RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

Transkripsi

1 RANCANGAN LAPORAN SINGKAT FIT AND PROPER TEST KOMISI III DPR-RI TERHADAP CALON PIMPINAN KPK (BIDANG HUKUM, HAM DAN KEAMANAN) Tahun Sidang : Masa Persidangan : II Rapat ke : Sifat : Terbuka Jenis Rapat : Fit and Proper Test Hari/tanggal : Senin, 14 Desember 2015 Waktu : Pukul s.d WIB Tempat : Ruang Rapat Komisi III DPR-RI Acara : Fit and Proper Test Calon Pimpinan KPK atas nama Sujanarko, ST.,MSE. I. PENDAHULUAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN Fit and Proper Test Calon Pimpinan KPK oleh Komisi III DPR RI dibuka pukul WIB oleh Trimedya Panjaitan, SH.,MH./Wakil Ketua Komisi III dengan agenda rapat sebagaimana tersebut di atas. II. POKOK-POKOK PEMBAHASAN 1. Sebelum dimulai fit and poper test, pimpinan rapat menyampaikan hal-hal sebagai berikut : Alokasi waktu pelaksanaan uju kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) adalah 120 menit, termasuk 10 menit untuk menyampaikan visi dan misi calon. Pertanyaan diajukan oleh masing-masing Fraksi, kemudian Anggota dapat menggunakan haknya untuk bertanya selama 5 menit. 2. Dalam uji kelayakan dan kepatutan dihadapan Komisi III DPR RI, calon atas nama Sujanarko, ST.,MSE. memaparkan makalah dengan judul Pro dan Kontra Operasi Undercover dan Penjebakan dalam Mengungkap Tindak Pidana Korupsi Dalam menyampaikan visi-misinya pada pokoknya calon menjelaskan bahwa ingin membangun KPK yang dipercaya oleh masyarakat, mengurangi perilaku koruptif, meningkatkan transparansi dan 1

2 akuntabilitas, serta meningkatkan kontribusi masyarakat dalam pemberantasan korupsi. Calon menjelaskan tiga pilar utama KPK yaitu penindakan/penegakkan hukum, pencegahan melalui perbaikan sistem, dan pendidikan masyarakat. Calon memandang bahwa korupsi merupakan kejahatan lintas negara dan terorganisir, sehingga perlu adanya peraturan perundang-undangan untuk efektivitas penanganan, peningkatan kerjasama internasional, dan perbaikan sistem tatakelola untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas KPK. Calon menambahkan bahwa setiap konvensi internasional harus melalui proses ratifikasi agar dapat diterapkan. Bahwa perlu adanya kolaborasi dengan Kejaksaan dan Kepolisian melalui dua cara yaitu pencegahan dan penindakan. KPK perlu duduk sejajar dengan Kejaksaan dan Kepolisian. Calon memandang bahwa KPK seharusnya melakukan pekerjaan kolaboratif dengan seluruh stakeholder disisi pencegahan, KPK perlu merubah paradigma dengan tidak mendominasi melainkan berkolaborasi dan fokus pada kegiatan anti korupsi dihulu, dan KPK perlu fokus pada pembenahan tiga hal, yaitu: value, system, dan leadership. Dalam hal kompetensi dan pengalaman, calon mencontohkan pengalaman pribadinya ketika menjadi Ketua Umum Serikat Pekerja Boma Bisma Indra (Persero) pada tahun dan banyak melakukan advokasi karyawan berdasarkan Undang-Undang Tenaga Kerja, menyusun, bernegosiasi, dan menyepakati perjanjian kerja antara serikat buruh dan perusahaan. Calon sering mengikuti berbagai pelatihan asset tracing and asset recovery baik bertaraf nasional maupun internasional dan pernah ditunjuk sebagai national focal point oleh pemerintah untuk bertanggungjawab membuat laporan terkait implementasi UNCAC, sehingga calon memiliki keyakinan bahwa memiliki kemampuan penuh dalam pemberantasan korupsi. Dalam hal ketegasan dalam pengawasan internal, calon setuju dibentuk dewan pengawas (advisory committee) untuk meningkatkan kinerja KPK. Calon memandang bahwa struktur yang tidak efektif di KPK saat ini adalah penasehat KPK sebab kedudukan dan fungsinya tidak jelas. Pasal 12 B terkait gratifikasi perlu dihapus dengan alasan merupakan duplikasi Pasal 5 dan Pasal 11, terkesan bahwa KPK memberikan hak imunitas kepada seseorang, dan besarnya hukuman tidak realistis sementara dalam praktek internasional gratifikasi lebih ringan daripada suap dan bukan merupakan mens rea. Calon menjelaskan bahwa penyadapan yang dilakukan oleh KPK sangat rigid, apabila penyidik belum puas dan meminta penyadapan lebih lanjut maka harus mendapatkan persetujuan yang rumit dari pimpinan KPK. Terkait kasus Freeport sebaiknya dibentuk panel khusus sehingga putusan akan diterima sepenuhnya oleh publik. Calon menutup visi dan misinya dengan harapan kedepannya KPK dapat meningkatkan pemberantasan korupsi di Indonesia. 2

3 3. Beberapa hal lain yang menjadi pokok-pokok pembahasan diantaranya adalah sebagai berikut : Bahwa saat ini calon sebagai Direktur dalam hubungan antara instansi di KPK, Apabila calon terpilih menjadi Pimpinan KPK Roads map yang akan dilakukan dalam bidang supervise. Calon merupakan orang dalam KPK, namun dalam paparan nampak terlihat banyak persoalan di dalam. Sistem yg ada di KPK saat ini dirasa kurang ideal, demikian juga soal supervisi dan fungsi pencegahan yang belum tepat sasaran dan kurang optimal, dan KPK hingga saat ini belum pernah melakukan perbaikan sistem, Bahwa sistem yang ada belum kelihatan maksimal, dimana terdapat fungsi dari KPK yang belum memadai yaitu fungsi pencegahan yang belum tepat sasaran, dan apa yang dilakukan KPK saat ini hanya terlihat fungsi Penindakan. Dikaitkan dengan audit kinerja KPK banyak aturan yang dibuat tetapi banyak yang dilanggar, salah contoh SOP penyadapan yang seharusnya harus ditandatangani oleh 3 Pimpinan KPK, namun diduga dengan hanya persetujuan 1 (satu) orang pimpinan atau bahkan tidak ada persetujuan namun penyadapan tetap dilakukan Bagaimana pandangan calon terkait ketakutan penyelenggara Negara di daerah. Apakah UU tentang KPK yang sekarang ini sudah memadai. Tahun ini ada dua ratusan triliun milik pemerintah daerah yang mengendap, dikarenakan takut diduga penyalahgunaan anggaran oleh KPK, hal ini sangat menghambat pembangunan nasional. Bagaimana Calon melihat dan mengatasi hal tersebut. Menurut Calon apakah UU KPK sekarang ini sudah memadai, dan bagaimana gagasan revisi UU KPK, apakah memang diperlukan atau tidak. Menurut ketentuan Pasal 29 huruf d, UU No.30 tahun 2002 tentang persyaratan pimpinan KPK, bahwa calon belum memenuhi persyaratan sebagaimana yang dipersyaratkan. Bagaimana Calon menjelaskan hal tersebut. Bahwa menurut calon terdapat 3 pilar KPK yaitu penyidikan, penyelidikan dan penindakan, bahwa penindakan bukan merupakan upaya pencegahan, dan hingga saat ini penindakan tidak berimplikasi kepada pencegahan. Adakah keinginan calon untuk menuntaskan kasus-kasus besar yang belum terselesaikan seperti kasus Bank Century, kasus BLBI dan lain-lain. Bahwa agenda besar KPK saat ini adalah pemberantasan korupsi, namun hingga saat ini efek jera terhadap pelaku korupsi dirasa kurang efektif. Menurut Calon, apa yang salah dalam upaya pencegahan korupsi, dan bagaimana pendapat Calon, apakah KPK sudah maksimal atau belum dalam upaya pencegahan yang sudah dilakukan. Apabila belum dimana sumber permasalahannya serta konsep dan gagasan apabila terpilih sebagai pimpinan KPK. KPK sebagai trigger mechanism dalam pemberantasan korupsi bagi semua komponen bangsa, apakah ada halhal yang kurang tepat dilakukan oleh KPK. 3

4 Dari paparan Calon telah dijelaskan seolah banyak persoalan di dalam tubuh KPK, fungsi KPK sebagai trigger system bagi lembaga kepolisian dan kejaksaan namun pada kenyataannya berkompetisi dalam penindakan. Bagaimana menurut Calon terkait rencana adanya dewan pengawas KPK dan apakah ada gagasan terkait pembentukan serta komposisi keanggotaan dari dewan pengawas. Bahwa Indonesia sudah meratifikasi UU anti korupsi internasional, namun karena UU Tipikor belum direvisi maka belum semua ketentuan yang diratifikasi masuk ke dalam UU Tipikor. Misal dalam delik korupsi dinilai positif karena sudah ada ratifikasi namun UU belum direvisi, apakah hal ini dapat digunakan untuk mendakwa pelaku. Dalam roadmap KPK terdapat sektor-sektor strategis (energy, perpajakan, perikanan dsb), dalam konteks pencegahan sudah dilakukan namun dalam konteks penindakan justru belum tersentuh. Terkesan KPK lebih banyak menangkap pejabat negara daripada mengotak-atik cost recovery dimana sektor-sektor tersebut sangat besar dalam merugikan keuangan negara. Bagaimana calon melaksanakan program national interest yang sangat strategis dan berdampak luar biasa dalam menyelamatkan uang Negara. Bagaimana calon melihat seseorang yang ditetapkan sebagai tersangka, namun Hak Asasi sebagai manusia dengan beralaskan praduga tidak bersalah seharusnya tetap dijunjung, namun kenyataannya oleh KPK terkesan hak-hak tersebut tidak dihormati terlihat dalam jumlah penasihat hukum yang sangat dibatasi Bagaimana pandangan calon terhadap SP3 yang tidak berlaku bagi KPK, meskipun tidak cukup bukti namun ketika sudah masuk KPK maka status tersangka akan tetap melekat seumur hidup. Bagaimana pandangan calon terhadap banyaknya kalangan yang menyebutkan bahwa KPK merupakan lembaga adhoc, karena dasar pembentukan KPK hanya sebagai pendorong agar Kepolisian dan Kejaksaan menjadi efektif. Menurut calon bahwa tidak ada tersangka korupsi yang diputus bebas di dalam pengadilan tipikor, karena KPK belum pernah menangani kasus yang sulit, bagaimana maksud kasus-kasus sulit dikaitkan dengan putusan bebas. Seolah-olah apabila ingin dibebaskan dari tuntutan maka kasus tersebut dibuat sulit. Bahwa sebenarnya calon tidak masuk persyaratan sebagai Calon Pimpinan KPK apabila dikaitkan dengan persyaratan dalam UU KPK. Dalam paparan tidak terlihat pemahaman terhadap Hukum Acara dimana justru hak ini merupakan inti dari KPK. Bagaimana pemahaman Calon terhadap Hukum Acara Pidana. Dengan banyaknya penangkapan terlihat kegagalan dari KPK, dimana seharusnya KPK berada dalam sisi pencegahan. Kedepannya perlu keseimbangan antara penindakan dengan pencegahan sehingga perbaikan system ini perlu mendapat perhatian utama. 4. Beberapa hal lainnya yang disampaikan oleh Calon Pimpinan KPK, diantaranya adalah sebagai berikut : 4

5 Calon pernah menjadi tim pelacak asset, dalam kegiatan sehari hari bertanggung jawab dalam membuat legal asisten dan ekstradisi, bila penyidik dan penuntut meminta penyidikan di luar negeri maka calon yang akan membantu dalam kegiatan internasional. Calon selalu ditunjuk untuk mewakili, sehingga calon mempunyai banyak pengalaman terkait anti korupsi. Terkait SOP penyadapan di KPK sangat rijid, Penyidik dan Penyelidik tidak dapat membaca semua hasil penyadapan, untuk mendapatkan transkrip penyadapan secara utuh, penyidik perlu meminta persetujuan pimpinan. Artinya proses penyadapan merupakan suatu proses yang sangat rumit dan tidak bisa dilakukan sesukanya. Terkait penindakan yang dinilai agresif, bahwa calon tidak setuju menangani suatu perkara seperti pemadam kebakaran. Bahwa PBB telah mengingatkan agar menghilangkan Pasal 12B (terkait gratifikasi), KPK terkesan menghilangkan hak imunitas, gratifikasi tidak ada niat dari penerima dan ancaman hukumannya harus lebih rendah dari suap, karena praktek korupsi merupakan kejahatan lintas Negara maka KPK seharusnya dapat meminta informasi. KPK saat ini hanya menangani kasus dilapis dua, namun untuk top level belum mampu diselesaikan. Hal ini dikarenakan Indonesia belum mengatur/membangun political expose person. Bahwa setuju jika KPK masuk di dalam program ASN, agar potensi di KPK dapat dimanfaatkan oleh lembaga-lembaga lain. Terkait Freeport, bahwa pandangan pribadi bahwa hal ini bukanlah hal yang rumit, maka diusulkan dibentuk panel untuk menghindari kasus calo. KPK dinilai tidak efektif bekerja, namun di beberapa negara lain untuk pemberantasan korupsi membutuhkan resources yang sangat besar. Indonesia pada tahun 2006 sudah meratifikasi bahwa setiap Negara wajib memiliki lembaga KPK. Calon setuju KPK dibentuk dewan pengawas, sehingga kasus-kasus yang berdampak nasional dewan penasehat dapat memberikan saran/nasehat. 5. Sesi terakhir calon telah menandatangan surat pernyataan yang telah disiapkan oleh Komisi III DPR RI III. PENUTUP Rapat diskors pada pukul WIB 5