BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umum Lansia Usia lanjut sebagai tahap akhir kehidupan merupakan sebuah tahap perkembangan yang normal dan akan dialami oleh setiap manusia dan merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari. Batasan lanjut usia dapat ditinjau dari beberapa aspek, antara lainnya: 1. Aspek Umur a. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, lanjut usia didefinisikan sebagai tahap masa tua dalam perkembangan individu dengan batas usia 60 tahun ke atas. b. Menurut Second World Assembly on Ageing (2002), seseorang dapat dikatakan sebagai lanjut usia ketika mencapai usia 60 tahun ke atas (di negara berkembang) atau usia 65 tahun ke atas (di negara maju). 2. Aspek Biologi Lanjut usia ditinjau dari aspek biologi adalah individu yang telah menjalani proses penuaan, yaitu menurunnya daya tahan fisik yang ditandai dengan semakin rentannya tubuh terhadap serangan berbagai penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan oleh terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ, seriring dengan meningkatnya usia. 3. Aspek Sosial Ditinjau dari aspek sosial, lanjut usia merupakan kelompok sosial tersendiri. Budaya yang berbeda di tiap negara membuat kedudukan kelompok lanjut usia berada di tempat yang berbeda pula. Misalnya di negara-negara berkebudayaan barat, kelompok lanjut usia menduduki strata sosial di bawah kaum muda yang lebih produktif. Sementara, di 9

2 10 masyarakat yang lebih tradisional dan menghargai nilai-nilai keluarga di negara-negara berkebudayaan timur, kelompok lanjut usia menduduki kelas sosial yang tinggi dan dihormati oleh masyarakat. Menurut Marcus dan Francis (1998), berdasarkan tingkat keaktifannya, kelompok lanjut usia dibagi menjadi tiga kategori, yaitu: 1. Go go's. Yaitu warga lansia yang aktif tanpa bantuan orang lain. 2. Slow go's. Yaitu warga lansia yang semi-aktif tanpa bantuan orang lain. 3. No go's. Yaitu warga lansia yang memiliki cacat fisik dan karenanya sangat bergantung pada orang lain. Selain itu, Marcus dan Francis juga mengelompokkan lanjut usia berdasarkan usia dengan kemampuan beserta aktifitasnya. Ketiga kategori ini berkaitan langsung dengan kategori lanjut usia berdasarkan tingkat keaktifan yang telah dipaparkan sebelumnya. Muda - Tua Tua Tua - Tua Usia tahun tahun 80 tahun ke atas Kemampuan Mandiri Cukup mandiri Kurang mandiri dan membutuhkan perawatan lebih Aktifitas Memiliki inisiatif Memiliki inisiatif Inisiatif terbatas, sendiri, mampu sendiri, banyak jarang berpindah, bersosialisasi dan duduk, mampu membutuhkan berekreasi bersosialisasi, perawat, dan dan tidak membutuhkan membutuhkan terapi kesehatan perawat Tabel 2.1 Kategori Lansia Berdasarkan Usia Sumber: People Places: Design Guidelines for Urban Open Space (1998)

3 Panti Jompo 1. Definisi Panti Jompo merupakan suatu wadah pengawasan dan perhatian untuk para lansia. Menurut yayasan Gerontologi Abiyoso, yang dimaksud dengan Panti Jompo adalah suatu wadah bagi warga lanjut usia atau suatu perkumpulan yang berada di suatu pedesaan atau kelurahan yang anggotanya adalah warga lanjut usia. Selain itu, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi dari Panti Jompo menurut kata panti, jompo, dan Panti Jompo, antara lain: a. Panti Panti berarti rumah atau tempat kediaman. Bersangkutan dengan tempat tinggal sebagai bagian dari kebutuhan pokok manusia yaitu 'papan' atau tempat tinggal. b. Jompo Jompo berarti tua sekali dan sudah lemah fisiknya, tua renta. c. Panti Jompo Panti Jompo merupakan rumah tempat menampung, mengurus dan merawat orang jompo. Tempat berkumpulnya warga lansia yang baik secara sukarela ataupun diserahkan oleh pihak keluarga untuk diurus segala keperluannya. Merupakan sebuah kewajiban negara untuk menjaga dan memelihara setiap warga negaranya termasuk warga lansia sebagaimana tercantum dalam Undang- Undang Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia (1998) 2. Sejarah Panti Jompo a. Sejarah Panti Jompo di Amerika Di Amerika, program jaminan sosial nasional, Medicare, dimulai oleh pemerintah pada tahun Program ini menjamin akses asuransi kesehatan untuk warga berusia 65 tahun ke atas. Program ini membuat banyaknya Panti Jompo didirikan, meskipun sebenarnya sudah ada beberapa Panti Jompo yang telah berdiri di tahun 1930an sebagai konsekuensi dari Great Depression dan Social Security Act (1935). b. Sejarah Panti Jompo di Inggris

4 12 Kemunculan Panti Jompo di Inggris adalah pada tahun 1862 di Chelsea, yang dibangun oleh arsitek Christopher Wren. Tetapi, Panti Jompo ini dikhususkan hanya untuk tentara pensiunan dan disebut sebagai Retirement Home for Soldiers, kini bergabung dengan rumah sakit Royal Hospital. Kemudian, usaha pemerintah untuk menyediakan perawatan dasar untuk warga lanjut usia berlangsung pada awal era industri dengan munculnya New Poor Law (1834). Panti Jompo didirikan untuk menyediakan tempat bagi warga lanjut usia yang membutuhkan perawatan khusus. c. Sejarah Panti Jompo di Indonesia Di Indonesia, dalam usaha mewujudkan kesejahteraan sosial bagi warga lansia, pemerintah menetapkan kebijakan untuk membantu dan menyantuni warga lansia baik di dalam maupun di luar Panti Jompo. Pemberian bantuan dan penyantunan kepada warga lansia ditujukan kepada mereka yang kondisi fisik atau ekonominya lemah. Dalam hal ini, Departemen Sosial RI melihat masalah yang dihadapi oleh warga lansia, misalya ketiadaan sanak keluarga, kerabat, dan masyarakat lingkungan yang dapat memberikan bantuan tempat tinggal dan penghidupan, ketiadaan kemampuan ekonomi dari keluarga untuk menjamin penghidupan secara layak, serta kebutuhan penghidupan yang tidak dapat dipenuhi melalui lapangan pekerjaan yang ada. Akhirnya pemerintah mendirikan Panti Jompo yang biasa disebut dengan Sasana Tresna Werdha.

5 13 Gambar Panti Jompo Sasana Tresna Werdha Budi Mulia 1 (Sumber: Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta) Panti Jompo yang pertama didirikan di Jakarta yaitu Panti Jompo Sasana Tresna Werdha Budi Mulia 1 yang terletak di Cipayung, Jakarta Timur, di atas tanah seluas 9000 m 2 pada Agustus Tujuan dari pendirian Panti Jompo ini adalah untuk memberikan Pelayanan sosial bagi lanjut usia terlantar agar dapat hidup secara wajar dalam kehidupan bermasyarakat, yang meliputi perawatan, perlindungan dan pembinaan fisik, spiritual, sosial dan psikologis. 3. Fungsi dan Tujuan Panti Jompo Panti Jompo berarti tempat tinggal warga lansia. Menurut Teori Aktifitas yang dikembangkan oleh Robert J. Havighurst (1961), kebahagiaan dan kepuasan timbul dari adanya keterlibatan dan penyesuaian diri dalam menghadapi tantangan hidup. Semakin warga lansia aktif dan terlibat, semakin kecil kemungkinan mereka menjadi renta dan semakin besar kemungkinan mereka merasa puas dengan kehidupannya. Teori Aktifitas ini menyatakan bahwa individuindividu seharusnya melanjutkan peran-peran masa dewasa tengahnya di sepanjang masa akhir. Dengan itu, sebuah Panti Jompo harus memenuhi kebutuhan warga lansia akan fungsi dan tujuan dari tempat tinggal itu sendiri agar mereka merasa betah tinggal di Panti Jompo. Fungsi Panti Jompo antara lain: Tempat warga lansia dapat beraktifitas dengan aman. Tempat atau wadah warga lansia dirawat dan diberi perhatian. Tempat warga lansia untuk bertemu dan berkumpul dengan komunitasnya dan mendapatkan hiburan. Sarana pengembangan sosial bagi warga lansia agar tidak merasa kesepian atau ditinggalkan. Berdasarkan fungsi di atas, maka tujuan dari Panti Jompo antara lain: Menangani masalah yang dihadapi warga lansia dalam kehidupan sehari-hari. Memberikan tempat tinggal bagi warga lansia untuk dapat memenuhi kebutuhan fisik dan psikologis.

6 14 Meningkatkan standar kehidupan dan kesehatan warga lansia agar mendapat kehidupan yang layak. Meningkatkan kesadaran dan kemampuan warga lansia dalam memeihara kesehatan diri sendiri. Meningkatnya pembinaan dan pelayanan kesehatan warga lansia di Panti Jompo, baik oleh perawat maupun petugas kesehatan. Meningkatkan hubungan sosial antar sesama warga lansia. Terpenuhinya fungsi kesejahteraan untuk warga lansia. Terpenuhinya kebutuhan fisik, psikologis, sosial, dan spiritual warga lansia. 4. Klasifikasi Panti Jompo Berdasarkan Kepemilikan a. Panti Jompo Milik Pemerintah dan Dinas Sosial Keseluruhan kebutuhan pengoperasian Panti Jompo menjadi tanggung jawab pemerintah dengan dana dari kas pemerintah. b. Panti Jompo Milik Swasta atau Yayasan Keseluruhannya dikelola oleh suatu perusahaan baik profit maupun non-profit. Sumber dana berasal dari iuran penghuni atau dari donatur. 5. Klasifikasi Jenis Aktifitas Panti Jompo Berikut adalah klasifikasi jenis aktifitas di dalam Panti Jompo berdasarkan pelakunya: a. Kegiatan Warga Lansia Tidur atau beristirahat. Melakukan aktifitas rutin sehari-hari seperti mandi dan makan. Melakukan kegiatan yang bersifat kesehatan seperti senam dan olahraga. Melakukan kegiatan yang bersifat rekreasi seperti membaca, membuat kerajinan, dan menonton film. Menerima perawatan kesehatan bagi warga lansia (secara rutin maupun non rutin). b. Kegiatan Karyawan (Perawat, Dapur, Kebersihan, dan Keamanan) Menjaga warga lansia 18/7. Mendampingi dan mengurus kebutuhan warga lansia.

7 15 Memberikan perawatan yang bersifat kesehatan kepada warga lansia. Menemani dokter dalam memeriksa kesehatan warga lansia. Mencuci pakaian dan mengganti linen. Memasak dan menyiapkan makanan. Membersihkan lingkungan Panti Jompo. Menjaga keamanan Panti Jompo. c. Kegiatan Karyawan Tidak Tetap (Pengurus) Mengurus hal-hal administrasi Panti Jompo. Merencanakan acara, kegiatan rutin, dan kegiatan khusus. Mendata dan mengawasi warga lansia dan perawat. Mengawasi perkembangan Panti Jompo baik secara fisik dan pelayanan. d. Kegiatan Dokter Memeriksa kesehatan warga lansia. Memberi perawatan kesehatan kepada warga lansia yang sakit. 6. Klasifikasi Jenis Fasilitas Panti Jompo Berdasarkan jenis aktifitas yang telah dijabarkan, berikut adalah klasifikasi jenis fasilitas di dalam Panti Jompo berdasarkan penggunanya: a. Fasilitas Warga Lansia Ruang tidur dan kamar mandi. Area berkumpul. Area makan. Ruang hiburan. Ruang poliklinik. b. Fasilitas Karyawan (Perawat, Dapur, Kebersihan, dan Keamanan) Ruang poliklinik. Ruang mencuci pakaian. Ruang memasak dan persediaan makanan. Ruang penyimpanan alat-alat kebersihan. Ruang istirahat. c. Fasilitas Karyawan Tidak Tetap (Pengurus)

8 16 Ruang kantor. Ruang rapat. Ruang penyimpanan data. d. Fasilitas Dokter Ruang poliklinik. 7. Persyaratan Umum Berdasarkan Undang-Undang Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia Pasal 7 dan 8 (1998), ditetapkan perlunya diadakan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan sosial dalam berntuk bantuan penghidupan dan perawatan kepada warga lansia. Termasuk dalam hal ini adalah fasilitas Panti Jompo. Persyaratan umum dalam pendirian dan pengurusan Panti Jompo berdasarkan Undang-Undang Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia (1998) antara lain: a. Pasal 1 Yang dimaksud dengan lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas, baik yang potensial (mampu melakukan kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa) dan tidak potensial (yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain). b. Pasal 3 Bantuan penghidupan yang dimaksud adalah pemberian tunjangan perawatan kepada warga lansia yang diselenggarakan oleh pemerintah atau badan organisasi swasta perorangan. Upaya peningkatan kesejahteraan sosial warga lansia diarahkan agar warga lansia tetap dapat diberdayakan sehingga berperan dalam kegiatan pembangunan dengan memperhatikan fungsi, kearifan. pengetahuan, keahlian, keterampilan, pengalaman, usia. dan kondisi fisiknya, serta terselenggaranya pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial lanjut usia. c. Pasal 7 Pemerintah memiliki tugas untuk mengarahkan, membimbing. dan menciptakan suasana yang menunjang bagi terlaksananya upaya peningkatan kesejahteraan sosial warga lansia. d. Pasal 8

9 17 Pemerintah, masyarakat, dan keluarga bertanggung jawab atas terwujudnya upaya peningkatan kesejahteraan sosial warga lansia. e. Pasal 9 Pemberdayaan warga lansia dimaksudkan agar tetap dapat melaksanakan fungsi sosialnya dan berperan aktif secara wajar dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bemegara. Berdasarkan pasal-pasal di atas, maka persyaratan seseorang dapat dikatakan jompo apabila: Lanjut usianya. Tua renta, atau lemah kesehatannya. Tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk memenuhi kebutuhan pokok kehidupan sehari-hari. Berumur 60 tahun ke atas, namun dalam keadaan tertentu dapat ditentukan umur yang lebih muda. Jika masih mempunyai atau sanggup mencari nafkah sendiri untuk memenuhi kebutuhan pokok kehidupan sehari-hari, maka belum dapat dikatakan jompo dan tidak membutuhkan pelayanan khusus. Kemungkinan ada bahwa yang bersangkutan, memang tidak berdaya mencari nafkah sendiri, tetapi bila ada orang lain yang memberikan kebutuhan pokok kehidupan sehari-hari, maka belum dapat dikatakan jompo dan tidak membutuhkan pelayanan khusus. Persyaratan dari Keputusan Menteri Sosial RI No. 50/HUK/2004 tentang Standarisasi Panti Sosial dan Pedoman Akreditasi Panti Sosial, termasuk Panti Jompo antara lain: a. Kelembagaan Legalitas Organisasi. Mencakup bukti legalitas dari instansi yang berwenang dalam rangka memperoleh perlindungan dan pembinaan profesional. Organisasi dan Tata Kerja. Memiliki struktur organisasi dan tata kerja dalam penyelenggaraan kegiatan. b. Sumber Daya Manusia Unsur Pimpinan. Yaitu kepala Panti Jompo dan unit-unit di bawahnya.

10 18 Unsur Operasional. Meliputi instruktur, pembimbing rohani, pekerja sosial, dan pejabat fungsional lainnya. Unsur Penunjang. Meliputi perawat, petugas dapur, petugas kebersihan, petugas keamanan, dan sopir. c. Sarana dan Prasarana Pelayanan Teknis. Mencakup peralatan penilaian, bimbingan sosial, ketrampilan fisik dan mental. Perkantoran. Memiliki ruang kantor, ruang rapat, ruang tamu, dan peralatan kantor lainnya. Umum. Memiliki ruang tidur, ruang berkumpul, ruang makan, dan lain-lainnya. d. Pembiayaan Memiliki anggaran yang berasal baik dari sumber tetap maupun tidak tetap. Hal ini bersifat wajib karena pengelolaan yayasan bertanggung jawab akan datangnya subsidi pangan, jasa, dan pengelolaan secara keseluruhan. e. Pelayanan Sosial Dasar Memiliki pelayanan sosial dasar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari yang meliputi makan, pakaian, tempat tinggal, pendidikan, dan kesehatan. f. Pengawasan dan Evaluasi Pegawasan dan Evaluasi Proses. Yaitu penilaian terhadap proses pelayanan yang diberikan kepada klien. Pengawasan dan Evaluasi Hasil. Yaitu penilaian terhadap klien untuk melihat tingkat pencapaian dan keberhasilan klien. 8. Persyaratan Khusus Persyaratan fasilitas bagi sebuah bangunan Panti Jompo diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Kesehatan (2002): a. Pasal 4 Yaitu bertanggung jawab akan kenyamanan ruang gerak dan hubungan antar ruang, kondisi dalam ruang pandang, serta tingkat getaran, dan tingkat kebisingan. b. Pasal 6

11 19 Prasarana dan sarana bangunan gedung adalah fasilitas kelengkapan di dalam dan di luar bangunan gedung yang mendukung pemenuhan terselenggaranya fungsi bangunan gedung dan lingkungan. c. Pasal 14 Pelayanan kesehatan dimaksudkan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan warga lansia, agar kondisi fisik, mental, dan sosialnya dapat berfungsi secara wajar. Penyediaan fasilitas kesehatan dan perawatan bagi warga lansia baik secara rutin maupun tidak. Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan bagi warga lansia yang tidak mampu, diberikan keringanan biaya sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku. d. Pasal 17 Pelayanan untuk mendapatkan kemudahan dalam penggunaan fasilitas, sarana, dan prasarana umum dimaksudkan sebagai perwujudan rasa hormat dan penghargaan kepada warga lansia Panti Jompo Kelas Premium Pendirian Panti Jompo kelas premium di beberapa negara ditandai dengan adanya Panti Jompo yang dikerjakan dengan tujuan menghitung keamanan dan kenyamanan, serta estetika dengan target pasar masyarakat kelas ekonomi menengah ke atas. Panti Jompo kelas premium juga dianggap sebagai sebuah kesempatan bisnis yang menarik karena memiliki pasar yang cukup besar, dimana ada banyak warga lansia yang dianggap mampu secara ekonomi. Karena itu, banyak pengusaha yang ingin bergerak di bidang ini menggunakan jasa arsitek dan desainer interior untuk membangun fasilitas yang dianggap dapat menjadi pilihan untuk tinggalnya warga lansia. Tantangan bagi arsitek dan desainer interior adalah bagaimana cara agar warga lansia dapat merasa seperti di rumah di dalam Panti Jompo, tapi juga memiliki fungsi dan efisiensi dari rumah sakit. Selain itu, harus dipikirkan juga bagaimana merancang Panti Jompo yang dapat merangsang

12 20 kontak sosial di antara penghuni, tapi juga dapat memberikan privasi yang cukup bagi warga lansia yang ingin hidup secara mandiri. Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam perancangan sebuah Panti Jompo kelas premium antara lain suasana, aksesibilitas, dan kenyamanan. Hal-hal tersebut sangat penting bagi kesehatan warga lansia, terutama yang sudah mulai renta. Selain itu, dalam perancangan pada dasarnya harus mempertimbangkan unsur-unsur terkait dengan estetika, seperti desain ruang tidur, kamar mandi, koridor, sampai pintu dan jendela. 1. Definisi Panti Jompo kelas premium memiliki fungsi dan tujuan yang sama dengan Panti Jompo pada umumnya, tapi memiliki target pasar warga lansia dengan kelas ekonomi menengah ke atas. Panti Jompo kelas premium memiliki fasilitas lebih banyak dan perawatan yang lebih baik, di lingkungan yang aman untuk membantu warga lansia dapat hidup dengan nyaman di lingkungan Panti Jompo. 2. Sejarah Panti Jompo Kelas Premium Panti Jompo kelas premium awalnya dibentuk karena Panti Jompo dengan pelayanan lebih yang memiliki target pasar warga lansia dengan kelas ekonomi menengah ke atas dianggap sebagai sebuah kesempatan bisnis yang menggiurkan. Pada mulanya, Panti Jompo kelas premium didirikan di negara-negara maju seperti di Amerika dan Eropa. Kini, Panti Jompo kelas premium mulai berkembang di negara-negara di Asia dan khususnya Indonesia. Salah satu pencetusnya adalah pengusaha Herman Kwik, pendiri dari Rukun Senior Living di Sentul, merupakan salah satu Panti Jompo yang mengusung konsep premium dan dibangun di atas lahan seluas 4 hektar di Bogor. Pendirian Panti Jompo ini dikarenakan budaya Timur yang kental di orang-orang Indonesia membuat mereka memiliki kebiasaan untuk berbakti kepada orang tua dan akan memiliki perasaan bersalah jika menelantarkan orang tuanya. Banyak masyarakat dengan kelas ekonomi menengah ke atas menginginkan sebuah tempat di mana orang tuanya dapat hidup dengan aman dan nyaman, dan mendapatkan perhatian dan perawatan ekstra yang mugkin tidak bisa didapatkan di rumah sendiri. Selain itu, menurut

13 21 Kwik, apa yang ia lihat selama tinggal di Amerika akan bisnis Panti Jompo kelas premium ini akan berkembang pula di Indonesia yang kini ekonominya sedang berkembang pesat. 3. Fugsi dan Tujuan Panti Jompo Kelas Premium Pada dasarnya, fungsi dan tujuan Panti Jompo pada umumnya dengan Panti Jompo kelas premium sama, akan tetapi Panti Jompo kelas premium memiliki pelayanan yang lebih menyeluruh dan memberikan fasilitas dan perawatan ekstra daripada Panti Jompo pada umumnya. a. Fungsi Panti Jompo Kelas Premium Fungsi dari Panti Jompo kelas premium yaitu memberikan kenyamanan lebih pada warga lansia. Di sini, warga lansia dapat hidup dengan nyaman dan dikelilingi fasilitas lebih yang tidak akan didapatkan di Panti Jompo pada umumnya. b. Tujuan Panti Jompo Kelas Premium Tujuan dari Panti Jompo kelas premium adalah untuk memberikan fasilitas terbaik kepada warga lansia dari kelas ekonomi menengah ke atas agar sisa hidupnya lebih menyenangkan. 4. Klasifikasi Jenis Aktifitas Panti Jompo Kelas Premium Berikut adalah klasifikasi jenis aktifitas di dalam Panti Jompo kelas premium berdasarkan pelakunya: a. Kegiatan Warga Lansia Selain kegiatan rutin yang dilakukan di Panti Jompo pada umumnya, kegiatan warga lansia di Panti Jompo kelas premium antara lain: Melakukan aktifitas rutin sehari-hari seperti mandi dan makan. Melakukan kegiatan yang bersifat kesehatan seperti senam dan olahraga. Melakukan kegiatan yang bersifat rekreasi seperti membaca, membuat kerajinan, dan menonton film. Menerima perawatan dan pelayanan lebih baik yang berhubungan dengan kesehatan dan kegiatan sehari-hari. b. Kegiatan Karyawan (Perawat, Dapur, Kebersihan, dan Keamanan) Menjaga warga lansia 18/7.

14 22 Mendampingi dan mengurus kebutuhan warga lansia. Memberikan perawatan bersifat kesehatan kepada warga lansia seperti memberikan obat, vitamin dan mengecek tekanan darah setiap bangun tidur dan sebelum tidur. Menemani dokter dalam memeriksa kesehatan warga lansia. Mencuci pakaian dan mengganti linen. Memasak dan menyiapkan makanan. Membersihkan lingkungan Panti Jompo. Menjaga keamanan Panti Jompo. c. Kegiatan Karyawan Tidak Tetap (Pengurus) Mengurus hal-hal administrasi Panti Jompo. Merencanakan acara, kegiatan rutin, dan kegiatan khusus. Mendata dan mengawasi warga lansia dan perawat. Mengawasi perkembangan Panti Jompo baik secara fisik dan pelayanan. d. Kegiatan Dokter Memeriksa kesehatan warga lansia. Memberi perawatan kesehatan kepada warga lansia yang sakit. e. Kegiatan Tamu Mengunjungi warga lansia. 5. Klasifikasi Jenis Fasilitas Panti Jompo Kelas Premium a. Fasilitas Warga Lansia Ruang Tidur dan Kamar Mandi Ruang tidur dalam Panti Jompo kelas premium biasanya bersifat residen dan hanya diisi oleh satu sampai dua orang penghuni demi kebutuhan privasi. Di dalam ruang tidur sudah dilengkapi dengan kamar mandi, dan biasanya area untuk duduk dan menonton TV, serta sebuah dapur kecil jika memungkinkan. Faktor penting dalam perancangan ruang tidur adalah agar mendapat pencahayaan langsung dan sirkulasi udara yang baik. Tipe ruang tidur Panti Jompo kelas premium yaitu: o Single Resident Bedroom

15 23 Didesain untuk seorang penghuni dengan kamar mandi. o Double Resident Bedroom Didesain untuk dua orang penghuni dengan kamar mandi yang dipakai bersama. Di bawah ini adalah contoh-contoh denah ruang tidur. Gambar Denah Ruang Tidur Standar (Sumber: US Department of Veterans Affairs) Gambar Denah Single Resident Bedroom (Sumber: DSD Design Standards for Nursing Homes) Gambar Denah Double Resident Bedroom

16 24 (Sumber: DSD Design Standards for Nursing Homes) Area Berkumpul Merupakan area bagi warga lansia untuk berkumpul dan bersosialisasi, area ini dirancang dengan mempertimbangkan pengawasan dari perawat untuk warga lansia yang sedang beraktifitas. Area berkumpul dapat berbentuk ruang keluarga untuk mengakomodasi jumlah yang kecil maupun aula yang mengakomodasi jumlah yang lebih besar. Kegiatan yang dilakukan antara lain mengobrol, membaca, menonton, menerima tamu, dan sebagainya. Gambar Area Berkumpul (Sumber: Jamestown Nursing & Rehab) Area Makan Merupakan area fleksibel yang dapat mengakomodasi jumlah maksimum kapasitas Panti Jompo. Area makan harus dibuat dengan mempertimbangkan sirkulasi untuk kursi roda dan troli makanan. Selain itu, sebaiknya ada alternatif kapasitas meja, mulai dari dua orang, empat orang, sampai delapan orang. Komponen dalam area makan juga termasuk dapur dan tempat penyajian makanan. Gambar Area Makan

17 25 (Sumber: Jamestown Nursing & Rehab) Ruang Hiburan Merupakan tempat warga lansia melakukan kegiatan-kegiatan yang spesifik, seperti membaca di perpustakaan, membuat kerajinan di ruang kerajinan tangan, menonton film di ruang teater, atau berolahraga di pusat kebugaran. Gambar Ruang Hiburan (Sumber: Shinjuen Nursing Home) Ruang Poliklinik Merupakan tempat warga lansia melakukan perawatan yang berhubungan dengan kesehatan, misalnya dalam melakukan rehabilitasi dan berkonsultasi dengan dokter. Gambar Ruang Kesehatan (Sumber: Innercore Health Clinic) b. Fasilitas Karyawan (Perawat, Dapur, Kebersihan, dan Keamanan) Termasuk di dalamnya adalah ruang poliklinik, serta area servis yang ditujukan untuk menunjang kegiatan-kegiatan di dalam Panti Jompo, seperti ruang mencuci pakaian, ruang memasak dan

18 26 persediaan makanan, ruang penyimpanan alat-alat kebersihan. Hal ini juga meliputi akomodasi untuk karyawan yang menginap, misalnya perawat yang bertugas di malam hari. c. Fasilitas Karyawan Tidak Tetap (Pengurus) Termasuk di dalamnya adalah ruang kantor, ruang pertemuan, dan ruang penyimpanan data. Ruangan ini berfungsi sebagai ruang operasional manajemen Panti Jompo. Sebaiknya ruangan ini diletakkan di dekat pintu masuk dan mudah ditemukan. d. Fasilitas Dokter Dokter yang bertugas di Panti Jompo membutuhkan ruangan praktek untuk melakukan aktifitasnya, yaitu memberikan perawatan yang berhubungan dengan kesehatan kepada warga lansia yang membutuhkan. e. Fasilitas Tamu Tamu yang berkunjung ke Panti Jompo memerlukan sebuah area penerimaan di mana tamu dapat berinteraksi dengan warga lansia. 6. Persyaratan Umum dan Khusus Berdasarkan Benbow dalam Best Practice Design Guidelines (2014), ada beberapa prinsip yang harus diterapkan dalam perancangan sebuah fasilitas untuk menampung warga lansia. Kedua belas prinsip ini merupakan metodologi untuk mengembangkan program yang berfungsi dan untuk menganalisa desain fasilitas untuk menampung warga lansia dengan penekanan pada efisiensi dan efektifitas. Prinsipprinsip ini juga sudah diterapkan dalam perancangan Panti Jompo di Australia, Amerika, Eropa, dan Kanada. a. Ruang Residen Ruang tidur bagi warga lansia harus berupa ruang perorangan untuk menjamin privasi. Standar ini adalah hasil dari penelitian yang dilakukan di Simon Fraser University di Kanada, yang menunjukkan bahwa ruang perorangan membantu meningkatkan kualitas perawatan, meningkatkan kontrol terhadap infeksi, dan meningkatkan fleksibilitas dalam operasional. Selain itu, kesalahan dalam pengobatan juga dapat diminimalkan. Kualitas hidup juga dipengaruhi oleh lingkungan sekitar, yang

19 27 bisa menyenangkan atau menimbulkan stres. Mayoritas warga lansia menyukai ruang perorangan karena lebih banyak privasi dan tingkat gangguan yang lebih rendah. Gambar Denah Resident Room (Sumber: US Department of Veterans Affairs) b. Kamar Mandi Setiap ruang tidur harus memiliki kamar mandi yang dilengkapi dengan toilet, wastafel, dan shower dengan tempat duduk. Kamar mandi dalam bertujuan untuk memberikan privasi, kemudahan, dan mengurangi resiko penularan penyakit. Pengerjaan kamar mandi harus diperhatikan sesuai dengan kebutuhan untuk warga lansia yang menggunakan kursi roda. Gambar Kamar Mandi Warga Lansia (Sumber: Tall Trees Care Communities) c. Small Self Contained House Units Pilihan ini berguna bagi para warga lansia yang menginginkan hidup yang mandiri di dalam Panti Jompo. Memiliki unit yang

20 28 mandiri dan dilengkapi dengan ruang tidur, area duduk, area makan, dapur, dan kamar mandi. d. Denah Susunan denah harus dibuat dengan mempertimbangkan efisiensi dan efektifitas serta fungsi dari sebuah ruangan. Sebuah Panti Jompo harus memiliki denah yang meminimalkan koridor, mengelompokkan aktifitas yang dilakukan secara sentral, dan meletakkan ruang-ruang yang bersifat privat secara terpisah dari ruang-ruang yang bersifat publik. Supaya berfungsi dengan optimal, ruang tidur harus diletakkan sebagaimana mungkin yang mengatur aktifitas pada pagi hari secara efisien, menyediakan privasi untuk ruang tidur dan kamar mandi, dan mengatur agar koridor tidak terlalu panjang untuk memudahkan warga lansia. Gambar Contoh Denah Trackway Green House, Missisippi (Sumber: Best Practice Design Guidelines) e. Aksesbilitas Perancangan Panti Jompo harus memenuhi kebutuhan bagi warga lansia yang menggunakan kursi roda dalam aktifitas sehari-hari. Luas kamar, lebar pintu, dan lebar koridor harus dirancang sesuai dengan standar penggunaan kursi roda. Tempat yang dapat mengakomodasi kebutuhan pengguna kursi roda akan mendorong warga lansia untuk lebih mandiri dalam beraktifitas. Tempat yang luasnya memadai juga akan membuat perawatan dan pengawasan lebih mudah, mengurangi beban tugas perawat, dan

21 29 mengurangi kebutuhan akan pengawasan terus menerus oleh perawat yang biasanya berjumlah terbatas. Gambar Alat Bantu Jalan Untuk Lansia (Sumber: Accessible Architecture Information) f. Penunjuk Jalan Sebuah Panti Jompo yang baik memiliki ruang-ruang yang mudah ditemukan dan penunjuk jalan yang jelas untuk kemudahan warga lansia beraktifitas di dalamnya. Pada dasarnya, penunjuk jalan ini berguna bagi warga lansia untuk menemukan jalan mereka di sekitar ruang tidur. Sebuah Panti Jompo yang baik memperhatikan kemudahan bagi warga lansia untuk menemukan jalannya, antara lain dengan cara : Denah yang sederhana. Gambar Pengaturan Denah yang Sederhana (Sumber: Best Practice Design Guidelines) Koridor yang pendek dan sederhana. Akses visual yang terlihat secara langsung. Nama dan foto penghuni pada pintu ruang tidur. Penggunaan gambar dalam penunjuk jalan. Penggunaan huruf dan warna kontras dalam penunjuk jalan. Peletakan penunjuk jalan di level pandangan atau lebih rendah ( cm).

22 30 g. Pencahayaan Desain pencahayaan perlu mengakomodasi kebutuhan mata warga lansia yang menua. Studi menunjukkan, mata warga lansia mengalami penebalan lensa dan pengecilan ukuran pupil yang membuat mereka kesulitan dalam menangkap cahaya dan melihat dengan normal. Standar pencahayaan untuk warga lansia dapat lima kali lebih besar dari standar pencahayaan untuk orang normal, tetapi hal ini penting untuk keamanan warga lansia. Pencahayaan umum yang tepat untuk memfasilitasi warga lansia yaitu sebesar lux di dalam ruangan-ruangan umum, termasuk di ruang tidur, area berkumpul, dan area hiburan. Gambar Pencahayaan di Koridor (Sumber: Shinjuen Nursing Home) h. Kebisingan Kebisingan atau rangsangan suara merupakan faktor utama mengapa warga lansia mengalami pikun. Warga lansia yang pikun mengalami kehilangan kemampuan dalam menafsirkan apa yang mereka dengar. Kebisingan yang berlebih juga menimbulkan kebingungan, overstimulasi, dan kesulitan dalam berkomunikasi. Selain itu, kebisingan juga menjadi faktor penyebab alzheimer dan stroke pada warga lansia. Menurut World Health Organization (1999), level kebisingan dalam Panti Jompo seharusnya tidak melebihi 35 db pada siang hari dan kurang dari 30 db pada malam hari. i. Desain Berkelanjutan Desain yang berkelanjutan penting dalam perancangan sebuah Panti Jompo. Menjadi tanggung jawab seorang desainer untuk

23 31 memastikan efisiensi dalam sirkulasi area fungsional di sebuah Panti Jompo. Diperlukan adanya keseimbangan dalam desain yang efisien, bangunan yang tahan lama dan minim perawatan, jumlah kapasitas yang maksimal, dan perawatan yang efektif dan optimal. j. Taman Hal ini dirasa penting agar warga lansia merasa lebih nyaman di Panti Jompo dan tidak merasa terkekang dan diawasi. Sebagian besar Panti Jompo di negara negara-negara maju terletak di daerah pinggir kota dengan pemandangan yang baik. Warga lansia dianjurkan untuk menikmati keindahan alam karena berpengaruh para psikologi warga lansia. Gambar Taman di Panti Jompo (Sumber: St. John Neumann Nursing Home) k. Dekorasi Untuk menyediakan suasana lingkungan yang aman dan nyaman, Panti Jompo yang baik perlu mendukung kemampuan warga lansia dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Selain itu, desain interior yang baik juga dapat membantu tim pemasaran dalam menarik warga lansia untuk tinggal di Panti Jompo. l. Area Hiburan Selain area di luar ruangan, area hiburan juga merupakan aspek penting dalam perancangan sebuah Panti Jompo karena warga lansia juga membutuhkan hiburan agar mereka dapat hidup dengan nyaman dan produktif di dalam Panti Jompo. Area hiburan ini dapat berupa perpustakaan, ruang kerajinan tangan, ruang teater, ruang bermain, pusat kebugaran, sampai salon kecantikan.

24 Data Literatur Dalam perancangan Panti Jompo kelas premium dilakukan juga pengumpulan data-data yang dilakukan melalui studi literatur. Buku Human Dimension & Interior Space (2003) menyediakan data-data tentang kebutuhan ruang bagi warga lansia atau penyandang cacat yang menggunakan kursi roda. Data-data ini penting dan akan sangat berguna ketika memulai program aktifitas fasilitas. 1. Ruang Sirkulasi dengan Kursi Roda Meliputi sirkulasi kursi roda dalam koridor dan lintasan, sirkulasi kursi roda dalam pintu satu garis, dan sirkulasi kursi roda dalam pintu pada sudut yang tepat. Gambar Sirkulasi Kursi Roda/Koridor dan Lintasan (Sumber: Human Dimension & Interior Space) Gambar Sirkulasi Kursi Roda/Pintu Dalam Satu Garis (Sumber: Human Dimension & Interior Space)

25 33 Gambar Sirkulasi Kursi Roda/Pintu pada Sudut yang Tepat (Sumber: Human Dimension & Interior Space) Gambar Tabel Keterangan (Sumber: Human Dimension & Interior Space) 2. Ruang Tidur dengan Kebutuhan Sirkulasi Kursi Roda Meliputi kebutuhan sirkulasi ruang tidur pasien pengguna kursi roda. Gambar Kamar Tidur Pasien (Sumber: Human Dimension & Interior Space)

26 34 Gambar Tabel Keterangan (Sumber: Human Dimension & Interior Space) 3. Kamar Mandi dengan Kebutuhan Sirkulasi Kursi Roda Meliputi teknik pemindahan dari arah samping, kebutuhan ruang bilik WC dengan pemindahan dari arah samping, kebutuhan ruang WC, kebutuhan ruang jarak bersih shower minimal, jangkauan dan kebutuhan ruang jarak bersih shower. Kebutuhan ruang tata letak lavatory, dan kebutuhan ruang lavatory pengguna kursi roda. Gambar Teknik Pemindahan dari Arah Samping (Sumber: Human Dimension & Interior Space) Gambar Bilik WC/Pemindahan dari Arah Samping (Sumber: Human Dimension & Interior Space)

27 35 Gambar Kakus/WC (Sumber: Human Dimension & Interior Space) Gambar Tabel Keterangan (Sumber: Human Dimension & Interior Space) Gambar Jarak Bersih Shower Minimal (Sumber: Human Dimension & Interior Space)

28 36 Gambar Jarak Bersih Shower Minimal (Sumber: Human Dimension & Interior Space) Gambar Shower/Jangkauan dan Jarak Bersih (Sumber: Human Dimension & Interior Space) Gambar Tabel Keterangan (Sumber: Human Dimension & Interior Space)

29 37 Gambar Tata Leak Lavatory (Sumber: Human Dimension & Interior Space) Gambar Lavatory/Pemakai Berkursi Roda (Sumber: Human Dimension & Interior Space) Gambar Tabel Keterangan (Sumber: Human Dimension & Interior Space)

30 Tinjauan Khusus Panti Jompo Wisma Mulia 1. Lokasi Terletak di Jl. Hadiah no RT 05/03, Kelurahan Jelambar, Jakarta Barat. Panti Jompo ini memiliki letak di tengah kota, di kawasan pemukiman penduduk. Sangat mudah diakses karena berada di dalam gang yang dekat dengan jalan utama. Gambar Lokasi Panti Jompo Wisma Mulia (Sumber: Google Maps) Gambar Panti Jompo Wisma Mulia (Sumber: Panti Jompo Wisma Mulia) 2. Sejarah Panti Jompo Wisma Mulia didirikan oleh Yayasan Bina Daya Wanita Kowani pada tahun 2009 di sebuah bangunan seluas 920 m 2 di Jelambar, Jakarta Barat. Panti Jompo ini didirikan dengan tujuan untuk membantu menyediakan tempat bagi warga lansia yang memerlukan tempat tinggal, kasih sayang, dan perawatan. Pada saat pertama berdiri, Panti Jompo dihuni oleh 6 orang warga lansia, 1 pimpinan, 1 perawat, dan 1 juru masak. Panti Jompo Wisma Mulia memiliki tujuan untuk menyelenggarakan pelayanan lanjut usia yang sebaik-baiknya sehingga tercapai kesejahteraan lahir batin. 3. Visi dan Misi a. Visi Pelayanan prima menuju terciptanya kesejahteraan jasmani, rohani, aman, dan nyaman bagi lanjut usia. b. Misi Menyelenggarakan pelayanan jasmani dan rohani serta fasilitas kesejahteraan lanjut usia yang sebaik-baiknya. Menggalang peran serta masyarakat dalam kepedulian pada lanjut usia. Pemberdayaan peran serta wanita.

31 39 4. Struktur Organisasi dan Deskripsi Pekerjaan a. Struktur Organisasi Diagram 2.1 Struktur Organisasi (Sumber: Panti Jompo Wisma Mulia) b. Deskripsi Pekerjaan Ketua Yayasan Bertugas dalam memberikan pengawasan fungsional dan administrasi di dalam Panti Jompo. Selain itu, Ketua Yayasan juga bertugas untuk mengadakan kerjasama dengan lembagalembaga baik milik pemerintah dan swasta. Sekretaris Bertugas sebagai pelaksana dalam bidang administrasi dan inventarisasi data, pengawasan dan pekerjaan pada tata usaha, dan mengecek dalam pengerjaan keuangan di Panti Jompo. Bendahara Bertugas sebagai pelaksana pendistribusian keuangan baik harian, bulanan, dan tahunan. Bertanggung jawab dalam pemasukan dan pengeluaran di dalam Panti Jompo dengan persetujuan Ketua Yayasan. Pimpinan Panti Bertanggung jawab atas pekerjaan karyawan di dalam Panti Jompo. Pimpinan harus memastikan bahwa kegiatan seharihari dalam Panti Jompo berjalan dengan lancar.

32 40 Perawat Bertugas untuk membantu, mengawasi dan memelihara warga lansia dalam kegiatan sehari-hari. Juga bertanggung jawab dalam kesehatan warga lansia seperti menyiapkan obat-obatan. Petugas Dapur Bertugas untuk memasak dan menyiapkan makanan dan minuman di Panti Jompo. Makanan dihidangkan tiga kali sehari (makan pagi, makan siang, dan makan malam), serta snack pada waktu minum teh sore. Petugas Kebersihan Bertugas untuk menjaga kebersihan di lingkungan Panti Jompo, dan termasuk juga mencuci pakaian, serta mencuci dan mengganti linen warga lansia. Petugas Keamanan Bertugas untuk menjaga keamanan di sekitar Panti Jompo. Selain itu, biasanya juga bertugas dalam perawatan gedung Panti Jompo, misalnya mengganti lampu. Dokter Bertugas di Panti Jompo seminggu sekali. Mereka adalah dokter yang datang dari RS Cipto Mangunkusumo yang bekerjasama dengan Panti Jompo untuk memeriksa kesehatan warga lansia setiap minggu dan memberi rujukan jika ada yang harus diberikan rawat inap. 5. Kepemilikan dan Sumber Dana Panti Jompo Wisma Mulia dimiliki dan dikelola oleh Yayasan Bina Daya Wanita Kowani. Seluruh keperluan Panti Jompo dikelola oleh yayasan dengan dana yang didapat iuran bulanan dari warga lansia serta donasi baik dari donatur tetap maupun tidak tetap. 6. Jumlah dan Persyaratan Warga Saat ini ada 60 orang wanita lansia dan 9 orang pria lansia yang tinggal di Panti Jompo Wisma Mulia. Selain itu, ada sekitar 25 karyawan tetap yang bekerja di Panti Jompo.

33 41 Berikut ini adalah persyaratan menjadi warga di Panti Jompo: Warga negara Indonesia. Berumur 60 tahun ke atas (memiliki KTP yang sah). Mampu mengurus diri sendiri. Sehat jasmani dan rohani, serta tidak memiliki penyakit menular. Ada penanggungjawab di wilayah Jabodetabek. 7. Jenis Pelayanan Penyediaan tempat tinggal. Pemberian makanan bergizi. Perawatan kesehatan rutin seminggu sekali. Pembinaan dalam hal fisik, mental, dan psikologis. 8. Kegiatan Warga Sarapan Pagi Senam Pagi Kegiatan Bebas Makan Siang Kegiatan Bebas Makan Malam 9. Pembagian Ruang Kamar Reguler Memiliki kapasitas 4 orang dan dilengkapi dengan sebuah kamar mandi dalam. Dinding kamar diberi cat warna putih yang sederhana, dan lantainya menggunakan keramik 40x40 cm berwarna putih. Setiap kamar reguler meemiliki sebuah exhaust fan dan akses langsung ke teras yang mengelilingi taman. Gambar Kamar Reguler dan Kamar Mandi (Sumber: Panti Jompo Wisma Mulia) Kamar Eksekutif Memiliki kapasitas 2 orang dan terletak di bangunan yang lebih baru. Dilengkapi dengan tempat tidur dan lemari untuk menyimpan pakaian dan barang-barang lainnya. Dinding dicat dengan warna krem dan lantai menggunakan keramik 40x40 cm

34 42 berwarna putih. Setiap kamar dilengkapi dengan kipas angin dan memiliki jendela yang menghadap ke taman. Selain itu, di bagian luar terdapat ruang untuk bersantai dan menonton TV di luar kamar. Bangunan baru juga dilengkapi dengan beberapa kamar mandi dan sebuah dapur kecil yang dipakai bersama. Gambar Kamar Eksekutif dan Kamar Mandi (Sumber: Panti Jompo Wisma Mulia) Gambar Area Duduk dan Dapur (Sumber: Panti Jompo Wisma Mulia) 10. Fasilitas Kantor Merupakan tempat kerja pengurus Panti Jompo. Ruangan ini terletak di bagian depan sebelah kiri, dekat dengan pintu masuk. Gambar Kantor (Sumber: Panti Jompo Wisma Mulia) Poliklinik dan Ruang Isolasi Tempat pemeriksaan kesehatan untuk warga lansia dan dipakai ketika ada pemeriksaan rutin seminggu sekali oleh dokter dari RS Cipto Mangunkusumo. Sementara, ruang isolasi digunakan untuk menampung sementara jika ada warga lansia yang meninggal. Gambar Poliklinik (Sumber: Panti Jompo Wisma Mulia) Musholla Merupakan tempat untuk beribadah bagi warga lansia dan pengurus yang beragama Muslim. Terletak di bagian depan bangunan, tepat di sebelah kantor. Gambar Musholla (Sumber: Panti Jompo Wisma Mulia)

35 43 Ruang Serbaguna Merupakan area berkumpul yang biasanya dipakai jika ada kegiatan tertentu di Panti Jompo. Terletak di bagian depan. Gambar Ruang Serbaguna (Sumber: Panti Jompo Wisma Mulia) Taman Terletak di bagian depan Panti Jompo. Taman merupakan tempat warga lansia menghabiskan waktu dan bersosialisasi. Gambar Taman (Sumber: Panti Jompo Wisma Mulia) Panti Jompo Sasana Tresna Werdha Budi Mulia 1. Lokasi Terletak di Jl. Cendrawasih X no. 8 RT 06/07, Kelurahan Cengkareng, Jakarta Barat. Panti Jompo ini terletak di dalam gang di kawasan pemukiman dan memiliki akses ke jalan tol. Gambar Lokasi Panti Jompo STW Budi Mulia (Sumber: Google Maps) Gambar Panti Jompo STW Budi Mulia (Sumber: Panti Jompo STW Budi Mulia) 2. Sejarah Didirikan pada 4 Mei 1988 sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta yang memberikan pelayanan kesejahteraan sosial bagi warga lansia terlantar. Pendirian Panti Jompo ini untuk menyelenggarakan pelayanan kesejahteraan sosial bagi warga lansia terlantar meliputi perawatan, pembinaan fisik, mental dan sosial. Panti Jompo ini didirikan di bangunan seluas 2445 m 2 di Cengkareng, Jakarta Barat. 3. Visi dan Misi

36 44 Menyelenggarakan pelayanan kesejahteraan sosial bagi lansia terlantar meliputi perawatan, pembinaan fisik, mental dan sosial. 4. Struktur Organisasi dan Deskripsi Pekerjaan a. Struktur Organisasi Diagram 2.2 Struktur Organisasi (Sumber: Panti Jompo Tresna Werdha Budi Mulia) b. Deskripsi Pekerjaan Kepala Panti Bertanggung jawab atas pekerjaan karyawan di dalam Panti Jompo. Pimpinan harus memastikan bahwa kegiatan seharihari dalam Panti Jompo berjalan dengan lancar. Kepala TU Bertugas sebagai pelaksana dalam bidang administrasi dan inventarisasi data, pengawasan dan pekerjaan pada tata usaha, dan mengecek dalam pengerjaan keuangan di Panti Jompo. Perawatan Bertugas untuk membantu, mengawasi dan memelihara warga lansia dalam kegiatan sehari-hari. Juga bertanggung jawab dalam kesehatan warga lansia seperti menyiapkan obat-obatan. Operasional Bertugas untuk membantu dan melaksanakan segala hal yang terkait dengan operasional Panti Jompo. 5. Kepemilikan dan Sumber Dana

37 45 Karena Panti Jompo ini dimiliki dan dikelola oleh Dinas Sosial DKI Jakarta, semua kebutuhan Panti Jompo juga diambil dari anggaran Pemerintah DKI Jakarta. 6. Jumlah dan Persyaratan Warga Saat ini ada 170 orang pria lansia dan 168 orang wanita lansia yang ditampung. Kemudian, juga ada 19 orang PNS sebagai pengurus Panti Jompo dan 15 orang pegawai non PNS sebagai perawat. Berikut ini adalah persyaratan menjadi warga di Panti Jompo: Berusia 60 tahun ke atas (memiliki KTP yang sah). Tidak merokok. Tidak memiliki keluarga. Dapat dilayani oleh Panti Jompo berdasarkan evaluasi. 7. Jenis Pelayanan Perlindungan dalam bentuk penampungan. Pemenuhan kebutuhan dasar, pangan dan sandang. Perawatan kesehatan. Pembinaan fisik. Bimbingan mental, spiritual, sosial Pengisian waktu luang. 8. Kegiatan Warga Sarapan Pagi Senam Pagi Kegiatan Bebas Kerajinan Tangan Makan Siang Menonton Film Kegiatan Bebas Makan Malam 9. Pembagian Ruang Ada 4 wisma tempat warga lansia tinggal, dibagi berdasarkan jenis penghuninya. Masing-masing wisma terdiri dari 4 bangsal (setiap bangsal berkapasitas orang). Selain itu, masing-masing wisma

38 46 juga dilengkapi dengan beberapa kamar mandi dan area untuk bersantai dan menonton TV. Keempat wisma tersebut adalah: Wisma untuk warga lansia pria aktif. Wisma untuk warga lansia wanita aktif. Wisma untuk warga lansia yang membutuhkan perawatan total. Wisma untuk warga lansia dengan gangguan mental. Gambar Bangsal Wanita (Sumber: Panti Jompo Tresna Werdha Budi Mulia) 10. Fasilitas Kantor Merupakan tempat kerja pengurus Panti Jompo. Ruangan ini terletak di bagian depan dekat dengan pintu masuk. Gambar Kantor (Sumber: Panti Jompo STW Budi Mulia) Poliklinik dan Ruang Isolasi Tempat pemeriksaan kesehatan untuk warga lansia dan dipakai ketika ada pemeriksaan rutin seminggu sekali oleh dokter. Sementara, ruang isolasi digunakan untuk menampung sementara jika ada warga lansia yang meninggal. Musholla Merupakan tempat untuk beribadah bagi warga lansia dan pengurus yang beragama Muslim. Terletak di bagian depan bangunan, tepat di sebelah kantor. Gambar Musholla (Sumber: Panti Jompo STW Budi Mulia) Ruang Makan Tempat warga lansia makan bersama setiap harinya. Ruang makan ini terletak di setiap wisma.

39 47 Gambar Ruang Makan (Sumber: Panti Jompo STW Budi Mulia) Ruang Serbaguna Merupakan area berkumpul yang biasanya dipakai jika ada kegiatan tertentu di Panti Jompo. Ruang ini merupakan bagian dari bangunan baru yang baru selesai direnovasi. Memiliki jendela yang menghadap ke taman di ketiga sisi ruangannya. Terletak di bagian depan Panti Jompo. Gambar Ruang Serbaguna (Sumber: Panti Jompo STW Budi Mulia) Taman Merupakan tempat warga lansia sering menghabiskan waktunya. Taman di Panti Jompo ini dirawat dengan baik dan memberikan penghijauan yang sangat dibutuhkan di lingkungannya. Gambar Taman (Sumber: Panti Jompo STW Budi Mulia) Kolam dan Gazebo Merupakan tempat warga lansia bersantai, kolam terletak di bagian belakang kantor. Gambar Kolam (Sumber: Panti Jompo STW Budi Mulia) Rukun Senior Living 1. Lokasi Terletak di Jl. Raya Babakan Madang no. 99, Kelurahan Sentul, Bogor. Cukup jauh dari kota Jakarta, namun mudah diakses karena dekat dengan pintu tol Sentul Selatan.

40 48 Gambar Lokasi Rukun Senior Living (Sumber: Google Maps) Gambar Rukun Senior Living (Sumber: Rukun Senior Living) 2. Sejarah Didirikan pada tahun 2012 oleh Herman Kwik, seorang pengusaha yang ingin membangun sebuah tempat tinggal untuk warga lansia dengan kelas premium. Menurutnya, bisnis Panti Jompo kelas premium sangat menjanjikan karena di negara maju lain sudah banyak didirikan Panti Jompo yang mewah dan memiliki target pasar warga lansia kelas dengan tingkat ekonomi menengah ke atas. Selain itu, Panti Jompo kelas premium dirasa masih jarang di Indonesia, sehingga mempunyai pasar yang masih cukup luas. Rukun Senior Living dibangun di kawasan Sentul, Bogor. Di mana warga lansia dapat hidup dengan nyaman dan dikelilingi berbagai fasilitas layaknya hotel berbintang. Selain itu, Rukun Senior Living juga menyediakan jasa perawatan bagi warga lansia yang membutuhkan bantuan dalam kegiatan sehari-hari. Rukun Senior Living adalah sebuah resort di mana warga lansia yang ingin bahagia, aktif, dan mandiri dapat tinggal dan menikmati kenyamanan hidup setiap hari.

41 49 3. Visi dan Misi Keinginan menjadi salah satu pemimpin di bidang jasa hunian bagi senior di Indonesia dengan menyediakan pelayanan jasa. 4. Struktur Organisasi dan Deskripsi Pekerjaan a. Struktur Organisasi Diagram 2.3 Struktur Organisasi (Sumber: Rukun Senior Living) b. Deskripsi Pekerjaan General Manager Bertanggung jawab atas pekerjaan karyawan di dalam Rukun Senior Living. Manager harus memastikan bahwa kegiatan sehari-hari dalam Panti Jompo berjalan dengan lancar. Room Division Bertugas untuk menjaga kebersihan di lingkungan Rukun Senior Living, dan termasuk juga mencuci pakaian, serta mencuci dan mengganti linen warga lansia. F&B Division Bertugas untuk memasak dan menyiapkan makanan dan minuman di Rukun Senior Living. Makanan dihidangkan tiga kali sehari (makan pagi, makan siang, dan makan malam), serta snack pada waktu minum teh pagi dan sore. Personnel

42 50 Bertugas untuk membantu, mengawasi dan memelihara warga lansia dalam kegiatan sehari-hari. Juga bertanggung jawab dalam kesehatan warga lansia seperti menyiapkan obat-obatan. Engineering Bertugas dalam menjaga agar semua fasilitas di dalam Rukun Senior Living bekerja dengan semestinya. Hal ini termasuk juga memperbaiki atau mengganti fasilitas-fasilitas yang rusak Marketing Bertugas dalam hal pemasaran di Rukun Senior Living. 5. Kepemilikan dan Sumber Dana Karena Rukun Senior Living dimiliki oleh perusahaan swasta, maka sumber dana untuk kebutuhan pengurusan berasal dari iuran dari warga lansia yang tinggal di Rukun Senior Living. Warga lansia dapat membeli keanggotaan secara harian, bulanan, tahunan, bahkan secara permanen (seumur hidup), yaitu sebesar: Harian IDR Bulanan IDR Permanen > IDR Persyaratan Warga Karena harganya yang cukup mahal, sampai sekarang hanya ada 8 orang warga lansia yang tinggal secara permanen di Rukun Senior Living. Selain itu, Rukun Senior Living juga menyediakan keanggotaan untuk klub bagi warga lansia. Saat ini, ada 12 orang warga lansia yang setiap hari datang ke Rukun Senior Living untuk mengikuti berbagai aktifitas yang ditawarkan. Berikut ini adalah persyaratan menjadi warga di Rukun Senior Living: Berusia 60 tahun ke atas (memiliki KTP yang sah). Mampu mengurus diri sendiri atau membeli jasa Assisted Living. Dapat dilayani oleh Rukun Senior Living berdasarkan evaluasi Wellness Assessment. Menyediakan 3 orang penanggung jawab di wilayah Jabodetabek. 7. Jenis Pelayanan

43 51 Jasa perawatan bagi warga lansia yang memerlukan bantuan dalam kebutuhan hidup sehari-hari, termasuk dalam perawatan tubuh, mandi, ke toilet, dan berbusana. Bantuan dalam berkomunikasi dan bersosialisasi sehari-hari, termasuk dalam memahami situasi dan pindah dari satu tempat ke tempat lain. Bantuan dalam makan atau diet tertentu, termasuk dalam penyediaan obat-obatan. Pemenuhan kebutuhan fisik, mental, sosial, dan spiritual melalui program-program yang diadakan di Rukun Senior Living. 8. Kegiatan Warga Cek Tekanan Darah Sarapan Pagi Senam Pagi Snack Pagi Games Makan Siang Kegiatan Bersosialisasi Belajar Bahasa Asing Snack Sore Kegiatan Bebas Makan Malam 9. Pembagian Ruang Ideal Suite Berkapasitas dua orang dan berbentuk studio dan dilengkapi dengan kamar mandi, dapur, dan patio. Kamar ini juga dilengkapi dengan TV dan AC. Kamar didesain dengan sederhana dan memperhatikan kenyamanan bagi penghuni. Kondisi kamar masih baru dan bersih. Dinding dicat berwarna putih dan lantai menggunakan homogenous tiles 60x60 cm.

44 52 Gambar Ideal Suite (Sumber: Rukun Senior Living) Deluxe Suite Berkapasitas satu sampai dua orang dan berbentuk studio dan dilengkapi dengan kamar mandi, dapur, dan patio. Kamar ini juga dilengkapi dengan TV dan AC. Desain kamar hampir sama dengan kamar Ideal Suite. Kamar didesain dengan sederhana dan memperhatikan kenyamanan dan privasi bagi penghuni. Selain itu, kamar juga memiliki jendela yang menghadap ke taman dan juga berfungsi sebagai akses masuk cahaya matahari. Kondisi kamar masih baru dan bersih. Dinding dicat berwarna putih dan lantai menggunakan homogenous tiles 60x60 cm. Supreme Suite Gambar Deluxe Suite (Sumber: Rukun Senior Living)

45 53 Berkapasitas satu sampai dua orang. Memiliki kamar tidur terpisah dan dilengkapi dengan kamar mandi, ruang duduk, dapur, dan patio. Kamar ini juga dilengkapi dengan TV dan AC. Desain kamar hampir sama dengan kamar Delux Suite. Kamar didesain dengan sederhana dan memperhatikan kenyamanan dan privasi bagi penghuni. Selain itu, kamar juga memiliki jendela yang menghadap ke taman dan juga berfungsi sebagai akses masuk cahaya matahari. Kondisi kamar masih baru dan bersih. Material plywood berwarna coklat muda dipilih karena sifatnya yang ringan dan memberi kesan bersih. Dinding dicat berwarna putih dan lantai menggunakan homogenous tiles 60x60 cm. Gambar Kamar Supreme Suite (Sumber: Rukun Senior Living)

46 54 Gambar Ruang Duduk Supreme Suite (Sumber: Rukun Senior Living) 10. Fasilitas Kantor Merupakan tempat kerja pengurus Rukun Senior Living. Ruangan ini terletak di bagian depan dekat dengan pintu masuk. Poliklinik dan Ruang Isolasi Tempat pemeriksaan kesehatan untuk warga lansia dan dipakai ketika ada pemeriksaan rutin seminggu sekali oleh dokter. Ruangan ini memiliki alat-alat kesehatan yang cukup memadai. Gambar Poliklinik (Sumber: Rukun Senior Living) Ruang Teater Tempat warga lansia melakukan kegiatan yang bersifat hiburan, misalnya menonton film atau berkaraoke. Selain itu, ruangan ini juga dapat dipakai untuk kegiatan-kegiatan lain seperti seminar dan permainan.

47 55 Gambar Ruang Teater (Sumber: Rukun Senior Living) Ruang Makan Area ruang makan ini dipakai oleh warga lansia setiap jam makan. Selain untuk makan, ruangan ini juga sekaligus berfungsi sebagai tempat untuk bersosialisasi antara lansia. Gambar Ruang Makan (Sumber: Rukun Senior Living) Ruang Serbaguna Merupakan area berkumpul yang biasanya dipakai jika ada kegiatan tertentu di Rukun Senior Living. Ruangan ini dilengkapi dengan sebuah panggung terletak di pusat ruangan.

48 56 Gambar Ruang Serbaguna (Sumber: Rukun Senior Living) Taman Merupakan tempat di mana warga lansia sering menghabiskan waktunya. Warga lansia dianjurkan untuk menikmati keindahan alam karena berpengaruh para psikologi warga lansia. Taman di Rukun Senior Living ini dirawat dengan baik dan memberikan penghijauan yang sangat dibutuhkan di lingkungannya. Gambar Taman (Sumber: Rukun Senior Living) Kolam dan Gazebo Merupakan tempat bagi warga lansia untuk bersantai atau memancing. Ikan yang didapatkan di kolam dapat dimasak di restoran sesuai keinginan.

49 57 Gambar Kolam dan Gazebo (Sumber: Rukun Senior Living) Kolam Renang Berada di bagian luar, digunakan oleh warga lansia yang masih cukup mampu berolahraga untuk menjaga staminanya. Gambar Kolam Renang (Sumber: Rukun Senior Living) Jacuzzi dan Sauna Berada di dekat area kolam renang, digunakan untuk keperluan relaksasi oleh warga lansia.

50 58 Gambar Jacuzzi (Sumber: Rukun Senior Living) Pusat Kebugaran Digunakan oleh warga lansia yang masih cukup mampu berolahraga untuk menjaga staminanya. Gambar Pusat Kebugaran (Sumber: Rukun Senior Living) Senior Club Indonesia 1. Lokasi Terletak di Jl. Pantai Indah Utara 3 Blok U1, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Mudah diakses karena terletak di kawasan pemukiman Pantai Indah Kapuk. Gambar Lokasi Senior Club Indonesia (Sumber: Google Maps)

51 59 Gambar Senior Club Indonesia (Sumber: Senior Club Indonesia) 2. Sejarah Senior Club Indonesia adalah klub eksklusif pertama di Indonesia yang khusus ditujukan bagi warga lansia. Terletak di lingkungan yang luas, nyaman, dan tentram di kawasan Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Klub eksklusif pertama yang ditujukan untuk warga lansia. Tempat menampung warga lansia dimana anggotanya dapat saling bersosialisasi dan berinteraksi dengan rekan sebayanya untuk memanfaatkan waktu luang. Klub beroperasi setiap hari Senin-Jumat dari jam Juga disediakan layanan antar jemput untuk anggota yang tinggal di kawasan Pantai Indah Kapuk. 3. Visi dan Misi a. Visi Membantu warga lansia meningkatkan nilai hidup dan kebahagiaan di usia emas mereka. b. Misi Membantu warga lansia menyegarkan fisik, spiritual dan mengatasi rasa kesunyian dengan tetap aktif dan produktif. Membantu warga lansia mempelajari, mengikuti dan meningkatkan wawasan serta kemampuan dalam mengikuti berbagai trend baru di dunia. Membantu para lansia agar dapat menikmati hidup seutuhnya melalui berbagai aktifitas sosial dan rekreasi. 4. Struktur Organisasi dan Deskripsi Pekerjaan a. Struktur Organisasi

52 60 Diagram 2.4 Struktur Organisasi (Sumber: Senior Club Indonesia) b. Deskripsi Pekerjaan General Manager Bertanggung jawab atas pekerjaan karyawan di dalam Senior Club Indonesia. Manager harus memastikan bahwa kegiatan sehari-hari dapat berjalan dengan lancar. Room Division Bertugas untuk menjaga kebersihan di lingkungan Senior Club Indonesia, terutama di area yang digunakan untuk beraktifitas. F&B Division Bertugas untuk memasak dan menyiapkan makanan dan minuman di Senior Club Indonesia. Makanan dihidangkan pada saat makan siang dan snack pada waktu minum teh pagi dan sore. Personnel Bertugas untuk membantu, mengawasi dan memelihara warga lansia dalam kegiatan sehari-hari. Juga bertanggung jawab dalam kesehatan warga lansia seperti menyiapkan obat-obatan. Marketing Bertugas dalam hal pemasaran dan hubungan dengan masyarakat di Senior Club Indonesia. 5. Kepemilikan dan Sumber Dana

53 61 Karena Senior Club Indonesia dimiliki oleh perusahaan swasta, maka sumber dana untuk kebutuhan pengurusan berasal dari iuran dari warga lansia yang menjadi anggota di Senior Club Indonesia. Warga lansia dapat membeli keanggotaan dengan cara membayar setiap bulannya, yaitu sebesar: Umum IDR Khusus (dengan pendamping) IDR Persyaratan Warga Saat ini ada kira-kira 40 orang warga lansia yang menjadi anggota di Senior Club Indonesia. Jumlah anggota ini terus berubah setiap bulannya karena sistem keanggotaan yang fleksibel. Warga lansia yang menjadi anggota datang setiap hari Senin sampai Jumat untuk mengikuti berbagai aktifitas yang ditawarkan. Berikut ini adalah persyaratan menjadi anggota di Senior Club Indonesia: Berusia 60 tahun ke atas (memiliki KTP yang sah). Mampu mengurus diri sendiri atau menyediakan pendamping. Mengisi formulir dan membayar biaya pendaftaran sebesar IDR Jenis Pelayanan Menyediakan program kegiatan baik yang bersifat rutin maupun non-rutin. Menyediakan jasa perawatan bagi anggota yang memerlukan bantuan dalam kebutuhan hidup sehari-hari. Menyediakan jasa bantuan dalam berkomunikasi dan bersosialisasi. Menyediakan jasa bantuan dalam makan atau diet tertentu, penyediaan obat-obatan. Pemenuhan kebutuhan fisik, mental, sosial, dan spiritual melalui program-program yang diadakan di Senior Club Indonesia. 8. Kegiatan Warga Senam Pagi Kegiatan Pilihan

54 Snack Pagi Kegiatan Pilihan Makan Siang Kegiatan Pilihan Tidur Siang Snack Sore 9. Pembagian Ruang Merupakan klub dan bukan Panti Jompo sehingga anggota tidak memiliki kamar yang tetap tapi ruang untuk beristirahat. Dilengkapi dengan 24 kamar tidur yang berfungsi sebagai tempat beristirahat anggota. Masing-masing kamar berkapasitas 2 orang dan dilengkapi dengan kamar mandi dan AC. Kamar didesain dengan elegan dengan dinding yang dilapisi dengan wallpaper dan lantai dari parket berwarna coklat tua. Gambar Kamar Tidur (Sumber: Senior Club Indonesia) 10. Fasilitas Kantor Merupakan tempat kerja pengurus Senior Club Indonesia. Ruangan ini terletak di bagian depan dekat dengan pintu masuk. Poliklinik dan Ruang Isolasi Tempat pemeriksaan kesehatan untuk warga lansia dan dipakai ketika ada pemeriksaan rutin seminggu sekali oleh dokter. Ruangan ini memiliki alat-alat kesehatan yang cukup memadai.

55 63 Gambar Poliklinik (Sumber: Senior Club Indonesia) Ruang Teater Tempat warga lansia melakukan kegiatan yang bersifat hiburan, misalnya menonton film atau berkaraoke. Selain itu, ruangan ini juga dapat dipakai untuk kegiatan-kegiatan lain seperti seminar dan permainan. Gambar Ruang Teater (Sumber: Senior Club Indonesia) Ruang Makan Area ruang makan ini dipakai oleh warga lansia setiap jam makan. Selain untuk makan, ruangan ini juga sekaligus berfungsi sebagai tempat untuk bersosialisasi antara lansia.

56 64 Gambar Ruang Makan (Sumber: Senior Club Indonesia) Ruang Serbaguna Merupakan area berkumpul yang biasanya dipakai jika ada kegiatan tertentu di Senior Club Indonesia. Gambar Ruang Serbaguna (Sumber: Senior Club Indonesia) Taman Merupakan tempat di mana warga lansia sering menghabiskan waktunya. Warga lansia dianjurkan untuk menikmati keindahan alam karena berpengaruh para psikologi warga lansia. Taman di Rukun Senior Living ini dirawat dengan baik dan memberikan penghijauan yang sangat dibutuhkan di lingkungannya.

57 65 Gambar Taman (Sumber: Senior Club Indonesia) Kolam dan Gazebo Merupakan tempat bagi warga lansia untuk bersantai atau memancing. Ikan yang didapatkan di kolam dapat dimasak di restoran sesuai keinginan. Gambar Kolam dan Gazebo (Sumber: Senior Club Indonesia) Ruang Duduk Merupakan area tempat berkumpul warga lansia sehari-hari. Tempat ini menjadi fasilitas utama bagi anggota Senior Club Indonesia untuk bersosialisasi dengan sesama anggota maupun keluarga yang mengunjungi.

58 66 Gambar Ruang Duduk (Sumber: Senior Club Indonesia) Ruang Pijat Tradisional Merupakan area tempat anggota dapat berelaksasi sambil menikmati servis pijat tradisional dari terapis. Gambar Ruang Pijat Tradisional (Sumber: Senior Club Indonesia) Ruang Pijat Refleksi Merupakan area tempat anggota dapat berelaksasi sambil menikmati servis pijat refleksi di Senior Club Indonesia. Ruang Perpustakaan Merupakan area tempat anggota dapat melakukan kegiatankegiatan seperti membaca buku, belajar bahasa, atau berdiskusi. Ruang Salon Merupakan area tempat anggota dapat menikmati servis cuci dan menata rambut.

PERANCANGAN INTERIOR PADA PANTI JOMPO KELAS PREMIUM DI SEMARANG

PERANCANGAN INTERIOR PADA PANTI JOMPO KELAS PREMIUM DI SEMARANG PERANCANGAN INTERIOR PADA PANTI JOMPO KELAS PREMIUM DI SEMARANG Yosephine Brenda Mathovani Binus University, Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11530 (021) 53696969 brenda_mathovani@gmail.com

Lebih terperinci

Tahap terminasi: penghentian pelayanan dan rehabilitasi setelah residen di pandang mampu mandiri secara sosial ekonomi.

Tahap terminasi: penghentian pelayanan dan rehabilitasi setelah residen di pandang mampu mandiri secara sosial ekonomi. Tahap terminasi: penghentian pelayanan dan rehabilitasi setelah residen di pandang mampu mandiri secara sosial ekonomi. 2.5.2 Kondisi Bangunan keseluruhan PRSPP teratai Pada keseluruhan bangunan PRSPP

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Lansia Terlantar di Jakarta. Sumber: Dinas Sosial Pemerintah Provinsi DKI Jakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Lansia Terlantar di Jakarta. Sumber: Dinas Sosial Pemerintah Provinsi DKI Jakarta BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Proyek UN, World Population Prospects: The 2010 Revision memprediksikan bahwa secara global populasi lansia akan terus mengalami peningkatan. Pada

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Unit Budi Luhur Yogyakarta. Dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan yang

BAB IV PENUTUP. Unit Budi Luhur Yogyakarta. Dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan yang BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN Pelayanan publik bagi lanjut usia di Kabupaten Bantul dapat diketahui dari setiap program, yaitu Program Rutin (Reguler), Program Pelayanan Khusus dan Program Day Care Services,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesulitan dalam menggunakan panca indera, muncul berbagai penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. kesulitan dalam menggunakan panca indera, muncul berbagai penyakit yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setelah memasuki usia 60 tahun, manusia pada umumnya mengalami penurunan fungsi tubuh baik secara fisik maupun mental. Secara fisik, manusia mengalami kesulitan dalam

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 29 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG KESEJAHTERAAN LANJUT USIA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha. (Sumber:

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha. (Sumber: BAB I PENDAHULUAN Pengertian panti jompo menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata panti jompo diartikan sebagai tempat merawat dan menampung jompo. Perda No, 15 Tahun 2002 mengenai Perubahan atas Perda

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Umum Panti Sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa Natar, Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Umum Panti Sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa Natar, Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Panti Sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa Natar, Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Sejarah Singkat Panti Sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa Natar, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini penitipan orang tua ke panti jompo menjadi alternatif pilihan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini penitipan orang tua ke panti jompo menjadi alternatif pilihan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini penitipan orang tua ke panti jompo menjadi alternatif pilihan bagi anak yang memiliki kegiatan yang padat atau bekerja dalam waktu yang lama. Di

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 1. Ada beberapa fasilitas fisik di kamar tidur 1 yang belum ergonomis, yaitu tempat tidur ukuran double, meja rias, kursi rias dan console table. 2. Fasilitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Soekanto (1982: 243) berpendapat bahwa peranan adalah. seseorang dalam suatu masyarakat.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Soekanto (1982: 243) berpendapat bahwa peranan adalah. seseorang dalam suatu masyarakat. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Tentang Peranan 2.1.1 Pengertian Peranan Menurut Soekanto (1982: 243) berpendapat bahwa peranan adalah suatu aspek yang dinamis dari kedudukan (status). Apabila seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah karya arsitektur selalu bertujuan untuk menunjang dan mendukung kehidupan penggunanya. Pengguna karya arsitektur juga sering disebut sebagai user. User bisa

Lebih terperinci

PELAYANAN REHABILITASI SOSIAL PSIKOTIK DI PANTI SOSIAL BINA LARAS HARAPAN SENTOSA 3 CEGER

PELAYANAN REHABILITASI SOSIAL PSIKOTIK DI PANTI SOSIAL BINA LARAS HARAPAN SENTOSA 3 CEGER PELAYANAN REHABILITASI SOSIAL PSIKOTIK DI PANTI SOSIAL BINA LARAS HARAPAN SENTOSA 3 CEGER Jl. Budi Murni III No. 66 Rt. 008/04 Ceger Cipayung Jakarta Timur Telp. 8445016 Fax. 8445016 TUGAS POKOK O DAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2009 NOMOR 19 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SAKIT WALIKOTA BOGOR,

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2009 NOMOR 19 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SAKIT WALIKOTA BOGOR, BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2009 NOMOR 19 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SAKIT WALIKOTA BOGOR, Menimbang : Mengingat a. bahwa rumah sakit merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER- 07/MEN/ IV/2005 TENTANG STANDAR TEMPAT PENAMPUNGAN CALON TENAGA

Lebih terperinci

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG KESEJAHTERAAN LANJUT USIA

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG KESEJAHTERAAN LANJUT USIA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG KESEJAHTERAAN LANJUT USIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARMASIN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proyeksi Proporsi Penduduk di Indonesia (%) 0-14 Tahun Tahun > 65 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Proyeksi Proporsi Penduduk di Indonesia (%) 0-14 Tahun Tahun > 65 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Jumlah penduduk di Indonesia selalu mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun. Menurut katalog Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035 yang dikeluarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK 2.1. DESKRIPSI PROYEK Pemilihan lokasi proyek berada di Jln Gudang air No. 14 C Kampung Dukuh, Jakarta Timur, karena lokasi tersebut sesuai Implementasi kebijakan provinsi DKI

Lebih terperinci

STUDI AKTIVITAS. STUDI AKTIVITAS UMUM PENGUNJUNG / TAMU AKTIFITAS TEMPAT WAKTU KETERANGAN Datang memarkir kendaraan. Parkir Tamu

STUDI AKTIVITAS. STUDI AKTIVITAS UMUM PENGUNJUNG / TAMU AKTIFITAS TEMPAT WAKTU KETERANGAN Datang memarkir kendaraan. Parkir Tamu STUDI AKTIVITAS STUDI AKTIVITAS UMUM PENGUNJUNG / TAMU AKTIFITAS TEMPAT WAKTU KETERANGAN Datang memarkir kendaraan Parkir Tamu Mencari informasi Resepsionis Bebas Insidentil Menunggu Lounge Beristirahat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Persentase penduduk lansia di dunia, Asia dan Indonesia tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Persentase penduduk lansia di dunia, Asia dan Indonesia tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang proyek Indonesia termasuk negara dengan proses penuaan penduduk cepat di Asia Tenggara. Upaya pembangunan dalam mengurangi angka kematian berdampak pada perubahan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. terserang peyakit degenerative, Dinas Kesehatan kota Yogyakarta terus menerus

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. terserang peyakit degenerative, Dinas Kesehatan kota Yogyakarta terus menerus BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Tingginya jumlah penduduk lansia di kota Yogyakarta mewajibkan pemerintah kota Yogyakarta melakukan intervensi untuk meningkatkan pelayanan kesehatan bagi lansia.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERANCANGAN

BAB IV ANALISA PERANCANGAN BAB IV 4.1 Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya. 4.1.1 Analisa Pelaku

Lebih terperinci

BAB III KONDISI OBJEKTIF PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR LUBUKLINGGAU. A. Latar Belakang Sejarah Berdirinya

BAB III KONDISI OBJEKTIF PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR LUBUKLINGGAU. A. Latar Belakang Sejarah Berdirinya BAB III KONDISI OBJEKTIF PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR LUBUKLINGGAU A. Latar Belakang Sejarah Berdirinya Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Lubuklinggau merupakan panti bagi para orang tua lanjut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Hotel Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa hampir di tiap-tiap kota terdapat hotel yang memberikan jasa penginapan berikut service lainnya. Bagi orang-orang yang

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. berjumlah 142 juta orang dan diperkirakan akan terus meningkat hingga tiga kali

BAB 1 : PENDAHULUAN. berjumlah 142 juta orang dan diperkirakan akan terus meningkat hingga tiga kali BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara global pada tahun 2013 proporsi dari populasi penduduk berusia lebih dari 60 tahun adalah 11,7% dari total populasi dunia dan diperkirakan jumlah tersebut

Lebih terperinci

DENAH LT. 2 DENAH TOP FLOOR DENAH LT. 1

DENAH LT. 2 DENAH TOP FLOOR DENAH LT. 1 0.15 8.60 2.88 Pada area lantai,1 ruang parkir di perluas dari yang sebelumnya karena faktor jumlah kendaraan pada asrama yang cukup banyak. Terdapat selasar yang difungsikan sebagai ruang tangga umum

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang a) Kelayakan Proyek Pengertian rumah sakit yaitu rumah tempat merawat orang sakit; tempat menyediakan dan memberikan pelayanan kesehatan yang meliputi berbagai masalah

Lebih terperinci

BAB III ANALISA PENDEKATAN ARSITEKTUR PANTI ASUHAN TERPADU DI KOTA SEMARANG

BAB III ANALISA PENDEKATAN ARSITEKTUR PANTI ASUHAN TERPADU DI KOTA SEMARANG BAB III ANALISA PENDEKATAN ARSITEKTUR PANTI ASUHAN TERPADU DI KOTA SEMARANG 3.1 Analisa Pendekatan Arsitektur 3.1.1 Studi Aktivitas a. Pengelompokan Aktivitas Terdapat beberapa aktivitas yang terdapat

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hanna, 2004, p Prapti Nitin, Buku Lustrum ke-25 Panti Wreda Hanna dalam Pendampingan Para Lanjut Usia di Panti Wreda

BAB I PENDAHULUAN. Hanna, 2004, p Prapti Nitin, Buku Lustrum ke-25 Panti Wreda Hanna dalam Pendampingan Para Lanjut Usia di Panti Wreda 1 BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Permasalahan Panti Wreda Hanna yang didirikan oleh Persekutuan Doa Wanita Oikumene Hanna (PDWOH) merupakan sebuah Panti Wreda khusus untuk kaum wanita. Panti Wreda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diagram 1.1. Data Statistik Kenaikan Angka Lansia Sumber: Badan Pusat Statistik,2010

BAB I PENDAHULUAN. Diagram 1.1. Data Statistik Kenaikan Angka Lansia Sumber: Badan Pusat Statistik,2010 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan pola hidup di masyarakat pun mulai berubah baik dari segi sosial, ekonomi, dan budaya. Masyarakat masa kini tentunya menganut sistem pola hidup modern terutama

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA. seperti pencapaian lokasi hingga lingkungan yang memadai.

BAB IV ANALISA. seperti pencapaian lokasi hingga lingkungan yang memadai. BAB IV ANALISA IV.1. ANALISA ASPEK LINGKUNGAN IV.1.1. Analisis Pemilihan Tapak Penentuan tapak dilakukan melalui perbandingan 2 tapak yang dipilih sebagai alternatif dalam memperoleh tapak dengan kriteria-kriteria

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PELAYANAN BAGI LANJUT USIA

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PELAYANAN BAGI LANJUT USIA GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PELAYANAN BAGI LANJUT USIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 MORFOLOGI KOTA BATAVIA DARI TAHUN 1627 SAMPAI Peta Kota Batavia pada tahun

LAMPIRAN 1 MORFOLOGI KOTA BATAVIA DARI TAHUN 1627 SAMPAI Peta Kota Batavia pada tahun LAMPIRAN 1 MORFOLOGI KOTA BATAVIA DARI TAHUN 1627 SAMPAI 1650 Peta Kota Batavia pada tahun 1627-1632 Peta Kota Batavia pada tahun 1635-1650 Sumber: Sejarah Kota Tua, UPT Kota Tua, 2005 LAMPIRAN 2 KEPUTUSAN

Lebih terperinci

BAB IV SINTESA PEMBAHASAN. yang diusung dalam sebuah konsep desain Hotel Mulia adalah luxurious

BAB IV SINTESA PEMBAHASAN. yang diusung dalam sebuah konsep desain Hotel Mulia adalah luxurious BAB IV SINTESA PEMBAHASAN 4.1 Gaya Dan Tema Perancangan Menentukan jenis tema merupakan langkah awal dalam membangun suatu ruangan. Untuk dapat memberikan rekomendasi kepada klien akan interior Hotel Mulia

Lebih terperinci

Tabel Kegiatan Lansia dan Persentase Kegiatan Hari Ke-1. Kegiatan Nonton TV 2/ % - Baca koran/buku 4/ % - Melakukan hobi/

Tabel Kegiatan Lansia dan Persentase Kegiatan Hari Ke-1. Kegiatan Nonton TV 2/ % - Baca koran/buku 4/ % - Melakukan hobi/ Lampiran 1 Hari Ke-1: 16 Maret 2015 Tabel Kegiatan Lansia dan Persentase Kegiatan Hari Ke-1 Waktu Jenis Aktivitas/ Jumlah Persentase Penelitian Kegiatan Lansia 13.00 - Nonton TV 2/32 6.25% - Baca koran/buku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Manusia mengalami proses penuaan semenjak lahir. Seiring berjalannya waktu, manusia akan menjadi lebih tua sebelum akhirnya meninggal. Bantuan dari orang tua mereka

Lebih terperinci

BAB III : DATA DAN ANALISA

BAB III : DATA DAN ANALISA BAB III : DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik Gambar 29. Lokasi Tapak 1. Data Teknis Lokasi : Area Masjid UMB, JL. Meruya Selatan Luas lahan : 5.803 m 2 Koefisien Dasar Bangunan : 60 % x 5.803

Lebih terperinci

WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN LANJUT USIA

WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN LANJUT USIA WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN LANJUT USIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA BALIKPAPAN,

Lebih terperinci

b e r n u a n s a h i jau

b e r n u a n s a h i jau 01 TOW N H O U S E b e r n u a n s a h i jau Penulis Imelda Anwar Fotografer M. Ifran Nurdin Kawasan Kebagusan di Jakarta Selatan terkenal sebagai daerah resapan air bagi kawasan ibukota sekaligus permukiman

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI WILAYAH. A. Deskripsi Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Selatan. 1. Deskripsi Dinas Sosial Sulawesi Selatan

BAB II DESKRIPSI WILAYAH. A. Deskripsi Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Selatan. 1. Deskripsi Dinas Sosial Sulawesi Selatan BAB II DESKRIPSI WILAYAH A. Deskripsi Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Selatan 1. Deskripsi Dinas Sosial Sulawesi Selatan Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Selatan mempunyai tugas menurunkan angka populasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Panti asuhan merupakan lembaga yang bergerak di bidang sosial untuk membantu anakanak yang sudah tidak memiliki orang tua. Di dalam kamus besar bahasa Indonesia (2011),

Lebih terperinci

para1). BAB I PENDAHULUAN

para1). BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menjadi tua merupakan suatu proses perubahan alami yang terjadi pada setiap individu. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan 60 tahun sampai 74 tahun sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan data dari berbagai sumber, salah satu indikator keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional adalah semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduknya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. JUDUL B. LATAR BELAKANG MASALAH. Desain Interior Lansia Therapist Center di Surakarta dengan Konsep. Surga

BAB I PENDAHULUAN A. JUDUL B. LATAR BELAKANG MASALAH. Desain Interior Lansia Therapist Center di Surakarta dengan Konsep. Surga BAB I PENDAHULUAN A. JUDUL Surga Desain Interior Lansia Therapist Center di Surakarta dengan Konsep B. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan salah satu negara dengan proses penuaan paling cepat di

Lebih terperinci

PERANCANGAN INTERIOR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK HERMINA DI JAKARTA BARAT PAPER TUGAS AKHIR. Oleh: Siswanti Asri Trisnanih ( ) 08 PAC

PERANCANGAN INTERIOR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK HERMINA DI JAKARTA BARAT PAPER TUGAS AKHIR. Oleh: Siswanti Asri Trisnanih ( ) 08 PAC PERANCANGAN INTERIOR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK HERMINA DI JAKARTA BARAT PAPER TUGAS AKHIR Oleh: Siswanti Asri Trisnanih (1401083134) 08 PAC School of Design Interior Design Department Universitas Bina Nusantara

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Analisa Makro Lokasi Gedung : Bridging Campus Binus University Gambar 3.1 Lokasi Bridging Campus Sumber : google images Alamat : Jl. Alam Sutera Boulevard No. 1, Alam Sutera

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Fasilitas Fisik 1) Sekat Pemisah Saat ini belum terdapat sekat pemisah yang berfungsi sebagai pembatas antara 1 komputer dengan komputer yang lainnya pada Warnet

Lebih terperinci

BAB II PEMROGRAMAN. Perkotaan di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat,

BAB II PEMROGRAMAN. Perkotaan di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat, BAB II PEMROGRAMAN Perkotaan di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat, khususnya kota Medan. Hal ini terkait dengan berbagai bidang yang juga mengalami perkembangan cukup pesat seperti bidang

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG MASALAH

LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Yogyakarta merupakan salah satu daerah tujuan wisata dunia yang banyak digemari oleh para wisatawan baik lokal maupun mancanegara setelah Bali di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Aplikasi Konsep Aplikasi konsep recreative design diaplikasikan pada bentukan masa yang terpisah untuk setiap fungsi yang berbeda. Setiap masa bangunan dipisahkan oleh ruang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA. Kegiatan yang terjadi di dalam asrama dibagi berdasarkan pengelompokan jenis. kegiatan yang dilakukan oleh pengguna asrama, yaitu :

BAB IV ANALISA. Kegiatan yang terjadi di dalam asrama dibagi berdasarkan pengelompokan jenis. kegiatan yang dilakukan oleh pengguna asrama, yaitu : BAB IV ANALISA IV.1. Aspek Non Fisik IV.1.1 Analisa Kegiatan Kegiatan yang terjadi di dalam asrama dibagi berdasarkan pengelompokan jenis kegiatan yang dilakukan oleh pengguna asrama, yaitu : a) Kelompok

Lebih terperinci

REDESAIN RUMAH SAKIT ISLAM MADINAH TULUNGAGUNG TA-115

REDESAIN RUMAH SAKIT ISLAM MADINAH TULUNGAGUNG TA-115 BAB I PENDAHULUAN Laporan perancangan ini sebagai tindak lanjut dari Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur dan menjadi satu rangkaian dengan perancangan fisik Rumah sakit Islam Madinah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta sebagai ibukota Indonesia telah mengalami perkembangan pesat dalam bidang olahraga. Dewasa ini semakin banyak event olahraga yang di selenggarakan di Jakarta.

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR USAHA GELANGGANG RENANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR USAHA GELANGGANG RENANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR USAHA GELANGGANG RENANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang harus dicapai, untuk itu diperlukan upaya-upaya dalam mengatasi

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang harus dicapai, untuk itu diperlukan upaya-upaya dalam mengatasi 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan hidup manusia yang harus dicapai, untuk itu diperlukan upaya-upaya dalam mengatasi masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), terutama di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), terutama di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), terutama di bidang kedokteran, seperti penemuan antibiotika yang mampu melenyapkan berbagai penyakit infeksi,

Lebih terperinci

sebaya, dan masyarakat. Hubungan ini dikaji sebagai bentuk kegiatan yang diikuti para lansia dalam kehidupan sehari hari. Pada umumnya, hubungan sosia

sebaya, dan masyarakat. Hubungan ini dikaji sebagai bentuk kegiatan yang diikuti para lansia dalam kehidupan sehari hari. Pada umumnya, hubungan sosia BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Lansia (lanjut usia) merupakan periode dimana seorang individu telah mencapai kematangan dalam ukuran, fungsi, dan telah menunjukan kemunduran baik fisik, maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Untuk lebih memahami pengertian dari judul diatas tersebut maka perlu diuraikan satu persatu terlebih dahulu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Untuk lebih memahami pengertian dari judul diatas tersebut maka perlu diuraikan satu persatu terlebih dahulu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Untuk lebih memahami pengertian dari judul diatas tersebut maka perlu diuraikan satu persatu terlebih dahulu pengertian dari masing-masing kata yang menyusun judul

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Berdirinya Hotel Grand Angkasa Internasional Medan Pada tahun 1930 dibawah pimpinan kolonial belanda Grand Angkasa International hotel bernama Hotel Astoria.

Lebih terperinci

BAB III: TAHAP FINALISASI METODE PENELITIAN

BAB III: TAHAP FINALISASI METODE PENELITIAN BAB III: TAHAP FINALISASI METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Pendekatan dengan menggunakan metode komparatif mengenai ergonomi sebagai landasan dalam penelitian yang telah banyak dilakukan oleh beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup penduduknya (life expectancy). Indonesia sebagai salah satu negara

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup penduduknya (life expectancy). Indonesia sebagai salah satu negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu tolak ukur kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari angka harapan hidup penduduknya (life expectancy). Indonesia sebagai salah satu negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upaya memperbaiki taraf hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. upaya memperbaiki taraf hidupnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi ini bangsa Indonesia mengalami berbagai kemajuan. Hal ini merupakan hal yang positif karena dengan kemajuankemajuan tersebut maka bisa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK 2.1 Gambaran Umum Proyek Judul Proyek Tema Lokasi Sifat Luas Tapak : Pusat Kebugaran dan Spa : Arsitektur Tropis : Jl. Gandul Raya, Krukut, Depok : Fiktif : ± 15.000 m² (1,5

Lebih terperinci

dimanfaatkan bagi instansi/perusahaan umum yang akan menyelenggarakan kegiatan

dimanfaatkan bagi instansi/perusahaan umum yang akan menyelenggarakan kegiatan BABV KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1. Kebutuhan PT.Timah terhadap Guest House di Pantai Matras Dengan adanya fasilitas guest house PT.Timah di Pantai Matras, maka PT.Timah memiliki dua fasilitas

Lebih terperinci

PENYESUAIAN DIRI PADA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA

PENYESUAIAN DIRI PADA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA PENYESUAIAN DIRI PADA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : SANTI SULANDARI F 100 050 265 FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Transformasi atau perubahan ruang komunal pada rumah susun berdasarkan kelebihan dan kekurangan pada rumah susun lain, sehingga didapat pola ruang komunal pada rumah

Lebih terperinci

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Anak Putus Sekolah Di Sidoarjo dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin menurun.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk Lanjut Usia (lansia) semakin meningkat di dunia, termasuk juga di Negara Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk Lanjut Usia (lansia) semakin meningkat di dunia, termasuk juga di Negara Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk Lanjut Usia (lansia) semakin meningkat di dunia, termasuk juga di Negara Indonesia. Keberhasilan pembangunan nasional memberikan dampak peningkatan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umum 2.1.1 Lansia Usia lanjut sebagai tahap akhir siklus kehidupan merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu dan merupakan kenyataan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PROYEK Tinjauan Umum : Pusat Rehabilitasi Medik Tema Arsitektur : Healing Architecture

BAB II TINJAUAN PROYEK Tinjauan Umum : Pusat Rehabilitasi Medik Tema Arsitektur : Healing Architecture 2.1. Tinjauan Umum Nama Proyek : Pusat Rehabilitasi Medik Tema Arsitektur : Healing Architecture Sifat Proyek : Fiktif Lokasi Proyek : Jl. Adiyaksa Raya, Jakarta Selaan Batas Barat : Perkantoran, hotel

Lebih terperinci

HUBUNGAN KUALITAS FISIK DAN LINGKUNGAN dengan POLA KEHIDUPAN LANSIA di kelurahan pudak payung kec banyumanik, semarang

HUBUNGAN KUALITAS FISIK DAN LINGKUNGAN dengan POLA KEHIDUPAN LANSIA di kelurahan pudak payung kec banyumanik, semarang ENCLOSURE Volume 6 No. 1. Maret 2007 Jurnal Ilmiah Perancangan Kota dan Permukiman HUBUNGAN KUALITAS FISIK DAN LINGKUNGAN dengan POLA KEHIDUPAN LANSIA Widjayanti ABSTRAKSI Kualitas Fisik dan Lingkungan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG KESEJAHTERAAN LANJUT USIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA BARAT,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG KESEJAHTERAAN LANJUT USIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA BARAT, BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG KESEJAHTERAAN LANJUT USIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA BARAT, Menimbang : a. bahwa lanjut usia

Lebih terperinci

OLEH : DINAS SOSIAL DIY

OLEH : DINAS SOSIAL DIY OLEH : DINAS SOSIAL DIY DATA LKS YANG ADA DI DIY A. LKS yang ada di DIY s/d Tahun 2015 berjumlah : 370 LKS. B. LKS yang memberikan layanan pada bayi terlantar di DIY sejumlah : 4 LKS. C. LKS tersebut terdiri

Lebih terperinci

KOP LKS ..., Kepada Yth. BUPATI CILACAP c.q. Kepala Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Kabupaten Cilacap di - C I L A C A P

KOP LKS ..., Kepada Yth. BUPATI CILACAP c.q. Kepala Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Kabupaten Cilacap di - C I L A C A P KOP LKS...,... 0... Lampiran Perihal : : : Permohonan Pendaftaran / Perpanjangan Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) Kepada Yth. BUPATI CILACAP q. Kepala Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang satu akan memberikan pengaruh pada tahap perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. yang satu akan memberikan pengaruh pada tahap perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pada dasarnya dialami oleh semua makhluk hidup. Tahapan perkembangan pada manusia dimulai pada saat manusia berada di dalam kandungan (prenatal) hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam ataupun luar negeri datang untuk menikmati objek-objek wisata tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. dalam ataupun luar negeri datang untuk menikmati objek-objek wisata tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki beragam objek wisata, seperti pulau-pulau dengan pemandangan pantai yang indah, pegunungan, dan keindahan baharinya.

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Setelah dilakukan penelitian tentang perilaku warga di rumah tinggal di kawasan pantai Purus kota Padang, maka telah di dapatkan jawaban tentang bagaimana orang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN 6.1 Konsep Umum Perancangan Menjawab permasalahan depresi yang dialami oleh penghuni Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Wirogunan Yogyakarta yang terjadi karena berbagai

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 10 TAHUN 2013

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 10 TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 10 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN BIMBINGAN LANJUT DAN RUJUKAN BAGI PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL DI KABUPATEN KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan pada Bab IV didapatkan temuan-temuan mengenai interaksi antara bentuk spasial dan aktivitas yang membentuk karakter urban

Lebih terperinci

2015 RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG

2015 RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perancangan Dewasa ini kehidupan modern telah menjadi prioritas utama bagi sebagian besar masyarakat di Indonesia, khususnya kalangan masyarakat ekonomi menengah dan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR LEMBAGA PENYELENGGARA REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR LEMBAGA PENYELENGGARA REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR LEMBAGA PENYELENGGARA REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Umum UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Khusnul

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Umum UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Khusnul BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Umum UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Khusnul Khotimah Pekanbaru 1. Latar Belakang UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Khusnul Khotimah Pekanbaru dikeluarkannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik dari segi fisik maupun segi mental. Menurunnya derajat kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. baik dari segi fisik maupun segi mental. Menurunnya derajat kesehatan dan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Seiring dengan pertambahan usia, lansia akan mengalami proses degeneratif baik dari segi fisik maupun segi mental. Menurunnya derajat kesehatan dan kemampuan fisik akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membagi lansia ke dalam 3 tahapan yaitu young old, old-old, dan oldest old.

BAB I PENDAHULUAN. membagi lansia ke dalam 3 tahapan yaitu young old, old-old, dan oldest old. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lansia merupakan periode perkembangan yang dimulai pada usia 65 sampai kematian. Neugarten (dalam Whitbourne & Whitbourne, 2011) membagi lansia ke dalam 3 tahapan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 190, 1998 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3796) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling melengkapi dan tidak bisa dipisahkan. Hotel adalah salah satu badan

BAB I PENDAHULUAN. saling melengkapi dan tidak bisa dipisahkan. Hotel adalah salah satu badan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan pariwisata di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari peran serta akomodasi perhotelan, karena keduanya bagaikan dua sisi mata uang yang saling melengkapi

Lebih terperinci

mendapat kesepakatan hasil desain. Adapun proyek yang di kerjakan adalah : Perencanaan Layout Furniture, Partition Plan, Door Plan, Floor Plan, Wall P

mendapat kesepakatan hasil desain. Adapun proyek yang di kerjakan adalah : Perencanaan Layout Furniture, Partition Plan, Door Plan, Floor Plan, Wall P BAB III DATA PROYEK III.1 Data Umum Proyek Dalam melaksanakan kerja praktek, praktikan mendapat kesempatan untuk membantu beberapa proyek yang sedang dikerjakan oleh PT Trijaya Anugrah Kreasi sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Bab ini menjelaskan beberapa hal mengenai perusahaan yang menjadi tempat penelitian, yaitu PT. XYZ. Beberapa hal tersebut adalah sejarah perusahaan, ruang lingkup bidang

Lebih terperinci

UU 13/1998, KESEJAHTERAAN LANJUT USIA. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 13 TAHUN 1998 (13/1998) Tanggal: 30 NOPEMBER 1998 (JAKARTA)

UU 13/1998, KESEJAHTERAAN LANJUT USIA. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 13 TAHUN 1998 (13/1998) Tanggal: 30 NOPEMBER 1998 (JAKARTA) UU 13/1998, KESEJAHTERAAN LANJUT USIA Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 13 TAHUN 1998 (13/1998) Tanggal: 30 NOPEMBER 1998 (JAKARTA) Tentang: KESEJAHTERAAN LANJUT USIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa. (United Nation, 2002). Populasi lansia di dunia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa. (United Nation, 2002). Populasi lansia di dunia mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 1950 jumlah lanjut usia di dunia sebanyak 205 juta jiwa, sedangkan pada tahun 2000 telah meningkat menjadi 606 juta jiwa. (United Nation, 2002). Populasi

Lebih terperinci

Jumlah Luasan (m²) Ruang Nama Ruang Kapasitas Standart Kapasitas Sirkulasi. (260m²) 3 Bus. 30 m²/bus. (650 m²)

Jumlah Luasan (m²) Ruang Nama Ruang Kapasitas Standart Kapasitas Sirkulasi. (260m²) 3 Bus. 30 m²/bus. (650 m²) 2.4 Kebutuhan Ruang 2.4.1 Kuantitatif Besarnya ruang dan jumlah ruang diperngaruhi oleh kapasitas dalam ruangan dan jumlah penggunan dalam suatu ruangan. Perhitungan standar besaran ruang diperoleh dari

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY 81 BAB V KESIMPULAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Keterkaitan Konsep dengan Tema dan Topik Konsep dasar pada perancangan ini yaitu penggunaan isu tentang Sustainable architecture atau Environmental

Lebih terperinci

PROFIL BALAI SEKILAS BALAI. Balai Pelatihan Konstruksi Wilayah II Surabaya Jl. Bukit Darmo Raya Surabaya Telp. (031) , Fax.

PROFIL BALAI SEKILAS BALAI. Balai Pelatihan Konstruksi Wilayah II Surabaya Jl. Bukit Darmo Raya Surabaya Telp. (031) , Fax. PROFIL BALAI Balai Pelatihan Konstruksi Wilayah II Surabaya Balai Pelatihan Konstruksi Wilayah II Surabaya Jl. Bukit Darmo Raya Surabaya Telp. (031) 7319610, Fax. (031) 7319611 SEKILAS BALAI Balai Pelatihan

Lebih terperinci

Di sisi lain ada pula café yang mengizinkan hewan peliharaan makan bersama pemiliknya namun pemilik hewan diminta untuk makan di luar area

Di sisi lain ada pula café yang mengizinkan hewan peliharaan makan bersama pemiliknya namun pemilik hewan diminta untuk makan di luar area BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Banyaknya sarana rekreasi saat ini sangat bermanfaat bagi manusia untuk beristirahat sejenak dari rutinitas sehari-hari. Namun sarana rekreasi tersebut tidak memungkinkan

Lebih terperinci

- Dengan jumlah lansia yang banyak, akan membutuhkan area bangunan yang lebih luas, dengan banyaknya ruangan yang dapat membingungkan para lansia. 2)

- Dengan jumlah lansia yang banyak, akan membutuhkan area bangunan yang lebih luas, dengan banyaknya ruangan yang dapat membingungkan para lansia. 2) BAB IV ANALISA PERMASALAHAN 4. 1. Analisa Manusia 4.1.1. Analisa Lansia 1) Jumlah Lansia Lansia merupakan penghuni utama dalam sebuah panti werdha. Para lansia akan tinggal di panti werdha tersebut dalam

Lebih terperinci

HASIL PERANCANGAN ... BAB IV. 4.1 Deskripsi Umum Projek

HASIL PERANCANGAN ... BAB IV. 4.1 Deskripsi Umum Projek BAB IV HASIL PERANCANGAN 4.1 Deskripsi Umum Projek Tema yang dibahas dalam perancangan ini adalah Reborn, merupakan bagian dari kehidupan atau perjalanan yang tampak dari kacang hijau, pada saat itu kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan wanita akan fasilitas kesehatan dan kecantikan sekarang ini terus meningkat, karena wanita sudah menyadari begitu pentingnya kesehatan tubuh dan merawatnya

Lebih terperinci