ARTIKEL. Judul. Oleh I WAYAN GUNAWAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ARTIKEL. Judul. Oleh I WAYAN GUNAWAN"

Transkripsi

1 ARTIKEL Judul Identifikasi Arca Megalitik di Pura Ulun Suwi Desa Pakraman Selulung (Kajian tentang Sejarah dan Potensinya Sebagai Sumber Pembelajaran IPS pada SMP berdasarkan Kurikulum 2013). Oleh I WAYAN GUNAWAN JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2014

2 Identifikasi Arca Megalitik di Pura Ulun Suwi Desa Pakraman Selulung (Kajian tentang Sejarah dan Potensinya Sebagai Sumber Pembelajaran IPS pada SMP berdasarkan Kurikulum 2013). I Wayan Gunawan Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia {wayneghunaone@yahoo.com, nengah_bawa_atmadja@yahoo.co.id, ketut_margi@yahoo.com}@undiksha.ac.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui sejarah keberadaan arca megalitik di Pura Ulun Suwi Desa Pakraman Selulung, Kintamani, Bangli. (2) Mengetahui karakteristik arca megalitik di Pura Ulun Suwi Desa Pakraman Selulung, Kintamani, Bangli. (3) Mengetahui aspek yang terdapat di arca megalitik yang bisa dikembangkan menjadi sumber pembelajaran IPS berdasarkan kurikulum Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian dengan pendekatan deskriptif kualitatif dengan langkah-langkah yaitu: (1) Penentuan Lokasi Penelitian, (2) Teknik Penentuan Informan, (3) Teknik Pengumpulan Data (Observasi, Wawancara, Studi Dokumen), (4) Teknik Validitas Data, (5) Teknik Pengolahan Data, (6) Penulisan Hasil Penelitian. Penelitian ini menghasilkan temuan, antara lain: (1) Sejarah keberadaan Arca Megalitik di Pura Ulun Suwi Desa Pakraman Selulung ditemukan pada masa transisi antara masa prasejarah dengan masa Hindu, tepatnya sebelum ajaran Hindu masuk ke Desa Pakraman Selulung. (2) Arca Megalitik di Pura Ulun Suwi Desa Pakraman Selulung memiliki karakteristik antara lain, bentuk muka bulat dan haus, hidung mancung, telinga panjang, mata setengah terpejam bibir tebal (3). Aspek yang terdapat pada Arca Megalitik yang bisa dikembangkan menjadi sumber pembelajaran IPS antara lain, aspek bentuk fisik arca, aspek historis, aspek keyakinan atau kepercayaan, aspek sosial, aspek ekonomi dan aspek geografis. Kata Kunci: Arca Megalitik, Sumber Pembelajaran IPS, Kurikulum 2013 ABSTRACT This research aimed at finding out: (1) Knowing the history of megalithic statues at Ulun Suwi Temple in Pakraman Village of Selulung, Kintamani, Bangli. (2) Knowing the characteristics of megalithic statues at Ulun Suwi Temple in Pakraman Village of Selulung, Kintamani, Bangli. (3) Knowing the aspects contained in megalithic statues that could be developed into a source of learning social studies by curriculum Methods used in this research is descriptive qualitative research approach with steps, namely: (1) Determination of Location Research, (2) Determination Technique informant, (3) Data Collection Techniques (observations, interviews, document studies), (4) Engineering Data Validity, (5) Data Processing Techniques, (6) Writing Research. This research resulted in findings, among others: (1) The history of the megalithic statues at Ulun Suwi Temple in Pakraman Village of Selulung likely to be found in the transition between prehistory to the Hindu, Hinduism precisely before entering into Pakraman Village of Selulung. (2) Megalithic statue at Ulun Suwi Temple in Pakraman Village of Selulung has characteristics, among others, forms a round face and thirst, sharp nose, ear length, eyes half-closed, thick Lips. (3) Aspects found in megalithic statues that could be developed into a source of learning social studies, among others, the aspect of physical form statues, the historical aspect, aspect of belief or confidence, social aspect, economy aspect and geographys aspect. Keywords: Megalithic Statue, IPS Learning Resources, Curriculum 2013

3 PENDAHULUAN Kintamani merupakan salah satu daerah di Bali yang banyak meninggalkan sisa-sisa kehidupan pada masa megalitik yang masih difungsikan oleh masyarakatnya hingga sekarang. Daerahdaerah di Kintamani yang banyak memiliki peninggalan pada zaman megalitik adalah Desa Selulung, Belantih, Binyan, Belanga, Catur, dan sebagainya (Giama, 1983:17). Kini peninggalan-peningalan tersebut masih dianggap sebagai benda sakral oleh masyarakat setempat. Desa Pakraman Selulung merupakan desa yang terletak di daerah pegunungan bagian barat Kecamatan Kintamani, Bangli. Di Selulung ditemukan beberapa bentuk peninggalan megalitik yang penting diantaranya yaitu arca megalitik yang ditemukan di salah satu pura yang ada di kawasan Desa Pakraman Selulung yaitu di Pura Ulun Suwi. Di dalam Pura ini ditemukan delapan arca yang bercorak megalitik. Menurut Sutaba (1993:42) kedelapan arca megalitik yang ditemukan di Pura Ulun Suwi Desa Selulung merupakan arca yang berfungsi sebagai media pemujaan untuk keselamatan hasil pertanian dan kesuburan tanah pertanian. Walaupun keberadaan arca megalitik di Pura Ulun Suwi sudah diketahui oleh sebagian besar masyarakat Desa Selulung. Namun pengetahuan masyarakat serta para siswa yang berada di Desa Selulung mengenai sejarah keberadaan arca megalitik di Pura Ulun Suwi ini dapat dikatakan masih kurang, yang mereka ketahui hanyalah bahwa arca tersebut merupakan peninggalan leluhur dan harus dilestarikan serta dijaga dengan baik melaui upacara-upacara keagamaan tanpa mereka mengetahui bahwa arca megailitik itu juga mempunyai potensi seperti dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar IPS. Keunikan arca megalitik ini dapat dilihat dari adanya akulturasi dua kebudayaan berbeda jaman, yaitu kebudayaan jaman megalitik dengan kebudayaan Hindu yang masih berkembang hingga saat ini. Hal ini dapat terlihat dari letak arca yang ditempatkan di dalam Pura yang merupakan tempat persembahyangan umat Hindu dan pemakaian atribut Hindu pada arca megalitik ini. Selain itu akulturasi tersebut juga dapat diketahui dari fungsi Pura yang tidak hanya menjadi tempat untuk memuja Ida Sang Hyang Widhi, melainkan juga sebagai tempat untuk memuja roh nenek moyang /leluhur. Sementara itu, dalam dunia pendidikan pemanfaatan peninggalan ini sebagai sumber pembelajaran IPS bagi peserta didik masih sangatlah kurang. Padahal jika dilihat dari keberadaan arca megalitik ini tentunya bisa dipakai sebagai alternatif bagi guru IPS untuk mengajarkan materi pembelajaran IPS yang lebih efektif. Namun hal ini bertolak belakang dengan realitanya di lapangan, guru sangatlah jarang mengajak peserta didik untuk melihat secara langsung peninggalan-peninggalan yang ada di sekitar mereka. Padahal benda-benda purbakala seperti Arca megalitik yang ditemukan di Pura Ulun Suwi Desa Pakraman Selulung dapat dipakai sebagai sumber pembelajaran yang lebih efektif. Daripada hanya berpatok pada buku-buku sumber yang disediakan oleh pemerintah yang membuat proses pembelajaran hanya berjalan satu arah atau monoton Berdasarkan fenomena tersebut hendaknya guru harus lebih kreatif dan sesekali mengajak siswanya ke tempat yang memiliki peninggalan sejarah. Dan untuk menanggulangi hal itu meskinya pembelajaran tidak hanya tentang penjelasan materi dari guru tapi juga harus diimbangi dengan bukti nyata salah satunya dengan benda-benda purbakala khususnya pada zaman batu besar atau megalhitikum yang dapat dipakai sebagai sumber pembelajaran pada mata pelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) sesuai dengan kurikulum 2013 yang termuat dalam Kompetensi Dasar (KD) yaitu menyajikan hasil pengamatan tentang hasil-hasil kebudayaan dan pikiran masyarakat Indonesia pada masa praaksara, yang masih hidup dalam masyarakat sekarang (Silabus IPS Kurikulum 2013).

4 Berdasarkan permasalahan diatas maka perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam dalam mengkaji beberapa aspek tertentu dari peninggalan arca megalitik ini, sehingga dalam penelitian ini dapat menambah pengetahuan yang berhubungan dengan IPS. Keberadaan arca megalitik bermanfaat bagi masyarakat Desa Pakraman Selulung pada khususnya dan para guru serta murid pada mata pelajaran IPS pada jenjang SMP di wilayah Kintamani pada umumnya, dengan demikian sumber pembelajaran IPS menjadi lebih efektif dan inovatif METODE PENELITIAN Penelitian mengenai peninggalan sejarah berupa arca megalitik di Pura Ulun Suwi Desa Pakraman Selulung menggunakan metode penelitian dengan pendekatan deskriptif kualitatif dengan langkah-langkah sebagai berikut, (1) Penentuan Lokasi Penelitian, (2) Teknik Penentuan Informan, (3) Teknik Pengumpulan Data (Observasi, Wawancara, Studi Dokumen), (4) Teknik Validitas Data, (5) Teknik Pengolahan Data, (6) Penulisan Hasil Penelitian. HASIL Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Sejarah keberadaan Arca Megalitik di Pura Ulun Suwi Desa Pakraman Selulung ditemukan pada masa transisi antara masa prasejarah dengan masa Hindu, tepatnya sebelum ajaran Hindu masuk ke Desa Pakraman Selulung. Keberadaan Arca ini tidak bisa dilepaskan dari kepercayaan masyarakat terhadap roh nenek moyang. (2) Arca Megalitik di Pura Ulun Suwi Desa Pakraman Selulung memiliki karakteristik antara lain, bentuk muka bulat dan haus, hidung mancung, telinga panjang, mata setengah terpejam bibir tebal (3). Aspek yang terdapat pada Arca Megalitik yang bisa dikembangkan menjadi sumber pembelajaran IPS antara lain, aspek bentuk fisik arca, aspek historis, aspek keyakinan atau kepercayaan, aspek sosial, aspek ekonomi dan aspek geografis. PEMBAHASAN Sejarah keberadaan arca megalitik di Pura Ulun Suwi Desa Pakraman Selulung, Kintamani, Bangli Arca megalitik merupakan sebuah peninggalan pada zaman megalitik (batu besar) yang berbentuk sebuah patung difungsikan sebagai media pemujaan terhadap roh leluhur atau nenek moyang. Arca megalitik juga merupakan sebuah karya seni yang bersifat sakral atau religius-magis yang sengaja dibuat dalam usaha menjaga hubungan baik dengan para roh leluhur. Sedangkan para ahli menjelaskan secara lebih sfesifik mengenai arca megalitik seperti yang diuraikan oleh Asmito, (1992: 17) yang mengartikan arca megalitik sebagai sebuah bangunan atau hasil karya megalitik yang melambangkan nenek moyang. Pengertian lain juga diungkapkan oleh Kompiang (1983:18) yang mengartikan bahwa Arca adalah sebuah batu yang dipahatkan gambar manusia dengan sederhana dan berfungsi sebagai pemujaan terhadap roh leluhur dan sebagai penolak bala Wilayah Desa Pakraman Selulung merupakan Desa Bali Kuna yang telah ada sejak zaman pra sejarah sehingga tidak heran di Desa Pakraman Selulung ditemukan banyak peninggalanpeninggalan purbakala salah satunya Arca Megalitik yang terdapat di Pura Ulun Suwi yang berada di wilayah Banjar Tanjungan. Arca Megalitik yang terdapat di Pura Ulun Suwi yang berada di wilayah Banjar Tanjungan merupakan arca megalitik yang dipakai sebagai media pemujaan terhadap dewa kesuburan atau penjaga hasil pertanian. Selain itu, arca ini juga menggambarkan tingkah laku manusia dalam memuja roh leluhurnya, hal ini dapat dilihat dari sikap tangan dari kedelapan arca megalitik yang masingmasing arca mempunyai sikap tangan

5 yang berbeda. Bentuk pemujaan di Pura Ulun Suwi bersifat dwifungsi yaitu tempat pemujaan roh suci leluhur atau disebut Bhatara merupakan unsur kepercayaan asli Indonesia dan pemujaan terhadap dewa-dewa sebagai pengaruh agama Hindu, kedua pemujaan ini pada akhirnya dapat menyatu dengan harmonis di Ulun Suwi. Sejarah keberadaan Arca Megalitik ini ditemukan pada saat Pura Ulun Suwi masih bernama Pura Tanjungan tepatnya pada masa pemerintahan Raja Sri Anak Wungsu (Sekitar abad ke-11, tahun Caka atau Masehi). Arca tersebut digunakan oleh masyarakat Desa Tanjungan jauh sebelum Desa Pakraman Selulung terbentuk. Berkaitan dengan hal tersebut, senada dengan apa yang diungkapkan oleh R. Von Heine Galdern dalam Sutaba, (1980: 27-28) menyatakan bahwa arca megalitik merupakan peninggalan kebudayaan megalitik tua, yang mulai berkembang sejak masa neolitik antara 2500 dan 1500 SM. Arca Megalitik yang terdapat di Pura Ulun Suwi dibuat sebelum agama Hindu masuk ke wilayah Desa Pakraman Selulung. Arca ini dibuat dengan tujuan untuk memuja roh nenek moyang atau leluhur yang dikenal dengan kepercayaan animisme. Kepercayaan yang mempercayai adanya kekuatan roh nenek moyang dianggap sebagai kepercayaan yang pertama dianut oleh manusia pada zaman megalitik. Hal tersebut juga senada dengan penjelasan R. P. Soejono dalam Sutaba (1977) yang menjelaskan bahwa. Pengetahuan kita tentang tradisi megalitik di Bali menjadi bertambah setelah R. P. Soejono, sebagai ahli prasejarah bertugas memimpin Kantor Cabang Purbakala dan Peninggalan Nasional di Bali tahun 1960 hingga akhir Selama bertugas di Bali, kecuali melakukan penelitian terhadap kebudayaan prasejarah Bali pada umumnya, juga mencurahkan perhatiannya secara khusus kepada tradisi megaliik yang tersebar di berbagai tempat. Soejono telah meneliti tradisi megalitik di desa-desa pegunungan yang terletak di sebelah barat Kintamani, antara lain desa Selulung, Pengejaran, Batukaang, Binyan, dan desa-desa sekitarnya. Di situ ditememukan bentukbentuk megalitik seperti menhir, dolmen, sarkofagus, teras piramid (punden berundak), dan lain-lainnya. Yang menarik perhatian adalah anggapan atau kepercayaan penduduk setempat, bentukbentuk megalit tadi masih di anggap suci dan keramat. Dan terbukti, yang dinamakan Pura Hindu di daerah itu sesungguhnya adalah bentuk gabungan antara tempat-tempat suci megalitik dengan Pura Bali Hindu. Berdasarkan kenyataan ini, dapat diduga bahwa di desa-desa pegunungan di Bali tradisi megalitik masih tetap utuh hingga masuknya peradaban Hindu dan kemudian berkembang berdampingan dalam situasi yang baik atau berkembang ke arah penyatuan yang harmonis (Sutaba, 1977: 28-29). Karakteristik Arca Megalitik di Pura Ulun Suwi Desa Pakraman Selulung, Kintamani, Bangli Pura Ulun Suwi merupakan Pura yang terletak di Banjar Tanjungan, terletak di atas sebidang tanah yang tinggi dan dikelilingi dengan tembok penyengker untuk membatasi Pura dengan jalan di sampingnya. Di dalam Pura ini ditemukan beberapa peninggalan purbakala pada zaman megalitik diantaranya arca megalitik. Arca megalitik yang ditemukan di dalam Pura Ulun Suwi ini berjumlah delapan buah arca yang semuanya digunakan sebagai media pemujaan untuk memuja keselamatan hasil pertanian dan kesuburan tanah. Seperti yang dijelaskan oleh Sutaba (1993: 42), bahwa pembuatan arca digunakan sebagai media pemujaan untuk memohon keselamatan binatang peliharaan, memohon keturunan, membayar kaul dan untuk keselamatan hasil pertanian penduduk atau kesuburan tanah pertanian, misalnya arca-arca megalitik di Pura Ulun Suwi, Selulung (Bangli).

6 Secara umum arca dibuat dengan tujuan utama yaitu sebagai media pemujaan terhadap roh nenek moyang atau roh-roh leluhur untuk memohon keselamatan dan kesejahteraan. Arca megalitik juga merupakan sebuah karya seni yang bernilai tinggi yang dibuat pada zaman megalitik yang bersifat religiusmagis. Arca megalitik di dalam pura ini ditempatkan dalam dua unit bangunan yang disebut dengan nama Bale Pegat masing-masing bangunan berisi empat buah arca yang diletakan dengan posisi saling berhadapan. Kedelapan Arca ini memiliki karakteristik yang berbeda-beda, namun secara garis besar sesuai dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Tim Arkeologi Suaka Peninggalan Sejarah Dan Purbakala Bali-NTB-NTT-Timtim pada tahun 1990 karakteristik Arca sebagai berikut, (1) Bentuk muka bulat dan bulat telur serta aus, (2) Rambut disanggul, (3) Telinga panjang, (4) Bibir tebal, (5) Mata tertutup dan ada yang setengah terpejam, (6) Hidung mancung, dan (7) Perut buncit. Berdasarkan karakteristik atau ciriciri dari arca-arca megalitik tersebut dapat disimpulkan bahwa arca yang terdapat di Pura Ulun Suwi merupakan peninggalan pada zaman megalitik hal tersebut didukung dari bahan yang digunakan berupa batu dan bentuknya yang sederhana, perawakan yang frontal (kaku) serta ada beberapa bagian yang lebih ditonjolkan (telinga panjang, hidung mancung, bibir tebal, perut buncit dan buah dada menonjol). Karakteristik tersebut pada umumnya sesuai dengan karakteristik pada arca-arca megalitik yang ditemukan di tempat lain. Serta ada beberapa arca yang memiliki karakteristik berupa rambut yang disanggul yang identik dengan sosok perempuan, hal inilah yang menjadi salah satu faktor difungsikannya arca megalitik di Pura Ulun Suwi sebagai media pemujaan untuk kesuburan tanah pertanian karena sosok perempuan sering diidentikan dengan kesuburan. Serta terdapat pula arca yang ditemukan dalam keadaan mata setengah terpejam (sipit) hal ini menimbulkan dugaan bahwa Arca Megalitik di Pura Ulun Suwi sudah terkena pengaruh Cina, hal tersebut didukung dengan ditemukannya dua buah arca Laki-laki (Lanang) dan Perempuan (Istri) di kamelan atau Pondokan Bunut (Tegalan) yang juga merupakan wilayah Desa Pakraman Selulung, menurut penelitian yang dilakukan oleh Sutedja dan Muliarsa (1990: 9) bahwa kedua arca tersebut merupakan Arca yang bercorak Cina. Namun perlu diadakan penelitian lebih lanjut, mengingat di tempat ini ditemukan benda purbakala lain berupa menhir. Aspek yang Terdapat Pada Arca Megalitik Yang Bisa Dikembangkan Menjadi Sumber Pembelajaran IPS berdasarkan Kurikulum Menghadapi era globalisasi sekarang ini tentunya pendidikan sangat diperlukan agar dapat beradaptasi dengan perkembangan zaman terutama IPTEK. Maka untuk itulah proses belajar mengajar dalam proses pendidikan menjadi salah satu aspek yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia agar mampu bertahan dalam perkembangan zaman yang terus berubah. Melalui proses belajar dapat memberi pengaruh terhadap perkembangan kemampuan akademis dan psikologis setiap manusia dalam hidupnya. Pendidikan sekarang dalam proses belajar mengajar tidak lagi selalu bertumpu pada guru. Tanpa guru pun, pembelajaran tetap dapat dilaksanakan karena adanya sumber belajar yang lain. Yang tentunya dapat mendukung aktifitas belajar siswa agar tidak hanya bertumpu pada sosok seorang guru. Keberadaan Arca Megalitik di Pura Ulun Suwi desa Pakraman Selulung memiliki potensi yang relevan untuk dijadikan sebagai sumber pembelajaran IPS terutama menyangkut tentang materi sejarah yang juga merupakan sub ilmu

7 dari pelajaran IPS. Peninggalan Arca Megalitik di Pura Ulun Suwi Desa Pakraman Selulung tentunya dapat dipakai sebagai alternatif bagi guru IPS untuk mengajarkan materi pembelajaran sejarah yang lebih kreatif, efektif dan efisien. Maka dari itulah, perlu dilakukan penggalian terhadap aspek-aspek yang terdapat di dalam Arca Megalitik di Pura Ulun Suwi yang bisa dikembangkan menjadi sumber pembelajaran IPS. Aspek-aspek yang terdapat pada Arca Megalitik di Pura Ulun Suwi Desa Pakraman Selulung yang bisa dikembangkan menjadi sumber pembelajaran IPS yaitu sebagai berikut: (1) Aspek Bentuk Fisik Arca Arca Megalitik merupakan peninggalan pada masa megalitik yang memiliki nilai seni yang tinggi. jika melihat dari bentuk fisik Arca Megalitik di Pura Ulun Suwi Desa Pakraman Selulung, peninggalan ini tentu saja bisa dipakai oleh guru IPS terutama dalam menjelaskan materi yang berkaitan dengan sejarah yang sifatnya lebih nyata dan tidak abstrak dan dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan kebiasaan guru dalam pengambilan contoh-contoh bangunan prasejarah atau megalitik yang biasanya diambil contoh dari Jawa ataupun pulau-pulau lain diluar Pulau Bali. Hal ini sesuai dengan silabus pada Kurikulum 2013 yang terdapat pada SMP kelas VII, dengan kompetensi dasar (KD) yaitu Menyajikan hasil pengamatan tentang hasil-hasil kebudayaan dan fikiran masyarakat Indonesia pada zaman praaksara. Dalam KD ini guru-guru SMP dituntut untuk mengajarkan materi sejarah yang sifatnya tidak membosankan. Yaitu dengan cara menjelaskan materi sejarah disertai dengan berbagai cara agar siswa tidak mengalami kebosanan. Salah satu dengan cara mengajak siswa ke tempat yang terdapat peninggalan-peninggalan pada masa pra aksara yang akan membuat para peserta didik tidak hanya bisa membayangkan tetapi juga dapat melihat secara langsung peninggalan tersebut. (2) Aspek Historis Ilmu sejarah merupakan gambaran peristiwa yang terjadi pada masa lampau yang pernah dialami oleh manusia. Ilmu sejarah merupakan sebuah ilmu yang berusaha untuk menjawab atau mengungkap kejadian pada masa lampau yang pernah dialami oleh manusia berdasarkan sumber-sumber sejarah dan dibantu dengan ilmu bantu sejarah serta ilmu-ilmu sosial. Arca Megalitik merupakan peninggalan pada masa megalitik yang juga merupakan salah satu hasil karya seni asli nenek moyang bangsa Indonesia. Arca Megalitik adalah sebuah patung yang dibuat dari batu yang memiliki bentuk pahatan atau ukiran yang sangat sederhana. Arca Megalitik juga merupakan karya seni yang bersifat sakral atau religius-magis. Pembuatan bangunan megalitik pada umumnya berpangkal pada suatu konsepsi yang berasal dari kepercayaan dan pemujaan terhadap roh nenek moyang. Termasuk dalam pembuatan Arca Megalitik yang dibuat untuk dijadikan sebagai media pemujaan kepada roh-roh nenek moyang. Hal tersebut sesuai dengan silabus Kurikulum 2013 yang terdapat pada SMP kelas VII, dengan kompetensi dasar (KD) yaitu Menyajikan hasil pengamatan tentang hasil-hasil kebudayaan dan fikiran masyarakat Indonesia pada zaman praaksara. Dalam mempelajari tentang hasil-hasil kebudayaan dan fikiran masyarakat Indonesia pada zaman praaksara tentu saja seorang guru tidak cukup hanya dengan mengenalkan peninggalan-peninggalan yang dihasilkan pada masa pra aksara. Seorang guru juga perlu mengenalkan sisi sejarah yang terdapat pada peninggalan tersebut, hal ini mencakup latar belakang pembuatan, kapan dibuat, siapa yang membuat, dan bagaimana cara dan proses pendirian atau pembuatannya. (3) Aspek Keyakinan atau Kepercayaan Keyakinan adalah suatu pegangan yang dipegang oleh orang yang memilikinya, tidak peduli apapun yang akan terjadi atau menimpa dirinya (Soelaeman, 2000: 15). Kebudayaan yang

8 sudah melekat dalam masyarakat dan sudah turun temurun sejak dulu, akan semakin terkonsep dalam kehidupan masyarakat sehingga menjadi sebuah kepercayaan terhadap hal-hal yang berhubungan dengan sebuah keyakinan yang sulit untuk dihilangkan. Segala aktifitas dan tindakan manusia dalam melaksanakan kebaktian kepada Tuhan, Dewa-Dewa, roh nenek moyang, dilakukan melalui suatu proses yang dirasa dapat menghubungkan manusia dengan Tuhan, Dewa-Dewa dan roh nenek moyang melalui suatu rangkaian upacara atau yang disebut dengan sistem ritual. Peninggalan berupa Arca Megalitik merupakan peninggalan yang digunakan sebagai media pemujaan terhadap roh leluhur atau nenek moyang yang merupakan kepercayaan megalitik, yang masih meyakini roh nenek moyang sebagai suatu kekuatan di luar kehidupan manusia yang biasa disebut animisme. Arca Megalitik di Pura Ulun Suwi Desa Pakraman Selulung merupakan salah satu peninggalan prasejarah yang sudah melekat ke dalam adat-istiadat masyarakat yang tidak bisa dilepaskan dari keyakinan masyarakat setempat. Hal tersebut, sesuai dengan silabus Kurikulum 2013 yang terdapat pada SMP kelas VII, dengan kompetensi dasar (KD) yaitu Menyajikan hasil pengamatan tentang hasil-hasil kebudayaan dan fikiran masyarakat Indonesia pada zaman praaksara. Melalui peninggalan megalitik berupa Arca guru dapat menjelaskan bahwa peninggalanpeninggalan prasejarah khususnya pada masa megalitik dibuat atau dibangun atas dasar keprcayaan dan keyakinan terhadap roh nenek moyang atau leluhur. Dan dapat memberikan pengetahuan kepada siswa bahwa sebelum Agama Hindu masuk ke Bali, masyarakat Bali sudah memiliki kepercayaan sendiri berupa kepercayaan Animisme yaitu kepercayaan terhadap nenek moyang. (4) Aspek Sosial Keberadaan peninggalan Arca Megalitik di Pura Ulun Suwi Desa Pakraman Selulung menandakan bahwa di Desa Pakraman Selulung sejak zaman pra sejarah sudah terdapat hunian awal manusia, dan menjadi salah satu pusat kerumunan masyarakat prasejarah dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Dalam melakukan aktifitas sehari-hari manusia sejal zaman dahulu sampai sekarang tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain hal inilah yang memunculkan konsep manusia sebagai makhluk sosial. Dengan adanya Arca Megalitik di Pura Ulun Suwi, yang telah diwariskan oleh generasi masyarakat pada zaman prasejarah yang dapat menjadi penuntun konsentrasi dalam pemujaan. Dalam kehidupan sekarang arca ini dapat dijadikan sebagai sarana pendidikan sosial yang memberikan arah untuk meningkatkan apresiasi, kebanggaan, dan tanggung jawab budaya masyarakat terhadap warisan nenek moyang. Upacara pemujaan terhadap arca megalitik yang dilaksanakan oleh masyarakat Desa Pakraman Selulung merupakan suatu upacara yang mencerminkan adanya nilai-nilai solidaritas sosial meliputi seperangkat fungsi sosial yang berperan sebagai pelaksana upacara seperti pemangku, tukang banten, dan pengayah yang sekaligus berperan sebagai pelaku upacara. Pelaksanaan upacara pemujaan Arca Megalitik di Pura Ulun Suwi sarat dengan nilai pendidikan sosial, seperti terlihat dalam proses upacara yang meliputi persiapan sarana dan prasarana serta sesajen (banten). Aspek Sosial inilah yang terdapat pada Arca Megalitik di Pura Ulun Suwi yang dapat dikembangkan menjadi sumber pembelajaran terlebih dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Dalam pembelajaran IPS aspek sosial pada Arca Megalitik seperti ini dapat dikembangkan menjadi sumber pembelajaran sesuai dengan KD yang terdapat pada Kurikulum 2013 pada SMP kelas VII yaitu Mengobservasi dan menyajikan bentuk-bentuk dinamika interaksi manusia dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi di lingkungan masyarakat sekitar. (5) Apek Ekonomi

9 Arca Megalitik sebagai salah satu peninggalan pada zaman megalitik yang banyak di ditemukan di Bali berasal dari satu konsepsi yang sama yaitu kepercayaan terhadap adanya kekuatan roh nenek moyang. Di Pura Ulun Suwi Desa Pakraman Selulung terdapat delapan Arca Megalitik yang difungsikan sebagai media pemujaan terhadap nenek moyang yang dipercayai sebagai penjaga atau pelindung segala hasil pertanian dan kesuburan tanah pertanian. Berdasarkan kenyataan tersebut jelas bahwa aspek ekonomi menjadi faktor utama difungsikannya Arca Megalitik di Pura Ulun Suwi sebagai penjaga atau pelindung hasil pertanian dan kesuburan tanah pertanian. Masyarakat Desa Pakraman Selulung sangat mensakralkan peninggalan Arca Megalitik ini, hal ini dibuktikan dengan diadakannya upacara keagamaan pada hari-hari tertentu, serta pada hari-hari suci umat Hindu seperti pada saat hari raya Galungan dan Kuningan. Tujuan utama dari diadakannya upacara keagamaan tersebut ialah agar roh nenek moyang selalu menjaga kesuburan tanah pertanian agar hasil pertanian terus meningkat, dengan meningkatnya hasil panen maka secara otomatis akan meningkatkan taraf ekonomi masyarakat di Desa Pakraman Selulung. Aspek ekonomi yang terdapat pada Arca Megalitik di Pura Ulun Suwi seperti yang telah di jelaskan di atas dapat dijadikan sebagai sumber pembelajaran IPS di Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada kelas VII berdasarkan Kurikulum 2013 yang termuat pada KD yaitu Mengobservasi dan menyajikan bentukbentuk dinamika interaksi manusia dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi di lingkungan masyarakat sekitar. (6) Aspek Geografis Desa Pakraman Selulung merupakan sebuah Desa yang terletak di daerah pegunungan sebelah barat pegunungan Kintamani dengan ketinggian 1350 di atas permukaan laut. Di lihat dari segi geografisnya Desa Pakraman Selulung merupakan daerah yang sangat strategis mengingat Desa ini terletak di jalur utama yang menghubungkan antara Kabupaten Badung dan Kabupaten Bangli. Yang dijadikan sebagai jalur perdagangan yang mampu mempengaruhi geliat ekonomi di wilayah Desa Pakraman Selulung Berkaitan dengan keberadaan peninggalan purbakala berupa Arca Megalitik yang terdapat di Pura Ulun Suwi Desa Pakraman Selulung aspek geografis juga dapat mendukung keberadaan peninggalan ini, mengingat Arca Megalitik ini ditemukan di daerah pegunungan yang mendukung manusia pada masa pra aksara untuk membuatnya dari batu-batu alam yang ditemukan di daerah Desa Pakraman Selulung terutama batu-batu padas yang merupakan bahan dari proses pembuatan Arca Megalitik. Aspek geografis yang terdapat pada Arca Megalitik di Pura Ulun Suwi seperti yang telah di jelaskan di atas dapat dijadikan sebagai sumber pembelajaran IPS di Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada kelas VII berdasarkan Kurikulum 2013 yang termuat pada KD yaitu Mengobservasi dan menyajikan bentukbentuk dinamika interaksi manusia dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi di lingkungan masyarakat sekitar. Pada KD ini guru dituntut agar dapat menjelaskan bagaimana faktor geografis dapat mendukung kebudayaan yang dihasilkan oleh manusia pada masa pra aksara salah satunya berupa Arca Megalitik yang merupakan salah satu kebudayaan yang dihasilkan pada zaman megalitik. SIMPULAN DAN SARAN Secara singkat Sejarah keberadaan Arca Megalitik di Pura Ulun Suwi Desa Pakraman Selulung tidak bisa dilepaskan dari kepercayaan masyarakat terhadap adanya kekuatan roh leluhur atau nenek moyang. Selain itu, keberadaan peninggalan purbakala ini juga tidak bisa dilepaskan dari sejarah berdirinya Desa Pakraman Selulung. Peninggalan ini merupakan salah satu hasil peradaban jaman megalitik, hal ini

10 dapat dibuktikan dari karakteristik dari arca tersebut dan dari konsep pembuatannya yang menyerupai arca megalitik lainnya yang ditemukan di daerah lain. Arca Megalitik di Pura Ulun Suwi kemungkinan dibuat pada masa transisi antara masa prasejarah dengan masuknya Hindu ke wilayah Desa Pakraman Selulung yaitu antara abad ke 1-4 masehi. Arca Megalitik yang terdapat di Pura Ulun Suwi secara umum mempunyai karakteristik sebagai berikut : (1) bentuknya sederhana dan kaku (frontal), (2) bentuk muka aus dan bulat telur, (3) telinga panjang, (4) mempunyai hidung mancung, (5) bibir tebal, (6) perut buncit, dan (7) semuanya berbahan dasar batu padas. Aspek-aspek yang terdapat di Arca Megalitik yang bisa dikembangkan menjadi sumber pembelajaran IPS berdasarkan Kurikulum 2013 yakni, (1) Aspek bentuk fisik arca, (2) Aspek historis, (3) Aspek keyakinan atau kepercayaan, (4) Aspek Sosial, (5) Aspek ekonomi serta (6) Aspek geografis. Saran dari penulisan ini ditujukan kepada. (1) Seluruh masyarakat Desa Pakraman Selulung, khususnya generasi muda sebagai generasi penerus agar dapat menjaga dan melestarikan peninggalanpeninggalan pra sejarah yang ada Desa Pakraman Selulung. (2) Para paneliti, khususnya peneliti mengenai peninggalan kepurbakalaan, hendaknya dapat melanjutkan penelitian mengenai Arca Megalitik yang lebih mendalam. (3) Pemerintah daerah maupun pusat agar lebih memperhatikan peninggalanpeninggalan purbakala yang terletak di daerah pegunungan, khususnya yang ada di Desa Pakraman Selulung agar peninggalan-peninggalan yang memiliki nilai-nilai sejarah yang tinggi tidak hilang atau terkikis jaman begitu saja. (4) Dinas terkait yang dalam hal ini adalah Dinas Kebudayaan Bangli agar selalu berusaha mengadakan perawatan kepada semua peninggalan kepurbakalaan yang ada, khususnya yang ada di Desa Pakraman Selulung agar tetap terjaga dan tetap bertahan sepanjang waktu. (5) Guru IPS hendaknya lebih jeli melihat potensi yang ada pada peninggalan purbakala salah satunya Arca Megalitik yang dapat dikembangkan menjadi sumber pembelajaran IPS. (6)Kepada sekolah-sekolah SMP, terutama SMP Negeri 2 kintamani dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memanfaatkan peninggalan Arca Megalitik yang terdapat di Pura Ulun Suwi sebagai sumber pembelajaran karena dalam penelitian ini telah dijelaskan ada beberapa aspek yang terdapat pada Arca Megalitik yang dapat dikembangkan menjadi sumber pembelajaran IPS. UCAPAN TERIMA KASIH Sebagai akhir dari tulisan ini, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Bapak Prof. Dr Nengah Bawa Atmadja. M.A selaku pembimbing I sekaligus sebagai pembimbing akademik penulis yang telah banyak memberikan bimbingan, motivasi, arahan dan saran sehingga penulis bisa menyusun artikel ini dengan tepat waktu. Dan juga kepada Bapak Dr. I Ketut Margi. M.Si selaku pembimbing II yang telah memberikan masukan dalam penulisan ini. DAFTAR PUSTAKA Asmito Sejarah Kebudayaan Indonesia. Semarang: IKIP Semarang Press. Giama, I Made Beberapa Peninggalan Tradisi Megalitik di Sampalan Klungkung. Skripsi (tidak diterbitkan). Fakultas Sastra Universitas Udayana, Denpasar Kompiang, Gede Dewa Tradisi Megalitik di Sumba Timur. Skripsi

11 (tidak diterbitkan). Fakultas Sastra Universitas Udayana, Denpasar Soelamen, Et. Al Suatu Telaah Manusia, Religi. Pendidikan Depdikbud Dirjen Dikti. Proyek Pengembangan Lembaga. Sutaba, I Made Beberapa Catatan Tentang Tradisi Megalitik Di Bali. Dalam Pertemuan Ilmiah Arkeologi. Jakarta: P.T. Rora Karya. Halaman: Sutaba, I Made Dua Buah Arca Primitif Dari Desa Depaa, Kubu Tambahan (sebuah pengumuman), Jakarta: Pertemuan Ilmiah Arkeologi II Sutaba, Made Tradisi Megalitik dalam Kehidupan Masyarakat Bali Dewasa Ini.. Fakultas Sastra Universitas Udayana, Denpasar Sutedja dan Muliarsa Pengumpulan Data Kepurbakalaan Di Desa Selulung dan Sekitarnya. Gianyar: Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Provinsi Bali, NTB, dan NTT.

Kata Kunci: Punden Berundak, Sumber Belajar Sejarah. Dosen Pembimbing Artikel

Kata Kunci: Punden Berundak, Sumber Belajar Sejarah. Dosen Pembimbing Artikel Eksistensi Punden Berundak di Pura Candi Desa Pakraman Selulung, Kintamani, Bangli (Kajian Tentang Sejarah dan Potensinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah) Oleh : I Wayan Pardi, (NIM 0914021066), (e-mail:

Lebih terperinci

ARCA MEGALITIK DI PURA SIBI AGUNG, DESA PAKRAMAN KESIAN,GIANYAR, BALI, DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA BERDASARKAN KURIKULUM

ARCA MEGALITIK DI PURA SIBI AGUNG, DESA PAKRAMAN KESIAN,GIANYAR, BALI, DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA BERDASARKAN KURIKULUM ARTIKEL Judul ARCA MEGALITIK DI PURA SIBI AGUNG, DESA PAKRAMAN KESIAN,GIANYAR, BALI, DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA BERDASARKAN KURIKULUM 2013 Oleh MADE ANGGA SETIAWAN 1014021020

Lebih terperinci

Perkembangan Bentuk Dan Fungsi Arca-Arca Leluhur Pada Tiga Pura Di Desa Keramas Blahbatuh Gianyar Suatu Kajian Etnoarkeologi

Perkembangan Bentuk Dan Fungsi Arca-Arca Leluhur Pada Tiga Pura Di Desa Keramas Blahbatuh Gianyar Suatu Kajian Etnoarkeologi Perkembangan Bentuk Dan Fungsi Arca-Arca Leluhur Pada Tiga Pura Di Desa Keramas Blahbatuh Gianyar Suatu Kajian Etnoarkeologi Made Reisa Anggarini 1, I Wayan Redig 2, Rochtri Agung Bawono 3 123 Program

Lebih terperinci

ARTIKEL Judul. Oleh Ni Komang Sukasih NIM

ARTIKEL Judul. Oleh Ni Komang Sukasih NIM ARTIKEL Judul PENINGGALAN SARKOFAGUS DAN NEKARA DI DESA PAKRAMAN MANIKLIYU, KINTAMANI, BANGLI, BALI (STUDI TENTANG BENTUK, FUNGSI DAN POTENSINYA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN SEJARAH DI SMA) Oleh Ni Komang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah pikiran yang dapat berbentuk fisik (tangible) dan non-fisik (intangible). Tinggalan fisik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Kajian pustaka merupakan suatu pustaka yang dijadikan pedoman dalam melakukan suatu penelitian yang sering disebut

Lebih terperinci

TINGGALAN TRADISI MEGALITIK DI DESA BASANGALAS, KECAMATAN ABANG, KABUPATEN KARANGASEM. Kadek Yogi Prabhawa Program Studi Arkeologi

TINGGALAN TRADISI MEGALITIK DI DESA BASANGALAS, KECAMATAN ABANG, KABUPATEN KARANGASEM. Kadek Yogi Prabhawa Program Studi Arkeologi 1 TINGGALAN TRADISI MEGALITIK DI DESA BASANGALAS, KECAMATAN ABANG, KABUPATEN KARANGASEM Kadek Yogi Prabhawa Program Studi Arkeologi Abstrak Archeology studies try to reconstruct human culture in the past

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar belakang Pengertian Megalitik telah banyak disinggung oleh para ahli sebagai suatu tradisi yang menghasilkan batu-batu besar, mengacu pada etimologinya yaitu mega berarti

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Kepulauan Indonesia adalah tuan rumah budaya megalitik Austronesia di masa lalu

1. PENDAHULUAN. Kepulauan Indonesia adalah tuan rumah budaya megalitik Austronesia di masa lalu 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepulauan Indonesia adalah tuan rumah budaya megalitik Austronesia di masa lalu dan sekarang. Bangunan megalitik hampir tersebar di seluruh kepulauan Indonesia,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka yang akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan pustaka yang berkaitan dengan topik yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Kisaran adalah Ibu Kota dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota Kisaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam periodesasinya disebut seni prasejarah indonesia. Seni prasejarah disebut

BAB I PENDAHULUAN. Dalam periodesasinya disebut seni prasejarah indonesia. Seni prasejarah disebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa perkembangan seni rupa Indonesia dimulai sejak zaman prasejarah. Dalam periodesasinya disebut seni prasejarah indonesia. Seni prasejarah disebut juga seni primitif.

Lebih terperinci

Pengelolaan Situs Candi Wasan Pascapemugaran dalam Upaya Meningkatkan Pariwisata Budaya Berbasis Masyarakat

Pengelolaan Situs Candi Wasan Pascapemugaran dalam Upaya Meningkatkan Pariwisata Budaya Berbasis Masyarakat Pengelolaan Situs Candi Wasan Pascapemugaran dalam Upaya Meningkatkan Pariwisata Budaya Berbasis Masyarakat Putu Ayu Surya Andari 1*, I Gusti Ngurah Tara Wiguna 2, Zuraidah 3 123 Program Studi Arkeologi

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Secara kronologis, sejarah Indonesia meliputi masa prasejarah, hindu-budha, masa

BAB I. PENDAHULUAN. Secara kronologis, sejarah Indonesia meliputi masa prasejarah, hindu-budha, masa BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara kronologis, sejarah Indonesia meliputi masa prasejarah, hindu-budha, masa pengaruh islam dan masa pengaruh eropa. Bagian yang menandai masa prasejarah, antara

Lebih terperinci

NI NYOMAN TRI CAHYANI NIM

NI NYOMAN TRI CAHYANI NIM ARTIKEL Judul KEUNIKAN SITUS CAGAR BUDAYA DI PURA LUHUR GONJENG DESA KUKUH, MARGA, TABANAN, BALI (Identifikasi Artefaktual Dan Pemanfaatannya Sebagai Sumber Belajar Sejarah Di SMA) Oleh NI NYOMAN TRI CAHYANI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung nilai sejarah yang sangat tinggi. Dengan demikian peninggalan

BAB I PENDAHULUAN. mengandung nilai sejarah yang sangat tinggi. Dengan demikian peninggalan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Peninggalan benda-benda purbakala merupakan warisan budaya yang mengandung nilai sejarah yang sangat tinggi. Dengan demikian peninggalan purbakala

Lebih terperinci

PENINGGALAN PURBAKALA DI PURA SUBAK APUAN, SINGAPADU, SUKAWATI, GIANYAR, BALI (SEJARAH, STRUKTUR DAN POTENSINYA) SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA

PENINGGALAN PURBAKALA DI PURA SUBAK APUAN, SINGAPADU, SUKAWATI, GIANYAR, BALI (SEJARAH, STRUKTUR DAN POTENSINYA) SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA ARTIKEL Judul PENINGGALAN PURBAKALA DI PURA SUBAK APUAN, SINGAPADU, SUKAWATI, GIANYAR, BALI (SEJARAH, STRUKTUR DAN POTENSINYA) SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA OLEH : NI WAYAN DEWI LASMI 1114021004

Lebih terperinci

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRACT...

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRACT... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRAK. ABSTRACT... DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR TABEL.. DAFTAR LAMPIRAN..

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2003: 13). Megalitik berasal dari kata mega yang berarti besar dan lithos yang

BAB I PENDAHULUAN. 2003: 13). Megalitik berasal dari kata mega yang berarti besar dan lithos yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Kebudayaan merupakan hasil karya manusia yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan hidup. Beberapa kebudayaan diantaranya dimulai pada masa prasejarah yang

Lebih terperinci

ARCA PERWUJUDAN PENDETA DI PURA CANDI AGUNG DESA LEBIH, KABUPATEN GIANYAR

ARCA PERWUJUDAN PENDETA DI PURA CANDI AGUNG DESA LEBIH, KABUPATEN GIANYAR ARCA PERWUJUDAN PENDETA DI PURA CANDI AGUNG DESA LEBIH, KABUPATEN GIANYAR I Gde Putu Surya Pradnyana email: putusuryapradnyana130.ps@gmail.com Program Studi Arkeologi Fakultas Sastra Dan Budaya Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan masyarakat masa lampau merupakan catatan sejarah yang sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau pegangan hidup bagi masyarakat

Lebih terperinci

ARTIKEL. Judul. Pemertahanan Tradisi Gebug Ende di Desa Pakraman Seraya, Karangasem, Bali, dan Potensinya Sebagai Sumber belajar Sejarah di SMA.

ARTIKEL. Judul. Pemertahanan Tradisi Gebug Ende di Desa Pakraman Seraya, Karangasem, Bali, dan Potensinya Sebagai Sumber belajar Sejarah di SMA. ARTIKEL Judul Pemertahanan Tradisi Gebug Ende di Desa Pakraman Seraya, Karangasem, Bali, dan Potensinya Sebagai Sumber belajar Sejarah di SMA Oleh Desak Made Suprayanti 1014021014 JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu. Hal ini didukung oleh penjelasan Ghazali (2011:63) bahwa dalam

BAB I PENDAHULUAN. hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu. Hal ini didukung oleh penjelasan Ghazali (2011:63) bahwa dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya, seluruh umat beragama memiliki hari suci. Makna hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu memperingati suatu kejadian yang sangat

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat. I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara kepulauan, yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan serta adat istiadat, bahasa, kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SITUS PURA MAOSPAHIT TONJA DENPASAR DALAM UPAYA PELESTARIANNYA

PENGELOLAAN SITUS PURA MAOSPAHIT TONJA DENPASAR DALAM UPAYA PELESTARIANNYA PENGELOLAAN SITUS PURA MAOSPAHIT TONJA DENPASAR DALAM UPAYA PELESTARIANNYA Luh Putu Sri Sugandhini Jurusan Arkeologi Fakultas Sastra Universitas Udayana ABSTRACT Based on the fact in a pattern of religious

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE A. Latar Belakang Indonesia adalah Negara kepulauan yang berada di garis khatulistiwa dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekompleksitasan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

No Nama Umur Pekerjaan Alamat. 1 Yohanes 60 tahun Pensiunan Pegawai. 2 Adrianus 45 tahun Guru Agama Desa. 3 April 25 Tahun Pembuat senjata Desa

No Nama Umur Pekerjaan Alamat. 1 Yohanes 60 tahun Pensiunan Pegawai. 2 Adrianus 45 tahun Guru Agama Desa. 3 April 25 Tahun Pembuat senjata Desa Daftar Informan No Nama Umur Pekerjaan Alamat 1 Yohanes 60 tahun Pensiunan Pegawai Negeri Sipil, tokoh adat Desa Senakin 2 Adrianus 45 tahun Guru Agama Desa Senakin 3 April 25 Tahun Pembuat senjata Desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan budaya. Hal ini menyebabkan daerah yang satu dengan daerah yang lain memiliki kebudayaan

Lebih terperinci

INTERAKSI KEBUDAYAAN

INTERAKSI KEBUDAYAAN Pengertian Akulturasi Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang diungkapkan dalam bentuk cara bertindak, berbicara, berfikir, dan hidup. Daerah kebudayaan Kalimantan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu dapat dikenali dari keanekaragaman budaya, adat, suku, ras, bahasa, maupun agama. Kemajemukan budaya menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia, hal ini disebabkakan oleh kehidupan dan kebudayaan masyarakat Bali yang

BAB I PENDAHULUAN. dunia, hal ini disebabkakan oleh kehidupan dan kebudayaan masyarakat Bali yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pulau Bali merupakan salah satu dari kepulauan Indonesia yang terkenal di dunia, hal ini disebabkakan oleh kehidupan dan kebudayaan masyarakat Bali yang

Lebih terperinci

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo)

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo) JURNAL SKRIPSI MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo) SKRIPSI Oleh: DESI WIDYASTUTI K8409015 FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

TINGGALAN MEGALITIK DI DESA TUHAHA KECAMATAN SAPARUA KABUPATEN MALUKU TENGAH

TINGGALAN MEGALITIK DI DESA TUHAHA KECAMATAN SAPARUA KABUPATEN MALUKU TENGAH TINGGALAN MEGALITIK DI DESA TUHAHA KECAMATAN SAPARUA KABUPATEN MALUKU TENGAH A. Pendahuluan Maluku merupakan propinsi dengan sebaran tinggalan arkeologis yang cukup beragam. Tinggalan budaya ini meliputi

Lebih terperinci

SARKOFAGUS DI PURA PONJOK BATU DESA PACUNG, TEJAKULA, BULELENG, BALI SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA

SARKOFAGUS DI PURA PONJOK BATU DESA PACUNG, TEJAKULA, BULELENG, BALI SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA SARKOFAGUS DI PURA PONJOK BATU DESA PACUNG, TEJAKULA, BULELENG, BALI SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA Kadek Dwi Mahayoni, Dr. Luh Putu Sendratari, M.Hum, Ketut Sedana Arta, S.Pd., M.Pd Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan cermin kecerdasan dan kemajuan suatu bangsa. Negara yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan cermin kecerdasan dan kemajuan suatu bangsa. Negara yang dapat digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan hal sangat penting karena pendidikan merupakan cermin kecerdasan dan kemajuan suatu bangsa. Negara yang dapat

Lebih terperinci

Kata Kunci : bentuk, fungsi arca, dan periodisasi

Kata Kunci : bentuk, fungsi arca, dan periodisasi ABSTRAK Kemajuan budaya dalam suatu masyarakat dapat diketahui dari tradisitradisi yang ditelusuri dari peninggalannya di masa lampau. Kesenian membuat patung atau arca memiliki akar kebudayaan yang sangat

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POTENSI MONUMEN PUPUTAN KLUNGKUNG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN SEJARAH LOKAL

IDENTIFIKASI POTENSI MONUMEN PUPUTAN KLUNGKUNG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN SEJARAH LOKAL IDENTIFIKASI POTENSI MONUMEN PUPUTAN KLUNGKUNG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN SEJARAH LOKAL Oleh I Kadek Dwipayana, (NIM. 0914021009), (e-mail: ikadek_dwipayana@yahoo.com) I Wayan Mudana *) Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi wisata

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi wisata 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi wisata untuk dikembangkan dan diupayakan menjadi daya tarik wisata daerah. Potensi wisata tersebut

Lebih terperinci

NISAN ARCA SITUS MAKAM KUNO MANUBA KECAMATAN MALLUSETASI KABUPATEN BARRU

NISAN ARCA SITUS MAKAM KUNO MANUBA KECAMATAN MALLUSETASI KABUPATEN BARRU NISAN ARCA SITUS MAKAM KUNO MANUBA KECAMATAN MALLUSETASI KABUPATEN BARRU Bau Mene (Balai Arkeologi Jayapua) Abstract Statue tomb at the site of Manuba ancient grave at Mallusetasi District in Barru Residence.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Wilayah Kerinci secara administratif merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Wilayah Kerinci secara administratif merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wilayah Kerinci secara administratif merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jambi, wilayahnya mencakup daerah di sepanjang aliran sungai Batang Merangin,

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. provinsi di Indonesia. Sebagai bagian dari Indonesia, Lampung tak kalah

I.PENDAHULUAN. provinsi di Indonesia. Sebagai bagian dari Indonesia, Lampung tak kalah 1 I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki ragam budaya dan nilai tradisi yang tinggi, hal tersebut dapat dilihat dari berbagai macam peninggalan yang ditemukan dari berbagai provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selain memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, Indonesia juga memiliki keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa dan sub-suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat unik dengan berbagai keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Kalimantan Selatan merupakan salah satu dari lima provinsi yang ada di Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan keanekaragaman

Lebih terperinci

ARTIKEL. Oleh NI LUH PUTU SRI ADNYANI

ARTIKEL. Oleh NI LUH PUTU SRI ADNYANI ARTIKEL Judul MAKAM KERAMAT AGUNG PEMECUTAN DI KELURAHAN PEMECUTAN, KOTA DENPASAR (Studi Tentang Latar Belakang Sejarah, Struktur, Fungsi dan Potensinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal) Oleh NI LUH

Lebih terperinci

ARTIKEL. Judul. Oleh. I Putu Sandiasa Adiawan JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

ARTIKEL. Judul. Oleh. I Putu Sandiasa Adiawan JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA ARTIKEL Judul SINKRETISME HINDU-BUDDHA (KONGHUCU) DI PURA BATU MERINGGIT, DESA CANDIKUNING, TABANAN, BALI (STUDI TENTANG SEJARAH DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH) Oleh I Putu Sandiasa Adiawan

Lebih terperinci

02/10/2012. Cupture 2. Sejarah Seni Rupa dan Kebudayaan Indonesia. Oleh: Handriyotopo, M.Sn NEOLITIKUM

02/10/2012. Cupture 2. Sejarah Seni Rupa dan Kebudayaan Indonesia. Oleh: Handriyotopo, M.Sn NEOLITIKUM Cupture 2 Sejarah Seni Rupa dan Kebudayaan Indonesia Oleh: Handriyotopo, M.Sn NEOLITIKUM 1 Kebudayaan Austronesia yang datang dari Yunan, Sungai Yan-Tse atau Mekong, dari Hindia Belakang telah mengubah

Lebih terperinci

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masyarakat Sunda Ciamis mempunyai kesenian yang khas dalam segi tarian yaitu tarian Ronggeng Gunung. Ronggeng Gunung merupakan sebuah bentuk kesenian tradisional

Lebih terperinci

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman budaya, hal ini dikarenakan Indonesia terdiri dari berbagai suku dan adat budaya. Setiap suku

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 3. PERADABAN AWAL INDONESIALatihan Soal 3.1. Menhir. Waruga. Sarkofagus. Dolmen

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 3. PERADABAN AWAL INDONESIALatihan Soal 3.1. Menhir. Waruga. Sarkofagus. Dolmen SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 3. PERADABAN AWAL INDONESIALatihan Soal 3.1 1. Bangunan megalithikum yang berbentuk batu bertingkat berfungsi sebagai tempat pemujaan terhadap nenek moyang disebut...

Lebih terperinci

KUBUR BATU (RETI) DI KAMPUNG KAWANGU KECAMATAN PANDAWAI KABUPATEN SUMBA TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

KUBUR BATU (RETI) DI KAMPUNG KAWANGU KECAMATAN PANDAWAI KABUPATEN SUMBA TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR KUBUR BATU (RETI) DI KAMPUNG KAWANGU KECAMATAN PANDAWAI KABUPATEN SUMBA TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Ni Nyoman Ayu Vidya Trisna Prilyandani 1*, I Wayan Ardika 1, Coleta Palupi Titasari 3 [123] Program

Lebih terperinci

BAB IV MAKNA LIMBE BAGI MASYARAKAT DENGKA MASA KINI. masyarakat Nusak Dengka telah menganut agama Kristen, namun dalam

BAB IV MAKNA LIMBE BAGI MASYARAKAT DENGKA MASA KINI. masyarakat Nusak Dengka telah menganut agama Kristen, namun dalam BAB IV MAKNA LIMBE BAGI MASYARAKAT DENGKA MASA KINI IV.1 Pengantar Sebagaimana telah dipaparkan dalam Bab I bahwa meskipun sebagian besar masyarakat Nusak Dengka telah menganut agama Kristen, namun dalam

Lebih terperinci

2. Fungsi tari. a. Fungsi tari primitif

2. Fungsi tari. a. Fungsi tari primitif 2. Fungsi tari Tumbuh dan berkembangnya berbagai jenis tari dalam kategori tari tradisional dan tari non trasional disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor ekternal. Faktor internal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terkenal sebagai salah satu negeri terbesar penghasil kain tenun tradisional yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terkenal sebagai salah satu negeri terbesar penghasil kain tenun tradisional yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang kaya budaya dan keberagaman etnis, bahasa, tradisi, adat istiadat, dan cara berpakaian. Indonesia terkenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Koentjaranigrat (2009:144) mendefenisikan

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Koentjaranigrat (2009:144) mendefenisikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman budaya dan suku bangsa. Masing-masing dari suku bangsa tersebut memiliki tradisi atau kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PETILASAN MACAN PUTIH SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH LOKAL BAGI GENERASI MUDA. Tian Fitriara Huda

PEMANFAATAN PETILASAN MACAN PUTIH SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH LOKAL BAGI GENERASI MUDA. Tian Fitriara Huda Jurnal HISTORIA Volume 4, Nomor 1, Tahun 2016, ISSN 2337-4713 (e-issn 2442-8728) PEMANFAATAN PETILASAN MACAN PUTIH SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH LOKAL BAGI GENERASI MUDA Tian Fitriara Huda Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan Indonesia yang beraneka ragam terdiri dari puncak-puncak kebudayaan daerah dan setiap kebudayaan daerah mempunyai ciri-ciri khas masing-masing. Walaupun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Sejarah dan Budaya Lanskap merupakan suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indra manusia. Semakin jelas harmonisasi dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi Kebudayaan Kata kebudayaan berasal dari kata Sansekerta buddhayah, ialah bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki keanekaragaman di segala aspek kehidupan. Keanekaragaman tersebut terlihat dari beragamnya kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara geografis, letak Indonesia yang terbentang dari sabang sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. Indonesia yang terkenal dengan banyak pulau

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: sarkofagus, bentuk perubahan fungsi, penyebab perubahan fungsi, makna perubahannya.

ABSTRAK. Kata kunci: sarkofagus, bentuk perubahan fungsi, penyebab perubahan fungsi, makna perubahannya. i ABSTRAK Sarkofagus merupakan salah satu media penguburan yang berasal dari masa perundagian, ialah suatu tingkat perkembangan kehidupan manusia yang dipandang sejajar dengan masa urbanisasi di Eropa

Lebih terperinci

BERKURANGNYA PERAJIN PRETIMA DI BANJAR ANGGABAYA PENATIH, DENPASAR TIMUR, BALI. I Wayan Dirana

BERKURANGNYA PERAJIN PRETIMA DI BANJAR ANGGABAYA PENATIH, DENPASAR TIMUR, BALI. I Wayan Dirana BERKURANGNYA PERAJIN PRETIMA DI BANJAR ANGGABAYA PENATIH, DENPASAR TIMUR, BALI I Wayan Dirana Program Studi Kriya, Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar diranawayan@yahoo.co.id

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore.

BAB I PENDAHULUAN. dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dananjaya (dalam Purwadi 2009:1) menyatakan bahwa kata folklor berasal dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore. Kata folk berarti

Lebih terperinci

FUNGSI SITUS PAGAR BATU DI DESA PARDOMUAN, SIMANINDO, SAMOSIR, SUMATERA UTARA

FUNGSI SITUS PAGAR BATU DI DESA PARDOMUAN, SIMANINDO, SAMOSIR, SUMATERA UTARA 1 FUNGSI SITUS PAGAR BATU DI DESA PARDOMUAN, SIMANINDO, SAMOSIR, SUMATERA UTARA Anugrah Syahputra Singarimbun Program Studi Arkeologi Fakultas Sastra dan Budaya Unud Abstract Archeology studies attempting

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: watu lawang, bentuk, sumber belajar ABSTRACT

ABSTRAK. Kata Kunci: watu lawang, bentuk, sumber belajar ABSTRACT Watu Lawang sebagai Peninggalan Megalithikum di Desa Banyuputih-Wringin-Bondowoso: Kajian tentang Sejarah, Bentuk dan Potensinya sebagai Sumber Belajar Sejarah di SMA Syamsia Dwi Wulandari 1, Dr. I Wayan

Lebih terperinci

Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar KAJIAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM TRADISI NGAYAH DI TENGAH AKSI DAN INTERAKSI UMAT HINDU DI DESA ADAT ANGGUNGAN KELURAHAN LUKLUK KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan hukum lingkungan tidak dapat dipisahkan dari gerakan sedunia

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan hukum lingkungan tidak dapat dipisahkan dari gerakan sedunia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan hukum lingkungan tidak dapat dipisahkan dari gerakan sedunia dalam memberikan perhatian yang lebih besar kepada lingkungan hidup, mengingat kenyataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, salah satu akibat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, salah satu akibat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, salah satu akibat dari kemajemukan tersebut adalah terdapat beraneka ragam ritual yang dilaksanakan dan dilestarikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah memiliki keanekaragaman budaya yang tak terhitung banyaknya. Kebudayaan lokal dari seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan tradisi yang beragam yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Kekayaan budaya dan tradisi

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Karakteristik geografis suatu negara senantiasa mempunyai pengaruh terhadap

Bab 1. Pendahuluan. Karakteristik geografis suatu negara senantiasa mempunyai pengaruh terhadap Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Karakteristik geografis suatu negara senantiasa mempunyai pengaruh terhadap kehidupan bangsanya. Hal ini dapat dilihat pada sejarah, tabiat dan watak bangsa tersebut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan untuk memperkenalkan dan

Lebih terperinci

OLEH : I NENGAH KADI NIM Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Pembimbing I

OLEH : I NENGAH KADI NIM Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Pembimbing I EKSISTENSI PALINGGIH RATU AYU MAS SUBANDAR DI PURA DALEM BALINGKANG DESA PAKRAMAN PINGGAN KECAMATAN KINTAMANI KABUPATEN BANGLI (Perspektif Teologi Hindu) OLEH : I NENGAH KADI NIM. 09.1.6.8.1.0150 Email

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN ASTANA GEDE. di Kabupaten Ciamis. Situs Astana Gede merupakan daerah peninggalan

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN ASTANA GEDE. di Kabupaten Ciamis. Situs Astana Gede merupakan daerah peninggalan BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN ASTANA GEDE A. Kesimpulan Astana Gede Kawali adalah salah satu situs bersejarah yang terdapat di Kabupaten Ciamis. Situs Astana Gede merupakan daerah peninggalan

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. Penelitian ini merupakan penelusuran sejarah permukiman di kota Depok,

BAB 5 PENUTUP. Penelitian ini merupakan penelusuran sejarah permukiman di kota Depok, BAB 5 PENUTUP 5.1 Hasil Penelitian Penelitian ini merupakan penelusuran sejarah permukiman di kota Depok, yaitu untuk menjawab pertanyaan mengenai sejak kapan permukiman di Depok telah ada, juga bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta menyalin dan menciptakan karya-karya sastra baru. Lebih-lebih pada zaman

BAB I PENDAHULUAN. serta menyalin dan menciptakan karya-karya sastra baru. Lebih-lebih pada zaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan karya sastra di Bali, masyarakat tidak segan-segan dan dan tidak bosan-bosannya membaca, menerjemahkan, menghayati, mengkaji, serta menyalin dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masyarakat dan kebudayaan merupakan hubungan yang sangat sulit dipisahkan. Sebab masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang ada di Indonesia dan masih terjaga kelestariannya. Kampung ini merupakan kampung adat yang secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali di Kabupaten Badung 1

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali di Kabupaten Badung 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali sebuah pulau kecil dengan beribu keajaiban di dalamnya. Memiliki keanekaragaman yang tak terhitung jumlahnya. Juga merupakan sebuah pulau dengan beribu kebudayaan

Lebih terperinci

BAB II IDENTIFIKASI DATA. A. Wayang Kulit

BAB II IDENTIFIKASI DATA. A. Wayang Kulit BAB II IDENTIFIKASI DATA A. Wayang Kulit 1. Pengertian Wayang Kulit Wayang dalam bahasa Jawa berarti bayangan dalam bahasa Melayu disebut bayang-bayang, dalam bahasa Aceh bayeng, dalam bahasa Bugis wayang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan strukturstruktur

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan strukturstruktur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan sesuatu yang turun-temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. suku bangsa yang secara bersama-sama mewujudkan diri sebagai

I. PENDAHULUAN. suku bangsa yang secara bersama-sama mewujudkan diri sebagai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah sebuah masyarakat yang terdiri atas masyarakatmasyarakat suku bangsa yang secara bersama-sama mewujudkan diri sebagai satu bangsa atau nasion (nation),

Lebih terperinci

RITUAL MEKRAB DALAM PEMUJAAN BARONG LANDUNG DI PURA DESA BANJAR PACUNG KELURAHAN BITERA KECAMATAN GIANYAR

RITUAL MEKRAB DALAM PEMUJAAN BARONG LANDUNG DI PURA DESA BANJAR PACUNG KELURAHAN BITERA KECAMATAN GIANYAR RITUAL MEKRAB DALAM PEMUJAAN BARONG LANDUNG DI PURA DESA BANJAR PACUNG KELURAHAN BITERA KECAMATAN GIANYAR (Analisis Pendidikan Agama Hindu) Oleh I Made Agus Sutrisna Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ratusan suku bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ratusan suku bangsa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ratusan suku bangsa, didalamnya memiliki keragaman budaya yang mencerminkan kekayaan bangsa yang luar biasa. Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atas tanah sebagai upacara peniadaan jenazah secara terhormat.

BAB I PENDAHULUAN. atas tanah sebagai upacara peniadaan jenazah secara terhormat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kematian adalah akhir dari kehidupan. Dalam kematian manusia ada ritual kematian yang disebut dengan pemakaman. Pemakaman dianggap sebagai akhir dari ritual kematian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan semakin berkembangnya cara berfikir masyarakat pada masa sekarang ini. Ternyata tak jarang juga dapat menyebabkan berubahnya pola pikir masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, tarian dan adat istiadat yang dimiliki oleh setiap suku bangsa juga sangat beragam. Keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia di dunia ini, termasuk di Indonesia. Sejak dilahirkan di dunia manusia sudah mempunyai kecenderungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pulau Jawa kaya akan peninggalan-peninggalan purbakala, di antaranya ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini tersebar di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berada di sebelah timur pulau Sumbawa yang berbatasan langsung dengan NTT adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang berada di sebelah timur pulau Sumbawa yang berbatasan langsung dengan NTT adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kabupaten Bima Propinsi NTB adalah sebagian dari kesatuan NKRI, adalah sebuah daerah yang berada di sebelah timur pulau Sumbawa yang berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan seni budaya tradisionalnya, adanya desa desa tradisional, potensi

BAB I PENDAHULUAN. dan seni budaya tradisionalnya, adanya desa desa tradisional, potensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul Sumatera Utara merupakan salah satu daerah pariwisata yang berpotensi di Indonesia. Potensi pariwisata yang ada di Sumatera Utara antara lain keindahan alam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Simon Kemoni yang dikutip oleh Esten (2001: 22) globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam kehidupan manusia, setiap pasangan tentu ingin melanjutkan hubungannya ke jenjang pernikahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik. Padahal, kehidupan masyarakat di Desa Munggu tampak tergolong

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik. Padahal, kehidupan masyarakat di Desa Munggu tampak tergolong 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fakta menunjukkan bahwa di Desa Munggu, Badung terdapat suatu tradisi budaya masih lestari yang melibatkan seluruh warga masyarakatnya. Bahkan, hingga kini tradisi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diwariskan secara turun temurun di kalangan masyarakat pendukungnya secara

BAB 1 PENDAHULUAN. diwariskan secara turun temurun di kalangan masyarakat pendukungnya secara digilib.uns.ac.id 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upacara tradisional merupakan salah satu wujud peninggalan kebudayaan dan pada dasarnya upacara tradisional disebarkan secara lisan. Upacara

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk dapat memecahkan masalah-masalah yang akan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk dapat memecahkan masalah-masalah yang akan 7 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dilakukan untuk dapat memecahkan masalah-masalah yang akan diteliti. Dalam penelitian ini diuraikan beberapa konsep yang dapat dijadikan

Lebih terperinci