PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI JAMU INSTAN DI KABUPATEN KARANGANYAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI JAMU INSTAN DI KABUPATEN KARANGANYAR"

Transkripsi

1 PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI JAMU INSTAN DI KABUPATEN KARANGANYAR SKRIPSI Oleh : Ananda Putuarta H FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013 i

2 PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI JAMU INSTAN DI KABUPATEN KARANGANYAR Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Program Studi Agribisnis Oleh : Ananda Putuarta H FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013 ii ii

3 PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI JAMU INSTAN DI KABUPATEN KARANGANYAR Oleh : Ananda Putuarta H Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 28 Desember 2012 dan dinyatakan telah memenuhi syarat Penguji I Susunan Dewan Penguji Penguji II Penguji III Prof. Dr. Ir. Suprapti Supardi, MP. NIP Nuning Setyowati, SP. M.Sc. NIP Wiwit Rahayu, SP. MP. NIP Surakarta, Januari 2013 Mengetahui, Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian Dekan Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS NIP iii

4 KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dan menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik dan lancar. Skripsi yang berjudul Pemetaan dan Strategi Pengembangan Agroindustri Jamu Instan di Kabupaten Karanganyar ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Univesitas Sebelas Maret Surakarta. Pelaksanaan penelitian serta proses penyelesaian skripsi ini dapat terlaksana dengan lancar berkat dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. 2. Bapak Dr. Ir. Mohd. Harisudin, MSi. selaku Ketua Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. 3. Ibu Nuning Setyowati SP. MSc selaku Ketua Komisi Sarjana, serta pembimbing pendamping skripsi atas kebijaksanaan dalam memberikan bimbingan, nasehat, dan pengertian dalam proses konsultasi dan penyusunan skripsi. 4. Ibu Prof. Dr. Ir. Suprapti Supardi MP. selaku pembimbing utama atas kebaikan, bimbingan, kritik dan saran serta tambahan pengetahuan yang sangat berharga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan lancar. 5. Ibu Wiwit Rahayu SP. MP. Selaku dosen penguji atas bimbingan, nasehat, pengertian, kritik dan saran serta tambahan pengetahuan yang sangat berharga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan hasil yang memuaskan. 6. Kesbanglinmas, Bappeda, Desperindagkop, Dinas Pertanian, Badan Pusat Statistik, Semua staff kantor kecamatan yang ada di Kabupaten Karanganyar yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian. 7. Almarhum Bapak tercinta Bapak Anarta dan Almarhum Kakek tercinta Bapak Harto Suyamto. Ibunda tersayang Ibu Siti Dahlia solichatun dan Ibu iv

5 Kusmiyati. Ibu Suyamti nenek saya tercinta, Dik Dinda dan dik dimas serta semua yang ada di rumah. 8. Sahabat-sahabatku tercinta Mas abid, nur, ragil, indra, ragil, ami, sidiq, machalie, ibhe, rendi, nandika dll. Tidak lupa mba galuh, bersama geng sari, dik tami, uli, aik, riana a, riana d, carin, mesti, puput, reni, puri, anggun, ocha, resty, maria, bundo, mba tyas, tante riska dll. Terima kasih atas persahabatan yang telah kalian berikan. 9. Segenap keluarga besar Agribisnis angkatan 2008, yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih atas kebersamaannya selama kuliah ini. 10. Segenap keluarga besar KAMAGRISTA FP UNS (Keluarga Mahasiswa Agribisnis Pertanian) Terima kasih atas kebersamaan dan persabatan kalian. Satukan Tekad Meraih Asa, Jaya Kamagrista!!! 11. Semua pihak yang telah membantu kelancaran proses penelitian dan penyelesaian skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuannya selama ini. Sebagai salah satu tahapan dalam proses pembelajaran, penulis menyadari bahwa tulisan ini tak luput dari segala kekurangan. Untuk itu penulis memohon maaf atas segala kekurangan dan keterbatasan penulis serta mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Sebagai penutup semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Surakarta, Januari 2013 Penulis v iv

6 DAFTAR ISI v Halaman HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... RINGKASAN... SUMMARY... xiii I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Perumusan Masalah... 4 C. Tujuan Penelitian... 6 D. Kegunaan Penelitian... 6 II. LANDASAN TEORI... 8 A. Penelitian Terdahulu... 8 B. Tinjauan Pustaka C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah D. Asumsi E. Pembatasan Masalah F. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian B. Metode Pengambilan Daerah Penelitian C. Jenis dan Sumber Data D. Teknik Pengumpulan Data E. Metode Analisis Data IV. KONDISI UMUM A. Keadaan Alam B. Keadaan Penduduk C. Keadaan Pertanian D. Keadaan Perindustrian V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pemetaan (Sebaran) Agroindustri Jamu Instan di Kabupaten Karanganyar i ii iii v x xi xii

7 B. Potensi (Posisi) Agroindustri Jamu Instan pada Tingkat Kecamatan di Kabupaten Karanganyar melalui Pendekatan Metode Perbandingan Eksponensial C. Hasil Analisis Potensi (Posisi) Agroindustri Jamu Instan pada Tingkat Kabupaten melalui Pendekatan Metode Borda D. Strategi Pengembangan Agroindustri Jamu Instan di Kabupaten Karanganyar E. Rantai Nilai (Value Chain) Agroindustri Jamu Instan di Kabupaten Karanganyar VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN vi

8 DAFTAR TABEL No Judul Halaman Tabel 1. Produksi Tanaman Biofarmaka di Kabupaten Karanganyar, Tabel 2. Produksi Tanaman Jahe dan Kunyit Provinsi Jawa Tengah, Tabel 3. Matriks SWOT Tabel 4. Jenis Tanah Menurut Kecamatan di Kabupaten Karanganyar, Tabel 5. Penggunaan Wilayah di Kabupaten Karanganyar, Tabel 6. Perkembangan Penduduk Kabupaten Karanganyar, Tabel 7. Komposisi Penduduk Kabupaten Karanganyar menurut Jenis Kelamin, Tabel 8. Komposisi Penduduk Kabupaten Karanganyar Menurut Kelompok Umur, Tabel 9. Komposisi Penduduk Kabupaten Karanganyar Menurut Tingkat Pendidikan, Tabel 10. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kabupaten Karanganyar, Tabel 11. Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten Karanganyar, Tabel 12. Industri Menurut Skala Usaha di Kabupaten Karanganyar, Tabel 13. Peta (Sebaran) Agroindustri Jamu Instan di Kabupaten Karanganyar, vii

9 Tabel 14. Posisi (Potensi) Agroindustri Jamu Instan di Kecamatan Jatipuro Menggunakan Pendekatan Metode Perbandingan Eksponensial, Tabel 15. Posisi (Potensi) Agroindustri Jamu Instan di Kecamatan Jenawi Menggunakan Pendekatan Metode Perbandingan Eksponensial, Tabel 16. Posisi (Potensi) Agroindustri Jamu Instan di Kecamatan Jumantono Menggunakan Pendekatan Metode Perbandingan Eksponensial, Tabel 17. Posisi (Potensi) Agroindustri Jamu Instan di Kecamatan Jumapolo Menggunakan Pendekatan Metode Perbandingan Eksponensial, Tabel 18. Posisi (Potensi) Agroindustri Jamu Instan di Kecamatan Karanganyar Menggunakan Pendekatan Metode Perbandingan Eksponensial, Tabel 19. Posisi (Potensi) Agroindustri Jamu Instan di Kecamatan Kerjo Menggunakan Pendekatan Metode Perbandingan Eksponensial, Tabel 20. Posisi (Potensi) Agroindustri Jamu Instan di Kecamatan Ngargoyoso Menggunakan Pendekatan Metode Perbandingan Eksponensial, Tabel 21. Posisi (Potensi) Agroindustri Jamu Instan di Kecamatan Tawangmangu Menggunakan Pendekatan Metode Perbandingan Eksponensial, Tabel 22. Potensi Agroindustri Jamu Instan pada tingkat Kecamatan di Kabupaten Karanganyar, Tabel 22. Potensi Agroindustri Jamu Instan Di Tingkat Kabupaten Karanganyar Melalu Pendekatan Metode Borda, viii

10 Tabel 23. Matriks SWOT Strategi Pengembangan Agroindustri Jamu Instan di Kabupaten Karanganyar, Tabel 24. Rantai Nilai (Value Chain) Agroindustri Jamu instan di Kabupaten Karanganyar, ix

11 DAFTAR GAMBAR No Judul Halaman Gambar 1 Peta Rantai Nilai (Chain Map) Batik dan Produk Batik di Kota Surakarta Gambar 2. Kerangka Teori Pendekatan Masalah Gambar 3. Rantai nilai (Value Chain) Agroindustri Jamu Instan di Kabupaten Karanganyar x

12 DAFTAR LAMPIRAN No Judul Halaman 1. Peta (Sebaran) Agroindustri Jamu Instan di Kabupaten Karanganyar, Identifikasi potensi agroindustri jamu instan pada tingkat kecamatan di Kabupaten Karanganyar (Pendekatan Metode Perbandingan Eksponensial) Identifikasi Potensi agroindustri jamu instan pada tingkat kabupaten di Kabupaten Karanganyar (Pendekatan Metode Borda) Quisioner Penelitian Dokumentasi Penelitian xi

13 RINGKASAN Ananda Putuarta. H Pemetaan dan Strategi Pengembangan Agroindustri Jamu Instan di Kabupaten Karanganyar. Dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. Suprapti Supardi MP. dan Nuning Setyowati, SP. MSc. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi peta sebaran, mengidentifikasi potensi di tingkat kecamatan, mengidentifikasi potensi di tingkat kabupaten, merumuskan strategi pengembangan, dan mengidentifikasi peta rantai nilai (value chain map) agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar. Metode dasar penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitis. Pemilihan tempat penelitian dan responden dilakukan secara purposive (sengaja) yaitu di 17 kecamatan di Kabupaten Karanganyar dengan responden yaitu Petugas Operasional Pertanian, Koordinator Statistik Kecamatan, dan Ketua Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan yang diasumsikan memahami kondisi agroindustri pedesaan di wilayahnya. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara, dan pencatatan. Analisis data meliputi pemetaan, identifikasi potensi tingkat kecamatan dengan Metode Perbandingan Eksponensial, identifikasi potensi tingkat kabupaten dengan Metode Borda, perumusan strategi pengembangan dengan analisis SWOT serta identifikasi Value Chain Map pada agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebaran agroindustri jamu instan terdapat di 8 kecamatan dari 17 kecamatan yang ada di Kabupaten Karanganyar, antara lain : Kecamatan Jatipuro, Jenawi, Jumantono, Jumapolo, Karanganyar, Kerjo, Ngargoyoso dan Tawangmangu. Melalui Metode Borda, agroindustri jamu instan menempati peringkat ke-2 agroindustri unggulan di Kabupaten Karanganyar. Alternatif strategi pengembangan antara lain adalah meningkatkan kualitas dan kuantitas produk, memperkuat serta mengembangkan kelembagaan (klaster biofarmaka), penguatan modal dan adopsi teknologi modern, membuat lisensi atau ijin dari Badan POM dan membuat kemasan yang menarik, peningkatan kemampuan produsen dalam inovasi, peningkatan akses bahan baku lokal yang berkualitas, meningkatkan kualitas pengusaha untuk memaksimalkan daya saing, dan peningkatan promosi untuk meningkatkan pemasaran produk jamu instan. Pihak-pihak yang yang berperan dalam usaha agroindustri jamu instan antara lain: pemasok (petani biofarmaka), produsen, dan Pedagang/agen. xii

14 SUMMARY Ananda Putuarta. H Of "Mapping and Agroindustry Development Strategy Of Instant Herbal in Karanganyar Regency". Mentored by prof. Dr. Ir. Suprapti Supardi MP. and Nuning Setyowati, SP. MSc. Faculty of Agriculture. Sebelas Maret University Surakarta. The purposes of this research were to identify the distribution map, the position at the subdistrict level, regency-level position, strategy development, and agroindustry value chain map of instant herbal in Regency Karanganyar. Basic method of research used was analytic descriptive method. Place and respondents performed purposively, that were 17 subdistricts in Karanganyar Regency. The respondents were the Agricultural Operations Officer, Subdistrict Statistical Coordinator, and Chair of the Rural Community Empowerment which assumed to have a contribution associated with the development of Instant Herbal Agroindustry in every subdistrict in Karanganyar Regency. The data were used in this research is primary and secondary data. Data was collected by observation, interviews and recording. Data analysis involves mapping, identification of positions at subdistrict level by Exponential Comparison Method approach, identification of level positions Regency Karanganyar by Borda Method approach, Development Strategy and identification of Value Chain Map at Agroindustry Instant Herbal in Karanganyar Regency. The results showed that the Agroindustry instant herbal contained in 8 subdistricts of 17 subdistricts in Karanganyar Regency, include: Jatipuro, Jenawi, Jumantono, Jumapolo, Karanganyar, Kerjo, Ngargoyoso and Tawangmangu. By using the Borda method, Instant Herbal Agroindustry ranks second from the best agroindustry in Karanganyar Regency. Alternative development strategies for the Instant Herbal Agroindustry include improving the quality and quantity of products, strengthen and develop the institutional (bio cluster), strengthening of capital and the adoption of modern technology, create a license from the POM and create an attractive packaging, increasing the ability of producers in innovation, improving access to materials local raw quality, improve the quality of entrepreneurs to maximize competitiveness, and increased marketing promotions to increase instant herbal products. The parties involved in instant herbal agroindustry such as: suppliers (biofarmaka farmers), manufacturers, and traders / agents. xiii

15 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian tidak dapat dipisahkan dalam pembangunan nasional Indonesia. Peran sektor pertanian selain mensuplai makanan pokok dan bahan baku bagi sektor lain juga berperan dalam menyediakan lapangan pekerjaan serta devisa bagi Indonesia. Menurut data FAO (Food and Agriculture Organization), sejak tahun , jumlah tenaga kerja sektor pertanian mengalami penurunan rata-rata 0,6% per tahun. Namun di sisi lain, pada rentang waktu , rata-rata pertumbuhan GDP (Gross domestic product) pertanian Indonesia per tahun mencapai 3,6%. Dengan melihat peran penting dari sektor pertanian maka pembangunan sektor pertanian secara komprehensif dan holistik menjadi suatu keharusan (Nugroho, 2011:56) Indonesia harus kompetitif untuk mempertahankan pertumbuhan ekonominya di era perdagangan bebas, dimana persaingan global semakin ketat. Salah satu cara untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi adalah dengan meningkatkan pembangunan pada sektor primer, utamanya sektor pertanian. Salah satu sub sektor pertanian adalah sub sektor perkebunan. Sektor perkebunan mempunyai keunggulan kompetitif dibandingkan sektor non migas lainnya disebabkan antara lain oleh adanya lahan yang belum dimanfaatkan secara optimal dan berada di kawasan dengan iklim yang menunjang serta adanya tenaga kerja yang cukup tersedia dan melimpah (Hanapi, 2011:381). Perkebunan dapat ditanami oleh tanaman keras/industri seperti kakao, kelapa, teh, atau tanaman hortikultura. Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura (2012:1) sayuran dan tanaman obat merupakan salah satu komoditas hortikultura yang berkembang pesat di Indonesia baik dari segi jumlah produksi maupun mutunya. Sayuran dan tanaman obat merupakan komoditas yang esensial dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia akan kalori, vitamin, mineral, serat dan anti oksidan alami. Kontribusi agribisnis commit 1 to user

16 2 sayuran dan tanaman obat pada tahun 2010 terhadap pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto) sub sektor hortikultura cukup besar, yaitu sebesar 35,10%. Pembangunan hortikultura termasuk sayuran dan tanaman obat yang potensial di suatu wilayah merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan perekonomian wilayah, yang pada akhirnya akan meningkatkan daya saing wilayah tersebut. Tanaman obat-obatan juga disebut dengan tanaman biofarmaka. Tanaman Biofarmaka adalah tanaman yang bermanfaat untuk obat-obatan, kosmetik dan kesehatan yang dikonsumsi atau digunakan dari bagian-bagian tanaman seperti daun, batang, bunga, buah, umbi (rimpang) ataupun akar. Tanaman biofarmaka dibedakan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah tanaman biofarmaka rimpang yang terdiri dari; jahe, laos/lengkuas, kencur, kunyit, lempuyang, temulawak, temuireng, temukunci dan dlingo/dringo. Kelompok kedua adalah tanaman biofarmaka non rimpang yang terdiri dari kapulaga, mengkudu/pace, mahkota dewa, kejibeling, sambiloto dan lidah buaya (Anonim, 2012). Masyarakat Indonesia sudah tidak asing dengan berbagai tanaman biofarmaka karena secara turun temurun telah menggunakannya sebagai obat tradisional yang dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit. Obat tradisional yang terbuat dari tanaman biofarmaka disebut sebagai jamu. Menurut Kusnandar (2009 b :49), Keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia pada satu sisi dan kecenderungan masyarakat dunia untuk kembali ke yang alami pada sisi lain merupakan peluang besar bagi pengembangan produk jamu instan (obat tradisional). Indikasi utama tren back to nature ini ditunjukkan dengan peningkatan produk-produk konsumsi untuk kesehatan Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang memiliki tingkat kesuburan tanah yang sangat baik. Oleh karena itu daerah Karanganyar cocok untuk ditanami berbagai jenis tanaman, baik komoditi pertanian, perkebunan, maupun kehutanan. Salah satu tanaman yang sangat potensial dibudidayakan di Kabupaten Karanganyar adalah

17 3 tanaman biofarmaka seperti jahe, kencur, kunir dll. (BPS Kabupaten Karanganyar, 2010:153). Berikut ini merupakan data produksi tanaman biofarmaka di Kabupaten Karanganyar. Tabel 1. Produksi Tanaman Biofarmaka di Kabupaten Karanganyar, Komoditas Luas Panen (Ha) Produktivitas Produksi (Ton/Ha) (Ton) Jahe 135, , ,036 Lengkuas 52, ,9 893,981 Temulawak 24, ,1 294,954 Dringo 0, ,170 Lempuyang 15, ,3 269,749 Lidah Buaya 1, ,1 101,448 Kapulaga 0, ,255 Mengkudu 0, ,7 1,680 Mahkota Dewa 0, ,6 21,776 Kejibeling 0, ,2 20,180 Sambiloto 0, ,4 0,538 Kencur 9, ,7 64,901 Temu Ireng 15, ,970 Kunyit 86, , ,978 Temu Kunci 6, ,7 70,800 Sumber : Dinas Pertanian TPH Jawa Tengah, Berdasarkan Tabel 1, Kabupaten Karanganyar memiliki berbagai tanaman biofarmaka dengan produksi yang melimpah. Tanaman biofarmaka di Kabupaten Karanganyar antara lain adalah jahe, lengkuas, temulawak, dringo, lempuyang, lidah buaya, kapulaga, mengkudu, mahkota dewa, kejibeling, sambiloto, kencur, temu ireng, kunyit dan temu kunci. Tanaman biofarmaka dengan produksi tertinggi adalah jahe sebanyak 2.266,036 Ton. Pemerintah Kabupaten Karanganyar pada tahun 2009 mulai berusaha untuk mengembangkan tanaman biofarmaka dengan dibentuknya kluster tanaman biofarmaka yang berpusat di Kecamatan Jumantono, Mojogedang, Kerjo, Jatipuro, Jumapolo dan Ngargoyoso. Tujuan dibentuknya klaster biofarmaka di Kabupaten Karanganyar adalah untuk meningkatkan jumlah produksi dan penghasilan petani yang didukung dengan adanya sarana dan

18 4 prasarana yang memadai dan tepat guna, dapat terbentuknya home industry klaster biofarmaka (simplisia, tepung dan jamu instan) sehingga berperan dalam penciptaan lapangan kerja masyarakat dan untuk meningkatkan kesejahteraan para anggota klaster (Anonim, 2011). Kabupaten Karanganyar berusaha untuk mendorong peningkatan pendapatan masyarakat dengan mengoptimalkan sumberdaya lokal. Dengan tersedianya sumber daya lokal yang cukup melimpah seperti produksi tanaman biofarmaka akan dapat menunjang dalam perkembangan agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar. Tanaman biofarmaka seperti jahe, kencur, kunir, dll, merupakan bahan baku dalam agroindustri jamu instan. Jamu instan merupakan jamu siap saji yang berbentuk serbuk seduhan. Selain itu dengan berkembangnya agroindustri jamu instan akan mampu meningkatkan nilai jual dari tanaman biofarmaka sehingga dapat meningkatkan taraf hidup para petani. Agroindustri jamu instan yang dilakukan di Kabupaten Karanganyar adalah usaha pembuatan jamu instan dengan tanaman biofarmaka (kencur, kunir, jahe dll) sebagai bahan baku utamanya. Jamu instan yang ada di Kabupaten Karanganyar diharapkan nantinya mampu menjadi produk unggulan dari Kabupaten Karanganyar. B. Perumusan Masalah Pemerintah Kabupaten Karanganyar berusaha untuk membangun daerah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan memanfaat potensi sumberdaya lokal. Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang memiliki komoditi tanaman biofarmaka yang melimpah. Tanaman biofarmaka merupakan bahan baku pembuatan jamu instan. Jamu instan merupakan jamu siap saji yang berbentuk serbuk seduhan. Produksi tanaman biofarmaka di Kabupaten Karanganyar yang melimpah tentu saja merupakan sebuah potensi yang mendukung dalam pengembangan agroindustri jamu instan. Berdasarkan uraian diatas maka diperlukan upaya pemetaan agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar untuk mengetahui sebaran atau sentra agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar. Hasil

19 5 pemetaan ditindaklanjuti dengan analisis potensi agroindustri jamu instan pada tingkat kecamatan di Kabupaten Karanganyar yang bertujuan untuk mengetahui potensi agroindustri jamu instan pada tingkat kecamatan. Selain itu, perlu dilakukan analisis potensi agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar. Analisis potensi agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar untuk mengetahui seberapa besar potensi agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar jika dibandingkan dengan agoindustri yang lain. Hasil dari pemetaan dan analisis potensi agroindustri jamu instan baik di tingkat kecamatan maupun di tingkat kabupaten dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam merencanakan pengembangan agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar. Agroindustri pedesaan memiliki banyak kelemahan dan dihadapkan pada berbagai permasalahan. Agroindustri Jamu instan di Kabupaten Karanganyar juga mengalami beberapa permasalahan selain kurangnya promosi dan pendistribusian produk oleh pengusaha agroindustri jamu yang menyebabkan pemasarannya menjadi terbatas, pengembangan agroindustri jamu instan disana juga terhambat kurangnya modal usaha serta usaha yang masih kurang berkembang. Maka dari itu diperlukan usaha pengembangan agroindustri jamu instan dengan mencari alternatif strategi pengembangan melalui perencanaan yang strategis. Alternatif strategi tersebut perlu bersifat konsisten dan realistis sesuai dengan situasi dan kondisi yang terjadi, sehingga diharapkan dapat membantu para pengusaha agroindustri jamu instan dalam mengembangkan usahanya dan dapat mendukung berkembangnya agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar. Untuk menunjang upaya pengembangan agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar maka perlu diketahui rantai nilai yang ada pada agroindustri jamu instan. Rantai nilai menjadi salah satu faktor yang dikaji karena panjang atau pendeknya rantai nilai serta kontribusi dan peran dari setiap rantai nilai menentukan kinerja dari agroindustri jamu instan.

20 6 Berkaitan dengan hal-hal tersebut di atas maka perumusan masalah yang diambil adalah : 1. Bagaimana peta (sebaran) agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar? 2. Bagaimana potensi agroindustri jamu instan pada tingkat kecamatan di Kabupaten Karanganyar? (Pendekatan Metode Perbandingan Eksponensial) 3. Bagaimana potensi agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar? (Pendekatan Metode Borda) 4. Bagaimana strategi pengembangan agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar? 5. Bagaimana peta rantai nilai (value chain map) agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui peta (sebaran) agroindustri jamu instan di kabupaten Karanganyar. 2. Untuk mengidentifikasi potensi agroindustri jamu instan pada tingkat kecamatan di Kabupaten Karanganyar menggunakan pendekatan Metode Perbandingan Eksponensial. 3. Untuk mengidentifikasi potensi agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar menggunakan pendekatan Metode Borda. 4. Untuk merumuskan strategi pengembangan agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar. 5. Untuk mengidentifikasi peta rantai nilai (value chain map) agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar. D. Kegunaan penelitian 1. Bagi penulis, diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan terutama yang berkaitan dengan topik penelitian serta merupakan salah

21 7 satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta 2. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar, diharapkan mampu dijadikan sebagai bahan pertimbangan Pemerintah Daerah dalam mengambil keputusan terkait dengan kebijakan dalam perencanaan pengembangan ekonomi daerah khususnya terhadap agroindustri jamu instan. 3. Bagi pengusaha agroindustri jamu instan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan mengenai strategi pengembangan usahanya. 4. Bagi pembaca, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kajian guna menambah wawasan dan pengetahuan serta sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.

22 8 II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Menurut Kusnandar (2009 b :49-56) dalam penelitian yang berjudul Strategi Bauran Pemasaran Untuk Industri Jamu Skala Kecil Dengan Menggunakan Sistem Pakar di Kabupaten Sukoharjo yang bertujuan untuk mendesain strategi bauran pemasaran bagi industri kecil jamu dengan menggunakan sistem pakar, salah satu permasalahan pengembangan industri jamu skala kecil adalah aspek pemasaran. Permasalahan usaha kecil di bidang pemasaran terfokus pada tiga hal yaitu : (1) permasalahan persaingan pasar dan produk, (2) permasalahan akses terhadap informasi pasar dan (3) permasalahan kelembagaan pendukung. Rendahnya akses pengusaha industri kecil jamu terhadap sumber-sumber informasi akan menghambat akses pengusaha kecil untuk dapat memanfaatkan peluang-peluang pasar yang ada. Informasi pasar meliputi informasi kebutuhan konsumen, harga produk, potensi pasar, jenis produk dan spesifikasi produk yang dibutuhkan konsumen. Berdasarkan permasalahan tersebut maka sistem penunjang keputusan pemasaran sangat diperlukan untuk membantu usaha kecil dalam pengambilan keputusannya. Sistem penunjang keputusan juga dapat diintegrasikan dengan sistem pakar yang disebut sistem manajemen ahli. Strategi pemasaran pada dasarnya adalah meramu faktor-faktor bauran pemasaran (marketing mix) agar dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Hasil dari penelitian tersebut adalah : (1) Strategi bauran pemasaran untuk industri jamu skala kecil dirancang dalam sistem pakar strategi bauran pemasaran. Sistem pakar digunakan untuk konsultasi strategi bauran pemasaran yang dapat dipakai oleh industri jamu skala kecil. (2) Parameter bauran pemasaran merupakan masukan yang akan digunakan pada saat konsultasi dengan sistem. Parameter yang diperlukan untuk menentukan strategi bauran pemasaran industri jamu skala kecil adalah sebagai berikut : penjualan, tipe pelanggan, permintaan, persaingan, biaya dan laba perusahaan. 8

23 9 Setyowati (2011:391) dalam penelitian yang berjudul Analisis Potensi Agroindustri Unggulan Sebagai Upaya Mendukung Sektor Pertanian Di Kecamatan Ngraho Kabupaten Bojonegoro, menjelaskan bahwa sektor agroindustri menjadi solusi kreatif untuk meningkatkan nilai tambah komoditi pertanian dan pendapatan masyarakat. Upaya identifikasi potensi dan strategi pengembangan agroindustri unggulan diperlukan untuk mengoptimalkan kinerja sektor pertanian. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi agroindustri unggulan dan merumuskan strategi pengembangan agroindustri unggulan di Kecamatan Ngraho, Kabupaten Bojonegoro. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Perbandingan Eksponensial untuk menentukan peringkat agroindustri dan analisis SWOT untuk merumuskan strategi pengembangan agroindustri unggulan. Hasil analisis menunjukkan peringkat agroindustri unggulan di Kecamatan Ngraho adalah kerajinan pelepah pisang, kasur kapok, ledre, marning, tempe, anyaman bambu, kacang tolo, kerupuk, keripik singkong dan mebel. Strategi pengembangan kerajianan pelepah pisang sebagai agroindustri unggulan adalah pengembangan produk kreatif yang berorientasi pasar, penguatan kerjasama antar pengusaha untuk memperbaiki kinerja kelompok, meningkatkan jumlah dan kualitas promosi produk, penggunaan teknologi baru secara bersama dalam memperbaiki mutu bahan baku dan kelangsungan produksi, pembinaan soft skills guna meningkatkan kualitas SDM. Menurut Wirawan (2009:iv) dalam penelitian yang berjudul Identifikasi Atribut Produk Dan Analisis Strategi Pemasaran Produk Fungisida Akar Gada (Studi Kasus PT Agricon, Bogor) Fungsi Borda dapat digunakan untuk menentukan tingkat kepentingan atribut produk dan atribut produk fungisida akar gada yang akan dikembangkan PT Agricon. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi atribut produk fungisida pembasmi penyakit akar gada yang dibutuhkan konsumen, serta menganalisis strategi pemasaran produk baru fungisida yang tepat untuk diterapkan oleh PT Agricon. Berdasarkan hasil analisis dengan Metode Fungsi Borda menunjukkan kombinasi atribut produk yang paling disukai konsumen.

24 10 Menurut Fatmawati (2009:xi) dalam penelitian yang berjudul Strategi Pengembangan Industri Kecil Tempe di Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten metode analisis SWOT digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan di dalam pengembangan industri dan untuk mengidentifikasi faktor-faktor eksternal yang menjadi peluang dan ancaman bagi pengembangan industri. Selain itu untuk merumuskan alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam mengembangkan industri dapat menggunakan matriks SWOT. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi pengembangan industri tempe di Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten, mengetahui alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam mengembangkan industri kecil tempe di Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten, dan mengetahui prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam mengembangkan industri kecil tempe di Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten. Dari hasil penelitian diketahui bahwa Kekuatan utama dalam mengembangkan usaha tempe yaitu kualitas dan kuantitas tempe di Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten yang bagus, usaha mudah dan resiko usaha yang kecil. Sedangkan kelemahan utamanya yaitu kecilnya modal dan sumber daya manusia yang lemah. Peluang dalam mengembangkan usaha tempe yaitu diversifikasi dan perkembangan teknologi pengolahan pangan. Sedangkan ancamannya yaitu kenaikan harga sembako dan adanya tempe dari daerah lain. Alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam mengembangkan usaha tempe di Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten yaitu perbaikan sarana dan prasarana produksi, dan sumberdaya manusia serta penanaman modal swasta dengan dukungan dari pemerintah, Meningkatkan dan mempertahankan kualitas dan kuantitas tempe serta efisiensi penggunaan sarana dan prasarana produksi, Meningkatkan kualitas sumber daya pengusaha secara teknis, moral dan spiritual melalui kegiatan pembinaan untuk memaksimalkan produksi dan daya saing tempe. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam mengembangkan usaha tempe di Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten adalah perbaikan sarana dan prasarana

25 11 produksi, dan sumberdaya manusia serta penanaman modal swasta dengan dukungan dari pemerintah. Menurut Soebagiyo dan Wahyudi (2008: ) dalam penelitian yang berjudul Analisis Kompetensi Produk Unggulan Daerah Pada Batik Tulis Dan Cap Solo Di Dati II Kota Surakarta salah satu metode dan alat analisis yang dapat digunakan dalam pengkajian kompetensi unggulan IKM (Industri Kecil dan Menengah) di sebuah daerah adalah Analisis Ekonomi Rantai Nilai. Analisis Ekonomi Rantai Nilai, dimulai dengan melakukan Pemetaan Rantai (Chain Map) atas produk unggulan priotitas yang tergolong sebagai peringkat utama, dengan menggambarkan secara garis besar tahapan mulai dari input hingga pemasaran produk sampai ke tangan konsumen. Kemudian masing-masing mata rantai nilai diidentifikasi apa yang menjadi kekuatan atau kompetensinya. Untuk selanjutnya dikuantifikasi dan dinilai analisis ekonomi rantai nilainya. Berdasarkan hasil penelitian Peta Rantai Nilai (Chain Map) produk unggulan prioritas peringkat pertama yang terindikasi di wilayah Kota Surakarta, yaitu Batik dan Produk Batik, Dengan spesifikasi batik tulis dan batik cap, dalam bentuk bagan skematis sederhana dapat dideskripsikan seperti dalam Gambar 1. Gambar 1. Peta Rantai Nilai (Chain Map) Batik dan Produk Batik di Kota Surakarta

26 12 Penelitian Kusnandar (2009 b :49) yang berjudul Strategi Bauran Pemasaran Untuk Industri Jamu Skala Kecil Dengan Menggunakan Sistem Pakar di Kabupaten Sukoharjo mempunyai komoditi yang sama dengan penelitian ini yaitu jamu instan. Penelitian tersebut memberikan gambaran tentang salah satu permasalahan bagi pengembangan agroindustri jamu instan yaitu pada aspek pemasaran. Permasalahan di bidang pemasaran terfokus pada tiga hal yaitu permasalahan persaingan pasar dan produk, permasalahan akses terhadap informasi pasar dan permasalahan kelembagaan pendukung. Rendahnya akses pelaku agroindustri jamu instan terhadap informasi pasar menyebabkan peluang-peluang pasar tidak termanfaatkan dengan baik. Karena permasalahan tersebut peneliti membuat sebuah sistem informasi penunjang keputusan strategi bauran pemasaran dengan menggunakan sistem pakar. Penelitian Setyowati (2011:391) yang berjudul Analisis Potensi Agroindustri Unggulan Sebagai Upaya Mendukung Sektor Pertanian Di Kecamatan Ngraho Kabupaten Bojonegoro menggunakan metode analisis yang sama dengan penelitian ini yaitu Metode Perbandingan Eksponensial yang digunakan untuk menentukan peringkat agroindustri dan analisis SWOT yang digunakan untuk merumuskan strategi pengembangan agroindustri unggulan. Penelitian Wirawan (2009:iii) yang berjudul Identifikasi Atribut Produk Dan Analisis Strategi Pemasaran Produk Fungisida Akar Gada (Studi Kasus PT Agricon, Bogor) menggunakan metode analisis yang sama dengan penelitian ini yaitu Fungsi Borda. Fungsi borda di dalam penelitian tersebut digunakan untuk menentukan tingkat kepentingan atribut produk dan atribut produk fungisida akar gada yang akan dikembangkan PT Agricon. Penelitian Fatmawati (2009:xi) yang berjudul Strategi Pengembangan Industri Kecil Tempe di Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten mempunyai tujuan yang sama dengan penelitian ini yaitu untuk merumuskan strategi pengembangan sebuah agroindustri. Metode yang digunakan juga memiliki kesamaan dengan penelitian ini yaitu analisis SWOT yang digunakan untuk mengidentifikasi faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi

27 13 perkembangan industri. Selain itu metode matriks SWOT digunakan untuk merumuskan strategi yang dapat diterapkan dalam mengembangkan industri kecil tempe di Kabupaten Klaten. Soebagiyo dan Wahyudi (2008:184) dalam penelitian yang berjudul Analisis Kompetensi Produk Unggulan Daerah Pada Batik Tulis Dan Cap Solo Di Dati II Kota Surakarta menggunakan metode yang sama dengan penelitian ini yaitu analisis Peta Rantai Nilai (Value Chain Map). Tujuan analisis Peta Rantai Nilai (Value Chain Map) adalah untuk menggambarkan secara garis besar tahapan mulai dari input hingga pemasaran produk sampai ke tangan konsumen. Kemudian masing-masing mata rantai nilai diidentifikasi apa yang menjadi kekuatan atau kompetensinya. B. Tinjauan Pustaka 1. Jamu Instan Jamu merupakan warisan budaya bangsa yang diturunkan secara turun temurun dari generasi ke generasi, sehingga tumbuh dan berkembang dari dan oleh masyarakat sendiri. Sesuai dengan ha1 tersebut maka konsep yang diterapkan pada pengembangan jamu pada prinsipnya menggunakan strategi pemberdayaan potensi yang ada dimasyarakat. Skala industri jamu di Indonesia bervariasi dari skala kecil sampai skala besar dari 1012 industri, 907 diantaranya adalah merupakan industri kecil. Pengembangan industri jamu memerlukan perangkat kelembagaan yang memadai meliputi pemerintah, pengusaha (swasta, koperasi, dan badan usaha milik negara) dan lembaga pelayanan jasa teknologi (Perguruan Tinggi, Lembaga Penelitian dan Pengembangan). Dengan adanya kelembagaan tersebut maka diharapkan dapat mengakomodasi kepentingan petani dan industri sehingga akan tercipta struktur industri yang mantap (Kusnandar, 2009 a : ). Jamu adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman empiris di masyarakat.pengobatan dengan menggunakan obat-obatan

28 14 tradisional merupakan salah satu alternatif dalam bidang pengobatan. Tujuan pengobatan dengan obat tradisional antara lain: pencegahan (preventif), perawatan ( promotif), dan pengobatan. Masyarakat Indonesia lebih mengenal jamu dalam bentuk sediaan jamu godog dan jamu serbuk dibanding jamu dalam bentuk lain. Dengan kemajuan teknologi dan meningkatnya keinginan masyarakat untuk menggunakan obat tradisional, maka obat tradisional tidak lagi dibuat menjadi ramuan untuk mengobati keluarga, tetapi sudah menjadi komoditi perdagangan. Obat tradisional seperti halnya obat sintetik mempunyai sifat khusus, oleh karena itu penanganannya memerlukan pengamanan yang khusus.hal ini bertujuan untuk melindungi masyarakat dari obat tradisional yang tidak memenuhi syarat, baik persyaratan kesehatan maupun persyaratan standar. Pengembangan obat alami ini memang patut mendapatkan perhatian yang lebih besar bukan saja disebabkan potensi pengembangannya yang terbuka, tetapi juga permintaan pasar akan bahan baku obat-obat tradisional ini terus meningkat untuk kebutuhan domestik maupun internasional. Hal ini tentunya juga akan berdampak positif bagi peningkatan pendapatan petani dan penyerapan tenaga kerja baik dalam usaha tani maupun dalam usaha pengolahannya (Wahyuni, 2008: ). Pengembangan Tanaman Obat Keluarga (TOGA) pada mulanya, bukan bertujuan untuk memasok bahan baku kepada perusahaanperusahaan karena jumlahnya terlalu sedikit. Tujuan utama pengembangan tanaman obat adalah untuk kebutuhan dapur dan perawatan kesehatan keluarga. Karena obat tradisional dianggap kurang praktis, maka saat ini sudah banyak yang memproduksi dan menyajikan secara praktis, seperti jamu celup, jamu tablet, jamu instan, dan jamu minuman kotak. Meskipun demikian, prospek ke depan produksi tanman obat-obatan dalam jumlah banyak dapat dipasarkan ke perusahaan-perusahaan jamu dan obat tradisonal (Rukmana, 2003:08).

29 15 2. Agroindustri Agroindustri merupakan perusahaan yang memproses bahan nabati (berasal dari tanaman) atau hewani (berasal atau dihasilkan dari hewan). Proses yang diterapkan mencakup pengubahan dan pengawetan melalui perlakuan fisik atau kimiawi, penyimpanan, pengemasan dan distribusi. Produk agroindustri dapat merupakan produk akhir yang siap untuk dikonsumsi atau digunakan oleh manusia atau pun sebagai produk bahan baku industri lain. Tujuan pengembangan agroindustri pedesaan adalah (a) untuk meningkatkan nilai tambah dan hasil panen (pertanian, peternakan, dan perikanan) di pedesaan atau pesisir, baik untuk konsumsi langsung maupun untuk bahan baku agroindustri lanjutan (sekunder); (b) meningkatkan jaminan mutu dan harga, sehingga tercapai efisiensi kegiatan agrobisnis; (c) mengembangkan diversifikasi produk sebagai upaya penanggulangan kelebihan produksi atau kelangkaan permintaan pada periode tertentu; serta (d) sebagai wahana pengenalan, penguasaan dan pemanfaatan teknologi sekaligus sebagai wahana peran serta masyarakat dalam menerapkan budaya industry, melalui penciptaan wirausaha baru dan swadaya petani/peterenak/nelayan. Namun agroindustri pedesaan tidak terlepas munculnya berbagai kendala yang sering menjadi tersendatnya laju agroindustri tersebut, yaitu : (1) keterbatasan modal, (2) kualitas sumber daya manusia, (3) keterbatasan penerapan teknologi, (4) sarana dan prasarana yang kurang atau tidak memadai, dan (5) kelembagaan (Surahman, 2007:20-21). Agroindustri merupakan kegiatan dengan ciri: (a) meningkatkan nilai tambah, (b) menghasilkan produk yang dapat dipasarkan atau digunakan atau dimakan, (c) meningkatkan daya simpan, dan (d) menambah pendapatan dan keuntungan produsen. Sifat kegiatannya mampu menciptakan lapangan pekerjaan, memperbaiki pemerataan pendapatan dan mempunyai kapasitas yang cukup besar untuk menarik pembangunan sektor pertanian (Tarigan, 2007: ).

30 16 Industri yang melakukan kegiatan yang berkaitan langsung dengan sektor pertanian disebut agroindustri. Agroindustri yang melakukan kegiatan pengadaan dan penyaluran sarana produksi disebut agroindustri hulu (upstream). Agroindustri yang mengolah dan memasarkan produkproduk usaha tani di sebut agroindustri hilir (downstream) (Hanafie, 2010:32-33) Agroindustri sebagai elemen teknologi pengolahan dan sebagai gambaran dunia usaha yang mengkaitkan sektor industri dan pertanian yang berfungsi dan terlibat dalam intensitas keterkaitan (linkages) kedua sektor ekonomi tersebut. Lambatnya pembangunan sektor produksi merupakan kelemahan sektor industri yang menggunkan bahan baku dan tenaga kerja dengan mengandalkan kemampuan sektor pertanian. Agroindustri berskala kecil dan sedang sebaiknya berlokasi di pedesaan. Akan tetapi, kondisi infrastruktur, keamanan berusaha dan tingkat keungtungan merupakan faktor yang menentukan lokasi dan besarnya usaha agroindustri (Soesastro et all, 2005:481) 3. Metode Perbandingan Eksponensial Metode perbandingan Eksponensial merupakan salah satu metode untuk menentukan urutan prioritas alternatif keputusan dengan menggunakan kriteria jamak. Teknik ini digunakan untuk membantu individu dalam pengambilan keputusan untuk menggunakan rancang bangun model yang telah terdifinisi dengan baik pada tahapan proses. Metode perbandingan eksponensial mempunyai keuntungan dalam mengurangi bias yang mungkin terjadi dalam analisis. Nilai skor menggambarkan urutan prioritas menjadi besar (fungsi eksponensial) sehingga mengakibatkan urutan prioritas alternatif keputusan lebih nyata (Marimin, 2004:21-22). 4. Metode Borda Metode borda adalah metode yang dipakai untuk menetapkan urutan peringkat. Metode borda dapat digunakan sebagai analisa lanjutan dari metode perbandingan eksponensial.nilai borda merupakan akumulasi

31 17 perkalian antara nilai MPE suatu keputusan dengan nilai rangking alternatif keputusan yang nyata (Marimin, 2004:74). 5. Strategi Strategi adalah bakal tindakan yang menuntut keputusan manajemen puncak dan sumber daya perusahaan yang banyak untuk merealisasikannya. Disamping itu, strategi juga mempengaruhi kehidupan organisasi dalam jangka panjang, paling tidak selama lima tahun. Oleh karena itu, sifat strategi adalah berorientasi ke masa depan. Strategi mempunyai fungsi multifungsional atau multidimensional dan dalam perumusannya perlu mempertimbangkan faktor-faktor internal maupun eksternal yang dihadapi perusahaan (David, 2004:19). Strategi operasional adalah komitmen terhadap semua kegiatan yang direncanakan maupun yang ada dalam lingkup perusahaan saat ini. Kegiatan yang akan dilaksanakan tersebut secara optimal memanfaatkan seluruh sumber daya yang ada dan melakukan proses transformasi untuk mencapai distinctive competence dan tujuan operasional perusahaan (Rangkuti, 2001:57) Strategi didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana tujuan tersebut dapat dicapai. Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan demikian, strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar yang baru dan berubah pola konsumen memerlukan kompetensi inti (core competies). Perusahaan perlu mencari kompetensi inti di dalam bisnis yang dilakukan (Umar, 2008:31). Strategi adalah hal yang menetapkan arah kepada manajemen dalam arti orang tentang sumber daya di dalam bisnis dan tentang bagaimana mengidentifikasikan kondisi yang memberikan keuntungan

32 18 terbaik untuk membantu memenangkan persaingan di dalam pasar. Dengan kata lain, definisi strategi mengandung dua komponen yaitu future intensions atau tujuan jangka panjang dan competitive advantage atau keunggulan bersaing (Dirgantoro, 2007:5-6) Strategi pengembangan sistem agribisnis adalah suatu proses fungsi produksi yang akan menghasilkan produktivitas secara optimal dan efisien,maka strategi itu merupakan keterpaduan dan keberlanjutan kerjasama dari masing-masing subsistem agribisnis (Damanik, 2008:95). 6. Analisis SWOT Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan.analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencana strategis (strategic planner) harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini.hal ini disebut dengan Analisis Situasi.Model yang paling populer untuk analisis situasi adalah Analisis SWOT (Iskandarini, 2002:3). Penelitian menunjukkan bahwa kinerja perusahaan dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam analisis SWOT. SWOT adalah singkatan dari lingkungan internal strengths dan weaknesses serta lingkungan eksternal opportunities dan threats yang dihadapi dunia bisnis. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang (opportunities) dan Ancaman (threats) dengan faktor internal kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) (Rangkuti, 2001:19) Strategi SO atau strategi kekuatan-peluang menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk memanfaatkan peluang eksternal. Strategi WO atau strategi kelemahan-peluang bertujuan untuk memperbaiki kelemahan

33 19 dengan memanfaatkan peluang eksternal. Strategi ST atau strategi kekuatan-ancaman menggunakan kekuatan perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal. Strategi WT atau strategi kelemahan-ancaman merupakan taktik defensif yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal (David, 2004:327). 7. Peta Rantai Nilai (Value Chain Map) Istilah rantai nilai (value chain) menggambarkan cara untuk memandang suatu perusahaan sebagai rantai aktivitas yang mengubah input menjadi output yang bernilai bagi pelanggan. Analisis rantai nilai (value chain analysis VCA ) berupaya memahami bagaimana suatu bsinis menciptakan nilai bagi pelanggan dengan memeriksa kontribusi dari aktivitas-aktivitas yang berbeda dalam bisnis terhadap nilai tersebut. VCA mengambil sudut pandang proses, analisis ini membagi bisnis menjadi kelompok-kelompok aktivitas yang terjadi dalam bisnis tersebut, diawali dengan input yang diterima oleh perusahaan dan berakhir dengan produk atau jasa perusahaan dan layanan purna jual bagi pelanggan (Robinson, 2008: ) Analisis rantai nilai adalah alat analisis yang digunakan untuk lebih memahami keunggulan kompetitif perusahaan, mengidentifikasi di mana nilai bagi pelanggan dapat ditingkatkan atau biaya dapat diturunkan, dan lebih memahami hubungan perusahaan dengan pemasok, pelanggan, dan perusahaan lainnya dalam industri yang sama. Aktivitas-aktivitasnya mencakup semua langkah yang dibutuhkan untuk menyediakan produk atau jasa yang kompetitif bagi pelanggan (Blocher, 2000:66) Semua perusahaan di suatu industri memiliki rantai nilai yang serupa, yang mencakup berbagai aktivitas seperti memperoleh bahan mentah, merancang produk, membangun fasilitas manufaktur, mengembangkan perjanjian kerja sama, dan menyediakan layanan konsumen. Sebuah perusahaan akan meraih keuntungan jika total pendapatan melampaui total biaya yang ditimbulkan dari penciptaan dan

34 20 pengiriman produk atau jasa.. Perusahaan harus berusaha memahami bukan hanya operasi rantai nilai mereka sindiri, tetapi juga rantai nilai para pesaing, pemasok, dan distributor mereka (David, 2004:225). C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah Indonesia merupakan negara agraris, dimana sebagian besar penduduk Indonesia menggantungkan hidupnya di sektor pertanian. Oleh karena itu upaya pembangunan sektor pertanian merupakan suatu kewajiban, untuk mendukung upaya pembangunan nasional. Sektor industri mempunyai peran penting dalam perekonomian baik daerah maupun nasional. Industri yang masih terus berkembang di Indonesia adalah industri di sektor pertanian atau agroindustri. Salah satu agroindustri yang terdapat di Indonesia adalah agroindustri jamu instan. Sumber daya alam yang melimpah di Indonesia terutama produksi tanaman biofarmaka membuat agroindustri jamu instan terus berkembang. Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang memiliki produksi tanaman biofarmaka melimpah seperti kunyit, temulawak, jahe, dll. Disamping itu masih banyak produk tanaman biofarmaka lain, seperti sambiloto, temu kunci, lengkuas, dll baik yang tumbuh secara alami maupun yang dibudidayakan. Tanaman biofarmaka merupakan bahan baku dalam pembuatan jamu instan. Produksi tanaman biofarmaka yang melimpah membuat agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar terus berkembang. Berkembangnya agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar dapat meningkatkan keadaan ekonomi masyarakat selain itu agroindustri jamu instan dapat menjadi agroindustri unggulan daerah. Untuk mengetahui perkembangan agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar, maka perlu dilakukan pemetaan dan identifikasi potensi agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar. Pemetaan bertujuan untuk mengetahui sebaran dan sentra agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar. Pemetaan agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar dilakukan dengan melakukan survei langsung ke semua kecamatan yang ada di Kabupaten Karanganyar. Teknik survei

PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI JAMU INSTAN DI KABUPATEN KARANGANYAR

PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI JAMU INSTAN DI KABUPATEN KARANGANYAR 1 PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI JAMU INSTAN DI KABUPATEN KARANGANYAR Ananda Putuarta, Suprapti Supardi, Nuning Setyowati Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mobilitas masyarakat yang semakin tinggi memerlukan kondisi kesehatan yang optimal. Kondisi kesehatan tubuh tentunya tidak bisa lepas dari konsumsi makanan yang sehat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki kepentingan yang besar terhadap sektor pertanian. Pentingnya sektor pertanian dalam perekonomian Indonesia yang dilihat dari

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI AGROINDUSTRI UNGGULAN SEBAGAI UPAYA MENDUKUNG SEKTOR PERTANIAN DI KECAMATAN NGRAHO, KABUPATEN BOJONEGORO

ANALISIS POTENSI AGROINDUSTRI UNGGULAN SEBAGAI UPAYA MENDUKUNG SEKTOR PERTANIAN DI KECAMATAN NGRAHO, KABUPATEN BOJONEGORO ANALISIS POTENSI AGROINDUSTRI UNGGULAN SEBAGAI UPAYA MENDUKUNG SEKTOR PERTANIAN DI KECAMATAN NGRAHO, KABUPATEN BOJONEGORO Nuning Setyowati Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN OBAT HERBAL BIOMUNOS PADA PT. BIOFARMAKA INDONESIA, BOGOR

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN OBAT HERBAL BIOMUNOS PADA PT. BIOFARMAKA INDONESIA, BOGOR ANALISIS STRATEGI PEMASARAN OBAT HERBAL BIOMUNOS PADA PT. BIOFARMAKA INDONESIA, BOGOR Oleh : Surya Yuliawati A14103058 Dosen : Dr. Ir. Heny K.S. Daryanto, M.Ec PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS USAHA KARAK (STUDI KASUS DESA GADINGAN KECAMATAN MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO) SKRIPSI. Oleh: Nurul Khotimah H

ANALISIS USAHA KARAK (STUDI KASUS DESA GADINGAN KECAMATAN MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO) SKRIPSI. Oleh: Nurul Khotimah H ANALISIS USAHA KARAK (STUDI KASUS DESA GADINGAN KECAMATAN MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO) SKRIPSI Oleh: Nurul Khotimah H 0813137 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2017 i ANALISIS USAHA

Lebih terperinci

ANALISIS KOMPARATIF PEMANFAATAN KREDIT DARI KOPERASI KELOMPOK TANI (KKT) TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO

ANALISIS KOMPARATIF PEMANFAATAN KREDIT DARI KOPERASI KELOMPOK TANI (KKT) TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO ANALISIS KOMPARATIF PEMANFAATAN KREDIT DARI KOPERASI KELOMPOK TANI (KKT) TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI Disusun Oleh : Fitri Kisworo Wardani H0808102

Lebih terperinci

FORMULASI STRATEGI PEMASARAN OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT. Oleh : FANNY SEFTA ADITYA PUTRI A

FORMULASI STRATEGI PEMASARAN OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT. Oleh : FANNY SEFTA ADITYA PUTRI A FORMULASI STRATEGI PEMASARAN OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT Oleh : FANNY SEFTA ADITYA PUTRI A14104093 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah Indonesia dalam perannya untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas fungsi-fungsi pelayanannya kepada seluruh lapisan masyarakat diwujudkan dalam bentuk kebijakan

Lebih terperinci

ANALISIS PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI ABON SAPI DI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

ANALISIS PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI ABON SAPI DI KOTA SURAKARTA SKRIPSI ANALISIS PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI ABON SAPI DI KOTA SURAKARTA SKRIPSI Disusun Oleh : Khoirunnisa Anditia Putra Perdana H 0809069 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN JAMU INSTAN DI KABUPATEN KARANGANYAR

ANALISIS POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN JAMU INSTAN DI KABUPATEN KARANGANYAR ANALISIS POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN JAMU INSTAN DI KABUPATEN KARANGANYAR Nuning Setyowati, Rhina Uchyani Fajarningsih, Kunto Adi Fakultas Pertanian UNS, Jln. Ir. Sutami No 36A Ska Email: setyo_inoen@yahoo.com

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN. Jahe (Zingiber officinale) dan kunyit (Curcuma longa) merupakan

1. BAB I PENDAHULUAN. Jahe (Zingiber officinale) dan kunyit (Curcuma longa) merupakan 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jahe (Zingiber officinale) dan kunyit (Curcuma longa) merupakan rempah-rempah Indonesia yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, umumnya dijadikan sebagai

Lebih terperinci

ADOPSI TEKNOLOGI SOSIAL MEDIA PADA PELAKU UMKM AGRIBISNIS DENGAN PENDEKATAN TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL (TAM) DI KABUPATEN SLEMAN

ADOPSI TEKNOLOGI SOSIAL MEDIA PADA PELAKU UMKM AGRIBISNIS DENGAN PENDEKATAN TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL (TAM) DI KABUPATEN SLEMAN ADOPSI TEKNOLOGI SOSIAL MEDIA PADA PELAKU UMKM AGRIBISNIS DENGAN PENDEKATAN TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL (TAM) DI KABUPATEN SLEMAN SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana

Lebih terperinci

ANALISIS KOMPARATIF USAHATANI JAMUR TIRAM PADA DATARAN TINGGI DAN DATARAN RENDAH DI KABUPATEN KARANGANYAR. Oleh: Lucky Yoga Adhiyana H

ANALISIS KOMPARATIF USAHATANI JAMUR TIRAM PADA DATARAN TINGGI DAN DATARAN RENDAH DI KABUPATEN KARANGANYAR. Oleh: Lucky Yoga Adhiyana H ANALISIS KOMPARATIF USAHATANI JAMUR TIRAM PADA DATARAN TINGGI DAN DATARAN RENDAH DI KABUPATEN KARANGANYAR Oleh: Lucky Yoga Adhiyana H0812104 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERITAS SEBELAS

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI AGROINDUSTRI TAHU BAKSO DI KECAMATAN UNGARAN, KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI

ANALISIS EFISIENSI AGROINDUSTRI TAHU BAKSO DI KECAMATAN UNGARAN, KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI ANALISIS EFISIENSI AGROINDUSTRI TAHU BAKSO DI KECAMATAN UNGARAN, KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI Oleh: Alifian Adi Fathoni H0812012 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2016 i ANALISIS EFISIENSI

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING BUAH STROBERI DI KABUPATEN PURBALINGGA JAWA TENGAH (Studi Kasus di Desa Serang Kecamatan Karangreja Kabupaten Purbalingga)

ANALISIS DAYA SAING BUAH STROBERI DI KABUPATEN PURBALINGGA JAWA TENGAH (Studi Kasus di Desa Serang Kecamatan Karangreja Kabupaten Purbalingga) ANALISIS DAYA SAING BUAH STROBERI DI KABUPATEN PURBALINGGA JAWA TENGAH (Studi Kasus di Desa Serang Kecamatan Karangreja Kabupaten Purbalingga) SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna memperoleh

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI METE DI KABUPATEN WONOGIRI TESIS

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI METE DI KABUPATEN WONOGIRI TESIS STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI METE DI KABUPATEN WONOGIRI TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Agribisnis Minat Utama : Manajemen Agribisnis Oleh:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian merupakan bagian integral

I. PENDAHULUAN. Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian merupakan bagian integral I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian merupakan bagian integral dari sektor pertanian memberikan kontribusi penting pada proses industrialisasi di wilayah

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Analisis SWOT untuk menentukan Strategi Pengembangan Industri. Biofarmaka Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Analisis SWOT untuk menentukan Strategi Pengembangan Industri. Biofarmaka Daerah Istimewa Yogyakarta BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis SWOT untuk menentukan Strategi Pengembangan Industri Biofarmaka Daerah Istimewa Yogyakarta Strategi pengembangan pada Industri Biofarmaka D.I.Yogyakarta

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Penelitian perancangan model pengukuran kinerja sebuah sistem klaster agroindustri hasil laut dilakukan dengan berbagai dasar dan harapan dapat dijadikan sebagai perangkat bantuan untuk pengelolaan

Lebih terperinci

STUDI KOMPARATIF USAHA SALE PISANG GORENG DAN KERIPIK PISANG DI KABUPATEN GROBOGAN. Skripsi

STUDI KOMPARATIF USAHA SALE PISANG GORENG DAN KERIPIK PISANG DI KABUPATEN GROBOGAN. Skripsi STUDI KOMPARATIF USAHA SALE PISANG GORENG DAN KERIPIK PISANG DI KABUPATEN GROBOGAN Skripsi Oleh : Denok Setia Pratiwi H 0809022 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013 i STUDI KOMPARATIF

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Pertanian di Indonesia hingga saat ini masih berpotensi besar untuk dikembangkan, salah satunya pada tanaman obat. Trend gaya hidup back to nature yang berkembang di

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH UBI KAYU SEBAGAI BAHAN BAKU KRECEK SINGKONG DI SENTRA INDUSTRI KRECEK SINGKONG BEDOYO KECAMATAN PONJONG KABUPATEN GUNUNGKIDUL

ANALISIS NILAI TAMBAH UBI KAYU SEBAGAI BAHAN BAKU KRECEK SINGKONG DI SENTRA INDUSTRI KRECEK SINGKONG BEDOYO KECAMATAN PONJONG KABUPATEN GUNUNGKIDUL ANALISIS NILAI TAMBAH UBI KAYU SEBAGAI BAHAN BAKU KRECEK SINGKONG DI SENTRA INDUSTRI KRECEK SINGKONG BEDOYO KECAMATAN PONJONG KABUPATEN GUNUNGKIDUL SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna memperoleh

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara mega diversity untuk tumbuhan obat di dunia dengan keanekaragaman hayati tertinggi ke-2 setelah BraziRismawati. Dari 40 000 jenis

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Supriadi R 1), Marhawati M 2), Arifuddin Lamusa 2) ABSTRACT

PENDAHULUAN. Supriadi R 1), Marhawati M 2), Arifuddin Lamusa 2) ABSTRACT e-j. Agrotekbis 1 (3) : 282-287, Agustus 2013 ISSN : 2338-3011 STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BAWANG GORENG PADA UMKM USAHA BERSAMA DI DESA BOLUPOUNTU JAYA KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI Business

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI DESA PAGERJURANG KECAMATAN MUSUK KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI DESA PAGERJURANG KECAMATAN MUSUK KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT DI DESA PAGERJURANG KECAMATAN MUSUK KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI Oleh Yunita Khusnul Khotimah H0813180 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2017

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan studi kasus pada Sondi Farm yang terletak di Kampung Jawa, Desa Megamendung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya alam yang tersebar luas di wilayahnya. Negara Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris dan sebagian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Sistem agribisnis memiliki cakupan yang sangat luas. Sistem agribisnis terdiri dari tiga subsistem utama, yaitu: Pertama, subsistem agribisnis hulu (upstream agribusiness)

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) TERHADAP KONDISI USAHA UMKM MITRA BINAAN PT PERKEBUNAN NUSANTARA IX (PERSERO) SKRIPSI

ANALISIS DAMPAK CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) TERHADAP KONDISI USAHA UMKM MITRA BINAAN PT PERKEBUNAN NUSANTARA IX (PERSERO) SKRIPSI ANALISIS DAMPAK CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) TERHADAP KONDISI USAHA UMKM MITRA BINAAN PT PERKEBUNAN NUSANTARA IX (PERSERO) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan perekonomian nasional. Peranannya sebagai menyumbang pembentukan PDB penyediaan sumber devisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan pola konsumsi makanan pada masyarakat memberikan dampak positif bagi upaya penganekaragaman pangan. Perkembangan makanan olahan yang berbasis tepung semakin

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI SANTAN KELAPA

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI SANTAN KELAPA STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI SANTAN KELAPA (Studi Kasus pada PT. Pacific Eastern Coconut Utama di Desa Sukaresik Kecamatan Sidamulih Kabupaten Pangandaran) Oleh : Aan Mahaerani 1, Dini Rochdiani

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KERIPIK UBI KAYU (Studi Kasus pada Perusahaan Jaya Sari di Desa Selamanik Kecamatan Cipaku Kabupaten Ciamis)

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KERIPIK UBI KAYU (Studi Kasus pada Perusahaan Jaya Sari di Desa Selamanik Kecamatan Cipaku Kabupaten Ciamis) STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KERIPIK UBI KAYU (Studi Kasus pada Perusahaan Jaya Sari di Desa Selamanik Kecamatan Cipaku Kabupaten Ciamis) Oleh : IDA MAESAROH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GALUH

Lebih terperinci

ANALISIS KOMPARATIF USAHATANI KETELA RAMBAT KUNING DAN KETELA RAMBAT PUTIH DI KECAMATAN TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR. Skripsi

ANALISIS KOMPARATIF USAHATANI KETELA RAMBAT KUNING DAN KETELA RAMBAT PUTIH DI KECAMATAN TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR. Skripsi ANALISIS KOMPARATIF USAHATANI KETELA RAMBAT KUNING DAN KETELA RAMBAT PUTIH DI KECAMATAN TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR Skripsi Oleh : Fika Ayu Widayanti H0809048 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI PENGEMBANGAN LEDRE SEBAGAI AGROINDUSTRI PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BOJONEGORO

ANALISIS POTENSI PENGEMBANGAN LEDRE SEBAGAI AGROINDUSTRI PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BOJONEGORO ANALISIS POTENSI PENGEMBANGAN LEDRE SEBAGAI AGROINDUSTRI PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BOJONEGORO Nuning Setyowati (Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian UNS) ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tanaman Salak Tanaman salak memiliki nama ilmiah Salacca edulis reinw. Salak merupakan tanaman

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI ABON DAN DENDENG SAPI DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA. Skripsi. Oleh : ARISTA HENY UNTARI H

ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI ABON DAN DENDENG SAPI DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA. Skripsi. Oleh : ARISTA HENY UNTARI H ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI ABON DAN DENDENG SAPI DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA Skripsi Oleh : ARISTA HENY UNTARI H 0809015 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013 i ANALISIS

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMETAAN DAN PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI MEBEL MENGGUNAKAN ANALISIS SWOT

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMETAAN DAN PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI MEBEL MENGGUNAKAN ANALISIS SWOT LAPORAN TUGAS AKHIR PEMETAAN DAN PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI MEBEL MENGGUNAKAN ANALISIS SWOT (Studi kasus:kelurahan Gilingan Kecamatan Banjarsari, Surakarta) Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk

Lebih terperinci

ANALISIS PEMASARAN STROBERI DI KABUPATEN KARANGANYAR (STUDI KASUS DI KECAMATAN TAWANGMANGU) SKRIPSI

ANALISIS PEMASARAN STROBERI DI KABUPATEN KARANGANYAR (STUDI KASUS DI KECAMATAN TAWANGMANGU) SKRIPSI ANALISIS PEMASARAN STROBERI DI KABUPATEN KARANGANYAR (STUDI KASUS DI KECAMATAN TAWANGMANGU) SKRIPSI Oleh: RISA TRI YUNIARSIH H0809097 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit 2013

Lebih terperinci

PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PERSUTERAAN ALAM DI KECAMATAN RANCAKALONG, KABUPATEN SUMEDANG SKRIPSI ACHMAD SUBANDY

PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PERSUTERAAN ALAM DI KECAMATAN RANCAKALONG, KABUPATEN SUMEDANG SKRIPSI ACHMAD SUBANDY PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PERSUTERAAN ALAM DI KECAMATAN RANCAKALONG, KABUPATEN SUMEDANG SKRIPSI ACHMAD SUBANDY PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA IDENTIFIKASI SUB SEKTOR PERTANIAN DAN PERANNYA DALAM MENGURANGI KETIMPANGAN PENDAPATAN DI EKS KARESIDENAN KEDU (PENDEKATAN MINIMUM REQUIREMENTS TECHNIQUE DAN INDEKS WILLIAMSON) SKRIPSI Oleh : Dinan Azifah

Lebih terperinci

ANALISIS USAHA DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA JAMUR TIRAM DI KELOMPOK TANI SEDYO LESTARI KECAMATAN SEDAYU KABUPATEN BANTUL

ANALISIS USAHA DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA JAMUR TIRAM DI KELOMPOK TANI SEDYO LESTARI KECAMATAN SEDAYU KABUPATEN BANTUL ANALISIS USAHA DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA JAMUR TIRAM DI KELOMPOK TANI SEDYO LESTARI KECAMATAN SEDAYU KABUPATEN BANTUL SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna memperoleh derajat

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN H. ISKANDAR ANDI NUHUNG Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Departemen Pertanian ABSTRAK Sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pertanian memiliki peranan yang penting dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Pembangunan ekonomi nasional dalam abad ke-21 (paling tidak dalam beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. impor yang serba mahal dan sebagainya. Mulai era 2000an pelan-pelan manusia

BAB I PENDAHULUAN. impor yang serba mahal dan sebagainya. Mulai era 2000an pelan-pelan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesatnya teknologi telah membawa peradaban manusia yang terus menerus berubah dari zaman ke zaman. Pola hidup manusia pun berubah begitu drastis sehingga faktor kesehatan

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PEMANFAATAN PEKARANGAN MELALUI PENGEMBANGAN TANAMAN BIOFARMAKA UNTUK MENINGKATKAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT DI KABUPATEN KARANGANYAR

OPTIMALISASI PEMANFAATAN PEKARANGAN MELALUI PENGEMBANGAN TANAMAN BIOFARMAKA UNTUK MENINGKATKAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT DI KABUPATEN KARANGANYAR OPTIMALISASI PEMANFAATAN PEKARANGAN MELALUI PENGEMBANGAN TANAMAN BIOFARMAKA UNTUK MENINGKATKAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT DI KABUPATEN KARANGANYAR (OPTIMIZING THE USE OF THE YARD THROUGH DEVELOPMENT OF MEDICINAL

Lebih terperinci

AGRISTA : Vol. 4 No.3 September 2016 : Hal ISSN

AGRISTA : Vol. 4 No.3 September 2016 : Hal ISSN AGRISTA : Vol. 4 No.3 September 2016 : Hal. 13 23 ISSN 2302-1713 ANALISIS PEMETAAN DAN PENGEMBANGAN POTENSI KOMODITAS TANAMAN OBAT DI KABUPATEN PACITAN Astira Patriyani, Darsono, R. Kunto Adi Program Studi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wirausaha memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, salah satu contohnya adalah negara adidaya Amerika. Penyumbang terbesar perekonomian Amerika

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. struktur pembangunan perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi

I. PENDAHULUAN. struktur pembangunan perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan,

Lebih terperinci

SIKAP PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN AGROWISATA JAMBU MERAH DI DESA JATIREJO KECAMATAN NGARGOYOSO KABUPATEN KARANGANYAR

SIKAP PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN AGROWISATA JAMBU MERAH DI DESA JATIREJO KECAMATAN NGARGOYOSO KABUPATEN KARANGANYAR SIKAP PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN AGROWISATA JAMBU MERAH DI DESA JATIREJO KECAMATAN NGARGOYOSO KABUPATEN KARANGANYAR SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna memperoleh derajat gelar sarjana pertanian

Lebih terperinci

PELUANG PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAYUR-SAYURAN DI KABUPATEN KARIMUN RIAU

PELUANG PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAYUR-SAYURAN DI KABUPATEN KARIMUN RIAU PELUANG PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAYUR-SAYURAN DI KABUPATEN KARIMUN RIAU Almasdi Syahza Pusat Pengkajian Koperasi dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat (PPKPEM) Universitas Riau Email: asyahza@yahoo.co.id:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kecenderungan masyarakat dunia untuk kembali ke alam (back to nature)

I. PENDAHULUAN. Kecenderungan masyarakat dunia untuk kembali ke alam (back to nature) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kecenderungan masyarakat dunia untuk kembali ke alam (back to nature) membawa perubahan pada pola konsumsi obat dari yang berbahan kimiawi, ke obat-obatan yang terbuat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 18 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan bagian dari pembangunan ekonomi Nasional yang bertumpu pada upaya mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil dan makmur seperti

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN RESTORAN PONDOK MAKAN MIRAH, JAKARTA SELATAN SARI ERLIANINGSIH A

STRATEGI PEMASARAN RESTORAN PONDOK MAKAN MIRAH, JAKARTA SELATAN SARI ERLIANINGSIH A STRATEGI PEMASARAN RESTORAN PONDOK MAKAN MIRAH, JAKARTA SELATAN SARI ERLIANINGSIH A.14105704 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN SARI

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Teknis pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan teknik survei, yaitu cara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem perekonomian suatu negara merupakan satu kesatuan yang dicirikan oleh adanya hubungan sektor ekonomi yang satu dengan sektor ekonomi yang lain. Hubungan ini dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan.

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa globalisasi, persaingan antarbangsa semakin ketat. Hanya bangsa yang mampu mengembangkan daya sainglah yang bisa maju dan bertahan. Produksi yang tinggi harus

Lebih terperinci

ANALISIS PEMASARAN BIJI JAMBU METE DI KABUPATEN ALOR TESIS

ANALISIS PEMASARAN BIJI JAMBU METE DI KABUPATEN ALOR TESIS ANALISIS PEMASARAN BIJI JAMBU METE DI KABUPATEN ALOR TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Agribisnis OLEH: NAEMA K. H. GORANG MAU S641408013 PROGRAM

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transformasi sektor pertanian ke sektor industri bagi negara berkembang seperti Indonesia tidaklah dapat dihindarkan, karena Indonesia beranjak dari negara agraris menuju

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hutan kemasyarakatan (HKm) sebagai sistem pengelolaan hutan yang

I. PENDAHULUAN. Hutan kemasyarakatan (HKm) sebagai sistem pengelolaan hutan yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan kemasyarakatan (HKm) sebagai sistem pengelolaan hutan yang dilakukan oleh individu, komunitas atau negara yang diusahakan secara komersial untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang memberikan kontribusi strategis dalam menyumbang nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini membahas tentang dayasaing minyak sawit dengan menganalisis faktor internal dan faktor eksternal industri minyak sawit di Indonesia,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitis yaitu penelitian dimaksudkan untuk menggambarkan atau menerangkan suatu fenomena sosial

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Perencanaan Strategi Sistem dan Teknologi Informasi 2.1.1 Pengertian Perencanaan Strategis Perencanaan strategis, menurut Ward dan Peppard (2002, p462) adalah analisa

Lebih terperinci

VALUE CHAIN ANALYSIS (ANALISIS RANTAI PASOK) UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KOPI PADA INDUSTRI KOPI BIJI RAKYAT DI KABUPATEN JEMBER ABSTRAK

VALUE CHAIN ANALYSIS (ANALISIS RANTAI PASOK) UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KOPI PADA INDUSTRI KOPI BIJI RAKYAT DI KABUPATEN JEMBER ABSTRAK VALUE CHAIN ANALYSIS (ANALISIS RANTAI PASOK) UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KOPI PADA INDUSTRI KOPI BIJI RAKYAT DI KABUPATEN JEMBER ABSTRAK Peneliti : Dewi Prihatini 1) mahasiswa yang terlibat : -

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian B. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian 2. Metode Pengambilan Sampel

METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian B. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian 2. Metode Pengambilan Sampel 39 I. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis yaitu metode penelitian dengan membahas suatu permasalahan dengan cara

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Tahun Manggis Pepaya Salak Nanas Mangga Jeruk Pisang

1 PENDAHULUAN. Tahun Manggis Pepaya Salak Nanas Mangga Jeruk Pisang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya buah tropis yang melimpah yang bisa diandalkan sebagai kekuatan daya saing nasional secara global dan sangat menjanjikan. Buah tropis adalah

Lebih terperinci

ARAHAN PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN KEGIATAN AGRIBISNIS DI KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR. Oleh : NURUL KAMILIA L2D

ARAHAN PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN KEGIATAN AGRIBISNIS DI KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR. Oleh : NURUL KAMILIA L2D ARAHAN PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN KEGIATAN AGRIBISNIS DI KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR Oleh : NURUL KAMILIA L2D 098 455 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO 2003 ABSTRAK

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN KERIPIK SINGKONG BALADO PADA UKM PUNDI MAS DI KOTA PALU

STRATEGI PENGEMBANGAN KERIPIK SINGKONG BALADO PADA UKM PUNDI MAS DI KOTA PALU e-j. Agrotekbis 1 (5) : 457-463, Desember 2013 ISSN : 2338-3011 STRATEGI PENGEMBANGAN KERIPIK SINGKONG BALADO PADA UKM PUNDI MAS DI KOTA PALU Cassava Chips Balado Development Strategy In UKM "Pundi Mas"

Lebih terperinci

5Kebijakan Terpadu. Perkembangan perekonomian Indonesia secara sektoral menunjukkan. Pengembangan Agribisnis. Pengertian Agribisnis

5Kebijakan Terpadu. Perkembangan perekonomian Indonesia secara sektoral menunjukkan. Pengembangan Agribisnis. Pengertian Agribisnis 5Kebijakan Terpadu Pengembangan Agribisnis Perkembangan perekonomian Indonesia secara sektoral menunjukkan kondisi yang makin seimbang. Persentase sumbangan sektor pertanian yang pada awal Pelita I sangat

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Dayasaing Dayasaing merupakan kemampuan usaha suatu industri untuk menghadapi berbagai lingkungan kompetitif. Dayasaing dapat diartikan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Perkebunan karet rakyat di Kabupaten Cianjur mempunyai peluang yang cukup besar untuk pemasaran dalam negeri dan pasar ekspor. Pemberdayaan masyarakat perkebunan

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN DI KABUPATEN SRAGEN (Pendekatan Location Quotient dan Shift Share Analysis)

ANALISIS PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN DI KABUPATEN SRAGEN (Pendekatan Location Quotient dan Shift Share Analysis) ANALISIS PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN DI KABUPATEN SRAGEN (Pendekatan Location Quotient dan Shift Share Analysis) Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH KE NON SAWAH DI KABUPATEN KENDAL SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH KE NON SAWAH DI KABUPATEN KENDAL SKRIPSI ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH KE NON SAWAH DI KABUPATEN KENDAL SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat gelar sarjana pertanian Pada Fakultas

Lebih terperinci

Keyword : krecek, marketing strategic, swot analysis

Keyword : krecek, marketing strategic, swot analysis STRATEGI PEMASARAN KRECEK KULIT KERBAU DI UD.SUMBER BAROKAH KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI MARKETING KRECEK STRATEGY IN UD.SUMBER BAROKAH DISTRICT BANYUDONO REGENCY OF BOYOLALI M.Th.Handayani 1)*,Egydia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang mengandalkan sektor migas dan non migas sebagai penghasil devisa. Salah satu sektor non migas yang mampu memberikan kontribusi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari sektor pertanian. Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam pembangunan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan agroindustri suatu daerah diarahkan untuk menjamin pemanfaatan hasil pertanian secara optimal dengan memberikan nilai tambah melalui keterkaitan antara budidaya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan bertambahnya luas areal untuk bangunan. Kejadian ini

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan bertambahnya luas areal untuk bangunan. Kejadian ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang subur dengan sumber daya alam yang beraneka ragam, termasuk diantaranya adalah potensi perkebunan dan pertanian. Meskipun demikian

Lebih terperinci

SIKAP PENGRAJIN GULA KELAPA TERHADAP SUB TERMINAL AGRIBISNIS (STA) (KASUS DI DESA KRENDETAN KECAMATAN BAGELEN KABUPATEN PURWOREJO) SKRIPSI

SIKAP PENGRAJIN GULA KELAPA TERHADAP SUB TERMINAL AGRIBISNIS (STA) (KASUS DI DESA KRENDETAN KECAMATAN BAGELEN KABUPATEN PURWOREJO) SKRIPSI SIKAP PENGRAJIN GULA KELAPA TERHADAP SUB TERMINAL AGRIBISNIS (STA) (KASUS DI DESA KRENDETAN KECAMATAN BAGELEN KABUPATEN PURWOREJO) SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna memperoleh derajat gelar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING, STRATEGI DAN PROSPEK INDUSTRI JAMU DI INDONESIA

ANALISIS DAYA SAING, STRATEGI DAN PROSPEK INDUSTRI JAMU DI INDONESIA ANALISIS DAYA SAING, STRATEGI DAN PROSPEK INDUSTRI JAMU DI INDONESIA Oleh: ERNI DWI LESTARI H14103056 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 DAFTAR ISI Halaman

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 29 A. Metode Dasar Penelitian III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Ciri-ciri metode deskriptif analitis adalah memusatkan pada pemecahan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang luas dan kaya akan komoditas pertanian serta sebagian besar penduduknya adalah petani. Sektor pertanian sangat tepat untuk dijadikan sebagai

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN BENANG KARET (RUBBER THREAD) PT. INDUSTRI KARET NUSANTARA

STRATEGI PEMASARAN BENANG KARET (RUBBER THREAD) PT. INDUSTRI KARET NUSANTARA STRATEGI PEMASARAN BENANG KARET (RUBBER THREAD) PT. INDUSTRI KARET NUSANTARA (Jl. Medan-Tanjung Morawa Km. 9,5 Medan) Dicky Tri I.P. *), Iskandarini **) dan Salmiah **) *) Alumni Fakultas Pertanian USU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersedianya lapangan pekerjaan yang dapat menyediakan pekerjaan bagi

BAB I PENDAHULUAN. tersedianya lapangan pekerjaan yang dapat menyediakan pekerjaan bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini pengangguran di Indonesia semakin banyak karena tidak tersedianya lapangan pekerjaan yang dapat menyediakan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia. Dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Hasil hutan non kayu sudah sejak lama masuk dalam bagian penting strategi penghidupan penduduk sekitar hutan. Adapun upaya mempromosikan pemanfaatan hutan yang ramah lingkungan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Sampel

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Sampel IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor dan di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik

I. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik I. PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan daerah dalam era globalisasi saat ini memiliki konsekuensi seluruh daerah di wilayah nasional menghadapi tingkat persaingan yang semakin tinggi secara langsung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Produksi (kg)

I. PENDAHULUAN. Produksi (kg) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sayuran merupakan salah satu komoditas hortikultura yang penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan manusia, karena di dalam sayuran mengandung berbagai sumber vitamin,

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN PATI SKRIPSI

IDENTIFIKASI DAN KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN PATI SKRIPSI IDENTIFIKASI DAN KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN PATI SKRIPSI Oleh : Selviana M H 0809101 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013 commit i to user IDENTIFIKASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam. secara langsung maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam. secara langsung maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional, hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

A. KERANGKA PEMIKIRAN

A. KERANGKA PEMIKIRAN III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN Agroindustri sutera alam terutama untuk produk turunannnya berupa kokon, benang sutera, dan kain merupakan suatu usaha yang menjanjikan. Walaupun iklim dan kondisi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian Indonesia memiliki potensi yang besar dalam segi sumberdaya dan kualitas, sehingga dapat menjadi sektor unggulan dalam meningkatkan pendapatan negara. Saat ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas daratan dan lautan yang sangat luas sehingga sebagian besar mata pencaharian penduduk berada di sektor pertanian. Sektor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan 1.1. Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN Indonesia mempunyai keunggulan komparatif (comparative advantage) sebagai negara agraris dan maritim. Keunggulan tersebut merupakan fundamental perekonomian

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA (Studi Kasus pada Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo) SKRIPSI SHINTA KARTIKA DEWI H34050442 DEPARTEMEN

Lebih terperinci