ANALISIS JATI DIRI KLENTENG PASCA KEBANGKITAN KONFUSIANISME SEBAGAI SEBUAH AGAMA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS JATI DIRI KLENTENG PASCA KEBANGKITAN KONFUSIANISME SEBAGAI SEBUAH AGAMA"

Transkripsi

1 ANALISIS JATI DIRI KLENTENG PASCA KEBANGKITAN KONFUSIANISME SEBAGAI SEBUAH AGAMA Junianti, Theresia Liawanta, Sugiato Lim Binus University, Jl Kemanggisan Ilir III/45, Palmerah, Jakarta Barat, ABSTRACT Since long ago, it has been known that the temple is the place to worship Confucianism. But along the way and due to the government sector, the temple changed its name to a monastery and a new place to worship Confucianism is emerged, called Li Tang. The research is aimed to determine the identity of a temple now after the legitimation of Li Tang as the place to worship Confucianism. The method used is the qualitative research methods with the help of literature studies and interviews. Analysis is performed by studying the books that is related to Confucianism, temples and Li Tang, also interviewing experts and people from the temples and the Li Tang. The achieved results will be summarized and combined to answer the identification problem. It can be concluded that the temple has changed its name to the monastery which is under the juridiction of the Tridharma Foundation and is wide open for the general public who wishes to pray there without any attachments. Keywords: Confucianism, Identity, Temple, Li Tang ABSTRAK Sejak dahulu kala sudah diketahui bahwa klenteng merupakan tempat ibadah agama Khonghucu. Tetapi seiring berjalannya waktu dan dikarenakan sektor pemerintahan, maka klenteng berubah nama menjadi vihara dan muncul tempat ibadah agama Khonghucu yang baru yang disebut Li Tang. Penelitian bertujuan untuk mengetahui jati diri klenteng sekarang setelah disahkannya Li Tang sebagai tempat ibadah sah agama Khonghucu. Metode penelitian menggunakan metode kualitatif dengan bantuan studi pustaka dan wawancara. Analisis dilakukan dengan mempelajari buku buku yang berhubungan dengan agama Khonghucu, klenteng dan Li Tang serta mewawancarai para pakar dan umat dari pihak klenteng dan Li Tang. Hasil yang dicapai akan dirangkum dan digabungkan untuk menjawab identifikasi masalah. Dapat disimpulkan bahwa klenteng saat ini sudah berubah nama menjadi vihara yang berada di bawah naungan Yayasan Tridharma dan terbuka luas bagi masyarakat umum yang ingin bersembahyang disana tanpa adanya keterikatan. Kata kunci: Konfusianisme, Jati diri, Klenteng, Li Tang 1

2 2 Pendahuluan Khonghucu berasal dari kosa kata mandarin 孔夫子 (Kong Fu Zi ), berarti guru Kong. Lazimnya hanya disebut Fu Zi ( 夫子 ) atau guru. Istilah tersebut kemudian dibawa oleh orang Tionghoa yang merantau ke Indonesia, dan kebetulan yang merantau saat itu banyak datang dari provinsi Fu Jian (hokkian) Tiongkok. Maka dengan dialeg hokkian itulah sebagai awal mula munculnya sebutan Khonghucu. Agama Khonghucu adalah agama yang dalam istilah aslinya disebut Ru Jiao, yang artinya agama bagi orang orang yang lembut hati, yang terpelajar, dan terbimbing dalam pengetahuan suci. Oleh karena peranan besar Nabi Kong Zi dalam menyempurnakan ajaran agama ini, maka kemudian orang lebih mengenalnya dengan sebutan agama Khonghucu. Agama Khonghucu pada kenyataannya bukan hanya dianut oleh orang orang dari daratan Tiongkok saja, melainkan dianut juga oleh bangsa bangsa seperti Jepang, Vietnam, Korea, Singapura, Malaysia termasuk Indonesia. Secara universal budaya Khonghucu sudah merupakan milik dunia. Keberadaan umat beragama Khonghucu di nusantara ini sudah ada sejak berabad abad yang lalu, bersamaan dengan kedatangan para pedagang Tionghoa dan imigran. Diperkirakan sejak saat itu juga kebiasaan bersembahyang di klenteng atau kelenteng pun sudah dibawa oleh para perantau Tionghoa yang menyebut diri mereka sebagai pemeluk agama Khonghucu. Keberadaan agama Khonghucu diperkirakan dimulai pada pertengahan abad ke 17. Pada masa orde lama, keberadaan agama Khonghucu diakui sebagai salah satu agama di Indonesia, seperti Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Buddha. Memasuki masa orde baru, agama Khonghucu dilarang oleh pemerintah, sehingga aktivitas keagamaan umat Khonghucu menjadi terhambat. Sebagai akibat dilarangnya agama Khonghucu, banyak penganut agama Khonghucu yang berpindah agama. Mayoritas menjadi pemeluk agama Kristen atau Buddha. Demikian juga dengan tempat ibadahnya yaitu klenteng yang merupakan tempat ibadah agama Khonghucu juga terpaksa mengubah nama dan menaungkan diri menjadi Vihara Tridharma (Khonghucu, Taoisme, Buddhisme) yang merupakan tempat ibadah penganut Tridharma. Seiring dengan bergulirnya arus reformasi pada tahun 1998, pengakuan terhadap hak asasi manusia di Indonesia dan pandangan serta perlakuan terhadap agama Khonghucu mulai berubah. Umat agama Khonghucu kembali mendapatkan hak kebebasan beragamanya. Sejak saat itu agama Khonghucu bebas untuk dianut oleh Warga Negara Indonesia. Dari sinilah Li Tang (dibawah naungan MATAKIN) kembali muncul sebagai tempat ibadah agama Khonghucu. Sebagaimana yang telah kita ketahui, dulu klenteng merupakan tempat ibadah agama Khonghucu, tetapi setelah disahkannya Li Tang sebagai tempat ibadah agama Khonghucu, maka tempat ibadahnya terbagi menjadi 2 sistem manajemen peribadatan yang berdiri sendiri yaitu Li Tang (dibawah naungan MATAKIN) dan klenteng (dibawah naungan Tridharma). Bagaimanakah jati diri klenteng itu sekarang.? Dari fenomena yang telah penulis jabarkan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis Jati Diri Klenteng Pasca Kebangkitan Konfusianisme Sebagai Sebuah Agama. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Untuk mendapatkan hasil penelitian yang bermutu dan akurat, maka penulis melakukan wawancara kepada (Alm.) Bapak Tjandra, Bapak Vekky Mongkareng dan Ibu Liliany Lontoh dari pihak MATAKIN, Pengurus Klenteng Toa Se Bio Bapak Hartanto Widjaja serta pengurus klenteng dan umat yang tidak ingin disebutkan namanya. Kemudian hasil wawancara dan studi pustaka digabung guna mendapatkan hasil penelitian. Studi pustaka yang akan penulis lakukan adalah dengan mempelajari buku, artikel, jurnal dan hasil-hasil penelitian yang berhubungan dengan topik penelitian penulis. Untuk mendapatkan data pertama kali, penulis telah melakukan wawancara dengan (Alm.) Bapak Tjandra dari MATAKIN yang kemudian hasilnya direkam. Penulis akan menganalisa hasil wawancara yang telah direkam dan melakukan penggabungan data. Setelah penggabungan data selesai dilakukan, penulis akan menjawab identifikasi masalah.

3 3 Hasil dan Bahasan Pada masa orde lama ( ), keberadaan agama Khonghucu berkembang dengan baik. Tetapi memasuki masa orde baru ( ), lebih tepatnya pada saat pemerintahan Soeharto, dikarenakan alasan politik, maka semua yang berkaitan dengan Tionghoa dilarang berkembang di Indonesia. Sejak saat ini agama Khonghucu dilarang dianut oleh masyarakat sehingga umat Khonghucu harus memeluk salah satu dari lima agama lain yang diakui pemerintah (Islam, Kristen, Katolik, Hindu dan Buddha). Memasuki masa reformasi, budaya Tionghoa diperbolehkan lagi berkembang termasuk agama Khonghucu kembali mendapatkan hak kebebasan beragamanya. Agama Khonghucu di Indonesia tidak hanya mengajarkan kepada penganutnya untuk berbakti kepada Tian, orang tua, orang yang lebih tua, para pemimpin, tapi juga mengajarkan tata cara melakukan ibadah kepada Tian, Nabi, orang-orang suci, leluhur dan lain-lain. Di Indonesia umat Khonghucu tersebar menjadi dua kelompok yaitu (1) umat yang melaksanakan ibadah di klenteng (Khonghucu tradisional) dan (2) umat Khonghucu yang melaksanakan ibadah di Li Tang (dibawah naungan MATAKIN atau Khonghucu Tulen). Kelompok pertama adalah umat tradisional yang melaksanakan tradisi sesuai dengan yang diwariskan oleh nenek moyangnya. Kelompok kedua adalah umat beragama Khonghucu yang bersembayang menggunakan tata cara beribadah agama Khonghucu yang telah dibuat oleh MATAKIN. Junaidy Sugianto dalam bukunya yang berjudul Nabi Khung Ce lebih spesifik mengatakan bahwa, Di Indonesia, mereka yang disebut umat Khonghucu tradisioanl adalah mereka yang tidak mau bergabung dibawah MATAKIN (Majelis Tinggi Agama Khonghucu). Mereka tidak peduli dengan MATAKIN yang membawahi MAKIN (Majelis Agama Khonghucu Indonesia) kota atau kabupaten di seluruh Indonesia. (Sugianto, J.,2014 : 53 54) Bisa dikatakan sejarahlah yang menjadi faktor utama yang menyebabkan terjadi perpecahan di dalam agama Khonghucu. Apabila di Indonesia, lebih tepatnya di dalam KTP tidak ada kolom agama mungkin hal seperti ini tidak akan terjadi. Karena kolom agama itulah yang menjadi salah satu alasan mengapa di Indonesia timbul banyak sekali agama agama dan kita harus memilih salah satu agama tersebut. Agama agama yang ingin diakui sah atau tidaknya di Indonesia harus memiliki organisasi keagamaannya dan tempat ibadahnya. Seperti salah satunya Khonghucu, di negara negara lain Khonghucu hanya merupakan ajaran atau filsafat dan kita bisa menyebutnya sebagai way of life. Tetapi di Indonesia hal tersebut tidak bisa dilakukan dikarenakan kita harus mengisi kolom agama di KTP sehingga harus memilih salah satu agama yang diakui di Indonesia. Menurut pandangan dari Ketua MAKIN Jakarta Barat Bapak Peter Lesmana, beliau mengatakan bahwa, Pada hakikatnya klenteng dan Li Tang merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, dimana klenteng merupakan tempat untuk beribadah dan Li Tang adalah tempat untuk pendalaman iman. Namun secara teknis di lapangan kenyataannya tidak seperti itu.klenteng dan Li Tang itu sekarang berbeda. Klenteng berada dibawah naungan Tridharma dan Li Tang berada dibawah naungan MATAKIN. Hal inilah yang membuat rancu sehingga terjadilah perpecahan antar umat Khonghucu yang membuat mereka bingung harus sembahyang kemana. 1. Faktor yang membuat umat menganut teguh agama Khonghucu tetap bersembayang di klenteng dan yang beralih dari klenteng ke Li Tang Budaya Tionghoa merupakan budaya yang paling tua dan kompleks di dunia. Di Indonesia, warga negara keturunan Tionghoa, dapat ditemui hampir di semua kota di Indonesia. Karena orang Tionghoa sudah banyak tersebar di Indonesia, maka tidak heran kebudayaan Tionghoa banyak dikenal luas. Terlebih lagi, banyak klenteng yang dibangun di berbagai kota yang membuat semua lapisan masyarakat lama kelamaan mulai mengerti ritual dan budaya Tionghoa. Hal ini sesuai dengan teori yaitu teori stabilitas adat istiadat yang berbunyi kestabilan budaya terbentuk dari faktor pemeritahan, faktor ekonomi, faktor sosial dan budaya. Asalkan faktor ekonomi dan sosial tidak mengalami perubahan yang besar maka kestabilitasan budaya pun tetap bisa di pertahankan. Khonghucu di Indonesia pada awal perkembangannya, ajaran-ajarannya dipraktekkan terbatas seperti dalam lingkungan keluarga - keluarga keturunan Tionghoa. Ajaran Khonghucu ini diterapkan secara lisan turun - temurun dan akhirnya menjadi tradisi yang melekat pada masyarakat Tionghoa. Oleh karena itu dimungkinkan penerapan ajaran Khonghucu antara yang satu dengan lainnya belum mencerminkan adanya keseragaman dalam melakukan berbagai tata cara keagamaan dan ritual. Ketidakseragaman disebabkan karena orang Tionghoa memiliki berbagai sub suku yang memiliki berbagai tata cara upacara dan berbagai macam adat tradisi.

4 4 Mereka melakukan berbagai tata cara keagamaan dengan ritual menurut apa yang telah dilakukan secara turun temurun oleh para nenek moyang mereka. Perkembangan selanjutnya, ajaran Khonghucu didukung oleh kehidupan berorganisasi kemasyarakatan dan keagamaan dengan maksud agar teratur dan lebih baik sesuai dengan tuntutan zaman tanpa mengurangi inti dan nilai penghayatan spiritual atau justru dalam rangka untuk meningkatkannya dalam berbagai aspek kehidupan umat manusia. Dari penelitian ini, penulis menemukan 2 kelompok yang walaupun sama sama menganut agama Khonghucu, tetapi berbeda tempat ibadahnya. Yang pertama adalah umat yang menganut teguh agama Khonghucu dan tetap bersembahyang di klenteng, yang kedua umat agama Khonghucu yang beralih dari klenteng ke Li Tang. Hal ini tidak terjadi begitu saja melainkan dilandasi atau dipelopori oleh beberapa faktor. Bagi umat yang menganut teguh agama Khonghucu dan tetap bersembahyang di klenteng, mereka melakukan hal ini dikarenakan tradisi yang telah diajarkan secara turun - temurun, merasa lebih spiritual jika bersembahyang menggunakan dupa (hio), lebih menghormati leluhur, lebih fleksibel, lebih nyaman dan lebih mengikuti kemauan hati masing masing. Bagi umat yang menganut agama Khonghucu dan telah beralih dari klenteng ke Li Tang, mereka yakin dengan bersembahyang di Li Tang lebih menemukan inti ajaran dari agama Khonghucu yang tidak dapat ditemukan di klenteng, lebih bisa mendalami iman, dan ajakan teman atau keluarga yang mendominasi perpindahan ini. 2. Yang mempelopori peralihan umat agama Khonghucu dari klenteng ke Li Tang Agama Khonghucu sudah dikenal di Indonesia sebelum abad ke-19, tetapi belum berupa agama yang terorganisasi. Pada tahun 1918 didirikanlah Khong Kauw Hwee di Solo. Lalu pada tahun 1923 berbagai organisasi dengan ciri Konfusian berkumpul di Yogyakarta untuk mengadakan kongres yang mengeluarkan hasil berdirinya Organisasi Umum Khong Kauw Hwee dengan markas besar di Bandung. Peristiwa ini dapat dianggap sebagai asal muasal agama Khonghucu di Indonesia, dan di masa itu juga konsep Tian (langit) sebagai Allah dari agama Tionghoa dan Khonghucu (Konfusius) sebagai nabi ditetapkan untuk pertama kali. Pada bulan Agustus 1967 Khong Kauw Hwee mengadakan kongres keenam di Solo. Kongres ini dihadiri oleh pejabat pejabat pemerintah dan banyak pejabat negara, termasuk militer yang menghadiri kongres dan mendukung agama Khonghucu. Kongres yang keenam ini mempunyai makna penting karena pada saat itulah nama dari perkumpulan Khong Kauw Hwee diubah menjadi Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN). Dan pada saat itu juga kongres menyusun peraturan rinci mengenai agama Khonghucu termasuk upacara dan struktur organisasinya.sejak saat inilah agama Khonghucu menjadi agama Indonesia yang sejati. MATAKIN tetap menggunakan konsep Tian dan Nabi Kong zi. Empat Kitab dan Lima Klasika ( 四书五经 ) juga tetap menjadi Kitab Suci agama Khonghucu. Meskipun demikian setelah 1967 ajarannya menjadi semakin sistematis dan begitu pula dengan penyebarannya yang semakin intensif. Sejak kongres tahun1967, agama Khonghucu juga semakin terinstitusionalkan. Organisasinya disusun mirip agama Kristen dan Islam. Ada rumah ibadat yang disebut Li Tang bukan klenteng. Sering juga disebut Kong Miao atau Bun Bio yang berarti Kuil Konfusius. Didalamnya dipajang patung atau gambar dari Kong zi, tidak jarang keduanya dapat ditemukan disana. Kuil itu diselenggarakan oleh imam imam Konfusian yang terdiri dari tiga tingkatan : Haksu, Bunsu, dan Kauwseng. Rumah Ibadat agama Khonghucu beroperasi seperti gereja Kristen. Pembinaan umat agama Khonghucu dilaksanakan oleh Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN) di tingkat pusat, Majelis Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN) di tingkat kabupaten dan kotamadya, dan Kebaktian Khonghucu Indonesia (KAKIN). Menurut pandangan dari Ketua MATAKIN Provinsi DKI Ibu Liem Liliany Lontoh, beliau mengatakan bahwa, Khonghucu tradisional itu pergi sembahyang ke klenteng hanya tahu sembayang penyembahan dupa (hio) saja lalu pulang, tidak ada pembinaan iman, tidak ada panutan dan tidak ada ajaran. Berbeda dengan Khonghucu tulen atau yang berada dibawah naungan MATAKIN itu ada bimbingan, ada kitabnya yaitu Empat Kitab dan Lima Klasika ( 四书五经 ) dan ada panutannya yaitu Nabi Kong zi. Seperti yang telah diketahui, MATAKIN lah yang menyusun peraturan tata cara upacara peribadatan, struktur organisasi agama Khonghucu di Indonesia, dan mendirikan tempat peribadatan sendiri yang diberi nama Li Tang. Sejak berdirinya Li Tang, pengurus pengurus atau MAKIN MAKIN mulai gencar menyebarluaskan ajaran agama Khonghucu dengan cara mengunjungi sekolah sekolah dan menawarkan untuk memberikan pendalaman iman serta mengajak mereka untuk datang bersembahyang di Li Tang. Selain itu MAKIN MAKIN juga memberikan buku saku yang berisi

5 tentang ajaran Khonghucu dan secara tidak langsung mengenalkan Li Tang kepada masyarakat luas 5

6 5 agar tertarik dan mau untuk bersembahyang disana. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa MATAKIN lah yang mempelopori peralihan umat agama Khonghucu dari klenteng ke Li Tang. 3. Jati diri klenteng saat ini Banyak orang Tionghoa yang memeluk agama Khonghucu sebenarnya tidaklah murni pengikut Khonghucu. Mereka adalah pengikut Tridharma, perpaduan agama Khonghucu, Tao dan Buddha. Tempat ibadah orang orang Tionghoa ini memiliki semua karakteristik yang dimiliki oleh tiga agama ini. Di Indonesia tempat ibadat itu disebut kelenteng. Menurut Sabar Sukarno dalam hasil penelitian yang berjudul Dampak Perkembangan Agama Khonghucu Pasca Reformasi : Studi kasus pindah agama umat Buddha di Tangerang lebih spesifik mengatakan bahwa, Miao adalah tempat penghormatan pada leluhur (rumah abu). Dulu masingmasing marga membuat Ci untuk menghormati para leluhur mereka sebagai rumah abu. Dari perjalanan waktu maka timbullah penghormatan pada para dewa/dewi yang kemudian dibuatkan ruangan khusus untuk para dewa/dewi yang sekarang ini dikenal sebagai Miao yang dapat dihormati oleh berbagai macam marga dan suku. Saat ini di dalam Miao masih juga bisa ditemukan ruang yang dikhususkan untuk abu leluhur yang masih tetap dihormati oleh para sanak keluarga/marga/klan masing-masing. Ada pula di dalam Miao disediakan tempat untuk mempelajari ajaran-ajaran atau agama leluhur seperti ajaran-ajaran Khonghucu, Lao Tze dan bahkan ada pula yang mempelajari ajaran Buddha. (Sukarno, S.,2014 :22) Di zaman orde baru, pemerintahan Soeharto melarang segala bentuk aktivitas berbau kebudayaan dan tradisi Tionghoa di Indonesia. Hal ini menyebabkan banyak pemeluk kepercayaan tradisional Tionghoa menjadi tidak berstatus sebagai pemeluk salah satu dari 6 agama yang diakui pada masa pemerintahan orde lama seperti yang telah diatur dalam Penetapan Presiden Nomor 1.Pn. Ps. Tahun 1965 yang mengakui enam agama (Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha dan Khonghucu). Diskriminasi umat Khonghucu mulai dirasakan dengan diterbitkannya Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967 Tentang Agama, Kepercayaan, dan Adat Istiadat Tionghoa. Hal ini menyebabkan banyak pemeluk agama Khonghucu menjadi tidak berstatus sebagai pemeluk salah satu dari 6 agama yang diakui. Untuk menghindari permasalahan politis (dituduh sebagai atheis dan komunis), pemeluk kepercayaan tradisional Tionghoa kemudia di haruskan untuk memeluk salah satu agama dari 5 agama yang diakui (Islam, Buddha, Katolik, Kristen, dan Hindu) mayoritas menjadi pemeluk agama Kristen atau Buddha. Saat rezim Presiden Soeharto berkuasa, G30S/PKI dijadikan alasan untuk menutup dan mengekang semua kegiatan yang berbau China (Tionghoa). Alhasil, semua Klenteng yang ada pada masa itu terancam ditutup secara paksa. Banyak Klenteng yang kemudian dipaksa untuk merubah namanya menjadi Vihara, hal ini sesuai dengan teori variabilitas adat istiadat yang berbunyi budaya tidak henti hentinya melakukan penyesuaian dengan lingkungan dan melakukan perubahan. Pada waktu itu, munculah sosok Kwee Tek Hoay yang mendirikan Sam Kauw Hwee (Tridharma) yang terdiri dari Taoisme, Khonghucu dan Buddha dan Ong Kie Tjay membentuk tempat ibadah Tridharma yang membantu mempertahankan aset - aset budaya Tionghoa (klenteng) tidak ditutup oleh pemerintah. Otomatis klenteng harus menyelamatkan diri dengan bernaung dibawah majelis Buddha. Banyak klenteng yang kemudian mengadopsi nama Sansekerta atau Pali dan mencatatkan surat izin dalam naungan agama Buddha demi kelangsungan peribadatan dan kepemilikan karena kalau tidak akibatnya fatal, yaitu klenteng yang menolak akan dibongkar secara paksa oleh pemerintah. Sebagai wujud bahwa sebuah klenteng telah berubah menjadi vihara, maka dimasukkanlah ornamen - ornamen agama Buddha ke dalam klenteng. Meski begitu peran Tridharma tidak dapat dianggap sebelah mata, karena paling tidak dapat menyelamatkan ribuan aset Klenteng yang ada di tanah air ini. Sejak saat itu umat awam sulit membedakan klenteng dengan vihara. Dari fenomena diatas, kita sudah mulai bisa melihat adanya perubahan yang terjadi. Walaupun tradisi penggunaan hio dalam pemujaan dewa dewi / leluhur tetap dilestarikan, namun tata cara dan tempat ibadahnya mengalami perubahan. Hal ini dikarenakan adanya perubahan ideologi pemerintahan dan ekonomi sosial yang berdampak pada pergeseran budaya di masyarakat. Sabar Sukarno dalam hasil penelitian yang berjudul Dampak Perkembangan Agama Khonghucu Pasca Reformasi : Studi kasus pindah agama umat Buddha di Tangerang lebih spesifik mengatakan bahwa, Bahkan salah satu pembina umat Khonghucu dalam forum FKUB (Forum Komunikasi Umat Beragama) pernah menyatakan bahwa semua warga keturunan Tionghoa seharusnya beragama Khonghucu. Kemudian ia mempertanyakan fungsi kelenteng, seharusnya klenteng adalah tempat ibadah umat Khonghucu. (Sukarno, S.,2014 : 2) Setelah rezim orde baru berakhir, akhirnya pada masa reformasi Presiden K.H. Abdurrahman Wahid mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 6 Tahun 2000 tentang Pencabutan Instruksi

7 6 Presiden Nomor 14 Tahun 1967 Tentang Agama, Kepercayaan, dan Adat Istiadat Tionghoa. Dengan adanya Keppres ini, umat Khonghucu dapat menjalankan segala sesuatu yang berkaitan dengan agamanya tanpa rasa takut lagi. Keputusan ini berlaku sejak 17 Januari Tahun Penganut agama Khonghucu mulai mendapatkan kembali pengakuan atas identitas mereka. Sejak saat inilah banyak vihara yang kemudian mengganti nama kembali ke nama semula yang berbau Tionghoa dan lebih berani menyatakan diri sebagai klenteng daripada vihara atau menamakan diri sebagai Tempat Ibadah Tridharma (TITD). Sabar Sukarno dalam hasil penelitian yang berjudul Dampak Perkembangan Agama Khonghucu Pasca Reformasi : Studi kasus pindah agama umat Buddha di Tangerang lebih spesifik mengatakan bahwa, Permasalahan sengketa tempat ibadah juga terjadi di beberapa tempat. Kelenteng adalah tempat ibadah warga Tionghoa dengan dasar tiga ajaran yaitu Buddhisme, Khonghucu dan Taoisme. Kelenteng diinginkan oleh pembina agama Khonghucu untuk masuk ke dalam binaannya. Hal ini belum tentu disetujui oleh pemilik kelenteng karena pemilik kelenteng tidak selalu menganut agama Khonghucu. Permasalahan penggunaan kelenteng juga terjadi di Pekalongan dimana terjadi sengketa antara umat Khonghucu dengan pengguna kelenteng yang masih dalam binaan Tempat Ibadah Tridharma (TITD). (Sukarno, S., 2014 : 3) Klenteng adalah tempat ibadah umat beragama Buddha, Khonghucu, dan Taoisme. Klenteng sekarang berada dibawah naungan Yayasan Tridharma, oleh sebab itu secara tidak langsung bisa dikatakan bahwa klenteng adalah milik Yayasan Tridharma. Pihak Khonghucu (MATAKIN) mengklaim bahwa seharusnya klenteng adalah milik agama Khonghucu. Hal ini dikarenakan di dalam klenteng terdapat ruangan yang disebut Li Tang, dan umat Khonghucu mengadakan peribadahannya di ruangan itu. Oleh sebab itu pihak Khonghucu sangat berharap agar klenteng dapat dikembalikan kepada pihak Khonghucu. Sabar Sukarno dalam hasil penelitian yang berjudul Dampak Perkembangan Agama Khonghucu Pasca Reformasi : Studi kasus pindah agama umat Buddha di Tangerang lebih spesifik mengatakan bahwa, Dari kepentingan yang berbeda tersebut maka terjadi sengketa dalam kepemilikan kelenteng. Hal ini disebabkan karena umat yang beribadah di kelenteng di antaranya adalah penganut Khonghucu, tetapi pemilik kelenteng belum tentu penganut Khonghucu. Ketika kelenteng akan dijadikan sebagai tempat ibadah Khonghucu maka ditolak oleh pemilik kelenteng. Sehingga yang terjadi adalah perebutan aset kelenteng bukan perebutan umat. (Sukarno. S., 2014 : 36) Dengan demikian dapat diketahui bahwa sekarang klenteng sudah menjadi vihara yang berada dibawah naungan Tridharma dan menjadi satu wadah tempat peribadatan 3 agama yaitu Khonghucu, Buddha dan Taoisme. Klenteng tetap menjadi tempat ibadah agama Khonghucu dan kepercayaan tradisional Tionghoa tanpa ada ikatan apapun. Selain itu klenteng sudah membuka diri untuk kalangan lain dan terbuka luas untuk masyarakat umum yang ingin bersembahyang disana terlepas dari agama, ras, suku dan budaya. Simpulan dan Saran Tradisi lah yang menjadi faktor utama alasan umat yang menganut teguh agama Khonghucu tetap bersembahyang di klenteng. Pendalaman iman dan mengerti inti ajaran Khonghucu lah yang menjadi faktor utama alasan umat yang menganut agama Khonghucu berpindah dari klenteng ke Li Tang, MATAKIN lah yang menjadi pelopor peralihan umat klenteng ke Li Tang, dan MATAKIN juga yang menyusun peraturan rinci mengenai agama Khonghucu termasuk upacara dan struktur organisasinya dan Jati diri klenteng itu sendiri sekarang telah menjadi Vihara Tridharma (Khonghucu, Taoisme, Buddhisme) di bawah naungan Yayasan Tridharma. Klenteng tetap menjadi tempat ibadah agama Khonghucu dan kepercayaan tradisional Tionghoa tanpa ada ikatan apapun. Selain itu klenteng sudah membuka diri untuk kalangan lain dan terbuka luas untuk masyarakat umum yang ingin bersembahyang disana terlepas dari agama, ras, suku dan budaya. Meskipun klenteng dan Li Tang merupakan tempat ibadah agama Khonghucu, namun dalam sistem manajemen keduanya terdapat perbedaan yang jelas. Dalam tata ritualnya juga berlainan sama sekali. Meskipun demikian, kita seharusnya mencari persamaan dan membiarkan perbedaan, menempatkan inti ajaran Khonghucu (cinta kasih) dan idealisme Khonghucu yaitu masyarakat yang ideal dan sempurna ke posisi yang tidak tergoyahkan. Jangan biarkan paham keagamaan yang sempit menghancurkan keseimbangan yang ada di masyarakat dan kerukunan antar umat beragama.

8 7 Referensi [1] Babari, J. dan Sugeng, A. (1999). Diskriminasi Rasial Ethnis Tionghoa di Indonesia. Jakarta : Fatma Press [2] Buanadjaja, B.S. (2004). Klenteng, Perlunya Lebih Mengenalnya Sebagai Rumah Ibadah Masyarakat Beragama Konghucu. Diakses 22 juni 2013 dari [3] Cahyadi, D. (2014). Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. [4] Erniwati. (2007). Asap Hio di Ranah Minang Komunitas Tionghoa di Sumatera Barat. Yogyakarta : Ombak. [5] Heriyanti, U.D. (1995). Kepercayaan Orang Cina di Indonesia. Disertasi tidak diterbitkan. Jakarta : Fakultas Sastra Universitas Indonesia [6] Jalaluddin. (2012). Psikologi Agama. Jakarta : Rajawali Pers [7] Junaidy, S. (2014). Nabi Khung Ce ( 中庸 ). Malang : Madani. [8] Kelsay, H. dan Twiss, S. (2007). Agama dan Hak hak Asasi Manusia. Yogyakarta : Interfidei [9] Kuntowijoyo. (1992). Metodologi Sejarah. Yogyakarta : PT. Tiara Wacana [10] Lombard, D. (2005). Nusa Jawa : Silang Budaya, Jaringan Asia, Edisi 2. Jakarta : Gramedia Pustaka Umum [11] Matakin. (2000). Kitab Su Si:. Solo : Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia [12] Matakin. (2009). Anggaran Dasar Dan Anggaran Rumah Tangga MATAKIN Dan Kumpulan Peraturan Perundangan Tentang Pelayanan Untuk Umat Dan Kelembagaan Agama Khonghucu Indonesia. Jakarta : MATAKIN. [13] Mathar, Q. (2005). Sejarah, Teologi, dan Etika Agama agama. Yogyakarta : Interfidei [14] Moerthiko. (1980). Riwayat Klenteng, Vihara, Lithang, Tempat Ibadat Tridharma Se-Jawa. Semarang : Sekretariat Empeh Wong Kam Fu [15] Onghokham. (2008). Anti Cina, Kapitalisme Cina dan Gerakan Cina. Jakarta : Komunitas Bambu [16] Priastana, J. (2004). Permata Tridharma. Jakarta : Yasadara Puteri. [17] Saidi, G. (2009). Perkembangan Agama Konghucu di Indonesia. Disertasi tidak diterbitkan. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah [18] Salmon, C.L. dan Lombard, D. (2003). Klenteng Klenteng dan Masyarakat Tionghoa di Jakarta. Jakarta : Yayasan Cipta Loka Caraka [19] Sapardi, dkk. (2012). Respon Umat Buddha terhadap Aliran Buddha Maitreya di Indonesia. Disertasi tidak diterbitkan. Tangerang : STABN Sriwijaya [20] Singgih, M. (2008). Tridharma. Jakarta : Yayasan Bakti. [21] Smith, H. (2001). Agama agama Manusia. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia [22] Sukarno, S. (2014). Dampak Perkembangan Agama Khonghucu Pasca Reformasi :Studi kasus pindah agama umat Buddha di Tangerang. Disertasi tidak diterbitkan. Tangerang : Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Sriwijaya [23] Suryadinata, L. (1986). Dilema Minoritas Tionghoa. Jakarta : Pustaka Grafiti. [24] Tanggok, I. (2005). Mengenal Lebih Dekat Agama Konghucu di Indonesia. Jakarta : Pelita Kebajikan. [25] Wibowo, I. dan Thung, J.L. (2010). Setelah Air Mata Kering Masyarakat Tionghoa Pasca Peristiwa Mei Jakarta : Kompas. [26] Yi, S.L. (2000). Prasangka terhadap etnis china, sebuah intisari. Jakarta : Djambatan. [27] Zainal, M.M. (1977). Masyarakat dan Kebudayaan Cina di Indonesia. Bandung : Tarsito. [28] 鲍鹏山. 孔子是如何炼成的 [M]. 台北市 : 本事文化出版,2010. [29] 陈立夫. 四书道贯 [M]. 北京 : 中国友谊出版公司,1998. [30] 陈立夫. 四书中的常理及故事 [M]. 北京 : 中国友谊出版社,2011. [31] 劳思光. 大学中庸译注新编 [M]. 香港 : 中文大学出版社,2001. [32] 罗哲文. 中国著名佛教寺庙 [M]. 中国城市 : 中国城市出版社,1996. [33] 亦歌. 孔子 [M]. 杭州 : 浙江少年儿童出版社,2006. [34] 余桂元. 中国的寺庙 [M]. 中国 : 商务印书馆,2005. [35] 曾家麒. 阅读经典中的孔子 [M]. 台北市 : 商周 城邦文化出版,2010.

9 8 [36] 钟敬文. 民俗学概论 [M]. 上海 : 上海文艺出版社,2009

10 8 Riwayat Penulis Junianti lahir di Lahat pada tanggal 11 Juni Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Sastra China pada tahun Saat ini bekerja sebagai Guru Private Mandarin SD. Theresia Liawanta lahir di Jakarta pada tanggal 12 November Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Sastra China pada tahun Saat ini bekerja sebagai Guru Mandarin SMA di Sekolah Kristoforus II. Sugiato Lim lahir di Bangka pada tanggal 20 Juli Menamatkan pendidikan S1 dalam bidang Chinese Language and Culture pada tahun 2010 dan menamatkan pendidikan S2 dalam bidang Teaching Chinese to Speakers of Other Languages pada tahun 2012 di Beijing Language and Culture University. Saat ini bekerja sebagai FM SCC di Universitas Bina Nusantara.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan keanekaragaman etnis, budaya, adat-istiadat serta agama. Diantara banyaknya agama

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. dengan masuknya etnik Tionghoa di Indonesia. Medio tahun 1930-an dimulai. dan hanya mengandalkan warisan leluhurnya.

BAB IV PENUTUP. dengan masuknya etnik Tionghoa di Indonesia. Medio tahun 1930-an dimulai. dan hanya mengandalkan warisan leluhurnya. BAB IV PENUTUP 1.1. Simpulan Agama Tao masuk dan berkembang di Indonesia sejak abad 6 SM seiring dengan masuknya etnik Cina di wilayah Nusantara. Agama Tao diyakini berasal dari Kaisar Kuning (Huang Di)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia yang terbentang dari Sabang s2ampai Merauke dengan

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia yang terbentang dari Sabang s2ampai Merauke dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah Indonesia yang terbentang dari Sabang s2ampai Merauke dengan luas 5.193.250 kilometer persegi 1 sudah pasti menyebabkan munculnya keanekaragaman dan kemajemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mereka sebut sebagai kepercayaan Tri Dharma. Perpindahan masyarakat Tiongkok

BAB I PENDAHULUAN. mereka sebut sebagai kepercayaan Tri Dharma. Perpindahan masyarakat Tiongkok BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mayoritas masyarakat Tiongkok memiliki tiga kepercayaan, yaitu ajaran Taoisme, Konghucu dan Buddhisme. Gabungan dari ketiga kepercayaan tersebut mereka sebut sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku bangsa (etnik) yang tersebar di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku bangsa (etnik) yang tersebar di seluruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak suku bangsa (etnik) yang tersebar di seluruh wilayahnya. Berbagai suku bangsa ini ada yang dipandang sebagai penduduk asal Nusantara

Lebih terperinci

BAB 5 RINGKASAN. keatas dari penduduk Indonesia yang beragama Islam, masih terdapat agama Kristen,

BAB 5 RINGKASAN. keatas dari penduduk Indonesia yang beragama Islam, masih terdapat agama Kristen, BAB 5 RINGKASAN Negara Indonesia adalah negara yang memiliki beragam agama, selain 80% keatas dari penduduk Indonesia yang beragama Islam, masih terdapat agama Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Khonghucu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Agama ini pernah berkembang pesat dan menjadi bagian

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Agama ini pernah berkembang pesat dan menjadi bagian BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Agama Buddha tidak pernah bisa dilepaskan dari perkembangan sejarah bangsa Indonesia. Agama ini pernah berkembang pesat dan menjadi bagian kehidupan masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki banyak pulau yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Oleh karena itu,

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki banyak pulau yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Oleh karena itu, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik, dan memiliki banyak pulau yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Oleh karena itu, negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah I.1.1. Indonesia adalah Negara yang Memiliki Kekayaan Budaya

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah I.1.1. Indonesia adalah Negara yang Memiliki Kekayaan Budaya BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah I.1.1. Indonesia adalah Negara yang Memiliki Kekayaan Budaya Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, dengan memiliki berbagai suku, bahasa, dan agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan dan kepercayaannya. Hal tersebut ditegaskan dalam UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan dan kepercayaannya. Hal tersebut ditegaskan dalam UUD 1945 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik dan memiliki wilayah kepulauan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Oleh karena itu, Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saja, melainkan negara yang berdasarkan ke Tuhanan Yang Maha Esa, karena

BAB I PENDAHULUAN. saja, melainkan negara yang berdasarkan ke Tuhanan Yang Maha Esa, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia bukanlah negara yang berdasarkan hanya kepada satu agama saja, melainkan negara yang berdasarkan ke Tuhanan Yang Maha Esa, karena terdapat banyak bermacam-macam

Lebih terperinci

Kata Kunci :Tionghoa-Indonesia; Marga; Tionghoa; Etnis Tionghoa - Indoneisa

Kata Kunci :Tionghoa-Indonesia; Marga; Tionghoa; Etnis Tionghoa - Indoneisa ABSTRAKSI Tionghoa-Indonesia adalah salah satu etnis di Indonesia yang asal usul mereka dari Tiongkok.Biasanya mereka menyebut dirinya dengan istilah Tenglang (Hokkien), Tengnang (Tiochiu), atau Thongnyin

Lebih terperinci

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang permasalahan. 1) Gambaran umum tentang orang Tionghoa yang ada di Indonesia.

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang permasalahan. 1) Gambaran umum tentang orang Tionghoa yang ada di Indonesia. BAB I Pendahuluan 1.1 Latar belakang permasalahan 1) Gambaran umum tentang orang Tionghoa yang ada di Indonesia. Orang-orang Tionghoa asli sudah datang ke pulau Jawa jauh sebelum kedatangan orang Barat.

Lebih terperinci

Laporan Penelitian. DAMPAK PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU PASCA REFORMASI (Studi kasus pindah agama umat Buddha di Tangerang)

Laporan Penelitian. DAMPAK PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU PASCA REFORMASI (Studi kasus pindah agama umat Buddha di Tangerang) Penelitian Dosen Laporan Penelitian DAMPAK PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU PASCA REFORMASI (Studi kasus pindah agama umat Buddha di Tangerang) Oleh: Sabar Sukarno, S.Ag., M.Pd.B., M.M. NIP 1976051102009011012

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL. i. HALAMAN PERSETUJUAN HARDCOVER.. ii. HALAMAN PERNYATAAN DEWAN PENGUJI. iii. ABSTRAKSI. iv. UCAPAN TERIMA KASIH v

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL. i. HALAMAN PERSETUJUAN HARDCOVER.. ii. HALAMAN PERNYATAAN DEWAN PENGUJI. iii. ABSTRAKSI. iv. UCAPAN TERIMA KASIH v ABSTRAKSI Pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, agama Khonghucu secara resmi diakui kembali sebagai salah satu agama yang dianut oleh penduduk Indonesia. Meskipun agama Khonghucu sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan

BAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku bangsa Tionghoa merupakan salah satu etnik di Indonesia. Mereka menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan leluhur orang Tionghoa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kelompok-kelompok perorangan dengan jumlah kecil yang tidak dominan dalam

I. PENDAHULUAN. kelompok-kelompok perorangan dengan jumlah kecil yang tidak dominan dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hampir semua negara majemuk termasuk Indonesia mempunyai kelompok minoritas dalam wilayah nasionalnya. Kelompok minoritas diartikan sebagai kelompok-kelompok

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut sejarah Cina kuno dikatakan bahwa orang-orang Cina mulai

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut sejarah Cina kuno dikatakan bahwa orang-orang Cina mulai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut sejarah Cina kuno dikatakan bahwa orang-orang Cina mulai merantau ke Indonesia pada masa akhir pemerintahan dinasti Tang. Dalam masyarakat Cina dikenal tiga

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DATA. Dimana abad ke-3 Masehi pada masa Sam Kok, agama Khonghucu telah menjadi

BAB 3 ANALISIS DATA. Dimana abad ke-3 Masehi pada masa Sam Kok, agama Khonghucu telah menjadi BAB 3 ANALISIS DATA 3.1 Masuknya Agama Khonghucu di Indonesia Agama Khonghucu sudah ada di Indonesia sejak berabad-abad yang lalu, yaitu sejak masuknya para pedagang atau para perantau China ke tanah air

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan dipandang sebagai sarana bagi manusia dalam beradaptasi terhadap

I. PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan dipandang sebagai sarana bagi manusia dalam beradaptasi terhadap I. PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Masalah Kebudayaan dipandang sebagai sarana bagi manusia dalam beradaptasi terhadap lingkungan alam dan sosial budayanya. Kebudayaan juga berfungsi untuk membantu manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus penduduk terpadat di Kabupaten Langkat. Kecamatan ini dilalui oleh

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus penduduk terpadat di Kabupaten Langkat. Kecamatan ini dilalui oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Stabat adalah ibu kota Kabupaten Langkat provinsi Sumatera Utara. Stabat memiiliki luas daerah 90.46 km², merupakan kota kecamatan terbesar sekaligus penduduk terpadat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama merupakan sebuah ajaran atau sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dunia ini banyak hal yang tidak terbaca karena selalu ada sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dunia ini banyak hal yang tidak terbaca karena selalu ada sesuatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dunia ini banyak hal yang tidak terbaca karena selalu ada sesuatu yang tidak bisa terungkap secara kasat mata. Untuk mengungkapkan sesuatu kadang tabu untuk

Lebih terperinci

KEBERADAAN DAN KEGIATAN TAO SEBAGAI AGAMA TESIS. Diajukan Kepada Program Pasca Sarjana Magister Sosiologi Agama Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains

KEBERADAAN DAN KEGIATAN TAO SEBAGAI AGAMA TESIS. Diajukan Kepada Program Pasca Sarjana Magister Sosiologi Agama Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains KEBERADAAN DAN KEGIATAN TAO SEBAGAI AGAMA TESIS Diajukan Kepada Program Pasca Sarjana Magister Sosiologi Agama Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains Oleh: ARNIS RACHMADHANI NIM: 752011001 MAGISTER SOSIOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah,

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai halhal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang majemuk secara etnik, agama, ras dan golongan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang majemuk secara etnik, agama, ras dan golongan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang majemuk secara etnik, agama, ras dan golongan. Hidup berdampingan secara damai antara warga negara yang beragam tersebut penting bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tiongkok memiliki sejarah panjang tentang kemasyuran masa lalunya dari

BAB I PENDAHULUAN. Tiongkok memiliki sejarah panjang tentang kemasyuran masa lalunya dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tiongkok memiliki sejarah panjang tentang kemasyuran masa lalunya dari masa kerajaan hingga komunisme. Kemasyuran peradaban masa lalu Tiongkok, dapat dilihat dari banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua. BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Kematian bagi masyarakat Tionghoa (yang tetap berpegang pada tradisi) masih sangat tabu untuk dibicarakan, sebab mereka percaya bahwa kematian merupakan sumber malapetaka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki aneka ragam budaya. Budaya pada dasarnya tidak bisa ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan individu yang ada dari

Lebih terperinci

PERANCANGAN FOTOGRAFI DOKUMENTASI KLENTENG KONGHUCU DI SURABAYA

PERANCANGAN FOTOGRAFI DOKUMENTASI KLENTENG KONGHUCU DI SURABAYA 1 PERANCANGAN FOTOGRAFI DOKUMENTASI KLENTENG KONGHUCU DI SURABAYA Joshua Pratama Sudirgo 1, Obed Bima Wicandra 2, Elizabeth Christine Yuwono 3 Program Studi Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. menjadi pemimpin bagi negara-negara lain di sekitarnya dalam berbagai bidang

Bab 1. Pendahuluan. menjadi pemimpin bagi negara-negara lain di sekitarnya dalam berbagai bidang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Negara Jepang merupakan salah satu negara maju dan modern di kawasan Asia yang menjadi pemimpin bagi negara-negara lain di sekitarnya dalam berbagai bidang kehidupan.

Lebih terperinci

BAB III AGAMA KHONGHUCU PADA MASA ORDE LAMA DAN ORDE BARU DI SURAKARTA. A. Agama Khonghucu pada Masa Orde Lama di Surakarta

BAB III AGAMA KHONGHUCU PADA MASA ORDE LAMA DAN ORDE BARU DI SURAKARTA. A. Agama Khonghucu pada Masa Orde Lama di Surakarta 40 BAB III AGAMA KHONGHUCU PADA MASA ORDE LAMA DAN ORDE BARU DI SURAKARTA A. Agama Khonghucu pada Masa Orde Lama di Surakarta Pada jaman presiden Soekarno, agama bukan sebuah persoalan. Artinya, secara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. berbagai cara untuk mencapai apa yang diinginkan. Menurut Pusat Pembinaan

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. berbagai cara untuk mencapai apa yang diinginkan. Menurut Pusat Pembinaan 10 II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Usaha K. H. Abdurrahman Wahid Usaha merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan, dapat pula dikatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang masalah. Suku Karo adalah salah satu suku yang ada di Provinsi Sumatera

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang masalah. Suku Karo adalah salah satu suku yang ada di Provinsi Sumatera BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang masalah Suku Karo adalah salah satu suku yang ada di Provinsi Sumatera Utara, Wilayahnya meliputi dataran tinggi Karo, Deli Serdang bagian hulu, Langkat bagian hulu,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. yang mengatur tata keimanan dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta

BAB 2 LANDASAN TEORI. yang mengatur tata keimanan dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Konsep 2.1.1 Agama Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), agama adalah ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : seni beladiri, Yongchun, Taoisme, Konfusianisme, Buddhisme. vii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata kunci : seni beladiri, Yongchun, Taoisme, Konfusianisme, Buddhisme. vii Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Nama : Devan Candra Program Studi : S1 Sastra China Judul : Unsur Filsafat Taoisme, Konfusianisme dan Buddhisme yang Terkandung dalam Seni Beladiri Yongchun Skripsi ini meneliti filsafat Taoisme,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Semarang sebagai satu dari beberapa kota lama di Indonesia memiliki cukup banyak sisa-sisa bangunan tua bersejarah, seperti Lawang Sewu, Stasiun Tawang, Gereja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Agama Khonghucu dalam dialek Hokkian memiliki nama asli Ru Jiao. Agama Khonghucu (Ru Jiao), maka Nabi Khonghucu merupakan nabi yang

BAB I PENDAHULUAN. Agama Khonghucu dalam dialek Hokkian memiliki nama asli Ru Jiao. Agama Khonghucu (Ru Jiao), maka Nabi Khonghucu merupakan nabi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama Khonghucu dalam dialek Hokkian memiliki nama asli Ru Jiao atau Ji Kauw yang berarti agama bagi umat yang lembut hati adalah bimbingan hidup karunia Thian,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. aliran kepercayaan disetarakan statusnya layaknya agama resmi lainnya (Mutaqin

BAB V PENUTUP. aliran kepercayaan disetarakan statusnya layaknya agama resmi lainnya (Mutaqin 150 BAB V PENUTUP Pada tahun 1950an merupakan momen kebangkitan penghayat kepercayaan. Mereka mulai menunjukkan eksistensinya dengan membentuk organisasi berskala nasional. Wongsonegoro sebagai representasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. islam, kristen, hindu, budha, tapi juga konghucu. 3. kepada Tian, para Nabi, orang-orang suci, leluhur dan lain-lain.

BAB I PENDAHULUAN. islam, kristen, hindu, budha, tapi juga konghucu. 3. kepada Tian, para Nabi, orang-orang suci, leluhur dan lain-lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara majemuk yang memiliki beraneka ragam bahasa, budaya, etnis atau suku, agama. 2 Agama di Indonesia tidak hanya islam, kristen, hindu,

Lebih terperinci

@UKDW BAB I. Latar Belakang Masalah. Tradisi sebagai Pembimbing Manusia

@UKDW BAB I. Latar Belakang Masalah. Tradisi sebagai Pembimbing Manusia BAB I Latar Belakang Masalah Tradisi sebagai Pembimbing Manusia Tradisi merupakan kebiasaan turun-temurun dalam suatu masyarakat 1, hal ini berarti dalam tradisi terdapat informasi yang diwariskan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Kong Yuanzhi, Silang Budaya Tiongkok Indonesia, edisi Bahasa Indonesia, hal. 24, PT Bhuana Ilmu Populer,

BAB I PENDAHULUAN Kong Yuanzhi, Silang Budaya Tiongkok Indonesia, edisi Bahasa Indonesia, hal. 24, PT Bhuana Ilmu Populer, BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah I. A. Sejarah Singkat Keberadaan Masyarakat Tionghoa di Indonesia Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki budaya yang beraneka ragam. Tidak hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan tradisi Tionghoa pada awalnya sempat ditentang selama 32 tahun dan kurang diakui baik secara langsung maupun tidak langsung akibat terjadinya gonjang-ganjing

Lebih terperinci

Kebanyakan responden menganggap orang Indonesia sangat ramah dan hangat.

Kebanyakan responden menganggap orang Indonesia sangat ramah dan hangat. 6 3. Kesan Orang China Terhadap Orang Indonesia 15% 10% 5% Ramah Tidak teratur Lugu Berani 70% Kebanyakan responden menganggap orang Indonesia sangat ramah dan hangat. Mereka tidak mengucilkan orang asing,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan tersebar di berbagai pulau. Setiap pulau memiliki ciri khas dan

BAB I PENDAHULUAN. dan tersebar di berbagai pulau. Setiap pulau memiliki ciri khas dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan dengan jumlah penduduk yang banyak dan tersebar di berbagai pulau. Setiap pulau memiliki ciri khas dan keanekaragaman masing-masing,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberi makna kepada orang lain sesuai dengan konteks yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. memberi makna kepada orang lain sesuai dengan konteks yang terjadi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi merupakan proses dinamis di mana orang berusaha untuk berbagi masalah internal mereka dengan orang lain melalu penggunaan simbol (Samovar, 2014,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mengakui enam Agama Resmi yaitu Islam, Kristen Protestan, Kristen

BAB I PENDAHULUAN. yang mengakui enam Agama Resmi yaitu Islam, Kristen Protestan, Kristen BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian tentang etnik Tionghoa di Indonesia sangatlah menarik untuk mengkajinya secara lebih dalam. Paulus Hariyono menyatakan bahwa kepercayaan yang biasa

Lebih terperinci

EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN MAJALENGKA (Studi Kasus Klenteng Hok Tek Tjeng Sin dan Penganut Agama Khonghucu)

EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN MAJALENGKA (Studi Kasus Klenteng Hok Tek Tjeng Sin dan Penganut Agama Khonghucu) EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN MAJALENGKA (Studi Kasus Klenteng Hok Tek Tjeng Sin dan Penganut Agama Khonghucu) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag.)

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Wonosobo sebagai kota di dirikannya kelenteng Hok Hoo Bio ( 福和庙 )

BAB V PENUTUP. Wonosobo sebagai kota di dirikannya kelenteng Hok Hoo Bio ( 福和庙 ) BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Wonosobo sebagai kota di dirikannya kelenteng Hok Hoo Bio ( 福和庙 ) merupakan daerah dataran tinggi yang cukup dingin. Gunung Sindoro dan gunung Sumbing sebagai ciri khususnya

Lebih terperinci

TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA

TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA Nama : M. Akbar Aditya Kelas : X DGB SMK GRAFIKA DESA PUTERA Kerukunan Antar Umat Beragama. Indonesia adalah salah satu negara

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. berasal dari nama tumbuhan perdu Gulinging Betawi, Cassia glace, kerabat

Bab 1. Pendahuluan. berasal dari nama tumbuhan perdu Gulinging Betawi, Cassia glace, kerabat Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Dari beribu-ribu pulau tersebut Indonesia memiliki berbagai suku, ras, agama,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. mempertahankan identitas dan tatanan masyarakat yang telah mapan sejak lama.

BAB V PENUTUP. mempertahankan identitas dan tatanan masyarakat yang telah mapan sejak lama. BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan kasus konversi agama di Bukitsari maka dapat disimpulkan bahwa beberapa kepala keluarga (KK) di daerah tersebut dinyatakan benar melakukan pindah agama

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. menjadi pusat perhatian (Singarimbun, 1989: 33).

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. menjadi pusat perhatian (Singarimbun, 1989: 33). BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konsep Konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cina merupakan salah satu negara yang kaya akan kebudayaan dan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Cina merupakan salah satu negara yang kaya akan kebudayaan dan ilmu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Cina merupakan salah satu negara yang kaya akan kebudayaan dan ilmu filsafatnya. Cina dikenal sebagai bangsa dengan peradaban yang begitu tinggi. Cina juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam jiwanya, yaitu thabiat ingin beragama, keinginan kepada hidup beragama

BAB I PENDAHULUAN. dalam jiwanya, yaitu thabiat ingin beragama, keinginan kepada hidup beragama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiap-tiap manusia yang lahir ke muka bumi, membawa suatu thabiat dalam jiwanya, yaitu thabiat ingin beragama, keinginan kepada hidup beragama adalah salah satu

Lebih terperinci

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN DOSEN TERHADAP KEMAMPUAN BERBAHASA MANDARIN MAHASISWA TINGKAT 2 JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL BINA NUSANTARA

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN DOSEN TERHADAP KEMAMPUAN BERBAHASA MANDARIN MAHASISWA TINGKAT 2 JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL BINA NUSANTARA PENGARUH METODE PEMBELAJARAN DOSEN TERHADAP KEMAMPUAN BERBAHASA MANDARIN MAHASISWA TINGKAT 2 JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL BINA NUSANTARA Witri Eka Ratnasari, Teddy, Yi Ying Binus University, Jl. Kemanggisan

Lebih terperinci

Analisis Tradisi Perayaan Dongzhi Masyarakat Cina benteng di Tangerang

Analisis Tradisi Perayaan Dongzhi Masyarakat Cina benteng di Tangerang 1 Analisis Tradisi Perayaan Dongzhi Masyarakat Cina benteng di Tangerang Steven Rusny, Reki Gunawan, Sugiato Lim Binus University, Jl. Kemanggisan Ilir III/45, Palmerah, Jakarta Barat, 021-5327630 stevenrusny@hotmail.com,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS AKTIVITAS KOMUNITAS KHONGHUCU DI KELENTENG HWIE ING KIONG KOTA MADIUN

BAB IV ANALISIS AKTIVITAS KOMUNITAS KHONGHUCU DI KELENTENG HWIE ING KIONG KOTA MADIUN BAB IV ANALISIS AKTIVITAS KOMUNITAS KHONGHUCU DI KELENTENG HWIE ING KIONG KOTA MADIUN A. Aktivitas Keagamaan di Kelenteng Hwie Ing Kiong Telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa penelitian ini menggunakan

Lebih terperinci

Ajaran Khong Hu Cu : Agama atau Pendidikan Moral?

Ajaran Khong Hu Cu : Agama atau Pendidikan Moral? Ajaran Khong Hu Cu : Agama atau Pendidikan Moral? Ringkasan buku dengan judul KEBUDAYAAN MINORITAS TIONGHOA DI INDONESIA Penulis : Leo Suryadinata Diterjemahkan oleh : Dede Oetomo Penerbit P T Gramedia

Lebih terperinci

36. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KHONGHUCU DAN BUDI PEKERTI SMP

36. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KHONGHUCU DAN BUDI PEKERTI SMP 36. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KHONGHUCU DAN BUDI PEKERTI SMP KELAS: VII Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan secara keseluruhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang tersebar di berbagai pulau. Kondisi negara maritim dengan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang tersebar di berbagai pulau. Kondisi negara maritim dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara yang luas yang memiliki banyak pulau dan penduduk yang tersebar di berbagai pulau. Kondisi negara maritim dengan penduduk masing-masing

Lebih terperinci

KONFUSIANISME DALAM KEBUDAYAAN CINA MODERN Dewi Hartati

KONFUSIANISME DALAM KEBUDAYAAN CINA MODERN Dewi Hartati 174 Paradigma, Jurnal Kajian Budaya KONFUSIANISME DALAM KEBUDAYAAN CINA MODERN Dewi Hartati Abstrak Konfusianisme bertujuan untuk mendidik dan menekankan agar manusia dapat melayani negara dan masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budaya merupakan sistem nilai suatu masyarakat, meliputi cara-cara berlaku,

BAB I PENDAHULUAN. Budaya merupakan sistem nilai suatu masyarakat, meliputi cara-cara berlaku, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya merupakan sistem nilai suatu masyarakat, meliputi cara-cara berlaku, kepercayaan-kepercayaan dan sikap-sikap, dan juga hasil dari kegiatan manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Tidak hanya menyebarkan di daerah-daerah yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Tidak hanya menyebarkan di daerah-daerah yang menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan penyebaran agama-agama di Indonesia selalu meningkat, baik itu agama Kristen Katholik, Protestan, Islam, dan sebagainya. Tidak hanya menyebarkan

Lebih terperinci

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus BAB V Penutup 5.1 Kesimpulan dan Refleksi Upacara slametan sebagai salah satu tradisi yang dilaksanakan jemaat GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus sebagai juruslamat

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Konsep adalah suatu abstraksi untuk menggambarkan ciri-ciri umum sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Kamus Besar Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha. 1 (http://id.wikipedia.org/wiki/tahun_baru_imlek).

1 Universitas Kristen Maranatha. 1 (http://id.wikipedia.org/wiki/tahun_baru_imlek). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mendengar istilah Tahun Baru Imlek tentu semua orang sudah tidak asing lagi, ini dikarenakan Tahun Baru Imlek adalah sebuah tradisi yang tentunya sudah semua orang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Dimulai dari kehidupan sosial, budaya hingga perekonomiannya. Kesuksesan

BAB V PENUTUP. Dimulai dari kehidupan sosial, budaya hingga perekonomiannya. Kesuksesan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Tionghoa merupakan suatu kajian yang sangat menarik untuk dibahas. Dimulai dari kehidupan sosial, budaya hingga perekonomiannya. Kesuksesan perekonomian Tionghoa dewasa ini

Lebih terperinci

Written by Imam S. Arizal Sunday, 06 February :39 - Last Updated Sunday, 06 February :49

Written by Imam S. Arizal Sunday, 06 February :39 - Last Updated Sunday, 06 February :49 Tanggal 3 Februari 2011 kita semua merayakan Hari Raya Imlek 2562. Bagi penganut Tao, Kong Hu Cu atau Budha yang merayakan Imlek dengan ritual keagamaan mereka. Bagi kita yang bukan penganut agama-agama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. oleh Indonesia adalah suku Cina atau sering disebut Suku Tionghoa.

I. PENDAHULUAN. oleh Indonesia adalah suku Cina atau sering disebut Suku Tionghoa. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri dari berbagai macam etnis suku dan bangsa. Keanekaragaman ini membuat Indonesia menjadi sebuah negara yang kaya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pelestarian budaya lokal oleh pemprov Bangka dan proses pewarisan nilai

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pelestarian budaya lokal oleh pemprov Bangka dan proses pewarisan nilai BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh tentang upaya pelestarian budaya lokal oleh pemprov Bangka dan proses pewarisan nilai Sembahyang Rebut kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. etnis Tionghoa sudah terjadi sejak lama. Orang-orang China yang bermukim

BAB I PENDAHULUAN. etnis Tionghoa sudah terjadi sejak lama. Orang-orang China yang bermukim 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyebaran agama Islam di Yogyakarta khususnya untuk kalangan etnis Tionghoa sudah terjadi sejak lama. Orang-orang China yang bermukim di Jawa adalah orang-orang

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan Dalam pembahasan sebelumnya telah dibahas mengenai kedatangan Etnis Tionghoa ke Indonesia baik sebagai pedagang maupun imigran serta terjalinnya hubungan yang

Lebih terperinci

PANDANGAN MASYARAKAT TIONGHOA KRISTEN di JAKARTA TERHADAP PERAYAAN IMLEK CITRA KUSTIMA STELLA NOVARIE

PANDANGAN MASYARAKAT TIONGHOA KRISTEN di JAKARTA TERHADAP PERAYAAN IMLEK CITRA KUSTIMA STELLA NOVARIE UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Fakultas Humaniora Jurusan Sastra China Tugas Akhir Sarjana Strata-1 Semester Genap 2013/2014 PANDANGAN MASYARAKAT TIONGHOA KRISTEN di JAKARTA TERHADAP PERAYAAN IMLEK CITRA KUSTIMA

Lebih terperinci

BAB III. Pengertian Thian Kong (Tian Gong) 天公

BAB III. Pengertian Thian Kong (Tian Gong) 天公 BAB III. Pengertian Thian Kong (Tian Gong) 天公 天公 Secara umum, orang Tionghoa biasa menyebut Tuhan Yang Maha Esa sebagai Thian Kong (Tian Gong) atau Thi Kong, bahkan ada yang menyebutnya sebagai Siang Te

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kontak antara Cina dengan Nusantara sudah terjadi sejak berabad-abad

BAB I PENDAHULUAN. Kontak antara Cina dengan Nusantara sudah terjadi sejak berabad-abad BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontak antara Cina dengan Nusantara sudah terjadi sejak berabad-abad lalu, dan Cina mengalami migrasi besar-besaran sekitar abad 16 (Purcell, 1997: 33 dalam Supardi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Dalam menjalani kehidupan sosial dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Dalam menjalani kehidupan sosial dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial tentunya manusia dituntut untuk mampu berinteraksi dengan individu lain

Lebih terperinci

PANCASILA DAN AGAMA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Nama : Oni Yuwantoro N I M : Kelompok : A Jurusan : D3 MI Dosen : Drs. Kalis Purwanto, MM

PANCASILA DAN AGAMA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Nama : Oni Yuwantoro N I M : Kelompok : A Jurusan : D3 MI Dosen : Drs. Kalis Purwanto, MM PANCASILA DAN AGAMA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Nama : Oni Yuwantoro N I M : 11.02.7952 Kelompok : A Jurusan : D3 MI Dosen : Drs. Kalis Purwanto, MM SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang multi kultural dan multi etnis. Keberadaan etnis Cina di Indonesia diperkirakan sudah ada sejak abad ke-5. Secara umum etnis Cina

Lebih terperinci

ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN BAHASA MANDARIN DI SMA TZU CHI

ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN BAHASA MANDARIN DI SMA TZU CHI ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN BAHASA MANDARIN DI SMA TZU CHI Marisa, Sindy Novita Ayu, Temmy Jurusan Sastra China, Fakultas Humaniora, Universitas Bina Nusantara, Jln. Kemanggisan Ilir III No. 45, Kemanggisan/Palmerah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suku Tionghoa merupakan salah satu suku yang ada di Indonesia. Saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Suku Tionghoa merupakan salah satu suku yang ada di Indonesia. Saat ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suku Tionghoa merupakan salah satu suku yang ada di Indonesia. Saat ini jumlah suku Tionghoa di Indonesia mencapai 3,7% dari penduduk Indonesia (nikodemusyudhosulistyo.wordpress.com).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Arni Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Arni Febriani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jepang adalah sebuah negara kepulauan di Asia Timur. Letaknya di ujung barat Samudra Pasifik, di sebelah timur Laut Jepang, dan bertetangga dengan Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Tionghoa adalah kelompok masyarakat yang sudah. berbudaya lebih lama dari rata-rata bangsa yang ada di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Tionghoa adalah kelompok masyarakat yang sudah. berbudaya lebih lama dari rata-rata bangsa yang ada di dunia. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masyarakat Tionghoa adalah kelompok masyarakat yang sudah berbudaya lebih lama dari rata-rata bangsa yang ada di dunia. 1 Kelompok masyarakat ini juga merupakan kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem religi/kepercayaan terhadap sesuatu menjadi suatu Kebudayaan. Sistem

BAB I PENDAHULUAN. sistem religi/kepercayaan terhadap sesuatu menjadi suatu Kebudayaan. Sistem 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap kebudayaan memiliki sistem religi atau sistem kepercayaan, termasuk dalam kebudayaan etnis Tionghoa. Etnis Tionghoa selalu melestarikan kebudayaan

Lebih terperinci

ABSTRAK. : Survei Pengenalan Aksara Han Tradisional 繁体字 (Fanti Zi)pada Pembelajar Bahasa Mandarin

ABSTRAK. : Survei Pengenalan Aksara Han Tradisional 繁体字 (Fanti Zi)pada Pembelajar Bahasa Mandarin ABSTRAK Nama Program Studi Judul : Rian Juhandi : S-1 Sastra China : Survei Pengenalan Aksara Han Tradisional 繁体字 (Fanti Zi)pada Pembelajar Bahasa Mandarin Bahasa Mandarin memiliki dua jenis aksara yaitu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TRADISI BUNCENG UMAT KONGHUCU DI TITD. sekitar klenteng dalam menanggapi pelaksanaan tradisi sedekah bumi.

BAB IV ANALISIS TRADISI BUNCENG UMAT KONGHUCU DI TITD. sekitar klenteng dalam menanggapi pelaksanaan tradisi sedekah bumi. BAB IV ANALISIS TRADISI BUNCENG UMAT KONGHUCU DI TITD Bab ini akan memberikan penjelasan tentang prosesi pelaksanaan tradisi bunceng (sedekah bumi), respon masyarakat serta berbagai pendapat masyarakat

Lebih terperinci

2. Macam-Macam Norma. a. Norma Kesusilaan

2. Macam-Macam Norma. a. Norma Kesusilaan Sumber: ibnulkhattab.blogspot.com Gambar 4.3 Masyarakat yang sedang Melakukan Kegiatan Musyawarah untuk Menentukan Suatu Peraturan. 2. Macam-Macam Norma a. Norma Kesusilaan Ketika seseorang akan berbohong,

Lebih terperinci

PERINGATAN HARI LAHIR NABI KHONGCU (SHENGREN KONG ZI) KE- 2559, DI CIBINONG, 12 OKTOBER 2008 Minggu, 12 Oktober 2008

PERINGATAN HARI LAHIR NABI KHONGCU (SHENGREN KONG ZI) KE- 2559, DI CIBINONG, 12 OKTOBER 2008 Minggu, 12 Oktober 2008 PERINGATAN HARI LAHIR NABI KHONGCU (SHENGREN KONG ZI) KE- 2559, DI CIBINONG, 12 OKTOBER 2008 Minggu, 12 Oktober 2008 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERINGATAN HARI LAHIR NABI KHONGCU (SHENGREN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Bab ini merupakan uraian simpulan dari skripsi yang berjudul Perkembangan Islam Di Korea Selatan (1950-2006). Simpulan tersebut merujuk pada jawaban permasalahan

Lebih terperinci

F. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KHONGHUCU DAN BUDI PEKERTI SMALB TUNAGRAHITA

F. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KHONGHUCU DAN BUDI PEKERTI SMALB TUNAGRAHITA - 1096 - F. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KHONGHUCU DAN BUDI PEKERTI SMALB TUNAGRAHITA KELAS: X Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

F. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KHONGHUCU DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA

F. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KHONGHUCU DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA - 184 - F. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KHONGHUCU DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA KELAS VII Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

BAB I. Pemaknaan Chinese Work Value Karyawan Pribumi Di Perusahaan Kepemilikan Etnis Tionghoa Di Bandung

BAB I. Pemaknaan Chinese Work Value Karyawan Pribumi Di Perusahaan Kepemilikan Etnis Tionghoa Di Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Etnis Tionghoa di Indonesia diidentifikasikan sebagai kelompok wirausaha, khususnya di bidang perdagangan baik kecil, sedang, maupun besar (Musianto, 2003). Berdasarkan

Lebih terperinci

ATRIBUT RUANG SEBAGAI PENANDA RUANG RITUAL PADA PESAREAN GUNUNG KAWI KABUPATEN MALANG

ATRIBUT RUANG SEBAGAI PENANDA RUANG RITUAL PADA PESAREAN GUNUNG KAWI KABUPATEN MALANG ATRIBUT RUANG SEBAGAI PENANDA RUANG RITUAL PADA PESAREAN GUNUNG KAWI KABUPATEN MALANG Dhinda Ayu, Antariksa, Abraham M. Ridjal Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya dhindayu@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kepribadian atau sifat polos dan ada yang berbelit-belit, ada

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kepribadian atau sifat polos dan ada yang berbelit-belit, ada BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap individu memiliki kepribadian atau sifat polos dan ada yang berbelit-belit, ada yang halus dan juga ada yang kasar, ada yang berterus terang dan ada juga yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Mandarin memiliki sejarah yang sangat panjang. Seiring dengan berjalannya waktu, Bahasa Mandarin terus menerus mengalami perubahan dan perkembangan. Contoh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara memiliki beragam norma, 1 moral, 2 dan etika 3 yang menjadi pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang berbeda-beda

Lebih terperinci

Abstrak. :Jovita Priatnawati

Abstrak. :Jovita Priatnawati Abstrak Nama Program Studi Judul :Jovita Priatnawati :S1 Sastra China :Analisis Pemahaman Mahasiswa Tingkat Atas Jurusan Bahasa Mandarin terhadap Tata Bahasa Mandarin Klasik yang Digunakan dalam Bahasa

Lebih terperinci

ABSTRAK. : Kaniya Capriani

ABSTRAK. : Kaniya Capriani ABSTRAK Nama Program Studi Judul : Kaniya Capriani : Sastra China : Persamaan dan Perbedaan Pada Sung Ciu LieMasyarakat Tionghoa Bangka Puak Hakkadan Seserahan Masyarakat Sunda di Komplek Perumahan Bumi

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KURIKULUM DAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BAHASA MANDARIN SMK SANTA THERESIA

IMPLEMENTASI KURIKULUM DAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BAHASA MANDARIN SMK SANTA THERESIA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Fakultas Humaniora Jurusan Sastra China Tugas Akhir Sarjana Strata-1 Semester Genap 2013/2014 IMPLEMENTASI KURIKULUM DAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BAHASA MANDARIN SMK SANTA THERESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. [Type text] BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tari adalah suatu pertunjukan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat pendukungnya. Tari merupakan warisan budaya leluhur dari beberapa abad yang lampau. Tari

Lebih terperinci