BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kompetisi di tingkat global yang meletakkan tekanan-tekanannya pada relasi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kompetisi di tingkat global yang meletakkan tekanan-tekanannya pada relasi"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gerakan buruh dunia, termasuk Indonesia sedang mengalami tantangan yang sangat berat. Pengaruh eksternal ditandai dengan semakin meningkatnya kompetisi di tingkat global yang meletakkan tekanan-tekanannya pada relasi industri di tingkat nasional. Situasi semacam itu mendorong pemerintah untuk lebih beradaptasi dan gerakan buruh menjadi tidak diinginkan terutama di negaranegara yang gerakan buruhnya cukup mapan. Kondisi kerja yang demikian buruk memicu munculnya bentuk perlawanan yang khas sebuah gerakan buruh, yakni pemogokan. Kasus-kasus perburuhan, seperti aksi unjuk rasa dan PHK terhadap buruh kerap mewarnai pemberitaan media-media massa. Dari tahun ke tahun persoalan tersebut terus muncul dan tak pernah terselesaikan. Kondisi buruh di Indonesia terus memburuk terutama di sektor-sektor padat karya yang banyak memberlakukan tenaga kerja tidak tetap. Hal ini mau tidak mau menunjukkan ketidakmampuan negara dalam menyelesaikan masalah perburuhan dan mencerminkan tidak berkembangnya gerakan buruh di Indonesia. Kondisi kerja yang demikian buruk memicu munculnya bentuk perlawanan yang khas sebuah gerakan buruh, yakni pemogokan. Salah satu pemogokan pertama dalam sejarah Indonesia tercatat di tahun 1882 di Yogyakarta, di mana pada puncak gelombang pemogokan ini 21 pabrik gula terpaksa menghentikan produksinya karena pemogokan. Isu yang diangkat adalah 1

2 2 upah, kerja gugur-gunung yang terlalu berat, kerja jaga 1 hari tiap 7 hari, kerja moorgan yang tetap dijalankan padahal tidak lazim lagi, upah tanam sering tidak dibayar, banyak pekerjaan tidak dibayar padahal bukan kerja wajib, harga yang dibayar pengawas terlalu murah dibandingkan harga pasar, pengawas Belanda sering memukul petani. Kasus-kasus perburuhan, seperti aksi unjuk rasa dan PHK terhadap buruh kerap mewarnai pemberitaan media-media massa. Dari tahun ke tahun persoalan tersebut terus muncul dan tak pernah terselesaikan. Kondisi buruh di Indonesia terus memburuk terutama di sektor-sektor padat karya yang banyak memberlakukan tenaga kerja tidak tetap. Hal ini mau tidak mau menunjukkan ketidakmampuan negara dalam menyelesaikan masalah perburuhan dan mencerminkan tidak berkembangnya gerakan buruh di Indonesia. Pada masa Kolonial, pergerakan buruh pertama muncul di Indonesia pada abad ke-19, yaitu pada tahun Pada tahun tersebut serikat pertama yang didirikan adalah NIOG (Nederland Indies Onderw Genootsch), suatu perserikatan daripada guru-guru bangsa Belanda. 1 Kapitalisme perkebunan awal di Indonesia muncul sejak abad di Jawa dan Sumatra Timur. Kapitalisme perkebunan ini merupakan kolonisasi resmi Belanda, yang sebelumnya dirintis oleh kapitalisme dagang Belanda, yakni VOC. Berkembang biaknya kapitalisme perkebunan di Jawa dan Sumatra Timur akibat berkurangnya peran negara kolonial dalam memaksa penduduk-penduduk pribumi menyediakan produk komoditi tertentu, Hlm 3. 1 Sandra. Sejarah Pergerakan Buruh Indonesia. PT TURC.Jakarta, 2007.

3 3 yang dikerjakan secara paksa. 2 Setelah mengalami pergeseran politik di negeri Belanda, akibat banyaknya kritikan dari tanah jajahan dan dari Belanda sendiri, di samping mulai bangkrutnya VOC, maka kaum kapitalis Belanda memaksa menghapuskan monopoli negara kolonial atas sistem kapitalis dagang. Kaum borjuis baru ini mengusulkan untuk mengembangkan sistem kapitalis perkebunan di tanah jajahan, seperti Jawa dan Sumatra Timur, yang cocok untuk sejumlah komoditi ekspor dan ditemukan sumber energi baru, seperti minyak bumi. Pemaksaan terhadap kuli agar mau bekerja tidak hanya dilakukan lewat mekanisme hukuman. Cara lain yang dipakai adalah dengan memberi hadiah pada kuli yang rajin dan tunduk pada perusahaan. Bentuk hadiahnya seperti diangkat jadi pengawas atau diberi sepetak lahan kebun. Untuk menjamin kuli tidak melarikan diri, pemilik kebun membangun tembok sekeliling kebunnya. Pemilik kebun juga membentuk senacam tim untuk mengawasi tindak-tanduk para kuli. Ada juga tim pelacak yang dibentuk untuk melacak kuli yang melarikan diri. Para pemilik kebun memanfaatkan kekuasannya dengan sesuka hati menghukum kuli. Bentuk-bentuk hukuman yang sering diterima kuli seperti disekap satu hari, dipenjara, dicambuk, diikat pada tiang selama beberapa hari, dipukul, ditendang, ditampar, dipasung, diborgol, dirantai, dijemur selama 2 minggu, dibenamkan ke air, digosok kemaluannya dengan merica halus, ditusuk bagian bawah kukunya, diseret dengan kuda, dipukuli dengan jekatang dan setelahnya disiram air. Kesemua bentuk hukuman ini dilakukan di tempat terbuka dan sengaja 2 Kertonegoro, Sentosa. Gerakan Serikat Pekerja (Trade Unionism) Studi Kasus Indonesia dan Negara-Negara Industri. Yayasan Tenaga Kerja Indonesia (YTKI). Jakarta, Hlm

4 4 diperlihatkan pada semua kuli dengan maksud agar kuli tidak melakukan pelanggaran lagi. Wilayah pelarian yang paling sering dituju adalah pedalaman Sumatera Timur. Untuk melacak kuli yang melarikan diri, maka pemilik kebun menggunakan orang Batak yang sudah lama dikenal sebagai pemburu premi atau hadiah. Menjalin kontrak dengan perusahaan lain juga merupakan salah satu tujuan kuli melarikan diri. Namun bentuk perlawanan yang paling ekstrim yang dilakukan kuli adalah bunuh diri. Kuli perempuan adalah golongan kuli yang paling sering mengalami kekerasan seksual dan fisik. Banyak kuli perempuan yang terjebak pada ikatan tanpa pernikahan dengan sesama kuli. Perempuan juga dipaksa untuk menjadi gundik staf perusahaan, pemilik kebun atau mandor. 3 Peranan buruh Indonesia pada masa kolonial dan pasca kekuasaan pemerintah kolonial adalah membangun pembangunan nasional. Sebagai subyek pembangunan kaum buruh memiliki kesempatan untuk memegang peranan penting dalam meningkatkan partisipasinya dalam mencapai cita-cita pembangunan nasional. Kaum buruh bersama-sama golongan lain dalam masyarakat, seperti golongan pengusaha, dan lain-lain golongan merupakan pelaku-pelaku utama dalam usaha-usaha tersebut. Maka dari itu betapa pentingnya untuk menjaga keserasian hubungan antara pihak buruh dan pihak pengusaha 3 Jan Breman. Menjinakkan Sang Kuli : Politik Kolonial pada Awal Abad ke-20 (trans.) Koelies, Planters en Koloniale Politiek : het arbeidsregime op de grootlandbouwondernemingen aan Sumatra s oostlust in het begin van de twintigste eeuw. Koesalah Soebagyo Toer (trans.). Jakarta : Pustaka Utama Grafiti, Hlm

5 5 demi ketenangan kerja mereka dalam menunjang suksesnya pembangunan nasional. 4 Pada sistem kebijakan kontrak atau biasa disebut dengan Outsourcing yang diberikan oleh pemerintah kolonial pada buruh pada waktu itu sangat merugikan buruh, karena buruh tidak bisa lari dari belenggu pekerjaan di perkebunan yang begitu berat selama satu hingga dua tahun. Untuk bisa hidup, mereka harus bertahan dengan uang panjar yang diberikan di awal kontrak. Kontrak kerja baru (sjoekoelien) dilakukan dalam jangka waktu 3 tahun. Sementara itu, buruh yang memutuskan hubungan kerja dianggap melakukan pelanggaran. Cara ini dengan mudah dijadikan dalih bahwa buruh bekerja atas dasar kesukarelaan, dimana kesukarelaan ini kemudian menjadi dasar pembenaran bagi tuan kebun untuk memperlakukan buruh secara sewenang-wenang. Sejak masa kolonial dan pasca pemerintahan kolonial, peranan buruh Indonesia adalah membangun pembangunan nasional. Sebagai subyek pembangunan kaum buruh memiliki kesempatan untuk memegang peranan penting dalam meningkatkan partisipasinya dalam mencapai cita-cita pembangunan nasional. Tetapi pada prakteknya kaum buruh masa kolonial sangat tidak mendapatkan hak-haknya sebagai pekerja. 5 Hingga sekarang, Indonesia sebagai negara yang menginginkan kesejateraan masyarakatnya yang tersirat dan terkandung di dalam Pancasila dan UUD 1945, masih belum mampu menyelesaikan masalah tentang hak-hak kaum 4 Ali Moertopo. Buruh dan Tani Dalam Pembangunan. Yayasan Proklamasi, Centre For Strategic And International Studies, Hlm Ibid. Hlm 18.

6 6 buruh dengan baik. Akar permasalahan yang terjadi pada buruh masih terletak pada persoalan-persoalan hubungan antara kesepakatan pengusaha dan pemerintah yang akhirnya berimbas buruk pada buruh dan msayarakat sebagai konsumen. Hal itu disebabkan adanya praktik-praktik gratifikasi, kolusi, nepotisme dan Korupsi yang melanda setiap bagian pelaksana pemerintahan mulai dari tingkat yang paling bawah hingga tingkat yang paling tinggi. Imbas dari kelalaian pengawasan, dan penetapan keputusan yang tidak adil memberikan masalah pada buruh berupa: Salah satu problem yang langsung menyentuh kaum buruh adalah rendahnya atau tidak sesuainya pendapatan upah/gaji yang diperoleh dengan tuntutan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya beserta tanggungannya. Faktor ini, yakni kebutuhan hidup semakin meningkat, sementara gaji yang diterima relatif tetap, menjadi salah satu pendorong gerak protes kaum buruh. Pemerintah berkepentingan terhadap masalah upah, karena upah merupakan sarana pemerataan pendapatan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat sekaligus terkait dengan kemajuan perusahaan yang nantinya berpengaruh pada perkembangan perekonomian nasional atau daerah. Untuk membantu mengatasi problem upah maupun gaji, pemerintah biasanya membuat batas minimal gaji yang harus dibayarkan oleh perusahaan kepada pekerjanya, tetapi pada tahun 1940-an pemerintah Indonesia memang belum menerapkan batas minimal gaji kepada buruh. Intervensi pemerintah dalam hal ini ditujukan menghilangkan kesan eksploitasi pemilik usaha kepada buruh, karena membayar di bawah standar hidupnya. Penentuan batas minimal gaji ini biasanya dihitung bersama berbagai pihak yang merujuk kepada Kebutuhan Fisik Minimum Keluarga, Kebutuhan Hidup Minimum, atau kondisi lain di daerah yang bersangkutan. Penetapan batas

7 7 minimal gaji sendiri sebenarnya sangat bermasalah dilihat dari realitas terbentuknya kesepakatan upah antara pengusaha dan buruh. Aristoteles (filsuf Yunani) mendefinisikan kebutuhan mendasar manusia adalah semua kebutuhan dasar yang menyangkut dimensi manusia meliputi kebutuhan material, kesehatan, kebutuhan sosial (diterima masyarakat) hingga kebutuhan untuk meng-aktulisasi sebagai manusia. Implikasinya adalah setiap manusia berhak untuk secara leluasa mengambil inisiatif untuk memenuhi kebutuhannya. Hak pemenuhan kebutuhan hidup didasarkan pada fakta bahwa manusia adalah mahluk biologis yang memiliki kebutuhan dasar biologis meliputi kecukupan makanan, perlindungan, pakaian, perawatan medis dan pendidikan. Dalam masyarakat kapitalistis seperti saat ini, tugas negara lebih pada fungsi regulasi, yakni pengatur kebebasan warga negaranya. Karena itu, sistem ini tidak mengenal tugas negara sebagai "pengurus dan penanggung jawab pemenuhan kebutuhan dasar rakyatnya". Rakyat yang ingin memenuhi kebutuhannya harus bekerja secara mutlak, baik untuk memenuhi kebutuhan dasarnya maupun kebutuhan pelengkapnya sehingga prinsip struggle for life benar-benar terjadi. Jika seseorang terkena bencana atau kebutuhan hidupnya meningkat, ia harus bekerja lebih keras secara mutlak. Begitu pula ketika ia sudah tidak mampu bekerja karena usia, kecelakaan, PHK atau sebab lainnya, maka ia tidak punya pintu pemasukan dana lagi. Kondisi ini menyebabkan kesulitan hidup luar biasa, terutama bagi seorang warga negara yang sudah tidak dapat bekerja

8 8 atau bekerja dengan gaji sangat minim hingga tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. 6 Gerakan buruh sebenarnya merupakan fenomena lama dalam masyarakat Indonesia, terutama setelah kaum buruh mengorganisasikan diri dalam wadahwadah perburuhan. Lewat wadah tersebut kaum buruh melancarkan aksi untuk memperjuangkan kepentingannya. Dalam memperjuangkan nasib yang pada umumnya berorientasi pada kenaikan upah, jaminan keselamatan kerja dan pembatasan jam kerja, kaum buruh juga sering melancarkan aksi-aksi. Pada dasarnya aksi-aksi tersebut merupakan wujud konflik sosial-ekonomi, karena perbedaan kepentingan antara buruh dan majikan. 7 Dalam konteks perburuhan, jauh sebelum orde baru yang mana pada orde ini buruh disebut sebagai hasil dari paham kiri, bangsa Barat sebenarnya telah berencana mempercepat perubahanperubahan sosial di masyarakat Jawa. Diberlakukannya sistem ekonomi uang telah memungkinkan bagi pelaksanaan sistem pajak, perdagangan hasil bumi, buruh upahan, dan masalah kepemilikan dan penggarap tanah. Dalam bidang politik timbul banyak ketegangan dan ketidakstabilan sebagai akibat meluasnya penetrasi sistem administrasi yang bersifat legal rasional yang dibawa oleh pemerintahan kolonial. Sementara lembaga-lembaga tradisional semakin terdesak, penguasa-penguasa tradisional melorot kedudukannya yang ditempatkan di bawah pengawasan kekuasaan kolonial. 6 Djoko Sudjono. Tuntutan Membangun Sarekat Buruh. Jakarta: Penyiar Penerbit Nasional, Hlm : Sartono Kartodirdjo. Ragam Gerakan di Indonesia. Yogyakarta : Pustaka Rakyat, Hlm 39.

9 9 Kemudian memasuki abad ke-20 Perserikatan Komunis Hindia yang dipimpin oleh Semaun dan Tan Malaka, serta pendirian Perserikatan Pegawai Spoor dan Kereta Api mengadakan pemogokan pada tahun Pemberontakan di Jawa pada tahun 1926, dan di Sumatera pada tahun 1927 adalah bentuk aksi akibat kezaliman imperialisme yang menindas bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia memang belum merata berpaham komunis, tetapi paham kebangsaan dapat menggerakkan rakyat Indonesia menentang penindasan. Rusia telah mempengaruhi rakyat Indonesia dengan revolusi dunianya, karena pada masamasa tersebut Rusia sedang terjadi perubahan besar komunis, kemudian keadaan tersebut mengakibatkan terjadinya pemberontakan di berbagai daerah. Setelah Indonesia merdeka pun gelombang protes para buruh dan petani masih sering terjadi di berbagai daerah. Salah satunya adalah di daerah Klaten, yakni lebih tepatnya di wilayah Delanggu yang merupakan daerah Vorstenlanden atau biasa disebut kantong milik raja dari Surakarta. Yang menonjol dari daerah ini adalah bertumbuh suburnya perkebunan-perkebunan asing, karena di samping terjamin status hak tanahnya, juga jumlah tenaga kerja yang diperlukan memperoleh jaminan yang memadahi. Oleh karena itu, daerah Delanggu dapat mengembangkan perkebunan-perkebunan asing secara subur dan mandiri. 8 Pada dasarnya, Delanggu ada tiga jenis perkebunan. Perkebunan itu adalah perkebunan kapas di daerah Juwiring, perkebunan rosela di daerah Delanggu kota, sebagian di Juwiring, Kecamatan Wonosari, Kecamatan Polanharjo dan Karanganom. Di samping dua jenis tanaman ini masih ada perkebunan tembakau 8 Audrey, Kahin R Pergolakan Daerah Pada Awal Kemerdekaan. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. Hlm : 18..

10 10 yang tersebar di beberapa tempat yang seluruhnya menempati tanah sewa. Perkebunan-perkebunan ini pada umumnya termasuk dalam bagian usaha yang menjadi bagian langsung dari pabrik karung Delanggu. Sebagian lain dari daerahdaerah tersebut merupakan wilayah penanaman kapas yang langsung ditanami oleh Badan Tekstil Negara dan sebagian lagi merupakan areal penanaman tembakau yang ditangani oleh Klatensche Cultuur Maatschappy. Pada awalnya Pabrik Karung Goni adalah sebuah pabrik gula yang didirikan pada tahun Pendirian pabrik ini bertujuan untuk mempermudah produksi gula, dikarenakan didaerah Delanggu dan sekitarnya memiliki perkebunan tebu yang sangat luas. Pada tahun 1871 perkebunan tebu tersebut menghasilkan pikul, dengan melimpahnya hasil tebu maka diperlukan sebuah pabrik yang mampu menampung dan mengolah hasil perkebunan tersebut. Pada tahun 1930-an terjadi penurunan pasar gula di kawasan Indonesia dan Eropa. Hal ini berimbas pula terhadap produksi gula di Indonesia, kemudian pada tahun 1933 pabrik gula ditutup. Pada tahun 1934, Delanggu mulai ditanami tanaman Rosela dan Rami sebagai bahan dasar pembuatan karung goni. Pabrik tersebut digunakan untuk pertama kalinya memproduksi karung goni pada tahun Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, Delanggu menjadi pusat perkebunan Rosela Indonesia. Keberadaan pabrik dan perkebunan di Delanggu kemudian menunjukkan adanya perbedaan klas, antara buruh dengan pegawai administratif pabrik. Bahwa dalam perkebunan dan pabrik, orang-orang Belanda berkedudukan sebagai administrator, yaitu suatu jabatan yang berada

11 11 pada pucuk pimpinan, sementara masyarakat lokal sebagai buruh. Inilah yang menjadi alasan munculnya konflik akibat perbedaan pendapatan yang mencolok. 9 Setelah Indonesia merdeka, Pabrik Karung Goni di Delanggu yang telah diambil alih oleh orang Indonesia ternyata tetap tidak memberikan perbaikan. Kemudian saat-saat seperti ini dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok sosialis dan komunis di Indonesia untuk memberikan janji membentuk masyarakat Indonesia yang makmur. Pergolakan sering terjadi di daerah ini antara tahun yang melibatkan para petani perkebunan, pengaruh paham komunis yang memperjuangkan kesamaan kelas membuat para kaum buruh dan kaum petani tertarik masuk ke dalam organisasi buruh yaitu Sarekat Buruh Perkebunan Republik Indonesia. Organisasi inilah yang membuat buruh maupun buruh tani berani melakukan protes kepada para pemilik modal apabila ketidakadilan menimpa buruh dan tani. 10 Delanggu juga dikenal sebagai penghasil karung goni. Pabrik Karung Goni yang semula adalah pabrik gula, ternyata menyimpan peristiwa mengenai pemogokan buruh yang memiliki hubungan dengan keberadaan Partai Komunis Indonesia Perbedaan aliran politik dari kelompok-kelompok sosial di Surakarta memiliki pengaruh besar terhadap intensitas revolusi sosial. Peristiwa pemberontakan buruh di Delanggu yang terjadi pada bulan Mei tahun 1948 dimulai oleh pemogokkan buruh-buruh perkebunan kapas di daerah Delanggu 9 Mubyarto. Tanah dan Tenaga Kerja, Kajian Sosial Ekonomi. Aditya Media : Yogyakarta, Hlm Suyatno. Masyarakat Daerah Dalam Revolusi Indonesia. Prisma No.8, Jakarta LPES, Hlm

12 12 merupakan contoh aspek intensitas politik dalam revolusi sosial. Gerakan buruh di Indonesia pada dasarnya tidak selalu berdasarkan pada kepentingan sosialekonomi, tetapi juga ada faktor politik. Pada masa berkobarnya era kebangsaan taun 1920 an dan masa setelahnya, sampai tahun 1965, gerakan buruh diwarnai oleh perjuangan partai politik PKI, Masyumi, dan PNI. Sebab dalam kenyataannya, pada, masa kolonial, bahkan berlanjut pada masa awal kemerdekaan, kaum kapitalis tidak hanya dipandang sebagai majikan dalam bidang ekonomi, tetapi mereka pun merupakan orang asing dalam arti sosial dan sekaligus penguasa dalam arti politik. Maka dengan suatu wadah organisasi Sarbupri selaku program legal dari PKI, maka buruh dapat terkoordinasi dalam melancarkan aksi-aksinya yang menentang kebijakan-kebijakan majikan. 11 B. Rumusan Masalah Dilihat dari berbagai permasalahan yang ada dalam konflik buruh dengan pimpinan dan pegawai administratif, maka pertanyaan yang dapat dijadikan rumusan masalah oleh peneliti, yaitu : 1. Bagaimana kondisi buruh dan perkebunan di Pabrik Karung Goni Delanggu pada tahun 1948? 2. Apa yang melatarbelakangi pemogokan massal yang dilakukan buruh Pabrik Karung Goni Delanggu? 11 Sartono Kartodirdjo, Ragam Gerakan di Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Rakyat, Hlm

13 13 3. Bagaimana langkah penyelesaian dalam meredam aksi ketidakpuasan kaum buruh di Delanggu tersebut? C. Tujuan Penelitian Dari tujuan yang didapat dari penelitian pemberontakan massa buruh pabrik karung Delanggu adalah : 1. Untuk mengetahui kondisi buruh Pabrik Karung Goni Delanggu pada tahun Untuk mengetahui penyebab pemogokan massal yang dilakukan buruh Pabrik Karung Goni Delanggu. 3. Untuk mengetahui langkah penyelesaian dalam meredam aksi ketidakpuasan kaum buruh di Pabrik Karung Goni Delanggu. D. Manfaat Penelitian Selain mengusut tentang bagaimana buruh di Delanggu yang semula adalah para pekerja yang narima, berubah menjadi agresif dan kritis terhadap nasib mereka, penelitian ini juga diharapkan memiliki daya guna, yakni : Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan melengkapi ilmu sejarah tentang berbagai permasalahan di bidang sosial-ekonomi dan politik. Kemudian penelitian ini juga diharapkan secara praktis dapat dipelajari dan berguna sebagai

14 14 bahan evaluasi kepada kaum majikan dalam mengorganisir dan mengelola buruh dengan baik, sehingga kaum buruh dapat diperlakukan lebih adil. E. Tinjauan Pustaka Pada penelitian ini terdapat beberapa dasar-dasar maupun landasan teori dari beberapa ahli yang profesional di bidang sosial-ekonomi maupun politik yang mana teori mereka digunakan sebagai dasar-dasar teori di dalam penulisan skripsi ini. Buku Sejarah Sosial Ekonomi Indonesia I dan II (1962) karangan Burger D.H, isinya antara lain tentang struktur sosial petani berdasarkan status kepemilikan tanah, misal penggarap yang tidak meiliki tanah harus mengabdi kepada tuan tanah yang memiliki tanah pertanian. Sistem ini biasa disebut dengan sistem Patront-Client, yaitu istilah yang digunakan untuk hubungan antara buruh penggarap dengan tuan tanah. Lebih jelasnya, Patront-Client merupakan sistem balas budi, jadi jika penggarap bekerja untuk tuan tanah, maka tuan tanah selain membayarkan upahnya kepada buruh penggarap, si tuan tanah juga harus memberikan jaminan keselamatan kerja atau kontribusi positif kepada buruh penggarap yang telah ia pekerjakan. Ikatan feodal ini merupakan hubungan kolot antara pemegang kekuasaan yang berdiri di atas desa dengan lapisan mesyarakat kebanyakan. Jenis ikatan yang seperti ini pada akhirnya memudahkan masyarakat kebanyakan dieksploitasi baik secara ekonomi maupun politik. Kondisi demikian menyebabkan penguasa memiliki kedudukan yang istimewa dilingkungan

15 15 masyarakat biasa. Pada akhirnya struktur sosial masyarakat petani selalu berkaitan dengan prinsip dua pihak yang tidak sejajar. Buku Sosiologi Sistematik (1989) karangan D. Hendropuspito isinya antara lain menjelaskan istilah konflik berasal dari kata Confligere yang berarti saling memukul. Konflik sebagai suatu proses sosial dimana dua orang atau kelompok berusaha menyingkirkan pihak lain dengan jalan menghancurkan atau membuatnya tak berdaya. Konflik berasal dari kata confligere atau conflictum yaitu saling bebenturan, dapat disimpulkan bahwa konflik merupakan semua bentuk benturan, tabrakan, ketidaksesuaian, ketidakserasian, pertentangan, perkelahian, oposisi, dan interaksi-interaksi yang bersifat antagonis. Istilah konflik juga sering diartikan sebagai suatu proses pencapaian tujuan dengan cara melemahkan pihak lawan tanpa memperhatikan norma dan nilai yang berlaku. Hali ini terjadi karena adanya perbedaan pendapat dan nilai-nilai dari pihak yang bertikai. Konflik selalu melekat pada setiap elemen masyarakat, akan tetapi makna dari konflik sangat tergantung dari tingkat intensitasnya. Pertama, bentuk konflik paling ringan adalah perbedaan pendapat dan jika dikelola dengan baik akan memberikan manfaat pada masyarakat. Kedua, unjuk rasa demonstrasi yang non kekerasan. Demonstrasi akan muncul apabila perbedaan pendapat tidak dapat terselesaikan melalui proses negosiasi. Ketiga, serangan bersenjata merupakan konflik yang intensitasnya paling tinggi. Maka Hendropuspito menyimpulkan bahwa konflik dapat diartikan sebagai pertentangan, pertikaian, dan perbedaan pendapat antara dua orang meupun kelompok yang terjadi karena adanya interaksi sosial sehingga mengakibatkan pihak yang satu berusaha menyingkirkan pihak yang lain.

16 16 Buku yang berjudul Apanage dan Bekel: Perubahan Sosial di Pedesaan Surakarta (1991) karya Suhartono. Buku ini membahas konsep dan berbagai gerakan, serta efek yang diakibatkan oleh hukum pertanahan. Buku tersebut juga membahas tentang aksi-aksi gerakan masyarakat yang bermotif tentang pergesekan antara majikan dan buruh yang berakibat pada aksi protes yang dilancarkan oleh kaum buruh. Buku ini lebih menonjolkan jenis-jenis tanah dan hukum pertanahan nasional. Buku ini menyajikan perubahan tentang penguasaan tanah apanage dan peranan bekel. Karena dianggap menghambat modernisasi kolonial, sistem apanage diubah oleh pemerintah kolonial menjadi sistem pemilikan tanah individual. Dari perubahan ini, perusahaan perkebunan mendapat ekstraksi maksimal dari petani. Sistem apanage menciptakan peranan bekel sebagai penebas pajak. Guna meningkatkan efisiensi penarikan pajak dari petani maka pemerintah kolonial mengalihkan fungsi bekel sebagai penjaga keamanan desa. Sejak itu pula bekel yang semula sebagai penebas dan pengumpul pajak, kemudian menjadi pemegang kekuasaan desa. Dalam buku ini, Suhartono berhasil menelusuri bagaimana perubahan itu terjadi serta implikasinya bagi kehidupan sosial, juga di bidang politik dan ekonomi. Buku ini sangat membantu dalam mempelajari sejarah sosial yang berimplikasi politik dan ekonomi di kawasan Surakarta sejak awal abad ke- 19 sampai 20. Buku Partisipasi dan Partai Politik (1998) karangan Profesor Merriam Budiarjo yang mengemukakan bahwa partai politik adalah bermacam-macam

17 17 kegiatan dalam sistem politik yang menyangkut proses menentukan tujuan. Politik juga selalu menyangkut kegiatan berbagai kelompok termasuk partai politik dan kegiatan perseorangan. Pada buku Profesor Merriam Budiarjo yang lain yang berjudul Dasar-dasar ilmu politik, beliau juga mendefinisikan partai politik secara umum sebagai suatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya memiliki orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama. Tujuan dari kelompok ini adalah untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik dalam melaksanakan kebijakannya. Agar partai partai politik dapat berfungsi sebagai pengendali dan mengawasi pemerintahan dengan baik, maka partai politik harus menjalankan fungsimya dengan baik. Profesor Merriam membagi fungsi partai politik menjadi beberapa macam seperti, sebagai pendidikan politik, memadukan pemikiranpemikiran politik, sosialisasi politik, pemilihan pemimpin politik, memperjuangkan kepentingan rakyat, mengkritik rezim yang memerintah, membina opini masyarakat, mengusulkan calon, memilih pejabat yang akan diangkat, bertanggung jawab atas pemerintahan, menyelesaikan perselisihan dan mempersatukan pemerintah. Profesor Merriam Budiarjo menyimpulkan bahwa partai politik adalah organisasi yang beranggotakan sekelompok orang yang melakukan aktivitas politik dan bertujuan untuk merebut dan mempertahankan kekuasaan pemerintah. Buku Tuntutan Membangun Sarekat Buruh (1950) karangan Djoko Sudjono isinya antara lain mengulas tentang perasaan kaum buruh perkebunan pabrik Delanggu yang mulai merasakan kesenjangan sosial. Di mata Djoko Sudjono, buruh telah menjadi alat perkembangan suatu negara, maka

18 18 kesejahteraan buruh harus diperhatikan secara intensif. Mungkin hal tersebut bisa dicontoh pada negara-negara industri maju, seperti Amerika Serikat dan Jepang, di mana kedua negara tersebut menonjolkan sektor industri. Jadi, hampir setengah dari penduduk di kedua negara tersebut menjadi buruh industri. Kebutuhan akan buruh menjadi hal yang paling penting bagi kemajuan industri suatu negara, selain menyerap tenaga buruh yang kontributif terhadap kemajuan industri, maka kesejahteraan buruh harus diperhatikan. Pada penelitian ini, Djoko Sudjono berpendapat tentang cerdasnya PKI dalam memanfaatkan peluang emas dengan memasukkan kader-kader PKI ke dalam buruh perkebunan pabrik karung Delanggu untuk mengatasi kesenjangan sosial yang cukup tinggi melalui jalan legal (Sarbupri) maupun secara ilegal. Perlawanan Kaum Tani (1993) karya James Scott isinya antara lain mengemukakan tentang bagaimana ia menggambarkan perlawanan kaum buruh perkebunan pabrik karung Delanggu dalam mengungkapkan kekecewaan mereka terhadap sistem patront yang merugikan client, padahal seharusnya hubungan patront-client dapat menciptakan hubungan timbal balik antara patront maupun client. Dalam bukunya yang berjudul Perlawanan Kaum Tani, James Scoot juga memberadakan kaum tani di Indonesia sebagai kelompok masyarakat yang minor, hal ini sangat jelas bagaimana kaum tani sangat rentan terhadap ketidakadilan pemerintahan dan sistem kapitalis barat maupun Jepang. Maka istilah perlawanan kaum tani dirasa perlu karena kondisi pertanian di Indonesia yang sebagai negara agraris cukup memprihatinkan.

19 19 Buku yang berjudul Ketika Sarbupri Mengguncang Pabrik Karung Delanggu 1948 : Sebuah Studi Awal dari Pemeberontakan PKI Madiun (2001) karangan Sarjana Sigit Wahyudi, dalam buku ini memaparkan pemogokan buruh yang diorganisir oleh Sarbupri (Serikat Buruh Republik Indonesia). Aksi tersebut sarat muatan akan konstelasi politik yang melanda Indonesia pada waktu itu. Aksi tersebut yang nantinya akan menjadi cikal bakal Pemberontakan Madiun tanggal 18 September Buku karangan Sarjana Sigit Wayudi ini selain membahas mengenai peran Sarbupri yang mengendalikan buruh juga membahas kepentingan politik yang masuk dan mengintervensi pihak-pihak yang bersangkutan karena Pabrik Karung Goni Delanggu sendiri merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada waktu itu. Maka dari itu beberapa pihak yang pro maupun yang kontra terhadap pemerintah terlibat dalam kasus pemogokan ini. Dalam penulisan karya ini, penulis telah menyeleksi dan mengkritisi isi yang dipaparkan oleh Sarjana Sigit Wahyudi. Buku tersebut menitikberatkan inti materinya hanya pada kepentingan politik dan peran Sarbupri. Hal tersebut dapat dilihat dari segi bahasan pokok, alur penulisan dan kelengkapan sub bab yang dipaparkan. F. Metode Penelitian Penelitian ilmiah perlu didukung dengan metode agar penulisan menjadi teratur dan sesuai dengan petunjuk penulisan sejarah. Metode juga erat kaitannya dengan prosedur, proses atau teknik yang sistematis untuk melakukan penelitian

20 20 disiplin tertentu. Hal itu bertujuan agar mendapat objek penelitian. 12 Studi ini adalah studi sejarah yang memperhatikan ruang dan waktu, maka digunakan metode dan sistem pendekatan sejarah. Metode sejarah merupakan kumpulan prinsip-prinsip atau aturan-aturan yang sistematis yang dimaksudkan untuk memberikan bantuan secara efektif dalam upaya mengumpulkan bahan-bahan bagi penulisan sejarah. Penelitian sejarah menggunakan pandangan yang didasarkan pada metode sejarah. Metode sejarah merupakan metode kegiatan mungumpulkan, menguji, dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau, kemudian merekonstruksi data-data yang diperoleh tersebut sehingga menghasilkan suatu historiografi (penulisan sejarah). 13 Metode sejarah memiliki empat tahap penelitian, yaitu : heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. 1. Heuristik Tahapan heuristik adalah tahapan pencarian, penemuan, pengumpulan sumber atau data-data yang diperlukan. Penelitian dan penulisan skripsi tersebut menggunakan metode pengumpulan sumber melalui studi arsip, studi pustaka, studi wawancara. Adapun sumber- sumber yang digunakan dalam penelitian sejarah dibedakan menjadi tiga yaitu: 12 Suhartono W. Pranoto., Teori & Metodologi Sejarah, Yogyakarta: Graha ilmu, 2010, hlm Louis Gottshalk, Mengerti Sejarah, Jakarta: Universitas Indonesia Press 1986, hlm. 32.

21 21 a. Studi Arsip Dalam studi arsip ini, penulis pertama melakukan pencarian dokumen yang berkaitan dengan pemberontakan kaum buruh dan tani di Arsip Nasional Republik Indonesia dan Perpustakaan Nasional. Dalam menemukan sumber-sumber, peneliti melakukan pencarian ke berbagai perpustakaan dan museum serta kantor arsip. Pada tahapan ini arsip yang diperoleh antara lain, Arsip Kementrian Penerangan yaitu Dokumen Kongres Barisan Tani Indonesia di Surakarta Tahun 1948, Surat Penjelasan Jawaban Tuntutan Dari L.B.T, berita harian Sarbupri dan beberapa surat kabar yang memuat tentang pemogokan, serta beberapa foto-foto saat pemogokan dan pemberian bantuan kepada buruh. b. Studi Pustaka Studi pustaka ialah teknik pengumpulan data dengan menggunakan literatur dan referensi sebagai bahan informasi untuk mendapatkan teori dan data sekunder yang baru sebagai pelengkap data yang tidak dapat diperoleh melalui studi dokumen pada sumber data penelitian. Dalam studi pustaka penulis menyaring dan mempelajari teori-teori yang tercantum dalam buku yang dipaparkan oleh para ahli yang profesional di bidang sosial-ekonomi dan politik. Dari berbagai studi pustaka yang penulis paparkan dan juga melalui proses filterisasi, maka disini terdapat beberapa buku, dan majalah yang berkenaan dengan perburuhan dan politik. Penulis mendapatkan referensi pustaka dari Perpustakaan FIB UNS dan

22 22 Perpustakaan Jurusan Ilmu Sejarah UNS dan Perpustakaan Pusat UGM Yogyakarta. c. Studi wawancara Dalam menyelesaikan penelitian ini, beberapa buku dan arsip dirasa belum mencukupi keberadaan sumber, karena peristiwa konflik identik dan sangat lekat dengan unsur sosial dan melibatkan masyarakat umum, maka penulis juga menyaring beberapa pelaku dan saksi peristiwa. Pada penulisan ini, penulis mewawancarai buruh pabrik, pegawai administratif, pemilik tanah, dan anggota keamanan. 2. Kritik Sumber Kritik Sumber yaitu usaha untuk pencarian ontensitas dari datadata yang diperoleh melalui kritikan intern maupun kritikan ekstern. Kritik intern merupakan pencarian data dengan mempertimbangkan keaslian isi sumber, sedangkan kritik ekstern adalah mencari keaslian sumber. a. Kritik Intern Kritik intern dilakukan untuk mencari kevalidan dari isi sumber. Sehingga nantinya dapat ditentukan layak tidaknya isi sumber tersebut untuk dijadikan sebagai bahan penelitian. Pengujian terhadap aspek isi dari sumber sangat menentukan agar nantinya diperoleh data-data yang terpercaya. Pengujian terhadap aspek isi dari sumber sangat menentukan agar nantinya diperoleh data-data yang terpercaya. Data data yang

23 23 diperoleh bisa melalui arsip dokumen-dokumen surat keputusan hasil rapat Sarbupri maupun buku-buku yang membahas tentang sosial-politik. b. Kritik Ekstern Kritik Ekstern digunakan untuk mencari keabsahan sumber atau otentitas. Kritik eksternal ini dimaksudkan sebagai kritik atas asal-usul dari sumber dan suatu pemeriksaan keaslian atas sumber sejarah apakah sumber itu telah diubah atau tidak. 3. Interpretasi Interpretasi yaitu penafsiran terhadap fakta-fakta yang dimunculkan dari data-data yang sudah terseleksi dengan disesuaikan pada tema yang diteliti. Interpretasi juga merupakan cara menentukan maksud saling berhubungan fakta-fakta yang diperoleh setelah terkumpul sejumlah informasi mengenai peristiwa sejarah yang diteliti. Suatu peristiwa agar menjadi kisah sejarah yang baik maka perlu diinterpretasikan berbagai fakta yang lepas satu dengan yang lainya harus dirangkaikan atau dihubungkan sehingga membentuk satu kesatuan bermakna. Dalam proses interpretasi tidak semua fakta dapat dimasukan tetapi harus di pilih mana yang relevan dengan gambaran cerita yang akan di susun. Dalam tahap ini, digunakan pendekatan interdisipliner yaitu bentuk pendekatan dalam penelitian sejarah yang menggunakan bantuan disiplin ilmu lain dengan tujuan mempertajam analisis. Beberapa pendekatan ilmu yang digunakan sebagai ilmu bantu dalam penulisan ini yaitu pendekatan ilmu sosial-ekonomi dan ilmu politik.

24 24 4. Historiografi Pada tahap yang paling akhir adalah Historiografi, yakni tahap penulisan sejarah sebagai bentuk dari kelengkapan sumber dan jelasnya arah penulisan sejarah, mulai dari tahap heuristik, kritik sumber, intepretasi sampai pada tahap penulisan sejarah. Penulisan sejarah dihasilkan melalui pemikiran kritis dan analisis dari fakta-fakta yang telah disusun melalui proses pengujian dan penelitian terhadap sumber-sumber sejarah, yang kemudian disajikan menjadi sebuah tulisan sejarah berupa skripsi. Jadi historiografi merupakan gaya penulisan peneliti untuk menyusun fakta sejarah menjadi suatu cerita sejarah yang menarik dan dapat dipercaya kebenarannya, G. Sistematika Penulisan Penulisan skripsi ini rencananya akan menggunakan konsep penulisan seperti penulisan skripsi pada umumnya, yakni terdiri dari lima bab. Adapun tujuan dari pembagian perbab tersebut tidak lain adalah untuk memudahkan pembaca dalam memahami skripsi ini. Pada setiap bab memiliki sub-sub bab yang akan diuraikan dibawah ini : Bab pertama berupa pendahuluan yang memuat tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

25 25 Bab kedua, yaitu berisi tentang gambaran Umum Kondisi Buruh dan Perkebunan di Pabrik Karung Goni Delanggu Tahun 1948 dan penggologan pegawai Pabrik Karung Goni Delanggu. Bab ketiga memuat tentang sejarah dan latar belakang konflik yang melibatkan buruh dan majikan yang mengakibatkan buruh melancarkan aksi protes untuk menentang kebijakan majikan yang tidak dapat memberikan jaminan kenyamanan dan keamanan kerja terhadap buruh dan bagaimana masuknya program PKI dalam mewadahi aksi buruh, menjelaskan proses jalannya peristiwa pemogokkan, dan pihak-pihak mana saja yang terlibat dalam pemogokkan. Bab keempat menguraikan tentang bagaimana proses penyelesaian konflik hingga keterlibatan pemerintah dalam meredam aksi radikal buruh, peranan Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat, tercapainya persetujuan, dan dampak pemogokan. Bab kelima berisi penutup, yaitu berupa saran-saran dan kesimpulan. Bab tersebut merupakan rangkuman jawaban atas pertanyaan yang diajukan dalam penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. cenderung ditulis sebagai fenomena yang tidak penting dengan alasan

BAB I PENDAHULUAN. cenderung ditulis sebagai fenomena yang tidak penting dengan alasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam penulisan sejarah Indonesia, gerakan-gerakan sosial cenderung ditulis sebagai fenomena yang tidak penting dengan alasan bahwa sejarawan konvensial lebih

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang akan digunakan oleh penulis adalah di Desa Delanggu, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten. Sedangkan datanya dikumpulkan dari berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Eros Rosinah, 2013 Gerakan Donghak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Eros Rosinah, 2013 Gerakan Donghak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada abad ke-19, sebagian besar negara-negara di Asia merupakan daerah kekuasan negara-negara Eropa. Pada abad tersebut khususnya di negara-negara Asia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minyak mentah, batu bara, tembaga, biji besi, timah, emas dan lainnya. Dampak

BAB I PENDAHULUAN. minyak mentah, batu bara, tembaga, biji besi, timah, emas dan lainnya. Dampak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia terkenal memiliki sumber daya alam dan mineral, seperti minyak mentah, batu bara, tembaga, biji besi, timah, emas dan lainnya. Dampak pertambangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan

BAB I PENDAHULUAN. Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan terlupakan oleh masyarakat kota Madiun, terutama bagi umat Islam di Madiun. Pada bulan September tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perhatian yang khusus. Perjuangan dalam pergerakan kebangsaan Indonesia

I. PENDAHULUAN. perhatian yang khusus. Perjuangan dalam pergerakan kebangsaan Indonesia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Abad ke 20 bukan hanya menjadi saksi perjuangan bangsa Indonesia, akan tetapi dalam hal gerakan-gerakan anti penjajahan yang bermunculan di masa ini menarik perhatian

Lebih terperinci

Hubungan Buruh, Modal, dan Negara By: Dini Aprilia, Eko Galih, Istiarni

Hubungan Buruh, Modal, dan Negara By: Dini Aprilia, Eko Galih, Istiarni Hubungan Buruh, Modal, dan Negara By: Dini Aprilia, Eko Galih, Istiarni INDUSTRIALISASI DAN PERUBAHAN SOSIAL Industrialisasi menjadi salah satu strategi pembangunan ekonomi nasional yang dipilih sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor tersebut memegang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor tersebut memegang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor tersebut memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Landasan Teori 1. Transportasi Kereta Api Transportasi merupakan dasar untuk pembangunan ekonomi dan perkembangan masyarakat, serta pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi tahun 1980an telah berdampak pada tumbuhnya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi tahun 1980an telah berdampak pada tumbuhnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi tahun 1980an telah berdampak pada tumbuhnya industri-industri besar maupun kecil di Indonesia. Pembangunan sektor-sektor industri ini muncul sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah Indonesia mencatat bahwa negara kita ini telah mengalami masa kolonialisasi selama tiga setengah abad yaitu baik oleh kolonial Belanda maupun kolonial

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP Kesimpulan. Kaum buruh merupakan klas baru dalam tatanan sosial dengan semangat

BAB V PENUTUP Kesimpulan. Kaum buruh merupakan klas baru dalam tatanan sosial dengan semangat BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Kaum buruh merupakan klas baru dalam tatanan sosial dengan semangat kapitalisme di era globalisasi saat ini. Keterpurukan klas buruh di dunia dari awal membawa semangat pembebasan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Politik Indonesia Pada Masa Demokrasi Terpimpin Tahun , penulis

BAB V PENUTUP. Politik Indonesia Pada Masa Demokrasi Terpimpin Tahun , penulis BAB V PENUTUP 1.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian Dampak Nasakom Terhadap Keadaan Politik Indonesia Pada Masa Demokrasi Terpimpin Tahun 1959-1966, penulis menarik kesimpulan bahwa Sukarno sebagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode perjuangan tahun 1945-1949 sering disebut dengan masa perjuangan revolusi fisik atau periode perang mempertahankan kemerdekaan. Periode tersebut merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produk tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produk tidak hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produk tidak hanya tergantung pada keunggulan teknologi, sarana dan prasarana, melainkan juga tergantung pada kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sama halnya dengan Indonesia, Filipina merupakan sebuah negara dengan sejarah yang

BAB I PENDAHULUAN. Sama halnya dengan Indonesia, Filipina merupakan sebuah negara dengan sejarah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sama halnya dengan Indonesia, Filipina merupakan sebuah negara dengan sejarah yang panjang. Perjuangan rakyat Filipina dalam melepaskan diri dari penjajahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kepemimpinan Perempuan Pembawa Perubahan di Desa Boto Tahun ,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kepemimpinan Perempuan Pembawa Perubahan di Desa Boto Tahun , BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Dan Strategi Penelitian Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan, maka skripsi yang berjudul Kepemimpinan Perempuan Pembawa Perubahan di Desa Boto Tahun 1974-2007,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia selalu mengalami yang namanya perubahan. Perubahan tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui peristiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tedy Bachtiar, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tedy Bachtiar, 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 1958 pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan Nasionalisasi perusahaan asing. Salah satunya Pabrik Gula (PG) Karangsuwung yang berubah status menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Hindia

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Hindia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda antara tahun 1830 hingga akhir abad ke-19 dinamakan Culturstelsel (Tanam Paksa).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Elfa Michellia Karima, 2013 Kehidupan Nyai Di Jawa Barat Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Elfa Michellia Karima, 2013 Kehidupan Nyai Di Jawa Barat Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian Pribumi sangat tergantung pada politik yang dijalankan oleh pemerintah kolonial. Sebagai negara jajahan yang berfungsi sebagai daerah eksploitasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan satu dari dua pabrik gula yang saat ini dimiliki oleh PT. Perkebunan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan satu dari dua pabrik gula yang saat ini dimiliki oleh PT. Perkebunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pabrik Gula Kwala Madu atau sering disebut orang dengan istilah PGKM merupakan satu dari dua pabrik gula yang saat ini dimiliki oleh PT. Perkebunan Nusantara II (PTPN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Mengacu pada permasalahan yang dirumuskan, maka bentuk penelitian ini adalah deskriptif naratif. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mengenang sejarah Jerman akan selalu tertuju pada Perang Dunia II dan sosok pemimpinnya yaitu Adolf Hitler. Adolf Hitler menjabat sebagai kanselir Jerman di usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rinrin Desti Apriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rinrin Desti Apriani, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Invasi dan pendudukan Vietnam ke Kamboja yang dilakukan pada akhir tahun 1978 merupakan peristiwa yang begitu mengejutkan baik bagi Kamboja sendiri maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan berkembang atas kekuatan

Lebih terperinci

Komunisme dan Pan-Islamisme

Komunisme dan Pan-Islamisme Komunisme dan Pan-Islamisme Tan Malaka (1922) Penerjemah: Ted Sprague, Agustus 2009 Ini adalah sebuah pidato yang disampaikan oleh tokoh Marxis Indonesia Tan Malaka pada Kongres Komunis Internasional ke-empat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelompok industri kecil memiliki peran strategis dalam peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Kelompok industri kecil memiliki peran strategis dalam peningkatan 1 BAB I PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang Masalah Kelompok industri kecil memiliki peran strategis dalam peningkatan pendapatan, perluasan lapangan kerja dan kesempatan berusaha di Indonesia. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang dirinya sendiri. Semua usaha yang tidak menentu untuk mencari identitas-identitas

BAB I PENDAHULUAN. tentang dirinya sendiri. Semua usaha yang tidak menentu untuk mencari identitas-identitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Revolusi yang menjadi alat tercapainya kemerdekaan bukan hanya merupakan kisah sentral dalam sejarah Indonesia, melainkan unsur yang kuat dalam persepsi bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nasionalisme adalah suatu konsep dimana suatu bangsa merasa memiliki suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes (Chavan,

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM PEKERJA DI PABRIK KARUNG GONI DELANGGU TAHUN 1948

BAB II KONDISI UMUM PEKERJA DI PABRIK KARUNG GONI DELANGGU TAHUN 1948 BAB II KONDISI UMUM PEKERJA DI PABRIK KARUNG GONI DELANGGU TAHUN 1948 A. Gambaran Umum Wilayah Pabrik Karung Goni Delanggu Tahun 1948 1. Letak Geografis Wilayah Delanggu Secara geografis Delanggu berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2 Hadi Setia Tunggul, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Jakarta, Harvarindo, 2009, hal. 503

BAB I PENDAHULUAN. 2 Hadi Setia Tunggul, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Jakarta, Harvarindo, 2009, hal. 503 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam pelaksanaan pembangunan di Indonesia sekarang yang menitikberatkan pada pembangunan dalam bidang ekonomi, hukum mempunyai fungsi yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa tersebut sangat dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran, baik itu watak, kepercayaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan sosial lahir dari situasi yang dihadapi masyarakat karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan sosial lahir dari situasi yang dihadapi masyarakat karena adanya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gerakan sosial lahir dari situasi yang dihadapi masyarakat karena adanya ketidakadilan dan sikap sewenang-wenang terhadap rakyat. Dengan kata lain, gerakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan dihampir semua bidang membuat masyarakatnya nyaman. Meskipun

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan dihampir semua bidang membuat masyarakatnya nyaman. Meskipun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintahan Soeharto adalah pemerintahan yang berlangsung selama kurang lebih 32 tahun. Dalam memerintah, Soeharto terkenal dengan ketegasannya. Di bawah pemerintahannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor lainnya. Tidak hanya mementingkan salah satu sektor saja. Indonesia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. sektor lainnya. Tidak hanya mementingkan salah satu sektor saja. Indonesia sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu negara tidak terlepas dari pembangunan yang terjadi pada sektor lainnya. Tidak hanya mementingkan salah satu sektor saja. Indonesia sebagai salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Revolusi yang menjadi alat tercapainya kemerdekaan bukan kuat dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Revolusi yang menjadi alat tercapainya kemerdekaan bukan kuat dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Revolusi yang menjadi alat tercapainya kemerdekaan bukan kuat dalam persepsi bangsa Indonesia tentang dirinya sendiri. Semua usaha yang tidak menentu untuk

Lebih terperinci

PANDANGAN POLITIK TAN MALAKA TENTANG KONSEP NEGARA REPUBLIK

PANDANGAN POLITIK TAN MALAKA TENTANG KONSEP NEGARA REPUBLIK PANDANGAN POLITIK TAN MALAKA TENTANG KONSEP NEGARA REPUBLIK ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Program Studi Pendidikan Sejarah Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PATRON DAN KLIEN PETANI PADI DI RENGASDENGKLOK PADA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN PATRON DAN KLIEN PETANI PADI DI RENGASDENGKLOK PADA TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rengasdengklok merupakan satu kota kecil di Kabupaten Karawang yang memiliki peran penting baik dalam sejarah maupun bidang ekonomi. Kabupaten Karawang adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera yang mengalami eksploitasi besar-besaran oleh pihak swasta terutama

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera yang mengalami eksploitasi besar-besaran oleh pihak swasta terutama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa kolonial Sumatera Timur merupakan wilayah di Pulau Sumatera yang mengalami eksploitasi besar-besaran oleh pihak swasta terutama dalam pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik di masa yang akan datang. Pendidikan juga dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik di masa yang akan datang. Pendidikan juga dipandang sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Pendidikan sangat penting peranannya dalam kehidupan manusia, karena pendidikan merupakan sarana ataupun alat untuk mengubah kehidupan seseorang menjadi lebih baik di

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Masalah

1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi politik di Pakistan tak pernah jauh dari pemberitaan media internasional, kekacauan politik seolah menjadi citra buruk di mata internasional. Kekacauan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada bulan Pebruari merupakan titik permulaan perundingan yang menuju kearah berakhirnya apartheid dan administrasi minoritas kulit putih di Afrika Selatan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini, mulai dari persiapan penelitian sampai dengan pelaksanaan penelitian dan analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dan strategis dalam pembangunan serta berjalannya perekonomian bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. penting dan strategis dalam pembangunan serta berjalannya perekonomian bangsa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buruh adalah salah satu bagian sosial dari bangsa yang seharusnya dianggap penting dan strategis dalam pembangunan serta berjalannya perekonomian bangsa. Opini masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan dalam suatu usaha secara menyeluruh untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan dalam suatu usaha secara menyeluruh untuk meningkatkan kesejahteraan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses industrialisasi dan pengembangan industri merupakan salah satu jalur kegiatan dalam suatu usaha secara menyeluruh untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, dimana pertanian memegang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, dimana pertanian memegang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara pertanian, dimana pertanian memegang peranan penting bagi keseluruhan perekonomian Nasional. Hal ini, dapat ditunjukkan dari banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan. hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan. hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat dan dijadikan milik diri manusia dengan belajar. 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi yang dipelopori oleh negara-negara Barat tak bisa dipungkiri

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi yang dipelopori oleh negara-negara Barat tak bisa dipungkiri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Modernisasi yang dipelopori oleh negara-negara Barat tak bisa dipungkiri berpengaruh sangat besar terhadap perkembangan negara-negara lain di dunia, tak terkecuali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa upah yang layak diberikan kepada mereka. Selain itu bagi buruh

BAB I PENDAHULUAN. berupa upah yang layak diberikan kepada mereka. Selain itu bagi buruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya kaum buruh 1 selalu menuntut hak hak normatifnya berupa upah yang layak diberikan kepada mereka. Selain itu bagi buruh perempuan, hak untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh dalam bidang pendidikan khususnya di Sumatera Timur. perkembangan sehingga kekuasan wilayahnya semakin luas, disamping

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh dalam bidang pendidikan khususnya di Sumatera Timur. perkembangan sehingga kekuasan wilayahnya semakin luas, disamping BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu upaya bagi manusia untuk mencapai suatu tingkat kemajuan, sebagai sarana untuk membebaskan dirinya dari keterbelakangan, dan berbagai

Lebih terperinci

2015 KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON

2015 KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki potensi alam di sektor perikanan yang melimpah yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakatnya. Salah satu sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia Tengah dan Asia Tenggara yang terlingkup dalam satu kawasan, yaitu Asia Selatan. Negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi, hambatan dan keterbatasan komunikasi dapat mulai diatasi.

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi, hambatan dan keterbatasan komunikasi dapat mulai diatasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran media komunikasi sangat berjasa dalam menumbuhkan kesadaran kebangsaan, perasaan senasib sepenanggungan, dan pada akhirnya rasa nasionalisme yang mengantar bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Bangka, Singkep dan Belitung merupakan penghasil timah terbesar di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Bangka, Singkep dan Belitung merupakan penghasil timah terbesar di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Bangka, Singkep dan Belitung merupakan penghasil timah terbesar di Indonesia. Berdasarkan data statistik yang dikeluarkan oleh United States Bureau of Mines (USBM)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan perkebunan besar baik milik negara maupun milik swasta.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan perkebunan besar baik milik negara maupun milik swasta. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Utara adalah salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki perusahaan perkebunan besar baik milik negara maupun milik swasta. Perkebunan-perkebunan besar

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab V, penulis memaparkan kesimpulan dan rekomendasi dari hasil penelitian secara keseluruhan yang dilakukan dengan cara studi literatur yang data-datanya diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi umumnya bermatapencarian sebagai petani. Adapun jenis tanaman yang

BAB I PENDAHULUAN. tinggi umumnya bermatapencarian sebagai petani. Adapun jenis tanaman yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia senantiasa menyesuaikan diri dengan kondisi geografis tempat tinggal mereka. Kondisi inilah yang menyebabkan mengapa sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia yang terbentang luas, terdiri dari pulau-pulau yang besar

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia yang terbentang luas, terdiri dari pulau-pulau yang besar BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar belakang masalah Negara Indonesia yang terbentang luas, terdiri dari pulau-pulau yang besar dan kecil, serta masyarakatnya mempunyai beraneka ragam agama, suku bangsa, dan

Lebih terperinci

Ebook dan Support CPNS Ebook dan Support CPNS. Keuntungan Bagi Member cpnsonline.com:

Ebook dan Support CPNS   Ebook dan Support CPNS. Keuntungan Bagi Member cpnsonline.com: SEJARAH NASIONAL INDONESIA 1. Tanam paksa yang diterapkan pemerintah colonial Belanda pada abad ke-19 di Indonesia merupakan perwujudan dari A. Dehumanisasi masyarakat Jawa B. Bekerjasama dengan Belanda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proklamasi kemerdekaan Indonesia tidak serta merta mengakhiri perjuangan rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan yang

Lebih terperinci

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan sebuah negara maritim karena memiliki wilayah laut yang lebih luas dibandingkan dengan wilayah daratan. Hal ini menjadikan bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sejarah suatu kota maupun negara. Melalui peninggalan sejarah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sejarah suatu kota maupun negara. Melalui peninggalan sejarah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peninggalan sejarah dan cagar budaya mempunyai peranan penting dalam perkembangan sejarah suatu kota maupun negara. Melalui peninggalan sejarah dan cagar budaya banyak

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Pada bagian ini merupakan kesimpulan terhadap semua hasil penelitian yang telah diperoleh setelah melakukan pengkajian dan sekaligus memberikan analisis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan pustaka Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan topik penelitian. Dimana dalam tinjauan pustaka akan dicari teori atau konsep-konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pasal 27 ayat (2) dan Pasal 28 UUD 1945 yang menyatakan: Tiap-tiap

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pasal 27 ayat (2) dan Pasal 28 UUD 1945 yang menyatakan: Tiap-tiap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak negara ini didirikan, bangsa Indonesia telah menyadari bahwa pekerjaan merupakan kebutuhan asasi warga negara sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 27

Lebih terperinci

PERANAN PERKEBUNAN KARET JALUPANG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG

PERANAN PERKEBUNAN KARET JALUPANG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penelitian Perkebunan mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap perekonomian regional secara keseluruhan. Sistem perkebunan masuk ke Indonesia pada akhir Abad

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa-peristiwa sekitar proklamasi kemerdekaan 1945 di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa-peristiwa sekitar proklamasi kemerdekaan 1945 di Indonesia, BAB I PENDAHULUAN Peristiwa-peristiwa sekitar proklamasi kemerdekaan 1945 di Indonesia, ditinjau dari perspektif histories, adalah tepat jika disebut dengan istilah revolusi. Revolus Indonesia, menurut

Lebih terperinci

menyatakan bertugas melucuti tentara Jepang yang telah kalah pada perang Asia

menyatakan bertugas melucuti tentara Jepang yang telah kalah pada perang Asia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehadiran uang 1 di suatu daerah merupakan hal yang menarik untuk dikaji, terutama di suatu negara yang baru memerdekakan diri dari belenggu penjajahan. Uang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Revolusi Industri terjadi pada awal abad ke-19 yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Revolusi Industri terjadi pada awal abad ke-19 yang ditandai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Revolusi Industri terjadi pada awal abad ke-19 yang ditandai dengan adanya perubahan pola hidup masyarakat Eropa yang awalnya adalah masyarakat agraris mulai menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PNDAHULUAN. Jepang dalam Perang Raya Asia Timur tahun Namun, ditengah tengah

BAB I PNDAHULUAN. Jepang dalam Perang Raya Asia Timur tahun Namun, ditengah tengah 1 BAB I PNDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kemerdekaan Indonesia diperoleh dengan perjuangan yang tidak mudah. Perjuangan tersebut lebih dikenal dengan sebutan revolusi nasional Indonesia. Revolusi nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari satu pulau ke pulau lain

BAB I PENDAHULUAN. Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari satu pulau ke pulau lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari satu pulau ke pulau lain dalam satu negara. Transmigrasi merupakan perpindahan penduduk secara permanen dari pulau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah Indonesia pada periode merupakan sejarah yang menentukan

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah Indonesia pada periode merupakan sejarah yang menentukan BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Sejarah Indonesia pada periode 1945-1950 merupakan sejarah yang menentukan masa depan bangsa ini, karena pada periode inilah bangsa Indonesia mencapai titik puncak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Deklarasi terhadap pembentukan sebuah negara yang merdeka tidak terlepas dari pembicaraan mengenai pembentukan struktur atau perangkatperangkat pemerintahan

Lebih terperinci

2015 DAMPAK DOKTRIN BREZHNEV TERHADAP PERKEMBANGAN POLITIK DI AFGHANISTAN

2015 DAMPAK DOKTRIN BREZHNEV TERHADAP PERKEMBANGAN POLITIK DI AFGHANISTAN 1 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Setelah berakhirnya perang dunia kedua, muncul dua kekuatan besar di dunia yaitu Uni Soviet dan Amerika Serikat. Kedua negara ini saling bersaing untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-Undang. dalam mendukung pembangunan nasional. Berhasilnya perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-Undang. dalam mendukung pembangunan nasional. Berhasilnya perekonomian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan Nasional bertujuan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur, baik material maupun

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR SEMESTER GANJIL

TUGAS AKHIR SEMESTER GANJIL TUGAS AKHIR SEMESTER GANJIL PERLINDUNGAN BURUH MIGRAN SESUAI AMANAT SILA KEDUA PANCASILA KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB Oleh : Nama : Aula Datun Nafi ah NIM : 11.02.8064 Kelompok : A Program Studi :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sejarah Korea yang pernah berada di bawah kolonial kekuasaan Jepang menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi sumber

Lebih terperinci

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) 66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang Sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang menelaah tentang asal-usul dan perkembangan serta peranan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Skripsi yang berjudul (Suatu Kajian Sosio- Historis Gerakan Sosial Petani Di Korea Pada Tahun 1894-1895) ini menggunakan metode historis sebagai metode penelitiannya, dengan menggunakan

Lebih terperinci

5. Materi sejarah berguna untuk menanamkan dan mengembangkan sikap bertanggung jawab dalam memelihara keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup.

5. Materi sejarah berguna untuk menanamkan dan mengembangkan sikap bertanggung jawab dalam memelihara keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup. 13. Mata Pelajaran Sejarah Untuk Paket C Program IPS A. Latar Belakang Sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang menelaah tentang asal-usul dan perkembangan serta peranan masyarakat di masa lampau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi kota adalah perdagangan. Sektor ini memiliki peran penting dalam mendukung

Lebih terperinci

Perjuangan Front dan Perjuangan Demokratisasi Kampus

Perjuangan Front dan Perjuangan Demokratisasi Kampus Perjuangan Front dan Perjuangan Demokratisasi Kampus Ditulis oleh Toni Triyanto Dalam setiap fase pergolakan politik di tanah air ini sebenarnya tidak lepas dari peran kaum pemuda dan Mahasiswa, sepanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (http://www.bps.go.id/brs_file/tenaker-15mei09.pdf). kekuatan posisi tawar (Bargaining Power) yang sejajar dengan pengusaha dan

BAB I PENDAHULUAN. (http://www.bps.go.id/brs_file/tenaker-15mei09.pdf). kekuatan posisi tawar (Bargaining Power) yang sejajar dengan pengusaha dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2010, jumlah angkatan kerja Indonesia berjumlah 107,7 juta jiwa. Dari jumlah tersebut, yang bekerja sebagai buruh sebanyak

Lebih terperinci

PEDOMAN PRAKTIKUM.

PEDOMAN PRAKTIKUM. PEDOMAN PRAKTIKUM 1 PENGEMBANGAN SILABUS DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN SEJARAH Oleh : SUPARDI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan industri merupakan hal yang sangat penting dalam. meningkatkan kesempatan kerja serta memperbaiki kualitas pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan industri merupakan hal yang sangat penting dalam. meningkatkan kesempatan kerja serta memperbaiki kualitas pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan industri merupakan hal yang sangat penting dalam meningkatkan kesempatan kerja serta memperbaiki kualitas pertumbuhan ekonomi. Pembangunan industri ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumatera Timur di awal abad ke 18 merupakan salah satu kawasan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumatera Timur di awal abad ke 18 merupakan salah satu kawasan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumatera Timur di awal abad ke 18 merupakan salah satu kawasan yang sangat sepi penduduknya, sejak berdirinya perkebunan tembakau pada tahun 1863 oleh Jacob

Lebih terperinci

SUATU TINJAUAN TENTANG TENAGA KERJA BURUH DI INDONESIA

SUATU TINJAUAN TENTANG TENAGA KERJA BURUH DI INDONESIA SUATU TINJAUAN TENTANG TENAGA KERJA BURUH DI INDONESIA Idi SetyoUtomo 1 ABSTRACT Article discusses problems faced by the labor in Indonesia. To make a good relationship between companys owner and labor,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sub sektor perkebunan termasuk bagian dari sektor pertanian yang

BAB I PENDAHULUAN. Sub sektor perkebunan termasuk bagian dari sektor pertanian yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sub sektor perkebunan termasuk bagian dari sektor pertanian yang merupakan salah satu kekayaan alam yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Usaha perkebunan mempunyai peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpendidikan sama sekali. Mereka kebanyakan adalah unskillabour, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. berpendidikan sama sekali. Mereka kebanyakan adalah unskillabour, sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia selalu membutuhkan biaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk mendapatkan biaya hidup seseorang perlu bekerja, secara mandiri atau bekerja

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN Skripsi ini berjudul Peranan Pesantren Syamsul Ulum Dalam Revolusi Kemerdekaan di Sukabumi (1945-1946). Untuk membahas berbagai aspek mengenai judul tersebut, maka diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perang merupakan suatu konflik dua pihak atau lebih dan dapat melalui kontak langsung maupun secara tidak langsung, biasanya perang merupakan suatu hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian bahwa Islam tidak hanya tentang sistem nilai, tetapi juga memuat sistem politik. Islam

Lebih terperinci

Gerakan 30 September Hal tersebut disebabkan para kader-kader Gerwani tidak merasa melakukan penyiksaan ataupun pembunuhan terhadap para

Gerakan 30 September Hal tersebut disebabkan para kader-kader Gerwani tidak merasa melakukan penyiksaan ataupun pembunuhan terhadap para BAB 5 KESIMPULAN Gerwani adalah organisasi perempuan yang disegani pada masa tahun 1950- an. Gerwani bergerak di berbagai bidang. Yang menjadi fokus adalah membantu perempuan-perempuan terutama yang tinggal

Lebih terperinci

PENGUASAAN TANAH DAN STRUKTUR SOSIAL DI PEDESAAN JAWA

PENGUASAAN TANAH DAN STRUKTUR SOSIAL DI PEDESAAN JAWA PENGUASAAN TANAH DAN STRUKTUR SOSIAL DI PEDESAAN JAWA Indonesia lahir sebagai sebuah negara republik kesatuan setelah Perang Dunia II berakhir. Masalah utama yang dihadapai setelah berakhirnya Perang Dunia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan suatu negara untuk menjadi lebih baik dari aspek kehidupan merupakan cita-cita dan sekaligus harapan bagi seluruh rakyat yang bernaung di dalamnya.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 32 3.1 Metodologi Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini diuraikan mengenai metode penelitian yang penulis gunakan untuk mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan judul skripsi yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, PARADIGMA

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, PARADIGMA II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, PARADIGMA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Perjuangan Pengertian perjuangan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan, yang dilakukan dengan menempuh

Lebih terperinci

Membuka Tabir Rahasia Kolonialisme dan Imperialisme: Mengenang Lagi Bung Hatta

Membuka Tabir Rahasia Kolonialisme dan Imperialisme: Mengenang Lagi Bung Hatta Membuka Tabir Rahasia Kolonialisme dan Imperialisme: Mengenang Lagi Bung Hatta http://www.aktual.com/membuka-tabir-rahasia-kolonialisme-dan-imperialisme/ Oktober 26, 2016 19:13 Membuka Tabir Rahasia Kolonialisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan sosial yang dibahas dalam studi ini terjadi di Semenanjung

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan sosial yang dibahas dalam studi ini terjadi di Semenanjung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gerakan sosial yang dibahas dalam studi ini terjadi di Semenanjung Shimabara, Kyushu. Sebagian besar pelaku dari gerakan ini adalah para petani dan ronin (samurai

Lebih terperinci