BAB I PENDAHULUAN. 2012:77) menyebutkan bahwa karya sastra dan karya seni merupakan fakta

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. 2012:77) menyebutkan bahwa karya sastra dan karya seni merupakan fakta"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah objek manusiawi, fakta kemanusiaan, atau fakta kultural, sebab merupakan hasil ciptaan manusia. Karya sastra merupakan satuan yang dibangun atas hubungan antara tanda dan makna, antara ekspresi dengan pikiran, antara aspek luar dengan aspek dalam (Faruk, 2012:77). Mukarovsky (via Faruk, 2012:77) menyebutkan bahwa karya sastra dan karya seni merupakan fakta semiotik. Makna karya sastra merupakan sebuah proses konkretisasi yang diadakan terus-menerus oleh pembaca, susul-menyusul dalam waktu yang berbeda-beda menurut situasinya (Teeuw, 1984:191). Karya sastra sangat bermanfaat karena karya sastra dapat memberi kesadaran kepada pembaca tentang kebenaran-kebenaran hidup, walaupun dilukiskan dalam bentuk fiksi. Karya sastra juga dapat dijadikan sebagai pengalaman untuk berkarya, karena siapa pun bisa menuangkan isi hati, dan pikiran dalam sebuah tulisan yang bernilai seni. Salah satu bagian dari karya sastra adalah puisi. Puisi mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan yang merangsang imajinasi panca indera dalam susunan yang berirama (Pradopo, 1987:7). Puisi merupakan 1

2 2 rekaman dan interpretasi pengalaman manusia, diubah kedalam wujud yang paling berkesan (Pradopo, 1987:7). Kata-kata dalam puisi lahir dan dilahirkan kembali pada waktu pengucapannya sendiri. Tidak ada perbedaan kata dengan pikiran di dalam puisi. Puisi sebagai karya seni ialah puitis. Kata puitis mengandung nilai keindahan yang khusus untuk puisi. Kepuitisan dapat dicapai dengan bermacam-macam cara, misalnya dengan bentuk susunan bait, persajakan, kiasan bunyi, lambang rasa, pemilihan kata, gaya bahasa, dan sebagainya. Lagu dapat dikatakan sebagai puisi karena memiliki ciri-ciri yang sama dengan puisi. Lagu adalah ragam suasana yang berirama. Lagu merupakan salah satu dari bentuk komunikasi yang khas. Ciri-ciri dari lagu yang menjadi kekhasan sebuah lagu, yaitu satu arah tanpa dialog langsung dengan audience, berirama, berbahasa padat, dan bernilai estetik (Pasaribu, 1986:19). Lagu mempunyai unsur estetika yang dapat membuat hati seseorang menjadi terpikat. Lagu mengandung dua bentuk ekspresi, yaitu ekspresi musikal berwujud irama dan ekspresi linguistik berbentuk lirik (Pasaribu, 1986: 38). Gagasan dalam lagu dapat berupa ungkapan cinta, protes terhadap suatu hal, kemarahan, kegundahan dan sebagainya yang kesemuanya itu dirangkai dengan kata-kata indah, puitis, dan tidak selalu lugas. Oleh karena itu lirik lagu merupakan faktor utama dalam penyampaian pesan sebagai bagian kerangka lagu yang akhirnya dinikmati oleh pendengarnya. Pada era globalisasi saat ini, banyak hal telah berubah. Khususnya perbedaan gender. Dulu, gender sangat penting dan diutamakan. Laki-laki menduduki posisi

3 3 paling atas dibandingkan dengan wanita. Wanita pada zaman dahulu memiliki posisi rendah yang hanya bekerja di rumah. Wanita zaman dahulu identik dengan mengurus anak dan semua pekerjaan rumah tangga. Namun, seiring berkembangnya zaman dan muncul organisasi-organisasi kewanitaan, kedudukan laki-laki dan wanita saat ini adalah sama. Wanita tidak lagi hanya duduk manis menunggu suami pulang di rumah, tetapi wanita telah dapat berkarir, bekerja untuk mencari uang dan tetap mengurus rumah tangga. Pembicaraan tentang wanita masih menjadi hal yang menarik untuk dicermati. Pola pikir, tindakan, dan segala sesuatu yang berkaitan dengan wanita menjadi daya tarik tersendiri untuk diperbincangkan. Studi dan kajian tentang wanita telah banyak dilakukan. Feminisme telah menjadi salah satu gerakan yang berkembang pesat saat ini (Gamble, 2004:1). Feminisme dalam karya sastra merupakan bentuk cerminan dari kenyataan hidup karena karya sastra merupakan bentuk ekspresi dari masyarakat dan lingkungan. Oleh karena itu, karya sastra dapat menampilkan bentuk-bentuk feminisme dalam lingkungan sekitar. Menurut Foucoult (via Mu minin, 2012:8) kekuasaan merupakan sesuatu yang melingkupi seluruh aspek kehidupan. Kekuasaan bukan sebuah entitas yang dipindahkan ke berbagai pihak secara hirarkis, tetapi kekuasaan menyebar ke segala arah. Setiap individu memiliki potensi berkuasa atau mengekspresikan hasrat kuasanya. Sebuah penolakan terhadap tindakan kuasa juga merupakan bentuk ekspresi kuasa (Mu minin, 2012:8).

4 4 Saat ini, hukum di Korea telah memberikan persamaan derajat terhadap wanita Korea. Saat ini, telah banyak wanita Korea masuk ke universitas. Namun, meskipun setelah lulus nilai mereka lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki, para wanita Korea masih jarang untuk diperkerjakan di perusahaan dengan level kerja yang sama atau gaji yang sama dengan laki-laki. Tidak hanya dalam pekerjaan, kadang-kadang masih terdapat perbedaan atau perlakuan tidak adil dalam hal sebuah hubungan (relationship). Berkaitan dengan feminisme dan sastra, telah banyak sastrawan-sastrawan yang mengangkat unsur feminisme ke dalam karya-karya mereka. Bayton (via Hollows, 2010: 225) berpendapat bahwa beberapa tahun lalu musik pop adalah hal penting dalam kehidupan perempuan, tetapi teori feminis belum menjangkau musik populer. Namun, para kritikus kemudian mendiskusikan lagu-lagu cinta sebagai bentuk musik feminin yang diperuntukkan bagi pendengar perempuan. Beda halnya dengan saat ini, berbagai jenis musik, baik hip-hop maupun rock telah banyak memasukkan ide-ide feminis ke dalam sebuah lagu. Di Korea, banyak karya sastra yang mengangkat tema feminisme, antara lain film, drama, novel, dan lagu. Salah satunya yang terkenal dalam industri musik adalah 2NE1. 2NE1 merupakan grup hip hop Korea populer yang dibentuk pada tahun NE1 merupakan singkatan New Evolution of the 21st Century atau evolusi baru di Abad ke-21. Pengucapan 2NE1 dilafalkan seperti kata To Anyone dalam bahasa Inggris. Berbeda dengan konsep grup idola lain yang umumnya

5 5 menggunakan konsep imut atau cantik, 2NE1 dibentuk dengan konsep, representasi perempuan modern pada zaman yang baru. 2NE1 dapat dianggap sebagai citra feminis dalam dunia musik karena tidak jarang lagu-lagunya memiliki konsep kekuatan diri seorang perempuan dibandingkan dengan grup idola lainnya yang lebih menekankan pada konsep percintaan. Dalam album pertamanya To Anyone, memuat dua belas lagu yaitu, Can t Nobody, Go Away, Clap Your Hands, I m busy, It Hurt, Love is Ouch, Please Don t Go, Kiss, Try to Follow Me, I don t Care, dan Can t Nobody (versi Inggris). Walaupun beberapa lagu memiliki perbedaan tema, yang menarik dari album To Anyone adalah garis besar kemandirian perempuan di dalamnya. Seperti tema pada sampel lagu yang berjudul, Go away, I don t care, I m Busy, dan Love is Ouch. Beberapa lagu dalam To Anyone tersebut, memiliki konsep wanita modern sekarang yang tidak takut akan hidup sendiri, dan sejajar di berbagai bidang seperti lawan jenisnya. Penggambaran tersebut disampaikan secara padat dalam lirik-lirik lagu. Oleh karena itu, pemaknaan mengenai tema dari sebuah album menjadi menarik untuk diteliti lebih lanjut. 1.2 Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang masalah dan penjelasan singkat tentang karya sastra tersebut, ada beberapa permasalahan yang muncul. Permasalahan-permasalahan tersebut dapat ditampilkan sebagai berikut: 1. Apa makna yang terkandung dalam lirik-lirik lagu pada album To Anyone?

6 6 2. Apa sajakah kuasa perempuan dan ide-ide feminis yang terdapat pada album To Anyone? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi makna yang terkandung dalam lirik lagu pada album To Anyone 2. Mengidentifikasi bentuk-bentuk ide-ide feminis yang terdapat pada album To Anyone. 1.4 Batasan Masalah Sesuai dengan judul penelitian ini Bentuk Perlawanan Wanita Korea Modern Dalam Album To Anyone Oleh 2NE1: Kajian Kritik Sastra Feminis penelitian ini menggunakan lirik lagu sebagai objek material. Lirik lagu yang diteliti dalam penelitian ini adalah lirik lagu girlband 2NE1 dalam album To Anyone. Penelitian ini mengambil 4 lagu, yaitu Go away, I don t care, I m Busy, dan Love is Ouch. Dipilihnya 4 lagu tersebut karena keempat lagu-lagu tersebut mengandung feminisme di dalam lirik-lirik lagunya.

7 7 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat Teoretis Manfaat penelitian ini dari segi teoretis adalah dapat mengaplikasikan teori feminisme dan mengembangkan objek penelitian ini agar dapat menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya Manfaat Praktis Manfaat penelitian ini dari segi praktis diharapkan dapat bermanfaat bagi para pembaca. Penelitian diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna bagi para pembaca begitu juga dengan peneliti yang akan membahas tema yang sama. 1.6 Tinjauan Pustaka Penelitian dengan menggunakan lagu sebagai objek material jumlahnya masih terbatas. Dalam penelitian ini penulis menemukan salah satu penelitian yang menggunakan objek material lagu, yaitu tugas akhir Sari Agustia Boru Situngkir yang berjudul Ungkapan Cinta dalam Lagu Korea tahun Tugas akhir ini menganalisis dan mengklasifikasikan ungkapan cinta yang terdapat pada lagu Korea dengan berbagai kondisi serta mengklasifikasikan ungkapan cinta tersebut ke dalam dua bagian, yaitu verba dan adjektiva. Kemudian, skripsi Marlina Anjarsari, Jurusan Bahasa Korea Fakultas Ilmu Budaya, tahun 2011

8 8 yang berjudul Makna Lirik Lagu Arirang ( 아리랑 ): Analisis Semiotika Riffaterre. Skripsi ini membicarakan lirik-lirik lagu Arirang dengan pendekatan semiotika Riffaterre. Berdasarkan metode yang digunakan, lirik-lirik lagu dianalisis menggunakan pendekatan semiotik Riffaterre untuk mengungkap makna yang terkandung dalam dua versi lagu Arirang. Penelitian dengan menggunakan kajian feminisme yang telah banyak dilakukan. Ada beberapa penelitian di Prodi Bahasa Korea yang menggunakan tema feminisme. Pertama, penulis menggunakan skripsi karya Evita sebagai tinjauan pustaka dalam penelitian ini. Skripsi Evita, Jurusan Bahasa Korea Fakultas Ilmu Budaya, tahun 2011 yang berjudul Ide-Ide Feminis Sebagai Resistensi Terhadap Ketidakadilan Gender: Kajian Kritik Sastra Feminis Terhadap Film Hwang Jin Yi. Skripsi ini meneliti Film Hwang Jin Yi, yaitu seorang Gisaeng dari kalangan bangsawan. Ketidakadilan gender dari sistem partriarki yang dianut oleh masyarakat, mendorong tokoh untuk mendobrak tradisi lama. Tujuan utama dalam skripsi ini menemukan ide-ide feminis dalam film Hwang Jin Yi. Kedua, penelitian karya Sekar Handayani yang berjudul Ketidakadilan Gender Dalam Antologi Puisi Nae Ane Bichi Itda ( 내안에빛이있다 ) Karya Lee Eun Seok ( 이은속 ): Kajian Kritik Sastra Feminis. Skripsi ini meneliti puisi karya Lee Eun Sok yang berisikan terntang ungkapan perasaan dan pemikiran

9 9 tentang ketidakadilan gender yang dialami para wanita karena sistem patriarki. Masalah-masalah yang diteliti di dalam skripsi ini, yaitu bahasa kiasan dan gaya bahasa yang digunakan untuk merefleksikan ketidakadilan gender dan bentukbentuknya dalam puisi Nae Ane Bichi Itda ( 내안에빛이있다 ) Karya Lee Eun Seok ( 이은속 ). Adapun penelitian dengan menggunakan lagu sebagai objek materialnya dengan kajian kritik sastra feminis, yaitu penelitian Victa Etriany (2012) dari Jurusan Sastra Indonesia yang berjudul Citra Ibu dalam Lirik Lagu Ibu, Bunda, dan Siapa Bilang? (Disko Mama) : Kajian Kritik Sastra Feminis. Skripsi ini meneliti tentang citra ibu dalam lirik lagu berbahasa Indonesia. Penelitian ini berisi tentang citra ibu dalam ruang domestic dan juga ruang publik. Penelitian ini juga menganalisis aspek kebahasaan, yaitu gaya bahasa dan diksi dalam lirik lagu. Dari ketiga tinjauan diatas dapat diketahui bahwa kritik feminis masih menjadi alat garap luas di bidang sastra. Objek material berupa lirik lagu dengan pendekatan kritik sastra feminis masih belum banyak diteliti. Karena umumnya kritik sastra feminis dijadikan pendekatan pada novel-novel dan film. Sementara karya sastra tidak terlepas dari banyak jenis, yang masih bisa untuk diteliti lebih lanjut.

10 10 Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk menemuakan unsur-unsur kemandirian perempuan dalam lirik lagu 2NE1. Pendekatan yang digunakan berupa teori yang berkaitan dengan perempuan, yaitu kritik sastra feminis. 1.7 Landasan Teori Berdasarkan rumusan masalahnya, maka penelitian ini menggunakan kajian kritik sastra feminis. Penulis menggunakan teori kritik sastra feminis karena teori tepat digunakan dalam menganalisis objek penelitian berupa karya sastra ini yang berfokus pada perempuan. Adapun hal-hal yang akan dibahas, yaitu mengenai representasi wanita dalam lirik-lirik lagu album To Anyone. Sehingga penelitian ini membutuhkan teori yang secara khusus membedah cara pikir dari sistem patriarki, ketidaksetaraan gender dan ide-ide kritis wanita. Dan diharapkan dapat menemukan makna lebih lanjut dari lirik-lirik lagu dalam album To Anyone. Gender adalah pembedaan peran, status, dan pembagian kerja yang dibuat oleh sebuah masyarakat berdasarkan jenis kelamin (Simatauw, 2001: 7). Selain pembedaan berdasarkan jenis kelamin, terdapat juga bentuk-bentuk pembedaan yang lain, misalnya kelas, kasta, warna kulit, etnis, agama, umur, dan sebagainya yang dapat menimbulkan pembedaan gender. Gender berbeda dengan jenis kelamin. Gender merupakan bentukan manusia dan bukan merupakan kodrat (Simatauw, 2001: 8). Gender dapat berubah sewaktu-waktu dan setiap peristiwa dapat merubah hubungan antara laki-laki dan perempuan dalam masyarakat.

11 11 Sebelum membahas kritik sastra feminis, penulis akan menjelaskan terlebih dahulu tentang feminisme. Feminisme secara umum berarti ideologi pembebasan perempuan karena ada keyakinan bahwa perempuan mengalami ketidakadilan karena jenis kelamin (Humm dalam Imron 2002:158). Feminisme menurut Goefe (Sugihastuti, 2007:93) adalah teori tentang persamaan antara laki-laki dan perempuan di bidang politik, ekonomi, dan sosial; atau kegiatan terorganisasi yang memperjuangkan hak-hak serta kepentingan perempuan. Feminisme muncul sebagai upaya perlawanan terhadap kontrol laki-laki. Feminisme memandang perempuan memiliki aktivitas dan inisiatif sendiri untuk untuk memperjuangkan hak dan kepentingan dalam berbagai gerakan (Sugihastuti, 2004:95). Feminisme muncul akibat ketidakpuasan terhadap sistem patriarki. Patriarki menurut Bhasin (Sugihastuti 2007:93) merupakan sebuah sistem dominasi dan superioritas laki-laki, sistem kontrol terhadap perempuan, dalam mana perempuan dikuasai. Asumsi bahwa perempuan telah ditindas memunculkan anggapan bahwa feminisme merupakan satu-satunya jalan untuk mengakhiri penindasan tersebut. Feminisme memperjuangkan masalah gender dan kemanusiaan. Selain hal yang disebutkan di atas, Stimpson mengemukakan (Sugihastuti, 2007:96) salah satu pendorong munculnya feminisme adalah ketidakadilan terhadap gender. Sebab lain yang mendorong munculnya feminisme adalah

12 12 protes-protes perempuan melawan diskriminasi yang diderita dalam masalah pendidikan dan sastra. Menurut Kasiyan (Sugihastuti, 2007:96), feminisme muncul sebagai gerakan perempuan dalam karakteristik yang berbeda-beda yang disebabkan oleh perbedaan asumsi dasar yang memandang persoalan-persoalan yang menyebabkan ketimpangan gender. Beberapa aliran dari gerakan ini, antara lain feminisme liberal, feminisme radikal, dan feminisme sosialis. Feminisme liberal, yaitu usaha memperjuangkan perempuan agar mendapatkan hak-hak legal yang sama secara politik dan sosial. Aliran ini menolak segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan. Feminisme radikal menurut Bhasin, yaitu feminisme yang menganggap bahwa perbedaan gender bisa dijelaskan melalui perbedaan biologis atau psikologis laki-laki dan perempuan (Sugihastuti, 2007:97). Feminisme radikal mempermasalahkan tubuh karena feminisme radikal bertumpu pada pandangan bahwa penindasan terjadi akibat sistem patriarki. Feminisme sosialis menurut Jaggar (Sugihastuti, 2007:98) merupakan perpaduan antara metode historis materialis Marx dan Engels dengan gagasan personal is political dari kaum feminis radikal. Penindasan perempuan menurut feminisme sosialis terjadi di semua kelas bahkan tidak menaikkan posisi perempuan. Feminisme sosialis berusaha melakukan kritik terhadap eksploitasi kelas dari sistem kapitalisme secara bersamaan dengan kritik ketidakadilan

13 13 gender yang mengakibatkan dominasi, subordinasi, dan marginalisi atas kaum perempuan (Sugihastuti, 2007:98). Sejak munculnya paham feminis di Barat, paham tersebut berkobar pula ke dalam kritik sastra. Kritik feminis dalam kesusastraan dikenal sebagai kritik sastra feminis. Kritik sastra feminis adalah pengkritik memandang sastra dengan kesadaran bahwa ada jenis kelamin yang berhubungan dengan budaya, sastra, dan kehidupan (Sugihastuti, 2007:99). Kritik sastra feminis adalah kritik terhadap sastra yang berfokus pada perempuan. Kritik sastra feminis dalam Reading as A Woman oleh Millet merupakan kritik yang digunakan untuk menganalisis ide-ide pengarang tentang perempuan dalam karya sastra. Reading as a Woman menurut Millet bukanlah kritik tentang wanita, pengkritik wanita, atau kritik tentang pengarang wanita. Reading as A Woman menurut Culler adalah mengidentifikasi suatu karya sastra dari sudut pandang pembaca wanita, bukan dari sudut pandang pembaca laki-laki. Bagi perempuan, membaca sebagai perempuan bukanlah untuk mengulang sebuah identitas atau pengalaman, tetapi memainkan sebuah peran dengan identitasnya sebagai wanita. Jenis-jenis kritik sastra feminis menurut Djajanegara: 1. Kritik Ideologis. Kritik Ideologis merupakan kritik sastra yang melibatkan wanita sebagai pembaca. Yang menjadi pusat perhatian pembaca adalah citra dan stereotype wanita dalam karya sastra. Kritik ini juga meneliti tentang

14 14 kesalahpahaman tentang wanita. Kritik ideologis pada dasarnya merupakan cara menafsirkan suatu teks. 2. Ginokritik Ginokritik disebut kritik yang mengkaji penuls-penulis wanita. Ginokritik mengkaji masalah perbedaan antara tulisan perempuan dengan tulisan laki-laki. 3. Kritik Sastra Feminis Sosialis Kritik ini meneliti tokoh-tokoh wanita dari sudut pandang sosialis, yaitu kelas masyarakat. Kritik ini juga mencoba mengungkapkan bahwa kaum wanita merupakan kelas masyarakat yang tertindas. 4. Kritik Feminis Psikoanalitik Krtitik ini diterapkan pada tulisan-tulisan wanita. Hal ini dikarenakan, kaum feminis percaya bahwa pembaca wanita biasanya mengidentifikasi dirinya dengan menempatkan dirinya pada tokoh wanita, sedangkan tokoh wanita itu sendiri merupakan cermin penciptanya. 5. Kritik Feminis Lesbian Kritik ini bertujuan untuk mengembangkan definisi tentang lesbian dan menentukan apakah definisi ini diterapkan pada penulis atau karyanya. 6. Kritik Feminis Ras Kritik ini ingin membuktikan keberaadaan sekelompok penulis feminis etnik beserta karyanya.

15 15 Penelitian akan menggunakan salah satu bagian dari teori feminis, yaitu kritik sastra feminis ideologis. Kritik sastra ini melibatkan wanita, khususnya kaum feminis sebagai pembaca yang menjadi pusat perhatian pembaca wanita adalah citra serta stereotipe wanita dalam karya sastra. Karya sastra yang berpusat pada wanita, bisa jadi memiliki makna-makna dan pesan feminis. Kritik sastra feminis ideologis, merupakan salah satu pendekatan yang digunakan untuk menangkap citra-citra wanita dan menafsirkan suatu karya. Melalui kritik sastra feminis ideologis, dapat memenuhi tujuan dari permasalahan mengenai pencitraan wanita dalam suatu karya, bentuk pencitraan wanita pada karya sastra yang diciptakan laki-laki, serta memahami konsepkonsep feminis karena tidak jarang karya sastra feminis yang diciptakan laki-laki, mendukung konsep feminis dan menampilkan karakter wanita sebagai makhluk yang kuat. Kemudian kritik ini juga memperhatikan penyebab wanita tidak diperhitungkan, sehingga dapat menemukan kunci alasan citra wanita dalam karya sastra dapat memunculkan ide kemandirian maupun mengenai kesetaraan gender. Dalam penelitian ini, juga menggunakan teori semiotika sebagai teori bantuan untuk menemukan makna dari lirik lagu sehingga dapat terlihat tandatanda yang menunjukkan unsure feminisme. Teori semiotika yang digunakan ialah teori semiotika Michael Riffaterre. Michael Riffaterre menyebutkan bahwa semiotika adalah metode pemaknaan khusus terhadap tanda-tanda dalam puisi untuk menghasilkan makna. Dalam melakukan pendekatan terhadap karya sastra,

16 16 menurut Riffaterre dalam bukunya yang berjudul Semiotic of Poetry, pembaca memberi makna pada karya sastra tidak harus langsung menemukan arti pada kata-katanya, disesuaikan dengan kemampuan bahasanya berdasarkan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi. Riffaterre mengungkapkan bahwa dari dulu hingga sekarang puisi selalu berubah karena evolusi selera dan konsep estetik yang selalu berubah dari periode ke periode (1978:1). Karya sastra merupakan ekspresi yang tidak langsung. Karya sastra menyatakan pikiran secara tidak langsung dengan cara lain. Makna di dalam karya sastra harus dimengerti dan dipahami. Oleh karena itu, untuk mengungkapkan makna karya sastra diperlukan metode heuristik dan hermeneutik. Menurut Riffaterre (1978:5), metode heuristik adalah cara kerja yang dilakukan pembaca dengan menginterpretasikan teks sastra melalui tanda linguistik. Dalam menggunakan metode heuristik sajak dibaca berdasarkan kebahasaannya. Pembacaan heuristik merupakan konvensi sistem semiotik tingkat pertama (Pradopo, 2013:135). Pradopo dalam bukunya yang berjudul Beberapa Teori Sastra, Metode kritik, dan Penerapannya juga mengungkapkan bahwa pembacaan heuristik merupakan penerangan bagian-bagian cerita secara berurutan, begitu juga dengan analisis bentuk formalnya. Metode hermeneutik adalah cara kerja yang dilakukan oleh pembaca untuk mencari makna melalui pembacaan teks sastra secara terus menerus dari awal sampai akhir. Metode hermeneutik merupakan pembacaan sistem semiotik

17 17 tingkat kedua. Kedua metode tersebut akan lebih baik dilakukan dengan bertahap, pertama metode heuristik kemudian dilanjutkan dengan metode hermeneutik. 1.8 Metode Penelitian Objek penelitian ini terdiri atas objek formal dan objek material. Objek formal penelitian ini adalah feminisme dalam kuasa perempuan Korea saat ini. Objek material yang digunakan adalah lagu dari 2NE1 dengan judul album To Anyone. Djajanegara (2000:51), menguraikan tahap-tahap penelitian sastra dengan pendekatan feminis sebagai berikut: 1. Identifikasi tokoh perempuan dengan mencari kedudukan tokoh tersebut dalam masyarakat, tujuan hidupnya, perilaku dan wataknya, serta pendirian dan pemikirannya 2. Meneliti tokoh lain terutama tokoh laki-laki yang berkaitan dengan tokoh perempuan yang sedang dianalisis. 3. Mengamati sikap penulis sebagai warga masyarakat dengan memperhatikan latar belakang sosial, latar belakang pendidikan, tempat dan waktu penulisan, dan pilihan kata yang dipergunakan. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode pengumpulan data kualitatif, yaitu kepustakaan. Penulis menggunakan lirik lagu sebagai objek penelitian. Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis deskriptif

18 18 kualitatif. Penulis menggunakan metode ini untuk mendeskripsikan isi dari teks lagu dalam bentuk kata-kata. Adapun langkah kerja dan tahap analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah, sebagai berikut: 1. Menentukan tema atau objek formal yang akan digunakan di dalam penelitian 2. Menentukan objek material yang akan digunakan sebagai bahan penelitian, yaitu Album 2NE1 yang berjudul To Anyone 3. Melakukan sampleing terhadap album tersebut, yaitu pemilihan beberapa lagu sebagai contoh untuk penelitian. Dalam hal ini penulis memilih lagu yang berjudul Go Away, I don t care, I m Busy, dan Love is Ouch 4. Melakukan studi pustaka dan mencari data yang berkaitan dengan penelitian 5. Mengidentifikasi makna lagu-lagu Go Away, I don t care, Follow me, I m Busy, dan Love is Ouch 6. Mengidentifikasi bentuk-bentuk feminisme pada lagu Go away, I don t care, Follow me, I m Busy, dan Love is Ouch 7. Menarik kesimpulan 8. Membuat laporan penelitian dan menyajikan hasil penelitian.

19 Sistematika Penyajian Sistematika penyajian dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: Bab I merupakan pendahuluan, berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian. Bab II berupa pembahasan makna yang terkandung dalam lirik lagu pada album To Anyone. Bab III berisi tentang kuasa perempuan dan ide-ide feminis yang terdapat pada karya sastra lagu tersebut sebagai bentuk kekuatan wanita di saat ini. Bab IV berupa kesimpulan dari penjelasan Bab II dan Bab III serta diharapkan dapat menjawab permasalahan yang telah disebutkan di atas.

BAB I PENDAHULUAN. bahwa hak-hak kaum perempuan sama dengan kaum laki-laki. Keberagaman dan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa hak-hak kaum perempuan sama dengan kaum laki-laki. Keberagaman dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam teori sastra kontemporer, feminis merupakan gerakan perempuan yang terjadi hampir di seluruh dunia. Gerakan ini dipicu oleh adanya kesadaran bahwa hak-hak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam peradaban manusia semenjak ribuan tahun lalu. Penelitian terhadap karya sastra penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disaksikannya, gagasan hidup, hingga cita-cita. Pengungkapan tersebut harus

BAB I PENDAHULUAN. disaksikannya, gagasan hidup, hingga cita-cita. Pengungkapan tersebut harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seni adalah pengungkapan pengalaman dan merupakan hasil kreativitas manusia dalam menghayati dan memaknai kehidupan. Seorang seniman bermaksud menyampaikan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional ( 2005:588), konsep didefenisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk realita dari hasil imajinasi dan pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana ekspresi pengarang saja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan berdasarkan imajinasi dan berlandaskan pada bahasa yang digunakan untuk memperoleh efek makna tertentu guna mencapai efek estetik. Sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu pertunjukan teater (Kamus Bahasa Indonesia: 212). Namun, dewasa ini

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu pertunjukan teater (Kamus Bahasa Indonesia: 212). Namun, dewasa ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Drama merupakan kisah utama yang memiliki konflik yang disusun untuk sesuatu pertunjukan teater (Kamus Bahasa Indonesia: 212). Namun, dewasa ini drama bukan hanya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. pembanding untuk penelitian kali ini. Beberapa penelitian tersebut dipaparkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. pembanding untuk penelitian kali ini. Beberapa penelitian tersebut dipaparkan BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 1.1 Kajian Pustaka Berdasarkan data yang dikumpulkan baik berupa skripsi, jurnal maupun hasil penelitian lainnya, ditemukan beberapa penelitian yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan wadah yang digunakan oleh pengarang dalam menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap berbagai masalah yang diamati

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dan Eksploitasi Wanita dalam Novel The Lost Arabian Women karya Qanta A.

BAB II KAJIAN TEORI. dan Eksploitasi Wanita dalam Novel The Lost Arabian Women karya Qanta A. BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Penelitian yang Relevan Sebelumnya Kajian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang telah dilakukan oleh Nikmawati yang berjudul Perlawanan Tokoh Terhadap Diskriminasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Karya sastra lahir karena adanya daya imajinasi yang di dalamnya terdapat ide, pikiran, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu membedakan karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreatif penulis yang berisi potret kehidupan manusia yang dituangkan dalam bentuk tulisan, sehingga dapat dinikmati,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan pendapat yang mengatakan bahwa pengalaman dan imajinasi

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan pendapat yang mengatakan bahwa pengalaman dan imajinasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil ekspresi isi jiwa pengarangnya. Melalui karyanya pengarang mencurahkan isi jiwanya ke dalam tulisan yang bermediumkan bahasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan bahasa ringkas, pilihan kata yang konotatif, banyak penafsiran, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan bahasa ringkas, pilihan kata yang konotatif, banyak penafsiran, dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Puisi merupakan bentuk karya sastra yang tersaji menggunakan kata-kata yang indah dan kaya bahasa yang penuh makna (Kosasih, 2008: 31). Keindahan puisi ditentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra tercipta sebagai reaksi dinamika sosial dan kultural yang terjadi dalam masyarakat. Terdapat struktur sosial yang melatarbelakangi seorang pengarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan pengarang. Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan pengarang. Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang dan menghasilkan kehidupan yang diwarnai oleh sikap, latar belakang, dan keyakinan pengarang. Karya sastra lahir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dilihat pada penyajian sampul-sampul buku karya sastra yang hampir selalu menjadikan sketsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dilihat pada penyajian sampul-sampul buku karya sastra yang hampir selalu menjadikan sketsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perempuan menjadi salah satu objek pembahasan yang menarik di dalam karya sastra. Perempuan bahkan terkadang menjadi ikon nilai komersil penjualan karya sastra. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sisi-sisi kehidupan manusia dan memuat kebenaran-kebenaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. sisi-sisi kehidupan manusia dan memuat kebenaran-kebenaran kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan refleksi atau cerminan kondisi sosial masyarakat yang terjadi di dunia sehingga karya itu menggugah perasaan orang untuk berpikir tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Hadirnya tokoh dalam suatu karya dapat menghidupkan cerita dalam karya sastra. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud atau hasil dari daya imajinasi seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan pengalaman pribadi atau dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan. kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan

BAB I PENDAHULUAN. Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan. kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan kesempatan tersebut terjadi baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra tadi harus dapat dikomunikasikan kepada orang lain, karena dapat saja

BAB I PENDAHULUAN. sastra tadi harus dapat dikomunikasikan kepada orang lain, karena dapat saja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah bentuk rekaman dengan bahasa yang akan disampaikan kepada orang lain. Sastra adalah komunikasi. Bentuk rekaman atau karya sastra tadi harus dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran manusia. Dalam musik terdapat lirik lagu dan alunan musik yang harmonis, dapat membawa seseorang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 2008:8).Sastra sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam

I. PENDAHULUAN. 2008:8).Sastra sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Semi, 2008:8).Sastra

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia. berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, imajinasi, ide, keyakinan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia. berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, imajinasi, ide, keyakinan dalam BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, imajinasi, ide, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Untuk memperjelas dan memantapkan ruang lingkup permasalahan, sumber data, dan kerangka teoretis penelitian ini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pandangan pengarang terhadap fakta-fakta atau realitas yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pandangan pengarang terhadap fakta-fakta atau realitas yang terjadi dalam digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai karya sastra, novel muncul sebagai sebuah representasi atau pandangan pengarang terhadap fakta-fakta atau realitas yang terjadi dalam

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik

BAB IV KESIMPULAN. Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik 68 BAB IV KESIMPULAN Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik (ekonomi) merupakan konsep kesetaraan gender. Perempuan tidak selalu berada dalam urusan-urusan domestik yang menyudutkannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan kata serapan dari bahasa sanskerta śāstra, yang berarti teks yang

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan kata serapan dari bahasa sanskerta śāstra, yang berarti teks yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan kata serapan dari bahasa sanskerta śāstra, yang berarti teks yang mengandung instruksi atau pedoman, dari kata śās- yang berarti instruksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini. Terjadinya ketidakadilan gender kiranya dapat dipicu oleh masih kuatnya

BAB I PENDAHULUAN. ini. Terjadinya ketidakadilan gender kiranya dapat dipicu oleh masih kuatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan tentang perempuan pada saat ini masih menjadi perbincangan yang aktual dan tidak ada habisnya. Permasalahan berkaitan dengan perempuan seperti yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan dengan bahasa, baik lisan maupun tulis, yang mengandung keindahan. Karya sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia hidup berbudaya dan berkomunikasi. Salah satu cara manusia untuk berkomunikasi yaitu melalui sastra. Sastra merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah berhasil dikumpulkan,

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah berhasil dikumpulkan, BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah berhasil dikumpulkan, diketahui bahwa terdapat beberapa penelitian yang dapat dijadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan perasaan, pikiran dan lain-lain. Cara mengungkapkan ekspresi

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan perasaan, pikiran dan lain-lain. Cara mengungkapkan ekspresi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk yang ekspresif. Di dunia ini banyak sekali cara mengekspresikan perasaan, pikiran dan lain-lain. Cara mengungkapkan ekspresi ini dapat lewat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan secara luas oleh pengarang melalui pemikiran-pemikiran yang menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan secara luas oleh pengarang melalui pemikiran-pemikiran yang menjadikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah bentuk dari gambaran realita sosial yang digambarkan secara luas oleh pengarang melalui pemikiran-pemikiran yang menjadikan suatu objek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dan sastra memiliki hubungan yang erat. Kekuatan sastra berada pada kekuatan dan cara pengarang menggunakan bahasa. Melalui bahasa, seorang pengarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ataupun perasaan seseorang dari apa yang dialaminya. Ekspresi kreatif tersebut

BAB I PENDAHULUAN. ataupun perasaan seseorang dari apa yang dialaminya. Ekspresi kreatif tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan ekspresi kreatif untuk menuangkan ide, gagasan, ataupun perasaan seseorang dari apa yang dialaminya. Ekspresi kreatif tersebut akan senantiasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. genre-genre yang lain. Istilah prosa sebenarnya dapat menyaran pada pengertian

BAB I PENDAHULUAN. genre-genre yang lain. Istilah prosa sebenarnya dapat menyaran pada pengertian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia kesastraan mengenal prosa sebagai salah satu genre sastra di samping genre-genre yang lain. Istilah prosa sebenarnya dapat menyaran pada pengertian yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan yang berkaitan erat dengan

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan yang berkaitan erat dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis merupakan salah satu keterampilan yang berkaitan erat dengan keterampilan dasar terpenting pada manusia, yaitu berbahasa. Menurut Tarigan (1986:3), menulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu bentuk seni yang diciptakan melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan karya sastra merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam masyarakat. Kehidupan sosial, kehidupan individu, hingga keadaan psikologi tokoh tergambar

Lebih terperinci

BAHASA KIASAN PADA LIRIK LAGU BERTEMAKAN ALAM DARI SEMBILAN GRUP BAND DAN PENYANYI SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Guna mencapai derajat

BAHASA KIASAN PADA LIRIK LAGU BERTEMAKAN ALAM DARI SEMBILAN GRUP BAND DAN PENYANYI SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Guna mencapai derajat BAHASA KIASAN PADA LIRIK LAGU BERTEMAKAN ALAM DARI SEMBILAN GRUP BAND DAN PENYANYI SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui berbagai kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai lingkungan fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya.

Lebih terperinci

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang melahirkan aliran feminisme, yakni: 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik * *Tokoh : Robert Merton & Talcott Parsons. *Teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahirnya sebuah karya sastra tentu tidak akan terlepas dari kehidupan pengarang baik karya sastra yang berbentuk novel, cerpen, drama, maupun puisi. Latar belakang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah sistem yang kompleks sehingga untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah sistem yang kompleks sehingga untuk 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah sebuah sistem yang kompleks sehingga untuk memahami karya sastra dibutuhkan analisis. Definisi karya sastra menurut KBBI (1989:76) adalah sebuah

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. memfokuskan pada Ideologi Tokoh Utama Wanita Dalam Novel Surga Yang Tak

BAB V PENUTUP. memfokuskan pada Ideologi Tokoh Utama Wanita Dalam Novel Surga Yang Tak BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Novel Surga Yang Tak Dirindukan adalah karya Asma Nadia. Penelitian ini memfokuskan pada Ideologi Tokoh Utama Wanita Dalam Novel Surga Yang Tak Dirindukan Karya Asma Nadia Kajian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Salah satu agenda kemanusiaan yang mendesak untuk segera digarap adalah

BAB II LANDASAN TEORI. Salah satu agenda kemanusiaan yang mendesak untuk segera digarap adalah BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Feminisme Salah satu agenda kemanusiaan yang mendesak untuk segera digarap adalah menjadikan kesetaraan laki-laki dan perempuan dalam sistem masyarakat. Feminisme memperjuangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Wacana merupakan salah satu kata yang sering digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Wacana merupakan salah satu kata yang sering digunakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wacana merupakan salah satu kata yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat umumnya memahami wacana sebagai perbincangan terkait topik tertentu.

Lebih terperinci

Sumardjo & Saini (1994: 3) mengungkapkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi

Sumardjo & Saini (1994: 3) mengungkapkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Relasi antara Sastra, Kebudayaan, dan Peradaban Sumardjo & Saini (1994: 3) mengungkapkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang digunakan untuk menyampaikan maksud tertentu oleh seseorang kepada orang lain. Dengan kata lain, untuk berkomunikasi. Menurut Keraf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan dan keadaan sosial masyarakat baik secara langsung maupun tidak

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan dan keadaan sosial masyarakat baik secara langsung maupun tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan suatu bentuk kreativitas pengarang yang di dalamnya mengandung ungkapan perasaan dan pikiran pengarang yang bersumber dari realitas kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Waluyo (2002: 68) berpendapat bahwa karya sastra hadir sebagai wujud nyata imajinasi kreatif dari seorang sastrawan dengan proses yang berbeda antara pengarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang yang. memiliki unsur-unsur seperti pikiran, perasaan, pengalaman, ide-ide,

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang yang. memiliki unsur-unsur seperti pikiran, perasaan, pengalaman, ide-ide, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang yang dituangkan dalam bahasa. Kegiatan sastra merupakan suatu kegiatan yang memiliki unsur-unsur seperti pikiran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengetahui pandangan budaya dalam suatu masyarakat, tidak hanya didapatkan dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang bersangkutan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut (Ratna, 2009, hlm.182-183) Polarisasi laki-laki berada lebih tinggi dari perempuan sudah terbentuk dengan sendirinya sejak awal. Anak laki-laki, lebihlebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mengarang suatu novel, seorang pengarang menggunakan pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mengarang suatu novel, seorang pengarang menggunakan pengalaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mengarang suatu novel, seorang pengarang menggunakan pengalaman sosialnya dalam karya yang akan dibuat. Secara umum dapat digambarkan bahwa seorang pengarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang

BAB I PENDAHULUAN. suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Puisi merupakan ungkapan perasaan yang dihayati oleh penyairnya ke dalam suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang terhadap

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN TELAAH KONSEPTUAL. Penelitian tentang perempuan etnis Tionghoa muslim belum

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN TELAAH KONSEPTUAL. Penelitian tentang perempuan etnis Tionghoa muslim belum BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN TELAAH KONSEPTUAL 2.1. Tinjauan Pustaka Penelitian tentang perempuan etnis Tionghoa muslim belum pernah ditulis di penelitian-penelitian di Kajian Wanita Universitas Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Puisi menurut Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia terdapat dua macam

BAB I PENDAHULUAN. Puisi menurut Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia terdapat dua macam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Puisi menurut Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia terdapat dua macam arti, yaitu ragam sastra yang bahasanya terikat oleh rima atau pengulangan bunyi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena itu, bagi

BAB I PENDAHULUAN. sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena itu, bagi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu karya seni yang disampaikan oleh seorang sastrawan melalui media bahasa. Keindahan dalam suatu karya sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan apa yang ingin diutarakan pengarang. Hal-hal tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. dengan apa yang ingin diutarakan pengarang. Hal-hal tersebut dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara tentang fenomena kesusastraan tentu tidak lepas dari kemunculannya. Hal ini disebabkan makna yang tersembunyi dalam karya sastra, tidak lepas dari maksud pengarang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam mencurahkan isi hati dan pikirannya. Dalam sebuah karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam mencurahkan isi hati dan pikirannya. Dalam sebuah karya sastra BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah salah satu hasil dari kebudayaan. Sastra merupakan kreasi manusia dalam mencurahkan isi hati dan pikirannya. Dalam sebuah karya sastra manusia bisa menuangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan struktur dunia rekaan, artinya realitas dalam karya sastra adalah realitas rekaan yang tidak sama dengan realitas dunia nyata. Karya sastra itu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah 1.1.1. Latar Belakang Sastra 1 merupakan curahan hati manusia berupa pengalaman atau pikiran tentang suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bandingan melibatkan studi teks-teks antarkultur atau budaya. Terdapat hal penting yang merupakan pola hubungan kesastraan. Bagian tersebut seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada semua masyarakat (Chamamah-Soeratno dalam Jabrohim, 2003:9). Karya sastra merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Karya sastra itu dapat dinikmati dan dipahami oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Karya sastra itu dapat dinikmati dan dipahami oleh semua 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra dijadikan sebagai pandangan kehidupan bermasyarakat. Karya sastra itu dapat dinikmati dan dipahami oleh semua orang, khususnya pecinta sastra.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan karya sastra dari zaman dahulu hingga sekarang tentunya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan karya sastra dari zaman dahulu hingga sekarang tentunya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan karya sastra dari zaman dahulu hingga sekarang tentunya mengalami perubahan baik dari segi isi maupun bahasanya. Salah satu perubahan di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seni. Hal ini disebabkan seni dalam sastra berwujud bacaan atau teks sehingga

BAB I PENDAHULUAN. seni. Hal ini disebabkan seni dalam sastra berwujud bacaan atau teks sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nilai seni dalam sebuah karya tidak selalu berwujud pada benda tiga dimensi saja. Adapun kriteria suatu karya dapat dikatakan seni jika karya tersebut memiliki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Semi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perempuan oleh masyarakat kadang-kadang masih dianggap sebagai manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan tidak lebih penting

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia pada dasarnya mempunyai berbagai permasalahan yang kompleks. Permasalahan-permasalahan tersebut menyangkut berbagai hal, yakni permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan ciri-ciri khas, meskipun puisi telah mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan ciri-ciri khas, meskipun puisi telah mengalami perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu bentuk karya sastra yang memiliki keindahan dalam bahasanya yaitu puisi. Waluyo (1991:3) mengatakan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang paling tua.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra adalah bentuk karya seni yang diungkapkan oleh pikiran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra adalah bentuk karya seni yang diungkapkan oleh pikiran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah bentuk karya seni yang diungkapkan oleh pikiran danperasaan manusia dengan keindahan bahasa, keaslian gagasan, dan kedalaman pesan.genre sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Bahasa puisi mempunyai arti yang tersimpan dan ingin diungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Bahasa puisi mempunyai arti yang tersimpan dan ingin diungkapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bentuk karya sastra mempunyai bahasa yang khas salah satunya yaitu puisi. Bahasa puisi mempunyai arti yang tersimpan dan ingin diungkapkan oleh penulisnya. Menulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan pelbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang lagu sehingga lirik-lirik lagunya menarik untuk

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang lagu sehingga lirik-lirik lagunya menarik untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Gaya bahasa menimbulkan efek keindahan dalam bentuk lisan maupun tulisan. Efek keindahan gaya bahasa berkaitan dengan selera pribadi pengarang dan kepekaannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Iswanto

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Iswanto BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Iswanto dalam

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Berikut adalah metode dan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Berikut adalah metode dan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini. BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Berikut adalah metode dan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini. Untuk mendapatkan hasil yang baik dan memuaskan maka peneliti yang sifatnya ilmiah

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Simpulan. hubungan intertekstual antara novel Tantri Perempuan yang Bercerita karya Cok

BAB V PENUTUP. A. Simpulan. hubungan intertekstual antara novel Tantri Perempuan yang Bercerita karya Cok digilib.uns.ac.id BAB V PENUTUP A. Simpulan Fokus kajian dalam penelitian ini adalah menemukan benang merah hubungan intertekstual antara novel Tantri Perempuan yang Bercerita karya Cok Sawitri terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi yang diciptakan oleh sastrawan melalui kontemplasi dan suatu refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra selalu muncul dari zaman ke zaman di kalangan masyarakat. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan manusia yang

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK SKRIPSI Usulan Penelitian untuk Skripsi S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Diajukan Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akar perselisihan. Isu dan permasalahan yang berhubungan dengan gender,

BAB I PENDAHULUAN. akar perselisihan. Isu dan permasalahan yang berhubungan dengan gender, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat masih terkungkung oleh tradisi gender, bahkan sejak masih kecil. Gender hadir di dalam pergaulan, percakapan, dan sering juga menjadi akar perselisihan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerja dan itu menjadi penanda waktu yang beremansipasi.

BAB I PENDAHULUAN. pekerja dan itu menjadi penanda waktu yang beremansipasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perempuan dalam televisi senantiasa hanya mempertentangkan antara wanita karir dan menjadi ibu-ibu rumah tangga. Dua posisi ini ada didalam lokasi yang berseberangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat memberikan tanggapannya dalam membangun karya sastra.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir melalui pengarang-pengarang yang cerdas di kalangan masyarakat.sastra muncul karena pengaruh dari zaman ke zaman, mulai dari sastra lama kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wida Kartika Ayu, 2016

BAB I PENDAHULUAN. Wida Kartika Ayu, 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Puisi sebagai suatu karya sastra pada dasarnya merupakan sarana ekspresi seseorang. Perwujudan ekspresi pengarang lewat puisi selanjutnya difasilitasi melalui

Lebih terperinci

42, Vol. 06 No. 1 Januari Juni 2015 arah dan tujuan lembaga tersebut. Konsep bersistem ini biasa disebut dengan ideologi. Salah satu ideologi yang ser

42, Vol. 06 No. 1 Januari Juni 2015 arah dan tujuan lembaga tersebut. Konsep bersistem ini biasa disebut dengan ideologi. Salah satu ideologi yang ser RESPONS TOKOH PEREMPUAN TERHADAP IDEOLOGI PATRIARKI DALAM NOVEL ENTROK KARYA OKKY MADASARI: SUATU KAJIAN FEMINIS Sherly Yunityas ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan adanya respons tokoh

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN 55 BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN Dalam metode penelitian ini akan diuraikan beberapa hal yang berkaitan dengan penelitian, yakni metode penelitian, teknik pengumpulan data, data dan sumber data

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada diluar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

Pendekatan-Pendekatan dalam Karya Sastra

Pendekatan-Pendekatan dalam Karya Sastra Pendekatan-Pendekatan dalam Karya Sastra Mimetik Ekspresif Pragmatik Objektif 10/4/2014 Menurut Abrams 2 Pendekatan Mimetik Realitas: sosial, budaya, politik. ekonomi, dan lain-lain. Karya Sastra 10/4/2014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra anak masih terpinggirkan dalam khazanah kesusastraan di Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang sastra anak. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang pengarang dalam memaparkan berbagai permasalahan-permasalahan dan kejadian-kejadian dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB 2 RESENSI DAN RESEPSI SASTRA

BAB 2 RESENSI DAN RESEPSI SASTRA 8 BAB 2 RESENSI DAN RESEPSI SASTRA Resensi atas karya sastra berkaitan erat dengan resepsi sastra. Resensi-resensi karya sastra di surat kabar dapat dijadikan sasaran penelitian resepsi sastra. Dalam bab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial masyarakat di dalam karya sastra adalah hubungan antara laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. sosial masyarakat di dalam karya sastra adalah hubungan antara laki-laki dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan cerminan sosial masyarakat. Salah satu cerminan sosial masyarakat di dalam karya sastra adalah hubungan antara laki-laki dan perempuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tidak terlepas dari kehidupan masyarakat karena dalam karya

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tidak terlepas dari kehidupan masyarakat karena dalam karya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Karya sastra tidak terlepas dari kehidupan masyarakat karena dalam karya sastra terdapat kenyataan yang dialami oleh masyarakat itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam masalah kehidupan manusia secara langsung dan sekaligus.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam masalah kehidupan manusia secara langsung dan sekaligus. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra hadir sebagai wujud nyata hasil imajinasi dari seorang penulis. Penciptaan suatu karya sastra bermula dari pengalaman batin pengarang yang dikontruksikan

Lebih terperinci