ARTIKEL. Judul. Oleh. I Putu Sandiasa Adiawan JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
|
|
- Suharto Hardja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ARTIKEL Judul SINKRETISME HINDU-BUDDHA (KONGHUCU) DI PURA BATU MERINGGIT, DESA CANDIKUNING, TABANAN, BALI (STUDI TENTANG SEJARAH DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH) Oleh I Putu Sandiasa Adiawan JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2 Sinkretisme Hindu-Buddha (Konghucu) di Pura Batu Meringgit, Desa Candikuning, Tabanan, Bali (Studi tentang Sejarah dan Potensinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah) Oleh: I Putu Sandiasa Adiawan, (NIM ), ( sandixbers@yahoo.com) Luh Putu Sendratari*) Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui sejarah keberadaan Pura dan Kongco Batu Meringgit di Banjar Pemuteran, Desa Candikuning, Baturiti, Tabanan. (2) Mengetahui aspek-aspek yang terdapat di Pura dan Kongco batu Meringgit yang dapat dijadikan sumber belajar sejarah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah dengan pendekatan deskriptif kualitatif dengan langkah-langkah yaitu: (1) Heuristik (Pengumpulan Data), (2) Kritik Sumber, (3) Interpretasi, (4) Historiografi (Penulisan Sejarah). Penelitian ini menghasilkan temuan, antara lain: (1) Pura dan Kongco Batu Meringgit merupakan bangunan yang bercorak Hindu-Buddha, di mana bangunan ini menunjukkan adanya semacam sinkretisme budaya Hindu-Buddha. Sejarah keberadaan Pura Batu Meringgit di Desa Pakraman Pemuteran, Candikuning adalah dibangun pada masa perjalanan Ida Rsi Madura yang diduga kuat mendirikan Pura Batu Meringgit ini pada abad ke Masehi. Kongconya sendiri diduga dibangun oleh Jayasunu pada tahun 1099 Masehi yang merupakan keturunan dari Jaya Pangus. Beliau mendirikan Kongco dengan tujuan untuk menghormati Jaya Pangus yang menikah dengan perempuan Cina. (2) Aspek yang terdapat di Pura dan Kongco Batu Meringgit yang bisa dikembangkan menjadi sumber belajar sejarah antara lain, (a) Aspek historis, (b) Aspek sinkretisme, (c) Aspek bentuk fisik bangunan, (d) Aspek gotong royong dan kebersamaan, dan (e) aspek religius. Kata Kunci: Pura Batu Meringgit, Sinkretisme, Sumber Belajar Sejarah *) Dosen Pembimbing Artikel 1
3 Hindu-Buddha Syncretism (Konghucu) in Batu Meringgit Tample, Candikuning Village, Tabanan, Bali (The Study Of History And Its Potential As a Source Of Learning History) Oleh: I Putu Sandiasa Adiawan, (NIM ), ( sandixbers@yahoo.com) Luh Putu Sendratari*) Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja ABSTRACT This research aimed at: (1) knowing the history of the existence of Batu Meringgit Temple and Kongco in Candikuning village, Baturiti, Tabanan. (3) knowing the aspect which contined in Batu Meringgit Temple and Kongco that can be develop as a sources to learn history. The method used in this study was historical research method, using descriptive qualitative approach by doing some steps as follows. (1) heuristic (gathering data), (2) source criticism, (3) Interpretation, (4) historiografi. This research resulted in findings, among others: (1) the Batu Meringgit temple is a Hindu-Buddhist style building, where the building shows the cultural syncretism. History of the possibility of the existence of this temple is built during the trip Ida Rsi Madura isallegedly founded the temple in the th century. About the Kongco allegedly built by Jayasunu who is a descendant of the Jaya Pangus. He set up a goal for Kongco with respect Jaya Pangus who married with Chinese women. (2) the aspect which can be develop as a source to learn history such as, (a) historical, (b) syncretism, (c) the shape of the building (d) togetherness, and (e) religious. Key Word: Batu Meringgit Tample, Syncretism, Learning resources history *) Dosen Pembimbing Artikel 2
4 Keberadaan bangunan pura di Bali memiliki suatu makna yang sangat penting. Secara harfiah, pura berasal dari bahasa Sanskerta yaitu Pur yang artinya tempat yang dikelilingi tembok (Wiana, 2009: 8). Namun, secara eksklusif umat Hindu di Bali menyatakan bahwa pura sebagai tempat suci khususnya bagi umat Hindu adalah tempat berstananya dewa sebagai manifestasi dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan juga disebut stana roh leluhur yang didewakan (Sidhidewata) dari kelompok atau juga soroh tertentu berdasarkan hubungan geneologi khususnya keluarga patriakat karena sistem kekeluargaan di Bali berdasarkan garis Purusa (Suyasa, 2006: 93). Agama Hindu ialah agama mayoritas di Bali, maka umat Hindu melaksanakan kegiatan peribadatannya di Pura untuk memuja Ida Sang Hyang Widhi dan roh suci para leluhur. Oleh karena itu, sangat banyak sekali di Bali terdapat bangunan pura, sehingga Bali juga dijuluki sebagai pulau seribu pura (Ardjana, dkk. 1980: 9). Namun begitu, Ada sebagian kecil dari masyarakat Bali yang memeluk 2 agama lain, seperti misalnya Islam, Buddha dan Kristen. Harmonisasi tercipta dengan memegang konsep Tri Hita Karana yang terdiri dari tiga unsur, yakni Parahyangan, Pawongan dan Palemahan (Nida, 2003: 5). Datangnya orang-orang dari berbagai latar belakang budaya dan agama ini, erat kaitannya dalam kehidupan bermasyarakat yang menyebabkan terjadinya persentuhan-persentuhan antar kebudayaan maupun agama yang berbeda ini. Fenomena tersebut dapat dilihat dari pemandangan yang unik dan menarik yang terjadi di Desa Candikuning, Tabanan, Bali. Di sini toleransi beragama ditunjukkan di sebuah pura yang bernama Pura Batu Meringgit. Keberadaan Pura Batu Meringgit dan Klenteng yang ada di dalamnya menarik untuk diteliti, karena dilihat dari segi struktur ia bukan menunjukkan struktur pura yang umum di Bali, terlebih dilihat dari dimensi multikulturalisme. Pura yang menunjukkan harmonisasi etnis Cina dan Hindu Bali ini, secara langsung mau pun tidak langsung memberikan pemahaman yang lebih
5 jauh tentang gambaran pura yang bercorak Hindu-Buddha di Bali. Selain itu, hal yang sangat penting dari keberadaan pura dan klenteng ini ialah bisa dijadikan dasar sebagai sumber belajar tentang sejarah kebudayaan khususnya materi IPS di SMP dan SMA. Hal inilah yang menarik untuk diteliti dalam rangka mengisi kekosongan sumber belajar sejarah yang ada di SMP maupun SMA. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penulisan peristiwa sejarah. Metode penulisan sejarah di antaranya: (1) Heuristik (pengumpulan data), pada tahap ini peneliti menggunakan beberapa teknik dalam pengumpulan diantaranya adalah observasi, wawancara, dan studi dokumen. (2) Kritik Sumber, setelah data didapatkan maka langkah selanjutnya adalah dengan melakukan kritik sumber terhadap kebenaran data. Kritik yang dilakukan adalah melalui kritik intern dan kritik ekstern. (3) Interpretasi, Setelah data yang didapat itu benar-benar valid maka langkah metodologis selanjutnya 3 adalah melakukan interpretasi. (4) Penulisan Sejarah, langkah terakhir yang dilakukan setelah fakta dirangkai yakni, melakukan penulisan cerita sejarah (historiografi). HASIL Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui sejarah terdapatnya Pura dan kongco Batu Meringgit, Banjar Pemuteran, Desa Candikuning, Baturiti, Tabanan. (2) Untuk mengetahui aspek-aspek yang terdapat di Pura dan Kongco Batu Meringgit yang dapat dijadikan sumber belajar sejarah untuk SMP dan SMA. Penelitian ini menghasilkan temuan, antara lain: (1) Pura dan Kongco Batu Meringgit merupakan bangunan yang bercorak Hindu-Buddha, di mana bangunan ini menunjukkan adanya semacam sinkretisme budaya Hindu-Buddha. Sejarah keberadaan Pura dan Kongco Batu Meringgit di Desa Pakraman Pemuteran, Desa Candikuning adalah dibangun pada masa perjalanan Ida Rsi Madura yang diduga kuat mendirikan Pura Batu Meringgit ini pada abad ke Masehi. Beliau mendirikan pura ini sebagai sarana belajar silat muridnya.
6 Pendirian Pura ini pada awalnya hanya berbahan dasar batu-batu besar berjejer sehingga membentuk sebuah ruang. Ini dibuktikan ketika ditemukan tahun 1938, hanya berupa batu-batu yang berserakan dan belum ada pelinggih. Untuk Kongconya sendiri diduga dibangun oleh Jaya Kasunu pada tahun 1099 Masehi yang merupakan keturunan dari Jaya Pangus. Beliau mendirikan Kongco dengan tujuan untuk menghormati Jaya Pangus yang menikah dengan perempuan Cina. Kongco ini pada awalnya sama berupa batu besar yang dijadikan alas Jayasunu melakukan pertapaan menyembah Nini Bhatari. (2) Aspek yang terdapat di Pura dan Kongco Batu Meringgit yang bisa dikembangkan menjadi sumber belajar sejarah antara lain, (a) Aspek historis, (b) Aspek sinkretisme, (c) Aspek bentuk fisik bangunan, (d) Aspek gotong royong dan kebersamaan, dan (e) aspek religius. PEMBAHASAN Latar Belakang Berdirinya Pura dan Kongco Batu Meringgit Pura dan Kongco Batu Meringgit yang terdapat di wilayah 4 Desa Pakraman Pemuteran merupakan salah satu peninggalan sejarah yang ada di Bali. Bangunan ini merupakan salah satu hasil peradaban masa Hindu-Buddha yang menunjukkan sinkretisme, hal tersebut dapat dibuktikan dari keberadaan Pura dan Kongco yang saling berdampingan. Menurut Nida (2003: 19) sinkretisme merujuk pada percampuran dan perpaduan yang merupakan akibat umum dari persinggungan atau kontak kebudayaan. Jika sinkretisme sebagai akronim dimaksudkan sebagai penggabungan atau penyatuan dua aliran agama atau kepercayaan, maka pengertian sinkretisme Siwa-Buddha di Bali dimaksudkan sebagai penggabungan, percampuran perpaduan sebagai akibat persinggungan atau kontak budaya dengan menenggelamkan berbagai perbedaan dan menghasilkan kesatuan di antara berbagai sekte atau aliran falsafah agama dan kepercayaan Siwa-Buddha di Bali. Sejarah keberadaan Pura dan Kongco Batu Meringgit di Desa Pakraman Pemuteran tidak bisa dilepaskan dari kepercayaan masyarakat terhadap adanya roh
7 leluhur dan kepercayaan terhadap dewa sebagai sarana pemenuhan kebutuhan kerohanian, seperti yang diutarakan oleh Supartha sebagai berikut: Budaya spiritual menyangkut unsur-unsur alam pikiran dan kumpulan-kumpulan perasaan yang tersusun teratur dan terekspresi untuk tujuan-tujuan pemenuhan kebutuhan kerohanian. Dalam hal pemenuhan kebutuhan rohani tersebut, maka manusia senantiasa percaya dan sadar akan keberadaan makhluk halus, roh, dan dewa-dewa, sehingga diperlukan tempat suci sebagai sarana pemujaan (Supartha, 1994: 11). Pura ini kemungkinan dibangun pada abad 12 M oleh Rsi Madura dan Kongco tersebut dibangun pada masa kerajaan Balidwipa oleh Jayasunu, keturunan Jaya Pangus. Hal tersebut sesuai dengan isi Purana Pura Batu Meringgit yang juga sesuai dengan pendapat Jero Mangku Mudita (48 tahun), yakni sebagai berikut:...setelah beliau mendapatkan petunjuk tentang tanah Bali. Beliau kemudian melanjutkan perjalanan ke tanah Bali. Singkat cerita ditanah Bali, beliau lama berdiam diri didaerah seputaran danau Tamblingan bahkan beliau memperistri putri dari Ida Dalem. Selama beliau bertapa didaerah seputaran Bedugul, beliau membuat sebuah padepokan silat yang sangat besar yang terletak di areal Kebun Raya Bedugul. Di tempat ini beliau banyak mengangkat murid yang berasal dari berbagai etnis yaitu, Bali, Cina, dan Jawa. Selama berdiam diri di sini beliau banyak mendirikan pura-pura yang pada jaman sekarang telah ditemukan sumber bukti tertulis (purana/ prasasti) bahwa beliaulah pendiri pura-pura tersebut. Pura-pura tersebut antara lain: Pura Dalem Tamblingan, Pura Puncak Rsi (Bukit Sangkur), Pura Penataran Beratan, Pura Puncak Pengungangan, Pura Terate Bang, Pura Baru Meringgit dll (Hasil Wawancara 23 Juli 2013). Dari purana dan penuturan informan setidaknya ada dan memberi petunjuk mengenai sejarah berdirinya Pura Batu Meringgit ini. Selain sumber perjalanan Rsi Madura, di mana dinyatakan bahwa Pura Batu meringgit ini didirikan oleh Ida Rsi Madura yang memulai perjalanannya dari Madura ke Bali pada abad XII XIII Masehi. Perjalanan beliau didasrkan atas pesan dari gurunya yaitu Rsi Markandya yang lebih dulu telah berkelana di Bali untuk mendirikan 5
8 tempat-tempat suci. Ida Rsi Madura kemudian melanjutkan apa yang dilakukan oleh Rsi Markandya untuk mendirikan tempat suci dan pesraman, salah satunya adalah komplek pura yang ada di wilayah Kebun Raya Bali, seperti Pura Batu Meringgit dan Pura Trate Bang, serta pesraman yang terkenal yang didirikan oleh Rsi Madura adalah Pasraman Teledu Nginyah di Jembrana. Untuk kongconya sesuai dengan Purana dan penuturan Mangku Mastra (86 tahun) memberikan pendapatnya sebagai berikut: Dikatakan bahwa ada unsur Siwa-Buddha di Pura Batu Meringgit di mana yang berstana di sana adalah Sidarta Gautama dan Dewi Subandar dari negeri Cina. Maka dari itu di Pura ini juga terdapat Pelinggih Ida Bhatara Kongco untuk umat Cina yang akan menghormati nenek moyangnya (hasil wawancara 23 Juli 2013). Menyimak pernyataan tersebut ada benarnya bahwa Dewi Subandar yang dimaksud adalah Dewi Khang Chi Wei yang merupakan anak Subandar Cina yang dinikahi oleh raja Jaya Pangus. 6 Dihubungkan dengan Purana Batu Meringgit, dikatakan bahwa yang mendirikan kongco tersebut adalah Jayasunu yang merupakan keturunan dari Jaya Pangus. Jayasunu mendirikan sebuah kongco yang bersifat Siwa Buddha untuk menghormati Jaya Pangus dan Dewi Khang Chi Wei di Pura Batu Meringgit. Semenjak ditemukan pada tahun 1938 oleh tetua Desa Pakraman Pemuteran, Pura dan Kongco Batu Meringgit ini sudah mengalami empat kali tahap renovasi. Renovasi pertama adalah dilakukan ketika pertama kali pura ini ditemukan pada tahun Kondisi awal yang memprihatinkan mulai ditata seadanya. Batu-batu dan beberapa arca yang masih utuh dirapihkan dan ditempatkan di atas tumpukan batu yang disusun setinggi dada orang dewasa. Renovasi kedua pada tahun Pada tahun itu, mulai diperbaiki bagian-bagian pura yang sudah mulai mengalami kerusakan. Pada tahun 2000, terjadi pergantian Bendesa Adat di Desa Pakraman Pemuteran yang menghasilkan Bapak Wayan Mustika
9 menjabat sebagai Bendesa Adat yang baru pada waktu itu. Di bawah kepemimpinannya, dirasa Pura dan Kongco Batu Meringgit perlu direnovasi lagi karena bangunan semi permanen yang dibuat dari papan kayu tidak akan kuat bertahan lama. Delapan tahun setelah proses awal pemugaran pura, maka pada tahun 2008 diadakan upacara Ngenteg Linggih, sekaligus peresmian Pura dan Kongco Batu Meringgit pada waktu itu diresmikan oleh Bupati Tabanan, Bapak Adi Wiryatama. Untuk renovasi keempat dilakukan tahun 2013 dengan membuat sebuah wantilan. Dari pembahasan di atas, maka pendirian Pura dan Kongco Batu Meringgit tidak bisa dilepaskan dari beberapa faktor seperti faktor religi, sosial dan budaya. Seperti pernyataan Fazer dalam Koentjaraningrat (1990: 232) sebagai berikut: Religi merupakan perbuatan manusia untuk mencapai suatu maksud dengan cara menyadarkan diri pada kemauan dan kekuasaan dari makhluk-makhluk halus, roh dan dewa yang menempati alam gaib, dalam hal ini 7 tunduk dengan rasa hormat kepada alam gaib yang dianggapnya menguasai hidup. Oleh karena itu nasibnya diserahkan kepada- Nya dengan keikhlasan yang tulus melalui upacaraupacara. Faktor sosial yang mendasari pendirian Pura dan Kongco Batu Meringgit ini adalah dalam hal pendidikan, di mana pura ini digunakan sebagai pewarisan nilai pendidikan, seperti yang dilakukan Rsi Madura kepada muridnya dalam mewariskan ilmu silatnya. Pendirian tempat suci juga didasarkan oleh faktor budaya, karena tempat suci bisa dijadikan tempat pelestarian budaya berupa kesenian yang dipentaskan, baik itu kesenian sakral maupun pertunjukkan hiburan. Aspek yang Terdapat Pada Bangunan Pura Batu Meringgit dan Pelinggih Ida Bhatara Kongco yang Bisa Dikembangkan Menjadi Sumber Belajar Sejarah Keberadaan Pura dan Kongco Batu Meringgit di desa Pakraman Pemuteran memiliki suatu hal yang relevan untuk dijadikan sebagai sumber pembelajaran sejarah khususnya untuk sekolah-sekolah di
10 Kecamatan Baturiti dan Sukasada yang dekat dengan lokasi Pura. Menurut I Gde Widja (1989: 91) sejarah adalah studi keilmuan tentang segala sesuatu yang telah dialami manusia di waktu lampau dan yang telah meninggalkan jejak-jejaknya di waktu sekarang. Penekanan perhatian diletakkan pada aspek peristiwanya sendiri, dalam hal ini terutama yang bersifat khusus dari segi-segi urutan perkembangannyayang kemudian disusun dalam suatu cerita sejarah. Dari pengertian atas, dapat disimpulkan bahwa sumber belajar sejarah adalah segala macam sumber-sumber sejarah atau bendabenda peninggalan sejarah yang ada di sekitar lingkungan kegiatan belajar yang dapat membantu optimalisasi hasil belajar siswa. Ada beberapa macam atau jenis sumber belajar sejarah yang bisa dimanfaatkan, di antaranya manusia sebagai sumber, alat dan bahan pengajaran dan benda peninggalan, lingkungan dan bangunan bersejarah. Benda peninggalan adalah segala sesuatu yang ditinggalkan oleh suatu 8 peristiwa. Lingkungan adalah alam sekitar kehidupan siswa dan yang terakhir bangunan bersejarah adalah peninggalan dari suatu peristiwa berupa suatu bangunan seperti candi, rumah, dan yang lainya (Sanjaya, 2006: 173). Maka dalam kasus ini, keberadaan Pura dan Kongco Batu Meringgit tentunya dapat dipakai sebagai alternatif bagi guru untuk mengajarkan materi pembelajaran sejarah yang lebih efektif. Untuk itu diperlukan penggalian terhadap aspek-aspek yang terdapat di dalam Pura dan Kongco Batu Meringgit yang bisa dikembangkan menjadi sumber sejarah. Aspek-aspek yang dapat dikembangkan menjadi sumber belajar sejarah yakni, (1) Aspek Historis (Sejarah) pada kompetensi dasar mendeskripsikan tradisi sejarah dalam masyarakat Indonesia masa pra aksara dan masa aksara untuk SMA kelas X dan kompetensi dasar peninggalan-peninggalan kebudayaan Hindu-Buddha untuk SMP kelas VII. (2) Aspek Sinkretisme, dengan kompetensi dasar Indonesia pada masa Hindu- Buddha, dengan materi peninggalan-
11 peninggalan kebudayaan Hindu- Buddha untuk siswa kelas VII SMP. (3) Aspek Bentuk Fisik Bangunan, dengan kompetensi dasar mendeskripsikan tradisi sejarah dalam masyarakat Indonesia masa pra aksara dan masa aksara untuk SMA kelas satu dan kompetensi dasar untuk siswa SMP ialah menyajikan hasil pengamatan tentang hasil-hasil kebudayaan dan pengamatan masyarakat Indonesia pada masa pra aksara, zaman Hindu- Buddha dan zaman Islam dalam aspek geografis, ekonomi, budaya dan politik. (4) Gotong Royong dan Kebersamaan, sesuai dengan kompetensi dasar mendeskripsikan tradisi sejarah dalam masyarakat Indonesia masa pra aksara dan masa aksara untuk siswa SMA kelas satu, dan kompetensi dasar meniru prilaku jujur, disiplin, bertanggungjawab dan percaya diri sebagaimana ditunjukkan oleh tokoh-tokoh pada zaman Hindu-Buddha dan Islam dalam kehidupan sekarang, untuk siswa SMP. Dan terakhir (5) Aspek Religius, sesuai dengan kompetensi dasar mendeskripsikan tradisi sejarah dalam masyarakat Indonesia masa pra aksara dan masa aksara untuk SMA kelas satu. 9 Simpulan Sejarah terdapatnya Pura dan Kongco Batu Meringgit di Desa Pakraman Pemuteran Desa Candikuning tidak bisa dilepaskan dari kepercayaan masyarakat terhadap adanya roh leluhur, baik dari faktor religi, sosial maupun budaya. Pura Batu Meringgit kemungkinan dibangun pada masa perjalanan Ida Rsi Madura yang pada abad ke Masehi. Untuk Kongconya sendiri diduga dibangun oleh Jayasunu yang merupakan keturunan dari Jaya Pangus dengan tujuan menghormati Jaya Pangus yang menikah dengan perempuan Cina. Kemudian, aspek yang terdapat di Pura dan Kongco Batu Meringgit yang bisa dikembangkan menjadi sumber belajar sejarah antara lain; (1) Aspek Historis (Sejarah), di mana seorang guru perlu mengenalkan sisi sejarah yang terdapat pada peninggalan tersebut. (2) Aspek Sinkretisme, yaitu siswa bisa langsung mengamati wujud sinkretisasi antara kebudayaan Hindu-Buddha dan animismedinamisme yang ada di Pura tersebut, dengan memperhatikan secara
12 langsung benda-benda peninggalan jaman megalitik berpadu dengan berdirinya bangunan di jaman Hindu-Buddha. (3) Bentuk Fisik Bangunan, yaitu Pura dan Kongco Batu Meringgit bisa dijadikan alternatif oleh guru untuk mengajarkan materi pelajaran sejarah yang sifatnya lebih nyata dan dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa. (4) Aspek Gotong Royong dan Kebersamaan, yaitu sifat gotong royong dan kebersamaan tersebut dapat ditanamkan kepada siswa pada setiap pembelajaran sejarah untuk menempatkan budaya dan peninggalan sejarah sebagai identitas bangsa. (5) Aspek Religius, bisa dipakai oleh guru sebagai sumber belajar sejarah dalam rangka peningkatan pemahaman siswa terhadap kejadian-kejadian masa Hindu-Buddha. Ucapan terima kasih ditujukan kepada 1. Dr. Luh Putu Sendratari, M. Hum selaku Pembimbing Akademik (PA) dan Pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktunya kepada penulis dalam memberikan pengetahuannya, memotivasi 10 dan membimbing penulis dalam penyusunan artikel. 2. Dr. I Ketut Margi, M. Si sebagai Pembimbing II yang telah memberikan saran dan membimbing penulis dalam penyusunan artikel. Daftar Rujukan Ardjana, I Gusti Bagus Ngurah Pura Maduwe Karang. Bali: Direktorat Jenderal Kebudayaan Dep. P dan K. Nida, Diartha Sinkritisasi Siwa-Buddha di Bali: Kajian Historis Sosiologis. Denpasar: Pustaka Bali Post. Suyasa, I Wayan Pura Agung Jagatnatha Singaraja: Latar Belakang Berdirinya dan Makna Filosofisnya. Singaraja. Wiana, I Ketut Pura Besakih dan Hulunnya Pulau Bali. Surabaya: Paramita. Nida, Diartha Sinkretisasi Siwa-Buddha di Bali: Kajian Historis Sosiologis. Denpasar: Pustaka Bali Post. Sanjaya, Wina Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media. Supartha, Adnyana Sejarah Perkembangan Agama Hindu di Indonesia. Surabaya: Paramitha. Widja, I Gede Dasar-Dasar Pengembangan Strategi Serta Metode Pengajaran Sejarah. Jakarta: Debdikbud.
Kata Kunci: Punden Berundak, Sumber Belajar Sejarah. Dosen Pembimbing Artikel
Eksistensi Punden Berundak di Pura Candi Desa Pakraman Selulung, Kintamani, Bangli (Kajian Tentang Sejarah dan Potensinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah) Oleh : I Wayan Pardi, (NIM 0914021066), (e-mail:
Lebih terperinciARTIKEL. Oleh NI LUH PUTU SRI ADNYANI
ARTIKEL Judul MAKAM KERAMAT AGUNG PEMECUTAN DI KELURAHAN PEMECUTAN, KOTA DENPASAR (Studi Tentang Latar Belakang Sejarah, Struktur, Fungsi dan Potensinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal) Oleh NI LUH
Lebih terperinciPerkembangan Bentuk Dan Fungsi Arca-Arca Leluhur Pada Tiga Pura Di Desa Keramas Blahbatuh Gianyar Suatu Kajian Etnoarkeologi
Perkembangan Bentuk Dan Fungsi Arca-Arca Leluhur Pada Tiga Pura Di Desa Keramas Blahbatuh Gianyar Suatu Kajian Etnoarkeologi Made Reisa Anggarini 1, I Wayan Redig 2, Rochtri Agung Bawono 3 123 Program
Lebih terperinciREALISASI TOLERANSI ANTAR UMAT HINDU DAN BUDDHA DI PURA PUSERING JAGAT PANCA TIRTA DESA PAKARAMAN
REALISASI TOLERANSI ANTAR UMAT HINDU DAN BUDDHA DI PURA PUSERING JAGAT PANCA TIRTA DESA PAKARAMAN KEMBANG MERTA DESA CANDIKUNING KECAMATAN BATURITI KABUPATEN TABANAN Oleh I Putu Hendra Yogi Swasgita hendrayogi.pcc@gmail.com
Lebih terperinciOLEH : I NENGAH KADI NIM Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Pembimbing I
EKSISTENSI PALINGGIH RATU AYU MAS SUBANDAR DI PURA DALEM BALINGKANG DESA PAKRAMAN PINGGAN KECAMATAN KINTAMANI KABUPATEN BANGLI (Perspektif Teologi Hindu) OLEH : I NENGAH KADI NIM. 09.1.6.8.1.0150 Email
Lebih terperinciPura Kehen di Desa Pakraman Cempaga, Bangli, Bali (Sejarah Struktur dan Fungsinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah).
Pura Kehen di Desa Pakraman Cempaga, Bangli, Bali (Sejarah Struktur dan Fungsinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah). Oleh : Ni Luh Sri Karmi Asri, (NIM 0914021002), (e-mail: niluhsrikarmiasri@yahoo.com)
Lebih terperinciEKSISTENSI PURA TELEDU NGINYAH PADA ERA POSMODERN DI DESA GUMBRIH KECAMATAN PEKUTATAN KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)
EKSISTENSI PURA TELEDU NGINYAH PADA ERA POSMODERN DI DESA GUMBRIH KECAMATAN PEKUTATAN KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Ni Putu Sri Ratna Dewi Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar
Lebih terperinciARCA MEGALITIK DI PURA SIBI AGUNG, DESA PAKRAMAN KESIAN,GIANYAR, BALI, DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA BERDASARKAN KURIKULUM
ARTIKEL Judul ARCA MEGALITIK DI PURA SIBI AGUNG, DESA PAKRAMAN KESIAN,GIANYAR, BALI, DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA BERDASARKAN KURIKULUM 2013 Oleh MADE ANGGA SETIAWAN 1014021020
Lebih terperinciPENINGGALAN PURBAKALA DI PURA SUBAK APUAN, SINGAPADU, SUKAWATI, GIANYAR, BALI (SEJARAH, STRUKTUR DAN POTENSINYA) SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA
ARTIKEL Judul PENINGGALAN PURBAKALA DI PURA SUBAK APUAN, SINGAPADU, SUKAWATI, GIANYAR, BALI (SEJARAH, STRUKTUR DAN POTENSINYA) SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA OLEH : NI WAYAN DEWI LASMI 1114021004
Lebih terperinciAKULTURASI HINDU BUDDHA DI PURA GOA GIRI PUTRI DESA PEKRAMAN KARANGSARI, KECAMATAN NUSA PENIDA, KABUPATEN KLUNGKUNG
1 AKULTURASI HINDU BUDDHA DI PURA GOA GIRI PUTRI DESA PEKRAMAN KARANGSARI, KECAMATAN NUSA PENIDA, KABUPATEN KLUNGKUNG 2007-2014 I Ketut Winata Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Budaya winatasejarah11@yahoo.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN
BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Mustopo Habib berpendapat bahwa kesenian merupakan jawaban terhadap tuntutan dasar kemanusiaan yang bertujuan untuk menambah dan melengkapi kehidupan. Namun
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KEUNIKAN PURA GUNUNG KAWI DI DESA PEKRAMAN KELIKI, GIANYAR, BALI SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS. oleh
IDENTIFIKASI KEUNIKAN PURA GUNUNG KAWI DI DESA PEKRAMAN KELIKI, GIANYAR, BALI SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS oleh I Wayan Sudiana, (NIM 0814021029), (Email : Sudiana_ IWayan@yahoo.com) Desak Made Oka
Lebih terperinciOleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar
KAJIAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM TRADISI NGAYAH DI TENGAH AKSI DAN INTERAKSI UMAT HINDU DI DESA ADAT ANGGUNGAN KELURAHAN LUKLUK KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut
Lebih terperinciTAMAN NARMADA BALI RAJA TEMPLE IN PAKRAMAN TAMANBALI VILLAGE, BANGLI, BALI (History, Structure and Potential Resource For Local History) ABSTRACT
PURA TAMAN NARMADA BALI RAJA DI DESA PAKRAMAN TAMANBALI, BANGLI, BALI (Sejarah, Struktur, dan Potensinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal) Oleh : Ni Wayan Eka Krisna Yanti, (NIM 0914021029), (niwayanekakrisnayanti@yahoo.com)
Lebih terperinciARTIKEL. Oleh Ni Wayan Astini JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA
ARTIKEL Judul PURA DUKUH SANTRIAN DUSUN PEKANDELAN, DESA BEDULU, BLAHBATUH, GIANYAR, BALI (SEJARAH, STRUKTUR DAN FUNGSI, SERTA POTENSI SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH KEBUDAYAAN DI SMA) Oleh Ni Wayan Astini
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Sebagai salah satu pulau di Indonesia, Bali memiliki daya tarik yang luar biasa. Keindahan alam dan budayanya menjadikan pulau ini terkenal dan banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di Bali, perlu dimengerti sumbernya. Terdapat prinsip Tri Hita Karana dan Tri Rna
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali telah terkenal dengan kebudayaannya yang unik, khas, dan tumbuh dari jiwa Agama Hindu, yang tidak dapat dipisahkan dari keseniannya dalam masyarakat yang berciri
Lebih terperinciSENI BUDAYA BALI. Tradisi Omed Omedan Banjar Kaja Sesetan Bali. Oleh (Kelompok 3) :
SENI BUDAYA BALI Tradisi Omed Omedan Banjar Kaja Sesetan Bali Oleh (Kelompok 3) : Dewa Made Tri Juniartha 201306011 Ni Wayan Eka Putri Suantari 201306012 I Gusti Nyoman Arya Sanjaya 201306013 Dicky Aditya
Lebih terperinciLAPORAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN
LAPORAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN AKTIVITAS ASPEK TRADISIONAL RELIGIUS PADA IRIGASI SUBAK: STUDI KASUS PADA SUBAK PILING, DESA BIAUNG, KECAMATAN PENEBEL, KABUPATEN TABANAN I Nyoman Norken I Ketut
Lebih terperinciKata Kunci: Lingga Yoni., Sarana Pemujaan., Dewi Danu
ESENSI LINGGA YONI DI PURA BATUR NING DESA PAKRAMAN SAYAN, KECAMATAN UBUD, KABUPATEN GIANYAR OLEH: I NYOMAN SUDIANA Email : sudiana_syn@yahoo.com Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Pembimbing I I Ketut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selain memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, Indonesia juga memiliki keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa dan sub-suku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan karya sastra di Bali, masyarakat tidak segan-segan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan karya sastra di Bali, masyarakat tidak segan-segan dan tidak bosan-bosannya membaca, menerjemahkan, mengkaji, menghayati, menyalin dan menciptaklan
Lebih terperinciARTIKEL. Judul. Oleh I WAYAN GUNAWAN
ARTIKEL Judul Identifikasi Arca Megalitik di Pura Ulun Suwi Desa Pakraman Selulung (Kajian tentang Sejarah dan Potensinya Sebagai Sumber Pembelajaran IPS pada SMP berdasarkan Kurikulum 2013). Oleh I WAYAN
Lebih terperinciEKSISTENSI MIGRAN DI DESA CANDIKUNING, KECAMATAN BATURITI, KABUPATEN TABANAN (TINJAUAN GEOGRAFI PENDUDUK)
EKSISTENSI MIGRAN DI DESA CANDIKUNING, KECAMATAN BATURITI, KABUPATEN TABANAN (TINJAUAN GEOGRAFI PENDUDUK) Oleh: Ni Luh Yunika Valina Ida Bagus Made Astawa dan Made Suryadi *) Jurusan Pendidikan Geografi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada Masyarakat Banten memiliki berbagai
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Kesenian tradisional pada Masyarakat Banten memiliki berbagai keanekaragaman seperti yang terdapat di daerah lain di Indonesia. Kesenian tersebut di antaranya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serta menyalin dan menciptakan karya-karya sastra baru. Lebih-lebih pada zaman
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan karya sastra di Bali, masyarakat tidak segan-segan dan dan tidak bosan-bosannya membaca, menerjemahkan, menghayati, mengkaji, serta menyalin dan
Lebih terperinciPURA BEJI SEBAGAI CAGAR BUDAYA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN DI DESA SANGSIT, SAWAN, BULELENG, BALI. Oleh
PURA BEJI SEBAGAI CAGAR BUDAYA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN DI DESA SANGSIT, SAWAN, BULELENG, BALI Oleh I Gede Yogi Adi Prawira, Nim 0814021039 Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Pendidikan
Lebih terperinciPROFIL DESA PAKRAMAN BULIAN. Oleh: I Wayan Rai, dkk Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja
PROFIL DESA PAKRAMAN BULIAN Oleh: I Wayan Rai, dkk Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja Abstrak Program IPTEKSS bagi Masyrakat (IbM) di Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten
Lebih terperinciNI NYOMAN TRI CAHYANI NIM
ARTIKEL Judul KEUNIKAN SITUS CAGAR BUDAYA DI PURA LUHUR GONJENG DESA KUKUH, MARGA, TABANAN, BALI (Identifikasi Artefaktual Dan Pemanfaatannya Sebagai Sumber Belajar Sejarah Di SMA) Oleh NI NYOMAN TRI CAHYANI
Lebih terperinciARTIKEL JUDUL PURA PANYAGJAGAN DI DESA PAKRAMAN CATUR, KINTAMANI, BANGLI, BALI
ARTIKEL JUDUL PURA PANYAGJAGAN DI DESA PAKRAMAN CATUR, KINTAMANI, BANGLI, BALI (Latar Belakang Sejarah, Fungsi Pura dan Potensinya Sebagai Media Pendidikan Multikultur di Sekolah Menengah Pertama dan Masyarakat)
Lebih terperinciBAB 5 PENUTUP PURA MAOSPAIT DI MASA LALU DAN MASA KINI
118 BAB 5 PENUTUP PURA MAOSPAIT DI MASA LALU DAN MASA KINI Berdasarkan kajian yang telah dilakukan terhadap Pura Maospait maka dapat diketahui bahwa ada hal-hal yang berbeda dengan pura-pura kuna yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Sejarah dan Budaya Lanskap merupakan suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indra manusia. Semakin jelas harmonisasi dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekompleksitasan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah membuat Indonesia menjadi
Lebih terperinciARTIKEL. Judul. Pemertahanan Tradisi Gebug Ende di Desa Pakraman Seraya, Karangasem, Bali, dan Potensinya Sebagai Sumber belajar Sejarah di SMA.
ARTIKEL Judul Pemertahanan Tradisi Gebug Ende di Desa Pakraman Seraya, Karangasem, Bali, dan Potensinya Sebagai Sumber belajar Sejarah di SMA Oleh Desak Made Suprayanti 1014021014 JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
Lebih terperincisurvei Branding Bali
survei Branding Bali Flow Process Bali Branding Tahap I : 10-12 minggu Tahap II : 2-4 minggu Tahap III : 3-4 minggu Tahap IV : 3-4 minggu Tahap V Tahap I: Insight Finding Tahap II: Penyamaan Persepsi Tahap
Lebih terperinciPURA MANDARA GIRI SEMERU AGUNG (Suatu Kajian Antropologis, Sosiologis, dan Edukatif) SKRIPSI. Oleh. Ari Yogo Prasetya NIM
PURA MANDARA GIRI SEMERU AGUNG (Suatu Kajian Antropologis, Sosiologis, dan Edukatif) SKRIPSI Oleh Ari Yogo Prasetya NIM 060210302230 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman akan tradisi dan budayanya. Budaya memiliki kaitan yang erat dengan kehidupan manusia, di mana
Lebih terperinciPRASASTI MAYUNGAN DI DESA PAKRAMAN MAYUNGAN, DESA ANTAPAN, KECAMATAN BATURITI, KABUPATEN TABANAN
1 PRASASTI MAYUNGAN DI DESA PAKRAMAN MAYUNGAN, DESA ANTAPAN, KECAMATAN BATURITI, KABUPATEN TABANAN Ida Ayu Wayan Prihandari Program Studi Arkeologi Fakultas Sastra Universitas Udayana Abstract This study
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Simon Kemoni yang dikutip oleh Esten (2001: 22) globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Globalisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. BAB I
BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I 1.1 Latar Belakang Yogyakarta merupakan salah satu kota besar di Pulau Jawa yang memiliki kekayaan akan peninggalan kebudayaan. Bentuk dari peninggalan kebudayaan dibagi menjadi
Lebih terperinciARTIKEL. Judul IDENTIFIKASI PENGARUH HINDU MAJAPAHIT DI DESA SONGAN, KINTAMANI, BANGLI DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA
ARTIKEL Judul IDENTIFIKASI PENGARUH HINDU MAJAPAHIT DI DESA SONGAN, KINTAMANI, BANGLI DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA Oleh : I Gede Arcana, Nim 1214021017 JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual. Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah
BAB V KESIMPULAN 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual Kuningan Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah merupakan seni pertunjukan yang biasa tetapi merupakan pertunjukan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN ASTANA GEDE. di Kabupaten Ciamis. Situs Astana Gede merupakan daerah peninggalan
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN ASTANA GEDE A. Kesimpulan Astana Gede Kawali adalah salah satu situs bersejarah yang terdapat di Kabupaten Ciamis. Situs Astana Gede merupakan daerah peninggalan
Lebih terperinciEKSISTENSI DESA ADAT DAN KELEMBAGAAN LOKAL: KASUS BALI
EKSISTENSI DESA ADAT DAN KELEMBAGAAN LOKAL: KASUS BALI Oleh : Agus Purbathin Hadi Yayasan Agribisnis/Pusat Pengembangan Masyarakat Agrikarya (PPMA) Kelembagaan Desa di Bali Bentuk Desa di Bali terutama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah pikiran yang dapat berbentuk fisik (tangible) dan non-fisik (intangible). Tinggalan fisik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu. Hal ini didukung oleh penjelasan Ghazali (2011:63) bahwa dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya, seluruh umat beragama memiliki hari suci. Makna hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu memperingati suatu kejadian yang sangat
Lebih terperinciARCA PERWUJUDAN PENDETA DI PURA CANDI AGUNG DESA LEBIH, KABUPATEN GIANYAR
ARCA PERWUJUDAN PENDETA DI PURA CANDI AGUNG DESA LEBIH, KABUPATEN GIANYAR I Gde Putu Surya Pradnyana email: putusuryapradnyana130.ps@gmail.com Program Studi Arkeologi Fakultas Sastra Dan Budaya Universitas
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP Simpulan
BAB VI PENUTUP 6.1. Simpulan Kajian tentang implementasi prinsip-prinsip university governance berlandaskan Tri Hita Karana di Universitas Mahasaraswati Denpasar menemukan: 6.1.1. Pelaksanaan Prinsip-Prinsip
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Kisaran adalah Ibu Kota dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota Kisaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yaitu animisme dan dinamisme. Setelah itu barulah masuk agama Hindu ke
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebelum datangnya Islam masyarakat Indonesia masih percaya akan kekuatan roh nenek moyang yang merupakan sebuah kepercayaan lokal yaitu animisme dan dinamisme.
Lebih terperinciINTERAKSI KEBUDAYAAN
Pengertian Akulturasi Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing
Lebih terperinciPEMANFAATAN POTENSI WARISAN BUDAYA PURA MEDUWE KARANG DI DESA KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG SEBAGAI TEMPAT TUJUAN PARIWISATA
PEMANFAATAN POTENSI WARISAN BUDAYA PURA MEDUWE KARANG DI DESA KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG SEBAGAI TEMPAT TUJUAN PARIWISATA Elfrida Rosidah Simorangkir Jurusan Arkeologi Fakultas Sastra Universitas
Lebih terperinciJURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 68
PERKAWINAN GAMYA GAMANA ANTARA MASYARAKAT TIONG HOA DENGAN MASYARAKAT BATUR DI SESA BATUR KECAMATAN KINTAMANI KABUPATEN BANGLI (Kajian Aksiologi) Oleh Ni Luh Ginanti Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bentuk-bentuk adat istiadat dan tradisi ini meliputi upacara perkawinan, upacara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Bali memiliki bentuk-bentuk kebudayaan yang cukup beraneka ragam, kebiasaan masyarakat daerah tertentu yang unik, yang kesemuanya itu memiliki daya tarik tersendiri
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN PURA AGUNG BESAKIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN PURA AGUNG BESAKIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa Kawasan Pura Agung Besakih
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Secara kronologis, sejarah Indonesia meliputi masa prasejarah, hindu-budha, masa
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara kronologis, sejarah Indonesia meliputi masa prasejarah, hindu-budha, masa pengaruh islam dan masa pengaruh eropa. Bagian yang menandai masa prasejarah, antara
Lebih terperinciBAB VIII SIMPULAN DAN SARAN. a. Upaya pemertahanan bahasa Bali dalam keluarga. Hal ini tampak dalam situasi
126 BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN 8.1 Simpulan Tulisan ini dapat disimpulkan sebagai berikut. 1). Upaya-upaya pemertahanan bahasa Bali dalam masyarakat multikultural di Kota Denpasar adalah sebagai berikut.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dunia, hal ini disebabkakan oleh kehidupan dan kebudayaan masyarakat Bali yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pulau Bali merupakan salah satu dari kepulauan Indonesia yang terkenal di dunia, hal ini disebabkakan oleh kehidupan dan kebudayaan masyarakat Bali yang
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA. A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach
BAB IV ANALISIS DATA A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach Dalam teori Joachim wach dapat diamati dalam tiga bentuk ekspressi keagamaan atau pengalaman beragama baik individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Manusia pada zaman modern ini mungkin patut berbangga atas pencapaian yang telah diraih manusia hingga sampai pada saat ini dan kemajuan dalam segala
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. suku bangsa yang secara bersama-sama mewujudkan diri sebagai
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah sebuah masyarakat yang terdiri atas masyarakatmasyarakat suku bangsa yang secara bersama-sama mewujudkan diri sebagai satu bangsa atau nasion (nation),
Lebih terperinciBERKURANGNYA PERAJIN PRETIMA DI BANJAR ANGGABAYA PENATIH, DENPASAR TIMUR, BALI. I Wayan Dirana
BERKURANGNYA PERAJIN PRETIMA DI BANJAR ANGGABAYA PENATIH, DENPASAR TIMUR, BALI I Wayan Dirana Program Studi Kriya, Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar diranawayan@yahoo.co.id
Lebih terperinciAKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan)
AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan) A. Latar Belakang Masalah Setiap agama bagi para pemeluknya merupakan
Lebih terperinciOleh Ni Putu Ayu Putri Suryantari Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar
TRADISI PERSEMBAHYANGAN TANPA MENGGUNAKAN API DI PURA KAHYANGAN ALAS KEDATON DESA PAKRAMAN KUKUH KECAMATAN MARGA KABUPATEN TABANAN (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Oleh Ni Putu Ayu Putri Suryantari
Lebih terperinciARTIKEL. Judul. Oleh NI KETUT EKA KRESNA DEWIPAYANTI
ARTIKEL Judul MASJID AL IMRON: LATAR BELAKANG PENDIRIAN DAN NILAI PENDIDIKAN SEJARAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI DESA TOYAPAKEH, NUSA PENIDA, KLUNGKUNG, BALI Oleh NI KETUT EKA KRESNA DEWIPAYANTI
Lebih terperinciPengelolaan Situs Candi Wasan Pascapemugaran dalam Upaya Meningkatkan Pariwisata Budaya Berbasis Masyarakat
Pengelolaan Situs Candi Wasan Pascapemugaran dalam Upaya Meningkatkan Pariwisata Budaya Berbasis Masyarakat Putu Ayu Surya Andari 1*, I Gusti Ngurah Tara Wiguna 2, Zuraidah 3 123 Program Studi Arkeologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan Indonesia yang beraneka ragam terdiri dari puncak-puncak kebudayaan daerah dan setiap kebudayaan daerah mempunyai ciri-ciri khas masing-masing. Walaupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan Negara yang penuh dengan keanekaragaman Suku Bangsa, Bahasa, Agama, dan Kebudayaan. Keberagaman budaya bangsa Indonesia bukan berarti untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki keanekaragaman seni, budaya dan suku bangsa. Keberagaman ini menjadi aset yang sangat penting
Lebih terperinciKEBERADAAN PURA TAMAN YEH SELEM DI DESA PANGKUNG PARUK, SERIRIT, BULELENG, BALI ( SEJARAH DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDIDIKAN KEARIFAN LOKAL
ARTIKEL Judul KEBERADAAN PURA TAMAN YEH SELEM DI DESA PANGKUNG PARUK, SERIRIT, BULELENG, BALI ( SEJARAH DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDIDIKAN KEARIFAN LOKAL ) Oleh Kadek Maharta Dharma 0914021049 JURUSAN
Lebih terperinciDavid J. Stuart Fox, penulis buku Pura Besakih; Pura, Agama,
IDG Windhu Sancaya Pura Besakih: Di antara Legenda dan Sejarah Penguasa Bali IDG Windhu Sancaya* Judul buku : Pura Besakih; Pura, Agama, dan Masyarakat Bali Penulis : David J. Stuart Fox Penerjemah: Ida
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ilmiah tentang peninggalan masa lalu manusia. Di dalam ilmu arkeologi terdapat subsub
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Rekonstruksi kehidupan masa lalu manusia merupakan pekerjaan yang tidak putus bagi akademisi dan peneliti dari disiplin arkeologi. Arkeologi melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia berbeda dengan yang ada di India, ini disebabkan oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama Hindu adalah agama yang telah menciptakan kebudayaan yang sangat kompleks di bidang astronomi, ilmu pengetahuan, filsafat dan lain-lain sehingga timbul
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Subak merupakan lembaga irigasi dan pertanian yang bercorak sosioreligius terutama bergerak dalam pengolahan air untuk produksi tanaman setahun khususnya padi berdasarkan
Lebih terperinciBAB VIII PENUTUP Kesimpulan
BAB VIII PENUTUP Bab VIII memaparkan pembahasan mengenai kesimpulan dari hasil penelitian, serta implikasi dan saran dalam ranah akademik dan praktis sesuai dengan kesimpulan hasil penelitian. Pada bagian
Lebih terperinciGEGURITAN SUMAGUNA ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI OLEH PUTU WIRA SETYABUDI NIM
GEGURITAN SUMAGUNA ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI OLEH PUTU WIRA SETYABUDI NIM 0501215003 PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA BALI JURUSAN SASTRA DAERAH FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2009 GEGURITAN
Lebih terperinciKata Kunci : bentuk, fungsi arca, dan periodisasi
ABSTRAK Kemajuan budaya dalam suatu masyarakat dapat diketahui dari tradisitradisi yang ditelusuri dari peninggalannya di masa lampau. Kesenian membuat patung atau arca memiliki akar kebudayaan yang sangat
Lebih terperinciIDENTITAS NASIONAL. Mengetahui identitas nasional dan pluralitas bangsa Indonesia RINA KURNIAWATI, SHI, MH. Modul ke: Fakultas FAKULTAS.
Modul ke: IDENTITAS NASIONAL Mengetahui identitas nasional dan pluralitas bangsa Indonesia Fakultas FAKULTAS RINA KURNIAWATI, SHI, MH Program Studi http://www.mercubuana.ac.id DEFINISI identitas nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya adalah suatu konsep yang secara formal didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya adalah suatu konsep yang secara formal didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makna, hirarki, agama, waktu, peranan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Agama ini pernah berkembang pesat dan menjadi bagian
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Agama Buddha tidak pernah bisa dilepaskan dari perkembangan sejarah bangsa Indonesia. Agama ini pernah berkembang pesat dan menjadi bagian kehidupan masyarakat Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang memiliki beragam adat dan budaya daerah yang masih terjaga kelestariannya. Bali adalah salah satu provinsi yang kental adat dan budayanya.
Lebih terperinciKARYA ILMIAH: KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: MELASTI PENCIPTA: A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn.,M.Si. Art Exhibition
KARYA ILMIAH: KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: MELASTI PENCIPTA: A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn.,M.Si Art Exhibition Indonesian Institute of the Arts Denpasar Okinawa Prefectural University of Art OPUA
Lebih terperinciIMPLEMENTASI AJARAN TRI HITA KARANA PADA SEKAA TARUNA PAGAR WAHANA DI DESA ADAT PELAGA KECAMATAN PETANG, KABUPATEN BADUNG
IMPLEMENTASI AJARAN TRI HITA KARANA PADA SEKAA TARUNA PAGAR WAHANA DI DESA ADAT PELAGA KECAMATAN PETANG, KABUPATEN BADUNG Ni Made Sri Windati Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar sriwindati95@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. [Type text]
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tari adalah suatu pertunjukan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat pendukungnya. Tari merupakan warisan budaya leluhur dari beberapa abad yang lampau. Tari
Lebih terperinciPENGELOLAAN SITUS PURA MAOSPAHIT TONJA DENPASAR DALAM UPAYA PELESTARIANNYA
PENGELOLAAN SITUS PURA MAOSPAHIT TONJA DENPASAR DALAM UPAYA PELESTARIANNYA Luh Putu Sri Sugandhini Jurusan Arkeologi Fakultas Sastra Universitas Udayana ABSTRACT Based on the fact in a pattern of religious
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki keanekaragaman di segala aspek kehidupan. Keanekaragaman tersebut terlihat dari beragamnya kebudayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pulau Jawa kaya akan peninggalan-peninggalan purbakala, di antaranya ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini tersebar di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan. generasi sebelumnya bahkan generasi yang akan datang.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan berkembang sejak ribuan tahun yang lampau, ini yang dapat di lihat dari kayakarya para leluhur bangsa
Lebih terperinciPenyusunan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar. Menunjukkan contoh-contoh ciptaan Sang Hyang Widhi (Tuhan)
Penyusunan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar Kelas 1 Kompetensi Inti KD Lama KD Baru 1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya Menunjukkan contoh-contoh ciptaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. hubungan perdagangan antara bangsa Indonesia dan India. Hubungan itu
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masuknya agama Hindu-Buddha ke Indonesia diawali melalui hubungan perdagangan antara bangsa Indonesia dan India. Hubungan itu kemudian berkembang ke berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan strukturstruktur
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan sesuatu yang turun-temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian,
Lebih terperinciSeni Pertunjukan Gambuh Kajian Makna Dan Nilai Budaya (1) Oleh: Wardizal, S.Sen., M.Si. Abstrak
Seni Pertunjukan Gambuh Kajian Makna Dan Nilai Budaya (1) Oleh: Wardizal, S.Sen., M.Si Pengantar Artikel berjudul Seni Pertunjukan Gambuh Kajian Makna dan Nilai Budaya yang ditulis oleh Wardizal, S.Sen,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada sekitar 1.340 suku bangsa di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada
Lebih terperinciMemaknai Ulun Danu dalam Kebudayaan Bali
Memaknai Ulun Danu dalam Kebudayaan Bali Oleh I Gede Mugi Raharja Dosen Prodi Desain Interior FSRD ISI Denpasar Abstrak Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-39 pada 2017 bertemakan Ulun Danu (hulu danau). Tema
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Geguritan Pura Tanah Lot (yang selanjutnya disingkat GPTL)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geguritan Pura Tanah Lot (yang selanjutnya disingkat GPTL) merupakan geguritan yang memiliki keterkaitan isi tentang perjalanan suci pengemban dharma dari Ida Dang
Lebih terperinciEKSISTENSI TRADISI ADAT NGONCANG DI DESA PEGADUNGAN, KACAMATAN SUKASADA, KABUPATEN BULELENG DITINJAU DARI SEGI NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA
EKSISTENSI TRADISI ADAT NGONCANG DI DESA PEGADUNGAN, KACAMATAN SUKASADA, KABUPATEN BULELENG DITINJAU DARI SEGI NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA ARTIKEL OLEH NI PUTU DIAH LISTIANI 0914041069 JURUSAN PENDIDIKAN
Lebih terperinciANGKLUNG TIRTHANIN TAMBLINGAN DI DESA PAKRAMAN SELAT KECAMATAN SUKASADA KABUPATEN BULELENG
SKRIPSI ANGKLUNG TIRTHANIN TAMBLINGAN DI DESA PAKRAMAN SELAT KECAMATAN SUKASADA KABUPATEN BULELENG (Kajian Bentuk, Fungsi Dan Makna) OLEH I WAYAN WIDYA DHARMAYASA NIM. 09. 1.4.4.1. 0240 E-Mail : widyadharma2261@yahoo.co.id
Lebih terperinciTRADISI NYAKAN DI RURUNG DALAM PERAYAAN HARI RAYA NYEPI DI DESA PAKRAMAN BENGKEL KECAMATAN BUSUNGBIU KABUPATEN BULELENG (Kajian Teologi Hindu)
TRADISI NYAKAN DI RURUNG DALAM PERAYAAN HARI RAYA NYEPI DI DESA PAKRAMAN BENGKEL KECAMATAN BUSUNGBIU KABUPATEN BULELENG (Kajian Teologi Hindu) OLEH: KOMANG HERI YANTI email : heryan36@yahoo.com ABSTRAK
Lebih terperinci2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut
Lebih terperinci3. Proses Sosial dalam Hubungan Antaretnik di Desa Pakraman Ubud a. Proses Sosial Disosiatif b. Proses Sosial Asosiatif...
DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PERSETUJUAN... ii LEMBAR PERNYATAAN... iii KATA PENGANTAR... iv UCAPAN TERIMAKASIH... vi ABSTRAK... xi ABSTRACT... xii DAFTAR ISI... xiii DAFTAR TABEL... xvii DAFTAR GAMBAR...
Lebih terperinci