BAB I PENDAHULUAN. sosial. Kenyataan sosial ini berbentuk homologi, atau merupakan kesamaan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. sosial. Kenyataan sosial ini berbentuk homologi, atau merupakan kesamaan"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Wellek dan Warren (1989: 299) menyebutkan bahwa sastra merupakan karya yang menyajikan kehidupan, dan kehidupan merupakan sebagian kenyataan sosial. Kenyataan sosial ini berbentuk homologi, atau merupakan kesamaan struktural antara bangunan nyata dan bangunan imajiner dalam novel. Faruk (2010: 65) menyatakan struktur karya sastra tidak terutama homolog dengan struktur masyarakat, melainkan homolog dengan pandangan dunia yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat itu. Dengan demikian, novel merupakan karya sastra yang secara langsung maupun tidak memuat ide, pemikiran, dan pesan terhadap fenomena tertentu sehingga bisa dikatakan bahwa struktur yang ada di dalam novel mendeskripsikan struktur kehidupan empirik masyarakat, baik yang berupa pemikiran maupun konteks sosial budayanya. Salah satu fenomena yang ada adalah fenomena perempuan dalam karya sastra. Memahami konsep perempuan harus melalui pemahaman terhadap konsep laki-laki. Pemahaman tersebut bisa dipelajari melalui pemahaman terhadap anatomi jenis kelamin (seks). Dalam ranah feminis, istilah seks dekat dengan gender. Kedua istilah ini masih dipahami secara rancu. Gender adalah sifat-sifat yang melekat pada perempuan dan laki-laki yang dibentuk oleh faktor sosial maupun budaya, sedangkan seks merupakan sifat-sifat yang melekat pada perempuan dan laki laki yang terbentuk oleh faktor biologis. Gamble (2004: 308)

2 menyatakan bahwa feminis Anglo Amerika membedakan antara seks dan gender. Mereka menyatakan bahwa seks adalah persoalan biologis dan gender merupakan sosial yang dikonstruksikan. Ann Oackley (dalam Gamble, 2004: 308) menyatakan bahwa gender tidak bergantung pada aspek biologis. Pada mulanya seks bersifat anatomis sementara gender diperoleh melalui akulturasi. Pemahaman yang menyamarkan kedua konsep ini merupakan prasangka gender yang mengakibatkan ketidakadilan gender. Seks dan gender dipahami sebagai satu kesatuan. Akibatnya perempuan dianalogikan sebagai makhluk kelas dua yang mempunyai kemampuan lebih rendah dibandingkan laki-laki. Fakih (2004: 16) menyatakan bahwa kebanyakan perempuan masih dipandang sebagai makhluk Tuhan kelas dua, misalnya perempuan tidak perlu menuntut ilmu terlalu tinggi sebab pada akhirnya pun akan ke dapur juga. Ariavia (2003: 4) menyatakan bahwa perempuan telah dikonstruksikan oleh masyarakat sebagai liyan atau memiliki jenis kelamin yang kedua. Jenis ini telah dilabelkan lemah, tidak bisa dipercaya, perlu dilindungi dan tidak mandiri. Dalam kehidupan ekonomi, masyarakat patriarki menempatkan perempuan sebagai jenis kelamin nonekonomis. Artinya, perempuan hanya berkutat di ranah domestik, seperti pekerjaan rumah tangga dan mengurus anak, walaupun pada perkembangannya perempuan telah menduduki posisi publik yang dapat dinilai secara materi, konsepsi untuk mengurus pekerjaan domestik masih tetap dibebankan kepada perempuan, sedangkan laki-laki selalu berada di ranah publik yang berarti lakilaki ditempatkan pada jenis kelamin ekonomis. 2

3 Fakih (2004: 21) mengatakan bahwa masyarakat menganggap bahwa semua jenis pekerjaan perempuan, seperti pekerjaan domestik, dianggap dan dinilai lebih rendah dibandingkan dengan jenis pekerjaan yang dianggap sebagai pekerjaan laki-laki. Selain itu, pekerjaan perempuan dinilai sebagai pekerjaan tidak produktif dan tidak diperhitungkan dalam statistik negara. Akibatnya, upah yang diberikan kepada perempuan lebih sedikit daripada laki-laki walaupun tidak berarti beban kerja perempuan lebih ringan daripada beban kerja laki-laki. Perbedaan ranah inilah yang sering menstereotipekan perempuan sebagai jenis kelamin yang dianggap kurang mampu untuk menjalankan fungsi-fungsi ekonomi. Laki-laki dianggap lebih mampu untuk bertindak dan menjalankan sumber daya ekonomi seperti memimpin dan memanajemen perusahaan. Stereotipe-stereotipe demikian memunculkan gerakan feminisme. Feminisme adalah gerakan perempuan untuk mencapai kesetaraan dengan lakilaki. Ide-ide tentang feminisme ini telah banyak diaplikasikan dalam karya sastra di Indonesia. Hal ini terlihat sejak diterbitkannya novel Siti Nurbaya karya Marah Rusli pada tahun1922. Sejak itulah muncul novel-novel feminisme yang lain seperti Salah Asuhan karya Abdul Muis (1928), Layar Terkembang karya Sutan Takdir Alisyahbana (1937), Belenggu karya Armin Pane (1940), Gadis Pantai dan Bumi Manusia, karya Pramoedya Ananta Toer, Pada Sebuah Kapal, La Barka, Keberangkatan N.H Dini, Ronggeng Dukuh Paruk, Lintang Kemukus Dini Hari, Jentera Bianglala karya Ahmad Tohari, Saman karya Ayu Utami, dan Kenanga karya Oka Rusmini. Ide-ide feminisme yang tercermin melalui karya-karya sastra 3

4 tersebut pada umumnya merupakan protes terhadap sistem patriarkat yang dianut sebagian besar masyarakat Indonesia. Salah satu novel yang berbicara feminisme adalah Gadis Kretek karya Ratih Kumala. Ratih Kumala merupakan penulis kelahiran Jakarta, 4 Juni Ia menyelesaikan gelar sarjananya di Fakultas Sastra Inggris, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Ratih Kumala terjun di dunia kepenulisan sejak tahun Karier menulisnya dimulai dengan menulis karya fiksi. Selain menulis fiksi, ia juga menulis beberapa skenario. Ia pernah bergabung dalam tim penulis program Jalan Sesama yang merupakan adaptasi dari Sesame Street untuk televisi Indonesia, serta bekerja sebagai editor naskah drama di Trans Tv. Beberapa naskah acara televisi yang pernah ia buat antara lain untuk FTV, sinetron stripping, mini seri, dan cerita mini berdurasi tujuh menit. Di antaranya, Baju Seragam Anak Pemulung (FTV) yang memenangi Forum Film Bandung 2009 kategori Sinetron Lepas Terpuji. Mini seri yang cukup sukses dan sempat menjadi Trending Topic di Twitter, diantaranya Cinta Cenat Cenut dan Go Go Girls. Ia memenangi beberapa sayembara penulisan, di antaranya adalah sayembara novel Dewan Kesenian Jakarta Hingga sekarang, ia telah menulis lima buku fiksi. Di antara novel dan cerpen yang pernah ditulis adalah Tabula Rasa, (novel Pemenang Ketiga Lomba Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta, Grasindo, 2004), dan Genesis, (novel Insist Press, 2005), Larutan Senja (kumpulan cerpen) (Gramedia Pustaka Utama, 2006), Kronik Betawi, (novel dari cerita bersambung harian Republika, Agustus-Desember 2008 dan Gramedia 4

5 Pustaka Utama, 2009) dan Gadis Kretek, novel (Short-list Khatulistiwa Literary Award 2012, Gramedia Pustaka Utama). Dalam novel Gadis Kretek, Ratih Kumala menggambarkan bahwa perempuan tidak selalu menjadi makhluk inferior. Melalui penggambaran dalam beberapa tokohnya, Ratih Kumala menyampaikan beberapa konsep yang mengidentifikasi bahwa perempuan juga mampu untuk menjadi subjek superior. Ratih juga merepresentasikan perempuan inovatif yang mampu berpikir logis dan sistematis dalam mengendalikan sebuah perusahaan kretek melalui tokoh Dasiyah yang merupakan representasi dari judul novel yaitu Gadis Kretek. Tokoh Dasiyah ini merupakan tokoh kunci atas rangkaian peristiwa novel yang menceritakan perkembangan industri kretek dari masa pra-kemerdekaan hingga pasca kemerdekaan. Dengan berbagai intrik dan strategi bisnis yang ada saat itu, Ratih Kumala menggambarkan sejarah berdirinya perusahaan Kretek Djagad Radja, yang berkembang disebabkan kekuatan tokoh utama yang berjenis kelamin perempuan. Tokoh Dasiyah dihadirkan sebagai subjek yang berhubungan dengan setiap peristiwa dalam cerita dan peristiwa-peristiwa tersebut membuat perubahan. Oleh karena itu, kritik sastra feminis dapat diterapkan untuk menganalisisnya. Hal itu mengacu pada Djajanegara (2000: 51) bahwa kritik sastra feminis dapat dilakukan dengan menganalisis tokoh perempuan dan laki-laki, kemudian mencari kedudukannya dalam masyarakat. Analisis terhadap tokoh akan mengungkapkan ketertindasan tokoh perempuan dan laki-laki. 5

6 Setidaknya ada tiga alasan novel Gadis Kretek ini dikaji menggunakan kritik sastra feminis. Pertama, ada dugaan bahwa novel Gadis Kretek memuat ideide feminis sehingga perlu pendekatan feminisme untuk mengkritisinya. Kedua, tokoh-tokoh dalam novel Gadis Kretek ini secara implisit merepresentasikan perempuan dalam kaitannya dengan ruang publik yang menandakan adanya perjuangan perempuan dalam upaya untuk mewujudkan kesetaraan gender. Ketiga, novel Gadis Kretek ini ditulis oleh perempuan sehingga isu-isu yang ada di dalamnya memang diangkat dari sudut pandang perempuan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah mengungkapkan ideologi feminis dalam novel. Terutama ide-ide dalam bentuk kesetaraan di bidang publik (ekonomi). Hal ini dapat diketahui melalui analisis terhadap tokoh profeminis dan kontrafeminis, serta analisis citra publik yang diwakili oleh tokoh Dasiyah sebagai tokoh dengan citra publik dominan. 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini mempunyai dua tujuan pokok, tujuan teoretis dan tujuan praktis. Tujuan teoretis penelitian ini adalah menerapkan kritik sastra feminis pada objek kajian untuk mengungkap ideologi yang ada di dalamnya dalam bentuk penjabaran posisi feminisme yang dioposisikan sebagai tokoh profeminis dengan kontrafeminis dan penjabaran citra perempuan yang tercermin dalam tokoh utama 6

7 novel sehingga diharapkan dapat memberi interpretasi dan pertimbangan pembaca dalam memaknai persolan gender dan perempuan. Tujuan praktis penelitian ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan pembaca novel Gadis Kretek dari sudut pandang kritik sastra feminis sekaligus membuka wacana pembaca mengenai citra perempuan sebagai objek yang dapat berkutat di ranah publik, serta memberikan pemikiran mengenai studi perempuan dan gender dalam ilmu sastra. 1.4 Tinjauan Pustaka Penelitian yang menggunakan kritik sastra feminis pada novel Gadis Kretek sejauh pengamatan penulis belum ditemukan. Namun, sesuai rumusan masalah, ada beberapa penelitian dalam bentuk skripsi yang menggunakan pokok rumusan masalah penelitian ini dalam pendekatan penelitiannya. Salah satunya adalah skripsi karya Itsna Hadi Saptiawan (2007) yang mengangkat citra perempuan sebagai tema skripsinya. Skripsi yang berjudul Citra Inferioritas Perempuan dalam Novel Nyai Dasima ini mengungkap inferioritas perempuan yang merupakan manifestasi gender yang salah satunya terbentuk akibat perilaku dominasi, subordinasi, dan marginalisasi terhadap kaum perempuan. Inferioritas perempuan disebabkan oleh kuatnya prasangka gender yang dilembagakan dan dihegemoni oleh budaya patriarki yang memunculkan pihak laki-laki sebagai pihak subordinat dalam hubungannya dengan perempuan. Skala hubungan yang lebih menguntungkan pihak laki-laki membuat posisi perempuan berada dalam strata yang lebih rendah. Hal tersebut kemudian memunculkan perlakuan yang 7

8 tidak adil terhadap perempuan, misalnya kekerasan terhadap perempuan, dan bentuk peremehan terhadap eksistensi perempuan dalam pergaulan sosial. Skripsi ini mengungkap prasangka gender yang menimbulkan tindakan dominasi, subordinasi, dan marginalisasi terhadap tokoh perempuan. Penelitian bersandar pada pemikiran feminisme sosial mengemukakan bahwa ketidakadilan terhadap perempuan tidak semata-mata disebabkan oleh perbedaan biologis, tetapi cenderung bersumber pada penilaian dan anggapan masyarakat akibat konstruksi sosial terhadap perbedaan gender. Skripsi yang mengangkat citra perempuan juga terdapat pada skripsi karya Dewi Nopianingsih yang berjudul Citra Perempuan dan Bias Gender dalam Novel Larasati: Analisis Kritik Sastra Feminis. Dalam skripsi ini, Dewi Nopianingsih menganalisis novel dengan menggunakan aliran feminis liberal yang menekankan kesetaraan berintikan kesejahteraan. Konsep Reading As a Woman menjadi pijakan dalam analisis kritik sastra feminis. Penelitiannya menggunakan tahap-tahap identifikasi tokoh dan aspek kebahasaan pengarang, citra perempuan, dan yang terakhir identifikasi bias gender dan ide ide feminis. Dalam ranah ekonomi, skripsi karya Giri Wijayanto (2008) yang berjudul Novelet Dorodasih Karya Iman Budhi Santosa: Analisis Kritik Sastra Feminis berkosentrasi pada prasangka gender sistem pembagian kerja melalui perjuangan tokoh seorang perempuan buruh petik teh di perkebunan teh Kembangsari. Analisis ini dilakukan melalui aspek kebahasaan, dengan menggunakan landasan teori feminisme sosialis dan metode Reading As a Woman. Keseluruhan analisis menunjukkan Dorodasih menjadi salah satu karya sastra yang mengandung 8

9 perspektif. Perspektif tersebut di dalam cerita tidak hanya sebatas wacana tetapi sudah menunjukkan adanya gerakan feminisme. 1.5 Landasan Teori Aliran feminisme dapat dibagi menjadi dua aliran besar. Yakni aliran Quo atau Fungsionalisme dan aliran Konflik (Fakih, 2006: 80-90). Aliran Quo dapat ditemukan di feminisme liberal, sedangkan aliran Konflik merupakan pemikiran Feminisme Radikal, feminisme Marxis, dan Feminisme Sosialis. Menurut Sadar dan Loong (dalam Ratna, 2010: 222) dari perspektif studi kultural ada lima politik budaya feminis, yaitu: a) Feminis Liberal, memberikan intensitas pada persamaan hak, baik dalam pekerjaan maupun pendidikan; b) Feminis Radikal, berpusat pada akar permasalahan yang menyebabkan kaum perempuan tertindas, yaitu seks dan gender; c) Feminis Sosialis dan Marxis; yang pertama memberikan intensitas pada gender, sedangkan yang kedua pada kelas; d) Feminis Postmodern, gender dan ras tidak memiliki makna tetap sehingga seolaholah secara alamiah tidak ada laki-laki dan perempuan; e) Feminis Kulit Hitam dan Non-Barat dengan intensitas pada ras dan kolonialisme. Dikaitkan dengan subjek perempuan, embrio teori feminis telah ada sejak adanya pembagian kerja dalam keluarga (inti). Perempuan berfungsi sebagai ibu rumah tangga, melahirkan dan memelihara anak. Fungsi-fungsi ini mengkondisikan perempuan harus tinggal di rumah, sebaliknya laki-laki bekerja di luar rumah. Hubungan ini mengindikasikan perbedaan derajat manusia. Lakilaki memiliki nilai yang lebih tinggi sebab berhasil untuk mencari identitas di luar 9

10 rumah. (Ratna, 2010:224). Hal ini merupakan konsep ketertindasan perempuan dikarenakan adanya pembagian ranah yang bersifat gender. Laki-laki sebagai pihak yang bekerja di luar rumah sedangkan perempuan menempati posisi-posisi yang berhubungan dengan reproduksi merupakan konsep yang menjadi dasar feminisme sosialis. Yaitu perempuan teralienasi dikarenakan adanya kepemilikan pribadi (Private Property) dan sistem patriarki yang telah berkembang. Feminisme Sosialis merupakan sebuah kritik dari feminisme Marxis dan Psikoanalitik yang cenderung mengabaikan gender sebagai pusat penindasan. Seperti halnya yang dikemukakan oleh Gamble (2010: 413), Feminis Sosialis (Sosialist Feminism) tumbuh dari bentuk-bentuk Marxis, Radikal, dan Psikoanalitik. Pemikiran Marxis dan Psikoanalitik keduanya cenderung mengabaikan isu tentang gender. Feminisme Marxis menekankan pada analisis kelas untuk memahami ketertindasan perempuan, sedangkan Feminisme Radikal merupakan kebalikan dari Feminisme Marxis, yaitu lebih menonjolkan gender tanpa melihat kelas. Ratna dan Holzner (1997:52) menyatakan bahwa Feminis Sosialis mengaitkan dominasi laki-laki dengan proses kapitalisme. Pengertian yang baik tentang sistem kapitalisme membutuhkan pemahaman tentang bagaimana sistem tersebut membentuk dominasi laki laki. Suatu pengertian yang baik tentang dominasi laki-laki masa kini membutuhkan pemahaman bagaimana dominasi tersebut dibentuk oleh proses kapitalisme. Aliran ini mengkritik kaum Feminis Radikal karena tidak dapat mengaitkan patriarki dengan proses kapitalisme dan dengan sistem produksi masyarakat yang sedang diteliti. Dengan demikian aliran ini lebih memperhatikan keanekaragaman bentuk patriarki dan 10

11 pembagian kerja seksual karena menurut mereka kedua hal ini tak bisa dilepaskan dari modus produksi masyarakat tersebut. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa Feminisme Sosialis memandang bahwa penindasan perempuan disebabkan oleh konstruksi sosial yang di dalamnya berupa stereotipe-stereotipe yang dilekatkan pada perempuan. Feminis Sosialis bergerak melalui pengawinan analisis patriarki dan kelas guna melawan penindasan perempuan melalui konstruksi sosial. Dengan demikian kehancuran kapitalisme harus diiringi dengan kehancuran patriarki untuk menghilangkan bias gender yang terjadi dalam masyarakat. Dengan konsep-konsep tersebut, penelitian ini menggunakan pendekatan feminis sosialis untuk menganalisis data-data yang ada. perempuan dalam ruang publik (dalam hal ini menguasai pabrik kretek) merupakan bentuk dari perjuangan perempuan untuk dapat menguasai alat-alat produksi. Penguasaan alat produksi tersebut merupakan bentuk dari sistem kapitalisme yang akhirnya menciptakan kelas-kelas dalam masyarakat. Penguasaan terhadap alat-alat produksi yang lebih dominan kepada pihak laki-laki membuat perempuan teraliniasi ke ranah domestik. Hal ini merupakan konsep dasar dari Feminisme Marxis. Karena objek material penelitian ini mengusung kebudayaan Jawa yang menjunjung tinggi patriarki, maka penguasaan alat-alat produksi oleh tokoh perempuan tidak secara langsung mengubah stereotipe-stereotipe yang dilekatkan masyarakat kepadanya. Maka dari itu konsep-konsep yang ada dalam Feminisme Sosialis merupakan pendekatan yang cukup relevan untuk menganalisis data-data yang ada. 11

12 Pada dasarnya, feminisme apapun alirannya dan di mana pun tempatnya, muncul sebagai akibat dari adanya (prasangka gender yang cenderung menomorduakan kaum perempuan. Perempuan dinomorduakan karena adanya anggapan bahwa secara universal laki-laki berbeda dengan perempuan. Perbedaan itu tidak hanya sebatas pada kriteria biologis, melainkan juga sampai pada kriteria sosial budaya (Susilastuti dalam Sugihastuti dan Suharto, 2002: 63). Bentuk konstruksi gender yang dilembagakan dalam berbagai pranata sosial dapat dilihat dari pembagian tugas antara laki-laki dan perempuan. Dalam rumah tangga perempuan biasanya mengerjakan tugas yang berhubungan dengan ketelitian dan kesabaran, misalnya memasak, mencuci, mengasuh anak, dan membersihkan rumah. Laki-laki cenderung pada jenis pekerjaan yang mengutamakan fisik, seperti memperbaiki rumah, mencari kayu bakar, memelihara ternak, mengerjakan sawah (Yuarsi dalam Abdullah, ed., 1997: 245) Djajanegara (2003: 51-54) mengemukakan hal-hal penting yang layak diteliti dengan pendekatan feminis. Pertama, mengidentifikasi tokoh-tokoh perempuan kemudian mencari kedudukannya dalam masyarakat objek penelitian, yaitu karya sastra. Bagian ini berusaha mengungkap tujuan hidup tokoh perempuan serta mencari tahu perilaku serta watak tokoh perempuan dari gambaran yang langsung diberikan penulis. Kedua, meneliti tokoh lain terutama tokoh laki-laki yang memiliki keterkaitan dengan tokoh perempuan yang diamati. Terakhir, mengamati sikap pengarang, terutama nada atau suasana cerita yang dihadirkan dalam novel. Hal ini terkait erat dengan penggunaan bahasa oleh pengarang. 12

13 1.6 Metode Penelitian Sugihastuti dan Suharto (2002: 10) menyatakan bahwa kritik sastra feminis tidak mencari metodologi atau konsepsi tunggal, tetapi sebaliknya menjadi pluralis dalam teori dan prakteknya dengan kebebasan, dan pendekatan yang digunakan dalam pelaksanaan kritiknya. Dengan demikian, kritik sastra feminis selalu membutuhkan disiplin ilmu lain sebagai alat bantu, seperti antropologi, sosiologi, sejarah, etnologi, dan sebagainya. Untuk memperkuat metode, digunakan metode kualitatif sebagai metode dasar. Moleong (2006: 6) mengatakan bahwa metode kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Selain itu, penelitian ini menggunakan metode Reading as a Woman yang dikenalkan oleh Jonathan Culler (1983: 44-51). Metode ini menempatkan pembaca sebagai perempuan sehingga memperlihatkan dirinya dari sudut pandang perempuan. metode ini memiliki konsep sebagai berikut. 1. Ketika memosisikan sebagai pembaca perempuan, yang perlu diperhatikan secara substansial adalah dengan melihat pengalaman yang sedang dilihatnya sebagai seorang perempuan yang dibatasi dan dimarginalkan. 13

14 2. Konsep pembaca perempuan adalah kontinuitas pengalaman perempuan pada sosial dan struktur familiar serta pengalaman sebagai pembaca. Dalil kontinuitas diperlukan dengan memperhatikan keadaan dan situasi psikologi pada karakter perempuan untuk mengungkap sikap dan imaji tentang perempuan dalam kerangka seorang pengarang. 3. Mengidentifikasikan karakter perempuan, kemudian laki-laki yang telah melawan kepentingan mereka sebagai perempuan. 4. Melakukan proses pembacaan untuk mengungkap ideologi dan asumsi politis yang berkamuflase dalam karya sastra. Berdasarkan dari pemahaman di atas, penelitian ini menggunakan langkahlangkah sebagai berikut. 1. Mengidentifikasi tokoh-tokoh perempuan dalam novel, kemudian mencari kedudukannya dalam keluarga dan masyarakat dengan cara mengidentifikasi tujuan hidup tokoh perempuan tersebut. Hal ini dapat diketahui dari perilaku dan watak tokoh perempuan yang tercermin dari gaya penceritaan pengarang. Peneliti juga harus memperhatikan konsistensi ucapan, pikiran, dan apa yang dilakukan tokoh. 2. Mengidentifikasi tokoh lain, terutama tokoh laki-laki yang mempunyai keterikatan terhadap tokoh perempuan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pandangan tokoh laki-laki terhadap tokoh perempuan. 14

15 3. Mengkritisi gaya bahasa pengarang yang tercermin dari kata maupun frasa yang mencerminkan ide-ide feminisme, baik kontrafeminis maupun profeminis. 4. Mengindentifikasi data-data di luar karya sastra yang sesuai dengan objek kajian, sehingga akan diketahui korelasi ideologi perempuan dalam karya yang telah diidentifikasi dibandingkan dengan data-data penunjang di luar karya sastra. 1.7 Sistematika Laporan Penelitian Penelitian ini dibagi menjadi empat Bab. Bab I berisi Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Tinjauan Pustaka, Landasan Teori, Metode Penelitian, dan Sistematika Laporan Penelitian. Bab II berisi Analisis Tokoh Profeminis dan Kontrafeminis. Bab III Identifikasi Citra Perempuan Publik yang terdiri dari, Pengertian Perempuan Publik, Pengertian Citra Publik, Peran Publik Perempuan Indonesia, dan Citra Tokoh Dasiyah sebagai Perempuan Publik yang terdiri dari (1) Citra dalam Lingkup Pemikiran, (2) Citra dalam Lingkup Prilaku, dan (3) Hubungan Kausal Bab IV kesimpulan 15

BAB IV KESIMPULAN. Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik

BAB IV KESIMPULAN. Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik 68 BAB IV KESIMPULAN Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik (ekonomi) merupakan konsep kesetaraan gender. Perempuan tidak selalu berada dalam urusan-urusan domestik yang menyudutkannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 2008:8).Sastra sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam

I. PENDAHULUAN. 2008:8).Sastra sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Semi, 2008:8).Sastra

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut (Ratna, 2009, hlm.182-183) Polarisasi laki-laki berada lebih tinggi dari perempuan sudah terbentuk dengan sendirinya sejak awal. Anak laki-laki, lebihlebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muncul dan mengemuka. Barangkali, isu perempuan menjadi isu yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. muncul dan mengemuka. Barangkali, isu perempuan menjadi isu yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin berkembangnya zaman, semakin beragam pula persoalan yang muncul dan mengemuka. Barangkali, isu perempuan menjadi isu yang tidak pernah habis dibahas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam peradaban manusia semenjak ribuan tahun lalu. Penelitian terhadap karya sastra penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Hadirnya tokoh dalam suatu karya dapat menghidupkan cerita dalam karya sastra. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional ( 2005:588), konsep didefenisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra tercipta sebagai reaksi dinamika sosial dan kultural yang terjadi dalam masyarakat. Terdapat struktur sosial yang melatarbelakangi seorang pengarang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dan Eksploitasi Wanita dalam Novel The Lost Arabian Women karya Qanta A.

BAB II KAJIAN TEORI. dan Eksploitasi Wanita dalam Novel The Lost Arabian Women karya Qanta A. BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Penelitian yang Relevan Sebelumnya Kajian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang telah dilakukan oleh Nikmawati yang berjudul Perlawanan Tokoh Terhadap Diskriminasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan pendapat yang mengatakan bahwa pengalaman dan imajinasi

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan pendapat yang mengatakan bahwa pengalaman dan imajinasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil ekspresi isi jiwa pengarangnya. Melalui karyanya pengarang mencurahkan isi jiwanya ke dalam tulisan yang bermediumkan bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Semi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi fisik yang lebih lemah dan dikenal lembut sering menjadi alasan untuk menempatkan kaum perempuan dalam posisi yang lebih rendah dari lakilaki. Secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuat karya sastra berangkat dari fenomena-fenomena sosial, politik, dan

BAB I PENDAHULUAN. membuat karya sastra berangkat dari fenomena-fenomena sosial, politik, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra diciptakan oleh pengarang dalam beberapa alasan yaitu proses berpikir secara imajinatif, fiktif, kontemplasi dan mengenai realita yang terjadi di masyarakat

Lebih terperinci

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang melahirkan aliran feminisme, yakni: 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik * *Tokoh : Robert Merton & Talcott Parsons. *Teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perempuan oleh masyarakat kadang-kadang masih dianggap sebagai manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan tidak lebih penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan dengan bahasa, baik lisan maupun tulis, yang mengandung keindahan. Karya sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan secara luas oleh pengarang melalui pemikiran-pemikiran yang menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan secara luas oleh pengarang melalui pemikiran-pemikiran yang menjadikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah bentuk dari gambaran realita sosial yang digambarkan secara luas oleh pengarang melalui pemikiran-pemikiran yang menjadikan suatu objek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial masyarakat di dalam karya sastra adalah hubungan antara laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. sosial masyarakat di dalam karya sastra adalah hubungan antara laki-laki dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan cerminan sosial masyarakat. Salah satu cerminan sosial masyarakat di dalam karya sastra adalah hubungan antara laki-laki dan perempuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dilihat pada penyajian sampul-sampul buku karya sastra yang hampir selalu menjadikan sketsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dilihat pada penyajian sampul-sampul buku karya sastra yang hampir selalu menjadikan sketsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perempuan menjadi salah satu objek pembahasan yang menarik di dalam karya sastra. Perempuan bahkan terkadang menjadi ikon nilai komersil penjualan karya sastra. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini. Terjadinya ketidakadilan gender kiranya dapat dipicu oleh masih kuatnya

BAB I PENDAHULUAN. ini. Terjadinya ketidakadilan gender kiranya dapat dipicu oleh masih kuatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan tentang perempuan pada saat ini masih menjadi perbincangan yang aktual dan tidak ada habisnya. Permasalahan berkaitan dengan perempuan seperti yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan dan keadaan sosial masyarakat baik secara langsung maupun tidak

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan dan keadaan sosial masyarakat baik secara langsung maupun tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan suatu bentuk kreativitas pengarang yang di dalamnya mengandung ungkapan perasaan dan pikiran pengarang yang bersumber dari realitas kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan. kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan

BAB I PENDAHULUAN. Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan. kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan kesempatan tersebut terjadi baik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perselingkuhan sebagai..., Innieke Dwi Putri, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Perselingkuhan sebagai..., Innieke Dwi Putri, FIB UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra menggambarkan jiwa masyarakat. Karya sastra sebagai interpretasi kehidupan, melukiskan perilaku kehidupan manusia yang terjadi dalam masyarakat. Segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pandangan pengarang terhadap fakta-fakta atau realitas yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pandangan pengarang terhadap fakta-fakta atau realitas yang terjadi dalam digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai karya sastra, novel muncul sebagai sebuah representasi atau pandangan pengarang terhadap fakta-fakta atau realitas yang terjadi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi menyampaikan ide-ide atau gagasan-gagasan seorang penulis

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi menyampaikan ide-ide atau gagasan-gagasan seorang penulis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah karya imajinatif seorang pengarang. Hal ini sesuai dengan ungkapan Wallek dan Austin Warren (1989:3) bahwa karya sastra adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. pembanding untuk penelitian kali ini. Beberapa penelitian tersebut dipaparkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. pembanding untuk penelitian kali ini. Beberapa penelitian tersebut dipaparkan BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 1.1 Kajian Pustaka Berdasarkan data yang dikumpulkan baik berupa skripsi, jurnal maupun hasil penelitian lainnya, ditemukan beberapa penelitian yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk realita dari hasil imajinasi dan pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana ekspresi pengarang saja,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan dalam penelitian terhadap perempuan dalam roman Au Bonheur des Dames karya Émile Zola yang diambil sebagai objek penelitian ini memiliki beberapa implikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam masyarakat. Kehidupan sosial, kehidupan individu, hingga keadaan psikologi tokoh tergambar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu karya seni yang disampaikan oleh seorang sastrawan melalui media bahasa. Keindahan dalam suatu karya sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergantung dari perubahan sosial yang melatarbelakanginya (Ratna, 2007: 81). Hal

BAB I PENDAHULUAN. tergantung dari perubahan sosial yang melatarbelakanginya (Ratna, 2007: 81). Hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah sistem semiotik terbuka, karya dengan demikian tidak memiliki kualitas estetis intrinsik secara tetap, melainkan selalu berubah tergantung dari

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian

PENDAHULUAN. sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan imajinasi pengarang yang dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian dinikmati oleh

Lebih terperinci

Analisis Gender dan Transformasi Sosial Pembahas: Luh Anik Mayani

Analisis Gender dan Transformasi Sosial Pembahas: Luh Anik Mayani Analisis Gender dan Transformasi Sosial Pembahas: Luh Anik Mayani Pokok bahasan dalam buku Analisis Gender dan Transformasi Sosial karya Mansour Fakih ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu tentang analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan berdasarkan imajinasi dan berlandaskan pada bahasa yang digunakan untuk memperoleh efek makna tertentu guna mencapai efek estetik. Sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada semua masyarakat (Chamamah-Soeratno dalam Jabrohim, 2003:9). Karya sastra merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ataupun perasaan seseorang dari apa yang dialaminya. Ekspresi kreatif tersebut

BAB I PENDAHULUAN. ataupun perasaan seseorang dari apa yang dialaminya. Ekspresi kreatif tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan ekspresi kreatif untuk menuangkan ide, gagasan, ataupun perasaan seseorang dari apa yang dialaminya. Ekspresi kreatif tersebut akan senantiasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah berhasil dikumpulkan,

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah berhasil dikumpulkan, BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah berhasil dikumpulkan, diketahui bahwa terdapat beberapa penelitian yang dapat dijadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. genre-genre yang lain. Istilah prosa sebenarnya dapat menyaran pada pengertian

BAB I PENDAHULUAN. genre-genre yang lain. Istilah prosa sebenarnya dapat menyaran pada pengertian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia kesastraan mengenal prosa sebagai salah satu genre sastra di samping genre-genre yang lain. Istilah prosa sebenarnya dapat menyaran pada pengertian yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengongkretkan ide-ide, imaji, gagasan, konsep, dan sebagainya, dengan katakata

BAB I PENDAHULUAN. mengongkretkan ide-ide, imaji, gagasan, konsep, dan sebagainya, dengan katakata BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra adalah karya imajinatif bermedium bahasa baik tulis maupun lisan yang memiliki unsur estetik yang dominan. Karya sastra berusaha mengongkretkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud atau hasil dari daya imajinasi seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan pengalaman pribadi atau dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Behavior dalam Pandangan Nitze tentang Perspektif Tuan dan Buruh Sosiologi perilaku memusatkan perhatian pada hubungan antara pengaruh perilaku seorang aktor terhadap lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. realitas kehidupan sosial. Karya sastra pada umumnya bersifat dinamis, sesuai

BAB I PENDAHULUAN. realitas kehidupan sosial. Karya sastra pada umumnya bersifat dinamis, sesuai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu cipta karya masyarakat, sedangkan masyarakat adalah salah satu elemen penting dalam karya sastra. Keduanya merupakan totalitas

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 318 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan Berdasarkan capaian hasil penelitian dan pembahasan seperti yang tertuang pada bab IV, bahwa penelitian ini telah menghasilkan dua analisis, pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Wacana merupakan salah satu kata yang sering digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Wacana merupakan salah satu kata yang sering digunakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wacana merupakan salah satu kata yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat umumnya memahami wacana sebagai perbincangan terkait topik tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerja dan itu menjadi penanda waktu yang beremansipasi.

BAB I PENDAHULUAN. pekerja dan itu menjadi penanda waktu yang beremansipasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perempuan dalam televisi senantiasa hanya mempertentangkan antara wanita karir dan menjadi ibu-ibu rumah tangga. Dua posisi ini ada didalam lokasi yang berseberangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akar perselisihan. Isu dan permasalahan yang berhubungan dengan gender,

BAB I PENDAHULUAN. akar perselisihan. Isu dan permasalahan yang berhubungan dengan gender, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat masih terkungkung oleh tradisi gender, bahkan sejak masih kecil. Gender hadir di dalam pergaulan, percakapan, dan sering juga menjadi akar perselisihan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan perasaan, pikiran dan lain-lain. Cara mengungkapkan ekspresi

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan perasaan, pikiran dan lain-lain. Cara mengungkapkan ekspresi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk yang ekspresif. Di dunia ini banyak sekali cara mengekspresikan perasaan, pikiran dan lain-lain. Cara mengungkapkan ekspresi ini dapat lewat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Citra tokoh..., Vidya Dwina Paramita, FIB UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Citra tokoh..., Vidya Dwina Paramita, FIB UI, 2009 12 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak dengan segala problematika yang melingkupinya merupakan salah satu topik yang tidak ada habisnya dibahas. Dalam diri seorang anak, melekat hak untuk mendapat

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai rancangan penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui berbagai kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai lingkungan fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki

BAB 1 PENDAHULUAN. Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki dan perempuan dibedakan sesuai dengan perannya masing-masing yang dikonstruksikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengetahui pandangan budaya dalam suatu masyarakat, tidak hanya didapatkan dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang bersangkutan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreatif penulis yang berisi potret kehidupan manusia yang dituangkan dalam bentuk tulisan, sehingga dapat dinikmati,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka Kajian terdahulu dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menelusuri penelitian-penelitian yang berkaitan terhadap pengkajian feminis dan objek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Karya sastra lahir karena adanya daya imajinasi yang di dalamnya terdapat ide, pikiran, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu membedakan karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imajinasi yang tinggi, yang terbukti dari karya-karyanya yang menarik dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. imajinasi yang tinggi, yang terbukti dari karya-karyanya yang menarik dan banyak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Abidah El Khalieqy (AEK) adalah pengarang yang kreatif, memiliki daya imajinasi yang tinggi, yang terbukti dari karya-karyanya yang menarik dan banyak pembacanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam masalah kehidupan manusia secara langsung dan sekaligus.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam masalah kehidupan manusia secara langsung dan sekaligus. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra hadir sebagai wujud nyata hasil imajinasi dari seorang penulis. Penciptaan suatu karya sastra bermula dari pengalaman batin pengarang yang dikontruksikan

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN Citra Tokoh Utama Perempuan die Kleine sebagai Subordinat dalam Novel RELAX karya Henni von Lange RELAX RELAX

BAB 4 KESIMPULAN Citra Tokoh Utama Perempuan die Kleine sebagai Subordinat dalam Novel RELAX karya Henni von Lange RELAX RELAX BAB 4 KESIMPULAN Berdasarkan teori yang sudah dipaparkan dalam bab dua dan analisis yang telah dilakukan dalam bab tiga, maka kesimpulan dari skripsi yang berjudul Citra Tokoh Utama Perempuan die Kleine

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa peran perempuan pengarang dalam sejarah sastra Indonesia masih sukar untuk dipetakan,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN TELAAH KONSEPTUAL. Penelitian tentang perempuan etnis Tionghoa muslim belum

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN TELAAH KONSEPTUAL. Penelitian tentang perempuan etnis Tionghoa muslim belum BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN TELAAH KONSEPTUAL 2.1. Tinjauan Pustaka Penelitian tentang perempuan etnis Tionghoa muslim belum pernah ditulis di penelitian-penelitian di Kajian Wanita Universitas Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bandingan melibatkan studi teks-teks antarkultur atau budaya. Terdapat hal penting yang merupakan pola hubungan kesastraan. Bagian tersebut seperti

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. memfokuskan pada Ideologi Tokoh Utama Wanita Dalam Novel Surga Yang Tak

BAB V PENUTUP. memfokuskan pada Ideologi Tokoh Utama Wanita Dalam Novel Surga Yang Tak BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Novel Surga Yang Tak Dirindukan adalah karya Asma Nadia. Penelitian ini memfokuskan pada Ideologi Tokoh Utama Wanita Dalam Novel Surga Yang Tak Dirindukan Karya Asma Nadia Kajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. upaya dari anggota organisasi untuk meningkatkan suatu jabatan yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. upaya dari anggota organisasi untuk meningkatkan suatu jabatan yang ada. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Masyarakat hidup secara berkelompok dalam suatu kesatuan sistem sosial atau organisasi. Salah satu bidang dalam organisasi yaitu bidang politik (Wirawan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus informasi dan teknologi yang canggih yang menuntut masyarakat untuk lebih berperan aktif

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 27 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Dalam bagian metode penelitian, peneliti memaparkan mengenai (1) metode penelitian, (2) sumber data, (3) teknik penelitian, (4) definisi operasional. 3.1 Metode Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup menggembirakan. Kini setiap saat telah lahir karya-karya baru, baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. cukup menggembirakan. Kini setiap saat telah lahir karya-karya baru, baik dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra Bali Modern dari waktu ke waktu menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan. Kini setiap saat telah lahir karya-karya baru, baik dalam bentuk puisi, cerita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perempuan adalah tiang negara, artinya tegak runtuhnya suatu negara berada di tangan kaum perempuan. Penerus peradaban lahir dari rahim seorang perempuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat adalah novel. Menurut Esten (1993:

BAB I PENDAHULUAN. sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat adalah novel. Menurut Esten (1993: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu karya sastra prosa yang menggambarkan tentang permasalahan sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat adalah novel. Menurut Esten (1993: 12), novel merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sekitar yang dituangkan dalam bentuk seni. Peristiwa yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sekitar yang dituangkan dalam bentuk seni. Peristiwa yang dialami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan ekspresi yang kreatif dari sebuah ide, pikiran, atau perasaan yang telah dialami oleh seseorang dan diungkapkan melalui bahasa. Sastra adalah bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu sastra pada hakikatnya selalu berkaitan dengan masyarakat. Sastra

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu sastra pada hakikatnya selalu berkaitan dengan masyarakat. Sastra BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu sastra pada hakikatnya selalu berkaitan dengan masyarakat. Sastra diciptakan untuk dinikmati, dihayati, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Luxemburg (1989:6) mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan wadah yang digunakan oleh pengarang dalam menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap berbagai masalah yang diamati

Lebih terperinci

ABSTRAK. Munculnya berbagai kasus kasus seperti pemerkosaan diangkot, kekerasan

ABSTRAK. Munculnya berbagai kasus kasus seperti pemerkosaan diangkot, kekerasan ABSTRAK JUDUL : Analisis Bingkai: Objektifikasi Perempuan dalam Buku Sarinah NAMA : Yudha Setya Nugraha NIM : D2C009030 Munculnya berbagai kasus kasus seperti pemerkosaan diangkot, kekerasan dalam rumah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini film dan kebudayaan telah menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Film pada dasarnya dapat mewakili kehidupan sosial dan budaya masyarakat tempat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka 1. Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai monolog Marsinah Menggugat sudah dilakukan sebelumnya oleh peneliti terdahulu. Penelitian terdahulu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia hidup berbudaya dan berkomunikasi. Salah satu cara manusia untuk berkomunikasi yaitu melalui sastra. Sastra merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Widi Rahayu Sandi, 2015

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Widi Rahayu Sandi, 2015 1 BAB 1 PENDAHULUAN Dalam bagian pendahuluan, peneliti memaparkan mengenai (1) latar belakang penelitian, (2) rumusan masalah penelitian, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, dan (5) struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu pertunjukan teater (Kamus Bahasa Indonesia: 212). Namun, dewasa ini

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu pertunjukan teater (Kamus Bahasa Indonesia: 212). Namun, dewasa ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Drama merupakan kisah utama yang memiliki konflik yang disusun untuk sesuatu pertunjukan teater (Kamus Bahasa Indonesia: 212). Namun, dewasa ini drama bukan hanya

Lebih terperinci

MENGIKAT TALI KOMUNITAS MEMUTUS RANTAI KEKERASANTERHADAPPEREMPUAN

MENGIKAT TALI KOMUNITAS MEMUTUS RANTAI KEKERASANTERHADAPPEREMPUAN MENGIKAT TALI KOMUNITAS MEMUTUS RANTAI KEKERASANTERHADAPPEREMPUAN Danang Arif Darmawan Yogyakarta: Media Wacana 2008, xvi + 1 06 halaman Direview oleh: Sari Seftiani Pada awalnya, buku ini merupakan sebuah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan bahan acuan yang dipakai dalam penelitian sekaligus sumber ide untuk menggali pemikiran dan gagasan baru. Kajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mengarang suatu novel, seorang pengarang menggunakan pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mengarang suatu novel, seorang pengarang menggunakan pengalaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mengarang suatu novel, seorang pengarang menggunakan pengalaman sosialnya dalam karya yang akan dibuat. Secara umum dapat digambarkan bahwa seorang pengarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Dalam penelitian ini, peneliti meneliti mengenai pemaknaan pasangan suami-istri di Surabaya terkait peran gender dalam film Erin Brockovich. Gender sendiri

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. dan Angkatan 2000 sepanjang penulis ketahui belum ada. Namun penelitianpenelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. dan Angkatan 2000 sepanjang penulis ketahui belum ada. Namun penelitianpenelitian BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Penelitian mengenai ideologi feminisme dalam karya sastra Angkatan 1970 dan Angkatan 2000 sepanjang penulis ketahui belum ada. Namun

Lebih terperinci

Sumardjo & Saini (1994: 3) mengungkapkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi

Sumardjo & Saini (1994: 3) mengungkapkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Relasi antara Sastra, Kebudayaan, dan Peradaban Sumardjo & Saini (1994: 3) mengungkapkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengkaji karya sastra dengan cara menghubungkannya dengan aspek-aspek sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. mengkaji karya sastra dengan cara menghubungkannya dengan aspek-aspek sosial BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra dengan sosiologi adalah dua bidang ilmu yang berbeda, tetapi mampu menjadi bidang ilmu baru yaitu sosiologi sastra. Sosiologi sastra berarti mengkaji karya sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahirnya sebuah karya sastra tentu tidak akan terlepas dari kehidupan pengarang baik karya sastra yang berbentuk novel, cerpen, drama, maupun puisi. Latar belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki

BAB I PENDAHULUAN. Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki pada posisi dan kekuasaan yang lebih dominan dibandingkan perempuan. Secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Timbulnya anggapan bahwa kaum perempuan lebih lemah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Timbulnya anggapan bahwa kaum perempuan lebih lemah BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Timbulnya anggapan bahwa kaum perempuan lebih lemah daripada kaum laki-laki masih dapat kita jumpai saat ini. Perbedaan antara laki-laki dan perempuan yang telah dikonstruksikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dengan judul Citra Perempuan dalam Novel Hayuri karya Maria Etty tahun 2005.

BAB II LANDASAN TEORI. dengan judul Citra Perempuan dalam Novel Hayuri karya Maria Etty tahun 2005. 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Penelitian tentang citra tokoh dipandang dari segi feminisme sudah pernah dilakukan oleh peneliti lain. Di antaranya adalah penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu wujud karya seni yang bermedium bahasa. Menurut Goldmann (1977:

BAB I PENDAHULUAN. salah satu wujud karya seni yang bermedium bahasa. Menurut Goldmann (1977: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan ciptaan sosial yang memunculkan sebuah gambaran (cermin) kehidupan. Kehidupan itu merupakan suatu kenyataan sosial yang mencakup hubungan antarmasyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2012:77) menyebutkan bahwa karya sastra dan karya seni merupakan fakta

BAB I PENDAHULUAN. 2012:77) menyebutkan bahwa karya sastra dan karya seni merupakan fakta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah objek manusiawi, fakta kemanusiaan, atau fakta kultural, sebab merupakan hasil ciptaan manusia. Karya sastra merupakan satuan yang dibangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesetaraan antara kaum pria dan wanita dalam bidang sosial, politik, dan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. kesetaraan antara kaum pria dan wanita dalam bidang sosial, politik, dan ekonomi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Feminisme merupakan suatu konsep yang menggambarkan tentang kesetaraan antara kaum pria dan wanita dalam bidang sosial, politik, dan ekonomi. Menurut

Lebih terperinci

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan BAB VI SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan analisis data, hasil analisis, dan pembahasan dapat disimpulkan dari cerpen Indonesia pengarang perempuan dekade 1970-2000-an beberapa hal berikut. Struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. panjang. Karya sastra ditulis berdasarkan proses observasi lapangan dalam

BAB I PENDAHULUAN. panjang. Karya sastra ditulis berdasarkan proses observasi lapangan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra hadir dalam masyarakat melalui sebuah proses penghayatan yang panjang. Karya sastra ditulis berdasarkan proses observasi lapangan dalam masyarakat.

Lebih terperinci

PENDEKATAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka

PENDEKATAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka 5 PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Konsep Gender Gender merupakan suatu konsep yang merujuk pada peran dan hubungan antara laki-laki dan perempuan yang tidak ditentukan oleh perbedaan biologis, tetapi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Bentuk marginalisasi yang terdapat dalam novel Adam Hawa karya. Muhidin M. Dahlan terdapat 5 bentuk. Bentuk marginalisasi tersebut

BAB V PENUTUP. 1. Bentuk marginalisasi yang terdapat dalam novel Adam Hawa karya. Muhidin M. Dahlan terdapat 5 bentuk. Bentuk marginalisasi tersebut BAB V PENUTUP A. Simpulan Setelah dilakukan penelitian sesuai dengan fokus permasalahan, tujuan penelitian dan uraian dalam pembahasan, diperoleh simpulan sebagai berikut. 1. Bentuk marginalisasi yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. novel memang telah banyak dilakukan. Pendekatan struktural sebagai pendekatan

BAB II LANDASAN TEORI. novel memang telah banyak dilakukan. Pendekatan struktural sebagai pendekatan BAB II LANDASAN TEORI A. Hasil-hasil Penelitian yang Relevan Penelitian dengan menggunakan pendekatan struktural untuk mengkaji novel memang telah banyak dilakukan. Pendekatan struktural sebagai pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia serta segala problema kehidupannya tidak dapat terpisah-pisah. Sastra

BAB I PENDAHULUAN. manusia serta segala problema kehidupannya tidak dapat terpisah-pisah. Sastra BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra dan kehidupan manusia merupakan satu kesatuan. Sastra dan manusia serta segala problema kehidupannya tidak dapat terpisah-pisah. Sastra muncul sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasannya. Penciptaan karya sastra digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasannya. Penciptaan karya sastra digunakan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan media yang digunakan oleh pengarang untuk menyampaikan gagasan-gagasannya. Penciptaan karya sastra digunakan untuk mengekspresikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. definisi operasional. Pembahasan lebih lanjut mengenai hal-hal di atas adalah sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. definisi operasional. Pembahasan lebih lanjut mengenai hal-hal di atas adalah sebagai 1 BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab satu ini, dibahas mengenai (1) latar belakang masalah, (2) batasan masalah, (3) rumusan masalah, (4) tujuan penelitian, (5) manfaat penelitian, dan (6) definisi operasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009:

Lebih terperinci