BAB XI TUGAS KHUSUS Peremajaan Agensia Pengembang Adonan (Oleh: Vito Kristian NRP )

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB XI TUGAS KHUSUS Peremajaan Agensia Pengembang Adonan (Oleh: Vito Kristian NRP )"

Transkripsi

1 BAB XI TUGAS KHUSUS Peremajaan Agensia Pengembang Adonan (Oleh: Vito Kristian NRP ) Perusahaan roti matahari menggunakan babon (master sponge) yang berfungsi sebagai agen pengembang. Babon tersebut dibuat oleh pihak perusahaan sendiri secara tradisional yaitu dengan cara mencampur tepung terigu, gula dan air kelapa. Babon merupakan produk yang menyerupai roti yang difermentasi. Orang-orang Eropa Timur, Amerika Utara dan Skandinavia menyebut babon sebagai sourdough, yaitu produk yang menyerupai roti yang difermentasi bukan dengan ragi roti melainkan dengan bakteri asam laktat yang sifatnya homofermentatif dan heterofermentatif (Suliantari dan Rahayu, 1990). Menurut Salminen dan Wright (1998), beberapa tipe spesies Lactobacillus yang ditemukan pada babon antara lain: a. Homofermentatif obligat, yaitu Lactobacillus acidophilus, Lactobacillus farciminis, dan Lactobacillus delbrueckii. b. Homofermentatif fakultatif, yaitu Lactobacillus casei, Lactobacillus plantarum, dan Lactobacillus rhamnosus. c. Heterofermentatif obligat, yaitu Lactobacillus brevis, Lactobacillus sanfransisco, Lactobacillus brevis var. lindneri, dan Lactobacillus fermentum. Selain bakteri asam laktat, juga ditemukan yeast pada babon. Yeast bersifat tahan terhadap asam sehingga dapat bertahan hidup dalam babon dan membentuk hubungan yang saling menguntungkan dengan bakteri asam 87

2 88 laktat. Yeast akan memproduksi gula-gula sederhana (gula invert) dan beberapa faktor-faktor pertumbuhan lainnya yang dibutuhkan oleh bakteri asam laktat, sedangkan asam yang diproduksi oleh bakteri asam laktat akan menekan pertumbuhan mikroorganisme lainnya. Yeast yang paling banyak ditemukan dalam babon adalah jenis Candida milleri. Pertumbuhan mikroba dalam babon terjadi secara spontan karena adanya substrat yang tepat bagi pertumbuhan bakteri asam laktat dan yeast. Substrat yang dipakai untuk membuat babon di Perusahaan Roti Matahari Pasuruan adalah tepung terigu, air kelapa dan gula. Semua bahan tersebut dicampur secara merata kemudian diinkubasi selama 24 jam. Adapun skema pembuatan babon adalah sebagai berikut: Tepung terigu, gula, air kelapa Penimbangan Pencampuran (manual, 10 menit ) Inkubasi (30 o C, 24 jam, RH 75%) Babon Gambar Diagram Alir Pembuatan Babon di Perusahaan Roti Matahari Adapun fungsi dari masing-masing bahan pembuat babon adalah sebagai berikut a. Tepung terigu berfungsi sebagai penyuplai gula-gula sederhana yang akan difermentasi oleh yeast dan bakteri asam laktat. Komponen gulagula sederhana di dalam tepung terigu terdiri dari sukrosa sebanyak 2% dan maltosa sebanyak 0,5% yang dapat digunakan oleh yeast dalam

3 89 proses perkembangbiakan (Hanneman, 1980). Sukrosa dapat langsung dihidrolisa menjadi glukosa dan fruktosa oleh enzim invertase pada yeast sedangkan maltosa dihidrolisa menjadi glukosa oleh enzim maltase pada yeast. Di dalam terigu juga terdapat kandungan enzim α- amilase dan β-amilase yang dapat menghidrolisa pati terigu menjadi gula sederhana seperti glukosa dan maltosa (Goesaert et al., 2006). Bakteri asam laktat di dalam babon hanya dapat menggunakan gula yang telah siap dalam bentuk glukosa atau fruktosa untuk melakukan proses metabolismenya, oleh karena itu glukosa dan fruktosa yang dihasilkan dari proses hidrolisa karbohidrat tersebut selain digunakan oleh yeast juga digunakan oleh bakteri asam laktat dalam proses metabolismenya. b. Gula (sukrosa) merupakan sumber karbon bagi yeast. Senyawa ini dapat langsung dihidrolisa oleh enzim invertase pada yeast menjadi glukosa dan fruktosa. c. Air kelapa merupakan substrat yang baik bagi pertumbuhan beberapa jenis mikroorganisme. Air kelapa memiliki kandungan karbohidrat (gula-gula sederhana) dan mineral yang tinggi serta memiliki ph yang rendah sehingga merupakan media yang baik bagi pertumbuhan bakteri khususnya bakteri asam laktat. Selain media yang baik bagi pertumbuhan bakteri asam laktat, air kelapa juga merupakan substrat yang baik bagi pertumbuhan yeast oleh karena kandungan karbohidrat dan mineral yang tinggi.

4 90 Tabel Komposisi Air Kelapa per 100 gram Komposisi Unit Jumlah per 100 g Air g 94,99 Protein g 0,72 Lemak, total g 0,20 Abu g 0,39 Karbohidrat (by difference) g 3,71 Serat, total g 1,1 Gula, total g 2,61 Mineral Kalsium mg 24 Besi mg 0,29 Magnesium mg 25 Fosfor mg 20 Kalium mg 250 Natrium mg 105 Seng mg 0,10 Tembaga mg 0,040 Mangan mg 0,142 Selenium mcg 1,0 Sumber: USDA Nutrient Database for Standard Reference (2009) Dalam melakukan proses perkembangbiakan, yeast melalui respirasi aerob maupun anaerob dan bakteri asam laktat melalui jalur metabolisme homofermentatif maupun heterofermentatif memanfaatkan substrat dari babon seperti glukosa menghasilkan beberapa molekul ATP sebagai energi untuk membangun sel baru. Selain energi untuk membangun sel baru, kedua jenis mikroba (yeast dan bakteri asam laktat) dalam babon ini juga menghasilkan hasil samping berupa gas CO 2 yang dapat mengembangkan volume adonan dan beberapa jenis asam organik (oleh bakteri asam laktat) berupa asam laktat dan asam asetat yang dapat menghasilkan flavor yang khas pada roti sourdough.

5 91 Adapun proses jalur metabolisme yeast secara anaerobik maupun aerobik dan bakteri asam laktat secara homofermentatif maupun heterofermentatif adalah sebagai berikut: Gambar Metabolisme Karbohidrat pada Proses Respirasi Anaerobik oleh Yeast Sumber: Reed dan Peppler (1973) Gambar Metabolisme Karbohidrat pada Proses Respirasi Aerobik oleh Yeast Sumber: Tutornext (2008)

6 92 Gambar Metabolisme oleh Bakteri Asam Laktat Homofermentatif Sumber: Todar (2009)

7 Gambar Metabolisme oleh Bakteri Asam Laktat Heterofermentatif Sumber: Todar (2009) 93

8 94 Selama proses metabolisme berlangsung, mikroorganisme di dalam babon akan berkembang biak menurut pola kinetika pertumbuhan sel yang bergantung pada ketersediaan substrat di dalam babon. Menurut Sikyta (1983) pola kinetika pertumbuhan tersebut membentuk kurva (Gambar 11.6) yang terdiri dari enam fase yaitu: a. Fase lag: pada fase ini mikroorganisme beradaptasi dengan lingkungannya. Tingkat pertumbuhan mikroorganisme pada fase ini masih sangat rendah. b. Fase akselerasi: mikroorganisme sudah dapat beradaptasi dengan lingkungannya dan dapat memanfaatkan substrat yang ada sehingga tingkat pertumbuhannya mengalami percepatan. c. Fase eksponensial (log): pada fase ini terjadi pertumbuhan yang sangat pesat. Jumlah mikroorganisme meningkat secara eksponensial terhadap waktu. d. Fase deselerasi: pada fase ini tingkat pertumbuhan mikroorganisme menurun, hal ini disebabkan karena jumlah substrat di dalam media pertumbuhan (babon) berangsur berkurang sehingga kemampuan mikroorganisme untuk berkembang biak menurun. e. Fase stasioner: pada fase ini terjadi kompetisi diantara sel mikroba untuk mendapatkan substrat karena jumlah substrat di dalam media pertumbuhan semakin berkurang. Sel yang mendapat substrat akan tetap hidup dan berkembang biak, sedangkan sel yang tidak mendapat substrat akan mati. Pada fase ini jumlah sel yang tumbuh setara dengan jumlah sel yang mati sehingga akan membentuk garis yang lurus pada kurva pertumbuhan. f. Fase kematian: pada fase ini substrat dalam media pertumbuhan sudah habis sehingga semua sel mikroba tidak mendapat substrat untuk

9 95 bertahan hidup dan berkembang biak, dengan demikian semua mikroba dalam media pertumbuhan mengalami kematian. Dengan demikian, babon sebagai starter untuk memfermentasi adonan roti yang baru dapat bersifat kontinyu artinya dapat digunakan terus selama mikroorganisme di dalamnya masih hidup dan aktif, oleh karena itu harus dilakukan proses peremajaan babon untuk mempertahankan kondisi mikroorganisme sebelum mencapai fase kematian agar aktivitasnya sebagai agensia pemfermentasi dapat dipertahankan. Gambar Kurva Kinetika Pertumbuhan Sel Mikroorganisme Sumber: Fischer (2004) Untuk mempertahankan kehidupan dan tingkat pertumbuhan mikroba, maka babon dapat diremajakan dengan cara menambah tepung terigu dan air sebagai substrat agar proses fermentasi oleh bakteri asam laktat dan yeast tetap berlangsung. Di Perusahaan Roti Matahari Pasuruan, babon diremajakan tiap tiga jam sekali dengan menambahkan tepung terigu

10 96 dan air, hal ini berarti jumlah substrat akan berkurang dan mencapai jumlah yang minimum dalam kurun waktu tiga jam sehingga substrat harus ditambahkan untuk memelihara kehidupan dan tingkat pertumbuhan sel mikroba. Berikut merupakan diagram alir proses peremajaan babon setiap tiga jam: Tepung terigu, air Pencampuran (manual, 10 menit ) Inkubasi (30 o C, 3 jam, RH 75%) Babon Gambar Diagram Alir Peremajaan Babon Adapun fungsi masing-masing bahan peremajaan babon adalah: a. Tepung terigu berfungsi sebagai penyuplai gula-gula sederhana yang akan difermentasi oleh yeast dan bakteri asam laktat. Terigu mengandung sukrosa (2%) dan maltosa (0,5%) yang dapat dimanfaatkan oleh yeast untuk proses metabolisme. Pati terigu sebagai karbohidrat kompleks akan dirombak menjadi gula-gula sederhana seperti maltosa dan glukosa oleh enzim amilase yang terdapat pada tepung terigu sehingga dapat digunakan oleh yeast dan bakteri asam laktat untuk menjalankan proses metabolisme. b. Air berfungsi untuk mengkondisikan suhu adonan sehingga cocok untuk pertumbuhan yeast dan bakteri, dan membantu hidrolisa pati menjadi gula-gula sederhana.

11 97 Babon yang digunakan sebagai agen pemfermentasi atau agen pengembang sewaktu-waktu akan rusak (tidak aktif) karena fermentasi yang berkelanjutan akan mengakibatkan menumpuknya zat metabolit hasil metabolisme mikroorganisme dalam babon yang bersifat toksik bagi mikroorganisme itu sendiri sehingga mikroorganisme pemfermentasi dalam babon tidak dapat bertahan hidup. Di Perusahaan Roti Matahari, umur aktif babon diperkirakan selama tiga bulan, sehingga babon yang lama harus diganti dengan babon yang masih segar dalam periode tiga bulan sekali, namun faktanya sewaktu-waktu babon dapat rusak sebelum waktu tersebut. Oleh karena itu, Perusahaan Roti Matahari menyediakan babon awal (babon yang masih segar) cadangan yang disimpan dalam lemari pendingin dan freezer. Babon awal disimpan di dalam lemari pendingin (2 o C 4 o C) jika digunakan sebagai persediaan atau cadangan starter dalam waktu yang relatif singkat (1 sampai 3 minggu), sedangkan untuk persediaan dalam jangka waktu yang cukup lama (10 bulan), maka babon awal disimpan dalam freezer (± -18 o C). Babon tersebut dapat tetap digunakan setelah disimpan dalam waktu yang cukup panjang tanpa diberi asupan nutrien karena disimpan dalam suhu rendah (-18 o C 4 o C). Suhu yang rendah akan menurunkan tingkat metabolisme mikroorganisme dalam babon. Reaksi enzimatis dan reaksi kimia lainnya di dalam sel mikroorganisme akan melambat pada suhu yang rendah (Adams dan Moss, 2000) sehingga mikroorganisme masih dapat tetap bertahan hidup dalam waktu yang lama dengan memanfaatkan sedikit substrat atau nutrien Upaya Perusahaan Roti Matahari dalam Mempertahankan Kelangsungan Hidup Perusahaan (Oleh: Donny Vincentius L. Mali NRP ) Perusahaan Roti Matahari yang berdiri pada tanggal 3 Maret 1955 di Pasuruan awalnya hanyalah berbentuk perusahaan keluarga (home industry)

12 98 yang dikelola oleh keluarga itu sendiri. Seiring dengan bertambahnya jumlah permintaan konsumen, perusahaan ini berkembang dan memiliki daerah pemasaran yang luas, semula hanya di kota Pasuruan saja, namun pada tahun 1970-an telah meluas ke daerah Timur dan Barat, bahkan sampai di luar pulau Jawa. Produk yang pertama kali diproduksi oleh Perusahaan Roti Matahari Pasuruan adalah roti sisir basah dan kemudian setelah ± 5 tahun, baru diproduksi jenis roti yang lain seperti blencong (kering), warmball (basah putih, basah cokelat, basah darmo, dan basah kismis), kasur (basah), rounde (basah putih dan kering putih), sisir biasa (basah putih dan kering putih), dan sisir roombutter (basah cokelat, basah putih, kering cokelat, dan kering putih). Kapasitas produksi pada awal mula berdirinya perusahaan masih belum terlalu besar, untuk memproduksi roti tersebut hanya membutuhkan sekitar 20 kg tepung gandum. Kemudian pada tahun 1960 daerah pemasaran Roti Matahari mulai berkembang dan mengalami peningkatan produksi sebesar 10% setiap tahunnya. Saat ini untuk memproduksi roti dibutuhkan sekitar 200 kg tepung gandum per hari dengan jumlah karyawan sekitar 50 orang. Perkembangan usaha Perusahaan Roti Matahari hanya dilakukan pada toko sedangkan untuk ruang proses pembuatan roti, tidak mengalami perubahan sedikitpun. Perkembangan toko dilakukan seiring dengan pelebaran jalan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Pasuruan pada tahun Lokasi perusahaan yang strategis sangat menentukan kelancaran aktivitas dan besarnya pendapatan perusahaan. Lokasi yang paling ideal bagi perusahaan adalah lokasi dengan biaya operasi paling rendah atau serendah mungkin (Swastha dan Sukotjo, 1995). Lokasi pabrik yang tepat

13 99 dapat menghemat biaya produksi sehingga harga produk dapat bersaing di pasaran. Lokasi Perusahaan Roti Matahari Pasuruan adalah di Jalan Soekarno-Hatta 42 44, Kelurahan Karanganyar, Kecamatan Gading Rejo, Kabupaten Pasuruan, yang merupakan daerah pemasaran yang baik karena berada di pusat kota dan terletak di sisi jalan utama sehingga distribusi produk menjadi lebih mudah, dengan demikian biaya distribusi lebih rendah. Pemasaran penting dilakukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Pemasaran merupakan suatu sistem keseluruhan dari kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan, baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial. (Sumarni dan Soeprihanto, 1998). Pemasaran yang dilakukan oleh sales Perusahaan Roti Matahari dengan menggunakan alat transportasi (mobil) untuk mengangkut produk roti yang akan dipasarkan. Sales menjadi perantara kerja sama Perusahaan Roti Matahari dengan agen di kota-kota seperti Surabaya, Jakarta, Madiun, dan Bali. Pembagian wilayah pemasaran terutama dilakukan di pusat kota sehingga distribusi produk menjadi lebih mudah. Sales menangani permintaan dan pembayaran dari agen dan mempertanggungjawabkannya kepada Kepala Bagian Pemasaran Perusahaan Roti Matahari. Sejak awal berdirinya sampai sekarang, kondisi pemasaran tidak pernah mengalami kejenuhan yang berarti dan mampu bertahan dengan tingkat produktivitas yang tinggi di tengah ketatnya persaingan dengan industri roti lain yang banyak bermunculan di Indonesia. Hal ini dikarenakan adanya kemampuan perusahaan dalam menjaga kualitas produk sehingga produk dari Perusahaan Roti Matahari masih tetap disukai

14 100 oleh konsumen sampai saat ini. Selang beberapa waktu pendiriannya, Perusahaan Roti Matahari memasarkan produknya ke luar pulau seperti Kalimantan dengan alat transportasi berupa pesawat terbang, namun hanya berlangsung beberapa bulan saja, hal ini disebabkan karena biaya transportasi yang cukup mahal, sehingga tidak seimbang dengan keuntungan yang diperoleh, selain itu karena umur simpan roti yang pendek. Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan serta inginkan lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan orang lain (Kotler, 1996). Dalam pemasaran produk tidak terlepas dari adanya pesaing, hal ini dialami pula oleh Perusahaan Roti Matahari Pasuruan yang memiliki pesaing dari perusahaan roti lain seperti Orion dan Kalimas. Untuk mengatasi masalah ini, maka Perusahaan Roti Matahari menyiasati dengan memproduksi roti dalam jumlah yang tidak tetap setiap harinya, tergantung dari situasi dan kondisi pasar. Selain itu, dari segi karakter produknya, ada ciri khas yang mampu membedakan produk Perusahaan Roti Matahari dengan perusahaan lain karena Perusahaan Roti Matahari menggunakan babon (master sponge) yang dibuat dengan menggunakan campuran antara air kelapa dan terigu yang dapat memicu pertumbuhan bakteri dan yeast (ragi) karena kandungan mineral dan karbohidrat yang tinggi. Babon tersebut mampu mengembangkan volume adonan roti pada saat proses fermentasi karena menghasilkan gas CO 2. Selain itu adonan dalam pembuatan roti Matahari cenderung bersifat asam (sourdough). Sourdough adalah jenis roti yang dikembangkan oleh starter yang berisi strain bakteri asam laktat antara lain Lactobacillus brevis var. lindneri, L. fructivorans, dan L. farciminis dan yeast antara lain Candida krusei, Saccharomyces cerevisiae, Pichia saitoi, dan Torulopsis

15 101 holmii (Sugihara, 1985 dalam Gilliland, 1985). Fermentasi ini menghasilkan CO 2 dan asam laktat yang akan menimbulkan flavor spesifik dan rasa masam pada produk. Saluran yang ditempuh suatu barang dari produsen sampai pada konsumen berbeda-beda, tergantung dari jenis barang yang didistribusikan, pasar, sifat permintaan dan persaingan antara para penjual (Adikoesoemah, 1978). Menurut Adikoesoemah (1978), saluran-saluran distribusi untuk barang-barang konsumen dapat dilakukan melalui beberapa cara yaitu: a. Saluran langsung dari produsen kepada konsumen (merupakan saluran distribusi pendek). b. Saluran distribusi dari produsen kepada pedagang eceran (retailer) dan dari pedagang eceran ini dibagikan kepada konsumen. c. Produsen menjual barangnya kepada pedagang besar, kemudian dijual kepada pedagang eceran dan akhirnya pedagang eceran menjual barang itu kepada konsumen. d. Produsen menjual barangnya kepada pedagang besar (wholeseller), kepada pedagang eceran besar (large retailer) dan perusahaan cabang (chain store), kemudian pedagang besar menjualnya kepada pedagang eceran kecil. Cara distribusi ini dapat disebut sebagai saluran distribusi yang intensif yaitu menggunakan penyalur sebanyak-banyaknya supaya dapat menjangkau lokasi konsumen yang tersebar (Gitosudarmo, 1992). e. Kombinasi dari keempat tipe di atas yaitu produsen menjual kepada pedagang besar dan pedagang eceran di kota, kemudian pedagang besar menjual kepada pedagang eceran di desa, lalu kedua pedagang eceran tersebut menjual kepada konsumen. Upaya yang telah dilakukan oleh Perusahaan Roti Matahari antara lain:

16 102 a. Melalui toko pemilik Perusahaan Roti Matahari itu sendiri, yang berlokasi di jalan Soekarno-Hatta no. 42 Pasuruan; penjualan ini ditujukan untuk menjual roti secara eceran kepada konsumen (pendistribusian langsung). b. Melalui agen yang berada di kota-kota tempat pemasaran dengan perantaraan sales yang mengirimkan ke agen dan mengurus pembayaran dari agen ke Perusahaan Roti Matahari Pasuruan. Agen ini akan menyalurkan ke toko yang ada di daerah tersebut dan dijual kepada konsumen, selain itu agen akan menjual kepada sales yang ada di kotakota itu untuk dijual kepada konsumen. Hal tersebut mampu menjaga kelangsungan hidup perusahaan karena adanya peningkatan pelayanan yang baik, sehingga mampu mengarah pada pencapaian kepuasan konsumen, yang didukung oleh kombinasi tugas, wewenang, dan tanggung jawab dari masing-masing lembaga, termasuk usaha dalam menjalin relasi dengan konsumen, dan mencari informasi tentang situasi pasar Umur Simpan Roti Sisir (Basah) (Oleh: Hendik Kristiono NRP ) Bahan pangan olahan seperti halnya roti dapat mengalami penurunan mutu atau kualitasnya dalam jangka waktu penyimpanan tertentu. Pada akhirnya, dengan terjadinya penurunan mutu produk roti itu sudah tidak layak untuk dikonsumsi, walaupun secara fisik belum menunjukkan penyimpangan misalnya belum terjadi perubahan warna, atau belum berjamur. Keadaan ini dapat diartikan bahwa produk roti tersebut sudah kadarluarsa. Masa kadaluwarsa dapat diartikan sebagai batas akhir produk pangan untuk layak (aman) dikonsumsi. Roti sisir merupakan salah satu produk roti basah yang dihasilkan oleh Perusahaan Roti Matahari Pasuruan. Roti ini dibuat dengan bahan

17 103 dasar tepung terigu, telur, babon dan diolesi dengan mentega dan butter setelah pengovenan (sebelum proses pengemasan). Bahan dasar seperti mentega dan butter juga dapat mempengaruhi masa kadaluwarsa karena bahan pangan berbasis mentega dan butter umumnya akan lebih cepat mengalami ketengikan. Selain itu bahan dasar tepung terigu dan telur juga dapat menentukan umur simpan produk roti sisir, karena komponen protein dan karbohidrat dalam tepung terigu dan telur dapat mempengaruhi kadar air dan a w dari produk roti sisir. Oleh karena itu, bahan-bahan penyusun produk pangan juga menentukan umur simpan dari produk tersebut. Ciri ciri roti sisir menjelang masa kadaluwarsa: a. Mulai timbul bau tengik b. Timbul jamur disekitar crumb dan crust roti Beberapa faktor yang dapat menentukan masa kadaluwarsa roti sisir di Perusahaan Roti Matahari adalah cara pengolahan, jenis pengemas, cara pengemasan dan kondisi ruang penyimpanan (RH, suhu, kebersihan). Pengolahan yang dilakukan secara bersih (higienis) dan benar dapat memperpanjang umur simpan misalnya pekerja menggunakan perlengkapan kerja (celemek, penutup kepala). Suhu dan lama pengovenan (200 o C selama menit) yang sesuai diharapkan dapat menekan kontaminan dari mikroba (terutama bakteri dan kapang). Cara mengemas yang baik yaitu dilakukan dengan bersih (menggunakan alat khusus atau sarung tangan untuk memasukan roti dalam kemasan) dan tertutup rapat (seal sempurna) dapat memperpanjang umur simpan roti sisir. Jenis pengemas dapat mempengaruhi masa kadaluwarsa roti sisir, plastik polyprophylene (PP) memiliki sifat kaku, kuat, tahan terhadap lemak dan minyak, memiliki densitas 0,90-0,91 (Kadoya, 1990), sehingga dengan adanya sifat-sifat itu maka jenis plastik ini dapat melindungi produk

18 104 dari berbagai kerusakan. Hal tersebut berbeda dengan plastik jenis LDPE (low density polyethylen) yang tidak tahan terhadap lemak, minyak dan gas. Selain itu jika dibandingkan dengan plastik HDPE, plastik ini bersifat mudah sobek. Penggunan plastik PP pada produk roti sisir masa simpannya akan lebih panjang dibandingkan menggunakan plastik HDPE. karena bila plastik mudah robek, maka selama distribusi dan penyimpanan dapat terjadi kontaminasi dari mikroba. Selain itu dapat terjadi oksidasi karena masuknya oksigen ke dalam produk dan mengoksidasi komponen lemak atau minyak, sehingga menyebabkan tengik dalam jangka waktu penyimpanan yang relatif pendek. Penyimpanan pada RH dan suhu yang sesuai dapat memperpanjang umur simpan roti sisir seperti pada contoh perhitungan. Menurut Syarief dkk. (1989), umur simpan produk dapat dihitung dengan rumus: ( Mc Mo) 1 H Tr = Wo 100 A D Ho + Hc H 2 dengan: Tr = laju permeabilitas air (g/m 2 /hari) M c = kadar air kritis (%) M o = kadar air awal (%) W o = berat bahan (g) A = luas permukaan (m 2 ) D = waktu penyimpanan (hari) H = kelembaban ruang penyimpanan (%) H o = kelembaban relatif awal (%) H c = kelembaban relatif produk pada kadar air kritis (%)

19 105 Rumus tersebut menunjukkan faktor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap umur simpan bahan pangan (dalam hal ini adalah roti sisir yang basah). Bahan kemasan dengan permeabilitas tertentu (terhadap gas maupun uap air) sebaiknya disesuaikan dengan kadar air roti sisir (basah) yang berkisar antara 28-30%, sehingga dapat menjaga kualitas produk dalam jangka waktu tertentu. Contoh perhitungan untuk menentukan umur simpan roti sisir (basah) adalah: Jika diketahui berat roti sisir 100 gram, memiliki kadar air awal 30% ekuivalen dengan RH 47% dikemas dalam plastik yang berukuran (21x21) cm dan disimpan dalam ruangan yang memiliki kondisi RH 75% dan suhunya 37 C. Kadar air kritisnya 32% ekuivalen dengan RH 50%. Apabila laju permeabilitas air dari kemasan Polipropilen roti sisir adalah 5 g/m 2 /hari, pada RH 90% dan suhu 38 C (tekanan uap air jenuh pada suhu 38 C=P 1 =59mmHg) (Syarief dkk., 1989), maka umur simpan roti sisir (basah) tersebut adalah : Diketahui: Wo = 100 g Mo = 30%, Ho = 47% Mc = 32%, Hc = 50% A = (21x21)x2 = 882 cm 2 = 0,0882 m 2 Tr = 5 g/m 2 /hari Ditanya: D =? Jawab:

20 106 (32 30) Tr = ,0882 D = ,0882 D 26,5 D = 12,8 13hari Jadi daya simpan dari roti sisir yang disimpan pada RH ruangan 75% dan laju permeabilitas air 5 g/m 2 /hari adalah 13 hari. Sedangkan Perusahaan Roti Matahari menetapkan waktu kadaluarsa untuk roti sisir basah adalah 14 hari. Rumus diatas adalah perhitungan waktu kadaluarsa roti sisir basah berdasarkan kadar air dan RH, karena kerusakan roti sisir pada Perusahaan Roti Matahari lebih diakibatkan oleh pertumbuhan kapang. Apabila kerusakan yang terjadi pada roti sisir lebih diakibatkan oleh ketengikan, maka perlu dilakukan analisa terhadap kandungan asam lemak tak jenuh pada roti sisir karena asam lemak tak jenuh adalah penyebab utama ketengikan pada roti. Hal ini disebabkan karena asam lemak tak jenuh mudah teroksidasi menghasilkan radikal bebas yang memicu timbulnya bau tengik. Semakin banyak kandungan asam lemak tak jenuh pada roti sisir maka roti sisir semakin rentan untuk mengalami ketengikan. Jumlah asam lemak tak jenuh dapat diketahui melaui uji bilangan iodin. Semakin tinggi bilangan iodin, maka kandungan asam lemak jenuhnya semakin tinggi. Menurut Sudarmadji, dkk (1996) rumus perhitungan bilangan iodin adalah sebagai berikut: Angka Yodium : ml titrasi (blanko-contoh) x N Na 2 S 2 O 3 x 12,691 g lemak

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Riwayat Singkat dan Perkembangan Perusahaan Perusahaan Roti Matahari Pasuruan berdiri pada tanggal 3 Maret 1955 dan berlokasi di jalan Raya (sekarang jalan Soekarno-Hatta)

Lebih terperinci

BAB IV BAHAN BAKU DAN BAHAN PEMBANTU

BAB IV BAHAN BAKU DAN BAHAN PEMBANTU BAB IV BAHAN BAKU DAN BAHAN PEMBANTU Roti merupakan salah satu produk pengolahan pangan yang banyak beredar di pasaran, mempunyai karakteristik yang sangat beragam baik dari segi bentuk, aroma, rasa dan

Lebih terperinci

PROSES PENGOLAHAN ROTI DI PERUSAHAAN ROTI MATAHARI PASURUAN

PROSES PENGOLAHAN ROTI DI PERUSAHAAN ROTI MATAHARI PASURUAN 120 PROSES PENGOLAHAN ROTI DI PERUSAHAAN ROTI MATAHARI PASURUAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN OLEH : VITO KRISTIAN (6103007017) DONNY VINCENTIUS L. M. (6103007132) HENDIK KRISTIONO (6103007134)

Lebih terperinci

BAB V PROSES PENGOLAHAN

BAB V PROSES PENGOLAHAN BAB V PROSES PENGOLAHAN 5.1. Pengertian Proses pengolahan dapat didefinisikan sebagai proses pembuatan suatu produk dari bahan mentah dan bahan asal, serta kegiatan-kegiatan penanganan dan pengawetan produk

Lebih terperinci

BAB X PENGAWASAN MUTU

BAB X PENGAWASAN MUTU BAB X PENGAWASAN MUTU Pengawasan mutu merupakan aktivitas (manajemen perusahaan) untuk menjaga dan mengarahkan agar kualitas produk dan jasa perusahaan dapat mempertahanan sebagaimana yang telah direncanakan

Lebih terperinci

BAB VI PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN

BAB VI PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN BAB VI PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN 6.1. Bahan Pengemas Dan Metode Pengemasan Menurut Suyitno (1990), pengemasan adalah penempatan produk didalam suatu kemasan untuk memberikan proteksi atau perlindungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tempe merupakan produk pangan tradisional Indonesia berbahan dasar kacang

I. PENDAHULUAN. Tempe merupakan produk pangan tradisional Indonesia berbahan dasar kacang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Tempe merupakan produk pangan tradisional Indonesia berbahan dasar kacang kedelai (Glycine max) yang diolah melalui proses fermentasi oleh kapang. Secara umum,

Lebih terperinci

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri PENANGANAN Jenis Kerusakan Bahan Pangan Kerusakan mikrobiologis Kerusakan mekanis Kerusakan fisik Kerusakan biologis Kerusakan kimia Kerusakan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI FERMENTASI PANGAN. Agroindustrial Departement, Faculty of Agricultural Technology, Brawijaya University

TEKNOLOGI FERMENTASI PANGAN. Agroindustrial Departement, Faculty of Agricultural Technology, Brawijaya University TEKNOLOGI FERMENTASI PANGAN Agroindustrial Departement, Faculty of Agricultural Technology, Brawijaya University SEJARAH FERMENTASI Berasal dr bahasa latin fervere artinya adalah merebus (to boil) Terkait

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Mutu Organoleptik Biskuit Selama Penyimpanan Uji kesukaan dan mutu hedonik merupakan salah satu cara untuk uji sensori suatu produk. Uji kesukaan dan mutu hedonik dilakukan

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING. (Laporan Penelitian) Oleh

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING. (Laporan Penelitian) Oleh PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING (Laporan Penelitian) Oleh PUTRI CYNTIA DEWI JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PETANIAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakterisasi Tepung Onggok Karakterisasi tepung onggok dapat dilakukan dengan menganalisa kandungan atau komponen tepung onggok melalui uji proximat. Analisis proximat adalah

Lebih terperinci

Energi Alternatif. Digester anaerob. Penambahan Bahan Aditif. Tetes Tebu

Energi Alternatif. Digester anaerob. Penambahan Bahan Aditif. Tetes Tebu PERANAN TETES TEBU DALAM PRODUKSI BIOGAS Pembimbing : Dr. rer.nat.triwikantoro, M.Sc Dr. Melania Suweni M, M.T Oleh : Amaliyah Rohsari Indah Utami (1108201007) Latar Belakang Krisis Bahan bakar Protokol

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Roti tawar merupakan salah satu produk turunan dari terigu yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia khususnya masyarakat perkotaan, namun tepung terigu yang

Lebih terperinci

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN BAB VI PEMBAHASAN Kefir adalah susu yang difermentasi dengan Kefir Grains yang terdiri dari berbagai jenis bakteri asam laktat dan ragi. Kefir, sejenis susu fermentasi yang terbuat dari bakteri hidup.

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kubis putih (Brassica oleracea) merupakan salah satu komoditi pertanian yang banyak dibudidayakan di Indonesia, dapat dipasarkan tanpa terpengaruh musim. Di Jawa Tengah,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar merupakan jenis umbi-umbian yang dapat digunakan sebagai pengganti

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar merupakan jenis umbi-umbian yang dapat digunakan sebagai pengganti I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ubi jalar merupakan jenis umbi-umbian yang dapat digunakan sebagai pengganti makanan pokok karena mengandung karbohidrat sebesar 27,9 g yang dapat menghasilkan kalori sebesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk memenuhi kebutuhan protein hewani, salah satu bahan pangan asal ternak yang dapat digunakan adalah susu. Susu merupakan bahan makanan yang istimewa bagi manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara di Asia yang memiliki lahan pertanian cukup luas dengan hasil pertanian yang melimpah. Pisang merupakan salah

Lebih terperinci

Bab IV Data dan Hasil Pembahasan

Bab IV Data dan Hasil Pembahasan Bab IV Data dan Hasil Pembahasan IV.1. Seeding dan Aklimatisasi Pada tahap awal penelitian, dilakukan seeding mikroorganisme mix culture dengan tujuan untuk memperbanyak jumlahnya dan mengadaptasikan mikroorganisme

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN JASAD RENIK

PERTUMBUHAN JASAD RENIK PERTUMBUHAN JASAD RENIK DEFINISI PERTUMBUHAN Pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai pertambahan secara teratur semua komponen di dalam sel hidup. Pada organisme multiselular, yang disebut pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dan sumber kalori yang cukup tinggi, sumber vitamin (A, C,

Lebih terperinci

1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat 1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Peneltian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Selama fermentasi berlangsung terjadi perubahan terhadap komposisi kimia substrat yaitu asam amino, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral, selain itu juga

Lebih terperinci

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN BAB VI PEMBAHASAN Dalam praktikum ini membahas mengenai inokulum tape. Tape adalah sejenis panganan yang dihasilkan dari proses peragian ( fermentasi). Tape bisa dibuat dari singkong (ubi kayu) dan hasilnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1960-an ubi jalar telah menyebar hampir di seluruh Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1960-an ubi jalar telah menyebar hampir di seluruh Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L) berasal dari Amerika Tengah, pada tahun 1960-an ubi jalar telah menyebar hampir di seluruh Indonesia (Rukmana, 2001). Ubi jalar (Ipomoea

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Tanaman Singkong Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang cukup potensial di Indonesia selain padi dan jagung. Tanaman singkong termasuk

Lebih terperinci

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN EFEK PENGERINGAN TERHADAP PANGAN HASIL TERNAK PERLAKUAN SEBELUM

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. masyarakat. Permintaan daging broiler saat ini banyak diminati oleh masyarakat

PENDAHULUAN. masyarakat. Permintaan daging broiler saat ini banyak diminati oleh masyarakat I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Broiler merupakan unggas penghasil daging sebagai sumber protein hewani yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat. Permintaan daging

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perubahan Konsentrasi O dan CO dalam Kemasan mempunyai densitas antara.915 hingga.939 g/cm 3 dan sebesar,9 g/cm 3, dimana densitas berpengaruh terhadap laju pertukaran udara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar mengandung karbohidrat sebanyak 27,9 g yang dapat menghasilkan

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar mengandung karbohidrat sebanyak 27,9 g yang dapat menghasilkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ubi jalar mengandung karbohidrat sebanyak 27,9 g yang dapat menghasilkan kalori sebesar 123 kalori per 100 g bahan (Rukmana, 1997). Berdasarkan kandungan tersebut, ubi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Produk Fermentasi Fermentasi merupakan teknik yang dapat mengubah senyawa kompleks seperti protein, serat kasar, karbohidrat, lemak dan bahan organik lainnya

Lebih terperinci

dari reaksi kimia. d. Sumber Aseptor Elektron

dari reaksi kimia. d. Sumber Aseptor Elektron I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan didefenisikan sebagai pertambahan kuantitas konstituen seluler dan struktur organisme yang dapat dinyatakan dengan ukuran, diikuti pertambahan jumlah, pertambahan

Lebih terperinci

IV. Hasil dan Pembahasan

IV. Hasil dan Pembahasan IV. Hasil dan Pembahasan 4.1. Keasaman Total, ph. Ketebalan Koloni Jamur dan Berat Kering Sel pada Beberapa Perlakuan. Pada beberapa perlakuan seri pengenceran kopi yang digunakan, diperoleh data ph dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yaitu berkisar jam pada suhu ruang 27 C. Salah satu alternatif untuk

I. PENDAHULUAN. yaitu berkisar jam pada suhu ruang 27 C. Salah satu alternatif untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mie basah merupakan produk pangan yang terbuat dari terigu dengan atau tanpa penambahan bahan pangan lain dan bahan tambahan pangan yang diizinkan, berbentuk khas mie (Badan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan Pengeringan yang dilakukan dua kali dalam penelitian ini bertujuan agar pengeringan pati berlangsung secara merata. Setelah dikeringkan dan dihaluskan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Jenis makanan basah ataupun kering memiliki perbedaan dalam hal umur simpan

1. PENDAHULUAN. Jenis makanan basah ataupun kering memiliki perbedaan dalam hal umur simpan 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Parameter sensori sangat penting pada tahap penelitian dan pengembangan produk pangan baru. Produk baru yang dihasilkan harus memiliki penanganan yang tepat agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Limbah telah menjadi masalah utama di kota-kota besar Indonesia. Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Limbah telah menjadi masalah utama di kota-kota besar Indonesia. Pada tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Limbah telah menjadi masalah utama di kota-kota besar Indonesia. Pada tahun 2020, volume sampah perkotaan di Indonesia diperkirakan akan meningkatlima kali lipat (Fatimah,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. panjang serta bersifat anaerob fakultatif dan katalase negatif (Prescott et al.,

I. PENDAHULUAN. panjang serta bersifat anaerob fakultatif dan katalase negatif (Prescott et al., 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lactobacillus merupakan genus terbesar dalam kelompok bakteri asam laktat (BAL) dengan hampir 80 spesies berbeda. Bakteri ini berbentuk batang panjang serta bersifat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Calf starter merupakan susu pengganti (milk replacer) yang diberikan ke

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Calf starter merupakan susu pengganti (milk replacer) yang diberikan ke 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Calf Starter Calf starter merupakan susu pengganti (milk replacer) yang diberikan ke pedet untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya (Winarti et al., 2011). Kebutuhan pedet dari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering 33 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering Hasil penelitian mengenai pengaruh biokonversi biomassa jagung oleh mikroba Lactobacillus plantarum, Saccharomyces cereviseae,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: Latar belakang, Identifikasi masalah,

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: Latar belakang, Identifikasi masalah, I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: Latar belakang, Identifikasi masalah, Maksud dan tujuan penelitian, Manfaat penelitian, Kerangka Berpikir, Hipotesa penelitian dan Waktu dan tempat penelitian.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Fermentasi Alkohol Fermentasi merupakan kegiatan mikroba pada bahan pangan sehingga dihasilkan produk yang dikehendaki. Mikroba yang umumnya terlibat dalam fermentasi adalah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Proses Pengolahan Bumbu Pasta Ayam Goreng Proses pengolahan bumbu pasta ayam goreng meliputi tahapan sortasi, penggilingan, penumisan, dan pengentalan serta pengemasan. Sortasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (Dendrocalamus asper) dan bambu legi (Gigantochloa ater). Keunggulan dari

I. PENDAHULUAN. (Dendrocalamus asper) dan bambu legi (Gigantochloa ater). Keunggulan dari I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rebung merupakan salah satu bahan makanan yang cukup populer di masyarakat. Rebung pada pemanfaatannya biasa digunakan dalam kuliner atau makanan tradisional masyarakat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kacang merah atau kacang jogo tergolong pangan nabati. Kacang merah

TINJAUAN PUSTAKA. Kacang merah atau kacang jogo tergolong pangan nabati. Kacang merah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kacang Merah Kacang merah atau kacang jogo tergolong pangan nabati. Kacang merah atau kacang jogo ini mempunyai nama ilmiah yang sama dengan kacang buncis, yaitu Phaseolus vulgaris

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Fisik Sosis Sapi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Fisik Sosis Sapi HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Fisik Sosis Sapi Nilai ph Sosis Sapi Substrat antimikroba yang diambil dari bakteri asam laktat dapat menghasilkan senyawa amonia, hidrogen peroksida, asam organik (Jack

Lebih terperinci

Respirasi Anaerob (Fermentasi Alkohol)

Respirasi Anaerob (Fermentasi Alkohol) Respirasi Anaerob (Fermentasi Alkohol) I. TUJUAN Mengamati hasil dari peristiwa fermentasi alkohol II. LANDASAN TEORI Respirasi anaerob merupakan salah satu proses katabolisme yang tidak menggunakan oksigen

Lebih terperinci

PROSES PRODUKSI ROTI MANIS DI VIRGIN CAKE & BAKERY SEMARANG

PROSES PRODUKSI ROTI MANIS DI VIRGIN CAKE & BAKERY SEMARANG PROSES PRODUKSI ROTI MANIS DI VIRGIN CAKE & BAKERY SEMARANG Disusun oleh: Ribka Merlyn Santoso 14.I1.0098 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tahu merupakan sumber protein nabati yang banyak dikonsumsi masyarakat dan hampir setiap hari dijumpai dalam makanan sehari hari. Di Cina, tahu sudah menjadi daging

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Stroberi berasal dari benua Amerika, jenis stroberi pertama kali yang ditanam di

I. PENDAHULUAN. Stroberi berasal dari benua Amerika, jenis stroberi pertama kali yang ditanam di 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroberi berasal dari benua Amerika, jenis stroberi pertama kali yang ditanam di Indonesia adalah jenis Fragaria vesca L. Buah stroberi adalah salah satu produk hasil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Singkong ( Manihot esculenta) merupakan salah satu komoditas yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Singkong ( Manihot esculenta) merupakan salah satu komoditas yang memiliki I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Singkong ( Manihot esculenta) merupakan salah satu komoditas yang memiliki nilai ekonomi dan telah banyak dikembangkan karena kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

I. PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi I. PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian. BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pengawetan dengan suhu rendah bertujuan untuk memperlambat atau menghentikan metabolisme. Hal ini dilakukan berdasarkan fakta bahwa respirasi pada buah dan sayuran tetap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ethanol banyak dipergunakan dalam berbagai aspek kehidupan, baik industri

BAB I PENDAHULUAN. Ethanol banyak dipergunakan dalam berbagai aspek kehidupan, baik industri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ethanol banyak dipergunakan dalam berbagai aspek kehidupan, baik industri maupun untuk keperluan sehari-hari. Ethanol merupakan salah satu produk industri yang penting

Lebih terperinci

Effect of ammonium concentration on alcoholic fermentation kinetics by wine yeasts for high sugar content

Effect of ammonium concentration on alcoholic fermentation kinetics by wine yeasts for high sugar content NAMA : FATMALIKA FIKRIA H KELAS : THP-B NIM : 121710101049 Effect of ammonium concentration on alcoholic fermentation kinetics by wine yeasts for high sugar content 1. Jenis dan sifat Mikroba Dalam fermentasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikroorganisme Lokal (MOL) Mikroorganisme lokal (MOL) adalah mikroorganisme yang dimanfaatkan sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik padat maupun pupuk cair. Bahan utama

Lebih terperinci

MIKROBIOLOGI INDUSTRI Memanfaatkan mo sbg kompnen untuk industri Produk mo dlm industri: zat kimia, antibiotik, zat tumbuh, enzim, makanan dan minuman

MIKROBIOLOGI INDUSTRI Memanfaatkan mo sbg kompnen untuk industri Produk mo dlm industri: zat kimia, antibiotik, zat tumbuh, enzim, makanan dan minuman MIKROORGANISME dan INDUSTRI MAKANAN KULIAH TEKNOLOGI FERMENTASI OLEH: SITI AMINAH MIKROBIOLOGI INDUSTRI Memanfaatkan mo sbg kompnen untuk industri Produk mo dlm industri: zat kimia, antibiotik, zat tumbuh,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lactobacillus merupakan salah satu mikroorganisme yang aman jika ditambahkan dalam bahan pangan karena sifatnya tidak tosik dan tidak menghasilkan toksik. Bahkan, Lactobacillus

Lebih terperinci

5.1 Total Bakteri Probiotik

5.1 Total Bakteri Probiotik V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Total Bakteri Probiotik Berdasarkan hasil pengamatan (Lampiran 3) menunjukkan bahwa perlakuan penambahan bakteri L. acidophilus pada perbandingan tepung bonggol pisang batu

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. SUSUT BOBOT Susut bobot merupakan salah satu faktor yang mengindikasikan mutu tomat. Perubahan terjadi bersamaan dengan lamanya waktu simpan dimana semakin lama tomat disimpan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. SIFAT FISIS MEKANIS BAHAN PENGEMAS B. KARAKTERISASI AWAL YOGURT KACANG HIJAU

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. SIFAT FISIS MEKANIS BAHAN PENGEMAS B. KARAKTERISASI AWAL YOGURT KACANG HIJAU IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. SIFAT FISIS MEKANIS BAHAN PENGEMAS Sifat-sifat fisis-mekanis kemasan yang digunakan untuk mengemas yogurt kacang hijau dapat dilihat pada Tabel 4. Berdasarkan Tabel 4, dapat

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG V. HASIL PEMBAHASAN 5.1. Sukrosa Perubahan kualitas yang langsung berkaitan dengan kerusakan nira tebu adalah penurunan kadar sukrosa. Sukrosa merupakan komponen utama dalam nira tebu yang dijadikan bahan

Lebih terperinci

Tabel 1. Pola Respirasi Buah Klimakterik dan Non Klimakterik Jeruk (blanko: 24,5 ml) Warna Hijau kekuningan (+) Hijau kekuningan (++)

Tabel 1. Pola Respirasi Buah Klimakterik dan Non Klimakterik Jeruk (blanko: 24,5 ml) Warna Hijau kekuningan (+) Hijau kekuningan (++) V. HASIL PENGAMATAN Tabel 1. Pola Buah Klimakterik dan Non Klimakterik Jeruk (blanko: 24,5 ml) Warna (++) Aroma Khas jeruk Khas jeruk Khas jeruk - - (++) Tekstur (++) Berat (gram) 490 460 451 465,1 450

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat. Sedangkan ketersediaan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat. Sedangkan ketersediaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia, disebabkan kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat. Sedangkan ketersediaan cadangan BBM semakin berkurang, karena

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan andalan bagi. perekonomian Indonesia, karena menghasilkan devisa negara, menyediakan

I. PENDAHULUAN. Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan andalan bagi. perekonomian Indonesia, karena menghasilkan devisa negara, menyediakan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan andalan bagi perekonomian Indonesia, karena menghasilkan devisa negara, menyediakan lapangan kerja dan mendorong

Lebih terperinci

KERUSAKAN BAHAN PANGAN TITIS SARI

KERUSAKAN BAHAN PANGAN TITIS SARI KERUSAKAN BAHAN PANGAN TITIS SARI 1 Sebagian besar dikonsumsi dalam bentuk olahan Pengolahan : Menambah ragam pangan Perpanjang masa simpan bahan pangan Bahan Pangan 2 Komponen Utama Penyusun Bahan Pangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha budidaya ikan pada dewasa ini nampak semakin giat dilaksanakan baik secara intensif maupun ekstensif. Usaha budidaya tersebut dilakukan di perairan tawar, payau,

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kubis merupakan salah satu jenis sayuran yang termasuk dalam famili Brassicaceae, tumbuh di daerah yang berhawa sejuk, yaitu pada ketinggian 800-2000 m di atas permukaan

Lebih terperinci

PAPER BIOKIMIA PANGAN

PAPER BIOKIMIA PANGAN PAPER BIOKIMIA PANGAN BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia terkait erat dengan kehidupan manusia sehari-hari. Mulai dari urusan sandang dan pangan, bahan bakar, obat-obatan sampai bahan konstruksi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. dan mempertahankan kesegaran buah. Pada suhu dingin aktivitas metabolisme

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. dan mempertahankan kesegaran buah. Pada suhu dingin aktivitas metabolisme IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Suhu Suhu merupakan faktor yang sangat penting untuk memperpanjang umur simpan dan mempertahankan kesegaran buah. Pada suhu dingin aktivitas metabolisme menjadi lambat sehingga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan

I. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pakan merupakan faktor utama penentu keberhasilan usaha peternakan, karena sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan biaya

Lebih terperinci

FERMENTASI ETANOL DARI SAMPAH TPS GEBANG PUTIH SURABAYA

FERMENTASI ETANOL DARI SAMPAH TPS GEBANG PUTIH SURABAYA TUGAS AKHIR FERMENTASI ETANOL DARI SAMPAH TPS GEBANG PUTIH SURABAYA Oleh: MUSTIKA HARDI (3304 100 072) Sampah Sampah dapat dimanfaatkan secara anaerobik menjadi alkohol. Metode ini memberikan alternatif

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mudjajanto dan Yulianti (2004). Roti tawar merupakan salah satu jenis roti yang

I. PENDAHULUAN. Mudjajanto dan Yulianti (2004). Roti tawar merupakan salah satu jenis roti yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Roti merupakan produk pangan hasil fermentasi tepung dengan ragi roti atau bahan pengembang lainnya yang kemudian dipanggang untuk mematangkannya Mudjajanto dan Yulianti

Lebih terperinci

MIKROBIOLOGI PANGAN TITIS SARI

MIKROBIOLOGI PANGAN TITIS SARI MIKROBIOLOGI PANGAN TITIS SARI Ilmu yang mempelajari kehidupan makhluk mikroskopik Mikroorganisme atau jasad renik MIKROBIOLOGI Ukuran sangat kecil, hanya dapat diamati dengan bantuan mikroskop Spoilage

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Seleksi Mikroorganisme Pada tahap ini digunakan 9 spesies mikroorganisme seperti tertera pada Tabel 4.1. Komposisi medium untuk pertumbuhan mikroorganisme terdiri dari

Lebih terperinci

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN BAB VI PEMBAHASAN Pada praktikum ini membahas mengenai Kurva Pertumbuhan Mikroorganisme Selama Proses Fermentasi Kombucha. Kombucha merupakan sebagai minuman hasil fermentasi seduhan teh bergula yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ubi kayu merupakan tanaman pangan yang banyak diproduksi di Indonesia. Produksi ubi kayu di Indonesia pada tahun 2015 mencapai 23.436.384 ton (Badan Pusat Statistik,

Lebih terperinci

Proses Pembuatan Madu

Proses Pembuatan Madu MADU PBA_MNH Madu cairan alami, umumnya berasa manis, dihasilkan oleh lebah madu dari sari bunga tanaman (floral nektar); atau bagian lain dari tanaman (ekstra floral nektar); atau ekskresi serangga cairan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN RESPIRASI PADA TUMBUHAN. Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Fisiologi Tumbuhan

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN RESPIRASI PADA TUMBUHAN. Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Fisiologi Tumbuhan LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN RESPIRASI PADA TUMBUHAN Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Fisiologi Tumbuhan yang diampu oleh Drs.Dahlia, M.Pd Disusun oleh : Kelompok II/Offering A 1. Annas

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mikroorganisme tersebar luas di alam seperti di udara, air, tanah, dalam saluran pencernaan hewan, pada permukaan tubuh dan dapat dijumpai pula pada pangan. Mikroorganisme

Lebih terperinci

Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan

Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan Teknologi Pangan Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan tujuan industri untuk memenuhi permintaan

Lebih terperinci

SMA XII (DUA BELAS) BIOLOGI METABOLISME

SMA XII (DUA BELAS) BIOLOGI METABOLISME JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMA XII (DUA BELAS) BIOLOGI METABOLISME Metabolisme adalah seluruh reaksi kimia yang dilakukan oleh organisme. Metabolisme juga dapat dikatakan sebagai proses

Lebih terperinci

Yoghurt Sinbiotik - Minuman Fungsional Kaya Serat Berbasis Tepung Pisang

Yoghurt Sinbiotik - Minuman Fungsional Kaya Serat Berbasis Tepung Pisang AgroinovasI Yoghurt Sinbiotik - Minuman Fungsional Kaya Serat Berbasis Tepung Pisang Pisang kaya akan karbohidrat dan mempunyai kandungan gizi yang baik yaitu vitamin (provitamin A, B dan C) dan mineral

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Organoleptik Bakso Ikan Nila Merah Uji organoleptik mutu sensorik yang dilakukan terhadap bakso ikan nila merah yang dikemas dalam komposisi gas yang berbeda selama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan dalam kegiatan budidaya ikan. Kebutuhan pakan ikan

I. PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan dalam kegiatan budidaya ikan. Kebutuhan pakan ikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketersediaan pakan yang cukup, berkualitas, dan berkesinambungan sangat menentukan keberhasilan dalam kegiatan budidaya ikan. Kebutuhan pakan ikan akan meningkat seiring

Lebih terperinci

ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN

ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN Anna Rakhmawati,M.Si Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY Email:anna_rakhmawati@uny.ac.id Bahan makanan merupakan salah satu kebutuhan primer manusia yang penting

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi Masalah, (1.3.) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4.) Manfaat Penelitian, (1.5.) Kerangka Pemikiran, (1.6.) Hipotesis

Lebih terperinci

Pengaruh Hidrolisa Asam pada Produksi Bioethanol dari Onggok (Limbah Padat Tepung Tapioka) Oleh :

Pengaruh Hidrolisa Asam pada Produksi Bioethanol dari Onggok (Limbah Padat Tepung Tapioka) Oleh : Pengaruh Hidrolisa Asam pada Produksi Bioethanol dari Onggok (Limbah Padat Tepung Tapioka) Oleh : Rizka Dwi Atika Arinda Dwi Apsari 2309 105 006 2309 105 010 Page 1 LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOKIMIA JURUSAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya bioteknologi, terdapat kecenderungan bahwa

I. PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya bioteknologi, terdapat kecenderungan bahwa 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin berkembangnya bioteknologi, terdapat kecenderungan bahwa masyarakat lebih mengutamakan makanan yang bebas dari pencemaran bahan kimia sintetik dan antibiotik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian

I. PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan sumber makanan yang bergizi tinggi. Jamur juga termasuk bahan pangan alternatif yang disukai oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan sumber makanan yang bergizi tinggi. Jamur juga termasuk bahan pangan alternatif yang disukai oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan sumber makanan yang bergizi tinggi. Jamur juga termasuk bahan pangan alternatif yang disukai oleh semua lapisan masyarakat. Salah satu jamur yang banyak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah TINJAUAN PUSTAKA Ampas Sagu Pemanfaatan limbah sebagai bahan pakan ternak merupakan alternatif dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah mempunyai proporsi pemanfaatan yang besar

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

BAB III RANCANGAN PENELITIAN BAB III RANCANGAN PENELITIAN Percobaan yang akan dilakukan adalah fermentasi minyak kelapa dengan bantuan mikroorganisme yang menghasilkan enzim protease dan menganalisis kualitas minyak yang dihasilkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan bakar memiliki peran yang penting dalam kehidupan manusia. Krisis energi yang terjadi di dunia dan peningkatan populasi manusia sangat kontradiktif dengan kebutuhan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking TINJAUAN PUSTAKA Itik Peking Itik peking adalah itik yang berasal dari daerah China. Setelah mengalami perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking dapat dipelihara

Lebih terperinci

Nova Nurfauziawati Kelompok 11A VI. PEMBAHASAN

Nova Nurfauziawati Kelompok 11A VI. PEMBAHASAN VI. PEMBAHASAN merupakan proses katabolisme atau penguraian senyawa organik menjadi senyawa anorganik. sebagai proses oksidasi bahan organik yang terjadi didalam sel dan berlangsung secara aerobik maupun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mineral. Susu adalah suatu cairan yang merupakan hasil pemerahan dari sapi atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mineral. Susu adalah suatu cairan yang merupakan hasil pemerahan dari sapi atau 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Susu Susu merupakan bahan pangan yang baik bagi manusia karena mengandung zat gizi yang tinggi, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Susu adalah suatu

Lebih terperinci