SARKOFAGUS DI PURA PONJOK BATU DESA PACUNG, TEJAKULA, BULELENG, BALI SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SARKOFAGUS DI PURA PONJOK BATU DESA PACUNG, TEJAKULA, BULELENG, BALI SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA"

Transkripsi

1 SARKOFAGUS DI PURA PONJOK BATU DESA PACUNG, TEJAKULA, BULELENG, BALI SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA Kadek Dwi Mahayoni, Dr. Luh Putu Sendratari, M.Hum, Ketut Sedana Arta, S.Pd., M.Pd Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia {dwicrockwicx@ymail.com, Lpsendra@yahoo.co.id, Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mendeskripsikan sejarah keberadaan sarkofagus di Pura Ponjok Batu, (2) Mendeskripsikan unsur yang terdapat pada sarkofagus yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar sejarah di SMA kelas X, (3) Medeskripsikan strategi pembelajaran yang diterapkan dalam memanfaatkan sarkofagus sebagai sumber belajar sejarah di SMA kelas X. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan tahap-tahap; (1) Teknik penentuan lokasi penelitian, penelitian ini berlokasi di Desa Pacung, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng, (2) Pendekatan kualitatif, (3) Teknik penentuan informan, yaitu purposive sampling dan snow ball, (4) Teknik pengumpulan data, observasi, wawancara, dan studi dokumen, (5) Teknik validasi data, triangulasi metode, dan triangulasi sumber dan teknik analisis data. Hasil penelitian menunjukkan sejarah keberadaan sarkofagus di Pura Ponjok Batu membuktikan di sekitar pura tersebut dulunya pernah dihuni oleh masyarakat yang menjadi pendukung budaya. Unsur-unsur yang terdapat pada sarkofagus yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar sejarah di SMA dapat dibagi menjadi dua yaitu unsur real (denotatif) dan hidden/konotatif. Strategi pembelajaran yang diterapkan dalam memanfaatkan sarkofagus sebagai sumber belajar sejarah di SMA kelas X berbasis Kurikulum 2013 adalah inquiri dan group investigation. Kata kunci : Sejarah, Sarkofagus, Unsur-unsur, Sumber Belajar. Abstract This study aims to (1) Describe the history of the existence of sarcophagus in the area of Ponjok Batu temple, (2) Describe the elements contained in sarcophagus that can be used as a source of learning in high school class X, (3) to describe learning strategies applied in utilizing sarcophagus as a source of learning history in high school class X. This research uses Qualitative Method with stages; (1) Techniques of determining the location of research, this research is located in Pacung Village, Tejakula District, Buleleng Regency, 2) The research approach used Qualitative approach, (3) Informant determination technique, is purposive sampling and snow ball, (4) Data collection technique, through observation, interview and document study, data validation technique, (5) method triangulation, and source triangulation and data analysis technique. The results showed that the history of the existence of sarcophagus in Ponjok Batu temple proved in the vicinity of the temple was once inhabited by people who became supporters of the sarcophagus culture. The elements contained in the sarcophagus that can be used as a source of history learning in the high school can be divided into two, namely the element of real and elements of meaning. The learning strategy applied in utilizing sarcophagus as a source of learning history in high school class X based Curriculum 2013 is enquiry and group investigation. Keywords : History, Sarcophagus, Elements, Learning Resources

2 . PENDAHULUAN Buleleng merupakan salah satu kabupaten di Bali yang banyak meninggalkan sisa-sisa kehidupan pada masa megalitik yang dapat dijumpai sampai sekarang. Desadesa yang masih memiliki peninggalan kebudayaan zaman megalitik khususnya sarkofagus yang berada di Desa Pacung. Hal yang menjadi keunikan dan ketertarikan dalam melakukan penelitian tentang sarkofagus yang berada di Desa Pacung tepatnya di Pura Ponjok Batu adalah lokasi, proses ditemukannya, dan aspekaspek yang terdapat dalam sarkofagus tersebut. Dipilihnya sarkofagus di Pura Ponjok Batu sebagai objek penelitian ini didasarkan pada lokasi, karena sarkofagus tersebut terdapat di areal Pura Ponjok Batu yang merupakan salah satu Pura Dang Kahyangan di Bali. Berdasarkan proses ditemukannya, sarkofagus ini ditemukan di areal Pura Ponjok Batu yang merupakan areal suci pada saat melakukan pemugaran pura. Sarkofagus adalah wadah kubur bagi orang-orang yang memiliki status sosial tinggi dalam masyarakat dan sarkofagus tergolong benda yang kotor (leteh). Uniknya sarkofagus ini sempat dibawa ke Pura Taman Sari Desa Kayu Putih tetapi setelah beberapa bulan diminta untuk mengembalikan sarkofagus tersebut ke tempat awal ditemukannya serta aspek-aspek yang dimiliki sarkofagus yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar sejarah di SMA kelas X. Sarkofagus pada umumnya ditemukan di areal kuburan atau di tegalan para penduduk. Hal ini juga diungkapkan dalam disertasi yang ditulis oleh Kompiang (1977:23) bahwa, miniatur sarkofagus yang ditemukan di Dusun Jelungga, Desa Ularan, Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng, tepat ditemukan di ladang atau abian yang dimiliki oleh salah satu masyarakat yaitu Ketut Mastra. Berbeda halnya dengan sarkofagus yang ditemukan di Desa Pacung, tepatnya ditemukan di areal Pura Ponjok Batu dan tidak di ladang atau abian penduduk. Kajian tentang sarkofagus sudah banyak dikaji, sebagaimana yang dilakukan oleh Sutaba (1980) yang mengkaji tentang Beberapa catatan tradisi megalitik di Bali. Selain itu, I Wayan Sudiana (2013) yang mengkaji tentang Identifikasi Keunikan Pura Gunung Kawi di Desa Pekraman Keliki, Gianyar, Bali Sebagai Sumber Pembelajaran IPS. Kemudian Ni Komang Sukasih (2015), yang mengkaji Peninggalan Sarkofagus dan Nekara di Desa Pakraman Manikliyu, Kintamani, Bangli, Bali (Studi Tentang Bentuk, Fungsi dan Potensinya Sebagai Media Pembelajaran Sejarah di SMA). Peninggalan sarkofagus yang terdapat di Pura Ponjok Batu memiliki potensi apabila dapat dijadikan sebagai sumber belajar sejarah di SMA. Keberadaan sarkofagus ini dapat dipakai alternatif bagi para guru SMA yang mengajarkan pelajaran sejarah khususnya untuk di kelas X semester ganjil berbasis Kurikulum 2013 yang termuat dalam Kompetensi Dasar (KD) 3.4 memahami hasil-hasil dan nilai-nilai budaya masyarakat pra aksara Indonesia dan pengaruhnya dalam kehidupan lingkungan terdekat, 4.4 menyajikan hasil-hasil dan nilainilai budaya masyarakat praaksara Indonesia dan pengaruhnya dalam kehidupan lingkungan terdekat dalam bentuk tulisan (Silabus Sejarah Kurikulum 2013). Kochhar (2008:393) yang menyatakan bahwa guru sejarah memiliki peranan penting dalam keseluruhan proses pembelajaran sejarah. Seorang guru dapat memanfaatkan potensi sumber belajar yang ada disekitarnya, dengan tidak hanya berpatokan pada buku ajar yang didapatkan di sekolah saja. Menurut Widja (1989: 4-17) seorang guru sejarah yang profesional adalah guru sejarah yang memiliki ciri-ciri keahlian khusus dalam bidang pelajaran sejarah. Cara mengajar sejarah yang hanya berkisar di lingkungan kelas saja dan dengan materi dari buku-buku teks saja akan menyebabkan murid-murid terasing dari permasalahan masyarakat dan membawa konsekuensi perlunya guru sejarah mengembangkan apa yang sering disebut history beyond the classroom atau pelajaran sejarah di luar kelas.

3 Peninggalan-peninggalan megalitik dapat digunakan sebagai alternatif dalam proses belajar mengajar sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013 yang menuntut agar pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik, yang menuntut agar peserta didik lebih aktif mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki. Pendekatan saintifik (scientific) disebut juga sebagai pendekatan ilmiah. Proses pembelajaran dapat dipadukan dengan suatu proses ilmiah, karena itu kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan saintifik dalam pembelajaran. Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titisan emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik (Daryanto, 2014:44). Berdasarkan uraian latar belakang di atas, ada beberapa masalah yang menjadi fokus dalam penelitian ini, yaitu: 1. Mengapa terdapat sarkofagus di Pura Ponjok Batu Desa Pacung, Kecamatan Tejakula? 2. Unsur-unsur apakah yang terdapat pada sarkofagus yang dapat dijadikan sumber belajar sejarah di SMA kelas X? 3. Strategi pembelajaran apakah yang diterapkan untuk memanfaatkan sarkofagus sebagai sumber belajar sejarah di SMA kelas X berbasis Kurikulum 2013? Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Untuk mengetahui sejarah keberadaan sarkofagus yang terdapat di areal Pura Ponjok Batu Desa Pacung, Kecamatan Tejakula. 2. Untuk mengetahui unsur-unsur yang terdapat pada sarkofagus yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar sejarah di SMA kelas X. 3. Untuk mengetahui strategi pembelajaran yang diterapkan dalam memanfaatkan sarkofagus sebagai sumber belajar sejarah di SMA kelas X berbasis Kurikulum Adapun manfaatn penelitian adalah sebagai berikut. 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis, untuk menambah pengetahuan dan memperluas wawasaan dalam menyusun sebuah karya tulis, dan dapat mengimplementasikan serta membandingkan teori-teori yang telah dipelajari dengan kenyataan di masyarakat, dan menambah pengetahuan mengenai keberadaan sarkofagus yang bercorak megalitik. 2. Manfaat Praktis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pihak-pihak berikut ini. a. Peneliti, penelitian ini bermanfaat meningkatkan pengetahuan dan wawasan serta keterampilan dalam menulis karya ilmiah. b. Masyarakat khususnya yang berada di wilayah Pura Ponjok Batu Desa Pacung, untuk dapat mengetahui keberadaan dari sarkofagus yang merupakan warisan leluhur dan peninggalan sejarah yang dapat dijadikan sebagai sumber pembelajaran sejarah bagi peserta didik dan ikutserta melestarikannya. c. Jurusan Pendidikan Sejarah, dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan salah satu pengembangan mata kuliah yang materinya menyangkut peninggalan purbakala. d. Peserta didik, dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber belajar yang lebih kongkrit bagi peserta didik. e. Guru sejarah di SMA, penelitian ini diharapkan nantinya dapat memberikan pengetahauan bagi guru sejarah khususnya yang mengajar di SMA kelas X dalam mengembangkan pembelajaran sejarah yang lebih aktif, kreatif, dan inovatif.

4 Sarkofagus, adalah peti jenasah yang terbuat dari batu atau peti batu untuk menguburkan orang-orang yang berasal dari golongan tertentu (Sagimun, 1987:39). Penguburan jenasah dengan menggunakan wadah sarkofagus hampir ditemukan di daerah seluruh Bali dan penelitian terhadap sarkofagus telah dilakukan oleh R.P. Soejono tahun Sanjaya (2006) mengidentifikasikan sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan oleh siswa untuk mempelajari bahan dan pengalaman belajar sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Secara konseptual, kurikulum adalah suatu respon pendidikan terhadap kebutuhan masyarakat dan bangsa dalam membangun generasi muda bangsanya. Secara pedagogis kurikulum adalah rancangan pendidikan yang member kesempatan untuk peserta didik mengembangkan potensi dirinya dalam suatu suasana belajar yang menyenangkan dan sesuai dengan kemampuan dirinya untuk memiliki kualitas yang diinginkan masyarakat dan bangsanya. Secara yuridis kurikulum adalah suatu kebijakan publik yang didasarkan kepada dasar filosofis bangsa dan keputusan yuridis di bidang pendidikan. Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional maka pengembangan kurikulum haruslah berakar pada budaya bangsa, kehidupan bangsa masa kini, dan kehidupan bangsa di masa mendatang (Daryanto, 2014:1). Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan belajar-mengajar, strategi dapat diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan (Zain dan Djamarah, 2002: 5). Dalam pembelajaran sejarah perlu adanya strategi sebagai acuan dalam menerapkan pembelajaran. Menurut Widja (1989:4) perlu diperhatikan beberapa faktor penentu dalam menyusun strategi mengajar, seperti tujuan yang hendak dicapai, keadaan dan kemampuan siswa, keadaan dan kemapuan guru, lingkungan masyarakat dan sekolah serta beberapa faktor lain yang bersifat khusus. METODE Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan tahap-tahap; (1) Teknik penentuan lokasi penelitian, penelitian ini berlokasi di Desa Pacung, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng, (2) Teknik penentuan informan, penentuan informan dalam penelitian ini yaitu purposive sampling dan snow ball, (3) Teknik pengumpulan data, melalui observasi, wawancara, dan studi dokumen, (4) Teknik validasi data, triangulasi metode, dan triangulasi sumber, (5) Teknik analisis data. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengumpulan data dengan observasi dan wawancara yang dilaksanakan berkaitan dengan sejarah keberadaan sarkofagus yang terdapat di areal Pura Ponjok Batu Desa Pacung, unsur-unsur yang terdapat pada sarkofagus yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar sejarah di SMA kelas X dan strategi pembelajaran yang diterapkan dalam memanfaatkan sarkofagus sebagai sumber belajar sejarah di SMA kelas X berbasis Kurikulum 2013 yaitu: 1. Sejarah Keberadaan Sarkofagus di Pura Ponjok Batu Desa Pacung Proses Pemugaran Pura Ponjok Batu dilakukan oleh masyarakat Desa Pacung yang didampingi oleh pemangku pura dan kepala desa setempat yang berlangsung cukup lama karena diperlukannya banyak persiapan dan pemugaran kembali pura tersebut. Setelah beberapa waktu pemugaran berlangsung, pada awal tahun 1995 masyarakat yang sedang melakukan pemugaran Pura Ponjok Batu tersebut menemukan bongkahan batu besar di bagian selatan area pura. Pernyataan tersebut didukung oleh tokoh masyarakat sekaligus pegawai BPCB (Balai Pelestarian Cagar Budaya) yang bertugas merawat sarkofagus di Pura ponjok Batu yaitu Gede Wara (57th).

5 Sarkofagus ditemukan dengan keadaan yang retak pada bagian wadahnya dan dalam kondisi kosong, kemudian hancur pada bagian tutupnya serta ditemukan pula satu buah kendi kecil yang sudah hancur pula yang tidak dapat diperbaiki dan diteliti lebih dalam oleh arkeolog. Karena sarkofagus tersebut terdapat keretakan pada beberapa bagian sehingga pihak BPCB dan Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng memutuskan untuk melakukan perbaikan dengan cara merekatkan kembali sarkofagus yang retak dengan menggnakan lem yang berasal dari Thailand selama 1 bulan dan dilakukan di areal paling timur Pura Ponjok Batu. Selanjutnya sarkofagus tersebut dipindahkan dari Pura Ponjok Batu ke Pura Taman Sari yang berada di Desa Kayu Putih, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng dengan alasan bahwa di Pura Taman Sari terdapat sarkofagus dalam jumlah yang banyak sehingga dibawalah sarkofagus yang berada di Pura Ponjok Batu agar tempatnya dijadikan satu. Dalam proses pemindahannya dilakukan sangat sederhana tanpa adanya upacara khusus baik secara skala maupun niskala. Selama dalam kurun waktu 3 bulan sarkofagus tersebut tersimpan di Pura Taman Sari, akhirnya sarkofagus tersebut di bawa kembali ke Pura Ponjok Batu pada tahun Pemindahan kembali sarkofagus dari Pura Taman Sari ke Pura Ponjok Batu dikarenakan adanya pawisik (panggilan spiritual) yang dialami langsung oleh salah satu tokoh Desa Pacung yaitu Bapak Gede Arya. Setelah sarkofagus dikembalikan dari Pura Taman Sari ke Pura Ponjok Batu, akhirnya dari pihak pemangku pura bersama pihak BPCB dan Dinas Kebudayaan bersepakat untuk meletakkan sarkofagus tersebut dibagian area pura paling timur yang merupakan lahan yang masih kosong dan pemugaran di Pura Ponjok Batu baru berakhir pada tahun Kemudian setelah proses pemugaran Pura Ponjok Batu berakhir dan dibuatkan tempat khusus yang sederhana dibagian depan pura yang merupakan bagian dari sisi pura (jaba sisi), akhirnya sarkofagus tersebut dipindahkan dari bagian area timur ke area depan pura. Dipindahkannya sarkofagus tersebut dari area timur menjadi ke area depan pura dengan alasan bahwa agar mudah untuk menjaga dan merawat karena bagian timur pura tersebut adalah bagian paling belakang dari Pura Ponjok Batu. Sarkofagus tersebut diletakkan dibagian depan pura yang merupakan bagian dari sisi pura (jaba sisi) oleh pemangku pura beserta pihak dari Dinas Kebudayaan dan BPCB dengan alasan bahwa sarkofagus tersebut adalah benda leteh (kotor) karena merupakan tempat jenazah yang memang tidak tepat apabila diletakkan dibagian utama pura (jeroan) maupun dibagian tengah pura (jaba tengah), karena secara horizontal pura pada umumnya memiliki konsep Tri Mandala. Sarkofagus yang berada di Pura Ponjok Batu diyakini oleh masyarakat setempat adalah tempat peninggalan leluhur mereka dan diyakini bahwa sarkofagus tersebut adalah benda yang sakral yang patut untuk dirawat dan dijaga serta memberikan banten (sesaji) sebagai rasa hormat mereka terhadap leluhur. Pada saat sarkofagus ditemukan di Pura Ponjok Batu tidak dilaksanakan upacara atau persembahan banten (sesaji) dalam bentuk apapun. Namun masyarakat setempat mempercayai bahwa sarkofagus tersebut adalah peninggalan leluhur yang dianggap suci dan patut dijaga serta dihormati dengan cara menghaturkan banten (sesaji) berupa apapun boleh baik itu berupa canang sari, banten suci, dan rarapan. Pada saat dilakukan upacara pemindahan sekaligus peletakan pertama kali sarkofagus tersebut dari area timur pura ke area depan pura dilakukan upacara suci yang di laksanakan oleh para pemangku Pura Ponjok Batu dan almarhum Jro Mangku Gede Nyoman Darning selaku pemimpin dari upacara peletakan sarkofagus tersebut. Dibuatkannya banten suci pada saat piodalan Pura Ponjok Batu bertujuan untuk menghormati sarkofagus sebagai peninggalan leluhur yang ditemukan sekaligus masih tersimpan di Pura dan tujuan lainnya adalah untuk menyetarakan antara banten yang dibuat

6 untuk pelinggih-pelinggih pura dengan sarkofagus. Masyarakat Desa Pacung meyakini bahwa sarkofagus tersebut adalah sakral dan peninggalan leluhur sehingga dihormati pula dengan dibuatkannya upacara suci dan banten serta dihaturkan canang sari maupun rarapan. Peninggalan sarkofagus yang ditemukan di Pura Ponjok Batu diyakini peninggalan leluhur yang suci dan dirawat secara skala dan niskala sesuai dengan kepercayaan dan sifat-sifat lokal masyarakat Desa Pacung. Jadi sejarah dari keberadaan sarkofagus di Pura Ponjok Batu ini tidak terlepas dari kebudayaan manusia pada masa lampau sekitar tahun 2500 sampai 3000 sebelum masehi yang menghasilkan kebudayaan batu besar. Hal ini membuktikan bahwa dulunya di Desa Pacung pernah adanya kehidupan manusia prasejarah yang peninggalannya sampai sekarang masih dapat dijumpai dan harus tetap dijaga dan dirawat mengingat bahwa peninggalan tersebut adalah peninggalan leluhur yang bersifat sakral dan memiliki nilai sejarah serta potensi yang dapat dikembangkan. 2. Unsur-Unsur Pada Sarkofagus Yang Dapat Dijadikan Sumber Belajar Sejarah di SMA Kelas X Sarkofagus berasal dari kata sart yang artinya daging dan phagein yang artinya memakan. Jadi secara umum sarkofagus berarti pemakaman daging karena mayat yang di tempatkan di dalam peti lama-kelamaan akan busuk dan lenyap. Dari sarkofagus yang ditemukan umumnya di dalamnya terdapat mayat dan bekal kubur berupa periuk, kapak persegi, perhiasan, dan benda-benda dari perunggu serta besi ( Soekmono dalam Sukasih, 2015:16). Sarkofagus memiliki fungsi sebagai tempat meletakkan jenazah dan keberadaannya juga dapat difungsikan sebagai sumber belajar sejarah di SMA khususnya di kelas X dengan mengacu pada silabus kurikulum 2013 pada SMA kelas X, dengan Kompetensi Inti (KI) Memahami, menerapkan dan menganalisis, pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait dengan fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah dan Kompetensi Dasar (KD) 3.4 yaitu memahami hasil-hasil dan nilai-nilai budaya masyarakat praaksara Indonesia dan pengaruhnya dalam kehidupan lingkungan terdekat, dengan menganalisis unsur-unsur yang terkandung dalam sarkofagus tersebut. Secara umum di Desa Pacung, Tejakula, Buleleng, Bali tepatnya di Pura Ponjok Batu telah ditemukan dua buah sarkofagus dan yang hanya dapat diteliti secara utuh hanya satu, sedangkan satunya lagi telah rusak total akibat pemugaran Pura Ponjok Batu yang dilakukan dengan menggunakan mobil pengeruk tanah. Bentuk dari sarkofagus yang ditemukan di Pura Ponjok Batu, dapat penulis ketahui berdasarkan pengamatan langsung pada objek. Sarkofagus tersebut memperlihatkan bentuk yang tidak jauh berbeda dengan sarkofagus bercirikan megalitik yang ditemukan tersebar di Kepulauan Indonesia. Adapun ukuran panjang, lebar, dan tinggi sarkofagus tersebut dan ukuran tonjolannya adalah sebagai berikut: a. Panjang : 110 cm b. Lebar : 60 cm c. Tinggi : 70 cm d. Panjang tonjolan : 25 cm e. Lebar tonjolan : 20 cm f. Tinggi tonjolan : 15 cm Sarkofagus yang berada di Pura Ponjok Batu memiliki unsur-unsur yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar sejarah di SMA kelas X semester ganjil. Unsur-unsur yang terdapat pada sarkofagus dapat dibagi menjadi dua yaitu unsur real (denotatif) dan unsur makna (hidden/konotatif). Adapun unsur-unsur real (denotatif) yang terdapat pada sarkofagus adalah sebagai berikut. 1. Bentuk Fisik Sarkofagus Sarkofagus merupakan peninggalan sejarah yang memiliki nilai yang penting dan dapat menceritakan sejarah kehidupan di

7 masa lampau. Sarkofagus pada umumnya merupakan peti mayat bagi orang-orang yang dianggap memiliki kedudukan penting dalam masyarakat. Umumnya sarkofagus memiliki bentuk yang sederhana secara keseluruhan yang berbentuk persegi panjang dengan sisi yang berbentuk lengkung baik wadah maupun tutupnya serta terdapat tonjolantonjolan pada bagian depan dan belakang kemudian mayat dari orang yang meninggal tersebut diletakkan secara terlipat dalam sarkofagus dan mayat tersebut biasanya dibekali dengan bekal kubur. Peninggalan sarkofagus yang berada di Pura Ponjok Batu memiliki ciri-ciri yang hampir sama dengan ciri-ciri sarkofagus pada umumnya, yaitu berbentuk persegi panjang dengan sisinya yang berbentuk lengkung, memiliki tonjolan pada bagian depan dan belakang. Sarkofagus yang berada di Pura Ponjok Batu adalah sarkofagus yang termasuk dalam tipe A kecil (tipe Bali) dengan ukuran panjangnya adalah 110 cm sehingga disimpulkan bahwa mayat yang diletakkan dalam sarkofagus tersebut diletakkan dengan posisi yang terlipat seperti bayi dalam kandungan dan sarkofagus tersebut ditemukan dalam keadaan yang terpisah antara wadah dan tutupnya dikarenakan tutup dari sarkofagus tersebut telah hancur total dan hanya tersisa wadahnya saja. Dilihat dari bentuk fisik bangunan sarkofagus yang terdapat di Pura Ponjok Batu, Desa Pacung, peninggalan ini tentu saja bisa dimanfaatkan potensinya oleh guru dan siswa sebagai sumber belajar sejarah di SMA khusunya di kelas X pada semester ganjil. Peninggalan prasejarah di Pura Ponjok Batu ini dapat menjadi alternatif bagi guru maupun siswa dan sangat relevan digunakan sebagai sumber belajar di SMA yang mengacu pada kurikulum Sejarah (Historis) Sejarah adalah studi keilmuan tentang segala sesuatu yang telah dialami manusia di waktu lampau dan yang telah meninggalkan jejak-jejaknya di waktu sekarang. Penekanan perhatian diletakkan pada aspek peristiwanya sendiri, dalam hal ini terutama yang bersifat khusus dari segisegi urutan perkembangannya yang kemudian disusun dalam suatu cerita sejarah. Sehingga ilmu sejarah berusaha mengungkap masa lampau manusia berdasarkan sumber-sumber sejarah dan dibantu dengan ilmu sejarah dan ilmu-ilmu sosial (I Gde Widja, 1989: 91). Selama ini pendidikan yang tertuang dalam buku-buku ajar terutama yang di SMA kebanyakan memaparkan bukti-bukti peninggalan sejarah yang hanya berasal dari Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan penjelasanpenjelasan peninggalan sejarah dari luar ketiga pulau tersebut sangat jarang sekali dijelaskan. Sesungguhnya peninggalan sejarah tersebut tidak hanya berasal dari ketiga pulau tersebut saja, tetapi banyak pula pulau-pulau yang menyimpan peninggalan sejarah salah satunya adalah Pulau Bali, seperti yang tersimpan di Kabupaten Buleleng tepatnya di Pura Ponjok Batu, Desa Pacung yakni adanya sarkofagus sebagai salah satu bukti adanya peninggalan purbakala yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar sejarah khususnya untuk sejarah lokal. Seperti yang telah dijelaskan, bahwa sarkofagus yang berada di Pura Ponjok Batu merupakan bukti dari peninggalan pada masa prasejarah di Bali yang merupakan sistem kubur dengan menggunakan batu besar sehingga disebut juga dengan zaman megalithikum. Sarkofagus tersebut merupakan salah satu dari hasil karya seni nenek moyang Bangsa Indonesia dan bersifat sakral atau religiusmagis karena selain digunakan sebagai peti mayat, sarkofagus tersebut juga berfungsi sebagai media pemujaan yang sampai sekarang oleh masyarakat di sekitar Desa Pacung selalu memuja sarkofagus tersebut dengan menghaturkan sesaji berupa canang sari dan rarapan maupun banten suci sebagai wujud rasa hormat kepada leluhur. Sarkofagus tersebut juga memberikan informasi pada masa lampau di Desa Pacung. Peninggalan tersebut sangat penting dalam kehidupan masa kini dan masa depan terkait dengan bukti dan jejak-jejak sejarah yang terkandung dalam sarkofagus tersebut. 3. Keyakinan atau Kepercayaan

8 Soelaeman (2000: 15), menyatakan keyakinan adalah suatu pegangan yang dipegang oleh orang yang memilikinya, tidak perduli apapun yang akan terjadi atau menimpa dirinya. Peninggalan sarkofagus di Pura Ponjok Batu merupakan peninggalan yang digunakan sebagai media pemujaan terhadap roh leluhur atau nenek moyang yang merupakan kepercayaan megalitik, yang masih meyakini bahwa roh leluhur adalah kekuatan diluar kehidupan manusia yang sering disebut dengan animism. Masyarakat Desa Pacung mempercayai bahwa sarkofagus yang berada di Pura Ponjok Batu adalah peninggalan leluhur. Keyakinan masyarakat setempat terhadap adanya sarkofagus tersebut sebagai benda dari peninggalan leluhur, masyarakat selalu menjaga, merawat, dan memelihara sarkofagus tersebut. Kuatnya keyakinan masyarakat Desa Pacung terhadap peninggalan sarkofagus tersebut diwujudkan dalam suatu upacara keagamaan yang dilaksanakan setiap piodalan Pura Ponjok Batu pada tilem ketiga upacara pecaruan pura (pembersihan pura secara niskala/suci), tilem kawulu panglong ping lima, dan purnama desta dengan menghaturkan banten suci setiap piodalan di Pura Ponjok Batu berlangsung. Pemangku Pura Ponjok Batu dan masyarakat setempat setiap harinya menghaturkan sesaji berupa canang sari maupun rarapan untuk menghormati keberadaan dari sarkofagus. Peninggalan sarkofagus di Pura Ponjok Batu, Desa Pacung merupakan salah satu objek peninggalan pada jaman megalitik yang dapat digunakan oleh guru dalam menjelaskan fenomena-fenomena sejarah yang berkaitan dengan keyakinan dan kebudayaan yang dihasilkan oleh masyarakat pra aksara. 4. Budaya Sarkofagus yang berada di Pura Ponjok Batu merupakan wujud nyata peninggalan kebudayaan dari hasil akal atau budi yang berupa cipta, rasa, dan karsa. Sehingga sarkofagus adalah bagian dari pendukung akal atau budi manusia yang menganggap bahwa sarkofagus perlu dibuat untuk tempat jenasah bagi orang yang dianggap penting dalam masyarakat sebagai wujud penghormatan. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Sagimun (1987:39) bahwa sarkofagus adalah peti jenasah yang terbuat dari batu untuk menguburkan orang-orang yang berasal dari golongan tertentu. Peninggalan sarkofagus yang berada di Pura Ponjok Batu, Desa Pacung merupakan salah stau objek peninggalan pada masa prasejarah yang dapat digunakan oleh guru sebagai sumber belajar dalam menjelaskan fenomena-fenomena sejarah terutama yang berkaitan dengan kebudayaan yang dihasilkan masyarakat pada jaman pra aksara. Selain unsur-unsur real (denotatif) yang telah dipaparkan, terdapat pula unsur makna (hidden/konotatif) yang terdapat pada sarkofagus sebagai sumber belajar sejarah adalah sebagai berikut. 1. Status Sosial Sagimun, 1987:39 berpebdapat bahwa Sarkofagus terbuat dari batu atau peti batu untuk menguburkan orang-orang yang berasal dari golongan tertentu. Jadi sarkofagus merupakan hasil bangunan peninggalan dari tradisi megalithikum yang difungsikan oleh masyarakat sebagai tempat meletakkan jenasah yang memiliki kedudukan penting dalam masyarakat dan dipercaya bahwa roh-roh mereka akan memberikan kesejahteraan terhadap masyarakat. Dengan adanya peninggalan sarkofagus yang berada di Pura Ponjok Batu dapat menjelaskan bahwa sarkofagus tidak hanya sebatas peti kubur yang terbuat dari batu yang berfungsi sebagai tempat peletakan jenazah, tetapi juga memiliki fungsi yang penting karena tidak sembarangan orang dapat menggunakan sarkofagus. Hanya orang-orang yang memiliki status sosial tinggi dalam masarakat seperti kepala suku, tokoh masyarakat dan orang-orang yang memang berkedudukan penting dalam masyarakat yang berhak untuk dikuburkan menggunakan sarkofagus dan sudah dikenalnya status sosial dalam masyarakat pada masa meghalithikum. 2. Kemegahan

9 Unsur yang terkandung dalam sarkofagus salah satunya adalalah kemegahan atau kemasyuran. Sarkofagus yang terbuat dari batu-batu besar yang difungsikan sebagai tempat peletakan jenazah bagi orang-orang yang memiliki status sosial penting dalam masyarakat yang memiliki unsur kemegahan dapat ditunjukkan dari ornament atau hiasan-hiasan dan tonjolan yang terdapat pada sarkofagus. Hal tersebut menunjukkan bahwa sarkofagus dibuat dengan tidak sembarangan dan tidak mudah dalam pembuatannya. Adanya ornament atau hiasan-hiasan pada sarkofagus merupakan hasil seni dari manusia dan mengandung makna serta nilai yang penting dan menunjukkan bahwa sarkofagus juga memiliki unsur kemegahan dari segi bentuk fisiknya. Dari unsur kemegahan yang terdapat pada sarkofagus dapat memberikan pengetahuan bagi siswa bahwa sarkofagus dibuat dengan cara yang tidak mudah dan terdapat seni di dalamnya yang menunjukkan kemegahan dari sarkofagus tersebut yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar sejarah yang mengacu pada silabus kurikulum 2013 pada SMA kelas X. 3. Gotong Royong Gotong royong adalah suatu kebudayaan yang mengedepankan sikap saling tolong-menolong, kerjasama, saling membantu tanpa pamrih, dan solidaritas. Gotong royong adalah suatu budaya luhur yang dimiliki oleh Bangsa Indonesia. Sedangkan kebersamaan merupakan segala sesuatu yang dilakukan secara bersamasama. Dalam pembuatan sarkofagus dan pemeliharan terhadap sarkofagus baik secara skala maupun niskala tentunya gotong royong dan kebersamaan merupakan dasar utama dalam kesuksesan pembuatan dan pemeliharan terhadap sarkofagus ini. Sarkofagus dibuat dari batu yang besar dan sangat berat sehingga tidak hanya dalam pembuatannya tetapi dalam pemindahan sarkofagus tersebut juga memerlukan sikap saling gotong royong dan kebersamaan. Sarkofagus di Pura Ponjok Batu memiliki nilai-nilai dalam sifat kehidupan bergotong royong, kebersamaan yang saling membantu. Sifat gotong royong dan kebersamaan tersebut dapat ditanamkan kepada siswa, sehingga proses belajar sejarah akan menempatkan budaya dan peninggalan sejarah sebagai perwujudan hasil karya, cipta, dan karsa nenek moyang untuk meningkatkan identitas, jati diri, dan kebanggaan. 3. Strategi Pembelajaran Yang Diterapkan Untuk Memanfaatkan Sarkofagus Sebagai Sumber Belajar Sejarah di SMA Kelas X Berbasis Kurikulum 2013 Proses pembelajaran yang inovatif, kreatif dan efisien selalu menjadi acuan utama guru dalam kelangsungan proses belajar mengajar agar dapat mencapai atau memenuhi tujuan dari pembelajaran tersebut, sehingga kelangsungan proses pembelajaran menjadi hal yang sangat penting untuk menumbuhkan dan mengembangkan wawasan siswa. Menciptakan suasana yang kondusif dalam proses pembelajaran tidaklah mudah, perlu adanya rancangan pembelajaran yang tepat dengan menggunakan strategi pembelajaran yang sesuai dengan keadaan siswa setempat, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan perencanaan yang dibuat. Strategi pembelajaran sangat berguna, baik bagi guru maupun siswa. Bagi guru strategi dapat dijadikan pedoman dan acuan bertindak yang sistematis dalam pelaksanaan pembelajaran. Bagi siswa penggunaan strategi pembelajaran dapat mempermudah proses belajar (mempermudah dan mempercepat memahami isi pembelajaran), karena setiap strategi pembelajaran dirancang untuk mempermudah proses belajar siswa (Wena, 2010: 2-3). Setiap guru sejarah harus mempersiapkan strategi pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan kondisi dari siswanya. Pembelajaran sejarah yang berlangsung di luar kelas (out door class) maupun yang berlangsung di dalam kelas (in door class), seorang guru sejarah harus

10 menggunakan strategi pembelajaran saat mengajar agar mempermudah proses penyampaian materi dan mempermudah siswa dalam menerima materi yang disampaikan guru. Dengan adanya sarkofagus yang berada di Pura Ponjok Batu yang memiliki potensi sebagai sumber belajar sejarah tentunya akan mempermudah guru dan siswa dalam memahami materi pelajaran terkait dengan materi yang berisikan tentang peninggalan prasejarah. Sarkofagus yang berada di Pura Ponjok Batu dapat dijadikan sebagai sumber belajar sejarah baik itu bagi pembelajaran yang berlangsung di luar kelas maupun di dalam kelas dengan mempergunakan strategi pembelajaran yang tepat dan ideal baik bagi guru maupun siswa. Pembelajaran sejarah yang dilakukan di luar kelas (out door class) dapat dilakukan dengan strategi inquiry dan pembelajaran sejarah yang dilakukan di dalam kelas (in door class) dapat dilakukan dengan strategi group investigation. Dengan menggunakan strategi inquiry untuk pembelajaran sejarah yang dilakukan di luar kelas (out door class) yang lebih menekankan pada peran dan keaktifan siswa seuai dengan tuntutan kurikulum 2013 dalam pelajaran sejarah akan dapat mendorong siswa untuk bisa berhadapan langsung dengan sumber belajar sejarah dan berhadapan langsung dengan proses kerja sejarah pada tangan pertama, sehingga pelajaran sejarah yang berlangsung tidak lagi membosankan bagi siswa karena strategi inkuiri ini lebih berorientasi kepada siswa dengan memberikan pengalamanpengalaman belajar yang nyata dan aktif. Kemudian dengan menggunakan strategi pembelajaran group investigation (GI) melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentuka topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Strategi pemebalajara ini menuntut siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi antar anggota kelompok maupun dalam keterampilan praktek dan keterampilan proses kelompok (group process skiil) (Nurhadi, dkk, 2004: 65). SIMPULAN Proses Pemugaran Pura Ponjok Batu dilakukan oleh masyarakat Desa Pacung yang didampingi oleh pemangku pura dan kepala desa setempat yang berlangsung cukup lama karena diperlukannya banyak persiapan dan pemugaran kembali pura tersebut. Setelah beberapa waktu pemugaran berlangsung, pada awal tahun 1995 masyarakat yang sedang melakukan pemugaran Pura Ponjok Batu dan menemukan sarkofagus dan sempat dipindahkan ke Pura Taman Sari dan dikembalikan lagi ke Pura Ponjok Batu dan ditempatkan di areal sisi pura dikarenakan adanya pawisik yang mengharuskan agar sarkofagus tersebut ditetapkan di Pura Ponjok Batu. Unsur-unsur yang terdapat dalam sarkofagus yang dapat dijadikan sumber belajar sejarah tersebut terbagi menjadi dua yaitu unsur real (denotatif) dan unsur makna (hidden/konotatif). Adapun unsur real (denotatif) yang terdapat pada sarkofagus di Pura Ponjok Batu yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar sejarah di SMA kelas X adalah sebagai berikut. 1) Bentuk Fisik Sarkofagus 2) Sejarah (Historis) 3) Keyakinan atau Kepercayaan 4) Budaya Kemudian unsur makna (hidden/konotatif) yang terdapat pada sarkofagus di Pura Ponjok Batu yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar sejarah di SMA kelas X adalah sebagai berikut. 1) Status Sosial 2) Kemegahan 3) Gotong Royong Adapun Setiap guru sejarah harus mempersiapkan strategi pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan dari siswanya. Strategi yang digunakan dalam pembelajaran sejarah di luar kelas (out door class) adalah dengan strategi inquiri, dan pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas (in door class) dapat menggunakan strategi group investigation.

11 SARAN Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan, maka dapat disarankan sebagai generasi penerus agar dapat menjaga dan melestarikan peninggalanpeninggalan pra sejarah yang ada di Desa Pacung termasuk sarkofagus yang berada di Pura Ponjok Batu. Kepada dinas terkait yang dalam hal ini adalah Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng dan Balai Pelestarian Cagar Budaya Wilayah Bali, NTB, NTT agar selalu berusaha mengadakan perawatan kepada semua peninggalan kepurbakalaan yang ada, khususnya yang ada di Desa Pacung agar tetap terjaga dan tetap bertahan sepanjang waktu. Kepada guru sejarah hendaknya lebih jeli dalam melihat potensi yang ada pada peninggalan-peninggalan kepurbakalaan, salah satunya adalah sarkofagus yang berada di Pura Ponjok Batu yang dapat dikembangkan menjadi sumber belajar sejarah di SMA khusunya kelas X pada semester ganjil. DAFTAR PUSTAKA Daryanto Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum Yogyakarta: Gava Media. Kompiang, Dewa Gede Miniatur Sarkofagus Dan Miniatur Nekara Perunggu Temuan Prasejarah Di Seririt, Kabupaten Buleleng. Desertasi. Balai Arkeologi Denpasar. Denpasar: Balai Arkeologi Denpasar. Kochhar, S.K Pembelajaran Sejarah (Theaching Of History). Jakarta: Pt Grasindo. Nurhadi, Dkk Pembelajaran Kontekstual Dan Penerapannya Dalam Kbk. Malang: Um Press. Silabus Sejarah Kurikulum 2013 Kelas X Semester Ganjil. Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Jakarta, Sagimun, M.D Peninggalan Sejarah Tertua Kita. Jakarta: Cv Haji Masagung. Soelaeman, Et. Al Suatu Telaah Manusia, Religi. Pendidikan Depdikbud Dirjen Dikti. Proyek Pengembangan Lembaga. Sanjaya. Dr. Wina. M.Pd Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana. Sukasih, Ni Komang Peninggalan Sarkofagus Dan Nekara Di Desa Pakraman Manikliyu, Kintamani, Bangli, Bali (Studi Tentang Bentuk, Fungsi Dan Potensinya Sebagai Media Pembelajaran Sejarah Di Sma. Widya Winayata, Volume 3, Nomor 1(Hlm ). Widja, I Gde Dasar-Dasar Pengembangan Strategi Serta Metode Pengajaran Sejarah. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. Wena, Made Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara. Zain, Drs. Aswan; Djamarah, Drs. Syaiful Bahri Strategi Belajar- Mengajar. Jakarta: Pt Rineka Cipta.

Kata Kunci: Punden Berundak, Sumber Belajar Sejarah. Dosen Pembimbing Artikel

Kata Kunci: Punden Berundak, Sumber Belajar Sejarah. Dosen Pembimbing Artikel Eksistensi Punden Berundak di Pura Candi Desa Pakraman Selulung, Kintamani, Bangli (Kajian Tentang Sejarah dan Potensinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah) Oleh : I Wayan Pardi, (NIM 0914021066), (e-mail:

Lebih terperinci

ARCA MEGALITIK DI PURA SIBI AGUNG, DESA PAKRAMAN KESIAN,GIANYAR, BALI, DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA BERDASARKAN KURIKULUM

ARCA MEGALITIK DI PURA SIBI AGUNG, DESA PAKRAMAN KESIAN,GIANYAR, BALI, DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA BERDASARKAN KURIKULUM ARTIKEL Judul ARCA MEGALITIK DI PURA SIBI AGUNG, DESA PAKRAMAN KESIAN,GIANYAR, BALI, DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA BERDASARKAN KURIKULUM 2013 Oleh MADE ANGGA SETIAWAN 1014021020

Lebih terperinci

ARTIKEL Judul. Oleh Ni Komang Sukasih NIM

ARTIKEL Judul. Oleh Ni Komang Sukasih NIM ARTIKEL Judul PENINGGALAN SARKOFAGUS DAN NEKARA DI DESA PAKRAMAN MANIKLIYU, KINTAMANI, BANGLI, BALI (STUDI TENTANG BENTUK, FUNGSI DAN POTENSINYA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN SEJARAH DI SMA) Oleh Ni Komang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan masyarakat masa lampau merupakan catatan sejarah yang sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau pegangan hidup bagi masyarakat

Lebih terperinci

ARTIKEL. Judul. Oleh I WAYAN GUNAWAN

ARTIKEL. Judul. Oleh I WAYAN GUNAWAN ARTIKEL Judul Identifikasi Arca Megalitik di Pura Ulun Suwi Desa Pakraman Selulung (Kajian tentang Sejarah dan Potensinya Sebagai Sumber Pembelajaran IPS pada SMP berdasarkan Kurikulum 2013). Oleh I WAYAN

Lebih terperinci

ARTIKEL. Judul. Pemertahanan Tradisi Gebug Ende di Desa Pakraman Seraya, Karangasem, Bali, dan Potensinya Sebagai Sumber belajar Sejarah di SMA.

ARTIKEL. Judul. Pemertahanan Tradisi Gebug Ende di Desa Pakraman Seraya, Karangasem, Bali, dan Potensinya Sebagai Sumber belajar Sejarah di SMA. ARTIKEL Judul Pemertahanan Tradisi Gebug Ende di Desa Pakraman Seraya, Karangasem, Bali, dan Potensinya Sebagai Sumber belajar Sejarah di SMA Oleh Desak Made Suprayanti 1014021014 JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah pikiran yang dapat berbentuk fisik (tangible) dan non-fisik (intangible). Tinggalan fisik

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: watu lawang, bentuk, sumber belajar ABSTRACT

ABSTRAK. Kata Kunci: watu lawang, bentuk, sumber belajar ABSTRACT Watu Lawang sebagai Peninggalan Megalithikum di Desa Banyuputih-Wringin-Bondowoso: Kajian tentang Sejarah, Bentuk dan Potensinya sebagai Sumber Belajar Sejarah di SMA Syamsia Dwi Wulandari 1, Dr. I Wayan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka yang akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan pustaka yang berkaitan dengan topik yang

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 3. PERADABAN AWAL INDONESIALatihan Soal 3.1. Menhir. Waruga. Sarkofagus. Dolmen

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 3. PERADABAN AWAL INDONESIALatihan Soal 3.1. Menhir. Waruga. Sarkofagus. Dolmen SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 3. PERADABAN AWAL INDONESIALatihan Soal 3.1 1. Bangunan megalithikum yang berbentuk batu bertingkat berfungsi sebagai tempat pemujaan terhadap nenek moyang disebut...

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PETILASAN MACAN PUTIH SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH LOKAL BAGI GENERASI MUDA. Tian Fitriara Huda

PEMANFAATAN PETILASAN MACAN PUTIH SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH LOKAL BAGI GENERASI MUDA. Tian Fitriara Huda Jurnal HISTORIA Volume 4, Nomor 1, Tahun 2016, ISSN 2337-4713 (e-issn 2442-8728) PEMANFAATAN PETILASAN MACAN PUTIH SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH LOKAL BAGI GENERASI MUDA Tian Fitriara Huda Program Studi

Lebih terperinci

TINGGALAN TRADISI MEGALITIK DI DESA BASANGALAS, KECAMATAN ABANG, KABUPATEN KARANGASEM. Kadek Yogi Prabhawa Program Studi Arkeologi

TINGGALAN TRADISI MEGALITIK DI DESA BASANGALAS, KECAMATAN ABANG, KABUPATEN KARANGASEM. Kadek Yogi Prabhawa Program Studi Arkeologi 1 TINGGALAN TRADISI MEGALITIK DI DESA BASANGALAS, KECAMATAN ABANG, KABUPATEN KARANGASEM Kadek Yogi Prabhawa Program Studi Arkeologi Abstrak Archeology studies try to reconstruct human culture in the past

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar belakang Pengertian Megalitik telah banyak disinggung oleh para ahli sebagai suatu tradisi yang menghasilkan batu-batu besar, mengacu pada etimologinya yaitu mega berarti

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Secara kronologis, sejarah Indonesia meliputi masa prasejarah, hindu-budha, masa

BAB I. PENDAHULUAN. Secara kronologis, sejarah Indonesia meliputi masa prasejarah, hindu-budha, masa BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara kronologis, sejarah Indonesia meliputi masa prasejarah, hindu-budha, masa pengaruh islam dan masa pengaruh eropa. Bagian yang menandai masa prasejarah, antara

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POTENSI MONUMEN PUPUTAN KLUNGKUNG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN SEJARAH LOKAL

IDENTIFIKASI POTENSI MONUMEN PUPUTAN KLUNGKUNG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN SEJARAH LOKAL IDENTIFIKASI POTENSI MONUMEN PUPUTAN KLUNGKUNG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN SEJARAH LOKAL Oleh I Kadek Dwipayana, (NIM. 0914021009), (e-mail: ikadek_dwipayana@yahoo.com) I Wayan Mudana *) Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SITUS PURA MAOSPAHIT TONJA DENPASAR DALAM UPAYA PELESTARIANNYA

PENGELOLAAN SITUS PURA MAOSPAHIT TONJA DENPASAR DALAM UPAYA PELESTARIANNYA PENGELOLAAN SITUS PURA MAOSPAHIT TONJA DENPASAR DALAM UPAYA PELESTARIANNYA Luh Putu Sri Sugandhini Jurusan Arkeologi Fakultas Sastra Universitas Udayana ABSTRACT Based on the fact in a pattern of religious

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atas tanah sebagai upacara peniadaan jenazah secara terhormat.

BAB I PENDAHULUAN. atas tanah sebagai upacara peniadaan jenazah secara terhormat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kematian adalah akhir dari kehidupan. Dalam kematian manusia ada ritual kematian yang disebut dengan pemakaman. Pemakaman dianggap sebagai akhir dari ritual kematian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang di ikuti melalui syarat-syarat yang jelas dan ketat ( Hasbullah,2003

BAB I PENDAHULUAN. yang di ikuti melalui syarat-syarat yang jelas dan ketat ( Hasbullah,2003 1 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Sekolah merupakan suatu tempat berkumpul sejumlah siswa, dimana sekolah digunakan sebagai tempat menimba ilmu dan memperoleh segala wawasan ilmu pengetahuan. Sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE A. Latar Belakang Indonesia adalah Negara kepulauan yang berada di garis khatulistiwa dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE GROUP INVESTIGATION

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE GROUP INVESTIGATION PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI SISWA KELAS X-9 SMA BATIK I SURAKARTA SKRIPSI Oleh: META NUR INDAH SARI K4308020

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2003: 13). Megalitik berasal dari kata mega yang berarti besar dan lithos yang

BAB I PENDAHULUAN. 2003: 13). Megalitik berasal dari kata mega yang berarti besar dan lithos yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Kebudayaan merupakan hasil karya manusia yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan hidup. Beberapa kebudayaan diantaranya dimulai pada masa prasejarah yang

Lebih terperinci

PENINGGALAN PURBAKALA DI PURA SUBAK APUAN, SINGAPADU, SUKAWATI, GIANYAR, BALI (SEJARAH, STRUKTUR DAN POTENSINYA) SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA

PENINGGALAN PURBAKALA DI PURA SUBAK APUAN, SINGAPADU, SUKAWATI, GIANYAR, BALI (SEJARAH, STRUKTUR DAN POTENSINYA) SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA ARTIKEL Judul PENINGGALAN PURBAKALA DI PURA SUBAK APUAN, SINGAPADU, SUKAWATI, GIANYAR, BALI (SEJARAH, STRUKTUR DAN POTENSINYA) SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA OLEH : NI WAYAN DEWI LASMI 1114021004

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Simpulan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Simpulan digilib.uns.ac.id BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa SMK Negeri 8 Surakarta merupakan SMK Negeri yang berbasis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan mengekspresikan gagasan

Lebih terperinci

Perkembangan Bentuk Dan Fungsi Arca-Arca Leluhur Pada Tiga Pura Di Desa Keramas Blahbatuh Gianyar Suatu Kajian Etnoarkeologi

Perkembangan Bentuk Dan Fungsi Arca-Arca Leluhur Pada Tiga Pura Di Desa Keramas Blahbatuh Gianyar Suatu Kajian Etnoarkeologi Perkembangan Bentuk Dan Fungsi Arca-Arca Leluhur Pada Tiga Pura Di Desa Keramas Blahbatuh Gianyar Suatu Kajian Etnoarkeologi Made Reisa Anggarini 1, I Wayan Redig 2, Rochtri Agung Bawono 3 123 Program

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: sarkofagus, bentuk perubahan fungsi, penyebab perubahan fungsi, makna perubahannya.

ABSTRAK. Kata kunci: sarkofagus, bentuk perubahan fungsi, penyebab perubahan fungsi, makna perubahannya. i ABSTRAK Sarkofagus merupakan salah satu media penguburan yang berasal dari masa perundagian, ialah suatu tingkat perkembangan kehidupan manusia yang dipandang sejajar dengan masa urbanisasi di Eropa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki keanekaragaman seni, budaya dan suku bangsa. Keberagaman ini menjadi aset yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mandiri dan membentuk siswa dalam menuju kedewasaan. Pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. mandiri dan membentuk siswa dalam menuju kedewasaan. Pendidikan yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal terpenting bagi setiap individu. Dengan adanya pendidikan yang diberikan kepada setiap individu dapat berpengaruh terhadap kehidupannya.

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KEUNIKAN PURA GUNUNG KAWI DI DESA PEKRAMAN KELIKI, GIANYAR, BALI SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS. oleh

IDENTIFIKASI KEUNIKAN PURA GUNUNG KAWI DI DESA PEKRAMAN KELIKI, GIANYAR, BALI SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS. oleh IDENTIFIKASI KEUNIKAN PURA GUNUNG KAWI DI DESA PEKRAMAN KELIKI, GIANYAR, BALI SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS oleh I Wayan Sudiana, (NIM 0814021029), (Email : Sudiana_ IWayan@yahoo.com) Desak Made Oka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan cermin kecerdasan dan kemajuan suatu bangsa. Negara yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan cermin kecerdasan dan kemajuan suatu bangsa. Negara yang dapat digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan hal sangat penting karena pendidikan merupakan cermin kecerdasan dan kemajuan suatu bangsa. Negara yang dapat

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKN SISWA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKN SISWA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKN SISWA ARTIKEL Oleh : NI NYOMAN GUNIATI 0914041089 JURUSAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGRAAAN FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan Indonesia yang beraneka ragam terdiri dari puncak-puncak kebudayaan daerah dan setiap kebudayaan daerah mempunyai ciri-ciri khas masing-masing. Walaupun

Lebih terperinci

KUBUR BATU (RETI) DI KAMPUNG KAWANGU KECAMATAN PANDAWAI KABUPATEN SUMBA TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

KUBUR BATU (RETI) DI KAMPUNG KAWANGU KECAMATAN PANDAWAI KABUPATEN SUMBA TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR KUBUR BATU (RETI) DI KAMPUNG KAWANGU KECAMATAN PANDAWAI KABUPATEN SUMBA TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Ni Nyoman Ayu Vidya Trisna Prilyandani 1*, I Wayan Ardika 1, Coleta Palupi Titasari 3 [123] Program

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Kepulauan Indonesia adalah tuan rumah budaya megalitik Austronesia di masa lalu

1. PENDAHULUAN. Kepulauan Indonesia adalah tuan rumah budaya megalitik Austronesia di masa lalu 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepulauan Indonesia adalah tuan rumah budaya megalitik Austronesia di masa lalu dan sekarang. Bangunan megalitik hampir tersebar di seluruh kepulauan Indonesia,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Kajian pustaka merupakan suatu pustaka yang dijadikan pedoman dalam melakukan suatu penelitian yang sering disebut

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN SIKAP PERCAYA DIRI DAN HASIL BELAJAR JURNAL. Oleh LENI SETIYAWATI RAPANI ASMAUL KHAIR

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN SIKAP PERCAYA DIRI DAN HASIL BELAJAR JURNAL. Oleh LENI SETIYAWATI RAPANI ASMAUL KHAIR PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN SIKAP PERCAYA DIRI DAN HASIL BELAJAR JURNAL Oleh LENI SETIYAWATI RAPANI ASMAUL KHAIR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terkenal sebagai salah satu negeri terbesar penghasil kain tenun tradisional yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terkenal sebagai salah satu negeri terbesar penghasil kain tenun tradisional yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang kaya budaya dan keberagaman etnis, bahasa, tradisi, adat istiadat, dan cara berpakaian. Indonesia terkenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan. berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan. berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang mengamanatkan untuk mencerdaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Wilayah Kerinci secara administratif merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Wilayah Kerinci secara administratif merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wilayah Kerinci secara administratif merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jambi, wilayahnya mencakup daerah di sepanjang aliran sungai Batang Merangin,

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Pemahaman guru Sejarah Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai suatu institusi pendidikan, sekolah beralih fungsi seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengalihan fungsi sekolah menurut

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan hukum lingkungan tidak dapat dipisahkan dari gerakan sedunia

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan hukum lingkungan tidak dapat dipisahkan dari gerakan sedunia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan hukum lingkungan tidak dapat dipisahkan dari gerakan sedunia dalam memberikan perhatian yang lebih besar kepada lingkungan hidup, mengingat kenyataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekompleksitasan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua. BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Kematian bagi masyarakat Tionghoa (yang tetap berpegang pada tradisi) masih sangat tabu untuk dibicarakan, sebab mereka percaya bahwa kematian merupakan sumber malapetaka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau dan memiliki berbagai macam suku bangsa, bahasa, adat istiadat atau sering disebut kebudayaan.

Lebih terperinci

STUDI EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DITINJAU DARI CIPP PADA SEKOLAH DASAR NEGERI DI WILAYAH PERKOTAAN KABUPATEN BADUNG

STUDI EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DITINJAU DARI CIPP PADA SEKOLAH DASAR NEGERI DI WILAYAH PERKOTAAN KABUPATEN BADUNG STUDI EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DITINJAU DARI CIPP PADA SEKOLAH DASAR NEGERI DI WILAYAH PERKOTAAN KABUPATEN BADUNG Ni Md Sriadnyani 1, I.B. Surya Manuaba 2, Md Putra 1, 2, 3 Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam peradaban manusia semenjak ribuan tahun lalu. Penelitian terhadap karya sastra penting

Lebih terperinci

ARTIKEL ADE AGUS PUTRA NPM.

ARTIKEL ADE AGUS PUTRA NPM. HAMBATAN-HAMBATAN GURU MATA PELAJARAN IPS DALAM MENERAPKAN KURIKULUM 2013 PADA PROSES PEMBELAJARAN DI SMA NEGERI 1 MANDAU KABUPATEN BENGKALIS KELURAHAN TALANG MANDI - DURI ARTIKEL ADE AGUS PUTRA NPM. 10070181

Lebih terperinci

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRACT...

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRACT... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRAK. ABSTRACT... DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR TABEL.. DAFTAR LAMPIRAN..

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang wajib diikuti oleh

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang wajib diikuti oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang wajib diikuti oleh masyarakat,yaitu wajib belajar 9 tahun agar masyarakat memiliki wawasan atau pengetahuan yang

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN CIRC DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MENULIS BAHASA JAWA SISWA SEKOLAH DASAR

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN CIRC DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MENULIS BAHASA JAWA SISWA SEKOLAH DASAR PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN CIRC DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MENULIS BAHASA JAWA SISWA SEKOLAH DASAR Mukhlas 1, Ngatman 2, Harun Setyo Budi 3 1 Mahasiswa PGDS FKIP Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

NI NYOMAN TRI CAHYANI NIM

NI NYOMAN TRI CAHYANI NIM ARTIKEL Judul KEUNIKAN SITUS CAGAR BUDAYA DI PURA LUHUR GONJENG DESA KUKUH, MARGA, TABANAN, BALI (Identifikasi Artefaktual Dan Pemanfaatannya Sebagai Sumber Belajar Sejarah Di SMA) Oleh NI NYOMAN TRI CAHYANI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pelosok tanah air termasuk daerah Bali, sesungguhnya sudah sejak lama

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pelosok tanah air termasuk daerah Bali, sesungguhnya sudah sejak lama 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan pengelolaan terhadap tinggalan arkeologi yang ditemukan di berbagai pelosok tanah air termasuk daerah Bali, sesungguhnya sudah sejak lama dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbasis karakter (competency and character based curriculum), yang dirancang

BAB I PENDAHULUAN. berbasis karakter (competency and character based curriculum), yang dirancang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang berbasis kompetensi dan berbasis karakter (competency and character based curriculum), yang dirancang untuk dapat melatih

Lebih terperinci

BioEdu Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi

BioEdu Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi ANALISIS KESESUAIAN KEGIATAN PEMBELAJARAN PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN TUJUAN PEMBELAJARAN DI SMAN MOJOKERTO ANALYSIS OF SUITABILITY OF SCIENTIFIC APPROACH LEARNING WITH LEARNING OBJECTIVE IN STATE SENIOR

Lebih terperinci

ARTIKEL. Judul. Oleh. I Putu Sandiasa Adiawan JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

ARTIKEL. Judul. Oleh. I Putu Sandiasa Adiawan JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA ARTIKEL Judul SINKRETISME HINDU-BUDDHA (KONGHUCU) DI PURA BATU MERINGGIT, DESA CANDIKUNING, TABANAN, BALI (STUDI TENTANG SEJARAH DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH) Oleh I Putu Sandiasa Adiawan

Lebih terperinci

Kata kunci: pendekatan saintifik, pembelajaran, siswa kelas IV SD Negeri Pujokusuman 1

Kata kunci: pendekatan saintifik, pembelajaran, siswa kelas IV SD Negeri Pujokusuman 1 Penerapan Pendekatan Saintifik...(Mega Selvira Paut) 511 PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA SISWA KELAS IV DI SD PUJOKUSUMAN 1 YOGYAKARTA THE IMPLEMENTATION OF SCIENTIFIC APPROACH TO STUDENTS GRADE IV

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena saat ini, keberadaan seni tradisi yang terdapat di daerah mulai menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam penyajian.

Lebih terperinci

ARTIKEL. Judul PURA ULUWATU DI DESA PECATU, KECAMATAN KUTA SELATAN, BADUNG, BALI

ARTIKEL. Judul PURA ULUWATU DI DESA PECATU, KECAMATAN KUTA SELATAN, BADUNG, BALI ARTIKEL Judul PURA ULUWATU DI DESA PECATU, KECAMATAN KUTA SELATAN, BADUNG, BALI (Studi Tentang Perkembangan Pura Sebagai Destinasi Pariwisata serta Kontribusinya Bagi Pendidikan Sejarah) Oleh NI LUH PUTU

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI ALAT PERAGA LINGKARAN SISWA KELAS IV SDN SOKA 1

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI ALAT PERAGA LINGKARAN SISWA KELAS IV SDN SOKA 1 Peningkatan Hasil Belajar... (Lilik Endang Dewani) 1.353 PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI ALAT PERAGA LINGKARAN SISWA KELAS IV SDN SOKA 1 IMPROVING MATHEMATICS LEARNING ACHIEVEMENT THROUGH

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS III SD NEGERI TEBING TINGGI

PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS III SD NEGERI TEBING TINGGI PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS III SD NEGERI 168 TEBING TINGGI Nursamsiah Surel: ibunursamsiah@gmail.com ABSTRACT This study aims to improve the learning outcomes

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI 145 BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini berisi kesimpulan dari hasil temuan di lapangan mengenai Dinamika Kehidupan Sosial-Budaya Masyarakat Tradisional Kampung Banceuy Desa Sanca Kabupaten Subang (Kajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya yang

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya yang berhubungan dengan proses komunikasi dan informasi menyebabkan terjadinya pergeseran dan perubahan

Lebih terperinci

Pengelolaan Situs Candi Wasan Pascapemugaran dalam Upaya Meningkatkan Pariwisata Budaya Berbasis Masyarakat

Pengelolaan Situs Candi Wasan Pascapemugaran dalam Upaya Meningkatkan Pariwisata Budaya Berbasis Masyarakat Pengelolaan Situs Candi Wasan Pascapemugaran dalam Upaya Meningkatkan Pariwisata Budaya Berbasis Masyarakat Putu Ayu Surya Andari 1*, I Gusti Ngurah Tara Wiguna 2, Zuraidah 3 123 Program Studi Arkeologi

Lebih terperinci

ANALISIS PERTANYAAN GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS IV SD DI GUGUS VI KECAMATAN BULELENG

ANALISIS PERTANYAAN GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS IV SD DI GUGUS VI KECAMATAN BULELENG ANALISIS PERTANYAAN GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS IV SD DI GUGUS VI KECAMATAN BULELENG Ni Luh Sri Yogi Utami 1, Ni Wayan Arini, I Wayan Widiana 1,2,3 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Lebih terperinci

SILABUS MATA PELAJARAN: SEJARAH INDONESIA (WAJIB)

SILABUS MATA PELAJARAN: SEJARAH INDONESIA (WAJIB) SILABUS MATA PELAJARAN: SEJARAH INDONESIA (WAJIB) Satuan Pendidikan : SMA/SMK Kelas : X Kompetensi Inti : KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya KI 2 : Menghayati dan mengamalkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMA mencakup beberapa prosedur pengembangan. Langkah-langkah. pengembangan bahan ajar adalah sebagai berikut:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMA mencakup beberapa prosedur pengembangan. Langkah-langkah. pengembangan bahan ajar adalah sebagai berikut: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Cara Pengembangan Penelitian pengembangan modul Hidrosfer sebagai Sumber Kehidupan dengan pendekatan saintifik untuk pembelajaran geografi

Lebih terperinci

ISSN : /Akred/P2MI-LIPI/07/2014 Volume 28, Nomor 3, November 2015 SERI PENERBITAN FORUM ARKEOLOGI

ISSN : /Akred/P2MI-LIPI/07/2014 Volume 28, Nomor 3, November 2015 SERI PENERBITAN FORUM ARKEOLOGI ISSN : 0854-3232 574/Akred/P2MI-LIPI/07/2014 Volume 28, Nomor 3, November 2015 SERI PENERBITAN FORUM ARKEOLOGI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BALAI ARKEOLOGI DENPASAR 2015 i ISSN : 0854-3232 574/Akred/P2MI-LIPI/07/2014

Lebih terperinci

ARTIKEL. Judul PERSEPSI GURU TERHADAP PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 PADA MATA PELAJARAN SEJARAH (STUDI KASUS GURU SEJARAH DI SMAN 1 SAWAN)

ARTIKEL. Judul PERSEPSI GURU TERHADAP PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 PADA MATA PELAJARAN SEJARAH (STUDI KASUS GURU SEJARAH DI SMAN 1 SAWAN) ARTIKEL Judul PERSEPSI GURU TERHADAP PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 PADA MATA PELAJARAN SEJARAH (STUDI KASUS GURU SEJARAH DI SMAN 1 SAWAN) Oleh I Nengah Ciptasari NIM 1114021026 JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

Lebih terperinci

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman budaya, hal ini dikarenakan Indonesia terdiri dari berbagai suku dan adat budaya. Setiap suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu komunikasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu komunikasi yang bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu komunikasi yang bertujuan untuk menyampaikan suatu gagasan atau informasi dari pihak pembicara atau penulis kepada pihak pendengar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Kalimantan Selatan merupakan salah satu dari lima provinsi yang ada di Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang dikenal dan diakui

Lebih terperinci

PENYUSUNAN RPP PADA KURIKULUM 2013

PENYUSUNAN RPP PADA KURIKULUM 2013 PENYUSUNAN RPP PADA KURIKULUM 2013 Oleh: Dr. Widarto, M.Pd. DISAMPAIKAN PADA PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU (PLPG) GELOMBANG 4 TAHUN 2014 DI LEMBAGA PENGEMBANGAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya.

BAB I PENDAHULUAN. terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar merupakan inti dari kegiatan pendidikan di sekolah. Guru merupakan personil yang menduduki posisi strategis dalam rangka pengembangan

Lebih terperinci

Kata kunci: perangkat pembelajaran, Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013, Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013

Kata kunci: perangkat pembelajaran, Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013, Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013 TELAAH PERANGKAT DAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN GURU BIOLOGI SMA KELAS X DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 BERDASARKAN PERMENDIKBUD NOMOR 65 DAN 81 A TAHUN 2013 Pramisya Indah Cahyahesti, Sri Endah Indriwati,

Lebih terperinci

Oleh Nike Yesika Saragih ABSTRAK

Oleh Nike Yesika Saragih ABSTRAK Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek Terhadap Kemampuan Menulis Teks Laporan Hasil Observasi oleh Siswa Kelas VII SMP Negeri 38 Medan Tahun Pembelajaran 2013/2014 Oleh Nike Yesika Saragih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki berbagai kebudayaan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, kebudayaan ini tersebar

Lebih terperinci

Kebudayaan Masyarakat Prasejarah di Indonesia. SMA kelas X Semester 2 Tahun 2008/2009 Artmy Tirta Ikhwanto

Kebudayaan Masyarakat Prasejarah di Indonesia. SMA kelas X Semester 2 Tahun 2008/2009 Artmy Tirta Ikhwanto Kebudayaan Masyarakat Prasejarah di Indonesia SMA kelas X Semester 2 Tahun 2008/2009 Artmy Tirta Ikhwanto Kebudayaan Masyarakat Prasejarah di Indonesia z Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Pra-aksara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lain menunjukan ciri khas dari daerah masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lain menunjukan ciri khas dari daerah masing-masing. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki keragaman etnis dan budaya. Keragaman budaya tersebut menjadi kekayaan bangsa Indonesia dan perlu dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan tradisi yang beragam yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Kekayaan budaya dan tradisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PERANAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL DALAM PERANCANGAN VISUAL GAME THE LEGEND OF PRAMBANAN"/Permana Adi Wijaya

BAB I PENDAHULUAN. PERANAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL DALAM PERANCANGAN VISUAL GAME THE LEGEND OF PRAMBANAN/Permana Adi Wijaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki ratusan peninggalan benda bersejarah yang berbedabeda. Masing masing daerah memiliki benda yang bersejarah tersendiri yang dapat diangkat

Lebih terperinci

MUSEUM LAMPUNG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN SEJARAH. Umi Hartati

MUSEUM LAMPUNG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN SEJARAH. Umi Hartati Jurnal HISTORIA Volume 4, Nomor 1, Tahun 2016, ISSN 2337-4713 (e-issn 2442-8728) MUSEUM LAMPUNG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN SEJARAH Umi Hartati Program Studi Pendidikan Sejarah, FKIP Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara negosiasi, diskusi dan musyawarah. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 956) dijelaskan bahwa negosiasi

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara negosiasi, diskusi dan musyawarah. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 956) dijelaskan bahwa negosiasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia tidak terlepas dengan yang namanya komunikasi. Komunikasi dapat dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN DENGAN MODEL INKUIRI PADA MATERI KIMIA SEKOLAH MENENGAH ATAS

PEMBELAJARAN DENGAN MODEL INKUIRI PADA MATERI KIMIA SEKOLAH MENENGAH ATAS PEMBELAJARAN DENGAN MODEL INKUIRI PADA MATERI KIMIA SEKOLAH MENENGAH ATAS Rachmat Sahputra Dosen Pendidikan Kimia FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak rahmat_ui@yahoo.com Abstract: Learning with the

Lebih terperinci

Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa VII-5 SMP Lab Undiksha Singaraja Melalui Model Talking Stick

Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa VII-5 SMP Lab Undiksha Singaraja Melalui Model Talking Stick Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa VII-5 SMP Lab Undiksha Singaraja Melalui Model Talking Stick Oleh : Ni Luh Asri Mailani, (NIM 0914021067), (e-mail: may_girls91@yahoo.com) I Ketut Margi *)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Pendidikan secara psikologis merupakan suatu proses belajar yang dilakukan secara sadar pada setiap individu atau kelompok untuk merubah perilaku dan pola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang kondusif bagi lahirnya pribadi yang kompetitif. (Tilaar, 2004)

BAB I PENDAHULUAN. yang kondusif bagi lahirnya pribadi yang kompetitif. (Tilaar, 2004) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pendidikan manusia yang berkualitas adalah manusia yang bisa bersaing di dalam arti yang baik. Di dalam persaingan diperlukan kualitas individu sehingga hasil karya

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN SASTRA YANG KONTEKSTUAL DENGAN MENGADOPSI CERITA RAKYAT AIR TERJUN SEDUDO DI KABUPATEN NGANJUK

PEMBELAJARAN SASTRA YANG KONTEKSTUAL DENGAN MENGADOPSI CERITA RAKYAT AIR TERJUN SEDUDO DI KABUPATEN NGANJUK PEMBELAJARAN SASTRA YANG KONTEKSTUAL DENGAN MENGADOPSI CERITA RAKYAT AIR TERJUN SEDUDO DI KABUPATEN NGANJUK Ermi Adriani Meikayanti 1) 1) Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, IKIP PGRI Madiun Email: 1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara geografis, letak Indonesia yang terbentang dari sabang sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. Indonesia yang terkenal dengan banyak pulau

Lebih terperinci

Santi Helmi et al., Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA (Fisika)...

Santi Helmi et al., Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA (Fisika)... 1 Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA (Fisika) dengan Model Pembelajaran Inkuiri disertai LKS Terbimbing pada Siswa Kelas 8A SMPN 10 Jember Tahun 2014/2015 Improving Science (Physics) Learning

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGIDENTIFIKASI KEANEKARAGAMAN BUDAYA INDONESIA MELALUI METODE TALKING STICK

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGIDENTIFIKASI KEANEKARAGAMAN BUDAYA INDONESIA MELALUI METODE TALKING STICK UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGIDENTIFIKASI KEANEKARAGAMAN BUDAYA INDONESIA MELALUI METODE TALKING STICK Oktavia Indriani 1), M. Shaifuddin 2), Matsuri 3) PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jalan Slamet

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak pendidik dan siswa sebagai peserta didik. Menurut Dimyati Mudjiono

BAB I PENDAHULUAN. pihak pendidik dan siswa sebagai peserta didik. Menurut Dimyati Mudjiono 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah antara guru sebagai pihak pendidik dan siswa sebagai peserta didik. Menurut Dimyati Mudjiono bahwa pembelajaran adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu dapat dikenali dari keanekaragaman budaya, adat, suku, ras, bahasa, maupun agama. Kemajemukan budaya menjadi

Lebih terperinci

KISI KISI UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2015/2016. Nomor Jenis. Pengertian biosfer 1

KISI KISI UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2015/2016. Nomor Jenis. Pengertian biosfer 1 KISI KISI UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Nama Sekolah : MA Negeri Cibaliung Mata Pelajaran : Geografi Kelas/ Program : XI / IPS Semester : Ganjil Kompetensi Inti : KI 1 Menghayati

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA PEMBELAJARAN MENULIS TEKS CERITA PENDEK (STUDI KASUS DI KELAS XI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO)

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA PEMBELAJARAN MENULIS TEKS CERITA PENDEK (STUDI KASUS DI KELAS XI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO) IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA PEMBELAJARAN MENULIS TEKS CERITA PENDEK (STUDI KASUS DI KELAS XI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO) SKRIPSI Oleh: HANDIKA BUDI SAPUTRA K1212034 PRODI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar merupakan tindakan dan perilaku peserta didik yang komplek. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami peserta didik itu sendiri. Peserta didik adalah penentu

Lebih terperinci

LINDA ROSETA RISTIYANI K

LINDA ROSETA RISTIYANI K PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI PADA SISWA KELAS XI IPS 3 SMA NEGERI 2 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2015/2016 JURNAL Oleh: LINDA ROSETA RISTIYANI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. teknologi, pergeseran kekuatan ekonomi dunia serta dimulainya perdagangan

I. PENDAHULUAN. teknologi, pergeseran kekuatan ekonomi dunia serta dimulainya perdagangan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia yang begitu pesat ditandai dengan kemajuan ilmu dan teknologi, pergeseran kekuatan ekonomi dunia serta dimulainya perdagangan antarnegara

Lebih terperinci