Seminar Nasional Biodiversitas dan Ekologi Tropika Indonesia 2015 BIOETI 3. Seminar Nasional Biodiversitas dan Ekologi Tropika Indonesia 2015

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Seminar Nasional Biodiversitas dan Ekologi Tropika Indonesia 2015 BIOETI 3. Seminar Nasional Biodiversitas dan Ekologi Tropika Indonesia 2015"

Transkripsi

1 i

2 Seminar Nasional Biodiversitas dan Ekologi Tropika Indonesia 2015 BIOETI 3 ISBN : PROSIDING Seminar Nasional Biodiversitas dan Ekologi Tropika Indonesia 2015 Inovasi Eksplorasi Keanekaragaman Hayati dan Konservasi Untuk Pembangunan Berkelanjutan Diterbitkan Oleh : JURUSAN BIOLOGI FMIPA UNIVERSITAS ANDALAS PADANG iii

3 VARIASI INTRASPESIFIK BERDASARKAN DNA KLOROPLAS (CPDNA) PADA Bouea macrophylla Griffit Tri Harsono 1, Nursahara Pasaribu 2, Sobir 3, Fitmawati 4, Eko Prasetya 5 1 Mhs Pascasarjana USU dan dosen Biologi FMIPA Unimed, Medan, Indonesia 2 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sumatera Utara 3 Pusat Kajian Hortikultura Tropika, Institut Pertanian Bogor, Bogor, Indonesia 4 Jurusan Biologi, Universitas Riau, Pekanbaru, Indonesia 5 Jurusan Biologi, Universitas Negeri Medan, Medan, Indonesia triharsonounimed@gmail.com ABSTRAK Bouea merupakan anggota dari famili Anacardiaceae yang terdistribusi luas di daerah Malesia. Malesia merupakan kawasan yang terbentang antara benua Asia dan Australia mencakup Filipina, Brunei, Papua Nugini, Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Tanaman ini memiliki variasi fenotip karena keragaman genetik dan adaptasi di berbagai ragam kondisi lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengklasifikasikan Bouea macrophylla Griffit berdasarkan variasi genetik menggunakan DNA kloroplas. Daerah TrnL-F intergenic spacer merupakan daerah nonkoding pada DNA kloroplas yang dapat digunakan sebagai penanda untuk melihat variasi genetik intraspesifik. Sampel diperoleh dari 5 tempat di Indonesia yaitu Ambon, Banten, Aceh, Sumatera Barat, dan Kalimantan Barat. Isolasi DNA menggunakan metode Doyle dan Doyle yang dimodifikasi, kemudian diamplifikasi menggunakan primer trnl-f forward dan primer trnl-f reverse. Produk PCR dengan panjang fragmen bp kemudian disekuensing di 1 st Base Singapura. Data hasil sekuensing dianalisis menggunakan software MEGA 6.06 untuk membangun pohon filogenetik menggunakan out group Mangifera indica dan Anacardium occidentale. Hasil dari peneltian ini menunjukkan bahwa daerah trnl-f pada DNA kloroplas adalah daerah dengan konservatif yang tinggi. Bouea macrophylla Griffit memiliki kedekatan dengan Anacardium occidentael. Analisis pohon filogenetik dengan menggunakan Software Mega 6.06 menunjukkan bahwa konsistensi spesies tersebut dari nenek moyang yang sama dan memisah dari spesies Mangifera indica dan Anacaardium occidentale sebagai out group. Kata Kunci : Bouea macrophylla Griffit, cpdna, filogenetik, variasi intraspesifik PENDAHULUAN Bouea merupakan anggota dari suku Anacardiaceae yang persebarannya meliputi wilayah Malesia (Ghazali & Mohammad, 2014), kawasan yang terbentang antara benua Asia dan Australia, termasuk Indonesia. Di Indonesia, Bouea dikenal sebagai flora identitas provinsi Jawa Barat (Rifai, 1992), bahkan disebutkan sebagai tanaman endemik daerah kepulauan Maluku (Rehatta, 2005; Papilaya, 2007). Marga Bouea memiliki 2 anggota yaitu Bouea oppositifolia (Roxb.) Adelb. dan Bouea macrophylla Griffith (Hou, 1975) yang dibedakan berdasarkan bentuk daunnya.

4 DNA kloroplas telah banyak digunakan untuk mengamati hubungan antar spesies antara Angiospermae dengan tanaman lainnya (Clegg et al., 1991) tetapi memiliki tingkat evolusi yang rendah sehingga DNA ini memiliki keterbatasan dalam mengamati hubungan intraspesifik (Tarbelet et al., 1991). Sekuen trnl-f merupakan sekuen yang terletak pada trnl (UAA) 5 ekson hingga trnf (GAA) (Adjie et a.l, 2008). Sekuen ini mengkode RNA transfer dan diantara kedua sekuen tersebut terdapat sekitar 1000 bp sekuen daerah kon-koding (intergenic spacer antara trnl dan trnf) (Holt et al., 2005). Sekuen non-koding memiliki frekuensi mutasi yang tinggi (Palmer et al., 1988) sehingga sekuen di daerah non-koding baik untuk studi evolusi dan untuk mengidentifikasi penanda genetik intraspesifik karena mudah diamplifikasi dan memiliki ukuran yang tidak terlalu panjang (Tarbelet et al., 1991). Daerah non-koding pada DNA kloroplas dianggap lebih sesuai untuk studi kekerabatan mulai tingkat jenis hingga suku (Tsai et al., 2006). Penelitian ini bertujuan untuk melihat variasi intraspesifik berdasarkan variasi DNA kloroplas pada sekuen trnl-f intergenic spacer pada 5 sampel B. macrophylla Griffit yang diperoleh dari berbagai pulau di Indonesia termasuk kepulauan Maluku (Ambon), pulau Sumatera (Sumatera Barat, Aceh Timur), Pulau Jawa (Banten), dan pulau Kalimantan (Kalimantan Barat). BAHAN DAN METODE Sampel diperoleh dari 5 tempat di Indonesia yaitu Ambon (AMI), Banten (BA5), Lhoksukon Aceh (SN), Batu Sangkar, Sumatera Barat (BS4) dan Kalimantan Barat (KB5) (Gambar 1). Pengambilan sampel dilakukan antara Januari-Desember Gambar 1. Peta pengambilan sampel. (1) Lhoksukon, Aceh Utara, (2) Batu Sangkar, Sumatera Barat, (3) Banten, (4) Kalimantan Barat, (5) Ambon, Kepulauan Maluku

5 Isolasi DNA DNA diisolasi dari daun tanaman B. macrophylla Griffit menggunakan metode Doyle & Doyle (1987) yang telah dimodifikasi. Sebanyak 0,15 mg sampel digerus menggunakan mortar steril dengan tambahan pasir kuarsa dan 0,6-0,8 buffer ekstraksi (10% CTAB; 0,5 M EDTA (ph 8,0);1 M Tris-HCl (ph 8,0);5 M NaCl; 1% -mercaptoethanol) dan kemudian divortes hingga homogen. Larutan diinkubasi pada suhu 65 0 C selama 1 jam kemudian diberi penambahan 0,6-0,7 ml buffer purifikasi (Kloroform : Isoamil Alkohol = 24:1 v/v), selanjutnya larutan disentrifugasi selama 10 menit dengan kecepatan rpm. Supernatan dipindahkan kedalam tabung ependorf 2 ml steril dan diberi penambahan l 2-propanol dingin dan diinkubasi selama 1 malam di dalam freezer. Larutan kemudian di sentrifugasi selama 10 menit dengan kecepatan rpm. Fase cair kemudian dibuang sedangkan fase padat/pelet di kering anginkan. Selanjutnya untuk penyimpanan, pelet dilarutkan dalam 100 l TE (1 M Tris-HCl ph 8.0; 0,5 M EDTA ph 8,0; dan aquades). Amplifikasi penanda DNA Kloroplas dan Sekuensing Reaksi PCR dengan menggunakan penanda DNA Kloroplas menggunakan primer cpdna forward 5 - GGTTCAAGTCCCTCTATCCC -3 dan primer cpdna reverse 5 -ATTTG AACTGGTGACACGAG -3 dengan total volume reaksi 25 l (2,5 l DNA template; 2,5 l primer forward; 2,5 l primer reverse; 5 l distilled water; 12,5 l PCR mix (FasStart PCR Master Mix Roche). Amplifikasi menggunakan mesin Thermalcycler (Qiagen) dengan kondisi predenaturasi pada suhu 97 0 C selama 5 menit, diikuti 40 siklus dengan kondisi reaksi denaturasi pada suhu 94 0 C selama 1 menit, annealing pada suhu 52 0 C selama 1 menit, dan extension pada suhu 72 0 C selama 2 menit, kemudian ditambahkan post-extension pada suhu 72 0 C selama 5 menit. Produk PCR kemudian divisualisasi menggunakan gel agarose 1% yang telah diisi SYBR Safe DNA Gel Stain sebanyak 4 l. Sebanyak 6 l produk PCR ditambahkan dengan Loading Dye 1 l di running bersama dengan marker 100 bp DNA Ladder menggunakan elektroforesis pada tegangan 100 V selama 45 menit. Visualisasi pita yang muncul dilakukan menggunakan Gel Documentation. Jika pita hasil elektroforesis telah muncul, maka produk PCR selanjutnya dikirim ke 1 st Base DNA Sequencing Service untuk disekuensing.

6 Analisis Data Data molekuler berupa hasil dari sekuensing sekuen trnl-f intergeneric spacer DNA kloroplas akan dianalisis menggunakan software BioEdit untuk menentukan konsensus sekuen berdasarkan sekuen konservatif dan MEGA 6.06 (Molecular Evolutionary Genetic Analysis) untuk membangun kladogram. Hasil sekuensing akan di alignment menggunakan Clustal W yang terdapat pada MEGA 6.06 dan kemudian kladogram akan dibangun berdasarkan hasil alignment data sekuen. Analisis sekuen konservatif dilakukan untuk mengetahui tingkat mutasi dan jenis mutasi intraspesifik. HASIL DAN PEMBAHASAN Sekuen trnl-f dari DNA kloroplas yang diamplifikasi menggunakan primer cpdna forward dan cpdna reverse berhasil di amplifikasi seluruhnya. Produk PCR memiliki panjang antara bp. Gambar 2. Hasil elektroforesis PCR product menghasilkan panjang DNA berkisar bp. M: Marker, AO: Anacardium occidentale, AMI: Ambon, BA5: Banten, BS4: Batu sangkar, KB5: Kalimantan barat, SN: Lhoksukon, MI: Mangifera indica Hasil alignment 5 sekuen trnl-f menunjukkan bahwa terdapat 455 karakter dimana terdapat 397 (93,2 %) mengandung conserved region dan 29 (6,8 %) variable sites. Hasil ini menunjukkan bahwa sekuen trnl-f dari DNA kloroplas B. macrophylla Griffit sangat konservatif. Hal ini mengkonfirmasi bahwa sekuen trnl-f pada DNA kloroplas memiliki variasi yang rendah dan sulit digunakan untuk membedakan antar spesies, apalagi membedakan keragaman genetik antar spesies. Menurut Harsono (2013) B. macrophylla Griffit yang tersebar di wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Ambon memiliki sedikit variasi. Hal ini sesuai dengan Tarbelet (2007) yang menyatakan bahwa meskipun sekuen trnl-f mudah diamplifikasi, kemampuannya untuk mendeteksi variasi pada tingkat spesies sangat rendah.

7 Pada hasil sekuen trnl-f, terlihat variasi genetik antar dimana variasi ini dapat berupa subtitusi, insersi, maupun delesi. Hasil multiple alignment trnl-f DNA lima sampel B. macrophylla Griffit disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Urutan Hasil Multipe Alignment menggunakan Clustal W MEGA 6.06 Kode Urutan Hasil Multipe Alignment AMI CCA AGGGCCATTT --ACTCCCTA ACGATTTATC CTATGTTAGT BA A AGGGCCCTTT --ACTCCCTA ACGATTTATC CTATGTTAGT BS AA AGGGC--ATT TA-CTCCCTA ACGATTTATC CTATGTTAGT KB5 CCCCCCAAAA AGGGCCCATT TAACTCCCTA ACGATTTATC CTATGTTAGT SN CCCCCCAAAA AGGGCCCATT TAACTCCCTA ACGATTTATC CTATGTTAGT AMI GGTTCCAATT TCGTTATGTT TCTCATTCAT CCTACTCTTT TCCATTTGTA BA5 GGTTCCAATT TCGTTATGTT TCTCATTCAT CCTACTCTTT TCCATTTGTA BS4 GGTTCCAATT TCGTTATGTT TCTCATTCAT CCTACTCTTT TCCATTTGTA KB5 GGTTCCAATT TCGTTATGTT TCTCATTCAT CCTACTCTTT TCCATTTGTA SN GGTTCCAATT TCGTTATGTT TCTCATTCAT CCTACTCTTT TCCATTTGTA AMI TCCGAGCAGA ATTTTTTCTC TTATCATACA CAAGTCGTGT GGTATATAGG BA5 TCCGAGCAGA ATTTTTTCTC TTATCATACA CAAGTCGTGT GGTATATAGG BS4 TCCGAGCAGA ATTTTTTCTC TTATCATACA CAAGTCGTGT GGTATATAGG KB5 TCCGAGCAGA ATTTTTTCTC TTATCATACA CAAGTCGTGT GGTATATAGG SN TCCGAGCAGA ATTTTTTCTC TTATCATACA CAAGTCGTGT GGTATATAGG AMI ATACACGTAG AAATGAACAC TTTGGAGCAA GGAATCTCCA TGTGAATGAT BA5 ATACACGTAG AAATGAACAC TTTGGAGCAA GGAATCTCCA TGTGAATGAT BS4 ATACACGTAG AAATGAACAC TTTGGAGCAA GGAATCTCCA TGTGAATGAT KB5 ATACACGTAG AAATGAACAC TTTGGAGCAA GGAATCTCCA TGTGAATGAT SN ATACACGTAG AAATGAACAC TTTGGAGCAA GGAATCTCCA TGTGAATGAT AMI TCACAATCCA TCTCATTGCT CATACTGAAA CTTACAAAGT CTTCTTTTTG BA5 TCACAATCCA TCTCATTGCT CATACTGAAA CTTACAAAGT CTTCTTTTTG BS4 TCACAATCCA TCTCATTGCT CATACTGAAA CTTACAAAGT CTTCTTTTTG KB5 TCACAATCCA TCTCATTGCT CATACTGAAA CTTACAAAGT CTTCTTTTTG SN TCACAATCCA TCTCATTGCT CATACTGAAA CTTACAAAGT CTTCTTTTTG AMI AATATTCAAG AAATGCAATT TCCCGTCCAA GACTTTTAAT ACTGAATTGC BA5 AATATTCAAG AAATGCAATT TCCCGTCCAA GACTTTTAAT ACTGAATTGC BS4 AATATTCAAG AAATGCAATT TCCCGTCCAA GACTTTTAAT ACTGAATTGC KB5 AATATTCAAG AAATGCAATT TCCCGTCCAA GACTTTTAAT ACTGAATTGC SN AATATTCAAG AAATGCAATT TCCCGTCCAA GACTTTTAAT ACTGAATTGC AMI GTCTTTTTTA ATTGACATCG ACCCAACCCA TCTAGTAAAA TGAAAATGAT BA5 GTCTTTTTTA ATTGACATCG ACCCAACCCA TCTAGTAAAA TGAAAATGAT BS4 GTCTTTTTTA ATTGACATCG ACCCAACCCA TCTAGTAAAA TGAAAATGAT KB5 GTCTTTTTTA ATTGACATCG ACCCAACCCA TCTAGTAAAA TGAAAATGAT SN GTCTTTTTTA ATTGACATCG ACCCAACCCA TCTAGTAAAA TGAAAATGAT AMI GCGTCGGTAA TGGTCGGGAT AGCTCAGCTG GTAGAGC-AG AGGACTGAAA BA5 GCGTCGGTAA TGGTCGGGAT AGCTCAGCTG GTAGAGC-AG AGGACTGAAA BS4 GCGTCGGTAA TGGTCGGGAT AGCTCAGCTG GTAGAGC-AG AGGACTGAAA KB5 GCGTCGGTAA TGGTCGGGAT AGCTCAGCTG GTAGAGCCAG AGGACTGAAA SN GCGTCGGTAA TGGTCGGGAT AGCTCAGCTG GTAGAGC-AG AGGACTGAAA AMI ATCCTCGTGT CACCAGTTCA AATAAA- BA5 ATCCTCGTGT CACCAGTTCA AATAA-- BS4 ATCCTCGTGT CACAG KB5 ATCCTCGTGT CACCAGTTCA AATAA-- SN ATCCTCGTGT CACAGGTTCA AATAAAA

8 B. macrophylla Grifit mengalami insersi/delesi pada sekuen trnl-f pada basa ke 1-9,16, 17, 21-23, 388, dan setelah semua sekuen B. macrophylla Grifit disejajarkan. Variasi yang muncul pada sekuen trnl-f terjadi pada basa ke 8, 9, 17, dan 415. Analisis filogenetik terhadap data hasil sekuensing sekuen trnl-f menggunakan metode Maximum Likelihood berdasarkan kimura-2-parameter model menunjukkan hasil topologi yang memiliki kesamaan. Pohon filogenetik berdasarkan sekuen trnl-f hasil rekontruksi dengan metode Maximum Likelihood berdasarkan kimura-2-parameter model disajikan pada Gambar 3. Berdasarkan hasil rekontruksi pohon filogenetik pada Gambar 3 dapat diketahui bahwa B. macrophylla Griffit asal Kalimantan barat terpisah dari B. macrophylla Griffit asal Banten, Aceh, Sumatera Barat dan Ambon. B. macrophylla Griffit asal Sumatera barat memiliki kedekatan dengan B. macrophylla Griffit asal Lhoksukon, Aceh, sedangkan B. macrophylla Griffit asal Ambon memiliki kedekatan dengan B. macrophylla Griffit asal Banten. Hal ini dapat dikarenaka oleh letak geografi Sumatera barat lebih dekat dengan Aceh sehingga hubungan kekerabatan yang lebih dekat. B. macrophylla Griffit asal Kalimantan barat terpisah dikarenakan letak geografi pulau Kalimantan yang berada lebih ke utara jika dibandingkan dengan Ambon dan Banten dan dipisahkan oleh laut Jawa. Kedekatan hubungan kekerabatan antara B. macrophylla Griffit asal Ambon dan Banten menjadi informasi terbaru dan diperlukan analisis dan informasi tambahan untuk mengkaji hubungan kekerabatan antara B. macrophylla Griffit di dua lokasi yang secara letak geografi cukup jauh. Gambar 3. Pohon filogenetik sekuen trnl-f dari Bouea macrophylla Griffit dan outgroup A. occidentale dan M. indica hasil rekonstruksi dengan menggunakan metode Maximum Likelihood berdasarkan kimura-2- parameter model. Percabangan dianalisis dengan nilai bootstrap >50% dari 1000 ulangan.

9 Gambar 4. Pohon filogenetik sekuen trnl-f dari 5 sampel Bouea macrophylla Griffit hasil rekonstruksi dengan menggunakan metode Maximum Likelihood berdasarkan kimura-2-parameter model. Percabangan dianalisis dengan nilai bootstrap >50% dari 1000 ulangan. Sekuen trnl-f kurang sesuai jika digunakan untuk membangun pohon filogenetik (Brinegar, 2009), akan tetapi data hasil penelitian menunjukkan adanya subtitusi nukleotida sehingga sekuen trnl-f dapat digunakan sebagai penanda molekuler untuk menentukan variasi intraspesifik pada B. macrophylla Griffit. B. macrophylla Griffit memiliki hubungan kekerabatan yang lebih dekat dengan A. occidentale dibandingkan dengan M. indica. Jarak genetik dihitung menggunakan MEGA 6.06 untuk membandingkan urutan sekuen dan melihat kesamaan sekuen antara semua sekuen hasil sekuensing yang telah diperoleh. Jarak genetik sekuen trnl-f DNA Kloroplas B. macrophylla Griffit. Dari 5 sampel disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Jarak genetik sekuen trnl-f DNA Kloroplas B. macrophylla Griffit. AO AMI BA5 BS4 KB5 SN MI Anacardium occidentale (AO) ID B. Macrophylla (AMI) 0,01335 ID B. Macrophylla (BA5) 0, ,00000 ID B. Macrophylla (BS4) 0, , ,00798 ID B. Macrophylla (KB5) 0, , , ,00531 ID B. Macrophylla (SN) 0, , , , ,00531 ID Mangifera indica (MI) 0, , , , , ,57838 ID Keterangan: AMI = Asal Ambon, BA5 = Asal Banten, BS4 = Asal Batu Sangkar, Sumatera Barat, KB5 = Asal kalimantan Barat, SN = Asal Lhoksukon, Aceh Utara Tabel 2 menunjukkan adanya jarak genetik yang rendah antara hasil sekuen pada sampel satu dengan sampel lainnya pada B. macrophylla Griffit dan menunjukkan perbedaan yang signifikan jika dibandingkan dengan A. occidentale dan M. indica. Jarak genetik tertinggi terdapat pada antara SN dengan AMI dan SN dengan BA5 serta

10 BS4 dengan AMI dan BS4 dengan BA5 dengan jarak genetik 0, Jarak genetik terendah terdapat antara antara AMI dan BA5 dan SN dengan BS45 dengan jarak genetik 0. Hal ini menunjukan bahwa sekuen trnl-f memiliki kemampuan yang rendah untuk melihat variasi genetik intraspesies tetapi memiliki kemampuan yang cukup baik untuk melihat variasi genetik antar spesies. Pada Tabel 2 ditunjukkan bahwa sampel out group yang menggunakan M. indica menunjukkan jarak genetik yang cukup tinggi yaitu berkisar antara 0,57838 hingga 0,57923, sedangkan pada A. occidentale menunjukkan jarak genetik yang cukup rendah yaitu berkisar antara 0,01335 hingga 0,02147 yang menunjukkan bahwa A. occidentale memiliki hubungan kekerabatan yang lebih dekat dengan B. macrophylla Griffit dibandingkan M. occidentale. Hal ini menunjukkan bahwa sekuen trnl-f mampu membedakan dengan cukup baik antara genus Mangifera, Anacardium, dan genus Bouea. Daerah non-koding merupakan daerah yang menunjukkan frekuensi mutasi yang paling tinggi sehingga dimungkinkan terdapat banyak perbedaan pada daerah tersebut baik antar jenis maupun dalam jenis (Tsai et al., 2006). Sekuen trnl-f memiliki tingkat keterbatasan dalam menentukan perbedaan tingkat infraspesifik sehingga untuk tanaman lain yang memiliki tingkat variasi fenotip yang rendah, tidak disarankan menggunakan sekuen trnl-f sebagai menanda molekuler (Fatinah et al., 2013). Pada tanaman B. macrophylla Griffit, wilayah trnl-f menunjukkan adanya tingkat mutasi yang cukup tinggi sehingga dapat digunakan sebagai penentu variasi intraspesifik. KESIMPULAN B. macrophylla Griffit yang berasal dari pulau Sumatera (Batu sangkar, Sumatera barat dan Lhoksukon, Aceh) memiliki variasi genetik yang lebih kecil dan kekerabatan yang lebih dekat dibandingkan dengan B. macrophylla Griffit yang berasal dari luar pulau Sumatera. B. macrophylla Griffit yang berasal dari Kalimantan barat memiliki cabang yang memisah jika dilihat dari pohon filogenetik. B. macrophylla Griffit asal Banten memiliki kedekatan dengan B. macrophylla Griffit asal Ambon. Berdasarkan hasil ini, dapat disimpulkan bahwa sekuen trnl-f dapat digunakan untuk menentukan variasi intraspesifik pada B. macrophylla Griffit dari berbagai letak geografi yang berbeda.

11 UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kementrian Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia atas pendanaan bagi penelitian ini melalui Program Hibah Kompetitif Nasional, Skim Hibah Penelitian Fundamental Tahun 2015/2016 dan laboratorium molekuler, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan. DAFTAR PUSTAKA Adjie, B., Takamiya, M., Ohta, M., Ohsawa, T. A., Watano, Y Molecular Phylogeny of the Lady Fern Genus Athyrium in Japan Based on Chloroplast rbcl and trnl-trnf Sequences. Acta Phytotaxonomica et Geobotanica 59 (2):79-95 Brinegar, C Assessing evolution and biodiversity in plants at the molecular level. Kathmandu University of Science, Engineering and Technology. Vol 5, No II, 2009, pp Clegg, M.T., Learn, G.H., Golenberg, E.M Molecular evolution of chloroplast DNA. In: Selander RK, Clark AG, Whittam TS (eds) Evolution at the Molecular Level, Clegg MT, Learn GH, Golenberg EM: Molecular evolution of chloroplast DNA. In: Selander RK, Clark AG, Whittam TS (eds) Evolution at the Molecular Level, pp Palmer, J.D., Jansen, R.K., Michaels, H.J., Chase, M.W., Manhart, J.R Chloroplast DNA variation and plant phylogeny. Ann Missouri Bot Garden 75: Fatinah, A.A., Arumingtyas, E.L., dan Mastuti, R Infraspesific Classification in Amaranthus spinosus Based on Morphological and Molecular Data. The Third Basic Science International Conference: B01-1 Ghazali, M.N. and Mohammad, A.L Comparative Leaves Anatomical Studies of Bouea, Mangifera, and Spondias (Anacardiaceae) in Malaysia. Journal of Life Sciences, Volume 8, number 9 Harsono, T Marga Bouea (Anacardiaceae) di Malesia. Makalah Seminar Nasional Biologi Tanggal 13 April 2013 di FMIPA USU Holt, S. D. S., Horová, L., Bureš, P., Janecek, J., Cernoch, V The trnl-f Plastid DNA Characters of Three Poa pratensis (Kentucky Bluegrass) Varieties. Plant, Soil and Environment 51 (2):94-99 Hou, D Anacardiaceae. In: van Steenis, C.G.G.J. (Editor): Flora Malesiana, Series 1. Vol. 8. p Papilaya, P.M Kajian Ekologi Gandaria (Bouea macrophylla) hubungannya dengan produksi dan kualitas buah pada ketinggian dari permukaan laut yang

12 berbeda di pulau Ambon (Suatu analisis tentang tumbuhan endemik daerah Maluku). Disertasi. Prodi Biologi. UM-Malang Rehatta, H Potensi dan pengembangan tanaman gandaria (Bouea macrophylla Griffith) di desa Soya Kecamatan Sirimau, Kota Ambon. Laporan Hasil Penelitian. Lemlit. Universitas Pattimura. Ambon. Rifai, M.A., Bouea macrophylla Griffith. In Coronel, R.E. & Verheij, E.W.M. (Eds.): Plant Resources of South-East Asia. No. 2: Edible fruits and nuts. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. pp Taberlet, P., Coissac, E. Pompanon, F., Gielly, L., Muqiel, C., Valentini, A., Vermat, T., Corthier, G., Brochman, dan C., Willerslev, E Power and limitations of the chloroplast trnl (UAA) intron for plant DNA barcoding. Nucleic Acids Res. 35(3) : e14. Taberlet, P., L. Gielly, G. Pautou, and J. Bouvet Universal primers for amplification of three non-coding regions of chloroplast DNA. Plant Molecular Biology 17: Tsai, L., Yu, Y., Hsieh, H., Wang, J., Linacre, A., Lee, J. C Species Identification Using Sequences of the trnl Intron and the trnl-trnf IGS of Chloroplast Genome Among Popular Plants in Taiwan. Forensic Science International 164:

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian deskriptif. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode B. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah sampel DNA koleksi hasil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7 individu udang Jari yang diambil dari Segara Anakan Kabupaten Cilacap Jawa Tengah.

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober Amplifikasi gen Growth

MATERI DAN METODE. Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober Amplifikasi gen Growth III. MATERI DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Pengambilan sampel darah domba dilakukan di Kecamatan Koto Tengah Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober 2012. Amplifikasi gen Growth Hormone menggunakan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Deskripsi Pembuatan Larutan Stok dan Buffer

LAMPIRAN. Lampiran 1. Deskripsi Pembuatan Larutan Stok dan Buffer LAMPIRAN Lampiran 1. Deskripsi Pembuatan Larutan Stok dan Buffer 1. Pembuatan Larutan Stok a. CTAB 5 % Larutan dibuat dengan melarutkan : - NaCl : 2.0 gr - CTAB : 5.0 gr - Aquades : 100 ml b. Tris HCl

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE 9 BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2011 sampai dengan Juli 2012. Kegiatan ekstraksi DNA sampai PCR-RFLP dilakukan di laboratorium Analisis

Lebih terperinci

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI ISOLASI TOTAL DNA TUMBUHAN DENGAN KIT EKSTRAKSI DNA PHYTOPURE Halaman : 1 dari 5 1. RUANG LINGKUP Metode ini digunakan untuk mengisolasi DNA dari sampel jaringan tumbuhan, dapat dari daun, akar, batang,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4 MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. penelitian ini

Lebih terperinci

Asam Asetat Glacial = 5,7 ml EDTA 0,5 M ph 8.0 = 10 ml Aquades ditambahkan hingga volume larutan 100 ml

Asam Asetat Glacial = 5,7 ml EDTA 0,5 M ph 8.0 = 10 ml Aquades ditambahkan hingga volume larutan 100 ml 36 Lampiran 1. Pembuatan Larutan Stok dan Buffer A. Pembuatan Larutan Stok Tris HCL 1 M ph 8.0 (100 ml) : Timbang Tris sebanyak 12,114 g. Masukkan Tris ke dalam Erlenmeyer dan ditambahkan 80 ml aquades.

Lebih terperinci

4.1. Alat dan Bahan Penelitian a. Alat Penelitian. No. URAIAN ALAT. A. Pengambilan sampel

4.1. Alat dan Bahan Penelitian a. Alat Penelitian. No. URAIAN ALAT. A. Pengambilan sampel 7 IV. METODE PENELITIAN Ikan Lais diperoleh dari hasil penangkapan ikan oleh nelayan dari sungaisungai di Propinsi Riau yaitu S. Kampar dan S. Indragiri. Identifikasi jenis sampel dilakukan dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang mengangkat fenomena alam sebagai salah satu masalah dalam penelitian, sehingga dapat menerangkan arti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap BAB III METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap penyiapan templat mtdna, amplifikasi fragmen mtdna pada daerah D-loop mtdna manusia dengan teknik PCR, deteksi

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim

III. MATERI DAN METODE. Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim III. MATERI DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Genetika dan Pemuliaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Pembuatan Larutan Stok dan Buffer

LAMPIRAN. Lampiran 1. Pembuatan Larutan Stok dan Buffer LAMPIRAN Lampiran 1. Pembuatan Larutan Stok dan Buffer A. LARUTAN STOK CTAB 5 % (100 ml) - Ditimbang NaCl sebanyak 2.0 gram - Ditimbang CTAB sebanyak 5.0 gram. - Dimasukkan bahan kimia ke dalam erlenmeyer

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Agustus sampai September tahun 2011. Sampel ikan berasal dari 3 lokasi yaitu Jawa (Jawa Barat), Sumatera (Jambi),

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang mengangkat fenomena alam sebagai salah satu masalah dalam penelitian. Penelitian ini dapat menerangkan

Lebih terperinci

PRAKATA. Alhamdulillah syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah swt., atas

PRAKATA. Alhamdulillah syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah swt., atas PRAKATA Alhamdulillah syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah swt., atas segala nikmat dan karunia-nya, penulisan Tugas Akhir dengan judul Keragaman Genetik Abalon (Haliotis asinina) Selat Lombok

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Autentikasi Bahan Baku Ikan Tuna (Thunnus sp.) dalam Rangka Peningkatan Keamanan Pangan dengan Metode Berbasis DNA dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Survei penyakit klorosis dan koleksi sampel tanaman tomat sakit dilakukan di sentra produksi tomat di daerah Cianjur, Cipanas, Lembang, dan Garut. Deteksi

Lebih terperinci

STUDI FILOGENETIK Mangifera laurina dan KERABAT DEKATNYA. Key word; Mangifera laurina, phylogenetic, cpdna trnl-f intergenic spacer, progenitor, Hiku

STUDI FILOGENETIK Mangifera laurina dan KERABAT DEKATNYA. Key word; Mangifera laurina, phylogenetic, cpdna trnl-f intergenic spacer, progenitor, Hiku STUDI FILOGENETIK Mangifera laurina dan KERABAT DEKATNYA MENGGUNAKAN PENANDA cpdna trnl-f INTERGENIK SPACER (Phylogenetic study of M. laurina and related species based on cpdna trnl-f intergenic spacer)

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE. Betina BEST BB NB RB. Nirwana BN NN RN. Red NIFI BR NR RR

II. BAHAN DAN METODE. Betina BEST BB NB RB. Nirwana BN NN RN. Red NIFI BR NR RR II. BAHAN DAN METODE Ikan Uji Ikan uji yang digunakan adalah ikan nila hibrida hasil persilangan resiprok 3 strain BEST, Nirwana dan Red NIFI koleksi Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Sempur, Bogor.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Spesies Azadirachta indica memiliki nama lokal mimba atau nimbi. Tanaman mimba dapat beradaptasi di daerah tropis. Di Indonesia, tanaman mimba dapat tumbuh dengan

Lebih terperinci

II. MATERI DAN METODE. Tempat pengambilan sampel daun jati (Tectona grandis Linn. f.) dilakukan di

II. MATERI DAN METODE. Tempat pengambilan sampel daun jati (Tectona grandis Linn. f.) dilakukan di II. MATERI DAN METODE 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian Tempat pengambilan sampel daun jati (Tectona grandis Linn. f.) dilakukan di enam desa yaitu tiga desa di Kecamatan Grokgak dan tiga desa di Kecamatan

Lebih terperinci

BAB 4. METODE PENELITIAN

BAB 4. METODE PENELITIAN BAB 4. METODE PENELITIAN Penelitian penanda genetik spesifik dilakukan terhadap jenis-jenis ikan endemik sungai paparan banjir Riau yaitu dari Genus Kryptopterus dan Ompok. Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

III. Bahan dan Metode

III. Bahan dan Metode III. Bahan dan Metode A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan dari bulan Mei-Juli 2011 yang dilakukan di LPPT UGM Yogyakarta. B. Bahan Penelitian Sampel yang digunakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Analisis Kekerabatan Rayap Tanah M. gilvus dengan Pendekatan Perilaku

BAHAN DAN METODE. Analisis Kekerabatan Rayap Tanah M. gilvus dengan Pendekatan Perilaku BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Sampel rayap diambil dari Cagar Alam Yanlappa-Jasinga dan Kampus IPB- Dramaga, Bogor. Rayap diidentifikasi dan diuji perilaku agonistiknya di Laboratorium Biosistematika

Lebih terperinci

VISUALISASI HASIL PCR DENGAN METODE PCR LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG PADA SAMPEL BAKTERI Pseudomonas fluorescens dan Ralstonia solanacearum

VISUALISASI HASIL PCR DENGAN METODE PCR LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG PADA SAMPEL BAKTERI Pseudomonas fluorescens dan Ralstonia solanacearum VISUALISASI HASIL PCR DENGAN METODE PCR LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG PADA SAMPEL BAKTERI Pseudomonas fluorescens dan Ralstonia solanacearum Pendahuluan Polymerase Chain Reaction (PCR) adalah suatu teknik

Lebih terperinci

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI Halaman : 1 dari 5 ISOLASI TOTAL DNA HEWAN DENGAN KIT EKSTRAKSI DNA 1. RUANG LINGKUP Metode ini digunakan untuk mengisolasi DNA dari sampel jaringan hewan, dapat dari insang, otot, darah atau jaringan

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1. Peralatan Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah botol sampel, beaker glass, cool box, labu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan metode 16 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan metode deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian untuk membuat deskripsi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengekstraksi DNA dari dari beberapa spesimen herbarium Rafflesia arnoldii

BAB III METODE PENELITIAN. mengekstraksi DNA dari dari beberapa spesimen herbarium Rafflesia arnoldii 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif untuk mengekstraksi DNA dari dari beberapa spesimen herbarium Rafflesia arnoldii R.Br dan Rafflesia

Lebih terperinci

Seminar Nasional Biologi 2010 I. Bidang Keanekaragaman Hayati SB/P/KR/01 IDENTIFIKASI GENOTIP HIBRIDA HASIL PERSILANGAN ANGGREK LOKAL Vanda tricolor Lindl. var suavis ASAL MERAPI DAN Vanda limbata Blume.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode penelitian deskriptif. 3.2 Objek Penelitian Tujuh puluh tiga kultivar mangga (Mangifera

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang Pengaruh Suhu Annealing pada Program PCR terhadap Keberhasilan Amplifikasi DNA Udang Jari (Metapenaeus elegans) Laguna Segara Anakan

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 29 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian meliputi Laut Sulawesi, Selat Makassar, Teluk Bone, Laut Flores, Laut Banda, Teluk Tolo, Laut Maluku dan Teluk Tomini (Gambar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode 24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode penelitian deskriptif. B. Objek Penelitian Empat spesies burung anggota Famili

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Ekstraksi dan Amplifikasi Sampel Daun Ekstraksi dalam penelitian ini menggunakan metode CTAB yang telah dilakukan terhadap 30 sampel daun. Hasil elektroforesis rata-rata menunjukkan

Lebih terperinci

OPTIMASI ISOLASI DNA DAN AMPLIFIKASI SEKUEN GEN trnl-f INTERGENIC SPACER cpdna MANGGA (Mangifera) RIAU

OPTIMASI ISOLASI DNA DAN AMPLIFIKASI SEKUEN GEN trnl-f INTERGENIC SPACER cpdna MANGGA (Mangifera) RIAU OPTIMASI ISOLASI DNA DAN AMPLIFIKASI SEKUEN GEN trnl-f INTERGENIC SPACER cpdna MANGGA (Mangifera) RIAU Roslina Fauziah 1, Fitmawati 2, Nery Sofiyanti 2 1 Mahasiswa Program S1 Biologi 2 Dosen Bidang Botani

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling 16 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling sel folikel akar rambut. Sampel kemudian dilisis, diamplifikasi dan disekuensing dengan metode dideoksi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Daerah D-loop M B1 B2 B3 M1 M2 P1 P2 (-)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Daerah D-loop M B1 B2 B3 M1 M2 P1 P2 (-) HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Daerah D-loop Amplifikasi daerah D-loop DNA mitokondria (mtdna) pada sampel DNA sapi Bali, Madura, Pesisir, Aceh, dan PO dilakukan dengan menggunakan mesin PCR Applied

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler, Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini secara umum dapat digambarkan pada skema berikut:

BAB III METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini secara umum dapat digambarkan pada skema berikut: BAB III METODE PENELITIAN Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel, lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh, amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu pengumpulan sampel berupa akar rambut, ekstraksi mtdna melalui proses lisis akar rambut, amplifikasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan teknik PCR;

BAB III METODE PENELITIAN. amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan teknik PCR; BAB III METODE PENELITIAN Secara garis besar, langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel; lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh; amplifikasi daerah HVI mtdna

Lebih terperinci

LAPORAN II (ISOLASI DNA GENOM)

LAPORAN II (ISOLASI DNA GENOM) LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN II (ISOLASI DNA GENOM) KHAIRUL ANAM P051090031/BTK BIOTEKNOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 0 ISOLASI DNA GENOM TUJUAN 16s rrna. Praktikum

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif. Penelitian membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Institute of Human Virology and

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Institute of Human Virology and 23 BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Institute of Human Virology and Cancer Biology of the University of Indonesia (IHVCB-UI), Jl. Salemba

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian murni yang dilakukan dengan metode deskriptif, yaitu suatu metode penelitian untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel 16 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menggambarkan tahapan penelitian yang terdiri dari pengambilan sampel, penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel, amplifikasi D-loop mtdna dengan teknik

Lebih terperinci

METODOLOGI. Gambar 1 Bahan tanaman : (a) Tetua IR64; (b) tetua Hawarabunar, dan (c) F 1 (IRxHawarabunar) c a b

METODOLOGI. Gambar 1 Bahan tanaman : (a) Tetua IR64; (b) tetua Hawarabunar, dan (c) F 1 (IRxHawarabunar) c a b METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan dua tahap yaitu penanaman padi dan analisis fisiologi dan marka molekuler. Penanaman padi secara gogo pada tanah masam dilakukan di rumah kaca Cikabayan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel; lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh; amplifikasi daerah D-loop

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 15 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis DNA 4.1.1 Ekstraksi DNA Ekstraksi DNA merupakan langkah awal dalam analisis molekuler. Masalah-masalah yang timbul dalam ekstraksi DNA merupakan hal yang penting

Lebih terperinci

ANALISIS KERAGAMAN GENETIK MUTAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) HASIL PERLAKUAN MUTAGEN KOLKISIN BERDASARKAN PENANDA MOLEKULER RAPD

ANALISIS KERAGAMAN GENETIK MUTAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) HASIL PERLAKUAN MUTAGEN KOLKISIN BERDASARKAN PENANDA MOLEKULER RAPD ANALISIS KERAGAMAN GENETIK MUTAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) HASIL PERLAKUAN MUTAGEN KOLKISIN BERDASARKAN PENANDA MOLEKULER RAPD Herdiyana Fitriani Dosen Program Studi Pendidikan Biologi FPMIPA IKIP

Lebih terperinci

TOPIK HIDAYAT dan ANA RATNA WULAN ABSTRAK ABSTRACT

TOPIK HIDAYAT dan ANA RATNA WULAN ABSTRAK ABSTRACT BEBERAPA MODIFIKASI PERLAKUAN UNTUK MENGEKSTRAKSI DNA DARI BAHAN HERBARIUM (Several modifications of treatment in extracting DNA from herbarium material) TOPIK HIDAYAT dan ANA RATNA WULAN Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Wajwalku Wildlife Laboratory, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Kasetsart

III. METODE PENELITIAN. Wajwalku Wildlife Laboratory, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Kasetsart III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Februari hingga Maret 2016. Preparasi penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biologi Molekuler, Fakultas Teknobiologi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 1. Sampel Darah Sapi Perah dan Sapi Pedaging yang Digunakan No. Bangsa Sapi Jenis Kelamin

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 1. Sampel Darah Sapi Perah dan Sapi Pedaging yang Digunakan No. Bangsa Sapi Jenis Kelamin MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Bagian Pemuliaan dan Genetika, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini berlangsung

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk 56 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk mengamplifikasi Gen FNBP1L. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif. Data diperoleh dari sikuen DNA daerah ITS untuk merekonstruksi pohon filogenetik dalam menentukan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Sampel yang digunakan dalam penelitian

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Sampel yang digunakan dalam penelitian 12 METODE PEELITIA Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan April 2010, bertempat di Bagian Fungsi Hayati dan Perilaku Hewan, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2012 sampai bulan Juli 2012, yang bertempat di Laboratorium Genetika dan Biologi Molekuler Jurusan Biologi

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE A.

III. MATERI DAN METODE A. III. MATERI DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai dengan Desember 2015. Proses isolasi DNA, simplex-pcr dan duplex-pcr dilaksanakan di Sub Laboratorium

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan IPB dan Laboratorium Terpadu,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Virus Hepatitis B Gibbon Regio Pre-S1 Amplifikasi Virus Hepatitis B Regio Pre-S1 Hasil amplifikasi dari 9 sampel DNA owa jawa yang telah berstatus serologis positif terhadap antigen

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 19 3. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2010 di Laboratorium Mikrobiologi, Biokimia dan Bioteknologi Hasil Perairan Departemen Teknologi Hasil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif untuk mengetahui

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif untuk mengetahui BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif untuk mengetahui variasi genetik beberapa varietas mangga berdasarkan RAPD (Random Amplified Polymorphic

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang mendeskripsikan suatu gambaran yang sistematis dengan

Lebih terperinci

Lampiran 1 Ekstraksi dan isolasi DNA dengan metode GeneAid

Lampiran 1 Ekstraksi dan isolasi DNA dengan metode GeneAid LAMPIRAN 9 Lampiran 1 Ekstraksi dan isolasi DNA dengan metode GeneAid Satu ruas tungkai udang mantis dalam etanol dipotong dan dimasukkan ke dalam tube 1,5 ml. Ruas tungkai yang telah dipotong (otot tungkai)

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk 27 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk mengamplifikasi Gen STX1A. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN II (ISOLASI DNA GENOM) KHAIRUL ANAM P051090031/BTK BIOTEKNOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 0 ISOLASI DAN IDENTIFIKASI DNA SEL MUKOSA

Lebih terperinci

Pengujian DNA, Prinsip Umum

Pengujian DNA, Prinsip Umum Pengujian DNA, Prinsip Umum Pengujian berbasis DNA dalam pengujian mutu benih memang saat ini belum diregulasikan sebagai salah satu standar kelulusan benih dalam proses sertifikasi. Dalam ISTA Rules,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa DNA Barcode dapat memberikan kontribusi yang kuat. untuk penelitian taksonomi dan keanekaragaman hayati.

I. PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa DNA Barcode dapat memberikan kontribusi yang kuat. untuk penelitian taksonomi dan keanekaragaman hayati. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kajian molekuler DNA Barcode dapat memberi banyak informasi diantaranya mengenai penataan genetik populasi, hubungan kekerabatan dan penyebab hilangnya keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 20 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif cross sectional molekuler. Data yang diperoleh berasal dari pemeriksaan langsung yang dilakukan peneliti sebanyak

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium BIORIN (Biotechnology Research Indonesian - The Netherlands) Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi IPB. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian 3.1.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Perikanan dan Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tahapan Analisis DNA S. incertulas

BAHAN DAN METODE. Tahapan Analisis DNA S. incertulas 11 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2010 sampai dengan Mei 2011. Koleksi sampel dilakukan pada beberapa lokasi di Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

Seminar Nasional Biologi 2010 SB/P/BF/08 GREEN FLUORESCENT PROTEIN PADA UBUR-UBUR LOKAL SEBAGAI ALTERNATIF MARKA DNA Cahya Kurnia Fusianto 1, Zulfikar Achmad Tanjung 1,Nugroho Aminjoyo 1, dan Endang Semiarti

Lebih terperinci

Lampiran 1. Bagan prosedur isolasi DNA

Lampiran 1. Bagan prosedur isolasi DNA Lampiran 1. Bagan prosedur isolasi DNA 0.2-0.3 gr daun segar digerus dgn nitrogen cair,sambil digerus masukkan 0.1 gr PVPP sampai menjadi tepung. Lalu masukkan dalam tube 2 ml yng telah berisi 1 ml CTAB

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode deskriptif (Nazir, 1983). B. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN IV (ISOLASI RNA DARI TANAMAN) KHAIRUL ANAM P051090031/BTK BIOTEKNOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 0 ISOLASI RNA DARI TANAMAN TUJUAN Tujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dari bulan Agustus 2010 Agustus Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dari bulan Agustus 2010 Agustus Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan lokasi penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Agustus 2010 Agustus 2011. Penelitian ini bertempat di Laboratorium Analisis Genetika, Departemen Silvikultur,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan Metode Isolasi C. gloeosporioides dari Buah Avokad

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan Metode Isolasi C. gloeosporioides dari Buah Avokad 15 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Balai Besar Karantina Pertanian (BBKP) Tanjung Priok Wilayah Kerja Bogor, mulai bulan Oktober 2011 sampai Februari 2012. Bahan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.. Tempat dan Waktu Tempat penelitian analisis DNA dilakukan di Common Laboratory SEAMEO BIOTROP dan laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Penelitian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan Penelitian Metode Penelitian Koleksi Sampel

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan Penelitian Metode Penelitian Koleksi Sampel BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Silvikultur, Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan IPB dan Institut Genetika Hutan dan Pemuliaan Pohon Hutan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. DNA Genom

HASIL DAN PEMBAHASAN. DNA Genom IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Isolasi DNA Metode isolasi dilakukan untuk memisahkan DNA dari komponen sel yang lain (Ilhak dan Arslan, 2007). Metode isolasi ini sesuai dengan protokol yang diberikan oleh

Lebih terperinci

ISOLASI DNA DAN AMPLIFIKASI FRAGMEN D-LOOP MITOKONDRIAL PADA IKAN Ompok hypophthalmus (Bleeker, 1846) DARI SUNGAI KAMPAR PROVINSI RIAU

ISOLASI DNA DAN AMPLIFIKASI FRAGMEN D-LOOP MITOKONDRIAL PADA IKAN Ompok hypophthalmus (Bleeker, 1846) DARI SUNGAI KAMPAR PROVINSI RIAU ISOLASI DNA DAN AMPLIFIKASI FRAGMEN D-LOOP MITOKONDRIAL PADA IKAN Ompok hypophthalmus (Bleeker, 1846) DARI SUNGAI KAMPAR PROVINSI RIAU Della Rinarta, Roza Elvyra, Dewi Indriyani Roslim Mahasiswa Program

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup dari penelitian ini meliputi bidang ilmu sitogenetika.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup dari penelitian ini meliputi bidang ilmu sitogenetika. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup dari penelitian ini meliputi bidang ilmu sitogenetika. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pusat Riset Biomedik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode 22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode penelitian deskriptif. B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian 14 METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Unit Pelayanan Mikrobiologi Terpadu, Bagian Mikrobiologi Kesehatan, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang Karakterisasi genetik Udang Jari (Metapenaeus elegans De Man, 1907) hasil tangkapan dari Laguna Segara Anakan berdasarkan haplotipe

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bertujuan untuk menidentifikasi gen angiotensin converting enzyme (ACE)

BAB III METODE PENELITIAN. bertujuan untuk menidentifikasi gen angiotensin converting enzyme (ACE) BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk menidentifikasi gen angiotensin converting enzyme (ACE) insersi/ delesi

Lebih terperinci

Gambar 1. Visualisasi elektroforesis hasil PCR (kiri) dan Sekuen Gen Hf1-exon 1 Petunia x hybrida cv. Picotee Rose yang berhasil diisolasi.

Gambar 1. Visualisasi elektroforesis hasil PCR (kiri) dan Sekuen Gen Hf1-exon 1 Petunia x hybrida cv. Picotee Rose yang berhasil diisolasi. GTGGCCGGTGATCGG-3 ) dan reverse (5 -CCGATATGAGTCGAGAGGGCC-3 ). Hasil PCR dicek dengan elektroforesis pada agarose 1,5%. Sekuensing gen target dilakukan di 1st Base Malaysia. Hasil sekuensing berupa elektroferogram

Lebih terperinci

METODE. Materi. Tabel 1. Jumlah Sampel DNA yang Digunakan dan Asal Pengambilan Sampel Darah.

METODE. Materi. Tabel 1. Jumlah Sampel DNA yang Digunakan dan Asal Pengambilan Sampel Darah. METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika Molekuler, Bagian Pemuliaan dan Genetik Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI Halaman : 1 dari 6 ISOLASITOTAL DNA MANUSIADENGAN KIT EKSTRAKSI DNA 1. RUANG LINGKUP Metode ini digunakan untuk mengisolasi DNA dari sampel jaringan manusia, dapat dari darah, folikel rambut, mukosa mulut

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan selama bulan Januari hingga April 2010 bertempat di Laboratorium Karakteristik Bahan Baku, Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN II. METODE PENELITIAN 1. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1.1. Materi Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah botol sampel, cawan petri, tabung reaksi, labu Erlenmeyer, beaker glass, object

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Laboratorium Biologi Molekuler, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

TATA CARA PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Laboratorium Biologi Molekuler, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli hingga Agustus 2017 di Laboratorium Biologi Molekuler, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Bagian Pemuliaan dan Genetik Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

Pengambilan sampel tanah dari lahan tambang timah di Belitung. Isolasi bakteri pengoksidasi besi dan sulfur. Pemurnian isolat bakteri

Pengambilan sampel tanah dari lahan tambang timah di Belitung. Isolasi bakteri pengoksidasi besi dan sulfur. Pemurnian isolat bakteri Lampiran 1. Skema Kerja Penelitian Pengambilan sampel tanah dari lahan tambang timah di Belitung Isolasi bakteri pengoksidasi besi dan sulfur Pemurnian isolat bakteri Karakteriasi isolat bakteri pengoksidasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. divisualisasikan padaa gel agarose seperti terlihat pada Gambar 4.1. Ukuran pita

HASIL DAN PEMBAHASAN. divisualisasikan padaa gel agarose seperti terlihat pada Gambar 4.1. Ukuran pita IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Amplifikasi Gen Mx Amplifikasi gen Mx telah berhasil dilakukan. Hasil amplifikasi gen Mx divisualisasikan padaa gel agarose seperti terlihat pada Gambar 4.1. Ukuran pita yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Deteksi Fabavirus pada Tanaman Nilam Deteksi Fabavirus Melalui Uji Serologi Tanaman nilam dari sampel yang telah dikoleksi dari daerah Cicurug dan Gunung Bunder telah berhasil diuji

Lebih terperinci

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Februari-Agustus 2010 di Laboratorium Zoologi Departemen Biologi, FMIPA, IPB.

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Februari-Agustus 2010 di Laboratorium Zoologi Departemen Biologi, FMIPA, IPB. Kolokium Ajeng Ajeng Siti Fatimah, Achmad Farajallah dan Arif Wibowo. 2009. Karakterisasi Genom Mitokondria Gen 12SrRNA - COIII pada Ikan Belida Batik Anggota Famili Notopteridae. Kolokium disampaikan

Lebih terperinci