DAFTAR ISI PILAR TEKNOLOGI JURNAL ILMIAH ILMU-ILMU TEKNIK Volume 1 Nomor 1 Maret 2016 ISSN :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR ISI PILAR TEKNOLOGI JURNAL ILMIAH ILMU-ILMU TEKNIK Volume 1 Nomor 1 Maret 2016 ISSN :"

Transkripsi

1 DAFTAR ISI PILAR TEKNOLOGI JURNAL ILMIAH ILMU-ILMU TEKNIK Volume 1 Nomor 1 Maret 2016 ISSN : ANALISIS KEPADATAN LALU LINTAS DENGAN METODE TEMPLATE MATCHING (Studi Kasus : Persimpangan Monjali Yogyakarta) Setiyo Daru Cahyono ANALISIS VARIASI MEDIA PENDINGINAN PADA RADIATOR TERHADAP KINERJA LAJU PEMBUANGAN PANAS DENGAN KONVEKSI PAKSA Mustafa EVALUASI PELAKSANAAN PROYEK PEMBANGUNAN RUANG KELAS MIN TIRAK DENGAN METODE NILAI HASIL Lyya Supriono IMPLEMENTASI DAN ANALISIS SEMANTIC RELATION ANTAR KATA DALAM BAHASA INGGRIS MENGGUNAKAN PENDEKATAN PATH BASE Eldita Febrian Selfiendi & Moch. Arif Bijaksana. KAJIAN EKONOMI PROYEK PENGADAAN DAN PERBAIKAN TULISAN ALUN-ALUN KABUPATEN NGAWI Laily Fatmawati KUAT TEKAN BETON CAMPURAN 1:2:3 DENGAN AGREGAT LOKAL SEKITAR MADIUN Rosyid Kholilur Rohman SISTEM INFORMASI PARKIR KENDARAAN BERMOTOR BERBASIS ANDROID Arief Budiman & Joko Triono

2

3 ANALISIS KEPADATAN LALU LINTAS DENGAN METODE TEMPLATE MATCHING (Studi Kasus : Persimpangan Monjali Yogyakarta) Setiyo Daru Cahyono Dosen Fakultas Teknik Universitas Merdeka Madiun cahyono.ds@gmail.com Abstract Along with the development of information technology, the more occupations that use information technology to help finish the job. One was at the Department of Transportation to use information technology to solve traffic congestion at signalized intersections. By utilizing information technology, the Department of Transportation can analyze the traffic density is computerized. A system created using Template Matching method to analyze the density of traffic at a signalized intersection. Features analyzed were traffic density based queues of vehicles at a signalized intersection. The data used is a photo of the traffic density at an intersection. The photos will be made digital image processing, feature extraction and pattern recognition using Template Matching. To determine the accuracy of the calculation results of the test performed, so we get a percentage of the system s success in analyzing the density of traffic at an intersection. The success of the system in analyzing the density of traffic at intersections obtained good results in the amount of 81.67%. Keyword : Template Matching, Traffic density, vehicle queuing photo Abstrak Seiring perkembangan teknologi informasi, maka semakin banyak bidang-bidang pekerjaan yang memanfaatkan teknologi informasi dalam membantu menyelesaikan pekerjaannya. Salah satunya pada Dinas Perhubungan memanfaatkan teknologi informasi dalam mengatasi kemacetan lalu lintas di persimpangan bersinyal. Dengan memanfaatkan teknologi informasi, Dinas Perhubungan dapat melakukan analisa kepadatan lalu lintas secara komputerisasi. Sebuah sistem dibuat menggunakan metode Template Matching untuk menganalisa kepadatan lalu lintas pada sebuah persimpangan bersinyal. Fitur yang dianalisa adalah kepadatan lalu lintas berdasarkan antrian kendaraan pada sebuah persimpangan bersinyal. Data yang digunakan adalah foto kepadatan lalu lintas pada sebuah persimpangan. Foto tersebut akan dilakukan pengolahan citra digital, ekstraksi ciri, dan pengenalan pola menggunakan Template Matching. Untuk mengetahui hasil pengujian dilakukan perhitungan akurasi, sehingga didapatkan prosentase keberhasilan sistem dalam menganalisa kepadatan lalu lintas pada sebuah persimpangan. Adapun keberhasilan sistem dalam melakukan analisa PILAR TEKNOLOGI: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Teknik Volume 1 Nomor 1 Maret 2016; ISSN :

4 Setiyo Daru Cahyono kepadatan lalu lintas pada persimpangan didapatkan hasil yang cukup baik yaitu sebesar 81,67%. Kata kunci : Foto antrian kendaraan, Kepadatan lalu lintas, Template Matching PENDAHULUAN Pada tahun 2015 Badan Pusat Statistik telah mencatat bahwa penduduk Indonesia mancapai 254,9 juta jiwa. Pertumbuhan penduduk di kota mengalami kenaikan sebesar 1,75% dan di perdesaan sebesar 0,52% [1]. Semakin bertambanyak penduduk akan memberikan dampak kemacetan pada setiap jalan raya. Karena volume kendaraan di jalan raya akan semakin bertambah. Beberapa rambu lalu lintas dan traffic light sudah dibangun untuk dapat mengurangi kemacetan lalu lintas. Kemacetan lalu lintas yang sering terjadi adalah pada persimpangan. Waktu paling rawan terjadi kemacetan lalu lintas adalah pada jam berangkat kerja dan pulang kerja. Polisi lalu lintas pun ikut turun ke jalan untuk membantu mengatur lalu lintas jalan raya. Polisi akan mengatur lama waktu ruas yang akan berjalan, berdasarkan volume kendaraan. Sehingga kemacetan lalu lintas akan sedikit berkurang. Tetapi polisi lalu lintas terkadang masih belum bisa maksimal dalam menangani kemacetan lalu lintas dalam persimpangan, karena kemacetan terjadi tidak hanya pada satu persimpangan, dan jumlah polisi lalu lintas juga terbatas. Kemacetan disebabkan karena arus lalu lintas jalan raya yang padat. Jika pada persimpangan kemacetan terjadi karena menumpuknya antrian kendaraan pada persimpangan bersinyal tersebut. Sehingga beberapa penelitian telah dilakukan untuk menganalisa kepadatan lalu lintas pada jalan raya. Sebuah penelitian dilakukan oleh Hadi dan Samara untuk mendeteksi objek kendaraan pada jalan raya [2]. Pada penelitian tersebut menggunakan metode Hough Transform (HT) dan Connected Component Labeling (CCL) dalam mendeteksi objek kendaraan. HT digunakan untuk mendeteksi batas jalan raya, karena objek yang dideteksi adalah objek yang terdapat dalam jalan raya. Sedangkan CCL digunakan untuk menandai objek-objek yang terdeteksi sebagai kendaraan. Dalam penelitian hanya kendaraan yang berdimensi besar yang akan dideteksi. Sehingga penelitian tersebut memiliki akurasi sebesar 96,43% dalam pendeteksian kendaraan. Template Matching merupakan metode yang bekerja dengan membandingkan data baru terhadap template acuan. Beberapa penelitian menggunakan Template Matching juga telah dilakukan pada berbagai bidang. Pada bidang transportasi, penelitian dilakukan oleh Ansori, dkk untuk mendeteksi kendaraan bergerak secara real time [3]. Penelitian dalam bidang transportasi juga dilakukan oleh Akbar Y, dkk dengan memanfaatkan Template Matching untuk menganalisis rambu-rambu lalu lintas [4]. Pada penelitian tersebut telah dilakukan pada waktu pagi, siang, sore, dan malam dengan akurasi keseluruhan sebesar 84,09%. Pada bidang lain tentang keberhasilan pemanfaatan metode Template Matching telah dilakukan oleh Wahyu Nugroho untuk mendeteksi kerusakan PCB dengan tingkat keberhasilan 100% [5]. Keberhasilan 100% juga telah dibuktikan oleh Bowo Leksono, dkk dengan memanfaatkan Template Matching untuk klasifikasi sidik jari [6]. Pemanfaatan Template Matching dapat juga dimanfaatkan dengan didukung metode 2 PILAR TEKNOLOGI, Volume 1 Nomor 1 Maret 2016

5 Analisis Kepadatan Lalu Lintas Integal Proyeksi, salah satu penelitian yang memanfaatkan Integral Proyeksi dan Template Matching dilakukan oleh Tito Cahyo untuk mengenali karakter dengan hasil yang baik [7]. Karena Template Matching bekerja dengan mencocokkan dengan template acuan, sehingga dapat juga dikombinasikan dengan perhitungan jarak antara dua vektor, salah satunya dengan memanfaatkan Eucluidean Distance. Penelitian yang memanfaatkan Euclidean Distance salah satunya dilakukan oleh Andaruresmi, dkk untuk mendeteksi tipe wilayah, dengan tingkat akurasi keberhasilan sistem sebesar 86,87% [8]. Mengacu dari penelitian-penelitian sebelumnya, maka pada penelitian ini akan dibuat sebuah penelitian dengan memanfaatkan Template Matching untuk menganalisa kepadatan lalu lintas pada persimpangan bersinyal. Template Matching akan digunakan dengan pendukung metodemetode pengolahan citra digital dan Integral Proyeksi. Sedangkan untuk membandingkan antara dua citra akan digunakan perhitungan jarak Euclidean Distance. METODE PENELITIAN Pada penelitian ini akan dilakukan analisa terhadap kepadatan lalu lintas menggunakan metode Template Matching. Beberapa penelitian telah menggunakan Template Matching untuk membantu mengatasi suatu permasalahan. Dalam penelitian ini akan menggunakan Template Matching untuk melakukan analisa terhadap kepadatan lalu lintas. Salah satu fitur untuk melakukan analisa kepadatan lalu lintas adalah jumlah volume kendaraan pada jalan raya. Kemacetan lalu lintas sering terjadi pada persimpangan bersinyal (traffic light). Sehingga data sekunder yang digunakan pada penelitian ini adalah foto kepadatan lalu lintas pada suatu persimpangan bersinyal. Persimpangan bersinyal yang dijadikan sebagai tempat studi kasus adalah persimpangan bersinyal Monjali Yogyakarta (Monumen Jogja Monjali Yogyakarta). Data sekunder adalah berupa foto hasil ekstrak dari video hasil pengambilan kamera Dinas Perhubungan Yogyakarta. Dari foto tersebut akan dilakukan analisa kepadatan lalu lintas. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah foto hasil estrak video pada jam pagi, siang, dan sore dengan kondisi cuaca cerah. Jam pagi pada pukul WIB, jam siang pada pukul WIB, dan jam sore pada pukul WIB. Kondisi kepadatan lalu lintas pada persimpangan Monjali dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Kepadatan Lalu Lintas Persimpangan Monjali Yogyakarta Gambar 1 adalah salah foto dari persimpangan Monjali yang digunakan sistem untuk melakukan analisa kepadatan lalu lintas. Sedangkan sebagai data pendukung dilakukan wawancara dengan Dosen Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret. Hasil wawancara terhadap pakar digunakan sebagai data primer yang dapat mendukung keberhasilan pada penelitian ini. Tahapan dari sistem yang akan dibuat untuk menganalisa kepadatan lalu lintas dapat dilihat pada Gambar 2. Volume 1 Nomor 1 Maret 2016, PILAR TEKNOLOGI 3

6 Setiyo Daru Cahyono AKUISISI CITRA AKUISISI CITRA PENGOLAHAN CITRA DIGITAL CROPPING EKSTRAKSI CIRI PENINGKATAN KONTRAS PENGENALAN POLA : - TEMPLATE MATCHING - EUCLIDEAN DISTANCE BINERISASI PENSKALAAN HASIL HASIL Gambar 2. Gambaran Sistem Pada Gambar 2 telah ditunjukkan tahapantahapan sistem dalam melakukan analisa kepadatan lalu lintas pada persimpangan bersinyal. Dimana citra/gambar yang didapat dari ekstrak video akan dilakukan proses pengolahan citra terlebih dahulu. Dimana citra yang akan diujikan sebanyak 60 citra yang terdiri dari 20 citra pada jam pagi, 20 citra pada jam siang, dan 20 citra pada jam sore. Sebanyak 20 citra pada jam pagi yaitu 10 citra dengan kepadatan lalu lintas sepi dan 10 citra dengan kepadatan lalu lintas ramai, sebanyak 20 citra pada jam siang yaitu 10 citra dengan kepadatan lalu lintas sepi dan 10 citra dengan kepadatan lalu lintas ramai, dan sebanyak 20 citra pada jam ramai yaitu 10 citra dengan kepadatan lalu lintas sepi dan 10 citra dengan kepadatan lalu lintas ramai. Citra uji tersebut akan dilakukan analisa kepadatan lalu lintas dengan menggunakan Template Matching. Tahapan pertama yang dilakukan adalah pengolahan citra digital terhadap citra-citra uji tersebut. Beberapa tahapan pengolahan citra yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Pengolahan Citra Digital Sistem Analisis Kepadatan Lalu Lintas Tahapan-tahapan pengolahan citra digital pada sistem analisa kepadatan lalu lintas telah disajikan oleh Gambar 3. Tahapan pertama yang dilakukan adalah proses cropping. Dimana akan dilakukan pemotongan terhadap bagian yang akan dilakukan analisa kepadatan lalu lintas saja. Karena pada persimpangan Monjali merupakan jalan raya dua arah. Sehingga fokus penganalisaan dilakukan pada arah yang terdapat pada belakang lampu lalu lintas saja. Sedangkan arah kebalikan akan dilakukan pemotongan. Kemudian akan ditingkatkan kontrasnya agar mendapat citra yang lebih bagus sebelum dilakukan binerisasi. Binerisasi dilakukan untuk membedakan warna antrian kendaraan dan warna background jalan raya. Sehingga didapatkan nilai piksel 1 dan 0. Setelah dilakukan binerisasi, tahapan selanjutnya adalah penskalaan. Dimana gambar dibuat lebih kecil, dengan tidak mengurangi fokus pendeteksian. Setelah proses pengolahan citra selesai dilakukan, kemudian akan dilakukan proses ekstraksi ciri dengan menggunakan Integral Proyeksi. Adapun proses ekstraksi ciri dilakukan dengan menjumlahkan nilai piksel baris 4 PILAR TEKNOLOGI, Volume 1 Nomor 1 Maret 2016

7 Analisis Kepadatan Lalu Lintas dengan kolom. Proses terakhir yang dilakukan adalah pengenalan pola dengan menggunakan Template Matching. Dimana terdapat 18 citra digunakan sebagai acuan untuk melakukan pengenalan pola, yang terdiri dari 3 citra kepadatan lalu lintas sepi pada pagi hari, 3 citra kepadatan lalu lintas ramai pada pagi hari, 3 citra kepadatan lalu lintas sepi pada siang hari, 3 citra kepadatan lalu lintas ramai pada siang hari, 3 citra kepadatan lalu lintas sepi pada sore hari,dan 3 citra kepadatan lalu lintas sore. Sebanyak 18 citra acuan terlebih dahulu disimpan ke dalam database. Kemudian setiap citra uji akan dibandingkan dengan citra acuan menggunakan rumus 1 [9]. lintas berdasarkan antrian kendaraan pada persimpangan Monjali. Pada persimpangan Monjali memiliki arus jalan dua lajur, sehingga untuk arus yang sebaliknya dilakukan pemotongan/cropping terlebih dahulu. Salah satu hasil pemotongan citra pada persimpangan Monjali ketika situasi jalan raya dalam keadaan sepi dapat dilihat pada Gambar 4. dist N 2 euclidean( l1, l2) = ( l1 i l2i) i= 1...(1) Perbandingan citra tersebut dihitung menggunakan rumus Euclidean Distance. Prosentase kecocokan dilakukan dengan mengalikan 100% terhadap hasil perhitungan menggunakan Euclidean Distance. Sedangkan untuk pengujian dilakukan dengan penghitungan akurasi. Dimana akan dibandingan jumlah citra yang dikenali dengan benar dengan jumlah keseluruhan citra yang diujikan, kemudian dikalikan dengan 100%. Dari perhitungan tersebut akan diketahui keberhasilan sistem dalam melakukan analisa kepadatan lalu lintas pada persimpangan bersinyal. Citra yang dikenali benar adalah citra yang dikenali dengan tepat oleh sistem terhadap citra acuan. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian untuk menganalisa kepadatan lalu lintas pada persimpangan Monjali telah mendapatkan hasil yang cukup baik. Karena dari beberapa pengujian menunjukkan hasil yang cukup baik, sehingga didapatkan juga akurasi sistem yang baik. Pada penelitian ini, objek yang dianalisa adalah kepadatan lalu Gambar 4. Citra Hasil Cropping Berdasarkan Gambar 4 dapat ditunjukkan bahwa daerah yang dideteksi adalah antrian kendaraan yang berada di belakang lampu lalu lintas. Setelah didapatkan daerah yang akan dianalisa, akan dilanjutkan pada tahapan pengolahan citra untuk peningkatan kontras, binerisasi dan penskalaan. Kemudian akan dilanjutkan proses ekstraksi ciri dan pengenalan pola dengan template matching. Untuk melakukan proses template matching, terlebih dahulu dilakukan penyimpanan citra acuan untuk digunakan pem banding pada proses template matching. Sebanyak 18 citra yang disimpan pada database yang digunakan sebagai acuan. Dimana sebanyak 60 citra uji akan dilakukan proses template matching menggunakan acuan pada 18 citra template. Sebanyak 60 citra yang digunakan untuk pengujian, diambil dari tiga waktu yaitu pagi, siang, dan sore. Dimana saat pagi hari akan Volume 1 Nomor 1 Maret 2016, PILAR TEKNOLOGI 5

8 Setiyo Daru Cahyono diujikan dua jenis citra yaitu citra pagi sepi dan citra pagi ramai. Perbandingan keberhasilan sistem dalam menganalisa kepadatan lalu lintas pada pagi hari dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Perbandingan Keberhasilan Analisis Kepadatan Lalu Lintas Waktu Pagi Jenis Citra Jumlah Citra Dikenali Sepi Dikenali Ramai Pagi Sepi Pagi Ramai Pada Tabel 1 telah disajikan perbandingan keberhasilan analisa kepadatan lalu lintas waktu pagi. Sebanyak 10 citra pagi sepi dapat dianalisa sepi sebanyak 10 citra, dan tidak ada citra yang dikenali ramai. Sedangkan sebanyak 10 citra pagi ramai dapat dianalisa ramai sebanyak 7 citra, dan sebanyak 3 citra yang dianalisa sepi. Kemudian untuk perbandingan keberhasilan sistem dalam menganalisa kepadatan lalu lintas pada siang hari dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Perbandingan Keberhasilan Analisis Kepadatan Lalu Lintas Waktu Siang Jenis Citra Jumlah Citra Dikenali Sepi Dikenali Ramai Siang Sepi Siang Ramai Tabel 2 telah menyajikan perbandingan keberhasilan analisa kepadatan lalu lintas waktu siang. Sebanyak 10 citra siang sepi dapat dianalisa sepi sebanyak 8 citra, dan dua citra yang dikenali ramai. Untuk 10 citra siang ramai dapat dianalisa ramai sebanyak 9 citra, dan satu citra yang dianalisa sepi. Sedangkan perbandingan keberhasilan sistem dalam menganalisa kepadatan lalu lintas pada sore hari dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Perbandingan Keberhasilan Analisis Kepadatan Lalu Lintas Waktu Sore Jenis Citra Jumlah Citra Dikenali Sepi Dikenali Ramai Sore Sepi Sore Ramai Untuk perbandingan keberhasilan analisa kepadatan lalu lintas waktu sore dapat dilihat pada Tabel 3. Sebanyak 10 citra sore sepi dapat dianalisa sepi sebanyak 8 citra, dan dua citra yang dikenali ramai. Untuk 10 citra sore ramai dapat dianalisa ramai sebanyak 7 citra, dan 3 citra yang dianalisa sepi. KESIMPULAN Penelitian untuk melakukan analisa kepadatan lalu lintas menggunakan Template Matching telah dilakukan. Dimana penelitian menggunakan 18 template sebagai acuan dan menghasilkan keberhasilan sistem yang cukup baik dalam menganalisa kepadatan lalu lintas. Adapun akurasi sistem dalam menganalisa kepadatan lalu lintas pada pagi hari sebesar 85%. Sedangkan akurasi sistem dalam menganalisa kepadatan lalu lintas pada siang hari juga sebesar 85%, dan akurasi sistem dalam menganalisa kepadatan lalu lintas pada sore hari sebesar 75%. Sehingga didapatkan akurasi total sistem dalam melakukan analisa kepadatan lalu lintas menggunakan Template Matching sebesar 81,67%. DAFTAR PUSTAKA Akbar, Y., Hidayat, B., Wibowo, SA Analisis Identifikasi Rambu-Rambu Lalu Lintas Dengan Pengolahan Citra Digital Menggunakan Metode Template Matching. Universitas Telkom. Andaruresmi, R., Rizal, A., Magdalena, R Identifikasi Tipe Wilayah Berbasis Pengolahan Citra Penginderaan Jarak 6 PILAR TEKNOLOGI, Volume 1 Nomor 1 Maret 2016

9 Analisis Kepadatan Lalu Lintas Jauh. Prosiding SENTIA. Politeknik Negeri Malang. Ansori, R., Pramadihanto, D., Ramadijanti, N Deteksi Kendaraan Bergerak Secara Real Time. Tesis. Institude Teknologi Sepuluh Nopember. Cahyo, T Aplikasi Pengubah Citra Nominal ke Bentuk Terbilang. Hadi, S., Samara, YR Deteksi Objek Kendaraan Pada Citra Dijital Jalan Raya Menggunakan Metode Visi Komputer. Universitas Pelita Harapan. Hidayano, A., Leksono, B., Isnanto, R Aplikasi Metode Template Matching untuk Klasifikasi Sidik Jari. Thesis. Universitas Diponegoro. Ljubesic, N., dkk Comparing Measures of Semantic Similarity. Kroasia. R, Anton., A, Cholis Jumlah Penduduk Indonesia Sudah 254,9 Juta, Laki-laki Lebih Banyak Dari Perempuan. hidayatullah.com/berita/nasional/ read/2015/11/20/83632/jumlahpendududari-perempuan.html/, diakses tanggal 5 April Wahyu, N Deteksi Kerusakan Jalur PCB Menggunakan Metode Template Matching. Skripsi. Universitas Dian Nuswantoro. Volume 1 Nomor 1 Maret 2016, PILAR TEKNOLOGI 7

10 ANALISIS VARIASI MEDIA PENDINGINAN PADA RADIATOR TERHADAP KINERJA LAJU PEMBUANGAN PANAS DENGAN KONVEKSI PAKSA Mustafa Dosen Fakultas Teknik Universitas Merdeka Madiun mustafa_unmer@yahoo.com Abstract Radiator plays an important role in automotive engines because it has a function to cool the engine. when the rain occurs, the radiator can work more optimum, because the fin and tube radiators have additional cooling. In connection with this background, the aim of our research in this time is to determine the effect of variation in the coolant radiator on the performance rate of heat dissipation by convection forced by the additional presence of water such as when rain occurs. The steps in the research method in this time is taking the data from the object of research in the laboratory, tabulation and data extraction, then represented the correlation between the speed rotary engine with the cooling in graphical form. The conclusion of this study is a machine that uses air and water coolant in the radiator has a lower temperature than the machines that use air coolant only, it because the rate of heat transfer coefficient is higher and the heat dissipation is lower. Keywords: air cooling, forced convection, radiator, water cooling Abstrak Radiator memegang peranan penting dalam mesin otomotif karena berfungsi untuk mendinginkan mesin. Pada saat hujan radiator dapat bekerja lebih optimum karena sirip dan tube radiator dapat mengalami penambahan pendinginan. Sehubungan dengan latar belakang tersebut maka tujuan penelitian kami kali ini adalah untuk mengetahui pengaruh variasi pendingin pada radiator terhadap kinerja laju pembuangan panas secara konveksi paksa dengan tambahan keberadaan media air seperti saat hujan terjadi. Adapaun langkah langkah metode penelitian pada kali ini yaitu pengambilan data dari obyek penelitian di laboratorium, tabulasi, ekstraksi data, dan merepresentasikan dalam bentuk grafik korelasi pendinginan dengan putaran mesin. Kesimpulan dari penelitian ini adalah mesin yang menggunakan pendingin udara dan air pada radiator memiliki temperatur yang lebih rendah dibandingkan menggunakan pendingin udara saja, hal ini disebabkan karena laju perpindahan panasnya yang lebih tinggi sedangkan koefisien pembuangan panas yang lebih rendah. Kata kunci : konveksi paksa, pendinginan air, pendinginan udara, radiator PILAR TEKNOLOGI: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Teknik Volume 1 Nomor 1 Maret 2016; ISSN :

11 Analisis Variasi Media Pendinginan pada Radiator PENDAHULUAN Radiator memegang peranan penting dalam mesin pembakaran bahan bakar, didalam silinder mesin menyalurkan energi panas ke dalam bentuk tenaga putar. Tetapi energi panas dari bahan bakar tidak sepenuhnya dapat dikonversikan ke dalam bentuk tenaga. Pembakaran bahan bakar didalam silinder menghasilkan panas yang tingg, jika tidak dilakukan pendinginan maka temperatur setiap bagian, terutama bagian silinder akan naik. Keadaan tersebut akan mengakibatkan kerusakan dinding ruang bakar karena terjadinya tegangan termal, kerusakan katup-katup, puncak torak, macetnya cincin torak, dan menguapnya minyak pelumas, sehingga cepat terjadi keausan pada torak dinding silinder. Bagian terpenting dari radiator adalah tube dan kipas radiator sebagai peralatan untuk mengalirkan/menghisap udara sebagai media pendingin. Kendaraan bermotor seperti mobil tidak mengenal cuaca, dimana saat kendaraan digunakan dapat mengalami kondisi hujan dan panas. Pada saat hujan radiator dapat bekerja lebih optimum karena sirip dan tube radiator dapat mengalami penambahan pendinginan. Untuk itu perlu dilakukan penelitian tentang variasi media pendinginan pada radiator terhadap kinerja laju pembuangan panas dengan konveksi paksa. SISTEM PENDINGIN AIR Mesin dengan pendingin air sebenarnya merupakan pendingin yang tidak langsung karena air sebagai fluida pendingin tersebut bertindak sebagai pendingin perantara. Sebenarnya mesin tersebut didinginkan oleh udara, hal ini disebabkan yang diserap oleh air pendingin itu dipindahkan ke udara atmosfir. Akan tetapi karena mesin langsung berhubungan dengan air maka disebut pendingin air. Sistem pendingin air dapat di bedakan menjadi dua macam, yaitu pendingin air dengan sirkulasi alami dan pendingin air dengan sirkulasi paksa. Pada sistem pendingin air dengan sirkulasi alami, sirkulasi air terjadi kerena perbedaan berat jenis air pendingin. Air panas berat jenisnya lebih kecil dan cenderung mengalir keatas. Sistem pendingin air dengan sirkulasi alami cocok untuk mesin-mesin stationer yang berdaya kecil dengan tangki air pendingin yang terletak di bagian atas lebih tinggi daripada silender motor. Pada sistem pendingin air dengan sirkulasi paksa, sirkulasi air pendigin dilakukan dengan air pendingin. Air pendingin yang panas keluar dari mesin melalui kepala silinder dan masuk kedalam radiator.selanjutnya,air itu didinginkan oleh udara yang mengalir melalui radiator,kemudian dialirkan kembali kedalam blok silinder.aliran udara melalui radiator di sebabkan oleh air,kecepatan gerak kendaraan,atau tali kipas udara.dalam sistem pendingin terdapat saluran untuk menghubungkan singkat (saluran bypass) thermostat dan lubang isap pompa air pendingin.apabila temperatur air pendingin di dalam blok silinder mencapai temperatur tertentu,thermostat akan membuka saluran air keradiator dan menutup saluran dari termostat kelubang isap pompa. Gambar 1. Radiator (Sumber :Reparasi Sistem Pendinginan Mesin Mobil, Drs. Daryanto ) Volume 1 Nomor 1 Maret 2016, PILAR TEKNOLOGI 9

12 Mustafa RADIATOR Radiator merupakan suatu alat penukar panas dimana aliran fluida panas (air) bersilangan tegak lurus dengan arah aliran fluida dingin (udara) dan kedua fluida tersebut tidak bercampur. Kedua fluida tersebut hanya mengalir sekali dalam saluran penukar panas atau biasa disebut single pass. Bagian utama radiator adalah inti radiator yang berupa sirip-sirip dan berkas pipa yang disusun diantara sirip-sirip tersebut. Fluida yang keluar dari mesin berupa air panas mengalir ke dalam inti radiator yang terdiri dari tabung-tabung yang mempunyai siripsirip pendingin radiator. Radiator pada mobil pada umumnya terpasang dibagian depan. Radiator berfungsi untuk mendinginkan air yang menjadi panas setelah beredar dalam mantel air pendingin pada mesin. Yang mempunyai dua tabung air, terletak di atas dan di bawah. Ditabung bagian atas terdapat lubang pengisian air, pipa pemasukan air dari mantel pembuangan dan di tabung bagian bawah terdapat kran pembuangan air, dan pipa penghubung kemesin. Suatu radiator terdiri dari ini bagianbagian sebagai berikut 1. Tabung air atas (upper tank) 2. Tabung air bawah (lower tank) 3. Sambungan selang atas 4. Sambungan selang bawah 5. Kisi-kisi ( tube ) 6. Sirip-sirip ( fin ) 7. Tutup radiator 8. Kran pembuang (drain cock) Gambar 2.Bagian bagian radiator (Sumber: ) PERPINDAHAN PANAS. 1. Perpindahan Panas Konduksi Perpindahan energy dari temperature tinggi ke temperature rendah. Suatu energi berpindah secara konduksi (conduction), laju perpindahan kalor dinyatakan sebagai : Q = k. A dt dx 2. Perpindaha Panas Konveksi Sebuah plat logam panas akan menjadi dingin lebih cepat, Apabila fluida diatas plat bergerak dengan kecepatan tertentu, maka kalor perpindah dengan cara konveksi, yang mana gradient suhu bergantung dari laju fluida membawa kalor. Sedangkan laju perpindahan kalor dipengaruhi oleh luas permukaan perpindahan kalo ( A ) dan beda suhu menyeluruh antara permukan bidang dengan fluida yang dapat dirumuskan sebagai berikut: Perpindahan panas konveksi tergantung pada vikositas fluida, disamping ketergantunganya terhadap sifat-sifat termal fluida, seperti: konduktivitas termal, kalor spesifik, dan densitas. Hal ini disebabkan karena viskositas 10 PILAR TEKNOLOGI, Volume 1 Nomor 1 Maret 2016

13 Analisis Variasi Media Pendinginan pada Radiator mempengaruhi laju perpindahan energi di daerah dinding. q = h. A (T W T) Dimana : q = perpindahan panas, Watt h = koefisien konveksi, Watt/m 2 K A = luas permukaan, m 2 T W = temperatur dinding, K T = temperatur fluida, K Konveksi paksa disebabkan karena adanya gaya pemaksa yang menyebabkan fluida bergerak dan mempunyai kecepatan. Pada peralatan otomotif menggunakan sisitem konveksi paksa. Rumus Empiris untuk aliran dalam pipa/ tabung : Gambar 3. Perpindahan kalor menyeluruh dinyatakan dengan beda suhu limbak (Sumber : Holman J.P.1995) Besarnya perpindahan kalor yang terjadi pada suatu penampang/saluran yang berbentuk pipa/tabung dapat dinyatakan dengan beda suhu limbak (bulk temperature): q = m.cp(tb 2 Tb 1 ) = h.a(tw Tb) m = ρ.um.a 1. Perpindahan Panas Radiasi Teori thermodinamika bahwa radiator ideal memancarkan energy dengan laju yang sebanding pangkat empat suhu absolut benda tersebut dan berbanding langsung pada luas permukaan yang dapat dirumuskan : q = s A T 4 HIPOTESA Bahwa penggunaan radiator standart menggunakan pendingin udara dan air dapat meningkatkan kinerja pembuangan panas secara konveksi paksa lebih baik dibandingkan radiator standar menggunakan pendingin udara pada kendaraan mazda METODE PENELITIAN Variabel Penelitian Variabel Bebas. Variabel bebas meliputi Variabel bebasnya adalah: Temperatur Masuk (T in ), Temperatur Keluar (T out ), Temperatur udara di depan radiator (T inrad ), Temperatur udara dibelakang radiator (T outrad ) dan Temperatur Mesin (T m ), Laju Aliran ( Flowmeter ) Alat Pengujian dengan type mesin Mazda. Peralatan Pengujian : 1. Alat uji berupa type mesin mobil Mazda GLX 2000 cc, 2. Tachometer, 3. Flowmeter, 4. Thermometer, 5. Radiator Standart, 6. Premium, 7. Pendingan Udara (Fan) dan Air, 8. Radiator Modifikasi. Langkah langkah metode penelitian pada kali ini yaitu pengambilan data dari obyek penelitian di laboratorium, tabulasi, ekstraksi data, dan merepresentasikan dalam bentuk grafik korelasi pendinginan dengan putaran mesin. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa dilakukan pada bulan Januari tahun 2015 di laboratorium teknik mesin Universitas Merdeka Madiun. Suhu pada 30 ºC, kelembaban udara 60%. Data hasil pengujian diperoleh dengan menggunakan alat ukur pada pengambilan data seperti dibawah, maka data pengamatan ditabulasikan pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil Perhitungan Rata-Rata T, Cp, k, pr, ρ, μ pada radiator standart menggunakan pendingin udara Volume 1 Nomor 1 Maret 2016, PILAR TEKNOLOGI 11

14 Mustafa Rata-Rata T ρ CP µ K PR Tabel 2. Hasil perhitungan radiator standart menggunakan pendingin udara Tabel 3. Hasil Perhitungan Rata-Rata T, Cp, k, pr, ρ, μ pada radiator standart menggunakan pendingin udara dengan penambahan pendingin air ΔT ρ CP µ K PR Tabel 4. Hasil perhitungan radiator standart menggunakan pendingin udara dengan penambahan pendingin air 12 PILAR TEKNOLOGI, Volume 1 Nomor 1 Maret 2016

15 Analisis Variasi Media Pendinginan pada Radiator ANALISA GRAFIK Ilustrasi hubungan variasi pendinginan radiator terhadap temperatur air masuk dan air keluar seperti tampak pada Gambar 4. Ilustrasi Gambar 5. berikut ini menggambarkan hubungan pendinginan radiator terhadap temperatur udara masuk dan keluar radiator. Ilustrasi Gambar 6. Menggambarkan hubungan pendinginan radiator terhadap temperatur mesin. Ilustrasi Gambar 7. Menggambarkan hubungan variasi pendinginan radiator terhadap laju perpindahan panas. Ilustrasi Gambar 8. Menggambarkan hubungan variasi pendinginan radiator terhadap koefisien perpindahan panas. Gambar 4. Grafik hubungan pendingin radiator terhadap temperatur air masuk dan keluar Gambar 5 Grafik hubungan pendingin radiator terhadap temperatur udara masuk dan keluar radiator. Volume 1 Nomor 1 Maret 2016, PILAR TEKNOLOGI 13

16 Mustafa Gambar 6. Grafik hubungan pendinginradiator terhadap temperatur mesin Gambar 7.Grafik hubungan variasi pendingin radiator terhadap laju perpindahan panas Gambar 8. Grafik hubungan variasi pendingin radiator terhadap koefisien perpindahan panas 14 PILAR TEKNOLOGI, Volume 1 Nomor 1 Maret 2016

17 Analisis Variasi Media Pendinginan pada Radiator PEMBAHASAN 1. Hubungan variasi pendingin radiator terhadap temperatur air masuk dan keluar Berdasarkan dari analisa grafik menunjukan adanya peningkatan temperatur air masuk dan keluar dengan mengikuti pola yang sama, namun selisih antara temperaur air masuk dan temperatur air keluar pada pemanfaatan pendingin udara dan air lebih besar dibandingkan dengan hanya menggunakan pendingin udara pada pengujian radiator standart. Kondisi tersebut disebabkan oleh pendingin udara dan air lebih mampu membuang panas dibandingkan dengan hanya menggunakan pendingin udara. Dengan kondisi demikian, jika terjadi hujan, maka air hujan yang terhisap oleh kipas pendingin radiotor sangat membantu pendinginan air dan mesin. 2. Hubungan variasi pendingin radiator terhadap temperatur media pendingin masuk dan keluar Berdasarkan dari grafik diatas terlihat semakin besar putaran mesin, maka temperatur udara masuk melalui permukaan sirip dan tube radiator dan temperatur udara keluar radiator meningkat. Peningkatan temperatur ini mengikuti dengan pola yang sama, namun selisih antara temperaur udara masuk melalui permukaan sirip dan tube radiator,dengan temperatur udara keluar dari radiator pada pemanfaatan pendingin udara dan air lebih besar dibandingkan dengan hanya meng gunakan pendingin udara saja pada pengujian radiator standart. Kondisi demikian disebabkan oleh pendinginan udara dan air lebih mampu membuang panas, sehingga temperatur udara keluar radiator lebih tinggi dibandingkan dengan hanya menggunakan pendingin udara pada radiator standart. 3. Hubungan variasi pendingin radiator terhadap temperatur mesin Berdasarkan dari grafik diatas terlihat semakin besar putaran mesin, maka temperatur mesin meningkat. Peningkatan temperatur ini mengikuti pola yang sama, namun temperatur mesin menggunakan pendingin udara dan air lebih landai dan cenderung stabil dibandingkan dengan hanya menggunakan pendingin udara saja pada pengujian radiator standart. Temperatur mesin dengan memanfaatkan pendingin udara dan air memiliki pendinginan yang lebih sempurna, karena panas mesin yang dibawa oleh air pendingin menuju radiator, lebih dapat dibuang ke udara dibandingkan hanya menggunakan pendingin udara pada radiator. Sehingga pada saat hujan pendinginan mesin lebih sempurna yang diakibatkan oleh pembuangan panas pada radiator lebih sempurna pula. 4. Hubungan variasi pendingin radiator terhadap laju pembuangan panas Berdasarkan dari grafik diatas dimana terlihat semakin besar putaran mesin, maka laju pembuagan panas semakin meningkat meningkat. Peningkatan laju pembuagan panas ini mengikuti pola yang sama, namun laju pembuagan panas menggunakan pendingin udara dan air lebih tinggi dibandingkan dengan hanya menggunakan pendingin udara saja pada pengujian radiator standart. Kondisi demikian disebabkan oleh selisih temperatur udara masuk radiator dan keluar radiator mengunakan pendingin udara dan air lebih besar dibandingkan dengan selisih temperatur udara masuk radiator dan keluar radiator mengunakan pendingin udara saja. Selisih temperatur ini akan memperbesar jumlah panas yang mampu dibuang ke udara lingkungan. 5. Hubungan variasi pendingin radiator terhadap koefisien perpindahan panas Berdasarkan dari grafik diatas. dimana terlihat semakin besar putaran mesin, maka Volume 1 Nomor 1 Maret 2016, PILAR TEKNOLOGI 15

18 Mustafa laju pembuagan panas semakin meningkat. Peningkatan koefisien pembuangan panas ini mengikuti pola yang sama, namun koefisien pembuangan panas menggunakan pendingin udara dan air lebih rendah,dibandingkan dengan hanya menggunakan pendingin udara saja pada pengujian radiator standart. Kondisi demikian disebabkan oleh selisih temperatur udara masuk dan keluar menggunakan pendingin udara dan air lebih besar dibandingkan dengan pendingin udara saja. Selisih dari temperatur ini berfungsi sebagai pembagi pada persamaan koefisien pembuangan panas. KESIMPULAN 1. Menggunakan pendingin udara dan air pada radiator memiliki temperatur mesin lebih rendah dibandingkanmenggunakan pendingin udara. 2. Menggunakan pendingin udara dan air pada radiator memiliki laju pembuangan panas lebih tinggi dibandingkan menggunakan pendingin udara. 3. Menggunakan pendingin udara dan air pada radiator memiliki koefisien pembuangan panas lebih rendah dibandingkan menggunakan pendingin udara. Daryanto, Reparasi Sistem Pendinginan Mesin Mobil, Jakarta Departemen Teknik Mesin Universitas Indonesia, Jakarta Handoyo E. H., Pengaruh Kecepatan Aliran Terhadap Efektivitas Shell-and-Tube Heat Exchanger, Jurnal Teknik Mesin Vol. 2, No. 2, 2000 Holman J. P., Perpindahan Kalor, Jakarta : Penerbit Erlangga, Incropera, F.P. and D.P. DeWitt, Fundamentals of Heat Transfer, New York: John Wiley & Sons, Koestoer, R. A. dan Zulkifli, Perpindahan Kalor Konveksi, Laboratorium Perpindahan Kalor Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Jakarta, Murti M. R., Laju pembuangan panas pada radiator dengan fluida campuran 80 % Air dan 20 % RC pada rpm konstan, Jurnal Teknik Mesin Cakram, Vol. 2 No. 1, Toyota Astra Motor, PT., New Step 1 Training Manual, Toyota Service Training, Jakarta, DAFTAR PUSTAKA Ariyanto, H., Pengaruh Kecepatan Aliran Fluida Masuk Terhadap Efektivitas Heat Exchanger Model Shell And Tube, Tugas Akhir no , Jurusan Teknik Mesin UK Petra, Cengel, Y. A., Introduction to Thermodynamics and Heat Transfer, New York: McGraw Hill, PILAR TEKNOLOGI, Volume 1 Nomor 1 Maret 2016

19 EVALUASI PELAKSANAAN PROYEK PEMBANGUNAN RUANG KELAS MIN TIRAK DENGAN METODE NILAI HASIL Lyya Supriono * Staf Pengajar Fakultas Teknik Universitas Merdeka Madiun Abstract There are many constraint in every construction project occur in finishing process, because of that, it needs to held weekly evaluation to see the working process, is it getting delay or fast. By the evaluation we can know the constraint early so it can be done the anticipation in well. The method uses to evaluated construction project the new class room in MIN Tirak is result value method. From the evaluation it can be concludes that the project has benefit by the benefitial Rp ,00. The value of SPI=1 so the project run as the schedule planed or can be said on schedule. Key word: cost, project evaluation, time, value result method PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pembangunan dibidang kontruksi antara satu proyek dengan proyek yang lain memiliki kendala yang berbeda. Begitu pula dengan proyek pembangunan Ruang kelas MIN tirak tak lepas dari kendala dan resiko yang harus dihadapi. Setiap kendala dan hambatan tentunya akan sangat berpengaruh terhadap kelangsungan pelaksanaan proyek tersebut. Untuk mengatisipasi hal tersebut maka perlu dilakukan evaluasi disetiap minggu atau bulannya agar terpantau apakah suatu pekerjaan mengalami keterlambatan atau percepatan. Waktu pelaksanaan tentu akan mempengaruhi biaya. Semakin lama pelaksanaan tentunya akan semakin banyak dana yang harus dikeluarkan. Untuk mengontrol penggunaan dana maka dengan itu dilakukan evaluasi yang berhubungnan dengan waktu dan biaya dengan metode nilai hasil. Metode nilai hasil adalah memiliki beberapa indicator diantaranya adalah ACWP, BCWP dan BCWS. 2. Rumusan Masalah Yang menjadi rumusan masalah dalam pelaksanaan pekerjaan ini adalah sebagai berikut: a. Apakah proyek menguntungkan? b. Berapa lama waktu penyelesaian proyek? 3. Tujuan Yang menjadi tujuan masalah dalam pelaksanaan pekerjaan ini adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui proyek mengun tungkan atau tidak. b. Untuk mengetahui waktu penyelesaian proyek. PILAR TEKNOLOGI: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Teknik Volume 1 Nomor 1 Maret 2016; ISSN :

20 Lyya Supriono 4. Batasan Masalah Yang menjadi batasan masalah dalam pelaksanaan pekerjaan ini adalah sebagai berikut: a. Obyek yang dijadikan penelitian adalah pembangunan ruang kelas MIN Tirak. b. Melakukan analisis hanya pada waktu dan biaya dengan metode nilai hasil. LANDASAN TEORI 1. Manajemen Proyek Manajemen Proyek adalah kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, meng arahkan dan mengendalikan sumberdaya organisasi perusahaan untuk mencapi tujuan tertentu dalam waktu tertentu dengan sumber daya tertentu (Budi Santoso, 1997). 2. Metode Nilai Hasil Metode yang berfungsi untuk mengendalikan waktu dan biaya pelaksanaan kontruksi. Metode ini dapat memberikan gambaran nilai akhir biaya yang harus dikeluarkan dan waktu penyelesaian proyek. a. Biaya Aktual Actual Cost of Work Perform (ACWP) yaitu Variabel yang menyatakan pengeluaran actual dari pekerjaan yang sudah dikerjakan sampai waktu tertentu b. Nilai Hasil Bugdeted Cost of Work Performanced (BCWP) Variabel yang menyatakan jumlah biaya yang dikeluarkan untuk pekerjaan yang sudah dikerjakan. c. Jadwal Anggaran Budgeted Cost of Work Schedule (BCWS) yaitu variable yang menyatakan besarnya biaya yang dianggarkan untuk pekerjaan yang dijadwalkan untuk satu periode tertentu dan ditetapkan dalam anggaran d. Varians Biaya dan Jadwal Terpadu Varians Biaya/Cost Varians (CV) dan Varians Jadwal/Schedule Varians (SV) menurut Iman Suharto, 1997., Dirumuskan sebagai berikut: Varians Biaya(CV)=BCWP ACWP(2.1) Varians Jadwal(SV)= CWP BCWS( 2.2) Kriteria untuk kedua indikator tersebut diatas baik itu CV (Cost Varians) maupun SV (Schedule Varians) ditabelkan oleh Iman Soeharto seperti tersebut dibawah ini: Tabel 2.1 Analisa Varians Terpadu CV SV Indikasi nol nol On schedule, on cost positif nol On schedule, under cost negatif nol On schedule, over cost nol positif negatif nol positif negatif positif negatif positif negatif negatif negatif Sumber: Iman Suharto, 1997:273 A head schedule, on cost A head schedule, under cost A head schedule, over cost Behind schedule, on cost Behind schedule, under cost Behind schedule, over cost e. Indeks Produktivitas dan Kinerja Indek kinerja biaya dan waktu menggunakan rumus sebagai berikut: Indeks Kinerja Biaya (2.3) 18 PILAR TEKNOLOGI, Volume 1 Nomor 1 Maret 2016

21 Evaluasi Pelaksanaan Proyek Pembangunan Ruang Kelas Indeks Kinerja Jadwal (2.4) f. Perkiraan waktu dan biaya penyelesaian proyek Perkiraan waktu dan biaya dicari dengan dengan rumus sebagai berikut: (2.5) (2.6) Kurva S Kurva S berisi tentang progres pekerjaan yang telah dicapai selama pekerjaan kontruksi berlangsung. Kurva S merupakan cara termudah untuk melihat kemajuan suatu pekerjaan. METODE PENELITIAN 1. Metode Penelitian Jenis metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah deskritif kuantitatif yaitu mempergunakan data yang terukur. Sedangkan deskritif yaitu dengan memberikan penjelasan tentang masalah yang terkait dengan hasil pengolahan data. 2. Pengumpulan Data Pengumpulan data dari pihak pengawas berupa rencana anggran biaya, Laporan mingguan, laporan bulanan, schedule dan data akuntansi proyek MIN Tirak. 3 Teknik Pengumpulan Data Memperoleh data laporan mingguan, bulanan dan Schedule dari konsultan pengawas 4. Tahap dan Prosedur Penelitia a. Studi literature b. Mengitung ACWP, BCWP, BCWS c. Menghitung CV,SV, CPI, SPI, ETC d. Menghitung EAC e. Pembahasan f. Kesimpulan g. Saran PEMBAHASAN Waktu pelaksanaan proyek maksimal hingga 12 minggu. Jika melebihi batas waktu yang telah ditentukan maka akan ada sangksi yang diberikan kepada kontraktor. Untuk itu dilakukan evaluasi dengan metode nilai hasil. Dengan indicator yang ada maka diperoleh hasil sebagai berikut: 4.1 Tabel perhitungan BCWP MGG BCWP BCWP Kom Sumber: Hasil olahan BCWP diperoleh Rp , Tabel perhitungan BCWS MGG BCWS BCWS Kom Volume 1 Nomor 1 Maret 2016, PILAR TEKNOLOGI 19

22 Lyya Supriono MGG BCWS BCWS Kom Sumber: Hasil olahan BCWP diperoleh Rp , Tabel perhitungan ACWP MGG ACWP ACWP Kom Sumber: Hasil olahan ACWP diperoleh Rp , Tabel Rekapitulasi Nilai SPI, CPI MINGGU KE CPI SPI 1 0,92 1,1 2 1,22 1,8 3 1,16 1,4 MINGGU KE CPI SPI 4 1,15 1,4 5 1,13 1,4 6 1,11 1,1 7 1,16 1,4 8 1,14 1,5 9 1,13 1,4 10 1,11 1,3 11 1,12 1,1 12 1,04 1,0 Sumber: Hasil olahan Idek kinerja Biaya pada minggu pertama pengeluran lebih besar dari rencana, sedangkan pada minggu berikutnya hingga minggu ke dua belas pengeluaran lebih kecil dari anggaran yang telah ditentukan. Sedangkan untuk indek kinerja waktu menunjukan bahwa pengerjaan lebih cepat dari rencana dari minggu pertama hingga minggu ke sebelas. Sedangkan minggu ke dua belas tepat sesuai dengan schedule rencana 4.5. Tabel Rekapitulasi Nilai CV, SV CV SV PILAR TEKNOLOGI, Volume 1 Nomor 1 Maret 2016

23 Evaluasi Pelaksanaan Proyek Pembangunan Ruang Kelas Sumber: Hasil olahan Pada minggu pertama pekerjaan selesai lebih cepat dari pada rencana dengan menelan biaya di atas anggaran., sedangkan pada minggu ke dua hingga minggu ke sebelas pekerjaaan terlaksana lebih cepat dari pada jadwal dengan biaya lebih kecil dari pada anggaran, untuk minggu ke dua belas pekerjaan selesai lebih lambat dan menelan biaya yang lebih kecil Tabel Rekapitulasi Nilai ETC, EAC ETC EAC Sumber: Hasil olahan Nilai Perkiraan biaya hingga akhir sebesar Rp ,00 KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Hasil dari analisis data diatas dapat disimpulkan bahwa: a. Biaya yang harus dikeluaarkan hingga akhir pekerjaan adalah Rp , b. SPI sama dengan satu menunjukkan bahwa penyelesaian proyek on schedule 2. Saran Agar pengendalian dapat berjalan secara efektif maka tidak hanya dibutuhkan manajemen yang baik tapi juga membutuhkan tenaga ahli yang harus dipersiapkan DAFTAR PUSTAKA Karnila, Analisis Nilai Hasil Terhadap Biaya pada Proyek Kontruksi (Studi kasus Pada Proyek Pembangunan Gedung Perkuliahan Fispol Universitas Gajah Mada Yogyakarta. M. Fauzan Mawardi. Evaluasi Kemajuan Proyek Dengan Metode Nilai Hasil Proses Pengendalian Kinerja Waktu dan Biaya Santoso Budi, Manajemen Proyek, Guna darma, Surabaya. Suharto, Iman, (1995), Manajemen Proyek : Dari Konseptual sampai Operasional, Erlangga, Jakarta. Simanjuntak P., Gray C.,dkk, Pengantar Evaluasi Proyek. Jilid II, Penerbit Gramedia Pustaka, Jakarta. Soedrajat, Sastramadja Analisa (Cara Modern) Anggaran Biaya Pelaksanaan, Penerbit Nova, Bandung. Tarore H., Analisis Sistem Rekayasa Konstruksi (ASREKO). Sam Ratulangi University Press, Manado. Yohanes L.D. Adianto, Ali Maliki, Wisnu Prasetyo. Analisis Biaya dan Waktu Optimal pada Proyek Ruko Paskal Hypersquare dengan Least Cost Scheduling. Volume 14, No. 1 Edisi XXXIV Pebruari Volume 1 Nomor 1 Maret 2016, PILAR TEKNOLOGI 21

24 IMPLEMENTASI DAN ANALISIS SEMANTIC RELATION ANTAR KATA DALAM BAHASA INGGRIS MENGGUNAKAN PENDEKATAN PATH BASE Eldita Febrian Selfiendi 1 & Moch. Arif Bijaksana. 2 1 Mahasiswa Teknik Informatika, Universitas Telkom 2 Dosen Teknik Informatika, Universitas Telkom 1 eldita@student.telkomuniversity.ac.id 2 arifbijaksana@telkomuniversity.ac.id Abstract Today a lot of data in text in world. The large number of data in text make amount of research data text increases. To produce research data text with accurate result required some things one is semantic relation. Semantic relation is relatedness between words based on the relationships that owned by those word. Calculation on semantic relation can solved using path base approach. Path representation semantic relation in graf. In this research built a system that calculate semantic relation using path base approach. This system calculations involving influence of the number of text relationship,depth and combination weights and depth. Based on test results showed that using path base generated weak correlation, amount of relation can increase correlation and highest correlation occurred in calculation using weight and depth. Keywords: depth, graph, path base, semantic relation and weight Abstrak Dewasa ini banyak data berbentuk teks dalam bahasa Inggris.Banyaknya jumlah data tersebut mengakibatkan jumlah penelitian tentang data teks meningkat.untuk menghasilkan penelitian data teks dengan hasil yang akurat dibutuhkan beberapa hal salah satunya semantic relation.semantic relation adalah keterkaitan antar kata berdasarkan relasi yang dimiliki oleh kata tersebut.perhitungan pada semantic relation dapat diselesaikan dengan menggunakan pendekatan path base. Path base memodelkan semantic relation menggunakan graf. Pada penelitian ini dibangun sistem yang menghitung semantic relation dengan menggunakan pendekatan path base. Sistem ini melakukan perhitungan dengan melibatkan pengaruh jumlah jenis relasi kata, kedalaman serta kombinasi bobot dan kedalaman pada graf. Berdasarkan hasil pengujian menunjukan bahwa perhitungan dengan menggunakan path base dihasilkan korelasi lemah, semakin banyak relasi maka hasil korelasi akan semakin meningkat serta perhitungan dengan korelasi tertinggi didapatkan dengan menggunakan kombinasi bobot dan kedalaman. Kata Kunci: bobot, graf, kedalaman, path base dan semantic relation.. PILAR TEKNOLOGI: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Teknik Volume 1 Nomor 1 Maret 2016; ISSN :

25 Implementasi dan Analisis Semantic Relation PENDAHULUAN Dewasa ini semakin banyak data yang termuat dalam bentuk teks.banyaknya data tersebut membuat penelitian tentang data teks semakin meningkat.contohhnya Word Sense Ambiguation, Semantic Information Retrieval, Text Clustering dan Semantic Text Relatedness.Untuk menghasilkan hasil yang memiliki akurasi yang baik penelitian tersebut membutuhkan perhitungan semantic relation antar kata. Saat ini proses tersebut dialakukan dengan cara mengambil data keterkaitan antar kata yang telah didefinisikan oleh ahli. Data tersebut memiliki kekurangan yaitu tidak memiliki acuan ukuran yang sama antar ahli. Semantic relation adalah keterkaitan sepasang kata berdasar relasi kata yang dimilikinya.relasi tersebut dapat berupa hipernim, hiponim, meronim serta holonim. Terdapat beberapa pendekatan untuk membangun semantic relation antar kata salah satunya adalah path base.pendekatan ini merepresentasikan hubungan antar kata dalam bentuk graf dengan node sebagai kata atau sense dan edge sebagai relasi antar kata atau sense.semantic relation antar kata dihitung dengan cara mengalikan bobot pada edge dan kedalaman node sebuah jalur yang terbentuk. Path base melakukan perhitungan berdasarkan hierarki antar kata atau sense dalam knowledge base. Pada penelitian ini dikembangkan sistem yang dapat mengitung semantic relation antar kata dalam Bahasa Inggris. Penelitian ini juga melakukan pengamatan pengaruh jumlah jenis relasi kata yang digunakan, bobot dan kedalaman terhadap hasil perhitungan yang didapatkan.digunkan Bahasa Inggris dikarenakan Bahasa Inggris adalah bahasa yang banyak digunakan di dunia.selain itu, Bahasa Inggris juga telah memiliki knowledge base yang lengkap yaitu WordNet.WordNet merupakan knowledge base yang sudah banyak digunakan untuk penelitian dalam bidang text mining dan memiliki library yang bisa langsung ditambahkan pada sistem. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan pendahuluan yang telah dijelaskan sebelumnya, maka rumusan masalah yang dipaparkan pada penelitian ini adalah 1. Bagaimana menghitung semantic relation antar kata(noun) dalam bahasa Inggris pada suatu pasangan kata? 2. Bagaimana pengaruh jumlah relasi, kedalaman dan kombinasi bobot dan kedalaman terhadap hasil perhitungan menggunakan pendekatan path base? DASAR TEORI 1. Semantic Relation Semantic relation mendefinisikan asosiasi antar konsep.asosiasi itu dapat berupa classical relation seperti hypernemy, hyponomy, meronymy, antonomy, synonymy dan implicit connection. Asosiasi tersebut didapatkan dari deskripsi konsep tersebut yang telah ada pada knowledge source[11]. Hipernim merupakan relasi yang menunjukan apabila kata yang pertama memiliki tingkatan yang lebih tinggi dari kata berikutnya.contoh hipernim dari car adalah machine. Hiponim merupakan relasi yang terjadi apabila kata pertama merupakan subclass dari kata berikutnya.contoh hiponim dari device adalah machine.meronim merupakan relasi yang menunjukan bahwa kata yang pertama lebih umum dari pada kata berikutnya.contoh meronim laptop adalah microprocessor.holonim adalah relasi yang berlawanan dengan meronim. Contoh holonim dari central processing unit adalah laptop[3,4]. Terdapat beberapa penelitian yang dijadikan acuan untuk melakukan penelitian Volume 1 Nomor 1 Maret 2016, PILAR TEKNOLOGI 23

26 Eldita Febrian Selfiendi & Moch. Arif Bijaksana tentang semantic relation yaitu penelitian yang telah dilakukan oleh Rada et al.(1989) dan Susna (1993). Penelitian Rada et al.(1989) melakukan perhitungan keterkaitan antar kata dengan cara mekalkulasi panjang length antar node. Penelitian Susna (1993) melakukan perhitungan keterkaitan antar kata dengan menggunakan representasi graf.penelitian ini menggunakan graf yang berbobot. Perhitungan dilakukan dari dua arah dari node awal ke node akhir dan sebaliknya[2,8,10]. Dewasa ini semantic relation banyak digunakan untuk Natural Language Processing (NLP) application. Contohnya Word Sense Ambiguation, Semantic Information Retrieval, Finding real spelling errors dan computing lexical chain[2]. 2. Path Base Path baseadalah sebuah metode yang memodelkan semantic relation dalam bentuk graf. Graf digunakan untuk melakukan per hitungan keterkaitan antar kata.node merupakan representasi dari word dan sense sedangkan edge merupakan representasi relasi antar kata dalam WordNet. Bobot graf yang digunakan pada penelitian ini mengacu pada probability of occurrences yang diciptakan oleh Song et al (2004). Bobot graf yang digunakan adalah sebagai berikut : Tabel 2.1 Probability Of Occurrence WordNet 2.0 Edge Type Probability of Occurence Hypernym / Hyponym 0.61 Part Meronym / Holonym Perhitungan menggunakan path base dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu perhitungan menggunakan bobot, per hitungan menggunakan kedalaman dan gabunagan perhitunagan menggunakan bobot dan kedalaman. Perhitungan menggunakan bobot yang disebut SCM dilakukan dengan cara mengalikan bobot edge yang ada pada jalur antar kedua kata tersebut. Jika terdapat lebih dari satu jalur maka akan dipilih hasil perkalian bobot yang terbesar. SCM dapat dirumuskan sebagai berikut (S, O, P) = Πli=1wi (2.1) Keterangan w = bobot pada edge yang dilalui. Perhitungan menggunakan kedalaman yang biasa disebut dengan SPE dilakukan dengan cara mengalikan kedalaman jalur yang dimiliki antar kedua kata. Jika terdapat lebih dari satu jalur maka akan dipilih hasil perkalian terbesar. SPE dapat dirumuskan sebagai berikut : (2.2) Keterangan d = kedalaman node yang dilalui dmax = kedalaman dari maksimum WordNet yaitu 15 Perhitungan menggunakan kombinasi antara bobot dan kedalaman dilakukan dengan cara mengalikan hasil perhitungan bobot dan hasi perhitungan kedalaman. Jika terdapat lebih dari satu jalur maka akan dipilih hasil perkalian terbesar. Perhitungan ini dapat dirumuskan sebagai berikut SCM.SPE = {(S, O, P) (S, O, P) (2.3) [6,7,11] 3. WordNet WordNet adalah sebuah knowledge base yang biasa digunakan untuk penelitian keterkaitan leksikal.wordnet merupakan kamus elektronik tentangnoun, verbs, adjectives, dan adverbs yang dikembangkan 24 PILAR TEKNOLOGI, Volume 1 Nomor 1 Maret 2016

27 Implementasi dan Analisis Semantic Relation di Pricenton University. WordNet memiliki noun, verb, adjective dan adverb.wordnet menyajikan data kata dalam bentuk synonym set (synset/sense). Sense merupakan kumpulan kata yang memiliki makna sejenis.terdapat kemungkinan satu kata memiliki beberapa sense dikarenakan terdapat beberapa kata yang memiliki banyak makna.setiap sense memiliki gloss. Gloss adalah contoh kalimat yang digunakan untuk memperjelas suatu synset [1,4,8,12] Contoh sense pada WordNet adalah sebagai berikut, kata computer pada WordNet memiliki 2 sense.sense pertama computer = { computing machine, computing device, data processor, electronic computer, information processing system } dengan gloss (a machine for performing calculations automatically). Sense kedua computer = {calculator, reckoner, figurer, estimator, computer } dengan gloss(an expert at calculation (or at operating calculating machines)[4]. Pada WordNet disediakan relasi antar kata berdasarkan sense kata tersebut. Relasi yang terdapat pada WordNet adalah hipernim, hiponim, meronim, holonim dan antonim. Contoh hipernim computer pada sense pertama adalah {machine, device, instr umentality:instrumentation, artifact:artifact, whole:unit, object, entity}. Contoh hiponim computer pada sense pertama adalah analog computer, digital computer. Contoh meronim computer pada sense pertama adalah keyboard, bus, microchip[4] METODE PENELITIAN Pada penelitian ini dibangun sebuah sistem yang dapat melakukan perhitungan hubungan relasi antar kata benda dalam bahasa Inggris. Sistem ini menerapkan semantic relation dengan pendekatan pathbase. Gambaran umum sistem ini adalah sebagai berikut Gambar 3. 1 Gambaran Umum Sistem Masukan sistem adalah sepasang kata Bahasa Inggris.Sistem membuat graf berdasar pada hierarki kata tersebut pada WordNet. Setelah graf terbentuk sistem mencari jalur yang menghubungkan antara sepasang kata tersebut.sistem melakukan perhitungan semantic relation berdasar pada jalur yang telah terbentuk. Kemudian sistem melakukan pengecekan kondisi semua sense pada kata pertama telah dibandingkan dengan semua sense pada kata kedua, jika masih terdapat sense yang belum dibandingkan maka kembali pada proses pembentukan graf jika tidak system menampilkan hasil perhitungan dan proses selesai. 1. Pembuatan Graf Terdapat 2 jenis proses pembuatan graf pada penelitian ini, graf yang pertama Volume 1 Nomor 1 Maret 2016, PILAR TEKNOLOGI 25

28 Eldita Febrian Selfiendi & Moch. Arif Bijaksana adalah graf dengan relasi hipernim-hiponim dan graf yang kedua adalah graf dengan relasi hipernim-hiponim dan meronimholonim. Pembuatan graf dimulai dengan mendeklarasikan relasi dari kata pertama dan kedua. Proses deklarasi relasi dilakukan menggunakan library RiTa WordNet[5]. Proses selanjutnya adalah pembuatannode dan edge dengan bobot yang sesuai dengan relasi yang dimiliki kata tersebut. 2. Pencarian Jalur Jalur yang digunakan adalah jalur yang memiliki hasil perkalian terbesar dari bobot edge yang dilalui dari node kata pertama hingga node kata kedua. 3. Proses Perhitungan Pada penelitian ini dilakukan 3 jenis perhitungan semantic relation yaitu perhitungan secara SCM, SPE dan SCM.SPE. Setiap jalur yang tercipta dihutung semantic relation dengan SCM, SPE maupun SCM.SPE pada setiap jalur yang terbentuk. Setelah semua jalur telah dihitung maka akan dicari nilai terbesar dari masing masing perhitungan menggunakan SCM, SPE maupun SCM.SPE HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Pengujian Sistem Sistem ini diuji menggunakan data test wordsim353 semantic relatedness.wordsim353 semantic relatedness terdiri dari 252 pasang kata beserta nilai keterkaitan tiap pasang kata tersebut. Nilai keterkaitan antar kata atau yang biasa disebut dengan gold standart merupakan nilai yang dihasilkan dari pemikiran beberapa ahli. Contoh data test adalah pasangan kata planet constellation memiliki gold standart 8.06 [9]. Pada penelitian ini hanya diujikan 194 pasang kata dari data test dikarenakan terdapat kata pada data test yang tidak tersedia dan tidak memiliki hipernim yang lengkap pada library yang digunakan oleh penulis. Terdapat 2 pengujian yang dilakukan pada penelitian ini. Pengujian pertama dilakukan pada graf pertama sistem yaitu graf dengan relasi hipernim hiponim. Sistem diuji menggunakan data test untuk melakukan perhitungan semantic relation secara SCM, SPE maupun SCM.SPE. Pengujian kedua dilakukan pada graf kedua sistem yaitu graf dengan relasi hipernim hiponim dan meronim-holonim. Sistem diuji dengan data test untuk melakukan perhitungan semantic relation seperti pada pengujian pertama. Setelah didapatkan hasil perhitungan semantic relation secara SCM, SPE dan SCM.SPE baik dari graf pertama maupun graf kedua dilakukan perhitungan korelasi hasil perhitungan sistem dengan gold standart dengan bantuan Ms.Excel. Berikut adalah hasil perhitungan korelasi Tabel 3.1 Hasil KorelasI RELASI Hipernim- Hiponim Hipernim- Hiponim dan Meronim- Holonim PERHITUNGAN SCM SPE SCM.SPE Analisis Sistem Setelah dikembangkan sistem perhitungan semantic relation dan dilakukan pengamatan pengaruh jumlah relasi, kedalaman dan perpaduan bobot dan kedalaman terhadap hasil perhitungan maka pada pembahasan selanjutnya dilakukan analisis berdasarkan hasil pengujian. a. Analisis Pengaruh Relasi Berdasarkan hasil pengujian menunjukan bahwa perhitungan menggunakan relasi hipernim-hiponim dan meronim-holonim menghasilkan korelasi yang lebih tinggi baik menggunakan SCM, SPE maupun SCM.SPE. 26 PILAR TEKNOLOGI, Volume 1 Nomor 1 Maret 2016

29 Implementasi dan Analisis Semantic Relation Hal ini disebabkan semakin banyak relasi yang terbentuk maka jalur yang terbentuk akan semakin banyak sehingga memungkinkan menghasilkan perhitungan dengan korelasi yang lebih baik. b. Analisis Pengaruh Kedalaman Berdasar hasil pengujian menunjukan bahwa perhitungan menggunakan SPE memiliki korelasi yang lebih tinggi dibandingkann dengan SCM baik menggunakan relasi hipernim-hiponim maupun hipernimhiponim dan meronim-holonim.perhitungan SPE dapat lebih baik jika dibandingkan dengan SCM dikarenakan jika terdapat dua pasangan kata yang memiliki jumlah edge yang sama namun memiliki tingkat kedalaman yang berbeda akan menghasilkan perhitungan yang berbeda. c. Analisis Pengaruh Bobot dan Kedalaman Berdasar hasil pengujian perhitungan SCM.SPE memiliki korelasi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan SCM dan SPE baik pada relasi hipernim-hiponim maupun relasi hipernim-hiponim dan meronim-holonim. Perhitungan dengan menggunakan SCM. SPE menghasilkan korelasi yang paling tinggi dikarenakan perhitungan ini selain memperhatikan jarak juga memperhatikan kedalaman jalur yang dilewati. Jika terdapat jalur dengan panjang jalur yang sama maka sistem akan memilih jalur yang memiliki hasil perkalian bobot dan kedalaman yang paling besar. d. Analisis Pengaruh Korelasi Berdasarkan hasil pengujian korelasi terbesar yang didapatkan adalah Hasil korelasi tersebut tergolong dalam korelasi lemah. Didapatkan hasil korelasi lemah pada penelitian ini dikarenakan penelitian ini menggunakan pendekatan path dengan relasi hipernim, hiponim, meronim dan holonim. Pendekatan path hanya mengandalkan jalur taksonomi dari kata untuk melakukan perhitungan, jika jalur yang menghubungkan kedua kata tersebut menghasilkan perhitungan yang kecil maka hasil keterkaitan kata tersebut juga kecil begitu pula sebaliknya. PENUTUP 1. Simpulan Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa korelasi yang dihasilkan dengan menggunakan path base tergolong dalam korelasi lemah. Semakin banyak jenis relasi kata yang digunakan maka menghasilkan perhitungan korelasi yang semakin tinggi. Perhitungan semantic relation dengan memperhatikan pengaruh bobot dan kedalaman menghasilkan korelasi yang paling baik dari pada perhitungan dengan menggunakan bobot maupun kedalaman saja. 2. Saran Berikut ini adalah beberapa saran untuk pengembangan penelitian ini lebih lanjut a. Penelitian selanjutnya menggunakan semua relasi yang dimiliki oleh kata. b. Penelitian selanjutnya menggunakan semua POS(Part Of Speech) tidak hanya noun. DAFTAR PUSTAKA Agirre Eneko, Alfonseca Enrique, Hall Keith, Kravalova Jana Marius,Pasca, Soroa Aitor. (2007). A Study on Similarity and Relatedness Using Distributional and WordNet-based Approaches. IXA NLP Group, University of the Basque Country Budanitsky Alexander, Hirs Graeme.(2006). Evaluating WordNet-based Measures of Lexical Semantic Relatedness.Association for Computional Linguistics Volume 32 Number 1. Jurafsky, Dan dan Chirstopher Manning. WordNet Meaning and Similiarity. Volume 1 Nomor 1 Maret 2016, PILAR TEKNOLOGI 27

30 Eldita Febrian Selfiendi & Moch. Arif Bijaksana spark-public.s3.amazonaws.com/nlp/ slides/sem.pdf. diakses November 2015 Miller A,George et all. WordNet A Lexical database for English. princeton.edu/. diakses November 2015 Shiffman, Daniel. WordNet. net/teaching/a2z_2008/wordnet. diakses pada Oktober 2015 Tag Gon Kim Artificial Intelligence and Simulation. Korea. Tsatsaronis, G., & Iraklis varlamis & Michalis Vazirgianis. 2010). Text Relatedness Based on a Word Thesaurus. Journal of Artificial Intelligence Research 37(2010) 1-39 Wang, T., and Hirst, G Refining the notions of depth and density in WordNetbased semantic similarity measures. InProceedings of the 2011 Conference on Empirical Methods in Natural Language Processing, pp Stroudsburg, PA, USA: Association for Computational Linguistics WordSim353 - Similarity and Relatedness. diakses November 2015 Yazdani Majid, Popescu-Belis Andrei.(2013). Computing text semantic relatedness using the contents and linksof a hypertext encyclopedia.artificial Intelligence Zhang Ziki, Lisa Anna, Ciravegna Fabio.(2012). Recent advances in methods of lexical semantic relatedness a survey. Natural Language Engineering / Volume 19 / Issue 04 / October 2013, pp Zesch, T., and Gurevych, I. (2010). Wisdom of crowds versus wisdom of linguists measuring the semantic relatedness of words.natural Language Engineering16(1), PILAR TEKNOLOGI, Volume 1 Nomor 1 Maret 2016

31 KAJIAN EKONOMI PROYEK PENGADAAN DAN PERBAIKAN TULISAN ALUN-ALUN KABUPATEN NGAWI Laily Fatmawati 1) 1) Staf Pengajar Fakultas Teknik Universitas Merdeka Madiun, laily.fatmawati@gmail.com ABSTRACT Control and implementation of the project have to be done in the same time. Project control is done to make the project work in limited time, cost, and performace based on the planning. This research used the result value method that aims to know the value of the result that taken from out come, deviation that occured of schedule and cost, and projection of amount cost and time at the end of the implementation of the project. This research calculated ACWP, BCWP, BCWS, ACWP from the total of direct costs, indirect costs (month 1 to 10). Meanwhile, for 10 th month ACWP calculated from total of direct costs, indirect costs and taxes. Then, calculate CV, CPI, SPI, ETC to obtain the value of EAC. It can be inferred from the result of calculation that the implementation time is appropriate based on the prior plan and the implementation costs is less than the budget plan. Key word: Cost performance index, Cost variance, Earned value PENDAHULUAN Indonesia adalah negara berkembang yang terus menerus mengerjakan proyek konstruksi termasuk pengadaan dan perbaikan. Hal tersebut membutuhkan manajemen konstruksi dimana perencanaan dan pengendalian biaya dan waktu merupakan bagian darinya. Manajemen Konstruksi merupakan salah satu aspek penting yang sangat mempengaruhi biaya dan waktu, dalam pelaksanaan suatu proyek. Salah satu aspek yang ditinjau dari kajian manajemen konstruksi dalam kaitan percepatan pelaksanaan pekerjaan adalah sistem lembur (penambahan jam kerja), dan juga dengan sistem penambahan tenaga kerja. Langkah efisiensi dalam suatu proyek merupakan modal dalam pekerjaan sesuai jadwal yang telah ditentukan dengan jalan penentuan peralatan yang tepat serta penggunaan biaya dan waktu terampil dan efisien dalam melaksanakan pekerjaan suatu proyek (Ervianto, 2002). Pengendalian dilakukan seiring dengan pelaksanaan proyek. Pengendalian proyek dilakukan agar proyek tetap berjalan dalam batas waktu, biaya dan performa yang ditetapkan dalam rencana. Selain penilaian dari segi kualitas atau mutu, prestasi suatu proyek dapat pula dinilai dari segi biaya dan waktu.biaya yang telah dikeluarkan dan waktu yang digunakan dalam PILAR TEKNOLOGI: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Teknik Volume 1 Nomor 1 Maret 2016; ISSN :

32 Laily Fatmawati menyelesaikan suatu pekerjaan harus diukur secara kontinyu penyimpangannya terhadap rencana. Pengendalian juga sangat dibutuhkan karena adanya keterbatasan sumberdaya, biaya dan waktu dalam penyelesaian suatu proyek. Penelitian ini menggunakan metode nilai hasil yang bertujuan untuk mengetahui besarnya nilai hasil yang didapat dari biaya yang telah keluarkan, penyimpanganpenyimpangan yang terjadi dari segi jadwal maupun biaya, dan proyeksi jumlah biaya dan waktu pada akhir pelaksanaan suatu proyek. STUDI PUSTAKA 1. Metode Nilai Hasil Konsep dasar dari Metode Nilai Hasil dapat digunakan untuk menganalisis kinerja baik dari segi waktu dan biaya dan membuat prakiraan pencapaian sasaran. Indikatorindikator yang digunakan dalam menganalisis adalah Budgeted Cost of Work Scheduled (BCWS), Actual Cost of Work Performed (ACWP) dan Budgeted Cost of Work Performed (BCWP). a. Budgeted Cost of Work Scheduled (BCWS) BCWS merupakan anggaran biaya yang dialokasikan berdasarkanrencana kerja yang telah disusun terhadap waktu.bcws dihitung dari akumulasi anggaran biaya yang direncanakan untuk pekerjaan dalam periode waktu tertentu.bcws pada akhir proyek (penyelesaian 100%) disebut Budget at Completion (BAC). BCWS juga menjadi tolak ukur kinerja waktu dari pelaksanaan proyek.bcws merefleksikan penyerapanbiaya rencana secara komulatif untuk setiap paketpaket pekerjaan berdasarkan urutannya sesuai jadwal yang direncanakan. Dengan kata lain perhitungan anggaran menurut jadwal (BCWS) didapat dengan merencanakan seluruh aktifitas proyek berdasarkan metode konstruksi yang terpilih. BCWS ini dapat digambarkan seperti penjadwalan dengan metode kurva S. b. Actual Cost of Work Performed (ACWP) ACWP adalah representasi dari keseluruhan pengeluaran yang dikeluarkan untuk menyelesaikan pekerjaan dalam periode tertentu. ACWP dapat berupa komulatif hingga periode perhitungan kinerja atau jumlah biaya pengeluaran dalam periode waktu tertentu. Dan juga merupakan komulatif dari biaya pengeluaran langsung dan tidak langsung. c. Budgeted Cost of Work Performed (BCWP) BCWP adalah nilai yang diterima dari penyelesaian pekerjaan selama periode waktu tertentu. BCWP ini dihitung berdasarkan akumulasi dari pekerjaan-pekerjaan yang telah diselesaikan dikalikan dengan total anggaran/ nilai kontrak. Nilai BCWP ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus: BCWP = % Penyelesaian x Anggaran (1) 2. Varians Biaya dan Jadwal Menurut Soeharto (1995), suatu sistem pemantauan dan pengendaliandisamping memerlukan perencanaan yang realistis sebagai tolok ukur pencapaian sasaran, juga harus dilengkapi dengan metode yang dapat segera mengungkapkan tanda-tanda terjadinya penyimpangan. Dalam Metode Nilai Hasil ada dua varians yang digunakan yaitu CostVariance (CV) dan Schedule Variance (SV). a. Cost Variance (CV) CV merupakan selisih antara nilai yang diperoleh setelah menyelesaikan paketpaket pekerjaan dengan biaya aktual yang terjadiselama pelaksanaan proyek. CV positif menunjukkan bahwa nilai paketpaket pekerjaan yang diperoleh lebih besar dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk mengerjakan paket-paket pekerjaan tersebut. Sebaliknya nilai negatif menunjukkan bahwa nilai paket-paket pekerjaan yang 30 PILAR TEKNOLOGI, Volume 1 Nomor 1 Maret 2016

33 Kajian Ekonomi Proyek Pengadaan dan Perbaikan diselesaikan lebih rendah dibandingkan dengan biaya yang sudah dikeluarkan. b. Schedule Variance (SV) Schedule variance digunakan untuk menghitung penyimpangan antara BCWS dengan BCWP.Nilai positif menunjukkan bahwa paket-paket pekerjaan proyek yang terlaksana lebih banyak dibanding rencana. Sebaliknya nilai negatif menunjukkan kinerja pekerjaan yang buruk karena paket-paket pekerjaan yang terlaksana lebih sedikit dari jadwal yang direncanakan. Varians biaya dan jadwal dapat dihiutng dengan menggunakan rumus: CV = BCWP. ACWP (2) SV = BCWP. BCWS (3) Dimana: CV = Cost Variance SV = Schedule Variance 3. Indeks Produktivitas dan Kinerja Menurut Soeharto (1995) untuk mengetahui efisiensi penggunaan sumber daya, yang dinyatakan sebagai indeks produktivitas atau indeks kinerja. Indeks kinerja ini terdiri dari Indeks Kinerja Biaya (CPI) dan indeks Kinerja Waktu (SPI). Adapun rumusan Indeks kinerja yang dipakai adalah: Indeks Kinerja Biaya CPI = BCWP / ACWP (4) Indeks Kinerja Jadwal SPI = BCWP / BCWS (5) 4. Proyeksi Pengeluaran Biaya dan Jangka Waktu PenyelesaianProyek Menurut Soeharto (1995) membuat prakiraan biaya atau jadwal penyelesaian proyek berdasarkan atas indikator yang diperoleh saat pelaporan, akan memberikan petunjuk besarnya biaya pada akhir proyek dan prakiraan waktu penyelesaian proyek. Prakiraan prakiraan biaya atau jadwal amat bermanfaat karena memberikan peringatan dini mengenai hal-hal yang akan terjadi pada masa yang akan datang, bila kecenderungan yang ada pada saat pelaporan tidak mengalami perubahan. Pada pekerjaan tersisa dianggap kinerjanya tetap seperti pada saat pelaporan. Untuk menghitung prakiraan biaya untuk pekerjaan tersisa (ETC) dan proyeksi biaya akhir proyek (EAC) adalah: ETC = (BAC-BCWP) / CPI (6) EAC = ACWP + ETC (7) Dimana: BAC (Budget At Completion) = Anggaran proyek keseluruhan. CPI (Cost Performance Index) = Indek Kinerja biaya. SPI (Schedule Performance Index ) = Indek Kinerja Jadwal. ETC (Estimate to Completion) = Prakiraan biaya untuk pekerjaan tersisa. EAC (Estimate at Completion) = Prakiraan total biaya proyek. EAS (Estimate All Schedule) = Prakiraan total waktu proyek. METODE PENELITIAN 1. Tahap dan Prosedur Penelitiaan Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Tahap 1 Sebelum melakukan penelitian perlu dilakukan studi literatur untuk memperdalam ilmu yang berkaitan dengan topik penelitian. Kemudian menentukan rumusan masalah sampai dengan kompilasi data. Tahap 2 Menghitung biaya langsung, biaya tak langsung, pajak, dan total biaya konstruksi. Biaya langsung dihitung dari laporan harian proyek yang diuangkan. Dalam laporan tersebut terdapat kebutuhan pekerja, alat Volume 1 Nomor 1 Maret 2016, PILAR TEKNOLOGI 31

34 Laily Fatmawati dan material tiap harinya. Kemudian diakumulasikan dari minggu ke-1 sampai ke-10. Biaya tak langsung dihitung dari persentase terhadap biaya konstruksi. Pajak diestimasikan 10 persen dari total biaya langsung dan biaya tak langsung. Biaya total konstruksi dihitung dari penjumlahan biaya langsung dan biaya tak langsung serta ditambahkan dengan pajak. Pajak diestimasikan 10 persen dari total biaya langsung dan biaya tak langsung. Tahap 3 Menghitung ACWP, BCWP, BCWS, ACWP dihitung dari total biaya langsung, biaya tak langsung, (minggu ke-1 sampai ke- 10). Sedangkan untuk minggu ke-10 ACWP dihitung dari total biaya langsung, biaya tak langsung, dan pajak. BCWP dihitung dari bobot aktual terhadap seluruh pekerjaan dari nilai kontrak. BCWS dihitung dari bobot pekerjaan terhadap rencana anggaran biaya. Tahap 4 Menghitung CV, CPI, SPI, ETC dihitung dari selisih BCWP dengan ACWP. CPI dihitung dari perbandingan BCWP dengan ACWP. SPI dihitung dari BCWP dibagi dengan BCWS. ETC dihitung dari selisih BAC dengan BCWP, kemudian dibagi dengan CPI. Tahap 5 Menghitung EAC. EAC dihitung dengan meng gunakan rumus ACWP +ETC. Tahap 6 Pembahasan dan kesimpulan. Pembahasan menjelaskan tentang analisis perhitungan yang telah dilakukan. Setelah didapat hasilnya kemudian diambil keputusan untuk dituangkan ke kesimpulan. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Perhitungan ACWP Perhitungan ACWP dilakukan perhitungan dari minggu pertama sampai minggu ke 12 seperti terlihat pada Tabel 1. Tabel 1. Perhitungan Actual Cost of Work Performance (ACWP) Minggu ke ACWP ACWP Kumulatif Perhitungan BCWS Hasil Perhitungan BCWS Komulatif disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Perhitungan Budget Cost of Work Schedule (BCWS) Minggu ke BCWS BCWS Kumulatif PILAR TEKNOLOGI, Volume 1 Nomor 1 Maret 2016

35 Kajian Ekonomi Proyek Pengadaan dan Perbaikan 3. Perhitungan BCWP Budget Cost of Work Performance (BCWP) dihitung dari bobot aktual terhadap seluruh pekerjaan dikali dengan besarnya nilai kontrak, kemudian diakumulasikan tiap minggunya. Hasil perhitungan BCWP disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Perhitungan Budget Cost of Work Performance (BCWP) Minggu ke BCWP BCWP Komulatif Perhitungan CPI Cost Performance Index (CPI) dihitung dengan menggunakan Rumus CPI= BCWP ACWP Tabel 4. Perhitungan Cost Performance Index (CPI) CPI CPI KOM 0,04 0,04 2,39 1,22 2,38 1,61 0,99 1,33 CPI CPI KOM 1,13 1,28 0,02 1,01 0,61 0,93 0,31 0,88 0,06 0,77 1,23 0,79 0,89 0,8 12,46 1,04 Dari hasil hitungan minggu ke-36 terlihat nilai CPI sebesar 1.04 > 1. Maka dapat disimpulkan bahwa anggaran yang di keluarkan lebih kecil dari rencana. 5. Perhitungan SPI SPI bernilai 1 dapat diartikan bahwa pekerjaan berjalan sesuai dengan schedule yang telah di rencanakan atau tepat waktu. Tabel 5. Hasil Perhitungan SPI SPI SPI KOM 0,04 0,04 1,1 1,1 0,7 1,5 0,4 1,2 0,3 1,2 0,0 0,9 0,1 0,9 0,0 0,8 0,0 0,7 0,1 0,7 0,1 0,8 0,2 1,0 Volume 1 Nomor 1 Maret 2016, PILAR TEKNOLOGI 33

36 Laily Fatmawati 6. Perhitungan CV (Cost Varians) Tabel 5. Hasil Perhitungan Cost Varians Minggu ke BCWP Komulatif ACWP Komulatif CV Perhitungan ETC Estimation Temporary Cost (ETC) dihitung untuk mengetahui prakiraan biaya untuk pekerjaan yang tersisa. Dihitung dengan Rumus ETC= (BAC-BCWP) CPI Tabel 6. Hasil Perhitungan ETC BAC BCWP KUMULATIF CPI ETC , , , , , , , , , , , ,04-34 PILAR TEKNOLOGI, Volume 1 Nomor 1 Maret 2016

37 Kajian Ekonomi Proyek Pengadaan dan Perbaikan 8. Perhitungan EAC Prakiraan total biaya proyek dihitung menggunakan Rumus: EAC = AAAAAAAA + (BBBBBB BBBBBBBB) CCCCCC Hasil perhitungan EAC dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7.Perhitungan Estimation All Completion (EAC) Minggu ke EAC BAC Biaya yang harus dikeluarkan hingga proyek selesai 100% adalah sebesar Rp HASIL DAN PEMBAHASAN Kesimpulan Dari analisis yang dilakukan dengan metode nilai hasil maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Waktu pelaksanaan tepat waktu sesuai perencanaan awal 2. Biaya akhir proyek sebesar Rp. Rp Kontraktor mendapatkan keuntungan sebesar Rp Biaya pelaksanaan proyeklebih kecil dari rencana anggaran Saran Saran-saran yang dapat disampaikan sehubungan dengan penelitian yang telah dilakukan antara lain: 1. Penelitian yang serupa dapat dilakukan dengan menggunakan software Microsoft Project. 2. Pelaksanaan proyek berjangka panjang dan anggaran besar perlu memperhatikan pengaruh bunga bank. DAFTAR PUSTAKA Dipohusodo, I., (1995), Manajemen Proyek dan Konstruksi Jilid 1, Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Ervianto, Wulfram I., Manajemen Proyek Konstruksi, Edisi Pertama, Salemba Empat, Yogyakarta. Ervianto, Wulfram I., Teori Aplikasi Manajemen Proyek Konstruksi,Salemba Empat, Yogyakarta. Fauzan dan Mawardi, Evaluasi Kemajuan Proyek dengan Metode Nilai Hasil Proses Pengendalian Kinerja Waktu dan Biaya, Jurnal Teknik Sipil Universitas Malikussaleh Vol.2 No.1, Aceh. Soeharto Imam, 1995, Manajemen Proyek Dari Konseptual Sampai Operasional, Erlangga, Jakarta. Volume 1 Nomor 1 Maret 2016, PILAR TEKNOLOGI 35

38 KUAT TEKAN BETON CAMPURAN 1:2:3 DENGAN AGREGAT LOKAL SEKITAR MADIUN Rosyid Kholilur Rohman Dosen Fakultas Teknik Universitas Merdeka Madiun Abstract The composition of concrete with a mixture 1: 2: 3 (volume comparison) most used in Indonesia. Until now the worker in the field believes that composition can produce concrete quality K225. In this research was done experimental research by using the concrete sample with a mixture 1: 2: 3. The aggregate of the concrete use local aggregates from Biting Ponorogo, Kendal Ngawi, and Parang Magetan. A sample of the concrete makes cube 15x15x15 cm3 in size. Compressive strength tests was done at the age of the concrete 28 days. From research known that concrete using aggregate from Biting Ponorogo reach compressive strength 182,96 kg/cm2, using aggregate from Kendal reach compressive strength 176,30 kg/cm2, and using aggregate from Parang Magetan reach 168,15 kg/ cm2. Concrete mixture by composition 1 : 2 : 3 : 0.8 in volume comparison can be used to make concrete K175. This composition is suitable with SNI Keywords : concrete composition 1 : 2 : 3, compressive strength, slump Pendahuluan Penggunaan beton sebagai bahan konstruksi semakin meningkat seiring dengan perkembangan pembangunan infrastruktur di Indonesia. Beton adalah bahan bangunan yang komponen penyusunnya terdiri dari agregat kasar, agregat halus, semen dan air dengan komposisi tertentu. Kekuatan beton sangat bervariasi sesuai dengan komposisi yang digunakan. Beton dengan campuran 1 : 2 : 3 merupakan komposisi campuran yang paling banyak dijumpai dalam pembangunan rumah dan bangunan sederhana di Indonesia. Komposisi campuran beton 1 : 2 : 3 adalah perbandingan antara semen, pasir dan kerikil secara berturut-turut. Selama ini banyak pekerja konstruksi berpendapat komposisi campuran 1:2:3 (perbandingan volume) akan menghasilkan beton K225. Pandangan ini tentu saja perlu diluruskan sehingga tidak menjadi salah kaprah. Febrin Anas Ismail telah melakukan penelitian campuran beton dengan campuran 1:2:3 berdasarkan lokasi pengambilan sampel di Sumatra Barat. Metoda pencampuran dilakukan dengan perbandingan 1 semen : 2 pasir : 3 kerikil dan 1 air. Dari hasil penelitiannya didapat hasil kuat tekan beton berkisar antara 5 20 MPa dengan kuat tekan beton terbesar di Kabupaten Solok yaitu 19,31 MPa dan yang terkecil di Kabupaten Pesisir Selatan yaitu 5,08 MPa. Menurut SNI T beton yang digunakan pada rumah tinggal atau untuk penggunaan kurang dari kuat tekan 10 MPa PILAR TEKNOLOGI: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Teknik Volume 1 Nomor 1 Maret 2016; ISSN :

39 Kuat Tekan Beton Campuran 1:2:3 boleh menggunakan 1 semen : 2 pasir : 3 batu pecah dengan slump kurang dari 10 cm. Pengerjaan beton dengan kekuatan tekan hingga 20 MPa boleh menggunakan penakaran volume. Pengerjaan beton dengan kuat tekan lebih dari 20 MPa harus menggunakan campuran berat (Mulyono, Tri, 2005) Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kuat tekan beton dengan campuran 1:2:3 (perbandingan volume) terhadap kuat tekan beton dengan agregat lokal sekitar Madiun. Volume air yang digunakan 80% dari volume semen. Landasan Teori Beton adalah suatu campuran yang terdiri dari pasir, kerikil, batu pecah atau agregat lain yang dicampur menjadi satu dengan suatu pasta yang terbuat dari semen dan air membentuk suatu massa mirip batuan. Satu atau lebih bahan aditif dapat ditambahkan untuk menghasilkan beton dengan karakteristik tertentu, seperti kemudahan pengerjaan (workability), durabilitas, dan waktu pengerasan. (Mc Cormac, 2003). Beton banyak dipakai secara luas sebagai bahan bangunan. Dalam adukan beton, air dan semen membentuk pasta yang disebut pasta semen. Pasta semen ini selain mengisi pori-pori diantara butiran-butiran agregat halus, juga bersifat sebagai perekat/ pengikat dalam proses pengerasan, sehingga butiranbutiran agregat saling terekat dengan kuat dan terbentuklah suatu massa yang kompak/ padat (Tjokrodimuljo, 1996). Beton normal adalah beton yang memiliki berat per satuan volume kg/m 3 dan dibuat dengan agregat alam yang dipecah atau tanpa dipecah. Beton yang baik pada setiap butir agregatnya terbungkus dengan mortar. Ruang antar agregat harus terisi oleh mortar. Jadi kualitas pasta atau mortar menentukan kualitas beton. Semen adalah unsur kunci dalam beton, meskipun jumlahnya hanya 7-15% dari campuran. Sedangkan secara volumetris beton diisi oleh agregat sebanyak 70-75% sehingga agregat juga mempunyai peran yang sama pentingnya sebagai material pengisi beton (Yunus, Alve, 2010). Compressive Strength Test dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kuat desak atau tekan yang mampu diterima oleh benda uji. Pencatatan yang dilakukan pada saat pengujian adalah besarnya beban P pada saat benda uji hancur. Untuk mendapatkan besarnya kuat tekan dari benda dapat digunakan rumus berikut: P σ = A dimana : s = nilai kuat tekan beton (Mpa, kg/cm 2 ) P = beban maksimum (KN) A = luas permukaan benda uji tertekan (mm 2 ) Metodologi Lokasi penelitian dilakukan di laboratorium Teknik Sipil Fakultas Teknik Univesitas Merdeka Madiun. Di laboratorium dilakukan beberapa kegiatan mulai pemeriksaan material, mix design, pembuatan benda uji, pengujian slump, pengujian berat isi dan pengujian kuat tekan. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian sebagai berikut : 1. Semen, yaitu semen Portland tipe I (Semen Gresik) 2. Agregat Halus, dimana agregat halus berupa pasir yang diambil dari quary Biting Ponorogo, Kendal Ngawi, dan Parang Magetan. 3. Agregat Kasar, berupa kerikil yang diambil dari quary Biting, Kendal dan Parang. 4. Air, diambil dari air sumur di Fakultas Teknik Universitas Merdeka Madiun. Volume 1 Nomor 1 Maret 2016, PILAR TEKNOLOGI 37

40 Rosyid Kholilur Rohman Komposisi campuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah perbandingan volume 1 semen : 2 pasir : 3 batu pecah : 0,8 air. Hasil Dan Pembahasan Pemeriksaan material dilakukan untuk mengetahui karakteristiknya, terutama material agregat kasar dan agregat halus. Semen yang digunakan pada penelitian ini adalah Portland Cement tipe I, yang diproduksi oleh PT. Semen Gresik dengan berat jenis semen 3,15. Berat volume semen sebesar 1260 kg/m 3. Agregat kasar diperoleh sebagai hasil olahan batu alam yang diproses dengan mesin pemecah batu (stone crusher). Batu alam di ambil dari quary galian C Biting, Kendal, dan Parang. Selanjutnya diproses di mesin pemecah batu di batching plant. Agregat halus diperoleh dari quary yang sama dengan agregat kasar. Hasil pengujian agregat kasar dan agregat halus dapat dilihat pada tabel 1 dan tabel 2: Tabel 1 Hasil pengujian agregat kasar Uraian Biting Kendal Parang Keausan agregat(%) 33,52 39,64 41,46 Berat jenis bulk 2,522 2,582 2,517 Berat jenis SSD 2,552 2,611 2,571 Penyerapan air (%) 1,180 1,135 2,140 Kadar Air (%) 5,16 6,24 7,43 Berat volume (kg/m3) Sumber : Hasil pengujian Tabel 2 Hasil pengujian agregat halus Uraian Biting Kendal Parang Grading zone Berat jenis bulk 2,652 2,541 2,342 Berat jenis SSD 2,695 2,581 2,394 Penyerapan air (%) 1,471 1,606 2,171 Berat volume Sumber : Hasil pengujian Pada penelitian ini pencampuran beton dilakukan dengan perbandingan 1 semen : 2 pasir : 3 kerikil dan 0,8 air. Pengadukan dilakukan sampai campuran beton segar bersifat plastis dan homogen. Pengujian pada beton segar (fresh concrete) dilakukan dengan slump test. Hasil pengujian kekenyalan adukan beton dengan menggunakan slump test dapat dilihat pada Tabel 3 berikut : Tabel 3. Hasil Pengujian Slump Test Asal Agregat Slump (cm) Biting 7,6 Kendal 8,1 Parang 9,3 Sumber : Hasil pengujian Dari pengujian slump terlihat bahwa sampel beton dengan agregat dari Biting memiliki nilai slump terendah. Hal ini dimungkinkan karena nilai penyerapan dan kadar airnya paling kecil. Hasil slump test masih di bawah 10 cm. Selanjutnya dilakukan pembuatan benda uji dengan mengambil sampel bahan yang sudah diaduk dengan mixer/molen sampai homogen. Benda uji berupa kubus beton ukuran 15x15x15 cm 3. Benda uji dilakukan perawatan dengan perendaman. 38 PILAR TEKNOLOGI, Volume 1 Nomor 1 Maret 2016

41 Kuat Tekan Beton Campuran 1:2:3 Pengujian kuat tekan beton dilakukan di Laboratotium Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Merdeka Madiun. Pengujian dilakukan saat umur beton mencapai 28 hari. Alat yang digunakan pada test tekan beton ini adalah Compression Test machine. Pembebanan diberikan sampai sampel runtuh, yaitu saat beban maksimum bekerja. Kemampuan maksimum alat uji tekan yang tersedia yaitu 2000 KN. Pelaksanaan uji tekan dapat dilihat pada gambar 1. Gambar 1. Foto Uji Tekan Hasil pengujian kuat tekan beton dapat dilihat pada tabel 4 dan gambar 2. Tabel 4. Hasil uji tekan 28 hari Asal Agregat Biting Kendal Parang Berat (kg) Berat Volume P max Kuat Tekan Rerata Sumber : Hasil pengujian Gambar 2. Grafik Kuat Tekan Beton Dari hasil uji tekan dapat diketahui kuat tekan beton dengan agregat dari Biting lebih tinggi yaitu 182,96 kg/cm 2. Kuat tekan beton dengan agregat Kendal 176,3 kg/ cm 2, sedangkan dengan agregat Parang diperoleh kuat tekan rata-rata 168,15 kg/cm 2. Perbedaan kuat tekan dari beberapa sampel ini disebabkan oleh perbedaan properties dari agregat penyusunnya. Agregat halus dari quary Parang memiliki kadar air dan penyerapan paling besar. Semakin besar nilai kadar air dan penyerapan akan mengakibatkan kandungan air dalam campuran beton semakin besar sehingga kuat tekannya akan semakin kecil. Agregat kasar yang berasal dari Biting berasal dari batu gunung sehingga lebih tahan terhadap keausan. Dari hasil uji keausan dengan Los Angeless test diketahui nilai keausannya yang lebih rendah dibandingkan dengan daerah lainnya. Dari ketiga quary diketahui sampel beton dengan agregat dari Biting dan Kendal dengan campuran 1:2:3 memenuhi mutu beton K175, sedangkan beton dengan agregat dari Parang tidak memenuhi syarat K175. Agregat kasar dari Parang tidak memenuhi syarat keausan minimal 40%. Secara umum dapat dikatakan apabila syarat mutu agregat terpenuhi campuran dengan perbandingan volume Volume 1 Nomor 1 Maret 2016, PILAR TEKNOLOGI 39

42 Rosyid Kholilur Rohman 1:2:3 dengan air 0,8 dapat digunakan untuk membuat beton K175. Di dalam SNI dapat dilihat untuk membuat beton mutu K175 dibutuhkan material Portland Cement sebanyak 326 kg, pasir beton 760 kg, batu pecah 1029 kg, dan air 215 kg. Perbandingan tersebut setara dengan perbandingan berat 1 semen : 2,33 pasir : 3,16 batu pecah : 0,66 air. Apabila digunakan nilai berat volume semen 1250 kg/m 3, berat volume pasir lepas 1400 kg/m 3, berat volume batu pecah lepas 1350 kg/m 3, dan berat volume air 1000 kg/m 3 maka akan diperoleh volume semen 0,261 m 3, pasir 0,543 m 3, batu pecah 0,762 m 3, air 0,215 m 3 sehingga perbandingan volume antara semen : pasir : batu pecah : air sebesar 1:2,08:2,92:0,82. Perbandingan volume antar bahan mendekati perbandingan 1 Semen : 2 Pasir : 3 Batu pecah : 0,8 Air. Tabel 5 menunjukkan perbandingan material penyusun beton berdasar SNI Tabel 5. Perbandingan material berdasar SNI Bahan Berat (kg) Perb Berat Volume (m3) Perb Volume PC Pasir beton Batu pecah Air Sumber : Hasil perhitungan. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Kuat tekan beton dengan agregat Biting menghasilkan kuat tekan 182,96 kg/cm 2. Kuat tekan beton dengan agregat Kendal menghasilkan kuat tekan 176,30 kg/cm 2. Kuat tekan beton dengan agregat Parang menghasilkan kuat tekan 168,15 kg/cm Komposisi campuran beton dengan perbandingan volume 1 semen : 2 pasir : 3 batu pecah : 0,8 air dapat memenuhi mutu beton K175. Komposisi tersebut sesuai dengan SNI Saran 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan semen dan agregat yang berbeda. 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan faktor air semen yang berbeda. 3. Perlu sosialisasi kepada pelaku konstruksi di Madiun bahwa komposisi campuran dengan perbandingan volume 1:2:3 tidak bisa digunakan untuk membuat beton mutu K225. Ucapan Terima Kasih Ucapan terima kasih disampaikan kepada segenap civitas akademika Prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Merdeka Madiun dan semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materiil. Daftar Pustaka Anonim, 2008, Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Beton untuk Konstruksi Bangunan Gedung dan Perumahan, SNI , Departemen Pekerjaan Umum RI. Ismail, Febrin A, 1999, Studi Kuat Tekan Beton Campuran 1 : 2 : 3 Berdasarkan Lokasi Pengambilan Agregat di Sumatra Barat, Jurnal Rekayasa Sipil, Volume 5 Nomor 2 Mc. Cormac, J.C, 2003, Design of Reinforced Concrete (Fifth Edition) (translate), Erlangga Jakarta Mulyono, Tri, 2005, Teknologi Beton, Edisi I, Andi Yogyakarta. Tjokrodimuljo.K., 1997, Teknologi Beton, Nafiri, Yogyakarta. 40 PILAR TEKNOLOGI, Volume 1 Nomor 1 Maret 2016

43 Kuat Tekan Beton Campuran 1:2:3 Yunus, Alve, 2010, Kuat Tekan dan Kuat Lentur Beton dengan Bahan Tambah Fly Ash sebagai Bahan Perkerasan Kaku (Rigid Pavement). Tugas Akhir. Program Studi Teknik Sipil, Universitas Sebelas Maret Surakarta Volume 1 Nomor 1 Maret 2016, PILAR TEKNOLOGI 41

44 SISTEM INFORMASI PARKIR KENDARAAN BERMOTOR BERBASIS ANDROID Arief Budiman 1) & Joko Triono 2) 1) 2) Dosen Fakultas Teknik Universitas Merdeka Madiun arief@unmer-madiun.ac.id, jokotriono@unmer-madiun.ac.id Abstract Along with the advancement of information technology, especially in the development of smartphone technology and Android operating system so now can be done more efficient and cost effective parking management system. With parking information system it will facilitate the parking officer at Merdeka Madiun University to do their duties. Applications developed using waterfall methodology and implemented in a smartphone with Android operating system, and utilize the QR Code technology for reading parking input data. Keywords : Parking, Management, Android, QR Code, Smartphone. 1. PENDAHULUAN Perkembangan teknologi informasi saat ini sudah semakin pesat seiring kemajuan zaman. Perkembangan teknologi informasi meliputi perangkat keras dan perangkat lunak. Perkembangan perangkat lunak ditandai dengan maraknya pemanfaatan teknologi informasi di berbagai perangkat keras. Salah satu yang menarik adalah penerapan pada perangkat smartphone karena perangkat ini harganya semakin terjangkau, ringan, praktis dan mudah dibawa. Teknologi smartphone saat ini tidak hanya digunakan sebagai alat komunikasi, tetapi juga untuk melakukan akses informasi melalui internet, selain itu juga dapat dikembangkan beberapa aplikasi yang dapat dijalankan melalui perangkat smartphone seperti yang pernah dikembangkan sebelumnya oleh Budiman dkk (2012). Salah satu perkembangan teknologi Smartphone saat ini adalah smartphone yang dibekali dengan sistem operasi Android, dan saat ini perkembangan Sistem operasi Android itu sendiri sangat pesat. Dikarenakan teknologi yang dikembangkan berbasis open source sehingga memungkinkan untuk dikembangkan secara bebas dan mendapat dukungan dari berbagai macam teknologi (Ichwan dan Hakiky, 2011). Seiring dengan perkembangan teknologi informasi juga aktivitas perusahaan juga turut meningkat sesuai dengan kompleksitas pekerjaan yang ada, keberadaan teknologi smartphone dan android yang dapat di gunakan sebagai pengolah data, ternyata cukup menarik bagi beberapa perusahaan untuk memanfaatkannya salah satunya dalam masalah perparkiran (Martadipura, 2013). Di Universitas Merdeka Madiun, belum ada terdapat sebuah mekanisme manajemen perparkiran yang dilakukan. Sehingga keluar masuknya kendaraan roda dua atau empat baik dosen ataupun mahasiswa tidak tercatat dan terkontrol sehingga sangat PILAR TEKNOLOGI: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Teknik Volume 1 Nomor 1 Maret 2016; ISSN :

45 Sistem Informasi Parkir Kendaraan Bermotor memungkinkan terjadinya tindak kejahatan pencurian kendaraan bermotor. Penggunakan metode karcis parkir pun dinilai sangat tidak efisien karena menghabiskan banyak waktu, tenaga, dan biaya (Utama, 2010). Oleh karena itu perlu dikembangkan sebuah konsep aplikasi yang dapat membantu mekanisme perparkiran yang efisien khususnya dengan memanfaatkan teknologi smartphone berbasis android dimana saat ini seluruh petugas jaga di Universitas Merdeka Madiun telah memanfaatkannya. Bentuk konsep manajemen perparkiran dengan memanfaatkan teknologi smartphone dan android pada penelitian ini adalah pembuatan sistem informasi parkir kendaraan bermotor. Sistem informasi ini terdiri dari dua sistem utama. Sistem informasi parkir berbasis web dan sistem informasi berbasis mobile. Sistem informasi berbasis web tidak dibahas secara detail pada penelitian ini. Sistem informasi berbasis web diletakkan di sisi kantor yang digunakan untuk mengelola data mahasiswa sedang sistem informasi mobile diletakkan pada sisi petugas yang melakukan scan pada kendaraan bermotor. Proses pemindahan data kendaraan dari sistem berbasis desktop ke sistem berbasis mobile dilakukan dengan cara online dengan menggunakan koneksi internet atau wifi. Petugas melakukan pendataan kendaraan yang parkir dengan cara melakukan input data kendaraan menggunakan aplikasi mobile. Sistem mengirim data secara online dengan menggunakan koneksi internet ke server yang berada di kantor. Dengan cara online ini maka petugas bisa mengetahui berapa kendaraan yang sedang parkir, sehingga memudahkan petugas mengetahui berapa jumlah kendaraan yang harus diawasi. Pada sisi admin kantor dapat diketahui kendaraan yang parkir pada periode harian atau bulanan sehingga dapat diketahui kebutuhan lahan pakrir dan perilaku parkir pada waktu tertentu. Dengan cara seperti ini maka akan meningkatkan keamanan kendaraan bermotor dan menghemat waktu dalam pendataan kendaraan dilakukan secara langsung tersimpan kedalam basis data. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Parkir Salah satu definisi dari Parkir pada penelitian martadipura (2013) adalah, suatu keadaan dimana suatu kendaraan yang bersifat sementara ditinggalkan oleh pengemudinya. Dan definisi menurut undangundang nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Bab I Ketentuan Umum, pada Pasal 1 angka 15 dan 16 tertulis sebagai berikut : Pasal 1 Dalam Undang- Undang ini yang dimaksud dengan: 15. Parkir adalah keadaan Kendaraan berhenti atau tidak bergerak untuk beberapa saat dan ditinggalkan pengemudinya. 16. Berhenti adalah keadaan Kendaraan tidak bergerak untuk sementara dan tidak ditinggalkan pengemudinya. Menurut Martadipura (2013), terdapat dua jenis yaitu Parkir yang berada di badan jalan (on street parking) dan parkir yang berada luar badan jalan (off street parking). Pada On Street parking membutuhkan badan jalan untuk digunakan sebagai tempat parkir, contoh adalah parkir di depan pertokoan dimana kendaraan berhenti di pinggir jalan. Sedangkan untuk off street parking tidak membutuhkan badan jalan untuk sebagai tempat parkir melainkan dipersiapkan sebuah lahan khusus untuk menampung kendaraan parkir Android Pengertian mengenai android Safaat(2011), Android adalah sebuah sistem operasi yang dikembankan untuk diimplementasikan pada perangkat mobile berbasis linux yang mencakup sistem operasi, middleware, dan aplikasi. Sistem operasi Android menyediakan platform open source sehingga memungkinkan Volume 1 Nomor 1 Maret 2016, PILAR TEKNOLOGI 43

46 Arief Budiman & Joko Triono bagi para pengembang aplikasi untuk dapat membuat aplikasi mereka sendiri (Ichwan dan Hakiky, 2011). Pada awalnya dikembangkan oleh sebuah perusahaan yang bernama Android Inc, sebuah perusahaan yang khusus mengembangkan perangkat lunak untuk diimplementasikan pada perangkat ponsel, dan kemudian dibeli oleh Google Inc Sistem Informasi Pengertian Sistem Informasi menurut Kadir (2003) dengan mengutip dari mengutip dari beberapa pendapat para ahli, diantaranya adalah : Menurut Hall sistem Informasi adalah Sebuah rangkaian prosedur formal di mana data dikelompokkan, diproses menjadi informasi dan didistribusikan kepada pemakai. Menurut Bodnar dan Hopwood sistem Informasi adalah Kumpulan perangkat keras dan perangkat lunak yang dirancang untuk mentransformasikan data kedalam bentuk informasi yang berguna. Sehingga secara umum sistem informasi dapat diartikan sebagai suatu sistem terintegrasi yang mampu me nyediakan informasi yang bermanfaat bagi penggunanya. Sistem informasi terdiri dari beberapa komponen yang disebut blok bangunan (building block), terdiri dari komponen input, komponen model, komponen output, komponen teknologi, komponen hardware, komponen software, komponen basis data, dan komponen kontrol. Dimana semua komponen tersebut saling berhubungan untuk mencapai tujuan tertentu. Sistem informasi itu sendiri dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan. Oleh karena itu diperlukan sebuah perencanaan, pelaksanaan, pengaturan, dan evaluasi untuk dapat menerapkan sistem informasi secara efektif dan efisien (Athoillah dan Irawan, 2013) Sistem Informasi Berbasis Android Pengembangan aplikasi sistem informasi berbasis android telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, salah satunya adalah sistem informasi wisata bersejarah di jabodetabek oleh Budihartanti dan Wairisal (2014). Pada penelitian tersebut dikembangkan sebuah sistem informasi yang dapat memberikan informasi tentang lokasi wisata bersejarah atau museum yang dapat diakses melalui perangkat smartphone dan selain memberikan tentang informasi lokasi aplikasi juga dapat memberikan jalur tempuh melalui sebuah tampilan peta. Sistem informasi berbasis android juga dapat dimanfaatkan pada dunia pendidikan, salah satunya adalah pengembangan aplikasi Sistem Informasi akademik di sebuah sekolahan (Harris dan Nurhadiyono, 2013). pada penelitian tersebut dikembangkan sebuah aplikasi yang dapat memberikan kemudahan bagi siswa sekolah dan orang tua murid dalam mendapatkan informasi sekolah dengan mudah dan cepat. Begitu juga dengan Achyarudin dan Zulkarnaen (2013) yang mengembangkan aplikasi sistem informasi akademik berbasis akademik yang diimplementasikan pada sebuah universitas Sistem Informasi Perparkiran Sebelumnya sistem informasi perparkiran telah dikembangkan dengan menggunakan teknologi barcode pada kartu parkir (Martadipura, 2013), sehingga pengelola parkir dapat mengontrol data kendaraan yang masuk ataupun keluar, dan pengelolaan data dapat dilakukan secara terkomputerisasi melalui aplikasi database yang terintegrasi sebagai media penyimpanan data parkir kendaraan bermotor. 3. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode waterfall, dimana pada metode ini terdapat langkah-langkah seperti yang terlihat pada gambar 1 berikut: 44 PILAR TEKNOLOGI, Volume 1 Nomor 1 Maret 2016

47 Sistem Informasi Parkir Kendaraan Bermotor Gambar 1. Metode Waterfall (Indrawaty dkk, 2011) 3.1. System Engineering Pada tahap ini dilakukan studi mengenai penelitian-penelitian sebelumnya berkaitan dengan implementasi sistem informasi berbasis android dan mempelajari permasalahan-permasalahan yang terjadi berkaitan dengan manajemen perparkiran di lingkungan Universitas Merdeka Madiun Analisis Untuk selanjutnya dilakukan analisis terhadap temuan permasalahan-permasalahan yang terjadi berkaitan dengan maajemen perparkiran di linkgungan Universitas Merdeka Madiun, hasil output dari analisis adalah bahwa diperlukan sebuah aplikasi yang dapat mempermudah proses kontrol terhadap kendaraan yang keluar masuk area parkir Universitas Merdeka Madiun Design Dari hasil analisis kemudian diterjemahkan kedalam bentuk desain aplikasi dan infrastruktur yang dapat mendukung jalannya aplikasi. Tahap awal dari desain aplikasi adalah dengan menentukan entitas entitas yang terlibat di dalam manajemen perparkiran. Dan di dapatkan entitas yang terlibat adalah sebagai berikut : 1. Petugas Keamanan, yang sekaligus berfungsi sebagai petugas parkir. 2. Petugas Administrasi, yang bertugas melakukan input data pendaftaran member parkir. 3. Mahasiswa, sebagai entitas pengguna lahan parkir. Setelah dapat didefinisikan entitas-entitas yang terlibat di dalam sistem kemudian dirancang basis data yang akan digunakan pada aplikasi, untuk desain tabel dapat dilihat pada tabel-tabel berikut : Tabel 1. Tabel Kendaraan Field Tipe Panjang No_Polisi Varchar 10 Nama_ Kendaraan Varchar 20 Kode_Pemilik Varchar 11 Nama_Pemilik Varchar 20 Jns_Kendaraan Varchar 10 Tabel 1 atau tabel Kendaraan digunakan untuk menyimpan data kendaraan yang rutin keluar masuk area parkir Universitas Merdeka Madiun. Sedangkan pada Tabel 2, digunakan untuk menyimpan data pemilik kendaraan yang rutin melakukan aktifitas parkir di lingkungan Universitas Merdeka Madiun, meliputi Dosen, Karyawan, dan Mahasiswa. Volume 1 Nomor 1 Maret 2016, PILAR TEKNOLOGI 45

48 Arief Budiman & Joko Triono Tabel 2. Tabel Pemilik Field Tipe Panjang Kode_Pemilik Varchar 10 Nama_Pemilik Varchar 30 Alamat Varchar 40 Telp Varchar 20 Pekerjaan Varchar 20 Foto Varchar 80 Untuk data aktifitas parkir akan disimpan pada tabel 3, yaitu tabel Tparkir. Dimana pada tabel tersebut akan tersimpan data nomor parkir kendaraan, dimana nomor parkir akan didapatkan pada saat kendaraan masuk area parkir. Tabel 3. Tabel Tparkir Field Tipe Panjang No_Parkir Int 11 No_Polisi Varchar 10 Tgl_Parkir DateTime 0 Tgl_Keluar DateTime 0 Sedangkan untuk profil dan hak akses user akan disimpan pada tabel 4 yaitu tabel user. Tabel 4. Tabel user program yang telah dikembangkan. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menemukan kesalahan-kesalahan program yang mungkin terjadi Maintenance Setelah penyusunan program selesai dan dilakukan implementasi aplikasi, maka perlu dilakukan tahapan maintenance atau perawatan sistem. Dimana mungkin akan terjadi kesalahan-kesalahan implementasi lebih lanjut atau diperlukan penambahanpenambahan fitur aplikasi. Akan tetapi pada penelitian ini hanya dilakukan sampai pada tahap implementasi dan belum sampai pada tahap maintenance. 4. PEMBAHASAN Setelah tahap penyusunan code dan testing selesai dilakukan maka tahap selanjutnya adalah implementasi dari aplikasi yang dikembangkan. Pada saat aplikasi pertama kali dijalankan oleh petugas parkir melalui aplikasi yang terinstall pada perangkat smartphone berbasis android akan ditampilkan tampilan seperti yang terlihat pada gambar 2 berikut. Field Tipe Panjang UserID Varchar 10 UserName Varchar 25 Password Varchar 30 HakAkses Varchar Code Setelah tahap desain selesai dilaksanakan untuk selanjutnya adalah menterjemahkan desain tersebut kedalam bahasa pemrograman Testing Selanjutnya dari hasil penyusunan code program kemudia dilakukan pengujian dari Gambar 2. Halaman Awal 46 PILAR TEKNOLOGI, Volume 1 Nomor 1 Maret 2016

49 Sistem Informasi Parkir Kendaraan Bermotor Setelah itu selanjutnya user melalukan login kedalam aplikasi sesuai dengan username dan hak akses yang telah terdaftar di dalam server, seperti yang ditunjukkan pada gambar 3. Gambar 5. Daftar Pemilik Kendaraan Gambar 3. Halaman Login Setelah user berhasil login, kemudian akan tampil halaman utama dari aplikasi, seperti pada gambar 4. Pada halaman daftar pemilik kendaraan seperti yang ditunjukkan pada gambar 5, apabila user memilih salah satu nama pemilik akan muncul menu edit atau delete. Sedangkan pada tombol menu bagian bawah terdapat fasilitas refresh dan tambah kendaraan. Untuk melakukan input data parkir ketika ada kendaraan masuk kedalam area parkir, maka petugas parkir harus melakukan scan qr-code yang telah ditempel pada kendaraan seperti yag ditunjukkan pada gambar 6. Gambar 4. Halaman Utama Gambar 6. Input Parkir Volume 1 Nomor 1 Maret 2016, PILAR TEKNOLOGI 47

50 Arief Budiman & Joko Triono Input scan dilakukan dengan melakukan scan pada qr-code yang terpasang pada kendaraan seperti pada gambar 7. Pada saat scan pertama pada qr-code kendaraan maka akan muncul keterangan parkir masuk beserta keterangan identitas pemilik seperti pada gambar 8. Pada scan berikutnya akan mencul keterangan parkir keluar beserta informasi kendaraan seperti pada gambar 9. Gambar 9. Informasi Kendaraan Keluar Dari hasil implementasi tersebut dapat ditunjukkan bahwa aplikas telah berhasil dikembangkan dan diimplementasikan pada kegiatan manajemen perparkiran di lingkungan Universitas Merdeka Madiun. Gambar 7. Scan Pada Qr-Code Kendaraan 5. KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan telah berhasil dikembangkan sebuah aplikasi berbasis mobile dengan yang dapat dioperasikan pada smartphone berbasis android. Sehingga manajemen perparkiran di lingkungan Universitas Merdeka Madiun dapat lebih efektif dan efisien. Selain itu petugas parkir dapat mengontrol kendaraan masuk dan keluar sehingga dapat memperkecil kemungkinan terjadinya tindak pencurian. Untuk selanjutnya perlu dikembangkan sistem pelaporan dan integrasi database dosen, karyawan, dan mahasiswa dengan sistem informasi yang telah digunakan Universitas Merdeka Madiun. Gambar 8. Informasi Kendaraan Masuk 48 PILAR TEKNOLOGI, Volume 1 Nomor 1 Maret 2016

ANALISIS KEPADATAN LALU LINTAS DENGAN METODE TEMPLATE MATCHING (Studi Kasus : Persimpangan Monjali Yogyakarta)

ANALISIS KEPADATAN LALU LINTAS DENGAN METODE TEMPLATE MATCHING (Studi Kasus : Persimpangan Monjali Yogyakarta) ANALISIS KEPADATAN LALU LINTAS DENGAN METODE TEMPLATE MATCHING (Studi Kasus : Persimpangan Monjali Yogyakarta) Setiyo Daru Cahyono Dosen Fakultas Teknik Universitas Merdeka Madiun Email: cahyono.ds@gmail.com

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN PROYEK PEMBANGUNAN RUANG KELAS MIN TIRAK DENGAN METODE NILAI HASIL

EVALUASI PELAKSANAAN PROYEK PEMBANGUNAN RUANG KELAS MIN TIRAK DENGAN METODE NILAI HASIL EVALUASI PELAKSANAAN PROYEK PEMBANGUNAN RUANG KELAS MIN TIRAK DENGAN METODE NILAI HASIL Lyya Supriono * Staf Pengajar Fakultas Teknik Universitas Merdeka Madiun Abstract There are many constraint in every

Lebih terperinci

ANALISIS VARIASI MEDIA PENDINGINAN PADA RADIATOR TERHADAP KINERJA LAJU PEMBUANGAN PANAS DENGAN KONVEKSI PAKSA

ANALISIS VARIASI MEDIA PENDINGINAN PADA RADIATOR TERHADAP KINERJA LAJU PEMBUANGAN PANAS DENGAN KONVEKSI PAKSA ANALISIS VARIASI MEDIA PENDINGINAN PADA RADIATOR TERHADAP KINERJA LAJU PEMBUANGAN PANAS DENGAN KONVEKSI PAKSA Mustafa Dosen Fakultas Teknik Universitas Merdeka Madiun email : mustafa_unmer@yahoo.com Abstract

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA COOLANT PADA RADIATOR

ANALISIS KINERJA COOLANT PADA RADIATOR ANALISIS KINERJA COOLANT PADA RADIATOR Alexander Clifford, Abrar Riza dan Steven Darmawan Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara e-mail: Alexander.clifford@hotmail.co.id Abstract:

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI PROYEK PENGADAAN DAN PERBAIKAN TULISAN ALUN-ALUN KABUPATEN NGAWI

KAJIAN EKONOMI PROYEK PENGADAAN DAN PERBAIKAN TULISAN ALUN-ALUN KABUPATEN NGAWI KAJIAN EKONOMI PROYEK PENGADAAN DAN PERBAIKAN TULISAN ALUN-ALUN KABUPATEN NGAWI Laily Fatmawati 1) 1) Staf Pengajar Fakultas Teknik Universitas Merdeka Madiun, email : laily.fatmawati@gmail.com ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Radiator

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Radiator BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Radiator Radiator adalah alat penukar panas yang digunakan untuk memindahkan energi panas dari satu medium ke medium lainnya yang tujuannya untuk mendinginkan maupun memanaskan.radiator

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS RADIATOR PADA MESIN TOYOTA KIJANG TIPE 5 K

ANALISIS EFEKTIVITAS RADIATOR PADA MESIN TOYOTA KIJANG TIPE 5 K ANALISIS EFEKTIVITAS RADIATOR PADA MESIN TOYOTA KIJANG TIPE 5 K David Fraim Simamora 1), Frans P. Sappu 2), Tertius V.Y. Ulaan 3) Jurusan Teknik Mesin Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK Radiator pada mesin

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Radiator Radiator memegang peranan penting dalam mesin otomotif (misal mobil). Radiator berfungsi untuk mendinginkan mesin. Pembakaran bahan bakar dalam silinder mesin menyalurkan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. ke tempat yang lain dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-tempat

BAB II DASAR TEORI. ke tempat yang lain dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-tempat BAB II DASAR TEORI 2.. Perpindahan Panas Perpindahan panas adalah proses berpindahnya energi dari suatu tempat ke tempat yang lain dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-tempat tersebut. Perpindahan

Lebih terperinci

Publikasi Online Mahsiswa Teknik Mesin Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Volume 1 No. 1 (2018)

Publikasi Online Mahsiswa Teknik Mesin Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Volume 1 No. 1 (2018) Publikasi Online Mahsiswa Teknik Mesin Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Volume 1 No. 1 (2018) ANALISA PENGARUH DIAMETER PIPA DAN FLUIDA RADIATOR TERHADAP EFEKTIVITAS PENYERAPAN PANAS PADA MESIN MOTOR

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI DAN ANALISIS SEMANTIC RELATION ANTAR KATA DALAM BAHASA INGGRIS MENGGUNAKAN PENDEKATAN PATH BASE

IMPLEMENTASI DAN ANALISIS SEMANTIC RELATION ANTAR KATA DALAM BAHASA INGGRIS MENGGUNAKAN PENDEKATAN PATH BASE IMPLEMENTASI DAN ANALISIS SEMANTIC RELATION ANTAR KATA DALAM BAHASA INGGRIS MENGGUNAKAN PENDEKATAN PATH BASE Eldita Febrian Selfiendi 1 & Moch. Arif Bijaksana. 2 1 Mahasiswa Teknik Informatika, Universitas

Lebih terperinci

Pengaruh Kecepatan Aliran Terhadap Efektivitas Shell-and-Tube Heat Exchanger

Pengaruh Kecepatan Aliran Terhadap Efektivitas Shell-and-Tube Heat Exchanger JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 2, No. 2, Oktober 2: 86 9 Pengaruh Kecepatan Aliran Terhadap Shell-and-Tube Heat Exchanger Ekadewi Anggraini Handoyo Dosen Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Mesin Universitas

Lebih terperinci

LAJU PERPINDAHAN PANAS PADA RADIATOR DENGAN FLUIDA CAMPURAN 80% AIR DAN 20% RADIATOR COOLANT PADA PUTARAN KONSTAN

LAJU PERPINDAHAN PANAS PADA RADIATOR DENGAN FLUIDA CAMPURAN 80% AIR DAN 20% RADIATOR COOLANT PADA PUTARAN KONSTAN LAJU PERPINDAHAN PANAS PADA RADIATOR DENGAN FLUIDA CAMPURAN 80% AIR DAN 20% RADIATOR COOLANT PADA PUTARAN KONSTAN Agung Nugroho Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sultan Fatah (UNISFAT)

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN BIAYA DAN WAKTU DENGAN METODE KONSEP NILAI HASIL PADA PROYEK PEMBANGUNAN PASAR PRAMBANAN KABUPATEN SLEMAN ABSTRAK

ANALISIS PENGENDALIAN BIAYA DAN WAKTU DENGAN METODE KONSEP NILAI HASIL PADA PROYEK PEMBANGUNAN PASAR PRAMBANAN KABUPATEN SLEMAN ABSTRAK ANALISIS PENGENDALIAN BIAYA DAN WAKTU DENGAN METODE KONSEP NILAI HASIL PADA PROYEK PEMBANGUNAN PASAR PRAMBANAN KABUPATEN SLEMAN Hasta Mufti Satriawan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Jurusan Teknik

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI HASIL TERHADAP BIAYA PADA PROYEK KONSTRUKSI (STUDI KASUS PADA PROYEK PEMBANGUNAN HOTEL EASTPARC YOGYAKARTA)

ANALISIS NILAI HASIL TERHADAP BIAYA PADA PROYEK KONSTRUKSI (STUDI KASUS PADA PROYEK PEMBANGUNAN HOTEL EASTPARC YOGYAKARTA) ANALISIS NILAI HASIL TERHADAP BIAYA PADA PROYEK KONSTRUKSI (STUDI KASUS PADA PROYEK PEMBANGUNAN HOTEL EASTPARC YOGYAKARTA) Agus Marhaendra 1), Siti Qomariyah 2) 1) Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 TAHAPAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1.1 Diagram Alir Tahapan Penulisan Tugas Akhir MULAI Survei Literatur Identifikasi Masalah Studi Pustaka Pengumpulan Data b. Jadwal Pelaksanaan

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH PENDINGINAN OLI DENGAN SISTEM RADIATOR PADA SEPEDA MOTOR SUZUKI SHOGUN 110 CC

STUDI PENGARUH PENDINGINAN OLI DENGAN SISTEM RADIATOR PADA SEPEDA MOTOR SUZUKI SHOGUN 110 CC STUDI PENGARUH PENDINGINAN OLI DENGAN SISTEM RADIATOR PADA SEPEDA MOTOR SUZUKI SHOGUN 110 CC Maschudi Ferry Irawan, Ikhwanul Qiram, Gatut Rubiono Universitas PGRI Banyuwangi, Jl. Ikan Tongkol 22 Banyuwangi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSETUJUAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR NOTASI DAN ISTILAH ABSTRAK

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSETUJUAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR NOTASI DAN ISTILAH ABSTRAK DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i LEMBAR PENGESAHAN ii LEMBAR PERSETUJUAN iii MOTTO iv KATA PENGANTAR v DAFTAR ISI viii DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii DAFTAR NOTASI DAN ISTILAH xiv ABSTRAK xv ABSTRACT xvi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki jumlah penduduk yang cukup banyak. Menurut hasil sensus penduduk tahun 2010 yang dikeluarkan

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN RADIATOR PADA SISTEM PENDINGIN MOTOR DIESEL STASIONER SATU SILINDER TERHADAP LAJU KENAIKAN SUHU AIR PENDINGIN

PENGARUH PENGGUNAAN RADIATOR PADA SISTEM PENDINGIN MOTOR DIESEL STASIONER SATU SILINDER TERHADAP LAJU KENAIKAN SUHU AIR PENDINGIN PENGARUH PENGGUNAAN RADIATOR PADA SISTEM PENDINGIN MOTOR DIESEL STASIONER SATU SILINDER TERHADAP LAJU KENAIKAN SUHU AIR PENDINGIN Eko Surjadi Sfaf Pengajar, Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PROYEK PEMBANGUNAN LANJUTAN SMA NEGERI INTERNASIONAL SUMATERA SELATAN PALEMBANG DENGAN METODE EARNED VALUE

PENGENDALIAN PROYEK PEMBANGUNAN LANJUTAN SMA NEGERI INTERNASIONAL SUMATERA SELATAN PALEMBANG DENGAN METODE EARNED VALUE PENGENDALIAN PROYEK PEMBANGUNAN LANJUTAN SMA NEGERI INTERNASIONAL SUMATERA SELATAN PALEMBANG DENGAN METODE EARNED VALUE Gusti Rahma Dini 1*, Ika Juliantina 2 1,2 Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 4.1. Hot Water Heater Pemanasan bahan bakar dibagi menjadi dua cara, pemanasan yang di ambil dari Sistem pendinginan mesin yaitu radiator, panasnya di ambil dari saluran

Lebih terperinci

Sujawi Sholeh Sadiawan, Nova Risdiyanto Ismail, Agus suyatno, (2013), PROTON, Vol. 5 No 1 / Hal 44-48

Sujawi Sholeh Sadiawan, Nova Risdiyanto Ismail, Agus suyatno, (2013), PROTON, Vol. 5 No 1 / Hal 44-48 PENGARUH SIRIP CINCIN INNER TUBE TERHADAP KINERJA PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER Sujawi Sholeh Sadiawan 1), Nova Risdiyanto Ismail 2), Agus suyatno 3) ABSTRAK Bagian terpenting dari Heat excanger

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Definisi Konsep dan Operasional 3.1.1 Definisi Konsep Pengendalian adalah usaha yang sistematis untuk menentukan standar yang sesuai dengan sasaran perencanaan, merancang

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-91

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-91 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (214) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print) B-91 Studi Eksperimen Pengaruh Variasi Kecepatan Udara Terhadap Performa Heat Exchanger Jenis Compact Heat Exchanger (Radiator)

Lebih terperinci

MAKALAH. SMK Negeri 5 Balikpapan SISTEM PENDINGIN PADA SUATU ENGINE. Disusun Oleh : 1. ADITYA YUSTI P. 2.AGUG SETYAWAN 3.AHMAD FAKHRUDDIN N.

MAKALAH. SMK Negeri 5 Balikpapan SISTEM PENDINGIN PADA SUATU ENGINE. Disusun Oleh : 1. ADITYA YUSTI P. 2.AGUG SETYAWAN 3.AHMAD FAKHRUDDIN N. MAKALAH SISTEM PENDINGIN PADA SUATU ENGINE Disusun Oleh : 1. ADITYA YUSTI P. 2.AGUG SETYAWAN 3.AHMAD FAKHRUDDIN N. Kelas : XI. OTOMOTIF Tahun Ajaran : 2013/2014 SMK Negeri 5 Balikpapan Pendahuluan Kerja

Lebih terperinci

Spektrum Sipil, ISSN Vol. 2, No. 2 : , September 2015

Spektrum Sipil, ISSN Vol. 2, No. 2 : , September 2015 Spektrum Sipil, ISSN 1858-4896 125 Vol. 2, No. 2 : 125-136, September 2015 PENGENDALIAN BIAYA DAN WAKTU PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG J (IRMA UTAMA) RSU PROVINSI NTB MENGGUNAKAN METODE EARNED VALUE Cost

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS, HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS, HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISIS, HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 GAMBARAN UMUM PROYEK Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja diperlukan adanya sarana dan prasarana yang memadai. Untuk ini telah telah diupayakan

Lebih terperinci

EARNED VALUE ANALYSIS TERHADAP BIAYA DAN WAKTU PADA PROYEK KONSTRUKSI (Studi Kasus Proyek Pembangunan Sarana/Prasarana Pengamanan Pantai)

EARNED VALUE ANALYSIS TERHADAP BIAYA DAN WAKTU PADA PROYEK KONSTRUKSI (Studi Kasus Proyek Pembangunan Sarana/Prasarana Pengamanan Pantai) EARNED VALUE ANALYSIS TERHADAP BIAYA DAN WAKTU PADA PROYEK KONSTRUKSI (Studi Kasus Proyek Pembangunan Sarana/Prasarana Pengamanan Pantai) Indri Meliasari 1, M. Indrayadi 2, Lusiana 2 Abstrak Perencanaan

Lebih terperinci

Pertemuan ke 13 KONSEP NILAI HASIL

Pertemuan ke 13 KONSEP NILAI HASIL Halaman 1 dari Pertemuan ke - 13 Pertemuan ke 13 KONSEP NILAI HASIL 13.1 Pengertian Konsep Nilai Hasil Konsep nilai hasil adalah konsep menghitung besarnya biaya yang sesuai dengan pekerjaan yang telah

Lebih terperinci

Pengaruh Tebal Isolasi Termal Terhadap Efektivitas Plate Heat Exchanger

Pengaruh Tebal Isolasi Termal Terhadap Efektivitas Plate Heat Exchanger Pengaruh Tebal Isolasi Thermal Terhadap Efektivitas Plate Heat Exchanger (Ekadewi Anggraini Handoyo Pengaruh Tebal Isolasi Termal Terhadap Efektivitas Plate Heat Exchanger Ekadewi Anggraini Handoyo Dosen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk selalu mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada suatu

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk selalu mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi bidang otomotif berkembang sangat pesat mendorong manusia untuk selalu mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada suatu kendaraan

Lebih terperinci

Pandu Sugoro, M. Hamzah Hasyim, dan Saifoe El Unas

Pandu Sugoro, M. Hamzah Hasyim, dan Saifoe El Unas MONITORING PADA PEMBANGUNAN PROYEK TERMINAL PENUMPANG KABUPATEN BARRU SULAWESI SELATAN DENGAN METODE KONSEP NILAI HASIL DIKONVERSIKAN TERHADAP KURVA S. Pandu Sugoro, M. Hamzah Hasyim, dan Saifoe El Unas

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. kemajuan teknologi. Tahun 1885, Karl Benz membangun Motorwagen,

1. PENDAHULUAN. kemajuan teknologi. Tahun 1885, Karl Benz membangun Motorwagen, 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi adalah sarana bagi manusia untuk memindahkan sesuatu, baik manusia atau benda dari satu tempat ke tempat lain, dengan ataupun tanpa mempergunakan alat bantu.

Lebih terperinci

Pengaruh Temperatur Air Pendingin Terhadap Konsumsi Bahan Bakar Motor Diesel Stasioner di Sebuah Huller

Pengaruh Temperatur Air Pendingin Terhadap Konsumsi Bahan Bakar Motor Diesel Stasioner di Sebuah Huller JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 1, No. 1, April 1999 : 8-13 Pengaruh Temperatur Air Pendingin Terhadap Konsumsi Bahan Bakar Motor Diesel Stasioner di Sebuah Huller Ekadewi Anggraini Handoyo Dosen Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM).

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM). Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM). Pertemuan ke Capaian Pembelajaran Topik (pokok, subpokok bahasan, alokasi waktu) Teks Presentasi Media Ajar Gambar Audio/Video Soal-tugas Web Metode Evaluasi

Lebih terperinci

EVALUASI PENGENDALIAN BIAYA DAN WAKTU DENGAN MENGGUNAKAN METODE EARNED VALUE PADA PROYEK STUDENT BOARDING HOUSE PRESIDENT UNIVERSITY

EVALUASI PENGENDALIAN BIAYA DAN WAKTU DENGAN MENGGUNAKAN METODE EARNED VALUE PADA PROYEK STUDENT BOARDING HOUSE PRESIDENT UNIVERSITY Prosiding SNaPP2011 Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN:2089-3582 EVALUASI PENGENDALIAN BIAYA DAN WAKTU DENGAN MENGGUNAKAN METODE EARNED VALUE PADA PROYEK STUDENT BOARDING HOUSE PRESIDENT UNIVERSITY 1

Lebih terperinci

Pengaruh Penggunaan Baffle pada Shell-and-Tube Heat Exchanger

Pengaruh Penggunaan Baffle pada Shell-and-Tube Heat Exchanger Pengaruh Penggunaan Baffle pada Shell-and-Tube Heat Exchanger (Ekadewi Anggraini Handoyo Pengaruh Penggunaan Baffle pada Shell-and-Tube Heat Exchanger Ekadewi Anggraini Handoyo Dosen Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Data Dalam bab pembahasan akan dijelaskan secara rinci mengenai langkah-langkah dalam menyelesaikan tugas akhir ini yang meliputi perhitungan konsep nilai

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI HASIL TERHADAP WAKTU PADA PROYEK KONSTRUKSI (Studi Kasus Pada Proyek Pembangunan Hotel Eastparc Yogyakarta) SKRIPSI

ANALISIS NILAI HASIL TERHADAP WAKTU PADA PROYEK KONSTRUKSI (Studi Kasus Pada Proyek Pembangunan Hotel Eastparc Yogyakarta) SKRIPSI ANALISIS NILAI HASIL TERHADAP WAKTU PADA PROYEK KONSTRUKSI (Studi Kasus Pada Proyek Pembangunan Hotel Eastparc Yogyakarta) Analysis on Earned Value to Time of Construction Project (Case Study at Building-Construction

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas Perpindahan kalor adalah ilmu yang mempelajari berpindahnya suatu energi (berupa kalor) dari suatu sistem ke sistem lain karena adanya perbedaan temperatur.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi bidang otomotif berkembang sangat pesat mendorong

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi bidang otomotif berkembang sangat pesat mendorong BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi bidang otomotif berkembang sangat pesat mendorong manusia untuk selalu mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam dunia otomotif khususnya

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI SUDU KIPAS RADIATOR TERHADAP PERFORMASI MESIN PENDINGIN PADA MOBIL TOYOTA K3-VI, 1300 CC. Mastur 1, Nugroho Aji

PENGARUH VARIASI SUDU KIPAS RADIATOR TERHADAP PERFORMASI MESIN PENDINGIN PADA MOBIL TOYOTA K3-VI, 1300 CC. Mastur 1, Nugroho Aji PENGARUH VARIASI SUDU KIPAS RADIATOR TERHADAP PERFORMASI MESIN PENDINGIN PADA MOBIL TOYOTA K3-VI, 1300 CC Mastur 1, Nugroho Aji 1,2) Program Studi Teknik Mesin STT Wiworotomo Purwokerto Jl. Sumingkir No.

Lebih terperinci

TINJAUAN FAKTOR PENGOTORAN ( FOULING ) TERHADAP PRESTASI RADIATOR PADA SISTEM PENDINGIN MOBIL

TINJAUAN FAKTOR PENGOTORAN ( FOULING ) TERHADAP PRESTASI RADIATOR PADA SISTEM PENDINGIN MOBIL HALAMAN JUDUL Teknik LAPORAN PENELITIAN DOSEN TINJAUAN FAKTOR PENGOTORAN ( FOULING ) TERHADAP PRESTASI RADIATOR PADA SISTEM PENDINGIN MOBIL Oleh : Bagiyo Condro Purnomo NIK. 087606031 Fakultas Teknik Saifudin,

Lebih terperinci

PENGARUH BAHAN INSULASI TERHADAP PERPINDAHAN KALOR PADA TANGKI PENYIMPANAN AIR UNTUK SISTEM PEMANAS AIR BERBASIS SURYA

PENGARUH BAHAN INSULASI TERHADAP PERPINDAHAN KALOR PADA TANGKI PENYIMPANAN AIR UNTUK SISTEM PEMANAS AIR BERBASIS SURYA ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.3 Desember 2017 Page 3845 PENGARUH BAHAN INSULASI TERHADAP PERPINDAHAN KALOR PADA TANGKI PENYIMPANAN AIR UNTUK SISTEM PEMANAS AIR BERBASIS SURYA

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENUKAR KALOR TIPE WL 110 MODEL CONSENTRIS TUBE MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

EFEKTIVITAS PENUKAR KALOR TIPE WL 110 MODEL CONSENTRIS TUBE MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA EFEKTIVITAS PENUKAR KALOR TIPE WL 110 MODEL CONSENTRIS TUBE MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA Budiman Sudia 1, Abd. Kadir 2, Samhuddin 3 Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Universitas Halu Oleo Kendari

Lebih terperinci

Aplikasi Metode Nilai Hasil (Earned Value Method) pada Sistem Pengendalian Proyek

Aplikasi Metode Nilai Hasil (Earned Value Method) pada Sistem Pengendalian Proyek JURNAL ILMIAH SEMESTA TEKNIKA Vol. 15, No. 2, 159-166, November 2012 159 Aplikasi Metode Nilai Hasil (Earned Value Method) pada Sistem Pengendalian Proyek (Application of Earned Value Method on Project

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN TEMPORARY AIR CONDITIONER BERBASIS PENYIMPANAN ENERGI TERMAL ES

RANCANG BANGUN TEMPORARY AIR CONDITIONER BERBASIS PENYIMPANAN ENERGI TERMAL ES ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.3 Desember 2017 Page 3837 RANCANG BANGUN TEMPORARY AIR CONDITIONER BERBASIS PENYIMPANAN ENERGI TERMAL ES DESIGN AND CONSTRUCTION OF TEMPORARY AIR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu di antara benda atau material.

Lebih terperinci

Pengaruh Variasi Putaran Dan Debit Air Terhadap Efektifitas Radiator

Pengaruh Variasi Putaran Dan Debit Air Terhadap Efektifitas Radiator Pengaruh Variasi Putaran Dan Debit Air Terhadap Efektifitas Radiator Nur Robbi Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Islam Malang Jl. MT Haryono 193 Malang 65145 E-mail: nurrobbift@gmail.com

Lebih terperinci

PENGARUH PERBANDINGAN TANPA SIRIP DENGAN SIRIP LURUS DENGAN ALIRAN AIR BERLAWANAN TERHADAP EFISIENSI PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER ABSTRAK

PENGARUH PERBANDINGAN TANPA SIRIP DENGAN SIRIP LURUS DENGAN ALIRAN AIR BERLAWANAN TERHADAP EFISIENSI PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER ABSTRAK PENGARUH PERBANDINGAN TANPA SIRIP DENGAN SIRIP LURUS DENGAN ALIRAN AIR BERLAWANAN TERHADAP EFISIENSI PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER Bayu Anggoro 1, Nova R. Ismail 2, Agus Suyatno 3 ABSTRAK Bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kendaraan adalah alat trasportasi yang di ciptakan oleh manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kendaraan adalah alat trasportasi yang di ciptakan oleh manusia untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Kendaraan adalah alat trasportasi yang di ciptakan oleh manusia untuk dapat mempermudah suatu kegiatan. Kendaraan yang di produksi oleh suatu pabrik dirancang

Lebih terperinci

CONTROLLING IDENTIFIKASI VARIANS

CONTROLLING IDENTIFIKASI VARIANS CONTROLLING Ada dua macam teknik dan metode untuk pengendalian biaya dan jadual yaitu : 1. Identifikasi varians 2. Konsep nilai hasil (Earned Value Concept) IDENTIFIKASI VARIANS Identifikasi varians digunakan

Lebih terperinci

MODIFIKASI SALURAN OLI KE MEKANISME KATUP HUBUNGANNYA DENGAN PENURUNAN SUHU OLI MESIN PADA SEPEDA MOTOR 4 TAK

MODIFIKASI SALURAN OLI KE MEKANISME KATUP HUBUNGANNYA DENGAN PENURUNAN SUHU OLI MESIN PADA SEPEDA MOTOR 4 TAK MODIFIKASI SALURAN OLI KE MEKANISME KATUP HUBUNGANNYA DENGAN PENURUNAN SUHU OLI MESIN PADA SEPEDA MOTOR 4 TAK Taufiq Hidayat 1), Teguh Wiyono 2) 1) Jurusan Teknik Mesin, UNU Surakarta 2) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Informasi Pengendalian Proyek dengan Metode Earned Value Management (EVM)

Perancangan Sistem Informasi Pengendalian Proyek dengan Metode Earned Value Management (EVM) 1 Perancangan Sistem Informasi Pengendalian Proyek dengan Metode Earned Value Management (EVM) Zul Fadli, Yusroniya Eka Putri R.W, ST., MT dan Trijoko Wahyu Adi, ST., MT., PhD Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Dasar Perpindahan Kalor Perpindahan kalor terjadi karena adanya perbedaan suhu, kalor akan mengalir dari tempat yang suhunya tinggi ke tempat suhu rendah. Perpindahan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMAKAIAN COOLING FAN PADA PROSES PENDINGINAN MESIN SEPEDA MOTOR MATIC HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT EFISIENSI BAHAN BAKAR DAN TEMPERATUR MESIN

PENGARUH PEMAKAIAN COOLING FAN PADA PROSES PENDINGINAN MESIN SEPEDA MOTOR MATIC HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT EFISIENSI BAHAN BAKAR DAN TEMPERATUR MESIN PENGARUH PEMAKAIAN COOLING FAN PADA PROSES PENDINGINAN MESIN SEPEDA MOTOR MATIC HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT EFISIENSI BAHAN BAKAR DAN TEMPERATUR MESIN 1) Basuki Rohmad, 2) Rohmat Subodro 1) Teknik Mesin,

Lebih terperinci

PROSIDING SEMINAR NASIONAL TEKNIK MESIN 9 Meningkatkan Penelitian dan Inovasi di bidang Teknik Mesin Dalam menyongsong AFTA 2015

PROSIDING SEMINAR NASIONAL TEKNIK MESIN 9 Meningkatkan Penelitian dan Inovasi di bidang Teknik Mesin Dalam menyongsong AFTA 2015 PROSIDING SEMINAR NASIONAL TEKNIK MESIN 9 Meningkatkan Penelitian dan Inovasi di bidang Teknik Mesin Dalam menyongsong AFTA 2015 Hak Cipta @ 2014 oleh SNTM 9 Program Studi Teknik Mesin Universitas Kristen

Lebih terperinci

Konsep Earned Value dalam Aplikasi Pengelolaan Proyek Konstruksi

Konsep Earned Value dalam Aplikasi Pengelolaan Proyek Konstruksi JURNAL ILMIAH SEMESTA TEKNIKA Vol. 11 No. 2 (November 2008): 153-161 153 Konsep Earned Value dalam Aplikasi Pengelolaan Proyek Konstruksi (Earned Value Concept for Application on Construction Project Management)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (resource) yang ada. Yang dimaksud dengan sumber daya (resource) di sini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (resource) yang ada. Yang dimaksud dengan sumber daya (resource) di sini BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 DEFINISI MANAJEMEN PROYEK Pengertian sederhana dari manajemen proyek adalah proses dalam pencapaian suatu tujuan yang telah disepakati dan dibatasi dengan waktu dan sumber daya

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PENJADWALAN PROYEK MENGGUNAKAN KURVA S DAN CPM NETWORK PADA PROYEK X DI SURABAYA

PERBANDINGAN PENJADWALAN PROYEK MENGGUNAKAN KURVA S DAN CPM NETWORK PADA PROYEK X DI SURABAYA PERBANDINGAN PENJADWALAN PROYEK MENGGUNAKAN KURVA S DAN CPM NETWORK PADA PROYEK X DI SURABAYA Wenly Sulistio 1, Andi 2 ABSTRAK: Metode yang banyak digunakan dalam perencanaan jadwal proyek adalah metode

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM PENDINGIN ENGINE PADA PEMBUATAN LIFE ENGINE STAND NISSAN SUNNY GA15. Ono Wiharna, Mohamad Agus

ANALISIS SISTEM PENDINGIN ENGINE PADA PEMBUATAN LIFE ENGINE STAND NISSAN SUNNY GA15. Ono Wiharna, Mohamad Agus ANALISIS SISTEM PENDINGIN ENGINE PADA PEMBUATAN LIFE ENGINE STAND NISSAN SUNNY GA15 Ono Wiharna, Mohamad Agus Departemen Pendidikan Tehnik Mesin Universitas Pendidikan Indonesia Jl. Dr. Setiabudhi No.207

Lebih terperinci

PENGARUH PERUBAHAN DIMENSI DIAMETER PULI POMPA AIR TERHADAP KERJA SISTEM PENDINGIN PADA MESIN KIJANG TIPE 5K 4 SILINDER

PENGARUH PERUBAHAN DIMENSI DIAMETER PULI POMPA AIR TERHADAP KERJA SISTEM PENDINGIN PADA MESIN KIJANG TIPE 5K 4 SILINDER PENGARUH PERUBAHAN DIMENSI DIAMETER PULI POMPA AIR TERHADAP KERJA SISTEM PENDINGIN PADA MESIN KIJANG TIPE 5K 4 SILINDER Achmad Nurhidayat Sfaf Pengajar, Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

REGITRA DESKA FEBRI NPM

REGITRA DESKA FEBRI NPM Analisis Kinerja Biaya dan Waktu Dengan Metode Nilai Hasil (Earned Value Analysis) Pada Pekerjaan Renovasi Tahap II Asrama Wana Mulia SMK Kehutanan Samarinda NASKAH PUBLIKASI Diajukan Oleh: EKA REGITRA

Lebih terperinci

ANALISIS VOLUME AIR RADIATOR TERHADAP PERUBAHAN TEMPERATUR PADA MOTOR DIESEL CHEVROLET ABSTRAK

ANALISIS VOLUME AIR RADIATOR TERHADAP PERUBAHAN TEMPERATUR PADA MOTOR DIESEL CHEVROLET ABSTRAK ANALISIS VOLUME AIR RADIATOR TERHADAP PERUBAHAN TEMPERATUR PADA MOTOR DIESEL CHEVROLET Koni Raflando 1), Gatot Subiyakto 2), Akhmad Farid 3) ABSTRAK Sistem pendinginan pada kerja mesin berfungsi sebagai

Lebih terperinci

Agus Purnomo. Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Pasundan

Agus Purnomo. Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Pasundan EVALUASI PENGENDALIAN PROYEK DENGAN METODE ANALISIS VARIANS DAN KONSEP NILAI HASIL PADA PEMBANGUNAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DI KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT Agus Purnomo Jurusan Teknik Industri Fakultas

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH VARIASI LAJU ALIRAN UDARA TERHADAP EFEKTIVITAS HEAT EXCHANGER MEMANFAATKAN ENERGI PANAS LPG

ANALISA PENGARUH VARIASI LAJU ALIRAN UDARA TERHADAP EFEKTIVITAS HEAT EXCHANGER MEMANFAATKAN ENERGI PANAS LPG ANALISA PENGARUH VARIASI LAJU ALIRAN UDARA TERHADAP EFEKTIVITAS HEAT EXCHANGER MEMANFAATKAN ENERGI PANAS LPG Oleh : I Made Agus Wirawan Pembimbing : Ir. Hendra Wijaksana, M.Sc. Ketut Astawa, ST., MT. ABSTRAK

Lebih terperinci

PENERAPAN PERANGKAT LUNAK KOMPUTER UNTUK PENENTUAN KINERJA PENUKAR KALOR

PENERAPAN PERANGKAT LUNAK KOMPUTER UNTUK PENENTUAN KINERJA PENUKAR KALOR PENERAPAN PERANGKAT LUNAK KOMPUTER UNTUK PENENTUAN KINERJA PENUKAR KALOR Sugiyanto 1, Cokorda Prapti Mahandari 2, Dita Satyadarma 3. Jurusan Teknik Mesin Universitas Gunadarma Jln Margonda Raya 100 Depok.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI ANALISA KINERJA PENUKAR PANAS AKIBAT PERUBAHAN DIAMETER TABUNG DARI 9 mm MENJADI 13 mm PADA BANTALAN OLI PENDUKUNG UNIT 1 PT. PJB UP PLTA CIRATA PURWAKARTA Bono Program Studi Teknik Konversi Energi, Jurusan

Lebih terperinci

BAB III. PERAWATAN SISTEM PENDINGIN (Radiator) MESIN BUS DI PT SAFARI DHARMA SAKTI

BAB III. PERAWATAN SISTEM PENDINGIN (Radiator) MESIN BUS DI PT SAFARI DHARMA SAKTI BAB III PERAWATAN SISTEM PENDINGIN (Radiator) MESIN BUS DI PT SAFARI DHARMA SAKTI 3.1 Prinsip pendinginan mesin Selama mesin bekerja akan menimbulkan panas dan panas mesin harus dibatasi jangan sampai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Pendinginan Mesin Motor bakar dalam operasionalnya menghasilkan panas yang berasal dari pembakaran bahan bakar dalm silinder. Panas yang di hasilkan tidak di buang akibatnya

Lebih terperinci

EVALUASI KEMAJUAN PROYEK DENGAN METODE NILAI HASIL PROSES PENGENDALIAN KINERJA WAKTU DAN BIAYA

EVALUASI KEMAJUAN PROYEK DENGAN METODE NILAI HASIL PROSES PENGENDALIAN KINERJA WAKTU DAN BIAYA TECHSI ~ Jurnal Penelitian Teknik Informatika Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe Aceh Perencanaan dan pengendalian biaya dan waktu merupakan bagian dari manajemen proyek konstruksi secara keseluruhan.

Lebih terperinci

ANALISIS PERPINDAHAN PANAS PADA GAS TURBINE CLOSED COOLING WATER HEAT EXCHANGER DI SEKTOR PEMBANGKITAN PLTGU CILEGON

ANALISIS PERPINDAHAN PANAS PADA GAS TURBINE CLOSED COOLING WATER HEAT EXCHANGER DI SEKTOR PEMBANGKITAN PLTGU CILEGON EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 10 No. 3 September 2014; 78-83 ANALISIS PERPINDAHAN PANAS PADA GAS TURBINE CLOSED COOLING WATER HEAT EXCHANGER DI SEKTOR PEMBANGKITAN PLTGU CILEGON F. Gatot Sumarno, Slamet

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS 2.1 Konsep Dasar Perpindahan Panas Perpindahan panas dapat terjadi karena adanya beda temperatur antara dua bagian benda. Panas akan mengalir dari

Lebih terperinci

Metode Earned Value untuk Analisa Kinerja Biaya dan Waktu Pelaksanaan pada Proyek Pembangunan Condotel De Vasa Surabaya

Metode Earned Value untuk Analisa Kinerja Biaya dan Waktu Pelaksanaan pada Proyek Pembangunan Condotel De Vasa Surabaya JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) Metode Earned Value untuk Analisa Kinerja Biaya dan Waktu Pelaksanaan pada Proyek Pembangunan Condotel De Vasa Surabaya Muhammad

Lebih terperinci

Analisa Earned Value pada Proyek Pembangunan Vimala Hills Villa dan Resort Bogor

Analisa Earned Value pada Proyek Pembangunan Vimala Hills Villa dan Resort Bogor D-76 Analisa Earned Value pada Proyek Pembangunan Vimala Hills Villa dan Resort Bogor Yomelda dan Christiono Utomo Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

ISSN No [ JURNAL TEKNIKA VOL 7 NO 1 MARET 2015]

ISSN No [ JURNAL TEKNIKA VOL 7 NO 1 MARET 2015] ANALISIS PENGENDALIAN BIAYA DAN WAKTU DENGAN KONSEP NILAI HASIL (EARNED VALUE) (Studi Kasus : Fabrikasi Steel Structure Slag Gresik) Dwi Kartikasari*) *) Dosen Prodi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN SISTEM SIRKULASI AIR PENDINGIN KONDENSOR PERALATAN PIROLISIS SAMPAH PLASTIK

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN SISTEM SIRKULASI AIR PENDINGIN KONDENSOR PERALATAN PIROLISIS SAMPAH PLASTIK LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN SISTEM SIRKULASI AIR PENDINGIN KONDENSOR PERALATAN PIROLISIS SAMPAH PLASTIK Disusun oleh: SEFI YUDA YURI YUAN DANA I 8310055 SENO PRASETYO I 8310058 TANGGUH PERWIRA NEGARA

Lebih terperinci

COOLING SYSTEM ( Sistim Pendinginan )

COOLING SYSTEM ( Sistim Pendinginan ) COOLING SYSTEM ( Sistim Pendinginan ) Adalah sistim dalam engine diesel yang berfungsi: 1. Mendinginkan engine untuk mencegah Over Heating.. 2. Memelihara suhu kerja engine. 3. Mempercepat dan meratakan

Lebih terperinci

Kampus Bina Widya Jl. HR. Soebrantas Km 12,5 Pekanbaru, Kode Pos Abstract

Kampus Bina Widya Jl. HR. Soebrantas Km 12,5 Pekanbaru, Kode Pos Abstract ANALISIS EVAPORATIVE AIR COOLER DENGAN TEMPERATUR MEDIA PENDINGIN YANG BERBEDA Hendra Listiono 1, Azridjal Aziz 2, Rahmat Iman Mainil 3 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Riau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. titik awal dan titik akhir serta hasil tertentu. Proyek biasanya bersifat lintas fungsi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. titik awal dan titik akhir serta hasil tertentu. Proyek biasanya bersifat lintas fungsi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Proyek Konstruksi Proyek merupakan sekumpulan aktivitas yang saling berhubungan. Ada titik awal dan titik akhir serta hasil tertentu. Proyek biasanya bersifat lintas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin cepat mendorong manusia untuk selalu mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi (Daryanto, 1999 : 1). Sepeda motor, seperti juga

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI UNTUK MENDETEKSI UANG LOGAM DENGAN METODE EUCLIDEAN

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI UNTUK MENDETEKSI UANG LOGAM DENGAN METODE EUCLIDEAN Jurnal Teknik Informatika Vol. 1 September 2012 1 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI UNTUK MENDETEKSI UANG LOGAM DENGAN METODE EUCLIDEAN Wahyu Saputra Wibawa 1, Juni Nurma Sari 2, Ananda 3 Program Studi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin pendingin atau kondensor adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan panas dari dalam ruangan ke luar ruangan. Adapun sistem mesin pendingin yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Thermosiphon Reboiler adalah reboiler, dimana terjadi sirkulasi fluida

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Thermosiphon Reboiler adalah reboiler, dimana terjadi sirkulasi fluida BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Thermosiphon Reboiler Thermosiphon Reboiler adalah reboiler, dimana terjadi sirkulasi fluida yang akan didihkan dan diuapkan dengan proses sirkulasi almiah (Natural Circulation),

Lebih terperinci

REKAYASA RANCANG BANGUN TRAINER SISTEM KELISTRIKAN AC MOBIL DAIHATSU ZEBRA

REKAYASA RANCANG BANGUN TRAINER SISTEM KELISTRIKAN AC MOBIL DAIHATSU ZEBRA Trainer Sistem Kelistrikan AC Mobil Daihatsu Zebra REKAYASA RANCANG BANGUN TRAINER SISTEM KELISTRIKAN AC MOBIL DAIHATSU ZEBRA Wildan Fahmi D3 Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya e-mail:

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN PROYEK MENGGUNAKAN METODE EARNED VALUE ANALYSIS

EVALUASI PELAKSANAAN PROYEK MENGGUNAKAN METODE EARNED VALUE ANALYSIS EVALUASI PELAKSANAAN PROYEK MENGGUNAKAN METODE EARNED VALUE ANALYSIS Triono Agung Dumadi 1, Sri Sunarjono 2, Muh. Nur Sahid 2 1 Mahasiswa Magister Teknik Sipil, Sekolah Pascasarjana, Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

ANALISIS METODE MONTECARLO PADA KONSEP NILAI HASIL UNTUK MONITORING PROYEK

ANALISIS METODE MONTECARLO PADA KONSEP NILAI HASIL UNTUK MONITORING PROYEK ANALISIS METODE MONTECARLO PADA KONSEP NILAI HASIL UNTUK MONITORING PROYEK Rizki Gumelar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang Jl. MT. Haryono 167, Malang 65145, Indonesia ABSTRAK

Lebih terperinci

SOLUSI ANALITIK DAN SOLUSI NUMERIK KONDUKSI PANAS PADA ARAH RADIAL DARI PEMBANGKIT ENERGI BERBENTUK SILINDER

SOLUSI ANALITIK DAN SOLUSI NUMERIK KONDUKSI PANAS PADA ARAH RADIAL DARI PEMBANGKIT ENERGI BERBENTUK SILINDER SOLUSI ANALITIK DAN SOLUSI NUMERIK KONDUKSI PANAS PADA ARAH RADIAL DARI PEMBANGKIT ENERGI BERBENTUK SILINDER ABSTRAK Telah dilakukan perhitungan secara analitik dan numerik dengan pendekatan finite difference

Lebih terperinci

Jl. Ir. Sutami 36A, Surakarta 57126; Telp

Jl. Ir. Sutami 36A, Surakarta 57126; Telp eissn 2354-8630 ANALISIS TIME COST TRADE OFF DENGAN PENAMBAHAN JAM KERJA PADA PROYEK KONSTRUKSI (STUDI KASUS : PROYEK PEMBANGUNAN JALAN TOL BOGOR RING ROAD SEKSI II A) Okyta Putri Cahya Ardika 1), Sugiyarto

Lebih terperinci

EVALUASI PENGENDALIAN WAKTU DAN BIAYA PROYEK PEMBANGUNAN RUMAH KOST DUA LANTAI DI KEPUTIH TEGAL TIMUR SURABAYA. I Komang Kerthajaya

EVALUASI PENGENDALIAN WAKTU DAN BIAYA PROYEK PEMBANGUNAN RUMAH KOST DUA LANTAI DI KEPUTIH TEGAL TIMUR SURABAYA. I Komang Kerthajaya EXTRAPOLASI Jurnal Teknik Sipil Untag Surabaya P-ISSN: 1693-8259 Juli 2014, Vol. 7 No. 1, hal. 53-62 EVALUASI PENGENDALIAN WAKTU DAN BIAYA PROYEK PEMBANGUNAN RUMAH KOST DUA LANTAI DI KEPUTIH TEGAL TIMUR

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proses Perpindahan Kalor Perpindahan panas adalah ilmu untuk memprediksi perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu diantara benda atau material. Perpindahan

Lebih terperinci

VERIFIKASI ULANG ALAT PENUKAR KALOR KAPASITAS 1 kw DENGAN PROGRAM SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER DESIGN

VERIFIKASI ULANG ALAT PENUKAR KALOR KAPASITAS 1 kw DENGAN PROGRAM SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER DESIGN VERIFIKASI ULANG ALAT PENUKAR KALOR KAPASITAS 1 kw DENGAN PROGRAM SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER DESIGN Harto Tanujaya, Suroso dan Edwin Slamet Gunadarma Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA PROYEK PEMBANGUNAN RUANG KELAS BARU SMKN 6 BALIKPAPAN

ANALISIS KINERJA PROYEK PEMBANGUNAN RUANG KELAS BARU SMKN 6 BALIKPAPAN ANALISIS KINERJA PROYEK PEMBANGUNAN RUANG KELAS BARU SMKN 6 BALIKPAPAN Noviar 1, Anang Yahya 2 1 Mahasiswa Prodi Studi Teknik Sipil, Universitas Balikpapan 2 Dosen Prodi Teknik Sipil, Universitas Balikpapan

Lebih terperinci

ALEX SATRYA MAULANA ( )

ALEX SATRYA MAULANA ( ) Disusun Oleh : ALEX SATRYA MAULANA (3109.106.046) JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT SEPULUH NOPEMBER TAHUN 2011 I.1 Latar Belakang 1. Semakin besar dan rumitnya perkembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Proyek Menurut Ir. Abrar Husen, MT., Manajemen Proyek adalah penerapan ilmu pengetahuan, keahlian dan keterampilan, cara teknis yang terbaik dan dengan sumber daya

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Sebuah modul termoelektrik yang dialiri arus DC. ( https://ferotec.com. (2016). www. ferotec.com/technology/thermoelectric)

Gambar 2.1 Sebuah modul termoelektrik yang dialiri arus DC. ( https://ferotec.com. (2016). www. ferotec.com/technology/thermoelectric) BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Modul termoelektrik adalah sebuah pendingin termoelektrik atau sebagai sebuah pompa panas tanpa menggunakan komponen bergerak (Ge dkk, 2015, Kaushik dkk, 2016). Sistem pendingin

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK TRANSPORT KALOR PADA SISTEM PENDINGIN (SIMULASI) MOTOR BAKAR MENGGUNAKAN POROUS MEDIA

KARAKTERISTIK TRANSPORT KALOR PADA SISTEM PENDINGIN (SIMULASI) MOTOR BAKAR MENGGUNAKAN POROUS MEDIA KARAKTERISTIK TRANSPORT KALOR PADA SISTEM PENDINGIN (SIMULASI) MOTOR BAKAR MENGGUNAKAN POROUS MEDIA Ahmad Hamim Su udy 1), Eko Siswanto 2), Rudy Soenoko 3) 1,2,3) Teknik Mesin, Universitas Brawijaya Malang

Lebih terperinci

3.2.1 Prosedur Pembuatan Progres Biaya dan Waktu Proyek yang. Adapun prosedur pembuatan progres biaya dan waktu untuk

3.2.1 Prosedur Pembuatan Progres Biaya dan Waktu Proyek yang. Adapun prosedur pembuatan progres biaya dan waktu untuk 30 3.2 Analisis sistem yang Sedang Berjalan 3.2.1 Prosedur Pembuatan Progres Biaya dan Waktu Proyek yang Sedang Berjalan Adapun prosedur pembuatan progres biaya dan waktu untuk mengendalikan sebuah proyek

Lebih terperinci

Kata kunci: Evaluasi Proyek, Konsep Nilai Hasil, ACWP, BCWS, BCWP

Kata kunci: Evaluasi Proyek, Konsep Nilai Hasil, ACWP, BCWS, BCWP ABSTRAK Adanya pembangunan konstruksi yang tidak sesuai dengan rencana, maka pelaksanaan dari proyek konstruksi perlu mendapat perhatian. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan suatu metode yang dapat

Lebih terperinci