[Pengelolaan Penetasan Telur]
|
|
- Hadi Halim
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN [AGRIBISNIS TERNAK UNGGAS] [Pengelolaan Penetasan Telur] [Endang Sujana, S.Pt., MP.] KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2017
2 a. Kompetensi Inti : Menguasai struktur, materi, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran/paket keahlian Agribisnis Ternak Unggas yang diampu b. Kompetensi Dasar (KD)/ Kelompok Kompetensi Dasar (KKD) : Mengelola penetasan penetasan telur c. Materi Pembelajaran : XII. Pengelolaan Penetasan Telur Telur Tetas Ayam yang dipelihara untuk tujuan penghasil telur konsumsi umumnya tidak memakai pejantan dalam kandangnya, karena telur konsumsi tidak perlu dibuahi. Lain halnya dengan ayam petelur yang dipelihara untuk tujuan penghasil telur tetas, di dalam kandangnya perlu ada pejantan. Hal ini dimaksudkan agar telur yang dihasilkan telah dibuahi atau fertil, sebab bila tidak fertil telur tersebut tidak akan menetas. Namun demikian dalam kenyataan sering dijumpai telur tersebut tidak fertil seluruhnya. Fertilitas Telur Fertilitas diartikan sebagai persentase jumlah telur yang fertil berdasarkan jumlah telur yang dieramkan. Secara alam, fertilisasi terjadi di infundibulum, sekitar 15 menit setelah terjadi ovulasi. Sperma bergerak sepanjang oviduct, dengan lama perjalanan 30 menit untuk mencapai infundibulum, apabila tidak ada telur yang sudah terbentuk. Gerakan sperma ini dibantu oleh cilia dari oviduct, antiperistaltik otot dan motilitas sperma. Bila pejantan dan betina dikawinkan, secara individu fertilitas yang cukup tinggi akan diperoleh setelah 2 3 hari melakukan perkawinan. Akan tetapi bila pejantan dikawinkan dengan sekelompok betina, koleksi telur tetas biasanya dilakukan setelah 2 minggu pejantan ada di dalam kandang. Apabila pejantan diambil dari kelompok betina dalam kandang, dalam waktu 5 6 hari setelah perkawinan terakhir fertilitasnya masih cukup baik, setelah itu akan terus menurun. Selama 5 6 hari fertilitas masih cukup baik karena di infundibulum ada tempat menyimpan sperma yang masih mampu membuahi telur. 1
3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Fertilitas : a. Motilitas sperma. Sperma yang mempunyai motilitas yang tinggi setelah produksi, akan menghasilkan fertilitas yang tinggi. b. Ransum. Produksi sperma akan tereduksi akibat kekurangan jumlah makanan atau defisien terhadap sesuatu zat makanan. Misalnya bila dalam ransum kekurangan vitamin E, biasanya menyebabkan sterilitas pada jantan. c. Hormon. Pejantan akan meningkat kemampuan membuahinya (fertilitas), bila disuntik dengan hormon sex jantan. Sebaliknya bila seekor jantan disuntik dengan hormon adrenalin, produksi sperma menurun dan fertilitas menjadi rendah-6(j)22(a)-3(n)-7(tan)-1na1-7(a)87n 88 2
4 Pengelolaan Penetasan a. Terminal dan Holding Room Sanitasi Hatching Egg/HE Program sanitasi/biosecurity sangat penting dalam proses penetasan. Hal ini disebabkan oleh rentannya produk DOC terhadap infeksi mikroorganisme. Selain itu sisa-sisa proses penetasan berupa sisa telur pecah, bangkai DOC dan lain-lain yang komponennya sangat padat protein (zat organic) merupakan media yang sangat baik untuk perkembangan virus, bakteri dan jamur yang pada akhirnya bisa mempengaruhi mutu DOC. Kegiatan sanitasi di hatchery meliputi sanitasi orang, sanitasi HE, Sanitasi peralatan, sanitasi ruangan dan lingkungan, sanitasi air dan udara yang masuk ke dalam hatchery, serta sanitasi egg tray dan egg van. Tahapan sanitasi HE meliputi: - Bersihkan HE yang baru diterima dengan spray udara (compressor), untuk menghilangkan kotoran yang menempel - Spray HE segera dengan desinfektan (H2O2 50% 20 cc + BKC 1,6 cc + 1 liter air) - Fumigasi HE segera dengan triple dosis selama 20 menit, kemudian masukkan ke dalam holding room. - Lakukan fogging dengan larutan BM Solution/Sinergize terhadap egg buggy di holding room setiap hari selama 5 menit - Lakukan penguapan formalin terhadap HE di setter 2 kali seminggu, dan fumigasi di setter (multi stage) perlu dilakukan 1 minggu sekali dengan 1 kali dosis dan waktu fumigasi diluar masa inkubasi jam. - Fumigasi di hatcher setelah mesin di cuci dan kosong 3 kali dosis, sedangkan setelah transfer fumigasi cukup 1 kali dosis. Penerimaan dan Penyimpanan HE Merupakan proses awal kegiatan di hatchery untuk memproduksi DOC. Telur tetas yang diproduksi dan diterima dari Breeder farm harus memenuhi standar berat, kebersihan dan terstandarisasi dengan baik. Tahapan penerimaan HE meliputi : 3
5 sanitasi di terminal dan holding room, menerima HE, grading HE, sanitasi HE dan stock opname. Ruangan penerimaan telur tetas harus selalu bersih, kering dan tersanitasi dengan baik dengan temperatur o C dan kelembaban 60-70%. Proses fumigasi yang dilakukan dengan cara : dilakukan selama 20 menit (timer), konsentrasi formaldehyde 36-40%, temperatur ruangan fumigasi o C, RH 65-75%, dosis fumigant per 2,83 M 3 dibutuhkan PK 20 gram + 40 cc formalin, udara tersirkulasi dan terdapat exhaust fan. Ilustrasi 24. Penerimaan He, Fumigasi dan Grading HE di Holding Room Persiapan Setting HE Holding room merupakan suatu ruangan tertutup yang digunakan untuk penyimpanan sementara telur tetas dengan persyaratan-persyaratan khusus. Adapun fungsinya untuk penyimpanan stock telur tetas pada temperatur dan kelembaban tertentu dengan tujuan menghentikan sementara (stagnasi) pertumbuhan embrio serta untuk memenuhi jumlah setting. 4
6 Tabel 21. Standard Umur dan Berat HE Ayam Broiler dan Layer Broiler Layer Umur (mg) Berat HE (g) Umur (mg) Berat HE (g) > > 53 Persyaratan holding room : - Holding room harus selalu bersih dan tersanitasi. Spray desinfektan : BM Solution + formalin 10% + Sinergyze setiap sore hari. Cuci total bila ada kesempatan kosong. - Hoding room harus selalu tertutup (gunakan strip curtain plastic pada pintu) - Pengaturan temperature dan kelembaban dalam holding room yang dianjurkan tertera pada Tabel 22. Tabel 22. Temperatur, Humidity dan Posisi Telur Selama Penyimpanan Lama Koleksi Temperatur Humidity Posisi Bagian Tumpul Telur (Penyimpanan) ( o C) (%) 1-3 hari Di atas 4-7 hari Di atas 8-14 hari Di bawah dan perlu turning, Jika perlu tutup dengan plastic bags permeable (polythene) Ilustrasi 25. Lebih jelas selama persiapan setting HE di Holding Room dapat dilihat pada b. Manajemen Setter Setting HE Sebelum melakukan setting HE ke dalam mesin setter, maka sebaiknya dilakukan Pre warming. Manfaat pre warning diantaranya : 1. Telur menetas lebih cepat dalam udara hangat. 2. Mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan suhu normal operasional setter. 5
7 3. Menghemat pemakaian listrik. 4. Menaikkan hatchability untuk telur yang tersimpan lebih dari 4 hari. Ilustrasi 25. Penyimpanan He, dan persiapan Setting HE di Holding Room Namun Pre warning juga memeiliki kerugian diantaranya : 1. Kemungkinan terjadinya kontaminasi selama proses pre warming. 2. Tidak seragamnya waktu penetasan. 3. Resiko telur retak pada saat perlakuan pre warming. Pelaksanaan Pre Warming dilakukan di depan mesin Setter atau koridor dengan spray H2O2 50% + BKC. Waktu pre warming dan lama penyimpanan yang direkomendasikan dapat dilihat pada Tabel 23. Seperti pada mesin type single stage, sehingga uniformity temperatur semua telur seragam dan kemungkinan kontaminasi dapat dihindari. Tabel 23. Waktu pre warming, Lama Penyimpanan dan Temperatur Ruangan Waktu Penyimpanan Lama Pre-warming Temperatur Ruangan 0-3 hari 4-7 hari 8-14 hari 3-6 jam 6-12 jam jam o C o C o C Catatan : Idealnya pre warming dilakukan dengan menggunakan setter itu sendiri 6
8 Ilustrasi 26. Persiapan setting dan Pre Warming HE Masa Inkubasi Persyaratan-persyaratan Setter yang mempengaruhi proses penetasan : - Temperatur ruangan Setter : o C dan kelembaban %. - Set point temperatur inkubator : o F. - Set point kelembaban diukur dengan termometer basah (wet bulb): o F - Kelembaban yang dibutuhkan dalam inkubator : %. - Direkomendasikan intake udara segar yang masuk keruangan setter : 5 CFM/1.000 butir telur tetas. - Tekanan udara di ruangan setter harus positif (± 10%). - Turning setiap jam mulai umur 1 hari sampai menjelang transfer. - Egg weight loss saat transfer : 11,5 12,5 % (hari ke 19). - Perhatikan dan jaga kerja cooling dan heat harus seimbang dan normal. Masa perkembangan embrio di dalam telur dapat di lihat pada Ilustrasi 27. c. Manajemen Hatcher Mesin hatcher atau mesin penetasan merupakan bagian dari inkubator yang fungsinya sangat penting dan membutuhkan persyaratan khusus. Persyaratan khusus hatcher adalah : 1. Temperatur ruang hatcher : o C. 2. Kelembaban ruang hatcher : %. 3. Umumnya set point mesin hatcher sebagai berikut : 7
9 Ilustrasi 27. Gambar Perkembangan Embrio Ayam Set point James Way Chick Master Dry bulb Low humidity Hight humidity Ventilasi harus diatur agar keseimbangan input oksigen ke dalam ruang hatcher cukup dan konsentrasi CO2 terkendali. Berkaitan dengan hal ini rekomendasi berikut dapat dikerjakan : Konsentrasi CO2 yang O2 yang ada di ruangan Hatcher dipertahankan 0.1 % 19.3 cfm per 1000 embryo 0.2 % 9.65 cfm per 1000 embryo 0.3 % 6.5 cfm per 1000 embryo 8
10 Transfer dan Candling Transfer telur tetas dilakukan setelah fase setter selesai yaitu umur pengeraman 18 hari, untuk selanjutnya teur dipindahkan ke dalam mesin hatcher. Fumigasi dan penguapan formalin : Setelah transfer telur selesai, segera lakukan fumigasi dengan kekuatan 1kali dosis. Penguapan formalin dilakukan pada saat mulai menetas, dengan dosis 60 cc per m 3. Ilustrasi 28. Proses transfer dari setter ke hatcher Periode Menetas Panen, Seleksi dan Delivery Pull chick (panen) Vaksinansi dan sexing Packing DOC Truk dan perlengkapannya. Dokumen pengiriman DOC meliputi : surat jalan, tanda terima, dan form komplain pelanggan. Denah susunan box dalam truk. A. Instruksi kerja : 1. Proses pemuatan : a. Pastikan truk dalam kondisi layak jalan, bersih dan peralatan penunjangnya berfungsi dengan baik, terutama ventilasi. b. Pengemudi memakai pakaian seragam dan atribut yang disediakan perusahaan. 9
11 c. Sebelum memuat DOC, fogging ruangan truk dengan desinfektan. d. Masukkan DOC ke dalam truk dengan hati-hati berdasarkan rute pengiriman dan denah box DOC dalam truk. e. Hitung jumlah DOC yang dimuat dan harus sesuai dengan jumlah yang tercantum dalam surat jalan. f. Tutup dan kunci pintu mobil dengan benar serta segel dengan alat yang telah disediakan. 2. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengiriman DOC : a. Jumlah sopir untuk 1 truk yang digunakan dalam pengiriman DOC adalah 2 orang. b. Hindari jalan macet dan usahakan mencari rute alternatif terdekat. c. Hindari pengiriman pada siang hari yang panas. d. Pengiriman yang kurang dari 2 jam tidak diperkenankan untuk istirahat makan dan minum. e. Apabila terpaksa berhenti, cari tempat yang teduh dan aman, mesin harus tetap dihidupkan dan kipas dinyalakan. f. Apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, segera hubungi bagian delivery atau pimpinan terkait dengan cara menelpon kepada yang bersangkutan melalui wartel terdekat. g. Tidak diperbolehkan membawa, mengirim barang yang bukan milik perusahaan. h. Dilarang menaikkan penumpang tanpa seizin pimpinan. i. Dokumen perjalanan (karcis tol, karcis parkir, bon solar, retribusi) disimpan dan susun yang rapi untuk dipertanggungjawabkan sesuai prosedur administrasi perusahaan. j. Kecepatan maksimal dilingkungan perusahaan adalah 25 km/jam. k. Kecepatan maksimal di jalan disesuaikan dengan : kondisi jalan, aturan rambu lalu lintas yang ada dan mempertimbangkan keselamatan diri sendiri, orang lain dan DOC. 3. Langkah-langkah setelah DOC tiba di lokasi pelanggan : 10
12 a. Menyerahkan dokumen DOC pada pelaggan. b. Tunjukkan pada pelanggan bahwa segel masih utuh. c. Turunkan box DOC sesuai dengan jumlah pesanan/denah/kode. d. Tunggu sampai dokumen pengirim diisi dan ditandatangani pelanggan. e. Setelah selesai, sopir bisa melanjutkan pengiriman berikutnya atau kembali ke Hatchery. f. Apabila terjadi penolakan DOC oleh pelanggan, atau alamat tidak jelas, segera hubungi bagian delivery atau pimpinan terkait dengan cara menelpon kepada yang bersangkutan melalui wartel terdekat. g. Selesai pengiriman truk harus segera dicuci dan disanitasi. Weight Loss (%) Weight loss adalah penyusutan berat telur selama proses inkubasi di setter dalam satuan persen. WL erat hubungannya dengan humidity dan berpengaruh besar terhadap hatchability dan qualitas DOC yang akan dihasilkan. Secara umum WL yang dianjurkan adalah %, namun lebih detilnya dapat dibuat acuan sebagai mana tertera di Tabel 24. Tabel 24. Penyusutan Berat Telur (Weight Loss) pada Broiler dan Layer Usia Induk Jenis % Weight Loss w Broiler w Layer w Broiler 12, w Layer 12, w Broiler 13, w Layer 13,1 14 Faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian WL : - Berat HE - Usia induk - Lama koleksi HE di cooling room - Set point - Waktu transfer - Kualitas kerabang telur 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konstruksi khusus sesuai dengan kapasitas produksi, kandang dan ruangan
2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bangunan Penetasan Bangunan penetasan adalah suatu tempat yang dibangun dengan konstruksi khusus sesuai dengan kapasitas produksi, kandang dan ruangan penetasan harus terpisah.
Lebih terperinci[Pemanenan Ternak Unggas]
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN [AGRIBISNIS TERNAK UNGGAS] [Pemanenan Ternak Unggas] [Endang Sujana, S.Pt., MP.] KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penetasan telur ada dua cara, yaitu melalui penetasan alami (induk ayam)
2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mesin Tetas Penetasan telur ada dua cara, yaitu melalui penetasan alami (induk ayam) dan melaui penetasan buatan (mesin tetas) (Paimin, 2000). Penetasan buatan dilakukan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperbanyak jumlah daya tetas telur agar dapat diatur segala prosesnya serta
2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penetasan Penetasan merupakan upaya dalam mempertahankan populasi maupun memperbanyak jumlah daya tetas telur agar dapat diatur segala prosesnya serta dapat menghasilkan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada1 Maret--12 April 2013 bertempat di Peternakan
III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada1 Maret--12 April 2013 bertempat di Peternakan Kalkun Mitra Alam Pekon Sukoharjo I, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Pringsewu.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. hingga menetas, yang bertujuan untuk mendapatkan individu baru. Cara penetasan
2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penetasan Penetasan merupakan suatu proses perkembangan embrio di dalam telur hingga menetas, yang bertujuan untuk mendapatkan individu baru. Cara penetasan terbagi dua yaitu
Lebih terperinci[Evaluasi Hasil Produksi Ternak Unggas]
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN [AGRIBISNIS TERNAK UNGGAS] [Evaluasi Hasil Produksi Ternak Unggas] [Endang Sujana, S.Pt., MP.] KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bumirestu, Kecamatan Palas, Kabupaten
30 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bumirestu, Kecamatan Palas, Kabupaten Lampung Selatan pada April--Mei 2015. B. Alat dan Bahan 1) Alat yang digunakan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan pada 1 Maret--5 April 2013
III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan pada 1 Maret--5 April 2013 bertempat di Peternakan Kalkun Mitra Alam, Pekon Sukoharjo 1, Kecamatan Sukoharjo,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan metode-metode mengajar lainnya. Metode ini lebih sesuai untuk mengajarkan
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Metode Demonstrasi Metode Demonstrasi merupakan metode yang paling sederhana dibandingkan dengan metode-metode mengajar lainnya. Metode ini lebih sesuai untuk mengajarkan bahan-bahan
Lebih terperinciPenyiapan Mesin Tetas
Dian Maharso Yuwono Pemeliharaan unggas secara intensif memerlukan bibit dalam jumlah yang relatif banyak, sehingga penetasan dengan mesin semakin diperlukan. Penetasan telur unggas (ayam, itik, puyuh,
Lebih terperinciTATALAKSANA PENETASAN TELUR ITIK
TATALAKSANA PENETASAN TELUR ITIK SUGENG WIDODO Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, BOGOR 16002 RINGKASAN Dengan melaksanakan tatalaksana penetasan telur itik secara baik akan didapatkan hasil yang maksimal.
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Gambar 3. Rodalon
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di kandang itik Balai Penelitian Ternak CiawiBogor. Peneltian dilakukan pada bulan Juni sampai dengan bulan Agustus 2011. Materi Ternak yang
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Inseminasi Buatan pada Ayam Arab
HASIL DAN PEMBAHASAN Inseminasi Buatan pada Ayam Arab Ayam Arab yang ada di Indonesia sekarang adalah ayam Arab hasil kawin silang dengan ayam lokal. Percepatan perkembangbiakan ayam Arab dapat dipacu
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelompok Tani Ternak Rahayu merupakan suatu kelompok peternak yang ada di
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kelompok Ternak Kelompok Tani Ternak Rahayu merupakan suatu kelompok peternak yang ada di Desa Sidodadi, Kecamatan Way Lima, Kabupaten Pesawaran, Propinsi Lampung.
Lebih terperinciMANAJEMEN PENETASAN AYAM BROILER DI PT. SUPER UNGGAS JAYA, PASURUAN
MANAJEMEN PENETASAN AYAM BROILER DI PT. SUPER UNGGAS JAYA, PASURUAN TUGAS AKHIR Oleh : RADITYA IMAM PAMBUDI H3409021 PROGRAM DIPLOMA III AGRIBISNIS PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Lebih terperinciEVALUASI TELUR TETAS ITIK CRp (CIHATEUP X RAMBON) YANG DIPELIHARA PADA KONDISI MINIM AIR SELAMA PROSES PENETASAN
EVALUASI TELUR TETAS ITIK CRp (CIHATEUP X RAMBON) YANG DIPELIHARA PADA KONDISI MINIM AIR SELAMA PROSES PENETASAN EVALUATION OF HATCHING EGG OF CRp (CIHATEUP X RAMBON) DUCK RAISED ON MINIMUM WATER CONDITIONS
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan pada 28 Mei--28 Juni 2012,
III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan pada 28 Mei--28 Juni 2012, bertempat di Kelompok Tani Ternak Rahayu, Desa Sidodadi, Kecamatan Way Lima,
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN MATERI. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 minggu pada Desember 2014 Januari 2015,
23 III. BAHAN DAN MATERI A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 3 minggu pada Desember 2014 Januari 2015, bertempat di peternakan ayam arab milik Bapak Ilham di Desa Tegal Rejo,
Lebih terperinciPERBANDINGAN HASIL PENETASAN (DOC LAYER) ANTARA STRAIN ISA BROWN DAN LOHMAN DI PT. CHAROEN POKPHAND JAYA FARM HATCHERY PEKANBARU. Laporan Tugas Akhir
PERBANDINGAN HASIL PENETASAN (DOC LAYER) ANTARA STRAIN ISA BROWN DAN LOHMAN DI PT. CHAROEN POKPHAND JAYA FARM HATCHERY PEKANBARU Laporan Tugas Akhir OLEH: RIFKA ULYA NBP.1201373033 PROGRAM STUDI PETERNAKAN
Lebih terperinciIII BAHAN DAN METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Penelitian Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai
22 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Alat Penelitian Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1. Mesin tetas tipe elektronik digital kapasitas 600 butir sebanyak 1 buah
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ayam lokal merupakan ayam yang sudah beradaptasi dan hidup dalam jangka waktu yang lama di Indonesia. Ayam lokal disebut juga ayam buras (bukan ras) yang penyebarannya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit atau parent stock (PS) adalah ayam penghasil final stock
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pembibit Ayam pembibit atau parent stock (PS) adalah ayam penghasil final stock dan merupakan hasil pemeliharaan dengan metode perkawinan tertentu pada peternakan generasi
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan Perkembangan industri peternakan yang semakin pesat menuntut teknologi yang baik dan menunjang. Salah satu industri peternakan yang paling berkembang adalah industri
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo Anseriformes, family Anatidae, sub family Anatinae, tribus Anatini dan genus Anas (Srigandono,
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Pengaruh Indeks Bentuk Telur terhadap Daya Tetas dan
10 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang Pengaruh Indeks Bentuk Telur terhadap Daya Tetas dan Mortalitas Itik Magelang dilaksanakan pada bulan Oktober - Desember 2015 bertempat di Desa Ngrapah,
Lebih terperinciPENDAHULUAN. penyediaan daging itik secara kontinu. Kendala yang dihadapi adalah kurang
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha peternakan unggas di Indonesia semakin berkembang seiring dengan banyaknya kebutuhan protein hewani terutama itik lokal. Itik mulai digemari oleh masyarakat terutama
Lebih terperinciPROGRAM PENCAHAYAAN (Lighting) TIM BROILER MANAGEMENT 2017
PROGRAM PENCAHAYAAN (Lighting) TIM BROILER MANAGEMENT 2017 FUNGSI DAN MANFAAT Fungsi pencahayaan pada pemeliharaan broiler adalah : o Penerangan : agar anak ayam dapat melihat tempat pakan dan minum serta
Lebih terperinciIV HASIL DAN PEMBAHASAN. banyaknya telur yang menetas dibagi dengan banyaknya telur yang fertil.
31 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Perlakuan Terhadap Daya Tetas Daya tetas merupakan banyaknya telur yang menetas dari sejumlah telur yang fertil. Data daya tetas pada penelitian ini dihitung dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya kebutuhan masyarakat akan daging ayam membuat proses
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Unggas terutama ayam merupakan salah satu sumber protein utama bagi manusia walaupun sekarang banyak sumber protein selain daging ayam, namun masyarakat lebih memilih
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, permintaan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, permintaan konsumen terhadap produk hasil ternak juga meningkat. Produk hasil ternak yang dipilih
Lebih terperinciPeningkatan jumlah penduduk diikuti dengan meningkatnya kebutuhan akan. bahan pangan yang tidak lepas dari konsumsi masyarakat sehari-hari.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peningkatan jumlah penduduk diikuti dengan meningkatnya kebutuhan akan bahan pangan yang tidak lepas dari konsumsi masyarakat sehari-hari. Hal ini berdampak
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dikenal dengan istilah susut tetas. Pengaruh perlakuan terhadap susut tetas
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Susut Telur Selama proses inkubasi, telur akan mengalami penyusutan yang dikenal dengan istilah susut tetas. Pengaruh perlakuan terhadap susut
Lebih terperinciIrawati Bachari, Iskandar Sembiring, dan Dedi Suranta Tarigan. Departemen Perternakan Fakultas Pertanian USU
Pengaruh Frekuensi Pemutaran Telur terhadap Daya Tetas dan Bobot Badan DOC Ayam Kampung (The Effect of Egg Centrifugation Frequency on Hatchability and Body Weight DOC of Free-range Chicken) Irawati Bachari,
Lebih terperinciPENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan sumber protein. Di Indonesia terdapat bermacam-macam
1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Itik merupakan salah satu ternak unggas yang memiliki potensi untuk memenuhi kebutuhan sumber protein. Di Indonesia terdapat bermacam-macam jenis itik lokal dengan karakteristik
Lebih terperinciDAYA TETAS TELUR PADA UMUR SIMPAN BERBEDA DI HATCHERY 1 PT. CHAROEN POKPHAND JAYA FARM PEKANBARU
DAYA TETAS TELUR PADA UMUR SIMPAN BERBEDA DI HATCHERY 1 PT. CHAROEN POKPHAND JAYA FARM PEKANBARU LAPORAN TUGAS AKHIR Oleh : ADE SUSTIA NINGSIH BP. 1201373037 PROGRAM STUDI PETERNAKAN JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN
Lebih terperinciMANAJEMEN PENANGANAN TELUR TETAS AYAM PEMBIBIT BROILER DI PT. JAPFA COMFEED UNIT KALISALEH, PEMALANG TUGAS AKHIR. Oleh : MUHAMMAD ULFI ZAMRUDI
MANAJEMEN PENANGANAN TELUR TETAS AYAM PEMBIBIT BROILER DI PT. JAPFA COMFEED UNIT KALISALEH, PEMALANG TUGAS AKHIR Oleh : MUHAMMAD ULFI ZAMRUDI PROGRAM STUDI D-3 MANAJEMEN USAHA PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April November 2016 di Desa
12 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April November 2016 di Desa Ngrapah, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Analisis data dilaksanakan di Laboraturium
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. tidak dapat terbang tinggi, ukuran relatif kecil berkaki pendek.
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Burung puyuh (Coturnix coturnix japonica) merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang tinggi, ukuran relatif kecil berkaki pendek. Burung ini merupakan burung liar
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS PENGAWASAN MUTU BIBIT INDUK AYAM RAS UMUR SEHARI (DOC-PS)
DEPARTEMEN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN NOMOR : 02/Kpts/PD.430/F/01.07 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGAWASAN MUTU BIBIT INDUK AYAM RAS UMUR SEHARI (DOC-PS)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat yang semakin meningkat, sejalan dengan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. penghasil telur. Ayam bibit bertujuan untuk menghasilkan telur berkualitas tinggi
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pembibit Bibit merupakan ayam muda yang akan dipelihara menjadi ayam dewasa penghasil telur. Ayam bibit bertujuan untuk menghasilkan telur berkualitas tinggi dan daya
Lebih terperinciStruktur Telur. Suhardi, S.Pt.,MP Universitas Mulawarman
Struktur Telur Suhardi, S.Pt.,MP Universitas Mulawarman Struktur dan komposisi telur 1.Kuning telur (yolk) 2.Putih telur (albumen) 3.Membrane shell 4.Kerabang telur Kuning Telur (31%): 1. Latebra : Pertautan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Peningkatan populasi penduduk di Indonesia menyebabkan perkembangan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peningkatan populasi penduduk di Indonesia menyebabkan perkembangan permintaan terhadap produk hasil ternak. Produk hasil unggas merupakan produk yang lebih
Lebih terperinci[Penanganan (handling) Ternak Unggas]
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN [AGRIBISNIS TERNAK UNGGAS] [Penanganan (handling) Ternak Unggas] [Endang Sujana, S.Pt., MP.] KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan untuk menyeleksi pejantan dan betina yang memiliki kualitas tinggi
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemeliharaan Ayam Salah satu syarat keberhasilan dalam pemeliharaan pembibitan ayam yaitu kemampuan untuk menyeleksi pejantan dan betina yang memiliki kualitas tinggi untuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan gizi tersebut, masyarakat akan cenderung mengonsumsi daging unggas
Lebih terperinciIII BAHAN DAN METODE PENELITIAN. 1. Telur itik Pajajaran sebanyak 600 butir. Berasal dari itik berumur 25 35
26 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 1. Telur itik Pajajaran sebanyak 600 butir. Berasal dari itik berumur 25 35 minggu, 36 55 minggu dan 56 65 minggu yang diambil dari Peternakan Itik
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS PELAPORAN PEMBIBITAN AYAM RAS
DEPARTEMEN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN Nomor : 01019/Kpts/PD.430/F/07/2008 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAPORAN PEMBIBITAN AYAM RAS DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPROTER UNGGAS PETELUR MK PROTER UNGGAS SEMESTER V PS PROTER 16 DESEMBER 2014
PROTER UNGGAS PETELUR MK PROTER UNGGAS SEMESTER V PS PROTER 16 DESEMBER 2014 ISTILAH-ISTILAH Grand parent stock= ayam nenek Parent stock= ayam induk Commercial stock= ayam komersial Feed supplement = pakan
Lebih terperinciPENGARUH GRADE TELUR TERHADAP BOBOT DOC BROILER DI PT. CHAROEN POKPHAND JAYA FARM I UNIT HATCHERY MEDAN LAPORAN TUGAS AKHIR
PENGARUH GRADE TELUR TERHADAP BOBOT DOC BROILER DI PT. CHAROEN POKPHAND JAYA FARM I UNIT HATCHERY MEDAN LAPORAN TUGAS AKHIR Oleh : FITRI NOPIANA MANALU NBP: 1201371010 PROGRAM STUDI PETERNAKAN JURUSAN
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Kondisi Umum Kandang Local Duck Breeding and Production Station
29 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Kandang Local Duck Breeding and Production Station Local Duck Breeding and Production Station merupakan suatu unit pembibitan dan produksi itik lokal yang berada
Lebih terperinciKata kunci: penetasan, telur itik Tegal, dan mesin tetas
PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN TEMPAT AIR DAN LETAK TELUR DI DALAM MESIN TETAS YANG BERPEMANAS LISTRIK PADA PENETASAN ITIK TEGAL Subiharta dan Dian Maharsa Yuwana Assessment Institute for Agricultural Technology
Lebih terperinciHATCH PERIOD AND WEIGHT AT HATCH OF LOCAL DUCK (Anas sp.) BASED ON DIFFERENCE OF INCUBATOR HUMIDITY SETTING AT HATCHER PERIOD
LAMA MENETAS DAN BOBOT TETAS TELUR ITIK LOKAL (Anas sp.) BERDASARKAN PERBEDAAN KELEMBABAN MESIN TETAS PADA PERIODE HATCHER HATCH PERIOD AND WEIGHT AT HATCH OF LOCAL DUCK (Anas sp.) BASED ON DIFFERENCE
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. species dari Anas plitirinchos yang telah mengalami penjinakan atau domestikasi
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Magelang Bangsa itik jinak yang ada sekarang berasal dari itik liar yang merupakan species dari Anas plitirinchos yang telah mengalami penjinakan atau domestikasi (Susilorini
Lebih terperinci[Pengelolaan dan Evaluasi Kegiatan Agribisnis Ternak Unggas]
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN [AGRIBISNIS TERNAK UNGGAS] [Pengelolaan dan Evaluasi Kegiatan Agribisnis Ternak Unggas] [Endang Sujana, S.Pt., MP.] KEMENTERIAN PENDIDIKAN
Lebih terperinciPENDAHULUAN. semakin pesat termasuk itik lokal. Perkembangan ini ditandai dengan
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan usaha peternakan unggas di Indonesia berjalan semakin pesat termasuk itik lokal. Perkembangan ini ditandai dengan meningkatnya permintaan telur konsumsi maupun
Lebih terperinciPENGARUH LAMA PENYIMPANAN TERHADAP FERTILITAS, SUSUT TETAS, DAYA TETAS DAN BOBOT TETAS TELUR AYAM ARAB
PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TERHADAP FERTILITAS, SUSUT TETAS, DAYA TETAS DAN BOBOT TETAS TELUR AYAM ARAB The Effect of Storage Duration to Fertility, Weight Loss, Hatching Eggs, and Hatching Weight of The
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Kualitas Eksterior Telur Tetas Ayam Arab
HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Eksterior Telur Tetas Keberhasilan suatu usaha penetasan bergatung pada beberapa hal salah satunya adalah kualitas telur. Seleksi telur tetas menentukan tingkat keberhasilan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. peternakan seperti telur dan daging dari tahun ke tahun semakin meningkat.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, pendapatan, serta meningkatnya kesadaran akan gizi dan kesehatan masyarakat, maka permintaan komoditas peternakan
Lebih terperinciItik Petelur - Itik Indian Runner (Malaysia dan Cina) - Itik Khaki Cambell (Inggris) - Itik lokal tersebar di Indonesia (Itik Cirebon, Itik Tegal, Iti
PROSPEK DAN KIAT BETERNAK ITIK DENGAN SISTEM TERKURUNG Sumantri Balai Penelitian Ternak Ciawi, P.O. Box 221, Bogor 16002 PENDAHULUAN Peternak itik di pedesaan pada tempo dulu sampai sekarang masih banyak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit adalah ayam penghasil telur tetas fertil yang digunakan
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pembibit Broiler Ayam pembibit adalah ayam penghasil telur tetas fertil yang digunakan untuk ditetaskan menjadi DOC (Suprijatna dkk., 2005). Ayam pembibit menghasilkan
Lebih terperincihatchery Panduan Management Hatchery cobb-vantress.com
hatchery Panduan Management Hatchery cobb-vantress.com PENDAHULUAN Banyak perubahan terjadi di hatchery dalam beberapa tahun terakhir, seperti diperkenalkannya pemantauan dan pengendalian mesin menggunakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. serta meningkatnya kesadaran akan gizi dan kesehatan masyarakat. Akan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kenaikan permintaan komoditas peternakan di Indonesia dari tahun ke tahun semakin berpacu dengan adanya pertambahan jumlah penduduk, pendapatan, serta meningkatnya
Lebih terperinciTemu Teknis Fungsionat non Penebti 2000 BAGIAN DAN PERLENGKAPAN MESIN TETAS Bagian-bagian dan perlengkapan yang ada pada mesin tetas sederhana dengan
Temu Tekms Fungsional non Penehn 2000 TEKNIS PENETASAN TELUR SEMI INTENSIF Sumantri Balai Penelitian Ternak Po Box 221 Bogor 16002 RINGKASAN Perubahan sistem pemeliharaan dan pemasaran hasil produksi memerlukan
Lebih terperinci[Pengelolaan Rumah Potong Unggas]
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN [AGRIBISNIS TERNAK UNGGAS] [Pengelolaan Rumah Potong Unggas] [Endang Sujana, S.Pt., MP.] KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Indonesia pada tahun 2014 telah mencapai 12,692,213 ekor atau meningkat. sebesar 1,11 persen dibandingkan dengan tahun 2012.
I 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Peternakan puyuh di Indonesia saat ini cukup berkembang, hal ini karena semakin banyaknya usaha peternakan puyuh baik sebagai usaha sampingan maupun usaha utama untuk memenuhi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Lokal
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Lokal Ayam lokal Indonesia merupakan hasil dometsikasi Ayam Hutan Merah (Gallus gallus) dan Ayam Hutan Hijau (Gallus varius). Ayam Hutan Merah di Indonesia ada dua macam yaitu
Lebih terperinciHasil Tetas Puyuh Petelur Silangan Bulu Coklat dan Hitam...Sarah S.
KARAKTERISTIK HASIL TETAS PUYUH PETELUR (Coturnix coturnix japonica) SILANGAN WARNA BULU COKLAT DAN HITAM DI PUSAT PEMBIBITAN PUYUH UNIVERSITAS PADJADJARAN CHARACTERISTICS OF HATCHING PERFORMANCE FROM
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Jantan Tipe Medium Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping (by product) berupa anak ayam jantan petelur. Biasanya, satu hari setelah
Lebih terperinciPENGARUH KONSENTRASI ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA PADA FUMIGASI TELUR ITIK TERHADAP DAYA TETAS DAN KEMATIAN EMBRIO
PENGARUH KONSENTRASI ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA PADA FUMIGASI TELUR ITIK TERHADAP DAYA TETAS DAN KEMATIAN EMBRIO Whulan Dhari Fujiawati, Endang Sujana, Sjafril Darana Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran
Lebih terperinciMATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2012. Pengamatan berat telur, indeks bentuk telur, kedalaman kantung udara, ketebalan kerabang, berat kerabang
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi
MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Mei 2012. Persiapan telur tetas dan penetasan dilaksanakan di Laboratorium Penetasan Telur, Departemen Ilmu
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Salah satu produk peternakan yang memberikan sumbangan besar bagi. menghasilkan telur sepanjang tahun yaitu ayam arab.
1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sejalan dengan pertambahan penduduk dan tingkat kesadaran masyarakat akan gizi, diperlukan peningkatan ketersediaan sumber gizi terutama protein hewani. Salah
Lebih terperinciPENGARUH UMUR INDUK ITIK DAN SPECIFIC GRAVITY TERHADAP DAYA TETAS DAN MORTALITAS EMBRIO
PENGARUH UMUR INDUK ITIK DAN SPECIFIC GRAVITY TERHADAP DAYA TETAS DAN MORTALITAS EMBRIO THE EFFECT OF HEN AGE AND SPECIFIC GRAVITY ON HATCHABILITY AND EMBRYO MORTALITY M. Reza Ardian*, Dani Garnida**,
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi, Divisi Persuteraan Alam, Ciomas, Bogor. Waktu penelitian dimulai
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. Sedangkan dalam penetasan telur itu sendiri selama ini dikenal ada dua cara, yakni: Cara alami Cara buatan
BAB II DASAR TEORI 2.1 Mesin Tetas Prinsip kerja dari mesin tetas yang sederhana ini adalah menciptakan situasi dan kondisi yang sama pada saat telur dierami oleh induknya. Kondisi yang perlu diperhatikan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor
29 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Telur Tetas Itik Rambon Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor dengan jumlah itik betina 42 ekor dan itik jantan 6 ekor. Sex ratio
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggul dari tetuanya. Ayam pembibit terbagi atas 4 yaitu ayam pembibit Pure
2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pembibit Ayam bibit adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan keturunan yang mempunyai kualitas genetik yang sama atau lebih unggul dari tetuanya.
Lebih terperinciPENGARUH BANGSA ITIK ALABIO DAN MOJOSARI TERHADAP PERFORMAN REPRODUKSI (REPRODUCTIVE PERFORMANCE OF ALABIO AND MOJOSARI DUCKS) ABSTRACT ABSTAAK
PENGARUH BANGSA ITIK ALABIO DAN MOJOSARI TERHADAP PERFORMAN REPRODUKSI (REPRODUCTIVE PERFORMANCE OF ALABIO AND MOJOSARI DUCKS) Bram Brahmantiyo dan L. Hardi Prasetyo Balai Penelitian Ternak, Ciawi, PO.
Lebih terperinciPEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN AYAM LOKAL TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK
PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN AYAM LOKAL TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 KATA PENGANTAR Pengembangan pembibitan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit terbagi atas 4 yaitu ayam pembibit Pure Line atau ayam
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pembibit Ayam pembibit terbagi atas 4 yaitu ayam pembibit Pure Line atau ayam galur murni, ayam pembibit Great Grand Parent Stock atau ayam pembibit buyut, ayam pembibit
Lebih terperinciPEDOMAN PEMBIBITAN AYAM ASLI DAN AYAM LOKAL YANG BAIK
PEDOMAN PEMBIBITAN AYAM ASLI DAN AYAM LOKAL YANG BAIK KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK 2014 PEDOMAN PEMBIBITAN AYAM ASLI DAN AYAM LOKAL
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. morfologi. Penilaian dilakukan pada DOD yang baru menetas untuk melihat
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Nilai Kualitiatif Pusar Penilaian menggunakan metode pasgar skor didasarkan pada kriteria morfologi. Penilaian dilakukan pada DOD yang baru menetas untuk melihat kualitas DOD
Lebih terperinciIV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di Pusat Pembibitan Puyuh Fakultas Peternakan
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Breeding Center Puyuh Penelitian ini dilakukan di Pusat Pembibitan Puyuh Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaranyang terletak di lingkungan Kampus Universitas
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam arab (Gallus turcicus) adalah ayam kelas mediterain, hasil persilangan
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Ayam Arab Ayam arab (Gallus turcicus) adalah ayam kelas mediterain, hasil persilangan dengan ayam buras (Kholis dan Sitanggang, 2002). Ayam arab merupakan ayam lokal
Lebih terperinci[PEMANFAATAN LIMBAH CANGKANG TELUR]
2014 Program Studi Peternakan MATA KULIAH TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH DAN SISA HASIL TERNAK Dr.Hj.Jamila S.Pt, M.P [PEMANFAATAN LIMBAH CANGKANG TELUR] Limbah cangkang telur yang ada bukan hanya berasal
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pemeliharaan Induk Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk terlebih dahulu di kolam pemeliharaan induk yang ada di BBII. Induk dipelihara
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayam ayam lokal (Marconah, 2012). Ayam ras petelur sangat diminati karena
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Petelur Ayam petelur dikenal oleh sebagian masyarakat dengan nama ayam negeri yang mempunyai kemampuan bertelur jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan ayam ayam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sejalan dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya protein hewani untuk memenuhi kebutuhan gizi, permintaan masyarakat akan produkproduk peternakan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79/Permentan/OT.140/6/2014 TENTANG PEDOMAN PEMBIBITAN AYAM ASLI DAN AYAM LOKAL YANG BAIK
PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79/Permentan/OT.140/6/2014 TENTANG PEDOMAN PEMBIBITAN AYAM ASLI DAN AYAM LOKAL YANG BAIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam penghasil daging dalam jumlah yang
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Pembibit Ayam broiler merupakan ayam penghasil daging dalam jumlah yang banyak dengan waktu yang cepat. Tipe ayam pembibit atau parent stock yang ada sekarang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peningkatan jumlah penduduk serta semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap tahunnya. Konsumsi protein
Lebih terperinci1. Pendahuluan. 2. Kajian Pustaka RANCANG BANGUN ALAT PENETAS TELUR SEDERHANA MENGGUNAKAN SENSOR SUHU DAN PENGGERAK RAK OTOMATIS
Prosiding SNaPP2014 Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN 2089-3582 EISSN 2303-2480 RANCANG BANGUN ALAT PENETAS TELUR SEDERHANA MENGGUNAKAN SENSOR SUHU DAN PENGGERAK RAK OTOMATIS 1 Ari Rahayuningtyas, 2
Lebih terperinciPENGARUH FREKUENSI PEMUTARAN DAN PEMBILASAN DENGAN LARUTAN DESINFEKTANTERHADAP DAYA TETAS, MORTALITAS DAN BOBOT TETAS AYAM ARAB
PENGARUH FREKUENSI PEMUTARAN DAN PEMBILASAN DENGAN LARUTAN DESINFEKTANTERHADAP DAYA TETAS, MORTALITAS DAN BOBOT TETAS AYAM ARAB Rohmad 1, Sofana Fitri 2 1. Prodi Peternakan Fakultas Pertanian UNISKA Kediri
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ternak itik yang berkembang sekarang merupakan keturunan dari Wild
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Ternak itik yang berkembang sekarang merupakan keturunan dari Wild Mallard (itik liar) yang secara naluriah masih memiliki sifat-sifat mengeram untuk menetaskan telurnya.
Lebih terperinciMODUL PROGRAM KEAHLIAN BUDIDAYA TERNAK KODE MODUL SMKP3P03BTE
MODUL PROGRAM KEAHLIAN BUDIDAYA TERNAK KODE MODUL PENETASAN TELUR DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PROYEK PENGEMBANGAN SISTEM DAN STANDAR PENGELOLAAN SMK DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN JAKARTA 2001
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah telur Itik Rambon dan
18 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Bahan Penelitian Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah telur Itik Rambon dan Cihateup yang diperoleh dari pencampuran jantan dan
Lebih terperinciPengaruh Umur Induk dan Specific...Netty Siboro PENGARUH UMUR INDUK ITIK DAN SPESIFIC GRAVITY TERHADAP KARAKTERISTIK TETASAN
PENGARUH UMUR INDUK ITIK DAN SPESIFIC GRAVITY TERHADAP KARAKTERISTIK TETASAN The Effect Of Specific Gravity And Hen Age To Hatching Characteristics (Weight Loss Egg, Hatch Period, Weight at Hatch) On Duck
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. efektif karena satu induk ayam kampung hanya mampu mengerami maksimal
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada umumnya di pedesaan ayam kampung dipelihara oleh masyarakat secara ala kadarnya yaitu telur dierami oleh induknya secara langsung sehingga perkembangbiakan ayam
Lebih terperinci