SKRIPSI OLEH: MALAWATI NIM : 08C

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SKRIPSI OLEH: MALAWATI NIM : 08C"

Transkripsi

1 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI PEUNAGA KECAMATAN MEUREUBO KABUPATEN ACEH BARAT SKRIPSI OLEH: MALAWATI NIM : 08C PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH - ACEH BARAT 2013

2 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI PEUNAGA KECAMATAN MEUREUBO KABUPATEN ACEH BARAT SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar Meulaboh OLEH: MALAWATI NIM : 08C PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH, ACEH BARAT 2013

3 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan yang ingin dicapai oleh bangsa Indonesia adalah tercapainya bangsa yang maju dan mandiri, sejahtera lahir dan batin. Salah satu ciri bangsa yang maju adalah mempunyai derajat kesehatan yang tinggi, karena derajat kesehatan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Hanya dengan sumber daya yang sehat akan lebih produktif dan meningkatkan daya saing bangsa (Depkes, 2005). Sehat merupakan hak setiap individu agar dapat melakukan segala aktivitas hidup sehari-hari. Untuk bisa hidup sehat, kita harus mempunyai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya (Depkes, 2006). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan wujud keberdayaan masyarakat yang sadar, mau dan mampu mempraktekan PHBS. Dalam PHBS ada 5 program prioritas yaitu KIA, Gizi, Kesehatan lingkungan, Gaya hidup dan Dana sehat/asuransi Kesehatan/JPKM. Penyakit yang timbul akibat rendahnya PHBS dapat mengakibatkan rendahnya derajat kesehatan Indonesia dan rendahnya kualitas hidup sumber daya manusia (Depkes, 2005). Upaya pengembangan program promosi kesehatan dan PHBS yang lebih terarah, terencana, terpadu dan berkesinambungan, dikembangkan melalui Kabupaten/Kota percontohan integrasi promosi kesehatan dengan sasaran utama 1

4 2 adalah PHBS Tatanan Rumah Tangga (individu, keluarga, masyarakat) dan Institusi Pendidikan terutama tingkat sekolah dasar (SD). Adanya kebijakan dan dukungan dari pengambil keputusan seperti Bupati, Kepala Dinas pendidikan, Kepala Dinas Kesehatan, DPRD, lintas sektor sangat penting untuk pembinaan PHBS di sekolah demi terwujudnya sekolah sehat. Disamping itu, peran dari berbagai pihak terkait (Tim Pembina dan pelaksana UKS) juga penting, sedangkan masyarakat sekolah hanya berpartisipasi dalam perilaku hidup bersih dan sehat baik di sekolah maupun di masyarakat. Penerapan PHBS di sekolah merupakan kebutuhan mutlak seiring munculnya berbagai penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah (6 12 tahun) seperti cacingan, diare, sakit gigi, sakit kulit, gizi buruk dan lain sebagainya yang ternyata umumnya berkaitan dengan PHBS. PHBS di sekolah merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat. Penerapan PHBS ini dapat dilakukan melalui pendekatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), dengan menitikberatk an kepada upaya sanitasi atau pengawasan berbagai faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan manusia (Azwar, 1999) Kesehatan lingkungan adalah usaha pengendalian semua faktor yang ada pada lingkungan fisik manusia yang diperkirakan akan menimbulkan hal-hal yang merugikan perkembangan fisiknya, kesehatannya ataupun kelangsungan hidupnya, oleh karena itu diperlukan sanitasi lingkungan yang merupakan suatu usaha untuk mencapai lingkungan sehat melalui pengendalian faktor lingkungan

5 3 fisik, khususnya hal-hal yang memiliki dampak merusak perkembangan fisik kesehatan dan kelangsungan hidup manusia (Kusnoputranto, 2007). Pada tahun 2006 di Indonesia terdapat lebih dari sekolah negeri, swasta maupun sekolah agama dari berbagai tindakan. Jika tiap sekolah memiliki 10 kader kesehatan saja maka ada 3 juta kader kesehatan yang dapat membantu terlaksananya dua strategi utama Departemen Kesehatan yaitu menggerakan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat serta Surveilans, monitoring dan informasi kesehatan (Depkes, 2006). Sanitasi dasar adalah sanitasi minimum yang diperlukan untuk menyediakan lingkungan pemukiman sehat yang memenuhi syarat kesehatan meliputi penyediaan air bersih, pembuangan kotoran manusia (jamban/ wc), pembuangan air limbah dan pengelolaan sampah (tempat sampah). Sarana sanitasi ini merupakan prasarana pendukung untuk melakukan program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) (Azwar, 1999). Mengingat sekolah merupakan sekelompok masyarakat yang mempunyai andil besar dalam kelangsungan negara ini, maka perlu diperhatikan dan ditingkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik melalui salah satunya menciptakan lingkungan sekolah yang sehat sehingga peserta didik dapat belajar tumbuh dan berkembang secara harmonis dan optimal yang nantinya akan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas (Ahmadi, 2001). Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan terlihat sebagian besar siswa masih membuang sampah sembarangan sedangkan tong sampah telah disediakan. Selain itu siswa juga tidak terbiasa mencuci tangan sebelum memakan makanan karena menurut mereka untuk memakan makanan kecil tidak perlu mencuci tangan, hanya sewaktu makan nasi saja itu perlu. Kebiasaan menggosok gigi pun

6 4 masih jarang dilakukan oleh siswa hal ini tercermin dari gigi mereka yang berwarna kuning dan sebagian pula ada yang menderita karies gigi. (Observasi lapangan, 2013) Sehubungan dengan uraian di atas, penulis ingin menganalisis Hubungan pengetahuan dan sikap siswa SDN Peunaga dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan rumusan masalah penelitian yaitu Bagaimanakah hubungan tingkat pengetahuan dan sikap Siswa Sekolah Dasar Kelas V dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) 1.3. Tujuan Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS pada Kelas V Sekolah Dasar Negeri Peunaga Kec. Meureubo Kabupaten Aceh Barat Tujuan Khusus 1. Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan siswa SDN Peunaga Kec. Meureubo dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. 2. Mengetahui hubungan sikap siswa SDN Peunaga Kec. Meureubo dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.

7 Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis 1. Bagi penulis untuk menambah pengetahuan dan wawasan berpikir untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh dibangku kuliah. 2. Menambah wawasan tentang masalah kesehatan yang ada dan dialami oleh masyarakat Manfaat Praktis 1. Sebagai bahan masukan bagi pimpinan sekolah dasar di SD Negeri Peunaga untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat untuk menunjang PHBS agar terhindar dari penyakit yang berhubungan dengan rendahnya PHBS. 2 Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Meureubo untuk melakukan pembinaan dokter kecil di sekolah dan menciptakan Kader Kesehatan sebagai perwakilan di sekolahnya. 3 Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Aceh Barat dalam mengambil langkah atau program yang berkenaan dengan kesehatan sekolah terutama PHBS di Sekolah Dasar yang ada di Kecamatan Meureubo.

8 6

9 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan Perilaku manusia merupakan hasil dari pada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan : berfikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif (melakukan tindakan). Sesuai dengan batasan ini, perilaku kesehatan dapat dirumuskan sebagai bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan. Perilaku aktif dapat dilihat, sedangkan perilaku pasif tidak tampak, seperti pengetahuan, persepsi, atau motivasi. Beberapa ahli membedakan bentuk-bentuk perilaku ke dalam tiga domain yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan atau sering kita dengar dengan istilah knowledge, attitude, practice (Sarwono, 1997) Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni melalui mata dan telinga. Pengetahuan terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang dapat memahami sesuatu gejala dan memecahkan masalah yang dihadapinya. Pengetahuan juga dapat diperoleh dari pengalaman orang lain yang disampaikan

10 7 kepadanya, dari buku, teman, orang tua, guru, radio, televisi, poster, majalah dan surat kabar. Pengetahuan yang ada pada diri manusia bertujuan untuk dapat menjawab masalah kehidupan yang dihadapinya sehari-hari dan digunakan untuk menawarkan berbagai kemudahan bagi manusia. Dalam hal ini pengetahuan dapat diibaratkan sebagai suatu alat yang dipakai manusia dalam menyelesaikan persoalan yang dihadapi (Notoatmodjo, 2003). Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan mempunyai 6 tingkatan, yaitu : 1. Tahu, yaitu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk di dalam pengetahuan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang rendah. Untuk mengukur bahwa seseorang tahu dapat diukur dari kemampuan orang tersebut menyebutkannya, menguraikan dan mendifinisikan. 2. Memahami, diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menguraikan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang telah paham terhadap suatu objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, memyimpulkan, meramalkan, terhadap objek yang dipelajari. 3. Aplikasi, yaitu diartikan sebagai kemampuan untuk mempergunakan materi yang telah dipelajari pada kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai penggunakan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dalam konteks atau situasi lain.

11 8 4. Analisis, yaitu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5. Sintesis, yaitu menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formalisasi dari formulasi-formulasi yang telah ada. 6. Evaluasi, yaitu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria kriteria yang telah ada Sikap Menurut Notoatmodjo (2003 ), sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap juga merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan juga merupakan pelaksanaan motif tertentu. Menurut Gerungan (2002), sikap merupakan pendapat maupun pandangan seseorang tentang suatu objek yang mendahului tindakannya. Sikap tidak mungkin terbentuk sebelum mendapat informasi, melihat atau mengalami sendiri suatu objek. Manusia dilahirkan dengan sikap pandangan atau sikap perasaan tertentu, tetapi sikap terbentuk sepanjang perkembangan. Peranan sikap dalam kehidupan manusia sangat besar. Bila sudah terbentuk pada diri manusia, maka sikap itu akan turut menentukan cara tingkahlakunya terhadap objek objek sikapnya. Adanya sikap akan menyebabkan manusia bertindak secara khas terhadap objeknya. Sikap dapat dibedakan menjadi :

12 9 a. Sikap Sosial suatu sikap sosial yang dinyatakan dalam kegiatan yang sama dan berulang-ulang terhadap objek sosial. Karena biasanya objek sosial itu dinyatakan tidak hanya oleh seseorang saja tetapi oleh orang lain yang sekelompok atau masyarakat. b. Sikap Individu Sikap individu dimiliki hanya oleh seseorang saja, dimana sikap individual berkenaan dengan objek yang bukan merupakan objek perhatian sosial. Sikap individu dibentuk karena sifat pribadi diri sendiri. Sikap dapat diartikan sebagai suatu bentuk kecenderungan untuk bertingkah laku, dapat diartikan suatu bentuk respon evaluative yaitu suatu respon yang sudah dalam pertimbangan oleh individu yang bersangkutan. Sikap mempunyai beberapa karakteristik yaitu : 1. Selalu ada objeknya. 2. Biasanya bersifat evaluativ. 3. Relatif mantap. 4. Dapat dirubah. Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Sikap mempunyai 3 komponen pokok yaitu : 1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek. 2. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek. 3. Kecenderungan untuk bertindak. Ketiga komponen ini akan membentuk sikap yang utuh ( Total Attitude), dalam penentuan, berfikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.

13 10 Sikap adalah kecenderungan untuk merespon baik secara positif atau negatif terhadap orang lain, objek atau situasi. Sikap tidak sama dengan perilaku dan kadang-kadang sikap tersebut baru diketahui setelah seseorang itu berperilaku. Tetapi sikap selalu tercermin dari perilaku seseorang (Ahmadi, 2001). Menurut Ahmadi (2001), sikap dibedakan menjadi : 1. Sikap negatif yaitu : sikap yang menunjukkan penolakan atau tidak menyetujui terhadap norma yang berlaku dimana individu itu berada. 2. Sikap positif yaitu : sikap yang menunjukkan menerima terhadap norma yang berlaku dimana individu itu berada. Menurut Notoatmodjo (200 3), sikap mempunyai beberapa tingkatan : 1. Menerima ( receiving), diartikan bahwa orang atau subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan. 2. Merespon ( responding), memberi jawaban apabila ditolak, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari suatu sikap, karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang menerima ide tersebut. 3. Bertanggung jawab ( responsible), atas sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko atau merupakan sikap yang paling tinggi. 4. Menghargai (valuing), mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung, melalui pendapat atau pertanyaan responden terhadap suatu objek secara tidak

14 11 langsung dilakukan dengan pertanyaan hipotesis, kemudian dinyatakan pendapat responden Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku melalui pendekatan pimpinan ( advocacy), bina suasana ( social support) dan pemberdayaan masyarakat ( empowerment) sebagai suatu upaya untuk membantu masyarakat mengenali dan mengetahui masalahnya sendiri, dalam tatanan rumah tangga, agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan (Notoadmodjo, 2007) Faktor yang Mempengaruhi PHBS Hal-hal yang mempengaruhi PHBS sebagian terletak di dalam diri individu itu sendiri, yang disebut faktor intern, dan sebagian terletak di luar dirinya yang disebut factor ekstern (faktor lingkungan). 1. Faktor Internal a.keturunan Seseorang berperilaku tertentu karena memang sudah demikianlah diturunkan dari orangtuanya. Sifat-sifat yang dimilikinya adalah sifat-sifat yang diperoleh dari orang tua atau neneknya dan lain sebagainya. b. Motif Manusia berbuat sesuatu karena adanya dorongan atau motif tertentu. Motif atau dorongan ini timbul karena dilandasi oleh adanya kebutuhan, yang oleh Maslow dikelompokkan menjadi kebutuhan biologis, kebutuhan sosial, dan kebutuhan rohani.

15 12 1. Faktor Eksternal Yaitu faktor-faktor yang ada di luar diri individu bersangkutan. Faktor-faktor ini mempengaruhi individu sehingga di dalam diri individu timbul unsur-unsur dan dorongan untuk berbuat sesuatu Indikator PHBS di setiap tatanan Indikator tatanan sehat terdiri dari indicator perilaku dan indikator lingkungan di 5 tatanan, yaitu tatanan rumah tangga, tatanan sekolah, tatanan tempat umum, tatanan tempat kerja dan tatanan institusi kesehatan 1. PHBS di Rumah Tangga PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan hidup bersih dan sehat, serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Syarat rumah tangga sehat yaitu (Notoatmodjo, 2007) : a) Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan) b) Memberi bayi ASI eksklusif c) Menimbang bayi dan balita setiap bulan d) Menggunakan air bersih e) Mencuci tangan dgn air bersih, mengalir, dan sabun f) Menggunakan jamban g) Memberantas jentik di rumah h) Makan sayur dan buah setiap hari i) Melakukan aktivitas fisik setiap hari j) Tidak merokok di dalam rumah 2. PHBS di Sekolah Penerapan PHBS di sekolah merupakan kebutuhan mutlak seiring munculnya berbagai penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah (6 12 tahun), yang ternyata umumnya berkaitan dengan PHBS. PHBS di sekolah merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru, dan

16 13 masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat. Penerapan PHBS ini dapat dilakukan melalui pendekatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). a. Manfaat PHBS di sekolah di antaranya : 1. Terciptanya sekolah yang bersih dan sehat sehingga peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah terlindungi dari berbagai gangguan dan ancaman penyakit. 2. Meningkatnya semangat proses belajar-mengajar yang berdampak pada prestasi belajar peserta didik. 3. Citra sekolah sebagai institusi pendidikan semakin meningkat sehingga mampu menarik minat orang tua (masyarakat). 4. Meningkatnya citra pemerintah daerah di bidang pendidikan. 5. Menjadi percontohan sekolah sehat bagi daerah lain b. Syarat-Syarat PHBS di Sekolah yaitu (Notoatmodjo, 2007): a. Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun. b. Jajan di kantin sekolah yang sehat. c. Membuang sampah pada tempatnya. d. Mengikuti kegiatan olah raga di sekolah. e. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan. f. Tidak merokok di sekolah. g. Memberantas jentik nyamuk di sekolah secara rutin. h. Buang air besar dan buang air kecil di jamban sekolah i. menggosok gigi 2 kali sehari j. memotong kuku seminggu sekali k. membersihkan kelas sebelum belajar c. Langkah-Langkah Pembinaan PHBS di Sekolah : 1. Analisis Situasi 2. Pembentukan kelompok kerja 3. Pembuatan Kebijakan PHBS di sekolah 4. Penyiapan Infrastruktur

17 14 5. Sosialisasi Penerapan PHBS di sekolah 6. Penerapan PHBS di Sekolah 7. Pemantauan dan evaluasi d. Dukungan dan Peran untuk membina PHBS di Sekolah Adanya kebijakan dan dukungan dari pengambil keputusan seperti Bupati, Kepala Dinas pendidikan, Kepala Dinas Kesehatan, DPRD, lintas sektor sangat penting untuk pembinaan PHBS disekolah demi terwujudnya sekolah sehat. Disamping itu, peran dari berbagai pihak terkait (Tim P embina dan pelaksana UKS) juga penting, sedangkan masyarakat sekolah hanya berpartisipasi dalam perilaku hidup bersih dan sehat baik di sekolah maupun di masyarakat. 3. PHBS di Tempat-Tempat Umum Tempat-tempat umum merupakan sarana yang diselenggarakan oleh pemerintah atau swasta, atau perorangan yang digunakan untuk kegiatan masyarakat, seperti sarana pariwisata, transportasi umum, sarana ibadah, sarana olahraga, sarana perdagangan. PHBS di tempat-tempat umum adalah upaya untuk memberdayakan masyarakat pengunjung dan pengelola tempat-tempat umum agar tahu, mau dan mampu untuk mempraktikkan PHBS serta berperan aktif dalam mewujudkan tempat-tempat umum yang ber-phbs (Suparlan, 1984). Syarat- Syarat PHBS di Tempat Umum yaitu : a. Menggunakan air bersih. b. Menggunakan jamban. c. Membuang sampah pada tempatnya. d. Tidak merokok. e. Tidak meludah sembarangan. f. Memberantas jentik nyamuk. g. Mencuci tangan dengan sabun dan air bersih.

18 15 4. PHBS di Tempat Kerja PHBS di tempat kerja merupakan upaya memberdayakan para pekerja agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan PHBS serta berperan aktif dalam mewujudkan tempat kerja sehat. Penerapan PHBS di tempat kerja diperlukan untuk menjaga, memelihara dan mempertahankan kesehatan pekerja agar tetap sehat dan produktif. Manfaat PHBS di tempat kerja diantaranya masyarakat di sekitar tempat kerja menjadi lebih sehat dan tidak mudah sakit, serta lingkungan di sekitar tempat kerja menjadi lebih bersih, indah, dan sehat. Syarat Tempat Kerja yang Sehat yaitu : a. Mengkonsumsi makanan bergizi. b. Melakukan aktivitas fisik setiap hari. c. Tidak merokok di tempat kerja. d. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun. e. Menggunakan air bersih. f. Memberantas jentik di tempat kerja. g. Menggunakan jamban. h. Membuang sampah pada tempatnya. 5. PHBS di Institusi Kesehatan Institusi kesehatan adalah sarana yang diselenggarakan oleh pemerintah/swasta atau perorangan yang digunakan untuk kegiatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat, seperti rumah sakit, puskesmas, dan klinik swasta. PHBS di institusi kesehatan merupakan upaya untuk memberdayakan pasien, masyarakat pengunjung, dan petugas agar tahu, mampu, dan mampu

19 16 mempraktikkan hidup perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam mewujudkan intitusi kesehatan ber-phbs. PHBS di Institusi Kesehatan sangat diperlukan sebagai salah satu upaya untuk mencegah penularan penyakit, infeksi nosokomial dan mewujudkan Institusi Kesehatan yang sehat. Syarat Institusi Sehat yaitu : a. Menggunakan air bersih. b. Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun. c. Menggunakan jamban. d. Membuang sampah pada tempatnya. e. Tidak merokok di Institusi Kesehatan. f. Tidak meludah sembarangan Sasaran Melakukan PHBS Menurut Tarigan (2004), sasaran PHBS pada anak-anak yang kurang baik akan menimbulkan berbagai penyakit seperti diare, sakit gigi, sakit kulit dan cacingan. dengan demikian untuk mengurangi prevalensi dampak buruk tersebut maka perlu diterapkan sasaran PHBS dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1. Kebersihan Kulit Memelihara kebersihan kulit, harus memperhatikan kebiasaan berikut ini : a. Mandi dua kali sehari b. Mandi pakai sabun c. Menjaga kebersihan pakaian d. Menjaga kebersihan lingkungan 2. Kebersihan Rambut Untuk selalu memelihara rambut dan kulit kepala dan kesan cantik serta tidak berbau apek, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

20 17 a. Memperhatikan kebersihan rambut dengan mencuci rambut sekurang kurangnya dua kali seminggu. b. Mencuci rambut dengan shampo atau bahan pencuci rambut lain c. Sebaiknya menggunakan alat-alat pemeliharaan rambut sendiri (Irianto K, 2007) 3. Kebersihan Gigi Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga kebersihan gigi adalah sebagai berikut : a. Menggosok gigi secara benar dan teratur dan dianjurkan setiap habis makan b. Memakai sikat gigi sendiri c. Menghindari makanan yang merusak gigi d. Membiasakan makan buah-buahan yang menyehatkan gigi e. Memeriksakan gigi secara rutin (Irianto K, 2007) 4. Kebersihan Tangan, Kaki dan Kuku Kebersihan tangan berhubungan dengan penggunaan sabun dan cuci tangan dengan menggunakan sabun. Pencucian tangan dengan sabun yang benar dan disaat yang tepat memainkan peranan penting dalam mengurangi kemungkinan adanya bakteri penyebab diare melekat pada tangan, tapi praktik cuci tangan harus dilakukan dengan benar dan pada saat yang tepat.waktu yang tepat untuk mencuci tangan dengan sabun adalah ketika sebelum makan, setelah buang air besar dan kecil (BAPPENAS, 2008). 5. Kebiasaan Berolahraga Olahraga yang teratur mencakup kualitas gerakan dan kuantitas dalam arti dan frekuensi yang digunakan untuk berolah raga. Dengan demikian akan menentukan status kesehatan seseorang khususnya anak-anak pada masa pertumbuhan (Notoatmojo, 2007).

21 18 6. Kebiasaan Tidur yang Cukup Tidur yang cukup diperlukan oleh tubuh kita untuk memulihkan tenaga. Dengan tidur yang cukup, kemampuan dan keterampilan akan meningkat, sebab susunan syaraf serta tubuh terpelihara agar tetap segar dan sehat.tidur yang sehat merupakan kebutuhan penting yang dibutuhkan setiap hari. Tidur yang sehat apabila lingkungan tempat tidur udaranya bersih, suasana tenang dan cahaya lampu remang-remang (tidak silau) serta kondisi tubuh yang nyaman (Irianto K, 2007). 7. Gizi dan Menu Seimbang Keadaan gizi setiap individu merupakan faktor yang amat penting karena zat gizi zat kehidupan yang esensial bagi pertumbuhan dan perkembangan manusia sepanjang hayatnya. Gizi seimbang adalah makanan yang beraneka ragam yang mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan serat sesuai dengan proporsi yang memakan sayur-sayuran dan buah-buahan serta pola makan yang teratur yaitu tiga kali sehari pada pagi, siang dan malam hari (Tarigan M, 2004) Sekolah Dasar Sekolah Dasar adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia, ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas 1 sampai kelas 6 dan merupakan suatu lembaga dengan organisasi yang tersusun rapi dan segala aktivitasnya direncanakan dengan sengaja yang disebut kurikulum (Ahmadi, 2001). 1.Fungsi Sekolah Sekolah memiliki fungsi yakni : ( Ahmadi, 2001) 1. Membantu lingkungan keluarga untuk mendidik dan mengajar, memperbaiki, dan memperdalam atau memperluas tingkah laku anak didik yang dibawa dari keluarga serta membantu pengembangan bakat

22 19 2. Mengembangkan kepribadian peserta didik dapat bergaul dengan guru dan teman- temannya sendiri, taat kepada peraturan atau disiplin dan dapat terjun di masyarakat berdasarkan norma yang berlaku. 2. Faktor yang Mempengaruhi Lingkungan Sekolah Faktor- faktor lingkungan yang mempengaruhi kehidupan sekolah yang sehat adalah : a. Persediaan air bersih b. Fasilitas cuci tangan yaitu disediakan kran-kran atau tempat air untuk cuci tangan c. WC yang memenuhi syarat kesehatan d. Tempat pembuangan sampah yang mudah dijangkau dan memenuhi syarat kesehatan. e. Saluran pembuangan air limbah (air bekas) yang lancar (tidak tersumbat). f. Program sanitasi makanan sekolah, misalnya warung sekolah juga harus memenuhi syarat kesehatan. g. Bangunan sekolah dan letaknya (Azwar, 1995).

23 Kerangka Teori Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Notoadmojo (2007) maka dapat disusun kerangka teori seperti di bawah ini : Variabel Independen Variabel Dependen Pengetahuan Sikap PHBS di Sekolah Dasar Tindakan Gambar 2.1 Kerangka Teori 2.5 Kerangka Konsep Berdasarkan kerangka teoritis di atas maka kerangka konsep dapat disederhanakan sebagai berikut : Variabel Independen Variabel Dependen Pengetahuan PHBS di Sekolah Dasar Sikap Gambar 2.2 Kerangka Konsep

24 Hipotesis Penelitian 1. Ada Hubungan pengetahuan dengan perilaku Hidup Bersih dan Sehat 2. Ada hubungan sikap dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

25 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain Crossectional untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Peunaga Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Peunaga Kecamatan Meureubo. Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 03 Juni sampai 05 Juni Tahun Populasi dan Sampel Populasi Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh Siswa SD Negeri Peunaga Kelas V yaitu sebanyak 40 orang. Alasan pemilihan siswa kelas V merupakan kelompok umur yang mudah menerima inovasi baru dan mempunyai keinginan kuat untuk menyampaikan pengetahuan dan informasi yang di terimanya kepada orang lain (Sarwono, 1997) 22

26 Sampel Arikunto (2007) menyatakan jika jumlah anggota subjek dalam populasi di bawah 100, sebaiknya subjek sejumlah itu diambil seluruhnya. Jadi teknik yang digunakan adalah teknik total sampling yaitu pengambilan seluruh populasi jadi yaitu keseluruhan siswa SD kelas V sebanyak 40 orang. 3.4 Metode Pengumpulan Data Data Primer Data yang diperoleh langsung di lokasi penelitian melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner kepada responden Data Sekunder Data yang diperoleh dari gambaran umum di SD Negeri Peunaga dan referensi-referensi perpustakaan yang ada hubungan dengan penelitian.

27 Definisi Operasional Tabel 3.1 Variabel Penelitian No. Variabel Keterangan Variabel Independen 1. Pengetahuan Definisi Segala sesuatu yang diketahui responden mengenai perilaku hidup bersih dan sehat di SD Cara ukur Wawancara Alat ukur Hasil ukur Kuesioner - Baik - Kurang Ordinal Skala ukur 2. Sikap Definisi Kecenderungan responden untuk berespon negatif dan positif mengenai perilaku hidup bersih dan sehat di SD Cara ukur Wawancara Alat ukur Kuesioner Hasil ukur - Baik - kurang Skala ukur Ordinal Variabel Dependen 3. PHBS di SD Definisi Suatu program kesehatan yang diterapkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan siswa sekolah dasar dapat menolong dirinya sendiri dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala ukur wawancara Kuesioner - Baik - Kurang Ordinal 3.6 Aspek Pengukuran Variabel Pengetahuan 1. Baik, jika responden mendapatkan nilai > 6 dari total skor. 2. Kurang, jika responden mendapatkan nilai 6 dari total skor

28 Sikap 1. Baik, jika responden mendapatkan nilai > 3 dari total skor. 2. Kurang, jika responden mendapatkan nilai 3 dari total skor PHBS di SD 1. Baik, jika responden mendapatkan nilai > 3 dari total skor. 2. Kurang, jika responden mendapatkan nilai 3 dari total skor 3.7 Pengolahan Data 1. Editing (Memeriksa data) Melakukan penjumlahan dan koreksi terhadap lembaran daftar pertanyaan yang telah diisi untuk mengetahui apakah sesuai dengan jumlah yang telah ditentukan. 2. Coding/ Scoring Kegiatan mengklasifikasi data dan memberi kode untuk masing-masing jawaban di kuesioner untuk memudahkan pengolahan data 3. Tabulating Merupakan tahap ketiga yang dilakukan setelah proses editing dan codingmeliputi pengelompokkan data sesuai dengan tujuan penelitian kemudian dimasukkan ke dalam tabel-tabel yang telah ditentukan berdasarkan kuesioner yang telah ditentukan skornya. 4. Entry Data Kegiatan memindahkan data dari kuesioner ke master tabel penelitian dengan cara memasukkan data jawaban kuesioner sesuai kode yang telah ditentukan untuk masing-masing variabel.

29 Analisis Data Analisis Univariat Analisis univariat merupakan analisa yang dilakukan untuk menganalisis tiap variabel dari hasil penelitian. Tujuannya untuk meringkas kumpulan data hasil pengukuran sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi yang berguna. (Notoadmodjo, 2003) Analisis Bivariat Biasanya digunakan untuk menguji hipotesis dengan melihat hubungan variabel menggunakan tabulasi silang (cross tabulation) untuk melihat hubungan antara variabel independen dan variabel dependen, menggunakan uji Chi-Square pada tingkat kemaknaan 95% (a = 0,05) Aturan yang berlaku pada uji Chi Square adalah sebagai berikut: a. Bila pada tabel 2 x 2 dijumpai nilai harapan (expected value = E) kurang dari 5, maka uji yang digunakan adalah Fisher Exact. b. Bila pada tabel 2 x 2 dan tidak ada nilai E < 5, maka uji yang dipakai sebaiknya Continuity Correction. c. Bila tabelnya lebih dari 2 x 2, misalnya 3 x 2, 3 x 3 dan lain-lain, maka gunakan uji Pearson Chi Square. d. Uji Likelihood Ratio dan Linear-by-Linear Association, biasanya digunakan untuk keperluan lebih spesifik misalnya untuk analisis stratifikasi pada bidang epidemiologi dan juga untuk mengetahui hubungan linier antara dua variabel kategorik, sehingga kedua jenis ini jarang digunakan.

30 27 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Sekolah Dasar Negeri Peunaga merupakan salah satu SD yang ada di Kecamatan Meureubo Kabuapaten Aceh Barat yang letaknya berada di Jalan Nasional Tapak Tuan yang berlokasi di Desa Langung. Dengan batasan sebagai berikut : 1. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Meureubo 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia 3. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Peunaga Rayeuk 4. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Paya Peunaga Penelitian ini dilakukan pada tanggal 3 5 Juni 2013 di SD Negeri Peunaga Desa langung Kecamatan Meureubo. 4.2 Hasil Penelitian Analisis Univariat a. Pengetahuan Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Peunaga Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat No Pengetahuan Frekuensi Persentase (%) 1 Baik Kurang Total

31 28 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berpengetahuan baik yaitu sebanyak 33 orang ( 82,5%) dan yang berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 7 orang (17,5%). b. Sikap Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Sikap pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Peunaga Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat No Sikap Frekuensi Persentase (%) 1 Baik Kurang Total Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki sikap baik yaitu sebanyak 29 orang (72,5 %) dan yang memiliki sikap kurang yaitu sebanyak 11orang (27,5%). c. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Peunaga Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat No PHBS Frekuensi Persentase (%) 1 Baik Kurang 8 20 Total Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) nya masuk dalam kategori baik yaitu sebanyak 32 orang ( 80%) dan yang berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang kurang yaitu sebanyak 8 orang (20%).

32 Analisa Bivariat a. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Tabel 4.4 Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Peunaga Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat PHBS No Pengetahuan Baik Kurang Jumlah N % N % f % 1 Baik 32 97,0 1 3, Kurang Total P Value α 0,00 0,05 Hasil analisis hubungan pengetahuan dengan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) diperoleh bahwa ada sebanyak 32 dari 33 (97%) siswa yang berpengetahuan baik PHBSnya baik. Sedangkan di antara siswa yang berpengetahuan kurang keseluruhannya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) nya kurang. Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Chi-square pada derajat kemaknaan 95% (α = 0,05) didapatkan nilai p value = 0,00 atau p < 0,05, artinya Ha diterima, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan siswa dengan perilaku hidup bersih dan sehat pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Peunaga Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat tahun 2013.

33 30 b. Hubungan Sikap dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Tabel 4.5 Hubungan Sikap dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Peunaga Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat PHBS No Sikap Baik Kurang Jumlah N % N % f % 1 Baik Kurang Total P Value α 0,00 0,05 Hasil analisis hubungan sikap dengan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) diperoleh bahwa ada sebanyak 28 dari 29 (96,6%) siswa yang bersikap baik perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) nya baik. Sedangkan di antara siswa yang bersikap kurang ada 4 dari 11 (36,4%) perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) nya baik. Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Chi-square pada derajat kemaknaan 95% (α = 0,05) didapatkan nilai p value = 0,00 atau p < 0,05, artinya Ha diterima, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara sikap siswa dengan perilaku hidup bersih dan sehat pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Peunaga Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat tahun Dari hasil penelitian ini juga menunjukkan Odds Ratio (OR) sebesar 49,0 yang artinya siswa yang memiliki sikap baik mempunyai peluang 49 kali untuk berperilaku hidup bersih dan sehat dengan baik.

34 Pembahasan a. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Perilaku seseorang merupakan suatu reaksi seseorang terhadap lingkungannnya baik dalam bentuk pengetahuan maupun sikap. Pengetahuan merupakan hasil tahu dari seseorang dan ini terjadi setelah orang tersebut melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Seseorang yang mempunyai pengetahuan baik akan sesuatu hal diharapkan akan mempunyai sikap yang baik terhadap pemeliharan lingkungan yang bersih dan sehat dalam hal ini berkaitan dengan PHBS di sekolah dasar. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara pengetahuan dengan PHBS (p value = 0,00). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Syahputri (2011) tentang hubungan pengetahuan dengan PHBS di Sekolah Dasar Harjosari, di mana didapatkan nilai p value = 0,001. b. HubunganSikap dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Sikap merupakan pendapat maupun pandangan seseorang tentang suatu objek yang mendahului tindakannya. Sikap tidak mungkin terbentuk sebelum mendapat informasi, melihat atau mengalami sendiri suatu objek.(gerungan, 2002). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari (2010). Menurut Sari (2010 ), mengenai penelitiannya terhadap siswa sekolah dasar tentang PHBS menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dengan PHBS di Bimbingan Rumah Singgah Bandung. Hal ini menunjukan bahwa sikap positif responden yang ditunjukan oleh sikap menerima, merespon,

35 32 menghargai dan bertanggung jawab terhadap PHBS akan memberi dampak yang positif juga bagi PHBS mereka.. Meskipun sebagian besar sikap responden sudah baik namun masih tetap perlu diberikan penyuluhan dan pengarahan secara terus-menerus bagi peserta didik tentang sanitasi dasar untuk lebih meningkatkan perubahan sikap yang lebih baik lagi sehingga tercipta suatu lingkungan yang sehat baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan keluarga.

36 33 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Sebagian besar siswa SD Negeri Peunaga memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 33 orang ( 82,5%) 2. Sebagian besar siswa SD Negeri Peuanaga memiliki sikap dengan kategori baik yaitu sebanyak 29 orang (72,5%) 3. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Siswa SD Negeri Peunaga sebagian besar masuk dalam kategori baik yaitu sebanyak 32 orang (80%) 4. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan PHBS (p value =0,00) 5. Terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dengan PHBS (p value =0,00) 5.2 Saran 1. Diharapkan kepada guru guru yang berada di Sekolah Dasar Negeri Peunaga Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat untuk lebih meningkatkan pengetahuan, sikap peserta didik dengan PHBS di lingkungan sekolah sehingga mereka mengerti dan tahu manfaatnya bagi mereka sendiri dan bagi lingkungannya. 2. Diharapkan kepada institusi pendidikan lebih mengupayakan dan meningkatkan mutu fasilitas ataupun sarana sanitasi yang ada di 33

37 34 lingkungan sekolah yang meliputi sarana sumber air bersih, tempat sampah, Jamban dan Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL). 3. Kepada Instansi Dinas kesehatan dalam hal ini puskesmas hendaknya memaksimalkan pembinaan dokter kecil di sekolah dan mengadakan pelatihan- pelatihan kecil secara berkala pada guru dan Siswa SD

38 35 DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, dkk, Ilmu Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta Arikunto, S., Manajemen Penelitian. Rineka cipta. Jakarta Azwar A., Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan, PT. Mutiara Sumber Widya, Jakarta Departemen Kesehatan RI, Buku Pedoman Pembinaan Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Depkes RI DepKes Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Bakti Husada. Jakarta Laporan Tahunan Promkes Tahun Jakarta. Gerungan, W.A., Psikologi Sosial. Bandung Irianto K, Gizi dan Pola Hidup Sehat. Bandung. Yrama Widya Kusnnoputranto, H., Kesehatan lingkungan. Fakultas kesehatan Masyarakat Universitas indonesia. Jakarta Notoadmodjo, S., Metodologi Penelitian Kesehatan. PT Rineka Cipta. Bandung, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta Sari S., Hubungan Faktor predisposisi dengan perilaku Personal Higiene Anak jalanan Bimbingan Rumah Singgah YMS Bandung. Skripsi Bandung Sarwono, W.S., Psikologi Remaja. Raja Grafindo Persada. Jakarta Slamet, S., Kesehatan Lingkungan. UGM Press. Yogyakarta Slamet, Juli Soemirat Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta Sanropie, Pengawasan Kesehatan Lingkungan Pemukiman. Ditjen PPM & PLP DepKes RI. Jakarta

39 36 Syahputri Hubungan pengetahuan dan Sikap dengan Sanitasi Dasar dan PHBS di Kelurahan Harjosari. Diunduh dari diakses tanggal 22 Juli Tarigan M., Penerapan indikator Perilaku Hidup Bersih dan sehat dalam Tatanan Rumah tangga di Wilayah Kerja puskesmas rantau laban kecamatan rambutan kota Tebing tinggi Tahun Skripsi USU Medan Wardhana, W., Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta Wolf, LV dkk Dasar-dasar Ilmu Keperawatan. Penerbit Gunung Agung.

BAB I PENDAHULUAN. maju adalah mempunyai derajat kesehatan yang tinggi, karena derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. maju adalah mempunyai derajat kesehatan yang tinggi, karena derajat kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan yang ingin dicapai oleh bangsa Indonesia adalah tercapainya bangsa yang maju dan mandiri, sejahtera lahir dan batin. Salah satu ciri bangsa yang maju adalah

Lebih terperinci

Mido Ester J. Sitorus, SKM, M. Kes Dosen Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Sari Mutiara Indonesia ABSTRAK

Mido Ester J. Sitorus, SKM, M. Kes Dosen Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Sari Mutiara Indonesia ABSTRAK HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DENGAN TINDAKAN PHBS DI SD SWASTA LUTHER KECAMATAN SIATAS BARITA TAPANULI UTARA TAHUN 2013 Mido Ester J. Sitorus, SKM, M. Kes

Lebih terperinci

secara sosial dan ekonomis (Notoatmodjo, 2007).

secara sosial dan ekonomis (Notoatmodjo, 2007). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sehat adalah kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia. Kepentingan kesegaran jasmani dalam pemeliharaan kesehatan tidak diragukan lagi, semakin tinggi tingkat kesehatan,

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA SISWI KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 CILEULEUS TASIKMALAYA

PENATALAKSANAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA SISWI KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 CILEULEUS TASIKMALAYA PENATALAKSANAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA SISWI KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 CILEULEUS TASIKMALAYA INDA AINI NOOR FADILAH MA 0712072 INTISARI Perilaku hidup bersih dan sehat dapat dilakukan

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PHBS DI MTS MIFTAHUL ULUM KECAMATAN KEMLAGI KABUPATEN MOJOKERTO. Dwi Helynarti Syurandari*)

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PHBS DI MTS MIFTAHUL ULUM KECAMATAN KEMLAGI KABUPATEN MOJOKERTO. Dwi Helynarti Syurandari*) EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PHBS DI MTS MIFTAHUL ULUM KECAMATAN KEMLAGI KABUPATEN MOJOKERTO Dwi Helynarti Syurandari*) Abstrak Perilaku Hidup bersih dan Sehat merupakan sekumpulan perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sehat merupakan hak setiap individu agar dapat melakukan segala

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sehat merupakan hak setiap individu agar dapat melakukan segala BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sehat merupakan hak setiap individu agar dapat melakukan segala aktivitas hidup sehari-hari. Untuk bisa hidup sehat, kita harus mempunyai Perilaku Hidup Bersih dan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT DI KELURAHAN SETIAJAYA KECAMATAN CIBEUREUM KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2013

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT DI KELURAHAN SETIAJAYA KECAMATAN CIBEUREUM KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2013 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT DI KELURAHAN SETIAJAYA KECAMATAN CIBEUREUM KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2013 Anih Kurnia, S.Kep., Ners. Program Studi D-III Keperawatan STIKes

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai resiko tinggi akan penyakit (Maryunani, 2013). Oleh karena itu, pada masa ini anak usia sekolah dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur, salah satu agenda riset nasional bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur, salah satu agenda riset nasional bidang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan visi pembagunan Indonesia tahun 2025 yaitu Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur, salah satu agenda riset nasional bidang sosial kemanusiaan

Lebih terperinci

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN INDIKATOR PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA RUMAH TANGGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAYAMANYA KABUPATEN POSO 1) Fitriyah G. Mursad 1) Bagian

Lebih terperinci

STUDI TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA SDN SUKARASA 3

STUDI TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA SDN SUKARASA 3 31 STUDI TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA SDN SUKARASA 3 Annida Aulia Fauziah 1, Ellis Endang Nikmawati 2, Rita Patriasih 2 Abstrak : Anak usia sekolah rawan akan masalah kesehatan, seperti

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. proporsinya yang tinggi dalam keseluruhan populasi rakyat Indonrsia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. proporsinya yang tinggi dalam keseluruhan populasi rakyat Indonrsia BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) Populasi anak usia sekolah merupakan elemen yang cukup penting karena proporsinya yang tinggi dalam keseluruhan populasi rakyat Indonrsia (Reksoprodjo,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Promosi Kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Promosi Kesehatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Promosi Kesehatan 2.1.1. Pengertian Promosi Kesehatan Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran diri oleh dan untuk masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kebijakan Indonesia sehat 2010 ( Dinkes Makassar, 2006 )

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kebijakan Indonesia sehat 2010 ( Dinkes Makassar, 2006 ) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sehat merupakan karunia Tuhan yang perlu disyukuri, karena kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dihargai. Sehat, perilaku sehat dan pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULAUAN. optimal diselenggarakan upaya kesehatan dengan pemeliharan dan peningkatan

BAB I PENDAHULAUAN. optimal diselenggarakan upaya kesehatan dengan pemeliharan dan peningkatan BAB I PENDAHULAUAN 1.1 Latar Belakang Derajat kesehatan bersifat dinamis (berubah setiap saat), dan dipengaruhi faktor internal dan eksternal. Maka untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipelihara dan ditingkatkan. Hendrik L. Bloom dalam Notoadmojo (2007)

BAB I PENDAHULUAN. dipelihara dan ditingkatkan. Hendrik L. Bloom dalam Notoadmojo (2007) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan adalah hak dasar manusia yang merupakan karunia tuhan yang sangat tinggi nilainya. Kesehatan merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan kualitas

Lebih terperinci

sekolah dengan upaya promotif dan preventif (Simon, 2007).

sekolah dengan upaya promotif dan preventif (Simon, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan UUD 1945 diselenggarakan menurut GBHN 1993 menekankan bahwa tujuan pembangunan nasional

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Panti Asuhan Harapan Kita. merupakan Panti Asuhan yang menampung anak-anak terlantar dan yang sudah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Panti Asuhan Harapan Kita. merupakan Panti Asuhan yang menampung anak-anak terlantar dan yang sudah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Panti Asuhan Harapan Kita. Panti Asuhan Harapan Kita bertempat di Desa Huntu Utara, Kabupaten Bone Bolango, yang didirikan pada tanggal 2 Agustus 2003. Panti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (PHBS) dapat dilaksanakan di masyarakat, rumah tangga, dan sekolah. PHBS

BAB 1 PENDAHULUAN. (PHBS) dapat dilaksanakan di masyarakat, rumah tangga, dan sekolah. PHBS BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah program pemerintah yang diluncurkan pada tahun 2006 yang bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat tidak sehat

Lebih terperinci

Suplemen. PHBS di Sekolah. Suplemen 2011

Suplemen. PHBS di Sekolah. Suplemen 2011 sisipan:layout 1 7/25/09 2:05 AM Page 1 Suplemen PHBS di Sekolah 1 Pengantar Kementerian Kesehatan memberikan perhatian lebih pada kesehatan anak. Bukan karena tahun ini Kemenkes menjadi penanggungjawab

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI, DAN PERAN PETUGAS TERHADAP KONDISI HYGIENE

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI, DAN PERAN PETUGAS TERHADAP KONDISI HYGIENE HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI, DAN PERAN PETUGAS TERHADAP KONDISI HYGIENE SANITASI MAKANAN JAJANAN KAKI LIMA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS AUR DURI KOTA JAMBI TAHUN 2014 1* Erris, 2 Marinawati 1 Poltekes

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. sendiri. Karena masalah perubahan perilaku sangat terkait dengan promosi

BAB 1 : PENDAHULUAN. sendiri. Karena masalah perubahan perilaku sangat terkait dengan promosi BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan pada umumnya, disebabkan tiga faktor yang timbul secara bersamaan, yaitu (1) adanya bibit penyakit, (2) adanya lingkungan yang memungkinkan berkembangnya

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI IBU BALITA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Ati ul Impartina Program Studi D III Kebidanan STIKES Muhammadiyah Lamongan

HUBUNGAN MOTIVASI IBU BALITA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Ati ul Impartina Program Studi D III Kebidanan STIKES Muhammadiyah Lamongan HUBUNGAN MOTIVASI IBU BALITA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Ati ul Impartina Program Studi D III Kebidanan STIKES Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK Masalah penyakit akibat perilaku dan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internal maupun eksternal. Menurut WHO, setiap tahunnya sekitar 2,2 juta

BAB I PENDAHULUAN. internal maupun eksternal. Menurut WHO, setiap tahunnya sekitar 2,2 juta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Menurut WHO, setiap tahunnya sekitar 2,2 juta orang di negara berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan kesehatan berupaya membangun perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat diharapkan mampu melakukan upaya pencegahan secara lebih efisein dan efektif.

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran I KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KELUHAN KULIT PADA PEMULUNG DAN GAMBARAN FASILITAS SANITASI DI TPA TERJUN KELURAHAN TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN TAHUN 2013 Keterangan

Lebih terperinci

PERBEDAAN PEMBERIAN PENYULUHAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PHBS PADA IBU RUMAH TANGGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKALONGAN SELATAN

PERBEDAAN PEMBERIAN PENYULUHAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PHBS PADA IBU RUMAH TANGGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKALONGAN SELATAN 1 PERBEDAAN PEMBERIAN PENYULUHAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PHBS PADA IBU RUMAH TANGGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKALONGAN SELATAN Sudaryanta 1, Swasti Artanti 2, Ni matul Ulya 3 Email

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Sebelah Timur berbatasan dengan desa Maleo. b. Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Popayato

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Sebelah Timur berbatasan dengan desa Maleo. b. Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Popayato BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Desa Bukit Tingki merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Popayato dengan luas wilayah 5.250 Ha,

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PROGRAM PROMKES DINAS KESEHATAN KOTA SURAKARTA UPTD PUSKESMAS PUCANGSAWIT

KERANGKA ACUAN PROGRAM PROMKES DINAS KESEHATAN KOTA SURAKARTA UPTD PUSKESMAS PUCANGSAWIT KERANGKA ACUAN PROGRAM PROMKES DINAS KESEHATAN KOTA SURAKARTA UPTD PUSKESMAS PUCANGSAWIT 1. Pendahuluan Dalam rangka mengoptimalkan fungsi Pusat Kesehatan Masyarakat dalam mendukung penyelenggaraan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hak asasi manusia yang harus dihargai danhak setiap individu agar

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hak asasi manusia yang harus dihargai danhak setiap individu agar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sehat merupakan karunia Tuhan yang perlu disyukuri, karena sehat merupakan hak asasi manusia yang harus dihargai danhak setiap individu agar dapat melakukan segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, mental dan sosial serta perlindungan dari segala

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, mental dan sosial serta perlindungan dari segala BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa dalam suatu negara yang sangat potensial bagi pembangunan nasional. Maka diperlukan bimbingan serta pembinaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah hasil dari proses pembelajaran dengan melibatkan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah hasil dari proses pembelajaran dengan melibatkan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari proses pembelajaran dengan melibatkan indra penglihatan, pendengaran, penciuman dan pengecapkan (Setiawati,

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DARUL AMAN

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DARUL AMAN GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DARUL AMAN Siti Rabiah 1, Elmiyanti 2 1 Dosen Program Studi D III Kebidanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umur termasuk murid Sekolah Dasar (SD) (Kepmenkes, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. umur termasuk murid Sekolah Dasar (SD) (Kepmenkes, 2010). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak pada hakikatnya merupakan aset terpenting dalam tercapainya keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa selanjutnya. Derajat kesehatan anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (www.datastatistik-indonesia.com)

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (www.datastatistik-indonesia.com) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak usia sekolah merupakan tumpuan bagi masa depan bangsa. Mereka merupakan sasaran yang strategis untuk pelaksanaan program kesehatan, karena selain jumlahnya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesehatan menjadi bagian yang penting untuk dimiliki oleh setiap orang agar dapat melakukan aktifitas. Kesehatan dapat mempengaruhi kinerja seseorang dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran umum penelitian Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang terletak di Jalan Sambiroto Semarang. Letak Geografis & Wilayah Kerja terletak di RT 01 RW I, Kelurahan

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 78 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI KABUPATEN PATI

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 78 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI KABUPATEN PATI SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 78 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI KABUPATEN PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang mempunyai peranan besar dalam menentukan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang mempunyai peranan besar dalam menentukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan merupakan salah satu bagian intergral dari pembangunan nasional yang mempunyai peranan besar dalam menentukan keberhasilan pencapaian tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup

BAB I PENDAHULUAN. menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salah satu misi pembangunan kesehatan di Indonesia adalah menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) seperti yang rutin

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Promosi Kesehatan di institusi pendidikan (Health Promoting School) yang dicanangkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 2005) menggunakan model holistik

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. POSYANDU 2.1.1. Defenisi Posyandu Posyandu merupakan strategi jangka panjang pemerintah untuk menurunkan angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde

Lebih terperinci

Kata kunci : PHBS,Tatanan Sekolah

Kata kunci : PHBS,Tatanan Sekolah Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Siswa Terhadap PHBS Tatanan Sekolah Di Sekolah Dasar Negeri Lampung Utara Tahun 2015 Zendri Julistia Dosen Tetap Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung Perilaku hidup bersih

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN ANTENATAL CARE TERINTEGRASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KRUENG BARONA JAYA KABUPATEN ACEH BESAR

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN ANTENATAL CARE TERINTEGRASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KRUENG BARONA JAYA KABUPATEN ACEH BESAR ,Jurnal Karya Tulis Ilmiah FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN ANTENATAL CARE TERINTEGRASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KRUENG BARONA JAYA KABUPATEN ACEH BESAR Fitryana. M Mahasiswi Pada STIKes

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perilaku adalah suatu tindakan atau perbuatan yang bisa kita amati bahkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perilaku adalah suatu tindakan atau perbuatan yang bisa kita amati bahkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku adalah suatu tindakan atau perbuatan yang bisa kita amati bahkan dapat dipelajari. Perilaku kesehatan merupakan suatu respon seseorang terhadap rangsangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang kini sedang menghadapi masalah kebersihan dan kesehatan. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kesehatan dan gaya hidup yang tidak

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PENELITIAN

BAB 6 HASIL PENELITIAN BAB 6 HASIL PENELITIAN Setelah melakukan pengambilan data dengan wawancara kepada responden, selanjutnya dilakukan tahapan pengolahan data. Dari data 180 responden yang diwawancara, terdapat 6 responden

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN PENGARUH FAKTOR PREDISPOSISI DAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA MASYARAKAT DI DESA SIMODONG KECAMATAN SEI SUKA KABUPATEN BATU BARA 2013 No.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menjaga tingkat kesehatan, aktifitas masyarakat tidak terganggu dan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menjaga tingkat kesehatan, aktifitas masyarakat tidak terganggu dan dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pentingnya menjaga kesehatan bagi masyarakat adalah hal mutlak. Karena dengan menjaga tingkat kesehatan, aktifitas masyarakat tidak terganggu dan dapat terus produktif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bina Suasana (Social Support) dan Gerakan Masyarakat (Empowerment) sehingga. meningkatkan kesehatan masyarakat Depkes RI (2002).

BAB I PENDAHULUAN. Bina Suasana (Social Support) dan Gerakan Masyarakat (Empowerment) sehingga. meningkatkan kesehatan masyarakat Depkes RI (2002). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya memberikan pengalaman belajar bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 131/Menkes/SK/II/2004 dan salah satu Subsistem dari SKN adalah Subsistem

BAB I PENDAHULUAN. 131/Menkes/SK/II/2004 dan salah satu Subsistem dari SKN adalah Subsistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan Indonesia Sehat 2010 menetapkan tiga pilar utama yaitu lingkungan sehat, perilaku sehat dan pelayanan kesehatan bermutu adil dan merata. Untuk mendukung pencapaian

Lebih terperinci

Jurnal Mutiara Kesehatan Masyarakat 44 43

Jurnal Mutiara Kesehatan Masyarakat 44 43 Jurnal Mutiara Kesehatan Masyarakat 28/11(2016), 43-52 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DENGAN TINDAKAN PHBS DI SD SWASTA LUTHER KECAMATAN SIATAS BARITA TAPANULI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk keberhasilan pembangunan bangsa. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk mencapai Indonesia Sehat,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus di

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus di 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus di wujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana di maksud

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tahun 1980 ditingkatkan menjadi keputusan bersama antara Depdik-bud dan Depkes

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tahun 1980 ditingkatkan menjadi keputusan bersama antara Depdik-bud dan Depkes BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) 1. Defenisi Usaha Kesehatan Sekolah dirintis sejak tahun 1956 melalui pilot project di Jakarta dan Bekasi yang merupakan kerjasama antara Departemen

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Hubungan antara Pengetahuan dengan Praktik Sanitasi dan Higiene

BAB V PEMBAHASAN. A. Hubungan antara Pengetahuan dengan Praktik Sanitasi dan Higiene BAB V PEMBAHASAN A. Hubungan antara Pengetahuan dengan Praktik Sanitasi dan Higiene Perorangan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi melalui panca indera seseorang (penginderaan) terhadap

Lebih terperinci

V. IMPLEMENTASI STRATEGI PROMOSI KESEHATAN

V. IMPLEMENTASI STRATEGI PROMOSI KESEHATAN V. IMPLEMENTASI STRATEGI PROMOSI KESEHATAN 5.1 Sejarah Perkembangan Promosi Kesehatan Pada jaman awal kemerdekaan, upaya untuk mempromosikan produk atau jasa (jaman kemerdekaan istilahnya propaganda) di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI Pengertian pengetahuan

BAB II TINJAUAN TEORI Pengertian pengetahuan BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Pengertian pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek, baik melalui indra penglihatan,

Lebih terperinci

PERILAKU MASYARAKAT TENTANG RUMAH SEHAT DI DUSUN NGUMPAK DESA JABON KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO

PERILAKU MASYARAKAT TENTANG RUMAH SEHAT DI DUSUN NGUMPAK DESA JABON KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO PERILAKU MASYARAKAT TENTANG RUMAH SEHAT DI DUSUN NGUMPAK DESA JABON KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO Dwi Helynarti Syurandhari 1, Ellen Yuni Yastuti 2 1) Dosen Program Studi S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian sehat sesuai dengan UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian sehat sesuai dengan UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.2. Latar Belakang Pengertian sehat sesuai dengan UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, dan spiritual yang memungkinkan setiap orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan perilaku dan sosial budaya

BAB I PENDAHULUAN. perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan perilaku dan sosial budaya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan cepatnya perkembangan dalam era globalisasi, perilaku dan perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan perilaku dan sosial budaya cenderung akan semakin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Persepsi Mengenai PHBS 2.1.1. Pengertian Persepsi Individu satu dengan yang lainnya, tentu memiliki perbedaan dalam melihat serta memaknai sesuatu yang dilihatnya. Perbedaan

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013 Nurjanatun Naimah 1, Istichomah 2, Meyliya Qudriani 3 D III Kebidanan Politeknik

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Keperawatan STIKes Medika Cikarang

Jurnal Ilmiah Keperawatan STIKes Medika Cikarang FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA TATANAN RUMAH TANGGA MENGGUNAKAN JAMBAN SEHAT DI DUSUN II RW. 04 DESA SUKAKARYA KEC. SUKAKARYA KAB. BEKASI TAHUN 2016 Yuli Erlina

Lebih terperinci

PEMBIASAAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE OLEH IBU KEPADA BALITA (USIA 3-5 TAHUN) DI KELURAHAN DERWATI

PEMBIASAAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE OLEH IBU KEPADA BALITA (USIA 3-5 TAHUN) DI KELURAHAN DERWATI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menjaga kebersihan diri merupakan salah satu upaya memelihara kesehatan dan pencegahan terhadap penyakit. Kebersihan diri atau personal hygiene adalah upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (socially and economically productive life). Status kesehatan berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. (socially and economically productive life). Status kesehatan berkualitas BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Program Indonesia Sehat tahun 2015 yang dicanangkan oleh pemerintah mendorong seluruh penduduk Indonesia untuk memiliki status kesehatan yang berkualitas secara sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi

BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi buang air besar. Diare dapat juga didefinisikan bila buang air besar tiga kali atau lebih dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak pada hakikatnya merupakan aset terpenting dalam tercapainya keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa selanjutnya. Derajat kesehatan anak

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 46 TAHUN 2017 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 46 TAHUN 2017 TENTANG GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang diupayakan pencapaiannya oleh pemerintah. Upaya ini sebagai langkah

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang diupayakan pencapaiannya oleh pemerintah. Upaya ini sebagai langkah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perilaku hidup sehat bagian merupakan dari program kesehatan secara nasional yang diupayakan pencapaiannya oleh pemerintah. Upaya ini sebagai langkah proaktif

Lebih terperinci

LAPORAN KOMUDA BLOK 19 SURVEI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DAN PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT

LAPORAN KOMUDA BLOK 19 SURVEI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DAN PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT LAPORAN KOMUDA BLOK 19 SURVEI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DAN PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT Disusun oleh : Nama : Aswan Subakja PH NIM : 20090340045 Kelompok : 4 Dosen Pembimbing : drg.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Organization/WHO), sekitar 2,2 juta orang meninggal dunia setiap tahunnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Organization/WHO), sekitar 2,2 juta orang meninggal dunia setiap tahunnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usia sekolah merupakan usia penting dalam pertumbuhan dan perkembangan fisik anak. Periode ini juga disebut sebagai periode kritis karena pada masa ini anak mulai mengembangkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUMEDANG DINAS KESEHATAN PUSKESMAS SUMEDANG SELATAN Jln. Pangeran Kornel No. 48 Telp Sumedang 45313

PEMERINTAH KABUPATEN SUMEDANG DINAS KESEHATAN PUSKESMAS SUMEDANG SELATAN Jln. Pangeran Kornel No. 48 Telp Sumedang 45313 Kabupaten Sumedang PEMERINTAH KABUPATEN SUMEDANG DINAS KESEHATAN PUSKESMAS SUMEDANG SELATAN Jln. Pangeran Kornel No. 48 Telp 0261-202114 Sumedang 45313 Puskesmas Sumedang Selatan KERANGKA ACUAN (TERM OF

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana dimaksud dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mmpengaruhi kesehatan mereka (Hilderia, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. mmpengaruhi kesehatan mereka (Hilderia, 2006). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sekolah dasar merupakan tempat belajar anak usia antara 7-12 tahun, kelompok tingkat kerawanan tinggi karena dalam proses pertumbuhan. Karakteristik anak sekolah dasar

Lebih terperinci

Laporan Pengabdian Kepada Masyarakat di Desa Sumberjambe 2016 BAB 1. PENDAHULUAN

Laporan Pengabdian Kepada Masyarakat di Desa Sumberjambe 2016 BAB 1. PENDAHULUAN BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi Sampah merupakan bahan padat buangan dari kegiatan rumah tangga, pasar, perkantoran, rumah penginapan, hotel, rumah makan, industri, atau aktivitas manusia lainnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya guna tercapainya negara yang kuat (Ratna, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya guna tercapainya negara yang kuat (Ratna, 2011). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia merupakan bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun lokasi dan waktu penelitian ini yakni sebagai berikut :

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun lokasi dan waktu penelitian ini yakni sebagai berikut : BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Adapun lokasi dan waktu penelitian ini yakni sebagai berikut : 3.1.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini bertempat di Desa Tunas Jaya Kec Popayato

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU KESEHATAN GIGI MURID KELAS VI MADRASAH DINIYAH ISLAMIYAH MUHAMMADIYAH SEI KINDAUNG KOTA BANJARMASIN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU KESEHATAN GIGI MURID KELAS VI MADRASAH DINIYAH ISLAMIYAH MUHAMMADIYAH SEI KINDAUNG KOTA BANJARMASIN Al Ulum Vol.52 No.2 April 2012 halaman 14-18 14 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU KESEHATAN GIGI MURID KELAS VI MADRASAH DINIYAH ISLAMIYAH MUHAMMADIYAH SEI KINDAUNG KOTA BANJARMASIN ABSTRAK

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Keperawatan STIKes Medika Cikarang 2015 Vol. 5, No. 1

Jurnal Ilmiah Keperawatan STIKes Medika Cikarang 2015 Vol. 5, No. 1 FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA TATANAN RUMAH TANGGA MENGGUNAKAN JAMBAN SEHAT DI DUSUN II RW. 04 DESA SUKAKARYA KEC. SUKAKARYA KAB. BEKASI TAHUN 2015 Ns. Yuli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Derajat Kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain lingkungan,

BAB I PENDAHULUAN. Derajat Kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain lingkungan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Derajat Kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Faktor lingkungan dan perilaku sangat mempengaruhi

Lebih terperinci

PELATIHAN DOKTER KECIL DALAM UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) SISWA DI SDN 2 LABUAPI

PELATIHAN DOKTER KECIL DALAM UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) SISWA DI SDN 2 LABUAPI PELATIHAN DOKTER KECIL DALAM UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) SISWA DI SDN 2 LABUAPI ABSTRAK NOVA BUDIHARJO Akademi Kesehatan Gigi Karya Adi Husada Mataram e-mail : akg.mataram@yahoo.co.id

Lebih terperinci

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE PENELITIAN PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE Andreas A.N*, Titi Astuti**, Siti Fatonah** Diare adalah frekuensi dan likuiditas buang air besar (BAB) yang abnormal, ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terpadu kepada masyarakat dalam upaya untuk mengatasi masalah kesehatan serta

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terpadu kepada masyarakat dalam upaya untuk mengatasi masalah kesehatan serta BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Puskesmas Tilote sebagai salah satu pelayanan dasar dan terdepan di Kecamatan Tilango memberikan pelayanan rawat jaan dan rawat

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSONAL HYGIENE,

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSONAL HYGIENE, HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSONAL HYGIENE, DAN SUMBER AIR BERSIH DENGAN GEJALA PENYAKIT KULIT JAMUR DI KELURAHAN RANTAU INDAH WILAYAH KERJA PUSKESMAS DENDANG KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR TAHUN 2013 *V.A

Lebih terperinci

Jurnal CARE, Vol. 3, No. 1, 2015

Jurnal CARE, Vol. 3, No. 1, 2015 Jurnal CARE, Vol. 3, No., 05 5 PELAKSANAAN PROGRAM UKS DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) SISWA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KEDUNG KANDANG KOTA MALANG Erlisa Candrawati ) ; Esti Widiani ) ),

Lebih terperinci

BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 27 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT

BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 27 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 27 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO, Menimbang : a. Bahwa

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PENDIDIKAN BIDAN DENGAN PENGGUNAAN PARTOGRAF DI PUSKESMAS PAGADEN PERIODE MARET SAMPAI JULI 2008

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PENDIDIKAN BIDAN DENGAN PENGGUNAAN PARTOGRAF DI PUSKESMAS PAGADEN PERIODE MARET SAMPAI JULI 2008 11 HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PENDIDIKAN BIDAN DENGAN PENGGUNAAN PARTOGRAF DI PUSKESMAS PAGADEN PERIODE MARET SAMPAI JULI 2008 Novie E. Mauliku, Nurbaeti, Indrianti Windaningsih ABSTRAK Latar Belakang

Lebih terperinci

PEMBIASAAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE OLEH IBU KEPADA BALITA (USIA 3-5 TAHUN) DI KELURAHAN DERWATI

PEMBIASAAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE OLEH IBU KEPADA BALITA (USIA 3-5 TAHUN) DI KELURAHAN DERWATI Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol.4, No.1, April 2015 66 PEMBIASAAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE OLEH IBU KEPADA BALITA (USIA 3-5 TAHUN) DI KELURAHAN DERWATI Riane Wulandari¹, Sudewi Yogha², Rita Patriasih²

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perumahan dan permukiman yang dikelola dengan baik merupakan sebuah indikator kesejahteraan dan target intervensi untuk meningkatkan kesehatan masyarakat (Thomson, 2001).

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis : HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI SERTA PERAN KELUARGA TERHADAP UPAYA PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT TUBERKULOSIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERAWATAN SUBAN KECAMATAN BATANG ASAM TAHUN 2015 Herdianti STIKES

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau biasa juga disebut sebagai PHBS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau biasa juga disebut sebagai PHBS BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau biasa juga disebut sebagai PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran,

Lebih terperinci

Oleh : Merlly Amalia ABSTRAK

Oleh : Merlly Amalia ABSTRAK HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN KINERJA KADER POSYANDU DALAM EVALUASI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA DI POSYANDU DESA CIDENOK WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS SUMBERJAYA KABUPATEN MAJALENGKA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan hak asasi manusia yang harus dihargai. Sehat juga investasi untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan hak asasi manusia yang harus dihargai. Sehat juga investasi untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sehat merupakan karunia Tuhan yang perlu disyukuri, karena sehat merupakan hak asasi manusia yang harus dihargai. Sehat juga investasi untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT KELURAHAN MOODU KECAMATAN KOTA TIMUR KOTA GORONTALO

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT KELURAHAN MOODU KECAMATAN KOTA TIMUR KOTA GORONTALO PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT KELURAHAN MOODU KECAMATAN KOTA TIMUR KOTA GORONTALO Oleh ROSTIN GALOMAT (NIM. 841 410 062, Jurusan Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang serius terutama pada anak usia 1-5 tahun dan merupakan penyebab kematian anak di negara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengetahui dengan objek yang diketahui. Namun dalam pertemuan ini subjek tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengetahui dengan objek yang diketahui. Namun dalam pertemuan ini subjek tidak BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan bukanlah hanya sekedar pertemuan antara subjek yang mengetahui dengan objek yang diketahui, tetapi pengetahuan adalah persatuan antara subjek

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilaku melalui pendekatan pimpinan (advocacy), bina suasana (social support)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilaku melalui pendekatan pimpinan (advocacy), bina suasana (social support) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga,

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENCEGAHAN KARIES GIGI PADA MURID KELAS SATU SDN 74/IV DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEBUN HANDIL KOTA JAMBI TAHUN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENCEGAHAN KARIES GIGI PADA MURID KELAS SATU SDN 74/IV DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEBUN HANDIL KOTA JAMBI TAHUN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENCEGAHAN KARIES GIGI PADA MURID KELAS SATU SDN 74/IV DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEBUN HANDIL KOTA JAMBI TAHUN 2014 Sakinah 1*, Herlina 2 1 STIKes Prima Prodi IKM

Lebih terperinci