BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Shorea balangeran Burck Sifat botanis S. balangeran mempunyai nama daerah: balangeran, kawi, kelansau, tumi, kahoi (Kalimantan) dan melangir (Bangka, Belitung). Balangeran (S. balangeran) merupakan salah satu jenis dari famili Dipterocarpaceae yang sering hidup berkelompok di hutan rawa gambut. Oleh karena itu, balangeran juga sering disebut dengan meranti rawa. Daerah penyebarannya meliputi Brunai Darussalam, Serawak dan Kalimantan (Borneo). Selain tumbuh di daerah rawa, balangeran juga memiliki sifat fenologi yang unik apabila dibandingkan dengan jenis jenis Dipterocarpaceae lainnya. Pada umumnya jenis-jenis Dipterocarpaceae memiliki siklus berbunga masal tidak teratur. Balangeran (S. balangeran) musim berbunga dan berbuah tidak terjadi setiap tahun dan sangat dipengaruhi keadaan iklim setempat. Pengamatan buah masak sering kali dilakukan bersamaan dengan jenis-jenis lain dari suku Dipterocarpaceae yaitu bulan Februari-April (Martawijaya et al. 1989, Newman et al. 1999). Balangeran (S. balangeran) memiliki habitus berupa pohon berperawakan sedang, berbatang utama lurus dengan tinggi pohon mencapai 30 m dan berbanir mencapai tinggi 1,2 m. Tajuk pohon tipis dan terbuka, hijau dan kekuningan. Ranting berbentuk bundar telur dan lancip, tangkai daun memiliki panjang 1,3-2,3 cm, daun mempunyai bentuk jorong atau bundar telur hingga melanset, berukuran 7-12,8 cm x 3,1-6,8 cm, ujung lancip pendek, pangkal memundar, permukaan atas bila mengering coklat lembayung, coklat kuning, permukaan bawah bila mengering coklat kekuningan. Pertulangan sekunder, mula-mula lurus, melengkung di dekat tepi daun atau melengkung di seluruh panjangnya, sedangkan pertulangan tersier tegak lurus atau diagonal. Bunga meliputi bagian benang sari, kelopak buah dengan tiga sayap dengan ukuran panjang sekitar 2,6-3,6 cm x 0,7-0,8 cm, dua sayap ukuran pendek sekitar 1,2-1,5 cm x 0,2-0,3 cm (Newman et al. 1999).

2 19 Buah balangeran (S. balangeran) berbentuk bulat berukuran sekitar 5 6 mm x 3-5 mm dan berwarna kecoklatan. Buah memiliki sayap yang berwarna merah pada buah muda dan berubah menjadi coklat setelah buah masak. Sayap buah berbentuk seperti spatula yang tipis. Pada buah masak, sayap menjadi kering sehingga mudah terlepas dari buahnya (Leppe & Tata 1997). Balangeran merupakan sumber utama meranti merah dan jenis kayu dengan kelas awet (I - II) serta kelas kuat II sehingga kayu balangeran sering digunakan sebagai balok atau papan bangunan, jembatan, lunas perahu dan tiang listrik (Martawijaya et al. 1989) Kegunaan Kayu balangeran (S. balangeran) dapat digunakan untuk gelagar dan papan pada bangunan rumah dan jembatan, untuk lunas perahu, dan juga untuk umpak di tanah dan tiang - tiang jembatan. Dari pohon ini dapat dihasilkan damar yang berwarna coklat (Martawijaya et al. 1989) Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif Teknik perbanyakan tanaman mempunyai peranan penting dalam program pembangunan hutan tanaman, terdiri dari perbanyakan secara generatif dan vegetatif. Cara perbanyakan vegetatif menggunakan bahan tanaman bukan dari biji melainkan dari bagian vegetatif tanaman induk. Perbanyakan tanaman secara vegetatif dapat dilakukan dengan cara stek, cangkok, okulasi, penyambungan dan kultur jaringan. Menurut Djamhuri et al. (1989), alasan alasan dilakukannya pembiakan vegetatif adalah: a) Tanaman tertentu hanya menghasilkan biji sedikit dan masa berbuahnya tidak teratur. b) Biji yang dihasilkan tanaman tertentu sukar berkecambah. c) Dapat dilakukan penggabungan beberapa karakter yang baik pada satu individu tanaman. d) Jenis jenis tanaman tertentu lebih ekonomis bila dibiakan secara vegetatif. Stek adalah pembiakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif yang dipisahkan dari pohon induk dimana apabila ditanam dalam kondisi yang menguntungkan untuk beregenerasi, akan berkembang menjadi tanaman yang sempurna (Soerianegara & Djamhuri 1979).

3 20 Menurut Rochiman dan Harjadi (1973), penyetekan dapat didefinisikan sebagai suatu perlakuan pemisahan, pemotongan beberapa bagian dari tanaman seperti akar, batang, daun dan tunas dengan maksud agar bagian bagian tersebut membentuk akar. Pembiakan vegetatif cara stek umumnya untuk menanggulangi tanaman - tanaman yang tidak mungkin diperbanyak dengan biji, melestarikan klon tanaman yang unggul dan juga memudahkan atau mempercepat perbanyakan tanaman. Menurut Yasman dan Smits (1988), keuntungan dari sistem stek antara lain adalah hasilnya homogen, dapat diproduksi dalam jumlah dan waktu yang diinginkan, dan dapat memperbanyak genotipa-genotipa yang baik dari suatu jenis pohon. Hampir semua bahan tanaman dapat dipakai sebagai stek, tetapi yang sering dipakai adalah batang muda yang subur, karena bagian ini mempunyai cukup jaringan yang belum terdeferensiasi yang memungkinkan mudahnya terjadi deferensiasi primordia akar serta mempunyai tunas yang sudah atau siap terbentuk. Mudah tidaknya stek berakar tergantung pada jenisnya. Ada yang mudah sekali berakar cukup dengan medium air saja, tetapi banyak pula yang susah berakar, bahkan tidak berakar walaupun dengan perlakuan khusus. Kesuburan dan banyaknya akar yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh asal bahan steknya yaitu bagian tanaman yang dipergunakan, keadaan tanaman yang diambil stek dan keadaan luar waktu pengambilan. Menurut Yasman dan Smits (1988), dasar pengambilan bahan dasar stek adalah bibit yang bersifat juvenil/muda. Bahan stek meranti yang bersifat juvenil dapat diambil dari tanaman induk di persemaian atau dari bibit yang berumur kurang lebih satu tahun atau maksimal 5 tahun. Subiakto dan Sakai (2007), bahan stek yang baik digunakan untuk membuat stek meranti adalah tunas orthotrop dari tanaman yang masih menghasilkan tunas juvenil. Sedangkan tunas menyamping (plagiotrop) tidak digunakan dalam pembuatan stek, karena tunas akan tumbuh menjadi horizontal seperti cabang. Jenis-jenis meranti pada umumnya masih dapat menghasilkan tunas juvenil sampai dengan umur 4 tahun abila dirawat dengan baik. Di Wana Riset telah dicoba stek dari S. ovalis, S. pauciflora, S. smithiana, S. laevis, S. lamellata, D. cornutus, D. humeratus, D. grasilis, D. tempehes dan H. mangarawan dari pohon tua (diameter 30-an). Dari percobaan

4 21 tersebut, jenis S. ovalis, S. pauciflora, S. smithiana, S. lamellata, S. laevis dan D. tempehes menghasilkan persen berakar antara 0-80% (Yasman & Smits 1988). Stek pucuk Dipterocarpaceae yang diambil adalah tunas orthotrop (tunas yang tumbuh vertikal), bukan plagiotrop (tunas yang tumbuh kesamping atau cabang). Alasan pemilihan tunas orthotrop karena apabila stek dari tunas plagiotrop hampir selalu tumbuh ke arah samping atau membentuk cabang. Bibit yang berasal dari tunas orthotrop pertumbuhan arsitekturnya sama dengan pohon asalnya (model arsitektur Dipterocarpaceae). Alasan lain adalah bahwa bibit Dipterocarpaceae yang diinginkan adalah pertumbuhan batang lurus. Oleh karena itu, pengambilan stek dari tunas orthotrop perlu memperhatikan tahap - tahap pertumbuhannya, dimana hampir semua jenis Dipterocarpaceae tumbuh secara ritmis. Artinya selama waktu tertentu tidak terbentuk daun baru, kemudian setelah waktu istirahat ini beberapa daun baru muncul dan terbentuk batang baru yang cukup panjang pada sumbu pokok. Selama proses pembentukan daun belum selesai dan daun paling atas masih belum cukup kuat maka tidak boleh diambil stek dari pucuk/bibit tersebut. Jadi sebaiknya bahan yang diambil dari pucuk yang dalam keadaan istirahat (Leppe & Smits 1988). Stek yang dilakukan pada bagian bawah tanaman seperti stek akar bertujuan untuk mengoptimalkan pembentukan sistem bagian atas tanaman. Sementara stek pucuk dan stek batang untuk mengoptimalkan pembentukan sistem perakaran baru. Sedangkan stek daun bertujuan untuk pembentukan sistem perakaran dan batang tanaman (Rochiman & Harjadi 1973). Berhasilnya pembiakan vegetatif dengan cara stek ditandai dengan munculnya akar pada stek. Untuk pembentukan akar pada stek diperlukan kondisi lingkungan yang optimal seperti pengaturan suhu, kelembaban, intentitas cahaya (Astuti 2002). Proses pembentukan akar dimulai dengan bekas pemotongan bahan stek yang menimbulkan luka yang berakibat sel-selnya menjadi rusak, sel-sel yang dekat dengan sel-sel yang rusak akan mengalami dediferensiasi dengan mengadakan mitosis (perbanyakan sel) kemudian terbentuk sel-sel yang bersifat parenkimatis yaitu kalus. Kalus yang terbentuk berinisiasi membentuk primordia akar yang akhirnya membentuk akar baru(hartmann & Kester 1983).

5 22 Menurut Rochiman dan Harjadi (1973), proses pembentukan akar stek sebagai berikut: sel-sel meristem yang terletak diantara atau diluar jaringan pembuluh akan membelah diri, kemudian merangsang membentuk kembali lebih banyak sel-sel yang nantinya berkembang menjadi bakal akar. Sebagian dari sel yang membelah akan membentuk ujung akar yang tumbuh terus melewati jaringan kortek dan epidermis dan muncul di bagian batang menjadi akar adventif. Keberhasilan perkembangan stek dipengaruhi oleh faktor dalam tanaman (internal) dan faktor luar (eksternal) yang terdiri dari faktor lingkungan dan pelaksanaan. A. Faktor dalam (internal) adalah 1. Macam bahan stek Pada umumnya bahan stek dari bagian vegetatif tanaman (akar, batang dan daun) mudah berakar dalam waktu yang relatif singkat dengan keadaan sekeliling yang menguntungkan (Rochiman & Harjadi 1973). 2. Umur bahan stek Menurut Moko (2004) bahwa stek dari tanaman yang berumur muda akan lebih mudah berakar daripada tanaman yang lebih tua. Karena kemampuan pembelahan sel dari tanaman yang telah tua mulai menurun, sehingga bahan stek yang diambil dari jaringan tua akan mengalami kesulitan dalam pembentukan akar primordia. Penurunan kemampuan pada jaringan tanaman tua karena berkurangnya kandungan fenol yang berfungsi sebagai kofaktor auksin. Auksin berperan sebagai senyawa yang memacu inisiasi akar. Selain itu jaringan tua secara anatomi telah terbentuk sel schlerenchym yang menghambat insiasi akar. Menurut Rochiman dan Harjadi (1973), apabila stek tersebut sangat muda dan lunak maka proses transpirasi menjadi sangat cepat dan akhirnya stek menjadi kering dan akhirnya mati. 3. Adanya tunas dan daun pada stek Pada beberapa jenis tanaman kehutanan pembentukan akar stek tidak akan terjadi jika seluruh tunas dihilangkan atau tunas-tunas dalam keadaan dorman. Adanya tunas pada stek sangat diperlukan karena pemberi auksin dari luar untuk mendorong perakaran. Adanya daun pada stek berfungsi

6 23 sebagai material nutrisi tertentu yang berpengaruh terhadap pembentukan akar terutama karbohidrat dan auksin, karena daun berpengaruh dalam fotosintesis dan penghasil auksin (Rochiman & Harjadi 1973). Akan tetapi, menurut Wudianto (1993), jumlah daun yang terlalu banyak akan menghambat pertumbuhan akar stek, karena daunnya juga akan mengalami proses penguapan yang cukup besar. Oleh karena itu, daun pada stek cukup satu atau dua helai daun saja lalu kemudian memotongnya 1/3-1/2 bagian. 4. Kandungan bahan makanan stek Persediaan bahan makanan terutama karbohidrat dan nitrogen sangat mempengaruhi perkembangan akar dan tunas stek. Karbohidrat merupakan hasil fotosintesis yang dilakukan oleh daun dan disimpan pada seluruh bagian vegetatif tanaman sebagai cadangan makanan. Keberadaan jumlah yang cukup juga dibutuhkan untuk mekanisme dan perangsang pembentukan akar. Stek yang batangnya berwarna kehijau-hijauan mengandung kandungan karbohidrat yang cukup dan nitrogen yang tinggi akan menghasilkan akar sedikit tetapi tunas yang dihasilkan banyak. Stek yang mengandung karbohidrat tinggi dan nitrogen cukup akan mempermudah terbentuknya akar dan tunas stek (Rochiman & Harjadi 1973). 5. Pembentukan kalus Pembentukan akar didahului adanya pembentukan kalus. Pembentukan ini berguna untuk menutupi luka di permukaan stek sehingga dapat mencegah busuk stek (Rochiman & Harjadi 1973). B. Faktor luar (eksternal) 1. Media tumbuh perakaran Jenis media tumbuh yang digunakan akan berpengaruh terhadap kemampuan stek untuk berakar. Media tumbuh stek sebaiknya memiliki ph 4,5-7 dari bahan longgar tetapi harus dapat menahan kelembaban serta memberi aerasi dan draenasi yang baik, bebas dari cendawan dan bakteri yang menyerang stek (Rochiman & Harjadi 1973). Menurut Hartmann dan Kester (1983) bahwa media tumbuh perakaran stek harus mempunyai tiga fungsi yaitu menahan bahan stek agar tetap berada dalam tempatnya, menyediakan dan menjaga kelembaban yang dibutuhkan stek dan untuk

7 24 penetrasi udara ke bagian dasar stek. Sementara menurut Moko (2004) bahwa media tumbuh yang baik untuk penyetekan adalah vermikulit, gambut dan pasir, selain itu media berasal dari serbuk kulit kelapa dan sekam padi. Media campuran serbuk kulit kelapa dan sekam padi merupakan media tumbuh ideal, karena memberikan persen berakar stek yang cukup tinggi untuk jenis meranti. Penggunaan media serbuk kulit kelapa dan sekam padi dengan persen berakar stek sebesar 95,6 % pada S. acuminata. Sementara hasil penelitian Rusmayasari (2006), penggunaan media campuran serbuk kulit kelapa dan sekam padi pada S. selanica menghasilkan persen berakar stek diatas 80 %. 2. Temperatur udara Temperatur udara yang optimum untuk merangsang pembentukan primordia akar pada jenis tanaman berbeda-beda. Kisaran suhu lingkungan yang baik untuk merangsang pembentukan akar stek adalah 29 0 C, sedangkan temperatur media tumbuh stek adalah 24 0 C. Temperatur udara berpengaruh terhadap terbentuknya kalus yang merupakan bakal terbentuknya akar. Temperatur udara yang tinggi akan berakibat intentitas cahaya yang tinggi sehingga akan mempercepat proses transpirasi dan kelembaban udara akan turun. Meningkatnya temperatur udara akan berakibat rusaknya sel pada jaringan batang stek (Rochiman & Harjadi 1973). 3. Kelembaban udara Kelembaban udara termasuk salah satu faktor penting dalam pembentukan akar stek. Kelembaban udara pada stek sebaiknya dipertahankan berada diatas 90% terutama sebelum stek mampu membentuk akar. Namun jika kelembaban udara tinggi sementara kondisi perakaran tidak steril akan memacu perkembangan mikroba patogen yang dapat mematikan bahan stek, oleh karena media perakaran harus disterilkan terlebih dahulu. Untuk kelembaban rendah, stek akan mati karena stek miskin dalam kandungan air sehingga pada kelembaban rendah stek akan kering sebelum membentuk akar. Pengambilan air sangat menentukan dalam pertumbuhan stek dengan jalan transpirasi dibatasi dengan kelembaban udara yang tinggi sehingga dapat

8 25 mempertahankan stek dari kekeringan dan kematian sebelum stek tersebut membentuk akar (Hartmann & Kester 1978). 3. Intentitas cahaya Stek memerlukan pengaturan intentitas dan durasi cahaya yang sesuai, karena intentitas cahaya yang diperlukan tidak sama pada stek yang dimiliki jaringan dan organ yang lengkap. Pengaturan intentitas cahaya dapat dilakukan dengan pengaturan naungan. Stek yang diberi naungan dapat berakar lebih baik daripada yang menerima cahaya matahari langsung karena intentitas cahaya yang tinggi akan menyebabkan laju transpirasi daun meningkat sehingga berakibat pula naiknya suhu udara dan turunnya kelembaban udara yang ada di sekitarnya media tempat tumbuh (Rochiman & Harjadi 1973). 4. Faktor pelaksanaan Teknik penyiapan stek yang perlu diperhatikan dalam penyetekan adalah adanya perlakuan sebelum pengambilan stek, waktu dan pengambilan stek, pemotongan stek dan pelukaan, penggunaan dan pemberian zat pengatur tumbuh, kebersihan dan pemeliharaan stek (Rochiman & Harjadi 1973). Waktu pengambilan pengambilan bahan stek antara jam 7 sampai 9 merupakan saat yang dianggap paling optimal karena pada saat itu terjadi akumulasi asimilat pada batang stek dalam jumlah yang cukup tinggi (Moko 2004). Dalam pelaksanaan penyetekan, saat memotong yang baik yaitu pada saat kelembaban udara tinggi dan tanaman tidak sedang dalam pertumbuhan. Untuk memperluas daerah keluarnya akar, pemotongan bagian pangkal stek sebaiknya dilakukan miring (kira-kira 45 0 ) agar penampang dasar stek menjadi luas sehingga lebih banyak menghasilkan jumlah akar. Kebersihan alat-alat, media dan tempat tumbuh agar bebas dari bakteri dan jamur (Rochiman & Harjadi 1973). Menurut Rochiman dan Harjadi (1973), penggunaan zat pengatur tumbuh bertujuan untuk merangsang pembentukan akar stek. Perakaran yang dihasilkan biasanya lebih baik dan lebih banyak dari pada stek tanpa pemberian zat pengatur tumbuh. Pemakaian zat pengatur tumbuh belum dapat

9 26 menggantikan keadaan lingkungan yang baik untuk perakaran stek, jika keadaan lingkungan ini diabaikan maka pemakaian zat pengatur tumbuh tidak akan membantu keluarnya akar pada stek. Zat pengatur tumbuh efektif pada jumlah dengan konsentrasi tertentu. Salah satu zat pengatur tumbuh akar yang diperdagangkan adalah Rootone F. Zat pengatur tumbuh Rootone F berbentuk serbuk, berwarna putih, tidak larut dalam air dan berguna untuk mempercepat dan memperbanyak keluarnya akar-akar baru. Bahan aktif yang dikandung oleh Rootone F adalah 1 - Naphthaleneacetamide (NAD) sebanyak 0,067 %, 2 Methyl- 1 - Naphthaleneacetic acid (MNAA) sebanyak 0,033%, 3 Methyl -1- Naphthaleneacetamide (MNAD) sebanyak 0,013%, Indole -3- Butyric Acid (IBA) sebanyak 0,057%, thiram sebanyak 4% dan Inert Ingredient sebanyak 95,33%. Tiga senyawa aktif pada Rootone - F yang mempunyai inti naphthalene berfungsi untuk memperbanyak atau memacu perakaran sedangkan satu senyawa aktif yang mengandung indole berfungsi untuk memperbanyak dan mempercepat perakaran. Thiram berfungsi sebagai fungisida Teknik Stek Sistem KOFFCO Subiakto et al. (2005) menyatakan bahwa teknik stek sistem KOFFCO merupakan paket teknologi yang dikembangkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan bekerjasama dengan Komatsu Ltd. Teknik stek sistem KOFFCO dikembangkan pada awalnya untuk perbanyakan stek meranti selanjutnya dapat digunakan untuk berbagai jenis Dipterocarpaceae lainnya. Teknik stek sistem KOFFCO adalah teknik pendinginan rumah kaca melalui pengkabutan, namun demikian teknologi stek yang dikembangkan mencakup proses pembuatan stek, pembentukan akar stek dan perawatan bibit hasil stek. Rumah kaca dengan fasilitas Fog Cooling System (Sistem Pendinginan Kabut) merupakan rumah kaca yang dirancang untuk menciptakan kondisi temperatur dan kelembaban yang ideal dalam proses pembentukan akar stek. Peralatan yang digunakan untuk penyembur kabut dalam sistem pendinginan kabut berupa nozzle, kipas dan misting. Sistem pendinginan kabut akan bekerja apabila suhu udara didalam sungkup propagasi lebih dari 30 0 C, maka alat ini akan mengeluarkan butiran butiran air seperti kabut. Bagian penting yang menyusun Fog Cooling System adalah thermostat yang berfungsi sebagai mengatur suhu

10 27 dalam propagasi, pompa bertekanan tinggi dengan penyaring digunakan sebagai menyedot dan mengalirkan air, tangki air digunakan untuk penampungan air dan nozzle yang berfungsi sebagai menyemburkan partikel partikel air yang lembut. Lebih jelasnya tentang mekanisme proses pendinginan dalam sistem KOFFCO dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar.1.Mekanisme teknik stek sistem KOFFCO (Sumber:Subiakto et.al. 2005) Cara kerja teknik sistem KOFFCO adalah sebagai berikut: a) Sensor dari thermostat diletakkan di dalam salah satu sungkup propagasi, kemudian thermostat dikalibrasi pada suhu 30 0 C. b) Saat sensor menangkap bahwa suhu dalam sungkup propagasi telah berada pada suhu 30 0 C maka secara otomatis thermostat akan mengaktifkan pompa air tekanan tinggi. c) Pompa air tekanan tinggi kemudian menyedot dan mengalirkan air dari penampungan air melalui pipa-pipa ke nozzle-nozel yang selanjutnya akan mengeluarkan kabut di rumah kaca. d) Kabut tersebut itu akan menguap. Untuk menjadi uap, kabut memerlukan energi, yang dalam hal ini kabut di dalam akan menarik panas di sekelilingnya untuk dijadikan energi dalam membentuk uap, sehingga

11 28 suhu di dalam rumah kaca akan turun. Turunnya suhu di dalam rumah kaca akan menurunkan suhu di dalam sungkup propagasi. e) Apabila sensor di dalam sungkup propagasi telah menangkap bahwa suhu di dalam kotak telah dibawah 30 0 C maka secara otomatis thermostat akan mematikan pompa. Sakai dan Subiakto (2007) menyatakan bahwa tujuan menjaga temperatur tidak terlalu tinggi pada sistem KOFFCO adalah menjaga perbedaan tekanan uap daun atau vapour pressure deficit (VPD) tidak terlalu besar, VPD dapat mengakibatkan dehidrasi pada stek. Oleh sebab itu VPD harus ditekan serendah mungkin. Faktor kunci untuk mengoptimalkan teknik KOFFCO adalah cahaya ( lux), kelembaban (RH> 95%) dan temperatur (tidak melebihi 30 0 C) dan media yang higienis dan porous yang dapat mengikat air. Dari hasi uji coba di Bogor, stek S. balangeran menghasilkan persen berakar stek sebesar 70,7%, di Banjarbaru menghasilkan persen berakar stek S. balangeran Burck sebesar 68,5%, di Kuok menghasilkan persen berakar stek S. balangeran sebesar 42,9 % dan di Samarinda menghasilkan persen berakar stek S. balangeran sebesar 91,3%. Sedangkan jenis meranti lain menurut Sakai et al. (1995), sistem pendingin dengan pengkabutan dapat menghasilkan persen berakar stek pada S. leprosula dan S. selanica lebih dari 90 % Sistem Pemangkasan Bergulir Subiakto et al. (2001) menyatakan bahwa teknik pemangkasan bergulir (Revolving cutting technique) adalah suatu cara untuk mendapatkan bahan stek dari bibit di persemaian tanpa menggunakan kebun pangkas. Teknik pengambilan bahan stek dari bibit persemaian, dan bibit yang dipangkas dapat ditanam di lapangan bila tunas baru yang tumbuh telah mencapai tinggi total 50 cm. Dengan teknik ini, bahan stek diperoleh dengan memangkas bibit yang telah siap tanam dan pemangkasan dilakukan pada turunan selanjutnya secara bergulir. Tunas akan tumbuh kembali dari bibit pangkas, dan setelah empat bulan bibit tersebut telah siap untuk ditanam di lapangan. Jadi bibit yang telah siap tanam mengalami penundaan selama empat bulan sebelum ditanam atau total waktu dipersemaian menjadi 12 bulan.

12 29 Lebih jelas tentang skema sistem pemangkasan bergulir dapat dilihat pada Gambar 2. Pembuatan persemaian hasil stek Bahan stek Penanaman Pembentukan akar stek Gambar 2. Skema sistem pemangkasan bergulir (Sumber: Subiakto et. al.2001) Gambar 2 dapat dilihat bahwa pada tahap awal dalam sistem pemangkasan bergulir adalah sumber bahan stek berupa bibit unggul yang berasal dari bibit stek persemaian, kemudian dipangkas untuk diambil bahan steknya dan bahan stek yang diambil ditumbuhkan di rumah kaca dengan metode sistem pendinginan pengkabutan atau metode sistem KOFFCO dan dilakukan pemeliharaan stek sampai dengan terbentuknya akar. Stek yang telah berakar (3-4 bulan) di rumah kaca kemudian dipindahkan pemeliharaannya di persemaian. Apabila stek tersebut sudah menjadi bibit yang siap tanam (bibit stek mencapai tinggi ± 50 cm), maka bibit tersebut dapat dijadikan sumber bahan stek kembali dengan melakukan pemangkasan ulang. Proses ini berlanjut dengan cara berulang kembali seperti pada tahap awal, keturunan selanjutnya dilakukan secara bergulir. Setelah dipangkas, tunas baru akan tumbuh kembali dan setelah ditambah periode perawatan selama empat bulan bibit tersebut telah siap untuk ditanam di lapangan atau dijadikan sebagai sumber bahan stek kembali. Jadi total umur bibit untuk ditanam di lapangan menjadi sekitar 12 bulan.

13 30 Keunggulan dari sistem pemangkasan bergulir mencakup: a) Menjamin bahan stek berasal dari donor/induk yang masih muda (juvenile) b) Tidak memerlukan kebun pangkas. c) Praktis dalam pengelolaan dan mengurangi biaya operasional dibandingkan sistem kebun pangkas Menurut penelitian Subiakto et al. (2001), sistem pemangkasan bergulir telah diuji coba pada dua jenis meranti yaitu S. leprosula dan S. selanica menunjukan dari 2500 bibit yang dipangkas hanya terdapat kematian sebanyak 12 bibit atau 0,5% dari total bibit yang dipangkas. Persen berakar stek dari S. leprosula dan S. selanica masing - masing sebesar 89% dan 83%. Tinggi tunas 16 minggu setelah pemangkasan bibit untuk S. leprosula dan S. selanica masing - masing sebesar 26,85 cm dan 15,8 cm.

RINGKASAN. Kata kunci: Shorea balangeran Buck, bahan stek, sistem pemangkasan bergulir, tahap pemangkasan dan bibit stek..

RINGKASAN. Kata kunci: Shorea balangeran Buck, bahan stek, sistem pemangkasan bergulir, tahap pemangkasan dan bibit stek.. STUDI PERTUMBUHAN TUNAS BIBIT STEK PANGKAS DAN KEMAMPUAN BERAKAR STEK BALANGERAN (Shorea balangeran Burck) DALAM SISTEM PEMANGKASAN BERGULIR KHASBIYANTO DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica) 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica) Kopi tergolong pohon dan termasuk dalam famili Rubiaceae. Tumbuhan ini tumbuhnya tegak, bercabang dan bila dibiarkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah tropika yang menempati urutan ke dua terbesar setelah pisang. Indonesia merupakan produsen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai aneka ragam tanaman hias, baik tanaman hias daun maupun

I. PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai aneka ragam tanaman hias, baik tanaman hias daun maupun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia mempunyai aneka ragam tanaman hias, baik tanaman hias daun maupun tanaman hias bunga. Tanaman hias yaitu suatu tanaman yang bagian akar, batang,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keunggulan dalam penggunaan kayunya. Jati termasuk tanaman yang dapat tumbuh

I. PENDAHULUAN. keunggulan dalam penggunaan kayunya. Jati termasuk tanaman yang dapat tumbuh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jati ( Tectona grandis) termasuk famili Verbenaceae yang mempunyai banyak keunggulan dalam penggunaan kayunya. Jati termasuk tanaman yang dapat tumbuh dalam berbagai kondisi

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Umum Meranti Tembaga ( Shorea leprosula Miq.)

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Umum Meranti Tembaga ( Shorea leprosula Miq.) II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Umum Meranti Tembaga (Shorea leprosula Miq.) Shorea lepropsula Miq (meranti tembaga) (sinonim Hopea maranti Miq., Shorea maranti Burck, S. astrostricta Scort. Ex Foxw.)

Lebih terperinci

III. FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH DALAM PERBANYAKAN VEGETATIF. Oleh : Danu dan Agus Astho Pramono

III. FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH DALAM PERBANYAKAN VEGETATIF. Oleh : Danu dan Agus Astho Pramono III. FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH DALAM PERBANYAKAN VEGETATIF Oleh : Danu dan Agus Astho Pramono A. Stek Stek merupakan teknik pembiakan vegatatif dengan cara perlakuan pemotongan pada bagian vegatatif

Lebih terperinci

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk Standar Nasional Indonesia Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk ICS 65.020.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Pertumbuhan dan perkembangan stek pada awal penanaman sangat dipengaruhi oleh faktor luar seperti air, suhu, kelembaban dan tingkat pencahayaan di area penanaman stek.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman buah naga adalah sebagai berikut ; Divisi: Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo:

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman buah naga adalah sebagai berikut ; Divisi: Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo: TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Klasifikasi tanaman buah naga adalah sebagai berikut ; Divisi: Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo: Caryophyllales, Famili: Cactaceae, Genus:

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis Tanaman manggis (Garcinia mangostana L.) termasuk famili Clusiaceae yang diperkirakan berasal dari Asia Tenggara khususnya di semenanjung Malaya, Myanmar, Thailand, Kamboja,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jeruk Besar (Pamelo)

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jeruk Besar (Pamelo) 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jeruk Besar (Pamelo) Tanaman jeruk besar (Citrus grandis (L.) Osbeck) termasuk ke dalam famili Rutaceae. Famili Rutaceae memiliki sekitar 1 300 spesies yang dikelompokkan

Lebih terperinci

Repositori FMIPA UNISMA

Repositori FMIPA UNISMA Studi Pemberian NAA dan 2,4-D pada Stek Batang Pohon Terompet Kuning (Tabebuia aurea) Ahmad Syafi'i 1, Ari Hayati 2 2 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Islam Malang Abstrak Stek batang lebih menguntungkan

Lebih terperinci

PERBANYAKAN TANAMAN. Oleh: Rommy A Laksono. Program Studi Agroteknologi UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA

PERBANYAKAN TANAMAN. Oleh: Rommy A Laksono. Program Studi Agroteknologi UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA PERBANYAKAN TANAMAN Oleh: Rommy A Laksono Program Studi Agroteknologi UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA Metode perbanyakan tanaman ada 3 : 1. Generatif (seksual) : menggunakan organ generatif (biji/benih) 2.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Taksonomi Tanaman Dracaena Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan beruas-ruas. Daun dracaena berbentuk tunggal, tidak bertangkai,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama Hutan Tanaman Industri (HTI). jenis tanaman cepat tumbuh (fast growing) dari suku Dipterocarpaceae

BAB I PENDAHULUAN. terutama Hutan Tanaman Industri (HTI). jenis tanaman cepat tumbuh (fast growing) dari suku Dipterocarpaceae BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan kayu dari tahun ke tahun semakin meningkat. Kebutuhan kayu yang semakin meningkat tersebut bila tidak diimbangi dengan usaha penanaman kembali maka degradasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lada (Piper nigrum Linn.) merupakan tanaman rempah-rempah yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Lada (Piper nigrum Linn.) merupakan tanaman rempah-rempah yang memiliki I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Lada (Piper nigrum Linn.) merupakan tanaman rempah-rempah yang memiliki peran dalam meningkatkan perekonomian Indonesia. Budidaya lada di Indonesia dilakukan

Lebih terperinci

~. ~ ~ ~, ~~~~ ~~ ~~ ~ ~,~-.

~. ~ ~ ~, ~~~~ ~~ ~~ ~ ~,~-. ~~ ~ ~,~-. ~.~~.~~~~. ~.~.~ ~.. ARIF BUDIMAN (E.01496103). Pengaruh Hormon IBA Terhadap Pertumbuhan Stek Slrorea baiangeran Korth. Pada Medium Air (Water Rooting System). Dibawah bimbingan Dr. Ir. Supriyanto.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Ubijalar

TINJAUAN PUSTAKA Botani Ubijalar TINJAUAN PUSTAKA Botani Ubijalar Menurut Sarwono (2005) ubijalar tergolong tanaman palawija. Tanaman ini membentuk umbi di dalam tanah. Umbi itulah yang menjadi produk utamanya. Ubijalar digolongkan ke

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. : Spermatophyta. : Magnoliophyta. : Magnoliopsida. : Dilleniidae. : Theales. : Dipterocarpaceae

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. : Spermatophyta. : Magnoliophyta. : Magnoliopsida. : Dilleniidae. : Theales. : Dipterocarpaceae BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Meranti Tembaga a. Klasifikasi Kingdom Super Divisi Divisi Kelas Sub Kelas Ordo Famili Genus : Plantae : Spermatophyta : Magnoliophyta : Magnoliopsida : Dilleniidae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya Botani Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Ordo: Liliales/ Liliflorae, Famili:

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi IBA (Indole Butyric Acid)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi IBA (Indole Butyric Acid) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi IBA (Indole Butyric Acid) berpengaruh nyata pada jumlah akar primer bibit tanaman nanas, tetapi tidak

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

PERBANYAKAN VEGETATIF TANAMAN BEBERAPA HASIL PENELITIAN

PERBANYAKAN VEGETATIF TANAMAN BEBERAPA HASIL PENELITIAN PERBANYAKAN VEGETATIF TANAMAN BEBERAPA HASIL PENELITIAN meranti PERTUMBUHAN DAN KUALITAS FISIK BIBIT MERANTI TEMBAGA ASAL STEK PUCUK PADA BEBERAPA TINGKAT UMUR Tujuan :untuk mengetahui pertumbuhan dan

Lebih terperinci

(STEK-SAMBUNG) SAMBUNG)

(STEK-SAMBUNG) SAMBUNG) PERBANYAKAN TANAMAN ANGGUR DENGAN STEKBUNG (STEK-SAMBUNG) SAMBUNG) Perbanyakan anggur yang banyak dilakukan adalah dengan stek batang/cabang Cabang/ranting yang digunakan adalah hasil dari pangkasan lanjutan/produksi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian berlangsung dari bulan Mei 2011 sampai bulan Juli 2011 di lahan Pembibitan Kebun Percobaan Cikabayan, IPB Darmaga. Penelitian diawali dengan pemilihan pohon

Lebih terperinci

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP.

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP. ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP. Sifat dan perilaku tanaman kopi dapat dipelajari dari sisi biologinya. Artikel ini ditujukan untuk memberikan pengetahuan tentang beberapa aspek biologi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh cabang lagi kecil-kecil, cabang kecil ini ditumbuhi bulu-bulu akar yang sangat halus. Akar tunggang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pembiakan Vegetatif Viabilitas dan Vigoritas

TINJAUAN PUSTAKA Pembiakan Vegetatif Viabilitas dan Vigoritas TINJAUAN PUSTAKA Pembiakan Vegetatif Secara umum, pembiakan tanaman terbagi menjadi dua cara yaitu pembiakan generatif dan pembiakan vegetatif. Pembiakan vegetatif merupakan perbanyakan tanaman tanpa melibatkan

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) INDOLEBUTYRIC ACID (IBA) TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN JERUK

PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) INDOLEBUTYRIC ACID (IBA) TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN JERUK WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN : 2089-8592 PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) INDOLEBUTYRIC ACID (IBA) TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN JERUK Arta

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

Sambung Pucuk Pada Tanaman Durian

Sambung Pucuk Pada Tanaman Durian Sambung Pucuk Pada Tanaman Durian Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP GRAFTING atau ent, istilah asing yang sering didengar itu, pengertiannya ialah menggambungkan batang bawah dan batang atas dari

Lebih terperinci

PENGARUH ASAL BAHAN DAN MEDIA STEK TERHADAP PERTUMBUHAN STEK BATANG TEMBESU

PENGARUH ASAL BAHAN DAN MEDIA STEK TERHADAP PERTUMBUHAN STEK BATANG TEMBESU PENGARUH ASAL BAHAN DAN MEDIA STEK TERHADAP PERTUMBUHAN STEK BATANG TEMBESU (Fragraea fragarans ROXB) 1) Oleh : Agus Sofyan 2) dan Imam Muslimin 2) ABSTRAK Tembesu (Fragraea fragrans ROXB) merupakan jenis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Data penelitian yang diperoleh pada penelitian ini berasal dari beberapa parameter pertumbuhan anakan meranti merah yang diukur selama 3 bulan. Parameter yang diukur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan kayu di Indonesia setiap tahun meningkat dan diperkirakan kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan kayu di Indonesia setiap tahun meningkat dan diperkirakan kebutuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan kayu di Indonesia setiap tahun meningkat dan diperkirakan kebutuhan kayu nasional Indonesia mencapai lebih dari 60 juta m³. Lima puluh persen dari kebutuhan

Lebih terperinci

Maman Sulaeman I. PENDAHULUAN

Maman Sulaeman I. PENDAHULUAN TEKNIK PEMANGKASAN (Shorea leprosula Miq.) SEBAGAI BAHAN PERBANYAKAN VEGETATIF DENGAN CARA STEK Prunning Techniques of Shorea leprosula Miq. as Vegetative Propagation Material for Cutting Balai Besar Penelitian

Lebih terperinci

PERKEMBANGBIAKAN VEGETATIF CANGKOK. Di Susun Oleh: Kelompok 7 Sony Paula

PERKEMBANGBIAKAN VEGETATIF CANGKOK. Di Susun Oleh: Kelompok 7 Sony Paula PERKEMBANGBIAKAN VEGETATIF CANGKOK Di Susun Oleh: Kelompok 7 Sony Paula JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUSAMUS MERAUKE 2015 DAFTAR ISI BAB 1 PENDAHULUAN...2 A. Latar belakang...2

Lebih terperinci

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium dan vitamin B1 yang efektif bila dimanfaatkan sebagai bahan tambahan pada proses perbanyakan tanaman

Lebih terperinci

SKRIPSI. Persyaratan Sarjana-1. Disusun Oleh: VINA A FAKULTA

SKRIPSI. Persyaratan Sarjana-1. Disusun Oleh: VINA A FAKULTA PENGARUH ZAT PENGATUR TUMBUH (Rootone-F) TERHADAP PERTUMBUHAN AKAR JATI (Tectona grandis) ) DALAM PERBANYAKAN SECARA STEK PUCUK SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajad Sarjana-1

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Kedelai Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja atau Soja max, tetapi pada tahun 1984 telah disepakati nama botani yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan krisan dalam sistematika tumbuhan (Holmes,1983)

TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan krisan dalam sistematika tumbuhan (Holmes,1983) TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kedudukan krisan dalam sistematika tumbuhan (Holmes,1983) diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae Subkingdom : Spermatophyta Superdivisio : Angiospermae Divisio

Lebih terperinci

BUDIDAYA DAN TEKNIS PERAWATAN GAHARU

BUDIDAYA DAN TEKNIS PERAWATAN GAHARU BUDIDAYA DAN TEKNIS PERAWATAN GAHARU ketiak daun. Bunga berbentuk lancip, panjangnya sampai 5 mm, berwarna hijau kekuningan atau putih, berbau harum. Buah berbentuk bulat telur atau agak lonjong, panjangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi penurunan mencapai 0,4 juta hektar per tahun pada daripada itu, sekitar 0,84 hektar per tahun pada 2012.

BAB I PENDAHULUAN. terjadi penurunan mencapai 0,4 juta hektar per tahun pada daripada itu, sekitar 0,84 hektar per tahun pada 2012. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju deforestasi hutan di Indonesia khususnya di hutan hujan tropis semakin meningkat setiap tahunnya. Hal tersebut menjadi tantangan khususnya bagi ahli kehutanan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat lebih kurang 25 meter di atas permukaan laut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mudah diperbanyak dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. mudah diperbanyak dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Sedangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan cara generatif dan vegetatif. Perbanyakan tanaman secara generatif biasanya dilakukan melalui biji dan mengalami penyerbukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu merupakan salah satu sumber pangan penting di Indonesia dan di dunia,

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu merupakan salah satu sumber pangan penting di Indonesia dan di dunia, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ubi kayu merupakan salah satu sumber pangan penting di Indonesia dan di dunia, karena ubi kayu memiliki peran penting dalam memenuhi kebutuhan pangan dunia. Di Indonesia,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi pohon jati menurut Sumarna (2011) sebagai berikut.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi pohon jati menurut Sumarna (2011) sebagai berikut. 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Jati (Tectona grandis) Klasifikasi pohon jati menurut Sumarna (2011) sebagai berikut. Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Sub Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Verbenaceae

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman panili (Vanilla planifolia Andrews) merupakan salah satu tanaman

I. PENDAHULUAN. Tanaman panili (Vanilla planifolia Andrews) merupakan salah satu tanaman I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman panili (Vanilla planifolia Andrews) merupakan salah satu tanaman rempah yang bernilai ekonomi cukup tinggi. Buah tanaman vanili digunakan untuk bahan pengharum

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Manggis dan Syarat Tumbuh Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah berupa pohon yang banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di kawasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Tanaman Bayam Bayam (Amaranthus sp.) merupakan tanaman semusim dan tergolong sebagai tumbuhan C4 yang mampu mengikat gas CO 2 secara efisien sehingga memiliki daya adaptasi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas 23 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Kampus Gedung Meneng, Bandar Lampung pada bulan Desember 2013

Lebih terperinci

1. Benuang Bini (Octomeles Sumatrana Miq) Oleh: Agus Astho Pramono dan Nurmawati Siregar

1. Benuang Bini (Octomeles Sumatrana Miq) Oleh: Agus Astho Pramono dan Nurmawati Siregar 1. Benuang Bini (Octomeles Sumatrana Miq) Oleh: Agus Astho Pramono dan Nurmawati Siregar Nama Daerah : Benuang bini, benuwang, banuang, bunuang, benua, wenuang Nama Ilmiah : Octomeles Sumatrana Miq Family

Lebih terperinci

PERBANYAKAN BIBIT POHON UNTUK REVEGETASI LAHAN PASCA TAMBANG

PERBANYAKAN BIBIT POHON UNTUK REVEGETASI LAHAN PASCA TAMBANG PERBANYAKAN BIBIT POHON UNTUK REVEGETASI LAHAN PASCA TAMBANG Dr. Yadi Setiadi Mine Land Rehabilitation Specialist Faculty of Forestry, Bogor Agricultural University Campus IPB, Darmaga, Bogor ysetiad55@gmail.com

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubikayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan yang

I. PENDAHULUAN. Ubikayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan yang 1 I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang dan Masalah Ubikayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan yang asalnya bukan asli dari Indonesia tetapi menjadi sangat terkenal di Indonesia.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.))

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.)) TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.)) termasuk ke dalam Kelas : Magnoliopsida, Ordo : Fabales, Famili : Fabaceae, Genus : Pachyrhizus, Spesies

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 2. Cendawan pada Stek (a), Batang Kecoklatan pada Stek (b) pada Perlakuan Silica gel

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 2. Cendawan pada Stek (a), Batang Kecoklatan pada Stek (b) pada Perlakuan Silica gel HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Stek Pengamatan keadaan umum stek bertujuan untuk mengetahui sifat fisik, kualitas dan daya tumbuh stek selama penyimpanan. Keadaan umum stek yang diamati meliputi warna,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang Latar Belakang PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan hutan hujan tropis dengan keanekaragaman spesies tumbuhan yang sangat tinggi dan formasi hutan yang beragam. Dipterocarpaceae

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS KONSENTRASI GIBERELIN (GA3) PADA PERTUMBUHAN STEK BATANG KOPI (Coffea canephora) DALAM MEDIA CAIR

EFEKTIVITAS KONSENTRASI GIBERELIN (GA3) PADA PERTUMBUHAN STEK BATANG KOPI (Coffea canephora) DALAM MEDIA CAIR EFEKTIVITAS KONSENTRASI GIBERELIN (GA3) PADA PERTUMBUHAN STEK BATANG KOPI (Coffea canephora) DALAM MEDIA CAIR SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan guna Memperoleh Derajat Sarjana S1 Program Studi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman srikaya memiliki bentuk pohon yang tegak dan hidup tahunan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman srikaya memiliki bentuk pohon yang tegak dan hidup tahunan. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Srikaya (Annona squamosa L.). 2.1.1 Klasifikasi tanaman. Tanaman srikaya memiliki bentuk pohon yang tegak dan hidup tahunan. Klasifikasi tanaman buah srikaya (Radi,1997):

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai (Capsicum sp.) berasal dari Amerika dan menyebar di berbagai negara di dunia. Cabai termasuk ke dalam famili terong-terongan (Solanaceae). Menurut

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Penelitian Penelitian dilaksanakan di rumah kaca C Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini dilakukan selama kurun waktu 4 bulan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Tanaman Jengkol Klasifikasi tanaman jengkol dalam ilmu tumbuh-tumbuhan dimasukkan dalam klasifikasi sebagai berikut (Pitojo,1992). Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledonae

Lebih terperinci

TEKNIK AKLIMATISASI TANAMAN HASIL KULTUR JARINGAN Acclimatization Technique for Tissue Culture Plants I. PENDAHULUAN

TEKNIK AKLIMATISASI TANAMAN HASIL KULTUR JARINGAN Acclimatization Technique for Tissue Culture Plants I. PENDAHULUAN TEKNIK AKLIMATISASI TANAMAN HASIL KULTUR JARINGAN Acclimatization Technique for Tissue Culture Plants Endin Izudin Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Yogyakarta Jl. Palagan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan, termasuk klasifikasi sebagai berikut; divisio : spermatophyta;

TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan, termasuk klasifikasi sebagai berikut; divisio : spermatophyta; 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kedudukan tanaman bawang merah dalam tata nama atau sistematika tumbuhan, termasuk klasifikasi sebagai berikut; divisio : spermatophyta; subdivisio : angiospermae; kelas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Paprika Tanaman paprika (Capsicum annum var. grossum L.) termasuk ke dalam kelas Dicotyledonae, ordo Solanales, famili Solanaceae dan genus Capsicum. Tanaman paprika merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Botani Kacang Tanah (Arachis hypogaeal.) Fachruddin (2000), menjelaskan bahwa klasifikasi tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) adalah sebagai berikut. Divisi : Spermatophyta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Caisim (Brassica juncea L.) Caisim merupakan jenis sayuran yang digemari setelah bayam dan kangkung (Haryanto dkk, 2003). Tanaman caisim termasuk dalam famili Cruciferae

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN PEMBENTUKAN DAN PEMANGKASAN DAN PEMANGKASAN TRAINING AND PRUNING

PEMBENTUKAN PEMBENTUKAN DAN PEMANGKASAN DAN PEMANGKASAN TRAINING AND PRUNING PEMBENTUKAN DAN PEMANGKASAN TRAINING AND PRUNING Pengertian Pembentukan dan pemangkasan tanaman merupakan bagian penting dari program pengelolaan (management) tanaman buah-buahan. Pembentukan (training)

Lebih terperinci

MATERI 7. PERBANYAKAN VEGETATIF

MATERI 7. PERBANYAKAN VEGETATIF MATERI 7. PERBANYAKAN VEGETATIF Perbanyakan secara vegetatif adalah cara perkembangbiakan tanaman dengan menggunakan bagian-bagian tanaman seperti batang, cabang, ranting, pucuk daun, umbi dan akar, untuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Tanaman Teh

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Tanaman Teh 3 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Tanaman Teh Klasifikasi tanaman teh yang dikutip dari Nazaruddin dan Paimin (1993) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Jeruk Besar

TINJAUAN PUSTAKA Jeruk Besar xii TINJAUAN PUSTAKA Jeruk Besar Jeruk besar (Citrus grandis (L.) Osbeck) yang sering disebut pamelo berasal dari Asia Tenggara, yaitu Indonesia, India, Cina Selatan dan beberapa jenis berasal dari Florida,

Lebih terperinci

BUDIDAYA SUKUN 1. Benih

BUDIDAYA SUKUN 1. Benih BUDIDAYA SUKUN Sukun merupakan tanaman tropis sehingga hampir disemua daerah di Indonesia ini dapat tumbuh. Sukun dapat tumbuh di dataran rendah (0 m) hingga dataran tinggi (700 m dpl). Pertumbuhan optimal

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Genus Gladiolus yang tergolong dalam famili Iridaceae ini mempunyai 180 jenis

II. TINJAUAN PUSTAKA. Genus Gladiolus yang tergolong dalam famili Iridaceae ini mempunyai 180 jenis II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Gladiol Genus Gladiolus yang tergolong dalam famili Iridaceae ini mempunyai 180 jenis (Herlina, 1991). Tanaman gladiol berasal dari Afrika Selatan dan menyebar di Asia dan

Lebih terperinci

PROPAGASI BIBIT POHON

PROPAGASI BIBIT POHON PROPAGASI BIBIT POHON La Dr. Yadi Setiadi Land Rehabilitation Specialist Faculty of Forestry, IPB Campus IPB, Darmaga, Bogor ysetiad55@gmail.com Bahan propagasi tanaman Bahan generatif Biji (benih) Bahan

Lebih terperinci

Cara Perkembangbiakan Tumbuhan

Cara Perkembangbiakan Tumbuhan Cara Perkembangbiakan Tumbuhan Kompetensi Dasar :2.1 Mengidentifikasi cara perkembangbiakan tumbuhan dan hewan Tumbuhan Dapat Berkembang Biak Secara Generatif Maupun Vegetatif 1. Tumbuhan Berkembang Biak

Lebih terperinci

Kultur Jaringan Menjadi Teknologi yang Potensial untuk Perbanyakan Vegetatif Tanaman Jambu Mete Di Masa Mendatang

Kultur Jaringan Menjadi Teknologi yang Potensial untuk Perbanyakan Vegetatif Tanaman Jambu Mete Di Masa Mendatang AgroinovasI Kultur Jaringan Menjadi Teknologi yang Potensial untuk Perbanyakan Vegetatif Tanaman Jambu Mete Di Masa Mendatang Tanaman jambu mete (Anacardium occidentale. L.) merupakan salah satu tanaman

Lebih terperinci

PENGARUH BAGIAN TUNAS TERHADAP PERTUMBUHAN STEK KRANJI (Pongamia pinnata Merril)

PENGARUH BAGIAN TUNAS TERHADAP PERTUMBUHAN STEK KRANJI (Pongamia pinnata Merril) PENGARUH BAGIAN TUNAS TERHADAP PERTUMBUHAN STEK KRANJI (Pongamia pinnata Merril) The effect of shoot part on growth cutting kranji (Pongamia pinnata Merill) Oleh Nurmawati Siregar Balai Penelitian Teknologi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Rukmana (2005), klasifikasi tanaman bawang merah adalah sebagai berikut: Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae

Lebih terperinci

I. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. HASIL DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id 21 I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perkecambahan Biji 1. Kecepatan Kecambah Viabilitas atau daya hidup biji biasanya dicerminkan oleh dua faktor yaitu daya kecambah dan kekuatan tumbuh. Hal

Lebih terperinci

PERBANYAKAN BAHAN TANAM LADA DENGAN CARA STEK

PERBANYAKAN BAHAN TANAM LADA DENGAN CARA STEK PERBANYAKAN BAHAN TANAM LADA DENGAN CARA STEK ( Piper ningrum L. ) Oleh Murhawi ( Pengawas Benih Tanaman Ahli Madya ) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya A. Pendahuluan Tanaman

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Kondisi lingkungan tumbuh yang digunakan pada tahap aklimatisasi ini, sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan planlet Nepenthes. Tjondronegoro dan Harran (1984) dalam

Lebih terperinci

Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Rootone-F Terhadap Pertumbuhan Stek Duabanga mollucana. Blume.

Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Rootone-F Terhadap Pertumbuhan Stek Duabanga mollucana. Blume. JURNAL SILVIKULTUR TROPIKA Vol. 03 Agustus 2011 Vol. 03 No. 01 Agustus 2011, Hal. 59 65 Pengaruh Pemberian Zat Pengatur Tumbuh (Rootone-F) 59 ISSN: 2086-8227 Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Rootone-F Terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prospek agribisnis nanas sangat cerah, baik di pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri. Permintaan pasar dalam negeri terhadap buah nanas cenderung meningkat sejalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan peremajaan, dan penanaman ulang. Namun, petani lebih tertarik BAB II TUJUAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan peremajaan, dan penanaman ulang. Namun, petani lebih tertarik BAB II TUJUAN BAB I PENDAHULUAN Beberapa program terkait pengembangan perkebunan kakao yang dicanangkan pemerintah adalah peremajaan perkebunan kakao yaitu dengan merehabilitasi tanaman kakao yang sudah tua, karena

Lebih terperinci

Disusun oleh A. Rahman, A. Purwanti, A. W. Ritonga, B. D. Puspita, R. K. Dewi, R. Ernawan i., Y. Sari BAB 1 PENDAHULUAN

Disusun oleh A. Rahman, A. Purwanti, A. W. Ritonga, B. D. Puspita, R. K. Dewi, R. Ernawan i., Y. Sari BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan manusia modern saat ini tidak terlepas dari berbagai jenis makanan yang salah satunya adalah cokelat yang berasal dari buah kakao.kakao merupakan salah satu komoditas

Lebih terperinci

Materi 05 Perbanyakan Tanaman: Bahan Tanam dan Pembibitan. Benyamin Lakitan

Materi 05 Perbanyakan Tanaman: Bahan Tanam dan Pembibitan. Benyamin Lakitan Materi 05 Perbanyakan Tanaman: Bahan Tanam dan Pembibitan Benyamin Lakitan Bahan Tanam Bahan tanaman adalah organ utuh atau potongan organ atau tanaman muda yang digunakan sebagai bahan yang ditanam untuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam kelas Liliopsida yang merupakan salah satu tumbuhan berbunga lidah dari

TINJAUAN PUSTAKA. dalam kelas Liliopsida yang merupakan salah satu tumbuhan berbunga lidah dari TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Jones dan Luchsinger (1979), tumbuhan anggrek termasuk ke dalam kelas Liliopsida yang merupakan salah satu tumbuhan berbunga lidah dari sekian banyak tumbuhan berbunga

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. eksplan hidup, persentase eksplan browning, persentase eksplan kontaminasi,

HASIL DAN PEMBAHASAN. eksplan hidup, persentase eksplan browning, persentase eksplan kontaminasi, IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan terhadap proses induksi akar pada eksplan dilakukan selama 12 minggu. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan dan pengaruh pada setiap perlakuan yang diberikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja,

Lebih terperinci

STUDI AWAL PERBANYAKAN VEGETATIF NYAWAI (Ficus variegata) DENGAN METODE STEK

STUDI AWAL PERBANYAKAN VEGETATIF NYAWAI (Ficus variegata) DENGAN METODE STEK STUDI AWAL PERBANYAKAN VEGETATIF NYAWAI (Ficus variegata) DENGAN METODE STEK Preliminary Research on Vegetative Propagation of Nyawai (Ficus variegata) by Cutting Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman

BAB I PENDAHULUAN. dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cengkeh adalah tumbuhan asli Maluku, Indonesia. Cengkeh dikenal dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman asli Indonesia ini tergolong

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang kecil, menunjukkan

TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang kecil, menunjukkan 14 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gladiol Gladiol berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang kecil, menunjukkan pada bentuk daunnya yang sempit dan panjang seperti pedang. Genus gladiolus terdiri

Lebih terperinci

A. Struktur Akar dan Fungsinya

A. Struktur Akar dan Fungsinya A. Struktur Akar dan Fungsinya Inti Akar. Inti akar terdiri atas pembuluh kayu dan pembuluh tapis. Pembuluh kayu berfungsi mengangkut air dari akar ke daun. Pembuluh tapis berfungsi mengangkut hasil fotosintesis

Lebih terperinci

PEMANFAATAN EKSTRAK BAWANG MERAH SEBAGAI PENGGANTI ROOTON F UNTUK MENSTIMULASI PERTUMBUHAN AKAR STEK PUCUK JATI (Tectona grandis L)

PEMANFAATAN EKSTRAK BAWANG MERAH SEBAGAI PENGGANTI ROOTON F UNTUK MENSTIMULASI PERTUMBUHAN AKAR STEK PUCUK JATI (Tectona grandis L) PKMP-1-8-1 PEMANFAATAN EKSTRAK BAWANG MERAH SEBAGAI PENGGANTI ROOTON F UNTUK MENSTIMULASI PERTUMBUHAN AKAR STEK PUCUK JATI (Tectona grandis L) R.M. Aulia El Halim, B. Pramudityo, R. Setiawan, I.Y. Habibi,

Lebih terperinci

13/10/2012 PENDAHULUAN. REVIEW KULTUR JARINGAN CENDANA (Santalum album L.)

13/10/2012 PENDAHULUAN. REVIEW KULTUR JARINGAN CENDANA (Santalum album L.) REVIEW KULTUR JARINGAN CENDANA (Santalum album L.) Oleh : Toni Herawan disampaikan pada : Seminar Nasional Bioteknologi Hutan YOGYAKARTA, OKTOBER 2012 PENDAHULUAN Cendana tumbuh dan berkembang secara alami

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Gladiol Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang sesuai dengan bentuk daunnya yang meruncing dan memanjang.

Lebih terperinci

TEKNIK GRAFTING (PENYAMBUNGAN) PADA JATI (Tectona grandis L. F.) Grafting Technique for Teak (Tectona grandis L.F.) I. PENDAHULUAN

TEKNIK GRAFTING (PENYAMBUNGAN) PADA JATI (Tectona grandis L. F.) Grafting Technique for Teak (Tectona grandis L.F.) I. PENDAHULUAN TEKNIK GRAFTING (PENYAMBUNGAN) PADA JATI (Tectona grandis L. F.) Grafting Technique for Teak (Tectona grandis L.F.) Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Jl. Palagan Tentara Pelajar

Lebih terperinci

KALIN merangsang pembentukan organ. Rhizokalin Filokalin Kaulokalin Anthokalin

KALIN merangsang pembentukan organ. Rhizokalin Filokalin Kaulokalin Anthokalin KALIN merangsang pembentukan organ Rhizokalin Filokalin Kaulokalin Anthokalin PERTUMBUHAN PADA TUMBUHAN Kompetensi Dasar KD 3.1 Menganalisis hubungan antar faktor internal dan eksternal dengan proses pertumbuhan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA Botani TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman apel berasal dari Asia Barat Daya. Dewasa ini tanaman apel telah menyebar di seluruh dunia. Negara penghasil utama adalah Eropa Barat, negaranegara bekas Uni Soviet, Cina,

Lebih terperinci

PANDUAN PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN INDUSTRI. Disusun oleh : Ir. Sarjiyah, M.S. Ir. Titiek Widyastuti, M.S.

PANDUAN PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN INDUSTRI. Disusun oleh : Ir. Sarjiyah, M.S. Ir. Titiek Widyastuti, M.S. PANDUAN PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN INDUSTRI Disusun oleh : Ir. Sarjiyah, M.S. Ir. Titiek Widyastuti, M.S. FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016 1 TATA TERTIB PRAKTIKUM 1. Mahasiswa

Lebih terperinci