BAB I PENDAHULUAN. kesetaraan antara kaum pria dan wanita dalam bidang sosial, politik, dan ekonomi.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. kesetaraan antara kaum pria dan wanita dalam bidang sosial, politik, dan ekonomi."

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Feminisme merupakan suatu konsep yang menggambarkan tentang kesetaraan antara kaum pria dan wanita dalam bidang sosial, politik, dan ekonomi. Menurut The Oxford Companion to the English Language dalam Kurniawan (2005: 150), feminisme berasal dari kata femina dalam bahasa Latin yang berarti seorang perempuan. Dengan demikian feminisme berkenaan dengan hak-hak perempuan dalam lingkungan sosial. Kaum feminisme menganggap bahwa selama ini perempuan selalu diasingkan oleh masyarakat penganut patriarki. Menurut Robbin (Musthafa, 2008: 86) ada beberapa pertanyaan yang mewakili arah perhatian tersebut di antaranya adalah bagaimana teks sastra memperlakukan wanita? Penulis memilih novel berjudul Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy sebagai bahan pengkajian feminisme. Penulis ingin melihat pandangan pengarang pria terhadap nilai-nilai feminisme. Walaupun secara narasi besar novel tersebut dominan membahas nilai religius, secara narasi kecil novel tersebut diprediksi mengandung nilai-nilai feminisme. Kajian feminisme dalam novel masa mutakhir yang mempunyai kedalaman ide, harus dilakukan sehingga akan menghasilkan berbagai temuan dalam novel tersebut. Ahmad Tohari pada pengantar novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy mengatakan sebagai novel pembangun jiwa (Shirazy, 2006). Sedangkan pada pengantar novel Ayat-ayat Cinta karya Habiburrahman El 1

2 2 Shirazy menyebutnya Hamka kecil telah lahir, Ayat-ayat Cinta buktinya (Shirazy, 2006). Masalah sosial dan kemanusiaan yang abadi bisa direkam dalam cerita, misalnya: kemiskinan, hubungan manusia dengan Tuhan, cinta serta kearifan merupakan tema abadi dalam karya sastra mana pun. Novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy secara umum bernuansakan tema tersebut. Maka secara khusus pada penelitian ini mencoba membuka tabir nilainilai feminisme dari hal-hal yang umum tersebut. Novel Ketika Cinta Bertasbih sedang hangat dibicarakan dan sangat dikenal masyarakat dari berbagai lapisan. Satu hal yang unik, bahwa novel ini mempunyai daya tarik dari alur cerita sehingga telah diangkat ke layar lebar, dan bisa menembus masyarakat awam selain bagi pencinta sastra intelektual. Oleh karena itu peneliti tergerak hati mencoba membuka makna yang lebih luas dari permukaan cerita. Jika meminjam istilah dari Chomsky adalah menggali struktur dalam (deep structure) dari struktur luar (surface structure). Masyarakat sangat sia-sia jika hanya mengenal isi novel secara sepintas tanpa memahami kedalaman makna. Uji kelayakan terhadap karya sastra perlu dilakukan oleh masyarakat dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Uji kelayakan karya sastra (Ratna, 2007: 239) dengan menggunakan Model Analisis Dekonstruksi selanjutnya disebut MAD merupakan sebuah perspektif baru dalam penelitian sastra. Penelitian karya sastra MAD pernah dilakukan oleh Sumarwan 2

3 3 (2009) dengan judul Larung dan Dekonstruksi Wacana Patriarkal. Penelitian tersebut, menghasilkan simpulan bahwa pengarang novel berupaya mendekonstruksikan wacana patriarki. Tetapi penelitian tersebut baru mengkaji pembalikan oposisi biner saja secara sederhana. Penulis mencoba menerapkan MAD dalam karya sastra novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy, yaitu sebuah novel religius dengan meninjau nilai-nilai feminisme serta mengembangkan model tersebut menjadi model pembelajaran di kelas 8 SMPN 2 Cihaurbeuti. Pengkajian MAD diupayakan lebih mendalam dan lengkap dari penelitian terdahulu. Penelitian dari sudut nilai-nilai feminisme sudah dilakukan oleh beberapa peneliti, di antaranya Darma (2006) membahas model Analisis Wacana Kritis Berideologi Gender dari kumpulan cerpen karangan wanita yang dimuat pada Kompas. Penelitian tersebut pernah dilakukan oleh Aisyah (2004), hanya Aisyah meninjau kesadaran feminisme pada ibu dharma wanita, mungkin karena dilandasi persepsi bahwa feminisme identik dengan ibu-ibu. Adapun Nasihin (2008) seorang peneliti laki-laki tertarik mencari nilai-nilai feminisme yang dihubungkan dengan seksualitas. Penulis mencoba mencari nilai feminisme pada karya novel yang ditulis pengarang laki-laki (androtext). Penelitian tersebut merupakan kebalikan dari penelitian Darma (2006), Aisyah (2004) dan Nasihin (2008) meneliti nilai-nilai feminisme pada karya sastra yang ditulis pengarang wanita. Penelitian dilakukan untuk mendeskripsikan bagaimana sikap pengarang laki-laki terhadap nilai-nilai feminisme. Bukankah laki-laki adalah oposisi biner secara langsung dengan wanita yang dikatakan mempunyai nilai-nilai feminisme? 3

4 4 Pemilihan novel ini sejalan dengan MAD pada posmodernisme, dengan alasan memutarbalikkan konstruksi yang telah ada, termasuk asumsi bahwa feminisme adalah milik wanita dan hanya dipikirkan oleh wanita. Penulis ingin mencari sisi lain pengakuan pengarang laki-laki terhadap kesadaran kesetaraan gender. Penelitian ini merupakan penelitian lebih lanjut dari penelitian oposisi biner yang dilakukan oleh Nasihin (2008). Analisis pembalikan oposisi biner dilakukan penulis di antara analisis yang lain, bertujuan menunjukkan keberpihakan pada feminisme. Selanjutnya penulis menghubungkan secara intertekstualitas dengan nilai religius yang turut pula mempengaruhi nilai-nilai feminisme dalam novel tersebut. Penelitian ini tidak terlalu menonjolkan oposisi antara wacana patriarki dengan wacana feminisme, tetapi lebih meninjau akulturasi dari kedua wacana tersebut, serta menambahkan akulturasi dengan wacana religius. Inilah ciri khas penelitian yang dilakukan oleh penulis. Penelitian feminisme pada dasarnya melihat ketimpangan yang dialami kaum perempuan dalam kehidupan. Berbagai bentuk ketidakadilan gender digambarkan, antara lain oleh Fakih (Darma, 2006) 1. marginalisasi atau pemiskinan ekonomi ; 2. subordinasi atau anggapan tidak penting (pengesampingan perempuan dalam rumah tangga atau politik); 3. pembentukan stereotip atau pelabelan negatif terhadap perempuan; 4. kekerasan (violence) baik dalam rumah tangga maupun di luar rumah tangga; 5. beban kerja yang lebih banyak dan lebih lebih panjang (burden); 6. diskriminasi (pembedaan peran dan kedudukan); 4

5 5 7. represi (pengucilan). Demikian pula pada teori nature atau kodrat memandang perbedaan fisiologis dan biologis antara perempuan dan laki-laki. Berdasarkan teori ini timbullah ideologi yang bersifat biner (Darma, 2006: 38). Laki-laki digambarkan sebagai manusia yang kuat, rasional, aktif, eksploratif, dan agresif. Sedangkan perempuan digambarkan sebagai manusia yang lemah, pasif, submisif, dan ketergantungan. Penemuan oposisi biner merupakan penemuan kaum strukturalisme diwarnai dengan penemuan Derrida tentang hierarki. Derrida menyatakan bahwa hubungan dalam oposisi biner bukanlah hubungan damai antara dua hal yang saling berhadapan, tetapi sebuah hierarki yang kejam. Term yang satu menguasai, mendominasi dan membawahi term yang lain (Sumarwan, 2009). Bagaimanakah gambaran nilai-nilai feminisme pada novel Ketika Cinta Bertasbih yang ditulis Habiburrahman seorang pengarang laki-laki? Masihkah perempuan digambarkan dengan penuh ketimpangan dan kelemahan? Hal inilah yang dijadikan titik tolak penelitian sekaligus menjadi kegelisahan penulis untuk pengkajian lebih mendalam dari novel tersebut. Pengembangan MAD digunakan untuk menganalisis nilai feminisme dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman dan model pembelajaran di kelas 8 SMPN 2 Cihaurbeuti. Hal itu dilakukan sebagai alternatif pemilihan model baru sehingga diharapkan dapat memotivasi siswa agar mempunyai daya apresiasi yang lebih tinggi. Model tersebut relevan digunakan pada zaman sekarang sebagai era posmodernisme, karena lahir pada masa 5

6 6 posmodernisme. Model itu pun sangat relevan untuk mengkaji nilai feminisme karena mengakui penokohan marginal yaitu perempuan dengan pembalikan oposisi biner. Oposisi biner mengakui di antaranya aktif >< pasif (sifat aktif berlaku untuk laki-laki sedangkan sifat pasif berlaku untuk perempuan). Pada MAD terjadi pembalikan yaitu tidak menutup kemungkinan perempuan mempunyai sifat aktif sedangkan laki-laki tidak menutup kemungkinan pula bersifat pasif. Jadi dapat digambarkan pembalikan pasif >< aktif. Jika pengembangan MAD tidak digunakan untuk mengkaji nilai feminisme maka pemahaman nilai feminisme masih dangkal dan membosankan. Dengan demikian penelitian menggunakan MAD diharapkan memperkaya khazanah analisis sastra sehingga lebih menarik. B. Fokus Penelitian Sesuai dengan pernyataan Spradley (Sugiyono, 2007: 34) bahwa A focused refer to a single cultural domain or a few related domains maksudnya bahwa fokus merupakan domain tunggal atau beberapa domain yang terkait dari situasi sosial (lapangan). Cara menentukan fokus di antaranya adalah menetapkan fokus yang memiliki nilai temuan untuk pengembangan IPTEK (Spradley dalam Sugiyono, 2007: 34). Setelah membaca serta menganalisis novel Ketika Cinta Bertasbih karangan Habiburrahman El Shirazy secara umum (menurut narasi besar) selama satu bulan, maka fokus penelitian ini diarahkan pada: 6

7 7 1. karakteristik nilai-nilai feminisme pada tokoh perempuan (menurut narasi kecil) dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karangan Habiburrahman El Shirazy dengan MAD. 2. aplikasi model MAD dalam mengkaji nilai feminisme novel Ketika Cinta Bertasbih karangan Habiburrahman El Shirazy pada proses pembelajaran di kelas 8 SMPN 2 Cihaurbeuti. C. Identifikasi Masalah Penelitian Berdasarkan pemahaman analisis sastra dalam pengajaran sastra, pada dasarnya adalah suatu proses untuk membawa peserta didik memahami karya sastra secara lebih baik. Selama ini jenis analisis yang dipahami siswa berdasarkan pengamatan sementara, masih sebatas pengenalan teori dan kurang memahami esensi dari pencarian suatu makna karya. Selain itu terdapat hasil analisis karya pengarang terkenal di Indonesia yang menyebabkan baik pengajar maupun siswa merasa cukup memahami karya tersebut. Berdasarkan uraian di atas, fokus penelitian ini adalah pengajaran sastra berupa kegiatan menganalisis karya sastra dan mencari faktor yang menyebabkan kegiatan analisis karya sastra kurang diminati siswa. Hal itu di antaranya disebabkan siswa kurang memahami teori analisis sastra. Permasalahan tersebut disebabkan pula karena tidak ada teori analisis karya sastra yang menarik bagi siswa. Latar belakang masalah dikemukakan pada bagian depan masih tergolong luas dalam jangkauan dan kedalaman penelitian yang akan dilakukan. Pelaksanaan penelitian akan lebih operasional jika disusun identifikasi masalah penelitian. 7

8 8 Pertama, novel yang akan dikaji terbatas pada Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy. Analisis dilakukan untuk mencari nilai feminisme, terutama pada penokohan wanita yang dianggap mewakili nilai feminisme. Kedua, teori yang digunakan untuk mengkaji novel adalah MAD. Ketiga, kajian novel digunakan untuk menunjang pengembangan MAD di SMPN 2 Cihaurbeuti. D. Pembatasan Masalah Dari penjelasan di atas penulis membatasi pada permasalahan sebagai berikut. 1. Pembatasan Masalah yang Berkaitan dengan Responden Responden adalah siswa kelas 8 SMPN 2 Cihaurbeuti kabupaten Ciamis. Pemilihan responden siswa tersebut karena peneliti adalah praktisi pendidikan di sekolah tersebut sehingga mempunyai kewajiban untuk meningkatkan kualitas pembelajaran terhadap siswa sebagai subjek pendidikan. 2. Pembatasan Masalah yang Berkaitan dengan Materi Sastra Karya sastra sangat beragam maka dalam penelitian ini diwakili oleh karya sastra jenis prosa. Jenis prosa yang dipilih adalah novel dengan pertimbangan sangat kurang minat siswa untuk membaca novel. Pada umumnya siswa lebih senang membaca cerpen karena tidak memerlukan waktu yang lama untuk membaca. Padahal menurut KTSP, siswa SMP dituntut membaca buku baik sastra maupun nonsastra sekurang-kurangnya 15 buah. Pada penelitian ini Penulis 8

9 9 berusaha memotivasi siswa membaca dan menganalisis novel dengan model analisis yang baru dan menarik. 3. Pembatasan Masalah yang Berkaitan dengan Analisis Sastra Pengukuran tingkat kemampuan siswa dalam penelitian ini hanya dinilai dalam bentuk analisis ragam tulisan. Dengan pertimbangan analisis karya sastra novel lebih tepat dilakukan secara tertulis. Pembatasan dilakukan karena cukup banyak kegiatan yang diminta kepada responden dalam penelitian ini. Selain itu sesuai dengan MAD yang diungkapkan oleh Derrida (Hoed, 2009), penulis membatasi pada Tulisan (Ecriture/Writing). Tulisan adalah bahasa yang secara maksimal memenuhi dirinya sendiri karena tulisan menguasai ruang secara maksimal pula, sehingga analisis sastra difokuskan pada tulisan. E. Rumusan Masalah Penelitian Sesuai dengan latar belakang yang dipaparkan sebelumnya, maka pada penelitian ini secara garis besar dapat dirumuskan dua permasalahan sebagai berikut. Pertama, Bagaimanakah deskripsi hasil MAD terhadap nilai-nilai feminisme dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy? Kedua, Bagaimanakah MAD dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas 8 SMPN 2 Cihaurbeuti dalam menganalisis nilai-nilai feminisme novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy? 9

10 10 Dari rumusan di atas bisa dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Pada penelitian kualitatif terhadap nilai-nilai feminisme dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karangan Habiburrahman El Shirazy menurut MAD, terdapat rumusan pertanyaan penelitian sebagai berikut: a. bagaimanakah deskripsi struktur alur tokoh perempuan dalam struktur novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy berdasarkan MAD? b. bagaimanakah deskripsi nilai feminisme yang diaplikasikan berdasarkan karakteristik tokoh wanita dan pembalikan oposisi biner dengan MAD dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy? c. bagaimanakah deskripsi latar tempat dan waktu pada tokoh perempuan dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy menggunakan MAD? d. bagaimanakah deskripsi mitos tentang perempuan terhadap tokoh perempuan dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy berdasarkan MAD? e. bagaimanakah gambaran akulturasi antara wacana feminisme dengan wacana patriarki serta wacana religius pada penokohan wanita yang terkandung dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy? 2. Pada penelitian kuantitatif terhadap penerapan MAD siswa kelas 8 SMPN 2 Cihaurbeuti secara eksperimen, terdapat rumusan penelitian sebagai berikut: 10

11 11 a. Sejauhmanakah efektifitas penerapan MAD bisa mengembangkan kemampuan daya apresiatif siswa dalam mengkaji nilai-nilai feminisme novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy? b. Apakah hasil pembelajaran analisis novel dengan MAD untuk kajian nilainilai feminisme novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy lebih tinggi dibanding dengan MASS? F. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah penelitian di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah: 1. Tujuan penelitian kualitatif terhadap analisis nilai-nilai feminisme dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karangan Habiburrahman El Shirazy dengan MAD, adalah sebagai berikut: a. Mendeskripsikan struktur alur tokoh perempuan dalam struktur novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy berdasarkan MAD. b. Mendeskripsikan nilai feminisme yang diaplikasikan berdasarkan karakteristik tokoh wanita dan pembalikan oposisi biner dengan MAD dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy. c. Mendeskripsikan latar tempat dan waktu pada tokoh perempuan dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy. e. Mendeskripsikan gambaran akulturasi antara wacana feminisme dengan wacana patriarki serta wacana religius pada penokohan wanita dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy. 11

12 12 2. Tujuan penelitian kuantitatif terhadap kajian nilai feminisme novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy dengan MAD adalah sebagai berikut: a. Mengetahui efektifitas penerapan model pembelajaran dengan MAD dalam mengembangkan kemampuan daya apresiatif siswa mengkaji nilai-nilai feminisme novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy. b. Mengetahui perbedaan keefektifan antara kedua model pembelajaran novel menggunakan MAD dan MASS dalam mengakaji nilai-nilai feminisme novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy. G. Anggapan Dasar dan Hipotesis 1. Anggapan Dasar Penelitian ini dilakukan berdasarkan anggapan dasar berikut ini: a. Penguasaan model analisis karya sastra tertentu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam menganalisis karya sastra. b. Analisis model Dekonstruksi karya sastra diperlukan untuk memahami sebuah karya sastra. c. Kemampuan menganalisis karya sastra siswa dapat ditingkatkan. d. Prosa fiksi merupakan jenis karya sastra yang penting. e. Novel merupakan salah satu genre sastra yang harus diajarkan kepada siswa SMP kelas 8 (KTSP Bahasa Indonesia SMP). 2. Hipotesis Hipotesis penelitian ini adalah: 12

13 13 a. Terdapat perbedaan tingkat kemampuan menganalisis karya sastra novel sebelum dan sesudah MAD diberikan kepada siswa kelas 8 SMPN 2 Cihaurbeuti. b. MAD dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menganalisis karya sastra novel. H. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangsih yang bersifat ilmiah bagi: 1. pecinta sastra, MAD pada pendekatan posmodernisme dapat digunakan untuk menganalisis karya sastra novel; 2. teoritis dan praktisi bahasa dan sastra Indonesia, efektivitas MAD dapat digunakan sebagai landasan mengembangkan mata pelajaran bahasa Indonesia di antaranya pada tingkat SMP khususnya kelas 8 SMPN 2 Cihaurbeuti. Model penelitian yang dirancang ini mudah-mudahan dapat pula digunakan pada lembaga pendidikan yang lebih tinggi dengan perancangan disesuaikan situasi dan kondisi lembaga tersebut. I. Definisi Operasional Agar menghindari adanya salah pengertian tentang konsep-konsep yang akan dikaji dalam penelitian ini, maka akan dijelaskan beberapa istilah di bawah ini. 1. Pengkajian yang dimaksud pada penelitian ini adalah perihal menelaah nilai-nilai feminisme dengan pisau analisis MAD dalam novel Ketika Cinta 13

14 14 Bertasbih karangan Habiburrahman El Shirazy, di kelas 8 SMPN 2 Cihaurbeuti. 2. Nilai Feminisme adalah nilai-nilai yang sesuai dengan tuntutan perempuan atau nilai-nilai perempuan dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karangan Habiburrahman El Shirazy. Nilai-nilai feminisme adalah pengetahuan dan pengalaman personal, rumusan tentang dirinya sendiri, kekuasaan personal, otentitas, kreativitas, sintesis, the personal is political, kesetaraan, hubungan sosial timbal balik, kemandirian ekonomi, kebebasan reproduksi pada perempuan, identifikasi diri pada perempuan, perubahan sosial, dan berkekuatan politik dalam masyarakat. 3. MAD (Model Analisis Dekonstruksi) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pola atau cara untuk mempraktikkan belajar Dekonstruksi dalam mengkaji novel. Pada intinya merupakan model analisis pembelajaran yang sangat relevan untuk mengkaji nilai feminisme karena mengakui penokohan marginal yaitu penokohan perempuan dengan pembalikan oposisi biner. Oposisi biner mengakui di antaranya aktif >< pasif (sifat aktif berlaku untuk laki-laki sedangkan sifat pasif berlaku untuk perempuan). Pada MAD terjadi pembalikan yaitu tidak menutup kemungkinan perempuan mempunyai sifat aktif sedangkan laki-laki pasif. Jadi dapat digambarkan pembalikan pasif >< aktif. MAD digunakan untuk mengkaji nilai feminisme dalam penelitian agar dapat memperkaya khazanah analisis karya sastra lebih menarik. Hal ini merupakan perspektif baru pada penelitian sastra yaitu penjelajahan intelektual tanpa terpaku kepada hal-hal yang berlaku universal. 14

15 15 4. Analisis Novel adalah telaah novel Ketika Cinta Bertasbih karangan Habiburrahman El Shirazy dilihat dari unsur intrinsik dan intertekstual yang ditekankan pada nilai-nilai feminisme. 5. Aplikasi Pembelajaran adalah penerapan teori yang telah dihasilkan pada penelitian kualitatif tentang nilai feminisme dari novel Ketika Cinta Bertasbih karangan Habiburrahman El Shirazy dengan pisau analisis MAD terhadap kegiatan pembelajaran siswa. Dalam penelitian ini diterapkan pada siswa kelas 8 SMPN 2 Cihaurbeuti. J. Paradigma Penelitian Paradigma penelitian dapat digambarkan seperti pada bagan di bawah ini: Bagan 1.1 Paradigma Penelitian MAD 15

16 16 Bagan 1.1 Paradigma Penelitian MAD -MAD (Model Analisis Dekonstruksi) -NILAI-NILAI FEMINISME -NOVEL BERNILAI FEMINISME MAD NOVEL Kajian Novel Proses Pembelajaran MAD Proses Perencanaan Proses Pelaksanaan Prates Perlakuan Hasil Penerapan MAD untuk Mengembangkan Kemampuan Siswa Mengkaji Novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy Pascates (Amalia, 2009) 16

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. menunjukkan sekuen yang dominan mendeskripsikan nilai feminisme. misalnya

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. menunjukkan sekuen yang dominan mendeskripsikan nilai feminisme. misalnya 211 BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan 1. Simpulan Hasil Analisis Kualitatif Berdasarkan struktur alur tokoh perempuan dalam novel tersebut menunjukkan sekuen yang dominan mendeskripsikan nilai feminisme.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra tercipta sebagai reaksi dinamika sosial dan kultural yang terjadi dalam masyarakat. Terdapat struktur sosial yang melatarbelakangi seorang pengarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreatif penulis yang berisi potret kehidupan manusia yang dituangkan dalam bentuk tulisan, sehingga dapat dinikmati,

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 318 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan Berdasarkan capaian hasil penelitian dan pembahasan seperti yang tertuang pada bab IV, bahwa penelitian ini telah menghasilkan dua analisis, pertama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 2008:8).Sastra sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam

I. PENDAHULUAN. 2008:8).Sastra sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Semi, 2008:8).Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan. kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan

BAB I PENDAHULUAN. Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan. kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan kesempatan tersebut terjadi baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perempuan oleh masyarakat kadang-kadang masih dianggap sebagai manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan tidak lebih penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam peradaban manusia semenjak ribuan tahun lalu. Penelitian terhadap karya sastra penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk realita dari hasil imajinasi dan pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana ekspresi pengarang saja,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini film dan kebudayaan telah menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Film pada dasarnya dapat mewakili kehidupan sosial dan budaya masyarakat tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengetahui pandangan budaya dalam suatu masyarakat, tidak hanya didapatkan dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang bersangkutan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia. berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, imajinasi, ide, keyakinan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia. berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, imajinasi, ide, keyakinan dalam BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, imajinasi, ide, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional ( 2005:588), konsep didefenisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dilihat pada penyajian sampul-sampul buku karya sastra yang hampir selalu menjadikan sketsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dilihat pada penyajian sampul-sampul buku karya sastra yang hampir selalu menjadikan sketsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perempuan menjadi salah satu objek pembahasan yang menarik di dalam karya sastra. Perempuan bahkan terkadang menjadi ikon nilai komersil penjualan karya sastra. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu sastra pada hakikatnya selalu berkaitan dengan masyarakat. Sastra

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu sastra pada hakikatnya selalu berkaitan dengan masyarakat. Sastra BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu sastra pada hakikatnya selalu berkaitan dengan masyarakat. Sastra diciptakan untuk dinikmati, dihayati, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Luxemburg (1989:6) mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah cerita fiksi atau rekaan yang dihasilkan lewat proses kreatif dan imajinasi pengarang. Tetapi, dalam proses kreatif penciptaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Hadirnya tokoh dalam suatu karya dapat menghidupkan cerita dalam karya sastra. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. A. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitaif

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. A. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitaif 105 BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN A. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitaif Setiap metode penelitian mempunyai keunggulan dan kekurangan. Untuk mengatasi kekurangan tersebut agar saling melengkapi,

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. diciptakan oleh kebudayaan sebagai sebuah imaji yang membentuk. bagaimana sosok laki-laki ideal seharusnya. Hasil konstruksi tersebut

BAB IV PENUTUP. diciptakan oleh kebudayaan sebagai sebuah imaji yang membentuk. bagaimana sosok laki-laki ideal seharusnya. Hasil konstruksi tersebut BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Konsep maskulinitas merupakan sebuah konstruksi gender yang diciptakan oleh kebudayaan sebagai sebuah imaji yang membentuk bagaimana sosok laki-laki ideal seharusnya. Hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada semua masyarakat (Chamamah-Soeratno dalam Jabrohim, 2003:9). Karya sastra merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi fisik yang lebih lemah dan dikenal lembut sering menjadi alasan untuk menempatkan kaum perempuan dalam posisi yang lebih rendah dari lakilaki. Secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud atau hasil dari daya imajinasi seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan pengalaman pribadi atau dengan

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik

BAB IV KESIMPULAN. Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik 68 BAB IV KESIMPULAN Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik (ekonomi) merupakan konsep kesetaraan gender. Perempuan tidak selalu berada dalam urusan-urusan domestik yang menyudutkannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan pelbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam masyarakat. Kehidupan sosial, kehidupan individu, hingga keadaan psikologi tokoh tergambar

Lebih terperinci

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Media bahasa merupakan salah satu media yang digunakan oleh seorang sastrawan untuk menyampaikan karya seni yaitu sebuah karya sastra untuk para pembaca. Keindahan dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perempuan menjadi pembicaraan yang sangat menarik. Terlebih lagi dengan

I. PENDAHULUAN. perempuan menjadi pembicaraan yang sangat menarik. Terlebih lagi dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Membicarakan masalah perempuan tidak ada habisnya, sejak dulu wacana tentang perempuan menjadi pembicaraan yang sangat menarik. Terlebih lagi dengan munculnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dan Eksploitasi Wanita dalam Novel The Lost Arabian Women karya Qanta A.

BAB II KAJIAN TEORI. dan Eksploitasi Wanita dalam Novel The Lost Arabian Women karya Qanta A. BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Penelitian yang Relevan Sebelumnya Kajian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang telah dilakukan oleh Nikmawati yang berjudul Perlawanan Tokoh Terhadap Diskriminasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuat karya sastra berangkat dari fenomena-fenomena sosial, politik, dan

BAB I PENDAHULUAN. membuat karya sastra berangkat dari fenomena-fenomena sosial, politik, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra diciptakan oleh pengarang dalam beberapa alasan yaitu proses berpikir secara imajinatif, fiktif, kontemplasi dan mengenai realita yang terjadi di masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegigihan adalah semangat pantang menyerah yang harus dimiliki untuk mencapai kesuksesan. Setiap manusia harus dapat membiasakan diri melihat setiap masalah yang muncul

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode merupakan cara kerja dalam memahami objek yang menjadi sasaran penelitian. Peneliti dapat memilih salah satu dari berbagai metode yang ada dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ataupun perasaan seseorang dari apa yang dialaminya. Ekspresi kreatif tersebut

BAB I PENDAHULUAN. ataupun perasaan seseorang dari apa yang dialaminya. Ekspresi kreatif tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan ekspresi kreatif untuk menuangkan ide, gagasan, ataupun perasaan seseorang dari apa yang dialaminya. Ekspresi kreatif tersebut akan senantiasa

Lebih terperinci

Sumardjo & Saini (1994: 3) mengungkapkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi

Sumardjo & Saini (1994: 3) mengungkapkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Relasi antara Sastra, Kebudayaan, dan Peradaban Sumardjo & Saini (1994: 3) mengungkapkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,

Lebih terperinci

Basuki Priatno, 2013

Basuki Priatno, 2013 BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dikemukakan tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, dan paradigma penelitian. 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan 5.1.1 Struktur Naskah Pertja Objek penelitian yang digunakan dalam kajian skripsi ini adalah naskah drama yang berjudul Pertja karya Benjon atau Benny Yohanes. Lakon

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan dalam penelitian terhadap perempuan dalam roman Au Bonheur des Dames karya Émile Zola yang diambil sebagai objek penelitian ini memiliki beberapa implikasi.

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. dalam menentukan dan membentuk konstruksi sosial, yaitu aturan-aturan dan batasan

BAB IV KESIMPULAN. dalam menentukan dan membentuk konstruksi sosial, yaitu aturan-aturan dan batasan BAB IV KESIMPULAN Secara formal, Era Victoria dimulai pada tahun 1837 hingga 1901 dibawah pimpinan Ratu Victoria. Era Victoria yang terkenal dengan Revolusi industri dan kemajuan di berbagai bidang kehidupan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Kurikulum Pendidikan (KTSP) merupakan penyempurna

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Kurikulum Pendidikan (KTSP) merupakan penyempurna BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tingkat Satuan Kurikulum Pendidikan (KTSP) merupakan penyempurna dari Kurikulum 2004 (KBK) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. memfokuskan pada Ideologi Tokoh Utama Wanita Dalam Novel Surga Yang Tak

BAB V PENUTUP. memfokuskan pada Ideologi Tokoh Utama Wanita Dalam Novel Surga Yang Tak BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Novel Surga Yang Tak Dirindukan adalah karya Asma Nadia. Penelitian ini memfokuskan pada Ideologi Tokoh Utama Wanita Dalam Novel Surga Yang Tak Dirindukan Karya Asma Nadia Kajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam masalah kehidupan manusia secara langsung dan sekaligus.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam masalah kehidupan manusia secara langsung dan sekaligus. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra hadir sebagai wujud nyata hasil imajinasi dari seorang penulis. Penciptaan suatu karya sastra bermula dari pengalaman batin pengarang yang dikontruksikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus informasi dan teknologi yang canggih yang menuntut masyarakat untuk lebih berperan aktif

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ekstrinsik. Unsur intrinsik novel adalah unsur-unsur yang berada di dalam

I. PENDAHULUAN. ekstrinsik. Unsur intrinsik novel adalah unsur-unsur yang berada di dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengapresiasi sebuah novel dapat dilakukan melalui unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik novel adalah unsur-unsur yang berada di dalam novel dan secara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan bahan acuan yang dipakai dalam penelitian sekaligus sumber ide untuk menggali pemikiran dan gagasan baru. Kajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan dan keadaan sosial masyarakat baik secara langsung maupun tidak

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan dan keadaan sosial masyarakat baik secara langsung maupun tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan suatu bentuk kreativitas pengarang yang di dalamnya mengandung ungkapan perasaan dan pikiran pengarang yang bersumber dari realitas kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan berdasarkan imajinasi dan berlandaskan pada bahasa yang digunakan untuk memperoleh efek makna tertentu guna mencapai efek estetik. Sebuah

Lebih terperinci

Imaji Vol. 4 - No. 2/ Februari 2009 RESENSI BUKU

Imaji Vol. 4 - No. 2/ Februari 2009 RESENSI BUKU RESENSI BUKU JUDUL BUKU : Cultural Studies; Teori dan Praktik PENULIS : Chris Barker PENERBIT : Kreasi Wacana, Yogyakarta CETAKAN : Ke-IV, Mei 2008 TEBAL BUKU : xxvi + 470 halaman PENINJAU : Petrus B J

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa. Lotman (dalam Supriyanto, 2009: 1) menyatakan bahwa bahasa

BAB I PENDAHULUAN. bahasa. Lotman (dalam Supriyanto, 2009: 1) menyatakan bahwa bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana yang digunakan pengarang untuk menyampaikan buah pikiran dan imajinasinya dalam proses penciptaan karya sastra. Hal ini menyiratkan bahwa karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra diciptakan berdasarkan gagasan dan pandangan seorang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra diciptakan berdasarkan gagasan dan pandangan seorang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan berdasarkan gagasan dan pandangan seorang pengarang terhadap lingkungan sosial budaya melalui media bahasa. Karya sastra ini hadir sebagai

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. historisnya, dipersoalkan oleh pemeluk agama, serta

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. historisnya, dipersoalkan oleh pemeluk agama, serta BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Praktik poligami dalam bentuk tindakan-tindakan seksual pada perempuan dan keluarga dekatnya telah lama terjadi dan menjadi tradisi masyarakat tertentu di belahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki

BAB 1 PENDAHULUAN. Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki dan perempuan dibedakan sesuai dengan perannya masing-masing yang dikonstruksikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi tujuan pembelajaran bahasa Indonesia yang tercantum dalam. budaya dan intelektual manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi tujuan pembelajaran bahasa Indonesia yang tercantum dalam. budaya dan intelektual manusia Indonesia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah menengah meliputi kegiatan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis melalui kegiatan berbahasa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra adalah suatu hasil tulisan kreatif yang menceritakan tentang manusia dan juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra adalah suatu hasil tulisan kreatif yang menceritakan tentang manusia dan juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu hasil tulisan kreatif yang menceritakan tentang manusia dan juga kehidupannya dengan bahasa sebagai media penyampaiannya. Sastra merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perempuan adalah tiang penyangga dalam rumah tangga. Istilah tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perempuan adalah tiang penyangga dalam rumah tangga. Istilah tersebut 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perempuan adalah tiang penyangga dalam rumah tangga. Istilah tersebut menunjukkan bahwa perempuan memiliki posisi vital di tengah-tengah keluarga dengan segala fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup menggembirakan. Kini setiap saat telah lahir karya-karya baru, baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. cukup menggembirakan. Kini setiap saat telah lahir karya-karya baru, baik dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra Bali Modern dari waktu ke waktu menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan. Kini setiap saat telah lahir karya-karya baru, baik dalam bentuk puisi, cerita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Semi,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia memang tidak luput dari masalah. Permasalahan tersebut meliputi masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan lingkungan, dan sesama, interaksinya dengan diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik itu puisi maupun prosa (cerita pendek dan novel). Pemilihan sumber bacaan

BAB I PENDAHULUAN. baik itu puisi maupun prosa (cerita pendek dan novel). Pemilihan sumber bacaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Minat membaca karya sastra sama halnya dengan minat membaca, namun minat membaca karya sastra lebih diarahkan dan difokuskan dalam bidang sastra baik itu puisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam keberagaman sering kali lupa terhadap nilai-nilai kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam keberagaman sering kali lupa terhadap nilai-nilai kebudayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam menjalani kehidupannya di masyarakat yang penuh dengan berbagai macam keberagaman sering kali lupa terhadap nilai-nilai kebudayaan yang dimilikinya.

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. pendekatan kualitatif. Sukmadinata (2009:60) mengatakan bahwa penelitian

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. pendekatan kualitatif. Sukmadinata (2009:60) mengatakan bahwa penelitian BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Sukmadinata (2009:60) mengatakan bahwa penelitian kualitatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan struktur dunia rekaan, artinya realitas dalam karya sastra adalah realitas rekaan yang tidak sama dengan realitas dunia nyata. Karya sastra itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, Sastra merupakan. lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur.

BAB I PENDAHULUAN. dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, Sastra merupakan. lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra sebagai hasil karya seni kreasi manusia tidak akan pernah lepas dari bahasa yang merupakan media utama dalam karya sastra. Sastra dan manusia sangat erat kaitannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa yang terdapat dalam karya sastra memiliki keunikan tersendiri. Begitu pun penggunaan bahasa dalam novel angkatan Balai Pustaka. Penulis novel angkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra lahir dari hasil kreatifitas dan imajinasi manusia, serta pemikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra lahir dari hasil kreatifitas dan imajinasi manusia, serta pemikiran dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir dari hasil kreatifitas dan imajinasi manusia, serta pemikiran dan juga pengalaman yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Keindahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. genre-genre yang lain. Istilah prosa sebenarnya dapat menyaran pada pengertian

BAB I PENDAHULUAN. genre-genre yang lain. Istilah prosa sebenarnya dapat menyaran pada pengertian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia kesastraan mengenal prosa sebagai salah satu genre sastra di samping genre-genre yang lain. Istilah prosa sebenarnya dapat menyaran pada pengertian yang lebih

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nadhira Destiana, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nadhira Destiana, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam ruang lingkup kebahasaan secara umum terdiri atas empat keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan menyimak, keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan secara luas oleh pengarang melalui pemikiran-pemikiran yang menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan secara luas oleh pengarang melalui pemikiran-pemikiran yang menjadikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah bentuk dari gambaran realita sosial yang digambarkan secara luas oleh pengarang melalui pemikiran-pemikiran yang menjadikan suatu objek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan dengan bahasa, baik lisan maupun tulis, yang mengandung keindahan. Karya sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui ekspresi yang berupa tulisan yang menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. melalui ekspresi yang berupa tulisan yang menggunakan bahasa sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan hasil cipta atau karya manusia yang dapat dituangkan melalui ekspresi yang berupa tulisan yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Selain itu sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek dan Warren, 1990: 3). Karya sastra adalah suatu kegiatan kreatif, hasil kreasi pengarang. Ide

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. perlindungan dan tuntunan dari pihak laki-laki, bahkan dalam lirik lagu tersebut

BAB IV PENUTUP. perlindungan dan tuntunan dari pihak laki-laki, bahkan dalam lirik lagu tersebut BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Bedasarkan penelitian yang sudah dilakukan menggunakan analisis wacana kritis model Norman Fairclough terhadap tiga buah lagu karya Ahmad Dhani yang berjudul Dua Sejoli, Selir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui berbagai kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai lingkungan fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berhubungan dengan manusia lain. Untuk menjalin hubungan tersebut diperlukan suatu alat komunikasi. Alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang pengarang dalam memaparkan berbagai permasalahan-permasalahan dan kejadian-kejadian dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang.

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang. Adapun proses kreatif itu berasal dari pengalaman pengarang sebagai manusia yang hidup di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Standard Kualifikasi Akademik dan Kompetensi, guru sebagai pendidik

BAB I PENDAHULUAN. Standard Kualifikasi Akademik dan Kompetensi, guru sebagai pendidik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahan ajar merupakan komponen penting dalam pembelajaran. Bahan ajar diperlukan sebagai pedoman beraktivitas dalam proses pembelajaran sekaligus merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir melalui pengarang-pengarang yang cerdas di kalangan masyarakat.sastra muncul karena pengaruh dari zaman ke zaman, mulai dari sastra lama kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak cukup dengan tumbuh dan berkembang akan tetapi. dilakukan dengan proses pendidikan. Manusia sebagai makhluk sosial

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak cukup dengan tumbuh dan berkembang akan tetapi. dilakukan dengan proses pendidikan. Manusia sebagai makhluk sosial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan masalah yang sangat penting bagi manusia, karena pendidikan akan menentukan kelangsungan hidup manusia. Seorang manusia tidak cukup dengan tumbuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan wadah yang digunakan oleh pengarang dalam menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap berbagai masalah yang diamati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah alat yang digunakan sastrawan untuk mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah alat yang digunakan sastrawan untuk mengungkapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah alat yang digunakan sastrawan untuk mengungkapkan berbagai fenomena kehidupan manusia. Fenomena kehidupan manusia menjadi hal yang sangat menarik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Behavior dalam Pandangan Nitze tentang Perspektif Tuan dan Buruh Sosiologi perilaku memusatkan perhatian pada hubungan antara pengaruh perilaku seorang aktor terhadap lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerja dan itu menjadi penanda waktu yang beremansipasi.

BAB I PENDAHULUAN. pekerja dan itu menjadi penanda waktu yang beremansipasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perempuan dalam televisi senantiasa hanya mempertentangkan antara wanita karir dan menjadi ibu-ibu rumah tangga. Dua posisi ini ada didalam lokasi yang berseberangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif manusia dalam kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sastra seni kreatif menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan kata serapan dari bahasa sanskerta śāstra, yang berarti teks yang

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan kata serapan dari bahasa sanskerta śāstra, yang berarti teks yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan kata serapan dari bahasa sanskerta śāstra, yang berarti teks yang mengandung instruksi atau pedoman, dari kata śās- yang berarti instruksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia yang berupa karya bahasa. Dari zaman ke zaman sudah banyak orang menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya terdapat daya kreatif dan daya imajinasi. Kedua kemampuan tersebut sudah melekat pada jiwa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perselingkuhan sebagai..., Innieke Dwi Putri, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Perselingkuhan sebagai..., Innieke Dwi Putri, FIB UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra menggambarkan jiwa masyarakat. Karya sastra sebagai interpretasi kehidupan, melukiskan perilaku kehidupan manusia yang terjadi dalam masyarakat. Segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. global. Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan tersebut adalah kurikulum,

BAB I PENDAHULUAN. global. Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan tersebut adalah kurikulum, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan nasional senantiasa harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan yang terjadi baik ditingkat lokal, nasional, maupun global.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat memberikan tanggapannya dalam membangun karya sastra.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Media seni-budaya merupakan tempat yang paling banyak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Media seni-budaya merupakan tempat yang paling banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media seni-budaya merupakan tempat yang paling banyak merepresentasikan perempuan sebagai pihak yang terpinggirkan, tereksploitasi, dan lain sebagainya. Perempuan sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Citra tokoh..., Vidya Dwina Paramita, FIB UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Citra tokoh..., Vidya Dwina Paramita, FIB UI, 2009 12 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak dengan segala problematika yang melingkupinya merupakan salah satu topik yang tidak ada habisnya dibahas. Dalam diri seorang anak, melekat hak untuk mendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia. Ungkapan tersebut berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, semangat, dan keyakinan dalam suatu kehidupan, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. analisis unsur intrinsiknya, yaitu unsur-unsur yang membangun karya sastra,

BAB I PENDAHULUAN. analisis unsur intrinsiknya, yaitu unsur-unsur yang membangun karya sastra, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebuah karya sastra itu diciptakan pengarang untuk dibaca, dinikmati, ataupun dimaknai. Dalam memaknai karya sastra, di samping diperlukan analisis unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. etimologis, fiksi berasal dari akar kata fingere (Latin) yang berarti berpurapura.

BAB I PENDAHULUAN. etimologis, fiksi berasal dari akar kata fingere (Latin) yang berarti berpurapura. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra adalah rekaan, sebagai terjemahan fiksi secara etimologis, fiksi berasal dari akar kata fingere (Latin) yang berarti berpurapura. Dalam novel baik pengarang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian

PENDAHULUAN. sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan imajinasi pengarang yang dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian dinikmati oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian sastra sampai saat ini dipandang masih terbatas pada teks sastra.

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian sastra sampai saat ini dipandang masih terbatas pada teks sastra. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian sastra sampai saat ini dipandang masih terbatas pada teks sastra. Orientasi penelitian sastra yang masih terbatas menghasilkan hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan, berbagai gagasan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan, berbagai gagasan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan, berbagai gagasan dan perencanaan merupakan tuntutan yang harus terus berlanjut. Pendidikan harus selalu mengiringi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra anak masih terpinggirkan dalam khazanah kesusastraan di Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang sastra anak. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan suatu ungkapan diri pribadi manusia yang berupa

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan suatu ungkapan diri pribadi manusia yang berupa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan suatu ungkapan diri pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, dan keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan agraris, dimana terdiri dari banyak pulau dan sebagian besar mata pencaharian penduduknya bercocok tanam atau petani. Pertanian

Lebih terperinci