Farmaka Volume 4 Nomor 3 Suplemen 1 1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Farmaka Volume 4 Nomor 3 Suplemen 1 1"

Transkripsi

1 Volume 4 Nomor 3 Suplemen 1 1 Pengaruh Asupan Makanan dan Aktivitas Fisik Terhadap Osteoporosis Pada Wanita Lanjut Usia Suci Dewi Anugrah, Eli Halimah Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran, Jl. Raya bandung, Sumedang Km. 21 Jatinangor 45363Telp./Fax. (022) sucidewianugrah@gmail.com ABSTRAK Osteoporosis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan berkurangnya masa tulang dan adanya perubahan mikroarsitektur jaringan tulang yang berakibat menurunnya kekuatan tulang dan meningkatnya kerapuhan tulang serta risiko terjadinya patah tulang. Metode yang dilakukan adalah penelusuran pustaka melalui jurnal-jurnal publikasi ilmiah yang terpercaya, juga menggunakan beberapa text book. Tingkat kecukupan kalsium dan aktivitas fisik lebih berpeluang terhadap terjadinya osteoporosis, karena kalsium memiliki keterkaitan yang cukup konsisten dengan kesehatan tulang. Dan kurangnya aktivitas fisik berdampak pada penurunan kepadatan tulang di masa lanjut usia. Mengkonsumsi teh hijau Jepang dapat meningkatkan kepadatan mineral tulang sehingga mencegah terjadinya osteoporosis. Kata Kunci: Osteoporosis, mikroarsitektur, kalsium, aktivitas fisik, teh hijau Jepang. ABSTRACT Osteoporosis is a disease characterized by decreased bone changes and time microarsitektur bone tissue which resulted in decrease bone strength and increased bone fragility and risk of fracture. The method does is search the library through the publication of scientific journals are reliable, also use some of the text book. The level adequacy of calcium and physical activity more likely against the onset of osteoporosis, because calcium is a concistent coupled with bone health. And lack of physical activity impact on the decrease of bone density in the elderly. Consume green tea Japan can increase bone mineral density, thus preventing the occuttence of osteoporosis. Keywords: Osteoporosis, mikroarsitektur, calcium, physical activity, green tea Japan.

2 Volume 4 Nomor 3 Suplemen 1 2 PENDAHULUAN Osteoporosis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan berkurangnya masa tulang dan adanya perubahan mikroarsitektur jaringan tulang yang berakibat menurunnya kekuatan tulang dan meningkatnya kerapuhan tulang serta risiko terjadinya patah tulang 1. Usia lanjut diartikan sebagai usia saat memasuki masa pensiun berkisar diatas 55 tahun. Di Indonesia Proporsi penduduk lanjut usia (lansia) meningkat dari 1.1% menjadi 6.3% dari total populasi. Peningkatan ini memengaruhi aspek kehidupan mereka seperti terjadinya perubahan fisik, biologis, psikologis, dan sosial sebagai akibat proses penuaan. Selain itu, salah satu perubahan fisik yang terjadi seiring pertambahan usia adalah terjadinya penurunan massa tulang yang sering disebut osteoporosis 2. Faktor yang dapat menyebabkan osteoporosis diantaranya konsumsi pangan dan aktivitas fisik 3, selain itu usia yang menyangkut kadar hormone steroid, genetik, gaya hidup, konsumsi alkohol, rokok, kualitas asupan makanan, penggunaan obatobatan (glukokortikoid, tiroid), wanita menopouse 4,5. Studi epidemiologis yang dilakukan menunjukkan bahwa asupan zat gizi dalam tubuh merupakan salah satu faktor yang dapat memperlambat kejadian osteoporosis di masa lanjut usia. Selain memenuhi asupan zat gizi, perlu juga memperhatikan aktivitas fisik 2. Kurangnya aktivitas fisik pada seorang individu pada masa muda akan berdampak pada penurunan kepadatan tulang di masa lanjut usia 6. Berdasarkan etiologi, osteoporosis terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu osteoporosis tipe 1, osteoporosis tipe 2, dan osteoporosis sekunder 7. Osteoporosis tipe 1 biasanya terjadi pada wanita yang telah menopause, osteoporosis tipe 2 terjadi setelah usia 75 tahun dengan perbandingan wanita dan pria 2:1, osteoporosis sekunder

3 Volume 4 Nomor 3 Suplemen 1 3 sudah terpercaya dalam publikasi ilmiahnya, seperti google scholar, ncbi, Elsevier yang dapat diakses secara online melalui dan situs penyedia jurnal lainnya. Agar mempermudah pencarian digunakan beberapa keyword yaitu osteoporosis, fracture risk of osteoporosis, fracture. Kemudian jurnal yang sesuai didownload dan disimpan untuk melalui tahap skrining terhadap jurnal-jurnal yang dapat digunakan sebagai sumber artikel. HASIL Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Marjan dan Marliyati (2013) telah dilakukan pemeriksaan kepadatan tulang dengan bone densitometer pada subjek sebanyak 37 orang wanita lanjut usia yang berusia diatas 55 tahun 2. Sebaran subjek berdasarkan kategori nilai densitas tulang disajikan pada Tabel 1. dapat terjadi pada setiap usia dan dipengaruhi oleh jenis kelamin. Osteoporosis sekunder dapat dilihat dari kehilangan masa tulang yang merupakan efek peradangan, maupun kekurangan gizi. Osteoporosis merupakan masalah utama untuk pasien yang mengalami penyakit inflamasi dalam jangka waktu panjang, terutama rheumatoid arthritis, systemic lupus erythematosus, anchylosing spondylitis, dan penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) 8,9. METODE Pencarian sumber data dan istilah yang akan dijadikan referensi dalam membuat review article dilakukan dengan penelusuran pustaka menggunakan mesin pencari (search engine) yaitu google.com, kemudian mengetik kata yang berhubungan dengan jurnal/artikel/text book yang akan dicari. Sumber yang dipilih berupa jurnaljurnal publikasi ilmiah yang terpercaya, juga menggunakan beberapa text book. Situs jurnal yang dipakai merupakan situs yang

4 Volume 4 Nomor 3 Suplemen 1 4 Tabel 1. Sebaran Subjek Berdasarkan Kategori Nilai Densitas Tulang (t score). Kategori n % WHO 1994: Normal (-1 SD<2,5) Osteopenia Risk (- 2,5 SD<-1) Osteoporosis (<-2,5) Anlene Bone Health Check Normal (>-2,5) Osteoporosis ( -2,5) Muraki et al. (2007) melakukan penelitian lain di Jepang mengenai asupan makanan dan gaya hidup yang dihubungkan dengan kepadatan mineral tulang (bone mineral density). Subjek penelitian ini adalah wanita berjumlah 632 orang dengan usia 60 tahun yang sedang menjalani rawat Tabel 2. Karakteristik dan Gaya Hidup Pada 632 Wanita Berusia 60 Tahun. Umur (Tahun) 71.8 ± 7.5 Tinggi Badan (cm) ± 6.7 Berat Badan (kg) 48.7 ± 7.7 IMT (kg/m2) 22.1 ± 3.2 KMT (g/cm2) ± T score ± Rokok (%) 20.6 Alkohol 19.7 Susu (%) 30.9 Keju (%) 16.8 Yogurt (%) 36.8 Ikan (%) 31.0 Sayuran (%) 70.9 Tahu (%) 30.2 Natto (%) 24.2 Kopi (%) 28.3 Teh Hijau (%) 91.8 Keterangan: IMT, indeks massa tulang; KMT, kepadatan mineral tulang. jalan di Tokyo Metropolitan Geriatric Medical Center 14. Hasil penelitian tersebut tercantum pada Tabel 2 sebagai berikut:

5 Volume 4 Nomor 3 Suplemen 1 5 Tabel 3. KMT (Kepadatan Mineral Tulang) Pada Tulang Belakang Sesuai Gaya Hidup. KMT pada tulang belakang lumbar YA TIDAK Kebiasaan KMT (g/cm²) Tscore KMT (g/cm2) Tscore Merokok ± ± 0.176** 1.45** ± ± 1.60 Alkohol ± 0.199* ± 1.65* ± ± 1.64 Susu ± ± ± ± 1.71 Keju ± 0.209* ± 1.72* ± ± 1.58 Yogurt ± ± ± ± 1.61 Ikan ± ± ± ± 1.66 Sayuran ± ± ± ± 1.71 Tahu ± ± ± ± 1.69 Natto ± ± ± ± 1.66 Kopi ± ± ± ± 1.65 Teh Hijau ± 0.187* ± 2.70* ± ± 2.08 Aktivitas Fisik ± 0.203* ± 1.68* ± ± 1.64 Keterangan: KMT, kepadatan mineral tulang Student t-test digunakan untuk membandingkan BMD antara subjek dengan kebiasaan dan tanpa kebiasaan masing-masing variabel * P <0,05 ** P <0,1

6 Volume 4 Nomor 3 Suplemen 1 6 Tabel 4. Gaya Hidup Terkait dengan KMT (Kepadatan Mineral Tulang) Pada Wanita 60 Tahun. Tabel 5. Penanda Tulang Sesuai Gaya Hidup Terkait dengan KMT (Kepadatan Mineral Tulang). Variasi SE P koefisien Umur (tahun) -0,002 0,001 <0,05 IMT(kg/cm2) 0,017 0,003 <0,0001 Merokok -0,058 0,034 <0,05 (ya vs. tidak) Alkohol 0,054 0,022 <0,05 (ya vs. tidak) Keju (ya vs. tidak) -0,032 0,024 NS Teh Hijau 0,064 0,033 <0,05 (ya vs. tidak) Aktifitas Fisik (ya vs. tidak) 0,060 0,030 <0,05 Keterangan: SE, kesalahan standar Variabel dipilih menurut hasil t-test (Tabel 2, P<0,01) Analisis regresi digunakan untuk menentukan gaya hidup yang berhubungan dengan KMT (Kepadatan Mineral Tulang) setelah disesuaikan dengan usia dan IMT (Indeks Masa Tubuh)nya.

7 Volume 4 Nomor 3 Suplemen 1 7 Pada Tabel 2 Menunjukkan karakteristik dan gaya hidup. KMT lebih tinggi pada subjek dengan kebiasaan minum alkohol, minum teh hijau, dan aktifitas fisik; lebih rendah pada orang-orang dengan kebiasaan merokok dan mengonsumsi keju (Tabel 3.). Tabel 4. menunjukkan hasil analisis regresi dari KMT dengan usia, IMT, dan gaya hidup. Faktor-faktor yang terkait dengan KMT adalah usia, IMT, merokok, konsumsi alkohol, minum teh hijau, dan aktivitas fisik. Faktor lain yang tidak signifikan, kecuali alkali fosfatase dan ipth, antara perokok dan bukan perokok (Tabel 5). PEMBAHASAN Pada penelitian yang dilakukan oleh Marjan dan Marliyati (2013), untuk mendiagnosis osteoporosis dilakukan pemeriksaan kepadatan tulang dengan bone densitometer yang merupakan pemeriksaan akurat dan presisi untuk menilai kepadatan tulang, sehingga dapat digunakan untuk menilai prediksi fraktur. Berdasarkan Anlene Bone Health Check yang sesuai dengan Harvey dan Cooper (2004), diketahui bahwa bagi individu yang berusia lanjut, nilai normal densitas tulang (t-score) adalah - 1 SD<2.5. Subjek dengan nilai densitas tulang -2.5 tergolong dalam kategori osteoporosis atau telah berisiko mengalami osteoporosis. Berdasarkan kategori nilai t score Anlene Bone Health Check, sebagian besar subjek (78.4%) mengalami osteoporosis dan sebesar 21.6% subjek tidak osteoporosis (t-score>-2.5) 2. Pada penelitian ini jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer dan sekunder. Data primer ini meliputi karakteristik subjek, kebiasaan makan, status gizi, konsumsi pangan, aktivitas fisik dan nilai densitas tulang 2. Konsumsi Makanan Frekuensi makan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Marjan dan Marliyati (2013) yang dilakukan terhadap 37 orang wanita lanjut usia berusia diatas 55 tahun

8 Volume 4 Nomor 3 Suplemen 1 8 menunjukkan bahwa sebagian besar subjek memiliki kebiasaan mengonsumsi nasi sebesar 20.5 kali/minggu, dan subjek yang tidak mengalami osteoporosis rata-rata mengonsumsi nasi sebesar 21 kali/minggu sehingga rata-rata dari keseluruhan subjek mengonsumsi nasi 2 3 kali/hari. Telur (5-6 kali/minggu), susu (3 kali/minggu), tahu dan tempe (8.8±4.1 kali/minggu), wortel (3.8 kali/minggu), jeruk (2.3 kali/minggu), kalsium misalnya kacang-kacangan (5.2 kali/minggu ) adalah makanan yang sering dikonsumsi subjek yang mengalami osteoporosis. Menurut Setyorini et al. (2009), frekuensi konsumsi pangan sumber kalsium oleh seseorang akan memengaruhi jumlah kalsium yang masuk ke dalam tubuh 10. Kebiasaan makan dan minum. Sebagian besar subjek memiliki kebiasaan makan yang sudah cukup baik dengan persentase sebesar 89.2% dan subjek yang mengalami osteoporosis sebagian besar mengonsumsi air putih <6 gelas sehari 2. Rata-rata konsumsi energi dan protein dari keseluruhan subjek adalah kkal dan 51 g. Rata-rata tingkat kecukupan energi (100.7%) dan protein (102.3%) total subjek berada pada kategori normal. Berdasarkan kategori osteoporosis, subjek yang tidak osteoporosis memiliki rata-rata tingkat kecukupan energi dan protein sebesar 97.3% dan 95.9%, sedangkan tingkat kecukupan energi dan protein subjek yang osteoporosis adalah 101.6% dan 104.0%. 2. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Marjan dan Marliyati (2013) yang dilakukan terhadap 37 orang wanita lanjut usia berusia diatas 55 tahun menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi kalsium dan fosfor dari keseluruhan subjek adalah 595 mg dan 838 mg. Tingkat kecukupan kalsium rata-rata keseluruhan subjek masih berada dalam kategori kurang yaitu 74.4%, sedangkan tingkat kecukupan

9 Volume 4 Nomor 3 Suplemen 1 9 fosfor rata-rata keseluruhan subjek adalah 139.7% yang sudah berada dalam kategori cukup. Berdasarkan kategori osteoporosis, subjek yang tidak osteoporosis memiliki rata-rata tingkat kecukupan kalsium dan fosfor sebesar 72.2% dan 139.7%, sedangkan tingkat kecu kecukupan kalsium dan fosfor subjek yang osteoporosis adalah 75.0% dan 139.7% 2. Pengaruh Tingkat Kecukupan Energi, Protein, Kalsium, dan Fosfor dengan Kejadian Osteoporosis Tingkat kecukupan energi yang lebih berpeluang dalam menurunkan terjadinya osteoporosis dibandingkan dengan tingkat kecukupan energi yang normal. Hal ini sesuai dengan peningkatan jumlah energi akan berdampak pada status gizi yang lebih dan memiliki efek positif terhadap kepadatan mineral tulang 11. Tingkat kecukupan protein yang kurang dapat berpeluang menjadi faktor risiko terhadap kejadian osteoporosis dibandingkan dengan tingkat kecukupan protein yang normal. Namun, asupan protein yang berlebih juga dapat memicu terjadinya osteoporosis karena dapat meningkatkan pengeluaran kalsium lewat urin. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, tingkat kecukupan kalsium kurang merupakan faktor risiko atau penyebab terjadinya osteoporosis. Varenna et al. (2007) yang menyatakan bahwa tingkat kecukupan kalsium memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian osteoporosis 12. Wanita menopause yang kurang konsumsi kalsium berisiko untuk terkena osteoporosis 15. Namun, tingkat kecukupan fosfor normal dapat berpeluang menjadi faktor risiko terhadap kejadian osteoporosis dibandingkan dengan tingkat kecukupan fosfor kurang. Jumlah fosfor yang lebih besar daripada kalsium akan menyebabkan berkurangnya massa tulang, karena kelebihan fosfor dapat meningkatkan sekresi hormon paratiroid. Hormon paratiroid merupakan hormon yang mencegah terjadinya hipokalsemia dalam darah dengan

10 Volume 4 Nomor 3 Suplemen 1 10 cara meningkatkan pengambilan kalsium pada tulang sehingga dapat menyebabkan kepadatan mineral tulang menjadi berkurang 16. Pengaruh Status Gizi dan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Osteoporosis Berdasarkan hasil analisis antara subjek yang memiliki status gizi lebih dengan status gizi normal menunjukkan bahwa status gizi normal cenderung berpeluang menjadi faktor risiko terhadap kejadian osteoporosis dibandingkan status gizi lebih. Individu dengan berat badan lebih tinggi cenderung untuk mempunyai kepadatan tulang lebih tinggi dibandingkan individu yang berat badannya rendah. Hal ini diduga karena cadangan lemak berfungsi sebagai bahan baku hormon androgen untuk diubah menjadi hormon estrogen. Oleh karena itu, individu terutama wanita yang gemuk jarang mengalami osteoporosis. Menurut Sizer & Whitney (2006), aktivitas fisik yang baik memiliki efek positif terhadap kepadatan mineral tulang lebih tinggi dibandingkan individu yang hanya melakukan aktivitas fisik ringan 13. Pada penelitian Muraki et al (2007) di Jepang asupan makanan dan kebiasaan gaya hidup seperti merokok, konsumsi alkohol, minum teh hijau, dan aktivitas fisik berkaitan dengan peningkatan KMT (kepadatan mineral tulang). Sebuah studi epidemiologi menunjukkan bahwa teh hijau Jepang telah terbukti memiliki efek estrogenik lemah, yang dapat meningkatkan KMT. Bukti terbaru menunjukkan bahwa - epigallocatechin-3-gallate, merupakan salah satu flavonoid utama yang terkandung dalam teh hijau, yang dapat menginduksi apoptosis osteoklas 17. Ini menghambat resorpsi tulang, yang dapat menyebabkan peningkatan KMT 14. Berdasarkan data yang diperoleh diantara penduduk Jepang, subjek yang meminum teh hijau memilik KMT yang lebih tinggi dibandingkan dengan subjek yang tidak meminum teh hijau. KMT diukur

11 Volume 4 Nomor 3 Suplemen 1 11 pada lumbar tulang belakang. Saat ini pengukuran lumbar tulang belakang merupakan standar terbaik untuk memperkirakan osteoporosis pada usia lanjut. Teh hijau asal Jepang memiliki berbagai macam jenis dengan efek yang berbeda pada metabolisme tulang 14. SIMPULAN Berdasarkan data primer yang diperoleh menunjukkan bahwa tingkat kecukupan kalsium lebih mempengaruhi terjadinya osteoporosis jika dibandingkan dengan asupan pangan lainnya. Karena konsumsi kalsium memiliki keterkaitan yang cukup konsisten dengan kesehatan tulang. Semakin kurang melakukan aktivitas fisik maka berpeluang mengalami patah tulang 2 kali lebih besar daripada yang sering melakukan aktivitas fisik. Selain itu, orang yang mengkonsumsi teh hijau Jepang memiliki KMT (Kepadatan Mineral Tulang) yang lebih tinggi, sehingga dapat mencegah terjadinya osteoporosis. UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terimakasih kepada Dr. Eli Halimah, M.Si., Apt yang telah membimbing penulis melalui diskusidiskusi terkait tema dan telah memberikan pencerahan dengan memberikan saran serta perbaikan-perbaikan dalam penulisan review article ini. Serta kepada dosen mata kuliah metodologi penelitian karena telah memberikan ilmu yang begitu bermanfaat bagi penulis. DAFTAR PUSTAKA 1. Harvey N & Cooper C. Pencegahan Penyakit Osteoporosis dan Fraktur Panggul, dalam Buku Gizi Kesehatan Masyarakat (Public Health Nutrition). Jakarta: EGC; Marjan, A. Q dan Marliyati, S. A. Hubungan Antara Pola Konsumsi Pangan dan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Osteoporosis Pada Lansia di Panti Werdha Bogor. Jurnal Gizi dan Pangan. 2013; 8(2): Lane, N. E. Lebih Lengkap tentang Osteoporosis Edisi ke-2. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada; Gunawan, S. G., Setiabudy, R., Nafrialdi, Elysabeth. Farmakologi dan Terapi, Ed 5. Jakarta: FKUI, 2007; Hal 540, Costa, D. A. L., Da silva M. A. C. N., Oliveira, L. M, Brito, N. A.C.B., Barbosa, L. M. C., Batista, E. J. Osteoporosis in primary care: an

12 Volume 4 Nomor 3 Suplemen 1 12 opportunity to approach risk factor. Rev Bras Reumatol. 2016; 56(2): Hoger & Hoeger. Lifetime Physical Fitness and Wellness, a Personalized Prog. Edisi ke-5. Thomson Wadsworth, USA Karakas, Y. E., Yetisgin, A., Cadirci, D., Sezen, H., Altunbas, R., Kas, F., Demir, M., Ulas, T. Usefulness of ceruloplasmin testing as a screening methodology for geriatric patients with osteoporosis. J Phys Ther Sci 2016; 28: Sabit R, Bolton CE, Edwards PH, Pettit RJ, Evans WD, McEniery CM, Wilkinson IB, Cockcroft JR, Shale DJ. Arterial stiffness and osteoporosis in chronic obstructive pulmonary disease. Amj J Respir Crit Care Med : Cho JH, Kim MT, Lee HK, Hong IS, Jang HC. Factor analysis of biochemical markers associated with bone mineral density in adults. J. Phys. Ther. Sci : Setyorini, A. Pencegahan osteoporosis dengan suplementasi kalsium dan vitamin D pada pengunaan kortikosteroid jangka panjang. E-Jurnal Universitas Udayana. 2009; 11(I): Hsu, Y. H., Venners, S. A., Terwedow, H. A., Feng, Y., Niu, T., Li, Z., Laird, N., Brain, J. D., Cummings, S. R., & Bouxsein, M. L., Rosen, C. J., Xu, X. Relation of body compotition, fat mass, serum lipids to osteoporosis fractures and bone mineral density in Chinese men and women. Am J Clin Nutr. 2006; 83: Varenna, M., Binelli, L., Casari, S., Zucchi, & Sinigaglia, L. Effect of dietary calcium intake on body weight and prevalence of osteoporosis in early postmenopausal women. Am J Clin Nutr. 2007; 86: Sizer F & Whitney EN Nutrition Concept and Controversies 10th Edition. Thomson Adwords, USA. 14. Muraki, S., Yamamoto, S., Ishibasi, H., Oka, H., Yoshimura, N., Kawaguchi, H., Nakamura, K. Diet and lifestyle associated with increased bone mineral density: cross-sectional study of Japanese elderly women at an osteoporosis outpatient clinic. J Orthop Sci. 2007; 12: Heaney, R. P Long latency deficiency disease: insight from calcium and vitamin D. Am J Clin Nutr. 2007; 78: Nakamura, K., Ueno, K., & Nishiwaki, T. Nutrition, mild hyperparathyroidism and bone mineral density in young Japanese women. Amj J Clin Nutr. 2005; 82: Nakawaga, H., Wachi, M., Woo, J. T., Kato, M., Kasai, S., Takahashi, F. Fenton reaction is primarily involved in a mechanism of epigallocatechin-3- gallate to induced osteoclastic cell death. Biochem Biophys Res Commun. 2002; 292:

HUBUNGAN ANTARA POLA KONSUMSI PANGAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN OSTEOPOROSIS PADA LANSIA DI PANTI WERDHA BOGOR

HUBUNGAN ANTARA POLA KONSUMSI PANGAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN OSTEOPOROSIS PADA LANSIA DI PANTI WERDHA BOGOR ISSN 1978-1059 Jurnal Gizi dan Pangan, Juli 2013, 8(2): 123 128 HUBUNGAN ANTARA POLA KONSUMSI PANGAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN OSTEOPOROSIS PADA LANSIA DI PANTI WERDHA BOGOR (Relationship between

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Osteoporosis atau keropos tulang adalah penyakit kronik yang ditandai dengan pengurangan massa tulang yang disertai kemunduran mikroarsitektur tulang dan penurunan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Osteoporosis merupakan salah satu penyakit degeneratif yang. menjadi permasalah global di bidang kesehatan termasuk di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Osteoporosis merupakan salah satu penyakit degeneratif yang. menjadi permasalah global di bidang kesehatan termasuk di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Osteoporosis merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi permasalah global di bidang kesehatan termasuk di Indonesia. Osteoporosis merupakan penyakit ditandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakatakan hidup sehat. menyebabkan jumlah usia lanjut menjadi semakin banyak, tak terkecuali di

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakatakan hidup sehat. menyebabkan jumlah usia lanjut menjadi semakin banyak, tak terkecuali di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya kesadaran masyarakatakan hidup sehat menyebabkan jumlah usia lanjut menjadi semakin banyak, tak terkecuali di Indonesia. Jumlah usia lanjut di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tulang ditentukan oleh tingkat kepadatannya. Penurunan massa tulang akan terus

BAB I PENDAHULUAN. tulang ditentukan oleh tingkat kepadatannya. Penurunan massa tulang akan terus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tulang yang sehat adalah tulang yang kuat dan tidak mudah patah. Kekuatan tulang ditentukan oleh tingkat kepadatannya. Penurunan massa tulang akan terus terjadi seiring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kejadian Osteoporosis terutama pada lansia akan mempunyai dampak yang sangat buruk bagi penderitanya. Osteoporosis pada lansia akan mengakibatkan terjadinya fraktur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daur hidup manusia akan melewati fase usia lanjut (proses penuaan). Proses penuaan merupakan hal yang tidak dapat dihindari, dimana mulai terjadi perubahan fisik dan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM SUSU DAN OLAHRAGA DENGAN KEPADATAN TULANG REMAJA (Studi di SMAN 3 Semarang) Wulandari Meikawati, Rizki Amalia

HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM SUSU DAN OLAHRAGA DENGAN KEPADATAN TULANG REMAJA (Studi di SMAN 3 Semarang) Wulandari Meikawati, Rizki Amalia HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM SUSU DAN OLAHRAGA DENGAN KEPADATAN TULANG REMAJA (Studi di SMAN 3 Semarang) Wulandari Meikawati, Rizki Amalia Abstrak Latar Belakang : Pada masa remaja terjadi puncak pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan osteopenia pada kelompok vegetarian umur 20-35 tahun di Pusdiklat Maitreyawira,

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 8 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai hubungan konsumsi susu dan kebiasaan olahraga dengan status gizi dan densitas tulang remaja di TPB IPB dilakukan dengan menggunakan desain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mineral tulang disertai dengan perubahan mikroarsitektural tulang,

BAB I PENDAHULUAN. mineral tulang disertai dengan perubahan mikroarsitektural tulang, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Osteoporosis didefinisikan sebagai kondisi rendahnya kepadatan mineral tulang disertai dengan perubahan mikroarsitektural tulang, peningkatan kerapuhan tulang dan peningkatan

Lebih terperinci

Osteoporosis, Konsumsi Susu, Jenis Kelamin, Umur, dan Daerah, Di DKI Jakarta, Jawa Barat,

Osteoporosis, Konsumsi Susu, Jenis Kelamin, Umur, dan Daerah, Di DKI Jakarta, Jawa Barat, Osteoporosis, Konsumsi Susu, Jenis Kelamin, Umur, dan Daerah, Di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur Tuesday, April 29, 2014 http://www.esaunggul.ac.id/article/osteoporosis-konsumsi-susu-jenis-kelamin-umur-dan-daerah-di-dki-ja

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi Sampel dalam penelitian ini adalah wanita dewasa dengan rentang usia 20-55 tahun. Menurut Hurlock (2004) rentang usia sampel penelitian ini dapat dikelompokkan

Lebih terperinci

LATIHAN, NUTRISI DAN TULANG SEHAT

LATIHAN, NUTRISI DAN TULANG SEHAT LATIHAN, NUTRISI DAN TULANG SEHAT Tulang yang kuat benar-benar tidak terpisahkan dalam keberhasilan Anda sebagai seorang atlet. Struktur kerangka Anda memberikan kekuatan dan kekakuan yang memungkinkan

Lebih terperinci

Gambaran Kepadatan Tulang Wanita Menopause Pada Kelompok X di Bandung

Gambaran Kepadatan Tulang Wanita Menopause Pada Kelompok X di Bandung Gambaran Kepadatan Tulang Wanita Menopause Pada Kelompok X di Bandung Adam BH Darmawan, Slamet Santosa Bagian Biokimia, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha, Bandung. Abstrak Osteoporosis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya patah tulang. Selama ini osteoporosis indentik dengan orang tua tapi

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya patah tulang. Selama ini osteoporosis indentik dengan orang tua tapi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Osteoporosis merupakan penyakit yang paling umum terjadi pada tulang, penyakit ini ditandai dengan penurunan kepadatan tulang dan peningkatan risiko terjadinya patah

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Kerangka Pemikiran

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Kerangka Pemikiran 30 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Kerangka Pemikiran Konsumsi pangan merupakan faktor penentu yang penting dalam menentukan status kepadatan tulang khususnya pada saat pertumbuhan seperti pada masa remaja.

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN 53 BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Departemen Pendidikan Nasional Departemen Pendidikan Nasional merupakan suatu lembaga pemerintahan yang bertanggung jawab pada usaha pencerdasan kehidupan bangsa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya (WHO, 2004). Jumlah populasi

BAB I PENDAHULUAN. memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya (WHO, 2004). Jumlah populasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia lanjut (lansia) merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya (WHO, 2004). Jumlah populasi lansia di Indonesia meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup manusia, baik kemajuan dalam bidang sosioekonomi

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup manusia, baik kemajuan dalam bidang sosioekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai kemajuan dalam segala aspek kehidupan manusia saat ini telah meningkatkan kualitas hidup manusia, baik kemajuan dalam bidang sosioekonomi maupun dalam bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Overweight dan obesitas merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapatkan perhatian yang serius karena merupakan peringkat kelima penyebab kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan pembentukan tulang. Salah satu penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan pembentukan tulang. Salah satu penyakit yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembentukan tulang didalam tubuh disebut Osteogenesis. Pembentukan tulang terdiri dari penyerapan dan pembentukan yang terjadi secara terus menerus atau selalu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa remaja memberikan dampak pada masalah kesehatan. Salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa remaja memberikan dampak pada masalah kesehatan. Salah satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan gaya hidup pada masa dewasa awal sebagai masa transisi dari masa remaja memberikan dampak pada masalah kesehatan. Salah satu perhatian khusus adalah masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Tugas Akhir Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Tugas Akhir Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peradaban manusia telah melewati berbagai macam waktu, hal ini diikuti dengan segala macam perkembangannya. Seiring dengan berkembangnya waktu, manusia melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga hal tersebut akan mempengaruhi pola konsumsi gizi dan aktivitas fisik

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga hal tersebut akan mempengaruhi pola konsumsi gizi dan aktivitas fisik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja mengalami peningkatan kebutuhan gizi karena pertumbuhan yang sangat cepat. Tetapi masukan zat gizi mereka sering tidak sesuai dengan kebiasaan makan karena kelompok

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 31 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional, yaitu pengambilan data yang dilakukan dalam satu kurun waktu, maksimal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Osteoporosis adalah kondisi atau penyakit dimana tulang menjadi rapuh dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Osteoporosis adalah kondisi atau penyakit dimana tulang menjadi rapuh dan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Osteoporosis adalah kondisi atau penyakit dimana tulang menjadi rapuh dan mudah retak atau patah. Osteoporosis sering menyerang mereka yang telah berusia lanjut

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG PADA WANITA POSTMENOPAUSE

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG PADA WANITA POSTMENOPAUSE Vol 6 no 2 Th 2010 Faktor-Faktor yang Berhubungan FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG PADA WANITA POSTMENOPAUSE Margo Utomo 1,Wulandari Meikawati 2, Zilfa Kusuma Putri 3 1,2,3 Fakultas

Lebih terperinci

Calcium Softgel Cegah Osteoporosis

Calcium Softgel Cegah Osteoporosis Calcium Softgel Cegah Osteoporosis Calcium softgel mampu mencegah terjadinya Osteoporosis. Osteoporosis adalah penyakit tulang yang ditandai dengan menurunnya massa tulang (kepadatan tulang) secara keseluruhan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia yang telah memasuki usia diatas 55 tahun mengalami proses penuaan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia yang telah memasuki usia diatas 55 tahun mengalami proses penuaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia yang telah memasuki usia diatas 55 tahun mengalami proses penuaan secara alamiah yang nantinya akan menimbulkan masalah kesehatan, mental, sosial, ekonomi,

Lebih terperinci

Gambaran Densitas Mineral Tulang (DMT) pada Kelompok Dewasa Awal (19-25 Tahun) (Studi di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro)

Gambaran Densitas Mineral Tulang (DMT) pada Kelompok Dewasa Awal (19-25 Tahun) (Studi di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro) Gambaran Densitas Mineral Tulang (DMT) pada Kelompok Dewasa Awal (19-25 Tahun) (Studi di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro) Mega Nur Cahyaningsih*), Lintang Dian Saraswati**), Sri Yuliawati**),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tulang dan osteoporosis di kehidupan selanjutnya (Greer et al,2006)

BAB I PENDAHULUAN. tulang dan osteoporosis di kehidupan selanjutnya (Greer et al,2006) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa anak-anak menjadi masa kritis untuk membangun masa tulang. Tulang yang kuat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Kurangnya asupan kalsium pada anak-anak

Lebih terperinci

OSTEOPOROSIS DEFINISI

OSTEOPOROSIS DEFINISI OSTEOPOROSIS DEFINISI Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang, dan porous berarti berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah tulang yang keropos, yaitu penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pencegahannya. Osteoporosis merupakan salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. dalam pencegahannya. Osteoporosis merupakan salah satu penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di indonesia kesadaran akan osteoporosis masih rendah, terutama dalam pencegahannya. Osteoporosis merupakan salah satu penyakit degeneratif di mana terjadi proses

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN LANSIA TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN PERILAKU MENGKONSUMSI MAKANAN BERKALSIUM DI PANTI WREDHA X YOGYAKARTA

HUBUNGAN PENGETAHUAN LANSIA TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN PERILAKU MENGKONSUMSI MAKANAN BERKALSIUM DI PANTI WREDHA X YOGYAKARTA HUBUNGAN PENGETAHUAN LANSIA TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN PERILAKU MENGKONSUMSI MAKANAN BERKALSIUM DI PANTI WREDHA X YOGYAKARTA 1 Yasinta Ema Soke, 2 Mohamad Judha, 3 Tia Amestiasih INTISARI Latar Belakang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan cairan empedu, dinding sel, vitamin dan hormon-hormon tertentu, seperti hormon seks dan lainnya (Gondosari, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan cairan empedu, dinding sel, vitamin dan hormon-hormon tertentu, seperti hormon seks dan lainnya (Gondosari, 2010). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolesterol merupakan konstituen utama membrane plasma dan lipoprotein plasma. Senyawa ini sering ditemukan sebagai ester kolesteril, dengan gugus hidroksil di posisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kalsium adalah mineral yang paling banyak kadarnya dalam tubuh manusia

BAB I PENDAHULUAN. Kalsium adalah mineral yang paling banyak kadarnya dalam tubuh manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kalsium adalah mineral yang paling banyak kadarnya dalam tubuh manusia (hampir 2% dari berat total tubuh) dan kebanyakan bergabung dengan unsur fosfor menjadi kalsium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Osteoporosis merupakan kondisi atau penyakit dimana tulang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Osteoporosis merupakan kondisi atau penyakit dimana tulang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Osteoporosis merupakan kondisi atau penyakit dimana tulang menjadi rapuh dan mudah retak atau patah. Osteoporosis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan berkurangnya

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords : high calcium milk, adolescent boys, blood calcium concentration, bone density.

ABSTRACT. Keywords : high calcium milk, adolescent boys, blood calcium concentration, bone density. ABSTRACT SURYONO. The Effects of High Calcium Milk Consumption on Blood Calcium Concentration and Bone Density of Adolescents Boys. Under supervision of ALI KHOMSAN, DRAJAT MARTIANTO, BUDI SETIAWAN, and

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11) anemia. (14) Remaja putri berisiko anemia lebih besar daripada remaja putra, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia adalah keadaan dimana jumlah eritrosit dalam darah kurang dari yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah eplanatory research, yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan dua variabel atau lebih dengan rancangan

Lebih terperinci

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan ekstraksi biji tanaman kopi. Kopi dapat digolongkan sebagai minuman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan ekstraksi biji tanaman kopi. Kopi dapat digolongkan sebagai minuman BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kopi 1. Pengertian kopi Kopi merupakan salah satu minuman yang berasal dari proses pengolahan dan ekstraksi biji tanaman kopi. Kopi dapat digolongkan sebagai minuman psikostimulant

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA DENGAN OSTEOPOROSIS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA DENGAN OSTEOPOROSIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA DENGAN OSTEOPOROSIS TINJAUAN TEORI 1. Definisi Osteoporosis adalah penyakit metabolisme tulang yang cirinya adalah pengurangan massa tulang dan kemunduran mikroarsitektur tulang

Lebih terperinci

ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB OSTEOPOROSIS. Paulus Budi Santoso ( ) Pembimbing : David Gunawan T., dr

ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB OSTEOPOROSIS. Paulus Budi Santoso ( ) Pembimbing : David Gunawan T., dr ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB OSTEOPOROSIS Paulus Budi Santoso (0210186) Pembimbing : David Gunawan T., dr Osteoporosis merupakan new communicable disease yang banyak dibicarakan, dan menyerang terutama

Lebih terperinci

LEMBARAN KUESIONER. Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan penyakit osteoporosis

LEMBARAN KUESIONER. Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan penyakit osteoporosis LEMBARAN KUESIONER Judul Penelitian : Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan penyakit osteoporosis pada wanita premenopause di Komplek Pondok Bahar RW 06 Karang Tengah Tangerang

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSTIK

PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSTIK ETIOLOGI Kadar hormon tiroid dan paratiroid yang berlebihan dapat mengakibatkan hilangnya kalsium dalam jumlah yang lebih banyak. Obat-obat golongan steroid pun dapat mengakibatkan hilangnya kalsium dari

Lebih terperinci

BAB V HASIL. Universitas Indonesia

BAB V HASIL. Universitas Indonesia 40 BAB V HASIL 5.1 Gambaran Umum Puskesmas Teluk Pucung Puskesmas Teluk Pucung terletak di Jl. Perjuangan No.1 Bekasi Utara, Kota Bekasi. Wilayah kerja Puskesmas ini, terdiri dari 2 kelurahan, yaitu kelurahan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Susu adalah bahan pangan yang dikenal kaya akan zat gizi yang diperlukan oleh tubuh manusia. Konsumsi susu pada saat remaja terutama dimaksudkan untuk memperkuat tulang sehingga

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Subyek Karakteristik subyek yang diamati adalah karakteristik individu dan karakteristik keluarga. Karakteristik individu meliputi umur, jenis kelamin, dan pengeluaran

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 1, April 2012 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 1, April 2012 ISSN PENELITIAN HUBUNGAN POLA HIDUP TERHADAP KEJADIAN BUNGKUK OSTEOPOROSIS TULANG BELAKANG WANITA USIA LANJUT DI KOTA BANDAR LAMPUNG Merah Bangsawan * Osteoporosis adalah suatu keadaan berkurangnya kepadatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Umum Penyakit Hiperurisemia 1. Pengertian Penyakit Hiperurisemia Penyakit hiperurisemian adalah jenis rematik yang sangat menyakitkan yang disebabkan oleh penumpukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obesitas merupakan masalah yang banyak dijumpai baik di negara maju maupun di negara berkembang. Obesitas merupakan suatu masalah serius pada masa remaja seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dewasa ini obesitas telah menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia, baik di negara maju ataupun negara berkembang. Menurut data World Health Organization (WHO) obesitas

Lebih terperinci

KOMPOSISI TUBUH LANSIA I. PENDAHULUAN II.

KOMPOSISI TUBUH LANSIA I. PENDAHULUAN II. KOMPOSISI TUBUH LANSIA I. PENDAHULUAN Lansia merupakan salah satu bagian dari siklus hidup manusia yang menjadi tahap akhir dari kehidupan. Pada lansia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan

Lebih terperinci

ABSTRAK. FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG REMAJA (Studi di SMA Negeri 3 Semarang)

ABSTRAK. FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG REMAJA (Studi di SMA Negeri 3 Semarang) ABSTRAK FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG REMAJA (Studi di SMA Negeri 3 Semarang) Wulandari Meikawati 1, S. Fatimah Muis 2, SA. Nugraheni 2 Latar belakang : Kebutuhan kalsium pada masa remaja

Lebih terperinci

EFEK JALAN KAKI PAGI TERHADAP KEPADATAN MINERAL TULANG PADA WANITA LANSIA DI DESA GADINGSARI SANDEN BANTUL SKRIPSI

EFEK JALAN KAKI PAGI TERHADAP KEPADATAN MINERAL TULANG PADA WANITA LANSIA DI DESA GADINGSARI SANDEN BANTUL SKRIPSI EFEK JALAN KAKI PAGI TERHADAP KEPADATAN MINERAL TULANG PADA WANITA LANSIA DI DESA GADINGSARI SANDEN BANTUL SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI PERSYARATAN UNTUK MENDAPATKAN GELAR SARJANA SAINS ILMU TERAPAN FISIOTERAPI

Lebih terperinci

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo.

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo. 102 KERANGKA PEMIKIRAN Orang dewasa 15 tahun seiring dengan bertambahnya umur rentan menjadi gemuk. Kerja hormon menurun seiring dengan bertambahnya umur, yang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan metabolisme

Lebih terperinci

Proposal Peminjaman Alat

Proposal Peminjaman Alat LAMPIRAN 1 Proposal Peminjaman Alat Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Osteopenia Pada Kelompok Vegetarian Umur 20-35 Tahun Di Pusdiklat Maitreyawira, Jakarta Barat Tahun 2008 DISUSUN OLEH : DWI WAHYUNI

Lebih terperinci

PERUBAHAN KOMPOSISI TUBUH PADA LANJUT USIA Dr. Nur Asiah, MS dan Dr. Francisca A. Tjakradidjaja, MS

PERUBAHAN KOMPOSISI TUBUH PADA LANJUT USIA Dr. Nur Asiah, MS dan Dr. Francisca A. Tjakradidjaja, MS PERUBAHAN KOMPOSISI TUBUH PADA LANJUT USIA Dr. Nur Asiah, MS dan Dr. Francisca A. Tjakradidjaja, MS Secara garis besar kompartemen tubuh terdiri atas massa bebas lemak atau fat free mass (FFM) dan massa

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 43 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan desain penelitian cross sectional. Desain ini dipilih sesuai dengan kegunaan dari desain studi cross sectional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambaran asupan...,rindu Rachmiaty, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. Gambaran asupan...,rindu Rachmiaty, FKM UI, 2009 27 BAB I PENDAHULUAN 1.7 Latar Belakang Nutrisi olahraga merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan akan menjadi salah satu faktor penentu prestasi atlit. Untuk dapat menghasilkan kualitas performa yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dari persentase pria dan wanita dari penduduk lanjut usia berdasarkan estimasi

BAB 1 PENDAHULUAN. dari persentase pria dan wanita dari penduduk lanjut usia berdasarkan estimasi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penduduk lanjut usia pria lebih rendah dibanding wanita. Terlihat dari persentase pria dan wanita dari penduduk lanjut usia berdasarkan estimasi dan proyeksi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kalsium Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat di dalam tubuh. Kalsium dibutuhkan di semua jaringan tubuh, khususnya tulang. Sekitar 99% kalsium tubuh berada

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian 35 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 6 bulan dengan intervensi pemberian susu selama 4 bulan, bertempat di Asrama Putra Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian

Lebih terperinci

MANFAAT KEBIASAAN SENAM TERA PADA WANITA TERHADAP KEPADATAN MINERAL TULANG DI DUSUN SOROBAYAN, GADINGSARI, SANDEN, BANTUL SKRIPSI

MANFAAT KEBIASAAN SENAM TERA PADA WANITA TERHADAP KEPADATAN MINERAL TULANG DI DUSUN SOROBAYAN, GADINGSARI, SANDEN, BANTUL SKRIPSI MANFAAT KEBIASAAN SENAM TERA PADA WANITA TERHADAP KEPADATAN MINERAL TULANG DI DUSUN SOROBAYAN, GADINGSARI, SANDEN, BANTUL SKRIPSI Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam mendapatkan gelar Sarjana

Lebih terperinci

Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui

Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui 1 / 11 Gizi Seimbang Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui Perubahan Berat Badan - IMT normal 18,25-25 tambah : 11, 5-16 kg - IMT underweight < 18,5 tambah : 12,5-18 kg - IMT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada masa remaja puncak pertumbuhan masa tulang (Peak Bone Massa/PBM)

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada masa remaja puncak pertumbuhan masa tulang (Peak Bone Massa/PBM) 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada masa remaja puncak pertumbuhan masa tulang (Peak Bone Massa/PBM) yang menyebabkan kebutuhan kalsium paling tinggi pada masa ini dibandingkan dengan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sindroma metabolik merupakan kumpulan kelainan metabolik komplek

BAB I PENDAHULUAN. Sindroma metabolik merupakan kumpulan kelainan metabolik komplek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sindroma metabolik merupakan kumpulan kelainan metabolik komplek yang muncul sebagai faktor risiko penyakit kardiovaskular serta diabetes mellitus tipe 2. Komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Osteoporosis merupakan penyakit tulang yang pada tahap awal belum

BAB I PENDAHULUAN. Osteoporosis merupakan penyakit tulang yang pada tahap awal belum BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Osteoporosis merupakan penyakit tulang yang pada tahap awal belum memberikan gejala-gejala yang diketahui (asymtomatic disease). Osteoporosis baru diketahui ada apabila

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes Mellitus (DM) di dunia. Angka ini diprediksikan akan bertambah menjadi 333 juta orang pada tahun

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat dan Waktu Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat dan Waktu Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian mengenai konsumsi pangan, aktivitas fisik, status gizi dan status kesehatan lansia menggunakan desain cross sectional. Desain ini merupakan pengamatan yang

Lebih terperinci

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek METODE Disain, Tempat dan Waktu Penelitian ini menggunakan data dasar hasil penelitian Kebiasaan Minum dan Status Hidrasi pada Remaja dan Dewasa di Dua Wilayah Ekologi Berbeda yang dilaksanakan oleh tim

Lebih terperinci

Deteksi Dini Osteoporosis Pada Remaja Putri Siswi SMA Ta miriyah Surabaya

Deteksi Dini Osteoporosis Pada Remaja Putri Siswi SMA Ta miriyah Surabaya Deteksi Dini Osteoporosis Pada Remaja Putri Siswi SMA Ta miriyah Surabaya Thalia Nadhila Rachmawati thaliaanadhila@yahoo.co.id Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Airlangga ABSTRACT Osteoporosis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan lambat. Pada masa ini seorang perempuan mengalami perubahan, salah satu diantaranya adalah menstruasi (Saryono, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan lambat. Pada masa ini seorang perempuan mengalami perubahan, salah satu diantaranya adalah menstruasi (Saryono, 2009). BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pubertas meliputi suatu kompleks biologis, morfologis, dan perubahan psikologis yang meliputi proses transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Pada perempuan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsumsi kalsium..., Endang Mulyani, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsumsi kalsium..., Endang Mulyani, FKM UI, 2009 15 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat dalam tubuh. Sekitar 99 persen total kalsium ditemukan dalam jaringan keras yaitu tulang dan gigi

Lebih terperinci

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan LAKI-LAKI PEREMPUAN

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan LAKI-LAKI PEREMPUAN 135 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Tinggi badan lansia dapat diprediksi dari tinggi lutut, panjang depa, dan tinggi duduk. Panjang depa memberikan nilai korelasi tertinggi pada lansia lakilaki dan perempuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Menurut data

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Menurut data BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Menurut data Riskesdas (2013), prevalensi obesitas dewasa (>18 tahun) di Indonesia mencapai 19,7% untuk laki-laki

Lebih terperinci

Mitos dan Fakta Kolesterol

Mitos dan Fakta Kolesterol Mitos dan Fakta Kolesterol Oleh admin Selasa, 01 Juli 2008 09:19:20 Apakah mengonsumsi makanan yang mengandung kolesterol tidak baik bagi tubuh? Apakah kita tak boleh mengonsumsi makanan berkolesterol?

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Hiperurisemia telah dikenal sejak abad ke-5 SM. Penyakit ini lebih banyak menyerang pria daripada perempuan, karena pria memiliki kadar asam urat yang lebih tinggi daripada perempuan

Lebih terperinci

Osteoporosis. Anita's Personal Blog Osteoporosis Copyright anita handayani

Osteoporosis. Anita's Personal Blog Osteoporosis Copyright anita handayani Osteoporosis Mengapa Masalah Osteoporosis Pasca Menopause Akhir-Akhir Ini Menjadi Masalah? - Menghadapi tahun 2010-an terjadi peningkatan harapan hidup wanita sampai usia 70 tahun dan - Pada usia 2000-

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka kematian, membaiknya status gizi, dan Usia Harapan Hidup. (1) Penyakit degeneratif adalah salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih memiliki beberapa ketertinggalan dan kekurangan jika dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. masih memiliki beberapa ketertinggalan dan kekurangan jika dibandingkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara yang sedang berkembang dan membangun, Indonesia masih memiliki beberapa ketertinggalan dan kekurangan jika dibandingkan dengan negara lain yang sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pada zaman modern ini, seluruh dunia mengalami pengaruh globalisasi dan hal ini menyebabkan banyak perubahan dalam hidup manusia, salah satunya adalah perubahan gaya

Lebih terperinci

GIZI IBU HAMIL TRIMESTER 1

GIZI IBU HAMIL TRIMESTER 1 GIZI IBU HAMIL TRIMESTER 1 OLEH : KELOMPOK 15 D-IV BIDAN PENDIDIK FK USU Pengertian Gizi ibu hamil Zat gizi adalah : Ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya yaitu menghasilkan energi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja.

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Titik berat dari pembangunan Bangsa Indonesia adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi makro yaitu karbohidrat, protein, dan

BAB I PENDAHULUAN. akan zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi makro yaitu karbohidrat, protein, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam menjalani siklus hidupnya membutuhkan makanan untuk memenuhi kebutuhan gizinya. Kebutuhan zat gizi bagi tubuh meliputi kebutuhan akan zat gizi makro dan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional, bertempat di Pabrik Hot Strip Mill (HSM) PT. Krakatau Steel Cilegon, Propinsi Banten. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegemukan atau obesitas telah menjadi masalah kesehatan global di dunia. Masalah kesehatan ini tidak hanya terjadi di negara-negara maju tetapi juga di negara berkembang.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Obesitas Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbun lemak yang melebihi 25 % dari berat tubuh, orang yang kelebihan berat badan biasanya karena kelebihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terbanyak yang sering dijumpai pada anak. Sindrom nefrotik adalah suatu sindrom

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terbanyak yang sering dijumpai pada anak. Sindrom nefrotik adalah suatu sindrom 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sindrom nefrotik (SN, Nephrotic Syndrome) merupakan salah satu penyakit ginjal terbanyak yang sering dijumpai pada anak. Sindrom nefrotik adalah suatu sindrom klinik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi alam dan masyarakat saat ini yang sangat kompleks membuat banyak bermunculan berbagai masalah-masalah kesehatan yang cukup dominan khususnya di negara negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 41,4% dan osteoporosis selalu menyertai usia lanjut baik perempuan maupun laki-laki,

BAB I PENDAHULUAN. 41,4% dan osteoporosis selalu menyertai usia lanjut baik perempuan maupun laki-laki, BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Para ahli tulang Indonesia sepakat bahwa dengan meningkatnya harapan hidup rakyat Indonesia penyakit kerapuhan tulang akan sering dijumpai. Sejak tahun 1990 sampai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Osteoporosis

TINJAUAN PUSTAKA. Osteoporosis 17 TINJAUAN PUSTAKA Osteoporosis Pengertian Osteoporosis National Osteoporosis Foundation (2003) mendefinisikan osteoporosis sebagai penyakit kronis progresif yang dicirikan dengan rendahnya massa tulang

Lebih terperinci

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif dr. Yulia Megawati Tenaga Kerja Adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur. diperkirakan akan meningkat pada tahun 2025 yaitu 73,7 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur. diperkirakan akan meningkat pada tahun 2025 yaitu 73,7 tahun. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara dan kesejahteraan rakyat adalah meningkatnya usia harapan hidup, hal ini dapat dilihat dengan adanya peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada sekelompok masyarakat disuatu tempat. Hal ini berkaitan erat dengan

BAB I PENDAHULUAN. pada sekelompok masyarakat disuatu tempat. Hal ini berkaitan erat dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kekurangan gizi merupakan penyakit tidak menular yang dapat terjadi pada sekelompok masyarakat disuatu tempat. Hal ini berkaitan erat dengan berbagai faktor multidisiplin

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Menurut WHO (2011) secara global hampir mencapai satu milyar orang memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi) dan dua pertiga ada di negara berkembang. Hipertensi

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA

HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA LAMPIRAN 68 69 Lampiran 1 Kuesioner penelitian KODE: KUESIONER HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA Saya setuju

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka konsep : Berdasarkan tujuan penelitian diatas, kerangka konsep gambaran tingkat pengetahuan dan sikap terhadap osteoporosis dan asupan kalsium

Lebih terperinci