BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 PROSES PEMBUATAN SABUK PENGAMAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 PROSES PEMBUATAN SABUK PENGAMAN"

Transkripsi

1 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 PROSES PEMBUATAN SABUK PENGAMAN Dalam pembuatan safety belt safe control system (SSCS) pada kendaraan roda empat maupun lebih terlebih dahulu harus dilakukan proses perencanaan terlebih dahulu, agar dalam pembuatanya tidak ada kesalahan maupun kekurangan. Skema Alur Pengujian Gambar 3.1 Skema Alur Pengujian

2 SKEMA ALUR PRNGUJIAN 1. Mulai Dalam tahap mulai ini penulis mencoba mencari literatur-literatur tentang sabuk pengaman. Mulai dari tentang sabuk pengaman, komponen sabuk pengaman serta perkembangan sabuk pengaman dari tahun ketahun termasuk teknologi-teknologi canggih yang dipasang atau digunakan pada sabuk pengaman seperti saat ini. 2. Persiapan Tahap persiapan merupakan tahap dimana penulis mulai memikirkan tentang pembuatan alat serta komponen apa saja yang dibutuhkan dalam pembuatan alat SSCS. Serta penulis juga semakin mengembangkan pemikiran penulis agar dalam pembuatan alat SSCS ini dapat bekerja dengan baik sehingga hasil yang didapatkan pun sesuai dengan tujuan penulis serta pembuatan alat ini sesuai dengan judul tugas akhir yang penulis ajukan. 3. Pembuatan Penulis memulai pembuatan dalam tahap ini, pembuatan miniatur sabuk pengaman, pembuatan alat SSCS serta instalasi alat pada kendaraan. 4. Pembuatan Miniatur Sabuk Pengaman Pembuatan miniatur sabuk pengaman penulis menggunakan bahan besi sebagai bahan yang paling utama dalam pembuatan kerangka atau meja dimana kerangka ini mempunyai fungsi untuk menahan atau menopang miniature kursi serta sabuk pengaman dan juga untuk menopang mesin motor yang dimana mesin ini merupakan alat bantu peraga dalam cara kerja dari alat SSCS itu sendiri. Pembuatan miniatur sabuk pengaman bertujuan agar fungsi dari alat SCSS ini dapat terlihat bekerja dengan baik sehingga pada saat penulis memperagakan cara kerja alat SCSS ini dapat dengan mudah dan para audien pun dapat memahami cara kerja alat SCSS ini dengan baik.

3 32 Gambar 3.2 Kerangka Penopang Mesin Dan Miniatur Sabuk Pengaman Gambar 3.3 Miniatur Kursi Mobil Pembuatan miniatur sabuk pengaman bertujuan agar fungsi dari alat SCSS ini dapat terlihat bekerja dengan baik sehingga pada saat penulis memperagakan cara kerja alat SCSS ini dapat dengan mudah dan para audien pun dapat memahami cara kerja alat SCSS ini dengan baik.

4 33 Gambar 3.4 Mesin Motor Pada pembuatan miniatur sabuk pengaman menggunakan mesin motor bebek jenis 4-tak manual. Pemilihan mesin motor jenis ini karena disesuaikan dengan jenis penggunaan komponen pada alat SSCS, selain itu pula penggunaan jenis mesin motor ini dikarenakan diperlukan sistem kerja mesin yang sama dengan kendaraan roda empat atau lebih yang berjenis konvensional sehingga tidak perlu adanya perubahan rangkaian komponen yang digunakan. 5. Pembuatan Alat SSCS (Safety Belt Safe Control System) Selain pembuatan miniatur sabuk pengaman, penulis juga membuat alat SSCS atau hal yang sangat penting dalam pembuatan sabuk pengaman asisten ini. Gambar 3.5 SCSS (Safety Belt Safe Control System) Dalam alat SSCS ini banyak berbagai komponen yang digunakan, dimana komponen ini mempunyai fungsi sesuai dengan kebutuhan yang diingnkan oleh penulis. Dalam pembuatan rangkaian komponen SSCS ini penulis meminta bantuan kepada seseorang yang profesional dan ahli dalam merangkai

5 34 komponen sehingga dapat bekerja dan berfungsi sesuai dengan kebutuhan penulis. 6. Instalasi Alat SSCS (Safety Belt Safe Control System) Saat alat SSCS ini sudah selesai pengerjaanya serta pembuatan miniatur sabuk pengaman sudah selesai maka penulis melakukan percobaan cara kerja dari alat SSCS ini untuk diinstalasi pada miniature sabuk pengaman. Dalam pemasangan alat SSCS pada mesin motor yang digunakan sebagai alat peraga penulis melakukan beberapa tahapan pada saat instalasi alat SSCS ini, berikut beberapa tahapanya : 1. Yang pertama penulis lakukan dalam instalasi alat SSCS ini adalah pengambilan arus listrik yang ada pada bagian Ignition Switch atau kontak kunci yang terhubung dengan mesin kendaraan. Gambar 3.6 Kunci Kontak Tujuan dari pengambilan arus listrik pada kunci kontak dikarenakan kunci kontak pada saat diputar kearah on maka aki atau battery yang digunakan dapat aktif sehingga alat SSCS ini dapat langsung aktif ataupun bekerja. Alat SSCS ini bekerja pada tegangan 12V DC. Pengambilan arus listrik ini dengan memutus kabel yang ada pada kunci kontak yang berfungsi untuk menghidupkan atau mengaktifkan listrik yang terhubung dengan aki atau batteray lalu disambungkan dengan kabel yang ada pada alat SSCS untuk mengaktifkan alat SSCS ini.

6 35 2. Setelah melakukan pengambilan arus listrik pada bagian kunci kontak, penulis juga menghubungkan 2 kabel yang ada pada bagian koil yang ada pada mesin motor dan yang ada pada alat SSCS itu sendiri Gambar 3.7 Sambungan Kabel Koil Dan Kabel SSCS 3. Saat penyambungan kabel yang ada pada kunci kontak serta koil sudah mulai tersambung dengan benar dengan kabel pada alat SSCS maka penulis mencoba menghidupkan alat SSCS dengan memutar kunci kontak kearah on sehingga alat SSCS aktif yang ditandai menyalanya LED yang terpasang pada box SSCS Gambar 3.8 Box SSCS

7 36 Selain melakukan pemasangan alat SSCS yang disambungkan ke kunci kontak serta koil yang ada pada mesin motor, penulis juga memasangkan sensor pada bagian buckle dan retractor sabuk pengaman, dari sini lah penulis mengatur panjang belt dengan menggunakan sensor berdasarkan putaran retractor. Gambar 3.9 Sensor SSCS Setelah dilakukan pemasangan sensor yang sudah terhubung dengan alat SSCS, maka penulis merapikan posisi box SSCS agar terlihat rapih dan penulis mencoba untuk menjalankan fungsi dari alat SSCS ini. Gambar 3.10 Posisi SSCS

8 37 7. Pengujian SSCS (Safety Belt Safe Control System) Setelah tahap pembuatan selesai dilakukan dan setelah penulis melakukan penelitian tentang penggunaan sabuk pengaman terhadap 10 pengemudi truk HINO FM-260TI yang ada di Pertamina Persero, maka penulis melakukan pengujian terhadap para pengemudi dengan cara memasangkan alat SSCS ini pada bus HINO FM-260TI yang mereka kendarai sehari-hari sesuai dengan hari operasional truk tersebut. Dalam pemasangan alat SSCS ini penulis meminta bantuan pemasangan alat SSCS ini kepada seseorang yang berwenang dalam perawatan-perawatan bus ini dikarenakan dengan peraturan yang berlaku di Pertamina (Persero) tersebut. Dalam proses pemasangan tidak jauh beda dengan pemasangan pada alat peraga yang sudah dijelaskan sebelumnya. Tetapi ada beberapa perbedaan pada pemasangan alat SSCS ini, sebagai berikut : 1. Yang pertama dilakukan sama, yaitu dengan pengambilan arus listrik pada kunci kontak truk dimana kunci kontak ini juga bertujuan agar alat SSCS ini dapat aktif dan dapat tidak aktif sesuai dengan kondisi kendaraan. Dimana pada saat kondisi kendaraan menyala maka alat SSCS ini aktif dan pada saat kendaraan dimatikan maka alat SSCS ini pun ikut mati atau tidak aktif sehingga penggunaan alat SSCS ini tidak akan mempengaruhi sistem kerja kendaraan. 2. Setelah melakukan pengambilan arus listrik pada kunci kontak truk, penulis menyambungkan kabel yang ada pada alat SSCS ke dalam rangkaian Kabel Engine Stop Motor yang ada pada truk HINO FM-260TI Gambar 3.11 Engine Stop Motor

9 38 Gambar 3.12 Rangkaian Engine Stop Motor Fungsi dari engine stop motor ini sendiri adalah sebagai alat penyambung atau pemutus untuk menghidupkan mesin kendaraan pada saat kunci kontak sudah diputar ke arah on. 3. Dan pada saat semua sambungan sudah terpasang dengan benar, dan telah dilakukan pemasangan sensor pada buckle sabuk pengaman yang ada pada truk dan box SSCS sudah ditaruh pada posisi yang pengemudi tidak sadari keberadaaanya maka penulis meletakan buzzer pada dashboard truk agar pengemudi dapat menyadari kesalahan yang pengemudi lakukan, yaitu tidak menggunakan sabuk pengaman. Pemasangan alat SSCS ini dilakukan secara bertahap, dimana dalam satu bulan alat SSCS ini dipasang ke 5 truk saja, alasanya karena alat SSCS yang dibuat hanya 5 SSCS saja sehingga harus dilakukan pemasangan secara bergantian selama 1 bulan dengan 5 truk setiap bulanya.

10 39 8. Data Hasil Uji Setelah melakukan pengujian terhadap 10 pengemudi truk yang ada di Pertamina Persero, maka penulis mendapatkan hasil yang cukup memuaskan dimana tujuan dari pembuatan sabuk pengaman ini dapat terpenuhi dan sesuai dengan keinginan penulis. Dari hasil data yang didapat oleh penulis sebelum dan sesudah pemasangan alat SSCS ini pada truk HINO FM-260TI sebagai berikut : 9. Sebelum Pemasangan Alat SSCS pada truk HINO FM-260TI Sebelum dilakukan pemasangan alat SSCS yang dilakukan oleh penulis terhadap 3 truk yang dikemudikan oleh para pengemudi. Penulis mendapatkan hasil pelanggaran penggunaan sabuk pengaman yang dilakukan oleh pengemudi yang telah dijadikan rata-rata dari 3 pengemudi truk tersebut sebesar 62,13%, dimana dari hasil ini dapat penulis simpulkan bahwa penggunaan sabuk pengaman masih sangat minim oleh para pengemudi. 10. Sesudah Pemasangan Alat SSCS pada truk HINO FM-260TI Setelah dilakukan pemasangan alat SSCS pada 3 truk tersebut maka penulis mendapatkan hasil yang memuaskan untuk penggunaan sabuk pengaman sebesar 100% setelah diambil rata-rata dari penggunaan sabuk pengaman. Dimana dalam hal ini menunjukan bahwa penggunaan sabuk pengaman ini sangat efektif untuk mengingatkan penggunaan sabuk pengaman saat berkendara. 11. Kesimpulan Setelah dilakukannya pengujian terhadap 3 pengemudi truk yang ada di Pertamina Persero, dan penulis mendapatkan dari hasil data uji yang dilakukan dengan Sebelum dan Sesudah pemasangan alat SSCS ini maka penulis dapat simpulkan bahwa penggunaan sabuk pengaman masih sangat minim dan masih banyak diabaikan. Tetapi setelah pemasangan alat SSCS pada bus maka pengemudi yang belum terbiasa menggunakan dan mengabaikan penggunaan sabuk pengaman jadi terbiasa menggunakan sabuk pengaman.

11 LATAR BELAKANG PEMBUATAN SABUK PENGAMAN SSCS Dengan banyaknya produsen kendaraan roda empat maupun lebih yang menawarkan beragam fitur fitur yang sangat mendukung untuk pengemudi dan penumpang lainya. Salah satu keamanan pada kendaraan sepeerti sabuk pengaman, air bag atau kantong udara yang secara otomatis segera mengembang apabila kendaraan menabrak suatu objek. Semua teknologi keselamatan diatas merupakan fitur-fitur yang sangat berguna untuk pengemudi kendaraan roda empat atau lebih. Untuk teknologi keamanan sabuk pengaman juga harus memperhatikan kenyamanan juga bagi penggunanya. Sabuk pengaman merupakan alat keselamatan yang sederhana tetapi sangat penting apabila terjadi kecelakaan atau hal yang tidak diinginkan Aturan Standar Perangkat Keselamatan Sabuk Pengaman Undang - undang lalu lintas dan angkutan jalan sudah mewajibkan para pengemudi dan penumpang untuk mengunakan sabuk pengaman saat berkendara. Peraturan yang mengatur tentang sabuk pengaman tercantum dalam UU no 22 tahun 2009 tentang Lalu lintas dan Angkutan jalan, lebih tepatnya pada (Soekanto,1990) : 1. Pasal 106 ayat 6, setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor beroda empat atau lebih dijalan dan penumpang yang duduk disampingnya wajib mengenakan sabuk keselamatan. 2. Pasal 289, setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor atau penumpang yang duduk di samping pengemudi yang tidak mengenakan sabuk keselamatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 106 ayat 6 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 bulan atau denda paling banyak Rp ,00 Jadi cukup jelas, bahwa penumpang yang ada disebelah pengemudi mempunyai resiko yang sama besar dengan pengemudi sehingga diperlukan perlengkapan sabuk pengaman seperti pengemudi. Untuk kedepanya, bukan hal yang tidak mungkin bahwa seluruh harus mengenakan sabuk pengaman. Karena sebenarnya merekapun punya resiko mengalami luka parah bila terjadi kecelakaan seperti sudah diterapkan pada pesawat terbang, jadi pengemudi dan penumpangnya harus menggunakan sabuk pengaman.

12 LANGKAH LANGKAH PEMBUATAN SABUK PENGAMAN SSCS 1. Membuat desain PCB sesuai dengan gambar skema rangkaian yang sudah di desain sebelumnya. 2. Mengatur Input (12V / 24V) untuk memastikan rangkaian yang digunakan. 3. Proses pemasangan komponen ke PCB atau perakitan. 4. Cek hasil rangkaian komponen. 5. Pengaplikasian buzzer ke sabuk pengaman. 3.5 SKEMA KOMPONEN BOX KIT (SSCS) Gambar 3.13 Skema Box KIT (SSCS) 3.6 KOMPONEN KIT (SSCS) 1. PCB (Printed Circuit Board) Gambar 3.14 PCB (Printed Circuit Board)

13 42 PCB atau singkatan dari Printed Circuit Board yang digunakan untuk mendukung semua komponen-komponen elektronika yang berada pada bagian atasnya. PCB juga memiliki jalur-jalur konduktor yang terbuat dari tembaga dan berfungsi untuk menghubungkan antara suatu komponen dengan komponen lainya. 2. Relay Gambar 3.15 Relay Relay 8 pin dan 14 pin adalah saklar (switch) yang di operasikan secara listrik dan merupakan komponen elektronikal yang terdiri dari dua bagian utama yakni: electromagnet (coil) dan mekanikal (seperangkat kontak saklar). 3. IC (Integrated Circuit) Gambar 3.16 IC (Integrated Circuit) IC NE 555 atau singkatan dari Integrated Circuit adalah suatu komponen eletronik yang dibuat dari bahan semi konduktor, dimana IC merupakan gabungan dari beberapa komponen seperti resistor, kapasitor, diode dan

14 43 transistor yang teringritasi menjadi sebuah rangkaian berbentuk chip kecil. IC digunakan untuk beberapa keperluan pembuatan peralatan elektronik agar mudah dirangkai menjadi peralatan yang berukuran relatif kecil. 4. IC Regulator Gambar 3.17 IC Regulator IC LM7812 merupakan chip IC Regulator tegangan variable untuk tegangan DC positif untuk membuat power supply dengan tegangan output variable dapat dibuat dengan sederhana apabila menggunakan IC LM Diode Gambar 3.18 Diode Diode adalah komponen aktif dua kutub yang pada umumnya bersifat semi konduktor yang memperbolehkan arus listrik mengalir ke satu arah (Kondisi

15 44 panjar maju) dan menghambat batas arus dari arah sebaliknya (Kondisi panjar mundur). 6. Transistor Gambar 3.19 Transistor Transistor adalah alat semi konduktor yang dipakai sebagai penguat, sebagai pemutus dan penyambung (switching), stabilitasi tegangan, modulasi sinyal atau sebagai fungsi lainya. 7. Resistor Gambar 3.20 Resistor Resistor merupakan komponen elektronik yang memiliki dua pin dan di desain untuk mengatur tegangan listrik dan arus listrik, dengan resisten tertentu (tahanan) dapat memproduksi tegangan listrik di antara kedua pin, nilai tegangan terhadap resistansi berbanding lurus dengan arus yang mengalir berdasarkan hukum Ohm.

16 45 8. Elco (Condensator Elektrolit) Gambar 3.21 Condensator Elektrolit (Elco) Elco atau singkatan dari Condensator elektrolit adalah Condensator yang biasanya berbentuk tabung, mempunyai dua kutub kaki berpolaritas positif dan negative, ditandai oleh kaki yang panjang positif sedangkan yang pendek negative atau yang dekat tanda minus (-) adalah kaki negative, nilai kapasitasnya dari 0,47µF (Mikro Farad) sampai ribuan mikro farad dengan voltase bekerja dari beberapa volt hingga ribuan volt. 9. Reed Switch Gambar 3.22 Reed Switch Reed Switch adalah sebuah saklar listrik yang dioperasikan oleh medan magnet, bagiannya terdiri dari sepasang kontak logam mengandung besi dalam amplop tertutup rapat dalam kaca. Dalam keadaan biasa kontak terbuka, kontak akan menutup ketika medan magnet terdeteksi. Setelah medan magnet ditarik dari saklar, saklar reed akan kembali ke posisi semula.

17 Box Gambar 3.23 Box Box berfungsi untuk melindungi rangkaian sistem elektronika yang sudah menjadi sebuah rangkaian pada papan PCB (Printed Circuit Board) agar tidak terjadinya konsleting listrik. 11. Push Button Gambar 3.24 Push Button Push button adalah sebuah saklar yang berfungsi sebagai pemutus atau penyambung arus listrik dari sumber arus ke beban listrik dengan cara menekan tombolnya yang berwarna merah.

18 LED Indicator Gambar 3.25 LED Indikator LED atau singkatan dari Light Emiting Diode adalah suatu lampu indicator dalam perangkat elektronika yang biasanya memiliki fungsi sebagai penanda atau menunjukan status dari perangkat elektronika tersebut apakah alat tersebut bekerja atau aktif atau tidak bekerja atau mati. 13. Buzzer Gambar 3.26 Buzzer Buzzer adalah suatu komponen elektronika yang berfungsi untuk mengubah getaran listrik menjadi getaran suara atau bisa dikatakan buzzer ini memberikan tanda dengan cara mengeluarkan suara yang cukup keras dan biasanya secara terus menerus.

19 Sensor Gambar 3.27 Sensor Sensor adalah alat yang dapat digunakan untuk mendeteksi dan sering berfungsi untuk mengukur magnitude sesuatu.sensor merupakan jenis transduser yag digunakan untuk mengubah variasi nekabis, magnetis, panas, sinar dan kimia menjadi tegangan dan arus listrik. 15. Pendingin IC Gambar 3.28 Pendingin IC Pendingin IC adalah alat yang digunakan pada komponen sebagai penurun suhu atau temperatur agar komponen-komponen yang ada di dalam box tidak akan rusak ataupun konsleting akibat temperature yang tinggi pada saat komponen-komponen bekerja atau aktif.

20 SKEMA CARA KERJA SABUK PENGAMAN SSCS Gambar 3.29 Cara Kerja Safetybelt Safe Control System (SSCS) Gambar 3.30 Skema Kerja Safety belt safe control system (SSCS)

21 50 Fungsi Safety belt safe control system (SSCS) : Sebuah piranti elekronik akan mengontrol engine (mesin kendaraan) agar dapat bekerja sebagaimana mestinya, piranti elektronik ini dilengkapi oleh sensor yang diletakan pada sabuk pengaman pengemudi. Pemasangan piranti elektronik pada sabuk pengaman pengemudi bertujuan agar pengemudi kendaraan menggunakan sabuk pengaman dan selalu mengutamakan keselamatan serta keamanan dan juga bertujuan agar para pengemudi kendaraan mentaati peraturan-peraturan tentang mengemudi yang sesuai dengan undang-undang yang ada. Cara Kerja Sabuk Pengaman SSCS: Sabuk pengaman ini menggunakan piranti elektronik yang bekerja pada tegangan 12V DC Piranti elektronik yang dimaksud adalah SSCS (Safety belt Safe Control System) yaitu suatu kumpulan komponen listrik yang saling berhubungan sehingga mempunyai fungsi untuk memutus dan meyambungkan sensor. Awal kerja SSCS ini yakni dihubungkan kepada battery 12V yang ada pada kendaraan roda empat maupun lebih atau yang biasa kita sebut dengan AKI (Accu) arus listrik yang dihubungkan harus berjenis aliran DC (bisa hidup tanpa adanya putaran mesin) dan dihubungkan ke iginition switch atau yang orang kenal dengan kunci kontak dimana kunci kontak ini berfungsi untuk menghidupkan mesin kendaraan (engine). Jadi pada saat pengemudi atau pengguna kendaraan tersebut mengontak atau memutar kunci kearah on maka SSCS akan aktif. Karena SSCS ini bekerja pada saat pengemudi memutar kunci kearah bacaan on pada kunci kontak dimana pada posisi on ini aki pada kendaraan sudah mulai bekerja untuk menghidupkan arus listrik yang ada pada kendaraan sehingga SSCS ini pun akan bekerja atau mulai aktif Saat SSCS mulai bekerja sesuai dengan waktu yang telah ditentukan maka buzzer yang sudah terpasang didalam kendaraan akan berbunyi kencang secara terus menerus, menandakan bahwa SSCS sudah mulai bekerja. Buzzer ini merupakan salah satu komponen yang digunakan untuk melengkapi alat SSCS ini dan memiliki fungsi sebagai alarm atau pengingat dengan cara

22 51 mengeluarkan suara secara terus menerus sebagai tanda bahwa ada kesalahan atau peringatan yang harus dipatuhi dalam berkendara sesuai dengan peraturan yang telah dibuat didalam kendaraan tersebut. Saat buzzer berbunyi secara terus menerus maka pengemudi harus menggunakan sabuk pengaman dengan benar. Baik saat menarik bagian sabuknya maupun saat memasang sabuk pengaman kebagian penguncinya. Jika pengemudi tidak menggunakan atau memasang sabuk pengaman dengan benar maka buzzer akan terus berbunyi hingga pengemudi tersebut menggunakan dan memasangnya dengan benar. Pada bagian sabuk pengaman juga sudah terpasang sebuah alat yakni sensor dimana sensor tersebut dipasang pada bagian buckle dan retractor. sensor ini juga dihubungkan pada SSCS. Mesin kendaraan dapat dihidupkan dengan interval waktu 1 menit (sesuai dengan setelan) dan mematikan buzzer pengemudi harus menggunakan sabuk pengaman dengan benar sehingga sensor tersebut berada posisi on atau menyambung Pada saat sensor tersebut sudah dalam posisi on atau menyambung maka akan dihubungkan ke komponen IC Program yang ada pada SSCS, setelah menerima data bahwa pengemudi atau pengguna kendaraan tersebut telah memasang sabuk pengaman dengan benar maka IC Program ini akan langsung memproses ke mesin kendaraan (engine). Jika memang pengemudi atau pengguna kendaraan tersebut telah memasang dan menggunakan sabuk pengaman dengan benar maka mesin kendaraan dapat dihidupkan pada saat posisi mesin kendaraan (engine) sudah on dan jika pengemudi atau pengguna kendaraan tidak memasang atau tidak menggunakan sabuk pengaman tersebut maka mesin kendaraan dalam posisi enginenya hidup akan mati dengan sendirinya setelah interval waktu 1 menit (sesuai dengan setelan) dan buzzer akan mengeluarkan suara kembali secara terus menerus hingga pengemudi menggunakan kembali sabuk pengaman tersebut. Tetapi jika posisi kendaraan dalam keadaan bergerak atau melaju di jalan raya kemudian pengemudi melepas sabuk pengaman maka secara otomatis kecepatan kendaraan akan turun secara perlahan meskipun pengemudi menginjak penuh pedal gas

23 52 Buzzer ini akan secara terus menerus berbunyi jika sabuk pengaman belum dipasang dan belum digunakan dengan benar. Dengan adanya SSCS ini pada kendaraan maka keselamatan pengemudi lebih terjamin pada saat berkendara dan meminimalkan angka kecelakaan serta meminimalkan akibat dari kecelakaan, selain itu pula bukan hanya keselamatan tetapi juga dapat digunakan sebagai tambahan dari segi kemanan kendaraan dimana pada saat ini banyak pencurian kendaraan yang terjadi. 3.8 CARA INSTALASI SAFETYBELT SAFE CONTROL SYSTEM (SSCS) Agar alat ini dapat bekerja dengan baik, kita harus melakukan pemasangan dengan cara yang benar. Hal hal yang perlu anda ketahui saat melakukan pemasangan adalah : 1. Pertama perlu dilakukan yakni pengambilan power atau pengambilan arus listrik untuk menghidupkan alat (SSCS) ini pada kunci kontak kendaraan pada saat kunci kontak diputar kearah bacaan on. Karena pada bagian ini terhubung dengan supply power yang terhubung dengan aki (batteray) yang ada pada kendaraan. Alasan kenapa pemasangan kit (SSCS) ini dihubungkan pada kunci kontak kendaraan supaya pengguna atau pengemudi kendaraan dapat memastikan bahwa kit (SSCS) ini dapat diaktifkan dan dimatikan bersamaan dengan keseluruhan sistem kelistrikan yang ada pada kendaraan. Karena pada saat pengemudi atau pengguna kendaraan mematikan mesin dan memutar kunci kontak kearah off maka kit (SSCS) tidak akan aktif karena arus listrik yang dihasilkan dari aki (batteray) pada kendaraan ikut mati atau tidak aktif. 2. Lalu koneksikan kabel menggunakan skun dan konektor pada kabel sehingga kapanpun pengguna atau pemilik kendaraan menginginkan sistem pada kendaraanya kembali normal atau kembali standar seperti keluaran pabrik maka pengguna atau pemilik kendaraan hanya perlu mencopot atau memutus kabel kit (SSCS) ini pada bagian sambungan di kunci kotak kendaraan, dan sambungkan juga kabel dari kit (SSCS) ke kabel engine stop motor yang ada pada kendaraan roda empat ataupun lebih. Disambungkan dengan engine stop motor bertujuan agar mesin kendaraan (engine) dapat mati dengan sendirinya saat IC Program yang ada pada kit (SSCS) menerima laporan bahwa

24 53 pengemudi belum menggunakan sabuk pengaman sehingga sensor yang ada pada sabuk pengaman dapat langsung memutus atau menghentikan mesin kendaraan. 3. Serta letakan buzzer pada bagian dashboard kendaraan untuk memudahkan pengguna atau pengemudi kendaraan mengetahui bahwa sabuk pengaman belum terpasang atau sabuk pengaman sudah terpasang tetapi belum benar sehingga sensor yang ada pada sabuk tidak saling berhubungan dan mengakibatkan mesin tidak bisa dihidupkan dan buzzer akan berbunyi secara keras dan terus menerus. Gambar 3.31 Truk HINO FM-260TI (Sumber: Data Pribadi) 3.9 SPESIFIKASI KENDARAAN Tabel 3.1 Spesifikasi Kendaraan Performa MEKANIKAL Kecepatan Maksimum : 86 (km/jam) Daya Tanjak (tan Ø) : 47,1

25 54 Model Mesin Kopling Transmisi Kemudi Sumbu Rem Model : J08E UF Tipe : Mesin Diesel 4 Langkah Segaris; Direct Injection; Turbo Chrage Intercooler Tenaga Maksimum (PS/rpm) : 260/2.500 Torsi Maksimum (Kgm/rpm) : 76/1.500 Jumlah Silinder : 6 Diameter x Langkah Piston (mm) : 112 x 130 Isi Silinder (cc) : Tipe : Pelat Kering Tunggal dengan Coil Spring; Hydraulic Operation; Dilengkapi Clutch Booster Diameter Cakram : 380 mm Tipe : ZF 9S 1110TD Perbandingan Gigi : - C : 12,728 ke-1 : 8,829 ke-2 : 6,281 ke-3 : 4,644 ke-4 : 3,478 ke-5 : 2,538 ke-6 : 1,806 ke-7 : 1,335 ke-8 : 1,000 Mundur 12,040 Tipe : Integral Power Steering Minimal Radius Putar : 8,8 m Belakang : Full Floating Type Hypoid Gear Depan : Reverse Elliot, I-Section Beam Perbandingan Gigi Akhir : 6,428 Sistem Penggerak : Rear, 6 x 4 Rem Utama : - Rem Pelambat : - Rem Parkir : -

26 55 Roda & Ban Suspensi Sistim Listrik Accu Ukuran Rim : 20 x 7,00T 162 Ukuran Ban : 10, PR Jumlah Ban : 10 (+1) Depan: Rigid Axle dengan Leaf-Spring Semi Elliptic; Dilengkapi Single Acting Shock Absorber Belakang: Trunnion Suspension Type, Rigid Axle dengan Leaf Spring Semi Elliptic Accu : 12V-65Ah x SISTEM PENGUJIAN ALAT Pengujian alat safety belt safe control system (SSCS) dilakukan pada truk HINO FM- 260TI milik Pertamina (Persero), adapun langkah - langkah pengujian yang penulis lakukan adalah sebagai berikut: 1. Siapkan peralatan untuk memasang alat SSCS. 2. Pasang rangkain alat SSCS pada truk hino fm-260ti. 3. Nyalakan alat dengan menekan tombol on. 4. Hidupkan mesin truk dengan posisi belt terpasang. 5. Lepaskan belt dan tunggu dengan jeda waktu 1 menit. 6. Jika mesin truk mati maka alat SSCS bekerja dengan baik, jika mesin tetap hidup maka alat tidak bekerja. 7. Saat alat bekerja dengan baik, biarkan alat terpasang pada truk. 8. Selama 1 bulan penulis mengumpulkan semua data dari para supir truk tersebut. 9. Lihat hasil dari pengujian tanpa SSCS dan dengan menggunakan SSCS.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alur Improvement Pada proses improvement ini menguraikan tentang alur jalannya improvement kursi pengemudi dari segi ergonomic pada Bus HINO RK-260. Diagram alur improvement

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alur Penelitian Dalam bab ini menguraikan tentang alur jalannya penelitian analisa power loss pada engine bus Hino R260 yang diakibatkan kesalahan pemindahan gigi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 DIAGRAM ALUR PENELITIAN Gambar 3.1 Skema Alur Penelitian 20 Dalam bab ini menguraikan tentang alur jalannya penelitian perbandingan antara menggunakan alat Semi-automatic

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Penelitian Dalam bab ini menguraikan tentang alur jalannya penelitian analisa lokal overheating pada mesin bus 6 silinder. Diagram alur penelitian ini diperlukan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alur Penelitian Dalam bab ini menguraikan tentang alur jalannya penelitian analisa Ketepatan Tekanan Tutup Radiator pada Bus Hino R260. Diagram alur penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 13 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 DIAGRAM ALUR PENELITIAN Pendekatan penelitian adalah metode yang digunakan untuk mendekatkan permasalahan yang diteliti sehingga menjelaskan dan membahas permasalahan secara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PERANCANGAN PEMBUATAN ALAT SENSOR SINYAL BUNYI POLISI TIDUR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PERANCANGAN PEMBUATAN ALAT SENSOR SINYAL BUNYI POLISI TIDUR 39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PERANCANGAN PEMBUATAN ALAT SENSOR SINYAL BUNYI POLISI TIDUR Gambar 4.1 Perancangan Alat Sensor Sinyal Bunyi Pada rangkaian yang diatas membutuhkan tegangan 5 V dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alur Pembuatan Pada proses pembuatan alat ini menguraikan tentang alur jalannya pembuatan alat pendeteksi beban penumpang pada bus untuk menghindari beban yang

Lebih terperinci

1. Perhatikan gambar komponen elektronik di atas, merupakan simbol dari komponen. a. b. c. d. e.

1. Perhatikan gambar komponen elektronik di atas, merupakan simbol dari komponen. a. b. c. d. e. TUGAS MANDIRI KELAS XI SCI Jum at 2 September 2016 1. Perhatikan gambar komponen elektronik di atas, merupakan simbol dari komponen. 2. Perhatikan gambar komponen elektronik di atas, merupakan simbol dari

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. Sebuah modifikasi dan aplikasi suatu sistem tentunya membutuhkan

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. Sebuah modifikasi dan aplikasi suatu sistem tentunya membutuhkan BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH A. Aspek Perancangan Dalam Modifikasi Sebuah modifikasi dan aplikasi suatu sistem tentunya membutuhkan perencanaan, pemasangan dan pengujian. Dalam hal tersebut timbul

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT III.1. Diagram Blok Secara garis besar, diagram blok rangkaian pendeteksi kebakaran dapat ditunjukkan pada Gambar III.1 di bawah ini : Alarm Sensor Asap Mikrokontroler ATmega8535

Lebih terperinci

Adapun cara kerja mikrokontroler adalah sebagai berikut: mikrokontroler akan mengambil data hand brake switch

Adapun cara kerja mikrokontroler adalah sebagai berikut: mikrokontroler akan mengambil data hand brake switch Semakin pesatnya teknologi, kadang membuat banyak orang kurang memahami dengan seksama atas hasil teknologi tersebut Contoh seorang pengemudi mobil yang tidak tahu persis dunia otomotif yang akhirnya kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengguna kendaraan merasa lebih nyaman, aman dan memberikan. lama, yang masih minim fitur teknologi yang memberikan kemudahan

BAB I PENDAHULUAN. pengguna kendaraan merasa lebih nyaman, aman dan memberikan. lama, yang masih minim fitur teknologi yang memberikan kemudahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya teknologi, khususnya dibidang otomotif, sekarang ini banyak kendaraan khususnya mobil telah dilengkapi dengan berbagai fitur dengan fungsi

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR IMPROVEMENT KURSI PENGEMUDI BUS HINO RK-260 DARI SEGI ERGONOMIC

TUGAS AKHIR IMPROVEMENT KURSI PENGEMUDI BUS HINO RK-260 DARI SEGI ERGONOMIC TUGAS AKHIR IMPROVEMENT KURSI PENGEMUDI BUS HINO RK-260 DARI SEGI ERGONOMIC Diajukan Guna Memenuhi SyaratKelulusan Mata KuliahTugasAkhir Pada Program Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : Nama : Imam

Lebih terperinci

Gambar Lampu kepala

Gambar Lampu kepala BAB 10 SISTEM PENERANGAN (LIGHTING SYSTEM) 10.1. Pendahuluan Penerangan yang digunakan di kendaraan diklasifikasikan berdasarkan tujuannya: untuk penerangan, untuk tanda atau informasi. Contoh, lampu depan

Lebih terperinci

USER MANUAL ALARM ANTI MALING MATA PELAJARAN : ELEKTRONIKA PENGENDALI DAN OTOMASI

USER MANUAL ALARM ANTI MALING MATA PELAJARAN : ELEKTRONIKA PENGENDALI DAN OTOMASI USER MANUAL ALARM ANTI MALING MATA PELAJARAN : ELEKTRONIKA PENGENDALI DAN OTOMASI PELAJAR ELEKTRONIKA INDUSTRI 2008 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO SMK NEGERI 3 BOYOLANGU TULUNGAGUNG 2 CREW Agung Wahyu Sekar Alam

Lebih terperinci

USER MANUAL PINTU GESER OTOMATIS MATA DIKLAT:SISTEM PENGENDALI ELEKTRONIKA

USER MANUAL PINTU GESER OTOMATIS MATA DIKLAT:SISTEM PENGENDALI ELEKTRONIKA USER MANUAL PINTU GESER OTOMATIS MATA DIKLAT:SISTEM PENGENDALI ELEKTRONIKA SISWA TEKNIK ELEKTRONIKA INDUSTRI 2 JURUSAN TEKNIK ELEKTRONIKA INDUSTRI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN SMK NEGERI 3 BOYOLANGU CREW

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM 3.1. Spesifikasi Sistem Sebelum merancang blok diagram dan rangkaian terlebih dahulu membuat spesifikasi awal rangkaian untuk mempermudah proses pembacaan, spesifikasi

Lebih terperinci

BAB 12 INSTRUMEN DAN SISTEM PERINGATAN

BAB 12 INSTRUMEN DAN SISTEM PERINGATAN BAB 12 INSTRUMEN DAN SISTEM PERINGATAN 12.1. Pendahuluan Bab ini berisi sistem kelistrikan bodi yang berhubungan dengan suatu pengukur bagi pengemudi yang sebagian atau keseluruhannya berada pada panel

Lebih terperinci

PROTOTIPE PALANG PINTU OTOMATIS UNTUK BUSWAY BERBASIS INFRA RED

PROTOTIPE PALANG PINTU OTOMATIS UNTUK BUSWAY BERBASIS INFRA RED PROTOTIPE PALANG PINTU OTOMATIS UNTUK BUSWAY BERBASIS INFRA RED Suratun 1, Sri Nur Anom 2 1 Dosen Tetap Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Ibn Khaldun Bogor. Jl. KH Sholeh Iskandar

Lebih terperinci

A. SKEMA RANGKAIAN DAN INSTALASI. A.1. Blok Diagram Alarm - 3 -

A. SKEMA RANGKAIAN DAN INSTALASI. A.1. Blok Diagram Alarm - 3 - Terimakasih atas kepercayaan Anda terhadap Alarm Sepeda Motor Zuvitronic ZN01 sebagai pengaman sepeda motor Anda. Keunggulan Alarm ini adalah: 1. Password 3 digit. Motor tidak akan bisa dihidupkan tanpa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian, perancangan, dan pembuatan tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian, perancangan, dan pembuatan tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian, perancangan, dan pembuatan tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas Lampung (khususnya Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan realisasi dari modifikasi kelistrikan pada kendaraan bermotor, perangkat keras maupun perangkat lunak dari setiap modul yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sistem kontrol adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengendalikan,

TINJAUAN PUSTAKA. Sistem kontrol adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengendalikan, 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem kontrol (control system) Sistem kontrol adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengendalikan, memerintah dan mengatur keadaan dari suatu sistem. [1] Sistem kontrol terbagi

Lebih terperinci

MAKALAH Speaker Aktif. Disusun oleh : Lentera Fajar Muhammad X MIA 9/18. SMA 1 KUDUS Jl. Pramuka 41 telp. (0291)

MAKALAH Speaker Aktif. Disusun oleh : Lentera Fajar Muhammad X MIA 9/18. SMA 1 KUDUS Jl. Pramuka 41 telp. (0291) MAKALAH Speaker Aktif Disusun oleh : Lentera Fajar Muhammad X MIA 9/18 SMA 1 KUDUS Jl. Pramuka 41 telp. (0291) 431368. KUDUS-59319 1 Kata Pengantar Bismillahirrahmanirrahim. Segala puji hanya milik Allah

Lebih terperinci

KOMPONEN AKTIF. Resume Praktikum Rangkaian Elektronika

KOMPONEN AKTIF. Resume Praktikum Rangkaian Elektronika Resume Praktikum Rangkaian Elektronika 1. Pertemuan kesatu Membahas silabus yang akan dipelajari pada praktikum rangkaian elektronika. Membahas juga tentang komponen-komponen elektronika, seperti kapasitor,

Lebih terperinci

ROBOT LINE FOLLOWER ANALOG

ROBOT LINE FOLLOWER ANALOG ROBOT LINE FOLLOWER ANALOG ABSTRAK Dalam makalah ini akan dibahas mengenai robot Line Follower. Robot ini merupakan salah satu bentuk robot beroda yang memiliki komponen utama diantaranya, seperti resistor,

Lebih terperinci

USER MANUAL KERAN AIR OTOMATIS MATA DIKLAT : ELEKTRONIKA INDUSTRI ELEKTRONIKA INDUSTRI SMK NEGERI 3 BOYOLANGU TULUNGAGUNG

USER MANUAL KERAN AIR OTOMATIS MATA DIKLAT : ELEKTRONIKA INDUSTRI ELEKTRONIKA INDUSTRI SMK NEGERI 3 BOYOLANGU TULUNGAGUNG USER MANUAL KERAN AIR OTOMATIS MATA DIKLAT : SMK NEGERI 3 BOYOLANGU TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2010/2011 CREW 2 CREW ESA KURNIAWAN NIS : 11246/108.EI DAFTAR ISI 3 DAFTAR ISI 1. Keran Air Otomatis... 4

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PENGERTIAN SPEED LIMITER Kecepatan tinggi merupakan salah satu faktor utama penyebab kecelakaan lalu-lintas darat. Disisi lain banyak perusahaan otomotif yang saling berlomba

Lebih terperinci

KOMPONEN DASAR ELEKTRONIKA. Prakarya X

KOMPONEN DASAR ELEKTRONIKA. Prakarya X KOMPONEN DASAR ELEKTRONIKA Prakarya X Ukuran Komponen Elektronika Komponen Elektronika? Peralatan Elektronika adalah sebuah peralatan yang terbentuk dari beberapa Jenis Komponen Elektronika dan masing-masing

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PANEL KONTROL PENERANGAN. yang dibikin dipasaran menggunakan sistem manual saja, atau otomatis

BAB III PERANCANGAN PANEL KONTROL PENERANGAN. yang dibikin dipasaran menggunakan sistem manual saja, atau otomatis BAB III PERANCANGAN PANEL KONTROL PENERANGAN 3.1. Perakitan Panel Panel Lampu Luar merupakan salah satu panel yang telah dikenal luas, khususnya dalam instalasi lampu penerangan lampu jalan ( PJU ). Biasanya

Lebih terperinci

USER MANUAL TRAINER SAKLAR SUHU OTOMATIS MATA DIKLAT : PERAKITAN ALAT PENGENDALI

USER MANUAL TRAINER SAKLAR SUHU OTOMATIS MATA DIKLAT : PERAKITAN ALAT PENGENDALI USER MANUAL TRAINER SAKLAR SUHU OTOMATIS MATA DIKLAT : PERAKITAN ALAT PENGENDALI SISWA KELAS XII TEI2 JURUSAN TEKNIK ELEKTRONIKA INDUSTRI SMK NEGERI 3 BOYOLANGU CREW 2 CREW 11268/130.EI Suryo Hadi Sampurno

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT 22 BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Perancangan Alat Perancangan merupakan suatu tahap yang sangat penting dalam pembuatan suatu alat, sebab dengan menganalisa komponen yang digunakan maka alat yang akan dibuat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil pengukuran kelistrikan bodi Yamaha Mio. No. Pengukuran Hasil / Kondisi Standar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil pengukuran kelistrikan bodi Yamaha Mio. No. Pengukuran Hasil / Kondisi Standar BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pemeriksaan Tabel 4.1. Hasil pengukuran kelistrikan bodi Yamaha Mio No. Hasil / Kondisi Standar 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 tahanan sekering voltase battery Tegangan pada

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. blok diagram dari sistem yang akan di realisasikan.

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. blok diagram dari sistem yang akan di realisasikan. 33 BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI 3.1 Perancangan Diagram Blok Sistem Dalam perancangan ini menggunakan tiga buah PLC untuk mengatur seluruh sistem. PLC pertama mengatur pergerakan wesel-wesel sedangkan

Lebih terperinci

PEMBUATAN ALAT PENDETEKSI KESALAHAN PADA PEMASANGAN TERMINAL BATERAI KENDARAAN

PEMBUATAN ALAT PENDETEKSI KESALAHAN PADA PEMASANGAN TERMINAL BATERAI KENDARAAN PEMBUATAN ALAT PENDETEKSI KESALAHAN PADA PEMASANGAN TERMINAL BATERAI KENDARAAN Saparudin, Sukma Firdaus, Marlia Adriana Jurusan Mesin Otomotif Politeknik Negeri Tanah Laut Email : Syafar.dea@gmail.com

Lebih terperinci

Jenis-jenis Komponen Elektronika, Fungsi dan Simbolnya

Jenis-jenis Komponen Elektronika, Fungsi dan Simbolnya Jenis-jenis Komponen Elektronika, Fungsi dan Simbolnya Peralatan Elektronika adalah sebuah peralatan yang terbentuk dari beberapa Jenis Komponen Elektronika dan masing-masing Komponen Elektronika tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN 42 BAB III METODA PENELITIAN 3.1. Komponen yang digunakan lain: Adapun komponen-komponen penting dalam pembuatan modul ini antara 1. Lampu UV 2. IC Atmega 16 3. Termokopel 4. LCD 2x16 5. Relay 5 vdc 6.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENGUJIAN

BAB III METODE PENGUJIAN BAB III METODE PENGUJIAN Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan dan pengaruh dari penggunaan Piston standard dan Piston Cavity pada mesin mobil mazda biante. Pengujian ini dilakukan untuk membandingkan

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE 3 KOMPONEN ELEKTRONIKA. Create : Defi Pujianto, S,Kom

PERTEMUAN KE 3 KOMPONEN ELEKTRONIKA. Create : Defi Pujianto, S,Kom PERTEMUAN KE 3 KOMPONEN ELEKTRONIKA Create : Defi Pujianto, S,Kom Resistor Merupakan kokponen elektronika yang berfungsi untuk mengatur serta menghambat arus listrik Resistor di bagi menjadi dua yaitu

Lebih terperinci

BAB II SISTEM PENGONTROLAN MOTOR LISTRIK PADA INDUSTRI. pengendalian terhadap operasi motor listrik yang di pergunakan untuk

BAB II SISTEM PENGONTROLAN MOTOR LISTRIK PADA INDUSTRI. pengendalian terhadap operasi motor listrik yang di pergunakan untuk BAB II SISTEM PENGONTROLAN MOTOR LISTRIK PADA INDUSTRI 2.1 Pengertian Pengontrolan Pengontrolan dapat diartikan sebagai pengaturan dan pengendalian terhadap operasi motor listrik yang di pergunakan untuk

Lebih terperinci

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. Gambar 4.1 Blok Diagram Sistem. bau gas yang akan mempengaruhi nilai hambatan internal pada sensor gas

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. Gambar 4.1 Blok Diagram Sistem. bau gas yang akan mempengaruhi nilai hambatan internal pada sensor gas BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1 Blok Diagram Sistem Sensor Gas Komparator Osilator Penyangga/ Buffer Buzzer Multivibrator Bistabil Multivibrator Astabil Motor Servo Gambar 4.1 Blok Diagram

Lebih terperinci

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISA TEST BED AUTOMATIC CRUISE CONTROL

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISA TEST BED AUTOMATIC CRUISE CONTROL BAB V PENGUJIAN DAN ANALISA TEST BED AUTOMATIC CRUISE CONTROL V.1 Peralatan Pengujian Simulasi pengujian dilakukan terhadap test bed yang telah dibuat. Peralatan yang terdapat dalam test bed ini meliputi;

Lebih terperinci

BAB 13 SISTEM KELISTRIKAN TAMBAHAN (ASESORIS)

BAB 13 SISTEM KELISTRIKAN TAMBAHAN (ASESORIS) BAB 13 SISTEM KELISTRIKAN TAMBAHAN (ASESORIS) 13.1. Pendahuluan Sistem kelistrikan tambahan merupakan sistem di luar sistem utama namun memiliki fungsi yang tidak kalah penting. Faktor keamanan dan kenyamanan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Blok Diagram LED indikator, Buzzer Driver 1 220 VAC Pembangkit Frekuensi 40 KHz 220 VAC Power Supply ATMEGA 8 Tranduser Ultrasounik Chamber air Setting Timer Driver 2 Driver

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan III-1 BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Perancangan Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan menghasilkan suatu sistem yang dapat mengontrol cahaya pada lampu pijar untuk pencahayaanya

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1. Spesifikasi Sistem 4.1.1. Spesifikasi Baterai Berikut ini merupakan spesifikasi dari baterai yang digunakan: Merk: MF Jenis Konstruksi: Valve Regulated Lead Acid (VRLA)

Lebih terperinci

BAB III PENGUJIAN MESIN. kemampuan dan pengaruh dari pemakaian busi standart dan pemakaian busi

BAB III PENGUJIAN MESIN. kemampuan dan pengaruh dari pemakaian busi standart dan pemakaian busi BAB III PENGUJIAN MESIN Pengujian ini dilakukan sesuai dengan tujuan awal yaitu untuk mengetahui kemampuan dan pengaruh dari pemakaian busi standart dan pemakaian busi berelektroda masa empat pada mesin

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dan perancangan tugas akhir ini dimulai sejak bulan November 2012

METODE PENELITIAN. Penelitian dan perancangan tugas akhir ini dimulai sejak bulan November 2012 28 METODE PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU Penelitian dan perancangan tugas akhir ini dimulai sejak bulan November 2012 hingga Januari 2014, dilakukan di Laboratorium Elektronika Jurusan Teknik Elektro Universitas

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini dibahas tentang pembuatan dan pengujian komponenkomponen sensor pada konveyor berbasis Mikrokontroler Arduino Uno. Pembahasan meliputi pembuatan sistem mekanik, pembuatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang memiliki tegangan listrik AC 220 Volt. Saklar ON/OFF merupakan sebuah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang memiliki tegangan listrik AC 220 Volt. Saklar ON/OFF merupakan sebuah BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Blok Diagram PLN merupakan sumber daya yang berasal dari perusahaan listrik Negara yang memiliki tegangan listrik AC 220 Volt. Saklar ON/OFF merupakan sebuah saklar yang

Lebih terperinci

PENGENALAN DAN PENGUKURAN KOMPONEN ELEKTRONIKA DASAR PONSEL

PENGENALAN DAN PENGUKURAN KOMPONEN ELEKTRONIKA DASAR PONSEL PENGENALAN DAN PENGUKURAN KOMPONEN ELEKTRONIKA DASAR PONSEL Komponen elektronika adalah komponen yang tidak bisa dipisahkan pada setiap alat atau perangkat elektronik dalam kebutuhan kita sehari-hari,

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PERANCANGAN SISTEM KONTROL MOTOR LISTRIK DENGAN SAKLAR CAHAYA ( LDR )

BAB IV PROSES PERANCANGAN SISTEM KONTROL MOTOR LISTRIK DENGAN SAKLAR CAHAYA ( LDR ) BAB IV PROSES PERANCANGAN SISTEM KONTROL MOTOR LISTRIK DENGAN SAKLAR CAHAYA ( LDR ) Dalam studi perancangan system control ini melalui beberapa proses yang perlu diperhatikan antara lain proses perakitan

Lebih terperinci

ALAT PEMBATAS LAJU SEPEDA MOTOR. Dwi Hendro Kusumo, Jenny Ermanto, Sun ah Mufida Jurusan Fisika, Universitas Surabaya, Surabaya

ALAT PEMBATAS LAJU SEPEDA MOTOR. Dwi Hendro Kusumo, Jenny Ermanto, Sun ah Mufida Jurusan Fisika, Universitas Surabaya, Surabaya PKMT-1-11-1 ALAT PEMBATAS LAJU SEPEDA MOTOR Dwi Hendro Kusumo, Jenny Ermanto, Sun ah Mufida Jurusan Fisika, Universitas Surabaya, Surabaya ABSTRAK Tingkat kecelakaan lalu lintas yang terjadi saat ini sangat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat 1. Toolset 2. Solder 3. Amplas 4. Bor Listrik 5. Cutter 6. Multimeter 3.1.2 Bahan 1. Trafo tipe CT 220VAC Step down 2. Dioda bridge 3. Dioda bridge

Lebih terperinci

USER MANUAL ALARM ANTI MALING MENGGUNAKAN LASER MATA DIKLAT : SISTEM KENDALI ELEKTRONIKA

USER MANUAL ALARM ANTI MALING MENGGUNAKAN LASER MATA DIKLAT : SISTEM KENDALI ELEKTRONIKA USER MANUAL ALARM ANTI MALING MENGGUNAKAN LASER MATA DIKLAT : SISTEM KENDALI ELEKTRONIKA SISWA KELAS XII JURUSAN TEKNIK ELEKTRONIKA INDUSTRI SMK NEGERI 3 BOYOLANGU TULUNGAGUNG TAHUN AJARAN 2010/2011 CREW

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini menjelaskan tentang perancangan sistem alarm kebakaran menggunakan Arduino Uno dengan mikrokontroller ATmega 328. yang meliputi perancangan perangkat keras (hardware)

Lebih terperinci

AVOMETER 1 Pengertian AVO Meter Avometer berasal dari kata AVO dan meter. A artinya ampere, untuk mengukur arus listrik. V artinya voltase, untuk

AVOMETER 1 Pengertian AVO Meter Avometer berasal dari kata AVO dan meter. A artinya ampere, untuk mengukur arus listrik. V artinya voltase, untuk AVOMETER 1 Pengertian AVO Meter Avometer berasal dari kata AVO dan meter. A artinya ampere, untuk mengukur arus listrik. V artinya voltase, untuk mengukur voltase atau tegangan. O artinya ohm, untuk mengukur

Lebih terperinci

USER MANUAL LAMPU EMERGENCY MATA DIKLAT : RANCANGAN ELEKTRONIKA SISWA XII ELEKTRONIKA INDUSTRI TEKNIK ELEKTRO SMKN 3 BOYOLANGU

USER MANUAL LAMPU EMERGENCY MATA DIKLAT : RANCANGAN ELEKTRONIKA SISWA XII ELEKTRONIKA INDUSTRI TEKNIK ELEKTRO SMKN 3 BOYOLANGU USER MANUAL LAMPU EMERGENCY MATA DIKLAT : RANCANGAN ELEKTRONIKA SISWA XII ELEKTRONIKA INDUSTRI TEKNIK ELEKTRO SMKN 3 BOYOLANGU CREW 2 CREW M. Hendra Sony Sanjaya DAFTAR ISI 3 DAFTAR ISI 1. Lampu Emergency...

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 1.1 Blok Diagram Sensor Kunci kontak Transmiter GSM Modem Recivier Handphone Switch Aktif Sistem pengamanan Mikrokontroler Relay Pemutus CDI LED indikator aktif Alarm Buzzer Gambar

Lebih terperinci

BAB IV PERAWATAN REM CAKRAM TIPE ABS

BAB IV PERAWATAN REM CAKRAM TIPE ABS BAB IV PERAWATAN REM CAKRAM TIPE ABS 4.1. Tujuan Perawatan Perawatan dan perbaikan merupakan suatu hal yang sangat penting agar suatu alat atau mesin dapat bekerja dengan baik. Karena dengan sistem perawatan

Lebih terperinci

KUNCI OTOMATIS KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA BERBASIS MIKROKONTROLER MENGGUNAKAN RFID

KUNCI OTOMATIS KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA BERBASIS MIKROKONTROLER MENGGUNAKAN RFID KUNCI OTOMATIS KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA BERBASIS MIKROKONTROLER MENGGUNAKAN RFID Aprianto Ramadhona Yuliansyah Andika Putra Fredi Jurusan Teknik Informatika STMIK PalComTech Palembang Abstrak Telah

Lebih terperinci

MAX GUARD.

MAX GUARD. MAX GUARD ALARM MOTOR DENGAN PASSWORD ZN-P204 DIPRODUKSI OLEH ZUVITRON DIGITAL http://zuvitronic.tripod.com Terimakasih atas kepercayaan Anda terhadap Alarm Sepeda Motor Max Guard ZN-P204 sebagai pengaman

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Blok Sistem pr Bateray/ accu Program Power supply Setting timer maksimal 15 menit Start Atmega 16 Display Driver Lampu Reset Gambar 3.1 Diagram Blok Sistem Accu

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 39 BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik (hardware) dan pembuatan mekanik Eskalator. Sedangkan untuk pembuatan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 BLOK DIAGRAM Pada perancangan tugas akhir ini saya merancang sistem dengan blok diagram yang dapat dilihat pada gambar 3.1. Gambar 3.1. Blok Diagram Dari blok diagram pusat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Odometer Kopling Problem dan Pemasangan Buzzer. Nomor Polisi Nomor Chasis Nomor Engine

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Odometer Kopling Problem dan Pemasangan Buzzer. Nomor Polisi Nomor Chasis Nomor Engine BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Tabel dan Grafik Hasil Pengujian ini. Hasil dari pengujian masing-masing bus Hino RK260 yang dilakukan di bawah Tabel 4.1 Odometer Kopling Problem dan Pemasangan

Lebih terperinci

Pertemuan 10 A. Tujuan 1. Standard Kompetensi: Mempersiapkan Pekerjaan Merangkai Komponen

Pertemuan 10 A. Tujuan 1. Standard Kompetensi: Mempersiapkan Pekerjaan Merangkai Komponen Pertemuan 10 A. Tujuan 1. Standard Kompetensi: Mempersiapkan Pekerjaan Merangkai Komponen Elektronik 2. Kompetensi Dasar : Memahami komponen dasar elektronika B. Pokok Bahasan : Komponen Dasar Elektronika

Lebih terperinci

USER MANUAL LAMPU TAMAN OTOMATIS MATA DIKLAT : SISTEM PENGENDALI ELEKTRONIKA

USER MANUAL LAMPU TAMAN OTOMATIS MATA DIKLAT : SISTEM PENGENDALI ELEKTRONIKA USER MANUAL LAMPU TAMAN OTOMATIS MATA DIKLAT : SISTEM PENGENDALI ELEKTRONIKA SISWA KELAS XII JURUSAN TEKNIK ELEKTRONIKA INDUSTRI SMK NEGERI 3 BOYOLANGU TULUNGAGUNG TAHUN AJARAN 2010/2011 CREW 2 CREW 11240/102.EI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dijelaskan hasil dan analisis terhadap sistem yang telah dibuat secara keseluruhan. Pengujian tersebut berupa pengujian terhadap perangkat keras serta pengujian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengertian Alat Electrical Load Capability of Sensor (ELCOS) adalah suatu alat untuk mengetahui beban penumpang yang terdapat di dalam bus ataupun di bus yang lainnya. Alat

Lebih terperinci

BAB 24 SISTEM EPS, WIPER, KURSI ELECTRIK

BAB 24 SISTEM EPS, WIPER, KURSI ELECTRIK BAB 24 SISTEM EPS, WIPER, KURSI ELECTRIK 24.1 Sistem EPS (ELEKTRONIK POWER STEERING) Elektronik Power Steering merupakan sistem yang membantu pengoperasian stering waktu dibelokkan dengan menggukan motor

Lebih terperinci

New Mitsubishi Fuso Tractor Head FV51 JH

New Mitsubishi Fuso Tractor Head FV51 JH New Mitsubishi Fuso Tractor Head FV51 JH (KTB), Authorized Distributor Kendaraan Mitsubishi di Indonesia dari Mitsubishi Motors Corporation (MMC) dan Mitsubishi Fuso Truck & Bus Corporation (MFTBC) mulai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Proses alur penelitian Dalam penelitian ini ada beberapa tahap atau langkah-langkah yang peneliti lakukan mulai dari proses perancangan model hingga hasil akhir dalam

Lebih terperinci

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu Brilliant Adhi Prabowo Pusat Penelitian Informatika, LIPI brilliant@informatika.lipi.go.id Abstrak Motor dc lebih sering digunakan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB III PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB III PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 3.1 Umum Sebuah robot adalah kesatuan perangkat yang tersusun dari mekanik yang di dalamnya tertanam serangkaian elektrik dengan fungsi dan kerja yang dapat ditentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan teknologi saat ini semakin pesat dalam kehidupan manusia. Banyaknya aktifitas manusia menyebabkan banyaknya sarana yang digunakan untuk mempermudah kegiatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perangkat Keras ( Hardware) Dalam pembuatan tugas akhir ini diperlukan penguasaan materi yang digunakan untuk merancang kendali peralatan listrik rumah. Materi tersebut merupakan

Lebih terperinci

2 METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2015 hingga Oktober 2015

2 METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2015 hingga Oktober 2015 10 2 METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2015 hingga Oktober 2015 di Laboratorium Teknik Elektronika, Jurusan Teknik Elektro, Universitas Lampung.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT SIMULASI. Pesawat simulasi yang di gunakan dalam mendeskripsikan cara kerja simulasi

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT SIMULASI. Pesawat simulasi yang di gunakan dalam mendeskripsikan cara kerja simulasi BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT SIMULASI 3.1 Perancangan Alat Simulasi Pesawat simulasi yang di gunakan dalam mendeskripsikan cara kerja simulasi otomasi lahan parkir berupa Programmable Logic Control

Lebih terperinci

Percobaan 1 Hubungan Lampu Seri Paralel

Percobaan 1 Hubungan Lampu Seri Paralel Percobaan 1 Hubungan Lampu Seri Paralel A. Tujuan Mahasiswa mampu dan terampil melakukan pemasangan instalasi listrik secara seri, paralel, seri-paralel, star, dan delta. Mahasiswa mampu menganalisis rangkaian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pelaksanaan tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Jurusan Teknik Elektro

III. METODE PENELITIAN. Pelaksanaan tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Jurusan Teknik Elektro 22 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat. Pelaksanaan tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Jurusan Teknik Elektro Fakultas Tekik, Universitas Lampung, yang dilaksanakan mulai bulan Oktober

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SENSOR PARKIR MOBIL PADA GARASI BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO MEGA 2560

RANCANG BANGUN SENSOR PARKIR MOBIL PADA GARASI BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO MEGA 2560 RANCANG BANGUN SENSOR PARKIR MOBIL PADA GARASI BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO MEGA 2560 Oleh : Andreas Hamonangan S NPM : 10411790 Pembimbing 1 : Dr. Erma Triawati Ch, ST., MT. Pembimbing 2 : Desy Kristyawati,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL. i. HALAMAN LEMBAR PERSOALAN... ii. HALAMAN LEMBAR PENGESAHAN... iii. HALAMAN PERSEMBAHAN. iv. HALAMAN MOTTO..

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL. i. HALAMAN LEMBAR PERSOALAN... ii. HALAMAN LEMBAR PENGESAHAN... iii. HALAMAN PERSEMBAHAN. iv. HALAMAN MOTTO.. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. i HALAMAN LEMBAR PERSOALAN...... ii HALAMAN LEMBAR PENGESAHAN...... iii HALAMAN PERSEMBAHAN. iv HALAMAN MOTTO..v KATA PENGANTAR.vi ABSTRACT viii DAFTAR ISI ix DAFTAR NAMA SIMBOL..

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik (hardware) dan pembuatan mekanik robot. Sedangkan untuk pembuatan perangkat

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. mungkin timbul dapat ditekan dan dihindari. gagasan dan didasari oleh teori serta fungsi dari software visual basic,

BAB III PERANCANGAN ALAT. mungkin timbul dapat ditekan dan dihindari. gagasan dan didasari oleh teori serta fungsi dari software visual basic, BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Perancangan Dalam pembuatan suatu alat atau produk perlu adanya sebuah rancangan yang menjadi acuan dalam proses pembuatanya, sehingga kesalahan yang mungkin timbul dapat ditekan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan Maret 2014,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan Maret 2014, 41 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan Maret 2014, bertempat di Laboratorium Instrumentasi Jurusan Fisika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

CATU DAYA MENGGUNAKAN SEVEN SEGMENT

CATU DAYA MENGGUNAKAN SEVEN SEGMENT CATU DAYA MENGGUNAKAN SEVEN SEGMENT Hendrickson 13410221 Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma 2010 Dosen Pembimbing : Diah Nur Ainingsih, ST., MT. Latar Belakang Untuk

Lebih terperinci

TIN-302 Elektronika Industri

TIN-302 Elektronika Industri TIN-302 Elektronika Industri Komponen elektronik dalam industri Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta Komponen Elektronik Komponen elektronik diklasifikasikan menjadi 2: Komponen pasif

Lebih terperinci

PENGENDALIAN OTOMATIK KOPLING MAGNETIK PADA SISTEM KERS SEPEDA MOTOR SUZUKI RC 110 CC

PENGENDALIAN OTOMATIK KOPLING MAGNETIK PADA SISTEM KERS SEPEDA MOTOR SUZUKI RC 110 CC PENGENDALIAN OTOMATIK KOPLING MAGNETIK PADA SISTEM KERS SEPEDA MOTOR SUZUKI RC 110 CC Muhammad Nur Rahmat NRP 2108 030 009 Dosen Pembimbing Dr. Ir. Bambang Sampurno. MT PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011

III. METODE PENELITIAN. Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dan perancangan tugas akhir dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011 sampai dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENULISAN

BAB III METODOLOGI PENULISAN BAB III METODOLOGI PENULISAN 3.1 Blok Diagram Gambar 3.1 Blok Diagram Fungsi dari masing-masing blok diatas adalah sebagai berikut : 1. Finger Sensor Finger sensor berfungsi mendeteksi aliran darah yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Berikut sistem dari modul Hot Plate Magnetic Stirrer dapat dilihat pada

BAB III METODE PENELITIAN. Berikut sistem dari modul Hot Plate Magnetic Stirrer dapat dilihat pada 20 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Sistem Hot Plate Magnetic Stirrer Berikut sistem dari modul Hot Plate Magnetic Stirrer dapat dilihat pada Gambar 3.1. Gambar 3.1 Diagram Blok alat 20 21 Fungsi masing-masing

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM 30 BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM 3.1 Perancangan Sistem Dalam membuat suatu alat ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu bagaimana cara merancang sistem yang akan diimplementasikan pada

Lebih terperinci

ROBOT LINE FOLLOWER (LINE TRACKING ROBOT)

ROBOT LINE FOLLOWER (LINE TRACKING ROBOT) ROBOT LINE FOLLOWER (LINE TRACKING ROBOT) Epan Adi Chandra 1), Prof.Dr.Ir.H. Didik Notosudjono.,M.Sc. 2), Ir. Dede Suhendi.,MT. 3) ABSTRAK Robot Line Follower (Line Tracking Robot) adalah suatu robot yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL, PENGUJIAN DAN ANALISIS. Pengujian diperlukan untuk melihat dan menilai kualitas dari sistem. Hal ini

BAB IV HASIL, PENGUJIAN DAN ANALISIS. Pengujian diperlukan untuk melihat dan menilai kualitas dari sistem. Hal ini BAB IV HASIL, PENGUJIAN DAN ANALISIS Tindak lanjut dari perancangan pada bab sebelumnya adalah pengujian sistem. Pengujian diperlukan untuk melihat dan menilai kualitas dari sistem. Hal ini diperlukan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Perancangan Alat Pada tugas akhir ini penulis merancang suatu alat pengaman yang dapat diaplikasikan untuk memberikan informasi keadaan sepeda motor dari tindakan kejahatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mobil seperti motor stater, lampu-lampu, wiper dan komponen lainnya yang

BAB II LANDASAN TEORI. mobil seperti motor stater, lampu-lampu, wiper dan komponen lainnya yang 7 BAB II LANDASAN TEORI A. LANDASAN TEORI 1. Pembebanan Suatu mobil dalam memenuhi kebutuhan tenaga listrik selalu dilengkapi dengan alat pembangkit listrik berupa generator yang berfungsi memberikan tenaga

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Bab ini akan membahas tentang perancangan sistem deteksi keberhasilan software QuickMark untuk mendeteksi QRCode pada objek yang bergerak di conveyor. Garis besar pengukuran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Di jaman seperti sekarang ini, kehidupan manusia tidak terlepas dari piranti

I. PENDAHULUAN. Di jaman seperti sekarang ini, kehidupan manusia tidak terlepas dari piranti I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di jaman seperti sekarang ini, kehidupan manusia tidak terlepas dari piranti teknologi canggih baik berbentuk elektronik maupun tekologi lain. Di Indonesia sendiri selain

Lebih terperinci