ANALISIS KINERJA PINJAMAN DANA BERGULIRPASCA ALIH KELOLA PROGRAM PNPM KE PROGRAM KOTAKU DI PROVINSI BENGKULU. Fraternesi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KINERJA PINJAMAN DANA BERGULIRPASCA ALIH KELOLA PROGRAM PNPM KE PROGRAM KOTAKU DI PROVINSI BENGKULU. Fraternesi"

Transkripsi

1 ANALISIS KINERJA PINJAMAN DANA BERGULIRPASCA ALIH KELOLA PROGRAM PNPM KE PROGRAM KOTAKU DI PROVINSI BENGKULU Fraternesi Yusmaniarti ABSTRACT Poverty is the main problem of a nation that until now the government and the community has not been able to cope. In meeting the needs together to encourage people to live in groups or society. PNPM (Na tional Community Empowerment Program) Urban Mandiri is committed to overcoming existing poverty, the empowerment of communities through Community Self-Supporting Institutions (MFIs). Particularly the Financial Management Unit (UPK) aimed at obtaining profits to support the MFI's primary mission is to overcome poverty by providing a revolving loan fund that can be used to increase the income of poor society. The problem formulation used in this study is How the Financial Management Unit's performance in terms of a revolving loan fund of the National Program for Community Empowerment (PNPM) Urban in Bengkulu? The aim of this study was to determine the performance of Financial Management Unit in the management and activities revolving loan fund of the National Program for Community Empowerment (PNPM) Urban in Bengkulu province in the year 2013 and In this study, the analytical techniques used to describe financial performance in terms of revolving loan funds as stipulated in the Technical Guidelines for Loan Revolving that there are 4 Financial performance indicators PNPM-P2KP in the management of a revolving loan fund that is the ratio of LAR, PAR, ROI, and CCr. The results showed that the performance UPK PNPM MP in Bengkulu seen from the average ratio of LAR in 2013 amounted to 47% and in 2014 by 46%, including on the status of Suspension (Unhealthy), the average yield ratio of MES in 2013 by 39% and 2014 by 39%, including on the status of Suspension (Unhealthy), the average yield ROI ratio of 3.45% in 2013 and 2014 of 3.83%, including the Minimum status (Fit), and the average yield ratio CCR in 2013 amounted to 283% and in 2014 amounted to 293% including the Excellent status (healthy). Keywords: UPK PNPM, Collectible Performance Loans, LAR, PAR, ROI, CC MEDIA EKONOMI DAN BISNIS 135

2 PENDAHULUAN Kemiskinan adalah masalah utama suatu bangsa yang sampai saat ini pemerintah bersama masyarakat belum mampu mengatasinya. Masyarakat kelas bawah melalui Usaha Kecil Mikro (UKM) dan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) lainnya amat jarang disentuh oleh ilmu ekonomi formal. Padahal selain jumlahnya yang besar, mereka juga kuat dalam menopang perekonomian Indonesia. Selain itu permasalahan kemiskinan di Indonesia sudah sangat mendesak untuk ditangani, khususnya di wilayah perkotaan pinggiran. Upaya pengetasan kemiskinan dapat dilakukan dengan memutus mata rantai kemiskinan itu sendiri, antara lain dengan memperluas akses Usaha Kecil, Mikro (UKM) dalam mendapatkan fasilitas permodalan yang tidak hanya bersumber dari lembaga keuangan formal tapi juga dari Lembaga Keuangan Mikro (LKM). (Wiloejo Wirjo Wijono, 2005) Dalam memenuhi kebutuhannya secara bersama mendorong manusia untuk hidup berkelompok atau bermasyarakat. Kelompok masyarakat yang dibentuk untuk memenuhi kebutuhan bersama atau mencapai tujuan yang sama inilah yang disebut organisasi. Dalam perkembangannya organisasi dapat dibedakan ke dalam organisasi profit dan non profit. (PNPM, 2012) Menurut petunjuk teknis keorganisasian dan pengangawas UPK tahun 2012 menyatakan bahwa PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat) Mandiri Perkotaan berkomitmen untuk menanggulangi kemiskinan yang ada, dengan pemberdayaan masyarakat melalui Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM). Badan Keswadayaan Masyarakat itu sendiri merupakan organisasi non Profit, namun BKM memiliki unit unit kegiatan yang mengacu kepada Tridaya yaitu Unit Pengelola Lingkungan (UPL), Unit Pengelola Sosial (UPS), Unit Pengelola Keuangan (UPK). Khususnya Unit Pengelola Keuangan (UPK) yang bertujuan memperoleh laba untuk menunjang misi utama BKM yaitu menanggulangi kemiskinan dengan cara memberikan dana pinjaman bergulir yang dapat digunakan untuk meningkatkan pendapatan masyrakat miskin. Pemerintah menyalurkan dana PNPM melalui kelurahan dansetiap kelurahan penerima bantuan harus memiliki Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) yang akan mengkoordinasi bantuan dana kepada Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang berada di wilayahnya.(pnpm, 2012) Provinsi Bengkulu termasuk salah satu Provinsi yang mendapat dana PNPM untuk 131 Kelurahan yang tersebar di tiga yaitu kota dan kabupaten. 67 Kelurahan di Kota Bengkulu, 53 Kelurahan di Kabupaten Rejang Lebong dan ada 11 Kelurahan di Kabupaten Bengkulu Selatan. Sejak tahun 2007 PNPM Provinsi Bengkulu melalui Kantor Manajemen Wilayah (K MW) telah menyalurkan dana bergulir sebesar Rp ,-. Dana bergulir tersebut digulirkan melalui Badan Keswadayaan Masyarakat untuk dikelola oleh Unit Pengelola Keuangan yang ada di setiap kelurahannya. Sementara penmanfaat dana bergulir itu adalah 136 MEDIA EKONOMI DAN BISNIS

3 warga miskin yang dikelompokkan dalam Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM), dana yang digulirkan harus dikembalikan perbulan dalam jangka waktu 10 sampai dengan 12 bulan dengan bunga 1-3 % dari besarnya pinjaman. Sehingga dapat diprediksi akan terjadi pinjaman bermasalah (macet). (Kantor Manajemen Wilayah PNPM MP). Indikator kinerja merupakan kriteria yang digunakan untuk menilai keberhasilan pencapaian tujuan organisasi yang diwujudkan dalam standar ukuran tertentu. Kinerja merupakan pencapaian atas apa yang direncanakan, baik oleh pribadi maupun organisasi. Apabila pencapaian sesuai dengan yang direncanakan, maka kinerja yang dilakukan baik. Apabila pencapaian melebihi dari apa yang direncanakan dapat dikatakan kinerjanya sangat bagus. Sebaliknya apabila pencapaian tidak sesuai dengan yang direncanakan atau kurang dari apa yang direncanakan, maka kinerjanya jelek. Analisis yang dilakukan Nanik, 2013 di Kabupaten Purbalingga menyebutkan bahwa kinerja keuangan pinjaman dana bergulir pada kabupaten Purbalingga termasuk kategori baik serta penilaian kinerja keuangannya dikategorikan sehat. Kinerja Keuangan dalam hal pinjaman dana bergulir ini yaitu melakukan penilaian sistem/aturan pengelolaan keuangan yang mencakup proses perencanaan, pelaporan dan hasil (Performance) pengelolaan. Penilaian aspek ini menekankan kesiapan UPK dalam mengelola keuangan program apa pun atau proyek apa pun di kemudian hari, karena penilaian ini didasarkan pada pengelolaan transaksi keuangan yang normatif dengan standar minimal. Analisis kinerja keuangan pada dasarnya dilakukan untuk menilai kinerja di masa lalu dengan melakukan berbagai analisis, sehingga diperoleh posisi keuangan yang mewakili realitas entitas dan potensi-potensi kinerja yang akan berlanjut. Analisis rasio sebagai sumber informasi keuangan akan bermanfaat apabila angka-angka rasio tersebut dibandingkan dari tahun ketahun agar dapat mengetahui semakin efisien tidaknya dalam mengelola keuangan dalam hal dana pinjaman bergulir.berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis Kinerja Unit Pengelola Keuangan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan Di Provinsi Bengkulu. METODE PENELITIAN Tempat dan waktu penelitian Peneliti akan melakukan penelitian di Kantor Manajemen Wilayah PNPM Mandiri Perkotaan di Provinsi Bengkulu. Yang beralamat di Jalan Letkol Santoso No. 05, RT/RW 01/01, Kel. Pasar Melintang Kota Bengkulu. Akan dimulai pada bulan Mei sampai dengan bulan Desember Jenis Penelitian Jenis penelitian (metode penelitian) yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode diskriptif. Menurut Mardalis (2006 : 26) Penelitian diskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu MEDIA EKONOMI DAN BISNIS 137

4 kondisi yang terjadi pada masa sekarang atau yang ada pada saat ini. Sedangkan data data yang digunakan bersifat kualitatif menurut Sugiyono (2013), yaitu analisis data yang bersifat induktif dan lebih menekankan makna daripada generasasi serta kondisi objek yang alamiah. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, sumber data yang digunakan adalah Data Primer dan Data Sekunder. Data Primer merupakan data yang dikumpulkan dan diolah langsung oleh peneliti dari tempat yang dijadikan tempat penelitian Data Primer bisa dilakukan dengan pengamatan langsung (observasi), angket (kuesi oner) dan interview (wawancara). Sedangkan Data Sekunder merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua). Data skunder bisa diperoleh dari dokumentasi. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendiskripsikan kinerja keuangan sebagaimana telah ditetapkan dalam Petunjuk Teknis Pinjaman Bergulir bahwa ada 4 Indikator kinerja Keuangan PNPM-P2KP dalam kegiatan pengelolaan dana pinjaman bergulir. Rumus yang digunakan untuk menghitung keempat indikator tersebut adalah sebagai berikut : a. LAR ( Loans at Risk) merupakan indikator yang menunjukkan berapa persen (%) pinjaman yang menunggak. Angka ini diperoleh dari hasil membandingkan antara beberapa Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) pinjaman yang menunggak 3 bulan dengan seluruh KSM pinjaman yang masih meniliki saldo pinjaman. b. PAR ( Portofolio at Risk) merupakan indikator yang menunjukkan berapa persen (%) pinjaman yang tertunggak. Angka diperoleh dari hasil membandingkan antara jumlah pinjman tertunggak 3 bulan dengan total realisasi saldo pijaman di UPK. c. ROI ( Return of Investement) merupakan Kemampuan UPK untuk menghasilkan laba dari modal yang digunakan untuk pinjaman bergulir. Angka ini diperoleh dari hasil membandingkan antara laba yang diperoleh UPK dengan Modal yang digunakan untuk pinjaman bergulir. d. CCr (Cost Coverage) merupakan kemampuan UPK untuk menutup biaya dari pendapatan yang diperolehnya. Angka ini diperoleh dari hasil membandingkan antara seluruh pendapatan yang diperoleh UPK dengan seluruh biaya yang dikeluarkan UPK. HASIL DAN PEMBAHASAN Sejarah PNPM Mandiri Perkotaan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai suatau upaya pemerintah untuk membangun kemandirian masyarakat dan pemerintah daerah dalam menanggulangi kemiskinan secara berkelanjutan. Mempertimbangkan perkembangan positif P2KP tersebut, mulai 138 MEDIA EKONOMI DAN BISNIS

5 tahun 2007 telah dirintis untuk mengadopsi P2KP menjadi bagian dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri, oleh sebab itu mulai tahun 2007, PNPM Mandiri P2KP diarahkan unruk mendukung upaya peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan pencapaian sasaran Millennium Development Goals (MDGs) sehingga tercapai pengurangan penduduk miskin sebesar 50% di tahun PNPM Mandiri Perkotaan, selanjutnya disebut PNPM MP berorientasi untuk membangun pondasi masyarakat berdaya dengan sejumlah kegiatan inventaris pada perubahan sikap/perilaku/cara pandang masyarakat yang bertumpu pada nilai-nilai universal.program ini merupakan upaya untuk membangun kemandirian masyarakat dan pemerintah daerah dalam menanggulangi kemiskinan secara berkelanjutan pada masyarakat perkotaan pinggiran.berikut ini adalah perhitungan LAR, PAR, ROI dan CCr dengan menggunakan bantuan Microsoft Excel : LAR (Loans At Risk)/Pinjaman yang Menunggak LAR merupakan indikator yang menunjukkan berapa persen (%) pinjaman yang menunggak. Angka ini diperoleh dari hasil membandingkan antara beberapa Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) pinjaman yang menunggak 3 bulan dengan seluruh KSM pinjaman yang masih meniliki saldo pinjaman.sesuai dengan indikator kinerja lembaga penerima dana pinjaman bergulir menyatakan PAR Memuaskan (Sehat) bila < 10%. Rumus: = 100% Berdasarkan data yang telah diperoleh peneliti dari Kantor Manajemen Wilayah PNPM MP Provinsi Bengkulu maka, hasil perhitungan nilai LAR tahun 2013 sebagaimana ditunjukkan dalam tabel berikut: Tabel 4.3 Perhitungan Nilai LAR (Loans at Risk)Per Tahun 2013 Jumlah KSM Jumlah KSM Pinjaman Menunggak 3 LAR (%) Keterangan Januari 3,607 1,747 48% Penundaan Februari 3,689 1,747 47% Penundaan Maret 3,487 1,663 48% Penundaan April 3,591 1,645 46% Penundaan Mei 3,576 1,727 48% Penundaan Juni 3,717 1,810 49% Penundaan Juli 3,749 1,780 47% Penundaan Agustus 3,707 1,744 47% Penundaan September 3,766 1,764 47% Penundaan Oktober 3,780 1,799 48% Penundaan November 3,865 1,834 47% Penundaan Desember 3,829 1,789 47% Penundaan Jumlah 44,363 21, % Rata-Rata 47% Sumber: diolah dari data Skunder 2013 MEDIA EKONOMI DAN BISNIS 139

6 Dilihat dari persentase nilai LAR tahun 2013 menunjukkan bahwa nilai LAR berada pada status Penundaan (Tidak Sehat) dari bulan ke bulan karena memperoleh angka 20%. Nilai LAR pada bulan April mengalami penurunan yaitu 46% dibanding bulan sebelumnya, setelah itu pada bulan Juni nilai LAR ini naik sebesar 49% yang menunjukkan bahwa jumlah KSM yang menunggak semakin besar. Hasil perhitungan nilai LAR pada tahun 2014 dapat ditunjukkan dalam tabel berikut : Tabel 4.4 Perhitungan Nilai LAR (Loans at Risk)Per Tahun 2014 Jumlah KSM Jumlah KSM Pinjaman Menunggak 3 LAR (%) Keterangan Januari 3,841 1, % Penundaan Februari 4,014 1, % Penundaan Maret 3,870 1, % Penundaan April 3,849 1, % Penundaan Mei 3,851 1, % Penundaan Juni 3,940 1, % Penundaan Juli 3,974 1, % Penundaan Agustus 4,013 1, % Penundaan September 4,186 1, % Penundaan Oktober 4,056 1, % Penundaan November 4,040 1, % Penundaan Desember 3,947 1, % Penundaan Jumlah 47,581 21, % Rata-Rata 46% Sumber: diolah dari data Skunder 2014 Sedangkan dilihat dari persentase nilai LAR tahun 2014 menunjukkan bahwa nilai LAR masih mengalami hal yang sama pada tahun sebelumnya yaitu berada pada status Penundaan (Tidak Sehat) dari bulan ke bulan karena memperoleh angka 20%. Nilai LAR pada bulan Mei mengalami penurunan yaitu 43.9% dibanding bulan sebelumnya, setelah itu pada bulan Juni nilai LAR ini naik sebesar 47.3% yang menunjukkan bahwa jumlah KSM yang menunggak semakin besar. 1. PAR (Partofolio at Risk)/ Pinjaman Yang Tertunggak PAR merupakan indikator yang menunjukkan berapa persen (%) pinjaman yang tertunggak. Angka diperoleh dari hasil membandingkan antara jumlah pinjman tertunggak 3 bulan dengan total realisasi saldo pijaman di UPK. Sesuai dengan indikator kinerja lembaga penerima dana pinjaman bergulir menyatakan PAR Memuaskan (Sehat) bila < 10%. Rumus: = 100% 140 MEDIA EKONOMI DAN BISNIS

7 Berdasarkan data yang telah diperoleh peneliti dari Kantor Manajemen Wilayah PNPM MP Provinsi Bengkulu maka, hasil perhitungan Nilai PAR tahun 2013 sebagaimana ditunjukkan dalam tabel berikut: Tabel 4.5 Perhitungan Nilai PAR (Partofolio at Risk)Per Tahun 2013 Realiasasi Pinjaman Tertunggak 3 PAR (%) Keterangan Saldo Pinjaman Januari 6,943,601,158 2,764,903,450 40% Penundaan Februari 7,143,283,708 2,738,809,150 38% Penundaan Maret 7,688,821,058 2,830,586,571 37% Penundaan April 7,814,560,300 3,014,792,571 39% Penundaan Mei 7,899,918,650 3,223,411,321 41% Penundaan Juni 8,146,561,900 3,199,973,821 39% Penundaan Juli 8,533,758,400 3,205,493,321 38% Penundaan Agustus 8,484,521,650 3,223,808,821 38% Penundaan September 8,574,586,008 3,237,620,321 38% Penundaan Oktober 8,645,220,594 3,302,729,115 38% Penundaan November 8,652,639,402 3,394,604,215 39% Penundaan Desember 8,581,538,551 3,311,929,698 39% Penundaan Jumlah 97,109,011,379 37,448,662, % Rata-Rata 39% Sumber: diolah dari data skunder 2013 Hasil perhitungan nilai PAR pada tahun 2014 dapat ditunjukkan dalam tabel berikut : Tabel 4.6 Perhitungan Nilai PAR (Partofolio at Risk)Per Tahun 2014 Realiasasi Pinjaman Saldo Pinjaman Tertunggak 3 PAR Keterangan Januari 8,650,783,952 3,321,205, % Penundaan Februari 9,663,848,286 3,690,961, % Penundaan Maret 8,605,507,902 3,332,014, % Penundaan April 8,606,624,402 3,249,546, % Penundaan Mei 8,605,946,752 3,238,781, % Penundaan Juni 8,694,966,252 3,343,887, % Penundaan Juli 8,646,201,648 3,432,367, % Penundaan Agustus 8,723,502,068 3,483,794, % Penundaan September 9,038,082,608 3,467,287, % Penundaan Oktober 8,665,869,251 3,460,491, % Penundaan November 8,763,524,751 3,593,191, % Penundaan Desember 9,123,129,276 3,554,153, % Penundaan Jumlah 105,787,987,148 41,167,682, % Rata-Rata 39% Sumber: diolah dari data skunder 2014 MEDIA EKONOMI DAN BISNIS 141

8 Sedangkan dilihat dari grafik persentase nilai PAR tahun 2014 menunjukkan bahwa nilai PAR berdada pada status Penundaan (Tidak Sehat) dari bulan ke bulan karena diperoleh angka 20%. Nilai PAR pada bulan Mei yaitu 37.6% dana yang digulirkan macet, setelah itu pada bulan November jumlah dana macet bertambah sebesar 41.0%. 2. ROI (Retrun of Investment)/ Pencapaian Laba ROI merupakan kemampuan UPK untuk menghasilkan laba dari modal yang digunakan untuk pinjaman bergulir. Angka ini diperoleh dari hasil membandingkan antara laba yang diperoleh UPK dengan modal yang digunakan untuk pinjamnan bergulir. Sesuai dengan indikator kinerja lembaga penerima dana pinjaman bergulir menyatakan ROI Memuaskan (Sehat) bila > 10%. Rumus: = 100% Berdasarkan data yang telah diperoleh peneliti dari Kantor Manajemen Wilayah PNPM MP Provinsi Bengkulu maka, hasil perhitungan nilai ROI tahun 2013 sebagaimana ditunjukkan dalam tabel berikut: Tabel 4.7 Perhitungan Nilai ROI (Return of Investement) Per Tahun 2013 Modal Investasi Laba Bersih ROI (%) Keterangan Januari 8,376,816, ,161, % Minimum Februari 8,713,771, ,440, % Minimum Maret 9,317,098, ,982, % Minimum April 9,483,979, ,868, % Minimum Mei 9,585,118, ,958, % Minimum Juni 9,854,911, ,627, % Minimum Juli 10,131,594, ,303, % Minimum Agustus 10,153,004, ,503, % Minimum September 10,274,382, ,935, % Minimum Oktober 10,311,807, ,699, % Minimum November 10,298,089, ,330, % Minimum Desember 10,253,284, ,286, % Minimum Jumlah 116,753,858,020 4,095,099, % Rata-Rata 3.45% Sumber: diolah dari data skunder 2013 Hasil perhitungan nilai ROI pada tahun 2014 dapat ditunjukkan dalam tabel berikut : 142 MEDIA EKONOMI DAN BISNIS

9 Tabel 4.8 Perhitungan Nilai ROI (Return of Investement) Per Tahun 2014 Modal Investasi Laba Bersih ROI (%) Keterangan Januari 10,294,927, ,224, % Minimum Februari 11,420,096, ,249, % Minimum Maret 10,262,708, ,898, % Minimum April 10,193,033, ,661, % Minimum Mei 10,166,414, ,886, % Minimum Juni 10,263,142, ,009, % Minimum Juli 10,251,057, ,318, % Minimum Agustus 10,222,046, ,840, % Minimum September 10,581,099, ,262, % Minimum Oktober 10,264,618, ,232, % Minimum November 10,315,919, ,608, % Minimum Desember 10,780,113, ,564, % Minimum Jumlah 125,015,176,814 4,775,758, % Rata-Rata 3.83% Sumber: diolah dari data skunder 2014 Sedangkan grafik persentase nilai ROI pada tahun 2014 diatas bahwa nilai ROI pada bulan Januari Desember menunjukkan angka 2.40%, 2.27%, 2.69%, 2.97%, 3.37%, 3.66%, 3.97%, 4.34%, 4.26%, 5.03%, 5.50%, 5.43% artinya kemampuan dana bergulir menghasilkan laba sebesar 2.40%, 2.27%, 2.69%, 2.97%, 3.37%, 3.66%, 3.97%, 4.34%,4.26%, 5.03%, 5.50%, 5.43% Jika mengacu pada standar kinerja yang ditetapkan PNPM-MP maka kinerja UPK pada status Minimum (Cukup Sehat) karena hasil perhitungan ROI memperoreh angka >0%. Penurunan nilai ROI pada bulan September dan Desember dan kinerja yang Minimum (Cukup Sehat) ini diperlihatkan pada setiap bulan tahun 2013 dan tahun CCr (Cost Coverage)/ Efisiensi Biaya CCr merupakan kemampuan UPK untuk menutup biaya dari pendapatan yang diperolehnya. Angka ini diperoleh dari hasil membandingkan antara seluruh pendapatan yang diperoleh UPK dengan seluruh biaya yang dikeluarkan UPK. Sesuai dengan indikator kinerja lembaga penerima dana pinjaman bergulir menyatakan CCr Memuaskan (Sehat) bila >125%. Rumus: = 100% Berdasarkan data yang telah diperoleh peneliti dari Kantor Manajemen Wilayah PNPM MP Provinsi Bengkulu maka, hasil perhitungan CCr tahun 2013 sebagaimana ditunjukkan dalam tabel berikut: MEDIA EKONOMI DAN BISNIS 143

10 Tabel 4.9 Perhitungan Nilai CCr (Cost Coverage) Per Tahun 2013 Total Biaya Total Pendapatan Tunai UPK Tunai UPK CCr (%) Keterangan Januari 117,673, ,835, % Memuaskan Februari 124,519, ,960, % Memuaskan Maret 90,853, ,835, % Memuaskan April 114,146, ,014, % Memuaskan Mei 142,733, ,691, % Memuaskan Juni 162,961, ,588, % Memuaskan Juli 179,672, ,976, % Memuaskan Agustus 195,703, ,206, % Memuaskan September 230,297, ,233, % Memuaskan Oktober 264,260, ,960, % Memuaskan November 278,533, ,864, % Memuaskan Desember 306,730, ,017, % Memuaskan Jumlah 2,208,085,068 6,303,184, % Rata-Rata 283% Sumber : Diolah dari data Skunder 2013 Hasil perhitungan nilai CCr pada tahun 2014 dapat ditunjukkan dalam tabel berikut : Tabel 4.10 Perhitungan Nilai CCr (Cost Coverage) Per Tahun 2014 Total Biaya Tunai UPK Total Pendapatan Tunai UPK CCr (%) Keterangan Januari 140,364, ,589, % Memuaskan Februari 107,321, ,571, % Memuaskan Maret 148,911, ,809, % Memuaskan April 164,583, ,245, % Memuaskan Mei 181,765, ,651, % Memuaskan Juni 202,293, ,303, % Memuaskan Juli 224,999, ,318, % Memuaskan Agustus 228,965, ,805, % Memuaskan September 259,347, ,610, % Memuaskan Oktober 262,944, ,176, % Memuaskan November 279,257, ,865, % Memuaskan Desember 291,844, ,409, % Memuaskan Jumlah 2,492,599,067 7,268,357, % Rata-Rata 293% Sumber : Diolah dari data Skunder 2014 Sedangkan pada grafik persentase nilai CCr tahun 2014 diatas menunjukkan nilai CCr tertinggi pada bulan Februari yaitu sebesar 342% dan terendah bulan September 274% artinya setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan dapat 144 MEDIA EKONOMI DAN BISNIS

11 menghasilkan pendapatan yang tertinggi sebesar 342% dan terendah 274%. Nilai CCr ini menunjukkan kinerja keuangan yang Memuaskan (Sehat) pada PNPM - MP Provinsi di Bengkulu, karena memperoleh hasil perhitungan >125%. Hasil penelitian di lapangan yang menyebabkan rendahnya tingkat pengembalian dana pinjaman bergulir. Dari 4 indikator kinerja keuangan lembaga penerima dana pinjaman bergulir, ternyata terjadi pinjaman bermasalah, untuk itu peneliti melakukan penelitian langsung ke lapangan untuk mengetahui penyebab terjadinya pinjaman bermasalah tersebut. Disini peneliti menggukan kuesioner dan dalam menggunakan kuesioner peneliti tidak menentukan sampel, hanya saja melihat kelurahan yang paling banyak pinjaman macet. Sampel disini hanya digunakan untuk melihat faktor penyebab rendahnya tingkat pengembalian dana bergulir di lapangan. Berdasarkan kuesioner yang dibagikan 25 kuesioner yang menjawab dari Kabupaten Bengkulu Selatan dari 2 UPK (Kelurahan) 7 kuesioner, Kota Bengkulu dari 8 UPK (Kelurahan) 13 Kuesioner, Kabupaten Rejang Lebon g 5 UPK (Kelurahan) 5 yakni hasil lapangan penyebab rendahnya tingkat pengembalian pinjaman dana bergulir atas jawaban- jawaban yang telah dikumpulkan sebagai berikut: A. Pada Level Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang paling banyak dipilih dari 4 pilihan yaitu: 1. Pengaruh Kelompok Lain Yang Menunggak tidak ada hukuman 2. Usaha Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Macet. B. Pada Level Unit Pengelola Keuangan (UPK) yang Paling Banyak dipilih dari 5 pilihan yang diajukan yaitu: 1. Ketua UPK tidak melakukan penagihan 2. Dibentuk panitia penagihan tetapi tidak aktif 3. Kurang kepercayaan kepada ketua UPK C. Pada level Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) yang paling banyak dipilih dari 4 pilihan yang diajukan yaitu: 1. Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) tidak aktif 2. BadanKeswadayaan Masyarakat (BKM) tidak memberikan pengawasan terhadap UPK. 3. Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) ikut pinjaman tetapi macet. D. Pada Level Elit Kelurahan yang piling banyak dipilih dari 3 pilihan yang diajukan yaitu: 1. Penyalah gunaan dana pinjaman oleh Elit Kelurahan. 2. Perangkat Lurah ada yang meminjam tetapi macet. E. Pada Level Konsultan yang paling banyak dipilih dari 2 pilihan yang diajukan yaitu: 1. Waktu kunjungan Uji petik Lapangan kurang. 2. Fasilitator ikut bermain/ berkerjasama menggunakan uang UPK. MEDIA EKONOMI DAN BISNIS 145

12 Pembahasan Analisis Kinerja Kolektibilitas Pinjaman Dari hasil perhitungan diatas, maka dapat diketahui kriteria kinerja kolektibilitas pinjaman PNPM Mandiri Perkotaan Provinsi Bengkulu sebagai berikut: LAR (Loans At Risk)/Pinjaman yang Menunggak Berdasarkan tabel 4.3 dan tabel 4.4 maka dapat diperoleh tabel perbandingan antara nilai rasio LAR tahun 2013 dan tahun 2014 yang dapat ditunjukkan dalam tabel berikut : Tabel 4.12 Data Nilai Indikator LAR Tahun 2013 dan 2014 Indikator LAR Kategori Januari 48% 46.3% Penundaan Februari 47% 45.3% Penundaan Maret 48% 46.1% Penundaan April 46% 44.2% Penundaan Mei 48% 43.9% Penundaan Juni 49% 45.8% Penundaan Juli 47% 46.0% Penundaan Agustus 47% 46.3% Penundaan September 47% 44.3% Penundaan Oktober 48% 46.2% Penundaan November 47% 47.3% Penundaan Desember 47% 46.8% Penundaan Jumlah 569% 549% Rata-Rata 47% 46% Penundaan Sumber : diolah dari data sekunder 2013 dan 2014 Dilihat dari Tabel 4.12 didapat hasil rata-rata nilai LAR tingkat Provinsi menunjukkan bahwa kinerja UPK dilihat dari rasio LAR untuk tahun 2013 sebesar 47%, Sedangkan hasil rata-rata nilai LAR untuk tahun 2014 sebesar 46 %, dimana standar kriteria LAR Memuaskan (Sehat) dalam buku petunjuk teknis pinjaman bergulir adalah < 10%. Pada tahun 2014 ini kinerja UPK dilihat dari rasio LAR mengalami hal yang sama pada tahun sebelumnya 2013 yaitu sama-sama pada status Penundaan (Tidak Sehat), Akan tetapi Pada Tahun 2014 Kinerja UPK dilihat dari rasio LAR dari hasil perhitungan menunjukkan nilai rata-rata LAR meningkat dari tahun 2013 yaitu mengurangi KSM yang menunggak sebesar 1% ini menunjukkan bahwa UPK meningkatkan kinerjanya pada tahun 2014 sebab pada tahun ini proses seleksi pemberian pinjaman dilakukan lebih selektif, mengingat jumlah KSM yang menunggak pada Tahun sebelumnya cukup besar, tetapi masih pada status Penundaan (Tidak Sehat). Berdasarkan hasil lapangan didapat bahwa yang menyebabkan nilai LAR berada pada status Penundaan (Tidak Sehat) karena 20 % atau rendahnya tingkat pengembalian dana pinjaman yaitu dilevel KSM pengaruh kelompok lain yang menunggak tidak ada hukuman, level UPK sebagian dari ketua UPK tidak 146 MEDIA EKONOMI DAN BISNIS

13 melakukan penagihan, level BKM sebagian dari BKM tidak aktif, level elit kelurahan sebagian dari elit kelurahan melakukan penyalahgunaan dana pinjaman, dan level konsultan kurangnya waktu uji petik lapangan. Untuk memperbaiki kondisi ini upayakan mengurangi jumlah pinjaman macet KSM pada tingkat yang paling rendah atau pada angka 0 sehingga tidak ada KSM yang macet dan menambah KSM yang aktif sehingga rasionya semakin kecil, akan menjadi Satisfacory/Memuaskan (Sehat) bila nilai LAR <10%. Langkah Operasionalnya memperbaiki pada level yang bermasalah yaitu pada level KSM berikan Surat Peringatan (SP) sampai dengan 3 kali kepada KSM yang menunggak 3 bulan tersebut dan lakukan proses seleksi pemberian pinjaman yang lebih selektif, mengingat jumlah KSM yang menunggak pada Tahun sebelumnya cukup besar. PAR(Partofolio at Risk)/ Pinjaman Yang Tertunggak Berdasarkan tabel 4.5 dan tabel 4.6 maka dapat diperoleh tabel perbandingan antara nilai PAR tahun 2013 dan tahun 2014 yang dapat ditunjukkan dalam tabel berikut : Tabel 4.13 Data Nilai Indikator PAR Tahun 2013 dan 2014 Indikator PAR Kategori Januari 40% 38.4% Penundaan Februari 38% 38.2% Penundaan Maret 37% 38.7% Penundaan April 39% 37.8% Penundaan Mei 41% 37.6% Penundaan Juni 39% 38.5% Penundaan Juli 38% 39.7% Penundaan Agustus 38% 39.9% Penundaan September 38% 38.4% Penundaan Oktober 38% 39.9% Penundaan November 39% 41.0% Penundaan Desember 39% 39.0% Penundaan Jumlah 463% 467% Rata-Rata 39% 39% Penundaan Sumber : diolah dari data sekunder 2013 dan 2014 Dilihat dari Tabel 4.13 didapat hasil rata-rata nilai PAR tingkat Provinsi menunjukkan bahwa kinerjaupk dilihat dari rasio PAR untuk tahun 2013 sebesar 39%, Sedangkan pada tahun 2014 sebesar 39 %, dimana standar kriteria PAR Memuaskan (Sehat) dalam buku petunjuk teknis pinjaman bergulir adalah < 10%. Kondisi menunjukkan bahwa jumlah tunggakan pinjama lebih besar dari realisasi saldo pinjaman. Berdasarkan hasil lapangan didapat bahwa yang menyebabkan nilai PAR berada pada status penundaan (Tidak Sehat) karena > 20 % atau rendahnya tingkat MEDIA EKONOMI DAN BISNIS 147

14 pengembalian pinjaman dana pinjaman yaitu level KSM pengaruh kelompok lain yang menunggak tidak ada hukuman, level UPK sebagian dari ketua UPK tidak melakukan penagihan, level BKM sebagian dari BKM tidak aktif, level elit kelurahan sebagian dari elit kelurahan melakukan penyalahgunaan dana pinjaman, dan level konsultan kurangnya waktu uji petik lapangan. Untuk memperbaiki kondisi rasio PAR ini diupayakan mengurangi jumlah tunggakan pada tingkat yang paling rendah sehingga tidak ada saldo pinjaman yang mengunggak dan memperbesar realisasi saldo pinjaman karena semakin kecil rasio ini, maka akan mendapatkan hasil kinerja yang Memuaskan (Sehat) bila nilai PAR < 10 %. Langkah Operasionalnya memperbaiki pada level yang bermasalah yaitu pada level UPK ketua UPK harus aktif melakukan penagihan terhadap KSM dan membentuk panitia penagihan yang dibentuk oleh BKM. ROI (Retrun of Investment)/ Pencapaian Laba Berdasarkan tabel 4.7 dan tabel 4.8 maka dapat diperoleh tabel perbandingan antara nilai ROI tahun 2013 dan tahun 2014 yang dapat ditunjukkan dalam tabel berikut : Tabel 4.14 Data Nilai Indikator ROI Tahun 2013 dan 2014 Indikator ROI Kategori Januari 2.75% 2.40% Minimum Februari 2.78% 2.27% Minimum Maret 1.64% 2.69% Minimum April 1.96% 2.97% Minimum Mei 2.40% 3.37% Minimum Juni 2.90% 3.66% Minimum Juli 3.11% 3.97% Minimum Agustus 3.64% 4.34% Minimum September 4.02% 4.26% Minimum Oktober 5.00% 5.03% Minimum November 5.48% 5.50% Minimum Desember 5.76% 5.43% Minimum Jumlah 41.4% 45.91% Rata-Rata 3.45% 3.83% Minimum Sumber :diolah dari data sekunder 2013 dan 2014 Dilihat dari Tabel 4.14 didapat hasil rata-rata nilai ROI tingkat Provinsi menunjukkan bahwa kinerja UPK dilihat dari rasio ROI untuk tahun 2013 sebesar 3.45%, Sedangkan pada tahun 2014 sebesar 3,83% ini menunjukkan bahwa kinerja UPK dilihat dari rasio ROI pada status Penundaan (Cukup Sehat) karena nilai ROI > 0% dan dimana standar kriteria ROI Memuaskan (Sehat) dalam buku petunjuk teknis pinjaman bergulir adalah >10%. Kinerja UPK dilihat dari indikator ROI Pada Tahun 2014 dari hasil perhitungan menunjukkan nilai rata-rata ROI meningkat sebesar 0,38% dari tahun sebelumnya. 148 MEDIA EKONOMI DAN BISNIS

15 Usaha untuk memperbaiki kondisi rasio ROI ini diupayakan untuk memaksimalkan penagihan oleh UPK dan menghemat pengeluaran sehingga laba operasionalnya meningkat dan secara otomatis akan dibandingkan dengan investasi maka nilai ROI akan meningkat.karena semakin tinggi rasio ini, maka akan mendapatkan hasil kinerja UPK yang Memuaskan (Sehat) bila Nilai ROI >10 %. CCr (Cost Coverage)/ Efisiensi Biaya Berdasarkan tabel 4.9 dan tabel 4.10 maka dapat diperoleh tabel perbandingan antara nilai CCr tahun 2013 dan tahun 2014 yang dapat ditunjukkan dalam tabel berikut : Tabel 4.15 Data Nilai Indikator CCr Tahun 2013 dan 2014 Indikator ROI Kategori Januari 296% 276% Memuaskan Februari 295% 342% Memuaskan Maret 268% 285% Memuaskan April 263% 284% Memuaskan Mei 261% 289% Memuaskan Juni 275% 286% Memuaskan Juli 275% 281% Memuaskan Agustus 289% 294% Memuaskan September 279% 274% Memuaskan Oktober 295% 296% Memuaskan November 303% 303% Memuaskan Desember 292% 301% Memuaskan Jumlah 3392% 3510% Rata-Rata 283% 293% Memuaskan Sumber : diolah dari data sekunder 2013 dan 2014 Dilihat dari Tabel 4.15 dapat dilihat hasil rata-rata nilai CCr pada tingkat Provinsi hal ini menunjukkan bahwa kinerja UPK dilihat dari rasio CCr untuk tahun 2013 sebesar 283%, Sedangkan tahun 2014 sebesar 293%, dimana nilai CCr telah memenuhi standar kriteria CCr Memuaskan (Sehat) dalam buku petunjuk teknis pinjaman bergulir adalah >125%. Pada tahun 2014 dilihat dari hasil perhitungan CCr menunjukkan bahwa UPK telah meningkatkan kinerjanya pada rasio CCr sebesar 10% dari tahun sebelumnya. Kondisi ini menunjukkan bahwa pendapatan yang diperoleh dapat menutupi semua biaya-biaya yang harus dikeluarkan UPK. Indikator kinerja ini terlihat bertolak belakang dengan indikator kinerja yang lain, yaitu LAR dan PAR yang menyatakan kinerja keuangan UPK mengalami Penundaan (Tidak Sehat). Untuk meningkatkan kondisi kinerja CCr agar lebih baik lagi bisa yang bisa dilakukan adalah bagaimana upaya pengeluaran UPK benar-benar terkontrol hanya pada pengeluaran operasional sajalah yang dapat ditolerir dan itupun tidak melebihi 25% dari total penerimaan UPK, karena semakin besar rasio ini, maka MEDIA EKONOMI DAN BISNIS 149

16 akan mendapatkan hasil kinerja UPK yang Memuaskan (Sehat) bila Nilai CCr >125%. Rekapitulasi Persentase Rata- Rata Indikator Kinerja Keuangan Pinjaman. Persentase Data Rata-Rata 4 Indikator Kinerja dari tahun 2013 dan 2014 bisa dilihat Line Grafik berikut: Analisis di lapangan yang menyebabkan rendahnya tingkat pengembalian dana pinjaman bergulir sebagai berikut : 1. Di kabupaten Bengkulu Selatan pada level Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) berpendapat bahwa yang paling banyak mempengaruhi rendahnya tingkat pengembalian dana pinjaman bergulir yaitu Pengaruh Kelompok lain yang menunggak tidak ada hukuman, Pada level Unit Pengelola Keuangan (UPK) yaitu dibentuk panitia penagihan tetapi tidak aktif, pada level BKM yaitu Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) tidak peduli dengan UPK, pada level Elit Kelurahan yaitu penyalahgunaan dana pinjaman dan yang terakhir pada level konsultan yaitu waktu kunjungan uji petik lapangan kurang. 2. Di Kota Bengkulu pada level Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) berpendapat bahwa yang paling banyak mempengaruhi rendahnya tingkat pengembalian dana pinjaman bergulir yaitu Pengaruh Kelompok lain yang menunggak tidak ada hukuman, Pada level Unit Pengelola Keuangan (UPK) yaitu kurang kepercayaan kepada ketua UPK serta faktor lainnya yaitu kurang adanya insentif di UPK untuk menagih penunggak yang peminjamnya macet, pada level BKM yaitu Badan Keswadayaan Masyarakat(BKM) ikut meminjam tetapi macet, pada level Elit Kelurahan yaitu penyalahgunaan dana pinjaman dan yang terakhir pada level konsultan yaitu waktu kunjungan uji petik lapangan kurang. 3. Di Kabupaten Rejang Lebong pada level Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) berpendapat bahwa yang paling banyak mempengaruhi rendahnya tingkat pengembalian dana pinjaman bergulir yaitu Pengaruh Kelompok lain yang menunggak tidak ada hukuman, Pada level Unit Pengelola Keuangan (UPK) yaitu Ketua UPK tidak melakukan penagihan serta ada faktor lain yaitu UPK tidak melakukan penagihan secara rutin dan tegas, pada level BKM yaitu Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) ikut pinjam tapi macet, pada level Elit Kelurahan yaitu perangkat lurah tidak tahu tentang dana bergulir dan yang terakhir pada level konsultan yaitu waktu kunjungan uji petik lapangan kurang. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan dengan analisis 4 Indikator (LAR, PAR, ROI, CCr) pada Unit Pengelola Keuangan PNPM Mandiri Perkotaan Provinsi Bengkulu dalam hal kegiatan dana pinjaman bergulir, didapat kesimpulan sebagai berikut: 1. Pada tahun 2013 menunjukkan nilai LAR tingkat Provinsi sebesar 47%, kemudian pada tahun 2014 sebesar 46%. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa kinerja UPK dilihat dari rasio LAR berada pada status Penundaan (Tidak Sehat) ditingkat Provinsi. 150 MEDIA EKONOMI DAN BISNIS

17 2. Pada tahun 2013 menunjukkan nilai PAR tingkat Provinsi sebesar 39%, kemudian pada tahun 2014 sebesar 39%. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa kinerja UPK dilihat dari rasio PAR berada pada status Penundaan (Tidak Sehat) ditingkat Provinsi. 3. Pada tahun 2013 menunjukkan nilai ROI tingkat provinsi sebesar 3.45%, kemudian pada tahun 2014 sebesar 3.83%. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa kinerja UPK dilihat dari rasio ROI berada pada status Minimum (Cukup Sehat) ditingkat Provinsi. 4. Pada tahun 2013 menunjukkan nilai CCr tingkat provinsi sebesar 283%, kemudian pada tahun 2014 sebesar 293%. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa kinerja UPK dilihat dari rasio CCr berada pada status Memuaskan (Sehat) ditingkat Provinsi. 5. Berdasarkan Hasil penelitian di lapangan yang menyebabkan rendahnya tingkat pengembalian dana pinjaman bergulir yaitu: A. Pada Level Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yaitu: 1. Pengaruh Kelompok Lain Yang Menunggak tidak ada hukuman 2. Usaha Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Macet. B. Pada Level Unit Pengelola Keuangan (UPK) yaitu: 1. Ketua UPK tidak melakukan penagihan 2. Dibentuk panitia penagihan tetapi tidak aktif 3. Kurang kepercayaan kepada ketua UPK C. Pada level Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) yaitu: 1. Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) tidak aktif 2. Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) tidak memberikan pengawasan terhadap UPK. 3. Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) ikut pinjaman tetapi macet. D. Pada Level Elit Kelurahan yaitu: 1. Penyalah gunaan dana pinjaman oleh Elit Kelurahan. 2. Perangkat Lurah ada yang meminjam tetapi macet. E. Pada Level Konsultan yaitu: 1. Waktu kunjungan Uji petik Lapangan kurang. 2. Fasilitator ikut bermain/ berkerjasama menggunakan uang UPK. SARAN Dari kesimpulan di atas maka dapat diberikan saran untuk menjadi bahan perbaikan Unit Pengelola Keuangan PNPM Mandiri Perkotaan Provinsi Bengkulu dalam hal kegiatan dana pinjaman bergulir sebagai berikut : 1. Untuk meningkatkan kondisi kinerja LAR, PAR, ROI, CCr langkah operasionalnya memperbaiki pada level yang bermasalah sebagai berikut: a. Membentuk panitia penagihan pinjaman dari UPK b. BKM harus melakukan pembinaan terhadap Unit Pengelola Keuanagan. c. Meningkatkan kepedulian Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) terhadap UPK. MEDIA EKONOMI DAN BISNIS 151

18 d. Mencairkan dana yang mengendap di bank, dengan tetap melakukan verifikasi yang benar e. Melakukan Rescheduling, artinya memberikan penawaran kepada KSM yang masih memiliki sisa tunggakan dengan syarat perjanjian kredit yang berkenaan dengan jadwal pembayaran kembali kredit dan jangka waktunya. f. Men top up, artinya meberikan penawaran pinjaman baru kepada KSM yang tertunggak atau pun yang menunggak. g. Apabila anggota KSM mengalami kematian, kebakaran dan macet total, maka bisa dilakukan penutupan tunggakan pinjaman dengan biaya cadangan resiko yang telah dianggarkan. h. Sistem tanggung renteng dapat terus dilanjutkan pada program Kotaku sebagi pengganti Program PNPM yang sudah ditutup, dengan catatan benar-benar diterapkan aturan dalam kelompok. DAFTAR PUSTAKA Chendany Philoshopia, (2012). P erbandingan Indikator Kinerja Unit Pengelola Keuangan Pada PNPM Mandiri Perkotaan Dan Pedesaan Di Jawa Tengah Menggunakan Par, Roi Dan Ccr. E-Jurnal Ekonomi Universitas Gunadarma. Departemen Pekerjaan Umum, (2008). Pedoman Teknis Pembukuan UPK. Jakarta: Direktorat Jendral Cipta Karya. Kementerian Pekerjaan Umum, (2012). Petunjuk Teknis Pinjaman Bergulir. Jakarta: Direktorat Jenderal Cipta Karya. Kementerian Pekerjaan Umum, (2012). Petunjuk Teknis Keorganisasian dan Pengawasan UPK. Jakarta: Direktorat Jenderal Cipta Karya. Kementerian Pekerjaan Umum, (2012). Petunjuk Teknis Operasional PNPM Penjelasan X :Pelestarian Kegiatan Dana Bergulir. Jakarta: Direktorat Jenderal Cipta Karya. Kementerian Pekerjaan Umum, (2012). Pedoman Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan. Jakarta: Direktorat Jendral Cipta Karya. Mardalis, (2006). Metode Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara. Mulyadi, (2001). Akuntansi Manajemen. Cetakan ke-3. Jakarta: Salemba Empat. Nanik Irastina, (2013). Analisis Kinerja Keuangan Unit Pengelola Kegiatan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan Kabupaten Purbalingga Periode Tahun Artikel Publikasi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Sofyan Syafri Harahap, (2011). Teori Akuntans i. Edisi Revisi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Sofyan Syafri Harahap, (2011). Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta:PT RajaGrafindo Persada. Sugiyono, (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D.Cetakan ke-18. Bandung: Alfabeta. Suharsimi Arikunto, (2010). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik.Edisi Revisi.Cetakan ke-14. Jakarta: Rineka Cipta. 152 MEDIA EKONOMI DAN BISNIS

19 Tety Elida dan Beny Susanti, (2009). Efektivitas Program Bantuan Dana Bergulir P2KP (Studi Kasus Pada Kelurahan Pancoran Mas- Depok, Jawa Barat). Jurnal Ekonomi Bisnis, Volume 14. No.3. Wiloejo Wirjo Wijono, (2005). Pemberdayaan Lembaga Keuangan Mikro Sebagai Salah Satu Pilar Sistem Keuangan Nasional: Upaya Konkrit Memutus Mata Rantai Kemiskinan. Kajian Ekonomi dan Keuangan, Edisi Khusus. Zaki Baridwan, (2013).Intermediate Accounting. Yogyakarta: BPF MEDIA EKONOMI DAN BISNIS 153

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan menguraikan hasil penelitian tentang capaian kinerja pengelolaan pinjaman bergulir pada UPK BKM Tridaya Karangwaru dari aspek penerima pinjaman (LAR),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh semua negara khususnya negara-negara yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh semua negara khususnya negara-negara yang sedang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan adalah salah satu masalah kemanusiaan yang sedang dihadapi oleh semua negara khususnya negara-negara yang sedang berkembang. Hal tersebut karena kemiskinan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PROGRAM BANTUAN DANA BERGULIR P2KP (STUDI KASUS PADA KELURAHAN PANCORAN MAS-DEPOK, JAWA BARAT)

EFEKTIVITAS PROGRAM BANTUAN DANA BERGULIR P2KP (STUDI KASUS PADA KELURAHAN PANCORAN MAS-DEPOK, JAWA BARAT) EFEKTIVITAS PROGRAM BANTUAN DANA BERGULIR P2KP (STUDI KASUS PADA KELURAHAN PANCORAN MAS-DEPOK, JAWA BARAT) Tety Elida 1 Beny Susanti 2 Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya No. 100 Depok

Lebih terperinci

BOOKLET UNTUK PENDAMPING & PENGELOLA PINJAMAN BERGULIR

BOOKLET UNTUK PENDAMPING & PENGELOLA PINJAMAN BERGULIR BOOKLET UNTUK PENDAMPING & PENGELOLA PINJAMAN BERGULIR PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI - PERKOTAAN 1. Pengertian 1 2. Pengelola Bergulir 2 3. Penerima Manfaat Bergulir 2 4. Ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan utama dalam upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan utama dalam upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia saat ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan utama dalam upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia saat ini terkait dengan adanya fakta bahwa pertumbuhan ekonomi tidak tersebar secara merata

Lebih terperinci

Anwar Ramli Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Makassar anwar288347yahoo.com

Anwar Ramli Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Makassar   anwar288347yahoo.com ANALISIS PENGEMBALIAN BANTUAN DANA BERGULIR MELALUI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERKOTAAN DI KOTA MAKASSAR (Studi Kasus BKM Maccini Salewangang, Maccini, Makassar) Anwar Ramli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana salah satu tugasnya meyalurkan kredit bagi masyarakan yang

BAB I PENDAHULUAN. dimana salah satu tugasnya meyalurkan kredit bagi masyarakan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PNPM Mandiri merupakan salah satu lembaga keuangan mikro dimana salah satu tugasnya meyalurkan kredit bagi masyarakan yang membutuhkan. PNPM Mandiri ini, diluncurkan

Lebih terperinci

Lis Djuniar dan Welly. Universitas Muhammadiyah Palembang

Lis Djuniar dan Welly. Universitas Muhammadiyah Palembang Analisis Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan Bagi Masyarakat Miskin di Lembaga Keswadayaan Masyarakat Kecamatan Seberang Ulu di Kota Palembang Lis Djuniar dan Welly Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebutan Millenium Development Goals (MDGs) yang memuat 8 program

BAB I PENDAHULUAN. sebutan Millenium Development Goals (MDGs) yang memuat 8 program BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konferensi Tingkat Tinggi (K TT) di New York tahun 2000 yang dihadiri para kepala negara dan perwakilan dari 189 negara anggota PBB, telah disepakati sebuah kesepakatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang melanda Indonesia sejak tahun 1997, beberapa studi telah menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. yang melanda Indonesia sejak tahun 1997, beberapa studi telah menunjukkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perekonomian di Indonesia secara nasional telah menunjukkan bahwa kegiatan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu bidang usaha yang konsisten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan oleh Departemen Dalam Negeri, Program Penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan oleh Departemen Dalam Negeri, Program Penanggulangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah utama dalam pembangunan setiap negara, tak terkecuali di Indonesia. Segala upaya dilakukan pemerintah untuk menekan angka kemiskinan.

Lebih terperinci

yang transparan dan mudah diukur oleh Unit Pengelola Keuangan (UPK), PMU dan PNPM Mandiri Perkotaan. Indicator utama untuk melihat kinerja pinjaman be

yang transparan dan mudah diukur oleh Unit Pengelola Keuangan (UPK), PMU dan PNPM Mandiri Perkotaan. Indicator utama untuk melihat kinerja pinjaman be PERBANDINGAN INDIKATOR KINERJA UNIT PENGELOLA KEUANGAN PADA PNPM MANDIRI PERKOTAAN DAN PEDESAAN DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN PAR, ROI DAN CCR Chendany Philoshopia Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas, dan waktu) telah tercapai. Setiap perusahaan tentunya menginginkan tingkat

Lebih terperinci

Anwar Ramli Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Makassar. Keywords: fund repayment, national community empowerment program

Anwar Ramli Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Makassar. Keywords: fund repayment, national community empowerment program Analisis Pengembalian Bantuan Dana Bergulir Melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan di Kota Makassar (Studi Kasus BKM Maccini Salewangang Kelurahan Maccini Kecamatan Makassar)

Lebih terperinci

Analisa Kinerja Keuangan pada Unit Pengelolaan Keuangan (UPK) dibawah Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Kelurahan. Karangwaru Yogyakarta

Analisa Kinerja Keuangan pada Unit Pengelolaan Keuangan (UPK) dibawah Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Kelurahan. Karangwaru Yogyakarta Analisa Kinerja Keuangan pada Unit Pengelolaan Keuangan (UPK) dibawah Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Kelurahan Karangwaru Yogyakarta Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar

Lebih terperinci

EFFEKTIVITAS PENYALURAN DAN MONITORING PINJAMAN BERGULIR PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERKOTAAN DI KOTA PALEMBANG

EFFEKTIVITAS PENYALURAN DAN MONITORING PINJAMAN BERGULIR PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERKOTAAN DI KOTA PALEMBANG EFFEKTIVITAS PENYALURAN DAN MONITORING PINJAMAN BERGULIR PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERKOTAAN DI KOTA PALEMBANG Hasni Yusrianti Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya Jl. Palembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan mikro, diperlukan suatu sistem yang mengatur segala bentuk kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan mikro, diperlukan suatu sistem yang mengatur segala bentuk kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam keberlangsungan suatu perusahaan terutama di bidang lembaga keuangan mikro, diperlukan suatu sistem yang mengatur segala bentuk kegiatan beroperasinya perusahaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana salah satu tugasnya meyalurkan kredit bagi masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. dimana salah satu tugasnya meyalurkan kredit bagi masyarakat yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PNPM Mandiri merupakan salah satu lembaga keuangan mikro dimana salah satu tugasnya meyalurkan kredit bagi masyarakat yang membutuhkan. PNPM Mandiri ini,

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Pemerintah mempunyai program penanggulangan kemiskinan yang ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat baik dari segi sosial maupun dalam hal ekonomi. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disalurkan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) melalui Unit Pengelola Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. disalurkan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) melalui Unit Pengelola Keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Program Pinjaman Bergulir adalah merupakan salah satu pilihan masyarakat dari berbagai alternatif kegiatan untuk penanggulangan kemiskinan. Pinjaman bergulir

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini peneliti menggunakan acuan dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Anwar Ramli (2011) dengan judul penelitian Analisis Pengembalian

Lebih terperinci

PANDUAN PENDAMPINGAN OPTIMALISASI KINERJA PENGELOLAAN DANA BERGULIR (PDB)

PANDUAN PENDAMPINGAN OPTIMALISASI KINERJA PENGELOLAAN DANA BERGULIR (PDB) PANDUAN PENDAMPINGAN OPTIMALISASI KINERJA PENGELOLAAN DANA BERGULIR (PDB) A. LATAR BELAKANG Kegiatan Pinjaman Dana Bergulir (PDB)/Keuangan Mikro menjadi penting dikelola dengan baik dan terukur mengingat

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN PENINGKATAN PENGHIDUPAN MASYARAKAT BERBASIS KOMUNITAS (PPMK)

LAPORAN PERKEMBANGAN PENINGKATAN PENGHIDUPAN MASYARAKAT BERBASIS KOMUNITAS (PPMK) KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA LAPORAN PERKEMBANGAN PENINGKATAN PENGHIDUPAN MASYARAKAT BERBASIS KOMUNITAS (PPMK) PER 31 DESEMBER 2014 I. LOKASI PPMK TAHUN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dasar hukum dari Program Nasional Pemberdayaan Mandiri Perkotaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dasar hukum dari Program Nasional Pemberdayaan Mandiri Perkotaan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 PNPM Mandiri Perkotaan 1). Pengertian PNPM Mandiri Perkotaan Dasar hukum dari Program Nasional Pemberdayaan Mandiri Perkotaan (PNPM) Perkotaan adalah Peraturan

Lebih terperinci

Dalam rangka mendorong kegiatan dan pertumbuhan ekonomi dan terciptanya pemerataan pembangunan melalui perluasan lapangan kerja dan kesempatan berusah

Dalam rangka mendorong kegiatan dan pertumbuhan ekonomi dan terciptanya pemerataan pembangunan melalui perluasan lapangan kerja dan kesempatan berusah EFEKTIVITAS PROGRAM BANTUAN DANA BERGULIR PADA KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT DI KOTA DEPOK (Studi Kasus BKM Bina Budi Mulya di Kelurahan Pancoran Mas, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok) Susiana Alamat :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhannya sesuai dengan kehidupan yang layak. Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhannya sesuai dengan kehidupan yang layak. Kemiskinan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kemiskinan merupakan kondisi ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya sesuai dengan kehidupan yang layak. Kemiskinan memiliki ciri yang berbeda

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Melalui Program Nasional Pemerdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Melalui Program Nasional Pemerdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini ada dua penelitian yang dijadikan rujukan oleh penulis, diantaranya sebagai berikut: 1. Anwar Ramli, 2011 Judul penelitiannya adalah

Lebih terperinci

INFORMASI DATA PINJAMAN BERGULIR WILAYAH-1 ( IDB ) Status Data : Agustus '11

INFORMASI DATA PINJAMAN BERGULIR WILAYAH-1 ( IDB ) Status Data : Agustus '11 No INFORMASI DATA PINJAMAN BERGULIR WILAYAH-1 ( IDB ) Status Data : Agustus '11 INFORMASI KINERJA PINJAMAN BERGULIR Agustus '11 I. INFORMASI PELAPORAN (APLIKASI SIM MK) PEDOMAN PNPM 1 Kelurahan Dampingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari tahun-ketahun, tetapi secara riil jumlah penduduk miskin terus

BAB I PENDAHULUAN. dari tahun-ketahun, tetapi secara riil jumlah penduduk miskin terus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDRAL CIPTA KARYA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM. PROGRES PINJAMAN DANA BERGULIR (PDB) WILAYAH 1 Status data : MEI 2015

DIREKTORAT JENDRAL CIPTA KARYA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM. PROGRES PINJAMAN DANA BERGULIR (PDB) WILAYAH 1 Status data : MEI 2015 DIREKTORAT JENDRAL CIPTA KARYA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM PROGRES PINJAMAN DANA BERGULIR (PDB) WILAYAH 1 Status data : MEI 2015 INFORMASI DATA PINJAMAN BERGULIR LOKASI WILAYAH-1 No I. INFORMASI KINERJA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasar lingkungan yang memadai dengan kualitas perumahan dan permukiman

BAB I PENDAHULUAN. dasar lingkungan yang memadai dengan kualitas perumahan dan permukiman 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan kemiskinan di Indonesia sudah sangat mendesak untuk ditangani. Khususnya di wilayah perkotaan, salah satu ciri umum dari kondisi fisik masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mangadakan salah satu program adalahprogram Nasional Pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. mangadakan salah satu program adalahprogram Nasional Pemberdayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam suatu perusahaan terutama pada usaha lembaga keuangan mikro yang diadakan oleh pemerintah, yaitu tujuannya untuk membantu masyarakat yang tidak mampu

Lebih terperinci

Lampiran 1. Rekapitulasi Hasil Penilaian Indikator Kinerja BKM Universitas Indonesia

Lampiran 1. Rekapitulasi Hasil Penilaian Indikator Kinerja BKM Universitas Indonesia 112 Lampiran 1. Rekapitulasi Hasil Penilaian Indikator Kinerja BKM 113 114 115 116 117 118 119 Lampiran 2. Contoh Kuitansi Penerimaan Angsuran 120 Lampiran 3. Laporan Perhitungan Tingkat Pengembalian dan

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDRAL CIPTA KARYA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM. PROGRES PINJAMAN DANA BERGULIR (PDB) WILAYAH 1 Status data : MARET 2015

DIREKTORAT JENDRAL CIPTA KARYA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM. PROGRES PINJAMAN DANA BERGULIR (PDB) WILAYAH 1 Status data : MARET 2015 DIREKTORAT JENDRAL CIPTA KARYA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM PROGRES PINJAMAN DANA BERGULIR (PDB) WILAYAH 1 Status data : MARET 2015 INFORMASI DATA PINJAMAN BERGULIR LOKASI WILAYAH-1 No I. INFORMASI KINERJA

Lebih terperinci

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. PROGRES PINJAMAN DANA BERGULIR (PDB) WILAYAH 1 Status data : SIM MK SEPTEMBER 2016

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. PROGRES PINJAMAN DANA BERGULIR (PDB) WILAYAH 1 Status data : SIM MK SEPTEMBER 2016 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat PROGRES PINJAMAN DANA BERGULIR (PDB) WILAYAH 1 Status data : SIM MK SEPTEMBER 2016 INFORMASI DATA PINJAMAN BERGULIR LOKASI WILAYAH-1 No INFORMASI KINERJA

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Variabel RR, LAR, PAR, Jumlah KSM, dan Fasilitator Lapangan secara

BAB V PENUTUP. dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Variabel RR, LAR, PAR, Jumlah KSM, dan Fasilitator Lapangan secara BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Variabel RR, LAR, PAR, Jumlah KSM, dan Fasilitator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Peranan UMKM. laju pertumbuhan ekonomi maupun penyerapan tenaga kerja.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Peranan UMKM. laju pertumbuhan ekonomi maupun penyerapan tenaga kerja. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) tidak terlepas dari perkembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Peranan UMKM terutama sejak krisis moneter tahun 1998

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PPMK. A. Konsep Dasar dan Tujuan PPMK

PELAKSANAAN PPMK. A. Konsep Dasar dan Tujuan PPMK A. Konsep Dasar dan Tujuan PPMK PELAKSANAAN PPMK Program Peningkatan Penghidupan Masyarakat Berbasis Komunitas (PPMK) merupakan program lanjutan dalam PNPM Mandiri Perkotaan untuk mendorong proses transformasi

Lebih terperinci

TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM KEGIATAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PERKOTAAN

TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM KEGIATAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PERKOTAAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM KEGIATAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PERKOTAAN Tety Elida Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya No. 100 Depok 16424, Jawa Barat tety@staff.gunadarma.ac.id

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian yang ditulis Santi (2012) yang berjudul "Pengaruh Rasio Likuiditas,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian yang ditulis Santi (2012) yang berjudul Pengaruh Rasio Likuiditas, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang dijadikan rujukan oleh penulis adalah penelitian yang ditulis Santi (2012) yang berjudul "Pengaruh Rasio Likuiditas, Kualitas

Lebih terperinci

AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN / P2KP (PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN) Rakor Nasional P2KP, 15 Juni 2015

AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN / P2KP (PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN) Rakor Nasional P2KP, 15 Juni 2015 AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN / P2KP (PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN) Rakor Nasional P2KP, 15 Juni 2015 Latar Belakang Audit Sempit: Pemenuhan kewajiban Loan/Grant Agreement.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang senantiasa. melakukan pembangunan di segala bidang. Pembangunan yang sedang giat

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang senantiasa. melakukan pembangunan di segala bidang. Pembangunan yang sedang giat 12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang senantiasa melakukan pembangunan di segala bidang. Pembangunan yang sedang giat dilakukan saat ini meliputi segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan

BAB I PENDAHULUAN. atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA UNIT PENGELOLA KEGIATAN KECAMATAN RAMBAH SAMO. Oleh SITI HAJAR

ARTIKEL ILMIAH ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA UNIT PENGELOLA KEGIATAN KECAMATAN RAMBAH SAMO. Oleh SITI HAJAR ARTIKEL ILMIAH ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA UNIT PENGELOLA KEGIATAN KECAMATAN RAMBAH SAMO Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan Strata-1 pada Program Studi Akuntansi dan Memperoleh

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebahagian Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen. oleh RAHMATIKA PROGRAM STUDI MANAJEMEN

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebahagian Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen. oleh RAHMATIKA PROGRAM STUDI MANAJEMEN ANALISIS EFEKTIFITAS PROGRAM PINJAMAN DANA BERGULIR PADA UNIT PENGELOLA KEGIATAN (UPK) PNPM MANDIRI DAN KELOMPOK SIMPAN PINJAM PEREMPUAN (SPP) DI KECAMATAN SITUJUH LIMO NAGARI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

Lebih terperinci

PENYELESAIAN KREDIT BERMASALAH PROGRAM KUR. PADA PT BRI (Persero) UNIT CITRA NIAGA. Rien Novianda NPM

PENYELESAIAN KREDIT BERMASALAH PROGRAM KUR. PADA PT BRI (Persero) UNIT CITRA NIAGA. Rien Novianda NPM PENYELESAIAN KREDIT BERMASALAH PROGRAM KUR PADA PT BRI (Persero) UNIT CITRA NIAGA Rien Novianda NPM 091110013443147 Fakultas Ekonomi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda, Indonesia. The study was conducted

Lebih terperinci

PENGARUH LOAN AT RISK, PORTOFOLIO AT RISK

PENGARUH LOAN AT RISK, PORTOFOLIO AT RISK PENGARUH LOAN AT RISK, PORTOFOLIO AT RISK, DAN RETURN ON INVESTMENT TERHADAP KELANCARAN PENGEMBALIAN DANA PINJAMAN BERGULIR PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN KECAMATAN PONOROGO

Lebih terperinci

Ade Andriyani 1 Tety Elida 2. Universitas Gunadarma ABSTRACT

Ade Andriyani 1 Tety Elida 2. Universitas Gunadarma ABSTRACT TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM KEGIATAN EKONOMI (Studi Kasus pada Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan Di Kelurahan Pancoran Mas, Kota Depok) Ade Andriyani 1 Tety Elida 2 1 Mahasiswa PS.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketidakmampuan secara ekonomi dalam memenuhi standar hidup rata rata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketidakmampuan secara ekonomi dalam memenuhi standar hidup rata rata BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Masalah Kemiskinan Kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara di dunia, terutama di negara sedang berkembang. Kemiskinan adalah suatu kondisi ketidakmampuan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Variabel LAR, NPL, Rata-rata Pinjaman, Kualitas UPK, dan Fasilitator

BAB V PENUTUP. 1. Variabel LAR, NPL, Rata-rata Pinjaman, Kualitas UPK, dan Fasilitator BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan: 1. Variabel LAR, NPL, Rata-rata Pinjaman, Kualitas UPK, dan Fasilitator

Lebih terperinci

Agus Taufik H. Dosen STIE PGRI Dewantara Jombang

Agus Taufik H. Dosen STIE PGRI Dewantara Jombang ANALISIS EFEKTIFITAS PROGRAM PINJAMAN DANA BERGULIR PADA UNIT PENGELOLA KEGIATAN (UPK) PNPM MANDIRI DI KECAMATAN MOJOWARNO KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2014 Agus Taufik H. Dosen STIE PGRI Dewantara Jombang

Lebih terperinci

Ade Andriyani 1 Tety Elida 2 Beny Susanti 3. Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma

Ade Andriyani 1 Tety Elida 2 Beny Susanti 3. Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma ANALISIS TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENDUKUNG KEBERLANGSUNGAN KEGIATAN EKONOMI DARI PINJAMAN DANA BERGULIR (Studi Kasus : Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) Kelurahan Pancoran

Lebih terperinci

PROSPEK KINERJA KEUANGAN PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM ( KSP ) UNIVERSITAS GUNUNG RINJANI LOMBOK TIMUR - NTB

PROSPEK KINERJA KEUANGAN PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM ( KSP ) UNIVERSITAS GUNUNG RINJANI LOMBOK TIMUR - NTB GaneÇ Swara Vol. No. Maret 6 PROSPEK KINERJA KEUANGAN PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM ( KSP ) UNIVERSITAS GUNUNG RINJANI LOMBOK TIMUR - NTB ABSTRAK SAHRUL IHSAN Fakultas Ekonomi Universitas Gunung Rinjani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia yang mulai bangkit pasca krisis moneter 1997-

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia yang mulai bangkit pasca krisis moneter 1997- BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian Indonesia yang mulai bangkit pasca krisis moneter 1997-1998 belum menunjukkan angka yang signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dan para pemakai laporan akuntansi (stockholder) badan untuk

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dan para pemakai laporan akuntansi (stockholder) badan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem informasi akuntansi merupakan sistem pengolahan informasi akuntansi mulai dari data direkam dalam dokumen melalui berbagai sistem pembagian kekuasaan dalam organisasi,

Lebih terperinci

Oleh: Dini Yuliyanti (NPM: ), Suradi ABSTRACT

Oleh: Dini Yuliyanti (NPM: ), Suradi ABSTRACT ANALISIS EFEKTIFITAS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI KREDIT BERMASALAH (Studi Kasus Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan Kecamatan Tasikmadu) Oleh: Dini Yuliyanti (NPM: 201015013), Suradi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Yang pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Sari Surya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Yang pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Sari Surya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang menjadi rujukan pada penelitian ini. Ada dua rujukan sebagai berikut: 1. Sari Surya, 2011 Yang pertama adalah penelitian yang

Lebih terperinci

VI. STRATEGI PENYEMPURNAAN PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP

VI. STRATEGI PENYEMPURNAAN PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP VI. STRATEGI PENYEMPURNAAN PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP 6.1 Prioritas Aspek yang Berperan dalam Penyempurnaan Pemanfaatan Dana Pinjaman Bergulir P2KP Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS KEGIATAN PINJAMAN BERGULIR PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PADA KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT DI DESA PILOHAYANGA BARAT JURNAL

EFEKTIVITAS KEGIATAN PINJAMAN BERGULIR PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PADA KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT DI DESA PILOHAYANGA BARAT JURNAL EFEKTIVITAS KEGIATAN PINJAMAN BERGULIR PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PADA KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT DI DESA PILOHAYANGA BARAT JURNAL OLEH DANIAL MIKRAJI NIM. 121 408 048 UNIVERSITAS NEGERI

Lebih terperinci

PENILAIAN KINERJA PROPINSI TINGKAT KAB./KOTA. Triwulan 2 - Tahun 2012

PENILAIAN KINERJA PROPINSI TINGKAT KAB./KOTA. Triwulan 2 - Tahun 2012 PENILAIAN KINERJA PROPINSI TINGKAT KAB./KOTA Triwulan 2 - Tahun 2012 ASPEK DAN BIDANG EVALUASI KINERJA TINGKAT PROVINSI ASPEK FASILITASI ASPEK CAPAIAN INDIKATOR HASIL terdiri dari bidang2 : 1. SIM 2. PPM

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN WAWANCARA. A. Wawancara Kepada Koordinator BKM Rukun Makmur pada tanggal 14

DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN WAWANCARA. A. Wawancara Kepada Koordinator BKM Rukun Makmur pada tanggal 14 84 Lampiran 1 DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN WAWANCARA A. Wawancara Kepada Koordinator BKM Rukun Makmur pada tanggal 14 November 2016 di Kelurahan Tambakbayan 1. Selamat siang pak, maaf mengganggu waktunya

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

BAB V PENUTUP. dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Variabel bebas LAR, NPL, BOPO, CCR, dan KSM secara bersama-sama

Lebih terperinci

Laporan Bulan September 2011 USK Kredit Mikro BAB-1 PENDAHULUAN

Laporan Bulan September 2011 USK Kredit Mikro BAB-1 PENDAHULUAN BAB-1 PENDAHULUAN Kegiatan pengendalian yang dilakukan KMP PNPM Mandiri Perkotaan pada bulan September 2011 berkaitan dengan optimalisasi pelaksanaan kegiatan pinjaman bergulir yang ada di lapangan, baik

Lebih terperinci

Oleh : Slamet (NPM: ), Sarsiti ABSTRACT

Oleh : Slamet (NPM: ), Sarsiti ABSTRACT ANALISIS PENGARUH PEMBERIAN BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT, PINJAMAN BERGULIR, PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN TERHADAP PENGEMBANGAN USAHA ANGGOTA KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT (KSM) MELALUI PROGRAM PNPM-MP DI DESA

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN PIUTANG DALAM USAHA MENINGKATKAN RENTABILITAS LAPORAN KEUANGAN PT.TEGEL BINA KARYA DI KEDIRI

ANALISIS KEBIJAKAN PIUTANG DALAM USAHA MENINGKATKAN RENTABILITAS LAPORAN KEUANGAN PT.TEGEL BINA KARYA DI KEDIRI ANALISIS KEBIJAKAN PIUTANG DALAM USAHA MENINGKATKAN RENTABILITAS LAPORAN KEUANGAN PT.TEGEL BINA KARYA DI KEDIRI Arta Ulva Rohmatul Laily, Mamak M Balafif, Ali Rasyidi Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS RASIO PROFITABILITAS UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA PT. AMANAH FINANCE

ANALISIS RASIO PROFITABILITAS UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA PT. AMANAH FINANCE ANALISIS RASIO PROFITABILITAS UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA PT. AMANAH FINANCE Andi Marlinah*) Abstract : This study aims to analyze the financial performance PT. Amanah Finance in terms of profitability

Lebih terperinci

PENGARUH LAR, NPL, BOPO, CCR, DAN JUMLAH KSM TERHADAP ROA PADA PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN KABUPATEN SIDOARJO

PENGARUH LAR, NPL, BOPO, CCR, DAN JUMLAH KSM TERHADAP ROA PADA PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN KABUPATEN SIDOARJO PENGARUH LAR, NPL, BOPO, CCR, DAN JUMLAH KSM TERHADAP ROA PADA PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN KABUPATEN SIDOARJO ARTIKEL ILMIAH Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

PERANAN AUDIT INTERNAL DALAM MENDETEKSI DAN MENCEGAH KECURANGAN (FRAUD) (Studi Kasus Pada PNPM Mandiri Perkotaan Kecamatan Kalianget)

PERANAN AUDIT INTERNAL DALAM MENDETEKSI DAN MENCEGAH KECURANGAN (FRAUD) (Studi Kasus Pada PNPM Mandiri Perkotaan Kecamatan Kalianget) PERANAN AUDIT INTERNAL DALAM MENDETEKSI DAN MENCEGAH KECURANGAN (FRAUD) (Studi Kasus Pada PNPM Mandiri Perkotaan Kecamatan Kalianget) NORSAIN (sain_unija@yahoo.co.id) Dosen Fakultas Ekonomi Universitas

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS C18 BKM /UP - UP. Pinjaman Bergulir. PNPM Mandiri Perkotaan

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS C18 BKM /UP - UP. Pinjaman Bergulir. PNPM Mandiri Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS BKM /UP - UP C18 Pinjaman Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan Modul 1 Memahami Pinjaman Bergulir 1 Kegiatan 1: Curah Pendapat

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN PINJAMAN BERGULIR BKM PNPM MANDIRI PERKOTAAN PADA MASYARAKAT KECAMATAN JEPARA TAHUN Anita Rahayuningsih

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN PINJAMAN BERGULIR BKM PNPM MANDIRI PERKOTAAN PADA MASYARAKAT KECAMATAN JEPARA TAHUN Anita Rahayuningsih EFEKTIFITAS PENGGUNAAN PINJAMAN BERGULIR BKM PNPM MANDIRI PERKOTAAN PADA MASYARAKAT KECAMATAN JEPARA TAHUN 2011 Program Studi Akuntansi, STIE Nahdlatul Ulama Jepara Email: anita280890@gmail.com Abstract

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program ekonomi yang dijalankan negara-negara Sedang Berkembang (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDRAL CIPTA KARYA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM. CAPAIAN KINERJA PINJAMAN BERGULIR (RLF) WILAYAH 1 Status data : Juli 2014

DIREKTORAT JENDRAL CIPTA KARYA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM. CAPAIAN KINERJA PINJAMAN BERGULIR (RLF) WILAYAH 1 Status data : Juli 2014 DIREKTORAT JENDRAL CIPTA KARYA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM CAPAIAN KINERJA PINJAMAN BERGULIR (RLF) WILAYAH 1 Status data : Juli 2014 UPK Yg Sdh Perguliran Terekam (Approval) UPK Lapor (%) Approval (%) OC

Lebih terperinci

Endah Juli Wulandari Moch. Dzulkirom, AR Muhammad Saifi Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang

Endah Juli Wulandari Moch. Dzulkirom, AR Muhammad Saifi Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang ANALISIS EFEKTIVITAS PENGELOLAAN MODAL KERJA TERHADAP PROFITABILITAS BANK (Studi pada PT Bank Tabungan Negara Persero Tbk yang Terdaftar di BEI Tahun 2012-2014) Endah Juli Wulandari Moch. Dzulkirom, AR

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kemiskinan dan pengangguran. PNPM Mandiri difokuskan pada program

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kemiskinan dan pengangguran. PNPM Mandiri difokuskan pada program 40 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum PNPM Mandiri 4.1.1. Pengertian PNPM Mandiri Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri merupakan salah satu upaya pemerintah untuk

Lebih terperinci

Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus. pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto

Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus. pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto F.1306618 BAB II TELAAH PUSTAKA A. Pengertian Unit Pengelola

Lebih terperinci

PROYEK PENINGKATAN KAPASITAS & KEBERLANJUTAN PINJAMAN DANA BERGULIR

PROYEK PENINGKATAN KAPASITAS & KEBERLANJUTAN PINJAMAN DANA BERGULIR PROYEK PENINGKATAN KAPASITAS & KEBERLANJUTAN PINJAMAN DANA BERGULIR World Bank PNPM Support Facility (PSF) Gedung Bursa Efek Indonesia Tower 1, lantai 9 Jl. Jenderal Sudirman Kav. 52-53, Jakarta 12190

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011 BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN KEGIATAN PENDAMPINGAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN DAN PENDAMPINGAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP)

I. PENDAHULUAN. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP) adalah program nasional yang menjadi kerangka dasar dan acuan pelaksanaan program-program pengentasan

Lebih terperinci

PENGARUH KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT (KSM) DAN PENANGANAN PINJAMAN BERMASALAH TERHADAP PINJAMAN BERMASALAH

PENGARUH KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT (KSM) DAN PENANGANAN PINJAMAN BERMASALAH TERHADAP PINJAMAN BERMASALAH PENGARUH KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT (KSM) DAN PENANGANAN PINJAMAN BERMASALAH TERHADAP PINJAMAN BERMASALAH Oleh: IIS NISWATI ZAMILAH 1) E-mail : iisnjamilah@gmail.com Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS PEMBERIAN KREDIT DALAM RANGKA MENGOPTIMALKAN ALOKASI DANA BANK (Studi pada PT. Bank Jatim Cabang Batu periode )

ANALISIS EFEKTIVITAS PEMBERIAN KREDIT DALAM RANGKA MENGOPTIMALKAN ALOKASI DANA BANK (Studi pada PT. Bank Jatim Cabang Batu periode ) ANALISIS EFEKTIVITAS PEMBERIAN KREDIT DALAM RANGKA MENGOPTIMALKAN ALOKASI DANA BANK (Studi pada PT. Bank Jatim Cabang Batu periode 2011-2013) Putu Yemima Clay Clarita Darminto Zahroh Z.A. Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KEUANGAN MENGENAI TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMEL ( Studi Kasus Pada PT. Bank Bukopin Tbk Periode )

ANALISIS KINERJA KEUANGAN MENGENAI TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMEL ( Studi Kasus Pada PT. Bank Bukopin Tbk Periode ) ANALISIS KINERJA KEUANGAN MENGENAI TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMEL ( Studi Kasus Pada PT. Bank Bukopin Tbk Periode 2010-2012) Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program

Lebih terperinci

ANALISIS PENYELESAIAN KUR MIKRO KREDIT BERMASALAH PADA PT. BRI (PERSERO) TBK. CABANG SAMARINDA UNIT SURYANATA

ANALISIS PENYELESAIAN KUR MIKRO KREDIT BERMASALAH PADA PT. BRI (PERSERO) TBK. CABANG SAMARINDA UNIT SURYANATA ANALISIS PENYELESAIAN KUR MIKRO KREDIT BERMASALAH PADA PT. BRI (PERSERO) TBK. CABANG SAMARINDA UNIT SURYANATA Tarigan Irma Norita, Ec. Elfreda Aplonia Lau, Heriyanto Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas

Lebih terperinci

Keywords: Revolving Loans, PNPM Mandiri Perkotaan, Jombang Regency I. Pendahuluan

Keywords: Revolving Loans, PNPM Mandiri Perkotaan, Jombang Regency I. Pendahuluan 1 PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT DESA MELALUI PROGRAM PINJAMAN BERGULIR PNPM MANDIRI PERKOTAAN (DI DESA GAMBIRAN DAN DESA MANCILAN DI KECAMATAN MOJOAGUNG KABUPATEN JOMBANG JAWA TIMUR TAHUN 2014-2016)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun-2008-penduduk-miskin-turun-221-juta-.html (diakses 19 Oktober 2009)

BAB I PENDAHULUAN. tahun-2008-penduduk-miskin-turun-221-juta-.html (diakses 19 Oktober 2009) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan memiliki konsep yang beragam. Kemiskinan menurut Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Republik Indonesia (TKPKRI, 2008) didefinisikan sebagai suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan di Indonesia merupakan masalah pembangunan multidimensi

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan di Indonesia merupakan masalah pembangunan multidimensi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan di Indonesia merupakan masalah pembangunan multidimensi sehingga cara pemecahannya diperlukan suatu strategi komprehensif, terpadu, dan terarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Sekilas Tentang UPK Sauyunan Kecamatan Bojongsoang

BAB I PENDAHULUAN Sekilas Tentang UPK Sauyunan Kecamatan Bojongsoang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1. Sekilas Tentang UPK Sauyunan Kecamatan Bojongsoang Gambar 1.1 Logo UPK Sauyunan Kecamatan Bojongsoang Sumber: www.pnpmkabbandung.wordpress.com

Lebih terperinci

ANALISIS UMUR PIUTANG PEMBIAYAAN WARUNG MIKRO STUDI KASUS : PADA KANTOR CABANG PEMBANTU DEPOK DUA PT. BANK SYARIAH MANDIRI

ANALISIS UMUR PIUTANG PEMBIAYAAN WARUNG MIKRO STUDI KASUS : PADA KANTOR CABANG PEMBANTU DEPOK DUA PT. BANK SYARIAH MANDIRI ANALISIS UMUR PIUTANG PEMBIAYAAN WARUNG MIKRO STUDI KASUS : PADA KANTOR CABANG PEMBANTU DEPOK DUA PT. BANK SYARIAH MANDIRI LARAS PRADITA NOVITRI 43210966 BISNIS DAN KEWIRAUSAHAAN/ AKUNTANSI KOMPUTER Latar

Lebih terperinci

ANALISIS PELAKSANAAN PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT PADA BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT (BKM) MAKMUR SENTOSA KELURAHAN CEPU KABUPATEN BLORA

ANALISIS PELAKSANAAN PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT PADA BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT (BKM) MAKMUR SENTOSA KELURAHAN CEPU KABUPATEN BLORA ANALISIS PELAKSANAAN PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT PADA BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT (BKM) MAKMUR SENTOSA KELURAHAN CEPU KABUPATEN BLORA SITI MIFTAKHUL JANNAH Program Studi Akuntansi S1, Fakultas Ekonomi &

Lebih terperinci

Additional Financing (Pendanaan Tambahan) Anggaran Pendapatan & Belanja Daerah Anggaran Pendapatan & Belanja Nasional Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Badan Kerjasama Antar Desa Bantuan Langsung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu

I. PENDAHULUAN. secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan serangkaian proses multidimensial yang berlangsung secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu terciptanya

Lebih terperinci

Bisma, Vol 1, No. 11, Maret 2017 KINERJA KEUANGAN PADA KANTOR PUSAT CREDIT UNION KELING KUMANG BERDASARKAN RASIO SOLVABILITAS DAN PROFITABILITAS

Bisma, Vol 1, No. 11, Maret 2017 KINERJA KEUANGAN PADA KANTOR PUSAT CREDIT UNION KELING KUMANG BERDASARKAN RASIO SOLVABILITAS DAN PROFITABILITAS KINERJA KEUANGAN PADA KANTOR PUSAT CREDIT UNION KELING KUMANG BERDASARKAN RASIO SOLVABILITAS DAN PROFITABILITAS ABSTRAKSI Anyap kk.anyap@yahoo.com Program Studi Manajemen STIE Widya Dharma Pontianak Credit

Lebih terperinci

PENGARUH LIKUIDITAS, KUALITAS AKTIVA, JUMLAH KSM, DAN FASILITATOR LAPANGAN TERHADAP EFISIENSI PADA PNPM MANDIRI PERKOTAAN KABUPATEN SIDOARJO

PENGARUH LIKUIDITAS, KUALITAS AKTIVA, JUMLAH KSM, DAN FASILITATOR LAPANGAN TERHADAP EFISIENSI PADA PNPM MANDIRI PERKOTAAN KABUPATEN SIDOARJO PENGARUH LIKUIDITAS, KUALITAS AKTIVA, JUMLAH KSM, DAN FASILITATOR LAPANGAN TERHADAP EFISIENSI PADA PNPM MANDIRI PERKOTAAN KABUPATEN SIDOARJO ARTIKEL ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesaian

Lebih terperinci

LAPORAN UJI PETIK PELAKSANAAN SIKLUS PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2009 PENGELOLAAN DANA BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) Bulan Agustus 2009

LAPORAN UJI PETIK PELAKSANAAN SIKLUS PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2009 PENGELOLAAN DANA BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) Bulan Agustus 2009 LAPORAN UJI PETIK PELAKSANAAN SIKLUS PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2009 PENGELOLAAN DANA BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) Bulan Agustus 2009 KEGIATAN PENGELOLAAN DANA BLM Dana BLM merupakan dukungan dana stimulan

Lebih terperinci

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM A. Latar Belakang Dalam Strategi intervensi PNPM Mandiri Perkotaan untuk mendorong terjadinya proses transformasi sosial di masyarakat, dari kondisi masyarakat yang tidak berdaya menjadi berdaya, mandiri

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE PERIODE Ida Zuniarti

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE PERIODE Ida Zuniarti ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE PERIODE 2009-2013 Ida Zuniarti Program Studi Akuntansi Akademi Manajemen Keuangan BSI Jakarta ida.idz@bsi.ac.id ABSTRACT Measurement of financial

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Kinerja Keuangan Dengan Metode PEARLS

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Kinerja Keuangan Dengan Metode PEARLS 47 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kinerja Keuangan Dengan Metode PEARLS Berdasarkan PBI no.9/1/2007 Bank Indonesia dalam menilai tingkat kesehatan bank pada dasarnya menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KEUANGANUNIT PENGELOLAAN KEUANGAN (UPK) BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT(BKM) TUNJUNGSEKARMALANG

ANALISIS KINERJA KEUANGANUNIT PENGELOLAAN KEUANGAN (UPK) BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT(BKM) TUNJUNGSEKARMALANG ANALISIS KINERJA KEUANGANUNIT PENGELOLAAN KEUANGAN (UPK) BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT(BKM) TUNJUNGSEKARMALANG SKRIPSI Oleh: Desi Sri Hartini 07610286 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

Kurniawan* Dody Hapsoro. Program Studi Akuntansi STIE YKPN *

Kurniawan* Dody Hapsoro. Program Studi Akuntansi STIE YKPN * ANALISIS BIAYA CADANGAN RISIKO PINJAMAN DAN CADANGAN RISIKO PINJAMAN DALAM LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN UNIT PENGELOLA KEUANGAN (STUDI KASUS: BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT DI KABUPATEN BANTUL PROVINSI DIY)

Lebih terperinci

RINGKASAN. keputusan operasional, baik itu informasi kuantitif maupun kualitatif yang dapat

RINGKASAN. keputusan operasional, baik itu informasi kuantitif maupun kualitatif yang dapat RINGKASAN BAB I Pada era sekarang ini sistem informasi akuntansi yang efektif dan efisien merupakan suatu hal yang penting dimana sistem informasi akuntansi yang baik maka informasi yang dihasilkan akan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PEMBAGIAN SISA HASIL USAHA SISTEM PROPORSIONAL DENGAN SISTEM SAMA RATA PADA KOPERASI KARPEDA UNIT KANDIR PTPN II.

PERBANDINGAN PEMBAGIAN SISA HASIL USAHA SISTEM PROPORSIONAL DENGAN SISTEM SAMA RATA PADA KOPERASI KARPEDA UNIT KANDIR PTPN II. PERBANDINGAN PEMBAGIAN SISA HASIL USAHA SISTEM PROPORSIONAL DENGAN SISTEM SAMA RATA PADA KOPERASI KARPEDA UNIT KANDIR PTPN II. 1 Suhendro, 2 Eddy,ST,M.Si,MT, 3 Syawaluddin Nasution, ST,MT Jurusan Teknik

Lebih terperinci