ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGEMUKAN DOMBA PADA MITRA TANI FARM, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR NUR FAJRI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGEMUKAN DOMBA PADA MITRA TANI FARM, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR NUR FAJRI"

Transkripsi

1 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGEMUKAN DOMBA PADA MITRA TANI FARM, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR NUR FAJRI DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kelayakan Usaha Penggemukan Domba Pada Mitra Tani Farm, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Februari 2014 Nur Fajri H

4

5 ABSTRAK NUR FAJRI. Analisis Kelayakan Usaha Penggemukan Domba Pada Mitra Tani Farm, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh TINTIN SARIANTI. Domba merupakan penyumbang daging terbesar ketiga dari kelompok ruminansia terhadap produksi daging nasional. MT Farm merupakan salah satu perusahaan agribisnis berbasis peternakan yang berencana melakukan pengembangan usaha untuk memenuhi permintaan pasarnya. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kelayakan pengembangan usaha di MT Farm berdasarkan aspek non finansial dan aspek finansial. Selain itu, penelitian ini juga menganalisis tingkat kepekaan pengembangan usaha melalui Analisis Switching Value. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengembangan bisnis ditinjau dari analisis aspek non finansial layak untuk dijalankan. Demikian juga hasil analisis finansial layak untuk dilaksanakan berdasarkan kriteria investasi, yaitu NPV sebesar Rp 566,181,930, Net B/C sebesar 2.01, IRR sebesar persen dan Payback Period atau biaya investasi yang dikeluarkan dapat kembali dalam kurun waktu dua tahun empat bulan satu hari. Sedangkan hasil Analisis Switching Value menyatakan batasan terhadap peningkatan mortalitas domba yaitu persen dan peningkatan harga bakalan domba yaitu sebesar persen. Analisis Switching Value tersebut menunjukkan bahwa peningkatan mortalitas domba lebih berpengaruh terhadap proses bisnis yang dijalankan dibandingkan dengan peningkatan harga bakalan domba. Kata-kunci : analisis kelayakan, domba, pengembangan usaha, peternakan ABSTRACT NUR FAJRI. Feasibility Analysis of Business Sheep Fattening at Mitra Tani Farm in Ciampea District, Bogor Regency. Supervise by TINTIN SARIANTI. Sheep is the third biggest contributors of ruminant families for meat national product. MT Farm is one of a farm-based agribusiness companies that planning to expand its business to fulfill market requirements. The aim for this study to analyzing the feasibilty of sheep business expansion at MT Farm based on financial and non financial aspects. This study also analyzing sensitiveness levels of business expansion by Switching Value Analysis. Result of this study shows that business expansion by analyzing non financial aspects is feasible to run. Result of financial analysis is also feasible to run based on investment criteria, that NPV Rp 566,181,930, Net BC is 2.01, and IRR is percent of Payback Period means investment costs will return in two years four months and one day. While Switching Value Analysis shows the ascend limit of sheep s mortality is percent, so ascending in prices of lamb is percent. Switching Value Analysis shows that ascending of sheep s price give more influences than ascending of sheep s mortality. Keywords: business expansion, farm, feasibilty analysis, sheep

6

7 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGEMUKAN DOMBA PADA MITRA TANI FARM, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR NUR FAJRI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agibisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

8

9 Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Penggemukan Domba Pada Mitra Tani Farm, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor Nama : Nur Fajri NIM : H Disetujui oleh Tintin Sarianti, SP MM Pembimbing Diketahui oleh Dr Ir Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen Tanggal Lulus:

10 Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Penggemukan Domba Pada Mitra Tani Fann, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor Nama : Nur Fajri NIM : H Disetujui oleh Tintin Sarianti, SP MM Pembimbing Diketahui oleh Tanggal Lulus: 2 4 FEB 2014

11

12 PRAKATA Alhamdulillahi rabbil alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Skripsi ini tidak akan dapat terselesaikan tanpa bantuan, dukungan dan arahan dari berbagai pihak. Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, kepada : 1. Etta, Eppa, Kak Fadli, Kak Ana, dan adikku Fahmi yang senantiasa memberikan dukungan, semangat, dan doa kepada penulis sehingga skripsi ini dapat dikerjakan dan diselesaikan dengan baik. Terima kasih banyak keluarga besarku tercinta. 2. Ibu Tintin Sarianti, SP MM. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran selama membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Ibu Dr. Ir. Ratna Winandi, MS dan Ibu Ir. Juniar Atmakusuma, MS selaku dosen penguji dalam sidang skripsi yang telah memberikan arahan dan masukan kepada penulis. 4. Bapak Suprehatin, SP, MAB selaku dosen evaluator kolokium proposal yang telah meluangkan waktu untuk memberikan masukan dan saran kepada penulis. 5. Ibu Popong Nurhayati selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis. 6. Seluruh dosen dan staf yang telah memberikan ilmu dan membimbing penulis selama penulis menyelesaikan studi. 7. Seluruh pihak Manajemen dan Karyawan Mitra Tani Farm yang terkait dalam penyusunan skripsi ini, penulis berterima kasih atas waktu, kesempatan, informasi dan dukungan yang telah diberikan. 8. Istriku Wenni Maryanti Daulay atas semangat, dukungan, pengertian dan kasih sayang selama penulis menyelesaikan skripsi ini. 9. Saudara-saudaraku di Wisma Mahasiswa Latimojong Bogor atas persaudaraannya di tanah rantau ini. 10. Adib, Fachry, Asept, Ronal, Wahyu, dan rekan-rekan AGB 7 atas kebersamaan dan keceriaannya selama menyelesaikan studi. 11. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen, keluarga besar Ikatan Mahasiswa Sulawesi Selatan di Bogor, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat. Bogor, Februari 2014 Nur Fajri

13

14 DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 8 Tujuan Penelitian 9 Manfaat Penelitian 10 TINJAUAN PUSTAKA 10 Kemitraan dalam pengembangan usaha peternakan domba 10 Kontribusi usaha peternakan domba terhadap kesejahteraan ekonomi peternak 10 Aspek finansial dan non finansial dalam kajian studi kelayakan usaha peternakan domba 11 KERANGKA PEMIKIRAN 13 Kerangka Pemikiran Teoritis 13 Teori Investasi 13 Studi Kelayakan Bisnis 14 Aspek-Aspek Kelayakan Bisnis 15 Analisis Switching Value 19 Kerangka Pemikiran Operasional 20 METODE PENELITIAN 22 Lokasi dan Waktu Penelitian 22 Jenis dan Sumber Data 22 Metode Analisis Data 22 Analisis Kelayakan Aspek Non Finansial 22 Aspek Pasar 22 Aspek Teknis 23 Aspek Manajemen dan Hukum 23 Aspek Ekonomi dan Sosial 23 Aspek Lingkungan 23 Analisis Kelayakan Aspek Finansial 23 Net Present Value (NPV) 23 Internal Rate Of Return (IRR) 24 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) 24 Payback Periode (PP) 24 Analisis Switching Value 25 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 25 Sejarah Perusahaan 25 Visi dan Misi Perusahaan 26 Lokasi Perusahaan 26 vii xix xii xii

15 Fasilitas Usaha 26 Kegiatan Usaha 27 ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL 27 Aspek Pasar dan Pemasaran 27 Bentuk Pasar 27 Permintaan dan Penawaran 28 Strategi Pemasaran 28 Strategi Produk 28 Strategi Harga 29 Strategi Distribusi 29 Strategi Promosi 31 Aspek Teknis 31 Lokasi Usaha 31 Fasilitas Kandang 32 Peralatan Pendukung 33 Bakalan Ternak 34 Sistem Penggemukan 35 Pemberian Pakan dan Minum 35 Pencegahan Penyakit 36 Aspek Manajemen 36 Struktur Organisasi 36 Karyawan 37 Aspek Hukum 38 Aspek Sosial dan Lingkungan 38 ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL 39 Analisis Kelayakan Finansial Sebelum Pengembangan Bisnis 39 Analisis Biaya (Outflow) 40 Analisis Manfaat (Inflow) 44 Analisis Kelayakan Finansial Dengan Pengembangan Bisnis 45 Analisis Biaya (Outflow) 45 Analisis Manfaat (Inflow) dengan Pengembangan Bisnis 48 Analisis Switching Value Pengembangan Usaha Domba MT Farm 51 Perhitungan Incremental Net Benefit 52 SIMPULAN DAN SARAN 54 Simpulan 54 Saran 54 DAFTAR PUSTAKA 55 LAMPIRAN 57 RIWAYAT HIDUP 82

16 DAFTAR TABEL 1. Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) atas harga yang berlaku menurut subsektor lapangan usaha pertanian di Indonesia tahun (Rp. Milyar) 1 2. Rata-rata konsumsi protein (kg/kapita) Nasional menurut kelompok makanan a 2 3. Konsumsi daging per kapita di Asia Tenggara pada tahun a 3 4. Populasi komoditas ternak utama Nasional tahun (000 ekor) a 3 5. Populasi Nasional domba tahun di Indonesia a 5 6. Populasi domba di Jawa Barat tahun a 6 7. Populasi domba di Kabupaten Bogor tahun a 7 8. Daftar Konsumen MT Farm a Daftar nama, penanggung jawab dan tingkat pendidikan akhir para pekerja di Mitra Tani Farm a Biaya investasi MT Farm pada kondisi sebelum pengembangan usaha Umur ekonomis dari investasi pada kondisi sebelum pengembangan usaha Biaya tetap pada peternakan MT Farm (sebelum pengembangan bisnis) Biaya variabel yang dibutuhkan (kondisi sebelum pengembangan) Penerimaan penjualan domba pada kondisi tanpa pengembangan peternakan MT Farm Nilai sisa investasi pada usaha penggemukan domba MT Farm (kondisi tanpa pengembangan) Biaya investasi yang dibutuhkan pada peternakan domba MT Farm dengan pengembangan bisnis Biaya tetap peternakan domba MT Farm dengan pengembangan bisnis Biaya variabel peternakan domba MT Farm dengan pengembangan bisnis Penerimaan penjualan domba pada peternakan domba MT Farm dengan pengembangan bisnis Nilai sisa yang diterima pada usaha penggemukan domba MT Farm dengan pengembangan bisnis Analisis laba rugi pada usaha penggemukan domba MT Farm dengan kondisi tanpa pengembangan bisnis Analisis laba rugi pada peternakan domba MT Farm dengan kondisi dengan pengembangan bisnis Kriteria investasi dengan kondisi sebelum pengembangan dan setelah pengembangan bisnis Hasil analisis switching value usaha MT Farm pada kondisi setelah pengembangan Laba bersih yang didapatkan selama umur usaha (Incremental Net Benefit) Perhitungan Kriteria Investasi (Incremental Net Benefit) 53

17 DAFTAR GAMBAR 1. Kurva fungsi investasi Kerangka pemikiran operasional Lokasi kandang peternakan domba MT Farm Rencana lokasi pengembangan usaha peternakan domba MT Farm Kandang panggung MT Farm Struktur organisasi di MT Farm 37 DAFTAR LAMPIRAN 1. Layout kandang Mitra Tani Farm Siklus Saat ini Siklus Pengembangan Biaya investasi mitra tani farm sebelum pengembangan usaha Biaya tetap mitra tani farm sebelum pengembangan usaha Biaya variabel mitra tani farm sebelum pengembangan usaha Penerimaan tahunan mitra tani farm sebelum pengembangan usaha Cashflow mitra tani farm sebelum pengembangan usaha Laporan laba-rugi mitra tani farm sebelum pengembangan usaha Biaya investasi mitra tani farm setelah pengembangan usaha Biaya tetap mitra tani farm setelah pengembangan usaha Biaya variabel mitra tani farm setelah pengembangan usaha Penerimaan tahunan mitra tani farm setelah pengembangan usaha Cashflow mitra tani farm setelah pengembangan usaha Laporan laba-rugi mitra tani farm setelah pengembangan usaha Cashflow analisis switching value kenaikan harga bakalan domba sebesar % Laporan laba-rugi analisis switching value kenaikan harga bakalan domba sebesar % Cashflow analisis switching value peningkatan mortalitas domba sebesar % Laporan laba-rugi analisis switching value peningkatan mortalitas domba sebesar % 81

18 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan, senantiasa didorong untuk mewujudkan perekonomian nasional yang sehat, seperti yang tercermin dari visi yang telah ditetapkan oleh Departemen Pertanian. Agribisnis merupakan salah satu sektor dalam kegiatan perekonomian berbasis kekayaan alam yang dimanfaatkan dalam melakukan kegiatan usaha berorientasi keuntungan. Bidang peternakan merupakan salah satu subsektor agribisnis yang cukup penting karena terkait dengan ketersediaan bahan pangan hewani masyarakat. Berdasarkan data Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga yang berlaku menurut subsektor lapangan usaha pertanian dari Tahun dapat dilihat bahwa sektor peternakan memberikan kontribusi untuk perekonomian Indonesia, hal tersebut dapat dilihat dari Nilai Produk Domestik Bruto dari tahun pada Tabel 1 berikut ini. Tabel 1. Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) atas harga yang berlaku menurut subsektor lapangan usaha pertanian di Indonesia tahun (Rp. Milyar) LAPANGAN USAHA TAHUN * 2012 ** Tanaman bahan makanan 349, , , , ,330 (19.84) (15.07) (9.87) (8.37) Tanaman perkebunan 105, , , , ,754 (5.11) (22.15) (12.98) (3.93) Peternakan dan hasil-hasilnya 83, , , , ,090 (25.95) (13.81) (8.32) (12.99) Kehutanan 40,375 45,119 48,290 51,781 54,906 (11.75) (7.03) (7.23) (6.04) Perikanan 137, , , , ,332 (28.69) (12.89) (13.70) (12.63) * Angka sementara, ** Angka sangat sementara, Angka dalam kurung menunjukkan pertumbuhan dari tahun sebelumnya (%) a Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2013), diadaptasi dari data Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan Berdasarkan Tabel 1, terlihat bahwa PDB subsektor peternakan mempunyai peranan penting karena terkait dengan ketersediaan bahan pangan hewani masyarakat dan juga dalam meningkatkan pendapatan masyarakat serta devisa negara. Pada Tabel 1, dapat dilihat bahwa pada tahun 2009 meningkat persen dari tahun Pada tahun 2011, PDB peternakan diperkirakan akan meningkat sebesar 8.32 persen, demikian halnya pada tahun 2012, PDB peternakan diperkirakan akan meningkat sebesar persen. Pengembangan peternakan mempunyai peranan sangat penting dalam pembangunan perekonomian nasional. Hal ini tercermin dalam misi pembangunan peternakan, antara lain sebagai penyedia protein, energi, vitamin, serta mineral untuk melengkapi hasil-hasil pertanian dan menciptakan peluang ekonomi untuk

19 2 meningkatkan pendapatan, membantu menciptakan lapangan kerja dan melestarikan serta memanfaatkan sumberdaya alam pendukung peternakan. Tabel 2. Rata-rata konsumsi protein (kg/kapita) Nasional menurut kelompok makanan a KOMODITI KONSUMSI PROTEIN (KG/KAPITA) Padi-padian Ikan Telur dan susu Daging Minyak dan lemak a Badan Pusat Statistik (2013), diadaptasi dari Tabel Rata-rata Konsumsi Protein (kg/kapita) Nasional Menurut Kelompok Makanan yang dapat diunduh dari diakses pada tanggal 10 Desember 2013 Berdasarkan Tabel 2, diketahui bahwa konsumsi protein nasional menurut kelompok makanan masih rendah dan cenderung mengalami fluktuasi dengan tren yang masih meningkat. Konsumsi protein yang rendah dikarenakan kondisi perekonomian masyarakat yang mengakibatkan penurunan daya beli terhadap produk daging. Harga daging yang meningkat dari tahun ke tahun merupakan salah satu faktor yang membuat rendahnya konsumsi daging Indonesia. Ketua umum Komite Daging Sapi Jakarta Raya Sarman Simanjorang mengatakan dengan mahalnya harga daging di Indonesia berpengaruh negatif terhadap konsumsi masyarakat pada daging. 1 Tingkat konsumsi daging masyarakat Indonesia masih sangat rendah dibandingkan dengan masyarakat di kawasan Asia Tenggara. Akan tetapi, untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri saja, belum dapat dipenuhi secara mandiri (swasembada) sehingga harus impor. Untuk memenuhi kebutuhan daging dalam negeri pemerintah masih harus impor rata-rata 26 persen dari kebutuhan, apalagi tingkat konsumsi daging bagi masyarakat setiap tahunnya terus meningkat. 2 Dalam rangka peningkatan produksi pertanian pada periode lima tahun ke depan ( ), Kementerian Pertanian akan lebih fokus pada peningkatan 39 komoditas unggulan nasional. Komoditas unggulan nasional tersebut terdiri atas tujuh komoditas tanaman pangan, sepuluh komoditas hortikultura, 15 komoditas perkebunan, dan tujuh komoditas peternakan. Agar posisi swasembada tersebut dapat berkelanjutan, maka target peningkatan produksinya harus dipertahankan minimal sama dengan pertumbuhan permintaan dalam negeri, dengan memperhitungkan laju pertumbuhan penduduk secara nasional, permintaan bahan baku industri dalam negeri, kebutuhan stok nasional dalam rangka stabilitas harga serta pemenuhan peluang ekspor (Kementan 2009). 1 Sarman Simanjorang Konsumsi Daging Orang Indonesia Lebih Rendah dari Singapura & Malaysia. [ 11 Mei 2013] 2 Suswono Konsumsi Daging Masyarakat Indonesia Rendah. [11 Mei 2013]

20 3 Tabel 3. Konsumsi daging per kapita di Asia Tenggara pada tahun a NEGARA KONSUMSI DAGING (KG/KAPITA/TAHUN) LAJU (%) Brunei Darussalam Indonesia Kamboja Laos Malaysia Myanmar Singapura Thailand Vietnam a Food and Agriculture Organization (2009), diadaptasi dari data State Of Food And Agriculture: Live Stock in the Balance Peningkatan pengembangan subsektor peternakan dapat dilihat dengan adanya peningkatan populasi ternak pada komoditas ternak yang telah ada, baik secara kuantitas maupun kualitasnya. Perkembangan populasi komoditas utama ternak di Indonesia pada tahun mengalami peningkatan dengan pertumbuhan rata-rata per tahun 4.86 persen. Perkembangan rata-rata per tahun masing-masing komoditas peternakan berkisar antara persen (penurunan populasi untuk ternak jenis kerbau) sampai 9.59 persen untuk jenis sapi perah. Tabel 4 memperlihatkan perkembangan populasi komoditas ternak utama di Indonesia mulai tahun 2008 sampai Tabel 4. Populasi komoditas ternak utama Nasional tahun (000 ekor) a JENIS TERNAK TAHUN * PERKEMBANGAN RATA- RATA PER TAHUN (%) Kambing 15,147 15,815 16,620 17, Sapi Potong 12,257 12,760 13,582 14, Domba 9,605 10,199 10,725 11, Babi 6,838 6,975 7,477 7, Kerbau 1,931 1,933 2,000 1, Sapi Perah Kuda TOTAL 46,629 48,556 51,311 53, * Angka sementara a Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2011), diadaptasi dari data Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan Domba merupakan penyumbang daging terbesar ketiga dari kelompok ruminansia terhadap produksi daging nasional setelah sapi perah dan sapi potong, sehingga usaha ternak ini berpotensi untuk dikembangkan sebagai usaha yang menguntungkan. Domba telah lama dipelihara oleh sebagian masyarakat sebagai tabungan dan sumber protein dengan manajemen pemeliharaan secara tradisional. Pola usaha ternak domba sebagian besar berupa usaha rakyat untuk menghasilkan bibit atau penggemukan. Jenis ternak domba dapat menghasilkan beberapa macam komoditas diantaranya berupa ternak hidup dari hasil reproduksi, daging, susu, maupun

21 4 limbah kotoran ternak yang banyak manfaatnya bagi usaha budidaya pertanian tanaman pangan. Ternak domba, disamping dipandang sebagai penghasil berbagai jenis komoditas utama, maka bagian-bagian dari hasil produksi ternak ini merupakan bahan baku bagi proses produksi selanjutnya. Selain penghasil daging, juga penghasil kulit, tulang, jeroan, darah dan bulu. Produk tersebut merupakan bahan baku industri hilir berikutnya (Winarso & Yusja 2010). Ternak domba memegang peranan penting dalam pengadaan bahan makanan di Indonesia. Selain sebagai sumber protein hewani, ternak domba juga mempunyai fungsi sosial, seperti dalam upacara keagamaan. Menurut Murtidjo (1993) ternak domba memiliki beberapa kelebihan dan potensi ekonomi yang bisa diandalkan dibandingkan usaha ternak besar yang lainnya yakni: badan ternak domba relatif lebih kecil dan cepat dewasa sehingga usaha ternak domba memiliki keuntungan ekonomi yang cukup tinggi. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang dalam pemeliharaan tidak memerlukan lahan yang luas, investasi usaha ternak domba membutuhkan modal relatif kecil sehingga setiap investasi lebih banyak unit produksi dapat tercapai, modal usaha ternak domba lebih cepat berputarnya sebab ternak domba cepat dewasa dan lebih cepat dipotong dibandingkan dengan ternak ruminansia lain seperti kerbau ataupun sapi. Karkas domba yang kecil akan lebih mudah dijual sehingga relatif lebih cepat dikonsumsi (hal ini sangat penting bagi daerah yang peternakan domba yang sistem pemasarannya belum sempurna atau masih jauh dari keramaian konsumen). Domba memiliki sifat menggerombol sehingga memudahkan dalam pemeliharaan sistem gembala terutama jika pemeliharaan diserahkan anggota keluarga yang belum dewasa atau sudah sangat tua. Purbowati (2009) lebih lanjut menjelaskan bahwa potensi pasar domba cukup menjanjikan mengingat kebutuhan ternak ini untuk pasar dalam negeri cukup besar, terutama pada saat hari raya Idul Adha. Peluang pasar yang telah lama terbuka di berbagai kawasan internasional seperti Timur Tengah dan ASEAN juga belum dimanfaatkan secara optimal. Sebagai salah satu komoditas unggulan di bidang peternakan, domba memiliki prospek untuk terus dikembangkan. Hal tersebut sejalan dengan kebutuhan masyarakat pada ternak jenis ini. Berbagai upaya dilakukan oleh para peternak untuk meningkatkan daya saing mereka. Pengembangan domba sebagai salah satu ternak unggulan, juga ditunjang dengan komoditas ternak ini yang terdistribusi di berbagai pulau atau provinsi di seluruh wilayah Indonesia. Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat bahwa pada umumnya komoditas domba terdistribusi di berbagai pulau atau provinsi di seluruh wilayah Indonesia atau menyebar pada provinsi di seluruh Indonesia. Luasnya penyebaran populasi komoditas domba tersebut membuktikan bahwa berbagai wilayah di tanah air memiliki tingkat kecocokan yang baik untuk pengembangan, baik kecocokan dari segi vegetasi, topografi, klimat, atau bahkan dari sisi sosial-budaya daerah setempat.

22 5 Tabel 5. Populasi Nasional domba tahun di Indonesiaa PROVINSI POPULASI DOMBA *) Nanggroe Aceh Darussalam 157, , , , 901 Sumatera Utara 268, , , ,880 Sumatera Barat 5,335 4,567 5,737 6,017 Riau 5,798 3,366 3,708 3,434 Jambi 51,959 56,168 61,169 66,063 Sumatera Selatan 34,583 33,445 34,335 38,090 Bengkulu 4,341 4,767 4,767 3,746 Lampung 81,359 82,341 87,084 92,175 Bangka Belitung Kepri DKI Jakarta 1,561 1,432 1,155 1,132 Jawa Barat 5,311,836 5,770,661 6,275,299 6,768,735 Jawa Tengah 2,083,431 2,148,752 2,146,760 2,218,586 DI Yogyakarta 130, , , ,689 Jawa Timur 729, , , ,053 Banten 612, , , ,794 Bali Nusa Tenggara Barat 27,875 25,878 29,194 29,924 Nusa Tenggara Timur 62,648 61,049 63,376 64,473 Kalimantan Barat Kalimantan Tengah 4,630 1,606 1,639 1,672 Kalimantan Selatan 3,494 3,581 3,820 3,913 Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah 7,167 24,699 9,036 10,681 Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku 17,521 18,774 20,116 21,554 Malut Papua INDONESIA 9,605,339 10,198,766 10,725,488 11,371,630 * Angka sementara a Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2011), diadaptasi dari data Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan Selain potensial karena sudah banyak diternakkan oleh masyarakat Indonesia di berbagai daerah, peluang pengembangan domba juga mengacu pada pangsa pasar yang sangat terbuka dan terus berkembang. Kebutuhan masyarakat dalam negeri terhadap domba akan terus meningkat, hal ini dapat dilihat dari besarnya permintaan domba untuk kebutuhan konsumsi, kebutuhan qurban, maupun untuk aqiqah. Potensi pasar ini akan terus berkembang sejalan dengan pesatnya pertumbuhan penduduk dan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi yang berasal dari protein hewani. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu wilayah terbaik untuk pengembangan ternak domba, karena populasi domba di Provinsi Jawa Barat adalah yang paling tinggi di Indonesia yaitu sebanyak 6,768,735 ekor atau mencapai persen populasi domba nasional. Jawa Barat sebagai provinsi dengan populasi ternak domba terbesar secara nasional tidak kurang dari enam

23 6 juta ekor atau sekitar persen dari populasi ternak domba nasional sehingga pantas dinyatakan sebagai provinsi domba. Ditjenak (2011) menyatakan bahwa domba yang ada di Jawa Barat dikenal sebagai plasma nutfah domba garut yang tidak dimiliki negara lain (Ditjenak 2011). Besarnya populasi domba di Jawa Barat dikarenakan semua Kabupaten di Jawa Barat memiliki ternak domba. Bogor merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang memiliki potensi untuk pengembangan peternakan domba. Dari data Dinas Peternakan Kabupaten Bogor pada tahun 2006 sampai 2010 menjelaskan bahwa populasi domba terbesar terdapat pada Kecamatan Parung Panjang dengan peningkatan populasi sebesar % (Tabel 6). Besarnya peningkatan populasi tersebut karena adanya peningkatan yang signifikan pada tahun 2009 sebesar 14,700 ekor yang sebelumnya hanya 2,009 ekor. Tabel 6. Populasi domba di Jawa Barat tahun a KABUPATEN DOMBA PENINGKATAN PERTAHUN (%) Bogor 278, , Sukabumi 482, , Cianjur 309, , Bandung 220, , Garut 601, , Tasikmalaya 251, , Ciamis 209, , Kuningan 126, , Cirebon 178, , Majalengka 294, , Sumedang 157, , Indramayu 188, , Subang 228, , Purwakarta 709, , Karawang 987,848 1,126, Bekasi 174, , Bandung Barat 338, , TOTAL 5,737,537 5,068, a Dinas Peternakan Jawa Barat (2010), diadaptasi dari data Populasi Domba Propinsi Jawa Barat Kecamatan Ciampea merupakan salah satu kecamatan yang memiliki peternakan domba di Kabupaten Bogor. Peningkatan jumlah populasi domba lebih sedikit dibandingkan dengan kecamatan lainnya yaitu sebesar 2.96 persen ratarata per tahun (Tabel 7). Padahal sebagai penghasil daging, domba memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan hewan ternak penghasil daging lainnya yaitu domba memiliki sifat lebih mudah berdaptasi dengan lingkungan, lebih mudah dalam perawatan, dan modal yang diperlukan untuk membuat usaha peternakan domba lebih kecil. Hal ini merupakan peluang bagi semua pihak yang ingin mengembangkan sektor peternakan khususnya peternakan domba, karena peningkatan konsumsi pangan hewani yang tidak diimbangi dengan peningkatan produksi membuka lebar kesempatan berusaha di bidang peternakan khususnya peternakan domba. Selain itu juga kecamatan ini merupakan daerah yang strategis untuk pemasaran domba ke daerah Jabodetabek karena ditunjang oleh akses jalan yang sangat memadai.

24 7 Tabel 7. Populasi domba di Kabupaten Bogor tahun a NO. KECAMATAN TAHUN PENINGKA TAN RATA RATA PER TAHUN (%) 1 Nanggung 6,014 6,797 8,075 7, Leuwiliang 5,388 4,527 4,569 4, Leuwi Sadeng 2,502 2,262 2,307 2, Pamijahan 9,960 10,200 10,755 13, Cibungbulang 5,973 6,314 6,840 7, Ciampea 5,957 4,076 5,026 5, Tenjolaya 2,152 2,188 2,418 2, Dramaga 3,657 3,926 4,363 4, Ciomas 5,220 5,014 5,401 1, Tamansari 2,582 2,813 3,207 1, Cijeruk 6,064 6,090 6,509 9, Cigombong 5,020 5,479 6,084 7, Caringin 5,784 6,048 6,095 5, Ciawi 5,152 4,836 4,079 4, Cisarua 5,327 4,731 6,241 8, Megamendung 7,895 6,237 6,419 7, Sukaraja 6,466 5,572 3,142 3, Bbk. Madang 9,380 5,645 3,483 3, Sukamakmur 7,728 8,511 8,073 6, Cariu 23,419 23,271 21,212 9, Tanjungsari 9,744 11,141 12,564 11, Jonggol 11,989 13,754 13,959 12, Cileungsi 5,590 5,608 4,553 6, Klapa Nunggal 4,130 3,899 3,522 3, Gn. Putri 4,022 4,022 3,070 2, Citeureup 7,322 7,361 4,970 4, Cibinong 1,248 1,177 1,758 2, Bojonggede 3,363 4,280 4,969 4, Tajur Halang 3,136 2,304 2,517 2, Kemang 2,453 2,369 2,381 2, Rancabungur 7,625 7,999 8,548 6, Parung Ciseeng 3,506 3,589 2,494 2, Gn. Sindur 1,588 1,828 1,955 1, Rumpin 5,876 5,576 4,750 1, Cigudeg 8,274 5,522 5,507 23, Sukajaya 9,248 9,453 10,416 32, Jasinga 4,235 4,180 4,277 12, Tenjo 1,657 1,850 1,850 13, Parung Panjang 1,383 1,845 2,009 14, TOTAL , , , , a Dinas Peternakan Jawa Barat (2010), diadaptasi dari data Populasi Domba Propinsi Jawa Barat Mitra Tani Farm (MT Farm) adalah salah satu usaha peternakan yang bergerak di bidang penggemukan domba yang ada di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. MT Farm termasuk peternakan yang memiliki skala usaha yang besar karena memiliki kapasitas produksi diatas seratus ekor ternak, selain itu memiliki fasilitas kandang yang kapasitasnya mampu menampung hingga 800 ekor ternak domba. Dalam menjalankan roda usaha peternakannya, pihak

25 8 manajemen MT Farm tentunya mengeluarkan sumberdaya modal yang besar sehingga dalam pengelolaannya diperlukan suatu studi kelayakan bisnis untuk menghindari berbagai kemungkinan kerugian dari modal telah dikeluarkan dan yang akan diinvestasikan. Dengan hadirnya usaha Peternakan Domba MT Farm, diharapkan tidak hanya menguntungkan bagi peternaknya sendiri, tetapi juga memiliki manfaat bagi masyarakat sekitar dan sebagai pemasukan pendapatan pemerintah daerah setempat. Perumusan Masalah MT Farm merupakan salah satu perusahaan agribisnis berbasis peternakan bergerak di bidang penggemukan domba yang ada di Bogor. Usaha peternakan ini berdiri di atas lahan seluas 800 m 2, dengan kapasitas kandang 600 sampai dengan 800 ekor yang terletak di Jalan Manunggal 51 No. 39 RT. 04/05 Desa Tegalwaru, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Sejak tahun 2004 hingga saat ini MT Farm mampu menghasilkan ekor domba setiap bulan untuk memenuhi permintaan pasarnya. Minat masyarakat yang terus meningkat akan domba memberikan peluang bisnis bagi pengusaha penggemukan domba seperti MT Farm. Produk utama yang ditawarkan oleh peternakan MT Farm adalah domba hidup dengan bobot yang bervariasi. Berdasarkan hasil wawancara langsung dengan salah satu manajemen MT Farm yakni Bapak Amrul, beliau menyatakan permintaan domba setiap tahun terus mengalami peningkatan walaupun harga domba terus meningkat. MT Farm dengan kapasitas yang ada saat ini belum mampu memenuhi permintaan pasarnya yang berasal dari lembaga-lembaga aqiqah dan restoran cepat saji yang semakin banyak tersebar di Jabodetabek, serta permintaan masyarakat akan hewan qurban yang terus meningkat terutama pada saat menjelang hari raya. Lebih lanjut beliau menyatakan bahwa melihat kondisi pasar yang terus meningkat merupakan suatu peluang untuk mengembangkan usaha, hal ini dapat dilihat dari jumlah permintaan konsumennya yang sudah mencapai 538 ekor per bulan dan belum mampu dipenuhi oleh MT Farm atau masih terdapat peluang pasar sebesar ekor. Adanya peningkatan permintaan ini maka pihak pengelola MT Farm akan mengupayakan untuk memenuhi kebutuhan pasarnya serta meningkatkan pendapatan usahanya. Sebagai langkah konkrit dalam memenuhi permintaan pasarnya, MT Farm berencana melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan kapasitas produksinya. Melihat rencana pengembangan yang akan dilakukan oleh MT Farm cukup besar, maka dapat dipastikan bahwa sumberdaya modal yang akan digunakan untuk rencana investasi ini akan sangat besar pula. Mengingat bahwa biaya yang akan digunakan untuk investasi pengembangan sangat besar serta kondisi yang akan datang dipenuhi dengan kemungkinkan terjadinya perubahan-perubahan yang akan mempengaruhi kelayakan pengembangan usaha domba, maka diperlukan suatu analisis kelayakan bisnis atau usaha, serta merupakan analisis pra investasi yang digunakan untuk melihat apa yang akan terjadi dengan kondisi ekonomi dan hasil analisa bisnis jika terjadi perubahan atau ketidaktepatan dalam perhitungan biaya atau manfaat. Faktor-faktor perubahan tersebut tentunya akan mempengaruhi kelayakan suatu aktivitas bisnis. Oleh karena itu, diperlukan

26 9 analisis dan identifikasi kondisi yang mungkin akan terjadi dari informasiinformasi yang sesuai dengan bisnis yang akan dikembangkan. Analisis kelayakan usaha sangat diperlukan oleh banyak kalangan, khususnya bagi para investor selaku pemrakarsa, bagi lembaga keuangan seperti bank selaku pemberi kredit dan bagi lembaga pemerintahan yang memberikan fasilitas tata peraturan hukum dan perundang-undangan, yang tentunya kepentingan semuanya itu berbeda satu sama lainnya. Analisis kelayakan usaha terdapat berbagai aspek yang harus dikaji dan diteliti kelayakannya sehingga hasil daripada studi tersebut digunakan untuk memutuskan apakah sebaiknya proyek atau bisnis tersebut layak untuk dijalankan, dikembangkan atau dibatalkan. Berdasarkan pada tingkat kepentinganya, penerapan analisis kelayakan usaha dalam suatu usaha yang ditinjau dari berbagai aspek yaitu aspek non finansial dan aspek finansial. Aspek-aspek non finansial terdiri dari aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial, aspek pasar dan aspek lingkungan, serta aspek finansial agar dapat memberikan hasil yang maksimal. Selain itu, usaha penggemukan domba memiliki beberapa ketidakpastian yang memungkinkan terjadinya perubahan-perubahan yang akan mempengaruhi kelayakan usaha. Perubahan-perubahan tersebut antara lain berupa penurunan harga penjualan domba dan peningkatan harga bakalan domba. Harga penjualan domba dan harga bakalan domba terus berfluktuasi sehingga mempengaruhi kelayakan pengembangan usaha penggemukan domba dari sisi aspek finansial sehingga perlu dilakukan analisis sensitivitas. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini antara lain: 1. Bagaimana kelayakan pengembangan usaha penggemukan domba di MT Farm berdasarkan aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi dan budaya, serta aspek lingkungan. 2. Bagaimana kelayakan pengembangan usaha penggemukan domba di MT Farm pada aspek finansial. 3. Bagaimana tingkat kepekaan (sensitivitas) pengembangan usaha penggemukan domba di MT Farm apabila terjadi peningkatan mortalitas domba dan peningkatan harga bakalan domba melalui Analisis Switching Value. Tujuan Penelitian Berdasarkan pada perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk menganalisis kelayakan pengembangan usaha penggemukan domba di MT Farm berdasarkan aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi dan budaya, aspek lingkungan. 2. Kelayakan pengembangan usaha penggemukan domba di MT Farm pada aspek finansial. 3. Untuk mengukur tingkat kepekaan (sensitivitas) pengembangan usaha penggemukan domba di MT Farm apabila terjadi peningkatan mortalitas domba dan peningkatan harga bakalan domba melalui Analisis Switching Value.

27 10 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: 1. Perusahaan, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi, masukan dan pertimbangan dalam menjalankan operasional usaha dan menentukan kebijakan terkait dengan kegiatan operasional dan pengembangan usahanya. 2. Investor atau masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu referensi dalam mempertimbangkan penanaman modal pada pengembangan usaha peternakan domba. 3. Penulis, selain sebagai syarat menyelesaikan pendidikan, juga dapat meningkatkan pengetahuan, dan melatih penulis untuk dapat menerapkan teori-teori yang diperoleh dari perkuliahan. TINJAUAN PUSTAKA Kemitraan dalam pengembangan usaha peternakan domba Salah satu upaya untuk meningkatkan populasi domba dan meningkatkan pendapatan petani adalah dengan melakukan perbaikan terhadap sistem pengembangan usaha domba itu sendiri. Sistem pengembangan usaha ternak domba dapat dilaksanakan dengan pola kemitraan yang melibatkan berbagai pihak (Eliser 2000). Model pengembangan terbaik adalah dengan pemberdayaan petani, pemerintah daerah, LSM dan investor. Model kemitraan di Sumatera Utara yang diteliti oleh Eliser (2000) menggambarkan dua kondisi wilayah yang berbeda. Daerah yang diteliti yaitu daerah Kabupaten Langkat dan daerah tempat transmigran. Pada daerah Langkat pola kemitraan memberikan pengaruh positif kepada masyarakat dan mengalami peningkatan populasi sebesar 46 persen dari populasi awal. Sedangkan untuk daerah tansmigran pola kemitraan mengalami kegagalan yang faktor utamanya disebabkan oleh kurangnya koordinasi antara lembaga terkait. Kontribusi usaha peternakan domba terhadap kesejahteraan ekonomi peternak Usaha ternak merupakan usaha yang memiliki potensi yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi peternak. Kontribusi usaha ternak domba terhadap keluarga petani investasi yang dapat diuangkan oleh petani. Misalnya kontribusi ternak domba terhadap petani di Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut. Penelitian Rahmat (2008) di lokasi tersebut menunjukkan bahwasanya kontribusi pendapatan masyarakat dari beternak domba yaitu Rp 3,155,469/tahun untuk 12 orang peternak skala I (dengan kepemilikan rata-rata ternak 9.04 Setara Domba Dewasa), Rp 3,618,378 per tahun untuk 22 orang peternak skala II (dengan kepemilikan rata-rata ternak Setara Domba Dewasa) dan Rp 8,078,140 per tahun untuk lima orang peternak pada skala III (dengan kepemilikan rata-rata ternak Setara Domba Dewasa). Kontribusi ini akan semakain meningkat apabila skala usaha peternak domba semakin besar. Hal

28 11 ini dibuktikan dengan penghitungan kontribusi pendapatan keluarga peternak yaitu kontribusi sebesar 6.33 persen pada skala I, kontribusi sebesar persen pada skala II dan persen untuk skala ke III. Daerah Bogor merupakan daerah yang sesuai untuk mengembangkan potensi sumberdaya perternakan karena selain memegang peranan penting dalam perekonomian pedesaan Bogor, ketersediaan sumberdaya ternak juga sangat mendukung dalam kegiatan produksi. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Yulida pada 2008 yang meneliti tentang Potensi sumberdaya peternakan di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor untuk pengembangan ternak domba. Peneliti menggambarkan bahwa sumberdaya yang tersedia masih mendukung dalam pembangunan ternak domba di Kecamatan Ciampea antara yang lain sumberdaya alam, manusia, modal dan kelembagaan peternakan. Jumlah ternak yang saat ini mencapai 422 ekor, dengan melihat jumlah sumberdaya pakan ternak yang masih surplus di Kecamatan Ciampea diperkirakan masih dapat dilakukan penambahan ternak hingga mencapai 102 ekor. Aspek finansial dan non finansial dalam kajian studi kelayakan usaha peternakan domba Widodo (2010) melakukan penelitian mengenai analisis kelayakan usaha penggemukan domba pada Agrifarm di Desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Hasil analisis ini menyatakan bahwa usaha tersebut layak pada pada aspek non finansial, berdasarkan aspek pasar, peluang pasar masih terbuka karena masih adanya gap yang cukup besar antara permintaan dan penawaran. Berdasarkan aspek teknis, variabel utama faktor pendukung jalannya usaha pada aspek ini menunjukkan adanya keberpihakan yang cukup baik sehingga proses produksi dapat berjalan dengan baik. Berdasarkan aspek manajemen, usaha penggemukan domba Agrifarm telah melakukan pembagian kerja meski dengan struktur yang sederhana. Berdasarkan aspek sosial, usaha ini cenderung tidak merusak lingkungan dan justru mampu menyerap tenaga kerja. Dalam membuat perkiraan pendapatan yang akan diperoleh di masa yang akan datang perlu dilakukan perhitungan secara cermat dengan membandingkan data dan informasi yang ada sebelumnya. Begitu pula perkiraan dengan biayabiaya yang akan dikeluarkan selama periode tertentu. Pada aspek finansial asumsiasumsi tersebut ditunjukkan dalam aliran cash atau cashflow perusahaan selama periode usaha. Dengan dibuatnya aliran kas perusahaan, kemudian dinilai kelayakan investasi tersebut melalui kriteria kelayakan investasi. Tujuannya adalah untuk menilai apakah investasi tersebut layak atau tidak dijalankan dilihat dari aspek keuangan (finansial). Alat ukur yang digunakan untuk menentukan kelayakan suatu usaha berdasarkan kriteria investasi umumnya sama yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net B/C dan Payback Period (PP). Walaupun demikian, hasil yang diperoleh dari tiap usaha berbeda-beda. Tidak hanya tergantung pada jenis usaha saja namun besar kecilnya usaha dan cara pengelolaan juga mengakibatkan memberikan nilai yang berbeda. Penelitian tentang kelayakan finansial penggemukan kambing dan domba yang dilakukan oleh Fitrial (2009) pada Mitra Tani Farm berlokasi di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor.

29 12 menganalisis aspek finansial usaha penggemukan kambing dan domba peternakan Mitra Tani Farm selama lima tahun dengan tingkat diskonto 8.5 persen diperoleh nilai NPV sebesar Rp 359,346,744, net B/C dan Gross B/C sebesar 2.53, IRR sebesar 11.7 persen dan PP selama 1.5 tahun. Hasil dari analisis yang diperoleh masing-masing kriteria investasi tersebut sesuai dengan nilai indikator yang ditetapkan sehingga usaha penggemukan kambing dan domba layak untuk dijalankan. Sedangkan pada penelitian Widodo (2010) yang hanya memiliki produk berupa domba, pada aspek finansial hasil analisis ini menyatakan bahwa aspek finansial yang meliputi NPV, IRR, Net B/C, PP dan BEP, usaha penggemukan domba Agrifarm ini layak untuk dilaksanakan. Hal ini dapat dilihat dari analisis finansial yang menunjukkan NPV lebih besar dari nol yaitu Rp 31,615,070 IRR sebesar 43 persen, dimana lebih besar dari discount rate sebesar 6.5 persen. Nilai Net B/C lebih besar dari satu, yaitu Payback Period (PP) yang diperoleh adalah sebesar 3.3 tahun atau sama dengan 3 tahun 4 bulan dimana masih lebih kecil dari umur proyek serta nilai break even point (BEP) usaha Penggemukan Domba Agrifarm ini adalah sebanyak 532 ekor. Beberapa penelitian analisis kelayakan usaha, para peneliti melakukan analisis nilai pengganti (switching value), analisis ini dilakukan untuk menguji kepekaan setiap perubahan kenaikan harga input dan penurunan output (penjualan). Fitrial (2009) melalui pendekatan nilai analisis switching value menunjukan usaha tersebut dapat mentolerir kenaikan harga input mencapai 5.34 persen dan penurunan kuantitas penjualan output sebesar 4.79 persen. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Widodo (2010) mengenai analisis kelayakan usaha penggemukan domba pada Agrifarm di Desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan analisis switching value, penurunan volume penjualan ternak Agrifarm lebih berpengaruh dibandingkan dengan peningkatan biaya operasional. Batas penurunan volume penjualan ternak Agrifarm agar usaha ini tetap layak dilaksanakan adalah sebesar 3.69 persen, sedangkan batas peningkatan biaya operasional adalah sebesar 6.98 persen. Penelitian terdahulu yang dikaji memiliki manfaat yang dapat diambil antara lain adalah penggunaan metode, lokasi penelitian yang digunakan oleh peneliti sebelumnya. Adapun penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian terdahulu. Persamaan penelitian ini dengan penelititan terdahulu adalah objek penelitian yang sama yaitu domba dan metode yang digunakan serta analisis kelayakan usaha yaitu NPV (Net Present Value), Net B-C Ratio, IRR ( Internal Rate of Return), Payback Period dan Switching Value yang diteliti oleh Eliser (2000), Rahmat (2008), Yulida (2008), Fitrial (2009) dan Widodo (2010). Sedangkan perbedaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian yang akan dilakukan membahas investasi baru yang akan dijalankan oleh perusahaan sehingga data yang digunakan berdasarkan berupa data estimasi berdasarkan historical data perusahaan.

30 13 KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini, berasal dari penelusuran teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian. Adapun kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini, akan dijelaskan pada sub bab berikut. Teori Investasi Penilaian investasi dalam studi kelayakan Usaha bertujuan untuk menghindari terjadinya keterlanjutan investasi yang tidak menguntungkan karena bisnis yang tidak layak. Kekeliruan dan kesalahan dalam menilai investasi akan menyebabkan kerugian dan risiko yang besar. Penilaian investasi memiliki konsekuensi dalam jangka panjang, pada umumnya dalam jumlah yang besar, dan komitmen yang sulit untuk diubah. Gittinger (1986) mengungkapkan bahwa kegiatan investasi yang mengubah sumber-sumber finansial menjadi barangbarang kapital yang dapat menghasilkan keuntungan-keuntungan atau manfaatmanfaat setelah beberapa periode waktu. Secara umum, bisnis merupakan kegiatan yang mengeluarkan biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil atau benefit dan secara logika merupakan wadah untuk melakukan kegiatankegiatan perencanaan, pembiayaan, dan pelaksanaan dalam satu unit bisnis. Gray et al (1992) mendefinisikan suatu kegiatan investasi sebagai kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber-sumber untuk mendapatkan benefit. Sumber-sumber yang dapat dipergunakan dalam pelaksanaan bisnis dapat berbentuk barangbarang modal, tanah, bahan-bahan setengah jadi, tenaga kerja dan waktu. Sedangkan benefit dapat berbentuk tingkat konsumsi yang lebih besar, penambahan kesempatan kerja, perbaikan tingkat pendidikan atau kesehatan, dan perubahan/perbaikan suatu sistem atau struktur. Tingkat Bunga Riil, r Gambar 1. Kurva fungsi investasi Investasi, I Mankiw (2007), menyatakan bahwa investasi bergantung pada tingkat bunga. Penurunan tingkat bunga riil akan mengurangi biaya modal. Karena itu, hal ini menunjukkan hal ini meningkatkan jumlah laba dari kepemilikan modal dan meningkatkan insentif untuk mengakumulasi lebih banyak modal. Demikian

31 14 pula, kenaikan tingkat bunga riil akan meningkatkan biaya modal dan menyebabkan perusahaan menurunkan investasi. Karena itu, kurva investasi yang mengaitkan investasi dengan tingkat bunga akan miring ke bawah. Adapun kurva fungsi investasi dapat ditunjukkan pada Gambar 1. Pada Gambar 1, menunjukkan bahwa investasi tetap bisnis naik ketika tingkat bunga turun. Hal tersebut dikarenakan tingkat bunga yang lebih rendah menurunkan biaya modal dan karena itu memiliki modal menjadi lebih menguntungkan. Kenyataan yang dihadapi oleh pemilik modal adalah sumberdaya semakin langka, suatu kegiatan investasi dapat memberikan manfaat yang berbeda dari berbagai alternatif bisnis yang ada, sehingga pemilik modal perlu mengetahui secara pasti tingkat manfaat (benefit) yang dicapai dalam suatu bisnis, dapat memilih alternatif bisnis yang paling menguntungkan, dapat menentukan prioritas investasi dari berbagai alternatif yang ada, dapat mengurangi pemborosan sumberdaya. Oleh karena itu, diperlukan studi kelayakan bisnis yang dapat menunjukkan apakah bisnis yang direncanakan atau sudah dilakukan layak untuk dilaksanakan atau dipertahankan. Studi Kelayakan Bisnis Bisnis merupakan suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil dan secara logika merupakan wadah untuk melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan, pembiayaan dan pelaksanaan dalam suatu unit. Rangkaian dasar dalam perencanaan dan pelaksanaan bisnis adalah siklus bisnis yang terdiri dari tahap-tahap identifikasi, persiapan dan analisis penilaian, pelaksanaan dan evaluasi (Gitingger, 1986). Studi kelayakan bisnis merupakan penelaahan atau analisis tentang apakah suatu kegiatan investasi memberikan manfaat atau hasil bila dilaksanakan (Nurmalina et al, 2009). Selain itu studi kelayakan bisnis dapat diartikan sebagai penelitian tentang dapat tidaknya suatu bisnis (biasanya merupakan bisnis investasi) dilaksanakan dengan berhasil (Jumingan, 2009). Pengertian keberhasilan bagi pihak yang berorientasi profit dan non profit bisa berbeda. Bagi pihak yang berorientasi profit semata, biasanya mengartikan keberhasilan suatu bisnis dalam artian yang lebih terbatas dibandingkan dengan pihak non profit, yaitu diukur dengan keberhasilan proyek tersebut dalam menghasilkan profit. Sedangkan pihak non profit (misalnya pemerintah), pengertian berhasil bisa berupa seberapa besar penyerapan tenaga kerja, pemafaatan sumber daya yang melimpah di tempat tersebut, dan faktor-faktor lain yang dipertimbangkan terutama manfaatnya bagi masyarakat luas. Menurut Suliyanto (2010), studi kelayakan bisnis merupakan penelitian yang bertujuan untuk memutuskan apakah sebuah ide bisnis layak untuk dilaksanakan atau tidak. Sebuah ide bisnis dinyatakan layak untuk dilaksanakan jika ide teresbut dapat mendatangkan manfaat yang lebih besar bagi semua pihak (stakeholder) dibandingkan dampak negatif yang ditimbulkan. Sedangkan Subagyo (2007) menyatakan bahwa studi kelayakan adalah penelitian yang mendalam terhadap suatu bisnis tentang layak atau tidaknya bisnis tersebut untuk dilaksanakan. Stusi kelayakan bisnis adalah penelitian yang menyangkut berbagai aspek, baik itu dari aspek pasar dan pemasaran, teknis dan teknologi, manajemen dan hukum, sosial, ekonomi dan budaya, lingkungan, maupun aspek keuangan.

32 15 Aspek-Aspek Kelayakan Bisnis Dalam menentukan layak atau tidaknya suatu usaha dapat dilihat dari berbagai aspek. Setiap aspek untuk bisa dikatakan layak harus memiliki suatu standar nilai tertentu, namun keputusan penilaian tidak hanya dilakukan pada satu aspek saja. Penilaian untuk menentukan kelayakan harus didasarkan kepada seluruh aspek yang akan dinilai nantinya. Menurut Kasmir dan Jakfar (2003) ukuran kelayakan masing-masing jenis usaha sangat berbeda misalnya antara jasa dan non jasa, seperti pendirian hotel dengan usaha pembukaan perkebunan kelapa sawit. Akan tetapi, aspek-aspek yang digunakan untuk menyatakan layak atau tidaknya adalah sama sekalipun bidang usahanya berbeda. Aspek-aspek yang dinilai dalam studi kelayakan bisnis meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya, aspek lingkungan dan aspek keuangan. Aspek Pasar Menurut Kasmir dan Jakfar (2003), pasar secara sederhana diartikan sebagai tempat bertemunya para penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi. Namun dalam praktiknya pengertian pasar dapat lebih luas lagi. Artinya pembeli dan penjual tidak harus bertemu di suatu tempat untuk melakukan transaksi, tetapi cukup melalui sarana elektronik seperti telepon, faksmili atau melalui internet. Sedangkan pemasaran adalah upaya untuk menciptakan dan menjual produk kepada berbagai pihak dengan maksud tertentu. Pemasaran berusaha menciptakan produk dan mempertukarkan produk baik barang maupun jasa kepada konsumen di pasar. Husnan dan Muhammad (2000), menyatakan bahwa peranan analisa aspek pasar dalam pendirian maupun perluasan usaha pada studi kelayakan bisnis merupakan variabel pertama dan utama untuk mendapat perhatian, aspek pasar dan pemasaran. Menurut Nurmalina et al (2009), aspek pasar dan pemasaran mempelajari mengenai: (1) permintaan, baik secara total ataupun diperinci menurut daerah, jenis konsumen, perusahaan besar pemakai, sehingga diperlukan proyeksi permintaan. (2) Penawaran, baik yang berasal dari dalam negeri, maupun dari luar negeri (impor), dan bagaimana perkembangan di masa lalu dan bagaimana perkiraan di masa yang akan datang. Faktor-faktor tersebut mempengaruhi penawaran, seperti jenis barang yang bisa menyaingi, dan perlindungan dari pemerintah. (3) Harga, dilakukan perbandingan dengan barangbarang impor, produksi dalam negeri lainnya. (4) Program pemasaran, mencakup strategi pemasaran yang akan dipergunakan bauran pemasaran (marketing mix). Bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan pemasarannya dalam sasaran. Alat bauran pemasaran diklasifikasikan menjadi empat unsur yang dikenal dengan empat P yaitu produk (Product), harga (price), tempat (place), dan promosi (promotion) (Kotler 1997). Aspek Teknis Nurmalina et al (2009), mengatakan bahwa aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenan dengan proses pembangunan bisnis secara teknis dan pengoperasiannya setelah bisnis tersebut selesai dibangun. Berdasarkan analisa ini dapat diketahui rancangan awal penaksiran biaya investasi termasuk biaya eksploitasinya.

33 16 Hal yang perlu dianalisis pada aspek teknis adalah penentuan lokasi bisnis, skala produksi yang optimal karena skala produksi yang terlalu besar akan menimbulkan pemborosan namun skala produksi yang terlalu kecil akan kehilangan peluang untuk mendapatkan keuntungan, pemilihan mesin dan peralatan, penentuan tata letak (layout) yang baik, dan pemilihan teknologi (Suliyanto, 2010). Analisis secara teknis berhubungan dengan bisnis (penyediaan) dan output (produksi) berupa barang-barang nyata dan jasa. Hal ini sangat penting, dan kerangka kerja bisnis harus dibuat secara jelas supaya analisis secara teknis dapat dilakukan dengan teliti (Gittinger 1986). Aspek-aspek lain dari analisa bisnis hanya akan dapat berjalan bila analisis secara teknis dapat dilakukan, walaupun asumsi-asumsi teknis dari suatu perencanaan bisnis mungkin sekali perlu direvisi sebagaimana aspek-aspek yang lain diteliti secara terperinci. Aspek Manajemen dan Hukum Aspek manajemen meliputi manajemen pembangunan dalam bisnis dan manajemen dalam operasi. Manajemen pembangunan bisnis adalah proses untuk merencanakan penyiapan sarana fisik dan peralatan lunak lainnya agar bisnis yang direncanakan tersebut bisa mulai beroperasi secara komersial tepat pada waktunya (Husnan dan Muhammad 2000). Aspek hukum menyangkut tentang bentuk badan usaha yang akan digunakan (dikaitkan dengan kekuatan hukum dan konsekuensinya), dan mempelajari jaminan-jaminan yang bisa disediakan bila akan menggunakan sumber dan berupa pinjaman, berbagai akta, sertifikat, dan izin. Disamping hal tersebut, aspek hukum dari suatu kegiatan bisnis diperlukan dalam hal mempermudah dan memperlancar kegiatan bisnis pada saat menjalin jaringan kerjasama (networking) dengan pihak lain (Nurmalina et al, 2009). Aspek Ekonomi dan Sosial Setiap usaha yang dijalankan, tentu akan memberikan dampak positif dan negatif. Dampak positif dan negatif ini akan dirasakan oleh berbagai pihak, baik bagi pengusaha itu sendiri, pemerintah, ataupun masyarakat luas. Menurut Kasmir dan Jakfar (2003) bagi masyarakat adanya investasi ditinjau dari aspek ekonomi adalah akan memberikan peluang untuk meningkatkan pendapatannya. Sedangkan bagi pemerintah dampak positif yang diperoleh adalah dari aspek ekonomi memberikan pemasukan berupa pendapatan baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Sebaliknya, dampak negatif tidak akan terlepas dari aspek ekonomi seperti eksplorasi sumber daya alam yang berlebihan, masuknya pekerja dari luar daerah sehingga mengurangi peluang bagi masyarakat sekitarnya. Dampak positif dari aspek sosial bagi masyarakat secara umum adalah tersedianya sarana dan prasarana yang dibutuhkan, seperti pembangunan jalan, jembatan, listrik, dan sarana lainnya. Kemudian bagi pemerintah dampak negatif dari aspek sosial adanya perubahan demografi di suatu wilayah, perubahan budaya, dan kesehatan masyaraka. Dampak negatif dalam aspek sosial termasuk terjadinya perubahan gaya hidup, budaya, adat istiadat dan struktur sosial lainnya. Oleh karena itu, diharapkan dari aspek ekonomi dan sosial, pada bisnis yang akan dijalankan memberikan dampak positif yang lebih banyak. Dengan kata lain, berdirinya suatu bisnis secara ekonomi dan sosial banyak memberikan manfaat dibandingkan kerugiannya.

34 17 Aspek Lingkungan Lingkungan di tempat bisnis yang akan atau sedang dijalankan harus dianalisis secara cermat. Hal ini disebabkan, lingkungan di satu sisi dapat menjai peluang dari bisnis yang akan dijalankan, namun di sisi lain lingkungan juga dapat menjadi ancaman bagi perkembangan bisnis. Keberadaan bisnis dapat berpengaruh terhadap lingkungan, baik lingkungan masyarakat maupun lingkungan ekologi tempat bisnis tersebut akan dijalankan. Suatu bisnis dapat menimbulkan berbagai aktivitas sehingga menimbulkan dampak bagi lingkungan di sekitar lokasi bisnis. Perubahan kehidupan masyarakat sebagai akibat dari adanya aktivitas bisnis dapat berupa semakin ramainya lokasi di sekitar lokasi bisnis, timbulnya kerawanan sosial, timbulnya penyakit masyarakat, juga perubahan gaya hidup sebagai akibat masuknya tenaga kerja dari luar daerah. Sedangkan dampak terhadap lingkungan ekonomi dapat berupa penyerapan tenaga kerja, peningkatan kesejahteraan masyarakat, atau bahkan tergusurnya bisnis yang selama ini telah berjalan di masyarakat. Sementara itu, dampak bagi lingkungan ekologi dapat berupa polusi, baik polusi udara, tanah, air, maupun suara (Suliyanto, 2010). Oleh karena itu, sebelum suatu usaha dijalankan maka sebaiknya dilakukan terlebih dahulu studi tentang dampak lingkungan yang akan timbul, baik sekarang maupun yang akan datang. Analisis mengenai dampak lingkungan hidup sudah merupakan bagian kegiatan studi kelayakan usaha dan kegiatan yang harus dijalankan. Hasil studi ini akan berguna untuk para perencana serta bagi pengambil keputusan. Aspek Finansial 1. Teori Biaya dan Manfaat Analisis finansial diawali dengan biaya dan manfaat dari suatu proyek. Analisis finansial bertujuan untuk membandingkan pengeluaran uang dengan revenue earning bisnis (Kadariah et al, 1999). Dalam analisis bisnis, penyusunan arus biaya dan arus manfaat sangat penting untuk mengukur besarnya nilai tambah yang diperoleh dengan adanya bisnis. Biaya merupakan pengeluaran atau pengorbanan yang dapat mengurangi manfaat yang akan diterima. Sedangkan manfaat merupakan hasil yang diharapkan akan berguna bagi individu, lembaga, ataupun masyarakat yang merupakan hasil dari suatu investasi. Biaya dan manfaat ini bisa merupakan biaya dan manfaat langsung ataupun biaya dan manfaat tidak langsung. Biaya dan manfaat langsung adalah biaya dan manfaat yang bisa dirasakan dan dapat diukur sebagai akibat langsung dan merupakan tujuan utama dari suatu bisnis, sedangkan biaya dan manfaat tidak langsung merupakan biaya dan manfaat yang dirasakan secara tidak langsung dan merupakan utama dan tujuan utama dari suatu bisnis. Biaya dan manfaat yang dimaksudkan kedalam analisis bisnis adalah biaya dan manfaat yang bersifat langsung. Biaya yang diperlukan untuk suatu bisnis terdiri dari biaya modal, biaya operasional dan biaya lainnya yang terlibat dalam pendanaan suatu bisnis. Biaya modal merupakan dana untuk investasi yang penggunaannya bersifat jangka panjang, dengan contoh tanah, bangunan dan perlengkapan, pabrik dan mesinmesin, biaya pendahuluan sebelum operasi, serta biaya-biaya lainnya dalam penelitian.

35 18 2. Laba Rugi Menurut Gittinger (1986) laporan laba rugi adalah suatu laporan keuangan yang meringkas penerimaan dan pengeluaran suatu perusahaan selama periode akuntansi yang menunjukkan hasil operasi perusahaan selama periode tersebut. Laba merupakan sejumlah nilai yang tersisa setelah dikurangkannya pengeluaranpengeluaran yang timbul di dalam memproduksi barang dan jasa dari penerimaan yang diperoleh dengan menjual barang dan jasa tersebut. Dengan kata lain, pendapatan (laba) merupakan selisih antara penerimaan dengan pengeluaran. Penerimaan netto timbul dari penjualan barang dan jasa yang dikurangi dengan potongan penjualan, barang yang dikembalikan dan pajak penjualan. Pengeluaran tunai untuk operasi mencakup seluruh pengeluaran tunai yang timbul untuk memproduksi output, diantaranya yaitu biaya tenaga kerja dan biaya bahan baku. Pengurangan biaya langsung untuk memproduksi suatu barang dengan total penerimaan bersih akan menghasilkan pendapatan bruto. Komponen lain dalam laporan laba rugi adalah adanya biaya penjualan, biaya umum dan biaya administrasi. Pengurangan komponen-komponen tersebut tersebut terhadap laba bruto akan menghasilkan laba operasi sebelum penyusutan. Penyusutan merupakan pengeluaran operasi bukan tunai yang merupakan proses alokasi biaya yang berasal dari harta tetap ke tiap periode operasi yang menyebabkan nilai harta tetap tersebut menjadi berkurang. Pengurangan penyusutan terhadap laba operasi sebelum penyusutan laba operasi sebelum penyusutan menghasilkan laba operasi sebelum bunga dan pajak. Komponen selanjutnya dalam laporan laba rugi adalah komponen pendapatan atau beban di luar operasi seperti bunga yang diterima, bunga yang dibayar, subsidi dan cukai. Penambahan pendapatan diluar operasi dan pengurangan beban diluar operasi akan menghasilkan laba sebelum pajak. Pengurangan pajak penghasilan terhadap pendapatan sebelum pajak akan menghasilkan laba bersih (net benefit). Hal inilah yang merupakan pengembalian kepada pemilik usaha yang tersedia baik untuk dibagikan ataupun untuk diinvestasikan kembali. 3. Analisis Kriteria Investasi Laporan rugi laba mencerminkan perbandingan pendapatan yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan perusahaan. Laporan rugi laba menunjukan hasil operasi perusahaan selama periode operasi. Menurut Husnan dan Muhammad (2000), bahwa dalam menganalisa suatu proyek investasi lebih relevan terhadap kas bukan terhadap laba, karena dengan kas seseorang bisa berinvestasi dan membayar kewajibannya, sehingga untuk mengetahui sejauh mana keadaan finansial perusahaan, perlu dilakukan analisis aliran kas (Cashflow). Analisis kriteria investasi merupakan analisis untuk mencari suatu ukuran menyeluruh tentang baik tidaknya suatu usaha yang telah dikembangkan. Setiap kriteria investasi menggunakan Present Value yang telah di-discount dari arusarus benefit dan biaya selama umur suatu usaha (Kadariah et al 1999). Penilaian investasi dalam suatu usaha dilakukan dengan memperbandingkan antara semua manfaat yang diperoleh akibat investasi dengan semua biaya yang dikeluarkan selama proses investasi dilaksanakan. Menurut Umar (2007) menganalisis aspek keuangan dari suatu studi kelayakan bisnis bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara

36 19 pengeluaran dan pendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan proyek untuk membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai apakah proyek akan dapat berkembang. Kriteria investasi yang digunakan yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Period (PP). a. Net Present Value (NPV) Menurut Suliyanto (2010) Net Present Value merupakan metode yang dilakukan dengan cara membandingkan nilai sekarang dan aliran kas masuk bersih (proceed) dengan nilai sekarang dari biaya pengeluaran suatu investasi (outlays). Jika hasil perhitungan NPV positif berarti investasi akan memberikan hasil yang lebih tinggi dibandingkan rate of return minimum yang diinginkan. Sebaliknya jika NPV negatif berarti investasi akan memberikan hasil yang lebih rendah dibandingkan rate of return minimum yang diiginkan, maka investasi pada usaha tersebut sebaiknya tidak dijalankan. Perhitungan NPV dilakukan untuk mengetahui keuntungan bersih yang diperoleh dari usaha MT Farm dan usaha ini layak jika nilai NPV yang diperoleh lebih besar dari nol. b. Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return merupakan metode untuk menghitung tingkat bunga yang dapat menyamakan antara present value dari semua aliran kas masuk dengan aliran kas keluar dari suatu investasi proyek (Suliyanto, 2010). Usaha dikatakan layak, jika nilai IRR yang diperoleh lebih besar atau sama dengan tingkat discount rate yang digunakan (IRR discount rate). c. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Net Benefit Cost Ratio merupakan rasio aktivitas dari jumlah nilai sekarang penerimaan bersih dengan nilai sekarang pengeluaran investasi selama umur investasi (Kasmir dan Jakfar, 2009). Menurut Umar (2007) menghitung Net Benefit Cost Ratio adalah dengan menghitung perbandingan antara nilai sekarang (present value) dari rencana penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan dating dengan nilai sekarang (present value) dari investasi yang akan dilaksanakan. Dengan kata lain dihitung dengan membandingkan antara PV kas masuk dengan PV kas keluar. d. Payback Period (PP) Payback Period adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas, dengan kata lain payback period merupakan initial cash investment dengan cash inflow nya yang hasilnya merupakan satuan waktu (Umar, 2007). Metode Payback Period ini cukup sederhana sehingga mempunyai kelemahan. Kelemahan utamanya yaitu metode ini tidak memperhatikan konsep nilai waktu dari uang di samping juga tidak memperhatikan aliran kas masuk setelah payback. Usaha ini dikatakan layak jika nilai PP kurang dari umur bisnis peternakan dombamitra Tani Farm (PP < umur usaha). Analisis Switching Value Gittinger (1986) menyatakan bahwa suatu variasi pada analisis sensitivitas adalah nilai pengganti (switching value). Analisis Switching Value merupakan metode yang digunakan untuk menganalisis nilai pengganti terhadap perubahanperubahan yang terjadi agar bisnis dapat memenuhi tingkat minimum diterimanya bisnis. Dengan kata lain, sampai berapa persen perubahan yang terjadi pada

37 20 variabel yang diduga bisa menyebabkan perubahan sehingga bisnis dikatakan masih dapat diterima. Perhitungan ini mengacu kepada berapa besar perubahan terjadi sampai dengan NPV sama dengan nol (NPV=0). Kerangka Pemikiran Operasional MT Farm merupakan salah satu perusahaan agribisnis berbasis peternakan bergerak di bidang penggemukan domba yang ada di Bogor. Usaha peternakan ini berdiri di atas lahan seluas 800 m 2 dengan kapasitas kandang 600 sampai dengan 800 ekor yang terletak di Jalan Manunggal 51 No. 39 RT. 04/05 Desa Tegalwaru, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Sejak tahun 2004 hingga saat ini MT Farm mampu menghasilkan ekor domba setiap bulan untuk memenuhi permintaan pasarnya. MT Farm dengan kapasitas yang ada saat ini belum mampu memenuhi permintaan pasarnya yang berasal dari lembaga-lembaga aqiqah dan restoran cepat saji yang semakin banyak tersebar di Jabodetabek, serta permintaan masyarakat akan hewan qurban yang terus meningkat terutama pada saat menjelang hari raya. Melihat kondisi pasar yang terus meningkat merupakan suatu peluang untuk mengembangkan usaha, hal ini dapat dilihat dari jumlah permintaan konsumennya yang sudah mencapai 538 ekor per bulan dan belum mampu dipenuhi oleh MT Farm atau masih terdapat peluang pasar sebesar ekor. Adanya peningkatan permintaan ini maka pihak pengelola MT Farm akan mengupayakan untuk memenuhi kebutuhan pasarnya serta meningkatkan pendapatan usahanya. Sebagai langkah konkrit dalam memenuhi permintaan pasarnya, MT Farm berencana melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan kapasitas produksinya. Analisis kelayakan dan potensi pengembangan usaha ternak domba mencakup kajian terhadap dan aspek finansial dan aspek non finansial yang terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum dan aspek lingkungan. Penentuan kelayakan aspek non finansial dari pengembangan usaha domba yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan membandingkan antara keadaan di lapang dengan teori-teori yang terkait melalui studi literatur. Sedangkan penentuan aspek finansial menggunakan kriteria investasi yaitu NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate of Return), Net B/C (Net Benefit Cost Ratio) dan PP (Payback Period). Untuk menghadapi peningkatan harga input dan penurunan kuantitas ouput yang selalu mengalami perubahan-perubahan maka diperlukan kewaspadaan terhadap usaha tersebut dengan menganalisis melalui analisis pengganti (Switching Value Analysis). Dengan analisis ini akan diketahui berapa besarnya batas perubahan tersebut sehingga membuat usaha tersebut tidak layak. Hasil penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang kelayakan finansial maupun non finansial dari pengembangan usaha domba yang diusahakan oleh MT Farm serta dapat membantu pengusaha dalam mengambil keputusan dalam menginvestasikan modalnya. Apabila kegiatan investasi tersebut berdasarkan analisis yang dilakukan layak untuk dijalankan, maka hasil penelitian ini akan direkomendasikan kepada MT Farm agar terus mengembangkan usahanya. Sebaliknya apabila hasil analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa kegiatan investasi pada usaha tersebut tidak layak maka di

38 21 analisis kembali aspek-aspek yang menyebabkan bisnis tidak layak. Adapun bagan kerangka pemikiran operasional penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut. Mitra Tani Farm MT Farm baru mampu memenuhi kebutuhan pasarnya sebanyak ekor domba per bulan Terdapat peningkatan permintaan menjadi 538 ekor per bulan MT Farm berencana melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan kapasitas produksi domba untuk memenuhi permintaan pasarnya Analisis Kelayakan Usaha Aspek Finansial: 1. NPV (Net Present Value) 2. B/C Ratio ( Net Benefit Cost Ratio) 3. IRR (Internal Rate of Return) 4. PP (Payback Period) 5. Analisis Switching Value Analisis Aspek Nonfinansial: 1. Aspek Pasar 2. Aspek Teknis 3. Aspek Manajemen dan Hukum 4. Aspek sosial, Ekonomi 5. Aspek Lingkungan Layak Tidak Layak Lanjutkan Pengembangan Gambar 2. Kerangka pemikiran operasional

39 22 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan MT Farm yang bertempat di Jalan Manunggal 51 No. 39 RT. 04/05 Desa Tegalwaru, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Pemilihan tempat dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa MT Farm sebagai peternakan yang bergerak di bidang penggemukan domba yang akan mengembangkan usahanya merupakan usaha yang memiliki prospek yang baik. Pengambilan data di lapangan dilaksanakan mulai bulan Februari Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak manajemen MT Farm. Data primer itu sendiri mencakup biaya-biaya yang dikeluarkan selama umur usaha baik biaya investasi maupun biaya operasional, serta penerimaan selama usaha berjalan. Data primer yang digunakan tersebut berupa historical data perusahaan. Data sekunder diperoleh dari studi literatur beberapa skripsi, internet dan buku-buku yang berkaitan dengan materi penelitian ini. Selain itu, data yang diperoleh juga berasal dari observasi di lapangan. Metode Analisis Data Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif berupa analisis deskriptif yang dilakukan untuk mendefinisikan mengenai gambaran sistem usaha dan aspek non finansial yang terdiri dari aspek pasar, teknis, manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, budaya, serta aspek lingkungan dari pengembangan usaha domba oleh MT Farm. Sedangkan analisis data secara kuantitatif digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan finansial berdasarkan kriteria NPV, IRR, Net B/C dan PP yang diolah menggunakan komputer program Microsoft Excel. Melalui switching value analysis, data yang ada dicoba untuk dirubah dengan melakukan perubahan kenaikan harga bakalan domba (bibit) dan penurunan mortalitas domba, sehingga dapat dilihat sejauh mana kemampuan usaha tersebut bertahan terhadap perubahan. Aspek Pasar Analisis Kelayakan Aspek Non Finansial Analisis aspek pasar dikaji dengan cara deskriptif untuk mengetahui berapa besar potensi pasar untuk masa yang akan datang. Untuk keperluan ini perlu diketahui tingkat permintaan pasar pada masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang, dan melihat keseluruhan potensi pasar yang dapat diserap oleh perusahaan MT Farm serta strategi pemasaran yang digunakan untuk mencapai market share yang telah diterapkan.

40 23 Aspek Teknis Dalam aspek teknis yang akan diteliti pada pengembangan usaha ternak domba MT Farm adalah mengenai lokasi usaha, luasan produksi dan layout usaha. Analisis ini dilakukan dengan mengidentifikasi aspek teknis tersebut secara langsung di lapangan kemudian dibandingkan dengan teori yang ada. Aspek Manajemen dan Hukum Dalam aspek manajemen akan dilihat mengenai pengelola usaha dan struktur organisasi. Sedangkan aspek hukum melihat kelengkapan dan keabsahan dokumen yang berkaitan dengan pengembangan usaha pada MT Farm, mulai dari bentuk badan usaha sampai dengan izin-izin yang dimiliki. Aspek Ekonomi dan Sosial Penelitian dalam aspek ekonomi pada pengembangan usaha oleh MT Farm ini adalah dengan melihat seberapa besar pengaruh yang ditimbulkan jika usaha tersebut dijalankan. Pengaruh tersebut terutama terhadap ekonomi seperti peningkatan pendapatan masyarakat yang bekerja di peternakan tersebut serta dampak sosialnya terhadap masyarakat seperti tersedianya sarana dan prasarana akibat adanya usaha tersebut. Aspek Lingkungan Aspek lingkungan yang diteliti pada pengembangan usaha domba oleh MT Farm ini adalah menganalisis seberapa dampak usaha tersebut terhadap lingkungan di sekitarnya, baik terhadap udara, air, dan udara yang berdampak terhadap kehidupan masyarakat di sekitarnya. Analisis Kelayakan Aspek Finansial Dalam melakukan analisis finansial diperlukan kriteria investasi sebagai indikator yang menyatakan apakah suatu usaha layak atau tidak untuk dijalankan. Kriteria kelayakan investasi yang digunakan antara lain Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Periode (PP). Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV) atau nilai kini manfaat bersih adalah selisih antara total present value manfaat dengan total present value biaya, atau jumlah present value dari manfaat bersih tambahan selama umur bisnis. Rumus umum yang digunakan dalam perhtungan NPV adalah sebagai berikut: Dimana: Bt = Manfaat pada tahun t Ct = Biaya pada tahun t n = Umur ekonomis usaha t = Tahun kegiatan bisnis i = Tingkat Discount Rate (%)

41 24 Dalam metode NPV, terdapat tiga penilaian kriteria investasi. Jika NPV suatu usaha sama dengan nol (NPV=0), artinya bisnis tersebut hanya mampu mengembalikan sebesar modal yang dikeluarkan, dengan kata lain bisnis tersebut tidak untung dan tidak rugi. Jika NPV lebih besar dari nol (NPV>0), artinya suatu bisnis dinyatakan menguntungkan dan memberikan manfaat dan dapat dikatakan layak untuk dilaksanakan. Jika NPV lebih kecil dari nol (NPV<0), artinya bisnis tersebut dinyatakan merugikan dan sebaiknya tidak dilaksanakan. Internal Rate Of Return (IRR) Internal Rate Of Return (IRR) adalah tingkat rata-rata keuntungan tahunan bagi perusahaan yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam satuan persen. Suatu bisnis dikatakan layak apabila nilai IRR lebih besar dari opportunity cost of capital (DR). Rumus untuk menghitung IRR adalah: Dimana: i 1 = discount rate yang menghasilkan NPV positif i 2 = discount rate yang menghasilkan NPV negatif NPV 1 = NPV yang bernilai positif NPV 2 = NPV yang bernilai negatif Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Net B/C ratio dalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Dengan kata lain, manfaat bersih yang menguntungkan bisnis yang dihasilkan terhadap setiap satuan kerugian bisnistersebut. Secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut: Dimana: Net B/C = Nilai Benefit Cost Ratio Bt = Manfaat pada tahun t C t = Biaya tahun t i = Discount rate (%) t = Tahun Dalam perhitungan Net B/C ratio, terdapat tiga penilaian kriteria investasi. Jika Net B/C sama dengan 1 (Net B/C = 1), maka bisnis tidak untung dan tidak rugi. Jika Net B/C lebih besar dari satu (Net B/C>1), maka bisnis menguntungkan. Jika Net B/C lebih kecil dari satu (Net B/C<1), maka bisnis tersebut rugi. Payback Periode (PP) Payback Periode merupakan jangka waktu kembalinya seluruh jumlah investasi yang ditanamkan dalam satuan waktu. Semakin cepat waktu pengembalian, maka semakin baik bisnis tersebut untuk diusahakan. Akan tetapi

42 25 metode ini memiliki kelemahan yaitu diabaikannya nilai waktu uang (time value of money) dan diabaikannya cashflow setelah periode payback. Rumus yang digunakan untuk menghitung pengembalian investasi adalah: Dimana: I = Besarnya biaya investasi yang diperlukan Ab = Manfaat bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya Analisis Switching Value Analisis Switching Value digunakan untuk melihat pengaruh perubahan dalam bisnis seperti kenaikan atau penurunan biaya, kenaikan atau penurunan harga jual produk, atau perubahan keadaan lain terhadap kelayakan suatu bisnis. Hal tersebut merupakan suatu cara untuk menghadapi ketidakpastian yang dapat saja terjadi pada keadaan yang telah diperkirakan. Oleh karena itu, perlu dilakukan Switching Value untuk menguji usaha tersebut pada perubahanperubahan agar diketahui batas kekuatan usaha tersebut pada perubahan yang terjadi. Analisis Switching Value dilakukan untuk mengetahui adanya perubahanperubahan yang terjadi pada tingkat penerimaan dan biaya yang akan mempengaruhi kondisi usaha tersebut. Analisis Switching Value dilakukan terhadap penurunan mortalitas domba dan peningkatan harga bakalan domba. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah Perusahaan MT Farm merupakan sebuah perusahaan agribisnis yang bergerak dalam bidang peternakan domba. Perusahaan ini didirikan oleh alumni-alumni Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, yaitu Budi Susilo Setiawan, S.Pt, M. Afnan Wasom, S.Pt, Bahrudin, S.Pt, dan Amrul Lubis, S.Pt pada bulan September Sebelum mendirikan perusahaan yang bergerak di bidang peternakan domba ini, semasa kuliah mereka telah menjalankan usaha sebagai supplier domba, tetapi usaha tersebut hanya dijalankan saat hari raya qurban. Hal ini disebabkan belum adanya investor yang mau menginvestasikan modalnya ke dalam usaha tersebut, sehingga saat itu modal yang mereka dapatkan cukup kecil yaitu hanya berasal dari Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Melihat prospek yang cukup menjanjikan dari usaha peternakan kambing dan domba tersebut, akhirnya setelah menyelesaikan perkuliahan, mereka bersama-sama mendirikan kelompok usaha yang diberi nama MT Farm tersebut. Pada awal berdirinya MT Farm mendapatkan modal usaha dari seorang investor yaitu Drs. Muhtadi sebesar Rp 100,000,000 dengan persentase bagi hasil sebesar 30 persen untuk investor dan 70 persen untuk MT Farm. Modal tersebut kemudian digunakan untuk pembuatan kandang ternak dan kantor, pembelian ternak, serta pembelian sarana dan prasarana penunjang lainnya seperti komputer, peralatan kantor, serta peralatan kandang.

43 26 Pengembangan usaha lain berupa katering aqiqah bernama Salamah Aqiqah, rumah kambing, dan setiap menjelang hari raya qurban mengadakan tabungan qurban. MT Farm memiliki tingkat perkembangan yang sangat cepat terbukti selama dua tahun sudah dapat memegang wilayah penjualan yang cukup luas yaitu Jabodetabek, Bandung, dan Solo. Visi dan Misi Perusahaan MT Farm sebagai perusahaan yang prospektif dibidang penggemukan domba dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan asal ternak khusus ternak domba, seperti perusahaan lain MT Farm juga memiliki visi dan misi. Visi MT Farm adalah sebagai pusat penjualan ternak domba di Jabodetabek sedangkan misinya adalah sebagai penyedia ternak domba yang murah, sehat dan berkualitas. Visi dan misi ini diwujudkan dalam rangka menuju mitra tani sejahtera yang menjadi slogan dan sekaligus cita-cita mulia dari MT Farm. Lokasi Perusahaan MT Farm mempunyai kantor dan kandang pada tempat yang sama yaitu terletak di Jalan Baru Manunggal 51 No. 39 RT 04/RW 05 Desa Tegalwaru Ciampea, Bogor. Luas lahan yang dimiliki perusahaan untuk kantor dan kandang 800 m 2 sedangkan luas lahan yang digunakan untuk menanam rumput gajah sebagai makanan ternak adalah seluas ± 5 ha dengan lokasi yang terpisah-pisah tetapi masih berdekatan dengan lokasi kantor dan kandang. Kantor digunakan sebagai pusat kegiatan untuk mengelola administrasi perusahaan dan tempat menyimpan dokumen-dokumen penting perusahaan. Selain itu, juga digunakan sebagai tempat tinggal dari tiga orang managernya, yaitu manager pemasaran, produksi, serta keuangan. Lahan yang digunakan untuk kandang ini cukup luas, karena diperlukan untuk kegiatan bongkar muat ternak baik yang dipasok maupun yang akan dikirim, sehingga dibutuhkan tempat untuk masuk truk maupun parkir dari kendaraan operasional perusahaan. Fasilitas Usaha Perusahaan memiliki fasilitas usaha terutama dalam pelaksanaan proses produksi, pemasaran dan kegiatan administrasi perusahaan. Fasilitas usaha yang digunakan selain kandang, kantor dan kebun rumput, MT Farm juga memiliki tempat pemotongan hewan ternak, tempat pembuatan pupuk bokasi, peralatan dan perlengkapan lainnya yang mendukung berjalannya usaha. Peralatan dan perlengkapan yang digunakan oleh perusahaan dalam menjalankan usahanya anatara lain adalah dua unit mobil pick-up, dua unit sepeda motor, satu unit komputer dan printer, freezer, pesawat telepon, serta peralatan kandang seperti sprayer, timbangan, sabit, dan sebagainya. Kendaraan operasional digunakan dalam pemasaran dan distribusi. Komputer dan printer berfungsi sebagai alat bantu dalam melakukan kegiatan administrasi perusahaan. Freezer digunakan untuk menyimpan sementara daging ternak yang telah dipotong tetapi belum diantarkan kepada konsumen.

44 27 Kegiatan Usaha MT Farm merupakan perusahaan subsektor peternakan yang bergerak dalam bidang penggemukan domba. Penggemukan yang dimaksudkan disini adalah ternak diberikan perlakuan khusus, dikandangkan secara intensif, dan diberi makan sampai periode tertentu dan kemudian dijual. Input yang digunakan pada unit usaha pembibitan MT Farm antara lain bakalan domba yang sehat dan berkualitas, pakan hijauan, pakan konsentrat, ampas tahu, serta obat-obatan dan vitaminnya. Usaha pembibitan ini mendapatkan bibit khusus yang berkualitas yang berasal dari Jawa Tengah, Bandung dan Garut. Ketiga daerah tersebut memiliki bibit yang berkualitas. Selain bibit, pakan juga merupakan hal utama yang menentukan keberhasilan usaha peternakan. Pakan yang dibutuhkan oleh ternak berupa hijauan, konsentrat dan ampas tahu. Hijauan didapat dari lahan sendiri yang dimiliki MT Farm maupun lahan yang disewa. Sementara pakan konsentrat didapatkan dari Bandung. Konsentrat di MT Farm merupakan campuran dari bungkil kopra, dedak, jagung, dan pollard. Ampas tahu sendiri didapatkan dari daerah sekitar Tegalwaru yaitu daerah Leuweung Kolot. Obat-obatan dan vitamin domba didatangkan dari perusahaan obat-obatan ternak di Jakarta dan Bandung seperti Kalbe Farma, PT. Tekad Mandiri Citra (TMC) dan PT. Medion. Konsumen peternakan MT Farm sebagian besar adalah lembagalembaga aqiqah yang tersebar di daerah Jabodetabek, pedagang pasar, dan juga konsumen individu yang datang langsung ke peternakan MT Farm. Peternakan domba seperti MT Farm tentunya menghasilkan limbah berupa kotoran ternak, kotoran ternak yang dihasilkan dimanfaatkan sebagai pupuk kandang pada lahan rumput yang dimiliki MT Farm, jika pupuk kandang masih berlebih maka akan dijual kepada petani-petani sekitar yang membutuhkan. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL Aspek Pasar dan Pemasaran Analisis aspek pasar memegang peranan yang sangat penting karena sumber pendapatan utama dari perusahaan berasal dari penjualan produk yang dihasilkan. Analisis aspek pasar menganalisis jenis produk yang di produksi, banyaknya permintaan produk oleh konsumen, menganalisis banyaknya penawaran produk oleh pesaing, serta menganalisis cara atau strategi agar produk yang dihasilkan dapat diterima oleh konsumen dengan lebih efisien dibandingkan oleh pesaing. Sedangkan analisis aspek pemasaran menganalisis cara atau strategi agar produk yang dihasilkan dapat sampai ke konsumen dengan lebih efisien dibandingkan pesaing. Bentuk Pasar Bentuk pasar untuk usaha penggemukan domba adalah pasar oligopoli. Hal ini terlihat hanya ada beberapa usaha penggemukan domba sebagai produsen yang menguasai pangsa pasar yang ada. Khusus di daerah Bogor, usaha yang bergerak di bidang peternakan domba tercatat ada lima peternakan besar, baik yang bersifat pembibitan maupun penggemukan. Kelima peternakan besar itu adalah

45 28 Peternakan Domba Tawakkal di Cimande, PT Caprito A.P di Carui, Duafa Farm di Pasir Buncir, drg. Jajang S. di Pekansari dan Budi Susilo di Tegalwaru. Peternakan domba ini masing-masing memiliki populasi berkisar ekor dengan populasi terbesar dimiliki oleh Peternakan Domba Tawakkal yaitu 1200 ekor. Ciri lain yang menunjukkan bahwa struktur pasar yang terbentuk struktur pasar oligopoli adalah dapat dilihat dari produk yang diperjualbelikan homogen. Produk yang dimaksud tentunya adalah ternak domba. Masing-masing peternakan yang ada yang bergerak di bidang penggemukan domba menawarkan jenis produk yang sama dengan menonjolkan kualitas yang dimiliki oleh masing-masing peternakan tersebut. MT Farm misalnya, menonjolkan ternaknya yang sehat dan berkualitas, dan begitu juga peternakan yang lainnya. Harga jual yang terbentuk ditentukan oleh produsen. Adanya hambatan yang relatif kuat dalam memasuki pasar yang ada. Hal ini disebabkan oleh potensi pasar yang ada telah dikuasai oleh peternakan domba yang disebutkan di atas. Permintaan dan Penawaran Ternak domba merupakan ternak yang memiliki fungsi sosial dan keagamaan. Ketersediaan pasar untuk ternak jenis ini selalu ada, baik dalam negeri maupun luar negeri semakin terbuka lebar. Secara umum kenyataan ini didorong oleh beberapa faktor yaitu adanya peningkatan jumlah penduduk, peningkatan pendapatan dan kesadaran masyarakat akan gizi, dan penduduk Indonesia yang mayoritas memeluk agama Islam. Direktorat Jenderal Peternakan (2009) menyatakan bahwa permintaan domba setiap tahun mengalami kenaikan sebesar dan permintaan tersebut masih kewalahan untuk dipenuhi oleh peternak yang ada di Jawa Barat dikarenakan kapasitas produksi yang masih rendah. Permintaan domba ternyata tidak hanya berasal dari pasar lokal saja tetapi juga berasal dari pasar luar negeri, khususnya dari Timur Tengah. Hal ini merupakan peluang bagi MT Farm dalam jangka panjang. Jika dalam perjalanan usahanya MT Farm mampu bersaing dan mengembangkan skala bisnisnya, MT Farm dapat mengambil peran untuk memenuhi kebutuhan daging di pasar internasional. Sementara itu, produsen yang menawarkan ternak domba tidak sebanding dengan tingkat permintaan yang ada. Kenyataan ini dapat dilihat dari rendahnya tingkat pertumbuhan populasi yang tidak sebanding dengan tingkat permintaan akan ternak domba tersebut. Adanya permintaan daging domba yang cukup besar baik untuk kebutuhan domestik maupun luar negeri tersebut membuka peluang bagi MT Farm sebagai salah satu usaha untuk menyediakan kebutuhan daging domba. Strategi Pemasaran Strategi pemasaran yang dilakukan oleh MT Farm berupa peningkatan kerjasama, peningkatan kualitas ternak dan peningkatan layanan kepada konsumen serta dalam penetapan harga jual ternak berdasarkan kondisi dan konsumen. Strategi Produk Produk adalah sesuatu yang ditawarkan agar dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan konsumen. Produk yang dimaksud adalah ternak domba yang telah digemukkan. MT Farm selalu berusaha meningkatkan kualitas ternaknya melalui

46 29 penanganan di proses penggemukan dan pemeliharaan. Penanganan yang dimaksud adalah pembelian pakan secara teratur, pemberian vitamin serta menjaga kebersihan ternak dan kandang. Strategi Harga Strategi harga dari MT Farm berupa penetapan harga jual ternak domba berdasarkan kondisi dan konsumen. Kondisi yang dimaksud jika ada pembeli yang menawar ternak yang belum mendapatkan penanganan apapun dari MT Farm maka ternak tersebut akan dijual langsung oleh MT Farm walaupun keuntungan yang didapatkan lebih rendah dibandingkan ternak domba yang sudah mendapatkan penanganan, atau dengan kata lain ternak yang belum dibiayai pun sudah menguntungkan. Sedangkan berdasarkan konsumen yang dimaksud adalah penentuan harga jual tergantung pada jenis konsumen, seperti lembaga aqiqah, dan konsumen perorangan mendapatkan harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan konsumen pedagang atau tukang jagal. Hal tersebut dilakukan karena pedagang atau tukang jagal akan memasarkan kembali produknya dipasaran sehingga masing-masing pihak mendapatkan keuntungan. Harga yang diberikan kepada konsumen untuk satu kilogram bobot hidup domba adalah kurang lebih sebesar Rp 37,500 dan biasanya pada hari-hari tertentu seperti hari raya Idul Adha permintaan terhadap hewan qurban meningkat tajam, bahkan melebihi dari jumlah domba yang dipelihara. Harga biasanya meningkat dari harga yang telah ditentukan. Strategi Distribusi Dalam pendistribusian ternak kepada pelanggan, MT Farm menyediakan fasilitas delivery service secara cuma-cuma untuk wilayah Bogor. Sedangkan untuk wilayah di luar Bogor akan dikenakan biaya, tergantung pada jumlah ternak yang dibeli dan jarak tempuh. Daftar konsumen MT Farm dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Daftar Konsumen MT Farma No. Nama Konsumen Alamat Telp 1 Sahabat Aqiqah, CV 2 Sari Rasa Group (Sate Khas Senayan) 3 Era Aqiqah 4 Interact Solusi Komunika, CV (Habib Aqiqah) 5 Fadhilah Aqiqah 6 Kambing Aqiqah Jl. Teuku Umar Raya No. 32, Karawaci - Tangerang Cabang Cinere, Kasablanka, Kebon Sirih Jl Pulo Gadel no 27 (Depan Kec Makasar), Kel Pinang Ranti, Kec Makasar - Jakarta Timur Jl. Kelurahan Blok B 41 - Pinang, Tangerang - Banten Jl. Lele Kayu Tinggi No.51, Cakung Timur, Jakarta Timur Jl. Karadenan-Sukahati (Tikungan Salam) Cibinong, Bogor / Kebutuhan per bulan (Ekor) 20 Wilayah Penyebaran Tangerang, Depok, JakSel, Bekasi, JakTim, Bogor, JakBar Jakarta / / / Depok, JakSel, JakTim 20 Jabodetabek 40 Jabodetabek 25 Jabodetabek

47 30 Tabel 8. (Lanjutan) No. Nama Konsumen Alamat Telp 7 Aqiqah Saung Domba 8 Al-Mizan Aqiqah 9 Cahaya Aqiqah 10 Amanah Aqiqah 11 Syukur Aqiqah 12 Aqiqah Center 13 El Barkah 14 Daffa farm 15 Shofiyyah Aqiqah 16 ZamZam Aqiqah 17 Missi Aqiqah 18 Assalam Aqiqah 19 Aqiqah Alhidayah 20 Kandang Aqiqah 21 Widji Farm 22 Bina Aqiqah An' am Mandiri Indonesia, PT H. Imron RosadiI Meat Fresh, PD Jl. Margonda Raya, Gg. Pepaya No. 32,Rt. 01, Rw. 007, Depok Jl. Kampung Jati no.49, Kel. Jati, Pulogadung, Jakarta Timur Jl. Bendungan Melayu RT.06 / 01 No 42B Jl. Mesjid Al-Anfal No. 85, Kel. Tugu Selatan, Kec. Koja, Jakarta Utara Jl. Pondok Ungu Permai, Sektor V Blok B4 No. 11, Bekasi Jl. Bunga Dalam 2 No.14 RT 02/09, Kelurahan Palmeriam - Kecamatan Matraman, Jakarta Timur Jl. Lanji No.411 Rt 010/06 Papanggo Jakarta Utara Jl Anggrek No 24 Tomang, Jakarta Jl. Kayu Tinggi Gg. Perdana 1 no: 10 RT. 08 RW. 12, Kel. Cakung Timur Kec. Cakung, Jakarta Timur. Jl. Raya Cinere No. 107 Cinere - Depok Jl. Raya Citayam, gang ceplik rt6/5 no 71 kel. Pondok Jaya, depok 16431, Jawa Barat Jl. Peruk kota legenda, Bekasi Timur 17310, Jawa Barat Jl. Jambu 1. No.45, Depok 13425, Jawa Barat Jl. Alif Rt 03/02 Kelurahan pasir putih kecamatan sawangan, Depok, Jawa Barat Jl. Komplek perumahan BPN/DDN Tonjong Tajurhalang, Bogor, Jawa Barat Jl. kavling depkes rt01 rw.17 kel /kec pancoran mas, depok 16436, Jawa Barat Ciganjur, Jakarta Selatan 12630, Jakarta Jl. Pasar Tebet Barat Jl. Tebet Barat Dalam Raya, Jakarta Selatan 12850, Jakarta a Data Primer Peternakan MT Farm (2012) / / / Kebutuhan per bulan (Ekor) Wilayah Penyebaran 8 Jabodetabek 5 Jabodetabek Jabodetabek / / Jabodetabek 5 Jabodetabek Jabodetabek / Jabodetabek Jabodetabek Jabodetabek Jabodetabek Jabodetabek Jabodetabek Jabodetabek Jabodetabek Jabodetabek / Jabodetabek Jabodetabek Jabodetabek JUMLAH 538

48 31 Strategi Promosi Sasaran pasar MT Farm adalah lembaga-lembaga aqiqah, restoran cepat saji, pedagang atau tukang jagal serta konsumen individu. Strategi promosi yang dilakukan saat ini berupa iklan melalui media radio, internet, brosur dan silaturrahmi kepada segmen-segmen pasar yang ada. Setelah dilaksanakan pengembangan, MT Farm berencana untuk meningkatkan strategi promosi kepada masyarakat berupa program kerjasama investasi retail dan investasi kavling, dengan mengajak masyarakat yang berkeinginan beternak domba melalui sistem pola kerjasama bagi hasil/margin dari hasil penjualan. Dari hasil analisis aspek pasar, dapat disimpulkan bahwa usaha penggemukan domba MT Farm layak untuk diusahakan karena permintaan akan daging domba di wilayah Jabodetabek masih sangat besar sementara produksi daging dari peternak belum mampu memenuhi kebutuhan yang besar tersebut. Dengan adanya pengembangan di MT Farm dapat mengurangi gap antara permintaan dan penawaran sehingga dapat memenuhi permintaan domba. Aspek Teknis Aspek teknis merupakan aspek penting dalam perencanaan bisnis, tanpa aspek teknis perusahaan akan mengalami kesulitan dalam melakukan pengembangan bisnis. Adapun aspek teknis dalam usaha MT Farm ini meliputi lokasi usaha, fasilitas kandang, peralatan pendukung, bakalan ternak, sistem penggemukan, pemberian pakan dan minum serta pencegahan penyakit. Lokasi Usaha Kondisi lokasi usaha milik peternakan MT Farm cukup baik jika ditinjau dari keadaan kontur tanah yang luas dan datar sehingga sangat layak untuk membangun kandang dan kantor, demikian halnya dengan ketersediaan air bersih yang berasal dari sumur bor sehingga tidak mengalami masalah kekeringan pada saat menghadapi musim kemarau. Daya dukung wilayah usaha MT Farm terkait dengan ketersediaan pakan alami bagi domba juga sangat baik, hal ini dapat dilihat dari lahan rumput untuk pakan telah tersedia. Selain hal tersebut, ketersediaan aliran listrik untuk mendukung kegiatan operasional peternakan MT Farm juga sudah baik, serta lokasi peternakan yang dimiliki berada di daerah yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah sekitarnya sehingga sirkulasi udara pada peternakan berjalan lancar. Hal lain yang juga tidak kalah pentingnya adalah ketersediaan lahan yang masih kosong disekitar peternakan MT Farm. Lahan kosong tersebut dapat dimanfaatkan untuk penambahan jumlah kandang atau dapat dimanfaatkan untuk penanaman pakan alami jika peternakan terus mengalami pengembangan. Lokasi usaha Peternakan Domba MT Farm baik tanpa pengembangan usaha maupun dengan pengembangan usaha dapat dilihat pada Gambar 3 dan Gambar 4.

49 32 Gambar 3. Lokasi kandang peternakan domba MT Farm Gambar 4. Rencana lokasi pengembangan usaha peternakan domba MT Farm Fasilitas Kandang Kandang merupakan salah satu kebutuhan utama di peternakan domba karena fungsinya yang sangat vital bagi pertumbuhan domba. Sistem pemeliharaan yang digunakan oleh MT Farm adalah pemeliharaan secara insentif, sehingga domba yang digemukkan akan terus menerus berada di dalam kandang, sehingga fasilitas kandang perlu mendapatkan perhatian lebih dari pengelola. Jenis kandang yang digunakan oleh MT Farm dalam menjalankan usahanya adalah kandang panggung. Berdasarkan hasil wawancara dengan Pak Amrul (salah satu pengelola MT Farm), beliau menjelaskan bahwa pertimbangan utama menggunakan kandang panggung, karena kotoran dan urine domba bisa langsung jatuh ke kolong kandang sehingga tidak mengotori lantai kandang dan mudah dibersihkan. Selain itu, kandang panggung juga memiliki sirkulasi udara yang baik sehingga kesegaran udara di peternakan terjaga dan domba menjadi lebih sehat. Kandang di MT Farm berjumlah 5 buah yang terdiri dari panggung A, B, C, D, dan E. Tiap kandangnya memiliki ukuran 15 x 8 m dengan ukuran tiap pen koloni yaitu 3 x 2 m dan ukuran untuk tiap pen individu yaitu 1,5 x 1 m. Tipe atap terbuat dari asbes, alas terbuat dari potongan bambu dan kayu. Pada baris pinggir terdiri dari 5 pen sebagai kandang pen koloni, baris pinggir kandang pen koloni tempat pakan terbuat dari kayu di sisi muka petak. Panjang tempat pakan ini

50 33 disesuaikan dengan panjang pen, tempat minum terbuat dari paralon yang diletakkan di sepanjang sisi luar kandangnya. Tiap pen dibatasi dengan kayu setinggi 98 cm. Hal ini bertujuan agar pejantan tidak dapat melompat berpindah dari petak satu ke pen lainnya. Jumlah domba tiap pen koloni 9 10 ekor domba. Baris tengah terdiri dari 9 pen sebagai kandang pen individu untuk pemisahan induk bunting dan melahirkan. Baris tengah pen memiliki ukuran 1,5 m x 1 m. Antara satu pen ke pen lain dibuat tempat pakan dengan ukuran 1,5 m x 1 m. Antara satu pen ke pen lain dibuat tempat pakan dengan ukuran 1 mx 0.37 m, tempat minum untuk kandang induk bunting berupa ember plastik biasa. Jarak tiap kandang pembibitan ini 1 m. kapasitas kandang mampu menampung ± 200 ekor domba. Gambar 5. Kandang panggung MT Farm MT Farm juga mempunyai tempat pemotongan ternak yang terletak di belakang kandang. Tempat pemotongan ini digunakan perusahaan untuk memotong ternak yang telah dipesan oleh konsumen dalam bentuk karkas. Selain itu, MT Farm memiliki tempat pembuatan pupuk bokasi yang berada di belakang kandang. Selain digunakan sebagai tempat pembuatan dan penyimpanan pupuk, tempat ini juga digunakan sebagai tempat penyimpanan kulit ternak yang sudah dipotong dan dikeringkan. Peralatan Pendukung Kegiatan harian yang dilakukan di peternakan MT Farm semakin berjalan lancar dengan dukungan peralatan pendukung yang memadai. Peralatan yang dimaksud adalah peralatan untuk memotong dan mengolah pakan seperti sabit yang tajam dan mesin pencacah rumput untuk menghasilkan pakan yang mudah untuk dikonsumsi oleh ternak. Alat pendukung lain yang digunakan untuk mengolah pakan seperti ember dan gayung untuk mempermudah proses pemberian pakan buatan seperti konsentrat atau complete feed. Selain alat-alat yang telah disebutkan, MT Farm juga memiliki alat pencampur pakan (mixer) yang berfungsi sebagai pengolah bahan pakan agar tercampur secara merata. Peralatan pendukung yang tidak kalah pentingnya adalah peralatan kebersihan. Peralatan kebersihan yang digunakan oleh MT Farm untuk membersihkan kandang antara lain sapu lidi yang berfungsi untuk menyapu atau mendorong kotoran dari kolong kandang, sekop untuk mengarahkan kotoran ke saluran pembuangan atau penampungan, selang untuk menyemprotkan air, dan

51 34 mesin steam yang berfungsi untuk mempercepat proses pembersihan kotoran sehingga waktu dan tenaga yang digunakan lebih efisien dan hasilnya lebih bersih. Peralatan kesehatan juga menjadi sangat penting untuk diperhatikan karena berfungsi untuk memberikan perlakuan kesehatan secara rutin, mengecek kesehatan domba, hingga sebagai alat pertolongan saat terjadi gannguan kesehatan pada domba. Peralatan kesehatan yang digunakan di MT Farm berupa jarum suntik (Spoit) yang berguna sebagai alat bantu untuk memberikan obat-obatan atau vitamin, baik pada saat domba sakit atau pada saat melakukan perawatan rutin. Selain spoit, peralatan kesehatan yang digunakan di MT Farm adalah alat untuk mencekokkan obat ke dalam mulut domba atau Drencher. Drencher berbentuk seperti spoit tetapi ukurannya lebih besar. Alat lain yang juga penting untuk sebuah peternakan adalah timbangan. MT Farm menggunakan dua jenis timbangan yaitu timbangan domba dan timbangan pakan. Timbangan domba berfungsi untuk mengetahui efektivitas pemberian pakan terhadap domba yang dilakukan secara berkala, sedangkan timbangan pakan berfungsi untuk menimbang pakan baik konsentrat maupun pakan alami, sehingga diharapkan jumlah pakan yang diberikan tidak kurang atau berlebih. Bakalan Ternak Kualitas bakalan menentukan keberhasilan usaha penggemukan domba. MT Farm menggunakan bakalan jantan untuk proses penggemukan karena kebutuhan pakan bakalan jantan lebih sedikit dibandingkan dengan bakalan betina. Selain itu, penambahan bobot bakalan jantan lebih tinggi dibandingkan bakalan betina, dan penggunaan bakalan jantan akan juga bertujuan untuk menjaga populasi bakalan betina yang produktif. Bakalan domba dapat diperoleh dari berbagai tempat pembibitan domba, baik dari peternakan rakyat maupun peternak komersial untuk pembelian bakalan dalam skala besar. Dalam memilih bakalan, MT Farm memiliki syarat bakalan domba yang akan digemukkan, adapun syaratnya adalah sebagai berikut : Berbadan sehat dan tidak cacat. Bulu halus, tidak kasar, dan tidak gimbal. Umur kurang dari satu tahun Gigi susu belum ada yang tanggal. Bobot berkisar kilogram. Bakalan domba yang baru datang dari peternakan asalnya diberikan perlakuan khusus pada saat tiba di MT Farm. Perlakuan khusus yang di maksud adalah sebagai berikut : a. Penimbangan Penimbangan dilakukan agar bobot awal bakalan sebelum digemukkan dapat diketahui. b. Pemberian tanda pengenal Untuk memudahkan identifikasi, tanda yang digunakan berupa kalung yang berupa rangkaian huruf dan angka. c. Pemberian minum dan pakan awal Setelah dilakukan dua proses sebelumnya, bakalan domba dimasukkan ke kandang dan diberikan pakan rumput untuk adaptasi awal dan diberikan air minum.

52 35 d. Pemberian vitamin dan obat-obatan Vitamin dan obat-obatan diberikan pada hari kedua berupa vitamin B kompleks, obat cacing, dan antibiotik dengan cara disuntikkan. Vitamin B kompleks disuntikkan di paha sebelah kanan dan antibiotik di paha sebelah kiri, sedangkan obat cacing diberikan melalui mulut (dicekok). e. Pencukuran bulu dan memandikan Tujuannya untuk menghindari munculnya penyakit, terutama jika bulu kotor dan gimbal. Sistem Penggemukan Tujuan utama proses penggemukan diantaranya adalah untuk memenuhi kebutuhan akan daging domba yang semakin tinggi di berbagai daerah, sedangkan secara prinsip adalah meningkatkan bobot secara optimal dengan menggunakan pakan semurah mungkin dan meminimalisasi gerak domba. Usaha penggemukan domba secara intensif dapat menghasilkan penambahan bobot sekitar 100 gram per hari atau kenaikan bobot domba dapat mencapai minimum 3 kilogram dalam jangka waktu satu bulan, bahkan beberapa jenis tertentu jika proses penggemukan dilakukan secara intensif dapat mencapai lebih dari 4 kilogram per bulan. Siklus penggemukan dapat ditentukan oleh peternak agar dapat menentukan waktu untuk memulai proses penggemukan hingga waktu panen. Sistem penggemukan yang dilakukan di MT Farm menggunakan penggemukan sistem insentif. Penggemukan sistem insentif yaitu domba dikandangkan dan tidak digembalakan. Pakan yang diberikan berupa konsentrat buatan pabrik tanpa pakan tambahan berupa pakan alami atau rumput. Penggunaan konsentrat sebagai pakan utama bertujuan agar penambahan bobot domba bisa dicapai secara optimal. Penggemukan domba dengan sistem insentif menggunakan kandang yang sesuai dengan kebutuhan domba dan perlengkapan kandang disesuaikan agar pengurus kandang dapat bekerja lebih efisien. Pemberian Pakan dan Minum Bakalan ternak diberi makan dua kali setiap harinya yaitu pagi dan sore. Pagi hari pukul WIB dan kemudian dilanjutkan sore pada pukul WIB. Pakan yang diberikan berupa konsentrat dengan dosis 1 kilogram per hari per ekor. Pada proses penggemukan ini pakan jenis hijauan tidak diberikan terhadap ternak karena kandungan protein yang dimiliki terlalu rendah sehingga tidak efektif. Jumlah konsentrat yang yang diberikan sebesar 3-5% dari bobot domba per ekor per hari, atau dapat berpatokan pada aturan di bawah ini : Domba dengan bobot kurang dari 30 kilogram diberi konsentrat sekitar 0,7 kg per ekor per hari. Domba dengan bobot lebih dari 30 kilogram diberi konsentrat sebanyak 1 kg per ekor per hari. Jika konsentrat yang diberikan masih tersisa cukup banyak, maka tempat pakan wajib dibersihkan oleh tenaga kandang, tetapi jika konsentrat tersisa hanya sedikit maka tempat pakan tidak perlu dibersihkan. Dalam membiasakan bakalan domba untuk mengkonsumsi pakan konsentrat secara penuh, maka proses adaptasi perlu dilakukan secara bertahap. Tahap awal, bakalan diberikan pakan rumput 100%, kemudian hari berikutnya, bakalan diberi

53 36 pakan rumput 75% dan 25% konsentrat. Tahap tersebut dijalankan maksimal dua minggu, kemudian tahap selanjutnya domba akan mengkonsumsi konsentrat secara full. Air minum harus selalu tersedia untuk ternak, air yang digunakan untuk minum domba sebaiknya bersih, segar, dan terhindar dari berbagai bahan kimia berbahaya. Air yang tersisa dan kotoran yang menempel di wadah dibersihkan dan dibilas, setelah itu diisi kembali dengan air bersih yang siap untuk di minum. Pencegahan Penyakit Pemberian obat-obatan dan vitamin dilakukan pada saat bakalan datang pertama kali di peternakan dengan cara disuntikkan dan dicekokkan. Khusus vitamin dapat juga diberikan pada saat domba sakit dan ketika akan dikirimkan ke pembeli (konsumen) agar stamina domba terjaga selama proses pengiriman, sedangkan obat-obatan diberikan ketika domba terserang penyakit. Berdasarkan hasil analisis teknis, dapat dikatakan bahwa usaha dari bisnis domba yang dilaksanakan layak untuk dilaksanakan. Ketersediaan sarana dan prasarana untuk menunjang kegiatan teknis dapat disediakan oleh pemilik peternakan. Pakan dan ampas tahu yang tersedia sepanjang tahun menjadikan kegiatan teknis dapat dilakukan secara suistainable. Peralatan dan teknologi yang digunakan masih sederhana, namun tidak mengganggu kelancaran aktifitas para karyawan saat bekerja. Aspek Manajemen Analisis aspek manajemen dilakukan untuk melihat apakah pembangunan dan implementasi bisnis dapat direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan sehingga rencana bisnis dapat dikatakan layak atau tidak layak (Umar, 2005). Analisis aspek manajemen pada dasarnya menilai para pengelola proyek dan struktur organisasi yang ada. Proyek yang dijalankan berhasil apabila dijalankan oleh orang-orang yang profesional mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga pengendalikannya agar tidak terjadi penyimpangan. Demikian pula dengan struktur organisasi harus sesuai dengan bentuk dan tujuan proyek, serta kebutuhan tenaga kerja harus terinci dengan baik. Struktur Organisasi Pihak-pihak yang terlibat dalam suatu unit usaha yang dikelola dan mempunyai tugas masing-masing dinamakan struktur organisasi, struktur organisasi yang dikelola MT Farm adalah jenis struktur organisasi lini dengan prinsip kekeluargaan yang menjadi dasar pengelolaanya. Struktur organisasi dapat dilihat dalam Gambar 6.

54 37 Budi Susilo Setiawan S.Pt General Manager M. Afnan S.Pt Manager Pemasaran Bahrudin S.Pt Manager Produksi Amrul Lubis S.Pt Manager Keuangan Marketing Karyawan Produksi Staf Administrasi Bagian arit rumput Bagian Kandang Bagian Transportasi Gambar 6. Struktur organisasi di MT Farm Struktur organisasi pada Gambar 6, menjelaskan bahwa sistem manajemen terpusat pada seorang General Manager yaitu Bapak Budi Susilo Setiawan yang bertanggung jawab keseluruhan pengelolaan MT Farm. General Manager membawahi tiga orang manager yaitu manager pemasaran, manager produksi, dan manager keuangan. Setiap manager memiliki tugas masing-masing, manager pemasaran bertanggung jawab atas pemasaran dan mempromosikan hasil usaha. Manager produksi memiliki tanggung jawab terhadap manajemen pemeliharaan dan produksi domba yang dipelihara, seperti mengelola pemeliharaan, kesehatan, reproduksi dan ketersediaan domba sampai siap untuk dijual. Manager keuangan mengelola sistem keuangan dan administrasi. Karyawan MT Farm memiliki 14 pekerja yang sebagian besar berasal dari lingkungan di sekitar MT Farm yaitu dari desa Tegalwaru dan Ciampea Ilir dengan tujuan mensejahterakan masyarakat. Daftar pekerja tetap dan tidak tetap dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Daftar nama, penanggung jawab dan tingkat pendidikan akhir para pekerja di Mitra Tani Farm a NO. NAMA PENANGGUNG JAWAB TINGKAT PENDIDIKAN 1 Andi Kandang pembibitan dan chopper SD 2 Amir Kandang penggemukan dan chopper SD 3 Odih Kandang penggemukan domba SD 4 Tono Kandang penggemukan domba SD 5 Isak Pemotongan rumput SD 6 Pardi Pemotongan rumput SD 7 Andri Pemotongan rumput SD 8 Isep Pemotongan rumput SD 9 Indra Supir SD

55 38 Tabel 9. (Lanjutan) NO. NAMA PENANGGUNG JAWAB TINGKAT PENDIDIKAN 10 Encup Supir SD 11 Mihad Supir SD 12 Yayuk Administrasi SMA 13 Iwan Marketing SMA 14 Angga Marketing SMA a Data Primer Peternakan MT Farm (2012) Suatu usaha dikatakan layak untuk dijalankan dari aspek manajemen jika perusahaan menerapkan prinsip-prinsip manajemen secara konsisten. MT Farm sebagai sebuah perusahaan telah memiliki struktur organisasi meski masih sangat sederhana seperti yang terlihat pada Gambar 6. Struktur organisasi sebenarnya juga dapat menjadi gambaran tipe organisasi yang digunakan oleh perusahaan. Usaha ternak domba MT Farm saat ini sudah memiliki struktur organisasi yang jelas sehingga seluruh orang yang terlibat dalam organisasi melakukan pekerjaan masing-masing sesuai yang telah ditetapkan. Aspek Hukum MT Farm sebagai peternakan yang bergerak dibidang penggemukan domba memiliki bentuk badan usaha dan hukum yang jelas sebagai Firma (Fa). Pada bulan Juni 2006 MT Farm telah terdaftar di Dinas Peternakan Pemerintahan Kabupaten Bogor sebagai Usaha Peternakan Rakyat dengan nomor registrasi 1.5/010-TD.Nak/VI/2006. Selain itu, MT Farm juga memiliki surat keterangan izin domisili usaha dari Pemerintahan Kecamatan Ciampea dengan nomor surat /2010/XI/2007 dan dari kelurahan setempat. Jika ditinjau secara aspek hukum, MT Farm merupakan bentuk badan usaha dan hukum yang jelas sebagai Firma (Fa). Dalam menjalankan bisnis MT Farm belum pernah mengalami kendala dalam aktivitasnya, sehingga usaha layak untuk dijalankan. Aspek Sosial dan Lingkungan Menurut Gittinger (1986) suatu usaha dikatakan layak dari aspek sosial memberi dampak positif terhadap penghasilan negara, berpengaruh terhadap devisa negara, membuka peluang kerja, dan berdampak positif terhadap pengembangan wilayah dimana proyek dilaksanakan. Keberadaan MT Farm menimbulkan berbagai dampak, baik dampak sosial maupun lingkungan. MT Farm memberikan dampak secara ekonomi berupa penyerapan tenaga kerja bagi masyarakat sekitar peternakan MT Farm. MT Farm sebagai usaha bisnis juga memberikan pengaruh bagi pendapatan negara atau pemerintah daerah berupa pajak dari keuntungan usaha. Selain itu, keberadaan MT Farm tidak memberikan dampak buruk bagi kondisi lingkungan daerah sekitar proyek. MT Farm juga selalu melaksanakan pengajian rutin bagi seluruh pekerja dan warga sekitar. Kegiatan ini rutin dilakukan sebagai tanggung jawab sosial kepada masyarakat sekitar. Untuk kegiatan sosial di desa, Bapak Budi Susilo Setiawan

56 39 juga ikut berpartisipasi dalam bentuk sumbangan dana baik untuk anak yatimpiatu maupun untuk kegiatan acara yang dilakukan oleh lingkungan sekitar. Jika dilihat dari aspek sosial, MT Farm layak untuk dijalankan karena memberikan dampak positif yang diberikan kepada warga sekitar. Selain tidak menimbulkan limbah yang dapat merusak lingkungan, kegiatan usaha ini juga dapat menambah kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar dan memberikan kontribusi bagi negara berupa pajak. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk melihat sejauh mana kelayakan pelaksanaan usaha ini dari segi keuangan. Analisis finansial dilakukan dengan menggunakan kriteria-kriteria penilaian investasi seperti Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Payback Period (PP) dan Analisis Switching Value. Untuk menganalisis kriteria-kriteria tersebut digunakan suatu metode perhitungan atau yang sering disebut arus kas (cashflow). Cashflow disusun untuk menunjukan perubahan kas selama satu periode tertentu serta memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukan dari mana sumber-sumber kas dan penggunaannya. Lebih sederhanannya cashflow bertujuan untuk mengetahui besarnya manfaat yang diterima dan biaya yang dikeluarkan dalam proyek atau usaha yang dijalankan oleh MT Farm. Langkah penting lainnya yang digunakan untuk menentukan berhasilnya aspek finansial adalah membuat laporan laba rugi. Laporan laba rugi berisi tentang total penerimaan, pengeluaran dan kondisi keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan dalam satu tahun akuntansi atau produksi. Laporan laba rugi menggambarkan kinerja perusahaan dalam upaya mencapai tujuannya selama periode tertentu. Pada pembahasan aspek finansial dalam penelitian ini akan menggunakan dua jenis perhitungan, berupa perhitungan bisnis yang berjalan sebelum adanya pengembangan bisnis (kondisi saat ini). MT Farm saat ini memiliki kandang berjumlah lima unit diatas lahan seluas 800 m 2 dengan kapasitas produksi sebesar 200 sampai dengan 300 ekor domba per bulan. Selanjutnya kondisi II, MT Farm akan melakukan penambahan sebanyak tiga unit kandang penggemukan dengan lahan yang sama dengan kondisi saat ini yaitu tanpa pengembangan bisnis (800 m 2 ). Analisis Kelayakan Finansial Sebelum Pengembangan Bisnis Analisis kelayakan finansial menggunakan dasar perhitungan harga yang berlaku sekarang dan dilakukan per tahun. Jangka waktu analisis dilakukan selama 5 tahun. Analisis finansial yang dilakukan meliputi analisis investasi dan re investasi, pembiayaan dan proyeksi laba-rugi. Analisis kelayakan finansial dilakukan dengan dua skenario yaitu skenario pertama analisis kelayakan pada kondisi sekarang yaitu dengan lima kandang domba dan belum melakukan pengembangan bisnis dan untuk skenario kedua adalah melakukan pengembangan bisnis dengan menambah tiga unit kandang dengan luasan tanah yang sama yaitu 800 m 2, analisis yang dilakukan juga dengan menghitung nilai terhadap Switching

57 40 value terhadap peningkatan mortalitas domba dan kenaikan harga bakalan domba. Komponen yang terdapat pada analisis ini merupakan komponen yang terjadi pada saat penelitian dilaksanakan. Analisis Biaya (Outflow) Komponen biaya yang dikeluarkan dalam budidaya domba mencakup biaya investasi, biaya re investasi dan biaya operasional yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Berikut adalah rincian biaya-biaya yang dikeluarkan selama umur bisnis. Biaya Investasi dan biaya Re Investasi Biaya investasi yang dikeluarkan pada saat awal usaha yaitu pada tahun pertama. Biaya ini merupakan biaya dalam pengadaan barang-barang investasi. Apabila terdapat aset yang memiliki umur ekonomis kurang dari umur usaha, maka dilakukan re-investasi. Biaya investasi pada Peternakan MT Farm dapat dilihat pada Tabel 9. Besaran biaya investasi awal yang dikeluarkan oleh Peternakan MT Farm pada investasi awal yaitu sebesar Rp 656,384,500. Barang-barang investasi yang bernilai paling besar yaitu kandang, tanah dan mobil operasional. Barang-barang investasi yang dikeluarkan pada awal pendirian usaha mengalami penyusutan setiap tahunnya dengan proporsi yang berbeda. Tabel 10. Biaya investasi MT Farm pada kondisi sebelum pengembangan usaha NO. JENIS INVESTASI JUMLAH SATUAN HARGA SATUAN (RP) BIAYA INVESTASI (RP) 1 Tanah 800 m2 50,000 40,000,000 2 Kandang 5 Unit 40,000, ,000,000 3 Bangunan Kantor 1 Unit 55,000,000 55,000,000 4 Mesin cacah rumput 1 Unit 5,000,000 5,000,000 5 Timbangan 1 Unit 2,250,000 2,250,000 6 Sumur Bor 1 Buah 3,000,000 3,000,000 7 Bak Penampungan 1 Buah 2,500,000 2,500,000 8 Pompa Air 2 Unit 950,000 1,900,000 9 Unit Komputer & Jaringan 2 Unit 3,400,000 6,800, Mobil Operasional (Carry) 2 Unit 91,000, ,000, Mobil Operasional (L300) 1 Unit 120,000, ,000, Motor 2 Unit 12,000,000 24,000, Arit 5 Buah 25, , Cangkul 5 Unit 35, , Sepatu Boot 15 Pasang 85,000 1,275, Golok 5 Buah 65, , Sekop 5 Buah 50, , Carangka 5 Buah 33, , Pisau 5 Buah 30, , Asahan 3 Buah 35, , Toren 5 Unit 1,250,000 6,250, Instalasi Pipa Air * 1 Unit 337, , Lampu 25 Buah 35, , Printer 1 Buah 1,900,000 1,900, Pesawat Telepon dan Fax 1 Buah 2,000,000 2,000,000 TOTAL 341,030, ,384,500

58 41 Penyusutan masing-masing barang investasi dipengaruhi umur teknis yang mampu diperoleh dari barang investasi. Dasar penentuan umur teknis diperoleh dari lama barang tersebut dapat dipergunakan dengan layak. Umur teknis dari tiap barang investasi yang dikeluarkan dapat dilihat pada Tabel 11. Dalam hal ini, tanah tidak diperhitungkan umur ekonomisnya karena tanah dapat dipergunakan sepanjang tahun (melebihi umur usaha) dan tidak berkurang nilai kesuburannya atau nilai spesifik lainnya sehingga dalam penyusutan, tanah tidak dimasukkan didalamnya. Tabel 11. Umur ekonomis dari investasi pada kondisi sebelum pengembangan usaha NO. JENIS INVESTASI UMUR EKONOMIS (TAHUN) PENYUSUTAN (RP) 1 Tanah Kandang 8 25,000,000 3 Bangunan Kantor 8 6,875,000 4 Mesin cacah rumput 5 1,000,000 5 Timbangan 3 750,000 6 Sumur Bor Bak Penampungan 8 312,500 8 Pompa Air 5 380,000 9 Unit Komputer & Jaringan 5 1,360, Mobil Operasional (Carry) 5 36,400, Mobil Operasional (L300) 5 24,000, Motor 5 4,800, Arit 1 125, Cangkul 1 175, Sepatu Boot 1 1,275, Golok 1 325, Sekop 1 250, Carangka 1 167, Pisau 1 150, Asahan 1 105, Toren 5 1,250, Instalasi Pipa Air * 5 67, Lampu 2 437, Printer 2 950, Pesawat Telepon dan Fax 3 666,667 TOTAL BIAYA PENYUSUTAN (Rp) 106,821,567 Selain biaya investasi, ada biaya re investasi yang dikeluarkan oleh perusahaan agar usaha pembibitan dapat terus berjalan ketika barang investasi yang dikeluarkan telah habis umur ekonomisnya. Barang-barang investasi yang umur ekonomisnya dibawah umur usaha akan dilakukan re investasi setiap akhir

59 42 periode umur ekonomis. Tidak semua biaya investasi mengalami re investasi, hanya beberapa biaya saja yang umur ekonomisnya tidak selama umur usaha. Pada tahun ke-2, dilakukan re investasi sebesar Rp 2,572,500 untuk mengganti barang-barang investasi yang umurnya hanya satu tahun yaitu arit, cangkul, sepatu boot, golok, sekop, carangka, pisau, dan asahan. Untuk tahun ke-3 re investasi sebesar Rp 5,347,500 dilakukan untuk mengganti barang-barang yang berumur satu dan dua tahun yaitu arit, cangkul, sepatu boot, golok, sekop, carangka, pisau, asahan, lampu dan printer. Pada tahun ke-4 biaya re investasi meningkat untuk mengganti barang yang berumur satu tahun dan tiga tahun yaitu arit, cangkul, sepatu boot, golok, sekop, carangka, pisau, asahan, timbangan, serta telepon dan fax dengan total sebesar Rp 6,822,500. Re investasi pada tahun ke-5 sama dengan tahun ketiga yaitu mengganti barang yang berumur satu dan dua tahun yaitu sebesar Rp 5,347,500. Biaya Operasional Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan secara berkala selama pelaksanaan usaha. Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Ada delapan komponen biaya tetap yang dikeluarkan oleh MT Farm setiap tahunnya antara lain gaji karyawan, THR karyawan, ATK, sarung tangan karet, masker, medikal kit serta biaya telepon, internet, listrik dan biaya penyusutan. Besaran biaya tetap yang dikeluarkan setiap tahun dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Biaya tetap pada peternakan MT Farm (sebelum pengembangan bisnis) NO. JENIS BIAYA JUMLAH SATUAN 1 Gaji Tenaga kerja 12 Orang 2 Gaji Manajer 4 Orang 3 Tunjangan Hari Raya 16 Orang g 4 ATK 1 Paket 5 Sarung tangan karet 1 Box 6 Masker 1 Box 7 Medical Kit 1 Paket 8 Biaya Telepon & Internet & Listrik 1 Paket TOTAL HARGA / BULAN (RP) TOTAL HARGA PER TAHUN (RP) ,000, ,000,000 16,000, ,000,000 28,000,000 28,000, ,000 6,000,000 50, ,000 18, , ,000 6,000, ,000 7,200,000 TOTAL BIAYA TETAP (Rp) 384,016,000 Biaya telepon, internet dan listrik sebesar Rp 600,000 per bulan yang digunakan untuk membiayai penerangan dan menghidupkan mesin pompa air di peternakan, serta untuk kegiatan pemasaran seperti menelepon kepada pembeli/pelanggan dan internet sebagai media promosi. Gaji karyawan dibayar tetap setiap bulannya sebesar Rp 28,000,000. Untuk THR karyawan dibayarkan

60 43 sebesar Rp 28,000,000 dengan total karyawan sebanyak 16 orang untuk bonus hari raya Idul Fitri. Komponen biaya tetap lainnya adalah untuk keperluan alat tulis kantor (ATK), sarung tangan karet, masker dan medikal kit. Komponen biaya tetap yang dikeluarkan jumlahnya konstan setiap tahun. Biaya variabel yang yang dikeluarkan antara lain pakan konsentrat, rumput, obat-obatan dan bakalan domba. Daftar biaya variabel yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 13 dan Lampiran. Tabel 13. Biaya variabel yang dibutuhkan (kondisi sebelum pengembangan) NO. JENIS BIAYA BIAYA TAHUN 1 (RP) BIAYA TAHUN 2 (RP) BIAYA TAHUN 3 (RP) BIAYA TAHUN 4 (RP) BIAYA TAHUN 5 (RP) 1 Pakan Konsentrat 672,305, ,576, ,774, ,560, ,546,800 2 Rumput 6,163,200 4,531,200 4,636,800 4,926,400 5,784,000 3 Obat - obatan 11,815,360 8,267,520 8,115,840 8,666,880 11,367,360 4 Bakalan domba 1,906,740,000 1,401,840,000 1,434,510,000 1,524,105,000 1,789,425,000 TOTAL BIAYA VARIABEL (Rp) 2,597,023,760 1,906,215,120 1,927,037,040 2,049,258,280 2,491,123,160 Pakan utama yang dibutuhkan pada usaha penggemukan domba adalah pakan konsentrat. konsentrat yang dibutuhkan sebanyak 240,109 kg dengan harga Rp 2,800 per kg pada tahun pertama, pada tahun kedua dibutuhkan sebanyak 175,563 kg dengan harga Rp 2,800 sehingga memelukan biaya sebesar Rp 491,576,400, pada tahun ketiga dibutuhkan sebanyak 171,348 kg dengan harga Rp 2,800 sehingga memelukan biaya sebesar Rp 479,774,400, pada tahun keempat dibutuhkan konsentrat sebanyak 182,700 kg dengan harga Rp 2,800 sehingga memelukan biaya sebesar Rp 511,560,000 dan pada tahun kelimat dibutuhkan konsentrat sebanyak 244,481 kg dengan harga Rp 2,800 sehingga memelukan biaya sebesar Rp 684,546,800. Selain konsentrat, domba yang digemukkan juga diberi rumput. Rumput yang dibutuhkan sebanyak 30,816 kg pada tahun pertama, 22,656 kg pada tahun kedua, 23,184 kg pada tahun ketiga, 23,184 kg pada tahun keempat dan 28,900 kg pada tahun kelima dengan harga Rp 200 per kg. Sehingga dibutuhkan biaya sebesar Rp 6,163,200 pada tahun pertama, pada tahun kedua sebesar Rp 4,531,200, pada tahun ketiga sebesar Rp 4,636,800, pada tahun keempat sebesar Rp 4,926,400 dan pada tahun kelima sebesar Rp 5,784,000. Obat-obat diberikan pada saat terjadi serangan penyakit pada domba. Obatobat yang dibutuhkan pada tahun pertama sebanyak 3,692 ml, tahun kedua sebanyak 2,584 ml, tahun ketiga sebanyak 2,536 ml, tahun keempat sebanyak 2,708 ml dan tahun kelima sebanyak 3,522 ml dengan harga Rp 3,200 per ml. Sehingga total biaya yang yang dibutuhkan pada tahun pertama sebesar Rp 11,815,360, tahun kedua sebesar Rp 8,267,520, tahun ketiga sebesar Rp 8,115,840, tahun keempat sebesar Rp 8,666,880 dan tahun kelima sebesar Rp 11,367,360. Selain pemberian pakan konsentrat, rumput dan obat-obat, biaya variabel lainnya yang dibutuhkan adalah bakalan domba. Bakalan domba yang dibutuhkan setiap tahunnya berbeda-beda, pada tahun pertama bakalan domba yang dibutuhkan sebesar 3,852 ekor, pada tahun kedua sebesar 2,832 ekor, pada tahun ketiga dibutuhkan bakalan domba sebesar 2,898 ekor, pada tahun keempat sebesar 3,079 ekor dan pada tahun kelima dibutuhkan bakalan domba sebesar 3,615 ekor dengan harga Rp 495,000 per ekornya atau Rp 33,000 per kg dengan bobot/ekor

61 44 domba sebesar 15 kg. Sehingga total biaya yang dibutuhkan pada tahun pertama sebesar Rp 1,906,740,000, pada tahun kedua sebesar Rp 1,401,840,000, pada tahun ketiga sebesar Rp 1,434,510,000, pada tahun keempat sebesar Rp 1,524,105,000 dan pada tahun kelima sebesar Rp 1,789,425,000. Analisis Manfaat (Inflow) Manfaat merupakan seluruh kondisi yang mendorong tercapainya suatu tujuan usaha yaitu keuntungan. Manfaat yang diterima dari Peternakan MT Farm berasal dari penjualan domba. Nilai sisa untuk barang-barang investasi setelah mengalami penyusutan juga dimasukkan sebagai pemasukan diakhir tahun umur usaha. Usaha penggemukan domba MT Farm memperoleh penerimaan dari hasil penjualan bakalan ternak yang telah digemukkan selama beberapa periode tertentu dan merupakan penerimaan utama perusahaan. Penerimaan penjualan dihitung berdasarkan jumlah ternak dikalikan dengan harga jual ternak per kilogram per bobot hidup. Manfaat yang diterima MT Farm dari penjualan domba dengan kondisi tanpa pengembangan dapat dilihat pada Tabel 14 dan Lampiran. Tabel 14. Penerimaan penjualan domba pada kondisi tanpa pengembangan peternakan MT Farm TAHUN PENJUALAN (RP) 1 3,140,331, ,312,881, ,368,800, ,489,383, ,881,718,750 Nilai ini diperoleh dari pertumbuhan bobot bakalan selama satu periode dikali dengan jumlah populasi ternak domba per periode dan kemudian dikalikan dengan harga jual per kilogram per bobot hidup, dengan tingkat mortalitas 5 persen pada tahun pertama dan kedua, pada tahun ketiga sebesar 4 persen, tahun keempat sebesar 3 persen dan tahun kelima sebesar 2 persen. Pada tahun pertama diperoleh total penjualan domba sebanyak 3750 ekor. Pada tahun kedua diperoleh penjualan domba sebanyak 2762 ekor. Pada tahun ketiga diperoleh domba sebanyak 2707 ekor. Pada tahun keempat diperoleh jumlah penjualan sebanyak 2845 ekor. Sedangkan pada tahun kelima diperoleh jumlah penjualan domba sebanyak 4141 ekor. Pada tahun kelima total penjualan meningkat disebabkan karena tingkat mortalitas domba yang semakin menurun. Pada penelitian ini, nilai sisa yang terdapat pada usaha penggemukan domba MT Farm menjadi tambahan manfaat di akhir usaha yaitu tahun ke-5. Nilai sisa diperoleh dari nilai suatu barang yang belum habis umur ekonomisnya selama umur usaha dapat dilihat pada Tabel 15.

62 45 Tabel 15. Nilai sisa investasi pada usaha penggemukan domba MT Farm (kondisi tanpa pengembangan) NO. INVESTASI NILAI UMUR BIAYA NILAI EKONOMIS PENYUSUTAN SISA 1 Tanah 40,000, ,000,000 2 Kandang 200,000, ,000,000 75,000,000 3 Bangunan Kantor 55,000, ,875,000 20,625,000 4 Timbangan 2,250, , ,000 5 Bak Penampungan 2,500, , ,500 6 Lampu 35, , ,500 7 Printer 1,900, , ,000 8 Pesawat dan Fax Telepon 2,000, , ,667 TOTAL NILAI SISA (Rp) 139,366,667 Tabel 15 menunjukkan total nilai sisa yang diperoleh pada akhir umur usaha adalah Rp 139,366,667 tidak semua barang investasi memiliki nilai diakhir tahun umur usaha, hal tersebut dikarenakan umur ekonomis barang-barang investasi relatif lebih pendek ataupun sudah habis umur ekonomisnya tepat pada tahun terakhir. Analisis Kelayakan Finansial Dengan Pengembangan Bisnis Pengembangan bisnis yang akan dilakukan oleh MT Farm yaitu dengan menambahkan beberapa investasi yang dipergunakan untuk perluasan skala produksi peternakan. Rencana pengembangan yang akan dilaksanakan yaitu dengan melakukan pengembangan bisnis dengan menambah tiga unit kandang dengan luas tanah yang sama dengan tanpa pengembangan bisnis sebesar 800 m 2 dan penambahan jumlah bakalan domba, dengan asumsi menggunakan modal sendiri yang diperoleh dari tabungan dari investasi peternakan pada tahun sebelumnya. Komponen yang akan dianalisis sama dengan komponen pada kondisi sebelum pengembangan. Analisis Biaya (Outflow) Komponen biaya yang dikeluarkan dalam bisnis domba mencakup biaya investasi, biaya re-investasi dan biaya operasional yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Rincian biaya-biaya yang dikeluarkan selama umur bisnis dengan kondisi pengembangan dapat dilihat pada tabel 16. Biaya Investasi Baru dan Biaya Re-Investasi Dengan adanya pengembangan bisnis ini maka akan mempengaruhi terhadap investasi lain. Penambahan kandang akan menambah alat-alat teknis yang berhubungan dengan karyawan maupun dengan kandang. Biaya barangbarang investasi pada kondisi pengembangan di MT Farm dapat dilihat pada Tabel 16.

63 46 Pada Tabel 16 diperlihatkan bahwa semua komponen investasi mengalami peningkatan dari kondisi awal yang diakibatkan oleh pengembangan bisnis. Peningkatan ini banyak dipengaruhi oleh pertambahan kandang, bak penampungan, pompa air, arit, cangkul, sepatu boot, golok, sekop, carangka, pisau, asahan, sprayer, toren, lampu, printer, sepeda motor dan penambahan satu unit mobil operasional (Carry). Untuk biaya re-investasi untuk tahun berikutnya dilakukan untuk mengganti barang-barang investasi yang telah habis umur ekonomisnya. Tabel 16. Biaya investasi yang dibutuhkan pada peternakan domba MT Farm dengan pengembangan bisnis NO. JENIS INVESTASI JUMLAH SATUAN HARGA SATUAN (RP) TOTAL HARGA (RP) 1 Tanah 800 M 2 50,000 40,000,000 2 Kandang 8 UNIT 40, ,000,000 3 Bangunan Kantor 1 UNIT 55,000,000 55,000,000 4 Mesin cacah rumput 2 UNIT 5,000,000 10,000,000 5 Timbangan 2 UNIT 2,250,000 4,500,000 6 Sumur Bor 1 BUAH 3,000,000 3,000,000 7 Bak Penampungan 1 BUAH 2,500,000 2,500,000 8 Pompa Air 2 UNIT 950,000 1,900,000 9 Unit Komputer & Jaringan 2 UNIT 3,400,000 6,800, Mobil Operasional (Carry) 2 UNIT 91,000, ,000, Mobil Operasional (L300) 2 UNIT 120,000, ,000, Motor 2 UNIT 12,000,000 24,00, Arit 6 BUAH 25, , Cangkul 6 UNIT 35, , Sepatu Boot 20 PASANG 85,000 1,700, Golok 6 BUAH 65, , Sekop 6 BUAH 50, , Carangka 6 BUAH 33, , Pisau 6 BUAH 30, , Asahan 6 BUAH 35, , Toren 6 22 Instalasi Pipa Air * 1 UNIT UNIT 1,250,000 7,500, , , Lampu 40 BUAH 35,000 1,400, Printer 2 BUAH 1,900,000 3,800, Pesawat Telepon dan Fax 2 BUAH 2,000,000 4,000,000 TOTAL BIAYA INVESTASI (Rp) 910,078,000

64 47 Biaya Operasional Biaya operasional yang dikeluarkan untuk biaya tetap dan biaya variabel komponennya masih sama dengan pada saat sebelum pengembangan, namun nilai yang dikeluarkan berbeda dengan sebelum pengembangan. Perubahan biaya tersebut dapat dilihat pada Tabel 17 dan Tabel 18. Tabel 17. Biaya tetap peternakan domba MT Farm dengan pengembangan bisnis TOTAL HARGA TOTAL PER TAHUN NO. JENIS BIAYA JUMLAH HARGA / (RP) BULAN (RP) Gaji Tenaga kerja 15 15,000, ,000,000 2 Gaji Manajer 4 16,000, ,000,000 Rp 3 Tunjangan Hari Raya 19 31,000,000 31,000,000 4 ATK 1 500,000 6,000,000 5 Sarung tangan karet 1 50, ,000 6 Masker 1 18, ,000 7 Medical Kit 2 1,000,000 12,000,000 8 Biaya Telepon & Internet & Listrik 1 600,000 7,200,000 TOTAL BIAYA TETAP (Rp) 429,016,000 Penambahan jumlah kandang berpengaruh terhadap jumlah karyawan yang dibutuhkan. Penambahan kandang dengan pengembangan bisnis sebanyak tiga unit, sehingga total kandang yang dibutuhkan adalah delapan unit. Maka dengan kondisi tersebut dibutuhkan total 19 tenaga kerja termasuk manager dan tenaga kerja lainnya yang bertugas untuk memberikan pakan setiap pagi dan sore, memandikan domba serta membersihkan kandang. Penggajian karyawan meningkat menjadi sebesar Rp 15,000,000 per bulan, sehingga biaya THR karyawan menjadi Rp 31,000,000 untuk 19 karyawan termasuk manager yang diberikan saat Hari Raya Idul Fitri. Peningkatan harga juga terjadi untuk pembelian medikal kit. Sementara untuk pembelian ATK, sarung tangan karet, masker dan biaya telepon, internet dan listrik diasumsikan tetap. Biaya variabel yang yang dikeluarkan untuk usaha peternakan domba tersebut dengan pengembangan bisnis antara lain pakan konsentrat, rumput, obatobatan dan bakalan domba. Tabel 18 menunjukkan biaya variabel peternakan domba MT Farm dengan pengembangan bisnis. Tabel 18. Biaya variabel peternakan domba MT Farm dengan pengembangan bisnis NO. JENIS BIAYA BIAYA TAHUN 1 (RP) BIAYA TAHUN 2 (RP) BIAYA TAHUN 3 (RP) BIAYA TAHUN 4 (RP) BIAYA TAHUN 5 (RP) 1 Pakan Konsentrat 1,125,230,400 1,125,230,400 1,125,230,400 1,125,230,400 1,049,907,600 2 Rumput 10,540,800 10,540,800 10,540,800 10,540,800 8,784,000 3 Obat - obatan 20,203,200 18,973,440 18,973,440 18,973,440 17,392,320 4 Bakalan domba 4,348,080,000 4,348,080,000 4,348,080,000 4,348,080,000 3,623,400,000 TOTAL BIAYA VARIABEL (Rp) 5,504,054,400 5,502,824,640 5,502,824,640 5,502,824,640 4,699,483,920

65 48 Pakan utama yang dibutuhkan pada usaha penggemukan domba adalah pakan konsentrat. konsentrat yang dibutuhkan sebanyak 401,868 kg dengan harga Rp 2,800 per kg pada tahun pertama sampai dengan tahun keempat, sehingga memerlukan biaya sebesar Rp 1,125,230,400 dan pada tahun kelima dibutuhkan konsentrat sebanyak 374,967 kg dengan harga Rp 2,800 sehingga total biaya yang diperlukan sebesar Rp.1,049,907,600. Selain konsentrat, rumput juga dibutuhkan untuk usaha penggemukan domba. Rumput yang dibutuhkan sebanyak 52,704 kg pada tahun pertama sampai dengan tahun keempat dengan harga Rp 200 per kg, sehingga dibutuhkan biaya sebesar Rp.10,540,800. Pada tahun kelima rumput yang dibutuhkan sebanyak 43,920 kg sehingga total biaya yang diperlukan sebesar Rp 8,784,000. Obat-obat diberikan pada saat terjadi serangan penyakit pada domba. Obatobat yang dibutuhkan pada tahun pertama sebanyak 6,314 ml, tahun kedua sampai dengan tahun tahun keempat sebanyak 5,929 ml dan tahun kelima sebanyak 5,435 ml dengan harga Rp 3,200 per ml. Sehingga total biaya yang yang dibutuhkan pada tahun pertama sebesar Rp 20,203,200, tahun kedua sampai dengan tahun keempat sebesar Rp 18,973,440 dan tahun kelima sebesar Rp 17,392,320. Selain pemberian pakan konsentrat, rumput dan obat-obat, biaya variabel lainnya yang dibutuhkan adalah bakalan domba. Pada tahun pertama sampai dengan tahun keempat, bakalan domba yang dibutuhkan sebesar 6,588 ekor dan pada tahun kelima dibutuhkan bakalan domba sebesar 5,490 ekor dengan harga Rp 660,000 per ekornya atau Rp 33,000 per kg dengan bobot/ekor domba sebesar 20 kg. Sehingga total biaya yang dibutuhkan pada tahun pertama sampai dengan tahun keempat sebesar Rp 4,348,080,000 dan pada tahun kelima sebesar Rp 3,623,400,000. Jumlah domba yang dibeli bergantung kepada populasi domba yang ada pada kandang. Komponen biaya variabel pada tahun berikutnya dapat dilihat pada Lampiran. Analisis Manfaat (Inflow) dengan Pengembangan Bisnis Manfaat yang diterima dari penjualan output yang dihasilkan selama umur usaha 5 tahun dicantumkan pada Tabel 19. Domba dijual dengan harga yang berfluktuatif tiap tahunnya, pada tahun pertama domba dijual seharga Rp 37,500 per kg, Rp 38,500 per kg pada tahun kedua dan ketiga, pada tahun keempat dengan harga Rp 39,500 per kg dan Rp 40,000 per kg pada tahun kelima. Tabel 19. Penerimaan penjualan domba pada peternakan domba MT Farm dengan pengembangan bisnis TAHUN PENJUALAN (RP) 1 6,052,725, ,214,131, ,214,131, ,375,537, ,456,240,000 Nilai ini diperoleh dari pertumbuhan bobot bakalan selama satu periode dikali dengan jumlah populasi ternak domba per periode dan kemudian dikalikan dengan harga jual per kilogram per bobot hidup, dengan asumsi tingkat mortalitas

66 49 2 persen. Pada tahun pertama sampai dengan tahun kelima diperoleh total penjualan sebanyak 6,456 ekor. Umur ekonomis dan nilai beli dari variabel investasi tersebut berbeda-beda sehingga nilai sisanya pun berbeda-beda. Terdapat beberapa variabel investasi yang memiliki nilai sisa di akhir umur usaha. Nilai sisa yang didapatkan dari sisa investasi pada tahun terakhir dengan skenario pengembangan bisnis disajikan pada Tabel 20. Tabel 20. Nilai sisa yang diterima pada usaha penggemukan domba MT Farm dengan pengembangan bisnis NO. INVESTASI NILAI UMUR BIAYA NILAI EKONOMIS PENYUSUTAN SISA 1 Tanah 40,000, ,000,000 2 Kandang 320,000, ,000, ,000,000 3 Bangunan Kantor 55,000, ,875,000 20,625,000 4 Timbangan 2,250, ,500,000 1,500,000 5 Bak Penampungan 2,500, , ,500 6 Lampu 35, , ,000 7 Printer 3,800, ,900,000 1,900,000 8 Pesawat dan Fax Telepon 4,000, ,333,333 1,333,333 TOTAL NILAI SISA (Rp) 186,995,833 Tabel 20 menunjukkan total nilai sisa yang diperoleh pada akhir umur usaha adalah Rp 186,995,833, tidak semua barang investasi memiliki nilai diakhir tahun umur usaha, hal tersebut dikarenakan umur ekonomis barang-barang investasi relatif lebih pendek ataupun sudah habis umur ekonomisnya tepat pada tahun terakhir. Analisis laba rugi usaha, pendapatan diperoleh dari penerimaan dan nilai sisa investasi, sedangkan komponen biaya disusun oleh biaya tetap, biaya variabel, dan pajak penghasilan. Perhitungan laba rugi usaha dimulai dengan mengurangi jumlah seluruh penerimaan dengan total biaya tetap dan biaya variabel setiap tahunnya. Perhitungan laba rugi tersebut didapatkan nilai penerimaan sebelum bunga dan pajak (EBIT) atau laba kotor yang kemudian dikurangi dengan biaya bunga sehingga didapatkan penerimaan sebelum pajak atau laba bersih sebelum pajak (EBT). Sebagai langkah akhir, dilakukan pengurangan terhadap EBT dengan pajak penghasilan untuk setiap EBT yang bernilai positif atau memperoleh keuntungan. Dengan demikian, didapatkan nilai penerimaan setelah pajak atau laba-rugi bersih usaha. Untuk biaya tetap pada komponen biaya operasional ditambahkan dengan komponen biaya penyusutan dari barang-barang investasi per tahunnya. Analisis laba rugi untuk bisnis domba pada masa sekarang dapat dilihat pada Tabel 21.

67 50 Tabel 21. Analisis laba rugi pada usaha penggemukan domba MT Farm dengan kondisi tanpa pengembangan bisnis LABA SEBELUM PAJAK (30%) LABA BERSIH TAHUN PAJAK (RP) (RP) (RP) 1 416,470, ,941, ,529, ,829,188 83,948, ,880, ,925,393 94,477, ,447, ,287,903 93,986, ,301, ,403,124, ,937, ,187,283 TOTAL 2,727,637, ,291,317 1,909,346,406 Analisis laba rugi pada Tabel 21 memperlihatkan bahwa pada tahun pertama, MT Farm masih mendapat laba bersih sebesar 291,529,384 setelah dipotong 30 persen pajak dari laba sebelum pajak sebesar Rp 416,470,548. Pada tahun pertama perusahaan telah menanggung beban pajak karena pada tahun tersebut telah dilakukan penjualan domba yang dimiliki dari periode yang sebelumnya ( sebelum tahun analisis). Untuk tahun kedua hingga tahun kelima MT Farm tetap dikenakan pajak karena pada laba sebelum pajak tidak terdapat nilai negatif (rugi). Total laba bersih (EAT) yang diterima dari bisnis domba MT Farm yaitu sebesar Rp 1,909,346,406. Keuntungan tersebut diperoleh setelah memperhitungkan pajak pendapatan sebesar 30 persen untuk setiap laba kotor yang diperoleh setiap tahunnya. Penambahan investasi memberikan pengaruh terhadap perubahan nilai laba rugi. Analisis laba rugi untuk bisnis domba dengan skenario pengembangan bisnis dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Analisis laba rugi pada peternakan domba MT Farm dengan kondisi dengan pengembangan bisnis TAHUN LABA SEBELUM PAJAK (RP) PAJAK (30%) (RP) LABA BERSIH (RP) 1 372,185, ,655, ,529, ,821, ,446, ,374, ,821, ,446, ,374, ,227, ,868, ,358, ,767,266, ,180,004 1,237,086,676 TOTAL 3,905,321,427 1,171,596,428 2,733,724,999 Kelayakan finansial usaha penggemukan domba MT Farm ini dapat dilihat dari beberapa kriteria penilaian investasi yaitu Payback Period (PP), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan Net B/C. Hasil perhitungan kriteria penilaian investasi pada usaha penggemukan domba MT Farm pada masa sekarang dan setelah pengembangan bisnis dapat dilihat pada Tabel 23.

68 51 Tabel 23. Kriteria investasi dengan kondisi sebelum pengembangan dan setelah pengembangan bisnis KRITERIA INVESTASI SEBELUM PENGEMBANGAN SETELAH PENGEMBANGAN NPV 34,300, ,181,930 Net B/C 1, IRR 7,35% 22.55% PP 3, Berdasarkan analisis finansial pada Tabel 23, dapat dilihat bahwa usaha MT Farm pada kondisi tanpa pengembangan bisnis menghasilkan NPV yang lebih besar dari nol, yaitu sebesar Rp 34,300,433. Hal ini menunjukkan bahwa usaha ini akan memberikan keuntungan sebesar Rp 34,300,433 selama umur usaha 5 tahun. Dengan demikian, berdasarkan kriteria NPV usaha MT Farm ini layak untuk dilaksanakan. Nilai Net B/C yang diperoleh yaitu sebesar Hal ini berarti setiap Rp 1,00 yang dikeluarkan akan menghasilkan manfaat sebesar Rp Nilai Net B/C yang diperoleh lebih dari satu, sehingga usaha ini layak untuk dilaksanakan. Nilai IRR yang diperoleh yaitu sebesar 7.35 persen dimana IRR tersebut lebih dari discount factor (DF) yang ditetapkan yaitu 6 persen. Dengan demikian, berdasarkan kriteria IRR usaha MT Farm ini layak untuk dilaksanakan. Payback Period (PP) yang diperoleh adalah sebesar 3.93 atau sama dengan tiga tahun sembilan bulan. Nilai PP ini masih berada dibawah umur proyek, sehingga berdasarkan kriteria PP usaha ini layak untuk dilaksanakan. Seluruh aspek finansial yang dibahas pada kondisi sebelum pengembangan dinyatakan layak karena seluruh kriteria yang dibahas telah memenuhi syarat. Aspek finansial yang dibahas pada kondisi setelah pengembangan pada Tabel 23 menunjukkan bahwa secara finansial usaha pengembangan bisnis domba pada MT Farm layak untuk dilaksanakan. NPV yang diperoleh dari perhitungan analisis cashflow pada pengembangan bisnis domba memberikan manfaat sebesar Rp 566,181,930. Angka tersebut menunjukkan nilai sekarang dari manfaat bersih yang akan diperoleh dari bisnis ini selama lima tahun dengan memperhitungkan discount rate sebesar 6 persen. Bisnis domba dengan pengembangan ini memiliki Net B/C sebesar Nilai tersebut menunjukkan bahwa setiap Rp 1,00 yang akan dikeluarkan akan menghasilkan manfaat sebesar Rp Besar IRR pada pengembangan bisnis ini adalah persen, hal ini dapat diartikan bahwa usaha ini layak untuk dilaksanakan karena IRR lebih tinggi dari discount rate yaitu sebesar 6 persen. sementara Payback Period (PP) sebesar 2.41 atau biaya investasi yang dikeluarkan dapat kembali dalam kurun waktu dua tahun empat bulan. Analisis Switching Value Pengembangan Usaha Domba MT Farm Analisis Switching Value pada analisis usaha MT Farm ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar perubahan maksimal pada biaya operasional dan volume penjualan yang paling berpengaruh dan dapat ditoleransi sehingga usaha masih layak dilaksanakan. Switching Value atau nilai pengganti ditentukan dengan uji coba sehingga menghasilkan NPV sama dengan nol, dan Net B/C sama dengan satu.

69 52 Variabel yang dibahas dalam Analisis Switching Value adalah variabel yang dianggap memiliki pengaruh yang besar terhadap pelaksanaan proyek. Dalam penelitian ini variabel yang dibahas yaitu peningkatan mortalitas dari sisi inflow dan peningkatan harga bakalan domba dari sisi outflow. Hasil analisis switching value usaha penggemukan domba MT Farm dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24. Hasil analisis switching value usaha MT Farm pada kondisi setelah pengembangan KONDISI PERSENTASE (%) NPV NET B/C IRR Peningkatan Mortalitas % Kenaikan bakalan domba % Berdasarkan analisis switching value dengan peningkatan mortalitas bakalan domba sebesar persen dihasilkan NPV sebesar Rp 0,00 IRR 6 persen, Net B/C Rp 1,00 yang artinya saat tingkat kematian domba meningkat sebesar persen, usaha ini akan mengalami titik impas. Peningkatan harga bakalan domba sebesar persen menyebabkan nilai NPV turun menjadi Rp 0,00 IRR 6 persen, Net B/C Rp 1,00 yang artinya pada tingkat penurunan harga mencapai persen, usaha ini akan mengalami titik impas. Batas peningkatan harga bakalan domba agar usaha ini tetap layak dilaksanakan adalah sebesar persen, sedangkan batas peningkatan mortalitas domba adalah sebesar persen. Apabila usaha yang dijalankan menghadapi kondisi perubahan melebihi batas tersebut, pelaksanaan usaha menjadi tidak layak untuk diusahakan secara finansial. Perhitungan Incremental Net Benefit Penambahan investasi berupa kandang di MT Farm menunjukkan bahwa terdapat peningkatan biaya investasi dan biaya operasional pada bisnis. Penambahan biaya tersebut perlu diketahui kelayakannya, apakah penambahan investasi menguntungkan untuk dilaksanakan, sehingga perlu dilakukan analisis lebih lanjut melalui perhitungan Incremental Net Benefit, yakni manfaat bersih (net benefit with project) yang diperoleh dari usaha kondisi setelah pengembangan bisnis dikurangi dengan usaha bisnis domba tanpa adanya pengembangan bisnis (net benefit without project). Perhitungan untuk menentukkan tingkat kelayakan dilakukan dengan kriteria investasi, dengan komponen biaya dan manfaat sebagai berikut : Komponen yang pertama adalah biaya dan manfaat tanpa adanya pengembangan bisnis atau yang disebut dengan usaha tanpa proyek. Penerimaan atau manfaat yang diterima usaha ini berasal dari penjualan domba dan nilai sisa. Komponen pengeluaran biaya dengan kondisi tanpa pengembangan bisnis antara lain biaya investasi, biaya tetap dan biaya variabel. Komponen kedua adalah biaya dan manfaat pada domba dengan penambahan investasi berupa kandang atau disebut sebagai usaha peternakan dengan proyek. Pada usaha ini, manfaat (inflow) yang diterima berasal dari dari penjualan domba dan nilai sisa yang diperoleh pada akhir umur bisnis. Komponen

70 53 pengeluaran biaya dengan kondisi pengembangan bisnis antara lain biaya investasi, biaya tetap dan biaya variabel. Prinsip Incremental Net Benefit digunakan untuk menilai keputusan keuangan yang didasarkan pada selisih antara nilai dengan suatu alternatif dan nilai tanpa alternatif. Incremental Net Benefit dapat diterjemahkan sebagai tambahan keuntungan yang harus dibandingkan dengan incremental cost atau biaya tambahan. Total biaya investasi yang dikeluarkan pada usaha Peternakan MT Farm dengan pengembangan bisnis memiliki perbedaan dengan biaya investasi yang dikeluarkan pada MT Farm tanpa adanya pengembangan bisnis. Hal ini disebabkan adanya tambahan komponen investasi yaitu kandang sehingga mengubah biaya investasi lain yang disetarakan dengan kapasitas kandang setelah pengembangan. Biaya variabel serta biaya tetap yang dikeluarkan juga berubah akibat kapasitas produksi yang semakin besar. Laba bersih yang diperoleh dari penambahan investasi selama umur usaha dapat dilihat pada Tabel 25. Tabel 25. Laba bersih yang didapatkan selama umur usaha (Incremental Net Benefit) (Rp) Tahun Laba Bersih Laba Bersih Incremental Sebelum Pengembangan Setelah Pengembangan Net Benefit 1 291,529, ,529,757 (30,999,627) 2 195,880, ,374, ,494, ,447, ,374, ,927, ,301, ,358, ,057, ,187,283 1,237,086, ,899,393 Total 1,909,346,406 2,733,724, ,378,592 Penambahan investasi yang dilakukan oleh MT Farm memberikan penambahan terhadap laba bersih. Selisih nilai antara usaha tanpa pengembangan bisnis dan dengan pengembangan bisnis yang didapatkan yaitu sebesar Rp 824,378,592. Hasil laba bersih tersebut dinyatakan bahwa pengembangan bisnis dengan penambahan investasi memberikan manfaat tambahan terhadap laba bersih. Perhitungan kriteria investasi dilakukan dengan cara mengurangi nilai net benefit dengan proyek dengan nilai net benefit tanpa proyek secara incremental sehingga didapatkan hasil seperti pada Tabel 26. Tabel 26. Perhitungan Kriteria Investasi (Incremental Net Benefit) Kriteria Investasi Incremental Net Benefit NPV 531,881,497 Net B/C 2.67 IRR 59.74% PP 4.28 Nilai NPV yang diperoleh adalah sebesar Rp 531,881,497. Hal ini menunjukkan bahwa adanya penambahan investasi berupa kandang, memberikan penambahan manfaat bersih dari kondisi tanpa pengembangan bisnis pada usaha peternakan sebesar Rp 531,881,497 selama 5 tahun. Nilai NPV ini lebih besar 0

71 54 sehingga layak untuk dijalankan. Sementara, nilai IRR yang diperoleh lebih besar dari tingkat diskonto yang digunakan yakni 6 persen sehingga layak untuk dijalankan. Net B/C yang didapatkan adalah lebih besar dari satu yang menunjukkan bahwa setiap satu satuan biaya yang dikeluarkan dalam pengembangan bisnis memperoleh manfaat lebih besar dari satu satuan. Nilai ini memenuhi kriteria investasi dan layak untuk dijalankan. Kriteria yang terakhir adalah Payback Periode yakni 4.28 yang menunjukkan waktu pengembalian dari investasi yang ditanamkan adalah kurang dari umur usaha. Sehingga, menunjukkan bahwa pada pengembangan bisnis yang dilaksanakan memberikan manfaat bagi peternak serta layak untuk dijalankan. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Berdasarkan analisis aspek non finansial yang ditinjau dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi dan budaya, serta aspek lingkungan, pengembangan bisnis layak untuk dijalankan. 2. Berdasarkan analisis finansial, pengembangan bisnis penggemukan domba MT Farm layak untuk dilaksanakan jika dilihat dari kriteria investasi, diantaranya NPV sebesar Rp 566,181,930, Net B/C sebesar 2.01, IRR sebesar persen dan Payback Period atau biaya investasi yang dikeluarkan dapat kembali dalam kurun waktu dua tahun empat bulan. 3. Berdasarkan analisis switching value batasan terhadap peningkatan mortalitas domba yaitu persen dan peningkatan harga bakalan domba yaitu sebesar persen. Analisis switching value tersebut menunjukkan bahwa peningkatan mortalitas domba lebih berpengaruh terhadap proses bisnis yang dijalankan dibandingkan dengan peningkatan harga bakalan domba. Namun demikian, persentase pengaruh antara peningkatan harga bakalan domba dan peningkatan mortalitas domba tidak berpengaruh nyata karena selisih persentase hanya sebesar persen. Saran MT Farm sebaiknya lebih memperluas jaringan pemasaran, hal ini terkait dengan perencanaan MT Farm untuk menerapkan program kerjasama dengan mengajak masyarakat yang berkeinginan beternak dengan sistem pola kerjasama bagi hasil, diantaranya program kerjasama investasi retail dan investasi kavling. Selain itu, MT Farm sebaiknya memperbaiki pembukuan perusahaan untuk lebih memudahkan manajemen untuk mengontrol keuangan peternakan, sehingga program kerjasama yang direncanakan bisa terealisasi dengan baik, salah satunya dengan mempermudah calon investor untuk melihat kondisi aliran kas pada usaha MT Farm.

72 55 DAFTAR PUSTAKA Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan. Jakarta. [Ditjennak] Direktorat Jenderal Peternakan Berita Resmi Statistik Peternakan. Jakarta : Direktorat Jenderal Peternakan. Eliser S Analisis Ekonomi Kelembagaan Kemitraan Dalam Sistem Pengembangan Usaha Ternak Domba Pada Lahan Kering, Di Provinsi Sumatera Utara. (Tesis). Bogor. Ilmu Perencanaan Wilayah Dan Pedesaan. Program Pasca Sarjana Institiut Pertanian Bogor. Fitrial Analisis Tingkat Kelayakan Finansial Penggemuka Kambing dan Domba pada MT Farm, di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. [Skripsi]. Bogor: Jurusan Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Gittinger JP Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Jakarta : UI Press. Harianto B, Tim Penulis MT Farm Petunjuk Praktis Penggemukan Domba. Jakarta: AgroMedia Pustaka. Husnan S, Muhammad S Studi Kelayakan Proyek. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN. Jumingan Studi Kelayakan Bisnis: Teori dan Pembuatan Proposal Kelayakan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Kadariah, Kalina L, Gray C Pengantar Evaluasi Proyek. Jakarta : UI Press. Kasmir, Jakfar Studi Kelayakan Bisnis. Bogor: Prenada Media. Kotler, P Manajemen Pemasaran. Jilid Satu. Jakarta: PT Prenhallindo. Murtidjo, B.A Memelihara Domba. Kanisius, Yogyakarta. Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A Studi Kelayakan Bisnis. Unit Penerbit Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Purbowati, E Usaha Penggemukan Domba. Jakarta: Penebar Swadaya. Rahmat R Kontribusi usaha ternak domba terhadap pendapatan keluarga petani peternak (Study kasus Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut) [Skripsi]. Bogor : Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Subagyo A Studi Kelayakan Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. Gramedia. Suliyanto Studi Kelayakan Bisnis. Yogyakarta: Andi. Sumoprastowo, R. M Beternak Domba Pedaging dan Wool. Jakarta: Bharata Karya Aksara. Sutama IK, Budiarsana IGM Panduan Lengkap Kambing dan Domba. Jakarta : Penerbit Swadaya. Umar H Studi Kelayakan Bisnis. Edisi Ketiga. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Widodo Analisis Kelayakan Usaha Penggemukan Domba pada Agrifarm, Desa Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

73 56 Winarso B, Yusja Y Lokakarya nasional domba dan kambing : strategi peningkatan produksi dan mutu domba dan kambing. Bogor : Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Yulida Analisis potensi sumberdaya peternakan di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor untuk pengembangan ternak domba [Skripsi]. Bogor : Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

74 57 LAMPIRAN Lampiran 1. Layout kandang Mitra Tani Farm Keterangan : 1. Pintu Masuk 2. Gudang Pakan 3. Kantor 4. Sumur / Sumber Air 5. Jalan Utama 6. Jalan untuk membersihkan kandang 7. Jalan untuk membersihkan kandang A. Kandang B. Kandang C. Kandang D. Kandang E. Kandang

75 58 Lampiran 2. Siklus Saat ini Bulan Bakalan Baru Fase Pengemukan Domba Siap jual Total Domba Dalam Kandang Domba Terjual (ekor) Penerimaan (Rp.) 2006 November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember

76 59 Lampiran 2. (Lanjutan) Bulan Bakalan Baru Fase Pengemukan Domba Siap jual Total Domba Dalam Kandang Domba Terjual (ekor) Penerimaan (Rp.) 2010 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember

77 60 Lampiran 3. Siklus Pengembangan Bulan Bakalan Baru Fase Pengemukan Domba Siap jual Total Domba Dalam Kandang Domba Terjual (ekor) Penerimaan (Rp.) Tahun I November Desember Tahun II Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Tahun III Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Tahun IV Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember

78 61 Lampiran 3. (Lanjutan) Bulan Bakalan Baru Fase Pengemukan Domba Siap jual Total Domba Dalam Kandang Domba Terjual (ekor) Penerimaan (Rp.) Tahun V Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Tahun VI Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember

79 62 Lampiran 4. Biaya investasi mitra tani farm sebelum pengembangan usaha

80 Lampiran 5. Biaya tetap mitra tani farm sebelum pengembangan usaha 63

81 64 Lampiran 6. Biaya variabel mitra tani farm sebelum pengembangan usaha

82 Lampiran 7. Penerimaan tahunan mitra tani farm sebelum pengembangan usaha 65

83 66 Lampiran 8. Cashflow mitra tani farm sebelum pengembangan usaha

84 Lampiran 8. (lanjutan) 67

85 68 Lampiran 9. Laporan laba-rugi mitra tani farm sebelum pengembangan usaha

86 Lampiran 10. Biaya investasi mitra tani farm setelah pengembangan usaha 69

87 70 Lampiran 11. Biaya tetap mitra tani farm setelah pengembangan usaha

88 Lampiran 12. Biaya variabel mitra tani farm setelah pengembangan usaha 71

89 72 Lampiran 13. Penerimaan tahunan mitra tani farm setelah pengembangan usaha

90 Lampiran 14. Cashflow mitra tani farm setelah pengembangan usaha 73

91 74 Lampiran 14. (Lanjutan)

92 Lampiran 15. Laporan laba-rugi mitra tani farm setelah pengembangan usaha 75

93 76 Lampiran 16. Cashflow analisis switching value kenaikan harga bakalan domba sebesar %

94 77 Lampiran 16. (lanjutan) Lampiran 16. (Lanjutan)

95 78 Lampiran 17. Laporan laba-rugi analisis switching value kenaikan harga bakalan domba sebesar %

96 Lampiran 18 Cashflow analisis switching value peningkatan mortalitas domba sebesar % 79

97 80 Lampiran 18. (Lanjutan)

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu aktivitas ekonomi dalam agribisnis adalah bisnis peternakan. Agribisnis bidang ini utamanya dilatarbelakangi oleh fakta bahwa kebutuhan masyarakat akan produk-produk

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Pengertian Investasi Kasmir dan Jakfar (2009) menyatakan bahwa investasi adalah penanaman modal dalam suatu kegiatan yang memiliki jangka waktu

Lebih terperinci

Jl.Veteran No.53.A Lamongan ABSTRAK

Jl.Veteran No.53.A Lamongan ABSTRAK EVALUASI KELAYAKAN USAHA PENGGEMUKAN DOMBA DAN KAMBING MILIK H. SHOLEH BERDASARKAN ASPEK FINANSIAL DAN NONFINANSIAL DI DESA BANYUTENGAH KECAMATAN PANCENG KABUPATEN GRESIK M. Yusuf 1, Dyah Wahyuning A 1,

Lebih terperinci

SKRIPSI SEPTIANNISA BAHMAT H

SKRIPSI SEPTIANNISA BAHMAT H ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PENGGEMUKAN DOMBA DAN KAMBING DI PETERNAKAN BAPAK SARNO, DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT SKRIPSI SEPTIANNISA BAHMAT H34096102 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Domba Tawakkal, yang terletak di Jalan Raya Sukabumi, Desa Cimande Hilir No.32, Kecamatan Caringin, Kabupaten

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Domba di Indonesia

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Domba di Indonesia II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Domba di Indonesia Daging domba merupakan salah satu sumber protein hewani yang cukup digemari oleh masyarakat Indonesia, disamping produk daging yang berasal dari

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Agrifarm, yang terletak di desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor), Babi Aceh 0.20 0.20 0.10 0.10 - - - - 0.30 0.30 0.30 3.30 4.19 4.07 4.14 Sumatera Utara 787.20 807.40 828.00 849.20 871.00 809.70 822.80 758.50 733.90 734.00 660.70 749.40 866.21 978.72 989.12 Sumatera

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di beberapa daerah di Indonesia telah memberikan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Populasi Ternak Domba berdasarkan Provinsi di Indonesia Tahun

Lampiran 1. Populasi Ternak Domba berdasarkan Provinsi di Indonesia Tahun LAMPIRAN 144 Lampiran 1. Populasi Ternak Domba berdasarkan Provinsi di Indonesia Tahun 2005-2009 No Provinsi Tahun 2005 2006 2007 2008 2009* 1 NAD 124,303 157,962 203,489 157,881 184,757 2 Sumut 271,314

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR Abel Gandhy 1 dan Dicky Sutanto 2 Surya University Tangerang Email: abel.gandhy@surya.ac.id ABSTRACT The

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Manfaat dan Biaya Dalam menganalisa suatu usaha, tujuan analisa harus disertai dengan definisi-definisi mengenai biaya-biaya dan manfaat-manfaat.

Lebih terperinci

II. KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN II. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki keragaman sumber daya alam. Salah satu keragaman sumber daya alam yang belum dikembangkan secara maksimal adalah komoditas peternakan.

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN Oleh: RONA PUTRIA A 14104687 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis Penelitian tentang analisis kelayakan yang akan dilakukan bertujuan melihat dapat tidaknya suatu usaha (biasanya merupakan proyek atau usaha investasi)

Lebih terperinci

ANALISIS SITUASI DAN KONDISI KABUPATEN BOGOR

ANALISIS SITUASI DAN KONDISI KABUPATEN BOGOR ANALISIS SITUASI DAN KONDISI KABUPATEN BOGOR Oleh : Drs. Adang Suptandar, Ak. MM Disampaikan Pada : KULIAH PROGRAM SARJANA (S1) DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA, IPB Selasa,

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Oleh : Nandana Duta Widagdho A14104132 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGEMUKAN DOMBA Pada Agrifarm, Desa Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGEMUKAN DOMBA Pada Agrifarm, Desa Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGEMUKAN DOMBA Pada Agrifarm, Desa Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat SURANTO WAHYU WIDODO A14104051 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Peternakan 2010

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Peternakan 2010 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas peternakan mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan. Hal ini didukung oleh karakteristik produk yang dapat diterima oleh masyarakat Indonesia. Kondisi ini

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Proyek Menurut Kadariah et al. (1999) proyek merupakan suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUNGA POTONG KRISAN LOKA FARM KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR. Afnita Widya Sari A

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUNGA POTONG KRISAN LOKA FARM KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR. Afnita Widya Sari A ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUNGA POTONG KRISAN LOKA FARM KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR Afnita Widya Sari A14105504 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A

ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A 14105665 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan masyarakat terhadap sumber protein hewani semakin meningkat sejalan dengan perubahan selera, gaya hidup dan peningkatan pendapatan. Karena, selain rasanya

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Analisis Kelayakan Usaha Analisis Kelayakan Usaha atau disebut juga feasibility study adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), proyek pada dasarnya merupakan kegiatan yang menyangkut pengeluaran modal (capital

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tanaman hortikultura merupakan salah satu tanaman yang menunjang pemenuhan gizi masyarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat (Sugiarti, 2003).

Lebih terperinci

PADA MITRA KABUPATEN BOGOR. Oleh: F I T R I A L

PADA MITRA KABUPATEN BOGOR. Oleh: F I T R I A L ANALISIS TINGKAT KELAYAKAN FINANSIAL PENGGEMUKAN KAMBING DAN DOMBA PADA MITRA TANI FARM, DI KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR Oleh: F I T R I A L A14105549 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN DOMBA AGRIFARM DESA CIHIDEUNG UDIK KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN DOMBA AGRIFARM DESA CIHIDEUNG UDIK KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN DOMBA AGRIFARM DESA CIHIDEUNG UDIK KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT SKRIPSI MOHAMAD IKHSAN H34054305 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN BOGOR

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN BOGOR BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN BOGOR 3.7. Kondisi Geografis dan Administratif Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten dalam lingkungan Provinsi Jawa Barat. Luas wilayah Kabupaten Bogor adalah

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dian Layer Farm yang terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Subsektor hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang memberikan kontribusi strategis dalam menyumbang nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan berperan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara maritim yang kaya akan potensi ikannya, sebagian besar wilayah Indonesia adalah lautan dan perairan. Sektor perikanan menjadi bagian yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Kondisi geografis

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Kondisi geografis BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Kondisi geografis menjadi salah satu faktor pendukung peternakan di Indonesia. Usaha peternakan yang berkembang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Agribisnis peternakan memberikan banyak kontribusi bagi bangsa Indonesia yaitu sebagai penyedia lapangan pekerjaaan dan berperan dalam pembangunan. Berdasarkan data statistik

Lebih terperinci

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Bogor Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Bogor Tahun 2013 sebanyak rumah tangga Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Bogor Tahun 2013 sebanyak 204.468 rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Kabupaten Bogor Tahun 2013 sebanyak 134 Perusahaan Jumlah perusahaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Peternakan adalah kegiatan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi. Peternakan merupakan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perikanan merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar wilayah Indonesia terdiri atas perairan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan persentase kenaikan jumlah penduduk yang tinggi setiap tahunnya. Saat ini, Indonesia menempati posisi ke-4 dalam

Lebih terperinci

Bab 4 P E T E R N A K A N

Bab 4 P E T E R N A K A N Bab 4 P E T E R N A K A N Ternak dan hasil produksinya merupakan sumber bahan pangan protein yang sangat penting untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Perkembangan populasi ternak utama

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini dijelaskan tentang konsep yang berhubungan dengan penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah telah ditindaklanjuti dengan ditetapkannya Undang-undang

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah telah ditindaklanjuti dengan ditetapkannya Undang-undang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketetapan MPR Nomor: XV/MPR/1999 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah telah ditindaklanjuti dengan ditetapkannya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan peternakan saat ini, menunjukan prospek yang sangat cerah dan mempunyai peran yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi pertanian Indonesia. Usaha peternakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sensus Penduduk 2010 (SP 2010) yang dilaksanakan pada Mei 2010 penduduk

I. PENDAHULUAN. Sensus Penduduk 2010 (SP 2010) yang dilaksanakan pada Mei 2010 penduduk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia cukup tinggi, berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan adalah bagian dari sektor pertanian yang merupakan sub sektor yang penting dalam menunjang perekonomian masyarakat. Komoditas peternakan mempunyai prospek

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber :

I. PENDAHULUAN. Sumber : I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penduduk Indonesia merupakan penduduk terbesar keempat di dunia setelah Republik Rakyat Cina (RRC), India, dan Amerika Serikat. Jumlah penduduk Indonesia sejak tahun

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Sebuah usaha akan diikuti oleh kegiatan investasi. Kegiatan investasi yang dilakukan dalam bidang pertanian memiliki risiko yang relatif besar dibandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai.

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konsumsi daging sapi di Indonesia terus mengalami peningkatan. Namun peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai. Laju peningkatan

Lebih terperinci

Peternakan Tropika. Journal of Tropical Animal Science

Peternakan Tropika. Journal of Tropical Animal Science ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA PULLET (Studi Kasus pada UD Prapta di Desa Pasedahan, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem) Arta, I M. G., I W. Sukanata dan R.R Indrawati Program Studi Peternakan,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah : III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Analisis Kelayakan Investasi Pengertian Proyek pertanian menurut Gittinger (1986) adalah kegiatan usaha yang rumit karena penggunaan sumberdaya

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi)

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR SKRIPSI OOM ROHMAWATI H34076115 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan pertanian secara keseluruhan, dimana sub sektor ini memiliki nilai strategis dalam pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan untuk membangun sistem yang belum ada. Sistem dibangun dahulu oleh proyek, kemudian dioperasionalkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... SAMPUL DALAM. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI.. ABSTRACT... RINGKASAN... HALAMAN PERSETUJUAN.. TIM PENGUJI.. RIWAYAT HIDUP.

DAFTAR ISI... SAMPUL DALAM. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI.. ABSTRACT... RINGKASAN... HALAMAN PERSETUJUAN.. TIM PENGUJI.. RIWAYAT HIDUP. DAFTAR ISI ISI SAMPUL DALAM. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI.. ABSTRACT... ABSTRAK RINGKASAN... HALAMAN PERSETUJUAN.. TIM PENGUJI.. RIWAYAT HIDUP. KATA PENGANTAR. DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek memiliki beberapa pengertian. Menurut Kadariah et al. (1999) proyek ialah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan. Pengembangan sub sektor peternakan perlu untuk dilakukan karena sub

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan salah satu sumber protein hewani yang paling

I. PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan salah satu sumber protein hewani yang paling I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daging ayam merupakan salah satu sumber protein hewani yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, selain ikan dan telur, guna memenuhi kebutuhan akan protein.

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FINANSIAL

VII. ANALISIS FINANSIAL VII. ANALISIS FINANSIAL Usaha peternakan Agus Suhendar adalah usaha dalam bidang agribisnis ayam broiler yang menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usahanya. Skala usaha peternakan Agus Suhendar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang Pengembangan usaha budidaya ikan lele semakin meningkat setelah masuknya jenis ikan lele dumbo ke Indonesia pada tahun 1985. Keunggulan lele dumbo

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Bisnis adalah kegiatan yang dilakukan oleh individu dan sekelompok orang (organisasi) yang menciptakan nilai (create

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. terhadap pembangunan perekonomian Indonesia. Kebutuhan protein hewani dari

I PENDAHULUAN. terhadap pembangunan perekonomian Indonesia. Kebutuhan protein hewani dari I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan merupakan subsektor pertanian yang memiliki peranan penting terhadap pembangunan perekonomian Indonesia. Kebutuhan protein hewani dari tahun ke tahun semakin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 241 juta dengan ditandai oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang meningkat dan stabilitas ekonomi yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Republik Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber daya hewan

Lebih terperinci

REALISASI PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BOGOR 2013

REALISASI PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BOGOR 2013 REALISASI PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BOGOR 2013 1. Program dan Kegiatan Pada Tahun Anggaran 2013, Dinas Peternakan dan Perikanan memberikan kontribusi bagi pencapaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan peranan sangat besar dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani dan berbagai keperluan industri. Protein

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoretis Kerangka pemikiran teoretis merupakan suatu penalaran peneliti yang didasarkan pada pengetahuan, teori, dalil, dan proposisi untuk menjawab suatu

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI DESA CIHIDEUNG UDIK, KABUPATEN BOGOR RIEZKY SIDIK FAKHRUDDIN

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI DESA CIHIDEUNG UDIK, KABUPATEN BOGOR RIEZKY SIDIK FAKHRUDDIN ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI DESA CIHIDEUNG UDIK, KABUPATEN BOGOR RIEZKY SIDIK FAKHRUDDIN DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS PAJAK DAERAH PADA BADAN PENGELOLAAN PENDAPATAN DAERAH

PERATURAN BUPATI TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS PAJAK DAERAH PADA BADAN PENGELOLAAN PENDAPATAN DAERAH 6. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 7. Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontribusi sektor peternakan terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional antara tahun 2004-2008 rata-rata mencapai 2 persen. Data tersebut menunjukkan peternakan memiliki

Lebih terperinci

Sekapur Sirih. Jakarta, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, Ahmad Koswara, MA

Sekapur Sirih. Jakarta, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, Ahmad Koswara, MA Sekapur Sirih Sebagai pengemban amanat Undang-undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik dan sejalan dengan rekomendasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai Sensus Penduduk dan Perumahan Tahun 2010

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan I. PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan produksi menuju swasembada, memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan serta meratakan taraf hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut memiliki peranan yang cukup penting bila dihubungkan dengan masalah penyerapan

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Aspek finansial merupakan aspek yang dikaji melalui kondisi finansial suatu usaha dimana kelayakan aspek finansial dilihat dari pengeluaran dan pemasukan usaha tersebut selama

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. (http://www.bps.go.id). Populasi Ternak (000) Ekor Diakses Tanggal 3 Oktober 2011.

PENDAHULUAN. (http://www.bps.go.id). Populasi Ternak (000) Ekor Diakses Tanggal 3 Oktober 2011. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rata-rata laju pertumbuhan populasi ternak unggas selama enam tahun dari tahun 2004 hingga 2010 menunjukkan peningkatan, diantaranya ternak ayam ras petelur dan pedaging

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR RINGKASAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2015

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR RINGKASAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2015 PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR RINGKASAN APBD MENURUT TAHUN ANGGARAN 205 KODE PENDAPATAN DAERAH 2 3 4 5 = 4 3 URUSAN WAJIB 5,230,252,870,000 5,84,385,696,000 584,32,826,000 0 PENDIDIKAN 0 0 Dinas Pendidikan

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah yang dimanfaatkan sebagian besar penduduk dengan mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 17 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Proyek adalah suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil yang secara logika merupakan wadah

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Gittinger (1986) menyebutkan bahwa proyek pertanian adalah kegiatan usaha yang rumit karena menggunakan sumber-sumber

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI SURAHMAT H34066119 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

KELAYAKAN PENGUSAHAAN JARAK PAGAR PADA KEBUN INDUK JARAK PAGAR PAKUWON, SUKABUMI JAWA BARAT. Oleh : DIAH KUSUMAYANTI A

KELAYAKAN PENGUSAHAAN JARAK PAGAR PADA KEBUN INDUK JARAK PAGAR PAKUWON, SUKABUMI JAWA BARAT. Oleh : DIAH KUSUMAYANTI A KELAYAKAN PENGUSAHAAN JARAK PAGAR PADA KEBUN INDUK JARAK PAGAR PAKUWON, SUKABUMI JAWA BARAT Oleh : DIAH KUSUMAYANTI A14104010 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan tidak terpisahkan dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB V KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BOGOR

BAB V KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BOGOR BAB V KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BOGOR Bab ini menjelaskan berbagai aspek berkenaan kelembagaan penyuluhan pertanian di Kabupaten Bogor yang meliputi: Organisasi Badan Pelaksana an Pertanian,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2011, bertempat di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koperasi dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi sosial negara sedang berkembang dengan membantu membangun struktur ekonomi dan sosial yang kuat (Partomo,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Pengertian Usaha

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Pengertian Usaha III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengertian Usaha Menurut Gittinger (1986) bisnis atau usaha adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci