Bab 3. Analisis Data Analisis Hubungan Bantuan Pemerintah Terhadap Penurunan Jumlah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab 3. Analisis Data Analisis Hubungan Bantuan Pemerintah Terhadap Penurunan Jumlah"

Transkripsi

1 Bab 3 Analisis Data 3.1. Analisis Hubungan Bantuan Pemerintah Terhadap Penurunan Jumlah Homeless di Jepang Jumlah homeless di Jepang sempat mengalami peningkatan tajam yaitu di tahun 1990-an. Hal ini disebabkan oleh keadaan ekonomi Jepang yang tidak stabil pada saat itu. Pada tahun 2003 jumlah homeless di Jepang berjumlah jiwa (lihat grafik 3.4 Populasi Homeless di Jepang tahun 2007, halaman 31). Kemudian sejak tahun 2003 sampai 2007 jumlah homeless di Jepang terus mengalami penurunan, hingga mencapai jiwa. Keadaan ekonomi yang berangsur-angsur pulih dianggap menjadi salah satu pemicu penurunan jumlah homeless. Pada tahun 2003 tepatnya pada bulan Januari dan Februari, Departemen Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Jepang melakukan survey kepada para homeless di Jepang mengenai alasan mereka menjadi homeless. Data tersebut dapat dilihat pada grafik di bawah ini yang bersumber dari data survey yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Jepang pada tahun 2007 dalam MHLW (2007). 22

2 Grafik 3.1 Alasan Menjadi Homeless Tahun 2007 今回の路上生活をするようになった主な理由 収入が減った (pendapatan berkurang) 病気 けが 高齢で仕事ができなくなった (karena sakit, luka, sudah tua tidak dapat bekerja 16.40% 21% 仕事が減った (Lapangan pekerjaan menurun) 31.40% 倒産 失業 (Bangkrut, Pengangguran) 26.60% sumber: Berdasarkan dari data statistik alasan seseorang menjadi homeless adalah alasan karena lapangan pekerjaan menurun sebanyak 31.40%; alasan karena perusahaan bangkrut atau pengangguran sebanyak %; alasan karena sakit atau luka atau sudah terlalu tua sehingga tidak bisa bekerja sebanyak 21%; dan alasan karena pendapatan berkurang sebanyak 16.40%. Alasan-alasan tersebut mempunyai latar belakang yang menyebabkan alasan-alasan tersebut saling berhubungan. Seperti alasan yang pertama yaitu lapangan pekerjaan menurun. Yang melatarbelakangi timbulnya alasan ini menurut analisis penulis adalah karena perkembangan ekonomi yang tidak stabil sejak tahun 1960-an. Ekonomi yang tidak stabil itu menyebabkan lowongan pekerjaan mengalami penurunan yang menyebabkan pengangguran terjadi dimana-mana. Keadaan ekonomi yang tidak stabil juga menimbulkan kemiskinan yang menurut Suparlan (1995: xi) kemiskinan dapat didefinisikan sebagai suatu standart hidup rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah 23

3 atau golongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Standar kehidupan ini secara tidak langsung tampak pengaruhnya dalam bidang kesehatan, kehidupan moral, dan rasa harga diri dari mereka yang tergolong sebagai orang miskin. Selain itu karena alasan perkembangan ekonomi yang tidak stabil banyak perusahaan-perusahaan kecil yang bangkrut sehingga ratusan orang kehilangan pekerjaan, dan bukan hanya perusahaaperusahaan kecil yang terkena dampaknya tetapi perusahaan-perusahaan besar pun ikut terkena dampaknya. Untuk menjaga agar perusahaan dapat terus berjalan dengan kondisi keuangan yang sulit, perusahaan harus meminimalisasikan uang yang keluar seperti mengurangi karyawan. Orang-orang yang di Putus Hubungan Kerja (PHK) harus kehilangan pekerjaannya dan kehilangan sumber penghasilan. Akibatnya mereka tidak dapat membayar uang sewa apartemen dan harus segera keluar, karena mereka tidak mempunyai tempat tinggal yang layak untuk tidur, mereka tidur di tempat-tempat umum seperti taman, stasiun, dan jalanan. Hal tersebut sesuai dengan konsep homeless menurut Kagita (2001:1), yaitu yang dikatakan sebagai homeless adalah orang-orang yang hidup dalam kondisi darurat yang tidur dengan menggelar alas tidur di taman, jalanan, stasiun, bantaran sungai, atau di tempat umum yang terbuka. Tentunya faktor-faktor seseorang menjadi homeless bukan hanya berasal dari faktor ekonomi saja tetapi juga berasal dari faktor usia ataupun faktor kondisi tubuh. Kondisi tubuh yang tidak baik seperti sakit ataupun menderita luka juga menjadi faktor yang menyebabkan seseorang menjadi homeless karena tidak dapat bekerja mereka tidak mempunyai penghasilan untuk membiayai kebutuhankebutuhan dasar mereka sebagai mahluk sosial. Alasan lain seseorang menjadi homeless adalah karena faktor usia yakni ketika seseorang memasuki masa 24

4 pensiunnya dan tidak dapat bekerja kembali menyebabkan dirinya tidak mempunyai penghasilan dan kemampuan finasial untuk membayar uang sewa rumah dan secara terpaksa menjadi homeless. Secara sosiologis sebab-sebab timbulnya masalah ini adalah karena salah satu lembaga kemasyarakatan tidak berfungsi dengan baik yaitu lembaga kemasyarakatan di bidang ekonomi (Soekanto, 2009:320). Selain itu menurut Toshikatsu dalam Sitorus (2009:23) rendahnya penghasilan buruh harian, meningkatnya angka pengangguran, dan berkurangnya kesempatan kerja bagi orang yang sudah tua disebabkan oleh struktur ekonomi dan kemiskinan disebabkan oleh sistem kesejahteraan sosial yang tidak berjalan dengan baik. Masalah kemiskinan ini dapat ditanggulangi dengan mengadakan pendekatan kebutuhan pokok yang di butuhkan yang pada hakekatnya adalah program kesejahteraan atau bantuan untuk orang-orang tidak mampu. Faktor-faktor seperti faktor ekonomi ataupun faktor kondisi tubuh membuat seseorang tidak terpenuhi kebutuhan dasarnya sebagai masyarakat sosial yaitu seperti tuntutan pekerjaan yang layak, tuntutan ekonomi yang stabil, jaminan kesehatan dan jaminan pendidikan, yang menjadikan seseorang tidak mendapatkan kesejahteraan sosial dalam hidupnya. Menurut Segal dan Brzuzy dalam Suud (2006:5) kesejahteraan sosial adalah kondisi sejahtera dari suatu masyarakat. Kesejahteraan sosial meliputi kesehatan, keadaan ekonomi, kebahagiaan, dan kualitas hidup rakyat. Apabila seseorang atau kelompok di antara masyarakat tersebut tidak mendapatkan kesejahteraan sosial maka kelompok masyarakat tersebut dapat dikatakan sebagai kelompok masyarakat yang tidak memiliki kesejahteraan sosial. Peran pemerintah Jepang dalam hal ini adalah sebagai fasilitator, sesuai dengan teori yang dikatakan 25

5 oleh Wickeden dalam Suud (2006:8) mengatakan bahwa kesejahteraan sosial adalah suatu sistem peraturan, program-program, kebaikan-kebaikan, pelayanan-pelayanan yang memperkuat atau menjamin penyediaan pertolongan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosial yang diakui sebagai dasar bagi penduduk dan keteraturan sosial, yang mengeluarkan bantuan-bantuan yang difokuskan pada peningkatan ekonomi agar lapangan pekerjaan dapat terbuka. Mengacu pada alasan mereka menjadi homeless pemerintah Jepang memfokuskan bantuan-bantuan untuk menciptakan kesejahteraan sosial pada masyarakatnya. Bantuan-bantuan tersebut diharapkan dapat membuat jumlah homeless di Jepang semakin menurun. Oleh karena itu pemerintah Jepang membuat tindakan atau peraturan yang dapat memberikan pertolongan untuk menyelesaikan masalah kesejahteraan sosial ini. Tindakan yang diambil oleh pemerintah Jepang untuk mengurangi jumlah homeless adalah dengan mengeluarkan undang-undang yang mengatur tindakan-tindakan agar para homeless dapat hidup mandiri dan tidak menjadi homeless kembali, uandang-undang tersebut adalah Homuresu no Jiritsu no Shien Nado ni Kansuru Tokubetsu Sochiho atau Tindakan Khusus Agar Para Homeless Dapat Hidup Mandiri dan Terbebas dari Masalah Homeless. Menurut analisis penulis alasan seseorang menjadi homeless tidak terlepas dari faktor ekonomi negara Jepang yang tidak stabil, walaupun faktor ekonomi bukan alasan satu-satunya seseorang menjadi homeless. Faktor ekonomi tentu saja mempunyai andil yang cukup besar bagi pertumbuhan homeless di Jepang. 26

6 Menurut Survey Deparemen Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Jepang tahun 2007 dalam MHLW (2007), homeless yang ada di Jepang pada tahun 2007 rata-rata berumur tahun. Padahal dalam usia tahun harusnya seseorang dapat bekerja dengan baik. Seperti yang diketahui bahwa kenaikan pangkat di Jepang dipengaruhi faktor lama bekerja, dan apabila berada di usia tahun biasanya seseorang sedang mengejar posisi yang mereka inginkan. Grafik 3.2 Data Statistik Jumlah Homeless Berdasarkan Usia Tahun 2007 Sumber : Dari grafik di atas berdasarkan dari jumlah homeless yang diteliti yaitu sebanyak orang, dapat terlihat bahwa usia seorang homeless yang ada di Jepang pada tahun 2007 kebanyakan berusia tahun yaitu sebanyak 544 orang atau 26.8% yang merupakan jumlah yang meningkat sejak tahun Pada tahun 2003 jumlah homeless yang berumur tahun adalah sebanyak 479 orang atau 23.4%. Menurut penulis ini merupakan hal yang memperihatinkan karena pada umur 30-an seseorang seharusnya sedang bekerja meniti karir ke jenjang yang lebih tinggi, dan apabila kenyatannya pada usia 30-an mereka menjadi homeless ini merupakan hal yang menyedihkan. Tentunya tingginya jumlah homeless pada usia 30-an terjadi 27

7 karena sesuai dengan alasan seseorang menjadi homeless pada grafik 3.1. Karena masalah ekonomi, banyak orang yang seharusnya bekerja di perusahaan-perusahaan ataupun pada industri-industri kecil mengalami PHK dan kehilangan pekerjaanya akan tetapi jika dibandingkan tahun 2007 dengan tahun 2003 persentase jumlah homeless yang berumur tahun mengalami penurunan. Pemerintah sebagai fasilitator yang berperan penting agar kesejahteraan sosial dalam masyarakat Jepang meningkat, telah berusaha dan terus meningkatkan usahanya untuk menurunkan jumlah homeless di Jepang. Pertumbuhan homeless ini menandai kurangnya tingkat kesejahteraan sosial dalam masyarakat Jepang karena seseorang atau kelompok yang menjadi masyarakat negara Jepang tidak berada dalam kondisi sejahtera yang meliputi kesehatan maupun keadaan ekonomi. Yang dimaksud dengan kondisi sejahtera di sini yakni apabila kebutuhan pokoknya sebagai seorang manusia terpenuhi baik dari segi jasmani maupun rohani. Hal ini sesuai dengan pendapat Suharto (2006:2) yang menyatakan kondisi sejahtera (well-being) ini biasanya menunjuk pada istilah kesejahteraan sosial sebagai kondisi terpenuhinya kebutuhan material dan non-material. Menurut Midgley dalam Suharto (2006:2) mendefinisikan kesejahteraan sosial sebagai a condition or state of human well-being. Artinya menurut Midgley dalam Suharto (2006:2) adalah kondisi sejahtera terjadi manakala kehidupan manusia aman dan bahagia karena kebutuhan dasar akan gizi, kesehatan, pendidikan, tempat tinggal, dan pendapatan akan terpenuhi; serta manakala manusia memperoleh perlindungan dari resiko-resiko utama yang mengancam kehidupannya. Sesuai dengan pendapat Suharto (2006:3) yang menyatakan kesejahteraan sosial sebagai suatu proses atau 28

8 usaha terencana yang dilakukan lembaga-lembaga sosial, masyarakat maupun badanbadan pemerintah untuk meningkatkan kualitas hidup melalui pemberian pelayanan sosial dan tunjangan sosial. Untuk dapat meningkatkan kesejahteraan sosial diperlukan campur tangan pemerintah untuk mengatasi masalah-masalah yang melatarbelakangi alasan seseorang menjadi homeless dengan memfokuskan pada masalah-masalah utama yang menjadi faktor penyebab meningkatnya jumlah homeless di Jepang seperti dengan menata kembali keadaan ekonomi negara dan memberikan bantuan kepada para homeless agar dapat hidup mandiri dan tidak menjadi homeless. Para homeless pun berharap mereka mendapatkan pekerjaan dan tidak menjadi homeless kembali dengan adanya program bantuan yang pemerintah berikan, Hal ini dapat dilihat dari survey yang dilakukan Departemen Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Jepang dalam MHLW (2007) mengenai harapan mereka saat ini. Grafik 3.3 Data Statistik Harapan Homeless Sumber : Berdasarkan data statistik di atas mengenai harapan homeless terhadap kehidupan mereka dari orang homeless; pada tahun 2007 sebanyak 729 orang atau 35.9 % homeless menginginkan untuk bekerja sebagai pegawai tetap; 373 orang 29

9 atau 18.4% berpendapat mereka tidak apa-apa menjadi menjalankan kehidupan menjadi homeless; 219 orang atau 10.8% homeless menginginkan bantuan dari pemerintah dan mendapatkan pekerjaan ringan; 205 orang atau 10.1% homeless ingin memakai bantuan kesejahteraan sosial; 184 orang atau 9.1% homeless berharap dengan bekerja mengumpulkan alumunium bekas dan kaleng bekas mereka mendapatkan penghasilan yang cukup untuk kebutuhan mereka; 113 orang atau 5.6% homeless mengaku tidak tahu dan 187 orang atau 9.2 % menjawab lain-lain. Tingginya tingkat persentase keinginan homeless untuk bekerja kembali membuktikan mereka meinginkan kehidupan yang layak. Untuk itu homeless membutuhkan suatu sistem bantuan untuk mendukung dan membantu mereka dalam mencapai kehidupan yang layak. Pemerintah Jepang sebagai pemimpin berusaha membuat suatu tindakan yang dapat mengatasi masalah ini. Untuk itu pemerintah menetapkan Homuresu no Jiritsu no Shien Nado ni Kansuru Tokubetsu Sochiho (Tindakan Khusus Agar Para Homeless Dapat Hidup Mandiri dan Terbebas dari Masalah Homeless) untuk menyikapi masalah homeless dan agar kesejahteraan sosial masyarakat Jepang meningkat Analisis Program Bantuan Pemerintah Berupa Homuresu no Jiritsu no Shien Nado ni Kansuru Tokubetsu Sochiho Terhadap Menurunnya Jumlah Homeless di Jepang Pemerintah merupakan faktor utama yang berperan besar terhadap menurunnya jumlah homeless di Jepang. Hal ini sesuai dengan pendapat Suharto 30

10 (2006:3) yang menyatakan kesejahteraan sosial sebagai suatu proses atau usaha terencana yang dilakukan lembaga-lembaga sosial, masyarakat maupun badan-badan pemerintah untuk meningkatkan kualitas hidup melalui pemberian pelayanan sosial dan tunjangan sosial Untuk mengatasi masalah homeless tersebut pemerintah mempunyai program khusus untuk menyikapi masalah ini. Sesuai dengan teori yang diungkapkan Friedlander dalam Suud (2006:8) yaitu Kesejahteraan sosial merupakan sistem yang terorganisasi dari pelayanan-pelayanan dan lembagalembaga sosial, yang dimaksudkan untuk membantu individu-individu dan kelompok-kelompok agar mencapai tingkat hidup dan kesehatan yang memuaskan, dan hubungan-hubungan personal dan sosial yang memberi kesempatan kepada mereka untuk memperkembangkan seluruh kemampuannya dan untuk meningkatkan kesejahteraannya sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan keluarga dan masyarakatnya. Sehingga pada tahun 2002 tepatnya pada tanggal 31 Juli, pemerintah mengeluarkan undang-undang untuk membantu para homeless di Jepang agar dapat hidup mandiri dan diharapakan untuk tidak menjadi homeless kembali. Bantuan tersebut ditetapkan dalam undang-undang. Undang-undang tersebut adalah Homuresu no Jiritsu no Shien Nado ni Kansuru Tokubetsu Sochiho. Undang-undang ini terdiri dari empat belas bab dengan lima hal penting yaitu: pertama, pemerintah menyadari bahwa banyak orang yang menjadi homeless bukan karena kesalahan mereka sendiri tetapi disebabkan oleh pergeseran yang terjadi dengan masyarakat setempat. Kedua, undang-undang ini diatur dengan mengambil tindakan yang mengacu pada penyediaan tempat tinggal dan pekerjaan tetap bagi para homeless dan resikonya menjadi homeless untuk memberikan kesempatan kepada mereka untuk mempertahankan haknya dan mendapat dana jaminan yang cukup. Ketiga, orang 31

11 yang bertugas di taman-taman dan di tempat-tempat umum diberi kuasa untuk menghilangkan tempat tinggal para homeless, namun petugas tersebut tidak diperkenankan merampas fasilitas mereka. Kunci yang keempat adalah pemerintah menyanggupi untuk melakukan sensus nasional populasi homeless. Yang terakhir, yang kelima adalah penetapan undang-undang ini hanya bersifat sementara dan akan diperiksa kembali setelah sepuluh tahun. Untuk membantu para homeless pemerintah mempunyai dana khusus yang akan digunakan untuk mendukung proram-program yang ada seperti untuk konsultasi umum untuk para homeless, shelter darurat, donasi tempat tinggal dan makanan, pemeriksaan kesehatan, tempat tinggal, konseling pekerjaan, pelatihan kerja untuk para buruh harian, bantuan kemandirian dan mengembangan kemampuan atau bakat seseorang. Dengan adanya undang-undang ini dari grafik di bawah ini akan dapat terlihat tingkat penurunannya pada tahun Grafik 3.4 Populasi Homeless di Jepang Tahun 2007 Sumber : Menurut analisis penulis, penurunan yang terjadi antara rentang waktu selama tiga tahun yaitu dari tahun 2003 sampai dengan 2007 dengan selisih jumlah 32

12 6.732 jiwa atau menurun sebanyak 26.6% adalah karena pemerintah sudah mengaplikasikan bantuan atau program-program yang ada di dalam undang-undang tersebut karena hasil dari bantuan tersebut jelas terlihat dari menurunnya jumlah homeless di Jepang, Pemerintah sudah berusaha untuk memenuhi karakteristikkarakteristik dasar yang dibutuhkan oleh setiap individu sesuai dengan teori Okamura dalam Takehara (2005:114) yang mengatakan そして その社会福祉固有の問題の原初形態は社会生活の基本的要求 (1. 経済的安定の要求 2. 職業安定の要求 3. 家族安定の要求 4. 保険 医療の要求 5. 教育の保障の要求 6. 社会参加ないし社会的協同の機会要求,7. 文化 娯楽の機会の要求 ) である Terjemahan: manusia atau masing-masing individu mempunyai karakteristik dasar untuk mendapatkan kesejahteraan sosial yaitu tuntutan ekonomi yang stabil, tuntutan pekerjaan yang layak, tuntutan ketetapan keluarga, tuntutan jaminan kesehatan, tuntutan jaminan pendidikan, tuntutan kesempatan dalam bermasyarakat dan tuntutan kesempatan budaya atau rekreasi. Pemerintah berusaha untuk memenuhi ketujuh tuntutan tersebut yang diaplikasikan dengan program-program yang ada seperti untuk memenuhi tuntutan pekerjaan yang layak, pemerintah menyediakan konseling dan penyedian pekerjaan bagi para homeless. Kemudian untuk memenuhi tuntutan jaminan kesehatan, pemerintah membuat program pemeriksaan kesehatan bagi para homeless. Selanjutnya untuk memenuhi tuntutan jaminan pendidikan pemerintah memberikan program bantuan pelatihan kemampuan para homeless agar mereka dapat mengembangkan kemampuan yang mereka miliki dan dapat membuka kesempatan bagi mereka untuk bekerja. Walaupun pemerintah tidak dapat memenuhi semua 33

13 tuntutan dasar tersebut pemerintah sudah menjalankan kewajibannya sebagai fasilitator untuk meningkatkan kesejahteraan sosial bagi masyarakatnya. Hasil dari program-program yang pemerintah berikan dapat terlihat dari penurunan jumlah homeless. Walaupun demikian bantuan atau program-program tersebut masih harus terus dijalankan hingga jumlah homeless dapat mengalami penurunan setiap tahunnya. Pemerintah memfokuskan program bantuannya dengan membuat tiga program khusus yaitu konseling, shelter dan jiritsu shien senta atau pusat bantuan kemandirian untuk homeless. Shelter adalah tempat tinggal darurat sementara untuk para homeless. Shelter ini didirikan dekat dengan yoseba. Sementara jiritsu shien senta adalah tempat untuk homeless yang bertujuan untuk membuat mereka dapat hidup mandiri dengan melakukan konseling dan bantuan-bantuan lainnya. Dalam pelaksanaan program untuk membantu para homeless untuk dapat hidup mandiri pemerintah juga melakukan evaluasi untuk mengetahui keberhasilan program yang dijalankan, untuk itu Departemen Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan Jepang melakukan survey pada tahun

14 Grafik 3.5 Data Statistik Penggunaan Program Pemerintah Bagi Homeless Sumber : Dari data statistik di atas dapat terlihat program pemerintah yang dipakai di daerah-daerah besar di Jepang. Menurut data statistik tersebut program pemerintah yang banyak terpakai di Tokyo adalah konseling yaitu sebanyak 16%, kemudian shelter sebanyak 13% dan jiritsu shien senta sebanyak 10%. Apabila melihat grafik di atas masih banyak homeless yang tidak menggunakan program-program pemerintah hal itu menurut penulis terjadi karena mereka sudah merasa nyaman menjadi homeless karena mereka sudah merasa terbiasa. Tingkat penggunaan program-program pemerintah bagi homeless di Osaka lebih tinggi dibandingkan di kota-kota lainnya yaitu apabila dijumlahkan persentase penggunaan bantuan pemerintahnya yaitu yang mengikuti program konseling, shelter dan jiritsu shien senta adalah sebanyak 67%, dibandingkan dengan di Tokyo yang hanya sebesar 39% yang besarnya sama seperti di kota Nagoya, kemudian kota Kawasaki memiliki tingkat penggunaan yang paling rendah yaitu sebesar 33%. Hal ini tentunya dipengaruhi oleh jumlah homeless yang ada di setiap daerah di Jepang. Sesuai dengan Wilensky dan Lebeaux dalam Suud (2006:7) yang merumuskan 35

15 kesejahteraan sosial sebagai sistem yang terorganisasi dari pelayanan-pelayanan dan lembaga-lembaga sosial, yang dirancang untuk membantu individu-individu dan kelompok-kelompok agar mencapai tingkat hidup dan kesehatan yang memuaskan. Tujuan kesejahteraan sosial adalah agar tercipta hubungan-hubungan personal dan sosial yang memberi kesempatan kepada individu-individu untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan mereka seluas-luasnya dan meningkatkan kesejahteraan mereka sesuai dengan kebutuhan-kebutuhannya masing-masing. Sesuai dengan teori ini pemerintah sudah merancang program-program yang membantu para homeless untuk dapat meningkatkan kesejahteraan sosial mereka agar mereka dapat keluar dari masalah homeless ini dan dapat hidup dengan sejahtera. Bantuan pemerintah berupa Undang-Undang Homuresu no Jiritsu no Shien nado ni Kansuru Tokubetsu Sochiho dan pada tahun 2003 pemerintah mengeluarkan Homuresu no Jiritsu no Shien Nado ni Kansuru Kihon Houshin atau Kebijaksanaan Dasar Agar Para Homeless Dapat Hidup Mandiri yang berisikan penjelasan pelaksanaan tindakan dari Undang-Undang Homuresu no Jiritsu no Shien nado ni Kansuru Tokubetsu Sochiho. Bantuan yang berupa Undang-Undang Homuresu no Jiritsu no Shien nado ni Kansuru Tokubetsu Sochiho akan penulis analisis lebih dalam, dalam sub bab berikut ini, yakni yang berupa konseling, shelter dan jiritsu shien senta. 36

16 Analisis Homuresu no Jiritsu no Shien nado ni Kansuru Tokubetsu Sochiho Berupa Pelayanan Konseling Sebagai Program Bantuan Pemerintah Terhadap Menurunnya Jumlah Homeless di Jepang Program-program bantuan pemerintah Jepang terhadap homeless yang ada di dalam undang-undang Homuresu no Jiritsu no Shien nado ni Kansuru Tokubetsu Sochiho diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan sosial dalam masyarakat Jepang. Kebijakan pemerintah Jepang untuk mengatasi fenomena homeless di Jepang ini merupakan suatu bukti nyata bahwa pemerintah ingin kesejahteraan sosial masyarakat Jepang terus meningkat setiap tahunnya. Jumlah homeless yang menurun sebanyak jiwa di tahun 2007 dari tahun 2003 merupakan bukti nyata bahwa pemerintah sudah berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan sosial. Karena menurut Segal dan Brzuzy dalam Suud (2006:90), sistem kesejahteraan sosial dimulai dengan mengenali isu sosial. Sekali isu tersebut diakui sebagai perhatian sosial, langkah selanjutnya adalah mengartikulasikan tujuan-tujuan kebijakan. Tujuan-tujuan ini dapat menghasilkan suatu posisi publik yang diciptakan melalui perundangan atau peraturan. Akhirnya, perundangan diterjemahkan ke dalam tindakan melalui penerapan suatu program kesejahteraan sosial. Salah satu bentuk dari program bantuan pemerintah tersebut adah berupa konseling. Konseling ini dilakukan pemerintah untuk mendapatkan jawaban dari kebutuhan-kebutuhan para homeless agar dapat mengambil langkah selanjutnya. Dengan mengetahui kebutuhan-kebutuhan mereka, pemerintah berharap dapat memenuhi kebutuhan itu agar mereka dapat hidup mandiri dan tidak menjadi homeless kembali. Program konseling ini merupakan pelaksanaan dari Undang- 37

17 Undang Homuresu no Jiritsu no Shien nado ni Kansuru Tokubetsu Sochiho pasal 8 ayat 2.1 yang isinya adalah sebagai berikut: 2 基本方針は 次に掲げる事項について策定するものとする 一ホームレスの就業の機会の確保 安定した居住の場所の確保 保険及び医療の確保並び生活に関する相談及び指導に関する事項 Terjemahan: 2 Kebijaksanaan dasar dilakukan untuk memberikan bantuan mengenai kebutuhan pada bagian selanjutnya 1 jaminan kesempatan bekerja homeless, jaminan tempat tinggal yang tetap, jaminan kesehatan dan pemeriksaan kesehatan, dan konseling dan bimbingan terhadap kehidupan homeless. Pada tahun 2007, Departemen Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Jepang dalam MHLW (2007) kembali melakukan survey untuk mengetahui jumlah homeless yang mengikuti program pelayanan konseling. Grafik 3.6 Data Statistik Homeless yang Menggunakan Pelayanan Konseling Sumber : Berdasarkan jumlah homeless yang diteliti yaitu berjumlah orang, sebanyak 35.9% atau 729 orang homeless mengetahui program dan telah melakukan program bantuan pemerintah. Homeless mengetahui program ini tetapi tidak 38

18 mencobanya ada sebanyak 26% atau 536 orang. Sementara itu sebanyak 37.7% atau 766 orang tidak mengetahui program bantuan pemerintah ini. Menurut penulis walaupun jumlah homeless yang tidak mengetahui program ini lebih banyak dibandingkan dengan jumlah homeless yang mengetahui dan melakukan pelayanan konseling, tetapi pada kenyataanya jumlah homeless yang mengetahui dan mengikuti program bantuan ini merupakan salah satu dari faktor yang mempengaruhi penurunan jumlah homeless pada tahun 2007 di Jepang. Dengan program bantuan berupa konseling ini pemerintah berharap dapat mengetahui kebutuhan-kebutuhan dari para homeless dan dapat memenuhinya. Karena menurut teori yang diungkapkan oleh Okamura (2005) bahwa ketika seseorang sudah dapat memenuhi tujuh tuntutan dasar dalam hidupnya berarti orang tersebut sudah mendapatkan kesejahteraan sosial. Pelayanan konseling merupakan cara pemerintah untuk memenuhi kebutuhankebutuhan para homeless. Dari 729 orang yang mengetahui dan melakukan pelayanan konseling ini, Departemen Kesehatan, Buruh dan Tenaga Kerja Jepang dalam MHLW (2007) kembali melakukan survey untuk mengetahui banyaknya seorang homeless melakukan konseling. Grafik 3.7 Data Statistik Banyaknya Konseling yang Dilakukan Oleh Seorang Homeless Pada Tahun 2007 Sumber : 39

19 Berdasarkan jumlah homeless yang diteliti atau sebanyak 2049 orang, sebanyak 367 orang atau 29.8% homeless dalam satu bulan melakukan satu kali konseling. Kemudian homeless yang melakukan konseling dalam setengah tahun dua sampai tiga kali konseling adalah sebesar 23.2% atau 286 orang; homeless yang melakukan konseling dua sampai tiga kali dalam sebulan sebanyak 204 orang atau 16.6% dan sebanyak 145 orang atau 11.8% homeless melakukan konseling sebanyak satu kali dalam satu minggu, selanjutnya homeless yang melakukan konseling hanya satu kali dalam setengah tahun atau enam bulan adalah sebesar 10.5% atau 129 orang dan yang paling rendah persentasenya adalah homeless yang hanya melakukan satu kali konseling dalam satu tahun sebanyak 100 orang atau 8.1%. Homeless yang datang untuk konseling mengenai kehidupan, pekerjaan atau masalah keluarga ini berharap dengan mereka berkonsultasi mengenai masalah hidup, mereka mendapatkan jawaban dari masalah mereka. Para homeless berharap pemerintah dapat memenuhi tuntutan dasar mereka yaitu menurut Okamura dalam Takehara (2005:114) adalah agar memiliki kesejahteraan sosial seperti, tuntutan ekonomi yang stabil, tuntutan pekerjaan yang layak, tuntutan ketetapan keluarga, tuntutan jaminan kesehatan, tuntutan jaminan pendidikan, tuntutan kesempatan dalam bermasyarakat, tuntutan kesempatan budaya atau rekreasi. Apabila pemerintah berhasil memenuhi kebutuhan tuntutan dasar mereka,berarti pemerintah sudah berhasil memenuhi kesejahteraan sosial mereka sebagai masyarakat Jepang. Menurut analisis penulis program bantuan pemerintah berupa lanyanan konseling yang tercantum pada Undang-Undang Homuresu no Jiritsu no Shien nado ni Kansuru Tokubetsu Sochiho pasal 8 ayat 2.1. ini merupakan salah satu bentuk 40

20 aplikasi dari pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan sosial para homeless, karena melalui konseling permasalahan homeless untuk mencapai tingkat sejahtera dapat terpenuhi yakni jaminan untuk bekerja, jaminan untuk memperoleh tempat tinggal yang tetap dan jaminan kesehatan hal ini sesuai dengan teori yang dijelaskan oleh Okamura dalam Takehara (2005:114) そして その社会福祉固有の問題の原初形態は社会生活の基本的要求 (1. 経済的安定の要求 2. 職業安定の要求 3. 家族安定の要求 4. 保険 医療の要求 5. 教育の保障の要求 6. 社会参加ないし社会的協同の機会要求,7. 文化 娯楽の機会の要求 ) である Terjemahan:, manusia atau masing-masing individu mempunyai karakteristik dasar untuk mendapatkan kesejahteraan sosial yaitu tuntutan ekonomi yang stabil, tuntutan pekerjaan yang layak, tuntutan ketetapan keluarga, tuntutan jaminan kesehatan, tuntutan jaminan pendidikan, tuntutan kesempatan dalam bermasyarakat dan tuntutan kesempatan budaya atau rekreasi. Oleh karena itu melalui program konseling jumlah homeless dapat menurun di tahun Karena masalah homeless adalah fenomena sosial yang patut diperhatikan karena itu perlu dibuat program kesejahteraan sosial oleh pemerintah Jepang. Sesuai dengan Segal dan Brzuzy dalam Suud (2006:90) sistem kesejahteraan sosial dimulai dengan mengenali isu sosial. Sekali isu tersebut diakui sebagai perhatian sosial, langkah selanjutnya adalah mengartikulasikan tujuan-tujuan kebijakan. Tujuan-tujuan ini dapat menghasilkan suatu posisi publik yang diciptakan melalui perundangan atau peraturan. Akhirnya, perundangan diterjemahkan ke dalam tindakan melalui penerapan suatu program kesejahteraan sosial. Penurunan jumlah homeless pada tahun 2007 memperlihatkan bahwa pemerintah mempunyai andil yang besar terhadap peningkatan kesejahteraan sosial dalam masyarakat Jepang. 41

21 Analisis Homuresu no Jiritsu no Shien nado ni Kansuru Tokubetsu Sochiho Berupa Shelter Sebagai Program Bantuan Pemerintah Terhadap Menurunnya Jumlah Homeless di Jepang Undang-undang yang dikeluarkan pemerintah yaitu Homuresu no Jiritsu no Shien Nado ni Kansuru Tokubetsu Sochiho untuk mengatasi fenomena homeless di Jepang diharapkan dapat menurunkan jumlah homeless di Jepang. Pemerintah mempunyai beberapa program yang mengatur agar para homeless mendapatkan kehidupan yang layak dan dapat terbebas dari masalah homeless, contohnya dengan menyediakan dana khusus untuk membantu para homeless. Berdasarkan undangundang Homuresu no Jiritsu no Shien nado ni Kansuru Tokubetsu Sochiho yaitu pada pasal 8 ayat 2 yang diaplikasikan dalam Homuresu no Jiritsu no Shien Nado ni Kansuru Kihon Houshin pasal 3 ayat 6.u, seorang homeless harus mendapatkan tempat tinggal yang aman untuk tidur dengan jangka waktu tertentu. Berikut ini adalah isi dari Homuresu no Jiritsu no Shien Nado ni Kansuru Kihon Houshin pasal 3 ayat 6.u ウ現下の厳しい経済情勢の下 仕事の減少による収入減などにより 簡易宿洎所での生活が困難な者が野宿生活になることもあるため シェルター等による居住の場所の確保を図る Terjemahan: Dibawah situasi ekonomi yang ketat sekarang ini, karena turunya lapangan pekerjaan, pendapatan menurun dan lain-lain, karena yang tingal ditempat peristirahatan adalahorang yang hidup susah dan tadinya tidur di luar, direncanakan tempat tinggal yang aman seperti shelter 42

22 Pemerintah merespon pasal ini dengan mendirikan shelter atau tempat perlindungan bagi para homeless. Shelter ini didirikan di setiap kota di Jepang, kebanyakan shelter-shelter didirikan dekat dengan tempat para buruh harian berkumpul atau yang biasa disebut dengan yoseba. Shelter ini memiliki program khusus bagi para homeless yaitu dengan mengadakan pemeriksaan kesehatan, konseling tentang pekerjaan, dan penyediaan pencarian lowongan kerja dengan cara itu pemerintah berusaha agar para homeless mendapatkan pekerjaan sehingga mereka mempunyai penghasilan tetap dan tidak menjadi homeless lagi. Shelter merupakan tempat tinggal sementara bagi para homeless sampai mereka mendapatkan pekerjaan. Pemerintah berharap bantuan program ini dapat berjalan dengan baik dan dapat membantu meningkatkan kesejahteraan sosial bagi masyarakat Jepang. Shelter mempunyai bantuan yang sedikit berbeda dengan jiritsu shien senta yaitu, jangka waktu yang diberikan adalah enam sampai satu tahun untuk tinggal di shelter. Jika di jiritsu shien senta para homeless hanya mendapatkan makan satu kali sehari, di shelter mereka mendapatkan makan tiga kali dalam sehari. Dalam shelter mereka juga mendapatkan program konseling untuk pekerjaan dan pemeriksaan kesehatan. Pemerintah membuat dua syarat untuk dapat mengikuti program bantuan ini, yaitu seorang homeless berhasil melewati atau menjalankan program-program yang ada di dalam shelter maka homeless tersebut dapat memasuki jiritsu shien senta. 43

23 Grafik 3.8 Data Statistik Penggunaan Shelter Pada Tahun 2003 受給したことのある者, 24.50% 相談に行ったこと者, 33.10% 自立支援センター, 38.90% シェルター, 38.70% Sumber : Berdasarkan data statistik di atas sebanyak 38.7 % homeless mengikuti program bantuan pemerintah berupa shelter pada tahun Di shelter kebutuhan para homeless dipenuhi baik secara fisik maupun mental. Mereka mendapatkan makanan, tempat tinggal, pemeriksaan kesehatan, dan konseling pekerjaan. Dengan kata lain mereka dapat memenuhi kebutuhan pokok mereka di dalam shelter. Program bantuan pemerintah ini dapat dikatakan sebagai kesejahteraan sosial. Hal ini sesuai dengan Friedlander dalam Suud (2006:8), yang menyatakan kesejahteraan sosial merupakan sistem yang terorganisasi dari pelayanan-pelayanan dan lembagalembaga sosial, yang dimaksudkan untuk membantu individu-individu dan kelompok-kelompok agar mencapai tingkat hidup dan kesehatan yang memuaskan, dan hubungan-hubungan personal dan sosial yang memberi kesempatan kepada mereka untuk memperkembangkan seluruh kemampuannya dan untuk meningkatkan kesejahteraannya sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan keluarga dan masyarakatnya. 44

24 Menurut penulis pemerintah Jepang sudah mengaplikasikan kesejahteraan sosial kepada masyarakatnya khususnya pada homeless yang yang membutuhkan kesejahteraan sosial. Dengan program ini yakni dibuatnya Undang-Undang untuk meningkatkan kesejahteraan sosial para homeless pemerintah tidak hanya membawa perubahan dengan menurunnya jumlah homeless di Jepang tetapi juga dapat meningkatkan kesejahteraan sosial dalam masyarakat Jepang, karena melalui program bantuan pemerintah berupa shelter maka para homeless dapat memenuhi kebutuhan dasar mereka yakni, kebutuhan akan makanan, kebutuhan akan tempat tinggal yang tetap dan kebutuhan akan pekerjaan. Hal ini sesuai dengan Kondisi sejahtera (well-being) biasanya menunjuk pada istilah kesejahteraan sosial (social welfare) sebagai kondisi terpenuhinya kebutuhan material dan non material. Menurut Midgley dalam Suharto (2006:2) mendefinisiskan kesejahteraan sosial sebagai..a condition or state of human well-being. Artinya menurut Midgley dalam Suharto (2006:2) adalah kondisi sejahtera terjadi manakala kehidupan manusia aman dan bahagia karena kebutuhan dasar akan gizi, kesehatan, pendidikan, tempat tinggal, dan pendapatan dapat terpenuhi; serta manakala manusia memperoleh perlindungan dari resiko-resiko utama yang mengancam kehidupannya. Seseorang yang disebut sejahtera menurut Suparlan dalam Suud (2006:5) adalah yang dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dalam hidupnya meliputi keadaan jasmaniah, rohaniah, dan sosial. Dengan demikian alasan mereka menjadi homeless dapat diselesaikan. 45

25 Analisis Homuresu no Jiritsu no Shien nado ni Kansuru Tokubetsu Sochiho Berupa Jiritsu shien senta Sebagai Program Bantuan Pemerintah Terhadap Menurunnya Jumlah Homeless di Jepang Pemerintah menfokuskan bantuannya dengan membuat pogram khusus agar para homeless dapat hidup mandiri. Selain pelayanan konseling, salah satu dari program bantuan lain yang ada adalah pusat bantuan kemandirian untuk homeless atau yang biasa disebut jiritsu shien senta. Program itu sebagai pelaksanaan dari Undang-Undang Homuresu no Jiritsu no Shien nado ni Kansuru Tokubetsu Sochiho yaitu pada pasal 8 ayat 2 yang diaplikasikan dalam Homuresu no Jiritsu no Shien Nado ni Kansuru Kihon Houshin pasal 3 ayat 5.a.a seorang homeless harus mendapatkan tempat tinggal yang aman untuk tidur dengan jangka waktu tertentu. Berikut ini adalah isi dari Homuresu no Jiritsu no Shien Nado ni Kansuru Kihon Houshin pasal 3 ayat 5.a.a ( ア ) 自立支援事業は 自立支援センターの利用者に対し 宿所及び食事の提供など日常生活上必要なサービスを提供するとともに 提供的な健康診断を行こう等積極的な就労支援を行こう Terjemahan: Proyek bantuan kemandirian, proyek bantuan kemandirian, terhadap penggunan Jiritsu Shien Senta memberikan bantuan tempat untuk tidur dan makanan dan lain-lain bersama dengan penawaran pelayanan penting kehidupan sehari-hari dan pelayanan diagnosis kesehatan serta secara aktif pergi bekerja Program yang dibuat agar homeless yang berada di dalam komunitas homeless dapat menjalankan hidup dengan mandiri terbebas dari masalah homeless ini mempunyai aturan-aturan khusus didalamnya. Para homeless yang dikumpulkan 46

26 dari jalanan diperiksa kebersihan dan kesehatannya, kemudian mereka diberikan motivasi untuk menghargai diri mereka dan dibantu untuk dapat kembali ke kehidupan normal. Mereka diberikan jangka waktu kurang lebih enam bulan, mendapatkan makanan satu hari satu kali, konsultasi kesehatan dengan dokter dan perawat, dan konseling pekerjaan. Layanan ini bisa mereka dapatkan di setiap daerah di Jepang dengan peraturan yang berbeda di setiap daerah. Contohnya di daerah Osaka tepatnya Nishinari Jiritsu Shien Center (Nishinari JSS), Nishinari JSS ini mempunyai 80 tempat tidur dan pekerja 24 jam (full timer) di delapan bagian yang bekerja bergantian dengan sistem shift. Seminggu tiga kali datang konselor yang berasal dari pertukaran pekerjaan umum terdekat, dan setiap minggu perawat dan dokter datang untuk memeriksa kesehatan para homeless. Penyakit yang biasa diderita oleh para homeless adalah TBC dan kecanduan minuman keras. Bagi para homeless yang mengalami masalah keuangan bisa mendapatkan pinjaman. Berdasarkan peraturan mereka diperbolehkan tinggal selama tiga bulan dan dapat memperpanjangnya dengan waktu maksimal enam sampai tujuh bulan tergantung dari lama mereka mendapatkan pekerjaan. Dalam jangka waktu tersebut tiga bulan digunakan untuk pemulihan kesehatan, mengikuti interview pekerjaan dan mendapatkan pekerjaan. Kemudian mereka dapat kembali tinggal selama tiga sampai empat bulan, untuk dapat bekerja dengan tetap dan dapat mengumpulkan cukup uang agar dapat keluar dari JSS kemudian pindah ke apartemen. Sedangkan di JSS Tokyo setiap homeless akan diberikan uang sebanyak yen untuk membeli baju kerja dan peralatannya, JSS juga membayar setengah harga dari penyewaan apartemen sampai maksimal yen, yen untuk membeli futon (alas tidur Jepang) dan yen untuk keperluan rumah tangga (Hook, 2005:202). Jiritsu shien senta 47

27 ini didirikan pemerintah agar jumlah homeless di Jepang terus mengalami penurunan setiap tahunnya. Grafik 3.9 Data Statistik Jumlah Homeless yang Mengikuti Program Bantuan Jiritsu Shien Senta Tahun 2003 受給したことのある者, 24.50% 相談に行ったこと者, 33.10% 自立支援センター, 38.90% シェルター, 38.70% Sumber : Dari data statistik di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 38.9% homeless mengikuti program bantuan dari pemerintah berupa jiritsu shien senta. Para homeless yang mengikuti program ini berharap dengan mengikuti program ini mereka bisa mendapatkan pekerjaan dan dapat terbebas dari masalah homeless. Karena pemerintah membuat program bantuan berupa jiritsu shien senta ini dengan memfokuskan pada pemenuhan tuntutan dasar para homeless dalam bidang pekerjaan, maka diharapkan setelah mereka bekerja mereka dapat memenuhi kebutuhan dasar mereka yang lain. Homeless yang masuk ke jiritsu shien senta diberikan sarana dan 48

28 prasarana yang mendukung mereka untuk mendapatkan pekerjaan yakni pakaian untuk melakukan interview, sarana untuk pembuatan Curicullum Vitae (CV), dan mendapatkan biaya transportasi. Sesudah para homeless mendapatkan pekerjaan, mereka akan mempunyai penghasilan sendiri yang akan mereka gunakan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka sehingga dapat hidup mandiri. Program bantuan pemerintah berupa jiritsu shien senta ini merupakan salah satu faktor pendukung yang menyebabkan jumlah homeless di Jepang pada tahun 2007 menurun, karena melalui program bantuan pemerintah berupa JSS ini para homeless dapat memenuhi kebutuhan dasar mereka. Hal ini sesuai definisi homuresu dalam Undang- Undang Homuresu no Jiritsu no Shien nado ni Kansuru Tokubetsu Sochiho dalam MHLW (2002) yang menyatakan bahwa : 都市公園 河川 道路 駅舎 その他の施設を故なく起居の場所とし 日常生活を営んでいる者 ( ホームレスの自立の支援などに関する特別措置法 ) Yang artinya, orang-orang yang hidup dalam kondisi darurat atau memprihatinkan yang tinggal di taman-taman kota, bantaran sungai, jalanan, sekitar stasiun, dan tempat-tempat umum lainnya (aturan tindakan khusus mengenai bantuan untuk membuat para homeless bisa hidup mandiri Definisi homeless tersebut muncul akibat dari faktor ekonomi yang tidak stabil. Selain itu yang di sebut dengan sejahtera menurut Suharto (2006:2) adalah kondisi sejahtera (well-being) biasanya menunjuk pada istilah kesejahteraan sosial (social welfare) sebagai kondisi terpenuhinya kebutuhan material dan non material. Menurut Midgley (2000: xi) mendefinisiskan kesejahteraan sosial sebagai..a condition or state of human well-being. Kondisi sejahtera terjadi manakala kehidupan manusia 49

29 aman dan bahagia karena kebutuhan dasar akan gizi, kesehatan, pendidikan, tempat tinggal, dan pendapatan dapat terpenuhi; serta manakala manusia memperoleh perlindungan dari resiko-resiko utama yang mengancam kehidupannya. Dengan program JSS ini tingkat kesejahteraan sosial homeless dapat terpenuhi dan jumlah homeless di Jepang pada tahun 2007 dapat mengalami penurunan. 50

Bab 2. Landasan Teori. semua yang kita lakukan dalam kehidupan kita berkaitan dengan orang lain (Jones,

Bab 2. Landasan Teori. semua yang kita lakukan dalam kehidupan kita berkaitan dengan orang lain (Jones, Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Kesejahteraan Sosial Pada dasarnya manusia adalah mahluk sosial, baik kita suka atau tidak, hampir semua yang kita lakukan dalam kehidupan kita berkaitan dengan orang lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. barat Samudera Pasifik, di sebelah timur Laut Jepang, dan bertetangga dengan

BAB I PENDAHULUAN. barat Samudera Pasifik, di sebelah timur Laut Jepang, dan bertetangga dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang adalah sebuah negara kepulauan di Asia Timur. Letaknya di ujung barat Samudera Pasifik, di sebelah timur Laut Jepang, dan bertetangga dengan Republik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP HOMELESS. Istilah homuresu berasal dari bahasa Inggris, yaitu homeless, yang artinya

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP HOMELESS. Istilah homuresu berasal dari bahasa Inggris, yaitu homeless, yang artinya BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP HOMELESS 2.1 Definisi Homeless Istilah homuresu berasal dari bahasa Inggris, yaitu homeless, yang artinya tidak memiliki rumah, atau tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap.

Lebih terperinci

ABSTRAK. lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu

ABSTRAK. lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu ABSTRAK Bahasa adalah sistem lambang yang berwujud bunyi atau ujaran.sebagai lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu suatu pengertian, suatu konsep, suatu ide, atau

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan

BAB IV KESIMPULAN. Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan BAB IV KESIMPULAN Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan dochira terdapat dua makna, yaitu; arti terjemahan atau padanan terjemahan yang berupa padanan dinamis dan arti leksikal

Lebih terperinci

PERLUASAN MAKNA PARTIKEL DE UNTUK MENYATAKAN BAHAN DASAR PRODUKSI DALAM MAJALAH KYOU NO RYOURI ABSTRAK

PERLUASAN MAKNA PARTIKEL DE UNTUK MENYATAKAN BAHAN DASAR PRODUKSI DALAM MAJALAH KYOU NO RYOURI ABSTRAK PERLUASAN MAKNA PARTIKEL DE UNTUK MENYATAKAN BAHAN DASAR PRODUKSI DALAM MAJALAH KYOU NO RYOURI ABSTRAK Secara umum, bahasa merupakan alat komunikasi yang hanya dimiliki oleh manusia. Ilmu yang mempelajari

Lebih terperinci

難民認定申請書 ( 再申請用 ) Permohonan Untuk Memperoleh Status Pengungsi (Untuk Permohonan Ulang)

難民認定申請書 ( 再申請用 ) Permohonan Untuk Memperoleh Status Pengungsi (Untuk Permohonan Ulang) 別記第七十四号の二様式 ( 第五十五条関係 ) Formulir lampiran nomor 74-2 (Berhubungan dengan Pasal 55) インドネシア語 日本国政府法務省 Kementerian Kehakiman Jepang 難民認定申請書 ( 再申請用 ) Permohonan Untuk Memperoleh Status Pengungsi (Untuk Permohonan

Lebih terperinci

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Nama : Risanti Baiduri NIM :

Lebih terperinci

KENDALA YANG DIHADAPI TENAGA KERJA ASING ORANG JEPANG YANG TINGGAL DI INDONESIA (KHUSUSNYA DI WILAYAH JAKARTA DAN BEKASI)

KENDALA YANG DIHADAPI TENAGA KERJA ASING ORANG JEPANG YANG TINGGAL DI INDONESIA (KHUSUSNYA DI WILAYAH JAKARTA DAN BEKASI) KENDALA YANG DIHADAPI TENAGA KERJA ASING ORANG JEPANG YANG TINGGAL DI INDONESIA (KHUSUSNYA DI WILAYAH JAKARTA DAN BEKASI) SKRIPSI Diajukan sebagai persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Sastra WAETI

Lebih terperinci

PENGGUNAAN FUKUSHI DALAM SURAT KABAR ONLINE ASAHI SHIMBUN EDISI 9 DAN 10 FEBRUARI 2015

PENGGUNAAN FUKUSHI DALAM SURAT KABAR ONLINE ASAHI SHIMBUN EDISI 9 DAN 10 FEBRUARI 2015 PENGGUNAAN FUKUSHI DALAM SURAT KABAR ONLINE ASAHI SHIMBUN EDISI 9 DAN 10 FEBRUARI 2015 SKRIPSI OLEH : IKA KURNIAWATI ANDIANA 115110607111008 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA

Lebih terperinci

ENJO KOUSAI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PENYIMPANGAN REMAJA DI JEPANG SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PRASYARAT MENDAPAT GELAR SARJANA SASTRA

ENJO KOUSAI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PENYIMPANGAN REMAJA DI JEPANG SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PRASYARAT MENDAPAT GELAR SARJANA SASTRA ENJO KOUSAI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PENYIMPANGAN REMAJA DI JEPANG SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PRASYARAT MENDAPAT GELAR SARJANA SASTRA ICHSAN SALIM 2012110152 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI Bab 2 LANDASAN TEORI Di dalam bab 2 ini penulis akan membagi menjadi beberapa sub bab sesuai dengan teori yang akan penulis gunakan untuk menganalisis data pada bab selanjutnya. 2.1 Konsep Pernikahan di

Lebih terperinci

BAB 2. Landasan Teori

BAB 2. Landasan Teori BAB 2 Landasan Teori Dalam bab ini, penulis akan menguraikan landasan teori yang dibagi menjadi tiga bagian yaitu teori hinshi 品詞, teori kandoushi 感動詞, dan teori iya い や. 2.1 Teori Hinshi 品詞 Masuoka dan

Lebih terperinci

国家試験に合格した EPA 看護師 介護福祉士候補者が EPA 看護師 介護福祉士として就労する際の手続きについて

国家試験に合格した EPA 看護師 介護福祉士候補者が EPA 看護師 介護福祉士として就労する際の手続きについて 国家試験に合格した EPA 看護師 介護福祉士候補者が EPA 看護師 介護福祉士として就労する際の手続きについて 平成 28 年 2 月 26 日 公益社団法人国際厚生事業団 受入支援部 1. はじめに 経済連携協定 (EPA) に基づき入国をした EPA 候補者が 看護師国家試験または介護福祉士国家試験に 合格し 引き続き EPA 看護師 介護福祉士として就労を希望する場合には 以下の手続きが必要となります

Lebih terperinci

映画 野ブタをプロデュース における社会的 現象 苛め の分析

映画 野ブタをプロデュース における社会的 現象 苛め の分析 映画 野ブタをプロデュース における社会的 現象 苛め の分析 ノフィセチアワチ 0142012 マラナターキリスト教大学文学部日本語学科バンドン 2007 序論 苛めとは 弱い者を痛めつけることである 痛めつける方法は肉体的にも非肉体的つまり精神的によって為すことが出来る それにより 苛めを受ける人間は苦悩を味わうのである よく言われるように 日本の社会では集団が大きな役割を果しているのである 中根

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN PRONOMINA DEMONSTRATIVA SISWA KELAS XII BAHASA TAHUN AJARAN 2013/2014 DI SMA NEGERI 1 BATU SKRIPSI

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN PRONOMINA DEMONSTRATIVA SISWA KELAS XII BAHASA TAHUN AJARAN 2013/2014 DI SMA NEGERI 1 BATU SKRIPSI ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN PRONOMINA DEMONSTRATIVA SISWA KELAS XII BAHASA TAHUN AJARAN 2013/2014 DI SMA NEGERI 1 BATU SKRIPSI OLEH FIRA JEDI INSANI NIM : 105110201111050 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG

Lebih terperinci

Kepada seluruh warga negara asing yang akan keluar dari Jepang

Kepada seluruh warga negara asing yang akan keluar dari Jepang 17 4 Kepada seluruh warga negara asing yang akan keluar dari Jepang Orang yang menjadi anggota Asuransi Kesejahteraan lebih dari 6 (enam) bulan dapat menerima Uang Lump Sum Cat.Orang yang berada dalam

Lebih terperinci

参考様式第 1-15 号 ( 規則第 8 条第 13 号関係 ) インドネシア語 ( 日本工業規格 A 列 4)

参考様式第 1-15 号 ( 規則第 8 条第 13 号関係 ) インドネシア語 ( 日本工業規格 A 列 4) 参考様式第 1-15 号 ( 規則第 8 条第 13 号関係 ) インドネシア語 ( 日本工業規格 A 列 4) Contoh Formulir nomor 1 15 (peraturan nomor 8 berhubungan dengan peraturan nomor 13) Bahasa Indonesia (standar Industri Jepang A kolom 4) A B C

Lebih terperinci

ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA

ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA Bahasa adalah milik manusia yang merupakan pembeda utama antara manusia dengan makhluk lainnya didunia

Lebih terperinci

PENGGUNAAN SHUUJOSHI JOSEIGO DAN DANSEIGO DALAM KOMIK NIHONJIN NO SHIRANAI NIHONGO VOLUME 1 DAN 2 KARYA HEBIZOU DAN UMINO NAGIKO SKRIPSI

PENGGUNAAN SHUUJOSHI JOSEIGO DAN DANSEIGO DALAM KOMIK NIHONJIN NO SHIRANAI NIHONGO VOLUME 1 DAN 2 KARYA HEBIZOU DAN UMINO NAGIKO SKRIPSI PENGGUNAAN SHUUJOSHI JOSEIGO DAN DANSEIGO DALAM KOMIK NIHONJIN NO SHIRANAI NIHONGO VOLUME 1 DAN 2 KARYA HEBIZOU DAN UMINO NAGIKO SKRIPSI OLEH DESY NITA SANJAYA 0911120088 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG JURUSAN

Lebih terperinci

KEMAMPUAN DALAM MENGGUNAKAN VERBA MEMAKAI PADA SISWA KELAS XI BAHASA SMA NEGERI 3 PROBOLINGGO TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI

KEMAMPUAN DALAM MENGGUNAKAN VERBA MEMAKAI PADA SISWA KELAS XI BAHASA SMA NEGERI 3 PROBOLINGGO TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI KEMAMPUAN DALAM MENGGUNAKAN VERBA MEMAKAI PADA SISWA KELAS XI BAHASA SMA NEGERI 3 PROBOLINGGO TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI OLEH: RISKA FEBRIYANTI 105110207111008 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN

Lebih terperinci

KONFLIK ANTARKLAN DALAM NOVEL TAIRA NO MASAKADO KARYA EIJI YOSHIKAWA (KAJIAN STRUKTURAL) SKRIPSI

KONFLIK ANTARKLAN DALAM NOVEL TAIRA NO MASAKADO KARYA EIJI YOSHIKAWA (KAJIAN STRUKTURAL) SKRIPSI KONFLIK ANTARKLAN DALAM NOVEL TAIRA NO MASAKADO KARYA EIJI YOSHIKAWA (KAJIAN STRUKTURAL) SKRIPSI OLEH ALLIN WEDARI 0911120005 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU BUDAYA

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA DAN TOKOH KEDUA NOVEL 500G DE UMARETA MUSUME E KARYA MICHIYO INOUE

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA DAN TOKOH KEDUA NOVEL 500G DE UMARETA MUSUME E KARYA MICHIYO INOUE ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA DAN TOKOH KEDUA NOVEL 500G DE UMARETA MUSUME E KARYA MICHIYO INOUE OLEH NINA JULIANA HELMI 0701705035 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS UDAYANA 2011

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN JITSUYO KAIWA I (JP 301) SEMESTER 6 /TINGKAT III

SATUAN ACARA PERKULIAHAN JITSUYO KAIWA I (JP 301) SEMESTER 6 /TINGKAT III SATUAN ACARA PERKULIAHAN SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2009/2010 JITSUYO KAIWA I (JP 301) SEMESTER 6 /TINGKAT III TEAM PENYUSUN HERNIWATI, S.PD.M.HUM JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FAKULTAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENGARUH PERUBAHAN PERANAN WANITA JEPANG DAN KONDISI SOSIAL MASYARAKAT JEPANG TERHADAP MUNCULNYA SHOUSHIKA

PENGARUH PERUBAHAN PERANAN WANITA JEPANG DAN KONDISI SOSIAL MASYARAKAT JEPANG TERHADAP MUNCULNYA SHOUSHIKA HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI Skripsi Sarjana yang berjudul: PENGARUH PERUBAHAN PERANAN WANITA JEPANG DAN KONDISI SOSIAL MASYARAKAT JEPANG TERHADAP MUNCULNYA SHOUSHIKA Telah diuji dan diterima baik pada

Lebih terperinci

Dikerjakan O L E H SUNITA BR

Dikerjakan O L E H SUNITA BR PEMAKAIAN KATA (KABURU, KAKERU, HAKU, H KIRU, SURU) DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG NIHONGO NO BUNSHOU U NO (KABURU, KAKERU, HAKU, KIRU, SURU) NO KOTOBA NO SHIYOU KERTAS KARYA Dikerjakan O L E H SUNITA BR

Lebih terperinci

参考様式第 1-15 号 ( 規則第 8 条第 13 号関係 ) インドネシア語 ( 日本工業規格 A 列 4)

参考様式第 1-15 号 ( 規則第 8 条第 13 号関係 ) インドネシア語 ( 日本工業規格 A 列 4) 参考様式第 1-15 号 ( 規則第 8 条第 13 号関係 ) インドネシア語 ( 日本工業規格 A 列 4) Formulir nomor 1 15 (Berhubungan dengan Peraturan pasal 8 nomor 13) :Bahasa Indonesia (Standar Industri Jepang ukuran A4) A B C D E F 雇用条件書 Surat

Lebih terperinci

PENGGUNAAN SHUUJOSHI RAGAM BAHASA WANITA DALAM DRAMA SHOKOJO SEIRA EPISODE 1,2,3 SKRIPSI OLEH: ANINDYA PURI PRIMASWARI NIM

PENGGUNAAN SHUUJOSHI RAGAM BAHASA WANITA DALAM DRAMA SHOKOJO SEIRA EPISODE 1,2,3 SKRIPSI OLEH: ANINDYA PURI PRIMASWARI NIM PENGGUNAAN SHUUJOSHI RAGAM BAHASA WANITA DALAM DRAMA SHOKOJO SEIRA EPISODE 1,2,3 SKRIPSI OLEH: ANINDYA PURI PRIMASWARI NIM 0911120068 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

JEPANG ANGKATAN 2013 UNIVERSITAS BRAWIJAYA SKRIPSI

JEPANG ANGKATAN 2013 UNIVERSITAS BRAWIJAYA SKRIPSI PENGGUNAAN TSUMORI ( つもり ) DAN TO OMOIMASU ( と思います ) PADA MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA JEPANG ANGKATAN 2013 UNIVERSITAS BRAWIJAYA SKRIPSI OLEH : PUTRI EKA SARI NIM: 115110601111022 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

JITCO Format JITCO 書式 Kontrak Kerja untuk Pelatihan Peserta Magang Teknis 技能実習のための雇用契約書

JITCO Format JITCO 書式 Kontrak Kerja untuk Pelatihan Peserta Magang Teknis 技能実習のための雇用契約書 JITCO Format 10-38 JITCO 書式 10-38 Kontrak Kerja untuk Pelatihan Peserta Magang Teknis 技能実習のための雇用契約書 Perusahaan pelaksana pelatihan peserta magang teknis (selanjutnya disebut Perusahaan Pelaksana ) dan

Lebih terperinci

UPAYA MEMPERTAHANKAN BASIS EKONOMI OLEH KAUM KAPITALIS DALAM NOVEL KANI KOSEN KARYA KOBAYASHI TAKIJI SKRIPSI OLEH AHMAD JAMALUDIN

UPAYA MEMPERTAHANKAN BASIS EKONOMI OLEH KAUM KAPITALIS DALAM NOVEL KANI KOSEN KARYA KOBAYASHI TAKIJI SKRIPSI OLEH AHMAD JAMALUDIN UPAYA MEMPERTAHANKAN BASIS EKONOMI OLEH KAUM KAPITALIS DALAM NOVEL KANI KOSEN KARYA KOBAYASHI TAKIJI SKRIPSI OLEH AHMAD JAMALUDIN 0911120059 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS

Lebih terperinci

国家試験に合格したEPA 看護師 介護福祉士が看護師 介護福祉士として就労する際の手続きについて ( 候補者用 )

国家試験に合格したEPA 看護師 介護福祉士が看護師 介護福祉士として就労する際の手続きについて ( 候補者用 ) 国家試験に合格したEPA 看護師 介護福祉士が看護師 介護福祉士として就労する際の手続きについて ( 候補者用 ) Penjelasan prosedur bila Calon EPA Kangoshi / Kaigofukushishi yang sudah lulus ujian nasional mulai bekerja sebagai EPA Kangoshi / Kaigofukushishi

Lebih terperinci

BAB 2. Tinjauan Pustaka

BAB 2. Tinjauan Pustaka BAB 2 Tinjauan Pustaka Untuk mendukung penulis dalam menganalisa data, penulis akan menjelaskan teoriteori yang akan digunakan dalam penulisan ini. Teori yang akan digunakan mencakup konsep kanji dan teori

Lebih terperinci

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Nama : Muhammad Ridho NIM : 2012110112

Lebih terperinci

SKRIPSI MOTIVASI TOKOH TAKAKO OTOMICHI SEBAGAI SEORANG POLISI WANITA UNGGULAN DALAM NOVEL KOGOERU KIBA KARYA ASA NONAMI

SKRIPSI MOTIVASI TOKOH TAKAKO OTOMICHI SEBAGAI SEORANG POLISI WANITA UNGGULAN DALAM NOVEL KOGOERU KIBA KARYA ASA NONAMI SKRIPSI MOTIVASI TOKOH TAKAKO OTOMICHI SEBAGAI SEORANG POLISI WANITA UNGGULAN DALAM NOVEL KOGOERU KIBA KARYA ASA NONAMI Oleh GEDE FERI KARTIANA 1201705033 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA

Lebih terperinci

PENGGUNAAN SUFIKS KA, SHA, IN DAN SHI YANG BERMAKNA PROFESI DALAM YOMIURI SHINBUN SKRIPSI. Oleh David Setyawan

PENGGUNAAN SUFIKS KA, SHA, IN DAN SHI YANG BERMAKNA PROFESI DALAM YOMIURI SHINBUN SKRIPSI. Oleh David Setyawan PENGGUNAAN SUFIKS KA, SHA, IN DAN SHI YANG BERMAKNA PROFESI DALAM YOMIURI SHINBUN SKRIPSI Oleh David Setyawan 0911121003 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

家族構成 Susunan Keluarga 続柄 氏 名 生年月日 性別 国籍 地域 ( 又は常居所を Hubungan Nama Tanggal Lahir きょうだい ( 計 人 ) ( 注 )6 人以上は別紙を提出してください Saudara (Jumlah ) (Catatan) Jika

家族構成 Susunan Keluarga 続柄 氏 名 生年月日 性別 国籍 地域 ( 又は常居所を Hubungan Nama Tanggal Lahir きょうだい ( 計 人 ) ( 注 )6 人以上は別紙を提出してください Saudara (Jumlah ) (Catatan) Jika 別記第七十四号様式 ( 第五十五条関係 ) Formulir lampiran nomor 74 (Berhubungan dengan Pasal 55) 日本国政府法務省 Kementerian Kehakiman Jepang 法務大臣殿 Kepada: Bapak/Ibu Menteri Kehakiman 氏 Nama 名 生年月日 Tanggal Lahir 国籍 地域 ( 又は常居所を有していた国名

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau

Bab 2. Landasan Teori. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Hinshi 品詞 Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau シンタクス. Sutedi (2003, hal.61) berpendapat bahwa sintaksis adalah cabang linguistik yang mengkaji

Lebih terperinci

国家試験に合格したEPA 看護師 介護福祉士が看護師 介護福祉士として就労する際の手続きについて ( 候補者用 )

国家試験に合格したEPA 看護師 介護福祉士が看護師 介護福祉士として就労する際の手続きについて ( 候補者用 ) 国家試験に合格したEPA 看護師 介護福祉士が看護師 介護福祉士として就労する際の手続きについて ( 候補者用 ) Prosedur bila Calon EPA Kangoshi / Kaigofukushishi yang sudah lulus ujian nasional mulai bekerja sebagai EPA Kangoshi / Kaigofukushishi (Untuk

Lebih terperinci

KARAOKE SEBAGAI MEDIA UNTUK DEALING BISNIS DAN RELAKSASI BAGI PELAKU BISNIS DAN WISATAWAN ASING DI JUN EXECUTIVE KARAOKE HOTEL SAVOY HOMANN

KARAOKE SEBAGAI MEDIA UNTUK DEALING BISNIS DAN RELAKSASI BAGI PELAKU BISNIS DAN WISATAWAN ASING DI JUN EXECUTIVE KARAOKE HOTEL SAVOY HOMANN KARAOKE SEBAGAI MEDIA UNTUK DEALING BISNIS DAN RELAKSASI BAGI PELAKU BISNIS DAN WISATAWAN ASING DI JUN EXECUTIVE KARAOKE HOTEL SAVOY HOMANN SAVOY HOMANN ホテルのエグセクテイブカラオケ JUN はビジネスマンの商談や海外の旅行者をリラックスさせるための憩いの憩いの場所

Lebih terperinci

BJ システムについて Mengenai BJ System

BJ システムについて Mengenai BJ System BJ システムについて Mengenai BJ System BJ システムは日本語の文法 および漢字を基準にして独自に開発したシステム教材です BJ System adalah sistem pembelajaran bahasa Jepang yang berdasarkan tata bahasa dan tulisan KANJI. 文法を基準にしておりますので 汎用性の高い日本語を習得できます

Lebih terperinci

membahas dari penggunaan dan arti tiga kata kerja tersebut,...ok,...he,.,he,.,he,.,.

membahas dari penggunaan dan arti tiga kata kerja tersebut,...ok,...he,.,he,.,he,.,. 1.Dasar nya :Unkapan Pemberian dan Penerimaan Di bagian ini saya akan membahas lebih dalam mengenai pola kalimat sopan,.yang inti dari pelajaran bahasa jepang level 3 yaitu pola kalimat sopan,bentuk sopan

Lebih terperinci

KESALAHAN PENGGUNAAN VERBA BANTU RASHII DAN MITAI PADA MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA JEPANG ANGKATAN 2012 SKRIPSI

KESALAHAN PENGGUNAAN VERBA BANTU RASHII DAN MITAI PADA MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA JEPANG ANGKATAN 2012 SKRIPSI KESALAHAN PENGGUNAAN VERBA BANTU RASHII DAN MITAI PADA MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA JEPANG ANGKATAN 2012 SKRIPSI OLEH: APRILYA RENI VERDIANTI 115110600111016 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FAKULTAS

Lebih terperinci

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PADA PERCAKAPAN ORANG JEPANG YANG TINGGAL DI MALANG

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PADA PERCAKAPAN ORANG JEPANG YANG TINGGAL DI MALANG ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PADA PERCAKAPAN ORANG JEPANG YANG TINGGAL DI MALANG SKRIPSI OLEH BERNIKE JOSEPHINE NIM 0911120082 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU BUDAYA

Lebih terperinci

ANALISIS TOKOH BOTCHAN DALAM DRAMA TVBOTCHANDENGAN TEORI HIRARKI KEBUTUHAN BERTINGKATDARI ABRAHAM MASLOW SKRIPSI

ANALISIS TOKOH BOTCHAN DALAM DRAMA TVBOTCHANDENGAN TEORI HIRARKI KEBUTUHAN BERTINGKATDARI ABRAHAM MASLOW SKRIPSI ANALISIS TOKOH BOTCHAN DALAM DRAMA TVBOTCHANDENGAN TEORI HIRARKI KEBUTUHAN BERTINGKATDARI ABRAHAM MASLOW SKRIPSI YULIS KARTIKA DEWI 2012110055 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS DARMA

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Esa, karena berkat rahmat dan anugerah-nya, penulisan skripsi yang berjudul

KATA PENGANTAR. Esa, karena berkat rahmat dan anugerah-nya, penulisan skripsi yang berjudul KATA PENGANTAR Pertama-tama puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan anugerah-nya, penulisan skripsi yang berjudul Pengaruh Pola Asuh Ibu Terhadap Perkembangan

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN IDENTITAS ANAK MUDA PADA TOKOH KOYUKI DALAM FILM BECK KARYA SHIORI KUTSUNA SKRIPSI. Oleh ALFA RODHY E.S NIM

PEMBENTUKAN IDENTITAS ANAK MUDA PADA TOKOH KOYUKI DALAM FILM BECK KARYA SHIORI KUTSUNA SKRIPSI. Oleh ALFA RODHY E.S NIM PEMBENTUKAN IDENTITAS ANAK MUDA PADA TOKOH KOYUKI DALAM FILM BECK KARYA SHIORI KUTSUNA SKRIPSI Oleh ALFA RODHY E.S NIM 0911120061 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU BUDAYA

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi

Bab 1. Pendahuluan. hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan sesuatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN PENULISAN GAIRAIGO (KATA SERAPAN) PADA SISWA KELAS BAHASA DI MAN REJOSO JOMBANG SKRIPSI. Oleh : RIA MA RIFATUN NISA

ANALISIS KESALAHAN PENULISAN GAIRAIGO (KATA SERAPAN) PADA SISWA KELAS BAHASA DI MAN REJOSO JOMBANG SKRIPSI. Oleh : RIA MA RIFATUN NISA ANALISIS KESALAHAN PENULISAN GAIRAIGO (KATA SERAPAN) PADA SISWA KELAS BAHASA DI MAN REJOSO JOMBANG SKRIPSI Oleh : RIA MA RIFATUN NISA 105110201111023 PROGAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. struktur inilah menjadikan struktur bahasa Jepang menarik. Salah satunya disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. struktur inilah menjadikan struktur bahasa Jepang menarik. Salah satunya disebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Jepang merupakan bahasa yang kaya akan struktur. Keberagaman struktur inilah menjadikan struktur bahasa Jepang menarik. Salah satunya disebabkan karena

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN VERBA BAHASA JEPANG YANG BERMAKNA MEMAKAI PADA MAHASISWA TINGKAT II DPBJ FPBS UPI

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN VERBA BAHASA JEPANG YANG BERMAKNA MEMAKAI PADA MAHASISWA TINGKAT II DPBJ FPBS UPI ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN VERBA BAHASA JEPANG YANG BERMAKNA MEMAKAI PADA MAHASISWA TINGKAT II DPBJ FPBS UPI DENNY KUSNO NURRAKHMAN, Herniwati 1, Linna Meilia Rasiban 2 Departemen Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

ABSTRAK. tujuan. Ketika kita berbahasa, orang lain dapat mengerti apa maksud, ide, pesan,

ABSTRAK. tujuan. Ketika kita berbahasa, orang lain dapat mengerti apa maksud, ide, pesan, ABSTRAK Bahasa merupakan sarana komunikasi untuk menyampaikan suatu maksud dan tujuan. Ketika kita berbahasa, orang lain dapat mengerti apa maksud, ide, pesan, perasaan dan pendapat yang kita utarakan.

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Menurut Niwa saburo (1998 : 2005/03/18 ) bahwa: とも や っけ って か. menurut gendai nihongo bunpo gaisetsu adalah sebagai berikut :

LANDASAN TEORI. Menurut Niwa saburo (1998 : 2005/03/18 ) bahwa: とも や っけ って か. menurut gendai nihongo bunpo gaisetsu adalah sebagai berikut : 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori shuujoshi Menurut Niwa saburo (1998 : 2005/03/18 ) bahwa: とも や っけ って か ぜ ぞ さ わ よ ね disebut sebagai shuujoshi. Yang dimaksud dengan shuujoshi menurut gendai nihongo bunpo

Lebih terperinci

KONFLIK EKSTERNAL PADA TOKOH SUGURO DALAM NOVEL SUKYANDARU KARYA SHUSAKU ENDO SKRIPSI OLEH ANDHIKA FITRIYANA NIM

KONFLIK EKSTERNAL PADA TOKOH SUGURO DALAM NOVEL SUKYANDARU KARYA SHUSAKU ENDO SKRIPSI OLEH ANDHIKA FITRIYANA NIM KONFLIK EKSTERNAL PADA TOKOH SUGURO DALAM NOVEL SUKYANDARU KARYA SHUSAKU ENDO SKRIPSI OLEH ANDHIKA FITRIYANA NIM 0811120020 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU BUDAYA

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : fukugougo, kruna satma, kontrastif. viii

ABSTRAK. Kata kunci : fukugougo, kruna satma, kontrastif. viii ABSTRAK Penelitian ini berjudul Kontrastivitas Kata Majemuk Bahasa Jepang dan Bahasa Bali. Penelitian ini mengkaji tentang hubungan antarunsur dan makna kata majemuk bahasa Jepang dan bahasa Bali serta

Lebih terperinci

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI. di kutip maupun yang di rujuk telah saya nyatakan dengan benar. Nim :

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI. di kutip maupun yang di rujuk telah saya nyatakan dengan benar. Nim : HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Skripsi ini adalah hasil karya penulis sendiri dan semua sumber baik yang di kutip maupun yang di rujuk telah saya nyatakan dengan benar Nama : Achmad Dian Nim : 2009110163

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Menurut Minami dalam Hinata ( 1990: 1 ), danwa dapat disebut juga discourse

Bab 2. Landasan Teori. Menurut Minami dalam Hinata ( 1990: 1 ), danwa dapat disebut juga discourse Bab 2 Landasan Teori 2.1. Teori Danwa ( 談話 ) Menurut Minami dalam Hinata ( 1990: 1 ), danwa dapat disebut juga discourse (wacana), teks atau bunshou (karangan). Danwa adalah ungkapan bahasa berupa suatu

Lebih terperinci

PERILAKU AMAE PADA TOKOH-TOKOH DALAM NOVEL SHIOSAI KARYA MISHIMA YUKIO SKRIPSI

PERILAKU AMAE PADA TOKOH-TOKOH DALAM NOVEL SHIOSAI KARYA MISHIMA YUKIO SKRIPSI PERILAKU AMAE PADA TOKOH-TOKOH DALAM NOVEL SHIOSAI KARYA MISHIMA YUKIO SKRIPSI OLEH: SATRIO PRIBADI NIM 105110209111012 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori

Bab 2. Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1. Teori Hinshi 品詞 Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan 続語論 atau シンタクス. Sutedi (2003: 61), berpendapat bahwa sintaksis adalah cabang linguistik yang mengkaji tentang

Lebih terperinci

PARASITE SINGLE SEBUAH FENOMENA SOSIAL KONTEMPORER DI JEPANG. Oleh : Amaliatun Saleha NIP:

PARASITE SINGLE SEBUAH FENOMENA SOSIAL KONTEMPORER DI JEPANG. Oleh : Amaliatun Saleha NIP: PARASITE SINGLE SEBUAH FENOMENA SOSIAL KONTEMPORER DI JEPANG Oleh : Amaliatun Saleha NIP: 19760609 200312 2 001 JURUSAN SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2006 ABSTRAK Salah

Lebih terperinci

PEGGUNAAN RAGAM BAHASA HORMAT (KEIGO) DALAM DRAMA ATTENTION PLEASE KARYA SATO YUICHI

PEGGUNAAN RAGAM BAHASA HORMAT (KEIGO) DALAM DRAMA ATTENTION PLEASE KARYA SATO YUICHI PEGGUNAAN RAGAM BAHASA HORMAT (KEIGO) DALAM DRAMA ATTENTION PLEASE KARYA SATO YUICHI SKRIPSI Oleh : Marita Purnama Zandy NIM 0911120135 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS

Lebih terperinci

PELESAPAN SUBJEK DAN OBJEK TINJAUAN MAKNA PREDIKAT DALAM DRAMA HUNGRY! KARYA MOTOHASHI KEITA SKRIPSI OLEH: PUTRI NUZULAILI

PELESAPAN SUBJEK DAN OBJEK TINJAUAN MAKNA PREDIKAT DALAM DRAMA HUNGRY! KARYA MOTOHASHI KEITA SKRIPSI OLEH: PUTRI NUZULAILI PELESAPAN SUBJEK DAN OBJEK TINJAUAN MAKNA PREDIKAT DALAM DRAMA HUNGRY! KARYA MOTOHASHI KEITA SKRIPSI OLEH: PUTRI NUZULAILI 0911123035 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

ANALISIS PEMAKAIAN PARTIKEL ~NI DAN ~DE DALAM BAHASA JEPANG (Studi kasus pada Mahasiswa Semester III)

ANALISIS PEMAKAIAN PARTIKEL ~NI DAN ~DE DALAM BAHASA JEPANG (Studi kasus pada Mahasiswa Semester III) ANALISIS PEMAKAIAN PARTIKEL ~NI DAN ~DE DALAM BAHASA JEPANG (Studi kasus pada Mahasiswa Semester III) Hargo Saptaji, Hani Wahyuningtias, Julia Pane, ABSTRAK Dalam Bahasa Jepang, partikel (joshi) sangat

Lebih terperinci

OEDIPUS-KOMPLEKS PADA TOKOH MA KUN DALAM NOVEL TOKYO TAWĀ: OKAN TO BOKU, TOKIDOKI, OTON KARYA RIRI FURANKI

OEDIPUS-KOMPLEKS PADA TOKOH MA KUN DALAM NOVEL TOKYO TAWĀ: OKAN TO BOKU, TOKIDOKI, OTON KARYA RIRI FURANKI SKRIPSI OEDIPUS-KOMPLEKS PADA TOKOH MA KUN DALAM NOVEL TOKYO TAWĀ: OKAN TO BOKU, TOKIDOKI, OTON KARYA RIRI FURANKI PUTU LINDA TRISNAYANTI PUTRAWAN 1001705010 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA

Lebih terperinci

3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~ つもりです. 4. Sekarang, pertandingan baseball dapat ditonton di televisi.

3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~ つもりです. 4. Sekarang, pertandingan baseball dapat ditonton di televisi. Lampiran 1 Soal Pre Test Terjemahkan kedalam bahasa jepang! 1. Anda boleh mengambil foto. ~てもいいです 2. Mandi ofuro Sambil bernyanyi. ~ ながら 3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~

Lebih terperinci

KESALAHAN PENGGUNAAN KEIGO PADA MAHASISWA SASTRA JEPANG ANGKATAN 2010 UNIVERSITAS BRAWIJAYA SKRIPSI OLEH: AULIA ALFARABI ANESTYA NIM

KESALAHAN PENGGUNAAN KEIGO PADA MAHASISWA SASTRA JEPANG ANGKATAN 2010 UNIVERSITAS BRAWIJAYA SKRIPSI OLEH: AULIA ALFARABI ANESTYA NIM KESALAHAN PENGGUNAAN KEIGO PADA MAHASISWA SASTRA JEPANG ANGKATAN 2010 UNIVERSITAS BRAWIJAYA SKRIPSI OLEH: AULIA ALFARABI ANESTYA NIM 105110200111036 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA

Lebih terperinci

ぽん ぼん. Morfem. Kata. Alomorf adalah. morfem. Morfem Bebas. Morfem Terikat 形態素 自由形態素 拘束形態素. Contoh. bagan. Definisi. Alomorf. Contoh.

ぽん ぼん. Morfem. Kata. Alomorf adalah. morfem. Morfem Bebas. Morfem Terikat 形態素 自由形態素 拘束形態素. Contoh. bagan. Definisi. Alomorf. Contoh. Kanji MORFOLOGI BAHASA JEPANG Pengantar Linguistik Jepang 7 April 2014 morfologi 形態論 けいたいろん Definisi Objek Kajian Morfologi merupakan salah satu cabang linguistik yang mengkaji tentang kata dan proses

Lebih terperinci

PENGARUH SHINTO PADA ZAMAN MEIJI TERHADAP SISTEM POLITIK, BUDAYA DAN PENDIDIKAN

PENGARUH SHINTO PADA ZAMAN MEIJI TERHADAP SISTEM POLITIK, BUDAYA DAN PENDIDIKAN PENGARUH SHINTO PADA ZAMAN MEIJI TERHADAP SISTEM POLITIK, BUDAYA DAN PENDIDIKAN Diajukan sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra NIDA KUDSIAH 2013110165 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini akan menjelaskan teori-teori yang akan digunakan. Teori yang akan

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini akan menjelaskan teori-teori yang akan digunakan. Teori yang akan Bab 2 Landasan Teori Pada bab ini akan menjelaskan teori-teori yang akan digunakan. Teori yang akan digunakan adalah konsep dalam bahasa Jepang, konsep kanji, teori pembentukkan kanji (rikusho) dan nikuzuki

Lebih terperinci

KESALAHAN PENGGUNAAN SETSUZOKUSHI SOREDE DAN DAKARA PADA MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA JEPANG ANGKATAN 2012 SKRIPSI

KESALAHAN PENGGUNAAN SETSUZOKUSHI SOREDE DAN DAKARA PADA MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA JEPANG ANGKATAN 2012 SKRIPSI KESALAHAN PENGGUNAAN SETSUZOKUSHI SOREDE DAN DAKARA PADA MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA JEPANG ANGKATAN 2012 SKRIPSI OLEH DWI YULI HERAWATI NIM 115110600111002 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FAKULTAS

Lebih terperinci

GAIRAIGO DI KALANGAN BAHASA ANAK MUDA JEPANG DALAM FILM KAMEN RIDER GAIM EPISODE 01-12

GAIRAIGO DI KALANGAN BAHASA ANAK MUDA JEPANG DALAM FILM KAMEN RIDER GAIM EPISODE 01-12 GAIRAIGO DI KALANGAN BAHASA ANAK MUDA JEPANG DALAM FILM KAMEN RIDER GAIM EPISODE 01-12 SKRIPSI OLEH: AHMAD ALFIAN NIM 105110213111001 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

BAB 2. Landasan Teori

BAB 2. Landasan Teori BAB 2 Landasan Teori 2.1 Teori Hinshi Agar memperoleh ketepatan dalam penggunaan kata pada sebuah kalimat, maka diperlukan pengetahuan untuk menguasai makna dan konsep dalam kata-kata yang dipilih. Pengetahuan

Lebih terperinci

PERJUANGAN KELAS PROLETAR DALAM NOVEL KANI KOUSEN KARYA KOBAYASHI TAKIJI MELALUI PENDEKATAN TEORI MARXISME SKRIPSI

PERJUANGAN KELAS PROLETAR DALAM NOVEL KANI KOUSEN KARYA KOBAYASHI TAKIJI MELALUI PENDEKATAN TEORI MARXISME SKRIPSI PERJUANGAN KELAS PROLETAR DALAM NOVEL KANI KOUSEN KARYA KOBAYASHI TAKIJI MELALUI PENDEKATAN TEORI MARXISME SKRIPSI OLEH SANY EKA PUTRI NIM 105110201111034 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA

Lebih terperinci

KESALAHAN PENGGUNAAN I-KEIYOUSHI DAN NA- KEIYOUSHI PADA MAHASISWA ANGKATAN 2013 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA SKRIPSI.

KESALAHAN PENGGUNAAN I-KEIYOUSHI DAN NA- KEIYOUSHI PADA MAHASISWA ANGKATAN 2013 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA SKRIPSI. KESALAHAN PENGGUNAAN I-KEIYOUSHI DAN NA- KEIYOUSHI PADA MAHASISWA ANGKATAN 2013 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA SKRIPSI Oleh: PUNGKI APRIYANDI NIM 0911120157 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN PENGUCAPAN INTONASI JODOUSHI でしょう PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG ANGKATAN 2010 UNIVERSITAS BRAWIJAYA KARYA ILMIAH

ANALISIS KESALAHAN PENGUCAPAN INTONASI JODOUSHI でしょう PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG ANGKATAN 2010 UNIVERSITAS BRAWIJAYA KARYA ILMIAH ANALISIS KESALAHAN PENGUCAPAN INTONASI JODOUSHI でしょう PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG ANGKATAN 2010 UNIVERSITAS BRAWIJAYA KARYA ILMIAH OLEH YEKTI SULISTIYO NIM 105110207111004 PROGRAM STUDI S1

Lebih terperinci

ビナ ヌサンタラ大学日本語科三年生にみられる ~ てある と ~ ておく という動詞の使用能力の分析

ビナ ヌサンタラ大学日本語科三年生にみられる ~ てある と ~ ておく という動詞の使用能力の分析 ビナ ヌサンタラ大学日本語科三年生にみられる ~ てある と ~ ておく という動詞の使用能力の分析 エマラマアジザ 1000878012 ビナヌサンタラ大学 文学部日本語科 2011 Angket Kemampuan Penggunaan Hyougen ~te aru ~ てある dan ~te oku ~ ておく Sumber soal adalah Kiso Hyougen 50 to Sono

Lebih terperinci

PERILAKU ENJOKOUSAI DALAM NOVEL GROTESQUE KARYA NATSUO KIRINO

PERILAKU ENJOKOUSAI DALAM NOVEL GROTESQUE KARYA NATSUO KIRINO SKRIPSI PERILAKU ENJOKOUSAI DALAM NOVEL GROTESQUE KARYA NATSUO KIRINO I GUSTI AYU ANDANI PERTIWI 1201705027 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016 KATA

Lebih terperinci

METODE PENGAJARAN MENULIS Sudjianto (Universitas Pendidikan Indonesia)

METODE PENGAJARAN MENULIS Sudjianto (Universitas Pendidikan Indonesia) METODE PENGAJARAN MENULIS Sudjianto (Universitas Pendidikan Indonesia) A. Pengantar Keterampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang sifatnya produktif, menghasilkan, memberi, atau menyampaikan.

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR ILOKUSI KOMISIF DALAM ANIME SENGOKU BASARA: JUDGE END EPISODE 1-12 SKRIPSI OLEH: FAUZIAH AINI NIM

TINDAK TUTUR ILOKUSI KOMISIF DALAM ANIME SENGOKU BASARA: JUDGE END EPISODE 1-12 SKRIPSI OLEH: FAUZIAH AINI NIM TINDAK TUTUR ILOKUSI KOMISIF DALAM ANIME SENGOKU BASARA: JUDGE END EPISODE 1-12 SKRIPSI OLEH: FAUZIAH AINI NIM 115110600111011 PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PELANGGARAN TERHADAP MAKSIM PRINSIP SOPAN SANTUN DALAM KOMIK CRAYON SHINCHAN VOLUME 1 SKRIPSI OLEH PUTRI SATYA PRATIWI NIM

PELANGGARAN TERHADAP MAKSIM PRINSIP SOPAN SANTUN DALAM KOMIK CRAYON SHINCHAN VOLUME 1 SKRIPSI OLEH PUTRI SATYA PRATIWI NIM PELANGGARAN TERHADAP MAKSIM PRINSIP SOPAN SANTUN DALAM KOMIK CRAYON SHINCHAN VOLUME 1 SKRIPSI OLEH PUTRI SATYA PRATIWI NIM 105110201111022 PROGRAM S1 SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN BAHASA JEPANG DILIHAT DARI LATAR BELAKANG CARA PEMEROLEHAN BAHASANYA. Oleh: Juju Juangsih, M.Pd

ANALISIS KESALAHAN BAHASA JEPANG DILIHAT DARI LATAR BELAKANG CARA PEMEROLEHAN BAHASANYA. Oleh: Juju Juangsih, M.Pd ANALISIS KESALAHAN BAHASA JEPANG DILIHAT DARI LATAR BELAKANG CARA PEMEROLEHAN BAHASANYA Oleh: Juju Juangsih, M.Pd Abstraksi Penelitian ini menganalisis tentang kesalahan pembelajar bahasa Jepang dilihat

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Dalam tradisi masyarakat Jepang hubungan sosial tidak hanya dilatarbelakangi oleh

Bab 2. Landasan Teori. Dalam tradisi masyarakat Jepang hubungan sosial tidak hanya dilatarbelakangi oleh Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Ie Dalam tradisi masyarakat Jepang hubungan sosial tidak hanya dilatarbelakangi oleh nilai-nilai yang memperhitungkan untung-rugi, melainkan diikat dengan oleh sifat shinzoku

Lebih terperinci

SILABUS PERKULIAHAN CHUKYU BUNPO I (JP 201) SEMESTER 3 /TINGKAT II

SILABUS PERKULIAHAN CHUKYU BUNPO I (JP 201) SEMESTER 3 /TINGKAT II SILABUS PERKULIAHAN SEMESTER GANJIL TAHUN AKADEMIK 2011/2012 CHUKYU BUNPO I (JP 201) SEMESTER 3 /TINGKAT II TEAM PENYUSUN Dra. MELIA DEWI JUDIASRI, M.Hum., M.Pd. Drs. DEDI SUTEDI, M.A., M.Ed. DIANNI RISDA,

Lebih terperinci

KESALAHAN PENGGUNAAN SETSUZOKUSHI SOSHITE ( そして ), SOREKARA ( それから ), DAN SORENI ( それに ) PADA

KESALAHAN PENGGUNAAN SETSUZOKUSHI SOSHITE ( そして ), SOREKARA ( それから ), DAN SORENI ( それに ) PADA KESALAHAN PENGGUNAAN SETSUZOKUSHI SOSHITE ( そして ), SOREKARA ( それから ), DAN SORENI ( それに ) PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JEPANG ANGKATAN 2012 UNIVERSITAS BRAWIJAYA SKRIPSI OLEH: LAILA TURROHMAH

Lebih terperinci

Bab 2. Tinjauan Pustaka

Bab 2. Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1. Teori Pragmatik Pragmatik merupakan suatu cabang dari linguistik yang menjadi objek bahasa dalam penggunaannya, seperti komunikasi lisan maupun tertulis. Menurut Leech (1999:

Lebih terperinci

PENERAPAN STUDENT CENTERED LEARNING PADA MATA KULIAH DOKKAI SEMESTER 5 Riri Hendriati Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Jepang.

PENERAPAN STUDENT CENTERED LEARNING PADA MATA KULIAH DOKKAI SEMESTER 5 Riri Hendriati Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Jepang. PENERAPAN STUDENT CENTERED LEARNING PADA MATA KULIAH DOKKAI SEMESTER 5 Riri Hendriati Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Jepang Abstrak Fokus penelitian ini adalah penerapan metode pembelajaran yang berpusat

Lebih terperinci

ABSTRAK INDONESIA ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH UTAMA DALAM KOMIK YAMATO NADESHIKO SHICHI HENGE KARYA TOMOKO HAYAKAWA

ABSTRAK INDONESIA ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH UTAMA DALAM KOMIK YAMATO NADESHIKO SHICHI HENGE KARYA TOMOKO HAYAKAWA ABSTRAK INDONESIA ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH UTAMA DALAM KOMIK YAMATO NADESHIKO SHICHI HENGE KARYA TOMOKO HAYAKAWA Skripsi ini membahas masalah psikologis dari tokoh Nakahara Sunako. Tujuan penulisan skripsi

Lebih terperinci

SILABUS MATA KULIAH. Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang

SILABUS MATA KULIAH. Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang SILABUS MATA KULIAH Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang A. Identitas Mata Kuliah Mata Kuliah/Kode : Jokyu Kaiwa I/JP 301 Bobot : 2 SKS Semester : 5 Jenjang : S-1 Dosen : Herniwati, S.Pd. M.Hum. Linna Meilia

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. tersebut digunakan untuk menganalisis korpus data.

Bab 2. Landasan Teori. tersebut digunakan untuk menganalisis korpus data. Bab 2 Landasan Teori Teori yang akan digunakan untuk mendasari penulisan analisi dalam bab ini adalah pengertian kanji, teori pembentukan kanji Rikusho ( 六書 ), teori ukanmuri, teori semantik, teori semiotika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak pernah lepas dari apa yang dinamakan interaksi atau

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak pernah lepas dari apa yang dinamakan interaksi atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan 1.1.1. Latar Belakang Manusia tidak pernah lepas dari apa yang dinamakan interaksi atau komunikasi. Apa yang terdapat pada komunikasi tersebut terdapat

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS STRATEGI QUICK ON THE DRAW DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA JEPANG

EFEKTIVITAS STRATEGI QUICK ON THE DRAW DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA JEPANG EFEKTIVITAS STRATEGI QUICK ON THE DRAW DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA JEPANG Senandung Nacita, Melia Dewi Judiasri 1, Neneng Sutjiati 2 Departemen Pendidikan Bahasa Jepang, Fakultas Bahasa

Lebih terperinci

国家試験後の手続きについて 平成 27 年 3 月 2 日 国家試験を受験した EPA 看護師 介護福祉士候補者の皆さん

国家試験後の手続きについて 平成 27 年 3 月 2 日 国家試験を受験した EPA 看護師 介護福祉士候補者の皆さん 平成 27 年 3 月 2 日 国家試験を受験した EPA 看護師 介護福祉士候補者の皆さん 国家試験後の手続きについて 平成 27 年に 第 104 回看護師国家試験または 第 27 回介護福祉士国家試験を受験した皆さんは 合格発表後 手続きが必要となります 以下の質問に対する該当のページを参照の上 手続き方法について 確認してください 手続きについて わからないことがありましたら JICWELS

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Teori yang akan digunakan adalah konsep kanji, rikusho, konsep bushu, dan teori

Bab 2. Landasan Teori. Teori yang akan digunakan adalah konsep kanji, rikusho, konsep bushu, dan teori Bab 2 Landasan Teori Pada bab ini penulis akan menjelaskan teori yang berkaitan dengan analisis data. Teori yang akan digunakan adalah konsep kanji, rikusho, konsep bushu, dan teori semantik. 2.1 Konsep

Lebih terperinci

Kepada seluruh warga negara asing yang akan keluar dari Jepang 日本から出国される外国人のみなさまへ

Kepada seluruh warga negara asing yang akan keluar dari Jepang 日本から出国される外国人のみなさまへ Kepada seluruh warga negara asing yang akan keluar dari Jepang Orang yang menjadi anggota Asuransi Kesejahteraan lebih dari 6 (enam) bulan dapat menerima Uang Lump Sum (Cat.) Orang yang berada dalam masa

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGI TIPE INTROVERT TOKOH YUICHI TANABE DALAM NOVEL KITCHEN

ANALISIS PSIKOLOGI TIPE INTROVERT TOKOH YUICHI TANABE DALAM NOVEL KITCHEN ANALISIS PSIKOLOGI TIPE INTROVERT TOKOH YUICHI TANABE DALAM NOVEL KITCHEN KARYA BANANA YOSHIMOTO DENGAN MENGGUNAKAN TEORI JUNG TIPE INTROVERT DARI CARL GUSTAV JUNG Disusun Oleh : MILATI DEFITA RETNO PRATIWI

Lebih terperinci

GAMBARAN KEHIDUPAN SAMURAI PASCA KERUNTUHAN PEMERINTAHAN SHOGUN DALAM FILM RUROUNI KENSHIN KARYA SUTRADARA OTOMO KEISHI SKRIPSI

GAMBARAN KEHIDUPAN SAMURAI PASCA KERUNTUHAN PEMERINTAHAN SHOGUN DALAM FILM RUROUNI KENSHIN KARYA SUTRADARA OTOMO KEISHI SKRIPSI GAMBARAN KEHIDUPAN SAMURAI PASCA KERUNTUHAN PEMERINTAHAN SHOGUN DALAM FILM RUROUNI KENSHIN KARYA SUTRADARA OTOMO KEISHI SKRIPSI OLEH HARINA TITISANTI 0911120117 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA

Lebih terperinci

SHJ Student Voice. For Indonesian Students. SHJ Language School

SHJ Student Voice. For Indonesian Students. SHJ Language School SHJ 201 7 Student Voice For Indonesian Students SHJ Language School 留学生アンケート 名前 :Miranti Yunita 年齢 :26 性別 : 男 女 アルバイト : 無 有 らいにちねんげつ 来日年月 たいざいきかん 2015 年 6 月滞在期間 15 ヶ月 もくてき 1 日本へ留学する目的について ( どうして日本への留学を選んだか?

Lebih terperinci

sosial pada masa Edo yang terdiri dari samurai ataushi ( 士 ), petani atau nō ( 農 ), buruh

sosial pada masa Edo yang terdiri dari samurai ataushi ( 士 ), petani atau nō ( 農 ), buruh 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Moral Bushidō dalam Masyarakat Jepang Setiap orang pasti mempunyai moral yang dipegang untuk menjadi pedoman hidupnya. Moral telah diajarkan sejak manusia kecil, dan keluarga

Lebih terperinci

PERGESERAN MAKNA GAIRAIGO DALAM BAHASA IKLAN MAJALAH Q TO JAPON VOLUME 13 TAHUN 2012 SKRIPSI OLEH: ENNIS FAUZIA

PERGESERAN MAKNA GAIRAIGO DALAM BAHASA IKLAN MAJALAH Q TO JAPON VOLUME 13 TAHUN 2012 SKRIPSI OLEH: ENNIS FAUZIA PERGESERAN MAKNA GAIRAIGO DALAM BAHASA IKLAN MAJALAH Q TO JAPON VOLUME 13 TAHUN 2012 SKRIPSI OLEH: ENNIS FAUZIA 105110201111014 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU BUDAYA

Lebih terperinci

GAIRAIGO DALAM KOMIK GALS! VOLUME 1 DAN 2 KARYA MIHONA FUJII SKRIPSI OLEH : FIRDA NUR AMALINA NIM

GAIRAIGO DALAM KOMIK GALS! VOLUME 1 DAN 2 KARYA MIHONA FUJII SKRIPSI OLEH : FIRDA NUR AMALINA NIM GAIRAIGO DALAM KOMIK GALS! VOLUME 1 DAN 2 KARYA MIHONA FUJII SKRIPSI OLEH : FIRDA NUR AMALINA NIM 115110201111004 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci