pada diri seseorang. Rogers dalam Rakhmat (2003) menyebutkan variabel individu yang mempengaruhi keterdedahan seseorang terhadap media massa, yaitu meliputi tingkat melek huruf, tingkat pendidikan, sifat kosmopolit (keterbukaan terhadap dunia luar), usia, dan status sosial individu. Interaksi media dengan khalayak pada dasarnya berada pada tiga pendekatan, yaitu perbedaan individual, kategori sosial, dan hubungan sosial (Widjanarko dan Natalia 2007). Hubungan sosial dapat mempengaruhi reaksi seseorang terhadap media, baik dalam menggunakan maupun dampak media terhadap khalayak. Hubungan sosial tersebut dapat pula disebut sebagai

24 14 karakteristik sosiologis, yang dapat mencakup interaksi dengan kelompok rujukan seperti kelompok primer dan sekunder. Menurut Bungin (2008b), keluarga merupakan kelompok primer yang paling berpengaruh dalam perilaku keputusan konsumen. Pada umumnya orangtua menjadi orientasi atau acuan seseorang dalam berperilaku. Orangtua sejak kecil telah menanamkan esensi tentang agama, politik, ekonomi. Bahkan dari orangtua, individu memperoleh kepuasan pribadi, rasa aman, penghargaan, dan cinta. Oleh karena itu, keluarga memiliki kekuatan yang besar untuk mempengaruhi perilaku individu. Kelompok lain yang mempengaruhi adalah kelompok sekunder, yaitu tetangga, teman organisasi, kelompok agama, dan lain sebagainya. Kelompok- kelompok tersebut bisa terdiri dari satu atau lebih orang yang memberikan pengaruh langsung terhadap perilaku keterdedahan khalayak. Kelompok mempengaruhi keputusan seseorang melalui pemberian informasi atau lewat penekanan untuk mengikuti norma-norma kelompok (Lee dan Johnson 2007). Batasan Usia Remaja Masa remaja merupakan masa terbentuknya pandangan hidup atau citacita yang ditanamkan sebagai nilai-nilai kehidupan. Ahmadi dan Sholeh (2005) menjelaskan bahwa proses penemuan nilai-nilai kehidupan tersebut dapat digambarkan melalui tiga langkah. Pertama, remaja mulai merindukan sesuatu yang dapat dianggap bernilai dan pantas dipuja. Setelah itu pada taraf kedua, objek pemujaan itu menjadi lebih jelas, yaitu pribadi-pribadi yang dipandang mendukung nilai-nilai tertentu. Ketiga, remaja telah dapat menghargai nilai-nilai lepas dari pendukungnya. Pada saat inilah remaja telah mampu menentukan pilihan atau pendirian hidupnya akan nilai-nilai tertentu dan telah siap untuk memasuki masa dewasa awal. Sementara itu, Santrock (2003) menyatakan bahwa masa remaja adalah masa perkembangan transisi antara masa anak dan dewasa, yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial. Masa tersebut umumnya dimulai pada kira-kira usia tahun dan berakhir kira-kira pada usia tahun. Ahmadi dan Sholeh (2005) membagi masa remaja menjadi tiga tahapan, yaitu masa pra pubertas, pubertas awal dan pubertas akhir (adoleson). Masa pra pubertas terjadi pada rentang usia tahun, yaitu saat-saat terjadinya kematangan seksual, bersamaan dengan terjadinya perkembangan fisiologis. Masa pubertas awal terjadi pada rentang usia tahun, yaitu saat anak tidak lagi hanya bersifat reaktif tetapi juga mulai aktif mencapai kegiatan dalam rangka menemukan diri serta mencari pedoman kehidupan untuk bekal kehidupan mendatang. Fase terakhir, yaitu masa pubertas akhir (adoleson) terjadi pada rentang usia tahun. Masa ini merupakan persiapan menuju kehidupan dewasa dengan kriteria: (1) menemukan pribadi, (2) menentukan cita-cita, (3) menggariskan jalan hidup, (4) bertanggung jawab, dan (5) menghimpun normanorma sendiri. Sementara itu, klasifikasi remaja menurut Erikson dalam Santrock (2003) terletak pada rentang usia tahun. Pada tahap ini individu diharapkan menemukan siapa mereka dan kemana mereka menuju dalam hidupnya. Menurut

25 15 Stanley Hall dalam Santrock (2003) usia remaja berada pada rentang tahun, yang merupakan masa terjadinya krisis identitas atau pencarian identitas diri. Definisi remaja lainnya adalah menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) selaku penyelenggara iklan layanan masyarakat KB Versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu. Definisi remaja yang digunakan oleh BKKBN berada pada rentang usia tahun yang belum menikah. Hal ini karena pada rentang usia tersebut manusia berada dalam masa kematangan seksual dan pencarian jati diri. Batas usia 24 tahun dipilih sebagai batas usia maksimal untuk memberi peluang bagi mereka yang pada usia tersebut masih menggantungkan hidup pada orangtua, belum mempunyai hak-hak penuh sebagai orang dewasa, dan belum mampu memberikan pendapat sendiri. Remaja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mereka yang berusia tahun dan belum menikah. Menurut Santrock (2003), sebagian besar ahli mengklasifikannya kembali menjadi dua tahapan, yaitu remaja awal dan remaja akhir. Remaja awal merupakan mereka yang tergolong dalam kategori usia tahun, sedangkan remaja akhir tahun. Usia tahun dipilih dengan pertimbangan bahwa rentang usia tersebut merupakan batas usia remaja yang sesuai dengan sasaran iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana Versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu menurut BKKBN sebagai penyelenggara iklan tersebut. Efektivitas Iklan Layanan Masyarakat Iklan televisi dibuat untuk mengomunikasikan produk atau pesan tertentu kepada masyarakat luas namun simbol-simbol yang digunakan harus dapat memberikan kesan yang baik agar komunikasi efektif untuk mempengaruhi pemirsa terhadap produk atau pesan yang ditampilkan. Dengan demikian, akan terjadi proses pemaknaan yang baik dari berbagai pihak sebagai subjek dalam interaksi simbolis. Menurut Bungin (2008a), ada tiga kemungkinan dalam pemaknaan simbol-simbol, yaitu: 1) simbol ditafsirkan sama oleh kedua belah pihak, 2) simbol ditafsirkan berbeda-beda diantara kedua belah pihak, dan 3) pemirsa kebingungan menafsirkan simbol-simbol tersebut. Dalam peristiwa kedua dan ketiga, iklan televisi dianggap tidak berhasil dalam mentransformasikan makna simbol sehingga komunikasi tidak sepenuhnya berhasil dan tidak efektif, sedangkan dalam peristiwa pertama iklan televisi berhasil mentransformasikan simbol-simbol kepada masyarakat. Hal ini menandakan bahwa iklan televisi dikatakan efektif bila terdapat pemahaman yang sama dan merangsang pihak lain untuk berpikir dan melakukan sesuatu sesuai dengan tujuan iklan. Menurut P Lastry (tidak ada tahun) ada beberapa unsur komunikasi yang perlu diperhatikan untuk mendapatkan hasil yang efektif, yaitu: (1) Komunikator (pandai menggunakan bahasa, intonasi, simbol, dan mimik yang menarik simpati dan empati dari komunikannya) (2) Pesan (cara penyampaian, isi pesan sesuai dengan kebutuhan dan diminati oleh komunikan) (3) Media (sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan dan sesuai dengan kebutuhan komunikan)

26 16 Wilbur Schramm dalam Effendi (1993) mengungkapkan apa yang disebut the condition of success in communication, yaitu kondisi yang harus dipenuhi jika kita menginginkan agar suatu pesan membangkitkan tanggapan yang kita kehendaki. Kondisi tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: (1) Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa, sehingga dapat menarik perhatian komunikan. (2) Pesan harus melambangkan lambang-lambang tertuju kepada pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama mengerti. (3) Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhsn tersebut. (4) Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan tadi yang layak bagi situasi kelompok di mana komunikan berada pada saat ia digerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki. Berdasarkan penjelasan tersebut, pesan yang disampaikan komunikator harus mampu menyesuaikan dan memahami komunikan dari segi kepentingan, kebutuhan, kecakapan, pengalaman, kemampuan berpikir, kesulitan dan sebagainya. Bila komunikasi efektif, pengaruh/umpan balik yang diterima akan sesuai dengan yang diharapkan dan dengan tujuan penyampaian pesan. Wilbur Shcramm dalam Effendi (1993) menyatakan bahwa dalam rangka mewujudkan komunikasi efektif, seseorang (komunikan) akan menerima sebuah pesan hanya kalau terdapat empat kondisi berikut ini secara simultan, yaitu: (1) Ia dapat dan benar-benar mengerti pesan komunikasi. (2) Pada saat ia mengambil keputusan, ia sadar bahwa keputusannya itu sesuai dengan tujuannya. (3) Pada saat ia mengambil keputusan, ia sadar bahwa keputusannya itu berkaitan dengan kepentingan pribadinya. (4) Ia mampu menepatinya baik secara mental maupun fisik. Efek kehadiran media massa sangat terkait dengan teori yang dikemukakan McLuhan dalam Rakhmat (2003), yaitu teori perpanjangan alat indera. Teori ini menyatakan bahwa media adalah perluasan dari alat indera manusia, seperti telepon adalah perpanjangan telinga, dan televisi adalah perpanjangan mata. Media adalah pesan karena media membentuk dan mengendalikan skala serta bentuk hubungan dan tindakan manusia. Efek media massa tidak hanya mampu mempengaruhi sikap seseorang namun juga dapat memengaruhi perilaku, bahkan pada tataran yang lebih jauh efek media massa dapat mempengaruhi sitem-sistem sosial maupun sistem budaya masyarakat. Selain itu, efek komunikasi massa juga terlihat dari perubahan fungsi-fungsi informasi di masyarakat dan kadar perubahan stabilitas struktur masyarakat (Wiryanto 2005). Hal tersebut juga menyebabkan tayangan iklan layanan masyarakat pada siaran televisi dapat memiliki efek dan dampak yang berbeda-beda, baik positif maupun negatif, tergantung pada efektivitas iklan tersebut. Berbagai strategi komunikasi dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Ruslan (2005) menyatakan bahwa komunikasi secara efektif adalah: (1) bagaimana mengubah sikap (how to change the attitude), (2) mengubah opini (to change opinion), dan (3) mengubah perilaku (to change bahaviour). Berdasarkan uraian tersebut, iklan layanan masyarakat dikatakan efektif bila terdapat pemahaman yang sama antara komunikator dan komunikan sehingga pesan yang diberikan mampu merangsang pihak lain untuk berpikir dan melakukan sesuatu

27 sesuai dengan tujuan komunikasi. Hal tersebut menandakan bahwa iklan layanan masyarakat yang efektif harus mampu mengubah yang tidak tahu menjadi tahu, yang sudah tahu diupayakan menjadi suka, dan mereka yang suka dipertahankan semakin suka dan senang untuk menerimanya. Nursyarifah (2012) juga melakukan hal yang serupa dalam mengkaji efektivitas komunikasi, yaitu dengan melihat efektivitas iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana dari tingginya aspek kognitif, afektif, dan konatif yang ditunjukkan khalayak terhadap iklan tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa BKKBN efektif dalam melakukan komunikasi informatif melalui iklan layanan masyarakat karena mampu memberikan dampak sesuai dengan yang diharapkan pada pengetahuan, perasaan, dan kecenderungan remaja untuk melakukan program Keluarga Berencana melalui penundaan usia pernikahan yang tergolong positif. Menurut Cangara (2006), ada beberapa faktor yang mempengaruhi komunikasi yang efektif, yaitu kredibilitas dan daya tarik komunikator, kemampuan pesan untuk membangkitkan tanggapan, dan kemampuan komunikan untuk menerima dan memahami. Komunikasi yang efektif akan memberikan efek yang baik kepada khalayaknya sesuai dengan harapan atau tujuan komunikan. Secara umum, ada tiga aspek efek komunikasi massa yang dapat dirasakan oleh komunikan, yaitu: (1) Kognitif Efek kognitif adalah aspek tata cara seseorang dalam menginterpretasi, menganalisa, mengingat, dan menggunakan informasi berkaitan dengan dunia sosial, meliputi pengetahuan, keyakinan, dan persepsi (Baron dan Byrne 2003). Rakhmat (2003) menyatakan bahwa informasi mampu mengurangi ketidakpastian atau mengurangi jumlah kemungkinan alternatif dalam situasi. Komunikasi tidak secara langsung menimbulkan perilaku tertentu melainkan cenderung terlebih dulu mempengaruhi citra kita tentang lingkungan. Citra terbentuk melalui informasi yang kita terima dari media massa, kemudian mempengaruhi perilaku kita. Efek kognitif ini terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau dipersepsi khalayak. Menurut Widjanarko dan Natalia (2007), efek kognitif juga mencakup pembentukan gambaran mental dalam individu, termasuk semua yang dipikirkan orang, kepercayaan, dan pengetahuan tentang objek. Kognisi berperan dalam melakukan penilaian, penalaran, pemahaman, dan penghayatan individu. Pada iklan layanan masyarakat mengenai pemilihan umum, efek kognitif merupakan efek yang berhubungan dengan pengetahuan khalayak terhadap pemilihan umum, terutama mengenai tata cara pencoblosan. (2) Afektif Efek afektif berhubungan dengan perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci khalayak. Efek ini mencakup pembentukan emosi, sikap, atau nilai. Perubahan sikap, yaitu berupa perubahan internal pada diri seseorang yang diorganisir dalam bentuk prinsip, sebagai hasil evaluasi yang dilakukannya terhadap suatu obyek baik yang terdapat di dalam maupun di luar dirinya (Cangara 2006). Rakhmat (2003) menyatakan bahwa dalam banyak hal, terutama yang berkaitan dengan kepercayaan atau ideologi, orang bisa berubah sikap karena melihat apa yang tadinya dipercaya tidak benar. Sikap kita pada seseorang atau suatu hal bergantung pada pengetahuan dan 17

28 18 citra kita terhadap orang atau objek tersebut. Dengan kata lain, media massa mengubah citra dulu, dan citra mendasari sikap. Hingga saat ini telah ada beberapa penelitian yang menunjukkan efek afektif dalam kehidupan sehari-hari, seperti timbulnya kesenangan pada pemimpin negara akibat terpaan televisi, radio, surat kabar. Hal ini serupa dengan penelitian Rahayu (2004) yang menyatakan bahwa khalayak yang menonton iklan layanan masyarakat versi Pak Lurah tentang pemilihan umum berpengaruh terhadap sikap khalayak, terutama kesenangan tersendiiri terhadap pemimpin negara. (3) Konatif Efek konatif merupakan hasil perluasan dari dua efek sebelumnya, yaitu efek kognitif dan afektif, yaitu merupakan kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapi (Baron dan Byrne 2003). Walaupun begitu, tidak jarang aspek konatif pada diri seseorang tidak berhubungan dengan aspek kognitif dan afektif mereka. Contohnya, meski kampanye merokok yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan sudah demikian gencar, tidak mempengaruhi berkurangnya keinginan orang untuk merokok, sekalipun mereka tahu dan setuju bahwa rokok dapat menimbulkan bahaya kanker. Gangguan dan Rintangan Komunikasi Komunikasi yang efektif dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah gangguan-gangguan yang mungkin akan menghambat proses komunikasi. Hal ini merupakan salah satu konsep penting dalam model komunikasi Shannon dan Weaver, yang menyatakan bahwa setiap rangsangan tambahan dan tidak dikehendaki dapat mengganggu kecermatan pesan yang disampaikan. Mulyana (2001) menjelaskan bahwa model ini melukiskan suatu sumber (information source) yang menyandi atau menciptakan pesan dan menyampaikannya melalui suatu saluran kepada seorang penerima yang menyandi balik atau mencipta ulang pesan tersebut. Gambaran dari Model Komunikasi Shannon dan Weaver dapat dilihat pada Gambar 1 berikut. Message Signal Received Signal Message Information source Transmitter Message Destination Noise Source Sumber: Werner dan James dalam Mulyana (2001) Gambar 1 Model Shannon dan Weaver

29 19 Model ini meyakini bahwa gangguan komunikasi bisa terjadi pada semua elemen atau unsur-unsur yang mendukungnya, termasuk faktor lingkungan dimana komunikasi itu terjadi. Gangguan bukan merupakan bagian dari proses komunikasi akan tetapi mempunyai pengaruh dalam proses komunikasi, karena pada setiap situasi hampir selalu ada hal yang mengganggu kita. Gangguan komunikasi terjadi jika terdapat intervensi yang mengganggu salah satu elemen komunikasi, sehingga proses komunikasi tidak berlangsung secara efektif. Sementara itu, rintangan komunikasi ialah adanya hambatan yang membuat proses komunikasi tidak dapat berlangsung sebagaimana harapan komunikator dan penerima. Menurut Shannon dan Weaver dalam Cangara (2006), ada beberapa gangguan dan rintangan komunikasi, di antaranya: (1) Gangguan semantik Gangguan jenis ini bersangkutan dengan pesan komunikasi yang pengertiannya menjadi rusak karena kesalahan bahasa yang digunakan. Shannon dan Weaver dalam Cangara (2006) menjelaskan bahwa gangguan semantik dapat terjadi karena komunikator banyak menggunakan kata-kata berbahasa asing sehingga sulit dimengerti oleh khalayak tertentu. Perbedaan bahasa dan struktur bahasa antara pembicara dan penerima dapat membingungkan penerima sehingga menyebabkan salah persepsi terhadap simbol-simbol yang digunakan. Semakin banyak kekacauan mengenai pengertian suatu istilah atau konsep yang terdapat pada komunikator, akan semakin banyak pula gangguan semantik dalam pesannya. Hal ini disebabkan oleh adanya dua jenis pengertian yang berbeda mengenai kata-kata, ada yang mempunyai makna denotatif dan konotatif. Makna denotatif adalah pengertian suatu perkataan yang lazim terdapat dalam kamus yang secara umum diterima oleh orangorang dengan bahasa dan kebudayaan yang sama. Sementara itu, makna konotatif adalah pengertian yang bersifat emosional latar belakang dan pengalaman seseorang. Sementara itu, menurut Effendi (1993) semantik adalah pengetahuan mengenai pengertian kata-kata yang sebenarnya atau perubahan pengertian kata-kata. Lambang kata yang sama mempunyai pengertian yang berbeda untuk orang-orang yang berlainan. Mulyana (2001) menjelaskan bahwa lambang atau simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjuk sesuatu lainnya, berdasarkan kesepakatan sekelompok orang. Lambang mencakup kata-kata verbal, perilaku non verbal, dan objek yang maknanya disepakati bersama. Contohnya adalah tradisi memasang bendera setiap hari kemerdekaan sebagai tanda penghormatan dan kecintaan pada negara. Lambang pada dasarnya tidak mempunyai makna; kitalah yang memberi makna pada lambang. Makna sebenarnya ada dalam kepala kita, bukan terletak pada lambang itu sendiri. Kalaupun ada orang yang mengatakan bahwa kata-kata mempunyai makna, yang ia maksudkan sebenarnya bahwa kata-kata itu mendorong orang untuk memberi makna (yang telah disetujui bersama) terhadap kata-kata itu. Persoalan akan timbul bila para peserta komunikasi tidak memberi makna yang sama pada suatu kata. (Mulyana 2010) Berdasarkan penjelasan tersebut, pemaknaan lambang atau simbol tertentu dapat berbeda antar individu sehingga penggunaan dan pemaknaan lambang

30 20 atau simbol tertentu amat berpengaruh dalam menunjang terciptanya komunikasi yang efektif. Oleh karena itu dalam media massa gangguan ini harus dicegah karena pesan memasuki segmen khalayak yang sangat heterogen sehingga memungkinkan pengertian yang berbeda-beda antara satu orang dengan orang yang lain, antara satu kelompok masyarakat dengan kelompok masyarakat lainnya. (2) Rintangan budaya Rintangan jenis ini disebabkan oleh adanya perbedaan norma, kebiasaan, dan nilai-nilai yang dianut oleh pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi. Menurut Sosiawan (tidak ada tahun), di negara-negara sedang berkembang masyarakat cenderung menerima informasi dari sumber yang banyak memiliki kesamaan dengan dirinya, seperti bahasa, agama dan kebiasaankebiasaan lainnya. Sementara itu, Mulyana (2011) menyatakan bahwa semakin besar perbedaan budaya di antara dua orang maka akan semakin besar pula perbedaan persepsi mereka terhadap suatu realitas. Dengan demikian, tidak ada dua orang yang memiliki nilai-nilai budaya dan persepsi yang persis sama. Hal ini sesuai dengan pendapat De Fleur dalam Effendi (1993), yang menyatakan bahwa individu sebagai anggota khalayak sasaran media massa menaruh perhatian kepada pesan dan konsisten dengan sikapnya sesuai dengan kepercayaan yang didukung oleh nilai-nilai yang diinternalisasikannya. Kerangka Pemikiran Efektivitas iklan layanan masyarakat pada siaran televisi diukur berdasarkan efek tayangan iklan yang muncul di kalangan khalayak yang menyaksikannya. Ada tiga ranah efek utama yang dapat menjadi indikator keefektifan iklan layanan masyarakat, yaitu: efek kognitif, afektif, dan konatif. Efek tayangan iklan layanan masyarakat tersebut dapat muncul apabila khalayak terdedah terhadap tayangan iklan tersebut. Keterdedahan khalayak terhadap tayangan iklan layanan masyarakat dapat diukur berdasarkan frekuensi menonton iklan tersebut. Berdasarkan hasil penelitian Rahayu (2004), Perdana (2008), Asmira (2006), Sutisna (2000), Gultom (2009), dan Ardianto (2001), terdapat faktor-faktor khalayak yang berhubungan dengan keterdedahan seseorang terhadap tayangan iklan pada siaran televisi, yaitu karakteristik individu dan karakteristik sosiologis. Karakteristik individu mencakup jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan. Sementara itu, menurut Bungin (2008b) karakteristik sosiologis berupa pengaruh dari kelompok rujukan seperti kelompok primer, yaitu keluarga. Keluarga merupakan kelompok primer yang paling berpengaruh dalam perilaku keputusan konsumen. Pada umumnya orangtua menjadi orientasi atau acuan seseorang dalam berperilaku. Kelompok lain yang mempengaruhi adalah kelompok sekunder, di antaranya adalah teman dan tetangga. Kelompokkelompok tersebut bisa terdiri dari satu atau lebih orang yang memberikan pengaruh langsung terhadap perilaku keterdedahan khalayak. Keterdedahan terhadap iklan layanan masyarakat di pihak lain belum tentu dapat memunculkan efek yang diharapkan karena ada faktor lain yang mempengaruhi dan menghalangi, yaitu faktor gangguan dan rintangan komunikasi.

31 21 Penelitian Juwita (2009) menunjukkan bahwa salah satu faktor yang dapat menghalangi tersampaikannya pesan secara efektif adalah kesalahan dalam penggunaan bahasa yang terlalu rumit dan sulit dimengerti oleh khalayak. Dalam setiap bentuk komunikasi, baik komunikasi antar pribadi, kelompok, maupun komunikasi massa selalu terdapat gangguan dan hambatan. Gangguan dan hambatan tersebut seringkali terlewatkan dan dianggap sepele sehingga proses komunikasi tidak membawa dampak yang efektif. Shannon dan Weaver dalam Cangara (2006) menyatakan adanya beberapa jenis gangguan dan rintangan komunikasi, di antaranya adalah gangguan semantik dan rintangan budaya. Komunikasi yang efektif akan memberikan efek yang baik kepada khalayaknya sesuai dengan harapan atau tujuan komunikan, yang dilihat dari tiga aspek, yaitu kognitif, afektif, dan konatif. Uraian di atas mengungkapkan keterkaitan berbagai variabel dalam kajian terhadap efektivitas iklan layanan masyarakat pada siaran televisi. Keterkaitan variabel tersebut dapat digambarkan secara detail pada Gambar 2. Karakteristik Individu Jenis Kelamin Usia Tingkat Pendidikan Jenis Pekerjaan Gangguan dan Rintangan Komunikasi Gangguan Semantik Rintangan Budaya Karakteristik Sosiologis Interaksi dengan kelompok primer Interaksi dengan kelompok sekunder Keterdedahan Frekuensi menonton iklan Efektivitas Iklan Kognitif Afektif Konatif Keterangan : Berhubungan Gambar 2 Kerangka analisis

32 22 Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran disusun hipotesis sebagai berikut: 1. Karakteristik individu remaja berhubungan nyata dengan keterdedahan khalayak terhadap iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu. 2. Karakteristik sosiologis remaja berhubungan nyata dengan keterdedahan khalayak terhadap iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu. 3. Keterdedahan terhadap iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu berhubungan nyata dengan efektivitas iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu. 4. Gangguan dan rintangan komunikasi berhubungan nyata dengan efektivitas iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu. Definisi Operasional Penelitian ini menggunakan beberapa variabel yang terbagi menjadi beberapa indikator. Masing-masing variabel dan indikator terlebih dahulu diberi batasan sehingga dapat ditentukan skala pengukurannya. Variabel-variabel tersebut dijelaskan sebagai berikut: 1. Karakteristik Individu adalah kondisi atau keadaan spesifik individu yang berkaitan langsung dengan dirinya, yang meliputi: a. Jenis Kelamin merupakan status biologis seseorang yang terdiri dari lakilaki dan perempuan. Pengukuran data dilakukan mengikuti skala nominal. b. Usia adalah lamanya seseorang hidup yang dihitung semenjak ia lahir hingga penelitian ini dilakukan diukur dalam satuan tahun. Usia dibedakan menjadi dua, yaitu: i. Remaja Awal (kode 1) : tahun ii. Remaja Akhir (kode 2) : tahun c. Tingkat Pendidikan merupakan jenjang pendidikan formal terakhir yang pernah ditempuh dan telah memperoleh kelulusan. Pengukuran data dilakukan mengikuti skala ordinal. Tingkat pendidikan ini meliputi: i. Rendah (kode 1) : Tidak lulus SD/MI/Sederajat dan SD/MI/Sederajat ii. Sedang (kode 2) : SMP/MTS/Sederajat iii. Tinggi (kode 3) : SMA/MA/Sederajat dan Perguruan Tinggi d. Jenis Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan individu sebagai pokok penghidupannya dan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, yang dikategorikan menjadi tiga, yaitu bekerja, sekolah/kuliah, serta tidak bekerja dan tidak sekolah/kuliah. Pengukuran dilakukan dengan skala nominal. 2. Karakteristik sosiologis merupakan kekuatan-kekuatan eksternal yang mempengaruhi individu dalam berperilaku, meliputi: a. Interaksi dengan kelompok primer adalah tingkat keseringan dalam menceritakan aktivitas yang dilakukan, melakukan aktivitas bersama, dan

33 menceritakan permasalahan pribadi kepada keluarga. Variabel ini diukur menggunakan skala interval dengan metode semantic differential yaitu skala perbedaan semantik berisikan serangkaian karakteristik bipolar (dua kutub), dengan rentang skor 1-6. b. Interaksi dengan kelompok sekunder adalah tingkat keseringan dalam menceritakan aktivitas yang dilakukan, melakukan aktivitas bersama, dan menceritakan permasalahan pribadi kepada tetangga dan teman. Variabel ini diukur menggunakan skala interval dengan metode semantic differential yaitu skala perbedaan semantik berisikan serangkaian karakteristik bipolar (dua kutub), dengan rentang skor Keterdedahan iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana adalah frekuensi menonton iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana dalam satu bulan terakhir sebelum penelitian ini dilakukan. Iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana yang diamati adalah versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu. Pengukuran dilakukan dalam skala ordinal dengan satuan kali/bulan, meliputi: a. Rendah (kode 1) : 1-4 kali b. Sedang (kode 2) : 5-8 kali c. Tinggi (kode 3) : > 8 kali 4. Gangguan dan rintangan komunikasi adalah intervensi dan hambatan yang membuat proses komunikasi tidak dapat berlangsung sebagaimana harapan komunikator dan penerima, meliputi gangguan semantik dan rintangan budaya. Gangguan dan rintangan komunikasi ini dilihat pada unsur-unsur yang terdapat pada iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu, yaitu model, lagu/jingle, dan jargon. Variabel ini diukur menggunakan skala interval dengan metode semantic differential yaitu skala perbedaan semantik berisikan serangkaian karakteristik bipolar (dua kutub), dengan rentang skor 1-6. a. Gangguan Semantik adalah gangguan komunikasi yang disebabkan oleh kesalahan bahasa verbal dan non verbal yang digunakan pada iklan. Gangguan semantik ini dilihat pada unsur model (cara/logat bicara, bahasa yang digunakan, gerak-gerik, ekspresi), lirik lagu/jingle, dan lirik jargon. b. Rintangan Budaya adalah gangguan komunikasi yang disebabkan oleh adanya perbedaan norma, kebiasaan, dan nilai-nilai yang dianut oleh pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi, yang dibedakan menjadi tidak sesuai budaya-sesuai budaya. Rintangan budaya tersebut dilihat dari penyimpangan norma/nilai/kebiasaan pada tayangan iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu, yaitu pada unsur model (bahasa yang digunakan, gerak-gerik, pakaian), lirik lagu/jingle, dan lirik jargon. 5. Efektivitas iklan layanan masyarakat adalah sejauh mana tujuan iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu dapat dicapai. Variabel ini diukur menggunakan skala interval dengan metode semantic differential yaitu skala perbedaan semantik berisikan serangkaian karakteristik bipolar (dua kutub), dengan rentang skor 1-6. Efek yang diukur meliputi tiga aspek, yaitu efek kognitif, afektif, dan konatif, yang masingmasing dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Efek Kognitif merupakan kemampuan dalam menginterpretasi, menganalisa, mengingat, dan menggunakan informasi dalam iklan layanan 23

34 24 masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu untuk menambah pengetahuan, keyakinan, dan persepsi. Efek kognitif dibedakan menjadi tidak paham-paham prinsip-prinsip KB dalam perencanaan keluarga (konsep Keluarga Berencana, manfaat menikah di usia ideal, manfaat hamil di usia ideal, manfaat merencanakan jarak kelahiran anak, manfaat memiliki anak dengan jarak kelahiran yang berjauhan, dan jumlah anak yang baik dalam suatu keluarga). b. Efek Afektif merupakan perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci khalayak, yang muncul pada saat atau setelah menyaksikan iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu. Efek afektif ini meliputi rasa suka atau tidak suka terhadap konsep Keluarga Berencana, pernikahan setelah cukup usia, kehamilan di usia ideal, perencanaan jarak kelahiran anak, jarak kelahiran anak yang berjauhan, dan jumlah anak sebanyak dua orang. Efek afektif dibedakan menjadi tidak suka-suka terhadap prinsip-prinsip KB dalam perencanaan keluarga. c. Efek Konatif merupakan kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang pada saat atau setelah menyaksikan iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu. Efek konatif ini meliputi keinginan atau kecenderungan bertindak untuk mengikuti program Keluarga Berencana, menikah setelah cukup usia, hamil setelah cukup usia, merencanakan jarak kelahiran anak, memiliki anak dengan jarak kelahiran berjauhan, dan memiliki jumlah anak sebanyak dua orang bila sudah menikah. Efek konatif dibedakan menjadi tidak ingin melakukan-ingin melakukan prinsip-prinsip KB dalam perencanaan keluarga.

35 METODE Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung dengan data kualitatif untuk memperkaya analisis. Penelitian kuantitatif ini menggunakan metode survey yaitu dengan mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggambarkan atau menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat digeneralisasikan. Oleh karena itu, data yang diperoleh dalam penelitian ini dapat menggambarkan kondisi populasi secara keseluruhan, tidak hanya mewakili sampel penelitian. Unit analisa dari penelitian survey ini adalah individu. Penelitian ini juga bersifat eksplanatori karena menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesa (Singarimbun dan Effendi 2006). Lokasi dan Waktu Penelitian Iklan layanan masyarakat yang menjadi pilihan adalah Iklan Layanan Masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu yang diproduksi oleh BKKBN. Objek penelitian dipilih secara sengaja (purposive) berdasarkan observasi melalui internet dan televisi secara langsung, dengan pertimbangan bahwa saat ini permasalahan kependudukan masih menjadi hal yang amat penting di Indonesia. Selain itu BKKBN memiliki misi untuk mewujudkan pembangunan yang berwawasan kependudukan dan mewujudkan keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera. Berdasarkan observasi melalui data-data sekunder BKKBN, saat ini salah satu sasaran utama BKKBN adalah remaja. Hal ini sesuai dengan iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu yang mengusung pentingnya Generasi Berencana (GenRe), yaitu perencanaan pernikahan dan keluarga yang matang bagi remaja, dengan cara mencegah pernikahan dini dan merencanakan jarak kelahiran. Oleh karena itu, iklan layanan masyarakat tersebut dianggap representatif untuk mempelajari efektivitas iklan layanan masyarakat pada siaran televisi. Penelitian ini dilakukan di RW 06 dan RW 07 Desa Ciomas, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor. Lokasi tersebut dipilih secara purposive dengan dua pertimbangan utama sebagai berikut: (1) Kecamatan Ciomas merupakan daerah dengan kepadatan penduduk tertinggi di Kabupaten Bogor, yaitu sebesar jiwa/ha. Sementara itu, Desa Ciomas merupakan salah satu daerah dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi di Kecamatan Ciomas, yaitu sebesar jiwa/ha. (2) Mayoritas khalayak Desa Ciomas berusia tahun, yaitu sebanyak orang. Sementara itu, RW 06 dan RW 07 memiliki jumlah remaja terbanyak dibandingkan dengan RW lainnya di Desa Ciomas, yang sesuai dengan sasaran iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu, yaitu remaja berusia tahun yang belum menikah

36 26 Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Mei 2012 sampai Januari Kegiatan penelitian meliputi penyusunan proposal skripsi, kolokium, perbaikan proposal, pengambilan data lapangan, pengolahan dan analisis data, penulisan draft skripsi, uji petik, sidang skripsi, dan perbaikan laporan penelitian. Pengumpulan Data Data Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang secara langsung diambil dari sumber asli atau obyek penelitian oleh peneliti perorangan maupun organisasi. Data primer yang dikumpulkan meliputi data kuantitatif dan kualitatif. Data primer kuantitatif diperoleh dari wawancara terstruktur kepada responden dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner yang terdiri dari pertanyaan tertutup, yaitu pertanyaan yang sudah disertai alternatif jawabannya. Selain data kuantitatif, kuesioner juga dilengkapi pertanyaan terbuka untuk menggali data kualitatif, yaitu pertanyaan berupa isian yang tidak disertai pilihan jawaban Data sekunder adalah data yang tidak dikumpulkan langsung dari sumbernya melainkan menggunakan data yang sudah dikumpulkan pihak lain. Data sekunder dikumpulkan melalui Studi Pustaka dan kajian dokumen terhadap sumber-sumber sekunder di BKKBN, baik melalui website resmi BKKBN maupun perpustakaan BKKBN, Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bogor, data monografi dan dokumen kependudukan yang dimiliki oleh kantor desa Ciomas, serta berbagai literatur yang relevan dengan penelitian ini, yakni buku, tesis, skripsi, jurnal penelitian, dan situs internet. Teknik Pengambilan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja RW 06 dan RW 07 Desa Ciomas, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor yang pernah menonton iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu. Remaja yang dimaksud adalah mereka yang berada pada rentang usia tahun dan belum menikah. Pengambilan sampel dilakukan melalui tahapan sebagai berikut: (1) Seluruh remaja RW 06 dan RW 07 Desa Ciomas, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor diberikan angket sederhana berisi kebiasaan menonton, khususnya terhadap tayangan iklan layanan masyarakat Keluarga Berecana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu dan kesediaan untuk menjadi responden. Hal ini dilakukan karena peneliti belum mengetahui profil populasi. (2) Remaja yang menonton iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu merupakan populasi penelitian dan dijadikan sampling frame, yaitu sebanyak 68 orang. (3) Dari sampling frame tersebut, diperoleh 40 orang berdasarkan kesediaannya menjadi responden penelitian.

37 27 Instrumen Instrumen yang digunakan dalam penelitian berupa angket dan kuesioner, yang dijelaskan sebagai berikut: (1) Angket berisi pertanyaan tentang kebiasaan menonton khalayak, khususnya pada tayangan iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana Versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu. (2) Kuesioner yang menjadi acuan dibagi menjadi lima bagian. Bagian pertama berisikan pertanyaan-pertanyaan mengenai karakteristik individu responden. Bagian ke dua berisikan pertanyaan mengenai karakteristik sosiologis responden, mencakup interaksi dengan kelompok primer dan kelompok sekunder. Bagian ke tiga berisi pertanyaan tentang keterdedahan khalayak terhadap tayangan iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu, mencakup frekuensi menonton iklan. Bagian ke empat berisikan pertanyaan tentang gangguan dan rintangan komunikasi yang dirasakan responden pada iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu, terdiri dari gangguan semantik dan rintangan budaya. Bagian terakhir adalah pertanyaan tentang efektivitas iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu, meliputi aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan konatif (kecenderungan berperilaku). Teknik Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data dilakukan melalui beberapa langkah, yaitu pertama, melakukan pengkodean pada berbagai jenis pertanyaan, baik tertutup, terbuka, maupun semi terbuka, kemudian memasukkan data ke buku kode atau lembaran data (code sheet). Kedua, membuat tabel frekuensi. Ketiga, mengedit yakni mengoreksi kesalahan-kesalahan yang ditemui setelah membaca tabel frekuensi, baik pada saat mengisi kuesioner, mengkode, maupun memindahkan data dari lembaran kode ke komputer (Singarimbun dan Effendi 2006). Data hasil kuesioner terhadap responden kemudian diolah secara statistik deskriptif dengan menggunakan software Statistic Program for Social Sience (SPSS) for Windows versi 16.0 dan Microsoft Excel Statistik deskriptif merupakan statistik yang menggambarkan sekumpulan data secara visual baik dalam bentuk gambar maupun tulisan, yang digunakan untuk menggambarkan data berupa tabel frekuensi dan tabulasi silang (crosstab). Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif, untuk menggambarkan karakteristik individu, karakteristik sosiologis, keterdedahan khalayak terhadap iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu, gangguan dan rintangan komunikasi dari tayangan iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu, dan efektivitas iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu. Data kuantitatif yang diperoleh dari kuesioner dimasukkan dalam tabel frekuensi, diuji, kemudian dianalisis secara statistik deskriptif yang meliputi tabel frekuensi, grafik, ukuran pemusatan, dan ukuran penyebaran. Hasil analisis diinterpretasikan untuk memperoleh suatu kesimpulan. Pengujian

38 28 hubungan Chi-Square dilakukan untuk melihat hubungan dua variabel (bivariat) yang salah satu variabelnya nominal. Rumus Chi-Square adalah sebagai berikut: X 2 = fo fe 2 fe Dimana: X 2 : Nilai chi-kuadrat fe : Frekuensi yang diharapkan fo : Frekuensi yang diperoleh/diamati Hasil uji Chi Square (x 2 ) kemudian digunakan untuk melihat keeratan hubungan antara variabel variabel dengan rumus Kontingensi (C). Makin besar C berarti hubungan antara dua variabel makin erat. C berkisar antara 0 dan 1 (Singarimbun & Effendi, 2006). Uji Chi Square pada penelitian ini digunakan untuk mengukur hubungan antara karakteristik individu (skala nominal), yaitu jenis kelamin dan jenis pekerjaan dengan keterdedahan khalayak seperti frekuensi menonton (skala ordinal). Rumus Koefisien Kontingensi (C): C = x 2 x 2 +N Dimana: C : Koefisien Kontingensi X 2 : Kai Kuadrat N : Jumlah Data Sementara itu, uji korelasi Rank Spearman digunakan untuk melihat hubungan yang nyata antar variabel dengan data berbentuk ordinal dan data interval yang diubah menjadi data ordnial. Uji korelasi Rank Spearman digunakan untuk menentukan hubungan antara kedua variabel (variabel independen dan variabel dependen) yang ada pada penelitian ini, yaitu menguji hubungan antara karakteristik individu (skala ordinal) seperti usia dan tingkat pendidikan, dengan keterdedahan terhadap iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu (skala ordinal), karakteristik sosiologis (skala interval) dengan keterdedahan terhadap iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu (skala ordinal), gangguan dan rintangan komunikasi (skala interval) terhadap efektivitas iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu (skala interval), serta keterdedahan (skala ordinal) terhadap efektivitas iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu (skala interval). Korelasi dapat menghasilkan angka positif (+) dan negatif (-). Korelasi positif menunjukkan hubungan yang searah antara dua variabel yang diuji, yang berarti semakin besar variabel bebas (variabel independen) maka semakin besar pula variabel terikat (variabel dependen). Sementara itu, korelasi negatif menunjukkan hubungan yang tidak searah, yang berarti jika variabel bebas besar

39 29 maka variabel terikat menjadi kecil (Rakhmat 1997). Rumus korelasi Rank Spearman adalah sebagai berikut: Dimana: ρ atau rs : koefisien korelasi spearman rank di : determinan n : jumlah data atau sampel Klasifikasi keeratan hubungan dijelaskan oleh Guilford (1956:145) dalam Rakhmat (1997) sebagai berikut: Kurang dari 0.20 hubungan rendah sekali; lemas sekali hubungan rendah tetapi pasti hubungan yang cukup berarti hubungan yang sangat tinggi; kuat Lebih dari 0,90 hubungan sangat tinggi; kuat sekali, dapat diandalkan Tingkat kesalahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 5 persen atau pada taraf nyata α 0.05, yang berarti memiliki tingkat kepercayaan 95 persen. Nilai probabilitas (P) yang diperoleh dari hasil pengujian dibandingkan dengan taraf nyata untuk menentukan apakah hubungan antara variabel nyata atau tidak. Bila nilai P lebih kecil dari taraf nyata α 0.05 maka hipotesis diterima, terdapat hubungan nyata, dan nilai koefisien korelasi γs digunakan untuk melihat keeratan hubungan antara dua variabel. Sebaliknya bila nilai P lebih besar dari taraf nyata α 0.05 maka hipotesis tidak diterima, yang berarti tidak terdapat hubungan nyata dan nilai koefisien korelasi γs diabaikan.

40 GAMBARAN UMUM Gambaran Umum BKKBN Sejarah BKKBN Pada tahun 1957, didirikan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) dalam rangka menyatukan gerak para tokoh yang memelopori usahausaha KB. Dalam Kongres I PKBI pada tahun 1966, diperoleh laporan-laporan dari cabang yang sudah tersebar dihampir seluruh Indonesia, yang pada umumnya menyatakan bahwa gagasan KB diterima dengan baik oleh masyarakat. Berdasarkan hasil kongres tersebut, pada 16 Agustus 1968, organisasi ini berkembang menjadi organisasi dalam bentuk Lembaga Keluarga Berencana (LKBN) yang digunakan sebagai wadah proses pemasyarakatan Keluarga Berencana kepada masyarakat. Dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama, proses pemasyarakatan program Keluarga Berencana menunjukkan prestasi dan hasil yang mengembirakan dengan ditandai oleh kesiapan masyarakat untuk menerima program nasional. Begitu pesatnya kemajuan KB, membuat kongres akhirnya menyampaikan himbauan kepada pemerintah agar program KB dijadikan sebagai program pemerintah. Pada tahap pertama, Menteri Kesejahteraan Rakyat, Dr. K. H. Idham Chold, membentuk panitia ad-hoc yang bertugas mempelajari kemungkinan KB dijadikan program nasional. Setelah itu, pada Februari 1968, Presiden pun menyatakan bahwa pemerintah menyetujui gerakan KB yang diselenggarakan masyarakat dengan dibantu dan dibimbing oleh pemerintah. Berdasarkan hasil pertemuan tersebut, pemerintah mengeluarkan intruksi untuk membentuk sebuah lembaga Keluarga Berencana Nasional. Hingga akhirnya, pada tanggal 17 Oktober 1968 dengan SK No 36/KPTS/kesra/X/1968, dibentuklah LKBN yang berstatus sebagai lembaga semi pemerintah. Pada saat itu pun pemerintah merasa bahwa masalah kependudukan harus ditangani secara serius. Atas dasar itu, pemerintah memutuskan untuk mengambil alih program KB menjadi program nasional pada tahun 1970, yaitu dengan membentuk BKKBN, yang saat itu merupakan kepanjangan dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. Hal ini diperkuat dengan keluarnya Keputusan Presiden Nomor 8 Tahun 1970 tentang Pembentukan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Program KB Nasional perlu ditingkatkan dengan mengikutsertakan masyarakat dan pemerintah secara maksimal. Program KB juga perlu diselenggarakan secara terencana ke arah terwujudnya tujuan dan sasaran yang ditetapkan. Oleh karena itu, BKKBN sebagai institusi yang bertugas melaksanakan program atau bertanggung jawab terhadap KB telah mengalami berbagai perubahan disesuaikan dengan tuntutan dinamika organisasi dan tuntutan masyarakat. Seiring dengan perubahan paradigma di masyarakat dalam pengelolaan KB Nasional, BKKBN berusaha menyesuaikan dengan kondisi lingkungan sekitar. Berbagai perubahan tersebut pada umumnya membahas mengenai perluasan-perluasan program Keluarga Berencana yang terjadi secara bertahap. Pada tahun 1970 BKKBN diarahkan hanya pada 6 Provinsi di Jawa dan Bali, yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DI Yogyakarta,

41 32 dan Bali. Pada tahun-tahun selanjutnya BKKBN mendapat respon yang positif dari masyarakat dan mengalami berbagai kemajuan. BKKBN pun melakukan perluasan program Keluarga Berencana ke wilayah-wilayah lain hingga akhirnya seluruh wilayah Republik Indonesia telah dijangkau oleh Program Keluarga Berencana Nasional pada tahun BKKBN sukses melaksanakan programprogramnya pada tahun , yang dibuktikan dengan tercatatnya Indonesia sebagai salah satu kiblat dunia Internasional dalam pengelolaan KB. Bahkan, hingga saat ini terdapat tidak kurang dari sekitar peserta dari sekitar 97 negara telah belajar KB di Indonesia. Visi dan Misi BKKBN BKKBN merupakan sebuah institusi yang berada di bawah pemerintah serta bertugas melaksanakan program atau bertanggung jawab terhadap Keluarga Berencana. Oleh karena itu, visi BKKBN adalah penduduk dapat tumbuh seimbang pada tahun Misi BKKBN adalah mewujudkan pembangunan berwawasan kependudukan dengan mewujudkan keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera. Moto dan Logo BKKBN Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional merupakan salah satu lembaga di bawah pemerintah yang memiliki perhatian penuh terhadap perencanaan keluarga dan pengendalian penduduk di Indonesia. BKKBN memiliki moto Dua Anak Lebih Baik. Motto tersebut menandakan bahwa pada dasarnya memiliki anak adalah hak setiap keluarga namun bila ingin membantu keluarga lebih baik mempunyai dua anak saja. Selain membantu mencegah ledakan penduduk, akan lebih menjamin terciptanya keluarga sejahtera, baik dari segi finansial maupun non-finansial. Motto tersebut juga tergambar dalam logo BKKBN pada Gambar 3. Gambar 3 Logo Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Logo tersebut merupakan logo terbaru BKKBN yang mulai diperkenalkan pada tahun Perubahan logo ini meliputi empat aspek, yaitu pencitraan kelembagaan BKKBN agar keberadaannya masih diketahui masyarakat, pencitraan program KB sebagai produk BKKBN, pencitraan pengelolaan dan petugas KB, serta pencitraan keberadaan dan kesinambungan program KB.

42 33 Lambang setengah lingkaran pada logo tersebut melambangkan busur panah, yang berarti setiap orangtua mampu memberikan kebebasan (yang bertanggung jawab) kepada anaknya untuk berkreasi sesuai dengan imajinasinya. Gambar orangtua dan dua orang anak melambangkan motto BKKBN, yaitu Dua Anak Lebih Baik sedangkan gambar orangtua dan anak yang saling berpegangan memiliki makna bahwa di dalam keluarga perlu ada kekompakan dan kerjasama antara orangtua dengan anak. Apalagi dalam menghadapi suatu persoalan jangan sampai semuanya berjalan sendiri-sendiri. Sementara itu, warna biru melambangkan birunya laut dan langit yang luas. Hal tersebut berarti bahwa dalam mengarungi rumahtangga pasti akan ada banyak permasalahan yang dihadapi, sama seperti luasnya laut dan langit. Program Kerja BKKBN Saat ini, Program Keluarga Berencana (KB) bukanlah semata-mata urusan kontrasepsi tetapi merupakan kumpulan dari berbagai kegiatan yang saling mendukung program pengendalian penduduk agar penduduk dapat tumbuh seimbang. Program KB berfokus pada upaya peningkatan keperdulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, serta peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera. Faktor penunjang keberhasilan program KB sangat banyak, antara lain kebijakan pemerintah pusat, pemerintah daerah, kemitraan dengan lembaga lain, serta pembinaan dan fasilitasi terhadap pelaksanaan program di daerah. BKKBN hanya memfasilitasi penggunaan KB atau kontrasepsi untuk pasangan suami istri saja. Walaupun begitu, tidak berarti BKKBN tidak menaruh perhatian pada kalangan lainnya. BKKBN menaruh perhatian besar pada remaja sebagai sasaran program-program Keluarga Berencana, mengingat perannya sebagai generasi muda penerus bangsa. Oleh karena itu, BKKBN memiliki program khusus untuk remaja, yaitu Penyiapan Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja (PKBR). Sejak tahun 2010, BKKBN juga mulai mengembangkan Program Generasi Berencana (GenRe) yang berfokus pada remaja. Ada sekitar 30 juta kalangan muda yang menjadi sasaran Program Generasi Berencana untuk mendukung terwujudnya keluarga berkualitas dan sejahtera. Program ini mengajak generasi muda untuk membuat perencanaan dalam setiap tahapan hidupnya, seperti usia untuk menikah dan mempunyai anak, jumlah anak yang baik, dan lain sebagainya. Hal ini karena hal-hal tersebut berkaitan dengan kesiapan reproduksi, mental dan biaya. Kalau terlalu muda dan belum siap secara mental, orangtua tidak akan maksimal dalam mengasuh dan mendidik anak. Pada tahun 2011, BKKBN menetapkan tiga prioritas program peningkatan partisipasi KB, yaitu program KB bagi generasi muda memasuki usia nikah, program KB bagi penduduk miskin, dan program KB bagi penduduk di daerah terpencil dan perbatasan. Penekanan tiga prioritas program tersebut didasarkan atas hasil evaluasi pelayanan Program KB pada tahun 2010, yang menunjukkan rendahnya partisipasi KB bagi kalangan penduduk miskin, termasuk penduduk di daerah terpencil dan perbatasan, serta masih minimnya sosialisasi program bagi generasi muda menjelang usia nikah. Padahal, nasib bangsa Indonesia ditentukan oleh generasi penerus yang berkualitas dan mampu bersaing menghadapi

43 34 tantangan zaman. Generasi muda juga harus dilindungi dari perilaku seks bebas, narkoba, dan ancaman HIV/AIDS. Hingga saat ini, masih banyak permasalahan remaja yang harus menjadi perhatian semua kalangan. Oleh karena itu, pada Mei 2012, BKKBN melakukan pengembangan terhadap program GenRe, yaitu dengan meluncurkan program GenRe di sekolah-sekolah agar dapat menjadi forum diskusi bagi remaja untuk mengatasi berbagai masalah. Secara teknis, Program GenRe diterjemahkan dalam bentuk pendirian Pusat Informasi dan Konsultasi (PIK) remaja dengan pendekatan dari, oleh, dan untuk remaja, yang tersebar di 33 provinsi di Indonesia. Program GenRe di sekolah-sekolah menyosialisasikan isu-isu tentang TRIAD KKR, yaitu seksualtias, HIV/AIDS dan NAPZA sehingga para remaja terdidik untuk tidak melakukan seks bebas dan menjauhi narkoba. Program ini juga memfasilitasi remaja atau mahasiwa agar memiliki wadah pusat informasi dan penyuluhan antar mereka, sehingga bisa merencanakan masa depan tanpa harus terhambat karena narkoba dan pergaulan bebas. Hingga saat ini BKKBN telah membentuk PIK di sekolah-sekolah formal dan informal. BKKBN juga berencana meluncurkan PIK Mahasiswa dalam waktu dekat. Melalui program ini, BKKBN berharap dapat mengedukasi pelajar dan remaja untuk menjauhi berbagai kebiasaan yang bisa merugikan seperti narkoba dan pergaulan bebas. Deskripsi Singkat Iklan Layanan Masyarakat Keluarga Berencana Versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu Latar Belakang Iklan Layanan Masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu merupakan salah satu iklan KB yang diproduksi oleh BKKBN. Model utama dalam iklan ini adalah Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu. Pemilihan keduanya sebagai model utama didasarkan atas tingginya popularitas mereka di kalangan remaja sehingga BKKBN berharap penyampaian pesan-pesan perencanaan keluarga melalui kedua model tersebut akan lebih efektif. Iklan ini merupakan bagian dari program Generasi Berencana (GenRe) yang memiliki sasaran utama remaja. Jumlah remaja yang kini mencapai sekitar 63.4 juta jiwa atau 26.7 persen dari penduduk Indonesia (Sensus Penduduk 2010) harus menjadi perhatian semua pihak. Potensi remaja yang cukup besar ini bila tidak diarahkan ke hal-hal yang positif justru dapat memberikan dampak yang negatif bagi kehidupannya mendatang. Reaksi-reaksi dan ekspresi emosional yang masih belum terkendali pada masa remaja dapat berdampak pada kehidupan pribadi maupun sosialnya. Oleh karena itu, remaja perlu mengenal program GenRe sebagai upaya penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja. Iklan ini mengusung pesan-pesan dalam perencanaan keluarga, yaitu pentingnya perencanaan pernikahan secara matang serta menikah dan hamil di usia ideal, manfaat perencanaan jarak kelahiran anak dan jarak kelahiran anak yang berjauhan, serta jumlah anak yang dianjurkan dalam sebuah keluarga. Iklan ini juga memiliki jargon Dua Anak Lebih Baik, yang menganjurkan setiap remaja untuk memiliki cukup dua anak saja bila sudah menikah. Iklan ini gencar ditayangkan pada tahun 2011 di berbagai stasiun televisi. Walaupun begitu, hingga saat ini iklan tersebut masih ditayangkan dengan frekuensi penayangan

44 35 yang terbatas dan hanya ditayangkan di stasiun-stasiun televisi tertentu, di antaranya adalah Indosiar dan MNC TV. Tujuan Iklan ini memiliki tujuan utama untuk mengedukasi remaja mengenai pentingnya prinsip-prinsip perencanaan keluarga sebelum dan setelah menikah. Prinsip-prinsip tersebut di antaranya adalah mengenai penerapan KB, menikah setelah cukup usia, hamil di usia ideal, merencanakan jarak kelahiran anak, memiliki anak dengan jarak kelahiran berjauhan, dan memiliki dua anak bila sudah menikah. Usia pernikahan yang dianjurkan BKKBN bagi wanita adalah 20 tahun sedangkan untuk laki-laki adalah 25 tahun. Hal ini karena pada usia tersebut remaja telah memperoleh kematangan fisik (reproduksi), mental, dan biaya sehingga siap untuk membangun rumahtangga dan memiliki anak. Selain itu, memiliki anak dengan jarak kelahiran yang berjauhan juga menjadi penting agar ibu selamat dan anak terlahir sehat. Segmentasi Khalayak Iklan Layanan Masyarakat Keluarga Berencana versi Shiren Sungkar dan Teuku Wisnu memiliki sasaran utama remaja. Remaja yang dimaksud adalah mereka yang berada pada rentang usia tahun serta belum menikah. Hal ini karena BKKBN menyadari bahwa peran remaja amat penting sebagai generasi muda penerus bangsa. Oleh karena itu, melalui iklan ini, BKKBN berharap dapat mengedukasi dan mengajak remaja untuk melakukan perencanaan dalam setiap tahapan kehidupannya, seperti usia untuk menikah, mempunyai anak, jumlah anak, dan lain sebagainya. Isi Tayangan Iklan ini mengisahkan tentang pasangan yang membuat perencanaan keluarga sebelum dan setelah menikah. Pasangan tersebut diperankan oleh Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu. Bagian-bagian dalam iklan ini dikisahkan secara cepat dan sebagian besar pesannya disampaikan melalui lagu/jingle yang dinyanyikan oleh kedua model tersebut. Pada awal cerita, keduanya berniat untuk menikah namun menundanya karena usia mereka yang masih terlalu muda. Mereka meyakini bahwa dengan menikah di usia ideal bahtera rumahtangga mereka akan bahagia. Hingga akhirnya setelah cukup usia, pernikahan pun dilangsungkan. Pada awal pernikahannya, Shireen digambarkan mengandung anak pertama. Setelah anak pertamanya lahir, mereka pun hidup bahagia dan sengaja menunda kehamilan selanjutnya. Hal ini disampaikan melalui lagu/jingle yang mereka nyanyikan, bahwa jarak kelahiran anak yang berjauhan bertujuan agar ibu melahirkan selamat dan anak terlahir sehat. Hingga akhirnya setelah anak pertama tumbuh besar, mereka digambarkan memiliki anak kedua dan hidup mejadi keluarga kecil yang sejahtera. Di akhir cerita, keluarga kecil tersebut dikisahkan sedang bermain bersama dan kedua model utama memberikan himbauan, yaitu berupa jargon Dua Anak Lebih Baik

45 36 Gambaran Umum Desa Ciomas, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor Wilayah dan Penduduk Desa Ciomas termasuk dalam wilayah Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini memiliki luas wilayah sebesar 106 ha dengan jumlah penduduk sebanyak jiwa. Secara administratif, Desa Ciomas terbagi atas 12 RW dan 47 RT. Sketsa wilayah Desa Ciomas dapat dilihat pada Lampiran 1. Desa Ciomas berbatasan dengan Jalan Raya Ciomas dan Desa Ciomas Rahayu di sebelah utara, Kotamadya Bogor, Desa Mekar Jaya, dan Desa Parakan di sebelah timur, Desa Pagelaran di sebelah selatan, dan Desa Mekar Jaya di sebelah barat. Sarana pendidikan yang terdapat di Desa Ciomas, yaitu TK (Taman Kanak- Kanak), SD (Sekolah Dasar), dan SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama). Data selengkapnya mengenai sarana pendidikan yang terdapat di Desa Ciomas dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Jumlah sarana pendidikan di Desa Ciomas tahun 2010 Jenis Pendidikan Negeri (buah) Swasta (buah) Total TK SD SLTP Sumber: BPS (2011) Sarana dan prasarana lainnya di Desa Ciomas di antaranya adalah fasilitas kesehatan, prasarana perhubungan, komunikasi, dan transportasi. Sarana transportasi yang ada berupa angkutan umum dan ojeg. Keberadaan angkutan umum, kendaraan pribadi, dan ojek sebagai sarana transportasi di Desa Ciomas memungkinkan tersedianya transportasi yang lancar. Jalan raya pun berada dalam kondisi yang baik sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama dalam melakukan mobilitas masuk dan keluar desa (lihat Lampiran 4). Sarana kesehatan yang dimiliki berupa pos KB sebanyak satu buah, posyandu sebanyak 13 buah, serta balai pengobatan dan praktek dokter sebanyak 4 buah (BPS 2011). Berdasarkan data tersebut, ketersediaan posyandu di Desa Ciomas sudah cukup lengkap, yang menandakan bahwa masing-masing RW di Desa Ciomas (sebanyak 12 RW) telah memiliki posyandu masing-masing. Jumlah penduduk Desa Ciomas adalah sebanyak jiwa, yang terdiri dari penduduk laki-laki dan penduduk perempuan dengan kepadatan penduduk jiwa/ha. Sementara itu, kepadatan penduduk Kecamatan Ciomas adalah sebesar jiwa/ha 2. Perbandingan jumlah tersebut menunjukkan bahwa Desa Ciomas merupakan salah satu daerah dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi di Kecamatan Ciomas karena tingkat kepadatannya melebihi nilai rata-rata Kecamatan Ciomas. Desa Ciomas memiliki kepala keluarga, meliputi kepala keluarga laki-laki dan 330 kepala keluarga perempuan. Penduduk Desa Ciomas tersebar pada berbagai rentang usia, dengan persentase terbanyak terdapat pada rentang usia dan tahun, yaitu masing-masing 2 diakses pada tanggal 4 September 2012 pukul WIB

46 37 sebanyak jiwa (10.97%). Sementara itu, persentase terkecil terdapat pada rentang usia 50-54, yaitu sebanyak 627 jiwa (4.78%) Komposisi penduduk berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Sebaran penduduk Desa Ciomas berdasarkan usia tahun 2010 Kelompok Umur Jumlah (jiwa) Persentase (%) JUMLAH Sumber: BPS (2011) Industri kerajinan di Desa Ciomas jumlahnya mencapai 20 unit dengan total pengurus dan anggota sebanyak 500 jiwa. Melihat kondisi tersebut, tidak heran jika mata pencaharian utama yang paling banyak digeluti oleh penduduk Desa Ciomas adalah buruh sepatu/sendal. Pekerjaan ini tidak memerlukan keahlian khusus karena sebelum mulai bekerja setiap warga akan diberikan pelatihan terlebih dahulu mengenai langkah-langkah pembuatan sepatu/sendal. Pekerjaan ini dilakukan di bengkel-bengkel sepatu yang sebagian besar terdapat di Desa Ciomas atau dapat pula dikerjakan di rumah masing-masing untuk kemudian disetorkan dua kali dalam seminggu, yaitu setiap hari Kamis dan Sabtu. Oleh karena itu, sebagian remaja lebih memilih untuk langsung bekerja menjadi buruh sepatu/sendal daripada melanjutkan pendidikan. Pekerjaan ini dilakukan hampir oleh seluruh remaja, baik laki-laki maupun perempuan. Remaja perempuan pada umumnya bertugas menggambar dan menggunting pola sedangkan remaja lakilaki bertugas membuat sepatu (menjahit, merekatkan). Sementara itu, sebagian kecil lainnya berprofesi sebagai pelajar/mahasiswa/i, karyawan, PNS, maupun wiraswasta. Saat ini sulit ditemui organisasi atau perkumpulan yang aktif di Desa Ciomas. Perkumpulan-perkumpulan yang dulu aktif kini sudah tidak berjalan karena sebagian besar warga sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Salah satu perkumpulan yang masih aktif adalah pengajian warga yang dilaksananakan satu minggu sekali, yang merupakan pengajian remaja gabungan tiga desa, yaitu Desa Ciomas, Desa Pagelaran, dan Desa Mekar Jaya. Setiap minggunya juga rutin diadakan pengajian warga pada masing-masing RT dan RW. Pengajian ini dilaksanakan secara bergilir di masjid-masjid yang terdapat di setiap desa. Kegiatan ini menjadi aktif karena sebagian besar penduduk Desa Ciomas beragama Islam, yaitu sebanyak jiwa (98.93%). Data selengkapnya mengenai komposisi penduduk berdasarkan agama dapat dilihat pada Tabel 5.

47 38 Tabel 5 Sebaran penduduk Desa Ciomas berdasarkan agama tahun 2010 Agama Jumlah Penduduk (jiwa) Prersentase (%) Islam Khatolik Protestan Budha Hindu Tionghoa Sumber: BPS (2011) Komposisi penduduk tersebut menyebabkan Desa Ciomas hanya memiliki sarana peribadatan untuk umat agama Islam karena hampir seluruh penduduknya beragama Islam sedangkan umat agama lain hanya sebagian kecilnya saja. Hampir setiap RW di Desa Ciomas memiliki masjid, beberapa diantaranya juga memiliki langgar lebih dari satu. Total masjid yang terdapat di Desa Ciomas adalah sebanyak 10 buah, sementara total langgar di Desa Ciomas adalah sebanyak 14 buah (BPS 2011). Gambaran Umum RW Pemilihan lokasi di RW 06 dan RW 07 Desa Ciomas, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor sebagai lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Hal ini dengan pertimbangan bahwa kedua RW tersebut memiliki komposisi jumlah remaja (15-24 tahun) terbanyak dibanding RW lainnya di Desa Ciomas, yang sesuai dengan karakteristik responden yang dibutuhkan. Jumlah penduduk di RW 06 Desa Ciomas adalah sebanyak jiwa, dengan 353 kepala keluarga. Jumlah penduduk yang tergolong remaja, yaitu berada pada rentang usia tahun, adalah sebanyak 198 jiwa. Sebagian besar penduduk memiliki tingkatan pendidikan hingga SLTP serta berprofesi sebagai buruh sepatu/sendal. Sementara itu, jumlah penduduk di RW 07 Desa Ciomas adalah sebanyak jiwa, dengan 509 kepala keluarga. Jumlah penduduk yang tergolong remaja adalah sebanyak 224 jiwa. Hampir serupa dengan RW 06, sebagian besar penduduk RW 07 pun memiliki tingkatan pendidikan hingga SLTP serta berprofesi sebagai buruh sepatu/sendal. Sebagian besar warga di kedua tempat tersebut sudah memiliki pesawat televisi dan memiliki kebiasaan menonton yang tinggi. Gambaran Umum Responden Responden penelitian didapatkan dari hasil penyebaran angket kepada 422 remaja RW 06 dan 07 Desa Ciomas. Setelah itu, angket yang telah kembali diseleksi hingga didapatkan 68 orang yang pernah menonton iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu. Berdasarkan hasil tersebut, keterdedahan remaja RW 06 dan 07 Desa Ciomas terhadap iklan tersebut adalah sebesar 16.1 persen. Pada akhirnya responden yang pernah menonton iklan tersebut diseleksi kembali berdasarkan kesediaannya menjadi responden penelitian ini, hingga akhirnya diperoleh total responden

48 39 sebanyak 40 orang, yaitu remaja yang pernah menonton iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu serta bersedia menjadi responden penelitan. Karakteristik Individu Karakteristik individu merupakan salah satu faktor yang diduga berhubungan dengan keterdedahan khalayak terhadap tayangan iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu. Karakterisitik individu yang diamati dalam penelitian ini terdiri dari usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, dan tingkat pendidikan. Data selengkapnya mengenai karakteristik individu responden penelitian dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Jumlah dan persentase responden berdasarkan karakteristik individu Karakteristik Individu Kategori Jumlah (jiwa) Persentase (%) Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Usia Remaja Awal Remaja Akhir Tingkat Pendidikan Rendah (tidak lulus SD/MI/Sederajat dan lulus SD/MI/Sederajat) Sedang (lulus SMP/MTS/Sederajat) Tinggi (lulus SMA/MA/Sederajat dan lulus Perguruan Tinggi) Jenis Pekerjaan Bekerja Sekolah/kuliah Tidakbekerja dan tidak sekolah/kuliah Tabel 6 menunjukkan bahwa persentase responden yang berjenis kelamin perempuan lebih besar, yaitu sebesar 52.5 persen (21 orang). Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden yang dilibatkan dalam penelitian ini berjenis kelamin perempuan. Proporsi tersebut hampir seimbang antara laki-laki dan perempuan namun perempuan menempati porsi yang lebih banyak dibandingkan laki-laki. Hal ini karena mayoritas remaja perempuan di RW 06 dan 07 Desa Ciomas memiliki perhatian yang lebih tinggi terhadap tayangan-tayangan televisi. Dalam mengisi waktu luangnya, perempuan lebih suka diam di rumah dan menonton televisi. Lain halnya dengan laki-laki yang memiliki lebih sedikit waktu luang untuk menonton televisi karena aktivitasnya yang padat di luar rumah. Beberapa responden laki-laki bahkan melakukan dua pekerjaan sekaligus. Di saat aktivitasnya sebagai pelajar telah selesai, bebrapa remaja laki-laki melakukan pekerjaan sambilan seperti menjadi tukang ojek dan buruh sepatu/sendal untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga. Laki-laki juga lebih sering mengisi waktu luangnya untuk berkumpul bersama tetangga dan teman daripada menonton televisi di rumah.

49 40 Responden yang diamati dalam penelitian ini adalah remaja berusia tahun yang belum menikah. Usia tahun dipilih dengan pertimbangan bahwa rentang usia tersebut sesuai dengan sasaran iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu menurut BKKBN sebagai penyelenggara iklan tersebut. Remaja awal terdiri dari mereka yang berusia tahun sedangkan remaja akhir terdiri dari mereka yang berusia tahun. Data pada penelitian ini menunjukkan bahwa dari 40 responden yang diamati, mayoritas responden berada pada kategori usia remaja awal, yaitu sebanyak 62.5 persen, yang proporsinya jauh melebihi responden yang tergolong remaja akhir. Berdasarkan data tersebut, jumlah remaja awal hampir dua kali lipat remaja akhir. Hal ini karena mayoritas responden RW 06 dan 07 Desa Ciomas yang tergolong remaja awal lebih tertarik kepada tayangan-tayangan televisi, khususnya iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu. Lain halnya dengan remaja akhir yang aktivitasnya lebih padat, baik untuk bekerja maupun mengerjakan tugas-tugas sekolah dan kuliah sehingga lebih jarang diam di rumah untuk menyaksikan tayangan-tayangan televisi. Sementara itu, tingkat pendidikan merupakan jenjang pendidikan formal terakhir yang pernah ditempuh dan telah memperoleh kelulusan. Dalam penelitian ini, responden dibagi ke dalam tiga kategori berdasarkan tingkat pendidikan, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Tabel 6 menunjukkan bahwa dari 40 remaja RW 06 dan RW 07 Desa Ciomas yang diamati, sebagian besar tergolong pada tingkat pendidikan sedang, yaitu sebesar 40 persen (16 orang). Hal ini karena mayoritas responden merupakan pelajar/mahasiswa/i, yang saat ini masih menempuh pendidikan di tingkat SMA dan perkuliahan. Beberapa diantaranya putus sekolah dan lebih memilih untuk bekerja sebagai buruh sepatu/sendal. Fakta tersebut didukung oleh pernyataan responden berikut ini. disini banyak yang putus sekolah terus langsung lanjut jadi pekerja sepatu. Ya kalau udah kenal uang jadi pada lebih milih kerja, kadangkadang suka kasian juga liatnya, gajinya kan sebenernya kecil. (MJ, 19th, 4 November 2012) Remaja yang putus sekolah juga pada umumnya merasa bahwa pendidikan memerlukan biaya yang tinggi sehingga akan menyulitkan orangtua. Mereka lebih memilih bekerja untuk meringankan beban orangtua. Sebagian besar memilih untuk melanjutkan pekerjaan sebagai buruh sepatu/sendal karena tidak memerlukan keahlian dan persyaratan khusus. Selain itu, Desa Ciomas merupakan salah satu pusat produksi sepatu/sendal sehingga mereka tidak perlu kesulitan mendapatkan pekerjaan yang jauh di luar desa. Responden dibedakan ke dalam tiga kategori berdasarkan jenis pekerjaan, yaitu bekerja, sekolah/kuliah, serta tidak bekerja dan tidak sekolah/kuliah. Tabel 6 menunjukkan bahwa mayoritas responden bekerja, yaitu sebesar 45 persen (18 orang). Sebagian besar responden yang bekerja berprofesi sebagai buruh sepatu/sendal. Pekerjaan sebagai buruh sepatu/sendal dilakukan oleh banyak remaja di Desa Ciomas, baik laki-laki maupun perempuan. Remaja perempuan pada umumnya bertugas menggambar dan menggunting pola sedangkan remaja laki-laki bertugas membuat sepatu (menjahit, merekatkan). Desa Ciomas merupakan salah satu sentra produksi sepatu/sendal di Bogor. Produksi

50 41 sepatu/sendal tersebut biasanya dijual secara grosir ke pasar-pasar di Bogor maupun luar Bogor. Sebagian besar warga yang putus sekolah memilih bekerja sebagai buruh sepatu/sendal karena pekerjaannya yang relatif mudah dan tidak membutuhkan keahlian khusus. Apalagi sebelum mulai bekerja, setiap pekerja akan dilatih terlebih dahulu agar lebih mahir sehingga setiap warga dari berbagai usia, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan dapat menekuni pekerjaan tersebut. Keuntungan lain pekerjaan ini adalah bersifat fleksibel karena sesekali dapat dilakukan di rumah, terutama ketika pesanan sepatu/sendal sedang menumpuk, seperti ketika menjelang Hari Raya Idul Fitri, akhir tahun, maupun memasuki awal tahun ajaran baru. Sementara itu, sebagian besar responden lainnya masih sekolah/kuliah. Mayoritas responden yang masih sekolah/kuliah sedang menempuh pendidikan di tingkat SMA/MA/Sederajat, sebagian lainnya kuliah di perguruan tinggi. Karakteristik Sosiologis Karakteristik sosiologis merupakan kekuatan-kekuatan eksternal yang mempengaruhi individu dalam berperilaku, yang dibedakan menjadi interaksi dengan kelompok primer dan sekunder. Data selengkapnya mengenai karakteristik sosiologis penelitian dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Jumlah dan persentase responden berdasarkan karakteristik sosiologis Karakteristik Sosiologis Kategori Jumlah (jiwa) Interaksi dengan Kelompok Primer Interaksi dengan Kelompok Sekunder Persentase (%) Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Interaksi dengan kelompok primer adalah tingkat keseringan dalam menceritakan aktivitas yang dilakukan, melakukan aktivitas bersama, dan menceritakan permasalahan pribadi kepada keluarga. Responden dibedakan ke dalam tiga kategori berdasarkan tingkat interaksi dengan kelompok primer, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Data pada Tabel 10 menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki tingkat interaksi sedang dengan kelompok primer, yaitu sebesar 52.5 persen. Proporsi tersebut tidak jauh berbeda dengan tingkat interaksi yang tinggi dengan kelompok primer namun tingkat interaksi sedang memiliki porsi yang lebih banyak. Hal ini karena sebagian remaja RW 06 dan 07 Desa Ciomas disibukkan dengan aktivitas di luar rumah. Aktivitas tersebut dapat berupa aktivitas formal seperti sekolah dan bekerja, maupun aktivitas non formal seperti berkumpul bersama teman dan tetangga. Selain itu, mereka juga memiliki aktivitas non formal yang rutin dilaksanakan satu kali dalam seminggu, yaitu pengajian remaja. Aktivitas dan kesibukan tersebut menyebabkan interaksi dengan keluarga hanya dapat dilakukan pada pagi hari dan malam hari ataupun pada harihari libur saat mereka memiliki banyak waktu senggang di rumah. Sementara itu, sebagian responden lainnya memiliki tingkat interaksi yang tinggi dengan kelompok primer. Sebagian diantaranya mengaku memiliki banyak waktu luang

51 42 di rumah sehingga sering berinteraksi dengan keluarga namun sebagian lainnya tetap menyempatkan diri untuk berkomunikasi dengan keluarga meskipun memiliki aktivitas yang padat di luar rumah. Fakta tersebut berdasarkan kutipan pernyataan responden berikut. saat ini kurang dekat karena faktor pekerjaan dan aktivitas saya lebih sering di kampus daripada di sekitar rumah. Tapi kalau ada waktu senggang saya pasti menyempatkan untuk beraktivitas bersama. (MAH, 19th, 28 Oktober 2012 ) Sementara itu, interaksi dengan kelompok sekunder adalah tingkat keseringan dalam menceritakan aktivitas yang dilakukan, melakukan aktivitas bersama, dan menceritakan permasalahan pribadi kepada tetangga dan teman. Responden dibedakan menjadi tiga kategori berdasarkan tingkat interaksi dengan kelompok sekunder, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki tingkat interaksi sedang dengan kelompok sekunder, yaitu sebesar 77.5 persen, yang proporsinya jauh melebihi tingkat interaksi rendah dan tinggi. Tingkat interaksi antar tetangga di Desa Ciomas, khususnya antar remaja pada umumnya terjadi pada acara pengajian remaja gabungan antara Desa Ciomas, Desa Pagelaran, dan Desa Mekar Jaya. Pengajian ini dilaksanakan secara bergilir dari kampung ke kampung di setiap desa setiap hari Rabu malam. Aktivitas lain yang kerap kali dilakukan bersama adalah gotong royong. Sementara itu, interaksi dengan teman pada umumnya terjadi di lingkungan sekolah dan kerja. Selain itu, responden laki-laki pada umumnya senang mengisi waktu luang dengan berkumpul bersama teman dan tetangga, seperti bermain futsal. Meskipun begitu, sebagian responden memiliki tingkat interaksi yang rendah dengan kelompok sekunder. Golongan tersebut merasa hubungan dengan tetangga dan teman selama ini baik tetapi jarang menceritakan aktivitas pribadi, melakukan aktivitas bersama, dan menceritakan permasalahan pribadi. Fakta tersebut berdasarkan kutipan pernyataan responden berikut. hubungan dengan tetangga cukup baik tapi jarang melakukan aktivitas bersama, yang penting sih saling kenal dan saling sapa aja. Paling ketemu tetangga kalau lagi ada pengajian. (RP, 22th, 27 Oktober 2012)

52 KETERDEDAHAN IKLAN LAYANAN MASYARAKAT KELUARGA BERENCANA VERSI SHIREEN SUNGKAR DAN TEUKU WISNU Keterdedahan adalah terkenanya khalayak terhadap satu atau beberapa pesan dari media televisi. Dalam penelitian ini, keterdedahan khalayak terhadap iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu dilihat dari frekuensi menonton iklan tersebut. Tingkat Keterdedahan Frekuensi menonton adalah banyaknya menonton iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu dalam satu bulan terakhir. Responden dibedakan ke dalam tiga kategori berdasarkan frekuensi menonton, yaitu rendah (1-4 kali per bulan), sedang (5-8 kali per bulan), dan tinggi (> 8 kali per bulan). Rata-rata tingkat keterdedahan responden terhadap iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu adalah sebanyak lima kali, yaitu sebanyak sembilan responden. Berdasarkan data tersebut, tingkat keterdedahan keseluruhan responden terhadap iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu tergolong sedang. Mayoritas responden memiliki frekuensi menonton yang sangat rendah namun beberapa sangat tinggi sehingga rata-rata tingkat keterdedahan remaja RW 06 dan 07 terhadap iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu tergolong sedang. Iklan tersebut gencar ditayangkan pada tahun 2011 sehingga saat ini frekuensi penayangannya sudah dikurangi dan dibatasi pada stasiun-stasiun televisi tertentu saja. Sebagian besar responden mengaku sering menonton iklan tersebut pada bulan-bulan sebelumnya namun dalam satu bulan terakhir ini sudah jarang menonton. Distribusi responden berdasarkan frekuensi menonton iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu dijelaskan pada Gambar 4. Tinggi 30 Rendah 37.5 Sedang 32.5 Gambar 4 Persentase responden berdasarkan tingkat frekuensi menonton iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu

53 44 Gambar 4 menunjukkan bahwa mayoritas responden remaja memiliki frekuensi menonton yang rendah terhadap iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu, yaitu sebesar 37.5 persen (15 orang). Iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu diproduksi oleh BKKBN dan gencar ditayangkan pada tahun Saat ini, frekuensi penayangannya sudah dikurangi dan dibatasi pada stasiunstasiun televisi tertentu karena telah habis masa penayangannya pada stasiun televisi lainnya. Hanya ada beberapa stasiun televisi yang masih menayangkan iklan tersebut, diantaranya adalah Indosiar dan MNC TV. Di stasiun televisi Indosiar, iklan tersebut ditayangkan setiap hari Minggu pada saat penayangan acara Generasi Berencana setiap pukul WIB, yang juga merupakan salah satu acara BKKBN yang ditujukan untuk para remaja. Minimnya jumlah stasiun televisi yang masih menayangkan iklan tersebut menyebabkan frekuensi menonton khalayak terhadap iklan tersebut tergolong rendah. Apalagi stasiun televisi yang masih menayangkan iklan tersebut bukan tergolong kegemaran mayoritas remaja Desa Ciomas. Remaja RW 06 dan 07 Desa Ciomas pada umumnya lebih senang menyaksikan tayangan-tayangan di stasiun televisi RCTI, SCTV, Trans TV, dan Trans 7. Oleh karena itu, beberapa responden mengaku sering melihat iklan tersebut pada bulan-bulan sebelumnya namun dalam satu bulan terakhir saat penelitian ini dilakukan, iklan tersebut sudah jarang ditayangkan di berbagai stasiun televisi. Fakta tersebut dapat dilihat dari kutipan responden berikut. sekarang iklannya sudah jarang tayang ya mbak? Kalau dulu saya memang sering liat iklannya, sekarang-sekarang ini sih jarang banget, paling cuma sekali dua kali aja. (DNR, 22th, 27 Oktober 2012) Keterdedahan khalayak terhadap iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu terkait oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang mengarahkan keterdedahan khalayak khalayak diidentifikasi melalui analisis hubungan karakteristik individu (meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan) serta karakteristik sosiologis (meliptui interaksi dengan kelompok primer dan sekunder) dengan keterdedahan khalayak (meliputi frekuensi menonton). Karakteristik yang terbukti berhubungan dengan keterdedahan khalayak diidentifikasi sebagai faktor yang mengarahkan Hubungan Karakteristik Individu dengan Frekuensi Menonton Iklan Layanan Masyarakat Keluarga Berencana Versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu Hasil pengujian hubungan antara karakteristik individu dengan frekuensi menonton iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu disajikan secara ringkas pada Tabel 8.

54 45 Tabel 8 Korelasi antara karakteristik individu dengan frekuensi menonton iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu Frekuensi menonton Karakteristik Individu Koefisien* P x Jenis Kelamin = C = Usia γs = Tingkat Pendidikan γs = x Jenis Pekerjaan = C = * γs = koefisien Rank Spearman, x 2 = koefisien Chi Kuadrat, C = koefisien kontingensi Tabel 8 menunjukkan bahwa karakteristik individu dengan frekuensi menonton secara keseluruhan tidak terbukti adanya hubungan (p > 0.05). Hubungan nyata (p < 0.05) hanya ditunjukkan oleh variabel jenis kelamin. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar karakteristik individu tidak menyebabkan perbedaan terhadap frekuensi menonton. Selain jenis kelamin responden, karakteristik lain tidak berhubungan dengan frekuensi menonton iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu. Oleh karena itu, tidak ada perbedaan frekuensi menonton di antara responden yang berbeda usia, tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan. Hasil pemaparan di atas dapat dikaitkan dengan kondisi penayangan iklan tersebut saat ini yang sudah dikurangi dan dibatasi pada stasiun-stasiun televisi tertentu saja. Iklan ini juga memiliki segmentasi khalayak yang luas, yaitu remaja usia tahun. Dengan begitu, khalayak remaja dari berbagai macam kalangan dapat memiliki frekuensi menonton yang hampir serupa, baik remaja awal maupun remaja akhir, dari tingkat pendidikan rendah sampai tinggi, dan dengan berbagai jenis pekerjaan. Hasil pengujian korelasi yang menunjukkan hubungan yang signifikan adalah hubungan jenis kelamin dengan frekuensi menonton. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis kelamin berhubungan nyata dengan frekuensi menonton khalayak (p < 0.05) dengan tingkat hubungan yang rendah tetapi pasti (C = 0.375). Data selengkapnya mengenai distribusi responden berdasarkan jenis kelamin dan frekuensi menonton dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Jumlah responden berdasarkan jenis kelamin dan frekuensi menonton Jenis Kelamin Frekuensi Menonton Rendah Sedang Tinggi Total Laki-laki Perempuan Total Tabel silang tersebut menunjukkan bahwa khalayak berjenis kelamin perempuan memiliki frekuensi menonton yang lebih tinggi terhadap iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu. Hal ini

55 46 karena responden berjenis kelamin perempuan memiliki perhatian yang lebih tinggi terhadap tayangan-tayangan televisi dan Keluarga Berencana. Selain itu, responden perempuan cenderung lebih senang mengisi waktu luangnya dengan menonton televisi. Fakta tersebut terlihat dari kutipan pernyataan responden perempuan berikut. biasanya saya sekolah sampai siang atau sore. Kalau sudah di rumah ya nonton televisi atau tidur, gaada aktivitas lain. Paling kalau malam Kamis aja sih ada pengajian remaja gabungan tiga desa di sekitar sini. (SH, 16th, 27 Oktober 2012) Berbeda dengan responden perempuan, mayoritas responden laki-laki memiliki frekuensi menonton yang tergolong rendah karena minimnya waktu luang yang dimiliki. Aktivitas tersebut dapat berupa aktivitas formal seperti sekolah dan bekerja, maupun aktivitas lain yang tergolong non-formal seperti berkumpul bersama teman. Kalaupun memiliki waktu luang, beberapa responden laki-laki jarang menggunakannya untuk menonton televisi. Dengan demikian, tidak mengherankan bila hanya dua responden laki-laki yang memiliki frekuensi menonton yang tinggi terhadap iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu. Fakta tersebut dapat dilihat dari kutipan responden laki-laki berikut. saya sih jarang nonton TV mba, waktunya lebih banyak dipakai buat kerja di bengkel. Paling ada waktu luang di rumah hari Minggu, itu juga lebih sering dipakai kumpul sama temen dan tetangga disini. Biasanya sih main futsal bareng. (AS, 18th, 28 Oktober 2012 ) Berdasarkan uraian tersebut, pengujian hubungan karakteristik individu dengan frekuensi menonton iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu terbukti memiliki variabel yang berhubungan dengan keterdedahan khalayak, yaitu jenis kelamin. Sementara itu, variabel lainnya dalam karakteristik individu (usia, tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan) tidak terbukti berhubungan dengan frekuensi menonton iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu. Dengan demikian hipotesis satu (H1) yang berbunyi Karakteristik individu remaja berhubungan nyata dengan keterdedahan khalayak terhadap iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu dapat diterima. Hubungan Karakteristik Sosiologis dengan Frekuensi Menonton Iklan Layanan Masyarakat Keluarga Berencana Versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu Hasil pengujian hubungan antara karakteristik sosiologis dengan frekuensi menonton iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu disajikan secara ringkas pada Tabel 10.

56 47 Tabel 10 Korelasi antara karakteristik sosiologis dengan frekuensi menonton iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu Karakteristik Sosiologis Frekuensi menonton γs P Interaksi dengan kelompok primer Interaksi dengan kelompok sekunder Tabel 10 menunjukkan bahwa karakteristik sosiologis dengan frekuensi menonton, secara keseluruhan tidak terbukti adanya hubungan (p > 0.05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa karakteristik sosiologis tidak menyebabkan perbedaan terhadap frekuensi menonton. Remaja RW 06 dan 07 Desa Ciomas yang memiliki perbedaan tingkat interaksi dengan kelompok primer dan sekunder memiliki tingkat keterdedahan yang relatif sama. Hal ini karena Keluarga Berencana merupakan hal yang bersifat lebih pribadi sehingga tidak ada kaitannya dengan aktivitas keluarga dan masyarakat. Remaja RW 06 dan 07 Desa Ciomas jarang membicarakan topik-topik Keluarga Berencana dan perencanaan keluarga dengan keluarga, teman, dan tetangga. Oleh karena itu, perbedaan tingkat interaksi remaja dengan kelompok primer dan sekunder tidak memberi perbedaan terhadap frekuensi menonton iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu. Pengujian hubungan karakteristik sosiologis dengan frekuensi menonton iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu tidak terbukti berhubungan. Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa hipotesis satu (H1) yang berbunyi Karakteristik sosiologis remaja berhubungan nyata dengan keterdedahan khalayak terhadap iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu tidak dapat diterima.

57 EFEKTIVITAS IKLAN LAYANAN MASYARAKAT KELUARGA BERENCANA VERSI SHIREEN SUNGKAR DAN TEUKU WISNU Efektivitas iklan layanan masyarakat adalah sejauh mana tujuan iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu dapat dicapai. Efektivitas iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu dapat dilihat dari efek kognitif, efek afektif, dan efek konatif yang diterima responden setelah menyaksikan tayangan iklan tersebut. Efek kognitif merupakan kemampuan dalam menginterpretasi, menganalisa, mengingat, dan menggunakan informasi dalam iklan untuk menambah pengetahuan, keyakinan, dan persepsi. Efek Afektif merupakan perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci khalayak, yang muncul pada saat atau setelah menyaksikan iklan. Sementara itu, efek konatif merupakan kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang pada saat atau setelah menyaksikan iklan. Tingkat Efektivitas Rataan skor efektivitas iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu menurut aspek materi yang mencakup konsep Keluarga Berencana, menikah di usia ideal, hamil di usia ideal, merencanakan jarak kelahiran anak, memiliki anak dengan jarak kelahiran berjauhan, dan jumlah anak yang baik dalam suatu keluarga disajikan pada Tabel 11. Tabel 11 Nilai rataan skor efektivitas iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu menurut aspek materi No. Aspek Materi Efek Kognitif* Efek Afektif* Efek Konatif* Total Efektivitas* 1. Konsep Keluarga Berencana 2. Menikah di usia ideal Hamil di usia ideal Merencanakan jarak kelahiran anak 5. Memiliki anak dengan jarak kelahiran berjauhan 6. Jumlah anak yang baik dalam suatu keluarga Total *Rentang skor 1-6 Tabel 11 menunjukkan bahwa secara keseluruhan iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu efektif di kalangan khalayaknya. Hal ini berdasarkan tingginya efektivitas hampir pada seluruh aspek

58 50 materi yang disampaikan dalam iklan tersebut, mencakup konsep Keluarga Berencana, menikah di usia ideal, hamil di usia ideal, merencanakan jarak kelahiran anak, dan jumlah anak yang baik dalam suatu keluarga. Di antara keenam aspek materi dalam prinsip-prinsip perencanaan keluarga, yang memberikan efektivitas paling tinggi adalah aspek menikah di usia ideal. Hal tersebut terjadi karena hampir seluruh responden memiliki pengetahuan yang tinggi mengenai manfaat menikah di usia ideal. Sebagian besar responden pun memiliki rasa suka dan kecenderungan bertindak yang tinggi terhadap pernikahan di usia ideal. Fakta tersebut berdasarkan kutipan pernyataan responden berikut ini. kalau mau nikah sih emang harus udah cukup usia supaya siap mental, siap uangnya juga. Makanya saya sih maunya kerja dulu, kumpulin uang dulu lah. Kalau pacar memang udah punya tapi rencananya mau nikah umur 27 tahun aja. (JS, 24th, 25 Oktober 2012) Efek kognitif adalah yang paling tinggi, selanjutnya diikuti dengan efek afektif dan konatif dengan rataan skor yang sama di urutan ke dua. Total efektivitas yang dihasilkan pun tergolong tinggi. Efek kognitif (pengetahuan) responden RW 06 dan 07 Desa Ciomas tergolong tinggi karena mayoritas responden merasa pesan yang disampaikan dalam iklan sudah jelas dan menggunakan bahasa yang mudah dipahami. Selain itu, saat ini isu KB sudah menjadi isu umum yang banyak diketahui oleh remaja Desa Ciomas sehingga kehadiran iklan tersebut mampu melengkapi pesan-pesan KB lainnya yang belum mereka pahami. Secara keseluruhan iklan tersebut dapat menambah rasa suka khalayak remaja terhadap pesan-pesan perencanaan keluarga. Kecenderungan berperilaku khalayak terhadap pesan-pesan perencanaan keluarga yang disampaikan dalam iklan tersebut pun tergolong tinggi. Efek Kognitif Efek Kognitif merupakan kemampuan dalam menginterpretasi, menganalisa, mengingat, dan menggunakan informasi dalam iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu untuk menambah pengetahuan, keyakinan, dan persepsi. Responden dibedakan menjadi tiga kategori berdasarkan tingkat efek kognitif, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Hasil penelitian mengenai distribusi responden berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya terhadap prinsip-prinsip perencanaan keluarga dijelaskan pada Gambar 5.

59 Rendah Sedang Tinggi Gambar 5 Persentase responden berdasarkan tingkat efek kognitif iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu Data di atas menunjukkan bahwa dari 40 responden yang diamati, sebesar 62.5 persen (25 orang) memiliki pengetahuan yang tinggi terhadap prinsip-prinsip perencanaan keluarga yang diberikan dalam iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana Versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu. Fakta tersebut dibuktikan oleh kutipan pernyataan responden berikut. pesan di iklannya di antaranya cukup dua anak dalam sekeluarga, harus punya perencanaan sebelum nikah dan punya tingkat kesiapan mental dalam rumahtangga. (FZ, 21th, 27 Oktober 2012) Hal tersebut menandakan bahwa mayoritas responden memiliki efek kognitif yang tinggi. Tabel 11 menunjukkan bahwa rataan skor efek kognitif yang paling tinggi adalah pada aspek materi jumlah anak yang baik dalam suatu keluarga, tidak berbeda jauh dengan aspek materi menikah di usia ideal. Hal ini sesuai dengan kutipan pernyataan responden berikut. kalau pemahaman saya dari iklan itu sih mempunyai dua orang anak itu lebih baik pada zaman sekarang ini karena akan berdampak positif nantinya. (MJ, 19th, 4 November 2012) setelah adanya iklan itu kita bisa tau kalau dua anak dalam keluarga itu lebih baik karena adanya program Keluarga Berencana. (DH, 15th, 27 Oktober 2012) Tabel 11 juga menunjukkan bahwa secara keseluruhan iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu memiliki efek kognitif yang tinggi pada seluruh aspek materi, mencakup pengetahuan mengenai konsep KB, manfaat menikah di usia ideal, manfaat kehamilan di usia ideal, manfaat merencanakan jarak kelahiran anak, manfaat memiliki anak dengan jarak kelahiran berjauhan, dan jumlah anak yang baik dalam suatu keluarga. Sementara itu, responden yang memiliki efek kognitif yang

60 52 sedang merasa bahwa pesan-pesan yang disampaikan melalui lagu/jingle memiliki ritme yang terlalu cepat sehingga kurang dapat dipahami dan diingat. Sebagian kecil responden lainnya, yaitu sebanyak 10 persen memiliki efek kognitif yang rendah. Hal ini karena mereka tidak memperhatikan dengan seksama pesan-pesan yang diberikan dan hanya melihatnya sesekali saja. Efek Afektif Efek Afektif merupakan perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci khalayak, yang muncul pada saat atau setelah menyaksikan iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu. Dalam penelitian ini, responden dibedakan ke dalam tiga kategori berdasarkan tingkat efek afektif, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Hasil penelitian mengenai distribusi responden berdasarkan efek afektif yang diterimanya dari pesan-pesan dalam iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana Versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu dapat dilihat pada Gambar Rendah Sedang Tinggi Gambar 6 Persentase responden berdasarkan tingkat efek afektif iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu Gambar 6 menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki efek afektif yang tinggi terhadap prinsip-prinsip perencanaan keluarga dalam iklan Keluarga Berencana tersebut, yaitu sebesar 57.5 persen (23 orang). Hal tersebut karena responden merasa pesan-pesan perencanaan keluarga yang disampaikan dalam iklan tersebut memiliki tujuan yang baik dan dapat mendukung program pemerintah. Tabel 11 menunjukkan bahwa rataan skor efek afektif yang paling tinggi adalah pada aspek materi jumlah anak sebanyak dua orang, tidak berbeda jauh dengan aspek materi kehamilan di usia ideal. Hal tersebut juga sesuai dengan kutipan pernyataan responden berikut ini. saya suka dengan adanya KB karena keluarga kita akan lebih baik dan punya anak dua cukup agar anak-anak kita nanti punya masa depan yang cerah, berguna bagi nusa dan bangsa. (AH, 18th, 6 November 2012)

61 53 Tabel 11 juga menunjukkan bahwa hampir seluruh aspek materi pada iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu memiliki efek afektif yang tinggi, mencakup rasa suka terhadap konsep KB, pernikahan setelah cukup usia, dan jumlah anak sebanyak dua orang. Meskipun begitu, beberapa responden memiliki efek afektif yang sedang dan rendah karena kurang memahami beberapa maksud pesan dalam iklan tersebut. Efek Konatif Efek Konatif merupakan kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang pada saat atau setelah menyaksikan iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu. Dalam penelitian ini responden dibedakan ke dalam tiga kategori berdasarkan tingkat efek konatif, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Hasil penelitian mengenai distribusi responden berdasarkan efek konatif atau kecenderungan berperilaku terhadap pesan-pesan dalam iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana Versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu dapat dilihat pada Gambar Rendah Sedang Tinggi Gambar 7 Persentase responden berdasarkan tingkat efek konatif iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki efek konatif yang tinggi terhadap prinsip-prinsip perencanaan keluarga yang disampaikan iklan Keluarga Berencana tersebut, yaitu sebanyak 21 orang (52.5%) dari 40 responden yang diamati. Responden yang memiliki efek konatif tinggi merasa bahwa pesan-pesan yang disampaikan dalam iklan tersebut memiliki tujuan yang baik sehingga dengan turut menerapkan prinsip-prinsip perencanaan keluarga tersebut dapat membantu mendukung program pemerintah dalam pengendalian penduduk. Hal ini sesuai dengan kutipan pernyataan responden berikut ini. sebagai bangsa Indonesia yang baik kita harus mengikuti anjuran pemerintah karena dengan adanya KB Indonesia bisa lebih maju dalam segala bidang, terutama pendidikan. Jadi KB itu dua anak lebih baik! (AH, 18th, 6 November 2012)

62 54 Tabel 11 menunjukkan bahwa rataan skor efek konatif paling tinggi adalah pada aspek materi menikah di usia ideal, tidak. Data tersebut juga menunjukkan bahwa secara keseluruhan iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu memiliki tingkat efek konatif yang tinggi hampir pada seluruh aspek materi, mencakup kecenderungan bertindak untuk mengikuti program KB, menikah setelah cukup usia, hamil di usia ideal, dan memiliki dua orang anak bila sudah menikah. Hubungan Keterdedahan dengan Efektivitas Iklan Layanan Masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu Hasil pengujian hubungan antara keterdedahan dengan efektivitas iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu disajikan secara ringkas pada Tabel 12. Tabel 12 Korelasi antara keterdedahan (frekuensi menonton) dengan efektivitas iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu Efektivitas γs P Efek Kognitif Efek Afektif Efek Konatif Total Tabel 12 menunjukkan bahwa keterdedahan dengan efektivitas iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu, sebagian besar terbukti adanya hubungan nyata (p < 0.05). Hubungan nyata ditunjukkan oleh variabel efek afektif, konatif, dan efektivitas total. Hasil tersebut menunjukkan bahwa perbedaan frekuensi menonton berhubungan dengan efek afektif, konatif, dan efektivitas total namun tidak menunjukkan hubungan yang signifikan pada efek kognitif yang diterima khalayak. Hasil pengujian korelasi yang menunjukkan hubungan yang signifikan dijelaskan sebagai berikut: (1) Hubungan Keterdedahan dengan Efek Afektif Frekuensi menonton iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu dengan efek afektif yang diterima khalayak, terbukti berhubungan nyata (p < 0.05) meskipun hanya hubungan yang rendah tetapi pasti (γs = 0.356). Hasil tersebut juga menunjukkan adanya hubungan positif yang searah, yaitu semakin tinggi frekuensi menonton, semakin tinggi pula efek afektif iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 12 responden yang memiliki frekuensi menonton tinggi, sembilan orang diantaranya memiliki efek afektif yang tinggi terhadap iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu (lihat Lampiran 5). Rakhmat (2003) menyatakan bahwa perulangan mengandung unsur sugesti yang mampu mempengaruhi bawah

63 sadar kita. Emil Dofivat dalam Rakhmat (2003) bahkan menyebut perulangan sebagai satu diantara tiga prinsip penting dalam menaklukkan massa selain penggunaan emosi secara intensif dan penyampaian tema dengan menggunakan bahasa yang sederhana dan jelas. (2) Hubungan Keterdedahan dengan Efek Konatif Frekuensi menonton iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu dengan efek afektif yang diterima khalayak, terbukti berhubungan nyata (p < 0.05) dengan tingkat hubungan yang cukup berarti (γs = 0.407). Hasil tersebut juga menunjukkan adanya hubungan positif yang searah, yaitu semakin tinggi frekuensi menonton, semakin tinggi pula efek konatif iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu. Khalayak yang jarang menyaksikan cenderung kurang memperhatikan pesan-pesan dalam iklan tersebut sedangkan khalayak yang telah berkali-kali menyaksikan semakin menyadari pentingnya penerapan prinsip-prinsip perencanaan keluarga bila nanti sudah menikah. Dengan demikian, mereka memiliki kecenderungan berperilaku yang tinggi terhadap pesan-pesan dalam iklan tersebut. (3) Hubungan Keterdedahan dengan Efektivitas Total Frekuensi menonton khalayak berhubungan nyata (p < 0.05) dengan efektivitas total iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu, yaitu dengan niai probabilitas dengan tingkat hubungan yang cukup berarti (γs = 0.429). Hasil tersebut juga menunjukkan adanya hubungan positif yang searah, yaitu semakin tinggi frekuensi menonton khalayak, semakin tinggi pula efektivitas total iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu. Hal ini sesuai dengan pernjelasan Rakhmat (2003) yang menyatakan bahwa hal-hal yang disajikan berkali-kali akan mampu menarik perhatian khalayak. Khalayak yang pada awalnya kurang memperhatikan tayangan iklan tersebut setelah berkali-kali menyaksikan akan lebih memperhatikan pesan dan bagian demi bagian dari iklan tersebut. Selain itu, menurut Teori Aus (Disuse Theory), memori dapat hilang atau memudar karena waktu. Memori akan kuat bila dilatih terus-menerus. Oleh karena itu, adanya pengulangan berulang kali membuat pesan-pesan dalam iklan menjadi lebih mudah dipahami dan diingat. Berbagai penjelasan di atas membuktikan bahwa pengujian hubungan keterdedahan dengan efektivitas iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu, secara keseluruhan terdapat hubungan nyata. Dengan demikian hipotesis satu (H1) yang berbunyi Keterdedahan terhadap iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu berhubungan nyata dengan efektivitas iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu dapat diterima. 55

64 GANGGUAN DAN RINTANGAN KOMUNIKASI Gangguan dan rintangan komunikasi adalah intervensi dan hambatan yang membuat proses komunikasi tidak dapat berlangsung efektif sebagaimana harapan komunikator dan penerima. Gangguan bukan merupakan bagian dari proses komunikasi akan tetapi mempunyai pengaruh dalam proses komunikasi karena pada setiap situasi hampir selalu ada hal yang mengganggu kita. Gangguan dan rintangan komunikasi yang diamati dalam penelitian ini meliputi gangguan semantik dan rintangan budaya. Tingkat Gangguan dan Rintangan Komunikasi Rata-rata tingkat gangguan dan rintangan komunikasi terhadap iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu dapat dilihat pada Tabel 13 berikut. Tabel 13 Nilai rataan gangguan dan rintangan komunikasi terhadap iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu Aspek Rataan Skor* Gangguan semantik 2.22 Rintangan budaya 2.20 Total 2.21 *Rentang skor 1-6 Tabel 13 menunjukkan bahwa sebagian besar khalayak memiliki gangguan dan rintangan komunikasi yang rendah terhadap iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu. Rintangan budaya adalah yang paling rendah, meskipun tidak berbeda jauh dengan gangguan semantik. Total gangguan dan rintangan komunikasi khalayak pun tergolong rendah. Rintangan budaya iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu tergolong rendah karena mayoritas responden merasa iklan tersebut telah sesuai dengan norma dan nilai-nilai yang mereka yakini. Sementara itu, gangguan semantik pada iklan tersebut juga tergolong rendah karena mayoritas responden merasa pesan-pesan yang disampaikan dalam bahasa verbal maupun non-verbal dapat dipahami. Gangguan Semantik Gangguan Semantik adalah gangguan komunikasi yang disebabkan oleh kesalahan bahasa verbal dan non verbal yang digunakan pada iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu. Gangguan semantik pada penelitian ini dilihat dari unsur model (cara/logat bicara, bahasa yang digunakan, gerak-gerik), lirik lagu/jingle, dan lirik jargon. Responden dibedakan ke dalam tiga kategori berdasarkan tingkat gangguan semantik, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Distribusi responden berdasarkan tingkat gangguan semantik yang dimilikinya dijelaskan pada Gambar 8.

65 58 Tinggi 7,5 Sedang 35 Rendah 57.5 Gambar 8 Persentase responden berdasarkan tingkat gangguan semantik terhadap iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu Gambar 8 menunjukkan bahwa sebagian besar responden, yaitu sebanyak 57.5 persen memiliki gangguan semantik yang rendah terhadap iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu. Hanya ada sebagian kecil responden yang memiliki gangguan semantik tinggi terhadap iklan tersebut. Khalayak remaja di RW 06 dan 07 Desa Ciomas merasa bahwa pesan-pesan sudah disampaikan dengan jelas sehingga mudah untuk dipahami. Simbol-simbol yang digunakan, baik verbal maupun non verbal pada umumnya tidak membingungkan sehingga mudah untuk dipahami. Fakta ini juga dinyatakan dalam kutipan pernyataan salah seorang responden berikut. kekurangannya tidak ada buat saya semuanya cukup bagus dan bisa dipahami. (RP, 22th, 27 Oktober 2012) Rataan skor gangguan semantik khalayak terhadap iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu menurut aspek cara/logat bicara model, bahasa yang digunakan model, gerak-gerik model, lirik lagu, dan lirik jargon disajikan pada Tabel 14 berikut ini. Tabel 14 Nilai rataan gangguan semantik terhadap iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu No. Aspek Rataan Skor* 1. Cara/logat bicara model Bahasa yang digunakan model Ekspresi model Gerak-gerik model Lirik lagu Lirik jargon 2.30 Total 2.23 *Rentang skor 1-6 Tabel 14 menunjukkan bahwa sebagian besar khalayak memilliki tingkat gangguan semantik yang rendah pada seluruh aspek, mencakup aspek cara/logat bicara model, bahasa yang digunakan model, ekspresi model, gerak-gerik model,

66 59 lirik lagu, dan lirik jargon. Sementara itu, gangguan semantik yang paling tinggi terdapat pada aspek lirik lirik lagu. Hal ini karena remaja merasa ada beberapa bagian dalam iklan yang kurang dapat dipahami, terutama yang disampaikan melalui lagu/jingle karena memiliki ritme yang terlalu cepat sehingga beberapa pesannya tidak mudah diingat. Hal ini juga dinyatakan dalam kutipan pernyataan responden berikut. kekurangannya dalam iklan tersebut mungkin ada kalimat-kalimat yang kurang dipahami oleh masyarakat atau kalangan tertentu yang mungkin bisa diperjelas lagi. (MJ, 19th, 4 November 2012) Sementara itu, gangguan semantik yang paling rendah adalah pada aspek cara/logat bicara dan bahasa yang digunakan model. Hal ini karena seluruh pesan dalam iklan tersebut disampaikan dalam Bahasa Indonesia sehingga dapat dengan mudah dimengerti oleh remaja RW 06 dan 07 Desa Ciomas. Iklan tersebut juga tidak menggunakan bahasa-bahasa asing yang sulit dimengerti. Meskipun remaja Desa Ciomas seringkali menggunakan Bahasa Sunda dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan tetangga, mereka dapat dengan mudah memahami cara/logat bicara serta bahasa yang digunakan dalam iklan tersebut. Rintangan Budaya Rintangan Budaya adalah gangguan komunikasi yang disebabkan oleh adanya perbedaan norma, kebiasaan, dan nilai-nilai yang dianut oleh pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi. Rintangan budaya tersebut dilihat dari unsur model (bahasa yang digunakan, gerak-gerik, pakaian), lirik lagu/jingle, dan lirik jargon. Responden dalam penelitian ini dibedakan menjadi tiga kategori berdasarkan tingkat rintangan budaya, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Hasil penelitian mengenai distribusi responden berdasarkan tingkat rintangan budaya yang dimilikinya dapat dilihat pada Gambar 9. Sedang 22.5 Rendah 77.5 Gambar 9 Persentase responden berdasarkan tingkat rintangan budaya terhadap iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu Gambar 9 menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki rintangan budaya yang rendah terhadap iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi

67 60 Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu, yaitu sebanyak 77.5 persen (31 orang). Hal ini karena mayoritas responden merasa terdapat kesesuaian antara nilai-nilai yang disampaikan dalam iklan tersebut dengan nilai-nilai yang mereka yakini benar. Rataan skor rintangan budaya khalayak terhadap iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu menurut aspek bahasa yang digunakan model, gerak-gerik model, pakaian model, lirik lagu, dan lirik jargon disajikan pada Tabel 15. Tabel 15 Nilai rataan rintangan budaya terhadap iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu No. Aspek Rataan Skor* 1. Bahasa yang digunakan model Gerak-gerik model Pakaian model Lirik lagu Lirik jargon 2.05 Total 2.20 *Rentang skor 1-6 Tabel 15 menunjukkan bahwa sebagian besar khalayak memiliki tingkat rintangan budaya yang rendah pada seluruh aspek, mencakup aspek bahasa yang digunakan model, gerak-gerik model, pakaian model, lirik lagu, dan lirik jargon. Sementara itu, rintangan budaya yang paling tinggi terdapat pada aspek gerakgerik model. Hal ini karena mayoritas remaja merasa ada beberapa bagian dari iklan tersebut yang kurang sesuai dengan budaya, khususnya pada bagian gerakgerik yang kurang sopan. Beberapa responden juga menyatakan bahwa penggunaan Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu sebagai model iklan Keluarga Berencana kurang sesuai karena mereka masih terlalu muda untuk menjadi figur pasangan suami istri dan KB. Beberapa responden menyatakan bahwa akan lebih baik jika menggunakan model yang sudah menikah sehingga lebih sesuai dengan tema Keluarga Berencana dan kesopanannya lebih terjaga. Hal ini dinyatakan oleh responden sebagai berikut. kalau menurut saya mah iklannya udah bagus pesan-pesannya tapi lebih baik kalau modelnya yang udah nikah aja, biar lebih cocok sama tema KB, lebih sopan juga kan. (MN, 16th, 27 Oktober 2012) Tabel 15 juga menunjukkan bahwa khalayak memiliki rintangan budaya paling rendah pada aspek lirik jargon. Meskipun begitu, salah seorang responden merasa kurang sependapat dengan jargon Dua Anak Lebih Baik. Fakta tersebut terlihat dari kutipan pernyataan responden berikut. penyimpangan budaya dalam iklan tersebut menurut saya pada lirik jargonnya yang berbunyi Dua Anak Lebih Baik, berarti itu mengharuskan setiap keluarga hanya boleh mempunyai dua anak. Mungkin kalimatnya harus lebih dipahami oleh kalangan tertentu. (MJ, 19th, 4 November 2012)

68 61 Hubungan Gangguan dan Rintangan Komunikasi dengan Efektivitas Iklan Layanan Masyarakat Keluarga Berencana Versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu Hasil pengujian hubungan antara gangguan dan rintangan komunikasi dengan efektivitas iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu disajikan secara ringkas pada Tabel 16. Tabel 16 Korelasi antara gangguan dan rintangan komunikasi dengan efektivitas iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu Efektivitas Gangguan Semantik Rintangan Budaya γs P γs P Efek Kognitif Efek Afektif Efek Konatif Total Tabel 16 menunjukkan bahwa gangguan dan rintangan komunikasi (mencakup gangguan semantik dan rintangan budaya) dengan efektivitas iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu, sebagian besar menunjukkan adanya hubungan (p < 0.05). Gangguan semantik berhubungan dengan seluruh aspek, mencakup efek kognitif, afektif, konatif, dan efektivitas total. Hasil tersebut menunjukkan bahwa perbedaan gangguan semantik menyebabkan perbedaan terhadap efek kognitif, afektif, konatif, dan efektivitas total yang diterima khalayak. Sementara itu, rintangan budaya berhubungan dengan efek afektif. Hasil tersebut menunjukkan bahwa perbedaan rintangan budaya menyebabkan perbedaan terhadap efek afektif yang diterima khalayak. Sementara itu, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara rintangan budaya dengan efek kognitif, konatif, dan efektivitas total iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu (p > 0.05). Dengan demikian, tidak terdapat perbedaan efek kognitif, konatif dan efektivitas total diantara khalayak yang memiliki perbedaan rintangan budaya terhadap iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu. Hasil pengujian korelasi yang menunjukkan hubungan yang signifikan dijelaskan sebagai berikut: (1) Hubungan Gangguan Semantik dengan Efektivitas Iklan Hasil uji menunjukkan bahwa ada hubungan antara gangguan semantik dengan efek kognitif iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu, yaitu dengan nilai probabilitas sebesar (p < 0.05) dan nilai koefisien (γs) sebesar Nilai koefisien korelasi tersebut menunjukkan hubungan yang rendah tetapi pasti diantara dua buah variabel yang diuji. Hasil tersebut juga menunjukkan adanya hubungan negatif yang berlawanan arah, yaitu semakin rendah gangguan semantik, semakin tinggi efek kognitif yang diterima khalayak. Hal ini karena khalayak yang dapat memahami dengan baik bahasa verbal dan non verbal yang digunakan pada iklan cenderung memperoleh pemahaman yang baik

69 62 mengenai pesan-pesan yang disampaikan dalam iklan. Fakta ini terlihat bahwa dari 23 responden yang memiliki gangguan semantik rendah, 18 diantaranya memiliki efek kognitif tinggi (lihat Lampiran 5). Hal ini juga terlihat dari kutipan pernyataan responden berikut. iklannya bagus sih semua bagiannya bisa dipahami dengan jelas jadi pesannya juga bisa dimengerti. (FZ, 21th, 27 Oktober 2012) Selain itu, gangguan semantik terhadap iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu juga terbukti berhubungan nyata (p < 0.05) dengan efek afektif yang diterima khalayak, meskipun hanya hubungan yang rendah tetapi pasti (γs = ). Korelasi menunjukkan hubungan yang berlawanan arah, yaitu semakin rendah gangguan semantik, semakin tinggi efek afektif iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu. Hal ini karena khalayak yang dapat memahami dengan baik bahasa verbal dan non verbal yang digunakan pada iklan cenderung memiliki kesukaan yang tinggi pula terhadap pesan-pesan yang disampaikan dalam iklan. Fakta ini terlihat bahwa dari 23 responden yang memiliki gangguan semantik rendah, 18 diantaranya memiliki efek afektif yang tinggi (lihat Lampiran 5). Gangguan semantik terhadap iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu juga terbukti berhubungan nyata dengan efek konatif, yaitu dengan nilai probabilitas sebesar dan tingkat hubungan yang rendah tetapi pasti (γs = ). Hasil tersebut juga menunjukkan hubungan negatif yang berlawanan arah, yaitu semakin rendah gangguan semantik, semakin tinggi efek konatif iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu. Hal ini karena khalayak yang dapat mengerti dengan jelas simbol-simbol yang digunakan dalam iklan, baik verbal maupun non verbal, cenderung mengerti dengan benar tujuan dan manfaat pesan-pesan perencanaan keluarga dalam iklan. Oleh karena itu, mereka memiliki kecenderungan berperilaku yang tinggi terhadap pesan-pesan perencanaan keluarga dalam iklan tersebut dengan harapan dapat memiliki keluarga kecil dan sejahtera nantinya. Fakta tersebut juga terlihat bahwa dari 23 responden yang memiliki gangguan semantik rendah, 16 diantaranya memiliki efek konatif yang tinggi (lihat Lampiran 5). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa gangguan semantik berhubungan dengan efektivitas total iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu (p < 0.05) meskipun hanya hubungan yang rendah tetapi pasti (γs = ). Hasil tersebut juga menunjukkan hubungan negatif yang berlawanan arah, yaitu semakin rendah gangguan semantik, semakin tinggi efektivitas total iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu. Hal ini karena gangguan semantik terkait dengan pemahaman masyarakat terhadap pesanpesan yang disampaikan dalam bentuk verbal dan non verbal. Pemahaman masyarakat terhadap isi pesan dalam iklan merupakan salah satu unsur utama dalam iklan yang menentukan efektivitas suatu iklan. Oleh karena itu,

70 gangguan semantik yang rendah akan membuat pesan menjadi lebih mudah dipahami dan iklan menjadi efektif. (2) Hubungan Rintangan Budaya dengan Efektivitas Iklan Hasil penelitian menunjukkan bahwa rintangan budaya berhubungan nyata dengan efek afektif yang diterima khalayak, yaitu dengan nilai probabilitas sebesar (p < 0.05). Nilai koefisien sebesar menunjukkan hubungan yang cukup berarti (0.4 < γs < 0.7) diantara dua buah variabel yang diuji. Hasil tersebut juga menunjukkan adanya hubungan yang berlawanan arah, yaitu semakin rendah rintangan budaya maka semakin tinggi efek afektif yang diterima khalayak. Hal ini karena khalayak yang merasa memiliki kesamaan norma, kebiasaan, dan nilai-nilai tertentu yang disampaikan dalam iklan tersebut cenderung memiliki kesukaan yang tinggi terhadap iklan dan pesan-pesan yang disampaikan dalam iklan. Fakta ini terlihat bahwa dari 32 responden yang memiliki rintangan budaya rendah, 22 diantaranya memiliki efek afektif tinggi (lihat Lampiran 5). Berdasarkan fakta-fakta tersebut, pengujian hubungan gangguan dan rintangan komunikasi dengan efektivitas iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu, sebagian besar terdapat hubungan antara gangguan dan rintangan komunikasi dengan efektivitas layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu. Dengan demikian hipotesis satu (H1) yang berbunyi Gangguan dan rintangan komunikasi berhubungan nyata dengan efektivitas iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu dapat diterima. 63

71 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan: (1) Tingkat keterdedahan keseluruhan responden terhadap iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar tergolong rendah (1-4 kali dalam satu bulan terakhir). (2) Jenis kelamin pada karakteristik individu terbukti berhubungan nyata. Hal ini karena khalayak berjenis kelamin perempuan lebih sering menonton dibandingkan khalayak laki-laki. Karakteristik individu lainnya, yaitu usia, tingka pendidikan, dan jenis pekerjaan tidak terbukti berhubungan. Sementara itu, karakteristik sosiologis tidak terbukti berhubungan nyata dengan keterdedahan khalayak pada aspek interaksi dengan kelompok primer dan sekunder. (3) Iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu sudah efektif di kalangan khalayaknya. Efek kognitif adalah yang paling tinggi, selanjutnya diikuti dengan efek afektif dan konatif dengan rataan skor yang sama. Hal ini terlihat dari tingginya pemahaman remaja RW 06 dan 07 Desa Ciomas terhadap jumlah anak yang baik dalam suatu keluarga, tingginya rasa suka terhadap jumlah anak sebanyak dua orang, serta tingginya kecenderungan berperilaku untuk menikah di usia ideal. (4) Keterdedahan berhubungan nyata dengan efektivitas iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu pada efek afektif, konatif, dan efektivitas total namun tidak menunjukkan hubungan yang signifikan pada efek kognitif. (5) Sebagian besar remaja RW 06 dan 07 Desa Ciomas memiliki tingkat gangguan dan rintangan komunikasi yang rendah terhadap iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu. Rintangan budaya adalah yang paling rendah meskipun tidak berbeda jauh dengan gangguan semantik. Hal ini terlihat dari tingginya pemahaman khalayak terhadap cara/logat bicara model serta tinggiya kesesuaian budaya pada aspek lirik jargon. (6) Gangguan dan rintangan komunikasi berhubungan nyata dengan efektivitas iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu. Gangguan semantik terbukti memiliki hubungan negatif yang berlawanan arah dengan efek kognitif, afektif, konatif, dan efektivitas total sedangkan rintangan budaya memiliki hubungan negatif yang berlawanan arah dengan efek afektif. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disarankan: (1) Bagi pihak BKKBN meskipun iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan teuku Wisnu sudah efektif di kalangan khalayak remaja, sebaiknya meningkatkan frekuensi penayangan iklan pada stasiunstasiun televisi yang banyak digemari khalayak sasaran dan pada jam tayang

72 66 yang memungkinkan khalayak sasaran dapat menyaksikan. Selain itu, penyampaian pesan melalui lagu/jingle sebaiknya lebih diperhatikan, baik dari segi pemilihan musik yang lebih familiar maupun ritme lagu/jingle yang lebih lambat sehingga lebih mudah diingat. Pemilihan model dan tingkat kesopanan setiap adegan dalam iklan pun sebaiknya lebih diperhatikan agar tidak timbul pandangan negatif terhadap iklan tersebut. Dengan begitu, memungkinkan tercapainya efektivitas iklan yang lebih tinggi. (2) Bagi masyarakat sebaiknya memberi perhatian lebih banyak terhadap tayangan-tayangan iklan layanan masyarakat karena mengandung banyak pesan yang bermanfaat, seperti prinsip-prinsip perencanaan keluarga yang disampaikan dalam iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu. (3) Bagi peneliti selanjutnya diharapkan mengkaji lebih dalam mengenai gangguan dan rintangan komunikasi dari teori-teori lainnya dalam menunjang efektivitas siaran televisi sehingga dapat menjadi masukan bagi lembagalembaga yang membutuhkan.

73 67 DAFTAR PUSTAKA Ahmadi A, Sholeh M Psikologi Perkembangan: Untuk Fakultas Tarbiyah IKIP SGPLB serta Para Pendidik. Jakarta: PT Rineka Cipta. 231 hal. Ardianto E Keterdedahan Tayangan Iklan Televisi terhadap Kecenderungan Perilaku Konsumerisme Masyarakat Desa di Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung Jawa Barat [tesis]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. 140 hal. Asmira D Keterdedahan Iklan di Televisi dan Perilaku Khalayak [tesis]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. 120 hal. Baron RA, Byrne D Psikologi Sosial. Edisi Ke-10. Jilid I. Jakarta [ID]: Erlangga. 307 hal. [BPS] Badan Pusat Statistik Kecamatan Ciomas dalam Angka: Ciomas in Figure. Bogor [ID]. BPS Kabupaten Bogor. 79 hal. Bungin B. 2008a. Konstruksi Sosial Media Massa. Jakarta [ID]: Prenada Media Group. 255 hal. 2008b. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Edisi Ke-8. Jakarta [ID]: Prenada Media Group. 396 hal. Cangara H Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta [ID]: PT Raja Grafindo Persada. 159 hal. Effendi OU Ilmu, Teori & Filsafat komunikasi. Bandung [ID]: PT Citra Aditya Bakti. 421hal Ilmu komunikasi teori dan praktek. Bandung [ID]: PT Remaja Rosdakarya. 182 hal. Gultom DH Hubungan Keterdedahan Murid-murid SD Negeri Polisi V Bogor pada Iklan Susu Bubuk di Televisi Swasta dengan Perilaku Mereka Mengonsumsi Susu Bubuk [skripsi] [internet]. [diunduh pada 10 Maret 2012]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. Tersedia pada: 60 hal Hoffman R Dasar-dasar Apresiasi Program Televisi. Jakarta [ID]: PT. Grasindo. 80 hal Juwita Tingkat Pengetahuan Pemirsa pada Isi Pesan Iklan Layanan Masyarakat di Televisi. Jurnal Aplikasi Manajemen. 7(4): [Internet]. [diunduh 17Maret 2012]. Format/ukuran: PDF/503KB. Tersedia pada: Liliweri A Memahami Peran Komunikasi Massa dalam Masyarakat. Bandung [ID]: PT Citra Aditya Bakti. 230 hal Lee M, Johnson C Prinsip-prinsip Pokok Periklanan dalam Perspektif Global (Alih bahasa dari Bahasa Inggris oleh Munandar H.). Edisi ke-1. Jakarta [ID]: Kencana Prenada Media Group. 404 hal. [Judul asli: Principles of Advertising: A global Perspective] Morissan MA Media Penyiaran, Srategi Mengelola Radio dan Televisi. Edisi ke-1. Tangerang [ID]: Ramdina Prakarsa. 290 hal. Mugniesyah SS Media Komunikasi dan Komunikasi Massa. Dalam: Aida Vitalaya S. Hubies, editor. Dasar-dasar komunikasi. Bogor [ID]: Sains KPM IPB Press.

74 68 Mulyana D Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung [ID]: PT Remaja Rosdakarya. 401 hal. Nursyarifah Efektivitas Iklan Layanan Masyarakat Penundaan Usia Pernikahan dalam Program Keluarga Berencana Versi Afgan di Televisi terhadap Remaja (Studi Kasus RW 10 Desa Ciherang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat). [skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. 141 hal. P Lastry. [tidak ada tahun]. Komunikasi Efektif [internet]. [diunduh 27 Mei 2012]. Format/ukuran: PDF/298KB. Tersedia pada: Perdana R Peran Iklan Televisi Layanan Masyarakat sebagai Penyebar Perubahan Tatacara Pemilu Legislatif dengan Pengetahuan Pemirsa [skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. 111 hal. Rahayu S Efek Iklan Layanan Masyarakat Versi Pak Lurah terhadap Perilaku Pemilih dalam Pemungutan Suara, Kasus Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. [skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. 93 hal Rakhmat J Metode Penelitian Komunikasi. Bandung [ID]: PT. Remaja Rosdakarya. 184 hal Psikologi Komunikasi. Edisi Ke-23. Bandung [ID]: PT Remaja Rosdakarya. 332 hal. Ruslan R Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations. Jakarta [ID]: PT Raja Grafindo Persada. 143 hal. Santrock WJ Perkembangan Remaja. Edisi ke-6. Shinto BA, Sherly S, penerjemah; Wisnu CK. Yati S, editor. Jakarta: Erlangga. 607 hal. [Judul asli: Adolescence] Singarimbun M, Effendi S Metode Penelitian Survai. Jakarta [ID]: Pustaka LP3ES. 336 hal. Sosiawan EA. [tidak ada tahun]. Pengantar Ilmu Komunikasi [internet]. [diunduh 29 Mei 2012]. Tersedia pada: Sutisna RJ Hubungan Keterdedahan Tayangan Iklan di Media Televisi dengan Perilaku Konsumsi Masyarakat Desa Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur [tesis]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. 69 hal. Widyatama R Pengantar Periklanan. Jakarta [ID]: Buana Pustaka Indonesia. 97 hal. Wiryanto Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta [ID]: Gramedia Wiasarana Indonesia. 95 hal. Widjanarko W, Natalia A Modul Perkuliahan Psikologi Komunikasi: Direktorat Program Diploma IPB. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. 85 hal. diakses pada tanggal 20 Mei 2012 pukul WIB diakses pada tanggal 4 September 2012 pada pukul WIB diakses pada tanggal 4 September 2012 pukul WIB

75 Lampiran 1 Peta Desa Ciomas, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor 69

76 70 Lampiran 2 Foto Tayangan Iklan Layanan Masyarakat Keluarga Berencana Versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu Sumber: diakses pada tanggal 27 Mei 2012 pkl WIB.

77 71 Lampiran 3 Kerangka Sampling No. Nama Alamat Usia (tahun) Jenis Kelamin 1. Yuniasari Kp. Margabakti RT 01/07 23 P 2. Rangga Saputra Kp. Margabakti RT 01/07 24 L 3. Muhammad Roni Kp. Margabakti RT 01/07 21 L 4. Deden Abdul Rochman Kp. Margabakti RT 01/07 19 L 5. Nurhalimah Kp. Margabakti RT 01/07 23 P 6. Nurul Hasanah Kp. Margabakti RT 01/07 17 P 7. Moch. Ikhsan Zulikar Kp. Margabakti RT 01/07 20 L 8. Anisa Nurfitri Kp. Margabakti RT 01/07 17 P 9. Nurul Nuraeni Kp. Margabakti RT 01/07 20 P 10. Raras Paramitra Kp. Margabakti RT 02/07 22 P 11. Indri Wulansari Kp. Margabakti RT 02/07 19 P 12. Syarif Hidayat Kp. Margabakti RT 02/07 22 L 13. Nadi Permadi Kp. Margabakti RT 02/07 19 L 14. Nur Milasari Kp. Margabakti RT 02/07 15 P 15. Inlan Sujagi Kp. Margabakti RT 02/07 22 L 16 Asep Abdul Muhyi Kp. Margabakti RT 02/07 15 L 17. Siti Rohimah Kp. Margabakti RT 02/07 15 P 18. Debhy Febriani Kp. Margabakti RT 02/07 16 P 19. Siti Maulida Kp. Margabakti RT 02/07 16 P 20. Siti Fitriyani Kp. Margabakti RT 02/07 18 P 21. Agatha Pratiwi Kp. Margabakti RT 02/07 18 P 22. Fauziyaturrohmah Kp. Margabakti RT 02/07 21 P 23. Siti Hartini Kp. Margabakti RT 02/07 16 P 24. Yudi Kp. Margabakti RT 02/07 20 L

78 Alvie Nadya Rohmah Kp. Margabakti RT 03/07 15 P 26. Ahmad Hermawan Kp. Margabakti RT 03/07 18 L 27. Sri Mulyani Kp. Margabakti RT 03/07 21 P 28. Asep Sopian Kp. Margabakti RT 03/07 17 L 29. Hesti Widyastuti Kp. Margabakti RT 03/07 19 P 30. Adinda Syifa Kp. Margabakti RT 03/07 15 P 31. Belia Anggraini Putri Kp. Margabakti RT 03/07 16 P 32. Julius Susanto Kp. Margabakti RT 03/07 24 L 33. Siti Marfu ah Kp. Margabakti RT 03/07 18 P 34. M. Abdulloh Hudori Kp. Margabakti RT 04/07 19 L 35. Widanti Utami Kp. Margabakti RT 04/07 15 P 36. Mutia Fitriandi Kp. Margabakti RT 04/07 17 P 37. Sutisna Kp. Margabakti RT 04/07 23 L 38. Dita Rosita Kp. Margabakti RT 04/07 22 P 39. M. Ramli Kp. Margabakti RT 04/07 20 L 40. Adang Supriatna Kp. Margabakti RT 04/07 21 L 41. Dian Sulaeman Kp. Margabakti RT 04/07 20 L 42. Nuryana Suryadi Kp. Margabakti RT 04/07 18 L 43. Faried Ramadhani Kp. Margabakti RT 05/07 21 L 44. Erwin Kp. Margabakti RT 05/07 19 L 45. Muchammad Aji Kp. Margabakti RT 05/07 16 L 46. Supriatna Kp. Margabakti RT 05/07 20 L 47. Dihya Nur Rifqy Kp. Margabakti RT 05/07 22 L 48. Devita Hersyam Kp. Margabakti RT 05/07 15 P 49. Vicky Rosita Kp. Margabakti RT 05/07 19 P 50. Galang Topano M. Kp. Margabakti RT 05/07 15 L 51. Septina Restu N. Kp. Margabakti RT 05/07 18 P

79 Yulia Yani Kp. Margabakti RT 05/07 17 P 53. Windari Kp. Margabakti RT 05/07 17 P 54. Melati Sari Kp. Margabakti RT 05/07 18 P 55. Wina Istiani Kp. Margabakti RT 05/07 20 P 56. Siti Latifah Kp. Duren RT 01/06 19 P 57. Mulyadi Kp. Duren RT 01/06 19 L 58. Supriyatna Kp. Duren RT 01/06 15 L 59. Iis Desi Lestari Kp. Duren RT 01/06 21 P 60. Eva Sari Kp. Duren RT 01/06 19 P 61. Nuraeni Kp. Duren RT 01/06 21 P 62. M. Sholeh Kp. Duren RT 01/06 17 L 63. Agung Kp. Duren RT 01/06 16 L 64. M. Jarkasih Kp. Duren RT 01/06 19 L 65. Rahmawati Kp. Duren RT 01/06 20 P 66. Yulia Risdianti Kp. Duren RT 01/06 15 P 67. Mala Sari Kp. Duren RT 01/06 16 P 68. Novia Sari Kp. Duren RT 01/06 17 P Ket: individu yang bersedia menjadi sampel

80 74 Lampiran 4 Dokumentasi Pengumpulan Data di Desa Ciomas Bogor Wawancara responden RT 05 RW 07 Wawancara responden RT 02 RW 07 Kantor Desa Ciomas Jalan utama Desa Ciomas Masjid RT 05 RW 07 Desa Ciomas Plang Kantor Desa Ciomas

81 75 Akses masuk RW 06 Desa Ciomas Warga RT 02 RW 06 Desa Ciomas Warga RT 05 RW 07 Desa Ciomas PAUD RW 06 Desa Ciomas RT 02 RW 07 Desa Ciomas RT 02 RW 06 Desa Ciomas

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Di era teknologi informasi saat ini, media massa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Lee dan Johnson (2007) menyatakan bahwa media massa banyak berperan dalam kehidupan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi Massa

TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi Massa TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi Massa Definsi yang paling sederhana mengenai komunikasi massa dirumuskan oleh Bittner dalam Mugniesyah (2010), yaitu merupakan bentuk pesan yang dikomunikasikan melalui media

Lebih terperinci

METODE Metode Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE Metode Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian METODE Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung dengan data kualitatif untuk memperkaya analisis. Penelitian kuantitatif ini menggunakan metode

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS IKLAN LAYANAN MASYARAKAT KELUARGA BERENCANA VERSI SHIREEN SUNGKAR DAN TEUKU WISNU

EFEKTIVITAS IKLAN LAYANAN MASYARAKAT KELUARGA BERENCANA VERSI SHIREEN SUNGKAR DAN TEUKU WISNU EFEKTIVITAS IKLAN LAYANAN MASYARAKAT KELUARGA BERENCANA VERSI SHIREEN SUNGKAR DAN TEUKU WISNU Efektivitas iklan layanan masyarakat adalah sejauh mana tujuan iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana

Lebih terperinci

KETERDEDAHAN IKLAN LAYANAN MASYARAKAT KELUARGA BERENCANA VERSI SHIREEN SUNGKAR DAN TEUKU WISNU

KETERDEDAHAN IKLAN LAYANAN MASYARAKAT KELUARGA BERENCANA VERSI SHIREEN SUNGKAR DAN TEUKU WISNU KETERDEDAHAN IKLAN LAYANAN MASYARAKAT KELUARGA BERENCANA VERSI SHIREEN SUNGKAR DAN TEUKU WISNU Keterdedahan adalah terkenanya khalayak terhadap satu atau beberapa pesan dari media televisi. Dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media massa adalah sarana penunjang bagi manusia untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Media massa adalah sarana penunjang bagi manusia untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH Media massa adalah sarana penunjang bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan akan informasi maupun hiburan. Saat ini begitu banyak media massa yang kita kenal

Lebih terperinci

1.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi sebagai media massa memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan media lain di dalam penyampaian pesannya. Salah satu kelebihan televisi yaitu paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Dengan. berkomunikasi, manusia dapat berhubungan dengan sesamanya.

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Dengan. berkomunikasi, manusia dapat berhubungan dengan sesamanya. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial dan memerlukan hubungan dengan orang lain. Manusia ingin mendapatkan perhatian diantara sesama dan kelompok. Diperlukan serba

Lebih terperinci

GANGGUAN DAN RINTANGAN KOMUNIKASI

GANGGUAN DAN RINTANGAN KOMUNIKASI GANGGUAN DAN RINTANGAN KOMUNIKASI Gangguan dan rintangan komunikasi adalah intervensi dan hambatan yang membuat proses komunikasi tidak dapat berlangsung efektif sebagaimana harapan komunikator dan penerima.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses kehidupannya, manusia akan selalu terlihat dalam tindakan tindakan

BAB I PENDAHULUAN. proses kehidupannya, manusia akan selalu terlihat dalam tindakan tindakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan kebutuhan dasar manusia. Sejak lahir dan selama proses kehidupannya, manusia akan selalu terlihat dalam tindakan tindakan komunikasi. Tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah perkembangan umat

BAB I PENDAHULUAN. yang penting yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah perkembangan umat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi adalah penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Komunikasi merupakan bagian yang penting yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan selalu ingin berkomunikasi dengan manusia lain untuk mencapai tujuannya. Sebagai makhluk sosial, manusia harus taat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain

BAB I PENDAHULUAN. pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 latar belakang masalah Proses komunikasi pada hakekatnya adalah suatu proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Secara umum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis kelamin, pendidikan, maupun status sosial seseorang. Untuk mendukung

BAB I PENDAHULUAN. jenis kelamin, pendidikan, maupun status sosial seseorang. Untuk mendukung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, siaran televisi dipandang sebagai salah satu media informasi dan hiburan yang memiliki banyak sekali penonton, tanpa mengenal batas usia, jenis kelamin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman ini, informasi memegang peran penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman ini, informasi memegang peran penting dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman ini, informasi memegang peran penting dalam kehidupan manusia.hampir tidak ada ruang dan waktu yang tersisa untuk menghindari diri dari serbuan informasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seseorang. Komunikasi tidak saja dilakukan antar personal, tetapi dapat pula

BAB I PENDAHULUAN. seseorang. Komunikasi tidak saja dilakukan antar personal, tetapi dapat pula BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan hal terpenting dalam menunjukkan keberadaan seseorang. Komunikasi tidak saja dilakukan antar personal, tetapi dapat pula melibatkan sekian banyak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sekarang ini media massa sudah menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat. Dalam masyarakat modern, media massa mempunyai peran yang signifikan sebagai bagian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era saat ini, masyarakat modern dituntut untuk mendapatkan sebuah informasi yang aktual dan akurat. Informasi tersebut dapat diperoleh melalui beberapa media penyiaran.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan media massa di era globalisasi semakin pesat khususnya media elektronik televisi; hal ini dilihat dari munculnya berbagai macam stasiun televisi swasta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. katanya dari bahasa latin communicatio yang berarti proses penyampaian suatu. pernyataan oleh seseorang kepada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. katanya dari bahasa latin communicatio yang berarti proses penyampaian suatu. pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi sebagai suatu proses yang berkesinambungan tanpa awal dan akhir merupakan bagian dari kehidupan, secara terminologis atau menurut asal katanya dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menarik, atau bahkan sama sekali tidak menarik, sehingga kita tidak pernah ingat

BAB I PENDAHULUAN. menarik, atau bahkan sama sekali tidak menarik, sehingga kita tidak pernah ingat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan periklanan di Indonesia akhir-akhir ini semakin pesat dan maju. Setiap saat kita selalu dipenuhi oleh tampilan ratusan iklan baik di televisi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Komunikasi Massa 2.1.1 Pengertian Komunikasi Massa Hakikat komunikasi adalah proses penyampaian pernyataan antar manusia, yang dinyatakan itu adalah pikiran atau

Lebih terperinci

BAB II SEJARAH DAN PERKEMBANGAN IKLAN

BAB II SEJARAH DAN PERKEMBANGAN IKLAN 1 ABSTRAK Perkembangan dunia komunikasi dan media massa adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Melalui media massa saat ini, masyarakat dapat memperoleh informasi yang tidak terbatas. Tidaklah heran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. media elektronik televisi; hal ini dapat diamati dari munculnya berbagai macam stasiun

BAB 1 PENDAHULUAN. media elektronik televisi; hal ini dapat diamati dari munculnya berbagai macam stasiun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan industri media massa di era globalisasi semakin pesat khususnya media elektronik televisi; hal ini dapat diamati dari munculnya berbagai macam stasiun

Lebih terperinci

STRATEGI PRODUKSI PROGRAM KOMEDI K-POP DI GLOBAL TV DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PROGRAM

STRATEGI PRODUKSI PROGRAM KOMEDI K-POP DI GLOBAL TV DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PROGRAM STRATEGI PRODUKSI PROGRAM KOMEDI K-POP DI GLOBAL TV DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PROGRAM Raja Paruhum Sihombing Komunikasi Pemasaran, Jakarta, Indonesia,13120 ABSTRAK Tujuan Penelitian. Ialah untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman, segala sesuatu yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman, segala sesuatu yang ada di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, segala sesuatu yang ada di dunia ini mengalami perkembangan, mulai dari informasi, teknologi, gaya hidup, dan lain sebagainya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat dibutuhkan manusia, dan manusia tidak bisa hidup tanpa

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat dibutuhkan manusia, dan manusia tidak bisa hidup tanpa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa globalisasi sekarang ini kebutuhan akan informasi sangat dibutuhkan manusia, dan manusia tidak bisa hidup tanpa komunikasi. Karena komunikasi adalah usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Komunikasi merupakan bagian yang penting yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah perkembangan umat manusia. Oleh karena itulah, ilmu komunikasi saat ini telah berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan teknologi komunikasi yang kian canggih,

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan teknologi komunikasi yang kian canggih, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan teknologi komunikasi yang kian canggih, bentuk, pola, dan peralatan komunikasi juga mengalami perubahan secara signifikan. Komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hati, sikap, perasaan pikiran, ide, gagasan maupun informasi kepada orang lain

BAB I PENDAHULUAN. hati, sikap, perasaan pikiran, ide, gagasan maupun informasi kepada orang lain 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi begitu sangat penting di dalam kehidupan manusia, tidak ada yang tidak memerlukan komunikasi, dimana seseorang akan dapat menyampaikan isi hati,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan terpercaya merupakan sesuatu yang sangat dubutuhkan oleh. masyarakat. Kebutuhannya itu dapat terpenuhi bila mengkonsumsi produk

BAB I PENDAHULUAN. dan terpercaya merupakan sesuatu yang sangat dubutuhkan oleh. masyarakat. Kebutuhannya itu dapat terpenuhi bila mengkonsumsi produk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi sekarang ini, arus informasi yang aktual, akurat dan terpercaya merupakan sesuatu yang sangat dubutuhkan oleh masyarakat. Kebutuhannya itu dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi antar umat manusia satu sama lain. Komunikasi begitu sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi antar umat manusia satu sama lain. Komunikasi begitu sangat penting 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan kehidupan manusia di dunia tidak terlepas dari proses komunikasi, dimulai sejak perolehan bahasa dan tulisan yang digunakan sebagai alat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Media massa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Media massa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan akan informasi dan hiburan. Saat ini begitu banyak media massa yang ada di tengah-tengah masyarakat

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. manusia, salah satunya adalah komunikasi massa. Konsep komunikasi massa itu

BAB II URAIAN TEORITIS. manusia, salah satunya adalah komunikasi massa. Konsep komunikasi massa itu BAB II URAIAN TEORITIS II.1 Komunikasi Massa Dari berbagai macam cara komunikasi dilaksanakan dalam masyarakat manusia, salah satunya adalah komunikasi massa. Konsep komunikasi massa itu sendiri pada satu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Siswa SMA Negeri 5 Bogor Tabel 1. Karakteristik Siswa SMA Negeri 5 Bogor Jenis kelamin - Tempat tinggal -

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Siswa SMA Negeri 5 Bogor Tabel 1. Karakteristik Siswa SMA Negeri 5 Bogor Jenis kelamin  - Tempat tinggal  - HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Siswa SMA Negeri 5 Bogor Karakteristik siswa adalah ciri-ciri yang melekat pada diri siswa, yang terdiri dari jenis kelamin, tempat tinggal, pekerjaan orang tua, pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stasiun televisi ini berkembang karena masyarakat luas haus akan hiburan

BAB I PENDAHULUAN. Stasiun televisi ini berkembang karena masyarakat luas haus akan hiburan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia pertelevisian di Indonesia saat ini sangatlah pesat, salah satu buktinya adalah banyak stasiun televisi yang bermunculan. Stasiun televisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh informasi dan pengetahuan serta wadah untuk menyalurkan ide,

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh informasi dan pengetahuan serta wadah untuk menyalurkan ide, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan komunikasi sebagai wadah untuk memperoleh informasi dan pengetahuan serta wadah untuk menyalurkan ide, emosi, keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa sebagai alat penyalurnya. Dalam bahasa komunikasi, pernyataan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa sebagai alat penyalurnya. Dalam bahasa komunikasi, pernyataan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi adalah proses pernyataan antara manusia, yang dinyatakan adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menghadapi era globalisasi menuntut semua sektor bisnis harus memiliki strategi agar dapat bersaing dengan para pesaing lainnya. Salah satunya dengan memperkenalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media massa menjadi entertainer (penghibur) yang hebat karena bisa mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. Media massa menjadi entertainer (penghibur) yang hebat karena bisa mendapatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini media massa mengalami perkembangan yang sangat pesat, dimana kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari peranan media. Media massa menjadi sangat penting

Lebih terperinci

JESSICA LARA

JESSICA LARA IKLAN DAN KESADARAN REMAJA (STUDI KORELASIONAL TENTANG PENGARUH TAYANGAN IKLAN BKKBN VERSI PERNIKAHAN DINI-HINDARI 4T TERHADAP KESADARAN REMAJA KELURAHAN TEGAL SARI MANDALA II MEDAN) JESSICA LARA 100904056

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara berbeda.usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status sosio-ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. secara berbeda.usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status sosio-ekonomi, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Media massa adalah sarana yang membawa pesan. Media massa utama adalah buku, majalah, koran, televisi, radio, rekaman, film, dan web. Kebanyakan ahli teori menganggap

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM. Gambaran Umum BKKBN

GAMBARAN UMUM. Gambaran Umum BKKBN GAMBARAN UMUM Gambaran Umum BKKBN Sejarah BKKBN Pada tahun 1957, didirikan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) dalam rangka menyatukan gerak para tokoh yang memelopori usahausaha KB. Dalam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi telah menyentuh ke setiap lini kehidupan seiring dengan perkembangan media massa sebagai salah satu sarana penyebaran informasi. Komunikasi melalui

Lebih terperinci

Giat Riyadi B

Giat Riyadi B ANALISIS PENGARUH PESAN IKLAN YAMAHA MIO DI TELEVISI TERHADAP EFEKTIVITAS KOMUNIKASI IKLAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri periklanan dunia saat ini berkembang semakin pesat. Dan

BAB I PENDAHULUAN. Industri periklanan dunia saat ini berkembang semakin pesat. Dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri periklanan dunia saat ini berkembang semakin pesat. Dan perkembangan yang terjadi sangat signifikan. Hal ini juga terjadi di Indonesia. Industri periklanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kebutuhan akan informasi dan diiringi dengan kemajuan zaman yang sangat pesat,

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kebutuhan akan informasi dan diiringi dengan kemajuan zaman yang sangat pesat, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini kebutuhan akan informasi dan diiringi dengan kemajuan zaman yang sangat pesat, media massa menjadi sangat penting. Berbagai fungsi dan berbagai macam jenis-jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jaman, masyarakat dituntut untuk mengetahui berbagai informasi yang beragam. Dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. jaman, masyarakat dituntut untuk mengetahui berbagai informasi yang beragam. Dari berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu kebutuhan mendasar dari manusia adalah informasi. Seiring dengan berkembangnya jaman, masyarakat dituntut untuk mengetahui berbagai informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi era persaingan baik secara nasional maupun

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi era persaingan baik secara nasional maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam menghadapi era persaingan baik secara nasional maupun internasional yang semakin ketat, pihak pesaing akan selalu berusaha dengan sekuat tenaga untuk

Lebih terperinci

PERSEPSI MAHASIWA TERHADAP IKLAN LUX VERSI BANDAR UDARA ATIQAH HASIHOLAN. Ayu Maiza Faradiba. Universitas Paramadina

PERSEPSI MAHASIWA TERHADAP IKLAN LUX VERSI BANDAR UDARA ATIQAH HASIHOLAN. Ayu Maiza Faradiba. Universitas Paramadina PERSEPSI MAHASIWA TERHADAP IKLAN LUX VERSI BANDAR UDARA ATIQAH HASIHOLAN Ayu Maiza Faradiba Universitas Paramadina ABSTRAK Tujuan Penelitian: untuk mengetahui sejauh mana persepsi mahasiswa Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan media massa saat ini, khususnya media elektronik televisi telah

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan media massa saat ini, khususnya media elektronik televisi telah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan media massa saat ini, khususnya media elektronik televisi telah mengalami kemajuan yang sangat pesat, seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memahami kedudukannya serta peranannya dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. memahami kedudukannya serta peranannya dalam masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Informasi sudah menjadi kebutuhan manusia yang esensial untuk mencapai tujuan. Melalui informasi manusia dapat mengetahui peristiwa yang terjadi di sekitarnya, memperluas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang sangat pesat. Apalagi banyak masyarakat yang membutuhkan teknologi itu

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang sangat pesat. Apalagi banyak masyarakat yang membutuhkan teknologi itu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seiring dengan perkembangan jaman saat ini, teknologi sekarang ini semakin berkembang sangat pesat. Apalagi banyak masyarakat yang membutuhkan teknologi itu sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peran televisi sebagai alat yang digunakan untuk menyampaikan informasiinformasi

BAB I PENDAHULUAN. peran televisi sebagai alat yang digunakan untuk menyampaikan informasiinformasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Televisi adalah sebuah sistem yang besar dan kompleks, yang mempunyai peran televisi sebagai alat yang digunakan untuk menyampaikan informasiinformasi yang berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan inti dari kehidupan. Dalam hidup, apa saja yang kita

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan inti dari kehidupan. Dalam hidup, apa saja yang kita BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan inti dari kehidupan. Dalam hidup, apa saja yang kita lakukan perlu melibatkan aktivitas yang disebut komunikasi. Komunikasi dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. banyak yang mengundang Pro dan Kontra dikalangan pakar maupun Praktisi.

BAB. I PENDAHULUAN. banyak yang mengundang Pro dan Kontra dikalangan pakar maupun Praktisi. 1 BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Televisi merupakan media elektronik dalam komunikasi massa yang muncul belakangan dibanding radio, perekam suara dan film. Meskipun muncul belakangan, namun kehadiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kabar, menonton berita, mendengarkan radio, mengakses berita melalui internet.

BAB I PENDAHULUAN. kabar, menonton berita, mendengarkan radio, mengakses berita melalui internet. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa memiliki peran yang sangat penting. Setiap manusia yang hidup memerlukan media massa. Masyarakat mendapat informasi dengan membaca surat kabar, menonton

Lebih terperinci

Sosiologi Komunikasi Eko Hartanto

Sosiologi Komunikasi Eko Hartanto Sosiologi Komunikasi Eko Hartanto Masyarakat memiliki struktur dan lapisan (layer) yang bermacam-macam, ragam struktur dan lapisan masyarakat tergantung pada kompleksitas masyarakat itu sendiri. Semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dunia tidak dapat dilepaskan dari aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dunia tidak dapat dilepaskan dari aktivitas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia di dunia tidak dapat dilepaskan dari aktivitas komunikasi karena komunikasi merupakan bagian penting dari sistem dan tatanan kehidupan sosial manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi lain, yaitu Gerbner. Menurut Gerbner (1967) Mass communication is

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi lain, yaitu Gerbner. Menurut Gerbner (1967) Mass communication is BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner (rakhmat,2003:188), yakni: komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan semakin sering munculnya iklan-iklan baru dari merek-merek lama di

I. PENDAHULUAN. dengan semakin sering munculnya iklan-iklan baru dari merek-merek lama di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Intensitas penayangan iklan melalui media televisi di Indonesia dalam perkembangannya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini ditandai dengan semakin sering munculnya

Lebih terperinci

BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN TINGKAT KETERDEDAHAN

BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN TINGKAT KETERDEDAHAN 47 BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN TINGKAT KETERDEDAHAN 6.1 Keterdedahan Rubin (2005) mengartikan terpaan media sebagai suatu aktivitas khalayak dalam memanfaatkan atau menggunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial. Pendek kata, komunikasi adalah bagian dimensi sosial yang khusus membahas

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial. Pendek kata, komunikasi adalah bagian dimensi sosial yang khusus membahas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan bagian dari pola interaksi unsur-unsur dalam sistem sosial. Pendek kata, komunikasi adalah bagian dimensi sosial yang khusus membahas pola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bulan Mei 1998, telah menghantarkan rakyat Indonesia kepada perubahan di

BAB I PENDAHULUAN. bulan Mei 1998, telah menghantarkan rakyat Indonesia kepada perubahan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi yang dimulai sejak berakhirnya pemerintahan Orde Baru pada bulan Mei 1998, telah menghantarkan rakyat Indonesia kepada perubahan di segala bidang, terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi dan khidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi dan khidupan manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dunia periklanan memang telah menjadi sejarah panjang dalam peradaban manusia. Sekarang ini periklanan semakin berkembang dengan pesat dan dinamis, berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Komunikasi merupakan kegiatan sehari-hari yang sangat penting.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Komunikasi merupakan kegiatan sehari-hari yang sangat penting. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi merupakan kegiatan sehari-hari yang sangat penting. Fungsi penting komunikasi dilakukan untuk memperoleh informasi. Komunikasi adalah proses penyampaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dan masyarakat tak dapat di pisahkan, maka itu ada istilah

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dan masyarakat tak dapat di pisahkan, maka itu ada istilah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi dan masyarakat tak dapat di pisahkan, maka itu ada istilah komunikasi massa. Komunikasi massa dapat di artikan dengan interaksi sosial melalui pesan.

Lebih terperinci

BAB 7 PELAKSANAAN KOMUNIKASI PEMASARAN AGROWISATA KEBUN RAYA BOGOR

BAB 7 PELAKSANAAN KOMUNIKASI PEMASARAN AGROWISATA KEBUN RAYA BOGOR BAB 7 PELAKSANAAN KOMUNIKASI PEMASARAN AGROWISATA KEBUN RAYA BOGOR Kebun Raya Bogor merupakan salah satu agrowisata yang sudah terkenal dan juga memiliki tujuan untuk mengembangkan pendidikan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial manusia atau masyarakat. Aktifitas komunikasi dapat terlihat

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial manusia atau masyarakat. Aktifitas komunikasi dapat terlihat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia di dunia tidak dapat dilepaskan dari aktifitas komunikasi karena komunikasi merupakan bagian integral dari sistem dan tatanan kehidupan sosial

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan

KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Karakteristik demografi pemilih yang mencakup usia antara 20-49 tahun, berpendidikan SLTA dan di atasnya, memiliki status pekerjaan tetap (pegawai negeri sipil, pengusaha/wiraswasta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Menurut Effendy (2003:254) teori Stimulus-Organism-Responses (S-O-R), respon yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus sehingga seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keberadaan televisi di Indonesia saat ini bertumbuh sangat pesat. Hingga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keberadaan televisi di Indonesia saat ini bertumbuh sangat pesat. Hingga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan televisi di Indonesia saat ini bertumbuh sangat pesat. Hingga saat ini ada 11 stasiun televisi nasional dan 230 lebih televisi lokal memancarkan siaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu media komunikasi massa yaitu televisi memiliki peran yang cukup besar dalam menyebarkan informasi dan memberikan hiburan kepada masyarakat. Sebagai media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan dapat memenuhi keinginan konsumen dan juga keberadaan. produk tersebut harus dikomunikasikan pada konsumen serta

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan dapat memenuhi keinginan konsumen dan juga keberadaan. produk tersebut harus dikomunikasikan pada konsumen serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan selalu berusaha agar melalui produk yang dihasilkan (diproduksi) dapat mencapai tujuan (penjualan) yang telah diharapkan. Salah satu tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perkembangan dunia televisi di Indonesia menunjukkan. tersebut, tidak bisa dilepaskan dari dunia iklan.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perkembangan dunia televisi di Indonesia menunjukkan. tersebut, tidak bisa dilepaskan dari dunia iklan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Televisi sebagai salah satu media komunikasi massa memiliki peran besar dalam menyebarkan informasi dan memberikan hiburan kesemua lapisan masyarakat. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan jaman, maka terjadi pula perubahan yang sangat signifikan diberbagai bidang dan masyarakat memerlukan saluran informasi yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Televisi dibandingkan dengan media massa lainnya seperti radio, surat kabar, majalah, buku dan sebagainya, tampaknya memiliki sifat istimewa. Televisi merupakan gabungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuat setiap orang melakukan berbagai bentuk komunikasi, seperti

BAB I PENDAHULUAN. membuat setiap orang melakukan berbagai bentuk komunikasi, seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap individu berusaha untuk mengenal dan mencari jati dirinya, mengetahui tentang orang lain, dan mengenal dunia luar atau selalu mencari tahu mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan informasi pun semakin meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. akan informasi pun semakin meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring perkembangan zaman dan tekhnologi komunikasi,maka kebutuhan akan informasi pun semakin meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan akan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial sangatlah penting untuk bisa berkomunikasi secara global

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial sangatlah penting untuk bisa berkomunikasi secara global BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era yang sudah semakin maju ini, perkembangan teknologi dan komunikasi membuat semua lapisan masyarakat dunia mengikuti perkembangan tersebut dan menjadikan mereka

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. ORISINALITAS Dalam Kampanye Hemat Kertas Demi Hutan Indonesia pastinya mebutuhkan sinergi untuk menarik perhatian-perhatian dalam menciptakan pola pikir masyarakat sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi merupakan media massa yang paling luas jangkauannya dalam hal meraih penggunanya. Televisi mampu menyajikan informasi secara serentak dan secara langsung dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Informasi telah menjadi kebutuhan dan telah menjadi komoditas penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Informasi telah menjadi kebutuhan dan telah menjadi komoditas penting dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan jaman menuju masyarakat informasi, maka kebutuhan akan tekhnologi informasi dan komunikasi pun semakin meningkat. Informasi telah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya era globalisasi saat ini, persaingan di dalam dunia bisnis semakin lama semakin ketat, karena itu diperlukan upaya-upaya dari perusahaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa pada era informasi ini seakan tidak dapat dilepaskan dari kehidupan masyarakat. Media massa memberikan arti yang sangat penting bagi masyarakat. Masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini yang digunakan adalah tipe penelitian yang bersifat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini yang digunakan adalah tipe penelitian yang bersifat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe penelitian Dalam penelitian ini yang digunakan adalah tipe penelitian yang bersifat deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. 34 Penelitian deskriptif adalah jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion,

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Media telah menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, bahkan kita tidak akan pernah terlepas dari media. Seiring dengan perkembangan peradaban

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan suatu hal yang tidak dapat kita lepaskan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan suatu hal yang tidak dapat kita lepaskan dari 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan suatu hal yang tidak dapat kita lepaskan dari kehidupan kita sehari hari. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication, berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang yang satu dengan orang yang lain untuk saling mengisi. Manusia juga

BAB I PENDAHULUAN. orang yang satu dengan orang yang lain untuk saling mengisi. Manusia juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak bisa lepas dari suatu komunikasi. Karena manusia juga membutuhkan suatu komunikasi antara orang yang satu dengan orang yang

Lebih terperinci

Perencanaan dan Pemilihan Media Periklanan

Perencanaan dan Pemilihan Media Periklanan Perencanaan dan Pemilihan Media Periklanan Perencanaan media merupakan proses pengarahan pesan periklanan kepada khalayak sasaran pada waktu dan tempat yang tepat serta menggunakan saluran yang tepat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemikiran yang berorientasi pasar merupakan kebutuhan yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pemikiran yang berorientasi pasar merupakan kebutuhan yang tidak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pemikiran yang berorientasi pasar merupakan kebutuhan yang tidak dapat dihindari lagi menjelang era millennium tiga ini. Era tersebut diyakini pula sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi, karena komunikasi merupakan bagian integral dari sistem dan

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi, karena komunikasi merupakan bagian integral dari sistem dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia di dunia tidak dapat dilepaskan dari aktivitas komunikasi, karena komunikasi merupakan bagian integral dari sistem dan tatanan kehidupan sosial manusia

Lebih terperinci

Mata Kuliah - Media Planning & Buying

Mata Kuliah - Media Planning & Buying Mata Kuliah - Media Planning & Buying Modul ke: Campaign Strategy & Anggaran Iklan di Media Fakultas FIKOM Ardhariksa Z, M.Med.Kom Program Studi Marketing Communication and Advertising www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar belakang Penelitian PENDAHULUAN Latar belakang Penelitian Sejalan dengan perkembangan teknologi informasi yang melahirkan konsekueansi logis bagi dunia penyiaran radio, maka dengan perkembangan daya pikir seorang manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya media massa masyarakat pun bisa dapat terpuaskan.

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya media massa masyarakat pun bisa dapat terpuaskan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam komunikasi, tentu kita mengenal tentang komunikasi massa. Dalam hal ini faktor keserempakan merupakan ciri utama dalam komunikasi massa. Adapun hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia teknologi sekarang ini juga sangat berpengaruh terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia teknologi sekarang ini juga sangat berpengaruh terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada kehidupan masyarakat modern yang memasuki era globalisasi, komunikasi menjadi suatu kebutuhan yang memegang peranan penting terutama dalam sebuah proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Informasi sudah menjadi kebutuhan setiap manusia untuk mencapai suatu tujuan.

BAB I PENDAHULUAN. Informasi sudah menjadi kebutuhan setiap manusia untuk mencapai suatu tujuan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Informasi sudah menjadi kebutuhan setiap manusia untuk mencapai suatu tujuan. Karena melalui informasi, manusia dapat mengetahui peristiwa yang sedang dan telah terjadi

Lebih terperinci

semakin majunya teknologi teknologi yang terus ditemukan. Selain itu hal ini juga

semakin majunya teknologi teknologi yang terus ditemukan. Selain itu hal ini juga 1. Latar Belakang Dunia pertelevisian di Indonesia saat ini sangat berkembang pesat di iringi dengan semakin majunya teknologi teknologi yang terus ditemukan. Selain itu hal ini juga selalu berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya periklanan adalah bagian dari kehidupan industri modern, dan hanya bisa ditemukan di Negara-negara maju atau Negara-negara yang tengah mengalami perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. 1 Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. 1 Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi sekarang ini, informasi mengenai berbagai hal bisa kita dapatkan dengan mudah dan cepat. Berkomunikasi adalah cara yang digunakan manusia

Lebih terperinci