LAPORAN KOMUDA BLOK 19 SURVEI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DAN PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN KOMUDA BLOK 19 SURVEI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DAN PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT"

Transkripsi

1 LAPORAN KOMUDA BLOK 19 SURVEI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DAN PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT Disusun oleh : Nama : Aswan Subakja PH NIM : Kelompok : 4 Dosen Pembimbing : drg. Nyka Dwi Febria \ PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2012 i

2 ii Halaman Pengesahan Laporan Komuda Blok 19 SURVEI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DAN PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT Di susun oleh : Nama : Aswan Subakja PH NIM : Yogyakarta,05 Oktober 2012 Di setujui oleh : Dosen Pembimbing : (drg. Nyka Dwi Febria) Mengetahui Koordinator KOMUDA Blok 19 Penanggung Jawab Blok 19 (drg. Laelia Anggraini, Sp. KGA) (drg. Sri Utami)

3 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL...iv BAB I I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Sasaran Survei..3 C. Tujuan Survei... 3 II. METODE SURVEI A. Lokasi dan Populasi B. Pengambilan Sampel C. Pengumpulan Data D. Pelaksanaan Survei... 6 III. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Survei Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) B. Survei Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut... 9 IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran... 12

4 iv BAB II. RENCANA PEMECAHAN MASALAH I. PENDAHULUAN II. MENENTUAN PRIORITAS MASALAH III. PENETAPAN PRIORITAS JALAN KELUAR A. Penyusunan Alternatif Jalan Keluar B. Pemilihan Prioritas Jalan Keluar IV. RENCANA PEMECAHAN MASALAH A. Asumsi Perencanaan B. Strategi Pendekatan C. Kelompok Sasaran D. Tempat E. Waktu F. Biaya G. Organisasi dan Tenaga Pelaksana H. Metode Penelitian 22 BAB III. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran Daftar Pustaka... Lampiran

5 BAB 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Derajat kesehatan merupakan salah satu unsur penting dalam upaya peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Sementara itu, derajat kesehatan tidak hanya ditentukan oleh pelayanan kesehatan tetapi yang lebih dominan dari hal tersebut adalah kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat (Permenkes, 2011). Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari yang tidak sehat menjadi perilaku yang sehat dan menciptakan lingkungan sehat. Oleh karena itu, kesehatan perlu kita jaga, pelihara dan tingkatkan serta diperjuangkan oleh semua pihak. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1193/MENKES/SK/X/2004, ditetapkan Visi Nasional dari promosi kesehatan untuk mendukung upaya peningkatan perilaku sehat yaitu perilaki hidup bersih dan sehat 2010). Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan sekumpulan perilaku yang diaplikasikan atas dasar kesadaran yang merupakan hasil dari pembelajaran, yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri dibidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. Program PHBS ini telah dilakukan oleh Kementerian Kesehatan (dulu bernama Departemen Kesehatan) sejak tahun 1996 (Permenkes, 2011). Sehingga PHBS merupakan salah satu pilar utama dalam mewujudkan Indonesia Sehat dan merupakan salah satu strategi untuk mengurangi beban negara dan masyarakat terhadap pembiayaan kesehatan. Menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKEDAS) tahun 2007 mengungkapkan bahwa rumah tangga di Indonesia yang mempraktikan PHBS baru mencapai 38,7 %. Oleh sebab itu, Rencana Strategi (Restra) Kementerian Kesehatan tahun mencantumkan target 70 1

6 2 rumah tangga sudah mempraktikan PHBS pada tahun Hal ini jelas menuntut peningkatan kinerja yang luar biasa dalam pembinaan PHBS. Di dalam PHBS terdapat 5 tatanan yang termuat didalamnya, yaitu tatanan rumah tangga, sekolah, tempat kerja, sarana kesehatan dan tempat-tempat umum. Dari tiap-tiap tatanan tersebut memiliki pengaruh yang saling berhubungan, sehingga, di tiap tatanan diperlukan pengelolahan menajemen program PHBS melalui tahap pengkajian, perencanaan, penggerakan pelaksanaan atau pembinaan sampai dengan pemantauan dan penilaian (Permenkes 2011). Pemberdayaan masyarakat harus dimulai dari rumah tangga atau keluarga, karena rumah tangga yang sehat merupakan asset atau modal pembangunan di masa depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Menurut Depkes tahun 2009, Beberapa anggota rumah tangga mempunyai masa rawan terkena penyakit menular dan penyakit tidak menular, oleh karena itu untuk mencegah penyakit tersebut, anggota rumah tangga perlu diberdayakan untuk melaksanakan PHBS. PHBS di Rumah Tangga dilakukan untuk mencapai Rumah Tangga ber PHBS yang melakukan 10 PHBS yaitu : 1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan 2. Memberi ASI 3. Menimbang balita setiap bulan 4. Menggunakan air bersih 5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun 6. Menggunakan jamban sehat 7. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu 8. Makan buah dan sayur setiap hari 9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari

7 3 10. Tidak merokok di dalam rumah B. Sasaran Survei Sasaran PHBS di rumah tangga adalah seluruh anggota keluarga secara keseluruhan khususnya di daerah kelurahan suryatmajan dusun cokrodirjan. dan terbagi dalam 3 hal pokok yaitu (Permenkes, 2011) : 1. Sasaran primer Sasaran primer adalah sasaran utama dalam suatu rumah tangga yang akan dirubah perilakunya atau anggota keluarga yang bermasalah. 2. Sasaran sekunder Sasaran sekunder adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu dalam keluarga yang bermasalah misalnya : kepala keluarga, ibu, orang tua, dan tokoh keluarga, 3. Sasaran tersier Sasaran tersier adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur pembantu dalam menunjang atau mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan untuk tercapainya pelaksanaan PHBS misalnya : kepala desa, lurah, camat, kepala puskesmas, tokoh masyarakat, dan lain-lain. C. Tujuan Survei Menurut Peraturan Menteri Kesehatan tahun 2011, di dapat tujuan sebagai berikut : 1. Tujuan Umum : Meningkatkan PHBS di tatanan rumah tangga, tatanan institusi pendidikan, tatanan tempat kerja, tatanan tempat umum dan tatanan fasilitas. Yang dimana akan menjadi acuan bagi lintas program dan lintas sektor dalam rangka pengembangan program PHBS percontohan untuk meningkatkan cakupan rumah tangga

8 4 berperilaku hidup bersih dan sehat secara bertahap dan berkesinambungan menuju Kabupaten/Kota Sehat. 2. Tujuan Khusus a. Tersedianya pedoman pelaksanaan program PHBS Kabupaten/Kota sebagai percontohan untuk meningkatkan cakupan rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat. b. Meningkatkan peran serta organisasi masyarakat atau kelompok potensial. c. Meningkatkan akses informasi dan edukasi kepada masyarakat di tiap tatanan. d. Terlaksananya pengembangan Kabupaten/Kota percontohan program PHBS. e. Memperkuat gerakan dan peran serta masyarakat melalui PHBS di tiap tatanan. f. Meningkatnya cakupan rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat. g. Meningkatnya Desa/Kelurahan dan Kabupaten/Kota Sehat. Adapun tujuan dari sasaran survei Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), yaitu: 1. Mahasiswa a. Mengetahui cara melakukan survei Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam tatanan rumah tangga. b. Melakukan evaluasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada tatanan rumah tangga di wilayah Dusun Gemblakan Bawah, Kelurahan Suryatmajan, Kecamatan Danurejan, Yogyakarta. c. Merencanakan suatu pemecahan masalah untuk mengatasi masalah yang ada di wilayah Dusun Gemblakan Bawah, Kelurahan Suryatmajan, Kecamatan Danurejan, Yogyakarta.

9 5 2. Individu dan Keluarga a. Memperoleh informasi kesehatan melalui berbagai saluran, baik langsung maupun media massa. b. Mempunyai pengetahuan, kemauan dan kemampuan untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya. c. Memperaktikkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), menuju keluarga atau rumah tangga sehat. d. Mengupayakan paling sedikit salah seorang menjadi kader kesehatan bagi keluarga. e. Berperan aktif dalam upaya/kegiatan kesehatan. 3. Tatanan sarana kesehatan, institusi pendidikan, tempat kerja dan tempat umum. a. Masing-masing tatanan mengembangkan kader-kader kesehatan b. Mewujudkan tatanan yang sehat menuju terwujudnya kawasan sehat. II. Metode Survei A. Lokasi dan Populasi Lokasi : Kabupaten Yogyakarta, Kecamatan Danurejan, Kelurahan Suryatmajan, Dusun Gembloan bawah, RW 7. Populasi : Masyarakat yang berada di Dusun Gembloan bawah. B. Pengambilan Sampel Sampel dalam survei PHBS dan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut ini dilakuakan secara random sampling, dipilih secara acak 3 keluarga dalam suatu kelurahan di kota Yogyakarta, pada survey kali ini pada dusun Gembloan bawah RW 7. Sedangkan untuk DMFT yaitu dengan mengambil perwakilan 1 anggota keluarga secara random dari 3 kepala keluarga tersebut.

10 6 C. Pengumpulan Data Pengumpulan data survei PHBS ini dilakukan dengan cara wawancara langsung pada kepala keluarga atau salah satu perwakilan keluarga dan dengan menggunakan kuisioner yang di isi oleh salah satu perwakilan di tiap keluarganya. D. Pelaksanan Survei Survei PHBS ini dilakukan pada : Hari, Tanggal : Kamis, 4 Oktober 2012 Waktu : WIB III. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. HASIL A. Survei Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Tabel 1. Distribusi sampel berdasarkan umur dan jenis kelamin Laki-laki Perempuan Umur Jumlah % Jumlah % 0-5 tahun tahun tahun 2 28,57 % tahun 1 14,28 % 2 >60 tahun ,28 % - 14,28 % 28,57 % - Keterangan : Proporsi jumlah perempuan lebih besar dibandingkan dengan laki-laki.

11 7 Tabel 2. Data sosial ekonomi sampel. No Mata pencaharian Jumlah 1 Karyawan Swasta 2 2 Wiraswasta 1 3 Tunakarya / Tidak Bekerja 4 4 PNS 0 % 28,57% 14,28% 57,14 0 Keterangan : Proporsi paling besar untuk data sosial ekonomi adalah Tunakarya atau tidak bekerja, yaitu 57,14%. Hal ini desebabkan karena di dominasi oleh Ibu rumah tangga. Tabel 3. Data sosial budaya sampel. No Tingkat pendidikan Jumlah 1 SD 1 2 SMP 2 3 SMA / SMK 3 4 Tidak Sekolah 1 % 14,28% 28,57% 42,85% 14,28% Keterangan : Proporsi anggota keluarga yang memiliki pendidikan terakhir yang paling banyak adalah SMA.

12 8 Tabel 4. Rekapitulasi PHBS Tatanan Rumah Tangga Dengan Pokok Permasalahan No Pokok permasalahan Keluarga 1 Kesehatan umum YA % Tidak % Tidak merokok 2 66,67% 1 33,33% Sarapan pagi 2 66,67% 1 33,33% Dana Sehat % Cuci tangan 3 100% 0 - Sikat gigi sebelum tidur % 2 Kesehatan Lingkungan Penduduk menggunakan jamban 3 100% 0 - Penduduk menggunakan sarana air bersih Terdapat tempat pembuangan sampah Terdapat SPAL ( Sistem Pembuangan Air Limbah) 3 100% % ,33% 2 66,67% Kepadatan penduduk %

13 9 B. Survei pengetahuan kasehatan gigi dan mulut Tabel 5. Frekuensi menyikat gigi responden per hari No 1 Frekuensi Menyikat gigi Tidak pernah Kelompok umur (tahun) 6-15 > (n=1) (n=2) (n= ) (n= ) % % % % Satu kali Dua kali ,33% 2 66,67% Tiga kali Keterangan : Prosentase menyikat gigi responden paling banyak adalah 2 kali, dan kelompok umur tahun yaiu sebesar 100% dan 66,67% Tabel 6. Pemanfaatan fasilitas kesehatan gigi dan mulut. Kondisi No 1 2 Jenis masalah Pernah mendapatkan perawatan gigi Merasakan kelainan pada gigi dan mulut Ya tidak Tidak tahu % % % 2 66,67% 1 33,33% % - -

14 10 3 Melakukan perawatan gigi di puskesmas % - - Keterangan : proporsi dari tabel diatas bahwa terdapat 2 responden pernah mendapatkan perawatan gigi, dan untuk sekarang tidak ada yang mengalami kelainan. Sedangkan utuk melakukan perawatan gigi di puskesmas tidak ada, karena responden melakukan perawatan pada klinik. Tabel 7. Tingkat pengetahuan responden tentang kesehatan gigi dan mulut. Umur 6-15 n(0) 16-45(1) 46-60(2) Tingkat pengetahuan % % % Rendah (0-4) ,33% - Sedang (5-8) ,33% 1 33,33% - Tinggi (>9) >60 % Keterangan : proporsi untuk tingkat pengetahuan, paling bnyak adalah pada level sedang, dengan skala umur tahun dan tahun.

15 11 Tabel 8. Tingkat kepercayaan responden tentang kesgilut. Kondisi No 1 2 Jenis masalah Percaya gigi bisa dipertahankan sampai tua Percaya pencabutan gigi menyebabkan kebutaan Ya tidak Tidak tahu % % % 2 66,67% 1 33,33% ,67% 1 33,33% - - Keterangan: Responden yang percaya bahwa gigi dapat dipertahankan sampai tua adalah 2 orang dan untuk percaya pencabutan gigi dapat menyebabkan kebutaan adalah 2 orang. 2. Pembahasan Berdasarkan dari hasil survei PHBS diatas disebutkan bahwa perilaku hidup bersih pada tatanan rumah tangga sudah mencakup 8 dari 10 indikator PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) yang ditujukan pada tatanan rumah tangga. Dari seluruh anggota keluarga yang berjumlah 7 anggota keluarga (keluarga Ibu Dariem sebanyak 3 anggota keluarga, keluarga Bapak Muhsiran sebanyak 2 anggota keluarga dan keluarga Bapak Budi riyanto sebanyak 3 anggota keluarga. Berdasarkan dari hasil survei PHBS dalam tatanan rumah tangga berdasarkan tabel 3 dan tabel 7 yang sangat berakitan tentang tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan disebutkan bahwa Kepala Keluarga yang memiliki pendidikan terakhir SMA sebanyak 42,85% lebih tinggi tingkat pengetahuannya dibandingkan dengan Kepala Keluarga yang

16 12 memiliki pendidikan terakhir lainnya. Hal tersebut dikarenakan tingkat pendidikan setiap keluarga dapat mempengaruhi seseorang dalam mencerna informasi dan memperoleh pengetahuan dalam menerapkan hidup sehat. Tingkat pengetahuan tentang kesehaan gigi dan mulut dapat dikategorikan sedang sebanyak 66,66% dan kategori rendah sebanyak 33,33%. Menurut proporsi tentang tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut telah terlihat bahwa keluarga yang telah dipilih sebagai responden mengerti tentang resiko terjadinya penyakit, penyebabnya timbulnya penyakit, apa yang terjadi jika penyakit tersebut tidak disembuhkan, serta pencegahan yang dilakukan sebelum penyakit gigi dan mulut yaitu dengan cara menyikat gigi sebanyak 2 kali sehari. Pengetahuan tentang kondisi gigi, seperti halnya mempercayai bahwa gigi dapat dipertahankan hingga tua sebanyak 66,66% dan pencabutan gigi tidak dapat menyebabkan kebutaan 66,66%. Berdasarkan hasil survei PHBS dalam tatanan rumah tangga dan berdasarkan tabel 2 tentang sosial ekonomi disebutkan bahwa Wiraswasta sebanyak 14,28%, Karyawan Swasta sebanyak 28,57%, dan Tunakarya sebanyak 57,14%. Kepala Keluarga yang memiliki mata pencaharian Karyawan Swasta lebih kooperatif karena dapat terlihat dari hasil wawancara bahwa pada saat menanggapi pertanyaan dan informasi sangat mengerti akan kesadaran perilaku hidup bersih dan sehat. Sosial ekonomi sangat berpengaruh terhadap perubahan sikap menuju hidup bersih dan sehat, karena pendapatan yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari sangat berpengaruh dalam keadaan sehat seseorang. Keadaan gizi seseorang dan sanitasi lingkungan yang bersih sangat berpengaruh terhadap kondisi sehat seseorang. Menurut hasil survei PHBS tentang kesehatan umum dan kesehatan lingkungan disebutkan bahwa ada 8 indikator yang dilakukan hampir 100%. Pada kesehatan umum, survei penduduk yang proporsi jumlah penduduk yang tidak sikat gigi sebelum tidur dan mengikuti dana sehat yaitu 3 KK, hal ini lebih besar jumlahnya dibandingkan indicator

17 13 yang lain. Untuk kesehatan lingkungan semua indicator telah dilakukan oleh ke tiga keluarga tersebut.. IV. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan Menurut hasil survei PHBS sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, sosial ekonomi, dan sosial budaya. Dari 10 indikator PHBS rumah tangga. ada 6 indikator yang dilakukan, 100% menunjukkan bahwa perilaku hidup bersih telah dilakukan oleh anggota keluarga tersebut. Menurut survei tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut terhadap responden terdapat 66,67 % yang memiliki kategori tingkat pengetahuan sedang dan 33,33 % memiliki kategori tingkat pengetahuan rendah. Oleh karena itu, semakin tinggi tingkat pengetahuan, semakin mudah mendapatkan informasi untuk melakukan perilaku hidup bersih dan sehat karena dalam mencerna dan memahami informasi akan kesadaran perilaku hidup bersih sangatlah penting. 2. Saran a. Bagi Masyarakat 1. Masyarakat meningkatkan pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada lingkungan sekitar agar tercapai 10 indikator dari PHBS tersebut. 2. Masyarakat diharapkan menjaga kesehatan gigi dan mulut serta meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut. b. Bagi Puskesmas Meningkatkan promosi kesehatan dalam bidang PHBS serta kesehatan gigi dan mulut sehingga masyarakat lebih paham pentingnya kesehatan dan menciptakan hidup bersih.

18 14 BAB II I. Pendahuluan Menurut Azrul Azwar 1996, dalam menentukan prioritas masalah ditentukan oleh beberapa kriteria yang digunakan, criteria yang dimaksud yaitu : 1. I (Importancy) adalah pentingnya suatu masalah, terdiri dari beberapa komponen yaitu : a. P (Pravelence) adalah besarnya masalah b. S (Severity) adalah akibat yang ditimbulkan c. RI (Rate of increase) adalah kenaikan besarnya masalah d. DU (Degree of unmeet need) adalah derajat keinginan masalah yang tidak terpenuhi e. SB (Social benefit) adalah keuntungan social karena terselesaikannya masalah. f. PB (Public concern) adalah rasa prihatin masyarakat terhadap masalah g. PC (Public climate) adalah suasana politik 2. T (Technical feasibility) adalah kelayakan teknologi yang tersedia 3. R (Resources availability) adalah sumber daya yang tersedia.

19 15 II. Menentukan Prioritas Masalah Tabel 9. Matriks permasalahan kesehatan Umum Dengan Parameter I N Daftar T R P S RI DU SB PB PC o masalah 1 Merokok IXTXR Tidak sarapan pagi Tidak memiliki Dana Sehat Tidak sikat gigi sebelum tidur Tidak mencuci tangan Keterangan: I. Nilai 1 : untuk kriteria masalah yang kurang penting II. Nilai 2 : untuk kriteria masalah yang agak penting III. Nilai 3 : untuk kriteria masalah yang penting IV. Nilai 4 : untuk kriteria masalah yang sangat penting V. Nilai 5 : untuk kriteria masalah yang sangat penting sekali

20 16 Tabel 10. Matriks Permasalahan Kesehatan Lingkungan dengan Parameter No Daftar masalah I T R P S RI DU SB PB PC IXTXR Penduduk 1 tidak menggunakan jamban Penduduk 2 tidak menggunakan sarana air bersih Tidak terdapat 3 tempat pembuangan sampah Tidak terdapat 4 SPAL (Sistem Pembuangan Air Limbah) 5 Kepadatan penduduk

21 17 Keterangan: I. Nilai 1 : untuk kriteria masalah yang kurang penting II. Nilai 2 : untuk kriteria masalah yang agak penting III. Nilai 3 : untuk kriteria masalah yang penting IV. Nilai 4 : untuk kriteria masalah yang sangat penting V. Nilai 5 : untuk kriteria masalah yang sangat penting sekali Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa prioritas masalah yang ada adalah : 1. Kesehatan Umum berupa masalah sikat gigi sebelum tidur. 2. Kesehatan Lingkungan berupa tidak adanya sistem pembuangan limbah (SPAL)

22 18 III. PENETAPAN PRIORITAS JALAN KELUAR A. Penentuan Alternatif Jalan Keluar Tabel 11. Alternatif Jalan Keluar Kesehatan Umum Masalah Penyebab Timbulnya Masalah Aternatif Jalan Keluar Sikat gigi sebelum tidur 1. Kurangnya pengetahuan kesehatan gigi dan mulut (khususnya dalam menyikat gigi) 2. Kurangnya kesadaran atas kesehatan gigi 3. Persepsi yang salah, tentang menyikat gigi 1. Penyuluhan dan edukasi tentang kesehatan gigi dan mulut (khususnya tentang menyikat gigi) 2. Mencoba melakukan pendekatan di lingkungan sekitar 3. Memberikan edukasi yang benar tentang persepsi atau pola pikir yang salah terhadap menyikat gigi Tabel 12. Alternative Jalan Keluar Kesehatan Lingkungan Masalah Tidak terdapat SPAL (Sistem Pembuangan Air Limbah) Penyebab Timbulnya Masalah 1. Kurangnya informasi tentang SPAL 2. Kurangnya partisipasi masyarakat dalam pembuatan SPAL Alternative Jalan Keluar 1. Penyuluhan informasi tentang SPAL 2. Bergotong royong dalam pembuatan SPAL terpadu

23 19 3. Kurangnya lahan untuk pembuatan SPAL 3. Penyedotan air limbah secara berkesinambungan B. Pemilihan Prioritas Jalan Keluar Tabel 13. Prioritas alternative jalan keluar kesehatan umum No Daftar Alternative Jalan keluar Efektivitas efisiensi Jumlah M x I x V M I V C C 1 Penyuluhan dan edukasi tentang kesehatan gigi dan mulut (khususnya menyikat gigi) Melakukan pendekatan pada orang tua dan anak dan lingkungan sekitar 3 Memberikan edukasi yang benar tentang persepsi atau pola pikir yang salah terhadap menyikat gigi Keterangan : Magnitute (M) : besarnya masalah yang dapat diatasi. Importancy (I) : pentingnya jalan keluar. Venerability (V) : seberapa cepat masalah dapat diselesaikan. Cost (C) : biaya yang dikeluarkan untuk menyelesaikan masalah.

24 20 Nilai 1 : untuk kriteria masalah yang paling tidak efektif / paling tidak efisien Nilai 2 : untuk kriteria masalah yang tidak efektif / tidak efisien Nilai 3 : untuk kriteria masalah yang cukup efektif / cukup efisien Nilai 4 : untuk kriteria masalah yang efektif / efisien Nilai 5 : untuk kriteria masalah yang paling efektif / efisien Tabel 14. Prioritas alternative jalan keluar kesehatan lingkungan No Dafter alternative jalan keluar Efektivitas Efisiensi Jumlah M x I x V M I V C C 1 Penyuluhan informasi tentang SPAL Bergotong royong dalam pembuatan SPAL terpadu Penyedotan air limbah secara berkesinambungan Keterangan : Magnitute (M) : besarnya masalah yang dapat diatasi. Importancy (I) : pentingnya jalan keluar. Venerability (V) : seberapa cepat masalah dapat diselesaikan. Cost (C) : biaya yang dikeluarkan untuk menyelesaikan masalah.

25 21 Nilai 1 : untuk kriteria masalah yang paling tidak efektif / paling tidak efisien Nilai 2 : untuk kriteria masalah yang tidak efektif / tidak efisien Nilai 3 : untuk kriteria masalah yang cukup efektif / cukup efisien Nilai 4 : untuk kriteria masalah yang efektif / efisien Nilai 5 : untuk kriteria masalah yang paling efektif / efisien

26 22 I. RENCANA PEMECAHAN MASALAH A. Asumsi perencanaan 1. Positif : warga dusun gemblakan bawah kooperatif, biaya pelaksanaan prioritas jalan keluar yang dibutuhkan mencukupi dan tidak melebihi kapasitas. 2. Negatif : kurangnya SDM dalam melakukan penyuluhan, sarana dan prasarana kurang memadai serta padatnya penduduk. B. Strategi Pendekatan 1. Pendekatan secara langsung dengan melakukan penyuluhan kepada masyarakat. 2. Melakukan pendekatan secara tidak langsung kepada para kepala keluarga agar dapat mempengaruhi anggota keluarga lainnya. 3. Dilakukan evaluasi secara rutin setelah dilakukan penyuluhan agar mengetahui keefektifan dari hasil penyuluhan. C. Kelompok sasaran : individu dan komunitas di dusun gemblakan bawah. D. Tempat : mengumpulkan seluruh warga yang berada di lingkungan sekitar untuk berkumpul ke kantor kelurahan agar mendapat penyuluhan secara efektif. E. Waktu : dilaksanakan pada hari minggu atau pada saat semua warga berada di lingkungan sekitar. F. Biaya : Rp X 1 kali dalam sebulan X 6 bulan = Rp

27 23 G. Organisasi dan Tenaga Pelaksana : puskesmas dan tenaga pemberi pelayanan kesehatan bekerjasama dengan kecamatan danurejan dibantu relawan untuk memberikan penyuluhan. H. Metode penelitian dan kriteria keberhasilan : metode penelitian yang dilakukan adalah survey secara randomisasi pada 3 kepala keluarga dan observasi. Kriteria keberhasilannya adalah jika terjadi peningkatan angka presentasi jumlah warga yang menggosok gigi sebelum tidur dan SPAL secara baik.

28 24 BAB III KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Hidup sehat dimulai dari diri sendiri sehingga akan menyebar ke keluarga dan lingkungan sekitar menjadikan kehidupan yang lebih sehat dan tercapainya perubahan perilaku kesehatan. 2. Dari surevei PHBS dapat diketahui masalah yang banyak terjadi dimasyarakat sehingga dapat dicari jalan keluar untuk mengatasi masalah tersebut. 3. Permasalahan utama pada kesehatan umum adalah menggosok gigi sebelum tidur dan prioritas jalan keluarnya adalah dengan penyuluhan dan edukasi tentang kesehatan gigi dan mulut (khususnya tentang menyikat gigi). 4. Permasalahan utama pada kesehatan lingkungan terletak pada sistem pembuangan air limbah (SPAL) dengan prioritas jalan keluarnya berupa pemberian penyuluhan informasi tentang sistem pembuangan air limbah (SPAL), bersama-sama mengajak warga untuk bergotong royong membuat SPAL terpadu, melakukan penyedotan air limbah secara berkesinambungan. 5. Kepedulian warga terhadap kesehatan gigi dan mulut masih kurang sehingga perlu melakukan edukasi kepada warga untuk meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut.

29 25 B. SARAN 1. Penyuluhan terhadap pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) perlu ditingkatkan. 2. Pemerintah lebih berperan aktif dalam memantau jalannya program promosi kesehatan. 3. Pemerintah lebih berperan aktif dalam mensosialisasikan pentingnya asuransi kesehatan. 4. Seluruh warga diharapkan ikut berpartisipasi aktif dalam upaya mewujudkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

30 26 Daftar Pustaka Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Visi Nasional Promosi Kesehatan. Jakarta Prof. DR. Azrul Azwar M.P.H, 2010, Pengantar Administrasi Kesehatan, BINARUPA AKSARA, Tangerang Sadaya, P Indikator PHBS Tatanan Rumah Tangga. Diakses tanggal 5 Oktober 2012, dari : -tangga/ Peraturan Menteri Kesehatan, Pedoman Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Jakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kebijakan Indonesia sehat 2010 ( Dinkes Makassar, 2006 )

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kebijakan Indonesia sehat 2010 ( Dinkes Makassar, 2006 ) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sehat merupakan karunia Tuhan yang perlu disyukuri, karena kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dihargai. Sehat, perilaku sehat dan pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipelihara dan ditingkatkan. Hendrik L. Bloom dalam Notoadmojo (2007)

BAB I PENDAHULUAN. dipelihara dan ditingkatkan. Hendrik L. Bloom dalam Notoadmojo (2007) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan adalah hak dasar manusia yang merupakan karunia tuhan yang sangat tinggi nilainya. Kesehatan merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan kualitas

Lebih terperinci

secara sosial dan ekonomis (Notoatmodjo, 2007).

secara sosial dan ekonomis (Notoatmodjo, 2007). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sehat adalah kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia. Kepentingan kesegaran jasmani dalam pemeliharaan kesehatan tidak diragukan lagi, semakin tinggi tingkat kesehatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maju adalah mempunyai derajat kesehatan yang tinggi, karena derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. maju adalah mempunyai derajat kesehatan yang tinggi, karena derajat kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan yang ingin dicapai oleh bangsa Indonesia adalah tercapainya bangsa yang maju dan mandiri, sejahtera lahir dan batin. Salah satu ciri bangsa yang maju adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana dimaksud dalam

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. sendiri. Karena masalah perubahan perilaku sangat terkait dengan promosi

BAB 1 : PENDAHULUAN. sendiri. Karena masalah perubahan perilaku sangat terkait dengan promosi BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan pada umumnya, disebabkan tiga faktor yang timbul secara bersamaan, yaitu (1) adanya bibit penyakit, (2) adanya lingkungan yang memungkinkan berkembangnya

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus di

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus di 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus di wujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana di maksud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk keberhasilan pembangunan bangsa. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk mencapai Indonesia Sehat,

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI KELUARGA UNTUK MELAKUKAN PROGRAM PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI DESA MANGUNHARJO JATIPURNO WONOGIRI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI KELUARGA UNTUK MELAKUKAN PROGRAM PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI DESA MANGUNHARJO JATIPURNO WONOGIRI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI KELUARGA UNTUK MELAKUKAN PROGRAM PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI DESA MANGUNHARJO JATIPURNO WONOGIRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Atikah Sapta Maritsa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Atikah Sapta Maritsa, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Derajat kesehatan merupakan salah satu unsur penting dalam upaya meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) bangsa Indonesia. Sementara itu, derajat kesehatan

Lebih terperinci

Vol. 12 Nomor 1 Januari 2017 Jurnal Medika Respati ISSN :

Vol. 12 Nomor 1 Januari 2017 Jurnal Medika Respati ISSN : PELAKSANAAN PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT PADA TATANAN RUMAH TANGGA DI RT07/RW03 DUSUN AMBARRUKMO, CATURTUNGGAL,DEPOK, SLEMAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Ignatius Gonggo Prihatmono 1, Irma Rahmayani 2 INTISARI

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI IBU BALITA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Ati ul Impartina Program Studi D III Kebidanan STIKES Muhammadiyah Lamongan

HUBUNGAN MOTIVASI IBU BALITA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Ati ul Impartina Program Studi D III Kebidanan STIKES Muhammadiyah Lamongan HUBUNGAN MOTIVASI IBU BALITA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Ati ul Impartina Program Studi D III Kebidanan STIKES Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK Masalah penyakit akibat perilaku dan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berwawasan Kesehatan, yang dilandasi paradigma sehat. Paradigma sehat adalah

BAB I PENDAHULUAN. Berwawasan Kesehatan, yang dilandasi paradigma sehat. Paradigma sehat adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Departemen Kesehatan telah mencanangkan Gerakan Pembangunan Berwawasan Kesehatan, yang dilandasi paradigma sehat. Paradigma sehat adalah cara pandang, pola

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai resiko tinggi akan penyakit (Maryunani, 2013). Oleh karena itu, pada masa ini anak usia sekolah dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan kesehatan berupaya membangun perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat diharapkan mampu melakukan upaya pencegahan secara lebih efisein dan efektif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi

BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi buang air besar. Diare dapat juga didefinisikan bila buang air besar tiga kali atau lebih dan

Lebih terperinci

PENCAPAIAN PROGRAM PHBS DI PUSKESMAS SWAKELOLA DEMPO PALEMBANG TAHUN 2007

PENCAPAIAN PROGRAM PHBS DI PUSKESMAS SWAKELOLA DEMPO PALEMBANG TAHUN 2007 Pencapaian Program PHBS di Puskesmas Swakelola Dempo Palembang Tahun 2007 PENCAPAIAN PROGRAM PHBS DI PUSKESMAS SWAKELOLA DEMPO PALEMBANG TAHUN 2007 Hendarmin Aulia Staff Pengajar di Bagian IKM-IKK Fakultas

Lebih terperinci

PERBEDAAN PEMBERIAN PENYULUHAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PHBS PADA IBU RUMAH TANGGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKALONGAN SELATAN

PERBEDAAN PEMBERIAN PENYULUHAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PHBS PADA IBU RUMAH TANGGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKALONGAN SELATAN 1 PERBEDAAN PEMBERIAN PENYULUHAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PHBS PADA IBU RUMAH TANGGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKALONGAN SELATAN Sudaryanta 1, Swasti Artanti 2, Ni matul Ulya 3 Email

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. produktivitas kerja guna meningkatkan kesejahteraan keluarga. Orang bijak

BAB 1 PENDAHULUAN. produktivitas kerja guna meningkatkan kesejahteraan keluarga. Orang bijak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sehat adalah karunia Tuhan yang perlu disyukuri, karena sehat merupakan hak asasi manusia yang harus dihargai. Sehat juga investasi untuk meningkatkan produktivitas

Lebih terperinci

Pemberian nilai untuk I yaitu : Nilai 5 : Sangat penting Nilai 4 : Penting NIlai 3 : Agak penting Nilai 2 : Kurang penting Nilai 1 : Tidak penting

Pemberian nilai untuk I yaitu : Nilai 5 : Sangat penting Nilai 4 : Penting NIlai 3 : Agak penting Nilai 2 : Kurang penting Nilai 1 : Tidak penting 1. Teknik Kriteria Matriks (Criteria Matrix Technique) Dalam teknik penentuan prioritas masalah ini kriteria yang paling banyak digunakan adalah Pentingnya masalah, kelayakan teknologi dan Sumber daya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. masa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Visi Indonesia Sehat 2010 merupakan gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu menjangkau pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat. Program PHBS telah dilaksanakan sejak tahun 1996 oleh

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat. Program PHBS telah dilaksanakan sejak tahun 1996 oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan perilaku yang dilakukan seseorang untuk selalu memperhatikan kebersihan, kesehatan, dan berperilaku sehat. Program PHBS

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 78 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI KABUPATEN PATI

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 78 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI KABUPATEN PATI SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 78 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI KABUPATEN PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di dunia, terutama pada anak-anak, di negara-negara berkembang maupun di negara-negara maju. WHO (2000) memperkirakan,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. proporsinya yang tinggi dalam keseluruhan populasi rakyat Indonrsia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. proporsinya yang tinggi dalam keseluruhan populasi rakyat Indonrsia BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) Populasi anak usia sekolah merupakan elemen yang cukup penting karena proporsinya yang tinggi dalam keseluruhan populasi rakyat Indonrsia (Reksoprodjo,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Promosi Kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Promosi Kesehatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Promosi Kesehatan 2.1.1. Pengertian Promosi Kesehatan Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran diri oleh dan untuk masyarakat

Lebih terperinci

Jln. Arjuna Utara Tol Tomang Kebun Jeruk, Jakarta

Jln. Arjuna Utara Tol Tomang Kebun Jeruk, Jakarta UPAYA KOMUNIKASI, INFORMASI, DAN EDUKASI (KIE) DALAM PENINGKATAN PENGETAHUAN MENGENAI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) TATANAN RUMAH TANGGA PADA IBU NELAYAN DI MUARA ANGKE, JAKARTA Intan Silviana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menjaga tingkat kesehatan, aktifitas masyarakat tidak terganggu dan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menjaga tingkat kesehatan, aktifitas masyarakat tidak terganggu dan dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pentingnya menjaga kesehatan bagi masyarakat adalah hal mutlak. Karena dengan menjaga tingkat kesehatan, aktifitas masyarakat tidak terganggu dan dapat terus produktif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur, salah satu agenda riset nasional bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur, salah satu agenda riset nasional bidang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan visi pembagunan Indonesia tahun 2025 yaitu Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur, salah satu agenda riset nasional bidang sosial kemanusiaan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung berjudul Dampak Program Warung Anak Sehat (WAS) terhadap Perilaku Hygiene-Sanitasi Ibu WAS

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA SISWI KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 CILEULEUS TASIKMALAYA

PENATALAKSANAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA SISWI KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 CILEULEUS TASIKMALAYA PENATALAKSANAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA SISWI KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 CILEULEUS TASIKMALAYA INDA AINI NOOR FADILAH MA 0712072 INTISARI Perilaku hidup bersih dan sehat dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sehat merupakan hak setiap individu agar dapat melakukan segala

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sehat merupakan hak setiap individu agar dapat melakukan segala BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sehat merupakan hak setiap individu agar dapat melakukan segala aktivitas hidup sehari-hari. Untuk bisa hidup sehat, kita harus mempunyai Perilaku Hidup Bersih dan

Lebih terperinci

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada Yth. Calon responden penelitian Di Tempat Dengan hormat, Saya sebagai mahasiswa Program Studi D III Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perumahan dan permukiman yang dikelola dengan baik merupakan sebuah indikator kesejahteraan dan target intervensi untuk meningkatkan kesehatan masyarakat (Thomson, 2001).

Lebih terperinci

II. TINJAUAN TEORITIS

II. TINJAUAN TEORITIS II. TINJAUAN TEORITIS 2.1 Promosi Kesehatan (Health Promotion) Perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok dan masyarakat (Blum, dalam

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUMEDANG DINAS KESEHATAN PUSKESMAS SUMEDANG SELATAN Jln. Pangeran Kornel No. 48 Telp Sumedang 45313

PEMERINTAH KABUPATEN SUMEDANG DINAS KESEHATAN PUSKESMAS SUMEDANG SELATAN Jln. Pangeran Kornel No. 48 Telp Sumedang 45313 Kabupaten Sumedang PEMERINTAH KABUPATEN SUMEDANG DINAS KESEHATAN PUSKESMAS SUMEDANG SELATAN Jln. Pangeran Kornel No. 48 Telp 0261-202114 Sumedang 45313 Puskesmas Sumedang Selatan KERANGKA ACUAN (TERM OF

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PROGRAM PROMKES DINAS KESEHATAN KOTA SURAKARTA UPTD PUSKESMAS PUCANGSAWIT

KERANGKA ACUAN PROGRAM PROMKES DINAS KESEHATAN KOTA SURAKARTA UPTD PUSKESMAS PUCANGSAWIT KERANGKA ACUAN PROGRAM PROMKES DINAS KESEHATAN KOTA SURAKARTA UPTD PUSKESMAS PUCANGSAWIT 1. Pendahuluan Dalam rangka mengoptimalkan fungsi Pusat Kesehatan Masyarakat dalam mendukung penyelenggaraan pembangunan

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PHBS DI MTS MIFTAHUL ULUM KECAMATAN KEMLAGI KABUPATEN MOJOKERTO. Dwi Helynarti Syurandari*)

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PHBS DI MTS MIFTAHUL ULUM KECAMATAN KEMLAGI KABUPATEN MOJOKERTO. Dwi Helynarti Syurandari*) EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PHBS DI MTS MIFTAHUL ULUM KECAMATAN KEMLAGI KABUPATEN MOJOKERTO Dwi Helynarti Syurandari*) Abstrak Perilaku Hidup bersih dan Sehat merupakan sekumpulan perilaku

Lebih terperinci

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN INDIKATOR PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA RUMAH TANGGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAYAMANYA KABUPATEN POSO 1) Fitriyah G. Mursad 1) Bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang diupayakan pencapaiannya oleh pemerintah. Upaya ini sebagai langkah

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang diupayakan pencapaiannya oleh pemerintah. Upaya ini sebagai langkah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perilaku hidup sehat bagian merupakan dari program kesehatan secara nasional yang diupayakan pencapaiannya oleh pemerintah. Upaya ini sebagai langkah proaktif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan hak asasi manusia yang harus dihargai. Sehat juga investasi untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan hak asasi manusia yang harus dihargai. Sehat juga investasi untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sehat merupakan karunia Tuhan yang perlu disyukuri, karena sehat merupakan hak asasi manusia yang harus dihargai. Sehat juga investasi untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Untuk mempercepat terwujudnya masyarakat sehat, yang merupakan bagian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Untuk mempercepat terwujudnya masyarakat sehat, yang merupakan bagian BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Posyandu Untuk mempercepat terwujudnya masyarakat sehat, yang merupakan bagian dari kesejahteraan umum seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945, Departemen Kesehatan pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu, pembangunan kesehatan di arahkan

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu, pembangunan kesehatan di arahkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu, pembangunan kesehatan di arahkan untuk mencapai Indonesia

Lebih terperinci

PENYULUHAN DAN PRAKTIK PHBS (PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT) DALAM MEWUJUDKAN MASYARAKAT DESA PEDULI SEHAT

PENYULUHAN DAN PRAKTIK PHBS (PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT) DALAM MEWUJUDKAN MASYARAKAT DESA PEDULI SEHAT Seri Pengabdian Masyarakat 2013 ISSN: 2089-3086 Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan Volume 2 No. 1, Januari 2013 Halaman 45-50 PENYULUHAN DAN PRAKTIK PHBS (PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT) DALAM MEWUJUDKAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perilaku adalah suatu tindakan atau perbuatan yang bisa kita amati bahkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perilaku adalah suatu tindakan atau perbuatan yang bisa kita amati bahkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku adalah suatu tindakan atau perbuatan yang bisa kita amati bahkan dapat dipelajari. Perilaku kesehatan merupakan suatu respon seseorang terhadap rangsangan

Lebih terperinci

Peningkatan Derajat Kesehatan..., Rizsanti, Diny, Putri, Gina, Farida

Peningkatan Derajat Kesehatan..., Rizsanti, Diny, Putri, Gina, Farida PENINGKATAN DERAJAT KESEHATAN MELALUI PROMOSI KESEHATAN POLA HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DI DUSUN SAWAHAN DESA PENDOWOHARJO, KECAMATAN SEWON, KABUPATEN BANTUL Rizsanti Meirina Satar 1,Diny Lidya 1, Putri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (socially and economically productive life). Status kesehatan berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. (socially and economically productive life). Status kesehatan berkualitas BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Program Indonesia Sehat tahun 2015 yang dicanangkan oleh pemerintah mendorong seluruh penduduk Indonesia untuk memiliki status kesehatan yang berkualitas secara sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dara Sopyan, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Dara Sopyan, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah hak dasar manusia yang merupakan karunia Tuhan yang sangat tinggi nilainya. Karena dengan sehat kita dapat melakukan aktivitas setiap hari. Hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bina Suasana (Social Support) dan Gerakan Masyarakat (Empowerment) sehingga. meningkatkan kesehatan masyarakat Depkes RI (2002).

BAB I PENDAHULUAN. Bina Suasana (Social Support) dan Gerakan Masyarakat (Empowerment) sehingga. meningkatkan kesehatan masyarakat Depkes RI (2002). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya memberikan pengalaman belajar bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan perhatian khusus dan perlu penanganan sejak dini. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan perhatian khusus dan perlu penanganan sejak dini. Hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi kurang merupakan salah satu masalah malnutrisi yang membutuhkan perhatian khusus dan perlu penanganan sejak dini. Hal ini karena kondisi kurang gizi dalam

Lebih terperinci

Suplemen. PHBS di Sekolah. Suplemen 2011

Suplemen. PHBS di Sekolah. Suplemen 2011 sisipan:layout 1 7/25/09 2:05 AM Page 1 Suplemen PHBS di Sekolah 1 Pengantar Kementerian Kesehatan memberikan perhatian lebih pada kesehatan anak. Bukan karena tahun ini Kemenkes menjadi penanggungjawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang setinggi-tingginya. Dengan kata lain bahwa setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang setinggi-tingginya. Dengan kata lain bahwa setiap orang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan Hak Asasi Manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana dimaksud dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Dalam Buku Pedoman Umum Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif (2014) Desa dan Kelurahan Siaga Aktif diartikan sebagai bentuk pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULAUAN. optimal diselenggarakan upaya kesehatan dengan pemeliharan dan peningkatan

BAB I PENDAHULAUAN. optimal diselenggarakan upaya kesehatan dengan pemeliharan dan peningkatan BAB I PENDAHULAUAN 1.1 Latar Belakang Derajat kesehatan bersifat dinamis (berubah setiap saat), dan dipengaruhi faktor internal dan eksternal. Maka untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal diselenggarakan

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PROGRAM PROMKES PUSKESMAS KARANG MULYA KECAMATAN PANGKALAN BANTENG

KERANGKA ACUAN PROGRAM PROMKES PUSKESMAS KARANG MULYA KECAMATAN PANGKALAN BANTENG KERANGKA ACUAN PROGRAM PROMKES PUSKESMAS KARANG MULYA KECAMATAN PANGKALAN BANTENG LATAR BELAKANG Kesehatan adalah hak asasi manusia dan merupakan investasi, juga merupakan karunia Tuhan, oleh karenanya

Lebih terperinci

sekolah dengan upaya promotif dan preventif (Simon, 2007).

sekolah dengan upaya promotif dan preventif (Simon, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan UUD 1945 diselenggarakan menurut GBHN 1993 menekankan bahwa tujuan pembangunan nasional

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan

BAB 1 : PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Visi Indonesia sehat 2025 adalah tercapainya hak hidup sehat bagi seluruh lapisan masyarakat melalui sistem kesehatan yang dapat menjamin hidup dalam lingkungan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau biasa juga disebut sebagai PHBS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau biasa juga disebut sebagai PHBS BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau biasa juga disebut sebagai PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 46 TAHUN 2017 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 46 TAHUN 2017 TENTANG GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT KELURAHAN MOODU KECAMATAN KOTA TIMUR KOTA GORONTALO

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT KELURAHAN MOODU KECAMATAN KOTA TIMUR KOTA GORONTALO PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT KELURAHAN MOODU KECAMATAN KOTA TIMUR KOTA GORONTALO Oleh ROSTIN GALOMAT (NIM. 841 410 062, Jurusan Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup

BAB I PENDAHULUAN. menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salah satu misi pembangunan kesehatan di Indonesia adalah menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) seperti yang rutin

Lebih terperinci

V. IMPLEMENTASI STRATEGI PROMOSI KESEHATAN

V. IMPLEMENTASI STRATEGI PROMOSI KESEHATAN V. IMPLEMENTASI STRATEGI PROMOSI KESEHATAN 5.1 Sejarah Perkembangan Promosi Kesehatan Pada jaman awal kemerdekaan, upaya untuk mempromosikan produk atau jasa (jaman kemerdekaan istilahnya propaganda) di

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI DESA MANCASAN WILAYAH PUSKESMAS BAKI I SUKOHARJO

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI DESA MANCASAN WILAYAH PUSKESMAS BAKI I SUKOHARJO HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI DESA MANCASAN WILAYAH PUSKESMAS BAKI I SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat kepadatan penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat dalam hal kepadatan penduduk,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan akan pelaksanaan pembangunan kesehatan masyarakat tidak

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan akan pelaksanaan pembangunan kesehatan masyarakat tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan akan pelaksanaan pembangunan kesehatan masyarakat tidak bisa lepas dari berbagai dukungan dan peran aktif yang dilakukan oleh seluruh masyarakat. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia sekolah merupakan kelompok usia yang kritis karena pada usia

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia sekolah merupakan kelompok usia yang kritis karena pada usia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak usia sekolah merupakan kelompok usia yang kritis karena pada usia tersebut seorang anak rentan terhadap masalah kesehatan. Menurut Mikail (2011, dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak pada hakikatnya merupakan aset terpenting dalam tercapainya keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa selanjutnya. Derajat kesehatan anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata,

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa, dan negara yang ditandai oleh lingkungan sehat,

Lebih terperinci

Laporan Pengabdian Kepada Masyarakat di Desa Sumberjambe 2016 BAB 1. PENDAHULUAN

Laporan Pengabdian Kepada Masyarakat di Desa Sumberjambe 2016 BAB 1. PENDAHULUAN BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi Sampah merupakan bahan padat buangan dari kegiatan rumah tangga, pasar, perkantoran, rumah penginapan, hotel, rumah makan, industri, atau aktivitas manusia lainnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan. keluarga dengan melaksanakan pembangunan yang berwawasan kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan. keluarga dengan melaksanakan pembangunan yang berwawasan kesehatan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga dengan melaksanakan pembangunan yang berwawasan kesehatan, memiliki tujuan untuk meningkatkan kesadaran,

Lebih terperinci

CATATAN HASIL KEGIATAN KESATUAN GERAK PKK-KKB-KESEHATAN

CATATAN HASIL KEGIATAN KESATUAN GERAK PKK-KKB-KESEHATAN Lampiran 1 CATATAN HASIL KEGIATAN KESATUAN GERAK PKK-KKB-KESEHATAN Kecamatan : SAGARANTEN Kabupaten/Kota : SUKABUMI Propinsi : JAWA BARAT Tahun : 2017 I. PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA (PKK) A.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare sampai saat ini merupakan penyebab kematian di dunia, terhitung 5-10 juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan dan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI. Penelitian ini menggunakan desain studi Cross Sectional yang bertujuan

BAB 4 METODOLOGI. Penelitian ini menggunakan desain studi Cross Sectional yang bertujuan BAB 4 METODOLOGI 4.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain studi Cross Sectional yang bertujuan untuk melihat suatu gambaran fenomena kesehatan masyarakat pada satu titik point waktu tertentu.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat 2010 (Mubarak dan Chayatin, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat 2010 (Mubarak dan Chayatin, 2007). BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan utama dari pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia yang dilaksanakan secara berkelanjutan berdasarkan visi pembangunan nasional dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kelangsungan hidup manusia, demikian juga halnya dengan kesehatan gigi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kelangsungan hidup manusia, demikian juga halnya dengan kesehatan gigi dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan dalam kelangsungan hidup manusia, demikian juga halnya dengan kesehatan gigi dan mulut. Apabila kesehatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun lokasi dan waktu penelitian ini yakni sebagai berikut :

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun lokasi dan waktu penelitian ini yakni sebagai berikut : BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Adapun lokasi dan waktu penelitian ini yakni sebagai berikut : 3.1.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini bertempat di Desa Tunas Jaya Kec Popayato

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT DI KELURAHAN SETIAJAYA KECAMATAN CIBEUREUM KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2013

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT DI KELURAHAN SETIAJAYA KECAMATAN CIBEUREUM KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2013 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT DI KELURAHAN SETIAJAYA KECAMATAN CIBEUREUM KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2013 Anih Kurnia, S.Kep., Ners. Program Studi D-III Keperawatan STIKes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan perilaku dan sosial budaya

BAB I PENDAHULUAN. perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan perilaku dan sosial budaya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan cepatnya perkembangan dalam era globalisasi, perilaku dan perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan perilaku dan sosial budaya cenderung akan semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesehatan menjadi bagian yang penting untuk dimiliki oleh setiap orang agar dapat melakukan aktifitas. Kesehatan dapat mempengaruhi kinerja seseorang dalam

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n = z 2 α/2.p(1-p) = (1,96) 2. 0,15 (1-0,15) = 48,9 49 d 2 0,1 2

METODE PENELITIAN. n = z 2 α/2.p(1-p) = (1,96) 2. 0,15 (1-0,15) = 48,9 49 d 2 0,1 2 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini desain population survey, yaitu dengan mensurvei sebagian dari populasi balita yang ada di lokasi penelitian selama periode waktu tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hak asasi manusia yang harus dihargai danhak setiap individu agar

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hak asasi manusia yang harus dihargai danhak setiap individu agar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sehat merupakan karunia Tuhan yang perlu disyukuri, karena sehat merupakan hak asasi manusia yang harus dihargai danhak setiap individu agar dapat melakukan segala

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tahun 1980 ditingkatkan menjadi keputusan bersama antara Depdik-bud dan Depkes

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tahun 1980 ditingkatkan menjadi keputusan bersama antara Depdik-bud dan Depkes BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) 1. Defenisi Usaha Kesehatan Sekolah dirintis sejak tahun 1956 melalui pilot project di Jakarta dan Bekasi yang merupakan kerjasama antara Departemen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (PHBS) dapat dilaksanakan di masyarakat, rumah tangga, dan sekolah. PHBS

BAB 1 PENDAHULUAN. (PHBS) dapat dilaksanakan di masyarakat, rumah tangga, dan sekolah. PHBS BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah program pemerintah yang diluncurkan pada tahun 2006 yang bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat tidak sehat

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 2007 SERI : PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 56 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN RW SIAGA KOTA BEKASI WALIKOTA BEKASI, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWA KELAS V SD TENTANG PERAWATAN GIGI

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWA KELAS V SD TENTANG PERAWATAN GIGI PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWA KELAS V SD TENTANG PERAWATAN GIGI Widhi Sumirat Dosen Akper Pamenang Pare Kediri Secara umum kesehatan mulut dan gigi telah mengalami peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bersamaan dengan masuknya milenium baru, Departemen Kesehatan. telah mencanangkan Gerakan Pembangunan Berwawasan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Bersamaan dengan masuknya milenium baru, Departemen Kesehatan. telah mencanangkan Gerakan Pembangunan Berwawasan kesehatan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO setiap tahunnya sekitar 2,2 juta jiwa di Negara-negara berkembang terutama anak-anak meninggal dunia akibat berbagai penyakit yang disebabkan oleh kurangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Derajat Kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain lingkungan,

BAB I PENDAHULUAN. Derajat Kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain lingkungan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Derajat Kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Faktor lingkungan dan perilaku sangat mempengaruhi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.193, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Sanitasi. Berbasis Masyarakat. Total. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

Lebih terperinci

Ringkasan Studi EHRA Kabupaten Malang Tahun 2016

Ringkasan Studi EHRA Kabupaten Malang Tahun 2016 Ringkasan Studi EHRA Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) atau dapat juga disebut sebagai Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan, merupakan sebuah studi partisipatif di tingkat Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau 1 1. Pendahuluan UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pembangunan kesehatan bertujuan untuk: meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internal maupun eksternal. Menurut WHO, setiap tahunnya sekitar 2,2 juta

BAB I PENDAHULUAN. internal maupun eksternal. Menurut WHO, setiap tahunnya sekitar 2,2 juta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Menurut WHO, setiap tahunnya sekitar 2,2 juta orang di negara berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat. Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat. Kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pembangunan nasional pada hakekatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat. Kesehatan keluarga, sebagai salah satu unsur

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.438, 2017 KEMENKES. Penanggulangan Cacingan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PENANGGULANGAN CACINGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN ORANG TUA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA ANAK USIA 3-6 TAHUN DI DI DESA PLOSOWAHYU KAB LAMONGAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN ORANG TUA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA ANAK USIA 3-6 TAHUN DI DI DESA PLOSOWAHYU KAB LAMONGAN HUBUNGAN PENGETAHUAN ORANG TUA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA ANAK USIA 3-6 TAHUN DI DI DESA PLOSOWAHYU KAB LAMONGAN Arifal Aris Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Muhammadiyah Lamongan.......ABSTRAK....

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku

BAB I PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rencana pembangunan jangka panjang bidang kesehatan RI tahun 2005 2025 atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku masyarakat yang diharapkan dalam Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 131/Menkes/SK/II/2004 dan salah satu Subsistem dari SKN adalah Subsistem

BAB I PENDAHULUAN. 131/Menkes/SK/II/2004 dan salah satu Subsistem dari SKN adalah Subsistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan Indonesia Sehat 2010 menetapkan tiga pilar utama yaitu lingkungan sehat, perilaku sehat dan pelayanan kesehatan bermutu adil dan merata. Untuk mendukung pencapaian

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 24 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di Indonesia, hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya angka

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di Indonesia, hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya angka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hingga saat ini penyakit Diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya angka kesakitan diare dari tahun

Lebih terperinci

PENURUNAN ANGKA KESAKITAN DAN KEMATIAN MELALUI PENERAPAN PHBS

PENURUNAN ANGKA KESAKITAN DAN KEMATIAN MELALUI PENERAPAN PHBS PENURUNAN ANGKA KESAKITAN DAN KEMATIAN MELALUI PENERAPAN PHBS BAMBANG PRIHUTOMO, SKM., MPH. Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat dan Kemitraan Bidang Kemitraan dan Promosi Kesehatan Dinas Kesehatan Kab.

Lebih terperinci