BAB I PENDAHULUAN. krisis tersebut adalah industri agro bisnis dan sampai akhir tahun 2010 industri agrobisnis

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Krisis moneter yang menimpa Indonesia di tahun 1998 menyebabkan terpuruknya beberapa sektor industri di Indonesia. Salah satu industri yang dapat bertahan pada masa krisis tersebut adalah industri agro bisnis dan sampai akhir tahun 2010 industri agrobisnis di Indonesia masih didominasi oleh tiga jenis varietas utama yakni kelapa sawit, karet dan tebu. Industri berbasis minyak kelapa sawit (crude palm oil) saat ini masih merupakan salah satu industri yang memiliki pertumbuhan yang baik, lebih menarik, kompetitif dan prospektif dibandingkan dengan industri agrobisnis lainnya Kesimpulan tersebut diambil berdasarkan : 1. Data Oil World Annual (2010) menunjukkan bahwa pertumbuhan produksi minyak kelapa sawit dan minyak inti sawit selama tahun lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan produksi minyak nabati lainnya. Dominasi sawit dalam produksi minyak dunia tahun 2009 juga berakibat pada dominasinya dalam perdagangan, yang mencapai 55.72% total ekspor minyak dunia, karena Indonesia dan Malaysia sebagai produsen utama minyak sawit yang mencapai 85,36% mengekspor sebagian besar produknya ke pasar international. 1

2 Gambar I.1 Produksi Minyak Nabati Dunia Dalam periode Indonesia dan Malysia merupakan produsen CPO terbesar di dunia. Kontribusi Indonesia dalam memasok kebutuhan dunia sangat besar, bahkan menjadi produsen terbesar untuk minyak dunia dengan produksinya yang mencapai 20.9 juta ton pada tahun 2009 atau 46,4% terhadap total produksi. Sawit merupakan penyumbang terbesar dalam pertumbuhan maupun produksinya baik secara global maupun bagi Indonesia, dengan produksi Indonesia pada tahun 2010 mencapai 23.6 juta ton dengan pertumbuhan produksi tahun mencapai %. 2

3 Gambar I.2 Produsen CPO Dunia 2. Pergerakan harga kelapa sawit dan produk turunannya sejak Januari 2000 sampai dengan Desember 2011 secara umum menunjukkan trend yang meningkat. Ditahun 2008, fluktuasi harga CPO sangat volatile, dimana harga sempat meningkat menjadi sebesar USD 1.060/ton dibulan Januari 2008, menyentuh level tertinggi USD 1.245/ton dibulan Februari lalu terkoreksi dibulan-bulan berikutnya dan menjadi USD 499/ton diakhir tahun. Rata-rata harga CPO tahun 2008 sebesar USD 923 /ton, USD 688 /ton ditahun 2009, dan USD 912 /ton ditahun

4 Tabel I.1 pergerakan harga CPO (US$ / Metrix Ton) Bulan Januari , ,283 1,058 Februari , ,145 1,133 Maret , ,160 1,167 April , ,170 1,175 Mei , ,193 1,028 Juni , , *) Juli , ,090 Agustus ,095 September ,010 Oktober ,045 1,023 November ,138 1,030 Desember ,285 1,040 Everage ,110 1,090 *) Tanggal 5 Juni 2012 Source: The CIC Consulting, Bloomberg & Market Diary Di periode Januari 2007 Mei 2008 trend harga kelapa sawit dan produk turunannya sempat mengalami lonjakan peningkatan yang sangat tinggi. Lonjakan tersebut merupakan suatu kondisi abnormal dimana pergerakan harga bukan dipengaruhi oleh supply and demand di pasar melainkan disebabkan oleh sikap spekulatif terhadap pasar komoditas sehingga di periode Juni 2008 sampai dengan November 2008 trend harga cenderung menurun menuju kondisi harga sebenarnya. 3. Pernyataan dan tanggap dari beberapa pengamat antara lain sebagai berikut : a. Bangun (2009) mengatakan bahwa kebutuhan CPO dunia masih akan terus meningkat, yaitu sekitar 3 juta ton per tahun, di sisi lain produksi CPO dunia hanya meningkat sebesar 1,5 ton per tahun. b. Indra (2008) mengatakan bahwa potensi minyak sawit atau crude palm oil (CPO) di tanah air sangatlah besar baik dari luas areal perkebunan yang dapat ditanam 4

5 kelapa sawit itu sendiri maupun produk hasil olahan dari kelapa sawit, mulai dari minyak sawit, industri oleo chemical, sampai kepada proyek clean development mechanism. Kedepannya, peran perbankan dalam pembiayaan kepada sektor kelapa sawit tidak hanya pada pembiayaan perkebunan yang tradisional tetapi juga dapat dikaitkan dengan pembiayaan proyek pengolaan produk turunannya dan proyek clean development mechanism. c. Hasil kajian Office of Chief Economist PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (2011) secara keseluruhan rating industri perkebunan dan pengolahan kelapa sawit dan CPO adalah sangat menarik dengan pertimbangan bahwa konsumsi CPO dunia di tahun-tahun mendatang diperkirakan tumbuh signifikan, hal tersebut dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan CPO untuk minyak makan dan industri hilir CPO lainnya, termasuk pengembangan bahan bakar nabati (biodiesel). Hal tersebut akan meningkatkan trend harga CPO sehingga industri CPO diperkirakan masih akan profitable, khususnya untuk para pemain yang memiliki usaha sawit terintigrasi dari hulu hingga hilir. Pengelompokan jenis industri kelapa sawit dan pengolahan produk turunannya berdasarkan tahapan produksi dapat digambarkan sebagai berikut: 5

6 Gambar I.3 Tahapan produksi pengolahan kelapa sawit dan produk turunannya (Pahan 2008) Crude Palm Kebun Kelapa Sawit Pabrik Kelapa Sawit CPO RBD PO Palm Midfraction RBD Olein Palm Kernel PKO RBD Stearin Sisa-sisa Bungkil Fatty Acid Stearin Pabrik Inti Sawit Power Plant Refinery and Fractinantion Olein Oleochemicals Industri Hulu Industi Hilir Cocoa Butter Margarine Cooking Oil Soap Ice Cream Fatty Alcohol Glycerol Animal Feed Biodiesel Coffee Whitener Confectioner y Fats Pupuk Arang Aktif Berdasarkan gambar diatas maka secara garis besar industri kelapa sawit dan pengolahannya dapat dibagi menjadi dua bagian utama yaitu: 1) Industri hulu kelapa sawit Yang dikelompokkan ke dalam industri ini adalah industri yang beroperasi di bidang perkebunan kelapa sawit, pabrik kelapa sawit dan pabrik inti sawit. 6

7 2) Industri hilir kelapa sawit Yang dikelompokkan ke dalam industri ini adalah industri yang beroperasi di bidang refinery, oleochemicals, pabrik margarin dan minyak goreng, pabrik sabun serta pabrik bioenergi. Industri hilir kelapa sawit banyak menggunakan teknologi, mesin dan peralatan yang nilai investasi maupun pengoperasiannya relatif membutuhkan biaya yang besar sehingga industri tersebut dikategorikan sebagai jenis industri padat modal (membutuhkan modal kerja yang sangat besar). Dengan demikian industri hilir kelapa sawit di Indonesia masih didominasi oleh pengusaha berskala korporasi. Pada umumnya kebutuhan keuangan perusahaan-perusahaan di industri hilir kelapa sawit tersebut dipenuhi dengan menggunakan dana internal berupa modal perusahaan ditambah sumber pembiayaan yang diperoleh dari pasar modal dan perbankan. Mayoritas perusahaan di Indonesia lebih memilih untuk menggunakan sumber pembiayaan dari bank dibandingkan pasar modal dengan pertimbangan bahwa untuk memperoleh sumber pembiayaan dari pasar modal dibutuhkan biaya yang cukup besar dan proses yang relatif lebih lama dibandingkan sumber pembiayaan dari bank. Atraktifnya bisnis CPO tersebut menjadi salah satu petimbangan perbankan menyediakan berbagai produk dan jasa perbankan kepada pelaku usahanya. Salah satu produk perbankan yang banyak diberikan adalah Fasilitas Kredit Modal Kerja. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk merupakan salah satu Bank nasional yang memiliki portofolio di industri perkebunan dengan jumlah yang cukup besar. Sampai dengan posisi akhir tahun 2011, jumlah kredit yang disalurkan khusus kepada pelaku usaha di industri berbasis 7

8 minyak kelapa sawit mencapai Rp triliun, atau merupakan 65% dari total kredit kepada industri perkebunan dan 12% dari total kredit yang disalurkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Baiknya harga jual CPO berdampak langsung pada penjualan pelaku usaha tersebut, dimana selanjutnya akan mempengaruhi tingkat keuntungan dan kemampuan arus kas dalam memenuhi sumber pendanaan perusahaan, baik untuk biaya modal, investasi maupun modal kerja Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh dari Perubahan Harga CPO dan Nilai Tukar USD/IDR terhadap kewajiban pembayaran bunga fasilitas Kredit Modal Kerja Nasabah korporat perusahaan industri CPO di Bank Mandiri pada tahun 2007 s/d tahun Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan memahami pengaruh antara perubahan harga CPO dan Nilai Tukar USD/IDR terhadap kewajiban pembayaran bunga fasilitas Kredit Modal Kerja yang diberikan Bank kepada perusahaan industri CPO Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 8

9 1. Bagi perbankan, dapat digunakan sebagai referensi dalam menetapkan kebijakan dan strategi pengelolaan portofolio industri kelapa sawit dimasa yang akan datang. 2. Bagi penulis, sebagai sarana dan media untuk latihan penerapan ilmu dan teori yang telah diperoleh selama belajar di bangku kuliah ke dalam dunia bisnis yang nyata Ruang Lingkup Penelitian Dalam industri minyak kelapa sawit dan turunannya, jumlah perusahaan di industri kelapa sawit dan turunannya yang memiliki fasilitas kredit dari perbankan cukup besar. Dalam penelitian ini pengamatan akan difokuskan pada Perusahaan di industri minyak kelapa sawit yang menjadi Nasabah Bank Mandiri dan mendapatkan fasilitas Kredit Modal Kerja pada segmen Korporasi ditahun 2007 dan tahun I.6. Sistematika Pembahasan Dalam penulisan ini masing-masing bab akan membahas sebagai berikut: 1. BAB I : PENDAHULUAN Bab I akan membahas latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. 2. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab II akan membahas mengenai landasan teori. 9

10 3. BAB III : DATA PERUSAHAAN DAN METODE ANALISIS DATA Bab III akan membahas mengenai jenis penelitian, data yang diperlukan, bahan penelitian, serta langkah-langkah dalam menganalisa data. 4. BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab IV akan memaparkan hasil penelitian yang telah dilakukan serta pembahasan secara teoritik atas hasil penelitian. 5. BAB V : KESIMPULAN Bab V akan menyampaikan kesimpulan penelitian dan rekomendasi serta keterbatasan penelitian. 10