LAPORAN AKHIR. Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studio Perencanaan (TKP 437P) Oleh Kelompok 1A :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN AKHIR. Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studio Perencanaan (TKP 437P) Oleh Kelompok 1A :"

Transkripsi

1 LAPORAN AKHIR Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studio Perencanaan (TKP 437P) Oleh Kelompok 1A : Ariani Suwandi Dapot Andri Agustinus Nisa Ayunda Adni Wildan Fadhlillah Renny Desiana Rebecca Theodora Dwitantri Rezkiandini Dwi Lestari Naufal Rabbani Arvi Nabiel Prima Dea Arijani Anindya Ayu Puspa JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2014

2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan merupakan kegiatan berkesinambungan yang mencakup keputusan atau pilihan dari berbagai alternatif penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan tertentu pada masa yang akan datang (Conyers dan Hills, 1994). Perencanaan dalam sebuah kota bertujuan memilih berbagai alternatif tujuan agar tercapai kondisi kota yang ideal. Oleh karena itu, perencanaan kota merupakan suatu kegiatan implementatif untuk mengakomodasi kebutuhan baru di masa datang. Hal ini dimaksudkan untuk memprediksi perkembangan wilayah. Industrial small city merupakan konsep perencanaan kota industri dengan konsentrasi kegiatan yang tinggi, adanya pengaruh multiplier (percepatan), serta adanya pengaruh polarisasi lokal yang sangat besar. Industri-industri yang ada menghasilkan produk yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat di kota tersebut. Dengan konsep industrial small city ini nantinya diharapkan dapat meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat secara merata melalui pemanfaatan dana dan sumber daya alam dengan memperhatikan keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup. Konsep ini juga bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara bertahap, mengubah struktur perekonomian ke arah yang lebih baik, memberikan nilai tambah bagi pertumbuhan industri, mendorong terciptanya teknologi yang tepat guna, meningkatkan keikutsertaan masyarakat dan kemampuan golongan ekonomi lemah, serta memperluas dan memeratakan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha. Wilayah yang dipilih sebagai wilayah studi adalah Kecamatan Kedu dan Kecamatan Parakan yang merupakan bagian dari Kabupaten Temanggung. Dari segi potensi lokal, di Kecamatan Kedu dan Kecamatan Parakan terdapat pertanian hortikultura, tembakau dan kopi, industri kerajinan seperti keranjang tembakau dan terompah kayu, home industry ceriping ketela, tahu, rengginang, serabi, serta terdapat pula industri besar yaitu industri kayu lapis. Aktivitas-aktivitas industri tersebut terus-menerus berkembang dan dapat menimbulkan potensi atau masalah. Oleh karena itu, dibutuhkan perencanaan dengan lebih menitikberatkan pada konsep industrial small city. 1.2 Rumusan Masalah Dalam mengembangkan Kecamatan Kedu-Parakan sebagi kota kecil berbasis industri tidaklah mudah. Terdapat banyak tantangan yang akan dihadapi. Saat ini, permasalahan yang dihadapi dalam mewujudkan kota kecil berbasis industri Kedu-Parakan adalah belum adanya sentra industri untuk mendukung kegiatan industri kerajinan dan pangan yang efektif dan efisien, kurangnya inovasi pengembangan industri kerajinan dan pangan, belum adanya infrastruktur pendukung yang terintegrasi, kurangnya modal untuk pengembangan industri kerajinan dan pangan, minimnya bahan baku industri sehingga belum dapat memenuhi permintaan pasar, dan minimnya partisipasi mayarakat untuk pengembangan industri kerajinan dan pangan.

3 Saat ini, pembangunan jalan lingkar merupakan isu yang ada di Kabupaten Temanggung. Dengan adanya jalan lingkar tersebut, untuk ke depannya aksesibilitas di Kabupaten Temanggung diprediksikan akan semakin membaik. Selain itu, mobilitas penduduk Kabupaten Temanggung juga semakin meningkat. Hal ini sangat mendukung adanya pengembangan kota industri kecil untuk Kecamatan Kedu dan Parakan. Dengan adanya jalan lingkar tersebut, akan mendukung aktifitas industri yang ada. Distribusi barang menjadi lebih cepat, sehingga mengurangi resiko kerusakan barang saat pengiriman. Namun, jika tidak disertai dengan konsep perencanaan yang baik, pada masa yang akan maka akan menimbulkan berberapa masalah seperti peledakan penduduk akibat migrasi tenaga kerja, bertambahnya area terbangun yang mungkin tidak sesuai dengan perencanaan kawasan yang sudah ditentukan, terjadinya urban sprawl dan memicu tumbuhnya kawasan kumuh. Oleh karena itu, dibutuhkan konsep perencanaan yang baik dalam mengembangkan Kecamatan Kedu-Parakan sebagai kota kecil berbasis industri. Konsep perencanaan yang diterapkan adalah konsep pengembangan industri yang berbasis potensi lokal. Hal tersebut dilakukan agar menyelesaikan masalah-masalah yang saat ini terjadi di Kecamatan Kedu dan Parakan dan masalalah yang akan terjadi di masa yang akan datang. 1.3 Ruang Lingkup Ruang Lingkup dan Konstelasi Wilayah Kabupaten Temanggung merupakan salah satu kabupaten yang terletak di tengah wilayah Propinsi Jawa Tengah. Kabupaten Temanggung memiliki luas Ha (2,65% dari total luas Provinsi Jawa Tengah). Berdasarkan RTRWP Tahun , Kabupaten Temanggung memiliki fungsi pengembangan sebagai Pusat Pelayanan Lokal dan Provinsi. Ruang lingkup wilayah studi yaitu Kecamatan Kedu dengan luas wilayah sebesar 3.175,08 ha (3,6% dari total luas Kabupaten Temanggung) dan Kecamatan Parakan dengan luas wilayah sebesar ha (2,55% dari total luas Kabupaten Temanggung).

4 Provinsi Jawa Tengah Kabupaten Temanggung Wilayah Kedu-Parakan Sumber: Bappeda Kabupaten Temanggung, 2011 Peta 1.1 Konstelasi Wilayah Kecamatan Kedu merupakan Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) dengan fungsi pertanian, perkebunan, dan permukiman pada sistem perkotaan di Kabupaten Temanggung. Kecamatan Kedu dilalui oleh jalan kolektor primer yang menghubungkan antara Kabupaten Temanggung dengan Kabupaten Wonosobo. Kecamatan Parakan dilalui oleh jalan kolektor yang berasal dari Kecamatan Kedu dan jalan arteri yang berasal dari Kecamatan Ngadirejo. Kecamatan Parakan termasuk dalam kawasan perkotaan (RTRW Kabupaten Temanggung ) dan juga termasuk daerah Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yang berarti kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala Kabupaten atau beberapa kecamatan. Letak Kecamatan Parakan dan Kecamatan Kedu yang dilewati jalan utama, membawa keunggulan dalam aksesibilitas. Kedua kecamatan tersebut merupakan bagian dari Kabupaten Temanggung yang memilik sektor ekonomi utama berupa industri. Sektor industri di wilayah tersebut berkembang dengan cukup pesat sehingga diperlukan adanya suatu rencana pengembangan wilayah Kedu-Parakan sebagai kawasan industrial small city.

5 Sumber: Bappeda Kabupaten Temanggung, 2011 Peta 1.2 Administrasi Kedu-Parakan Ruang Lingkup Materi Substansi yang dibahas dalam laporan akhir ini meliputi kondisi eksisting wilayah Kedu-Parakan, analisis kondisi eksisting wilayah Kedu-Parakan, dan perencanaan wilayah Kedu-Parakan sebagai industrial small city. Adapun aspek-aspek yang akan dikaji meliputi: Aspek kependudukan yang mencakup jumlah penduduk, kepadatan penduduk, dan proyeksi penduduk; Aspek perekonomian yang mencakup Produk Domestik Regional Bruto, sektor basis, tipologi Klassen, persebaran industri dan rantai nilai industri; Aspek kelembagaan yang mengkaji tentang peran stakeholder dalam pengembangan industri di Wilayah Kedu-Parakan; Aspek keruangan yang mencakup tata guna lahan, sistem pusat pemukiman, dan hubungan desa kota; Aspek infrastruktur yang mencakup jalan, drainase, sanitasi, persampahan, air bersih, listrik, sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana peribadatan, dan sarana perekonomian; dan Analisis terukur yang mencakup koefisien dasar bangunan dan ketinggian bangunan.

6 1.4 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam laporan ini adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, ruang lingkup dan konstelasi wilayah, ruang lingkup materi, sistematika penulisan, dan kerangka pikir. BAB II KONDISI EKSISTING Bab ini berisi kondisi eksisting yang meliputi aspek kependudukan, aspek perekonomian, aspek kelembagaan, aspek keruangan, dan aspek infrastruktur. BAB III ANALISIS KONDISI EKSISTING Bab ini berisi analisis yang meliputi analisis proyeksi penduduk, analisis perekonomian, analisis daya dukung lahan, analisis keruangan, analisis kebutuhan ruang, analisis kebutuhan sarana dan prasarana, dan analisis terukur. BAB IV PERENCANAAN KEDU-PARAKAN SEBAGAI INDUSTRIAL SMALL CITY Bab ini berisi tentang konsep perencanaan, tujuan perencanaan, elemen-elemen konsep perencanaan, sasaran dan strategi perencanaan, skenario perencanaan, indikasi program, rencana struktur ruang, dan rencana pola ruang.

7 1.5 Kerangka Pikir Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Gambar 1.1 Kerangka Pikir

8 Umur Umur Jiwa BAB II KONDISI EKSISTING 2.1 Aspek Kependudukan Pembahasan aspek kependudukan meliputi jumlah penduduk dalam kurun waktu 3 tahun dan kepadatan penduduk Tahun Parakan Kedu Sumber: BPS Kabupaten Temanggung, 2013 Grafik 2.1 Jumlah Penduduk di Kecamatan Kedu dan Parakan Tahun (Jiwa) Jumlah penduduk di Kecamatan Kedu lebih banyak dibandingkan dengan Kecamatan Parakan karena luas Kecamatan Kedu lebih besar dari Kecamatan Parakan. Jumlah penduduk Kecamatan Parakan menurun pada tahun 2011 diindikasikan karena migrasi keluar. Kedu Parakan Laki-Laki Perempuan Jumlah Penduduk Sumber: BPS Kabupaten Temanggung, 2013 Grafik 2.2 Piramida Penduduk Kecamatan Kedu Tahun 2012 (Jiwa) Laki-Laki Perempuan Jumlah Penduduk Sumber: BPS Kabupaten Temanggung, 2013 Grafik 2.3 Piramida Penduduk Kecamatan Parakan Tahun 2012 (Jiwa)

9 Piramida penduduk berbentuk constructive dan memiliki ciri bagian dasar piramida kecil, sebagian kecil penduduk berada dalam kelompok umur muda (di bawah 15 tahun), tingkat kelahiran turun dengan cepat, dan tingkat kematian rendah. Bonus demografi di Wilayah Kedu-Parakan sebesar 23% hal ini menunjukan bahwa struktur usia produktif di Wilayah Kedu-Parakan >50% sehingga dibutuhkan lapangan pekerjaan yang dapat menanggung jumlah usia produktif di Wilayah Kedu-Parakan. Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Peta 2.1 Kepadatan Penduduk Kecamatan Kedu memiliki kepadatan sebesar 15,19 jiwa/ha. Desa kepadatan tinggi dan sedang umumnya berada di sekitar jalan arteri, hal ini menunjukkan bahwa desa tersebut lebih berkembang jika di bandingkan dengan desa lainnya. Kepadatan penduduk tertinggi yaitu 15,22 jiwa/ha terdapat di Desa Kutoanyar. Desa dengan kepadatan rendah cenderung berada di bagian utara kecamatan. Kepadatan penduduk Kecamatan Parakan sebesar 22,77 jiwa/ha. Kepadatan penduduk tertinggi berada di Kelurahan Parakan Kauman dan Kelurahan Parakan Wetan. Hal ini disebabkan karena di Kelurahan Parakan Kauman terdapat Pasar Legi yang merupakan salah satu pusat perdagangan di Kabupaten Temanggung sehingga menjadi faktor penarik

10 Jiwa penduduk untuk tinggal di daerah sekitarnya seperti Kelurahan Parakan Kauman dan Kelurahan Parakan Wetan. Kelurahan Parakan Kauman memiliki kepadatan penduduk sebesar 100 jiwa/ha, sedangkan Kelurahan Parakan Wetan memiliki kepadatan penduduk sebesar 91 jiwa/ha. Kepadatan penduduk rendah terdapat di desa-desa di bagian barat Kecamatan Parakan. Tingkat kepadatan terendah terletak di Desa Glapansari dengan kepadatan sebesar 7 jiwa/ha. Jumlah penduduk per mata pencaharian dapat digunakan untuk mengatahui pekerjaan dan aktivitas penduduk yang dominan di wilayah Kedu Parakan. Jumlah penduduk jika dilihat dari mata pencarian adalah sebagai berikut Pertanian Industri Bangunan Perdagangan Pengangkutan Jasa Lain - lain Mata Pencaharian Parakan Kedu Sumber: BPS Kabupaten Temanggung, 2013 Grafik 2.4 Jumlah Penduduk 10 Tahun ke Atas Menurut Mata Pencaharian diwilayah Kedu-Parakan Tahun 2012 (Jiwa) Grafik diatas merupakan grafik jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian di Kecamatan Kedu dan Kecamatan Parakan. Jumlah penduduk yang bekerja di Kecamatan Kedu adalah sebesar jiwa. Di Kecamatan Kedu, sebesar 26% dari total penduduk yang bekerja (terbesar kedua setelah sektor pertanian), bekerja pada sektor industri. Jumlah penduduk yang bekerja di Kecamatan Parakan adalah sebesar jiwa.di Kecamatan Parakan sebesar 14% dari total penduduk yang bekerja (terbesar keempat setelah perdagangan, pertanian dan jasa), bekerja pada sektor industri.kecamatan Parakan sebagaian besar penduduknya bekerja di sektor perdagangan dan jasa karena Kecamatan Parakan merupakan pusat pemasaran atau perdagangan hasil pertanian.

11 Jiwa DIV/Sarjana DI/DII/DIII SLTA SLTP SD Tidak/Belum Tamat SD Kedu Pendidikan Parakan Sumber: BPS Kabupaten Temanggung, 2013 Grafik 2.5 Jumlah Penduduk Usia 5 Tahun ke Atas Menurut Tingkat Kelulusan Pendidikan diwilayah Kedu-Parakan Tahun 2012 (Jiwa) Grafik diatas menunjukkan jumlah penduduk di Kecamatan Kedu dan Parakan berdasarkan tingkat tamatan pendidikan. Tamatan yang paling banyak adalah lulusan SD baik di Kecamatan Kedu maupun Kecamatan Parakan. Hal ini menunjukan bahwa di Kecamatan Kedu maupun Kecamatan Parakan memiliki kualitas SDM yang tergolong rendah karena jumlah penduduk yang tamat SD sebesar 65% dari total jumlah penduduk berdasarkan tingkat kelulusan pendidikan. 2.2 Aspek Perekonomian Aspek perekonomian mengkaji distribusi PDRB, tipologi Klassen, sektor basis, dan industri di wilayah Kedu-Parakan. Candiroto 3% Gemawang 3% Jumo 4% Bejen 2% Tretep 2% Wonoboyo 3% Parakan 9% Kledung 5% Bansari 3% Ngadirejo 6% Bulu 6% Kedu 7% Temanggung 13% Kandangan 6% Kaloran 5% Pringsurat 9% Kranggan 7% Tlogomulyo 3% Tembarak 4% Selopampang 2% Sumber: BPS Kabupaten Temanggung, 2012 Grafik 2.6 Distribusi PDRB ADHK 2000 Per Kecamatan di Kabupaten Temanggung Tahun 2011 (Persen)

12 Total PDRB ADHK 2000 Kabupaten Temanggung pada tahun 2011 adalah sebesar ,02 juta rupiah. Kecamatan Parakan merupakan penyumbang PDRB terbesar kedua (terbesar Kecamatan Temanggung sebesar 13%) di Kabupaten Temanggung yaitu sebesar 9%. Sementara itu, Kecamatan Kedu merupakan penyumbang PDRB terbesar ketiga (setelah Kecamatan Temanggung dan Kecamatan Parakan) yaitu sebesar 7%. Hal ini mengindikasikan bahwa Kecamatan Kedu dan Kecamatan Parakan merupakan wilayah yang berperan penting dalam perekonomian di Kabupaten Temanggung. Tipologi Klassen digunakan untuk mengetahui kondisi perkembangan ekonomi di masing-masing kecamatan di Kabupaten Temanggung. Penentuan tersebut berdasarkan PDRB per kapita dan laju pertumbuhan PDRB daerah. Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan,2014 Peta 2.2 Tipologi Klassen Kabupaten Temanggung Tahun 2012 Berdasarkan peta hasil analisis di atas, dapat diketahui bahwa Kecamatan Kedu termasuk ke dalam daerah yang berkembang pesat karena walaupun PDRB per kapita di Kecamatan Kedu di bawah Kabupaten Temanggung, tetapi Kecamatan Kedu memiliki pertumbuhan PDRB di atas Kabupaten Temanggung. Kecamatan Parakan merupakan

13 daerah maju dan tumbuh pesat. Hal tersebut disebabkan karena Kecamatan Parakan memiliki PDRB per kapita dan laju pertumbuhan PDRB di atas Kabupaten Temanggung. Untuk mengetahui dominasi sektor ekonomi di Kecamatan Kedu dan Kecamatan Parakan, berikut ini disajikan diagram distribusi PDRB per sektor di Kecamatan Kedu dan Kecamatan Parakan. Kedu Parakan Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 3% Pengangkut an dan Komunikasi 5% Jasa-Jasa 9% Pertanian 31% Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 6% Jasa-Jasa 14% Pertanian 12% Pertambang an & Penggalian 0% Perdaganga n, Hotel & Restoran 18% Industri Pengolahan 27% Bangunan 6% Listrik, Gas & Air Bersih 1% Industri Pengolahan 25% Pertambang an & Penggalian 2% Sumber: BPS Kabupaten Temanggung, 2012 Grafik 2.7 Distribusi PDRB ADHK 2000 Kecamatan Kedu Tahun 2011 (Persen) Total PDRB ADHK 2000 Kecamatan Kedu Tahun 2011 adalah Rp ,86 juta rupiah. Kontribusi nilai PDRB di Kecamatan Kedu didominasi oleh sektor pertanian (31%); industri pengolahan (25%); dan perdagangan, hotel dan restoran (18%). Besarnya sumbangan sektor industri di Kecamatan Kedu disebabkan oleh banyaknya industri kecil yang terdapat di Kecamatan Kedu. Pengangkut an dan Komunikasi 12% Perdaganga n, Hotel & Restoran 24% Bangunan 4% Listrik, Gas & Air Bersih 1% Sumber: BPS Kabupaten Temanggung, 2012 Grafik 2.8 Distribusi PDRB ADHK 2000 Kecamatan Parakan Tahun 2011 (Persen) Total PDRB ADHK 2000 Kecamatan Parakan Tahun 2011 adalah Rp ,90 juta rupiah. PDRB Kecamatan Parakan didominasi oleh 4 sektor yaitu industri pengolahan, perdagangan, hotel & restoran, jasa-jasa dan pertanian. Nilai PDRB tertinggi berada pada sektor industri pengolahan yaitu sebesar Rp 59, juta rupiah (27% dari total PDRB Kecamatan Parakan). Tingginya kontribusi sektor industri pengolahan disebabkan karena banyaknya industri yang berlokasi di Kecamatan Parakan.

14 Kedu Parakan Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Grafik 2.9 Rata-rata LQ Kecamatan Kedu Tahun Nilai LQ sektor industri pengolahan Kecamatan Kedu bernilai >1 yaitu 1,24. Nilai tersebut menunjukkan bahwa sektor industri pengolahan merupakan sektor unggulan dan menjadi sektor basis yang harus dikembangkan lebih lanjut. Sektor industri pengolahan dapat menjadi sektor basis dikarenakan berkembangnya home industry di Kecamatan Kedu. Selain untuk meningkatkan pendapatan daerah, hal tersebut juga menguntungkan karena akan membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat. Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Grafik 2.10 Rata-rata LQ Kecamatan Parakan Tahun Berdasarkan grafik diatas, nilai LQ sektor industri pengolahan Kecamatan Parakan >1 yaitu 1,28. Nilai LQ>1 menunjukkan bahwa sektor industri pengolahan merupakan sektor unggulan dan menjadi sektor basis yang harus dikembangkan lebih lanjut di Kecamatan Parakan. Hal ini disebabkan karena banyaknya industri sedangbesar yang berada di Kecamatan Parakan sehingga dapat meningkatkan pendapatan daerah.

15 Kedu Parakan Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Gambar 2.1 Tipologi Sektor Ekonomi Wilayah Kedu-Parakan Sektor industri pengolahan di Kecamatan Kedu merupakan sektor potensial yaitu sektor yang mampu memenuhi permintaan pasar di dalam wilayah dan melakukkan ekspor ke luar wilayah, namun sektor ini kurang berkembang dengan baik. Oleh karena itu, sektor industri pengolahan merupakan salah satu sektor yang menjadi prioritas perencanaan pengembangan ekonomi di Kecamatan Kedu. Di Kecamatan Parakan, sektor industri pengolahan merupakan salah satu sektor unggulan yaitu sektor yang berkembang secara progresif dan mampu memenuhi kebutuhan permintaan pasar di dalam wilayah dan juga diekspor ke luar wilayah. Sektor industri pengolahan merupakan prioritas pertama dalam perencanaan pengembangan sektor ekonomi di Kecamatan Parakan.

16 Industri Kedu Parakan Industri Besar (TK >100 orang), 5 Industri Sedang (TK 20 sd 99 orang), 1 Industri Besar (TK >100 orang), 5 Industri Sedang (TK 20 sd 99 orang), 2 Industri Kecil dan Rumah Tangga (TK 1 sd 19 orang), 1460 Industri Kecil dan Rumah Tangga (TK 1 sd 19 orang), 1118 Sumber: BPS Kabupaten Temanggung, 2013 Grafik 2.11 Jumlah Industri menurut Jenisnya di Kec. Kedu Tahun 2012 (Unit) Kecamatan Kedu didominasi oleh industri rumah tangga. Jenis-jenis industri yang ada di Kecamatan Kedu adalah industri kerajinan dan pangan. Selain terdapat industri kecil, di Kecamatan Kedu juga terdapat industri besar yaitu industri kayu lapis yang berlokasi di Desa Candimulyo. Sumber: BPS Kabupaten Temanggung, 2013 Grafik 2.12 Jumlah Industri menurut Jenisnya di Kec. Parakan Tahun 2012 (Unit) Kecamatan Parakan didominasi oleh industri rumahan (home industry). Adapun industri rumahan di Kecamatan Parakan mayoritas adalah industri kerajinan dan pangan. Sementara itu, industri besar di Kecamatan Parakan berupa industri kayu lapis yang berada di Desa Caturanom. Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Peta 2.3 Persebaran Industri di Wilayah Kedu-Parakan

17 Dalam pelaksanaannya, setiap industri pasti melakukkan proses pengolahan barang mentah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Maka, diperlukan suatu gambaran alur proses kegiatan industri untuk mengetahui skala industri tersebut. Berikut ini adalah alur kegiatan beberapa industri di wilayah Kedu-Parakan. Sumber: BPS Kabupaten Temanggung, 2013 Gambar 2.2 Alur Industri Kopi Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Gambar 2.3 Alur Industri Ceriping Ketela

18 Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Gambar 2.4 Alur Industri Keranjang Tembakau Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Gambar 2.5 Alur Industri Batu Bata

19 Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Gambar 2.6 Alur Industri Genteng Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Gambar 2.7 Alur Industri Gerabah 2.3 Aspek Kelembagaan Aspek kelembagaan merupakan sebuah komponen yang penting dalam suatu wilayah, di samping itu mempunyai fungsi ataupun peranan sebagai agen sosialisasi perubahan terencana yang tumbuh dari masyarakat dan atau diprakarsai oleh pemerintah/stakeholder terkait. Lebih dari itu, dapat berperan sebagai perekat dan penguat keberhasilan dan keberlanjutan kegiatan-kegiatan yang ada di lingkungan masyarakat. Setiap kelembagaan memiliki fungsi/peran yang berbeda.

20 Tabel II.1 Jenis Kelembagaan dan Fungsinya No Stakeholder Peran 1 Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPMD) 2 Badan Permusyawaratan Desa 3 Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Sebagai lembaga penyalur aspirasi masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan yang bertumpu pada masyarakat desa/ kelurahan Berperan dalam menggali, menampung, menghimpun, merumuskan dan menyalurkan aspirasi masyarakat dalam bidang pembangunan serta meningkatkan prakasa serta partisipasi masyarakat untuk melaksanakan pembangunan secara terpadu, baik yang berasal dari berbagai kegiatan pemerintahan maupun swadaya gotong royong masyarakat dan menumbuhkan kondisi dinamis masyarakat untuk mengembangkan ketahanan di desa. Kelurahan. Lembaga yang berperan sangat strategis dalam memberdayakan keluarga terutama perempuan sebagai motor penggeraknya 4 Karang Taruna sebagai lembaga pemberdaya masyarakat/ wadah pengembangan generasi muda yang tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran dan tanggung jawab sosial dari, oleh, dan untuk masyarakat terutama generasi muda diwilayah desa/kelurahan Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, Aspek Kebijakan Perencanaan Pembangunan Berdasarkan RTRW Kabupaten Temanggung Tahun kebijakan untuk Kecamatan Kedu dan Kecamatan Parakan adalah sebagai berikut sebagai berikut : Kedu Parakan Kebijakan perencanaan di Kecamatan Kedu adalah sebagai berikut: Kecamatan Kedu merupakan kawasan peruntukan industri dengan kegiatan menengah yang tidak berpotensi menimbulkan dampak lingkugan dan dapat berlokasi di luar kawasan peruntukan industri. Rencana lokasi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) salah satunya berada di Kecamatan Kedu dengan sistem sanitary landfill. Merupakan bagian dari kawasan strategis dari sudutkepentingan pertumbuhan ekonomi provinsi. Merupakan PPK (Pusat Pelayanan Kebijakan pemerintah di Kecamatan Parakan sebagai berikut: Kecamatan Parakan direncanakan sebagai kegiatan industri menengah yang tidak berpotensi menimbulkan dampak lingkungan dan dapat berlokasi di luar kawasan peruntukan industri. Kawasan Perkotaan Parakan merupakan bagian dari kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi provinsi. Rencana lokasi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) salah satunya berada di Kecamatan Parakan dengan sistem sanitary landfill.

21 Kedu Kawasan) yaitu kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa. Parakan Merupakan PKL (Pusat Kegiatan Lokal) yaitu kawasanperkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala Kabupatenatau beberapa kecamatan. 2.5 Aspek Keruangan Tata Guna Lahan Sumber: Bappeda Kabupaten Temanggung, 2011 Peta 2.4 Penggunaan Lahan Kedu Luas wilayah Kecamatan Kedu yakni sebesar 3.175,08 Ha atau 3,6% dari total luas Kabupaten Temanggung dengan penggunaan lahan sawah 2.190,13 Ha atau 69% dan penggunaan lahan bukan sawah 984,95 Ha atau 31%. Persebaran lahan terbangun berupa permukiman, pertokoan, gedung Parakan Luas Kecamatan Parakan sebesar Ha atau 2,55% dari total luas Kabupaten Temanggung. Prosentase penggunaan lahan sawah irigasi yakni sebesar 61,11% dari total luas wilayah. Selain itu penggunaan lahan terbesar peringkat kedua adalah permukiman, penggunaan lahan untuk permukiman yakni sebesar

22 perkantoran, gedung pendidikan, puskesmas dan lain-lain tersebar di beberapa desa di Kecamatan Kedu yang memiliki karakteristik perkotaan. Sedangkan untuk lahan non terbangun terdiri dari sawah, tegalan/perkebunan hampir tersebar di seluruh desa di Kecamatan Kedu. 20,59%. Pola penggunaan lahan permukiman memanjang dan terpusat di beberapa desa/kelurahan seperti di Kelurahan Parakan Kauman dan Parakan Wetan. Penggunaan lahan permukiman di kedua kelurahan ini memiliki prosentase hampir setengah dari luas lahan kelurahan Sistem Pusat Pemukiman Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Peta 2.5 Sistem Pusat Permukiman Sistem pusat pemukiman dilihat berdasarkan ketersediaan (kelengkapan) sarana yang terdapat di suatu wilayah tertentu. Berdasarkan hasil analisis sistem pusat pemukiman di wilayah Kedu-Parakan, terdapat beberapa wilayah dengan fungsi pelayanan yang berbeda-beda. Daerah yang menjadi pusat pelayanan yaitu Keluarahan Parakan Kauman dan Parakan Wetan. Kedua kelurahan ini memiliki sarana yang lebih lengkap dibandingkan desa lainnya sehingga mampu melayani desa-desa di sekitarnya. Di kedua kelurahan tersebut memiliki sarana perdagangan, sarana pendidikan dan sarana kesehatan yang lebih lengkap dan memadai, sehingga banyak masyarakat yang

23 lebih memilih untuk menuju ke kedua kelurahan tersebut. Sedangkan yang termasuk ke dalam sub pusat pelayanan antara lain Desa Wanutengah, Desa Kutoanyar dan Desa Kedu, dan untuk desa-desa lainnya sebagai pusat lingkungan. Sub pusat pelayanan tersebut berfungsi untuk melayani pusat lingkungan di wilayah Kedu-Parakan. Interaksi antar pusat pelayanan, sub pusat pelayanan dan pusat lingkungan sangat dipengaruhi aksesibilitas. Interaksi tersebut dihubungkan melalui jaringan jalan yang menghubungkan antara pusat, sub pusat dan pusat lingkungan satu dengan yang lainnya. Kondisi jalan yang baik serta ketersediaan angkutan umum yang mudah dijangkau, akan memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk mengakses saranasarana yang terdapat di daerah pusat dan sub pusat pelayanan Hubungan Desa Kota Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Peta 2.6 Desa Kota Hubungan desa kota di wilayah Kedu-Parakan terjadi dalam hal pergerakan baik barang maupun manusia. Hubungan dalam hal pergerakan barang tersebut dapat dilihat dari tujuan dan asal barang-barang yang terdapat di wilayah Kedu-Parakan terutama untuk pemenuhan kebutuhan industri di wilayah tersebut. Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, sebagian besar masyarakat Kedu-Parakan memperoleh kebutuhannya dari dalam wilayah Kedu-Parakan sendiri. Meskipun demikian,

24 kebutuhan-kebutuhan masyarakat juga diperoleh dari luar wilayah Kedu-Parakan seperti Kecamatan Temanggung dan Kabupaten Wonosobo. Di Kecamatan Parakan terdapat Pasar Legi yang berada di Kelurahan Parakan Kauman yang menjadi pusat penjualan dan pembelian barang dari daerah lain untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Kecamatan Parakan dan kecamatan di sekitarnya. Barang-barang dari wilayah Kedu-Parakan dipasarkan ke dalam wilayah Kedu-Parakan sendiri. Selain dipasarkan dalam wilayah Kedu-Parakan, barang-barang tersebut juga dipasarkan ke luar wilayah Kedu-Parakan seperti Temanggung, Wonosobo dan Magelang. Sebagian besar penduduk di Kecamatan Parakan bekerja pada sektor perdagangan dan jasa, hal ini dikarenakan Kecamatan Parakan merupakan pusat pemasaran atau perdagangan hasil pertanian. Berbeda dengan Kecamatan Parakan, sebagian besar masyarakat Kecamatan Kedu bekerja pada sektor pertanian. Untuk memenuhi kebutuhan khususnya kebutuhan pertanian, masyarakat di Kecamatan Kedu menuju Kecamatan Parakan untuk memperoleh segala kebutuhan yang diperlukan. Adanya Pasar Legi mampu membangkitkan pergerakan yang tinggi di dalam wilayah Kedu-Parakan. Lokasi pasar dilewati jalur arteri yang menghubungkan wilayah Kedu- Parakan dengan Temanggung dan Wonosobo sehingga menimbulkan aktivitas yang cukup tinggi di kawasan sekitar Pasar Legi. Interaksi antara desa dan kota dalam wilayah Kedu-Parakan berjalan dengan lancar karena didukung dengan aksesibilitas yang mudah, hal ini ditunjukkan dengan kondisi jalan yang baik dan ketersediaan angkutan umum sehingga sangat mendukung pergerakan barang dan masyarakat yang cukup tinggi. 2.6 Aspek Prasarana dan Sarana Jalan Di wilayah Kedu-Parakan terdapat jalan yang terdiri dari jalan lingkungan hingga arteri sehingga kedua kecamatan ini memiliki lokasi yang strategis. Kondisi jalan di wilayah Kedu-Parakan cukup baik namun masih terdapat beberapa jalan lingkungan memiliki kondisi yang kurang baik seperti berlubang dan berbatu (jalan terasahan). Sementara itu untuk kondisi jalan kolektor dan arteri terbilang baik. Hal ini dapat dilihat dari sedikitnya kerusakan pada jalan. Namun, di sisi lain, jalan-jalan di wilayah Kedu- Parakan masih minim penerangan jalan.

25 Sumber: Hasil Dokumentasi Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Gambar 2.8 Jalan dengan Kondisi yang Rusak Sumber: Hasil Dokumentasi Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Gambar 2.9 Kondisi Jalan Lokal dengan Penerangan Jalan yang Minim Berikut ini adalah kajian untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan jalan di wilayah Kedu-Parakan pada tahun 2012.

26 Bidang Pelayanan Jaringan jalan Aspek aksesibilitas Aspek mobilitas Tabel II.2 Standar Pelayanan Minimal Bidang Jalan di Indonesia Cakupan Seluruh jaringan Seluruh jaringan Standar Pelayanan Kuantitas Konsumsi/Produksi Kepadatan Penduduk (jiwa/km 2 ) Sangat tinggi > 5000 >5 Tinggi > 1000 >1,5 Sedang >500 >0,5 Rendah >100 >0,15 Sangat rendah <100 >0,05 PDRB per kapita (juta RP/kap/tahun) Sangat tinggi >10 >5 Tinggi >5 Sedang >2 >2 >1 Rendah >1 >0,5 Sangat rendah <1 >0,2 Sumber : Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2001 Kualitas Indeks Aksesibilitas Indeks Mobilitas Keterangan Penjang jalan/luas (km/km 2 ) Panjang jalan/1000 penduduk Aksesibilitas Kuantitas : Jumlah Penduduk/LuasWilayah : /108,93467 : 972,748 => masuk kategori >500 -> sedang Kualitas : indeks aksesibilitas > 0,5 (berdasarkan hasil kuantitas) Perhitungan Kesesuaian : Panjang Jalan/Luas Wilayah : 174,689/108,93467 : 1,603,613 => MEMENUHI Beradasarkan perhitungan menggunakan SPM Bidang Jalan yang dikeluarkan Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah tahun 2001, wilayah Kedu Parakan dari segi kuantitas aksesibilitas tergolong tinggi yaitu 972,748 dengan kualitas berupa indeks aksesibilitas >0,5 yang diperoleh dari hasil penilaian kuantitas. Berdasarkan panjang jalan terhadap luas wilayah Kecamatan Kedu-Parakan memiliki nilai 1,603 yang sesuai dengan indeks aksesibilitas yaitu >1,5. Artinya dari segi aksesibilitas panjang jalan di Kecamatan Kedu-Parakan sudah memenuhi aksesibilitas penduduknya. Mobilitas Kuantitas : Total PDRB 2012 = Rp ,8 juta Pendapatan perkapita = Rp 3.83 juta/tahun maka tergolong sedang >2 Kualitas : Indeks mobilitas >1 (didapat dari kuantitas)

27 Perhitungan Kesesuaian :Panjang Jalan/Jumlah Penduduk*1000 : 174,689/ *1000 : 1,648 => Memenuhi Berdasarkan perhitungan menggunakan SPM Bidang Jalan yang dikeluarkan Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah tahun 2001, wilayah Kedu Parakan dari segi kuantitas mobilitas tergolong sedang yaitu tergolong >2 dengan kualitas berupa indeks mobilitas >1 yang diperoleh dari hasil penilaian kuantitas. Berdasarkan panjang jalan per seribu penduduk, wilayah Kedu-Parakan memiliki nilai 1,648 yang sesuai dengan indeks mobilitas yaitu >1,5. Artinya, dari segi mobilitas, panjang jalan di wilayah Kedu-Parakan sudah memenuhi mobilitas penduduknya Drainase Drainase di wilayah Kedu-Parakan terbagi menjadi dua yaitu drainase tebuka dan drainase tertutup serta masih ditemukan jalan yang belum memiliki drainase. Sumber: Hasil Dokuemntasi Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Gambar 2.10 Aliran Air di Drainase yang Lancar di wilayah Kedu-Parakan Sumber: Hasil Dokuemntasi Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Gambar 2.11 Drainase yang Kering di wilayah Kedu-Parakan

28 Sumber: Hasil Dokuemntasi Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Gambar 2.12 Permukiman yang Tidak Memiliki Drainase Sanitasi Di wilayah Kedu-Parakan, kondisi jaringan sanitasi sudah cukup baik. Hal ini terlihat dari kepemilikan MCK pribadi yang telah menyeluruh di hampir seluruh desa. Pada tahun 2011, tingkat pelayanan jaringan sanitasi di wilayah Kedu-Parakan mencapai 80% dan 92%. Berikut ini adalah grafik jumlah kepemilikian MCK pribadi di Kecamatan Kedu dan Kecamatan Parakan Kepemilikan MCK Pribadi di Kecamatan Kedu MCK Sumber: BPS Kabupaten Temanggung, 2013 Grafik 2.13 Kepemilikan MCK Pribadi di Kecamatan Kedu Tahun 2012

29 CATURANOM PARAKAN PARAKAN WETAN CAMPURSALAM MANDISARI DANGKEL RINGINANOM DEPOKHARJO WATUKUMPUL TEGALROSO GLAPANSARI SUNGGINGSARI WANUTENGAH TRAJI BAGUSAN NGLONDONG Kepemilikan MCK Pribadi di Kecamatan Parakan MCK Sumber: BPS Kabupaten Temanggung, 2013 Grafik 2.14 Kepemilikan MCK Pribadi di Kecamatan Parakan 2012 Berdasarkan grafik diatas, diketahui bahwa hampir seluruh desa di Kecamatan Kedu sudah mempunyai MCK pribadi, hanya di Desa Tegalsari dan Desa Bojongnegoro yang memiliki jumlah kepemilikan MCK pribadi yang sedikit karena masih didominasi oleh pembuangan air limbah ke sungai. Begitu pula di Kecamatan Parakan, hampir seluruh desa sudah terlayani jaringan sanitasi. Hanya di Desa Wanutengah yang belum terlayani secara optimal, namun pada desa tersebut sudah terdapat MCK Umum sebagai pelayanan sanitasi di Desa Wanutengah Persampahan Jaringan persampahan di wilayah Kedu-Parakan masih belum terintegrasi dengan baik. Berikut ini adalah tabel jaringan persampahan di Kecamatan Kedu dan Kecamatan Parakan. Tabel II.3 Tempat Pembuangan dan Keberadaan TPS di Kecamatan Kedu Desa Tempat Pembuangan TPS Danurejo Dibakar Tidak ada Danurejo Dibakar Tidak ada Candi Mulya Tempat sampah, kemudian diangkut Tidak ada Kedu Tempat sampah, kemudian diangkut Ada Mojo Tengah Dibakar Tidak ada Kuto Anyar Sungai Tidak ada Tegal Sari Sungai Tidak ada Kundisari Lahan kosong Tidak ada Mergowati Dibakar Tidak ada Karangtejo Dibakar Tidak ada

30 Desa Tempat Pembuangan TPS Ngadimulyo Dibakar Tidak ada Gondang Wayang Dibakar Tidak ada Bojonegoro Sungai Tidak ada Bandunggede Lahan kosong Tidak ada Sumber : Podes 2011 Tabel II.4 Tempat Pembuangan dan Keberadaan TPS di Kecamatan Parakan Desa Tempat Pembuangan TPS Caturanom Sungai Tidak ada Parakan Kauman Tempat sampah, kemudian diangkut Ada Parakan Wetan Tempat sampah, kemudian diangkut Ada Campursalam Sungai Tidak ada Mandisari Sungai Ada Dangkel Tempat sampah, kemudian diangkut Ada Ringinanom Sungai Tidak ada Depokharjo Sungai Tidak ada Watukumpul Drainase/got Tidak ada Tegalroso Tempat sampah, kemudian diangkut Ada Glapansari Lahan kosong Tidak ada Sunggingsari Dibakar Tidak ada Wanutengah Sungai Tidak Ada Traji Lahan Kosong Tidak Ada Bagusan Sungai Tidak Ada Nglondong Lahan Kosong Ada Sumber : Podes 2011 Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa di wilayah Kedu-Parakan, pembuangan sampah masih tergolong tradisional. Di beberapa desa di wilayah Kedu-Parakan, masih banyak penduduk yang membuang sampah ke sungai. Hal ini dapat berpotensi menimbulkan permasalahan lingkungan di masa yang akan datang. Selain itu, tidak sedikit pula penduduk membakar sampah di lahan kosong atau pekarangan rumah. Desa/kelurahan di wilayah Kedu-Parakan belum seluruhnya memiliki Tempat Pembuangan Sementara (TPS), terutama di Kecamatan Kedu yang hampir 95% daerahnya belum mempunyai TPS, TPS hanya terdapat di pusat Kecamatan Kedu, yaitu Desa Kedu. Sedangkan di Kecamatan Parakan, hampir 50% daerahnya memiliki TPS Air Bersih Terdapat tiga sumber air bersih di wilayah Kedu-Parakan yaitu PDAM, sumur dan mata air. Sebagian besar penduduk wilayah Kedu Parakan mendapatkan air bersih yang bersumber dari sumur artesis karena didukung oleh ketersediaan air tanah yang cukup. Selain itu, posisi wilayah Kedu Parakan yang berdekatan dengan Gunung Sumbing Sindoro menyebabkan sebagian penduduk dapat menggunakan mata air

31 sebagai sumber air utama, salah satunya adalah penduduk Desa Glapansari dan Desa Traji. Penggunaan sumber air bersih yang berasal dari sumur artesis dan mata air disebabkan oleh cakupan pelayanan PDAM yang belum merata ke seluruh wilayah Kedu-Parakan. Tabel II.5 Sumber Mata Air Kecamatan Parakan Tahun 2010 Desa Mata Air Debit (L/ dtk) Glapansari MA Tuk Sari 20 Traji MA Tloyo 20 Sumber: RTRW Kabupaten Temanggung Standar Pelayanan Minimum (SPM) digunakan sebagai indikator kesejahteraan masyarakat dalam pelayanan air bersih. Berikut ini adalah perhitungan SPM keandalan ketersediaan air baku. Ketersediaan air baku ( m3 )dari instalasi pengolah air tahun Kebutuhan air baku ( m3 x 100% tahun ) berdasar targer MDGs Jumlah penduduk tahun 2012 wilayah Kedu-Parakan sebesar jiwa. Jumlah ketersediaan air baku dari instalasi pengolahan air yaitu m 3 / tahun. Setiap orang membutuhkan air baku minimal sebesar 60 liter/ orang/ hari. Maka jumlah kebutuhan air baku minimal di wilayah Kedu-Parakan yaitu: Ketersediaan air baku dari instalasi pengolah air Kebutuhan air baku berdasar targer MDGs = = m3/ tahun x0,06x m3/tahun = 43, x 100% x 100% x 100% Berdasarkan perhitungan diatas maka dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2012 yang telah terlayani air bersih sebesar 43,05% atau dari jiwa penduduk di wilayah Kedu-Parakan Listrik Secara keseluruhan wilayah Kedu Parakan sudah teraliri listrik dari PLN. Salah satu sumber energi listrik yang terdapat di wilayah Kedu-Parakan adalah sebuah gardu induk listrik yang berada di Desa Mojotengah, Kecamatan Kedu. Berikut adalah jumlah pelanggan listrik di wilayah Kedu-Parakan tahun

32 Kecamatan Tabel II.6 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Tahun Banyaknya Pelanggan Perkembangan Jumlah % Parakan ,5 Kedu ,25 Sumber: BPS Kabupaten Temanggung, 2013 Tabel di atas menunjukkan adanya peningkatan pelanggan listrik dari PLN. Hal ini disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk wilayah Kedu-Parakan sehingga kebutuhan listrik juga meningkat. Gardu listrik di Desa Mojotengah Kecamatan Kedu digunakan untuk penyediaan kebutuhan listrik untuk wilayah sekitar khususnya Kabupaten Temanggung. Penggunaan listrik tersebut bukan hanya untuk rumah tangga namun juga digunakan untuk keperluan seperti industri dan lain-lain Sarana Pendidikan Sarana pendidikan merupakan salah satu sarana pokok yang harus dimiliki setiap wilayah untuk menunjang kehidupan masyarakat. Berikut adalah tabel sarana pendidikan di Kecamatan Kedu dan Kecamatan Parakan: Tabel II.7 Banyaknya Sarana Pendidikan di Kecamatan Kedu dan Kecamatan Parakan Tahun 2012 Kecamatan Jenis Sarana Pendidikan TK SD SMP SMA Perguruan Tinggi Kedu Parakan Sumber : BPS Kabupaten Temanggung, 2013 Berdasarkan tabel di atas, sarana pendidikan di Kecamatan Kedu dan Kecamatan Parakan sudah cukup lengkap. Di Kecamatan Parakan terdapat satu perguruan tinggi sehingga banyak penduduk dari kecamatan sekitar akan melanjutkan studi di Kecamatan Parakan.

33 Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Peta 2.7 Jangkauan Pelayanan TK Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Peta 2.8 Jangkauan Pelayanan SD

34 Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Peta 2.9 Jangkauan Pelayanan SMP Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Peta 2.10 Jangkauan Pelayanan SMA

35 Peta jangkauan pelayanan sarana pendidikan di atas didasarkan pada radius pencapaian yang diambil dari SNI , Tata cara perencanaan kawasan perumahan kota. Jangkauan pelayanan TK belum memadai, desa yang masih belum terjangkau adalah Desa Tegalroso, Gondangwayang, Bandunggede, Sunggingsari, Karangtejo, Ngadimulyo, Salamsari dan Bojongnegoro, sehingga perlu adanya penambahan 12 TK pada desa-desa tersebut, masing-masing desa 1 TK, kecuali pada Desa Bojongnegoro dan Bandunggede 2 TK, dan Desa Gondangwayang 3 TK. Jangkauan pelayanan SMP belum memadai, desa yang masih belum terjangkau adalah Desa Sunggingsari, Glapangan, Bandunggede, Bojongnegoro, Karanggtejo, dan Ngadimulyo, sehingga perlu adanya penambahan 6 SMP pada desa tersebut, 1 SMP setiap desa. Pelayanan SD dan SMA di Kecamatan Kedu dan Parakan sudah menjangkau semua desa di Kecamatan Kedu dan Parakan, sehingga tidak perlu adanya penambahan Sarana Kesehatan Sarana kesehatan di Kecamatan Kedu dan Kecamatan Parakan sudah merata. Jarak Kecamatan Kedu dan Kecamatan Parakan yang dekat membuat akses penduduk Kecamatan Kedu terhadap rumah sakit di Kecamatan Parakan menjadi sangat mudah dan kebutuhan sarana kesehatan di Kecamatan Kedu pun dapat dipenuhi. Sarana kesehatan yang terdapat di Kecamatan Kedu dan Kecamatan Parakan terdiri dari rumah sakit, puskesmas, puskesmas pembantu, dan posyandu. Berikut adalah tabel sarana kesehatan di Kecamatan Kedu dan Kecamatan Parakan. Tabel II.8 Banyaknya Sarana Kesehatan di Kecamatan Kedu dan Kecamatan Parakan Tahun 2012 Kecamatan Rumah Sakit Jenis Sarana Kesehatan Puskesmas Puskesmas Pembantu Posyandu Kedu Parakan Sumber : BPS Kabupaten Temanggung, 2013

36 Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Peta 2.11 Jangkauan Pelayanan Puskesmas Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Peta 2.12 Jangkauan Pelayanan Puskesmas Pembantu

37 Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Peta 2.13 Jangkauan Pelayanan Praktek Dokter Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Peta 2.14 Jangkauan Pelayanan Posyandu

38 Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Peta 2.15 Jangkauan Pelayanan Klinik Bersalin Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Peta 2.16 Jangkauan Pelayanan Apotek

39 Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Peta 2.17 Jangkauan Pelayanan Rumah Sakit Peta jangkauan pelayanan sarana kesehatan di atas didasarkan pada radius pencapaian yang diambil dari SNI , Tata cara perencanaan kawasan perumahan kota. Berdasarkan peta di atas, pelayanan dari puskesmas, puskesmas pembantu, praktik dokter dan apotek belum mejangkau semua desa di Kecamatan Kedu dan Kecamatan Parakan, namun pelayanan dari posyandu, klinik bersalin dan rumah sakit sudah memadai dan menjangkau semua desa di Kecamatan Kedu dan Parakan, sehingga tidak perlu adanya penambahan jumlah sarana Sarana Peribadatan Sarana peribadatan di wilayah Kedu-Parakan meliputi masjid, mushola, gereja katholik, dan gereja protestan. Tidak terdapat pura dan vihara sebagai tempat ibadah bagi warga yang beragama hindu dan buddha. Kualitas sarana peribadatan di wilayah Kedu-Parakan termasuk ke dalam kondisi yang baik dari segi kebersihan dan kondisi bangunan. Berikut adalah rincian sarana peribadatan di Kedu-Parakan.

40 Sarana Peribadatan Jumlah Masjid Tabel II.9 Banyaknya Sarana Peribadatan di Kecamatan Kedu dan Kecamatan Parakan Tahun 2012 Jumlah Mushola Jumlah Pura Jumlah Vihara Jumlah Gereja Katholik Jumlah Gereja Protestan Kedu Parakan Total Sumber: BPS Kabupaten Temanggung, 2013 Jumlah Klenteng Jumlah total sarana peribadatan di Kecamatan Kedu dan Kecamatan Parakan adalah 186 masjid, 204 mushola, 0 Pura, 2 Vihara, 2 gereja katholik, 4 gereja protestan dan 1 klenteng. Pada tahun 2012 penduduk Kecamatan Kedu berjumlah jiwa dan Kecamatan Parakan berjumlah jiwa dengan mayoritas penduduk beragama islam. Berikut adalah rincian jumlah penduduk menurut agam di Kecamatan Kedu dan Kecamatan Parakan. Kedu Parakan Jumlah penduduk beragama Islam jiwa Jumlah penduduk beragama Kristen Katholik 167 jiwa Jumlah penduduk beragama Kristen Protestan 203 jiwa Jumlah penduduk beragama budha 0 jiwa Jumlah penduduk beragama hindu 0 jiwa Jumlah penduduk beragama Islam jiwa Jumlah penduduk beragama Kristen Katholik 964 jiwa Jumlah penduduk beragama Kristen Protestan jiwa Jumlah penduduk beragama budha 197 jiwa Jumlah penduduk beragama hindu 15 jiwa Dengan data di atas dapat dihitung pemenuhan kebutuhan ruang serta jangkauan pelayanan dari sarana peribadatan pada tahun 2012.

41 Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Peta 2.18 Persebaran Sarana Peribadatan Dalam SNI tentang tata cara perencanaan lingkungan perumahan, masjid dapat menampung 2500 jiwa dengan jangkauan pelayanan 1000 m 2, sedangkan mushola dapat menampung 250 jiwa dengan jangkauan pelayanan 100 m 2. Berarti masjid-masjid di wilayah Kedu-Parakan pada tahun 2012 dapat menampung jiwa dengan jangkauan pelayanan m 2. Mushola-mushola di wilayah Kedu- Parakan pada tahun 2012 dapat menampung jiwa dengan jangkauan pelayanan m 2. Sehingga, sarana peribadatan untuk penduduk beragama Islam pada tahun 2012 sudah terpenuhi. Sarana peribadatan di luar masjid dan mushola dalam SNI tentang tata cara perencanaan lingkungan perumahan dijelaskan bahwa kebutuhan sarana gereja disesuaikan dengan jumlah penduduk yang beragama Kristen Katholik dan Kristen Protestan dengan kebutuhan lahan 1,2 m 2 /jemaah Sarana Perekonomian Sarana perekonomian yang berpengaruh di wilayah Kedu-Parakan yang akan dikembangkan sebagai kota kecil berbasis industri meliputi bank umum, bank perkreditan rakyat, dan pasar. Berikut ini adalah rincian sarana perekonomian di wilayah Kedu-Parakan.

42 Tabel II.10 Banyaknya Sarana Perekonomian di Kecamatan Kedu dan Kecamatan Parakan Tahun 2012 Kecamatan Jumlah Bank Umum Jumlah Pasar Umum Jumlah BPR Lainnya Kedu Parakan Total Sumber : BPS Kabupaten Temanggung, 2013 Dapat dilihat dari tabel diatas bahwa Kecamatan Parakan sebagai wilayah perkotaan mempunyai jumlah bank umum dan pasar umum yang lebih tinggi dibandingkan dengan Kecamatan Kedu. Mengingat perekonomian di wilayah Kedu-Parakan yang didominasi oleh kegiatan pertanian dan industri kecil, maka hal yang perlu diperhatikan adalah pasar umum yang dapat memfasilitasi penjualan hasil pertanian bagi petani serta pemenuhan kebutuhan bahan baku dan pemasaran produk bagi industri kecil. Pasar Legi yang berlokasi di Kecamatan Parakan merupakan salah satu pasar utama di Kabupaten Temanggung. Jangkauan pasar ini tidak hanya untuk lingkup kecamatan, namun juga untuk lingkup kecamatan sekitarnya, Kabupaten Temanggung, dan kabupaten di sekitar Kabupaten Temanggung. Sementara itu, di Kecamatan Kedu terdapat Pasar Pahing yang terletak di Desa Kedu dengan skala pelayanan untuk Kecamatan Kedu. Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Peta 2.19 Persebaran Sarana Perekonomian

43 Sarana perekonomian yang juga penting untuk perkembangan ekonomi di wilayah Kedu-Parakan adalah Bank Perkreditan Rakyat (BPR). BPR bertugas sebagai lembaga yang dapat meminjamkan modal bagi penduduk untuk kegiatan pertanian maupun industri. Jumlah BPR di Kecamatan Kedu adalah sebanyak 13 unit, sedangkan di Kecamatan Parakan terdapat 2 unit. 2.7 Potensi Dari hasil analisis Tipologi Klassen yang telah dilakukan, wilayah Kedu-Parakan merupakan daerah yang berkembang dan tumbuh cepat. Dari rata-rata LQ per kecamatan di Kabupaten Temanggung diperoleh hasil wilayah Kedu-Parakan memiliki spesialisasi industri dengan tingkat sedang sehingga lebih berpotensi untuk berkembang. Untuk sektor industri pengolahan sendiri, merupakan sektor prioritas, hal inididapat dari analisis LQ. Dari hasil ketiga analisis tersebut, berbanding lurus dengan rencana pengembangan wilayah Kedu- Parakan menjadi kota kecil bebasis industri. Dengan melihat keunggulan-keunggulan di wilayah Kedu-Parakan, yang akan dikembangkan adalah industri kopi, industri hortikultura, serta industri pangan dan kerajinan. Baik wilayah Kedu-Parakan maupun Kecamatan di bagian utaranya (Kecamatan Gemawang dan Kecamatan Jumo) merupakan penghasil kopi yang cukup banyak. Kemudian di wilayah Kedu-prakan sendiri terdapat perkebunan kopi seluas 100 hektar, yang saat ini sudah mampu memenuhi permintaan pasar. Kualitas kopi Temanggung tidak perlu diragukan lagi, karena kopi Temanggung sudah berkembang sejak zaman Belanda. Hasil kopi Temanggung juga banyak yang diekspor hingga ke manca negara. Dalam mengembangkan industri hortikultura, wilayah Kedu-Parakan masih memiliki lahan pertanian yang luas. Wilayah Kedu-Parakan berpotensi pula menjadi sentara industri hortikultura, didukung dengan kedekatan wilayahnya dengan Kecamatan Bansari yang juga merupakan penghasil produk pertanian yang besar di Kabupaten Temanggung serta lokasi Kedu-Parakan yang cukup strategis karena dilewati jalan nasional dan jalan provinsi. Jalan nasional dan jalan provinsi yang melewati wilayah Kedu-Parakan ini, juga menjadi salah satu modal utama untuk prasarana pengangkutan barang baku maupun pendistribusian hasil produksi. Pengembangan wilayah Kedu-Parakan menjadi kota kecil berbasis industri ini diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja baru, yang memang kondisi eksistingnya saat ini sudah banyak home industry yang ada, dan dapat mneyerap tenaga kerja.

44 2.8 Masalah Masalah Jaringan infrastruktur belum mendukung kegiatan industri Jaringan transportasi yang belum mendukung kegiatan industri Belum adanya peningkatan dan pengelolaan fasilitas penunjang industri Belum adanya lokasi pemasaran yang jelas bagi hasil produk industri Lokasi industri yang belum terkonsentrasi secara spasial Tabel II.11 Masalah dan Fakta Fakta Dalam proses pengangkutan untuk industri tahu belum didukung oleh aksesibilitas yang baik khususnya jalan yang terdapat di Dusun Getas memiliki jalan yang rusak sehingga produk tahu yang dihasilkan menjadi rusak sebelum sampai ke konsumen/pembeli (Sarina, Dusun Gondang Wayang RT 07, 2014). Distribusi hasil produksi industri pangan dan kerajinan tidak menggunakan angkutan umum, karena angkutan umum hanya melewati di jalan kolektor sehingga hasil produksi industri didistribusikan dengan menggunakan kendaraan pribadi (Muhammad Atang, Kepala Kelurahan Karangtejo, 2014). "...keberadaan industri ini sudah 75% mengganggu kesehatan petani" (Tridadi, Desa Caturanom, 2014). "Biasanya pembeli datang kesini untuk membeli dan terkadang dijual juga ke Pasar Parakan." (Suyatno, Desa Mandisari, 45 thn) Kurangnya modal untuk memenuhi kebutuhan pasar Kesulitan untuk mendapatkan bahan baku sehingga tidak dapat memenuhi permintaan pasar Kurangnya inovasi hasil produk industri Untuk saat ini di Kecamatan Parakan Wetan untuk kegiatan industrinya belum ada perhatian dari pemerintah sehingga belum ada bantuan terkait modal, peralatan dan lain sebagainya (Kaswadi, Parakan Wetan, 2014). "Bambu yang digunakan Wardoyo sendiri berasal dari Temanggung, Jogja bahkan hingga Magelang hal ini dikarenakan produksi dari Temanggung sendiri kecil." (Wardoyo, Desa Caturanom, 2014).... banyaknya permintaan disesuaikan dengan permintaan pasar, namun hal ini terkadang terkendala oleh minimnya bahan baku dan modal yang dimiliki pemilik industri kayu (Arif, Dusun Ngadimulyo). "... Belum adanya inovasi dari hasil industri makanan ringan biasanya hanya berupa ceripng ketela saja dan hanya memiliki rasa asin dan gurih" (Surini, Desa Mojotengah, 2014)

45 Masalah Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat Kedu SD = 45, 60% Tidak/Belum Tamat SD = 21,57% Parakan SD=36,74% Tidak/Belum Tamat SD = 23,67% (BPS Kabupeten Temanggung, 2013) Fakta Kurangnya pelatihan keterampilan untuk masyarakat Rendahnya partisipasi masyarakat untuk mengembangkan industri "Hambatan lainnya yaitu kurangnya keterampilan dalam mencetak dan membentuk adonan semprong." (Hartono, Kelurahan Parakan Wetan, 61 thn) Home industry ini belum terdaftar di Pemerintahan, sehingga belum mendapatkan bantuan dari pemerintah (Nur Sriyatin, Desa Kundisari) Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Dalam memgembangakan kota kecil berbasis industri di Kecamatan Kedu-Parakan, terdapat beberapa masalah yang dihadapi. Masalah utama yang menjadi sebab ternjadinya masalah-masalah lain adalah terhambatnya perkembangan industri potensial di Wilayah Kedu-Parakan. Hal ini disebabkan oleh empat faktor utama yaitu lokasi industri yang belum terkonsentrasi secara spasial, belum adanya lokasi pemasaran hasil produksi industri yang jelas, kurangnya inovasi hasil produk industri dan tidak dapat memenuhi permintaan pasar. Saat ini di wilayah Kedu-Parakan belum ada lokasi pemasaran hasil produksi industri yang jelas. Masing-masing pemilik industri biasanya mendistribusikan hasil produksinya sendiri, baik lingkup wilayah Kabupaten Temanggung maupun luar Kabupaten Temanggung. Untuk skala usaha yang lebih kecil, biasanya memasarkan dagangannya di Pasar Parakan ataupun Pasar Ngadirejo. Ada pula pembeli yang langsung dating ke rumah pemilik industri rumah tangga untuk langsung memebeli hasil produksi mereka. Masingmasing pemilik industri menjalankan usahanya secara individu. Tidak ada lembaga atau oprganisasi yang mewadahi industri-industri kecil-menengah tersebut. Sehingga industri rumah tangga yang masih terhitung baru dan baru memiliki banyak pelanggan masih sering gagal berkompetisi, terkadang hingga gulung tikar. Untuk itu, dibutuhkan sentra industri untuk mendukung kegiatan industri kerajinan dan pangan yang efektif dan efisien. Hal ini juga dapat mendorong tumbuh kembangnya indutri-industri kecil-menengah yang ada di wilayah Kedu-Parakan, yang berdamapak pada berkurangnya angaka pengangguran di wilayah Kedu-Parakan itu sendiri. Kurangnya inovasi hasil produk industri disebabkan karena partisipasi masyarakat dalam mengembangkan industri masih rendah. Hal ini dikarenakan rendahnya tingkat pendidikan penduduk serta masih kurangnya pelatihan ketrampilan bagi masyuarakat terkait bidang industri. Partisipasi masyarakat dalam mengikuti pelatihan-pelatihan ketrampilan dari pemerintah dalam bidang industri rumahan juga sangat kurang. Hal tersebutlah yang menjadi salah satu penyebab kurangnya inovasi pengembangan industri

46 kerajinan dan pangan. Produk industri yang berbahan baku sama, menghasilkan barang yang hampir semuanya sama antara produsen satu dengan produsen lainnya. Sehingga tidak ada saingantar produk. Hal ini juga menjadi alasan pemilik usaha ruamah tangga yang masih terhitung baru mengalami kegagalan, selain faktor belum adanya tempat pemasaran yang jelas. Permaslaahn industri yang tidak dapat memenuhi permintaan pasar dikarenakan dua hal, yaitu kurangnya modal untuk memenuhi barang baku produksi serta sulitnya memperoleh bahan baku. Banyak industri di Kedu-Parakan yang harus mendatangkan bahan baku dari luar daerah (luar Kabupaten Temanggung). Bahkan terkadang bahan baku yang ada belum cukup untuk memproduksi barang untuk memenuhi permintaan pasar. Untuk mendatangkan bahan baku dari luar pun membutuhkan biaya transportasi yang lebih. Jika aksesibilitas mudah, biaya transportasi bahan baku tidak semahal apabila kondisi aksesibiltas sulit seperti yang ada di beberapa wilayah di Kedu-Parakan saat ini. Pengusaha industri yang mendapatkan bantuan modal dari pemerintah adalah industri kecil-menengah yang sudah memiliki surat-surat izin industri dan dagang. Namun, sebagian besar pemilik industri kecil dan menengah di Kecamatan Kedu-Parakan tidak memiliki surat-surat izin untuk mendirikan industri. Bahkan mereka pun tidak tahu cara mengurus kelengkapan surat-surat tersebut. Sehingga untuk mendapatkan bantuan modal, para pemilik industri kecil ini harus meminjam dari bank. Peminjaman modal di bank pastilah berbunga, menurut penuturan salah seorang narasumber keuntungan dari industrinya tersebut sebagian terpakai untuk membayar pinjaman bankbeserta bunganya, sehingga sulit untuk mengembangkan industrinya tersebut. Sedangkan para investor juga harus berpikir ulang jika akan menanamkan modal pada industri Kedu-Parakan. Untuk menanamkan modal, para investor butuh SDM yang bagus serta peluang-peluang untuk mendapatkan untung yang besar. Sedangkan dengan melihat kondisi SDM yang ada di wilayah Kedu-Parakan saat ini masih kurang, tingkat pendidikan masyarakatnya masih rendah selain itu juga tidak adanya inovasi serta daya saing yang rendah membuat investor enggan menanamkan modalnya. Lokasi industri yang belum terkonsentrasi secara spasial disebabkan karena jaringan infrastruktur seperti jalan yang rusak dan jaringan transportasi umum yang belum mendukung kegiatan industri. Dalam mewujudkan kota kecil berbasis industri, sangat penting untuk memiliki kelengkapan infrastruktur pendukung industri yang terintegrasi dengan baik. Namun, saat ini kondisi distribusi hasil produksi industri pangan dan kerajinan tidak menggunakan angkutan umum, karena angkutan umum hanya melewati di jalan kolektor sehingga hasil produksi industri didistribusikan dengan menggunakan kendaraan pribadi. Salah seorang narasumber (Pemilik Industri Tahu) mengatakan bahwa karena aksesibilitas yang kurang baik seperti jalanan yang rusak mengakibatkan tahu rusak sebelum sampai tujuan. Kepala Desa Karangtejo, Kecamatan Kedu juga mengatakan bahwa infrastruktur pendukung industri yang ada di Kecamatan Kedu dan Parakan belum terintegrasi. Jika kedepannya kondisi infrastruktur masih sama, aksesibilitas untuk kepentingan industri seperti mndatangkan bahan baku dan pendistribusian hasil produksi akan terganggu. Selain itu, sarana transportasi bagi pekerja industri saat ini juga belum memadai. Berikut merupakan alur permasalahan industri yang ada di Kedu-Parakan:

47 Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Gambar 2.13 Skema Permasalahan

48 Jiwa BAB III ANALISIS KONDISI EKSISTING 3.1 Analisis Proyeksi Penduduk Proyeksi penduduk merupakan tahapan terpenting dalam analisis perencanaan. Dengan mengetahui jumlah penduduk di masa yang akan datang, maka perencanaan yang dilakukkan akan lebih tepat sasaran. Berikut ini adalah hasil proyeksi penduduk di Kecamatan Kedu dan Kecamatan Parakan dengan menggunakan metode aritmatik Tahun Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Grafik 3.1 Proyeksi Penduduk Per Kelurahan di Kecamatan Kedu Tahun Danurejo Salamsari Candi Mulya Grafik diatas memperlihatkan proyeksi penduduk di Kecamatan Kedu dari tahun 2010 hingga tahun Berdasarkan grafik di atas, terlihat bahwa jumlah penduduk terus menerus mengalami kenaikan setiap tahun. Desa dengan jumlah penduduk terendah adalah Desa Salamsari yaitu berjumlah jiwa pada tahun 2035, sedangkan desa dengan jumlah penduduk tertinggi adalah Desa Ngadimulyo dengan jumlah penduduk pada tahun 2035 yaitu sebanyak jiwa. Kedu Mojo Tengah Kuto Anyar Tegal Sari Kundisari Mergowati Karangtejo Ngadimulyo Gondang Wayang Bojonegoro Bandunggede

49 Jiwa Jiwa Tahun Parakan Wetan Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Grafik 3.2 Proyeksi Penduduk Per Kelurahan di Kecamatan Parakan Tahun Parakan Kauman Campursalam Wanutengah Nglondong Bagusan Dangkel Mandisari Tegalroso Traji Watukumpul Ringinanom Depokharjo Caturanom Glapansari Sunggingsari Grafik diatas memperlihatkan proyeksi penduduk di Kecamatan Parakan. Kelurahan dengan jumlah penduduk tertinggi dari tahun ke tahun adalah Kelurahan Parakan Kauman, sedangkan desa dengan jumlah penduduk terendah dari tahun ke tahun adalah Desa Depokharjo. Dari grafik di atas juga menunjukkan bahwa mayoritas kelurahan/desa di Kecamatan Parakan mengalami pertambahan penduduk di setiap tahunnya Tahun Kedu Parakan Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Grafik 3.3 Proyeksi Penduduk di Wilayah Kedu Parakan Tahun Grafik diatas menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk dari tahun 2010 hingga tahun 2035 selalu mengalami peningkatan yaitu Kecamatan Kedu pada tahun 2010

50 berjumlah jiwa dan pada tahun 2035 menjadi sedangkan untuk Kecamatan Parakan pada tahun 2010 berjumlah dan pada tahun 2035 menjadi jiwa. Jumlah penduduk Kecamatan Kedu dan Parakan hampir sama, namun pertumbuhan penduduk Kecamatan Kedu lebih signifikan jika dibandingan dengan Kecamatan Parakan. 3.2 Analisis Daya Dukung Lahan Analisis daya dukung lahan ini merupakan suatu pertimbangan yang digunakan untuk menentukan pola penggunaan lahan yang sesuai untuk wilayah perencanaan. Analisis ini akan memberikan informasi tentang kesesuaian lahan yang sesuai untuk wilayah tersebut. Untuk mengetahui fungsi kawasan dari suatu daerah digunakan alat analisis yaitu analisis skoring. Analisis skoring ini berdasarkan kelerengan, jenis tanah, dan curah hujan. Acuan yang dipakai untuk analisis skoring berdasarkan tabel kriteria yang bersumber dari SK Menteri Pertanian No. 837/KPTS/UM/II/1980 dan No. 683/KPTS/UM/VIII/1981. Tabel III.1 Klasifikasi Kelerengan No Kelas Lereng(%) Deskripsi Skor 1 I 0-8 Datar 20 2 II 8-15 Landai 40 3 III Agak curam 60 4 IV Curam 80 5 V > 45 Sangat curam 100 Sumber : SK Menteri Pertanian No. 837/KPTS/UM/II/1980 dan No. 683/KPTS/UM/VIII/1981 Tabel III.2 Klasifikasi Jenis Tanah No Kelas Jenis Tanah Deskripsi Skor 1 I Aluvial, glei planosol, hidomorf kelabu, laterita air tanah Tidak peka 15 2 II Latosol Agak peka 30 3 III 4 IV Brown forest soil, noncalsic brown, mediteran Andosol, laterit, grumusol, podsol, podsolik Kurang peka 45 Peka 60 5 V Regosol, litosol, organosol, renzina Sangat Peka 75 Sumber : SK Menteri Pertanian No. 837/KPTS/UM/II/1980 dan No. 683/KPTS/UM/VIII/1981 Tabel III.3 Klasifikasi Curah Hujan No Kelas Interval (mm/hari) Deskripsi Skor 1 I Sampai dengan 13,6 Sangat rendah 10 2 II 13,6-20,7 Rendah 20 3 III 20,7-27,7 Sedang 30 4 IV 27,7-34,8 Tinggi 40 5 V 34,8 keatas Sangat tinggi 50 Sumber : SK Menteri Pertanian No. 837/KPTS/UM/II/1980 dan No. 683/KPTS/UM/VIII/1981

51 Tabel III.4 Kriteria Penetapan Kawasan Lindung dan Budidaya No Kawasan Skor 1 Kawasan lindung >175 2 Kawasan penyangga Kawasan budi daya tanaman semusim <125 4 Kawasan budi daya tanaman tahunan <125 5 Kawasan permukiman <125 Sumber : SK Menteri Pertanian No. 837/KPTS/UM/II/1980 dan No. 683/KPTS/UM/VIII/1981 Tabel III.5 Skoring Wilayah Perencanaan Wilayah Kedu- Parakan Kedu- Parakan Kedu- Parakan Topografi Litologi Curah Hujan Total Kemiringan Kelas Skor Jenis Kelas Skor mm/hari Skor Skor 0-8-% II % IV % III 60 Latosol Coklat Regosol Coklat Kekelabuan Regosol Coklat Kekelabuan Sumber : Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 II V V Fungsi Kawasan Permukiman, Kawasan Budidaya Tanaman Tahunan, Kawasan Tanaman Musiman. Kawasan Lindung Kawasan Penyangga Setelah didapatkan skor dari masing-masing aspek yaitu topografi (kelerengan wilayah), litologi (jenis tanah), klimatologi (curah hujan), kemudian hasil tersebut dijumlah akan menghasilkan skor total yaitu 110, 195 dan 175 yang berarti bahwa lokasi perencanaan berfungsi sebagai kawasan permukiman, kawasan budidaya tanaman tahunan dan musiman, sehingga lokasi perencaanaan cocok dibangun untuk permukiman, industri, perdagangan & jasa serta perkebunan, kawasan lindung dan kawasan penyangga. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat peta daya dukung lahan.

52 Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Peta 3.1 Daya Dukung Lahan 3.3 Analisis Kebutuhan Ruang Kebutuhan ruang merupakan perhitungan antara jumlah dengan luas ruang yang dibutuhkan pada setiap aktivitas yang akan diwadahi dalam wilayah perencanaan dengan mempertimbangkan jumlah penduduk pendukung. Penentuan jumlah dan luas ruang tersebut perlu didasarkan pada standar-standar yang ada berupa SNI (Standar Nasional Indonesia), survei lapangan, dan best practice.

53 No Kelompok Aktivitas 1. Ruang Terbangun Aktivitas Peruntukan Fasilitas Tabel III.6 Kebutuhan Ruang Jiwa Standar Luas per Unit (m2) Jumlah Unit Rencana Jumlah Pengguna Luas Per Unit (m2) Total Luas Pengguna Lahan (m2) Keterangan A. Zona Industri Utama 1 Industri Kayu Industri Pengolahan Kayu Kawasan 160,967 50, ,967 50, ,000 Rencana 2 Industri Gerabah Industri Gerabah Kawasan 160,967 20, ,967 20,000 20,000 Rencana 3 Industri Kopi Kopi Kawasan 160,967 5, ,967 5,000 5,000 Rencana 4 Sentra Makanan Ringan Makanan Ringan Kawasan 160, , Rencana B. Zona Pelayanan Industri 1 Kesehatan Rumah Sakit Kawasan 200,000 3, ,967 3,000 3,000 Eksisting Puskesmas Pembantu Kawasan 30, , ,000 Eksisting Puskesmas Kawasan 120,000 1, ,967 1,000 2,000 Eksisting Apotek Kawasan 30, , Rencana 2 Pendidikan TK Kawasan 1, , ,000 Eksisting Kawasan 1, , ,000 Rencana SD Kawasan 1,600 2, ,967 2, ,000 Eksisting SMP Kawasan 4,800 9, ,967 9,000 63,000 Eksisting Kawasan 4,800 9, ,967 9,000 54,000 Rencana SMA Kawasan 4,800 12, ,967 12,500 87,500 Eksisting SMK Kawasan 4,800 12, ,967 12,500 25,000 Rencana 3 Pemukiman Hunian Vertikal Tinggi Kawasan 5-32, , ,835 Rencana 4 Perdagangan dan Jasa Pusat Perbelanjaan dan Niaga Kawasan 120,000 36, ,967 36, ,000 Rencana

54 No 5 TPS Kelompok Aktivitas C. Zona Pendukung Industri 1 Gudang 2 3 Sumber Bahan Baku Lingkungan Industri Kecil 2. Ruang Non Terbangun Ruang Terbuka 1 Hijau Aktivitas Tempat Pembuangan Sampah Sementara Pegudangan (Hortikultura) Peruntukan Fasilitas Jiwa Kopi Kawasan 160,967 Standar Luas per Unit (m2) Jumlah Unit Rencana Jumlah Pengguna Luas Per Unit (m2) Total Luas Pengguna Lahan (m2) Keterangan Kawasan 30, , Rencana Kawasan 160, , ,332, ,967 Sawah Kawasan 160,967 24,890, ,967 Rencana 1,332,700 1,332,700 Eksisting 24,890, ,706,457 Eksisting Kopi Kawasan 160,967 20, ,967 20,000 20,000 Rencana Makanan Ringan Kawasan 166,654 5, ,000 5,000 5,000 Rencana Total Kebutuhan Ruang Terbangun 26,499,592 Rencana Sirkulasi (30%xtotal luas lahan terbangun) 11,356,968 Rencana Ruang Terbuka Hijau Kawasan 166,654 Aktif 5,000 2, ,000 4,867,272 Rencana Ruang Terbuka Hijau Kawasan 166,654 Pasif 5,000 9, ,151 11,356,968 Rencana Total Kebutuhan Ruang Non Terbangun 16,224,240 Rencana Total Kebutuhan Ruang 54,080,800 Rencana Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014

55 3.4 Analisis Kebutuhan Prasarana dan Sarana Jalan Berdasarkan perhitungan menggunakan SPM Bidang Jalan yang dikeluarkan Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah tahun 2001, wilayah Kedu-Parakan memiliki aksesibilitas dan mobilitas sebagai berikut. Tabel III.7 Standar Pelayanan Minimal Bidang Jalan di Indonesia Tahun Kuantitas (Konsumsi/ Produksi) Sedang (>500) Tinggi (>1.000) Tinggi (>1.000) Tinggi (>1.000) Tinggi (>1.000) Tinggi (>1.000) Kualitas (Indeks Aksesibilitas) >0,5 >1,5 Keterangan 1,603 (Memenuhi) 1,603 (Memenuhi) >1,5 1,603 (Memenuhi) >1,5 1,603 (Memenuhi) >1,5 1,603 (Memenuhi) >1,5 1,603 (Memenuhi) Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Kuantitas (Konsumsi/ Produksi) Sedang (>2) Sedang (>2) Sedang (>2) Kualitas (Indeks Mobilitas) >1 >1 >1 Tinggi (>5) >2 Tinggi (>5) >2 Tinggi (>5) >2 Keterangan 1,648 (Memenuhi) 1,542 (Memenuhi) 1,396 (Memenuhi) 1,274 (Tidak Memenuhi) 1,172 (Tidak Memenuhi) 1,085 (Tidak Memenuhi) Dari hasil analisis diatas dapat dilihat bahwa dari segi aksesibilitas kondisi jalan di wilayah Kedu-Parakan sudah terpenuhi, berbeda dengan mobilitas yang sudah tidak terpenuhi lagi sejak tahun 2025 sehingga diperlukan penambahan jalan dari 685,485 km hingga 804,835 km. Perhitungan dapat didetailkan sebagai berikut = Jumlah Penduduk/1000 * Indeks Mobilitas = /1000*5 = 685,485 km 2030 = Jumlah Penduduk/1000 * Indeks Mobilitas = /1000*5 = 745,16 km 2035 = Jumlah Penduduk/1000 * Indeks Mobilitas = /1000*5 = 804,835 km Walaupun berdasarkan perhitungan mobilitas masih diperlukan penambahan jalan, tetapi pada perencanaan jalan hingga 2035 tidak diperlukan penambahan jalan. Hal yang dilakukkan hanya peningkatan dan pengoptimalan jalan. Hal ini disebabkan oleh terdapatnya isu pembangunan Jalur Lingkar Parakan sehingga dapat memenuhi kebutuhan mobilitas di masa yang akan datang.

56 3.4.2 Drainase Berdasarkan kondisi eksisting, terdapat beberapa wilayah yang belum memiliki drainase. Selain itu, terdapat sekitar 1,42% daerah genangan di wilayah Kedu-Parakan. Untung pengembangannya, maka diperlukan pembangunan drainase di bagian kanan dan bagian kiri pada seluruh jalan dengan sistem tertutup. Panjang drainase sendiri mencapai 349,378 km sesuai dengan hasil proyeksi jalan Sanitasi Prasarana sanitasi di wilayah Kedu-Parakan adalah berupa MCK umum dan pribadi. Berikut ini adalah kajian sanitasi di wilayah Kedu-Parakan. Tabel III.8 Tingkat Pelayanan Sarana Sanitasi Tahun Tahun Kecamatan Jumlah Peduduk Tingkat Pelayanan (%) 2011 Kedu % Parakan % 2015 Kedu % Parakan % 2020 Kedu % Parakan % 2025 Kedu % Parakan % 2030 Kedu % Parakan % 2035 Kedu % Parakan % Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A, 2014 Persen pada tingkat pelayanan sanitasi didasarkan atas kepemilikan MCK dan tersedianya MCK umum untuk melayani sanitasi di Wilayah Kedu-Parakan. Sehingga perhitungannya adalah jumlah penduduk dengan kepemilikan MCK dan jumlah penduduk di desa yang telah memiliki MCK Umum dibagi dengan jumlah penduduk total. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah septic tank dan tingkat pelayanan prasarana sanitasi terus bertambah setiap tahunnya. Hal ini terjadi karena pertambahan jumlah penduduk sehingga juga memerlukan pertambahan prasarana sanitasi. Kondisi prasarana sanitasi saat ini tergolong cukup baik, tetapi masih terdapat beberapa masalah dalam penanganannya. Pada beberapa desa masih terdapat rumah yang tidak memiliki MCK dan septic tank. Selain itu, beberapa masyarakat masih melakukan kegiatan mandi dan mencuci di sungai. Hal tersebut dapat mengakibatkan terjadinya pencemaran sungai dan munculnya penyakit. Tingkat pelayanan prasarana sanitasi di wilayah Kedu-Parakan sudah cukup baik. Rata-rata tingkat pelayanannya mencapai 80%. Pengawasan dan pengontrolan kondisi

57 MCK, khususnya MCK umum dan septic tank harus dilakukan untuk meningkatkan kualitas penyediaan prasarana sanitasi di wilayah Kedu-Parakan Persampahan Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Peta 3.2 Pelayanan Persampahan Dari total 30 kecamatan yang terdapat di wilayah Kedu-Parakan, desa yang terlayani TPS hanya 7 desa dan sisanya 23 desa tidak terlayani. Hal ini berdampak kepada banyak sampah yang dibuang di sembarang tempat. Sehingga, perlu adanya perencanaan sistem persampahan yang cukup baik di wilayah Kedu-Parakan dengan penyediaan TPS di beberapa desa yang masih belum terlayani Air Bersih Kebutuhan air bersih meliputi kebutuhan air bersih untuk rumah tangga dan kebutuhan air bersih untuk hidran umum.

58 Uraian 1. Konsumsi Unit Sambungan Rumah (SR)(liter/org/hari) 2. Konsumsi Unit Hidran (HU)(liter/org/hari) 3. Konsumsi unit non domestik a. Niaga Kecil (liter/unit/hari) b. Niaga Besar (liter/unit/hari) c. Industri Besar (liter/detik/ha) d. Pariwisata (liter/detik/ha) > Kota Metropolitan Tabel III.9 Kebutuhan Air Bersih Kategori Kota Berdasarkan Jumlah Penduduk (Jiwa) s/d Kota Besar s/d Kota Sedang s/d Kota Kecil < Desa > ,2-0,8 0,1-0, ,2-0,8 0,1-0, ,2 0,8 0,1 0,3 4. Kehilangan Air (%) Faktor Hari Maksimum 6. Faktor Jam Puncak 1,15-1,25 *harian 1,75-2,0 *hari maks 1,15-1,25 *harian 1,75-2,0 *hari maks 1,15-1,25 *harian 1,75-2,0 *hari maks 1,15-1,25 *harian 1,75 *hari maks 7. Jumlah Jiwa Per SR (Jiwa) ,15-1,25 *harian 1,75 *hari maks 8. Jumlah Jiwa Per HU (Jiwa) Sisa Tekan Di penyediaan Distribusi (Meter) Jam Operasi (Jam) Volume Reservoir (% Max Day Demand) 12. SR : HU : 50 s/d 80 : : 50 s/d 80 : : : : Cakupan Pelayanan (%) Sumber : Kriteria Perencanaan Ditjen Cipta Karya Dinas PU, 1996 Tingkat pelayanan air bersih PDAM sebesar 43,09% terbagi atas saluran rumah tangga dan hidran umum. Berikut adalah proyeksi distribusi air bersih PDAM.

59 Tahun Kebutuhan Air Bersih untuk Sambungan Rumah Tangga Kriteria perencanaan yang telah dikeluarkan oleh Ditjen Cipta Karya Dinas PU kecamatan Kedu-Parakan termasuk dalam kategori kota sedang sehingga jumlah konsumsi unit sambungan rumah tangga adalah 110 liter/orang/hari. Tabel III.10 Proyeksi Kebutuhan Air Bersih untuk Sambungan Rumah Tangga Jumlah Penduduk Tingkat Pelayanan (%) Jumlah Terlayani Konsumsi Air Rata-Rata (L/Orang/Hari) Jumlah Pemakaian (L/Hari) Jumlah Kebutuhan Air (L/Detik) a b c d e f g % ,666, % ,227, % ,883, % ,048, % ,475, % ,165, Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Keterangan : d = b x c f = d x e g = f / (24 x 60 x 60) Kebutuhan Air Bersih untuk Hidran Umum Kriteria perencanaan yang telah dikeluarkan oleh Ditjen Cipta Karya Dinas PU kecamatan Kedu-Parakan termasuk dalam kategori kota sedang sehingga jumlah konsumsi unit sambungan hidran umum adalah 30 L/Orang/Hari. Tabel III.11 Proyeksi Kebutuhan Air Bersih untuk Hidran Umum Tahun Jumlah Penduduk Tingkat Pelayanan (%) Jumlah terlayani Konsumsi air rata-rata (L/Orang/Hari) jumlah pemakaian (L/Hari) jumlah kebutuhan air (L/Detik) a b c D e f g % % % % % % Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Keterangan : d = b x c f = d x e g = f / (24 x 60 x 60)

60 Berdasarkan perhitungan kebutuhan air bersih diatas dapat diketahui bahwa jumlah kebutuhan air bersih PDAM terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Peningkatan rata-rata jumlah kebutuhan air bersih untuk sambungan rumah tangga yaitu sebesar 0,18% dari tahun 2012 hingga Pada tahun 2035, jumlah kebutuhan air untuk sambungan rumah tangga sebesar 163,948 liter/detik. Sementara itu, jumlah kebutuhan air bersih untuk hidran umum memiliki peningkatan rata-rata dari tahun 2011 hingga tahun 2035 yaitu sebesar 0,011%. Pada tahun 2035, jumlah kebutuhan air untuk hidran umum sebesar 16,767 liter/detik. Peningkatan jumlah kebutuhan air ini harus diimbangi dengan peningkatan pelayanan pasokan air bersih dari PDAM Listrik Analisis untuk perencanaan jaringan listrik meliputi listrik untuk rumah tangga, penerangan lampu jalan, dan kegiatan industri. Tabel III.12 Proyeksi Kebutuhan Daya Listrik di Wilayah Kedu-Parakan Tahun Jumlah Penduduk KK Kebutuhan daya listrik (KW) , , , , , ,060 Sumber : Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Kebutuhan daya listrik minimum dalam tabel diatas didapatkan dari asumsi dari setiap rumah tangga di wilayah Kedu-Parakan membutuhkan daya listrik minimum sebesar 900 watt. Maka, pada tahun 2035 kebutuhan listrik untuk rumah tangga dibutuhkan daya listrik minimum sebesar ,060 KW. Pada kondisi eksisting jalan di wilayah Kedu-Parakan masih minim penerangan, baik pada jalan nasional hingga jalan antardesa. Maka, diperlukan penambahan lampu penerangan jalan di wilayah Kedu-Parakan. Penambahan lampu penerangan jalan tersebut disesuaikan dengan kriteria sebagai berikut.

61 Tabel III.13 Jarak Antar Tiang Lampu Penerangan (e) Berdasarkan Tipikal Distribusi Pencahayaan dan Klasifikasi Lampu 1. Rumah lampu tipe A Jenis Lampu 35W SOX Tinggi Lampu (m) Lebar Jalan (m) W SOX W SOX W SOX W SOX W SOX W SOX Tingkat Pencahayaan 3,5 LUX 6,0 LUX 10,0 LUX 20,0 LUX 180W SOX ,0 LUX 2. Rumah lampu tipe B Jenis Lampu 35W SOX Tinggi Lampu (m) Lebar Jalan (m) W SOX W SOX W SOX W SOX W SOX W SOX Tingkat Pencahayaan 3,5 LUX 6,0 LUX 10,0 LUX 20 LUX 180W SOX LUX Sumber: SNI 7391:2008 Untuk di Jalan Raya Kedu-Parakan dengan lebar 9 m, dibutuhkan daya minimal sebesar 125 watt dengan jarak antar tiang listrik sejauh 29 m.

62 No. Gol Tarif Batas Daya Tabel III.14 Tarif Dasar Listrik untuk Keperluan Industri Biaya Beban (Rp/ Kva/ bulan) Reguler Biaya Pemakaian (Rp/ kwh) dan Biaya kvarh (Rp/ kvarh) Pra Bayar (Rp/ kwh) 1 1 1/ TP 450 VA Blok I : 0 s.d. 30 kwh : 160 Blok II: diatas 30 kwh : / TP 900 VA Blok I : 0 s.d. 72 kwh : 315 Blok II : diatas 72 kwh : / TP VA *) / TP VA *) / TP VA s.d. 14 kva *) / TP Diatas 14 Blok WBP = K X 800 kva **) Blok LWBP = 680 s.d.200 kvarh = 735 ****) kva / TP 8 1 4/ TP Diatas 200 kva Kva keatas **) ***) Blok WBP = K X 800 Blok LWBP = 680 kvarh = 735 ****) Blok WBP dan LWBP = 608 kvarh = 605 ****) Catatan : *) Diterapkan Rekening Minimum (RM) : RM1 = 40 (Jam Nyala) x Daya tersambung (kva) x Biaya Pemakaian **) Diterapkan Rekening Minimum (RM): RM2 = 40 (Jam Nyala) x Daya tersambung (kva) x Biaya Pemakaian LWBP ***) Diterapkan Rekening Minimum (RM): RM3 = 40 (Jam Nyala) x Daya tersambung (kva) x Biaya Pemakaian WBP dan LWBP Jam nyala : kwh per bulan dibagi dengan kva tersambung ****) Biaya kelebihan pemakaian daya relatif (kvarh) dikenakan dalam hal faktor daya rata-rata setiap bulan kurang dari 0,85 K : Faktor perbandingan antara harga WBP dan LWBP sesuai dengan karakteristik beban sistem kelistrikan setempat (1,4 K 2), ditetapkan oleh Direksi Perusahaan Perseroan (Perseroan) PT. Perusahaan Listrik Negara. WBP : Waktu Beban Puncak LWBP : Luar Waktu Beban Puncak. Sumber: PERPRES NO 8 TAHUN Wilayah Kedu-Parakan sebagai kota kecil untuk industri membutuhkan kapasitas daya industri untuk perindustrian. Untuk kegiatan industri dibutuhkan daya minimal sebesar 450 VA hingga lebih dari kva Sarana Pendidikan Sarana pendidikan yang ada di Kecamatan Kedu dan Kecamatan Parakan terdiri dari Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Perguruan Tinggi yang hanya terdapat di

63 Kecamatan Parakan. Berikut adalah tabel analisis kebutuhan sarana pendidikan yang ada di Kecamatan Kedu dan Kecamatan Parakan berdasarkan SNI tentang Tata Cara Perencanaan Kawasan Perumahan Kota. Tabel III.15 Analisis Kebutuhan Sarana Pendidikan di Kecamatan Kedu dan Kecamatan Parakan Jenis 1.Kedu Jumlah Penduduk Standar Eksisting (2013) Jumlah Sarana Jumlah Penduduk Jumlah Sarana Analisis Rencana (2035) Jumlah Penduduk Jumlah Sarana TK unit unit SD unit unit SMP unit unit SMA unit unit 2. Parakan TK unit unit SD unit unit SMP unit unit SMA unit unit Perguruan Tinggi unit Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, unit (Belum terpenuhi) 35 unit (Sudah terpenuhi) 11 unit ( Belum terpenuhi) 11 unit ( Belum terpenuhi) 41 unit (Belum terpenuhi) 32 unit (Belum terpenuhi) 10 unit ( Belum terpenuhi) 10 unit ( Belum terpenuhi) Sudah terpenuhi unit unit unit unit unit unit unit unit unit Berdasarkan tabel di atas, untuk kondisi eksisting kebutuhan SD di Kecamatan Kedu sudah terpenuhi, kebutuhan TK, SMP, dan SMA belum terpenuhi, sedangkan kebutuhan eksisting TK, SD, SMP dan SMA di Kecamatan Parakan belum terpenuhi, sehingga perlu adanya penambahan jumlah sarana pendidikan. Pada Kecamatan Parakan terdapat 1 Perguruan Tinggi, sehingga banyak penduduk dari kecamatan yang terletak di sekitarnya akan melanjutkan studi di Kecamatan Parakan. Pada tahun 2035 dilakukan proyeksi jumlah sarana berdasarkan proyeksi jumlah penduduk. Pada tabel di atas, analisis didasarkan pada jumlah penduduk, namun hasil analisis kurang rasional, karena penambahan jumlah sarana terlalu drastis sehingga sulit untuk direalisasikan Sarana Kesehatan Sarana kesehatan berfungsi memberikan pelayanan kesehatan kesehatan kepada masyarakat, memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat sekaligus untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk. Sarana kesehatan yang ada di Kecamatan Kedu dan Parakan

64 terdiri dari Posyandu, Puskesmas Pembantu, Puskesmas dan Rumah Sakit yang hanya terdapat di Kecamatan Parakan. Berikut adalah tabel analisis kebutuhan sarana kesehatan yang ada di Kecamatan Kedu dan Kecamatan Parakan dengan yang didasarkan pada SNI tentang Tata Cara Perencanaan Kawasan Perumahan Kota. Tabel III.16 Analisis Kebutuhan Sarana Kesehatan di Kecamatan Kedu dan Kecamatan Parakan Standar Eksisting (2013) Rencana (2035) Jenis Jumlah Penduduk Jumlah Sarana Jumlah Penduduk Jumlah Sarana Analisis Jumlah Penduduk Jumlah Sarana 1.Kedu Posyandu unit unit 45 unit (Sudah terpenuhi) unit Puskesmas Pembantu unit unit 2 unit (Sudah terpenuhi) unit Puskesmas unit unit Apotek unit unit Klinik Bersalin 2. Parakan unit unit Posyandu unit unit Sudah terpenuhi Belum terpenuhi Sudah terpenuhi 41 unit (Sudah terpenuhi) unit unit unit unit Puskesmas Pembantu unit unit 2 unit (Sudah terpenuhi) unit Puskesmas unit unit Klinik Bersalin unit unit Sudah terpenuhi Sudah terpenuhi Sudah Rumah Sakit unit terpenuhi Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, unit unit unit Analisis kebutuhan sarana kesehatan didasarkan pada jumlah penduduk. Berdasarkan tabel di atas, kebutuhan sarana kesehatan Kecamatan Kedu dan Kecamatan Parakan pada kondisi eksisting sudah terpenuhi. Pada Kecamatan Parakan juga terdapat rumah sakit yang dapat melayani Kabupaten Temanggung. Berdasarkan proyeksi sarana kesehatan di tahun 2035, kebutuhan sarana kesehatan di Kecamatan dan Kecamatan Parakan juga masih dapat terpenuhi, sehingga pada rencana tidak ada penambahan jumlah sarana Sarana Peribadatan Pada tahun perencanaan (2035) jumlah penduduk di Kecamatan Kedu jiwa dan di Kecamatan Parakan berjumlah jiwa dengan jumlah total jiwa. Penduduk di Kecamatan Kedu-Parakan mayoritas adalah penduduk beragama islam sehingga sarana peribadatan yang dibutuhkan dan diprioritaskan adalah sarana

65 1.Kedu peribadatan bagi penduduk beragama Islam yaitu mushola dan masjid. Di tahun 2012 jumlah masjid dan mushola adalah 186 masjid dan 110 mushola, dari segi jangkauan pelayanan sarana peribadatan tersebut dapat menjangkau jiwa dengan jangkauan pelayanan m 2. Kemudian untuk sarana peribadatan agama selain islam hanya perlu menyesuaikan mengenai kapasitas bangunan dalam menampung penduduk, apabila disesuaikan dengan SNI maka kebutuhan lahan akan sarana peribadatan diukur 1,2 m 2 /jemaah. Tabel III.17 Analisis Kebutuhan Sarana Peribadatan di Kecamatan Kedu dan Kecamatan Parakan Jenis Eksisting (2013) Jumlah Penduduk (Sesuai agama) /jiwa Jumlah Sarana Analisis Rencana (2035) Jumlah Penduduk Jumlah Sarana Masjid (52191 ) 122 unit Mushola (52191) 108 unit Pura (0) 0 unit Vihara (0) 0 unit Gereja Katholik Gereja Protestan (167) 1 unit (203) 3 unit Klenteng (0) 0 unit 2. Parakan Standar terhitung dari luas lahan (1,2 m 2 /jamaah) Standar terhitung dari luas lahan (1,2 m2/jamaah) Standar terhitung dari luas lahan (1,2 m2/jamaah) Standar terhitung dari luas lahan (1,2 m2/jamaah) Standar terhitung dari luas lahan (1,2 m2/jamaah) Standar terhitung dari luas lahan (1,2 m2/jamaah) Standar terhitung dari luas lahan (1,2 m2/jamaah) unit 108 unit unit unit unit unit unit Masjid (47832 ) 64 unit Mushola (47832) 96 unit Pura (15) 0 unit Vihara (197) 2 unit Gereja Katholik Gereja Protestan (964) 5 unit (1690) 9 unit Klenteng (0) 1 unit Standar terhitung dari luas lahan (1,2 m 2 /jamaah) Standar terhitung dari luas lahan (1,2 m2/jamaah) Standar terhitung dari luas lahan (1,2 m2/jamaah) Standar terhitung dari luas lahan (1,2 m2/jamaah) Standar terhitung dari luas lahan (1,2 m2/jamaah) Standar terhitung dari luas lahan (1,2 m2/jamaah) Standar terhitung dari luas lahan (1,2 m2/jamaah) Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, unit 108 unit unit unit unit unit unit 88511

66 Penambahan sarana peribadatan di Kecamatan Kedu-Parakan secara kuantitas tidak perlu ditambahkan namun dari segi kualitas yaitu kebersihan, perbaikan bangunan, perluasan lahan parkir perlu dipertimbangkan dalam rencana pengembangan Kecamatan Kedu-Parakan sebagai kota kecil berbasis kota industri. 1.Kedu Sarana Perekonomian Sarana perekonomian tidak mempunyai ukuran SNI jangkauan pelayanan dalam meter, pembangunan sarana perekonomian didasarkan pada kapasitas jangkauannya terhadap jumlah jiwa. Pasar lingkungan mempunyai skala pelayanan terhadap jiwa yang mencakup penjualan makanan, sayur-mayur, buah-buahan, alat rumah tangga, sandang dan pangan dengan skala pelayanan diprioritaskan terhadap kelurahannya sendiri. Pasar lingkungan dibangun dengan ukuran luas tanah yang ideal adalah m 2 dan perlu dilengkapi dengan adanya tempat parkir umum, terminal kecil, pos keamanan, sistem pemadam kebakaran, serta dekat dengan tempat ibadah. Sarana perekonomian lainnya seperti industri kecil, rumah tangga, bank umum, dan bank pengkreditan rakyat tidak mempunyai SNI, namun terkait dengan konsep pengembangan jumlah bank umum perlu ditambahkan guna mempermudah akses transaksi, BPR perlu ditambahkan segi kualitas serta kuantitas supaya dapat menunjang para pengusaha dalam hal modal serta dapat mendukung pengembangan produk ekonomi lokal. Industri kecil dan industri rumah tangga perlu meningkatkan jangkauan pelayanan serta kualitas produk yang disesuaikan dengan modal yang dimiliki oleh pemilik modal. Tabel III.18 Analisis Kebutuhan Sarana Perekonomian di Kecamatan Kedu dan Kecamatan Parakan Jenis Eksisting (2013) Jumlah Penduduk (Sesuai agama) /jiwa Jumlah Sarana Analisis Rencana (2035) Jumlah Penduduk Jumlah Sarana Masjid (52191 ) 122 unit Mushola (52191) 108 unit Pura (0) 0 unit Vihara (0) 0 unit Gereja Katholik Gereja Protestan (167) 1 unit (203) 3 unit Klenteng (0) 0 unit 2. Parakan Standar terhitung dari luas lahan (1,2 m 2 /jamaah) Standar terhitung dari luas lahan (1,2 m2/jamaah) Standar terhitung dari luas lahan (1,2 m2/jamaah) Standar terhitung dari luas lahan (1,2 m2/jamaah) Standar terhitung dari luas lahan (1,2 m2/jamaah) Standar terhitung dari luas lahan (1,2 m2/jamaah) Standar terhitung dari luas lahan (1,2 m2/jamaah) unit 108 unit unit unit unit unit unit 88511

67 Eksisting (2013) Rencana (2035) Jenis Jumlah Penduduk (Sesuai agama) /jiwa Jumlah Sarana Analisis Jumlah Penduduk Jumlah Sarana Masjid (47832 ) 64 unit Mushola (47832) 96 unit Pura (15) 0 unit Vihara (197) 2 unit Gereja Katholik Gereja Protestan (964) 5 unit (1690) 9 unit Klenteng (0) 1 unit Standar terhitung dari luas lahan (1,2 m 2 /jamaah) Standar terhitung dari luas lahan (1,2 m2/jamaah) Standar terhitung dari luas lahan (1,2 m2/jamaah) Standar terhitung dari luas lahan (1,2 m2/jamaah) Standar terhitung dari luas lahan (1,2 m2/jamaah) Standar terhitung dari luas lahan (1,2 m2/jamaah) Standar terhitung dari luas lahan (1,2 m2/jamaah) Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, unit 108 unit unit unit unit unit unit Pada tahun perencanaan di tahun 2035 jumlah penduduk di Kecamatan Kedu jiwa dan di Kecamatan Parakan berjumlah jiwa dengan jumlah total jiwa. Dengan jumlah penduduk total jiwa maka diperlukan 6 pasar lingkungan dengan skala pelayanan yang mencapai jiwa di Kecamatan Kedu- Parakan untuk memenuhi kebetuhan akan sandang pangan dari penduduk Kecamatan Kedu-Parakan. 3.5 Analisis Terukur Analisis Koefisien Dasar Bangunan Untuk menghitung KDB pada wilayah Kedu-Parakan,sesuai dengan zona fungsi kawasan yang akan direncanakan dibagi menjadi 6 yaitu zona pelayanan industri, zona industri utama, zona pendukung industri, zona pusat pasar, zona holtikultura dan zona perdagangan. KDB Zona Pelayanan Industri Menentukan Koefisien Pengambilan Air Tanah I nf = S x A = 0,001 x m² = 8.697,81 L/ menit = 144,96 L/ detik Menentukan Debit Infiltrasi Air Tanah Nilai C untuk zona pelayanan industri adalah 1,8, karena karakteristik lahan pada kawasan masih didominasi oleh lahan terbuka, yaitu adanya sawah irigasi. Q inf = C x I x A = 1,8 x 7, x m² = 1, m 3 /detik = 1202,07 liter / detik KDB Zona Industri Utama Menentukan Koefisien Pengambilan Air Tanah I nf = S x A = 0,001 x m² = 238,713 L/ detik Menentukan Debit Infiltrasi Air Tanah Nilai C untuk zona industri utama adalah 1,8, karena karakteristik lahan pada kawasan masih didominasi oleh lahan terbuka, yaitu adanya sawah irigasi. Q inf = C x I x A = 1,8 x 7, x m² = 1,97947 m 3 /detik = 1.979,47 liter/ detik Menentukan Debit Infiltrasi untuk Tanah seluas 1 Ha

68 Menentukan Debit Infiltrasi untuk Tanah seluas 1 Ha Q 1Ha = (1Ha x Q Inf )/A = (1x 1202,07) / 869,781 = 1,382 liter/ detik/ Ha Menentukan Open Space OS = Inf/Q 1Ha = 144,96 / 1,3825 = 104,89 KDB Zona Pelayanan Industri KDB = ((A-OS) x 100%) / A = ((869, ,89) x 100%/ 869,781 = 87,9 % ~ 90 % KDB Zona Pendukung Industri Menentukan Koefisien Pengambilan Air Tanah I nf = S x A = 0,001 x m² = 357,389L/ detik Menentukan Debit Infiltrasi Air Tanah Nilai C untuk zona pendukung industri adalah 1,8, karena karakteristik lahan pada kawasan masih didominasi oleh lahan terbuka, yaitu adanya sawah irigasi. Q inf = C x I x A = 1,8 x 7, x m² = 2,96355m 3 /detik = 2.963,55 liter/ detik Menentukan Debit Infiltrasi untuk Tanah seluas 1 Ha Q 1Ha = (1Ha x Q Inf )/A = (1x 2.963,55) / 2.144,334 = 1,382 liter/ detik/ Ha Menentukan Open Space OS = Inf/Q 1Ha = 357,389L / 1,382 = 258,60 KDB Zona Pelayanan Industri KDB = ((A-OS) x 100%) / A = ((2.144, ,60) x 100%/ 2.144,334 = 87,94% ~ 90% KDB Zona Holtikultura Menentukan Koefisien Pengambilan Air Tanah I nf = S x A = 0,001 x m² = 69,158 L/ detik Q 1Ha = (1Ha x Q Inf )/A = (1x) 1.979,47 / 1.432,282 = 1,382 liter/ detik/ Ha Menentukan Open Space OS = Inf/Q 1Ha = 238,713 / 1,382 = 172,73 KDB Zona Pelayanan Industri KDB = ((A-OS) x 100%) / A = ((1.432, ,73) x 100%/ 1.432,282 = 87,94% ~ 90% KDB Zona Pusat Pasar Menentukan Koefisien Pengambilan Air Tanah I nf = S x A = 0,001 x m² = 136,803 L/ detik Menentukan Debit Infiltrasi Air Tanah Nilai C untuk zona pusat pasar adalah 1,8, karena karakteristik lahan pada kawasan masih didominasi oleh lahan terbuka, yaitu adanya sawah irigasi. Q inf = C x I x A = 1,8 x 7, x m² = 1,13441m 3 /detik = 1.134,41 liter/ detik Menentukan Debit Infiltrasi untuk Tanah seluas 1 Ha Q 1Ha = (1Ha x Q Inf )/A = (1x 1.134,41) / 820,8231 = 1,382 liter/ detik/ Ha Menentukan Open Space OS = Inf/Q 1Ha = 136,803 / 1,382 = KDB Zona Pelayanan Industri KDB = ((A-OS) x 100%) / A = ((820, ) x 100%/ 820,8231 = 87,94% ~ 90% KDB Zona Pergudangan Menentukan Koefisien Pengambilan Air Tanah I nf = S x A = 0,001 x m² = 14,588 L/ detik

69 Menentukan Debit Infiltrasi Air Tanah Nilai C untuk zona Holtikultura adalah 1,8, karena karakteristik lahan pada kawasan masih didominasi oleh lahan terbuka, yaitu adanya sawah irigasi. Q inf = C x I x A = 1,8 x 7,678 x10-8 x m² = 0,5734 m²/detik = 573,4 liter/ detik Menentukan Debit Infiltrasi untuk Tanah Seluas 1 Ha Q 1Ha = (1Ha x Q Inf )/A = (1x573,4) / 414,951 = 1,381 liter/ detik/ Ha Menentukan Open Space OS = Inf/Q 1Ha = 69,158/ 1,381 = 50,078 KDB Zona Pelayanan Industri KDB = ((A-OS) x 100%) / A = ((414,951-50,078) x 100%/ 414,951 = 87,93% ~ 90% Menentukan Debit Infiltrasi Air Tanah Nilai C untuk zona pergudangan adalah 1,8, karena karakteristik lahan pada kawasan masih didominasi oleh lahan terbuka, yaitu adanya sawah irigasi. Q inf = C x I x A = 1,8 x 7,678 x10-8 x m² = 0,12096m²/detik = 120,96 liter/ detik Menentukan Debit Infiltrasi untuk Tanah Seluas 1 Ha Q 1Ha = (1Ha x Q Inf )/A = (1x120,96) / 87,529 = 1,38194 liter/ detik/ Ha Menentukan Open Space OS = Inf/Q 1Ha = 14,588 / 1,38194 = 10,556 KDB Zona Pergudangan KDB = ((A-OS) x 100%) / A = ((87,529-10,556) x 100%/ 87,529 = 87,93% ~ 90% Didapatkan hasil perhitungan KDB pada wilayah Kecamatan Kedu-Parakan sesuai dengan fungsi zona yang akan direncanakan memiliki nilai KDB yaitu 90%. Hal ini dalam artian sebagai berikut : a. Luas total lahan terbangun pada tiap-tiap zona yang direncanakan adalah 90% dari luas lahan. b. Luas total lahan terbangun kapling adalah 90% dari luas kapling Analisis Ketinggian Bangunan Ketinggian bangunan dapat dicari melalui perhitungan FAR dikarenakan pada wilayah Kedu Parakan tidak terdapat lokasi lintasan pesawat terbang. Berikut perhitungan dengan menggunakan FAR sehingga dapat diketahui ketinggian maksimal bangunan: FAR (Floor Area Ratio) merupakan salah satu cara dalam menentukan ketinggian maksimal bangunan di suatu lokasi. Cara menghitung nilai FAR sendiri adalah dengan membandingkan total luas lahan dengan luas lantai dasar. Berikut perhitungan dari ketinggian maksimal berdasarkan FAR di lokasi perancangan secara keseluruhan. FAR = Total Luas Lahan Luas Lantai Dasar 5769,701Ha = 90% x 5769,701 Ha = 1,11 Sehingga dengan nilai FAR sebesar 1,11 dan kemudian disesuaikan dengan grafik LUI diketahui pada wilayah Kedu Parakan dapat dibangun bangunan dengan ketinggian 6 lantai atau ketinggian 24 meter untuk semua zona/ fungsi kawasan.

70 BAB IV KONSEP, SKENARIO DAN STRATEGI 4.1 Konsep, Tujuan, dan Elemen Perencanaan Dalam pengembangan Wilayah Kedu-Parakan selanjutnya diperlukan suatu konsep yang dapat membuat Wilayah Kedu-Parakan dapat berkembang serta mampu memberikan perubahan yang positif kepada Kabupaten Temanggung. Dalam pengembangannya kedepan di Wilayah Kedu-Parakan akan dikembangkan dengan konsep COMPETITIVE SMALL INDUSTRIAL CITY dengan tujuan konsep tersebut adalah Wilayah Kedu-Parakan Sebagai Kota Industri Berbasis Potensi Lokal Kabupaten Temanggung dengan Masyarakat yang Kretaif, Inovatif dan Berdaya Saing. Dipilihnya konsep ini bertujuan agar industri yang nantinya dikembangkan di Wilayah Kedu-Parakan nantinya mampu bersaing dengan industri di daerah lain khususnya di Perkotaan Purwomanggung dengan komoditas-komoditas yang dihasilkan memiliki kualitas yang tinggi serta memiliki ciri khas dibandingkan wilayah sekitarnya. Dalam konsep COMPETITIVE SMALL INDUSTRIAL CITY, di Wilayah Kedu-Parakan akan dikembangkan empat industri dari enam industri yang merupakan target pengembangan di Kabupaten Temanggung yaitu kopi, tanah liat, makanan ringan dan holtikultura. Selain daripada keempat komoditi yang merupakan tagert pengembanan Kabupaten Temanggung akan dipertahankan serta ditambah lokasi pengolahan kayu yang mendukung Kecamatan Kranggan dan Kecamatan Pringsurat yang pada kondisi eksisting memiliki industri-industri kayu yang besar. Guna mengoptimalkan konsep tersebut, arahannya akan terfokus kepada aspek infrastruktur, spasial, ekonomi dan kependudukan yang dirumuskan dalam elemen-elemen berikut: 1. Kedu-Parakan sebagai pusat perekonomian Kabupaten Temanggung; 2. Kedu-Parakan yang Berdikari (Berdiri di Bawah Kaki Sendiri); 3. Kota Industri yang Berdaya Saing Global. Ketiga elemen ini nantinya akan membantu dalam mempersiapkan serta membuat Wilayah Kedu-Parakan menjadi Kota Industri Kecil di Kabupaten Temanggung. Dari elemenelemen tersebut nantinya akan dibuat strategi hingga progam yang dapat diaplikasikan di Wilayah Kedu-Parakan. Untuk membangun strategi-strategi tersebut maka diharuskan menggali berbagai kemungkinan kondisi yang dapat terjadi pada akhir tahun perencanaan dengan membuat suatu scenario perencanaan.

71 4.2 Sasaran dan Strategi Perencanaan Tabel IV.1 Strategi Pengembangan Wilayah Kedu Parakan No Aspek Permasalahan Eksisting Indikator Keberhasilan Tujuan Strategi Penyelesaian Masalah 1 Infrastruktur 2 Spasial Jaringan infrastruktur yang belum mendukung kegiatan industri Jaringan transportasi yang belum mendukung kegiatan industri Belum adanya peningkatan dan pengelolaan fasilitas penunjang industri Belum adanya lokasi pemasaran yang jelas bagi hasil produk industri Kualitas jaringan jalan di Wilayah Kedu-Parakan sudah meningkat ditandai dengan tidak ada jalan yang berlubang. Jaringan transportasi yang sudah mendukung kegiatan industri di Wilayah Kedu-Parakan ditandai dengan penambahan rute transportasi umum dan moda transportasi umum. Adanya peningkatan fasilitas penunjang industri untuk menunjang kegiatan industri seperti tempat pembuangan akhir limbah industri. Adanya lokasi pemasaran yang jelas bagi hasil produk industri sehingga hasil produk industri dapat dipasarkan secara langsung seperti adanya gudang pemasaran. Meningkatnya kualitas infrasturktur jalan di Wilayah Kedu-Parakan sehingga aksesibilitas dan mobilitas dari pusat kota wilayah Kedu-Parakan dengan desadesa yang ada dapat berjalan dengan baik. Meningkatnya penyediaan dan jangkauan pelayanan transportasi umum di Wilayah Kedu-Parakan sehingga dapat mendukung kegiatan industri. Meningkatnya fasilitas penunjang industri di Wilayah Kedu-Parakan sehingga dapat menunjang kegiatan industri. Tersedianya kawasan pusat pemasaran untuk menampung hasil produksi industri yang ada di Wilayah Kedu- Parakan sehingga dapat mempercepat pemasaran dan distribusi hasil produksi industri. Meningkatkan kualitas beberapa jalan lokal yang memiliki lintasan strategis guna meningkatkan mobilitas dan keterjangkauan sehingga dapat mendukung kegiatan industri. Memaksimalkan fungsi jaringan transportasi dengan menambah moda transportasi umum dan rute di Wilayah Kedu-Parakan sehingga hasil produk industri dapat didistribusikan secara maksimal. Meningkatkan fasilitas penunjang industri guna menunjang kegiatan industri. Pengembangan pusat pemasaran dalam menunjang pemasaran kegiatan industri Kedu - Parakan Lokasi industri yang Adanya keterkaitan antar Tersedianya spesialisasi kawasan sebagai Pengembangan zona industri yang terdiri

72 No Aspek Permasalahan Eksisting Indikator Keberhasilan Tujuan Strategi Penyelesaian Masalah 3 Ekonomi 4 Kependudukan belum terkonsentrasi secara spasial Kurangnya modal untuk memenuhi kebutuhan pasar Kesulitan untuk mendapatkan bahan bakusehinggatidkdapat memenuhipermintaanp asar Kurangnya inovasi hasil produk industri Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat Kurangnya keterampilan pelatihan untuk kawasan/zona industri di Wilayah Kedu-Parakan. kawasan/zona industri utama, kawasan/zona pelayanan industri dan kawasan/pendukung industri sehingga dapat meningkatkan keterkaitan antar kawasan. Berkembangnya industri kecil di wilayah Kedu Parakan tanpa adanya kendala keterbatasan modal Meningkatnya produktivitas industri Industri mampu memenuhi permintaan pasar tanpa terkendala kurangnya modal Industri tidak lagi mengalami kesulitan untuk mendapatkan bahan baku Kualitas hasil produk industri di wilayah Kedu-Parakan meningkat sehingga dapat meningkatkan daya saing hasil produk industri di Wilayah Kedu-Parakan Kualitas pendidikan di Kecamatan Kedu Parakan meningkat sehingga tidak ada keterbatasan SDM dalam meningkatkan produktivitas industri. Keterampilan Kecamatan masyarakat Kedu-Parakan sehingga mampu memenuhi permintaan pasar dan memperluas pemasaran hingga ke daerah luar Kabupaten Temanggung Meningktnya kualitas hasil produk industri sehingga hasil produk industri dapat berdaya saing. Meningkatnya kualitas sumber daya manusia dalam pengelolaan dan pengembangan industri Meningkatnya peran stakeholder sebagai pendukung pengembangan dari zona industri utama, zona pelayanan industri dan zona penunjang industri sebagai wadah penampung kegiatan industri. Meningkatkan pemberian bantuan permodalan berupa modal dan supply bahan baku sehingga dapat meningkatkan produktivitas industri Menyediakan lingkungan industri kecil (LIK) untuk meningkatkan kapasistas industri di masyarakat dengan didalamnya terdapat pelatihan, labolatorium kapasitas uji hasil produk industri dan standarisasi kelayakan hasil produk industri. Pengembangan kualitas sumber daya manusia untuk meningkatkan partisipasi masyarkat dan peran stakeholder dalam mendukung pengembangan industry Kedu - Parakan

73 No Aspek Permasalahan Eksisting Indikator Keberhasilan Tujuan Strategi Penyelesaian Masalah masyarakat meningkat sehingga mampu menciptakan dan menghasilkan kualitas produksi yang berdaya saing Rendahnya partisipasi masyarakat untuk mengembangkan industri Sumber : Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Keikutsertaan masyarakat dalam kegiatan pengembangan industri seperti keikutsertaan dalam pameran kegiatan industri Meningkatnya pasrtisipasi masyarakat akan pentingnya terlibat di dalam pengembangan kegiatan industri

74 4.3 Skenario Perencanaan Untuk membangun strategi dengan menggali berbagai kemungkinan kondisi yang dapat terjadi pada akhir tahun perencanaan, maka dibuatlah skenario pesimis dan optimis terhadap permasalahan-permasalahan yang ada di Wilayah Kedu Parakan sebagai berikut : Tabel IV.2 Skenario Optimis Politik Ekonomi Kependudukan Teknologi Faktor Pendukung Adanya kebijakan-kebijakan pemerintah yang mendukung dalam penyediaan infrastruktur kegiatan industri. Perekonomian penduduk di Wilayah Kedu-Parakan mengalami peningkatan sehingga penduduk sudah mampu untuk membeli bahan baku industri Masyarakat di wilayah Kedu Parakan yang sudah memiliki kesadaran akan pentingnya pendidikan dan keikutsertaan masyarakat dalam mengikuti pelatihan. Penggunaan alat-alat teknologi industri dalam pengolahan hasil industri yang menggunakan peralatan modern dan adanya perkembangan informasi hasil industri. Sumber : Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Permasalahan Spasial Ekonomi Kependudukan Lokasi industri yang belum terkonsentrasi secara spasial Adanya lokasi industri yang terkonsentrasi secara spasial, sehingga dapat mempermudah aksesibilitas dan mobilitas kegiatan industri yang terdapat di wilayah Kedu- Parakan. Tidak dapat memenuhi permintaan pasar Jika dikaitkan dengan tingkat perekonomian yang meningkat akan berdampak pada industri yang dapat memenuhi permintaan pasar dikarenakan sudah memiliki modal yang cukup untuk membeli bahan baku. Selain itu, jika dikaitkan dengan penggunaan teknologi yang telah menggunakan peralatan modern sehingga dapat meningkatkan hasil kuantitas produk industri. Kurangnya inovasi hasil produk industri Jika dikaitkan dengan kependudukan terutama dalam hal pendidikan meningkat dan keikutsertaan masyarakat dalam pelatihan sehingga adanya inovasi hasil produk industri di Wilayah Kedu- Parakan.

75 Politik Ekonomi Kependudukan Teknologi Faktor Pendukung Keadaan politik di Wilayah Kedu-Parakan tetap sama dimana kebijakan-kebijakan pemerintah yang masih kurang dalam mendukung penyediaan infrastruktur kegiatan industri. Perekonomian penduduk di Wilayah Kedu- Parakan mengalami stagnasi sehingga penduduk masih belum mampu untuk membeli bahan baku industri Kesadaran masyarakat di wilayah Kedu Parakan akan pentingnya pendidikan masih kurang dan keikutsertaan masyarakat dalam mengikuti pelatihan masih kurang. Penggunaan alat-alat teknologi industri dalam pengolahan hasil industri yang tetap menggunakan peralatan tradisional sederhana dan perkembangan informasi hasil industri yang masih menggunakan pengetahuan sendiri atau masyarakat sekitar industri Sumber : Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Tabel IV.3 Skenario Pesimis Permasalahan Spasial Ekonomi Kependudukan Lokasi industri yang belum terkonsentrasi secara spasial Tetap tidaknya lokasi industri yang terkonsentrasi secara spasial, sehingga dapat menghambat kegiatan industri yang terdapat di wilayah Kedu-Parakan. Tidak dapat memenuhi permintaan pasar Jika dikaitkan dengan tingkat perekonomian yang masih stagnan akan berdampak pada industri yang tetap tidak dapat memenuhi permintaan pasar dikarenakan tidak memiliki modal yang cukup untuk membeli bahan baku. Selain itu, jika dikaitkan dengan penggunaan teknologi yang masih menggunakan peralatan tradisional sederhana sehingga tetap menghambat dalam pembuatan produk industri. Kurangnya inovasi hasil produk industri Jika dikaitkan dengan kependudukan terutama dalam hal pendidikan dan pelatihan masyarakat yang masih rendah akan tetap tidak adanya inovasi hasil produk industri di Wilayah Kedu-Parakan.

76 4.4 Rencana Struktur Ruang Dikembangkannya wilayah Kedu-Parakan sebagai kota kecil berbasis industri, maka diperlukan peningkatan dan perbaikan beberapa ruas jalan untuk mendukung kelancaran proses distribusi bahan baku dan produk industri. Berikut ini adalah rencana struktur ruang wilayah Kedu-Parakan. Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Peta 4.1 Rencana Struktur Ruang

77 4.5 Rencana Pola Ruang Dalam rangka mengembangkan wilayah Kedu-Parakan sebagai kota kecil berbasis industri di Kabupaten Temanggung, maka direncanakan tiga zona utama yaitu zona industri utama, zona pendukung industri dan zona pelayanan. Berikut ini adalah penjabarannya. Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014 Peta 4.2 Zonasi 1) Zona Industri Utama, terdiri dari: Desa Candimulya Desa Candimulya diarahkan sebagai pusat industri pengolahan kayu di wilayah Kedu-Parakan. Hal ini dikarenakan Desa Candimulya dilalui jalur arteri yang dapat memudahkan proses distribusi produk industri. Selain itu, karena letak Desa Candimulyo yang dekat dengan Kecamatan Gemawang yang merupakan sumber bahan baku industri kayu lapis, maka perolehan bahan baku akan lebih mudah. Berdasarkan kondisi eksisting, di Desa Candimulya sudah terdapat industri pengolahan kayu. Dengan adanya industri pengolahan kayu di desa tersebut, maka terdapat penyerapan tenaga kerja di wilayah setempat. Desa Candimulya juga menjadi salah satu dari tiga gerbang industri utama di wilayah Kedu- Parakan.

1) Struktur Ekonomi Daerah. terbesar dalam penyusunan PDRB.

1) Struktur Ekonomi Daerah. terbesar dalam penyusunan PDRB. dibandingkan dengan garis kemiskinan yang merupakan rupiah yang diperlukan agar penduduk dapat hidup layak secara minimum pangan dan non pangan esensial, nilainya lebih tinggi sehingga dapat asumsikan

Lebih terperinci

Tabel Jenis dan Kawasan Potensi Bencana Alam Kabupaten Temanggung

Tabel Jenis dan Kawasan Potensi Bencana Alam Kabupaten Temanggung Tabel 2.17. Jenis dan Kawasan Potensi Bencana Alam No Jenis Bencana Alam Kecamatan 1 Potensi Tanah Longsor Tretep, Wonoboyo, Bejen, Candiroto, Gemawang, Kandangan, Jumo, Bansari, Kledung, Kaloran, Kranggan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilaksanakan dalam suatu wilayah pada hakekatnya

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilaksanakan dalam suatu wilayah pada hakekatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan yang dilaksanakan dalam suatu wilayah pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah

Lebih terperinci

dengan 7 (tujuh), sedangkan target nomor 8 (delapan) menjadi Angka kematian ibu per kelahiran hidup turun drastis

dengan 7 (tujuh), sedangkan target nomor 8 (delapan) menjadi Angka kematian ibu per kelahiran hidup turun drastis dengan 7 (tujuh), sedangkan target nomor 8 (delapan) menjadi kewenangan pemerintah pusat. Angka kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup turun drastis pada tahun 2011, hal ini karena kasus kematian ibu

Lebih terperinci

hari atau rata-rata 10,33 hari/bulan. hutan, perkebunan dan lahan lainnya. atas sebagaimana tergambar pada tabel 2.9.

hari atau rata-rata 10,33 hari/bulan. hutan, perkebunan dan lahan lainnya. atas sebagaimana tergambar pada tabel 2.9. Januari sampai dengan Desember 2013 adalah sebanyak 124 hari atau rata-rata 10,33 hari/bulan. g. Penggunaan Dilihat dari jenis penggunaan lahan kawasan budidaya terdiri dari penggunaan untuk sawah, permukiman/

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dan pengembangan wilayah merupakan dinamika daerah menuju kemajuan yang diinginkan masyarakat. Hal tersebut merupakan konsekuensi logis dalam memajukan kondisi sosial,

Lebih terperinci

BAB II DISKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB II DISKRIPSI OBJEK PENELITIAN BAB II DISKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Kabupaten Temanggung 1. Kondisi Geografis Provinsi Jawa Tengah mempunyai dua puluh sembilan kabupaten dan enam kotamadya, salah satu kabupaten tersebut

Lebih terperinci

KEPENDUDUKAN DAN KETENAGAKERJAAN

KEPENDUDUKAN DAN KETENAGAKERJAAN KEPENDUDUKAN DAN KETENAGAKERJAAN Piramida Penduduk Kabupaten Temanggung Tahun 2010 21 Tabel 3.1.1 Penduduk Kabupaten Temanggung Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2010 Kelompok Umur (1) (2)

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Kabupaten Temanggung bujur timur dan LS. Kabupaten Temanggung

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Kabupaten Temanggung bujur timur dan LS. Kabupaten Temanggung IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kabupaten Temanggung 1. Letak Geografis Secara geografis Kabupaten Temanggung terletak antara 110 23 110 46 30 bujur timur dan 7 14 7 32 35 LS. Kabupaten

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang

IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang Hasil inventarisasi peraturan perundangan yang paling berkaitan dengan tata ruang ditemukan tiga undang-undang, lima peraturan pemerintah, dan empat keputusan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kesiapan Kebijakan dalam Mendukung Terwujudnya Konsep Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT)

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kesiapan Kebijakan dalam Mendukung Terwujudnya Konsep Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT) BAB V PEMBAHASAN Pembahasan ini berisi penjelasan mengenai hasil analisis yang dilihat posisinya berdasarkan teori dan perencanaan yang ada. Penelitian ini dibahas berdasarkan perkembangan wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah) 3.14. KECAMATAN NGADIREJO 3.14.1. PDRB Kecamatan Ngadirejo Besarnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kecamatan Ngadirejo selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.14.1

Lebih terperinci

Laporan Akhir 1 PENDAHULUAN

Laporan Akhir 1 PENDAHULUAN Laporan Akhir 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Penyebab utama buruknya kondisi sanitasi di Indonesia adalah lemahnya perencanaan pembangunan sanitasi yang terpadu, salah sasaran, tidak sesuai kebutuhan,

Lebih terperinci

IV.GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Gedung Aji memiliki luas wilayah sekitar 114,47 km 2 beribukota di

IV.GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Gedung Aji memiliki luas wilayah sekitar 114,47 km 2 beribukota di 40 IV.GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kecamatan Gedung Aji memiliki luas wilayah sekitar 4,47 km beribukota di Kampung Gedung Aji yang berjarak 36 km dari Ibu Kota Kabupaten

Lebih terperinci

pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, keluarga berencana dan keluarga sejahtera, sosial, tenaga kerja, koperasi

pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, keluarga berencana dan keluarga sejahtera, sosial, tenaga kerja, koperasi pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, keluarga berencana dan keluarga sejahtera, sosial, tenaga kerja, koperasi usaha kecil dan menengah, penanaman modal, kebudayaan, pemuda dan olahraga, kesatuan

Lebih terperinci

3.1.1.Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2013 dan Perkiraan Tahun. perekonomian regional, perekonomian nasional bahkan

3.1.1.Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2013 dan Perkiraan Tahun. perekonomian regional, perekonomian nasional bahkan 3.1.1.Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2013 dan Perkiraan Tahun 2014 Perekonomian suatu daerah tidak dapat terlepas dengan perekonomian regional, perekonomian nasional bahkan perekonomian global. Ada faktor-faktor

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak, Luas Wilayah dan Pemanfaatan Lahan Kabupaten Temanggung secara geografis terletak antara garis 110 0 23-110 0 00 30 Bujur Timur dan antara garis 07 0 10-07

Lebih terperinci

Penatatan ruang daerah bertujuan mewujudkan ruang kabupaten berbasis. pertanian yang didukung industri, perdagangan, pariwisata dan sosial

Penatatan ruang daerah bertujuan mewujudkan ruang kabupaten berbasis. pertanian yang didukung industri, perdagangan, pariwisata dan sosial 3.1. KABUPATEN TEMANGGUNG Penatatan ruang daerah bertujuan mewujudkan ruang kabupaten berbasis pertanian yang didukung industri, perdagangan, pariwisata dan sosial budaya masyarakat dalam kesatuan sistem

Lebih terperinci

BAB III PERALIHAN WALI NASAB KE WALI HAKIM DI KUA KEC. PARAKAN KAB. TEMANGGUNG. A. Sekilas tentang KUA Kec. Parakan Kab.

BAB III PERALIHAN WALI NASAB KE WALI HAKIM DI KUA KEC. PARAKAN KAB. TEMANGGUNG. A. Sekilas tentang KUA Kec. Parakan Kab. BAB III PERALIHAN WALI NASAB KE WALI HAKIM DI KUA KEC. PARAKAN KAB. TEMANGGUNG A. Sekilas tentang KUA Kec. Parakan Kab. Temanggung Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Parakan adalah salah satu dari 20

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Profil Kelurahan Mulyaharja 4.1.1. Keadaan Umum Kelurahan Mulyaharja Kelurahan Mulyaharja terletak di Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

Penutup. Sekapur Sirih

Penutup. Sekapur Sirih Penutup Sensus Penduduk 2010 merupakan kegiatan besar bangsa Indonesia melibatkan petugas yang banyak. Hasil sensus sangat penting untuk evaluasi dan perencanaan pembangunan. Melalui perencanaan yang matang

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N A. LATAR BELAKANG DAERAH Pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan daerah Tahun 2016, merupakan pelaksanaan tahun ketiga dari masa jabatan pasangan Drs. H. M. BAMBANG SUKARNO

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Magelang secara Geografis terletak pada posisi Lintang

IV. GAMBARAN UMUM. Magelang secara Geografis terletak pada posisi Lintang IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Lokasi dan Geografi Kota Magelang Kota Magelang merupakan salah satu kota di Provinsi Jawa Tengah. Kota Magelang secara Geografis terletak pada posisi 7 0 26 18 7 0 30 9 Lintang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah. dari kantor Kabupaten Wonogiri sekitar 30 km.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah. dari kantor Kabupaten Wonogiri sekitar 30 km. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisiografis a. Letak, Luas dan Batas Wilayah Desa Punduh Sari merupakan bagian dari wilayah administratif di Kecamatan Manyaran

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan. Desa Bumi Restu memiliki

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan. Desa Bumi Restu memiliki 65 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Luas Wialayah Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan yang berlokasi pada dua Desa yaitu Desa Bumi Restu dan

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program pembangunan nasional sebagaimana dalam Undang-Undang no 25. perdagangan yang merupakan inti sistem pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. Program pembangunan nasional sebagaimana dalam Undang-Undang no 25. perdagangan yang merupakan inti sistem pembangunan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Program pembangunan nasional sebagaimana dalam Undang-Undang no 25 Tahun 2000 mensyatakan bahwa upaya peningkatan kesejahteraan rakyat berlandaskan sistem

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

A. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk. Pertumbuhan Penduduk

A. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk. Pertumbuhan Penduduk Perspektif Kabupaten Berau selama 5 tahun ke depan didasarkan pada kondisi objektif saat ini dan masa lalu yang diprediksi menurut asumsi cetiris paribus. Prediksi dilakukan terhadap indikator-indikator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris dengan kekayaan hayati yang melimpah, hal ini memberikan keuntungan bagi Indonesia terhadap pembangunan perekonomian melalui

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH. RT dengan batas sebelah utara berbatasan dengan Desa Sokaraja Kulon, batas

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH. RT dengan batas sebelah utara berbatasan dengan Desa Sokaraja Kulon, batas BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH A. Keadaan Geografis Desa Sokaraja Tengah terletak di wilayah kerja Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas. Desa Sokaraja Tengah terdiri dari 2 Dusun, 7 RW,

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi II-1 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi Pembangunan Tahun 2011-2015 adalah Melanjutkan Pembangunan Menuju Balangan yang Mandiri dan Sejahtera. Mandiri bermakna harus mampu

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS Kecamatan Tomoni memiliki luas wilayah 230,09 km2 atau sekitar 3,31 persen dari total luas wilayah Kabupaten Luwu Timur. Kecamatan yang terletak di sebelah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi

Lebih terperinci

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA Katalog BPS : 1101002.6271012 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2014 ISSN : 2089-1725 No. Publikasi : 62710.1415 Katalog BPS : 1101002.6271012 Ukuran Buku

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Kelurahan Tamansari 3.1.1 Batas Administrasi Kelurahan Tamansari termasuk dalam Kecamatan Bandung Wetan, yang merupakan salah satu bagian wilayah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Indonesia adalah negara agraris dimana mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Berbagai hasil pertanian diunggulkan sebagai penguat

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013

STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013 Katalog BPS : 1101002.6271012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013 STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013

Lebih terperinci

BAB II RANCANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN PLPBK

BAB II RANCANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN PLPBK BAB II RANCANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN PLPBK 2.1 KONDISI AWAL KAWASAN PRIORITAS 2.1.1 Delineasi Kawasan Prioritas Berdasarkan 4 (empat) indikator yang telah ditetapkan selanjutnya dilakukan kembali rembug

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah 36 BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TENGAH 4.1 Kondisi Geografis Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di tengah Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi Jawa Tengah terletak

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI Cimahi berasal dari status Kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Bandung sesuai dengan perkembangan dan kemajuannya berdasarkan Undangundang Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi 3.1. Visi dan misi sanitasi Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi Dalam rangka merumuskan visi misi sanitasi Kabupaten Lampung Tengah perlu adanya gambaran Visi dan Misi Kabupaten Lampung Tengah sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan di Kabupaten Pasuruan dilaksanakan secara partisipatif, transparan dan akuntabel dengan berpegang teguh pada prinsip-prinsip dan pengertian dasar pembangunan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan kecamatan hasil

III. METODE PENELITIAN. kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan kecamatan hasil III. METODE PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan Kemiling. Kondisi Wilayah Kecamatan kemiling merupakan bagian dari salah satu kecamatan dalam wilayah kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terbaik bagi kepentingan anak, tanpa ada diskriminasi. Salah satu isu

BAB I PENDAHULUAN. yang terbaik bagi kepentingan anak, tanpa ada diskriminasi. Salah satu isu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak merupakan aset masa depan sebuah bangsa. Sehingga, mereka harus dipersiapkan dan diarahkan sejak dini agar dapat tumbuh dan berkembang menjadi anak yang sehat

Lebih terperinci

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan merupakan sumber daya alam yang memiliki fungsi yang sangat luas dalam memenuhi berbagai kebutuhan manusia. Di lihat dari sisi ekonomi, lahan merupakan input

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1 Wilayah Administrasi dan Letak Geografis Wilayah administrasi Kota Tasikmalaya yang disahkan menurut UU No. 10 Tahun 2001 tentang Pembentukan Pemerintah Kota Tasikmalaya

Lebih terperinci

yaitu 44 partai seperti tercantum pada tabel

yaitu 44 partai seperti tercantum pada tabel pada tabel 2.161. Tabel 2.161. Jumlah Kegiatan pembinaan politik daerah 2008-2103 Kriteria 1 Jumlah kegiatan 1 1 1 1 1 2 Sumber : Disbudparpora 2013. 3) Jumlah partai politik Jumlah partai politik di Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Analisis struktur perekonomian kota Depok sebelum dan sesudah otonomi daerah UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh: HARRY KISWANTO NIM F0104064 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian

Lebih terperinci

Tabel 2.6 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Aceh Tamiang

Tabel 2.6 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Aceh Tamiang 2.1. ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 2.1.1. Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 2.2.1.1. Pertumbuhan PDRB Perekonomian Kabupaten Aceh Tamiang beberapa tahun terakhir menunjukkan pertumbuhan yang cukup

Lebih terperinci

LETAK GEOGRAFIS DAN KEADAAN ALAM

LETAK GEOGRAFIS DAN KEADAAN ALAM LETAK GEOGRAFIS DAN KEADAAN ALAM PETA WILAYAH KABUPATEN TEMANGGUNG Temanggung Dalam Angka Tahun 2011 1 LETAK GEOGRAFI Kabupaten Temanggung terletak antara : 110 o 23' - 110 o 46'30" Bujur Timur 7 o 14'

Lebih terperinci

pendapatan masyarakat. h. Jumlah Rumah Tangga Miskin status kesejahteraan dapat dilihat pada tabel 2.42.

pendapatan masyarakat. h. Jumlah Rumah Tangga Miskin status kesejahteraan dapat dilihat pada tabel 2.42. Tabel 2.41. Perhitungan Indeks Gini Kabupaten Temanggung Tahun 2012 Kelompok Jumlah Rata-rata % Kumulatif Jumlah % Kumulatif Xk-Xk-1 Yk+Yk-1 (Xk-Xk-1)* Pengeluaran Penduduk Pengeluaran Penduduk Pengeluaran

Lebih terperinci

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan.... DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Gambar Daftar Grafik i ii vii viii Bab I Pendahuluan. 1.1. Dasar Hukum..... 1.2. Profil Wilayah Kabupaten Sijunjung... 1.2.1 Kondisi Fisik

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG

DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG KONDISI FAKTUAL KONDISI IDEAL ATURAN BERSAMA YANG DISEPAKATI A. LINGKUNGAN 1. Jaringan Jalan dan Drainase Banyak rumah yang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.. Luas Wilayah Kota Tasikmalaya berada di wilayah Priangan Timur Provinsi Jawa Barat, letaknya cukup stratgis berada diantara kabupaten Ciamis dan kabupaten Garut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan penduduk dapat ditampung dalam ruang-ruang sarana sosial dan ekonomi, tetapi tidak akan berjalan dengan baik tanpa didukung oleh pelayanan infrastruktur yang

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 3.1. Visi dan Misi Sanitasi Visi merupakan harapan kondisi ideal masa mendatang yang terukur sebagai arah dari berbagai upaya sistematis dari setiap elemen dalam

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RPJMD KOTA LUBUKLINGGAU 2008-2013 VISI Terwujudnya Kota Lubuklinggau Sebagai Pusat Perdagangan, Industri, Jasa dan Pendidikan Melalui Kebersamaan Menuju Masyarakat

Lebih terperinci

Kabupaten Temanggung merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Jawa. menjadi 20 kecamatan, 289 desa, 1.468 dusun, 5.520 RT, dan 1.510 RW.

Kabupaten Temanggung merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Jawa. menjadi 20 kecamatan, 289 desa, 1.468 dusun, 5.520 RT, dan 1.510 RW. 2.1. KABUPATEN TEMANGGUNG 2.1.1. Kondisi Geografis Kabupaten Temanggung merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Tengah, terletak di antara 110 0 23 110 0 46 30 bujur timur dan 7 0 14 7 0 32 35

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN: Menetapkan KESATU

MEMUTUSKAN: Menetapkan KESATU PROVINSI JAWA TENGAH KEPUTUSAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 555/ 318 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLA LAYANAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI PEMERINTAH KABUPATEN TEMANGGUNG BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang a. bahwa sesuai

Lebih terperinci

Pencapaian sasaran dan indikator pada misi III ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 3.21 Pencapaian Misi III dan Indikator

Pencapaian sasaran dan indikator pada misi III ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 3.21 Pencapaian Misi III dan Indikator Mewujudkan peningkatan infrastruktur permukiman perdesaan dan perkotaan yang layak dan berwawasan lingkungan. Pada misi III yaitu mewujudkan peningkatan infrastruktur permukiman perdesaan dan perkotaan

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5. 1. Letak Geografis Kota Depok Kota Depok secara geografis terletak diantara 106 0 43 00 BT - 106 0 55 30 BT dan 6 0 19 00-6 0 28 00. Kota Depok berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. maret Pada tahun 2008 tentang pembentukan Kabupaten Mesuji dan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. maret Pada tahun 2008 tentang pembentukan Kabupaten Mesuji dan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan umum Kabupaten Tulang Bawang Kabupaten Tulang Bawang adalah salah satu dari 10 Kabupaten di wilayah Propinsi Lampung. Kabupaten Tulang Bawang terbentuk pada

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Sains dan Teknologi ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses saat pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumber daya yang ada dan selanjutnya membentuk suatu pola kemitraan antara

Lebih terperinci

BAB IV DASAR PERENCANAAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH

BAB IV DASAR PERENCANAAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH BAB IV DASAR PERENCANAAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH 4.1 Umum Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan sistem distribusi air bersih yaitu berupa informasi mengenai kebutuhan air bersih

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Asas otonomi daerah merupakan hal yang hidup sesuai dengan kebutuhan dan

I. PENDAHULUAN. Asas otonomi daerah merupakan hal yang hidup sesuai dengan kebutuhan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kesatuan dengan sistem desentralisasi, maka penyelenggaraan pemerintahan di daerah dilaksanakan dengan asas otonomi. Asas otonomi daerah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA 2016 B A D A N P U S AT S TAT I S T I K KO TA B I T U N G Statistik Kecamatan Lembeh Utara 2016 Statistik Kecamatan Lembeh Utara 2016 No. Publikasi : 7172.1616 Katalog

Lebih terperinci

BAB III KONDISI UMUM. 3.1. Geografis. Kondisi Umum 14. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

BAB III KONDISI UMUM. 3.1. Geografis. Kondisi Umum 14. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau dan Kabupaten Lingga BAB III KONDISI UMUM 3.1. Geografis Wilayah Kepulauan Riau telah dikenal beberapa abad silam tidak hanya di nusantara tetapi juga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Geografis Secara astronomis Kabupaten Bolaang Mongondow terletak antara Lintang Utara dan antara Bujur Timur. Berdasarkan posisi geografisnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan pengelolaan sampah merupakan sesuatu yang tidak asing lagi bagi setiap wilayah di dunia tidak terkecuali Indonesia. Hampir di seluruh aspek kehidupan manusia

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Suka Jawa merupakan salah satu Desa di Kecamatan Bumiratu Nuban

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Suka Jawa merupakan salah satu Desa di Kecamatan Bumiratu Nuban 55 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Desa Sukajawa Desa Suka Jawa merupakan salah satu Desa di Kecamatan Bumiratu Nuban yang mulai diresmikan pada tahun 1951. Pada awalnya merupakan bagian

Lebih terperinci

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM BAB 6 TUJUAN DAN KEBIJAKAN No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM Mengembangkan moda angkutan Program Pengembangan Moda umum yang saling terintegrasi di Angkutan Umum Terintegrasi lingkungan kawasan permukiman Mengurangi

Lebih terperinci

Kawasan Cepat Tumbuh

Kawasan Cepat Tumbuh Terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi Terjadi dorongan kerjasama pembangunan antar wilayah secara fungsional Kawasan Cepat Tumbuh Meningkatnya nilai tambah dan daya saing produk unggulan Tercipta keterpaduan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan adalah upaya multidimensional yang meliputi perubahan pada berbagai aspek termasuk di dalamnya struktur sosial, sikap masyarakat, serta institusi

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang

BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang 1. Keadaan Fisik a. Letak 62 Kelurahan Proyonangan Utara merupakan kelurahan salah satu desa pesisir di Kabupaten Batang Provinsi

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI WILAYAH. wilayah Caruban yang merupakan bagian dari Kecamatan Mejayan. Gedung

BAB III DESKRIPSI WILAYAH. wilayah Caruban yang merupakan bagian dari Kecamatan Mejayan. Gedung BAB III DESKRIPSI WILAYAH A. Gambaran umum Kabupaten Madiun a. Kondisi Geografis Kabupaten Madiun adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukota dari Kabupaten Madiun adalah Kecamatan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Margosari adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Pagelaran Utara

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Margosari adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Pagelaran Utara IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Desa Margosari Desa Margosari adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Pagelaran Utara Kabupaten Pringsewu. Desa Margosari dibuka pada tahun 1953 berdasarkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Kerangka kebijakan pembangunan suatu daerah sangat tergantung pada permasalahan dan

Lebih terperinci

BAB 1V GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB 1V GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN BAB 1V GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Sumber : Google Map Gambar 4.1 Denah lokasi pasar tradisional Wates Pada gambar diatas terdapat lingkaran merah yang merupakan lokasi

Lebih terperinci

BAB IV PENENTUAN KEBUTUHAN AIR MINUM DI WILAYAH PERENCANAAN

BAB IV PENENTUAN KEBUTUHAN AIR MINUM DI WILAYAH PERENCANAAN BAB IV PENENTUAN KEBUTUHAN AIR MINUM DI WILAYAH PERENCANAAN IV.1 Umum Dalam merencanakan instalasi pengolahan air minum diperlukan informasi mengenai kebutuhan air minum di wilayah perencanaan. Kebutuhan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

terendah pada tahun ) Penyelesaian pengaduan perlindungan perempuan dan anak dari tindakan kekerasan

terendah pada tahun ) Penyelesaian pengaduan perlindungan perempuan dan anak dari tindakan kekerasan 2008-2112 Uraian 1 Bekerja 154.014 151.073 168.531 147.789 n.a 2 Mencari Kerja 6.113 7.013 8.699 12.145 n.a 3 Angkatan Kerja 162.135 160.095 177.230 161.945 n.a 4 Partisipasi Angkatan Kerja (%) 95,0 94,4

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM DAERAH

BAB II KONDISI UMUM DAERAH BAB II KONDISI UMUM DAERAH 2.1. Kondisi Geografi dan Demografi Kota Bukittinggi Posisi Kota Bukittinggi terletak antara 100 0 20-100 0 25 BT dan 00 0 16 00 0 20 LS dengan ketinggian sekitar 780 950 meter

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH b. Ekonomi 1. Perkembangan PDRB Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan besaran nilai tambah bruto yang dihasilkan dalam memproduksi barang dan jasa oleh sektor

Lebih terperinci