PATOGENISITAS BAKTERI Vibrio harveyi YANG DIISOLASI DARI LOKASI BERBEDA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PATOGENISITAS BAKTERI Vibrio harveyi YANG DIISOLASI DARI LOKASI BERBEDA"

Transkripsi

1 833 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 213 PATOGENISITAS BAKTERI Vibrio harveyi YANG DIISOLASI DARI LOKASI BERBEDA ABSTRAK Ince Ayu Khairana Kadriah, Endang Susianingsih, dan Koko Kurniawan Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau Jl. Makmur Dg. Sitakka No. 129, Maros 9512, Sulawesi Selatan Penelitian dengan tujuan untuk mengetahui tingkat patogenisitas bakteri Vibrio harveyi yang diisolasi dari lokasi berbeda telah dilakukan di Laboratorium Basah Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau (BPPBAP). Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial masing-masing dengan perlakuan: tiga isolat bakteri Vibrio harveyi yang diisolasi dari tiga lokasi yang berbeda yaitu dari Banyuwangi dengan kode isolat-1; dari Negara, Bali dengan kode isolat-2; dan dari Gondol, Bali dengan kode isolat-3. Hewan uji yang digunakan berupa post larva udang windu PL-14 yang ditempatkan dalam stoples volume 2 L dengan kepadatan 2 ekor/l. Konsentrasi bakteri yang dinfeksikan adalah 17 CFU/mL, 15 CFU/mL, dan 13 CFU/mL. Tingkat patogenisitas masing-masing isolat bakteri diketahui dengan melakukan pengamatan terhadap sintasan (SR) udang uji pada masing-masing perlakuan selama 6, 12, 18, 24, 36, 6, 84, dan 9 jam yang hasilnya dianalisis secara statistik. Hasil penelitian memperlihatkan: pada jam ke-6 bakteri dengan kode isolat-1 yang diisolasi dari Banyuwangi dengan kepadatan 17 CFU/mL memberikan tingkat patogenisitas yang tertinggi dan berbeda nyata pada taraf perlakuan 5% (P<,5) dibandingkan dengan isolat-2, dan isolat-3, serta kontrol, sedangkan untuk jam ke 12 hingga jam ke-9 tidak ada perlakuan yang berbeda nyata dengan kontrol yang diberikan. Populasi bakteri yang diisolasi dari media air pemeliharaan cenderung mengalami penurunan selama pengamatan. KATA KUNCI: patogenisitas, Vibrio harveyi, udang windu, lokasi berbeda PENDAHULUAN Di antara beberapa bakteri patogen, spesies Vibrio sudah dikenal sebagai penyebab penyakit Vibriosis pada udang penaeid. Bakteri Vibrio adalah salah satu penyebab penyakit yang cukup banyak menyerang hewan budidaya seperti udang windu (Karunasagar et al., 1994), beberapa spesies ikan dan kekerangan (Austin, 26) bahkan juga karang (Ben-Haim et al., 23). Beberapa spesies Vibrio berpendar seperti Vibrio cholerae (biotype albensis), V. fischeri, V. harveyi, V. logei, V. splendidus, V. mediterranei (Farmer & Hickman-Brenner, 1992), V. orientalis (Yang et al., 1983), Photobacterium leiognathi dan P. Phosphoreum diketahui berhubungan erat dengan beberapa kejadian penyakit pada lingkungan pembenihan dan pembesaran hewan budidaya. Penyakit yang cukup berbahaya ini diketahui menyerang baik larva Penaeus monodon yang dipelihara di hatcheri maupun yuwana udang yang dipelihara pada tambak-tambak pembesaran serta udang dewasa (Lavilla-Pitogo et al., 1998). Pada umumnya penyakit Vibriosis disebabkan oleh V. anguillarum, V. alginolyticus, V. parahaemolyticus, V. harveyi, V. penaeicida, & V. campbellii. Agen bakteri Vibrio ini dapat menjadi penyebab penyakit yang utama dan pertama ditandai dengan meningkatnya populasi bakteri Vibrio pada air tambak (Vandenberghe et al., 23; Saulnier et al., 2a). Salah satu spesies dari genus Vibrio tersebut yang kemudian diketahui mendominasi penyebab penyakit Vibriosis tersebut adalah Vibrio harveyi. Vibrio harveyi merupakan bakteri yang membutuhkan sodium klorida untuk hidupnya, berbentuk curve-rod dan termasuk dalam kelompok bakteri gram negatif yang banyak ditemukan pada lingkungan perairan (Farmer et al., 25), serta dapat memendarkan cahaya sendiri pada kondisi tertentu. Spesies bakteri ini terdistribusi secara luas pada lingkungan akuatik dan diketahui menjadi penyebab utama penyakit kunang-kunang pada organisme laut maupun payau. Selain sebagai penyebab utama, sering kali juga bertindak sebagai agen oportunistik pada infeksi sekunder (Saulnier et al., 2b).

2 Patogenisitas bakteri Vibrio harveyi yang diisolasi... (Ince Ayu Khairana Kadriah) 834 Berdasarkan hal tersebut, patogenisitas Vibrio harveyi utamanya yang diisolasi dari udang windu dari lokasi budidaya berbeda perlu dikaji. Hal ini ke depannya diharapkan dapat dijadikan acuan untuk upaya pencegahan penyakit Vibriosis. BAHAN DAN METODE Penelitian ini terdiri atas tiga tahap: 1. Pembuatan bakteri resisten dari masing-masing isolat 2. Uji pertumbuhan bakteri resisten masing-masing isolat bakteri 3. Uji patogenisitas masing-masing isolat bakteri Pembuatan Bakteri Resisten Rifampicin Pembuatan resisten dari masing-masing isolat dimaksudkan untuk merubah sifat bakteri tersebut dari sensitif terhadap suatu antibiotik menjadi resisten. Hal ini bertujuan untuk memberikan penanda pada bakteri agar mudah dikenali pada saat isolasi ulang bakteri tersebut pada prosedur postulat Koch. Proses pembuatan resisten tersebut dilakukan dengan cara: Isolat bakteri yang akan diuji (isolat 1, 2, dan 3) masing-masing diinokulasi ke dalam media tumbuh nutrient broth (NB), yang dibuat dengan cara melarutkan sebanyak 8 g NB ke dalam 1 L aquades steril dan diberi penambahan NaCl sebanyak 1,5%; dihomogenkan dan kemudian dibagi ke dalam 6 tabung reaksi masing-masing sebanyak 1 ml. Sterilisasi terhadap media tersebut dilakukan dengan menggunakan autoclave pada suhu 121 C tekanan 1 atm selama 15 menit. Setelah steril dan suhunya telah sesuai dengan suhu ruang, inokulasi masing-masing bakteri uji dilakukan dengan memasukkan sebanyak 1 ose bakteri ke dalam media NB tersebut. Penumbuhan dan homogenisasi dilakukan menggunakan shaker pada 15 rpm selama 4 jam. Setelah 4 jam (penentuan 4 jam berdasarkan uji tumbuh yang dilakukan pada isolat bakteri yang WT/wild type) bakteri tersebut ditanam (diinokulasi) ke dalam media TCBS (Thiosulfat Ctrate Bile Sucrose Agar). Media TCBSA dibuat dengan cara menimbang sebanyak 89 g TCBSA dan dilarutkan ke dalam 1. ml aquades steril. Larutan ini kemudian dimasak hingga mendidih dan disterilkan menggunakan autoclave. Setelah steril dan suhunya telah sesuai dengan suhu ruang kemudian dituang ke plate (petri dish) steril masing-masing sebanyak 2 ml/plate. Inokulasi bakteri pada media TCBSA dilakukan dengan cara mengambil sebanyak 1 mikron (,1 ml) biakan bakteri dalam NB dan disebarkan secara merata ke media TCBSA tersebut. Untuk mengetahui sensitivitas bakteri terhadap antibiotik rifampicin, maka dilakukan uji hambatan menggunakan rifampisin 5, 1, 5, dan 1 mg/l, dengan cara merendam papper disk ke dalam masing-masing konsentrasi rimfampisin kemudian diletakkan (ditempatkan) pada media TCBSA sesuai penomoran yang telah diberikan (Gambar 1). Sebelumnya dilakukan penanaman bakteri Vibrio dengan metode sebar pada media TCBS yang akan dijadikan media uji hambat. Gambar 1. Penempatan papper disk yang telah mengalami perendaman rifampisin pada konsentrasi 5 dan 1 mg/l

3 835 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 213 Uji resistensi bakteri Vibrio sp. dilakukan dengan menanambiakan bakteri yang telah dipadatkan melalui proses sentrifugasi pada media TCBS yang telah ditambahkan antibiotik rifampicin 5 dan 1 mg/l. Koloni bakteri Vibrio sp. yang berhasil tumbuh pada media TCBSA + Rif 5 mg/l selanjutnya ditumbuhkan lagi pada media TCBSA + Rif 1 mg/l. Koloni bakteri yang tumbuh pada media TCBSA + Rif 1 mg/l selanjutnya diisolasi dan merupakan isolat bakteri Vibrio sp. resisten rifampicin. Setelah bakteri resisten terhadap rifampisin diperoleh maka selanjutnya dilakukan uji tumbuh untuk masing-masing isolat bakteri tersebut. Uji Pertumbuhan Masing-Masing Isolat Bakteri Resisten Rifampicin Uji tumbuh ini dimaksudkan untuk melihat kemampuan tumbuh dari masing-masing isolat sehingga dapat diketahui pada saat kapan bakteri tersebut berada pada puncak pertumbuhannya. Uji tumbuh dilakukan dengan cara menginokulasi bakteri uji ke dalam media tumbuh NB yang kemudian dihomogenkan dengan menggunakan inkubator bergoyang secara terus-menerus pada kecepatan 15 rpm. Pengamatan pertumbuhan dilakukan dengan cara menginokulasi bakteri pada media NB ke dalam media TCBSA yang telah diberi penambahan rifampisin masing-masing pada konsentrasi 5 dan 1 mg/l. Pengambilan sampel untuk pengamatan pertumbuhan dilakukan dengan interval setiap 2 jam selama 24 jam. Sampel bakteri yang diinokulasi pada media TCBSA penanamannya dilakukan dengan menggunakan larutan fisiologis saline solutin (,85% NaCl) secara berseri (pengenceran) mengikuti prosedur penanaman bakteri (Austin, 1993). Bakteri-bakteri yang telah ditanam pada media TCBSA tersebut pertumbuhannya kemudian dihitung setelah diinkubasi selama 24 jam untuk setiap waktu pengamatan. Penghitungan dilakukan dengan cara menghitung setiap koloni bakteri yang tumbuh pada setiap pengenceran yang diberikan berdasarkan rumus: Uji Patogenisitas Masing-Masing Isolat Bakteri Uji patogenisitas dimaksudkan untuk mengetahui patogenisitas masing-masing isolat tersebut terhadap benur udang windu. Uji ini dilakukan dengan metode perendaman (Hameed, 1995) menggunakan tiga isolat dari tiga lokasi yang berbeda: isolat Banyuwangi dengan kode isolat-1; dari Negara, Bali dengan kode isolat-2; dan dari Gondol, Bali dengan kode isolat-3, dengan tiga konsentrasi 17 CFU/mL, 15 CFU/mL, dan 13 CFU/mL, dan kontrol (tanpa pemberian bakteri) yang masing-masing diulang sebanyak tiga kali. Benur yang digunakan benur udang windu PL-14 yang diinfeksi dengan teknik perendaman. Pengamatan sintasan dan pengambilan sampel bakteri pada media pemeliharaan dilakukan dengan interval waktu 6 jam pada 12 jam pertama, 24 jam, 36 jam, 84 jam, dan 9 jam. Penanaman sampel dilakukan pada media TCBSA yang telah diberi rifampisin 1 mg/l dan penghitungan koloni bakteri dilakukan 24 jam setelah inkubasi. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap pola faktorial dengan perlakuan tiga jenis isolat bakteri, tiga konsentrasi bakteri, dan kontrol yang masing-masing diulang sebanyak tiga kali. Gambar 2. Penuangan bakteri Gambar 3. Proses infeksi pada uji patogenisitas

4 Patogenisitas bakteri Vibrio harveyi yang diisolasi... (Ince Ayu Khairana Kadriah) 836 Data sintasan dianalisis secara statistik menggunakan ANOVA dengan uji lanjut jika terdapat perbedaan di antara perlakuan yang dicobakan. Sedangkan data populasi bakteri dianalisis secara deskriptif sebagai bahan pembanding. HASIL DAN BAHASAN Pembuatan Resisten dari Masing-Masing Isolat Bakteri Uji Hasil pembuatan resisten terhadap isolat-isolat bakteri yang akan digunakan menunjukkan bahwa semua isolat tersebut resisten terhadap rifampisin baik pada konsentrasi 5 maupun 1 mg/l. Hal ini ditandai dengan adanya zona hambatan yang ditimbulkan oleh bakteri akibat pemberian antibiotik rifampisin. Untuk selanjutnya rifampisin yang digunakan pada konsentrasi 1 mg/l. Hal ini dikarenakan rifampisin yang digunakan adalah rifampisin dengan dosis 6 mg/tablet. Di samping metode uji hambat dengan paper dish, dilakukan juga uji resisten dengan metode sebar. Isolat Banyuwangi Isolat Negara Isolat Gondol Gambar 4. Hasil uji hambat dengan menggunakan paper dish Rif 1 ppm Rif 5 ppm Kontrol Gambar 5. Hasil uji bakteri resistensi asal Banyuwangi Rif 1 ppm Rif 5 ppm Gambar 6. Hasil uji resistensi bakteri asal Negara, Bali Kontrol

5 837 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 213 Rif 1 ppm Rif 5 ppm Kontrol Gambar 7. Hasil uji resistensi bakteri asal Gondol, Bali Uji Pertumbuhan Masing-Masing Isolat Bakteri Resisten Rifampicin Hasil uji pertumbuhan untuk masing-masing isolat dengan interval waktu pengamatan setiap dua jam pada media NB (Nutrien Broth) dapat dilihat pada Gambar 8. Populasi bakteri (log CF/mL) Waktu pengamatan (interval waktu 2 jam) Gambar 8. Grafik pertumbuhan isolat bakteri dalam media NB Dari Gambar 8 terlihat bahwa untuk isolat 1 dan 2 puncak pertumbuhannya diperoleh pada jam ke-4 kemudian mengalami penurunan, sedangkan isolat-3 mengalami puncak pertumbuhan pada jam ke-6. Uji Patogenisitas Masing-Masing Isolat Bakteri Uji Pada pengamatan enam jam pertama dapat terlihat sintasan terendah pada perlakuan 1,7 dan 1,5. Hasil yang hampir sama juga terlihat pada pengamatan 12 jam setelah infeksi. Secara statistik dapat dibuktikan bahwa perlakuan dengan isolate-1 (konsentrasi 17 dan 15 CFU/mL) berbeda nyata dengan kontrol dan perlakuan lainnya pada pengamatan 6 jam pertama setelah infeksi. Namun pada pengamatan selanjutnya tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada sintasan benur udang antara perlakuan dengan kontrol. Hal ini dapat dijelaskan dengan melihat data populasi bakteri yang diisolasi dari media uji. Populasi bakteri tertinggi pada pengamatan 6 dan 12 jam setelah infeksi diperoleh dari perlakuan isolate-1 dengan konsentrasi 17 CFU/mL. Secara umum populasi bakteri terlihat menurun setelah 6 jam pasca infeksi pada semua perlakuan. Menurunnya tingkat patogenisitas bakteri setelah 12 jam

6 Patogenisitas bakteri Vibrio harveyi yang diisolasi... (Ince Ayu Khairana Kadriah) 838 A 1 Isolat 1,7 Isolat 2,7 Isolat 3,7 Kontrol B 1 Isolat 1,5 Isolat 2,5 Isolat 3,5 Kontrol Persentase sintasan Persentase sintasan C 1 Isolat 1,3 Isolat 2,3 Isolat 3,3 Kontrol Persentase sintasan Gambar 9. Grafik sintasan udang infeksi buatan dengan perendaman; kepadatan bakteri 17 cfu/ml (A); kepadatan bakteri 15 cfu/ml (B); dan kepadatan bakteri 13 cfu/ml (C) perlakuan diduga berhubungan dengan penurunan populasi bakteri pada media uji. Seperti diketahui bahwa uji patogenisitas dengan metode perendaman sangat dipengaruhi oleh populasi bakteri yang bertahan hidup pada media pemeliharaan. Data sintasan dan data populasi bakteri pada media uji memberikan gambaran tingkat patogenisitas tertinggi pada pengamatan jam ke-6 dan ke-12 pasca infeksi diperoleh dari perlakuan dengan isolat bakteri No. 1 asal Banyuwangi. Populasi bakteri CFU/mL (log) Isolat 1,7 Isolat 1,5 Isolat 1,3 Isolat 2,7 Isolat 2,5 Isolat 2,3 Isolat 3,7 Isolat 3,5 Isolat 3,3 Kontrol Gambar 1. Kurva pertumbuhan bakteri pada air media pemeliharaan udang

7 839 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 213 KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengamatan pertumbuhan bakteri pada media NB diketahui bahwa puncak pertumbuhan terjadi pada jam ke-4 dan ke-6. Dari tiga isolat yang diuji patogenisitasnya diketahui bahwa isolate-1 asal Banyuwangi memiliki tingkat patogenisitas lebih tinggi dibandingkan dua isolat lainnya. DAFTAR ACUAN Austin, B. & Zhang, X.-H. 26. Vibrio harveyi: a significant pathogen of marine vertebrates and invertebrates. Lett. Appl. Microbiol., 43: Ben Haim, Y., Thompson, F.L., Thompson, C.C., Cnockaert, M.C., Hoste, B., Swings, J., & Rosenberg, E. 23. Vibrio coralliilyticus sp. nov., a temperature-dependent pathogen of the coral Pocillopora damicornis. Int. J. Syst. Evol. Microbiol., 53: Farmer, J.J. & Hickman-Brenner, F.W The genera Vibrio and Photobacterium. In The Prokaryotes a Handbook on the Biology of Bacteria: Ecophysiology, Isolation, Identification, Applications. Edited by A. Balows. New York. Springer, p. 2,952 3,11. Hameed, A.S.S Susceptibility of three Penaeus sp. to a Vibrio campbelli-like bacterium. J. World Aqua. Soc., 26(3): Lavilla-Pitogo, C.R., Leano, E.M., & Paner, M.G Mortalities of pond-cultured juvenile shrimp, Penaeus monodon, associated with dominance of luminescent Vibrios in the rearing environment. Aquaculture, 164: Saulnier, D., Haffner, P., Goarant, C., Levy, P., & Ansquer, D. 2a. Experimental infection models for shrimp Vibriosis studies: a review. Aquaculture, 191: Saulnier, D., Avarre, J.C., Le Moullac, G., Ansquer, D., Levy, P., & Vonau, V. 2b. Rapid and sensitive PCR detection of Vibrio penaeicida, the putative etiological agent of Syndrome 93 in New Caledonia. Dis. Aquat. Org., 4: Vandenberghe, J., Thompson, F.L., Gomez-Gil, B., & Swings, J. 23. Phenotypic diversity among Vibrio isolats from marine aquaculture systems. Aquaculture, 219: 9 2. Yang, Y.K., Yeh, L.P., Cao, Y.H., Baumann, L., Baumann, P., Tang, J.E. & Beaman, B Characterization of marine luminous bacteria isolatd off the coast of China and description of Vibrio orientalis sp. nov. Curr Microbiol., 8: Molecular identification of V. harveyi-related isolats.

UJI TUMBUH BEBERAPA ISOLAT BAKTERI Vibrio BERPENDAR YANG DIISOL ASI DARI LOKASI BERBEDA

UJI TUMBUH BEBERAPA ISOLAT BAKTERI Vibrio BERPENDAR YANG DIISOL ASI DARI LOKASI BERBEDA 601 Uji tumbuh beberapa isolat bakteri Vibrio... (Endang Susianingsih) ABSTRAK UJI TUMBUH BEBERAPA ISOLAT BAKTERI Vibrio BERPENDAR YANG DIISOL ASI DARI LOKASI BERBEDA Endang Susianingsih dan Koko Kurniawan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN Vibrio BERPENDAR PATOGENIK PADA MEDIA AIR DENGAN SALINITAS BERBEDA SERTA MEDIA MISKIN NUTRISI

PERTUMBUHAN Vibrio BERPENDAR PATOGENIK PADA MEDIA AIR DENGAN SALINITAS BERBEDA SERTA MEDIA MISKIN NUTRISI 1115 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2014 PERTUMBUHAN Vibrio BERPENDAR PATOGENIK PADA MEDIA AIR DENGAN SALINITAS BERBEDA SERTA MEDIA MISKIN NUTRISI ABSTRAK Ince Ayu Khairana Kadriah dan Nurhidayah

Lebih terperinci

DETEKSI DINI VIBRIOSIS PADA AIR DAN SEDIMEN TAMBAK

DETEKSI DINI VIBRIOSIS PADA AIR DAN SEDIMEN TAMBAK 877 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2016 ABSTRAK DETEKSI DINI VIBRIOSIS PADA AIR DAN SEDIMEN TAMBAK Ince Ayu Khairana Kadriah dan Nurhidayah Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei Juni Lokasi penelitian di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei Juni Lokasi penelitian di III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei Juni 2014. Lokasi penelitian di Laboratorium Budidaya Perikanan, Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas

Lebih terperinci

GEN VIRULEN DARI DUA TIPE Vibrio harveyi PADA DAERAH BUDIDAYA UDANG WINDU YANG BERBEDA

GEN VIRULEN DARI DUA TIPE Vibrio harveyi PADA DAERAH BUDIDAYA UDANG WINDU YANG BERBEDA 965 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2013 ABSTRAK GEN VIRULEN DARI DUA TIPE Vibrio harveyi PADA DAERAH BUDIDAYA UDANG WINDU YANG BERBEDA Endang Susianingsih dan Ince Ayu Khairana Kadriah Balai

Lebih terperinci

KARAKTERISASI SECARA MORFOLOGI DAN BIOMOLEKULER BAKTERI PENYEBAB VIBRIOSIS PADA UDANG PENAEID

KARAKTERISASI SECARA MORFOLOGI DAN BIOMOLEKULER BAKTERI PENYEBAB VIBRIOSIS PADA UDANG PENAEID 483 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2015 ABSTRAK KARAKTERISASI SECARA MORFOLOGI DAN BIOMOLEKULER BAKTERI PENYEBAB VIBRIOSIS PADA UDANG PENAEID Ince Ayu Khairana Kadriah, Koko Kurniawan, dan

Lebih terperinci

Seminar Nasional Tahunan XI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 30 Agustus 2014

Seminar Nasional Tahunan XI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 30 Agustus 2014 KEMAMPUAN LENDIR IKAN NILA (Tilapia mosambica) MENGHAMBAT PERTUMBUHAN VIBRIO PATOGEN PK-07 Nurhidayah* dan I.A.K. Kadriah Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau (BPPBAP), Maros *e-mail: nurhidayahjabir@gmail.com

Lebih terperinci

UJI OPTIMASI MONOKLONAL ANTIBODI Vibrio harveyi DENGAN METODE ELISA

UJI OPTIMASI MONOKLONAL ANTIBODI Vibrio harveyi DENGAN METODE ELISA 887 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2016 UJI OPTIMASI MONOKLONAL ANTIBODI Vibrio harveyi DENGAN METODE ELISA ABSTRAK Nurhidayah dan Ince Ayu Khairana Kadriah Balai Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya udang merupakan salah satu komuditas perikanan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya udang merupakan salah satu komuditas perikanan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budidaya udang merupakan salah satu komuditas perikanan dengan prospek pengembangan yang sangat baik. Budidaya ini pada tahun 2002 pernah menjadi komuditas unggulan

Lebih terperinci

UJI TANTANG PASCA LARVA UDANG WINDU Penaeus monodon DENGAN Vibrio harveyi

UJI TANTANG PASCA LARVA UDANG WINDU Penaeus monodon DENGAN Vibrio harveyi 729 Uji tantang pasca larva udang windu... (B.R. Tampangalo) UJI TANTANG PASCA LARVA UDANG WINDU Penaeus monodon DENGAN Vibrio harveyi ABSTRAK B.R. Tampangallo dan Nurhidayah Balai Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

ANALISIS UJI TANTANG BENUR WINDU (Penaeus monodon Fabricius) YANG TELAH DIBERI PERLAKUAN PROBIOTIK DAN ANTIBIOTIK DENGAN DOSIS BERBEDA

ANALISIS UJI TANTANG BENUR WINDU (Penaeus monodon Fabricius) YANG TELAH DIBERI PERLAKUAN PROBIOTIK DAN ANTIBIOTIK DENGAN DOSIS BERBEDA Jurnal Galung Tropika, September, hlmn. 7-1 ANALISIS UJI TANTANG BENUR WINDU (Penaeus monodon Fabricius) YANG TELAH DIBERI PERLAKUAN PROBIOTIK DAN ANTIBIOTIK DENGAN DOSIS BERBEDA ANALYSIS CHALLENGE TEST

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyediaan Isolat Fusarium sp. dan Bakteri Aktivator

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyediaan Isolat Fusarium sp. dan Bakteri Aktivator BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikologi, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, dan Laboratorium Mikrobiologi dan Kesehatan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini terdiri dari dua tahap, tahap pertama dilaksanakan di laboratorium bioteknologi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unpad, tahap

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2012

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2012 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2012 bertempat di Laboratorium Stasiun Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Seleksi Bakteri Probiotik Karakterisasi morfologi dan fisiologis kandidat probiotik

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Seleksi Bakteri Probiotik Karakterisasi morfologi dan fisiologis kandidat probiotik II. BAHAN DAN METODE 2.1 Seleksi Bakteri Probiotik 2.1.1 Karakterisasi morfologi dan fisiologis kandidat probiotik Sebanyak 16 jenis bakteri hasil isolasi Ardiani (2011) ditumbuhkan pada media agar Sea

Lebih terperinci

AKTIVITAS ANTI Vibrio parahaemolyticus MANGROVE, Rhizophora mucronata DARI DAERAH BERBEDA

AKTIVITAS ANTI Vibrio parahaemolyticus MANGROVE, Rhizophora mucronata DARI DAERAH BERBEDA 427 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2015 AKTIVITAS ANTI Vibrio parahaemolyticus MANGROVE, Rhizophora mucronata DARI DAERAH BERBEDA ABSTRAK Endang Susianingsih, Nurhidayah, dan Bunga Rante

Lebih terperinci

DINAMIKA POPULASI BAKTERI PADA BUDIDAYA UDANG WINDU MELALUI PENGGUNAANPROBIOTIK, BAKTERIN DAN IMUNOSTIMULAN HERBAL

DINAMIKA POPULASI BAKTERI PADA BUDIDAYA UDANG WINDU MELALUI PENGGUNAANPROBIOTIK, BAKTERIN DAN IMUNOSTIMULAN HERBAL 711 Dinamika populasi bakteri pada budidaya udang... (Nurhidayah) DINAMIKA POPULASI BAKTERI PADA BUDIDAYA UDANG WINDU MELALUI PENGGUNAANPROBIOTIK, BAKTERIN DAN IMUNOSTIMULAN HERBAL ABSTRAK Nurhidayah dan

Lebih terperinci

DETEKSI GEN-GEN PENYANDI FAKTOR VIRULENSI PADA BAKTERI VIBRIO

DETEKSI GEN-GEN PENYANDI FAKTOR VIRULENSI PADA BAKTERI VIBRIO Deteksi gen-gen penyandi faktor virulensi pada... (Ince Ayu Khairani Kadriah) DETEKSI GEN-GEN PENYANDI FAKTOR VIRULENSI PADA BAKTERI VIBRIO Ince Ayu Khairani Kadriah *), Endang Susianingsih *), Sukenda

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Komoditas udang Vannamei ( Litopenaeus vannamei) merupakan udang asli

II. TINJAUAN PUSTAKA. Komoditas udang Vannamei ( Litopenaeus vannamei) merupakan udang asli II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) Komoditas udang Vannamei ( Litopenaeus vannamei) merupakan udang asli perairan Amerika Latin. Udang ini dibudidayakan mulai dari pantai barat

Lebih terperinci

Seminar Nasional Tahunan IX Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 14 Juli 2012

Seminar Nasional Tahunan IX Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 14 Juli 2012 ANALISIS KERAGAMAN MORFOLOGI DAN FISIOLOGI ISOLAT-ISOLAT Vibrio BERPENDAR ASAL TAMBAK DAN PEMBENIHAN UDANG WINDU ppl-09 Endang Susianingsih*, Ince A. K. Kadriah dan Koko Kurniawan Balai Penelitian dan

Lebih terperinci

Deteksi Vibrio harveyi menggunakan primer hemolisin pada benur udang windu Penaeus monodon

Deteksi Vibrio harveyi menggunakan primer hemolisin pada benur udang windu Penaeus monodon Jurnal Akuakultur Indonesia 12 (2), 101 105 (2013) Artikel Orisinal Deteksi Vibrio harveyi menggunakan primer hemolisin pada benur udang windu Penaeus monodon Detection of Vibrio harveyi using hemolysin

Lebih terperinci

Konsentrasi Konsentrasi Kultur campuran bakteri kandidat resisten antibiotik. Kultur murni kandidat bakteri resisten antibiotik

Konsentrasi Konsentrasi Kultur campuran bakteri kandidat resisten antibiotik. Kultur murni kandidat bakteri resisten antibiotik LAMPIRAN 1. Alur kerja isolasi bakteri resisten antibiotik Sampel Tanah Sampel Air Sampel Udang - Ditimbang sebanyak 1 g - Dihomogenkan dalam 10 ml aquadest steril. - Dipipet 1ml - Ditambah aquadest steril

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Mei - Juni 2014 di Laboratorium Basah Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Mei - Juni 2014 di Laboratorium Basah Jurusan III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada Mei - Juni 2014 di Laboratorium Basah Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. 3.2 Alat dan Bahan Alat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi 17 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada Januari

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN BAKTERI PROBIOTIK

PENGARUH PEMBERIAN BAKTERI PROBIOTIK PENGARUH PEMBERIAN BAKTERI PROBIOTIK Vibrio SKT-b MELALUI Artemia DENGAN DOSIS YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP PASCA LARVA UDANG WINDU Penaeus monodon ASRI SUTANTI SKRIPSI PROGRAM

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Oktober 2014, di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Oktober 2014, di III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Oktober 2014, di Laboratorium dan Fasilitas Karantina Marine Research Center (MRC) PT. Central Pertiwi Bahari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi 13 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Penelitian

Lebih terperinci

DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU LAMPIRAN

DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU LAMPIRAN LAMPIRAN Lampiran 1. Diagram Alir Penelitian Peremajaan Bacillus Isolasi Bakteri Oportunistik Produksi Antimikrob Penghitungan Sel Bakteri Oportunistik Pengambilan Supernatan Bebas Sel Pemurnian Bakteri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Februari sampai Juli 2012 di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi,

BAB III METODE PENELITIAN. Februari sampai Juli 2012 di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan selama 6 (enam) bulan yaitu pada bulan Februari sampai Juli 2012 di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi,

Lebih terperinci

MEKANISME PENGHAMBATAN BAKTERI PROBIOTIK TERHADAP PERTUMBUHAN Vibrio harveyi PADA LARVA UDANG WINDU (Penaeus monodon)

MEKANISME PENGHAMBATAN BAKTERI PROBIOTIK TERHADAP PERTUMBUHAN Vibrio harveyi PADA LARVA UDANG WINDU (Penaeus monodon) Jurnal Akuakultur Indonesia, 7(): 179 1 () Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id 179 MEKANISME PENGHAMBATAN BAKTERI PROBIOTIK TERHADAP PERTUMBUHAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorik dengan

III. METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorik dengan III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorik dengan pendekatan cross sectional, menggunakan metode difusi dengan memakai media Agar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Racangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial atau Completely Random Design pola faktorial.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian yang digunakan adalah True Experimen yaitu penelitian yang dilakukan di Laboratorium. Rancangan penelitian ini adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. budidaya karena memiliki nilai ekonomis tinggi ( high economic value) serta

I. PENDAHULUAN. budidaya karena memiliki nilai ekonomis tinggi ( high economic value) serta I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udang merupakan salah satu komoditas utama dalam industri perikanan budidaya karena memiliki nilai ekonomis tinggi ( high economic value) serta permintaan pasar tinggi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pengambilan Sampel Daun Rhizophora mucronata Lamk. dari Kawasan Wisata Alam Angke Kapuk, Jakarta Utara.

Lampiran 1. Pengambilan Sampel Daun Rhizophora mucronata Lamk. dari Kawasan Wisata Alam Angke Kapuk, Jakarta Utara. Lampiran 1. Pengambilan Sampel Daun Rhizophora mucronata Lamk. dari Kawasan Wisata Alam Angke Kapuk, Jakarta Utara. a. Stasiun Pengambilan Sampel Daun Rhizophora mucronata Lamk. No Stasiun Plot Kualitas

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat + 25

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat + 25 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian, Medan dengan ketinggian tempat + 25 meter di atas permukaan laut pada bulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang

BAB III METODE PENELITIAN. eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksplorasi dan eksperimen. Penelitian eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Maret 2014 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Maret 2014 di Laboratorium 11 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Maret 2014 di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran A: Alur Kerja Isolasi Bakteri Penghasil Biosurfaktan

LAMPIRAN. Lampiran A: Alur Kerja Isolasi Bakteri Penghasil Biosurfaktan 56 LAMPIRAN Lampiran A: Alur Kerja Isolasi Bakteri Penghasil Biosurfaktan Air laut Dimasukkan ke dalam botol Winkler steril Diisolasi bakteri dengan pengenceran 10 0, 10-1, 10-3 Dibiakkan dalam cawan petri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga pada bulan Januari-Mei

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Perlakuan Penelitian II. BAHAN DAN METODE Rancangan penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan masing-masing 4 ulangan. Adapun perlakuan yang diberikan dapat dilihat pada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai bulan April 2014.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai bulan April 2014. 14 III. METODE PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

Penapisan bakteri probiotik asal terumbu karang dengan metode kultur bersama untuk pengendalian vibriosis pada larva udang windu (Penaeus monodon)

Penapisan bakteri probiotik asal terumbu karang dengan metode kultur bersama untuk pengendalian vibriosis pada larva udang windu (Penaeus monodon) Jurnal Akuakultur Indonesia (), () Penapisan bakteri probiotik asal terumbu karang dengan metode kultur bersama untuk pengendalian vibriosis pada larva udang windu (Penaeus monodon) Screening of probiotics

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor, faktor pertama terdiri dari 3

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor, faktor pertama terdiri dari 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor, faktor pertama terdiri dari 3 perlakuan, sedangkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga Surabaya dan

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga Surabaya dan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga Surabaya dan kumbung

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI PADA BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) POLA TRADISIONAL PLUS DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG TAPIOKA

UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI PADA BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) POLA TRADISIONAL PLUS DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG TAPIOKA 853 Upaya peningkatan produksi pada budidaya... (Gunarto) UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI PADA BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) POLA TRADISIONAL PLUS DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG TAPIOKA ABSTRAK Gunarto

Lebih terperinci

PRODUKSI MONOKLONAL ANTIBODI Vibrio harveyi

PRODUKSI MONOKLONAL ANTIBODI Vibrio harveyi 585 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2015 ABSTRAK PRODUKSI MONOKLONAL ANTIBODI Vibrio harveyi Nurhidayah, Nurbaya, dan Ince Ayu Khaerana Kadriah Balai Penelitian Dan Pengembangan Budidaya Air

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2012 bertempat di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2012 bertempat di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2012 bertempat di Laboratorium Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Penelitian dilakukan selama 40 hari dari bulan Februari sampai dengan Maret. Bahan yang digunakan dalam penelitian antara lain:

III. METODOLOGI. Penelitian dilakukan selama 40 hari dari bulan Februari sampai dengan Maret. Bahan yang digunakan dalam penelitian antara lain: 21 III. METODOLOGI A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan selama 40 hari dari bulan Februari sampai dengan Maret 2013 bertempat di Laboratorium Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancanngan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial. Pada penelitian ini digunakan 2

BAB III METODE PENELITIAN. Rancanngan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial. Pada penelitian ini digunakan 2 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitia ini adalah Rancanngan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial. Pada penelitian ini digunakan 2 faktor dan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pembuatan Media Natrium Agar

Lampiran 1. Pembuatan Media Natrium Agar 59 Lampiran 1. Pembuatan Media Natrium Agar Pembuatan Media Agar Natrium Agar (150 ml) 1. Siapkan gelas Erlenmeyer volume 250 ml dan air laut steril 150 ml. 2. Timbang natrium agar sebanyak 4,2 gram 3.

Lebih terperinci

PATHOGENICITY AND IN VIVO STUDY OF LOCAL ISOLATE Bacillus sp. D2.2 AT THE VANNAMEI CULTURE (Litopenaeus vannamei)

PATHOGENICITY AND IN VIVO STUDY OF LOCAL ISOLATE Bacillus sp. D2.2 AT THE VANNAMEI CULTURE (Litopenaeus vannamei) AQUASAINS (Jurnal Ilmu Perikanan dan Sumberdaya Perairan) (Vol 5 No. 1 Tahun 2016) PATHOGENICITY AND IN VIVO STUDY OF LOCAL ISOLATE Bacillus sp. D2.2 AT THE VANNAMEI CULTURE (Litopenaeus vannamei) Sera

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. D. Alat dan bahan Daftar alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 2.

BAB III METODE PENELITIAN. D. Alat dan bahan Daftar alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 2. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian dasar dengan menggunakan metode deskriptif (Nazir, 1998). B. Populasi dan sampel Populasi yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri atas 5 perlakuan dengan 3 ulangan yang terdiri dari:

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri atas 5 perlakuan dengan 3 ulangan yang terdiri dari: BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri atas 5 perlakuan dengan 3 ulangan yang terdiri dari: 1. 0 ppm: perbandingan media

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan waktu penelitian Bahan dan Alat Isolasi dan Uji Reaksi Hipersensitif Bakteri Penghasil Siderofor

BAHAN DAN METODE Tempat dan waktu penelitian Bahan dan Alat Isolasi dan Uji Reaksi Hipersensitif Bakteri Penghasil Siderofor BAHAN DAN METODE Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, dari Oktober 2010

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. untuk mengisolasi Actinomycetes dan melihat kemampuannya dalam

BAB III METODE PENELITIAN. untuk mengisolasi Actinomycetes dan melihat kemampuannya dalam BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi untuk mengisolasi Actinomycetes dan melihat kemampuannya dalam menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Udang merupakan salah satu hasil laut komersial yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) menetapkan 10 komoditas unggulan budidaya,

Lebih terperinci

Screening of Potential Probiotic Vibrio sp. Against Vibriosis in the Litopenaeus vannamei

Screening of Potential Probiotic Vibrio sp. Against Vibriosis in the Litopenaeus vannamei Biosfera 27 (2) Mei 2010 88 Abstract Screening of Potential Probiotic Vibrio sp. Against Vibriosis in the Litopenaeus vannamei Munti Sarida dan Esti Harpeni PS Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1. Alur Kerja Subkultur Bakteri Penghasil Biosurfaktan dari Laut dalam Mendegradasi Glifosat

DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1. Alur Kerja Subkultur Bakteri Penghasil Biosurfaktan dari Laut dalam Mendegradasi Glifosat DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Alur Kerja Subkultur Bakteri Penghasil Biosurfaktan dari Laut dalam Mendegradasi Glifosat Isolat bakteri koleksi Laboratorium Mikrobiologi hasil isolasi Laut Belawan ditumbuhkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai September 2012 bertempat di Laboratorium Stasiun Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil

Lebih terperinci

PENAMBAHAN TEPUNG TAPIOKA PADA BUDIDAYA UDANG PENAEID DI TAMBAK

PENAMBAHAN TEPUNG TAPIOKA PADA BUDIDAYA UDANG PENAEID DI TAMBAK 729 Penambahan tepung tapioka pada budidaya udang... (Gunarto) PENAMBAHAN TEPUNG TAPIOKA PADA BUDIDAYA UDANG PENAEID DI TAMBAK Gunarto dan Abdul Mansyur ABSTRAK Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi dan Laboratorium Akuakultur Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran.

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TAMBAK MELALUI PENGGUNAAN PROBIOTIK PADA BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon)

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TAMBAK MELALUI PENGGUNAAN PROBIOTIK PADA BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) 705 Peningkatan produktivitas tambak melalui penggunaan probiotik... (Arifuddin Tompo) PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TAMBAK MELALUI PENGGUNAAN PROBIOTIK PADA BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) ABSTRAK

Lebih terperinci

SENSITIVITAS DETEKSI PENYAKIT VIBRIOSIS PADA UDANG PENAEID DENGAN PENANDA MOLEKULER SPESIFIK HAEMOLYSIN (IAVh)

SENSITIVITAS DETEKSI PENYAKIT VIBRIOSIS PADA UDANG PENAEID DENGAN PENANDA MOLEKULER SPESIFIK HAEMOLYSIN (IAVh) Tersedia online di: http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/jra SENSITIVITAS DETEKSI PENYAKIT VIBRIOSIS PADA UDANG PENAEID DENGAN PENANDA MOLEKULER SPESIFIK HAEMOLYSIN (IAVh) Ince Ayu Khairana Kadriah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan campuran bakteri (Pseudomonas aeruginosa dan Pseudomonas

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan campuran bakteri (Pseudomonas aeruginosa dan Pseudomonas BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian bioremediasi logam berat timbal (Pb) dalam lumpur Lapindo menggunakan campuran bakteri (Pseudomonas aeruginosa dan Pseudomonas pseudomallei)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. menggunakan media Mannitol Salt Agar (MSA). pada tenaga medis di ruang Perinatologi dan Obsgyn Rumah Sakit Umum

III. METODE PENELITIAN. menggunakan media Mannitol Salt Agar (MSA). pada tenaga medis di ruang Perinatologi dan Obsgyn Rumah Sakit Umum 38 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorik dengan pendekatan cross sectional, menggunakan metode difusi dengan memakai media

Lebih terperinci

Alat dan Bahan : Cara Kerja :

Alat dan Bahan : Cara Kerja : No : 09 Judul : Uji kualitatif dan kuantitatif Bakteri Coli (Coliform) Tujuan : - Untuk menentukan kehadiran bakteri coliform dalam sampel air - Untuk memperkirakan jumlah bakteri coliform dalam sampel

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik untuk menguji

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik untuk menguji III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik untuk menguji efektivitas pada antiseptik di Unit Perinatologi Rumah Sakit Umum Abdul Moeloek.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

METODE PENELITIAN. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2011

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2011 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2011 bertempat di Laboratorium Stasiun Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil

Lebih terperinci

PEMBERIAN BAKTERI PROBIOTIK Vibrio SKT-b PADA LARVA UDANG WINDU MELALUI PENGKAYAAN Artemia

PEMBERIAN BAKTERI PROBIOTIK Vibrio SKT-b PADA LARVA UDANG WINDU MELALUI PENGKAYAAN Artemia Jurnal Akuakultur Indonesia, 7(2): 129 137 (2008) Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id 129 PEMBERIAN BAKTERI PROBIOTIK Vibrio SKT-b PADA LARVA UDANG

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan dan Rumah Kaca University Farm, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Udang windu merupakan komoditas perikanan laut yang memiliki peluang usaha cukup baik karena sangat digemari konsumen lokal (domestik) dan konsumen luar negeri. Hal

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Penelitian Metode Penelitian Isolasi dan Identifikasi Cendawan Patogen

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Penelitian Metode Penelitian Isolasi dan Identifikasi Cendawan Patogen 14 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Percobaan dilaksanakan dari bulan Maret sampai bulan Juli 2012 di Laboratorium Mikologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada April 2013 sampai dengan Mei 2013 di laboratorium Nutrisi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas

Lebih terperinci

Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013

Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013 ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI PATOGEN PADA UDANG WINDU SEBAGAI SEDIAAN ANTIGEN UNTUK IMUNISASI MENCIT BALB/C ppl- 04 Nurbaya, Nurhidayah dan Muliani Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau

Lebih terperinci

EKSTRAK DAUN MANGROVE (Avicennia marina) SEBAGAI BAHAN ANTIBAKTERI UNTUK PENANGGULANGAN BAKTERI PATHOGEN PADA BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon)

EKSTRAK DAUN MANGROVE (Avicennia marina) SEBAGAI BAHAN ANTIBAKTERI UNTUK PENANGGULANGAN BAKTERI PATHOGEN PADA BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) B2 07 EKSTRAK DAUN MANGROVE (Avicennia marina) SEBAGAI BAHAN ANTIBAKTERI UNTUK PENANGGULANGAN BAKTERI PATHOGEN PADA BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) Humairah A. Sabiladiyni 1, M. Syaifudien Bahry

Lebih terperinci

Materi 2: Isolasi dan Purifikasi Bakteri Simbion pada Organisme Laut

Materi 2: Isolasi dan Purifikasi Bakteri Simbion pada Organisme Laut Materi 2: Isolasi dan Purifikasi Bakteri Simbion pada Organisme Laut Kelompok 21 Much Bagus Kurniawan 125080600111011 Jaka Harry M. 125080600111012 Afrita Ayu S. 125080600111005 Maya Kristinawati 125080600111007

Lebih terperinci

Teknik Isolasi Bakteri

Teknik Isolasi Bakteri MODUL 3 Teknik Isolasi Bakteri POKOK BAHASAN : 1. Pengenceran Suspensi Bakteri dari Sumber Isolat/Lingkungan 2. Teknik Isolasi Bakteri (Solid and Liquid Medium) TUJUAN PRAKTIKUM : 1. Memahami persiapan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Foto Lokasi Pengambilan Sampel Air Panas Pacet Mojokerto

LAMPIRAN. Lampiran 1. Foto Lokasi Pengambilan Sampel Air Panas Pacet Mojokerto LAMPIRAN Lampiran 1. Foto Lokasi Pengambilan Sampel Air Panas Pacet Mojokerto Lampiran 2. Pembuatan Media dan Reagen 2.1 Pembuatan Media Skim Milk Agar (SMA) dalam 1000 ml (Amelia, 2005) a. 20 gram susu

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Karakterisasi Morfologi dan Fisiologis Kandidat Probiotik Hasil karakterisasi morfologi dan fisiologis yang dilakukan terhadap 16 jenis bakteri hasil isolasi Ardiani (211)

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pembiakan P. fluorescens dari Kultur Penyimpanan

BAHAN DAN METODE. Pembiakan P. fluorescens dari Kultur Penyimpanan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor mulai bulan Februari

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung dari bulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-November 2012 di

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-November 2012 di digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-November 2012 di Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tabel 1 Kombinasi perlakuan yang dilakukan di lapangan

BAHAN DAN METODE. Tabel 1 Kombinasi perlakuan yang dilakukan di lapangan 13 BAHAN DAN METODE Tempat dan waktu Penelitian ini dilaksanakan di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor serta di Laboratorium Bakteriologi, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

UJI PATOGENISITAS Vibrio harveyi PADA LARVA UDANG WINDU MENGGUNAKAN RESISTEN RIFAMPISIN SEBAGAI PENANDA MOLEKULER

UJI PATOGENISITAS Vibrio harveyi PADA LARVA UDANG WINDU MENGGUNAKAN RESISTEN RIFAMPISIN SEBAGAI PENANDA MOLEKULER Jurnal Akuakultur Indonesia, 3(3): 23-27 (2004) 23 UJI PATOGENISITAS Vibrio harveyi PADA LARVA UDANG WINDU MENGGUNAKAN RESISTEN RIFAMPISIN SEBAGAI PENANDA MOLEKULER Pathogenicity Assay of Vibrio harveyi

Lebih terperinci

VARIASI WARNA BAKTERI Vibrio sp. PADA BUDIDAYA UDANG VANAME SISTEM TRADISIONAL PLUS DENGAN APLIKASI PERGILIRAN PROBIOTIK

VARIASI WARNA BAKTERI Vibrio sp. PADA BUDIDAYA UDANG VANAME SISTEM TRADISIONAL PLUS DENGAN APLIKASI PERGILIRAN PROBIOTIK 1019 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2014 VARIASI WARNA BAKTERI Vibrio sp. PADA BUDIDAYA UDANG VANAME SISTEM TRADISIONAL PLUS DENGAN APLIKASI PERGILIRAN PROBIOTIK ABSTRAK Endang Susianingsih

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. observasi kandungan mikroorganisme Coliform dan angka kuman total pada susu

BAB III METODE PENELITIAN. observasi kandungan mikroorganisme Coliform dan angka kuman total pada susu BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah penelitian deskripsi dengan metode observasi. Penelitian dilakukan dengan melakukan observasi kandungan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 11 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada Januari sampai Mei 2011 bertempat di Laboratorium Kesehatan Ikan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian terapan dengan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian terapan dengan menggunakan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian terapan dengan menggunakan metode eksperimen karena terdapat perlakuan untuk memanipulasi objek penelitian dan diperlukan

Lebih terperinci

UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK METANOL Sonnerata alba TERHADAP Vibrio harveyi PADA KONSETRASI YANG BERBEDA

UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK METANOL Sonnerata alba TERHADAP Vibrio harveyi PADA KONSETRASI YANG BERBEDA 565 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2015 UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK METANOL Sonnerata alba TERHADAP Vibrio harveyi PADA KONSETRASI YANG BERBEDA ABSTRAK Nurbaya dan Muliani Balai Penelitian dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Tahap Laboratorium 1. Uji Kemampuan Isolat a. Tempat dan Waktu Penelitian Uji kemampuan 40 isolat bakteri dilaksanakan di laboratorium Biologi dan Bioteknologi Tanah, Fakultas

Lebih terperinci

Tahapan dalam pembuatan tepung segar ubi jalar varietas sukuh dapat dilihat pada diagram berikut ini: Persiapan ubi jalar varietas sukuh

Tahapan dalam pembuatan tepung segar ubi jalar varietas sukuh dapat dilihat pada diagram berikut ini: Persiapan ubi jalar varietas sukuh 36 Lampiran 1 Pembuatan tepung segar ubi jalar varietas sukuh Tahapan dalam pembuatan tepung segar ubi jalar varietas sukuh dapat dilihat pada diagram berikut ini: Persiapan ubi jalar varietas sukuh Pengupasan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang disusun secara faktorial dianalisis menggunakan metode

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN VITALITAS LARVA UDANG WINDU DENGAN PENAMBAHAN BUBUK BAWANG PUTIH (Allium sativum)

PERTUMBUHAN DAN VITALITAS LARVA UDANG WINDU DENGAN PENAMBAHAN BUBUK BAWANG PUTIH (Allium sativum) 617 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2014 PERTUMBUHAN DAN VITALITAS LARVA UDANG WINDU DENGAN PENAMBAHAN BUBUK BAWANG PUTIH (Allium sativum) ABSTRAK Ike Trismawanti, Syarifuddin Tonnek, dan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi 11 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

Santi Septiana, Gina Saptiani dan Catur Agus Pebrianto

Santi Septiana, Gina Saptiani dan Catur Agus Pebrianto EKSTRAK DAUN Avecennia marina UNTUK MENGHAMBAT Vibrio harveyi PADA BENUR UDANG WINDU (Penaeus monodon) (Avecennia marina Leaf Extract for Inhibiting Vibrio harveyi on Tiger Shrimp (Penaeus monodon)) SANTI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksplorasi dan eksperimental dengan menguji isolat bakteri endofit dari akar tanaman kentang (Solanum tuberosum

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di laboratorium dan rumah kaca Hama dan Penyakit dan rumah kaca Balai penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (BALITTRO), Bogor; pada bulan Oktober

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Pekanbaru. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai September

MATERI DAN METODE. Pekanbaru. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai September III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Patologi, Entomologi, dan Mikrobiologi (PEM) Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri

Lebih terperinci