Pentingnya Jasa dalam Perdagangan Indonesia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pentingnya Jasa dalam Perdagangan Indonesia"

Transkripsi

1 L A P O RA N PE NE LITIA N NOVEMBER 2016 TPSA CANADA INDONESIA TRADE AND PRIVATE SECTOR ASSISTANCE PROJECT Pentingnya Jasa dalam Perdagangan Indonesia Panji Nurindra, Indra Prahasta, and Bambang Sumarjono BERMITRA DENGAN Program dilaksanakan dengan dukungan dana dari Pemerintah Kanada melalui Global Affairs Canada

2 Bab 1 Penulis: Panji Nurindra Bab 2 Penulis: Bambang Sumarjono Bab 3 Penulis: Indra Prahasta Kedua penulis bekerja di Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Mereka menyusun penelitian dan menulis laporan ini selama magang dua bulan di The Conference Board of Canada pada musim gugur Tentang Proyek TPSA TPSA adalah proyek lima tahun senilai C$12 juta yang didanai Pemerintah Kanada melalui Global Affairs Canada. Proyek ini dilaksanakan oleh The Conference Board of Canada, dan mitra pelaksana utamanya adalah Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (Ditjen PEN), Kementerian Perdagangan. TPSA dirancang untuk menyelenggarakan pelatihan, penelitian, dan bantuan teknis kepada instansi pemerintah Indonesia, sektor swasta terutama usaha kecil dan menengah (UKM) akademisi, dan organisasi masyarakat sipil terkait informasi perdagangan, analisis kebijakan perdagangan, reformasi aturan perundangan, serta promosi perdagangan dan investasi oleh warga Kanada, Indonesia, dan para ahli dari organisasi publik maupun swasta. Tujuan keseluruhan TPSA adalah mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan berkelanjutan serta menanggulangi kemiskinan di Indonesia melalui intensifikasi perdagangan dan investasi yang meningkatkan perdagangan antara Indonesia dan Kanada. TPSA dimaksudkan untuk meningkatkan peluang investasi dan perdagangan yang berkelanjutan dan responsif gender, terutama untuk UKM Indonesia, dan memperluas pemakaian analisis investasi dan perdagangan oleh pemangku kepentingan di Indonesia guna meningkatkan kemitraan investasi dan perdagangan antara Indonesia dan Kanada. Hak Cipta 2016 Proyek TPSA ii

3 Daftar Isi Ringkasan Eksekutif Bab 1: Kontribusi Jasa pada Perekonomian Indonesia Seberapa Pentingnya Jasa terhadap Perekonomian Indonesia? Seberapa Pentingnya Jasa terhadap Ekspor Indonesia? Bagaimanakah Cara Mengekspor Jasa? Seberapa Pentingnya Jasa Langsung dalam Ekspor Indonesia? Ekspor Jasa Langsung Apa yang Paling Penting bagi Indonesia? Jasa dengan Permintaan Tinggi Jasa Bernilai Tinggi Jasa Potensial Apa Implikasi Temuan yang Ada? Bab 2: Kontribusi Jasa pada Ekspor Barang Indonesia Bagaimana Jasa Terkandung dalam Ekspor Barang? Apakah Indonesia Memanfaatkan Rantai Pasok Global dalam Jasa? Subindustri Manufaktur Indonesia Mana yang Mengandung Jasa Paling Banyak? Apakah Indonesia Bisa Tetap Bersaing dengan Negara-Negara Sejawat dalam Sektor Ekspor Manufaktur Utama? Apa Sektor Jasa Terbesar yang Terkandung dalam Ekspor Manufaktur? Bagaimana Perbandingan Indonesia dengan Negara-Negara Sejawat untuk Jasa Bernilai Tinggi? Apa Implikasi Temuan yang Ada? Bab 3: Dampak Pembatasan Investasi dan Perdagangan terhadap Ekspor Jasa Indonesia Seberapa Pentingkah Sektor Jasa Itu? Mengapa Kontribusi Jasa Indonesia pada PDB Begitu Rendah? Mengapa FDI dalam Jasa Penting? Apakah Sektor Jasa Indonesia Lebih Ketat Daripada Negara Lain? Indeks Pembatasan Regulasi FDI Indeks Pembatasan Perdagangan Jasa Pembatasan Apa yang Menghambat Sektor Jasa di Indonesia? Jasa Distribusi Jasa Transportasi iii

4 Jasa Pariwisata Komputer dan Jasa Terkait Jasa Bisnis Jasa Telekomunikasi Jasa Keuangan Bagaimana Pembatasan Memengaruhi Daya Saing Sektor Jasa? Apa Implikasi Temuan yang Ada? Bibliografi iv

5 Ringkasan Eksekutif Peran penting jasa dalam kinerja perdagangan suatu negara sebagian besar telah diabaikan. Hal ini sebagian karena secara historis negara lebih berfokus pada ekspor barang. Dibandingkan dengan barang, jasa bersifat tidak berwujud jasa sering kali sulit diamati saat melintasi perbatasan dan memberi nilai tambah pada perdagangan. Hal ini juga disebabkan oleh fakta bahwa, sampai saat ini, sistem statistik nasional mengalami kesulitan untuk mendapatkan dan mengukur nilai jasa dalam perdagangan. Kumpulan data baru yang dikembangkan bersama oleh Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (Organisation for Economic Co-operation and Development atau OECD ) dan Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization atau WTO ) telah mengisi celah tersebut dan memperlihatkan bahwa, meskipun ekspor barang masih mendominasi perdagangan Indonesia, jasa memainkan peran yang jauh lebih penting dalam ekspor Indonesia ketimbang yang ditunjukkan statistik konvensional. Porsi jasa dalam ekspor Indonesia lebih dari dua kali lipat saat ukuran nilai tambah perdagangan digunakan. Selain itu, jasa yang terkandung dalam ekspor barang sebenarnya memiliki nilai yang besar dan kebanyakan diabaikan. Sayangnya, ekspor barang Indonesia mengandung porsi jasa yang di bawah rata-rata dibandingkan dengan ekspor beberapa negara sejawat. Temuan ini berlaku untuk semua ekspor barang utama Indonesia. Indonesia belum mengikuti jejak negara-negara sejawatnya dalam memanfaatkan keunggulan dari ekspor jasa. Salah satu alasan di balik kinerja yang relatif buruk ini mungkin karena tingginya tingkat pembatasan investasi dan perdagangan di sektor jasa. Data menunjukkan bahwa sektor jasa utama Indonesia lebih ketat terhadap investasi langsung asing daripada rata-rata negara lain, yang dapat mengganggu daya saing internasional sektor-sektor tersebut. Ini menjadi perhatian, mengingat meningkatnya perhatian di seluruh dunia pada sektor jasa sebagai sumber pertumbuhan yang potensial, kontribusi sektor jasa terhadap daya saing sektor lain, dan peluang yang ada untuk memperoleh keuntungan dari inovasi perdagangan jasa. 1

6 Bab 1: Kontribusi Jasa pada Perekonomian Indonesia Peran penting jasa dalam kinerja perdagangan suatu negara sebagian besar telah diabaikan. Hal ini sebagian karena secara historis negara lebih berfokus pada ekspor barang. Dibandingkan dengan barang, jasa bersifat tidak berwujud jasa sering kali sulit diamati saat melintasi perbatasan dan memberi nilai tambah pada perdagangan. Hal ini juga disebabkan oleh fakta bahwa, sampai saat ini, sistem statistik nasional mengalami kesulitan untuk mendapatkan dan mengukur nilai jasa dalam perdagangan. Kumpulan data baru yang dikembangkan bersama oleh Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (Organisation for Economic Co-operation and Development atau OECD ) dan Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization atau WTO ) telah mengisi celah tersebut dan memperlihatkan bahwa jasa memainkan peran lebih besar ketimbang anggapan yang dianut selama ini, terutama dengan munculnya rantai nilai global (Global Value Chain atau GVC ). Namun, sayangnya Indonesia belum mengikuti jejak negara-negara sejawat untuk memanfaatkan keuntungan dari ekspor jasa. Ini menjadi perhatian, mengingat adanya peningkatan perhatian berbagai kalangan di seluruh dunia pada sektor jasa sebagai sumber pertumbuhan yang potensial, kontribusi sektor jasa terhadap daya saing sektor lain, dan peluang yang ada untuk memperoleh keuntungan dari inovasi perdagangan jasa. Seberapa Pentingnya Jasa terhadap Perekonomian Indonesia? Sebagian besar ekonomi modern sebenarnya adalah ekonomi jasa. Menurut data yang dilaporkan Bank Dunia, industri penghasil jasa menyumbangkan 70% dari produk domestik bruto (PDB) dunia.1 Ekonomi modern bukan hanya bergantung pada peran langsung jasa dalam menciptakan lapangan kerja dan nilai ekonomi, tetapi juga perannya di balik layar, menambah nilai pada hampir setiap segmen produksi barang. Misalnya, jasa bisnis seperti desain, legal, dan teknik memainkan peran penting dalam rangkaian kegiatan produksi baik di hulu maupun hilir. Dan jasa distribusi memungkinkan pergerakan barang yang efisien, sehingga meningkatkan daya saing global negara tersebut. Menurut Badan Pusat Statistik, jasa menyumbangkan 51% pada PDB Indonesia di tahun (Lihat Bagan 1.) Sebaliknya, manufaktur hanya menyumbangkan 24%; pertanian, pertambangan, kehutanan, dan perikanan menyumbangkan 14%; pertambangan dan penggalian menyumbang 10%; serta listrik, gas, dan air menyumbangkan 1% sisanya. 1 2 World Bank Group, World Development Indicators. Badan statistik nasional Indonesia memasukkan konstruksi dalam definisi jasa. Bank Dunia tidak memasukkan konstruksi dalam data jasa. 2

7 BAGAN 1: JASA MENYUMBANGKAN LEBIH DARI SEPARUH PDB INDONESIA PADA 2015 (persen) 14 Pertanian, Berburu, Kehutanan, dan Perikanan 10 Pertambangan dan Penggalian 24 Manufaktur 1 Listrik, Gas, dan Pasokan Air 51 Jasa (termasuk konstruksi) Sumber: Badan Pusat Statistik. Jasa telah menjadi semakin penting dalam perekonomian Indonesia. Pada tahun 2000, jasa menyumbangkan 44% dari PDB. Meskipun terdapat sedikit penurunan akibat krisis keuangan tahun , jasa sebagai bagian dari PDB tumbuh menjadi 51% pada tahun (Lihat Bagan 2.) Ini berarti jasa menjadi lebih terintegrasi ke dalam perekonomian Indonesia. Pertumbuhan jasa merupakan pertanda baik bagi perekonomian Indonesia, karena ekonomi yang didominasi oleh jasa merupakan ciri khas negara maju, sementara negara-negara yang kurang berkembang lebih mengandalkan industri primer. BAGAN 2: JASA MENJADI SEMAKIN PENTING (proporsi PDB Indonesia, persen) 47,3 47,6 47,4 46, ,6 47, , ,8 50,7 45, Sumber: Badan Pusat Statistik. 3

8 Lebih dari separuh tenaga kerja yang bekerja di Indonesia berkarya di industri jasa. (Lihat Bagan 3.) Porsi terbesar kedua 33% terdiri dari pekerja di sektor pertanian, pertambangan, kehutanan, dan perikanan. Karyawan di industri manufaktur mewakili 13% dari tenaga kerja, sementara pekerjaan di bidang pertambangan dan penggalian mewakili 1,2%. Bagian terkecil lapangan kerja terdiri dari pekerjaan di industri listrik, gas, dan air 0,03% lapangan kerja. BAGAN 3: LEBIH DARI SEPARUH PEKERJA INDONESIA PADA TAHUN 2015 BEKERJA DI SEKTOR JASA (persen) 32,9 Pertanian, Berburu, Kehutanan, dan Perikanan 1,2 Pertambangan dan Penggalian 13,3 Manufaktur 0,3 Listrik, Gas, dan Pasokan Air 52,4 Jasa (termasuk konstruksi) Sumber: Badan Pusat Statistik. Pertumbuhan pekerjaan jasa dalam total lapangan kerja di Indonesia cukup menjanjikan selama satu dekade terakhir. Bagan 4 menunjukkan bahwa, antara tahun 2000 dan 2005, porsi lapangan kerja jasa tetap stabil di kisaran 43%. Setelah tahun 2005, porsi tersebut terus meningkat menjadi hampir 53% pada tahun

9 BAGAN 4: PORSI LAPANGAN KERJA SEKTOR JASA DI INDONESIA MENINGKAT (persen) 52,4 51,2 50,5 45,2 41, ,5 49,3 44,3 43,5 41,7 46,2 46,8 48,5 42,1 41,6 40, Sumber: Badan Pusat Statistik. Menurut statistik Badan Pusat Statistik, porsi lapangan kerja terbesar terdapat dalam kelompok perdagangan grosir dan ritel/hotel dan restoran. (Lihat Bagan 5.) Pekerjaan ini menyumbangkan lebih dari 40% lapangan kerja jasa. Sumbangan terbesar kedua untuk lapangan kerja jasa berasal dari kelompok jasa masyarakat, sosial, dan pribadi, dengan porsi sekitar 30% dari pekerjaan jasa. Porsi di kedua kelompok tersebut cukup stabil dari waktu ke waktu. Porsi bidang konstruksi meningkat dari 12% menjadi hampir 14%, sementara porsi sektor transportasi dan penyimpanan sedikit menurun. Kelompok pembiayaan, real estat, penyewaan, dan bisnis menyumbangkan porsi terkecil dari pekerjaan jasa 5,4% walaupun porsi tersebut sedikit meningkat seiring waktu. BAGAN 5: PERDAGANGAN GROSIR DAN RITEL/HOTEL DAN RESTORAN MERUPAKAN PEMBERI KERJA TERBESAR (porsi industri jasa dalam lapangan kerja Indonesia, persen) Perdagangan grosir dan ritel; hotel dan restoran 42,8 42,7 Layanan masyarakat, sosial, dan pribadi 30,7 29,8 Konstruksi 12,0 13,6 Transportasi dan penyimpanan, pos dan telekomunikasi Pembiayaan, real estat, penyewaan, dan kegiatan bisnis ,6 8,5 5,0 5,4 Sumber: Badan Pusat Statistik. 5

10 Seberapa Pentingnya Jasa terhadap Ekspor Indonesia? Jawaban atas pertanyaan ini bervariasi tergantung bagaimana ekspor jasa diukur. Statistik perdagangan konvensional mengabaikan ekspor jasa jika dibandingan dengan ekspor barang. Ada dua alasan untuk rendahnya penilaian ini: 1. Ekspor barang dihitung setiap kali barang tersebut melintasi perbatasan, meski hanya sejumlah kecil nilai yang ditambahkan saat melintasi perbatasan. Karena fragmentasi GVC, barang lebih sering melintasi perbatasan daripada jasa. (Lihat kotak Apakah Rantai Nilai Global Itu? ) 2. Nilai jasa di balik layar dalam produksi barang tidak dikaitkan sebagai ekspor jasa, melainkan sebagai ekspor barang. Misalnya, nilai desain, rekayasa, atau kegiatan distribusi termasuk dalam harga barang dan nilai totalnya dihitung sebagai ekspor barang. APAKAH RANTAI NILAI GLOBAL ITU? Produksi, perdagangan, dan investasi internasional semakin tertata dalam apa yang disebut sebagai GVC, di mana berbagai tahapan proses produksi berada di berbagai negara. Munculnya GVC telah menantang pemahaman konvensional kita tentang bagaimana kita memandang dan menafsirkan statistik perdagangan, beserta kebijakan yang kita kembangkan berdasarkan statistik tersebut. Saat ini, satu produk jadi seringkali merupakan hasil dari manufaktur dan perakitan di beberapa negara, dengan setiap langkah dalam prosesnya menambahkan nilai pada produk akhir. Cara yang lebih baik untuk mendapatkan gambaran lebih akurat mengenai nilai ekspor jasa yang sebenarnya adalah dengan menggunakan statistik nilai tambah. Statistik nilai tambah hanya mengukur nilai tambah yang dihasilkan sebuah negara pada barang yang diekspor. Hal itu memperhitungkan dan memisahkan nilai dari berbagai aktivitas yang terjadi sepanjang proses produksi alih-alih menghubungkan semua nilai ke produk akhir. Misalnya, perhatikan contoh sederhana dari pakaian batik yang diekspor oleh pabrikan seharga US$100. Data perdagangan konvensional akan mengaitkan nilai total dengan ekspor barang. Namun, pendekatan nilai tambah memecah $100 menjadi nilai yang benar-benar ditambahkan pada setiap langkah rantai produksi. (Lihat Ekshibit 1.) Pendekatan nilai tambah akan mengaitkan US$20 dengan ekspor jasa (desain, distribusi, dan pemasaran) dan US$80 untuk ekspor barang (kain dan manufaktur). EKSHIBIT 1: JASA MEMAINKAN PERAN PENTING DALAM RANTAI PRODUKSI DESAIN $10 KAIN $20 MANUFAKTUR $60 DISTRIBUSI $5 PEMASARAN $5 Sumber: Proyek Canada Indonesia Trade and Private Sector Assistance (TPSA). 6

11 Bagan 6 membandingkan porsi barang dan jasa dalam ekspor Indonesia dengan menggunakan statistik konvensional dan pendekatan perdagangan nilai tambah. Data konvensional yang dipublikasikan oleh Kementerian Perdagangan RI mengungkapkan bahwa jasa menyumbangkan 10% dari total nilai ekspor Indonesia pada tahun 2011, sementara barang menyumbangkan 90% sisanya.3 BAGAN 6: JASA LEBIH PENTING DARIPADA YANG DITUNJUKKAN PERHITUNGAN KONVENSIONAL (proporsi ekspor Indonesia, 2011, persen) KONVENSIONAL BERNILAI TAMBAH 90 Barang 78 Barang 10 Jasa 22 Jasa Sumber: Departemen Perdagangan RI; Basis Data OECD-WTO TiVA.. Porsi jasa dalam ekspor lebih dari dua kali lipat 22% dengan menggunakan perhitungan nilai tambah dari perdagangan yang dipublikasikan dalam basis data perdagangan nilai tambah (TiVA). Metode ini menggambarkan dengan lebih tepat kontribusi jasa terhadap ekspor Indonesia, yang mencerminkan peran jasa Indonesia dalam GVC. Analisis berikut di bab ini dan selanjutnya akan dilakukan dengan menggunakan basis data TiVA. Bagaimanakah Cara Mengekspor Jasa? Jasa dapat diekspor secara langsung, terkandung dalam jasa lain, atau terkandung dalam barang. Basis data TiVA tidak hanya memberi kita gambaran yang lebih tepat mengenai kontribusi ekspor jasa, tetapi juga memungkinkan peneliti untuk memisahkan data jasa ke dalam tiga jenis di bawah ini sehingga kita dapat lebih memahami berbagai cara untuk mengekspor jasa. 1. Langsung: Jasa langsung diperdagangkan sebagai komoditas yang berdiri sendiri dan bukan sebagai input perantara baik untuk barang maupun jasa lainnya. Contoh jasa langsung adalah konsultan komputer Indonesia yang menjual jasanya ke perusahaan di Jerman. 2. Terkandung dalam jasa lain: Beberapa jasa tercakup dalam jasa lain dan oleh karena itu dikonsumsi secara tidak langsung di pasar luar negeri. Contoh jasa yang terkandung dalam ekspor jasa lain adalah konsultan komputer Indonesia yang menjual jasanya ke perusahaan desain Indonesia, yang pada gilirannya menjual jasa desainnya ke sebuah perusahaan di Jerman. 3 Tahun 2011 digunakan karena merupakan tahun terakhir yang dipublikasikan dalam database TiVA. 7

12 3. Terkandung dalam barang: Beberapa jasa berperan dalam proses produksi barang yang sedang dibuat dan oleh karena itu tercakup dalam barang itu. Contohnya adalah perusahaan desain Indonesia yang menjual desain batiknya ke produsen tekstil Indonesia yang pada gilirannya mengekspor kain itu ke Jerman. Antara tahun 2000 dan 2011, total ekspor bruto Indonesia untuk jasa meningkat lebih dari tiga kali lipat. (Lihat Bagan 7.) Dalam total ekspor bruto untuk jasa, jasa langsung mencatat porsi yang terbesar. BAGAN 7: EKSPOR JASA INDONESIA NAIK TIGA KALI LIPAT (ekspor jasa bernilai tambah bruto, US$ juta) Terkandung dalam ekspor barang 40 Terkandung dalam ekspor jasa lainnya 30 Langsung Bab ini akan berfokus pada peran jasa langsung dalam ekspor Indonesia. Peran jasa yang terkandung dalam ekspor barang dibahas di Bab 2. Seberapa Pentingnya Jasa Langsung dalam Ekspor Indonesia? Nilai ekspor jasa langsung meningkat dari US$8,6 miliar pada tahun 2000 menjadi US$21,4 miliar pada tahun Meskipun terdapat peningkatan, ekspor jasa langsung menyumbangkan proporsi yang lebih kecil dalam total ekspor Indonesia pada tahun 2011 jika dibandingkan dengan tahun Pada tahun 2000, 38% dari nilai total ekspor berasal dari ekspor jasa langsung. Angka ini turun menjadi 33% pada tahun (Lihat Bagan 8.) Penting untuk diingat bahwa ekspor jasa langsung Indonesia tidak menurun nilainya bahkan, nilainya meningkat sebesar 8,7% per tahun tetapi jumlahnya mewakili porsi yang lebih kecil dari total nilai ekspor selama dekade tersebut. 8

13 BAGAN 8: EKSPOR JASA LANGSUNG MENCATAT PENURUNAN PORSI EKSPOR BERNILAI TAMBAH (persen) 37,8 34,7 34,4 33,6 33,6 32, Beberapa negara sejawat Indonesia juga mengalami penurunan porsi ekspor jasa langsung dari total ekspor.4 Bagan 9 memperlihatkan bahwa Tiongkok dan India telah mencatat penurunan porsi, seperti halnya Thailand dan Vietnam. Di empat negara sejawat lainnya, jasa langsung mengambil peran lebih penting dalam keseluruhan ekspor. Dalam kasus Filipina, porsi tersebut meningkat hampir 15% antara tahun 2000 dan BAGAN 9: PORSI EKSPOR JASA TURUN DI BEBERAPA NEGARA SEJAWAT (ekspor langsung bernilai tambah, persen) Singapura Kamboja Filipina Malaysia India Thailand Indonesia Vietnam Tiongkok 4 Database TiVA tidak mencakup data untuk semua negara ASEAN. Oleh karena itu, laporan ini telah memilih delapan negara dalam basis data yang merupakan negara sejawat Indonesia: Kamboja, Tiongkok, India, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam. 9

14 Di sebagian besar negara berpendapatan tinggi, porsi jasa langsung dalam keseluruhan ekspor meningkat selama dekade terakhir. (Lihat Bagan 10.) BAGAN 10: PENINGKATAN PORSI JASA DALAM EKSPOR NEGARA-NEGARA BERPENDAPATAN TINGGI (ekspor langsung bernilai tambah, persen) Kanada AS EU28 Ekspor Jasa Langsung Apa yang Paling Penting bagi Indonesia? Dengan menggunakan daftar TiVA untuk industri jasa Indonesia (lihat Kotak Bagaimana Ekspor Jasa Didefinisikan? ), kami telah mengidentifikasi tiga pengelompokan jasa yang dianggap penting bagi masa depan kinerja ekspor Indonesia: 1. Jasa dengan permintaan tinggi: a) Jasa penyokong jasa yang memainkan peran penting dalam memungkinkan distribusi dan pergerakan ekspor barang secara efisien (perdagangan grosir dan ritel dan jasa transportasi) b) Jasa terkait pariwisata jasa hotel dan restoran 2. Jasa bernilai tinggi: a) penelitian dan pengembangan (litbang) dan jasa terkait lainnya b) komputer dan jasa terkait 3. Jasa dengan pertumbuhan tinggi (yang berpotensi): a) Jasa pendidikan b) Layanan kesehatan dan sosial 10

15 BAGAIMANA EKSPOR JASA DIDEFINISIKAN? Ada perbedaan antara data jasa yang dipublikasikan di basis data TiVA dan data yang dipublikasikan oleh WTO. Basis data TiVA mengklasifikasikan jasa menjadi 15 kelompok utama sesuai dengan Klasifikasi Industri Standar Internasional (International Standard Industrial Classification atau ISIC ) Rev. 3, divisi 45 sampai 95. Ada 12 sektor jasa dalam Daftar Klasifikasi Sektoral WTO. Kesesuaian antara kedua daftar tersebut dapat dikembangkan dengan menggunakan registri klasifikasi PBB. KLASIFIKASI WTO KLASIFIKASI TIVA Jasa bisnis Jasa komunikasi Jasa konstruksi dan rekayasa terkait Jasa distribusi Jasa pendidikan Jasa lingkungan Jasa keuangan Layanan kesehatan dan sosial Jasa pariwisata dan perjalanan Jasa rekreasi, budaya, dan olahraga Jasa transportasi Jasa lainnya yang belum dicantumkan di pos lain Konstruksi Perdagangan grosir dan ritel; servis Hotel dan restoran Transportasi dan penyimpanan Pos dan telekomunikasi Keuangan dan asuransi Kegiatan real estat Penyewaan mesin dan peralatan Komputer dan kegiatan terkait Litbang dan kegiatan bisnis lainnya Administrasi publik dan pertahanan; jaminan sosial wajib Pendidikan Layanan kesehatan dan sosial Layanan masyarakat, sosial, dan pribadi lainnya Rumah tangga pribadi dengan orang yang dipekerjakan Seperti dapat dilihat pada Bagan 11, perdagangan grosir dan ritel jasa penyokong merupakan yang terbesar dari 15 sektor jasa yang dilaporkan dalam basis data TiVA, dengan nilai ekspor melebihi US$10 miliar pada tahun Jasa penyokong lainnya transportasi menempati peringkat ketiga. Jasa yang berhubungan dengan pariwisata berada di posisi kedua. Jasa ini diikuti hotel dan restoran, dengan nilai ekspor sebesar US$4,2 miliar, dan transportasi & penyimpanan, dengan nilai US$3,2 miliar. Kendati jasa bernilai tinggi saat ini tidak mewakili porsi ekspor jasa yang signifikan dari Indonesia, jasa tersebut penting baik bagi negara maju maupun berkembang untuk naik dalam rantai nilai jasa. Kelompok terakhir jasa seperti pendidikan tidaklah besar, tetapi telah menunjukkan pertumbuhan yang lebih kuat dari rata-rata dan dapat diharapkan untuk memainkan peran yang lebih penting dalam tinjauan ekspor Indonesia di masa depan. 11

16 BAGAN 11: JASA PENYOKONG MERUPAKAN EKSPOR JASA TERBESAR DI INDONESIA (ekspor langsung bernilai tambah, 2011, US$ miliar) Litbang dan kegiatan bisnis lainnya 0,04 Komputer dan jasa terkait 0,07 Perantara keuangan 0,08 Kesehatan dan kerja sosial 0,09 Sewa mesin dan peralatan 0,20 Pendidikan 0,23 Pos dan telekomunikasi 0,56 Konstruksi 0,61 Kegiatan real estat 0,71 Layanan masyarakat, sosial, dan pribadilainnya 1,21 Transportasi dan penyimpanan 3,24 Hotel dan restoran 4,18 Perdagangan grosir dan ritel; servis 10,21 Jasa dengan Permintaan Tinggi Jasa Penyokong Jasa perdagangan grosir dan ritel (wholesale and retail trade atau WRT ) menyumbang porsi terbesar dari ekspor jasa langsung Indonesia dan merupakan salah satu industri paling penting dalam memfasilitasi pergerakan barang ekspor secara efisien. Industri jasa WRT di Indonesia tercatat memiliki pangsa ekspor WRT dunia yang sedikit lebih besar, meningkat dari 0,96% pada tahun 2000 menjadi 1,2% pada tahun (Lihat Bagan 12.) 12

17 BAGAN 12: PERDAGANGAN GROSIR DAN RITEL INDONESIA MEMPEROLEH PANGSA EKSPOR DUNIA YANG LEBIH BESAR UNTUK PERDAGANGAN GROSIR DAN RITEL (persen) 1,20 1,06 0,96 0,94 0,92 0, Namun, dibandingkan dengan negara-negara sejawatnya, porsi kenaikan ekspor Indonesia untuk WRT jauh lebih kecil daripada dibanding Tiongkok, yang meningkat dari 6,4% pada tahun 2000 menjadi 16% pada tahun (Lihat Bagan 13.) Hal ini terutama disebabkan oleh kinerja ekspor barang Tiongkok ke dunia, karena WRT terkait erat dengan ekspor barang. Indonesia berada di peringkat kelima di antara negara-negara sejawatnya, di belakang Thailand dan Malaysia, yang pangsa ekspor dunianya masing-masing mencapai 1,4% dan sedikit di atas 1,2%, tetapi lebih tinggi daripada Singapura, Vietnam, Filipina, dan Kamboja. BAGAN 13: TIONGKOK MENDOMINASI DI ANTARA NEGARA-NEGARA SEJAWAT DALAM HAL PANGSA EKSPOR DUNIA UNTUK WRT (persen) Tiongkok India Thailand Malaysia Indonesia Singapura Vietnam Filipina Kamboja 13

18 Pada tahun 2011, Amerika Serikat (AS) mengimpor lebih dari US$2 miliar untuk layanan WRT Indonesia, yang nilainya naik hampir dua kali lipat dari tahun (Lihat Bagan 14.) Ini merupakan 20% dari total ekspor WRT Indonesia, menjadikan AS pengimpor terbesar untuk jasa WRT Indonesia. Lima negara tujuan teratas lainnya untuk jasa WRT Indonesia adalah Jepang, India, Tiongkok, dan Jerman, dengan nilai yang berkisar US$ juta pada tahun BAGAN 14: AS MERUPAKAN PASAR TERBESAR UNTUK EKSPOR WRT INDONESIA (US$ miliar) AS Jepang Jerman India Tiongkok 2,5 2,0 1,5 1,0 0, Jasa transportasi juga memegang peranan penting dalam ekspor barang Indonesia. Transportasi memainkan peran penting dalam distribusi ekspor barang yang efisien. Perbaikan teknik dan prinsip manajemen dapat memperbaiki kemacetan lalu lintas, kecepatan pengiriman, kualitas layanan, biaya operasi, dan penghematan energi.5 Porsi Indonesia untuk ekspor jasa transportasi ke dunia meningkat dari hanya di bawah 0,4% pada tahun 2000 menjadi sedikit di atas 0,5% pada tahun (Lihat Bagan 15.) 5 Tseng, Wen, dan Taylor, The Role of Transportation. 14

19 BAGAN 15: INDONESIA MEMPEROLEH TAMBAHAN PANGSA EKSPOR DUNIA YANG KECIL NAMUN TERUS MENINGKAT UNTUK TRANSPORTASI DAN PENYIMPANAN (persen) 0,51 0,46 0,42 0,41 0,42 0, Dibandingkan dengan negara-negara sejawat, ekspor jasa transportasi Indonesia rendah. (Lihat Bagan 16.) Kamboja adalah satu-satunya negara dengan porsi yang lebih rendah daripada Indonesia. Sementara Filipina dan Vietnam bersaing ketat dengan perbedaan tipis, yaitu sekitar 0,2%, Singapura, Thailand, dan Malaysia memimpin jauh di depan. Porsi Singapura bahkan lebih tinggi dibanding India. Tiongkok merupakan pemain terbesar secara keseluruhan; porsinya meningkat dari 2,5% pada tahun 2000 menjadi 6,4% pada tahun BAGAN 16: INDONESIA MENEMPATI PERINGKAT YANG RENDAH UNTUK PANGSA EKSPOR TRANSPORTASI DAN PENYIMPANAN (persen) Tiongkok Singapura India Thailand Malaysia Filipina Vietnam Indonesia Kamboja Seperti halnya layanan WRT, AS merupakan pengimpor terbesar dari lima besar importir jasa transportasi dan penyimpanan Indonesia. Nilai impor AS meningkat dari US$233 juta pada tahun 2000 menjadi US$374 juta pada tahun (Lihat Bagan 17.) Kenaikan tajam dalam impor jasa transportasi Indonesia mengubah peringkat India dari peringkat ke-10 pada tahun 2000 menjadi posisi kedua pada tahun

20 BAGAN 17: AS MERUPAKAN PASAR TERBESAR UNTUK EKSPOR JASA TRANSPORTASI DAN PENYIMPANAN INDONESIA (US$ juta) AS Thailand Australia Tiongkok India Jasa Terkait Pariwisata Jasa hotel dan restoran (HR) merupakan kategori utama yang terkait dengan pariwisata di basis data TiVA. Ini adalah ekspor jasa yang terbesar kedua dari Indonesia. Porsi Indonesia untuk ekspor dunia layanan HR menurun antara tahun 2000 dan 2005, tetapi relatif stabil sejak tahun 2005, yakni rata-rata 1,3% dari ekspor dunia. (Lihat Bagan 18.) 16

21 BAGAN 18: INDONESIA TELAH KEHILANGAN PANGSA PASAR EKSPOR DUNIA UNTUK JASA HOTEL DAN RESTORAN (persen) 1,82 1,37 1,34 1,30 1,16 1, Di antara negara-negara sejawatnya, Indonesia dan Filipina adalah satu-satunya Negara yang mengalami penurunan ekspor dunia pada tahun 2000 hingga (Lihat Bagan 19.) Sementara tiongkok tetap menduduki peringkat pertama selama dekade ini, posisi Indonesia memburuk. Pada tahun 2000, Indonesia menduduki peringkat kedua setelah Tiongkok. Pada tahun 2011, Thailand telah mengambil alih Posisi kedua, dan Indonesia anjlok ke posisi keenam. BAGAN 19: INDONESIA TERTINGGAL DARI NEGARA-NEGARA SEJAWAT DALAM HAL EKSPOR DUNIA UNTUK JASA HOTEL DAN RESTORAN 2000 (persen) Tiongkok Thailand India Singapura Malaysia Indonesia Vietnam Filipina Kamboja 17

22 Tiongkok dan Australia kini menjadi importir utama untuk ekspor hotel dan restoran Indonesia, dengan masing-masing negara tersebut mengimpor sekitar US$700 juta. (Lihat Bagan 20.) AS turun dari posisi importir terbesar layanan HR Indonesia pada tahun 2000 ke posisi ketiga pada tahun Pada periode yang sama, Singapura turun dari posisi kedua ke posisi keempat dan Thailand turun dari posisi keempat menjadi posisi 10. BAGAN 20: TIONGKOK DAN AUSTRALIA MELOMPATI AS SEBAGAI IMPORTIR TERATAS JASA HOTEL DAN RESTORAN INDONESIA AS (US$ juta) Singapura Tiongkok Australia Malaysia Pariwisata merupakan sektor penting dalam perekonomian Indonesia, sekaligus menjadi sumber pemasukan devisa yang signifikan. Sektor pariwisata Indonesia, yang dijelaskan dalam TiVA sebagai hotel dan restoran, berada di peringkat kedua terbesar di antara semua ekspor jasa langsung. Menurut data dari Organisasi Pariwisata Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations World Tourism Organization atau UNWTO ), penerimaan Indonesia dari pariwisata internasional mencapai US$9,8 miliar pada tahun 2014 dan menyumbangkan 0,79% dari penerimaan pariwisata dunia.6 UNWTO juga menerbitkan data kedatangan wisatawan yang memperlihatkan bahwa Indonesia menyumbangkan 0,88% dari jumlah kunjungan wisatawan dunia pada tahun (Lihat Bagan 21.) Di antara negara-negara sejawat, Tiongkok menarik sebagian besar wisatawan, diikuti oleh Malaysia dan Thailand. Thailand mengalami kenaikan yang signifikan hampir 1% antara tahun 2010 dan Meskipun memimpin jauh melampaui negara-negara sejawat, Tiongkok telah mengalami penurunan dalam hal jumlah wisatawan mancanegara. 6 United Nations World Tourism Organization, Tourism Highlights, 9. 18

23 BAGAN 21: INDONESIA MENEMPATI URUTAN KEENAM DI ANTARA NEGARA-NEGARA SEJAWAT DALAM MENARIK WISATAWAN 2010 (persen) Tiongkok Malaysia Thailand Singapura India Indonesia Vietnam Filipina Kamboja Sumber: UNWTO. Menurut data Badan Pusat Statistik, sebagian besar wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia berasal dari wilayah Asia/Oseania, dengan hanya dua negara dari luar wilayah tersebut yang menempati 10 besar AS dan Britania Raya. (Lihat Bagan 22.) Selama periode , jumlah pengunjung dari 10 negara teratas, kecuali Taiwan, meningkat. Kenaikan terbesar berasal dari Malaysia, Tiongkok, dan Australia. BAGAN 22: SEBAGIAN BESAR PENGUNJUNG YANG DATANG KE INDONESIA BERASAL DARI ASIA/OSEANIA (jumlah pengunjung berdasarkan negara asal) Singapura Malaysia Australia Tiongkok Jepang Korea Filipina AS Britania Taiwan Raya Sumber: Badan Pusat Statistik. Jasa Bernilai Tinggi Tidak semua jasa itu sama. Kurva senyum yang terkenal mengemukakan bahwa aktivitas bernilai tinggi muncul pada awal dan akhir rantai nilai, sementara aktivitas bernilai rendah terjadi di tengah. (Lihat Ekshibit 2.) Pada awal rantai produksi, litbang, kekayaan intelektual, dan desain merupakan aktivitas bernilai tinggi. Kegiatan jasa di tengah rantai produksi yang berkaitan dengan distribusi adalah kegiatan bernilai lebih rendah, hanya sedikit lebih bernilai tambah dibanding pembuatan produk itu sendiri. Di akhir rantai produksi terdapat jasa bernilai tinggi yang berkaitan dengan pemasaran, layanan purnajual, pelatihan, dan dukungan. 19

24 EKSHIBIT 2: KEGIATAN BERNILAI TAMBAH DALAM RANTAI NILAI NILAI TAMBAH Tinggi Rendah LITBANG Penjualan/Pemeliharaan FABRIKASI Pemerekan Pemasaran Desain Distribusi Manufaktur KONSEP LOGISTIK RANTAI KOMODITAS Sumber: Diadaptasi dari konsep Stan Shih. Dalam basis data TiVA, jasa bernilai tinggi dimasukkan dalam dua kategori: 1) litbang serta jasa bisnis lainnya, dan 2) komputer dan jasa terkait. Kedua kategori ini mendukung inovasi dan dikaitkan dengan peningkatan daya saing serta keuntungan yang lebih besar. Ekspor litbang dan jasa lainnya tidak menyumbang porsi yang signifikan dari keseluruhan ekspor di Indonesia. Namun setelah turun pada tahun 2008 selama krisis keuangan global, porsi tersebut hampir mencapai tingkat yang sama seperti sebelum tahun (Lihat Bagan 23.) Di Indonesia, seperti di banyak negara berkembang lainnya, litbang belum menjadi prioritas utama. Hal ini karena sebagian besar negara berkembang lebih bersaing berdasarkan aspek biaya alih-alih menggunakan inovasi untuk naik dalam tataran rantai nilai guna meraih pangsa pasar. Namun, seiring berkembangnya negara, inovasi menjadi lebih penting. Hal itu dapat dilihat pada kasus Tiongkok, yang kini lebih berfokus pada inovasi setelah negara tersebut menjadi lebih kaya dan tidak lagi bersaing hanya dalam hal biaya. BAGAN 23: INDONESIA MENCATAT PORSI EKSPOR DUNIA YANG KECIL UNTUK LITBANG (persen) 0,07 0,07 0,06 0,05 0,04 0,

25 Di antara negara-negara sejawat, Indonesia berada di posisi ketujuh, hanya di atas Vietnam dan Kamboja. (Lihat Bagan 24.) Tiongkok dan India berada di jajaran terdepan. Thailand menduduki satu peringkat di atas Indonesia, tetapi pangsa dunianya tiga kali lipat dibanding Indonesia. Malaysia mengalami penurunan pangsa pasar, dari sedikit di atas 1% pada tahun 2000 menjadi hanya 0,5% pada tahun 2011, sementara Singapura dan Filipina mengalami peningkatan pesat dalam pangsa pasar mereka. India membuat lompatan dari hanya 1% pangsa dunia pada tahun 2000 menjadi lebih dari 5% di tahun Tidak mengherankan, Tiongkok berada di urutan pertama di antara negara-negara sejawat dan, bahkan, berada di urutan keempat di antara semua negara. BAGAN 24: INDONESIA TERTINGGAL JAUH DI BELAKANG SEBAGIAN BESAR NEGARA SEJAWAT DALAM PANGSA EKSPOR DUNIA UNTUK JASA LITBANG (persen) Tiongkok India Singapura Filipina Malaysia Thailand Indonesia Vietnam Kamboja Dalam hal tujuan ekspor, India telah menjadi importir utama jasa litbang dengan peningkatan nilai ekspor yang signifikan dari US$3 juta pada tahun 2009 menjadi hampir US$25 juta pada tahun (Lihat Bagan 25.) Korea kehilangan tempat sebagai tujuan ekspor utama Indonesia pada tahun 2010 akibat penurunan tajam nilai ekspor ke negara tersebut dari US$16 juta pada tahun 2009 menjadi kurang dari US$6 juta pada tahun Jerman beringsut melampaui Korea untuk merebut tempat kedua pada tahun

26 BAGAN 25: INDIA ADALAH IMPORTIR UTAMA JASA LITBANG INDONESIA Korea (US$ juta) 25 Jerman Spanyol Belanda India Komputer dan jasa terkait meliputi layanan konsultasi perangkat keras dan perangkat lunak, pemrosesan data, aktivitas basis data, dan pemeliharaan serta perbaikan. Sebuah laporan tahun 2015 yang disusun oleh Euromonitor mengenai jasa komputer di Indonesia menunjukkan bahwa industri jasa ini mengalami pertumbuhan kuat di dalam negeri karena meningkatnya permintaan di bidang e-commerce, cloud computing, dan alih daya proses bisnis.7 Namun sayangnya, ekspor komputer dan aktivitas terkait belum mengalami pertumbuhan serupa. Komputer dan jasa terkait di Indonesia hanya menyumbangkan 0,1% dari ekspor dunia untuk layanan ini, lebih rendah daripada catatan tahun (Lihat Bagan 26.) BAGAN 26: PORSI INDONESIA UNTUK EKSPOR KOMPUTER DAN LAYANAN JASA TURUN (persen) 0,13 0,11 0,10 0,09 0, , Euromonitor International, Computer and Related Services. 22

27 Di antara negara-negara sejawat Indonesia yang ditunjukkan di Bagan 27, Tiongkok, India, dan Singapura membukukan hasil yang baik, sementara enam negara sisanya, termasuk Indonesia, memiliki pangsa ekspor dunia yang rendah. India sangat sukses dalam mengekspor komputer dan jasa terkait. Antara tahun 2000 dan 2011, pangsa pasar dunia negara itu naik hampir tiga kali lipat. Tiongkok juga mengalami peningkatan dari 0,4% pada tahun 2000 menjadi 4,1% di tahun BAGAN 27: INDIA MERAUP PORSI TERBESAR EKSPOR DUNIA UNTUK KOMPUTER DAN JASA TERKAIT DI ANTARA NEGARA SEJAWAT (persen) India Tiongkok Singapura Malaysia Filipina Indonesia Thailand Vietnam Kamboja Jepang telah menjadi tujuan utama untuk ekspor komputer dan jasa terkait dari Indonesia, dengan nilai ekspor melebihi US$37 juta. (Lihat Bagan 28.) Satu-satunya negara tujuan lain yang penting adalah Singapura dengan nilai US$16 juta dan Australia dengan US$10 juta. Jerman dan India masing-masing menyumbangkan kurang dari US$1 juta. 23

28 BAGAN 28: JEPANG MERUPAKAN TUJUAN UTAMA INDONESIA UNTUK EKSPOR KOMPUTER DAN JASA TERKAIT (US$ juta) Jepang Jerman Australia Singapura India Jasa Potensial Bagian ini membahas dua sektor jasa Indonesia yang berpotensi menjadi ekspor penting di masa depan: 1) pendidikan dan 2) layanan kesehatan dan sosial. Kedua layanan tersebut memiliki pertumbuhan ratarata yang kuat selama periode Meskipun nilainya masih kecil, ekspor jasa pendidikan tumbuh dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (Compound Annual Growth Rate atau CAGR ) sebesar 14,2%, dan ekspor layanan kesehatan dan sosial tumbuh 11,6% per tahun. Lebih dari 4 juta pelajar terdaftar mengikuti pendidikan pascasekolah menengah atas di luar negara asal mereka pada tahun AS sejauh ini merupakan tujuan terpopuler, mencatat 19% dari jumlah pelajar pada tahun Britania Raya menduduki peringkat kedua, dengan 10% pelajar internasional, dan Australia berada di tempat ketiga, dengan torehan 6%. Pelajar dari Asia membentuk kelompok pelajar internasional terbesar, terhitung 53% pada tahun Tiongkok sendiri mencatatkan 22% dari semua pelajar pascasekolah menengah atas, yang paling banyak pergi ke AS. Indonesia telah menjadi pengimpor bersih jasa pendidikan. Sekitar pelajar Indonesia pergi ke luar negeri untuk melanjutkan pendidikan mereka pada tahun 2013 sementara hanya pelajar asing yang CAGR adalah rata-rata geometrik dari tingkat pertumbuhan tahunan. OECD, Education at a Glance, 352. OECD, Education at a Glance,

29 datang ke Indonesia untuk belajar.11 Namun demikian, ekspor jasa pendidikan Indonesia meningkat secara konsisten dari 0,6% dari ekspor pendidikan dunia pada tahun 2000 menjadi 1,3% pada (Lihat Bagan 29.) BAGAN 29: PANGSA EKSPOR DUNIA UNTUK JASA PENDIDIKAN DI INDONESIA MENINGKAT (persen) 1,29 1,11 0,90 0,82 0,65 0, Sumber: Basis atabase OECD-WTO TiVA. Saat ini, hampir setiap aspek kehidupan kita dipengaruhi globalisasi. Perawatan kesehatan juga merupakan sektor jasa yang dipengaruhi oleh perdagangan internasional dan globalisasi. Yang menarik banyak perhatian media baru-baru ini adalah praktik wisata medis bepergian ke negara lain untuk mendapatkan layanan medis. Kendati sebagian besar perdagangan layanan kesehatan terjadi pada pergerakan fisik seseorang dari negara asal ke negara lain untuk memperoleh pengobatan, cara lain untuk memperdagangkan layanan kesehatan adalah melalui ekspor/impor farmasi, serta saran kesehatan dan layanan diagnostik yang disampaikan melalui Internet. Kemajuan teknologi dalam sistem komunikasi informasi memungkinkan pasien atau pembeli perawatan kesehatan pihak ketiga untuk mendapatkan pengobatan berkualitas dengan biaya lebih rendah dan/atau lebih cepat dari penyedia layanan kesehatan di negara lain.12 Pangsa ekspor dunia Indonesia untuk layanan kesehatan dan sosial meningkat dari pangsa dunia sebesar 0,4% pada tahun 2005 menjadi 0,55% di tahun (Lihat Bagan 30.) UNESCO UIS, Global Flow. OECD, Trade in Health Services. 25

30 BAGAN 30: PANGSA EKSPOR DUNIA INDONESIA UNTUK LAYANAN KESEHATAN DAN SOSIAL TUMBUH (persen) 0,55 0,50 0,44 0,39 0,39 0, Apa Implikasi Temuan yang Ada? Jasa lebih penting daripada dugaan Anda Industri penghasil jasa menyumbangkan lebih dari 70% produk domestik bruto (PDB) dunia. Di Indonesia, lebih dari 50% PDB dan lapangan kerja tahun 2014 berada di industri penghasil jasa. Secara tradisional, langkah-langkah perdagangan internasional berfokus pada ekspor barang. Dibandingkan dengan barang, jasa bersifat tidak berwujud sering kali sulit diamati saat melintasi perbatasan dan memberi nilai tambah pada perdagangan. Namun, basis data baru dengan menggunakan statistik nilai tambah menunjukkan bahwa, di Indonesia, pangsa ekspor jasa lebih dari dua kali lipat yang diperlihatkan statistik perdagangan tradisional. Kenaikan ini mencerminkan peran jasa Indonesia dalam GVC. Pangsa ekspor jasa langsung Indonesia telah menurun dan tertinggal dari beberapa negara sejawat Meskipun nilai ekspor jasa langsung Indonesia meningkat dari tahun 2000 sampai 2011, ekspor ini menyumbangkan porsi yang kecil dari total ekspor Indonesia selama periode tersebut. Walaupun beberapa negara sejawat juga mengalami penurunan, yang lainnya tidak. Lebih penting lagi, pangsa negara berpenghasilan tinggi pun tumbuh. Indonesia sebagian besar mengekspor jasa penyokong Jasa penyokong perdagangan grosir dan ritel, transportasi merepresentasikan sebagian besar produksi dan lapangan kerja dalam negeri. Karena jasa-jasa tersebut memainkan peran penting dalam membantu pergerakan dan distribusi ekspor barang, efisiensi sangat penting untuk memastikan bahwa konsumen memiliki akses ke berbagai barang dengan harga bersaing. Kegagalan sektor distribusi untuk menjalankan perannya dengan baik yang dapat timbul jika kebijakan pemerintah membatasi persaingan dapat menyebabkan adanya kesalahan alokasi sumber daya dan biaya ekonomi yang signifikan. Indonesia perlu meningkatkan efisiensinya di sektor-sektor tersebut agar lebih bisa bersaing secara global. 26

31 Indonesia perlu kembali menjadi daerah tujuan wisata utama Industri pariwisata di Indonesia mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir, dengan menurunnya pangsa ekspor dunia untuk jasa hotel dan restoran. Meskipun berhasil menarik lebih banyak pengunjung antara tahun 2010 dan 2015, tetapi Indonesia masih jauh tertinggal di belakang negara-negara sejawat seperti Tiongkok, Malaysia, dan Thailand meskipun nilai ekspor dan jumlah pengunjungnya telah meningkat. Indonesia bukan eksportir yang kuat untuk jasa bernilai tinggi Aktivitas jasa bernilai tinggi seperti litbang dan jasa terkait komputer terjadi pada awal dan akhir rantai pasok. Negara-negara di seluruh dunia bersaing untuk mendominasi pasar dalam ekspor jasa semacam ini karena jenis jasa tersebut memiliki nilai yang lebih tinggi daripada rata-rata ke negara pengekspor. Negara-negara berkembang melihat ekspor jasa ini sebagai peluang yang menarik untuk menapak naik dalam rantai nilai di pasar global. Seorang analis berpendapat bahwa jasa tersebut juga dapat memperkuat pertumbuhan inklusif.13 Indonesia perlu berfokus pada peningkatan daya saingnya dalam aktivitas jasa bernilai tinggi. Kontribusi yang kecil saat ini, tetapi berpotensi menjanjikan Jasa pendidikan dan layanan kesehatan berpotensi menjadi ekspor penting di masa depan. Meskipun saat ini tidak meraih porsi besar dalam ekspor Indonesia, jasa tersebut menunjukkan pertumbuhan yang kuat dan berpotensi memberikan kontribusi lebih besar pada total ekspor jasa Indonesia di masa mendatang. 13 Jagannathan, Tapping Into the Potential. 27

32 Bab 2: Kontribusi Jasa pada Ekspor Barang Indonesia Munculnya rantai nilai global telah mengubah cara kita berpikir dan berbicara tentang perdagangan internasional. Seperti disampaikan dalam Bab 1, meskipun ekspor barang masih mendominasi gambaran perdagangan Indonesia, jasa memainkan peran yang jauh lebih penting dalam ekspor Indonesia daripada yang ditunjukkan oleh statistik konvensional. Bagian jasa dalam ekspor Indonesia lebih dari dua kali lipat saat ukuran nilai tambah perdagangan digunakan. Bab ini membawa analisis itu selangkah lebih maju dan menguraikan kontribusi yang diberikan jasa pada ekspor barang Indonesia, dengan dasar pemikiran bahwa nilai jasa yang terkandung dalam ekspor barang cukup besar dan kebanyakan diabaikan. Sayangnya, ekspor barang Indonesia mengandung porsi jasa yang di bawah rata-rata dibandingkan dengan ekspor beberapa negara sejawat. Temuan ini berlaku untuk semua ekspor barang utama Indonesia. Bagaimana Jasa Terkandung dalam Ekspor Barang? Jasa berperan dalam membuat dan mendukung barang di sepanjang proses produksi di setiap tahap: pengembangan, pengolahan, distribusi, dan penjualan/purnajual. (Lihat Ekshibit 3.) Sebagian besar ekspor barang tidak dapat dilakukan jika tidak didukung oleh kegiatan jasa. Misalnya, dalam pembuatan pakaian di industri garmen Indonesia, kita dapat melihat bahwa aktivitas jasa terlibat mulai dari awal sampai akhir rantai produksi. Pada tahap awal, riset dilakukan mengenai preferensi konsumen dan desain kemudian dikembangkan. Pada tahap selanjutnya, layanan pembelian dapat digunakan untuk membeli kain dan barang input lainnya, dan aktivitas seperti menjahit dan membuat pakaian mungkin dialihdayakan. Di tahap distribusi, jasa yang terlibat meliputi pergudangan dan transportasi dari lokasi produksi ke gerai. Layanan yang terlibat dalam tahap akhir meliputi pemasaran dan layanan pelanggan. EKSHIBIT 3: BEBERAPA CARA JASA TERKANDUNG DALAM BARANG Litbang Hak atas kekayaan Pembelian intelektual Desain PENGEMBANGAN Transportasi dan penyimpanan Grosir dan ritel Pemasaran Pemeliharaan, PENGOLAHAN DISTRIBUSI pelatihan, dan dukungan Opsi pembiayaan PENJUALAN Jasa penyokong dan pendukung: manajemen proses, telekomunikasi, teknologi informasi, akuntansi, pembiayaan, logistik, legal, real estat, sewa. Sumber: The Conference Board of Canada, diadaptasi dari National Board of Trade, Servisifikasi Manufaktur Swedia. 28

33 Oleh karena itu, tidak mengherankan jika jasa sering disebut lem yang merekatkan GVC dan memungkinkannya beroperasi secara efisien. Jasa dapat membuat barang lebih kompetitif dan perusahaan yang memproduksi barang tersebut lebih menguntungkan dengan beberapa cara. (Lihat Ekshibit 4.) Misalnya, produsen kopi di Sumatera yang menciptakan paket merek yang unik membedakan dan meningkatkan kopinya dari produk negara pesaing. Contoh lain adalah produsen komponen Indonesia yang memasukkan layanan purnajual perawatan dan perbaikan dalam harga barangnya. Fitur tambahan ini tidak hanya memungkinkan perusahaan untuk tetap berhubungan dengan pelanggan, tetapi juga menempatkan perusahaan pada urutan pertama saat komponen tersebut perlu diganti atau ditingkatkan versinya. Sebuah laporan oleh Deloitte Research mencatat bahwa, bagi banyak produsen terbesar di dunia, layanan purnajual lebih menguntungkan daripada barang itu sendiri.14 EKSHIBIT 4: BAGAIMANA JASA DAPAT MEMBUAT BARANG LEBIH KOMPETITIF DAN MENGUNTUNGKAN PELAYANAN JASA DAPAT MEMBERI NILAI TAMBAH TERHADAP BARANG MELALUI... Pengayaan dan pembedaan Penurunan harga Pembangunan hubungan dengan pelanggan Contoh Contoh Contoh Penelitian dan pengembangan Informasi dan komunikasi Pendidikan dan pelatihan Pemerekan Efisiensi transportasi dan logistik Perbaikan dan pemeliharaan Desain Manajemen proses Pilihan pembiayaan Sumber: Palladini. Pada tahun 2011, tahun terbaru data TiVA, jasa yang terkandung dalam barang menyumbangkan 14% dari ekspor barang Indonesia. (Lihat Bagan 31.) Angka ini lebih rendah daripada tahun 2000 dan terutama disebabkan oleh lambatnya pertumbuhan jasa yang terkandung dalam tiga sektor manufaktur: bahan kimia dan produk kimia; peralatan komputer, elektronik, dan optik; serta kokas, produk minyak bumi murni, dan bahan bakar nuklir. 14 Koudal, The Service Revolution, 5. 29

34 BAGAN 31: PORSI INDONESIA UNTUK JASA YANG TERKANDUNG DALAM EKSPOR BARANG TELAH MENURUN (jasa bernilai tambah, persen) 19, , , , , , Walaupun kontribusi jasa pada ekspor barang Indonesia sedikit meningkat di tahun 2011, porsi ini jauh lebih rendah daripada negara-negara sejawat. (Lihat Bagan 32.) Singapura, sebesar 43%, memiliki porsi tertinggi, diikuti oleh Kamboja dan India. Negara sejawat terdekat dengan Indonesia adalah Vietnam, tetapi porsinya untuk jasa yang terkandung dalam ekspor barang hampir dua kali lipat dari Indonesia. BAGAN 32: PORSI INDONESIA UNTUK JASA YANG TERKANDUNG DALAM EKSPOR BARANG LEBIH RENDAH DARIPADA NEGARA-NEGARA SEJAWATNYA (jasa bernilai tambah yang terkandung dalam ekspor bruto menurut asal, 2011, persen) Singapura Kamboja India Tiongkok Malaysia Thailand Filipina Vietnam Indonesia Apakah Indonesia Memanfaatkan Rantai Pasok Global dalam Jasa? Untuk lebih memahami kinerja Indonesia dibandingkan dengan negara-negara sejawat, porsi jasa yang terkandung dalam ekspor barang yang ditunjukkan pada Bagan 32 dibagi menjadi dua komponen pada Bagan 33. Komponen pertama adalah porsi jasa domestik yang terkandung dalam ekspor barang. Contohnya adalah produsen tekstil Indonesia yang membeli desain kain dari perusahaan desain Indonesia. Komponen kedua adalah porsi jasa asing yang terkandung dalam ekspor barang di sepanjang rantai pasok global. Contohnya adalah produsen tekstil Indonesia yang membeli desain kain dari perusahaan desain Jerman. Contoh sederhana ini menggambarkan fakta bahwa penyedia jasa di setiap negara menghadapi persaingan dari perusahaan asing yang juga dapat memasok jasa tersebut. 30

Pejabat Magang TPSA Menyampaikan Argumen untuk Mendorong Perdagangan Jasa di Indonesia

Pejabat Magang TPSA Menyampaikan Argumen untuk Mendorong Perdagangan Jasa di Indonesia RI N G K ASA N KEG IATA N 4 APRIL 27 MEI 2016, OTTAWA TPSA CANADA INDONESIA TRADE AND PRIVATE SECTOR ASSISTANCE PROJECT Pejabat Magang TPSA Menyampaikan Argumen untuk Mendorong Perdagangan Jasa di Indonesia

Lebih terperinci

Pelatihan Cara Mengekspor Kopi ke Kanada

Pelatihan Cara Mengekspor Kopi ke Kanada RI N G K ASA N KEG IATA N MAKASSAR, 14 15 MARET 2017 TAKENGON, 21 22 MARET 2017 TPSA CANADA INDONESIA TRADE AND PRIVATE SECTOR ASSISTANCE PROJECT Pelatihan Cara Mengekspor Kopi ke Kanada Sebagai bagian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda

Lebih terperinci

Memperkuat Ekspor Pakaian Jadi Indonesia melalui Pelatihan (bagi) UKM tentang Cara Sukses Mengekspor ke Kanada

Memperkuat Ekspor Pakaian Jadi Indonesia melalui Pelatihan (bagi) UKM tentang Cara Sukses Mengekspor ke Kanada RI N G K ASA N KEG IATA N TRANS LUXURY HOTEL, BANDUNG, 2 3 MEI 2017 ALILA HOTEL, SOLO, 8 9 MEI, 2017 TPSA CANADA INDONESIA TRADE AND PRIVATE SECTOR ASSISTANCE PROJECT Memperkuat Ekspor Pakaian Jadi Indonesia

Lebih terperinci

Memperkuat Ekspor (Sektor) Alas Kaki Indonesia melalui Pelatihan bagi UKM dengan Topik Cara Sukses Mengekspor ke Kanada

Memperkuat Ekspor (Sektor) Alas Kaki Indonesia melalui Pelatihan bagi UKM dengan Topik Cara Sukses Mengekspor ke Kanada RI N G K ASA N KEG IATA N BANDUNG, 3 APRIL 2017, JAKARTA, 10 APRIL 2017 TPSA CANADA INDONESIA TRADE AND PRIVATE SECTOR ASSISTANCE PROJECT Memperkuat Ekspor (Sektor) Alas Kaki Indonesia melalui Pelatihan

Lebih terperinci

Proyek TPSA Terus Memberikan Pelatihan Bisnis Internasional untuk Memperkuat Pelayanan Ekspor Pemerintah Indonesia

Proyek TPSA Terus Memberikan Pelatihan Bisnis Internasional untuk Memperkuat Pelayanan Ekspor Pemerintah Indonesia RI N G K ASA N KEG IATA N AGUSTUS SEPTEMBER 2016, JAKARTA TPSA CANADA INDONESIA TRADE AND PRIVATE SECTOR ASSISTANCE PROJECT Proyek TPSA Terus Memberikan Pelatihan Bisnis Internasional untuk Memperkuat

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomensa globalisasi dalam bidang ekonomi mendorong perkembangan ekonomi yang semakin dinamis antar negara. Dengan adanya globalisasi, terjadi perubahan sistem ekonomi

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

Membantu Indonesia Menyediakan Perlindungan terhadap Praktik Perdagangan yang Tidak Adil dan Lonjakan Impor

Membantu Indonesia Menyediakan Perlindungan terhadap Praktik Perdagangan yang Tidak Adil dan Lonjakan Impor RI N G K ASA N KEG IATA N MARET 20 22, 2017, JAKARTA TPSA CANADA INDONESIA TRADE AND PRIVATE SECTOR ASSISTANCE PROJECT Membantu Indonesia Menyediakan Perlindungan terhadap Praktik Perdagangan yang Tidak

Lebih terperinci

Memperkuat Industri Kopi Indonesia melalui Pertanian Kopi Berkelanjutan dan (Pengolahan) Pascapanen

Memperkuat Industri Kopi Indonesia melalui Pertanian Kopi Berkelanjutan dan (Pengolahan) Pascapanen RI N G K ASA N KEG IATA N 6 8 MARET, 2017, BENER MERIAH (KABUPATEN GAYO, ACEH 13 16 MARET, 2017, TORAJA UTARA, SULAWESI SELATAN TPSA CANADA INDONESIA TRADE AND PRIVATE SECTOR ASSISTANCE PROJECT Memperkuat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Sektor pertanian secara potensial mampu memberikan kontribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) menyatakan bahwa pertumbuhan

Lebih terperinci

Lima Perusahaan Alas Kaki Indonesia Menghadiri FOOTWEAR SOURCING Pada Pameran Dagang MAGIC

Lima Perusahaan Alas Kaki Indonesia Menghadiri FOOTWEAR SOURCING Pada Pameran Dagang MAGIC RI N G K ASA N KEG IATA N NEVADA, LAS VEGAS, 13 16 AGUSTUS 2017 TPSA CANADA INDONESIA TRADE AND PRIVATE SECTOR ASSISTANCE PROJECT Lima Perusahaan Alas Kaki Indonesia Menghadiri FOOTWEAR SOURCING Pada Pameran

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya alam yang melimpah, terutama pada sektor pertanian. Sektor pertanian sangat berpengaruh bagi perkembangan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Thailand 1. Selama periode Januari-Agustus 2014, neraca perdagangan Thailand dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini dilihat dari kontribusi sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri FEBRUARI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Februari 2017 Pendahuluan Pada tahun 2016 pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 5,02%, lebih tinggi dari pertumbuhan tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri tercepat dan terbesar yang menggerakkan perekonomian. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. industri tercepat dan terbesar yang menggerakkan perekonomian. Menurut World BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Selama beberapa dekade terakhir, pariwisata telah mengalami perkembangan dan perubahan yang membuat pariwisata menjadi salah satu industri tercepat dan terbesar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Industri pariwisata dalam beberapa kurun waktu terakhir telah mendapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Industri pariwisata dalam beberapa kurun waktu terakhir telah mendapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Industri pariwisata dalam beberapa kurun waktu terakhir telah mendapat perhatian lebih dari seluruh dunia sebagai sumber perekonomian dan devisa negara. Industri pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan dan pariwisata atau dalam istilah tertentu pariwisata memimpin

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan dan pariwisata atau dalam istilah tertentu pariwisata memimpin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada prinsipnya, pertumbuhan ekonomi dapat dirangsang oleh perdagangan dan pariwisata atau dalam istilah tertentu pariwisata memimpin pertumbuhan, pertumbuhan dipimpin

Lebih terperinci

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 81 BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina, Jepang dan Rep. Korea telah sepakat akan membentuk suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri Indonesia bertumpu kepada minyak bumi dan gas sebagai komoditi ekspor utama penghasil

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3

IV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3 IV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3 4.1 Gambaran Umum Kesenjangan Tabungan dan Investasi Domestik Negara ASEAN 5+3 Hubungan antara tabungan dan investasi domestik merupakan indikator penting serta memiliki

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE 4.1. Kerjasama Ekonomi ASEAN Plus Three Kerjasama ASEAN dengan negara-negara besar di Asia Timur atau lebih dikenal dengan istilah Plus Three

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi dari sisi ekonomi adalah suatu perubahan dunia yang bersifat mendasar atau struktural dan akan berlangsung terus dalam Iaju yang semakin pesat

Lebih terperinci

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014 BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014 1.1 LATAR BELAKANG Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2014 sebesar 5,12 persen melambat dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian di dalam negeri maupun di dunia internasional. Dampak yang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI JULI 2014

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI JULI 2014 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI JULI 2014 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Thailand 1. Selama periode Januari-Juli 2014, neraca perdagangan Thailand dengan Dunia

Lebih terperinci

ANALISIS PELUANG INTERNASIONAL

ANALISIS PELUANG INTERNASIONAL ANALISIS PELUANG INTERNASIONAL SELEKSI PASAR DAN LOKASI BISNIS INTERNASIONAL Terdapat dua tujuan penting, konsentrasi para manajer dalam proses penyeleksian pasar dan lokasi, yaitu: - Menjaga biaya-biaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Lebih terperinci

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016 Ringkasan Eksekutif Perkembangan Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Bulan Oktober 2016 A. Pertumbuhan Ekspor Impor Industri Pengolahan 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 0 Perkembangan Nilai Ekspor

Lebih terperinci

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA RINGKASAN EKSEKUTIF SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA DAFTAR ISI KATA PENGANTAR 4 INVESTASI UNI EROPA PENDORONG PERDAGANGAN INDONESIA

Lebih terperinci

Indonesia Mengidentifikasi Kesempatan dan Tantangan dalam Perdagangan Sektor Jasa

Indonesia Mengidentifikasi Kesempatan dan Tantangan dalam Perdagangan Sektor Jasa RI N G K ASA N KEG IATA N NOVEMBER 2016, JAKARTA TPSA CANADA INDONESIA TRADE AND PRIVATE SECTOR ASSISTANCE PROJECT Indonesia Mengidentifikasi Kesempatan dan Tantangan dalam Perdagangan Sektor Jasa Proyek

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pendapatan negara memiliki dua komponen yakni penerimaan dalam negeri dan hibah. Sebagaimana tercantum di dalam Nota Keuangan 0 pendapatan negara selain menjadi sumber pembiayaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perubahan-perubahan mendasar dalam struktur sosial, tingkah laku sosial, dan

I. PENDAHULUAN. perubahan-perubahan mendasar dalam struktur sosial, tingkah laku sosial, dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang melibatkan berbagai perubahan-perubahan mendasar dalam struktur sosial, tingkah laku sosial, dan institusi sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari kegiatan perdagangan antar negara. Perdagangan antar negara

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari kegiatan perdagangan antar negara. Perdagangan antar negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini interaksi antar negara merupakan hal yang tidak bisa dihindari dan hampir dilakukan oleh setiap negara di dunia, interaksi tersebut biasanya tercermin dari

Lebih terperinci

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI PEMBERDAYAAAN KOPERASI & UMKM DALAM RANGKA PENINGKATAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT 1) Ir. H. Airlangga Hartarto, MMT., MBA Ketua Komisi VI DPR RI 2) A. Muhajir, SH., MH Anggota Komisi VI DPR RI Disampaikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam hal lapangan pekerjaan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.

I. PENDAHULUAN. dalam hal lapangan pekerjaan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian penduduknya bermata pencaharian di sektor pertanian. Menurut data BPS (2010), jumlah penduduk yang bekerja di sektor

Lebih terperinci

Proyek TPSA Mengadakan Pelatihan FITTskills Guna Meningkatkan Dukungan Pemerintah terhadap Kegiatan Ekspor UKM

Proyek TPSA Mengadakan Pelatihan FITTskills Guna Meningkatkan Dukungan Pemerintah terhadap Kegiatan Ekspor UKM RI N G K ASA N KEG IATA N JAKARTA, JANUARI FEBRUARI 2017 TPSA CANADA INDONESIA TRADE AND PRIVATE SECTOR ASSISTANCE PROJECT Proyek TPSA Mengadakan Pelatihan FITTskills Guna Meningkatkan Dukungan Pemerintah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Daya saing Indonesia menurut World Economic Forum tahun 2008/2009 berada

I. PENDAHULUAN. Daya saing Indonesia menurut World Economic Forum tahun 2008/2009 berada I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daya saing Indonesia menurut World Economic Forum tahun 2008/2009 berada di peringkat 55 dari 134 negara, menurun satu peringkat dari tahun sebelumnya. Dalam hal ini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global. BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam perjalanan menuju negara maju, Indonesia memerlukan dana yang tidak sedikit untuk melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar disebabkan

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA DAN DAYA SAING INDUSTRI ELEKTRONIKA DI INDONESIA JOHANNA SARI LUMBAN TOBING H

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA DAN DAYA SAING INDUSTRI ELEKTRONIKA DI INDONESIA JOHANNA SARI LUMBAN TOBING H ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA DAN DAYA SAING INDUSTRI ELEKTRONIKA DI INDONESIA JOHANNA SARI LUMBAN TOBING H14104016 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu bidang produksi dan lapangan usaha yang paling tua di dunia yang pernah dan sedang dilakukan oleh masyarakat. Sektor pertanian adalah sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia pada periode 24 28 mulai menunjukkan perkembangan yang pesat. Kondisi ini sangat memengaruhi perekonomian dunia. Tabel 1 menunjukkan

Lebih terperinci

Kinerja Ekspor Nonmigas November 2010 Memperkuat Optimisme Pencapaian Target Ekspor 2010

Kinerja Ekspor Nonmigas November 2010 Memperkuat Optimisme Pencapaian Target Ekspor 2010 SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 111 Telp: 21-386371/Fax: 21-358711 www.kemendag.go.id Kinerja Ekspor Nonmigas November 21 Memperkuat Optimisme

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi sebuah negara, keberhasilan pembangunan ekonominya dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2007) menyatakan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi bukanlah merupakan hal yang baru bagi kita. Globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi bukanlah merupakan hal yang baru bagi kita. Globalisasi digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi bukanlah merupakan hal yang baru bagi kita. Globalisasi merupakan keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan antar manusia di seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. ekonomi terbesar di dunia pada tahun Tujuan pemerintah tersebut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. ekonomi terbesar di dunia pada tahun Tujuan pemerintah tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan Pemerintah Indonesia yang tertuang dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025, adalah menjadikan Indonesia

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015 A. Perkembangan Perekonomian Saudi Arabia. 1. Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan pertumbuhan ekonomi di Saudi Arabia diatur melambat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian setiap negara di dunia. Dengan perdagangan internasional, perekonomian akan saling terjalin

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013 SEBESAR 2,93 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013 SEBESAR 2,93 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 25/05/34/Th. XV, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013 SEBESAR 2,93 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam sistem perekonomian terbuka, perdagangan internasional merupakan komponen penting dalam determinasi pendapatan nasional suatu negara atau daerah, di

Lebih terperinci

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016 Ringkasan Eksekutif Perkembangan Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Bulan Desember 2016 A. Pertumbuhan Ekspor Impor Industri Pengolahan 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 0 Perkembangan Nilai Ekspor

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan perekonomian nasional. Peranannya sebagai menyumbang pembentukan PDB penyediaan sumber devisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan dengan mengurangi atau menghapuskan hambatan perdagangan secara diskriminatif bagi negara-negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Gouws (2005) menyatakan perluasan

Lebih terperinci

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga.

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga. No. 064/11/63/Th.XVIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2014 Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III-2014 tumbuh sebesar 6,19 persen, lebih lambat dibandingkan

Lebih terperinci

Gambaran beragam untuk sektor garmen Indonesia

Gambaran beragam untuk sektor garmen Indonesia Buletin Sektor Garmen dan Alas Kaki Indonesia Edisi I September 2017 Gambaran beragam untuk sektor garmen Indonesia Oleh Richard Horne dan Marina Cruz de Andrade Kantor Regional untuk Asia dan Pasifik

Lebih terperinci

SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax:

SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax: KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Telp: 021-23528446/Fax: 021-23528456 www.depdag.go.id Kinerja Ekspor

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang

BAB I. PENDAHULUAN. pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara yang sebagian penduduknya bermata pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang bekerja di sektor

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-2011 No. 43/08/63/Th XV, 05 Agustus 20 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-20 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-20 tumbuh sebesar 5,74 persen jika dibandingkan triwulan I-20 (q to q)

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang penting dalam perekonomian Indonesia, baik karena banyaknya penduduk yang bekerja di sektor pertanian, maupun karena kontribusinya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ana Fajriasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ana Fajriasari, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berbagai organisasi internasional antara lain PBB, Bank Dunia dan World Tourism Organization (WTO), telah mengakui bahwa pariwisata merupakan bagian yang

Lebih terperinci

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 I. PENDAHULUAN Kegiatan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional telah diselenggarakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan minyak bumi dan gas alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam strategis tidak terbarukan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang berperan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang berperan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor industri merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang berperan penting terhadap pembangunan perekonomian suatu negara. Struktur perekonomian suatu negara

Lebih terperinci

Riset Untuk Meningkatkan Ekspor Indonesia ke Kanada melalui Program Magang TPSA

Riset Untuk Meningkatkan Ekspor Indonesia ke Kanada melalui Program Magang TPSA RI N G K ASA N KEG IATA N OTTAWA, 19 OKTOBER 11 DESEMBER 2015 TPSA CANADA INDONESIA TRADE AND PRIVATE SECTOR ASSISTANCE PROJECT Riset Untuk Meningkatkan Ekspor Indonesia ke Kanada melalui Program Magang

Lebih terperinci

Ekspor Nonmigas 2010 Mencapai Rekor Tertinggi

Ekspor Nonmigas 2010 Mencapai Rekor Tertinggi SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 111 Telp: 21-386371/Fax: 21-358711 www.kemendag.go.id Ekspor Nonmigas 21 Mencapai Rekor Tertinggi Jakarta,

Lebih terperinci

PENGANTAR BISNIS. Memahami Sistem Bisnis Amerika Serikat. Oleh: Catur Widayati, SE.,MM. Modul ke: Fakultas EKONIMI DAN BISNIS. Program Studi Manajemen

PENGANTAR BISNIS. Memahami Sistem Bisnis Amerika Serikat. Oleh: Catur Widayati, SE.,MM. Modul ke: Fakultas EKONIMI DAN BISNIS. Program Studi Manajemen Modul ke: PENGANTAR BISNIS Memahami Sistem Bisnis Amerika Serikat Fakultas EKONIMI DAN BISNIS Oleh: Catur Widayati, SE.,MM Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Sejarah Perekonomian Amerika ABAD

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (bisnis) di bidang pertanian (dalam arti luas) dan bidang-bidang yang berkaitan

I PENDAHULUAN. (bisnis) di bidang pertanian (dalam arti luas) dan bidang-bidang yang berkaitan I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada prinsipnya pengertian agribisnis adalah merupakan usaha komersial (bisnis) di bidang pertanian (dalam arti luas) dan bidang-bidang yang berkaitan langsung dengan

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri APRIL 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi April 2017 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I 2017 Pada triwulan 1 2017 perekonomian Indonesia, tumbuh sebesar 5,01% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

Perkembangan Ekspor Indonesia Biro Riset LMFEUI

Perkembangan Ekspor Indonesia Biro Riset LMFEUI Perkembangan Ekspor Indonesia Biro Riset LMFEUI Pengembangan ekspor tidak hanya dilihat sebagai salah satu upaya meningkatkan pendapatan negara, tetapi juga untuk mengembangkan ekonomi nasional. Perkembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadi sumber pendapatan bagi beberapa negara di dunia. Pada tahun 2011,

I. PENDAHULUAN. menjadi sumber pendapatan bagi beberapa negara di dunia. Pada tahun 2011, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pariwisata saat ini sudah menjadi salah satu primadona dunia dan menjadi sumber pendapatan bagi beberapa negara di dunia. Pada tahun 2011, United Nations World

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor industri mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Secara umum sektor ini memberikan kontribusi yang besar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

ESKPOR APPAREL KE KANADA. 32 nd Trade Expo Indonesia Jakarta, 12 October 2017

ESKPOR APPAREL KE KANADA. 32 nd Trade Expo Indonesia Jakarta, 12 October 2017 ESKPOR APPAREL KE KANADA 32 nd Trade Expo Indonesia Jakarta, 12 October 2017 1 Canada-Indonesia Trade and Private Sector Assistance Project TPSA adalah proyek lima tahun senilai C$12 juta yang didanai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi dunia saat ini adalah sangat lambat. Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi. Salah satunya adalah terjadinya krisis di Amerika.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan mempertimbangkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan

Lebih terperinci

BAB V ALIRAN PERDAGANGAN, KONDISI TARIF DAN PERFORMA EKSPOR INDONESIA DI PASAR ASEAN PLUS THREE

BAB V ALIRAN PERDAGANGAN, KONDISI TARIF DAN PERFORMA EKSPOR INDONESIA DI PASAR ASEAN PLUS THREE BAB V ALIRAN PERDAGANGAN, KONDISI TARIF DAN PERFORMA EKSPOR INDONESIA DI PASAR ASEAN PLUS THREE 5.1. Aliran Perdagangan dan Kondisi Tarif Antar Negara ASEAN Plus Three Sebelum menganalisis kinerja ekspor

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI MARET 2014

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI MARET 2014 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI MARET 2014 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Thailand 1. Selama periode Januari-Maret 2014, neraca perdagangan Thailand dengan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3 4.1.1 Produk Domestik Bruto (PDB) Selama kurun waktu tahun 2001-2010, PDB negara-negara ASEAN+3 terus menunjukkan tren yang meningkat

Lebih terperinci

Susu : Komoditi Potensial Yang Terabaikan

Susu : Komoditi Potensial Yang Terabaikan Susu : Komoditi Potensial Yang Terabaikan Oleh : Feryanto W. K. Sub sektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian serta bagi perekonomian nasional pada

Lebih terperinci

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur XII Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur Globalisasi ekonomi menuntut produk Jawa Timur mampu bersaing dengan produk sejenis dari negara lain, baik di pasar lokal maupun pasar internasional. Kurang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa Indonesia. Pada kurun tahun 1993-2006, industri TPT menyumbangkan 19.59 persen dari perolehan devisa

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT 5.1 Produk Kelapa Sawit 5.1.1 Minyak Kelapa Sawit Minyak kelapa sawit sekarang ini sudah menjadi komoditas pertanian unggulan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008 BADAN PUSAT STATISTIK No.43/08/Th. XI, 14 Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II- Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan II-

Lebih terperinci

Proyek TPSA Mengadakan Tiga Pelatihan tentang Analisis Gender dalam Perdagangan bagi Pejabat Kementerian Perdagangan Indonesia

Proyek TPSA Mengadakan Tiga Pelatihan tentang Analisis Gender dalam Perdagangan bagi Pejabat Kementerian Perdagangan Indonesia RI N G K ASA N KEG IATA N TPSA JAKARTA, 23 MEI 2017/18 JULI 2017 11 12 SEPTEMBER 2017 CANADA INDONESIA TRADE AND PRIVATE SECTOR ASSISTANCE PROJECT Proyek TPSA Mengadakan Tiga Pelatihan tentang Analisis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi yang bergulir dengan cepat dan didukung oleh kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi yang bergulir dengan cepat dan didukung oleh kemajuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses globalisasi yang bergulir dengan cepat dan didukung oleh kemajuan teknologi tertentu di bidang komunikasi dan informasi telah mengakibatkan menyatunya pasar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT SEPTEMBER 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT SEPTEMBER 2015 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT SEPTEMBER No. 60/11/61/Th. XVIII, 2 November A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SEPTEMBER MENCAPAI US$45,13 JUTA Nilai ekspor Kalimantan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap pembentukan klaster industri kecil tekstil dan produk tekstil pada Bab IV. Pada bagian ini akan dilakukan analisis terhadap model

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, di mana perekonomian dunia semakin terintegrasi. Kebijakan proteksi, seperi tarif, subsidi, kuota dan bentuk-bentuk hambatan lain, yang

Lebih terperinci

Perundingan Saling Menguntungkan: Proyek TPSA Mengadakan Pelatihan Merancang dan Merundingkan Nota Kesepahaman untuk Pengembangan Ekspor

Perundingan Saling Menguntungkan: Proyek TPSA Mengadakan Pelatihan Merancang dan Merundingkan Nota Kesepahaman untuk Pengembangan Ekspor RI N G K ASA N KEG IATA N JAKARTA, 26 27 MEI 2016 TPSA CANADA INDONESIA TRADE AND PRIVATE SECTOR ASSISTANCE PROJECT Perundingan Saling Menguntungkan: Proyek TPSA Mengadakan Pelatihan Merancang dan Merundingkan

Lebih terperinci

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara No. 063/11/63/Th.XVII, 6 November 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2013 Secara umum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan triwulan III-2013 terjadi perlambatan. Kontribusi terbesar

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini Bab I Pendahuluan Di setiap negara manapun masalah ketahanan pangan merupakan suatu hal yang sangat penting. Begitu juga di Indonesia, terutama dengan hal yang menyangkut padi sebagai makanan pokok mayoritas

Lebih terperinci