BAB I PENDAHULUAN. perilaku organisasi yang mencerminkan kejujuran dan etika yang dikomunikasikan

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap organisasi bertanggungjawab untuk berusaha mengembangkan suatu perilaku organisasi yang mencerminkan kejujuran dan etika yang dikomunikasikan secara tertulis dan dapat dijadikan pegangan oleh seluruh pegawai. Kultur tersebut harus memiliki akar dan memiliki nilai-nilai luhur yang menjadi dasar bagi etika pengelolaan suatu organisasi atau suatu entitas. Implementasi nilai-nilai yang terdapat dalam budaya kerja tersebut dalam suatu organisasi sangat erat hubungannya dengan kemauan manajemen untuk membangun suatu etika perilaku dan kultur organisasi yang anti kecurangan, sehingga dapat mengurangi atau menghindari terjadinya tiga kecurangan pokok seperti kecurangan dalam laporan keuangan, kecurangan penggelapan asset dan kecurangan tindak pidana korupsi. (Amrizal,2004:2) Kasus korupsi di sektor pendidikan paling banyak ditindak penegak hukum sepanjang Dari 436 kasus yang ditindak penegak hukum pada 2011, 12,4 persen atau 54 kasus korupsi terjadi di sektor pendidikan, kasus korupsi yang terjadi di sektor lain, seperti keuangan daerah, sosial kemasyarakatan, dan transportasi berhasil ditindak penegak hukum masing-masing 54 kasus, 42 kasus dan 37 kasus atau 11,7 persen, 9,6 persen, dan 8,5 persen. Kerugian negara dari seluruh kasus tersebut mencapai Rp 2,17 triliun yang melibatkan tersangka. Para tersangka 1

2 2 berasal dari pejabat pemerintah pusat dan daerah, anggota DPR/DPRD, pejabat negara, dirut BUMN/BUMD, pengusaha dan pegawai pemerintah lainnya. (Hendri, 2011) Birokrat memiliki kewenangan mengajukan dan mengelola anggaran, DPR/DPRD memiliki kewenangan menentukan besaran alokasi anggaran pendidikan. Pengusaha juga memiliki kekuatan ekonomi untuk menyuap birokrat dan DPRD agar proyek pengadaan barang dan jasa pendidikan jatuh ke tangan mereka. Sayangnya, kewenangan ini minim pertanggung jawaban publik. Publik tidak memiliki akses sedikit pun atas pengelolaan anggaran pendidikan, Akibatnya, pengelolaan anggaran pendidikan tidak menjadi transparan dan akuntabel. Meski telah ada lembaga audit internal dan eksternal pemerintah (Inspektorat BPKP, dan BPK), itu belum menjamin anggaran pendidikan aman dari praktik korupsi. Hal ini terjadi Karena rendahnya cakupan audit lembaga tersebut (Hendri, 2011). Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) saat ini secara struktural masih belum independen, karena berada di bawah Bupati, Walikota, Gubernur, hingga Menteri. Wujud lemahnya posisi inspektur jenderal, terlihat dari rentannya mereka dimutasi dan bersikap kritis atas pemanfaatan uang negara oleh pemimpin organisasi. Apalagi fungsi APIP juga tidak bisa menggelar audit secara mandiri kecuali bila diminta (Abubakar, 2013). Berdasarkan penelitian Badan Pemeriksa Kebijakan Pembangunan (BPKP) tahun 2013, APIP yang sudah memiliki infrastruktur memadai untuk menjalankan fungsi konsultatif dan analisis kebijakan masih 5,47 persen. Adapun 93,9 persennya terlalu lemah dan kurang kompeten.( Abubakar, 2013)

3 3 Asosiasi Audit Internal Pemerintah Indonesia menyatakan dari 94 persen Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) di pusat dan daerah tak bisa mendeteksi korupsi ini adalah hasil dari pemetaan data Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) berdasarkan pendekatan Internal Audit Cappability Model (IACM) terhadap 331 APIP. Dari lima level dalam pendekatan IACM, 93,96 persen pengawas berada di level satu dan hanya 5,74 persen di level dua sedangkan hanya satu APIP di level tiga sedangkan, level kemampuan untuk mendeteksi korupsi hanya dimiliki setelah level II ke atas. Untuk itu, ke depan AAIPI akan bermitra strategis dengan BPKP untuk mendukung peningkatan kualitas auditor pemerintah. Hal ini mengingat AAIPI sebagai salah satu wadah organisasi profesi, dapat membuat standar pengawasan internal. Kita sampai saat ini tidak memiliki standar pengawas internal, inilah kesempatan kita, sehingga kalau ditanya Malaysia atau negara lain kita juga bisa menjawab standar yang diterapkan (Wiyoto, 2012). Pengawasan bukanlah merupakan kegiatan yang berusaha mencari kesalahan yang diperbuat oleh seseorang. Sebaliknya, pengawasan ditunjukan untuk menemukan secara dini kesalahan-kesalahan atau penyimpangan-penyimpangan, sehinggga dapat segera dilakukan perbaikan dan pelurusan kembali. Pengawasan dilakukan untuk penyempurnaan prosedur, baik yang bersifat preventif, pengendalian maupun represif. (Widodo, 2001) Audit internal adalah suatu fungsi penilaian independent yang dibuat dalam suatu perusahaan dengan tujuan untuk menguji dan mengevaluasi berbagai kegiatan yang dilaksanakan perusahaan. Sedangkan tujuan dibentuknya audit inernal adalah

4 4 untuk memperbaiki kinerja perusahaan dengan cara membantu karyawan perusahaan agar mereka dapat melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif. Untuk hal ini, audit internal akan melakukan penilaian dengan tujuan untuk menguji dan mengevaluasi berbagai kegiatan yang dilaksanakan oleh perusahaan dengan cara memberikan berbagai analisis, penilaian, rekomendasi, petunjuk, dan informasi sehubungan dengan kegiatan yang akan diperiksa. (Hiro Tugiman, 2006:11) Teori-teori dasar dan konsep-konsep audit telah menjawab bahwa keberadaan atau alasan diadakan audit dalam organisasi adalah bahwa audit ditujukan untuk memperbaiki kinerja. Suatu fungsi dapat berbentuk sebuah perusahaan divisi, departemen, seksi, unit bisnis, proses bisnis, layanan informasi, sistem atau proyek. Jika tindakan audit berhasil dalam meningkatkan kinerja organisasi maka berarti menunjang ke arah perbaikan kinerja secara keseluruhan (Tugiman, 2004) Tahap-tahap kinerja dalam pelaksanaan kegiatan internal audit, menurut Tugiman (2006:53) adalah sebagai berikut: 1. Tahap perencanaan audit 2. Tahap pengujian dan pengevaluasian informasi 3. Tahap penyampaian hasil audit 4. Tahap tindak lanjut (follow up) hasil audit Biasanya kecurangan ini tidak mudah untuk ditemukan. Kecurangan biasanya ditemukan karena suatu ketidaksengajaan ataupun disengaja. Dengan demikian manajemen perlu berhati-hati terhadap kemungkinan timbulnya kecurangan yang mungkin terjadi di perusahaan yang dikelolanya. Untuk mengatasi timbulnya

5 5 kecurangan, audit internal diperlukan keberadaannya di dalam perusahaan, yang bertugas untuk mengevaluasi suatu sistem dan prosedur yang telah disusun secara benar dan sistematis serta apakah telah diimplementasikan secara benar, melalui pengamatan, penelitian, dan pemeriksaan atas pelaksanaan tugas yang telah didelegasikan di setiap unit kerja perusahaan. (Amrizal, 2004) Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2001 tentang Tindak Pidana Korupsi, korupsi dapat diklasifikasikan menjadi tujuh kelompok, yaitu : 1. Kerugian keuangan negara 2. Suap menyuap 3. Penggelapan dalam jabatan 4. Pemerasan 5. Perbuatan curang 6. Benturan kepentingan dalam jabatan 7. Gratifikasi atau pemberian hadiah Hasil pengawasan yang optimal diperoleh dari pengawas yang memiliki tingkat profesionalisme yang tinggi dan dapat memberi masukan-masukan yang diperlukan sebagai bahan pengambilan keputusan dalam upaya pelaksanaan pengelolaan instansi yang memenuhi prinsip-prinsip efisiensi serta mengamankan kekayaan instansi sesuai dengan ketentuan yang berlaku adalah misi satuan pengawasan internal dalam manajemen (Widodo, 2001).

6 6 Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya yang dilakukan Festi, Andreas, Natariasari (2014) menunjukkan bahwa audit internal berperan dalam pencegahan kecurangan dan memiliki hubungan yang kuat. Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan Yuanita Kurniawan, (2012) dimana kemampuan auditor internal dalam menjalankan tugasnya berperan penting untuk meminimalisasi fraud di BEI. Sedangkan penelitian Rozmita Dewi Yuniarti R., (2011) audit internal memiliki hubungan cukup kuat dan tidak signifikan hal ini karena pengetahuan yang kurang dimiliki oleh auditor internal dalam melaksanakan profesinya adalah pengetahuan dalam memberikan konsultasi. Begitu pula penelitian Noorsain, (2014) dimana Audit Internal berperan dalam mendeteksi dan mencegah kecurangan namun pada pelaksanaannya pengendalian hanya pada Unit Pengelola Keuangan saja. Menindaklanjuti uraian tersebut maka penulis tertarik untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara pelaksanaan internal audit terhadap pencegahan kecurangan (fraud) yang terjadi di Instansi Pemerintahan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, sehingga penulis mengambil judul: PENGARUH PELAKSANAAN INTERNAL AUDIT TERHADAP PENCEGAHAN TERJADINYA FRAUD

7 7 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan, dapat diajukan pertanyaan, seberapa besar pengaruh pelaksanaan internal audit terhadap pencegahan terjadinya fraud. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan internal audit terhadap tingkat terjadinya fraud Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pelaksanaan internal audit terhadap pencegahan fraud di Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi pihak lain.

8 8 1. Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran, menambah informasi dan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pengaruh pelaksanaan internal audit khususnya yang berkaitan dengan pengendalian kecurangan di Lembaga pemerintahan. 2. Kegunaan Praktis - Bagi Penulis Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai pengaruh pelaksanaan internal audit terhadap pengendalian kecurangan yang terjadi di lembaga pemerintahan. - Bagi Pihak Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi yang akan berguna bagi lembaga dalam meningkatkan kualitas manajemen untuk mengurangi tindak kecurangan dan sebagai bahan evaluasi untuk meningkatkan pengendalian di internal lembaga. - Bagi Pihak Lain Hasil-hasil informasi tersebut dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran untuk perkembangan ilmu pengetahuan umumnya, khususnya mengenai internal audit terhadap kecurangan yang ada di lembaga pemerintahan serta sebagai bahan masukan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang topik yang saling berhubungan.

9 9 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian akan dilakuakn pada lembaga dinas pemerintahan yaitu Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat. Waktu penelitian akan dilakukan dimulai pada bulan Januari sampai dengan selesai.