BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka Kajian terdahulu dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menelusuri penelitian-penelitian yang berkaitan terhadap pengkajian feminis dan objek penelitian peneliti, yaitu novel Belenggu karya Armijn Pane. Penelitian terdahulu antara lain sebagai berikut. Penelitian feminisme sebelunya adalah penelitian yang ditulis oleh Ferdiana Anggraini Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Pendidikan Indonesia tahun 2012 yang berjudul Citra Perempuan Papua dalam Novel Tanah Tabu karya Anindita S. Thayf (Kajian Feminisme). Penelitian ini memfokuskan kajian pada citra perempuan yang terdapat dalam novel Tanah Tabu. Penelitian ini lebih mendeskripsikan struktur cerita dalam novel Tanah Tabu, seperti alur, tokoh, latar, tema, dan amanat. Kajian difokuskan pada representasi citra perempuan dalam novel tersebut yang mendapat kesimpulan tentang tiga kategori citra perempuan, yaitu citra fisik, citra psikis, dan citra sosial. Penelitian feminisme yang lain adalah penelitian yang ditulis oleh Fitri Yuliastuti Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret tahun 2005 yang berjudul Citra Perempuan dalam Novel Hayuri karya Maria Etty. Penelitian ini mengenai kajian pada citra perempuan yang terdapat dalam novel Hayuri. Penelitian ini lebih mendeskripsikan struktur cerita dalam novel Hayuri, seperti alur, tokoh, latar, tema, dan amanat. Selanjutnya, kajian difokuskan pada representasi citra perempuan dalam novel tersebut yang

2 mendapat kesimpulan tentang tiga kategori citra perempuan, yaitu citra fisik, citra psikis, dan citra sosial. Skripsi yang ditulis oleh Christina Diah Kumalasari, 2011, Fakultas Ilmu Budaya UGM berjudul Perjuangan Perempuan Melawan Ketidakadilan Gender dalam Novel Ronggeng karya Dewi Linggasari: Analisis Kritik Sastra Feminis. Penelitian ini menggunakan kritik sastra feminis sosialis sebagai teori dasar untuk menganalisis objek kajiannya berupa salah satu novel karya Dewi Linggasari, yaitu novel Ronggeng. Novel Ronggeng karya Dewi Linggasari diasumsikan banyak menampilkan ketidakadilan gender yang dialami oleh tokoh-tokoh perempuan dalam relasi terhadap tokoh laki-laki. Penelitian ini menggunakan kritik sastra feminis sosialis, bertujuan untuk membongkar ketidakadilan gender yang diterima tokoh perempuan dari kungkungan budaya patriarkat. Alasan dipilihnya kritik sastra feminis sosialis untuk menganalisis novel Ronggeng karena tokoh perempuan dalam novel diperlakukan tidak adil atau tersubordinasi dan ditemukannya ide-ide feminis dalam novel tersebut. Melalui identifikasi tokoh, terdapat tokoh-tokoh yang profeminis dan kontra feminis. Penelitian yang lain mengenai novel Belenggu ini juga diteliti oleh Alfian Rokhmansyah, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang pada tahun 2009 menggunakan teori stilistika. Dalam penelitian ini, lebih mengedapankan mengenai tanda baca yang digunakan oleh Armijn Pane dalam ia menuliskan Belenggu tersebut. Penelitian berikutnya tentang novel Belenggu dituliskan oleh Muslimin, Universitas Negeri Gorontalo pada tahun 2011 menggunakan pendekatan sosiologi sastra. Penelitian ini bertujuan untuk (1) menjelaskan tokoh-tokoh dalam cerita novel Belenggu yang ingin mengikuti tradisi modern; (2) menganalisis peran tokoh dalam novel Belenggu yang tertarik pada tradisi yang bertentangan

3 dengan budaya bangsa yang dipelihara sejak dahulu; dan (3) menemukan tema yang terdapat dalam novel Belenggu. Selain itu, jurnal penelitian yang ditulis oleh Hosniyeh, Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia dalam NOSI volume 3, nomor 2 berjudul Tokoh Utama dalam Novel Isinga karya Dorothea Rosa Herliany. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan citra tokoh utama perempuan dalam novel Isinga karya Dorothea Rosa Herliany. Sejalan dengan itu, ada tiga pokok yang dibahas dalam penelitian ini yaitu (1) mengetahui citra diri tokoh utama perempuan; (2) mengetahui peran sosial tokoh utama perempuan dalam keluarga; dan (3) mengetahui peran sosial tokoh utama perempuan dalam masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Kegiatan analisis data dimulai dari pembacaan secara kritis terhadap sumber data, identifikasi data, penyajian data, dianalisis menggunakan teori feminisme sosialis, dan penyimpulan data. Adapun hasil penelitian tersebut adalah pertama, citra diri tokoh utama perempuan dalam novel Isinga karya Dorothea Rosa Herliany ini menunjukkan bahwa tokoh utama perempuan rela mengorbankan seluruh hidupnya untuk kepentingan perdamaian kedua perkampungan, walaupun secara fisik dan psikis selalu tersiksa, dia tetap menjalankannya demi keharmonisan dan kedamaian kedua perkampungan tersebut. Citra diri dipresentasikan dengan keadaan fisik yang menggambarkan tentang perubahan fisik seorang tokoh cerita sehingga dapat dilihat dari ekspresi dan tingkah laku tokoh dalam alur cerita novel tersebut dan psikis oleh tokoh perempuan utama menggambarkan perasaan dan pikiran yang dialami seperti senang, sedih, dan kerinduan. Citra fisik yang terdiri dari anggota tubuh, sikap dan

4 kebiasaan tokoh utama perempuan. Citra psikis terdiri dari perasaan dan ingatan dari tokoh utama perempuan. Kedua, peran sosial tokoh utama perempuan dalam keluarga dan dalam masyarakat. Dalam keluarga berperan sebagai istri dan sebagai ibu rumah tangga. Dalam masyarakat, dia selalu aktif dan ingin memajukan tempat dia tinggal, baik dari segi ekonomi, dan pendidikan. Dia juga selalu memperjuangkan nasib para perempuan, dan remaja. Hal ini menggambarkan bahwa citra peran tokoh utama perempuan dapat berperan aktif, baik dalam keluarga maupun masyarakat. Dia dapat menjalankan kedua perannya tersebut tanpa harus mengabaikan salah satunya. Penelitian selanjutnya berjudul Ketidakadilan Gender Novel Sali Karya Dewi Linggasari yang ditulis oleh Elfa Fithriyana, Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Jember. Penelitian ini difokuskan pada rumusan masalah, yaitu 1) bagaimana keterjalinan unsur-unsur struktural yang terdapat dalam novel Sali karya Dewi Linggasari yang meliputi tema, tokoh dan perwatakan, latar, serta konflik; 2) bagaimana aspek-aspek ketidakadilan gender dalam novel Sali karya Dewi Linggasari meliputi marginalisasi, stereotip, subordinasi, kekerasan, dan beban kerja. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif. Hasil analisis dari penelitian tersebut menunjukkan keadaan atau suasana yang dialami oleh tokoh. Tokoh Liwa mengalami keadaan yang benar-benar berada pada posisi psikis paling rendah. Tema mayor adalah seorang perempuan yang putus asa karena terbelenggu adat menyebabkan dirinya menyerah pada kehidupan. Tema minor adalah bentuk perlawanan kepada adat, kepala keluarga yang tunduk pada adat. Analisis pragmatik yang dititikberatkan pada ketidakadilan gender meliputi: marginalisasi, subordinasi, sterotip,

5 kekerasan, dan beban kerja. Marginalisasi dialami oleh tokoh Liwa. Marginalisasi juga dialami oleh perempuan-perempuan suku Dani. Subordinasi dilakukan oleh Ibarak kepada Liwa. Subordinasi juga dialami oleh Gayatri yang dianggap lemah. Penilaian negatif diberikan oleh Kugara kepada Lapina. Lapina dianggap sebagai budak setelah dibayar dengan duapuluh ekor babi. Kekerasan meliputi bentuk pemerkosaan terhadap perempuan, termasuk dalam rumah tangga yang dilakukan Kugara terhadap Lapina, tindakan pemukulan dan serangan fisik yang terjadi di rumah tangga yang dilakukan Ibarak terhadap Liwa. Bentuk penyiksaan yang mengarah kepada organ kelamin tidak terdapat bentuk penyiksaan yang mengarah kepada organ alat kelamin, kekerasan dalam bentuk pelacuran dilakukan Ibarak kepada Liwa, kekerasan dalam bentuk pornografi dilakukan Ibarak kepada Liwa. Penelitian berikutnya adalah penelitian yang ditulis oleh Endah Susanti (Staff Pengajar di SMP Muhammadiyah Malang) dalam Jurnal Artikulasi volume 10, nomor 2 yang berjudul Analisis Ketidakadilan Gender Pada Tokoh Perempuan dalam Novel Kupu-Kupu Malam Karya Achmad Munif. Masalah yang diteliti dalam penelitian ini: 1) bagaimana bentuk ketidakadilan gender berupa kekerasan yang dialami tokoh perempuan dalam novel Kupu-kupu Malam karya Achmad Munif; 2) bagaimana bentuk ketidakadilan gender berupa marginalisasi yang dialami tokoh perempuan dalam novel Kupu-kupu Malam karya Achmad Munif. Kekuasaan perempuan sebagai kekuasaan inferior, memaksa perempuan melakukan yang diminta oleh kaum laki-laki sebagai kaum patriarki. Hasil analisis menunjukkan bahwa Subordinasi dan stereotip membuat perempuan

6 mendapatkan perlakuan semena-mena karena adanya anggapan bahwa kekuasaan terbesar ada pada kaum laki-laki dan perempuan harus tunduk terhadap laki-laki. Perempuan yang dianggap lemah dan tidak mampu melakukan segala sesuatunya sendiri, membuat perempuan selalu bergantung dan mengakibatkan anggapan bahwa perempuan tidak layak untuk menjadi seorang pemimpin. Asumsi bahwa perempuan bersolek dalam rangka memancing lawan jenisnya. Setiap kasus kekerasan seksual atau pelecehan seksual selalu dikaitkan dengan label semakin merendahkan kedudukan perempuan, maka akan semakin diindahkannya kesempatan yang dimiliki perempuan di dalam masyarakat karena merasa dinomorduakan dan tidak dianggap penting. Marginalisasi membuat kedudukan perempuan inferior dan berdampak pada pekerjaan perempuan yang tidak terlalu bagus (baik dari gaji, jaminan kerja, status pekerjaan). Dwi Purwanti (2009), Fakultas Ilmu Budaya UGM dengan penelitiannya yang berjudul Prosa Lirik Calon Arang: Kisah Perempuan Korban Patriarki karya Toeti Heraty. Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh informasi bahwa dalam prosa lirik Calon Arang terdapat ide-ide feminis yang terbentuk karena kehidupan masyarakat patriarkat yang menjadikan laki-laki dan perempuan sebagai oposisi dan relasi, opresi dominasi laki-laki, dan budaya patriarkat yang menyebabkan tindak kekerasan fisik dan psikis terhadap perempuan. Dengan menggunakan kritik sastra feminis Ruthven, dapat disimpulkan bahwa masyarakat patriarkat telah menempatkan perempuan dalam pekerjaan-pekerjaan rumah tangga. Ideologi domestikisasi telah membentuk citra perempuan sebagai penghuni rumah. Simpulan penelitian tersebut dapat diperoleh dari hasil identifikasi karakter tokoh perempuan dan tokoh laki-laki terhadap ide-ide

7 feminis, bentuk-bentuk opresi terhadap perempuan, dan citra perempuan dalam prosa lirik. Penelitian yang berjudul Analisis Ketidakadilan Gender dalam Novel Namaku Hiroko karya N.H. Dini: Sebuah Kajian Sastra Feminis ditulis oleh Siska, Pendidikan Bahasa Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tadulako. Penelitian ini mengungkap bentuk ketidakadilan gender yang terdapat dalam novel Namaku Hiroko karya N.H. Dini yang ditinjau melalui pendekatan feminisme. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analitis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam novel Namaku Hiroko didapatkan ketidakadilan gender yang termanisfestasikan ke dalam 5 bentuk, yakni (1) marginalisasi: Proses pemiskinan yang terjadi di rumah tangga yang menimpa Natsuko dan ibu oleh ayahnya, (2) streotip: menganggap bahwa perempuan mudah digoda dengan materi (materialistis), dan perempuan yang berbadan gemuk terlihat jelek; (3) subordinasi: kedudukan perempuan yang lebih lebih rendah dari laki-laki yang terjadi dalam sektor rumah tangga yang menimpa majikan Hiroko, dan keluarga Natuko; (4) kekerasan: kekerasan langsung yakni tekanan fisik yang dialami oleh Hiroko berupa pemukulan yang dilakukan oleh suami majikan Hiroko kepada istrinya, pelacuran (prostitution) yang menimpa pelayan di bar, kekerasan terselubung yang menimpa Hiroko yang dilakukan oleh suami majikannya, dan kekerasan tidak langsung yang menimpa para hostes yang dilakukan oleh pelanggan; dan (5) beban ganda: pekerjaan yang ditanggung oleh Hiroko sebagai pembantu, dan Emiko yang berproesi sebagai ibu rumah tangga sekaligus pencari nafkah.

8 Penelitian yang berjudul Ketidakadilan Gender dalam Novel Isinga karya Dorothea Rosa Herliany: Kajian Kritik Sastra Feminis ditulis oleh Dewi Puspitasari, Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sebelas Maret. Penelitian ini mengungkap bentuk ketidakadilan gender yang terdapat dalam novel Isinga karya Dorothea Rosa Herliany yang ditinjau melalui pendekatan feminisme. Metode yang digunakan adalah metode analisis wacana. Perbedaan beberapa penelitian di atas dengan penelitian ini terletak pada objek material yang digunakan. Penelitian ini menggunakan teori feminis untuk mengidentifikasi dan menganalisis bentuk ketidakadilan gender dan citra perempuan yang terdapat dalam teks karena novel Belenggu belum pernah diteliti berdasarkan citra perempuan. Jadi, penelitian ini mengemukakan hal yang berbeda dengan yang sebelumnya. B. Landasan Teori Feminis merupakan sebuah gerakan yang berasumsi dan kesadaran bahwa perempuan pada dasarnya ditindas dan dieksploitasi, serta harus ada usaha untuk mengakhiri penindasan dan pengeksploitasian tersebut (Fakih, 2012:79). selanjutnya Aquarini mengatakan feminis dibagi menjadi dua paham. Yang pertama mengenai perempuan yang dipandang sebagai betina atau menurut kodratnya dalam hal menyusui, melahirkan, dan menstruasi. Paham feminis yang berikutnya ialah konstruksi sosial budaya yang diatribusikan kepada perempuan (2006:22),. Melalui sudut pandang feminis, dapat diasumsikan bahwa karya sastra merupakan sebuah situs budaya yang memuat berbagai macam bentuk

9 kesenjangan sosial yang terjadi antara laki-laki dan perempuan. Hakikat feminis merupakan gerakan transformasi sosial yang memperjuangkan perempuan dan sebuah gerakan yang berusaha memposisikan hak-hak yang setara bagi perempuan. Tong menjelaskan bahwa feminis merupakan sebuah gerakan yang berusaha untuk memperjuangkan dan merebut kembali kepentingan serta hak-hak yang seharusnya dimiliki oleh perempuan karena bias gender yang terjadi pada perempuan diakibatkan dari ideologi patriarkat yang dijunjung tinggi oleh lakilaki (Tong, 2010:16). Kondisi-kondisi fisik perempuan yang lebih lemah secara alamiah hendaknya tidak digunakan sebagai alasan untuk menempatkan kaum perempuan dalam posisinya yang lebih rendah. Pekerjaan perempuan selalu dikaitkan dengan memelihara, sedangkan laki-laki selalu dikaitkan dengan bekerja. Laki-laki memiliki kekuatan untuk menaklukkan, mengadakan ekspansi, dan bersifat agresif. Perempuan tidak bebas menentukan diri mereka sendiri. Pembagian kerja ini bertumpu pada stereotipe perempuan yang dianggap sebagai makhluk lemah secara fisik dan rasio. Inilah yang di sebut dengan domestifikasi terhadap perempuan. Perbedaan fisik yang diterima sejak lahir kemudian diperkuat dengan hegemoni struktur kebudayaan, adat istiadat, tradisi, pendidikan, dan sebagainya (Ratna, 2009:191). Salah satu masalah yang sering muncul dalam karya sastra adalah subordinasi perempuan. Perempuan dikondisikan dalam posisi lebih rendah dari laki-laki. Kondisi ini membuat perempuan berada dalam posisi tertindas, inferior, tidak memiliki kebebasan atas diri dan hidupnya. Hal itu berkaitan dengan masalah gender yang mempertanyakan tentang pembagian peran serta tanggung

10 jawab antara laki-laki dan perempuan. Fakih mengatakan perempuan dikondisikan sebagai makhluk yang lebih rendah, sedangkan laki-laki dikondisikan sebagai makhluk yang kuat. Akibatnya, peran perempuan sering diabaikan dalam kehidupan publik karena hanya cocok dalam peran keluarga saja (Fakih, 2012:15). Anggapan negatif terhadap perempuan atau pendefinisian perempuan dengan menggunakan kualitas yang dimiliki laki-laki sangat berhubungan dengan konsep gender. Untuk memahami konsep gender, harus dibedakan pengertian antara gender dan seks. Seks merupakan pembagian dua jenis kelamin manusia ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu. Hal ini dapat dicontohkan bahwa laki-laki yang memiliki penis dan jalaka 1, sedangkan perempuan yang memiliki vagina dan payudara. Gender adalah suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki dan perempuan yang dikonstruksi baik secara sosial maupun kultural (Fakih, 2012:8). Fakih mengatakan ketidakadilan gender termanifestasikan dalam berbagai bentuk, yaitu marginalisasi atau proses pemiskinan ekonomi, subordinasi atau anggapan tidak penting dalam keputusan politik, pembentukan stereotipe, kekerasan (violence), beban kerja lebih panjang, dan lebih banyak (burden) serta sosialisasi nilai peran gender (Fakih, 2012:13). 1. Citra Perempuan Pencitraan merupakan kumpulan citra (the collection of images) yang dipergunakan untuk melukiskan objek dalam karya sastra. Pencitraan erat kaitannya dengan sebuah citra karena pencitraan kumpulan dari citra tersebut. Gambaran mengenai perempuan dalam merepresentasikan kehidupannya melalui 1 Dalam bahasa jawa disebut kala menjing.

11 karya prosa dan fiksi dapat berupa citra perempuan. Penggambaran sosok perempuan dalam sebuah novel itu sendiri dapat menjelaskan kondisi sosial perempuan yang terwakili pada zaman tertentu. Penggambaran perempuan dapat pula disebut dengan citra perempuan (Saptiawan dan Sugihastuti, 2007:236). Paham tentang perempuan sebagai orang lemah lembut, permata, bunga, dan sebaliknya sebagai orang yang cerdas, aktif, dan sejenisnya yang selalu mewarnai sastra. Hampir seluruh karya sastra, baik yang dihasilkan oleh pengarang pria atau perempuan, dominasi pria selalu lebih kuat. Figur pria terus menjadi otoritas sehingga mengasumsikan bahwa perempuan adalah impian. Perempuan selalu sebagai kelas kedua warga kelas, dan tersubordinasi. Atas dasar itu, peneliti sastra ditantang untuk menggali lebih jauh konstruksi gender dalam sastra dari waktu ke waktu. Peneliti perlu menjelaskan keterjajahan perempuan oleh laki-laki dalam berbagai genre sastra. Konsep-konsep tradisional yang selalu memuliakan domestik perempuan, merumahkan, akan menjadi pertimbangan penting dalam penelitian. (Endraswara, 2011:143). 2. Bias Gender Bias gender adalah kebijakan atau kondisi yang memihak atau merugikan salah satu jenis kelamin. Anggapan bahwa kaum perempuan memiliki sifat memelihara, dan rajin, serta tidak cocok untuk menjadi kepala rumah tangga, berakibat bahwa semua pekerjaan domestik rumah tangga menjadi tanggung jawab kaum perempuan. Konsekuensinya, banyak kaum perempuan yang harus bekerja keras dan lama untuk menjaga kebersihan dan kerapian rumah tangganya, mulai dari membersihkan dan mengepel lantai, memasak, mencuci, mencari air untuk mandi hingga memelihara anak. Fakih menambahkan di kalangan keluarga

12 miskin, beban yang sangat berat ini harus ditanggung oleh perempuan tersebut harus bekerja, maka ia memikul beban kerja ganda (Fakih, 2012:21). Bias gender sering kali diperkuat dengan pandangan masyarakat, menilai pekerjaan dilakukan perempuan itu dinilai lebih rendah. Pekerjaan laki-laki dinilai lebih produktif daripada perempuan. Bagi perempuan telah disosialisasikan untuk menekuni peran domestik karena adanya bias gender. Di lain pihak, kaum lelaki tidak diwajibkan secara kultural untuk menekuni berbagai jenis pekerjaan domestik itu (Fakih, 2012:21). Bagi kaum menengah dan golongan kaya, beban kerja itu dilimpahkan kepada pembantu rumah tangga. Sesungguhnya, mereka ini menjadi korban bias gender di masyarakat. Mereka bekerja lebih lama dan berat, tanpa perlindungan dan kebijakan negara. Selain belum adanya kemauan politik untuk melindungi mereka, hubungan feodalistik 2 dan bahkan bersifat perbudakan tersebut memang belum secara transparan dilihat oleh masyarakat luas. Fakih menjelaskan kesemuanya ini telah memperkuat pelanggengan secara kultural dan struktural beban kerja kaum perempuan (Fakih, 2012:22). Udasmoro mengatakan bahwa pada dasarnya perempuan memiliki peranan yang pasif daripada laki-laki yang memiliki nilai lebih dalam segala hal (2009:33). Dalam tatanan ini, perempuan dijelaskan sebagai sosok yang tidak diharapkan oleh laki-laki. Hal ini dilihat dalam penataan lingkungan kerja. Sosok laki-laki selalu mendapatkan tempat yang diinginkannya, misalkan seperti pimpinan, pekerjaan dengan upah yang besar, serta kondisi lingkungan pekerjaan yang amat membantu dia (laki-laki) dalam kehidupannya. Di lain pihak, 2 Berhubungan dengan susunan masyarakat yang dikuasai oleh kaum bangsawan. Sistem sosial yang mengagung-agungkan jabatan atau pangkat dan bukan mengagung-agungkan prestasi kerja.

13 perempuan kurang mendapatkan apresiasi atas usaha yang dilakukannya. Pekerjaan perempuan dianggap sebagai pekerjaan yang tidak memerlukan tenaga yang lebih dalam bekerja (Udasmoro, 2009:13). Walby menjelaskan bahwa dalam pekerjaan, perempuan mendapatkan upah lebih sedikit daripada laki-laki karena keterampilannya serta pengalaman kerja mereka lebih sedikit dibandingkan dengan laki-laki (2014:42). C. Kerangka Pikir Deskripsi penelitian ini dapat dijelaskan dalam kerangka berpikir sebagai berikut. 1. Pada tahap awal, peneliti menentukan objek material dan objek formal sebagai bahan penelitian. Karya sastra sebagai hasil refleksi manusia dapat menjadi media yang strategis untuk menggambarkan bias gender yang terjadi. Novel Belenggu dapat dipandang sebagai suatu bentuk refleksi perempuan di berbagai aspek kehidupan masyarakat. Melalui novel ini, pengarang mewakili suara perempuan-perempuan dengan menarasikan kisah hidup Tini, Yah dan juga perempuan lain. 2. Tahap kedua, peneliti mulai menentukan latar belakang masalah dan perumusan masalah. Peneliti menemukan permasalahan mengenai bias gender yang dialami oleh perempuan-perempuan dalam novel Belenggu. Bias gender yang dialami, menggambarkan realitas kehidupan perempuan sebagai jenis kelamin kedua setelah jenis kelamin laki-laki (the second sex).

14 3. Tahap ketiga adalah menentukan teori yang digunakan untuk menganalisis permasalahan tersebut. Penelitian mengenai bias gender dan citra perempuan yang terdapat dalam novel Belenggu dikaji menggunakan teori kritik sastra feminis. 4. Tahap keempat, peneliti menentukan metode dan teknik analisis data. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis wacana, yaitu mengungkap bagaimana keterkaitan antara wacana dengan kenyataan (realitas). 5. Tahap kelima, analisis permasalahan dengan cara mendeskripsikan bentukbentuk bias gender dan citra perempuan yang terdapatd dalam novel Belenggu. 6. Tahap akhir adalah penarikan kesimpulan, yaitu menyimpulkan hasil analisis permasalahan dari penelitian ini.

15 Berikut disajikan bagan kerangka pikir. Bagan 1 Kerangka Pikir Novel Belenggu Karya Armijn Pane Kritik Sastra Feminis Bias gender dan citra perempuan Bias gender yang muncul dalam novel Belenggu Citra perempuan yang muncul dalam novel Belenggu Simpulan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka 1. Penelitian Terdahulu Kajian terdahulu dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menelusuri penelitian-penelitian terdahulu, khususnya penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi fisik yang lebih lemah dan dikenal lembut sering menjadi alasan untuk menempatkan kaum perempuan dalam posisi yang lebih rendah dari lakilaki. Secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pandangan pengarang terhadap fakta-fakta atau realitas yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pandangan pengarang terhadap fakta-fakta atau realitas yang terjadi dalam digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai karya sastra, novel muncul sebagai sebuah representasi atau pandangan pengarang terhadap fakta-fakta atau realitas yang terjadi dalam

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional ( 2005:588), konsep didefenisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Hadirnya tokoh dalam suatu karya dapat menghidupkan cerita dalam karya sastra. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perempuan oleh masyarakat kadang-kadang masih dianggap sebagai manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan tidak lebih penting

Lebih terperinci

ANALISIS KETIDAKADILAN GENDER DALAM NOVEL SALIKARYA DEWI LINGGASARI SKRIPSI

ANALISIS KETIDAKADILAN GENDER DALAM NOVEL SALIKARYA DEWI LINGGASARI SKRIPSI ANALISIS KETIDAKADILAN GENDER DALAM NOVEL SALIKARYA DEWI LINGGASARI SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi Sastra Indonesia (S1) dan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 27 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Dalam bagian metode penelitian, peneliti memaparkan mengenai (1) metode penelitian, (2) sumber data, (3) teknik penelitian, (4) definisi operasional. 3.1 Metode Penelitian

Lebih terperinci

Analisis Gender dan Transformasi Sosial Pembahas: Luh Anik Mayani

Analisis Gender dan Transformasi Sosial Pembahas: Luh Anik Mayani Analisis Gender dan Transformasi Sosial Pembahas: Luh Anik Mayani Pokok bahasan dalam buku Analisis Gender dan Transformasi Sosial karya Mansour Fakih ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu tentang analisis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 2008:8).Sastra sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam

I. PENDAHULUAN. 2008:8).Sastra sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Semi, 2008:8).Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam peradaban manusia semenjak ribuan tahun lalu. Penelitian terhadap karya sastra penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan pendapat yang mengatakan bahwa pengalaman dan imajinasi

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan pendapat yang mengatakan bahwa pengalaman dan imajinasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil ekspresi isi jiwa pengarangnya. Melalui karyanya pengarang mencurahkan isi jiwanya ke dalam tulisan yang bermediumkan bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu sastra pada hakikatnya selalu berkaitan dengan masyarakat. Sastra

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu sastra pada hakikatnya selalu berkaitan dengan masyarakat. Sastra BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu sastra pada hakikatnya selalu berkaitan dengan masyarakat. Sastra diciptakan untuk dinikmati, dihayati, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Luxemburg (1989:6) mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan berdasarkan imajinasi dan berlandaskan pada bahasa yang digunakan untuk memperoleh efek makna tertentu guna mencapai efek estetik. Sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra tercipta sebagai reaksi dinamika sosial dan kultural yang terjadi dalam masyarakat. Terdapat struktur sosial yang melatarbelakangi seorang pengarang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan dalam penelitian terhadap perempuan dalam roman Au Bonheur des Dames karya Émile Zola yang diambil sebagai objek penelitian ini memiliki beberapa implikasi.

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik

BAB IV KESIMPULAN. Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik 68 BAB IV KESIMPULAN Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik (ekonomi) merupakan konsep kesetaraan gender. Perempuan tidak selalu berada dalam urusan-urusan domestik yang menyudutkannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut (Ratna, 2009, hlm.182-183) Polarisasi laki-laki berada lebih tinggi dari perempuan sudah terbentuk dengan sendirinya sejak awal. Anak laki-laki, lebihlebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasannya. Penciptaan karya sastra digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasannya. Penciptaan karya sastra digunakan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan media yang digunakan oleh pengarang untuk menyampaikan gagasan-gagasannya. Penciptaan karya sastra digunakan untuk mengekspresikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi menyampaikan ide-ide atau gagasan-gagasan seorang penulis

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi menyampaikan ide-ide atau gagasan-gagasan seorang penulis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah karya imajinatif seorang pengarang. Hal ini sesuai dengan ungkapan Wallek dan Austin Warren (1989:3) bahwa karya sastra adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah berhasil dikumpulkan,

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah berhasil dikumpulkan, BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah berhasil dikumpulkan, diketahui bahwa terdapat beberapa penelitian yang dapat dijadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus informasi dan teknologi yang canggih yang menuntut masyarakat untuk lebih berperan aktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan wadah yang digunakan oleh pengarang dalam menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap berbagai masalah yang diamati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Semi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perselingkuhan sebagai..., Innieke Dwi Putri, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Perselingkuhan sebagai..., Innieke Dwi Putri, FIB UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra menggambarkan jiwa masyarakat. Karya sastra sebagai interpretasi kehidupan, melukiskan perilaku kehidupan manusia yang terjadi dalam masyarakat. Segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud atau hasil dari daya imajinasi seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan pengalaman pribadi atau dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan. kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan

BAB I PENDAHULUAN. Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan. kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan kesempatan tersebut terjadi baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam masyarakat. Kehidupan sosial, kehidupan individu, hingga keadaan psikologi tokoh tergambar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mana perbedaan perempuan dan laki-laki yang bersifat kodrat sebagai ciptaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mana perbedaan perempuan dan laki-laki yang bersifat kodrat sebagai ciptaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Gender Istilah gender diketengahkan oleh para ilmuwan sosial untuk menjelaskan mana perbedaan perempuan dan laki-laki yang bersifat kodrat sebagai ciptaan Tuhan dan mana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreatif penulis yang berisi potret kehidupan manusia yang dituangkan dalam bentuk tulisan, sehingga dapat dinikmati,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini. Terjadinya ketidakadilan gender kiranya dapat dipicu oleh masih kuatnya

BAB I PENDAHULUAN. ini. Terjadinya ketidakadilan gender kiranya dapat dipicu oleh masih kuatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan tentang perempuan pada saat ini masih menjadi perbincangan yang aktual dan tidak ada habisnya. Permasalahan berkaitan dengan perempuan seperti yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR. a. Pengertian Pemberdayaan Perempuan

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR. a. Pengertian Pemberdayaan Perempuan 9 BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Teori 1. Pemberdayaan Perempuan a. Pengertian Pemberdayaan Perempuan Pemberdayaan berasal dari kata empowerment merupakan konsep yang lahir dari perkembangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki

BAB 1 PENDAHULUAN. Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki dan perempuan dibedakan sesuai dengan perannya masing-masing yang dikonstruksikan

Lebih terperinci

Pemahaman Analisis Gender. Oleh: Dr. Alimin

Pemahaman Analisis Gender. Oleh: Dr. Alimin Pemahaman Analisis Gender Oleh: Dr. Alimin 1 2 ALASAN MENGAPA MENGIKUTI KELAS GENDER Isu partisipasi perempuan dalam politik (banyak caleg perempuan) Mengetahui konsep gender Bisa menulis isu terkait gender

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuat karya sastra berangkat dari fenomena-fenomena sosial, politik, dan

BAB I PENDAHULUAN. membuat karya sastra berangkat dari fenomena-fenomena sosial, politik, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra diciptakan oleh pengarang dalam beberapa alasan yaitu proses berpikir secara imajinatif, fiktif, kontemplasi dan mengenai realita yang terjadi di masyarakat

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan 5.1.1 Struktur Naskah Pertja Objek penelitian yang digunakan dalam kajian skripsi ini adalah naskah drama yang berjudul Pertja karya Benjon atau Benny Yohanes. Lakon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ataupun perasaan seseorang dari apa yang dialaminya. Ekspresi kreatif tersebut

BAB I PENDAHULUAN. ataupun perasaan seseorang dari apa yang dialaminya. Ekspresi kreatif tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan ekspresi kreatif untuk menuangkan ide, gagasan, ataupun perasaan seseorang dari apa yang dialaminya. Ekspresi kreatif tersebut akan senantiasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui berbagai kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai lingkungan fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perempuan adalah tiang negara, artinya tegak runtuhnya suatu negara berada di tangan kaum perempuan. Penerus peradaban lahir dari rahim seorang perempuan,

Lebih terperinci

ANALISIS KETIDAKADILAN GENDER DALAM NOVEL NAMAKU HIROKO KARYA N.H DINI (SEBUAH KAJIAN SASTRA FEMINISME)

ANALISIS KETIDAKADILAN GENDER DALAM NOVEL NAMAKU HIROKO KARYA N.H DINI (SEBUAH KAJIAN SASTRA FEMINISME) ANALISIS KETIDAKADILAN GENDER DALAM NOVEL NAMAKU HIROKO KARYA N.H DINI (SEBUAH KAJIAN SASTRA FEMINISME) Oleh S I S K A Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP Universitas Tadulako violetsiska@ymail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. yakni Bagaimana struktur novel Tanah Tabu karya Anindita S. Thayf? dan

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. yakni Bagaimana struktur novel Tanah Tabu karya Anindita S. Thayf? dan 324 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Setelah melalui tahap analisis, sampailah kita pada bagian simpulan. Simpulan ini akan mencoba menjawab dua pertanyaan besar pada awal penelitian, yakni Bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup menggembirakan. Kini setiap saat telah lahir karya-karya baru, baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. cukup menggembirakan. Kini setiap saat telah lahir karya-karya baru, baik dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra Bali Modern dari waktu ke waktu menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan. Kini setiap saat telah lahir karya-karya baru, baik dalam bentuk puisi, cerita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan dengan bahasa, baik lisan maupun tulis, yang mengandung keindahan. Karya sastra

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. memfokuskan pada Ideologi Tokoh Utama Wanita Dalam Novel Surga Yang Tak

BAB V PENUTUP. memfokuskan pada Ideologi Tokoh Utama Wanita Dalam Novel Surga Yang Tak BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Novel Surga Yang Tak Dirindukan adalah karya Asma Nadia. Penelitian ini memfokuskan pada Ideologi Tokoh Utama Wanita Dalam Novel Surga Yang Tak Dirindukan Karya Asma Nadia Kajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir melalui pengarang-pengarang yang cerdas di kalangan masyarakat.sastra muncul karena pengaruh dari zaman ke zaman, mulai dari sastra lama kemudian

Lebih terperinci

BAB II. Kajian Pustaka. hukum adat. Harta orangtua yang tidak bergerak seperti rumah, tanah dan sejenisnya

BAB II. Kajian Pustaka. hukum adat. Harta orangtua yang tidak bergerak seperti rumah, tanah dan sejenisnya BAB II Kajian Pustaka 2.1. Perempuan Karo Dalam Perspektif Gender Dalam kehidupan masyarakat Batak pada umumnya dan masyarakat Karo pada khususnya bahwa pembagian harta warisan telah diatur secara turun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dan Eksploitasi Wanita dalam Novel The Lost Arabian Women karya Qanta A.

BAB II KAJIAN TEORI. dan Eksploitasi Wanita dalam Novel The Lost Arabian Women karya Qanta A. BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Penelitian yang Relevan Sebelumnya Kajian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang telah dilakukan oleh Nikmawati yang berjudul Perlawanan Tokoh Terhadap Diskriminasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk realita dari hasil imajinasi dan pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana ekspresi pengarang saja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih dapat kita jumpai hingga saat ini. Perbedaan antara laki- laki dan

BAB I PENDAHULUAN. masih dapat kita jumpai hingga saat ini. Perbedaan antara laki- laki dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Timbulnya anggapan bahwa perempuan merupakan kaum lemah masih dapat kita jumpai hingga saat ini. Perbedaan antara laki- laki dan perempuan yang telah di konstruksikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan bahan acuan yang dipakai dalam penelitian sekaligus sumber ide untuk menggali pemikiran dan gagasan baru. Kajian

Lebih terperinci

KETIDAKADILAN GENDER NOVEL SALI KARYA DEWI LINGGASARI Gender Injustice Novel SALI Author by Dewi Linggasari

KETIDAKADILAN GENDER NOVEL SALI KARYA DEWI LINGGASARI Gender Injustice Novel SALI Author by Dewi Linggasari KETIDAKADILAN GENDER NOVEL SALI KARYA DEWI LINGGASARI Gender Injustice Novel SALI Author by Dewi Linggasari Elfa Fithriyana, Sri Mariati, Titik Maslikatin Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gender. Kekerasan yang disebabkan oleh bias gender ini disebut gender related

BAB I PENDAHULUAN. gender. Kekerasan yang disebabkan oleh bias gender ini disebut gender related BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekerasan terhadap perempuan adalah persoalan pelanggaran kondisi kemanusiaan yang tidak pernah tidak menarik untuk dikaji. Menurut Mansour Fakih (2004:17) kekerasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akar perselisihan. Isu dan permasalahan yang berhubungan dengan gender,

BAB I PENDAHULUAN. akar perselisihan. Isu dan permasalahan yang berhubungan dengan gender, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat masih terkungkung oleh tradisi gender, bahkan sejak masih kecil. Gender hadir di dalam pergaulan, percakapan, dan sering juga menjadi akar perselisihan.

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. dalam menentukan dan membentuk konstruksi sosial, yaitu aturan-aturan dan batasan

BAB IV KESIMPULAN. dalam menentukan dan membentuk konstruksi sosial, yaitu aturan-aturan dan batasan BAB IV KESIMPULAN Secara formal, Era Victoria dimulai pada tahun 1837 hingga 1901 dibawah pimpinan Ratu Victoria. Era Victoria yang terkenal dengan Revolusi industri dan kemajuan di berbagai bidang kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. genre-genre yang lain. Istilah prosa sebenarnya dapat menyaran pada pengertian

BAB I PENDAHULUAN. genre-genre yang lain. Istilah prosa sebenarnya dapat menyaran pada pengertian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia kesastraan mengenal prosa sebagai salah satu genre sastra di samping genre-genre yang lain. Istilah prosa sebenarnya dapat menyaran pada pengertian yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Media seni-budaya merupakan tempat yang paling banyak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Media seni-budaya merupakan tempat yang paling banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media seni-budaya merupakan tempat yang paling banyak merepresentasikan perempuan sebagai pihak yang terpinggirkan, tereksploitasi, dan lain sebagainya. Perempuan sebagai

Lebih terperinci

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan BAB VI SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan analisis data, hasil analisis, dan pembahasan dapat disimpulkan dari cerpen Indonesia pengarang perempuan dekade 1970-2000-an beberapa hal berikut. Struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Karya sastra lahir karena adanya daya imajinasi yang di dalamnya terdapat ide, pikiran, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu membedakan karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergantung dari perubahan sosial yang melatarbelakanginya (Ratna, 2007: 81). Hal

BAB I PENDAHULUAN. tergantung dari perubahan sosial yang melatarbelakanginya (Ratna, 2007: 81). Hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah sistem semiotik terbuka, karya dengan demikian tidak memiliki kualitas estetis intrinsik secara tetap, melainkan selalu berubah tergantung dari

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Perempuan di berbagai belahan bumi umumnya dipandang sebagai manusia yang paling lemah, baik itu oleh laki-laki maupun dirinya sendiri. Pada dasarnya hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. realitas kehidupan sosial. Karya sastra pada umumnya bersifat dinamis, sesuai

BAB I PENDAHULUAN. realitas kehidupan sosial. Karya sastra pada umumnya bersifat dinamis, sesuai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu cipta karya masyarakat, sedangkan masyarakat adalah salah satu elemen penting dalam karya sastra. Keduanya merupakan totalitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan Indonesia kearah modernisasi maka semakin banyak peluang bagi perempuan untuk berperan dalam pembangunan. Tetapi berhubung masyarakat

Lebih terperinci

ANALISIS KETIDAKADILAN GENDER PADA TOKOH PEREMPUAN DALAM NOVEL KUPU-KUPU MALAM KARYA ACHMAD MUNIF

ANALISIS KETIDAKADILAN GENDER PADA TOKOH PEREMPUAN DALAM NOVEL KUPU-KUPU MALAM KARYA ACHMAD MUNIF ANALISIS KETIDAKADILAN GENDER PADA TOKOH PEREMPUAN DALAM NOVEL KUPU-KUPU MALAM KARYA ACHMAD MUNIF Endah Susanti SMP Muhammadiyah Malang Abstrak Masalah yang diteliti dalam penelitian ini: 1)bagaimana bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam realitas kehidupan, perbedaan peran sosial laki-laki dan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam realitas kehidupan, perbedaan peran sosial laki-laki dan perempuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam realitas kehidupan, perbedaan peran sosial laki-laki dan perempuan dimana laki-laki lebih diunggulkan dari perempuan. Seorang perempuan berlaku lemah lembut dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Dalam penelitian ini, peneliti meneliti mengenai pemaknaan pasangan suami-istri di Surabaya terkait peran gender dalam film Erin Brockovich. Gender sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki

BAB I PENDAHULUAN. Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki pada posisi dan kekuasaan yang lebih dominan dibandingkan perempuan. Secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperbincangkan perempuan dan laki-laki. Perempuan selama ini selalu saja

BAB I PENDAHULUAN. memperbincangkan perempuan dan laki-laki. Perempuan selama ini selalu saja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gender adalah permasalahan yang sudah menjadi topik umum setiap memperbincangkan perempuan dan laki-laki. Perempuan selama ini selalu saja dianggap sebagai kaum lemah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengetahui pandangan budaya dalam suatu masyarakat, tidak hanya didapatkan dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang bersangkutan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat memberikan tanggapannya dalam membangun karya sastra.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia. berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, imajinasi, ide, keyakinan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia. berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, imajinasi, ide, keyakinan dalam BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, imajinasi, ide, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan,

Lebih terperinci

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang melahirkan aliran feminisme, yakni: 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik * *Tokoh : Robert Merton & Talcott Parsons. *Teori

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Behavior dalam Pandangan Nitze tentang Perspektif Tuan dan Buruh Sosiologi perilaku memusatkan perhatian pada hubungan antara pengaruh perilaku seorang aktor terhadap lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan dan keadaan sosial masyarakat baik secara langsung maupun tidak

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan dan keadaan sosial masyarakat baik secara langsung maupun tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan suatu bentuk kreativitas pengarang yang di dalamnya mengandung ungkapan perasaan dan pikiran pengarang yang bersumber dari realitas kehidupan

Lebih terperinci

MEMAHAMI GENDER UNTUK MENGATASI KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

MEMAHAMI GENDER UNTUK MENGATASI KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA MEMAHAMI GENDER UNTUK MENGATASI KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Oleh : Rahmah Marsinah, SH, MM ----------------------------------------- Abstract : Perbedaan jender pada dasarnya merupakan hal yang biasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. definisi operasional. Pembahasan lebih lanjut mengenai hal-hal di atas adalah sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. definisi operasional. Pembahasan lebih lanjut mengenai hal-hal di atas adalah sebagai 1 BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab satu ini, dibahas mengenai (1) latar belakang masalah, (2) batasan masalah, (3) rumusan masalah, (4) tujuan penelitian, (5) manfaat penelitian, dan (6) definisi operasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah penafsiran kebudayaan yang jitu. Sastra bukan sekadar seni

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah penafsiran kebudayaan yang jitu. Sastra bukan sekadar seni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah penafsiran kebudayaan yang jitu. Sastra bukan sekadar seni yang merekam kembali alam kehidupan, akan tetapi yang memperbincangkan kembali lewat suatu

Lebih terperinci

GENDER DALAM PERKEMBANGAN MASYARAKAT. Agustina Tri W, M.Pd

GENDER DALAM PERKEMBANGAN MASYARAKAT. Agustina Tri W, M.Pd GENDER DALAM PERKEMBANGAN MASYARAKAT Agustina Tri W, M.Pd Manusia dilahirkan o Laki-laki kodrat o Perempuan Konsekuensi dg sex sbg Laki-laki Sosial Konsekuensinya dg sex sbg Perempuan 2 Apa Pengertian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. pembanding untuk penelitian kali ini. Beberapa penelitian tersebut dipaparkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. pembanding untuk penelitian kali ini. Beberapa penelitian tersebut dipaparkan BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 1.1 Kajian Pustaka Berdasarkan data yang dikumpulkan baik berupa skripsi, jurnal maupun hasil penelitian lainnya, ditemukan beberapa penelitian yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerja dan itu menjadi penanda waktu yang beremansipasi.

BAB I PENDAHULUAN. pekerja dan itu menjadi penanda waktu yang beremansipasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perempuan dalam televisi senantiasa hanya mempertentangkan antara wanita karir dan menjadi ibu-ibu rumah tangga. Dua posisi ini ada didalam lokasi yang berseberangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesetaraan antara kaum pria dan wanita dalam bidang sosial, politik, dan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. kesetaraan antara kaum pria dan wanita dalam bidang sosial, politik, dan ekonomi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Feminisme merupakan suatu konsep yang menggambarkan tentang kesetaraan antara kaum pria dan wanita dalam bidang sosial, politik, dan ekonomi. Menurut

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN. Pada bab ini akan membahas dan menjelaskan hasil dan analisis pengujian

BAB 6 PEMBAHASAN. Pada bab ini akan membahas dan menjelaskan hasil dan analisis pengujian BAB 6 PEMBAHASAN Pada bab ini akan membahas dan menjelaskan hasil dan analisis pengujian terhadap hipotesis yang telah diajukan. Penjelasan secara diskripsi tentang hasil pnelitian ini menekankan pada

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 318 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan Berdasarkan capaian hasil penelitian dan pembahasan seperti yang tertuang pada bab IV, bahwa penelitian ini telah menghasilkan dua analisis, pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial masyarakat di dalam karya sastra adalah hubungan antara laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. sosial masyarakat di dalam karya sastra adalah hubungan antara laki-laki dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan cerminan sosial masyarakat. Salah satu cerminan sosial masyarakat di dalam karya sastra adalah hubungan antara laki-laki dan perempuan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai rancangan penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN Citra Tokoh Utama Perempuan die Kleine sebagai Subordinat dalam Novel RELAX karya Henni von Lange RELAX RELAX

BAB 4 KESIMPULAN Citra Tokoh Utama Perempuan die Kleine sebagai Subordinat dalam Novel RELAX karya Henni von Lange RELAX RELAX BAB 4 KESIMPULAN Berdasarkan teori yang sudah dipaparkan dalam bab dua dan analisis yang telah dilakukan dalam bab tiga, maka kesimpulan dari skripsi yang berjudul Citra Tokoh Utama Perempuan die Kleine

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produk tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produk tidak hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produk tidak hanya tergantung pada keunggulan teknologi, sarana dan prasarana, melainkan juga tergantung pada kualitas

Lebih terperinci

BIAS GENDER DAN PERJUANGAN TOKOH UTAMA PEREMPUAN DALAM NOVEL DE WINST KARYA AFIFAH AFRA SEBUAH KAJIAN FEMINISME DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

BIAS GENDER DAN PERJUANGAN TOKOH UTAMA PEREMPUAN DALAM NOVEL DE WINST KARYA AFIFAH AFRA SEBUAH KAJIAN FEMINISME DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA BIAS GENDER DAN PERJUANGAN TOKOH UTAMA PEREMPUAN DALAM NOVEL DE WINST KARYA AFIFAH AFRA SEBUAH KAJIAN FEMINISME DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Canadian Aditya Saputra NIM 082110088 Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan agraris, dimana terdiri dari banyak pulau dan sebagian besar mata pencaharian penduduknya bercocok tanam atau petani. Pertanian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berjudul Citra Perempuan dalam Novel Hayuri karya Maria Etty, penelitian ini

BAB II LANDASAN TEORI. berjudul Citra Perempuan dalam Novel Hayuri karya Maria Etty, penelitian ini 12 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Sejenis Penelitian lain yang membahas tentang Citra Perempuan adalah penelitian yang pertama dilakukan oleh Fitri Yuliastuti (2005) dalam penelitian yang berjudul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan perasaan, pikiran dan lain-lain. Cara mengungkapkan ekspresi

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan perasaan, pikiran dan lain-lain. Cara mengungkapkan ekspresi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk yang ekspresif. Di dunia ini banyak sekali cara mengekspresikan perasaan, pikiran dan lain-lain. Cara mengungkapkan ekspresi ini dapat lewat

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Simpulan. hubungan intertekstual antara novel Tantri Perempuan yang Bercerita karya Cok

BAB V PENUTUP. A. Simpulan. hubungan intertekstual antara novel Tantri Perempuan yang Bercerita karya Cok digilib.uns.ac.id BAB V PENUTUP A. Simpulan Fokus kajian dalam penelitian ini adalah menemukan benang merah hubungan intertekstual antara novel Tantri Perempuan yang Bercerita karya Cok Sawitri terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran kaum perempuan Indonesia dalam menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam menegakkan NKRI dipelopori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Karya sastra itu dapat dinikmati dan dipahami oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Karya sastra itu dapat dinikmati dan dipahami oleh semua 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra dijadikan sebagai pandangan kehidupan bermasyarakat. Karya sastra itu dapat dinikmati dan dipahami oleh semua orang, khususnya pecinta sastra.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman

BAB I PENDAHULUAN. yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkebunan merupakan aktivitas budi daya tanaman tertentu pada lahan yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman tahunan yang jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja sangatlah terbatas (Suratiyah dalam Irwan, 2006)

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja sangatlah terbatas (Suratiyah dalam Irwan, 2006) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum masalah utama yang sedang dihadapi secara nasional adalah sedikitnya peluang kerja, padahal peluang kerja yang besar dalam aneka jenis pekerjaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. gender dengan kata seks atau jenis kelamin yang ditentukan secara biologis. Misalnya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. gender dengan kata seks atau jenis kelamin yang ditentukan secara biologis. Misalnya BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gender dan Kekerasan Terhadap Perempuan Menurut fakih (1996) dalam memahami konsep gender maka harus dibedakan pada kata gender dengan kata seks atau jenis kelamin yang ditentukan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Simpulan. Sumarah karya Tentrem Lestari dapat diambil simpulan sebagai berikut.

BAB V PENUTUP. A. Simpulan. Sumarah karya Tentrem Lestari dapat diambil simpulan sebagai berikut. digilib.uns.ac.id 84 BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap monolog Balada Sumarah karya Tentrem Lestari dapat diambil simpulan sebagai berikut. 1. Bentuk-bentuk

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Simpulan dan Saran. Keduanya merupakan bagian penutup dari tesis ini.

BAB V PENUTUP. Simpulan dan Saran. Keduanya merupakan bagian penutup dari tesis ini. BAB V PENUTUP Pada bagian ini akan dikemukakan tentang dua hal yang merupakan Simpulan dan Saran. Keduanya merupakan bagian penutup dari tesis ini. A. Simpulan 1. Denda adat di Moa merupakan tindakan adat

Lebih terperinci

1Konsep dan Teori Gender

1Konsep dan Teori Gender 1Konsep dan Teori Gender Pengantar Dalam bab ini akan disampaikan secara detil arti dan makna dari Gender, serta konsepsi yang berkembang dalam melihat gender. Hal-hal mendasar yang perlu dipahami oleh

Lebih terperinci

KETIDAKADILAN GENDER DALAM NOVEL ISINGA KARYA DOROTHEA ROSA HERLIANY: Kajian Kritik Sastra Feminis

KETIDAKADILAN GENDER DALAM NOVEL ISINGA KARYA DOROTHEA ROSA HERLIANY: Kajian Kritik Sastra Feminis KETIDAKADILAN GENDER DALAM NOVEL ISINGA KARYA DOROTHEA ROSA HERLIANY: Kajian Kritik Sastra Feminis SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Program Studi Sastra

Lebih terperinci