BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia mempunyai tiga sektor kekuatan ekonomi yang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia mempunyai tiga sektor kekuatan ekonomi yang"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia mempunyai tiga sektor kekuatan ekonomi yang melaksanakan berbagai kegiatan usaha dalam tata kehidupan perekonomian. Ketiga sektor tersebut adalah sektor Negara, swasta dan koperasi. Untuk mencapai kedudukan ekonomi yang kuat dan mencapai masyarakat yang adil dan makmur, maka ketiga sektor kekuatan ekonomi itu harus saling berhubungan dan bekerjasama secara baik dan teratur. Lebih lanjut dalam pasal 33 UUD 1945 dijelaskan bahwa produksi dikerjakan oleh semua, untuk semua dibawah pimpinan atau anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran rakyatlah yang diutamakan bukan kemakmuran perseorangan. Oleh karena itu perekonomian disusun atas asas kekeluargaan, perusahaan/badan usaha yang sesuai dengan itu adalah koperasi. 1 Koperasi adalah badan hukum yang bertujuan untuk memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Jadi pada dasarnya koperasi merupakan salah satu badan usaha yang sekaligus merupakan pranata ekonomi Indonesia yang umumnya didirikan dengan harapan dapat mengatasi 1 G. Kartasaputra dkk. Koperasi Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001) hlm. 5. 1

2 2 persoalan anggotanya. Untuk itu koperasi perlu dibina secara profesional baik dalam bidang organisasi maupun dalam bidang mental dan usaha. 2 Batik merupakan barang seni yang memiliki nilai-nilai kultural yang unik. 3 Membicarakan mengenai batik bagi Indonesia sama saja dengan membicarakan kimono bagi Jepang, Sari bagi India ataupun Chongsam bagi Tiongkok, karena batik merupakan identitas bangsa Indonesia yang sudah mendunia pada saat ini. 4 Pakaian bermotif batik telah dijadikan sebagai pakaian resmi dalam sebuah kegiatan pesta atau upacara. Batik sendiri memiliki banyak sekali motifnya yang dipengaruhi oleh latar belakang budaya dan adat istiadat dari sebuah daerah di Indonesia. Awal Batik di Yogyakarta dimulai sejak Perjanjian Giyanti atau yang lebih dikenal dengan Palihan Nagari. Ada pembagian wilayah kerajaan Mataram menjadi Surakarta Hadiningrat dan Ngayogyakarta Hadiningrat. Seni batik kedua kerajaan ini punya ciri khas masing-masing. Pembatikan di Yogyakarta dikenal semenjak kerajaan Mataram pertama dengan rajanya Panembahan Senopati dan daerah pembatikan pertama adalah di desa Plered. Pada masa itu pembatikan terbatas hanya dalam lingkungan kraton dan dikerjakan oleh para putri keraton pada waktu senggangnya atau oleh wanita-wanita 2 Saroso Wirodiharjo, Koperasi dan Masalah Batik, (Jakarta: GKBI, 1954) hlm Edward Soaloon Simanjuntak, "Batik Tradisional Makin Terpojok, Labelisasi Untuk Apa?" PRISMA, Agustus no.8 (Jakarta: LP3ES, 1982) hlm Harjono, Industri Rakyat di Indonesia, (Jakarta: Departemen Perindustrian Rakyat, 1964) hlm

3 3 pembantu ratu. Dari sini pembatikan meluas pertama kalinya pada keluarga Keraton lainnya, yaitu istri-istri abdi dalem dan tentara-tentara, kemudian meluas lagi karena akibat pernikahan, peperangan antar kerajaan ataupun dengan penjajah Belanda yang mengharuskan keluarga-keluarga raja mengungsi dan menetap di daerah baru itu antara lain, Banyumas, Pekalongan, Tulungangung, Ponorogo sebelah timur dan sebagainya. Meluasnya daerah pembatikan ini dimulai pada abad ke 18, yang kemudian kita ketahui pula daerah-daerah tersebut juga menjadi sentra pembatikan. 5 Batik yang pada awalnya dikerjakan dan dikenakan oleh kalangan terbatas keluarga keraton dan bangsawan. Kemudian pemakai kain batik meluas keluar dari tembok keraton oleh karena ketertarikan rakyat pada pakaian-pakaian yang dipakai oleh keluarga kraton. 6 Membatik menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya di waktu senggang dan akhirnya menjadi pakaian rakyat baik kalangan pria maupun wanita. 7 Yogyakarta sebagai salah satu daerah penghasil batik, selain Solo dan Cirebon, telah berkembang cukup lama dari segi sifat, motif, fungsi, dan kegunaanya. Seiring dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan teknologi batik pun memperlihatkan kondisi yang tidak bisa diabaikan dalam perkonomian masyarakat Indonesia pada umumnya dan masyarakat Yogyakarta pada khususnya. Batik yang semula hanya di 5 Anonim, 20 Tahun GKBI (Jakarta: Koperasi Pusat GKBI, 1969) hlm Ibid., hlm Ibid., hlm

4 4 gunakan sebagai pakaian ekslusif oleh keluarga keraton di Jawa, kini telah meluas ke masyarakat umum sebagai barang perdagangan. 8 Pembuatan batik bukan lagi monopoli keluarga keraton dan telah banyak dipakai oleh rakyat, sentra daerah produksinya tidak terbatas pada Solo dan Yogyakarta saja, oleh karena itu, maka produksinya beralih dari produksi untuk pakaian sendiri menuju produksi pasar. Ada pengembangan dari batik yaitu dari sifatnya sebagai sandang, kini telah menjadi komoditas yang bersifat massal. Dari sini dmulailah pembatikan menjadi salah satu cabang mata pencaharian rakyat yang sifatnya kerajinan rumah tangga. Hal ini sekaligus mendorong munculnya industri batik di Yogyakarta. Tidak mengherankan jika pengusaha batik dari tahun ke tahun secara kuantitas semakin bertambah banyak. Pada awal abad ke 20 pembatikan yang dikenal barulah batik tulis hasil kerajinan tangan wanita dikenal dan kira-kira pada tahun 1910 barulah dikenal pembuatan batik cap. Pembuatan batik tulis memakan waktu memakan waktu cukup lama sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, sedangkan permintaan batik oleh masyrakat besar sekali. Oleh karena itu dimunculkan kreasi baru untuk memproduksi batik dengan cap. Pembatikan dengan cap ini berkembang dan memunculkan pengusaha-pengusaha batik misalnya di kecamatan Mantrijeron, Prawirotaman, dan lain-lain yang akhirnya berkembang kemana-mana. 8 Edward Soaloon Simanjuntak., loc.cit., 4

5 5 Batik setelah itu menjadi produksi massal karena berkembangnya batik cap, maka bahan baku batik menjadi masalah dalam pemasarannya. Bahan baku batik setelah perang dunia pertama menjadi bahan perdagangan yang tidak kecil pengaruhnya terhadap perdagangan impor waktu itu. Terlebih lagi karena lemahnya modal yang dimiliki oleh pengusaha-pengusaha batik di Indonesia, khususnya di Yogyakarta, banyak yang terikat hutang dengan pedagang Cina. Dengan adanya permainan harga mori dan bahan baku batik lainnya, juga keterikatan hutang pada pedagang Cina mengakibatkan jatuhnya satu persatu perusahaan-perusahaan batik di Yogyakarta. Hal ini memunculkan pemikiran untuk menyatukan pengusaha-pengusaha batik di Yogyakarta. Pemikiran tersebut akhirnya melahirkan sebuah organisasi pengusaha batik di Yogyakarta dalam bentuk Koperasi Batik. Koperasi batik adalah perkumpulan koperasi dari para pengusaha batik. Secara gotong royong mereka bermaksud mencukupi kebutuhannnya dengan jalan yang lancar dan lebih menguntungkan bagi mereka. Perlu diterangkan disini bahwa suatu koperasi itu hanya dapat berjalan baik, bila kepentingan dan kebutuhan anggota-anggotanyanya itu sama, atau tidak bertentangan satu sama lain. 9 Para pengusaha batik berbenah diri berdasarkan pengalaman tentang organisasi koperasi yang tidak berusia panjang. Mereka mendalami pengetahuan tentang perkoperasian dan belajar dari pengalaman kegagalan di masa lalu. Mereka berusaha membangun kembali koperasi batik dengan pengelolaan yang lebih baik. 9 Majalah Batik. Koperasi Batik. (Jakarta: GKBI, 1953), hlm. 4 5

6 6 Masalah utama yang menjadi perhatian dari koperasi perbatikan adalah mengenai penyediaan bahan baku yaitu berupa kain Cambries. Maka dengan berdirinya koperasi batik tersebut yang menjadi perhatian pertama adalah bagaimana cara menyediakan bahan baku kain Cambries agar pengusaha batik dapat melangsungkan usahanya terutama bagi Industri batik yang masih kecil. Pada tahun 1934 berdiri koperasi batik di Yogyakarta yang bernama Persatuan Perusahaan Batik Bumi Putera (PPBBP) atau Belanda menyebutnya "Batik Bond". PPBBP kemudian baru disahkan pada tahun 1939 oleh pemerintah Belanda atas dasar Undang-Undang koperasi tahun Namun pada tahun 1946 Koperasi Batik PPBBP berganti nama menjadi Persatuan Pengusaha Batik Indonesia atau Koperasi Batik PPBI, karena dirasa nama lama koperasi ini tidak lagi sesuai dengan semangat nasionalisme yang ada. Pada tahun 1952 Koperasi Batik PPBI baru disahkan berbadan hukum oleh pemerintah Indonesia. Koperasi Batik PPBI pada tahun 1961, terbagi menjadi lima koperasi primer dengan lima wilayah kedudukan atau kekuasaan yaitu Koperasi Batik Senopati meliputi wilayah Njeron Benteng, Koperasi Batik Mataram meliputi wilayah Ngasem, Kauman dan Sekitarnya, Koperasi Batik Tamtama meliputi wilayah Prawirotaman, Koperasi Batik Karang Tunggal meliputi wilayah Karangkajen, Koperasi Batik PPBI meliputi wilayah Mantrijeron, Mangkuyudan, Danunegaran. Koperasi Batik PPBI merupakan Koperasi Batik tertua yang ada di Yogyakarta diantara yang lainnya. Hal inilah yang menarik dalam penulisan tentang Koperasi Batik PPBI di Yogyakarta. Dan hal ini pulalah yang akan menjadi fokus 6

7 7 masalah dalam penulisan skripsi ini. Tentunya akan banyak hal-hal menarik yang lainnya lagi bagi penulis untuk menuliskan tentang Dinamika Koperasi Batik PPBI pada tahun Dalam penelitian ini ingin mengungkapkan bagaimana keberadaan Koperasi Batik PPBI begitu sangat berpengaruh terahadap Industri Batik di Yogyakarta pada waktu itu. Disini juga akan membahas mengenai perkembangan dan peranan Koperasi Batik PPBI bagi para pengusaha batik dan pengrajin batik di Yogyakarta, maupun bagi masyrakat di sekitarnya. Permasalahan dalam penelitian ini penting untuk dikaji karena akan menjelaskan mengenai perkembangan yang telah dialami oleh Koperasi Batik PPBI sebagai wadah atau organisasi perkumpulan bagi para pengusaha batik di Yogyakarta. Selain itu juga mengenai apa saja peranan Koperasi Batik PPBI bagi industri batik di Yogyakarta, maupun peranan sosial ekonomi bagi masyarakat maupun bagi para pengusaha batik sebagai anggota Koperasi Batik PPBI. Sedangkan alasan pemilihan tahun disini mengambil tahun , dimana pada tahun 1952 Koperasi Batik PPBI telah resmi berbadan hukum atas dasar Undang-undang RIS Koperasi tahun Disini berarti keberadaan Koperasi Batik PPBI yang telah resmi berbadan hukum mempunyai hak-hak dalam berorganisasi. Dengan berdirinya koperasi ini dimaksudkan agar pengusaha batik dapat sedikit demi sedikit melepaskan diri dari kungkungan pengusaha ekonomi asing sesuai dengan semangat koperasi itu sendiri. Sedangkan di tahun 1976 adalah tahun dimana eksistensi koperasi mulai menurun dan banyak pengusaha yang yang mengundurkan diri menjadi anggota koperasi karena unit usaha mereka yang bangkrut, hal ini terlihat dalam jumlah unit usaha 7

8 8 pada tahun 1970 terdapat unit usaha, tetapi pada tahun 1976 hanya tinggal unit usaha terlihat bahwa terjadi penurunan drastis pada jumlah unit usaha. 10 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana latar belakang berdirinya koperasi batik PPBI di Yogyakarta? 2. Bagaimana perkembangan koperasi batik PPBI di Yogyakarta tahun ? 3. Bagaimana peranan koperasi batik PPBI bagi para anggotanya pada tahun ? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini antara lain: 1. Untuk mengetahui latar belakang berdirinya Koperasi Batik PPBI. 2. Untuk mengetahui perkembangan koperasi batik PPBI di Yogyakarta tahun Untuk mengetahui bagaimana peranan koperasi batik PPBI bagi para anggotanya selama tahun Laporan Tahunan Koperasi Batik PPBI tahun

9 9 D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini antara lain: Menambah wawasan tentang penjualan batik melalui koperasi batik, Mengetahui aktivitas para pengusaha batik dalam perkumpulanya di dalam koperasi dan Mengetahui perkembangan dan peranan koperasi batik secara umum dan khusus. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang sejarah batik sebagai warisan budaya bangsa Indonesia dan Menambah wawasan tentang sejarah berdirinya salah satu koperasi batik di Yogyakarta, yaitu Koperasi Batik PPBI. E. Tinjauan Pustaka Penulisan tentang tema Koperasi secara khusus masih sangat jarang ditemui. Oleh karena itu, jarang ada buku yang menyinggung secara khusus tentang gerakan koperasi batik di Indonesia, terlebih lagi di Yogyakarta. Dalam penelitian ini penulis menggunakan literatur dan referensi untuk menunjang pokok permasalahan yang akan dikaji. Selain menggunakan sumber primer, pemulis juga menggunakan sumber sekunder sebagai studi pustaka sesuai dengan tema yang diangkat. Yang terpenting adalah di dalam buku-buku yang dijadikan acuan oleh penulis ini dapat memberikan manfaat tentang konsep, teori dan penelitian mengenai Koperasi Batik PPBI di Yogyakarta. Buku dengan judul Koperasi Di Dalam Orde Ekonomi Indonesia, karya Edi Sri Swasono. Buku ini dalam beberapa babnya mengupas tentang gerakan dan pertumbuhan koperasi di Indonesia mulai dari awal kemunculan koperasi sampai 9

10 10 dengan periode pasca Orde Baru. Kajian ini memperlihatkan gambaran tentang gerakan koperasi di Indonesia secara umum, dari buku ini penulis memperoleh gambaran tentang pertumbuhan koperasi PPBI dari masa ke masa, misalnya dari adanya perubahan perundang-undangan koperasi. Saroso Wirodiharjo dalam bukunya yang berjudul Koperasi dan Masalah Batik, mengkaji tentang aktifitas dan gerakan koperasi berkaitan dengan produktivitas batik, termasuk juga produsen batik. Di dalam buku ini diterangkan bahwa koperasi mempunyai peranan yang besar dalam mengatasi masalah yang dihadapi produsen batik. Disinggung pula kaitan politik pada masa itu sangat kuat dengan perkembangan perindustrian dan koperasi batik di Indonesia, karena banyak perubahan-perubahan kebijaksanaan ekonomi sesuai dengan pergantian kabinet yang sering terjadi. Buku ini dapat menjadi acuan untuk penulisan skripsi ini karena memberikan gambaran tentang keadaan industri batik secara umum di Indonesia dan peranan koperasi batik di dalamnya serta sedikit menyinggung tentang koperasi PPBI dalam perindustrian batik di Yogyakarta. Praktek Pengelolaan Koperasi buku karya G. Kartasaputra, buku ini memaparkan secara panjang lebar tentang koperasi, dari pengertian, cara pendirian sampai praktek berkoperasi. Koperasi adalah bentuk kerajasama dalam bentuk perekonomian. Kerjasama itu berusaha memenuhi kebutuhan sehari-hari. Koperasi merupakan bentuk yang tepat untuk menggalang perekonomian rakyat, dalam mengorganisasikan kedalam koperasi maka dapat mengikat perekonomian mereka. Namun untuk menjadikan gerakan ekonomi rakyat ini benar-benar sehat dan tangguh, 10

11 11 perlu adanya kemampuan dan profesionalitas sumber daya koperasi. Dan juga adanya kesadaran pada arus bawah, karena mereka memerlukan wadah untuk meningkatkan kesejahteraan hidup, itu merupakan faktor penting. Buku karya Ari Wulandari yang berjudul Batik Nusantara Makna Filosofis Cara Pembuatan dan Industri Batik. Buku ini pada dasrnya bercerita tentang batik, dimulai dari sejarah batik di 24 propinsi di Indonesia, dari Mojokerto hingga Papua. Buku ini juga mengulas tentang batik Keraton, di dalam buku ini menjelaskan bahwa batik hanya dipakai oleh orang-orang Indonesia di daerah Jawa itupun terbatas hanya pada golongan ningrat keraton dengan aturan yang sangat ketat. Namun dengan kemajuan zaman sekarang batik telah menjadi salah satu pakaian nasional Indonesia. Buku ini juga memberikan pengetahuan tentang filosofis batik dari berbagai propinsi kemudian juga adanya pembahasan mengenai cara pembuatan batik. Biranul Anas, dkk dalam bukunya yang berjudul, Indonesia Indah Batik. Isi dari buku ini menjelaskan tentang Batik Klasik. Klasik dalam artian cara membuatnya maupun klasik mengenai motif batiknya. Batik merupakan perkembangan seni di Jawa Tengah yang dimaksud perkembangan disini adalah cara membuat kain batik sedangkan mengenai motifnya merupakan perkembangan dari paduan berbagai pengaruh dari kebudayaan luar. Di dalam buku ini juga diuraikan adanya kemunduran pada dunia pembatik pada awal tahun 1970-an. Di dalam buku ini juga dijelaskan bahwa batik telah menjadi bisinis khusus dalam perekonomian Indonesia. Hal ini terjadi sejak abad ke-19, kerajinan batik yang ada di Indonesia tidak seluruhnya mengalami tradisi yang mulus dari generasi ke generasi berikutnya, 11

12 12 hal tersebut karena adanya faktor antara lain terputusnya kesinambungan tradisi di lingkungan pembatik dan juga karena adanya faktor bagi modal usaha hal ini yang menyebabkan koperasi batik berada pada posisi yang kurang berfungsi. Buku-buku dan karya tulis yang telah dijelaskan di atas selain itu, adapun Skripsi karya Gilang Christian W yang berjudul Industri Batik Tradisional di Tirtomoyo tahun Skripsi ini berisi tentang perkembangan batik di Tirtomoyo dari waktu ke waktu semakin mengalami kemunduran, industri batik di Tirtomoyo juga banyak mengalami perubahan mulai dari ragam hias batiknya hingga peralatan raam hias klasik berkembang menjadi gaya kontemporer. Industri batik Tirtomoyo tercipta dari kondisi masyarakat Tirtomoyo sendiri yang memiliki etos kerja dan semangat dagang yang tinggi. Kemunduran indutri batik yang ada di Tirtomoyo dipengaruhi dengan kemunculan alat printing, lemahnya dalam permodalan, merosotnya peran koperasi dan juga sulit bahan baku dan tenaga kerja. Kemunduran industri batik yang ada di Tirtomoyo sangat berpengaruh terhadap masyarakat dalam bidang sosial maupun ekonomi. Skripsi karya Siska Narulita mahasiswi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada Yogyakarta yang berjudul Sejarah Koperasi PPBI tahun dalam skripsi ini membahas tentang sejarah berdirinya koperasi PPBI serta sejarah yang ada di dalamnya yang dapat memberikan sedikit gambaran kepada penulis mengenai koperasi PPBI. Akan tetapi tetap terdapat perbedaan skripsi tersebut dengan penulisan skripsi ini, karena skripsi tersebut hanya mengulas seputar sejarah berdirinya Koperasi PPBI, Anggaran Dasar Koperasi, dan unit usaha yang dimiliki 12

13 13 oleh Koperasi PPBI pada saat itu. Sedangkan dalam penulisan skripsi ini akan lebih banyak menyinggung tentang eksistensi dan peranan koperasi PPBI dari tahun Selain itu dalam penulisan skripsi ini akan mengulas tentang permodalan, distribusi, dan produksi bahan-bahan batik. Serta pembangunan yang telah dilakukan oleh Koperasi PPBI dalam bidang kesehatan maupun pendidikan dan Perananannya terhadap anggota-anggota Koperasi PPBI.. F. Metode Penelitian Metode Penelitian sejarah adalah prosedur dari cara kerja para sejarawan untuk menghasilkan kisah masa lampau berdasarkan jejak-jejak yang ditinggalkan oleh masa lampau tersebut. 11 Jadi metode sejarah adalah suatu kegiatan untuk mengumpulkan sumber-sumber sejarah, menguji dan menelitinya secara kritis mengenai peninggalan masa lampau sehingga menghasilkan suatu cerita sejarah. Selain itu pertimbangan yang mendasar digunakan metode historis dikarenakan metode ini lebih sesuai dengan data yang dikumpulkan, diuji dan dianalisis secara kritis atau sumber-sumber sejarah yang berhubungan. Dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasi serta mensistesiskan bukti-bukti untuk membangun fakta serta menghasilkan kesimpulan yang kuat. Penelitian ini diusahakan untuk menghasilkan rekonstruksi peristiwa yang 11 Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah (Jakarta: PT. Gramedia, 1992), hlm

14 14 terjadi di masa lampau secara obyektif dan sistematis untuk itu digunakanlah metode historis. Metode sejarah adalah proses menguji dan mengkaji kebenaran rekaman dan peninggalan-peninggalan masa lampau berupa bukti-bukti dan data-data secara kritis sehingga menjadi penyajian dan ceritera sejarah yang dapat dipercaya. 12 Beberapa tahapan dalam metode sejarah antara lain: 1. Heuristik Heuristik yaitu suatu proses kegiatan pengumpulan bahan atau sumber-sumber sejarah untuk mendapatkan data-data atau materi sejarah. 13 Heuristik merupakan tahapan pertama untuk mengumpulkan data yang sesuai dengan permasalahan. Sumber-sumber tertulis dalam penelitian ini diperoleh dari badan arsip daerah di Yogyakarta dan perpustakaan-perpustakaan lainnya yang terdapat di wilayah Yogyakarta. Teknik pengumpulan data yang di lakukan dengan: a. Studi Dokumen Data dokumen yang diperoleh dalam penelitian ini adalah dokumen yang sejaman. Dokumen yang dimaksud disini adalah dokumen yang mempunyai nilai otentik dan dapat dipercaya untuk menetapkan nilai suatu sumber, maka 12 Helius Syamsuddin, Metodologi Sejarah (Yogyakarta: Ombak, 2007) hlm Ibid., hlm

15 15 perlu dilakukan pengumpulan bahan-bahan tercetak seperti koran-koran, majalah maupun surat kabar yang sejaman. Berikut beberapa dokumen dan arsip Koperasi PPBI: 1) Perundangan tentang Koperasi, yang menyatakan bahwa Koperasi Batik PPBI berbadan hukum tahun 1952, berdasarkan Undang-undang Koperasi tahun 1949 (RIS) no. 691 tahun ) Peraturan tentang pembagian mori tahun ) Laporan biaya pengeluaran Koperasi tahun ) Surat Edaran no. 4 Tahun1957 tentang Peraturan Penjualan Mori. 5) Laporan tahunan Koperasi Batik PPBI dari tahun b. Wawancara Metode wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan secara lisan oleh narasumber. Dalam penelitian terdapat dua metode wawancara yakni, wawancara untuk mendapatkan informasi dan wawancara yang dilakukan dengan pihak-pihak terkait yang saling berkepentingan guna menguji keabsahan data. Dalam hal ini penulis mewawancarai beberapa pengurus Koperasi Batik PPBI, diantaranya: Kepala Koperasi Batik PPBI, Sekretaris Koperasi Batik PBBI, Bendahara Koperasi Batik PPBI, dan Pengusaha Batik di Yogyakarta. Dalam hal ini penulis mewawancarai 15

16 16 beberapa pengurus Koperasi Batik PPBI, diantaranya: Bapak R.H. Sukarman selaku Ketua Koperasi Batik PPBI, Bapak Sutarto selaku Sekretaris Koperasi Batik PBBI, dan Bapak Sugeng selaku Bendahara Koperasi Batik PPBI. c. Studi Pustaka Studi pustaka yaitu pengumpulan data mealui buku, majalah, jurnal, serta penelitian, dan sumber-sumber sejarah lainnya yang masih berhubungan dengan masalah yang di teliti. Studi pustaka berguna untuk melengkapi data-data yang diperoleh dari dokumen. Teknik studi pustaka ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan data-data yang bersifat teoritis dan sebagai pelengkap sumber data yang tidak terungkap dari sumber primer. Dalam penelitian ini melakukan studi pustaka di Perpustakaan Jurusan Ilmu Sejarah Universitas Sebelas Maret, Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada dan Badan Perpustakaan Daerah Yogyakarta. 2. Kritik Sumber Kritik Sumber yaitu tahapan yang ditujukan untuk mencari keaslian sumber yang diperoleh melalui kritik intern dan ekstern. 14 Kritik intern bertujuan untuk mencari keaslian isi sumber atau data, sedangkan kritik ekstern 14 Dudung Abdurrachman, Metode Penelitian Sejarah (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm

17 17 bertujuan untuk mencari keaslian sumber. Sumber dokumen yang diperoleh dari Koperasi Batik PPBI berupa, susunan pengurus Koperasi Batik PPBI, surat pengurus daftar organisasi, dokumen tentang batik, dokumen tentang majalah batik, dan majalah terbitan GKBI. Dikritik secara intern dan ekstern agar mendapatkan fakta-fakta yang objektif. 3. Interpretasi Interpretasi yaitu penafsiran terhadap data-data yang di munculkan dari data yang sudah terseleksi. Tujuan dari interpretasi adalah menyatukan sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber atau data sejarah dan bersama teori disusunlah fakta tersebut ke dalam interpretasi menyeluruh. 15 teknik analisis yang di guankan adalah teknik deskriptif dan kualitatif. 4. Historiografi Historiografi yaitu menyajikan hasil penelitian berupa penyusunan fakta-fakta. Historiografi merupakan proses akhir dari metode historis sebagai bentuk penyajian hasil penelitian. Dalam penulisan sejarah perlu diperhatikan dan sinkroniknya. 16 Jadi selain memanjang dalam waktu juga melebar dalam ruang. Historiografi disini meliputi wilayah, waktu, dan keunikan dalam penulisan skripsi ini. 15 Goutschalk, Louis, Mengerti Sejarah (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1983) hlm Sartono Kartodirdjo., op.cit., hlm

18 18 G. Sistematika Penulisan Bab I, Merupakan Bab Pendahuluan, yang berisi, latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II, berupa isi, bab ini akan membahas hal-hal apa yang melatar belakangi berdirinya koperasi batik PPBI di Yogyakarta. Bab III, bab ini akan menguraikan tentang perkembangan koperasi batik PPBI di Yogyakarta. Bab IV, bab ini akan menjelaskan mengenai apa saja peranan koperasi batik PPBI bagi para anggotanya. Bab V, merupakan bab terakhir yang akan mengungkapkan kesimpulan dari penulisan yang telah dilakukan. Bab ini merupakan jawaban dari permasalahan penelitian. 18

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan salah satu jenis kain yang memiliki corak tertentu. Corak

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan salah satu jenis kain yang memiliki corak tertentu. Corak 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Batik merupakan salah satu jenis kain yang memiliki corak tertentu. Corak pada batik dibuat menggunakan lilin dan digambarkan diatas kain mori. Pembuatan batik dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang akan digunakan oleh penulis adalah di Desa Delanggu, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten. Sedangkan datanya dikumpulkan dari berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan. generasi sebelumnya bahkan generasi yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan. generasi sebelumnya bahkan generasi yang akan datang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan berkembang sejak ribuan tahun yang lampau, ini yang dapat di lihat dari kayakarya para leluhur bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan berkembang atas kekuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sasaran yang hendak dicapai dalam pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sasaran yang hendak dicapai dalam pembangunan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Salah satu sasaran yang hendak dicapai dalam pembangunan ekonomi nasional adalah pertumbuhan ekonomi yang dapat mempercepat peningkatan pendapatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam merekonstruksi fakta-fakta historis mengenai dinamika industri

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam merekonstruksi fakta-fakta historis mengenai dinamika industri 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam merekonstruksi fakta-fakta historis mengenai dinamika industri Sandal Barepan selama 38 tahun tersebut, maka perlu digunakan suatu metode penelitian sejarah sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Batik merupakan salah satu warisan budaya Indonesia. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kepemimpinan Perempuan Pembawa Perubahan di Desa Boto Tahun ,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kepemimpinan Perempuan Pembawa Perubahan di Desa Boto Tahun , BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Dan Strategi Penelitian Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan, maka skripsi yang berjudul Kepemimpinan Perempuan Pembawa Perubahan di Desa Boto Tahun 1974-2007,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelompok industri kecil memiliki peran strategis dalam peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Kelompok industri kecil memiliki peran strategis dalam peningkatan 1 BAB I PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang Masalah Kelompok industri kecil memiliki peran strategis dalam peningkatan pendapatan, perluasan lapangan kerja dan kesempatan berusaha di Indonesia. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Indonesia terdiri dari berbagai daerah dan suku bangsa yang tersebar luas dari Sabang sampai Merauke, dan hampir di setiap daerah-daerah terdapat warisan hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Deklarasi terhadap pembentukan sebuah negara yang merdeka tidak terlepas dari pembicaraan mengenai pembentukan struktur atau perangkatperangkat pemerintahan

Lebih terperinci

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang I. 1. 1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Batik merupakan gabungan dari dua kata dalam bahasa Jawa yaitu amba yang berarti menulis dan tik yang berarti titik. Batik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. itu, dikumpulkan sumber-sumber yang berhubungan dengan tema

BAB III METODOLOGI. itu, dikumpulkan sumber-sumber yang berhubungan dengan tema BAB III METODOLOGI A. Bentuk dan Strategi Penelitian Metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau (Louis Gottschalk, 1986: 32). Metode yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan, maka skripsi yang berjudul relevansi pemikiran Mohammad Hatta di KUD Grabag pada era reformasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu benda pakai yang memiliki nilai seni tinggi dalam seni rupa ialah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu benda pakai yang memiliki nilai seni tinggi dalam seni rupa ialah 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Salah satu benda pakai yang memiliki nilai seni tinggi dalam seni rupa ialah batik. Batik juga merupakan produk khazanah budaya yang khas dari Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Bangka, Singkep dan Belitung merupakan penghasil timah terbesar di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Bangka, Singkep dan Belitung merupakan penghasil timah terbesar di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Bangka, Singkep dan Belitung merupakan penghasil timah terbesar di Indonesia. Berdasarkan data statistik yang dikeluarkan oleh United States Bureau of Mines (USBM)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi kota adalah perdagangan. Sektor ini memiliki peran penting dalam mendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bangsa yang multikultural terdiri dari ratusan suku

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bangsa yang multikultural terdiri dari ratusan suku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan bangsa yang multikultural terdiri dari ratusan suku bangsa yang tersebar di seluruh nusantara. Setiap daerah memiliki suku asli dengan adatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan dalam suatu usaha secara menyeluruh untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan dalam suatu usaha secara menyeluruh untuk meningkatkan kesejahteraan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses industrialisasi dan pengembangan industri merupakan salah satu jalur kegiatan dalam suatu usaha secara menyeluruh untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik sudah dikenal sekitar abad ke-13, yang pada saat itu masih ditulis dan dilukis pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan budaya. Salah satu yang populer diantaranya, berasal dari bidang fashion

BAB I PENDAHULUAN. dan budaya. Salah satu yang populer diantaranya, berasal dari bidang fashion 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang terkenal dengan keanekaragaman kesenian dan budaya. Salah satu yang populer diantaranya, berasal dari bidang fashion adalah batik. Daerah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Penelitian tentang Kondisi Sosial-Ekonomi Masyarakat Salatiga Masa

BAB III METODOLOGI. Penelitian tentang Kondisi Sosial-Ekonomi Masyarakat Salatiga Masa BAB III METODOLOGI A. Lokasi Penelitian Penelitian tentang Kondisi Sosial-Ekonomi Masyarakat Salatiga Masa Pendudukan Jepang Tahun 1942-1945 mengambil lokasi di Salatiga. B. Bentuk dan Strategi Penelitian

Lebih terperinci

Gambar sampul adalah hasil modifikasi gambar yang diambil dari kratonpedia.com

Gambar sampul adalah hasil modifikasi gambar yang diambil dari  kratonpedia.com BATIK oleh : Herry Lisbijanto Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Untuk memecahkan suatu masalah diperlukan suatu cara atau metode, di mana

III. METODE PENELITIAN. Untuk memecahkan suatu masalah diperlukan suatu cara atau metode, di mana 20 III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode yang Digunakan Untuk memecahkan suatu masalah diperlukan suatu cara atau metode, di mana metode tersebut merupakan faktor yang penting dalam menentukan keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Fungsi dan coraknya terus mengalami perkembangan dari waktu ke

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Fungsi dan coraknya terus mengalami perkembangan dari waktu ke BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kain merupakan salah satu kebutuhan pokok yang harus dimiliki oleh setiap orang, oleh karena itu kain menduduki peran yang vital dalam kehidupan manusia. Fungsi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan satu dari dua pabrik gula yang saat ini dimiliki oleh PT. Perkebunan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan satu dari dua pabrik gula yang saat ini dimiliki oleh PT. Perkebunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pabrik Gula Kwala Madu atau sering disebut orang dengan istilah PGKM merupakan satu dari dua pabrik gula yang saat ini dimiliki oleh PT. Perkebunan Nusantara II (PTPN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. teknik serta alat tertentu. (Winarno Surakhmad, 1982; 121).

III. METODE PENELITIAN. teknik serta alat tertentu. (Winarno Surakhmad, 1982; 121). III. METODE PENELITIAN Di dalam penelitian, metode merupakan faktor penting untuk memecahkan masalah yang turut menentukan keberhasilan suatu penelitian. Menurut winarno Surahkmad, metode adalah cara utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjang dan mempengaruhi setiap individu di dalam masyarakat tersebut 1. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. menunjang dan mempengaruhi setiap individu di dalam masyarakat tersebut 1. Perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan masyarakat pada umumnya mengalami perubahan baik secara cepat maupun secara lambat. Perubahan tersebut terjadi dikarenakan adanya faktor yang menunjang

Lebih terperinci

BAB II METODE PENULISAN

BAB II METODE PENULISAN BAB II METODE PENULISAN 2.1 Identifikasi Masalah Yang penulis ketahui tentang berkembangnya batik terkenal misalnya batik Solo, batik Pekalongan, batik Cirebon adalah karena masyarakat setempat sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan. hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan. hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat dan dijadikan milik diri manusia dengan belajar. 1

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. pengetahuan yang teratur dan runtut pada umumnya merupakan manifestasi

III. METODE PENELITIAN. pengetahuan yang teratur dan runtut pada umumnya merupakan manifestasi 16 III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode yang Digunakan Dalam setiap penelitian, metode merupakan faktor yang penting untuk memecahkan suatu masalah yang turut menentukan keberhasilan penelitian. Sumadi Suryabrata,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi tahun 1980an telah berdampak pada tumbuhnya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi tahun 1980an telah berdampak pada tumbuhnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi tahun 1980an telah berdampak pada tumbuhnya industri-industri besar maupun kecil di Indonesia. Pembangunan sektor-sektor industri ini muncul sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya sebuah desa karena adanya individu-individu yang menggabungkan diri

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya sebuah desa karena adanya individu-individu yang menggabungkan diri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terbentuknya sebuah desa tidak dapat dipisahkan dari manusia. Faktor utama terbentuknya sebuah desa karena adanya individu-individu yang menggabungkan diri menjadi

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN. Sepanjang tahun 1950-an sampai dengan dekade pertama abad ke-

BAB VII KESIMPULAN. Sepanjang tahun 1950-an sampai dengan dekade pertama abad ke- BAB VII KESIMPULAN Sepanjang tahun 1950-an sampai dengan dekade pertama abad ke- 21, ketika usaha batik nasional berada dalam kondisi fluktuatif dan di daerah lain mengalami kemunduran, usaha batik di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Brebes yang merupakan wilayah paling barat dari Propinsi Jawa

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Brebes yang merupakan wilayah paling barat dari Propinsi Jawa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kabupaten Brebes yang merupakan wilayah paling barat dari Propinsi Jawa Tengah mempunyai potensi yang tidak kalah pentingnya dengan daerah-daerah lain di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi mempunyai peranan yang sangat penting sebagai pelaku

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi mempunyai peranan yang sangat penting sebagai pelaku 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Koperasi mempunyai peranan yang sangat penting sebagai pelaku ekonomi, pasal 33 ayat 1 UUD 1945 menetapkan bahwa Perekonomian disusun sebagai usaha bersama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada bulan Pebruari merupakan titik permulaan perundingan yang menuju kearah berakhirnya apartheid dan administrasi minoritas kulit putih di Afrika Selatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sakur, Kajian Faktor-Faktor yang Mendukung Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Spirit Publik, Solo, 2011, hal. 85.

BAB I PENDAHULUAN. Sakur, Kajian Faktor-Faktor yang Mendukung Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Spirit Publik, Solo, 2011, hal. 85. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi sebagai akibat adanya krisis moneter yang terjadi sejak pertengahan Juli 1997, berakibat bangkrutnya perusahaanperusahaan berskala besar tetapi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. masalah penelitian. Menurut Hadari Nawawi metode pada dasarnya berarti cara

III. METODE PENELITIAN. masalah penelitian. Menurut Hadari Nawawi metode pada dasarnya berarti cara 28 III. METODE PENELITIAN A. Metode Yang Digunakan Metode adalah cara atau jalan yang digunaan peneliti untuk menyelesaikan suatu masalah penelitian. Menurut Hadari Nawawi metode pada dasarnya berarti

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. tertentu dapat tercapai. Dengan pendidikan itu pula mereka dapat mempergunakan

BAB I Pendahuluan. tertentu dapat tercapai. Dengan pendidikan itu pula mereka dapat mempergunakan BAB I Pendahuluan I. 1. Latar belakang Pendidikan merupakan suatu hal yang penting di dalam perkembangan sebuah masyarakat. Melalui pendidikan kemajuan individu bahkan komunitas masyarakat tertentu dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu dari sekian banyak negara di dunia yang kaya akan kebudayaan. Kebudayaan di Indonesia tersebar di hampir semua aspek kehidupan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat meningkatkan ekonomi dengan cara melakukan pemasaran lebih luas,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat meningkatkan ekonomi dengan cara melakukan pemasaran lebih luas, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman budaya yang dapat meningkatkan ekonomi dengan cara melakukan pemasaran lebih luas, inovasi produk, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru yang mengajarkan bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru yang mengajarkan bagaimana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia terutama dalam membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru yang mengajarkan bagaimana manusia dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proklamasi kemerdekaan Indonesia tidak serta merta mengakhiri perjuangan rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perindustrian. Perkembangan industrialisasi di Indonesia ditandai dengan munculnya

BAB I PENDAHULUAN. perindustrian. Perkembangan industrialisasi di Indonesia ditandai dengan munculnya BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan bangsa yang besar, yang memiliki keberagaman kehidupan dengan berbagai macam peristiwa sejarah. Salah satunya adalah sejarah perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang beraneka ragam, salah satu hasil budaya tersebut adalah batik. Batik merupakan warisan

Lebih terperinci

2015 PENGARUH DIVERSIFIKASI PRODUK DAN PERSAINGAN TERHADAP PENDAPATAN PENGUSAHA BATIK DI CIREBON

2015 PENGARUH DIVERSIFIKASI PRODUK DAN PERSAINGAN TERHADAP PENDAPATAN PENGUSAHA BATIK DI CIREBON BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Banyak kota di Indonesia yang memproduksi batik dan tiap kota memiliki ciri tersendiri akan batik yang diproduksinya, seperti di Solo, Yogyakarta, Cirebon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produk tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produk tidak hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produk tidak hanya tergantung pada keunggulan teknologi, sarana dan prasarana, melainkan juga tergantung pada kualitas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode adalah cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan. Oleh karena

III. METODE PENELITIAN. Metode adalah cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan. Oleh karena 17 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Metode yang digunakan Dalam setiap penelitian, metode merupakan faktor yang penting untuk memecahkan suatu masalah yang turut menentukan keberhasilan penelitian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Amalia, 2013

BAB I PENDAHULUAN Amalia, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN Menurut Davidson (1991:2) warisan budaya merupakan produk atau hasil budaya fisik dari tradisi-tradisi berbeda dan prestasi-prestasi spiritual dalam bentuk nilai dari masa lalu yang

Lebih terperinci

MATERI USBN SEJARAH INDONESIA. 6. Mohammad Ali : Sejarah adalah berbagai bentuk penggambaran tentang pengalaman kolektif di masa lampau

MATERI USBN SEJARAH INDONESIA. 6. Mohammad Ali : Sejarah adalah berbagai bentuk penggambaran tentang pengalaman kolektif di masa lampau MATERI USBN SEJARAH INDONESIA PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP ILMU SEJARAH 1. PENGERTIAN SEJARAH Istilah Sejarah berasal dari bahasa Arab yaitu Syajaratun yang berarti Pohon. Penggunaan kata tersebut dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. TempatPenelitian Penelitian yang berjudul peran liga demokrasi dalam demokrasi terpimpin, menggunakan teknik pengumpulan data melalui studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan sosial lahir dari situasi yang dihadapi masyarakat karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan sosial lahir dari situasi yang dihadapi masyarakat karena adanya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gerakan sosial lahir dari situasi yang dihadapi masyarakat karena adanya ketidakadilan dan sikap sewenang-wenang terhadap rakyat. Dengan kata lain, gerakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Eksistensi budaya dalam kehidupan sosial masyarakat suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Eksistensi budaya dalam kehidupan sosial masyarakat suatu bangsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eksistensi budaya dalam kehidupan sosial masyarakat suatu bangsa memiliki peran penting bagi perkembangan bangsa itu sendiri. Hal ini menunjukkan pentingnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan tidak mungkin timbul tanpa adanya masyarakat dan eksistensi

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan tidak mungkin timbul tanpa adanya masyarakat dan eksistensi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan tidak mungkin timbul tanpa adanya masyarakat dan eksistensi masyarakat itu dimungkinkan oleh adanya kebudayaan. Kebudayaan tidaklah dihasilkan oleh masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LAPORAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LAPORAN TUGAS AKHIR BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beragam budaya dan tradisi Indonesia membuat banyaknya kerajinan tradisional di Indonesia. Contohnya yang saat ini lagi disukai masyarakat Indonesia yaitu kerajinan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di kota Ambarawa-Bawen dengan pertimbangan pemilihan lokasi penelitian tersebut adalah: 1. Sekolah Pendidikan Guru Mendut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian dan pedesaan merupakan dua sisi mata uang yang saling

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian dan pedesaan merupakan dua sisi mata uang yang saling 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pertanian dan pedesaan merupakan dua sisi mata uang yang saling berhubungan, karena pertanian merupakan mata pencaharian utama masyarakat desa,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang dipakai oleh penulis dalam mengumpulkan sumber berupa data dan fakta yang berkaitan dengan judul skripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya zaman dari waktu ke waktu, yang diiringi dengan perkembangan ilmu dan tekhnologi, telah membawa manusia kearah modernisasi dan globalisasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Hindia

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Hindia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda antara tahun 1830 hingga akhir abad ke-19 dinamakan Culturstelsel (Tanam Paksa).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebermaknaan seseorang boleh dikatakan hanya ada manakala ia berada

BAB I PENDAHULUAN. Kebermaknaan seseorang boleh dikatakan hanya ada manakala ia berada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebermaknaan seseorang boleh dikatakan hanya ada manakala ia berada dalam kelompok, komunitas, atau masyarakatnya (Mutakin, 2002:1). Tentu saja manusia mempunyai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dari penelitian ini secara deskriptif naratif. Tujuan penelitian ini yaitu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dari penelitian ini secara deskriptif naratif. Tujuan penelitian ini yaitu BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Mengacu dari permasalahan yang telah dirumuskan maka bentuk dari penelitian ini secara deskriptif naratif. Tujuan penelitian ini yaitu untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908 yang dipelopori oleh Wahidin

BAB I PENDAHULUAN. Budi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908 yang dipelopori oleh Wahidin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam sejarah perjuangan kemerdekaan di Indonesia, peran pemuda tidak dapat diabaikan begitu saja. Hal ini dapat kita ketahui dari sejak masa lahirnya Budi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. program indoktrinasi wajib mengenai ideologi negara Pancasila bagi semua

BAB I PENDAHULUAN. program indoktrinasi wajib mengenai ideologi negara Pancasila bagi semua BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Agama selalu menjadi isu sensitif bagi pemerintahan Orde Baru. Untuk mendorong keseragaman ideologis, pada tahun 1978 pemerintah memulai satu program indoktrinasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode perjuangan tahun 1945-1949 sering disebut dengan masa perjuangan revolusi fisik atau periode perang mempertahankan kemerdekaan. Periode tersebut merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I. Pendahuluan Latar Belakang Proyek. Batik sudah berabad abad tumbuh dan berkembang dari jaman ke

BAB I PENDAHULUAN. I. Pendahuluan Latar Belakang Proyek. Batik sudah berabad abad tumbuh dan berkembang dari jaman ke BAB I PENDAHULUAN I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Proyek Batik sudah berabad abad tumbuh dan berkembang dari jaman ke jaman, seirama dengan perkembangan mode. Batik yang semula tidak berfungsi sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan suatu bangsa tidak hanya merupakan suatu aset, namun juga jati diri. Itu semua muncul dari khasanah kehidupan yang sangat panjang, yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekayaan alam dan keanekaragaman budaya yang dimiliki Indonesia menjadikan bumi pertiwi terkenal di mata internasional. Tidak terlepas oleh pakaian adat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih banyak memperlihatkan unsur persamaannya, salah satunya adalah suku

BAB I PENDAHULUAN. masih banyak memperlihatkan unsur persamaannya, salah satunya adalah suku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa dan kebudayaan yang masih banyak memperlihatkan unsur persamaannya, salah satunya adalah suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki keanekaragaman seni, budaya dan suku bangsa. Keberagaman ini menjadi aset yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini merupakan pemaparan mengenai metode dan teknik penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mengkaji permasalahan mengenai Afrika Selatan dibawah pemerintahan Presiden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan industri merupakan hal yang sangat penting dalam. meningkatkan kesempatan kerja serta memperbaiki kualitas pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan industri merupakan hal yang sangat penting dalam. meningkatkan kesempatan kerja serta memperbaiki kualitas pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan industri merupakan hal yang sangat penting dalam meningkatkan kesempatan kerja serta memperbaiki kualitas pertumbuhan ekonomi. Pembangunan industri ini

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metodologi Penelitian Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode historis. Menurut Kuntowijoyo, (1994: xii), metode sejarah adalah petunjuk pelaksanaan dan

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN

III. METODELOGI PENELITIAN 22 III. METODELOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian A.1 Metode yang digunakan Sebelum membuat suatu penulisan penelitian hendaknya sebagai peneliti menentukan metode penelitian apakah yang akan dipakai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian bahwa Islam tidak hanya tentang sistem nilai, tetapi juga memuat sistem politik. Islam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kajian mengenai perkembangan industri moci di Cikole dan dampaknya

BAB 1 PENDAHULUAN. Kajian mengenai perkembangan industri moci di Cikole dan dampaknya 1 BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Kajian mengenai perkembangan industri moci di Cikole dan dampaknya terhadap masyarakat yang hidup di sekitarnya merupakan hal yang menarik karena moci merupakan

Lebih terperinci

2015 KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON

2015 KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki potensi alam di sektor perikanan yang melimpah yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakatnya. Salah satu sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya dinikmati segelintir orang-orang yang relatif kaya pada awal

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya dinikmati segelintir orang-orang yang relatif kaya pada awal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Diawali dari kegiatan yang semula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup berinteraksi dengan lingkungan alam sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup berinteraksi dengan lingkungan alam sekitarnya. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk hidup berinteraksi dengan lingkungan alam sekitarnya. Dalam interaksinya tersebut, manusia dapat mempengaruhi lingkungan dan mengusahakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang yang seolah baru sadar bahwa apa yang diakui negara lain itu miliknya.

BAB I PENDAHULUAN. orang yang seolah baru sadar bahwa apa yang diakui negara lain itu miliknya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Semenjak isu batik Indonesia diakui sebagai budaya Malaysia maka banyak orang yang seolah baru sadar bahwa apa yang diakui negara lain itu miliknya. Sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pengertian metode menurut Helius Sjamsuddin dalam bukunya yang

BAB III METODE PENELITIAN. Pengertian metode menurut Helius Sjamsuddin dalam bukunya yang BAB III METODE PENELITIAN Pengertian metode menurut Helius Sjamsuddin dalam bukunya yang berjudul Metodologi Sejarah adalah Metode ada hubungannya dengan suatu prosedur, proses, atau teknik yang sistematis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab III berisi pemaparan mengenai metode yang digunakan oleh peneliti dalam mengkaji permasalahan mengenai Pengaruh Pemikiran Harun Nasution Mengenai Islam Rasional Terhadap Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban yang. diberikan oleh Pemerintah Pusat kepada Daerah untuk mengurus,

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban yang. diberikan oleh Pemerintah Pusat kepada Daerah untuk mengurus, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban yang diberikan oleh Pemerintah Pusat kepada Daerah untuk mengurus, mengatur, mengembangkan, dan menyelesaikan urusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu atau kegagalan suatu bangsa oleh sebab itu sejarawan perlu untuk

BAB I PENDAHULUAN. individu atau kegagalan suatu bangsa oleh sebab itu sejarawan perlu untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang penting bagi manusia. Pendidikan juga diperlukan jika ingin memperoleh kehidupan yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. organisasi-organisasi pergerakan yang lain. Budi Utomo, disamping dikenal

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. organisasi-organisasi pergerakan yang lain. Budi Utomo, disamping dikenal BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Munculnya berbagai perkumpulan atau organisasi berlandaskan pendidikan dan politik bertugas untuk mensejahterakan bangsa Indonesia terutama di bidang pendidikan agar

Lebih terperinci

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan sebuah negara maritim karena memiliki wilayah laut yang lebih luas dibandingkan dengan wilayah daratan. Hal ini menjadikan bangsa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam 27 BAB III METODE PENELITIAN Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini, mulai dari persiapan penelitian sampai dengan pelaksanaan penelitian dan analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Simon Kemoni yang dikutip oleh Esten (2001: 22) globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad XVIII atau awal

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad XVIII atau awal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerajinan batik di Indonesia telah dikenal sejak zaman Majapahit dan terus berkembang hingga kerajaan berikutnya. Meluasnya kesenian batik menjadi milik rakyat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keraton Yogyakarta dibangun pada tahun 1756 M. Sebelum keraton

BAB I PENDAHULUAN. Keraton Yogyakarta dibangun pada tahun 1756 M. Sebelum keraton 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keraton Yogyakarta dibangun pada tahun 1756 M. Sebelum keraton Yogyakarta selesai dibangun, Sri Sultan Hamengku Buwono I bersama keluarganya untuk sementara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Surakarta selain dikenal sebagai kota batik, juga populer dengan keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki kekhasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki keragaman budaya yang melimpah. Kebudayaan ini diwariskan turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah Indonesia mencatat bahwa negara kita ini telah mengalami masa kolonialisasi selama tiga setengah abad yaitu baik oleh kolonial Belanda maupun kolonial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kemerdekaan Indonesia telah memasuki usia 71 tahun. Pencapaian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kemerdekaan Indonesia telah memasuki usia 71 tahun. Pencapaian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemerdekaan Indonesia telah memasuki usia 71 tahun. Pencapaian kemerdekaan memerlukan perjuangan yang sangat gigih dari para pahlawan yang ditandai dengan Proklamasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. moral dan juga nasionalisme. Hal tersebut melatarbelakangi pendirian Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. moral dan juga nasionalisme. Hal tersebut melatarbelakangi pendirian Sekolah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan salah satu faktor pembangunan dan kemajuan suatu bangsa. Pendidikan memberikan ilmu pengetahuan serta menanamkan ajaran moral dan juga nasionalisme.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pemilihan lokasi penelitian adalah: (usaha perintis) oleh pemerintah. tersebut dipilih atas pertimbangan:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pemilihan lokasi penelitian adalah: (usaha perintis) oleh pemerintah. tersebut dipilih atas pertimbangan: BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di kota Salatiga. Pertimbangan pemilihan lokasi penelitian adalah: 1. Sekolah Guru B di Salatiga menjadi salah satu pilot

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Peran Kyai Ibrahim Tunggul Wulung Dalam Penyebaran Agama Kristen Di Desa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Peran Kyai Ibrahim Tunggul Wulung Dalam Penyebaran Agama Kristen Di Desa BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Mengacu pada permasalahan yang dirumuskan, maka skripsi yang berjudul Peran Kyai Ibrahim Tunggul Wulung Dalam Penyebaran Agama Kristen Di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi merupakan fenomena budaya yang tidak dapat terhindarkan

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi merupakan fenomena budaya yang tidak dapat terhindarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Modernisasi merupakan fenomena budaya yang tidak dapat terhindarkan lagi, dimana arus modernisasi tidak mengenal batasan antar kebudayaan baik regional, nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi bangsa Indonesia pada masa awal kemerdekaan masih sangat buruk. Proses pergantian pemerintahan dari kolonial ke republik menimbulkan gejolak

Lebih terperinci