Tabel 1. Desain Penelitian Kelompok Pretest Perlakuan Posttest Kelompok A Y1 X1 Y2 Kelompok B Y3 - Y4

Transkripsi

1 Pengaruh Model Pembelajaran kooperatif Know Want Learn (KWL) terhadap Hasil Belajar Kognitif Siswa Kelas VII SMP Negeri 13 Samarinda Tahun Pembelajaran 2015/2016 Prasetya Adiningsih, Didimus Tanah Boleng, Syahril Bardin Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman Abstrak Berdasarkan hasil observasi terhadap proses pembelajaran yang dilakukan di kelas VII SMP Negeri 13 memperlihatkan siswa masih tergolong pasif dan kurangnya berpartisiapasi dalam proses belajar mengajar. Perlu dilakukan sebuah inovasi sehingga dapat membuat sebuah proses pembelajaran yang dapat diterima oleh siswa dengan baik, disukai dan mempermudah siswa dalam proses belajar, salah satunya dengan menggunakan Know Want Learnt (KWL). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran KWL terhadap hasil belajar kognitif siswa kelas VII SMP Negeri 13 Samarinda Tahun Pembelajaran 2015/2016. Jenis Penelitian ini merupakan penelitian Eksperimen Semu (Quasi Eksperiment). Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji t. Hasil analisis menunjukkan nilai rata-rata yang diperoleh kelas VII-A dengan menggunakan model pembelajaran KWL yaitu sebesar 76,71 sedangkan kelas VII-B yang menggunkan pembelajaran langsung sebesar 58,43 Uji stastistik menunjukkan bahwa t hitung (6,00) > t tabel (2,005) maka terdapat pengaruh model pembelajaran KWL terhadap hasil belajar kognitif kelas VII SMP Negeri 13 Samarinda. Berdasarkan hasil yang diperoleh maka kelas yang menggunakkan model pembelajaran KWL terbukti lebih baik dari pada kelas yang menggunakan pembelajaran langsung, karena kelas dengan model pembelajaran KWL memiliki nilai rata-rata lebih tinggi dibandingkan nilai ratarata kelas yang menggunakan pembelajaran langsung. Saran yang dapat diberikan ialah kepada peneliti selanjutnya agar dapat mengembangkan penelitian ini dengan variasi model pembelajaran atau pokok bahasan yang lain. Kata kunci : hasil belajar, model pembelajaran KWL PENDAHULUAN Pendidikan merupakan aspek yang sangat mendasar bagi kelangsungan pembangunan suatu bangsa. Pendidikan yang baik dapat melahirkan sumber daya manusia yang handal dalam bindangnya untuk membantu pembangunan nasional. Semua ini dapat tercapai, jika ada hubungan yang senergis antara masyarakat, pemerintah dan penyelenggara pendidikan. Proses pendidikan tak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri. Pembangunan diarahkan dan bertujuan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas dan pembangunan sektor ekonomi, yang satu dengan lainnya saling berkaitan dan berlangsung dengan berbarengan. Pada proses belajar, siswa sering mengalami kesulitan dalam menangkap pelajaran dan masih tergolong pasif. Dimana dalam proses pembelajaran ini berlangsung sangat kaku dan ketat. Padahal siswa mengharapkan belajar yang menyenangkan. Sebagai seorang pendidik, guru wajib menciptakan pembelajaran aktif dan menciptakan suasana yang menyenangkan karena dengan jiwa yang senang, maka belajar akan berlangsung tanpa tekanan. Ide dan gagasan belajar beriringan membentuk kreativitas masing-masing siswa serta dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa Umumnya, persiapan awal yang dilakukan adalah membuat suatu perencanaan pembelajaran, yaitu mulai dari membuat perumusan tujuan pembelajaran 384

2 yang ingin dicapai pada setiap akhir kegiatan pembelajaran. Tujuan pembelajaran ini selanjutnya menjadi tolak ukur dalam menentukan langkah-langkah berikutnya, yaitu rangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan guru selama kegiatan pembelajaran berlangsung (Uno, 2010). Permasalahan pendidikan dilapangan adalah masih adanya guru yang belum melaksanakan seperti apa yang diamanatkan oleh Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia Nomer 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang mengamanatkan bahwa setiap satuan pendidikan agar membuat rancangan pembelajaran sebagai produk pengembangan kurikulum (Fatonah, 2014). Dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan, banyak faktor atau strategi yang bisa digunakan untuk mengimplementasikannya. Salah satu faktor yang mempengaruhi peningkatan mutu pendidikan adalah peningkatan kualitas pembelajaran. Namun, fakta dilapangan yaitu di SMP Negeri 13 Samarinda dalam prakteknya guru masih dengan menggunakan model konvensional yaitu ceramah yang masih dilakukan oleh guru, sehingga guru lebih aktif dari pada siswa. Siswa menjadi pasif dan kurang mampu berpikir kritis dalam menyelesaikan permasalahan, terkadang bisa membuat siswa kurang memahami apa yang disampaikan. Karena setiap materi memiliki kesulitan yang berbeda-beda dan guru harus memiliki cara penyampaian yang beragam juga. Keberhasilan pembelajaran ditentukan banyak faktor diantaranya guru. Guru memiliki kemampuan dalam proses pembelajaran yang berkaitan erat dengan kemampuannya dalam memilih model pembelajaran yang dapat memberi keefektivitasan kepada siswa. Adapun siswa merupakan sasaran dari proses pembelajaran sehingga memiliki motivasi dalam belajar, sikap terhadap pembelajaran guru, dapat menimbulkan kemampuan berpikir kritis, memiliki keterampilan sosial, serta hasil pencapaian berefekvitas lebih baik. Model pembelajaran merupakan strategi yang digunakan guru untuk meningkatkan motivasi belajar, sikap belajar di kalangan siswa, maupun berpikir kritis, memiliki keterampilan sosial, dan pencapaian hasil pembelajaran yang lebih optimal (Isjoni, 2008). Untuk membelajarkan siswa sesuai dengan gaya belajar mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal, maka ada berbagai model pembelajaran yang perlu diterapkan dalam kegiatan pembelajaran. Dalam praktiknya, pengajar harus ingat bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran tepat haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri (Uno, 2010). Berdasarkan wawancara dengan salah satu guru SMP Negeri 13 Samarinda, penulis memperoleh keterangan mengenai kriteria ketuntasan minimal (KKM) untuk mata pelajaran IPA. Angka ketuntasan minimal yang telah ditetapkan sekolah untuk mata pelajaran IPA yaitu 75. Siswa dapat dikatakan mencapai ketuntasan belajar apabila telah mencapai angka tersebut, Namun setelah di lakukan pengumpulan data nilai siswa kelas VII SMP Negeri 13 Samarinda selama kurun waktu tiga tahun kebelakang dan dirata-ratakan dapat diketahui bahwa nilai siswa dalam pelajaran IPA memang diatas KKM, namun mengalami fluktuasi, selain itu berdasarkan hasil observasi pra penelitian dan hasil belajar siswa SMP Negeri 13 Samarinda didapatkan fakta bahwa proses pembelajaran yang masih tergolong pasif 385

3 dan kurangnya partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar. Pembelajaran inovatif adalah suatu proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga berbeda dengan pembelajaran pada umumnya yang dilakukan oleh guru (konvensional). Pembelajaran semacam ini akan membuat anak kurang tertarik dan termotivasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang berakibat pada rendahnya hasil belajar siswa serta tidak bermakna pengetahuan yang diperoleh siswa (Uno, 2012). Pada peroses pembelajaran biologi di SMP Negeri 13 Samarinda perlu dilakukan sebuah inovasi sehingga dapat membuat sebuah proses pembelajaran yang dapat diterima oleh siswa dengan baik, disukai dan mempermudah siswa dalam proses belajar. Selain itu juga dengan adanya inovasi dalam pembelajaran diharapkan dapat merangsang siswa agar dapat mengembangkan kemampuan dari dalam dirinya dan aktif dalam proses belajar mengajar. Membangun kerjasama antar siswa dalam proses belajar mengajar juga harus dilakukan oleh penddik agar berkembangnya sikap sosial dan menghormati antar sesama dapat tumbuh dalam diri siswa. Pembelajaran aktif merupakan proses pembelajaran di mana seorang guru harus dapat menciptakan suasana yang sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan juga mengemukakan gagasannya. Di samping aktif, pembelajaran juga harus menyenangkan (Uno, 2012). Pembelajaran yang menyenangkan berkaitan erat dengan suasana belajar yang menyenagkan sehingga siswa dapat memutuskan perhatiannya secara penuh pada belajarnya. Keadaan yang aktif dan menyenangkan tidaklah cukup, jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu menghasilkan apa yang harus dikuasai oleh para siswa, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan yang harus dicapai (Uno, 2012). Untuk mencapai tujuan dan menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa, maka ada beberapa model pembelajaran inovatif dan pendekatannya salah satunya adalah model pembelajaran KWL Model pembelajaran ini sangat cocok dengan pembelajaran IPA biologi. Model pembelajaran KWL memberikan siswa tujuan membaca dan memberikan suatu peran aktif, sebelum dan sesudah membaca. Pembelajaran ini merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang fokusnya pada siswa dan mengarahkan siswa menjadi pembelajar mandiri yang terlibat langsung secara aktif dan berpikir kritis dalam pembelajaran berkelompok (Uno, 2012). Model pembelajaran KWL membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan dalam memberikan alasan dan berpikir ketika mencari data atau informasi agar mendapatkan solusi pada suatu masalah. Permasalahan pembelajaran biologi dapat diatasi, salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran KWL Model pembelajaran KWL merupakan metode pembelajaran kognitif yang menuntut guru lebih kreatif menciptakan situasi yang dapat membuat siswa belajar aktif dan berpikir kritis. Dalam strategi KWL melibatkan tiga tahap dasar yang menuntun siswa, dalam memberikan suatu jalan tentang apa yang ingin mereka ketahui, menentukan apa yang mereka ketahui, dan mengingat kembali tentang apa yang telah mereka pelajari (Uno, 2012). Berkaitan dengan permasalahan diatas, maka peneliti termotivasi untuk mengadakan penelitian yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Know Want 386

4 Learn (KWL) Terhadap Hasil Belajar Kognitif Siswa Kelas VII SMP Negeri 13 Samarinda Tahun Pembelajaran 2015/2016 yang diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar kognitif siswa dalam mata pelajaran biologi. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini sebagai bahan informasi model pembelajaran KWL pada guru atau pendidik mengenai penggunaan model pembelajaran dalam rangka meningkatkan kualitas hasil belajar siswa. sebagai upaya dalam pengembangan pembelajaran IPA untuk mencapai tujuan pembelajaran secara optimal. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian ini merupakan penelitian Eksperimen Semu (Quasi Eksperiment), yaitu suatu penelitian yang membandingkan dua kelompok sasaran penelitian. Satu kelompok diberi perlakuan khusus dan satu kelompok lagi dikendalikan pada suatu keadaan yang pengaruhnya dijadikan sebagai pembanding (Sugiyono, 2014). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Mei semester genap. Tempat penelitian adalah SMP Negeri 13 Samarinda tahun pembelajaran 2015/2016. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII (VIIA, VIIB, VIIC, VIID, VIIE, VIIF, VIIG, VIIH) semester genap SMP Negeri 13 Samarinda yang terdiri dari delapan kelas dengan jumlah 262 siswa. Penetapan sampel menggunakan teknik purposive sampling, yaitu untuk menentukan sampel dengan didasarkan pada tujuan tertentu. Pengambilan sampel ini didasarkan dari nilai IPA semester 1 yang didokumentasikan sebelum penelitian dilakukan di SMP Negeri 13 Samarinda. Sehingga diperoleh 28 pasang siswa yang diambil dari dua kelas sebagai sampel yang mempunyai nilai berpasangan yang tidak berbeda secara signifikan, yaitu kelas VII-A dan kelas VII-B. Tabel 1. Desain Penelitian Kelompok Pretest Perlakuan Posttest Kelompok A Y1 X1 Y2 Kelompok B Y3 - Y4 Keterangan: kelompok A kelompok B X1 Y1 Y2 = kelompok eksperimen dengan perlakuan model KWL = kelompok eksperimen dengan model pembelajaran langsung = perlakuan dengan menggunakan model KWL = pemberian Pretest = pemberian Posttest. Teknik analisis data atau pengelolaan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi uji normalitas, uji homogenitas,dan uji t. Tujuan dari uji t ini adalah untuk membandingkan atau membedakan apakah kedua data (variabel) sama atau beda. Data nilai yang dibandingkan dalam penelitan ini adalah nilai hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Samarinda, yang berlokasi di 387

5 jalan RA. Kartini No. 37 Lempake Kota Samarinda pada bulan April hingga Mei semester genap tahun pembelajaran 2015/2016. SMP Negeri 13 Samarinda terletak di jalan RA. Kartini No.37 Lempake Kecamatan Samarinda Utara Provinsi Kalimantan Timur. a. Uji Asumsi Uji asumsi merupakan salah satu syarat dalam melakukan uji stastistik parametrik yaitu untuk mencari Uji Normalitas dan Uji Homogenitas dari sampel penelitian. Adapun yang pertama yaitu mencari data untuk uji Normalitas menggunakan Chi-Kuadrat, Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Uji yang kedua yaitu uji Homogenitas, uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data yang akan dianalisis bersifat homogen atau tidak sehingga data dapat dianalisis menggunakan uji t. 1) Uji Normalitas Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh data uji normalitas dari hasil sebelum dan sesudah perlakukan (Pretest dan Posttest) pada kelas VII-A sebagai kelas perlakuan dan kelas VII-B sebagai kelas kontrol. Terkait dengan perbandingan rekapitulasi data sebelum dan sesudah dilakukan penelitian pada uji normalitas dapat dilihat pada tabel 2 sebagai berikut : Tabel 2. Rekapitulasi data Uji Normalitas Mengunakan Chi-Kuadrat Data Nilai Uji Normalitas Sebelum Perlakuan (Pretest) Data Nilai Uji Normalitas Hasil Belajar (Posttest) Chi-Kuadrat Hitung 1,595 Chi-Kuadrat Hitung 24,90 Chi-Kuadrat Tabel 40,113 Chi-Kuadrat Tabel 40,113 Pada tabel 2 dari hasil analisis uji normalitas dengan menggunakan Chi- Kuadrat dapat dilihat bahwa (Chi-Kuadrat hitung < Chi-Kuadrat tabel) yang dilihat pada taraf signifikan 5% yaitu (1,595 < 40,113) sebelum di berikan perlakuan (Pretest), dan (24,900 < 40,113) setelah diberikan perlakuan (Posttest), karena harga Chi-Kuadrat hitung lebih kecil dari Chi-Kuadrat tabel maka data tersebut berdistribusi normal. 2) Uji Homogenitas Setelah mengetahui data yang diiujikan berdistribusi normal selanjutnya akan dilakukan uji homogenitas hasil sebelum dan sesudah perlakukan (Pretest dan Posttest) pada kelas VII-A sebagai kelas perlakuan dan kelas VII-B sebagai kelas kontrol. Terkait dengan perbandingan rekapitulasi data sebelum dan sesudah dilakukan penelitian pada uji homogenitas dapat dilihat pada tabel 3 sebagai berikut : Tabel 3. Rekapitulasi data Uji Homogenitas Menggunakan Uji F Data Nilai Uji F Sebelum Perlakuan (Pretest) Data Nilai Uji F Hasil Belajar (Posttest) Fhitung 1,57 Fhitung 6,02 Ftabel 1,90 Ftabel 1,90 Pada tabel 3 dari hasil analisis uji homogenitas menggunakan uji F dapat dilihat bahwa (F hitung < F tabel ) dengan taraf signifikan 5% sebelum di berikan perlakuan (Pretest) yaitu (1,57 < 1,90), karena harga F hitung lebih kecil dari F tabel dapat disimpulkan bahwa sampel tersebut memiliki tingkat kemampuan kognitif yang sama (homogen). Sedangkan (F hitung > F tabel ) dengan taraf signifikan 5% setelah diberikan perlakuan (Posttest) yaitu (6,02 > 1,90) karena harga F hitung lebih besar dari F tabel 388

6 dapat disimpulkan bahwa kedua sampel tersebut tidak memiliki kemampuan kognitif yang sama atau tidak homogen. b. Uji Hipotesis Uji hipotesis merupakan metode pengambilan keputusan yang didasarkan dari analisis data. Setelah dilakukan uji asumsi menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas dapat diketahui bahwa data dari kedua sampel yaitu VII-A sebagai kelas perlakuan yang menggunakan model pembelajaran KWL dan VII-B sebagai kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran langsung (konvensional) berdistribusi normal dan bersifat homogenitas. Terkait dengan perbandingan rekapitulasi data sebelum dan sesudah dilakukan penelitian pada uji t dapat dilihat pada tabel 4 sebagai berikut : Tabel 4. Rekapitulasi Data Uji Hipotesis Menggunakan Uji t Data Nilai Uji t Sebelum Perlakuan (Pretest) Data Nilai Uji t Hasil Belajar (Posttest) thitung -0,962 thitung 6,000 ttabel 2,005 ttabel 2,005 Pada tabel 4 dari hasil analisis uji hipotesis menggunakan uji t dapat dilihat bahwa (t hitung < t tabel ) dengan taraf signifikan 5% sebelum di berikan perlakuan (Pretest) yaitu (-0,962 < 2,,005), karena harga t hitung lebih kecil dari t tabel dapat disimpulkan bahwa diantara dua kelas tidak ada perbedaan kemampuan atau daya serap kedua kelas sama sebelum diberikan perlakuan, Sedangkan (t hitung > t tabel ) dengan taraf signifikan 5% setelah diberikan perlakuan (Posttest) yaitu (6,000 > 2,005) karena harga t hitung lebih besar dari t tabel maka H 0 ditolak dan H a diterima yang berarti terdapat pengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar kognitif IPA Biologi dengan menggunakan model pembelajaran KWL pada siswa kelas VII SMP Negeri 13 Samarinda. Deskripsi Hasil Belajar Kognitif IPA Biologi Kelas Perlakuan dan Kontrol. Pada hasil penelitiian ini didapatkan hasil belajar kognitif sebelum dan sesudah proses pembelajaran (pretest dan posttest) siswa kelas VII SMP Negeri 13 Samarinda sehingga terlihat adanya perbedaan nilai sebelum guru menjelaskan materi dengan sesudah guru menjelaskan materi ajar tersebut. Dari kedua kelas yang dijadikan sampel yaitu kelas perlakuan (VII-A) dan kelas kontrol (VII-B) terlihat perbedaan peningkatan nilai hasil belajar kognitif siswa kelas VII SMP Negeri 13 Samarinda. Untuk keseluruhan jumlah siswa kelas perlakuan yaitu 33 orang siswa dan kelas kontrol yaitu sebanyak 33 orang siswa, akan tetapi hanya 28 pasang siswa yang diambil untuk dijadikan sampel penelitian. Terkait dengan perbandingan rekapitulasi data sebelum dan sesudah dilakukan penelitian dapat dilihat pada tabel 5 sebagai berikut : Tabel 5. Rekapitulasi Data Nilai Pretest dan Posttest Sebelum Perlakuan (Pretest) Hasil Belajar (Posttest) No Nama Kelas N Mean No Nama Kelas N Mean 1 VII A (Kelas 28 40,86 1 VII A (Kelas 28 76,71 Perlakuan) Perlakuan) VII B VII A 389

7 Nilai Prosiding Seminar Nasional II Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran, 2 (Kelas Kontrol) 28 45,14 2 (Kelas Kontrol) 28 58,43 Pada tabel 5 dapat dilihat terdapat peningkatan nilai hasil belajar kongntif siswa kelas VII SMP Negeri 13 Samarinda dengan melihat adanya peningkatan nilai rata-rata Pretest dan Posttest. Pada kelas perlakuan yaitu kelas VII-A dapat diketahui jumlah sampel sebanyak 28 siswa, Jumlah nilai rata-rata (Mean) sebelum diberikan perlakuan sebesar 40,86 dan setelah diberi perlakuan meningkat menjadi 76,71 Sedangkan pada kelas kontrol yaitu kelas VII-B dapat diketahui jumlah sampel sebanyak 28 siswa, jumlah nilai rata-rata (Mean) pada Pretest sebesar 45,14 dan nilai rata-rata pada Posttest sebesar 58,43. Nilai rata-rata (Mean) pretest pada kelas kontrol dan kelas perlakuan tidak jauh berbeda hal ini dikarenakan belum memasuki proses pembelajaran. Sedangkan Nilai rata-rata (Mean) posttest pada kelas kontrol dan kelas perlakuan setelah memasuki proses pembelajaran terdapat peningkatan hasil belajar kognitif siswa kelas VII SMP Negeri 13 Samarinda. Hasil belajar kognitif IPA biologi siswa kelas VII SMP Negeri 13 Samarinda khususnya kelas VII-A (kelas perlakuan) yang menggunakan model pembelajaran KWL dan kelas VII-B (kelas kontrol) yang menggunakan pembelajaran langsung. Terkait dengan perbandingan Pretest dan Posttest dapat dilihat pada gambar 1 sebagai berikut: Kelas VII-A (Kelas Perlakuan) Kelas VII-B (Kelas Kontrol) Pretest Posttest Gambar 1. Grafik Perbandingan Nilai Pretest dan Nilai Posttest Berdasarkan gambar 1, hasil pretest dan posttest, maka terdapat peningkatan hasil belajar kognitif biologi siswa kelas VII. Setelah diberi perlakuan pada sampel yaitu siswa kelas VII-A dengan menerapkan model pembelajaran KWL dan kelas VII-B menggunakan model pembelajaran konvensional (langsung) dapat diketahui kedua kelas memliki perbedaan hasil belajar kognitif, dimana kelas yang menggunakan 390

8 model pembelajarn KWL lebih unggul dibandingkan dengan kelas yang menggunakan pembelajaran langsung atau pembelajaran konvensional. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran Know Want Learn (KWL) terhadap hasil belajar kognitif siswa kelas VII SMP Negeri 13 Samarinda Tahun Pembelajaran 2015/2016. Saran Berdasarkan hasil penelitian dari kesimpulan diatas, saran-saran yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut: 1. Sekolah hendaknya memperhatikan dengan serius untuk menyediakan tenaga pelajar yang sesuai dengan disiplin ilmu yang dimilikinya. 2. Guru hendaknya dapat menerapkan model pembelajaran KWL agar siswa tidak cepat merasa bosan dan jenuh dalam proses pembelajaran dan lebih tertarik dengan materi biologi yang disampaikan. 3. Kepada peneliti selanjutnya agar dapat mengembangkan penelitian ini dengan variasi model pembelajaran atau pokok bahasan yang lain. DAFTAR RUJUKAN Abidin Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter. Refika Aditama: Bandung Amirta. A Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif dengan Teknik Talking Chips Terhadap Hasil Belajar Kimia pada Konsep Ikatan Kimia. (Jurnal Pendidikan). Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah: Jakarta Dimyati dan Moedjiono Belajar dan pembelajaran. PT Rineka Cipta: Surabaya. Fatonah Siti dan Prasetya Zuhdan K Pembelajaran Sains. Ombak: Jakarta Hamalik Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara: Jakarta Hasbullah Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. PT Raja Grafinda Persada: Jakarta. Huda, M Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Penerapan. Pustaka Pelajar: Yogyakarta Isjoni, Arif Model-model Pembelajaran Mutakhir Perpaduan Indonesia- Malaysia. Pustaka Belajar: Yogyakarta Isjoni Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Penerapan. Pustaka Pelajar: Yogyakarta Khanifatul Pembelajaran Inovatif: Strategi Mengelola Kelas Secara Efektif dan Menyenangkan. Arruz Media: Yogyakarta Prasetya Meningkatkan Keterampilan Menyusun Instrumen Hasil Belajar Berbasis Modul Interaksi Bagi Guru-Guru IPA SMP Negeri Kota Magelang. Journal Of Educational Research and Evalution. Vol 1 No 2: Magelang Prawiradilaga.D.S Prinsip Desain Pembelajaran. Prenada Media Group : Jakarta Sani Inovasi Pembelajaran. Bumi Aksara: Jakarta Santoso Pengaruh Metode Pembelajaran KWL (Know, Want, Learn) Terhadap Hasil Belajar Siswa di SMK Negeri 2 Surabaya. Jurnal Pendidikan Teknik Elektro Vol.4 No.3 Hal : Surabaya 391

9 Slameto Belajar dan Faktok-Faktor yang Mempengaruhinya. PT Rineka Cipta: Jakarta Slavin, R. E Research on Cooperative learning and achievement: What we Know, What We need. diakses pada tanggal 27 Februari Solihatin, E Strategi Pembelajaran PKN. Bumi Aksara: Jakarta Sudijono Pengantar Stastistik Pendidikan. Raja Grafindo: Jakarta Sugiyono Stastistika Untuk Penelitian. Alfabeta: Bandung Sumantri, Mulyani Strategi Belajar Mengajar. Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Dirjen Dikti, Depdikbud: Jakarta Syah, M Psikolagi Belajar. Raja Grafindo: Jakarta Trianto Model-model Pemelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivitastik. Prestasi Pustaka: Jakarta Uno, B. H Orientasi Baru dalam Psikologi Pelajaran. Bumi Aksara: Jakarta Uno, Mohamad, N Belajar dengan pendekatan PAILKEM. Bumi Aksara: Jakarta 392