EVALUASI PELAKSANAAN KEBIJAKAN PIO DI UNIT PIO RS. Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR SULAWESI SELATAN. RAHMAH MUSTARIN S.

Transkripsi

1 FORUM NASIONAL II : JARINGAN KEBIJAKAN KESEHATAN INDONESIA EVALUASI PELAKSANAAN KEBIJAKAN PIO DI UNIT PIO RS. Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR SULAWESI SELATAN RAHMAH MUSTARIN S.Farm, Apt, MPH Pusat Studi Farmakologi dan Klinik dan Minat Kebijakan Obat Prodi IKM Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta Makassar, Hotel Horison September 2011

2 SK Dirjen Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan Nomor : HK.01.DJ Pedoman Pelayanan Informasi Obat di Rumah Sakit Meningkatkan Mutu dan Efisiensi Pelayanan Obat di Rumah Sakit

3 Bentuk PIO qpio Berintegrasi dengan IFRS qpio (Independent) Fasilitas Kegiatan Organisasi Sumber daya manusia Penyediaan & pemberian informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat, komprehensif, terkini oleh apoteker kepada pasien, masyarakat, maupun pihak yang memerlukan di Rumah Sakit

4 Dimulai tahun 2004 Belum pernah dilakukan evaluasi untuk menilai atau mengukur tingkat keberhasilan unit PIO Dibutuhkan evaluasi secara berkala sebagai jaminan terhadap pelayanan informasi obat dan menilai fungsi serta kualitas pelayanan informasi obat yang diberikan.

5 TUJUAN PENELITIAN Mengevaluasi pelaksanaan pelayanan informasi obat di Unit PIO RS Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.

6 RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan case study. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Populasi Penelitian Rumah Sakit Umum Pemerintah (RSUP) Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar Subjek Penelitian Unit PIO dengan data pendukung Kepala IFRS RSDr. Wahidin Sudirohusodo,apoteker penanggung jawab di unit PIO dokter, apoteker, tenaga teknis kefarmasian, perawat dan pasien.

7 Apa yang akan dilihat???? Variabel Independen Variabel Dependen Kebijakan Sumber Daya Manusia dan Organisasi Sarana Prasarana dan Lokasi Anggaran Pelaksanaan Pelayanan Informasi Obat di unit PIO Kegiatan unit PIO kualitas unit PIO

8 Sejarah Unit PIO Mulai difungsikan tahun apoteker spesialis farmasi rumah sakit sebagai penanggung jawab dan 1 orang staff pada bagian administrasi dan pelaporan. Tahun berada di bawah Instalasi Farmasi dan dikoordinir di bagian Pelayanan dan Farmasi Klinik. Sejak tahun 2004 telah melakukan kegiatan di bidang pelayanan, berpartisipasi dalam bidang pendidikan dan mendukung kegiatan penelitian.

9 RSDr. Wahidin Sudirohusodo Makassar terhadap unit PIO Peningkatan kualitas pelayanan dengan strategi costumer oriented terhadap peningkatan service quality, dengan program kerja Pengendalian Mutu Klinik Pengembangan Pusat PIO Data sekunder seksi bidang pelayanan penunjang Instalasi Farmasi terhadap unit PIO Kegiatan o Sosialisasi pengembangan PIO o Penerbitan brosur dan buletin o Penggandaan referensi PIO Standar Operating Procedures (SOP) disahkan langsung oleh Direktur Utama RSDr Wahidin Sudirohusodo Makassar

10 Unit PIO Unit di bawah IFRS Dr. Wahidin Sudirohusodo sebagai bentuk pelayanan farmasi klinis, Didirikan sebagai wujud tanggungjawab rumah sakit, untuk melayani masyarakat umum, pasien dan tenaga kesehatan yang berada dilingkup rumah sakit dalam pelayanan informasi obat. Namun kegiatan tersebut tidak didukung adanya SK (Surat Keputusan) dari Direktur Rumah Sakit. SK ini penting sebagai aspek legalitas atas dasar kegiatan pelayanan informasi obat di unit PIO. Semua kebijakan dan prosedur yang ada harus tertulis dan dicantumkan tanggal dikeluarkannya peraturan tersebut. Peraturan dan prosedur yang ada harus mencerminkan standar pelayanan farmasi mutakhir yang sesuai dengan peraturan dan tujuan dari pada pelayanan farmasi itu sendiri (Depkes, 2006 b ).

11 Kepala Seksi Pelayanan Penanggung Jawab Unit PIO Kepala Seksi Pendidikan Administrasi Kepala Seksi Penelitian apoteker yang bertugas di unit PIO yaitu 1 orang apoteker spelialis farmasi rumah sakit dan dibantu oleh 1 orang staf administrasi dan pelaporan. SDM secara kuantitas tidak memenuhi persyaratan karena SDM di unit PIO RSDr. Wahidin Sudirohusodo hanya 1 orang apoteker sedangkan sesuai persyaratan yaitu 4 orang apoteker SDM secara secara kualitas telah memenuhi persyaratan, karena apoteker spesialis farmasi rumah sakit memiliki latar belakang pengetahuan tentang farmasi klinis dan memiliki kemampuan berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan.

12 SDM secara kuantitas tidak memenuhi standar, meskipun demikian, unit PIO dapat melaksanakan kegiatan di bidang pelayanan, penelitian dan pendidikan sekaligus, akan tetapi dalam proses pelaksanaan kegiatan tidak berjalan dengan maksimal, ini disebabkan adanya rangkap jabatan. Selain itu jadwal piket jaga apoteker di unit PIO tidak dapat difungsikan karena kesibukan masing-masing apoteker yang lain. Terlaksananya kegiatan PIO di unit PIO, karena adanya motivasi yang disebabkan oleh sikap profesionalisme seorang apoteker.

13

14 Keterangan NO Sarana Prasarana Ada Keterangan 1 Ruang kantor Ukuran 5x6 m 2 Ruang rapat 3 Perpustakaan 4 Meja dan kursi 5 Sistem pengarsipan 6 Rak buku dan jurnal 7 Lemari peralatan tulis kantor 8 Papan pengumuman 9 Telepon 10 Perlengkapan komputer 11 Jaringan internet dan lainnya Tahun 2006 Kelengkapan sarana prasarana sudah cukup memadai untuk melakukan kegiatan pelayanan informasi obat. 12 In house data base 13 Printer

15 Z

16 Lokasi unit PIO mempengaruhi kegiatan pelayanan yang diberikan terbukti dengan hasil kinerja yang menurun. Lokasi unit PIO yang paling strategis ketika unit PIO RSDr. Wahidin Sudirohusodo, berada di samping Poliklinik, akses terhadap informasi lebih mudah, dokter dan pasien rawat jalan banyak yang memanfaatkan jasa layanan informasi obat ini. Keuntungan bila lokasi unit PIO menyenangkan dan mudah diakses oleh masyarakat rumah sakit yaitu apoteker dapat berkomunikasi langsung oleh penanya dan akan lebih baik bila dibandingkan melalui pihak ketiga atau telepon. Komunikasi secara personal secara langsung berpotensi meningkatkan mutu pelayanan (Kurniawan dan Chabib, 2010)

17 Dana untuk biaya operasional kegiatan unit PIO dianggarkan tiap tahun namun permasalahan yang ada, dana untuk kegiatan unit PIO tiap tahunnya tergantung dari kebijakan Direksi. Bila tidak tersedia dana khusus untuk kegiatan di unit PIO maka dana IFRS akan bersifat situasional, jika dana IFRS memungkinkan maka kegiatan unit PIO akan direalisasikan. Anggaran operasional kegiatan di unit PIO hanya pada kegiatan pelayanan aktif seharusnya bila disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsi meliputi biaya kegiatan pendidikan dan penelitian Anggaran di unit PIO masih belum mencukupi untuk melakukan kegiatan dengan maksimal, anggaran atau biaya tidak hanya pada proses kegiatan, akan tetapi diperlukan juga untuk menjamin kelangsungan sumberdaya yang ada di unit PIO ( SHPA, 1998)

18 No Publikasi Jumlah Keterangan 1 Pembuatan buletin farmasi 55 edisi Edisi 01.Tahun ke I/ Juli 2004 hingga edisi 55 Tahun ke V /Januari Brosur Informasi untuk pasien 70 jenis Mei Maret 2011 tiap bulan 3 Jurnal atau artikel penelitian 4 Bentuk publikasi lain yang menunjang penggunaan obat rasional di rumah sakit 1 Pada tahun 2006 artikel penelitian tentang profil penggunaan antibiotik di RSDr. Wahidn Sudirohusodo Makassar 3 tahun berturut-turut dimulai tahun Materi tentang Standar Profilaksis Kamar Bedah tiap tahun Kegiatan PIO Aktif

19 Total 126 Pertanyaan

20 Lisan Lisan Tulisan Via Telepon Tenaga Teknis Kefarmasian Dokter spesialis Residen Apoteker Tenaga Teknis Kefarmasian Perawat Pasien Dan lainnya Dosis Non Akut Permasalahan klinikal akut Permasalahan klinikal non akut Pendidikan atau kuliah Indikasi obat Komposisi obat Stabilitas Kontra indikasi Dosis obat Mekanisme kerja obat Efek samping obat Interaksi obat Cara pencampuran obat suntik Dan lainnya Lisan Dalam 24 jam Lisan Tulisan Via telepon Segera Dalam 24 jam >24 jam Tersier Prosentase Kategorisasi Pertanyaan Informasi Obat secara Pasif di Unit PIO RSDr. Wahidin Sudirohusodo Makassar tahun 2009 Pustaka tersier Pustaka sekunder Pustaka primer

21 Pendidikan Pada kegiatan pendidikan, unit PIO bersama Diklat Farmasi membimbing mahasiswa PKPA di bidang farmasi klinik yaitu diskusi kasus. Hasil DRPs yang ditemukan di bangsal akan dibahas dan informasi berbentuk rekomendasi kepada dokter. Depkes (2004) menyatakan bahwa pelayanan informasi obat dalam melaksanakan fungsi pendidikan yaitu mengajar dan membimbing mahasiswa, memberi pendidikan berkelanjutan pada tenaga kesehatan dalam hal informasi obat, mengkoordinasikan program pendidikan berkelanjutan di bidang informasi obat dan membuat atau menyampaikan makalah dalam seminar

22 Penelitian Pada kegiatan penelitian unit PIO mendukung kegiatan farmasi pelayanan farmasi klinik dengan melakukan pengkajian penggunaan obat, pada pasien rawat inap dan rawat jalan, pernah melakukan penelitian profil penggunaan antibiotik RSDr. Wahidin Sudirohusodo Makassar pada tahun 2006, publikasi lain dalam mendukung penggunaan obat rasional lainnya, yaitu materi tentang Standar Penggunaan Antibiotik Profilaksis Bedah tiap tahun serta pengkajian program jaminan mutu, berupa Kartu Instruksi Obat (KIO) yang bertujuan untuk meminimalkan medication error tiap bulan. Depkes (2004) menyatakan ruang lingkup kegiatan penelitian yaitu melakukan penelitian evaluasi penggunaan obat, melakukan penelitian penggunaan obat baru, melakukan penelitian lain yang berkaitan dengan penggunaan obat baik secara mandiri maupun bekerjasama dengan pihak lain dan melakukan kegiatan program penjaminan mutu.

23 Kualitas Informasi unit PIO Kualitas Kinerja

24 Kepuasan Pasien

25 Kegiatan pelayanan belum efektif, untuk kegiatan pendidikan sudah efektif, dan untuk kegiatan penelitian belum sepenuhnya efektif. Efektifitas unit PIO Hasil analisis kinerja unit PIO. Kinerja unit PIO belum sepenuhnya efektif karena masih adanya masalah pada sistem dokumentasi dan ketepatan waktu menjawab. Hasil umpan balik penerima informasi yaitu pemanfaatan jasa pelayanan informasi obat di unit PIO dengan frekuensi terkadang, ini membuktikan bahwa pemanfaatan jasa unit PIO belum efektif. Berdasarkan hasil survei kepuasan pasien dapat dikatakan bahwa informasi obat yang diberikan kepada pasien belum sepenuhnya efektif. Hanya 54 % merasa puas dan untuk pelayanan petugas informasi obat yaitu 57 % merasa puas.

26 Kesimpulan Unit PIO merupakan unit di bawah IFRS Dr. Wahidin Sudirohusodo sebagai bentuk pelayanan farmasi klinis. Kegiatan tersebut tidak didukung adanya SK (Surat Keputusan) Direktur Rumah Sakit, SK ini penting sebagai aspek legalitas atas dasar kegiatan pelayanan informasi obat di unit PIO. Berdasarkan standar acuan Pedoman Pelayanan Informasi Obat di Rumah Sakit secara kualitas apoteker di unit PIO Dr RSDr. Wahidin Sudirohusodo Makassar telah memenuhi persyaratan yaitu kualifikasi untuk SDM yang memberikan pelayanan informasi obat memiliki pengetahuan farmasi klinis, dan mampu berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan. Jumlah apoteker yang dipersyaratkan untuk melaksanakan kegiatan PIO sebanyak 4 orang sedangkan apoteker di unit PIO Dr RSDr. Wahidin Sudirohusodo Makassar hanya 1 orang. Kelengkapan sarana dan prasarana terhadap pelaksanaan pelayanan Informasi obat di unit PIO RSDr. Wahidin Sudirohusodo Makassar cukup memadai untuk melakukan kegiatan pelayanan informasi obat, dan sudah sesuai dengan acuan standar Pedoman Pelayanan Informasi Obat di Rumah Sakit.

27 Anggaran terhadap pelaksanaan pelayanan informasi obat di unit PIO RSDr. Wahidin Sudirohusodo Makassar dianggarkan setiap tahunnya akan tetapi belum sepenuhnya terealisasi tiap tahunnya. Unit PIO RSDr. Wahidin Sudirohusodo Makassar telah melakukan kegiatan di ruang lingkup pelayanan, pendidikan dan penelitian, sudah sesuai dengan Pedoman Pelayanan Informasi Obat di Rumah Sakit. Hasil kualitas informasi obat di unit PIO berdasarkan analisis kinerja, dan umpan balik penerima informasi bahwa unit PIO perlu meningkatkan kinerja atas pelayanan informasi obat yang diberikan kepada masyarakat rumah sakit dan pasien. Hasil kuesioner menunjukkan bahwa pasien sudah puas terhadap pelayanan informasi obat di RSDr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Efektiktivitas pelayanan informasi obat di unit PIO terhadap sasaran informasi obat yaitu pada masyarakat rumah sakit baik secara ekstern maupun intern belum sepenuhnya efektif.

28 Saran Perlu kebijakan tertulis secara lokal dari pimpinan rumah sakit berupa penerbitan SK Direktur Rumah Sakit sebagai aspek legalitas atas dasar kegiatan pelayanan informasi obat di unit PIO. Untuk melaksanakan PIO dan unit PIO, diperlukan Apoteker farmasi klinis secara kualitas dan kuantitas, agar dapat memberikan pelayanan informasi obat sebaik mungkin. Sarana prasarana dilengkapi, dan lokasi unit PIO, diberikan ruangan yang memadai dan strategis, serta stablised tidak dipindah-pindahkan agar unit PIO dapat melakukan kegiatan dengan maksimal. Anggaran untuk unit PIO diupayakan menjadi skala prioritas dan dapat terealisasi setiap tahunnya. Advokasi dan sosialisasi unit PIO harus selalu dilakukan terutama untuk Tim Pelayanan Kesehatan di rumah sakit.

29