BAB I PENDAHULUAN. Keraton Yogyakarta dibangun pada tahun 1756 M. Sebelum keraton

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Keraton Yogyakarta dibangun pada tahun 1756 M. Sebelum keraton"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keraton Yogyakarta dibangun pada tahun 1756 M. Sebelum keraton Yogyakarta selesai dibangun, Sri Sultan Hamengku Buwono I bersama keluarganya untuk sementara bertempat tinggal di Pesanggrahan Ambarketawang Gamping. Selain mendirikan keraton Yogyakarta Sri Sultan juga mendirikan Pesanggrahan Tamansari yang didirikan pada tahun 1758 M. Sebagaimana kota-kota di Jawa yang berasal dari kerajaan, pembangunan keraton biasanya menggunakan konsep mandala yaitu sejenis maket kosmos yang umumnya berpedoman ke empat arah mata angin. 1 Sesuai dengan konsep kebudayaan tradisional Jawa tata ruang pembangunan keraton membentuk garis lurus selatan-utara yang disebut dengan poros imaginer" yang merupakan simbolisme pandangan dunia kraton dan menjadi awal arah pertumbuhan kota. Kronologi pembentukan wilayah Kasultanan Ngayogyakarta tidak dapat dipisahkan dengan sejarah Kampung Kauman Yogyakarta. 2 Kauman mempunyai peran dalam sejarah lahirnya Kasultanan Yogyakarta, karena mempunyai hubungan erat dengan birokrasi kerajaan. Kampung Kauman 1 Denys Lombard. Nusa Jawa Silang Budaya: Warisan Kerajaan-Kerajan Kosentris. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005):

2 2 Yogyakarta berada di sekitar Masjid Gedhe, berdiri bersamaan dengan berdirinya Masjid Gedhe yaitu tahun 1773, sementara kota Yogyakarta dibangun pada tahun 1755 setelah perjanjian Giyanti. Setelah masjid berdiri kemudian dibentuk lembaga Pengulon yang bertindak sebagai Penghulu Kerajaan dan berfungsi sebagai penasehat Dewan Daerah. Penghulu dan abdi dalem Pamethakan berserta keluarganya, merupakan kelompok masyarakat yang pertama kali tinggal di sekitar Masjid Agung (Masjid Gedhe), yang sekarang disebut sebagai kampung Kauman. 3 Kauman adalah nama dari sebuah Kampung di Yogyakarta yang mempunyai ciri-ciri khusus. Ciri-ciri khusus ini nampak dalam masyarakatnya, pergerakan dan perubahan-perubahan yang terjadi di dalamnya. Masyarakat Kauman merupakan masyarakat yang anggotanya mempunyai pertalian darah. Masyarakat yang demikian ini terjadi dari keluarga-keluarga. Antar keluarga itu kemudian terjadi pertalian darah, hubungan pertalian darah antar keluarga yang berkumpul pada suatu tempat tertentu, kemudian membentuk masyarakat yang mempunyai karakteristik tersendiri. Bentuk masyarakat demikian itu mempunyai ikatan yang pekat dan tertutup. Setiap warganya menegakkan ikatan kebersamaan baik di dalam upacara keagamaan, perkawinan dan di samping itu juga sukar untuk bisa menerima pengaruh serta perpindahan 2 Chatarina Dwi Astuti Depari. Transformasi Ruang Kampung Kauman Yogyakarta Sebagai Produk Sinkretisme Budaya. (Jurnal Arsitektur Komposisi, 2012, Vol.10 (1)): Suastiwi Triatmodjo. Dua Ragam Makna Pada Ruang dari Masa Lalu di Permukiman Kauman Yogyakarta. (Jurnal Kajian Seni Budaya Tsaqafa, 2012, Vol. 1(1)): 19-37

3 3 penduduk dari luar. Kauman juga menjadi tempat lahirnya organisasi sosial keagamaan Muhammadiyah yang telah menghasilkan pemimpin, ulama, dan ilmuan. Terdapat pula pergerakan-pergerakan sosial, keagamaan serta kelaskaran di dalamnya. 4 Dalam struktur tata ruang perkotaan pada masyarakat Jawa tradisional, kehadiran wilayah hunian yang disebut Kauman adalah menjadi sangat penting dan bahkan semacam keharusan. Wilayah hunian yang terletak di sebelah alun-alun ini sebenarnya merupakan bagian yang menyatu dan tidak dapat dilepaskan dari struktur pemerintahan tradisional Jawa. Penguasa Jawa yang menjadikan agama Islam sebagai agama negara, dengan membangun sebuah masjid di sebelah barat alun-alun yang terhampar di depan keraton, seperti yang dapat disaksikan di Surakarta dan Yogyakarta. 5 Kampung Kauman sendiri saat itu ada gerbangnya yang menghadap ke Alun-Alun Utara di depan Siti Hinggil. Dibalik gerbang ada pelataran di depan Masjid Gedhe, Pangulon (rumah dan kantor penghulu) di sebelah utara masjid. Di belakang Pangulon terdapat perumahan orang yang ngindung (menumpang) kepada Pangulon, sehingga disebut kampung Ngindungan. Batas antara Kauman dengan Ngindungan adalah sebuah selokan besar, yang airnya masuk ke Masjid Gedhe. Air ini setelah keluar dari Masjid Gedhe lalu mengalir 4 Sairin Syafri. Kauman: A Moslem Neighbor hood of Yogyakarta. (Humaniora, 1998, No. 9): Clifford Greertz. The Relegion of Java. (Chencoe: The Free Press, 1960)

4 4 ke selatan Kampung Kauman, masuk ke Jagang yang mengelilingi tembok Kraton. 6 Proses terjadinya masyarakat Ngindungan berbeda dengan proses terjadinya masyarakat Kauman. Terjadinya masyarakat Ngindungan melalui beberapa perkembangan. Penduduk wilayah Ngindungan merupakan masyarakat pendatang di Kampung Kauman. Pendatang baru itu mula-mula adalah orang-orang yang ngenger di Dalem Pengulon dan para buruh batik yang letak rumahnya jauh dari kota Yogyakarta. Kemudian, orang-orang tersebut diperkenankan bertempat tinggal di atas tanah kosong Pengulon yang masih luas, yang terletak di sebelah timur laut Dalem Pengulon. Pada mulanya penduduk tanah Ngindungan itu hanya sedikit, kemudian bertambah banyak. Terbentuknya Ngindungan sebagai suatu masyarakat tidak dapat diketahui secara pasti, tetapi dapat diperkirakan sekitar tahun 1900, yang bersamaan dengan perkembangan industri batik yang pesat sehingga para pengusaha batik menyerap banyak tenaga kerja. Masyarakat Kampung Kauman banyak yang bermata pencaharian sebagai abdi dalem, karena dengan menjadi abdi dalem mereka mendapat penghasilan dari tanah pelungguh yang diberikan oleh keraton. Tidak melulu memandang pekerjaan sebagai abdi dalem, masyarakat Kauman juga bekerja sebagai pengrajin batik. Usaha batik yang dijalankan oleh masyarakat Kauman akhirnya berkembang dengan pesat, sehingga menghasilkan para pengusaha-pengusaha batik yang kemudian 6 Muhammad Syoedja. Cerita Tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan: CatatanKyai Syoedja. (Jakarta: Al-Wasat, 2009)

5 5 disebut sebagai batik handel. Pesatnya industri batik di Kauman menjadi daya tarik bagi tenaga kerja yang datang dari berbagai daerah di luar Kampung Kauman maupun Yogyakarta. Tenaga kerja atau buruh kerajinan batik tersebut kemudian banyak yang menetap (ngindung) di atas tanah Pangulon. Hal inilah yang dianggap sebagai awal mula terbentuknya masyarakat Ngindungan. 7 Meskipun termasuk dalam wilayah kampung Kauman, masyarakat Ngindungan berbeda dengan masyarakat Kauman yang sudah ada. Perbedaan tersebut antara lain penduduk Ngindungan bukan berasal dari golongan abdi dalem Kerjaan Yogyakarta, tetapi dari rakyat biasa yang datang dari pedesaan untuk bekerja di kota. Masyarakat Ngindungan bukan merupakan masyarakat yang tercipta dari hubungan pertalian darah dengan masyarakat Kauman, sehingga hubungan antar keluarga tidak seerat masyarakat Kauman. Dalam perkawinan, masyarakat Ngindungan dapat lebih bebas untuk mengambil jodoh dari luar kampung. Perbedaan lainnya adalah tingkat penghayatan dan pengamalan agama Islam dari masyarakat Ngindungan masih sangat rendah apabila dibandingkan dengan masyarakat Kauman yang terdiri dari para ahli agama, sedangkan masyarakat Ngindungan berasal dari para buruh yang tidak secara khusus berasal berkecimpung dalam bidang keagamaan. Perbedaan terakhir yaitu dalam hal ekonomi. Faktor ekonomi berperan menentukan perbedaan antara masyarakat Kauman dengan Ngindungan. Masyarakat Kauman umumnya adalah abdi dalem dan pengusaha/pedagang batik, 7 Ahmad Adaby Darban. Sejarah Kauman: Menguak Identitas Kampung Muhammadiyah. (Yogyakarta: Tarawang, 2000): 6

6 6 sedangkan masyarakat Ngindungan pada mulanya terdiri dari orang-orang ngengger, buruh batik dan orang-orang yang mencari pekerjaan ke kota. 8 Pada mulanya, masyarakat Ngindungan belum terbentuk sebagai masyarakat yang utuh, hal ini disebabkan masih banyak diantara masyarakat Ngindungan yang belum benar-benar menetap, sebab mereka masih mempunyai rumah di desa yang secara rutin dikunjungi. Setelah mendapat pekerjaan tetap mulailah mereka berpindah secara menetap di wilayah Ngindungan bersama keluarga. Masyarakat yang menempati wilayah Ngindungan hanya berinteraksi dengan orang yang sama-sama ngindung di Pangulon dan bekerja sebagai buruh industri batik. Industri batik di Yogyakarta terutama di Kampung Kauman berkembang cukup pesat sebelum terjadinya krisis Malaise. Krisis tersebut melanda perekonomian dunia termasuk di Kampung Kauman pada tahun Selain itu juga ada pengaruh penjajahan Jepang. Hal ini menyebabkan mata pencaharian masyarakat Kampung Kauman dan Ngindungan mengalami perubahan, yaitu tidak lagi berpusat pada pembatikan maupun abdi dalem, tetapi terpecah dalam banyak bidang 9. Dengan adanya perubahan bidang pekerjaan tersebut maka lingkungan sosial masyarakat Ngindungan semakin luas. Berdasarkan observasi, perubahan kondisi masyarakat Ngindungan berubah hingga keturunannya bahkan generasi-generasi berikutnya hingga saat 8 Ibid.: Ibid.: 7-10.

7 7 ini. Hal ini juga mempengaruhi sosial masyarakat masyarakat Ngindungan yang tidak lepas dari peran masyarakat Kauman Yogyakarta. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, muncul beberapa permasalahan pokok penelitian berupa: 1. Bagaimana gambaran perubahan kehidupan ekonomi masyarakat Ngindungan di Kampung Kauman? 2. Bagaimana cara masyarakat Ngindungan bersosialisasi/berhubungan sehingga dapat diterima dan berbaur dengan masyarakat Kauman? C. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mengambil ruang lingkup antara tahun Tahun ini merupakan generasi masyarakat Ngindungan yang masih hidup di Kauman setelah terjadi krisis perekonomian yang melanda dunia tahun 1939 termasuk di kalangan pengusaha batik di kampung Kauman, sedangkan generasi pertama masyarakat sudah tidak bisa ditemukan lagi. Krisis tersebut menyebabkan industri batik di Kauman mengalami kebangkrutan, dan menyebabkan masyarakat Ngindungan yang masih bertahan di Kauman untuk mencari pekerjaan di bidang lainnya yang menuntut masyarakat Ngindungan bersosialisasi dengan masyarakat Kauman sebagai lokasi ngindung. Merosotnya usaha batik menyebabkan perubahan dalam bidang ekonomi dari masyarakat Kauman yang mempengaruhi mata pencaharian masyarakat Ngindungan. Mereka berusaha mencari pekerjaan dengan cara menjadi pegawai, guru atau pedagang. Masyarakat Kauman yang masih

8 8 menjabat sebagai abdi dalem kasultanan tetap menekuni jabatan mereka. Sama halnya dengan masyarakat Ngindungan yang mencoba mencari pekerjaan lain yang bisa dilakukan untuk mempertahankan hidup. Dengan adanya kondisi tersebut, menuntut masyarakat Ngindungan untuk lebih aktif dalam hubungan sosial dengan masyarakat Kauman. Bahkan hubungan ini tetap berlanjut hingga generasi-generasi berikutnya hingga saat ini. D. Tujuan Penelitian Selama ini belum ada kajian yang membahas tentang perkampungan khususnya di wilayah keraton. Kebanyakan studi yang banyak menulis tentang kampung merupakan studi arkeologi karna berkaitan dengan bangunan, sedangkan studi sejarah belum ada yang menulis tentang masyarakat Ngindungan di Kampung Kauman. Penelitian ini bertujuan untuk mencari penjelasan tentang masyarakat Ngindungan di Kampung Kauman Yogyakarta yang telah mengalami perubahan. 1. Tujuan umum adalah mendeskripsikan mengenai perubahan kondisi ekonomi dan perubahan sosial masyarakat Ngindungan di Kampung Kauman pada kurun waktu Tujuan khusus: a. Untuk mengetahui gambaran terjadinya perubahan perekonomian masyarakat Ngindungan di Kampung Kauman. b. Untuk mengetahui cara masyarakat Ngindungan bersosialisasi dan berhubungan dengan masyarakat sekitar terutama masyarakat Kauman.

9 9 E. Tinjauan Pustaka Selain menggunakan sumber pustaka penelitian ini juga melakukan wawancara. Literatur yang khusus membahas tentang sejarah masyarakat Ngindungan di Kampung Kauman dari segi historis sejauh ini belum ditemukan oleh penulis. Kebanyakan peneliti menulis tentang Kampung Kauman di kota Yogyakarta. Dalam tulisannya Ahmad Adaby Darban yang berjudul Sejarah Kauman Menguak Identitas Kampung Muhammadiyah 10 menjelaskan tentang Kauman yang merupakan sebuah kampung di Kotamadya Yogyakarta yang mempunyai ciri-ciri khusus. Ciri khusus ini nampak dalam masyarakatnya, pergerakan dan perubahanperubahan yang terjadi didalamnya. Masyarakat Kauman merupakan masyarakat yang anggotanya mempunyai pertalian darah. Masyarakat yang demikian ini terjadi dari keluarga-keluarga. Dalam kajiannya, Selo Soemardjan yang berjudul Perubahan Sosial di Yogyakarta 11 menjelaskan tentang perubahan sosial masyarakat yang terjadi sojak zaman pemerintahan Hindia Belanda, hingga zaman kemerdekaan di Yogyakarta. Kajian ini juga membahas mengenai perubahan disemua bidang baik ekonomi, pendidikan, dan pemerintahan. Contohnya kekuasaan pemerintahan Belanda, diganti oleh kekuasaan Jepang kemudian pemerintahan nasional. Buku ini memberikan informasi penting dalam penyusunan laporan penelitian ini karena data-data yang ada di dalamnya menjelaskan tentang perubahan pada masyarakat yang mencakup, aspek sosial ekonomi. 10 Ibid.

10 10 Pada waktu ibukota Kesultanan dijadikan Republik Indonesia perubahan sosial terjadi di kalangan masyarakat Yogyakarta. Selain dijadikan sebagai ibukota Republik Indonesia, Yogyakarta juga dijadikan sebagai markas besar revolusi. Selama berlangsungnya revolusi terdapat dua masyarakat yang tinggal di Yogyakarta yaitu masyarakat asli Yogyakarta dengan kehidupan tradisionalnya dan masyarakat pendatang yang membawa semangat revolusi. Buku yang berjudul Kota Baru: Sejarah Kota: Kota di Indonesia Sebelum dan Sesudah Kemerdekaan merupakan sejarah kota-kota yang ada di Indonesia. Artikel yang diambil Djoko Suryo yang berjudul Penduduk dan Perkembangan Kota Yogyakarta , menyebutkan bahwa penulis ini mendapatkan informasi yang dapat mendukung topik yang penulis ambil. Buku ini juga memberikan gambaran kepada penulis mengenai perkembangan penduduk dan perkembangan kota di daerah Istimewa Yogyakarta di tahun an. Keadaan kota mengalami perubahan akibat dari perkembangan penduduk, yaitu terlahimya para kaum urban baru dari pelajar, priyayi, pengusaha dan orang-orang asing, yang mengakibatkan perubahan tata ruang Yogyakarta. Abdurrachman Suryomihardjo, dalam tulisannya yang berjudul Sejarah Sosial Kota Yogyakarta membahas tentang perubahan sosial masyarakat Yogyakarta, mulai dari kehidupan sehari-hari hingga, adat istiadat 11 Selo Sumarjan. Perubahan Sosial di Yogyakarta. (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1981). 12 Djoko Suryo. Penduduk dan Perkembangan Kota Yogyakarta ", dalarn Freek Colombiin (eds) Kota Larna Kota Baru Sejarah Kota-Kota di Indonesia. (Yogyakarta: Ornbak, 2005).

11 11 dan mengenai pendidikan di kalangan bangsawan hingga munculnya elit organisasi modern di kota Yogyakarta. Buku ini banyak memberikan informasi mengenai perubahan sosial yang terjadi sejak tahun 1880 sampai tahun Karya tulisan yang terakhir milik Nur Aini Setyawati yang masih berbentuk laporan penelitian yang berjudul Sengketa Tanah Kasultanan Yogyakarta Setelah Reorganisasi Agraria 14 dalam tulisannya membahas tentang tanah yang masih berada di wilayah Kraton Yogyakarta dan hak kepemilikan tanah masyarakat setelah terjadi pelaksanaan reorganisasi tanah. Karya tulis ini sangat penting di dalam penyusunan laporan penelitian ini karna data-data yang ada di dalamnya berisi mengenai permasalahan tentang tanah khususnya pada waktu terjadinya reorganisasi. F. Metode dan Sumber Penulisan Metode dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan secara jelas sesuai dengan kenyataan empiris yang terjadi di lapangan serta menuangkannya ke dalam pernyataan-pernyataan sesuai dengan fenomena yang terjadi. 15 Penelitian ini merupakan deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) 13 Abdurrachman Surjoernihardjo. Sejarah Sosial Kota Yogyakarta (Yogyakarta: Yayasan untuk Indonesia, 2002). 14 Nur Aini Setyawati. Sengkeld Tanah Kasultanan Yogyakarta Setelah Reorganisasi Agraria", (Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, 2002). 15 Lexy J. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2006,): 11

12 12 tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan antara satu variabel dengan variabel yang lain. 16 Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan beberapa tahap. Seperti apa yang dijelaskan oleh Kuntowijoyo dalam bukunya yang berjudul Pengantar Ilmu Sejarah. Tahap pertama, pemilihan topik atau heuristik, topik penelitian ini adalah Sejarah Masyarakat Ngindungan di Kampung Kauman. Penulis menulis topik tersebut karena sejarah terbentuknya Masyarakat Ngindungan di kampung Kauman belum banyak yang mengangkatnya ke dalam tulisan ilmiah sangat menarik untuk diteliti. Tahapan selanjutnya adalah pengumpulan sumber. Sebagai tulisan sejarah, penelitian ini mengandalkan data kepustakaan dan wawancara. Data kepustakaan berupa sumber primer maupun sekunder. Sumber primer yaitu berupa data-data Arsip dari kraton Yogyakarta yang didapat di kantor perpustakaan dan Arsip Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Data ini diperkuat dengan wawancara kepada masyarakat yang berada di wilayah Ngindungan kampung Kauman. Wawancara ini difokuskan pada masyarakat Ngindungan di Kampung Kauman yang sudah sejak lama tinggal di Kampung Kauman dan status tanahnya berupa hak milik. Wawancara dilakukan secara langsung dan pribadi agar informasi didapatkan dengan mudah. Wawancara ini bertujuan untuk mengumpulkan data juga sebagai kritik sumber untuk menguatkan data tertulis. 16 Sugiyono. Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). (Bandung: CV.Alfa Beta, 2012): 86

13 13 Kendala yang dihadapi selama penelitian adalah sulitnya mencari data statistik masyarakat Ngindungan di Kampung Kauman dalam kurun waktu tersebut karena data yang ada sudah banyak mengalami kerusakan. Selain itu, informasi dari masa awal terbentuknya sebuah Masyarakat di Kampung Kauman yang masih hidup jumlahnya terbatas. Informan yang ada sulit untuk diwawancarai karena faktor kesehatan dan usia. Selain sumber primer, penulis juga menggunakan sumber sekunder berupa buku, skripsi, laporan penelitian, majalah, jurnal dan internet. Sumber sekunder ini diakses di perpustakaan-perpustakaan Yogyakarta yaitu perpustakaan UGM unit I dan unit 11, Perpustakaan Pasca Sadana UGM, Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya UGM, Perpustakaan Jurusan Arkeologi UGM, Perpustakaan Kependudukan, Perpustakaan Pedesaan, Perpustakaan Wilayah dan Sasonobudoyo, Perpustakaan Ignasius, Perpustakaan Jogja Library, Perpustakaan Daerah Istimewa Yogyakarta, Perpustakaan Penghageng Widya Budoyo Kraton, Perpustakaan Badan Penelitian Sejarah, dan Perpustakaan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala. Setelah proses pengumpulan sumber, tahapan selanjutnya adalah verifikasi. Tahapan ini dikenal juga dengan sebutan kritik sejarah atau keabsahan sumber. Verifikasi terbagi menjadi dua macam yaitu otentisitas dan kredibilitas. Otentisitas disebut juga keaslian sumber atau kritik ekstern.

14 14 Adapun kredibilitas merupakan proses meneliti apakah sumber tersebut bisa dipercaya dan dilakukan setelah diputuskan bahwa sumber tersebut otentik. 17 Tahap selanjutnya adalah interpretasi. Interpretasi atau penafsiran dibagi menjadi dua yaitu analisis dan sintesis. Analisis berarti menguraikan beberapa kemungkinan yang didapatkan dari sebuah sumber. Hasil analisis itu adalah fakta. Sintesis merupakan proses menyatukan beberapa data menjadi satu. Hasilnya adalah fakta yang diperoleh berdasarkan konsep secara umum yang kita tangkap dari pembacaan data-data tersebut. 18 Penyajian dalam tulisan merupakan akhir dari semua proses yang telah dilakukan. Penulisan menurut Taufik Abdullah, adalah usaha rekonstruksi masa lampau untuk menjawab pertanyaan pokok yang telah dirumuskan. Dalam proses ini disusun fakta-fakta hasil penelitian yang masih bersifat fragmentaris menjadi suatu uraian yang sisternatis, utuh dan komunikatif. 19 G. Sistematika Penulisan Penulisan hasil penelitian ini dibagi menjadi 4 bab yaitu Pendahuluan, Kampung Kauman dan Kehidupan Masyarakat Tahun , Masyarakat Ngindungan Di Kauman, dan Penutup. 17 Kuntowijoyo. Pengantar Ilmu Sejarah. (Yogyakarta: Bentang Budaya, 1995): Ibid.: Taufik Abdullah dan Abdurachman Suryomihardjo. Ilmu Sejarah dan Historiografl, Arah dan Perpekstif. (Jakarta: Gramedia, 1985): xiii-xiv.

15 15 Pendahuluan berisi latar belakang masalah, permasalahan dan ruang lingkup penelitian, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Pembahasan mengenai Kampung Kauman dan Kehidupan Masyarakat Tahun mengupas tentang segala hal yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat Kauman sebagai lokasi ngindung, mulai dari lahirnya kampung Kauman, Karakteristik Masyarakat Kauman Yogyakarta, dan Kondisi Fisik Wilayah Kauman. Bab berikutnya adalah pembahasan mengenai Masyarakat Ngindungan Di Kauman yang mengupas tentang Kehidupan Masyarakat Kampung Kauman dan Masyarakat Ngindungan di Kauman. Bab Penutup merupakan bab terakhir dari naskah penelitian ini. Bab ini berisi kesimpulan dan saran.

BAB I PENDAHULUAN. yang sulit dihindari. Bank merupakan lembaga financial intermediary yang

BAB I PENDAHULUAN. yang sulit dihindari. Bank merupakan lembaga financial intermediary yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perhatian masyarakat terhadap perbankan selalu besar, baik pada waktu ekonomi sedang tumbuh subur maupun sebaliknya. Hal itu dikarenakan lembaga perbankan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih banyak memperlihatkan unsur persamaannya, salah satunya adalah suku

BAB I PENDAHULUAN. masih banyak memperlihatkan unsur persamaannya, salah satunya adalah suku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa dan kebudayaan yang masih banyak memperlihatkan unsur persamaannya, salah satunya adalah suku

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. tanah juga memiliki fungsi dalam aspek politik, ekonomi, dan kebudayaan yang

BAB I PENGANTAR. tanah juga memiliki fungsi dalam aspek politik, ekonomi, dan kebudayaan yang BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Tanah merupakan faktor yang berkaitan dengan banyak aspek dalam pola kepemilikan dan penguasaannya. Tidak hanya dalam aspek sosial saja, tetapi tanah juga memiliki fungsi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang dipakai oleh penulis dalam mengumpulkan sumber berupa data dan fakta yang berkaitan dengan judul skripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menerima baik bangsa asing yang datang ke Indonesia. Belanda

BAB I PENDAHULUAN. menerima baik bangsa asing yang datang ke Indonesia. Belanda BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada awalnya Belanda datang ke Indonesia hanya untuk berdagang dan hal itu dapat membantu perekonomian masyarakat Indonesia dari segi perdagangan. Masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan manfaat bagi masyarakat pada sebuah destinasi. Keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan manfaat bagi masyarakat pada sebuah destinasi. Keberhasilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata adalah salah satu mesin penggerak perekonomian dunia yang terbukti mampu memberikan kontribusi terhadap kemakmuran sebuah negara. Pembangunan pariwisata mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Perumusan Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Perumusan Masalah 1. Latar belakang dan pertanyaan penelitian Berkembangnya arsitektur jaman kolonial Belanda seiring dengan dibangunnya pemukiman bagi orang-orang eropa yang tinggal

Lebih terperinci

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang I. 1. 1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Batik merupakan gabungan dari dua kata dalam bahasa Jawa yaitu amba yang berarti menulis dan tik yang berarti titik. Batik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada di Indonesia. Sebagai salah satu unsur keistimewaan DIY, maka pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. ada di Indonesia. Sebagai salah satu unsur keistimewaan DIY, maka pada dasarnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan Kraton Yogyakarta merupakan salah satu kawasan cagar budaya yang ada di Kota Yogyakarta. Keberadaan Kraton Yogyakarta itu sendiri menjadi salah satu unsur

Lebih terperinci

STUDI PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA TEGAL MELALUI PENDEKATAN MORFOLOGI KOTA TUGAS AKHIR. Oleh : PRIMA AMALIA L2D

STUDI PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA TEGAL MELALUI PENDEKATAN MORFOLOGI KOTA TUGAS AKHIR. Oleh : PRIMA AMALIA L2D STUDI PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA TEGAL MELALUI PENDEKATAN MORFOLOGI KOTA TUGAS AKHIR Oleh : PRIMA AMALIA L2D 001 450 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Mengacu pada permasalahan yang dirumuskan, maka skripsi yang berjudul Revitalisasi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara Untuk Pendidikan Karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan berkembang atas kekuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan. generasi sebelumnya bahkan generasi yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan. generasi sebelumnya bahkan generasi yang akan datang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan berkembang sejak ribuan tahun yang lampau, ini yang dapat di lihat dari kayakarya para leluhur bangsa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN Skripsi ini berjudul Peranan Pesantren Syamsul Ulum Dalam Revolusi Kemerdekaan di Sukabumi (1945-1946). Untuk membahas berbagai aspek mengenai judul tersebut, maka diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan salah satu jenis kain yang memiliki corak tertentu. Corak

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan salah satu jenis kain yang memiliki corak tertentu. Corak 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Batik merupakan salah satu jenis kain yang memiliki corak tertentu. Corak pada batik dibuat menggunakan lilin dan digambarkan diatas kain mori. Pembuatan batik dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum diundangkannya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum diundangkannya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebelum diundangkannya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta terdapat berbagai macam hak-hak atas tanah di atas Tanah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kepemimpinan Perempuan Pembawa Perubahan di Desa Boto Tahun ,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kepemimpinan Perempuan Pembawa Perubahan di Desa Boto Tahun , BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Dan Strategi Penelitian Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan, maka skripsi yang berjudul Kepemimpinan Perempuan Pembawa Perubahan di Desa Boto Tahun 1974-2007,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dari penelitian ini secara deskriptif naratif. Tujuan penelitian ini yaitu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dari penelitian ini secara deskriptif naratif. Tujuan penelitian ini yaitu BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Mengacu dari permasalahan yang telah dirumuskan maka bentuk dari penelitian ini secara deskriptif naratif. Tujuan penelitian ini yaitu untuk

Lebih terperinci

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan sebuah negara maritim karena memiliki wilayah laut yang lebih luas dibandingkan dengan wilayah daratan. Hal ini menjadikan bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya dinikmati segelintir orang-orang yang relatif kaya pada awal

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya dinikmati segelintir orang-orang yang relatif kaya pada awal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Diawali dari kegiatan yang semula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ada tiga faktor penting dalam sejarah yaitu manusia, tempat, dan waktu 1.

BAB I PENDAHULUAN. Ada tiga faktor penting dalam sejarah yaitu manusia, tempat, dan waktu 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ada tiga faktor penting dalam sejarah yaitu manusia, tempat, dan waktu 1. Manusia itu sendiri merupakan objek pelaku dalam peristiwa sejarah. Demikian juga

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Propinsi Daerah istimewa Yogyakarta merupakan salah satu daerah destinasi pariwisata di Indonesia yang memiliki beragam produk wisata andalan seperti wisata sejarah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini kuliner adalah suatu kata yang sering kita dengar di masyarakat yang berarti masakan yang berupa makanan atau minuman. Informasi mengenai kuliner sendiri saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada abad ini gerak perubahan zaman terasa semakin cepat sekaligus semakin padat. Perubahan demi perubahan terus-menerus terjadi seiring gejolak globalisasi yang kian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menelusuri kota Yogyakarta tidak lengkap rasanya jika tidak mengunjungi Kampung Kauman. Kampung Kauman terletak di sebelah barat alun-alun utara kota Yogyakarta, Berada

Lebih terperinci

Arsip Puro Pakualaman Simpul Sejarah Daerah Istimewa Yogyakarta : Arsip Puro Perlu Perawatan Serius

Arsip Puro Pakualaman Simpul Sejarah Daerah Istimewa Yogyakarta : Arsip Puro Perlu Perawatan Serius Arsip Puro Pakualaman Simpul Sejarah Daerah Istimewa Yogyakarta : Arsip Puro Perlu Perawatan Serius Oleh : Drs. M. Qosim *) 1. Pendahuluan Keberadaan sebuah kerajaan kecil seperti Kadipaten Pakualaman

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. yang berjudul Sejarah Kauman : Menguak Identitas Kampung Muhammadiyah,

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. yang berjudul Sejarah Kauman : Menguak Identitas Kampung Muhammadiyah, 39 BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN A. Deskripsi Kampung Kauman Yogyakarta 1. Sejarah Kampung Kauman Yogyakarta Kauman merupakan nama sebuah kampung yang terletak di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. mencapai tujuan, maka langkah-langkah yang ditempuh harus sesuai dengan

III. METODE PENELITIAN. mencapai tujuan, maka langkah-langkah yang ditempuh harus sesuai dengan 25 III. METODE PENELITIAN Untuk memecahkan suatu masalah diperlukan suatu cara atau yang sering disebut dengan metode. Metode pada dasarnya berarti cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan, maka langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan (field research) dan menggunakan pendekatan kualitatif. Di dalam rancangan penelitian kualitatif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Maluku Utara merupakan sebuah Provinsi yang tergolong baru. Ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. Maluku Utara merupakan sebuah Provinsi yang tergolong baru. Ini adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Maluku Utara merupakan sebuah Provinsi yang tergolong baru. Ini adalah provinsi kepulauan dengan ciri khas sekumpulan gugusan pulau-pulau kecil di bagian timur wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sustainable tourism development, village tourism, ecotourism, merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sustainable tourism development, village tourism, ecotourism, merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata adalah suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat sehingga membawa berbagai dampak terhadap masyarakat setempat, bahkan

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari berbagai sumber, antara lain:

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari berbagai sumber, antara lain: 4 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari berbagai sumber, antara lain: Pencarian bahan melalui buku, artikel, dan literatur dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan dihampir semua bidang membuat masyarakatnya nyaman. Meskipun

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan dihampir semua bidang membuat masyarakatnya nyaman. Meskipun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintahan Soeharto adalah pemerintahan yang berlangsung selama kurang lebih 32 tahun. Dalam memerintah, Soeharto terkenal dengan ketegasannya. Di bawah pemerintahannya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini, mulai dari persiapan penelitian sampai dengan pelaksanaan penelitian dan analisis

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. tertentu dapat tercapai. Dengan pendidikan itu pula mereka dapat mempergunakan

BAB I Pendahuluan. tertentu dapat tercapai. Dengan pendidikan itu pula mereka dapat mempergunakan BAB I Pendahuluan I. 1. Latar belakang Pendidikan merupakan suatu hal yang penting di dalam perkembangan sebuah masyarakat. Melalui pendidikan kemajuan individu bahkan komunitas masyarakat tertentu dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia mempunyai tiga sektor kekuatan ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia mempunyai tiga sektor kekuatan ekonomi yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia mempunyai tiga sektor kekuatan ekonomi yang melaksanakan berbagai kegiatan usaha dalam tata kehidupan perekonomian. Ketiga sektor tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan sebuah kota, merupakan topik yang selalu menarik untuk dikaji, karena memiliki berbagai permasalahan kompleks yang menjadi ciri khas dan membedakan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam masyarakat yang dinamis, pendidikan memegang peranan yang menentukan eksistensi dan perkembangan masyarakat. Pendidikan merupakan usaha melestarikan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kelompok budaya khususnya di Jawa (Rakhmawati, 2009: 161).

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kelompok budaya khususnya di Jawa (Rakhmawati, 2009: 161). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah Islam di Indonesia telah meninggalkan budaya yang sangat berharga. Salah satu hasil budaya pada masa Islam adalah pemukiman perkotaan yang membentuk identitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelompok industri kecil memiliki peran strategis dalam peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Kelompok industri kecil memiliki peran strategis dalam peningkatan 1 BAB I PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang Masalah Kelompok industri kecil memiliki peran strategis dalam peningkatan pendapatan, perluasan lapangan kerja dan kesempatan berusaha di Indonesia. Pengembangan

Lebih terperinci

Akulturasi Langgam Arsitektur pada Elemen Pintu Gerbang Masjid Agung Yogyakarta

Akulturasi Langgam Arsitektur pada Elemen Pintu Gerbang Masjid Agung Yogyakarta SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 DISKURSUS Akulturasi Langgam Arsitektur pada Elemen Pintu Gerbang Masjid Agung Yogyakarta Firdha Ruqmana firdha.ruqmana30@gmail.com Mahasisw a Sarjana Program Studi A rsitektur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia selalu mengalami yang namanya perubahan. Perubahan tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui peristiwa

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. A. Arsip, Laporan dan Terbitan Resmi Pemerintah Kotamadya Yogyakarta Dalam Angka Kantor Statistik Kotamadya Yogyakarta, 1981.

DAFTAR PUSTAKA. A. Arsip, Laporan dan Terbitan Resmi Pemerintah Kotamadya Yogyakarta Dalam Angka Kantor Statistik Kotamadya Yogyakarta, 1981. 117 DAFTAR PUSTAKA A. Arsip, Laporan dan Terbitan Resmi Pemerintah Kotamadya Yogyakarta Dalam Angka 1980. Kantor Statistik Kotamadya Yogyakarta, 1981. Kotamadya Yogyakarta Dalam Angka 1981. Kantor Statistik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Batik merupakan salah satu warisan budaya Indonesia. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Tata cara perolehan hak pinjam pakai atas sultan grond tahapannya. a. Mengajukan surat permohonan kepada Panitikismo

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Tata cara perolehan hak pinjam pakai atas sultan grond tahapannya. a. Mengajukan surat permohonan kepada Panitikismo BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Tata cara perolehan hak pinjam pakai atas sultan grond tahapannya sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan di Indonesia, telah

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan di Indonesia, telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan di Indonesia, telah menjadi salah satu kegiatan perekonomian penduduk yang sangat penting. Perikanan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan tidak mungkin timbul tanpa adanya masyarakat dan eksistensi

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan tidak mungkin timbul tanpa adanya masyarakat dan eksistensi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan tidak mungkin timbul tanpa adanya masyarakat dan eksistensi masyarakat itu dimungkinkan oleh adanya kebudayaan. Kebudayaan tidaklah dihasilkan oleh masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tangganya sendiri yang dinamakan dengan daerah otonom. 1

BAB I PENDAHULUAN. tangganya sendiri yang dinamakan dengan daerah otonom. 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NRI) Tahun 1945 telah banyak membawa perubahan bagi bangsa Indonesia terhadap beberapa hal. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG EKSISTENSI PROYEK Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Surakarta selain dikenal sebagai kota batik, juga populer dengan keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki kekhasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN AREA STUDI

BAB II TINJAUAN AREA STUDI BAB II TINJAUAN AREA STUDI Dalam bagian ini akan diuraikan gambaran tentang kota Yogyakarta dan kampung kota sebagai lokasi obyek penelitian. Dengan tujuan untuk memberikan karakteristik latar belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ulama di Indonesia dan negara-negara muslim lainnya telah memainkan

BAB I PENDAHULUAN. Ulama di Indonesia dan negara-negara muslim lainnya telah memainkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ulama di Indonesia dan negara-negara muslim lainnya telah memainkan peranan penting dan strategis. Bukan hanya dalam peningkatan spiritual umat, melainkan juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah Indonesia mencatat bahwa negara kita ini telah mengalami masa kolonialisasi selama tiga setengah abad yaitu baik oleh kolonial Belanda maupun kolonial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proklamasi kemerdekaan Indonesia tidak serta merta mengakhiri perjuangan rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seseorang akan mampu menilai banyak hal mengenai budaya seperti gaya hidup,

BAB I PENDAHULUAN. seseorang akan mampu menilai banyak hal mengenai budaya seperti gaya hidup, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arsitektur merupakan produk budaya yang tidak lepas dari kehidupan manusia. Permukiman, perkotaan dan lansekap suatu daerah terbentuk sebagai hasil dari sistem kebudayaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang mengandalkan data dari masyarakat yang diteliti. 49 Lapangan yang

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang mengandalkan data dari masyarakat yang diteliti. 49 Lapangan yang BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian empiris atau lapangan yakni penelitian yang mengandalkan data dari masyarakat yang diteliti. 49 Lapangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan yang timbul dalam kehidupan kota, seperti kesenjangan sosial, kesemrawutan kota, dan tindakan kriminalitas mendorong masyarakat kota untuk mengatasi permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sasaran yang hendak dicapai dalam pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sasaran yang hendak dicapai dalam pembangunan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Salah satu sasaran yang hendak dicapai dalam pembangunan ekonomi nasional adalah pertumbuhan ekonomi yang dapat mempercepat peningkatan pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi tahun 1980an telah berdampak pada tumbuhnya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi tahun 1980an telah berdampak pada tumbuhnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi tahun 1980an telah berdampak pada tumbuhnya industri-industri besar maupun kecil di Indonesia. Pembangunan sektor-sektor industri ini muncul sebagai

Lebih terperinci

KAWASAN CAGAR BUDAYA KOTABARU YOGYAKARTA. Theresiana Ani Larasati

KAWASAN CAGAR BUDAYA KOTABARU YOGYAKARTA. Theresiana Ani Larasati KAWASAN CAGAR BUDAYA KOTABARU YOGYAKARTA Theresiana Ani Larasati Yogyakarta memiliki peninggalan-peninggalan karya arsitektur yang bernilai tinggi dari segi kesejarahan maupun arsitekturalnya, terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan dalam suatu usaha secara menyeluruh untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan dalam suatu usaha secara menyeluruh untuk meningkatkan kesejahteraan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses industrialisasi dan pengembangan industri merupakan salah satu jalur kegiatan dalam suatu usaha secara menyeluruh untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Kajian yang penulis ambil dalam penelitian skripsi ini adalah mengenai Perkembangan Pendidikan Islam di Bandung Tahun 1901-1942. Untuk membahas berbagi aspek mengenai judul

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Penelitian tentang Kondisi Sosial-Ekonomi Masyarakat Salatiga Masa

BAB III METODOLOGI. Penelitian tentang Kondisi Sosial-Ekonomi Masyarakat Salatiga Masa BAB III METODOLOGI A. Lokasi Penelitian Penelitian tentang Kondisi Sosial-Ekonomi Masyarakat Salatiga Masa Pendudukan Jepang Tahun 1942-1945 mengambil lokasi di Salatiga. B. Bentuk dan Strategi Penelitian

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Mangkubumi, yang terdiri dari Pangeran Mangkubumi, Pangeran Wijil, Pangeran

BAB V KESIMPULAN. Mangkubumi, yang terdiri dari Pangeran Mangkubumi, Pangeran Wijil, Pangeran BAB V KESIMPULAN Pakualaman terbentuk dari adanya perjanjian Giyanti antara pihak Mataram yang diwakili oleh Sunan Pakubuwana III dengan kelompok Pangeran Mangkubumi, yang terdiri dari Pangeran Mangkubumi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman tradisional Kelurahan Melai, merupakan permukiman yang eksistensinya telah ada sejak zaman Kesultanan

Lebih terperinci

No Sentralitas posisi masyarakat DIY dalam sejarah DIY sebagai satu kesatuan masyarakat yang memiliki kehendak yang luhur dalam berbangsa dan b

No Sentralitas posisi masyarakat DIY dalam sejarah DIY sebagai satu kesatuan masyarakat yang memiliki kehendak yang luhur dalam berbangsa dan b TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5339 DAERAH ISTIMEWA. PEMERINTAHAN. Pemerintah Daerah. Yogyakarta. Keistimewaan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 170) PENJELASAN ATAS

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan, maka skripsi yang berjudul relevansi pemikiran Mohammad Hatta di KUD Grabag pada era reformasi

Lebih terperinci

PELESTARIAN BATIK SEBAGAI WARISAN BUDAYA DI KALANGAN SISWA SMA MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

PELESTARIAN BATIK SEBAGAI WARISAN BUDAYA DI KALANGAN SISWA SMA MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI PELESTARIAN BATIK SEBAGAI WARISAN BUDAYA DI KALANGAN SISWA SMA MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kota Jakarta pada akhirnya menuntut tersedianya wadah fisik untuk menampung

BAB I PENDAHULUAN. kota Jakarta pada akhirnya menuntut tersedianya wadah fisik untuk menampung BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Latar Belakang Proyek Jakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang pertumbuhan kotanya cenderung pesat. Sebagai ibukota negara, Jakarta menjadi pusat dari berbagai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. pengetahuan yang teratur dan runtut pada umumnya merupakan manifestasi

III. METODE PENELITIAN. pengetahuan yang teratur dan runtut pada umumnya merupakan manifestasi 16 III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode yang Digunakan Dalam setiap penelitian, metode merupakan faktor yang penting untuk memecahkan suatu masalah yang turut menentukan keberhasilan penelitian. Sumadi Suryabrata,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu animisme dan dinamisme. Setelah itu barulah masuk agama Hindu ke

BAB I PENDAHULUAN. yaitu animisme dan dinamisme. Setelah itu barulah masuk agama Hindu ke 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebelum datangnya Islam masyarakat Indonesia masih percaya akan kekuatan roh nenek moyang yang merupakan sebuah kepercayaan lokal yaitu animisme dan dinamisme.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pemilihan lokasi penelitian adalah: (usaha perintis) oleh pemerintah. tersebut dipilih atas pertimbangan:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pemilihan lokasi penelitian adalah: (usaha perintis) oleh pemerintah. tersebut dipilih atas pertimbangan: BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di kota Salatiga. Pertimbangan pemilihan lokasi penelitian adalah: 1. Sekolah Guru B di Salatiga menjadi salah satu pilot

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Mengacu pada permasalahan yang dirumuskan, maka bentuk penelitian ini adalah deskriptif naratif. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebudayaan dan gaya hidup Indis. Pada awal abad XX dalam kehidupan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebudayaan dan gaya hidup Indis. Pada awal abad XX dalam kehidupan masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penjajahan Belanda pada kurun abad XVIII hingga abad XX tak hanya melahirkan kekerasan, tapi juga memicu proses pembentukan kebudayaan khas, yakni kebudayaan dan gaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keraton Yogyakarta menginginkan seluruh tanah Sultan Ground dapat

BAB I PENDAHULUAN. Keraton Yogyakarta menginginkan seluruh tanah Sultan Ground dapat 11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keraton Yogyakarta menginginkan seluruh tanah Sultan Ground dapat berstatus hak milik, yang diatur dalam sebuah undang-undang sehingga akan lebih memiliki

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Historiografi komunitas seniman-priyayi Kemlayan adalah. kekuasaan Jawa, baik Keraton Kasunanan maupun pemerintah Republik

BAB VI KESIMPULAN. Historiografi komunitas seniman-priyayi Kemlayan adalah. kekuasaan Jawa, baik Keraton Kasunanan maupun pemerintah Republik BAB VI KESIMPULAN Historiografi komunitas seniman-priyayi Kemlayan adalah historiografi komunitas yang terhempas dalam panggung sejarah kekuasaan Jawa, baik Keraton Kasunanan maupun pemerintah Republik

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Yogyakarta merupakan kota dengan lintasan sejarah yang cukup panjang, dimulai pada tanggal 13 Februari 1755 dengan dilatari oleh Perjanjian Giyanti yang membagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam etika Jawa dikenal satu ungkapan yang berbunyi sabda pandhita ratu, tan kena wola-wali. Secara harfiah, artinya adalah ucapan pendeta (dan) raja, tidak boleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Daya tarik kepariwisataan di kota Yogyakarta tidak bisa dilepaskan dari

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Daya tarik kepariwisataan di kota Yogyakarta tidak bisa dilepaskan dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daya tarik kepariwisataan di kota Yogyakarta tidak bisa dilepaskan dari pengaruh saat Keraton Yogyakarta mulai dibuka sebagai salah satu obyek kunjungan pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan Orang Kristen memiliki tugas dan panggilan pelayanan dalam hidupnya di dunia. Tugas dan panggilan pelayanannya yaitu untuk memberitakan Firman Allah kepada dunia ini.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia, sehingga kemudian jalur perdagangan berpindah tangan ke para

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. masalah penelitian. Menurut Hadari Nawawi metode pada dasarnya berarti cara

III. METODE PENELITIAN. masalah penelitian. Menurut Hadari Nawawi metode pada dasarnya berarti cara 28 III. METODE PENELITIAN A. Metode Yang Digunakan Metode adalah cara atau jalan yang digunaan peneliti untuk menyelesaikan suatu masalah penelitian. Menurut Hadari Nawawi metode pada dasarnya berarti

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode Historis dengan

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode Historis dengan III. METODE PENELITIAN A. Metode yang digunakan Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode Historis dengan menggunakan sumber primer dan sekunder sebagai objek penelitian. Metode Historis

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan. Perubahan sosial di Yogyakarta dipengaruhi oleh perubahan-perubahan pola

BAB V. Kesimpulan. Perubahan sosial di Yogyakarta dipengaruhi oleh perubahan-perubahan pola BAB V Kesimpulan Perubahan sosial di Yogyakarta dipengaruhi oleh perubahan-perubahan pola kelembagaan yang ada. Lembaga-lembaga yang berperan dalam perubahan di Yogyakarta saat ini dapat dikategorikan

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN 35 BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN Metode Penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mengkaji skripsi yang berjudul Peranan Oda Nobunaga dalam proses Unifikasi Jepang ini, yaitu metode historis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta terletak antara 70 33' LS ' LS dan ' BT '

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta terletak antara 70 33' LS ' LS dan ' BT ' BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terletak di bagian selatan tengah Pulau Jawa yang dibatasi oleh Samudera Hindia di bagian selatan dan Propinsi Jawa Tengah

Lebih terperinci

BAB I PASAR SENI DI WAIKABUBAK SUMBA BARAT NTT ARSITEKTUR TRADISIONAL SEBAGAI ACUAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I PASAR SENI DI WAIKABUBAK SUMBA BARAT NTT ARSITEKTUR TRADISIONAL SEBAGAI ACUAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB I PASAR SENI DI WAIKABUBAK SUMBA BARAT NTT ARSITEKTUR TRADISIONAL SEBAGAI ACUAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuatu yang hidup dialam ini merupakan makluk hidup

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Peran Kyai Ibrahim Tunggul Wulung Dalam Penyebaran Agama Kristen Di Desa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Peran Kyai Ibrahim Tunggul Wulung Dalam Penyebaran Agama Kristen Di Desa BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Mengacu pada permasalahan yang dirumuskan, maka skripsi yang berjudul Peran Kyai Ibrahim Tunggul Wulung Dalam Penyebaran Agama Kristen Di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri

BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri khasnya masing-masing. Hal itu bisa dilihat pada pengaruh karya seni rupa peninggalan kerajaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Hukum Waris di Lingkungan Keraton

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Hukum Waris di Lingkungan Keraton C. Alat dan Cara Pengumpulan Data... 86 D. Jalannya Penelitian... 86 E. Analisis Data... 88 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 89 A. Pelaksanaan Hukum Waris di Lingkungan Keraton Yogyakarta pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jawa Barat dikenal sebagai Kota Parahyangan/Tatar Sunda, yang berarti tempat para Rahyang/Hyang bersemayam. Menurut cerita cerita masyarakat kuno, Tatar Parahyangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi merupakan fenomena budaya yang tidak dapat terhindarkan

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi merupakan fenomena budaya yang tidak dapat terhindarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Modernisasi merupakan fenomena budaya yang tidak dapat terhindarkan lagi, dimana arus modernisasi tidak mengenal batasan antar kebudayaan baik regional, nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerugian harta benda dan dampak psikologis (IDEP, 2007)

BAB I PENDAHULUAN. kerugian harta benda dan dampak psikologis (IDEP, 2007) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bencana merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Arsitektur merupakan hasil dari faktor-faktor sosiobudaya, sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Arsitektur merupakan hasil dari faktor-faktor sosiobudaya, sebuah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Arsitektur merupakan hasil dari faktor-faktor sosiobudaya, sebuah perancangan yang mencakup pengubahan-pengubahan terhadap lingkungan fisik, arsitektur dapat dianggap

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sejarah yang merupakan salah satu jenis penelitian yang bertujuan untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sejarah yang merupakan salah satu jenis penelitian yang bertujuan untuk BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian lapangan yang data analisis datanya secara deskriptif dengan menggunakan metode penelitian sejarah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab III Metodologi Penelitian merupakan bagian penguraian metode penelitian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab III Metodologi Penelitian merupakan bagian penguraian metode penelitian yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab III Metodologi Penelitian merupakan bagian penguraian metode penelitian yang peneliti gunakan untuk mengkaji skripsi yang berjudul Pemikiran Imam Khomeini Tentang Wilayatul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari 13 fakultas yang ada di USU.Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dari 13 fakultas yang ada di USU.Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) merupakan salah satu fakultas dari 13 fakultas yang ada di USU.Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik merupakan fakultas

Lebih terperinci

DINAMIKA PENGRAJIN KAIN BATIK DI WIJIREJO, PANDAK, KABUPATEN BANTUL

DINAMIKA PENGRAJIN KAIN BATIK DI WIJIREJO, PANDAK, KABUPATEN BANTUL DINAMIKA PENGRAJIN KAIN BATIK DI WIJIREJO, PANDAK, KABUPATEN BANTUL 1960-1997 SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ki Gede Sebayu merupakan tokoh pendiri Tegal yang telah dikenal oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ki Gede Sebayu merupakan tokoh pendiri Tegal yang telah dikenal oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ki Gede Sebayu merupakan tokoh pendiri Tegal yang telah dikenal oleh masyarakat luas. Ketokohan Ki Gede Sebayu sebagai pendiri Tegal memang sudah tersohor

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Politik Etis membuka era baru dalam perpolitikan kolonial di. Hindia Belanda sejak tahun Pada masa ini diterapkan suatu

BAB I PENGANTAR. Politik Etis membuka era baru dalam perpolitikan kolonial di. Hindia Belanda sejak tahun Pada masa ini diterapkan suatu BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Politik Etis membuka era baru dalam perpolitikan kolonial di Hindia Belanda sejak tahun 1900. Pada masa ini diterapkan suatu politik yang bertujuan untuk melunasi hutang

Lebih terperinci