Masukkan jarum pada daerah papila interdental, masukkan obatnya sebanyak ± 0,2 0,3 cc. Akan terlihat mukosa daerah tersebut memucat.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Masukkan jarum pada daerah papila interdental, masukkan obatnya sebanyak ± 0,2 0,3 cc. Akan terlihat mukosa daerah tersebut memucat."

Transkripsi

1 2.7 Prosedur Anastesi Infiltrasi Daerah bukal/labial/ra/rb Masuknya jarum ke dalam mukosa ± 2 3 mm, ujung jarum berada pada apeks dari gigi yang dicabut. Sebelum mendeponir anastetikum, lakukan aspirasi untuk melihat apakah pembuluh darah tertusuk. Bila sewaktu dilakukan aspirasi dan terlihat darah masuk ke dalam karpul, tarik karpul. Buang darah yang berada di karpul dan lakukan penyuntikan pada lokasi lain yang berdekatan. Masukkan obat dengan perlahan dan tidak boleh mendadak sebanyak ± 0,60 ml (1/3 karpul) Daerah palatal/lingual. Masukkan jarum sampai menyentuh tulang. Masukkan obat perlahan dan tidak boleh mendadak sebanyak ± 0,2 0,3 cc. Akan terlihat mukosa daerah tersebut putih/pucat Daerah Interdental Papil Masukkan jarum pada daerah papila interdental, masukkan obatnya sebanyak ± 0,2 0,3 cc. Akan terlihat mukosa daerah tersebut memucat Anastesi Intraligamen Suntikan intraligamen dilakukan ke dalam periodontal ligamen. Suntikan ini menjadi populer belakangan ini setelah adanya syringe khusus untuk tujuan tersebut. Suntikan intraligamen dapat dilakukan dengan jarum dan syringe konvensional tetapi lebih baik dengan syringe khusus karena lebih mudah memberikan tekanan yang diperlukan untuk menyuntikan ke dalam periodontal ligamen. 2.8 Teknik Anastesi Infiltrasi

2 Hilangkan semua kalkulus dari tempat penyuntikan, bersihkan sulkus gingiva dengan rubber cup dan pasta profilaksis dan berikan desinfektan dengan menggunakan cotton pellet kecil. Masukkan jarum ke dalam sulkus gingiva pada bagian mesial distal gigi dengan bevel jarum menjauhi gigi. Tekan beberapa tetes larutan ke dalam sulkus gingiva untuk anastesi jaringan di depan jarum Injeksi intra ligamen pada anak. Gerakkan jarum ke apikal sampai tersendat diantara gigi dan crest alveolar biasanya kira-kira 2 mm. Tekan perlahan-lahan. Jika jarum ditempatkan dengan benar harus ada hambatan pada penyuntikan dan jaringan di sekitar jarum memutih. Jika tahanan tidak dirasakan, jarum mungkin tidak benar posisinya dan larutan yang disuntikkan akan mengalir ke dalam mulut. Suntikan perlahan-lahan, banyaknya 0,2 ml. Untuk gigi posterior, berikan suntikan di sekitar tiap akar. Dapat pula diberikan penyuntikan di bagian mesial dan distal akar tetapi dianjurkan bahwa tidak lebih dari 0,4 ml larutan disuntikan ke tiap akar. Cartridge harus dibuang dan tidak boleh digunakan untuk pasien yang lain, walaupun sedikit sekali larutan yang digunakan. Dental Anestesi Februari 11, 2011 LOGBOOK Anestesi lokal menghambat impuls konduksi secara reversibel sepanjang akson saraf dan membran eksitabel lainnya yang menggunakan saluran natrium sebagai alat utama pembangkit potensial aksi.1 Anestesi lokal didefinisikan sebagai hilangnya sensasi di daerah terbatas dari tubuh disebabkan oleh depresi eksitasi di ujung saraf atau penghambatan proses konduksi saraf tepi.2

3 Anestesi lokal menekan nyeri dengan membloking impuls sepanjang akson. Penekanan nyeri tidak menyebabkan depresi umum dari semua sistem saraf. Lokal anestesi dapat diberikan secara topikal dan dengan injeksi (infiltrasi lokal, blok nervus periperal [axillary], IV regional [Bier Block], epidural, dan spinal).3 Lokal anestesi diindikasikan untuk perawatan yang berpotensial menyebabkan kegelisahan atau nyeri. Anestesi mencegah baik pasien maupun dokter dari antisipasi kegelisahan, sehingga memungkinkan keduanya untuk lebih santai dan membuat perawatan lebih nyaman.6 Sifat anestesi yang ideal: Ampuh Reversibel Rapid onset dan durasi tindakan memadai Mimal merugikan aksi Cukup jaringan penetrasi Murah, stabil dalam larutan, dan sterilizabel.4 Komponen anestesi Agen anestesi Vehicle Sarana pada lokal anestesi adalah air steril dengan sodium chloride, yang menjaga keseimbangan osmotik antara larutan anestesi dan jaringan tubuh. Sarana pada lokal anestesi adalah air steril dengan sodium chloride, yang menjaga keseimbangan osmotik antara larutan anestesi dan jaringan tubuh Buffer

4 Buffer termasuk sodium hydroxide dan asam hydrochloric, yang mana digunakan untuk mengatur ph dan mereduksi oksidasi vasokontriktor. Antioksidan Antioksidan yang paling sering digunakan dalam anestesi adalah sodium metabisulfid, yang ditambahkan untuk mencegah oksidasi vasokonstriktor. Metil sebelumnya digunakan sebagai pengawet dalam carpules anestesi tetapi karena potensi tinggi untuk reaksi alergi, ini dihilangkan dari kartrid dosis tunggal dan saat ini hanya ditemukandalam botol anestesi multidosis. Vasokonstriktor Penambahan vasokonstriktor dan sodium metabisulfit menurunkan ph larutan anestesi lokal, menghasilkan lebih lambat awal tindakan dan peningkatan sensasi terbakar selama injeksi.4 Klasifikasi dan struktur Anestesi lokal diklasifikasikan secara kimia sebagai amida dan ester. Agen ini adalah basa lemah, amina tersier dengan tiga struktur umum: kelompok aromatik menganugerahkan kelarutan lipid dan memungkinkan penetrasi membran saraf. rantai menengah membedakan anestesi sebagai ester atau amida gugus amino berkontribusi kelarutan dalam air yang mencegah pengendapan anestesi

5 Anestesi ester dimetabolisme lebih cepat dan kurang beracun dari amida. Namun, kerja ester lebih singkat. Anestesi ester juga lebih cenderung menyebabkan reaksi alergi daripada amida. Peningkatan risiko toksisitas terkait dengan anestesi amida dinetralkan dengan durasi kerja, kecepatan onset, potensi tertinggi, kedalaman anestesi, dan potensial alergi sangat rendah.4 Nama Penggunaan Onset (min) Durasi (jam) Efek samping Ester Chloroprocaine (Nesacaine) Infiltrasi lokal Nerve block spinal ,25 0,5 Eksitasi diikuti menurunnya kesadaran(mengantuk hingga tidak sadar), brikardi, blok jantung, penurunan kekuatan kontrakti, miokard, hipotensi, reaksi hipersensitif. Procaine (Novocaine) Infiltrasi lokal Nerve block spinal 2-5 0,25-1 Sama seperti di atas Tetracaine Topical spinal Sama seperti di atas Amides Bipivacaine (Marcaine, Sensorcaine) Infiltrasi lokal Nerve block Epidural spinal Etidocaine Sama seperti di atas (Duranest)

6 Infiltrasi lokal Nerve block Epidural Sama seperti di atas Levobupivacaine (Chirocaine) Nerve block Epidural - - Sama seperti di atas Lidocaine Infiltrasi lokal Nerve block Spinal epidural Topical IV Regional Mepivacaine 2 0,5-1 Sama seperti di atas (Carbocaine, polocaine) Infiltrasi lokal

7 Nerve block Epidural 3-5 0,75-1,5 Sama seperti di atas Ropivacaine (Naropin) Infiltrasi lokal Nerve block Epidural spinal Sama seperti di atas From: Mosby Dental Drugs Consult.USA:Elsevier. Spesifik karesteristik kerja singkat dan sedang obat amida Lidocaine Nama lainnya Xylocaine, Octocaine, Lignospan. Amida pertama dan tetap paling banyak digunakan dalam anestesi gigi; juga tersedia dalam topikal. Digunakan dengan vasokonstriktor untuk memberikan waktu kerja adekuat. Mepivacaine Nama lainnya Carbocaine, Polocaine, Isocaine. Menyebabkan kurang vasodilatasi daripada lidocaine; untuk itu dapat

8 digunakan untuk prosedur singkat tanpa vasokonstriktor. Mepivacaine 3%, juga disebut Mepivacaine Plain, sering merupakan obat pilihan ketika vasokonstriktor atau antioksidan dikontraindikasikan. Prilocaine Nama lainnya Citanest plain dan Citanest Forte. Metabolik oleh produk dapat menyebabkan methemoglobinemia, kondisi yang mereduksi kapasitas darah yang membawa oksigen. Dapat digunakan tanpa vasokonstriktor karena ini menyebabkan terbatas vasodilatasi. Ketika diinjeksi ke dalam jaringan dengan terbatas vaskularisasi, durasi kerja mirip dengan atau tanpa vasokonstriktor. Contohnya: injeksi blok saraf alveolar inferior. Articaine Nama lainnya Septocaine, Septanest dan Ultracaine. Dilaporkan menyebar melalui jaringan lunak dan keras lebih baik dari amida yang lain. Metabolik oleh produk dapat menyebabkan methemoglobinemia sementara. Metabolisme pertama di plasma; waktu hidup singkat jadi kembalinya diinjeksi dapat dilakukan segera. Spesifik karakteristik kerja panjang obat amida Bupivacaine Nama lain: Marcaine Anestesi tahan lama dengan memperpanjang jangka waktu analgesi untuk

9 manajemen nyeri pasca perawatan. Mungkin menunda onset kerja.6 Farmakokinetik Absorbsi Absorbsi sistemik suntikan anestesi lokal dari suatu tempat suntikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain dosis, tempat suntikan, ikatan obat-jaringan, adanya bahan vasokontrikstor, dan sifat fisikokimia obat. Bahan vasokonstriktor seperti epineprin mengurangi penyerapan sistemik anestesi lokal dari tempat tumpukan obat dengan mengurangi aliran darah di daerah ini. Keadaan ini menjadi nyata terhadap obat yang masa kerjanya singkat atau menengah seperti prokain, lidokain, dan mepivikain (tidak untuk prilokain). Ambilan obat oleh saraf diduga diperkuat oleh kadar obat lokal yang tinggi, dan efek toksik sistemik obat akan berkurang karena kadar obat yang masuk dalam darah hanya 1/3 nya saja. Kombinasi pengurangan penyerapan sistemik dan peningkatan ambilan saraf inilah yang memungkinkan perpanjangan efek anestesi lokal sampai 50%. Vasokonstriktor kurang efektif dalam memperpanjang sifat anestesi obat yang mudah larut dalam lipid dan bekerja lama (bupivukain, etidokain), mungkin karena molekulnya sangat erat terikat dalam jaringan.1 Metabolisme dan ekskresi Anestesi lokal diubah dalam hati dan plasma menjadi metabolit yang mudah larut dalam air dan kemudian diekskresikan ke dalam urin. Karena anestesi lokal yang bentuknya tak bermuatan mudah berdifusi melalui lipid, maka sedikit atau tidak sama sekali bentuk netralnya yang diekskresikan. Pengasaman urin akan meningkatkan ionisasi basa tersier menjadi bentuk bermuatan yang mudah larut dalam air, sehingga mudah diekskresikan karena bentuk ini tidak mudah diserap kembali oleh tubulus ginjal. Tipe ester anestesi lokal dihidrolisis sangat cepat di dalam darah oleh

10 butirilkolinesterase (pseudokolinesterase). Oleh karena itu, obat ini khas sekali mempunyai waktu paruh yang sangat singkat, kurang dari 1 m3nit untuk prokain dan kloroprokain. Ikatan amida dari anestesi lokal dihidrolisi oleh enzim mikrosomal hati. Kecepatan metabolisme senyawa amida di dalam hati bervariasi bagi setiap individu, perkiraan urutannya adalah prilokain (tercepat)>etidokain>lidokain>mevikain>bupivikain (terlambat). Akibatnya, toksisitas dari anestesi lokal tipe amida ini akan meningkat pada pasien dengan gangguan fungsi hati. Sebagai contoh, waktu paruh lidokain rerata akan memanjang dari 1,8 jam pada pasien normal menjadi lebih dari 6 jam pada pasien dengan penyakit hati yang berat.1 Farmakodinamik Mekanisme kerja Tempat tindakan anestesi lokal diyakini membran saraf. Pada sel saraf, potensial aksi diciptakan oleh masuknya ion natrium dari jaringan sekitarnya. Potensial aksi ini mengakibatkan konduksi impuls saraf yang menghasilkan sensasi, termasuk rasa sakit. Anestesi lokal mencegah konduksi impuls dengan menurunkan permeabilitas membran saraf untuk ion natrium. Dengan menghambat masuknya ion natrium ke dalam neuron, estetika blok konduksi impuls, mencegah eksitasi bersama jalur saraf, dan menimbulkan anestesi.4 Baik ester maupun amida keduanya memberikan anestesi dan analgesi dengan mengikat secara reversibel dan membloking saluran sodium (Na). Ini memperlambat laju depolarisasi potensial aksi saraf; demikian, propagasi dari impuls listrik yang diperlukan untuk konduksi saraf dicegah.3 Vasokonstriktor

11 Anestesi lokal sering diperparah dengan simpatomimetik yang bertindak sebagai torniquets kimia. Vasokonstriktor yang saat ini digunakan secara komersial tersedia di preparat anestesi lokal termasuk epeneprin (1: , 1:50.000, dan 1: ) dan levonordefrin (1:20.000). Levonordefrin memiliki seperlima potensi epinefrin, dan karena itu dirumuskan dalam kosentrasi yang lebih tinggi. Vasokonstriktor mengurangi penyerapan sistemik obat anestesi lokal, sehingga meningkatkan kedalaman dan durasi anestesi, hemostatis lokal ditingkatkan, mengurangi toksisitas sistemik dan peningkatan marjin keselamatan. Sebaliknya, vasokonstriktor dapat menunda penyembuhan luka karena iskemia jaringan sementara, menyebabkan perdarahan pascaoperasi setelah vasodilasi rebound, meningkatkan keasaman larutan anestesi, dan paling signifikan, menyebabkan perubahan sistemik pasa pasien kardiovaskular dan individu lainnya yang mungkin memerlukan pembatasan dosis.4 Alasan penggunaan: Aman. Potensi untuk reaksi toksik (overdosis) untuk anestesi dikurangi dengan memperlambat laju masuknya sirkulasi. 2. Longevity Durasi efek anestesi ditingkatkan. Keefektifan Kedalaman obat bius meningkat. Hemostatis Hanya jika obat ini diinjeksi secara langsung ke dalam area.

12 Potensi resiko dengan menggunakan vasokonstriktor Hipersensitivitas terhadap obat tersebut Masalah kesehatan Interaksi obat Tingkat risiko medis dikompromikan pasien, termasuk mereka dengan penyakit jantung, bervariasi. Penggunaan vasokonstriktor dalam dosis rendah dianggap aman. Penggunaan obat Epinephrine Amina simpatomimetic kuat Digunakan dalam konsentrasi rendah, biasanya 1: atau 1: Levonordefrin Setengah kuat seperti dosis epineprin dan dengan sedikit efek kardiak. Digunakan dalam konsentrasi tinggi (1:20.000) untuk mencapai vasokonstriktor adekuat. Dosis yang tinggi dapat dihasilkan pada peningkatan tertinggi di tekanan darah daripada epineprin.6 Teknik anestesi lokal Gigi maksila

13 Gigi maksila dan teknik infiltrasi Gigi Anestesi pulpa Jaringan lunak Bukal Palatal Insisif Incisive(Inc) IANB IANB Inferior alveolar (IANB) GG GG Gow-Gates (GG) VA VA Vazirani-Akinosi(VA) Inc PDL Periodontal ligament (PDL) injection IS IS Intraseptal (IS) Mental Inf Intraosseous (IO) PDL IO Infiltration (lateral incisor only) Inf IO Canines Inferior alveolar IANB IANB Gow-Gates GG GG Vazirani-Akinosi VA VA Incisive Inc PDL Periodontal ligament innjection PDL IS Intraseptal IS Inf Intraosseous IO IO Inf Mental Premolar Inferior alveolar IANB IANB Gow-Gates GG GG Vazirani-Akinosi VA VA Incisive Inc PDL

14 Periodontal ligament injection PDL IS Intraseptal IS IO Intraosseous IO Inf Mental Inf Molars Inferior alveolar IANB IANB Gow-Gates GG GG Vazirani-Akinosi VA VA Periodontal ligament injection PDL PDL Intraseptal IS IS Intraosseous IO IO Inf Inf From: Mosby Dental Drugs Consult.USA:Elsevier. Greater palatine nerve block Greater palatine nerve block berguna bagi prosedur gigi yang melibatkan jaringan lunak palatal distal hingga kanin. Volume minimum larutan (0,45-0,6) tersedia dalam anestesi jaringan lunak dan keras. Meskipun berpotensial trauma, the greater palatine nerve lebih sedikit daripada nasopalatine nerve block karena jaringan di sekitar greater palatine foramen lebih mampu mengakomodasi volume larutan tersimpan. Nama umum lain:anterior palatine nerve block Saraf teranestesi: Greater palatine Daerah anestesi bagian belakang hard palatum dan jaringan lunak di atasnya secara anterior sejauh premolar pertama dan secara medial ke midline.

15 Teknik Sebuah jarum 27-gauge pendek disarankan (meskipun 25 gauge pendek dapat juga digunakan). Area insersi: jaringan lunak lebih depat dari greater palatine foramen Target wilayah: lebih besar (anterior) saraf palatine saat melintas anterior antara jaringan lunak dan tulang hard palatum Landmarks: greater palatine foramen and junction prosesus alveolar dan tulang palatum. Jalur insersi: memajukan syringe dari sisi berlawanan mulut pada sudut kanan hingga ke area tujuan. Orientasi bevel: menuju jaringan lunak palatum Prosedur Perkirakan posisi yang benar i. Untuk blok saraf palatina mayus kanan, seorang administrator harus duduk menghadap pasien pada posisi arah jam 7 atau 8. ii. Untuk blok saraf palatina mayus kiri, seorang administrator harus duduk menghadap pasien pada posisi arah jam 11. Cari lokasi palatina mayus dan i. Tempatkan kapas di persimpangan alveolar rahang atas proses dan hard palatum. ii. dengan Mulai di daerah molar pertama rahang atas dan raba posterior

16 menekan kuat ke dalam jaringan dengan spons. Kapas jatuh ke dalam depresi yang dibuat oleh foramen palatine mayus i. Foramen ini paling sering terletak distal molar kedua rahang atas, tapi mungkin baik anterior atau posterior ke posisi biasa Siapkan jaringan tempat disuntik,kira-kira 1-2 mm anterior greater palatine foramen i. Bersihkan dan keringkan dengan kain kasa steril ii. Aplikasikan antiseptik topikal (pilihan) iii. Aplikasikan anestesi topikal selama 2 menit Setelah 2 menit aplikasi anestesi topikal, pindahkan kapas posterior sehingga langsung di atas foramen palatina. i. Terapkan cukup tekanan pada area foramen dengan kapas. ii. Perhatikan iskemia (pemutihan dari jaringan lunak) di tempat injeksi. iii. Terapkan tekanan selama minimal 30 detik, dan saat melakukan hal ini dilanjutkan untuk melakukan hal berikut: Mengarahkan jarum suntik ke mulut dari sisi berlawanan dengan jarum mendekati tempat suntikan di sudut kanan. Tempatkan bevel (bukan titik) jarum secara lembut terhadap jaringan lunak

17 sebelumnya pucat (iskemik) di tempat injeksi. Itu juga harus stabil untuk mencegah penetrasi sengaja oleh jaringan. Dengan bevel menghadap jaringan. i. Aplikasikan cukup tekanan hingga membengkokan jarum sedikit ii. Menyimpan sedikit volume anestesi. Larutan dipaksa mengahadap membran mukosa dan membentuk titik kecil. Meluruskan jarum dan mengizinkan bevel menembus mukosa Lanjutkan memasukan sedikit volume anestesi seluruh prosedur Iskemia menyebar hingga jaringan disebelahnya karena anestesi (biasanya dengan vasokonstriktor) terdeposit. Gambar. Perhatikan penyebaran iskemia (panah) sebagai obat bius yang disimpan.

18 Gambar. Kapas dihapus ketika pengendapan larutan berhenti4 Nasopalatine nerve block Nasopalatine nerve block merupakan teknik yang berguna untuk kontrol nyeri palatal, dengan administrasi volume minimun larutan anestesi anestes i(secara maksimal seperempat cartridge), area luas anestesi jaringan lunak palatal dicapai, ada dengan meminimalkan kebutuhan untuk suntikan beberapa palatal. Sayangnya, blok saraf nasopalatine menjadi sangat berpotensi traumatis (misalnya, sakit) dalam injeksi. Tanpa teknik injeksi yang lain memerlukan ketaatan pada protokol injeksi traumatis lebih penting daripada blok saraf nasopalatin. Dua pendekatan untuk injeksi ini dihadirkan. Pembaca harus mengenal dengan baik teknik dan kemudian menggunakan salahsatu yang mereka merasa nyaman. Nama umum lain: Incisive nerve block, sphenopalatine nerve block.

19 Saraf teranestesi: Nasopalatine nerves bilaterally Area teranestesi: Bagian anterior palatum keras (jaringan lunak dan keras) dari mesial premolar pertama kanan hingga mesial premolar pertama kiri. Gambar. Area teranestesi oleh blok saraf palatum Prosedur Duduk pada posisi jam 9 atau 10 menghadap pasien Setelah 2 menit aplikasi topikal, pindahkan kapas ke papila insisif.

20 Gambar. Anestesi topikal diterapkan ke lateral papila insisif selam 2 menit, lalu tekanan diberikan langsung ke papila insisif. Gambar. Tekanan ini dipertahankan sampai pengendapan larutan selesai. Penetrasi jarum hanya lateral papila insisif.

21 Tempatkan bevel terhadap jaringan lunak iskemik di tempat injeksi. Jarum harus stabil untuk mencegah penetrasi disengaja oleh jaringan. Perlahan-lahan masukan jarum ke foraman insisif sampai mengenai tulang secara lembut. Kedalaman penetrasi sekitar 5mm. Depositkan volume kecil anestesi saat masukan jarum. Kerena jaringan dimasukan, terjadi peningkatan resisten terhadpa pengendapan larutan yang mana normal dengan blok saraf palatin. Teknik (multiple needle penetrations) Sebuah jarum gauge 27pendek direkomendasikan. Area insersi. Labial frenulum di tengah diantara insisif sentral maksila. Papila interdental insisif pusat maksila Jika dibutuhkan, jaringan lunak palatal lateral ke papila insisif

22

23 A. anestesi topikal diaplikasikan pada mukosa frenulum. B. injeksi pertama, dalam labial frenulum. C. Injeksi kedua, dalam papaila interdental diantara insisif sentral. D. injeksi ketiga, ketika anestesi area nasopalatin tidak adekuat setelah dua injeksi pertama. Stabilisasi jarum suntik dalam hal injeksi kedua ini agak canggung, namun kritis. Penggunaan jari dari tangan lain untuk menstabilkan jarum dianjurkan. Namun, barel alat suntik harus dipegangkan sedemikian rupa sehingga tetap dalam garis penglihatan pasien, yang berpotensi membingungkan bagi beberapa pasien. 4 Gigi mandibula Gigi mandibula dan teknik anestesi Gigi Anestesi pulpa Jaringan lunak Bukal Palatal Incisor Infraorbital (IO) Infraorbital(IO) Nasopalatine Infiltration Infiltration Infiltration AMSA AMSA AMSA

24 P-ASA P-ASA P-ASA V2 V2 V2 Canines Infraorbital Infraorbital Nasopalatine Infitration Infiltration Infiltration AMSA AMSA AMSA P-ASA P-ASA P-ASA V2 V2 V2 Premolar Infraorbital Infraorbital Greater palatine Infitration Infiltration Infiltration AMSA AMSA AMSA ASA ASA V2 V2 V2 Molars PSA PSA Greater palatine Infiltration Infiltration Infiltration V2 V2 V2 From: Mosby Dental Drugs Consult.USA:Elsevier. KESIMPULAN Anestesi lokal menekan nyeri dengan membloking impuls sepanjang akson. Penekanan nyeri tidak menyebabkan depresi umum dari semua sistem saraf. Komponen anestesi terdiri dari agen anestesi, vehicle, bufer, antioksida, dan vasokonstriktor. Anestesi lokal diklasifikasikan secara kimia menjadi amida dan ester. Absorbsi sistemik suntikan anestesi lokal dari suatu tempat suntikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain dosis, tempat suntikan, ikatan obat-jaringan, adanya bahan vasokontrikstor, dan sifat fisikokimia obat. Anestesi lokal diubah dalam hati dan plasma menjadi metaboit yang mudah larut dalam air dan kemudian diekskresikan ke dalam urin. Ada berbagai jenis teknik anestesi, untuk gigi maksila bisa menggunakan teknik greater palatin nerve block atau nasopalatine nerve block, untuk gigi mandibula dengan menggunakan teknik Gow-Gates atau

25 Vazirani-Akinosi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Popularitas anestesi lokal yang semakin meluas dan meningkat dalam bidang kedokteran gigi merupakan cerminan dari efisiensi, kenyamanan dan adanya kontraindikasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Informed consent 2.1.1 Definisi Informed consent Informed consent adalah suatu persetujuan mengenai akan dilakukannya tindakan kedokteran oleh dokter terhadap pasiennya. Persetujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pengalaman emosional yang berkaitan dengan kerusakan atau potensi kerusakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pengalaman emosional yang berkaitan dengan kerusakan atau potensi kerusakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rasa sakit didefinisikan sebagai perasaan tidak nyaman dan suatu pengalaman emosional yang berkaitan dengan kerusakan atau potensi kerusakan tubuh (Levine, 2012), oleh

Lebih terperinci

FARMAKOLOGI ANESTESI LOKAL

FARMAKOLOGI ANESTESI LOKAL Tugas Anestesi FARMAKOLOGI ANESTESI LOKAL disusun oleh ASTRI NURFIDAYANTI 110.2004.036 FK UNIVERSITAS YARSI KEPANITERAAN KLINIK PERIODE 14 FEBRUARI-19 MARET 2011 DEPARTEMEN ANESTESI DAN REANIMASI RUMAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komplikasi yang sering terjadi pasca prosedur dental adalah infeksi yang

BAB I PENDAHULUAN. Komplikasi yang sering terjadi pasca prosedur dental adalah infeksi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prosedur dental yang invasif sering diikuti dengan berbagai macam komplikasi. Komplikasi yang terjadi dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor dan tidak semua dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anestesi adalah suatu tindakan menghilangkan rasa sakit atau nyeri ketika

BAB I PENDAHULUAN. Anestesi adalah suatu tindakan menghilangkan rasa sakit atau nyeri ketika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anestesi adalah suatu tindakan menghilangkan rasa sakit atau nyeri ketika melakukan tindakan pembedahan dan berbagai prosedur lainya yang menimbulkan rasa sakit pada

Lebih terperinci

ANESTESI LOKAL BAB I PENDAHULUAN

ANESTESI LOKAL BAB I PENDAHULUAN ANESTESI LOKAL BAB I PENDAHULUAN 1. Rasa Sakit dan Metode Pencegahannya Rasa sakit adalah suatu sensasi tidak menyenangkan yang ditimbulkan oleh adanya jejas yang merusak, dimana sensasi ini diteruskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainya yang dapat menimbulkan rasa sakit (Putri, 2014; Simangunsong, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. lainya yang dapat menimbulkan rasa sakit (Putri, 2014; Simangunsong, 2015). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anestesi adalah cara untuk menghilangkan kemampuan tubuh dalam menerima berbagai bentuk sensasi selama pembedahan ataupun tindakan medis lainya yang dapat menimbulkan

Lebih terperinci

Sudah Siap Untuk Belajar?

Sudah Siap Untuk Belajar? Sudah Siap Untuk Belajar? M. Fadhol Romdhoni Laboratorium Farmakologi - Fakultas Kedokteran Univ. Muhammadiyah Purwokerto Anestetik : agen yang membuat anestesi Anestesi: pembiusan; berasal dari bahasa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Anestesi Lokal Istilah anestesi diperkenalkan pertama kali oleh O.W. Holmes yang artinya tidak ada rasa sakit. Anestesi dibagi menjadi dua kelompok yaitu anestesi lokal

Lebih terperinci

KONTROL PLAK. Kontrol plak adalah prosedur yang dilakukan oleh pasien di rumah dengan tujuan untuk:

KONTROL PLAK. Kontrol plak adalah prosedur yang dilakukan oleh pasien di rumah dengan tujuan untuk: Kontrol plak 80 BAB 7 KONTROL PLAK Kontrol plak adalah prosedur yang dilakukan oleh pasien di rumah dengan tujuan untuk: 1. Menyingkirkan dan mencegah penumpukan plak dan deposit lunak (materi alba dan

Lebih terperinci

ANESTETIK LOKAL LIDOKAIN. struktur molekul, yaitu golongan amida dan ester (tabel 1). Masing-masing. golongan mempunyai kaitan pada struktur kimianya

ANESTETIK LOKAL LIDOKAIN. struktur molekul, yaitu golongan amida dan ester (tabel 1). Masing-masing. golongan mempunyai kaitan pada struktur kimianya ANESTETIK LOKAL LIDOKAIN JENIS OBAT ANESTESI LOKAL Obat anestesi lokal diklasifikasikan menjadi dua golongan berdasarkan struktur molekul, yaitu golongan amida dan ester (tabel 1). Masing-masing golongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anestetikum lokal merupakan bahan yang sangat sering digunakan dalam prosedur ekstraksi gigi. 1 Anestetikum lokal dilakukan untuk menghilangkan rasa nyeri secara

Lebih terperinci

BPSL BLOK BUKU PANDUAN SKILLS LAB PEMULIHAN SISTEM STOMATOGNATIK III (ILMU BEDAH MULUT) SEMESTER VI TAHUN AKADEMIK NAMA NIM KLP

BPSL BLOK BUKU PANDUAN SKILLS LAB PEMULIHAN SISTEM STOMATOGNATIK III (ILMU BEDAH MULUT) SEMESTER VI TAHUN AKADEMIK NAMA NIM KLP BPSL BUKU PANDUAN SKILLS LAB PEMULIHAN SISTEM STOMATOGNATIK III (ILMU BEDAH MULUT) SEMESTER VI TAHUN AKADEMIK 2013-2014 BLOK 3.6.11 NAMA KLP NIM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1mm/KgBB + tramadol. Dalam hal ini, masing-masing data akan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1mm/KgBB + tramadol. Dalam hal ini, masing-masing data akan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Data Penelitian Deskripsi data menyajikan data yang terkumpul dari penelitian, yang terdiri dari data rasa nyeri yang diperoleh dari

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan

Lebih terperinci

insulin dan memiliki rumus empiris C267H404N72O78S6 dan berat molekul Insulin glargine memiliki struktur sebagai berikut :

insulin dan memiliki rumus empiris C267H404N72O78S6 dan berat molekul Insulin glargine memiliki struktur sebagai berikut : DESKRIPSI Lantus (glargine insulin [rdna origin] injeksi) adalah solusi steril glargine insulin untuk digunakan sebagai injeksi subkutan. Insulin glargine adalah analog insulin manusia rekombinan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencabutan gigi adalah proses pembedahan yang memberikan tantangan

BAB I PENDAHULUAN. Pencabutan gigi adalah proses pembedahan yang memberikan tantangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencabutan gigi adalah proses pembedahan yang memberikan tantangan luar biasa terhadap mekanisme hemostasis tubuh karena jaringan di dalam mulut memiliki vaskularisasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anestesi Lokal Bahan anestesi lokal pertama yang ditemukan adalah kokain. Kokain yang ditemukan secara tidak sengaja pada akhir abad ke-19 ternyata memiliki kemampuan sebagai

Lebih terperinci

ANESTESI REGIONAL. Department of Anesthesiology Faculty Of Medicine Padjadjaran University

ANESTESI REGIONAL. Department of Anesthesiology Faculty Of Medicine Padjadjaran University ANESTESI REGIONAL Department of Anesthesiology Faculty Of Medicine Padjadjaran University Anestesi Umum I.V I.M Inhalasi P.O P.Rectal Regional Topikal Infiltrasi Field Block Blok Saraf Tepi Spinal Epidural

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Foramen Mentale Foramen mentale adalah suatu saluran terbuka pada korpus mandibula. Melalui foramen mentale dapat keluar pembuluh darah dan saraf, yaitu arteri, vena

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pencabutan Gigi Pencabutan gigi merupakan suatu proses pengeluaran gigi dari alveolus, dimana pada gigi tersebut sudah tidak dapat dilakukan perawatan lagi. Pencabutan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Odontektomi Gigi Molar 3 Bawah Perkembangan dan pertumbuhan gigi geligi sering mengalami gangguan erupsi, baik pada gigi anterior maupun posterior. Frekuensi gangguan erupsi

Lebih terperinci

ANESTESI REGIONAL. Intan Arvianty Maretta Prihardini H. Preceptor:Riri Risanti, dr. Sp.An.

ANESTESI REGIONAL. Intan Arvianty Maretta Prihardini H. Preceptor:Riri Risanti, dr. Sp.An. ANESTESI REGIONAL Intan Arvianty Maretta Prihardini H. Preceptor:Riri Risanti, dr. Sp.An. SMF ANESTESIOLOGI RS AL IHSAN P3D FAKULTAS KEDOKTERAN UNISBA 2015 Anestesi Umum I.V I.M Inhalasi P.O P.Rectal Regional

Lebih terperinci

Pengantar Farmakologi

Pengantar Farmakologi Pengantar Farmakologi Kuntarti, S.Kp, M.Biomed 1 PDF Created with deskpdf PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com 4 Istilah Dasar Obat Farmakologi Farmakologi klinik Terapeutik farmakoterapeutik

Lebih terperinci

PETIDIN, PROPOFOL, SULFAS ATROPIN, MIDAZOLAM

PETIDIN, PROPOFOL, SULFAS ATROPIN, MIDAZOLAM PETIDIN, PROPOFOL, SULFAS ATROPIN, MIDAZOLAM Annisa Sekar 1210221051 PEMBIMBING : dr.daris H.SP, An PETIDIN Merupakan obat agonis opioid sintetik yang menyerupai morfin yang dapat mengaktifkan reseptor,

Lebih terperinci

PANDUAN SKILL LAB BLOK MEDICAL EMERGENCY DISLOKASI TMJ DAN AVULSI JURUSAN KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

PANDUAN SKILL LAB BLOK MEDICAL EMERGENCY DISLOKASI TMJ DAN AVULSI JURUSAN KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN PANDUAN SKILL LAB BLOK MEDICAL EMERGENCY DISLOKASI TMJ DAN AVULSI JURUSAN KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN Purwokerto, 2012 1 Blok M e d i c a

Lebih terperinci

INSTRUMENTASI PERIODONTAL

INSTRUMENTASI PERIODONTAL INSTRUMENTASI PERIODONTAL 1.Hal-hal yang harus diperhatikan pada waktu instrumentasi 2.Penskeleran dan Penyerutan akar HAL-HAL YG HARUS DIPERHATIKAN PADA WAKTU INSTRUMENTASI 1. PEMEGANGAN 2. TUMPUAN &

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan istilah anestesi (Putri, 2014). Anestesi merupakan gabungan dua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan istilah anestesi (Putri, 2014). Anestesi merupakan gabungan dua BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Tinjauan Teori Anestesi Oliver Wendel Holmes pada tahun 1846 adalah orang pertama yang menggunakan istilah anestesi (Putri, 2014). Anestesi merupakan gabungan dua kata dari

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Foramen Mentale Foramen mentale adalah suatu saluran terbuka pada korpus mandibula. Foramen ini dilalui saraf mental, arteri dan vena. Nervus mentalis adalah cabang terkecil

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilaksanakan di RSGM UMY dengan tujuan untuk melihat adanya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilaksanakan di RSGM UMY dengan tujuan untuk melihat adanya BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan penelitian eksperimental quasi yang telah dilaksanakan di RSGM UMY dengan tujuan untuk melihat adanya pengaruh obat anti ansietas

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 27 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. insisif, premolar kedua dan molar pada daerah cervico buccal.2

BAB I PENDAHULUAN. insisif, premolar kedua dan molar pada daerah cervico buccal.2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipersensitivitas dentin merupakan salah satu masalah gigi yang paling sering dijumpai. Hipersensitivitas dentin ditandai sebagai nyeri akibat dentin yang terbuka jika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan luka, sehingga pasien tidak nyaman. Luka merupakan rusaknya

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan luka, sehingga pasien tidak nyaman. Luka merupakan rusaknya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindakan perawatan dalam bidang kedokteran gigi dapat berisiko menimbulkan luka, sehingga pasien tidak nyaman. Luka merupakan rusaknya sebagian dari jaringan tubuh.

Lebih terperinci

BAB II TINAJUAN PUSTAKA. kali digunakan untuk prosedur pembedahan pada abad ke Blok sentral. penggunaan obat anestesi lokal yang lebih aman.

BAB II TINAJUAN PUSTAKA. kali digunakan untuk prosedur pembedahan pada abad ke Blok sentral. penggunaan obat anestesi lokal yang lebih aman. BAB II TINAJUAN PUSTAKA 2.1. ANESTESI SPINAL 2.1.1. Sejarah Anestesi Spinal Anestesi spinal termasuk ke dalam teknik neuroaksial blok, yang terdiri dari blokade spinal, kaudal, dan epidural. Blokade spinal,

Lebih terperinci

Kinetik= pergerakan farmakokinetik= mempelajari pergerakan obat sepanjang tubuh:

Kinetik= pergerakan farmakokinetik= mempelajari pergerakan obat sepanjang tubuh: FARMAKOKINETIK Kinetik= pergerakan farmakokinetik= mempelajari pergerakan obat sepanjang tubuh: Absorpsi (diserap ke dalam darah) Distribusi (disebarkan ke berbagai jaringan tubuh) Metabolisme (diubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Kronologis penemuan obat-obat anestesi lokal

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Kronologis penemuan obat-obat anestesi lokal BAB I PENDAHULUAN Anestesi lokal adalah suatu ikatan kimia yang mampu menghasilkan blokade konduksi atau blokade lorong natrium pada dinding saraf perifer secara sementara apabila obat ini disuntikkan

Lebih terperinci

Pengantar Farmakologi Keperawatan

Pengantar Farmakologi Keperawatan Pengantar Farmakologi Keperawatan dr H M Bakhriansyah, M.Kes.,., M.Med.Ed Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UNLAM Farmakologi Substansi yang berinteraksi dengan suatu sistem yang hidup melalui proses

Lebih terperinci

OBAT DAN NASIB OBAT DALAM TUBUH

OBAT DAN NASIB OBAT DALAM TUBUH OBAT DAN NASIB OBAT DALAM TUBUH OBAT : setiap molekul yang bisa merubah fungsi tubuh secara molekuler. NASIB OBAT DALAM TUBUH Obat Absorbsi (1) Distribusi (2) Respon farmakologis Interaksi dg reseptor

Lebih terperinci

Anestesia lokal dalam prosedur endodontik

Anestesia lokal dalam prosedur endodontik Anestesia lokal dalam prosedur endodontik Irmaleny Bagian Konservasi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjajaran Bandung ABSTRACT In some endodontic cases, local anaesthesia is often necessary even

Lebih terperinci

MACAM ANASTESI LOKAL. Perbandingan golongan ester dan amida : 2. Klasifikasi Potensi Mula Kerja (Onset) Ester. Toksisitas

MACAM ANASTESI LOKAL. Perbandingan golongan ester dan amida : 2. Klasifikasi Potensi Mula Kerja (Onset) Ester. Toksisitas MACAM ANASTESI LOKAL Anastesi lokal dibagi menjadi dua golongan, yaitu : 1 1. Golongan ester (-COOC-) Terdiri dari kokain, benzokain (amerikain), ametocaine, prokain (novocaine),tetrakain (pontocaine),

Lebih terperinci

Farmakologi. Pengantar Farmakologi. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UNLAM. Farmakodinamik. ., M.Med.Ed. normal tubuh. menghambat proses-proses

Farmakologi. Pengantar Farmakologi. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UNLAM. Farmakodinamik. ., M.Med.Ed. normal tubuh. menghambat proses-proses dr H M Bakhriansyah, M.Kes.,., M.Med.Ed Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UNLAM Farmakologi Substansi yang berinteraksi dengan suatu sistem yang hidup melalui proses kimia, terutama terikat pada molekul

Lebih terperinci

Pengantar Farmakologi

Pengantar Farmakologi dr H M Bakhriansyah, M.Kes., M.Med.Ed Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UNLAM Farmakologi Substansi yang berinteraksi dengan suatu sistem yang hidup melalui proses kimia, terutama terikat pada molekul

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Interaksi Obat Interaksi obat adalah peristiwa dimana aksi suatu obat di ubah atau dipengaruhi oleh obat lain yang di berikan bersamaan. Interaksi obat terjadi jika suatu obat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan ekstraksi adalah prosedur yang menerapkan prinsip bedah, fisika, dan

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan ekstraksi adalah prosedur yang menerapkan prinsip bedah, fisika, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tindakan ekstraksi adalah prosedur yang menerapkan prinsip bedah, fisika, dan mekanik. Ketika prinsip tersebut diterapkan dengan tepat, gigi dapat dikeluarkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada tinjauan pustaka akan diuraikan mengenai suku Batak, foramen mentalis, radiografi panoramik, kerangka teori dan kerangka konsep. 2.1 Suku Batak Penduduk Indonesia termasuk

Lebih terperinci

BAB 2 KANINUS IMPAKSI. individu gigi permanen dapat gagal erupsi dan menjadi impaksi di dalam alveolus.

BAB 2 KANINUS IMPAKSI. individu gigi permanen dapat gagal erupsi dan menjadi impaksi di dalam alveolus. BAB 2 KANINUS IMPAKSI Gigi permanen umumnya erupsi ke dalam lengkungnya, tetapi pada beberapa individu gigi permanen dapat gagal erupsi dan menjadi impaksi di dalam alveolus. Salah satunya yaitu gigi kaninus

Lebih terperinci

KURETASE GINGIVAL & KURETASE SUBGINGIVAL

KURETASE GINGIVAL & KURETASE SUBGINGIVAL KURETASE GINGIVA PENDAHULUAN pd uraian berikut akan dibahas tiga tehnik bedah yg termasuk kategori kuretase yaitu : Kuretase gingival (gingival curettage) Kuretase subgingival (subgingival curettage),

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut. 7 Sedangkan The International

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut. 7 Sedangkan The International BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Nyeri Nyeri merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial, atau yang digambarkan dalam

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Lidokain (Xylocaine/Lignocaine) adalah obat anestesi lokal kuat yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Lidokain (Xylocaine/Lignocaine) adalah obat anestesi lokal kuat yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2. 1. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. 1. LIDOKAIN Lidokain (Xylocaine/Lignocaine) adalah obat anestesi lokal kuat yang digunakan secara luas dengan pemberian topikal dan suntikan. Lidokain disintesa

Lebih terperinci

II. KEADAAN ANATOMIS SEBAGAI FAKTOR PREDISPOSISI PENYAKIT PERIODONTAL

II. KEADAAN ANATOMIS SEBAGAI FAKTOR PREDISPOSISI PENYAKIT PERIODONTAL II. KEADAAN ANATOMIS SEBAGAI FAKTOR PREDISPOSISI PENYAKIT PERIODONTAL A. Pendahuluan 1. Deskripsi Dalam bab ini diuraikan mengenai keadaan anatomis gigi geligi, posisi gigi pada lengkung rahang, letak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cepat berkembang. Masyarakat makin menyadari kebutuhan pelayanan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cepat berkembang. Masyarakat makin menyadari kebutuhan pelayanan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan jaman membuat pemikiran masyarakat semakin maju dan cepat berkembang. Masyarakat makin menyadari kebutuhan pelayanan kesehatan, karena pengetahuan masyarakat tentang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Anestesi umum merupakan teknik yang sering dilakukan pada berbagai macam prosedur pembedahan. 1 Tahap awal dari anestesi umum adalah induksi anestesi. 2 Idealnya induksi

Lebih terperinci

BAB 11 KURETASE GINGIVAL

BAB 11 KURETASE GINGIVAL 161 Kuretase gingival BAB 11 KURETASE GINGIVAL Pada uraian berikut akan dibahas tiga tehnik bedah yang termasuk kategori kuretase, yaitu: kuretase gingival (gingival curettage), kuretase subgingival (subgingival

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kalsium merupakan kation dengan fosfat sebagai anionnya, absorbsi

I. PENDAHULUAN. Kalsium merupakan kation dengan fosfat sebagai anionnya, absorbsi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kalsium merupakan kation dengan fosfat sebagai anionnya, absorbsi keduanya tergantung pada konsentrasi dalam plasma darah. Metabolisme ion kalsium dan fosfat dalam tubuh

Lebih terperinci

PENGATURAN JANGKA PENDEK. perannya sebagian besar dilakukan oleh pembuluh darah itu sendiri dan hanya berpengaruh di daerah sekitarnya

PENGATURAN JANGKA PENDEK. perannya sebagian besar dilakukan oleh pembuluh darah itu sendiri dan hanya berpengaruh di daerah sekitarnya MAPPING CONCEPT PENGATURAN SIRKULASI Salah satu prinsip paling mendasar dari sirkulasi adalah kemampuan setiap jaringan untuk mengatur alirannya sesuai dengan kebutuhan metaboliknya. Terbagi ke dalam pengaturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 2006). Kanker leher kepala telah tercatat sebanyak 10% dari kanker ganas di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 2006). Kanker leher kepala telah tercatat sebanyak 10% dari kanker ganas di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker leher kepala merupakan kanker yang terdapat pada permukaan mukosa bagian dalam hidung dan nasofaring sampai trakhea dan esophagus, juga sering melibatkan

Lebih terperinci

Perbandingan efektivitas kerja antara lidokain dan artikain pada anestesi blok nervus alveolaris inferior

Perbandingan efektivitas kerja antara lidokain dan artikain pada anestesi blok nervus alveolaris inferior Makassar Dent J 2017; 6(1): 37-44 p-issn:2089-8134 e-issn:2548-5830 37 Perbandingan efektivitas kerja antara lidokain dan artikain pada anestesi blok nervus alveolaris inferior Netty N. Kawulusan, Rehatta

Lebih terperinci

GINGIVEKTOMI DAN GINGIVO V PL P A L STI T K

GINGIVEKTOMI DAN GINGIVO V PL P A L STI T K DA PLAS DFS ingivektomi : eksisi dari ggv UJUA enyingkirkan dinding saku terinflamasi utk menciptakan lingkungan yg menguntungkan bagi penyembuhan ggv dan restorasi kontur ggv yg fisiologis 1 DAS 1. Penyingkiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gigi, mulut, kesehatan umum, fungsi pengunyahan, dan estetik wajah.1 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. gigi, mulut, kesehatan umum, fungsi pengunyahan, dan estetik wajah.1 Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawatan ortodontik merupakan suatu faktor penting dalam pemeliharaan gigi, mulut, kesehatan umum, fungsi pengunyahan, dan estetik wajah.1 Tujuan umum perawatan ortodontik

Lebih terperinci

Pengertian farmakokinetik Proses farmakokinetik Absorpsi (Bioavaibilitas) Distribusi Metabolisme (Biotransformasi) Ekskresi

Pengertian farmakokinetik Proses farmakokinetik Absorpsi (Bioavaibilitas) Distribusi Metabolisme (Biotransformasi) Ekskresi Pengertian farmakokinetik Proses farmakokinetik Absorpsi (Bioavaibilitas) Distribusi Metabolisme (Biotransformasi) Ekskresi Farmakokinetik - 2 Mempelajari cara tubuh menangani obat Mempelajari perjalanan

Lebih terperinci

II. KERJA BAHAN TOKSIK DALAM TUBUH ORGANISMS

II. KERJA BAHAN TOKSIK DALAM TUBUH ORGANISMS II. KERJA BAHAN TOKSIK DALAM TUBUH ORGANISMS A. Interaksi Senyawa Kimia dengan Organisme Ilmu yang mempelajari tentang interaksi senyawa kimia dengan organisme hidup disebut farmakologi, dengan demikian

Lebih terperinci

ANATOMI GIGI. Drg Gemini Sari

ANATOMI GIGI. Drg Gemini Sari ANATOMI GIGI Drg Gemini Sari ANATOMI GIGI Ilmu yg mempelajari susunan / struktur dan bentuk / konfigurasi gigi, hubungan antara gigi dgn gigi yang lain dan hubungan antara gigi dengan jaringan sekitarnya

Lebih terperinci

PERTIMBANGAN PEMILIHAN ANESTESI LOKAL PADA PA SIEN DENGAN PENYAKIT SISTEMIK SKRIPSI. Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat

PERTIMBANGAN PEMILIHAN ANESTESI LOKAL PADA PA SIEN DENGAN PENYAKIT SISTEMIK SKRIPSI. Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat PERTIMBANGAN PEMILIHAN ANESTESI LOKAL PADA PA SIEN DENGAN PENYAKIT SISTEMIK SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh: ANDI HUSNUL HASANAH J111

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tekanan Darah Tekanan darah merupakan faktor yang amat penting pada sistem sirkulasi. Peningkatan atau penurunan tekanan darah akan mempengaruhi homeostatsis di dalam tubuh.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. subarachnoid sehingga bercampur dengan liquor cerebrospinalis (LCS) untuk mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. subarachnoid sehingga bercampur dengan liquor cerebrospinalis (LCS) untuk mendapatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anestesi spinal merupakan teknik anestesi regional yang paling sederhana dan paling efektif. Anestesi spinal dilakukan dengan memasukkan obat anestesi lokal ke dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anestesi spinal merupakan salah satu teknik anestesi regional yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anestesi spinal merupakan salah satu teknik anestesi regional yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anestesi spinal merupakan salah satu teknik anestesi regional yang dilakukan dengan cara menyuntikkan obat anestesi lokal ke dalam ruang subarachnoid untuk mendapatkan

Lebih terperinci

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN 1 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama Lengkap Tempat/ Tanggal Lahir Jenis Kelamin Agama Alamat Orangtua Ayah Ibu Riwayat Pendidikan : Ganesh Dorasamy : Kuala Lumpur, Malaysia / 25September1986 : Laki-laki

Lebih terperinci

Nasib Obat dalam Tubuh (Farmakokinetika)

Nasib Obat dalam Tubuh (Farmakokinetika) Nasib Obat dalam Tubuh (Farmakokinetika) Apa yang terjadi pada obat setelah masuk ke tubuh kita? Pharmacokinetics: science that studies routes of administration, absorption* and distribution*, bioavailability,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dari data antara tahun 1991 sampai 1999 didapatkan bahwa proses

BAB I PENDAHULUAN. Dari data antara tahun 1991 sampai 1999 didapatkan bahwa proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dari data antara tahun 1991 sampai 1999 didapatkan bahwa proses persalinan yang disertai dengan anestesi mempunyai angka kematian maternal yang rendah (sekitar

Lebih terperinci

MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL

MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL Pendahuluan Parasetamol adalah golongan obat analgesik non opioid yang dijual secara bebas. Indikasi parasetamol adalah untuk sakit kepala, nyeri otot sementara, sakit menjelang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 18 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Embriologi Gigi Pembentukan gigi dimulai dengan terbentuknya lamina dental dari epitel oral. Lamina dental kemudian berkembang menjadi selapis sel epitel dan berpenetrasi

Lebih terperinci

PROSEDUR TINDAKAN PEMBERIAN SUNTIKAN ( INJEKSI )

PROSEDUR TINDAKAN PEMBERIAN SUNTIKAN ( INJEKSI ) SOP INJEKSI PROSEDUR TINDAKAN PEMBERIAN SUNTIKAN ( INJEKSI ) A. INJEKSI INTRA VENA Injeksi ini dilakukan dengan menyuntikkan obat kedalam pembuluh darah vena Injeksi intravena diberikan jika diperlukan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Molar Dua Mandibula Fungsi molar dua mandibula permanen adalah melengkapi molar satu mandibula. Seluruh bagian molar dua mandibula lebih kecil sekitar 1mm daripada molar satu.

Lebih terperinci

ASEPSIS SESUDAH TINDAKAN BEDAH MULUT

ASEPSIS SESUDAH TINDAKAN BEDAH MULUT ASEPSIS SESUDAH TINDAKAN BEDAH MULUT OLEH Ahyar Riza NIP: 132 316 965 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 Ahyar Riza : Asepsis Sesudah Tindakan Bedah Mulut, 2009 ASEPSIS SESUDAH

Lebih terperinci

Kebutuhan cairan dan elektrolit

Kebutuhan cairan dan elektrolit Kebutuhan cairan dan elektrolit Cairan adalah suatu kebutuhan pokok dan sebagian besar tubuh manusia terdiri dari cairan. Bila tubuh kehilangan cairan dalam jumlah yang besar maka akan terjadi perubahan

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN 0 BAB 5 HASIL PENELITIAN Berdasarkan pengamatan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 4x dan 10x terhadap 60 preparat, terlihat adanya peradangan yang diakibatkan aplikasi H 2 O 2 10%, serta perubahan

Lebih terperinci

Obat Diabetes Farmakologi. Hipoglikemik Oral

Obat Diabetes Farmakologi. Hipoglikemik Oral Obat Diabetes Farmakologi Terapi Insulin dan Hipoglikemik Oral Obat Diabetes Farmakologi Terapi Insulin dan Hipoglikemik Oral. Pengertian farmakologi sendiri adalah ilmu mengenai pengaruh senyawa terhadap

Lebih terperinci

SURAT PENOLAKAN TINDAKAN KEDOKTERAN

SURAT PENOLAKAN TINDAKAN KEDOKTERAN RM 02.05.04.0114 Dokter Pelaksana Tindakan Penerima Informasi Penerima Informasi / Pemberi Penolakan * SURAT PENOLAKAN TINDAKAN KEDOKTERAN PEMBERIAN INFORMASI JENIS INFORMASI ISI INFORMASI TANDA ( ) 1

Lebih terperinci

PERAWATAN PERIODONTAL

PERAWATAN PERIODONTAL PERAWATAN EMERJENSI PERIODONTAL PERAWATAN EMERJENSI PERIODONTAL: Perawatan kasus periodontal akut yg membutuhkan perawatan segera Termasuk fase preliminari Kasus : Abses gingiva Abses periodontal akut

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI/TERAPI KEDOKTERAN I ABSORBSI DAN EKSKRESI

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI/TERAPI KEDOKTERAN I ABSORBSI DAN EKSKRESI LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI/TERAPI KEDOKTERAN I ABSORBSI DAN EKSKRESI Oleh Nina Puspitasari NIM I1A003009 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU 2005 Halaman Pengesahan ABSORBSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. imunitas gingiva yang salah satu penyebabnya adalah infeksi. Infeksi disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. imunitas gingiva yang salah satu penyebabnya adalah infeksi. Infeksi disebabkan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gingivitis adalah peradangan pada gingiva, yang merupakan suatu respon imunitas gingiva yang salah satu penyebabnya adalah infeksi. Infeksi disebabkan oleh mikroorganisme

Lebih terperinci

Di bawah ini diuraikan beberapa bentuk peresepan obat yang tidak rasional pada lansia, yaitu :

Di bawah ini diuraikan beberapa bentuk peresepan obat yang tidak rasional pada lansia, yaitu : Peresepan obat pada lanjut usia (lansia) merupakan salah satu masalah yang penting, karena dengan bertambahnya usia akan menyebabkan perubahan-perubahan farmakokinetik dan farmakodinamik. Pemakaian obat

Lebih terperinci

RINI ASTRIYANA YULIANTIKA J500

RINI ASTRIYANA YULIANTIKA J500 PERBANDINGAN PENURUNAN TEKANAN DARAH ANTARA LIDOKAIN 5% HIPERBARIK DENGAN BUPIVAKAIN 0,5% HIPERBARIK PADA ANESTESI SPINAL UNTUK OPERASI EKSTREMITAS INFERIOR DI RSO. Prof. Dr. R. SOEHARSO SURAKARTA SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tulang Alveolar Prosesus alveolaris merupakan bagian dari tulang rahang yang menopang gigi geligi. Tulang dari prosesus alveolaris ini tidak berbeda dengan tulang pada bagian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan utama dari perawatan saluran akar adalah untuk menghilangkan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan utama dari perawatan saluran akar adalah untuk menghilangkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari perawatan saluran akar adalah untuk menghilangkan sisa jaringan nekrotik, mikroorganisme dan produk lain sehingga menciptakan kondisi yang menguntungkan

Lebih terperinci

ARMAMENTARIUM BEDAH. Armamentarium berasal dari kata armament yang berarti peralatan.

ARMAMENTARIUM BEDAH. Armamentarium berasal dari kata armament yang berarti peralatan. ARMAMENTARIUM BEDAH Armamentarium berasal dari kata armament yang berarti peralatan. Bedah mulut merupakan salah satu bagian ilmu kedokteran gigi yang paling banyak menggunakan peralatan. Namun peralatan

Lebih terperinci

Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai perawatan atau pengobatan, gangguan yang terjadi di dalam tubuhnya

Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai perawatan atau pengobatan, gangguan yang terjadi di dalam tubuhnya Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai perawatan atau pengobatan, bahkan pencegahan terhadap berbagai gangguan yang terjadi di dalam tubuhnya .1 PRINSIP PENGOBATAN

Lebih terperinci

Artikel Kimia tentang Peranan Larutan Penyangga

Artikel Kimia tentang Peranan Larutan Penyangga Artikel Kimia tentang Peranan Larutan Penyangga A. PENGERTIAN Larutan penyangga atau dikenal juga dengan nama larutan buffer adalah larutan yang dapat mempertahankan nilai ph apabila larutan tersebut ditambahkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kanalis Mandibularis Kanalis mandibularis adalah saluran yang memanjang dari foramen mandibularis yang terletak pada permukaan medial ramus. Kanalis ini dialiri oleh inferior

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva

BAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saliva adalah cairan kompleks yang diproduksi oleh kelenjar saliva dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mempertahankan keseimbangan ekosistem di dalam rongga

Lebih terperinci

NASIB OBAT DALAM TUBUH (FARMAKOKINETIKA) REZQI HANDAYANI S.Farm, M.P.H., Apt

NASIB OBAT DALAM TUBUH (FARMAKOKINETIKA) REZQI HANDAYANI S.Farm, M.P.H., Apt NASIB OBAT DALAM TUBUH (FARMAKOKINETIKA) REZQI HANDAYANI S.Farm, M.P.H., Apt KEGUNAAN FARMAKOKINETIKA 1. Bidang farmakologi Farmakokinetika dapat menerangkan mekanisme kerja suatu obat dalam tubuh, khususnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saluran pernafasan merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saluran pernafasan merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Saluran Pernafasan Saluran pernafasan merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen yang saling berhubungan. Pada bagian anterior saluran pernafasan terdapat

Lebih terperinci

BAB II KLAS III MANDIBULA. Oklusi dari gigi-geligi dapat diartikan sebagai keadaan dimana gigi-gigi pada rahang atas

BAB II KLAS III MANDIBULA. Oklusi dari gigi-geligi dapat diartikan sebagai keadaan dimana gigi-gigi pada rahang atas BAB II KLAS III MANDIBULA 2.1 Defenisi Oklusi dari gigi-geligi dapat diartikan sebagai keadaan dimana gigi-gigi pada rahang atas dan gigi-gigi pada rahang bawah bertemu, pada waktu rahang atas dan rahang

Lebih terperinci

BAB 2 IMPLAN. Dental implan telah mengubah struktur prostetik di abad ke-21 dan telah

BAB 2 IMPLAN. Dental implan telah mengubah struktur prostetik di abad ke-21 dan telah 12 mengalami defisiensi, terutama pada bagian posterior maksila. Sinus Lifting juga merupakan prosedur pembedahan yang relatif aman dan memiliki prevalensi komplikasi yang cukup rendah serta relatif mudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulut, yang dapat disebabkan oleh trauma maupun tindakan bedah. Proses

BAB I PENDAHULUAN. mulut, yang dapat disebabkan oleh trauma maupun tindakan bedah. Proses BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Luka merupakan kerusakan fisik yang ditandai dengan terganggunya kontinuitas struktur jaringan yang normal. 1 Luka sering terjadi dalam rongga mulut, yang

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Hasil Penelitian Setelah dilakukan kalibrasi, ditemukan bahwa dengan menggunakan program Image Pro Express, hasil pengukuran lebar kamar hitung yaitu antara dua garis dengan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI CARA PEMBERIAN OBAT DISUSUN UNTUK MEMENUHI LAPORAN MATA KULIAH FARMAKOLOGI Disusun oleh : Bella Sakti Oktora (12010012) Darma Wijaya (120100 ) Fuji Rahayu (12010030) S-1 FARMASI

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA mulut. 7 Gingiva pada umumnya berwarna merah muda dan diproduksi oleh pembuluh BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Penyakit periodontal adalah inflamasi yang dapat merusak jaringan melalui interaksi antara bakteri

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehilangan gigi geligi disebabkan oleh faktor penyakit seperti karies dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehilangan gigi geligi disebabkan oleh faktor penyakit seperti karies dan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Faktor Penyebab Kehilangan Gigi Kehilangan gigi geligi disebabkan oleh faktor penyakit seperti karies dan penyakit periodontal. Faktor bukan penyakit seperti gaya hidup dan faktor

Lebih terperinci