BAB V PENUTUP. beberapa saran berdasarkan hasil penelitian lapangan dan analisanya.

Transkripsi

1 BAB V PENUTUP Dalam bab ini penulis mencoba menarik beberapa kesimpulan dan mengusulkan beberapa saran berdasarkan hasil penelitian lapangan dan analisanya. A. Kesimpulan. Beberapa kesimpulan yang dapat penulis tarik adalah: Pertama, dari beberapa keluarga yang menjadi sampel, ternyata model pengasuhan dalam rangka membangun karakter yang dominan di praktikan oleh keluarga-keluarga Kristen di bone adalah model pengasuhan modelling,yang nampak dari total informan yang di wawancarai sejumlah 57 (limapuluh tujuh), 19(Sembilan belas) di antaranya memiliki kesamaan pendapat tentang nilai-nilai moral sopan santun, bertegur sapa, hidup jujurdan saling menghormati. Sedangkan jumlah informan yang memiliki kesamaan pendapat tentang nilai-nilai religius sejumlah 13 (tiga belas).nilai-nilai di maksud adalah berdoa, saling mengasihi, saling mengampuni, memperkenalkan Tuhan kepada anak-anak dan kesetiaan kepada ajaran-ajaran agama.adapun sumber nilai-nilai moral yang di tanamkan orangtua kepada anak adalah dari budaya Timor dan agama Kristen yang di anut oleh keluarga.sementara itu metode yang di gunakan adalah pemberian contoh melalui perilaku dan pemberian contoh yang di sertai dengan penalaran di antaranya penggunaan bahasa daerah dan metode bercerita. Model pengasuhan tersebut di atas di pengaruhi oleh faktor budaya dan agama serta tingkat pendidikan orangtua yang berdampak pada pemahaman terhadap nilai-nilai moral yang di ajarkan dan metode yang di lakukan dalam rangka menanamkan nilai-nilai 108

2 moral kepada anak. Hal mana nampak dari sumber nilai-nilai moral yang di gunakan orangtua untuk di ajarkan dan di tanamkan kepada anak yang bersumber dari nilai-nilai moral dalam budaya dan agama dan alasan penggunaan nilai-nilai tersebut. Sementara berkaitan dengan tingkat pendidikan, dari total 32 informan yang melakukan model pengasuhan ini, 17 di antaranya memiliki latar belakang pendidikan sekolah dasar, 9 di antaranya berlatar belakang pendidikan sekolah lanjutan tingkat pertama, 7 di antaranya berlatar belakang sekolah lanjutan tingkat atas dan 1 informan berlatar belakang pendidikan sarjana. Fakta tentang pendidikan tersebut di atas menunjukan informan yang melakukan model pengasuhan ini memiliki tingkat pemahaman yang sederhana dalam memahami nilai-nilai moral yang di tanamkan pada anak dan metode yang di gunakan dalam rangka menanamkan nilai-nilai moral tersebut, yakni sebagai bagian dari tanggung jawab orangtua kepada anak dan juga berdasarkan pengalaman yang di miliki sebagai orangtua. Kedua, model pengasuhan selanjutnya yang di temukan dalam penelitian adalah kombinasi model pengasuhan otoritatif dan demokratis. Yang nampakdari nilainilaimoralyang di tanamkan pada anak adalah tanggungjawab dan pengendalian diri. Terjadinya kombinasi model pengasuhan ini didasarkan pada beberapa faktor, di antaranya faktor pendidikan orangtua. Dari jumlah 10 () informan yang melaksanakan model pengasuhan ini, 6 (enam) di antaranya berlatarbelakang pendidikan sarjana dan sisanya berlatar belakang pendidikan sekolah lanjutan tingkat atas. Fakta pendidikan yang di miliki orangtua dalam model pengasuhan ini berdampak pada pemahaman orangtua yang memandang anak sebagai bagian penting dalam upaya menanamkan nilai- 109

3 nilai moral kepada anak untuk membangun karakter anak. Hal ini tergambar dari sikap orangtua yang melibatkan anak dalam proses pembuatan keputusan berkaitan dengan aturan-aturan yang hendak di berlakukan dalam keluarga. Sikap orangtua terus berlanjut dalam mendampingi anak dalam melaksanakan berbagai aturan namun orangtua tetap memiliki otoritas pada anak. Sisi demokratis orangtua tidak hanya tergambar dalam melibatkan anak dalam pengambilan keputusan tetapi juga nampak dalam sikap orangtua yang tidak selalu memenuhi permintaan anak terhadap beberapa kebutuhan anak yang di ikuti dengan penjelasan sehingga anak dapat memahami. Ketiga,model pengasuhan berikutnya yang di temukan dari keluarga-keluarga yang menjadi sampel adalah model pengasuhan permisif yang nampak dalam pendapat 8 (delapan) informan. Dalam model pengasuhan ini, nilai-nilai moral yang di tanamkan kepada anak dan metode yang di gunakan untuk menanamkan nilai-nilai moral tidak nampak. Hal ini di sebabkan beberapa faktor, di antaranya faktor pendidikan orangtua. Fakta memperlihatkan bahwa dari total informan yang melakukan praktik pengasuhan ini memiliki latar belakang pendidikan yang cukup rendah. Hal ini nampak dari 7 (tujuh) di antaranya berlatar belakang pendidikan sekolah dasar dan 3 (tiga) di antaranya berlatarbelakang pendidikan sekolah lanjutan tingkat pertama. Hal ini menunjukan keterbatasan pola pemahaman yang di latar belakangi tingkat pendidikan berdampak pada pola pikir orangtua dalam mengasuh dan mendidik anak untuk membangun karakter sangat tidak memadai. Selain itu ketidakmampuan orangtua mengontrol rasa sayang pada anak membuat orangtua kehilangan otoritas pada anak. 110

4 Empat, model pengasuhan terakhir yang di temukan dalam penelitian adalah kombinasi model pengasuhan otoritarian (otoriter), model pengasuhan disiplin dan pengasuhan yang di dasarkan pada nilai benar salah sesuai dengan konteks sosial. Hal mana nampak dalam nilai-nilai moral yang di tanamkan dalam kombinasi tiga model pengasuhan adalah saling menghormati dan menghargai dan disiplin dan kerja keras. Nilai-nilai moral tersebut di tanamkan dengan metode pembiasaan perilaku kepada anak secara kaku sehingga berakibat pada perilaku kekerasan orangtua kepada anak (ancaman dan pukulan). Kondisi pengasuhan dalam model ini di sebabkan beberapa faktor di antaranya faktor latarbelakang pendidikan dan karakter orangtua. Data memperlihatkan bahwa dari 7 (tujuh) informan yang melakukan praktik pengasuhan ini berlatarbelakang pendidikan sekolah dasar. Hal ini tentunya mempengaruhi pola pikir orangtua dalam pengasuhan. Kondisi ini nampak dalam keinginan orangtua yang sangat besar (namun cenderung kaku) terhadap anak untuk memiliki perilaku yang benar sesuai dengan nilai-nilai yang di anut oleh masyarakat namun keinginan di maksud tidak di imbangi dengan pemahaman yang cukup memadai tentang perilaku pengasuhan yang ramah terhadap anak. Akibatnya anak hanya di lihat sebagai objek di tanamkannya nilai-nilai moral sehingga tidak tersedia ruang bagi anak memberikan pendapat atau pun mendapatkan penjelasan atas pelaksanaan nilai-nilai moral yang harus di lakukan anak. Dalam kombinasi tiga model pengasuhan ini dapat di duga kurang adanya komunikasi yang baik antara orangtua dan anak. Hal ini tentunya berdampak pada bentuk karakter yang terbangun dalam diri anak kelak. Walaupun demikian sangat di sadari bahwa dalam rangka membangun karakter baik pada anak, faktor pendidikan orangtua bukanlah satu-satunya faktor yang 111

5 menentukan keberhasilan pembangunan karakter baik melainkan kesadaran orangtua untuk menjadi contoh atau model perilaku bagi anak dalam menanamkan nilai-nilai moral menjadi faktor yang sangat menentukan keberhasilan pembangunan karakter baik pada anak. Lima, berdasarkan uraian model-model pengasuhan tersebut di atas maka menurut penulis, dalam rangka membangun karakter baik pada anak, model pengasuhan yang tepat adalah model pengasuhan modelling, kombinasi model pengasuhanotoritatif dan demokratis. Hal ini di di dasarkan pada sejumlah nilai moral, metode dan sikap orangtua yang nampak dalam tiga model tersebut menunjukan adanya kebajikankebajikan yang menopang terbangunnya karakter baik dan metode yang di gunakan memperlihatkan peranan positif dari orangtua sebagai pendidik moral yang utama bagi anak dan sikap orangtua yang bersifat demokratis yang mendukung terbangunya karakter baik pada anak. Namun demikian sangat di sadari bahwa dalam rangka membangun karakter baik pada anak, setiap keluarga memiliki kearifan tersendiri yang di sesuaikan dengan konteks setiap keluarga oleh karena bila dalam sebuah keluarga lebih cocok menggunakan model modelling namun bagi keluarga lain yang lebih tepat menggunakan model demokratis atau penggabungan dari beberapa model sekaligus. Dengan demikian penggunaan model pengasuhan yang tepat sangat di dasarkan pada konteks dan kebutuhan karakter dalam setiap keluarga. Karena itu di butuhkan pemahaman yang utuh dari orangtua terhadap proses pembangunan karakter pada anak sehingga dapat di lakukan secara optimal. 112

6 Enam, berdasarkan seluruh uraian di atasdapat penulis katakan bahwa keluargakeluarga Kristen di Bone telah menunjukan respon yang cukup baik dalam upaya membangun karakter baik melalui model-model pengasuhan yang di praktikan oleh para orangtua dalam keluarga-keluarga Kristen di jemaat Sontetus Bone. Hal mana nampak dari nilai-nilai moral yang di tanamkan pada anak melalui metode pemberian contoh dan pemberian contoh yang di ikuti dengan penalaran oleh orangtua sehingga menolong anak dalam memahami makna nilai moral yang di tanamkan. Sekalipun demikian terdapat sejumlah kelemahan yang penulis identifikasikan, di antaranya, pertama, dalam melakukan pengasuhan, fakta menunjukan bahwa orangtua belum memahami dengan benar konsep pembangunan karakter yang di canangkan pemerintah sebagai gerakan nasional sehingga orangtua masih melakukan proses pengasuhan dengan mewarisi model pengasuhan yang di warisi dari orangtua sebelumnya. Hal ini berdampak pada pemahaman dan praktik pengasuhan kepada anak sehingga pengasuhan yang di lakukan masih belum terencana dengan baik, sedangkan untuk memperoleh karakter yang baik, harus di lakukan secara sadar dan terencana dengan baik berkaitan dengan nilai-nilai moral yang di tanamkan, metode-metode yang di gunakan dan konsistensi orangtua untuk menjadi pendidik karakter yang baik bagi anak melalui pemberian contoh dalam perilaku dan penalaran atas setiap perilaku yang di contohkan kepada anak. Kedua, dalam melakukan pengasuhan, masih di temukan sikap dan perilaku orangtua yang tidak kondusif bagi proses pembangunan karakter. Hal mana nampak dalam sikap dan perilaku pembiaran yang di lakukan orangtua kepada anak dan tindakan anarkis orangtua kepada anak.hal ini sangat mempengaruhi karakter yang terbangun dalam diri anak.oleh karena 113

7 itu sikap dan perilaku pengasuhan tersebut perlu di perbaiki sehingga harapan terbangunnya karakter baik dalam diri anak dapat terlaksana secara optimal. B. Saran. Berdasarkan kesimpulan di atas maka penulis menyampaikan beberapa saran dengan tujuan agar setiap model pengasuhan yang di lakukan oleh para orangtua kepada anak kiranya menjadi media pembangunan karakter yang baik pada anak dan menjadi perhatian berbagai pihak yang memiliki kaitan erat dengan proses pembangunan karakter. Saran di maksud antara lain: 1. Kepada keluarga; pertama, memperhatikan peran strategis keluarga, khususnya orangtua bagi anak sebagai lingkungan pertama anak mendapatkan berbagai pendidikan dan pengajaran maka keluarga perlu memberi perhatian lebih serius kepada aktifitas pengasuhan yang berkualitas, utuh dan menyeluruh sehingga pada akhirnya menumbuhkan karakter baik pada anak. Kedua; Orangtua perlu semakin menyadari bahwa peranan orangtua sangat besar dalam membangun karakter baik pada anak oleh karena sikap dan perilaku orangtua sebagai model atau contoh bagi anak. Karena itu orangtua perlu lebih mengembangkan dan memelihara sikap dan perilaku yang baik sehingga berdampak pada bentuk karakter yang terbangun pada anak. Ketiga; sebagai pihak yang memiliki kewenangan dalam mendidik anak, agar terus memperbaharui pemahaman tentang anak sesuai pertumbuhan yang di alami anak. Hal ini penting agar penggunaan model pengasuhan dapat tepat sesuai dengan pertumbuhan yang di alami anak sebab dengan penggunaan model pengasuhan yang tepat maka nilai-nilai moral yang di tanamkan kepada anak dapat tersampaikan dengan baik sehingga pada akhirnya dapat membangun karakter baik 114

8 pada anak.empat, model pengasuhan yang dapat di praktikan sesuai dengan konteks keluarga-keluarga Kristen di Bone adalah model pengasuhan modeling dan kombinasi model pengasuhan otoritatif-demokratis. Namun sangat di sadari bahwa setiap keluarga memiliki karakteristik tersendiri oleh karena itu penerapan model-model pengasuhan dapat di lakukan dengan mempertimbangkan konteks dan karakter setiap keluarga. Dikatakan demikian oleh karena sebuah keluarga dapat saja menggunakan satu model pengasuhan atau pun lebih dari satu model pengasuhan dengan tujuan membangun karakter baik pada anak. 2. Kepada Gereja; mengingat bahwa pendidikan untuk membangun karakter baik pada anak oleh keluarga merupakan hal yang sangat penting maka gereja perlu membangun kemitraan dengan orang tua/keluarga kristen karena di sanalah sejak awal karakter yang baik tumbuh dan berkembang.karena itu beberapa point dapat penulis usulkan kepada gereja, pertama; sebagai bagian dari pendidikan orang dewasa dalam jemaat, gereja dapat mengadakan kegiatan pembinaan untuk melengkapi orangtua dengan pemahaman tentang pengasuhan yang baik (parenting education) sehingga dapat memperbaiki praktik pengasuhan yang tidak mendukung proses pembangunan karakter yang baik pada anak. Kedua; sebagai materi pembinaan pasangan yang hendak menikah dalam persiapan menuju pernikahan, mencakup pengetahuan tentang model-model pengasuhan anak yang berkarakter. Ketiga; gereja perlu mendidik orangtua kristen agar menjadi pendidik karakter yang baik.misalkan mengadakan bahan ajar untuk anak dalam keluarga sebab pendidikan untuk anak tidak hanya berlangsung di sekolah minggu saja tetapi juga berlangsung dalam keluarga. Bahan ajar di maksud dapat menolong 115

9 para keluarga agar dapat memaksimalkan peranan orangtua dalam mengasuh dengan membangun karakter baik pada anak Empat; menjadikan gereja sebagai komunitas iman sekaligus komunitas karakter dalam mana setiap anggota tersosialisasikan bukan hanya dalam dimensi iman tapi juga karakter. 116