BAB 7 RINGKASAN, KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI

Transkripsi

1 BAB 7 RINGKASAN, KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI 7.1. Ringkasan Sebagai bentuk dari tanggung jawab pemerintahan kabupaten dan kota dalam melakukan pengelolaan sumber dayanya, pemerintah telah menerbitkan instruksi presiden republik Indonesia (Inpres) nomor 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi pemerintah (AKIP). Hal ini dilakukan sesuai dengan pertimbangan pada inpres tersebut yaitu dalam rangka lebih meningkatkan pelaksanaan pemerintahan yang lebih berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab, dipandang perlu adanya pelaporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah untuk mengetahui kemampuannya dalam pencapaian visi, misi dan tujuan organisasi. Namun dalam realitanya hasil evaluasi LAKIP Tahun 2012 oleh Kemeneg PAN & RB bahwa kebanyakan LAKIP memiliki kekurangan antara lain, belum selarasnya dokumen-dokumen perencanaan, ketidakmampuan mendefinisikan kinerja dan ketidakmampuan menyusun indikator kinerja yang baik. Dari permasalahan tersebut, penulis tertarik untuk melakukan evaluasi atas sistem pengukuran kinerja pada Dinas Bangunan Gedung dan Aset Daerah Kota Yogyakarta. Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui apakah indikator kinerja yang disusun Dinas Bangunan Gedung dan Aset Daerah Kota Yogyakarta dilakukan dengan sungguh-sungguh sebagai suatu kebutuhan dan kemestian dalam 81

2 82 meningkatkan manajemen kinerja pemerintah yang profesional dan berorientasi pada hasil. Atau hanya untuk memenuhi ketentuan perundangan tanpa mengetahui esensinya. Pertanyaan yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah Apakah sistem pengukuran kinerja pada Dinas Bangunan Gedung dan Aset Daerah Kota Yogyakarta telah sesuai dengan peraturan yang dibuat oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara? Bagaimana model Cetak Biru Kinerja dapat digunakan untuk mengevaluasi sistem pengukuran kinerja pada Dinas Bangunan Gedung dan Aset Daerah Kota Yogyakarta? Dan Bagaimana model Cetak Biru Kinerja dapat digunakan untuk mengevaluasi indikator kinerja yang telah disusun oleh Dinas Bangunan Gedung dan Aset Daerah Kota Yogyakarta? Tujuan dari penelitian adalah untuk Mengevaluasi kesesuaian informasi pengukuran kinerja Dinas Bangunan Gedung dan Aset Daerah Kota Yogyakarta dengan peraturan yang ada pada Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara, Menjelaskan sistem pengukuran kinerja pada Dinas Bangunan Gedung dan Aset Daerah Kota Yogyakarta dengan panduan model Cetak Biru Kinerja, serta Menjelaskan indikator kinerja yang digunakan Dinas Bangunan Gedung dan Aset Daerah Kota Yogyakarta sebagai ukuran kesuksesan dalam mencapai sasaran kinerja dengan model Cetak Biru Kinerja. Agar dapat mengetahui kendala pada saat melakukan implementasi penyusunan indikator kinerja dalam kerangka SAKIP, maka hasil dari analisis dokumen ditindaklanjuti dengan melakukan wawancara kepada pihak yang terlibat dalam penyusunan indikator kinerja dengan tahapan menyusun transkrip 82

3 83 hasil wawancara, melakukan reduksi data, kategori data, dan sintesisasi data dan yang terakhir melakukan penarikan kesimpulan. Analisis indikator kinerja menggunakan model Cetak Biru Kinerja yang terdiri dari analisis model logika dan empat kuadran. Analisis model logika dilakukan untuk menguji apakah telah terjadi kesesuaian informasi antara dokumen perencanaan hingga pelaporan pada Dinas Bangunan Gedung dan Aset Daerah Kota Yogyakarta. Analisis empat kuadran akan menempatkan indikator kinerja pada peta indikator dengan dua pendekatan yaitu effort & effect serta quantity & quality. Selanjutnya dari hasil evaluasi sistem pengukuran kinerja Dinas Bangunan Gedung dan Aset Daerah Kota Yogyakarta., disusunlah suat kesimpulan dengan mengemukakan keterbatasan penelitian dan selanjutnya, penulis mencoba menyampaikan saran-saran perbaikan kepada pihak Dinas Bangunan Gedung dan Aset Daerah Kota Yogyakarta Kesimpulan Penelitian ini merupakan evaluasi yang menilai proses pengukuran kinerja pada Dinas Bangunan Gedung dan Aset Daerah Kota Yogyakarta dengan melakukan analisis atas sasaran kinerja dan indikator kinerja pada dokumen perencanaan dan pelporan kinerja. Dari hasil pembahasan Bab VI, dapat ditarik kesimpulan antara lain: 1. Dinas Bangunan Gedung dan Aset Daerah (DBGAD) Kota Yogyakarta telah membuat Laporan Akuntabilitas Kinerja sesuai dengan apa yang terdapat pada Permenpan 29 tahun

4 84 2. Sistem pengukuran kinerja dari mulai perencanaan hingga pelaporan kinerja sudah cukup menggambarkan kesesuaian informasi (hubungan yang logis), akan tetapi masih ada perbedaan antara dokumen perencanaan dan pelaporan. 3. Indikator kinerja pada Dinas Bangunan Gedung dan Aset Daerah Kota Yogyakarta dalam mencapai visi misinya sudah cukup menggambarkan hubungan yang logis, akan tetapi masih ada ketidaksesuaian informasi terjadi pada indikator kinerja dalam dokumen perencanaan dan dokumen pelaporan kinerja. Hasil evaluasi menggunakan four quadrant analysis memberikan gambaran bahwa indikator kinerja Dinas Bangunan Gedung dan Aset Daerah Kota Yogyakarta sebagian besar masih berfokus pada kuadran 1 yakni Effort Quantity untuk tahun 2010 dan kuadran 3 yakni Effect Quantity untuk tahun 2011 dan Dinas Bangunan Gedung dan Aset Daerah Kota Yogyakarta bersifat output minded karena memang sifat dinas ini yang memang pembangunan infrastruktur Keterbatasan Keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut; 1. Penelitian ini hanya berfokus pada evaluasi proses penyusunan indikator kinerja tanpa mengevaluasi apakah indikator kinerja yang dilaporkan pada Dinas Bangunan Gedung dan Aset Daerah Kota Yogyakarta telah tercapai sebagaimana yang dilaporkan. 84

5 85 2. Penelitian hanya dilakukan pada Dinas Bangunan Gedung dan Aset Daerah Kota Yogyakarta dengan karakteristiknya yang membuat hasil penelitian ini tidak bisa di generalisasi secara umum untuk SKPD lain di Indonesia walaupun memiliki hasil evaluasi yang sama dari penilaian Kemenpan&RB yang dibantu oleh BPKP Rekomendasi Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian sebagaimana dikemukakan pada bagian sebelumnya dan kendala-kendala dalam penyusunan indikator kinerja, maka peneliti menyarankan kepada pemerintah Dinas Bangunan Gedung dan Aset Daerah Kota Yogyakarta sebaiknya melakukan hal-hal berikut; 1. Menyusun indikator kinerja untuk setiap dokumen pada sistem akuntabilitas instansi pemerintah dengan menggunakan model Cetak Biru Kinerja (Performance Blueprint) yang didalamnya menggunakan alat model logika untuk membantu pemerintah Dinas Bangunan Gedung dan Aset Daerah Kota Yogyakarta menyediakan informasi yang memiliki hubungan yang logis antara dokumen perencanaan dan dokumen pelaporan. 2. Indikator kinerja output pada pemerintah Dinas Bangunan Gedung dan Aset Daerah Kota Yogyakarta sebaiknya disusun dengan fokus diarahkan untuk mencapai kuadran 4 yang bisa dibuat dengan pemetaan four quadrant analysis 3. Dinas Bangunan Gedung dan Aset Daerah Kota Yogyakarta sebaiknya melakukan pelatihan yang berkesinambungan yang melibatkan seluruh perwakilan yang berkepentingan dalam melakukan penyusunan dan pelaporan 85

6 86 indikator kinerja dengan melibatkan perguruan tinggi yang berkompeten dalam hal penyusunan indikator kinerja yang benar dan baik. 4. Mengalokasikan anggaran untuk membangun SAKIP sehingga menghasilkan kualitas dokumen dan SDM yang dapat di banggakan oleh Dinas Bangunan Gedung dan Aset Daerah Kota Yogyakarta. 86