BAB I PENDAHULUAN. hingga tak perlu ditutup-tutupi lagi. Maraknya gratifikasi dikalangan birokrasi

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gratifikasi di Indonesia nampaknya sudah menjadi rahasia umum hingga tak perlu ditutup-tutupi lagi. Maraknya gratifikasi dikalangan birokrasi negara sudah menjalar dan sangat mengakar mulai dari level bawah seperti kelurahan hingga level anggota DPR. Pertanyaan yang timbul di masyarakat adalah bukankah para aparat negara tersebut dipilih oleh rakyat dan sudah digaji lumayan besar untuk menjalankan tugas mereka. Semakin maraknya gratifikasi, suap dan korupsi di negeri ini mengakibatkan biaya ekonomi yang sangat tinggi sehingga menyebabkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia menjadi tidak maksimal. Mungkin sebagian orang mengenal istilah uang pelicin (grease money)? Alasannya selalu dikarenakan gaji yang tidak sebanding dengan pekerjaan. Apakah memang demikian? Tampaknya gratifikasi juga sudah masuk ke industri minyak dan gas. Sudah menjadi pemandangan lumrah penampakan gratifikasi dilingkungan perusahaan minyak dan gas dengan dalih sebagai ucapan terima kasih. Ucapan terima kasih yang mungkin sangat diharapkan si penerima dan sangat disukai si pemberi dengan harapan dapat memperlancar bisnisnya. Sangatlah sulit untuk membedakan wujud ungkapan terima kasih yang tulus dengan gratifikasi. Tanpa disadari budaya gratifikasi membuat orang orang atau perusahaan yang tidak memiliki kuasa untuk melakukan gratifikasi menjadi kalut. Hal ini dikarenakan adanya tuntutan dan paksaan melakukan gratifikasi 1

2 untuk oknum-oknum aparat pemerintah dan itu sangat memberatkan mereka dan bila orang atau perusahaan tersebut tidak mampu maka mereka harus siap menghadapi segala hambatan dan kesulitan. Satu hal yang paling sangat menggelitik adalah saking terbiasanya oknum-oknum tersebut dengan gratifikasi, sehingga ketika tidak diberi gratifikasi mereka menganggap bahwa perusahaan atau orang-orang yang tidak memberi gratifikasi tersebut menghambat kerja mereka. Oknum aparat pemerintah tersebut menganggap adanya penurunan etika yang terjadi. Padahal sebenarnya mereka yang tidak beretika sama sekali. Kasus yang menimpa Kepala SKKMIGAS Rudi Rubiandini baru-baru ini menjadi cambuk bagi perusahaan-perusahaan minyak dan gas yang bernaung dibawah SKKMIGAS atau lebih dikenal dengan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) untuk lebih memperketat proses kontrol internal dalam melakukan bisnis dengan pejabat pemerintah. Berdasarkan data yang dilansir Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dari semua persoalan Migas, berpotensi menimbulkan kerugian negara sebesar Rp 153 triliun. Dan kasus gratifikasi yang melibatkan Kepala SKKMIGAS hanya sebagian kecil karena masih banyak kasus yang belum terungkap khususnya pada tingkat pelaku usaha serta jajaran dibawah naungan Kepala SKKMigas. Oleh karena itu timbul keingintahuan penulis untuk meneliti serta menganalisa pengendalian atau kontrol internal terhadap proses pelaksanaan bisnis dengan aparat Pemerintah pada Chevron Indoasia Business Unit atau 2

3 selanjutnya disebut Chevron. Salah satu perusahaan minyak dan gas yang bernaung dibawah SKKMIGAS. 1.2 Rumusan Masalah Dalam pelaksanaan kegiatan bisnis di Indonesia, Chevron tidak terlepas dari hubungan dan interaksi dengan para pihak baik internal maupun eksternal seperti Dirjen Migas, Dinas kehutanan, Lemigas, kantor imigrasi, kepolisian untuk urusan perijinan, sertifikasi, pengamanan dll. Tidak dipungkiri hal yang sering terjadi dalam kegiatan kerja sehari-hari dan tidak dapat dihindari adalah adanya gratifikasi dari satu pihak kepada pihak yang lainnya. Sejauh yang penulis amati, banyak birokrasi yang berbelit-belit dan menyulitkan Chevron sebagai investor. Lebih parahnya lagi, oknum-oknum aparat tersebut tidak segan-segan untuk menyebutkan nominal angka yang diminta. Berdasarkan hasil laporan (gambar 1.1) tim audit investigasi Chevron selama kurun waktu 2007 April 2011, ditemukan bahwa pelanggaran terhadap kode etik terus meningkat setiap tahunnya. 3

4 Gambar 1.1 Laporan Hasil Audit Investigasi mengenai Pelanggaran Terhadap Kode Etik Oleh sebab itu manajemen Chevron merasa perlu untuk melindungi karyawannya agar terhindar dari proses hukum dan Chevron tetap mempunyai reputasi yang kuat untuk kejujuran dan integritas di seluruh dunia. Salah satu alat kontrol internal yang saat ini menjadi topik yang hangat dan sangat diperhitungkan oleh beberapa Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) adalah sistem Sensitive Transaction Approval and Reporting System (STAR). Suatu sistem berbasis web yang digunakan untuk pelaporan dan permintaan persetujuan dari tim kepatuhan (compliance) untuk transaksitransaksi yang berhubungan dengan pejabat pemerintah, UU anti korupsi, Foreign Corrupt Practice Act (FCPA) serta konflik kepentingan atau biasa disebut dengan Sensitive Transaction (ST). 4

5 Pelaporan dan permintaan persetujuan melalui sistem STAR ini akan dapat berjalan dengan baik apabila adanya kejujuran dari setiap karyawan, sehingga pencegahan gratifikasi terhadap pejabat pemerintah menjadi kebiasaan yang melekat dalam semua lini organisasi dan dilaksanakan dengan integritas yang tinggi serta selalu menjaga konsistensinya oleh semua unsur yang terlibat didalamnya. Namun bila ditinjau dari proses kontrol internal, sistem ini masih terdapat kelemahan yang dapat membuka peluang karyawan untuk melakukan tindakan gratifikasi atau korupsi sehingga sistem ini menjadi tidak berguna. Kelemahan yang paling fatal dari sistem STAR ini adalah: 1. Permintaan sensitive transaction yang dibuat di sistem STAR sebagian besar dilakukan oleh sekretaris atau bagian administrasi dan tidak melalui proses review atau persetujuan supervisor sesuai Delegation of Authority (DOA) sehingga banyak transaksi yang terpaksa dikembalikan tim kepatuhan. 2. Aktual biaya sensitive transaction tidak melalui proses review dari tim kepatuhan terlebih dahulu sebelum pembayaran dilakukan. Hal ini mengakibatkan beberapa karyawan diberi surat peringatan bahkan pemotongan gaji dikarenakan transaksi yang dilakukan tidak sesuai dengan UU anti korupsi atau FCPA. 3. Tidak adanya proses rekonsiliasi antara sensitive transaction yang di input di dalam sistem STAR dengan aktual biaya yang dikeluarkan. Hal ini bisa menimbulkan kecurangan dalam pembayaran ke pihak 5

6 pejabat pemerintah. Rekonsiliasi yang hanya dilakukan secara manual selama ini (tidak melalui sistem STAR) sangatlah tidak efektif dan efisien. 4. Kurangnya peninjauan langsung ke lapangan untuk melakukan pengecekan apakah transaksi yang dilakukan oleh karyawan telah sesuai prosedur. Selain itu juga kurang dilakukannya audit terhadap sensitive transaction. Dampak dari kurangnya pemantauan ini adalah dikhawatirkan banyak terjadinya gratifikasi terhadap pejabat pemerintah. Masih sedikitnya kajian dan penerapan sistem pencegahan tindak pidana korupsi dan gratifikasi ini baik yang ada pada skala global pada umumnya maupun penerapannya di Indonesia pada khususnya membuat penulis merasa tertarik untuk menjadikannya sebagai obyek penelitian. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan penulisan tesis ini adalah untuk mengevaluasi proses internal kontrol dalam mengantisipasi tindak pidana korupsi/suap/gratifikasi melalui sistem STAR. Dari hasil evaluasi, diharapkan penulis dapat memberikan masukan perbaikan terhadap sistem STAR. 6

7 1.4 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuatitatif dimana penulis memaparkan permasalahan, mengumpulkan fakta, melakukan observasi dan pemahaman tetapi tanpa melakukan pengujian hipotesa. Teknis analisis yang digunakan penulis adalah teknik analisa komparatif, dimana data diolah, dihubungkan, dan dibandingkan dengan landasan teori dan peraturan yang ada. 1.5 Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan masukan bagi Tim Kepatuhan Chevron untuk merevisi Business Process dan Procedure (BPP) terkait transaksi dengan pejabat pemerintah. 2. Memberikan pemahaman yang dianggap tepat kepada Manajemen Chevron dan Stakeholder agar memahami pentingnya proses review aktual biaya dalam sistem STAR termasuk juga proses persetujuan (approval) nya. 1.6 Susunan Penelitian Sistematika penulisan tesis ini secara garis besar adalah sebagai berikut. Bab I Pendahuluan: Dalam Bab I Pendahuluan, diuraikan mengenai latar belakang timbulnya masalah yang sangat menarik dan bermanfaat untuk menjadi bahan kajian, karena menyangkut gratifikasi terhadap pejabat pemerintah. Oleh karena itu dalam bab ini diuraikan rumusan masalah, manfaat dan tujuan penelitian, yang 7

8 merupakan khasanah ilmu pengetahuan dan penambah wawasan. Selanjutnya diuraikan pula skema penelitian untuk menggambarkan bahwa seluruh tahap penelitian sudah merupakan satu kesatuan yang utuh. Bab II Tujuan Pustaka: Dalam bab ini akan dikemukakan sejumlah teori mengenai kontrol internal dan tinjauan perpustakaan yang relevan dan dapat dijadikan landasan untuk menganalisa pokok masalah. Disini misalnya akan dijelaskan beberapa pengertian gratifikasi yang terkandung dalam Undang-Undang, seperti: 1. Apa yang dimaksud gratifikasi menurut Undang-Undang atau peraturan di Indonesia. 2. Apa yang dimaksud gratifikasi menurut Undang-Undang anti korupsi Amerika (Foreign Corrupt Practice Act) 3. Pengertian dan hubungan Prinsip bisnis dan kode etik dan Konflik kepentingan Landasan teori dan tinjauan pustaka dalam penelitian ini menggunakan teori pengendalian Sarbanes Oxley Act (SOX) dan Committee of Sponsoring Organization of the Tradeway Commission (COSO). Landasan teori tersebut semuanya demi mencari jawaban atas pertanyaan yang dikemukakan dalam pokok masalah. Bab III Metodologi Penelitian Pada bab ini selain dijelaskan mengenai profil singkat perusahaan seperti sejarah, visi, misi dll, diuraikan pula metodologi pengumpulan data dan metode analisisnya yang pada hakekatnya merupakan langkah-langkah dan 8

9 prosedur yang dilakukan untuk memecahkan masalah yang sekaligus merupakan gambaran upaya-upaya untuk menjawab pertanyaan yang timbul pada pokok masalah. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Dalam bab ini akan diuraikan data hasil penelitian yang diperoleh dan dibahas dengan menggunakan tehnik analisis yang dikemukakan pada metode penelitian bab III. Pembahasan ini terfokus pada evaluasi berdasarkan SOX dan COSO untuk pemecahan masalah. Bab V Simpulan, Saran dan Keterbatasan Penelitian Bab V sebagai bab penutup akan disimpulkan hasil pembahasan yang merupakan kunci atas jawaban yang dipertanyakan dalam pokok masalah. Setelah kesimpulan, disusun pula saran-saran yang merupakan implikasi dan kesimpulan. Saran ini diharapkan dapat memberi masukan kepada pihak-pihak yang berkepentingan sehingga memiliki nilai praktis dan nilai akademis dan sekaligus sebagai sumbangan berharga bagi khasanah ilmu pengetahuan. Disertakan pula keterbatasan yang terjadi selama penelitian dilakukan. 9