SRI ASRIANI NIM.P.12052

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SRI ASRIANI NIM.P.12052"

Transkripsi

1 PEMBERIAN TINDAKAN ROM PASIF DALAM MENGATASI KONSTIPASI PADA ASUHAN KEPERAWATAN NY.T DENGAN STROKE HEMORAGIK DI HIGH CARE UNIT (HCU) ANGGREK II RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA DISUSUN OLEH : SRI ASRIANI NIM.P PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015

2 PEMBERIAN TINDAKAN ROM PASIF DALAM MENGATASI KONSTIPASI PADA ASUHAN KEPERAWATAN NY.T DENGAN STROKE HEMORAGIK DI HIGH CARE UNIT (HCU) ANGGREK II RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA Karya Tulis Ilmiah untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : SRI ASRIANI NIM.P PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015 i

3 SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Sri Asriani NIM : P Program Studi : DIII Keperawatan Judul Karya Tulis Ilmiah : PEMBERIAN TINDAKAN ROM PASIF DALAM MENGATASI KONSTIPASI PADA ASUHAN KEPERAWATAN NY. T DENGAN STROKE HEMORAGIK DI HIGH CARE UNIT (HCU) ANGGREK II RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA Mengatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas akhir yang saya tulis ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila di kemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas akhir ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan akademik yang berlaku. Surakarta, Mei 2015 Yang Membuat Pernyataan SRI ASRIANI NIM.P ii

4 LEMBAR PERSETUJUAN Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh : Nama : Sri Asriani NIM : P Program Studi : DIII Keperawatan Judul Karya Tulis Ilmiah : PEMBERIAN TINDAKAN ROM PASIF DALAM MENGATASI KONSTIPASI PADA ASUHAN KEPERAWATAN NY.T DENGAN STROKE HEMORAGIK DI HIGH CARE UNIT (HCU) ANGGREK II RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta Ditetapkan di : Surakarta Hari / Tanggal : Kamis, 21 Mei 2015 Pembimbing : Ns. Alfyana Nadya Rachmawati, S.Kep., M.Kep ( ) NIK iii

5 HALAMAN PENGESAHAN Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh : Nama : Sri Asriani NIM : P Program Studi : DIII KEPERAWATAN Judul : PEMBERIAN TINDAKAN ROM PASIF DALAM MENGATASI KONSTIPASI PADA ASUHAN KEPERAWATAN NY.T DENGAN STROKE HEMORAGIK DI HIGH CARE UNIT (HCU) ANGGREK II RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA. Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta Ditetapkan : Surakarta Hari/Tanggal : Selasa, 16 Juni 2015 DEWAN PENGUJI Pembimbing : Ns. Alfyana Nadya Rachmawati, S.Kep., M.Kep ( ) NIK Penguji I : Ns. Anissa Cindy Nurul Afni, S.Kep., M.Kep ( ) NIK Penguji II : Ns. Intan Maharani S. Batubara, S.Kep ( ) NIK Mengetahui, Ketua Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta Atiek Murharyati, S.Kep., Ns., M.Kep NIK iv

6 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat, rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul Pemberian Tindakan Rom Pasif dalam Mengatasi Konstipasi Pada Asuhan Keperawatan Pada Ny.T dengan Stroke Hemoragik di High Care Unit (HCU) Anggrek II Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta. Adapun penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dimaksudkan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya (Amd) pada program Studi Diploma III Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat : 1. Atiek Murharyati, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta. 2. Meri Oktariani,S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Sekretaris Ketua Program Studi DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta. 3. Ns. Alfyana Nadya Rahmawati, M.Kep selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai peguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukanmasukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini. 4. Ns. Anissa Cindy Nurul Afni, S.Kep., M.Kep, selaku dosen penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberi masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan demi sempurnanya stadi kasus ini. 5. Ns. Intan Maharani S. Batubara, S.Kep selaku dosen penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberi masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan demi sempurnanya stadi kasus ini. v

7 6. Semua Dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasan serta ilmu yang bermanfaat. 7. Kepala High Care Unit (HCU) Anggrek II RSUD Dr. Moewardi dan para staf yang telah memberikan ijin pada penulis dan membantu melakukan studi kasus untuk penyusunan karya tulis ini. 8. Kedua orang tuaku, Adik kandungku, serta pacarku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan. 9. Teman-teman Mahasiswa Program studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satupersatu,yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual. Surakarta, 16 Juni 2015 Penulis vi

8 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... ii LEMBAR PERSETUJUAN... iii HALAMAN PENGESAHAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan Penulisan... 5 C. Manfaat Penulisan... 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Stroke Konstipasi ROM (Range Of Motion) B. Kerangka Teori C. Kerangka Konsep BAB III METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET A. Subyek aplikasi riset B. Tempat dan Waktu C. Media dan alat yang digunakan D. Alat ukur evaluasi dari aplikasi tindakanberdasarkan riset BAB IV LAPORAN KASUS A. Identitas pasien B. Pengkajian C. Daftar Rumusan Masalah vii

9 D. Perencanaan Keperawatan E. Implementasi F. Evaluasi keperawatan BAB V PEMBAHASAN A. Pengkajian B. Diagnosa Keperawatan C. Intervensi Keperawatan D. Implementasi Keperawatan E. Evaluasi Keperawatan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP viii

10 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kerangka Teori Gambar 2.2 Kerangka Konsep ix

11 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Usulan Judul Lampiran 2 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah Lampiran 3 Surat Pernyataan Lampiran 4 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 5 Jurnal Utama Lampiran 6 Asuhan Keperawatan Lampiran 7 Lembar Log Book Lampiran 8 Lembar Pendelegasian Lampiran 9 Lembat Observasi x

12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stroke adalah suatu keadaan hilangnya sebagian atau seluruh fungsi neurologis (defisit neurologik lokal atau global) yang terjadi secara mendadak, berlangsung lebih 24 jam atau menyebabkan kematian, yang semata mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak karena berkurangnya suplai darah (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah secara spontan (stroke pendarahan) (Budiman, 2013). Stroke adalah terjadinya gangguan fungsional otak fokal maupun global secara mendadak dan akut yang berlangsung lebih dari 24 jam akibat gangguan aliran darah otak (WHO, 2012). Stroke hemoragik adalah pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan keluarnya darah ke jaringan parenkim otak, ruang cairan cerebrospinalis disekitar otak atau kombinasi keduanya. Perdarahan tersebut menyebabkan gangguan serabut otak melalui penekanan struktur otak dan juga oleh hematum yang menyebabkan iskemia pada jaringan sekitarnya. Peningkatan tekanan intrakranial pada gilirannya akan menimbulkan herniasi jaringan otak dan menekan pada batang otak (Budiman, 2013). Angka kematian karena stroke sampai saat ini masih tinggi. Menurut World Health Organisation (WHO) (2003) dalam Maliya (2008) stroke merupakan penyakit serebro vaskuler. Tercatat dari 4,6 juta meninggal diseluruh dunia, dua dari tiga kematian terjadi di negara sedang berkembang. 1

13 2 Di Amerika Serikat, stroke merupakan penyebab kematian terbesar ketiga dan menyebabkan kematian wanita dan laki-laki setiap tahun. Selain menyebabkan kematian, stroke juga merupakan penyebab utama kecacatan (Irfan, 2010). Data yang lebih rinci oleh American Heart Association (AHA) dalam Heart Disease and Stroke Statistics Update, menyebutkan bahwa setiap 4 menit seorang meninggal karena stroke dan stroke berkontribusi dalam setiap 18 kematian di Amerika Serikat pada tahun 2008 (Roger, dkk. 2011). Di Amerika Serikat, stroke merupakan penyebab kematian nomor 4 setelah penyakit jantung, kanker dan penyakit kronik saluran pernafasan bawah (Minino, dkk. 2011), sementara di Australia stroke merupakan penyebab kematian nomor 2 setelah penyakit jantung koroner dengan kematian pada tahun 2009 (Refshauge, 2012). Pada kelompok kasus stroke hemoragik, diperkirakan sebanyak 75% adalah perdarahan intraserebral dan didapatkan insiden stroke hemoragik karena perdarahan subarakhoid 25 % sisanya perdarahan subarakhoid. Dalam beberapa penelitian didapatkan insiden perdarahan serebral adalah kasus tiap populasi per tahun. Sedangkan menurut data lain dari Amerika, didapatkan insiden stroke hemoragik karena perdarahan subarakhoid sekitar 10 kasus per populasi (Wahjoepramono, 2005). Demikian juga halnya di Indonesia, stroke merupakan penyebab kematian tertinggi pada usia > 45 tahun (15,4% dari seluruh kematian) baik di desa maupun di perkotaan (DEPKES, 2008). Hasil yang sama juga dilaporkan oleh (Rao, dkk. 2010) bahwa stroke merupakan

14 3 penyebab kematian tertinggi di tahun di Surakarta (27,0%) dan di Pekalongan (19,9%). Stroke merupakan masalah kesehatan dan perlu mendapat perhatian khusus. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan utama di hampir seluruh rumah sakit di Indonesia. Angka kejadian stroke meningkat dari tahun ke tahun. Setiap 7 orang yang meninggal di Indonesia, 1 diantaranya karena stroke. Pada tahun 2020 diperkirakan sekitar 7,6 juta orang akan meninggal karena stroke. Peningkatan tertinggi akan teriadi di negara berkembang terutama dinegara kawasan Asia. Dari hasil survei yang didapatkan penderita stroke hemoragik di RSUD Dr. Moewardi Surakarta didapatkan penderita stroke pada tahun 2013 mencapai 352 orang, kemudian pada tahun 2014 sampai 2015 terdapat 293 orang. Pencegahan dan pengobatan yang tepat pada penderita stroke merupakan hal yang sangat penting. Stroke yang tidak mendapatkan penanganan yang baik akan menimbulkan berbagai tingkat gangguan, seperti penurunan tonus otot, hilangnya sensibilitas pada sebagian anggota tubuh, menurunnya kemampuan untuk menggerakkan anggota tubuh yang sakit dan ketidakmampuan dalam hal melakukan aktivitas tertentu. Pasien stroke yang mengalami kelemahan pada satu sisi anggota tubuh disebabkan oleh karena penurunan tonus otot, sehingga tidak mampu menggerakkan tubuhnya (imobilisasi) (Garrison, 2003). Berbagai komplikasi lanjut stroke akibat imobilisasi, salah satunya inkontinensia alvi atau konstipasi. Umumnya penyebabnya adalah imobilisasi, kekurangan cairan dan intake makanan

15 4 (Bathesda, 2008). Konstipasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami kesulitan buang air besar. Konstipasi sering disebabkan oleh berubahnya makanan atau berkurangnya aktivitas fisik. Lewis (2007) mengemukakan bahwa atropi otot karena kurangnya aktivitas dapat terjadi hanya dalam waktu kurang dari satu bulan. Salah satu tindakan keperawatan untuk pasien stroke dalam hal ini terapi setelah masa kritis, yaitu pasien dibantu untuk bergerak atau tubuh klien digerak-gerakkan secara sistematis, yang biasa disebut rentan gerak atau Range of Motion (ROM). Range Of Motion (ROM) adalah tindakan/latihan otot atau persendian yang diberikan kepada pasien yang mobilitas sendinya terbatas karena penyakit, diabilitas, atau trauma. Range Of Motion (ROM) gerakan sendi yang memungkinkan terjadinya kontraksi dan pergerakan otot, dimana klien menggerakkan masing-masing persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktif maupun pasif. ROM pasif yaitu latihan ROM yang dilakukan pasien dengan bantuan perawat setiap melakukan gerakan latihan ROM merupakan salah satu altenatif latihan yang dapat dilakukan oleh lansia. Latihan ROM merupakan bagian dari tindakan keperawatan. Tujuan utama penelitian keperawatan adalah mengembangkan dasar pengetahuan ilmiah untuk praktik keperawatan yang efektif dan efisien (Danim, 2003). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mira (2011) pada pasien stroke menyatakan bahwa ROM pasif efektif dalam mengatasi konstipasi pada pasien stroke. Berdasarkan kasus yang ditemukan penulis selama berada di High Care

16 5 Unit (HCU) didapatkan data pasien hemiparase anggota gerak bagian kiri tidak dapat digerakkan sehingga mengalami konstipasi. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah dengan judul Pemberian Tindakan Rom Pasif dalam Mengatasi Konstipasi pada Asuhan Keperawatan Ny.T dengan Stroke Hemoragik di High Care Unit (HCU) Anggrek II RSUD Dr. Moewardi Surakarta. B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui efektifitas ROM pasif dalam mengatasii konstipasi pada Asuhan Keperawatan Ny.T dengan Stroke Hemoragik di High Care Unit (HCU) Anggrek II RSUD Dr. Moewardi Surakarta. 2. Tujuan Khusus a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada pasien Ny.T dengan Stroke Hemoragik. b. Penulis mampu merumuskan diagnosa Keperawatan pada pasien Ny.T dengan Stroke Hemoragik. c. Penulis mampu menyusun rencana Asuhan Keperawatan pada pasien Ny.T dengan Stroke Hemoragik. d. Penulis mampu melakukan implementasi pada pasien Ny.T dengan Stroke Hemoragik. e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada pasien Ny.T dengan Stroke Hemoragik.

17 6 f. Penulis mampu menganalisa hasil pemberian tindakan ROM pasif dalam mengatasi konstipasi yang terjadi pada Asuhan Keperawatan Ny.T dengan stroke hemoragik. C. Manfaat Penulisan 1. Bagi Pasien Memberikan informasi pada Ny.T cara untuk melakukan ROM pasif dalam mengatasi konstipasi pada pasien Stroke Hemoragik. 2. Rumah sakit Hasil pengaplikasian ini dapat dijadikan sumber referensi metode dalam melakukan ROM pasif dalam mengatasi konstipasi pada pasien Stroke Hemoragik. 3. Bagi Institusi Hasil pengaplikasian ini dapat dijadikan sumber referensi baru bagi mahasiswa tentang melakukan ROM pasif dalam mengatasi konstipasi pada pasien Stroke Hemoragik. 4. Bagi Peneliti Hasil pengaplikasian ini memberikan pengalaman serta pengetahuan baru bagi peneliti dalam bidang keperawatan khususnya dalam melakukan ROM pasif dalam mengatasi konstipasi pada pasien Stroke Hemoragik. 5. Bagi Perawat Hasil pengaplikasian ini dapat dijadikan sumber referensi bagi perawat lain dalam melakukan ROM pasif dalam mengatasi konstipasi pada pasien Stroke Hemoragik.

18 BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TEORI 1. Stroke Hemoragik a. Definisi Stroke adalah suatu keadaan hilangnya sebagian atau seluruh fungsi neurologis (defisit neurologik lokal atau global) yang terjadi secara mendadak, berlangsung lebih 24 jam atau menyebabkan kematian, yang semata mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak karena berkurangnya suplai darah (Stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah secara spontan (Stroke pendarahan) (Budiman, 2013). Stroke adalah gangguan fungsi saraf yang disebabkan oleh gangguan aliran darah dalam otak yang dapat timbul secara mendadak dalam beberapa detik atau secara cepat dalam beberapa jam dengan gejala atau tanda tanda sesuai dengan daerah yang terganggu (Irfan, Muhamad, 2012). Stroke hemoragik adalah pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan keluarnya darah ke jaringan parenkim otak, ruang cairan cerebrospinalis disekitar otak atau kombinasi keduanya. Perdarahan tersebut menyebabkan gangguan serabut otak melalui penekanan struktur otak dan juga oleh hematom yang 7

19 8 menyebabkan iskemia pada jaringan sekitarnya. Peningkatan tekanan intrakranial pada gilirannya akan menimbulkan herniasi jaringan otak dan menekan pada batang otak (Budiman, 2013) Stroke hemoragik adalah disfungsi neurologi fokal yang akut dan disebabkan oleh perdarahan primer substansi otak yang terjadi secara spontan bukan oleh karena trauma kapitis, disebabkan oleh pecahnya pembuluh arteri, vena, dan kapiler (Widjaja, 2011). Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresi cepat, berupa defisit neurologis fokal dan/ atau global, yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan semata mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik. Stroke adalah setiap gangguan neurologik mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah melalu sistem suplai arteri otak. b. Etiologi stroke hemoragik Menurut Pudiastuti, 2013 Penyebab stroke hemoragik dapat dibagi dua faktor yaitu : 1) Faktor resiko medis antara lain : a) Migrain b) Hipertensi c) Diabetes

20 9 d) Kolesterol e) Gangguan jantung 2) Faktor resiko perilaku antara lain : a) Kurang Olahraga b) Merokok c) Makanan tidak sehat d) Kontrasepsi oral e) Mendengkur f) Narkoba g) Obesitas h) Stres i) Cara hidup c. Faktor resiko dan pencegahan stroke hemoragik Faktor resiko penyebab stroke hemoragik digolongkan menjadi 2 yaitu faktor resiko yang tidak dapat dikendalikan dan faktor resiko yang dapat dikendalikan (Suiroka, 2012) : 1) Faktor resiko stroke hemoragik yang tidak dapat dikendalikan antara lain : a) Umur b) Jenis kelamin c) Garis keturunan d) Ras atau etnik e) Diabetes

21 10 f) Artesklerosis g) Penyakit jantung 2) Faktor Resiko Stroke hemoragik yang dapat dikendalikan antara lain: a) Obesitas b) Kurang aktivitas fisik dan olahraga c) Merokok d) Mengkonsumsi alkohol dan penggunaan obat obatan e) Tekanan darah tinggi (Hipertensi) f) Tingkat kolesterol darah yang berbahaya g) Sleep apnea (Mendengkur disertai berhenti bernafas selama 10 detik) d. Klasifikasi stroke hemoragik Stroke hemoragik dapat diklasifikasikan menurut patologi dan gejala kliniknya (Junaidi, 2011). Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan subarachnoid. Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah otak tertentu. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktifitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Keadaan pasien umumnya menurun. Perdarahan otak dibagi menjadi 2 yaitu : 1) Perdarahan intraserebral yaitu pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama karena hipertensi mengakibatkan darah masuk kedalam jaringan otak. Peningkatan tekanan

22 11 intrakranial yang terjadi cepat, dapat mengakibatkan kematian mendadak karena herniasi otak. Perdarahan intraserebral yang disebabkan karena hipertensi sering dijumpai didaerah putamen, talamus, pons dan serebelum (Rohani, 2012). 2) Perdarahan subaracnoid yaitu perdarahan yang berasal dari pecahnya aneurisma berry atau AVM. Anaurisma yang pecah ini berasal dari pembuluh darah sirkulasi Willisi dan cabangcabang yang terdapat diluar parenkim otak (Juwono, 2010). Pecahnya arteri dan keluarnya ke ruang subaracnoid menyebabkan tekanan intrakranial meningkat mendadak, meregangnya struktur peka nyeri dan vasospasme pembuluh darah serebral yang berakibat disfungsi otak global (nyeri kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparase, gangguan hemi sensorik, afasia, dll) (Rohani, 2012). e. Komplikasi stroke hemoragik Menurut Pudiastuti, 2013 komplikasi stroke hemoragik yaitu : 1) Berhubungan dengan imobilisasi : a) Infeksi pernafasan b) Nyeri yang berhubungan dengan daerah yang tertekan c) Konstipasi 2) Berhubungan dengan mobilisasi : a) Nyeri pada daerah punggung b) Dislokasi nyeri

23 12 3) Berhubungan dengan kerusakan otak : a) Epilepsi b) Sakit kepala c) Kraniotomi f. Manifestasi klinis stroke hemoragik Menurut Suzanne, Bare (2010) tanda dan gejala pada penderita stroke hemoragik antara lain : 1) Kehilangan fungsi motorik Mobilitas, fungsi respirasi, berbicara dan menelan, reflek gangguan, kemampuan aktivitas sehari-hari. 2) Kehilangan fungsi komunikasi a) Disatria (kesulitan berbicara) b) Disfasia (kesulita terkait penggunaan bahasa) c) Afasia (kehilangan total kemampuan menggunakan bahasa) d) Apraksia (ketidakmampuan melakukan tindakan yang telah dipelajari sebelumnya) 3) Kerusakan afek Kesulitan dalam mengontrol emosinya 4) Eliminasi Pasien mengalami urgensi dan inkontinensia 5) Gangguan persepsi dan sensori Kemampuan untuk menginterpretasikan sensasi

24 13 g. Patofisiologi stroke hemoragik Otak sangat tergantung pada oksigen dan tidak mempunyai cadangan oksigen. Jika aliran darah ke setiap bagian otak terhambat karena trombus dan embolus, maka mulai terjadi kekurangan oksigen ke jaringan otak. Kekurangan selama 1 menit dapat mengarah pada gejala yang dapat pulih seperti kehilangan kesadaran. Selanjutnya kekurangan oksigen dalam waktu yang lebih lama dapat menyebabkan nekrosis mikroskopik neuronneuron. Area nekrotik kemudian disebut infark. Kekurangan oksigen pada awalnya mungkin iskemia atau hipoksia karena akibat proses anemia dan kesukaran untuk bernafas. Stroke karena embolus dapat merupakan akibat dari bekuan darah, udara, dan lemak. Abnormalitas vaskuler, aneurisma serabut dapat terjadi ruptur dapat menyebabkan hemorhagi. Pada stroke trombosis atau metabolik maka otak mengalami iskemia dan infark sulit ditentukan. Ada peluang dominan stroke akan meluas setelah serangan pertama sehingga dapat terjadi edema serebral dan peningkatan tekanan intrakranial (TIK) dan kematian pada area yang luas. Gangguan pasokan aliran darah otak dapat terjadi dimana saja didalam arteri-arteri yang membentuk sirkulasi. Secara umum, apabila aliran darah ke jaringan otak terputus selama menit, akan terjadi infark atau kematian jaringan. Perlu diingat bahwa

25 14 oklusi disuatu arteri tidak selalu menyebabkan infark didaerah otak yang diperdarahi oleh arteri tersebut. h. Penatalaksanaan pada stroke hemoragik Menurut Muhibbi, 2006 berikut pengelolaan umum 5B pada penderita stroke hemoragik adalah: a) Breathing : (1) Jalan nafas harus bebas, ventilasi dan oksigenasi harus tetap baik (2) Intubasi bila GCS < 8 (3) Alih baring miring kiri-kanan tiap 2 jam b) Blood : (1) Tekanan darah tidak boleh segera diturunkan, kecuali : (a) Iskemik : > 220/120 (b) Hemoragik : > 180/100 (c) Obat : diltiazem, nitroprusid, nitrogliserin, labetolol & kaptopril (2) Jaga komposisi darah yang baik, perhatikan Hb, Albumin, Kalium, Natrium & Gula darah (3) Gula darah diturunkan bila > 200 mg/dl c) Brain: (1) Jaga supaya tidak timbul kejang (2) TIK meningkat beri manitol (3) Cegah hipertermi, kalau mungkin sedikit hipotermi

26 15 d) Bladder : (1) Perhatikan baik-baik kemungkinan adanya retensio maupun inkontinensia urin (2) Bila perlu pasang kateter e) Bowel : (1) Jaga jumlah kalori dan berikan cairan yang cukup (2) Hindari obstipasi i. Pemeriksaan Diagnostik Menurut Doengoes dkk, 2000 pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada pasien stroke hemoragik adalah : 1) CT-scan : mengetahui adanya edema, hematoma, iskemia, dan adanya infark. 2) MRI (Magnetic resonance imaging) : untuk menunjukkan daerah yang mengalami infark, hemoragik, dan malformasi arteriovena. 3) Sinar X : menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang berlawanan dari masa yang meluas. 4) Angiografi serebral : membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan, obstruksi arteri, oklusi / ruptur. 5) Elektro encefalography : mengidentifikas masalah didasarkan pada gelombang otak atau mungkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.

27 16 6) Foto thorak : memperlihatkan keadaan jantung, apakah terdapat pembesaran ventrikel kiri yang merupakan salah satu tanda hipertensi kronis pada penderita stroke, menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah berlawanan dari massa yang meluas. 7) Pemeriksaan laboratorium a) Fungsi lumbal b) Pemeriksaan darah rutin c) Pemeriksaan kimia darah j. Asuhan Keperawatan Menurut Rendy dan Margareth, 2012 asuhan keperawatan pada pasien stroke hemoragik dilakukan dengan tahap yaitu : 1) Pengkajian a) Biodata Nama, umur, jenis kelamin, agama, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk rumah sakit, no. Cm dan suku bangsa. b) Keluhan utama Biasanya klien datang kerumah sakit dengan keadaan tidak sadar disertai kelumpuhan dan keluhan sakit kepala hebat bila masih sadar. c) Riwayat kesehatan sekarang Setelah melakukan aktivitas tiba-tiba terjadi keluhan

28 17 neurologis misalnya : sakit kepala dan penurunan kesadaran. d) Riwayat kesahatan dahulu Perlu dilakukan adanya pengkajian DM, Hipertensi, dan Kelainan jantung, karena hal ini berhubungan dengan penurunan kualitas pembuluh darah otak menjadi menurun. e) Riwayat penyakit keluarga Adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh anggota keluarga yang lain atau riwayat penyakit lain baik bersifat genetik maupun tidak. f) Pemeriksaan fisik (1) Keadaan Umum (2) Pola fungsi kesehatan (a) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan Pada klien hipertensi terdapat juga kebiasaan untuk merokok, minum alkohol, dan penggunaan obat-obatan. (b) Pola aktivitas dan latihan Pada klien hipertensi terkadang mengalami atau merasa lemas, pusing, kelelahan, kelemahan otot dan kesadaran menurun.

29 18 (c) Pola nutrisi dan metabolisme Pada pasien hipertensi terkadang mengalami mual dan muntah. (d) Pola eliminasi Pada pasien hipertensi terkadang mengalami oliguri (e) Pola tidur dan istirahat. (f) Pola kognitif dan perseptual (g) Pola konsep diri (h) Pola toleransi dan koping stress Pada pasien hipertensi biasanya mengalami stress psikologi. (i) Pola seksual dan reproduksi (j) Pola hubungan dan peran (k) Pola nilai dan keyakinan. 2) Diagnosa keperawatan a) Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b.d peningkatan tekanan intrakranial (TIK) b) Hambatan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot c) Konstipasi b.d kelemahan otot abdomen d) Gangguan citra tubuh b.d penyakit e) Kurang perawatan diri : mandi, berpakaian, makan, toileting, b.d tidak berfungsinya anggota gerak

30 19 f) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor biologis (mual, muntah) g) Nyeri akut b.d gangguan syaraf neuron 3) Intervensi keperawatan a) Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b.d peningkatan tekanan intrakranial (TIK) (1) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam diharapkan ketidakefektifan perfusi jaringan serebral tidak terjadi (2) Kriteria hasil : (a) Kesadaran composmentis (b) TTV dalam batas normal (c) GCS dalam batas normal (d) Pasien tidak merasa nyeri (3) Intervensi : (a) Observasi kesadaran dan GCS pasien Rasional : untuk mengetahui kesadaran umum pasien (b) Beri terapi O 2 Rasional : untuk menambah suplai oksigen (c) Anjurkan keluarga untuk memposisikan kepala hand up 30 0

31 20 Rasional : memberikan posisi yang nyaman untuk pasien (d) Kolaborasi dengan dokter pemberian obat Rasional : untuk mengurangi peningkatan tekanan intrakranial (TIK) b) Hambatan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot (1) Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam diharapkan hambatan mobilitas fisik optimal (2) Kriteria hasil : (a) Pasien dapat menggerakkan ekstermitasnya (b) Pasien mampu melakukan mobilitas secara mandiri (3) Intervensi : (a) Observasi Tanda-tanda vital Rasional : mengetahui tanda-tanda vital (b) Ajarkan ROM pasif Rasional : untuk melatih kekuatan otot (c) Anjurkan keluarga untuk alih baring Rasional : untuk mencegah resiko dekubitus (d) Kolaborasi dengan ahli fisioterapi Rasional : untuk memberikan program khusus melatih kekuatan otot

32 21 c) Konstipasi b.d kelemahan otot abdomen (1) Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam diharapkan konstipasi tidak terjadi (2) Kriteria hasil : (a) Bising usus dalam batas norma 5-35x/menit (b) Pasien bisa buang air besar (BAB) (3) Intervensi : (a) Kaji keadaan umum pasien Rasional : mengetahui keadaan umum pasien (b) Auskultasi bising usus Rasional : untuk mengetahui bising usus pasien (c) Anjurkan keluarga untuk memberikan makanan tinggi serat Rasional : memperlancar proses pencernaan (d) Kolaborasi dengan ahli gizi Rasional : untuk meningkatkan serat dan cairan dalam diet pasien d) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor biologis (mual, muntah) (1) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam diharapkan ketidakseimbangan nutrisi dapat terpenuhi

33 22 (2) Kriteria hasil : (a) Pasien tidak mual muntah (b) Nafsu makan pasien meningkat (3) Intervensi : (a) Kaji penyebab mual muntah Rasional : untuk mengetahui penyebab mual muntah (b) Bantu perawatan diri : makan Rasional : membantu pasien untuk makan (c) Ajarkan keluarga memberikan makanan dalam porsi kecil tapi sering (d) Rasional : untuk meningkatkan nafsu makan dan asupan nutrien pasien (e) Beri obat nafsu makan Rasional : untuk mengurangi peningkatan asam lambung e) Kurang perawatan diri : mandi, berpakaian, makan, toileting b.d tidak berfungsinya anggota gerak (1) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam diharapkan kurang perawatan diri teratasi (2) Kriteria hasil : (a) Pasien dapat merawat diri berpakaian

34 23 (b) Pasien dapat merawat diri mandi (c) Pasien dapat merawat diri makan (d) Pasien dapat merawat diri toileing (3) Intervensi : (a) Kaji kemampuan klien untuk perawatan diri Rasional : untuk mengetahui kemampuan klien dalam perawatan diri (b) Pantau kebutuhan klien untuk alat bantu dalam mandi, berpakaian, makan dan toileing Rasional : untuk membantu klien dalam kebutuhannya (c) Berikan bantuan hingga klien sepenuhnya dapat mandiri Rasional : agar membantu agar bisa cepat melakukan secara mandiri (d) Dukung klien menunjukkan aktivitas normal sesuai kemampuan Rasional : untuk mengetahui kemampuan klien secara normal (e) Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan perawatan diri klien Rasional : agar keluarga dapat membantu aktivitas klien

35 24 f) Nyeri akut b.d gangguan syaraf neuron (1) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam diharapkan nyeri akut berkurang / hilang (2) Kriteria hasil : (a) Pasien mampu mempertahankan tingkat nyeri (b) Pasien tampak rileks (c) Nyeri berkurang dari 5 menjadi 3 (d) Pasien tidak meringis kesakitan (3) Intervensi : (a) Kaji karakteristik nyeri Rasional : untuk meningkatkan dan memudahkan intervensi yang akan dilakukan (b) Berikan posisi yang nyaman Rasional : posisi yang nyaman membantu proses relaksasi (c) Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam Rasional : untuk mengurangi rasa nyeri (d) Kolaborasi dengan dokter pemberian analgetik Rasional : untuk mengurangi rasa nyeri

36 25 2. KONSTIPASI a. Definisi Konstipasi adalah penurunan frekuensi defekasi, yang diikuti oleh pengeluaran proses yang lama atau keras dan kering (Potter & Perry, 2006). Konstipasi merupakan suatu keluhan, bukan penyakit. Konstipasi sering diartikan sebagai kurangnya frekuensi buang air besar (BAB), biasanya kurang dari 3 kali per minggu dengan feses kecil-kecil dan keras, serta kadang kala disertai kesulitan sampai rasa sakit saat buang air besar (BAB). b. Penyebab Menurut Potter & Perry, 2006 berikut penyebab konstipasi antara lain : 1) Konsumsi air dan serat yang kurang 2) Kelemahan otot 3) Perubahan pola diet misalnya pada saat travelling 4) Kurang olahraga atau kurang melakukan gerak badan 5) Usaha menahan buang air besar (BAB) karena rasa nyeri misalnya karena ambeyen 6) Salah guna obat-obatan seperti pencahar atau antasida. 7) Penyakit lain seperti hiportiroid, hingga kanker usus besar. c. Penatalaksanaan konstipasi Menurut Potter & Perry, 2006 dibawah ini adalah beberapa penatalaksanaan dari konstipasi yaitu :

37 26 1) Monitor tanda-tanda dan gejala konstipasi 2) Monitor pergerakan usus, meliputi frekuensi, konsistensi, bentuk, volume, dan warna dengan tepat 3) Monitor bising usus 4) Anjurkan keluarga untuk memberi diet tinggi serat dengan tepat 5) Ajarkan untuk melakukan pergerakan sendi (ROM) agar meningkatkan kontraksi otot-otot abdomen d. Cara mencegah konstipasi Dibawah ini adalah beberapa cara untuk mencegah konstipasi menurut Potter & Perry, 2006 antara lain : 1) Makan makanan tinggi serat (yang sudah pasti kita ketahui). Sumber serat antara lain adalah buah-buahan, roti gandum utuh, atau sereal. Serat dalam makanan akan membentuk massa kotoran (feces) sehingga mengembang dan mudah dikeluarkan. 2) Minum minimal 8 gelas air sehari, kecuali anda memiliki kondisi medis yang mengharuskan anda membatasi asupan cairan. Minuman seperti kopi dan teh memiliki efek dehidarsi sehingga harus dihindari hingga pola defekasi anda sudah normal. 3) Olahraga teratur 4) Jangan terlalu sering menahan bunag air besar (BAB)

38 27 e. Klasifikasi Klasifikasi konstipasi menurut Potter & Perry, 2006 dibedakan menjadi 2 yaitu : 1) Konstipasi Konstipasi adalah defekasi yang tidak teratur yang abnormal, dan juga pengerasan feses tak normal yang membuat sulit dan kadang menimbulkan nyeri. 2) Obstipasi Obstipasi adalah bentuk konstipasi parah biasanya disebabkan oleh terhalangnya pergerakan feses dalam usus (adanya obstruksi usus). Gejala obstipasi berupa pengeluaran feses yang keras dalam jangka waktu tiap 3-5 hari, kadang disertai adanya perasaan perut penuh akibat adanya feses atau gas dalam perut. f. Patofisiologi Buang air besar yang normal frekuensinya adalah 3 kali sehari sampai 3 hari sekali. Dalam konstipasi dikatakan konstipasi bila buang air besar kurang dari 3 kali perminggu atau lebih dari 3 hari tidak buang air besar harus mengejan secara berlebihan. Kolon mempunyai fungsi menerima bahan buangan dari ileum, kemudian mencampur, melakuakan fermentasi, dan memilah karbohidrat yang tidak diserap, serta memadatkannya menjadi tinja. Fungsi ini dilaksanakan dengan berbagai mekanisme yang

39 28 sangat kompleks. Pada penderita gangguan mobilitas fisik, seperti fraktur, stroke maupun penyakit lain yang mengharuskan pasien bedrest dalam jangka waktu yang lama, hal ini juga dapat mempengaruhi kontraksi otot abdomen, sehingga kontraktilitas usus berkurang, bahkan tidak ada. Konstipasi dapat timbul dari adanya defek pengisian atau pengosongan rektum. Pengisian rektum yang tidak sempurna terjadi bila peristaltik kolon tidak efektif (misalnya pada kasus imobilisasi) (mira, 2011). 3. ROM (Range of motion) a. Pengertian Range of motion adalah gerakan dalam keadaan normal dapat dilakukan oleh sendi yang bersangkutan (Suratun, dkk, 2008). Range of motion (ROM) adalah suatu teknik dasar yang digunakan untuk menilai gerakan dan untuk gerakan awal kedalam suatu program intervensi. Gerakan dapat dilihat sebagai tulang yang digerakkan oleh otot ataupun gaya eksternal lain dalam ruang geraknya melalui persendian. Bila terjadi gerakan, maka seluruh struktur yang terdapat pada persendian tersebut akan terpengaruh, yaitu: otot, permukaan sendi, kapsul sendi, fasia, pembuluh darah dan saraf. Range of Motion (ROM) adalah jumlah maksimum gerakan yang mungkin dilakukan sendi pada salah satu dari tiga potongan

40 29 tubuh, yaitu sagital, transversal, dan frontal. Pengertian ROM lainnya adalah latihan gerakan sendi yang memungkinkan terjadinya kontraksi dan pergerakan otot, dimana klien menggerakan masing-masing persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif. Latihan Range Of Motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2005). Sebelum dilakukan intervensi, pasien stroke dilakukan pre test, untuk mengetahui apakan meraka merasakan adanya masalah konstipasi. Setelah itu, dilakukan perlakuan (ROM Pasif) setiap hari, secara rutin dan tepat. Perawat menggerak-gerakkan tubuh klien sesuai kemampuan. Setelah 5 hari berturut-turut, untuk tiap pasien maka peneliti melakukan post test (wawancara) kepada responden. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana efektifitas ROM pasif dalam mengatasi permasalahan pasien, yakni konstipasi. Seperti yang tercantum dalam buku Brunner, 2002 yakni salah satu tindakan yang dapat dilakuka untuk mengatasi konstipasi adalah dengan melakukan pergerakan. Perawat mendorong ambulasi sering dan mengajarkan latihan pengerutan otot abdomen untuk meningkatkan defekasi. Penggerutan otot abdomen terdiri dari mengkontraksikan otot

41 30 abdomen. Latihan ini meningkatkan tonus otot abdomen yang membantu mendorong isi kolon. b. Jenis jenis Range of Motion (ROM) Berikut adalah beberapa jenis jenis Range of Motion (ROM) menurut Potter & Perry, 2006 adalah sebagai berikut: 1) ROM Aktif ROM aktif adalah gerakan yang dilakukan oleh seseorang (pasien) dengan menggunakan energi sendiri (lukman, Nurma Ningsih, 2013). Perawat memberikan motivasi, dan membimbing klien dalam melaksanakan pergerakan sendi secara mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi normal (klien aktif). Kekuatan otot 75%. Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan otot-ototnya secara aktif. 2) ROM pasif ROM pasif adalah pergerakan yang dilakukan dengan bantuan orang lain, perawat aau alat bantu (Lukman, Nurma Ningsih; 2013). Perawat melakukan gerakan persendian klien sesuai dengan rentang gerak yang normal (klien pasif) kekuatan otot 50%. Indikasi latihan pasif adalah tidak sadar, pasien dengan keterbatasan mobilisasi tidak mampu melakukan beberapa atau semua latihan rentang gerak dengan mandiri, pasien tirah baring total. Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga

42 31 kelenturan otot-otot dan persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan kaki pasien (Suratun, 2008). c. Tujuan Range of Motion (ROM) Menurut Potter & Perry, 2006 berikut tujuan dari Range Of Motion (ROM) yaitu : 1) Mempertahankan atau memelihara fleksibilitas dan kekuatan otot 2) Memelihara mobilitas persendian 3) Merangsang sirkulasi darah 4) Mencegah kelainan bentuk, kekakuan dan kontraktur d. Manfaat Range of Motion (ROM) Manfaat ROM menurut Potter & Perry, 2006 yaitu : 1) Memperbaiki tonus otot 2) Meningkatkan mobilisasi sendi 3) Memperbaiki toleransi otot untuk latihan 4) Meningkatkan massa otot e. Indikasi dari Range of Motion (ROM) Beberapa indikasi ROM menurut Suratun, 2008 yaitu : 1) Stroke atau penurunan tingkat kesadaran 2) Kelemahan otot 3) Fase rehabilitasi fisik 4) Klien dengan tirah baring lama

43 32 f. Gerakan- gerakan Range of Motion (ROM) Berikut ini gerakan ROM menurut Rendi dan Margareth, 2012 yaitu : 1) Fleksi dan ekstensi pergelangan tangan Cara : a) Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dan siku menekuk dengan lengan. b) Pegang tangan pasien dengan satu tangan dan tangan yang lain memegang pergelangan tangan pasien. c) Tekuk tangan pasien ke depan sejauh mungkin d) Catat perubahan yang terjadi 2) Fleksi dan ekstensi siku Cara : a) Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dengan telapak mengarah ke tubuhnya. b) Letakkan tangan di atas siku pasien dan pegang tangannya mendekat bahu. c) Lakukan dan kembalikan ke posisi sebelumnya. 3) Pronasi dan supinasi lengan bawah Cara : a) Atur posisi lengan bawah menjauhi tubuh pasien dengan siku menekuk.

44 33 b) Letakkan satu tangan perawat pada pergelangan pasien dan pegang tangan pasien dengan tangan lainnya. c) Putar lengan bawah pasien sehingga telapaknya menjauhinya. d) Kembalikan ke posisi semula. e) Putar lengan bawah pasien sehingga telapak tangannya menghadap ke arahnya. f) Kembalikan ke posisi semula. 4) Pronasi fleksi bahu Cara : a) Atur posisi tangan pasien disisi tubuhnya. b) Letakkan satu tangan perawat di atas siku pasien dan pegang tangan pasien dengan tangan lainnya. c) Angkat lengan pasien pada posisi semula. 5) Abduksi dan adduksi bahu Cara : a) Atur posisi lengan pasien di samping badannya. b) Letakkan satu tangan perawat di atas siku pasien dan pegang tangan pasien dengan tangan lainnya. c) Gerakkan lengan pasien menjauh dari tubuhnya kearah perawat (Abduksi). d) Gerakkan lengan pasien mendekati tubuhnya (Adduksi) e) Kembalikan ke posisi semula.

45 34 6) Rotasi bahu Cara : a) Atur posisi lengan pasien menjauhi tubuh dengan siku menekuk. b) Letakkan satu tangan perawat di lengan atas pasien dekat siku dan pegang tangan pasien dengan tangan yang lain. c) Gerakkan lengan bawah ke bawah sampai menyentuh tempat tidur, telapak tangan menghadap ke bawah. d) Kembalikan posisi lengan ke posisi semula. d) Gerakkan lengan bawah ke belakang sampai menyentuh e) Tempat tidur, telapak tangan menghadap ke atas. f) Kembalikan lengan ke posisi semula. 7) Fleksi dan ekstensi jari-jari Cara : a) Pegang jari-jari kaki pasien dengan satu tangan, sementara tangan lain memegang kaki. b) Bengkokkan (tekuk) jari-jari kaki ke bawah c) Luruskan jari-jari kemudian dorong ke belakang. d) Kembalikan ke posisi semula. 8) Infersi dan efersi kaki Cara : a) Pegang separuh bagian atas kaki pasien dengan satu jari dan pegang pergelangan kaki dengan tangan satunya.

46 35 b) Putar kaki ke dalam sehingga telapak kaki menghadap ke kaki lainnya. c) Kembalikan ke posisi semula. d) Putar kaki keluar sehingga bagian telapak kaki menjauhi kaki yang lain. e) Kembalikan ke posisi semula. 9) Fleksi dan ekstensi pergelangan kaki Cara : a) Letakkan satu tangan perawat pada telapak kaki pasien dan satu tangan yang lain di atas pergelangan kaki. Jaga kaki lurus dan rilek. b) Tekuk pergelangan kaki, arahkan jari-jari kaki ke arah dada pasien. c) Kembalikan ke posisi semula. d) Tekuk pergelangan kaki menjauhi dada pasien. 10) Fleksi dan ekstensi lutut. Cara : a) Letakkan satu tangan di bawah lutut pasien dan pegang tumit pasien dengan tangan yang lain. b) Angkat kaki, tekuk pada lutut dan pangkal paha. c) Lanjutkan menekuk lutut ke arah dada sejauh mungkin

47 36 d) Ke bawahkan kaki dan luruskan lutut dengan mengangat kaki ke atas. e) Kembali ke posisi semula. 11) Rotasi pangkal paha Cara : a) Letakkan satu tangan perawat pada pergelangan kaki dan satu tangan yang lain di atas lutut. b) Putar kaki menjauhi perawat. c) Putar kaki ke arah perawat. d) Kembalikan ke posisi semula. 12) Abduksi dan adduksi pangkal paha. Cara : a) Letakkan satu tangan perawat di bawah lutut pasien dan satu tangan pada tumit. b) Jaga posisi kaki pasien lurus, angkat kaki kurang lebih 8 cm dari tempat tidur, gerakkan kaki menjauhi badan pasien. c) Gerakkan kaki mendekati badan pasien. d) Kembalikan ke posisi semula.

48 37 KERANGKA TEORI Stroke Hemoragik Perdarahan Intra Serebral Perdarahan Subaracnoid 1. Kehilangan fungsi motorik 2. Kehilangan fungsi komunikasi 3. Kerusakan afek 4. Eliminasi 5. Gangguan persepsi dan sensori Imobilisasi (Hemiparase) Kelemahan Otot dikolon desenden Konstipasi ROM Pasif (Peningkatan tonus otot abdomen mendorong isi kolon) Rendi dan Margareth, 2012 Gambar 2.1 Kerangka Teori

49 38 B. KERANGKA KONSEP ROM Pasif Mencegah Konstipasi Gambar 2.2 Kerangka Konsep

50 BAB III METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET A. Subyek Aplikasi Riset Pengambilan kasus ini dengan pasien stroke hemoragik yang dirawat di High Care Unit (HCU) Anggrek II yang ekstermitas nya terganggu dan mengalami konstipasi. B. Tempat dan Waktu Pengambilan kasus ini dilakukan di High Care Unit (HCU) Anggrek II RSUD Dr. Moewardi Surakarta dari tanggal Maret C. Media dan Alat yang Digunakan Penelitian ini menggunakan stetoskop untuk menghitung bising usus selam 5-10 menit sebelum dan sesudah melakukan ROM pasif dan tindakan Rom pasif dilakukan selama 30 menit/ 4 jam. D. Alat Ukur Evaluasi Alat ukur pada penelitian ini menggunakan lembar observasi tentang bising usus pada pasien. 39

51 BAB IV LAPORAN KASUS A. IDENTITAS KLIEN Pengkajian dimulai pada tanggal 11 Maret 2015, jam WIB. Data pengkajian pada kasus ini diperoleh dengan cara autoanamnase, pengamatan dan observasi langsung, menelaah catatan medis, catatan perawat dan pengkajian fisik pasien. Hasil pengkajian pada Ny.T, alamat rumah di Jagalan, Jebres, umur 56 tahun, berjenis kelamin perempuan, tingkat pendidikan SD, bekerja sebagai buruh, status menikah dan beragama Islam, pasien masuk Rumah Sakit tanggal 8 Maret 2015, diagnosis medis stroke hemoragik, dirawat di ruang IGD RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Penanggung jawab pasien bernama Ny.T umur 38 tahun yang hubungan dengan pasien adalah sebagai anak. B. PENGKAJIAN Keluhan utama pasien adalah penurunan kesadaran. Riwayat kesehatan pasien keluarga mengatakan pasien tiba tiba terjatuh. Anggota gerak mengalami kelemahan. Pasien tampak memegangi kepala karena kesakitan, tetapi tidak ada benturan. Kemudian pasien dibawa ke IGD RSUD Dr. Moewardi Surakarta sekitar pukul WIB. Di IGD pasien terlihat mengantuk selama 2 jam masuk rumah sakit. Di IGD pasien dipriksa dan didapatkan data tekanan darah: 210/ 120 mmhg, nadi: 90 x/ menit, 40

52 41 pernafasan: 24x/ menit. Kesadaran pasien somnolent, GCS E3M5V3. Terapi yang didapatkan pasien di ruang IGD adalah infus NaCl 0,9 % 20 tpm, O 2 3 Lpm. Kemudian pasien dipindah di High Care Unit (HCU) Anggrek II tanggal 9 Maret 2015 jam 7.00 wib. Didapatkan tekanan darah 190/110 mmhg, nadi 88x/menit, respirasi 22x/menit, suhu 38 0 C. Hasil pengkajian di ruang IGD didapatkan riwayat kesehatan dahulu keluarga mengatakan sebelumnya pasien sering pusing tetapi cuma diperiksa di puskesmas. Di puskesmas pasien diberi obat tetapi keluarga tidak tahu obat yang diberikan ke pasien. Pasien tidak pernah dirawat dirumah sakit sebelumnya. Pasien tidak mempunyai alergi baik makaan dan obat-obatan. Pasien tidak pernah dioperasi. Pada riwayat kesehatan keluarga mengatakan dikeluarganya memiliki penyakit keturunan atau penyakit menular seperti hipertensi dan hepatitis. Genogram Keterangan : Perempuan : Laki - Laki : Pasien Ny. T : Tinggal satu rumah X : Meninggal Dunia

53 42 Pasien merupakan anak ketiga dari 3 bersaudara, ayah dan ibunya sudah meninggal, pasien mempunyai 3 anak, pasien tinggal serumah dengan suami dan anak keduanya, karena anaknya yang pertama dan ketiga sudah menikah. Pada riwayat kesehatan lingkungan keluarga pasien mengatakan lingkungan sekitar rumah bersih dan sampah dibuang ditempat sampah yang tersedia. Pola pengkajian primer pada pasien didapatkan data airway: jalan nafas paten, tidak adanya lidah jatuh, tidak ada benda asing pada jalan nafas (sputum / bekas muntah), breathing: respirasi: 22 x/ menit, tidak ada nafas cuping hidung, tidak ada retraksi dada, bernafas menggunakan O 2 3 liter/ menit, circulation: nadi: 88 x/ menit, nadi kuat, tekanan darah: 190/ 110 mmhg, kulit lembab, capilary refile < 2 detik, disability: pupil isokor, kesadaran somnolent nilai GCS eye 3, motorik 5 dan verbal 3, Exposure: pasien sudah memakai kaos kaki dan selimut, Suhu 38 0 C, akral teraba hangat. Pengkajian pola fungsional menurut Gordon, pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan keluarga pasien mengatakan bahwa pasien bilang sehat itu penting. Untuk menjaga kesehatan tiap pagi untuk berolahraga teratur. Jika ada keluarga yang sakit harus segara dibawa kerumah sakit, jika belum parah bisa diberi obat. Pola nutrisi dan metabolik sebelum sakit pasien makan 3x sehari nasi, lauk, sayur-sayuran, satu porsi habis dan tidak ada keluhan. Pasien minum 8x sehari jenis air teh, kurang lebih ml dan tidak ada keluhan.

54 43 Pengkajian A (antropometri) BB sebelum sakit 47 kg, selama sakit 45 kg, TB 160 cm, IMT 47 kg :1,6 2 = 18,25 (normal), B (biochemical) tidak ada, C (clinical) pasien tampak segar dan konjungtiva tidak anemis, D (diet) nasi, lauk, sayur-sayuran satu porsi habis. Selama sakit makan 3x sehari, bubur cair (kacang hijau), porsi 100cc/3 jam melalui sonde, dengan keluhan muntah. Minum 3x sehari, susu 100cc/3 jam melalui sonde, dengan keluhan muntah. Pengkajian A (antropometri) BB sebelum sakit 47 kg, BB selam sakit 45 kg, IMT 45 : 1,6 2 = 17,57 (kurang), B (biochemical) HB 13.0, ureum 47 mg/dl, kreatinin 0,6 mg/dl, C (clinical) pasien tampak lemas, konjungtiva anemis, D (diet) bubur kacang hijau dan susu 100cc/3jam 1700 kkal. Pola eliminasi didapatkan hasil sebelum sakit pasien BAB 1x sehari, konstipasi lunak, warna coklat kekuningan. BAK kuning dan tidak ada nyeri saat BAK. Selama sakit keluarga mengatakan pasien belum buang air besar sebelum masuk rumah sakit 5 hari dan selama dirumah sakit 2 hari. Pasien terpasang kateter sejak tanggal 8 Maret 2015, produksi urin dalam 24 jam ± 1500 cc. Pengkajian balance cairan pada Ny. T per 24 jam yaitu input: air (makan dan minum) = 300cc, cairan infus 950cc, terapi injeksi ketorolac 30mg/12 jam = 6cc, manitol 100cc/6 jam= 400cc, vit B12 100mg/12 jam= 20cc, air metabolisme 5 x BB = 5 X 45= 225, total input Output : urine 1500cc, IWL 10 X BB 10 X 45 = 450. Jadi balance cairan pada Ny. T dalam 24 jam input cairan output cairan = = -49. Kesimpulan Ny. T kekurangan volume cairan sebanyak -49cc/hari.

55 44 Pola aktivitas dan latihan, sebelum sakit pasien makan/minum, toileting, berpakaian, mobilitas ditempat tidur, berpindah dan ambilasi/ ROM dapat dilakukan secara madiri oleh pasien. Selama sakit makan/minum (terpasang NGT), toileting (terpasang kateter), berpindah dibantu orang lain dan alat, berpakaian dan mobilitas ditempat tidur dibantu oleh orag lain, sedangkan ambulasi / ROM pasien tergantung total. Pola istirahat tidur, sebelum sakit keluarga pasien mengatakan tidur malam ± 8 jam dan tidur siang ± 2 jam perhari. Selama sakit pasien tidur malam ± 6 jam dan tidur siang ± 2 jam. Pola kognitif perseptual, sebelum sakit pasien tidak membutuhkan alat bantu untuk melihat dan membaca, mampu berbicara lancar, mampu menjawab pertanyaan dengan baik, mengidentifikasi bau minyak kayu putih, dan merasakan sentuhan. Selama sakit keluarga mengatakan pasien tidak bisa membuka mata, tidak mampu berbicara, tidak mampu menjawab pertayaan, tidak bisa mengidentifikasi bau minyak kayu putih dan tidak bisa merasakan sentuhan. Pola persepsi konsep diri, sebelum sakit pada gambaran diri, ideal diri dan harga diri Ny. T tidak terkaji. Peran diri keluarga pasien mengatakan Ny. T adalah seorang ibu rumah tangga. Identitas diri keluarga pasien mengatakan Ny. T adalah seorang perempuan yang merupakan ibu rumah tangga. Selama sakit gambaran diri, ideal diri, harga diri Ny. T tidak terkaji. Peran diri keluarga pasien mengatakan Ny. T tidak bisa bekerja karena harus dirawat di rumah sakit. Identitas diri keluarga pasien mengatakan Ny. T seorang

ROM (Range Of Motion)

ROM (Range Of Motion) Catatan : tinggal cari gambar ROM (Range Of Motion) A. Pengertian Range Of Motion (ROM) adalah tindakan/latihan otot atau persendian yang diberikan kepada pasien yang mobilitas sendinya terbatas karena

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN. PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG

LAPORAN PENDAHULUAN. PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG A. DEFINISI CKR (Cedera Kepala Ringan) merupakan cedera yang dapat mengakibatkan kerusakan

Lebih terperinci

ROM (Range Of Motion)

ROM (Range Of Motion) ROM (Range Of Motion) Pengertian Range Of Motion (ROM) adalah tindakan/latihan otot atau persendian yang diberikan kepada pasien yang mobilitas sendinya terbatas karena penyakit, diabilitas, atau trauma.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau perempuan, tua atau muda. Berdasarkan data dilapangan, angka kejadian stroke meningkat secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori 1. Stroke Non Hemoragik Menurut kriteria WHO, stroke secara klinis didefinisikan sebagai gangguan fungsional otak yang terjadi mendadak dengan tanda dan gejala klinis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke atau gangguan peredaran darah otak (GPDO) merupakan penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke atau gangguan peredaran darah otak (GPDO) merupakan penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Stroke atau gangguan peredaran darah otak (GPDO) merupakan penyakit neurologik yang sering dijumpai dan harus ditangani secara cepat dan tepat. Stroke merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perdarahan atau non perdarahan (Junaidi Iskandar, 2002: 4).

BAB 1 PENDAHULUAN. perdarahan atau non perdarahan (Junaidi Iskandar, 2002: 4). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut definisi WHO tahun 2005, stroke adalah suatu tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan otak fokal (atau global) dengan gejalagejala yang berlangsung

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) MOBILISASI DAN PENCEGAHAN STROKE BERULANG DI RUANGAN SYARAF RSUP DR. M DJAMIL PADANG

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) MOBILISASI DAN PENCEGAHAN STROKE BERULANG DI RUANGAN SYARAF RSUP DR. M DJAMIL PADANG SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) MOBILISASI DAN PENCEGAHAN STROKE BERULANG DI RUANGAN SYARAF RSUP DR. M DJAMIL PADANG Oleh : KELOMPOK C13 FIRDA DAMBA WAHYUNI 1110324071 MAHARANI Z 0810321011 VIVI OKTASARI

Lebih terperinci

dan komplikasinya (Kuratif), upaya pengembalian fungsi tubuh

dan komplikasinya (Kuratif), upaya pengembalian fungsi tubuh BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Meningkatnya tingkat sosial dalam kehidupan masyarakat dan ditunjang pula oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akan berdampak pada peningkatan usia harapan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kecacatan yang lain sebagai akibat gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. kecacatan yang lain sebagai akibat gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2008). BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Stroke adalah penyakit atau gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan saraf (deficit neurologic) akibat terhambatnya aliran darah ke otak (Junaidi, 2011). Menurut Organisasi

Lebih terperinci

Latihan Aktif Dan Pasif / Range Of Motion (ROM) Pada Pasien. Stroke Non Hemoragik

Latihan Aktif Dan Pasif / Range Of Motion (ROM) Pada Pasien. Stroke Non Hemoragik LAMPIRAN 1 Latihan Aktif Dan Pasif / Range Of Motion (ROM) Pada Pasien Stroke Non Hemoragik A. Pengertian Latihan aktif dan pasif / ROM adalah merupakan suatu kebutuhan manusia untuk melakukan pergerakan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam : Jl. Menoreh I Sampangan Semarang

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam : Jl. Menoreh I Sampangan Semarang BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam 14.30 1. Identitas klien Nama Umur Jenis kelamin Alamat Agama : An. R : 10 th : Perempuan : Jl. Menoreh I Sampangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Serikat. American Hearth Association tahun 2013 melaporkan sekitar

BAB 1 PENDAHULUAN. Serikat. American Hearth Association tahun 2013 melaporkan sekitar BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penyakit stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga di dunia dan penyebab paling sering kecacatan pada orang dewasa (Abubakar dan Isezuo, 2012). Stroke juga merupakan

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. R DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN : GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG MELATI 1 RSDM MOEWARDI SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. R DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN : GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG MELATI 1 RSDM MOEWARDI SURAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. R DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN : GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG MELATI 1 RSDM MOEWARDI SURAKARTA Pengkajian dilakukan pada hari selasa tanggal 10 Juni 2014 pukul 14.00 WIB.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya dan dapat menyebabkan terjadinya disfungsi motorik dan sensorik yang berdampak pada timbulnya

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 NAMA NIM : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 PROGRAM S1 KEPERAWATAN FIKKES UNIVERSITAS MUHAMMADIAH SEMARANG 2014-2015 1 LAPORAN

Lebih terperinci

BAB II RESUME KEPERAWATAN WIB, pasien dirawat dengan Fraktur Femur pada hari ke empat:

BAB II RESUME KEPERAWATAN WIB, pasien dirawat dengan Fraktur Femur pada hari ke empat: 11 BAB II RESUME KEPERAWATAN A. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada hari Senin tanggal 22 Januari 20007 jam 07.30 WIB, pasien dirawat dengan Fraktur Femur pada hari ke empat: 1. Biodata. a. Identitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke sebagaimana pernyataan Iskandar (2004) Stroke sering menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan, ekonomi, dan sosial, serta membutuhkan

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASIEN PASKA STROKE HEMORAGE DEXTRA STADIUM RECOVERY

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASIEN PASKA STROKE HEMORAGE DEXTRA STADIUM RECOVERY PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASIEN PASKA STROKE HEMORAGE DEXTRA STADIUM RECOVERY Disusun oleh : IKA YUSSI HERNAWATI NIM : J100 060 059 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan

Lebih terperinci

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM RETENSIO PLACENTA

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM RETENSIO PLACENTA MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM RETENSIO PLACENTA ` Di Susun Oleh: Nursyifa Hikmawati (05-511-1111-028) D3 KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI 2014 ASUHAN KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan. Bab ini penulis akan membahas tentang tindakan keperawatan

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan. Bab ini penulis akan membahas tentang tindakan keperawatan BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Bab ini penulis akan membahas tentang tindakan keperawatan pemberian latihan ROM aktif pada pasien stroke non hemoragik untuk meningkatkan kekuatan otot pada Tn. M berusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hemoragik di Jawa Tengah adalah 0,03%. Sedangkan untuk stroke non

BAB I PENDAHULUAN. hemoragik di Jawa Tengah adalah 0,03%. Sedangkan untuk stroke non BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dekubitus merupakan luka yang timbul karena tekanan terutama pada bagian tulang-tulang yang menonjol akibat tirah baring yang lama di tempat tidur. Kasus dekubitus dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan suatu kondisi klinis yang berkembang dengan cepat akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24

Lebih terperinci

Gejala Awal Stroke. Link Terkait: Penyumbatan Pembuluh Darah

Gejala Awal Stroke. Link Terkait: Penyumbatan Pembuluh Darah Gejala Awal Stroke Link Terkait: Penyumbatan Pembuluh Darah Bermula dari musibah yang menimpa sahabat saya ketika masih SMA di Yogyakarta, namanya Susiana umur 52 tahun. Dia sudah 4 hari ini dirawat di

Lebih terperinci

Tindakan keperawatan (Implementasi)

Tindakan keperawatan (Implementasi) LAMPIRAN CATATAN PERKEMBANGAN No. Dx Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Hari/ Pukul tanggal 1 Senin / 02-06- 14.45 15.00 15.25 15.55 16.00 17.00 Tindakan keperawatan (Implementasi) Mengkaji kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejumlah prilaku seperti mengkonsumsi makanan-makanan siap saji yang

BAB I PENDAHULUAN. Sejumlah prilaku seperti mengkonsumsi makanan-makanan siap saji yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi dengan perkembangan teknologi di berbagai bidang termasuk informasi, manusia modern semakin menemukan sebuah ketidak berjarakan yang membuat belahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan sindrom klinis dengan gejala gangguan fungsi otak

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan sindrom klinis dengan gejala gangguan fungsi otak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan sindrom klinis dengan gejala gangguan fungsi otak secara fokal dan atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih dan dapat mengakibatkan kematian atau

Lebih terperinci

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS Lampiran 1 FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS I. BIODATA IDENTITAS PASIEN Nama : Tn. A Jenis Kelamin : Laki - laki Umur : 50 tahun Status Perkawinan : Menikah Agama : Islam Pendidikan : SMA Pekerjaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja

BAB 1 PENDAHULUAN. karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Stroke atau gangguan peredaran darah otak ( GPDO) merupakan penyakit neurologik yang sering dijumpai dan harus ditangani secara cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. juga perlu, seperti halnya di Negara berkembang seperti Indonesia banyak orang yang

BAB 1 PENDAHULUAN. juga perlu, seperti halnya di Negara berkembang seperti Indonesia banyak orang yang BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan merupakan suatu hal yang paling penting. Dengan pola hidup sehat kita dapat melakukan segala hal sehat, tidak hanya sehat jasmani saja namun kesehatan rohani

Lebih terperinci

A. lisa Data B. Analisa Data. Analisa data yang dilakukan pada tanggal 18 April 2011 adalah sebagai. berikut:

A. lisa Data B. Analisa Data. Analisa data yang dilakukan pada tanggal 18 April 2011 adalah sebagai. berikut: A. lisa Data B. Analisa Data berikut: Analisa data yang dilakukan pada tanggal 18 April 2011 adalah sebagai No. Data Fokus Problem Etiologi DS: a. badan terasa panas b. mengeluh pusing c. demam selama

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Jenis kelamin : Laki-laki Suku bangsa : Jawa, Indonesia

BAB III TINJAUAN KASUS. Jenis kelamin : Laki-laki Suku bangsa : Jawa, Indonesia BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian ini dilakukan pada tanggal 20 Juni 2011 di Ruang Lukman Rumah Sakit Roemani Semarang. Jam 08.00 WIB 1. Biodata a. Identitas pasien Nama : An. S Umur : 9

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. O DENGAN CKD ON HD DI RUANG HEMODIALISA BLUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. O DENGAN CKD ON HD DI RUANG HEMODIALISA BLUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. O DENGAN CKD ON HD DI RUANG HEMODIALISA BLUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA OLEH : MEYRIA SINTANI NIM : 2012.C.04a.0314 YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA SEKOLAH TINGGI ILMU

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASIEN PASKA STROKE NON HEMORAGIK DEKSTRA STADIUM AKUT

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASIEN PASKA STROKE NON HEMORAGIK DEKSTRA STADIUM AKUT PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASIEN PASKA STROKE NON HEMORAGIK DEKSTRA STADIUM AKUT Disusun oleh : DWI RAHMAWATI NIM : J100 060 001 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan yang saat ini terjadi di negara Indonesia. Angka kesakitan bayi menjadi indikator kedua

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID Definisi: Typhoid fever ( Demam Tifoid ) adalah suatu penyakit umum yang menimbulkan gejala gejala sistemik berupa kenaikan suhu dan kemungkinan penurunan kesadaran. Etiologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah kebagian otak (Baughman, C Diane.dkk, 2000). Menurut europen

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah kebagian otak (Baughman, C Diane.dkk, 2000). Menurut europen BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang di akibatkan oleh berhentinya suplai darah kebagian otak (Baughman, C Diane.dkk, 2000). Menurut europen stroke initiative (2003),

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau

BAB 1 PENDAHULUAN. terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan penyakit atau gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan saraf (defisit neurologik) akibat terhambatnya aliran darah ke otak. Secara sederhana stroke

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASIEN STROKE HEMORAGE DEXTRA DI RSUD PANDANARANG BOYOLALI

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASIEN STROKE HEMORAGE DEXTRA DI RSUD PANDANARANG BOYOLALI PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASIEN STROKE HEMORAGE DEXTRA DI RSUD PANDANARANG BOYOLALI Disusun oleh : BAYU ARDIANSYAH NIM : J100 070 006 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah ganda (double burden). Disamping masalah penyakit menular dan kekurangan gizi terjadi pula peningkatan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Setelah menguraikan asuhan keperawatan pada Ny. W dengan post

BAB V PENUTUP. Setelah menguraikan asuhan keperawatan pada Ny. W dengan post BAB V PENUTUP Setelah menguraikan asuhan keperawatan pada Ny. W dengan post ovarektomi dextra atas indikasi kista ovarium yang merupakan hasil pengamatan langsung pada klien yang dirawat di ruang Bougenvile

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan sistem simbol (Wilkinson, 2012) keseluruhan terhenti. Hal ini disebabkan oleh aterosklerosis yaitu

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan sistem simbol (Wilkinson, 2012) keseluruhan terhenti. Hal ini disebabkan oleh aterosklerosis yaitu BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG KASUS Hambatan komunikasi verbal adalah penurunan, keterlambatan, atau tidak adanya kemampuan untuk menerima, memproses, menghantarkan, dan menggunakan sistem simbol

Lebih terperinci

Tips Mengatasi Susah Buang Air Besar

Tips Mengatasi Susah Buang Air Besar Susah buang air besar atau lebih dikenal dengan nama sembelit merupakan problem yang mungkin pernah dialami oleh anda sendiri. Banyak yang menganggap sembelit hanya gangguan kecil yang dapat hilang sendiri

Lebih terperinci

I. BIODATA IDENTITAS PASIEN. Jenis Kelamin : Laki - laki. Status Perkawinan : Menikah

I. BIODATA IDENTITAS PASIEN. Jenis Kelamin : Laki - laki. Status Perkawinan : Menikah PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN USU Lampiran 1 FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS I. BIODATA IDENTITAS PASIEN Nama : Tn. A Jenis Kelamin : Laki - laki Umur : 50 tahun Status Perkawinan

Lebih terperinci

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan PENGANTAR KESEHATAN DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY PENGANTAR Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan meningkatkan kesehatan, cara mencegah penyakit, cara menyembuhkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORETIS

BAB II TINJAUAN TEORETIS BAB II TINJAUAN TEORETIS 2.1 Stroke 2.1.1 Defenisi Stroke Stroke adalah berhentinya pasokan darah ke bagian otak sehingga mengakibatkan gangguan pada fungsi otak (Smeltzer dan Bare, 2002). Kurangnya aliran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyakit penyebab kecacatan nomor satu di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyakit penyebab kecacatan nomor satu di dunia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyakit penyebab kecacatan nomor satu di dunia, sehingga stroke menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin penting saat ini. Dua pertiga stroke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jantung sebagai pemompa, kelainan dinding pembuluh darah dan komposisi

BAB I PENDAHULUAN. jantung sebagai pemompa, kelainan dinding pembuluh darah dan komposisi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO), stroke didefinisikan sebagai gangguan fungsi serebral, baik fokal maupun menyeluruh yang berlangsung dengan cepat lebih dari

Lebih terperinci

Lampiran 1. PLAN OF ACTION (Oktober 2016 Juni 2017) Nama : Dita Erline Kurnia NIM :

Lampiran 1. PLAN OF ACTION (Oktober 2016 Juni 2017) Nama : Dita Erline Kurnia NIM : Lampiran 1 PLAN OF ACTION (Oktober 2016 Juni 2017) Nama : Dita Erline Kurnia NIM : 1401100002 NO KEGIATAN PENELITIAN 1. Tahap Persiapan A. Penentuan Judul B. Mencari Literatur C. Studi Pendahuluan D. Menyusun

Lebih terperinci

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes type 2: apa artinya? Diabetes tipe 2 menyerang orang dari segala usia, dan dengan gejala-gejala awal tidak diketahui. Bahkan, sekitar satu dari tiga orang dengan

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS / RESUME DIARE

LAPORAN KASUS / RESUME DIARE LAPORAN KASUS / RESUME DIARE A. Identitas pasien Nama lengkap : Ny. G Jenis kelamin : Perempuan Usia : 65 Tahun T.T.L : 01 Januari 1946 Status : Menikah Agama : Islam Suku bangsa : Indonesia Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asia, khususnya di Indonesia, setiap tahun diperkirakan 500 ribu orang

BAB I PENDAHULUAN. Asia, khususnya di Indonesia, setiap tahun diperkirakan 500 ribu orang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit stroke umumnya merupakan penyebab kematian nomer tiga pada kelompok usia lanjut, setelah penyakit jantung dan kanker. Stroke masih merupakan penyebab utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO) stroke adalah suatu gangguan fungsional otak dengan tanda dan gejala fokal maupun global, yang terjadi secara mendadak, berlangsung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Saat ini pembangunan dan perkembangan suatu negara telah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Saat ini pembangunan dan perkembangan suatu negara telah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini pembangunan dan perkembangan suatu negara telah memberikan dampak yang besar pada masyarakat, tidak terkecuali di Indonesia. Dampak tersebut telah mengubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian tertinggi pada. kelompok umur tahun, yakni mencapai 15,9% dan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian tertinggi pada. kelompok umur tahun, yakni mencapai 15,9% dan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Stroke merupakan penyebab kematian tertinggi pada kelompok umur 45-54 tahun, yakni mencapai 15,9% dan meningkat menjadi 26,8% pada kelompok umur 55-64 tahun. Prevalensi

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi merupakan faktor risiko stroke yang utama 1.Masalah kesehatan yang timbul akibat stoke sangat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke yang disebut juga sebagai serangan otak atau brain attack ditandai

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke yang disebut juga sebagai serangan otak atau brain attack ditandai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke yang disebut juga sebagai serangan otak atau brain attack ditandai dengan hilangnya sirkulasi darah ke otak secara tiba-tiba, sehingga dapat mengakibatkan terganggunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem pelayanan perawatan kesehatan berubah dengan cepat sesuai dengan perubahan kebutuhan kesehatan masyarakat dan harapan-harapannya. Seiring dengan perkembangan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Lukman RS Roemani Semarang, data diperoleh dari hasil wawancara dengan

BAB III TINJAUAN KASUS. Lukman RS Roemani Semarang, data diperoleh dari hasil wawancara dengan BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Keperawatan Pengkajian dilakukan pada tanggal 10 Mei 2010 jam 10.00 di Ruang Lukman RS Roemani Semarang, data diperoleh dari hasil wawancara dengan pasien, keluarga

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. M DENGAN STROKE HEMORAGIK DI RUANG CEMPAKA BAWAH RSUD SUKOHARJO

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. M DENGAN STROKE HEMORAGIK DI RUANG CEMPAKA BAWAH RSUD SUKOHARJO ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. M DENGAN STROKE HEMORAGIK DI RUANG CEMPAKA BAWAH RSUD SUKOHARJO Disusun oleh : ADITYA PURWANTA J200090053 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang serius dan berdampak pada disfungsi motorik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang serius dan berdampak pada disfungsi motorik dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Stroke adalah penyakit neurologis terbanyak yang dapat mengakibatkan masalah kesehatan yang serius dan berdampak pada disfungsi motorik dan sensorik. Kelemahan

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN RANGE OF MOTION (ROM)

SATUAN ACARA PENYULUHAN RANGE OF MOTION (ROM) SATUAN ACARA PENYULUHAN RANGE OF MOTION (ROM) Dosen Pembimbing: Iis Fatimawati, S.Kep.Ns,M.Kes Oleh : Astriani Romawati 141.0020 Lina Ayu Dika 141.0057 Miftachul Rizal H. 141.0064 Varinta Putri P. 141.0103

Lebih terperinci

OLEH : KELOMPOK 5 WASLIFOUR GLORYA DAELI

OLEH : KELOMPOK 5 WASLIFOUR GLORYA DAELI OLEH : KELOMPOK 5 HAPPY SAHARA BETTY MANURUNG WASLIFOUR GLORYA DAELI DEWI RAHMADANI LUBIS SRI DEWI SIREGAR 061101090 071101025 071101026 071101027 071101028 Nutrisi adalah apa yang manusia makan dan bagaimana

Lebih terperinci

Implementasi dan Evaluasi Keperawatan No. Dx. Tindakan dan Evaluasi

Implementasi dan Evaluasi Keperawatan No. Dx. Tindakan dan Evaluasi Lampiran 1 Senin/ 17-06- 2013 21.00 5. 22.00 6. 23.00 200 7. 8. 05.00 05.30 5. 06.00 06.30 07.00 3. Mengkaji derajat kesulitan mengunyah /menelan. Mengkaji warna, jumlah dan frekuensi Memantau perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah suatu akibat terjadinya penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh koroner. Penyumbatan atau penyempitan pada

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI A. PENGERTIAN Chikungunya berasal dari bahasa Shawill artinya berubah bentuk atau bungkuk, postur penderita memang kebanyakan membungkuk

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN 51 BAB V HASIL PENELITIAN Bab ini menguraikan hasil penelitian tentang pengaruh terapi air terhadap proses defekasi pasien konstipasi di RSU Sembiring Delitua Deli Serdang yang dilaksanakan pada 4 April-31

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP Pengumpulan dan penyajian data penulis lakukan pada tanggal 28 Maret 2016 pukul 15.00 WIB,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang dikutip Junaidi (2011) adalah suatu sindrom klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan pada klien

BAB III TINJAUAN KASUS. Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan pada klien BAB III TINJAUAN KASUS Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan pada klien post Sectio Caesaria dengan indikasi Preeklamsia di Ruang Baitu Nisa RS Sultan Agung pada tanggal

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di Jalan Wirosaban No. 1 Yogyakarta. Rumah Sakit Jogja mempunyai visi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di Jalan Wirosaban No. 1 Yogyakarta. Rumah Sakit Jogja mempunyai visi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Wilayah Penelitian Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Yogyakarta atau yang terkenal dengan nama Rumah Sakit Jogja adalah rumah sakit milik Kota Yogyakarta yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang terutama disebabkan karena penyempitan arteri koroner. Peningkatan kadar kolesterol dalam darah menjadi faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia. Sebelumnya menduduki peringkat ketiga (berdasarkan survei pada tahun 2006). Laporan Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan suatu gangguan disfungsi neurologist akut yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah, dan terjadi secara mendadak (dalam beberapa detik) atau setidak-tidaknya

Lebih terperinci

PENGARUH POSISI LATERAL INKLIN 30 0 TERHADAP KEJADIAN DEKUBITUS PADA PASIEN STROKE DI BANGSAL ANGGREK I RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA

PENGARUH POSISI LATERAL INKLIN 30 0 TERHADAP KEJADIAN DEKUBITUS PADA PASIEN STROKE DI BANGSAL ANGGREK I RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA PENGARUH POSISI LATERAL INKLIN 30 0 TERHADAP KEJADIAN DEKUBITUS PADA PASIEN STROKE DI BANGSAL ANGGREK I RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Dalam tinjauan kasus ini penulis menerapkan Asuhan Keperawatan

BAB III TINJAUAN KASUS. Dalam tinjauan kasus ini penulis menerapkan Asuhan Keperawatan BAB III TINJAUAN KASUS Dalam tinjauan kasus ini penulis menerapkan Asuhan Keperawatan secara langsung kepada pasien yang dirawat dengan penyakit Gagal Ginjal Kronik di ruang C3 Lt.2 RSDK Semarang. Pengumpulan

Lebih terperinci

- Seluruh perilaku, gerak dan aktivitas kita dikontrol oleh otak, yang terdiri dari bermilyard-milyard sel otak.

- Seluruh perilaku, gerak dan aktivitas kita dikontrol oleh otak, yang terdiri dari bermilyard-milyard sel otak. Written by Dr. Aji Hoesodo Stroke adalah kondisi yang disebabkan oleh adanya gangguan peredaran darah di otak. Stroke merupakan suatu kerusakan pada system sentral yang diawali dengan penyakit darah tinggi

Lebih terperinci

- Nyeri dapat menyebabkan shock. (nyeri) berhubungan. - Kaji keadaan nyeri yang meliputi : - Untuk mengistirahatkan sendi yang fragmen tulang

- Nyeri dapat menyebabkan shock. (nyeri) berhubungan. - Kaji keadaan nyeri yang meliputi : - Untuk mengistirahatkan sendi yang fragmen tulang 3. PERENCANAAN TINDAKAN PERAWATAN NO DIAGNOSA KEPERAWATAN Gangguan rasa nyaman TUJUAN DAN HASIL YANG DIHARAPKAN Tujuan : RENCANA TINDAKAN - Kaji keadaan nyeri yang meliputi : RASIONAL - Nyeri dapat menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang utama dan merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker.

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN NY. S DENGAN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI IGD RS HAJI JAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN NY. S DENGAN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI IGD RS HAJI JAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN NY. S DENGAN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI IGD RS HAJI JAKARTA A. PENGKAJIAN 1. IDENTITAS No. Rekam Medis : 55-13-XX Diagnosa Medis : Congestive Heart Failure

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang dimanfaatkan sehingga menyebabkan hiperglikemia,

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. P DENGAN GANGGUAN SISTIM PERSARAFAN : STROKE HEMORAGIK DI RUANG ANGGREK I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. P DENGAN GANGGUAN SISTIM PERSARAFAN : STROKE HEMORAGIK DI RUANG ANGGREK I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. P DENGAN GANGGUAN SISTIM PERSARAFAN : STROKE HEMORAGIK DI RUANG ANGGREK I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar

Lebih terperinci

LEAF. Book Bacaan ringkas & terpercaya. & apa yang harus anda ketahui untuk mencegah STROKE

LEAF. Book Bacaan ringkas & terpercaya. & apa yang harus anda ketahui untuk mencegah STROKE LEAF Book Bacaan ringkas & terpercaya & apa yang harus anda ketahui untuk mencegah STROKE & apa yang harus anda ketahui untuk mencegah STROKE Oleh: Yudi Garnadi [FamiliaMedika] Hak cipta milik Yudi Garnadi

Lebih terperinci

PENGKAJIAN PNC. kelami

PENGKAJIAN PNC. kelami PENGKAJIAN PNC Tgl. Pengkajian : 15-02-2016 Puskesmas : Puskesmas Pattingalloang DATA UMUM Inisial klien : Ny. S (36 Tahun) Nama Suami : Tn. A (35 Tahun) Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh Harian Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA KASUS

BAB III ANALISA KASUS BAB III ANALISA KASUS 3.1 Pengkajian Umum No. Rekam Medis : 10659991 Ruang/Kamar : Flamboyan 3 Tanggal Pengkajian : 20 Mei 2011 Diagnosa Medis : Febris Typhoid a. Identitas Pasien Nama : Nn. Sarifah Jenis

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENDIDIDKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT STROKE DAN ROM (RANGE OF MOTION)

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENDIDIDKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT STROKE DAN ROM (RANGE OF MOTION) SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENDIDIDKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT STROKE DAN ROM (RANGE OF MOTION) DISUSUN OLEH: HUSNUL UMAM 1311166500 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS RIAU 2014 SATUAN ACARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penderita stroke di Indonesia kini kian meningkat dari tahun ke

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penderita stroke di Indonesia kini kian meningkat dari tahun ke BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penderita stroke di Indonesia kini kian meningkat dari tahun ke tahun. Saat ini di Indonesia penyakit stroke merupakan penyebab kematian ketiga setelah penyakit

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN DETEKSI DINI PADA CA MAMAE

SATUAN ACARA PENYULUHAN DETEKSI DINI PADA CA MAMAE SATUAN ACARA PENYULUHAN DETEKSI DINI PADA CA MAMAE Oleh: Kelompok : 1A SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH BANJARMASIN PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN 2014 SATUAN ACARA PENYULUHAN Pokok bahasan : Mobilisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Stroke merupakan masalah kesehatan yang utama bagi masyarakat modern

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Stroke merupakan masalah kesehatan yang utama bagi masyarakat modern BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Stroke merupakan masalah kesehatan yang utama bagi masyarakat modern saat ini. Dewasa ini, stroke semakin menjadi masalah serius yang dihadapi hampir diseluruh

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. Berdarah Dengue (DBD). (Aziz Alimul, 2006: 123). oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005: 607 )

BAB I KONSEP DASAR. Berdarah Dengue (DBD). (Aziz Alimul, 2006: 123). oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005: 607 ) BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue, sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti betina.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian ini merupakan cross sectional survey karena pengambilan data dilakukan pada satu waktu dan tidak berkelanjutan (Hidayat 2007). Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Stroke WHO mendefinisikan stroke sebagai gangguan saraf yang menetap baik fokal maupun global(menyeluruh) yang disebabkan gangguan aliran darah otak, yang mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem saraf manusia mempunyai struktur yang kompleks dengan berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem saraf manusia mempunyai struktur yang kompleks dengan berbagai BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sistem saraf manusia mempunyai struktur yang kompleks dengan berbagai fungsi yang berbeda dan saling mempengaruhi. Sistem saraf mengatur kegiatan tubuh yang cepat seperti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cerebrovaskular accident atau yang sering di sebut dengan istilah stroke adalah gangguan peredaran darah di otak yang mengakibatkan terganggunya fungsi otak yang berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Undang-undangKesehatan No. 36 Tahun 2009 yaitu keadaan sehat fisik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Undang-undangKesehatan No. 36 Tahun 2009 yaitu keadaan sehat fisik, BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Undang-undangKesehatan No. 36 Tahun 2009 yaitu keadaan sehat fisik, jasmani (mental) dan spritual serta sosial, yang memungkinkan setiap induvidu dapat hidup secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery Disease (CAD) merupakan suatu penyakit yang terjadi ketika arteri yang mensuplai darah untuk dinding

Lebih terperinci

BAB III RESUME KEPERAWATAN

BAB III RESUME KEPERAWATAN BAB III RESUME KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN 1. Identitas pasien Pengkajian dilakukan pada hari/ tanggal Selasa, 23 Juli 2012 pukul: 10.00 WIB dan Tempat : Ruang Inayah RS PKU Muhamadiyah Gombong. Pengkaji

Lebih terperinci

CATATAN PERKEMBANGAN IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

CATATAN PERKEMBANGAN IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN CATATAN PERKEMBANGAN IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN No.Dx Hari/Tanggal Pukul Tindakan Keperawatan Evaluasi (SOAP) I Hari pertama Senin/17 Juni 09.00-10.30 1. Mengkaji kemampuan secara fungsional

Lebih terperinci

BAB III RESUME KEPERAWATAN

BAB III RESUME KEPERAWATAN BAB III RESUME KEPERAWATAN A. Pengkajian Asuhan Keperawatn Keluarga dilakukan pada tanggal 20 Juni 2010 pada keluarga Tn. L (45 th), dengan alamat Sambiroto kecamatan Tembalang, Semarang. Keluarga ini

Lebih terperinci

LAPORAN NURSING CARE INKONTINENSIA. Blok Urinary System

LAPORAN NURSING CARE INKONTINENSIA. Blok Urinary System LAPORAN NURSING CARE INKONTINENSIA Blok Urinary System Oleh: Kelompok 3 TRIGGER JURUSAN ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013 Ny Sophia, usia 34 tahun, datang ke klinik

Lebih terperinci