Laporan Kerja Praktek BAB I PENDAHULUAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Laporan Kerja Praktek BAB I PENDAHULUAN"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknik kimia merupakan cabang ilmu yang berkaitan dengan proses dan perancangan pada pabrik industri, baik industri proses pembuatan barang setengah jadi maupun barang jadi. Cabang ilmu ini memiliki cakupan yang sangat luas meliputi bahan baku, proses, dan produk beserta alat-alat proses, maintenance, utilitasnya, tata letak pabrik, hingga pemasaran produk. Teknik Kimia sangat dekat dengan pabrik, dengan segala dinamisasi penerapan teknologinya. Seiring dengan berkembangnya dunia industri maka semakin kompleks permasalahan yang timbul dan semakin besar perubahan-perubahan yang terjadi didalamnya. Oleh karena itu tidak cukup mempelajari ilmu tanpa terjun langsung ke lapangan untuk melihat kondisi yang sebenarnya di industri. Dengan alasan inilah, Program Studi Teknik Kimia UNLAM memberikan kesempatan kepada para mahasiswa untuk melaksanakannya dengan menyelesaikan Kerja Praktek (KP) di industri, dengan maksud untuk melatih keterampilan mahasiswa menyelesaikan masalah yang dihadapi di lapangan sesuai dengan ilmu pengetahuannya. Semuanya ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa untuk persiapan masuk ke dunia kerja yang sesungguhnya. Kerja praktek merupakan salah satu sarana latihan untuk mengembangkan dan menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah. Selain itu dengan adanya kerja praktek dapat memberikan gambaran yang jelas tentang berbagai hal yang berkaitan dengan berbagai masalah, khususnya masalah pengaturan sistem di tempat kerja praktek tersebut. Untuk mencapai hasil yang optimal dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dibutuhkan kerjasama dan jalur komunikasi yang baik antara perguruan tinggi, industri, instansi pemerintah dan swasta. Kerjasama ini dapat dilaksanakan dengan saling bertukar informasi antara 1

2 masing-masing pihak tentang korelasi antara ilmu di perguruan tinggi dan penggunaan di dunia industri. Kegiatan kerja praktek dapat dilaksanakan pada pabrik-pabrik yang berlatar belakang pada proses produksinya yang menggunakan bahan-bahan kimia tertentu untuk menunjang proses produksinya, salah satu pabrik yang dapat dijadikan tempat pelaksanaan kerja praktek (KP) adalah pabrik pengolahan minyak goreng dengan bahan baku CPO dari buah kelapa sawit. Pada pabrik pengolahan minyak goreng dan turunannya ini dilakukan beberapa tahapan proses, dimaksudkan untuk diperoleh berbagai macam hasil produksi seperti Olein (minyak jadi/minyak goreng), Stearin (bahan baku margarin), PFAD (palm fatty acid distilat) sebagai campuran bahan baku sabun, kosmetik dan lain-lain, serta PKE (palm kernel expeller) sebagai bahan baku pakan ternak. Adapun yang melatar belakangi dalam penyusunan laporan akhir Kerja Praktek ini adalah: 1. Perkembangan ilmu teknologi yang sangat pesat dewasa ini membuat bertambah luas dan kompleks pula persaingan dalam dunia kerja yang akan membutuhkan calon-calon tenaga kerja yang terampil, berpendidikan dan siap pakai. 2. Kegiatan pembangunan yang semakin kompleks dan meningkat, khususnya pembangunan dibidang SDM berkualitas yang di ikuti dengan majunya teknologi yang semakin canggih. 3. Pertumbuhan kesempatan kerja yang tidak sebanding dengan persediaan tenaga kerja saat ini. 1.2 Tujuan Kerja Praktek Tujuan Umum 1. Mendapatkan pengetahuan dan keterampilan praktis serta pengalaman di bidang proses produksi dalam suatu industri kimia. 2

3 2. Memperluas wawasan tentang aplikasi keteknik-kimiaan dalam bidang industri, sehingga memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengembangkan interpersonal skill. 3. Turut berperan serta dalam memberikan konstribusi pada sistem pendidikan nasional. 4. Mengenalkan budaya kerja pada masyarakat dan menumbuhkan pola pikir konstrukstif yang berwawasan bagi mahasiswa dan dunia kerja di industri Tujuan Khusus 1. Mengetahui sejarah dan perkembangan perusahaan serta uraian proses produksi pada plant refinery PT. SMART Tbk Refinery Tarjun. 2 Mengetahui bahan baku, bahan penunjang yang digunakan dalam proses produksi pada PT. SMART Tbk Refinery Tarjun. 3 Mengetahui flow diagram proses plant refinery pada PT. SMART Tbk Refinery Tarjun. 4 Mengetahui spesifikasi peralatan dan unit utilitas yang digunakan di plant refinery pada PT. SMART Tbk Refinery Tarjun. 5 Mengetahui struktur organisasi perusahaan dan tugas-tugasnya pada PT. SMART Tbk Refinery Tarjun. 6 Menghitung neraca panas pada proses kritalisasi PT. SMART Tbk Refinery Tarjun. 3

4 BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Ringkasan Sejarah dan Perkembangan Perusahaan Perusahaan memulai usahanya dibidang kelapa sawit pada tahun 1962 dengan nama PT. Maskapai Perkebunan Sumcama Padang Halaban. Pada tahun 1970, seluruh saham perusahaan dikembalikan kepada pihak asing dan status perusahaan berubah menjadi PMA (Penanaman Modal Asing) sesuai dengan surat keputusan Menteri Negara Ekonomi Keuangan Dan Industri No. KEP/MEKUIN/7/1970 tanggal 15 juli Pada tahun 1985, status perusahaan berubah menjadi PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) sesuai dengan surat dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) No. 06/V/1985 tanggal 28 maret Kemudian pada tanggal 1991 perusahaan berubah namanya menjadi PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology Corporation atau bisa disingkat PT. SMART Corporation. Pada tahun 1989, perusahaan mengakuisisi 100% saham dari 2 perkebunan kelapa sawit PT. Maskapai Perkebunan Leidong West Indonesia dan PT. Perusahaan Perkebunan Panigoran yang masing-masing memiliki areal 1,879 Ha dan 1,666 Ha. Perusahaan juga mengakuisisi 100% saham PT. Maskapai Perkebunan Indorub Sumber Wadung, dengan luas areal perkebunan 1,052 Ha yang berlokasi di Jawa Barat. Di tahun 1991, perusahaan mengambil alih 100% saham PT. Nirmala Agung, perkebunan dengan luas areal 450 Ha, PT. Global Agronusa Indonesia, perkebunan pisang, PT. Mulyorejo Industrial Company, pabrik penyulingan minyak goreng, margarin dan lemak nabati, serta mengakuisisi 25% saham PT. Grahamas Indojaya, perusahaan pengangkutan. Sebelum perusahaan melakukan penawaran umum pada tahun 1992, perusahaan mengambil alih 100% saham PT. Kunci Mas Wijayam, 49% saham PT. Inti Gerak Maju, perkebunan kelapa hibrida dan kelapa sawit serta 49% saham PT.Tapian Nadenggan, perkebunan kelapa sawit. Kemudian perusahaan mengakuisisi 4

5 50% saham PT. Sinar Meadow International Indonesia, pabrik penyulingan minyak goreng, margarin dan lemak nabati, dan PT. Sinar Pure Foods International, pabrik penggalengan ikan tuna. Di tahun1993, perusahaan mengambil alih 2 perkebunan kelapa sawit PT. Kresna Duta Agroindo yang berlokasi di Jambi serta PT. Pilinti Perkasa Alam yang berlokasi di Riau. PT. Pilinti Perkasa Alam kemudian mengubah namanya menjadi PT. Ivo Mas Exim. Di tahun 1994, perusahaan meningkatkan kapasitas penyulingan Surabaya dari 600 ton per hari menjadi 1000 ton per hari. Selain itu pembangunan 4 buah tangki timbun yang berlokasi di Cirebon dan Banyuwangi untuk minyak tidak bermerek telah pula dirampungkan dan yang berlokasi di Dumai dan Palembang sebagai tempat penyimpanan minyak kelapa sawit (CPO). Pada awal tahun 1995, perusahaan membentuk 60%-40% perusahaan patungan dengan PT. Risjadson dengan nama PT. Smartindo Utama, yang kemudian membentuk 50%-50% perusahaan patungan dengan Goodmen Fielder Overseas Holding Pte, Ltd dari Australia dengan nama Smartindo Bluedird Snacks (SBS). Sangat disayangkan, kinerja SBS tidak seperti yang diharapkan manajemen. Sehingga, pada bulan Desember 1995, perusahaan menjual 60% saham kepemilikannya di PT. Smartindo Utama kepada pihak ketiga untuk memperbaiki kinerja perusahaan. Pada bulan Juli 1995, PT. SMART dan PT. Intermas Tata Trading membentuk 70%-30% perusahaan co-holding dengan nama PT. Inter Smart Corporation, yang memiliki 51% saham pada PT. Nala Vini Eka Beverage (NAVIKA), perusahaan yang membuat kemasan RC Cola, Canada Dry, A&W dan Crush. Selain itu perusahaan juga memiliki lisensi untuk memproduksi Cuzz dan Zoda. Pada bulan Desember 1995, PT.SMART meningkatkan kepemilikan pada PT. Inter Smart Corporation dari 70% menjadi 100%, sehingga kepemilikan SMART pada NAVIKA meningkat dari 35,7% menjadi 51%. Pada saat yang bersamaan PT.SMART juga mendivestasikan 50% saham PT. Sinar Meadow International Indonesia. 5

6 Pada tahun 1997, perusahaan mendivestasikan PT. Inter Smart Corporation, perusahaan induk dari NAVIKA dan ASIANINDO. Pada bulan Juni 1997, SMART mengakuisisi 100% saham dari 2 buah perusahaan di Kalimantan Timur yaitu, PT. Sangatta Andalan Utama dan PT. Matra Sawit Sarana Sejahtera dengan luas areal masing-masing sebesar Ha dan Ha. Perusahaan juga melakukan joint venture di bidang pemupukan dengan sumber air dari Selandia Baru. Pada tahun 1999, PT. SMART Corporation diubah namanya menjadi PT.SMART Tbk. dalam rangka penyesuaian dengan peraturan pemerintah No.26 tahun 1998 perihal pemakaian nama perseroan terbatas, menyusul listing saham PT. SMART Tbk. dalam bursa efek Jakarta. Pada bulan Mei 2002, perusahaan telah mendivestasikan seluruh kepemilikannya pada perkebunan teh, PT. Maskapai perkebunan Indorub Sumber Wadung dan anak perusahaannya serta PT. perkebunan dan Perindustrian Nirmala Agung. Investasi perseroan sebesar 6,9% pada PT. Global Agronusa Indonesia, perkebunan pisang, juga telah didivestasikan seluruhnya pada bulan November Sedangkan perkebunan pisang yang seluruh sahamnya dimiliki oleh perseroan sudah tidak beroperasi lagi sejak awal tahun 2000, yang disebabkan karena adanya kerusuhan yang terjadi di daerah tersebut. Saat ini PT.SMART Tbk. Merupakan perusahaan pengolahan kelapa sawit yang terintegrasi, mulai dari pembibitan, perkebunan dan pengolahan kelapa sawit menjadi produk-produk yang dipasarkan, dibawah bendera SINAR MAS GROUP, salah satu konglomerasi besar di Indonesia. PT. SMART Tbk. Menjadi bagian dari Golden Agri-Resources Ltd. Yang listing di Singapore Exchange Securities Trading Limited (SGX-ST) sejak tahun Golden Agri-Resources Ltd. merupakan bagian dari Asia Food & Properties Ltd. (AFP), sebuah perusahaan induk investasi (investment holding company) dengan area bisnis di bidang Agrobisnis, makanan dan property. AFP mempunyai daerah operasi di Indonesia, Cina, Singapura, dan Malaysia. PT. SMART Tbk. Mempunyai dan mengolah perkebunan kelapa sawit, 6

7 pabrik dan refinery yang membuat minyak goreng branded dan unbranded, branded margarin dan shortening. PT. SMART Tbk terbagi menjadi 2 operasional, yaitu: 1. Upstream (pengolahan buah kelapa sawit menjadi minyak sawit (CPO)). 2. Downstream (pengolahan lebih lanjut dari CPO menjadi hasil produk akhir). Untuk produk-produk Downstream PT. SMART terbagi menjadi 3 (tiga) kategori besar yaitu: Retail, Industry dan Bulk. Produk-produk Retail dikhususkan untuk konsumen rumah tangga. Sedangkan produk-produk industri ditujukan untuk memenuhi kebutuhan industri mie instan, industri kembang gula, bakeri, jaringan fast food, hotel, rumah sakit, restoran dan sebagainya. Kategori yang terakhir, bulk adalah tanpa merek dan ditargetkan untuk konsumsi dalam jumlah besar. Sementara untuk operasional upstream, PT.SMART mengimplementasikan program pengembangan perkebunan secara berkesinambungan dan saat ini sedang melakukan penanaman kembali pohon-pohon tua dan kurang produksi. Struktur terintegrasi dari masing-masing bagian telah dapat memastikan kualitas unggulan dan penyediaan bahan baku, CPO (crude palm oil) yang stabil untuk pemenuhan produksi dengan biaya yang kompetitif. Perusahaan telah menjalankan program riset dan pengembangan secara intensif, baik di perkebunan dan refinery untuk mengoptimalkan hasil perkebunan untuk memenuhi kebutuhan dan permintaan konsumen terhadap produk-produk kita. Perkembangan perekonomian Indonesia dan permintaan konsumen yang terus meningkat akan menciptakan peluang bisnis bagi perusahaan. Hal ini didukung dengan tim manajemen yang sangat berpengalaman selama ini, yang telah menciptakan merek produksi yang kuat dan memiliki perkebunan kelapa sawit di Sumatra dan Kalimantan. PT. SMART Tbk. Akan terus mengambil kesempatan dalam perekonomian Indonesia. Dengan pengintegrasian dan usaha terus menerus mencapai kesempurnaan dalam produk-produk dan pelayanannya, PT. SMART Tbk. Akan menjadi pemain minyak goreng kelapa sawit sehat yang unggul di pasaran global. 7

8 PT. SMART Tbk Refinery Tarjun adalah sebuah pabrik terbesar dan satusatunya yang mengolah buah kelapa sawit menjadi minyak goreng dan turunan lainnya yang ada di Kalimantan selatan. Perusahaan ini terletak di desa Tarjun Kec. Kelumpang Hilir kab. Kotabaru Kalimantan Selatan yang menempati tanah seluas 7 Ha. Pabrik ini mulai berproduksi sejak bulan april tahun 2008 dan akan terus berkembang kedepannya. Adapun bahan baku utama yang digunakan dalam proses produksi adalah CPO (crude palm oil) dari hasil olahan tahap pertama buah kelapa sawit sebelum masuk ke dalam proses pengolahan minyak goreng dan turunan lainnya. CPO ini berasal dari pabrik-pabrik kelapa sawit (PKS) baik dari GROUP SINAR MAS sendiri maupun perusahaan lainnya yang ada di Kalimantan dan di sekitar wilayah PT. SMART Tbk. Perusahaan pengolahan CPO ini dibangun dengan kapasitas pabrik sebesar 1000 ton/hari dan kapasitas tersebut akan terus ditingkatkan dengan didirikannya plant-plant baru yang sekarang sedang dalam tahap proyek pembuatan. Di perusahaan PT. SMART Tbk. Refinery Tarjun memiliki 5 nilai-nilai perusahaan, yakni : 1. Integrity (Integritas) 2. Positive Attitude (Bersikap positif) 3. Commitment (Komitmen) 4. Continuous Improvement (Perbaikan berkelanjutan) 5. Innovative (Inovasi) 6. Loyalty (Loyalitas) PT.SMART, Tbk berkomitmen untuk memuaskan pelanggan dengan mengeluarkan kebijakan mutu dan keamanan pangan, yaitu: 1. Menjadi produsen produk yang bermutu dan aman untuk dikonsumsi. 2. Meningkatkan kesadaran dan keahlian karyawan untuk menerapkan sistem mutu dan keamanan pangan secara efektif dan melakukan perbaikan secara berkelanjutan. 8

9 3. Bekerja sama dengan pemasok untuk mendapatkan bahan baku dan bahan penunjang yang terbaik. 4. Senantiasa berinteraksi dengan pelanggan untuk memahami kebutuhan mereka. 5. Memenuhi persyaratan undang-undang dan regulasi pangan serta persyaratan pelanggan yang berkaitan dengan mutu dan keamanan pangan yang di setujui bersama. 2.2 Uraian Proses Produksi Proses produksi PT. SMART Tbk Refinery Tarjun merupakan operasi downstream yaitu pengolahan lebih lanjut CPO menjadi hasil produk akhir olein, stearin dan produk samping berupa PFAD. Proses tersebut terbagi menjadi Refinery dan Fraksination Proses Refinery Proses Refinery adalah proses memurnikan CPO dengan tahapan proses preheating, degumming, bleaching dan dedorized sehingga menghasilkan kualitas produk RBDPO yang sesuai spesifikasi. 1. Preheating Bahan utama proses refinery adalah crude palm oil (CPO) yang disimpan pada tangki penyimpanan CPO (storage tank). Temperatur CPO dijaga sekitar o C. Umpan CPO dipompakan melewati strainer yang berfungsi sebagai penyaring impurities yang terikut dalam CPO. Strainer terbuat dari bahan stainless steel dengan ukuran 100 mesh. CPO kemudian dialirkan melalui sistem pengembalian panas (heat recovery system) yang berupa plate heat exchanger dengan heat transfer dari RBDPO dan target temperatur o C. Jika dalam keadaan start up umpan dilewatkan melalui plate heat exchanger dengan pemanasan menggunakan steam yang didapat dari power plant. Dari plate heat exchanger CPO dialirkan menuju dryer, bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam CPO. 2. Degumming 9

10 Proses degumming bertujuan untuk mengikat gum (getah) berupa fosfatida dan komponen logam dengan penambahan PA (Phosphoric Acid). Umpan yang telah dipanaskan dialirkan ke Instensive Mixer dan ditambahkan phosphoric acid 85% dengan dosis % kemudian dialirkan ke dinamic mixer dengan pengadukan secara intensif untuk mempresipitasi gum (getah) pada CPO. Jika dalam keadaan start up proses pencampuran PA menggunakan static mixer. Presipitasi gum akan meringankan proses filtrasi dan mencegah pembentukan scale dalam proses deodorizing. Pada kondisi tertentu proses degumming dapat ditambahkan citric acid 25% dengan kadar % yang berfungsi sebagai anti oksidan. 3. Bleaching Proses bleaching atau pemucatan bertujuan untuk menghilangkan beberapa impurities yang tidak diinginkan (logam, pigmen warna, fosfatida) dari CPO dengan penambahan asorben BE (Bleaching Earth). BE yang digunakan dengan dosis 0,6-2%. Umpan dari mixer dinamic dipompakan ke tangki bleacher dengan temperatur dalam tangki o C untuk mendapatkan proses bleaching optimum. Dalam tangki bleacher CPO dicampur dengan bleaching earth, dengan injeksi steam tekanan 1-1,5 bar agar proses optimal. Slurry dialirkan ke tangki bleached (buffer tank) dalam keadaan vacuum untuk menarik air dari minyak dengan menggunakan vacuum bleaching. Gum yang dihasilkan dari proses degumming akan diadsorpsi oleh absorben BE dengan sempurna. Slurry yang mengandung minyak dan BE dipisahkan dengan Niagara filter untuk memisahkan minyak dari partikel-partikel BE. Slurry melewati lembaran Niagara filter dan partikel BE terjebak pada lembaran filter. Setalah itu dialirkan ke bag filter untuk dilakukan filtrasi ulang, kemudian DBPO ditampung ke dalam filtrate receiver vessel. BE dari proses filtrasi ini dinamakan spent earth dan di buang pada tempat pengumpulan spent earth yard. Tahap proses filtrasi pada Niagara filter adalah sebagai berikut: a. Filling, slurry dipompakan kedalam tangki Niagara filter, waktu yang diperlukan 10 menit 10

11 b. Recirculation, pelapisan pada lembaran Niagara filter dengan sirkulasi sampai minyak yang dihasilkan jernih dari partikel bleaching earth, waktu yang diperlukan 15 menit c. Filtration, proses penyaringan minyak dari partikel-partikel bleaching earth, waktu yang diperlukan 130 meni d. Emptying, pengosongan Niagara filter, waktu yang diperlukan 9 menit e. Steam blowing, pengeringan spent earth dan menekan minyak yang masih terdapat di spent earth, waktu yang diperlakukan 13 menit f. Decompression, penurunan tekanan di dalam Niagara filter, waktu yang diperlukan 1 menit g. Cake discharge, pelepasa spent earth melalui butterfly valve, waktu yang diperlukan 20 menit DBPO dari filtrate receiver vessel dialirkan ke catride filter ini ilakukan agar minyak semakin murni ari BE. Adanya BE pada minyak dapat mencemari deodorize. 4. Deodorizing Bleached Oil (BPO) yang telah difiltrasi ditampung di Receiver Tank yang selanjutnya akan difeeding ke Falling Film HE dengan terlebih dulu difiltrasi menggunakan Catridge filter ukuran 10 micron untuk memastikan minyak dalam keadaan bersih. Tekanan Catridge Filter dijaga 1,5-4,0 bar. Jika tekanan Catridge Filter dibawah atau lebih dari tekanan operasional atau jika pemakaian sudah mencapai 2 bulan maka dilakukan penggantian Catridge Filter. Suhu Bleached Oil berkisar o C. Aktualnya 103 o C. Kemudian BPO dialirkan ke falling film heat exchanger. Pada tahap ini dilakukan proses perpindahan panas atau dapat disebut juga sebagai economizer. Minyak BPO yang bersuhu o C akan dikrosing dengan minyak RBDPO dari scrubber yang bersuhu o C. Falling film merupakan vessel yang didesain berbentuk Shell and Tube. Dimana minyak BPO yang akan dipanaskan dialirkan kedalam tube dan minyak RBDPO yang akan didinginkan dialirkan dalam Shell, sehingga terjadi perpindahan panas antara minyak BPO dan RBDPO. Suhu BPO yang telah dialirkan silang melalui falling film 11

12 meningkat menjadi o C, sedangkan suhu RBDPO yang telah dialirkan silang menurun menjadi o C. Tujuan dari tahap ini adalah untuk menghemat penggunaan steam dan kebutuhan air pendingin. BPO yang suhunya sudah meningkat kembali ditingkatkan lagi suhunya dengan menggunakan final oil heater. Final heating merupakan tahap pemanasan akhir sebelum minyak BPO diumpankan ke Deodorizer. Minyak BPO yang telah dialirkan silang di falling film heat exchanger ditransfer ke final oil heater. Disini minyak akan dipanaskan dengan dua sumber panas. Pada pemanasan yang pertama, minyak akan dipanaskan dengan steam 45 bar yang disuplai dari Power Plant. Media yang digunakan sebagai alat pemindah panas adalah coil. Suhu steam 45 bar yang digunakan sebagai pemanas berkisar 268 o C. Pemanasan minyak BPO selanjutnya adalah dengan menggunakan High Pressure Boiler (HPB) bertekanan bar, aktual yang digunakan 60 bar. Hingga suhu minyak mencapai o C, suhu aktual 263 o C. Media perpindahan panas yang digunakan juga menggunakan coil. Minyak BPO dengan suhu sekitar o C dialirkan ke unit deodorizing. Tahapan Proses pada Deodorizing adalah sebagai berikut: a. Proses ini adalah proses penghilangan asam lemak bebas (FFA) dan zat-zat yang berbau yang terkandung dalam minyak DBPO dengan jalan penguapan kompponen-komponen volatilnya. b. Minyak yang telah dipanaskan di final oil heater diumpankan ke Presripper. Minyak DBPO dipecah menjadi titik-titik minyak melalui celah-celah mesh Prestripper dengan tujuan untuk memudahkan dalam penghilangan bau (keton), Peroxide Value (PV), pemucatan warna DBPO dan menurunkan kadar Free Fatty Acid (FFA). Kemudian minyak akan bergerak secara overflow melewati tiap tray dari tray 6 hingga tray 1 pada stripper. Setiap tray diinjeksikan sparging steam bertekanan 0,5-1 bar, aktualnya 0,6 bar. Pemisahan Minyak dengan FFA didasarkan titik didih yaitu dimana titik didih FFA sekitar C dan minyak sekitar C sehingga dalam kondisi sistem sekitar C FFA akan menguap dan menuju ke scrubber. 12

13 c. Scrubber merupakan paket kolom yang berisi isian yaitu raschig rings yang berukuran mm. PFAD yang menguap dilewatkan melalui isian dan dikontakkan dengan FFA yang sudah didinginkan dan disimpan pada PFAD tank. PFAD dikondensasikan dengan FFA bersuhu o C PFAD yang telah didinginkan di PHE ditransfer ke PFAD tank. Minyak RBDPO dialirkan ke falling film heat exchanger untuk diturunkan suhunya dengan mengalirkan silang dengan minyak DBPO. Suhu RBDPO akan turun menjadi sekitar C. Kemudian RBDPO yang telah turun suhunya kembali dialirkan dan diturunkan suhunya di PHE menjadi C. Pada PHE tersebut pertukaran panas RBDPO dialirkan silang dengan CPO. RBDPO dengan suhu C kembali didinginkan dengan PHE dengan menggunakan air chiller dari water cooling tower sehingga suhunya menjadi sekitar 70 0 C. RBDPO dengan suhu 70 0 C ini dialirkan ke bag filter CCP yang berukuran 10 micron untuk menjaga mutu RBDPO. Kemudian RBDPO setelah dilewatkan melalui bag filter disimpan ke tank yard. Diagram alir proses produksi Refinery plant dapat dilihat pada gambar 2.1 di bawah ini: 13

14 14

15 2.2.2 Proses Fraksinasi Fraksinasi adalah metode fisik dengan menggunakan sifat kristalisasi dari trigliserida untuk memisahkan campuran menjadi leleh rendah fraksi cair dan lebur tinggi fraksi cair. Ada tiga jenis fraksinasi: fraksinasi kering, fraksinasi deterjen, dan fraksinasi pelarut. Dua komponen yang dihasilkan dari fraksinasi minyak kelapa sawit adalah minyak goreng (olein) dan stearin (bentuk padat). Proses fraksinasi yang dilakukan pada PT. SMART Tbk adalah proses fraksinasi kering (dry fractionation). Dengan pendinginan RBDPO akan terpisah menjadi dua fraksi yaitu fraksi padat berupa stearin dan fraksi cair berupa olein. Secara umum pengolahan minyak goreng dalam pabrik refinery terdiri dari tahap proses refinery dan fraksinasi. Untuk proses fraksinasi kering terdiri dari 2 tahap proses yaitu : 1. Kristalisasi Proses kristalisasi yaitu proses yang dilakukan pada media kristalizer dengan cara pemanasan RBDPO pada temperatur titik lebur kemudian didinginkan secara perlahan hingga temperatur leleh rendah sesuai dengan spesifikasi yang daharapkan sambil diaduk hingga terbentuk butiran butiran kristal. Media kristalizer dilengkapi pmdengan coil water yang berfungsi sebagai pendingin dan agitator yang berfungsi sebagai pengaduk. Terdiri dari tahap proses sebagai berikut: a. Filling RBDPO dari storage tank dipompakan ke tangki crystallizer yang sebelumnya dinaikkan suhunya menjadi C. Waktu yang diperlukan untuk filling adalah sekitar 21 menit. Setelah memasuki tangki crystallizer, RBDPO mengalami proses pendinginan yang dimulai dengan proses fast cooling. b. Fast cooling Proses pendinginan cepat yang dilakukan pada RBDPO yang telah homogen dengan menggunakan air cooling water. Temperatur air cooling tower masuk ditetapkan maksimal 34 0 C. Temperatur minyak saat fast cooling adalah sekitar C. 15

16 c. Crystallization Pada proses ini, pendinginan RBDPO menggunakan chilled water dari tangki chilled water yang pendinginan airnya menggunakan chiller. Temperatur air chilled water diatur sebesar 6,5 o C untuk mendapatkan temperatur minyak 30, C. Pada langkah ini kondisi minyak cenderung labil karena pembentukan kristal menimbulkan panas. d. Final cooling Proses pendinginan RBDPO sampai mencapai temperatur tertentu sesuai dengan produk yang diinginkan. Untuk produk bulk temperatur akhir minyak disetting 24,6 o C. e. Holding Holding bertujuan untuk mempertahankan suhu minyak sebelum memasuki proses filtrasi. 2. Filtrasi Setelah tahap kristalisasi, olein dan stearin yang terbentuk akan dipisahkan dalam filter press yang terdiri dari plate-plate yang dilengkapi dengan membran dan filter cloth. Tahapan proses dalam filtrasi adalah sebagai berikut: a. Closing Filter press akan menutup dengan didorong oleh pompa hidraulic. b. Filtration RBDPO kristal akan dipompa dari crystallizer menuju filter press untuk filtrasi, dimana parameter yang digunakan adalah filtration pressure. Olein akan lolos melalui filter cloth sedangkan stearin akan tertahan pada permukaan filter cloth. Ketika loading pressure sudah mencapai 2,1 bar maka loading akan berhenti, dan dilanjutkan dengan proses squezzing. Olein ditampung pada tangki olein kemudian dialirkan tank yard. c. Squeezing 16

17 Pada tahap ini membran akan mengembang dan menekan stearin pada permukaan filter cloth hingga tekanan 8 bar dengan menggunakan minyak kerja sehingga stearin semakin padat dan kandungan olein semakin sedikit pada stearin tersebut. d. Core Blow Proses core blowing bertujuan untuk membersihkan sisa-sisa RBDPO kristal pada jalur feed. Proses blowing dilakukan dengan angin yang bertekanan 3 bar selama 2x1 menit. Sisa RBDPO kristal akan ditampung di blowing tank. e. Filtrate Blow Proses filtrate blowing bertujuan untuk membersihkan sisa-sisa filtrat pada pipa filtrate. Proses blowing dilakukan dengan angin yang bertekanan 3 bar selama 1 menit. f. Pressure Release Proses ini bertujuan untuk mengurangi tekanan pada filter press sebelum proses opening dilakukan. Lamanya waktu pressure release ini adalah 20 detik. g. Opening Setelah pressure release, filter press akan terbuka dan stearin akan jatuh kedalam bak penampungan stearin. Bak penampungan stearin dilengkapi dengan steam coil untuk mencairkan stearin ( C) sebelum dipompa ke stearin storage. Diagram alir proses produksi Fraksinasi plant dapat dilihat pada gambar 2.2 di bawah ini: 17

18 18

19 2.2.3 Unit Operasi Proses produksi dari bahan baku minyak kelapa sawit CPO (crude palm oil) dan inti sawit PK (palm kernel) yang masuk sampai menjadi produk-produknya di PT. SMART Tbk Refinery Tarjun terbagi menjadi beberapa unit operasi, yaitu Weight Bridge (jembatan timbang), Unloading CPO, Unloading Kernel (inti sawit), Pump House (rumah pipa), Refinery Plant, KCP (Kernel Crushing Plant), dan Jetty (pelabuhan). Unit pertama yaitu jembatan timbang (WB) untuk proses penimbangan berat beban truk-truk pengangkut bahan baku dan yang lainnya ketika masuk dan keluar area pabrik. Jembatan timbang ini terletak didepan pintu masuk area pabrik dengan dua jalur yaitu jalur masuk dan jalur keluar. Adapun material yang harus ditimbang sebelum masuk dan keluar area pabrik adalah: 1. Pengiriman Produk: Olein/minyak goreng. 2. Penerimaan Bahan Baku Utama: Crude palm oil (CPO) dan palm kernel (PK). 3. Penerimaan Bahan penunjang - Chemical: BE, PA dan bahan kimia yang lainnya. - Spare part: peralatan suku cadang pabrik - Bahan bakar: batubara dan solar Gambar 2.3 Weight Bridge (jembatan timbang) 19

20 Unit yang kedua yaitu Unloading CPO dan Unloading Kernel dimana pada unit ini merupukan proses balking/pembongkaran bahan baku utama kedalam tangki penyimpanan yang digunakan yaitu CPO (crude palm oil) dan kernel (inti sawit), CPO akan ditampung dalam storage tank yang kemudian akan diproses di Refinery sedangkan kernel akan ditampung ke dalam silo yang selanjutnya akan diproses di KCP (kernel crushing plant). Gambar 2.4 Unloading CPO Adapun jumlah storage tank yang ada di PT. SMART Tbk Refinery Tarjun sekarang ini berjumlah 42 unit dengan 5 macam jenis tipe ukuran kapasitas tangki yang berbeda-beda antara lain dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 2.1 Spesifikasi Storage Tank Tipe Tangki Kapasitas Tinggi Diameter A1 A MT 19,9 m 20 m B1 B MT 19,9 m 15,4 m C1 C MT 19,9 m 13,4 m D1 D MT 13,6 m 10,7 m E1 dan E2 250 MT 7,6 m 6,8 m 20

21 Gambar 2.5 storage tank CPO Setelah melewati jembatan timbang (WB) dan kemudian dibongkar dari truk tangki untuk ditampung ke dalam tangki penampungan, akan ditarik pada Pump House Station. Di dalam Pump House, CPO akan ditrsansfer masuk kedalam Refinery Plant untuk diproses lebih lanjut. Pump House ini berfungsi untuk pendistribusian minyak bahan baku sebelum proses dan minyak jadi setelah proses hasil Refinery plant dan KCP. Selain jalur darat, penerimaan bahan baku CPO juga bisa lewat jalur laut yaitu dengan menggunakan kapal tongkang yang mana CPO langsung ditransfer menggunakan pipa dari jetty/pelabuhan menuju Pump House dan kemudian ditampung ke dalam storage tank. Gambar 2.6 Pump House Dalam Refinery Plant, terbagi menjadi 2 tahapan proses produksi yaitu Refinery/pengolahan tahap pertama untuk CPO yang akan menghasilkan produk minyak setengah jadi (RBDPO) kemudian setelah itu dilanjutkan masuk ke tahap 21

22 fractionation untuk diperoleh hasil produk akhir berupa olein (minyak goreng) dan stearin. Hasil olahan dari Refinery Plant akan dikembalikan ke storage tank melalui Pump House yang kemudian bisa dikirim/dijual ke konsumen. Gambar 2.7 Refinery Plant Pada station KCP (kernel crushing plant) akan memproduksi inti sawit sebanyak 600 ton/hari menjadi dua hasil produk berupa serbuk PKE (palm kernel expeller) untuk bahan baku pakan ternak dan CPKO (crude palm kernel oil) untuk bahan baku pembuatan minyak goreng yang berkualitas mutu tinggi, hasil produk yang diolah dari KCP akan dijual/dikirim keluar kalimantan bahkan keluar negeri untuk diproses lebih lanjut. Gambar 2.8 Unloading Kernel & KCP 22

23 Station yang terakhir adalah Jetty (pelabuhan) untuk menerima dan mengirim minyak jadi hasil olahan maupun bahan baku. Di pelabuhan ini bisa bersandar kapal dari lokal maupun kapal asing dari luar negeri untuk aktivitas jual beli minyak. Karena aktivitas pelabuhan PT.SMART Tbk Refinery Tarjun bisa menerima kapal asing dari luar negeri maka untuk tingkat keamanan pelabuhan PT.SMART bekerja sama dengan keamanan pelayaran Internasional. Gambar 2.9 Jetty PT.SMART Tbk Refinery Tarjun 2.3 Uraian Peralatan Proses Refinery A. Alat Utama 1. Plate Heat Exchanger CPO/PHE E 205 Alat ini berfungsi sebagai alat penukar panas dengan tujuan membantu menaikkan temperatur CPO saat proses pengurangan kadar air di Dryer Tank dan melakukan pemanasan bertahap untuk proses degumming dimana prinsipnya adalah terjadi penukaran panas antara CPO dengan RBDPO. Perubahan temperatur yang terjadi sebagai berikut : a. CPO dari C menjadi minimal 95 o C 23

24 b. RBDPO dari C menjadi maksimal 100 o C Apabila suhu awal CPO kurang dari 40 0 C maka CPO akan cepat sekali membeku sehingga proses penarikan CPO melalui CPO Feed Pump G 201 A/B akan sulit, sedangkan apabila suhu awal CPO lebih dari 55 0 C maka dapat mengakibatkan kerusakan struktur kimia dalam CPO (minyak rusak). Apabila suhu akhir CPO kurang dari 95 0 C besar peluang tidak optimalnya penghilangan air saat proses pengeringan di Dryer Tank D 201 (kandungan air masih tinggi), sedangkan apabila suhu CPO lebih dari C dapat mengakibatkan rusaknya minyak (CPO) dan dapat mempercepat rusaknya pompa. PHE CPO E 205 mempunyai spesifikasi sebagai berikut : a. Code Design : PA b. Pressure Chamber Fluid : 1 2 c. Volume : 242,3 liter 240,1 liter d. Allow Pressure : Min 0 Min 0 Max 10 Max 10 e. Allow Temperatur : Min 5 0 C Min 5 0 C Max C Max C 2. Plate Heat Exchanger CPO/PHE E 201 Alat ini berfungsi sebagai alat penukar panas yang dioperasikan Refinery Plant saat start up. Pada alat ini akan terjadi pertukaran panas CPO bertemperatur C dengan steam yang diinjeksikan sebesar 3 bar. PHE E 201 mempunyai spesifikasi sebagai berikut: a. Code Design : PA b. Pressure Chamber Fluid : 1 2 c. Volume : 29,3 liter 28,21 liter d. Allow Pressure : Min 0 Min 0 Max 10 Max 10 e. Allow Temperatur : Min 5 0 C Min 5 0 C Max C Max C 24

25 3. Dryer Tank D 201 Fungsi dari alat ini adalah mengurangi kadar air dalam minyak (CPO) dimana air yang menguap akan ditangkap oleh sistem vacuum. CPO dari PHE E 205 ke tangki ini dengan cara di spray agar memperluas bidang penguapan. Hal yang perlu diperhatikan adalah level didalam tangki. Idealnya level didalam tangki adalah 25% dari volume tangki. PHE E 205 mempunyai spesifikasi sebagai berikut: a. Code Design : ASME SECT VIII DIV. I 2004 b. Design/Working Pressure : -15/15 Psi 1 Psi c. Design/Working Temperatur : C d. Test Pressure : 19 Psi e. Volume : 43 CuM 4. Statif Mixer / Dynamic Mixer / Degumming Mixer G 207 Pada tahap ini CPO dialirkan ke Rettention Vessel Tank D 204 dengan Dryer Pump G 202 melalui Dynamic Mixer G 207 yaitu Dynamic Mixer terjadi proses penghilangan getah (degumming) secara hidrolisis oleh katalis Phosforic Acid (PA) 85% sebanyak 0,06% dari jumlah minyak yang mana PA ini ditarik dari pompa tangki PA G 206. Didalam alat ini ada screw yang berfungsi sebagai pengaduk (mixer). 5. Rettention Vessel Tank D 204 Minyak yang keluar dari Dynamic Mixer G 207 ditampung didalam Rettention Vessel Tank D 204 yang kemudian dalam vessel ada proses penambahan Bleaching Earth (BE). Untuk mengoptimalkan proses ini digunakan Agitator sebagai pengaduk. Hal yang harus diperhatikan saat proses didalam alat ini adalah vacuum max 160 mbar, live steam 1 1,5 bar dan flowrate max 50 ton/jam. Rettention Vessel Tank D 204 mempunyai spesifikasi sebagai berikut : a. Code Design : ASME SECT VIII DIV. I 2004 b. Design/Working Pressure : -15/15 Psi 1,5 Psi 25

26 c. Design/Working Temperatur : C d. Test Pressure : 19 Psi e. Volume : 8,25 CuM 6. Bleacher Tank D 202 Minyak yang telah bercampur dengan BE pada Rettention Vessel Tank D 204 berwujud lumpur atau semi solid yang disebut dengan slurry oil dialirkan ke tangki ini untuk disempurnakan reaksinya dengan bantuan steam dan ada sistem vacuum untuk menarik air setelah selesai reaksi dan menguapkan air yang masih terkandung didalam minyak. Selanjutnya slurry oil ini dialirkan ke Buffer Vessel Tank D 203. Hal yang harus diperhatikan saat proses didalam alat ini adalah vacuum max 160 mbar, life steam 1-1,5 bar dan flowrate max 50 ton/jam. Bleacher Tank D 202 mempunyai spesifikasi sebagai berikut : a. Code Design : ASME SECT VIII DIV. I 2004 b. Design/Working Pressure : -15/15 Psi 1 Psi c. Design/Working Temperatur : C d. Test Pressure : 19 Psi e. Volume : 43 CuM 7. Buffer Vessel Tank D 203 Berfungsi sebagai wadah/tangki penampung slurry oil sebelum dialirkan ke Niagara Filter (D 206/207/208). Buffer Vessel Tank D 203 mempunyai spesifikasi sebagai berikut : a. Code Design : ASME SECT VIII DIV. I 2004 b. Design/Working Pressure : -15/15 Psi 1 Psi c. Design/Working Temperatur : C d. Test Pressure : 19 Psi e. Volume : 2,5 CuM 8. Niagara Filter D 206/207/208 Tahap filtrasi di Niagara Filter yang berjumlah 3 (tiga) buah ini bertujuan untuk memisahkan Spenth Earth (SE) dengan Degummed Bleached Palm Oil 26

27 (DBPO). Pada tahap ini, control kejernihan DBPO sangat diperhatikan. Halhal yang perlu diperhatikan saat filtrasi di Niagara Filter D 206/207/208 adalah tekanan sebesar 3,5 bar dengan steam sebesar 3 bar. Niagara Filter D 206/207/208 mempunyai spesifikasi sebagai berikut : a. Allow Working Pressure : Max -1 / 6 bar b. Allow Working Temperatur : Min 20 0 C Max C c. Test Pressure : 7,8 bar d. Volume : 6,3 m 3 9. Bag Filter D 205 A/B Alat ini berjumlah 2 (dua) buah dimana setiap tangki didalamnya terdapat 4 (empat) buah saringan yang berukuran 5 10 µ, sehingga fungsinya adalah menyaring kembali DBPO dari Niagara Filter D 206/207/208. Hal yang harus diperhatikan dari kerja alat ini adalah pemberian tekanan 0,2 1,5 bar. 10. DBPO Tank F 203 Tangki ini digunakan sebagai wadah penampungan minyak (DBPO) sementara sebelum dialirkan ke Cartridge Filter D 300 A/B. Pada tangki ini pula disediakan aliran dengan valve khusus yang bisa dibuka kapan saja tanpa mempengaruhi proses produksi guna pengambilan sampel DBPO. Alat ini mempunyai spesifikasi sebagai berikut : a. Code Design : ASME SECT VIII DIV. I 2004 b. Design/Working Pressure : -15/15 Psi 1 Psi c. Design/Working Temperatur : C d. Test Pressure : 19 Psi e. Volume : 27,83 CuM 11. Cartridge Filter D 300 A/B Alat ini berjumlah 2 (dua) buah dimana disetiap tangki didalamnya terdapat 20 (dua puluh) buah saringan yang berukuran 5-10 µ, sehingga fungsinya ialah untuk menyaring kembali DBPO dari DBPO tank F 203 sebelum dipanaskan di Falling Film Heater E 302. Hal yang perlu diperhatikan dari 27

28 kerja alat ini adalah tekanan yang masuk harus berada dalam range 1,5-4 bar. Apabila tekanan masuk mendekati 4 bar, saringan segera diganti dan jika tekanan tiba-tiba drop dari tekanan normal maka Cartridge Filter segera diperiksa dan atau diganti. 12. Falling Film Heater E 302 Alat ini berfungsi untuk memanaskan DBPO secara bertahap yang mana tujuannya adalah melepaskan FFA yang ada di dalam DBPO sendiri. Pada tahap ini DBPO bertemperatur C akan bersinggungan dengan RBDPO yang bertemperatur C, sehingga terjadi pertukaran panas yang menaikkan temperatur DBPO menjadi C. Jika temperatur DBPO <200 0 C maka turunkan flowrate DBPO secara bertahap sampai diperoleh temperatur C. Proses didalam alat ini disebut dengan proses Heating Up I. 13. Final Heater E 303 Tujuan dari alat ini adalah untuk menaikkan lagi temperatur DBPO dari Falling Film Heater E 302 menjadi C. Untuk menaikkan temperatur DBPO ini, maka alat ini harus diinjeksikan steam yang berasal dari Power Plant sebesar bar, live steam 0,5 1 bar dan dibantu oleh High Pressure Temperatur (HPB) sebesar bar. Proses didalam alat ini disebut dengan proses Heating Up II. 14. Pack Coloumn (Prestripper D301, Deodorizer D302, dan Scrubber D303) Pack Coloumn merupakan rangkaian alat inti didalam stasiun deodorizing dimana DBPO yang masuk ke dalam rangkaian alat ini bertemperatur C dan pada temperatur inilah FFA yang terkandung didalam DBPO akan terlepas menguap menjadi uap panas. Uap panas ini akan mengalir melalui pipa khusus untuk didistilasi dan menjadi cair yang disebut dengan Palm Fatty Acid Distillate (PFAD). Minyak yang terlepas dari PFAD ini disebut dengan Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO). Prestripper D 301 bertujuan untuk mengagitasi dsn menghilangkan bau, PV dan pemucatan 28

29 warna DBPO dan menurunkan FFA RBDPO. Minyak dari D 301 over flow melalui 6 (enam) tingkat tray yang,masing-masing tray diinjeksikan steam di deodorizer D 302. Pada tahap ini terjadi penguapan DBPO yang turun melalui celah-celah mesh dimana proses penguapannya dibantu dengan sistem injection antara 0,5 1,0 bar dan dalam keadaan vacuum 2 6 bar yang bertujuan untuk menurunkan kadar FFA sampai 0,08%. Pack Coloumn Deodorizer ini memiliki spesifikasi alat sebagai berikut : a. Prestripper D 301 Code Design : ASME SECT VIII DIV. I 2004 Ed Design Pressure : /-0,003 bar Design Temperatur : 280/265 0 C Test Pressure : 1,51 bar Volume : 80 m 3 b. Scrubber D 303 Code Design : ASME SECT VIII DIV. I 2004 Ed Designing Pressure : /-0,003 bar Design Temperatur : 280/265 0 C Test Pressure : 1,51 bar Volume : 80 m 3 c. Deodorize Tank D 302 Code Design : ASME SECT VIII DIV. I 2004 Ed Design Pressure : 8/6 bar -1/4 bar Design Temperatur : 275/260 0 C - Test Pressure : 7/8 bar 15 bar Volume : 9,3 m 3 4,6 m Shell and Tube Heater E 301 Alat ini berfungsi untuk mendinginkan RBDPO yang disebut juga dengan proses Cooling Down. Pada tahap ini akan terjadi pertukaran panas antara air dengan RBDPO bertemperatur C sehingga terjadi perubahan 29

30 temperatur RBDPO max C. 16. Plate Heat Exchanger RBDPO/PHE E 304 Alat ini berfungsi untuk mendinginkan RBDPO yang disebut juga dengan proses Cooling IV. Pada tahap ini akan terjadi pertukaran panas antara air max 34 0 C dengan RBDPO bertemperatur C sehingga terjadi perubahan temperatur RBDPO max 80 0 C. 17. Bag Filter D 300 A/B Alat ini berjumlah 2 (dua) buah yang gunanya adalah menyaring RBDPO sebelum dialirkan ke Tank Yard. RBDPO disaring melalui Bag Filter dengan ukuran 5 10 mikron. Tahap penyaringan ini perlu dikontrol mencapai 4,0 bar maka Bag Filter segera diganti dengan yang baru dan periksa clarity RBDPO yang keluar. B. Alat Penunjang 1. CPO Feed Pump G210A/B Alat ini berfungsi untuk memompa CPO yang berasal dari Tank Yard untuk dialirkan menuju PHE E205 atau PHE E201. Disamping ini terdapat strainer (saringan) berukuran 0,25 cm untuk menyaring CPO yang akan masuk pada proses refinery. 2. Dryer Pump G202 Alat ini berfungsi untuk menarik minyak yang berasal dari Dryer Tank D201 untuk dialirkan ke Dinamic Mixer G Phosforic Acid Tank G206 Tangki ini berfungsi untuk menampung Asam Phosfat 85 %. Asam Phosfat digunakan untuk pengikatan getah dengan dosis 0,04-0,06%. 4. Bleaching Earth Tank F202 Alat ini berfungsi untuk menampung Bleaching Earth (BE) yang akan dicampur dengan minyak pada dosis 0,6-2 % max. 5. Bleaching Earth Pump G213A/B 30

31 Pompa ini berjumlah dua buah yang berfungsi mengatur keluarnya BE yang berasal dari Bleaching Earth Tank F202 untuk dicampur dengan minyak di Ratention Vessel Tank D Drop Ceparator Tank F207 Tangki ini berfungsi untuk menampung sisa minyak hasil proses filtrasi di Niagara Filter D206/207/208 yang sebelumnya telah ditampung di Drop Separator Tank F207. Tangki ini juga digunakan untuk menampung minyak yang terikut oleh vacuum yang berasal dari Dryer Tank D201, Bleacher Tank D202, Buffer Vessel Tank D203 dan DBPO Tank F203. Hasil minyak yang tertampung didalam tangki ini akan dialirkan kembali menuju Buffer Vessel Tank D203. Drop Ceparator Tank F207 memiliki spesifikasi alat sebagai berikut : a. Code design : ASME SECT VIII DIV.I 2004 b. Design/Working Pressure : -1/+1 Bar 0,8 Bar c. Design/Working Temperatur : C d. Test Pressure : 1,3 Bar e. Volume : 1,15 m 3 7. Slurry Oil Pump G204A/B/C Pompa ini berfungsi memompa Slurry Oil yang berada di Buffer Vessel Tank D203 untuk dialirkan menuju Niagara Filter D206/207/ Bleach Oil Pump G301 Pompa ini berfungsi untuk menarik DBPO yang berasal dari DBPO tank F203 untuk dialirkan menuju Catridge Filter D300A/B pada Deodorizing Plant. 9. Filter Leaf Washing Tank Alat ini terletak pada Wash Water Treatment Plant yang berfungsi untuk mencuci filter atau saringan Niagara Filter D206/207/ Seperangkat Komputer Komputer ini mempunyai software khusus yang berfungsi untuk mengontrol dan mengendalikan sebagian besar alat utama dan pendukung pada Refinery 31

32 Plant. 11. High Pressure Boiler (HPB) D310 Alat ini berfungsi untuk mensupply energi dalam bentuk steam ke coil-coil yang ada final Heater E303. Air yang digunakan untuk mengolah steam ini langsung bersumber dari Power Plant and Utility. HPB D310 ini memiliki spesfikasi alat sebagai berikut : a) Code design : NUK-HP 1745 b) Max : 95 bar c) Jumlah Steam : 4571 kg/h d) Heating Surface : 84,7 m 2 e) Test Pressure : 205 bar f) Capasity : 1745 kw g) Max Temperatur : 308 C h) Volume : 1040 liter 12. FFA Cooler E305 PFAD yang dihasilkan dari Pack Column Deodorizer akan dipompa oleh PFAD Pump G303 menuju alat ini. PFAD menguap melalui scrubber D303 yang kemudian dikondensasikan dengan PFAD cair yang sudah ada dari poses sebelumnya yang ditampung di PFAD Tank F PFAD Pump G303 Ini berfungsi untuk menarik PFAD yang berasal dari PFAD tank F310 untuk dialirkan ke FFA Cooler E Fatty Acid Palm Distilate Tank (PFAD Tank) F310 Tangki ini berfungsi untuk menyimpan PFAD sementara yang berguna untuk mendinginkan PFAD yang baru dating dari Pack Column Deodorizer di FFA Cooler. 15. Clean Cooling Tower (CCT) Colling Tower ini berfungsi untuk menampung air yang digunakan untuk mendinginkan minyak di Shell and Tube Heater E301 dan PHE E

33 16. Dirty Cooling Tower (DCT) Cooling Tower ini berfungsi untuk menampung air yang berasal dari proses deodorisasi yang terjadi secara vacuum. 17. Fat Trap Fat Trap merupakan tempat penampungan heavy phase dari DCT. Biasanya heavy phase masih mengandung minyak, sehingga perlu diadakan pengutipan minyak di heavy phase, yang dilakukan secara manual Fraksinasi A. Alat Utama 1. Plate Heat Exchanger/PHE 111 Alat ini berfungsi untuk menaikkan temperatur RBDPO yang berasal dari RDBPO Tank Yard menjadi C dengan cara disinggungkan dengan steam 3 bar. Apabila terjadi kegagalan selama proses kristalisasi di Crystalizer Tank CR , maka RBDPO disirkulasikan lagi ke HE 111 untuk dipanaskan ulang. 2. Crystalizer Tank CR Alat ini berjumlah sembilan buah dimana setiap tangkinya berkapasitas 40 ton basis RBDPO. Tujuannya adalah pembentukan kristal stearin yang homogen. Agar pembentukan yang terjadi optimal, dibantu dengan pengadukan menggunakan agitator dan pendinginan secara bertahap melalui coil yang ada di dalam tangki selama 6-7 jam. Prinsip kerja alat ini adalah mendinginkan RBDPO secara bertahap yang dimulai dari : a. Tahap Filling (Pengisian) b. Tahap Cooling yaitu pendinginan minyak di dalam Crystalizer CR menggunakan Cooling Water yang dipompakan dari Cooling Tower CT151 melalui Cooling Water Supply Pump PU 151 selama ±60 menit. Pada tahap ini adalah menurunkan temperatur minyak dari C menjadi ±35 0 C. 33

34 c. Tahap Chilling yaitu minyak didinginkan dengan Chiller Water bertemperatur C dari Chiller Unit CU131A/B/C di Chiller Water Tank TK131 yang dipompakan melalui Chiller Pump PU131. Tahap ini berlangsung selama 5-6 jam untuk menurunkan temperatur minyak menjadi C. 3. Filter Press FL211A/B Filter Press FL211A/B berfungsi untuk memisahkan fraksi padat yang di sebut Refined Bleached Deodorized Palm Stearin (RBD Stearin) dan fraksi cair yang disebut Refined Bleached Deodorized Palm Olein (RBD Olein) 4. Melting Tank TK231A/B Tangki terbuka ini berjumlah dua buah yang terletak dibawah Filter Press FL211A/B berfungsi untuk menampung cake stearin dan mencairkannya dengan cara memanaskan melalui coil-coil yang ada di dalam alat ini. Setelah mencair, stearin kemudian ditransferkan ke Tank Yard. 5. Olein Tank TK221 Tangki ini berfungsi untuk menampung RBD Olein hasil proses filtrasi di Filter Press FL211A/B sebelum dialirkan menuju Tank Yard. B. Alat Penunjang 1. Feed Oil Pump RBDPO PU111 dan Rework Pump PU111 Alat ini digunakan untuk memompakan RBDPO dari Tank yard menuju Crystalizer Tank CR Water Pump PU Alat ini berjumlah sembilan buah yang berfungsi untuk memompa air yang berasal dari Cooling Tower CT151 dan untuk memompa Chiller Water yang berasal dari Chiller Water Tank TK Chilled Water Supply Pump PU131 Alat ini berfungsi untuk memompa air yang berasal dari Chiller Water Tank TK131 untuk dialirkan menuju Crystalizer Tank CR

35 4. Chiller Water Tank TK131 Tangki ini berfungsi untuk menampung chill water yang berasal dari Chiller Unit CU131A/B/C. 5. Chiller Unit CU131A/B/C Alat ini berjumlah tiga buah yang fungsinya adalah mendinginkan air yang nantinya akan digunakan untuk proses kristalisasi. 6. Chilled Water Transfer Pump PU132A/B/C Alat ini berjumlah tiga buah berfungsi untuk memompa air yang berasal dari Chiller Tank TK131 untuk dialirkan menuju Chiller Unit CU131A/B/C. 7. Cooling Tower Water Pump PU141A/B/C Alat ini berjumlah tiga buah berfungsi untuk memompa air yang berasal dari Cooling Tower CT141 untuk dialirkan menuju Chiller Unit CU131A/B/C. 8. Cooling Tower CT141 dan Cooling Tower CT151 Cooling Tower CT141 berfungsi untuk menampung cooling water yang berasal dari Utility (Water Treatment Plant), dimana Cooling Water ini akan dialirkan menuju Chiller Unit CU131A/B/C dengan menggunakan Pompa PU141A/B/C. Cooling Tower CT151 berfungsi untuk menampung Cooling Water yang berasal dari Utility (Water Treatment Plant) yang dipakai langsung untuk proses cooling pada crystallizer. 9. Cooling Water Supply Pump PU151 Alat ini berfungsi untuk memompa air yang berasal dari Cooling Tower CT151 untuk proses kristalisasi di Crystalizer Tank CR Feed Pump PU211A/B Alat ini berjumlah dua buah yang berfungsi untuk menarik minyak hasil proses kristalisasi untuk dialirkan menuju Filter Press FL211A/B. 11. Stearin Pump PU231A/B Alat ini berjumlah dua buah yang berfungsi untuk memompa RBD Stearin dari Melting Tank TK231A/B menuju Tank Yard. 12. Squeezing Tank TK261 A/B 35

36 Tangki ini menampung RBD Olein yang berfungsi untuk menekan RBD Stearin sehingga terbentuk cake stearin di Filter Press FL211A/B. 13. Squeeze Oil Pump PU261A/B Alat ini berjumlah dua buah yang berfungsi untuk menarik RBD Olein yang berasal dari Squeezing Tank TK261 A/B untuk dialirkan ke membran Filter Press FL211A/B. 14. Olein Pump PU221 Alat ini berfungsi untuk menarik RBD Olein yang berasal dari Olein Tank TK221 untuk dialirkan menuju Tank Yard. 15. Washing Tank TK 241 Tangki ini berfungsi sebagai tangki penampung minyak untuk proses pencucian Filter Press. Proses washing ini dilakukan setelah Filter Press beroperasi kali press. 16. Washing Pump PU 241 Alat ini berfungsi untuk menarik RBD Olein yang berada di Washing Tank TK 241 menuju Filter Press FL211A/B. 17. Plate heat Exchanger Washing/PHE Washing HE241 Alat ini berfungsi untuk memanaskan minyak washing (RBDOL) sebelum digunakan untuk proses pencucian di Filter Press FL211A/B. Di dalam alat ini minyak washing (RBDPOL) akan bersinggungan dengan steam sampai didapat temperatur minyak washing (RBDOL) 70 0 C. 18. Coreblow Tank CL251A/B Tangki ini berjumlah dua buah yang berfungsi untuk menampung minyak sisa hasil proses filtrasi pada proses Coreblow. Didalam tangki ini terdapat coilcoil yang berfungsi untuk memanaskan minyak sebelum dialirkan menuju RBDPO Tank Yard. 19. Recovered Oil Pump PU251A/B 36

37 Alat ini berjumlah dua buah yang berfungsi untuk memompa minyak yang berasal dari Coreblow Tank CL251A/B untuk dialirkan menuju RBDPO Tank Yard. 20. Seperangkat Komputer Komputer ini mempunyai software khusus yang berfungsi untuk mengontrol dan mengendalikan sebagian besar alat utama dan penunjang pada Fraksinasi Plant. 2.4 Uraian Utilitas dan Fasilitas Penunjang Utilitas A. Power Plant Power Plant merupakan pusat energi pada PT.SMART Tbk Refinery Tarjun yang berfungsi untuk menghasilkan daya utilitas berupa listrik dari genset/mesin diesel dan steam dari boiler untuk membantu lancarnya proses produksi, juga bisa disebut sebagai motor untuk menjalankan pabrik ini. Adapun daya yang dihasilkan dari power plant ini sebesar 6 MW listrik secara perhitungan, namun mengingat tidak ada mesin yang bekerja dengan efisiensi 100, maka daya aktual yang dihasilkan oleh power plant adalah seitar 80-86% atau sekitar 4,8-5,2 MW. Sebagai sumber daya, power plant mengalirkan arus listrik sebanyak 1,1MW ke unit refinery dan sisanya adalah ke plant lainnya serta ke main office, mushola, kantin dan fasilitas penunjang lainnya. Sumber steam yang digunakan untuk berlangsungnya proses produksi ada dua yaitu berasal dari power plant dan sebuah boiler header alstom yang digerakkan oleh turbin yang kemudian akan menghasilkan uap panas dengan tekanan yang tinggi. Steam dari power plant akan ditransfer untuk membantu pemanasan dalam Final heater di Refinery dan steam yang dari boiler header alstom akan didistribusikan ke setiap plant seperti Refinery, Fraksinasi, Storage tank, Pump house, dan lain-lain. 37

38 Gambar 2.10 Power Plant B. WTP (Water Treatment Plant) WTP (Water Treatment Plant) ialah suatu unit pengolahan air sebagai salah satu sistem utilitas untuk menunjang kebutuhan proses produksi dan domestik yang sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan pada pabrik PT.SMART, Tbk Refinery Tarjun. Dalam WTP ada dua metode pengolahan air yaitu yang pertama bersumber dari air waduk dan yang kedua bersumber dari air laut. Untuk pengolahan air dari waduk bisa disebut dengan istilah BWRO (Brackish Water Reverse Osmosis) yang mana pada pengolahan sistem ini air dari waduk akan ditarik menggunakan pompa dan akan diproses dengan melalui beberapa tahapan didalam WTP sehingga akan menghasilkan berbagai macam produk air sesuai dengan kebutuhan tiap masingmasing plant. Sedangkan air laut yang ditarik dengan pompa menuju WTP untuk diproses bisa disebut SWRO (Sea Water Reverse Osmosis) air laut yang tadi nya asin dalam WTP ini akan diproses dengan melalui beberapa tahapan yang kemudian akan diperoleh air tawar agar bisa didistribusikan ke semua unit dan plant. Air dari WTP ini juga dipakai untuk boiler atau turbin sehingga bisa menghasilkan steam. WTP setiap harinya memproduksi air sebanyak 80 m 3 /jam. Prosesnya secara umum untuk pemurnian air laut (SWRO) adalah air laut yang diambil difiltrasi dengan menggunakan dual media filter yang kemudian dialirkan ke filtered water tank dengan kapasitas tangki 80 ton. Untuk BWRO terlebih dahulu diendapkan di clarifier tank. Hasil dari clarifier tank dialirkan ke clarified water tank. BWRO yang sudah mengalami proses clarifying ini difiltrasi dengan menggunakan multimedia filter. Dan dilanjutkan proses filtasi kembali dengan menggunakan active carbon filter. Untuk SWRO kemudian dilakukan filtrasi kembali dengan menggunakan catridge filter, dan 38

39 difiltrasi kembali dengan menggunakan membran. SWRO yang tidak memenuhi standar akan langsung dialirkan ke laut. Hasil dari proses filtrasi SWRO dan BWRO ini dialirkan ke tangki buffering kedua, yaitu untuk SWRO dialirkan ke product tank dan untuk BWRO dialirkan ke filtered tank. Kemudian keduanya kembali dialirkan ke tangki buffering ketiga yaitu berupa filtered tank dan difiltrasi kembali menggunakan cartridge filter, lalu difiltrasi lagi dengan menggunakan membran filte. Hasilnya dialirkan ketangki buffering keempat yaitu berupa BWRO tank. Air yang dihilangkan mineralnya melalui proses demineralized water dialirkan ke demin plant. Air yang telah disimpan pada buffering keempat dialirkan ke deaerator untuk mengurangi kadar O 2, deaerator terbagi dua, yaitu deaerator Alstom dan deaerator power plant. Hasil dari deaerator dialirkan kembali ke feed water boiler atau boiler drum sebelum dialirkan ke boiler water atau turbin extraction steam. Pemanasan pada boiler menggunakan batubara. Steam yang diahsilkan dialirkan ke refinery plant, KCP, office, dan laboratory. Gambar 2.11 Water Treatment Plant (WTP) C. Unit Penyedia Bahan Bakar dan solar. Bahan bakar yang digunakan untuk menjalankan power plant adalah batubara 39

40 Gambar 2.12 Stockpile batubara Pengolahan limbah WWTP (Waste Water Treatment Plant) WWTP (waste water treatment plant) merupakan unit pengolahan limbah cair yang ada dalam area pabrik. Unit ini sangat berperan penting untuk sebuah pabrik karena limbah merupakan hasil buangan produk samping dari hasil olahan yang tidak bisa terpakai lagi. Dalam PT.SMART, Tbk Refinery Tarjun hanya mengolah limbah cair saja. Yaitu limbah cair hasil produksi Refinery, limbah cair dari Unloading CPO, dan limbah cair dari QC/laboratory. Sedangkan untuk limbah padat nya di gunakan untuk penambalan lubang-lubang bekas galian saja. Sebelum limbah cair dibuang ke drainase menuju laut terlebih dahulu harus melewati beberapa tahapan proses yang akan ditunjukan pada gambar berikut dibawah ini: Gambar 2.13 WWTP Limbah cair yang berasal dari refinery ditampung di DCT (Dirty cooling tower) akan digabung dengan limbah dari Unloading pump house, dan limbah dari QC/laboratory ditampung sementara menjadi satu dalam suatu bak pump pit kemudian akan dipompa masuk kedalam bak oil & grease trap untuk proses penyaringan pertama, hal ini bertujuan untuk memisahkan minyak sisa PFAD yang 40

41 masih terikat ikut dengan air. Minyak sisa tersebut akan masukkan ke dalam sludge basin oil tank yang kemudian akan ditransfer ke dalam storage tank atau kembali diproses ulang. Sedangkan air masih dalam bak oil & grease trap akan overflow kedalam bak equalisasi. Karena air tersebut bersifat asam, dalam bak ini ditambahkan NaOH untuk menurunkan tingkat keasamannya. Setelah itu air dialirkan masuk ke dalam statif mixer dengan diinjeksikan PAC yang berfungsi untuk menjernihkan air dari bak equalisasi sebelum masuk ke dalam bak flokulasi. Dalam bak ini limbah tersebut dicampur dengan PE sehingga terjadi proses penggumpalan membentuk flok. Kemudian limbah dialirkan masuk ke dalam bak disolve air floatation (DAF). Dalam bak ini limbah terbentuk menjadi 3 zona yaitu zona paling atas berbentuk float/gelembung busa, zona tengah berbentuk air, dan zona dasar berbentuk sludge. Dari bak DAF, air limbah akan ditransfer masuk ke dalam bak aerasi untuk diproses lanjut yaitu proses mencampur air dengan udara sehingga air yang beroksigen rendah akan kontak dengan oksigen atau udara yang dihembuskan dari pompa aerator. Proses ini akan menurunkan kadar BOD, COD, TDS dan TSS yang terkandung dalam limbah tersebut. Setelah melewati tahap aerasi, air limbah akan overflow ke dalam bak sedimentasi dimana pada bak ini akan terjadi proses pemisahan antara sludge/padatan dengan airnya. Air dari bak sedimentasi masuk kedalam bak control tank untuk diuji kelayakan airnya dan disaring melewati catridge filter sebagai penyaringan tahap akhir yang kemudian dialirkan ke drainase menuju laut. Sedangkan untuk endapan sludge dari bak sedimentasi akan ditransfer ke dalam sludge thickener yang kemudian akan dialirkan ke filter press untuk dipisahkan lagi antara air dan cake. Air dari hasil filter press akan diproses ulang dalam bak pump pit, sedangkan cakenya akan dijadikan sebagai pupuk organik untuk tanaman di area pabrik. Untuk uraian proses pengolahan limbah cair pada PT. SMART Tbk Refinery Tarjun dapat dilihat pada gambar dibawah ini. 41

42 Gambar 2.14 Diagram alir proses pengolahan limbah cair pada WWTP Fasilitas Penunjang A. Main Office Main office merupakan fasilitas penunjang yang sangat berpengaruh besar dalam kemajuan suatu pabrik karena dalam office ini semua bagian-bagian departemen yang ada dalam area pabrik berpusat pada office. Oleh karena itu office pada pabrik PT. SMART Tbk Refinery Tarjun terletak ditengah-tengah area pabrik karena sesuai dengan fungsinya yaitu sebagai pusat pengawasan berjalannya proses produksi pada pabrik tersebut. 42

43 Gambar 2.15 Main office B. Workshop dan Maintenance Workshop dan Maintenance berfungsi sebagai unit perawatan serta perbaikan alat-alat yang ada dalam area pabrik sebagai penunjang proses produksi. Gambar 2.16 Unit Stasiun Workshop & Maintenance C. Warehouse Unit stasiun warehouse berfungsi sebagai gudang penyimpanan stok bahan kimia dan spare part yang akan digunakan dalam proses produksi. Pada pabrik PT. SMART Tbk Refinery Tarjun, warehouse ini terbagi menjadi 3 ruangan yaitu ruang pertama untuk menyimpan stok spare part, ruang kedua untuk menyimpan raw chemical, dan ruang ketiga untuk menyimpan BE dan PA. 43

44 Gambar 2.17 Warehouse spare part Gambar 2.18 Warehouse Chemical PA & BE D. Laboratorium/Quality Control (QC) Laboratorium merupakan fasilitas pabrik yang sangat berperan untuk mengontrol dan menganalisa hasil produksi serta menjamin kualitas mutu produk yang ada di PT. SMART Tbk Refinery Tarjun. Hasil pengujian analisa yang dikeluarkan dari laboratorium ini harus sesuai dengan kondisi aktual proses produksi tersebut. Hal demikian dilakukan agar prabik ini mampu memproduksi suatu produk dengan mutu yang sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan. Gambar 2.19 Laboratorium 44

45 E. Hydrant (Unit Pemadam Kebakaran) Hydrant merupakan sebuah unit stasiun pencegahan kebakaran yang terdapat dalam area pabrik PT. SMART Tbk Refinery Tarjun. Gambar 2.20 Unit Stasiun Hydrant F. Kantin dan Mushala Kantin dan mushala merupakan fasilitas yang digunakan oleh para karyawan dalam area pabrik untuk melaksanakan kewajibannya selain bekerja yaitu untuk makan dan beribadah. Untuk makan karyawan, pabrik PT. SMART Tbk Refinery Tarjun menyediakan kantin khusus karyawan dengan ruang makan yang cukup luas. Jatah makan di pabrik ini disesuaikan dengan jam masuk kerja tiap masing-masing karyawan yaitu dengan pembagian per shift dan lembur. Sedangkan untuk beribadah para karyawan yang muslim, pabrik menyediakan mushala yang terletak disamping kantin. Gambar 2.21 Kantin karyawan 45

46 Gambar 2.22 Mushala G. Perumahan Staff & karyawan/mess Untuk tempat tinggal para karyawan, PT. SMART Tbk Refinery Tarjun menyediakan ratusan unit perumahan untuk staff dan non-staff yang berupa mess. Gambar 2.23 Perumahan/mess karyawan H. Bis karyawan Fasilitas penunjang perusahaan yang terakhir berupa alat transportasi yaitu bus karyawan. Pada pabrik ini terdapat 2 unit bus yang siap untuk mengantar jemput karyawan ketika masuk kerja. 46

47 Gambar 2.24 Bus karyawan 2.5 Aspek Ekonomi, Organisasi dan Manajemen Pabrik Aspek Ekonomi Sistem pemasaran yang digunakan oleh PT. SMART Tbk Refinery Tarjun yaitu melalui dua jalur, pengiriman produk berupa olein atau minyak goreng curah lewat jalur darat dengan menggunakan unit truck tangki dan jalur kedua yaitu pengiriman/penjualan melalui jalur laut yang menggunakan kapal tanker. Pengiriman produk lewat jalur laut ini adalah semua hasil produk maupun bahan baku seperti CPO, RBDPO, PFAD, RBDOLEIN, RBDSTEARIN, CPKO dan PKE. Data penjualan untuk berbagai negara: Tabel 2.2 Data Penjualan Eksport PT. SMART Refinery Tarjun Januari-Juni 2012 NEGARA Jumlah Penjualan Persentase (%) India 23 38,33333 China 9 15 Korea Selatan 13 21,66667 Malaysia 3 5 Bangladesh 3 5 Filipina 5 8, Pakistan 2 3, Singapura 1 1, Belanda 1 1,

I. DAFTAR INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT DI INDONESIA

I. DAFTAR INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT DI INDONESIA I. DAFTAR INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT DI INDONESIA A. Penyebaran Perkebunan Kelapa Sawit dan Produksi CPO di Indonesia Pada awal perkembangannya, perkebunan kelapa sawit banyak dibudidayakan di pulau

Lebih terperinci

PENGOLAHAN MINYAK KELAPA SAWIT DI PT. SMART TBK. SURABAYA

PENGOLAHAN MINYAK KELAPA SAWIT DI PT. SMART TBK. SURABAYA PENGOLAHAN MINYAK KELAPA SAWIT DI PT. SMART TBK. SURABAYA LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN OLEH : MARIA ELEONORA ANGELINA 6103013032 LAWONO, FELICIANA NATALI 6103013055 BOBBY LUKAS SETIAWAN

Lebih terperinci

LAPORAN KERJA PRAKTEK

LAPORAN KERJA PRAKTEK LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. SMART Tbk. SURABAYA Diajukan oleh: Silviana Ike Setiawan NRP: 5203013039 Nathania Puspitasari NRP: 5203013047 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. SMART, Tbk. Medan termasuk dalam SINAR MAS GROUP. Didalam melaksanakan operasional usahanya, PT. SMART, Tbk. Medan mempunyai pabrik beserta kelengkapan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Uraian Tugas dan Tanggung Jawab 1. General Manager a. Menyusun rencana dan program kerja perusahaan yang menyangkut perencanaan dan pengawasan produksi, kegiatan pemasaran, anggaran perusahaan,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. tahun 1970, Seluruh saham perusahaan dikembalikan kepada pihak asing dan status

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. tahun 1970, Seluruh saham perusahaan dikembalikan kepada pihak asing dan status BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1 Sejarah Singkat Perusahaan Perusahaan ini memulai usahanya di bidang perkebunan kelapa sawit pada tahun 1962 dengan nama PT. Maskapai Perkebunan Sumcama Padang Halaban.

Lebih terperinci

PT. ASTRA AGRO LESTARI, Tbk Sejarah Perusahaan PT. Astra Agro Lestari Tbk (biasa disebut PT. AAL) adalah salah satu perusahaan agribisnis terbesar di

PT. ASTRA AGRO LESTARI, Tbk Sejarah Perusahaan PT. Astra Agro Lestari Tbk (biasa disebut PT. AAL) adalah salah satu perusahaan agribisnis terbesar di PT. ASTRA AGRO LESTARI, Tbk Sejarah Perusahaan PT. Astra Agro Lestari Tbk (biasa disebut PT. AAL) adalah salah satu perusahaan agribisnis terbesar di Indonesia yang bisnis intinya (core business) bergerak

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN PERUSAHAAN

BAB IV GAMBARAN PERUSAHAAN BAB IV GAMBARAN PERUSAHAAN 4.1 Sejarah Singkat Perusahaan Perusahaan ini memulai usahanya di bidang perkebunan kelapa sawit pada tahun 1962 dengan nama PT. Maskapai Perkebunan Padang Halaban. Pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Sejarah Perusahaan PT. Batara Elok Semesta Terpadu merupakan salah satu perusahaan di Gresik yang bergerak di bidang pengolahan dan pemasaran minyak goreng kelapa sawit. Perusahaan

Lebih terperinci

PERENCANAAN PABRIK MINYAK GORENG KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS CPO 500 TON/HARI TUGAS PERENCANAAN UNIT PENGOLAHAN PANGAN

PERENCANAAN PABRIK MINYAK GORENG KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS CPO 500 TON/HARI TUGAS PERENCANAAN UNIT PENGOLAHAN PANGAN PERENCANAAN PABRIK MINYAK GORENG KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS CPO 500 TON/HARI TUGAS PERENCANAAN UNIT PENGOLAHAN PANGAN OLEH : RIBKA STEFANIE WONGSO 6103010033 FENNY ANGGRAENI KUSUMA 6103010034 DIAN IVANA

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASIL ANALISIS BEBERAPA PARAMETER MUTU PADA CRUDE PALM OLEIN YANG DIPEROLEH DARI PENCAMPURAN CPO DAN RBD PALM OLEIN TERHADAP TEORETIS

PERBANDINGAN HASIL ANALISIS BEBERAPA PARAMETER MUTU PADA CRUDE PALM OLEIN YANG DIPEROLEH DARI PENCAMPURAN CPO DAN RBD PALM OLEIN TERHADAP TEORETIS PERBANDINGAN HASIL ANALISIS BEBERAPA PARAMETER MUTU PADA CRUDE PALM OLEIN YANG DIPEROLEH DARI PENCAMPURAN CPO DAN RBD PALM OLEIN TERHADAP TEORETIS Zul Alfian Departemen Kimia FMIPA Universitas Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan berisi latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan laporan. Secara rinci akan dijelaskan sebagai berikut. 1.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemasaran minyak goreng dengan bahan dasar kopra dan kelapa sawit. Pabrik ini telah

BAB I PENDAHULUAN. pemasaran minyak goreng dengan bahan dasar kopra dan kelapa sawit. Pabrik ini telah BAB I PENDAHULUAN I.1. Sejarah Perusahaan PT. Sari Mas Permai adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang pengolahan dan pemasaran minyak goreng dengan bahan dasar kopra dan kelapa sawit. Pabrik ini telah

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. PT. Tunas Bam Lampung mempakan salah satu anak pemsahaan dari PT.

BABI PENDAHULUAN. PT. Tunas Bam Lampung mempakan salah satu anak pemsahaan dari PT. BAB. PENDAHULUAN - BAB PENDAHULUAN 1.1 Sejarah Umum Perusahaan PT. Tunas Bam Lampung mempakan salah satu anak pemsahaan dari PT. Sungai Budi Group. PT. Sungai Budi Group memulai kegiatan usahanya pada

Lebih terperinci

VI. PENINGKATAN MUTU PRODUK KOMODITAS BERBASIS KELAPA SAWIT

VI. PENINGKATAN MUTU PRODUK KOMODITAS BERBASIS KELAPA SAWIT VI. PENINGKATAN MUTU PRODUK KOMODITAS BERBASIS KELAPA SAWIT QFD (Quality Function Deployment) adalah suatu alat untuk membuat pelaksanaan TQM (Total Quality Management) menjadi efektif untuk mentranslasikan

Lebih terperinci

PRA-RANCANGAN PABRIK PEMBUATAN MINYAK MAKAN MERAH DARI CRUDE PALM OIL (CPO) DENGAN KAPASITAS TON / TAHUN

PRA-RANCANGAN PABRIK PEMBUATAN MINYAK MAKAN MERAH DARI CRUDE PALM OIL (CPO) DENGAN KAPASITAS TON / TAHUN PRA-RANCANGAN PABRIK PEMBUATAN MINYAK MAKAN MERAH DARI CRUDE PALM OIL (CPO) DENGAN KAPASITAS 50.000 TON / TAHUN TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Teknik Kimia Oleh : LAMSIHAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Minyak kelapa sawit mentah diperoleh dari pengolahan buah kelapa sawit (Elaeis guinensis jacq). Buah kelapa sawit terdiri dari serabut buah (pericarp) dan inti (kernel).

Lebih terperinci

PENGOLAHAN MINYAK KELAPA SAWIT DI PT. SMART Tbk. SURABAYA LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN

PENGOLAHAN MINYAK KELAPA SAWIT DI PT. SMART Tbk. SURABAYA LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN PENGOLAHAN MINYAK KELAPA SAWIT DI PT. SMART Tbk. SURABAYA LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN OLEH : Yoel Trianto 6103009035 Denny Nathaniel 6103009087 Andy Oeitanto 6103009103 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT. Multimas merupakan salah satu Industri pengolahan CPO (Crude

BAB I PENDAHULUAN. PT. Multimas merupakan salah satu Industri pengolahan CPO (Crude BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah PT. Multimas merupakan salah satu Industri pengolahan CPO (Crude Palm Oil) menjadi minyak goreng RBDPO (Refined Bleached Deodorized Palm Oil), minyak sawit

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 45 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan PT Multi Guna Gas awalnya adalah perusahaan yang bergerak di bidang usaha distribusi gas, tak lama berselang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI,KERANGKA PEMIKIRAN,DAN HIPOTESA PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI,KERANGKA PEMIKIRAN,DAN HIPOTESA PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI,KERANGKA PEMIKIRAN,DAN HIPOTESA PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Agribisnis minyak goreng berbahan baku kelapa dulunya merupakan satu satunya minyak goreng yang digunakan

Lebih terperinci

LAPORAN KERJA PRAKTEK

LAPORAN KERJA PRAKTEK LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. SARI MAS PERMAI (8 Juni 8 Agustus 2015) Diajukan oleh: Stefanus NRP: 5203012001 Hendry Kurniawan NRP: 5203012002 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas utama yang dikembangkan di Indonesia. Dewasa ini, perkebunan kelapa sawit semakin meluas. Hal ini dikarenakan kelapa sawit dapat meningkatkan

Lebih terperinci

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. BATARA ELOK SEMESTA TERPADU (1 AGUSTUS 8 SEPTEMBER 2015)

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. BATARA ELOK SEMESTA TERPADU (1 AGUSTUS 8 SEPTEMBER 2015) LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. BATARA ELOK SEMESTA TERPADU (1 AGUSTUS 8 SEPTEMBER 2015) Diajukan oleh: Ezekiel Lauwrent Budi Utomo NRP: 5203012019 Wahyu Octaria NRP: 5203012033 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS

Lebih terperinci

LAPORAN KERJA PRAKTEK

LAPORAN KERJA PRAKTEK LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. SARI MAS PERMAI (8 Juni 8 Agustus 2015) Diajukan oleh: Bernadette Malita S NRP: 5203012029 Rosalia Maria Da S NRP: 5203012042 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prospek industri kelapa sawit Indonesia semakin cerah di pasar minyak

BAB I PENDAHULUAN. Prospek industri kelapa sawit Indonesia semakin cerah di pasar minyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prospek industri kelapa sawit Indonesia semakin cerah di pasar minyak nabati dunia. Prestasi yang membanggakan sebagai negara perintis budidaya kelapa sawit, Indonesia

Lebih terperinci

Lampiran 1: Mesin dan Peralatan

Lampiran 1: Mesin dan Peralatan Lampiran 1: Mesin dan Peralatan 1. Mesin Mesin yang dipakai pada proses produksi kernel palm oil umumnya menggunakan mesin semi otomatis. Tenaga manusia digunakan untuk mengawasi jalannya proses produksi.

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Margarin dari RBDPO (Refined, Bleached, Deodorized Palm Oil) Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Margarin dari RBDPO (Refined, Bleached, Deodorized Palm Oil) Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan industri merupakan bagian dari usaha pembangunan ekonomi jangka panjang, yang diarahkan untuk menciptakan struktur ekonomi yang lebih kokoh dan seimbang.

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES digilib.uns.ac.id BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES 3.1. Spesifikasi Alat Utama 3.1.1 Mixer (NH 4 ) 2 SO 4 Kode : (M-01) : Tempat mencampurkan Ammonium Sulfate dengan air : Silinder vertical dengan head

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dimulai pada bulan Mei hingga Desember 2010. Penelitian dilakukan di laboratorium di Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi (Surfactant

Lebih terperinci

POMPA MINYAK PADA INSTALASI PENGOLAHAN AKHIR DI PT. BUKIT ZAITUN- BITUNG Annie Amelia Toreh

POMPA MINYAK PADA INSTALASI PENGOLAHAN AKHIR DI PT. BUKIT ZAITUN- BITUNG Annie Amelia Toreh POMPA MINYAK PADA INSTALASI PENGOLAHAN AKHIR DI PT. BUKIT ZAITUN- BITUNG Annie Amelia Toreh ABSTRAK Pompa merupakan mesin yang sangat baik digunakan, baik dalam industri maupun untuk keperlua rumah tangga.

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK PEMBUATAN OLEIN DAN STEARIN DARI RBDPO DENGAN KAPASITAS PRODUKSI OLEIN 1000 TON/HARI KARYA AKHIR

PRARANCANGAN PABRIK PEMBUATAN OLEIN DAN STEARIN DARI RBDPO DENGAN KAPASITAS PRODUKSI OLEIN 1000 TON/HARI KARYA AKHIR PRARANCANGAN PABRIK PEMBUATAN OLEIN DAN STEARIN DARI RBDPO DENGAN KAPASITAS PRODUKSI OLEIN 1000 TON/HARI KARYA AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Program Diploma IV (D-IV) Program

Lebih terperinci

Pt Wilmar Nabati Indonesia

Pt Wilmar Nabati Indonesia Pt Wilmar Nabati Indonesia A. Profil perusahaan PT Wilmar Nabati Indonesia (PT WINA) PT Wilmar Nabati Indonesia sebelumnya bernama Bukit Kapur Reksa (BKR). PT WINA telah berdiri sejak tahun 1989 dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM. yang ditanam di Taman Botani Bogor, Indonesia pada tahun benih dari

BAB II TINJAUAN UMUM. yang ditanam di Taman Botani Bogor, Indonesia pada tahun benih dari BAB II TINJAUAN UMUM 2.1. Pembahasan Materi Kelapa sawit (Elaeis guineensis) diketahui berasal dari Afrika Barat. Industri sawit Malaysia dan Indonesia bermula dari empat anak benih dari Afrika yang ditanam

Lebih terperinci

Neraca Panas Heater II

Neraca Panas Heater II Neraca Panas Heater II aliran 15 t 1 = 50 C Heater II T 2 = 130 C steam T 1 = 130 C aliran 16 t 2 = 60 C 29 Komponen masuk H (kcal) Komponen keluar H (kcal) Aliran 16: Aliran 18: FFA: Metil ester asam

Lebih terperinci

MEMPELAJARI TINGKAT KEVAKUMAN DI SCRUBER DAN DAN SUHU RBDPO DI PRE STRIPER TERHADAP PFAD YANG DI HASILKAN

MEMPELAJARI TINGKAT KEVAKUMAN DI SCRUBER DAN DAN SUHU RBDPO DI PRE STRIPER TERHADAP PFAD YANG DI HASILKAN MEMPELAJARI TINGKAT KEVAKUMAN DI SCRUBER DAN DAN SUHU RBDPO DI PRE STRIPER TERHADAP PFAD YANG DI HASILKAN Adi Ruswanto, Suroso, Dedi Sugiarto Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian,

Lebih terperinci

BAB III. DESKRIPSI SOLVENT EXTRACTION PILOT PLANT, ALAT PENY ANGRAI DAN BOILER

BAB III. DESKRIPSI SOLVENT EXTRACTION PILOT PLANT, ALAT PENY ANGRAI DAN BOILER BAB III. DESKRIPSI SOLVENT EXTRACTION PILOT PLANT, ALAT PENY ANGRAI DAN BOILER Alat-alat dipergunakan pada penelitian terdiri dari solvent extraction pilot plant, alat penyangrai dan boiler. ~. SOLVENT

Lebih terperinci

BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM

BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM Unit pendukung proses (utilitas) merupakan bagian penting penunjang proses produksi. Utilitas yang tersedia di pabrik metil tersier butil eter adalah unit

Lebih terperinci

III. METODA PENELITIAN

III. METODA PENELITIAN III. METODA PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium Proses Balai Besar Industri Agro (BBIA), Jalan Ir. H. Juanda No 11 Bogor. Penelitian dimulai pada bulan Maret

Lebih terperinci

BAB II RESISTANCE TEMPERATURE DETECTOR. besaran suatu temperatur/suhu dengan menggunakan elemen sensitif dari kawat

BAB II RESISTANCE TEMPERATURE DETECTOR. besaran suatu temperatur/suhu dengan menggunakan elemen sensitif dari kawat BAB II RESISTANCE TEMPERATURE DETECTOR Resistance Temperature Detector (RTD) atau dikenal dengan Detektor Temperatur Tahanan adalah sebuah alat yang digunakan untuk menentukan nilai atau besaran suatu

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PRA RANCANGAN PABRIK KIMIA

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PRA RANCANGAN PABRIK KIMIA EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PRA RANCANGAN PABRIK KIMIA TUGAS PRA RANCANGAN PABRIK BIODIESEL DARI MINYAK BIJI KARET KAPASITAS 34.000 TON/TAHUN DENGAN PROSES TRANSESTERIFIKASI O l e h : Agustina Leokristi R

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK UREA FORMALDEHID PROSES FORMOX KAPASITAS TON / TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK UREA FORMALDEHID PROSES FORMOX KAPASITAS TON / TAHUN EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA PRARANCANGAN PABRIK UREA FORMALDEHID PROSES FORMOX KAPASITAS 44.000 TON / TAHUN MURTIHASTUTI Oleh: SHINTA NOOR RAHAYU L2C008084 L2C008104 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI NO. ISK/PKS-PRS/08 Status Dokumen No. Distribusi DISAHKAN Pada tanggal 15 Februari 2013 Dimpos Giarto Valentino Tampubolon Direktur Utama Dilarang memperbanyak dokumen ini tanpa izin Wakil Manajemen /Pengendali

Lebih terperinci

TUGAS PERANCANGAN PABRIK METHANOL DARI GAS ALAM DENGAN PROSES LURGI KAPASITAS TON PER TAHUN

TUGAS PERANCANGAN PABRIK METHANOL DARI GAS ALAM DENGAN PROSES LURGI KAPASITAS TON PER TAHUN EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA TUGAS PERANCANGAN PABRIK METHANOL DARI GAS ALAM DENGAN PROSES LURGI KAPASITAS 230000 TON PER TAHUN Oleh: ISNANI SA DIYAH L2C 008 064 MUHAMAD ZAINUDIN L2C

Lebih terperinci

KAJIAN PERLAKUAN SUHU FILLING TRAY PADA PROSES FRAKSINASI CPKO TERHADAP RENDEMEN DAN ANGKA IODIN CRUDE PALM KERNEL STEARIN

KAJIAN PERLAKUAN SUHU FILLING TRAY PADA PROSES FRAKSINASI CPKO TERHADAP RENDEMEN DAN ANGKA IODIN CRUDE PALM KERNEL STEARIN Jurnal Agroteknose. Volume VIII No. II Tahun 2017 KAJIAN PERLAKUAN SUHU FILLING TRAY PADA PROSES FRAKSINASI CPKO TERHADAP RENDEMEN DAN ANGKA IODIN CRUDE PALM KERNEL STEARIN Adi Ruswanto, Hermantoro, Avif

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dari tempurung dan serabut (NOS= Non Oil Solid).

BAB II LANDASAN TEORI. dari tempurung dan serabut (NOS= Non Oil Solid). BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pemurnian Minyak Sawit Minyak sawit yang keluar dari tempat pemerasan atau pengepresan masih berupa minyak sawit kasar karena masih mengandung kotoran berupa partikelpertikel

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. integral pembangunan nasional. Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas

PENDAHULUAN. integral pembangunan nasional. Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan sub sektor perkebunan khususnya kelapa sawit merupakan salah satu bagian penting dalam pembangunan pertanian serta merupakan bagian integral pembangunan nasional.

Lebih terperinci

BAB2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB2 TINJAUAN PUSTAKA BAB2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Proses Pengolahan Kelapa Sawit Secara umum pengolahan kelapa sawit terbagi menjadi dua hasil akhir, yaitu pengolahan minyak kelapa sawit (CPO) dan pengolahan inti sawit (kernel).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah penelitian, dan sistematika penulisan laporan dari penelitian yang dilakukan. 1. 1

Lebih terperinci

PABRIK BIODIESEL dari RBD (REFINED BLEACHED DEODORIZED) STEARIN DENGAN PROSES TRANSESTERIFIKASI

PABRIK BIODIESEL dari RBD (REFINED BLEACHED DEODORIZED) STEARIN DENGAN PROSES TRANSESTERIFIKASI SIDANG TUGAS AKHIR 2012 PABRIK BIODIESEL dari RBD (REFINED BLEACHED DEODORIZED) STEARIN DENGAN PROSES TRANSESTERIFIKASI Disusun oleh : Herdiani Fitri Ningtias (2309 030 059) Dwi Purnama Wulandari (2309

Lebih terperinci

TUGAS PRA PERANCANGAN PABRIK BIODIESEL DARI DISTILAT ASAM LEMAK MINYAK SAWIT (DALMS) DENGAN PROSES ESTERIFIKASI KAPASITAS 100.

TUGAS PRA PERANCANGAN PABRIK BIODIESEL DARI DISTILAT ASAM LEMAK MINYAK SAWIT (DALMS) DENGAN PROSES ESTERIFIKASI KAPASITAS 100. EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA TUGAS PRA PERANCANGAN PABRIK BIODIESEL DARI DISTILAT ASAM LEMAK MINYAK SAWIT (DALMS) DENGAN PROSES ESTERIFIKASI KAPASITAS 100.000 TON/TAHUN Oleh: RUBEN

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES

II. DESKRIPSI PROSES II. DESKRIPSI PROSES Usaha produksi dalam pabrik kimia membutuhkan berbagai sistem proses dan sistem pemroses yang dirangkai dalam suatu sistem proses produksi yang disebut teknologi proses. Secara garis

Lebih terperinci

VII. FAKTOR-FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP MUTU

VII. FAKTOR-FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP MUTU VII. FAKTOR-FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP MUTU Faktor-faktor dominan yang mempengaruhi mutu komoditas dan produk sawit ditentukan berdasarkan urutan rantai pasok dan produk yang dihasilkan. Faktor-faktor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lemak dan Minyak Minyak dan lemak tidak berbeda dalam bentuk umum trigliseridanya, tetapi hanya berbeda dalam bentuk (wujud). Perbedaan ini didasarkan pada perbedaan titik lelehnya.

Lebih terperinci

Gambar I.1. Pertumbuhan Produksi dan Ekspor Minyak Kelapa Sawit Indonesia [1]

Gambar I.1. Pertumbuhan Produksi dan Ekspor Minyak Kelapa Sawit Indonesia [1] BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Minyak kelapa sawit adalah salah satu minyak yang diproduksi dalam jumlah yang cukup besar di dunia. Hingga tahun 2005, Indonesia merupakan negara pengekspor minyak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asam Palmitat Asam palmitat adalah asam lemak jenuh rantai panjang yang terdapat dalam bentuk trigliserida pada minyak nabati maupun minyak hewani disamping juga asam lemak

Lebih terperinci

PRA RANCANGAN PABRIK MINYAK OLEIN DARI CRUDE PALM OIL (CPO) KARYA AKHIR SYAFARUDDIN MANURUNG

PRA RANCANGAN PABRIK MINYAK OLEIN DARI CRUDE PALM OIL (CPO) KARYA AKHIR SYAFARUDDIN MANURUNG PRA RANCANGAN PABRIK MINYAK OLEIN DARI CRUDE PALM OIL (CPO) KAPASITAS 500 TON/HARI KARYA AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Program Diploma IV ( D IV ) Program Studi Teknologi Kimia

Lebih terperinci

BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM

BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM 52 BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM Unit pendukung proses (utilitas) merupakan bagian penting penunjang proses produksi. Utilitas yang tersedia di pabrik PEA adalah unit pengadaan air, unit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan.

BAB I PENDAHULUAN. sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Minyak kelapa sawit merupakan minyak nabati yang berasal dari buah kelapa sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan. Minyak

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Polistirena dengan Proses Polimerisasi Suspensi Kapasitas Ton/Tahun BAB III SPESIFIKASI ALAT

Prarancangan Pabrik Polistirena dengan Proses Polimerisasi Suspensi Kapasitas Ton/Tahun BAB III SPESIFIKASI ALAT BAB III SPESIFIKASI ALAT 1. Tangki Penyimpanan Spesifikasi Tangki Stirena Tangki Air Tangki Asam Klorida Kode T-01 T-02 T-03 Menyimpan Menyimpan air Menyimpan bahan baku stirena monomer proses untuk 15

Lebih terperinci

PRA RANCANGAN PABRIK PEMBUATAN SOAP NOODLE DENGAN KAPASITAS PRODUKSI TON/TAHUN TUGAS AKHIR DISUSUN OLEH: OKTABANI NIM :

PRA RANCANGAN PABRIK PEMBUATAN SOAP NOODLE DENGAN KAPASITAS PRODUKSI TON/TAHUN TUGAS AKHIR DISUSUN OLEH: OKTABANI NIM : PRA RANCANGAN PABRIK PEMBUATAN SOAP NOODLE DENGAN KAPASITAS PRODUKSI 63.360 TON/TAHUN TUGAS AKHIR DISUSUN OLEH: OKTABANI NIM : 060405016 DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PRAPERANCANGAN PABRIK KIMIA PRAPERANCANGAN PABRIK ETILEN GLIKOL DENGAN KAPASITAS TON/TAHUN. Oleh :

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PRAPERANCANGAN PABRIK KIMIA PRAPERANCANGAN PABRIK ETILEN GLIKOL DENGAN KAPASITAS TON/TAHUN. Oleh : EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PRAPERANCANGAN PABRIK KIMIA PRAPERANCANGAN PABRIK ETILEN GLIKOL DENGAN KAPASITAS 80.000 TON/TAHUN Oleh : JD Ryan Christy S Louis Adi Wiguno L2C008065 L2C008070 JURUSAN TEKNIK KIMIA

Lebih terperinci

PROSES UBC. Gambar 1. Bagan Air Proses UBC

PROSES UBC. Gambar 1. Bagan Air Proses UBC Penulis: Datin Fatia Umar dan Bukin Daulay Batubara merupakan energi yang cukup andal untuk menambah pasokan bahan bakar minyak mengingat cadangannya yang cukup besar. Dalam perkembangannya, batubara diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. krisis tersebut adalah industri agro bisnis dan sampai akhir tahun 2010 industri agrobisnis

BAB I PENDAHULUAN. krisis tersebut adalah industri agro bisnis dan sampai akhir tahun 2010 industri agrobisnis BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Krisis moneter yang menimpa Indonesia di tahun 1998 menyebabkan terpuruknya beberapa sektor industri di Indonesia. Salah satu industri yang dapat bertahan

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK FORMALDEHID PROSES FORMOX KAPASITAS TON / TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK FORMALDEHID PROSES FORMOX KAPASITAS TON / TAHUN EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA PRARANCANGAN PABRIK FORMALDEHID PROSES FORMOX KAPASITAS 70.000 TON / TAHUN JESSICA DIMA F. M. Oleh: RISA DEVINA MANAO L2C008066 L2C008095 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1. Uraian Proses Proses pembuatan natrium nitrat dengan menggunakan bahan baku natrium klorida dan asam nitrat telah peroleh dari dengan cara studi pustaka dan melalui pertimbangan

Lebih terperinci

Perancangan Instalasi Unit Utilitas Kebutuhan Air pada Industri dengan Bahan Baku Air Sungai

Perancangan Instalasi Unit Utilitas Kebutuhan Air pada Industri dengan Bahan Baku Air Sungai Perancangan Instalasi Unit Utilitas Kebutuhan Air pada Industri dengan Bahan Baku Air Sungai Air yang digunakan meliputi : 1. Air pendingin, digunakan untuk mendinginkan alat penukar panas. 2. Air Proses,

Lebih terperinci

TUGAS PERANCANGAN PABRIK FORMALDEHID PROSES HALDOR TOPSOE KAPASITAS TON / TAHUN

TUGAS PERANCANGAN PABRIK FORMALDEHID PROSES HALDOR TOPSOE KAPASITAS TON / TAHUN XECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA TUGAS PERANCANGAN PABRIK FORMALDEHID PROSES HALDOR TOPSOE KAPASITAS 100.000 TON / TAHUN Oleh: Dewi Riana Sari 21030110151042 Anggun Pangesti P. P. 21030110151114

Lebih terperinci

PROSES PENGOLAHAN MINYAK KELAPA SAWIT KASAR DI PT. SMART Tbk. SURABAYA LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN

PROSES PENGOLAHAN MINYAK KELAPA SAWIT KASAR DI PT. SMART Tbk. SURABAYA LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN PROSES PENGOLAHAN MINYAK KELAPA SAWIT KASAR DI PT. SMART Tbk. SURABAYA LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN OLEH : Evelyn Samantha 6103013014 Dina Pujianti 6103013016 Vivin Indah Sofiah 6103013144

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Umum Perusahaan 1 Diawali pada tahun 1909, Societe Financiere des Caouchoucs Medan Societe Anonyme (Socfin) didirikan oleh M. Bunge. Pada saat yang bersamaan

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA 1 EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA TUGAS PERANCANGAN PABRIK UREA FORMALDEHID DENGAN PROSES DBWESTERN KAPASITAS 16.000 TON/TAHUN Oleh : FAHRIYA PUSPITA SARI SHOFI MUKTIANA SARI NIM. L2C007042

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran II : Mesin-mesin dan Peralatan yang digunakan PTPN III PKS Rambutan A. Mesin Produksi Adapun jenis dari mesin- mesin produksi yang digunakan oleh PTPN III PKS Rambutan dapat dilihat pada tabel

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kimia memiliki peranan penting dalam kehidupan masyarakat dikarenakan industri kimia banyak memproduksi barang mentah maupun barang jadi untuk mencukupi kebutuhan

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PRA PERANCANGAN PABRIK KIMIA

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PRA PERANCANGAN PABRIK KIMIA EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PRA PERANCANGAN PABRIK KIMIA PRA PERANCANGAN PABRIK BIODIESEL DARI MIKROALGA CHORELLA SP DENGAN PROSES ESTERIFIKASI DAN TRANSESTERIFIKASI KAPASITAS PRODUKSI 100.000 TON/TAHUN Oleh

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS MATA KULIAH PRA PERANCANGAN PABRIK KIMIA

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS MATA KULIAH PRA PERANCANGAN PABRIK KIMIA EXECUTIVE SUMMARY TUGAS MATA KULIAH PRA PERANCANGAN PABRIK KIMIA TUGAS PRA PERANCANGAN PABRIK BIODIESEL DARI MINYAK NYAMPLUNG PROSES ESTERIFIKASI DAN TRANSESTERIFIKASI KAPASITAS 400.000 TON/TAHUN Oleh:

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Margarin dari Palm Oil Minyak Sawit dengan Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

Prarancangan Pabrik Margarin dari Palm Oil Minyak Sawit dengan Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang. Setiap warga negara wajib melaksanakan pembangunan di segala bidang, salah satunya adalah pembangunan di sektor ekonomi. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BE-506B. To Filtration. Gambar 1.1 Proses pemanasan umpan CTA dengan menggunakan 9 buah heat exchanger

BAB I PENDAHULUAN BE-506B. To Filtration. Gambar 1.1 Proses pemanasan umpan CTA dengan menggunakan 9 buah heat exchanger BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses pembuatan PTA (Purified Terepthalic Acid) di PT Amoco Mitsui PTA Indonesia terdiri dari dua unit, yaitu unit oksidasi dan unit purifikasi. Pada unit oksidasi

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES

BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES 34 BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES 3.1. Tangki Tangki Bahan Baku (T-01) Tangki Produk (T-02) Menyimpan kebutuhan Menyimpan Produk Isobutylene selama 30 hari. Methacrolein selama 15 hari. Spherical

Lebih terperinci

A. Sifat Fisik Kimia Produk

A. Sifat Fisik Kimia Produk Minyak sawit terdiri dari gliserida campuran yang merupakan ester dari gliserol dan asam lemak rantai panjang. Dua jenis asam lemak yang paling dominan dalam minyak sawit yaitu asam palmitat, C16:0 (jenuh),

Lebih terperinci

TUGAS PRA PERANCANGAN PABRIK KIMIA

TUGAS PRA PERANCANGAN PABRIK KIMIA TUGAS PRA PERANCANGAN PABRIK KIMIA TUGAS PRA PERANCANGAN PABRIK FORMALDEHID KAPASITAS 70.000 TON/TAHUN Oleh : DANY EKA PARASETIA 21030110151063 RITANINGSIH 21030110151074 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS

Lebih terperinci

V. SPESIFIKASI ALAT. Pada lampiran C telah dilakukan perhitungan spesifikasi alat-alat proses pembuatan

V. SPESIFIKASI ALAT. Pada lampiran C telah dilakukan perhitungan spesifikasi alat-alat proses pembuatan V. SPESIFIKASI ALAT Pada lampiran C telah dilakukan perhitungan spesifikasi alat-alat proses pembuatan pabrik furfuril alkohol dari hidrogenasi furfural. Berikut tabel spesifikasi alat-alat yang digunakan.

Lebih terperinci

Paparan Publik PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (PT SMART Tbk) 2 Juni 2016

Paparan Publik PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (PT SMART Tbk) 2 Juni 2016 Paparan Publik PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (PT SMART Tbk) 2 Juni 2016 Gambaran Umum Terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak 1992 Produsen produk berbasis kelapa sawit yang terintegrasi

Lebih terperinci

STEAM TURBINE. POWER PLANT 2 X 15 MW PT. Kawasan Industri Dumai

STEAM TURBINE. POWER PLANT 2 X 15 MW PT. Kawasan Industri Dumai STEAM TURBINE POWER PLANT 2 X 15 MW PT. Kawasan Industri Dumai PENDAHULUAN Asal kata turbin: turbinis (bahasa Latin) : vortex, whirling Claude Burdin, 1828, dalam kompetisi teknik tentang sumber daya air

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA PRARANCANGAN PABRIK ETIL ASETAT PROSES ESTERIFIKASI DENGAN KATALIS H 2 SO 4 KAPASITAS 18.000 TON/TAHUN Oleh : EKO AGUS PRASETYO 21030110151124 DIANA CATUR

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA TUGAS PERANCANGAN PABRIK MELAMIN PROSES BASF KAPASITAS 60.000 TON/TAHUN OLEH : DEVI OKTAVIA NIM : L2C 008 029 HANIFAH RAHIM NIM : L2C 008 053 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT. Sinar Mas Agro Resource and Technology (SMART) Tbk. adalah

BAB I PENDAHULUAN. PT. Sinar Mas Agro Resource and Technology (SMART) Tbk. adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT. Sinar Mas Agro Resource and Technology (SMART) Tbk. adalah salah satu perusahaan produsen minyak goreng, margarin dan minyak mentah atau yang disebut dengan

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA PRA-RANCANGAN PABRIK MODIFIED TAPIOCA STARCH DENGAN PROSES ASETILASI KAPASITAS 10.000 TON/TAHUN O l e h : Bhagus Alfiyan Ni Wayan Santi Dewi NIM. L2C008023

Lebih terperinci

TUGAS PRA RANCANGAN PABRIK GLISEROL DARI CPO (Crude Palm Oil) DAN AIR DENGAN PROSES CONTINUOUS FAT SPLITTING KAPASITAS 44.

TUGAS PRA RANCANGAN PABRIK GLISEROL DARI CPO (Crude Palm Oil) DAN AIR DENGAN PROSES CONTINUOUS FAT SPLITTING KAPASITAS 44. EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA TUGAS PRA RANCANGAN PABRIK GLISEROL DARI CPO (Crude Palm Oil) DAN AIR DENGAN PROSES CONTINUOUS FAT SPLITTING KAPASITAS 44.000 TON/TAHUN INSHANI UTAMI Oleh:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu yang termasuk dalam famili palmae. Nama genus Elaeis berasal dari bahasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu yang termasuk dalam famili palmae. Nama genus Elaeis berasal dari bahasa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Crude Palm Oil (CPO) Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ) adalah tanaman berkeping satu yang termasuk dalam famili palmae. Nama genus Elaeis berasal dari bahasa yunani

Lebih terperinci

LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. SMART Tbk. Oleh: Ivan Pudjihardjo NRP : Shintya Dwi N. NRP :

LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. SMART Tbk. Oleh: Ivan Pudjihardjo NRP : Shintya Dwi N. NRP : LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. SMART Tbk Oleh: Ivan Pudjihardjo NRP : 5303014006 Shintya Dwi N. NRP : 5303014009 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA 2017 i

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA PERANCANGAN PABRIK AMMONIUM CHLORIDE PROSES AMMONIUM SULFAT-SODIUM CHLORIDE KAPASITAS PRODUKSI 35. TON/TAHUN Oleh : Agnes Ayunda N.U. NIM. L2C819 Heru Cahyana

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Hasil yang diperoleh selama periode Maret 2011 adalah data operasional PMS Gunung Meliau, distribusi penerimaan TBS di PMS Gunung Meliau, distribusi penerimaan fraksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pangan yang digunakan untuk menghasilkan minyak goreng, shortening,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pangan yang digunakan untuk menghasilkan minyak goreng, shortening, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Goreng Kelapa Sawit Minyak sawit terutama dikenal sebagai bahan mentah minyak dan lemak pangan yang digunakan untuk menghasilkan minyak goreng, shortening, margarin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian Salah satu parameter mutu asam stearat blended bermutu premium, adalah heat stability/kestabilan warna, selain warna, bilangan iodium dan komposisi asam

Lebih terperinci

PENGARUH BILANGAN ASAM TERHADAP HIDROLISA MINYAK KELAPA SAWIT M.YUSUF RITONGA. Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

PENGARUH BILANGAN ASAM TERHADAP HIDROLISA MINYAK KELAPA SAWIT M.YUSUF RITONGA. Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara PENGARUH BILANGAN ASAM TERHADAP HIDROLISA MINYAK KELAPA SAWIT M.YUSUF RITONGA Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN Minyak sawit (Crude Palm Oil) adalah

Lebih terperinci

PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES

PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES 10 II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES Usaha produksi dalam Pabrik Kimia membutuhkan berbagai sistem proses dan sistem pemroses yang dirangkai dalam suatu sistem proses produksi yang disebut Teknologi proses.

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK SIRUP MALTOSA BERBAHAN DASAR TAPIOKA KAPASITAS TON/TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK SIRUP MALTOSA BERBAHAN DASAR TAPIOKA KAPASITAS TON/TAHUN 1 PRARANCANGAN PABRIK SIRUP MALTOSA BERBAHAN DASAR TAPIOKA KAPASITAS 25000 TON/TAHUN O l e h : Anita Hadi Saputri NIM. L2C 007 009 Ima Winaningsih NIM. L2C 007 050 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

Pengolahan Pelumas Bekas Secara Fisika

Pengolahan Pelumas Bekas Secara Fisika Pengolahan Pelumas Bekas Secara Fisika ISSN 1907-0500 Desi Heltina, Yusnimar, Marjuki, Ardian Kurniawan Jurusan Teknik, Fakultas Teknik, Universitas Riau Pekanbaru 28293 Abstrak Seiring dengan meningkatnya

Lebih terperinci

AGUSTIN MAROJAHAN BUTAR-BUTAR

AGUSTIN MAROJAHAN BUTAR-BUTAR PRA RANCANGAN PABRIK PRA RANCANGAN PABRIK PEMBUATAN GLISEROL DARI CRUDE PALM OIL (CPO) DAN AIR DENGAN KAPASITAS 60.000 TON/TAHUN TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Teknik Kimia

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Pabrik Margarin Dari Biji Jagung Dengan Proses Wet Rendering Dan Hidrogenasi

TUGAS AKHIR. Pabrik Margarin Dari Biji Jagung Dengan Proses Wet Rendering Dan Hidrogenasi TUGAS AKHIR Pabrik Margarin Dari Biji Jagung Dengan Proses Wet Rendering Dan Hidrogenasi Disusun Oleh : Rahmania Fatimah 2310 030 007 Dika Prasetya 2310 030 019 Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ir. Danawati

Lebih terperinci