BAB I PENDAHULUAN. kesetaraan antara kaum pria dan wanita dalam bidang sosial, politik, dan ekonomi.
|
|
- Indra Hardja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Feminisme merupakan suatu konsep yang menggambarkan tentang kesetaraan antara kaum pria dan wanita dalam bidang sosial, politik, dan ekonomi. Menurut The Oxford Companion to the English Language dalam Kurniawan (2005: 150), feminisme berasal dari kata femina dalam bahasa Latin yang berarti seorang perempuan. Dengan demikian feminisme berkenaan dengan hak-hak perempuan dalam lingkungan sosial. Kaum feminisme menganggap bahwa selama ini perempuan selalu diasingkan oleh masyarakat penganut patriarki. Menurut Robbin (Musthafa, 2008: 86) ada beberapa pertanyaan yang mewakili arah perhatian tersebut di antaranya adalah bagaimana teks sastra memperlakukan wanita? Penulis memilih novel berjudul Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy sebagai bahan pengkajian feminisme. Penulis ingin melihat pandangan pengarang pria terhadap nilai-nilai feminisme. Walaupun secara narasi besar novel tersebut dominan membahas nilai religius, secara narasi kecil novel tersebut diprediksi mengandung nilai-nilai feminisme. Kajian feminisme dalam novel masa mutakhir yang mempunyai kedalaman ide, harus dilakukan sehingga akan menghasilkan berbagai temuan dalam novel tersebut. Ahmad Tohari pada pengantar novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy mengatakan sebagai novel pembangun jiwa (Shirazy, 2006). Sedangkan pada pengantar novel Ayat-ayat Cinta karya Habiburrahman El 1
2 2 Shirazy menyebutnya Hamka kecil telah lahir, Ayat-ayat Cinta buktinya (Shirazy, 2006). Masalah sosial dan kemanusiaan yang abadi bisa direkam dalam cerita, misalnya: kemiskinan, hubungan manusia dengan Tuhan, cinta serta kearifan merupakan tema abadi dalam karya sastra mana pun. Novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy secara umum bernuansakan tema tersebut. Maka secara khusus pada penelitian ini mencoba membuka tabir nilainilai feminisme dari hal-hal yang umum tersebut. Novel Ketika Cinta Bertasbih sedang hangat dibicarakan dan sangat dikenal masyarakat dari berbagai lapisan. Satu hal yang unik, bahwa novel ini mempunyai daya tarik dari alur cerita sehingga telah diangkat ke layar lebar, dan bisa menembus masyarakat awam selain bagi pencinta sastra intelektual. Oleh karena itu peneliti tergerak hati mencoba membuka makna yang lebih luas dari permukaan cerita. Jika meminjam istilah dari Chomsky adalah menggali struktur dalam (deep structure) dari struktur luar (surface structure). Masyarakat sangat sia-sia jika hanya mengenal isi novel secara sepintas tanpa memahami kedalaman makna. Uji kelayakan terhadap karya sastra perlu dilakukan oleh masyarakat dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Uji kelayakan karya sastra (Ratna, 2007: 239) dengan menggunakan Model Analisis Dekonstruksi selanjutnya disebut MAD merupakan sebuah perspektif baru dalam penelitian sastra. Penelitian karya sastra MAD pernah dilakukan oleh Sumarwan 2
3 3 (2009) dengan judul Larung dan Dekonstruksi Wacana Patriarkal. Penelitian tersebut, menghasilkan simpulan bahwa pengarang novel berupaya mendekonstruksikan wacana patriarki. Tetapi penelitian tersebut baru mengkaji pembalikan oposisi biner saja secara sederhana. Penulis mencoba menerapkan MAD dalam karya sastra novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy, yaitu sebuah novel religius dengan meninjau nilai-nilai feminisme serta mengembangkan model tersebut menjadi model pembelajaran di kelas 8 SMPN 2 Cihaurbeuti. Pengkajian MAD diupayakan lebih mendalam dan lengkap dari penelitian terdahulu. Penelitian dari sudut nilai-nilai feminisme sudah dilakukan oleh beberapa peneliti, di antaranya Darma (2006) membahas model Analisis Wacana Kritis Berideologi Gender dari kumpulan cerpen karangan wanita yang dimuat pada Kompas. Penelitian tersebut pernah dilakukan oleh Aisyah (2004), hanya Aisyah meninjau kesadaran feminisme pada ibu dharma wanita, mungkin karena dilandasi persepsi bahwa feminisme identik dengan ibu-ibu. Adapun Nasihin (2008) seorang peneliti laki-laki tertarik mencari nilai-nilai feminisme yang dihubungkan dengan seksualitas. Penulis mencoba mencari nilai feminisme pada karya novel yang ditulis pengarang laki-laki (androtext). Penelitian tersebut merupakan kebalikan dari penelitian Darma (2006), Aisyah (2004) dan Nasihin (2008) meneliti nilai-nilai feminisme pada karya sastra yang ditulis pengarang wanita. Penelitian dilakukan untuk mendeskripsikan bagaimana sikap pengarang laki-laki terhadap nilai-nilai feminisme. Bukankah laki-laki adalah oposisi biner secara langsung dengan wanita yang dikatakan mempunyai nilai-nilai feminisme? 3
4 4 Pemilihan novel ini sejalan dengan MAD pada posmodernisme, dengan alasan memutarbalikkan konstruksi yang telah ada, termasuk asumsi bahwa feminisme adalah milik wanita dan hanya dipikirkan oleh wanita. Penulis ingin mencari sisi lain pengakuan pengarang laki-laki terhadap kesadaran kesetaraan gender. Penelitian ini merupakan penelitian lebih lanjut dari penelitian oposisi biner yang dilakukan oleh Nasihin (2008). Analisis pembalikan oposisi biner dilakukan penulis di antara analisis yang lain, bertujuan menunjukkan keberpihakan pada feminisme. Selanjutnya penulis menghubungkan secara intertekstualitas dengan nilai religius yang turut pula mempengaruhi nilai-nilai feminisme dalam novel tersebut. Penelitian ini tidak terlalu menonjolkan oposisi antara wacana patriarki dengan wacana feminisme, tetapi lebih meninjau akulturasi dari kedua wacana tersebut, serta menambahkan akulturasi dengan wacana religius. Inilah ciri khas penelitian yang dilakukan oleh penulis. Penelitian feminisme pada dasarnya melihat ketimpangan yang dialami kaum perempuan dalam kehidupan. Berbagai bentuk ketidakadilan gender digambarkan, antara lain oleh Fakih (Darma, 2006) 1. marginalisasi atau pemiskinan ekonomi ; 2. subordinasi atau anggapan tidak penting (pengesampingan perempuan dalam rumah tangga atau politik); 3. pembentukan stereotip atau pelabelan negatif terhadap perempuan; 4. kekerasan (violence) baik dalam rumah tangga maupun di luar rumah tangga; 5. beban kerja yang lebih banyak dan lebih lebih panjang (burden); 6. diskriminasi (pembedaan peran dan kedudukan); 4
5 5 7. represi (pengucilan). Demikian pula pada teori nature atau kodrat memandang perbedaan fisiologis dan biologis antara perempuan dan laki-laki. Berdasarkan teori ini timbullah ideologi yang bersifat biner (Darma, 2006: 38). Laki-laki digambarkan sebagai manusia yang kuat, rasional, aktif, eksploratif, dan agresif. Sedangkan perempuan digambarkan sebagai manusia yang lemah, pasif, submisif, dan ketergantungan. Penemuan oposisi biner merupakan penemuan kaum strukturalisme diwarnai dengan penemuan Derrida tentang hierarki. Derrida menyatakan bahwa hubungan dalam oposisi biner bukanlah hubungan damai antara dua hal yang saling berhadapan, tetapi sebuah hierarki yang kejam. Term yang satu menguasai, mendominasi dan membawahi term yang lain (Sumarwan, 2009). Bagaimanakah gambaran nilai-nilai feminisme pada novel Ketika Cinta Bertasbih yang ditulis Habiburrahman seorang pengarang laki-laki? Masihkah perempuan digambarkan dengan penuh ketimpangan dan kelemahan? Hal inilah yang dijadikan titik tolak penelitian sekaligus menjadi kegelisahan penulis untuk pengkajian lebih mendalam dari novel tersebut. Pengembangan MAD digunakan untuk menganalisis nilai feminisme dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman dan model pembelajaran di kelas 8 SMPN 2 Cihaurbeuti. Hal itu dilakukan sebagai alternatif pemilihan model baru sehingga diharapkan dapat memotivasi siswa agar mempunyai daya apresiasi yang lebih tinggi. Model tersebut relevan digunakan pada zaman sekarang sebagai era posmodernisme, karena lahir pada masa 5
6 6 posmodernisme. Model itu pun sangat relevan untuk mengkaji nilai feminisme karena mengakui penokohan marginal yaitu perempuan dengan pembalikan oposisi biner. Oposisi biner mengakui di antaranya aktif >< pasif (sifat aktif berlaku untuk laki-laki sedangkan sifat pasif berlaku untuk perempuan). Pada MAD terjadi pembalikan yaitu tidak menutup kemungkinan perempuan mempunyai sifat aktif sedangkan laki-laki tidak menutup kemungkinan pula bersifat pasif. Jadi dapat digambarkan pembalikan pasif >< aktif. Jika pengembangan MAD tidak digunakan untuk mengkaji nilai feminisme maka pemahaman nilai feminisme masih dangkal dan membosankan. Dengan demikian penelitian menggunakan MAD diharapkan memperkaya khazanah analisis sastra sehingga lebih menarik. B. Fokus Penelitian Sesuai dengan pernyataan Spradley (Sugiyono, 2007: 34) bahwa A focused refer to a single cultural domain or a few related domains maksudnya bahwa fokus merupakan domain tunggal atau beberapa domain yang terkait dari situasi sosial (lapangan). Cara menentukan fokus di antaranya adalah menetapkan fokus yang memiliki nilai temuan untuk pengembangan IPTEK (Spradley dalam Sugiyono, 2007: 34). Setelah membaca serta menganalisis novel Ketika Cinta Bertasbih karangan Habiburrahman El Shirazy secara umum (menurut narasi besar) selama satu bulan, maka fokus penelitian ini diarahkan pada: 6
7 7 1. karakteristik nilai-nilai feminisme pada tokoh perempuan (menurut narasi kecil) dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karangan Habiburrahman El Shirazy dengan MAD. 2. aplikasi model MAD dalam mengkaji nilai feminisme novel Ketika Cinta Bertasbih karangan Habiburrahman El Shirazy pada proses pembelajaran di kelas 8 SMPN 2 Cihaurbeuti. C. Identifikasi Masalah Penelitian Berdasarkan pemahaman analisis sastra dalam pengajaran sastra, pada dasarnya adalah suatu proses untuk membawa peserta didik memahami karya sastra secara lebih baik. Selama ini jenis analisis yang dipahami siswa berdasarkan pengamatan sementara, masih sebatas pengenalan teori dan kurang memahami esensi dari pencarian suatu makna karya. Selain itu terdapat hasil analisis karya pengarang terkenal di Indonesia yang menyebabkan baik pengajar maupun siswa merasa cukup memahami karya tersebut. Berdasarkan uraian di atas, fokus penelitian ini adalah pengajaran sastra berupa kegiatan menganalisis karya sastra dan mencari faktor yang menyebabkan kegiatan analisis karya sastra kurang diminati siswa. Hal itu di antaranya disebabkan siswa kurang memahami teori analisis sastra. Permasalahan tersebut disebabkan pula karena tidak ada teori analisis karya sastra yang menarik bagi siswa. Latar belakang masalah dikemukakan pada bagian depan masih tergolong luas dalam jangkauan dan kedalaman penelitian yang akan dilakukan. Pelaksanaan penelitian akan lebih operasional jika disusun identifikasi masalah penelitian. 7
8 8 Pertama, novel yang akan dikaji terbatas pada Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy. Analisis dilakukan untuk mencari nilai feminisme, terutama pada penokohan wanita yang dianggap mewakili nilai feminisme. Kedua, teori yang digunakan untuk mengkaji novel adalah MAD. Ketiga, kajian novel digunakan untuk menunjang pengembangan MAD di SMPN 2 Cihaurbeuti. D. Pembatasan Masalah Dari penjelasan di atas penulis membatasi pada permasalahan sebagai berikut. 1. Pembatasan Masalah yang Berkaitan dengan Responden Responden adalah siswa kelas 8 SMPN 2 Cihaurbeuti kabupaten Ciamis. Pemilihan responden siswa tersebut karena peneliti adalah praktisi pendidikan di sekolah tersebut sehingga mempunyai kewajiban untuk meningkatkan kualitas pembelajaran terhadap siswa sebagai subjek pendidikan. 2. Pembatasan Masalah yang Berkaitan dengan Materi Sastra Karya sastra sangat beragam maka dalam penelitian ini diwakili oleh karya sastra jenis prosa. Jenis prosa yang dipilih adalah novel dengan pertimbangan sangat kurang minat siswa untuk membaca novel. Pada umumnya siswa lebih senang membaca cerpen karena tidak memerlukan waktu yang lama untuk membaca. Padahal menurut KTSP, siswa SMP dituntut membaca buku baik sastra maupun nonsastra sekurang-kurangnya 15 buah. Pada penelitian ini Penulis 8
9 9 berusaha memotivasi siswa membaca dan menganalisis novel dengan model analisis yang baru dan menarik. 3. Pembatasan Masalah yang Berkaitan dengan Analisis Sastra Pengukuran tingkat kemampuan siswa dalam penelitian ini hanya dinilai dalam bentuk analisis ragam tulisan. Dengan pertimbangan analisis karya sastra novel lebih tepat dilakukan secara tertulis. Pembatasan dilakukan karena cukup banyak kegiatan yang diminta kepada responden dalam penelitian ini. Selain itu sesuai dengan MAD yang diungkapkan oleh Derrida (Hoed, 2009), penulis membatasi pada Tulisan (Ecriture/Writing). Tulisan adalah bahasa yang secara maksimal memenuhi dirinya sendiri karena tulisan menguasai ruang secara maksimal pula, sehingga analisis sastra difokuskan pada tulisan. E. Rumusan Masalah Penelitian Sesuai dengan latar belakang yang dipaparkan sebelumnya, maka pada penelitian ini secara garis besar dapat dirumuskan dua permasalahan sebagai berikut. Pertama, Bagaimanakah deskripsi hasil MAD terhadap nilai-nilai feminisme dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy? Kedua, Bagaimanakah MAD dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas 8 SMPN 2 Cihaurbeuti dalam menganalisis nilai-nilai feminisme novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy? 9
10 10 Dari rumusan di atas bisa dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Pada penelitian kualitatif terhadap nilai-nilai feminisme dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karangan Habiburrahman El Shirazy menurut MAD, terdapat rumusan pertanyaan penelitian sebagai berikut: a. bagaimanakah deskripsi struktur alur tokoh perempuan dalam struktur novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy berdasarkan MAD? b. bagaimanakah deskripsi nilai feminisme yang diaplikasikan berdasarkan karakteristik tokoh wanita dan pembalikan oposisi biner dengan MAD dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy? c. bagaimanakah deskripsi latar tempat dan waktu pada tokoh perempuan dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy menggunakan MAD? d. bagaimanakah deskripsi mitos tentang perempuan terhadap tokoh perempuan dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy berdasarkan MAD? e. bagaimanakah gambaran akulturasi antara wacana feminisme dengan wacana patriarki serta wacana religius pada penokohan wanita yang terkandung dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy? 2. Pada penelitian kuantitatif terhadap penerapan MAD siswa kelas 8 SMPN 2 Cihaurbeuti secara eksperimen, terdapat rumusan penelitian sebagai berikut: 10
11 11 a. Sejauhmanakah efektifitas penerapan MAD bisa mengembangkan kemampuan daya apresiatif siswa dalam mengkaji nilai-nilai feminisme novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy? b. Apakah hasil pembelajaran analisis novel dengan MAD untuk kajian nilainilai feminisme novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy lebih tinggi dibanding dengan MASS? F. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah penelitian di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah: 1. Tujuan penelitian kualitatif terhadap analisis nilai-nilai feminisme dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karangan Habiburrahman El Shirazy dengan MAD, adalah sebagai berikut: a. Mendeskripsikan struktur alur tokoh perempuan dalam struktur novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy berdasarkan MAD. b. Mendeskripsikan nilai feminisme yang diaplikasikan berdasarkan karakteristik tokoh wanita dan pembalikan oposisi biner dengan MAD dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy. c. Mendeskripsikan latar tempat dan waktu pada tokoh perempuan dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy. e. Mendeskripsikan gambaran akulturasi antara wacana feminisme dengan wacana patriarki serta wacana religius pada penokohan wanita dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy. 11
12 12 2. Tujuan penelitian kuantitatif terhadap kajian nilai feminisme novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy dengan MAD adalah sebagai berikut: a. Mengetahui efektifitas penerapan model pembelajaran dengan MAD dalam mengembangkan kemampuan daya apresiatif siswa mengkaji nilai-nilai feminisme novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy. b. Mengetahui perbedaan keefektifan antara kedua model pembelajaran novel menggunakan MAD dan MASS dalam mengakaji nilai-nilai feminisme novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy. G. Anggapan Dasar dan Hipotesis 1. Anggapan Dasar Penelitian ini dilakukan berdasarkan anggapan dasar berikut ini: a. Penguasaan model analisis karya sastra tertentu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam menganalisis karya sastra. b. Analisis model Dekonstruksi karya sastra diperlukan untuk memahami sebuah karya sastra. c. Kemampuan menganalisis karya sastra siswa dapat ditingkatkan. d. Prosa fiksi merupakan jenis karya sastra yang penting. e. Novel merupakan salah satu genre sastra yang harus diajarkan kepada siswa SMP kelas 8 (KTSP Bahasa Indonesia SMP). 2. Hipotesis Hipotesis penelitian ini adalah: 12
13 13 a. Terdapat perbedaan tingkat kemampuan menganalisis karya sastra novel sebelum dan sesudah MAD diberikan kepada siswa kelas 8 SMPN 2 Cihaurbeuti. b. MAD dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menganalisis karya sastra novel. H. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangsih yang bersifat ilmiah bagi: 1. pecinta sastra, MAD pada pendekatan posmodernisme dapat digunakan untuk menganalisis karya sastra novel; 2. teoritis dan praktisi bahasa dan sastra Indonesia, efektivitas MAD dapat digunakan sebagai landasan mengembangkan mata pelajaran bahasa Indonesia di antaranya pada tingkat SMP khususnya kelas 8 SMPN 2 Cihaurbeuti. Model penelitian yang dirancang ini mudah-mudahan dapat pula digunakan pada lembaga pendidikan yang lebih tinggi dengan perancangan disesuaikan situasi dan kondisi lembaga tersebut. I. Definisi Operasional Agar menghindari adanya salah pengertian tentang konsep-konsep yang akan dikaji dalam penelitian ini, maka akan dijelaskan beberapa istilah di bawah ini. 1. Pengkajian yang dimaksud pada penelitian ini adalah perihal menelaah nilai-nilai feminisme dengan pisau analisis MAD dalam novel Ketika Cinta 13
14 14 Bertasbih karangan Habiburrahman El Shirazy, di kelas 8 SMPN 2 Cihaurbeuti. 2. Nilai Feminisme adalah nilai-nilai yang sesuai dengan tuntutan perempuan atau nilai-nilai perempuan dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karangan Habiburrahman El Shirazy. Nilai-nilai feminisme adalah pengetahuan dan pengalaman personal, rumusan tentang dirinya sendiri, kekuasaan personal, otentitas, kreativitas, sintesis, the personal is political, kesetaraan, hubungan sosial timbal balik, kemandirian ekonomi, kebebasan reproduksi pada perempuan, identifikasi diri pada perempuan, perubahan sosial, dan berkekuatan politik dalam masyarakat. 3. MAD (Model Analisis Dekonstruksi) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pola atau cara untuk mempraktikkan belajar Dekonstruksi dalam mengkaji novel. Pada intinya merupakan model analisis pembelajaran yang sangat relevan untuk mengkaji nilai feminisme karena mengakui penokohan marginal yaitu penokohan perempuan dengan pembalikan oposisi biner. Oposisi biner mengakui di antaranya aktif >< pasif (sifat aktif berlaku untuk laki-laki sedangkan sifat pasif berlaku untuk perempuan). Pada MAD terjadi pembalikan yaitu tidak menutup kemungkinan perempuan mempunyai sifat aktif sedangkan laki-laki pasif. Jadi dapat digambarkan pembalikan pasif >< aktif. MAD digunakan untuk mengkaji nilai feminisme dalam penelitian agar dapat memperkaya khazanah analisis karya sastra lebih menarik. Hal ini merupakan perspektif baru pada penelitian sastra yaitu penjelajahan intelektual tanpa terpaku kepada hal-hal yang berlaku universal. 14
15 15 4. Analisis Novel adalah telaah novel Ketika Cinta Bertasbih karangan Habiburrahman El Shirazy dilihat dari unsur intrinsik dan intertekstual yang ditekankan pada nilai-nilai feminisme. 5. Aplikasi Pembelajaran adalah penerapan teori yang telah dihasilkan pada penelitian kualitatif tentang nilai feminisme dari novel Ketika Cinta Bertasbih karangan Habiburrahman El Shirazy dengan pisau analisis MAD terhadap kegiatan pembelajaran siswa. Dalam penelitian ini diterapkan pada siswa kelas 8 SMPN 2 Cihaurbeuti. J. Paradigma Penelitian Paradigma penelitian dapat digambarkan seperti pada bagan di bawah ini: Bagan 1.1 Paradigma Penelitian MAD 15
16 16 Bagan 1.1 Paradigma Penelitian MAD -MAD (Model Analisis Dekonstruksi) -NILAI-NILAI FEMINISME -NOVEL BERNILAI FEMINISME MAD NOVEL Kajian Novel Proses Pembelajaran MAD Proses Perencanaan Proses Pelaksanaan Prates Perlakuan Hasil Penerapan MAD untuk Mengembangkan Kemampuan Siswa Mengkaji Novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy Pascates (Amalia, 2009) 16
BAB V SIMPULAN DAN SARAN. menunjukkan sekuen yang dominan mendeskripsikan nilai feminisme. misalnya
211 BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan 1. Simpulan Hasil Analisis Kualitatif Berdasarkan struktur alur tokoh perempuan dalam novel tersebut menunjukkan sekuen yang dominan mendeskripsikan nilai feminisme.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra tercipta sebagai reaksi dinamika sosial dan kultural yang terjadi dalam masyarakat. Terdapat struktur sosial yang melatarbelakangi seorang pengarang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreatif penulis yang berisi potret kehidupan manusia yang dituangkan dalam bentuk tulisan, sehingga dapat dinikmati,
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
318 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan Berdasarkan capaian hasil penelitian dan pembahasan seperti yang tertuang pada bab IV, bahwa penelitian ini telah menghasilkan dua analisis, pertama
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 2008:8).Sastra sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Semi, 2008:8).Sastra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan. kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan kesempatan tersebut terjadi baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perempuan oleh masyarakat kadang-kadang masih dianggap sebagai manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan tidak lebih penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam peradaban manusia semenjak ribuan tahun lalu. Penelitian terhadap karya sastra penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk realita dari hasil imajinasi dan pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana ekspresi pengarang saja,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini film dan kebudayaan telah menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Film pada dasarnya dapat mewakili kehidupan sosial dan budaya masyarakat tempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengetahui pandangan budaya dalam suatu masyarakat, tidak hanya didapatkan dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang bersangkutan,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia. berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, imajinasi, ide, keyakinan dalam
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, imajinasi, ide, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan,
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional ( 2005:588), konsep didefenisikan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dilihat pada penyajian sampul-sampul buku karya sastra yang hampir selalu menjadikan sketsa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perempuan menjadi salah satu objek pembahasan yang menarik di dalam karya sastra. Perempuan bahkan terkadang menjadi ikon nilai komersil penjualan karya sastra. Hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ilmu sastra pada hakikatnya selalu berkaitan dengan masyarakat. Sastra
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu sastra pada hakikatnya selalu berkaitan dengan masyarakat. Sastra diciptakan untuk dinikmati, dihayati, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Luxemburg (1989:6) mengatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah cerita fiksi atau rekaan yang dihasilkan lewat proses kreatif dan imajinasi pengarang. Tetapi, dalam proses kreatif penciptaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Hadirnya tokoh dalam suatu karya dapat menghidupkan cerita dalam karya sastra. Keberadaan
Lebih terperinciBAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. A. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitaif
105 BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN A. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitaif Setiap metode penelitian mempunyai keunggulan dan kekurangan. Untuk mengatasi kekurangan tersebut agar saling melengkapi,
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. diciptakan oleh kebudayaan sebagai sebuah imaji yang membentuk. bagaimana sosok laki-laki ideal seharusnya. Hasil konstruksi tersebut
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Konsep maskulinitas merupakan sebuah konstruksi gender yang diciptakan oleh kebudayaan sebagai sebuah imaji yang membentuk bagaimana sosok laki-laki ideal seharusnya. Hasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada semua masyarakat (Chamamah-Soeratno dalam Jabrohim, 2003:9). Karya sastra merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi fisik yang lebih lemah dan dikenal lembut sering menjadi alasan untuk menempatkan kaum perempuan dalam posisi yang lebih rendah dari lakilaki. Secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud atau hasil dari daya imajinasi seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan pengalaman pribadi atau dengan
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik
68 BAB IV KESIMPULAN Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik (ekonomi) merupakan konsep kesetaraan gender. Perempuan tidak selalu berada dalam urusan-urusan domestik yang menyudutkannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan pelbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam masyarakat. Kehidupan sosial, kehidupan individu, hingga keadaan psikologi tokoh tergambar
Lebih terperinciA. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Media bahasa merupakan salah satu media yang digunakan oleh seorang sastrawan untuk menyampaikan karya seni yaitu sebuah karya sastra untuk para pembaca. Keindahan dalam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perempuan menjadi pembicaraan yang sangat menarik. Terlebih lagi dengan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Membicarakan masalah perempuan tidak ada habisnya, sejak dulu wacana tentang perempuan menjadi pembicaraan yang sangat menarik. Terlebih lagi dengan munculnya
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. dan Eksploitasi Wanita dalam Novel The Lost Arabian Women karya Qanta A.
BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Penelitian yang Relevan Sebelumnya Kajian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang telah dilakukan oleh Nikmawati yang berjudul Perlawanan Tokoh Terhadap Diskriminasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membuat karya sastra berangkat dari fenomena-fenomena sosial, politik, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra diciptakan oleh pengarang dalam beberapa alasan yaitu proses berpikir secara imajinatif, fiktif, kontemplasi dan mengenai realita yang terjadi di masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegigihan adalah semangat pantang menyerah yang harus dimiliki untuk mencapai kesuksesan. Setiap manusia harus dapat membiasakan diri melihat setiap masalah yang muncul
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode merupakan cara kerja dalam memahami objek yang menjadi sasaran penelitian. Peneliti dapat memilih salah satu dari berbagai metode yang ada dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ataupun perasaan seseorang dari apa yang dialaminya. Ekspresi kreatif tersebut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan ekspresi kreatif untuk menuangkan ide, gagasan, ataupun perasaan seseorang dari apa yang dialaminya. Ekspresi kreatif tersebut akan senantiasa
Lebih terperinciSumardjo & Saini (1994: 3) mengungkapkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Relasi antara Sastra, Kebudayaan, dan Peradaban Sumardjo & Saini (1994: 3) mengungkapkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,
Lebih terperinciBasuki Priatno, 2013
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dikemukakan tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, dan paradigma penelitian. 1.1 Latar Belakang
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan 5.1.1 Struktur Naskah Pertja Objek penelitian yang digunakan dalam kajian skripsi ini adalah naskah drama yang berjudul Pertja karya Benjon atau Benny Yohanes. Lakon
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan dalam penelitian terhadap perempuan dalam roman Au Bonheur des Dames karya Émile Zola yang diambil sebagai objek penelitian ini memiliki beberapa implikasi.
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. dalam menentukan dan membentuk konstruksi sosial, yaitu aturan-aturan dan batasan
BAB IV KESIMPULAN Secara formal, Era Victoria dimulai pada tahun 1837 hingga 1901 dibawah pimpinan Ratu Victoria. Era Victoria yang terkenal dengan Revolusi industri dan kemajuan di berbagai bidang kehidupan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Kurikulum Pendidikan (KTSP) merupakan penyempurna
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tingkat Satuan Kurikulum Pendidikan (KTSP) merupakan penyempurna dari Kurikulum 2004 (KBK) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. memfokuskan pada Ideologi Tokoh Utama Wanita Dalam Novel Surga Yang Tak
BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Novel Surga Yang Tak Dirindukan adalah karya Asma Nadia. Penelitian ini memfokuskan pada Ideologi Tokoh Utama Wanita Dalam Novel Surga Yang Tak Dirindukan Karya Asma Nadia Kajian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai macam masalah kehidupan manusia secara langsung dan sekaligus.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra hadir sebagai wujud nyata hasil imajinasi dari seorang penulis. Penciptaan suatu karya sastra bermula dari pengalaman batin pengarang yang dikontruksikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus informasi dan teknologi yang canggih yang menuntut masyarakat untuk lebih berperan aktif
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. ekstrinsik. Unsur intrinsik novel adalah unsur-unsur yang berada di dalam
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengapresiasi sebuah novel dapat dilakukan melalui unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik novel adalah unsur-unsur yang berada di dalam novel dan secara
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan bahan acuan yang dipakai dalam penelitian sekaligus sumber ide untuk menggali pemikiran dan gagasan baru. Kajian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan dan keadaan sosial masyarakat baik secara langsung maupun tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan suatu bentuk kreativitas pengarang yang di dalamnya mengandung ungkapan perasaan dan pikiran pengarang yang bersumber dari realitas kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan berdasarkan imajinasi dan berlandaskan pada bahasa yang digunakan untuk memperoleh efek makna tertentu guna mencapai efek estetik. Sebuah
Lebih terperinciImaji Vol. 4 - No. 2/ Februari 2009 RESENSI BUKU
RESENSI BUKU JUDUL BUKU : Cultural Studies; Teori dan Praktik PENULIS : Chris Barker PENERBIT : Kreasi Wacana, Yogyakarta CETAKAN : Ke-IV, Mei 2008 TEBAL BUKU : xxvi + 470 halaman PENINJAU : Petrus B J
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahasa. Lotman (dalam Supriyanto, 2009: 1) menyatakan bahwa bahasa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana yang digunakan pengarang untuk menyampaikan buah pikiran dan imajinasinya dalam proses penciptaan karya sastra. Hal ini menyiratkan bahwa karya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra diciptakan berdasarkan gagasan dan pandangan seorang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan berdasarkan gagasan dan pandangan seorang pengarang terhadap lingkungan sosial budaya melalui media bahasa. Karya sastra ini hadir sebagai
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. historisnya, dipersoalkan oleh pemeluk agama, serta
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Praktik poligami dalam bentuk tindakan-tindakan seksual pada perempuan dan keluarga dekatnya telah lama terjadi dan menjadi tradisi masyarakat tertentu di belahan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki dan perempuan dibedakan sesuai dengan perannya masing-masing yang dikonstruksikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang menjadi tujuan pembelajaran bahasa Indonesia yang tercantum dalam. budaya dan intelektual manusia Indonesia.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah menengah meliputi kegiatan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis melalui kegiatan berbahasa dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra adalah suatu hasil tulisan kreatif yang menceritakan tentang manusia dan juga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu hasil tulisan kreatif yang menceritakan tentang manusia dan juga kehidupannya dengan bahasa sebagai media penyampaiannya. Sastra merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perempuan adalah tiang penyangga dalam rumah tangga. Istilah tersebut
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perempuan adalah tiang penyangga dalam rumah tangga. Istilah tersebut menunjukkan bahwa perempuan memiliki posisi vital di tengah-tengah keluarga dengan segala fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cukup menggembirakan. Kini setiap saat telah lahir karya-karya baru, baik dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra Bali Modern dari waktu ke waktu menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan. Kini setiap saat telah lahir karya-karya baru, baik dalam bentuk puisi, cerita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Semi,
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia memang tidak luput dari masalah. Permasalahan tersebut meliputi masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan lingkungan, dan sesama, interaksinya dengan diri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik itu puisi maupun prosa (cerita pendek dan novel). Pemilihan sumber bacaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Minat membaca karya sastra sama halnya dengan minat membaca, namun minat membaca karya sastra lebih diarahkan dan difokuskan dalam bidang sastra baik itu puisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai macam keberagaman sering kali lupa terhadap nilai-nilai kebudayaan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam menjalani kehidupannya di masyarakat yang penuh dengan berbagai macam keberagaman sering kali lupa terhadap nilai-nilai kebudayaan yang dimilikinya.
Lebih terperinciBAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. pendekatan kualitatif. Sukmadinata (2009:60) mengatakan bahwa penelitian
BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Sukmadinata (2009:60) mengatakan bahwa penelitian kualitatif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan struktur dunia rekaan, artinya realitas dalam karya sastra adalah realitas rekaan yang tidak sama dengan realitas dunia nyata. Karya sastra itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, Sastra merupakan. lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra sebagai hasil karya seni kreasi manusia tidak akan pernah lepas dari bahasa yang merupakan media utama dalam karya sastra. Sastra dan manusia sangat erat kaitannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa yang terdapat dalam karya sastra memiliki keunikan tersendiri. Begitu pun penggunaan bahasa dalam novel angkatan Balai Pustaka. Penulis novel angkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra lahir dari hasil kreatifitas dan imajinasi manusia, serta pemikiran dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir dari hasil kreatifitas dan imajinasi manusia, serta pemikiran dan juga pengalaman yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Keindahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. genre-genre yang lain. Istilah prosa sebenarnya dapat menyaran pada pengertian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia kesastraan mengenal prosa sebagai salah satu genre sastra di samping genre-genre yang lain. Istilah prosa sebenarnya dapat menyaran pada pengertian yang lebih
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nadhira Destiana, 2013
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam ruang lingkup kebahasaan secara umum terdiri atas empat keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan menyimak, keterampilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. digambarkan secara luas oleh pengarang melalui pemikiran-pemikiran yang menjadikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah bentuk dari gambaran realita sosial yang digambarkan secara luas oleh pengarang melalui pemikiran-pemikiran yang menjadikan suatu objek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan dengan bahasa, baik lisan maupun tulis, yang mengandung keindahan. Karya sastra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui ekspresi yang berupa tulisan yang menggunakan bahasa sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan hasil cipta atau karya manusia yang dapat dituangkan melalui ekspresi yang berupa tulisan yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Selain itu sastra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek dan Warren, 1990: 3). Karya sastra adalah suatu kegiatan kreatif, hasil kreasi pengarang. Ide
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. perlindungan dan tuntunan dari pihak laki-laki, bahkan dalam lirik lagu tersebut
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Bedasarkan penelitian yang sudah dilakukan menggunakan analisis wacana kritis model Norman Fairclough terhadap tiga buah lagu karya Ahmad Dhani yang berjudul Dua Sejoli, Selir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang
BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui berbagai kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai lingkungan fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berhubungan dengan manusia lain. Untuk menjalin hubungan tersebut diperlukan suatu alat komunikasi. Alat komunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang pengarang dalam memaparkan berbagai permasalahan-permasalahan dan kejadian-kejadian dalam kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang. Adapun proses kreatif itu berasal dari pengalaman pengarang sebagai manusia yang hidup di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Standard Kualifikasi Akademik dan Kompetensi, guru sebagai pendidik
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahan ajar merupakan komponen penting dalam pembelajaran. Bahan ajar diperlukan sebagai pedoman beraktivitas dalam proses pembelajaran sekaligus merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir melalui pengarang-pengarang yang cerdas di kalangan masyarakat.sastra muncul karena pengaruh dari zaman ke zaman, mulai dari sastra lama kemudian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia tidak cukup dengan tumbuh dan berkembang akan tetapi. dilakukan dengan proses pendidikan. Manusia sebagai makhluk sosial
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan masalah yang sangat penting bagi manusia, karena pendidikan akan menentukan kelangsungan hidup manusia. Seorang manusia tidak cukup dengan tumbuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan wadah yang digunakan oleh pengarang dalam menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap berbagai masalah yang diamati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah alat yang digunakan sastrawan untuk mengungkapkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah alat yang digunakan sastrawan untuk mengungkapkan berbagai fenomena kehidupan manusia. Fenomena kehidupan manusia menjadi hal yang sangat menarik
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Behavior dalam Pandangan Nitze tentang Perspektif Tuan dan Buruh Sosiologi perilaku memusatkan perhatian pada hubungan antara pengaruh perilaku seorang aktor terhadap lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pekerja dan itu menjadi penanda waktu yang beremansipasi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perempuan dalam televisi senantiasa hanya mempertentangkan antara wanita karir dan menjadi ibu-ibu rumah tangga. Dua posisi ini ada didalam lokasi yang berseberangan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif manusia dalam kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sastra seni kreatif menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan kata serapan dari bahasa sanskerta śāstra, yang berarti teks yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan kata serapan dari bahasa sanskerta śāstra, yang berarti teks yang mengandung instruksi atau pedoman, dari kata śās- yang berarti instruksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia yang berupa karya bahasa. Dari zaman ke zaman sudah banyak orang menciptakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya terdapat daya kreatif dan daya imajinasi. Kedua kemampuan tersebut sudah melekat pada jiwa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perselingkuhan sebagai..., Innieke Dwi Putri, FIB UI, Universitas Indonesia
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra menggambarkan jiwa masyarakat. Karya sastra sebagai interpretasi kehidupan, melukiskan perilaku kehidupan manusia yang terjadi dalam masyarakat. Segala
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. global. Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan tersebut adalah kurikulum,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan nasional senantiasa harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan yang terjadi baik ditingkat lokal, nasional, maupun global.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat memberikan tanggapannya dalam membangun karya sastra.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Media seni-budaya merupakan tempat yang paling banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media seni-budaya merupakan tempat yang paling banyak merepresentasikan perempuan sebagai pihak yang terpinggirkan, tereksploitasi, dan lain sebagainya. Perempuan sebagai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Citra tokoh..., Vidya Dwina Paramita, FIB UI, 2009
12 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak dengan segala problematika yang melingkupinya merupakan salah satu topik yang tidak ada habisnya dibahas. Dalam diri seorang anak, melekat hak untuk mendapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia. Ungkapan tersebut berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, semangat, dan keyakinan dalam suatu kehidupan, sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. analisis unsur intrinsiknya, yaitu unsur-unsur yang membangun karya sastra,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebuah karya sastra itu diciptakan pengarang untuk dibaca, dinikmati, ataupun dimaknai. Dalam memaknai karya sastra, di samping diperlukan analisis unsur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. etimologis, fiksi berasal dari akar kata fingere (Latin) yang berarti berpurapura.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra adalah rekaan, sebagai terjemahan fiksi secara etimologis, fiksi berasal dari akar kata fingere (Latin) yang berarti berpurapura. Dalam novel baik pengarang
Lebih terperinciPENDAHULUAN. sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan imajinasi pengarang yang dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian dinikmati oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penelitian sastra sampai saat ini dipandang masih terbatas pada teks sastra.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian sastra sampai saat ini dipandang masih terbatas pada teks sastra. Orientasi penelitian sastra yang masih terbatas menghasilkan hasil penelitian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan, berbagai gagasan dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan, berbagai gagasan dan perencanaan merupakan tuntutan yang harus terus berlanjut. Pendidikan harus selalu mengiringi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra anak masih terpinggirkan dalam khazanah kesusastraan di Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang sastra anak. Hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan suatu ungkapan diri pribadi manusia yang berupa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan suatu ungkapan diri pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, dan keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan agraris, dimana terdiri dari banyak pulau dan sebagian besar mata pencaharian penduduknya bercocok tanam atau petani. Pertanian
Lebih terperinci