BAB III MODEL-MODEL PENGASUHAN YANG MEMBANGUN KARAKTER ANAK DALAM KELUARGA KRISTENDI JEMAAT SONTETUS BONE

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III MODEL-MODEL PENGASUHAN YANG MEMBANGUN KARAKTER ANAK DALAM KELUARGA KRISTENDI JEMAAT SONTETUS BONE"

Transkripsi

1 BAB III MODEL-MODEL PENGASUHAN YANG MEMBANGUN KARAKTER ANAK DALAM KELUARGA KRISTENDI JEMAAT SONTETUS BONE Dalambab ini akan di uraikan tentang model pembangunan karakter anak dalam keluarga kristen di jemaat Sontetus Bone. Yang dimaksud dengan jemaat Sontetus Bone adalah salah satu jemaat dalam wilayah pelayanan klasis Amanuban Tengah Utara yang bernaung dalam gereja Masehi Injili di Timor. Penelitian ini di langsungkan di jemaat Sontetus Bone, yang mana secara geografis berada dalam wilayah pemerintahan desa Bone, kecamatan Amanuban Tengah. Karena itu sebelum menjelaskan tentang hasil penelitian model pembangunan karakter dalam keluarga kristen di jemaat Sontetus Bone, maka penulis terdahulu memberikan gambaran singkat tentang Jemaat Sontetus Bone. A. Selayang pandang lokasi penelitian. A.1. Kondisi fisik. a) Letak. Secara geografisjemaat Sontetus Bone terletak dalam wilayah desa Bone, kecamatan Amanuban Tengah Kabupaten Timor Tengah Selatan. Desa Bone merupakan salah satu desa dari 8 (delapan) desa dalam wilayah kecamatan Amanuban tengah. 1 Desa Bone memiliki iklim tropis, yang ditandai dengan banyaknya tanaman umur panjang (pohon). Hal tersebut disebabkan oleh posisi desa Bone yang lebih dekat dengan benua Australia di banding Asia sehingga arus angin dari benua Asia dan samudera Pasifik yang mengandung banyak uap 1 Sekretariat Desa Bone, Bone dalam Statistik tahun 2013, ( Bone, 2013),

2 air, telah berkurang ketika tiba di daratan Timor Tengah Selatan. Sedangkan arus udara dari Australia dapat mencapai kabupaten TTS dengan baik. Akibatnya musim kemarau lebih panjang dari musim hujan. Musim kemarau berlangsung dari bulan April Oktober ketika arus udara berasal dari Australia. Sedangkan musim hujan pada bulan Nopember- Maret ketika arus udara bertiup dari Asia. Rata-rata curah hujan berkisar antara mm/ tahun dengan suhu rata-rata 24º C. 2 b) Mata pencaharian Penduduk desa Bone memiliki mata pencaharian yang cukup variatif yakni; 50 % sebagai Petani, 15% sebagai peternak, 15 % sebagai wiraswasta, 10 % sebagai pegawai pemerintah, 05 % guru dan 05 % buruh. Variasi mata pencaharian ini membuat kesibukan penduduk yang cukup tinggi setiap hari. Selain itu, dari mata pencaharian yang ada menunjukan taraf ekonomi penduduk yang yang cukup baik dalam menopang pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan lainya. c) Struktur masyarakat Masyarakat desa Bone hidup dalam struktur masyarakat yang homogen. Dalam desa di kenal pemilik kampung oleh 4 (empat) klan yakni Tunu, Maunino, Nautani dan sayuna. Empat klan inilah yang memiliki kewenangan untuk membagi-bagikan tanah untuk lahan kebun maupun tempat tinggal. Selain itu 2...Pemerintah Kabupaten Timor Tengah Selatan, Rencana jangka Panjang Daerah ( RPJPD) Kabupaten Timor Tengah Selatan Tahun ( Soe: Sekretariat Daerah, 2008),

3 mereka menjadi peletak dasar adat istiadat perkawinan, kematian dan lainya. Tidak berhenti disini, dalam berbagai kesempatan pemilihan kepala desa, selalu memperhitungkan giliran kesempatan kepada empat marga ini menjadi kepala desa. Seiring perkembangan oleh karena perkawinan dan juga pekerjaan, penduduk dari suku lain juga berdatangan dan menetap sehingga tercipta interaksi dengan penduduk asli desa Bone. Interaksi tersebut berdampak pada terbukanya informasi dan perkembangan sumber daya manusia yang terus berlangsung dalam desa Bone. d) Agama dan kepercayaan. Penduduk desa Bone memeluk dua agama yakni agama Kristen Protestan dan agama Katholik dengan prosentase, 90 % beragama Kristen dan 10 % beragama Katholik. e) Pendidikan Pendidikan merupakan sebuah kebutuhan yang di upayakan oleh masyarakat, termasuk jemaat Sontetus Bone. Hal mana nampak dalam tingkat pendidikan warga jemaat Sontetus Bone yang bervariasi yakni, 10 % tidak tamat sekolah dasar, 10 tamat sekolah dasar, 15 % tidak tamat SLTP, 20 % tamat SLTP, 15 tidak tamat SLTA%, 25 % tamat SLTA, 05 % perguruan tinggi. Hingga kini desa Bone telah beberapa lembaga pendidikan baik yang dikelola oleh pemerintah dan gereja yakni; 1 (satu) Sekolah dasar, 1 PAUD ( pendidikan 63

4 anak usia dini), 1 Sekolah luar biasa bagi anak berkebutuhan khusus. Sementara untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi, penduduk desa menempuhnya pada sekolah-sekolah yang ada di sekitar Niki-niki, baik untuk tingkat SLTP dan SLTA. A.2. Sekilas tentanggereja Masehi Injili Di Timor. Gereja Masehi Iinjili di Timor (selanjutnya di singkat GMIT) adalah Sinode Protestan terbesar kedua di Indonesia. Memiliki sekitar 1,4 juta anggota dan 1937 jemaat-jemaat. Walaupun namanya demikian, anggota jemaatjemaatnya tidak saja di Timor Barat, tetapi tersebar di seluruh provinsi Nusa Tenggara Timur ( NTT), kecuali di pulau Sumba, Pulau Sumbawa ( NTB) dan Pulau Batam. 3 GMIT menganut sistem gereja Presbyrterial-Synodal, yakni model pemerintahan gereja dengan musyawarah dan kepimpimpinan kolektif dalam kemajelisan. Para pemimpin gereja dipilih setiap 4 tahun oleh gereja dari sidang jemaat. Majelis jemaat memimpin bersama dalam mengkoordinir berbagai pelayanan pada aras Jemaat, Klasis dan Sinodal. Dalam berteologi, GMIT dapat digambarkan dalam teologi Reformed dengan penekanan khusus pada Alkitab dan keinginan untuk menjadi baik kontekstual dan holistik dalam misinya. GMIT secara resmi mandiri pada 31 Oktober Pada saat di nyatakan mandiri, GMIT terdiri dari 6 klasis dan dipimpin oleh Ds.Durkstra. Enam klasis di 3 Frank L Cooley, Benih yang Tumbuh XI: Gereja Masehi Injili di Timor, (Jakarta: Lembaga Penelitian dan Studi Dewan Gereja-gereja di Indonesia, 1976),19. 64

5 maksud adalah kasis Kupang yang meliputi Kupang dan Amarasi;Klasis Camplong yang meliputi Fatule'u dan Amfoang;Klasis SoE yang meliputi Amanuban, Amanatum, Mollo, Timor Tengah Utara, dan Belu;Klasis Alor yang meliputi Alor;Klasis Rote yang meliputi Rote;Klasis Sabu, yang meliputi Sabu. 4 A.3. Sekilas tentang jemaat Sontetus Bone. Jemaat Sontetus Bone merupakan salah jemaat dalam Gereja Masehi Injili Di Timor, dalam Wilayah Klasis Amanuban Tengah Utara. Sebagai salah satu jemaat dalam klasis Amanuban Tengah Utara, jemaat ini memiliki wilayah pelayanan yang berbatasan dengan wilayah pelayanan jemaat lain dalam klasis yakni : - Sebelah timur berbatasan dengan jemaat Sonhalan. - Sebelah utara berbatasan dengan jemaat Humone. - Sebelah Selatan berbatasan dengan jemaat Anugerah Nobi-nobi dan jemaat Betel Matani. - Sebelah barat berbatasan dengan jemaat Betel Hoi. Secara Historis, jemaat ini lahir dari perjuangan panjang jemaat Sontetus untuk dapat beribadah sendiri. Sebelum menjadi jemaat mandiri, jemaat Sontetus Bone adalah bagian dari wilayah pelayanan jemaat Sonhalan Niki-Niki. Jemaat ini terletak dalam wilayah desa Bone, kecamatan Amanuban tengah. Kegiatan peribadahan jemaat berlangsung terpusat di gedung gereja Jemaat Sonhalan niki-niki. Dalam perkembangannya, 4 Frank L Cooley, Ibid. 65

6 pertumbuhan jemaat di wilayah desa Bone semakin pesat sehingga diusulkandibangun sebuah gedung kebaktian di Bone guna mengefektifkan pelayanan bagi jemaat yang ada di wilayah jemaat Sonhalan Niki-Niki, khususnya di desa Bone. Kerinduan jemaat untuk beribadah sendiri di desa Bone sangat besar sehingga sambil menanti proses pembangunan gedung kebaktian dilaksanakan maka jemaat di Bone saat itu bersepakat untuk sementara waktu beribadah di gedung kantor Desa Bone. Sejak saat itu seluruh jemaat di Bone bersepakat untuk memberi nama Sontetus bagi jemaat di Bone. Sontetus di ambil dari kata dalam bahasa Timor yakni Son, singkatan dari sonaf yang berarti rumah atau istana dan tetus, yang berarti berkat. Sehingga sontetus artinya rumah berkat. Perjuangan memiliki tanah untuk pelaksanaan pembangunan gedung kebaktian terjawab manakala tanah miliki pemerintah desa Bone di hibahkan kepada gereja untuk membangun gedung kebaktian. Selanjutnya pekerjaan pembangunan gedung gereja dilaksanakan secara bergotong royong dan di selesaikanpada tahun Dalam tahun ini pula majelis jemaat sonhalan niki-niki secara resmi memberikan kewenangan bagi majelis jemaat yang berasal dari desa Bone untuk menata pelayanan dan finansial secara mandiri. Hal ini ditandai dengan pemekaran jemaat sontetus Bone sebagai salah satu mata jemaat dalam wilayah jemaat Sonhalan Niki-niki. Dari sinilah awal mula jemaat Sontetus Bone mandiri dalam mengelola seluruh pelayanan. 66

7 Walaupun telah di mekarkan sebagai salah satu mata jemaat namun pendeta yang melayani secara khusus dalam jemaat ini belum tersedia. Untuk itu jemaat terus berupaya agar dapat dimekarkan menjadi satu wilayah pelayanan tersendiri sehingga dapat memiliki pelayan khusus yang melayani di jemaat Sontetus Bone.Pada tahun 2008 Majelis Sinode GMIT memekarkan jemaat sontetus jemaat Nekmese Kuku dan Pos PI Saba menjadi satu jemaat dengan nama Fetomone. Hal ini di ikuti dengan menempatkan Pdt. V.H. Nenohai-Bathun sebagai pendeta yang melayani secara penuh di jemaat ini. Hingga kini jemaat Sontetus Bone telah menjalani kehidupan berjemaat dengan berbagai dinamika yang terus memperlihatkan pertumbuhan, baik dari segi kuantitas dan juga kualitas. Pertumbuhan dimaksud tergambar dalam statistik jemaat dibawah ini: Statistik Jemaat Sontetus Bone Keadaan Agustus 2014 Jemaat Jml KK Jml Jiwa Baptis Sidi Pas nikah Maj Jem Rayon Lk Pr Lk Pr Lk Pr Ms hi Ada t Lk Pr Sontetus Sumber data: di olah dari Sekretariat Jemaat Sontetus Bone 67

8 B. Pembangunan karakter anak dalam keluarga Kristen di jemaat Sontetus Bone. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, di temukan beberapa model pengasuhan untuk pembangunan karakter anak yang berlangsung di dalam keluarga-keluarga Kristen di jemaat Sontetus Bone yang di uraikan sebagai berikut : 1. Model pengasuhan yang terinspirasi dari nilai-nilai moral dalam budaya. Model pembangunan karakter pertama yang di temukan dalam penelitian adalah pengasuhan yang di landasi nilai-nilai budaya. Dalam model ini nilai-nilai moral dalam budaya menjadi landasan orangtua dalam mengasuh anak. Nilai-nilai budaya di tanamkan dalam ajaran-ajaran yang di sampaikan kepada anak. Dari hasil wawancara di lapangan di temukan kesamaan pendapat dari 19 (sembilan belas) informan tentang nilai-nilai moral dalam budaya yang di tanamkan dan di bangun dalam diri anak, di antaranya: sopan santun, bertegur sapa, hidup jujurdan saling menghormati. Pendapat 19 (Sembilan belas) informan terurai sebagai berikut: Nilai moral pertama yang di temukan berdasarkan hasil penelitian adalah sopan santun dan hidup jujur.dari empat informan yang di wawancarai, seluruhnya memiliki kesamaan pendapat tentang nilai moral tersebut. A. P, 5 seorang petani peternak dengan latar belakang pendidikan sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) mengatakan: Kami ajarkan sopan santun kepada anak supaya anak bisa bersikap sopan, baik waktu berbicara, cara berpakaian dan juga bersikap kepada orang lain. Kalau bertemu orang, harus bertegur sapa apalagi dengan orang yang lebih tua.kami juga ajarkan anak-anak agar mereka hidup jujur.jujur dalam perkataan, dalam 5 Wawancara langsung yang dilakukan di rumah Bapak A. P. di Bone, tgl 22 Juli 2014, pukul Wita. 68

9 sikap dan tindakan. Mulai dari hal-hal yang kecil di rumah, contohnya kalau berbuat salah maka harus berani mengakui kesalahan Selanjutnya kerendahan hati dan kesabaran adalah nilai moral yang di ajarkan kepada anak-anak. Dalam wawancara yang dilakukan ditemukan tigajawaban yang sama berkaitan dengan nilai-nilai moral dimaksud. N.S. 6 seorang ibu rumah tangga yang berlatar belakang pendidikan sekolah lanjutan tingkat pertamamengungkapkan: Kami ajarkan dan tanamkan kepada anak supaya mereka jangan sombong melainkan rendah hati dan selalu memiliki kesabaran. Jangan cepat bangga dengan apa yang dimiliki dan juga jangan lekas marah Nilai moral lainnya yang di ajarkan kepada anak adalah bekerja keras.dalam wawancara yang di lakukan, di temukan empat informan memiliki kesamaan jawaban tentang nilai moral dimaksud. M. N. 7 seorang petani kebun dengan latar belakang pendidikan sekolah dasar mengungkapkan: Kami ajarkan anak-anak untuk bisa bekerja agar kalau sudah dewasa mereka bisa menghidupi diri sendiri dan keluarga. Paling tidak, dalam tradisi kami, setiap lakilaki timor harus tahu cara berkebun dan perempuan timor harus tahu menenun sarung dan selimut. Ini menjadi bekal bagi mereka pada waktu mereka menikah kelak. Biasanya, pada waktu siang hari ketika semua pekerjaan rumah sudah selesai, saya mengajak anak untuk belajar menenun dengan alat tenun yang kami miliki. Sedangkan bapak mengajak anak laki-laki ke kebun di pagi hari untuk mengajar anak cara berkebun. Nilai moral ini biasanya di ajarkan kepada anak-anak manakala anak beranjak dewasa dengan tujuan jangka panjang bagi anak sehingga dapat bermanfaat bagi anak di kemudian hari. Karena itu penguasaan atas alat-alat 6 Wawancara langsung yang dilakukan di rumah Ibu N. S. di Bone tgl 23 Juli 2014, pukul Wita. 7 Wawancara langsung yang dilakukan di rumah Bapak M. N. di Bone, tgl 24 Juli 2014, pukul Wita. 69

10 bantudalam bekerja bagi laki-laki dan perempuan menjadi fondasi bagi anak untuk dapat bekerja dalam mencukupi kebutuhannya kelak. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas tentang sejumlah nilai moral yang di ajarkan kepada anak, nampaknya beberapa nilai moral yang di ajarkan memiliki kesamaan dengan muatan karakter yang di sampaikan Lickona dalam beberapa kebajikan pokok, di antaranya kasih, kerja keras, ketulusan, kesabaran dan kerendahan hati. Kebajikan-kebajikan tersebut menjadi penanda karakter baik yang harus di miliki seseorang. Kuatnya nilai-nilai moral dalam budaya yang di gunakan dalam pengasuhan juga nampak dalam alasan-alasan yang di ungkapkan informan. Hasil wawancara di lapangan terdapat kesamaan pendapat yang di sampaikan tiga informan bahwatujuan di ajarkannya nilai-nilai moral dalam budaya agar anak menjadi individu yang baik sehingga dapat berguna bagi hidupnya dan lingkungannya serta sebagai bagian dari upaya pelestarian budaya. E.N, 8 salah satu pemangku adat di desa Bone yang bekerja sebagai pegawai negeri pada salah satu isntansi pemerintah Kabupaten TTS dengan latar belakang sekolah lanjutan tingkat atas mengungkapkan: Kami ajarkan nilai-nilai moral dimaksud kepada anak-anak agar mereka menjadi manusia yang baik dalam keluarga dan masyarakat. Sebab kalau anak-anak tidak di ajarkan nilai-nilai moral maka ia akan menjadi anak-anak yang tidak berguna, baik bagi diri sendiri, bagi keluarga, masyarakat. Selain itu kami juga sadar jauh sebelum kami kenal agama, nenek moyang kami sudah punya adat-istiadat yang di dalamnya mengajarkan cara menghormati sesama manusia dan alam. Ajaran itu di teruskan kepada kami oleh orangtua kami dan sekarang kami ajarkan lagi kepada anak-anak kami supaya mereka tidak lupa dengan nilai-nilai 8 Wawancara langsung yang dilakukan di rumah Bapak E.N. di Bone, tgl 25 Juli 2014, pukul Wita 70

11 budayasehingga pada waktunya mereka dapat berguna bagi orang lain, khususnya budaya mereka sendiri. Dari pemahaman di atas terlihat bahwa nilai-nilai dalam budaya yang di gunakan orangtua dalam mengajarkan perilaku moral memiliki pengaruh sangat kuat atas nilai-nilai hidup yang di anut oleh keluarga-keluarga dalam mengasuh dan membangun karakter pada anak.pemahaman ini nampaknya sejalan pemahaman Lickona tentang tujuan di lakukannya kebajikan yang di yakni agar menjadimanusia yang berkarakter baik.selain itu terjadi sosialisasi nilai-nilai kultural sebagaimana yang di maksudkan Groome, yang pada akhirnya memberi indentitas kultural pada anak. Berbagai nilai moral tersebut di atas di bangun dalam diri anak dengan menggunakan dua metode yakni metode pemberian contoh melalui perilaku dan pemberian contohyang di sertai penalaran oleh orangtua kepada anak.berkaitan dengan penggunaan metode pemberian contoh, tiga informan yang di wawancarai informan menyampaikan pendapat yang sama tentang bentuk-bentuk pemberian contoh dan alasan-alasan menggunakan metode pemberian contoh. Dalam wawancara di temukan tiga informan sepakat dengan bentuk pemberian contoh melalui mengajari anak keterampilan dasar sebagai laki-laki dan perempuan dengan menggunakan alat bantu berupa benda-benda di sekitar anak dengan tujuan pengajaran yang di berikan lebih mudah di pahami anak. S. P.N. 9 seorang ibu rumah tangga dengan latar belakang pendidikan tamatan sekolah dasar mengungkapkan: 9 Wawancara langsung yang dilakukan di rumah Ibu S. P.N di Bone, tgl 31 Juli 2014, pukul Wita. 71

12 Pekerjaan pokok kami sebagai laki-laki Timor adalah berkebun dan bertenak. Sementara bagi perempuan adalah menenun.karena itu bagi anak laki-laki kami ajarkan cara menggunakan cangkul dan tembilang dan peralatan lain yang diperlukan untuk berkebun. Atau kami juga ajarkan cara membuat kandang bagi ternak. Sementara bagi anak perempuan, ibu mereka mengajarkan cara menenun selimut atau juga sarung Timor dengan menggunakan alat tenun yang kami miliki. Dari pendapat di atas, nampaknya pengajaran melalui pemberian contoh yang disertai penalaran dengan menggunakan alat-alat bantu tidak hanya bertujuan mempermudah pengajaran kepada anak namun juga merupakan bentuk dari pewarisan ketrampilan kepada anak. Dalam bagian wawancara yang lain di temukan bahwa tindakan pemberian contoh yang di lakukan orangtua secara sengaja di lakukan dengan tujuan menjadi teladan bagi anak. D. B.dan H.N, 10 pasangan suami isteri yang bekerja sebagai petani peternak dengan latar belakang pendidikan sekolah lanjutan tingkat pertama mengatakan: Dalam mendidik dan mengasuh anak-anak, sebagai orangtua kami selalu melakukan bersama, seperti mengajarkan anak untuk menghormati orangtua. Hal ini kami lakukan karena kami sadar bahwa didikan yang kami lakukan pada anak harus lahir dari sikap saling menghormati di antara kami sebagai suamiisteri. Atau dengan kata lain kami berkerja bersama-sama dalam mendidik anakanak. Dari pendapat di atas nampaknya melalui sikap dan perilaku orangtua terkandung maksud pengajaran yang dapat di pelajari anak. Selain itu dalam setiap sikap dan perilaku orangtua juga nampak adanya kebersamaan dan Wita 10 Wawancara langsung yang dilakukan di rumah Ibu D. N.B. di Bone, tgl 04 Agustus 2014, pukul

13 komitmen yang besar dari orangtua sebagai suami isteri dalam melakukan pengajaran kepada anak. Dalam bagian wawancara yang lain di temukan metode pemberian contoh melalui perilaku juga di gunakan orangtua untuk mengajari nilai-nilai moral kepada anak. Fakta ini di ungkapkan dalam pendapat tiga informan.s. K. 11 seorang wiraswasta (pedagang) dengan latar belakang pendidikan sekolah lanjutan tingkat pertama mengungkapkan: Sebagai orangtua, kami sadar bahwa kami memiliki tanggungjawab yang besar dalam mendidik anak-anak.kami juga sadar bahwa kamilah orang terdekat anak-anak kami. Didikan dan ajaran pertama yang mereka peroleh adalah dari kami. Kami berusaha untuk menjadi contoh yang baik bagi anak-anak kami, baik dalam perilaku, dalam sikap dan tutur kata kami.karena itu setiap ajaran yang kami sampaikan melalui kata-kata harus sama dengan tindakan atau perilaku kami agar anak dapat meniru dengan baik. Sebab kalau tidak maka kami kuatir anak-anak akan kebingungan, mau mengikuti apa yang kami ajarkan atau meniru perilaku kami yang tidak sama sama antara ajaran dengan kata-kata dan perbuatan-perbuatan kami. Dari pendapat di atas nampaknya orangtua cukup menyadari peran dan tanggungjawab mereka bagi anak dalam kaitannya dengan memberi teladan kepada anak melalui kata dan perilaku oleh sehingga menjadi contoh bagi anak dalam bersikap dan berperilaku. Pemberian contoh melalui perilaku juga nampak dalam penggunaan bahasa daerah setempat.dalam wawancara yang di lakukan, di temukan kesamaan pendapat dari dua informan bahwa penggunaan bahasa daerah bertujuan, pertama, pengajaran yang di sampaikan mudah di pahami anak, kedua;sebagaibentuk 11 Wawancara langsung yang dilakukan di rumah Bapak S.K. di Bone, tgl 26 Juli 2014, pukul Wita. 73

14 identitas diri, ketiga, sebagai bentuk upaya pelestarian budaya.a. S. 12 seorang tua adat di Bone yang bekerja sebagai petani peternak dengan latar belakang pendidikan tamatan sekolah dasar mengungkapkan: Kami menggunakan bahasa timor supaya anak-anak dapat belajar bahasa suku mereka dan bisa berbicara menggunakan bahasa timor nantinya karena bahasa timor adalah bahasa ibu, sehingga dimanapun kami bertemu, bahasa timor jadi pemersatu kami. Walaupun ada bahasa indonesia tapi bahasa ibu harus di kuasai. Tentang penggunaan bahasa daerah sebagai pembentuk identitas diri di ungkapkan oleh M. M. 13 seorang pensiunan pegawai negeri pada salah satu instansi pemerintah dengan latar belakang pendidikan sekolah lanjutan tingkat atas mengungkapkan: Kami terlahir sebagai orang Timor. Begitu pun juga anak-anak kami. Karena itu dalam mengasuh anak-anak, kami menggunakan bahasa Timor sebagai salah satu cara untuk melestarikan budaya kami, khususnya penguasan bahasa. Hal ini kami lakukan oleh karena waktu-waktu sekarang ini, banyak anak-anak dari suku Timor yang tidak menguasai bahasa suku sendiri. Kami tidak mau anakanak kami seperti itu. Dari pendapat di atas rupanya penguasaan bahasa merupakan sebuah kebanggaan tersendiri oleh karena merupakan identitas suku. Pengasuhan yang dilakukan dengan menggunakan bahasa suku menjadi kebiasaan para orangtua dalam mengajarkan nilai-nilai budaya. Oleh karena kebiasaan berbicara menggunakan bahasa suku maka anak juga di tuntun dengan sendirinya untuk dapat belajar bahasa suku dan berbicara dengan bahasa suku. Kondisi ini sejalan dengan pemikiran Groome sebagai bagian proses sosialisasi. Dalam hal ini anak Wita. Wita 12 Wawancara langsung yang dilakukan di rumah Bapak A. S. di Bone, tgl 02 Agustus 2014, pukul Wawancara langsung yang dilakukan di rumah bapak M. M. di Bone, tgl 02 Agustus 2014, pukul

15 mendapatkan pengajaran tentang bahasa oleh karena kebiasaan berbicara menggunakan bahasa suku oleh orangtua sehingga kemudian menjadi pengajaran yang berlaku sewajarnya bagi anak. Dengan demikian, berdasarkan seluruh pendapat yang di uraikan di atas, total informan yang berpendapat tentang nilai-nilai moral yang di ajarkan kepada anak bersumber dari budaya berjumlah 19 (Sembilan belas) informan dan pendapat yang berkaitan dengan bentuk-bentuk metode yang di gunakan dalam menanamkan nilai-nilai moral yang bersumber dari agama sejumlah 13 (tiga belas) informan. Seluruh pendapat tersebut nampaknya nampaknya sejalan dengan model pengasuhan modeling yang di maksudkan Lickona, yakni pengasuhan pemodelan penalaran moral dan pemodelan komitmen. Hal mana dalam model pengasuhan modelling, orangtua berperan menjadi model bagi anak melalui perilaku orangtua yang di ikuti dengan penjelasan atas perilaku di maksud. 2. Model pengasuhan yang terinspirasi oleh nilai-nilai moral dalam agama Kristen. Model pengasuhan kedua yang di temukan dalam penelitian adalah pengasuhan yang di landasi nilai-nilai moral dalamagama. Nilai-nilai di maksud di antaranya, berdoa, saling mengasihi, saling mengampuni, memperkenalkan Tuhan kepada anak-anak dan kesetiaan kepada ajaran-ajaran agama. 75

16 Dalam penelitian yang di lakukan, di temukan tiga informan memiliki kesamaan pendapat berkaitan dengan nilai-nilai moral di maksud.h. A 14 seorang pedagang dengan latar belakang sekolah lanjutan tingkat atas mengungkapkan: Waktu mengasuh anak, kami ajarkan kepada anak-anak untuk saling mengasihi, saling mengampuni, berbuat jujur, tetap pegang firman Tuhan dan beriman kepada Yesus kristus. Jadi, kalau ada yang buat salah, maka kita harus ampuni. Tidak boleh saling benci. Dalam keadaan apa pun kita harus tetap setia pada iman kita karena Tuhan Allah yang selalu memberi pertolongan. Apalagi berkat Tuhan selalu melimpah dalam hidup. Selain pendapat di atas, di temukan dua informan memiliki kesamaan pendapat tentang nilai-nilai moral dalam agama yakni makna doa yang di ajarkan orangtua kepada anak di sertai dengan mengajari cara berdoa. Y. N. 15 Seorang ibu rumah tangga yang berlatar belakang pendidikan tamatan sekolah dasar mengungkapkan: Anak-anak belum tahu berdoa. Karena itu kami ajarkan mereka untuk berdoa seperti doa makan dan doa waktu hendak tidur. Dalam keluarga kami, setiap malam sebelum tidur, kami melakukan ibadah singkat bersama. Biasanya orangtua yang membaca renungan dan berdoa. Kalau anak-anak sudah bisa berdoa, kami membagi giliran untuk berdoa juga kepada anak-anak sehingga mereka juga terlibat dalam ibadah dengan baik. Tidak hanya itu saja, pada hari minggu, selain kami siap mengikuti ibadah minggu, kami juga menyiapkan mereka untuk mengikuti sekolah minggu. Selain itu kami juga selalu memberikan penjelasan kepada anak-anak mengapa harus berdoa dan membaca alkitab agar mereka mengerti Berdasarkan dua pemahaman di atas, nampaknya dalam rangka mengajari anak nilai-nilai religious, berlangsung sosialisasi nilai-nilai kepada anak melalui pemberian contoh yang di sertai penalaran makna nilai-nilai tersebut sehingga Wita. 14 Wawancara langsung yang dilakukan di rumah Bapak H. A. di Bone, tgl 25 Juli 2014, pukul Wawancara langsung yang dilakukan di rumah Ibu Y. N. di Bone, tgl 30 Juli 2014, pukul Wita. 76

17 anak memiliki pemahaman yang cukup tentang nilai-nilai di maksud.nilai-nilai tersebut di sosialisasikan dengan menggunakan metode yang di sesuaikan dengan pertumbuhan fisik anak, yang mana nampak dalam pengajaran sikap berdoa. Dalam bagian wawancara yang lain, di temukan bahwa nilai-nilai yang di tanamkan tidak hanya sekedar di ajarkan melainkan orangtua memiliki maksud di balik pengajaran nilai-nilai moral di maksud yakni bagian dari tanggung jawab sebagai orangtua dalam membimbing anak sehingga anak dapat memiliki nilainilai di maksud. Hal ini tergambar dari pendapat tiga informan yang diwawancarai. S. M. 16 seorang guru agama pada salah satu institusi pendidikan di Bone dengan latar belakang pendidikan sarjana strata satu mengatakan: Kami ajarkan nilai-nilai religious kepada anak-anak oleh karena kami sadar bahwa Tuhan Allah yang telah menciptakan dan memelihara kami, termasuk anak-anak kami sehingga anak-anak harus tahu hal ini agar mereka bisa menjadi orang Kristen yang benar. Selain itu anak-anak belum mengerti dan mengenal siapa itu Tuhan, karena itu sebagai orangtua, kami berkewajiban untuk perkenalkan Tuhan kepada mereka supaya mereka dapat mengenal Tuhan dan belajar untuk bersyukur kepada Tuhan. Kami adalah orang terdekat anakanak sehingga dari kamilah mereka bisa belajar tentang siapa itu Tuhan Dari pendapat di atas, nampaknya orangtua menyadari bahwa memperkenalkan Tuhan dan membimbing anak bertumbuh dalam iman merupakan bagian dari tugas dan tanggung jawab sebagai orangtua. Dari dua pendapat informan di atas, nampaknya sejalan dengan model pengasuhan modeling yang di maksudkan Lickona, dalam hal ini pemodelan iman. Yang mana di tandai dengan sejumlah nilai moral dalam agama yang di 16 Wawancara langsung yang dilakukan di rumah Ibu S. M. di Bone, tgl 25 Juli 2014, pukul Wita. 77

18 ajarkan orangtua kepada anak dan alasan yang di miliki para orangtua dalam menanamkan nilai-nilai di maksud. Kuatnya pengasuhan yang di landasi ajaran-ajaran agama tidak hanya nampak dalam beberapa nilai moral tersebut di atas namun juga di sampaikan melalui beberapa metode yakni metode pengajaran langsung berupa tindakantindakan nyata sehingga menjadi contoh bagi anak dan pengajaran tidak langsung melalui sikap dan perilaku orangtua. Tindakan-tindakan dimaksud kemudian menjadi kebiasaan yang dilakukan dalam keluarga. Berkaitan dengan metode pengajaran langsung, dalam wawancara yang di lakukan, di temukan pendapat yang sama dari 3 (tiga) informan tentang metode tersebut. A.N. 17 seorang ibu rumah tangga yang aktif dalam pelayanan gerejawi dengan latar belakang pendidikan sekolah lanjutan tingkat pertama mengungkapkan: Kami ajar anak untuk tahu berdoa karena doa adalah nafas hidup orang kristen. Kami ajar mereka untuk selalu berdoa waktu mau mulai buat sesuatu dan juga waktu sudah selesai karena dengan berdoa, kita selalu bersyukur pada Tuhan dalam hidup. Atau setiap bangun pagi, kami selalu doa, baca firman dan renungan singkat. Karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi dengan hidup kita selama satu hari yang penuh rahasia. Dari pendapat informan di atas dipahami bahwa orangtua bertindak selaku pemberi contoh dengan tindakan-tindakan pengajaran misalnya berdoa. Dengan memberi contoh, anak mendapat pengajaran konkrit sehingga makna dari tindakan yang di contohkan lebih mudah di mengerti oleh anak. Tindakan pemberian contoh kepada anak sejalan dengan ciri model pengasuhan modelling yang di ajukan Thomas Lickona. Yang mana orangtua menjadi model bagi anak 17 Wawancara langsung yang dilakukan di rumah Bapak A.N. 22 Juli 2014, pukul Wita 78

19 melalui tindakan-tindakan rohani sehingga menjadi contoh tindakan rohani bagi anak manakala anak mengamati dan kemudian menjadi kebiasaannya Disinilah proses pembangunan karakter anak berlangsung dalam model pengasuhan ini. Dalam bagian wawancara yang lain di temukan bahwa didikan orangtuatidak hanya di lakukan dalam metode pemberian contoh dan penalarannamun juga berlangsunglewat metode pemberian contoh melalui perilaku orangtua, yang mana nampak dalam pengajaran melalui penuturan atau bercerita oleh orangtua tentang pengalaman-pengalaman iman yang di alami orangtua dengan tujuan, pertama, suasana yang terbangun antara orangtua dan anak ketika bercerita sehingga lebih mengeratkan relasi antara orangtua dan anak. Kedua, pesan yang melalui di sampaikan kepada anak melalui cerita lebih mudah di pahami anak sebagaimana yang di sampaikan dua informan berkaitan dengan alasan-alasan tersebut di atas. O. B. 18 Seorang petani dengan latar belakang pendidikan sekolah dasar mengungkapkan: Kami menggunakan metode bercerita oleh karena suasana yang terbangun dalam metode ini sangat santai sehingga tidak tidak ada jarak hubungan antara kami dengan anak-anak. Waktu berdoa malam atau pada waktu lagi santai, kami selalu cerita pengalaman-pengalaman iman kepada anak-anak seperticerita tentang Tuhan jawab doa pada waktu sakit sehingga sembuh, atau pengalaman Tuhan buka jalan waktu mau dapat pekerjaan,atau waktu Tuhan tolong hindarkan dari celaka sehingga tidak alami kecelakaan. Kadangkala kami menceritakan pengalaman-pengalaman yang lucu yang pernah kami alami sehingga kami tertawa bersama.selain itu dalam bercerita, anak-anak bisa menangkap pesan dari cerita yang kami sampaikan dengan lebih baik sehingga kami harapkan mereka dapat menerapkan dalam tindakan-tindakan mereka sehari-hari. Wita 18 Wawancara langsung yang dilakukan di rumah Bapak O. B. di Bone, tgl 04 Agustus 2014, pukul

20 Dari pendapat di atas, nampaknya melalui cerita yang di sampaikan terkandung tujuan yakni pikiran dan perasaan anak di bawa masuk kedalam cerita yang di tuturkan sehingga pesan yang hendak di sampaikan dapat dipahami anak. Metode ini semacam menguatkan akan ajaran-ajaran tentang nilai-nilai agama yang disampaikan kepada anak-anak. Dari pemahaman di atas, nampaknya sejalan dengan metode berbagi praksis yang di maksudkan Groome. Yang mana dalam metode ini di tandai dengan berbagi praksis atau cerita yang bertujuan adanya perubahan pemahaman para individu yang berbagai praksis tentang penyertaan Tuhan yang telah berlangsung, dalam hal ini dalam tokoh-tokoh dalam cerita sehingga individu dapat menarik kesimpulan bagi hidupnya di masa kini yang bertujuan pada masa depannya. Berdasarkan seluruh uraian di atas, total jumlah informan yang memiliki pendapat berkaitan dengan nilai-nilai moral dalam agama yang di ajarkan orangtua kepada anak dan metode-metode yang di gunakan orangtua untuk menanamkan nilai-nilai tersebut berjumlah 13 (Tiga belas) informan yang nampaknya sejalan dengan model pengasuhan modelling oleh Lickona, yang mana di tandai dengan peranan orangtua dalam mengajarkan nilai-nilai moral kepada anak melalui sikap dan perilaku orangtua yang nampak dalam tindakan pemberian contoh atau pun peniruan perilaku orangtua oleh anak. 80

21 3. Model pengasuhan pembiaran. Model pengasuhan selanjutnya yang ditemukan dalam penelitian adalah pengasuhan orangtua yang dilakukan dengan sikap pembiaran.dalam penelitian di temukan dua dari empat informan yang memiliki kesamaan pemahaman tentang sikap pembiaran orangtua terhadap berbagai perilaku anak.n. N. 19 seorang pensiunan instansi BUMN dengan latar belakang pendidikan sekolah lanjutan tingkat pertama mengatakan: Anak-anak masih kecil jadi mereka belum mengerti. Kalau mereka minta apa saja kami berikan. Karena kalau tidak nanti mereka menangis. Saya tidak tega melihat anak menangis. Selain alasan di atas, dalam wawancara yang lain di temukan bahwa dua informan yang memiliki kesamaan pendapat tentang sikap pembiaran orangtua di dasarkan pada pengalaman pasangan suami isteri yang sulit memperoleh anak. Hal ini berdampak pada perasaan sayang yang berlebihan dari orangtua kepada anak sehingga terjadi sikap pembiaran pada anak. N. S. 20 seorang ibu rumah tangga dengan latar belakang pendidikan sekolah menengah lanjutan pertama berpendapat: Kami sangat sulit memiliki anak.karena itu pada waktu Tuhan memberikan kami anak, kami sangat sayang anak kami oleh karena mereka adalah penerus keluarga kami.sehingga kami tidak mau mereka tertekan dalam melakukan berbagai didikan dari kami.biarlah dengan nanti ia belajar tentang hal-hal itu di pada waktu ia bersekolah. Wita. 19 Wawancara langsung yang dilakukan di rumah Bapak N. N. Di Bone, tgl 26 Juli 2014, pukul Wawancara langsung yang dilakukan di rumah Ibu N. S. di Bone, tgl 28 Juli 2014, pukul Wita. 81

22 Pada bagian wawancara yang lain di temukan tiga pendapat yang sama berkenaan dengan sikap pembiaran orangtua disebabkan pemahaman orangtua tentang proses belajar anak yang berlangsung secara alami dalam pertumbuhan fisik.a.s. 21 seorang buruh bangunan dengan latar belakang pendidikan sekolah dasar mengatakan: Anak-anak tidak perlu diajari, nanti juga kalau sudah besar, mereka akan tahu sendiri mana yang baik dan yang tidak baik. Apalagi kami sangat sibuk bekerja memenuhi kebutuhan keluarga.karena itu yang penting mereka bisa makan minum dengan baik, bisa berpakaian dengan baik dan bisa bersekolah, itu sudah cukup. Hal hal lainya akan mereka peroleh di sekolah maupun di gereja, apalagi kita hidup di tengah-tengah adat istiadat jadi dengan sendirinya anakanak akan mengerti cara berperilaku yang baik pada waktu bergaul dengan teman-temannya. Sikap pembiaran orangtua jugaditemukan dalam kurangnya dorongan dan dukungan orangtua kepada anakdalam aktifitas bersekolah.dua dari tiga informan memiliki kesamaan pendapat tentang sikap tersebut di atas. P. T. 22 seorang wiraswasta dengan latar belakang pendidikan sekolah dasar mengungkapkan: Kami orangtua ikut saja dengan apa yang di inginkan anak. Kalau ia mau sekolah, yah silahkan, tapi kalau tidak mau, kami ikut saja karena itu kemauan anak. Yang penting bukan kami yang tidak bersedia membiayainya. Berdasarkan sejumlah sikap pembiaran yang terungkap dalam pendapat beberapa informan di atas, nampaknya sejalan dengan model pengasuhan permisif yang di maksudkan oleh Diana Baumrind. Yang mana di tandai dengan sikap Wita. 21 Wawancara langsung yang dilakukan di rumah Bapak A. S. Di Bone, tgl 27 Juli 2014, pukul Wawancara langsung yang dilakukan di rumah Ibu P. T. di Bone, tgl 28 Juli 2014, pukul Wita. 82

23 kasih sayang orangtua yang berlebihan kepada anak membuat orangtua kehilangan otoritas atas anak. 4. Model Pengasuhan gabungan otoritatif dan demokratis. Model pengasuhan selanjutnya yang ditemukan dalam penelitian adalah kombinasimodel otoritatif dan demokratis. Model pengasuhan ini berlaku bagi orangtua yang mengasuh anak dalam usia di atas tujuh tahun. Yang mana dalam usia ini anak telah mampu berpikir dan berbicara memberikan pendapat. Pengasuhan otoritatif dan demokratis nampak ketika orangtua melibatkan anak dalam membuat kesepakatan-kesepakatan dalam keluarga. Anak di beri kesempatan untuk memberikan pendapat dan bersama orangtua mengambil keputusan. Dalam wawancara yang penulis lakukan pada tiga informan, ditemukan bahwa model ini digunakan untuk membuat anak belajar mengungkapkan berpendapat dan bertanggungjawab atas setiap kesepakatan yang di buat bersama orangtua. F. L. 23 seorang guru pada pada salah satu instansi pendidikan di sekitar kota niki-niki yang berlatar belakang pendidikan perguruan tinggi mengungkapkan: Kami selalu melibatkan anak-anak pada waktu membuat kesepakatan tentang berbagai hal dalam rumah, seperti waktu untuk belajar, waktu bangun pagi dan hal-hal lainnya. Kami beri kesempatan kepada anak-anak untuk mengutarakan pendapat mereka. dengan cara ini, kami mengajar mereka untuk bertanggungjawab sehingga kalau mereka melanggar kesepakatan itu maka mereka harus bertanggungjawab. Dan cara yang kami pakai ini sangat efektif. Anak-anak menjadi lebih percaya diri. Dari pendapat di atas nampaknya keluarga yang melakukan pengasuhan dengan model otoritatif dan demokratis bersikap terbuka dan menerima pendapat 23 Wawancara langsung yang dilakukan di rumah F. L., tgl 20 Juli 2014, pukul Wita. 83

24 anak namun tetap memiliki otoritas atas anak. Dengan cara ini anak belajar menghargai dirinya dan bertanggung jawab atas kesepakatan yang telah di buat. Hal ini menimbulkan rasa percaya diri pada anak sehingga anak lebih menghargai dirinya dan orang lain. Dalam bagian wawancara yang lain ditemukan kesamaan pendapat dari tiga informan berkaitan dengan sikap orangtua dalam model pengasuhan ini yakni adanya perimbangan sikap tegas dan lembut yang di berikan orangtua kepada anak dengan tujuan terjaganyarelasi yang hangat antara orangtua dan anak. D. I 24 seorang ibu rumah tangga yang berkecimpung dalam pelayanan kemasyarakat dalam desa Bone dengan latar belakang pendidikan pendidikan perguruan tinggi mengungkapkan: Kalau anak buat salah kadangkala kami marah tetapi setelah itu kami kembali merangkul mereka dengan cara mengajak bercanda sehingga anak tidak merasa di tinggalkan oleh orangtua karena mereka melakukan kesalahan. Atau kalau bapak marah maka saya yang menenangkan mereka. Masih berkaitan dengan gabungan model pengasuhan otoritatif dan demokratis, dalam penelitian di lapangan di temukan dua informan yang memiliki kesamaan pendapat tentang sikap orangtua bersedia mendengarkan anak tetapi tidak mendasarkan keputusannya semata-mata pada keinginan anak. Hal mana nampak dalam pemenuhan kebutuhan anak, misalnya ketika berbelanja Wita. 24 Wawancara langsung yang dilakukan di rumah Ibu Debora Isu di RT Telle, tgl 20 Juli 2014, pukul 84

25 perlengkapan sekolah untuk anak. A.N. 25 seorang pegawai instansi swasta dengan latar belakang pendidikan sekolah lanjutan tingkat atas mengungkapkan: Ada hal-hal tertentu yang diminta oleh anak tapi kami tidak bisa penuhi. Seperti waktu anak minta di belikan hand phone. Bukan karena tidak mampu tapi karena menurut kami, untuk usia anak-anak belum boleh memiliki hand phone. Kami berikan penjelasan yang baik dan benar kepada anak sehingga anak juga mengerti. Berdasarkan seluruh pendapat yang di uraikan di atas, di ketahui bahwa jumlah informan yang memiliki pendapat berkaitan dengan model ini sejumlah 8 (delapan) informan. Seluruh pendapat tersebut nampaknya sejalan dengan model pengasuhan otoritaif oleh Baumrind dan model pengasuhan demokratis oleh Berkowitz. Yang mana di tandai dengan adanya sikap saling menghargai antara orangtua dan anak serta relasi yang hangat antara orangtua dan anak namun orangtua tetap memiliki otoritas pada anak. 5. Model pengasuhan gabungan disiplin dan otoriter. Model pengasuhan selanjutnya yang ditemukan dalam penelitian adalah model otoritarian dan disiplin.berdasarkan wawancara dan pengamatan langsung yang di lakukan, di temukan empat informan yang memiliki kesamaan pendapat tentang sikap pengasuhan orangtua dalam model ini yang di tandai dengan sejumlah aturan yang harus di laksanakan oleh anak dengan tujuan menjadi kebiasaan bagi anak. R.B 26 seorang petani peternak dengan latar belakang pendidikan sekolah dasar mengungkapkan: Wita. 25 Wawancara langsung yang dilakukan di rumah Ibu A. N. tgl 22 Juli 2014, pukul Wita. 26 Wawancara langsung yang dilakukan di rumah Ibu Albertina Nenobais, tgl 22 Juli 2014, pukul

26 Kami selalu didik anak dengan disiplin keras.dalam keluarga, ada aturan, misalnya waktu bangun pagi atau tugas bagi anak dalam rumah.kalau mereka tidak melakukan maka kami menghukum mereka. Kadangkala kami memarahi mereka tapi lain waktu kami pukul mereka. Hal ini kami buat supaya anak-anak terbiasa bertanggung jawab dengan tugas dan aturan dalam rumah sebab kalau tidak begitu maka nanti orang berpikir kami tidak tahu mendidik anak Dari pendapat di atas, rupanya dalam rangka menanamkan sikap tanggungjawab kepada anak, orangtua melakukan dengan sikap disiplin yang kaku sehingga berdampak padatindak kekerasan orangtua kepada anak. Sikap keras orangtua juga di temukan dalam bagian wawancara yang lainyang nampak dalam tiga pendapat informan yang memiliki kesamaan berkaitan dengan tujuan orangtua menanamkan sikap penghormatan dan ketaatan anak kepada orangtua. L.B 27 seorang pekerja pada kantor desa Bone dengan latar belakang pendidikan sekolah lanjutan tingkat pertama mengungkapkan: Anak-anak zaman sekarang sangat sulit di atur.walaupun sudah ada aturan dalam rumah seperti waktu pulang malam, tapi anak-anak tetap melanggar. Satu-satunya cara yang kami buat adalah dengan pukul supaya mereka sadar dan tahu takut dengan orangtua. Kalau tidak demikian maka anak-anak tidak tahu menghargai orangtua. Kalau tidak, bisa jadi orang menghina kami karena perbuatan mereka yang bisa membuat kami malu Berdasarkan dua pendapat di atas, nampaknya sejalan dengan model pengasuhan otoritarian dari Baumrind dan model pengasuhan disiplin oleh Watson. Yang mana di tandai dengan adanya tekanan dari orangtua atas sejumlah aturan bahkan seringkali di ikuti dengan hukuman dan ancaman sehingga seringkali berdampak psikologi anak dan juga relasi antara orangtua yang tidak harmonis. Wita. 27 Wawancara langsung yang dilakukan di rumah Ibu Albertina Nenobais, tgl 22 Juli 2014, pukul

27 Berdasarkan seluruh uraian model pengasuhan keluargayang telah di uraikan di atas, bila di lihat dari nilai-nilai yang di ajarkan dan metode yang di gunakan orangtua dalam mengajarkan nilai-nilai moral, nampaknya model pengasuhan yang di landasi nilai-nilai moral dalam budaya, pengasuhan yang di landasi nilai-nilai moral dalam agama sejalan dengan model pengasuhan modelling yang di sampaikan Lickona. Yang mana di tandai dengan sejumlah nilai moral yang sesuai dengan kebajikan-kebajikan pembentuk karakter yang baik dan metode pemberian contoh melalui perilaku dan pemberian contoh yang di sertai penalaran orangtua Berbagai metode tersebut menunjukan peranan orangtua yang sangat besar dalam proses pemodelan bagi anak melalui sikap dan perilaku orangtua. Dalam model pengasuhan kedua yakni model pembiaran, sejalan dengan model pengasuhan permisif yang di maksudkan Baumrind, yang mana di tandai dengan sikap sayang berlebihan orangtua kepada anak sehingga orangtua kehilangan wibawa dan otoritas pada anak. Dalam model pengasuh ketiga yakni kombinasi model pengasuhan otoritatif dan demokratis, sejalan dengan model pengasuhan otoriratif oleh Baumrind dan model pengasuhan demokratis oleh Berkowitz.Sementara dalam model kombinasi model pengasuhan otoriter dan disiplin sejalan dengan model pengasuhan otoritarian oleh Baumrind dan model pengasuhan oleh Watson. Demikialah lima model penagsuhan yang di temukan dalam penelitian di praktikan oleh keluarga-keluarga Kristen di jemaat Sontetus Bone. Dalam bab 87

28 selanjutnya, beberapa model pengasuhan yang penulis identifikasikan tersebut akan di analisis secara mendalam. 88

BAB IV TINJAUAN KRITIS DARI PERSPEKTIF TEORI MODEL PENGASUHAN UNTUK PEMBANGUNAN KARAKTER TERHADAP MODEL- MODEL PENGASUHAN OLEH

BAB IV TINJAUAN KRITIS DARI PERSPEKTIF TEORI MODEL PENGASUHAN UNTUK PEMBANGUNAN KARAKTER TERHADAP MODEL- MODEL PENGASUHAN OLEH BAB IV TINJAUAN KRITIS DARI PERSPEKTIF TEORI MODEL PENGASUHAN UNTUK PEMBANGUNAN KARAKTER TERHADAP MODEL- MODEL PENGASUHAN OLEH KELUARGA-KELUARGA KRISTEN DI JEMAAT GMIT SONTETUS BONE Dalam bab ini penulis

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. beberapa saran berdasarkan hasil penelitian lapangan dan analisanya.

BAB V PENUTUP. beberapa saran berdasarkan hasil penelitian lapangan dan analisanya. BAB V PENUTUP Dalam bab ini penulis mencoba menarik beberapa kesimpulan dan mengusulkan beberapa saran berdasarkan hasil penelitian lapangan dan analisanya. A. Kesimpulan. Beberapa kesimpulan yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) memiliki 44 wilayah klasis, 2.504 jemaat, dengan jumlah warga mencapai 1.050.411 jiwa yang dilayani oleh 1.072 pendeta, (Lap. MS-

Lebih terperinci

3. Sistem Rekrutmen Pengerja Gereja (vikaris) Gereja Kristen Sumba

3. Sistem Rekrutmen Pengerja Gereja (vikaris) Gereja Kristen Sumba 3. Sistem Rekrutmen Pengerja Gereja (vikaris) Gereja Kristen Sumba 3.1 Selayang Pandang Gereja Kristen Sumba Gereja Kristen Sumba adalah gereja yang berada di pulau Sumba Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN 1.1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) adalah Gereja mandiri bagian dari Gereja Protestan Indonesia (GPI) sekaligus anggota Persekutuan Gereja-Gereja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Upaya untuk menilai sukses tidaknya pemimpin itu. dilakukan antara lain dengan mengamati dan mencatat

BAB I PENDAHULUAN. Upaya untuk menilai sukses tidaknya pemimpin itu. dilakukan antara lain dengan mengamati dan mencatat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya untuk menilai sukses tidaknya pemimpin itu dilakukan antara lain dengan mengamati dan mencatat kualitas atau mutu perilakunya, yang dipakai sebagai kriteria untuk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI Dalam bab ini berisi tentang analisa penulis terhadap hasil penelitian pada bab III dengan dibantu oleh teori-teori yang ada pada bab II. Analisa yang dilakukan akan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Geofrafis dan Demografis Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di wilayah Kecamatan Inuman Kabupaten Kuantan Singingi Propinsi Riau.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk memperoleh data lapangan guna. penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk memperoleh data lapangan guna. penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Untuk memperoleh data lapangan guna penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif sangat mengandalkan manusia

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN KRITIS. budaya menjadi identitasnya. Apabila manusia dicabut dari budayanya, ia bukan lagi orang

BAB IV TINJAUAN KRITIS. budaya menjadi identitasnya. Apabila manusia dicabut dari budayanya, ia bukan lagi orang BAB IV TINJAUAN KRITIS Dari pemaparan pada bab-bab sebelumnya kita dapat melihat bahwa manusia selalu menyatu dengan kebudayaannya dan budaya itu pun menyatu dalam diri manusia. Karena itu budaya menjadi

Lebih terperinci

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus BAB V Penutup 5.1 Kesimpulan dan Refleksi Upacara slametan sebagai salah satu tradisi yang dilaksanakan jemaat GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus sebagai juruslamat

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA DEWA JARA

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA DEWA JARA BAB IV GAMBARAN UMUM DESA DEWA JARA 4.1. Letak Geografis Sumba Tengah Pulau Sumba terletak di barat-daya propinsi Nusa Tenggara Timur-NTT sekitar 96 km disebelah selatan Pulau Flores, 295 km disebelah

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN A. Deskripsi Umum tentang Desa Kepudibener 1. Letak Geografis Desa Kepudibener merupakan satu desa yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam pengajaran gereja sakramen disebut sebagai salah satu alat pemelihara keselamatan bagi umat Kristiani. Menurut gereja-gereja reformasi hanya ada dua sakramen,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. Pelayanan kepada anak dan remaja di gereja adalah suatu bidang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. Pelayanan kepada anak dan remaja di gereja adalah suatu bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pelayanan kepada anak dan remaja di gereja adalah suatu bidang pelayanan yang penting dan strategis karena menentukan masa depan warga gereja. Semakin

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Tualang terdiri dari empat Kadus (Kepala Dusun), 8 RW, dan 79 RT,

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Tualang terdiri dari empat Kadus (Kepala Dusun), 8 RW, dan 79 RT, BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Geografi dan Demografi DesaTualang merupakan salah satu Desa dari sembilan Desa yang terdapat di KecamatanTualang Kabupaten Siak Sri Indrapura di Provinsi Riau.

Lebih terperinci

32. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI SMP

32. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI SMP 32. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI SMP KELAS: VII Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan secara keseluruhan

Lebih terperinci

BAB IV PANDANGAN WARGA JEMAAT GBI BANDUNGAN TERHADAP PSK BANDUNGAN. A. Pandangan Warga Jemaat GBI Bandungan Terhadap PSK Bandungan

BAB IV PANDANGAN WARGA JEMAAT GBI BANDUNGAN TERHADAP PSK BANDUNGAN. A. Pandangan Warga Jemaat GBI Bandungan Terhadap PSK Bandungan BAB IV PANDANGAN WARGA JEMAAT GBI BANDUNGAN TERHADAP PSK BANDUNGAN A. Pandangan Warga Jemaat GBI Bandungan Terhadap PSK Bandungan Pada Bab II telah dijelaskan bahwa cara pandang Jemaat Gereja terhadap

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG DESA OLAK KECAMATAN SUNGAI MANDAU KABUPATEN SIAK

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG DESA OLAK KECAMATAN SUNGAI MANDAU KABUPATEN SIAK 12 BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG DESA OLAK KECAMATAN SUNGAI MANDAU KABUPATEN SIAK A. Kondisi Geografis Desa Olak merupakan salah satu daerah integral yang terletak di Kecamatan Sungai Mandau Kabupaten Siak

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Secara administratif Kota Yogyakarta berada di bawah pemerintahan Propinsi DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta) yang merupakan propinsi terkecil setelah Propinsi

Lebih terperinci

-AKTIVITAS-AKTIVITAS

-AKTIVITAS-AKTIVITAS KEHIDUPAN BARU -AKTIVITAS-AKTIVITAS BARU Dalam Pelajaran Ini Saudara Akan Mempelajari Bagaimanakah Saudara Mempergunakan Waktumu? Bila Kegemaran-kegemaran Saudara Berubah Kegemaran-kegemaran Yang Baru

Lebih terperinci

ANAK BATITA: USIA ± 15 BULAN 3 TAHUN

ANAK BATITA: USIA ± 15 BULAN 3 TAHUN ANAK BATITA: USIA ± 15 BULAN 3 TAHUN 1. Pesat tapi tidak merata. - Otot besar mendahului otot kecil. - Atur ruangan. - Koordinasi mata dengan tangan belum sempurna. - Belum dapat mengerjakan pekerjaan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN SIMPANG BARU KECAMATAN TAMPAN PEKANBARU. Kecamatan Tampan kota Pekanbaru adalah salah satu dari 12 kecamatan

BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN SIMPANG BARU KECAMATAN TAMPAN PEKANBARU. Kecamatan Tampan kota Pekanbaru adalah salah satu dari 12 kecamatan 20 BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN SIMPANG BARU KECAMATAN TAMPAN PEKANBARU A. Letak Geografis dan Demografis Kecamatan Tampan kota Pekanbaru adalah salah satu dari 12 kecamatan yang ada di kota Pekanbaru,

Lebih terperinci

XII. Diunduh dari. Bab. Keluarga Kristen Menjadi Berkat Bagi Lingkungan

XII.  Diunduh dari. Bab. Keluarga Kristen Menjadi Berkat Bagi Lingkungan Bab XII A. Pengantar Bernyani Kucinta Keluarga Tuhan Kucinta k luarga Tuhan, terjalin mesra sekali semua saling mengasihi betapa s nang kumenjadi k luarganya Tuhan Keluarga Kristen Menjadi Berkat Bagi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN TUAH KARYA KECAMATAN TAMPAN PEKANBARU. yang ada di kota Pekanbaru, yang pada mulanya merupakan wilayah dari

BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN TUAH KARYA KECAMATAN TAMPAN PEKANBARU. yang ada di kota Pekanbaru, yang pada mulanya merupakan wilayah dari 15 BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN TUAH KARYA KECAMATAN TAMPAN PEKANBARU A. Letak Geografis dan Demografis Kecamatan Tampan kota Pekanbaru adalah salah satu dari 12 kecamatan yang ada di kota Pekanbaru,

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Keadaan Sekolahan 1. Letak dan Sejarah berdirinya SDN Pulau Kupang III Sekolah Dasar Negeri Pulau Kupang III ini terletak di kelurahan Pulau Kupang

Lebih terperinci

BAHAN SHARING KEMAH. Oktober VISI & MISI GPdI MAHANAIM - TEGAL. Membangun Keluarga Kristen yang mengasihi dan melayani Tuhan dan sesama

BAHAN SHARING KEMAH. Oktober VISI & MISI GPdI MAHANAIM - TEGAL. Membangun Keluarga Kristen yang mengasihi dan melayani Tuhan dan sesama VISI & MISI GPdI MAHANAIM - TEGAL VISI : Membangun Keluarga Kristen yang mengasihi dan melayani Tuhan dan sesama MISI : Menjangkau jiwa dengan Injil, membina hingga dewasa didalam Kristus dan melayani

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suku bangsa Sabu atau yang biasa disapa Do Hawu (orang Sabu), adalah sekelompok masyarakat yang meyakini diri mereka berasal dari satu leluhur bernama Kika Ga

Lebih terperinci

BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar 389

BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar 389 BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN 1988 2.1. Kondisi Geografis Desa Namo Rambe merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN KELURAHAN TERKUL KECAMATAN RUPAT KABUPATEN BENGKALIS

BAB II GAMBARAN KELURAHAN TERKUL KECAMATAN RUPAT KABUPATEN BENGKALIS 13 BAB II GAMBARAN KELURAHAN TERKUL KECAMATAN RUPAT KABUPATEN BENGKALIS A. Geografi Kelurahan Terkul adalah kelurahan yang terletak di samping kota Batupanjang kecamatan Rupat, dengan status adalah sebagai

Lebih terperinci

Aktivitas untuk Belajar tentang Doa

Aktivitas untuk Belajar tentang Doa Aktivitas untuk Belajar tentang Doa MENIRU TELADAN ORANG DEWASA Anak membutuhkan banyak kesempatan untuk mendengar orang dewasa berdoa. Sikap orang dewasa yang tulus dan penuh hormat dalam berdoa amat

Lebih terperinci

BAB III PRAKTEK HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN

BAB III PRAKTEK HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN BAB III PRAKTEK HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak geografis, luas wilayah dan kependudukan Desa Petaonan merupakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS POLA ASUH ORANG TUA DALAM PEMBELAJARAN AKHLAK AL-KARIMAH DI LINGKUNGAN KELUARGA TIDAK MAMPU DESA BULAKPELEM KEC. SRAGI KAB.

BAB IV ANALISIS POLA ASUH ORANG TUA DALAM PEMBELAJARAN AKHLAK AL-KARIMAH DI LINGKUNGAN KELUARGA TIDAK MAMPU DESA BULAKPELEM KEC. SRAGI KAB. BAB IV ANALISIS POLA ASUH ORANG TUA DALAM PEMBELAJARAN AKHLAK AL-KARIMAH DI LINGKUNGAN KELUARGA TIDAK MAMPU DESA BULAKPELEM KEC. SRAGI KAB. PEKALONGAN A. Analisis Profil Keluarga Tidak Mampu Masyarakat

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB PEMBUKAAN Sesungguhnya Allah didalam Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat dunia. Ia adalah sumber kasih, kebenaran, dan hidup, yang dengan kuat kuasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan anak untuk memperoleh proses pendidikan. Periode ini adalah tahun-tahun berharga bagi seorang anak

Lebih terperinci

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI KUNCI MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI BAGI MEREKA YANG MEMBUAT KEPUTUSAN Saudara yang terkasih, pada waktu Saudara menerima Yesus Kristus menjadi Juruselamat pribadi,

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI KELURAHAN GEDAWANG

BAB II DESKRIPSI KELURAHAN GEDAWANG BAB II DESKRIPSI KELURAHAN GEDAWANG. Kondisi Alam Kelurahan Gedawang merupakan kelurahan yang berada di dalam wilayah administratif Kecamatan Banyumanik Kota Semarang. Kondisi daratan Kelurahan Gedawang

Lebih terperinci

Pernikahan Kristen Sejati (2/6)

Pernikahan Kristen Sejati (2/6) Pernikahan Kristen Sejati (2/6) Nama Kursus   : Pernikahan Kristen yang Sejati Nama Pelajaran : Memilih Pasangan Kode Pelajaran : PKS-P02                    Pelajaran 02 - MEMILIH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin BAB I PENDAHULUAN Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin Gereja dengan Suatu Kajian Pastoral terhadap dampak Psikologis bagi orang-orang yang dikenakan Disiplin

Lebih terperinci

Level 2 Pelajaran 10

Level 2 Pelajaran 10 Level 2 Pelajaran 10 PERNIKAHAN (Bagian 1) Oleh Don Krow Hari ini kita akan bahas mengenai pernikahan. Pertama-tama, saya ingin sampaikan beberapa data statistik: 75% dari seluruh rumah tangga memerlukan

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data Hasil Penelitian 1. Data Umum Hasil Penelitian a. Profil Desa 1) Demografi Desa Caruban mempunyai jumlah penduduk 4.927 Jiwa. Tabel 4.1 Statistik penduduk

Lebih terperinci

BAB V : KEPEMIMPINAN GEREJAWI

BAB V : KEPEMIMPINAN GEREJAWI BAB V : KEPEMIMPINAN GEREJAWI PASAL 13 : BADAN PENGURUS SINODE Badan Pengurus Sinode adalah pimpinan dalam lingkungan Sinode yang terdiri dari wakil-wakil jemaat anggota yang bertugas menjalankan fungsi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA FUNGSI KONSELING PASTORAL BAGI WARGA JEMAAT POLA TRIBUANA KALABAHI

BAB IV ANALISA FUNGSI KONSELING PASTORAL BAGI WARGA JEMAAT POLA TRIBUANA KALABAHI BAB IV ANALISA FUNGSI KONSELING PASTORAL BAGI WARGA JEMAAT POLA TRIBUANA KALABAHI Permasalahan hidup yang dihadapi oleh warga jemaat Pola Tribuana Kalabahi meliputi beberapa aspek, yaitu aspek fisik, sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem pendidikan, sebab seseorang tidak bisa dikatakan

Lebih terperinci

UKDW. BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang

UKDW. BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Kehidupan umat beragama tidak bisa dipisahkan dari ibadah. Ibadah bukan hanya sebagai suatu ritus keagamaan tetapi juga merupakan wujud respon manusia sebagai ciptaan

Lebih terperinci

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat,

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat, BAB IV ANALISIS 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat, yang secara sadar maupun tidak telah membentuk dan melegalkan aturan-aturan yang

Lebih terperinci

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial.

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial. 18 BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG A. Keadaan Geografis 1. Letak, Batas, dan Luas Wilayah Letak geografis yaitu letak suatu wilayah atau tempat dipermukaan bumi yang berkenaan

Lebih terperinci

Perkembangan Gereja Protestan di Indonesia berjalan seiring. dengan berbagai gejolak politik yang terjadi sejak pertama kali

Perkembangan Gereja Protestan di Indonesia berjalan seiring. dengan berbagai gejolak politik yang terjadi sejak pertama kali BAB V Kesimpulan Perkembangan Gereja Protestan di Indonesia berjalan seiring dengan berbagai gejolak politik yang terjadi sejak pertama kali Gereja Protestan berdiri di Ambon pada abad ke-17 hingga lahirnya

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Perawang Barat maju pesat dalam pembangunan maupun perekonomian, hal ini didukung

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Perawang Barat maju pesat dalam pembangunan maupun perekonomian, hal ini didukung BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Demografis Sejarah Desa Perawang Barat adalah salah satu Desa hasil dari pemekaran dari Desa Induk yaitu Desa Tualang berdasarkan peraturan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kampar Kabupaten Kampar. Desa Koto Tuo Barat adalah salah satu desa dari 13

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kampar Kabupaten Kampar. Desa Koto Tuo Barat adalah salah satu desa dari 13 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Demografis Desa Koto Tuo Barat adalah Desa yang terletak di Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar. Desa Koto Tuo Barat adalah salah

Lebih terperinci

PERATURAN PERKAWINAN DI GKPS

PERATURAN PERKAWINAN DI GKPS PERATURAN PERKAWINAN DI GKPS 54 SURAT KEPUTUSAN PIMPINAN PUSAT GKPS Nomor : 119/1-PP/2006 Tentang PERATURAN PERKAWINAN DI GKPS Pimpinan Pusat Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS), Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Demografis Desa Sungai Keranji

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Demografis Desa Sungai Keranji BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis dan Demografis Desa Sungai Keranji Desa Sungai Keranji merupakan desa yang berada Di Kecamatan Singingi Kabupaten Kuantan Singingi dengan luas

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Muara Jalai Kecamatan Kampar Utara

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Muara Jalai Kecamatan Kampar Utara BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Desa Muara Jalai Kecamatan Kampar Utara Kabupaten Kampar. Desa Muara Jalai Kecamatan Kampar Utara Kabupaten Kampar

Lebih terperinci

Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga

Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga Suami Rosa biasa memukulinya. Ia memiliki dua anak dan mereka tidak berani berdiri di hadapan ayahnya karena mereka takut akan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN. Desa Pagaran Dolok merupakan salah satu desa dari Kecamatan Hutaraja

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN. Desa Pagaran Dolok merupakan salah satu desa dari Kecamatan Hutaraja 13 BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Geografis Desa Pagaran Dolok merupakan salah satu desa dari Kecamatan Hutaraja Tinggi Kabupaten Padang Lawas di Propinsi Sumatera Utara dengan

Lebih terperinci

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI KUNCI MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI BAGI MEREKA YANG MEMBUAT KEPUTUSAN Saudara yang terkasih, pada waktu Saudara menerima

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Geografis dan DemogrfisKecamatan Tampan. 1. Keadaan Geografis Kecamatan Tampan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Geografis dan DemogrfisKecamatan Tampan. 1. Keadaan Geografis Kecamatan Tampan BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Geografis dan DemogrfisKecamatan Tampan 1. Keadaan Geografis Kecamatan Tampan Kecamatan Tampan adalahsalah satu dari 12 Kecamatan yang ada di kota Pekanbaru,

Lebih terperinci

TAHAP-TAHAP KEHIDUPAN / PERKEMBANGAN KELUARGA

TAHAP-TAHAP KEHIDUPAN / PERKEMBANGAN KELUARGA Perkembangan keluarga merupakan proses perubahan yang terjadi pada sistem keluarga meliputi; perubahan pola interaksi dan hubungan antar anggota keluarga disepanjang waktu. Perubahan ini terjadi melalui

Lebih terperinci

MENGUKIR KARAKTER DALAM DIRI ANAK

MENGUKIR KARAKTER DALAM DIRI ANAK MENGUKIR KARAKTER DALAM DIRI ANAK KARAKTER YANG BAIK dan KARAKTER SEPERTI KRISTUS, apa bedanya? Oleh : G.I. Magdalena Pranata Santoso, D.Min. Pendahuluan Meskipun akhir-akhir ini semakin banyak orang tua

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. jarak dengan ibukota provinsi (pekanbaru)sekitar 200 km. 1) Sebelah utara berbatasan dengan desa sepotong

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. jarak dengan ibukota provinsi (pekanbaru)sekitar 200 km. 1) Sebelah utara berbatasan dengan desa sepotong 18 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Geografi Desa laksamana merupakan desa yang ada di kecamatan Sabak Auh yang ibu kota nya Kabupaten Siak dengan luas wilayah lebih kurang 918,44 km2. jarak antara

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH (1) Tata Gereja GKJ adalah seperangkat peraturan yang dibuat berdasarkan Alkitab sesuai dengan yang dirumuskan di dalam Pokok-pokok Ajaran GKJ dengan tujuan

Lebih terperinci

KODE ETIK DOSEN AKADEMI KEPERAWATAN HKBP BALIGE 2012 KEPUTUSAN DIREKTUR AKADEMI KEPERAWATAN TENTANG KODE ETIK DOSEN AKPER HKBP BALIGE MUKADIMAH

KODE ETIK DOSEN AKADEMI KEPERAWATAN HKBP BALIGE 2012 KEPUTUSAN DIREKTUR AKADEMI KEPERAWATAN TENTANG KODE ETIK DOSEN AKPER HKBP BALIGE MUKADIMAH KODE ETIK DOSEN KEPUTUSAN DIREKTUR AKADEMI KEPERAWATAN TENTANG KODE ETIK DOSEN AKPER HKBP BALIGE MUKADIMAH AKADEMI KEPERAWATAN HKBP BALIGE 2012 Akademi Keperawatan (AKPER) HKBP Balige adalah perguruan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Setelah penulis mengkaji nilai keadilan yang diterapkan dalam kehidupan

BAB V PENUTUP. Setelah penulis mengkaji nilai keadilan yang diterapkan dalam kehidupan BAB V PENUTUP Setelah penulis mengkaji nilai keadilan yang diterapkan dalam kehidupan keluarga di Jemaat GPIB Immanuel Semarang, maka penulis membuat suatu kesimpulan berdasarkan pembahasan-pembahasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perlis terletak di Kecamatan Berandan Barat Kabupaten Langkat. Desa ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. Perlis terletak di Kecamatan Berandan Barat Kabupaten Langkat. Desa ini adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara administrasi data yang diperoleh dari kepala desa ini adalah Desa Perlis terletak di Kecamatan Berandan Barat Kabupaten Langkat. Desa ini adalah salah satu desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia tentunya memiliki masalah dan pergumulannya masing-masing. Persoalan-persoalan ini mungkin berkaitan dengan masalah orang per

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai mahluk sosial, manusia akan senantiasa berinteraksi dengan mahluk lain sehingga aktivitas-aktivitas sosial mereka dapat terpenuhi. Interaksi sosial yang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membawa bangsa menuju bangsa yang maju. Masa kanak-kanak adalah masa

BAB I PENDAHULUAN. membawa bangsa menuju bangsa yang maju. Masa kanak-kanak adalah masa 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan akan membawa bangsa menuju bangsa yang maju. Masa kanak-kanak adalah masa yang penting dalam kehidupan manusia.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. diberikan saran penulis berupa usulan dan saran bagi GMIT serta pendeta weekend.

BAB V PENUTUP. diberikan saran penulis berupa usulan dan saran bagi GMIT serta pendeta weekend. BAB V PENUTUP Setelah melalui tahap pembahasan dan analisis, maka selanjutnya pada bab ini akan dipaparkan mengenai kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk perilaku sosial anak menjadi lebih baik dan berakhlak.

BAB I PENDAHULUAN. membentuk perilaku sosial anak menjadi lebih baik dan berakhlak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tugas dan kewajiban orang tua bukan hanya memberikan kewajiban secara jasmani anak melainkan juga secara rohani yaitu dengan memberikan pendidikan akhlak yang baik,yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki pasangan akan selalu saling melengkapi satu sama lain.

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki pasangan akan selalu saling melengkapi satu sama lain. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan selalu berpasangan, pria dengan wanita. Dengan tujuan bahwa dengan berpasangan, mereka dapat belajar berbagi mengenai kehidupan secara bersama.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi segala kebutuhan dan keinginan dan keinginan, misalnya dalam bersosialisasi dengan lingkungan

Lebih terperinci

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 234 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Perkawinan merupakan rentetan daur kehidupan manusia sejak zaman leluhur. Setiap insan pada waktunya merasa terpanggil untuk membentuk satu kehidupan baru, hidup

Lebih terperinci

BAB V PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP MITOS DAN NORMA

BAB V PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP MITOS DAN NORMA 36 BAB V PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP MITOS DAN NORMA 5.1 Gambaran Sosial-Budaya Masyarakat Lokal Masyarakat Kampung Batusuhunan merupakan masyarakat yang identik dengan agama Islam dikarenakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia, dijumpai berbagai tradisi atau budaya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia, dijumpai berbagai tradisi atau budaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia, dijumpai berbagai tradisi atau budaya yang menghubungkan dan mengikat anggota masyarakat satu dengan yang lain. Tradisitradisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam upaya ini pemerintah berupaya mencerdaskan anak bangsa melalui proses pendidikan di jalur

Lebih terperinci

FINDING YOUR LIFE PURPOSE #3 - MENEMUKAN TUJUAN HIDUPMU #3 GROWING IN THE FAMILY OF GOD BERTUMBUH DALAM KELUARGA ALLAH

FINDING YOUR LIFE PURPOSE #3 - MENEMUKAN TUJUAN HIDUPMU #3 GROWING IN THE FAMILY OF GOD BERTUMBUH DALAM KELUARGA ALLAH FINDING YOUR LIFE PURPOSE #3 - MENEMUKAN TUJUAN HIDUPMU #3 GROWING IN THE FAMILY OF GOD BERTUMBUH DALAM KELUARGA ALLAH PEMBUKAAN: Hari ini saya ingin melanjutkan bagian berikutnya dalam seri khotbah Menemukan

Lebih terperinci

Hari Pertama Kerajaan Kristus Bagi Gereja-Nya Bagi Dunia Kita Hari Kedua Doakan Yang Menyatukan Bagi Gereja-Nya Bagi Dunia Kita Hari Ketiga

Hari Pertama Kerajaan Kristus Bagi Gereja-Nya Bagi Dunia Kita Hari Kedua Doakan Yang Menyatukan Bagi Gereja-Nya Bagi Dunia Kita Hari Ketiga Hari Pertama Kamis, 25 Mei 2006 Kerajaan Kristus...dan berbicara kepada mereka tentang Kerajaan Allah. Pada suatu hari ketika Ia makan bersama-sama dengan mereka, Ia melarang mereka meninggalkan Yerusalem,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KECAMATAN RUMBAI PESISIR. orang jawa yang masuk dalam Wilayah Wali Tebing Tinggi. Setelah itu

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KECAMATAN RUMBAI PESISIR. orang jawa yang masuk dalam Wilayah Wali Tebing Tinggi. Setelah itu BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KECAMATAN RUMBAI PESISIR A. Letak Dan Sejarah Geografis Pada tahun 1923 Jepang masuk yang diberi kekuasaan oleh Raja Siak untuk membuka lahan perkebunan karet dan sawit yang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Daerah ini berdataran tinggi dan rendah mudah dilanda banjir karena desa

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Daerah ini berdataran tinggi dan rendah mudah dilanda banjir karena desa 11 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Geografis dan Demografis Desa Marsonja 1. Geografis Desa Marsonja Desa Marsonja merupakan salah satu desa dari sekian banyak Desa yang ada di Kecamatan Sungai

Lebih terperinci

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK TERLANTAR

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK TERLANTAR QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK TERLANTAR BISMILLAHIRRAHMANIRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN 42 BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Desa Pandan Sari Berdasarkan fakta sejarah berdirinya desa Pandan Sari pada awalnya merupakan satu kesatuan wilayah dengan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN REFLEKSI TEOLOGIS. Di dalam pasal 1 Undang-Undang No.1, 1974 menyebutkan bahwa Perkawinan ialah ikatan

BAB IV ANALISIS DATA DAN REFLEKSI TEOLOGIS. Di dalam pasal 1 Undang-Undang No.1, 1974 menyebutkan bahwa Perkawinan ialah ikatan BAB IV ANALISIS DATA DAN REFLEKSI TEOLOGIS A. Kaus Nono dalam Perkawinan Meto Di dalam pasal 1 Undang-Undang No.1, 1974 menyebutkan bahwa Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN 2.1 Lokasi dan Lingkungan Alam Penelitian ini dilakukan di Desa Janji Hutanapa, Kecamatan Parlilitan, Kabupaten Humbang Hansundutan. Desa ini memiliki batas-batas administratif

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Daerah tersebut merupakan daerah yang mempunyai iklim tropis dimana terdapat

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Daerah tersebut merupakan daerah yang mempunyai iklim tropis dimana terdapat BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Geografis Penelitian ini dilakukan di Desa Kebun Durian Kecamatan Gunung Sahilan Kabupaten Kampar. Daerah ini mempunyai luas wilayah ± 28.500 Ha. Daerah

Lebih terperinci

Filled Notes. 1. Wawancara dengan Bapak YB. Hari/tanggal : Selasa, 27 Maret : Rumah Bapak YB : WITA.

Filled Notes. 1. Wawancara dengan Bapak YB. Hari/tanggal : Selasa, 27 Maret : Rumah Bapak YB : WITA. LAMPIRAN 90 Filled Notes 1. Wawancara dengan Bapak YB Hari/tanggal : Selasa, 27 Maret 2012 : Rumah Bapak YB : 16.30-18.35 WITA a) Arti kematian bagi orang Sabu. Made atau meninggal menurut kepercayaan

Lebih terperinci

PARTISIPAN : (Yang menjual anak) Nama : Alamat : Umur : Pekerjaan : Pendidikan : Jabatan dalam gereja/masyarakat :

PARTISIPAN : (Yang menjual anak) Nama : Alamat : Umur : Pekerjaan : Pendidikan : Jabatan dalam gereja/masyarakat : PARTISIPAN : (Yang menjual anak) Nama : Alamat : Umur : Pekerjaan : Pendidikan : Jabatan dalam gereja/masyarakat : Pertanyaan-pertanyaan : 1. Aspek manusia : penjual, pembeli dan si anak (Pada saat wawancara,

Lebih terperinci

Surat Paulus kepada Titus

Surat Paulus kepada Titus Titus 1:1-4 1 Titus 1:6 Surat Paulus kepada Titus 1-4 Kepada yang kekasih saudara saya seiman Titus yaitu anak rohani saya yang sesungguhnya karena mempunyai keyakinan yang sama: Salam dari Paulus, hamba

Lebih terperinci

25. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI SD

25. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI SD 25. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI SD KELAS: I 1. menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya 1.1 menerima dan mensyukuri dirinya sebagai ciptaan 1.2 menerima dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi perilaku anak yang semakin hilangnya nilai-nilai karakter bangsa. Hilangnya nilai-nilai karakter bangsa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Semua data yang telah berhasil dikumpulkan oleh peneliti selama melakukan penelitian akan disajikan pada bab ini. Data tersebut merupakan data tentang partisipasi

Lebih terperinci

1 1-4 Kepada yang kekasih saudara saya seiman Titus yaitu anak rohani

1 1-4 Kepada yang kekasih saudara saya seiman Titus yaitu anak rohani Surat Paulus kepada Titus 1 1-4 Kepada yang kekasih saudara saya seiman Titus yaitu anak rohani saya yang sesungguhnya karena mempunyai keyakinan yang sama: Salam dari Paulus, hamba Allah dan rasul Kristus

Lebih terperinci

Kalender Doa Proyek Hanna Januari 2013

Kalender Doa Proyek Hanna Januari 2013 Kalender Doa Proyek Hanna Januari 2013 Kekerasan dalam rumah tangga terus meningkat secara drastis, baik dalam angka, frekuensi maupun tingkat kekejamannya. Beberapa berita mengejutkan antara lain: Seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yang terdiri dari beragam budaya dan ragam bahasa daerah yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Dengan adanya

Lebih terperinci

Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu?

Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu? Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan 21-23 Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu? Orang-orang yang percaya kepada Kristus terpecah-belah menjadi ratusan gereja. Merek agama Kristen sama

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. beberepa saran berdasarkan hasil analisa dalam bab sebelumnya.

BAB V PENUTUP. beberepa saran berdasarkan hasil analisa dalam bab sebelumnya. BAB V PENUTUP Dalam bab penutup ini penulis akan menarik beberapa kesimpulan dan mengusulkan beberepa saran berdasarkan hasil analisa dalam bab sebelumnya. V.1 Kesimpulan Pertama, pembangunan karakter

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. wilayah dari Desa Kasikan Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar yaitu:

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. wilayah dari Desa Kasikan Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar yaitu: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Kasikan Desa Kasikan berada di Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar yang mempunyai luas 22.700 ha yang terdiri dari 4 dusun dan 11 RW dan

Lebih terperinci

Karunia Karunia Pelayanan Lainnya: 1 Melayani Mengajar Menasihati

Karunia Karunia Pelayanan Lainnya: 1 Melayani Mengajar Menasihati Karunia Karunia Pelayanan Lainnya: 1 Melayani Mengajar Menasihati Kita telah menyelesaikan penelaahan mengenai keempat karunia yang kita sebut karunia pelayanan. Walaupun daftar karunia-dalam Efesus 4

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan kesatuan sosial yang terdiri atas suami istri dan anakanaknya,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan kesatuan sosial yang terdiri atas suami istri dan anakanaknya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan kesatuan sosial yang terdiri atas suami istri dan anakanaknya, kerap sekali keluarga itu tidak hanya terdiri dari suami istri dan anakanaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara dan Gereja dalam hal subjeknya mempunyai kesamaan yakni warganegara (Sulasmono, 2010:17). Hal ini sejalan dengan pendapat Darmaputera (1994:16) yang menyatakan

Lebih terperinci