BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sejarah Singkat PT. Intraco Penta, TBK (INTA)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sejarah Singkat PT. Intraco Penta, TBK (INTA)"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Objek Penelitian Sejarah Singkat PT. Intraco Penta, TBK (INTA) Objek penelitian yang dipilih peneliti adalah PT. Intraco Penta, Tbk (INTA) yang melayani kebutuhan alat-alat berat dengan menyediakan rangkaian produk berkualitas tinggi serta serangkaian solusi yang melayani kebutuhan khusus setiap pelanggannya. PT. Intraco Penta, Tbk (INTA) merupakan perusahaan yang mendistribusikan alat berat segmen khusus yang telah berdiri selama 43 tahun. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1970 oleh empat orang kerabat yakni Sucipto Halim, Halex Halim, Wahab Firmansyah, dan Simin Kusumo. Keempat founding father ini merintis PT. Intraco Penta, Tbk dari sebuah took sederhana di Jakarta Pusat,sebagai toko yang menjual suku cadang alat berat. Berbekal komitmen yang kuat serta prinsip maju bersama mitra, hingga tahun 2012 aset PT. Intraco Penta, Tbk telah mencapai 4,27 triliun rupiah. Kepemimpinan PT. Intraco Penta, Tbk di pasar khusus juga membawa Perseroan mencapai volume penjualan sebanyak unit alat berat pada tahun Sepanjang tahun 2011 PT. Intraco Penta berhasil mencatatkan pendapatan sebesar 2,59 triliun rupiah. 52

2 53 Pelanggan utama INTA adalah perusahaan tambang dan kontraktor domestik. INTA juga menjaga kemitraan erat dengan perusahaanperusahaan tambang terkemuka di Indonesia. Selain itu, INTA juga melayani perusahaan dari berbagai sektor, antara lain: konstruksi/infrastruktur, kehutanan, industri agro, minyak dan gas, dan industri umum. Dalam hal jajaran produk, INTA saat ini memiliki lima merek alat berat kelas dunia dari Eropa, Amerika, dan Asia. Kelima merek besar tersebut adalah VOLVO yang menduduki peringkat empat dunia di industri alat-alat konstruksi, INGERSOLL-RAND yang populer di bidang konstruksi, dan aneka produk BOBCAT, MAHINDRA dan SDLG. PT. Intraco Penta, Tbk (INTA) bukan hanya menjual peralatan-peralatan konstruksi, tapi juga kebutuhan-kebutuhan lain seperti Component Rebuild Centre (CRC), persediaan suku cadang, dan konsinyasi kepada pelanggan untuk memastikan agar peralatan mereka bisa beroperasi secara terus menerus tanpa ada gangguan yang berarti. Untuk menyempurnakan konsep penyedia solusi total, INTA menerapkan budaya yang mencakup Care, Excellence dan Synergy (INTAces). PT. Intraco Penta, Tbk (INTA) akan terus memainkan peranan penting dengan pendekatan istimewanya VOLVO yang dikenal sebagai produsen alat berat premium di dunia yang berasal dari Swedia, selama ini produk-produknya yang berkualitas seperti Articulated Haulers, Hydraulic Excavators, Wheel

3 54 Loaders, Motor Graders, dan Compactors. Produk berkualitas lainnya adalah Ingersoll-Rand yang berasal dari Amerika yang telah lama dikenal sebagai produsen kompresor premium dan juga Light Tower, Genset dan Montabert Hydraulic Breakers. INTA juga memasarkan produk dan perawatan alat berat buatan Bobcat dari Amerika Serikat: Mini Excavator, Skid Steer Loader, Telescopic Handler dan Light Sources. Di tahun 2009, produk-produk dari dua principal baru yaitu Mahindra & Mahindra dari India dan Shan Dong Lin Gong (SDLG) dari China tentunya kembali menambah jajaran produk alat berat yang berkualitas baik di INTA. Mahindra & Mahindra, perusahaan kelas dunia yang berbasis India, dengan fasilitas manufaktur teknologi terbaru di Amerika Serikat, Australia, dan India, telah berhasil membuat dan menjual lebih dari 1 juta unit ke seluruh dunia setiap tahun. Perusahaan ini masuk peringkat tiga besar produsen traktor pertanian di dunia, dan memiliki 25% pangsa pasar Australia, dan 15% di Amerika Serikat. INTA yang baru memasarkan farm tractor Mahindra pada pertengahan 2009, telah sukses menjual 20 unit di pasar domestik. Penjualan dipastikan akan terus meningkat seiring misi INTA untuk menjadikan produk yang berkualitas sebagai pemimpin pasar di Indonesia. Produk baru dan berkualitas lainnya adalah SDLG Wheel Loader dibuat oleh Shan Dong Lin Gong Pte Ltd dari Linyi, China, yang termasuk tiga besar produsen alat berat terbesar di China. Perusahaan sudah

4 55 diakuisisi Volvo Construction Equipment (VCE) dari Swedia, tentunya setelah diakuisisi oleh Volvo maka SDLG sudah mengusung nilai-nilai inti dari Volvo berupa quality, productivity dan nilai keselamatan yang baik. Dan di tahun 2009 INTA ditunjuk oleh Volvo Construction Equipment untuk memasarkan produk tersebut. PT. Intraco Penta, Tbk (INTA) mengalami beberapa peristiwa penting sebagai berikut : a. 1970, UD Intraco berdiri dengan bidang usaha distribusi suku cadang b. 1975, Berganti nama menjadi PT. Intraco Penta c. 1982, Sebagai Dealer dari NV PD Pamitran untuk merek Clark Equip., and P&H Crane d. 1984, Memperluas usaha dibidang alat berat dengan mengageni produk Renault Trucks, Lamborghini Farm Tractors (1991), Bell (1991) e. 1992, Mengakuisisi NV PD Pamitran beserta seluruh keagenannya, a.l. VME, P&H/PPM dan Bobcat. f. 1993, Go Public, dengan mencatatkan saham di Bursa Efek Jakarta g. 2001, Implementasi program terintegrasi SAP ERP h. 2002, Reorganisasi perusahaan menjadi 3 regional: Jawa & Indonesia Timur, Kalimantan dan Sumatra i. 2003, Mengakuisisi Intan Baruprana Finance (IBF) j. 2008, Reorganisasi perusahaan menjadi sentralisasi

5 56 k. 2009, INTA mempertahankan total pendapatan diatas Rp 1 triliun, sementara laba bersih naik sebesar 63.3%, meskipun permintaan lebih rendah akibat krisis ekonomi global dan ditunjuk sebagai dealer Mahindra & SDLG l. 2010, INTA mengakuisisi Terra Factor Indonesia (TFI) dan Columbia Chrome Indonesia (CCI) dengan nilai transaksi sebesar Rp 170 miliar dan membentuk Unit Usaha Syariah di IBF m. 2011, INTA mencetak rekor baru dalam kinerja keuangan, dengan mencapai total aset 3,7 triliun dan pendapatan 3 triliun. INTA dipercaya menjadi distributor tunggal di Indonesia untuk memasarkan produk merek Sinotruk dari China n. 2012, INTA masuk jajaran Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia sekaligus termasuk ke dalam daftar 50 Perusahaan Terbaik Indonesia versi majalah Forbes Indonesia dan menjadi Top Performing Company versi majalah Investor Anak perusahaan dan afiliasi PT. Intraco Penta, Tbk (INTA) adalah sebagai berikut : a. PT. Columbia Chrome Indonesia, Industrial Hard Chrome Plating & Hydraulic / Pneumatic Cylinder, Fabrication Bucket and Engineering b. PT. Terrafactor, Penyewaan dan penjualan alat-alat berat bekas c. PT Intan Baruprana Finance, Pembiayaan alat-alat berat (leasing) d. PT Labuan Monodon, Bidang perikanan (budidaya udang) e. PT Kasuari, Kontraktor tambang

6 57 f. PT Pratama Atha Sejati (d/h TWL), Bidang usaha di sektor kehutanan dan perkebunan g. PT General Agromesin Lestari, Fokus pada sektor pertanian dan perkebunan serta perikanan (peralatan tambak) Restrukturisasi organisasi yang dilakukan pada tahun 2011 membentuk 3 anak perusahaan baru yaitu PT. Intraco Penta Wahana (IPW),PT. Intraco Penta Prima Service (IPPS) dan INTA Resources. PT. Intraco Penta Wahana (IPW) merupakan anak usaha PT. Intraco Penta, Tbk yang memasarkan alat berat merek Sinotruk, Ingersoll Rand, Mahindra, dan Bobcat di seluruh Indonesia. Sedangkan PT. Intraco Penta Prima Servis (IPPS) akan berfokus memperdagangkan alat berat merek VOLVO dan SDLG di wilayah Kalimantan, Sulawesi dan Maluku. PT.Intraco Penta Tbk, yakin dengan langkah tersebut IPPS akan dapat lebih fokus melayani kebutuhan peralatan berat dari Kalimantan dan Sulawesi yang telah terbukti memiliki potensi pasar yang besar. Sementara itu, Perseroan berharap INTA Resources dapat menjadi holding atas bisnis pertambangan di masa mendatang. PT. Intraco Penta, Tbk akan tetap mencari peluang untuk mengakuisisi tambang batubara yang memiliki cadangan besar untuk melengkapi konsep Total Solution.

7 VISI & MISI PT. INTRACO PENTA, TBK a. VISI Menjadi penyedia layanan terbaik di pasar alat-alat berat yang melebihi standar kinerja tinggi yang ada sekarang. b. MISI Selalu terfokus pada pelanggan, berpacu dalam mutu, serta berusaha menjadi perusahaan terbaik dalam ilmu dan seni memuaskan pelanggan. Selalu bekerja keras untuk mencapai efisiensi tertinggi dalam pemanfaatan sumber daya manusia, alam, keuangan, waktu dan sumber daya lainnya. Selalu menjalankan usaha dengan integritas sebagai warga negara korporasi (coporate citizen) yang bertanggung jawab Logo PT. Intraco Penta, Tbk

8 Deskripsi Hasil Penelitian Rasio Likuiditas 1. Rasio Lancar (Current Ratio) Tabel 4.1 Rasio Lancar (Current Ratio) PT. Intraco Penta. Tbk, Tahun Tahun Aktiva Lancar Hutang Lancar ( Rp ) ( Rp ) CR (%) Perubahan ,70% -72,10% ,50% -20,20% ,90% -38,60% ,50% 2,60% ,39% 6,35% Rasio lancar atau (current ratio) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo. Perhitungan rasio lancar dilakukan dengan cara membandingkan antara total aktiva lancar dengan total utang lancar. Dari hasil perhitungan current ratio pada PT. Intraco Penta. Tbk untuk tahun masing-masing menunjukkan angka: 142,70%, 122,50%, 83,90%, 86,50% dan 92,39%. Current ratio tertinggi terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 142,70%, hal ini berarti bahwa setiap Rp. 1,00 hutang lancar dijamin dengan Rp 1,427 aktiva lancar.

9 60 Current ratio terendah terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 83,90%, hal ini berarti bahwa setiap Rp. 1,00 hutang lancar dijamin dengan Rp 0,839 aktiva lancar. 2. Rasio Cepat (Quick Ratio) Tabel 4.2 Rasio Cepat (Quick Ratio) PT. Intraco Penta. Tbk Tahun Tahun Aktiva Lancar Hutang Lancar QR Persediaan ( Rp ) ( Rp ) (%) Perubahan ,50% -55,70% ,60% -17,90% ,80% -23,80% ,60% -9,20% ,50% -6,50% Quick Ratio dirancang untuk mengukur seberapa baik perusahaan dapat memenuhi kewajibannya, tanpa harus melikuidasi atau terlalu bergantung pada persediaannya. Persediaan tidak bisa sepenuhnya diandalkan, karena persediaan bukanlah sumber kas yang bisa diperoleh, dan bahkan mungkin tidak mudah dijual pada kondisi ekonomi yang lesu. Dari hasil perhitungan quick ratio pada PT. Intraco Penta. Tbk untuk tahun masing-masing menunjukkan angka: 93,50%, 75,60%, 51,80%, 42,60% dan 49,50%. Quick ratio tertinggi terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 93,50%, hal ini berarti bahwa setiap Rp. 1,00 hutang lancar dijamin dengan Rp 9,350 kas, setara kas dan piutang (quick assets).

10 61 Quick ratio terkecil terjadi pada tahun 2012 yaitu sebesar 42,60%, hal ini berarti bahwa setiap Rp. 1,00 hutang lancar dijamin dengan Rp 0,426 kas, setara kas dan piutang (quick assets) Rasio Rentabilitas/Profitabilitas 1. Gross Pofit Margin (Margin Laba Kotor) Tabel 4.3 Gross Pofit Margin (Margin Laba Kotor) PT. Intraco Penta. Tbk Tahun Tahun Laba Kotor Penjualan GPM ( Rp ) ( Rp ) (%) Perubahan ,62% 8,65% ,04% 9,42% ,97% -0,07% ,05% 41,08% ,45% 57,04% Gross profit margin merupakan perbandingan antara laba kotor dengan penjualan. Bagi perusahaan dagang dan manufaktur, angka rasio gross profit margin yang rendah menandakan bahwa perusahaan tersebut rawan terhadap perubahan harga, baik harga jual maupun harga pokok. Ini berarti bahwa apabila terjadi perubahan pada harga jual atau harga pokok, perubahan ini akan sangat berpengaruh terhadap laba perusahaan. Dari hasil perhitungan Gross Profit Margin pada PT. Intraco Penta. Tbk untuk tahun masing-masing menunjukkan angka: 152,62%, 162,04%, 161,97%, 203,05% dan 260,45%.

11 62 Gross Pofit Margin tertinggi terjadi pada tahun 2013 yaitu sebesar 260,45%, hal ini berarti bahwa setiap Rp. 1,00 laba kotor dihasilkan dari Rp 2,60 penjualan.gross Pofit Margin terkecil terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 152,62%, hal ini berarti bahwa setiap Rp. 1,00 laba kotor dihasilkan dari Rp 1,52 penjualan. 2. Net Profit Margin (Margin Laba Bersih) Tabel 4.4 Net Profit Margin (Margin Laba Bersih) PT. Intraco Penta. Tbk Tahun Tahun Laba Bersih Penjualan NPM ( Rp ) ( Rp ) (%) Perubahan ,01% 1,83% ,42% 1,41% ,88% -0,54% ,58% -4,30% ,56% -0,02% Net profit margin merupakan rasio ini menunjukkan berapa besar presentase pendapatan bersih diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi. Jika netprofit margin suatu perusahaan lebih rendah dari rata-rata industrinya, hal itu dapat disebabkan oleh harga jual perusahaan yang lebih rendah daripada perusahaan pesaing, atau harga pokok penjualan lebih tinggi daripada harga pokok penjualan perusahaan pesaing.

12 63 Dari hasil perhitungan Net Pofit Margin pada PT. Intraco Penta. Tbk untuk tahun masing-masing menunjukkan angka: 4,01%, 5,42%, 4,88%, 0,58% dan 0,56%. Net Pofit Margin tertinggi terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 5,42%, hal ini berarti bahwa setiap Rp. 1,00 pendapatan bersih dihasilkan dari Rp 5,42 penjualan.net Pofit Margin terkecil terjadi pada tahun 2013 yaitu sebesar 0,56 %, hal ini berarti bahwa setiap Rp. 1,00 pendapatan bersih dihasilkan dari Rp 0,56 penjualan. 3. Operating Income Margin (Margin Laba Usaha) Tabel 4.5 Operating Income Margin (Margin Laba Usaha) PT. Intraco Penta. Tbk Tahun Tahun Laba Usaha Penjualan OIM ( Rp ) ( Rp ) (%) Perubahan ,43% 3,01% ,90% -1,52% ,86% -3,05% ,98% -4,88% ,94% -0,04% Pada rasio ini, angka laba yang digunakan dalam perhitungan adalah yang berasal dari kegiatan usaha pokok perusahaan. Semakin tinggi operating income margin semakin kurang baik, karena biaya-biaya operasi berarti naik dan gejala ini ada kemungkinan pemborosan.

13 64 Rasio ini mencerminkan keuntungan yang diperoleh tanpa mengingat dari mana sumber modal dan menunjukkan tingkat efisiensi perusahaan dalam melaksanakan operasi sehari-hari. Rasio ini sangat berguna membandingkan antara dua perusahaan atau lebih yang memiliki struktur permodalan yang berbeda atau untuk membandingkan perusahaan yang sama untuk dua periode yang berbeda, karena dengan demikian akan diketahui Retum on Investment (ROI) dari perusahaan yang bersangkutan atau dari periode ke periode lainnya. Dari hasil perhitungan Operating Income Margin pada PT. Intraco Penta. Tbk untuk tahun masing-masing menunjukkan angka: 11,43%, 9,90%, 6,86%, 1,98% dan 1,94%. Operating Income Margin tertinggi terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 11,43%, hal ini berarti bahwa setiap Rp. 1,00 laba dihasilkan dari Rp 11,43kegiatan usaha pokok perusahaan.operating Income Margin terkecil terjadi pada tahun 2013 yaitu sebesar 10,94%, hal ini berarti bahwa setiap Rp. 1,00 laba dihasilkan dari Rp 0,56 kegiatan usaha pokok perusahaan.

14 65 4. Return On Asset (Pengembalian Aktiva) Tabel 4.6 Return On Asset (Pengembalian Aktiva) PT. Intraco Penta. Tbk Tahun Tahun Laba Bersih Total Aktiva ROA ( Rp ) ( Rp ) (%) Perubahan ,20% 1,18% ,08% 1,88% ,22% -1,87% ,29% -2,92% ,25% -2,96% Analisis Return On Asset (ROA) merupakan teknik analisa yang lazim digunakan oleh perusahaan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. ROA adalah salah satu bentuk dari rasio rentabilitas yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Return On Asset (ROA) merupakan rasio yang mengukur tingkat pengembalian dari bisnis atas seluruh aset yang ada atau rasio yang menggambarkan efisiensi pada dana yang digunakan dalam perusahaan. Semakin tinggi ROA, berarti perusahaan semakin mampu mendayagunakan aset dengan baik untuk memperoleh keuntungan.

15 66 Dari hasil perhitungan Return on Asset pada PT. Intraco Penta. Tbk untuk tahun masing-masing menunjukkan angka: 3,20%, 5,08%, 3,22%, 0,29% dan 3,25%. Return on Asset tertinggi terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 5,08%, hal ini berarti bahwa setiap Rp. 1,00 tingkat pengembalian dihasilkan dari Rp 5,08 pendayagunaan aktiva dalam operasi perusahaan. Return on Asset terendah terjadi pada tahun 2012 yaitu sebesar 0,29%, hal ini berarti bahwa setiap Rp. 1,00 tingkat pengembalian dihasilkan dari Rp 0,29 pendayagunaan aktiva dalam operasi perusahaan. 5. Return On Equity (Pengembalian Ekuitas) Tabel 4.7 Return On Equity (Pengembalian Ekuitas)PT. Intraco Penta. Tbk Tahun Tahun Laba Bersih Modal Sendiri ROE ( Rp ) ( Rp ) (%) Perubahan ,27% 12,02% ,36% 26,09% ,48% -73,84% ,44% 28,04% ,35% 0,09% Return on equity atau rentabilitas modal sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri.semakin tinggi rasio ini semakin baik, artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian

16 67 pula sebaliknya.rasio ini mengukur tingkat pengembalian dari bisnis atas seluruh modal yang ada.roe merupakan salah satu indikator yang digunakan oleh pemegang saham untuk mengukur keberhasilan bisnis yang dijalani. Dari hasil perhitungan Return on Equity pada PT. Intraco Penta. Tbk untuk tahun masing-masing menunjukkan angka: 3,20%, 5,08%, 3,22%, 0,29% dan 3,25%. Return On Equity tertinggi terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 42,36%, hal ini berarti bahwa setiap Rp. 1,00 laba bersih dihasilkan dari Rp 42,36 modal.return On Equity terendah terjadi pada tahun 2013 yaitu sebesar -31,48%, hal ini berarti bahwa bahwa setiap Rp. 1,00 laba bersih dihasilkan dari Rp -31,48 modal Rasio Rata-rata Industri Sejenis Dalam penelitian ini, rasio rata-rata industri PT.Intraco Penta Tbk akan dibandingkan dengan rasio rata-rata industri sejenisnya yaitu dengan PT. Hexindo Adi Perkasa, Tbk. Berikut ini adalah rasio rata-rata PT. Hexindo Adi Perkasa, Tbk : a) Likuiditas Perusahaan Aktiva Lancar Current Ratio = Kewajiban Lancar

17 68 Current Ratio = = 1,1 (artinya setiap Rp 1 hutang lancar dijamin dengan Rp 1.1 aktiva lancar) Quick Ratio = Aktiva Lancar - Persediaan Kewajiban Lancar Current Ratio = = 0,5 ( artinya Kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban lancar dengan aktiva perusahaan adalah setiap Rp 1 hutang lancar dijamin dengan Rp 0.5 aktiva lancar yang likuid atau dalam bentuk uang bukan persediaan barang dagangan ) b) Solvabilitas Perusahan Rasio Modal Dengan Aktiva = = Modal Sendiri Total Aktiva = 0,3

18 69 ( Artinya Setiap Rp 1 total aktiva dibiayai dengan Rp 0.3 modal sendiri, sedangkan Rp 0.7 dari pinjaman) Rasio Modal Dengan Aktiva = = Modal Sendiri Aktiva Tetap = 0,1 ( Artinya aktiva tetap dibiayai dengan 110 % modal sendiri) Rasio Aktiva Tetap Dengan = hutang jangka panjang = Aktiva Tetap Hutang Jangka Panjang = 3,1 (Artinya Kemampuan perusahaan untuk memperoleh pinjaman jangka panjang dengan jaminan aktiva aktiva tetap sebesar 310%) c) Rentabilitas Perusahaan Rasio Laba Usaha Dengan Total Aktivitas= Laba Usaha Total Aktiva

19 70 = = 0,1 (Artinya : Setiap Rp 1 Total Aktiva, menghasilkan Laba Usaha sebesar Rp 0.1) Perputaran Total Aktivitas = = Penjualan Total Aktiva = 1,3 (artinya Total Aktiva telah digunakan untuk meningkatkan penjualan efisiensi sebesar 1,3x ) Gross Margin Ratio = = Laba Kotor Penjualan = 0,2 (Artinya Perusahaan dapat mencapai laba kotor 20% dari penjualannya) Net Margin Ratio = = Laba Bersih Penjualan

20 71 = 0,03 (Artinya Rp 1 penjualan meenghasilkan Laba bersih sebanyak Rp 0.03) Operating Margin Ratio = = Laba Usaha Penjualan = 0,07 (Artinya Setiap Rp 1 penjualan menghasilkan Rp 0.07) Rentabilitas Modal Sendiri = = Laba Bersih Modal Sendiri = 0,13 (Artinya Rp 1 modal sendiri menghasilkan laba bersih Rp 0.13) 4.3 Pembahasan Current ratio tertinggi terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 142,70%, hal ini berarti bahwa setiap Rp. 1,00 hutang lancar dijamin dengan Rp 1,427 aktiva lancar. Current ratio terendah terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 83,90%, hal ini berarti bahwa setiap Rp. 1,00 hutang lancar dijamin dengan Rp 0,839 aktiva lancar.

21 72 Selanjutnya, Quick ratio tertinggi terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 93,50%, hal ini berarti bahwa setiap Rp. 1,00 hutang lancar dijamin dengan Rp 9,350 kas, setara kas dan piutang (quick assets). Quick ratio terkecil terjadi pada tahun 2012 yaitu sebesar 42,60%, hal ini berarti bahwa setiap Rp. 1,00 hutang lancar dijamin dengan Rp 0,426 kas, setara kas dan piutang (quick assets). Maka, rasio likuiditas tertinggi dilihat dari rasio lancar terjadi pada tahun 2009 yang berarti bahwa hutang lancar PT. Intraco Penta Tbk telah dapat dijamin oleh aktiva lancar dan kas, serta setara kas dan piutang. Gross Pofit Margin tertinggi terjadi pada tahun 2013 yaitu sebesar 260,45%, hal ini berarti bahwa setiap Rp. 1,00 laba kotor dihasilkan dari Rp 2,60 penjualan. Gross Pofit Margin terkecil terjadi pada tahun 2009 yaitusebesar 152,62%, hal ini berarti bahwa setiap Rp. 1,00 laba kotor dihasilkan dari Rp 1,52 penjualan. Maka PT. Intraco Penta Tbk. tidak dalam kondisi rawan terhadap perubahan harga, baik harga jual maupun harga pokok. Dan berarti pula bahwa apabila terjadi perubahan pada harga jual atau harga pokok, perubahan ini tidak akan terlalu berpengaruh terhadap laba perusahaan. Net Pofit Margin tertinggi terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 5,42%, hal ini berarti bahwa setiap Rp. 1,00 laba bersih dihasilkan dari Rp 5,42 penjualan. Net Pofit Margin terkecilterjadi pada tahun 2013 yaitusebesar 0,56%, hal ini berarti bahwa setiap Rp. 1,00 laba bersih dihasilkan dari Rp 0,56 penjualan. Maka presentase pendapatan bersih

22 73 diperoleh dari setiap penjualan PT. Intraco Penta Tbk mengalami penurunan cukup besar dari tahun 2009 sampai dengan 2013, hal tersebut tidak baik, karena kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi tidak berhasil dicapai pada tahun Hasil penelitian menunjukkan bahwa Operating Income Margin tertinggi terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 11,43%, hal ini berarti bahwa biaya-biaya operasi naik dan gejala ini ada kemungkinan pemborosan, dan operasional PT. Intraco Penta. Tbk pada tahun 2009, tidak berjalan secara efisien. Operating Income Margin terendah terjadi pada tahun 2013 yaitu sebesar 1,94%, hal ini berarti bahwa biaya-biaya operasi turun dan gejala ini menunjukkan tidak adanya pemborosan, dan operasional PT. Intraco Penta. Tbk pada tahun 2009, berjalan secara sangat efisien. Maka, operasional PT. Intraco Penta Tbk. sangat efisien dari tahun 2009 sampai dengan 2013, karena biaya-biaya operasi mengalami penurunan sangat signifikan dan tidak ditunjukkan adanya pemborosan. Return On Asset tertinggi terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 5,08%, hal ini berarti bahwa PT. Intraco Penta. Tbk pada tahun 2010 mampu mendayagunakan aset dengan baik untuk memperoleh keuntungan., dan seluruh operasional perusahaan berjalan secara efektif. Return On Asset terendah terjadi pada tahun 2012 yaitu sebesar 0,29%, hal ini berarti bahwa PT. Intraco Penta. Tbk pada tahun 2012 kurang mampu mendayagunakan aset dengan baik untuk memperoleh keuntungan., dan seluruh operasional perusahaan berjalan secara kurang efektif. Maka,

23 74 perusahaan hanya mampu mendayagunakan aset dengan baik untuk memperoleh keuntungan pada tahun 2010 saja, dan pada 2011 sampai dengan 2012, terus mengalami penurunan hingga sebesar 0,29%. Namun, pada tahun 2013, mengalami peningkatan sebesar 3,25%, maka dapat disimpulkan pula bahwa efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan PT. Intraco Penta Tbk. mengalami penurunan dari tahun , namun mengalami peningkatan pada tahun Return On Equity tertinggi terjadi pada tahun 2010 yaitusebesar 42,36%, hal ini berarti bahwa penggunaan modal sendiri PT. Intraco Penta. Tbk pada tahun 2010 telah sangat efisien, dan posisi pemilik perusahaan semakin kuat. Return On Equity terendah terjadi pada tahun 2013 yaitu sebesar -31,48%, hal ini berarti bahwa penggunaan modal sendiri PT. Intraco Penta. Tbk pada tahun 2010 tidak efisien, dan posisi pemilik perusahaan tidak kuat. Maka, PT. Intraco Penta sangat berhasil dengan efisien menggunakan modal sendiri dan posisi para pemilik perusahaan sangat kuat hanya pada tahun 2010, terbukti dengan tingkat ROE sebesar 42,36%. Namun, pada tahun 2012, PT. Intraco Penta Tbk mengalami penurunan efisiensi penggunaan modal sendiri dan posisi pemilik perusahaan sangat tidak kuat. Jika dibandingkan dengan analisis rasio rata-rata industry sejenis antara PT. Intraco Penta Tbk dengan PT. Hexindo Adi Perkasa, Tbk, adalah, Current ratio tertinggi terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 142,70%, hal ini berarti bahwa setiap Rp. 1,00 hutang lancar dijamin

24 75 dengan Rp 1,427 aktiva lancar. Current ratio terendah terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 83,90%, hal ini berarti bahwa setiap Rp. 1,00 hutang lancar dijamin dengan Rp 0,839 aktiva lancar. Selanjutnya, Quick ratio tertinggi terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 93,50%, hal ini berarti bahwa setiap Rp. 1,00 hutang lancar dijamin dengan Rp 9,350 kas, setara kas dan piutang (quick assets). Rasio likuiditas tertinggi PT. Intraco Penta Tbk dilihat dari rasio lancar terjadi pada tahun 2009 yang berarti bahwa hutang lancar PT. Intraco Penta Tbk dapat dijamin oleh aktiva lancar dan kas, serta setara kas dan piutang. Sementara Kemampuan PT. Hexindo Adi Perkasa, Tbk memenuhi kewajiban lancar dengan aktiva perusahaan adalah setiap Rp 1 hutang lancar dijamin dengan Rp 0.5 aktiva lancar yang likuid atau dalam bentuk uang bukan persediaan barang dagangan. Data lain yang dapat diperoleh dari PT. Hexindo Adi Perkasa, Tbk adalah setiap Rp 1 total aktiva dibiayai dengan Rp 0.3 modal sendiri, sedangkan Rp 0.7 dari pinjaman ; Aktiva tetap PT. Hexindo Adi Perkasa, Tbk dibiayai dengan 110 % modal sendiri; Kemampuan perusahaan untuk memperoleh pinjaman jangka panjang dengan jaminan aktiva aktiva tetap sebesar 310%; Total Aktiva telah digunakan untuk meningkatkan penjualan efisiensi sebesar 1,3x; rasio GPM menyatakan bahwa perusahaan dapat mencapai laba kotor 20% dari penjualannya; Rasio NPM menyatakan bahwa Rp 1 penjualan meenghasilkan Laba bersih sebanyak Rp 0.03; Rasio OIM menyatakan bahwa setiap Rp 1

25 76 penjualan menghasilkan Rp 0.07; Rasio rentabilitas menyatakan bahwa Rp 1 modal sendiri menghasilkan laba bersih Rp Jika dibandingkan antara PT. Intraco Penta Tbk dengan PT. Hexindo Adi Perkasa, Tbk, maka posisi keuangan atau kinerja keuangan jika dilihat dari rasio likuiditas dan rentabilitas, PT. Intraco Penta Tbk. lebih baik dari PT. Hexindo Adi Perkasa, Tbk.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. kesimpulan, yaitu sebagai berikut : lancar dijamin dengan Rp 0,839 aktiva lancar.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. kesimpulan, yaitu sebagai berikut : lancar dijamin dengan Rp 0,839 aktiva lancar. BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Pada penelitian ini, peneliti dapat memberikan beberapa kesimpulan, yaitu sebagai berikut : 1. Current ratio tertinggi terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 142,70%,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses merger dan akuisisi merupakan proses yang lazim dilakukan dalam praktek

BAB I PENDAHULUAN. Proses merger dan akuisisi merupakan proses yang lazim dilakukan dalam praktek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses merger dan akuisisi merupakan proses yang lazim dilakukan dalam praktek bisnis saat ini. Dalam proses tersebut para pengambil keputusan mendasari tindakannya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada laporan keuangan PT.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada laporan keuangan PT. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada laporan keuangan PT. Kimia Farma Tbk., maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil kinerja likuiditas

Lebih terperinci

ANALISIS RASIO LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, DAN PROFITABILITAS PADA LAPORAN KEUANGAN PT. SIANTAR TOP (PERSERO) TBK. : Sovia Yohana Lumban : 1A214419

ANALISIS RASIO LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, DAN PROFITABILITAS PADA LAPORAN KEUANGAN PT. SIANTAR TOP (PERSERO) TBK. : Sovia Yohana Lumban : 1A214419 ANALISIS RASIO LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, DAN PROFITABILITAS PADA LAPORAN KEUANGAN PT. SIANTAR TOP (PERSERO) TBK Nama NPM Kelas Fakultas Jurusan Pembimbing : Sovia Yohana Lumban : 1A214419 : 3EA39 : Ekonomi

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. ANTAM Tbk. : Joko Prayitno NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing :Dr. Emmy Indrayani

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. ANTAM Tbk. : Joko Prayitno NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing :Dr. Emmy Indrayani ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. ANTAM Tbk. Nama : Joko Prayitno NPM : 24213668 Jurusan : Akuntansi Pembimbing :Dr. Emmy Indrayani Latar Belakang Masalah Untuk mengetahui kondisi keuangan suatu perusahaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. dan interprestasi terhadap laporan keuangan badan yang bersangkutan.

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. dan interprestasi terhadap laporan keuangan badan yang bersangkutan. BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN Pada bab sebelumnya di jelaskan bahwa laporan keuangan merupkan sumber informasi yang penting dan dapat dipercaya untuk menilai kondisi keuangan dan hasil usaha suatu badan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Laporan keuangan merupakan media yang penting untuk menilai prestasi serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat mengambil suatu keputusan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN Salah satu cara untuk mengetahui kondisi keuangan suatu perusahaan adalah dengan melakukan analisis terhadap laporan keuangan perusahaan tersebut. Analisis yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis rasio keuangan PT Gudang Garam Tbk tahun 2012-2014 pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan kinerja keuangan PT Gudang Garam Tbk tahun 2012-2014

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 36 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Rasio PT United Tractors, Tbk Informasi yang ada pada laporan keuangan hanyalah informasi yang berupa angka-angka yang merupakan rekaman dari transaksi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap laporan keuangan PT. Indofarma Tbk., maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil kinerja likuiditas perusahaan

Lebih terperinci

Analisis Laporan Keuangan Untuk Menilai Kinerja Perusahaan Pada Pt. Holcim Indonesia Tbk

Analisis Laporan Keuangan Untuk Menilai Kinerja Perusahaan Pada Pt. Holcim Indonesia Tbk Analisis Laporan Keuangan Untuk Menilai Kinerja Perusahaan Pada Pt. Holcim Indonesia Tbk Nama : R. Hudy Adinurwijaya Npm : 25210478 Kelas : 4EB23 Jurusan : Akuntansi Fakultas : Ekonomi Universitas Gunadarma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi pada suatu negara sangat dipengaruhi oleh para pengusaha yang sukses dalam mengelola perusahaannya. Dalam meningkatkan serta memperlancar

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN. Laporan keuangan peruahaan merupakan sumber informasi bagi pihakpihak

BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN. Laporan keuangan peruahaan merupakan sumber informasi bagi pihakpihak BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN 4.1 Analisis Laporan Keuangan Perusahaan Laporan keuangan peruahaan merupakan sumber informasi bagi pihakpihak yang berkepentingan untuk menilai kerja dan posisi keuangan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. 44 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan PT. HM Sampoerna Tbk, didirikan di Indonesia pada tanggal 19 Oktober 1963 berdasarkan Akta Notaris Anwar Mahajudin, S.H., No. 69.

Lebih terperinci

2016 LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI ALAT BERAT DI INDONESIA

2016 LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI ALAT BERAT DI INDONESIA 2016 LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI ALAT BERAT DI INDONESIA DAFTAR ISI BAB I KINERJA INDUSTRI ALAT BERAT 1 1.1. KINERJA SAAT INI 1 Grafik 1.1. Produksi dan Pertumbuhan Produksi Alat Berat di Indonesia, 2006

Lebih terperinci

ANALISIS RASIO KEUANGAN SEBAGAI ALAT UKUR KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PADA PT. MANDOM INDONESIA TBK.

ANALISIS RASIO KEUANGAN SEBAGAI ALAT UKUR KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PADA PT. MANDOM INDONESIA TBK. ANALISIS RASIO KEUANGAN SEBAGAI ALAT UKUR KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PADA PT. MANDOM INDONESIA TBK. Nama : Annisa Damayanti Puspitasari NPM : 21213127 Kelas : 3EB03 Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Dini

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap laporan keuangan PT. Kalbe Farma Tbk., maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil kinerja likuiditas perusahaan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Persaingan dalam dunia usaha yang semakin ketat menuntut perusahaan perusahaan sejenis untuk terus mengembangkan skala usahanya dan menerapkan kebijakan strategi yang tepat di segala bidang. Perusahaan

Lebih terperinci

2017 LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI ALAT BERAT DI INDONESIA

2017 LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI ALAT BERAT DI INDONESIA 2017 LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI ALAT BERAT DI INDONESIA BAB I KINERJA INDUSTRI ALAT BERAT 1 1.1. KINERJA SAAT INI 1 Grafik 1.1. Produksi dan Pertumbuhan Produksi Alat Berat di Indonesia, 2006 2016 2 Grafik

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. TOKO GUNUNG AGUNG, Tbk TAHUN

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. TOKO GUNUNG AGUNG, Tbk TAHUN ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. TOKO GUNUNG AGUNG, Tbk TAHUN 2008-2012 NAMA : DEWI KUSUMASTUTI KELAS : 3EB15 NPM : 21210905 FAKULTAS : EKONOMI JURUSAN : AKUNTANSI Latar Belakang Masalah Analisis laporan

Lebih terperinci

Analisis Rasio Keuangan pada PT Citra Tubindo Tbk.

Analisis Rasio Keuangan pada PT Citra Tubindo Tbk. Jurnal Akuntansi, Ekonomi dan Manajemen Bisnis Vol. 2, No. 1, July 2014, 45-54 p-issn: 2337-7887 Article History Received May, 2014 Accepted June, 2014 Analisis Rasio Keuangan pada PT Citra Tubindo Tbk.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Rasio Keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Analisis rasio adalah suatu metode Analisis untuk mengetahui hubungan pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas

I. PENDAHULUAN. Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas menurut Anoraga (1997:300) adalah menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Hutang Hutang sering disebut juga sebagai kewajiban, dalam pengertian sederhana dapat diartikan sebagai kewajiban keuangan yang harus dibayar oleh perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industry) dan produk yang dihasilkan pun bermacam-macam dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Industry) dan produk yang dihasilkan pun bermacam-macam dengan semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada saat ini begitu banyak perusahaan manufaktur yang berkembang di Indonesia, terutama perusahaan disektor barang konsumsi (Consumer Goods Industry) dan

Lebih terperinci

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PADA PT KALBE FARMA TBK. : DWI PRATIWI NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Rino Rinaldo, SE.

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PADA PT KALBE FARMA TBK. : DWI PRATIWI NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Rino Rinaldo, SE. ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PADA PT KALBE FARMA TBK Nama : DWI PRATIWI NPM : 22213689 Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Rino Rinaldo, SE., MMSI LATAR BELAKANG RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dalam dunia bisnis, tingginya tingkat persaingan membuat setiap perusahaan akan senantiasa meningkatkan kinerjanya agar dapat bertahan. Oleh karena itu, setiap perusahaan akan selalu berusaha memperoleh

Lebih terperinci

Nama : Martha Romadoni NPM : Kelas : 3EA13

Nama : Martha Romadoni NPM : Kelas : 3EA13 ANALISA KINERJA KEUANGAN PT. PEGADAIAN Tbk BERDASARKAN RASIO LIKUIDITAS, SOLVABILITAS DAN PROFITABILITAS Nama : Martha Romadoni NPM : 16209473 Kelas : 3EA13 LATAR BELAKANG Mengingat pegadaian merupakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. berupa angka-angka dari transaksi yang terjadi selama satu periode. Informasi

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. berupa angka-angka dari transaksi yang terjadi selama satu periode. Informasi BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Rasio PT Astra Agro Lestari Tbk Informasi yang ada pada laporan keuangan adalah informasi yang berupa angka-angka dari transaksi yang terjadi selama satu

Lebih terperinci

Waktu efektif yang digunakan dalam melakukan penelitian ini dimulai. pada bulan September 2015 sampai dengan selesainya skripsi ini.

Waktu efektif yang digunakan dalam melakukan penelitian ini dimulai. pada bulan September 2015 sampai dengan selesainya skripsi ini. 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan tempat penelitian Waktu efektif yang digunakan dalam melakukan penelitian ini dimulai pada bulan September 2015 sampai dengan selesainya skripsi ini. Tempat penelitian

Lebih terperinci

NUR AZIZ MANAJEMEN EKONOMI 2015 ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN PENDEKATAN LIQUIDITAS, SOLVABILITAS, RENTABILITAS PADA PT.

NUR AZIZ MANAJEMEN EKONOMI 2015 ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN PENDEKATAN LIQUIDITAS, SOLVABILITAS, RENTABILITAS PADA PT. NUR AZIZ 19210415 MANAJEMEN EKONOMI 2015 ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN PENDEKATAN LIQUIDITAS, SOLVABILITAS, RENTABILITAS PADA PT. GARUDAFOOD Latar Belakang Tujuan penyusunan laporan keuangan oleh perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Memasuki era perdagangan bebas persaingan usaha di antara perusahaan yang semakin ketat, menuntut perusahaan untuk selalu mengembangkan strategi perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki banyak kebutuhan, terutama yang berkaitan dengan dana. Dana

BAB I PENDAHULUAN. memiliki banyak kebutuhan, terutama yang berkaitan dengan dana. Dana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menjalankan suatu bisnis setiap perusahaan perbankan memiliki banyak kebutuhan, terutama yang berkaitan dengan dana. Dana merupakan elemen utama yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan memberikan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. dan dapat dipercaya untuk menilai kinerja perusahaan dan hasil dari suatu

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. dan dapat dipercaya untuk menilai kinerja perusahaan dan hasil dari suatu 50 BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang penting dan dapat dipercaya untuk menilai kinerja perusahaan dan hasil dari suatu perusahaan. Salah satu

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. saran yang sesuai dengan penelitian analisis data yang telah dilakukan.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. saran yang sesuai dengan penelitian analisis data yang telah dilakukan. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Sebagai akhir dari penelitian ini, disampaikan beberapa kesimpulan dan saran yang sesuai dengan penelitian analisis data yang telah dilakukan. 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan pembahasan sebelumnya yang dilakukan penulis pada bab IV, hasil penelitian pada PT Adira Dinamika Multi Finance, Tbk dapat disimpulkan sebagai berikut :

Lebih terperinci

Analisis Kinerja Keuangan Dengan Metode Profitabilitas Terhadap Laba Perusahaan Pada PT. Indofood Sukses Makmur Tbk

Analisis Kinerja Keuangan Dengan Metode Profitabilitas Terhadap Laba Perusahaan Pada PT. Indofood Sukses Makmur Tbk Analisis Kinerja Keuangan Dengan Metode Profitabilitas Terhadap Laba Perusahaan Pada PT. Indofood Sukses Makmur Tbk Nama : A. Yaumil Mahsyar H NPM : 20213003 Kelas : 3EB12 Jurusan : Akuntansi Pembimbing

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Menurut PSAK No.1 ( Revisi 2009 ) Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Objek yang dipilih adalah PT Mitra Adiperkasa Tbk. PT Mitra Adiperkasa Tbk adalah perusahaan yang bergerak dalam operasi berbagai merek toko ritel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi pada suatu negara sangat dipengaruhi oleh para pengusaha yang sukses dalam mengelola perusahaanya. Dalam meningkatkan serta memperlancar

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Penilaian Kinerja PT Tambang Batu Bara Bukit Asam, Tbk dan PT

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Penilaian Kinerja PT Tambang Batu Bara Bukit Asam, Tbk dan PT BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penilaian Kinerja PT Tambang Batu Bara Bukit Asam, Tbk dan PT Aneka Tambang, Tbk Informasi yang ada pada laporan keuangan adalah informasi yang berupa angka-angka

Lebih terperinci

Arbaniah 1. Kata Kunci : Kinerja Keuangan, Rasio Keuangan, Pertambangan. Universitas Mulawarman.

Arbaniah 1. Kata Kunci : Kinerja Keuangan, Rasio Keuangan, Pertambangan. Universitas Mulawarman. ejournal Administrasi Bisnis, 2017, (2): 6-0 ISSN 2-08, ejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id Copyright 2017 ANALISIS KINERJA KEUANGAN DITINJAU DARI RASIO LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, AKTIVITAS DAN RENTABILITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha saat ini semakin pesat, menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha saat ini semakin pesat, menimbulkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha saat ini semakin pesat, menimbulkan banyaknya perusahaan sejenis bermunculan dan mengakibatkan semakin ketatnya persaingan. Perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laba a. Pengertian Laba Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Laba merupakan indikator prestasi atau kinerja perusahaan yang besarnya tampak

Lebih terperinci

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PADA PT. ASTRA INTERNATIONAL,Tbk (PERIODE )

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PADA PT. ASTRA INTERNATIONAL,Tbk (PERIODE ) ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PADA PT. ASTRA INTERNATIONAL,Tbk (PERIODE 2012-2014) Nama : Yogie Pratama NPM : 29213478 Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Dr. Lana Sularto, SE, MMSI LATAR BELAKANG MASALAH Laporan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan dalam Bab IV dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Pengelolaan piutang yang dijalankan oleh PT. INTI kurang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Analisis Rasio Keuangan Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang penganalisis untuk mengevaluasi tingkat earning dalam hubungannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang penganalisis untuk mengevaluasi tingkat earning dalam hubungannya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.2.1. Profitabilitas Ada beberapa pengukuran terhadap profitabilitas perusahaan dimana masing-masing pengukuran dihubungkan dengan volume penjualan, total

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh laba. Laba merupakan hasil yang diperoleh atas usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh laba. Laba merupakan hasil yang diperoleh atas usaha yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya suatu perusahaan didirikan dengan tujuan untuk memperoleh laba. Laba merupakan hasil yang diperoleh atas usaha yang dilakukan perusahaan pada suatu periode

Lebih terperinci

BAB III PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB III PERHITUNGAN DAN ANALISIS BAB III PERHITUNGAN DAN ANALISIS Bab ini memuat input data dan hasil perhitungan rasio, pembandingan dengan rasio rata-rata industri tambang serta analisisnya. 3.1. Perhitungan Sebelum melakukan perhitungan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. skripsi ini, mengggunakan buku acuan Manajemen Keuangan: Prinsip

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. skripsi ini, mengggunakan buku acuan Manajemen Keuangan: Prinsip 63 Gambar 3.1 : Diagram Du Pont (Harahap, Sofyan Sari:2004) BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Rasio Keuangan Seluruh perhitungan rasio keuangan yang dilakukan untuk penulisan skripsi ini,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis terhadap laporan keuangan PT. Astra Agro

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis terhadap laporan keuangan PT. Astra Agro BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap laporan keuangan PT. Astra Agro Lestari Tbk. yang selanjutnya dibandingkan dengan PT. PP London Sumatra Tbk. dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi dunia bisnis sekarang ini menuntut perusahaan-perusahaan yang ada

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi dunia bisnis sekarang ini menuntut perusahaan-perusahaan yang ada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi dunia bisnis sekarang ini menuntut perusahaan-perusahaan yang ada untuk senantiasa meningkatkan efisiensinya. Hal ini dimaksudkan supaya perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diukur karena dapat dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan baik bagi pihak. internal maupun pihak eksternal perusahaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. diukur karena dapat dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan baik bagi pihak. internal maupun pihak eksternal perusahaan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah sebagai salah satu bentuk organisasi pada umumnya memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai dalam usaha untuk memenuhi kepentingan para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinvestasi di pasar modal. Mulai dari pengusaha, pegawai, buruh,

BAB I PENDAHULUAN. berinvestasi di pasar modal. Mulai dari pengusaha, pegawai, buruh, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era modern seperti saat ini banyak masyarakat indonesia yang ingin berinvestasi di pasar modal. Mulai dari pengusaha, pegawai, buruh, mahasiswa, bahkan pelajar.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penggabungan usaha (business combination) adalah pernyataan dua atau lebih

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penggabungan usaha (business combination) adalah pernyataan dua atau lebih BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Penggabungan Usaha Penggabungan usaha merupakan salah satu strategi untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan menegmbangkan perusahaan. Berdasarkan

Lebih terperinci

Analisis Likuiditas, Solvabilitas, Rentabilitas, dan Aktivitas pada PT. Kimia Farma (Persero), Tbk

Analisis Likuiditas, Solvabilitas, Rentabilitas, dan Aktivitas pada PT. Kimia Farma (Persero), Tbk Analisis Likuiditas, Solvabilitas, Rentabilitas, dan Aktivitas pada PT. Kimia Farma (Persero), Tbk Latar Belakang Masalah 1. Keuangan merupakan sarana yang penting bagi suatu perusahaan untuk tetap bertahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisis Laporan Keuangan Analisis laporan keuangan merupakan proses yang penuh pertimbangan dalam mengevaluasi kondisi keuangan suatu perusahaan. Menurut Horne dan Machowicz

Lebih terperinci

2017 LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI ALAT BERAT DI INDONESIA

2017 LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI ALAT BERAT DI INDONESIA 2017 LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI ALAT BERAT DI INDONESIA DAFTAR ISI BAB I KINERJA INDUSTRI ALAT BERAT 1 1.1. KINERJA SAAT INI 1 Grafik 1.1. Produksi dan Pertumbuhan Produksi Alat Berat di Indonesia, 2006

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. perusahaan serta proyeksi keuangan, dan harus mengevaluasi akuntansi. untuk meramalkan laba, deviden, dan harga saham.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. perusahaan serta proyeksi keuangan, dan harus mengevaluasi akuntansi. untuk meramalkan laba, deviden, dan harga saham. BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Tujuan manajemen keuangan yakni memaksimalkan harga saham, bukan memaksimalkan laba per saham. Data akuntansi sangat mempengaruhi

Lebih terperinci

Analisis Laporan Keuangan PT. UNILEVER Indonesia, Tbk Periode Tahun

Analisis Laporan Keuangan PT. UNILEVER Indonesia, Tbk Periode Tahun Analisis Laporan Keuangan PT. UNILEVER Indonesia, Tbk Periode Tahun 2007-2010 Tugas Manajemen Keuangan Lanjutan Dosen: Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME Oleh: Junita Nelly Panjaitan NIM. 127019020 Kelas A Pararel

Lebih terperinci

Analisa Rasio Keuangan Untuk Meningkatkan Kinerja Keuangan Pada PT. Bukit Asam, Tbk

Analisa Rasio Keuangan Untuk Meningkatkan Kinerja Keuangan Pada PT. Bukit Asam, Tbk Analisa Rasio Keuangan Untuk Meningkatkan Kinerja Keuangan Pada PT. Bukit Asam, Tbk Nama : Mutiara Yuang Triani NPM : 25212189 Kelas : 3EB24 Pembimbing : Feny Fidyah, SE.,MMSI LATAR BELAKANG Dalam dunia

Lebih terperinci

WARMING UP : Buatlah Neraca dan Laba Rugi

WARMING UP : Buatlah Neraca dan Laba Rugi PENJUALAN 3000$ HPP 30% PENJUALAN BIAYA ADMINISTRASI = HPP KAS = 30% MODAL PAJAK 10% LABA DITAHAN 30% TOTAL MODAL = LABA DITAHAN X2 BIAYA BUNGA 30% HPP PERSEDIAAN = 3 X KAS PIUTANG = KAS HUTANG LANCAR

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Saat ini sudah banyak perusahaan yang mendirikan usaha dalam berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Saat ini sudah banyak perusahaan yang mendirikan usaha dalam berbagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini sudah banyak perusahaan yang mendirikan usaha dalam berbagai bidang, semakin banyaknya perusahaan yang berdiri maka daya saing yang akan ditimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut melalui suatu analisis yang dapat dijadikan pedoman untuk menilai

BAB I PENDAHULUAN. tersebut melalui suatu analisis yang dapat dijadikan pedoman untuk menilai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan ekonomi di suatu Negara dapat dilihat dan diukur dari kinerja perusahaan, yaitu melihat perkembangan dan pertumbuhan perusahaan tersebut melalui

Lebih terperinci

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENGETAHUI KINERJA KEUANGAN PT.ASTRA INTERNATIONAL, Tbk

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENGETAHUI KINERJA KEUANGAN PT.ASTRA INTERNATIONAL, Tbk ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENGETAHUI KINERJA KEUANGAN PT.ASTRA INTERNATIONAL, Tbk Nama Npm : 22209237 Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Jonathan Lingga Saputra : Bertilia Lina Kusrina, SE., MM. LATAR

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan catatan informasi keuangan suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu yang disusun

Lebih terperinci

Analisis Laporan Keuangan Untuk Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan Pada PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk

Analisis Laporan Keuangan Untuk Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan Pada PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk Analisis Laporan Keuangan Untuk Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan Pada PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk Nama : Stephanie Octaviani Npm : 21209655 Jurusan : S1 - Akuntansi Latar Belakang Masalah Sebagaimana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Rasio Keuangan Rasio yang menggambarkan suatu hubungan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa

Lebih terperinci

BAB IV. Analisis dan Pembahasan. dan 2012 terdapat analisis keuangan sebagai berikut :

BAB IV. Analisis dan Pembahasan. dan 2012 terdapat analisis keuangan sebagai berikut : BAB IV Analisis dan Pembahasan Berdasarkan laporan keuangan PT. Astra Internasional pada tahun 2011 dan 2012 terdapat analisis keuangan sebagai berikut : 1. Rasio Likuiditas Rasio ini menunjukkan kemampuan

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 1. Penilaian kinerja keuangan bertujuan untuk mengetahui kemampuan. perusahaan untuk mencapai tingkat penjualan setiap tahunnya.

BAB 5 PENUTUP. 1. Penilaian kinerja keuangan bertujuan untuk mengetahui kemampuan. perusahaan untuk mencapai tingkat penjualan setiap tahunnya. BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan uaraian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Penilaian kinerja keuangan bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1. Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab 4 yaitu penilaian kinerja keuangan PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk yang akan dibandingkan dengan rata-rata

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjuaan Teoritis 1. Pengertian Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan

Lebih terperinci

ANALISIS RASIO LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, DAN PROFITABILITAS PADA LAPORAN KEUANGAN PT. MAYORA INDAH (PERSERO) Tbk

ANALISIS RASIO LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, DAN PROFITABILITAS PADA LAPORAN KEUANGAN PT. MAYORA INDAH (PERSERO) Tbk ANALISIS RASIO LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, DAN PROFITABILITAS PADA LAPORAN KEUANGAN PT. MAYORA INDAH (PERSERO) Tbk Disusun oleh : Nama : Rafly Liberto NPM : 17213139 Jurusan : Manajemen Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Analisis rasio laporan keuangan pada perusahaan industri rokok telah dilaksanakan secara efektif, hal ini terlihat dari perusahaan industri rokok dalam menganalisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan perlu memiliki kemampuan manajemen yang baik untuk dapat tetap bertahan melanjutkan usahanya serta untuk dapat melakukan ekspansi usaha ke

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laba 2.1.1 Pengertian Laba Laba merupakan elemen yang paling menjadi perhatian pemakai karena angka laba diharapkan cukup kaya untuk merepresentasi kinerja perusahaan secara

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka kesimpulan yang dapat

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka kesimpulan yang dapat BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Sebagai akhir dari penulisan dalam bab ini, disampaikan beberapa kesimpulan dan saran yang sesuai dengan penelitian analisis data yang telah dilakukan. 6.1. Kesimpulan Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Eddy Cahyono (2012), Era globalisasi telah membawa

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Eddy Cahyono (2012), Era globalisasi telah membawa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Eddy Cahyono (2012), Era globalisasi telah membawa pembaruan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian, baik di dalam negeri maupun di dunia internasional.

Lebih terperinci

RASIO LAPORAN KEUANGAN

RASIO LAPORAN KEUANGAN RASIO LAPORAN KEUANGAN NERACA (BALANCED SHEET) Terdiri dari elemen pokok : Asset, Hutang, dan Modal. Pengukuran terhadap elemen-elemen Neraca biasanya menggunakan historical cost LAPORAN RUGI-LABA (INCOME

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Djarwanto (2004:5) laporan keuangan merupakan hasil dari

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Djarwanto (2004:5) laporan keuangan merupakan hasil dari BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan keuangan Menurut Djarwanto (2004:5) laporan keuangan merupakan hasil dari pembuatan ringkasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (investor) yang kemudian disalurkan kepada sektor-sektor yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (investor) yang kemudian disalurkan kepada sektor-sektor yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian di Indonesia salah satunya dipengaruhi oleh transaksi saham yang berlaku dalam lantai bursa pasar modal. Hal ini dimungkinkan karena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laba a. Pengertian Laba Laba didefinisikan dengan pandangan yang berbeda-beda. Pengertian laba secara operasional merupakan perbedaan antara pendapatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem keuangan di negara-negara Asia mengalami perubahan yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Sistem keuangan di negara-negara Asia mengalami perubahan yang berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem keuangan di negara-negara Asia mengalami perubahan yang berarti selama dekade 80-an sampai sekarang. Hampir semua negara Asia melakukan liberalisasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Rasio Lancar (Current Ratio) Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan kewajiban jangka pendek dengan sumber dana jangka pendek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menjadi perusahaan yang mampu bersaing dengan perusahaan yang lain.

BAB I PENDAHULUAN. dapat menjadi perusahaan yang mampu bersaing dengan perusahaan yang lain. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan industri barang konsumsi adalah salah satu perusahaan yang ikut berperan dalam pasar modal. Perusahaan industri barang konsumsi merupakan perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. profitabilitas yang tinggi. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. profitabilitas yang tinggi. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Tujuan utama dari pendirian sebuah perusahaan adalah mendapatkan tingkat profitabilitas yang tinggi. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba (Sartono,2002).

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian dengan judul ANALISIS PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI YANG GO PUBLIC DI

Lebih terperinci

PT BENTOEL INTER LAPORAN POSISI KE 200 KETERANGAN 2009 ASSET ASSET LANCAR kas dan setara kas 84,310,801,719 piutang usaha pihak ketiga

PT BENTOEL INTER LAPORAN POSISI KE 200 KETERANGAN 2009 ASSET ASSET LANCAR kas dan setara kas 84,310,801,719 piutang usaha pihak ketiga PT BENTOEL INTER LAPORAN POSISI KE 200 KETERANGAN 2009 ASSET ASSET LANCAR kas dan setara kas 84,310,801,719 piutang usaha pihak ketiga 174,309,061,823 pihak relasi piutang lain - lain pihak hubungan istimewa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisa Umum 1. Analisa Laporan Keuangan PT Kalbe Farma Tbk Pada tahun 2011, PT Kalbe Farma mencatat pertumbuhan penjualan bersih sebesar 6,7% menjadi Rp 10,91 triliun.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Ace Hardware Indonesia Tbk adalah sebagai berikut: 1. Rasio likuiditas PT Ace Hardware Indonesia Tbk bila dilihat dari current

BAB V PENUTUP. Ace Hardware Indonesia Tbk adalah sebagai berikut: 1. Rasio likuiditas PT Ace Hardware Indonesia Tbk bila dilihat dari current BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Simpulan rinci yang didapatkan dari perhitungan analisis rasio keuangan yang telah dilakukan sebagai salah satu dasar penilaian kinerja keuangan pada PT Ace Hardware Indonesia

Lebih terperinci

Analisis Rasio Likuiditas, Rentabilitas, dan Solvabilitas pada PT. Metrodata Electronics, Tbk. Mahrunnisa Wira Subroto EB 13

Analisis Rasio Likuiditas, Rentabilitas, dan Solvabilitas pada PT. Metrodata Electronics, Tbk. Mahrunnisa Wira Subroto EB 13 Analisis Rasio Likuiditas, Rentabilitas, dan Solvabilitas pada PT. Metrodata Electronics, Tbk Mahrunnisa Wira Subroto 21209601 3 EB 13 Latar Belakang PENDAHULUAN Setiap perusahaan didirikan dengan tujuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Keuangan 2.2. Laporan Keuangan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Keuangan 2.2. Laporan Keuangan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Keuangan Kinerja keuangan merupakan hasil kegiatan operasi perusahaan yang disajikan dalam bentuk angka-angka keuangan. Hasil kegiatan perusahaan periode saat ini harus

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN BAB III METODA PENELITIAN A. Obyek Penelitian 1. Lokasi Perusahaan PT Aneka Tambang, tbk berlokasi di Jakarta tepatnya di Gedung Aneka Tambang Jalan Letjen TB Simatupang No. 1 Lingkar Selatan, Tanjung

Lebih terperinci

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA PADA PT. UNILEVER INDONESIA Tbk PERIODE

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA PADA PT. UNILEVER INDONESIA Tbk PERIODE ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA PADA PT. UNILEVER INDONESIA Tbk PERIODE 2011-2015 Disusun oleh : Nama : Dilla Marta Yulia NPM : 22213462 Jurusan : Akuntansi Dosen Pembimbing : Bani Zamzami,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aset 2.1.1 Pengertian Aset Aset merupakan bentuk dari penanaman modal perusahaan yang bentuknya dapat berupa hak atas kekayaan atau jasa yang dimiliki perusahaan yang bersangkutan.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 51 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan membahas analisa kinerja keuangan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. dan kemudian dilakukan penelitian berdasarkan teori-teori dan konsep yang tercantum

Lebih terperinci

Hasil akhir dari proses pencatatan keuangan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan cerminan dari prestasi manajemen pada satu periode

Hasil akhir dari proses pencatatan keuangan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan cerminan dari prestasi manajemen pada satu periode Hasil akhir dari proses pencatatan keuangan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan cerminan dari prestasi manajemen pada satu periode tertentu. Dengan melihat laporan keuangan suatu perusahaan

Lebih terperinci