BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan pendapat yang mengatakan bahwa pengalaman dan imajinasi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan pendapat yang mengatakan bahwa pengalaman dan imajinasi"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil ekspresi isi jiwa pengarangnya. Melalui karyanya pengarang mencurahkan isi jiwanya ke dalam tulisan yang bermediumkan bahasa kepada para pembaca. Karya sastra yang dihasilkan bersumber dari pengalaman kehidupan yang dipadukan dengan imajinasi pengarangnya. Hal ini sesuai dengan pendapat yang mengatakan bahwa pengalaman dan imajinasi merupakan dua elemen pokok dalam sastra (Hardjana, 1985: 45). Dalam karya sastra, seorang pengarang menuangkan imajinasi dan hasil pikirannya. Pengarang karya sastra dengan leluasa dapat menuangkan isi pikirannya yang berasal dari imajinasi atau pengalaman hidupnya dalam bentuk karya sastra. Karya sastra dengan segala kemampuannya yang merepresentasikan kehidupan seringkali dimanfaatkan pengarang untuk menyampaikan pesan. Pesanpesan yang disampaikan oleh pengarang inilah yang dapat diambil manfaatnya oleh masyarakat pembaca. Pengarang dalam menciptakan karyanya senantiasa melibatkan daya imajinasi sehingga karya sastra bukan semata-mata kisah kehidupan nyata seharihari. Imajinasi yang hidup dan mengalir dalam proses penciptaan bergantung pada kepekaan pengarang dalam menangkap fenomena yang terjadi di sekelilingnya. Oleh karena itu, karya sastra sering dianggap sebagai potret kehidupan masyarakat di sekitar pengarang atau bahkan merupakan kenyataan sosial (Wellek dan Warren, 1993:109). 1

2 2 Ada tema-tema dalam kenyataan sosial yang timbul berkaitan dengan kodrat manusia sebagai makhluk sosial dalam kehidupan. Karya sastra yang mengangkat tema berupa masalah keinferioritasan perempuan pada laki-laki dikategorikan sebagai karya sastra feminis. Salah satu genre sastra yang mengungkap ide-ide feminis perempuan adalah novel. Melalui novel, pengarang memberikan berbagai pandangan mengenai kehidupan perempuan dan laki-laki sesuai dengan horizon harapannya. Kritik sastra feminis dapat diterapkan dalam penelitian trilogi novel ini karena pengkajian tentang feminisme pada novel dapat mengungkapkan tentang ide-ide, konsep, atau gagasan tentang feminis yang disampaikan pengarang melalui karyanya. Salah seorang pengarang yang mengangkat isu feminisme melalui karyanya adalah Fira Basuki melalui trilogi novelnya Jendela-Jendela (2001), Pintu (2002), dan Atap (2002). Selain ketiga novel tersebut, Fira Basuki juga telah menerbitkan dua novel lainnya yang berjudul Rojak (2004) dan Biru (2004). Kumpulan cerpennya berjudul Alamak! (2005), Astral Astria (2007), Paris Pandora (2008), Perempuan Hujan (2005), Kapitan Pedang Panjang (2010), serta adaptasi film: Brownies (2004), Cinta dalam Sepotong Roti (2005), dan serial Ms. B: Panggil aku B! (2004), Will U Marry Me! (2005), Jadi Mami (2005), Jangan Mati (2002), dan Cool Cucumber (2007), serta sebuah buku biografi Wimar Witoelar: Hell Yeah! (2007). Dalam penelitian ini, novel trilogi Jendela-Jendela, Pintu, dan Atap digunakan sebagai objek material penelitian. Pemilihan novel trilogi Jendela- Jendela, Pintu, dan Atap sebagai objek material penelitian didasarkan pada beberapa alasan. Pertama, novel trilogi Jendela-Jendela, Pintu, dan Atap ditulis 2

3 3 langsung oleh perempuan sehingga diduga mampu menyuarakan aspirasi kaumnya. Kedua, trilogi novel ini memberikan pengetahuan baru cara seorang perempuan merepresentasikan keadaan kaumnya sendiri melalui karya sastra. Ketiga, trilogi novel ini menampilkan lika-liku perjuangan perempuan Indonesia bersuku Jawa yang menjalankan kehidupan sehari-hari di luar negeri dengan latar belakang yang sangat berbeda dengan kehidupan asal tokohnya. Keempat, novel trilogi Jendela- Jendela, Pintu, dan Atap diteliti karena citra perempuan di dalamnya berpijak pada penyuaraan perempuan sehingga dapat menjadi subjek kehidupan. Penggunaan kritik sastra feminis didasarkan pada salah satu konsep bahwa novel trilogi Jendela-Jendela, Pintu, dan Atap ini memuat ide-ide feminis. Sebagai objek formal, kritik sastra feminis yang cocok diterapkan untuk menganalisisnya ialah kritik sastra feminis perspektif Ruthven. Kritik sastra feminis ini mengandung berbagai asumsi praktik kritik feminis yang berusaha mengulas unsur perempuan di dalam karya sastra. Salah satunya ialah mengungkap peran perempuan dalam karya sastra. Peran ini akan memunculkan citra perempuan dalam karya sastra melalui pemahaman teori images of women. Adapun penggunaan teori-teori feminis lain merupakan alat bantu pemaknaan karya sastra yang berperspektif feminis. 1.2 Rumusan Masalah Terkait latar belakang penelitian, ada tiga masalah yang dikemukakan dalam penelitian berdasarkan pembacaan novel trilogi Jendela-Jendela, Pintu, dan Atap.

4 4 a. Identifikasi tokoh perempuan dan tokoh laki-laki yang memiliki potensi bersikap profeminis dan kontrafeminis dalam trilogi novel Jendela- Jendela, Pintu, dan Atap b. Peran dan citra perempuan yang terdapat dalam novel trilogi Jendela- Jendela, Pintu, dan Atap. c. Ide-ide feminis yang diungkapkan oleh pengarang dalam novel trilogi Jendela-Jendela, Pintu, dan Atap. 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki dua tujuan, yakni tujuan teoretis dan praktis. Secara teoretis penelitian ini pertama-tama bertujuan menerapkan teori feminisme Ruthven dalam menganalisis karya yang diduga mengandung unsur feminisme di dalam trilogi Jendela-Jendela, Pintu, dan Atap. Pertama, mengidentifikasi tokoh perempuan dan tokoh laki-laki yang memiliki potensi bersikap profeminis dan kontrafeminis. Kedua, mengetahui citra dan peran perempuan yang direpresentasikan melalui tokoh-tokohnya. Ketiga, mengetahui ide-ide feminis yang dikemukakan pengarang dalam trilogi Jendela-Jendela, Pintu, dan Atap. Selain itu, secara praktis penelitian ini bertujuan untuk, pertama sebagai bentuk apresiasi terhadap novel, khususnya trilogi novel Jendela-Jendela, Pintu, dan Atap karya Fira Basuki. Kedua, sebagai suatu wujud sumbangan pemikiran dalam memahami novel Jendela-Jendela, Pintu, dan Atap dengan menggunakan teori kritik sastra feminis perspektif Ruthven. Ketiga, memberikan gambaran yang komprehensif tentang identifikasi tokoh, citra perempuan, dan ide-ide feminis yang termuat dalam karya-karya Fira Basuki. Keempat, penelitian ini diharapkan dapat

5 5 memberikan sumbangan pemikiran mengenai studi perempuan, terutama representasi perempuan di dalam karya sastra. Kelima, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat kepada masyarakat dan pembaca untuk mengetahui pemahaman ragam kritik sastra feminis perspektif Ruthven beserta aplikasinya. 1.4 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dalam penelitian ini dipilih berdasarkan kesamaan objek material dan pengaplikasian teori atau objek formal. Untuk melengkapi, menyempurnakan, dan membuktikan keaslian penelitian ini, peneliti mengadakan peninjauan terhadap beberapa penelitian mengenai peran dan citra perempuan, serta ide-ide feminis sebelumnya. Penelitian novel trilogi Jendela-Jendela, Pintu, dan Atap secara menyeluruh menggunakan kritik sastra feminis perspektif Ruthven dengan memfokuskan analisis pada identifikasi tokoh, peran, dan citra belum dilakukan. Akan tetapi, novel Jendela-Jendela dan Pintu pernah dikaji dengan menggunakan pendekatan yang berbeda. Penelitian pertama adalah skripsi Jurusan Sastra Indonesia Universitas Gadjah Mada berjudul Prosa Lirik Calon Arang: Kisah Perempuan Korban Patriarki Karya Toeti Heraty: Analisis Kritik Sastra Feminis Ruthven yang ditulis oleh Dwi Purwanti (2009). Penelitian ini menggunakan teori kritik sastra feminis Ruthven untuk menganalisis karya dari Toeti Heraty. Penelitian ini menunjukkan bahwa budaya patriarki masih sangat melekat dan membayangi para perempuan. Melalui prosa lirik Calon Arang, pengarang menyelipkan ide-ide mengenai perlawanan perempuan dalam menghadapi berbagai opresi yang dialaminya.

6 6 Melalui peran-peran yang dimunculkan, perempuan dicitrakan sebagai sosok yang mampu melakukan perlawanan terhadap budaya patriarki yang membelenggunya. Penelitian kedua adalah skripsi Jurusan Sastra Indonesia Universitas Gadjah Mada berjudul Citra Perempuan Suku Dani dalam Novel Etnografi Sali, Kisah Seorang Wanita Suku Dani Karya Dewi Linggasari: Analisis Kritik Sastra Feminis Ruthven yang ditulis oleh Devita Hermawati (2014). Sama seperti penelitian sebelumnya, penelitian ini menggunakan teori kritik sastra feminis Ruthven. Akan tetapi, objek material yang digunakan berbeda. Penelitian ini menyimpulkan bahwa novel etnografi SKSWSD mengangkat problematika hidup perempuan di tengah sistem patriarki. Tokoh perempuan dalam novel telah bergerak melakukan tindakan yang memprotes ketidakadilan gender yang diterimanya, tidak hanya sebatas ide atau wacana feminisme. Penelitian ketiga adalah skripsi Jurusan Sastra Indonesia Universitas Gadjah Mada berjudul Analisis Struktural Novel Pintu Karya Fira Basuki yang ditulis oleh M. Hafiz Musli (2005). Penelitian ini menggunakan teori struktural menurut Robert Stanton. Penelitian keempat adalah skripsi Jurusan Sastra Indonesia Universitas Gadjah Mada berjudul Tema dan Fakta Cerita dalam Novel Jendela-Jendela Karya Fira Basuki. Penelitian ini ditulis oleh Debora Manja Joy (2007). Seperti halnya penelitian yang dilakukan oleh M. Hafiz Musli, penelitian dalam skripsi ini menggunakan teori struktural Robert Stanton.

7 7 Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, penelitian dengan menggunakan analisis kritik sastra feminis pada trilogi novel Jendela-Jendela, Pintu, dan Atap dan memfokuskan kepada analisis pada identifikasi tokoh, citra, dan ide-ide feminisme belum pernah dilakukan. 1.5 Landasan Teori Kritik sastra menurut Pradopo (2007: 185) memiliki tiga kegunaan yaitu untuk perkembangan sastra, untuk penerangan pembaca, dan untuk keilmuan sastra sendiri. Kritik sastra feminis merupakan kritik yang berusaha mencari jejak representasi perempuan di dalam karya sastra. Dalam hal ini, kritik sastra feminis tentu berguna untuk diterangkan kepada pembaca yang membutuhkan pencerahan terhadap praktik-praktik bias gender di dalam kehidupan masyarakat atau bahkan kehidupan pribadinya sendiri. Secara leksikal, feminisme merupakan gerakan perempuan yang menuntut persamaan hak sepenuhnya antara kaum perempuan dan laki-laki (KBBI, 2008:410). Fakih (2003:79) mendefinisikan feminisme sebagai gerakan yang berangkat dari asumsi dan kesadaran bahwa kaum perempuan pada dasarnya ditindas dan dieksploitas, serta harus ada upaya mengakhiri penindasan dan pengeksploitasian tersebut. Feminisme menurut Geofe (dalam Sugihastuti dan Suharto, 2002:18) ialah teori tentang persamaan antara laki-laki dan perempuan di bidang politik, ekonomi, dan sosial atau kegiatan terorganisasi yang memperjuangkan hak-hak serta kepentingan perempuan. Feminisme menurut Fakih (2003:13) merupakan gerakan

8 8 yang berangkat dari asumsi dan kesadaran bahwa kaum perempuan pada dasarnya ditindas dan dieksploitasi, serta harus ada upaya mengakhiri penindasan dan pengeksploitasian. Hal ini akan menumbuhkan kesadaran tentang adanya ketidakadilan gender yang dialami oleh kaum perempuan dan diharapkan perwujudan dalam tindakan yang dilakukan baik oleh perempuan maupun laki-laki untuk mengubah keadaan tersebut (Sofia dan Sugihastuti, 2003:13). Feminisme berbeda dengan emansipasi. Emansipasi lebih menekankan kepada partisipasi perempuan dalam pembangunan tanpa mempersoalkan hak serta kepentingan mereka yang dinilai tidak adil, sedangkan feminisme memandang bahwa perempuan memiliki aktivitas dan inisiatif sendiri untuk memperjuangkan hak dan kepentingan tersebut dalam berbagai gerakan (Sofia dan Sugihastuti, 2003:24). Gerakan feminisme berangkat dari ketimpangan gender antara perempuan dan laki-laki. Gender dipahami berbeda dengan seks. Gender didefinisikan sebagai perbedaan tingkah laku antara laki-laki dan perempuan yang terbentuk melalui proses sosial dan kultural yang panjang (Fakih, 2003:71 72), sedangkan seks adalah perbedaan biologis atau jenis kelamin. Inti tujuan feminisme adalah meningkatkan kedudukan dan derajat perempuan agar sama atau sejajar dengan kedudukan serta sederajat dengan lakilaki. Perjuangan serta usaha feminisme untuk mencapai tujuan ini mencakup berbagai cara. Salah satu caranya adalah memperoleh hak dan peluang yang sama dengan yang dimiliki laki-laki. Cara lain adalah membebaskan perempuan dari

9 9 lingkungan domestik atau lingkungan keluarga dan rumah tangga (Djajanegara, 2000:4) Sesuai dengan perkembangannya, feminisme mempunyai beberapa aliran pemikiran. Empat aliran pemikiran yang utama adalah feminisme liberal, feminisme radikal, feminisme marxis, dan feminisme sosialis. Feminisme liberal merupakan gerakan feminisme yang bergerak melalui kerangka berpikir kesempatan yang sama dan hak yang sama bagi setiap individu, termasuk kesempatan yang sama dan hak yang sama bagi setiap individu, termasuk kesempatan dan hak kaum perempuan (Fakih, 2006:81). Feminisme radikal merupakan gerakan feminisme yang bergerak melalui pemahaman bahwa sistem seks/gender yang dibentuk melalui ideologi patriarki adalah penyebab fundamental dari penindasan terhadap perempuan (Tong, 2006:48). Konsepsi seks dan gender memiliki pemahaman yang berbeda. Feminisme menjelaskan bahwa seks atau jenis kelamin merupakan kategori biologis, sedangkan gender merupakan makna kultural yang dihubungkan dengan identitas jenis kelamin (Ruthven, 1984:8). Feminisme radikal cenderung melihat keadaan perempuan melalui sistem seks. Sistem seks adalah suatu rangkaian pengaturan yang digunakan oleh masyarakat untuk mentransformasi seksualitas biologis menjadi produk kegiatan manusia. Sistem seks dalam masyarakat patriarki juga berfungsi menanamkan ideologi domestikisasi. Domestikisasi merupakan usaha penanaman pola pikir tradisional yang menyatakan bahwa tempat perempuan adalah di dalam rumah (Ruthven, 1984:32).

10 10 Feminisme marxis berpendapat bahwa penindasan perempuan merupakan bagian dari penindasan kelas dalam hubungan produksi. Persoalan perempuan diletakkan dalam kerangka pemikiran kapitalisme (Fakih, 2006:170). Penindas pertama perempuan sebagai pekerja adalah modal dan laki-laki adalah penindas sekunder terhadap perempuan. Feminisme marxis bertujuan menjadikan kemandirian dan kesejahteraan ekonomi perempuan sebagai pusat perhatian, dan memfokuskan pada persilangan antara perempuan sebagai pekerja dan posisi perempuan di dalam keluarga (Tong, 2006:168). Feminisme sosialis merupakan hasil dari ketidakpuasan dari feminis marxis yang tidak mengikutsertakan gender dan ideologi patriarki sebagai penyebab penindasan terhadap perempuan. Oleh karena itu, feminisme sosialis hadir sebagai gerakan feminisme yang bergerak melalui pencampuran analisis patriarki dan analisis kelas guna melawan penindasan terhadap perempuan. Feminis sosialis mulai dikenal pada tahun 1970-an. Feminis sosialis merupakan aliran yang menganggap bahwa ketidakadilan gender yang dialami perempuan merupakan gabungan antara patriarki dan kapitalisme. Feminisme sosialis mengklaim bahwa kehancuran kapitalisme harus diiringi oleh kehancuran patriarki dan hubungan material, serta ekonomi manusia tidak dapat berubah kecuali diikuti perubahan sosial (Tong, 2006:175). Teori sosial feminis memberikan perhatian dalam memahami ketidaksetaraan yang mendasar antara laki-laki dan perempuan, serta memahami kekuasaan laki-laki atas perempuan (Jackson, 2009: 21). Hal inilah yang menjadikan perempuan inferior dalam semua kelas.

11 11 Aliran feminis sosialis beranggapan bahwa kunci utama pembebasan perempuan adalah penghancuran budaya patriarki serta sistem kapitalisme yang mendominasi perempuan (Fakih, 2003: 91). Cara pandang kritik feminis sosialis adalah analisis sosial, yang memandang bahwa sistem sosial harus diubah. Pengkritik feminis sosialis mencoba mengungkapkan bahwa kaum wanita merupakan kelas masyarakat yang tertindas (Djajanegara, 2000:30). Kaum feminis harus memperhatikan dua hal penting ketika menghadapi teks-teks sastra (Ruthven, 1984:90). Pertama, terkait dengan proses pembacaan. Kedua, terkait dengan kecenderungan ideologis pada proses pembacaan. Makna tidak tertanam begitu saja dalam teks. Akan tetapi, makna merupakan produk yang dihasilkan dari pembacaan teks. Kebenaran interpretasi bersifat tidak pasti karena terbatas pada komunitas pembaca tertentu. Feminisme sepakat dengan alur pemikiran ini. Dalam kritik sastra feminis, tugas peneliti bukanlah mencari makna teks sesuai dengan kondisi teks tersebut lahir, melainkan mencari makna baru sesuai dengan zaman ketika teks-teks tersebut dibaca (Ruthven, 1984:91). Analisis kritik sastra feminis dalam trilogi Jendela-Jendela, Pintu, dan Atap tidak terlepas dari konsep feminisme sebagai pendekatan analisis. Konsep feminisme digunakan sebagai alat bantu pemahaman kritik feminis terhadap karya sastra yang dijadikan objek kajian. Dalam usaha mengkritisi karya sastra bernilai feminis diperlukan usaha kritik lain yaitu kritik sastra feminis perspektif Ruthven. Kritik sastra feminis perspektif Ruthven memberikan alternatif lain dalam menelaah label perjuangan perempuan dalam karya sastra. Kritik sastra feminis menurut Ruthven (1984:4) berasal dari istilah kritik sastra feminis yang dipahami

12 12 dengan pembagian istilah ke dalam tiga frasa kritik sastra feminis. Kritik merupakan praktik diskursif yang bertujuan untuk menjelaskan dan mengevaluasi karya sastra. Sastra merupakan kumpulan teks yang memiliki nilai kesastraan. Oleh karena itu, istilah kritik sastra feminis yang dijelaskan melalui kritik sastra feminis lebih terang karena mengandung makna sebagai bentuk sekunder yang mengevaluasi dan menilai bentuk primer berlandaskan suatu teori. Praktik kritik sastra feminis menurut perspektif Ruthven (1984:19) memiliki berbagai ragam pendekatan, salah satunya adalah sosiofeminis. Sosiofeminis adalah praktik feminis yang mengulas peran perempuan di masyarakat dengan pijakan teks-teks sastra atau diulas sebagai citra perempuan. Pendekatan sosiofeminis meneliti praktik signifikasi yang mengodifikasikan dan mengklasifikasikan perempuan dengan berpegang pada semiotika atau ilmu tandatanda sehingga perempuan sampai dibebani peran-peran tertentu dalam masyatakat. Berbagai kritik feminis pada intinya tetap memiliki persamaan tujuan untuk mengakhiri dominasi laki-laki. Hal tersebut seperti diungkapkan oleh Andrea Dworkin (Ruthven, 1984:6) bahwa pekerjaan utama feminis adalah mengakhiri dominasi laki-laki, meskipun untuk melakukannya diperlukan usaha yang tidak mudah. Hal tersebut terjadi karena feminisme harus merobohkan bangunan budaya yang sudah ada dan mengakar di tengah-tengah masyarakat. Feminisme juga harus merobohkan seluruh pencitraan, institusi, tradisi, dan kebiasaan yang menempatkan perempuan sebagai korban yang tidak berharga dan tidak disadari. Keragaman pandangan feminisme dan praktik kritik sastra feminis juga merupakan upaya membongkar androsentrisme dalam masyarakat. Androsentrisme

13 13 merupakan pandangan yang menilai bahwa laki-laki adalah jenis kelamin pertama dan perempuan adalah jenis kelamin kedua (Ruthven, 1984:50). Andro berasal dari bahasa Yunani yang berarti laki-laki. Dalam hal ini juga terkandung pandangan yang terpusat pada laki-laki (Ruthven, 1984:1 2). Salah satu cara untuk melihat bias androsentrisme dalam budaya patriarki adalah karya sastra (Ruthven, 1984:71). Ruthven (1984:24) juga mengemukakan bahwa teori feminis diharapkan mampu membuka pandangan-pandangan baru dengan jalan mengungkap komponen gender, terutama yang berkaitan dengan karakter-karekter perempuan dalam karya sastra. Pandangan-pandangan tersebut diharapkan menghasilkan pengetahuan baru yang mempertautkan sastra dengan kondisi dan situasi masyarakat tempat lingkungan sastra tersebut lahir. Sesuai dengan pengertian tersebut, kritik sastra feminis adalah usaha untuk melihat bagaimana perempuan memandang dirinya di masyarakat dan budaya tempat ia lahir, bagaimana teks terwujud melalui relasi gender dan perbedaan sosial. Selain menunjukkan bagaimana wujud representrasi perempuan, kritik juga berusaha menggali bagaimana potensi perempuan dilukiskan di tengah kekuasaan dominasi budaya patriarki dalam karya sastra (Ruthven, 1984:40 50). Kerja kritik ini adalah meneliti karya sastra dengan melacak ideologi yang membentuknya dan menunjukkan perbedaan antara yang dikatakan oleh karya dengan yang tampak dari sebuah pembacaan yang teliti (Ruthven, 1984:32). Lebih lanjut, Ruthven (1984:55) menggunakan tingkatan graphireader dalam melakukan pembacaan terhadap karya sastra. Tingkatan graphireader adalah pembacaan yang tidak menghubungkan sang pengarang dengan teks karena setiap kata dalam teks diyakini sebagai sumber makna.

14 14 Salah satu bentuk kritik sastra feminis yang fokus terhadap masalah tersebut adalah images of women. Kritik ini dianggap sebagai salah satu jenis sosiologi. Lebih lanjut, Ruthven (1984:70 71) menjelaskan hal itu sebagai pendekatan praktik sosio-feminis. Konsep tersebut menjelaskan bahwa teks sastra dapat digunakan sebagai bukti untuk melihat jenis dan bentuk peran yang disediakan untuk perempuan. Ada tujuan yang berlawanan dan berkaitan dengan pemberian peran tersebut. Di satu sisi, ada keinginan untuk mengungkapkan sifat representasi stereotip yang menindas. Di sisi lain, peran tersebut memberikan peluang untuk berpikir tentang perempuan dengan membandingkan bagaimana perempuan sebenarnya dan perempuan yang direpresentasikan oleh produk-produk budaya. Keberatan-keberatan yang menyatakan bahwa kritik images of women adalah membosankan merupakan suatu hal yang mudah dipatahkan karena sebuah kualitas kritik ditentukan oleh banyaknya bacaan yang melatarbelakanginya (Ruthven, 1984:74). Perempuan dalam images of women tidak hanya dibicarakan sebagai subjek, tetapi juga dalam hubungannya dengan dunia medis, hukum, biologi, psikoanalisis, dan sebagainya. Dengan demikian, penelitian images of women ini merupakan usaha transdisipliner yang menempatkan perempuan sebagai jenis interteks yang ditulis dalam hubungan dengan berbagai hal. Oleh karena itu, pembicaraan yang baik dalam mencitrakan perempuan tergantung pada representasi yang dipilih untuk mewakilinya. Pembicaraan ini menggunakan bantuan ideologi feminis yang mengklasifikasikan beberapa citra perempuan (Ruthven, 1984:75). Selanjutnya, dalam kritik sastra feminis dilakukan eksplorasi terhadap aspek kebahasaan pengarang sebagai hal penting untuk menemukan bias gender dalam bahasa yang

15 15 sering merugikan kaum perempuan. Hal tersebut juga dipertegas oleh Showalter (1985:255), menurutnya tugas kritik sastra feminis adalah mengonsentrasikan pada penggunaan bahasa yang terdapat dalam susunan leksikal dari kata-kata yang dipilih atau hal yang menentukan nilai ideologis atau kultural pada ekspresi yang digunakan. 1.6 Metode Penelitian Metode adalah cara kerja untuk memahami objek kajian penelitian. Melalui metode penelitian, diharapkan masalah-masalah yang diirumuskan dapat terselesaikan. Metode dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif analisis, metode ini dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis (Ratna, 2008:53). Melalui metode ini dihasilkan data-data deskriptif yang tidak semata-mata menguraikan, melainkan juga memberikan pemahaman dan penjelasan secukupnya. Secara keseluruhan dalam penelitian ini dilakukan dalam langkah-langkah sebagai berikut. a. Menentukan novel yang dijadikan objek material penelitian yaitu trilogi Jendela-Jendela (2001), Pintu (2002), dan Atap (2002) karya Fira Basuki, masing-masing novel merupakan cetakan ke-10. b. Menentukan objek formal penelitian, yaitu kritik sastra feminis perspektif Ruthven. c. Merumuskan dan menetapkan masalah pokok penelitian. d. Melakukan studi pustaka dengan mencari referensi yang mendukung penelitian.

16 16 e. Menemukan dan menganalisis identitas tokoh dalam trilogi novel Jendela- Jendela, Pintu, dan Atap. f. Menemukan dan menganalisis peran dan citra perempuan yang digambarkan di dalam trilogi novel tersebut. g. Menemukan dan menganalisis ide-ide feminis yang diungkapkan pengarang. h. Menyimpulkan hasil penelitian. Dalam hal mencermati pemikiran Ruthven (1984:70 75) mengenai citra perempuan, langkah penelitian sastra dengan pendekatan feminis adalah sebagai berikut. Mengidentifikasi tokoh perempuan di dalam sebuah karya sastra. Selanjutnya mencari kedudukan tokoh-tokoh tersebut dalam berbagai hubungan, tidak harus dengan laki-laki, melainkan menekankan pada identitasnya dalam lingkungan, keluarga, dan masyarakat. Dengan demikian, penelitian ini juga memperhatikan pendirian serta ucapan para tokoh perempuan lain. Apa yang dipikirkan, dilakukan, dan dikatakan oleh tokoh perempuan akan banyak memberikan keterangan tentang tokoh tersebut. 1.7 Sistematika Laporan Penelitian Sistematika laporan penelitian ini disusun dalam lima bab. Pembagian bahasan tiap-tiap bab tersebut adalah sebagai berikut. Bab I berisi pengantar yang memuat latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika laporan penelitian. Bab II berisi deskripsi dan identifikasi tokoh yang memuat identifikasi tokoh dalam

17 17 novel Jendela-Jendela, identifikasi tokoh dalam novel Pintu, dan identifikasi tokoh dalam novel Atap. Bab III berisi citra dan peran perempuan dalam novel yang diungkapkan oleh pengarang dalam novel Jendela-Jendela, Pintu, dan Atap. Bab IV memuat ide-ide feminis dalam novel Jendela-Jendela, Pintu, dan Atap. Bab V kesimpulan.

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasannya. Penciptaan karya sastra digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasannya. Penciptaan karya sastra digunakan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan media yang digunakan oleh pengarang untuk menyampaikan gagasan-gagasannya. Penciptaan karya sastra digunakan untuk mengekspresikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 2008:8).Sastra sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam

I. PENDAHULUAN. 2008:8).Sastra sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Semi, 2008:8).Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreatif penulis yang berisi potret kehidupan manusia yang dituangkan dalam bentuk tulisan, sehingga dapat dinikmati,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam peradaban manusia semenjak ribuan tahun lalu. Penelitian terhadap karya sastra penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra tercipta sebagai reaksi dinamika sosial dan kultural yang terjadi dalam masyarakat. Terdapat struktur sosial yang melatarbelakangi seorang pengarang

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional ( 2005:588), konsep didefenisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan. kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan

BAB I PENDAHULUAN. Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan. kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan kesempatan tersebut terjadi baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perempuan oleh masyarakat kadang-kadang masih dianggap sebagai manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan tidak lebih penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Semi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan berdasarkan imajinasi dan berlandaskan pada bahasa yang digunakan untuk memperoleh efek makna tertentu guna mencapai efek estetik. Sebuah

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik

BAB IV KESIMPULAN. Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik 68 BAB IV KESIMPULAN Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik (ekonomi) merupakan konsep kesetaraan gender. Perempuan tidak selalu berada dalam urusan-urusan domestik yang menyudutkannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan perasaan, pikiran dan lain-lain. Cara mengungkapkan ekspresi

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan perasaan, pikiran dan lain-lain. Cara mengungkapkan ekspresi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk yang ekspresif. Di dunia ini banyak sekali cara mengekspresikan perasaan, pikiran dan lain-lain. Cara mengungkapkan ekspresi ini dapat lewat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Karya sastra lahir karena adanya daya imajinasi yang di dalamnya terdapat ide, pikiran, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu membedakan karya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka Kajian terdahulu dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menelusuri penelitian-penelitian yang berkaitan terhadap pengkajian feminis dan objek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk realita dari hasil imajinasi dan pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana ekspresi pengarang saja,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut (Ratna, 2009, hlm.182-183) Polarisasi laki-laki berada lebih tinggi dari perempuan sudah terbentuk dengan sendirinya sejak awal. Anak laki-laki, lebihlebih

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perselingkuhan sebagai..., Innieke Dwi Putri, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Perselingkuhan sebagai..., Innieke Dwi Putri, FIB UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra menggambarkan jiwa masyarakat. Karya sastra sebagai interpretasi kehidupan, melukiskan perilaku kehidupan manusia yang terjadi dalam masyarakat. Segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui berbagai kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai lingkungan fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai dua sisi (Sugihasti,2002 :32). Dua sisi yang dimaksud Sugihasti yaitu

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai dua sisi (Sugihasti,2002 :32). Dua sisi yang dimaksud Sugihasti yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perempuan menarik untuk dibicarakan, karena perempuan adalah sosok yang mempunyai dua sisi (Sugihasti,2002 :32). Dua sisi yang dimaksud Sugihasti yaitu keindahan dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia. berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, imajinasi, ide, keyakinan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia. berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, imajinasi, ide, keyakinan dalam BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, imajinasi, ide, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai rancangan penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pandangan pengarang terhadap fakta-fakta atau realitas yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pandangan pengarang terhadap fakta-fakta atau realitas yang terjadi dalam digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai karya sastra, novel muncul sebagai sebuah representasi atau pandangan pengarang terhadap fakta-fakta atau realitas yang terjadi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini. Terjadinya ketidakadilan gender kiranya dapat dipicu oleh masih kuatnya

BAB I PENDAHULUAN. ini. Terjadinya ketidakadilan gender kiranya dapat dipicu oleh masih kuatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan tentang perempuan pada saat ini masih menjadi perbincangan yang aktual dan tidak ada habisnya. Permasalahan berkaitan dengan perempuan seperti yang

Lebih terperinci

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang melahirkan aliran feminisme, yakni: 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik * *Tokoh : Robert Merton & Talcott Parsons. *Teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerja dan itu menjadi penanda waktu yang beremansipasi.

BAB I PENDAHULUAN. pekerja dan itu menjadi penanda waktu yang beremansipasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perempuan dalam televisi senantiasa hanya mempertentangkan antara wanita karir dan menjadi ibu-ibu rumah tangga. Dua posisi ini ada didalam lokasi yang berseberangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muncul dan mengemuka. Barangkali, isu perempuan menjadi isu yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. muncul dan mengemuka. Barangkali, isu perempuan menjadi isu yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin berkembangnya zaman, semakin beragam pula persoalan yang muncul dan mengemuka. Barangkali, isu perempuan menjadi isu yang tidak pernah habis dibahas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ataupun perasaan seseorang dari apa yang dialaminya. Ekspresi kreatif tersebut

BAB I PENDAHULUAN. ataupun perasaan seseorang dari apa yang dialaminya. Ekspresi kreatif tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan ekspresi kreatif untuk menuangkan ide, gagasan, ataupun perasaan seseorang dari apa yang dialaminya. Ekspresi kreatif tersebut akan senantiasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergantung dari perubahan sosial yang melatarbelakanginya (Ratna, 2007: 81). Hal

BAB I PENDAHULUAN. tergantung dari perubahan sosial yang melatarbelakanginya (Ratna, 2007: 81). Hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah sistem semiotik terbuka, karya dengan demikian tidak memiliki kualitas estetis intrinsik secara tetap, melainkan selalu berubah tergantung dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi fisik yang lebih lemah dan dikenal lembut sering menjadi alasan untuk menempatkan kaum perempuan dalam posisi yang lebih rendah dari lakilaki. Secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup menggembirakan. Kini setiap saat telah lahir karya-karya baru, baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. cukup menggembirakan. Kini setiap saat telah lahir karya-karya baru, baik dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra Bali Modern dari waktu ke waktu menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan. Kini setiap saat telah lahir karya-karya baru, baik dalam bentuk puisi, cerita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam masyarakat. Kehidupan sosial, kehidupan individu, hingga keadaan psikologi tokoh tergambar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dan Eksploitasi Wanita dalam Novel The Lost Arabian Women karya Qanta A.

BAB II KAJIAN TEORI. dan Eksploitasi Wanita dalam Novel The Lost Arabian Women karya Qanta A. BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Penelitian yang Relevan Sebelumnya Kajian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang telah dilakukan oleh Nikmawati yang berjudul Perlawanan Tokoh Terhadap Diskriminasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. genre-genre yang lain. Istilah prosa sebenarnya dapat menyaran pada pengertian

BAB I PENDAHULUAN. genre-genre yang lain. Istilah prosa sebenarnya dapat menyaran pada pengertian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia kesastraan mengenal prosa sebagai salah satu genre sastra di samping genre-genre yang lain. Istilah prosa sebenarnya dapat menyaran pada pengertian yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Iswanto

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Iswanto BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Iswanto dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Hadirnya tokoh dalam suatu karya dapat menghidupkan cerita dalam karya sastra. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada semua masyarakat (Chamamah-Soeratno dalam Jabrohim, 2003:9). Karya sastra merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial masyarakat di dalam karya sastra adalah hubungan antara laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. sosial masyarakat di dalam karya sastra adalah hubungan antara laki-laki dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan cerminan sosial masyarakat. Salah satu cerminan sosial masyarakat di dalam karya sastra adalah hubungan antara laki-laki dan perempuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan dengan bahasa, baik lisan maupun tulis, yang mengandung keindahan. Karya sastra

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan bahan acuan yang dipakai dalam penelitian sekaligus sumber ide untuk menggali pemikiran dan gagasan baru. Kajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia hidup berbudaya dan berkomunikasi. Salah satu cara manusia untuk berkomunikasi yaitu melalui sastra. Sastra merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akar perselisihan. Isu dan permasalahan yang berhubungan dengan gender,

BAB I PENDAHULUAN. akar perselisihan. Isu dan permasalahan yang berhubungan dengan gender, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat masih terkungkung oleh tradisi gender, bahkan sejak masih kecil. Gender hadir di dalam pergaulan, percakapan, dan sering juga menjadi akar perselisihan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam masalah kehidupan manusia secara langsung dan sekaligus.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam masalah kehidupan manusia secara langsung dan sekaligus. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra hadir sebagai wujud nyata hasil imajinasi dari seorang penulis. Penciptaan suatu karya sastra bermula dari pengalaman batin pengarang yang dikontruksikan

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN Citra Tokoh Utama Perempuan die Kleine sebagai Subordinat dalam Novel RELAX karya Henni von Lange RELAX RELAX

BAB 4 KESIMPULAN Citra Tokoh Utama Perempuan die Kleine sebagai Subordinat dalam Novel RELAX karya Henni von Lange RELAX RELAX BAB 4 KESIMPULAN Berdasarkan teori yang sudah dipaparkan dalam bab dua dan analisis yang telah dilakukan dalam bab tiga, maka kesimpulan dari skripsi yang berjudul Citra Tokoh Utama Perempuan die Kleine

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan struktur dunia rekaan, artinya realitas dalam karya sastra adalah realitas rekaan yang tidak sama dengan realitas dunia nyata. Karya sastra itu

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan dalam penelitian terhadap perempuan dalam roman Au Bonheur des Dames karya Émile Zola yang diambil sebagai objek penelitian ini memiliki beberapa implikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Kenyataan sosial ini berbentuk homologi, atau merupakan kesamaan

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Kenyataan sosial ini berbentuk homologi, atau merupakan kesamaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Wellek dan Warren (1989: 299) menyebutkan bahwa sastra merupakan karya yang menyajikan kehidupan, dan kehidupan merupakan sebagian kenyataan sosial. Kenyataan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Simpulan. hubungan intertekstual antara novel Tantri Perempuan yang Bercerita karya Cok

BAB V PENUTUP. A. Simpulan. hubungan intertekstual antara novel Tantri Perempuan yang Bercerita karya Cok digilib.uns.ac.id BAB V PENUTUP A. Simpulan Fokus kajian dalam penelitian ini adalah menemukan benang merah hubungan intertekstual antara novel Tantri Perempuan yang Bercerita karya Cok Sawitri terhadap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. pembanding untuk penelitian kali ini. Beberapa penelitian tersebut dipaparkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. pembanding untuk penelitian kali ini. Beberapa penelitian tersebut dipaparkan BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 1.1 Kajian Pustaka Berdasarkan data yang dikumpulkan baik berupa skripsi, jurnal maupun hasil penelitian lainnya, ditemukan beberapa penelitian yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi menyampaikan ide-ide atau gagasan-gagasan seorang penulis

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi menyampaikan ide-ide atau gagasan-gagasan seorang penulis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah karya imajinatif seorang pengarang. Hal ini sesuai dengan ungkapan Wallek dan Austin Warren (1989:3) bahwa karya sastra adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengetahui pandangan budaya dalam suatu masyarakat, tidak hanya didapatkan dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang bersangkutan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan secara luas oleh pengarang melalui pemikiran-pemikiran yang menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan secara luas oleh pengarang melalui pemikiran-pemikiran yang menjadikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah bentuk dari gambaran realita sosial yang digambarkan secara luas oleh pengarang melalui pemikiran-pemikiran yang menjadikan suatu objek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud atau hasil dari daya imajinasi seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan pengalaman pribadi atau dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir melalui pengarang-pengarang yang cerdas di kalangan masyarakat.sastra muncul karena pengaruh dari zaman ke zaman, mulai dari sastra lama kemudian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka 1. Penelitian Terdahulu Kajian terdahulu dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menelusuri penelitian-penelitian terdahulu, khususnya penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah 1.1.1. Latar Belakang Sastra 1 merupakan curahan hati manusia berupa pengalaman atau pikiran tentang suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan

Lebih terperinci

Sumardjo & Saini (1994: 3) mengungkapkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi

Sumardjo & Saini (1994: 3) mengungkapkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Relasi antara Sastra, Kebudayaan, dan Peradaban Sumardjo & Saini (1994: 3) mengungkapkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat memberikan tanggapannya dalam membangun karya sastra.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu karya seni yang disampaikan oleh seorang sastrawan melalui media bahasa. Keindahan dalam suatu karya sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia pada dasarnya mempunyai berbagai permasalahan yang kompleks. Permasalahan-permasalahan tersebut menyangkut berbagai hal, yakni permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa hak-hak kaum perempuan sama dengan kaum laki-laki. Keberagaman dan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa hak-hak kaum perempuan sama dengan kaum laki-laki. Keberagaman dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam teori sastra kontemporer, feminis merupakan gerakan perempuan yang terjadi hampir di seluruh dunia. Gerakan ini dipicu oleh adanya kesadaran bahwa hak-hak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2012:77) menyebutkan bahwa karya sastra dan karya seni merupakan fakta

BAB I PENDAHULUAN. 2012:77) menyebutkan bahwa karya sastra dan karya seni merupakan fakta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah objek manusiawi, fakta kemanusiaan, atau fakta kultural, sebab merupakan hasil ciptaan manusia. Karya sastra merupakan satuan yang dibangun

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 27 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Dalam bagian metode penelitian, peneliti memaparkan mengenai (1) metode penelitian, (2) sumber data, (3) teknik penelitian, (4) definisi operasional. 3.1 Metode Penelitian

Lebih terperinci

42, Vol. 06 No. 1 Januari Juni 2015 arah dan tujuan lembaga tersebut. Konsep bersistem ini biasa disebut dengan ideologi. Salah satu ideologi yang ser

42, Vol. 06 No. 1 Januari Juni 2015 arah dan tujuan lembaga tersebut. Konsep bersistem ini biasa disebut dengan ideologi. Salah satu ideologi yang ser RESPONS TOKOH PEREMPUAN TERHADAP IDEOLOGI PATRIARKI DALAM NOVEL ENTROK KARYA OKKY MADASARI: SUATU KAJIAN FEMINIS Sherly Yunityas ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan adanya respons tokoh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan wadah yang digunakan oleh pengarang dalam menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap berbagai masalah yang diamati

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 318 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan Berdasarkan capaian hasil penelitian dan pembahasan seperti yang tertuang pada bab IV, bahwa penelitian ini telah menghasilkan dua analisis, pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan karya yang imajinatif, baik berupa lisan maupun tulisan. Fenomena yang terdapat di dalam karya sastra ini merupakan gambaran suatu budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus informasi dan teknologi yang canggih yang menuntut masyarakat untuk lebih berperan aktif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini film dan kebudayaan telah menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Film pada dasarnya dapat mewakili kehidupan sosial dan budaya masyarakat tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sisi-sisi kehidupan manusia dan memuat kebenaran-kebenaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. sisi-sisi kehidupan manusia dan memuat kebenaran-kebenaran kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan refleksi atau cerminan kondisi sosial masyarakat yang terjadi di dunia sehingga karya itu menggugah perasaan orang untuk berpikir tentang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra sebagai sebuah ungkapan pribadi pengarang berdasarkan kreativitas/ imajinasi pengarang. Sastra juga dapat dijadikan sebagai wadah seorang pengarang untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang melakukan kajian terhadap kumpulan cerpen Akar Pule karya Oka Rusmini. Dalam menentukan metode penelitian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN TELAAH KONSEPTUAL. Penelitian tentang perempuan etnis Tionghoa muslim belum

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN TELAAH KONSEPTUAL. Penelitian tentang perempuan etnis Tionghoa muslim belum BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN TELAAH KONSEPTUAL 2.1. Tinjauan Pustaka Penelitian tentang perempuan etnis Tionghoa muslim belum pernah ditulis di penelitian-penelitian di Kajian Wanita Universitas Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui ekspresi yang berupa tulisan yang menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. melalui ekspresi yang berupa tulisan yang menggunakan bahasa sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan hasil cipta atau karya manusia yang dapat dituangkan melalui ekspresi yang berupa tulisan yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Selain itu sastra

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah berhasil dikumpulkan,

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah berhasil dikumpulkan, BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah berhasil dikumpulkan, diketahui bahwa terdapat beberapa penelitian yang dapat dijadikan

Lebih terperinci

Novel momoye mereka memanggilku karya Eka Hindra dan Koichi Kimura : tinjauan sosiologi sastra BAB I PENDAHULUAN

Novel momoye mereka memanggilku karya Eka Hindra dan Koichi Kimura : tinjauan sosiologi sastra BAB I PENDAHULUAN Novel momoye mereka memanggilku karya Eka Hindra dan Koichi Kimura : tinjauan sosiologi sastra Disusun Oleh : Stephanie Kurnia Trihapsari C0204061 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian

PENDAHULUAN. sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan imajinasi pengarang yang dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian dinikmati oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imajinasi yang tinggi, yang terbukti dari karya-karyanya yang menarik dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. imajinasi yang tinggi, yang terbukti dari karya-karyanya yang menarik dan banyak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Abidah El Khalieqy (AEK) adalah pengarang yang kreatif, memiliki daya imajinasi yang tinggi, yang terbukti dari karya-karyanya yang menarik dan banyak pembacanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesetaraan antara kaum pria dan wanita dalam bidang sosial, politik, dan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. kesetaraan antara kaum pria dan wanita dalam bidang sosial, politik, dan ekonomi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Feminisme merupakan suatu konsep yang menggambarkan tentang kesetaraan antara kaum pria dan wanita dalam bidang sosial, politik, dan ekonomi. Menurut

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN Pada bagian ini peneliti membahas mengenai (1) metode penelitian, (2) sumber data, (3) tekhnik penelitian, (4) pedoman analisis karya sastra, dan (5) langkah-langkah penelitian,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi berasal dari kata Yunani 'methodologia' yang berarti teknik atau prosedur, yang lebih merujuk kepada alur pemikiran umum atau menyeluruh dan juga gagasan teoritis

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. memfokuskan pada Ideologi Tokoh Utama Wanita Dalam Novel Surga Yang Tak

BAB V PENUTUP. memfokuskan pada Ideologi Tokoh Utama Wanita Dalam Novel Surga Yang Tak BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Novel Surga Yang Tak Dirindukan adalah karya Asma Nadia. Penelitian ini memfokuskan pada Ideologi Tokoh Utama Wanita Dalam Novel Surga Yang Tak Dirindukan Karya Asma Nadia Kajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. The Great queen Seondeok dan kemudian melihat relasi antara teks tersebut

BAB III METODE PENELITIAN. The Great queen Seondeok dan kemudian melihat relasi antara teks tersebut BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Tipe Penelitian ini adalah kualitatif eksploratif, yakni penelitian yang menggali makna-makna yang diartikulasikan dalam teks visual berupa film serial drama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Citra tokoh..., Vidya Dwina Paramita, FIB UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Citra tokoh..., Vidya Dwina Paramita, FIB UI, 2009 12 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak dengan segala problematika yang melingkupinya merupakan salah satu topik yang tidak ada habisnya dibahas. Dalam diri seorang anak, melekat hak untuk mendapat

Lebih terperinci

CITRA DAN PERJUANGAN TOKOH UTAMA WANITA NOVEL DAUN PUTRI MALU KARYA MAGDALENA SITORUS DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

CITRA DAN PERJUANGAN TOKOH UTAMA WANITA NOVEL DAUN PUTRI MALU KARYA MAGDALENA SITORUS DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA CITRA DAN PERJUANGAN TOKOH UTAMA WANITA NOVEL DAUN PUTRI MALU KARYA MAGDALENA SITORUS DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Resma Anggraini Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Resmaanggraini89@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (1994:10) Sastra juga sebagai pengungkapan baku dari apa yang telah disaksikan

BAB I PENDAHULUAN. (1994:10) Sastra juga sebagai pengungkapan baku dari apa yang telah disaksikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sastra adalah ungkapan pribadi manusia, yang berupa pengalaman, perasaan, pemikiran, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkrit yang membangkitkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia memang tidak luput dari masalah. Permasalahan tersebut meliputi masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan lingkungan, dan sesama, interaksinya dengan diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sarana bagi seorang pengarang untuk menyampaikan suatu pemikiran atau gagasan berdasarkan problem-problem sosial yang terjadi di lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mengarang suatu novel, seorang pengarang menggunakan pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mengarang suatu novel, seorang pengarang menggunakan pengalaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mengarang suatu novel, seorang pengarang menggunakan pengalaman sosialnya dalam karya yang akan dibuat. Secara umum dapat digambarkan bahwa seorang pengarang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perempuan menjadi pembicaraan yang sangat menarik. Terlebih lagi dengan

I. PENDAHULUAN. perempuan menjadi pembicaraan yang sangat menarik. Terlebih lagi dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Membicarakan masalah perempuan tidak ada habisnya, sejak dulu wacana tentang perempuan menjadi pembicaraan yang sangat menarik. Terlebih lagi dengan munculnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Karya sastra itu dapat dinikmati dan dipahami oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Karya sastra itu dapat dinikmati dan dipahami oleh semua 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra dijadikan sebagai pandangan kehidupan bermasyarakat. Karya sastra itu dapat dinikmati dan dipahami oleh semua orang, khususnya pecinta sastra.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dilihat pada penyajian sampul-sampul buku karya sastra yang hampir selalu menjadikan sketsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dilihat pada penyajian sampul-sampul buku karya sastra yang hampir selalu menjadikan sketsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perempuan menjadi salah satu objek pembahasan yang menarik di dalam karya sastra. Perempuan bahkan terkadang menjadi ikon nilai komersil penjualan karya sastra. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan kata serapan dari bahasa sanskerta śāstra, yang berarti teks yang

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan kata serapan dari bahasa sanskerta śāstra, yang berarti teks yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan kata serapan dari bahasa sanskerta śāstra, yang berarti teks yang mengandung instruksi atau pedoman, dari kata śās- yang berarti instruksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. definisi operasional. Pembahasan lebih lanjut mengenai hal-hal di atas adalah sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. definisi operasional. Pembahasan lebih lanjut mengenai hal-hal di atas adalah sebagai 1 BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab satu ini, dibahas mengenai (1) latar belakang masalah, (2) batasan masalah, (3) rumusan masalah, (4) tujuan penelitian, (5) manfaat penelitian, dan (6) definisi operasional.

Lebih terperinci

CITRA WANITA TOKOH UTAMA NOVEL RONGGENG KARYA DEWI LINGGASARI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

CITRA WANITA TOKOH UTAMA NOVEL RONGGENG KARYA DEWI LINGGASARI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA CITRA WANITA TOKOH UTAMA NOVEL RONGGENG KARYA DEWI LINGGASARI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh Ratih Prioritasari Pendidikan bahasa dan sastra Indonesia Ratihprioritasari @ymail.com Abstrak: Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan ungkapan kehidupan manusia yang memiliki nilai dan disajikan melalui bahasa yang menarik. Karya sastra bersifat imajinatif dan kreatif

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah penafsiran kebudayaan yang jitu. Sastra bukan sekadar seni

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah penafsiran kebudayaan yang jitu. Sastra bukan sekadar seni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah penafsiran kebudayaan yang jitu. Sastra bukan sekadar seni yang merekam kembali alam kehidupan, akan tetapi yang memperbincangkan kembali lewat suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk mengikuti perkembangan zaman. Pembelajaran memiliki peran serta mendidik siswa agar menjadi manusia

Lebih terperinci