I. PENDAHULUAN. yang sebelumnya lebih dikenal dengan Provinsi Irian Jaya. Provinsi ini

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "I. PENDAHULUAN. yang sebelumnya lebih dikenal dengan Provinsi Irian Jaya. Provinsi ini"

Transkripsi

1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Papua Barat merupakan provinsi pemekaran dari Provinsi Papua yang sebelumnya lebih dikenal dengan Provinsi Irian Jaya. Provinsi ini dimekarkan berdasarkan Undang-Undang nomor 45 tahun 1999 yaitu pada masa pemerintahan Presiden Bachruddin Jusuf Habibie berdasarkan aspirasi masyarakat dan pertimbangan terhadap kemajuan dan perkembangan Provinsi Irian Jaya. Undang-Undang tersebut dipertegas oleh Instruksi Presiden RI No.1 Tahun 2003 tentang Percepatan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 45 Tahun Berdasarkan tujuan tersebut semua komponen Departemen Pusat dan Kepala Pemerintahan di daerah diinstruksikan untuk melaksanakan percepatan pembentukan Provinsi Irian Jaya Tengah, Irian Jaya Barat, Kabupaten Paniai, Kabupaten Mimika, Kabupaten Puncak Jaya dan Kota Sorong (BAPPEDA, 2005). Provinsi Papua Barat terdiri dari sembilan wilayah pemerintahan kabupaten/kota, yaitu Kabupaten Sorong, Kabupaten Sorong Selatan, Kabupaten Manokwari, Kabupaten Teluk Bintuni, Kabupaten Teluk Wondama, Kabupaten Fak-Fak, Kabupaten Kaimana, Kabupaten Raja Ampat dan Kota Sorong dengan luas keseluruhan wilayah tersebut adalah km 2. Kesembilan wilayah ini mempunyai potensi sumberdaya alam yang melimpah baik sumberdaya alam yang dapat diperbaharui (renewable) maupun yang tidak dapat diperbaharui (non renewable). Sebelum dan sesudah Provinsi Papua Barat dimekarkan, sektor

2 2 primer tetap menjadi sektor utama yang memberikan kontribusi terbesar kepada PDRB provinsi seperti yang terlihat pada Tabel 1 dan Tabel 2. Tabel 1. Peranan Masing-masing Sektor Terhadap Pembentukan Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Papua Atas Dasar Harga Berlaku Tahun (%) Sektor (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Sumber: BPS Provinsi Papua, 2003 Tabel 2. Peranan Masing-masing Sektor Terhadap Pembentukan Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Papua Barat Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2007 (%) Sektor 2007 (1) (2) 1. Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa 8.03 Sumber: BPS Provinsi Papua Barat, 2008 Melihat sumbangan sektor pertambangan dan galian terlihat bahwa potensi migas dan non migas di wilayah Papua cukup besar, namun saat ini yang memegang peranan penting terhadap PDRB adalah sektor pertambangan non

3 3 migas. Sekalipun demikian, bukan berarti potensi migas di wilayah ini terbatas. Kabupaten Teluk Bintuni merupakan salah satu kabupaten di wilayah provinsi Papua Barat yang memiliki potensi tambang yang cukup besar, termasuk migas. Hampir seluruh kawasan ini mengandung gas alam cair (liquified natural gas) dengan jumlah cadangan mencapai 23.7 trilyun kaki kubik dan kandungan minyak bumi kurang lebih 45 juta ton (BAPPEDA, 2005). Potensi sumberdaya alam yang cukup besar tersebut mendorong investor berinvestasi di kawasan tersebut. Pada tahun 1998 berdasarkan SK Menteri Pertambangan dan Energi No.04/DKPP/1998 tertanggal 13 Januari 1998 telah dibangun proyek Liquified Natural Gas (LNG) Tangguh di Kawasan Teluk Bintuni (PERTAMINA & BP, 2002). Proyek ini dikelola oleh Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP-Migas) dan British Petrolleum (BP) yang memegang hak guna usaha selama tahun. Penemuan gas dengan cadangan yang sangat besar di wilayah ini mencapai 14.4 trilyun kaki kubik yang terletak di lapangan Weriagar dan Vorwata (PERTAMINA & BP, 2002). Tujuan utama dari rencana pengembangan proyek ini adalah untuk menghasilkan gas alam dan sekaligus mengolahnya menjadi gas alam cair atau LNG, dan mengangkut serta memasarkannya ke pasar LNG tradisional maupun pasar yang baru berkembang. Penemuan cadangan migas di kawasan ini mendukung Indonesia kedepannya sebagai negara pengekspor LNG terbesar di dunia. Bila proyek ini beroperasi maka ada sejumlah keuntungan ekonomi yang diperoleh oleh Indonesia secara umum dan Provinsi Papua Barat secara khusus.

4 4 Eksploitasi sumberdaya gas alam yang dilakukan oleh BP-Migas dan BP di Kawasan Teluk Bintuni diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi pengembangan ekonomi daerah melalui lapangan kerja baru yang terbentuk, peluang tumbuhnya berbagai kegiatan bisnis baru, pembelian produkproduk lokal hasil usaha masyarakat Papua, dan pembayaran berbagai jenis pajak dan non-pajak kepada pemerintah (UNIPA, 2004). Berdasarkan riset untuk Ethical Corporation tahun 2004 diperkirakan pemerintah Indonesia akan memperoleh pendapatan kurang lebih sebesar 12 milyar dollar Amerika Serikat yang bersumber dari produksi bersama dan pajak selama proyek tersebut beroperasi, dimana pemerintah pusat akan memperoleh 8.7 milyar dollar sedangkan pemerintah daerah Papua akan memperoleh sekitar 3.6 milyar dollar Amerika Serikat. Aliran pendapatan ini baru bisa dinikmati oleh masyarakat Papua pada tahun 2012 karena perolehan pendapatan pada tahun-tahun sebelumnya diprioritaskan untuk membayar para penanam modal yang telah menanamkan sahamnya (PPI India, 2006). Laporan mengenai pendapatan yang akan diterima oleh masyarakat Papua secara terpisah yang dilaporkan oleh Tangguh Independent Advisory Panel (TIAP) dalam DTE 60 (2004) yaitu jumlah pendapatan yang akan diterima oleh pemerintah Papua mencapai antara 100 juta dollar pertahun pada tahun 2016 hingga 225 juta dolar pertahun pada tingkat produksi puncak. Pendapatan ini sangat tergantung pada seberapa banyak terminal LNG dibangun. Selain itu dalam laporan keduanya tim TIAP menunjukkan adanya ketidakpastian berkaitan dengan

5 5 masalah pembagian pendapatan di masa datang antara pemerintah Indonesia dan pemerintah di tingkat lokal dan provinsi. Sebaliknya dari pihak BP-Migas sendiri melalui Pudyantoro (2007) mengemukakan bahwa bagi hasil migas setelah adanya undang-undang otonomi khusus lebih banyak yang diterima pemerintah daerah setempat, yang dapat dilihat pada Gambar 1. Pada gambar tersebut terlihat bahwa sebagian besar dana yang masuk ke pemerintah Indonesia, sebagian besarnya dialokasikan untuk pemerintah daerah baik pada bahan tambang minyak maupun gas setelah dikurangi dengan berbagai potongan yang berkaitan dengan pembangunan proyek tersebut. Mekanisme PSC Lifting US$ Bagian pe merintah U$ Bagian kontraktor US$ Bahan tambang US$ > 12 mil 4-12 mil <4 mil Minyak Pemerintah pusat 100 % Potongan: PDRD, PBB, PPN Reimbursment, Fee Kegiatan Hulu Misal : US$ Pemerintah pusat 30 % 2. Provinsi 65 % 3. Kabupaten non penghasil 5 % 1. Pemerintah pusat 30 % 2. Provinsi 58 % 3. Kabupaten penghasil 6% 4. Kabupaten non penghasil 6 % Gas Pemerintah pusat 100 % 1. Pemerintah pusat 30 % 2. Provinsi 60 % 3. Kabupaten non penghasil 10 % 1. Pemerintah pusat 30 % 2. Provinsi 46 % 3. Kabupaten penghasil 12 % 4. Kabupaten non penghasil 12 % Keterangan: Keterangan: PSC: Production Sharing Contract Gambar 1. Mekanisme Bagi Hasil Migas Era Otonomi Khusus

6 6 Proyek Tangguh diperkirakan mulai beroperasi pada tahun 2008, pada kuartal keempat. Pada bulan Mei 2007 sudah dilakukan pengeboran eksplorasi pada dua sumur di anjungan lepas pantai B yang merupakan salah satu target dari 15 sumur yang direncanakan akan dieksplorasi hingga tahun Gas alam cair ini telah mempunyai pembeli yang berkomitmen untuk memasok yaitu Fujian (Cina) sebesar 2.6 juta ton per tahun, K-Power dan Posco (Korea) sebesar 1.1 juta ton pertahun, Sempra Energy LNG Marketing Corp (Meksiko) sebesar 3.6 juta ton per tahun (DOT, 2007). Terlepas dari semua keuntungan ekonomi yang akan dinikmati, pembangunan proyek LNG Tangguh ini juga mempunyai kemungkinan menimbulkan dampak negatif bagi perekonomian maupun lingkungan fisik dan sosial di wilayah tersebut. Beberapa dampak yang mungkin ditimbulkan oleh adanya pembangunan proyek ini seperti yang tercatat dalam PERTAMINA & BP (2002), antara lain : 1. Dampak sosial ekonomi pekerja konstruksi diperkirakan mencapai dan 500 pekerja lapangan. 2. Pemukiman kembali penduduk Desa Tanah Merah yang pemukimannya merupakan lokasi pembangunan proyek tersebut. 3. Hilangnya hak ulayat masyarakat lokal atas tanah dan daerah perairan dekat pantai. 4. Gangguan terhadap lahan, hilangnya kayu, dan hilangnya habitat satwa liar karena pembukaan lahan.

7 7 5. Dampak terhadap daerah hutan mangrove dari perpipaan dan fasilitas dermaga khusus. 6. Dampak terhadap kualitas air akibat pembuangan air terproduksi (produced water), air limbah domestik, air buangan lainnya, dan dari sedimen selama konstruksi dan saat pengerukan di dekat pantai dan lepas pantai. 7. Dampak terhadap perikanan lepas pantai dan dekat pantai serta jalur penangkapan ikan (right of way). 8. Limbah yang dihasilkan dari kegiatan industri dan kegiatan masyarakat. 9. Dampak kualitas udara selama konstruksi dan operasi dari sumber bergerak dan tidak bergerak, dan dari debu halus lepasan (fugitive dust). 10. Dampak kebisingan dan penyinaran (lampu). 11. Dampak dari keterbatasan akses untuk daerah penangkapan ikan dekat pantai. 12. Daerah pertanian dan perburuan tradisional, dan penggunaan lahan yang lain. 13. Dampak-dampak lain yang berhubungan dengan kegiatan proyek seperti ini. Dalam pembangunan proyek ini tentu saja pemerintah harus memperhatikan dampak yang ditimbulkan olehnya. Desa-desa yang terletak dekat lokasi proyek baik lokasi tempat kegiatan eksploitasi gas, kegiatan transmisi gas, kegiatan kilang LNG, pembangunan pelabuhan dan bandara diduga akan merasakan dampak negatif akibat kegiatan konstruksi selama proses konstruksi berlangsung, seperti berkurangnya wilayah penangkapan ikan dan daerah perburuan tradisional, kebisingan dan lain sebagainya. Sedangkan desa-desa yang terletak jauh dari proyek kemungkinan tidak akan merasakan dampak tersebut. Dengan adanya proyek tersebut terbuka kesempatan untuk bekerja langsung di

8 8 proyek dan juga kesempatan untuk menjual hasil-hasil pertanian dan perikanan serta hasil produksi rumahtangga lainnya, baik bagi penduduk yang berada di desa yang terletak di dekat proyek maupun yang jauh dari proyek, meskipun demikian peluang lebih besar terdapat di desa-desa yang lebih dekat dengan lokasi proyek. Beberapa desa yang terletak dekat dengan lokasi proyek ini adalah Desa Tanah Merah, Desa Simuri, Desa Weriagar, Desa Toweri, Desa Tofoi, Desa Tomu dan Desa Taroy. Ketujuh desa tersebut tersebar pada empat kecamatan atau distrik di kawasan Teluk Bintuni, yaitu Distrik Babo, Distrik Aranday, Distrik Kokas dan Distrik Simuri. Sedangkan desa-desa yang terletak jauh dari proyek antara lain Desa Sidomakmur, Desa Irarutu III, Desa Aroba, Desa Yaru, Transmigrasi SP I, Transmigrasi SP II dan Desa Kalitami Perumusan Masalah Wilayah Papua merupakan wilayah dimana terdapat sumberdaya alam yang potensial di berbagai sektor, baik itu pertanian, perikanan, kehutanan serta pertambangan. Investasi juga terus dilakukan di wilayah ini, hal ini terlihat dari adanya perusahaan-perusahaan besar yang bergerak di berbagai sektor di wilayah tersebut. BPS Provinsi Papua (2003) mencatat bahwa hingga tahun 2003, total investasi di Papua adalah sebesar Rp dan jumlah industri yang ada yang menyerap tenaga kerja sebesar pekerja pada berbagai level pendidikan. Jumlah tersebut sangat rendah dibandingkan dengan jumlah angkatan kerja yang sebenarnya tersedia yaitu sebesar jiwa.

9 9 Pembangunan di wilayah ini terkesan lamban dibandingkan pembangunan di wilayah Indonesia Tengah dan Indonesia Barat. Hal ini dipicu karena lambatnya perkembangan infrastruktur di wilayah tersebut yang dibutuhkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Dengan adanya pemanfataan sumberdaya yang ada dan didukung oleh infrastruktur yang memadai, perkembangan wilayah ini seharusnya tidak berbeda jauh dengan perkembangan pembangunan di wilayah Indonesia barat, tetapi ternyata hal tersebut jauh dari yang diharapkan. Sekalipun terkesan lamban, pembangunan di wilayah ini terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini terlihat dari PDRB yang terus meningkat dari tahun ke tahun seperti yang terlihat pada Tabel 3. Tabel 3. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Papua Menurut Kelompok Sektor Tahun Atas Dasar Harga Berlaku Atas Dasar Harga Konstan 1993 Kelompok Pertumb Pertumb sektor (Juta Rp) (Juta Rp) uhan (%) uhan (%) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Primer Sekunder Tersier PDRB Sumber: BPS Provinsi Papua, 2003 Tabel 3 menunjukkan bahwa sektor primer merupakan sektor penyumbang terbesar pada PDRB Papua sekalipun pertumbuhannya lebih rendah dibanding sektor sekunder dan tersier. Sektor primer adalah sektor pertanian, sektor pertambangan dan galian, sedangkan sektor sekunder adalah sektor industri pengolahan, sektor listrik dan air minum serta sektor konstruksi. Sektor sisanya adalah sektor tersier. Dibangunnya proyek LNG Tangguh yang baru di Papua tentu saja akan meningkatkan PDRB Provinsi Papua Barat di masa yang akan datang. Saat ini

10 10 proyek ini dianggap sebagai mesin pembangunan ekonomi di Papua setelah Freeport yang berlokasi di Timika Papua. Salah satu komitmen yang diberikan kepada masyarakat oleh proyek LNG Tangguh adalah adanya penyerapan tenaga kerja lokal dan tenaga kerja di sekitar wilayah kepala burung seperti yang terlihat pada Tabel 4. Tabel 4. Target Tenaga Kerja Konstruksi Proyek Liquified Natural Gas Tangguh (% jam-orang) Semua pekerja yang Desa yang Daerah Orang Indonesia mewakili persentase terkena Kepala burung lainnya di lainnya atau jam kerja selama masa dampak Papua orang asing konstruksi langsung Tenaga kerja tidak terampil Tenaga kerja dengan ketrampilan menengah Tenaga kerja dengan ketrampilan tinggi Manajer/supervisor Sumber: UNIPA, 2004 Dari Tabel 4 terlihat bahwa sebagian besar dari tenaga kerja yang terserap di wilayah Papua untuk tahapan konstruksi proyek LNG Tangguh merupakan pekerja dengan tingkat ketrampilan menengah ke bawah. Hal ini tidak mengherankan karena hingga tahun 2003 persentase jumlah penduduk yang termasuk angkatan kerja yang mempunyai pendidikan sekolah dasar hingga sekolah menengah tingkat pertama adalah sebesar persen dan sisanya adalah pendidikan diploma dan strata satu (BPS Provinsi Papua, 2003). Target proyek LNG Tangguh adalah menyerap persen angkatan kerja orang Papua selama masa konstruksi dari keseluruhan target rekrutmen, baik melalui rekrutmen oleh BP-Migas secara langsung maupun melalui kontraktor BP-Migas.

11 11 Di daerah yang masuk kategori daerah yang terkena dampak langsung, pada tahap konstruksi, kontraktor akan menawarkan satu jenis pekerjaan kepada setiap rumah tangga di kampung-kampung tersebut dengan memperhatikan kemampuan masing-masing rumah tangga. Tenaga kerja yang direkrut merupakan tenaga kerja kontraktor. Artinya tenaga kerja tersebut akan bekerja untuk mendapatkan upah dari kontraktor dan menerima perintah kerja dan bekerja di bawah pengawasan kontraktor. Pekerjaan yang diberikan merupakan pekerjaan yang bersifat jangka pendek. Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh setiap pencari kerja adalah KTP atau kartu keluarga (UNIPA, 2006). Proses rekrutmen tenaga kerja di desa yang terletak dekat dengan proyek seperti yang dilaporkan oleh Tim Peneliti UNIPA (2006) adalah sebagai berikut : 1. Kontraktor memberikan informasi mengenai kebutuhan tenaga kerja dan meminta bantuan kepada BP. 2. BP meneruskan informasi tersebut kepada kepala kampung dan kepala distrik yang bersangkutan. 3. Kepala kampung diharapkan merekomendasikan kepada BP nama-nama calon tenaga kerja. 4. BP menyampaikan nama-nama calon yang direkomendasikan oleh kepala kampung kepada kontraktor. 5. Kontraktor mengadakan proses seleksi. Pada tahap ini, dimungkinkan ada sebagian calon akan lulus seleksi dan ada yang tidak lulus seleksi.

12 12 6. Calon yang lulus seleksi diharuskan mengikuti tes kesehatan yang dapat dilakukan di kampung tempat calon berasal atau di tempat lain yang ditunjuk oleh kontraktor. 7. Setelah calon dinyatakan lulus tes kesehatan, kontraktor/bp akan memberitahu kepada calon tenaga kerja tersebut, kapan ia harus mulai bekerja. Proses rekrutmen tenaga kerja di kampung yang dekat dengan proyek dapat dilihat pada Gambar 2. Proses rekrutmen akan dilakukan di luar kampung dekat proyek jika masih terdapat kekurangan tenaga kerja melalui pusat-pusat penerimaan atau Hiring Points yang didirikan oleh kontraktor di empat kota, yaitu : Bintuni, Fakfak, Sorong dan Manokwari. 4 3 Kontraktor BP Ka. Kampung / Ka. Distrik Test 6 Penerimaan Gambar 2. Proses Rekrutmen Tenaga Kerja Kontraktor tidak akan melakukan penerimaan tenaga kerja di lokasi proyek. Informasi mengenai rekrutmen tenaga kerja tersebut dapat diperoleh di kantorkantor Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Teluk Bintuni, Fakfak, Sorong dan Manokwari. Bila ada kebutuhan tenaga kerja, Proyek Tangguh/kontraktor mengumumkan hal tersebut melalui media massa dan berkoordinasi dengan kantor Dinas Tenaga Kerja di Bintuni, Manokwari, Fak-fak dan Sorong. Pada tahap konstruksi proyek, tenaga kerja yang dibutuhkan adalah tenaga kerja yang memiliki ketrampilan yang rendah dan menengah. Posisi tenaga kerja

13 13 dengan ketrampilan menengah oleh pemrakarsa proyek diberikan pelatihan agar penduduk di dekat proyek tersebut dapat memenuhi kualifikasi pekerjaan tersebut. Posisi pekerjaan dengan tingkat ketrampilan menengah tersebut antara lain: tukang cat, tukang kayu, supir dan pembantu tukang las sedangkan posisi pekerjaan dengan ketrampilan yang rendah seperti cleaning service. Pada tahap operasional, tenaga kerja yang dibutuhkan adalah tenaga kerja terampil karena baik untuk operasionalisasi peralatan maupun pemeliharaannya membutuhkan ketrampilan yang tinggi. Oleh karena itu oleh pihak pemrakarsa proyek ditetapkan target kesempatan kerja pada jangka pendek, menengah dan jangka panjang agar penduduk di sekitar proyek dapat memenuhi berbagai kualifikasi yang dibutuhkan dalam setiap posisi pekerjaan (PERTAMINA & BP, 2002). Hingga bulan Januari 2007, jumlah pekerja lokal yang direkrut adalah sebanyak 635 pekerja dari 868 angkatan kerja dari seluruh desa-desa yang terkena dampak langsung pembangunan proyek tersebut atau sekitar persen. Keseluruhan pekerja lokal yang direkrut tersebut berasal dari 502 rumahtangga dari total 870 rumahtangga yang ada di desa-desa yang terkena dampak langsung (UNIPA, 2007). Dengan adanya pembangunan proyek tersebut termasuk rekrutmen tenaga kerja yang dilakukan dalam tahapan konstruksi tersebut secara langsung akan mempengaruhi kehidupan sosial ekonomi para pekerja lokal di wilayah Papua, terutama masyarakat yang berdomisili di desa yang terdekat dengan proyek. Sumber mata pencaharian penduduk di sekitar proyek dapat dibagi menjadi dua, yaitu sumber mata pencaharian yang bergantung sepenuhnya kepada potensi

14 14 sumberdaya alam seperti kegiatan bertani, menangkap ikan, berburu dan menokok sagu yang merupakan sektor non formal dan sumber mata pencaharian dari keterlibatan mereka pada berbagai industri yang ada di wilayah tersebut yang merupakan sektor formal. Perekrutan tenaga kerja lokal di sekitar wilayah proyek LNG Tangguh membuka peluang berpindahnya tenaga kerja potensial yang selama ini bekerja di sektor informal ke sektor formal. Hal ini tentu saja dapat mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan di dalam setiap rumahtangga yang salah satu anggota keluarganya bekerja di proyek tersebut. Pilihan untuk bekerja di proyek LNG Tangguh dapat disebabkan oleh respon positif terhadap pendapatan tunai yang dapat mereka terima ataupun karena tekanan demografi akibat jumlah tanggungan keluarga yang besar sehingga mendorong rumahtangga untuk menetapkan pilihan-pilihan rasional didalam memenuhi kebutuhan keluarga mereka. Berkurangnya tenaga kerja potensial yang selama ini mengalokasikan kerjanya pada sektor informal akibat keputusan bekerja di proyek mengakibatkan alokasi kerja pada sektor tersebut juga menurun pada setiap rumahtangga. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap perilaku ekonomi rumahtangga penduduk yang bekerja di proyek tersebut, baik dalam pengambilan keputusan produksi, alokasi kerja anggota rumahtangga dan konsumsi mereka. Berdasarkan pemikiran tersebut maka hal-hal yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah :

15 15 1. Apakah penyerapan tenaga kerja lokal pada proyek LNG Tangguh mengakibatkan adanya perubahan alokasi kerja pada berbagai aktivitas produksi yang bergantung kepada potensi sumber daya alam? Bagaimana dampaknya terhadap struktur pendapatan rumahtangga dan konsumsi rumahtangga? 2. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi produksi dan konsumsi dari rumahtangga yang bekerja pada proyek LNG Tangguh? 3. Apakah dengan adanya peningkatan cash income karena adanya penyerapan tenaga kerja pada proyek pembangunan LNG Tangguh tersebut mempengaruhi alokasi kerja dan konsumsi rumah tangga? 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk menganalisis keadaan ekonomi rumahtangga masyarakat yang bekerja pada proyek LNG Tangguh, sedangkan tujuan spesifiknya adalah: 1. Menganalisis dampak adanya penyerapan tenaga kerja lokal pada proyek LNG Tangguh terhadap alokasi kerja rumahtangga, struktur pendapatan dan konsumsi rumahtangga. 2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan produksi dan konsumsi rumahtangga yang bekerja pada proyek LNG Tangguh. 3. Menganalisis pengaruh peningkatan proporsi cash income karena adanya penyerapan tenaga kerja lokal terhadap aktivitas produksi dan konsumsi yang selama ini telah dilakukan oleh penduduk setempat.

16 16 Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi management proyek LNG Tangguh dan pemerintah daerah setempat dalam rangka mengembangkan masyarakat di desa yang berada di sekitar wilayah pembangunan proyek tersebut. Selain itu penelitian ini juga diharapkan bisa memberikan informasi yang aktual mengenai perkembangan desa di sekitar lokasi proyek tersebut Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian Ruang lingkup penelitian ini hanya melihat dampak pembangunan proyek LNG Tangguh terhadap keadaan ekonomi rumah tangga penduduk yang bekerja pada proyek LNG Tangguh baik kegiatan produksi maupun konsumsinya. Dampak lain akibat pembangunan proyek seperti limbah proyek, kualitas air dan hak ulayat masyarakat tidak termasuk dalam penelitian ini. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer selanjutnya akan dianalisis secara simultan. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model ekonomi rumah tangga masyarakat yang terkena dampak pembangunan proyek.

DAMPAK PENYERAPAN TENAGA KERJA LOKAL PADA PROYEK LIQUIFIED NATURAL GAS

DAMPAK PENYERAPAN TENAGA KERJA LOKAL PADA PROYEK LIQUIFIED NATURAL GAS DAMPAK PENYERAPAN TENAGA KERJA LOKAL PADA PROYEK LIQUIFIED NATURAL GAS TANGGUH TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PENDUDUK DESA DI KAWASAN TELUK BINTUNI PROVINSI PAPUA BARAT Oleh: DEASI MAYAWATI SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5 IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN.1. Kondisi Geografi dan Topografi Provinsi Papua Barat awalnya bernama Irian Jaya Barat, berdiri atas dasar Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang pembentukan Provinsi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN II-2013

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN II-2013 No. 37/08/91/Th. VII, 02 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN II-2013 Besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada triwulan II-2013 mencapai Rp 11.972,60 miliar, sedangkan menurut harga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih dikenal dengan istilah otonomi daerah sebagai salah satu wujud perubahan fundamental terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kawasan Teluk Bintuni di dua desa yang

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kawasan Teluk Bintuni di dua desa yang 62 IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kawasan Teluk Bintuni di dua desa yang berada di sekitar wilayah pembangunan proyek LNG Tangguh yaitu di Desa Tanah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk yang diikuti oleh perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan minyak bumi dan gas alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam strategis tidak terbarukan,

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai

BAB I P E N D A H U L U A N. sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Investasi infrastruktur transportasi dalam pembangunan ekonomi penting sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai sarana untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan utama dari pembangunan ekonomi nasional adalah mencapai masyarakat yang sejahtera. Oleh karena itu, pemerintah di berbagai negara berusaha untuk meningkatkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TAHUN 2012 No. 09/02/91/Th. VII, 05 Februari 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TAHUN 2012 Ekonomi Papua Barat tahun 2012 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) meningkat sebesar 15,84

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

DAMPAK PENYERAPAN TENAGA KERJA LOKAL PADA PROYEK LIQUIFIED NATURAL GAS

DAMPAK PENYERAPAN TENAGA KERJA LOKAL PADA PROYEK LIQUIFIED NATURAL GAS DAMPAK PENYERAPAN TENAGA KERJA LOKAL PADA PROYEK LIQUIFIED NATURAL GAS TANGGUH TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PENDUDUK DESA DI KAWASAN TELUK BINTUNI PROVINSI PAPUA BARAT Oleh: DEASI MAYAWATI SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap pembangunan nasional setiap tahunnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dapat menikmati hasil pembangunan. Salah satu bukti telah terjadinya

I. PENDAHULUAN. dapat menikmati hasil pembangunan. Salah satu bukti telah terjadinya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Pembangunan harus dilakukan adil dan merata agar setiap masyarakat dapat menikmati

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TAHUN 2013 No. 09/02/91/Th. VIII, 05 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TAHUN 2013 Ekonomi Papua Barat tahun 2013 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) meningkat sebesar 9,30

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 81 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Proses Kebijakan dan Indikator Pemekaran Kabupaten Raja Ampat Dalam pelaksanan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang diberlakukan sejak Januari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara berkembang hal ini disebabkan karena terjadinya keterbelakangan ekonomi yang mengakibatkan lambatnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses transformasi yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Pembangunan ekonomi dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Riau mempunyai Visi Pembangunan Daerah Riau untuk jangka panjang hingga tahun 2020 yang merupakan kristalisasi komitmen seluruh lapisan masyarakat Riau, Visi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014 No. 68/11/33/Th.VIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014 Perekonomian Jawa Tengah yang diukur berdasarkan besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada triwulan III tahun

Lebih terperinci

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah) 3.14. KECAMATAN NGADIREJO 3.14.1. PDRB Kecamatan Ngadirejo Besarnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kecamatan Ngadirejo selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.14.1

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014 BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 26/05/73/Th. VIII, 5 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014 PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN I 2014 BERTUMBUH SEBESAR 8,03 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN III-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN III-2014 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN III-2014 No. 53/11/36/Th.VIII, 5 November 2014 PDRB Banten triwulan III 2014, secara quarter to quarter (q to q) mengalami pertumbuhan sebesar 2 persen, melambat

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Tabel 1. Batas Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Masyarakat Miskin ( ) Presentase Penduduk Miskin. Kota& Desa Kota Desa

1. PENDAHULUAN. Tabel 1. Batas Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Masyarakat Miskin ( ) Presentase Penduduk Miskin. Kota& Desa Kota Desa 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peranan pertanian dalam pembangunan ekonomi hanya dipandang pasif dan bahkan hanya dianggap sebagai unsur penunjang semata. Peranan utama pertanian dianggap hanya sebagai

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BPS PROVINSI JAWA TENGAH BPS PROVINSI JAWA TENGAH No.24/05/33/Th.IV, 10 Mei 2010 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2010 PDRB Jawa Tengah pada triwulan I tahun 2010 meningkat sebesar 6,5 persen dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2013 No. 09/02/31/Th. XVI, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2013 Secara total, perekonomian DKI Jakarta pada triwulan IV/2013 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definsi Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan wilayah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN TULUNGAGUNG

IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN TULUNGAGUNG IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN TULUNGAGUNG 4.1. Indikator Kependudukan Kependudukan merupakan suatu permasalahan yang harus diperhatikan dalam proses pembangunan yang mencakup antara lain mengenai distribusi,

Lebih terperinci

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD 2.1. Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD Dalam penyusunan Kebijakan Umum Perubahan APBD ini, perhatian atas perkembangan kondisi perekonomian Kabupaten Lombok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan ekonomi mempunyai empat dimensi pokok yaitu: (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau transformasi ekonomi, dan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011 No.43/08/33/Th.V, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011 PDRB Jawa Tengah pada triwulan II tahun 2011 meningkat sebesar 1,8 persen dibandingkan triwulan I tahun 2011 (q-to-q).

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan nasional Negara Indonesia adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat, diantaranya melalui pembangunan ekonomi yang berkesinambungan. Pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris dengan kekayaan hayati yang melimpah, hal ini memberikan keuntungan bagi Indonesia terhadap pembangunan perekonomian melalui

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan pengurangan kemiskinan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu

I. PENDAHULUAN. dan pengurangan kemiskinan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan ekonomi adalah peningkatan pendapatan nasional dan pengurangan kemiskinan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dikembangkan dan dikelola sumberdaya

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tegal Tahun 2012 ruang lingkup penghitungan meliputi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI Cimahi berasal dari status Kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Bandung sesuai dengan perkembangan dan kemajuannya berdasarkan Undangundang Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Tahun 27 Perekonomian Indonesia pada Tahun 27 tumbuh 6,32%, mencapai pertumbuhan tertinggi dalam lima tahun terakhir. Dari sisi produksi, semua sektor mengalami ekspansi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada, dengan menjalin pola-pola kemitraan

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB IV TINJAUAN EKONOMI 2.1 STRUKTUR EKONOMI Produk domestik regional bruto atas dasar berlaku mencerminkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Pada tahun 2013, kabupaten Lamandau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu bidang produksi dan lapangan usaha yang paling tua di dunia yang pernah dan sedang dilakukan oleh masyarakat. Sektor pertanian adalah sektor

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE KATA PENGANTAR Buku Indikator Ekonomi Kota Lubuklinggau ini dirancang khusus bagi para pelajar, mahasiswa, akademisi, birokrat, dan masyarakat luas yang memerlukan data dan informasi dibidang perekonomian

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008 No. 19/05/31/Th. X, 15 Mei 2008 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan I tahun 2008 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000 menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penelitian Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang melibatkan pembentukan institusi baru, pembangunan industri alternatif, perbaikan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan beberapa alat analisis, yaitu analisis Location Quetiont (LQ), analisis MRP serta Indeks Komposit. Kemudian untuk

Lebih terperinci

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2014 No. 32/05/35/Th. XIV, 5 Mei 2014 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2014 (y-on-y) mencapai 6,40

Lebih terperinci

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) OLEH SRI MULYANI H14103087 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014 No.51/08/33/Th.VIII, 5 Agustus 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014 Perekonomian Jawa Tengah yang diukur berdasarkan besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada triwulan II tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengungkapkan pada 2015 ini diperkirakan jumlah penduduk Indonesia sekitar 250 juta jiwa dengan pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara ataupun daerah. Pertumbuhan

Lebih terperinci

8.1. Keuangan Daerah APBD

8.1. Keuangan Daerah APBD S alah satu aspek pembangunan yang mendasar dan strategis adalah pembangunan aspek ekonomi, baik pembangunan ekonomi pada tatanan mikro maupun makro. Secara mikro, pembangunan ekonomi lebih menekankan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI. Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai

BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI. Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI 4.1 Umum Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai peran yang signifikan dalam pembangunan ekonomi nasional. Dalam Analisis Kebutuhan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN BPS PROVINSI MALUKU No. 01/05/81/Th.XV, 05 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN PDRB Maluku pada triwulan IV tahun 2013 bertumbuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk kerja sama antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk

BAB I PENDAHULUAN. membentuk kerja sama antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dam masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk kerja sama antara pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan potensi, aspirasi

BAB I PENDAHULUAN. daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan potensi, aspirasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan daerah merupakan bagian dari suatu perwujudan pembangunan ekonomi nasional yang bertujuan menciptakan kemandirian suatu daerah dalam mengurus rumah

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten Subang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013 BPS KABUPATEN TAPANULI UTARA No. 08/07/1205/Th. VI, 06 Oktober 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara yang diukur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014 No. 40/08/36/Th.VIII, 5 Agustus 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014 PDRB Banten triwulan II tahun 2014, secara quarter to quarter (q to q) mengalami pertumbuhan sebesar 2,17 persen,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasting) 2.1.1 Pengertian Peramalan Peramalan dapat diartikan sebagai berikut: a. Perkiraan atau dugaan mengenai terjadinya suatu kejadian atau peristiwa di waktu

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PDRB Triw I-2009 KALSEL

PERKEMBANGAN PDRB Triw I-2009 KALSEL No. 014/05/63,Th XII, 15 Mei 2009 PERKEMBANGAN PDRB Triw I-2009 KALSEL A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi triw I-2009 terhadap triw IV-2008 (q to q) = - 7,72 %. Pertumbuhan ekonomi triw I-2009

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki lautan yang lebih luas dari daratan, tiga per empat wilayah Indonesia (5,8 juta km 2 ) berupa laut. Indonesia memiliki lebih dari 17.500 pulau dengan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU No. 21/05/14/Th.XII, 5 Mei PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU Ekonomi Riau Tanpa Migas Triwulan I Tahun mencapai 7,51 persen Ekonomi Riau termasuk migas pada triwulan I tahun, yang diukur dari kenaikan Produk Domestik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan. swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan. swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang Analisis struktur perekonomian kota Depok sebelum dan sesudah otonomi daerah UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh: HARRY KISWANTO NIM F0104064 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan daerah merupakan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah petani di Indonesia menurut data BPS mencapai 45% dari total angkatan kerja di Indonesia, atau sekitar 42,47 juta jiwa. Sebagai negara dengan sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014 No. 47/08/72/Thn XVII, 05 Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada triwulan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/02/72/Th. XIV. 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Ekonomi Sulawesi Tengah tahun 2010 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU No. 38/08/14/Th.XIV, 2 Agustus 2013 PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU Ekonomi Riau Tanpa Migas Triwulan II Tahun 2013 mencapai 2,68 persen Ekonomi Riau termasuk migas pada triwulan II tahun 2013, yang diukur dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan yang disesuaikan dengan potensi dan permasalahan pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur 57 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta Provinsi DKI Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter diatas permukaan laut dan terletak antara

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2009

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2009 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No.145/11/21/Th.IV, 10 November 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2009 PDRB KEPRI TRIWULAN III TAHUN 2009 TUMBUH 1,90 PERSEN PDRB Kepri pada triwulan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012 No.11/02/63/Th XVII, 5 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2012 tumbuh sebesar 5,73 persen, dengan pertumbuhan tertinggi di sektor konstruksi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAMBI TAHUN 2009

PERTUMBUHAN EKONOMI JAMBI TAHUN 2009 No. 09/02/15/Th. IV, 10 Februari 2010 PERTUMBUHAN EKONOMI JAMBI TAHUN Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jambi pada tahun meningkat sebesar 6,4 persen dibanding tahun 2008. Peningkatan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

Formulir Pendaftaran Program Pemagangan Teknisi 2018 Tangguh LNG

Formulir Pendaftaran Program Pemagangan Teknisi 2018 Tangguh LNG Diunduh dari situs BP Formulir Pendaftaran Program Pemagangan Teknisi 2018 Tangguh LNG Formulir ini disediakan tanpa biaya dan digunakan untuk proses pendaftaran mengikuti proses seleksi Program Pemagangan

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang secara komprehensif dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun.

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun. Indonesia pada tahun 2011 tumbuh sebesar 6,5% (yoy), sedangkan pertumbuhan triwulan IV-2011 secara tahunan sebesar 6,5% (yoy) atau secara triwulanan turun 1,3% (qtq). PDB per kapita atas dasar harga berlaku

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN IV TAHUN 2013 BPS PROVINSI LAMPUNG No.06/02/18/Th.XIV, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN IV TAHUN 2013 EKONOMI LAMPUNG TUMBUH 5,97 PERSEN SELAMA TAHUN 2013 Sebagai dasar perencanaan pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan 41 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Jakarta adalah ibu kota Negara Indonesia dan merupakan salah satu Provinsi di Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 4.1. Gambaran Umum inerja perekonomian Jawa Barat pada tahun ini nampaknya relatif semakin membaik, hal ini terlihat dari laju pertumbuhan ekonomi Jawa

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2009

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2009 No. 04/02/63/Th XIII, 10 Februari 2010 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2009 Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan tahun 2009 meningkat sebesar 5,01 persen terhadap tahun 2008, terjadi pada

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 No. 10/02/63/Th XIV, 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 010 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2010 tumbuh sebesar 5,58 persen, dengan n pertumbuhan tertinggi di sektor

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 38 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan memilih lokasi Kota Cirebon. Hal tersebut karena Kota Cirebon merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH EKSPLORASI GAS BUMI TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TIMUR MELALUI PENDEKATAN INPUT OUTPUT

ANALISA PENGARUH EKSPLORASI GAS BUMI TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TIMUR MELALUI PENDEKATAN INPUT OUTPUT ANALISA PENGARUH EKSPLORASI GAS BUMI TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TIMUR MELALUI PENDEKATAN INPUT OUTPUT Moses L. Singgih Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya 60111, Indonesia,

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO. PDRB Gorontalo Triwulan I Tahun 2012 Naik 3,84 Persen

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO. PDRB Gorontalo Triwulan I Tahun 2012 Naik 3,84 Persen No. 26/05/75/Th. VI, 7 Mei 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO PDRB Gorontalo Triwulan I Tahun 2012 Naik 3,84 Persen PDRB Gorontalo pada triwulan I tahun 2012 naik sebesar 3,84 persen dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Badak, dan kilang Tangguh. Ketiga kilang tersebut tersebar di berbagai pulau

IV. GAMBARAN UMUM. Badak, dan kilang Tangguh. Ketiga kilang tersebut tersebar di berbagai pulau IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Perkembangan Produksi Liquefied Natural Gas (LNG) LNG Indonesia diproduksi dari tiga kilang utama, yaitu kilang Arun, kilang Badak, dan kilang Tangguh. Ketiga kilang tersebut tersebar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan lapangan industri dan perdagangan merupakan salah satu penyebab

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan lapangan industri dan perdagangan merupakan salah satu penyebab A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pembangunan ekonomi merupakan aspek terpenting yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam lingkup pembangunan nasional. Perubahan lapangan industri dan

Lebih terperinci

Sebagai upaya untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan di

Sebagai upaya untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan di 120 No. 1 2 3 4 Tabel 3.5 Kegiatan Pembangunan Infrastruktur dalam MP3EI di Kota Balikpapan Proyek MP3EI Pembangunan jembatan Pulau Balang bentang panjang 1.314 meter. Pengembangan pelabuhan Internasional

Lebih terperinci